my part job of group on risk management

26
BAB VI RISIKO OPERASIONAL A. Pendahuluan Risiko Operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, atau faktor lain. Risiko operasional bisa terjadi pada dua tingkatan: teknis dan organisasi. Pada tataran teknis, risiko operasional bisa terjadi apabila sistem informasi, kesalahan mencatat, informasi yang tidak memadai, dan pengukuran risiko tidak akurat serta tidak memadai. Pada tatanan organisasi, risiko operasional bisa muncul karena sistem pemantauan dan pelaporan, sistem dan prosedur, serta kebijakan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Menurut Bramantyo, 2008. Risiko Operasional bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: - Manusia (SDM) - Teknologi - Sistem dan Prosedur - Kebijakan - Struktur Organisasi B. Risiko SDM Sumber daya manusia (SDM) merupakan asset penting, bahkan asset terpenting dalam perusahaan. Apalagi bagi perusahaan jasa. Semakin tinggi komponen jasa yang ditawarkan perusahaan, semakin tinggi nilai dan peran SDM. Nilai SDM dalam perusahaan manufaktur mie kalah dibandingkan dengan nilai SDM dalam restoran yang menjual mie. Bagi perusahaan manufaktur, produk berupa barang yang paling utama untuk ditawarkan ke pembeli. Bagi restoran, bukan saja barang berupa mie yang telah dimasak yang paling penting, tetapi berbagai betuk jasa justru yang mampu member nilai tambah tinggi. Tidak mengehrankan bila sebuah rumah makan menjual makanan dan minuman dengan harga murah karena yang ditawarkan lebih pada makanannya.

Upload: febrian-nugraha-rosyadi

Post on 30-Jun-2015

195 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: My Part Job of Group on Risk Management

BAB VI

RISIKO OPERASIONAL

A. PendahuluanRisiko Operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak

berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, atau faktor lain. Risiko operasional bisa terjadi pada dua tingkatan: teknis dan organisasi. Pada tataran teknis, risiko operasional bisa terjadi apabila sistem informasi, kesalahan mencatat, informasi yang tidak memadai, dan pengukuran risiko tidak akurat serta tidak memadai. Pada tatanan organisasi, risiko operasional bisa muncul karena sistem pemantauan dan pelaporan, sistem dan prosedur, serta kebijakan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Menurut Bramantyo, 2008. Risiko Operasional bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:- Manusia (SDM)- Teknologi- Sistem dan Prosedur- Kebijakan- Struktur Organisasi

B. Risiko SDMSumber daya manusia (SDM) merupakan asset penting, bahkan asset terpenting dalam

perusahaan. Apalagi bagi perusahaan jasa. Semakin tinggi komponen jasa yang ditawarkan perusahaan, semakin tinggi nilai dan peran SDM. Nilai SDM dalam perusahaan manufaktur mie kalah dibandingkan dengan nilai SDM dalam restoran yang menjual mie. Bagi perusahaan manufaktur, produk berupa barang yang paling utama untuk ditawarkan ke pembeli. Bagi restoran, bukan saja barang berupa mie yang telah dimasak yang paling penting, tetapi berbagai betuk jasa justru yang mampu member nilai tambah tinggi. Tidak mengehrankan bila sebuah rumah makan menjual makanan dan minuman dengan harga murah karena yang ditawarkan lebih pada makanannya. Sementara restoran lain mampu menjual makanan dan minuman yang sama dengan harga jauh lebih tinggi karena yang ditawarkan bukan sekedar makanan atau minuman, tetapi juga cara penyajian, suasana, keramahan, dan produk jasa lainnya. Semua jasa tersebut sangat bergantung pada SDM perusahaan yang bersangkutan.

C. Keberhasilan Pengelolaan SDMBagaimana menilai keberhasilan pengelolaan asset SDM? Untuk menilai keberhasilan, anda

harus melihat kepada karyawan itu sendiri, baik melihat karyawan secara individu maupun kelompok. Menurut Bramantyo, 2008. Ada lima indikator keberhasilan pengelolaan SDM:

1. Tingkat ProduktivitasSemakin tinggi tingkat produktivitas semakin baik tingkat keberhasilan pengelolaan

SDM. Tentu saja, produktivitas tidak hanya bergantung pada keberadaan SDM, tetapi juga faktor lain, misalnya sarana dan prasarana kerja. Oleh karena itu, tingkat produktivitas yang

Page 2: My Part Job of Group on Risk Management

baik perlu dilihat dengan menggunakan patokan atau benchmark terhadap perusahaan lain dan dengan melihat pertumbuhan tingkat produktivitasnya.

2. Tingkat Perputaran KaryawanSemakin rendah tingkat perputaran karyawan (turnover) berarti pengelolaan SDM

semakin baik. Terlalu seringnya karyawan mengundurkan diri dari perusahaan mengindikasikan ketidakmampuan perusahaan dan karyawan memenuhi masing-masing keinginan mereka. Pada dasarnya, karyawan melakukan transaksi pertukaran (transaction of exchange) perusahan. Perputaran karyawan yang ti nggi mengindikasikan adanya komponen dalam kesepakatan transaksi tersebut tidak dapat dipenuhi.

3. Tingkat MangkirSemakin tinggi tingkat mangkir (absentism) berarti semakin rendah kualitas pengelolaan

SDM. Ada banyak factor yang menyebabkan kemangkiran karyawan. Hal ini juga sejalan dengan masalah tingkat perputaran karyawan yang tinggi. Selama kedua pihak tidak dapat memenuhi transaksi pertukaran, suasana kerja akan menjadi rusak. Tingkat mangkir yang tinggi merupakan akibat dari rusaknya suasana tersebut.

4. Tingkat KepuasanTingkat kepuasan juga menjadi ukuran yang penting dalam pengelolaan SDM. Setiap

karyawan, dalam membuat transaksi pertukaran dengan perusahaan, memiliki ekspektasi. Pencapaian tersebut menjadi sumber kepuasan karyawan.

