nahdlatul ulama (nu) di era reformasi studi tentang … · semangat juangnya melawan penjajah,...

112
NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI: STUDI TENTANG MUSLIMAT NU PERIODE 2011-2014 DAN KHITTAH NU 1926 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Anisa Hidayati 1111112000064 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Upload: others

Post on 24-Jan-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI:

STUDI TENTANG MUSLIMAT NU

PERIODE 2011-2014 DAN KHITTAH NU 1926

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Anisa Hidayati

1111112000064

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI:

STUDI TENTANG MUSLIMAT NU

PERIODE 2011-2014 DAN KHITTAH NU 1926

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Anisa Hidayati

1111112000064

Di Bawah Bimbingan :

Dra. Gefarina Djohan, MA

NIP: 1963310241999032001

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 3: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul :

NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI: STUDI TENTANG

MUSLIMAT NU

PERIODE 2011-2014 DAN KHITTAH NU 1926

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 April 2015

Anisa Hidayati

Page 4: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa :

Nama : Anisa Hidayati

NIM : 1111112000064

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan skripsi dengan judul :

NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI: STUDI TENTANG

MUSLIMAT NU PERIODE 2011-2014 DAN KHITTAH NU 1926

...............................................................................................

...............................................................................................

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 27 April 2015

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Ali Munhanif, MA Dra. Gefarina Djohan, MA NIP. 196512121992031004 NIP. 1963310241999032001

Page 5: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI:

STUDI TENTANG MUSLIMAT NU

PERIODE 2011-2014 DAN KHITTAH NU 1926

Oleh

Anisa Hidayati

1111112000064

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal

27 April 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Ali Munhanif, MA M. Zaki Mubarak, M. Si NIP. 196512121992031004 NIP.19730927200511008

PENGUJI I, PENGUJI II,

Dra. Haniah Hanafi, MA Suryani, M. Si NIP. 196105242000032002 NIP. 197702242007102003

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 27 April 2015

Ketua Program Studi

FISIP UIN Jakarta

Dr. Ali Munhanif, MA NIP. 196512121992031004

Page 6: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

v

ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang organisasi sosial keagamaan Nahdlatul

Ulama (NU) di era reformasi berkaitan dengan keputusannya untuk kembali

kepada khittah 1926 dengan studi kasus Badan Otonom NU yaitu Muslimat.

Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana khittah NU 1926

diimplementasikan di era reformasi seperti sekarang ini, khususnya pada

Muslimat NU periode 2011-2014. Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka

dan wawancara dengan beberapa narasumber berkaitan dengan Muslimat NU.

Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa aturan khittah 1926 secara umum masih

diyakini oleh Muslimat NU. Sebagai organisasi, Muslimat NU memelihara dan

melaksanakan khittah dengan tidak berpihak dalam partai politik manapun. Hal

ini dibuktikan dengan tetap berjalannya program-program organisasi yang

bertujuan sosial dan keagamaan, seperti YKM-NU, YPM-NU, serta masih banyak

lagi yayasan-yayasan Muslimat NU yang berdiri dalam koridor pendidikan,

dakwah, sosial maupun kesehatan. Namun disamping sebagai organisasi, dalam

Muslimat NU terdapat orang-orang yang memiliki hak politik salah satunya ialah

hak untuk menentukan pilihan politiknya. Sehingga tidak menutup kemungkinan

orang-orang dalam Muslimat NU berpolitik atau memilih salah satu partai politik.

Kemudian menjadi buyar nilai khittah 1926 ini dikarenakan identitas

perseorangan dalam lembaga organisasi terbawa ke dalam hak berwarganegara

sehingga Muslimat NU sebagai organisasi yang menjaga khittah kemudian

terkikis oleh oknum-oknum tersebut. Argumen ini dirumuskan melalui hasil

penelitian dari awal sejarah hingga era sekarang melalui implementasi lembaga

dan orang-orang di dalamnya terhadap nilai khittah 1926. Kemudian dikaitkan

dengan kerangka teori yang sudah dibuat.

Kerangka teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini ialah teori civil

society untuk melihat bagaimana Muslimat NU sebagai organisasi sosial

keagamaan melaksanakan tugas dan tujuannya. Kemudian manajemen organisasi

menjelaskan bahwa jabatan Khofifah Indar Parawansa sebagai Ketua Umum

menjadi latar belakang keputusan individu Khofifah berpengaruh besar terhadap

individu lain di bawah jabatan Ketua Umum. Serta teori kekuasaan untuk melihat

seberapa besar pengaruh Khofifah dalam Muslimat NU yang ditunjukkan dengan

masa Khofifah memimpin muslimat NU selama tiga periode, sehingga menjadi

modal awal Khofifah dalam meraih kekuasaan politik. Dapat disimpulkan bahwa

Muslimat NU sebagai organisasi masih tetap menjaga komitmen khittah 1926

terlepas dari praktik politik orang-orang di dalam lembaga tersebut. Namun

bercermin pada posisi Ketua Umum Muslimat NU yang sudah dijelaskan melalui

tiga teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keputusan NU untuk kembali

pada khittah 1926 sudah tidak relevan apabila diaplikasikan di era reformasi

seperti saat ini. Oleh karena itu, keputusan kembalinya NU kepada khittah 1926

perlu untuk ditinjau bersama demi kebaikan lembaga maupun individu di

dalamnya.

Page 7: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbilaalamiin,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha

penyayang, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi

Muhammad saw beserta para keluarga, sahabat serta para pengikut beliau dari

dulu, sekarang hingga akhir zaman.

Ucapan terimakasih yang begitu dalam penulis sampaikan kepada berbagai

pihak yang senantiasa telah membantu dalam penulisan skripsi ini dari proses

untuk meyakinkan diri hingga sampai pada tahap penulisan, wawancara, dan lain

sebagainya, baik berupa moril maupun materilnya. Ucapan terimakasih penulis

sampaikan teruntuk :

1. Prof. Dr. Zulkifli selaku Dekan FISIP UIN Jakarta.

2. Dr. Ali Munhanif, MA serta M. Zaki Mubarak, M.Si sebagai Ketua dan

Sekretaris Program Studi Ilmu Politik yang senantiasa membimbing

jalannya proses penulisan skripsi.

3. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Politik sebagai pahlawan intelektual

yang terus memberikan sumbangsih dalam proses kegiatan belajar

mengajar.

4. Dra. Gefarina Djohan, MA yang dengan sabar membimbing penulis serta

memberikan kesempatan penulis untuk bersilaturahmi dengan berbagai

kalangan nahdliyin dalam proses penulisan skripsi dari awal hingga akhir.

Page 8: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

vii

5. Bapak Armen Daulay yang selalu memberikan semangat dan bantuan dalam

studi pustaka penulis.

6. Ibu Anna S. Azmi dan Mas Faghwa yang setia menjadi guru, orang tua serta

sahabat penulis.

7. Hj. Aisyah Hamid Baidlowi, Prof. Ismawati, Hj. Umi Azizah serta jajaran

pengurus PP Muslimat NU, PW Jateng dan PC Kab. Tegal atas

kerjasamanya dalam memberikan berbagai pelajaran serta informasi.

8. Bapak Fatchurrohman dan Ibu Muzayanah yang telah menjadi orang tua

terbaik dalam membimbing dan mengarahkan anak-anaknya dengan penuh

kesabaran dan kasih sayang.

9. Teman-teman seperjuangan di Ilmu Politik B angkatan 2011 Mama Riska,

Wiky, Nita, Panda, Layla, dan semua yang tidak bisa disebutkan satu

persatu. Serta semua mahasiswa FISIP UIN Jakarta yang dibanggakan.

10. Sahabat-sahabat dan adik-adik di Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat

yang sudah banyak sekali memberikan pelajaran hidup kepada penulis, para

senior yang terus memberikan pelajaran dan pengalaman berharga, dan

teruntuk mas yang terspesial diantara yang lain, semoga kita semua

dimudahkan segalanya.

11. Keluarga cemara yang tidak pernah bosan mengingatkan sholat, makan,

istirahat serta setia dalam satu tempat tidur tanpa ranjang (Lia, Ipat dan

Nurul), seluruh warga masyarakat Indonesia yang senantiasa menjaga

keutuhan Bangsa dan Negara, dan seluruh umat manusia yang saling

menghargai satu sama lain.

Page 9: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

viii

Diharapkan dengan tersusunnya skripsi ini dapat memberikan tambahan

inforamsi baru, dan senantiasa bermanfaat bagi para pembaca maupun penulis

secara pribadi. Penulis sangat menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik Allah

SWT, dan sebagai manusia biasa masih banyak sekali kekurangan dalam diri

penulis maupun dalam penulisan skripsi ini. Sehingga demi terwujudnya

kesempurnaan skripsi ini, maka penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran-

saran yang bersifat membangun ke arah kesempurnaan.

Jakarta, 02 April 2015

Penulis,

Page 10: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah .......................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ....................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 6

D. Tinjauan Pustaka . ............................................................. 7

E. Metodologi Penelitian . ..................................................... 9

F. Sistematika Penulisan ....................................................... 12

BAB II KERANGKA TEORI

A. Teori Civil Society . .......................................................... 14

B. Teori Manajemen Organisasi ........................................... 21

C. Teori Kekuasaan ............................................................... 25

BAB III NAHDLATUL ULAMA (NU), KEBERADAAN MUSLIMAT

NU (MNU) DAN KEPUTUSAN NU KEMBALI KE KHITTAH

1926

A. Sejarah lahirnya Nahdlatul Ulama (NU ............................ 31

B. Sejarah Lahir, Tujuan, dan Sikap Muslimat NU ............... 40

C. Keputusan NU Kembali ke Khittah 1926. ......................... 45

BAB IV IMPLEMENTASI KHITTAH 1926 DALAM MUSLIMAT NU

A. Khittah 1926 dalam Muslimat NU .................................... 50

Page 11: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

x

B. Muslimat NU Periode 2011-2014 dan Komitmen Tentang

Khittah 1926 ...................................................................... 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 71

B. Saran ................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA . ................................................................................... . xii

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

xi

DAFTAR TABEL

Tabel III.A.1. Keterwakilan NU dalam Parlemen .................................................37

Tabel III.A.2. Perolehan Suara Pemilu 1955 ........................................................38

Page 13: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Diskusi mengenai Nahdlatul Ulama (NU) sudah menjadi hal yang umum,

apalagi dalam masyarakat tradisional seperti kiai, ulama dan santri. Sebagai

Organisasi Sosial Keagamaan, NU sudah berkiprah di Indonesia selama 89 tahun

dari tanggal kelahirannya yaitu 31 Januari 1926. Hal ini memperlihatkan bahwa

NU merupakan organisasi yang cukup tua dan matang dalam sejarah. Secara

historis NU tampil sebagai antitesa dari keresahan masyarakat Islam tradisinonal

di era tersebut.

Dalam sejarah tercatat bahwa kemunculan NU merupakan jawaban dari

beberapa peristiwa yang ada di era tahun 20-an. Peristiwa tersebut antara lain

adanya globalisasi wahabi yang terjadi di Arab Saudi, kemunculan penguasa Arab

dari kelompok wahabi melahirkan keresahan tersendiri bagi kaum Islam

tradisional yang kurang sepaham dengan pemikiran kelompok tersebut. Selain itu,

globalisasi yang terjadi di Indonesia akibat penjajahan menjadi nilai tambah

dalam latar belakang ide pembentukan organisasi NU.1 Latar belakang tersebut

diperkuat dengan kemunculan Muhammadiyah serta Syarikat Islam (SI) sebagai

organisasi keagamaan yang membawa nilai-nilai pembaruan dalam Islam,

menjadi alasan yang kemudian meyakinkan para kiai tradisionalis untuk berupaya

1 Nur Khalik Ridwan, NU dan Bangsa: Pergulatan Politik dan Kekuasaan (Jogjakarta: Ar-

Ruzz Media, 2010), h. 45.

Page 14: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

2

keras mempertahankan tradisi dan budaya Islam yang dianggap bid’ah oleh

kelompok Islam modernis dengan membentuk organisasi NU.2

Selain didirikan sebagai organisasi sosial keagamaan, dalam perjalannya

tidak dapat dilupakan bahwa NU juga banyak terlibat dalam perjuangan

kemerdekaan Indonesia. Melalui semangat juang para kiai dan santri-santrinya,

NU menjadi salah satu aktor penting dalam melawan penjajahan kolonial. Atas

semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil

Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani Maklumat No. X tanggal 3

November 1945 yang menjelaskan tentang pemberian kesempatan kepada

masyarakat untuk mendirikan partai-partai agar dapat dipimpin ke jalan yang

teratur segala aliran yang ada dalam masyarakat,3 NU kemudian tertarik untuk

ikut berpartisipasi kedalam partai politik. NU bergabung dengan Ormas Islam

lainnya seperti Muhammadiyah, SI, dan Perti dalam wadah partai yang diberi

nama Masyumi.

Keputusan bergabung di Masyumi menjadi awal sejarah NU dalam politik

praktis. Sangat disayangkan bergabungnya NU di Masyumi tidak bertahan lama

karena beberapa alasan, salah satunya pembagian kekuasaan yang kurang sesuai

dengan apa yang sudah dilakukan dan diberikan oleh NU kepada Masyumi.

Akibat dari kekecewaan ini, pada 3 Juli 1952 setelah kurang lebih 14 kali

2 M. Ali Haidar, Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fikih dalam Politik

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 58. 3 Deliar Noer, Membincangkan Tokoh-Tokoh Bangsa (Bandung: Mizan, 2001), h. 135.

Page 15: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

3

pergantian kabinet, NU memutuskan untuk keluar dari Masyumi dan membuat

partai baru yaitu partai NU.4

NU dalam panggung politik dengan berbagai macam pengalaman dan

sejarah berlangsung hingga era Orde Baru. Pada era ini NU masih bertahan dalam

partai politik melalui fusi partai Islam yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Karena merasa masih sangat berperan dalam ranah politik, NU masih enggan

untuk meninggalkan keterlibatannya dalam panggung politik.5 Baru pada

pertengahan Orde Baru, NU mulai merasa posisinya sudah tidak relevan lagi di

dalam partai politik. Oleh karena itu, tahun 1979 tepatnya pada Muktamar NU di

Semarang, muncul gagasan NU untuk kembali ke khittah 1926.6

Khittah 1926 merupakan istilah yang digunakan NU dalam mengambil

keputusan untuk kembali pada pembentukan awal NU sebagai organisasi sosial

keagamaan. Kata Khittah berasal dari akar kata khaththa yang artinya menulis dan

merencanakan. Kata khittah kemudian diartikan sebagai garis dan thariqah

(jalan).7 Jadi dapat disimpulkan bahwa khittah 1926 ialah garis jalan NU diawal

berdirinya tahun 1926, yaitu sebagai gerakan sosial dan keagamaan.

Keputusan kembalinya NU ke khittah 1926 serta penegasan bahwa NU

berada pada garis politik netral ditetapkan dalam Muktamar NU di Situbondo

pada tahun 1984. Dalam upaya menunjukkan keseriusannya mundur dari

4 Nur Khalik Ridwan, NU dan Bangsa, h. 62-65.

5 Kacung Marijan, Quo Vadis NU: Setelah Kembali ke Khittah 1962 (Jakarta: Erlangga,

1992), h. 105. 6 Nur Khalik Ridwan, NU dan Bangsa, h. 241.

7 Ensiklopedi NU, Khittah NU. Diunduh 01 Februari 2015 (https//m.nu.or.id/a,public-

m,dinamic-s,detail-ids,44-id,39709-lang,id-c,nasional-t,Khittah+NU-.phpx)

Page 16: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

4

panggung politik, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) direkomendasikan

untuk mengeluarkan aturan yang melarang rangkap jabatan semua pengurus.8

Setelah khittah 1926 ditetapkan, maka NU seharusnya sudah tidak lagi bermain

dalam praktik politik.

Namun kebiasaan NU bermain dalam politik ternyata berakibat pada

generasi NU selanjutnya. Kemunculan NU dalam politik setelah ditetapkannya

khittah 1926 mulai terlihat di awal era reformasi. Munculnya Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB) yang diyakini sebagai salah satu strategi NU dalam

mempertahankan organisasi, menjadi awal NU kembali dalam politik. Pada

Pemilu 2004 dua tokoh NU juga tampil dalam pencalonan Presiden dan Wakil

Presiden secara langsung yaitu Hasyim Muzadi mendampingi calon Presiden

Megawati dan Solahudin Wahid yang berdampingan dengan Wiranto. Seperti

sudah lupa dengan khittahnya, di era reformasi NU kini masih berpolitik. Bahkan

nilai khittah yang menekankan persatuan dan kesatuan semakin dilupakan. Aktor-

aktor tidak bertanggung jawab membawa NU dalam politik demi mendapatkan

kekuasaan. Akibatnya NU kini kembali pada era sebelum adanya ide khittah.

Penulisan skripsi ini ingin melihat relevansi nilai khittah NU di era

reformasi. Namun untuk mempersempit penelitian secara mikro, peneliti

mengerucutkan penelitan pada nilai khittah 1926 dalam organisasi Muslimat NU

sebagai bagian dari organisasi NU yang sudah cukup besar dan matang dalam

kancah politik. Pada Anggaran Rumah Tangga (ART) Muslimat NU tahun 2006,

8 Badrun Alaena, NU: Kritisisme dan Pergeseran Makna Aswaja (Yogyakarta: Tiara

Wacana Yogya, 2000), h. 86.

Page 17: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

5

nilai khittah 1926 yang disebutkan di atas tertera dalam Bab V pasal 32 ayat 1

mengenai rangkap jabatan yang menyatakan bahwa:

“Ketua Umum dan Ketua-Ketua sesuai tingkatannya tidak

diperkenankan merangkap jabatan dengan Pimpinan Harian partai

politik.”9

Namun pada realitanya Muslimat NU diberbagai kesempatan masih andil

dalam praktek politik, bahkan Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat NU hingga

saat ini masih aktif dalam pentas politik. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaan

Khofifah Indar Parawansa sebagai Ketua Umum Muslimat NU dalam pencalonan

Gubernur di Jawa Timur. Bahkan di Pemilu Presiden 2014 Khofifah tampil

sebagai Juru Bicara pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo

dan Jusuf Kala hingga mengantarkan ia menjadi Mentri Sosial.

Pernyataan masalah di atas menunjukkan bahwa kader NU khususnya

Muslimat NU saat ini tidak konsisten terhadap nilai khittah 1926 yang diatur pada

AD/ART tahun 2006. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti lebih jauh

bagaimana saat ini (periode tahun 2011-2014) khittah diatur dan

diimplementasikan dalam Muslimat NU.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pernyataan masalah di atas, maka penelitian sekripsi ini akan

mengangkat masalah berfokus pada pertanyaan berikut :

1. Bagaimana implementasi khittah 1926 dalam organisasi Muslimat NU

di era reformasi khususnya di periode pengurusan tahun 2011-2016 ?

9 Pengurus Pusat Muslimat NU, “Bagian Pertama: Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga

Muslimat NU.” Diunduh 27 Oktober 2014

(http://www.muslimatnu.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=50&Itemid=57)

Page 18: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

6

2. Apa dampak dari implementasi khittah 1926 terhadap organisasi

muslimat NU di periode pengurusan tahun 2011-2014 ?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan :

1. Melihat bagaimana implementasi khittah 1926 di era reformasi

khususnya dalam Muslimat NU.

2. Memahami dampak implementasi khittah 1926 terhadap Muslimat NU.

Manfaat :

Akademis

1. Pengembangan ilmu pengetahuan tentang implementasi khitttah 1926

dalam Muslimat NU.

2. Pengembangan ilmu pengetahuan tentang dampak dari implementasi

khittah 1926 dalam Muslimat NU.

Praktis

1. Pengetahuan tentang implementasi khittah 1926 di era reformasi

khususnya dalam Muslimat NU.

2. Pemahaman tentang dampak implementasi khittah 1926 terhadap

Muslimat NU.

D. Tinjauan Pustaka

Page 19: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

7

Banyak penelitian sebelumnya yang membahas tentang organisasi sosial

keagamaan Nahdlatul Ulama (NU) yang berfokus pada Muslimat NU. Seringkali

penelitian tentang Muslimat NU justru berfokus pada partisipasi Muslimat NU

dalam politik tanpa mengkritisi posisi Muslimat NU sebagai organisasi sosial

keagamaan itu sendiri. Sangat jarang penelitian melihat dengan kacamata yang

berbeda mengenai seharusnya sikap Muslimat NU dalam politik yaitu untuk

kembali pada khittah 1926. Dari berbagai penelitian yang sudah ada diantaranya

ialah :

Penelitian yang dilakukan oleh Andi Ilman Hakim tahun 2014 seorang

mahasiswa Universitas Brawijaya, yang berjudul “Komunikasi Politik Muslimat

Nahdlatul Ulama Jawa Timur (Studi Partisipasi Politik Perempuan Pada

Pemilihan Gubernur Jawa Timur Tahun 2013)” menjelaskan bahwa kasus

mulimat NU di Jawa Timur berkaitan dengan komunikasi politik yang memiliki

latar belakang sosial keagamaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat latar

belakang adanya partisipasi politik perempuan dari anggota muslimat NU Jawa

Timur khususnya.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa proses komunikasi politik

Muslimat NU dilatarbelakangi oleh kultur sosial keagamaan Muslimat NU

sebagai kaum nahdliyin dan iklim Muslimat NU yang berbasis keluarga. Hal ini

mampu memberikan pengaruh besar dalam menggerakkan masa dalam proses

partisipasi politiknya. Serta ikatan emosional antar sesama Muslimat juga menjadi

bangunan kesatuan dalam bergerak bersama yang didasarkan atas kebenaran yang

Page 20: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

8

diyakininya. Peneliti melihat penelitian ini justru menyetujui adanya unsur politik

praktis dalam tubuh Muslimat NU, sehingga nilai khittah 1926 terabaikan.

