my blog
DESCRIPTION
myTRANSCRIPT
my blog
Home About Contact
Beranda
PROGRAM MENJAGA MUTU, PWS KIA DAN KOHORT
Diposkan oleh ifana safitri on Rabu, 28 Januari 2015 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambungan, sistematis dan
objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang diselenggarakan dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan, serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk
memperbaiki mutu pelayanan (Maltos and Keller, 1989).
Pengukuran mutu kongkuren adalah pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan, yang dilakukan selama layanan kesehatan di langsungan atau dselenggarakan. Pengukuran ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan kadang-kadang perlu dilengkapi dengan peninjauan pada rekam medik, wawancara dengn pasien/ keluarga/ petugas kesehatan, dan mengadakan pertemuan dengan pasien/ keluarga/ petugas kesehatan.Yang termasuk dari konkuren, yaitu : PWS (Pemantauan Wilayah Setempat), KOHORT,
MTBS(Manajement Terpadu Balita Sakit), dst.
B. TUJUAN
1. Mempermudah mahasiswa dalam mempelajari program menjaga mutu
2. Untuk mengetahui apa tujuan dari program menjaga mutu
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan program menjaga mutu konkuren
BAB II
PEMBAHASAN
A. Program Menjaga Mutu
1. Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambungan, sistematis dan objektif
dalam memantau dan menilai pelayanan yang diselenggarakan dibandingkan dengan standar
yang telah ditetapkan, serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memperbaiki
mutu pelayanan (Maltos and Keller, 1989).
2. Program menjaga mutu adalah suatu upaya mengkaji secara periodik berbagai kondisi yang
mempengaruhi pelayanan, melakukan pemantauan terhadap pelayanan, serta menulusuri
keluaran yang dihasilkan, sedemikian rupa sehingga berbagai kekurangan dan penyebab
kekurangan dapat diketahui serta upaya perbaikan dapat dilakukan, kesemuanya untuk lebih
menyempurnakan taraf kesehatan dan kesejahteraan (Donabedian, 1980).
3. Program menjaga mutu adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mengukur mutu
pelayanan yang diselenggarakan, menganalisis berbagai kekurangan , menetapkan dan
melaksanakan tindakan perbaikan serta menilai hasil yang dicapai yang dilaksanakan secara
sistematis, berdaur ulang serta berdasarkan standar yang telah ditetapkan (Palmer, 1983).
4. Program menjaga mutu adalah suatu proses untuk memperkecil kesenjangan antara
penampilan yang ditemukan dengan keluaran yang diinginkan dari suatu sistem, sesuai
dengan batas-batas teknologi yang dimiliki oleh sistem tersebut (Rueles & Frank, 1988).
5. Program menjaga mutu adalah suatu upaya terpadu yang mencakup identifikasi dan
penyelesaian masalah yang diselenggarakan serta mencari dan memanfaatkan berbagai
peluang yang ada untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan (The American Hospital
Association, 1988).
6. Program menjaga mutu adalah suatu program berlanjut yang disusun secara objektif dan
sistematik dalam memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan, menggunakan
berbagai peluang yang tersedia untuk meni ngkatkan pelayanan yang diselenggarakan serta
menyelesaikan berbagai masalah yang ditemukan (Joint Commossion on Acreditation of
Hospitals, 1988).
7. Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang terencana dan sistematis yang dipandang
perlu untuk dilakukan dalam rangka dapat dihasilkannya keluaran yang menyakinkan (Crout,
1974).
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Tujuan Umum Program Menjaga mutu adalah untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus Program Menjaga Mutu dapat dibedakan atas lima macam yakni :
Diketahuinya masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
Diketahuinya penyebab munculnya masalah mut pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
Tersusunnya upaya penyelesaian masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan
yang ditemukan
Tersusunnya saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
C. PENGUKURAN MUTU KONKUREN
Pengukuran mutu kongkuren adalah pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan, yang
dilakukan selama layanan kesehatan di langsungan atau dselenggarakan. Pengukuran ini
dilakukan melalui pengamatan langsung dan kadang-kadang perlu dilengkapi dengan
peninjauan pada rekam medik, wawancara dengn pasien/ keluarga/ petugas kesehatan, dan
mengadakan pertemuan dengan pasien/ keluarga/ petugas kesehatan.
pengamatan lagsung
pengamatan langsung dapat menghindarkan berbagai kesulitan yang berhubung dengan
rekontruksi kejadian hasil pemeriksaan pencatatan retrospektif dan dari jawaban terhadap
wawacancara atau koesioner. Pengamatan langsung mungkin merupakan satun -satunya cara
untuk melihat rincian penyelengaraan layanan kesehatan.
