nama provinsi dan rumah adat,tarian,pusaka

43
1. Aceh Rumah Tradisional Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur). 2. Sumatera Utara Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di Sumatera Utara.

Upload: aliensnyasar8035

Post on 30-Jul-2015

1.107 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

1. AcehRumah Tradisional

Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur).

2. Sumatera Utara

Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di Sumatera Utara.

Page 2: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

3. Sumatera Barat

Rumah adat Sumatera Barat khususnya dari etnis Minangkabau disebut Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun. Tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut namun belum menikah.

Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang,[24] umumnya berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti berbentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau, masyarakat setempat menyebut nya Gonjong dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap seng. Rumah Bagonjong ini menurut masyarakat setempat diilhami dari tambo, yang mengisahkan kedatangan nenek moyang mereka dengan kapal dari laut. Ciri khas lain rumah adat ini adalah tidak memakai paku besi tapi menggunakan pasak dari kayu, namun cukup kuat sebagai pengikat.

Sementara etnis Mentawai juga memiliki rumah adat yang berbentuk rumah panggung besar dengan tinggi lantai dari tanah mencapai satu meter yang disebut dengan uma.[27]

Uma ini dihuni oleh secara bersama oleh lima sampai sepuluh keluarga. Secara umum konstruksi uma ini dibangun tanpa menggunakan paku, tetapi dipasak dengan kayu serta sistem sambungan silang bertakik.

Page 3: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

4. Riau

Rumah Adat Daerah Riau - Sebenarnya tidaklah bisa disebut rumah adat Riau, namun disebabkan oleh Riau identik dengan ciri ciri Melayu, maka Rumah adat Riau adalah rumah adat Melayu. Ditambah pula Riau-ini terdapat banyak sungai maka setiap sungai itu beda pula beradaban serta adatnya walaupun banyak terdapat persamaan.

Secara umum ada 5 jenis rumah adat Melayu Riau:* Balai Salaso Jatuh,* Rumah Adat Salaso Jatuh Kembar,* Rumah Melayu Atap Limas,* Rumah Melayu Lipat Kajang dan* Rumah Melayu Atap Lontik.

Bentuk rumah tradisional daerah Riau pada umumnya adalah rumah panggung yang berdiri diatas tiang dengan bangunan persegi panjang. Dari beberapa bentuk rumah, semuanya hampir serupa, baik tangga, pintu, dinding, susunan ruangannya identik, kecuali rumah lontik yang-mendapat pengaruh Minang.

Page 4: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

5. Jambi

Ini merupakan rumah adat jambi (Rumah Panggung). sebagaimana layaknya orang melayu pada umumnya, rumah-rumah masyarakat jambi mayoritas rumah panggung, mungkin karena jambi itu berada di tepi sungai batang hari sehingga warganya membuat rumah panggung sebagai tempat tinggal, selain itu biar aman pada saat sungai batang hari pasang.

Page 5: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

6. Sumatera Selatan

Rumah Limas Palembang (Rumah Adat Palembang) merupakan Rumah panggung kayu. Bari dalam bahasa Palembang berarti lama atau kuno. Dari segi arsitektur, rumah-rumah kayu itu disebut rumah limas karena bentuk atapnya yang berupa limasan. Sumatera Selatan adalah salah satu daerah yang memiliki ciri khas rumah limas sebagai rumah tinggal. Alam Sumatera Selatan yang lekat dengan perairan tawar, baik itu rawa maupun sungai, membuat masyarakatnya membangun rumah panggung. Di tepian Sungai Musi masih ada rumah limas yang pintu masuknya menghadap ke sungai.

Page 6: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka
Page 7: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

Bengkulu

Dalam bahasa melayu Bengkulu, rumah tempat tinggal dinamakan juga “Rumah”. Rumah tradisional Bengkulu termasuk tipe rumah panggung. Rumah panggung ini dirancang untuk melindungi penghuninya dari banjir. Disamping itu kolong rumah panggung juga dapat dipergunakan untuk menyimpan gerobak, hasil panen, alat-alat pertanian, kayu api, dan juga berfungsi sebagai kandang hewan ternak.

