namaku izrail

170

Upload: atmo-nadi

Post on 13-Mar-2016

236 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Sebuah novel imajinal dialog dengan Malaikat Maut Izrail

TRANSCRIPT

Page 1: Namaku Izrail
Page 2: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Namaku Izrail!______________________________________________________2

Page 3: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Namaku Izrail !

Risalah Mawas Diri

Atmonadi

Namaku Izrail!______________________________________________________3

Page 4: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Prakata

Bismillahirrahmaannirraahiim

Segala puji dan syukur sepatutnya hanya ditujukan untuk Allah SWT, Sang Maha

Pencipta yang menebarkan kasih sayang untuk semua makhluk-Nya, yang maujud

dalam bentuk materi fisik maupun yang diselimuti kegaiban-Nya dan yang

menggenggam kehidupan semua makhluk-Nya. Al-Iradah-Nya adalah kehendak dan

keinginan-Nya yang tak terbantahkan, al-Qudrah-Nya adalah Arasy

Kemahakuasaan-Nya yang menopang semua alam yang ada beserta isinya, yang

menghendaki Keserbarahasian-Nya terungkap dari Perbendaharaan-Nya yang

tersembunyi dalam maujud al-Haba (gelombang gravitasi) dan Nur Muhammad

(gelombang elektromagnetik) dengan perintah “Kun Fa Yakuun”.

Shalawat dan salam kusampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai maujud

Af’al, Asma-asma dan Sifat-sifat-Nya yang paripurna, Adimanusia, Insan Kamil dan

Gurujati semua manusia, keluarga dan kerabatnya, para sahabatnya, para aulia dan

para pewaris serta penyampai ilmunya, yang meneruskan rahmatnya kepada seluruh

alam dan penghuninya, yang merentang menembus batas-batas ruang-waktu : dulu,

kini dan nanti.

Kematian pastilah akan datang, kepada semua makhluk yang bernyawa, dimanapun

ia berada, dan dalam keadaan apapun. Maka dalam banyak kesempatan, Nabi

Muhammad SAW selalu mengingatkan kepada umatnya untuk mewaspadai setiap

saat gerak-geriknya. Bahkan, ia yang menjadi Habib Allah (Kekasih Allah) penutup

para Nabi dan Rasul pun tidak luput dari datangnya ajal, lengkap dengan segala rasa

takut , kengerian, dan penderitaannya. Kematian yang dialami oleh Nabi SAW

adalah suatu hikmah dan pelajaran bagi kita semua, bahwa Allah SWT Maha

Berkehendak, sehingga dahsyatnya sakratul maut dan datangnya Malaikat Maut tak

Namaku Izrail!______________________________________________________4

Page 5: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

akan dapat dielakkan oleh semua makhluk-Nya.

Dalam literatur Islam, malaikat maut dikenal dengan nama Izrail, dialah yang

merupakan salah satu malaikat utama Allah yang bertugas mencabut nyawa semua

makhluk yang bernyawa. Izrail yang akan datang setiap saat kepada manusia,

adalah suatu peringatan yang nyata, bahwa manusia semestinya lebih mawas diri

atas segala perilakunya sendiri selama ia hidup di dunia. Risalah tentang Izrail ini,

yang saya beri judul “Namaku Izrail!”, kurang lebih dimaksudkan untuk mengingatkan

saya dan kita semua, bahwa Izrail pasti akan datang. Ia adalah pelaksana kiamat

kecil yang nampaknya saat ini banyak tidak disadari oleh kita semua. Sehingga,

seringkali kita alpa dan lalai untuk mengingat mati. Risalah ini memang risalah

mawas diri tentang kematian, tentang berakhirnya semua peluang kita untuk

mengumpulkan bekal guna kembali kepada-Nya. Apakah kita kembali dengan meniti

Shiraatal Mustaqim atau terpelanting dari jembatan itu, maka sudah menjadi

kewajiban kita untuk mengingat kematian.

Tak ada bekal yang dapat kita bawa saat kematian kita, kecuali amal shaleh sebagai

orang yang beriman kepada-Nya dan kain kafan, tidak harta benda, intan, emas,

permata, tidak juga istri yang kita cinta, ataupun anak-anak kita, kecuali amal shaleh

yang diridhai oleh-Nya. Maka ingatlah kematian, dan bersiap-siaplah dengan bekal

yang dapat Anda bawa.

Akhir kata, semoga risalah tentang kematian ini dapat menjadi pelajaran bagi kita

semua.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb

Lebak Bulus, 27 November 2004

Atmonadi

Namaku Izrail!______________________________________________________5

Page 6: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

“Wahai anakku! Jika ada sesuatu yang tak bisa kau pastikan bila dia datang,maka

persiapkan dirimu untuk menghadapinya sebelum dia mendatangimu sedang engkau

dalam keadaan lengah” (Nasihat Luqman kepada anaknya)

Namaku Izrail!______________________________________________________6

Page 7: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Bab 1. Prolog

"Namaku Izrail".

Tiba-tiba saja ia berdiri dihadapanku. Memperkenalkan diri entah dari mana. Terus

terang, aku melongo ketika orang atau lebih tepatnya mahluk itu ada dihadapanku.

Tapi, entah kenapa, aku tidak terlalu kaget. Hanya, memang muncul rasa heran dan

takut. Dalam harap dan cemas yang juga ikut membeku, tubuhku yang terbaring di

atas tempat tidur setengah terangkat. Aku menatap bengong melihatnya berdiri di

hadapanku. Meski rasa takut menyergapku, aku seakan-akan tidak merasa asing

dengan sosok ini. Kayanya pernah kenal, tapi dimana gitu. Dalam beberapa saat aku

seperti pikun. Lupa. Tepatnya nggak tau apakah pernah bertemu dengannya atau

tidak. Sepertinya aku mengalami dejavu, pikirku.

Cukup lama ia memandangku dengan diam, setelah dia menyebutkan namanya

begitu saja. Padahal aku nggak minta diperkenalkan. Boro-boro perkenalan, dia

begitu saja mengada, makanya siapa diapun aku nggak ngeh. Izrail katanya. Siapa

ya? Rasanya nama itu pernah kukenal dengan baik. Tapi aku lagi-lagi tidak mampu

menggali memori dari otakku yang tiba-tiba menjadi beku.

Dalam kebekuan sesaat yang mendadak itu, sel-sel otakku terasa mulai melumer. Ia,

nampaknya, termasuk mahluk yang tak mau tau. Tepatnya super cuek. Apakah aku

mau atau tidak, ia memang tak peduli. Bilamana ia mau, ia akan memperkenalkan

diri. Bila tidak, ya sudah, lewat begitu saja. Tak peduli orang yang disapanya mau

atau tidak. Apakah yang di datanginya jantungan atau tidak. Baginya, semua itu tidak

Namaku Izrail!______________________________________________________7

Page 8: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

menjadi soal benar. Apalagi kemunculannya yang tiba-tiba begitu. Seperti

menyergap dari ketiadaan, muncul begitu saja. Bagi yang penakut, mungkin

kemunculannya bisa membuat semaput. Dia seperti hantu. Untung, aku termasuk

bukan manusia yang kagetan. Sehingga kemunculannya yang tiba-tiba itu tidak

terlalu membuatku semaput. Tapi yang jelas memang otakku jadi beku. Seperti

sekarang ini. Memandang dengan bodoh kesosok yang luar biasa ganteng ini.

Sekali lagi aku menatapnya tanpa harap dan cemas. Asa yang biasa bagai awan

gelap yang menggayut seolah telah sirna begitu saja.

Kupikir-pikir, memang aku belum pernah melihat wajah seperti dia ini. Wajahnya

lebih mirip manekin yang dipajang ditoko-toko ketimbang manusia. Halus, berkulit

bersih, bahkan seperti menimbulkan pendar sinar. Meskipun begitu, kebersihan

kulitnya agak sedikit tidak lazim dengan warna bersih yang memerah dadu seperti

pipi bayi itu. Merinding juga aku melihat sosok itu, persis kalau kita melihat sosok

yang tidak lazim kita lihat. Dia senyam-senyum dikulum, seperti seorang teman lama

yang sedang menggoda. Wah, pikirku, ni orang kalau ikut kontes Indonesian Idol

barangkali langsung menang, yang lainnya langsung bertumbangan.

"Sudah tau siapa aku?", katanya, memecah senyap membuyarkan kebingunganku.

"Eh..emmmm yyyaa...siapa ya", dengan sedikit gemetaran dan tergagap-gagap aku

menjawab dengan gugup.

Lagi-lagi, kesan aneh membuatku agak merinding, aku masih belum ngeh siapakah

dia, padahal dia sudah menyebutkan namanya. Nama itu memang terdengar tidak

asing. Cuma, aku lagi-lagi lupa dimana pernah mendengar nama itu.

Dia tersenyum simpul. Swear, senyumnya termasuk kategori senyum manis bagi

makhluk berjenis kelamin laki-laki (terus terang saja, jenis jender ini perlu saya buat

dengan font italyc karena saya sendiri bingung ini orang laki-laki atau perempuan).

Kemudian dengan perlahan ia berkata, "Aku diminta menjemputmu...".

"Siapa?", tanyaku masih bingung.

"Dia...", katanya pendek.

Namaku Izrail!______________________________________________________8

Page 9: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

"Dia siapa ya?", tanyaku lagi, otakku masih belum pulih dari kebekuan, aku tidak bisa

menduga dan tidak tahu dengan apa yang ia maksud.

"Kkkamu sendiri siapa?", tanyaku dengan sedikit gagap tetapi lebih mantap.

Keberanianku bangkit, muncul begitu saja. Nampaknya, ia tidak kaget dengan

reaksiku yang nampak masih belum begitu jelas. Aku sendiri masih mencoba

mengingat –ingat, mencoba mengkonsentrasikan kalor panas tubuhku ke bagian

otak supaya kebekuan di bagian itu lebih mampu mencairkan suasana kaku.

Tapi, rasanya memang sel-sel kelabu otakku masih beku, tumpul tidak bisa berpikir

dengan wajar seperti biasa. Entah kenapa, daya pikirku mandeg dan tersendat,

ingatanku terputus-putus secara perlahan dan berputar-putar tidak menentu. Aku

masih belum bisa mengatur alur logis yang benar. Melompat-lompat dan terputus-

putus begitu saja seperti zarah atom Hidrogen yang berganti posisi orbitnya.

Otak yang menjadi komputer biologisku jadi seperti perangkat keras yang perangkat

lunaknya error karena virus. Kira-kira pernah kenal dimana dengan sosok aneh ini,

aku masih membatin sambil terus berupaya mencairkan kebekuan pikiranku. Tanpa

ba bi bu lagi nongol dan langsung memperkenalkan diri.

Kucoba mengingat-ingat sekiranya aku pernah bertemu dengannya. Disuatu tempat,

di suatu waktu.

Disela-sela kepikunanku, ingatanku mulai mengatur dirinya dalam alur sejarah yang

nampak kacau. Apakah teman sekolahku dulu pikirku. Ah, kelihatannya bukan. Tapi

tetap tak bisa kuingat, siapakah pemilik sosok ganjil dihadapanku ini. Lagi pula kami

masih sering kumpul-kumpul satu sama lain, meskipun sudah hampir sedasawarsa

lebih angkatan kami habis alias pada lulus dari bangku kuliah. Ah, nampaknya

bukan. Pelan-pelan kuhimpun daya ingatku, sedikit demi sedikit aku merasakan sel

kelabu yang terlindungi di dalam batok kepalaku melumer.

Namaku Izrail!______________________________________________________9

Page 10: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Tak ada dari temanku yang penampilannya mirip dia ini. Meskipun dari lain jurusan,

aku masih ingat satu persatu beberapa temanku semasa kuliah dulu. Frame demi

frame aku mencoba memutar kembali wajah-wajah temanku. Si Bambang yang

pernah dipenjara dulu karena aksi bakar ban di kampus. Atau si Nirwande yang jadi

budayawan. Walaupun aku cuma satu dua kali ketemu dengan dia toh aku masih

mengingat wajahnya. Bahkan beberapa teman satu kampus yang cuma kenal muka

pun aku masih rada-rada ingat. Lha, yang ada didepanku ini benar-benar asing

banget. Walaupun samar-samar wajah itu seperti familiar dengan ku.

Wajah sesosok wanita melintas sekilas, Ah tapi bukan dia, bukan dia, dia sudah

lama pergi. Aku tepiskan bayangan yang melintas dari masa lalu itu. Entah kapan

ketemunya akupun tidak tau. Tapi memang ada satu wajah yang sempat melintas

dikepalaku, tapi tidak mungkin dia, soalnya dia memang cewek. Tapi, yah yang

berdiri di hadapanku ini memang susah kujelaskan apakah cewek atau cowok.

Ahhh, mungkin kawan se SMA dulu pikirku. Mencoba tidak menyerah, untuk

mengingat dia yang tiba-tiba berdiri didepanku. Ingatanku pun melayang ke SMA

dulu untuk mencari-cari dan mencocokkan siapa gerakan teman SMA yang mirip-

mirip dia ini. Lagi-lagi aku tidak menemukan seorang pun yang mirip dia. Kemudian

kujelajahi kenangan SMP dan sekolah dasar.

Blank...

Benar-benar blank nih pikirku, kali ini pikiranku persis komputer yang tidak ada

BIOS-nya. Siapa dia ini ya. Aku membatin, sambil menatap sosoknya. Mereka-reka,

mencoba mengingat dan menggali lagi dari sel-sel kelabu diotakku, mencari ruang-

ruang kenangan yang mungkin masih tersimpan di tempat tersembunyi, di maa lalu

maupun masa yang lebih jauh lagi.

Uhh..., tapi...., rasanya...nggak ada ingatan sama sekali tentang sosok yang satu ini.

"Ngomong-ngomong sebenarnya kamu ini siapa...", kegugupan dan kebengonganku

sudah hampir lenyap. Ganti keingintahuanku muncul tentang dia sendiri.

Namaku Izrail!______________________________________________________10

Page 11: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Sejenak ia menatapku lekat-lekat, kemudian "Ehm..aku sebenarnya pernah kamu

kenal duluuuuu sekali".

Sekarang, ia yang nampak malah menjadi sedikit grogi. Ia mencoba memberi

penekanan pada kata dulu. Jadinya terdengar sedikit aneh. Dan terus terang,

senyum dikulumnya itu membuat beberapa bulu-bulu halus ditekukku mulai

meremang kembali.

"Dddulu kapan yyya?" lanjutku kembali dengan setengah gemetar menuntaskan

keingintahuanku.

"Ya dulu, sewaktu kamu baru mau disinari oleh Dia".

Ha....apa maksudnya "disinari". Disinari apaan ya.

(Sepotong ayat tiba-tiba melintas, membuka suatu kenangan asosiatif masa yang

telah lama sekali berlalu, Alif Laam Mim Raa,(QS 13:1)).

Lagi pula, kok ucapannya sangat takzim sewaktu ia ucapkan "Dia". Bahkan setengah

takut-takut.

"Aku diminta segera menjemputmu", katanya sedikit lebih takzim kepadaku.

"Haaa".

Aku melongo antara bingung, heran, takut, dan takjub menjadi satu .

Namaku Izrail!______________________________________________________11

Page 12: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

2. Post Mortalitas

Beberapa hari ini aku agak lemes. Ya bener lemes banget. Padahal aku nggak

merasa lelah lho. Santai-santai saja malah. Kawan-kawanku dikantor malah

melihatku sedikit lebih tenang.

"Kok tumben lu rada alim sekarang", ujar Andi yang biasanya memulai obrolan

dengan ledekan dulu. Cengar-cengir aku menanggapinya dengan malas-malasan.

"Iya Nih. Gue juga nggak tau beberapa hari ini gue kayanya lebih tenang. Santai

BGT. Ndak risau apapun. Walaupun proyek bejibun gini...". Kuhisap Djisamsoe-ku

lalu kuhembuskan asapnya kemukanya. Dia batuk-batuk.

“Brengsek lu...!”, umpatnya. Aku nyengir jahil.

Mulanya aku sendiri tidak terlalu menyadari kediamanku ini. Dirumah pun aku

cenderung berdiam diri atau melakukan aktivitas yang jarang-jarang kulakukan

dengan rutin. Beberes buku lah, merapikan lemari lah, menyapu kolong tempat tidur

lah. Atau jalan-jalan seputar kampung sambil sesekali menyapa tetangga yang lama

tak ketemu. Padahal, biasanya aku rada cuek juga. Keluarpun rumah pun kalau

bukan untuk makan, ke kantor, ya kalau ada keperluan lain seperti ke warnet atau ke

toserba. Selain itu, belakangan ini kata si Bibi, aku kok kaya orang dapat kelebihan

rejeki. Menghamburkan uang dengan murah hatinya.

“Hehehe...tumben nih dapet rejeki nomplok ya”, kata bi Ida cengengesan sewaktu

aku memberikan tip 50 ribu dengan tiba-tiba. Padahal aku nggak minta tolong apa-

apa kepadanya. Terus sewaktu ada pengamen atau tukang minta-minta, akupun

Namaku Izrail!______________________________________________________12

Page 13: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

merogoh kocek dengan enteng. Bukan 500 atau 1000 perak seperti biasanya kalau

memberi. Namun 10 ribu, 5 ribu. Bi Ida cuma bisa melongo saja melihat kemurah

hatianku yang mendadak itu. Ngiri juga kali. 10 ribu buat dia akan berarti juga.

Biasanya dia cuma akan berkata, "Lumayan, untuk jajan anak-anak", katanya setiap

kali aku beri 10 ribu

perak karena mau membelikan makanan untukku atau sekedar mengambilkan

cucian jasku di binatu Nyai Salamis yang jaraknya cuma beberapa rumah saja dari

tempat tinggalku.

Aku sendiri sejauh ini merasa biasa-biasa saja, walaupun orang lain melihatnya

sedikit bingung. Yang kupikir-pikir agak aneh malah aku melihat segala benda

menjadi tanpa makna, tanpa arti.

Koleksi bukuku yang kubiarkan bertumpuk akhir-akhir ini, kok kelihatannya seperti

onggokan sampah yang menggunung. Isinya kok kayanya sampah dan salah tulis

semua. Demikian juga tumpukan baju dan jasku, aku melihatnya seperti gombal

biasa saja. Padahal jangan salah lho, aku ini termasuk orang yang cukup berselera

juga kalau membeli buku atau pakaian. Bukan nyombong. Cuma memang aku ini

termasuk selektif dalam memilih buku, baju, kaos atau celana panjang. Pokoknya

kalau nggak pas benar dengan seleraku, nggak bakal kubeli, walaupun murah

banget. Begitu juga kalau pun itu berharga cukup mahal, tapi kalau sudah pas

dengan seleraku pasti kubeli, berapapun harganya. Meskipun aku harus

menggesekkan duit plastikku yang tagihannya masih lumayan banyak. Tapi

begitulah, namanya juga selera. Apapun akan dilakukan walau nantinya aku mesti

sedikit berhemat dengan uang gajiku.

Selain itu, pulsa hp-ku pun belakangan ini cepat habis. Baru dua minggu sebenarnya

aku mengisi hp-ku dengan sejuta pulsa.Ya satu juta padahal biasanya cuma seratus

ribu. Biasanya sih ini cukup untuk satu setengah bulan. Tapi seminggu ini aku getol

banget menelpon kawan-kawan yang nomernya ada di hp. Bahkan yang tak pernah

ku telpon pun iseng-iseng kutelpon juga. Ber-haha-hihi-hehe atau cuma sekedar

nanya keluarganya.

Namaku Izrail!______________________________________________________13

Page 14: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Apalagi ke Mimi1 di Cirebon, hampir tiap hari pagi, siang, sore atau malam kutelpon

menanyakan kabarnya. Mimiku yang di Cirebon nampaknya cuma terbengong-

bengong saja mendengar ulahku yang seperti Miss Ring-ring2. SMS apalagi, entah

berapa ratus SMS belakangan ini dengan gencar kukirimkan ke semua orang. Ada

saja yang kukirim. Kalau bukan SMS lucu, SMS cinta, SMS iseng ya SMS hikmah.

O iya, SMS Hikmah, aku jadi ingat kok ini SMS yang paling sering kukirimkan ke

teman-teman. Ke mantan cewekku dan teman-teman cewekku pun begitu. Aku tiba-

tiba saja rajin ber-SMS dan bertelpon ria menanyakan kabarnya. Mantan cewekku

baru saja dua bulan kuputuskan jadi mantan. Kami berpisah dengan baik-baik sih

sebenarnya. Soalnya dia ragu dan aku jadi ragu setelah kali ketiga ia masih bimbang

sewaktu kuajak menikah tahun ini. Ahhh..., secara teknis belakangan ini memang

aku lagi patah hati walaupun tidak terlalu menyakitkan. “Mungkin memang bukan

jodoh”, ujar mamanya sewaktu aku kabari dengan setengah memelas bahwa kami

memutuskan untuk berpisah. Akupun cuma bisa mengiyakan. Pasrah.

Juga, baru sebulan yang lalu aku mengunjungi pernikahan orang yang pernah begitu

lekat di pikiranku. Mengucapkan selamat dan menyerahkan kado yang ia inginkan.

Gelang emas 22 karat berukir "Dariku, Untukmu". Well, semuanya itu seperti mimpi,

begitu saja berlalu. Tanpa sesal ataupun kehilangan yang terlalu mendalam.

Mungkin, beda sekali kalau kejadian yang terlihat seperti "menyedihkan" ini terjadi

beberapa bulan yang lalu. Barangkali aku akan kelimpungan layaknya lelaki

kehilangan cinta. Tapi belakangan ini kok aku nampaknya cuek-cuek saja tuh.

Swear, aku tidak merasa tidak kehilangan apapun.

Khususnya dua minggu terakhir ini.

1 Mimi = Bahasa Cirebon untuk Ibu atau Mama2 Miss Ring-ring, julukan untuk orang yang hobbi menelpon via hp

Namaku Izrail!______________________________________________________14

Page 15: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

3. Izrail Sang Malaikat

"Ya Allah", ujarku setengah tak percaya.

"Engkau...engkau...Izrail malaikat maut?", tanyaku setengah tak yakin.

Ia mengangguk dan tersenyum manis. Terlalu manis malah. Perasaanku mendadak

mengerut nyusut.

Baru kusadari, ia yang berdiri dihadapanku ini membangkitkan sensasi yang agak

aneh. Kulitnya sangat bersih. Bahkan bisa kubilang bersinar. Persis seperti

gambaran buku-buku atau pun film tentang orang-orang yang ahli ibadah. Halus,

nyaris tanpa otot dan bulu. Ya mirip kulit bayilah.Ya bulu, sama sekali tak ada bulu

dikulitnya. Di kejauhan mungkin akan nampak halus seperti...pualam.

Wajahnya ganteng, boleh dibilang nyaris cantik. Pipinya yang halus dihiasi rona

memerah. Mungkin kenyal-kenyal dikit kalau dipegang-pegang seperti bunyi iklan

sabun mandi “Dove”, pikirku. Aku yakin, ia bisa menjadi Casanova nomor wahid

kalau ia mau. Atau, kalau mau jadi iklan sabun mandi, mungkin cocok untuk sabun

mandi apapun. Dalam arti sabun mandi kecantikan atau kegantengan. Soalnya,

memang sampai saat ini, kalau saja ia tidak bersuara, sulit sekali membedakan jenis

kelamionnya, apakah ia laki-laki atau wanita.

Rambutnya teratur rapi tidak terlalu panjang, lurus lemas tergerai di atas pundak

yang lebar. Panjang sedang-sedang saja, tidak seperti orang yang habis bercukur

maupun tidak bercukur lama. Nampaknya ia tidak pernah ditumbuhi kumis atau

Namaku Izrail!______________________________________________________15

Page 16: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

jambang. Tak ada bekas apapun di sekitar pipi, dagu, dan mulutnya yang berbibir

tipis. Kedua alis matanya hitam dan rapih, nyaris bertemu diatas hidungnya yang

bangir dengan bentuk tulang yang lurus kalau dilihat dari depan. Dari samping tentu

akan terlihat bangir sempurna.

Sorot matanya lembut namun dingin, kerling dan kilatannya agak sedikit...menggoda.

Bibirnya seolah terus-menerus tersenyum simpul, setengah meledek melihat

kebingungan dan sekarang kekagetanku. Bibirnya, ya bibirnya...., sebenarnya lebih

mirip bibir joker musuh bebuyutannya tokoh komik Batman dan Robin. Walah...,

senyumnya..., memang mirip senyum salah satu bintang sabun mandi bintang film

yang terkenal.

Tidak ada yang aneh sebenarnya kalau saja orang tidak berada dalam jarak dekat

dengannya. Aku yang cuma beberapa puluh senti darinya bisa melihat lebih jelas

keganjilan sosok yang nampak jangkung dan tampan ini. Bau harum yang tak pernah

kucium dari bunga atau pewangi manapun semerbak di kamarku, terhirup hidungku,

menjadi bagian dari nafasku.

Bebauan itu...Kkok rasanya seperti paduan dari bau harum, manis, dan

membangkitkan sensasi. Kok ya, si Izrail ini pake wewangian darimana pikirku. Bisa

membuat aroma terapi seperti itu. Mungkin efek wewangian ini juga yang

menenangkan diriku. Entahlah, aku sendiri masing dipengaruhi kebengongan dan

kebingungan dalam wewangian aroma terapi yang menghambur dari bau

kehadirannya.

Aku masih membanding-bandingkan sosoknya dengan beberapa public figure yang

sering kulihat di bioskop dan televisi. Seingatku tidak ada peragawan ataupun

bintang film yang mirip dengan dia ini. Leonardo Di Caprio yang tampan imut-imut

pun tidak seperti dia, atau Pau Min Che yang aktor F4 pun jauh banget. Entah suku

apa si Izrail ini.

Dari melongo, kaget, bingung sekarang lagi-lagi ada yang merambat pelan-pelan

disekujur tubuhku. Bulu-bulu kudukku berdiri kembali secara serempak. Tapi,

sekarang dengan kesadaran yang meremang diantara keringatku yang mulai

Namaku Izrail!______________________________________________________16

Page 17: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

merembes dan terasa dingin disekujur tubuh dan tanganku. Aku kembali mendadak

disergap rasa takut amat sangat.

Namun itu tak berlangsung lama. Entah darimana datangnya, perasaanku yang

campur aduk itu menemukan titik keseimbangannya lagi manakala mencermati

sosok yang berdiri dihadapanku ini. Wah, memang efek wewangian ini yang

membuatku tenang pikirku.

Tubuhku sudah kembali ke posisi rebahan di pembaringan. Tanpa daya. Kuamati

lagi sosok Izrail yang ada di hadapanku. Tepatnya bukan dihadapanku. Tapi di ujung

ranjangku.

Ya, saat itu aku sebenarnya lagi terbaring lemes dipembaringanku. Bukan sakit atau

pun meriang. Cuma seperti kurang gairah. Waktu itu sudah menjelang tengah

malam. Jadi sebenarnya aku sudah bersiap-siap mau rebahan untuk tidur setelah

membolak-balik beberapa lembar surat dari Kitab Al Qur'an versi H.B. Jassin yang

diberi judul “Bacaan Mulia”3. Namun kedatangannya yang tiba-tiba membuyarkan

kantukku. Tidak ada yang bisa kukatakan saat itu. Pelan-pelan, karena kulihat ia juga

cuma berdiri disitu, aku mulai mencoba menenangkan diri kembali dan menatap

sosoknya dengan tolol.

Lalu kuberanikan diri mencoba membuka dialog lagi setelah beberapa detik kebisuan

melanda kami berdua. Dalam ketenangan yang bisu, Aku mulai menyadari

datangnya sesuatu yang sudah menjadi kepastian semua makhluk yang

hidup...Kematian.

"Sudah waktunyakah aku...", tanyaku pelan.

Sangat pelan sekali. Kupikir ia tak mendengar ucapanku.

"Ya, sudah saatnya menghadap Dia", katanya.

Beberapa jenak aku pun cuma bisa menatapnya lagi. Tanpa komentar dan rasa

apapun. Hambar....gitu. Lalu... entah bagaimana tiba-tiba saja aku nyeletuk tenang.

3 H.B. Jassin , “Bacaan Mulia”, Penerbit Halco Jaya

Namaku Izrail!______________________________________________________17

Page 18: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Lagi-lagi, kurasakan ketenanganku karena pengaruh aroma wewangiannya.

" Boleh aku meminta sesuatu sebelum engkau mengambilku...", harapku spontan.

Ia tidak kelihatan bimbang, malah sepertinya sudah tau kalau aku akan sedikit rewel.

Ia cuma mengangguk. Lalu, entah ide darimana, lidahku fasih bertanya.

"Ceritakan tentang kamu...".

4. Hikayat Izrail

Seperti bersyair, Izrail mengungkapkan kisah dirinya.

Begitu saja.

Ketika Dia Berkehendak melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya,

maka aku mengada seperti yang lainnya dari jenisku.

Tercipta begitu saja dari Nur Muhammad dan al-Haba,

berkas-berkas debu dan cahaya yang memanifestasikan perintah penciptaan semua

makhluk - Kun Fa Yakuun.

Aku adalah satu diantara yang tak terhitung,

yang Dia ciptakan untuk menjaga kelangsungan Kun FaYakuun,

sebagai suatu proses.

Aku adalah bagian dari Niat, Hasrat, Keinginan, Kehendak dan Kemahakuasaan-Nya

untuk dikenal.

Aku adalah bagian dari Perbendaharaan Tersembunyi MilikNya,

yang menjadi misteri bagi semua makhluk yang dihidupkan dan

dimatikan oleh-Nya jua.

Ada milyaran proses yang menyertai Kemahakuasaan dan Kemahabesaran yang

dinyatakan-Nya. Sejumlah itulah kami ada.

Namaku Izrail!______________________________________________________18

Page 19: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Baik yang nyata maupun yang kasat mata.

Baik yang terasa maupun tidak terasa.

Baik di dalam maupun di tapal batas semesta.

Masing-masing dari kami, mempunyai tugas-tugas yang spesifik.

Aku adalah salah satunya yang bertugas dengan kepatuhan HambaNya setiap saat,

bersiap sedia bilamana semua makhluk sudah tiba untuk dipanggilNya untuk

kembali, baik dengan RahmatNya maupun MurkaNya.

Karena aku dari jenis makhluk yang mengikuti kepatuhan-Nya,

maka aku sebenarnya tidak pernah terikat oleh ruang dan waktu, maupun

kesementaraan. Meski begitu, aku selalu mengikuti arus Sang Waktu,

seperti layaknya mahluk lain yang berada dalam kisaran tersebut.

Jadi pendeknya aku tak pernah mati, sebelum yang lainnya kumatikan atas

kehendak-Nya. Atau makhluk semacam itulah;

Aku dapat bertasbih tanpa kenal lelah, tak kenal waktu

ataupun pengertian-pengertian relativistik seperti yang dinyatakan ada pada

kaummu,

yang ditakdirkan dari Kehendak-Nya dengan Kemahabijaksanaan-Nya

sebagai Bani Adam, si Pengemban Amanat Penciptaan.

Tugasku, ya seperti yang kamu rasakan ini,

mengembalikan serpihan-serpihan cahaya kembali ke asalnya,

ke awal mula penyaksian-Nya,

ketika washilah kalian bersaksi “Benar (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi!”4.

Aku, biasanya cuma sekedar menerima catatan dari Lauh Mahfuzh,

siapa-siapa yang harus kujemput saat itu.

Hanya saja, karena aku tak pernah dipengaruhi gerak-gerik Sang Waktu,

aku bisa berada dimana saja, kapan saja, 4 QS 7:172 “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Benar (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"

Namaku Izrail!______________________________________________________19

Page 20: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

tapi bukan Coca Cola lho.

O.. ya, ngomong-nomong soal Nur Muhammad & Al-Haba, cahaya awal mula dan

debu semesta pertama, memang Aku terbuat dari serpihan-serpihan cahaya & debu,

yang menjaga proses Kun Fayakuun.

Sebenarnya, aku dan yang lainnya ada karena Dia mempunyai Kehendak dan

Keinginan Yang Tak Terbantahkan;

Dia ada karena Kemestian dan Kemutlakan Diri-Nya, Kemandirian-Nya,

Kewenangan dan Perintah-Nya,

sehingga bagi selain-Nya, Dia adalah Perbendaharaan Tersembunyi,

dan bagi manusia yang mengemban amanatNya,

maka Perbendaharaan Tersembunyi itu adalah Harta TerpendamNya

yang berada di kedalaman Jiwa yang menjadi washilah penyaksian ke-Esa-an-Nya.