5. Tingkat Kewargaan karyawanKewargaan karyawan (employment citizenship) merupakan ukuran seberapa jauh seorang

karyawan menunjukan sikap dan perilakunya sebagai warga perusahaan yang baik. Persyaratan warga yang baik adalah memenuhi transaksi pertukaran sebaik mungkin. Dalam konsep transaksi pertukaran, karyawan dapat menganggap perusahaan sebagai pelanggan yang setia membeli jasa berupa kompetensi. Sebagai imbalan, perusahaan memenuhi kesepakatan yang tersurat dan tersirat dalam transaksi pertukaran. Sebagai pemasok kompetensi yang baik, karyawan perlu memaksimalisasi manfaat jasa bagi perusahaan. Harapannya, perusahaan juga memaksimalisasi nilai transaksi kepada karyawan. Semakin baik karyawan memenuhi transaksi, semakin baik pengelolaan SDM dalam perusahaan.

Pencapaian kelima indikator di atas bisa mengalami hambatan karena adanya risiko yang dihadapi oleh karyawan. Semakin tinggi tingkat eksposur karyawan terhadap risiko, semakin sulit pencapaian tingkat pengelolaan SDM yang baik. Semakin tinggi tingkat risiko, semakin besar diskon yang dilakukan SDM terhadap setiap hasil, baik tingkat produktivitas, perputaran karyawan, tingkat mangkir, kepuasan, dan kewargaan karyawan. Misalnya, dua orang karyawan yang mendapatkan gaji Rp 1 juta perbulan bisa memiliki kepuasan berbeda hanya karena tingkat eksposur terhadap risiko yang berbeda. Karyawan yang bekerja dengan risiko yang tinggi akan mendapatkan kepuasan yang lebih rendah dibandingkan dengan karyawan yang bekerja dengan tingkat risiko yang rendah pada gaji yang sama. Itu berarti, karyawan yang menghadapi risiko tinggi mendiskonto tingkat kepuasan. Ti ndakan mendiskonto dilakukkkan terhadappp semua indikator di atas, yaitu tingkat produktivitas, perputaran karyawan, mangkir, kepuasan, dan kewargaan karyawan.

Page 3: My Part Job of Group on Risk Management

D. Kepentingan ManajemenMenurut Bramantyo, 2008. Ada beberapa kepentingan manajemen dalam mengelola risiko yang

terkait dengan SDM. Beberapa kepentingan tersebut antara lain:1. Efisiensi Biaya

Kegagalan mengelola SDM bukan saja berarti ketidakberhasilan mencapai keempat indikator di atas dengan baik, tetapi juga terjadi pemborosan biaya. Eksposur SDM sering dikaitkan dengan kecelakaan, yang menimbulkan cacat dan kematian. Keduanya menurunkan produktivitas karyawan. Demikian juga dengan tingkat kemangkiran dan keluar-masuknya karyawan. Perusahaan menanggung biaya tidak langsung, yang berupa hilangnya kesempatan untuk memanfaatkan potensi karyawan.

2. Tanggung Jawab PerusahaanManajemen perlu menunjukan tangung jawabnya bagi karyawan sehingga mereka

mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi. Kesejahteraan yang baik, sistem dan sarana kerja yang memadai, kenyamanan kerja, dan hal-hal lain yang mendukung produktivitas dan suasana kerja merupakan bagian dari tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan.

3. Masalah LegalDalam beberapa hal, bukan saja semata-mata tanggung jawab perusahaan terhadap

karyawan sehingga perusahaan melakukan sesuatu terhadap karyawan. Persyaratan hokum juga menjadi pertimbangan penting. Peraturan yang secara ketat mengatur perusahaan, antara lain, menyangkut kesehatan dan keselamatan karyawan, terutama upah minimum dan pensiun. Setiap wilayah di Indonesia mempunyai standar upah minimum regional. Demikian juga dengan dana pensiun iuran pasti.

4. Imej KorporatImej korporat (corporate image) yang baik seringkali merupakan hasil dari pengelolaan

SDM yang baik. Yang sering menjadi alat utama dalam mengelola SDM berkaitan dengan kesejahteraan. Tetapi selain itu, ada beberapa faktor selain kesejahteraan yang mengungkit imej korporat, misalnya kebebasan berinovasi, hubungan antar karyawan, dan nilai-nilai perusahaan yang dianut dan dikembangkan perusahaan.

E. Pengukuran Eksposur SDMPengukuran eksposur SDM, seperti halnya ukuran eksposur lainnya. Terdiri dari dua dimensi:

kemungkinan risiko menjadi kenyataan sehingga berdampak pada eksposur dan besarnya dampak apabila risiko tersebut benar-benar terjadi.

Menurut Bramantyo, 2008. Kemungkinan atau probabilitas kejadian risiko terdiri dari beberapa jenis:

- Kondisi SDM yang bersangkutan,

- Kondisi sistem dan sarana, dan

- Kondisi pasar tenaga kerja.

Page 4: My Part Job of Group on Risk Management

Menurut Bramantyo, 2008. Dampak terhadap eksposur bisa diukur berdasarkan dimensi:

- Potensi kerugian,

- Tambahan biaya, dan

- Pemenuhan kebutuhan.

Menurut Bramantyo, 2008. Kemungkinan kejadian risiko yang berkaitan dengan kondisi SDM terdiri dari: kemungkinan rendahnya tingkat kesehatan, kemungkinan tingkat kematian, dan pengaruh usia.

1. Rendahnya Tingkat KesehatanRendahnya tingkat kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Oleh karena itu, analisis

atau pengukuran tingkat kesehatan dan penyebabnya merupakan hal yang kompleks. Sebagai contoh, tingkat kesehatan dipengaruhi oleh kondisi atau kebersihan kerja. Karyawan yang bekerja di lokasi yang bersih cenderung memiliki tingkat kesehatan yang baik. Karyawan yang bekerja dalam lingkungan yang penuh dengan polusi udara, suara, dan lainnya. Cenderung tidak sehat. Rasanya pernyataan tersebut terlalu normatif. Sekalipun demikian, tidak gampang menguantifikasi kemungkinan terjadi penurunan kesehatan sebagai akibat kondisi kerja.