Selanjutnya penelitian dari mahasiswa lulusan Universitas Negeri

Semarang, Misbakhul Munir. Melihat bagaimana peran perempuan dalam

mempengaruhi kebijakan publik di Kabupaten Pemalang dengan studi kasus di

Pimpinan Cabang Muslimat NU Kabupaten Pemalang. Hasil penelitiannya

memperlihatkan bahwa peran Muslimat NU dalam mempengaruhi pembuatan

kebijakan publik di Kabupaten Pemalang dilakukan dari tahapan agenda setting,

formulasi serta regulasi, dan evaluasi kebijakan. Semua peran dilakukan melalui

Musrenbang, berpartisipasi aktif dalam Pemilu dan Pilkada serta dengan mencari

dukungan politik dari partai politik. Faktor yang menghambat peran Muslimat NU

dalam perannya mempengaruhi pembuatan kebijakan publik adalah belum adanya

kader Muslimat NU yang duduk di kursi parlemen maupun dalam pemerintahan

serta masalah dana yang dapat mengganggu kelancaran setiap aktifitas Muslimat

NU dalam mempengaruhi pembuatan kebijakan publik di Kabupaten Pemalang.

Saran yang diajukan kepada PC Muslimat NU Kabupaten Pemalang agar

perannya dalam mempengaruhi pembuatan kebijakan publik di Kabupaten

Pemalang lebih maksimal.

Tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini juga

memperlihatkan adanya aktifitas politik Muslimat NU yang justru sedang

dibangun untuk mendapatkan posisi strategis di dalam pemerintahan. Tujuannya

adalah untuk kemaslahatan Muslimat NU itu sendiri. Namun apabila hal ini terus

Page 21: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

9

dilakukan, maka tidak menutupi kemungkinan akan terulang kembali keterlibatan

NU dalam politik ketika para kadernya sudah mulai mementingkan kepentingan

individu bukan kelompok.

Dari penelitian-penelitian di atas, semakin meyakinkan penulis untuk

mengkaji tentang implementasi khittah 1926 di era reformasi khususnya dalam

Muslimat NU di periode 2011-2014 sebagai Badan Otonom dari NU.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini pendekatan penelitian yang digunakan adalah

pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk mempertahankan bentuk dan isi

perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya.10

Penelitian kualitatif

pengumpulan datanya dilakukan melalui studi pustaka. Berbeda dengan

kuantitatif yang lebih menekankan pada penghitungan angka-angka dari hasil

observasi, kualitatif lebih menguatkan kajian pada kasus-kasus aktual. Selain

melalui data primer seperti wawancara langsung dengan aktor terkait untuk

memperkuat.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menjadi salah satu bagian penting dalam metode

penelitian ini. Bagaimana memilih cara pengumpulan data yang baik juga akan

10

Deddy Mulyana, Metodeologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi

dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 150.

Page 22: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

10

sangat berpengaruh pada hasil akhir. Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi ini

metode yang dipilih adalah dengan proses trianggulasi, proses tersebut meliputi11

:

a. Wawancara

Wawancara merupakan proses yang sering digunakan oleh para peneliti.

Melalui wawancara peneliti akan mendapatkan jawaban langsung dari nara

sumber yang dapat dipercaya. Sehingga hasil penelitian pun tidak jauh dari data

yang ada di lapangan. Metode wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan

informasi secara langsung mengenai aturan khittah dan implementasinya di

periode 2011-2014. Sehingga peneliti dapat menemukan jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan sebelumnya.

Dalam proses ini peneliti melakukan wawancara dengan beberapa

narasumber yang terkait dengan penelitian, diantaranya ialah : pertama, mantan

Ketua Umum PP Muslimat NU yaitu Aisyah Hamid Baidlowi yang lebih awal

mengalami berjalannya kepengurusan Muslimat NU. Melalui informasi ini

peneliti dapat melihat bagaimana implementasi khittah 1926 di era sebelum

periode kepengurusan tahun 2011-2014. Kedua, Ketua VI PP Muslimat NU yaitu

Yani’ah Wardhani yang mewakili PP Muslimat NU di periode 2011-2014

sehingga penulis dapat secara langsung megetahui informasi mengenai aturan-

aturan yang diberlakukan dan pengimplementasiannya, khususnya terkait khittah

1926. Ketiga, Ismawati sebagai Ketua Pengurus Wilayah Jawa Tengah mewakili

kepengurusan di Wilayah untuk dapat menggali pandangan pengurus di wilayah

11

Lexy Moleong J., Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosada karya,

2004), h. 135.

Page 23: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

11

mengenai situasi yang ada di PP Muslimat NU. Keempat, ialah Pengurus Cabang

Muslimat NU, dari PC peneliti dapat menggali informasi di tingkat yang lebih

mikro mengenai situasi di PP Muslimat NU terkait aturan dan implementasi

khittah 1926.

b. Dokumentasi

Dokumentasi ialah pengumpulan data melalui dokumen-dokumen

tertulis, seperti catatan harian, buku, jurnal, karya ilmiah, surat kabar, dan lain

sebagainya. Pengumpulan data melalui dokumentasi ini sering dilakukan dalam

kajian sehari-hari, melalui data-data tertulis yang berkaitan dengan penelitian ini

peneliti dapat mengkaji dalil maupun teori dari karya orang lain untuk digunakan

dalam penelitiannya.

Dalam penelitian ini, buku-buku, jurnal, surat kabar, dan catatan lainnya

mengenai NU, khittah NU serta muslimat NU, sangat penting untuk dijadikan

acuan. Oleh karena itu, peneliti menggunakan 26 buku, 5 jurnal dan laporan, dan

beberapa data elektronik yang dapat menjelaskan perkembangan fenomena-

fenomena yang terjadi.

3. Teknik Analisis Data

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Whitney,

metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian

deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang

berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang

hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta

Page 24: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

12

proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu

fenomena.12

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini akan dibahas mengenai profil perjalanan

Organisasi NU. Kemudian disambung dengan profil Badan Otonomnya yaitu

Muslimat NU. Selanjutnya penulisan skripsi ini membahas lebih mendalam

sejarah khittah 1926 serta kembalinya NU pada khittah yang ditetapkan pada

Muktamar tahun 1984 di Situbondo. Terakhir pemaparan terkait perjalan

Muslimat NU di era reformasi yang difokuskan pada periode tahun 2011 sampai

dengan 2014 untuk melihat bagaiman Muslimat NU menanggapi keputusan

khittah 1926 dan mengimplementasikannya.

Adapun sistematika penulisan ini berisi 5 bab dengan masing-masing

sebagai berikut :

Bab I menjelaskan mengenai pendahulun dari penelitian, di dalamnya

membahas mengenai pernyataan masalah yang menjadi rujukan awal penelitian.

Dalam pernyataan masalah memperlihatkan bagaimana alur serta gambaran

umum dari penelitian. Kemudian dikerucutkan dengan pertanyaan penelitian yang

menjadi unsur penting dalam penelitian. Proses penelitian ini tidak lain adalah

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Melalui pertanyaan

12

Eko Manalu, “Metodologi Penelitian.” Diunduh 02 Desember 2014

(http://www.academia.edu/3160247/Metodologi_penelitian)

Page 25: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

13

tersebut maka dapat ditarik tujuan serta manfaat yang dapat diambil dari hasil

penelitian. Selanjutnya pemaparan metodeologi penelitian dan sistematika

penulisan yang menjadi dasar-dasar dari penelitian.

Bab II berfokus pada kerangka teori. Bagian kerangka teori menjelaskan

tentang teori-teori apa saja yang digunakan dalam penilitan. Peneliti dalam hal ini

mengambil tiga teori dalam melihat masalah organisasi Muslimat NU dan

implementasi khittah 1926. Teori-teori tersebut antara lain, teori civil society, teori

kekuasaan, dan teori manajemen organisasi.

Bab III lebih banyak membahas mengenai sejarah perjalanan Nahdlatul

Ulama (NU), Muslimat NU dan sejarah serta tujuan diputuskannya NU untuk

kembali ke khittah 1926 sebagai pengantar pada titik permasalahan yang dapat

membantu dalam proses penelitian.

Bab IV merupakan inti jawaban dari pertanyaan penelitian. melalui bab ini

peneliti mengenalkan seperti apa khittah 1926 diatur di Muslimat NU periode

2011-2014 dan bagaimana pengimplementasiannya dan kemudian

disinkronisasikan dengan fenomena-fenomena yang terjadi di pernyataan masalah

sebelumnya.

Bab V menjadi penutup dari bab-bab sebelumnya. Oleh karena itu, dalam

bab V peneliti memaparkan kesimpulan dari awal hingga akhir penelitian

mengenai Muslimat NU dan khittah NU 1926. Bab ini diakhiri dengan saran-saran

yang kiranya dapat memberikan pengetahuan baru bagi peneliti maupun pembaca.

Page 26: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

14

BAB II

KERANGKA TEORI

Dalam melihat implementasi khittah NU di era reformasi khususnya dalam

organisasi muslimat NU ini penulis menggunakan beberapa teori, diantaranya

ialah teori civil society, teori kekuasaan, dan teori manajemen organisasi.

A. Teori Civil Society

Demokrasi sebagai sistem yang diagung-agungkan banyak negara

membuktikan eksistensinya melalui pemberdayaan civil society yang dipengaruhi

oleh pergeseran-pergeseran (shifting) yang terjadi. Kenyataan runtuhnya rezim

totaliter di Eropa Timur, dan surutnya legitimasi rezim-rezim otoriter di negara

berkembang yang kemudian disusul dengan merebaknya gerakan redemokratisasi

menjadi bukti. Sebagai konsekuensinya wacana teoritik dalam ilmu-ilmu sosial,

khususnya ilmu politik, semakin diwarnai oleh pencarian yang lebih relevan

dengan situasi yang baru yaitu tentang proses transisi menuju sistem politik

demokratis.1

Para filusuf mulai mencari landasan filosofis melalui beberapa sumber, baik

sumber klasik maupun modern tentang civil society. Walaupun secara konseptual

belum ditetapkan pemaknaannya, namun ada beberapa nilai dari civil society yang

dapat diserap, antara lain: pertama, individu dan kelompok-kelompok mandiri

dalam masyarakat (politik, ekonomi, kultur). Kedua, adanya ruang publik bebas

1 Muhammad A.S. Hikam, Islam, Demokratisasi dan Pemberdayaan Civil Society, (Jakarta:

Erlangga, 2000) h. ix.

Page 27: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

15

sebagai tempat wacana dan kiprah politik bagi warga negara yang dapat menjamin

proses pengambilan keputusan berjalan secara demokratis. Ketiga, kemampuan

masyarakat untuk mengimbangi kekuatan negara, walaupun tidak melenyapkan

secara total.2

Para filusuf dalam lintas sejarah melihat civil society dengan pandangan

yang berbeda-beda. Pemaknaan civil society melalui keragaman berfikir para

filusuf sesuai dengan konteks sejarah pada saat pemikiran tersebut diterapkan,

dapat diklasifikasikan melalui lima kelompok, antara lain3:

Pertama, civil society paling awal dipahami sebagai sistem kenegaraan yang

selalu diidentikan dengan negara (state). Pemahaman ini dikembangkan oleh

filusuf Yunani, Aristoteles (384-322 SM) yang menyebut civil society dengan

istilah koinonie politike, yaitu sebuah komunitas politik tempat warga dapat

terlibat langsung dalam pengambilan keputusan. 4

Pandangan ini merupakan fase

pertama sejarah wacana civil society itu muncul. Pemikiran Aristoteles kemudian

dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1588-1679 M) yang memandang civil

society sebagai alat peredam konflik. Oleh karena itu, civil society harus memiliki

kekuatan yang mutlak, sehingga ia mampu mengawasi dan mengontrol pola-pola

interaksi politik setiap warga negara. Berbeda dengan Hobbes, John Locke

(1632-1704M) berpandangan bahwa civil society ialah dilahirkan untuk

2 Muhammad A.S. Hikam, Islam, Demokratisasi dan Pemberdayaan Civil Society, h. x.

3Asrori S. Karni, Civil Society dan Ummah: Sintesa Diskursif “Rumah” Demokrasi,

(Jakarta: Logos, 1999) h. 21. 4Asrori S. Karni, Civil Society dan Ummah, h. 21-22.

Page 28: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

16

melindungi kebebasan dan hak milik setiap warga negara.5 Oleh karena itu, civil

society bukan kekuatan absolut seperti sebelumnya, sehingga masyarakat

memiliki ruang untuk memperoleh haknya.

Kedua, makna ini muncul dari Adam Ferguson (1767) yang melihat civil

society melalui sejarah sosial-politik Skotlandia. Sejarah Skotlandia yang tengah

menghadapi kemunculan kapitalisme dan pasar bebas sebagai peristiwa revolusi

industri membuat ia khawatir akan berkurangnya tanggung jawab sosial

masyarakat serta menguatnya sikap individualisme. Oleh karena itu, Ferguson

lebih memaknai civil society sebagai visi etis dalam kehidupan bermasyarakat

untuk memelihara tanggung jawab sosial yang identik dengan solidaritas sosial

serta adanya sentimen moral dan sikap saling menyayangi antar warga secara

alamiah.6

Ketiga, Thomas Paine (1792) memaknai civil society dalam posisi terpisah

dengan negara, bahkan civil society dinilai sebagai antitesis dari negara. Karena

keberadaan negara menurut Paine hanyalah sebuah keniscayaan buruk (necessary

evil) belaka, maka Civil society harus lebih kuat dan dapat mengontrol negara

demi keperluannya.7

Keempat, mengkritisi civil society Thomas Paine, George Wilhelm Friedrich

Hegel (1770-1831) mengembangkan civil society yang justru subordinatif

5A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, ed., Pendidikan Kewargaan (Civic Education):

Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta: ICCE dan Perdana Media Grup,

2008), h. 193. 6Asrori S. Karni, Civil Society dan Ummah, h. 23.

7Asrori S. Karni, Civil Society dan Ummah, h. 24.

Page 29: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

17

terhadap negara. Berangkat dari fenomena masyarakat borjuis Eropa yang

pertumbuhannya ditandai oleh perjuangan melepaskan diri dari dominasi negara,

menurut Hegel, civil society merupakan tempat berlangsungnya konflik

pemenuhan kepentingan pribadi atau kelompok, terutama kepentingan ekonomi.

Pandangan seperti ini dikembangkan pula oleh Karl Marx (1818-1883) yang

melihat “masyarakat borjuis” bahwa keberadaannya merupakan kendala bagi

kebebasan manusia dari penindasan dan ia harus dilenyapkan untuk mewujudkan

masyarakat tanpa kelas. Sedangkan Antonio Gramsci (w.1937) berbeda dengan

Marx, ia tidak memaknai civil society dari segi produksi melainkan dari sisi

ideologis. Menurutnya civil society ialah tempat perebutan posisi hegemonik

selain negara, yang kemudian dalam proses ini negara dapat terserap dalam civil

society hingga terbentuk sebuah masyarakat yang teratur (regulated society).8

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Hegel dan Marx tidak percaya dengan

adanya civil society yang mandiri. Berbeda dengan Gramsci yang justru sangat

optimis bahwa civil society dapat berdiri sendiri tanpa intervensi dari negara.

Kelima, Sebagai reaksi terhadap model Hegelian, Alex „De Tocqueille

mengembangkan teori civil society yang dimaknai sebagai entitas penyeimbang

kekuatan negara. Teori ini dikemukakan berdasar pada pengalaman demokrasi di

Amerika yang dijalankan lewat civil society berupa pengelompokan sukarela

dalam masyarakat, termasuk gereja dan asosiasi profesional yang membuat

keputusan pada tingkat lokal dan menghindari intervensi dari negara. Civil society

8 Asrori S. Karni, Civil Society dan Ummah, h. 25-28.

Page 30: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

18

bersifat otonom dan memiliki kapasitas politik cukup tinggi sehingga mampu

menjadi kekuatan pengimbang negara, bahakan menjadi sumber legitimasi negara

untuk mengurangi derajat konflik dalam masyarakat.9

Paradigam civil society ini memberi sumbangan pemikiran yang besar

dalam perjalanan demokrasi serta menjadi sumber inspirasi bagi pemberdayaan

rakyat di berbagai negara, khususnya di Indonesia. Civil society di Indonesia

sesuai dengan yang didefinisikan oleh Dawam Rahardjo, ialah proses penciptaan

peradaban yang mengacu pada nilai-nilai kebijakan bersama. Menurutnya, dalam

civil society masyarakat akan bekerjasama membangun ikatan sosial, jaringan

produktif, dan solidaritas kemanusiaan yang bersifat non-negara. Azyumardi Azra

mengartikan civil society lebih dari sekedar gerakan pro-demokrasi, tetapi

mengacu pada pembentukan masyarakat berkualitas. Menurut Nurcholis Majid

makna civil society berasal dari kata civillity yang mengandung makna toleransi,

kesediaan pribadi-pribadi untuk menerima berbagai macam pandangan politik dan

tingkahlaku sosial.10

Karakter utama dari civil society ialah „keswadayaan‟ dan „kesukarelaan‟.

Artinya bahwa organisai memiliki tujuan untuk menyalurkan kepentingan

bersama, satu visi, serta gagasan, dan tidak untuk kepentingan individu atau

perorangan saja. Civil society mampu melaksanakan kiprahnya sendiri dengan

keterbukaan serta tanpa ada ketergantungan kepada negara.11

9 Asrori S. Karni, Civil Society dan Ummah, h. 29.

10 A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, ed., Pendidikan Kewargaan, h. 193-197.

11 Muhamad A.S. Hikam, Islam, Demokratisasi dan Pemberdayaan Civil Society, h. 85.

Page 31: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

19

Akar-akar sejarah civil society di Indonesia dapat diruntut semenjak

terjadinya perubahan keadaan sosial ekonomi pada masa kolonial, tepatnya ketika

kapitalisme mulai diperkenalkan oleh Belanda. Civil society telah ikut mendorong

terjadinya pembentukan masyarakat lewat proses industrialisasi, urbanisasi dan

pendidikan modern. Oleh karena itu, muncul kesadaran baru di kalangan elite

pribumi yang kemudian mendorong terbentuknya organisasi-organisasi sosial

modern di awal abad ke-20.12

Pertumbuhan civil society di Indonesia sempat mengalami kejayaan pasca

revolusi tahun 1950-an, yaitu pada saat organisasi-organisasi sosial dan politik

dibiarkan tumbuh bebas dan memperoleh dukungan kuat dari masyarakat yang

baru saja merdeka. Namun sangat disayangkan, situasi seperti ini tidak

berlangsung lama sesuai dengan yang diharapkan. Civil society yang sedang

berkembang di Indonesia mulai mengalami penyusutan terus menerus akibat dari

krisis-krisis politik pada level negara, ditambah dengan kebangkrutan ekonom.

Hal ini kemudian menjadi penghalang untuk berlangsungnya perkembangan civil

society, bahkan ormas-ormas serta lembaga-lembaga sosial justru berubah

menjadi alat bagi merebaknya politik aliran dan pertarungan berbagai ideologi.

Pada era ini, sekitar tahun 1960-an civil society di Indonesia mengalami

kemunduran yang sangat pesat.13

12

Muhammad A.S. Hikam, Demokrasi dan Civil Society, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1996)

h. 4. 13

Muhammad A.S. Hikam, Demokrasi dan Civil Society, h. 5.

Page 32: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

20

Situasi terparah dari kemunduran civil society ialah munculnya rezim Orde

Baru dibawah kuasa Soeharto. Pada era ini, politik Indonesia didominasi oleh

penggunaan mobilisasi masa sebagai alat legitimasi politik. Akibatnya, setiap

usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk mencapai sebuah kemandirian akan

dicurigai sebagai kontra-revolusi. Rezim Orde Baru berupaya untuk memperkuat

posisi negara dalam segala bidang, akibatnya kemandirian sosial serta partisipasi

masyarakat dibungkam oleh negara.14

Perkembangan LSM dan ormas di Indonesia saat ini tidak diragukan lagi,

jumlahnya yang mencapai lebih dari 10.000 menjadi kegembiraan tersendiri.

Namun, LSM dan ormas yang begitu banyaknya dihadapkan pada kenyataan

bahwa kondisi LSM dan ormas sangat lemah ketika harus berhadapan dengan

kekuatan negara. Karena berbagai hal, LSM dan ormas di Indonesia masih harus

bergantung pada negara. Bagi orams-ormas sosial dan keagamaan adanya

campurtangan dan intervensi negara menjadi sebuah ancaman, namun ormas atau

LSM yang ingin survive dengan cepat terpaksa harus masuk dalam jaringan

kooptasi negara.15

Melihat kondisi di atas, dapat disimpulkan bahwa civil society

di Indonesia sudah baik dari segi kuantitas namun msaih sangat jauh menuju

sempurna dari segi kualitasnya. Oleh karena itu, masih sulit kiranya civil society

di Indonesia dijadikan sebagai kekuatan penyeimbang dari kekuatan negara.