Sedangkan Aku adalah bagian dari washilah yang menjadi Harta Terpendam-Nya di

kedalaman Samudera Jiwa Para Penyaksi,

seperti halnya malaikat yang lain pun ada di dalamnya,

bahkan Azazil Sang Iblis pun bagian dari Harta TerpendamNya

yang menyusup di kedalaman Jiwa Penyaksi sejak manusia pertama

yang disebut Adam dan Hawa dihadirkanNya

dengan sekali perintah yang dinyatakanNya

dengan Kun FaKuun, Bismillahir al-Rahmaan al-Rahiim.

Aku ada, makhluk lainnya juga ada sebagai kemestian dari Keberadaan-Nya. Jadi,

jangan terbalik, makhluk ada karena Dia Maha Ada,

dan keberadaan makhluk semata-mata karena limpahan rahmat dan kasih sayang-

Nya saja, tak lebih dari itu.

Hingga ketika Dia mendeklarasikan Kemandirian-Nya dan Keberadaan-Nya yang

Absolut maka Dia berkata:

“Aku adalah Perbendaharaan Tersembunyi,

Namaku Izrail!______________________________________________________20

Page 21: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Aku ingin dikenal,

Aku ciptakan makhluk,

maka dengan-Ku makhluk akan mengenal-Ku,

dengan Rahmat dan Kasih Sayang-Ku,

Makhluk akan sampai pada-Ku”.

Dia ucapkan kalimat yang mewakili Kemahagungan dan KemahaindahanNya -

Bismillahir al-Rahmaan al-Rahiim, kalimat itu adlaah kunci dari Perbendaharaan

Tersembunyi Diri-Nya. Siapapun yang menerima kunci itu maka ia akan mampu

melimpahkan Rahmat bagi semua makhluk ciptaan-Nya.

Semua itu dasarnya adalah Cinta yang tak akan dapat dinilai oleh apapun jua kecuali

dari ketulusan hati hambaNya yang sholeh, yang menjadi Pecinta dan Yang Dicinta.

Dan CintaNya pada semua makhluk tak akan terbalaskan kecuali oleh Rahmat dan

Hidayah-Nya sendiri. Si Hamba yang menjadi rahasia CintaNya, adalah maujud dari

Cinta-Nya pada semua makhluk karena si hamba tersebut menebarkan cinta juga

kepada hamba-hamba lainnya tanpoa pamrih. Dan rahasia ktulusan sperti itu akan

diturunkanNya pada semua hambaNya,yang Dia inginkan untuk menyatakan

CintaNya itu. Maka, ia si hamba menjadi Rahmat bagi semua alam dimana

didalamnya terdapat bentuk-bentuk kehidupan.

Dalam pemeliharaan Asma-asma Utama-Nya, semua kenyataan hidup ditopang oleh

Nama-namaNya Yang Terbaik - Allah, Ar-Rahmaan dan ar-Rahiim, dengan

lingkupan Diri-Nya Yang Maha Hidup & Maha Mematikan.

Firman yang dinyatakan dari Kehendak dan Kekuasaan-Nya itu mengalir dan

menjadi dengan Pengetahuan Tentang DiriNya, Allah, Rabbul ‘Aalamin, Yang Maha

Esa, Yang Sempurna, Maha Mengetahui, Suci dan Maha Tinggi.

Ketika “Kun FaYakuun” dikatakan menjadi Firman-Nya, ia muncul dengan rahmat

dari Cahaya Kemegahan-Nya sebagai Nur Muhammad, hakikat dari citra cinta awal

mula yang cahayanya sempurna; Nur Muhammad adalah penyaksi ke-Esa-an Diri-

Namaku Izrail!______________________________________________________21

Page 22: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Nya, Yang Maha Esa. Kemudian aku pun menyadari bahwa melalui Nur Muhammad

itu aku pun akan benar-benar mengenal Penciptaku.

Dalam pusaran wawu,

Hasrat dan Keinginan Diri-Nya berputar melawan detak Sang Waktu

Tersembunyi di balik tabir Keseimbangan MutlakNya yang Maha Diam dan Maha

Berubah. Aku sebagai Izrail berada dalam pusaran itu.

Didalam rahasia Pusaran Wawu aku disisipkan-Nya untuk membalik kenyataan dan

harapan, lantas disembunyikan esensi ku dalam pusaran Thaa.

Disana, didalam pusaran huruf Thaa lahir huruf yang muncul dari semua Kehendak-

Nya untuk dikenal menjadi hamparan Maghfirah-Nya;

Maghfirah adalah permadani ampunan dan tobat yang digelar guna meluaskan

semesta kesadaran-ruang-waktu yang tak bertepi.

Dan beruntunglah semau makhluk, samudera kehidupan DiciptakanNya dengan

Rahmat dan AmpunanNya sebelum Aku dihadirkan dihadapan semua yang hendak

kurenggut masanya.

Mim meluas mengikuti pusaran Thaa sebagai lapisan tipis yang terhampar diatas,

didalam, dan dibawah Maghfirah. Ia, Mim yang menghidupkan kehidupan, memberi

kuasa kesejukan, kuasda untuk bertaubat, ampunan, harapan, dan memantulkan. Ia

menjani benang yang menjulur dan direkatkan oleh cahaya di atas cahaya yang

wujud dari Cinta DiriNya untuk dikenal. Diatas rajutan dan lem perekat itu, pantulan-

pantulan cahaya berkilau muncul dan lenyap secara terus menerus, sampai Dia

kelak nyatakan segala sesuatunya harus kembali padaNya. Dan itu berarti semua

permadani kehidupan digulung kembali, dan kiamat global telah tiba masanya.

Dari kejernihan, kelembutan yang dihamparkanNya didalam Mim yang maujud

menjadi Maghfirah, gerak semua hasratNya dinyatakan sebagai pembuka Rahmat.

Dialah yang langsung menggerakkan realitas maujud sebagai Muthaa – si

Penggerak Pertama.

Namaku Izrail!______________________________________________________22

Page 23: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Dari DiriNya sebagai Penggerak Pertama, kesempurnaan yang tampil dinyatakan

sebagai sesuatu yang dihidupkan dan dimatikanNya. Al-Fatihah kemudian

dilantunkan dari dawai pengetahuan Malaikat Jibril menjadi firman Pembuka rahmat

dan kasih sayang. Didalamnya ada pintu tersembunyi yang sejatinya tersembunyi

didalam diri setiap makhluk yang diciptakan untuk sampai pada rahasia DiriNya yang

nyata maupun yang ghaib. Dan pintu itu membutuhkan kunci untuk membukanya,

sedangkan untuk menemukan kunci itu, semua yang ingin selamat harus menjejaki

kehidupan Muhammad yang lurus, dengan ikhlas, seikhlas-ikhlasnya.

Cahaya KemegahanNya adalah Nur Muhammad, adalah Cahaya-Nya yang tidak

tercitrakan di alam nyata namun daya hidup semua makhluk dinyatakan dari Nur

Muhammad itu. Karena itu, Nur Muhammad bagaikan baju terbaik yang pertama Dia

ciptakan, dengan jubah KebesaranNya, yang disedekahkanNya bagi semua

hambaNya yang ikhlas agar si hamba menjadi yang terbaik dalam menjalani

kehidupan, dan dengan kebaikan Ilahiyah itu ia dimampukan untuk mencitrakan

Kemahaindahan dan KemahaagunganNya.

Ketika Nur Muhammad itu dinyatakanNya sebagai tanda kehadiran diriNya di dalam

kehidupan, maka ia adalah baju terbaik yang terakhir dikenakan kepada makhluk

pilihanNya untuk menjadi washilah-Nya, sebagai guru manusia yang menjadi pusat

ampunan dan taubat, rahmat bagi semua manusia yang mau mengikuti akhlak dan

perilakunya.

Muhammad yang manusia adalah Insan Kamil, Manusia Paripurna, ia adalah

panutan dan tuntunan, realitas dari kehadiran asma, sifat dan PerbuatanNya yang

terbaik yang direspon manusia dengan Ketundukkan dan Berserah Diri atau Islam

sebagai perjanjian primordial para Nabi dan Rasul agar dinyatakan dalam tatanan

kehidupan sehari-hari.

Karena itu, ia sebagai Muhammad adalah ia yang menjadi Cahaya Kehidupan

semua makhluk yang hidup. Didalam dirinya sebagai makhluk maka Nur Muhammad

sebagai Muhammad yang makhluk, yang kawin mawin beranak pinak, yang masih

makan nasi kebuli dan gulai kambing adalah Rasulullah, ia adalah pengemban

amanat pertama, sekaligus yang paling akhir dihadirkan dalam sejarah manusia.

Namaku Izrail!______________________________________________________23

Page 24: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Sesudah dirinya, tak ada lagi Nabi dan Rasul karena masanya telah usai. Hanya

yang sombong dan tamak yang gagal menapaki martabat kehambaan, keikhlasan

dan ketulusan saja yang kelak akan mengaku-aku menjadi Nabi maupun Rasul. Dan

bila ini muncul maka tidak salah lagi, mereka tak lain para penipu dan yang tertipu

daya karena ilusi kesucian dirinya yang dibarengi dengan ketamakan dna kerakusan

untuk berkuasa di dunia. Maka, hati-hatilah jangan kamu terkecoh dengan pernak

pernik kenabian dan kerasulan yang sudah usai masanya, itu bukan lagi jatah bagi

masa depan karena telah ditranformasikan oleh Muhammad Rasulullah sebagai Nabi

dan Rasul Terakhir menjadi Pengetahuan Tauhid, Jalan Yang luas, Shirathaal

Mustaqiim.

Muhammad yang Ummi sebagai Muhammdurrasulullah adalah akhlaknya yang akan

selalu hadir dalam kehidupan manusia sepanjang sejarahnya sebagai Insaana Fii

Ahsaani Taqwiim, yang mampu membaca dari keummian, yang menyucikan jiwa dari

ketercelaan dan kelalaian dengan kehambaan dan keikhlasan bukan dengan

kesombongan dan kebergantungan pada selain Allah (tidak mandiri).

Karena semua itulah kenapa Nur Muhammad dapat dikatakan sebagai esensi dari

Niat Awal mulaNya untuk dikenal oleh semua makhluk ciptaanNya.

Ia hanya menjadi sekedar realitas dari segala sesuatu yang hidup,

bagi mereka yang memiliki ketaatan, ketundukan, keberserah dirian

sebagai hamba-Nya yang sadar dan selaras dengan

menyelaraskan hati, akal pikiran dan perbuatannya,

bashirah dari Kemahalembutan-Nya,

dengan qolbu penyaksi yang Mukminin,

dan mereka yang menempatkan dirinya

sebagai bagian dari-Nya sebagai al-Mukmin.

Ketika Nur Muhammad menyinari zarah tanpa massa,

yang kelak ditakdirkan menjadi al-Haba,

maka dalam kuatnya pusaran wawu,

dinyatakanNya Thaaha sebagai Asma-asma-Nya

yang dinyatakan-Nya menjadi ketetapan.

Namaku Izrail!______________________________________________________24

Page 25: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Dan disanalah, Aku Izrail, adalah bagian dari ketetapanNya, selalu menatap dengan

waspada pada setiap makhluk yang hidup, untuk menunaikan perintah dan tugas

mulia mengembalikan jiwa-jiwa kembali kepada asal mulanya yaitu Nur Muhammad.

Dalam masa-masa primordial, disebutkan-Nya sebuah huruf menjadi firman yakni :

Shaad, menjadi semua ketentuan primordial yang terasakan menjadi

fenomena-fenomena kehidupan, citra-citra gerak dan rasa perubahan inderawi,

imajinal, dan kehidupan. Akupun menelisip disana juga, karena itu esensi semua

ketentuan sebenarnya adalah ketentuan untuk dijalani dengan sadar bahwa semua

akan dikembalikan, dimatikan, dan dipertanggungjawabkan melalui diriku sebagai

Izrail, elmaul, Sang Pencabut Nyawa.

Di Awal penciptaan, Cahaya-Nya yang semburat meluaskan fondasi semesta.

Diatas cahayanya sebagai Nur Muhammad,

Cahaya DiriNya adalah kebeningan yang menjadi lem perekat realitas dengan

CintaNya. Lantas dikatakanNya : Thaasin

Disinipun aku juga menjadi bagian semua yang diciptakanNya. Kenapa begitu?

Karena dibalik firman singkat itu roda kehidupan mulai diputar,

setiap putaran yang benar maka kehidupan yang benar akan berjalan,

setiap putaran yang salah, maka Aku kemungkinan akan tampil sebagai kenyataan

yang dipaksakan karena sebab dan akibat perbuatan yang dinyatakan dari

kelalaian yang melampaui keseimbangan dan timbangan al-Mizan.

Semua itu tetap menjadi ketentuan yang masih berada dalam koridor sunnatullah-

Nya. Jadi, aku , Izrail pun, sebenarnya bagian dari sunnatulah yang berjalan dan

ditetapi oleh semua makhluk. Maka, makhluk yang tak sadar mungkin lalai kalau aku

sebenarnya mengiringi semua langkahnya. Aku bukan mengancam, tapi aku

mengiringi setiap kelalaian yang fatal, kelalaian yang melampaui batas, kelalaian

yang akan mencelakakan.

Dari Thaasin juga Kehendak dan Kekuasaan-Nya maujud,

dalam diri yang menghamba hanya pada-Nya dengan ikhlas-Nya.

Namaku Izrail!______________________________________________________25

Page 26: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Jikalau Thaasin itu dinyatakan dengan kesadaran akan Kelahiran dan Penciptaan,

maka beruntunglah semua makhluk yang berpikir dan berperasaan

sebagai manusia yang utuh

karena dari kepahaman yang utuh, yang integralistis dan holistis itu,

akan tercipta perasan sari kehidupan bagai minyak penuh rahmat,

minyak itulah yang sering disebut minyak zaitun yang diberkahi,

yang kilau kemilaunya mampu menerangi, kendati tanpa disentuh api5;

Kilau kemilau cahaya minyak zaitun adalah

Simetri Kegaiban Mutlak-Nya yang pecah mandiri

dengan rupa dan bentuk,

rasa dan gerak huruf WaWu, Thaa, Thaaha, Thaasin,

melahirkan Cinta-Nya dengan Niat dan Hasrat-Nya semata

yang menghamparkan MaghfirahNya bagi semua ciptaan.

Setelah semua itu,

sebuah suara kemudian menggema dalam ruang waktu ciptaan

Yang dikatakanNya sebagai Lembah Thuwaa, tempat dimana Musa menerima

sepuluh perintah DariNya sebagai gema (Echo) dari

Suara Jiwa Yang Satu yang menjadi rahasia bashirah ke-Esa-an DiriNya

Yang Maha Esa.

Ketika Kegaiban Mutlak-Nya terbuka bagai cadar perawan belia,

Rahmat dan Kasih Sayang-Nya melimpah tumpah, cinta dan citaNya tumpah ruah ke

semua arah, menghampar meluas di semua sudut ruang dan waktu yang

Menjadi hambaNya. Tak ada tuan selain DiriNya Yang Maha Esa, selain dirinya

adlaah hambaNya semata.

Lantas, ketika kesadaran Jiwa Semesta mulai mekar tumbuh,

5 QS 24:35 Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Namaku Izrail!______________________________________________________26

Page 27: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

mengembang, menguncup, mengembang, dan tumbuh lagi

dalam Diri-Nya yang Maha Hidup dan Maha Mematikan,

al-Iradah-Nya goncangkan kegaiban

al-Qudrah-Nya menjalar menjadi denyut hasrat

yang maujud dari niatNya untuk dikenal.

Gemulainya menari dan menjulur

mencapai batas-batas semua ketetapan

al-Haba hadir sebagai debu awal mula dalam

semburat cahaya Nur Muhammad yang meneranginya.

Dengan ledakan-ledakan yang hanya bisa kau ketahui dari sisa-sisanya saja, maka

Diserukannya perintah penciptaan :

“Jadilah! (kun)”, maka lelehan minyak zaitun itu seperti minyak tak tembus cahaya,

lantas kehendak-Nya terkonfirmasikan menjadi PertolonganNya,

rahasia dari huruf Wawu, darinya muncul kekuasaanNya sebagai Pencipta,

Pemelihara dan Pendidik semua makhlukNya, dan Dialah Allah, Rabbul ‘Aalamin.

Bentuk-bentuk makhluk DinyatakanNya dari semua

Hasrat Cinta DiriNya berupa plasma awal mula

yang meleleh dan meledak-ledak dengan sendirinya,

ciptakan gelombang Dentuman Awal Mula (Big-Bang),

yang lontarkan al-Haba jadi debu-debu materi pemula,

potensi-potensiNya lahir dari cahaya fisikal,

energi dan materi kemudian diikatkan menjadi Jibril dan oleh Jibril meluas ruang

awal-mula dalam ketakberhinggaan Sang Waktu yang mengada

menjadi fondasi alam nyata;

darinya muncul salah satu kaumku yang mampu menjangkau setiap

sudut-sudut semesta; membangun superspace6 awal mula;

Dari Nur Muhammad,

maujud salah satu kaumku mengikat dan merajut

semua maujud al-Haba menjadi semua makhluk,

6 Superspace, struktur ruang-waktu alam semesta

Namaku Izrail!______________________________________________________27

Page 28: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

baik sendiri-sendiri sebagai gelembung-gelembung kuantum,

maupun sintesa dari banyak zarah menjadi citarasa-citarasa7,

yang hanya bisa diraba dan dirasa dengan tiga warna

sebagai bahan baku dari bentuk-bentuk yang terbaik

yang kelak bisa dikenal manusia dengan merajutnya dari cahaya

Merah, Hijau dan Biru

menjadi

inti-inti dan atom-atom awal mula

yang melahirkan nafas rahmat-Nya dengan Pengetahuan-Nya dan

kehambaan makhluk-Nya,

kilatan Kekuasaan-Nya menerangi dengan firman-Nya

Alif-Laam-Raa (QS 2:1)

membangun ikatan-ikatan Rahmataan Lil ‘Aalamin

menjadi

molekul-molekul,

gen-gen,

sel-sel,

jaringan-jaringan,

organ-organ,

obyek-obyek,

menjadi

semesta kehidupan dengan galaksi-galaksi,

bintang-bintang,

planet-planet,

batuan-batuan,

gunung-gunung,

mata air,

samudera, lautan, danau, dan sungai,

tumbuhan, binatang, manusia,

dan menjadi bagian demi bagian dirimu

yang lahir dan yang batin adalah Arasy Kerahasiaan Perintah Penciptaan

dengan Kun FaYakuun dan Basmalah,

7 Quark, dikenal sebagai materi elementer terkecil dalam fisika teoritis yang hanya dapat dimengerti dengan citarasa-citarasa keatas, kebawah, menyenangkan, dan ungkapan metafisi lainnya.

Namaku Izrail!______________________________________________________28

Page 29: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Kemahakuasaan dan Kemahabesaran,

Kemahaagungan dan Kemahaindahan-Nya yang tak boleh kamu ucapkan

tanpa seidzin-Nya.

Dengan Rahmat yang dinyatakanNya sebagai nama teragungNya sebagai al-

Rahmaan, maka alam semesta dan semua isinya ada dalam Nama DiriNya sebagai

al-Rahiim.

Karena itu, semua realitas yang dinyatakannya sebagai Manusia Adam yang

dikatakanNya sebagai Adam Awlia, Insaan Fii Ahsaani Taqwiim, adalah anak-anak

kandung yang fitri yang dilahirkan dari al-RahiimNya,

anak-anak alam semesta yang dilahirkan dari ke-ummi-an makhluk untuk menjadi

pewaris dari Washilah Penyaksi ke-Esa-anNya.

Mereka adalah Nur Muhammad dalam setiap esensi,

Muhammad dalam setiap maujud yang lahir,

yang bisa menjadi semua manusia

yang selalu sadar akan kehambaannya di hadapan Allah

dengan menghadapkan wajahnya secara total untuk Berserah Diri

dalam suatu lingkupan yang dirahmatiNya dengan sebutan Mukminun (orang yang

beriman) menjadi al-Mukmin (orang yang mukminun yang patuh dengan semua

ketentuanNya dan menjauhi laranganNya).

Apakah mereka (semua makhluk termasuk manusia) mengakuinya atau tidak bahwa

dirinya adalah bagian dari aktualitas “Laa ilaaha illaa Allah, Muhammadurrasulullah”

yang menjadi fondasi denyut Kehidupan,

dihadapan Sang Pencipta semua realitas ciptaan akan diam tak mampu bicara,

karena hanya Dia sebagai al-Haqq melalui UtusanNya sebagai Penyeru Yang Dekat

sajalah (al-Munad, QS 50:41) yang akan berbicara dalam Dialog dan Interogasi

Akbar di Padang Masyar, Padang dimana semua Realitas PengetahuanNya

dinyatakan tanpa manusia berkutik lagi kalau itulah fakta dan bukti dari

Dia, Yang Maha Esa, bukti nyata (al-Bayyinah, QS 98) dari Dia yang NamaNya

harus dinyatakan dengan kesucian sebagai Nama Yang Maha Tinggi

yang memusnahkan semua asma-asmaNya, semua maujud makhluk ciptaanNya.

Namaku Izrail!______________________________________________________29

Page 30: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Dia yang NamaNya sebagai ikrar yang mengikat realitas kehidupan

yang dinyatakan dengan dua belas huruf dari cahaya “Laa ilaaha illaa Allah”(165).

Dari duabelas huruf, aktualitas namaNya sebagai Allah dikenali dari Cahaya Yang

Dipegang al-Munad sebagai Jiwa Fitri yang mengalir bebas dari esensi Nur

Muhammad, sumber yang berseru, mewawancarai, menulis dan berbicara untuk

mengaktualitaskan nama-nama semua makhluk, mulai dari Ism AgungNya, Asma Ul

Husna, nama-nama Malaikat , Nabi, Rasul, kaum arifin dan semua nama manusia

maupun semua bentuk bahasa serta istilahnya. Dia sebagai al-Munad adalah

Rasuulun Kariim, pengajar dan yang juga diajari, pelajar yang juga mengajar, murid

yang juga murad, yang diikuti dan dipatuhi untuk menjadi Pewaris PilihanNya.

Kaum mu, tercipta dari proses setelah milyaran tahun Kun FaYakuun

berjalan dalam ketentuan azali sebagai yang terukur,

dengan syarat keseimbangan yang menjadi citra Kemahabijaksanaan Diri-Nya yang

tanpa cacat, sampai kaummu mampu mengenali-Nya

dari niat dan hasrat-Nya untuk dikenal

dengan rasa, gerak, simbol-simbol, bentuk-bentuk, bilangan-bilangan,

huruf-huruf, dan kata-kata bermakna.

Dari setiap sudut yang tercitrakan olehmu,

bagian-bagian awal mula dirimu yang berserakan di muka Bumi

kukumpulkan dengan sayap-sayapku.

Itulah tanah lempung dari seluruh penjuru bumi,

yang pernah kuambil dulu.

Lantas,

Dia tiupkan Ruh dari cahaya-Nya dengan perintah-Nya.

Dia berfirman ketika itu,

Alif Laam Mim Ra (Qs 13:1)

Cahayamu.

Namaku Izrail!______________________________________________________30

Page 31: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Dia ciptakan dengan penuh rahmat, kasih sayang dan kemuliaan-Nya

Dengan menganugerahkan Pengetahuan-Nya.

Maka “Jadilah!”,

kaummu yang mengemban semua amanat kesempurnaan citra-Nya;

Amanat yang tak sanggup diemban kaumku,

amanat yang tak sanggup diemban oleh semua makhluk kecuali kaummu.

Adam yang diciptakan sebagai manusia sempurna pertama,

adalah moyangmu, Manusia Parnipura, Purnawarman,

yang memahami asmaa-a-kullahaa,

yang menjadi khalifah pertama mengemban amanat itu.

Dia lah yang dinamakan Awlia Pertama Adam Awlia

dengan sebutan khusus sebagai Insaana fii Ahsaani Taqwiim.(QS 95:4).

Kamu mungkin heran,

kalau aku sendiri sebenarnya mahluk yang sangat tak kasat mata.

Serpihan al-Haba dan Nur Muhammad adalah bahan bakuku,

yang terhalus ciptakan diriku.

Disaat tertentu, kaumku jadi sangat nyata dan

bisa berbentuk apa saja.

Persis seperti cahaya yang memantul atau

bayang-bayang yang timbul dari setiap makhluk dibawah cahaya.

Karena aku dekat dengan esensi dirimu,

maka penampakkanku sebenarnya sangat tergantung

pada apapun yang menggerakkan tindakanmu,

motivasimu, dan niat-niatmu.

Bagi kaum sejenis ku, bentuk tak berarti apa-apa.

Selama milyaran tahun, Dia telah menetapkan masing-masing dari kami

dengan urusan-urusan yang spesifik.

Dia telah berfirman,

Thaahaa (QS 20:1)

Namaku Izrail!______________________________________________________31

Page 32: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Sebagai ketetapan untuk mengungkapkan maghfirah-Nya dengan Pengetahuan-

Nya.

Semua itu, dinyatakan-Nya untuk menyingkapkan segala sesuatu

dari Asma-asma-Nya, Sifat-sifat-Nya, Perbuatan-Nya, Inti Dzat-Nya

yang menjadi ketentuan-Nya, yang kelak engkau kenal sebagai berbagai simbol

yang dapat kamu tafsirkan sesuai dengan kecondonganmu pada Diri-Nya.

Ketahuilah, Kami adalah kaum spesialis, dengan perintah-perintah-Nya, yang tak

bisa kami bantah.

Kami menyertai setiap gerak-gerik segala makhluk selain kaum kami. Karena tugas

kami memang begitu.

Kami awasi segala perilaku dan tindak tanduk kaummu, kesesatanmu, kemuliaanmu.

Kami bukan memata-matai, tetapi sekedar mencatat atau tugas-tugas khusus

lainnya.

Semuanya kami catat sesuai dengan yang kami ketahui. Tapi lebih tepatnya menjadi

saksi atas proses kesempurnaanmu, dengan rahmat, anugerah, kasih sayang,

hikmah, kemahaadilan dan kemahabijaksaan-Nya. Dia telah berfirman dengan

kelembutan sebelum semuanya ditampilkan dengan Basmalah,

Kaf ha ya Ain Shaad (Qs 19:1)

Kelembutan itu adalah “yatalaththaf” (Qs 18:19) yang memunculkan Rahmat dan

Kasih Sayangnya ketika Kun fa Yakuun (Qs 36:82) dicetuskan sebagai perintah

penciptaan dengan ketentuan yang pasti terjadi (QS 69:1).

Ketika kalimat Bismillahir al-Rahmaan al-Rahiim dinyatakan-Nya, ketahuilah didalam

kalimat penciptaan itulah semua rahasia “Pengetahuan Tentang Dirimu dan

Penciptamu” tersimpan bagai Perbendaharaan Tersembunyi. Maka ketahuilah,

“siapa yang mengenal dirinya, akan mengenal Penciptanya”.

Namaku Izrail!______________________________________________________32

Page 33: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Tugas yang kuemban entah sampai kapan, Aku sendiri tidak pernah diberi tahu

sampai kapan semua harus dimusnahkan. Seperti aku misalnya. Tugasku sangat

spesifik untuk mengembalikan ruh segala mahluk kembali kepada-Nya. Setelah itu,

ya sudah, petugas yang lain dari jenisku akan meneruskan proses itu. Begitu saja

setiap saat dari waktu ke waktu. Monoton memang. Tapi entah kenapa aku senang-

senang saja menjalankan titah-Nya itu. Bagiku menjalankan perintah-Nya bukan

sekedar tugas atau perintah. Tapi menggairahkan unsur-unsur pembentukanku.

Tugasku adalah jalan makrifatullah bagiku, begitulah setiap makhluk sesungguhnya

telah diberi potensi dariNya sebagai anugerahNya, untuk mematuhiNya, menjadi

hambaNya.

Entah sudah berapa banyak aku mengembalikan ruh setiap makhluk di semesta ini.

Dari kaum apa saja, dari ras apa saja. Yang baik-baik ataupun yang durhaka. Yang

sedang sekarat ataupun yang sehat-sehat saja. Pokoknya, yang berdiam disetiap

sudut semesta, yang mengikuti proses sejak Kun Fa yakuun difirmankan.

Aku sendiri, tentu saja menjadi bagian dari proses itu. Tapi karena kuasa-Nya, tugas

kami memang cuma menjaga agar proses itu berjalan seperti yang Ia Kehendaki.

Kehendak-Nya adalah Kemutlakkan-Nya. Maka kaum kami seringkali merupakan

bagian dari apa yang disebut sunnatullah. Aturan dan ketetapan-ketetapan yang

menyertai kun fa yakuun dan kalimat Basmalah, baik yang pasti atau tidak pasti.

Kenapa Aku?

Kenapa aku yang ditugasi begitu?

Ini ada sejarahnya.

Kan tadi sudah kukatakan, bahwa aku dulu pernah mengambil debu dari bumi.

Ketika Dia hendak menciptakan Adam, moyangmu itu, Dia mengutus satu malaikat

yang sebenarnya tugasnya memikul 'Arsy untuk membawa debu dari bumi.

Ketika dia ngotot ingin mengambil debu dari bumi, Bumi berkata "Aku memintamu

demi Zat Yang telah mengutus agar engkau tidak mengambil apa pun dariku

Namaku Izrail!______________________________________________________33

Page 34: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

sekarang yang neraka pun memiliki bagian darinya". Malaikat pemikul Arsy terkejut,

maka dia pun batal mengambil debu bumi.

Ketika ia melaporkan kepada-Nya, Dia berfirman "Apa yang mencegahmu untuk

membawa apa yang telah Aku perintahkan padamu?".

Dengan gemetar dia menjawab, "Bumi telah meminta kepadaku demi keagungan-

Mu, sehingga aku merasa berat untuk menolak sesuatu yang meminta demi

Keagungan-Mu". Maka Allah kemudian mengutus malaikat lainnya kepada Bumi,

tetapi Bumi mengatakan alasan yang persis sama seperti sebelumnya.

Demikian sampai entah berapa milyar tahun dalam ukuranmu sampai Allah

mengutus semuanya.

Akhirnya Allah mengutusku untuk mengambil debu. Bumi pun mengatakan seperti

sebelumnya. Tapi, sudah menjadi kehendak-Nya kalau segala sesuatu yang

berhubungan dengan debu dan tanah liat akan ditugaskan kepadaku.

Aku berkata kepada Bumi,"Sesungguhnya Dia yang mengutusku lebih berhak untuk

ditaati daripada kamu".

Bumipun bungkam seribu bahasa dan pasrah atas kehendak-Nya. Akupun

mengambil dari permukaan Bumi seluruh tanah yang baik dan buruk, semua unsur

yang ada di Bumi yang mengandung Carbon, Hidrogen dan Oksigen, dan

membawanya kepada-Nya. Lalu Dia mengucurkan air kehidupan dari surga dimana

kilau kemilau Nur Muhammad nampak memantul dan memendarkan citra warna

aneka rupa. Dengan kalimat Basmalah, dituangkanNya Air Kehidupan kekumpulan

debu bumi itu sehingga menjadi lumpur hitam yang diberi bentuk yaitu minthiin (Qs

23:12), dan darinya Ia menciptakan Manusia Adam sebagai artikulator pertama bagi

kaumnya untuk mengenal DiriNya sebagai Yang Patut Disembah, DiriNya sebagai

Rabbul Aalamiin." 8 Itulah sebabnya kenapa aku ditugaskan untuk mengambil ruh

manusia dan mengembalikannya ke Yang Berhak Menentukan Nasib.

8 Diriwayatkan oleh Said bin Manshur, Ibnul Munzir, dan Ibn Abi Hatim dari Abu Hurairah, ref 10, hal 50-51

Namaku Izrail!______________________________________________________34

Page 35: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Aku tak mengenal belas kasihan. Dulu, aku pernah berbelas kasih kepada manusia

yang hendak kucabut nyawanya. Namun, kehendak Allah mengandung rahasia-

rahasia yang tersembunyi, sehingga akupun malu melakukan penentangan

Kehendak-Nya.

Suatu hari, aku diperintahkan mencabut nyawa seorang perempuan di padang pasir

yang panas. Ketika kudatangi, dia baru saja melahirkan anak laki-laki. Aku menaruh

belas kasihan kepada perempuan itu karena keterpencilannya, dan juga kasihan

terhadap anak laki-laki perempuan itu karena masih bayi namun tidak terawat di

tengah padang pasir yang buas. Namun fatal akibatnya, karena anak kecil dimana

aku menaruh belas kasih itu ternyata adalah penguasa lalim dan tiran yang tak ada

duanya di Bumi. Dari situ, aku memahami bahwa “Mahasuci Dia yang

memperlihatkan kebaikan kepada yang dikehendaki-Nya!”. Ketika aku berbelas

kasihan, maka aku tidak mencabut nyawa bayi itu, tapi aku kemudian menyesalinya

karena apa yang kuanggap kebaikan ternyata benih kejahatan yang kubiarkan

tumbuh karena aku salah menafsirkan kehendak Tuhan.