Siapa yang menjadi pengamat memang sangat penting. Pengamatan langsung
terhadap aspek layanan kesehatan yang sangat teknis hampir tidak mungkin dilakukan oleh
orang yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang lanyanan kesehtan tersebut.
Sebaliknya , seorang peserta biasa dalam suatu kelompok layanan kesehatan yang sangat
spesifik, mungkin tidak mampu melihat penyimpangan hal-hal yang sangt penting. Hal ini
disebabkan anggapan bahwa mereka mengetahui apa yang akan mereka lihat dan oleh karena
itu, lupa meperhatikannya.
` adapun persaratan pengamat, antara lain:
Harus mengerti terhadap apa yang diamati.
Harus low profile tidak sok pintar
Mempunyai latar belakang yang berhubungan dengan apa yang sedang diamati
Harus dapat bersifat onjekti
Beberapa pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan telah mencoba memecahkan
persoalan tersebut dengan melakukan pengamatan peer review atau ulas balik kesejawatan.
Artinya setiap petugas kesehatan akan menjadi pengamat pada tempat lain sedang pada
tempatnya sendiri petugas kesehatan itu akan diamati oleh sejawatnya yang datang dari
tempat lain. Dengan demikian, akan terjadi alih pengalaman dan hasil pencatatannya pasti
lebihakurat.
Suatu kesulitan dalam pengamatan langsung ialah berubahnya perilaku orang yang
sedang diamati. Dalam keranga jaminan mutu layanan kesehatn, petugas kesehatan yang
sedang diamati dimintak agar berperilaku yang terbaik. Kesulitan lain dalam melakukan
pengamatan langsung ialah penentuan apa dan kapan melakukan pencatatan. Jika pencatan
dibuat untuk suatu kejadian, sedang kejadiam lain segera terjadi, penctatan menjadi tidak
lengkap. Kesulitan ini dapat terpecahkan dengan membuat atau menentukan keriteria
sehimgapengamat dapat mengamti kejadian khusus tersebut.
Apabila kriteria tepat, kriteria dapat dinyatakan dengan cara lain dalam pertanyaan
sehingga dapat dijawab dengan “ya”, “tidak”, atau “tidak berlaku”. Akan sangat berguna jika
kriteria berisi dugaan berapa kali pengamatan itu akan dilakukan. Daftar tilik atau cheklist
merupakan salah satu alat yangdapat digunakan untuk memudahkan pengamatan selama
proses layanan kesehatan dilakukan.
Keuntungan pengamatan langsung, antara lain :
Lebih cepat
Bias retrospektif kurang
Kekurangan pengamatan langsung, antara lain :
Terjadinya perilaku pura-pura atau kepalsuan
Terjadinya bias pengamat karena ketidaktahuan
Perlu keputusan tentang berapa kali pengamatan harus dilakukan
Pencatatan kurang akurat
Penentuan sampel
Semua tteknik pengukuran memerlukan sampel pengamatan. Berapa responden yang
harus diwawancarai? Berapa tenaga kesehatan yang harus diamati? Berapa pencatatan yang
harus dinilai?
Dengan demikian, sampel kelompok pasien dan petugas kesehatan harus dipilih
dengan teliti. Penentuan berapa besar sampel dapat dibaca dalam buku statistik, khususnya
statistik kesehatan ataukedokteran, tetapi hal-hal berikut perlu mendapat perhatian.
Pertama, sampel yang terpilih harus bebas bias sehingga sampel sama atau hampir sama
dengan populasinya.