Muslimat NU sebagai civil society aktif dalam kegiatan demokrasi seperti

pembangunan ikatan sosial Muslimat NU dapat dilihat melalui sifat organisasinya

14 Muhammad A.S. Hikam, Demokrasi dan Civil Society, h. 4-5.

15 Muhammad A.S. Hikam, Demokrasi dan Civil Society, h. 6.

Page 33: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

21

sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang bersifat keagamaan. Jaringan-

jaringan produktif sudah mulai terbangun di era kepemimpinan Mahmudah

Mawardi dengan membuka peluang kerjasama dengan banyak pihak khususnya

organisasi perempuan di Indonesia seperti KOWANI dan lain sebagainya, bahkan

jaringan tersebut mampu menembus hingga kancah internasional (PBB) sampai

sekarang. Solidaritas kemanusiaan dalam Muslimat NU tertuang dalam berbagai

perangkat Muslimat NU sebagai pelayanan langsung untuk masyarakat diluar

pemerintah.

Selain itu, karakter utama dari civil society yang dipaparkan oleh Hikam

diterapkan dalam Muslimat NU melalui program maupun perangkat-perangkatnya

seperti Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU (YKM NU), Yayasan Pendidikan

Muslimat NU (YPM NU), Yayasan Haji Muslimat NU (YHM NU), Induk

Koperasi An-Nisa Muslimat NU (Inkopan MNU), Yayasan Himpunan Da‟iyah

dan Majlis Ta‟lim Muslimat NU (HIDMAT), dan masih banyak lagi perangkat

Muslimat NU lainnya yang aktif bahkan tersebar luas ke seluruh penjuru baik kota

maupun pelosok desa.16

Seperti YKM NU saja saat ini telah berkembang menjadi

148 Wilayah Kerja yang terdiri dari 27 Wilayah Kerja I di tingkat Provinsi dan

121 Wilayah Kerja II pada tingkat Kabupaten/Kota.17

16

PP Muslimat NU, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muslimat NU,

(Jakarta: PP Muslimat NU, 2012), h. 13. 17

Laporan YKM NU Pusat Periode September 2014 – Maret 2015. Jakarta 1 April 2015, h.

2.

Page 34: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

22

B. Teori Manajemen Organisasi

Meninjau pemahaman terkait definisi manajemen, terdapat banyak penulis

yang mendefinisikannya. Manajemen dapat diartikan bahwa para manajer

mengelola upaya pencapaian tujuan atau sasaran organisasi. Manajemen juga

dapat diartikan sebagai proses kerja sama dengan dan melalui orang-orang dan

kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan definisi dari organisasi

itu sendiri ialah merupakan sistem sosial yang terdiri dari sub-sub sistem yang

saling berkaitan dan salah satu sub sistem tersebut ialah sub sistem sosial.18

Suatu

rumusan juga sering dikemukakan mengenai manajemen bahwa itu adalah suatu

proses pencapaian tujuan organisasi lewat usaha orang-orang lain. Disini manajer

ialah sebagai orang yang memikirkan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan

organisasi. Agar organisasi dapat berhasil mencapai tujuan maka diperlukan

manajemen atau dengan kata lain untuk mencapai sutau tujuan organisasi harus

melalui proses kegiatan kepemimpinan, kegiatan inilah yang dinamakan

manajemen organisasi.

Inti dari pembicaraan mengenai manajemen tertuang dalam fungsi-fungsi

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemotivasian

(motivating), dan pengendalian (controlling). Seluruh fungsi tersebut memang

relevan dengan setiap jenis organisasi atau level manajemen. Harold Koontz dan

Cyril O‟Donell dalam buku Paul Hersey dan Ken Blanchard menyatakan “Dengan

bertindak dalam kapasitas manajerial mereka, semua direktur, kepala departemen,

18 Paul Hersey dan Ken Blanchard, Manajemen Perilaku Organisasi: Pendayagunaan

Sumberdaya Manusia, 4th

ed. Penerjemah Agus Dharma, (Jakarta: Erlangga, 1986) h. 3.

Page 35: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

23

mandor, supervisor, dekan fakultas, bishop dan kepala lembaga pemerintahan

melakukan hal yang sama. Sebagai manajer untuk sebagian mereka terlibat dalam

upaya mencapai hasil dengan dan melalui orang lain. Sebagai seorang manajer

setiap orang harus, pada suatu saat atau saat yang lain, melaksanakan semua tugas

yang merupakan tanggung jawab manajer,” bahkan dalam lingkup rumah tangga

sekalipun menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam banyak hal.19

Organisasi itu sendiri memiliki pengertian yang sangat luas. Organisasi

adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah

batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus

menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Dalam

pengertiannya dapat dijelaskan secara rinci, pengertian organisasi yang

dikoordinasikan dengan sadar mengandung arti manajemen. Kesatuan sosial

berarti bahwa unit tersebut terdiri dari orang atau kelompok orang yang

berinteraksi satu sama lain. Pola interaksi ini tidak semata-mata muncul,

melainkan melalui proses pemikiran . Oleh karena itu, mengingat organisasi

merupakan kesatuan sosial, maka pola interaksi para anggotanya harus

diseimbangkan dan diselaraskan untuk meminimalkan keberlebihan, namun juga

memastikan bahwa tugas-tugas yang kritis telah diselesaikan. Sebuah organisasi

memiliki batasan yang relatif, batasan dalam organisasi dapat berubah dalam

kurun waktu tertentu dan tidak selalu jelas. Namun sebuah batasan yang nyata

harus ada agar dapat membedakan antara anggota dan bukan anggota. Batasan ini

19

Paul Hersey dan Ken Blanchard, Manajemen Perilaku Organisasi, h. 4.

Page 36: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

24

biasanya dihasilkan dari kesepakatan eksplisit maupun implisit dari anggota di

dalamnya. Pada umumnya dalam organisasi sosial atau sukarela para anggota

memberi kontribusi dengan imbalan prestise, interaksi sosial, atau keputusan

dalam membantu orang lain. Namun dalam organisasi terdapat batasan yang

membedakan antara siapa yang menjadi bagian dan siapa yang tidak menjadi

bagian dari organisasi tersebut.20

Teori manajemen organisasi sendiri merupakan disiplin ilmu yang

mempelajari struktur dan desain organisasi. Teori ini menjelaskan bagaimana

organisasi sebenarnya distruktur dan menawarkan tentang bagaimana organisasi

dapat dikonstruksi guna meningkatkan keefektifan. Organisasi adalah bentuk

lembaga yang dominan dalam masyarakat. Hampir setiap saat dan setiap sudut

dalam kehidupan manusia menggunakan organisasi, dari manusia lahir hingga

dimakamkan fungsi organisasi tekait erat didalamnya. Organisasi meresap dalam

kehidupan masyarakat secara menyeluruh baik dari segi ekonomi hingga

kehidupan pribadi. Oleh karena itu, teori organisasi secra tidak sengaja sudah

sering kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berkaitan dengan Muslimat NU, teori ini melihat bahwa terdapat kelompok

masa yang terorganisir dengan tata sistem kepengurusan terstruktur didukung oleh

proses kegiatan yang bertujuan untuk kepentingan bersama. Struktur

kepengurusan ini yang di dalamnya terdapat cabang hirarki yang menunjukkan

adanya posisi manajer atau Ketua sebagai penanggung jawab penuh terhadap

20 Stephen P. Robbins, Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi. Penerjemah Jusuf

Udaya, (Jakarta: Arcan, 1994) h. 4.

Page 37: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

25

kelompok di dalamnya. Adanya tanggung jawab yang besar ini menunjukkan

bahwa posisi manajer atau ketua memiliki pengaruh yang dominan terhadap

anggota lainnya dalam kelompok tersebut.

C. Teori Kekuasaan

Kekuasaan merupakan sebuah kata yang sering digunakan dalam kehidupan

sehari-hari. Kata ini mudah dipahami oleh banyak orang, namun jarang sekali

untuk didefinisikan. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu

kelompok untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain sesuai

dengan keinginan pelaku.21

Kekuasaan mengacu pada suatu jenis pengaruh yang

dimanfaatkan oleh salah satu objek, individu atau kelompok terhadap individu

atau kelompok lainnya. Seperti dalam tulisan Roderick Martin mengutip artikel

penelitian Robert Dahl pada International Encyclopedia of the Social Sciences

yang menyebutkan bahwa: “istilah kekuasaan dalam ilmu sosial modern mengacu

pada bagian perangkat hubungan diantara satuan-satuan sosial seperti pada

perilaku satu atau lebih satuan yang dalam keadaan tertentu tergantung pada

perilaku satuan-satuan yang lain.”22

Kebanyakan teori sosiologi mendefinisikan kekuasaan dalam pengertian

yang lebih sempit, yaitu sebagai sebuah hubungan yang khas diantara para objek,

antara pribadi-pribadi dengan kelompok. Definisi yang paling berpengaruh dalam

hal ini ialah yang dikemukakan oleh Weber bahwa: “kekuasaan adalah

21

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008)

h. 18. 22

Roderick Martin, Sosiologi Kekuasaan. Penerjemah Herry Joediono, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 1993) h. 68.

Page 38: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

26

kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya di dalam suatu hubungan

sosial yang ada, termasuk dengan kekuatan atau tanpa menghiraukan landasan

yang menjadi pijakan kemungkinan itu.” Dalam penelitian Martin, psikologi

sosial Michigan, French dan Raven menggunakan definisi yang sama dalam

membahas teori lapangan Lewin mengenai kekuasaan, kekuasaan adalah

kemampuan potensial dari seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi

yang lainnya di dalam sistem yang ada.23

Dahrendorf dan Blau berhasil menemukan kelemahan tertentu dari teori

Weber yang kemudian menjadi dasar Dahrendorf dalam mengemukakan bahwa

kekuasaan adalah milik kelompok, milik individu-individu dari pada milik

struktur sosial. Perbedaan terpenting antara kekuasaan dengan otoritas terletak

pada kenyataan bahwa kalau kekuasaan pada hakikatnya dilekatkan pada

keperibadian individu, maka otoritas selalu dikaitkan dengan posisi atau peran

sosial. Blau mendefinisikan kekuasaan sebagai kemampuan seeorang atau

sekelompok orang untuk memaksakan keinginannya pada yang lain meski dengan

kekuatan penangkal, baik dalam bentuk pengurangan secara tetap ganjaran-

ganjaran yang digunakan maupun dalam bentuk hukuman , keduanya sama-sama

bersifst negatif. Kemampuan untuk memproduk pengaruh melalui kekuatan telah

memberikan cara kepadanya untuk menggunakan sanksi-sanksi yang negatif.24

Berbeda dengan sebelumnya, Parsons memandang kekuasaan sebagai suatu

sumber sistem, yaitu bahwa kekuasaan merupakan sebuah bentuk kemampuan

23 Roderick Martin, Sosiologi Kekuasaan, h. 69.

24 Roderick Martin, Sosiologi Kekuasaan, h. 70.

Page 39: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

27

yang mampu menjamin pelaksanaan kewajiban yang mengikat sesuai dengan

tujan-tujuan kolektif yang telah disepakati dari satuan-satuan yang ada dalam

suatu sistem organisasi kolektif. Jika terdapat perlawanan didalamnya, maka

lembaga yang berkuasa dapat menegakkannya dengan sanksi-sanksi situasional

yang sifatnya negatif.25

Serta masih banyak lagi definidi sosoiologis mengenai

kekuasaan yang kurang lebih dapat dijadikan sintesis maupun antitesis dari

definisi di atas.

Dalam organisasi sendiri, kekuasaan seringkali dikaitkan dengan

kepemimpinan. Pemimpin memperoleh alat untuk dapat mempengaruhi perilaku

para pengikutnya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kutipan Miftah Thoha

dari Hersey, Blanchard, dan Natemeyer menegaskan bahwa para pemimpin

seharusnya tidak hanya menilai perilakunya sendiri agar mereka dapat mengerti

bagaimana mereka dapat mempengaruhi orang lain, namun mereka juga perlu

meniti posisi serta bagaimana cara menggunakan kekuasaan yang tepat.26

Bentuk dari kekuasaan itu sendiri dapat dibagi menjadi dua, yaitu seperti

pernyataan Machiavelli yang dikemukakan pada abad ke-16 bahwa hubungan

yang baik itu tercipta jika didasarkan atas cinta (kekuasaan pribadi) dan ketakutan

(kekuasaan jabatan). Berangkat dari pernyataan tersebut, maka Amitai Etziomi

membahas bahwa bentuk dan sumber dari kekuasaan ialah kekuasaan jabatan

(position power) dan kekuasaan pribadi (personal power). Menurut Etziomi,

25

Roderick Martin, Sosiologi Kekuasaan, h. 75. 26

Miftah Thoha, Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 1996) h. 289.

Page 40: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

28

perbedaan kedua bentuk kekuasaan ini ialah konsep kekuasaan itu sendiri sebagai

suatu kemampuan untuk mempengaruhi perilaku. Seseorang yang mampu untuk

memperngaruhi perilaku orang lain untuk melakukan kerja sesuai jabatannya,

maka orang tersebut memiliki kekuasaan jabatan. Sebaliknya, apabila seseorang

memperoleh kekuasaan dari para pengikutnya dapat dikatakan sebagai kekuasaan

pribadi.27

Sumber kekuasaan lain ialah yang dikemukakan oleh French dan Roven.

Mereka mengemukakan enam bentuk kekuasaan yang dimiliki oleh seorang

manajer atau pemimpin. Keenam bentuk kekuasan itu ialah kekuasaan legitimasi,

kekuasaan imbalan, kekuasaan paksaan, kekuasaan ahli, kekuasaan referen, dan

kekuasaan informasi.28

Kekuasaan legitimasi (legitimate power) merupakan kekuasaan yang berasal

dari kedudukan seseorang dalam hirarkhi organisasi. Seseorang mampu

mempengaruhi karena ia memiliki posisi atau jabatan tertentu dalam organisasi.

Karena jabatan tersebutlah menyebabkan bawahannya patuh kepadanya. Bawahan

di sini memegang peran penting dalam pelaksanaan kekuasaan legitimasi. Jika

bawahan menganggap, bahwa pengguna kekuasaan tersebut sah sesuai kedudukan

seseorang maka mereka akan patuh.

Kekuasaan imbalan (reward power) bertitik tekan pada kemampuan

seseorang untuk memberikan imbalan kepada orang lain dalam hal ini bawahan

27

Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, h. 292. 28

Indriyo Gito Sudarmo dan I Nyoman Sudita, Perilaku Keorganisasian, (Yogyakarta:

BPFE-Yogyakarta, 1997) h. 82.

Page 41: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

29

atau pengikut, dan mereka menganggap imbalan tersebut mempunyai nilai atau

mereka membutuhkan imbalan tersebut. Imbalan itu dapat berupa gaji, upah,

jaminan sosial, promosi, kesempatan jam lembur dan penugasan pada pekerjaan

yang disenanginya.

Kekuasaan paksaan (coercive power) ialah kekuasaan atau kepatuhan

seseorang terhadap orang lain karena mereka takut akan hukuman yang dijatuhkan

kepadanya. Kekuatan dari kekuasaan paksaan tergantung pada implikasi negatif

dari hukuman tersebut dan apakah ada kemungkinan hukuman tersebut dapat

dihindari atau tidak.

Kekuasaan ahli (expert power) merupakan kekuasaan yang dimiliki

seseorang karena ia memiliki kemampuan khusus, keahlian atau pengetahuan

tertentu. Kekuasaan referen (referent power) ialah kekuasaan yang bersumber dari

sifat seseorang yang memiliki daya tarik tertentu atau karisma tertentu. Karisma

merupakan istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan tokoh

masyarakat, politisi, artis, dan lain sebagainya.

Kekuasaan informasi (information power) merupakan kekuasaan yang

dipunyai seseorang karena ia memiliki informasi-informasi penting yang

berhubungan dengan organisasi.

Pandangan teori kekuasaan menjadi pilihan dalam penelitian karena

penggalian informasi tentang NU dalam politik praktis yang ternyata tujuan NU

dalam politik tidak lain ialah kekuasaan. Teori ini kiranya tepat untuk melihat

perjalanan NU sebagai organisasi sosial keagamaan yang matang dalam politik

Page 42: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

30

praktis dan pemerintahan. Khususnya dalam melihat khittah NU 1926 dalam

Muslimat NU menunjukkan bahwa faktor kekuasaan menjadi salah satu alasan

penting sikap Muslimat dalam pilihan panggung politik yang justru

mengakibatkan tidak terimplementasinya khittah NU 1926.

Kekuasaan jabatan yang terbangun dalam Muslimat NU seperti yang

dijelaskan dalam teori manajemen organisasi bahwa posisi tertinggi dapat

mempengaruhi posisi lain. Unsur ini muncul karena dilatar belakangi oleh adanya

keinginan untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih luas dari Muslimat NU yaitu

dalam politik. Melalui organisasi, seseorang mampu mendapatkan kekuasaan

tertinggi, banyaknya masa dalam sebuah organisasi dapat menjadi modal

seseorang untuk berkompetisi politik.

Page 43: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

31

BAB III

NAHDLATUL ULAMA (NU), KEBERADAAN MUSLIMAT NU (MNU)

DAN KEPUTUSAN NU KEMBALI KE KHITTAH 1926

A. Sejarah Lahirnya Nahdlatul Ulama (NU)

Latar belakang berdirinya sebuah organisasi sosial keagamaan yang diberi

nama Nahdlatul Ulama (NU) tidak lain karena kebutuhan para kiai dan santri akan

legitimasi legal formal. Kebutuhan ini muncul atas dorongan lahirnya berbagai

macam organisasi sosial yang memiliki corak berbeda-beda. Seperti Budi Utomo

(BU) pada tahun 1908 sebagai organisai yang berfokus pada pendidikan dan

budaya serta menjadi pelopor awal munculnya organisasi-organisasi di

Indonesia.1

Selain kemunculan organisai BU sebagai pelopor awal, dalam organisasi

sosial keagamaan, Sarekat Islam (SI) tahun 1912 menjadi yang pertama

mendirikan organisasi yang berfokus pada kelompok saudagar Islam di Indonesia.

Kemudian disusul dengan munculnya Muhammadiyah tahun 1912, Al Irsyad

tahun 1915, dan Persatuan Islam (PERSIS) tahun 1913.

Kehadiran dari berbagai macam organisasi di atas, kiranya organisasi

Muhammadiyah memiliki pengaruh paling besar terhadap latar belakang

didirikannya NU. Muhammadiyah sebagai organisai sosial keagamaan yang

1 Einar Martahan Sitompul, Nu dan pancasila: Sejarah dan Peranan NU dalam Perjuangan

Umat Islam di Indonesia dalam Rangka Penerimaan Pancasila sebagai Satu-satunya Asas,

(Jakarta: Pustaka Sinar harapan, 1996) h. 42.

Page 44: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

32

menawarkan bentuk pembaruan dalam Islam memiliki perbedaan tujuan yang

besar dengan NU yang sangat menjaga erat tradisi dan budaya tradisional Islam di

Indonesia.

Lembaga yang memiliki corak Islam seperti NU pada dasarnya merupakan

sebuah fenomena pedesaan. Ziarah ke makam orang yang dihormati seperti

keluarga dan leluhur, guru, wali dan raja dianggap sebagai perbuatan yang

berpahala besar. Bahkan pahala yang diperoleh dari membaca doa-doa atau ayat-

ayat suci al-Qur‟an, tahlilan, serta selametan dapat dipersembahkan bagi arwah-

arwah orang yang sudah meninggal.2

Berbeda pandangan dengan organisasi pembaru seperti Muhammadiyah,

mereka melihat fenomena di atas sebagai kegiatan bid‟ah dan tidak sesuai dengan

ajaran asli Islam. Oleh karena itu, pada abad 20-an ketika Muhammadiyah telah

memperluas jaringan organisasinya hingga wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah

sebagai basis ulama tradisional, menjadi ancaman tersendiri bagi para ulama dan

kiai.3 Disini ulama-ulama tradisional merasa penting untuk membentuk organisasi

baru demi menjaga posisi mereka yang terancam dengan munculnya Islam

reformis.

Pada belahan bumi yang lain, hadir sosok Ibn Sa‟ud dan pengikutnya yang

merupakan kaum Wahabi menentang keras adanya pemujaan pada wali dan

pemujaan kepada orang yang sudah meninggal. Selama mereka menduduki kota

2 Martin Van Bruinessen, NU: Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencari Wacana Baru.

Diterjemahkan oleh Farid Wajidi, (Yogyakarta: LKiS, 1994) h. 17-18. 3 Martin Van Bruinessen, NU: Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencari Wacana Baru, h. 20-23.