Page 8: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

7. Lampung

Rumah tradisional adat Lampung memiliki ciri khas seperti: berbentuk panggung, atap terbuat dari anyaman ilalang, terbuat dari kayu dikarenakan untuk menghindari serangan hewan dan lebih kokoh bila terjadi gempa bumi, karena masyarakat lampung telah mengenal gempa dari zaman dahulu dan lampung terletak di pertemuan lempeng asia dan australia rumah ini disebut rumah SESAT,

Page 9: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

8. Kepulauan Bangka Belitung

Secara umum arsitektur di Kepulauan Bangka Belitung berciri Arsitektur Melayu seperti yang ditemukan di daerah-daerah sepanjang pesisir Sumatera dan Malaka.

Di daerah ini dikenal ada tiga tipe yaitu Arsitektur Melayu Awal, Melayu Bubung Panjang dan Melayu Bubung Limas. Rumah Melayu Awal berupa rumah panggung kayu dengan material seperti kayu, bambu, rotan, akar pohon, daun-daun atau alang-alang yang tumbuh dan mudah diperoleh di sekitar pemukiman.

Bangunan Melayu Awal ini beratap tinggi di mana sebagian atapnya miring, memiliki beranda di muka, serta bukaan banyak yang berfungsi sebagai fentilasi. Rumah Melayu awal terdiri atas rumah ibu dan rumah dapur yang berdiri di atas tiang rumah yang ditanam dalam tanah.

Berkaitan dengan tiang, masyarakat Kepulauan Bangka Belitung mengenal falsafah 9 tiang. Bangunan didirikan di atas 9 buah tiang, dengan tiang utama berada di tengah dan didirikan pertama kali. Atap ditutup dengan daun rumbia. Dindingnya biasanya dibuat dari pelepah/kulit kayu atau buluh (bambu). Rumah Melayu Bubung Panjang biasanya karena ada penambahan bangunan di sisi bangunan yang ada sebelumnya, sedangkan Bubung Limas karena pengaruh dari Palembang. Sebagian dari atap sisi bangunan dengan arsitektur ini terpancung. Selain pengaruh arsitektur Melayu ditemukan pula pengaruh arsitektur non-Melayu seperti terlihat dari bentuk Rumah Panjang yang pada umumnya didiami oleh warga keturunan Tionghoa. Pengaruh non-Melayu lain datang dari arsitektur kolonial, terutama tampak pada tangga batu dengan bentuk lengkung.

Page 10: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

9. Kepulauan Riau

Salah satu rumah untuk tempat tinggal masyarakat Kepulauan Riau adalah rumah Belah Bubung. Rumah ini juga dikenal dengan sebutan rumah Rabung atau rumah Bumbung Melayu. Nama rumah Belah Bubung diberikan oleh orang Melayu, karena bentuk atapnya terbelah. Disebut rumah Rabung karena atapnya mengunakan perabung. Sedangkan nama rumah Bubung Melayu diberikan oleh orang-orang asing, khususnya Cina dan Belanda, karena bentuknya berbeda dengan rumah asal mereka, yaitu berupa rumah Kelenting dan Limas.

Nama rumah ini juga terkadang diberikan berdasarkan bentuk dan variasi atapnya, misalnya: disebut rumah Lipat Pandan karena atapnya curam; rumah Lipat Kajang karena atapnya agak mendatar; rumah Atap Layar atau Ampar Labu karena bagian bawah atapnya ditambah dengan atap lain; rumah Perabung Panjang karena Perabung atapnya sejajar dengan jalan raya; dan rumah Perabung Melintang karena Perabungnya tidak sejajar dengan jalan.

Besar kecilnya rumah yang dibangun ditentukan oleh kemampuan pemiliknya, semakin kaya seseorang semakin besar rumahnya dan semakin banyak ragam hiasnya. Namun demikian, kekayaan bukan sebagai penentu yang mutlak. Pertimbangan yang paling utama dalam membuat rumah adalah keserasian dengan pemiliknya. Untuk menentukan serasi atau tidaknya sebuah rumah, sang pemilik menghitung ukuran rumahnya dengan hitungan hasta, dari satu sampai lima. Adapun uratannya adalah: ular berenang, meniti riak, riak meniti kumbang berteduh, habis utang berganti utang, dan hutang lima belum berimbuh. Ukuran yang paling baik adalah jika tepat pada hitungan riak meniti kumbang berteduh.