Selain kondisi kerja, rendahnya tingkat kesehatan juga dipengaruhi oleh suasana kerja. Suasana yang tidak sehat bias menimbulkan tekanan. Akibatnya, karyawan mendapat tekanan secara psikologis dan berakibat pada kesehatan, baik fisik maupun psikis.

Kondisi kesehatan yang paling buruk adalah jika karyawan sampai mengalami kecelakaan hingga cacat. Semakin tinggi tingkat kecelakaan dan tingkat cacat, semakin buruk pengelolaan SDM di perusahaan yang bersangkutan.

Rendahnya tingkat kesehatan juga bias diindikasikan oleh akses ke pusat kesehatan. Oleh karena itu, banyak perusahan mengembangkan klinik yang bertujuan untuk mempermudah akses karyawan untuk mendapat perawatan. Harapannya, pengawasan dan penanggulangan masalah kesehatan dapat dilakukan dengan cepat dan efisien.

2. Tingkat KematianTingkat kematian tidak selalu dikaitkan dengan kondisi perusahaan tertentu. Tidak bias

dipungkiri bahwa perusahaan yang ceroboh bias menyebabkan tingkat kematian yang tinggi bagi karyawan nya. Tetapi hal tersebut jarang terjadi.Tingkat kematian terkait dengan tingkat kesehatan secara nasional. Misalnya, rata-rata kematian laki-laki Indonesia pada usia sekitar …. Sedangkan wanita pada usia …. Tahun.

3. Pengaruh UsiaProduktivitas dan perilaku manusia mengalami siklus berkaitan dengan usia. Usia antara

30 sampai 45 tahun dianggap sebagai usia paling produktif. Pada usia di bawah 30 tahun, karyawan masih dalam proses belajar. Lebih banyak waktu untuk belajar dibandingkan dengan waktu kerjanya. Pada usia di atas 45 tahun, karyawan mengharapkan tingal “panen” hasil jerih payah sebelumnya.

Page 5: My Part Job of Group on Risk Management

Hubungan antara usia dengan produktivitas bervariasi menurut jenis pekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan stamina dan fisik sangat tergantung pada usia. Berbeda dengan pekerjaan yang menuntut mental, pemikiran, dan pengalaman, justru semakin banyak usia biasanya semakin baik. Tetapi, tentunya diimbangi dengan kemauan yang bersangkutan untuk selalu belajar.

4. Sistem dan SaranaSistem dan sarana kerja mempengaruhi pencapaian keempat ukuran keberhasilan di atas.

Di satu sisi, sistem dan sarana membantu karyawan mencapai kebutuhannya. Ada beberapa konsep mengenai kebutuhan. Uraian mengenai kebutuhan disampaikan pada bagian berikut dalam bab ini. Secara prinsip, di sini hanya ingin disampaikan bahwa pemenuhan kebutuhan berdampak pada dua hal: peningkatan motivasi dan peningkatan kepuasan. Sistem dan sarana yang berhasil meningkatkan motivasi adalah sistem dan sarana yang bias meningkatkan produktivitas karyawan. Bagi karyawan sendiri terasa peningkatannya dan bagi perusahaan terjadi dampak peningkatan kinerja. Berbeda sistem dan sarana yang mampu meningkatkan kepuasan. Peningkatan kepuasan menyebabkan karyawan tidak mengeluh, tidak keluar kerja, tidak mangkir, tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan kerja. Sistem dan sarana yang baik juga perlu untuk mendukung kelancaran pekerjaan. Terkait dengan produktivitas di atas, kinerja karyawan kadang-kadang rendah karena kurangnya sistem yang mendukung dan sarana kerja yang memadai.

5. Kondisi Pasar Tenaga KerjaKondisi pasar tenaga kerja ikut mempengaruhi pencapaian kinerja pengelolaan SDM.

Resesi ekonomi misalnya, berdampak pada dua sisi yang bertentangan pada karyawan. Di satu sisi, resesi ekonomi menyebabkan peningkatan tingkat pengangguran. Dalam kondisi seperti ini, pasar tenaga kerja menjadi sangat kompetitif. Tentunya, manajemen mengharapkan karyawan menjadi semakin produktif dengan semakin giat bekerja. Tidak produktif akan mudah tersingkir. Dorongan perilaku produktif seperti itu akan menguntungkan perusahaan. Tetapi di sisi lain, resesi juga berarti turunnya daya beli masyarakat, termasuk daya beli karyawan. Konsumsi menurun berakibat pada tidak lakunya produk. Peningkatan produktivitas menjadi tidak perlu.

Lebih parah lagi, karyawan justru dihantui oleh ketakutan kemungkinan PHK akibat resesi. Keadaan ini justru bisa menyebabkan kondisi kerja menjadi tidak terlalu kondusif.

Yang menjadi perhatian perusahaan tentu saja bukan pengangguran sukarela, apabila ada beberapa karyawan menghendaki. Yang dimaksudkan dengan pengangguran sukarela adalah keadaan tidak bekerja karena keinginan yang bersangkutan. Pengangguran jenis kedua yang juga tidak terlalu bermasalah bagi perusahaan adalah pengangguran friksional. Seseorang menganggur dalam kategori ini apabila dia keluar dari pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan lain. Pengangguran jenis ketiga, pengangguran musiman (atau siklis) terjadi karena perubahan kondisi ekonomi yang menyebabkan menurunnya kebutuhan tenaga kerja. Pengangguran jenis keempat, pengangguran structural atau teknologi, terjadi karena kehalian karyawan atau pencari kerja tidak lagi cocok dengan tuntutan pekerjaan yang ditawarkan pasar tenaga kerja.