Page 45: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

33

Mekkah beberapa waktu sebelumnya, kaum Wahabi telah menghancurkan banyak

makam di dalam dan sekitar kota tersebut dan membrangus berbagai praktek

keagamaan populer. Bahkan Sa‟ud telah merencanakan pembongkaran makam

Rasullah SAW serta Makam Sayidina Umar. Bagi kaum tradisionalis Indonesia

yang sangat terkait dengan praktik keagamaan merasa kecemasan yang luar biasa

dengan adanya penaklukan Ibn Sa‟ud atas Mekkah.4

Sebagai bentuk perjuangan kaum tradisionalis dalam mempertahankan

tradisi dan budaya Islam, maka kaum tradisionalis memutuskan untuk mengirim

utusan sendiri ke Mekkah untuk membicarakan masalah Madzhab dengan Ibn

Sa‟ud. Demi terlaksananya tujuan tersebut, maka mereka membentuk komite

Hijaz. Bertemu di Surabaya pada 31 Januari 1926, kaum tradisionalis menentukan

siapa yang akan diutus. Agar berkesan kuat di pihak luar, komite ini memutuskan

untuk mengubah diri menjadi sebuah organisasi dengan nama Nahdlatul „Oelama

(NU). Inilah menjadi alasan paling kuat dibeberapa masa awal tahun

kehadirannya.5

Proses panjang pendirian NU ini tidak lain karena peran tokoh-tokoh pendiri

NU seperti K.H. Hasyim Asy‟ari dan kyai muda Abdul Wahab. Sebelum

terbentuknya NU, kiyai Abdul Wahab sepulangnya dari Makkah merasa perlu

adanya tindakan untuk melakukan pergerakan dalam mendidik para kader dalam

bentuk tashwir al-afkar yaitu sebuah pertukaran gagasan, maka ide ini kemudian

dijadikan sebagai sebuah kursus perdebatan untuk anak-anak muda dan kiai-kiai

4 Martin Van Bruinessen, NU: Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencari Wacana Baru, h. 32.

5 Martin Van Bruinessen, NU: Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencari Wacana Baru, h. 33.

Page 46: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

34

muda. kursus perdebatan ini sudah diupayakan dari datangnya kiai Abdul Wahab

dari makkah pada tahun 1914, tapi hingga tahun 1918 kegiatan ini berlangsung

lebih fokus membahas soal-soal yang membelah kelompok yang lebih dekat

dengan salafiyah dan kelompok madzhab dari kiai pesantren. Inti dari diskusi ini

adalah untuk membuka cakrawala pengetahuan dan memperluas ilmu bagi

kalangan pesantren. Kursus ini terus berjalan hingga berdirinya NU pada 31

Januari 1926.6

Setelah melakukan kursus-kursus perdebatan di Surabaya, kiai Wahab

bersama dengan Mas Mansur yang kala itu baru kembali dari Mesir bekerja sama

untuk membentuk Nahdlatul Wathan (kebangkitan tanah air) dan mendapat

pengakuan dari pemerintah Belanda pada tahun 1916. Tujuan dibentuknya

Nahdlatul Wathan adalah untuk memperluas dan memperdalam mutu madrasah-

madrasah yang ada. Pada tahun 1922, Mas Mansur keluar dan bergabung dengan

Muhammadiyah yang lebih cocok dengannya. Inti dari Nahdlatul Wathan ini ialah

tidak hanya sekedar mendidik calon-calon kiai dan mendirikan sekolah-sekolah.

Hal ini juga menjadi fondasi awal untuk memberi pengertian bahwa para pendiri

NU yang legendaris ini sejak awal telah memberikan semangat bahwa perlunya

orang pesantren bukan hanya menjadi santri namun juga mampu berpartisipasi

dalam kebangkitan bangsa.7

Selain perhatian Abdul Wahab Hasbullah terhadap perkembangan sosial dan

pendidikan, para ulama pesantren juga pernah merintis usaha perdagangan dalam

6 Nur Khalik Ridwan, NU dan Bangsa, h. 33-35.

7 Nur Khalik Ridwan, NU dan Bangsa, h. 36-38.

Page 47: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

35

bentuk koperasi dengan istilah sjirkah al-„inān yang diberi nama Nahdlatut Tujjar

(kebangkitan usahawan) dengan restu penuh oleh K.H. Hasjim Asj‟ari pada tahun

1918. Diangkat ketua koprasi yaitu K.H. Hasyim Asy‟ari dan Abdul Wahab

sebagai manajer yang menjalankan koperasi. Inti dari dibentuknya Taswirul Afkar

kemudian Nahdlatul Watan dan Nahdlatut Tujjar merupakan bentuk perhatian

para ulama pesantren untuk menghimpun kegiatan bersama serta mengembangkan

kaum muslimin pada masa itu. Himpunan para ulama inilah yang sudah dijelaskan

sebagai pelopor penting lahirnya organisasi NU.8

Setelah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) pada 31 Januari 1926, NU mulai

menata organsisainya dengan manajemen organisai yang lebih baik. Penataan

manajemen organisasi NU dimulai dengan pembentukan Anggaran Dasar 1926

yang disusun pada tahun 1929 dan disahkan oleh pemerintah pada tahun 1930.

Berdasarkan Anggaran Dasar yang telah dibentuk sebagai tujuan berdirinya

organisai, NU menetapkan tujuannya untuk mengembangkan Islam berlandaskan

ajaran keempat mazhab sebagai berikut9 :

1. Memperkuat persatuan diantara sesama ulama penganut ajaran-ajaran empat

mazhab.

2. Meneliti kitab-kitab yang akan dipergunakan untuk mengajar agar sesuai

dengan ajaran ahlusunnah wal jamaah.

3. Menyebarkan ajaran Islam yang sesuai dengan ajaran empat mazhab.

4. Memperbanyak jumlah lembaga pendidikan Islam dan memperbaiki

organisasinya.

8 M. Ali Haidar, Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia, h. 45.

9 Einar Martahan Sitompul, NU dan Pancasila, h. 77.

Page 48: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

36

5. Membantu pembangunan masjid, surau dan pondok pesantren serta

membantu kehidupan anak yatim dan orang miskin.

6. Mendirikan badan-badan untuk meningkatkan perekonomian anggota.

Melalui berbagai macam upaya dan strategi NU ikut berperan dalam

perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan ikut serta melawan para penjajah.

Beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan, NU menutup periodenya

sebagai organisasi keagamaan (jamiah diniyah) dengan gemilang dan

mengeluarkan Resolusi Jihad (Resolusi Perjuangan) pada tanggal 22 Oktober

1945.10

Maklumat No. X tanggal 3 November 1945 yang menjelaskan tentang

pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk mendirikan partai-partai agar

dapat dipimpin ke jalan yang teratur segala aliran yang ada dalam masyarakat.11

Disambut baik khususnya oleh NU dengan mengkoordinir organisasi Islam dalam

satu wadah partai. Muktamar Islam Indonesia yang diselenggarakan di

Yogyakarta tanggal 7-8 November 1945 memutuskan untuk dibentuk kembali

Masyumi dengan wajah baru, yaitu yang dianggap sebagai partai politik Islam dan

bukan lagi organisasi bentukan Jepang.12

Awal mula dukungan NU terhadap Masyumi sangat menggelora, namun

kemudian perbedaan kepentingan kelompok dalam Masyumi mulai muncul. NU

dalam keterlibatannya di Masyumi tidak benar-benar terwakili di kepengurusan.

10

Einar Martahan Sitompul, Nu dan pancasila, h. 93. 11

Deliar Noer, Membincangkan Tokoh-Tokoh Bangsa (Bandung: Mizan, 2001), h. 135. 12

M. Ali Haidar, Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fikih dalam

Politik, h. 103.

Page 49: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

37

Langkanya anggota NU yang mempunyai tingkat pendidikan umum modern yang

memadai, menyebabkan tidak ada satupun jabatan eksekutif yang jatuh kepada

anggota NU. Situasi seperti ini menjadi awal munculnya problem antara NU

dengan kaum pembaru dan modernis yang mendominasi Masyumi.13

Selain dalam

pengurusan internal partai, di dalam kabinet pun NU merasa berkurang dalam

peranannya. NU hanya mendapat kursi Departemen Agama (dapat dilihat di tabel

I).14

Tabel III.A.1. Keterwakilan NU dalam Parlemen

sumber : Nur Khalik Ridwan, NU dan Bangsa: Pergulatan Politik dan Kekuasaan, h. 62-65.

13

Martin Van Bruinessen, NU: Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencari Wacana Baru, h. 62. 14

Martin Van Bruinessen, NU: Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencari Wacana Baru, h. 63.

No. Nama Kabinet Tahun Periode Keterwakilan NU

1. Sjahrir I 14 November 1945 –

12 Maret 1946 -

2. Sjahrir II 12 Mart 1946 – 2

Oktober 1946 -

3. Sjahrir III 2 Oktober 1946 – 27

Juni 1947

Wahid Hasyim sebagai Menteri Negara

(NU)

4. Amir Syarifudin I 3 Juli 1947 – 11

November 1947 -

5. Amir Syarifudin II 11 November 1947 –

29 Januari 1949

K.H. Masjkur sebagai Menteri Agama

(NU)

6. Hatta I 29 Januari 1949 – 8

Agustus 1949

K.H. Masjkur sebagai Menteri Agama

(NU)

7. Darurat 19 Desember 1948 – 3

Juli 1949

K.H. Masjkur sebagai Menteri Agama

(NU)

8. Hatta II 4 Agustus 1949 – 20

Desember 1949

K.H. Masjkur sebagai Menteri Agama

(NU)

9. RIS 20 Desember 1949 – 6

September 1950

Wahid Hasyim sebagai Menteri Agama

(NU)

10. Susanto 20 Desember 1949 – 21

Januari 1950

K.H. Masjkur sebagai Menteri Agama

(NU)

11. Halim RI 21 Januari 1950 – 6

September 1950 -

12. Natsir 6 September 1950 – 27

April 1951 Wahid Hasyim sebagai Menteri Agama

13. Sukiman-Suwrjo 27 April 1951 – 3 April

1952

Wahid Hasyim sebagai Menteri Agama

(NU)

14. Wilopo 3 April 1952 – 30 Juli

1953 -

Page 50: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

38

Akibat kekecewaan NU terhadap Masyumi, dalam Muktamar NU ke 19

tahun 1951 di Palembang NU menyatakan keluar dari Masyumi. Pelaksanaan

pendirian partai NU baru terjadi pada 3 Juli 1952, ketika NU secara resmi keluar

dari federasi Masyumi.15

Setelah Muktamar Palembang dan berdirinya partai NU,

orang-orang NU maupun orang yang merasa dekat dengan NU mulai menarik diri

dari Masyumi. Hanya ada beberapa orang muslim tradisionalis yang bertahan di

Masyumi.16

Pada pemilu yang diselenggarakan tahun 1955 merupakan pemilu

bersejarah bagi partai NU. Perolehan suara partai NU pada saat itu sangat

mengejutkan, yaitu 18,4 % dari seluruh suara yang sah, bahkan tidak jauh dari

Masyumi dengan prolehan suara 20,9 %. Seperti yang dapat kita lihat di tabel

berikut :

Tabel III.A.2. Perolehan Suara Pemilu 1955

Sumber : Kacung Marijan, Quo Vadis NU: Setelah Kembali ke Khittah, h. 74.

Perolehan suara ini merupakan kemenangan yang sangat menentukan untuk

NU, dari perolehan 8 kursi meningkat tajam menjadi 45 kursi. Partai besar lainnya

15

Nur Khalik Ridwan, NU dan Bangsa, h. 110. 16

Martin Van Bruinessen, NU: Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencari Wacana Baru, h. 68.

Nama Partai Jumlah Suara yang

Diperoleh Prosentase

Jumlah Kursi di

Parlemen

PNI 8.434.653 22,3 57

Masyumi 7.903.886 20,9 57

NU 6.955.141 18,4 45

PKI 6.176.914 16,4 39

Lain-lain 8.314.705 22,0 59

Page 51: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

39

pun memperoleh suara cukup banyak, namun tidak sedramatis partai NU.17

Demikian keterlibatan NU dalam politik praktis. Secara pengalaman, NU dapat

dikatakan lebih maju dibanding Muhammadiyah yang tidak pernah menjadi partai

politik. Meskipun dalam Masyumi, Muhammadiyah memiliki peranan lebih besar

dibanding dengan NU.

Memasuki periode Presiden Soeharto sebagai langkah pemerintah dalam

program penataan kehidupan politik yang dirancang Ali Mustopo, NU terpaksa

bergabung dengan tiga partai Islam lainnya menjadi Partai Persatuan

Pembangunan (PPP) yang diresmikan pada 5 Januari 1973. Partai politik lainnya

yang berasaskan sosial, nasional, dan kristen disatukan dalam Partai Demokrasi

Indonesia (PDI). Jadi hanya ada dua parati disamping Golkar.18

Fusi partai ini

diresmikan dalam keputusan pemerintah bersama dengan DPR yang berusaha

menyederhanakan partai politik dengan membuat UU No. 3 Tahun 1975 tentang

Partai Politik dan Golkar.19

Kasus ini menjadi penutup terhadap kegemilangan

Partai NU di kancah politik.

Memasuki era reformasi kekhawatiran muncul dari generasi muda NU yang

dekat dengan Gus Dur, dalam hal ini mereka yang senang dengan garis “non-

politis” NU merasa resah dengan adanya pembentukan partai politik NU yang

baru yaitu PKB. Kemunculan PKB dalam daftar nama partai politik di era

17

Martin Van Bruinessen, NU: Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencari Wacana Baru, h. 69. 18

Martin Van Bruinessen, NU: Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencari Wacana Baru, h. 102. 19

Haniah Hanafie dan Suryani, Politik Indonesia (Jakarta: LP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2011), h. 107.

Page 52: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

40

reformasi menimbulkan banyak tanda tanya besar. Salah satunya ialah pengaruh

dari kemunculan PKB terhadap pernyataan kembalinya NU pada khittah 1926.20

Gus Dur dalam hal ini memberikan tanggapan bahwa para aktivis dan

simpatisan NU perlu dibimbing dalam pilihan politik mereka. Pernyataan

kembalinya NU pada khittah 1926 di era Orde Baru menjadi perubaha strategi

dalam menghadapi situasi politik yang memberikan keuntungan bagi NU. Pada

saat konflik NU dan PPP semakin parah, disamping itu Golkar menawarkan

prospek yang lebih baik dalam arti kelangsungan hidup bagi kaum tradisionalis

dibidang sosial-keagamaan. Pengambilan strategi ini yang menghidupkan NU

sampai sekarang.21

B. Sejarah Lahir, Tujuan, dan Sikap Muslimat NU

Secara historis perjuangan kaum perempuan sudah dimulai dari era kolonial.

Kesetaraan perempuan dalam bidang pekerjaan sudah teraktualisasikan di

masyarakat jawa sejak dulu, sebagaimana kaum perempuan jawa bebas bertani di

sawah, bakulan di pasar maupun mengenyam pendidikan.22

Fenomena ini

menunjukkan adanya kebebasan perempuan dalam mengaktualisasikan diri di

ranah publik. Namun secara mendalam kaum perempuan masih terdeskriditkan

dengan budaya patriarki jawa yang memaksakan perempuan untuk tetap berada

dibawah laki-laki.

20

Andree Feillard, NU vis-à-vis Negara, h. 428. 21

Andree Feillard, NU vis-à-vis Negara, h. 429. 22

Muhadjir Darwin, “Gerakan Perempuan di Indonesia dari Masa ke Masa,” jurnal ilmu

sosial dan ilmu politik 7 (Maret 2004): h. 283-284.

Page 53: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

41

Budaya patriarki yang disebut sebagai konco wingking dalam jurnal

perempuan yang ditulis oleh Muhadjir Darwin menunjukkan bahwa perempuan

Indonesia belum terbebas dari ketimpangan gender. Pengaruh distribusi

kekuasaan laki-laki terhadap perempuan dengan latar belakang budaya ini juga

pernah dialami oleh R.A. Kartini. Sebagai simbol pejuang perempuan, Kartini

juga tepat sebagai contoh dari ketidak berdayaan perempuan melawan budaya

patriaki, karena ia sendiri menyerah ketika dilarang oleh ayahnya untuk sekolah

ke Belanda dan dipaksa menikah dengan laki-laki yang sudah beristri. Bahkan

perempuan yang memiliki kesemptan bekerja pun belum terbebas dari

diskriminasi baik diskriminasi upah, pelecehan maupaun kekerasan di tempat

kerja.23

Kenyataan seperti ini kemudian menjadi alasan perjuangan perempuan

dalam mendapatkan hak-haknya dari masa ke masa bahkan hingga Indonesia

mencapai puncak kemerdekaannya.

Pada era kemerdekaan organisasi perempuan sudah semakin banyak.

Kesadaran perempuan akan hak-haknya dari hak bersosial hingga hak untuk

berpolitik yang kemudian menjadi sorotan penting di era kemerdekaan hingga

reformasi semakin luas. Perjuangan perempuan di panggung politik sendiri sudah

dimulai sejak organsisai perempuan dalam kongres umum ke 3 KPI (Kongres

Perempuan Indonesia) berusaha mendudukan Maria Ulfah dalam perwakilan

Volksraad, meskipun usaha tersebut belum berhasil. Namun kekecewaan itu

terbayar dengan terpilihnya Rasuna Said menjadi anggota Volksraad dan SK

23

Muhadjir Darwin, “Gerakan Perempuan di Indonesia,” h. 284.

Page 54: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

42

Timurti terpilih menjadi anggota BPUPKI.24

Keberhasilan Rasuna Said dan SK

Timurti menunjukkan bahwa pengakuan hak perempuan dalam bernegara menjadi

semakin jelas.

Perjuangan organisasi perempuan semkain sulit, bahkan lebih sulit dari era

penjajahan yang sudah jelas melawan musuh yang dapat terlihat secara fisik.

Perjuangan perempuan di era kemerdekaan adalah kesamaan hak politik serta

diskriminasi pembagian peran yang tidak adil antara laki-laki dengan

perempuan.25

Melalui latar belakang persoalan yang seperti ini kemudian kaum

perempuan mulai banyak yang tergugah untuk ikut memperjuangkan haknya,

salah satu organisasi yang muncul kemudian ialah Muslimat NU.

Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) merupakan Badan Otonom dari organisasi

NU.26

Muslimat NU merupakan organisai sosial keagamaan yang menaungi kaum

perempuan dengan harapan untuk menyalurkan aspirasi perempuan NU.

Kelahiran Muslimat dapat dikatakan sebagai hasil dari perjuangan kaum

perempuan NU di era kemerdekaan.

Sebelumnya, kelahiran NU pada 31 Januari 1926 hanya diisi oleh kaum

laki-laki. Sedangkan kaum perempuan pada saat itu masih dianggap belum perlu

untuk masuk dalam organisasi atas dasar kultur patriarki jawa yang menganggap

perempuan hanya konco wingking saja. Kemudian seiring berjalannya waktu

terjadi polarisasi pemikiran tentang pentingnya kaum perempuan di dalam

24

Muhadjir Darwin, “Gerakan Perempuan di Indonesia,” h. 286. 25

Muhadjir Darwin, “Gerakan Perempuan di Indonesia,” h. 287. 26

PP Muslimat NU, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muslimat NU,

(Jakarta: PP Muslimat NU, 2012), h. 3.

Page 55: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

43

organisasi, sehingga beberapa kaum perempuan mulai menyadari akan perannya

dalam relasi publik.

Menjawab persoalan perempuan di era kemerdekaan serta pentingnya kaum

perempuan dalam badan NU, maka pada Kongres NU di Menes, Pandeglang –

Jawa Barat tahun 1938 menjadi Kongres NU pertama yang mempersilahkan

seorang muslimat untuk tampil di atas podium dan membicarakan mengenai

pentingnya kaum perempuan untuk mendapat pendidikan agama yang sama

seperti apa yang diperoleh oleh kaum laki-laik.27

Nyi R. Djunaisih atas nama

Muslimat menjelaskan dalam pidatonya bahwa sesuai dengan azas dan tujuan dari

NU untuk mendidik umat Islam ke jurusan agama seluas-luasnya, sedangkan

dalam agama Islam bukan saja laki-laki yang harus dididik mengenai soal-soal

keagamaan, bahkan kaum perempuan pun harus dan wajib mendapatkan didikan

yang sesuai dengan kehendak dan tujuan agama.28

Melalui pidato ini para peserta

Kongres merasa mantap dan terkagum-kagum dengan adanya peran perempuan,

selain karena pidatonya yang begitu mempesona, beliau juga merupakan

Muslimat yang pertama kali naik ke mimbar.

Kongres ke XIII yang diadakan di Menes menjadi Kongres pertama NU

yang dihadiri oleh Muslimat sebagai peserta Kongres. Oleh karena itu, di Kongres

berikutnya yaitu Kongres ke XIV yang digelar di Magelang pada bulan Juli 1939

kembali dihadiri oleh kaum Muslimat yang mewakili beberapa daerah, antara lain:

1. Wakil dari NU Muslimat Muntilan

27

Saifuddin Zuhri, dkk., Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, h. 41-42. 28

Saifuddin Zuhri, dkk., Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, h. 42.

Page 56: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

44

2. Wakil dari NU Muslimat Sukareja

3. Wakil dari NU Muslimat Kroya

4. Wakil dari NU Muslimat Wonosobo

5. Wakil dari Muslimat Surakarta

6. Wakil dari NU Muslimat Magelang

7. Wakil dari Banatul Arabiyah Magelang

8. Wakil dari Zaharatul Iman Magelang

9. Wakil dari Islamiyah Purworejo

dari jumlah perwakilan Muslimat di atas kemudin diberi ruang untuk berbicara

demi menyampaikan saran dan prasarannya.29

Perjuangan kaum Muslimat waktu demi waktu terus berjalan dengan

berbagai macam progres. Hingga pada kongres ke XV di Surabaya kehadiran

kaum Muslimat lebih banyak lagi dari Kongres sebelumnya. Kemajuan yang

ditunjukkan Muslimat saat itu bukan lagi sekedar berperan dalam Kongres, tetapi

juga mengadakan rapat tertutup Muslimat yang diadakan pertamakali pada hari

Selasa tanggal 10 Desember 1940 bertempat di gedung Madrasah NU Bubutan-

Surabaya dengan membahas beberapa hal, diantaranya30

: pertama, Pengesahan

Nahdlatul Ulama Muslimat (NUM) oleh kongres NU. Kedua, pengesahan

Anggaran Dasar NUM oleh Kongres NU. Ketiga, adanya Pengurus Besar NUM.