Kedua, sampel harus menghasilkan ukuran dalam jumlah yang dapat dikerjakan secara
realistis atau mudah oleh kelompok. Tidak perlu membuat banyak kuesioner yang panjang
sehingga memerlukan banyak waktu untuk menganalisisnya. Sampel yang besar akan
mennjamin terwakilinya semua populasi, tetapi untuk memudahkan cukup digunakan sampel
yang kecil. Kelompok jaminan mutu layanan kesehatan akan menetukan besarnya sampel
agar kedua syarat tersebut dapat terakomodasi. Kelompok jaminan mutu layanan kesehatan
sebaiknya berkonsultasi dengan seseorang yang merupakan pakar dalam hal ini.
D. YANG TERMASUK KONKUREN :
1. PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak)
Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS-KIA) adalah alat
manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah
(puskesmas/kecamatan) secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat
dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIA-nya masih rendah (Depkes, 1994).
TUJUAN :
Tujuan Umum : meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja
puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus menerus.
Tujuan Khusus :
Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator, secara teratur (bulanan) dan
berkesinambungan (terus menerus) untuk tiap desa.
Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapaian sebenarnya untuk tiap desa.
Menentukan urutan desa prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan kan
besarnya kesenjangan antara target dan pencapaian.
Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersida dan yang dapat
digali.
Membangkitkan peran pamong setempat dalam penggerakan sasaran dan mobilisasi sumber
daya.
BATASAN DAN INDIKATOR PEMANTAUAN
Batasan Indikator yaitu :
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu selama
masa kehamilannya sesuai standar 7T
Deteksi dini kehamilan beresiko.
Bertujuan untuk menemukan bumil beresiko yang dapat dilakukan oleh kader, dukun bayi
dan tenaga kesehatan.
Kunjungan bumil
Kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standar yang ditetapkan.
K1
Adakah kunjungan baru bumil yang pertama kali pada masa kehamilan.
K4
Adalah kontak bumil dengan nakes yang ke-4 atau lebih.
Kunjungan Neonatal (KN)
Kontak neonatal dengan nakes min 2X untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan
kesehatan neonatal baik di dalam maupun diluar gedung puskesmas.
KF
Adalah kunjungan bufas dengan tenaga kesehatan minimal 3X untuk mendapatkan pelayanan
dan pemeriksaan kesehatan bufas baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas, dengan
ketentuan sbb :
- Kunjungan pertama kali ( hari 1-7 hari PP )
- Kunjungan kedua kali pada hari ( 8 -28 hari PP )
- Kunjungan ketiga kali pada hari ( 29 -42 hari PP )
Sasaran ibu hamil
Adalah jumlah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun waktu 1 tahun.
Ibu hamil beresiko
Adalah bumil yang mempunyai faktor resiko tinggi.
INDIKATOR PEMANTAUAN
a. Indikator pemantauan tehnisi
1. Akses pelayanan antenatal ( cakupan K1 )
Digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan
progam dalam menggerakkan masyarakat. Dengan rumus :
Rumus : Jumlah kunjungan baru (K1) bumil X 100%
Jumlah sasaran bumil dalam 1 th
Ket : jumlah sasaran ibu hamil dalam 1th dihitung berdasarkan jumlah perkiraan bumil dalam
1 wilayah tertentu,
2. Cakupan K4
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan antenatal secara lengkap yang
menggambarkan tingkat perlindungan bumil di suatu wilayah.
Rumus : jumlah kunjungan bumil ke-4 (K4) X100%
Jumlah sasaran bumil dalam 1 th
3. Cakupan persalinan oleh nakes
Dapat di perkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan, serta
menggambarkan kemampuan managemen progam KIA dalam pertolongan persalinan secara
profesional.
Rumus : jumlah persalinan oleh nakes X100%
Jumah sasaran persalinan dalam 1 th
4. Deteksi bumil oleh masyarakat
Untuk mengukur tingkat kemampuan dan peran serta masyaraka dalam mendeteksi
dini bumil beresiko di suatu wilayah.
Rumus :
Jumlah bumil yang dirujuk oleh dukun bayi/kader ke nakes X100%
15 – 20 % jumlah sasaran bumil dalam 1 th
5. Deteksi bumil beresiko tinggi oleh nakes
Dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi oleh program KIA dan harus di
tindak lanjuti dengan intervensi secara intensif.
Rumus : jumlah ibu hamil baru dengan faktor resiko X100%
Jumlah semua bumil dalam 1 th
6. Cakupan pelayanan neonatus (KN) oleh nakes
Dapat di ketahui jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal serta
kemampuan dalam menggerakkan masyarakat untuk melakukan rujukan neonatal.