Page 6: My Part Job of Group on Risk Management

Pengangguran jenis pertama dan kedua, yaitu sukarela dan friksional, tidak terlalu menimbulkan masalah bagi perushaan. Maksudnya, bila ada karyawan yang keluar karena sehingga menjadi pengangguran dalam kategori tersebut, biasanya keluar dengan baik-baik dan tidak menimbulkan masalah. Berbeda dengan keluarnya karyawan sehingga menjadi pengangguran dalam bentuk dua kategori terakhir, musiman atau structural. Mereka pada dasarnya tidak ingin keluar. Pemutusan hubungan kerja karena alasan salah satu dari kedua hal tersebut menimbulkan berbagai masalah. Keresahan karyawan serta konflik perburuhan sering terjadi dalam hal dua jenis pengangguran tersebut.

Namun, perusahaan tetap perlu mencatat, apapun bentuk PHK dan menimbulkan seseorang mengangur, tetap ada biaya yang harus ditanggung perusahaan. Paling tidak, ada dua jenis biaya: langsung dan tidak langsung. Biaya langsung berupa pesangon yang harus diberikan kepada karyawan yang di PHK. Biaya tidak langsung berupa usaha untuk mendapatkan dan membina karyawan baru sehingga dia paling tidak, memiliki kompetensi yang setara dengan karyawan yang keluar.

F. Dampak RisikoTelah diuraikan di bagian depan, ada lima ukuran keberhasilan pengelolaan SDM: tingkat

produktivitas, tingkat perpututaran karyawan, tingkat mangkir, tingkat kepuasan, dan tingkat kewargaan karyawan.

Perusahaan sebenarnya dapat menggunakan kelima hal tersebut sebagai eksposur. Dengan eksposur ini, perusahaan perlu menetapkan ukuran eksposur dari setiap eksposur tersebut sehingga perusahaan dapat mengukur, besarnya dampak bila risiko benar-benar terjadi.

Namun kadang-kadang perusahaan lebih suka menggunakan ukuran eksposur dalam bentuk Rupiah selama bisa dirupiahkan. Oleh karena itu, sebagai alternative, ada tiga pendekatan dalam merupiahkan risiko. Pertama, perusahaan dapat menggunakan ukuran besarnya kehilangan pendapatan bila suatu risiko terjadi. Misalnya, berapa besarnya penurunan penjualan bila tenaga pemasaran mengalami kecelakaan dan tidak dapat mengunjungi klien? Berapa besar penurunan penjualan bila terjadi kemacetan proses produksi akibat penyumbatan proses (bottle neck)? Kedua, perusahaan dapat menggunakan ukuran biaya yang harus dikeluarkan untuk mengembalikan kondisi akibat risiko. Misalnya, berapa biaya yang harus ditanggung untuk memperbaiki mobil, bila terjadi kecalakaan? Berapa biaya yang dikeluarkan untuk merekrut karyawan baru sampai memiliki kualitas yang sama dengan karyawan yang keluar? Ketiga, perusahaan dapat menggunakan premi asuransi sebagai ukuran. Yang ini dapat digunakan untuk resiki-risiko yang dapat diasuransikan.

G. Risiko AsetPada umumnya, risiko aset berupa risiko murni. Perusahaan menghadapi kemungkinan

kehilangan nilai atau kerugian bila aset yang bersanggkutan mengalami risiko. Tetapi, tidak akan

mengalami penambahan nilai akibat risiko yang menimpa aset yang bersangkutan.

Page 7: My Part Job of Group on Risk Management

Berkaitan dengan risiko, (menurut djohanputro, 2004, dalam Bramantyo, 2008). aset dapat

dikelompokan berdasarkan empat cara pandang sebagai berikut :

1. Kelas Aset

Dalam ilmu manajemen aset, aset dikelompokan kedalam dua kelompok yaitu, aset

bergerak dan aset tidak bergerak. Kedua kelompok aset ini memiliki karakteristik yang

sangat berbeda terlihat dari nama pengelompokan aset tersebut. Suatu aset yang tertancap

kedalam tanah dan sifatnya menetap merupakan aset tidak bergerak. Pernyataan mengenai

aset tidak bergerak ini sesuai dengan pernyataan djohanputro (2004) yaitu aset tidak

bergerak adalah tanah dan aset lain yang tertanam dan melekat di tanah sehingga tidak dapat

bergerak atau berpindah tempat. Tanah, bangunan, barang-barang yang melekat permanen

pada gedung, rel kerata api, halte bis, kotak pos, tiang pemancar, tiang listrik, bendungan

dan mesin produksi dapat dikatakan aset yang tergolong aset tidak bergerak karena

karakteristik dari aset-aset tersebut sesuai dengan pernyataan mengenai aset tidak bergerak.

Pengertian dari aset bergerak merupakan kebalikan dari pengertian aset tidak bergerak

yaitu aset atau kekayaan perusahaan yang tidak melekat atau tertanam di tanah sehingga

dapat berpindah-pindah. Contoh dari aset bergerak ini adalah kendaraan bermotor,

perhiasan, uang tunai dan sebagainya.

Masing—masing kelompok atau jenis aset memiliki tngkat risiko yang berbeda. Dalam

beberapa aspek, aset bergerak memiliki risiko yang lebih tinggi dari pada aset tidak

bergerak. Misalnya, kemungkinan kehilangan aset bergerak jauh lebih tinggi dari

kemungkinannya untuk aset tidak bergerak.

2. Penyebab Eksposur

Ada beberapa jenis penyebab suatu aset menghadapi risiko. Penyebab pertama berupa

fisik. Penyebab fisik berkaitan dengan hal-hal atau kejadian-kejadian yang secara langsung

terkai dengan keadaam fisik. Misalnya, gempa bumi menyebabkan hancurnya bangunan.

Kebakaran menyebabkan hilangnya nilai suatu aset. Kecelakaan menyebabkan rusaknya

atau hilannya nilai kendaraan.