Page 11: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

10. Jakarta

Rumah Adat Betawi

Rumah Bapang atau sering disebut rumah kebaya. Ciri khas rumah ini adalah teras rumahnya yang luas disanalah ruang tamu dan bale tempat santai pemilik rumah berada, semi terbuka hanya di batasi pagar setinggi 80 cm dan biasanya lantainya lebih tinggi dari permukaan tanah dan terdapat tangga terbuat dari batubata di semen paling banyak 3 anak tangga. Depan dan sekeliling rumah adalah halaman rumah yang luas baru pagar paling luar dari rumah tersebut. Bentuknya sederhana dan terbuat dari kayu dengan ukiran khas betawi dengan bentuk rumah kotak ( dibangun diatas tanah berbetuk kotak). Rumah Bapang terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur dan teras extra luas.

Page 12: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

11. Jawa Barat

Seperti halnya rumah-rumah adat lain pada umumnya, Rumah Adat Jawa Barat dibangun menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu, bambu, ijuk, daun kelapa, sirap, batu, dan tanah. Selain itu, bangunannya tidak berdiri langsung di atas tanah, melainkan berbentuk rumah panggung. Tujuannya adalah melancarkan sirkulasi sekaligus menghindari serangan binatang buas.

Tinggi panggung rumah-rumah khas Parahyangan biasanya sekitar 40 hingga 60 cm di atas permukaan tanah dan dilengkapi geladak berupa tangga serta teras muka. Uniknya, bentuk atap pada Rumah Adat Jawa Barat memiliki perbedaan di tiap-tiap wilayah Tanah Sunda.Bentuk atap (suhunan) Rumah Sunda dibuat untuk menyesuaikan dengan keadaan alam serta kebutuhan masyarakatnya. Beberapa model rumah khas Parahyangan dilihat dari atapnya adalah suhunan jolopong atau regol, suhunan tago, suhunan badak heuay, suhunan perahu nangkub, suhunan capit gunting, suhunan julang ngapak, suhunan buka palayu, dan buka pongpok.

Di masa kini, rumah berbentuk khas Sunda jarang ditemui di pemukiman-pemukiman masyarakat Jawa Barat. Bahkan di desa-desa pun sudah langka karena orang-orang beralih kepada bangunan modern yang lebih kuat dan sesuai dengan zaman. Meski demikian, gaya Rumah Adat Jawa Barat bisa ditemui pada bangunan-bangunan rumah makan khas Sunda, museum, beberapa gedung pemerintahan di kota-kota Jawa Barat, dan sebagainya.

Page 13: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

12. Daerah Istimewa Yogyakarta

Di wilayah Yogyakarta, banyak dijumpai bangunan kuno bekas rumah tinggal bangsawan. Bangunan seperti ini dikenal masyarakat sebagai ndalem pangeran. Ndalem tersebut menyebar di dalam maupun di luar lingkungan benteng kraton yang seakan-akan membentuk deliniasi dengan kraton sebagai sentralnya. Mengamati ndalem pangeran, tampak bahwa patokan dasar yang digunakan adalah rumah tradisional jawa. Dalam hal ini mengingat para bangsawan adalah golongan dalam masyarakat yang memiliki status sosial tinggi, maka pada bagian tertentu dari rumah tinggalnya secara tidak langsung dicerminkannya.

Terkadang ndalem-ndalem pangeran ini meniru kraton, misal dengan didapatkannya halaman depan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai alun-alun yang lengkap dengan pohon beringinnya. Ciri pembeda yang cukup menonjol bahwa bangunan tersebut milik bangsawan biasanya tampak pada bentuk atap, luasan, kelengkapan, bahan, serta ornamen yang begitu raya yang digunakannya. Ndalem pangeran khususnya atau rumah tradisional jawa umumnya, dalam penataan ruang utamanya bersandar pada aksis utara-selatan. Bangunan secara keseluruhan menghadap ke selatan. Yaitu dianggap arah yang memiliki nilai khusus secara religius ataupun praktis. Komplek bangunannya dikelilingi tembok dan dilengkapi dengan pintu atau regol.