Izrail terdiam sejenak. Agaknya ia masih mengenang apa yang dilakukannya dulu.

Kemudian ia melanjutkan.

Jangan tanya siapakah ibu bapakku, seperti layaknya makhluk lainnya yang beribu

bapak. Katakan saja, aku manifestasi Kehendak Yang Kuasa. Manifestasi al-Qudrah

setelah Ia memfirmankan “Kun!”. Seperti saya bilang tadi, kaum sejenisku tercipta

begitu saja karena Ia Berkehendak.

Kalau kamu bertanya berapakah banyak tugas yang telah kulakukan? Aku sendiri

tidak tahu. Benar-benar tidak tahu. Karena pengetahuan tentang itu tidak kami miliki.

Ada yang lain dari jenisku yang melakukan hitung menghitung. Itu bukan tugasku.

Aku memang mahluk yang sangat spesifik. Sebenarnya kalau soal spesialisasi

begini, kami tidak ada apa-apanya dibanding kalian manusia. Soalnya, hanya kaum

kalianlah yang diberi kehendak bebas untuk berpikir, memilah dan memilih dengan

bertanggung jawab. Kaum kami tak sanggup memikulnya, karena kami telah melihat

dampak-dampaknya yang mengerikan.

Namaku Izrail!______________________________________________________35

Page 36: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Dia pun menghendaki kami bertasbih dan sujud dihadapan nenek moyangmu.

Pernah kami protes begini-begitu sewaktu kami diberitahu bahwa Dia Berkehendak

menciptakan mahluk manusia. Namun, Dia Maha Mengetahui atas apapun yang

terjadi sejak Awal dan Akhir.

Kami sebenarnya terikat Sang Waktu seperti kaummu. Sang Waktu adalah kaum

sejenisku, namun ia (Sang Waktu) adalah DiriNya yang menyatakan nafas

kehidupan kehidupan sebagai RahmaatNya yang tidak pandang bulu. Sang Waktu

adalah bagian dari realitas yang lebih imajinal, tidak nyata tapi terasa, tidak terasa

tapi berdampak, ia berasal dari esensi Nur Muhammad dimana didalamnya

tersembunyi hakikat dari kehidupan dengan rahmat dan washilah yang

menyelamatkan umat manusia dari kelalainnya, ia hadir dengan nama dan sifat

Allah, al-Hayyu, al-Qoyyum. Ialah yang memungkinkan perubahan dalam ketentuan-

ketentuan yang pasti terjadi, berulang, berputar bagaikan Roda dengan Seribu bilah

yang berputar secara terus menerus untuk menyatakan Jamal dan Jalal Allah

sampai Dia menghendaki semuanya akan musnah.

Kami sebenarnya pun tau kalau manusia akan selalu begini begitu di semesta yang

Dia ciptakan dengan rahmat dan kasih Sayang-Nya yang tak terbalaskan. Karena

memang kaum kamu bukan yang pertama dalam masa siklus ini, namun kaum yang

telah berulang kali dihadirkan di muka Bumi ini.

Kaummu menerima amanat sebagai sesuatu yang tidak kami miliki. Keinginan, akal,

dan atribut lain yang kami tidak tahu bakal jadi apa nantinya, apakah bermanfaat

atau bermasalah. Karena itulah kaum kami bisa menjadi lebih rendah dari kaummu.

Kami memang sedikit iri, sampai Dia menunjukkan kuasaNya atas semua makhluk

manusia. Kalian sebenarnya lebih tahu dari kami atas segala mahluk yang pernah Ia

ciptakan.

Kami pun lalu sujud dihadapan nenek moyangmu, Adam. Cuma satu makhluk yang

tak mau sujud. Ialah Iblis yang kemudian akan selalu mendampingi kalian dalam

proses Kun Fa yakuun. Ia menjadi bagian dirimu, bagai bayang-bayang yang selalu

menyertai semua langkahmu. Maka, iapun terkutuk. Allah berfirman :

Namaku Izrail!______________________________________________________36

Page 37: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

“Keluarlah engkau dari (penyetaraan atau penyerupaan derajat atas diri) nya,

karena sesungguhnya engkau terkutuk,

dan sesungguhnya laknat atasmu sampai hari kemudian (QS 15:34-35).”9

Begitulah, Iblis-pun menjadi musuh abadimu dan musuhmu yang sejati. Ia menyusup

di kumpulan-kumpulan debu yang sekarang maujud menjadi semua bentuk, karena

keinginan, karena hasrat, karena syahwat, karena ketamakan, kerakusan,

kesombongan, dan penyakit-penyakit Sang Iblis lainnya. Aku tak kuasa mengusirnya

dari sekitarmu, soalnya memang bukan tugasku. Kan tadi sudah kubilang kaumku

adalah kaum spesialis. Begitulah aku.

Aku terpana dan tak bisa menyela sampai Izrail mengakhiri kisahnya. Dan beberapa

jeda yang hening menyadarkan aku kalau Izrail sudah selesai mengisahkan

hikayatnya sendiri, dengan caranya sendiri, yang kuterima tanpa dorongan untuk

menolak ceritanya atau pun meragukannya. Aku pun seperti kertas kosong yang

tiba-tiba saja terisi penuh oleh oret-oretan Izrail.

9 QS 15: 34-35

Namaku Izrail!______________________________________________________37

Page 38: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

5. Pengambilan Ruh

Aku masih diam. Pikiranku masih mengembara membayangkan tugas-tugas

monotonik Izrail. Kemudian, karena tugas-tugasnya itu aku bertanya tentang cara dia

mengakhiri kehidupan seseorang, cara dia mengambil ruh makhluk bernyawa.

“Proses pengambilan ruh? “, dia mengangkat alisnya.

Sebenarnya bagaimana caraku mengambil ruhmu itu tergantung dari banyak hal.

Dan semuanya ada didiri kamu sendiri. Ada yang mungkin menurutmu kelihatan

mudah, ada juga yang sulit. Ada yang berkesan ada juga yang tidak menyimpan

kesan apa-apa. Aku sendiri tidak tau kenapa bisa tidak berkesan sama sekali. Dia

maunya begitu kok.

Cara mengambilnya pun macam-macam. Kan sudah kubilang kalau bahan dasarku

adalah cahaya. Penampakanku sebenarnya tergantung dari kamu sendiri. Ada

banyak hal yang mempengaruhi penampakan ku. Tapi, yang utama memang segala

gerak gerik dan tingkah laku yang pernah kamu lakukan di semesta ini, akan

mempengaruhi wujud penampakkanku. Demikian juga cara mengambil ruh

kehidupan yang bersemayam di wujud fisikmu, tergantung pada kebandelan dan

kepatuhanmu. Memang kaum mu ini termasuk makhluk yang diistimewakan-Nya.

Namaku Izrail!______________________________________________________38

Page 39: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Sangat disayang, sangat sempurna dibanding makhluk lainnya. Hanya, seringkali

kaum kamu itu ngeyel.

Kalau tidak, malah bisa dibilang pin-pinbo alias pintar pintar bodoh.

Paling menjengkelkan, kalau kaum kamu ini sudah dikuasai oleh penyakitnya Sang

Iblis yang terusir. Walah, susahnya minta ampun. Padahal pengambilan ini

sebenarnya proses yang biasa-biasa saja. Kamu sendiri kan tahu tiap saat ada saja

yang kuambil. Dengan baik-baik atau dengan paksa, dengan sendiri-sendiri atau

berkelompok, dengan senang atau dengan ketakutan.

Memang sih aku sering datang tiba-tiba. Maklum namanya cuma makhluk yang

cuma menjalankan perintah. Aku sendiri tidak tahu kapan harus segera

menemuimu. Itu rahasia Dia Yang Penuh Rahasia.

Kaum kamipun, yang bisa dibilang 100 % patuh dan selalu beribadah kepada-Nya,

tak tau apa-apa kalau menyangkut urusan takdir makhluk. Sungguh, tugas kaum

kami cuma memenuhi perintah Dia. Memang sih seringkali ada delay sewaktu kami

menjalankan tugas. Biasanya kalau ada delay, kehadiran kami akan didahului aura

yang mempengaruhi kelakukan mahluk yang akan kami ambil. Mungkin kamu sendiri

tidak menyadari hal itu. Tapi ada beberapa orang yang menyadari hal itu.

Tapi begitulah. Kaum kamu sebenarnya ada di dalam genggaman-Nya dengan ketat.

Ada yang digenggam erat-erat. Ada yang direnggangkan, sampai kesombongan

menyergapnya. Dan mengira, dirinya sangat hebat dan berkuasa, sampai-sampai

diapun menafikan peran Tuhannya. Padahal, semua malapetaka, semua kehinaan,

semua hal yang buruk-buruk dapat terhindar dari dia semata-mata karena Dia sangat

menyayanginya. Akhirnya, kesombongan itu menjerumuskan dirinya dalam banyak

kesesatan dan kebodohan.

Benar, sombong, bodoh dan sesat itu sebenarnya hampir beriringan, karena itulah

karakter Azazil, sang Iblis yang mengira dirinya pantas disujudi karena ilusi

kesuciannya. Banyak kaummu yang terkena ilusi palsu itu. Maka berhati-hatilah,

sebenarnya semua manusia mempunyai peluang untuk tergelincir ke dalam

perangkap tipu daya Sang Durjana yang dikutuk oleh-Nya.

Namaku Izrail!______________________________________________________39

Page 40: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Kami yang mempunyai tugas mengambil sebenarnya cuma satu. Berhubung kami

tidak terikat dalam proses yang kalian jalani, tidak oleh ruang maupun waktu,

sepintas kami kelihatan ada banyak. Memang begitulah kejadiannya. Dalam satu

waktu ukuran kalian, kami bisa serentak mengambil banyak ruh dengan berbagai

cara, dimana saja.

Sudah tak terbilang, berapa milyar ruh yang kuputuskan

dari semua harapan dan impiannya,

dari semua angan-angan dan cita-citanya,

dari semua keasyikannya,

dari semua kesenangannya,

hartanya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya,

rumah-rumahnya,

mobil-mobilnya,

perusahaan-perusahaannya,

jabatan-jabatannya,

pacar-pacar gelapnya, dan lain-lainnya.

Tapi, itu tak cukup untuk mengingatkan manusia yang lalai.

Hingga iapun seperti keledai dipenggilingan masa,

terperosok di lubang yang sama dari masa ke masa.

Kelalaian manusia dari mengingat kedatanganku nampaknya sudah menjadi

penyakit zaman. Dari waktu ke waktu melakukan tugasku, kelalaian mereka terhadap

kedatanganku menimbulkan rasa sombong dan berpanjang angan-angan. Entah

sudah berapa banyak aku menghanguskan “business plan” mereka. Kaummu

semestinya mengingat syair yang dibuat oleh seorang arif ini,

Kita lalai dari mati di pagi dan sore hari

Seperti penghuni dunia yang lalai

Dari kematian di sore dan pagi hari

Seseorang berjalan di suatu hari seperti tubuh tanpa ruh

Didepan mataku, setiap yang hidup adalah isyarat kematian

Namaku Izrail!______________________________________________________40

Page 41: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Merintihlah jiwamu wahai orang miskin, bila engkau merintih

Sungguh, kau akan mati meski kau berumur seperti Nuh.[17]

Aku rasanya sudah kebal dengan semua keadaan ruh yang kutarik dalam keadaan

apapun. Pembantu-pembantuku sejumlah mahluk berruh yang ada di semesta ini.

Jadi, setiap saat sebenarnya aku mengintip semua makhluk, mengincar semua

makhluk. Begitu sinyal terakhir diisyaratkan Allah SWT maka akupun akan beraksi

memadamkan semua kepongahan dan harapan manusia.

Ketahuilah, sesungguhnya ruh dalam keadaan telanjang dalam tubuh seorang

hamba, ia akan diambil apabila dikehendaki dan dilepaskan apabila dikehendaki

oleh-Nya. Maka [17],

Bersiaplah untuk mati wahai jiwa dan berusahalah untuk selamat,

orang bijak yang siap meyakini bahwa

tak ada keabadian bagi kehidupan dan tak ada tempat pelarian dari kematian.

Engkau hanya peminjam apa yang mesti dikembalikan.

Kita bukanlah pemilik kehidupan ini, juga bukan pemilik tempat hidup ini.

Kita tak berharta, tak berkeluarga, tidak juga anak-anak kita miliki.

Semuanya orang-orang telanjang

Jiwa kita menuju masa yang dekat,

yang Meminjamkan akan mengambil yang dipinjamkan.

Sebenarnya aku juga ditugaskan untuk mematikan malaikat, setan, iblis, pohon,

binatang, dan makhluk bernyawa lainnya. Maka ia yang bernyawa, pastilah akan

gemetar melihat kedatanganku.

Sebenarnya, ada banyak cara aku menarik ruh dari tubuh atau jasad mahluk

bernyawa. Hal itu sebenarnya tergantung dari segala hal yang membentuk kamu,

amal-amal kamu, dan kelakukan kamu. Mau tau bagaimana aku menarik ruh dari

tubuh manusia? Aku menariknya langsung dari jasad yang hidup melalui ubun-ubun

kepala.

Namaku Izrail!______________________________________________________41

Page 42: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Kamu seringkan menyedot minuman dari dalam botol? Persis! Seperti itulah aku

menarik ruh manusia dari tubuhnya. Saat itu kulakukan, seluruh sel-sel genetis

tubuhmu mulai dari ujung kaki, sedikit demi sedikit akan mati. Maka, jemari kakilah

yang akan mengalami kematian pertama kali, baru kemudian bergerak ke telapak

kaki, tungkai, kemudian ke betis, lalu paha dan seterusnya. Pada keadaan ruh

kutarik, ujung-ujung kaki akan mengejang, kaku. Dengan cara yang sama setiap

bagian tubuh pelan-pelan akan kesakitan amat sangat dan kemudian mati rasa,

bertanda ruh sudah melalui bagian itu. Maka, berpisahnya tubuh dengan ruh akan

terjadi setelah ruh dan tubuh merasakan sakit yang sangat dahsyat.

Bagaimana rasanya. Susah kugambarkan, karena aku cuma melihat saja, kan aku

yang mencabut nyawa. Aku cuma melihat saja bagaimana manusia yang kucabut

nyawanya berkelojotan dengan berbagai ekspresi rasa sakit yang dia rasakan saat

itu. Jadi aku sendiri ndak tahu bagaimana rasanya ketika ruh kutarik dari jasad

manusia.

Tapi, baiklah, dari pengalamanku mungkin gambarannya bisa kusimpulkan

demikian : Rasanya seperti disayat-sayat karena ruh kehidupanmu10, yang

menempel disetiap atom tubuhmu, sel-sel genetismu yang menjadi jaringan syaraf,

otot, pembuluh darah, persendian, rambut, kulit kepala, kulit yang membungkus

tubuhmu, dan semua bagian tubuhmu kutarik-tarik, kubetot-betot dengan keras.

Bayangkan saja jika ruhmu enggan meninggalkan dunia, maka semakin enggan,

semakin sakitlah rasanya. Kalau ndak percaya, coba saja kamu cubit kulitmu keras-

keras. Sakit kan!

Kamu pernah kan mengalami luka disayat. Perih! Begitulah teriakan sebagian dari

mereka yang kucabut ruhnya. Tapi luka tersayat yang sering dialami manusia tidak

seberapa dibandingkan dengan tercabutnya ruh dari jasadmu dengan paksa. Kalau

sayatan luka kan cuma terjadi di sekitar luka saja, itupun sakitnya sudah luar biasa

dan terasa di bagian tubuh lainnya. Bisa dibayangkan bagaimana kalau seluruh sel

tubuh terasa disayat-sayat. Jangan heran kalau manusia akan berkeringat, menjerit,

10 Dalam istilah Al-Ghazali, ruh kehidupan terdiri dari hayat atau ruh yang memberi energi kehidupan dan Ruh Ilahiah yang mengenal Ilahi

Namaku Izrail!______________________________________________________42

Page 43: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

melolong-lolong, meraung-raung, dan menggeliat-geliat berkelojotan ketika ruh

ditarik keluar dari kepompong tubuhnya. Manusia akan terkuras tenaganya, akibat

kelelahannya, ia bahkan tak lagi dapat bernafas, ia akan merasakan seperti tertimpa

beban berat kesombongan, kedengkian, ketamakan, kemaksiatan, dan kejahilan

lainnya. Namun demikian, apabila tubuh kuat, suara yang dikeluarkan ketika

bernafas akan berbeda-beda. Ada yang dengan susah payah, ada yang mudah.

Sesuai dengan reaksi dari amal yang pernah dilakukan tubuhnya. Ketahuilah apa

yang ada melekat padamu sebenarnya menerima beban yang serupa tapi tak sama

dari apa yang sudah kamu nyatakan dengan semua tindak tandukmu setiap saat,

aksi sama dengan reaksi itu merupakan bagian dari hukum-hukum Allah yang lahir

dan terlihat nyata seperti halnya engkau memukul tembok maka tanganmu dan

tubuhmu merasakan kesakitan dari semua tenaga yang kamu keluarkan untuk

memukul tembok itu. Demikian juga akhlak dan perilakumu ke arah luar akan

memantul ke arah dalam, ke dalam jiwamu, mempengaruhi semua perangaimu, dan

juga cara ruh kamu ditarik melalui lorong kematianmu.

Rasa sakit yang tak terkira muncul karena ruh yang lembut menjadi jinak dan

menyatu setelah berhubungan dengan tubuh. Keduanya kemudian bercampur dan

saling merasuki satu sama lain, sehingga keduanya seperti menjadi sesuatu yang

satu. Ruh dan jasad menjadi melekat. Keduanya tak akan terpisahkan, kecuali

dengan suatu upaya penarikan yang kuat, sehingga manusia merasakannya sebagai

suatu kepayahan yang amat sangat dan sakit yang luar biasa.

Ketahuilah, kesukaanmu akan syahwat, nafsu dan materi serta keduniawian

cenderung akan semakin melekatkan ruhmu dalam jasadmu. Kenapa demikian, ini

karena atom-atom tubuhmu semakin memiliki energi yang tinggi, sehingga ikatan-

ikatan atomis dalam tubuhmu akan semakin kuat. Dikatakan bahwa tubuhmu

menyimpan energi dalam yang berlebihan, sehingga seringkali energi berlebihan ini

melonjak-lonjak dengan liar dan menumbuhkan berbagai syahwat dan nafsu.

Kromosom-kromosommu akan terganggu, kode-kodenya yang asli akan jungkir

balik, bahkan akibat langsungnya akan muncul menjadi berbagai penyakit yang

payah seperti kanker, jantung, atau pikun. Itulah yang akan mencelakakanmu, akan

menyiksamu. Jadi semakin lekat ruh dalam jasad maka semakin sakitlah engkau

Namaku Izrail!______________________________________________________43

Page 44: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

rasakan ketika aku menarik-nariknya karena keengganan ruhmu meninggalkan

jasadmu. Setelah rasa sakit tak terkira dan kekuatan jasad menurun, suara akan

berangsur hilang, dan setiap bagian tubuh perlahan-lahan akan menjadi kaku.

Sakitnya penarikan ruh memang menggentarkan siapapun juga. Jangankan

manusia biasa, para nabi dan rasul pun menggigil ketakutan manakala aku datang.

Karena alasan itulah, seorang nabi yang paling dimuliakan diantara nabi-nabi dan

rasul-rasul, Muhammad SAW, memohon kepada Allah SWT agar membebaskan

beliau dari penderitaan dan kepedihan kematian. Beliaupun sudah mengingatkan,

“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang menghancurkan kelezatan, yakni

kematian.”11 Banyak orang arif dan ulama yang membuat syair tentang hilangnya

kelezatan ketika aku datang. Kata mereka,

Ingatlah kematian yang menghancurkan kelezatan

Dan bersiaplah untuk kematian yang akan datang

Wahai yang hatinya lalai dari mengingat kematian

Ingatlah tempatmu sebelum tiba saat perjumpaan

Bertobatlah kepada Allah dari kelalaian dan segala yang lezat

Sesungguhnya kematian sangatlah dekat

Ingatlah musibah hari-hari dan saat-saat yang terlewat

Jangan merasa tenang dengan dunia dan perhiasannya yang melekat [17].

Dalam Al Qur’an, Allah menggambarkan kesakitan saat penarikan ruh dalam firman

dengan gambaran berikut “Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan) (QS 75:29)”,

yang banyak ditafsirkan oleh ulama sebagai berhimpunnya rasa sakit sakratul maut

dengan kerugian karena melepaskan ridha Allah. Allah menyebut keadaan tersebut

dengan “sakrah”, karena sakitnya kematian disertai dengan keburukan yang

dihimpun akan membuat semaput pemiliknya, sehingga biasanya kesadarannya

hilang. Allah berfirman, “Dan datanglah sakratul maut dengan sebenar-benarnya.

Itulah yang kamu selalu lari daripadanya (QS 50:19)”[17].

Bagaimana gambaran yang jelas mengenai rasa sakit dan penderitaan kematian

memang bermacam-macam. Sehingga terdapat gambaran yang tidak persis sama,

11 HR Tirmidzi no 2307, dikutip dari ref 17

Namaku Izrail!______________________________________________________44

Page 45: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

namun intinya serupa yaitu suatu rasa sakit dengan takut dan cemas yang tak

terkirakan, tidak tergambarkan oleh yang masih hidup. Kamu mungkin dapat

menyimak dari beberapa kisah tentang kematian yang pernah diriwayatkan oleh

kaum arifin terdahulu. Rasakanlah makna dan maksud kata-kata yang disampaikan.

Jangan perbandingkan dengan kenyataan sesungguhnya karena bagaimanapun

juga, kalau berhubungan dengan kematian, tak ada orang yang benar-benar bisa

memaparkannya dengan utuh. Karena itu, bagi kaum arif terdahulu ia

menjelaskannya dengan analogi di masanya yang relevan dan sesuai dengan

pengalaman keseharian masa itu.

Hasan putra khalifah terakhir sayidina Ali Kwj pernah mendengar sabda Nabimu

yang mulia yang mengatakan padanya bahwa “pedihnya kematian setara dengan

luka-luka tiga ratus tusukan pedang”. Ali Bin Abu Thalib kwj bahkan menyebutkan

setara dengan seribu pukulan pedang. Bisa kamu bayangkan bukan bagaimana

sakitnya. Jangankan dipukul pedang, lha luka tergores silet saja bisa membuat

manusia mengaduh-aduh nggak karuan, apalagi dipukul-pukul seribu kali dengan

pedang.

Gambaran lain menyebutkan, kalau pedihnya kematian itu lebih tajam dari gigi

gergaji, lebih tajam dari mata gunting, lebih menyakitkan daripada dipanggang diatas

kawah panas gunung berapi. Makanya ada pepatah yang mengatakan bahwa “maut

lebih menyakitkan daripada tusukan pedang, gergaji, atau sayatan gunting”.

Para nabi dan rasulpun mempunyai gambaran yang menakutkan betapa pedihnya

ketika aku datang dan beraksi dengan tugas-tugasku sebagai pencabut nyawa.

Dikisahkan ketika Nabi Musa a.s meninggal dunia dan ditanya Allah bagaimana rasa

sakitnya kematian yang ia rasakan, ia menjawab bahwa kejadian itu seperti seekor

burung yang dipanggang hidup-hidup, tapi nyawanya tidak juga lepas dan ia tidak

menemukan cara untuk melepaskan diri. Musa juga menggambarkan peristiwa itu

seperti kambing hidup yang sedang dikuliti.

Bukankah Aisyah r.a pernah juga mengatakan bahwa ketika Nabi SAW akan

meninggalkan dunia fana ini, ada secangkir air penuh tergeletak didekat beliau.

Namaku Izrail!______________________________________________________45

Page 46: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Beliau mencelupkan tangannya kedalam cangkir berulang-ulang dan membasahi

dan membasuh wajahnya. Beliau berdoa kepada Allah supaya dibebaskan dari

sakratul maut.

Demikian juga, khalifah kedua Umar bin Khatab r.a. meminta Ka'ab menggambarkan

keadaan ketika seseorang dalam sakratul maut . Dia menjawab "Pencabutan nyawa

dari badan dapat dibandingkan dengan pencabutan duri-duri dari tubuh manusia

sedemikian rupa sehingga seluruh tubuh merasakan cengkeraman rasa sakit yang

amat sangat."

Itulah sekelumit gambaran yang sebenarnya hanya menjelaskan suatu fenomena

bagaimana kami melakukan tugas pencabutan ruh dari tubuh manusia dan rasa sakit

yang dirasakannya. Perlu kamu ketahui juga, kalau pengaruh pencabutan ruh, atau

kematian itu tidak cuma sekedar ketika ruh dicabut dari jasadmu. Namun

pengaruhnya akan terus-menerus dirasakan sampai keliang lahat.

Akan kuceritakan sebuah riwayat lama yang menginformasikan keadaan dari hal ini.

Pernah sekelompok orang datang kekuburan dan berdoa kepada Allah untuk

menghidupkan seseorang yang telah meninggal. Maksud mereka adalah ingin

mengetahui bagaimana penderitaan yang dialami si mati pada saat aku beraksi. Atas

idzin Allah , si mati yang kebetulan seorang yang bertakwa pun hidup kembali. Ia

berkata, "Aku meninggal 50 tahun yang lalu, namun hingga kini rasa pedihnya belum

hilang dari hatiku!”. Bayangkan! Rasa sakit yang dialami ruh si mati yang nampaknya

tidak hilang begitu saja, namun terasakan hingga puluhan tahun.

Aura kedatanganku yang menguat biasanya kalian sebut sebagai Sakratul Maut.

Dalam keadaan sakratul maut, setiap saat sekarat demi sekarat akan manusia lalui,

penderitaan demi penderitaan akan dirasakan, sakit demi sakit akan mengingatkan

manusia pada semua perbuatannya, dan hal itu terus akan terjadi sampai ruhnya

mencapai kerongkongannya.

Pada titik kritis ini, berhentilah perhatian manusia kepada dunia dan semua yang ada

di dalamnya. Berhentilah semua harapan-harapan dan angan-angan mereka. Saat

itu, simetri kegaiban pun terkuak dihadapannya, pemandangan alam akhirat pun

Namaku Izrail!______________________________________________________46

Page 47: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

muncul begitu saja. Pintu tobatpun ditutup dan manusia pun diliputi oleh kesedihan

dan penyesalan. Ia mungkin akan teringat sabda Rasulullah SAW “Tobat seorang

manusia tetap diterima selama dia belum sampai pada kondisi sakratul maut (yaitu

sampainya nyawa di kerongkongan) 12”. Maka semakin menyesallah ia. Tapi semua

itu terlambat dan ketika aku menampakkan diriku semakin nyata, maka saat itu

jangan pernah bertanya tentang pahit getirnya kematian ketika sakratul maut tiba.

Pendek kata karena kengerian tentang kedatanganku maka Rasulullah SAW pernah

bersabda

tentang aku, dengan sabdanya beliau sebenarnya hanya ingin mengingatkan

manusia, katanya:

“Kalau kalian melihat ajal dan perjalanannya,

pastilah kalian akan membenci angan-angan dan tipu dayanya.

Tak seorangpun penghuni rumah kecuali ada Malaikat Maut

yang memperhatikan mereka dua kali sehari.

Orang yang didapati ajalnya telah habis, maka dia cabut nyawanya.

Bila keluarganya menangis sedih, dia bertanya ‘Mengapa kalian menangis?’

Dan mengapa kalian bersedih?

Demi Allah, Aku tidak mengurangi umur kalian,

tidak pula mengekang rezeki kalian,

dan akupun tidak berdosa.

Sesungguhnya aku benar-benar akan kembali

kepada kalian (yang masih hidup saat itu),

kemudian kembali,

dan kemudian kembali,

sehingga aku tidak menyisakan seorangpun dari kalian.’ ”13

Demikianlah, aku akan datang tanpa diundang dan pergi tanpa diantar. Ia yang

saatnya sudah ditentukan, maka ia akan menghadapi aku sesuai dengan

keadaannya, rasa sakitnya, dan kengeriannya.

12 QS 4:1813 Diriwayatkan oleh ad-Dailami dari Zaid bin Tsabit, ref 10 hal 51

Namaku Izrail!______________________________________________________47

Page 48: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Banyak orang yang bertanya-tanya bagaimanakah rasanya mati, ada apa setelah

kematian, dan lain sebagainya. Beberapa nampak meyakinkan dengan kisah-kisah

mendekati kematian. Namun, ketahuilah semua itu tidak selalu benar karena proses

kematian adalah pengalaman yang sifatnya pribadi, tak ada orang yang mati akan

berkisah ini atau itu, sehingga bagi yang hidup kembali sebenarnya ia belum

mengalami mati sesungguhnya namun merupakan bagian dari suatu proses yang

bisa mencerahkannya ataupun justru membuat mereka menjadi sombong dan

semakin lalai. Ketahuilah, mereka yang mengalami keadaan menjelang kematian

atau near death experience sesungguhnya telah berada di ambang batas dari

ketetapan dan keseimbangan yang dinyatakan Allah, mereka diambang batas al-

Mizan. Jadi, pengalaman seperti itu semestinya bisa memberikan banyak hikmah

bagi yang mengalaminya.

Banyak ungkapan yang menggambarkan bagaimana rasa sakit ketika aku mencabut

nyawa manusia. Namun, percayalah itu semua tidaklah lengkap benar karena

keluarbiasaan sakratul maut tidak dapat diketahui dengan pasti, kecuali oleh orang

yang merasakannya sendiri. Tahukah kamu, bahwa pencabutan nyawa termasuk

kondisi spiritual yang cuma bisa dirasakan oleh orang yang kucabut nyawanya. Jadi,

orang lain mungkin menggambarkan dengan ungkapan yang berbeda-beda. Tapi,

begitulah kematian, ia hanya bisa dirasakan oleh yang meregang nyawanya

sendirian.

Karena kematian termasuk keadaan ruhani, maka menjadi jelas bahwa keadaan

ruhanimu sangat mempengaruhi bagaimana rasanya mati. Orang lain cuma bisa

mengira-ngira saja dengan menganalogikannya dengan rasa sakit yang benar-benar

pernah dialaminya, atau dengan cara mengamati orang lain yang sedang meregang

nyawa. Lewat analogi pula akan diketahui bahwa setiap anggota badan yang tidak

bernyawa, tidak bisa lagi merasakan rasa sakit.

Akan kuperjelas lagi bagaimana rasa sakitnya kematian. Gambarkan saja satu

bagian dirimu terbakar api, maka rasa sakit yang dialami akan menjalar keseluruh

tubuh dan jiwa. Dan sesuai dengan kadar yang menjalar ke jiwa, maka sebesar itu

pula kadar yang dialami oleh seseorang. Akan tetapi, rasa sakit yang dirasakan

selama sakratul maut menghunjam jiwa dan menyebar keseluruh tubuh. Sehingga

Namaku Izrail!______________________________________________________48

Page 49: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

bagi yang sedang sekarat, maka ia merasakan dirinya ditarik-tarik, dibetot, dan

dicerabut dari setiap sel, urat nadi, syaraf, persendian, dari setiap akar rambut yang

tumbuh dibadannya dan kulit kepala, hingga kaki. Jadi, jangan Anda tanyakan lagi

bagaimana derita dan rasa sakit yang tengah dialami oleh mereka yang dijemput

olehku!

Maka, perhatikanlah sekiranya kamu mengalami suatu peristiwa yang berhubungan

dengan kematian, apakah itu kematian salah satu keluargamu, tetanggamu, atau

teman-temanmu. Perhatikan bagaimanakah keadaannya! Gunakan pengalamanmu

dalam mengiringi kematian sebagai pelajaran dan peringatan bagimu, bahwa tak ada

yang abadi, semua pasti akan mati!

Namaku Izrail!______________________________________________________49

Page 50: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

6. Portofolio Izrail

“Pengalamanku? Wah kan sudah kukatakan banyakkk sekaleee. Aku tak bisa

menghitungnya.”, Izrail masih tersenyum ditepi ranjangku ketika kutanyakan

pengalamannya. Kemudian dia melanjutkan.

“Memang banyak peristiwa yang bisa kuingat sewaktu aku menjalankan tugasku.

Dari banyak ragam manusia. Mulai dari yang gila, sehat, sakit, yang soleh, yang

bejat dan durjana, yang menjadi wali, nabi, dan rasul. Pokoknya sebanyak jenis

manusia yang pernah ada di muka bumi ini, pernah aku alami. Nah apa pengalaman

yang bagaimana yang ingin kau ketahui?” Dia balik bertanya kepadaku.

Sejenak aku merenung, menghimpun daftar pengalaman Izrail yang ingin kuketahui.