Rumus :
Jml. Kunj bayi umur <1bulan mendapat pelyn oleh nakes X100%
Juml. Sasaran bayi dlm 1 th
7. Cakupan pelayanan nifas oleh nakes
Dapat diketahui jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas.
Rumus : juml. Pely ibu nifas oleh nakes min 3x X100%
Jumlah sasaran ibu bersalin dlm 1 th
8. Penanganan komplikasi obstetri
Dapat menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan menangani kasus-kasus
kegawat daruratan obstetri pada ibu bersalin yangkemudian ditindak lanjuti dengan
kewenangan/dirujuk ketingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Rumus : juml. Kasus kegawat daruratan yg ditangani X100%
15-20% jumlah sasaran ibu bersalin dlm 1 th
9. Penanganan komplikasi neonatal
Kemampuan sarana pelayanan kesehatan dala menangani kasus – kasus kegawat
daruratan neonatal, yang kemudian di tindak lanjuti sesuai kewnanganannya/dirujuk
keyingkat pelayanan yang lebih tinggi.
10. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN1)
Adalah persentase neonatus yang mendapatkan peayanan sesuai standar pada 6- 24
jam setelah lahir pada satu wlayah kerja dan kurun waktu tertentu.
Rumus :
Neonatus yg mendapatkan pely. 6-24 jam setelah lahir sesuai standar X100%
Jumlah sasaran bayi dlm 1 th
11. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN lengkap)
Adalah presentase neonatus yang mendapatkan pelayanan yang sesuai standar
sedikitnya 3X yaitu KN1,KN2,KN3 pada satu wilayah kerja atau kuru waktu tertentu.
Rumus :
Juml. Neonatus yg mendapatkan KN1,KN2,KN3 sesuai standar X100%
Jumlah sasaran bayi dalam 1 th
12. Cakupan anak balita (12-59 bulan)
Adalah presentase anak balita yang memperoleh pelayanan sesuai standar.
Rumus : cakupan pelayanan anak balita X100%
Julah anak balita dalam 1 th
13. Pelayanan kesehatan anak balita sakit
Rumus :
jml. Anak balita yg sakit yg mendapatkan pelayanan sesuai standar X100%
jumlah anak nbalita dalam 1 th
14. Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari- 12 bulan(kunjungan bayi)
Adalah prosentase bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna sesuai standar pada 1
wilayah kerja dan kurun waktu tertentu.
Rumus :
Jml. Bayi yg mendapatkan kunjungan bayi 1,2,3,4 sesuai standar X100%
Jumlah anak balita dalam 1 th
15. Peserta KB aktif
adalah peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai alat dan obat kontrasepsi
terus menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau mengakhiri
kesuburan.
Rumus : jumlah peserta KB aktif X100%
Jumlah PUS dlm 1 th
b. Indikator Pemantauan non-teknisi
Ini di maksud untuk komunikasi dan motivasi kemajuan maupun masalah operasional
progam KIA kepada para penguasa diwilayah sehingga dimengerti dan mendapatkan bantuan
sesuai keperluan. Indikator tersebut disajikan setiap bulan menurut desa untuk menunjukan
desa yang telah maju dan tertinggal.
CARA MEMBUAT GRAFIK PWS KIA
Langkah-langkah dalam pembuatan grafik PWS KIA sbb :
1. Pengumpulan data
Data diperoleh dari catatan bumil perdesaan, register kegiatan harian, register kohort ibu
dan bayi, kegiatan pemantauan bumil perdesaan, catatan posyandu, laporan dari
bidan/dr.praktek swasta, RS bersalin, dll.