Di utara regol terkadang didapatkan halaman terbuka menyerupai alun-alun yang ukurannya lebih kecil dengan tanaman beringin serta tanaman besar lainnya. Dikaitkan dengan zonasi halaman secara keseluruhan yang memusat, maka bagian ini merupakan halaman terluar bersifat publik. Pada halaman selanjutnya didapatkan bangunan-bangunan antara lain kandang kreta, kuncungan atau pagongan atau topengan, pendapa, longkangan, serta pringgitan. Di halaman terdalam didapatkan ndalem ageng, gadri, gandhok, dan bangunan pelengkap lainnya seperti tempat tinggal para magersari dan keluarganya.

Page 14: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

13. Jawa Timur

Rumah adalah kebutuhan pokok kita sebagai manusia. Untuk berteduh, melindungi kita dari segala cuaca dan dari segala bahaya. Hal ini disadari sejak dulu oleh para leluhur kita. Maka munculah istilah rumah adat. Dinamakan demikian karena rumah yang dibuat oleh suku yang satu dengan suku bangsa yang lainnya berbeda-beda.

Dalam budaya Jawa Timur, dikenal beberapa bangunan yang dikelompokan berdasarkan fungsinya, misalnya :

- Tempat perlindungan- Tempat tinggal- Bangunan suci misalnya masjid dan makam.

Sedangkan untuk rumah atau tempat tinggal, masyarakat Jawa Timur khusussnya suku Jawa mengenal beberapa rumah adat yang digolongkan dalam bentuk atap rumah, misalnya :

- Rumah beratap serontong- Rumah beratap limasan- Rumah beratap joglo- Rumah beratap sinom

Page 15: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

14. Banten

Rumah adatnya adalah rumah panggung yang beratapkan daun atap dan lantainya dibuat dari pelupuh yaitu bambu yang dibelah-belah. Sedangkan dindingnya terbuat dari bilik (gedek). Untuk penyangga rumah panggung adalah batu yang sudah dibuat sedemikian rupa berbentuk balok yang ujungnya makin mengecil seperti batu yang digunakan untuk alas menumbuk beras. Rumah adat ini masih banyak ditemukan di daerah yang dihuni oleh orang Kanekes atau disebut juga orang Baduy.

Page 16: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

15. Bali

Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui dalam Budaya China)

Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan dan parahyangan. Untuk itu pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut Tri Hita Karana. Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya.

Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.

Page 17: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

16. Nusa Tenggara Barat

Rumah adat Sasak pada bagian atapnya berbentuk seperti gunungan, menukik ke bawah dengan jarak sekitar 1,5 sampai 2 meter dari permukaan tanah (pondasi). Atap dan bubungannya (bungus) terbuat dari alang-alang, dindingnya dari anyaman bambu (bedek), hanya mempunyai satu berukuran kecil dan tidak ada jendelanya. Ruangannya (rong) dibagi menjadi inan bale (ruang induk) meliputi bale luar (ruang tidur) dan bale dalem berupa tempat menyimpan harta benda, ruang ibu melahirkan sekaligus ruang disemayamkannya jenazah sebelum dimakamkan.Ruangan bale dalem dilengkapi amben, dapur, dan sempare (tempat menyimpan makanan dan peralatan rumah tangga lainnya) terbuat dari bambu ukuran 2 x 2 meter persegi atau bisa empat persegi panjang. Kemudian ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk dengan sistem sorong (geser). Di antara bale luar dan bale dalem ada pintu dan tangga (tiga anak tangga) dan lantainya berupa campuran tanah dengan kotoran kerbau/kuda, getah, dan abu jerami.

Page 18: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

17. Nusa Tenggara Timur

Rumah temukung termasuk dalam kategori rumah panggung. Rumah yang bentuknya empat persegi panjang ini bagian-bagiannya ada yang bermakna filosofis dan ada yang non-filosofis (fungsional belaka). Bagian-bagian itu adalah: atap, bangngu (balok lok bubungan), tiang-tiang gela yang berfungsi sebagai penopang bangngu, dinding, pintu, tangga, dan kelaga (balai-balai). Untuk lebih jelasnya, berikut ini bagian-bagian itu akan diuraikan satu-persatu.