Seringkali, saat menuju kantor atau sekedar jalan-jalan, aku melihat banyak sekali

orang-orang yang gila baik secara fisik dan psikologis, ataupun yang nampak

sebagai orang gila beneran maupun secara tersamar, aku melihat aspek-aspek

tekanan psikologis yang menuju kegilaan pada beberapa orang yang kutemui. Psst..,

asal tahu saja, salah satu keahlianku memang membaca karakter seseorang baik

dari perilaku, gaya bertutur, wajah, maupun berbagai aspek perilaku lainnya. Jadi,

Namaku Izrail!______________________________________________________50

Page 51: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

analisaku pada orang-orang yang sering kutemui seringkali tidak meleset jauh dari

kesimpulan umum yang kuambil, kendati baru sekali bertemu.

Salah satu yang menarik adalah kegilaan ini. Khususnya orang yang gila secara total

: psikis dan fisiologis, sehingga ia sama sekali tidak sadar akan kemanusiaannya,

kemudian menggelandang di jalanan dalam keadaan yang menyedihkan; maupun

kegilaan jenis lain seperti gila wanita, gila harta, gila kehormatan, gila jabatan, gila

uang, gila kekuasaan, gila karena syarafnya error, gila karena Allah, dan kegilaan

lainnya.

Gila dunia sudah jelas menjadi penyakit kronis dari sebagian orang yang gelagapan

diterjang derasnya gelombang peradaban. Mereka belum siap menghadapi

ganasnya

dan kuatnya peradaban yang datang menggelombang berupa kemajuan, kekayaan,

kebudayaan, pemikiran, dan lain sebagainya sehingga akal dan pikirannya menjadi

gelap gulita. Akhirnya dalam kegelapan akal pikirannya itu, maka kegilaan duniawilah

yang muncul karena akal pikirannya tidak sanggup merespon gelombang yang

datang dengan wajar.

Gila karena Allah adalah yang nampak pada orang-orang tertentu sebagai kegilaan

spiritual yaitu orang yang gila karena cintanya kepada Allah SWT. Gila yang

demikian memang sedikit tidak masuk akal bagi orang-orang yang ada di setiap

zaman, kendati dari mulutnya meluncur kata-kata bijak penuh hikmah. Nah, ini saja

kali yang akan kutanyakan pertama kali. Akupun kemudian bertanya, ”Bagaimana

sebenarnya kamu mencabut nyawa orang yang gila beneran dan gila karena Allah?”

Izrail sekilas mengernyitkan alisnya yang rapih kemudian bertutur dengan cueknya.

Orang gila sebenarnya terbebas dari beban syariat Allah. Kalau kegilaannya itu

karena kerusakan fisik seperti syaraf yang rusak, maka syariatnya hanya sebatas dia

waras saja. Sedangkan orang yang gila karena dunia maka dia tetap menanggung

semua amal perbuatan karena kegilaan yang condong kepada keduniawian itu.

Maka hati-hatilah, karena kegilaan yang disebabkan hasrat keduniawian yang tak

Namaku Izrail!______________________________________________________51

Page 52: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

terkendalikan sangat membahayakan. Inilah kegilaan si Iblis yang akhirnya terjebak

dalam kebutaan matahati, ia akan lahir menjadi generasi Dajjal dan Yakjuj Makjuj,

generasi penunggang kuda hawa nafsu, ia akan menjadi takabur, sombong, dan

membangun ilusi dengan kesucian diri, merasa paling patut untuk dihormati,

sehingga iapun akhirnya menentang perintah Allah untuk menghormati nenek

moyangmu. Bagi dia yang gila karena mencintai Allah, maka Allah akan

menggenggam kehidupannya. Ia kekal dalam genggaman cinta-Nya. Maka iapun

tidak pernah menoleh kembali kepada dunia.

Kegilaan sebenarnya memang identik dengan mereka yang tertutup akal pikiran dan

kesehatan kejiwaannya. Gila secara fisis dan psikologis dapat disebabkan berbagai

hal. Seperti kamu sebutkan tadi, ada gila harta, gila wanita, gila hormat, penyakit

syaraf, dan yang lainnya. Disini, kamu harus melihat bagaimana Allah sebenarnya

menciptakan semua makhluk dengan awal mula yang sempurna dan fitri. Ketika

makhluk ditempatkan dalam ruang waktu, maka makhluk sebenarnya diharuskan

untuk selaras dengan semua Kehendak Allah SWT, baik yang berupa perintah-

perintah, larangan-larangan, hukum-hukum alam, maupun berbagai petunjuk yang

diungkapkan oleh para Nabi dan Rasul.

Tapi, gudang lalai adalah manusia, kendati semua itu sudah terhampar dalam dirinya

dan di alam semesta, tetap saja manusia tergelincir. Ketika manusia mengabaikan

semua petunjuk-petunjuk itu, maka berbagai ketentuan Allah pun terabaikan.

Pengabaian inilah yang menyebabkan potensi manusia berubah tidak sesuai dengan

aslinya. Percayalah ini semua proses dalam ruang-waktu, semua makhluk bila tidak

selaras dengan Kehendak Allah akan menerima konsekuensi, baik dirasakannya di

dunia maupun di akhirat; baik saat itu juga ataupun nanti.

Ketika seseorang terlahir dengan wujud fisik yang tidak sempurna, katakanlah cacat

mental, maka ruh yang ditiupkan Allah SWT yang memiliki kesempurnaan ditiupkan

ke dalam jasad. Ketika jasad terintegrasi dengan ruh, maka keseimbangan yang gaib

dan yang nyata terjadi. Ia yang terlahir cacat fisik, mungkin tidak akan memiliki

keseimbangan yang optimum. Boleh jadi dalam pandangan manusia, ia disebut

cacat mental atau bahkan tidak waras.

Namaku Izrail!______________________________________________________52

Page 53: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Tapi, kenapa bisa tidak waras, bukankah Allah selalu menciptakan dengan

kesempurnaan?

Itulah makna penting dari keselarasan dengan Kehendak Allah. Jasad biologis

adalah produk ikhtiar manusia. Dalam arti, kendati Allah melakukan intervensi

langsung dalam proses penciptaan, maka manusia sebenarnya berperan dalam

menentukan kontinuitas penciptaan keturunannya. Maka seringkali Allah

menyebutkan diri-Nya sebagai “Kami” di dalam Al Qur’an untuk menjelaskan adanya

peran makhluk di dalam penciptaan itu, khususnya dengan pasangan yang menjadi

Ibu dan Bapak. Ketika manusia lalai atas kenyataan ini, dan kemudian ia tidak

mematuhi perintah Allah,

maka boleh jadi apa yang menjadi salah satu ciri alamiahnya di dunia, meneruskan

keturunan akan mengikuti alur yang tidak menyenangkan.

Ketika engkau diperintahkan untuk tidak berzinah, tapi engkau membangkang, maka

potensi-potensi biologismu akan berubah. Boleh jadi dari dirimu akan lahir makhluk-

makhluk yang tidak sempurna, baik dari segi jasmani maupun ruhani. Ketahuilah,

kendati manusia pada akhirnya memiliki berbagai bentuk fisik yang biasanya kalian

sebut sempurna dan tidak sempurna, Allah sebenarnya menginformasikan bahwa

pembawaan fisik manusia tidak berpengaruh pada jatidirimu yang halus dan lembut

(lathifah14, yaitu qolbu).

Allah berfirman bahwa ”Lalu kami jadikan ia makhluk yang lain (QS 23:14)” berarti

memanusiakan dirimu dari jasad yang hanya terdiri dari daging dan urat-urat syaraf

dengan susunan unsur-unsur dan tabiat, keadaan, dan kecenderungan tubuh yang

paduannya menyebabkan pengaruh pada kesehatan seseorang , baik kesehatan

lahir maupun batin [22].

14 Lathifah dalam istilah sufi mengacu kepada suatu makna yang lebih mendalam, sedangkan lathifah manusia adalah jiwa rasional yaitu qolbu. Qolbu pada hakikatnya berperan “menurunkan” derajat atau kualitas ruh pada tingkat yang lebih mendekati dan sesuai dengan diri manusia di satu sisi , yaitu jasadnya, akan tetapi tetap sesuai dengan ruh di sisi lain, catatan kaki raf 22 hal 34

Namaku Izrail!______________________________________________________53

Page 54: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Maka, ketika ruh ditiupkan kedalam jasad, difirmankan oleh Allah bahwa “Dia

membentukmu, lalu menyeimbangkanmu (QS 82:7)”. Jadi, dalam firman ini Allah

menginformasikan bahwa asal muasalmu yang diciptakan dari min thiin menjadi

segumpal darah (QS 23:12) dalam naik-turunnya tahapan-tahapan perkembangan

manusia (QS 23:14); dan ketika ruh ditiupkan maka terjadilah sinkronisasi antara

unsur material dan immaterial manusia sehingga dari integrasi dan sintesis kedua

unsur pembentuk manusia tersebut muncullah apa yang disebut sebagai watak atau

tabiat manusia, yang pada akhirnya mempengaruhi akhlak dan perilakunya.

Apakah itu berakhir dengan sempurna atau tidak sempurna, maka faktor-faktor yang

mempengaruhi manusia secara utuhlah yang lebih banyak mempengaruhinya.

Sehingga dikatakan oleh sabda Nabi SAW bahwa manusia terlahir dengan fitrah

yang suci, namun lingkunganlah (ibu bapaknya, pengasuhnya, teman-temannya, dll.)

akhirnya yang akan membentuknya menjadi ini atau itu.

Jadi, perhatikanlah bahwa aspek-aspek biologis dan psikis manusia pada akhirnya

tergantung dari keselarasannya dengan sunnatullah, baik dalam pembentukannya

maupun dalam pendidikannya setelah dilahirkan ke dunia, jadi akhlak manusia

dipengaruhi aspek genetis dan lingkungannya. Itulah bagian-bagian dari makna

tersembunyi dari Allah, Rabbul ‘Aalamin yang dilekatkan sebagai sifat-sifat manusia

dari bani Adam.

Kebolehjadian adalah manifestasi dari Kehendak Allah yang nyata terekam dalam

sel-sel genetis (gnome) manusia. Karena disitu tersimpan sejarah tentang nenek

moyangmu, kehidupanmu, takdirmu, dan qadā dan qadar anak cucumu.

Ketika anakmu cacat mental atau fisik, maka boleh jadi ada sesuatu yang salah

dalam dirimu, ayahmu, kakekmu atau moyangmu. Ini bukan dosa turunan, karena

fitrah asal manusia sebagai ruh yang ditiupkan didalam jasad adalah tersucikan dari

dosa. Boleh jadi ini karena aktivitas fisikmu di dunia, jasad biologismu yang

mengendalikan dirimu, sehingga segala nafsu syahwat merajalela. Ketika

keturunanmu cacat fisik, cacat mental, ada apakah ini? Kenapakah demikian?

Apakah Allah tidak adil? Maka, sebelum melontarkan pertanyaaan ini, lihatlah ke

dirimu sendiri? Apa yang salah dengan diriku, kehidupanku, apa yang aku makan

Namaku Izrail!______________________________________________________54

Page 55: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

dan minum, cara aku memperoleh makanan dan minuman, cara aku menyikapi

kehidupan? Dan cara bagaimana manusia beradab di hadapan Penciptanya dengan

syariat, hakikat dan makrifat; dengan dzikir, fikir dan ikhtiar.

Renungkanlah dengan pikiran yang terbuka, bukan dengan pikiran yang terbelenggu

oleh nafsu. Karena pikiran yang terbelenggu hawa nafsu adalah manifestasi Iblis

yang bersemayam dalam jiwa dan ragamu. Ia akan membisikkan dirimu dengan

buruk sangka dan berkata “Tuhanmu tidak adil maka ikutlah aku (Iblis)”. Ketika

engkau ikuti bisikan Sang Durjana itu, maka engkau menjadi budaknya, yang

menepiskan realitas hakiki akan Tuhanmu yang menciptakan semua makhluk

dengan limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya.

Ketika kegilaan fisis-biologis menimpa seseorang, tekanan mental yang dahsyat

muncul karena potensi jasad dan ruhanimu tidak terolah dengan benar, sehingga

semua fakta yang tercerap inderawi menjadi suatu beban yang tidak tertahankan.

Ibarat cangkir, maka cangkirmu terlalu kecil sehingga tidak mampu menampung

semua limpahan rahmat dan kasih sayang Allah yang terus menerus, baik berupa

kemajuan-kemajuan zaman, peradaban, keduniawian, maupun limpahan-limpahan

ruhaniah. Maka pecahlah cangkir itu. Ia yang kemudian menjadi gila secara fisis

biologis, adalah ia yang terenggut dalam genggaman Allah dan mati sebelum

dimatikan. Ibarat cermin, maka cerminmu penuh kotoran yang tidak pernah

dibersihkan sehingga gambaran tentang realitas yang muncul di cermin itu menjadi

tidak utuh dan terdistorsi. Ketika cermin itu semakin kotor dan kaku, maka cermin itu

menjadi retak bahkan bisa jadi pecah berantakan.

Aku biasanya tidak terlalu dipusingkan dengan keadaan lahir seseorang ketika

mencabut nyawanya. Hanya saja, dampak-dampak perilaku yang menyebabkan

kegilaannya seringkali membuatku terpaku, maka si gila yang meregang maut

adalah

ia yang meregang dalam genggaman Allah. Hanya Dialah yang tahu bagaimana si

gila akan diperlakukan, kecuali kegilaannya itu jelas sebagai kegilaan si Iblis yang

terhalusinasi akan kesucian diri dan kesombongannya.

Namaku Izrail!______________________________________________________55

Page 56: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Si gila karena cintanya kepada Allah adalah si gila yang menjadi tenggelam dalam

genggaman Allah. Entah kenapa, Allah sepertinya membiarkan kegilaan kepada-Nya

bagaikan memberikan contoh kepada manusia bagaimana kegilaan makhluk yang

ter-baqa-kan dalam diri-Nya. Ia yang majnun15 dalam genggaman Allah kurenggut

dengan citarasa kegilaan karena cinta-Nya. Maka seringkali akan engkau temui

syair-syair penuh kerinduan kepada-Nya dan mayat-mayat yang menggeletak di

sembarang tempat dengan senyum keabadian Sang Pecinta yang terlampiaskan

kerinduannya.

Sejenak aku masih menatap Izrail menyelesaikan kisah tentang si gila.

Pikiranku masih mengambang tanpa memikirkan apa-apa kecuali cerapan rasa takut

yang makin meliputi diriku. Kemudian terlintas seorang teman yang telah

mendahuluiku. Ia meninggal dalam keadaan yang biasa-biasa saja. Tanpa tanda-

tanda ataupun firasat-firasat, baik kesehatan maupun yang sifatnya spiritual.

Entah kalau ia sendiri mengalaminya. Aku tidak tahu. Yang jelas, ia sedang berolah

raga kegemarannya ketika Sang Maut menjemput dengan tiba-tiba di usianya yang

masih muda. Lalu, tercetus pertanyaanku, ”Bagaimanakah untuk orang sehat

walafiat yang mendadak meninggal?”

“Haa, kamu teringat temanmu ya, atau dirimu sendiri yang merasakan kedatanganku

yang tiba-tiba”, ia melihat kepadaku dan tersenyum dikulum. Aku menganguk

perlahan. “Oke, akan aku ceritakan bagaimana aku mencabut yang sehat”, ujarnya.

Banyak orang yang masih mengira bahwa kesehatan yang baik akan membawa

umur panjang. Pendapat ini , kalau ditinjau dari sisi manusia, memang benar adanya.

Setidaknya, ia yang menjaga kesehatannya berupaya untuk selaras dengan

sunnatullah. Tetapi, ketahuilah bahwa masalah “hidup dan mati” adalah kehendak

Allah yang penuh ketidakpastian dan keserbamungkinan. Aku sendiri tidak tahu

kapan si A, si B, atau si C mati. Akan tetapi, yang jelas aku pasti mendatangi setiap

15 Majnun adalah tokoh fiksi dalam sastra Arab Kuno yang tergila-gila kepada seorang gadis cantik bernama Laila, sehingga ia menjadi sedemikian gilanya. Maka muncul istilah Majnun ynag identik dengan gila karena cinta.

Namaku Izrail!______________________________________________________56

Page 57: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

makhluk kalau sudah diinginkan-Nya, karena kematian adalah suatu kepastian.

Namun, kapan aku akan datang, itu tergantung kehendak-Nya semata.

Tetapi, sadarilah!

Aku selalu mengikuti setiap makhluk dalam setiap detik sang waktu berjalan.

Percayalah, Sang Waktu dan aku sebenarnya selalu beriringan, sehingga dalam

setiap saat “hidup dan mati” sebenarnya sekedar anugerah Allah semata. Ketika Dia

perintahkan aku untuk beraksi, maka saat itu juga aku beraksi. Maka manusia

sebenarnya harus berhati-hati, karena setiap saat aku selalu mengincar dirinya.

Ketika

Dia berkehendak padaku untuk mengambil si A atau si B saat itu, aku tinggal

mengiyakan dan saat itu juga dia yang dikehendaki-Nya mati akan mati.

Jadi, ingatlah selalu bahwa posisi semua makhluk sebenarnya sangat kritis sekali.

Bagi yang bertasbih setiap saat maka tasbihnya adalah penghambaannya yang

mutlak, seperti kaumku yang selalu bertasbih kepada-Nya. Bagi manusia maka

bertasbihlah setiap saat dengan selalu “mengingat-Nya”, lakukan dzikir. Tanpa itu

maka boleh jadi engkau akan mati dalam keadaan “bermaksiat kepada-Nya”. “Na

udzu

billah min dzalik”. Sekiranya semua manusia menyadari hal ini, aku yakin bahwa

bumi ini akan sepi dari semua aktivitas karena rasa takut akan kedatanganku.

Karena itu dalam keadaan sehat, selalu ingatlah kepada-Nya, bertasbihlah selalu

dengan dzikir-dzikir qolbu yang ikhlas dan ridha bahwa kehidupan dan kesehatanmu

sebenarnya sekedar anugerah-Nya semata. Ia yang kucabut dalam keadaan

sehatnya, akan mati sesuai dengan kondisinya saat itu. Aku sekedar melempangkan

perintah dan kehendak-Nya, sehingga seringkali dia yang kucabut nyawanya tidak

merasakan kedatanganku.

Seringkali, aku beraksi ketika ia sedang duduk minum kopi, membaca koran, di bis

kota, di jalanan, ketika manusia sedang giat-giatnya berolah raga, sedang

bermaksiat, dan sebagainya. Makanya, seringkali kamu akan temui nasihat-nasihat

dari si bijak untuk berhati-hati dalam setiap tindak tandukmu. Namun, hal ini rupanya

Namaku Izrail!______________________________________________________57

Page 58: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

tidak disadari oleh banyak manusia bahwa “hidup dan matinya” tak lebih sekedar

Kehendak-Nya semata. Maka waspadalah dan ingatlah sabda Nabi berikut

“Kematian yang tiba-tiba adalah rahmat bagi orang yang beriman, dan nestapa bagi

pendosa (HR Abu Daud)[11]”.

“Dia yang selalu mengingat Allah SWT, menyadari dirinya adalah hamba-Nya

semata, maka iapun menjalankan kesolehan seperti yang dijelaskan oleh para nabi,

rasul, wali, dan para pewaris ilmu Nabi. Ikutilah kesolehannya, berkumpullah dengan

mereka baik dalam keadaan senang maupun susah. Ia yang soleh sebenarnya

dititipi cahaya ilahiah sehingga dalam setiap langkahnya adalah ibadahnya.” Ujar

Izrail, kemudian dia menyitir salah satu firman Tuhan,”Dan sembahlah Tuhanmu

sehingga datang kepadamu yang diyakini (ajal) (QS 15:99)”. Semua bulan, tahun,

malam dan siang hari

merupakan ketentuan ajal dan waktu untuk beramal. Semua akan berakhir dan

berlalu dengan cepat. Maka, dalam setiap detik waktu yang berjalan, sesungguhnya

bagi mereka yang beriman terdapat amal-amal ketaatan yang ditetapkan oleh Allah.

Maka, jangan sia-siakan waktumu!

Aku belum sempat bertanya lagi ketika Izrail bertutur meneruskan ceritanya tanpa

kuminta. Kemudian ia melanjutkan kisahnya tentang bagaimana ia seringkali merasa

malu kalau mendatangi orang yang soleh, oleh karena kesolehannya.

Dia yang mematuhi semua perintah Allah, dalam keadaan apapun, sebenarnya

contoh yang indah bagaimana aku dengan kelembutan mengantarkan dirinya

memasuki keabadian. Kesolehannya akan menjadi penerang dirinya di alam barzakh

yang luas.

Disana, ia akan menanti keputusan, bahkan sebenarnya tidak menanti, sebab

penantiannya tidak memiliki makna temporal yang berarti baginya. Sehari serasa

seribu tahun16. Dan ia merasakan kebahagiaan yang hakiki ketika berkumpul dengan

orang-orang yang soleh juga. Mereka bergerombol dalam kesolehannya. Sekali-

sekali, iapun bisa berkomunikasi dengan karib kerabatnya yang masih ada di dunia,

16 QS 32:5 Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.

Namaku Izrail!______________________________________________________58

Page 59: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

melalui mimpi, melalui getaran-getaran qolbu mukminin yang soleh, yang mampu

menembus batas-batas kegaiban alam barzakh. Semuanya terjadi atas kehendak-

Nya semata, karena semua hasrat dan keinginan dirinya telah terbaqakan dengan

Kehendak-Nya semata.

Aku mendatangi mereka yang soleh dengan kesantunan yang sebisa mungkin tidak

mengagetkan dirinya. Bahkan aura kedatanganku sebenarnya sudah ia cium jauh-

jauh hari sebelum aku dikehendaki oleh-Nya untuk melakukan penarikan ruhnya

yang tercerahkan.

Ahhh, seringkali aku merasakan kerinduan-kerinduan mereka kepada-Nya.

Biasanya auraku yang mendatanginya akan menyebabkan dirinya tergerak dengan

Kehendak-Nya semata. Ia berbuat sesuai dengan Kehendak Allah. Ia menjadi asing

atas perbuatan dirinya, kalau ia sadari hal itu. Namun, biasanya mereka sendiri tidak

sadar bahwa semua gerak-geriknya sudah bukan lagi gerak-gerik yang disebabkan

keinginan dirinya. Bisa dikatakan, bahwa si soleh yang menjelang kematiannya

sudah terfanakan dan terbaqakan dalam semua Kehendak-Nya.

Bagi yang matahatinya awas, boleh jadi gerak geriknya akan terpahami sebagai

bukan gerak gerik dirinya. Bagi yang tidak memahami, keasingan dirinya baru akan

tersadari setelah kematiannya. Tidak disadari oleh semua orang kalau gerak-

geriknya adalah kehendak Allah semata. Ketika aku datang, maka aku biasanya

datang diam-diam

supaya tidak mengagetkannya. Maka kucabut ia dalam sujud shalat lima waktunya,

dalam shalat malamnya, dalam tafakkurnya, dalam tidurnya, dalam sakitnya, dalam

sehatnya, dan dalam keadaan apapun ia berada saat itu. Kewaspadaannya akan

kedatanganku, menyebabkan ia tidak lalai mengingat Allah, ia tidak alpa untuk

waspada terhadap kedatanganku yang mendadak. Hal ini menyebabkan aku malu

menemuinya langsung. Maka akupun datang diam-diam dalam setiap keadaan

dirinya. Maka iapun akan kucabut dengan keselamatan akhirat yang selalu

melingkupinya.

Namaku Izrail!______________________________________________________59

Page 60: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Boleh jadi kematian bagi mereka yang soleh akan dirasakan sangat ringan dan juga

sangat berat. Bagi yang berat maka boleh jadi ia masih mempunyai hajat untuk

mencapai derajat tertentu, yang belum berhasil dicapainya melalui amal

perbuatannya, maka kematian baginya sangat menyakitkan karena lepasnya

peluang untuk mencapai derajatnya di surga.

Bagi yang kurang iman, katakanlah si kafir, terjadi sebaliknya khususnya bagi si kafir

yang mempunyai amal baik yang belum memperoleh balasan. Maka ia akan

dimudahkan dalam kematian sebagai balas jasa kebaikannya dan nanti ia akan

langsung mendapatkan tempatnya di neraka. Jadi, jangan merasa selamat kalau ada

amal kebaikan yang belum terbalas. Karena boleh jadi balasan itu hanya akan

diterimanya sebatas saat kematiannya saja. Setelah itu, semua amal akan dihisab

sesuai kadarnya masing-masing.

“Tapi, kesolehan bukanlah mutlak keselamatan dariku. Maka engkau harus hati-hati.”

Tiba-tiba ia berkata begitu. Kemudian ia terus menuturkan.

Yang soleh sekalipun sebenarnya masih rentan terhadap dua jenis keadaan

menentukan yang berujung pada “akhir yang buruk”. Salah satunya yang berbahaya

adalah “pada saat sekarat dan mengalami kengerian maut, hatinya mungkin diliputi

oleh keraguan atau pun kekufuran, hingga ketika ruhnya dicabut, dia masih berada

dalam keadaan seperti itu”, Yang kedua adalah, “pada saat kematian, kecintaan

pada materi atau kesenangan duniawi mungkin telah menguasai hatinya....maka

diapun akan menghadapkan wajahnya ke dunia, dan sebanding dengan

kecondongan seseorang kepada dunia, itu semua akan menyebabkan tabir, yang

menyebabkan turunnya siksa”.

Aku menggigil mengingat Izrail berkata seperti itu. Lha..., yang soleh saja belum

tentu selamat dalam menghadapi kematian, bagaimana dengan yang setengah hati

solehnya, atau yang sama sekali keblinger?

Namaku Izrail!______________________________________________________60

Page 61: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

“O ya, aku akan perdengarkan untaian nasihat dari sufi generasi terdahulu”. Katanya

tiba-tiba saja ia menjadi romantis. Judulnya “Delapan Nasihat Hatim”17. Izrail pun

pun bersenandung [21].

Cintailah amal saleh,

ia dapat memutuskan rantai kepemilikanmu kepada dunia,

ia akan menjadi penerang kuburmu,

pendampingmu disana dan

tidak meninggalkanmu sendirian.

Taatilah perintah Allah dengan ridha,

karena dengan keridhaan pada ketaatan-Nya maka

keinginan hawa nafsumu akan terbelenggu (QS 79:40).

Sedekahkanlah bagian duniamu kepada Allah Ta'ala,

karena apa yang ada disisimu semua akan lenyap,

sedekah adalah tabunganmu disisi Allah,

dan apa yang ada disisi-Nya adalah kekal (QS 16:96)

Bertaqwalah kepada Allah SWT,

karena disitu tersimpan Kemuliaan dan Keagunganmu (QS 49:13)

sebagai suatu anugerah ketaqwaanmu kepada-Nya.

Ridhalah kepada semua ketentuan Allah SWT,

karena pembagian dari Allah sudah ditentukan sejak azali (Qs 43:32).

Tanpa keridhaan pada semua ketentuan Ilahi,

maka engkau akan dihinggapi hasud,

penyakit Iblis yang timbulkan iri dan dengki

karena harta, kedudukan, dan ilmu

yang akan timbulkan saling cela dan gunjing diantaramu.

17 Abu Abdur Rahman Hatim bin Unwan Al Ashamm (“si Tuli”), seorang sufi generasi awal dari pribumi Balkh, adalah murid Syaqiq al-Bakhi. Hatim mengunjungi Baghdad dan meninggal dunia di Wasyjard di dekat Tirmiz pada tahun 237 H/852 M, lihat ref. 23, hal 190

Namaku Izrail!______________________________________________________61

Page 62: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Musuhilah syeitan, ia adalah musuh yang sangat nyata bagimu (QS 35:6).

Ia mewujud dari semua hasrat , keinginan, penguasaan, dan kepemilikanmu;

Ia muncul menjadi berbagai bentuk nafsu dan syahwat,

yang akan mengikatkanmu kepada materi, duniawi, dan segala maksiat.

Putuskan semua harapanmu dari selain Allah,

jangan terpedaya dengan rasa takut akan rezekimu,

Dia yang maha Pemberi telah menjamin dan menanggung

semua rezeki makhluk-Nya (Qs 11:6), tanpa kecuali.

Karena itu, perhatikan pencarian kehidupanmu

dari syubhat,

dari halal dan haram,

dari yang menghinakan dirimu,

dari yang merendahkan kedudukanmu.

Bertawakkalah kepada Allah SWT semata (QS 65:3).

Dialah yang akan menjaminmu, mencukupkan keperluanmu,

dimanapun kamu berada, dalam keadaan apapun.

Jangan gantungkan dirimu pada tali gantungan syeitan

yaitu uang, kekayaan, kekuasaan, kerajaan, pekerjaan,

dan bergantung kepada makhluk lainnya.

Gantungkan dirimu hanya pada Kehendak Allah SWT semata.

Izrail tersenyum, alunan suara dan makna-makna yang terkandung dalam puisi

“Delapan Nasihat Hatim” itu benar-benar semakin menggigilkan diriku, seolah

mengingatkan bahwa aku masih jauh dari gambaran yang disampaikan Hatim.

Aku masih tercenung di hadapan Izrail yang kulihat menatapku dengan lebih lembut

seolah menenangkan diriku. Lantas, aku teringat Malin Kundang si anak durhaka.

Bagaimanakah orang-orang seperti itu menghadapi sakratul maut sedangkan yang

soleh saja masih bisa dikatakan belum tentu bisa selamat melaluinya. Aku bertanya

Namaku Izrail!______________________________________________________62

Page 63: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

lagi, ”Pernahkah engkau mendengar kisah Malin Kundang?” , kataku kepada Izrail.

Ia menjawab, “Ya, aku mengetahuinya. Bahkan di banyak belahan dunia, di setiap

zaman, kisah-kisah si anak durhaka semacam itu cukup dikenal”.

Izrail melanjutkan bagaimana ia menghadapi anak durhaka semacam itu, baik yang

terhitung soleh maupun tidak.

Banyak kisah yang mengerikan bagi manusia yang durjana. Namun, barangkali tidak

ada yang paling mengerikan bagi ia yang durhaka kepada orang tuanya sendiri.

Silaturahim adalah kaitan fundamental yang membangun suatu masyarakat dan

peradaban yang sebenarnya aktualisasi dari Rahmaatan Lil Aalamin. Bila silaturahim

ini rusak maka bisa diprediksikan bahwa semua tatanan masyarakat cepat atau

lambat akan mengalami kerusakan. Dan keluarga adalah tatanan masyarakat

terkecil yang melibatkan lebih dari satu orang. Maka pemutusan silaturahim, apalagi

kalau hal itu melibatkan keluarga antara anak dan orang tua, maka bayang-bayang

malapetaka seperti menaungi kehidupan seseorang. Maka hati-hatilah dalam

menjaga hubungan demikian. Tanpa alasan yang pasti, bahwa silaturahim itu mesti

terputus karena Allah semata, maka hati-hatilah karena pemutusan itu akan

menyebabkan terputusnya barokah Allah kepadamu.

Bukankah dongeng klasik dari negerimu tentang si Malin Kundang yang membatu

berhubungan dengan kedurhakaan karena menyia-nyiakan ibundanya. Ingat sajalah

cerita-cerita kearifan bagaimana sakit hati orang tua akan mencegah si anak

memasuki kematian dengan wajar. Ada ancaman Allah disana, karena ridha ibunda

adalah ridha Allah. Hati-hatilah dengan hal ini. Seburuk apapun hubunganmu

dengan

ibumu, Nabi SAW menyebutkannya sebanyak tiga kali berurutan ketika seseorang

bertanya tentang keutamaan bakti anak terhadap orang tua, khususnya ibundanya.

Dalam banyak kesempatan, hubungan keluarga memang sangat fundamental untuk

membangun masyarakat dan peradaban. Namun, tanpa pijakan akan kebenaran,

maka mempertahankan silaturahim yang membuta akan membahayakan karena

yang lahir adalah fanatisme yang dungu maujud niat busuk Iblis yang menelusup

Namaku Izrail!______________________________________________________63

Page 64: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

kedalam dada manusia yang tidak waspada. Oleh karena itu, bila memang

diperlukan, silaturahim dapat diputuskan karena Allah semata. Dalam era awal Islam,

Nabi SAW menyadari hal ini sehingga ketika keputusan untuk berperang ditetapkan,

maka sebagian dari pengikut Nabi SAW (bahkan Nabi sendiri) mengalami dilema ini,

yaitu terputusnya tali silaturahim. Namun, kehendak Allah sudah demikian jelas

bahwa bila putusnya silaturahim itu karena mempertahankan akidah yang benar,

maka belalah Allah SWT. Allah memang patut dibela, oleh karena keberadaan dirimu

di dunia sebenarnya bagian dari proses yang memaujudkan Kehendak-Nya. Dan

ketika satu keluarga berselisih mempertahankan akidah kebenaran dari Yang Maha

Benar, maka pilihlah Jalan yang diterangi Cahaya Allah yaitu Shirathaal Mustaqiim.