Penyebab kedua berupa social. Kerugian terjadi karena tindakan atau ulah seseitaorang

atau sekelompok orang. Termasuk di dalamnya adalah kerugian akibat pencurian,

perampokan dan penjarahan. Selain hal-hal tersbut, kelalaian dan kecerobohan juga

termasuk sebagai penyebab eksposur aset.

Page 8: My Part Job of Group on Risk Management

Penyebab ketiga berupa lingkungan. Lingkungan berkaitan dengan hal-hal di luar fisik

dan orang. Termasuk di dalamya adalah lingkungan politik, pemerintahan, ekonomi, dan

pasar. Termasuk lingkungan pasar antara lain pergerakan nilai tukar dan suku bunga.

Lingkungan ekonomi secara umum misalnya pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi.

Lingkungan peraturan misalnya berkaitan dengan perubahan perundang-undangan dan

peraturan penggunaan suatu kawasan utnuk tjuan tertentu.

3. Dampak Akibat

Suatu risiko bisa menyebabkan dampak langsung, tidak langsung, dan dampak waktu.

Dampak langsung berarti suatu kejadian dapat secara langsung berpengaruh pada kerugian

nilai suatu asset. Gempa bumi secara langsung berakibat kerusakan suatu gedung dan

nilainya.

Ada juga risiko yang mengakibatkan kerugian tidak langsung. Rusaknya kendaran

menyebabkan perusahaan harus menggunakan taksi yang mengakibatkan kenaikan biaya.

Rusaknya mesin memaksa perusahaan membeli produk dari pihak lain untuk memenuhi

kebutuhan permintaan hari itu. Matinya listrik di kantor menyebabkan aktivitas kantor

terhenti sehingga banyak urusan tertunda.

Selain itu, ada yang dikenal dengan dampak elemen waktu, yaitu dampak masa dating

akibat terjadinya risiko. Dampak elemen waktu terkadang agak susah dibedakan dari

dampak tidak langsung. Yang membedakan keduanya adalah, dampak elemen waktu

berkaitan dengan akibat jangka panjang, sedangkan dampak tidak langsung, berkaitan

dengan akibat jangka pendek (sesaat) akibat tidak berfungsinya suatu asset. Dampak elemen

waktu, terdiri dari dampak penurunan pendapatan dan dampak peningkatan biaya. Sebuah

perusahaan penyewaan kendaraan, kehilangan pendapatan sewa apabila mobil sewa

mengalami kecelakaan. Supermarket yang mengalami penjarahan berakibat terhentinya

operasi supermarket yang bersangkutan. Rusaknya instalasi perkantoran berdampak

terhentinya aktivitas kantor untuk beberapa saat. Rusaknya suatu asset yang tercantum di

dalam suatu kontrak menyebabkan pembatalan kontrak. Ini berarti perusahaan kehilangan

pendapatan dari kontrak, sekaligus perusahaan menangung biaya kontrak yang tidak dapat

dikembalikan.

4. Kepentingan AsetPihak yang berkepentingan dengan asset ikut menentukan tingkat dan jenis risiko yang

terkait dengan suatu asset tertentu. Ada asset yang menjadi hakl pemilik. Bagi sebuah CV

Page 9: My Part Job of Group on Risk Management

Menilai Risiko Aset Berwujud

Nilai Buku

Nilai Pasar

Nilai Penggantian

Nilai Penggantian Baru Dengan Penyesuaian

atau Firma, seluruh asset perusahaan merupakan kepentingan pemilik. Selain pemilik, banyak pihak lain yang berkepentingan atas asset.

Kreditur sangat berkepentingan atas asset perusahaan. Yang pertama menjadi kepentingannya adalah asset yang menjadi kolateral atau jaminan. Namun, asset selain kolateral, juga berada dalam pengawasan kreditur. Perjanjian pinjam meminjam biasanya memasukan unsur yang mengikat antara pihak kreditur dengan perusahaan selaku debitur. Termasuk di dalamnya adalah batasan penggunaan kas perusahaan misalnya, kreditur membatasi pembayaran dividen dari kas perusahaan ke pemegang saham sampai dipenuhinya kewajiban ke pemegang saham. Atau kreditur menggunakan beberapa rasio keuangan sebagai indikator kesehatan debitur dan sekaligus sebagai pembatas gerak debitur dalam menggunakan asset perusahaan.

H. Penilaian Risiko Aset BerwujudAda beberapa cara menilai eksposur asset: nilai buku, nilai pasar, nilai penggantian baru, dan

nilai penggantian baru dengan penyesuaian.1. Nilai Buku

Nilai buku merupakan nilai asset sesuai dengan yang tercantum dalam laporan keuangan. Nilai eksposur mesin, misalnya, sebesar nilai buku yang tertera dalam neraca perusahaan. Demikian juga dengan nilai tanah, gedung dan asset lainnya.

(Gambar, Menilai Risiko Asset Berwujud)

Penilaian seperti ini merupakan cara yang paling mudah, tetapi paling tidak akurat. Mengapa? Nilai buku tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya. Misalnya, perusahaan membeli sebidang tanah dengan luas 1 hektar, 20 tahun yang lalu dengan harga Rp 10.000,-

Page 10: My Part Job of Group on Risk Management

per m2, maka nilainya sebesar Rp 200 juta. Nilai tersebut tidak mencerminkan eksposur yang sebenarnya karena nilai tanah sudah berubah selama 20 tahun yang lalu.

2. Nilai PasarUntuk mengoreksi ketidak akuratan penggunaan nilai buku, perusahaan dapat

menggunakan nilai pasar. Nilai ini mencerminkan kekayaan yang sesungguhnya. Artinya, jika perusahaan menjual asset yang bersangkutan saat ini, sejumlah nilai tersebut lah uang yang akan diterima perusahaan. Namun, data pasar terbatas. Tidak semua asset memiliki data atau harga pasarnya. Nilai pasar akan tersedia di pasar kalau harta yang bersangkutan pernah diperdagangkan dalam waktu yang belum terlalu lama. Atau paling tidak ada asset yang sejenis yang diperdagangkan akhir-akhir ini. Ketiadaan transaksi tersebut menyulitkan analisis berdasarkan data pasar.