Page 19: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

18. Kalimantan Barat

Bangunan Rumah Adat Melayu Kalbar ini berdiri diatas lahan seluas 1,4 hektar. Bangunan ini terdiri dari Balai Kerja yang berfungsi sebagai Seketariat Pertemuan,Balai Rakyat yang berfungsi sebagai taman bermain dan kios penjualan,ada juga Balai Pustaka yang berfungsi sebagai tempat kajian budaya dan perpustakaan, Balai Budaya yaitu ruang pertemuan sanggar tertutup dan ruang pengelola, Panggung Terbuka yang berfungsi sebagai ruang persidangan dan gudang, serta Pesanggarahan yang terdiri dari penginapan,pertemuan, klinik kesehatan dan tempat pelatihan.

Rumah adat melayu ini juga berfungsi sebagai tempat musyawarah Majelis Adat Budaya Melayu. Majelis Adat Budaya Melayu,berperan dalam menyelenggarakan even budaya melayu di Kalbar, satu diantaranya adalah Festival Seni Budaya Melayu yang telah berlangsung lama. Untuk tahun 2011, Festival Seni Budaya Melayu ke-7 digelar di kota Sintang pada tanggal 19 Desember 2011, yang mengambil tema "kembangkan seni,menjunjung tinggi adat dan budaya".

Page 20: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

19. Kalimantan Tengah

Rumah adat Kalimantan Tengah bentuknya memanjang ke belakang hingga 200 m, bertiang panggung dari kayu ulin dengan diameter lebih dari 50 cm.

Tinggi rumah betang 1,5 meter, beratapkan sirap dan kayu ulin. Ukuran rumah betang yang luas hanya memiliki satu pintu untuk masuk dan keluar. Hal ini supaya penghuni rumah mampu mengenal penghuni lainnya dengan dekat.

Page 21: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

20. Kalimantan Selatan

Rumah Banjar atau Rumah ba-anjung adalah rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya antara lain memiliki perlambang, memiliki penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan simetris.

Rumah tradisonal Banjar adalah type-type rumah khas Banjar dengan gaya dan ukirannya sendiri mulai sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935. Pada tahun 1871 pemerintah kota Banjarmasin mengeluarkan segel izin pembuatan Rumah Bubungan Tinggi di kampung Sungai Jingah yang merupakan rumah tertua yang pernah dikeluarkan segelnya. [1]Umumnya rumah tradisional Banjar dibangun dengan ber-anjung (ba-anjung) yaitu sayap bangunan yang menjorok dari samping kanan dan kiri bangunan utama karena itu disebut Rumah Baanjung. Anjung merupakan ciri khas rumah tradisional Banjar, walaupun ada pula beberapa type Rumah Banjar yang tidak ber-anjung. Tipe rumah yang paling bernilai tinggi adalah Rumah Bubungan Tinggi yang biasanya dipakai untuk bangunan keraton (Dalam Sultan). Jadi nilainya sama dengan rumah joglo di Jawa yang dipakai sebagai keraton. Keagungan seorang penguasa pada masa pemerintahan kerajaan diukur oleh kuantitas ukuran dan kualitas seni serta kemegahan bangunan-bangunan kerajaan khususnya istana raja (Rumah Bubungan Tinggi). Dalam suatu perkampungan suku Banjar terdiri dari bermacam-macam jenis rumah Banjar yang mencerminkan status sosial maupun status ekonomi sang pemilik rumah. Dalam kampung tersebut rumah dibangun dengan pola linier mengikuti arah aliran sungai maupun jalan raya terdiri dari rumah yang dibangun mengapung di atas air, rumah yang didirikan di atas sungai maupun rumah yang didirikan di daratan, baik pada lahan basah (alluvial) maupun lahan kering. Rumah Banjar terdiri Rumah Banjar masa kesultanan banjar dan Rumah Banjar masa kolonial.

Page 22: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

21. Kalimantan Timur

Rumah lamin, rumah adat suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur, berbentuk panggung setinggi 3 meter dari tanah yang dihuni oleh 25-30 kepala keluarga. Ujung atap rumah diberi hiasan kepala naga, simbol keagungan, budi luhur dan kepahlawanan. Halaman rumah diisi oleh patung-patung blontang yang menggambarkan dewa-dewa sebagai penjaga rumah atau kampung.

Rumah lamin merupakan rumah tradisional berbagai suku bangsa yang berddiam di Kalimantan Timur, misalnya suku bangsa Dayak Tunjung, Bahau, Benuak dan lain-lain. Di bagian daerah yang lain juga terdapat rumah-rumah tradisional dengan bentuk yang hampir sama, misalnya rumah betang yang merupakan rumah suku bangsa Dayak Ngaju dan Ot Danum di Kalimantan Tengah.