2. Pengelolaan data
Sebagai contoh :
Pemantauan KIA dilakukan pada bulan juni 2008 maka data yang diperlukan :
Cakupan komulatif perdesaan
Cakupan bulan ini ( juni 2008 )
Cakupan bulan lalu ( mei 2008)
Untuk penghitungan K1 dan K4. Rumus :
- Perhitungan cakupan untuk K1
Pencapaian komulatif perdesaan
Pencapaian cakupan komulatif K1 bumil perdesaan (januari-juni 2008)X100%
Sasaran bumil perdesaan selama 1 th
Pencapaian bulan ini
Pencapaian cakupan K1 bumil perdesaan bulan juni 2008 X100%
Sasaran bumil perdesaan selama 1 th
Pencapaian bulan lalu
Pencapaian cakupan K1 bumil perdesaan bulan mei 2008 X100%
Sasaran bumil perdesaan selama 1 th
- Perhitungan indikator cakupan K4
Pencapaian komulatif perdesaan
Pencapaian cakupan komulatif K4 bumil perdesaan(januari-juni2008) X100%
Sasaran bumil perdesa selama 1 th
Pencapaian bulan ini
Pencapaian cakupan K4 bumil perdesa bulan juni 2008 X100%
Sasaran bumil perdesa selama 1 th
Pencapaian bulan lalu
Pencapaian cakupan K4 bumil perdesa bulan mei 2008 X100%
Sasaran bumil perdesa selama 1 th
CARA MEMBUAT GRAFIK PWS KIA
Langkah-langkah dalam pembuatan grafik PWS KIA sbb :
Pengumpulan data
Data diperoleh dari catatan bumil perdesaan, register kegiatan harian, register kohort ibu
dan bayi, kegiatan pemantauan bumil perdesaan, catatan posyandu, laporan dari
bidan/dr.praktek swasta, RS bersalin, dll.
Pengelolaan data
Sebagai contoh :
Pemantauan KIA dilakukan pada bulan juni 2008 maka data yang diperlukan :
Cakupan komulatif perdesaan
Cakupan bulan ini ( juni 2008 )
Cakupan bulan lalu ( mei 2008)
Untuk penghitungan K1 dan K4. Rumus :
- Perhitungan cakupan untuk K1
Pencapaian komulatif perdesaan
Pencapaian cakupan komulatif K1 bumil perdesaan (januari-juni 2008)X100%
Sasaran bumil perdesaan selama 1 th
Pencapaian bulan ini
Pencapaian cakupan K1 bumil perdesaan bulan juni 2008 X100%
Sasaran bumil perdesaan selama 1 th
Pencapaian bulan lalu
Pencapaian cakupan K1 bumil perdesaan bulan mei 2008 X100%
Sasaran bumil perdesaan selama 1 th
- Perhitungan indikator cakupan K4
Pencapaian komulatif perdesaan
Pencapaian cakupan komulatif K4 bumil perdesaan(januari-juni2008) X100%
Sasaran bumil perdesa selama 1 th
Pencapaian bulan ini
Pencapaian cakupan K4 bumil perdesa bulan juni 2008 X100%
Sasaran bumil perdesa selama 1 th
Pencapaian bulan lalu
Pencapaian cakupan K4 bumil perdesa bulan mei 2008 X100%
Sasaran bumil perdesa selama 1 th
PENGGAMBARAN GRAFIK PWS KIA
Langkah-langkah :
a. Menentukan target rata-rata perbulan untuk menggambarkan skala pada garis vertikal atau
sb.Y
Misalnya: target cakupan bumil K1 dalam 1 tahun di tentukan 90% (garis a) maka sasaran
rata-rata tiap bulan adalah :
90 % =7,5%
12 bulan
Maka sasaran pencapaian komulatif sampai dengan bulan juni adalah: ( 6 X 7,5%) = 45%
( garais b )
b. Masukkan hasil perhitungan pencapaian komulatif bumil baru sampai dengan bulan juni
kedepan lajur presentasi komulatif secara berurutan sesuai peringkat
(50%,44%,42%,35%,25%). Pencapaian tertinggi disebelah kiri dan terendah disebelah kanan,
sedangkan pencapaian untuk puskesmas dimasukkan dalam kolom terakhir.
c. Isilah nama-nama desa bersangkutan pada lajur desa sesuai peringkat dan gambaran grafik
pencapaian komulatif bumiol baru pada kolom diatasnya pada bentuk grafik balok.
d. Masukkan hasil perhitungan pencapaian bulan ini (juni) dan pencapaian bulan lalu (mei)
untuk masing-masing desa yang bersangkutan. Perhoitungan tersebut berlaku juga untuk
pencapaian puskesmas.
e. Lajur tren diisi dengan gambar anak panah bila prosentase tercapai bulan ini lebih besar
daripada pencapaian bulan lalu, maka anak panah di gambarkan ke atas (á). Sedangkan
presentasi pencapaian bulan ini lebih rendah dibandingkan dengan presentasi tercapai bulan
lalu maka anak panah di gambarkan kebawah (â). Bila presentase pencapaian bulan ini sama
dengan presentase pencapaian bulan lalu maka digambarkan dengan tanda (-).