Keempat, menetapkan datar pelajaran untuk tingkat Madrasah Banat. Kelima,

rencana penerbitan majalah bulanan NUM. Keenam, bertamasya keliling kota

Surabaya pada hari Kamis, tanggal 12 Desember 1940.

29

Saifuddin Zuhri, dkk., Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, h. 43. 30

Saifuddin Zuhri, dkk., Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, h. 44-45.

Page 57: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

45

Setelah beberapa kali Muslimat mengadakan pertemuan tertutup, tepat pada

12-26 Robiul Akhir 1365 atau pada tanggal 26-29 Maret 1946 digelar Kongres

NU yang ke 16 bertempat di Purwokerto-Jawa Tengah. Pada Kongres ini kaum

Muslimat memenuhi Kogres lebih banyak dari biasanya. Dalam kongres ini

merupakan terakhirkalinya Muslimat duduk hanya sebagai peninjau, melalui

perjuangan dan kegigihan para Muslimat, dengan suara aklamasi (suara bulat)

para utusan Kongres NU menyetujui dan memutuskan bahwa31

:

“Menerima baik usul untuk menjadikan Muslimat sebagai bagian dari

NU yang kemudian disahkan dan diresmikan dalam rapat pleno pada

tanggal 26 Robiul Akhir 1365 atau tanggal 29 Maret 1946 suatu

organisasi Nahdlatul Ulama Muslimat dengan singkatan NUM.”

Dalam putusan ini disahkan pula kepengurusan Muslimat NU yang pertama

dengan diketua oleh Ny. Chadidjah Dahlan. Kelahiran Muslimat NU ini tidak lain

atas budi baik dari KH. Abdul Wahab Hasbullah dan KH. Muhamad Dahlan, atas

ketekunan dan dorongan merekalah Muslimat dapat berdiri di samping NU.32

C. Keputusan NU Kembali ke Khittah 1926

Setelah melewati perjalanan yang sangat panjang dengan berbagai macam

persoalan yang menghadang, organisai NU telah melewati pengalaman luar biasa

dalam perjalanan hidupnya. Lahir sebagai organisasi Islam yang aktif dalam

berbagai macam kegiatan sosial keagamaan di tahun 1926, di era kolonial NU

juga ikut aktif dalam perjuangan kemerdekaan, hingga era reformasi NU tertarik

untuk berjihad dalam plolitik praktis bahkan sempat bertransformasi menjadi

31

Saifuddin Zuhri, dkk., Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, h. 46. 32

Saifuddin Zuhri, dkk., Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, h. 46.

Page 58: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

46

partai politik sampai pada akhirnya NU lelah dan kembali pada khittahnya sebagai

organisasi massa Islam. Perjalanan panjang itu telah membuktikan bahwa NU,

berbeda dengan organisasi besar lainnya.

Pergulatan politik dalam NU sudah lama dirasakan oleh orang-orang NU

sendiri. Hal ini pernah diungkapkan pada Muktamar ke-22 di Jakarta pada 13-18

Desember 1959. Pada saat itu muncul gagasan dari K.H. Achyat Chalimi selaku

juru bicara Cabang Mojokerto yang mengatakan bahwa :

“Peranan partai politik oleh NU telah hilang dan peranan dipegang

oleh perorangan, hingga partai sebagai alat sudah hilang. Oleh karena

itu, diusulkan agar NU kembali pada tahun 1926.”

Gagasan ini didasari oleh pertimbangan bahwa selama ini NU terlalu

mengedepankan kegiatan politik yang sebenarnya bukan inti dari kepentingan

organisasi, melainkan kepentingan para individu di dalamnya. Sedangkan

kegiatan sosial keagamaan yang pada awal berdirinya NU menjadi tugas yang

dominan justru semakin terabaikan. Gagasan demikian ternyata belum dapat

diterima oleh banyak kalangan NU, bahkan dari sekian banyak cabang NU yang

hadir pada Muktamar ini, hanya ada orang dari Cabang Ngawi yang mendukung

gagasan tersebut.33

Setelah gagasan kembalinya NU pada khittah 1926 tidak menarik dukungan,

ternyata pada Muktamar NU ke-25 di Surabaya gagasan tersebut muncul kembali.

33

Kacung Marijan, Quo Vadis NU, h. 132.

Page 59: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

47

Rois Aam PB NU K.H. Wahab Hasbullah dalam pidatonya kala itu mengajak para

muktamirin untuk kembali pada khittah 1926. Lebih lanjut ia mengatakan34

:

Kaum Nahdliyyin-Nahdliyyat agar kembali kepada Nahdlatul Ulama

tahun 1926. Tentulah yang dimaksud bahwa sekalipun kita berjuang

di tahun 1971, namun kita harus tetap berjiwa NU tahun 1926. Kita

akan selamanya tetap setia kepada Aqidah dan Himmah Ahlussunnah

wal Jamaah.

Pada Muktamar kali ini gagasan tersebut memperoleh sambutan lebih

banyak dari sebelumnya. Hal ini terlihat bahwa salah satu dari tiga persoalan

yang diperdebatkan secara sengit ialah kehendak agar NU kembali kepada

garis perjuangan seperti di tahun 1926 ketika didirikan, yaitu berfokus

dalam mengurusi persoalan agama, pendidikan, dan sosial kemasyarakatan

saja.35

Ide khittah 1926 semakin kuat pada Muktamar ke-26 di Semarang

pada 5-11 Juni 1979. Hal ini didasari oleh adanya perubahan AD/ART dari

partai politik ke organsasi kemasyarakatan biasa. NU mau tidak mau harus

kembali menjadi organisasi biasa setelah dipaksa untuk berfusi ke dalam

PPP. Proses restrukturisasi organisasi politik yang dilakukan Orde Baru

menjadi alasan kuat untuk kembali ke khittah 1926. Namun dalam

Muktamar ini belum mendapat kepastian kembalinya NU ke khittah 1926.

Baru pada Muktamar di Situbondo tahun 1984 diputuskan bahwa NU

34

Kacung Marijan, Quo Vadis NU, h. 134. 35

Kacung Marijan, Quo Vadis NU, h. 134-136

Page 60: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

48

kembali ke khittah 1926 dalam artian bahwa NU sudah tidak lagi bermain

dalam politik praktis serta dipertegas bahwa NU netral-politik.36

Sebagai Badan Otonom, Muslimat NU terus mengikuti alur politik

Organisasi induknya. Sepak terjang perpolitikan NU ternyata berpengaruh besar

terhadap keterlibatan Muslimat NU dalam politik. Bermula pada tahun 1954

dalam Kongres Muslimat yang pertama sebagai Badan Otonom NU, kaum

perempuan NU mulai menyadari akan pentingnya keterlibatan perempuan dalam

kepemerintahan. Mengingat banyak keputusan pemerintah yang kadang kala

merugikan kaum perempuan, sehingga demi memperjuangkan hal tersebut

perempuan wajib masuk dalam pemerintahan. Oleh karena itu, dalam kongres

tersebut menghasilkan keputusan yang antara lain sebagai berikut37

:

“memajukan pernyataan kepada PBNU (LAPUNU) agar Muslimat

dicalonkan menjadi anggot DPR – DPRD – KONSTITUANTE

dengan calon prioritas”.

Setelah Muslimat NU sadar akan pentingnya posisi dalam DPR, pada

pemilu tahun 1955 yang merupakan Pemilu bersejarah bagi NU, Muslimat

NU memiliki kesempatan lebih besar untuk duduk di dalam posisi DPR.

Kemenangan Partai NU yang hampir enam kali lipat dari keterwakilannya

dalam DPRS, perempuan NU dengan sendirinya terpilih mencapai 10%

dari seluruh jumlah.38

Anggota yang terpilih pada Pemilu 1955 antara lain :

36

Kacung Marijan, Quo Vadis NU, h. 136. 37

Saifuddin Zuhri, dkk., Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, h. 64. 38

Saifuddin Zuhri, dkk., Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, h. 66.

Page 61: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

49

1. Ny. H. Machmudah Mawardi – wakil dari Jawa Tengah

2. Ny. H. Maryam Kantasupena – wakil dari Jawa Tengah

3. Ny. Maryama Djunaidi – wakil dari Jawa Timur

4. Ny. Hadiniyah Hadi – wakil dari Jawa Timur

5. Ny. Asmah Sjachruni – wakil dari Kalimantan Selatan

Melihat data di atas, keterlibatan NU dalam politik juga mampu

diikuti oleh Muslimat. Langkah politik Muslimat NU kemudian terhenti

dengan adanya keputusan kembali pada khittah 1926. Sehingga Muslimat

NU mulai menarik mundur kader-kadernya yang ingin tetap berorganisasi

dan melepaskan kader-kader terbaiknya dari organisasi yang menginginkan

untuk tetap berpolitik.

Pada kenyataannya di era reformasi ini, kembalinya NU dalam

politik ternyata diikuti pula oleh Muslimat NU. Tidak sedikit ibu-ibu

Muslimat NU yang kemudian tampil kembali di pangung politik baik

tingkat daerah maupun nasional. Bahkan beberapa kasus di daerah tingkat

Wilayah dan Cabang, banyak Ketua Pimpinan Muslimat NU yang duduk

dalam pemerintahan, dari anggota DPR, DPRD, Gubernur, Bupati maupun

Wakil Bupati. Dalam tingkat Pusat bahkan Ketua PP Muslimat saat ini

sedang menduduki jabatan sebagai Menteri Sosial di Era kekuasaan

Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kala yang akan dibahas

lebih mendalam di bab selanjutnya.

Page 62: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

50

BAB IV

IMPLEMENTASI KHITTAH 1926 DALAM MUSLIMAT NU

A. Khittah 1926 dalam Muslimat NU

Sejak berdirinya pada tahun 1946 Muslimat NU menaruh perhatian tinggi

terhadap permasalahan pendidikan dan sosial. Pada tahun 1950-1979 periode

kepemimpinan Mahmudah Mawardi bergerak memperjuangkan kepentingan

perempuan dan aktif di dalam lembaga pemerintahan seperti DPR dan DPRD.

Keputusan NU untuk menjadi sebuah partai politik pada tahun 1952, menjadi

sumbangan besar bagi Muslimat NU, sehingga para kader Muslimat NU dapat

duduk di kursi pemerintahan. Namun sejak 1984 keputusan NU untuk kembali

pada khittah 1926, membuat langkah Muslimat NU dalam politik terhenti.1

Meskipun telah diputuskan kembali kepada khittah 1926, tetapi langkah-

langkah Muslimat NU berbeda dengan apa yang telah digariskan dalam khittah

1926. Berikut perjalanan khittah 1926 dalam beberapa kepengurusan Muslimat

NU :

1. Tahun 1984 – 1995 (Periode Asamah Sjachruni)

Pada periode kepemimpinan Asamah Sjachruni (1979-1955)2, keterlibatan

Muslimat NU dalam politik dirasa penting demi memperjuangkan kebijakan yang

pro dengan kaum perempuan. Oleh karena itu, Muslimat NU berupaya keras

1 Saifuddin Zuhri, dkk., Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, h. 66.

2 Saifullah Ma’sum, Ali Zawawi, 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat untuk Bangsa dan

Negara (Jakarta: PP Muslimat NU, 1996) h. 137.

Page 63: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

51

untuk membawa kader-kadernya berjuang mewakili kaum perempuan di

pemerintahan. Keadaan demikian terus berlangsung hingga di kepengurusan

Asamah Sjachruni periode kedua. Asamah Sjachruni sendiri sebagai sosok yang

mempunyai pengalaman lebih di kancah poitik dan sedang menduduki anggota

DPR RI pada waktu itu, menganggap penting adanya keterlibatan Muslimat NU.

Namun berbanding terbalik dengan keadaan pada masa kepemimpinannya di

periode ketiga.

Keputusan PBNU pada tahun 1984 tidak berpartai politik dan menetapkan

untuk kembali pada khittah 1926 memaksa Muslimat NU untuk mundur dari

kancah politik yang sudah lama diperjuangkan. Keadaan seperti ini menjadi

dilema besar untuk Muslimat NU yang sudah terbiasa dengan prestasi di politik.

Dalam menghadapi persoalan ini Asamah Sjachruni mengambil langkah untuk

melepaskan kader-kader terbaiknya untuk berjuang di luar Muslimat NU dan

melanjutkan perjuangannya di bidang politik.3

Keputusan kembali pada khittah 1926 yang sangat disayangkan oleh

Asamah Sjahruni tidak membuat pesimis untuk berjuang di bidang politik.

Jabatan Asamah sebagai anggota DPR tetap bertahan hingga tahun 1987. Demi

menghormati keputusan tersebut, kader-kader lain yang berprestasi dalam politik

terpaksa dilepaskan jabatannya di Muslimat NU.4

3 Wawancara dengan Aisyah Hamid Baidlowi , Jakarta, 13 Maret 2015.

4 Wawancara dengan Aisyah Hamid Baidlowi.

Page 64: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

52

2. Periode Tahun 1996-2001 (Aisyah Hamid Baidlowi)

Semakin berkembangnya zaman nilai khittah 1926 mulai mengalami banyak

pergeseran makna sesuai dengan masanya.5 Bila di era Orde Baru keputusan

khittah 1926 dengan keras menyatakan bahwa NU tidak akan berpolitik dan

memihak partai politik manapun, semakin berkembangnya situasi sosial khittah

1926 sedikit demi sedikit mengkerucutkan arti sesuai dengan kepentingan di masa

tersebut. Aisyah Hamid Baidlowi mengambil sikap untuk netral terhadap partai

politik manapun sebagai bentuk implementasi khittah 1926 dalam periode

kepemimpinannya. Aisyah Hamid Baidlowi memperketat aturan bahwa organisai

Muslimat NU tidak terikat dengan partai politik, sedangkan urusan politik

masing-masing anggota adalah urusan pribadi bukan urusan organisasi.

Menurutnya khittah 1926 diputuskan untuk mengingat tujuan awal dibentuknya

NU sebagai organisasi sosial keagamaan bukan partai politik.6 Artinya bahwa

pada periode ini organisasi konsisten untuk dipisahkan dari politik, namun

mengijinkan kader-kader secara individu untuk berpolitik tetapi dengan catatan

tidak membawa nama organisasi Muslimat NU.

Meskipun Aisyah Hamid Baidlowi tidak merangkap jabatan dalam politik,

namun Aisyah tetap mendukung kader-kadernya untuk berjuang dalam

perpolitikan Indonesia. Aisyah memberikan himbauan kepada partai-partai politik

5 Wawancara dengan Aisyah Hamid Baidlowi.

6 Wawancara dengan Aisyah Hamid Baidlowi.

Page 65: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

53

untuk memberikan dukungan penuh kepada kader-kadernya. Dukungan tersebut

dimaksudkan agar partai politik memberikan kesempatan kader Muslimat NU

yang akan mencalonkan diri sebagai anggota dewan dan dapat menduduki posisi

nomor urut terdepan, sehingga peluang kemenangannya pun akan lebih tinggi.7

3. Tahun 2001-2010 (Khofifah Indar Parawansa)

Memasuki periode pertama (2001-2005) kepemimpinan Khofifah Indar

Parawansa, aturan khittah 1926 kedua masih menduduki posisi dalam AD/ART

tepatnya di ART Muslimat NU tahun 2006 pada Bab V pasal 32 ayat 1 yang

menjelaskan tentang tidak diperbolehkannya organisasi berkaitan dengan partai

politik dan rangkap jabatan organisasi dengan partai politik. Namun pada periode

ketiga (tahun 2011-2015)pengurusan Khofifah Indar Parawansa, aturan tentang

khittah 1926 tersebut tidak lagi memiliki tempat dalam AD/ART Muslimat NU.

Aisyah Hamid Baidlowi menjelaskan bahwa aturan tersebut tidak lagi

dicantumkan secara tertulis, tetapi menjadi aturan tidak tertulis yang

keabsahannya masih tetap harus dilaksanakan oleh organisasi Muslimat NU.8

Perubahan makna khittah 1926 dari masa ke masa dikarenakan sudah

berkurangnya implementasi khittah 1926 dalam Muslimat NU. Semakin lama

nilai khittah 1926 ini sedikit demi sedikit semakin ditinggalkan. Hal ini diakui

oleh Ketua VI PP Muslimat NU dalam wawancara, yang mengatakan bahwa

khittah 1926 saat ini hanya sebuah semboyan karena praktik NU dalam

7 Wawancara dengan Aisyah Hamid Baidlowi.

8 Wawancara dengan Aisyah Hamid Baidlowi.

Page 66: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

54

pengawalan politik memang sudah tidak dikendalikan lagi.9 Kenyataannya bahwa

kader-kader NU dan Muslimat NU tidak sedikit yang kembali berpolitik dengan

menggunakan organisasi sebagai alat politiknya dalam menggalang masa

meskipun tidak secara tertulis. Masyarakat dan organisasi NU sendiri tidak

menutup mata akan kenyataan tersebut.

Ketua Cabang Kabupaten Tegal yang menjabat sebagai Wakil Bupati

Kabupaten Tegal, Umi Azizah menegaskan bahwa khittah 1926 tidak dibuat

untuk melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).10

Oleh karena itu, sah apabila kader

Muslimat NU menyalurkan hak politik sesuai dengan pilihannya secara individu.

Hak politik didapatkan dengan syarat kewajibannya yang tidak pula dilanggar,

mengingat khittah 1926 hingga saat ini masih sama-sama diyakini sebagai aturan

organisasi yang mengantarkan kadernya pada kemaslahatan dan bukan untuk

membatasi kader organisasi dalam berpolitik. Hal inilah yang menunjukkan

pergeseran makna khittah 1926 sesuai dengan perkembangan zaman yang

mencerminkan bahwa aturan khittah 1926 kurang tepat digunakan pada era

demokrasi seperti saat ini.

B. Muslimat NU Periode 2011-2014 dan Komitmen Tentang Khittah 1926

Pada bagian ini menjelaskan mengenai bagaimana khittah 1926

diimplemetasikan dalam Muslimat NU periode kepemimpinan Khofifah Indar

Parawansa tahun 2011-2014. Oleh karena itu, sebelum memasuki pembahasan

9 Wawancara dengan Ketua VI PP Muslimat NU, Yani’ah Wardhani. Pada 11 Maret 2015 di

UIN Jakarta. 10

Wawancara dengan Ketua Cabang Muslimat NU Kabupaten Tegal, Umi Azizah. Pada 13 Maret 2015.

Page 67: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

55

mengenai implementasi khittah 1926 dalam Muslimat NU periode 2011-2014

maka akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai perjalanan politik Khofifah Indar

Parawansa sebagai latar belakang dari pemimpin Muslimat NU periode 2011-

2014.

Selain itu, dijelaskan pula tentang pencalonan Khofifah Indar Parawansa

sebagai Calon Gubernur Jawa Timur tahun 2013, keterlibatan Khofifah dalam

Pemilu Presiden tahun 2014 sebagai Juru Bicara salah satu pasangan calon

Presiden dan Wakil Presiden, dan terpilihnya Khofifah sebagai Menteri Sosial di

Pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden Jokowidodo dan Jusuf Kalla tahun

2014-2019.

1. Perjalanan Karir Politik Khofifah Indar Parawansa Sebagai Ketua

Umum Muslimat NU Periode 2011-2014

Tiga periode kepemimpinan Khofifah Indar Parawansa dalam Muslimat NU

memiliki perjalanan yang lebih panjang dari periode sebelumnya. Selain sebagai

seorang aktivis, Khofifah juga menuai banyak prestasi dalam karir politiknya di

tanah air. Terbilang sebagai pemimpin yang cukup muda dalam Muslimat NU,

Khofifah Indar Parawansa sangat tidak asing dalam panggung politik bahkan

sebelum memimpin organisasi Muslimat NU. Perjalanan politik Khofifah Indar

Parawansa telah melalui beberapa fase sebagai berikut:

Anggota DPR RI Periode 1992-1998

Keterlibatan Khofifah dalam politik dimulai pada saat Khofifah terpilih

menjadi anggota DPR RI mewakili Partai Persatuan Pembangunan (PPP) periode

Page 68: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

56

tahun 1992-1998. Khofifah menjadi Pimpinan Fraksi Partai Persatuan

Pembangunan DPR RI tahun 1992-1997. Sebagai aktivis muda, Khofifah

memiliki talenta dalam politik, sehingga dapat menduduki posisi-posisi strategis

di pemerintahan. Tahun 1995-1997 Khofifah terpilih menjadi Ketua Komisi VIII

DPR RI.11

Nama Khofifah mulai disorot dalam panggung politik pada saat tampil

membacakan pidato sikap Fraksi Persatuan Pembangunan (F-PP) dalam Sidang

Umum MPR tahun 1998. Hal ini dikarenakan pidato Khofifah merupakan pidato

kritis pertama terhadap pelaksanaan Orde Baru dalam Sidang Umum MPR di

Indonesia. Khofifah melontarkan kritikan-kritikan terhadap rezim Orde Baru dan

membredel kecurangan-kecurangan pada Pemilu 1997. Seluruh anggota sidang

MPR yang didominasi oleh orang-orang Golongan Karya (Golkar) terperanjat

mendengar pidato kritis seorang wanita kelahiran tahun 1965 tersebut.12

Keberanian Khofifah sebagai politisi muda dalam pidato ini menjadikan dirinya

sangat disegani di tanah air.