Lamin merupakan rumah panjang berbentuk panggung yang biasanya didirikan di tepi-tepi sungai. Tinggi rumah tersebut sekitar 1,5 sampai 2 meter dari permukaan tanah dengan panjang sekitar 25-50 meter serta lebar 8-10 meter.

Halaman rumahnya diisi oleh patung-patung Blontang yang menggambarkan dewa-dewa sebagai penjaga rumah atau kampung.

Rumah Lamin terbagi atas ruangan dapur, tidur, dan ruangan tengah guna menerima tamu atau pertemuan adat. Tangga untuk naik ke dalam rumah terbuat dari kayu pohon. Bentuk tangga ini tidak berbeda antara rumah para bangsawan dan rakyat biasa.

Dinding rumah lamin terbuat dari kayu yang diselingi daun rumbia. Sementara itu, kolong rumah panggung ini digunakan untuk memilihara ternak.

Page 23: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

22. Sulawesi Utara

Rumah adat suku Minahasa dari Provinsi Sulawesi Utara  disebut Rumah Pewaris atau Walewangkoa.Rumah ini merupakan rumah panggung yang dibangun di atas tiang dan balok-balok yang di antaranya terdapat balok-balok yang tidak boleh disambung. Rumah Pewaris memiliki 2 buah tangga. Letaknya di sisi kiri dan kanan bagian depan rumah. Eh, kok ada 2 tangga, sih? Hmm.. konon, kalau ada roh jahat yang naik dari salah satu tangga, maka ia akan kembali turun di tangga sebelahnya. Hihihi.. benar, nggak sih? Asal kamu tahu saja, seluruh rumah terbuat dari kayu, lho! Dulunya, rumah adat Minahasa ini hanya terdiri dari satu ruangan saja. Kalau pun harus dipisahkan, biasanya hanya dibentangkan tali rotan atau tali ijuk saja, yang kemudian digantungkan tikar. Sekarang ini, Rumah Pewaris  memiliki beberapa ruang. Misalnya, Setup Emperan yang digunakan untuk menerima tamu.

Pores , untuk ruang tidur orang tua dan anak perempuan. Dan sangkor  yang digunakan sebagai lumbung padi.

Page 24: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

23. Sulawesi Tengah

Rumah adat atau rumah tradisional khas Sulawesi Tengah adalah Souraja, yakni bangunan rumah tradisional  yang merupakan tempat tinggal para bangsawan.  Souraja juga sering disebut Banua Mbaso atau rumah besar yakni  rumah kediaman tidak resmi dari manggan atau raja beserta keluarga-keluarganya.Meskipun demikian sebagian besar rumah rakyat serupa dengan Souraja, hanya bentuk dan ukurannya sedikit berbeda dengan yang dimiliki para pembesar atau bangsawan. Bangunan ini berbentuk rumah panggung yang ditunjang sejumlah tiang kayu balok persegi empat dari kayu tertentu yang memiliki kualitas yang baik serta tahan lama.

Bagian Atap Souraja  berbentuk piramide segitiga, bagian depan dan belakang atapnya ditutup dengan papan yang dihiasi dengan ukiran dengan motif yang sangat khas dan disebut panapiri, pada ujung bubungan  depan dan belakang terdapat  mahkota berukir disebut bangko-bangko.

Bagian yang paling mencolok dan unik dari desain bangunan ini adalah bagian depan dimana terdapat teras yang cukup besar, ditambah bagian teras tambahan yang sedikit menjorok kedepan, dan anak tangga dari dua sisi kiri dan kanan sebagai akses utama memasuki bangunan ini.

Desain Souraja sangat khas dan artistic, terbuat dari kayu-kayu pilihan, dengan hiasan kaligrafi disekelilingnya, serta tambahan struktur seperti bangko dan lainnya. Yang melambangkan keramahan, kemuliaan dan kesejahteraan penghuninya.

Page 25: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

24. Sulawesi Selatan

Rumah adat orang Toraja di Sulawesi Selatan adalah Tongkonan. Kolong rumah itu

berupa kandang kerbau belang atau Tedong Bonga. Dii depan rumah tersusun

tanduk-tanduk kerbau, sebagai lambang pemiliknya telah berulang kali

mengadakan upacara kematian secara besar-besaran. Tongkonan tcrdiri 3

ruangan. ruang tamu, ruang makan, dan ruang belakang.