Ketahuilah bahwa kekafiran atau kesesatan seseorang adalah pilihannya sendiri,

keakuan yang ia nyatakan dari kebodohan dan kegelapan yang meliputinya karena

ia telah menutup dirinya dari Kebenaran Mutlak (al-Haqq). Namun, ingatlah juga,

keimanan dan kesolehan seseorang semata-mata adalah hidayah dan anugerah-

Nya. Manusia tidak mampu memberikan hidayah dan anugerah, sehingga ketika

engkau sudah menyampaikan apa yang benar dari Allah, maka suatu kewajiban

untuk mempertahankannya meskipun hal itu akan memutuskan semua ikatan-ikatan

silaturahim. Tetapi sekali lagi bila memang itu diperlukan dan tidak bisa dihindari.

Ingat saja kisah Nabi Nuh yang tidak mampu menyelamatkan istri dan anaknya

ketika banjir tiba, kendati mereka istri dan anak seorang Nabi, namun tanpa hidayah

Allah maka tidaklah akan hadir keimanan meskipun sekecil zarah atom. Ingat juga

kisah anak-anak Nabi Yaqub yang menipu orang tuanya sehingga nabi Yusuf, yang

nota bene adiknya saudara sekandungnya sendiri, mereka celakakan sampai Allah

menetapkan keputusan bahwa mereka akan dihadirkan kehadapan Yusuf dalam

kehinaan karena kelaparan. Namun, Yusuf Yang Nabi maha pemaaf sehingga

mereka yang menghianati dirinya dimaafkannya. Ingat juga paman Nabi SAW, Abu

Thalib, kendati ia begitu sayang dan mati-matian melindungi Nabi, namun tanpa

hidayah Allah SWT, Nabi SAW pun tidak dapat berbuat banyak untuk

mengislamkannya.

Namaku Izrail!______________________________________________________64

Page 65: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Akan tetapi, sekali lagi, perlu kehati-hatian dalam menjaga hubungan silaturahim,

kendati orang tuamu sesat dan sangat tersesat, maka nasihatilah dengan perkataan

yang baik-baik. Setelah itu, berserah dirilah kepada Allah SWT, karena hanya Allah

lah yang berhak memberikan hidayah dan anugerah kepada orang tuamu berupa

keimanan yang benar kepada-Nya.

Hindarilah kedurhakaan kepada orang tua yang berkepanjangan, apalagi kalau

orang tuamu adalah orang tua yang solehah dan penuh kasih sayang kepadamu.

Maka celakalah anak yang mendurhakai orang tua yang solehah. Tidak saja berdosa

secara harfiah sebagai orang yang mendurhakai orang tua, tetapi kutukan Tuhan

akan melingkupi dirinya dalam setiap kehidupannya. Tanpa ridha orang tua, maka

semua perbuatannya akan sia-sia, shalatnya tidak bermakna, puasanya tidak

berguna, semua amaliahnya musnah tanpa guna. Sesoleh apapun kamu

kelihatannya, ketika engkau sakiti orang tuamu yang seiman, yang selalu berdoa dan

memohon ampunan dari Tuhan, maka semua ibadahmu sia-sia. Jadi, berupayalah

dengan kesabaran dan kerelaan ketika engkau berselisih dengan kedua orang

tuamu. Jangan tanggapi perselisihan itu dengan percikan-percikan api syeitan

sehingga ia akan menjerumuskan dirimu dalam penyesalan yang tidak

berkesudahan.

Akan kuceritakan sebuah kisah lama sebagai rujukan untuk manusia. Kisah ini

memang bisa dibilang contoh umum bagaimana seseorang yang durhaka kepada

orang tuanya akan mengalami kesulitan ketika aku menjemputnya. Diceritakan

bahwa suatu hari seseorang mendatangi Nabi SAW dan memberitahu seseorang

bahwa seorang pemuda membutuhkan bantuan untuk dituntun mengucapkan

kalimat tayyibah18 menjelang kematiannya. Nabi mengatakan apakah anak muda

tersebut sudah terbiasa mengucapkan kalimat tayyibah selama ia hidup sehat.

Orang-orang

kemudian menjawab bahwa si pemuda sudah terbiasa mengucapkan kalimat

tayyibah.

18 Laa Ilaaha Ilaa Allaah

Namaku Izrail!______________________________________________________65

Page 66: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Nabi keheranan karena orang tersebut terbiasa mengucapkan kalimat tayyibah,

tetapi mengalami kesulitan untuk mengucapkannya menjelang detik terakhir

kehidupannya. Nabi kemudian mendatangi pemuda tersebut dan memandunya untuk

mengucapkan kalimat tayyibah, namun dia tetap tidak mampu mengucapkannya.

Nabi kemudian berkata kenapa dia seperti itu. Anak muda itu memberitahukan

bahwa hal itu terjadi karena dia tidak patuh kepada ibunya karena dipengaruhi

istrinya. Nabi bertanya apakah ibunya masih hidup. Dia membenarkan. Nabi

kemudian meminta orang-orang

untuk memanggil ibu pemuda tersebut. Ketika perempuan itu datang, beliau bertanya

kepadanya, apakah pemuda itu anaknya. Dia membenarkan. Kemudian bertanya

apa yang akan dia lakukan jika anaknya itu dibakar hidup-hidup di dalam api yang

menyala-nyala. Perempuan itu menangis. Ia memahami maksud Nabi SAW untuk

memaafkan anaknya. Ia lalu menjawab bahwa ia akan memaafkan anaknya itu.

Perempuan itu lalu melakukannya. Kemudian Nabi memerintahkan pemuda itu

mengucapkan kalimat tayyibah. Dengan mudah, pemuda itu melakukannya. Nabi

merasa senang dan berkata bahwa Tuhan telah menyelamatkan pemuda itu dari

hukuman neraka19.

Begitulah bagaimana hubungan anak dan orang tuanya sangat berperan untuk

memperoleh ridha Allah dalam setiap keadaan. Bukan saja ketika masih hidup,

namun menjelang kematian pun, hubungan anak dan orang tua yang kurang

harmonis akan berakibat fatal. Kesusahan yang muncul ketika nyawa di ujung

kehidupan sebenarnya bukan keenggananku untuk mencabut nyawa pemuda itu.

Tetapi semata-mata hanya kasih sayang Allah SWT kepada pemuda tersebut,

mengingat kesolehannya di dunia. Namun, ketika ia menyakiti orang tuanya, yaitu

ibunya, maka semua amalnya seolah tanpa guna, sehingga Allah masih memberikan

suatu peluang terakhir kepada dirinya agar ibunya mau memaafkannya. Kalau tidak,

maka sia-sialah semua upaya amal pemuda itu selama ia hidup di dunia. Sesoleh

apapun pemuda itu, tanpa maaf orang tua maka akupun akan sejenak menunggu

sampai ibunya memaafkannya. Apakah hal

ini adzab atau Kemahamurahan Allah? Maka jelaslah hal ini merupakan

Kemahapemurahan Allah untuk memberikan kesempatan bagi ibu pemuda tersebut

19 HR Baihaqi dan Thabrani

Namaku Izrail!______________________________________________________66

Page 67: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

untuk memberikan maafnya. Kendati si anak berdosa, sebagai orang tua, maka

diapun memiliki tanggung jawab untuk memaafkannya. Orang tua bagaimanapun

juga memiliki tanggung jawab kenapa seorang anak bisa begini atau begitu. Karena,

sebagai orang tua yang bertanggung jawab, ia sebenarnya menjadi bagian kenapa si

anak menjadi tersesat, atau terhalang amalnya. Yang dibutuhkan sebenarnya adalah

ridha orang tua sebagai orang tua, dan menyadari bahwa orang tualah yang

berperan dalam menentukan apakah seorang anak dikemudian hari menjadi majusi,

nasrani, atau yang lainnya.

Aku masih meresapi cerita Izrail tentang hubungan anak dan orangtua, serta akibat-

akibatnya di kemudian hari. Bayang-bayang keretakan dalam keluarga yang makin

hari makin sering kudengar atau kulihat sendiri menjadi jelas, bahwa dalam keadaan

apapun, silaturahim harus tetap dijaga. Dalam skala yang luas, retaknya silaturahim

adalah retaknya suatu jalinan sosial. Maka, bila silaturahim sudah terjadi dalam skala

yang luas, ancaman keretakan akan terlihat dipermukaan sebagai jatuhnya

masyarakat ke dalam cengkeraman ketimpangan sosial dan ketidakadilan.

Ketimpangan sosial dan ketidakadilan adalah sumber dari segala angkara murka,

sumber dari iri dan dengki, sumber permusuhan yang memperlebar jurang antara

yang kaya dan yang miskin, yang berpangkat dan yang tidak berpangkat, sehingga

yang nampak hanyalah kesombongan-kesombongan yang dikenakan untuk

menutupi kekurangan-kekurangan; yang kaya akan mengenakan kekayaannya untuk

menutupi kekurangannya; yang miskin akan menutupi kemiskinannya dengan

kesombongan sebagai si miskin untuk menutupi kekurangannya; yang beriman akan

menutupi kekurangannya dengan kefanatikannya tanpa ilmu dan iman yang benar;

dan lain sebagainya. Banyak masalah sosial yang terjadi di negeri ini dan di zaman

ini muncul karena ketidakadilan, ketika yang satu mengabaikan yang lainnya, yang

satu menelantarkan hak-hak hidup yang lainnya, maka jangan heran bila selalu akan

terjadi pergesekan-pergesekan sosial yang menghancurkan tali-tali silaturahim.

Ketidakadilan adalah juga ketidakseimbangan. Maka ketika hal itu terjadi juga

kepada alam lingkungan dimana manusia hidup, maka ketidakadilan itu akan

menimbulkan

Namaku Izrail!______________________________________________________67

Page 68: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

ketidakselarasan dengan hukum-hukum alam (sunnatullah) sebagai suatu kehendak

Allah. Maka hati-hatilah, ketika ketidakadilan bersinggungan dengan alam lingkungan

yang kadarnya tidak mungkin diubah manusia, maka bencana-bencana alam akan

mengintai sebagai gempa bumi, kehancuran fisik, longsor, banjir, kebakaran, kabut

asap, penyakit, dan bencana-bencana alam lainnya. Ketika bencana alam itu

mengharubirukan semua manusia di muka Bumi, maka jangan salahkan keadilan

Tuhan. Dia Maha Adil dan Bijaksana sesuai dengan apa yang sudah Dia firmankan

dalam kitab wahyu Al Qur’an. Tinjaulah alam semesta dan dirimu sendiri dan

selaraslah dengan kehendak Allah dengan ridha, sehingga sebuah bencana ataupun

malapetaka yang memutuskan semua harapan dan angan-angan-mu, yang

membangkitkan semua rasa takutmu akan adzab yang menimpa suatu kaum, tak

lebih dari suatu peringatan atas kelalaian dan kebodohanmu karena mengabaikan

keadilan yang sudah ditetapkan sebagai hukum-hukum alam yang mestinya

dipahami oleh manusia.

Tiba-tiba Izrail menyela lamunanku. Ia sepertinya memang bisa membaca apa yang

kupikirkan.

Ada kalanya aku mencabut nyawa orang yang disesatkan Allah SWT dalam keadaan

yang mengerikan. Seolah adzab neraka disegerakan terhadap orang-orang yang

sesat dan murtad. Mereka termasuk golongan yang disesatkan Iblis semata-mata

karena kesombongan dirinya. Biasanya orang yang demikian, menurut tolok ukuran

kamu dianggap sukses dan pandai, padahal itulah manusia yang paling bodoh yang

termanifestasikan dari kebodohan dan kesombongan Iblis. Kebodohan dan

Kesombongan adalah dua sisi mata uang yang sama, yaitu mata uang Iblis Sang

pendurhaka. Orang yang demikian dikatakan sebagai orang yang benar-benar sakit

jiwa dan terpenjara dalam rumah sakit jiwa yang disebut dunia. Ia sakit jiwa karena

terbelenggu oleh akalnya. Sementara, dirinya terbelenggu akalnya, nafsu nya pun

membentengi dirinya sehingga iapun mengisolasi diri, jauh dari fitrah asal dan

mengira akalnya adalah tuhannya.

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai

tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah

mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas

Namaku Izrail!______________________________________________________68

Page 69: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah

(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS

45:23)”

Hati-hatilah dengan orang yang seperti itu, karena mereka biasanya menebar bau

busuknya neraka dalam kehidupan kamu. Mereka tidak segan untuk bermanis muka,

namun menikammu dari belakang, memfitnah, dan menebarkan kejahatan dalam

kehidupan kamu. Kendati akalnya seperti berjalan, ia sebenarnya makhluk bodoh

seperti robot yang hanya digerakkan oleh nafsu syahwatnya, yang sudah menjadi

tuhannya. Ia termasuk manusia yang menjadi syeitan karena menuhankan nafsu dan

syahwatnya, merobohkan sendi-sendi agama, dan tidak segan untuk berdusta. Ia

dapat berada disekitar kehidupanmu sebagai kawan, sebagai boss-mu, teman

mainmu, sebagai lawan, sebagai pejabat, sebagai guru, sebagai kiai, sebagai ustad,

sebagai pengusaha, sebagai pengacara, sebagai dukun, sebagai artis, sebagai

penyiar, sebagai pedagang, sebagai petani, sebagai pengemis, sebagai maling,

sebagai polisi, sebagai tentara, dan banyak lagi yang lainnya.

Aku mencabut mereka sesuai dengan keadaanya. Maka ia yang kucabut dalam

kesesatan dan kemurtadan adalah ia yang merasakan hawa panas dan busuknya

api

neraka. Akan sering kautemui bagaimana mereka akhirnya. Mata melotot, tubuh

disana-sini meregang kaku, bau yang busuk, kadang disertai keganjilan, mayat yang

sangat berat karena jasadnya menyimpan beban perbuatannya, dan keadaan-

keadaan lainnya yang mengerikan. Kalau saja engkau mampu mendengar dan

melihat sesuai dengan keadaan mereka, maka akan kau lihat kengerian paling

mengerikan yang dihadapi mereka ketika aku temui dengan tanpa basa-basi. Lantas,

kuhempaskan dia dalam kubur dengan kerelaan bumi ataupun tidak. Disana, ia akan

menghadapi siksa kubur yang tak pernah berhenti sampai kiamat tiba. Dalam

barzakh

yang sempit, maka penantiannya sampai kiamat tiba adalah kengerian abadi yang

akan disesalinya.

Ketahuilah, ketika aku mencabut mereka yang sesat dan murtad, aku mewujud

sesuai dengan perbuatan mereka yang bodoh. Manusia yang paling kuat dan

Namaku Izrail!______________________________________________________69

Page 70: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

beranipun tak akan akan sanggup melihat wujudku ketika aku mencabut orang yang

penuh dosa.

Dulu, Nabi Ibrahim a.s pernah juga ingin mengetahui rupa asliku ketika aku

mencabut nyawa si pendosa. Kendati aku memperingatkannya bahwa dia tidak

akan sanggup melihat wujudku, namun ia memaksaku. Akhirnya akupun

menampakkan wujudku kepadanya dalam bentuk seorang yang berkulit hitam

legam, dengan rambut berdiri, berbau busuk, dengan pakaian berwarna hitam. Dari

mulut dan lubang hidungku keluar jilatan api . Melihat wujudku yang mengerikan itu,

Nabi Ibrahim a.s. pun klenger20. Ketika sadar kembali, ia kemudian berkata, “Wahai

Izrail, seandainya seorang pelaku kejahatan pada saat kematiannya tidak

menghadapi sesuatu yang lain kecuali wajahmu, niscaya cukuplah itu sebagai

hukuman atas dirinya.”

Itu baru melihat rupa asliku untuk si pendosa. Ketika aku mencabut ruh si pendosa,

kamu tidak akan bisa membayangkan bagaimana siksaku ketika sakratul maut

sebelum aku cabut nyawanya, siksa kubur yang akan diembannya, dan siksa neraka

yang akan dialaminya.

Tubuhku bergetar membayangkan kengerian dari mereka yang sesat dan murtad

ketika Izrail mendatanginya. Aku masih menggigil ketika kulihat wajah Izrail tampak

seperti udang direbus, kemerahan menahan gejolak saat-saat ia mencabut manusia

yang sesat dan murtad. Kemudian, dia menoleh kepadaku dan berkata “apalagikah

yang ingin kau tanyakan”, katanya.

Aku masih berfikir, kira-kira apalagikah yang ingin kuketahui. Selama ini, apa yang

selalu kukhawatirkan di dunia adalah menyusupnya hal-hal yang diharamkan dalam

kehidupanku. Salah satunya adalah melalui profesi yang kugeluti. Menurutku, profesi

yang sebenarnya ideal untuk mendapatkan rezeki halal adalah berdagang. Karena

dengan berdagang orang sebenarnya dapat menentukan sendiri tingkat kehalalan

yang ia jual belikan. Tentunya dengan norma-norma yang sesuai dengan ajaran

Islam. Namun, anehnya, banyak pedagang kulihat tidak mau tahu dengan hal ini,

sehingga dalam banyak aspek, apa yang semestinya halal menjadi haram karena

20 klenger=pingsan

Namaku Izrail!______________________________________________________70

Page 71: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

praktek perdagangannya yang tidak jujur dan tidak wajar. Seolah hanya

keuntunganlah yang dipikirkan sehingga tega-teganya ia menaikkan harga

komoditas dan barang ketika

bulan Ramadhan, lalu kemudian ia turunkan lagi setelah lebaran usai, kemudian ia

naikkan lagi. Ah demikian bodohnya para pedagang itu sehingga tanpa sadar ia

meracuni dirinya dan keluarganya dengan hal-hal yang semestinya dijauhi dan

dihindari. Nah aku mau menanyakan hal ini sajalah. “Bagaimana dengan pedagang

yang curang? “, lanjutku.

Yang mati dengan mengerikan salah satunya adalah mereka yang curang dalam

berdagang. Aku akan ceritakan sebuah kisah bagaimana aku mencabut nyawa

pedagang yang menggunakan dua timbangan, yaitu timbangan saat menjual dan

saat membeli. Ini juga berlaku untuk mereka yang berdagang dengan keuntungan

yang semena-mena yang sering terjadi di zamanmu. Contohnya ketika gaji pegawai

pemerintah naik, pedagang dengan seenaknya menaikkan harga bahan pokok.

Tanpa pernah turun lagi. Ketika Ramadhan atau Lebaran tiba, harga-harga

komoditas yang

dibutuhkan masyarakat naik tanpa kompromi. Demikian juga, ini berlaku bagi mereka

yang menipu dalam berdagang, menimbun barang sehingga harga melonjak,

menggoreng saham, calo-calo yang menaikkan harga seenaknya, menjual

komoditas yang jelas-jelas haram, menimbun minyak, atau aktivitas perdagangan

yang curang lainnya. Bagi pedagang yang demikian, maka segala perbuatannya

menumpuk harta tidak halal di dunia akan tampak bagai dua gunung api dari neraka

yang sangat panas dan menyala-nyala, sehingga akan membuat yang melihatnya

menggigil ketakutan. Pedagang yang sekarat akan disuruh untuk mendaki kedua

gunung itu. Setelah itu barulah aku mencabut nyawanya tanpa ampun.

Membayangkan dua gunung api yang menyala-nyala dari harta dunia yang haram

memang mengerikan. Lha wong kita sering melihat tukang sulap berjalan di atas

bara-bara api saja membuat kita meringis, maka membayangkan kondisi seperti

berjalan di atas gunung api sebelum nyawa dicabut Izrail benar-benar tidak habis

pikir bagaimana rasanya. Mungkin panas yang tidak berkesudahan, badan yang

kelojotan menahan panas seperti ikan dipanggang, lidah yang mengelu, hidung

Namaku Izrail!______________________________________________________71

Page 72: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

seperti tersumbat asap yang tidak bisa keluar, persis ketika kita flu burung dan

hidung kita tersumbat, betapa tersiksanya. Entah berapa lama siksaan itu akan

berlangsung. Mungkin gunung api itu dalam bentuk sakit yang tidak berkesudahan

dari penumpukkan harta haramnya, yang tidak tersembuhkan bahkan dengan dokter

termahal maupun dukun tersakti sekalipun, sakit yang mnguras seluruh harta

kekayaannya. Aku tidak bisa membayangkan lebih jauh kondisi mereka yang curang

dalam berdagang ini ketika Izrail mulai mengincarnya.

“Mungkin kamu pernah mendengar cerita bagaimana susahnya orang dalam

sakratul maut mengucapkan syahadat”, Izrail meneruskan ceritanya tanpa kuminta.

Aku masih tetap mendengarkannya dengan takjub.

Ya, mereka yang kelu lidah saat aku akan mencabut nyawanya umumnya

dikarenakan sifat mereka selama ini yang suka bergunjing, memfitnah, iri dan

pemabuk. Berkali-kali sebenarnya kitab-kitab suci mengingatkan penyakit-penyakit

iblis yang satu ini. Tapi, entahlah, barangkali kaummu memang susah dibilangin.

Kegiatan yang merupakan warisan penyakit Iblis itu malah akhir-akhir ini menjadi

semacam profesi saja. Wartawan, tukang gunjing di radio, televisi, di pasar dan di

rumah, pengkhutbah yang menebarkan fitnah dan bau busuk tipu daya yang

menyesatkan, malah disukai. Padahal aktivitas itu sangat berpotensi untuk

menggelincirkan manusia kedalam dosa seperti di atas.

Dulu pernah ada seorang murid alim ulama terkenal yaitu Imam Fudhail Bin Iyad

yang sedang menghadapi sakaratul maut. Terdorong oleh rasa sayang dan

tanggung jawabnya, Sang Guru mengunjungi muridnya yang nampak sedang

kepayahan tersebut. Iapun kemudian membacakan surah Yasin. Tapi bukannya

bacaan itu menentramkannya malah bacaan surah Yasin itu membuat si murid

menjadi gelisah dan susah meninggal dengan tenang. Fudhail pun kebingungan.

Kemudian si guru pun membacakan syahadat. Namun, bacaan tauhid tersebut tetap

tidak bisa menolongnya.

Begitulah, telinga terasa budeg, lidah kelu dan mata membuta ketika aku mulai

bertugas. Setelah dengan susah payah, akhirnya aku pun mencabut nyawanya dan

Namaku Izrail!______________________________________________________72

Page 73: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

menyerahkannya ke pada malaikat yang bertanggung jawab dalam penghisaban di

kuburan. Sang Guru menangis tersedu-sedu karena muridnya ternyata telah

kehilangan keimanannya karena suka memfitnah, bergunjing, iri dan minum arak.

Aku masih menatapnya dalam diam sambil melayangkan imajinasi pada berbagai

infotainment yang sepertinya sudah menjadi komoditas hiburan. Membuang waktu

dengan membicarakan aib orang lain. Wah, repot juga. Padahal, hampir sebagian

besar acara televisi yang disukai tidak lepas dari membicarakan orang lain. Apakah

itu suatu kebenaran, atau cuma sekedar bumbu penyedap untuk mendongkrak rating

sebuah acara yang membuat orang lain naik pitam. Namun, dilain pihak mungkin

akan membuat orang lain meraih kekayaan, hidup makmur diatas penderitaan orang

lain atau dengan mempermainkan hidup orang lain. Aku menggigil ngeri.

Ah, betapa lalainya manusia kalau sudah menyinggung yang satu ini. Kekayaan.

Sehingga iapun lupa bahwa kekayaan yang diraihnya dari membicarakan orang lain

seperti orang yang memakan bangkai saudaranya sendiri. Hmm, aku masih

memikirkan mereka yang meraih kekayaan dengan cara-cara yang tidak etis seperti

itu. Di negeri ini, menjadi kaya memang jadi impian banyak orang. Sehingga

seringkali tidak peduli lagi bagaimana kekayaannya itu ia kumpulkan, ia raih, dan

kemudian menjerumuskan dirinya sendiri.

Aku menatap Izrail sekali lagi, seolah masih tidak percaya bahwa aku dapat

bercengkerama dengannya seperti ini. Kemudian aku bertanya, “Wahai Izrail

bagaimanakah engkau mencabut nyawa orang yang kaya raya?”

“Orang kaya?”, Izrail sedikit mengernyitkan keningnya. Alisnya terangkat sedikit,

amboi indahnya alis itu.

Yah orang kaya tidak beda sebenarnya dengan makhluk Allah lainnya. Saat

kematian menjemput, maka kekayaannya tidak akan berarti apa-apa. Sebab,

kekayaan yang akan dinilai oleh-Nya adalah amaliah yang muncul dari dasar

hatinya. Kekayaan duniawi hanya berguna untuk anak cucu dan jandanya (dudanya)

saja.

Namaku Izrail!______________________________________________________73

Page 74: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

“Yang paling menyebalkan adalah kalau aku mencabut nyawa orang yang kaya

karena menggadaikan kemanusiaannya”, Izrail menegaskan. Kelihatan benar dia

geregetan dan gemas.

Itulah kekayaan yang diraih dari jalan yang diharamkan Allah. Mereka yang korupsi,

menipu, merampas harta anak yatim, membohongi publik, pura-pura membangun

yayasan, karena riba, dan cara-cara lain pengambilan kekayaan yang tidak sah.

Mereka sebenarnya sebodoh-bodohnya manusia. Mereka bisa dikatakan terkelabui.

Mungkin kaummu sering mengucapkan pepatah “Muda Foya-foya, Tua Kaya Raya,

Mati masuk Surga”. Itulah peribahasa kaum hedonis yang mengira dengan tipu

muslihatnya bisa menipu Allah SWT. Mereka lupa bahwa dari mulai bapak-ibunya

bertemu sampai ajal menjemput, Allah menggenggam kehidupan mereka, baik

digenggam dalam Kebaikan-Nya maupun Kemurkaan-nya. Bodohlah manusia yang

mengira kekayaaan yang diperoleh dengan jalan haram, bisa ditebus dengan

aktivitas amal-amal lahir, apakah itu dengan berzakat , berumroh dan berhaji,

mendirikan rumah yatim piatu, atau mendirikan masjid-masjid dengan tiang-tiang

yang besar. Selama kesyirikan dan riya masih menempel dalam lubuk hati mereka

yang terdalam, meskipun sebesar zarah atom sekalipun (QS 99:7-8), kesyirikannya

dan kekurang ajarannya dengan menyogok Allah akan berdampak mengerikan.

Orang yang kaya seperti ini, seakan membawa kesombongannya selama di dunia

dengan menganggap Allah pun bisa disogok. Padahal Kesombongan adalah

Selendang-Nya.

Karena itu, akupun tidak sungkan untuk menampakkan diri dalam bentuk yang paling

mengerikan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Aku akan cabut nyawa

mereka sesuai dengan tindakan-tindakan mereka. Aku akan menyeret roh mereka

dari dalam tubuhnya yang membusuk secara perlahan-lahan. Agar ia bisa mencium

sendiri kebusukannya itu sebelum sakratul maut tuntas menunaikan tugasnya.

Rohnya akan kuseret seperti diseretnya tubuh melalui dinding bergerigi, yang sakit

dan sangat menyakitkan. Banyak yang tidak kuat melalui fase ini, dan menangis

meraung-raung, tidak saja dalam wujud jasadnya yang membusuk. Namun, juga

Namaku Izrail!______________________________________________________74

Page 75: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

ruhnya akan meraung dan bersedih, sekaligus juga tidak rela meninggalkan

kekayaannya yang tersisa yang tidak sempat dinikmatinya.

Keringat dingin meleleh didahiku, ketakutanku muncul. Lalu terbata-bata aku

berkata, ”Tttapi kan tidak semua orang kaya diperoleh dari tipu menipu dan

kejahatan,” protesku.

“O, ya jelas. Ada juga orang kaya yang tidak seperti itu. Tapi kebanyakan, kekayaan

telah membutakan matahati seseorang sehingga alpa dari menelusuri dan

menggunakan kekayaannya.” Ujar Izrail menjelaskan.

Dia melanjutkan,” Hanya sedikit orang kaya yang menyadari apa arti kekayaannya

itu.”. “Dari yang sedikit itu, lebih sedikit lagi yang lolos dengan mulus”, tegasnya.

“Kekayaan cenderung menghalangi tugas-tugasku.” Ucap Izrail sedikit iba.

Pernah suatu ketika aku mendatangi orang kaya raya. Karena ia tahu kedatanganku,

maka ia pun gemetar dan memerintahkan semua harta bendanya untuk dikumpulkan

dihadapanku. Setelah semua hartanya berada didepan matanya, dia berkata

mencaci maki harta bendanya ”Semoga Allah mengutukmu sebab engkau telah

memalingkan aku dari beribadah kepada Tuhanku dan menghalang-halangi aku dari

pengabdian kepada-Nya”.

Allah kemudian membuat harta bendanya berbicara,

”Mengapa engkau menghinaku, sedangkan karena akulah engkau bisa

diterima oleh presiden, para pejabat, pengusaha, selebritis, kalangan jet-set,

dan golongan yang mengandalkan kekayaan dunia lainnya, padahal orang-

orang yang bertakwa kepada Allah malah diusir dari pintu rumahmu?

Karena akulah engkau bisa mengawini wanita-wanita lacur, duduk bersama

raja-raja, pelesiran ke tempat-tempat yang hina, dan membelanjakan aku di

jalan keburukan. Namun, aku tidak pernah membantah.

Namaku Izrail!______________________________________________________75

Page 76: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Seandainya saja engkau membelanjakan aku di jalan kebajikan, niscaya aku

akan memberi manfaat kepadamu. Engkau dan semua anak Adam diciptakan

dari tanah, kemudian sebagian dari mereka memberikan sedekah, sedang

yang lain berbuat keji seperti dirimu yang bodoh dan terkelabui oleh gemerlap

diriku.”

Aku pun tanpa basa-basi lagi mencabut orang kaya yang bodoh itu, maka robohlah

ia ke tanah dengan penyesalan yang mendalam.

“Lalu bagaimana dengan orang yang miskin secara duniawi, secara materi?”,

lanjutku menanyakan.

“Ketahuilah, dimata Rabb-mu, kekayaan dan kemiskinan tidak dapat dijadikan alasan

dari lalai terhadap-Nya”, Izrail berkata sebelum melanjutkan ceritanya.

Orang miskin, sebenarnya memiliki peluang besar untuk merasakan nikmatnya kasih

sayang Allah. Tapi, kemiskinan tidak jarang juga menyebabkan kekufuran. Di

zamanmu ini, kemiskinan sudah seperti kekayaan, mereka yang merasa miskin

kebanyakan jatuh ke dalam kekufuran karena kemiskinannya tidak identik dengan

kezuhudan dan kejujuran, tidak identik dengan ridha terhadap semua ketentuan

Allah SWT.

Bila kekufuran menimpa si miskin, maka ini tak ubahnya si orang kaya yang mencari

kekayaan dengan cara-cara yang tidak halal. Disinilah pentingnya mereka yang

miskin mengetahui. Jangan sampai sudah miskin di dunia, di akhirat jauh lebih

miskin lagi. Nabi Muhammad Yang Ummi mengatakannya sebagai “orang yang

bangkrut total”. Ini ibarat merubuhkan rumah di dunia dan rumah diakhirat. Dunia tak

dapat, akhirat tak selamat. Sangat merugi, sangat merugi, benar-benar sangat

merugi.

Namaku Izrail!______________________________________________________76

Page 77: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Maka, jangan jadikan kemiskinan menjadi alasan dan tameng kekufuran dan

kemungkaran. Ia yang miskin dan terikat dengan kemiskinannya, akan cenderung

tergelincir dalam jerat-jerat nafsu si bodoh Iblis. Jadi, gunakankah kemiskinamu pada

materi untuk memupuk kekayaanmu disisi-Nya. Engkau boleh jadi si fakir dunia, tapi

disisi-Nya semua itu tidak berarti apa-apa. Maka dekatilah Dia dengan

kehambaanmu,

jangan dekati Dia dengan kesombonganmu atau keluh kesahmu. Jangan jadikan

kemiskinan menjadikan dirimu lalai atas semua perintah Allah, larangan-larangan-

Nya, sunnatullah-Nya, dan petunjuk dari Nabi Muhammad SAW.