Hijrah Politik dari PPP ke PKB

Memasuki era Reformasi Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang pada saat itu

menjabat sebagai Ketua Umum PBNU, membentuk partai politik baru yaitu Partai

Kebangkitan Bangsa (PKB) yang menjadi perbincangan internal NU karena

11

Mochamad Nasrul Chotib, “Profil Khofifah Indar Parawansa.” Diunduh 7 Mei 2015

(http://profil.merdeka.com/indonesia/k/khofifah-indar-parawansa/) 12

Mochamad Nasrul Chotib, “Profil Khofifah Indar Parawansa.”

Page 69: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

57

melanggar khittah 1926.13

Pembentukan PKB ditujukan untuk menyelamatkan

suara kader-kader NU yang tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia. Keran

demokrasi yang dibuka lebar pada era Reformasi memberikan kebebasan seluas-

luasnya kepada masyarakat untuk menentukan pilihan politiknya. Oleh karena itu,

Gus Dur membentuk PKB agar para kader NU tidak terpecah belah akibat pilihan

politik yang beragam.14

Perubahan peta politik menyebabkan Khofifah sebagai politisi yang

berangkat dari NU ikut beralih haluan dari PPP dan hijrah ke PKB.15

Keberhasilan

dalam karir politiknya di PPP, Khofifah secara langsung dipercaya untuk

menduduki jabatan salah satu Ketua di PKB. Berkiprah di PKB ternyata tidak

menyurutkan prestasi politiknya di lembaga pemerintahan. Pemilu tahun 1999

kemudian mengantarkan khofifah untuk kembali menduduki kursi DPR RI

mewakili PKB. Bahkan membawanya menjadi Wakil Ketua DPR RI tahun 1999.

Setelah dipercaya untuk memimpin Muslimat NU, perjalanan politik

Khofifah ternyata tidak berhenti. Bahkan melihat kinerjanya di Muslimat NU,

Khofifah semakin dipercaya oleh banyak partai seperti PKB dan PPP. Apabila

dikaitkan dengan khittah 1926, jabatan Khofifah sebagai Ketua Umum Muslimat

NU dengan perjalanan politiknya akan terlihat kurang mencerminkan komitmen

khittah. Hal ini dibuktikan dengan perjalanan politik Khofifah selama tiga periode

kepemimpinannya di Muslimat NU, sebagai berikut:

13

Wawancara dengan Aisyah Hamid Baidlowi. 14

Andree Feillard, NU vis-à-vis Negara, h. 428. 15

Mochamad Nasrul Chotib, “Profil Khofifah Indar Parawansa.”

Page 70: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

58

a. Periode Pertama Kepemimpinan Khofifah Indar Parawansa dalam

Muslimat NU (tahun 2001-2005)

Pada periode pertama Khofifah dalam Muslimat NU, karir politiknya

semakin melambung. Jabatan Khofifah sebagai Ketua Umum Muslimat NU

kemudian menjadi alasan Abdurrahman Wahid memilih Khofifah untuk

mengelola PKB dan bergabung dalam pemerintahannya. Berikut perjalanan

politik Khofifah pada periode pertama kepemimpinannya di Muslimat NU:

Menjadi Pengurus PKB

Sejak berdirinya PKB sebagai partai politik, Khofifah telah dipercaya

untuk mengisi kursi jabatan dalam partai tersebut. Bahkan hingga pada saat

Khofifah terpilih sebagai Ketua Umum Muslimat NU, jabatannya dalam PKB

masih tetap dipertahankan. Ketakutan ini yang menjadi pertimbangan para aktivis

muda NU saat Abdurrahman Wahid mendirikan PKB. Bahwa dengan munculnya

PKB sebagai partai dengan basis NU menjadikan para kader NU berpolitik yang

pada dasarnya dilarang dalam keputusan khittah 1926.16

Menjadi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Ketua

BKKBN Tahun 1999-2001

Keberhasilan Khofifah dan kawan-kawan dalam mengelola PKB

mengantarkan Abdurrahman Wahid untuk dipilih menjadi Presiden Republik

Indonesia dengan mengalahkan suara Wakil Presidennya yaitu Megawati

Soekarno Putri. Setelah Abdurrahman Wahid menjabat sebagai Presiden Republik

16

Wawancara dengan Ketua VI PP Muslimat NU, Yani’ah Wardani.

Page 71: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

59

Indonesia, Khofifah kembali mendapatkan kepercayaan penuh dalam mendapat

tempat di kementrian sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Periode

tahun 1999-2001. Sekaligus dihidmat menjadi Ketua Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) tahun 1999-2001.17

Mengemban dua jabatan sekaligus dalam satu waktu membuktikan bahwa

kiprah Khofifah dalam politik sangat diakui dan dipercaya khususnya oleh Gus

Dur sebagai Presiden pada saat itu. Wanita yang cukup muda dengan prestasi

politik yang cemerlang kembali melambungkan nama Khofifah didataran sosok

politik di Indonesia. Bersamaan dengan posisinya sebagai Menteri, Khofifah

terpilih menjadi Ketua Umum PP Muslimat NU periode tahun 2000-2005.

Kepiawaiannya dalam berpolitik ternyata mampu meyakinkan para ibu-ibu

Muslimat NU untuk memilih dirinya sebagai pemimpin organisasi Muslimat NU.

b. Periode Kedua Kepemimpinan Khofifah Indar Parawansa dalam

Muslimat NU (tahun 2006-2010)

Pada periode kedua dalam memimpin Muslimat NU, Khofifah tidak

mendapatkan kesempatan besar seperti periode sebelumnya. Hal ini dikarenakan

berakhirnya rezim Abdurrahman Wahid sebagai Presiden, sehingga Khofifah

tidak memiliki peluang besar dalam karir politik. Namun terpilihnya Jusuf Kalla

sebagai Wakil Presiden (2004-2009) membuka kesempatan Khofifah untuk

mempertahankan karirnya dalam politik. Setelah tidak ada lagi kesempatan dalam

17

Mochamad Nasrul Chotib, “Profil Khofifah Indar Parawansa.”

Page 72: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

60

kursi anggota DPR, Khofifah mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Timur,

berikut penjelasannya:

Kembali Menjadi Anggota DPR RI Periode Tahun 2004-2006

Terpilih sebagai Ketua Umum PP Muslimat NU ternyata tidak menghambat

karir politik Khofifah. Berakhirnya rezim Megawati (2001-2004) dan memasuki

masa pemerintahan SBY-Jusuf Kalla, Khofifah kembali terpilih sebagai Ketua

Komisi VII DPR RI tahun 2004-2006.18

Pada saat yang bersamaan Khofifah juga

dipercaya menjadi Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa MPR RI. Karir politik

Khofifah di lembaga DPR dan MPR terus berjalan dan mendapat banyak

dukungan khususnya dukungan dari partai politiknya. Terpilihnya Jusuf Kalla

sebagai Wakil Presiden yang berlatarbelakang NU menjadi salah satu akses

penting Khofifah dalam karir politik. Meskipun di era berikutnya Jusuf Kalla

belum mendapat kesempatan untuk menjadi Presiden Republik Indonesia, namun

Khofifah tetap melebarkan sayap politiknya di bidang yang lain.

Mencalonkan Diri sebagai Calon Gubernur Jawa Timur tahun 2008

Akhir periode kedua dalam memimpin Muslimat NU, Khofifah

mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Timur periode 2008-2013 berpasangan

dengan Mudjiono seorang Purnawirawan TNI dengan jabatan terakhir sebagai

18

Hindra Liauw, “Sosok Mensoso Khofifah Indar Parawansa.” Diunduh 7 Mei 2014

(http://nasional.kompas.com/read/2014/10/26/1835034/Ini.Sosok.Mensos.Khofifah.Indar.Parawan

sa)

Page 73: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

61

Kasdam V Brawijaya, pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Guberur ini

didukung oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP).19

Alasan PPP memilih Khofifah dikarenakan beberapa pertimbangan

mendasar yang diambil oleh partai tersebut, antara lain20

: Pertama, Khofifah

memiliki integritas kemasyarakatan yang tidak diragukan. Kedua, pengalaman

memimpin menjadi modal penting untuk menjadikan Jawa Timur lebih baik

(pernah menjadi menteri, wakil ketua komisi di DPR, dan sekarang juga masih

tercatat sebagai anggota DPR). Ketiga, Khofifah merupakan tokoh perempuan

yang diharapkan mempunyai nilai tambah. Dan yang keempat, Khofifah

merupakan pimpinan organisasi perempuan terbesar di Indonesia yakni Muslimat

NU dan juga pernah menjabat sebagai Pimpinan Pusat di dua organisasi

perempuan yang lain yaitu Fatayat NU dan IPPNU dengan jumlah anggota

Muslimat NU di Jawa Timur, baik yang memiliki KTA maupun tidak itu

berjumlah sekitar 4 juta orang. Sedangkan anggota Fatayat NU diperkirakan

sebanyak 2 juta anggota dari IPPNU sekitar 1 juta. Dari kalkulasi berikut maka

tidak diragukan lagi kapasitas Khofifah sebaai calon pemimpin Jawa Timur.

Alasan yang digunakan PPP dalam memilih Khofifah sebagai Calon

Gubernur Jawa Timur selain dari kapasitas pribadi Khofifah sebagai politisi,

poisisinya sebagai Ketua Umum PP Muslimat NU juga menjadi sorotan utama. PP

Muslimat NU membawahi begitu banyak Banom NU yang secara tidak langsung

19

Inggriht Fatamorgana, “Nahdlatul Ulama dan Pilkda Gubernur Jawa Timur,” Jurnal

Politik Indonesia, Vol 1 No.1 (Juli-September 2012): h. 34-35. 20

Inggriht Fatamorgana, “Nahdlatul Ulama dan Pilkda Gubernur Jawa Timur,” h. 35.

Page 74: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

62

mereka mendukung khofifah atas dasar latar belakang tersebut. Artinya bahwa

posisi khofifah sebagai ketua PP Muslimat NU menjadi salah satu kekuatan

penentu dalam pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur. Meskipun

pada saat pencalonannya, ia menon-aktifkan diri sebagai Ketua Umum PP

Muslimat NU dan berangkat sebagai individu politik, dan tidak membawa

organisasi manapun.

2. Implementasi Khittah 1926 dalam Muslimat NU Periode tahun 2011-

2014

Pembahasan ini menjelaskan mengenai seperti apa implementasi khittah

1926 dalam Muslimat NU Periode tahun 2011-2014. Melalui perjalanan politik

Khofifah Indar Parawansa dalam kurun waktu tahun 2011-2014 sebagai berikut:

Tampilnya Khofifah Indar Parawansa sebagai Calon Gubernur Jawa

Timur tahun 2013

Dalam praktik politik Muslimat NU periode 2011-2014 yang menyatakan

masih berkhittah dapat dilihat melalui rekam jejak perjalanan Ketua Umum PP

Muslimat NU periode 20011-2014 yaitu Khofifah Indar Parawansa. Setelah

berjuang di tahun 2008, semangat Khofifah untuk menjadi orang pertama di Jawa

Timur masih membara dengan mencoba kembali keberuntungannya pada periode

ketiga kepemimpinan Khofifah di PP Muslimat NU tahun 2013.

Pada periode ini Khofifah kembali menggunakan kesempatannya untuk

mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Jawa Timur periode 2013-2018

berpasangan dengan Herman Suryadi. Berbeda dengan pencalonan Khofifah

Page 75: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

63

sebelumnya, jika pencalonan tahun 2008 Khofifah didukung penuh oleh PPP

maka ditahun 2013 Khofifah tampil melalui dukungan dari Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB) dan lima partai lainnya yaitu Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB),

Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Partai Persatuan Nahdlatul

Ummah Indonesia (PPNUI), Partai Kedaulatan (PK), dan Partai Matahari Bangsa

(PMB) serta dorongan besar dari para Kiai NU. Mengingat lawan Khofifah dalam

Pilkada ini tidak berbeda dengan periode sebelumny(2008-2013), Khofifah lebih

serius dalam melakukan proses kampanye politik ini. Hampir setiap hari Khofifah

turun ke jalan, mendatangi satu-persatu majlis ta’lim di Jawa Timur untuk

memperoleh dukungan. Namun keberuntungan belum memihak Khofifah untuk

menepati posisi Gubernur dengan hasil suara yang kalah tipis dari pasangan

Soekarwo dan Saefullah Yusuf. 21

Keterlibatan Khofifah dalam pencalonan Gubernur Jawa Timur ternyata

didukung penuh oleh jajaran Pengurus Pusat Muslimat NU. Sebagai bentuk

dukungan terhadap pencalonan ini, para kader Muslimat NU turun ke jalan

sebagai tim sukses dari Khofifah. 22

Bahkan dari Cabang Muslimat NU melihat

realita ini sebagai sebuah prestasi Muslimat NU dalam mengawal kadernya untuk

mencapai prestasi politik. Tampilnya Ketua Umum Muslimat NU sebagai Calon

Gubernur merupakan bukti bahwa perempuan NU mampu memperjuangkan

kepentingan perempuan dalam politik dan dapat membawa Muslimat NU untuk

21

Anggi Kusumadewi, dkk., “Ronde Kedua Duel Khofifah-Soekarwo di Pilkada Jatim”. Diakses pada 17 Mei 2015 (http://politik.news.viva.co.id/news/read/434044-ronde-kedua-duel-khofifah-soekarwo-di-pilkada-jatim).

22 Wawancara dengan Ketua VI PP Muslimat NU, Yani’ah Wardhani.

Page 76: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

64

bersaing dengan organisasi lainnya dalam persaingan politik.23

Bukan malah

menjaga khittah 1926, para kader Muslimat NU justru membanggakan Ketua

Umumnya untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Timur.

Bersedia Menjadi Juru Bicara Calon Presiden dan Wakil Presiden

Jokowidodo dan Jusuf Kalla (2014-2019)

Kekalahan dua kali dalam pencalonan Gubernur tidak menyurutkan

semangat Khofifah untuk terus berjuang. Tahun 2014 Khofifah kembali

melibatkan diri dalam uforia Pemilu Presiden periode tahun 2014-2019 dengan

memposisikan diri sebagai Juru Bicara salah satu pasangan Calon Presiden dan

Wakil Presiden Jokowidodo dan Jusuf Kalla. Peran serta Khofifah dalam

Pemilihan Presiden sangat menguntungkan bagi calon pasangan Presiden yang

didukungnya.24

Kesediaan Khofifah menjadi Juru Bicara Calon Presiden ini

dikarenakan adanya Jusuf Kalla sebagai orang NU yang menjadi Calon Wakil

Presiden. Melalui keterlibatan Khofifah, Jokowi dan Jusuf Kalla mendapatkan

dukungan penuh dari banom-banom NU, khusunya Muslimat NU hingga

mengantarkan Jokowidodo dan Jusuf Kalla pada kursi kepresidenan sampai saat

ini.25

Sama dengan sebelumnya, kader Muslimat NU menganggap bahwa

keputusan Khofifah menjadi Juru Bicara Calon Presiden mempermudah

23

Wawancara dengan Ketua Cabang Muslimat NU Kabupaten Tegal, Umi Azizah. 24

Sundari, “Khofifah Jadi Jubir Jokowi Mulai 24 Mei.” Diakses pada 17 Mei 2015 (http://www.tempo.co/read/news/2014/05/07/269576083/khofifah-jadi-jubir-jokowi-mulai-24-mei).

25 Wawancara dengan Ketua VI PP Muslimat NU, Yani’ah Wardhani.

Page 77: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

65

masyarakat untuk menyalurkan aspirasi politik kepada Calon Presiden dan Wakil

Presiden tersebut.26

Keberadaan khittah 1926 yang semakin tidak terlihat

menjadikan para kader Muslimat NU lupa dengan garis perjuangan tersebut.

Sehingga setiap kader Muslimat NU tampil dalam kompetisi politik menjadi

sebuah kebanggan tersendiri. Meskipun masih ada beberapa kader yang memang

sadar bahwa khittah 1926 tetap sebagai garis perjuangan yang sudah diputuskan

NU, sehingga perjalanan politik Khofifah merupakan sebuah pelanggaran Khittah

1926.27

Kembali Menjadi Menteri Negara Republik Indonesia

Prestasi khofifah memenangkan Jokowidodo dan Jusuf Kalla dalam Pemilu

Presiden tahun 2014 tidak berhenti begitu saja. Melalui loyalitasnya dalam

mendukung Calon Presiden hingga menjadi Presiden membuahkan hasil dengan

diangkatnya Khofifah menjadi Menteri Sosial di pemerintahan Presiden

Jokowidodo. Keputusan Jokowi memilih Khofifah sebagai Menteri Sosial

dikarenakan Khofifah memiliki pengalaman di bidang tersebut.28

Hingga saat ini

Khofifah masih aktif sebagai Ketua Umum PP Muslimat NU periode ketiga

sekaligus menjabat Menteri Sosial Republik Indonesia.

Muslimat NU sebagai sebuah lembaga organisasi berusaha untuk tidak

berpihak terhadap salah satu partai politik manapun dengan tetap menjaga hak

26

Wawancara dengan Ketua Muslimat NU Wilayah Jawa Tengah, Ismawati. Pada Senin,

23 Maret 2015 di UIN Semarang. 27

Wawancara dengan Aisyah Hamid Baidlowi. 28

Efendi Ari Wibowo, “Khofifah Indar Parawansa dari Jubir Jokowi Jadi Menteri Sosial.”

Diakses pada 17 Mei 2015 (http://www.merdeka.com/peristiwa/khofifah-indar-parawansa-dari-

jubir-jokowi-jadi-menteri-sosial.html)

Page 78: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

66

politik setiap individu di dalam organisasi. Namun jika dilihat kembali praktik

politik yang diklaim sebagai pilihan individu para kader Muslimat khususnya

Ketua Umum Muslimat NU Periode 2011-2014 yaitu Khofifah Indar Parawansa,

tidak lagi mencerminkan sebuah pilihan individu. Pilihan politik Khofifah

menjadi Menteri Sosial secara tidak langsung berpengaruh kuat terhadap

organisasi, sehingga mengakibatkan tidak efektifnya aturan khittah 1926.

Dalam pengimplementasian khittah 1926 di Muslimat NU periode 2011-

2014 memiliki banyak pengaruh untuk organisasi maupun orang-orang di dalam

organisasi itu sendiri. Aturan khittah yang tidak tampil dalam AD/ART namun

masih diyakini sebagai aturan tidak tertulis dan tetap menjunjung tinggi koridor

Muslimat NU sebagai organisasi sosial keagamaan memiliki pengaruh positif

terhadap Muslimat NU periode 2011-2014. Khittah 1926 membantu Muslimat NU

menjalankan programnya dengan baik sesuai dengan tujuan Muslimat NU sebagai

organisasi sosial keagamaan. Adanya nilai khittah 1926 menjadi salah satu

pengontrol organisasi dalam politik agar tidak disalahgunakan oleh individu yang

tidak bertanggung jawab. Karena organisasi merupakan sebuah wadah

berkumpulnya masa, menjadi rentan untuk digunakan sebagai alat politik. Oleh

karena itu, aturan khittah 1926 untuk membatasi organisasi untuk tidak berpihak

pada salah satu partai politik dapat mengontrol adanya hal tersebut.

Namun sebaliknya, dengan sistem demokrasi yang digunakan sekarang ini

memberikan peluang penuh kepada semua lapisan masyarakat untuk tampil aktif

dalam publik, salah satunya partai politik. Hal ini membuat keputusan NU untuk

Page 79: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

67

kembali ke khittah 1926 kembali dipertanyakan. Pembatasan ruang politik kader

Muslimat NU menjadi tidak relevan dengan sistem pemerintahan yang digunakan.

Oleh karena itu, para kader Muslimat NU menjadi terbatas dalam menggunakan

hak politiknya sebagai warga Negara.

Apalagi aturan khittah yang tidak terimplementasikan dengan benar seperti

penjelasan diatas membawa pengaruh yang kurang baik dalam organisasi.

Pemaparan praktik politik Khofifah Indar Parawansa yang sebelumnya

menunjukkan bahwa tidak terimplementasinya nilai khittah 1926 yang

menyatakan organisasi Muslimat NU tidak berpolitik. Sehingga Muslimat NU

sebagai lembaga organisasi menjadi tidak konsisten dalam mengimplementasikan

keputusan khittah 1926.

Civil society merupakan salah satu pilar demokrasi, untuk mengisi

demokrasi maka civil society ikut mengambil peran. Muslimat NU merupakan

salah satu bagian dari civil society yang ada di Indonesia, sehingga Muslimat NU

ingin ikut serta mengambil peran untuk mengisi peluang demokrasi. Peran yang

diinginkan Muslimat NU yaitu berpartisipasi dalam pemerintahan (menduduki

jabatan-jabatan politik, seperti anggota DPRD, DPR, Mentri maupun Kepala

Daerah).

Teori manajemen organisasi menjelaskan bahwa di dalam organisasi

terdapat sub-sub sistem yang saling berkaitan yang di dalamnya terdapat sub

sistem tertinggi yaitu itu yang disebut sebagai manajer. Manajer disini merupakan

pengontrol utama dari sebuah organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Oleh

Page 80: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

68

karena itu, dalam organisasi posisi manajer memiliki peran terpenting dari sub-

sub lainnya yang pada Muslimat NU disebut sebagai Ketua Umum. Secara tidak

langsung jabatan Ketua Umum yang dimiliki Khofifah memberikan pengaruh

yang sangat besar terhadap anggota lain seklaipun itu merupakan hak pilihan

individu masing-masing. Jadi praktik politik Khofifah yang dijelaskan

sebelumnya tidak dapat dikatakan sebagai perilaku individu saja, melainkan

perilaku individu yang berdampak pada organisasi. Posisi ini yang kemudian

mampu membawa bagian-bagian lainnya dalam organisasi untuk mendukung

penuh dirinya dalam panggung politik. melalui pemaparan ini kemudian

menunjukkan bahwa praktik politik Khofifah yang menduduki jabatan sebagai

pengelola sebuah organisasi menjadi salah satu alasan mengapa khittah 1926 tidak

terimplementasikan.