3. Nilai Penggantian BaruSebagai alternative, perusahaan dapat menggunakan penggantian baru sebagai eksposur.

Maksudnya, perusahaan dapat menghitung beberapa harga dari asset yang bersangkutan bila dibuat saat ini denganspesifikasi asset saat ini. Misalnya, sebuah gedung dibangun 10 tahun yang lalu seluas 1.000 m2. Penghitungan nilai baru berarti berapa biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi asset yang bersangkutan sehingga memiliki kemampuan ekonomis yang sama dengan gedung tersebut dengan umur 10 tahun.

4. Nilai Penggantian Baru Dengan PenyesuaianMenurut cara ini, perusahaan menghitung biaya pengadaan asset yang bersangkutan

dengan menggunakan harga saat ini kemudian disesuaikan. Misalnya, gedung dengan luas 1.000 m2 dengan umur 10 tahun tersebut di atas dapat diukur eksposurnya dengan menggunakan metode ini. Yang perlu dilakukan langkah pertama adalah berapa biaya yang dikeluarkan untuk membangun gedung dengan luas 1.000 m2 di lokasi yang sama dengan kondisi yang baru gedung tersebut seandainya dibangunnya saat ini. Biaya-biaya pembangunan menggunakan harga saat ini, termasuk di dalamnya biaya bahan bangunan dan biaya tenaga kerja. Setelah itu, kurangi nilai tersebut dengan depresiasi selama 10 tahun dan kerusakan yang bisa terjadi karena keausan usia.

Cara yang sama dapat diterapkan untuk asset-aset lain selain gedung. Kekecualian diperlakukan untuk tanah karena tanah tidak mengalami depresiasi.

I. Identifikasi RisikoAda beberapa cara mengidentifikasi risiko asset. Cara yang banyak digunakan adalah dengan

menggunakan checklist. Ada beberapa checklist yang bisa digunakan: sumber risiko dan faktor risiko.

1. Daftar Periksa Sumber Risiko Paling tidak, ada tujuh sumber risiko yang bisa dievaluasi untuk menemukan berbagai risiko yang mungkin terjadi.

2. Lingkungan Fisik

Page 11: My Part Job of Group on Risk Management

Lingkungan fisik berkaitan dengan kejadian-kejadian yang secara langsung berkaitan dengan masalah fisik, seperti gempa bumi, banjir, topan, ketidakstabilan cuaca, dan sejenisnya. Manajemen perlu mengidentifikasi asset-aset dan kaitannya atau kerentanannya terhadap berbagai kemungkinan kejadian fisik tersebut.

3. Lingkungan Operasional Lingkungan operasional berkaitan dengan kondisi yang terjadi dalam operasi perusahaan yang bisa memunculkan risiko. Yang termasuk dalam operasional antara lain sistem dan prosedur kerja, pengguanaan teknologi, kapabilitas SDM, proses pengerjaan suatu produk, dan sebagainya.

4. Lingkungan Sosial Lingkungan social berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut manusia, baik manusia internal maupun eksternal perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah kemungkinan pencurian, kecerobohan kerja, kelalaian, hura-hura, dan sebagainya.

(Gambar, Identifikasi Risiko Dengan Daftar Periksa Sumber Risiko)

Identifikasi RisikoDengan Checklist Sumber Risiko

Lingkungan Fisik

o Gempa bumi, hujan berlebihan, cuaca

Lingkungan Operasional

o Perubahan cara kerja

Lingkungan Sosial

o Perubahan selera, penerimaan masyarakat

Lingkungan Kenegaraan

o Perubahan kepemimpinan nasional

o Perubahan perundangan

Lingkungan Ekonomi

o Pertumbuhan ekonomi

Page 12: My Part Job of Group on Risk Management

5. Lingkungan Kenegaraan Yang termasuk di dalamnya menyangkut kondisi politik, pemerintahan, dan hokum. Lingkungan politik diindikasikan oleh kestabilan politik suatu Negara. Lingkungan pemerintahan diindikasikan oleh kemampuan pemerintah sebagai lembaga eksekutif menjalankan roda pemerintahan dan mencapai target yang ditetapkan dalam APBN dan rencana, baik rencana jangka pendek, menengah dan panjang. Lingkungan hukum bisa bersifat makro maupun mikro. Bersifat makro apabila perubahan suatu hukum berdampak menyeluruh pada semua sektor dan berdampak pada berbagai asset. Bersifat mikro apabila peraturan tersebut hanya terjadi pada industri atau asset tertentu.

6. Lingkungan Ekonomi Lingkungan ekonomi berkaitan dengan gejolak ekonomi dan faktor-faktornya, antara lain pertumbuhan pendapatan, inflasi, tingkat pengangguran, dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat mendorong perubahan nilai suatu asset.

J. Daftar Periksa Faktor RisikoAda beberapa sumber informasi yang dapat digunakan manajemen untuk mengidentifikasi

berbagai faktor risiko: laporan keuangan, proses, inspeksi lapangan, analisis kontrak, dan analisis statistik.

(Gambar, Identifikasi Risiko Dengan Daftar Periksa Sumber Risiko

Identifikasi Risiko DenganDaftar Periksa Faktor Risiko

Laporan Keuangan

o Mengetahui transaksi, asset, dan kewajiban perusahaan

o Berdasarkan neraca, laporan laba/rugi, dan arus kas

Proses

o Berdasarkan aliran kerja

o Pergerakan asset dan informasi

Inspeksi Lapangan

o Langsung identifikasi kondisi di lokasi aset

Analisis Kontrak

o Berdasarkan kesepakatan dalam kontrak

Analisis Statistik

o Berdasarkan data statistik

Page 13: My Part Job of Group on Risk Management

1. Laporan KeuanganLaporan keuangan terdiri dari laporan laba/rugi, neraca, posisi arus kas, dan posisi

kekayaan pemegang saham. Masing-masing laporan keuangan menunjukan item-item penting perusahaan. Laporan laba/rugi menunjukan item-item yang berkaitan dengan transaksi. Transaksi tersebut menunjukan kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas dan beban biaya yang ditanggung. Evaluasi terhadap laporan ini memberi gambaran hal-hal yang rentan pada perusahaan.