Jangan dikira bahwa kemiskinan manusia itu menjadi belenggu sehingga ia harus

bertahan hidup dengan melupakan Allah. Jangan dikira bahwa kemiskinan menjadi

alasan yang bagus untuk menghadapi murka Allah. Percayalah, kalau mau

dibandingkan dengan kehidupan Nabi SAW dan sebagian sahabat yang berbaju bulu

domba, yang hidup di emperan masjid Nabi dahulu (Asy Shufa), menggelandang di

padang pasir nan panas, maka kemiskinan yang dialami oleh masyarakat di

zamanmu saat ini tidak seberapa. Galilah hikmah dari kehidupan Nabi SAW yang

bersahaja. Ia yang pernah mengganjal perutnya dengan batu selama tiga hari dua

malam, tidak pernah mengeluh atas kelaparannya. Lha, manusia di zaman ini

memang aneh. Kendati peradaban mampu memberikan kemudahan-kemudahan,

namun seringkali ini malah menjadi godaan kesenangan. Maunya serba instan,

sehingga ketika Allah uji dengan kepapaan, kemiskinan, kemelaratan, dan

kekurangan lainnya, sebagian besar manusia semakin jatuh ke dalam kemiskinan

dan kekufuran. Sebagian lagi malah benar-benar jadi seperti binatang,

menghalalkan segala cara, demi isi perut belaka. Sungguh ini sangat bodoh, seolah

hidup sekedar untuk makan saja. Padahal, kalimat bijak sering mampir di telinga

bahwa makanlah secukupnya hanya untuk menegakkan tubuh dan meneruskan

kehidupan.

Aku yang mencabut nyawa si miskin, kadangkala tidak habis mengerti. Kenapa

manusia bisa begitu bodoh. Padahal, kemampuannya melebihi kemampuan kaumku

Namaku Izrail!______________________________________________________77

Page 78: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

(malaikat). Yah, akhirnya sering sekali aku mencabut nyawa si miskin dalam

kebusukan dunia dan kebusukan akhirat. Benar-benar orang yang merugi.

Izrail mengakhiri cerita bagaimana mengurus si kaya dan si miskin yang terkelabui

oleh bedak-bedak duniawi. Ia sekarang sudah duduk disampingku, menatap dengan

kelembutan malaikatnya. Pertanyaan selanjutnya bergulir begitu saja menyambung

dari kekayaan, kemiskinan, dan kekuasaan. Ketiganya dapat menjadi berkah bagi

manusia, namun dapat juga dapat menjadi pembawa bencana. “Bagaimana

penguasa yang meninggal?”, lanjutku, meneruskan pertanyaan.

Penguasa sebenarnya diberi mandat oleh Allah untuk membawa rakyatnya ke jalan

yang diridhai-Nya. Ia yang mampu menjalankan kekuasaanya di bawah naungan

Cahaya Ilahi, maka ia sebenarnya khalifah Allah.

Akan tetapi, kalau penguasa lupa diri, cenderung memperkaya diri, lebih

mementingkan keluarganya, kelompoknya daripada kepentingan rakyat banyak,

maka Allah sebenarnya menyiapkan adzab yang menyengsarakan sebelum aku

mencabut rezekinya yang terakhir baginya dan seluruh rakyatnya. Itulah saat

kematian.

Penguasa yang lalim, akan tersiksa oleh kelalimannya yang maujud dalam bentuk

rasa takut mati, kepikunan yang berlarut-larut, sakit yang menahun, sampai tubuhnya

yang tak lebih dari bangkai membusuk yang menunggu tebasan pedang waktu. Saat

itulah, akupun harus menutup hidung ketika ruhnya kucabut degan paksa. Dan

dikembalikan kepada-Nya, lantas dihempaskan-Nya ke dalam adzab akhirat yang

kekal.

Ketahuilah, aku berjalan bersama Sang Waktu, melihat banyak kerusakan di muka

bumi karena penguasa yang lupa diri. Dahulu, sepeninggal nabi yang Ummi,

kepongahan jahiliyah muncul kembali dalam bentuk ketamakan atas kekuasaan,

kesombongan atas kesukuan, dan kejahilan jahiliyah yang sebenarnya ingin di

hapuskan oleh Nabi Muhammad SAW. Maka, kehancuran Umat Islam pun kemudian

dimulai ketika sebagian mencela sebagian lainnya, sebagian merasa diri paling

Namaku Izrail!______________________________________________________78

Page 79: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

benar, sebagian sangat buta mata hati sehingga tidak mampu berfikir jernih tentang

kebenaran yang sudah di ajarkan Nabi Muhammad SAW.

Sudah banyak zaman kulalui, maka keruntuhan peradaban karena lemahnya

penguasa sering aku lihat. Dan selama itu pula berbagai jenis penguasa yang lalai

dan lupa diri sering kucabut nyawanya dalam penderitaan dirinya. Lucunya, banyak

juga yang masih buta matahati, kendati kucabut nyawanya dalam kesesatannya,

anak cucunya makin terjebak ilusi dengan membangun istana-istana kesia-siaan.

Mereka bangun kuburan-kuburan yang megah untuknya, mereka kira kemegahan

kuburan itu dapat menyelamatkan si mati. Tidak tahukah mereka bahwa hanya amal

salehlah yang dapat menerangi ruh simati di alam kubur sana? Dungu, sungguh

dungu perilaku penguasa yang lupa diri itu. Ia kira bisa menyogok Ilahi dengan

membangun tiang-tiang besar di kuburannya.

Izrail kemudian bercerita tentang tugasnya mencabut penguasa lalim Bani Israil.

Ketika itu Sang Tiran sedang duduk-duduk seorang diri di istananya tanpa ditemani

oleh salah seorang istrinya. Aku kemudian masuk melalui istananya dengan tiba-

tiba. Penguasa Tiran itu marah dan berkata dengan pongah, ”Siapakah Engkau?

Siapa yang mengizinkanmu masuk kedalam istanaku?”

Aku menjawab,

”Yang mengizinkanku masuk kedalam rumah ini adalah pemilik istana ini.

Sedangkan aku adalah yang tak bisa dihalangi oleh seorang pengawalpun

dan tidak butuh izin apapun untuk masuk kesini.

Bahkan terhadap raja-raja sekalipun,

aku tak perlu izin apapun,

tidak pernah takut pada kekuatan raja-raja yang perkasa,

dan tidak pernah diusir oleh penguasa tiran yang keras kepala

atau setan pembangkang sekalipun.”

Mendengar seruanku, penguasa lalim itu menutup mukanya. Agaknya ia sadar siapa

yang dihadapinya. Dia pun jatuh tersungkur. Kemudian bangkit dengan memelas dan

mengiba-iba.

Namaku Izrail!______________________________________________________79

Page 80: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

”Jadi Engkau adalah Malaikat Maut?” , katanya.

Aku menjawab “Ya”.

Kemudian dia menawar dengan cengeng, ”Sudikah engkau memberiku kesempatan

agar aku bisa memperbaiki kelakukanku?”.

Aku menjawab, ”Alangkah bodohnya engkau ini; waktumu telah habis; nafas dan

masa hidupmu telah berakhir; tidak ada jalan lagi untuk memperoleh penangguhan.”

Penguasa tiran itu menangis tersedu-sedu, lalu ia bertanya,”kemana engkau akan

membawaku?”

Aku menjawab, “Kepada amal-amalmu yang telah engkau kerjakan sebelumnya dan

juga ke tempat tinggal yang telah engkau dirikan sebelumnya.”

Sang tiran menjawab bingung, “Bagaimana mungkin? Aku belum pernah

mempersiapkan amal baik dan rumah baik apapun juga.”

Aku menjawab, ”Kalau begitu, ke neraka, yang menggigit hingga ke pinggir-pinggir

tulang kamu akan ditempatkan.”

Akupun kemudian mencabut nyawa penguasa tiran itu yang jatuh mati ditengah-

tengah keluarganya dengan mata melotot penuh penyesalan, di tengah-tengah

mereka yang kemudian meratap-ratap dan menjerit-jerit. Andai saja mereka

mengetahui bagaimana buruknya neraka bagi si lalim itu, mungkin mereka akan

menangis lebih keras lagi.

Keringat dingin tanpa terasa makin menderas, membasahi dahi dan leherku. Izrail

kulihat masih berdiam diri seolah tahu aku masih mempunyai beberapa pertanyaan

lain yang menggelayut di pikiranku.

“Ketika engkau mencabut nyawa seseorang, baik dalam waktu yang berlainan

maupun bersamaan, engkau nampaknya tidak memiliki kesukaran apapun juga.

Bagaimanakah dengan kematian di medan perang atau bencana alam dimana

terdapat puluhan bahkan mungkin puluhan ribu nyawa yang secara bersamaan

melayang?”, pertanyaanku meluncur begitu saja. Izrailpun nampaknya masih tenang-

Namaku Izrail!______________________________________________________80

Page 81: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

tenang saja dan tidak terburu-buru. Ia merapikan rambutnya yang berkilauan, setelah

melontarkan senyumnya, ia kembali bercerita.

Peperangan maupun benaca alam adalah bagian dari sunnatullah Tuhan. Bagian

dari keseimbangan alamiah karena kaummu seringkali overdosis dalam banyak hal.

Itulah senyatanya kejelekan manusia yang utama karena dicengkeram ketidakadilan

dan keangkaramurkaan.

Peperangan, meskipun kamu seringkali tidak terima akan adanya peperangan, tapi

Tuhan punya timbangan sendiri, yang semestinya diperhatikan oleh umat manusia.

Namun, sudah menjadi ketentuan sejak awal penciptaan bahwa manusia pada

akhirnya terbelenggu dengan berbagai persoalan karena ketidakmampuannya

mengenal dirinya sendiri. Belenggu kepemilikan, penguasaan, keserakahan, dan

nafsu ingin menguasai lainnya akhirnya akan menyeret umat manusia ke dalam

peperangan demi peperangan.

Peperangan jangan ditangisi. Kalau timbangan sunnatullah sudah bergeser ke titik

yang tak dapat balik, maka setekun apapun doa-doamu, sunnatullah tetap terjadi.

Ambil saja contoh di Afghanistan, Irak, Palestina, atau di belahan dunia lainnya.

Kendati di situ banyak Umat Islam, namun sunnatullah tidak pernah bisa dikelabui, ia

akan berjalan apa adanya, sesuai ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkannya.

Ketika umat lalai akan arti pentingnya peradaban, ukhuwah, ilmu pengetahuan,

keadilan, lupa arti pentingnya kesatuan, maka peperangan dapat menjadi guru untuk

mengingatkan manusia, bahwa itulah akibat kalau umat menjadi bodoh dan bercerai

berai. Mereka seperti buih-buih yang akan mudah menjadi bulan-bulanan gelombang

zaman yang tidak menentu. Apakah engkau lupa kalau dulupun adzab peperangan

menimpa Umat Islam ketika Jenghis Khan dan tentara Mongolnya mengamuk di

kawasan Jazirah Arab, menghancurleburkan negeri-negeri Islam dari India sampai

Baghdad karena kelemahan umat? Manusia mungkin berkewajiban meminimalisir

dampak-dampak perang, itu perbuatan mulia. Tapi apakah perang lantas berhenti,

serahkan saja kepada-Nya. Karena justru dengan peperangan manusia semestinya

akan mengerti bagaimana dampak-dampak perbuatannya, kebodohannya,

keangkaramurkaan, dan kesombongannya. Namun, manusia itu seringkali mirip

Namaku Izrail!______________________________________________________81

Page 82: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

keledai. Meskipun, perang demi perang dilalui. Toh tetap saja terjadi dan celakanya

dianggap sebagai solusi.

Dalam peperangan maupun bencana lokal sampai yang berskala global, manusia itu

seperti onggokan kacang yang dimasukkan ke dalam kuali. Aku lebih mudah

melakukan tugas saat itu, karena sekali sentil dengan kedua jariku maka ribuan

orang akan mati. Persis kacang dalam kuali, dengan sekali pukul puluhan kacang

dalam kuali remuk redam. Wujud pukulanku bermacam-macam. Seringkali peluru,

meriam, roket, rudal, bahkan pernah juga bom Atom, tsunami, gempa bumi, banjir

besar, banjir lumpur, wabah penyakit dan berbagai bentuk ketentuan lainnya.

Tapi, peperangan zaman sekarang lebih kejam dari dahulu. Dahulu, sekali tebas

badan terbelah atau leher terputus mempercepat kematian. Memang bagi manusia

terlihat kejam. Tapi manusia sudah mengembangkan kekejaman dalam beberapa

format yang terlihat halus, berbudi, namun sebenarnya lebih kejam dan mengerikan.

Lha sekarang, peperangan di satu tempat memberikan dampak di tempat lain

dimana

orang tidak tahu menahu masalah yang terjadi. Belum lagi penderitaan rakyat tak

berdosa. Apalagi kalau para spekulan ekonomi dan provokator politik mulai bermain

mata, seperti menggoreng saham, melambungkan harga bahan pangan, minyak,

menjual senjata, membuat desas-desus tidak jelas, dan lain sebagainya. Maka

penderitaan peperanganpun akan menjalar ke seluruh dunia.

Nyawa yang kucabut saat perang di masa kamu tidak seberapa dibandingkan

peperangan jaman dulu. Tapi nyawa yang meregang-regang di telan penderitaan

akibat dampak perang dan pasca perang seperti keracunan, kelaparan, kemiskinan,

penyakit, cacat, sakit mental, dan lain-lainnya malah tumbuh subur, memperpanjang

usia penderitaan banyak orang.

Perang sekarang sudah menjadi komoditas. Alasan perang pun kebanyakan tak lagi

berhubungan dengan kebenaran di Jalan Allah. Tapi sekedar memenuhi kebutuhan

ekonomi semata. Jadi sebenarnya tidak jauh-jauh dari urusan perut. Bahkan tidak

jarang perang muncul karena kedunguan manusia, hingga perangpun berkecamuk

Namaku Izrail!______________________________________________________82

Page 83: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

karena adu domba dan fitnah. Urusan perut yang sederhana bisa menjadi bencana

perang yang membuat merana.

Maka, sudah jarang sebenarnya prajurit-prajurit yang berperang dijalan Tuhan.

Padahal, ada kemuliaan bagi mereka yang murni berjihad di jalan Tuhan. Meski

mereka disebut mati, tetapi mereka sebenarnya hidup dan sudah memilih kehidupan

yang lain.

Aku pun seringkali trenyuh, penderitaan manusia semakin memanjang dari satu

nasib ke nasib lainnya. Dari takdir buruk yang satu ke takdir buruk lainnya. Seolah

keledai di penggilingan masa. Tapi, semua itu adalah takdir dan sunnatullah.

Dan semua itu bukan lagi menjadi tugasku, karena sebenarnya itu adalah karena

kebodohan kaummu sendiri. Tuhan cuma sekedar menetapkan hukum-hukumNya.

Manusia menjalaninya, kalau mereka berbuat kebaikan, selaras dengan ruang dan

waktunya, dalam arti selaras dengan kehendak Allah, maka hasilnya pun baik dan

semata-mata karena anugerah-Nya. Tapi ketika kalian berbuat tanpa keselarasan,

menolak harmoni dalam kedinamisan alam semesta, dirinya dan dengan Tuhannya,

maka itulah akibat ulah kalian sendiri. Sama halnya dengan mereka yang tidak

mempercayai akhirat setelah aku datang. Mereka memang pantas dijuluki “penjudi

yang bodoh”, yang berspekulasi dapat menciptakan kesejahteraan dengan

peperangan demi isi perut sendiri.

Aku setengah terpana mendengar uraiannya tentang peperangan. Sebagai pencabut

nyawa, aku sendiri tidak pernah mengira bahwa Izrail dapat menangkap banyak

makna-makna tersembunyi di balik peperangan, mulai dari keseimbangan alam,

sebagai suatu contoh buat manusia, maupun sebagai suatu pengajaran bagi

manusia untuk menarik hikmah tentang kehidupan. Yah, peperangan memang

sepertinya sudah menjadi bagian dari peradaban manusia sejak dahulu kala, apapun

alasannya, peperangan sepertinya sudah menjadi bagian solusi manusia. Aku

membatin.

Namaku Izrail!______________________________________________________83

Page 84: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Seberapa berharga sebenarnya manusia menghargai kehidupannya, memang suatu

misteri. Di satu sisi ada yang mati-matian tidak menyerah dengan kehidupannya,

bahkan dengan jalan peperangan sekalipun, namun ada juga sebenarnya yang

malah menyia-nyiakan kehidupannya. Seolah dirinya sudah menjadi Tuhan untuk

menentukan nasib sendiri. Sehingga dalam titik yang ekstrim, maka bunuh diri

kadangkala menjadi suatu solusi. “Bagaimanakah engkau mencabut nyawa orang

yang bunuh diri?”, setengah nyeletuk aku kembali bertanya kepada Izrail.

Bunuh diri sangat dicela oleh Tuhan. Karena tidak saja mengabaikan tugas dan

amanat, tetapi selemah-lemahnya manusia. Bahkan binatang yang tak berakal pun

jauh lebih mulia dari mereka yang mengambil jalan pintas untuk bunuh diri. Tidak

ada

ampun untuk mereka yang bunuh diri dengan semena-mena. Kenapa begitu?

Karena Tuhan tidak menginginkan ruh manusia yang bunuh diri. Senyatanya, bunuh

diri adalah perbuatan Setan dan Iblis. Oleh karena itu, sebenarnya aku tidak segan-

segan

mengambilnya, dan mencampakkannya kedalam jahanam yang kekal. Tetapi karena

kebodohan manusia saja maka ia melakukan bunuh diri. Aku cuma instrumen yang

digerakkan oleh kehendak Allah. Ruh yang bunuh diri tidak akan pernah menjadi ruh

penasaran, tapi ia akan ditempatkan di alam barzakh yang sempit dan gelap. Itulah

alam kegaiban tempatnya semua arwah yang melupakan Tuhan. Orang yang bunuh

diri adalah mereka yang tidak saja menyalahi amanat Ilahi. Tetapi, menjadi sangat

dimurkai Allah SWT. Bunuh diri ibarat kebodohan dan pembangkangan Iblis yang

menolak perintah-Nya untuk bersujud kepada Adam. Dalam konteks demikian

kemurkaan Allah SWT begitu besar sehingga Ia tidak lagi menerima arwah atau roh

ditempat semestinya. Ketahuilah, Allah telah berfirman tentang mereka yang bunuh

diri, “Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu (QS 4:29)”.

“Aku tidak dapat bercerita banyak tentang orang bunuh diri”, Ujar Izrail setengah

bersedih. Ia kemudian melanjutkan. Orang yang bunuh diri bukan lagi menjadi

tanggung jawabku sejak ia memutuskan untuk mematikan diri sendiri. Yang patut

kamu ketahui adalah, bunuh diri adalah buah dari kesesatan manusia yang

Namaku Izrail!______________________________________________________84

Page 85: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

sesesatnya. Amal ibadah dan kebaikannya akan musnah seperti debu-debu

beterbangan. Persis seperti musnahnya amal dan ibadah Iblis yang sudah mengabdi

kepada-Nya selama ribuan tahun.

Bagi yang bunuh diri, maka di akhirat ia akan mengalami siklus bunuh diri yang terus

menerus tanpa henti sebagai wujud siksaannya di akhirat. Ia yang minum racun akan

terus menerus minum racun, ia yang bunuh diri dengan belati akan disiksa sesuai

dengan cara bagaimana ia bunuh diri. Akibatnya, siklus penyiksaan dengan cara

bunuh dirinya akan terus menerus dialami sebagai siksa yang tidak pernah berhenti.

Ia yang bunuh diri, akan abadi dengan siklus bunuh dirinya di akhirat, namun dengan

siksa yang lebih berat.

Izrail mengakhiri penjelasan tentang orang yang bunuh diri dengan sedikit masgul,

kemudian ia mengatakan, ”Aku akan meneruskan bagaimana aku mencabut nyawa

mereka yang dibunuh, baik dalam kesesatannya, mempertahankan kehormatannya,

maupun dalam keadaan yang tidak diinginkannya.”

Pembunuhan tanpa alasan yang jelas merupakan tindakan manusia yang dimurkai

oleh Allah. Dimurkai dalam arti bukan saja menghilangkan nyawa manusia tetapi

dalam arti merusak makhluk ciptaan-Nya yang merupakan citra diri-Nya yang

sempurna. Pembunuhan di luar arena peperangan sangat diharamkan, bahkan Allah

mengatakan harus menebusnya dengan taubatan nasuha.

Bila si pembunuh sadar. Ia harus menebusnya dengan penghambaan kepada-Nya

sepanjang hidupnya. Bila ia semakin tersesat, menganggap nyawa manusia seperti

miliknya sendiri, maka ia akan dihempaskan kedalam kenestapaan neraka dunia. Ia

akan semakin diselimuti nafsu ammarah yang sudah menjelma menjadi Iblis sang

Durjana. Yang menafikan semua perintah-Nya, yang membangkang karena

kesombongan dirinya. Ia pun sudah menjadi budak si Iblis.

Mereka yang dibunuh akan mati dalam banyak keadaan. Ada yang dibunuh karena

kesesatannya, dan ini merupakan hukuman Allah yang disegerakan. Ada yang

Namaku Izrail!______________________________________________________85

Page 86: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

dibunuh karena kesewenang-wenangan, ada yang dibunuh karena membela

kehormatan, ada pula yang dibunuh karena membela keluarganya, atau agamanya

bukan dalam peperangan. Mereka yang dibunuh dalam rangka membela agama,

keluarga, kehormatannya, tanah air, dan dibunuh karena memegang keyakinan di

jalan Allah akan menjadi syahid. Dia akan hidup disisi Allah.

Demikian juga, hati-hatilah dalam bersikap. Sebenarnya makhluk lain tidak berhak

untuk menentukan hidup makhluk lainnya. Temasuk disini meminta kematian atas

makhluk lainnya. Di zamanmu, keinginan untuk meminta kematian21 terlihat seperti

sesuatu yang wajar, lumrah dan manusiawi. Tapi hati-hatilah, kematian yang

dipaksakan tanpa alasan tidaklah dibenarkan oleh Islam. Semenderita apapun

engkau rasakan suatu penderitaan, tanpa kesadaran diri bahwa itu semua adalah

ujian dari-Nya, maka celakalah bagi mereka yang meminta kematian baik untuk

dirinya maupun orang lain. Ketahuilah bahwa Allah tidak akan melewati batas dalam

menguji semua manusia (QS 2:286). Dia sudah menentukan suatu keadaan yang

optimum bahwa penderitaan yang ditanggung oleh seseorang adalah ujian yang

masih dalam batas-batas kemampuannya. Ketika kamu menyerah, dengan alasan

tidak sanggup lagi, maka ketahuilah bahwa apa yang muncul di pikiranmu

senyatanya bisikan-bisikian syeitan yang akan membawamu kepada penyangkalan

atas

kebijaksanaan Tuhan Yang Maha Bijaksana. Ketika engkau menyerah dengan

alasan tidak sanggup menanggung derita yang engkau alami, maka waspadailah

atas keputusan yang akan membawa penyesalan di kemudian hari. Sesungguhnya

apa yang engkau sebut penderitaan adalah suatu ujian. Ketika engkau menyadari

hal ini, dan lolos dari ujian yang berupa penderitaan, maka engkau sebenarnya telah

melewati suatu fase kritis dalam kehidupanmu, yaitu fase bertambahnya keimananan

dirimu akan Keadilan dan Kebijaksaaan Tuhan, Rahmat, dan Kasih Sayang-Nya.

Ingatlah penderitaan seorang anak manusia bernama “Ahad”22, seorang anak berkulit

hitam yang hidup di Amerika sana, yang kehilangan setengah dari otaknya karena

letusan Magnum kaliber 3,2. Setengah dari batok kepala sebelah kanannya hancur 21 Eutanasia22 Kisah tentang Ahad, seorang kulit hitam dari keluarga muslim Amerika, pernah ditayangkan stasiun TV Indosiar dalam acara Guinness Book Of Records pada tanggal 28 November 2004, pagi hari seusai subuh.

Namaku Izrail!______________________________________________________86

Page 87: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

karena letusan peluru. Namun, semangatnya untuk hidup tak pernah padam. Bahkan

semangat hidupnya tidak pernah padam kendati para dokter ahli yang merawatnya

memperkirakan harapan hidupnya sangat kecil. Pernahkah engkau bayangkan

seorang manusia dapat hidup tanpa otak kanannya dengan sebelah batok kepalanya

menganga lebar-lebar. Namun, itulah buah dari mentalitas tahan ujian seorang anak

manusia. Kendati tanpa tanpa otak kanan, yang menyebabkan tubuh sebelah kirinya

lumpuh, ia berhasil melalui suatu fase krisis dalam kehidupannya. Ia mampu

menjalani semua itu dengan ketabahan seorang manusia yang berakal, yang mampu

menyelaraskan diri dengan sunnatullah, mampu memahami pengetahuan, dengan

dukungan tim-medis pemerintahnya yang menghargai kehidupan, dengan bantuan

kasih sayang orang tua dan kerabatnya yang tak pernah padam. Maka Ahad yang

malang pun menjalani kehidupan kembali dengan normal, dengan kepala yang

setengah darinya telah digantikan dengan batok kepala buatan. Ia, keluarganya, dan

mereka yang bertangguh jawab terhadap kesehatan masyarakatnya, menghargai

kehidupan yang telah dianugerahkan Allah kepadanya, sehingga dengan ikhtiar dan

keyakinan dirinya akan kasih sayang Tuhan yang melimpah tanpa batas, Ahad dapat

menjalani kehidupan seperti manusia normal umumnya. Aku saat itu, terus terang

saja, bersiap-siap untuk menjemputnya. Tetapi, Allah berkehendak lain, maka Ahad

pun tetap menjalani kehidupannya dengan hikmah yang lebih mendalam tentang arti

rahmat dan kasih sayang Tuhan.

Ingat juga penderitaan seseorang yang berada dalam keadaan antara hidup dan

mati, yang koma selama berbulan-bulan. Namun, dengan ketabahan seseorang

yang menyadari arti upaya manusia dan kasih sayang Tuhan. Hanya keridhaanlah

yang akhirnya mengakhiri kehidupan seorang anak manusia dalam rengkuhan kasih

sayang Tuhan. Jadi, jangan cengeng menyikapi semua penderitaanmu. Engkau dan

kaummu yang sudah dianugerahi akal dan pikiran, semestinya dapat memahami

hikmah-hikmah kehidupan. Bukannya menyerah dan meminta kematian, sedangkan

Dia yang memberikan dan memiliki kehidupan belum menetapkan kematian pada

mereka yang mengalami penderitaan seberat apapun menurut ukuran kamu. Jangan

pernah merasa bahwa keinginan untuk mematikan adalah suatu jalan terbaik.

Selama Dia belum menetapkan, maka keinginanmu tidak lebih dari putusnya

harapanmu atas rahmat dan anugerah-Nya. Ketika engkau menginginkan kematian

Namaku Izrail!______________________________________________________87

Page 88: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

untuk dirimu atau pun orang lain, maka ketahuilah bahwa engkau tak lebih dari

pengecut yang lari dan lalai bahwa rahmat dan anugerah-Nya melimpah tanpa batas.

Ada banyak hikmah ketika seseorang mesti mati dalam peristiwa-peristiwa yang

disebut manusia sebagai tragedi. Banyak hikmah yang tersembunyi disana. Aku

tidak mengetahui apakah hikmah yang dirahasiakan Allah dariku. Itu adalah hak

prerogatif-Nya yang cuma Dialah yang mengetahuinya. Ada kematian tragis di usia

muda, di usia remaja, di usia paruh baya, dalam sakit yang tak terkira, sampai di usia

tua, atau kematian masal karena bencana-bencana alam atau keteledoran manusia.

Aku sekedar menjalankan perintah-Nya sehingga aku pun tak tahu kenapa si A mati

muda, mati remaja, kenapa seseorang harus koma, atau kematian lainnya. Bagiku

semuanya sama saja, karena tugasku sekedar mencabut nyawa.

“Pernahkah engkau dapati mereka yang ingin kau habisi berusaha bersembunyi”,

tanyaku. Izrail, mengernyitkan alisnya yang rapih. Lucu juga melihat wajahnya dalam

posisi itu. Persis tokoh-tokoh game animasi Jepang “Final Fantasy”.

“Hmm, ya rasanya pernah juga tuh. Dulu sekali sewaktu aku mengunjungi Nabi

Sulaiman setiap hari”, ujarnya kalem. Dia sekarang sudah duduk disamping

ranjangku, seperti seorang Bapak mendongeng disamping tempat tidur anaknya.

Ya dulu aku setiap hari diperintahkan oleh Allah untuk mengunjungi Sulaiman. Setiap

hari, aku tanyakan kepadanya apakah ada yang bisa kubantu sekedar ini atau itu.

Kalau dia bilang “ya”, maka aku menyelesaikan perintahnya dengan tuntas. Kalau

“tidak”, ya aku cuma celingukan saja jalan-jalan di istananya yang indah. Terus balik

kembali ketempatku. Begitu saja setiap hari.

Suatu hari, seperti biasanya aku mengunjungi dia. Di balairung, ia sedang

bercengkerama dengan rakyatnya. Tiba-tiba pandanganku tertuju kepada seseorang

yang hadir di balairung itu. Lama sekali kuperhatikan orang itu. Orang itu pun

menoleh kepadaku, dan terlihat makin lama dia semakin tegang dan ketakutan.

Akupun kemudian mengalihkan perhatian darinya, supaya dia tidak terlalu tegang.

Setelah seharian di istana Sulaiman, aku kemudian berpamitan.

Namaku Izrail!______________________________________________________88

Page 89: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Esoknya, aku pun kembali ke kerajaan Sulaiman, dan melihat pada keramaian di

balairung seperti kemarin. Aku mencari-cari orang yang kemarin kutatap itu, namun

tidak ketemu juga. Setelah pertemuan usai, kutemui Nabi Sulaiman a.s.

“Wahai Nabi Allah, siapakah orang yang kemarin kulihat ada di balairung”.

“Ohh si Polan yang kamu pelototin itu...”, ujar Nabi Sulaiman.

“Ya benar, si Polan kemanakah dia perginya?”.

“Lho memang kenapa kamu tanyakan orang itu.”, ujar Nabi Sulaiman tidak

menjawab pertanyaanku.

“Lusa kemarin, aku diperintahkan oleh Allah untuk mengambilnya hari ini, tapi kok

aneh dia kemarin masih disini.”, aku bertanya sedikit bingung.

“Ya, memang dia ketakutan melihatmu dan menanyakan kamu.” Nabi menjawab.

“Lalu, ketika kuberitahu bahwa kamu adalah malaikat pencabut nyawa, dia memohon

kepadaku untuk dikirimkan ke India.”

“Maka dengan ilmuku, kukirimlah dia ke suatu tempat di India sesuai dengan

permintaannya.” Nabi Sulaiman menjelaskan.

“O, ya benar India, aku memang heran kemarin itu. Karena Allah memerintahkan aku

untuk mencabut nyawa si Polan itu di India hari ini”, kemudian akupun segera

berpamitan kepada Nabi Sulaiman a.s. Dalam sekejap aku berada di India. Kulihat si

Polan sedang sekarat menggelepar-gelepar di suatu dataran tinggi di India. Lantas

akupun mencabut nyawanya. Begitulah, kalau ajal sudah mendekat, tak ada tempat

untuk sembunyi.

“Bagaimana dengan wali Allah?” Aku kembali bertanya padanya. Ia melihat

kepadaku. Tersenyum.

“Seorang wali mempunyai kedudukan yang istimewa di mata Allah”, ia mengawali

ceritanya.

Setelah Nabi Muhammad SAW menutup era para Nabi dan rasul. Tidak ada lagi

nabi-nabi dan rasul-rasul lainnya, maka akupun sudah tidak pernah lagi mencabut

nyawa dengan kebahagiaan seperti saat mengantarkan ruh para nabi kepada-Nya.

Namaku Izrail!______________________________________________________89

Page 90: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Kecuali para kekasih Allah yang gugur dan berjihad di jalan-Nya dan yang menjadi

guru manusia dengan keikhlasan tanpa batas. Itulah para Wali Allah yang jumlahnya

dalam setiap zaman beribu-ribu. Kadang ada yang kaya, yang miskin, yang jadi

penguasa, yang jadi karyawan, yang jadi tukang sapu, yang jadi gembel, yang jadi

prajurit, yang jadi tukang sol sepatu, yang jadi pemelihara makhluk-Nya yang disia-

siakan manusia, yang diperkenalkan kepada umum, yang tersembunyi, dan lain

sebagainya.

Merekalah yang menegakkan warisan Nabi terakhir Muhammad SAW. Meneruskan

rahmatnya kepada semua makhluk. Biasanya aku dititipin sesuatu oleh yang Maha

Kuasa kalau aku menerima daftar wali-wali-Nya yang harus kucabut nyawanya. Allah

biasanya menitipkan salam seperti ini,

”Salam kesejahteraan bagimu, wahai wali Allah.

Berdiri dan keluarlah dari rumahmu yang engkau robohkan

menuju rumahmu yang engkau makmurkan!”