Selain itu, keberadaan khittah 1926 sebagai garis perjuangan organisasi

dalam manajemen organisasi khittah perjuangan itu adalah sebuah jalan pedoman

yang harus diikuti, tetapi kenyataannya garis perjuangan kembali ke khittah 1926

yang ditetapkan oleh organisasi NU pada tahun 1948 tidak dapat

diimplementasikans secara baik oleh Badan Otonom yang berada di bawahnya

sepeti muslimat NU, baik pada periode Asamah Sjachruni, Aisyah Hamid

Baidlowi, maupun pada masa Khofifah Indar Parawansa. Karena hal ini

ditunjukkan dengan keterlibatan pemimimpin Muslimat NU sebagai pucuk

pimpinnan Muslimat ke dalam politik khususnya yang dilakukan oleh Khofifah

Indar Parawansa (Ketua Umum Muslimat NU periode 2011-2014) yaitu

Page 81: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

69

mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Timur, Juru Bicara Calon Presiden dan

Wakil Presiden Jokowidodo dan Jusuf Kalla (2014), dan menjadi Menteri Sosial

(2014-2019).

Seperti halnya teori manajemen organisasi, teori kekuasaan juga digunakan

sebagai tolak ukur seberapa jauh Khofifah menggunakan posisinya dalam politik

yang tidak lain dilatarbelakangi oleh faktor kekuasaan. Melalui kekuasaannya di

Muslimat NU yang sudah tidak diragukan lagi, sehingga ia mampu menjabat

selama tiga periode berturut-turut, Khofifah menggali kekuasaan yang lebih luas

lagi dengan ikut berkompetisi dalam politik praktis. Kompetisi ini tidak lain untuk

mendapatkan kembali kekuasaan, bahkan lebih luas dari porsi kekuasaan yang ia

miliki saat ini. Melalui perspektif kekuasaan, keterlibatan pengurus Muslimat NU

dalam politik yang bertentangan dengan khittah 1926 merupakan hal yang sah-sah

saja mengingat kekuasaan adalah sebagai jembatan keterlibatan atau partisipasi

politik civil society (Muslimat NU) dalam mengisi demokrasi di indonesia. Hal ini

yang membuat tidak tepatnya keputusan khittah 1926 diterapkan di era

demokratisasi.

Melalui tiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa Muslimat NU periode

2011-2014 berusaha untuk berkembang dengan tetap konsisten sebagai organisasi

sosial keagamaan dan tidak berpolitik. Namun dalam praktik politiknya Muslimat

NU tidak mampu membendung keinginan kader organisasi untuk berpolitik yang

dipengaruhi oleh perkembangan sistem demokrasi. Dilema dalam Muslimat NU

dikarenakan aturan khittah 1926 menjadi kendala dalam berpolitik sehingga kader

Page 82: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

70

Muslimat NU berpolitik atas nama individu bukan organisasi. Jika seperti ini,

maka praktik politik Khofifah yang telah dijelaskan sebelumnya dan kaitannya

dengan teori-teori yang ada menunjukkan bahwa khittah 1926 tidak

terimplementasikan dengan baik di Muslimat NU periode 2011-2014.

Page 83: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

71

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Melalui pemaparan skripsi ini dapat disimpulkan bahwa khittah 1926 yang

diputuskan pada tahun 1984 menyatakan NU sudah tidak menjadi partai politik

dan netral-politik. Oleh karena itu, demi kemaslahatan bersama semua pihak

akhirnya dapat menerima dengan lapang dada. Keputusan tersebut hingga saat ini

masih berlaku, walaupun secara implementatif nilai khittah 1926 yang

menyatakan netral-politik sudah mulai ditinggalkan oleh orang-orang NU.

Muslimat sebagai Badan Otonom NU terus mengikuti jejak para kiainya.

Sama halnya dengan NU, kader-kader Muslimat NU juga mulai meninggalkan

komitmen khittah 1926. Keterlibatan dalam kancah politik sudah menjadi hal

biasa baik bagi anggota, pengurus, bahkan Ketua Umum. Keterlibatan Ketua

Umum PP Muslimat NU periode 2011-2014 dalam mencalonkan diri sebagai

Gubernur di Jawa Timur pada tahun 2013, menjadi Juru Bicara Calon Presiden

dan Wakil Presiden 2014 hingga saat menjadi Menteri Sosial menjadi lumrah,

bahkan dianggap sebuah prestasi dalam pengurusan Muslimat NU. Khittah 1926

menjadi sebuah simbol yang tidak terimplementasi dengan baik, bahkan orang-

orang dalam NU sendiri sudah pesimis dengan komitmen khittah 1926.

Suburnya demokrasi di Indonesia mendorong kader-kader Muslimat NU

untuk ikut berkompetisi dalam politik. Keberadaan Khittah 1926 menjadi sebuah

batas bagi kader Muslimat NU untuk ambil peran dalam demokrasi. Apalagi

Page 84: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

72

keterlibatan Muslimat NU dalam politik memang menguntungkan bagi organisasi

dan kaum perempuan di Indonesia. Adanya keterlibatan Muslimat NU dalam

politik membantu untuk memperjuangkan hak perempuan melalui kebijakan-

kebijakan politik, serta membuka peluang besar untuk saling bersinergi dengan

lembaga pemerintahan dalam menjalankan programnya masing-masing.

Melihat realita, diperkuat dengan fakta bahwa jumlah perempuan ternyata

lebih banyak dari laki-laki, maka harus ada dukungan kebijakan yang pro dengan

perempuan. Kebijakan ini sulit terimplementasi jika keterwakilan permpuan

sedikit dalam memperjuangkan aspirasi tersebut. Oleh karena itu, khittah 1926

yang pada Orde Baru dapat dijadikan sebagai kontrol politik, namun saat ini

justru menjadi pembatas muslimat NU dalam berperan sebagai civil society.

Secara umum Muslimat NU sebagai sebuah organisasi memiliki komitmen

terhadap khittah 1926. Tetapi keterlibatan Ketua Umum PP Muslimat NU periode

2011-2014 dalam politik menunjukkan bahwa khittah 1926 tidak terimplementasi

dengan baik. Diperkuat dengan kenyataan bahwa demokratisasi saat ini menjadi

identitas utama, maka dalam mengambil peran dalam demokrasi, organisasi ini

harus berpolitik sehingga keputusan khittah 1926 kembali dipertanyakan. Dapat

disimpulkan bahwa keputusan khittah 1926 sudah tidak relevan diterapkan pada

era demokratisasi seperti sekarang.

Page 85: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

73

B. SARAN

Kenyataan bahwa praktik politik dari kader-kader Muslimat NU sulit

ditinggalkan, memberikan gambaran bahwa khittah 1926 dalam Muslimat NU

periode 2011-2014 belum dapat terimplementasi dengan baik. Hal ini juga

menunjukkan bahwa keputusan khittah 1926 sulit untuk disinkronisasikan dengan

sistem demokrasi yang diterapkan pada negara kita saat ini.

Oleh karena itu, salah satu saran terbaik dalam pengimplementasian khittah

1926 ialah mencoba untuk meninjau kembali keputusan khittah 1926. Peninjauan

ini dilakukan untuk menjawab perlu atau tidaknya khittah 1926 diterapkan dalam

negara dengan sistem demokrasi. Setelah itu, dapat ditegaskan posisi aturan

khittah 1926 secara tertulis, jelas dan rinci. Sehingga Muslimat NU dapat

mengimplementasi dan mengikuti keputusan tersebut dengan baik.

Page 86: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

xii

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Alaena, Badrun. NU: Kritisisme dan Pergeseran Makna Aswaja. Yogyakarta:

Tiara Wacana Yogya, 2000.

Ambardi, Kushridho. Mengungkap Politik Kartel: Studi tentang Sistem

Kepartaian di Indonesia era Reformasi. Jakarta: Penerbit KPG, 2009.

Baso, Ahmad. NU Studies: Pergolakan Pemikiran antara Fundamentalisme Islam

dan Fundamentalisme Neo-Liberal. Yogyakarta: LP3ES, 2010.

Bruinessen, Martin Van. NU: Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencari Wacana Baru.

Diterjemahkan oleh Farid Wajidi. Yogyakarta: LKiS, 1994.

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2008.

Feillard, Andree. NU vis-à-vis Negara. Yogyakarta: LkiS, 2009.

Haidar, M. Ali. Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fikih

dalam Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994.

Hanafie, Haniah dan Suryani. Politik Indonesia. Jakarta: LP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011.

Hersey, Paul dan Ken Blanchard. Manajemen Perilaku Organisasi:

Pendayagunaan Sumberdaya Manusia, 4th

ed. Penerjemah Agus Dharma.

Jakarta: Erlangga, 1986.

Hikam, Muhamad A.S.. Islam, Demokratisasi dan Pemberdayaan Civil Society.

Jakarta: Erlangga, 2000.

Hikam, Muhammad A.S.. Demokrasi dan Civil Society. Jakarta: Pustaka LP3ES,

1996.

J., Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosada

karya, 2004.

Karni, Asrori S.. Civil Society dan Ummah: Sintesa Diskursif “Rumah”

Demokras. (Jakarta: Logos, 1999.

Page 87: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

xiii

Ma’sum, Saifullah dan Ali Zawawi. 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat untuk

Bangsa dan Negara. Jakarta: PP Muslimat NU, 1996.

Marijan, Kacung. Quo Vadis NU: Setelah Kembali ke Khittah 1962. Jakarta:

Erlangga, 1992.

Martin, Roderick. Sosiologi Kekuasaan. Penerjemah Herry Joediono. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 1993.

Mulyana, Deddy. Metodeologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2001.

Noer, Deliar. Membincangkan Tokoh-Tokoh Bangsa. Bandung: Mizan, 2001.

PP Muslimat NU. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muslimat NU.

Jakarta: PP Muslimat NU, 2012.

Ridwan, Nur Khalik. NU dan Bangsa: Pergulatan Politik dan Kekuasaan.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.

Robbins, Stephen P.. Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi.

Penerjemah Jusuf Udaya. Jakarta: Arcan, 1994.

Sitompu, Einar Martahan. Nu dan pancasila: Sejarah dan Peranan NU dalam

Perjuangan Umat Islam di Indonesia dalam Rangka Penerimaan Pancasila

sebagai Satu-satunya Asas. Jakarta: Pustaka Sinar harapan, 1996.

Sudarmo, Indriyo Gito dan I Nyoman Sudita. Perilaku Keorganisasian.

Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1997.

Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 1996.

Ubaedillah, A. dan Abdul Rozak, ed.. Pendidikan Kewargaan (Civic Education):

Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE dan

Perdana Media Grup, 2008.

Zuhri, Saifuddin, dkk.. Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama. Jakarta: PP Muslimat

NU, 1979.

Page 88: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

xiv

Artikel/Jurnal/Laporan/Karya Ilmiah :

Fatamorgana, Inggriht. “Nahdlatul Ulama dan Pilkda Gubernur Jawa Timur,”

Jurnal Politik Indonesia. Vol 1 No.1. Juli-September 2012.

Hakim, Andi Ilman. “Komunikasi Politik Muslimat Nahdlatul Ulama Jawa Timur

(Studi Partisipasi Politik Perempuan Pada Pemilihan Gubernur Jawa

Timur Tahun 2013).” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya, 2014.

Laporan YKM NU Pusat Periode September 2014 – Maret 2015. Jakarta 1 April

2015.

Muhadjir Darwin, “Gerakan Perempuan di Indonesia dari Masa ke Masa,” jurnal

ilmu sosial dan ilmu politik 7 (Maret 2004): h. 283-284.

Munir, Misbakhul. “Peran Organisasi Perempuan dalam Mempengaruhi

Pembuatan Kebijakan Publik di Kabupaten Pemalang: Studi Kasus di

Pimpinan Cabang Musliat NU Kabupaten Pemalang.” Skripsi S1 Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, 2011.

Naskah Elektronik :

Chotib, Mochamad Nasrul. “Profil Khofifah Indar Parawansa.” Diunduh 7 Mei

2015 (http://profil.merdeka.com/indonesia/k/khofifah-indar-parawansa/)

Liauw, Hindra. “Sosok Mensoso Khofifah Indar Parawansa.” Diunduh 7 Mei

2014

(http://nasional.kompas.com/read/2014/10/26/1835034/Ini.Sosok.Mensos.K

hofifah.Indar.Parawansa)

Manalu, Eko. “Metodologi Penelitian.” Artikel diunduh pada 02 Desember 2014

(http://www.academia.edu/3160247/Metodologi_penelitian)

Pengurus Pusat Muslimat NU. “Bagian Pertama: Anggaran Dasar/Anggaran

Rumah Tangga Muslimat NU.” Artikel diunduh pada 27 Oktober 2014

(http://www.muslimatnu.or.id/index.php?option=com_content&view=articl

e&id=50&Itemid=57)

Setiawan, Ebta. “Kamus Besar Bahasa Indonesia.” Artikel diunduh pada 03

Desember 2014 (http://ebsoft.web.id/)

Wibowo, Efendi Ari. “Khofifah Indar Parawansa dari Jubir Jokowi Jadi Menteri

Sosial.” Diakses pada 17 Mei 2015

Page 89: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

xv

(http://www.merdeka.com/peristiwa/khofifah-indar-parawansa-dari-jubir-

jokowi-jadi-menteri-sosial.html)

Page 90: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

BUTIR-BUTIR PERTANYAAN WAWANCARA

Narasumber : Ibu Hj. Aisyah Hamid Baidlowi

Jabatan : Mantan Ketua Umum PP Muslimat NU

1. Ibu memimpin PP Muslimat NU dari periode tahun berapa hingga

tahun berapa ?

Saya memimpin Muslimat NU sebagai Ketua Umum selama 1 periode, yaitu dari

tahun 1995 sampai dengan tahun 2000. Namun selain Ketua Umum, saya sudah

aktif di Muslimat NU sejak tahun 1963 tepatnya pada periode kepemimpinan Ibu

Mahmudah Mawardi.

2. Dalam masa kepemimpinan Ibu di PP Muslimat NU, hal apa yang

mengesankan dan masih diingat hingga saat ini ?

Banyak yang mengesankan menurut saya, tapi ketika saya menjabat sebagai

Ketua Umum PP Muslimat NU saya mulai menerapkan kepemimpinan

colegial/periodisasi dan cara tersebut hingga saat ini masih digunakan. Masing-

masing ketua secara periodesasi kepemimpinan digilir setiap 6 bulan sekali, setiap

6 bulan PP Muslimat NU mengadakan rapat pleno untuk serah terima Ketua

Periodik. Saya ingin membagi pengalaman, kewenangan, dan tanggung jawab

pada yang lain. Sehingga tidak hanya satu orang yang memegang dan berkuasa.

3. Bagaimana pandangan Ibu mengenai Muslimat NU saat ini ?

Secara keseluruhan Muslimat NU saat ini mengalami kemajuan, meskipun

diberbagai hal masih banyak yang harus dibenahi oleh Muslimat NU. Sekarang

keterlibatan Muslimat NU lebih banyak pada program-program yang dilakukan

Page 91: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

oleh pemerintah (kerjasama dengan pemerintah secara MOU dan dilakukan

bersama-sama) dari pada program lainnya. Pada masa kepemimpinan saya, selain

bekerjasama dengan pemerintah, Muslimat NU juga menjalin kerjasama dengan

LSM-LSM dan lembaga asing.

4. Ketua Umum PP Muslimat NU sudah memasuki periode ke-3,

bagaimana sesungguhnya aturan main yang berlaku untuk hal

tersebut ?

Sampai dengan kepengurusan Ibu Khofifah di periode ke dua dalam AD masih

ada aturan batasan kepemimpinan Muslimat NU selama 2 periode. Namun,

menjelang periode ketiga aturan tersebut dirubah menjadi tidak ada batasan

kepemimpinan.

5. Jika ditinjau dari AD/ART ketentuan kepemimipinan PP

Muslimat NU hanya dua periode berturut-turut, bagaimana

pandangan Ibu tentang hal tersebut ?

Jadi pada awal mulanya, di masa kepemimpinan Ibu Mahmudah Mawardi sampai

dengan Ibu Asmah Syajhruni periode ke dua aturan kepemimpinan tidak ada

batasan. Kemudian menjelang periode ketiga kepemimpinan Ibu Asamah mulai

diberlakukan aturan batasan kepemimpinan selama 2 periode. Lalu kembali lagi

dirubah pada kepemimpinan Ibu Khofifah di periode ketiga menjadi tidak ada

batasan lagi hingga saat ini.

Menurut saya pribadi memang idealnya suatu kepemimpinan harus ada batasan,

sehingga tidak akan ada rasa kepemilikan dalam organisasi. Sehingga kita sadar

Page 92: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

dan tau bahwa ada batasan dalam memimpin, karena segala sesuatu memang

harus ada batasnya, bahkan umur manusia pun ada batasannya.

Semestinya ada, tidak mungkin tidak ada satupun orang yang bisa menggantikan

Ketua Umum dari sekian banyak ibu-ibu di Muslimat. Kalau mereka diberi

kesempatan pasti ada, tidak mungkin sebegitu banyak orang Muslimat tidak ada

yang bisa.

6. Sebagai orang yang pernah memimpin PP Muslimat NU, apa arti

Khittah NU 1926 dan bagaimana pengaruh terhadap Muslimt NU

menurut Ibu ?

Diberlakukannya khittah 1926 di Situbondo itu pada kepemimpinan Ibu Asamah.

Periode kepemimpinan saya dulu, kita berlakukan betul-betul nilai khittah 1926

itu, dengan aturan bahwa organisasi tidak terkait dengan partai politik serta urusan

politik masing-masing anggota adalah urusan pribadi bukan urusan organisasi.

Menjelang pemilu tahun 1996 saya mengeluarkan instruksi pada seluruh Cabang

bahwa Muslimat tidak terlibat dengan partai politik manapun. Kalaupun ada

individu Muslimat yang menyalurkan aspirasinya dalam partai politik

dipersilahkan, dengan catatan ia berangkat secara perorangan bukan dari

organisasi. PP Muslimat NU juga mendukung calon-calon yang diajukan oleh

partai politik dengan membuat surat kepada pihak partai politik untuk diberi ruang

calon-calon dari Muslimat untuk diberi kesempatan dalam pemilu dengan nomor

urut kecil. Rangkap jabatan sendiri tidak diperbolehkan hanya dalam struktur

kepengurusan, karena dikhawatirkan ada kepentingan. Namun dalam segi

keterlibatan secara individu sebagai anggota masih diperbolehkan.

Page 93: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

7. Lalu, apa pendapat Ibu mengenai keterlibatan Muslimat NU

dalam politik praktis ?

Seharusnya Muslimat NU sebagai institusi tidak boleh terlibat dengan politik

praktis. Ketua Umum tidak boleh melibatkan diri kemanan-mana, harus netral.

Kenapa banyak pimpinan wilayah dan cabang berpolitik, karena pimpinann

pusatnya juga begitu.

8. Adakah ketentuan-ketentuan Muslimat NU mengenai politik

praktis dalam AD/ART ?

Tidak ada, seperti halnya ada aturan tertulis dan tidak tertulis. Dalam aturan tidak

tertulis sendiri terdapat penerapan nilai khittah yang sebenarnya. Nilai khittah

yang sebenranya ialah tidak boleh membawa organisasi pada politik praktis, oleh

karena itu pembentukan PKB oleh Abdurahman Wahid itu pun menyalahi khittah

sebenarnya. Bahkan hingga kini Ketua Umum NU masih memiliki syahwat

politik yang tinggi, misal Hasyim Muzadi, Khofifah, Said Aqil, dan masih banyak

lagi.

9. Bagaimana tanggapan Ibu terhadap Ketua Umum PP Muslimat

NU yang pernah mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Jawa

Timur?

Kalau saya tidak jauh beda dengan sebelumnya, bahwa beliu masih punya sahwat

politik yang tinggi. Secara kebetulan dalam proses pencalonan beliau masih

memimpin Muslimat NU, jadi mau tidak mau Muslimat NU ikut terlibat di

dalamnya, seharusnya tidak boleh seperti itu.

Page 94: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

10. Bagaimana tanggapan Ibu mengenai keterlibatan Ketua PP

Muslimat NU sebagai juru bicara dalam kampanye politik

pasangan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kala?

Menurut saya sebetulnya tidak boleh, karena kita tidak terlibat politik praktis. Bila

seperti itu berarti Muslimat NU saat ini sudah tidak lagi menggunakan nilai

khittah 1926. Bahkan NU nya pun sudah jauh dari nilai khittah, seperti kenyataan

bahwa KH. Said Aqil yang masih selalu berpihak pada PKB. Jadi seolah-olah

PKB bagian dari NU padahal sudah lain.

11. Setelah Ketua Umum PP Muslimat NU menjabat sebagai menteri

sosial, apa tanggapan Ibu melihat hal tersebut?

Ada positif dan negatifnya, beliau sebagai Ketua Umum Muslimat NU dalma

kmentrian dapat terlibat untuk mensejahterakan bangsa termasuk warga Muslimat

NU di dalamnya. Keterlibatan Muslimat NU dalam masalah yang berkaitan

dengan politik akan lebih menonjol, mau tidak mau akan terbawa. Seandainya

menteri sosial tidak berhasil dalam kinerjanya, maka pasti akan berdampak juga

pada Muslimat NU.