4 MACAM STATUS CAKUPAN DESA :
1. Status baik
Adalah desa / kelurahan dengan cakupan target yang ditetapkan pada bulan ini dan
mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat atau tetap jika dibandingkan
dengan cakupan bulan lalu.
2. Status kurang baik
Adalah desa dengan cakupan di atas target bulan ini, namun mempunyai
kecenderungan cakupan bulan yang menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu.
3. Status cukup
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan di bawah bulan ini namun mempunyai
kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat jika dibandingkan dengan bulan lalu.
4. Status jelek
Adalah desa dengan cakupan dibawah bulan ini dan mempunyai kecenderungan cakupan
bulanan yang menurun dibandingkan dengan bulan lalu.
2. KOHORT
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan
balita.
TUJUAN :
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal yang terdeteksi di rumah
tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.
JENIS REGISTER KOHORT
1. KOHORT IBU
a. Register kohort ibu
Merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta keadaan/resiko yang
dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya melibatkan kader
dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat ini lebih
difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi.
b. Register kohort bayi
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal.
c. Register kohort balita
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan balita, umur 12 bulan sampai dengan 5
tahun. Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang
merupakan bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling
dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya
masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat
Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin, neonatal, bayi
dan balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh ibu hamil yang ada di suatu komunitas
tanpa terIewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun bayi kemudian bidan desa
memasukan seluruh data ibu hamil ke dalam kohort yang telah disediakan di Pusesmas,
sehingga data yang ada di desa pun dimiliki puskesmas.
Dengan Puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa dan Puskesmas dalam hal ini
bidan puskesmas dan timnya dapat memonitor dan mengikuti setiap individu yang ada
didaerah tersebut.Dengan puskesmas memiliki seluruh data ibu hamil dan bidan desa
memberikan pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu hamil lersebut
mempunyai faktor resiko atau tidak, sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu dan anak yang
dikandung.
3. CARA PENGISIAN KOHORT IBU
Kolom
1. Di isi nomer urut
2. Di isi nomer indeks dari famili folder
3. Diisi nama ibu hamil
4. Diisi nama suami ibu hamil
5. Diisi alamat ibu hamil
6. Diisi umur ibu hamil
7. Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dalam minggu/tanggal HPL
8. Faktor resiko : diisi v ( rumput) untuk umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun
9. Paritas diisi Gravidanya
10. Diisi bila jarak kahamilan < 2 tahun
11. Diisi bila BB ibu < 45 kg, lila < 23,5 cm
12. Diisi bila TB ibu < 145 cm
13. sd 17 Resiko tinggi : diisi dengan tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi, HB
diperiksa dan ditulis hasil pemeriksaannya
18. Pendeteksian faktor resiko : diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh
tenaga kesehatan.
19. Diisi diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh Non NAKES.
20. sd 22 diisi tanggal immunisasi sesuai dengan statusnya.
23. sd 34 diisi umur kehamilan dalam bulan kode pengisian sebagai berikut :
K I :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja pada kehamilan I s/d 5 bulan
dengan rambu-rambu O dan secara langsung juga akses dengan rambu-rambu ◙. K4 :
Kunjungan ibu hamil yang keempat kalinya.
Untuk memperoleh K4 dapat memakai rumus 1-1–2 atau 0-2-2 dengan rambu-rambu Δ
Perhatian: K4 tidak boleh rada usia kehamilan 7 bulan
Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5 bulan pada bulan berikutnya
yaitu 6 bulan harus berkunjung atau dikunjungi agar tidak kehilangan K4. Pada ibu hamil
yang awalnya periksa diluar kota, dan pada akhir kehamilannya periksa di wilayah kita
karena untuk melahirkan dan penduduk setempat bisa mendapatkan K1, K4 dan sekaligus
Akses apabila ibu tersebut dapat menunjukan pemeriksaan dengan jelas Akses :Kontak
pertama kali dengan tenaga kesehatan tidak memandang usia kehamilan dengan rambu-