Biasanya para wali itu bergegas-gegas kalau aku sudah berteriak-teriak di halaman

rumahnya seperti itu. Dan begitulah, akupun kemudian masuk dengan senyum

sumringah Wali Allah. Seringkali, aku mencabut nyawa Sang Wali dalam berbagai

keadaan. Ada kalanya aku mencabut dalam kegilaannya kepada Allah. Seringkali

juga

ada yang kucabut dalam kefakirannya terhadap dunia, menggelandang di emper-

emper toko atau masjid. Ada pula yang telanjang bulat dan tanpa pakaian, kecuali

cintanya kepada Allah yang membuatnya menjadi majnun. Ada juga yang sedang

enak-enaknya membaca ayat-ayat suci kucabut. Juga ada yang sedang istirahat

dengan tenang sambil duduk-duduk minum kopi seusai subuh. Ada juga yang

melalui sakit menahun yang dinikmatinya karena semata-mata ridhanya atas semua

ketentuan Allah SWT.

Demikian juga dalam peperangan. Wali yang langsung kuraih dengan lemparan

peluru atau dentuman meriam sang maut. Badannya hancur lebur, tapi ruhnya

terbang bersamaku dengan kegembiraan tak terkira.

Namaku Izrail!______________________________________________________90

Page 91: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Yang sadispun ada. Seperti terpotong-potong tubuhnya di tiang gantungan karena

sudah tidak merasakan lagi segala macam kesakitan yang menimpanya. Itulah si

Mansyur al-Hallaj yang gelagapan di telan kebaqaan-Nya. Darah yang muncrat

berceceran dari tubuh Wali Allah kadangkala, dengan kehendak-Nya, seperti

menjadi saksi dan menuliskan lafaz Allah ..Allah..Allah...

Mencekam memang, tapi begitulah keadaan wali-wali yang sering kutemui saat Allah

sudah menghendakinya kembali kepada-Nya. Bagiku, mencabut nyawa Sang Wali

seperti mendapat kehormatan dan barokah Allah, karena dari situ aku bisa

merasakan gairah cintanya pada Allah SWT.

Hamba Allah yang diridhai Allah mengalami kondisi yang menakjubkan. Seperti

pernah disabdakan oleh Nabi SAW ketika menceritakan bagaimana hamba Allah

yang diridahi Allah menjelang kematiannya. “Jika Allah SWT ridha terhadap hamba-

Nya, maka Dia kan berfirman, ’Wahai Malaikat Maut, pergilah kepada si Anu dan

bawalah kepadaku ruhnya untuk kuanugerahi kebahagiaan. Amalnya kupandang

sudah mencukupi: Aku telah mengujinya dan mendapatinya seperti yang

kuinginkan.’” Kalau Allah sudah menghendaki begitu, maka akupun turun dengan

limaribu malaikat lain. Semuanya membawa tongkat yang terbuat dari kayu manis

dan akar-akar tanaman yang wangi, setiap malaikat itu menyampaikan pesan dari

Tuhannya.

Kemudian, para malaikat itu membentuk dua barisan untuk mempersiapkan

keberangkatan ruhnya. Ketika setan melihat mereka, dia meletakkan tangannya di

atas kepala mereka dan menjerit keras-keras. Para bala tentaranya bertanya, “Ada

apa Tuanku?” Setan menjawab, “Tidakkah kamu melihat kehormatan yang telah

diberikan manusia ini?”. Mereka menjawab, ”Kami telah berusaha sekeras-kerasnya

terhadapnya, tapi dia tak bisa dipengaruhi.”

Ketahuilah, ketika aku hendak mengambil nyawa orang arif, maka Allah Ta’ala

menampakkan pada telapak tanganku “Bismillahirrrahmaanirrahiim”, dengan tulisan

dari cahaya yang berpendar dan bersinar, lalu Dia memerintahkan aku untuk

membentangkan tanganku kepada orang arif itu, sehingga iapun melihat tulisan itu.

Namaku Izrail!______________________________________________________91

Page 92: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Bila ruh orang arif itu melihatnya, tulisan itu terbang kepadanya lebih cepat dari

kejapan mata. Itulah tanda Rahmat dan Kasih Sayang Allah kepadanya. Al Hasan

berkata,

Tidak ada yang kebahagiaan bagi mereka yang beriman

kecuali perjumpaan dengan Allah,

dan barangsiapa dianugerahi perjumpaan tersebut,

maka hari kematiannya adalah

hari kegembiraannya,

kebahagiaannya,

keterpesonaannya,

keagungannya,

dan kehormatannya

Itulah sekelumit kemuliaan yang diperoleh para Wali Allah yang bisa kuceritakan.

Ada banyak kemuliaan disana, baik yang dapat kamu tangkap dengan tanda-tanda

lahiriah, maupun batiniah, gaib maupun nyata.

Sedangkan bagi yang bukan wali, atau mengaku-ngaku wali, akupun akan berteriak

kepadanya,

”Berdiri! Keluarlah dari rumahmu yang engkau makmurkan

menuju rumahmu yang engkau robohkan!”

Kalau sudah kuteriakkan begitu, maka mereka yang mengaku wali, atau ulama yang

lupa diri, akan menggigil, gemetaran dan pucat pasi di ranjangnya. Tapi aku tak

peduli dan aku akan menampakkan diri sesuai dengan apa yang telah dilakukannya,

yaitu menipu manusia atas nama Tuhan.

Kendati para wali dan kaum arifin merasakan kengerian juga menjelang ajal tiba,

namun bagi mereka saat kematian merupakan undangan yang ditunggu-tunggu,

sehingga banyak diantara mereka malah membuat syair-syair yang syahdu tentang

aku.

Namaku Izrail!______________________________________________________92

Page 93: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Izrail nampak terlihat sumringah. Senyum di wajahnya yang halus dan luar biasa

terlihat mengembang. Sesekali ia mengerlingkan matanya keatas, kemudian ia

menatapku dan bersyair dengan untaian syair kaum arifin :

Kerinduan hati para arifin adalah kepada zikir,

dan zikir mereka ada dalam kesunyian munajat.

Cangkir takdir diedarkan diantara mereka,

dan mereka berpaling dari dunia bagai orang mabuk.

Rasa rindu mereka berkeliling di perkemahan,

Jika ada pecinta Tuhan yang bersinar bagai bintang gemilang.

Jasad mereka terbujur karena cinta-Nya,

dan ruh ruh mereka yang tertabir,

pergi di malam hari menuju keagungan.

Perhentian mereka hanyalah disisi Sang Kekasih;

Dan mereka tak lagi disimpangkan kesengsaraan atau bahaya

(Abu Said al-Kharraz)

Demi kebenaranMu, tak akan kupandang selain Engkau

dengan mata cinta

Hingga aku bertemu denganMu

Aku melihat-Mu sebagai Penyiksaku,

Yang melemahkan penglihatanku,

Dan membuat pipiku merah karena rasa malu pada-Mu.

(Abu Ali Al-Rudzbari)

Rumah yang kau tempati, tak lagi perlu lentera.

Wajah-Mu yang kami harap jadi bukti

Di hari ketika manusia memerlukan bukti.

Semoga Tuhan tidak memberikan kebahagiaan kepadaku

Jika baru hari ini aku bersimpuh memohon.

(Al-Syibli)

Namaku Izrail!______________________________________________________93

Page 94: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Ketika hatiku mengeras dan jalanku menyempit,

Kujadikan harapan-harapanku sebagai titian menuju ampunan-Mu

Dosaku begitu besar, namun, kubandingkan dengan ampunan-Mu,

Ternyata ampunan-Mu lebih besar.

Engkau selalu mengampuni dosa,

Dan Engkau selalu bermurah hati

dan pemaaf karena sifat-Mu yang Pemurah.

Tetapi, seandainya bukan karena Engkau,

Tak seorangpun yang akan digoda Iblis;

Maka bagaimana,

sedangkan dia telah menggoda insan pilihan-Mu,

Adam?

(Al-Syafii)

Lucu juga melihat malaikat bersyair, ia terbang mengelilingi kamarku, meliuk-liuk dan

menari-nari dengan gemulai seolah alunan nada syair itu mengombak dan

menggelombang seirama dengan gerakan tubuhnya. Pakaiannya yang putih kemilau

dibawah sinar lampu kamarku semakin cemerlang dengan diikuti percikan bintang-

bintang.

Aku tersenyum-senyum bahagia terbawa arus syair yang ia lantunkan. Beberapa

jenak kemudian, ia sudah kembali disampingku, sambil memegang tanganku yang

lemas seperti tanpa tenaga.

“Kalau para Nabi bagaimana?”, tanyaku sedikit merajuk seperti masa kanak-kanak

dulu aku merajuk minta dongengan pada ibundaku dulu.

“Para Nabi mempunyai kisah yang berbeda-beda”, tuturnya melanjutkan seolah ingin

memuaskan rasa ingin tahuku yang tak pernah berhenti.

Namaku Izrail!______________________________________________________94

Page 95: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Nabi Musa misalnya, galaknya minta ampun. Dulu aku mendatangi manusia terang-

terangan. Aku mendatangi Musa waktu itu. Aku kira Allah sudah menginformasikan

Musa akan kudatangi. Tidak tahunya, dia menempeleng dan mencungkil mataku.

Akupun lalu kembali dan mengadu kepada-Nya, ”Wahai Tuhanku, Musa telah

mencungkil mataku. Kalau bukan kemuliaan atas-Mu, pastilah aku akan

menyusahkannya.”

Allah kemudian berfirman, ”Pergilah kepada hamba-Ku (Musa) dan katakan padanya

agar meletakkan tangannya di atas kulit sapi, maka setiap rambut yang disentuh

tangannya umurnya akan bertambah selama setahun”.

Akupun kemudian kembali dan menyampaikan firman Allah itu kepada Musa.

Lalu Musa bertanya,”Lalu apakah setelah itu?”.

Aku menjawab , “Kematian”.

Musa kemudian tergesa-gesa berkata, ”Kalau begitu, sekarang saja.”

Lalu aku menciumnya dan mencabut nyawanya. Allah pun kemudian

mengembalikan mataku. Setelah kejadian itu, aku pun kemudian mendatangi

manusia secara diam-diam. Maka akupun menyamar jadi bermacam-macam hal.

Ada wabah penyakit, kecelakaan, peperangan, kegembiraan, kesedihan, dan lain

sebagainya. Disetiap kesempatan, di setiap waktu, aku bisa saja membuka

penyamaranku, dan mencabut nyawa setiap makhluk.

Nabi Ibrahim a.s juga mempunyai jalinan kisah yang menarik ketika aku

mendatanginya. Aku datang kepada Ibrahim a.s. dengan mengatakan kepadanya

bahwa Tuhan sudah memerintahkan diriku untuk mencabut nyawanya dengan cara

yang paling ringan, seperti ketika aku mencabut nyawa seorang Mukmin.

Ibrahim kemudian menjawab,”Sesungguhnya aku memintamu dengan hak Yang

Mengutusmu untuk memohon pertimbangan kepada-Nya tentang penundaan

kematianku”.

Namaku Izrail!______________________________________________________95

Page 96: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Mendengar ia berkata begitu, akupun kembali menghadap Allah SWT dan berkata

pada-Nya, “Sesungguhnya kekasih-Mu meminta agar aku meminta pertimbangan

kepada-Mu tentang menunda kematiannya.”

Allah kemudian berfirman, “Datangilah dia dan katakan padanya, ‘Sesungguhnya

Sang Kekasih sangat ingin bertemu dengan kekasih-Nya’.”

Aku kemudian kembali kepada Ibrahim a.s. dan menyampaikan firman Allah

tersebut. Ibrahim a.s kemudian berkata, ”Laksanakanlah apa yang diperintahkan-

Nya!”.

Aku juga kemudian bertanya padanya, ”Wahai Ibrahim, pernahkah engkau minum

minuman keras?”

Dia menjawab, ”Belum pernah sama sekali”.

Aku kemudian menciumkan bau wanginya arak dari surga dan mencabut nyawa

Ibrahim Khalil Allah dalam keadaan seperti itu. Mabuk oleh harumnya bau wangi

arak surgawi. 23

“Adakah saat-saat yang mengesankan ketika engkau menunaikan perintah-Nya?”,

aku masih melanjutkan pertanyaan tentang caranya mengambil ruh para nabi.

Yang paling berkesan? Wah apa ya yang paling berkesan. Barangkali kalau kuingat -

ingat ada tiga peristiwa pengambilan yang paling berkesan sepanjang karirku. Yang

pertama mungkin sewaktu aku mengambil nenek moyangmu, Adam.

Ya, aku ingat saat itu.

Itulah tugas resmiku yang pertama kali dilakukan saat mencabut manusia sempurna

yang pertama. Adam yang malang, kelalaianya menyebabkan Dia mengusirnya dari

Alam Surgawi yang tak terkira indahnya. Padahal, dulu kami pernah bersama-sama

disana. Aku pernah melihatnya ketika awal mula, sejenak setelah materi

pembentuknya selesai dibuat oleh-Nya.

23 Diriwayatkan oleh Abu Asy Syaikh dari ref 10, hal. 62

Namaku Izrail!______________________________________________________96

Page 97: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Ia diajar langsung oleh-Nya, dari perbendaharaan-Nya yang tersembunyi. Tentang

nama-nama, hukum-hukum alam, dan tentang manusia itu sendiri. Itulah asmaa-a-

kulahaa yang ia pelajari dari Dia Yang Memiliki Perbendaharaan Tersembunyi. Dan

dengan pengetahuan-Nya itu, Adam mengalahkan semua pengetahuan kami.

Ketika kami protes pada-Nya, dan kamipun harus tahu diri dengan keluasan

pengetahuannya, kami pun mengerti, Dia lebih tahu segalanya. Karena kami

sesungguhnya tidak tahu apa-apa atas keluasan Ilmu-Nya. Itupun lebih banyak

disebabkan karena kadar yang sudah kami terima sebagai penyampai pengetahuan

belaka atau sebagai spesialis untuk tugas-tugas tertentu. Kami tidak memiliki memori

yang mampu dikembangkan lebih jauh. Menthok! Cuma sebatas kadar saya sebagai

malaikat semata – sebagai pencabut nyawa. Lebih dari itu, cuma Adamlah yang

memilikinya, namun karena itu pula Adam dan anak cucunya memerlukan ruang-

waktu. Tanpa ruang waktu, Adam tak bedanya dengan kami. Sebab itulah Adam

yang merupakan tajali-Nya yang sempurna, harus menanggung beban karena ilmu

dan kelemahannya. Dan lalai, rupanya bakal menjadi sifat anak cucunya di dunia.

Itulah tugasku yang terberat, sekaligus menjadi kewajibanku.

Oh terkutuklah si Iblis yang membangkang. Ia jerumuskan Adam dan Hawa untuk

menanggung beban di dunia. Ketika ilusi kesombongannya mencuat, Iblis berkata:

"Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia

Engkau ciptakan dari tanah"(QS 38:76). Allah pun mengusirnya dari surga, Allah

berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang

terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan" (QS

38:77-78). Iblis yang ngeyel putus asa, karena ia tahu kutukan-Nya adalah tak

terbantahkan, maka Iblis kembali berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai

hari mereka dibangkitkan" (QS 38:79). Allah yang Maha Bijaksana kemudian

berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai

kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat)" (QS 38:80-81). Iblis

menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,

kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. (QS 38:82-83). Allah Yang

Maha Benar berfirman: "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya

Namaku Izrail!______________________________________________________97

Page 98: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

kebenaran itulah yang Ku-katakan". (QS 38:84). Sesungguhnya Aku pasti akan

memenuhi neraka Jahanam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang

mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya (QS 38:85). Begitulah, Iblis pun

terusir dari surga dengan mengancam anak cucu Adam sampai kiamat, katanya

"Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan

(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan

mendatangi mereka dari muka dan dari

belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan

mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)” (QS 7:16-17)

Tapi, Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, pemberi rahmat bagi semua

makhluknya, kemudian membukakan pintu-pintu ampunan-Nya setiap saat24,

walaupun kemudian banyak manusia-manusia bodoh yang mengabaikannya.

Padahal pintu itu selalu Dia buka, dan terus terbuka, sampai aku diperintahkan-Nya

untuk menutupnya. Itu terjadi kalau ruh manusia sudah berada dalam genggamanku,

dikerongkongannya, dimana ia meregang nyawa, mempertahankan nafas

terakhirnya. Maka pintu tobat itupun akan menutup, menghapus semua harapan.

Manusia paling bodoh sajalah yang menyia-nyiakan hidayah Dia Yang Maha

Memberi. Hingga senjata pamungkas untuk melawan tipu daya Iblis pun di sia-

siakannya. Malang benar nasib anak cucu Adam, dan Adam pun seringkali menangis

manakala ia menengok kesebelah kirinya. Ia melihat milyaran manusia menjadi

arang bara Jahanam. Tapi itulah jalan ceritanya, yang akupun tak sanggup

mencerna

Kemahabijaksaan-Nya. Hanya mereka yang ingat jalan kembalilah yang akan

mengetahui rahasia-rahasia penciptaan makhluk-Nya.

Diusianya yang keseribu, aku kemudian diperintahkan-Nya untuk mencabut nyawa

manusia sempurna yang pertama. Itulah Adam. Moyang semua manusia.

24 QS 2:37 Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.

Namaku Izrail!______________________________________________________98

Page 99: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Ia yang kudatangi saat itu, sudah tua renta. Guratan nasib menghiasi wajahnya.

Disitu aku melihat guratan kesedihan seorang makhluk, yang karena kelalainya

terpaksa menjalani kehidupan di ruang terbatas yang ilutif. Disitu aku lihat jejak

kesedihan tragedi Qabil dan Habil, yang menjadi drama pembunuhan pertama, yang

terekam dalam ingatan sejarah manusia yang pelupa, yang menghitamkan bulu-bulu

si gagak,

manakala ia menjadi saksi muncratnya darah anak Adam yang pertama, oleh

saudaranya sendiri. Si gagak adalah Utusan Allah yang menjadi saksi melihat

kengerian pertama kalinya, dari makhluk yang membuas bernama manusia. Ia pun

seperti memperoleh kutukan, untuk mengikuti setiap langkahku, ketika nyawa harus

dicabutkan dari tubuh anak cucu Adam.

Di wajah Adam, aku melihat guratan-guratan nasib anak cucunya dimasa depan,

seolah Dia telah mewaskitakan kepadanya, bahwa milenium demi milenium akan

terlewati dengan simbahan darah. Persis seperti apa yang pernah kami lihat dan

kami khawatirkan sebelumnya. Kami melihat ke masa depan dan kemasa lalu tak

ada bedanya, makanya bagi kami apa yang akan terjadi pada manusia cuma

sekedar sekelebatan saja.

Kami telah melihat simbahan darah manusia di muka bumi sebelum bumi itu sendiri

terbentuk menjadi Planet Kehidupan. Abad demi abad, anak cucunya mandi darah

dengan peperangan, dengan penyakit, dengan khayal dan angan-angan akal,

dengan kesombongan Iblis dan kebodohan-kebodohannya sendiri. Iblis yang telah

bersumpah menyesatkan anak cucunya dari depan, belakang, kiri, dan kanannya

berpesta pora ketika kesuksesan demi kesuksesan diraihnya, menjerumuskan anak

cucu Adam dan Hawa. Virus kesombongan yang ia buat pertama kali, akhirnya

menyebar menjadi benih-benih penyakit hati, yang mengendap ke banyak dada

manusia; yang

menumbuhkan rantai kepemilikan, kesombongan, kedengkian, keserakahan,

kemaksiatan, diseluruh penjuru dada anak cucunya.

Namaku Izrail!______________________________________________________99

Page 100: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Tapi, diantara anak cucunya pula muncul pahlawan-pahlawan kemanusiaan, yang

menjadi petunjuk jalan, menjadi guru manusia, untuk kembali mengingatkan bahwa

asal dari manusia adalah dari Kehendak-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Hanya

ia yang berpikir dan berakal sesuai fitrahnya saja yang kemudian akan tersadar akan

dirinya; ia yang membukakan matahatinya dihening malam, memikirkan penciptaan

dirinya, memikirkan penciptaan alam semesta, memikirkan Tuhannya, akan

menemukan jalan kembali kepada-Nya, dengan ridha dan ridha-Nya.

Adam masih tercenung ketika aku hadir dihadapannya. Sekilas, aku melihat air mata

kesedihan meleleh di pipinya. Nenek moyang manusia itu menangis. Rupanya ia

sudah mendapat waskita, kalau kemanusiaanya dibatasi oleh sangkar ruang-waktu.

Ia tak lagi bisa abadi di dunia. Ia harus kembali.

Takdir-Nya akan berjalan sesuai dengan ketetapan-Nya. Ketika aku

memperkenalkan diri kepadanya, ia pelan-pelan menganggukkan kepalanya,

kemudian ia berkata “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (Sesungguhnya kami milik

Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kami kembali) (QS 2:156 )”

Akupun mengiringi ruhnya untuk kembali kepada-Nya. Di surga sana, Adam tinggal

di langit pertama, sebagai pintu gerbang menuju keabadian al-malakut.

Setelah Adam, tinggalah Hawa yang dicekam kesedihan. Ia yang selama ini

dibimbing oleh Adam menjadi pemurung. Hari demi hari ia lalui dengan

merenungkan perjalanan kehidupannya. Adam yang ia cinta, yang ia jadikan

pendampingnya, yang membimbingnya, yang memperkenalkannya tentang ini dan

itu, telah kembali kepada-Nya. Air matanya perlahan jatuh meleleh. Sunyi dan sepi

alam ini tanpanya.

Ia yang sudah menjadi Ibu dari puluhan anak-anak zaman, mengingat kembali masa-

masa awalnya dulu. Disana, di suatu taman yang tertutup, yang keindahannya

tidaklah ia bisa lupakan begitu saja.

Kesedihan Hawa berimbas kelingkungannya, angin seolah enggan berhembus

mengiringi kesendiriannya, pohon enggan berbisik, daun-daunnya diam, kuda,

Namaku Izrail!______________________________________________________100

Page 101: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

lembu, rusa, kodok, kadal, ular, kalajengking enggan beringsut seolah ingin meresapi

kesedihan alam atas kembalinya Bapak Para Manusia Adam. Ia terawangkan

kembali kebodohannya dulu, kemanjaannya dan bujuk rayunya dulu yang memaksa

Adam untuk melahap buah yang terlarang, karena bujuk rayu, khayal dan angan-

angan kekekalan, tapi itulah yang ciptakan kesengsaraan.

Ohhh, menyesalnya dia. Ular yang terkutuk desisnya. Iblis dajal pendengki, yang

telah menjerumuskan aku. Ia membujuk dengan kemalaikatan dan kekekalan. Ia

pun mengaku-ngaku sebagai penasehat buat kami. “Sesungguhnya aku ini adalah

penasehat bagi kamu bedua (QS 2:21)”, begitu bujuknya. Dan akupun termakan tipu

dayanya. Sang penipu itu telah lari begitu dahan buah terlarang ia sentuh. Seolah

takut diciprati getah dahan pohon terlarang, yang sudah terlanjur ia petik. Begitulah

perilakunya di setiap zaman, menjadi ciri dari setiap tipu daya yang ia ciptakan.

Bagai kutukan, Iblis dan sekutunya selalu akan berkata :

"Ya Tuhan kami, mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu;

kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami (sendiri) sesat,

kami menyatakan berlepas diri (dari mereka) kepada Engkau,

mereka sekali-kali tidak menyembah kami". (QS 28:63)

(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) setan

ketika dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu",

maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata:

"Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut

kepada Allah Tuhan semesta alam". (QS 56:19)

...setan itu balik ke belakang seraya berkata:

“Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu; sesungguhnya saya dapat

melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya

takut kepada Allah.” Dan Allah sangat keras siksa-Nya. (QS 8:48)

Namaku Izrail!______________________________________________________101

Page 102: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Itulah yang mereka katakan setelah berhasil menyesatkan manusia. Maka hati-

hatilah manusia terhadap siapa dan kepada siapa kamu bertaklid dengan membuta.

Waspadalah! Waspadalah! Waspadalah!

Ohh, benih kesombongan dan kedengkian itu, merasuk begitu dalam, begitu

dahsyat, menggoncangkan keseimbangan jagat. Disetiap waktu, di setiap tempat.

Manusia yang tidak waspada akan masuk ke dalam perangkap Iblis dan sekutunya.

Ohh, Hawa yang malang, kesedihannya adalah kesedihan dari keindahan.

Keindahan yang seringkali begitu gampang memurukkan dan melupakan.

Ohh, Hawa yang malang, ia mengingat kembali serbuk-serbuk buah terlarang yang

kadangkala diam-diam masih ia gunakan. Menjadi bedak, menjadi permata, menjadi

perhiasan dunia lainnya. Ia terawangkan matanya menembus ke masa depan.

Disana, ia melihat anak cucu dari kaum sejenisnya masih menyukai pahitnya buah

terlarang.

Ia melihat pemandangan yang membuatnya makin bersedih. Ia lihat melihat

Cleopatra, Matahari, Marylin Monroe, Madonna, Britney Spear, dan lain-lainnya yang

masih melekatkan serbuk-serbuk buah terlarang ketubuhnya. Ia melihat kaumnya

mengikuti, mencintai, menyukai, bahkan sampai-sampai menggadaikan

kemanusiaannya, akidahnya, berlomba-lomba mengecap pahitnya sisa-sisa racun

buah terlarang. Ilusi tentang keabadian.

“Ohhh, kaumku yang malang”, Hawa mengeluh iba. Iblis yang terusir, telah membuat

tipu daya dengan memulas pahitnya buah terlarang itu dengan ilusi kemewahan.

Yang berubah wujud menjadi kesenangan, kemaksiatan, keangkuhan,

kesombongan, bahkan dengan kecantikan. Ia melihat anak cucunya semakin

tertutup bedak-bedak pohon terlarang, ia melihat pantat bergoyang, ia melihat aurat

tergelar dimana-mana, di televisi, di jalanan, di bioskop, di mall-mall, diwarung-

warung, diremang-remang malam; bahkan ia melihat di rumah-rumah, bahkan di

rumah-rumah Tuhanpun, kaumnya masih suka berbedak pohon terlarang.

Hawa menangis. Disela tangisnya ia kadang tersenyum dan tertawa ketika melihat

Namaku Izrail!______________________________________________________102

Page 103: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Siti Khadijah, Aisyah, Fatimah Az Zahra, Rabiah, Joan D’Arc, Kartini, Bunda Teresa,

dan yang lainnya. Lalu ia kembali hanyut dalam kesedihannya.

Sedih, siapa lagikah yang akan membimbingku? Kepergianmu bagaikan lenyapnya

separoh dari hatiku. Hawa menangis kembali dan terus menangis.

Aku masih berdiri dihadapan Hawa. Melihatnya menangis, melihatnya bersedih,

melihatnya ketakutan, dicekam kengerian, akan kesendiriannya di dunia ini. Setelah

tangis dan kesedihan itu kulihat mereda, kuhampiri Ibu semua manusia itu.

“Wahai Hawa, Aku akan membawamu juga”, sapaku dengan lembut.

Hawa menoleh, matanya yang menua masih memperlihatkan pesonanya yang

menundukkan Adam sehingga ia pun petik buah terlarang untuknya.

“Engkaukah Izrail?”, tanyanya.

“Ya.”, aku menjawab pendek.

Senyumnya mengembang. Seketika itu, ia meraih tanganku.

“Bawalah aku pergi.”, mohonnya.

Akupun mengangguk. Lalu kubawalah Hawa pergi.

Kembali ke Sang Kekasih, kepada Adam di alam tinggi sana.

Bumi serasa berhenti berputar kala itu. Anak-anak dan cucu-cucunya meraung,

getarkan semua dahan dan ranting tumbuhan di muka bumi, sebagian menangis

sedih, sebagian lagi marah, sebagian lagi bergembira, karena lepas sudah kekang

terakhir atas tingkah lakunya, Ibunda Semua Manusia.

Aku termenung, melihat kepada Izrail yang juga termenung mengenang

pengalamannya membawa Adam dan Hawa kepada sang Khaliq. Kemudian, ia

memecahkan keheningan :

“Sekali waktu, aku ditugaskan untuk mengambil ruh paling mulia, yang sebenarnya

menyebabkan aku dan alam semesta ada. Dialah benih Kun yang sebenarnya,

Muhammad SAW – Utusan Allah, yang cahayanya sudah ditakdirkan

mengguncangkan kelahiran semesta sejak awal mula”. Izrail meneruskan seolah-

olah mencabut pertanyaan yang masih menggantung di kepalaku.

Namaku Izrail!______________________________________________________103

Page 104: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Pemimpin orang-orang yang baik itu diperintahkan untuk mengakhiri usianya dengan

kebaikan. Kulihat ia dikelilingi sahabat dan keluarganya. Makhluk yang sempurna

itupun terbujur menanti diriku. Di pembaringan, sekilas ia masih terlihat ragu dan

melihat kesekelilingnya. Seakan, ia khawatir akan umat yang ditinggalkannya.

“Umatku...umatku..umatku..”, sesekali ia seperti ngeri melihat umatnya di masa

depan.

Ketahuilah, bahkan Nabi Muhammad pun menghadapi kematian sebagai manusia

biasa, dengan kegelisahan, rasa takut, dan kengerian. Allah seperti hendak

menunjukkan kepada manusia bahwa bahkan seorang Nabi Yang Paling Sempurna

diantara semua Nabi pun kematian menjadi suatu hal yang memang sepantasnya

ditakuti. Apalagi bagi manusia biasa. Maka sungguh lalai bila manusia mengabaikan

hal ini. Ketahuilah bahwa dalam kematian Nabi Muhammad SAW terdapat suri

tauladan tentang kehidupan dan kematian, tentang perkataan dan perbuatan. Tidak

ada manusiapun yang lebih mulia dibandingkan dengan Nabi Muhammad SAW yang

menjadi Habib Allah (Kekasih Allah), sehingga pada kematiannya tidak ada

keistimewaan tertentu kecuali dari keagungannya yang ditangisi oleh seluruh alam

dan seisinya.

Allah menugaskan malaikat-malaikat yang mulia untuk menjemput ruh beliau yang

suci dan membawanya keridhaan-Nya, puncak kebaikan, kesempurnaan, kepada

Singhasana Kebenaran di Hadirat Yang Pengasih. Namun, bersamaan dengan itu

penderitaan yang dirasakan beliau saat sakratul maut sangatlah berat. Apa yang dia

rasakan saat itu, penderitaan yang dia alami sangat terdengar jelas bagi semua yang

melihatnya. Kegelisahannya memuncak dan suaranya mengeras ketika mengerang.

Menahan rasa takut dan sakit, yang tak seorangpun boleh menanggungnya kecuali

dirinya sendiri, sebagai suatu pelajaran bahwa kematian dan sakratul maut tak boleh

diabaikan. Warna kulitnya berubah, dahinya basah oleh keringat dan tarikan maupun

hembusan nafasnya mengguncangkan tulang-tulang rusuk kiri dan kanannya,

sehingga siapapun yang hadir ketika itu menangis menyaksikan beliau berjuang

menahan rasa sakit [11].

Namaku Izrail!______________________________________________________104

Page 105: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Perhatikanlah, bahwa jabatan kenabian tidak mengecualikan beliau dari ketentuan

Ilahi, dari dahsyatnya sakratul maut menjelang kematian. Semua yang dirasakannya,

tidak mendorongnya untuk memohon kekecualian dari Allah SWT karena beliau

adalah penolong Kebenaran dan pembawa kabar gembira dan peringatan kepada

umat manusia. Beliau melaksanakan yang telah diperintahkan dan mengikuti yang

tertulis pada Lauh Mahfuzh. Demikianlah keadaan Nabi SAW ketika menjelang

kematiannya, meskipun beliau memiliki tempat terpuji – Al-Maqam al-Mahmūd (QS

17:79) - di sisi Allah, dan telaga kemuliaan yang tak pernah surut - Al-Haudh al-

Maurūd. Maka ketahuilah bahwa apa yang dialami Nabi SAW saat-saat menjelang

meninggalkan kefanaan dunia adalah suatu pelajaran bagi semua manusia, bahwa

semua amaliah kita tidak menjamin keistimewaan tertentu saat-saat maut mendekat.

Jadi cermatilah, mawas dirilah atas apa yang telah dilakukan di dunia, sadarilah

bahwa betapa sulitnya perjalanan menuju Surga Abadi.

Tapi Sang Kekasih sudah lama menunggu. Akupun turun kebumi saat itu. Langit

yang cerah mendadak sepi dan hening, awan berhenti berarak, semesta seakan

berhenti bernafas, dengusnya yang biasanya kudengar menderu-deru, saat itu

terlihat diam terhenyak. Hari ini aku ditugaskan mencabut nyawa makhluk pembawa

rahmat bagi

seluruh alam. Bahkan dari semua jenis makhluk yang hidup di semua alam,

rahmatnya itu tak akan pernah berhenti sepanjang waktu, sepanjang zaman karena

replikasi dari dirinya dengan esensi Nur Muhammad akan selalu hadir sebagai

Muhammadurrasulullah, guru-guru zaman yang mengajarkan manusia tentang

kehidupan dan rahasia dirinya sebagai Perbendaharaan Tersembunyi dari

PenciptaNya.