12. Apa harapan Ibu untuk Muslimat NU di periode saat ini dan

periode mendatang kaitannya dengan perpolitikan di Indonesia?

Saya masih tetap beranggapan bahwa Muslimat NU jangan terlibat dalam politik

praktis. Sebab bagaimanapun juga yang seharusnya dijalankan oleh Muslimat NU

adalah politik kebangsaan yang berkaitan dengan mensejahterakan masyarakat,

mempersatukan masyarakat, mencegah terjadinya pecah belah di dalam bangsa

ini, saya inginnya Mulismat ke depan lebih banyak perhatian dalam hal yang

Page 95: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

fundamental yaitau menjaga akhlak dan moral bangsa yaitu dengan dakwahnya

yang ditingkatkan. Kelompok ibu-ibu muslimat harus mempehatikan keluarga,

memberi panutan, dan meningkatkan kwalitas keluarga. Karena anak merupakan

produk keluarga.

Jum’at, 13 Maret 2015

Page 96: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

BUTIR-BUTIR PERTANYAAN WAWANCARA

Narasumber : DR. Hj. Yani’ah Wardani, M.A.

Jabatan : Ketua VI PP Muslimat NU

1. Sejak kapan dan sudah berapa lama Ibu menjadi Pengurus PP

Muslimat NU ?

Saya sudah lima belas tahun duduk di Muslimat NU.

2. Posisi apa yang Ibu emban saat ini ?

Sebagai wakil ketua vii ibu khofifah, membidangi penelitian dan litbang.

3. Selama Ibu menjadi pengurus Muslimat NU, hal apa yang menarik

hingga saat ini ?

Banyak sekali di kepemimpinan ibu khofifah ini, bahkan dalam tiga periode

kepemimpinannya. Dalam hal ini yang membuat menarik adalah sosok Ibu

Khofifah yang memiliki banyak kesolehan sosial dan banyak menyapa umat.

Sebagai mantan menteri di peiode Gusdur, Ibu Khofifah banyak mengkaitkan

bidang-bidang di Muslimat dengan lembaga kementrian. Sehingga program-

program kementrian dapat tersalurkan kepada masyarakat di 33 provinsi di

Indonesia dengan baik. Banyak sekali program muslimat yang menolong rakyat

kecil yang notabene program tersebut juga didukung oleh lembaga kementrian

terkait. Jadi kesimpulannya, kementrian memiliki program dan Muslimat

memfasilitasi SDM.

Page 97: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

4. Bagaimana pendapat Ibu mengenai PP Muslimat NU saat ini ?

Bagus sekali dibawah kepemimpinan Ibu Khofifah saat ini, bahkan kadang

program Muslimat sebagai Badan Otonom justru melebihi organisasi NU sendiri.

5. Jika dilihat dari ketentuan dasar AD/ART menyebutkan bahwa ketua

umum terpilih hanya boleh menduduki posisi dua periode berturut-

turut, sementara Ketua Umum PP Muslimat NU saat ini sudah

memasuki periode ke-3, bagaimana Ibu melihat hal tersebut ?

Keputusan kongres di Lampung saat itu memutuskan bahwa kempemimpinan

Muslimat tidak terbatas. Bahkan menurut KH. Said Aqil Ibu Khofifah dapat

menjabat semaunya, hal ini menjelaskan bahwa Ibu Khofifah memang belum ada

tandinganya. Walaupun memang tidak semuanya baik dalam kepemimpinan

seperti itu, karena dapat memutus generasi. Tapi apa boleh buat, karena memang

belum ada orang lain yang dapat mengungguli beliau terutama dari relasinya.

Orang yang dapat mengungguli kecerdasannya mungkin ada, namun dari segi

kesolehan sosialnya ini beliau belum ada tandingannya. Bahkan kemarin saja,

sepulang dari India beliau membawa satu koper besar untuk oleh-oleh pimpinna

Muslimat di wilayah-wilayah. Sebesar itu perhatian beliau kepada masyarakat.

Beliau banyak menyapa umat dan orang yang sederhana. Sangat baik sebagai

pemimpin dengan kriteria seperti itu.

Page 98: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

6. Sebagai salah satu pengurus PP Muslimat NU, apakah arti khittah NU

1926 menurut Ibu ?

Menurut saya khittah 1926 itu sudah hanya dalam tulisan saja, kenyataanya sudah

tidak ada. Sekarang banyak yang orang-orang NU dan Banom-Banomnya yang

duduk di partai politik. Artinya bahwa khittah 1926 sudah tidak digubris lagi.

7. Sejauh mana pengaruh nilai khittah 1926 terhadap organisasi

Muslimat NU menurut Ibu ?

Banyak sekali orang-orang NU dan khusunya Muslimat NU yang duduk di partai

politik. namun pengaruh terhadap Muslimat dalam segi ini tidak ada. Sebaliknya,

keuntungan untuk Muslimat sendiri begitu besar. Karena orang-orang yang duduk

di parlemen selalu membantu muslimat secara berkala.

8. Apa pendapat Ibu mengenai keterlibatan Muslimat NU dalam politik

praktis?

Banyak dari NU dan Banomnya, bahkan di pemerintahan Jokowi sekarang ini

lebih dari 50% orang-orang NU ada di dalamnya. Mungkin karena sudah

dipercaya. Hanya tinggal meningkatkan kwalitasnya saja.

9. Sejauh yang Ibu ketahui, seperti apakah keterlibatan Muslimat NU di

politik praktis diatur dalam AD/ART ?

Sudah tidak diatur dalam AD/ART.

Page 99: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

10. Bagaimana tanggapan Ibu terhadap Ketua Umum PP Muslimat NU

yang pernah mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Jawa Timur

?

Saya merupakan salah satu tim suksesnya, dan itu bagus sekali. Karena sangat

banyak pertimbangan untuk Jawa Timur. Kalau saya yang terjun ke sana, Jawa

Timur itu ibarat Timur Tengah. Kenapa para Nabi di turunkan di Timur Tengah,

karena kondisi Timur Tengah yang justru tidak baik dan lebih banyak kejahatan.

Sama halnya dengan Jawa Timur, banyak Kiai-kiai besar di Jawa Timur tapi

tingkat kejahatan di Jawa Timur justru semakin tinggi. Maka bagus jika Ibu

Khofifah dapat memimpin Jawa Timur. Artinya bahwa ada Imam yang bagus

yang memang menegakkan syariat agama.

11. Bagaimana tanggapan Ibu mengenai keterlibatan Ketua PP Muslimat

NU sebagai juru bicara dalam kampanye politik Presiden Joko

Widodo dan Jusuf Kala ?

Semula kenapa Muslimat itu berpihak kepada Jokowi bukan Prabowo, ialah

karena ada Jusuf Kalla. Jusuf Kalla itu Imam masjid di NU, bahkan sebagai orang

yang kaya Jusuf Kala banyak memberikan zakatnya kepada Muslimat. Setiap Idul

Fitri, bertruk-truk Zakat Jusuf Kala yang diberikan ke Muslimat dan disalurkan ke

seluruh wilayah di Indonesia. Sehingga seperti itu, karena melihat Jusuf Kala

maka Muslimat mendukung Jokowi.

12. Setelah Ketua Umum PP Muslimat NU menjabat sebagai menteri

sosial, apa tanggapan Ibu melihat hal tersebut ?

Page 100: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

Sangat Baik, karena keberhasilan prestasi dia adalah keberhasilan Muslimat.

Kekayaan dia adalah kekayaan muslimat. Oleh karena itu, jika dia sejahtera maka

Muslimat juga sejahtera. Sampai saat ini banyak rapat-rapat di Muslimat yang

didanai oleh dana pribadi Ibu Khofifah sendiri, jiwa dan ruhnya itu ada di

Muslimat. Sehingga dia sangat mementingkan Muslimat. Jadi kita sangat

mendukung, apalagi Ibu Khofifah memang jiwanya adalah jiwa sosial jadi sangat

pas jika dia duduk dikementrian sosial.

13. Apa harapan Ibu untuk PP Muslimat NU di periode saat ini dan

periode mendatang kaitannya dengan perpolitikan di Indonesia ?

Harapannya ya karena ibu-ibu yang duduk di PP Muslimat adalah ibu-ibu yang

bisa diperhitungkan dengan berlatarbelakang dosen, politisi, ekonom, dokter

bahkan doktor juga banyak, maka harapan kedepan jika akan berpolitik carilah

politik yang bersih, yang jauh dari kekisruhan politik saat ini. Selain itu, harapan

kepada ibu-ibu yang dari Muslimat yang sudah duduk di parlemen hendaknya

bawalah aspirasi keislaman dan moralitas bangsanya sebagai pejuang wanita.

Karena dari zaman dahulu kala sudah banyak ibu-ibu yang sudah duduk di

anggota legislatif dengan memperjuangkan hak wanita. Sebagai ibu bangsa

memang sangat bagus jika di perpolitikan.

Rabu, 11 Maret 2015

Page 101: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

BUTIR-BUTIR PERTANYAAN WAWANCARA

Narasumber : Prof. Dr. Ismawati, M.Ag.

Jabatan : Ketua PW Muslimat NU Jawa Tengah

1. Sejak kapan dan sudah berapa lama Ibu menjabat sebagai Ketua PW

Muslimat NU Jawa Tengah ?

Menjabat sebagai ketua PW Jawa Tengah sudah 10 Tahun. Sebelumnya saya di

Kabupaten Kendal 15 Tahun.

2. Selama Ibu memimpin, kira-kira program apa saja yang menjadi

unggulan menurut Ibu ?

Ada 3 hal yang menjadi fokus utama dalam program Muslimat PW Jawa Tengah

yaitu Bidang Kesehatan, Pendidikan baik agama (dakwah) maupun umum, dan

Ekonomi.

3. Ketua Umum PP Muslimat NU sudah memasuki periode ke-3,

bagaimana sesungguhnya aturan main yang berlaku untuk hal

tersebut?

Memang telah disepakati kawan-kawan dari pengurus-pengurus PW yang

mewakili Kabupaten dan Kota bahwa Ibu Khofifah sebagai figur yang masih

perlu untuk dimunculkan kembali. Apalagi di AD/ART sudah tidak ada lagi batas

kepemimpinan.

Page 102: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

4. Jika ditinjau dari AD/ART, ketentuannya adalah ketua umum dipilih

dan boleh menduduki jabatan selama dua periode berturut-turut,

bagaimana pandangan Ibu tentang hal tersebut ?

Seperti sebelumnya bahwa di AD/ART saat ini sudah tidak ada lagi batasan

periode kepemimpinan. Walaupun dulu ada batasan kepemimpinan 2 periode,

namun kongres terakhir teman-teman baik pusat, wilayah maupun cabang tidak

sepakat dengan adanya batasan tersebut. Oleh karena itu, di kongres terakhir

aturan tersebut dihapuskan. Karena disamping tingkat pusat masih dibutuhkan

figur sentral seperti Ibu Khofifah, ternyata di kabupaten dan kota juga banyak

yang tidak memungkinkan dua kali periode dapat selesai. Maka atas dasar seperti

itu, usulan dari bawahlah yang menginginkan tidak ada batasan.

5. Sebagai Ketua PW Muslimat NU Jawa Tengah, apakah arti khittah

NU 1926 menurut Ibu ?

Secara kelembagaan memang tidak ada di satu lokus politik, walaupun orang-

orangnya bisa saja andil dalam politik. Nilai khittah yang sebenarnya adalah

mengingatkan kembali bahwa jamiyah NU beserta Banom-banomnya sebagai

lembaga jamiyah keagamaan bukan politik.

6. Sejauh mana pengaruh nilai khittah 1926 terhadap organisasi

Muslimat NU menurut Ibu ?

Memang implementasinya sudah banyak ditinggalkan orang-orang Muslimat,

namun orang-orang sekarang ini sudah mulai cerdas. Sudah mulai bisa

membedakan mana yang berangkat dari lembaga dan mana yang berangkat secara

perseorangan.

Page 103: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

7. Apa pendapat Ibu mengenai keterlibatan Muslimat NU dalam politik

praktis?

Sikap sami’na wa ato’na masih tetap melekat dalam muslimat NU. Politik praktis

memang sekarang menjadi pilihan, namun dari Muslimat sendiri masih

memandang siapa yang memimpin dan akan dibawa kemana kepemimpinan

tersebut.

8. Sejauh ini seperti apakah keterlibatan Muslimat NU dengan politik

praktis diatur dalam AD/ART ?

Diatur bahwa ketua tidak boleh dari partai politik, ketua yang ikut dalam partai

politik hanya boleh dalam tingkat anggota. Artinya bahwa tidak boleh ada

rangkap jabatan dalam Muslimat.

9. Bagaimana tanggapan Ibu terhadap Ketua Umum PP Muslimat NU

yang pernah mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Jawa Timur

?

Ya faktanyakan tidak terpilih. Jika saja kemarin terpilih menjadi Gubernur

mungkin akan lain ceritanya. Karena tidak mungkin Ketua PP Muslimat tinggal di

Jawa Timur. Pada dasarnya Allah sudah mengatur sedemikian rupa.

10. Bagaimana tanggapan Ibu mengenai keterlibatan Ketua PP Muslimat

NU sebagai juru bicara dalam kampanye politik Presiden Joko

Widodo dan Jusuf Kala ?

Tidak apa-apa, justru bagus Khofifah sebagai orang Muslimat yang berhadapan

langsung dengan masyarakat mampu menyalurkan aspirasi masyarakat kepada

calon presiden dan wakil presiden yang sekarang terpilih.

Page 104: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

11. Setelah Ketua Umum PP Muslimat NU menjabat sebagai menteri

sosial, apa tanggapan Ibu melihat hal tersebut ?

Saya menyaksikan langsung bagaimana Ibu Khofifah mampu menjalani kedua-

duanya. Dalam satu hari beliau mendatangi lebih dari 9 tempat pertemuan

kementrian sosial, namun disisi itu setiap beliau singgah tidak pernah lupa untuk

mampir ke cabang Muslimat terdekat. Artinya bahwa Ibu khofifah memang orang

yang luar biasa dan layak untuk diperhitungkan.

12. Apa harapan Ibu untuk PP Muslimat NU di periode saat ini dan

periode mendatang kaitannya dengan perpolitikan di Indonesia ?

Saya berharap Muslimat kedepan memandang politik bukan hanya sekedar

kekuasaan, namun adalah bagaimana mengambil manfaatnya untuk

mensejahterakan rakyat dan menomersatukan rakyat.

Senin, 23 Maret 2015

Page 105: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

BUTIR-BUTIR PERTANYAAN WAWANCARA

Narasumber : Dra. Hj. Umi Azizah

Jabatan : Ketua PC Muslimat NU Kabupaten Tegal

1. Sejak kapan dan sudah berapa lama Ibu menjabat sebagai Ketua

Umum Muslimat NU Cabang Kabupaten Tegal ?

Menjabat sebagai Ketua PC Kab. Tegal pada ahun 2005 sampai sekarang.

2. Selama Ibu memimpin, kira-kira program apa saja yang menjadi

unggulan?

Program utama yang konsisten dijalankan adalah bagaimana membangun

Muslimat NU menjadi sebuah organisasi yang mandiri. Artinya bahwa Muslimat

dapat mencukupi sendiri kebutuhan hariannya, sehingga dapat menemukan

kemerdekaan dalam sebuah sikap. Karena dari kemandirian ini yg akan membawa

kenyamanan dalam berorganisasi. Cara untuk mencapai kemandirian tersebut

ialah dengan penguatan konsolidasi internal dan membangun serta

memberdayakan jejaring yang ada. Dalam Muslimat NU banyak perangkat

Yayaysan dengan pengurus di dalamnya yang harus kuat sehingga mampu bekerja

dengan baik. Dari sikap ini akhirnya PC Muslimat Kab. Tegal telah memiliki

ribuan kelompok majlis ta’lim, ratusan sekolah dan lain-lain.

Page 106: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

3. Sebagai Ketua Muslimat NU Cabang Kab. Tegal, apakah arti khittah

NU 1926 menurut Ibu ?

Khittah 1926 merupakan keputusan organisasi untuk memisahkan diri dengan

partai politik dan kembali berkiprah sebagai organisasi sosial keagaam melalui

dakwah dan program sosial lainnya.

4. Sejauh mana pengaruh nilai khittah 1926 terhadap organisasi yang

Ibu pimpin saat ini ?

Pengaruhnya sangat baik, memberi kontrol terhadap organisasi.

5. Apa pendapat Ibu mengenai keterlibatan Muslimat NU dalam politik

praktis?

Secara kelembagaan Muslimat NU tidak terlibat dalam politik, hanya saja orang-

orang dalam Muslimat NU harus memiliki pilihan politik sebagai warga yang

bernegara.

6. Adakah ketentuan yang membolehkan Ibu sebagai Ketua Cabang

Kab. Tegal terjun dalam arena politik tersebut ?

Seacra kelembagaan kami harus netral dalam politik, akan tetapi karena kita hidup

dalam negara yang segala ssuatunya harus melalui jalur politik maka sebagai

masyarakat demokrasi justru diharuskan untuk memiliki pilihan politik.

7. Setelah Ibu menjabat sebagai wakil Bupati Tegal, apakah posisi ini

berpengaruh terhadap tanggung jawab Ibu dalam Muslimat NU ?

Banyak pengaruhnya, khusunya dalam merealisasikam program pemerintah.

Program-program pemerintah lebih cepat tersalurkan kepada masyarakat melalui

jaringan Muslimat NU yang lebih dekat dengan masyarakat. Apalahi orang-orang

Page 107: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

yang sbeleumnya belum mengenal muslimat NU menjadi ingin tahu yang

akhirnya ikut dalam muslimat NU.

8. Bagaimana cara Ibu membagi waktu dalam menjalankan dua

tanggung jawab sekaligus ?

Kegiatan-kegiatan Muslimat kebanyakan dilaksanakan di luar jam kerja saya, bisa

malam atau sore setelah kerja. Bahkan hari libur saya yaitu sabtu dan ahad saya

perioritaskan untuk kegiatan Muslimat.

9. Bagaimana pandangan Ibu melihat posisi Ketua Umum PP Muslimat

NU yang sudah memasuki periode ke-3 ?

Idealnya termasuk di cabang pun hanya dua periode, namun dengan adanya situasi

dan kondisi pada saat ini serta melihat Ibu Khofifah yang masih muda dan

dibuthkan oleh Muslimat serta beliau mampu menempatkan diri di Muslimat.

Meskipun dalam hal regenerasi kurang baik, namun melihat tantangan saat itu dan

saat ini masih membutuhkan sosok Khofifah sehingga saya tidak mampu

mempertahankan argumen. Apalagi proses pengkaderan organisasi yang non-

profit menjadi tantangan sendiri untuk menemukan bibit-bibit pemimpin yang

tepat.

10. Bagaimana tanggapan Ibu terhadap Ketua Umum PP Muslimat NU

yang pernah mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Jawa Timur

?

Itu merupakan ekspresi politik individu ibu Khofifah sebagai warga negara

11. Apa tanggapan Ibu mengenai keterlibatan Ketua PP Muslimat NU

sebagai juru bicara dalam kampanye politik Presiden Joko Widodo?

Page 108: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

Tidak masalah, sebatas itu berangkat melalui perseorangan sebagai Khofifah.

Bukan sebagai Ketua Muslimat.

12. Setelah Ketua Umum PP Muslimat NU menjabat sebagai menteri

sosial, apa tanggapan Ibu melihat hal tersebut ?

Bagus, artinya bahwa orang-orang dalam Muslimat NU mampu memperjuangkan

haknya dalam politik, asalkan tidak membawa organisasi dalam politik.

13. Apa harapan Ibu untuk PP Muslimat NU di periode saat ini dan

periode mendatang kaitannya dengan perpolitikan di Indonesia ?

Jumlah perempuan yang lebih banyak dari laki-laki harus didukung dengan

kebijakan pro perempuan. Kebijakan ini sulit diwujudkan ketika keterwakilan

perempuan sedikit. Oleh karena itu, selagi bukan atas nama organisasi perempuan

khususnya dalam Muslimat harus berjuang dalam mewujudkan kebijakan

perempuan.

Senin, 16 Maret 2015

Page 109: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

Wawancara dengan Ketua Umum PP Muslimat NU Periode tahun 1995 – 2000

Hj. Aisyah Hamid Baidlowi di Kantor Yayasan Sosial Kebayoran Baru – Jakarta

Selatan.

Page 110: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

Wawancara dengan Ketua PW Jawa Tengah -Prof. Dr. Ismawati, M. Ag- di Lab.

Fak. Dakwah UIN Wali Songo Semarang.

Wawancara dengan Ketua VI PP Muslimat NU DR. Yani’ah Wardani, M. A di

Fak. Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 111: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

Wawancara dengan Ketua PC Muslimat NU Kab. Tegal – Jawa Tengah -Dra. Umi

Azizah- yang saat ini menjabat sebagai Wakil Bupati Kabupaten Tegal, di Kator

Pemda Kab.Tegal.

Page 112: NAHDLATUL ULAMA (NU) DI ERA REFORMASI STUDI TENTANG … · semangat juangnya melawan penjajah, pasca kemerdekaan Indonesia, saat Wakil Presiden Indonesia Moh. Hatta menandatangani

Serah terima Ketua Periodik Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU (YKM NU) di

kediaman Ibu Ida Salahuddin Wahid.

Foto bersama pengurus YKM NU Pusat.