rambu Ο
35. Penolong Persalinan, diisi tanggal penolong persalinan tenaga kesehatan
36. Diisi tanggal bila yang menolong bukan nakes.
37. Hasil akhir Kehamilan : Abortus diisi tanggal kejadian abortus
38. Diisi lahir mati
39. Diisi BB bila BBL < 2500 gram
40. Diisi BB bila BBL > 2500 gram
41. Keadaan ibu bersalin,di beri tanda v bila sehat
42. Dijelaskan sakitnya
43. Diisi sebab kematiaannya
44. Diisi v (rumput)
45. Diisi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan
4. KOHORT BAYI
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal.
CARA PENGISIAN REGISTER KOHORT BAYI
Kolom Keterangan
1 Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan nomor urut ibu pada
register kohort ibu.
2 Disi nomor indeks dari Family Folder
3-7 Jelas
8-10 Diisi angka berat bayi lahir dalam gram dan diisi tanggal pemeriksaan neonatal oleh
tenaga kesehatan
11 Diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh petugas kesehatan
12-23 Diisi hasil penimbangan bayi dalam kg dan rambu gizi yaitu : N = naik, T = turun, R =
Bawah garis titik¬ – titik (BGT), BGM = Bawah garis merah
24-35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi
36 Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal.
37 Diisi penyebab kematian bayi tersebut
38 Diisi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan.
Setiap bulan data di kohort di rekap kedalam suatu laporan yang disebut dengan PWS
KIA atau Pemantauan wilayah setempat yaitu alat manajemen program KIA untuk memantau
cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah (puskesmas kecamatan) secara terus menerus agar
dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan
KIA nya masih rendah.
Penyajian PWS-KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi dan komunikasi kepada
sektor terkait, khususnya Pamong setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan
sasaran agar mendapatkan pelayanan KIA dan membantu memecahkan masalah nonteknis,
sehingga semua masalah ibu hamil dapat tertangani secara memadai, yang pada akhimya AKI
dan AKB akan turun sesuai harapan.
5. KOHORT BALITA
Cara pengisian register kohort balita
Kolom
1.Diisi nomor urut.Sebaiknya nomor urut bayi disestiaikan dengan nomor urut ibll pada
register kohort ibu.
2.Diisi nomor induks dari family folder
3.sd 7 jelas
8.sd 31 dibagi 2,diisi hasil penimbangan dalam kg dan rambu gizi 32 sd 35 diisi tanggal
pemberian vit A bulan februari dan agustus
36.Diisi tanggal bila ditemkan sakit
38.Diisi tanggal meninggal
39.Diisi sebab meninggal
40.Diisi tanggal bila ditemukan kelainan tumbuh kembang
41.Diisi jenis kelainan tumbuh kembang
42.Diisi bila ada keterangan penting tentang balita tersebut
Setiap bulan data di kohort di rekap kedalam suatu laporan yang disebut dengan PWS
KIA atau pemantauan wilayah setempat yaitu alat manajemen program KIA atau memantau
cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah (puskesmas kecamatan)secara terus-menerus agar
dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan
KIA nya masih rendah.
Penyajian PWS-KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi dan komunikasi kepada
sektor terkait,khususnya Pamong setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan
sasaran agar mendapatkan pelayanan KIA dan membantu memecahkan masalah
nonteknis,sehingga semua masalah ibu hamil dapat tertangani secara memadai,yang pada
akhirnya AKI dan AKB akan turun sesuai harapan.
3. MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)
MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) adalah set modul yang menjelaskan secara
rinci cara menerapkan proses keterpaduan pelayanan dalam menangani balita sakit yang
datang ke fasilitas rawat jalan. Keterpaduan pelayanan tidak hanya kuratif, tetapi promotif
dan preventif.
WHO/UNICEF pada tahun 1992 memperkenalkan konsep IMCI/MTBS yang meliputi
pedoman pengobatan malaria, pedoman tata laksanan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA),
pedoman penanganan diare, pedoman penanganan demam berdarah dengue (DBD), dan lalin-
lain yang diterapkan melalui MTBS sehingga penatalaksanaannya lebih komprehensif dan
efisien.