Laporan neraca menunjukan kekayaan dan kewajiban perusahaan. Dalam hal kekayaan atau asset, neraca menunjukan kepemilikan apa saja yang ada pada perusahaan. Dengan menggabungkan informasi dari laporan laba/rugi dan neraca, analis dapat menangkap berbagai informasi berkaitan dengan berbagai risiko yang mungkin terjadi dalam menjalankan perusahaan.

2. ProsesProses biasanya digambarkan dalam sebuah diagram alir, yang menunjukan langkah-

langkah pekerjaan yang berkesinambungan. Pemahaman pada proses dengan baik mampu mengenali risiko yang bisa terjadi pada setiapa tahap dalam diagram tersebut.

3. Inspeksi LapanganAnalis atau manajemen perlu terjun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi yang

sebenarnya. Langkah ini bisa mempertajam intuisi maupun pemahaman analis maupun manajemen dalam mengenali berbagai risiko yang bisa timbul.

4. Analisis KontrakIsi pasal-pasal dalam kontrak bisa memberikan indikasi berbagai masalah atau risiko

yang muncul, khususnya berkaitan dengan asset. Misalnya, sistem pengangkutan suatu asset dapat memunculkan risiko asset. Semakin tidak aman kesepakatan cara pengiriman, semakin tinggi risiko asset yang bersangkutan.

5. Analisis StatistikAnalis atau manajemen juga menggunakan data-data historis maupun angka prediksi

untuk memperkirakan berbagai jenis risiko dan besarnya risiko yang dihadapi oleh suatu asset. Cara ini sangat membantu diterapkan bila perusahaan memiliki data yang mencukupi untuk analiis.

K. Risiko ProduktivitasRisiko produktivitas berkaitan dengan penyimpangan hasil atau tingkat produktivitas yang

diharapkan karena adanya penyimpangan dari variable yang memperngaruhi produktivitas kerja. Termasuk di dalamnya adalah teknologi, peralatan, material, dan SDM.

Jangka panjang produktivitas risiko. Untuk menampilkan relevansi risiko produktivitas jangka panjang dilakukan dua hal. Pertama-tama, melanjutkan dengan yang baru investigasi empiris yang mendokumentasikan keberadaan komponen diprediksi dalam produktivitas pertumbuhan yang mempengaruhi baik harga pasar saham agregat dan variabel makroekonomi besar seperti konsumsi, investasi, output dan pertumbuhan dividen. Kedua, mengusulkan produksi novel kesetimbangan

Page 14: My Part Job of Group on Risk Management

berdasarkan umum dinamis stokastik (DSGE) model menampilkan produktivitas jangka panjang risiko. Hal ini memungkinkan untuk mendokumentasikan relevansi teoritis bahwa risiko produktivitas jangka panjang bisa efektif miliki.

Rata-rata pertumbuhan produktivitas tahunan waktu bervariasi dan sangat gigih. yang menggunakan data real-time untuk mendokumentasikan variasi waktu dalam produktivitas AS jangka panjang. Pertumbuhan forecast.2 Fluktuasi lambat dalam mean bersyarat dari pertumbuhan produktivitas menghasilkan ketidakpastian tentang perspektif jangka panjang pertumbuhan ekonomi dan harga aset mempengaruhi. Dalam tertentu, saya menunjukkan bahwa harga saham pasar sangat sensitif terhadap berita jangka panjang untuk produktivitas pertumbuhan: meningkat 1% dalam mean bersyarat dari pertumbuhan produktivitas tahunan disertai, rata-rata, dengan peningkatan rasio harga-dividen total berkisar antara 11% dan 50%.

Komponen jangka panjang dalam produktivitas, bagaimanapun, juga memiliki makna ekonomi yang kuat. Konsumsi, investasi, tenaga kerja, output dan dividen semua menunjukkan statistik signifikan positif paparan ketidakpastian jangka panjang. Tingkat pertumbuhan variabel ini semua diprediksi melalui komponen jangka panjang umum dalam produktivitas.

L. Risiko TeknologiRisiko teknologi berupa potensi penyimpangan hasil karena teknologi yang digunakan tidak lagi

sesuai dengan kondisi. Misalnya, transaksi terhambat karena teknologi perusahaan dengan teknologi klien tidak compatible. Atau karena terjadinya perubahan kualitas dan spesifikasi bahan baku menyebabkan teknologi pengolahan saat ini tidak lagi sesuai.

1. Pengertian Resiko Teknologi

Perkembangan jaman dewasa ini semakin tdiak dapat terprediksi secara pasti, contohnya

saja dalam bidang teknologi yang saat ini mampu memindahkan sesuatu hanya dalan hitungan

jam padahal jarak yang ditempuh mencapai ratusan kilometer. Perkembangan jaman yang

ditandai dengan perkembangan teknologi ini dimulai pada saat revolusi industry yang pada saat

itu manusia mulai berfikir untuk menghasilkan barang sebanyak-banyaknya tanpa bantuan

manusia. Namun tidak kita sadari kemajuan teknologi ini tidak selamnya berdampak baik bagi

manusia ada resiko-resiko yang melekat dalam setiap kegiatannya. Agar lebih jelas mengenai

resiko teknologi berikut bebrapa pengertian dari kedau kata tersebut,

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Resiko adalah kemungkinan terjadinya

peristiwa yang dapat merugikan perusahaan. Menurut Djohanputro (2004) resiko adalah akibat

dari keputusan anda dan situasi saat ini. Menurut Hamnegku Buwono X (2007) teknologi adalah

mesin penggerak pertumbuhan melalui industri. Menurut kamus besar bahasa Indonesia

teknologi adalah (1) metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan; (2)

keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan

Page 15: My Part Job of Group on Risk Management

kenyamanan hidup manusia. Dari Wikipedia, Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari

alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya..