Page 26: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

25. Sulawesi Tenggara

Rumah adat Sulawesi Tenggara disebut juga Malige. Bangunan tersebut berbentuk

panggung terdiri dari tiga lantai. Pada kiri kanan lantai dua da ruang tempat

penenun kain yang di sebut bate

Rumah adat orang Toraja di Sulawesi Selatan adalah Tongkonan. Kolong rumah itu

berupa kandang kerbau belang atau Tedong Bonga. Dii depan rumah tersusun tanduk-tanduk kerbau, sebagai lambang pemiliknya telah berulang kali mengadakan upacara kematian secara besar-besaran. Tongkonan tcrdiri 3

ruangan. ruang tamu, ruang makan, dan ruang belakang.

Page 27: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

26. Gorontalo

Rumah adat orang Gorontalo ada ternyata ada 2 macam. Yang pertama Bandayo Poboide . Rumah ini terletak tepat di depan Kantor Bupati Gorontalo, Jalan Jenderal Sudirman, Limboto.

Yang kedua, adalah rumah adat yang disebut Dulohupa . Rumah adat Dulohupa ini letaknya di Kelurahan Limba U2, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo. Rumah adat ini digunakan sebagai tempat bermusyawarat kerabat kerajaan pada masa lampau.

Dulohupa merupakan rumah panggung yang terbuat dari papan, dengan bentuk atap khas daerah Gorontalo. Pada bagian belakang ada ajungan tempat para raja dan kerabat istana untuk beristirahat atau bersantai sambil melihat kegiatan remaja istana bermain sepak raga.

Rumah adat Dulohupa ini, biasanya terdapat di sebuah bidang tanah yang luasnya kurang lebih lima ratus meter. Dan halamannya dilengkapi taman bunga, bangunan tempat penjualan sovenir, dan sebuah bangunan garasi bendi kerajaan yang bernama Talanggeda.

Asal kamu tahu saja, pada masa pemerintahan para raja, rumah adat ini digunakan sebagai ruang pengadilan kerajaan.

Bagian dalamnya digunakan untuk memvonis para pengkhianat negara melalui sidang tiga alur pejabat pemerintahan, yaitu Buwatulo Bala (Alur Pertahanan / Keamanan), Buwatulo Syara (Alur Hukum Agama Islam), dan Buwatulo Adati (Alur Hukum Adat).

Page 28: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

27. Sulawesi Barat

rumah adat Mandar memiliki bentuk yang hampir sama dengan rumah adat suku Bugis dan Makassar, yakni rumah diatas tiang atau panggung. Perbedaannya terletak pada bagian teras (lego-legonya) yang kadang-kadang lebih besar dengan atap mirip emper miring ke depan. Rumah ini merupakan rumah panggung yang berdiri diatas tiang-tiang untuk menghindari banjir dan binatang buas. Semakin tinggi tingkat kolong rumah menandakan semakin tinggi pula tingkat status social pemiliknya.  Atap rumah umumnya terbuat dari sirap kayu besi, bambu, daun nipah, rumbia, ijuk atau ilalang. Tangga terbuat dari kayu (odeneng) atau bambu (sapana) dengan jumlah anak tangganya ganjil. Tingkat dinding berbentuk segitiga yang bersusun sebagai atap juga menunjukan kedudukan social pemilik rumah.

Page 29: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

28. Maluku

Baileo itu sebutan atau nama dari rumah adat orang Maluku, dengan bentuk bangunan yang besar, material bangunan sebagian besar berbahan dasar kayu, kokoh dengan cukup banyak ornamen, ukiran yang menghiasi seluruh bagian dari rumah tersebut.

Tidak seperti halnya fungsi rumah adat pada suku-suku lain di Indonesia, Baileo atau sebutan harfiahnya Balai, merupakan rumah yang di bangun dengan tujuan yang berbeda, bukan sebagai rumah untuk dihuni atau rumah tinggal, melainkan bangunan yang berfungsi untuk Landmark suatu desa bagi orang-orang Maluku (rumah yang di gunakan sebagai tempat kegiatan atau upacara adat bagi warga kampung).