Ada 3 komponen dalam penerapan strategiMTBS yaitu:
1.Komponen I : meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita
sakit (dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan)
2.Komponen II : Memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada balita lebih
efektif
3. Komponen III : Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan
upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga dan
masyarakat, yang dikenal sebagai “Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis masyarakat”).
Untuk keberhasilan penerapan MTBS, proporsi penekanan pada ketiga komponen harus sama
besar.
Proses manajemen kasus disussun dalam beberapa langkah sebagai berikut :
1. Menilai anak usia 2-5 bulan atau bayi muda usia 1minggu sampai 2 bulan dan melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Membuat klasifikasi kategori untuk menentukan tindakan
3. Menentukan tindakan
4. Mengobati dengan membuat resep, cara memberi obat, dan tindakan yang lain yang perlu
dilakukan
5. Memberi konseling bagi ibu
6. Memberi pelayanan tindak lanjut
Memilih bagan manajemen kasus harus tepat, yaitu setiap fasilitas kesehatan
mempunyai prosedur penerimaan rawat jaln, gawat-darurat/tindakan, KB/KIA atau imunisasi
yang setiap fasilitas kesehatan mempunyai prosedur pendaftaran pasien. Jika belumada,
tentukan dahulu kelompok usia anak.
1 komentar:
Puskesmas Sembung mengatakan...
Mohon ijin share ya...tks
22 September 2015 07.54
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Profil Facebook
Ifana Safitri
Create Your Badge
SOSMED
Follow us on Facebook Follow us on Twitter Follow us on Google+ Follow us on Pinterest Subscribe with RSS
+ Get Widget
Blog Archive
Pages
Beranda
MY TIME
Diberdayakan oleh Blogger.
Follow by Email
Popular Posts
Upaya Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif dalam kesehatan
UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF MENURUT LEAVEL DAN CLARK A. Promosi Kesehatan dalam Teori Promosi kesehatan berasal dari kata dalam...
Pemeriksaan Protein Urine dan Glukosa Urine
BAHAN AJAR A. PROTEIN URINE 1. Pengertian Protein dan urine Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,...
KONSEP DASAR ASUHAN KEHAMILAN / ANTENATAL CARE (ANC)
KONSEP DASAR ASUHAN KEHAMILAN / ANTENATAL CARE (ANC) A. PENDAHULUAN Tujuan utama asuhan antenatal (perawatan semasa kehamilan...
PROGRAM MENJAGA MUTU, PWS KIA DAN KOHORT
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambungan, sistematis dan objektif dalam m...
Silabus Askeb Kehamilan Terbaru
SILABUS MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN Jurusan/Prodi : Kebidanan/DIII Kebidanan Mata Kuliah ...
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
BAHAN AJAR untuk Dosen Kebidanan A. Latar Belakang Kondisi kesehatan ibu dan anak di Indonesia saat ini masih sangat penting untu...
Dokumentasi Kebidanan pada Bayi dan balita dengan Tumbuh Kembang
RANCANGAN FORMAT PENDOKUMENTASIAN SOAP PADA BAYI DAN BALITA DENGAN TUMBUH KEMBANG NORMAL Dalam pendokumentasian Tumbuh kembang meliputi...
Peran dan Fungsi Pembimbing Klinik
Clinical Instructure Pengertian Pembimbing Klinik/ Clinical Instructure adalah perawat yang terpilih, perawat yang ahli dalam prakt...
Kesehatan Reproduksi
A. Definisi Kesehatan Reproduksi 1. Definisi Sehat Pengertian sehat menurut WHO ( 1992 ) adalah suatu keadaan yang sempurna baik...
Kesehatan Reproduksi, Definisi, Tujuan, dan Alat Reproduksi Manusia
KESEHATAN REPRODUKSI A. Definisi Kesehatan Reproduksi 1. Definisi Sehat Pengertian sehat menurut WHO ( 1992 ) adalah suatu kead...
Followers
More Than About Me
ifana safitri Lihat profil lengkapku
Fish
Copyright 2009 my blog All rights reserved | Powered by Blogger Distributed by: best blogger template ever free blogger template xml code | best vpn app for android best vpn solution Wordpress Theme by EZwpthemesSponsored by Otis Jones da