Dari pengertian mengenai teknologi dan resiko dapat disimpulkan bahwa resiko teknologi

adalah keseluruhan sarana yang merupakan metode ilmia hdalam rangka pencapaian tujuan yang

didlamnya melekat pula akibat atau kemungkinan-kemungkinan yang bersifat negative.

Pengertian resiko teknoloagi ini merupakan suatu tanda peringatan bahwa segala keputusan yang

dilakukan sebaiknya telah dianalisis terlebih dahulu segala kemungkinan yang terjadi.

kemungkinan ini melekat pula pada barang berwujud yang selama ini kita gunakan untuk

membantu kegiatan manusia dalam pencapaian tujuannya. Resiko teknologi dimaksudkan agar

penggunaan teknologi dapat dilakukan secara efisien karena tingkat resikonya dapat terprediksi

sebelumnya yang pada akhirnya pencapain tujuan dapat lebih efektif.

2. Bagaimana Cara Mengelola Resiko Teknologi

Pada umumnya manusia tidak dapat terlepas dari ilmu pegnelolaan mulai dari terbuka

mata sampai terpejam kembali, tidak disadri bahwa kita telah mlakukan pengelolaan dalam

setiap bentuk aktifitas. Begitu juga dengan resiko teknologi yang dengan pengelolaannya akan

berujung pada efektifitasnya pencapaian tujuan dalam penggunaan teknologi. Dalam tulisannya

seorang managing director Bonnette (2002) megungkapkan cara untuk mengelola resiko

teknologi diantaranya sebagai berikut :

1. Identification of risk (General Strategy Plan)

2. Look at the Big Picture (Plan)

3. Identifying the gaps (Gaps Between Plan and Implementation)

4. Vulnerabilities and threats

3. Resiko Teknologi yang Akan Dibangun

Resiko yang berhubungan dgn kompleksitas sistem yang akan dibangun dan `kebaruan`

teknologi yang dikemas oleh system.

Checklist item resiko yang berhubungan dengan teknologi yang akan dibangun :

1. Apakah teknologi yang akan dibangun adalah hal yang baru untuk organisasi anda ?

Page 16: My Part Job of Group on Risk Management

2. Apakah persyaratan pelanggan memerlukan kreasi algoritma baru atau teknologi input

atau output?

3. Apakah PL berinterface dgn perangkat keras baru atau belum terbukti?

4. Apakah PL yang akan dibangun ber-interace dgn produk PL yang dipasok oleh vendor

yang belum terbukti?

5. Apakah PL yang akan dibangun ber-interface dgn suatu system database yang fungsi

kinerjanya belum dibuktikan di dalam area aplikasi ini?

6. Apakah diperlukan interface pemakai khusus oleh persyaratan produk?

7. Apakah persyaratan untuk produk memerlukan kreasi komponen program yang tidak

sama dengan yang dikembangkan erakhir oleh organisasi anda?

8. Apakah persyarata memerlukan pemakaian analisis, desain atau metode pengujian baru?

9. Apakah persyaratan memerlukan metode pengembangan PL tidak konvensional, spt

metode formal, pendekatan Al-based dan jaringan syaraf buatan?

10. Apakah persyaratan meletakkan batasan kinerja yang eksesif pada produk tersebut?

11. Apakah pelanggan tidak yakin pada fungsionalitas yang diminta dapat ’dilakukan’?

Bila jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas adalah “ya”, penyelidikan lebih lanjut harus

dilakukan untuk memperkirakan risiko potensial.

4. An Approach to Technology Risk Management

Dalam melkukan suatu hal yang baru manusia secara naluri akan mencotoh kepada suatu

hal yang sebelumnya sedikit memodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan mengaplikasikannya.

Begitu juga dengan memahami resiko teknologi yaitu dengan mempelajari NASA Technology

Readiness Levels Approach ( NASA TRL). Nama NASA mungkin sudah tidak asing lagi

ditelinga masyrakat modern di dunia karena departemen antariksa milik Negara Amerika ini

ramai di jadikan sebagai objek film. Sesuai dengan jalan cerita di dalam film mengenai

kehebatan NASA dalam mengembangkan teknologi antariksanya itu terbukti dengan

kehebatannya dalam melakukan pengelolaan re2siko teknologi. Berikut merupakan kesembilan

hal yang dilakukan NASA dalam mengelola resiko teknologinya :

1. Basic principles observed an reported.

2. Technology concept and/or application formulated.

Page 17: My Part Job of Group on Risk Management

3. Analytical and experimental critical function and/or characteristic proof of

concept.

4. Component and/or breadboard validation in laboratory environment.

5. Component and/or breadboard validation in a relevant environment.

6. System/subsystem model or prototype demonstration in an operation

environment.

7. System prototype demonstration in an operational environment.

8. Actual system competed an “flight qualified” through test and demonstration.

9. Actual system flight proven through successful mission operations.

M. Risiko InovasiRisiko inovasi adalah potensi penyimpangan hasil karena terjadinya pembaruan, modernisasi,

dan transformasi dalam beberapa aspek bisnis. Penyimpangan positif (perbaikan kinerja) terjadi apabila inovasi tersebut membantu proses operasi. Sebaliknya, inovasi beberapa aspek dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan negative apabila perusahaan tidak segera melakukan penyesuaian.

N. Risiko Sistem Risiko ini merupakan bagian dari risiko proses, yaitu potensi penyimpangan hasil karena adanya

cacat atau ketidaksesuaian sistem dalam operasi perusahaan.

O. Risiko ProsesRisiko proses adalah risiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan dalam kombinasi sumber daya (SDM, keahlian, metode, peralatan, teknologi, dan material) dan karena perubahan lingkungan. Kesalahan prosedur

merupakan salah satu bentuk perwujudan risiko proses.