Muhammadurrasulullah, Muhammad Utusan Allah, hamba Allah yang Insan Kamil,

Maujud sempurna dari semua penampakkan Af’al, Asma-asma dan Sifat-sifatNya,

Harus kembali juga kepada-Nya. Tak ada yang perlu ditangisi, apalagi

keagungannya disalahgunakan dengan mengkultuskannya. Ia tetaplah manusia.

Hanya dalam format kesempurnaan, menjadi Insan Kamil, menjadi Adimanusia,

menjadi Logos, menjadi Gurujati semua manusia.

Namaku Izrail!______________________________________________________105

Page 106: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Ia menjadi hamba Allah sejati, Kekasih Allah sebenarnya, menjadi guru semua

manusia, menjadi khalifah semua makhluk; Ia adalah maujud tentang segala sesuatu

yang terjadi di semesta. Yang mengikutinya akan selamat sampai akhirat. Karena ia

sebenarnya menjadi petunjuk dalam membangun titian kehidupan yang setipis

rambut dibelah tujuh. Titian Shiraat al Mustaqiim. Jalan yang lurus, jalan Ilahiah,

jalan para Nabi dan Rasul yang berserah diri (ISLAM), jalan yang diridhai oleh-Nya.

Siapa yang mengabaikan fakta-fakta ini, maka ia akan menyia-nyiakan suatu

peluang untuk menemukan jalan kehidupan yang sebenarnya.

Izrail terdiam sejenak seperti mengenang apa yang sudah ia laksanakan. Kemudian

ia melanjutkan.

Ketika aku akan menjemputnya, di hari-hari akhirnya di dunia, aku mendatanginya.

Cukup lama aku bercakap-cakap dengannya. Akupun mengatakan kepadanya

bahwa Allah telah mengutusku dan kukatakan bahwa aku diperintahkan oleh-Nya

agar tidak masuk ke rumahnya tanpa seizinnya. Jika beliau tidak mengizinkan maka

aku akan kembali, tetapi jika dia mengizinkan maka aku akan masuk. Allah juga

memerintahkanku untuk tidak mencabut nyawanya bila beliau tidak berkenan. Jadi

aku tanyakan saja apa yang dia inginkan sekarang. Kemudian Nabi SAW berkata

untuk menunggu kedatangan Jibril, karena di waktu itulah dia biasanya datang

mengunjunginya.

Saat itu, tak seorangpun sanak saudara Rasulullah SAW yang berbicara karena

peliknya persoalan itu dan rasa takut yang hinggap dihati mereka. Kemudian Jibril

datang dan menyampaikan salam Allah kepada-Nya serta menanyakan keadaannya.

Apa yang dirasakan Rasulullah saat itu kemudian dijelaskan Jibril bahwa

keadaannya itu adalah suatu kehormatan baginya karena derajatnya berada jauh di

atas semua makhluk lainnya, agar beliau menjadi suri tauladan bagi umatnya. Nabi

merasakan kesakitan. Lantas, dijelaskan oleh Jibril bahwa beliau harus bergembira

karena Allah

telah berkehendak untuk membawanya kepada yang telah dipersiapkan-Nya.

Namaku Izrail!______________________________________________________106

Page 107: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Beliau kemudian menceritakan kedatanganku kepada Jibril. Kemudian Jibril berkata,

”Wahai Muhammad! Tuhanmu merindukanmu! Apakah dia tidak

memberitahukan maksud-Nya kepadamu? Sesungguhnya Izrail (Malaikat Maut)

sama sekali belum pernah meminta izin dari siapapun kalau hendak melaksanakan

tugasnya. Hal itu semata-mata karena Tuhanmu berkehendak menyempurnakan

kehormatanmu dan ia merindukanmu”.

Lalu Nabi SAW berkata supaya Jibril jangan meninggalkannya sampai aku datang

kembali kepadanya. Setelah Nabi SAW memberikan izin kepada sanak saudaranya

masuk dan bercakap-cakap beberapa waktu lamanya, akupun datang kepadanya

dengan mengucapkan salam dan meminta izin untuk masuk. Beliau mengizinkannya,

dan akupun masuk kemudian bertanya kepadanya sekiranya beliau menginginkan

sesuatu. “Bawalah aku sekarang kepada Tuhanku”, katanya kepadaku. “Ya”,

jawabku singkat.

Kemudian aku berkata kepadanya, ”Hari ini, sungguh Tuhan Anda rindu kepadamu.

Belum pernah Dia memperhatikan seorang manusia seperti ia memperhatikan Anda.

Belum pernah pula Dia melarang saya masuk tanpa izin untuk menemui siapapun

yang lain. Tapi sekarang, saat kematian Anda berada di depan Anda.” Kemudian aku

keluar lagi dari kamarnya. Lalu Jibril kembali masuk, dia berkata, ”Assalamualaikum,

wahai Rasulullah! Ini adalah kali yang terakhir saya turun ke dunia. Wahyu telah

ditutup, dunia telah dilipat, dan saya tidak punya urusan lagi selain dengan Anda.

Saya tidak punya tujuan apa-apa kecuali hadir di dekat Anda. Setelah itu saya akan

tetap berada di tempat saya. Tidak! Demi Dia yang telah mengutus Muhammad

dengan kebenaran, tak seorangpun di dalam rumah ini yang dapat mengubah satu

katapun dari yang telah saya sampaikan. Dia tidak akan pernah diutus kembali

kepada umatnya betapapun pentingnya berita yang akan disampaikannya dan

meskipun dengan adanya kasih sayang maupun simpati kami.”

Saat itu aku dapat melihat bagaimana manusia yang disempurnakan oleh-Nya itu

akhirnya pingsan di dada Aisyah. Dari keningnya keringat mengucur dengan deras.

Bau harum keringatnya semerbak memenuhi kamarnya. Ketika beliau sadar kembali,

Namaku Izrail!______________________________________________________107

Page 108: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

dia berkata kepada Aisyah, ”Wahai Aisyah, ruh orang beriman keluar bersama

keringatnya, sedangkan ruh orang kafir keluar melalui kedua rahangnya seperti

nyawa keledai”.

Mendengar itu Aisyah takut dan memanggil keluarganya. Namun sebelum semuanya

berdatangan, aku melakukan tugasku. Ketahuilah, Rasulullah wafat sebelum

kedatangan siapapun kecuali Aisyah karena Tuhan telah menahan mereka dari

beliau dan telah menyerahkan beliau ke tangan Jibril dan Mikail. Sebelum pingsan,

masih kuingat beliau selalu mengatakan,”Bahkan, sahabat tertinggi!”, seolah-olah

pilihan telah dijatuhkan kepada-Nya. Dan ketika beliau mampu berbicara kembali,

beliau mengatakan “Shalat!shalat!Kalian semua akan bersatu jika kalian senantiasa

shalat bersama-sama”. “Shalat! Shalat! ”, beliau terus berpesan mengenai hal itu

hingga ruhnya kucabut dalam keadaan mengatakan “Shalat!Shalat!”[11].

Maka menjelang tengah hari, pada hari Senin, tanggal 12 Rabi’ul Awwal 1 H, dengan

usia enam puluh tiga tahun lebih empat hari, kubawalah Muhammad SAW pergi

kembali kepada Sang Kekasih Yang Maha Tinggi. Kulihat, ia sekilas melihat

kedatanganku. Kemudian ia tersenyum.

Kematian Nabi Yang Ummi, yang membawa rahmat bagi seluruh alam memang

menggoncangkan Umat Islam saat itu. Sehingga umat saat itupun kebingungan dan

meratap kehilangan. Sampai kedatangan Al-Khidhr a.s dan Alyasa (Elias) a.s yang

kemudian berkata [11]:

“Assalammualaikum, wahai Ahli Bait!25.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.

Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.

Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,

maka sungguh ia telah beruntung.

Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan

yang memperdayakan.(QS 3:185).

Sesungguhnya Allah menyediakan pengganti bagi setiap orang,

25 Ahli Bait, sebutan untuk sanak keluarga Nabi Muhammad SAW

Namaku Izrail!______________________________________________________108

Page 109: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

pencapaian setiap keinginan,

dan keterbebasan dari setiap rasa takut.

Oleh karena itu, pautkanlah harapanmu

dan sikap tawakalmu kepada Allah.”

“Wahai Ahli Bait! Ingatlah kepada Allah

dan pujilah Dia dalam setiap keadaan.

Sesungguhnya, disisi Allah terdapat pelipur lara

dan penggant ibagi kekasih yang hilang.

Oleh karena itu, taatilah Allah.

Bekerjalah atas dasar perintah-Nya.”

“Demikilanlah ceritaku ketika aku menjemput Nabi Muhammad SAW”, Izrail

mengakhiri ceritanya.

7. Kematian Izrail

Aku masih termangu-mangu mendengar semua kisahnya. Kematian, betapapun juga

pada akhirnya memang akan menghampiri semua makhluk. Secara tabiat, manusia

memang membenci bahkan takut dengan kematian. Saking takutnya maka

manusiapun kemudian berangan-angan bahwa akhirat itu tidak ada. Merekapun

kemudian menjadi ateis. Mereka berangan-angan kosong dan mengira Tuhan tidak

ada. Sungguh bodoh sekali manusia seperti itu. Bahkan, saking bodohnya manusia

yang menafikan akhirat dan ateis, Sayyidina Ali bin Abu Thalib pernah berkata

bahwa “Jika apa yang Anda katakan tentang tidak adanya akhirat itu benar, maka

Anda akan selamat begitu pula kami. Tetapi jika yang kami katakan bahwa akhirat itu

benar adanya, maka kami akan selamat, sedangkan Anda akan binasa.”

Namaku Izrail!______________________________________________________109

Page 110: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Orang yang ateis memang seperti penjudi yang bodoh. Disebut demikian karena

mereka berani bertaruh “untuk tidak mendapatkan apa-apa” atau “doing for nothing”

atau untuk kesia-siaan. Keyakinan dan keimanan atas AdaNya Sang Pencipta Yang

Maha Esa sebenarnya merupakan aturan main yang ditetapkan Allah sesuai dengan

citra anatomis manusia maupun citra keruhanian manusia yang nampak abstrak

sebagai makhluk yang mengemban amanat penciptaan untuk mengungkapkan

hubungan dirinya dengan PenciptaNya, Allah Rabbul ‘Aalamin. Karena itu, dari segi

manapun juga, dari arah sudut pandang 360 derajat, beriman kepada Allah dan hari

akhir dengan pembalasan yang setara atau sebanding dengan amal perbuatan

manusia di dunia akan mengeluarkan jawaban optimum atas pertanyaan tentang

“makna kehidupan manusia” sebagai jawaban yang memberikan barokah “Win-Win

Solution”. Jadi jawaban yang menjadi sistem kepercayaan dan keimanan bahwa

Pencipta itu Ada dan Dia Maha Esa adalah jawaban yang memberikan kemungkinan

untuk selalu memberikan kemenangan, baik di dunia maupun di akhirat nanti yang

merupakan alam yang sama sekali berbeda dengan alam nyata, alam yang potensi

pengetahuan Tuhan yang dinyatakanNya tidak kita ketahui dengan pasti. Karena itu,

menjadi manusia dengan mempercayai Allah sebagai Rabbul ‘Aalamin merupakan

solusi aman dimanapun manusia berada, baik ia masih hidup maupun setelah mati.

Hanya manusia yang telah diliputi kegelapan dan kebutaan matahati secara totallah

yang akan menolak keberadaan Penciptanya. Manusia demikianlah yang disebut

kelompok summum bukmum umyun alias Dajjal dan gerombolan suku Yakjuj dan

Makjuj yang oenuh khayal dan angan-angan. Tidak ada ruginya untuk mengimani

adanya Pencipta. Keimanan sekecil apapun akan tetap diakui sebagai tanda

pengakuan atas keberadaan Realitas Absolut yaitu Al-Haqq, Allah Yang Maha

Esa[21].

Kematian memang sudah ketentuan Allah. Seperti pernah diriwayatkan oleh Nabi

SAW melalui Abu Hurairah bahwa Allah berfirman : “Aku tidak pernah ragu dalam

sesuatu yang Kukerjakan, seperti halnya ketika mencabut jiwa hamba-hamba-Ku

yang beriman yang membenci kematian dan Aku benci untuk menyakitinya. Tetapi

hal itu meskti kulakukan.” Sehingga kematian adalah suatu realitas sebenarnya bagi

semua orang, baik dia nabi, rasul, wali, dan manusia lainnya. Kematian adalah

Namaku Izrail!______________________________________________________110

Page 111: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

kiamat sebenarnya bagi manusia yang sadar akan hal ini. Kiamat yang pasti datang

dalam waktu yang sangat dekat. Berapa lamakah usia manusia? 1,5,10, 20, 63, 75,

80, ataupun seribu tahun, Izrail pastilah akan datang. Maka risaukanlah kedatangan

Izrail. Ucapku membatin, mengenang peran dan tugas malaikat maut yang digelari

Izrail yang seringkali kedatangannya dilupakan banyak orang.

Aneh, pikirku, seringkali kulihat manusia ketakutan pada datangnya kiamat besar

yang juga pasti datang. Namun entah kapan. Namun, manusia seringkali lupa pada

kiamat kecil yang nyata sekali pasti datang setiap saat kalau memang sudah

diinginkan Allah.

Kiamat kecilitu adalah Kematian. Jadi sungguh aneh bila manusia makin lama kok

makin tidak takut mati, lupa diri, seolah dirinya akan hidup selamanya. Padahal,

sudah jelas bahwa semua orang diperingatkan tentang dekatnya ajalnya oleh uban

dan keriputnya kulit disekujur tubuhnya, itulah tanda-tanda perubahan masa karena

akan datangnya kematian.

Cukuplah, ajal yang mendekat ditunjukkan dengan hilangnya masa muda

dan bertambahnya uban di kepala, juga berubahnya masa

Dan apakah setelahnya, orang-orang yang berakal menghendaki kekekalan

Ketika kebeliaan terus berubah dan keadaan hidup terus berputar [17].

Makin anehlah aku kalau melihat manusia yang dengan kesombongan dan

kepongahan Iblis berbuat semena-mena dengan mengabaikan apa yang sudah

begitu jelas menjadi petunjuk kepada jalan keselamatan : mengabaikan perintah

Allah, melanggar larangan-larangan-Nya, melanggar sunnatullah, mengabaikan apa

yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah berupa akhlak yang mulia. Manusia tidak

segan-segan melakukan berbagai kemaksiatan dan tidak malu-malu pula

mempertontonkannya tanpa takut mati, seolah dirinya akan selamat dari sergapan

dan siksa sakratul maut dan sergapan Izrail Sang Maut. Aku menghela nafasku yang

kurasakan semakin berat. Keringat dinginku sudah membasahi bajuku. Semilir

hembusan angin malam yang masuk ke kamarku menyebabkan tubuhku semakin

mendingin.

Lantas aku memberanikan diri untuk bertanya “Bagaimanakan kamu mati?”

Namaku Izrail!______________________________________________________111

Page 112: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

“Semua makhluk pastilah akan binasa, karena hanya Allah lah yang kekal. Akupun

demikian pula, akan binasa ketika waktunya tiba. Aku termasuk makhluk paling akhir

yang akan dibinasakan oleh-Nya”, ujar Izrail mengawali cerita bagaimana iapun akan

binasa.

Aku (Izrail), Jibril, Mikail, dan Israfil adalah makhluk-makhluk Allah yang pertama kali

diciptakan-Nya, terakhir kali dimatikan-Nya, dan pertama kali dihidupkan-Nya

kembali.

Karena kamilah yang membagi-bagi segala urusan. Kami termasuk kelompok

malaikat yang dimuliakan Allah. Jibril adalah pengurus peperangan dan para rasul,

Mikail adalah pengurus setiap tetesan hujan dan daun yang tumbuh dan jatuh, yang

membawa rezeki kepada semua makhluk-Nya di dunia. Israfil adalah malaikat

kepercayaan Allah antara-Nya dan para malaikat lainnya, sedangkan aku ditugasi

mencabut nyawa setiap hamba, di manapun ia berada26.

Sesuai dengan tugas yang kuemban, maka aku akan ada di setiap saat Sang Waktu

lewat, mengintip setiap rumah kalau-kalau ada seseorang yang harus kucabut

nyawanya. Tugasku memang berat, kadang-kadang akupun merasa menzalimi

semua yang bernyawa. Namun apa daya, aku hanya makhluk yang tidak menzalimi ,

tidak bisa menangguhkan ajal, tidak mempercepat takdir, dan kamipun tidak berdosa

dalam mencabut nyawa semua yang mesti kucabut ketika saatnya tiba. Bahkan

untuk mencabut nyawa seekor nyamukpun aku sebenarnya tidak kuasa sebelum

Allah memberi izin mencabutnya. Ketahuilah, aku sendiri sebenarnya tidak

mengetahui siapa-siapa yang akan kucabut. Aku hanya diberi sebuah buku catatan

yang di dalamnya ada beberapa nama.

Izrail kemudian mengeluarkan sebuah lembaran dimana disitu kulihat daftar nama-

nama yang akan dihampirinya. Kemudian ia melanjutkan.

Aku biasanya menerima lembaran kematian pada pertengahan bulan Sya’ban, Allah

mewahyukan kepadaku untuk mencabut setiap nyawa manusia yang diinginkan-Nya

26 Diriwayatkan oleh Abu asy-Syaikh dari Ikrimah bin Khalid bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasul, kemudian ia menjelaskannya seperti itu. Dikutip dari Ref 10 hal 29

Namaku Izrail!______________________________________________________112

Page 113: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

pada tahun itu27. Maka jangan heran kalau Nabi Muhammad SAW seringkali

berpuasa di bulan itu.

Setelah semua makhluk mati, termasuk semua malaikat pun dimusnahkan, maka

akulah yang akan terakhir dimatikan langsung oleh Allah SWT. Dalam arti yang

harfiah, maka semua yang mewujud di alam semesta, yang masih memerlukan

intervensi kaumku akan dimusnahkan. Setelah itu, adalah hal yang menentukan

bagaimana semua makhluk akan kembali dalam penghisaban. Ketika saat

kematianku tiba, maka

Dia berkata “Wahai Malaikat Maut, matilah engkau!” Akupun berteriak keras, yang

bila penghuni langit penghuni langit dan bumi mendengarnya, pastilah mereka akan

mati ketakutan. Akupun kemudian matilah. Kematian yang menimpa diriku bisa

dikatakan sebagai kematian terdahsyat dari kematian semua makhluk28.

8. Epilog : Semua Makhluk Pasti Mati

Kami berdua terdiam. Mungkin cuma sejenak, tapi keheningan yang mencekam

seperti keheningan berhentinya detik sang waktu. Khususnya bagi diriku yang

tergolek tanpa daya dihadapannya. Akhirnya nuansa keheningan itu seperti tanpa

makna, kekosongan yang maha luas dan hamparan tak bertepi seperti menyelimuti

diriku. Kehampaanku terhadap dunia makin terasa. Tanpa sadar aku berguman

27 Diriwayatkan oleh ad-Dainuri di dalam al-Mujasalah dari Rasyid bin Said, ref 10 hal. 6028 Diriwayatkan oleh Ibnu Amid Dunya, ref. 10 hal. 63

Namaku Izrail!______________________________________________________113

Page 114: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

pelan, ”Bawalah aku..”, lalu syahadat meluncur begitu saja “La iIlaaha Illaa Allaah,

Muhammadurrasulullah”.

Sesaat aku cuma merasakan betotan dahsyat yang diceritakannya tentang

kematian, lalu tidak kurasakan lagi aksi dan reaksi dari ujung kakiku. Aku seperti

buntung tanpa kaki, kemudian tanpa paha, kemudian tanpa tubuh, kemudian tanpa

tangan, kemudian tanpa leher, dan akhirnya semua kesadaran tentang ruang-waktu

lenyap sama sekali.

Kurasakan aku menjadi berkas-berkas cahaya yang melesat dan meluas dalam

sekejap, kemudian masuk kedalam lorong yang mendadak menyedotku, aku

rasakan menjadi padam dan memasuki zona tanpa batas-batas yang jelas, apakah

aku berada dalam suatu ruang, aku tidak tahu. Sejenak kesadaran yang kurasakan

kembali tanpa nuansa duniawi menggugah diriku, aku masih celingukan mencari

Izrail. Kudengar lagi suaranya tanpa rupa “Aku cuma mengantarmu sampai disini,

selamat jalan, temuilah Rabb-Mu yang mengasihimu”. Sayup-sayup masih kudengar

suaranya bersenandung

Akulah Izrail Sang Elmaut,

datang tanpa diundang,

pulang tanpa diantar.

Aku jemput siapa pun yang harus kujemput.

Aku antar siapa pun yang harus kuantar.

Dengan kelembutan-Nya.

ataupun dengan Kemurkaan-nya.

Hanya ia yang berjalan di jalan-Nya

saja akan selamat dari kedahsyatanku,

rasa takutnya akan hadir menjadi rindunya

karena hanya si perindu saja yang akan

menganggap diriku berkah keabadian dalam rengkuhan keabadian cinta-Nya.

Dia yang menyia-nyiakan waktunya didunia,

terlena dalam ilusi dan kesombongan Sang Durjana,

akan merana dalam keabadian Murka-Nya.

Namaku Izrail!______________________________________________________114

Page 115: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Sebelum ia lenyap dari kesadaranku, aku sempat meneriakkan pertanyaan terakhir

kepadanya, “kamu mau kemana setelah aku?”. Suaraku langsung lenyap dalam

gaung yang menjauh senyap. Sayup-sayup masih kudengar suara Izrail menjawab,

“Menemui salah satu pembaca risalahmu ini”.

“innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (QS 2:156)”

Cintailah siapa saja yang ingin engkau cintai,

namun ingatlah bahwa pasti engkau akan berpisah dengannya;

hiduplah dengan gaya kehidupan yang engkau inginkan,

namun ingatlah bahwa engkau akan mati;

dan berbuatlah apa saja yang engkau kehendaki,

namun ingatlah bahwa engkau pasti dibalas

[Sabda rasullullah SAW; HR Hakim, Thabrani]

Atmonadi, [email protected]

Lebak Bulus, 27 November 2004

Referensi :

1. Al Qur’an Terjemahan Departemen Agama, 1984

2. Al Qur’an Terjemah Indonesia, PT Sari Agung, Cetakan ke-13, 1999

3. HB Yassin, “Al Qur’an Bacaan Mulia”, Yalco Jaya, Cetakan ke-4, 2002

4. Choiruddin Hadhiri SP, “Klasifikasi Kandungan Al Qur’an”, Gema Insani Press,

1999

5. Syaikh Hamami Zadah, “Menyelami Lubuk Al Qur’an: Tafsir Surah Yasiin”,

Namaku Izrail!______________________________________________________115

Page 116: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Penerbit IIMAN & Penerbit Hikmah, Februari 2003.

6. M. Quraish Shihab, “Tafsir Al Mishbah”, Jilid 1 & 11, Lentera Hati, 2003

7. Imam Az-Zabidi, “Ringkasan Shahih Al-Bukhari”, Mizan, Cetakan ke-4, 2000

8. Rachmat Taufik Hidayat et al, ”Almanak Alam Islami”, Pustaka Jaya, 2000

9. Faruq Sherif, “Al Quran Menurut Al; Quran”, Serambi, November, 2001

10. Imam Jalaludin as-Suyuthi, “Menjelajah Alam Malaikat”, Pustaka Hidayah,

Januari 2003

11.Al Ghazali, “Metode Menjemput Maut”, Mizan, 2001

12.Ahmad Barizi, “Malaikat Diantara Kita”, Hikmah, Januari 2004

13.Khawaja Muhammad Islam, “Mati Itu Spektakuler”, Serambi, April, 2001

14.Al-Harits bin Assad al-Muhasibi, “Menuju Hadirat Ilahi”, Al bayan-Mizan, 2003

15.Al-Harits bin Assad al-Muhasibi, “Menjelajah Alam Akhirat”, Arasy-Mizan, Mei,

2003

16. Ibnu Qayyim Al jauziyah,”Roh”, Pustaka Al Kautsar, 1999

17. Ibnu Rajab Al Hanbali, “Setahun Bersama Nabi”, Pustaka Hidayah, 2002

18. Yunasril Ali, “Ruh dan Jenjang-jenjang Ruhani”, Serambi, 2003

19. Salim Said Bawazier, “Memahami Hakikat Takdir”, Iqra Insan Press, 2003

20. M. Quraish Shihab, “Yang Tersembunyi : Jin, Iblis, Setan dan Malaikat”,

Lentera Hati, 1999

21.Atmonadi, “Kun fa Yakuun: Mengenal Diri, Mengenal Ilahi”, Kunfayakuun

Publishing, e-Book Release 3, Oktober, 2004

22. Ibnu Arabi, “Menghampiri Sang Mahakudus”, Mizan, Maret 2002

23.Fariduddin Al-Attar, “Warisan Para Awliya”, Penerbit Pustaka, Cetakan ke III,

2000 M

Riwayat Hidup Penulis

Atmonadi, sehari-hari biasa dipanggil “Atmo” atau nickname di Internet “Atmoon”, di

situs myquran memperkenalkan diri sebagai "myQadmin" karena memang yang

membuat dan menggagasnya pada pertengahan 1999. Dilahirkan kurang lebih 4

dasawarsa yang lalu di sebuah kota yang dulu dikenal sebagai Kota Udang, pada

tanggal sebelas bulan lima di tahun yang kemudian menjadi tahun duka cita bagi

Namaku Izrail!______________________________________________________116

Page 117: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

Bangsa Indonesia, tahun dimana disebut oleh seorang sineas asing menjadi “The

Years Living Dangerously”, 1965. Saat ini, berprofesi sebagai konsultan Teknologi

Informasi dan Internet independen.

Dalam segmen-segmen kehidupan yang dilalui, menulis memang bukan sesuatu

yang asing. Pengalaman menulis yang intensif sebenarnya terjadi selama periode

menjadi mahasiswa pada sekitar tahun 1988 sampai 1992, sebagai penulis lepas

untuk bidang teknologi penerbangan dan militer. Selama periode tersebut, tulisan

yang dibuat umumnya berhubungan dengan desain pesawat udara penumpang,

pesawat tempur siluman, pesawat mata-mata tanpa awak, sistem radar,

telekomunikasi, dan sistem persenjataan yang dimuat di rubrik iptek pada beberapa

harian nasional seperti Kompas, Bisnis Indonesia, Pikiran Rakyat, majalah

Teknologi, dan majalah Teknologi & Strategi Militer (TSM). Dalam urusan tulis

menulis, pernah mendapatkan penghargaan karya tulis dari PT Telkom Indonesia

dengan judul “Menuju Perusahaan Adaptif Menjadi Urat Nadi Globalisasi” (1990).

Kemudian, bersama salah satu rekan kuliahnya, menulis artikel iptek populer dan

tulisannya meraih penghargaan karya tulis populer Ristek (1991) yang membahas

masalah pesawat N-250. Setelah bosan menjadi mahasiswa, ia menyelesaikan

kuliahnya dan meraih gelar kesarjanaan dari jurusan Teknik Aeronautika ITB (1992);

setengah tahun kemudian (1993) bekerja di Sempati Air sebagai Engineer; tiga tahun

kemudian (1995) ia memutuskan beralih profesi menjadi software development

supervisor di perusahaan yang sama.

Tahun 1996 internet mulai marak di Tanah Air. Terpesona dengan kemampuan

hyperlink jejaring global tersebut, iapun memutuskan mengundurkan diri dari

Sempati Air dan bekerja sebagai web developer di sebuah perusahaan yang

dibangun oleh kenalannya di Internet yaitu Bubu Internet. Akhir dasawarsa sembilan

puluhan, Internet semakin populer dan bisnis dot.com booming, komunitas gaul di

internet bermunculan, namun sayangnya belum ada komunitas gaul yang khusus

untuk remaja Islam, maka ia pun nekat membangun Komunitas Islam Online

myQuran.com (1999, http://www.myquran.com) dan kemudian setidaknya mampu

menggugah banyak orang bahwa Umat Islam perlu memanfaatkan Internet baik

untuk tujuan pergaulan maupun dakwah. Setelah beberapa tahun mengelola situs

independen myQuran, dibantu dengan pengunjung yang rajin menulis artikel, puisi

Namaku Izrail!______________________________________________________117

Page 118: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

ataupun sekedar numpang nulis, iapun kemudian menjadi tidak terlalu aktif

mengelola myquran karena kesibukkannya. Sebagai gantinya, pengelolaan myQuran

diserahkan ke salah satu anggota dan fans beratnya Hasanudin.

Pada tahun 2000 ia mengundurkan diri dari Bubu Internet dan bekerja di beberapa

proyek perusahaan sebagai Technology Advisor, menjadi nara sumber tetap di radio

MSTRI FM Jakarta (2000-2002), radio Ramako Jakarta, dan Metro TV untuk acara

yang berhubungan dengan teknologi informasi dan internet. Akhir tahun 2001

kembali bekerja di Bubu untuk menangani Production & Development, kemudian

mengundurkan diri pada akhir tahun 2003 dan awal 2004 mendirikan Getwo

Advanced sebuah biro konsultan teknologi informasi, internet dan multimedia.

Sejak akhir tahun 2002 sampai sekarang ikut aktif dalam majelis pengajian tasawuf

Al-Hikam tarekat Syadziliyah Jakarta dengan ustad Bapak M. Luqman Hakiem dan

Guru mursyid almarhum Syeik KH Abdul Djalil Mustaqiim dan Syeikh Hadlir

Shalahuddin Al Ayyubi Pengasuh Pondok Pesatren Thariqot Agung (Peta)

Tulungagung Jawa Timur. Dalam perjalanannya kemudian menulis risalah "Kun Fa

Yakuun" sebagai sebuah perenungan panjang tentang diri, perjalanan kehidupan,

alam semesta, dan Penciptanya. Risalah “Kun!” kemudian menjadi sebuah Risalah

Mawas Diri bagi seorang hamba dan juga sebuah risalah yang dimaksudkan untuk

semua Umat Islam (tentunya bagi yang mau membacanya), khususnya yang

menjadi bagian dari Bangsa Indonesia yang memang masih perlu banyak belajar

dan istiqamah (konsisten dan teguh) di jalan yang lurus, atau Shiraat al-Mustaqiim,

agar tidak mudah “Digoda” oleh goyangan ke kiri dan ke kanan yang memabukkan,

yang dapat menyelewengkannya dari jalan lurus yang di ridhai Ilahi. Setelah itu

tulisan-tulisan lainnya meluncur begitu saja yang baru berani didistribusikan kepada

teman-temannya saja karena berbagai masalah yang dibahas terhitung sangat pelik.

Risalah yang beredar di kalangan terbatas antara lain “Prima Kausa: Al Qur’an

sebagai Kosmos Islam”, “Superunifikasi (Kajian tentang huruf-huruf hijaiah dan

makna simbolis geometrisnya)”, “Komposisi Dan Kodefikasi Al Qur’an”, dan

beberapa risalah lainnya yang umumnya bercorak tasawuf dengan perpektif

perkembangan ilmu pengetahuan manusia saat ini, khususnya berkaitan dengan

perkembangan Abad Dijital yang dianggapnya sebagai Abad Pemurnian Tauhid

karena basis dijital sejatinya basis dari Pengetahuan Tauhid yaitu kaidah Biner atau

Namaku Izrail!______________________________________________________118

Page 119: Namaku Izrail

Atmonadi_______________________________________________Namaku Izrail!

huruf Ba alias 1001 (seribu satu malam).

“Namaku Izrail” adalah tulisan singkat yang bercorak populer yang menggambarkan

pertemuan imajiner dengan Malaikat Elmaut yang ditakuti yaitu Izrail, berdialog

dengannya dengan merujuk pada gambaran tentang malaikat Izrail dari berbagai

bacaan yang menjadi sumber-sumber inspirasinya. “Namaku Izrail” bukan

dimaksudkan untuk menakut-nakuti pembacanya, namun lebih tepat dikatakan

sebagai suatu mawas diri akan keterbatasan manusia terhadap takdirnya yang pasti

terjadi yaitu “kematian”, sebagai kehidupan yang sebenarnya. Dengan mengulas

gambaran malaikat Izrail yang mengambil debu bumi untuk kemudian dengan tanah

lempung Allah menciptakan makhluk yang hidup di sistem tatasurya, gambaran yang

ditampilkan bukan sekedar kisah tentang Izrail Sang Malaikat sebagai Pencabut

Nyawa yang menyeramkan, namun gambaran yang lebih utuh tentang akibat dari

semua akhlak dan perilaku manusia ketika ia hidup sampai akhirnya kematian dapat

datang menjemput tanpa diduga, dimana saja, dan kapan saja. Kemudian kondisi

demikian diproyeksikan kepada diri sendiri, sudah siapkah kita menghadapinya untuk

kemudian mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita di dunia?

Namaku Izrail!______________________________________________________119