Baileo merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat pertemuan warga (balai bersama), selain sebagai tempat pertemuan / kegiatan Baileo juga berfungsi untuk menyimpan benda-benda suci, senjata atau pusaka peninggalan dari nenek moyang warga kampung tersebut.

Rumah adat Baileo ini mempunyai beberapa bagian yang mempunyai fungsi yang berbeda dan mempunyai filosofi yang tersirat di dalamnya.Pada intinya rumah adat Baileo ini dibuat tanpa dinding, hal ini bermakna agar roh nenek moyang dapat dengan leluasa untuk keluar masuk kedalam rumah adat tersebut.

Bagian depan atau pintu masuk rumah adat Baileo terdapat Batu Pamali batu besar yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan sesaji

Page 30: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

29. Maluku Utara

Baileo itu sebutan atau nama dari rumah adat orang Maluku, dengan bentuk bangunan yang besar, material bangunan sebagian besar berbahan dasar kayu, kokoh dengan cukup banyak ornamen, ukiran yang menghiasi seluruh bagian dari rumah tersebut.

Tidak seperti halnya fungsi rumah adat pada suku-suku lain di Indonesia, Baileo atau sebutan harfiahnya Balai, merupakan rumah yang di bangun dengan tujuan yang berbeda, bukan sebagai rumah untuk dihuni atau rumah tinggal, melainkan bangunan yang berfungsi untuk Landmark suatu desa bagi orang-orang Maluku (rumah yang di gunakan sebagai tempat kegiatan atau upacara adat bagi warga kampung).

Baileo merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat pertemuan warga (balai bersama), selain sebagai tempat pertemuan / kegiatan Baileo juga berfungsi untuk menyimpan benda-benda suci, senjata atau pusaka peninggalan dari nenek moyang warga kampung tersebut.

Rumah adat Baileo ini mempunyai beberapa bagian yang mempunyai fungsi yang berbeda dan mempunyai filosofi yang tersirat di dalamnya.Pada intinya rumah adat Baileo ini dibuat tanpa dinding, hal ini bermakna agar roh nenek moyang dapat dengan leluasa untuk keluar masuk kedalam rumah adat tersebut.

Bagian depan atau pintu masuk rumah adat Baileo terdapat Batu Pamali batu besar yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan sesaji

Page 31: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

30. Papua Barat

Provinsi papua barat membangun anjungannya di TMII dengan menampilkan bangunan bercorak arsitektur Manokwari. Rumah adat ini pada dasarnya merupakan rumah panggung yang ditopang oleh begitu banyak tiang atau kaki, baik bartiang pendek maupun bertiang tinggi. Di tempat aslinya, rumah adat ini terbuat dari kayu dan daun sagu atau daun jerami sebagai atapnya. Biasanya rumah ini tertutup tanpa jendela dan hanya memiliki dua pintu, depan dan belakang. Semakin jauh ke pedalaman, tiang-tiangnya semakin tinggi, bisa mencapai empat meter. Tiang tinggi yang berjumlah banyak itu, digunakan untuk melindungi diri dari musuh atau ancaman orang-orang berilmu hitam yang berniat jahat (Swanggi). Nama asli rumah tradisional suku bangsa Arfak ini disebut Mod Aki Aksa atau Lgkojei, namun orang awam menyebutnya “Rumah Kaki Seribu”. Saat ini jumlahnya semakin berkurang, terutama di kampong-kampung yang tersebar di pinggiran distrik pedalaman di bagian tengah pegunungan Arfak.

Page 32: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

31. Papua

Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela yang bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua. Honai biasanya dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai).

Page 33: Nama Provinsi dan Rumah Adat,Tarian,Pusaka

32. Irian Jaya BaratHonai adalah rumah adat masyarakat pegunungan tengah Papua...rumah yang berbentuk bulat ini biasanya dihuni oleh 5-10 orang. Honai terdiri dari Honai untuk laki-laki dan perempuan.Bentuk Honai yang bulat ini, dirancang untuk menghindari cuaca dingin karena tiupan angin yang kencang. Pada bagian tengah Honai dibuat perapian untuk menghangatkan tubuh di malam hari, sekaligus sebagai tempat untuk memasak/membakar ubi jalar, dalam bahasa Dani disebut "Hipere".