my skripsi2

112
PROPOSAL HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRAOPERATIF SECTIO CAESAR DI RUANG OBGYN RSU ELIM RANTEPAO KABUPATEN TORAJA UTARA Diajukan sebagai salah satu satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Progarm Studi Strata Satu Keperawatan STIKES TANA TORAJA DAMAYANTI NIM: S.08044 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) TORAJA 1

Upload: yedit-yosmat-mendila

Post on 25-Jul-2015

653 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: My Skripsi2

PROPOSAL

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN

PASIEN PRAOPERATIF SECTIO CAESAR DI RUANG OBGYN RSU ELIM RANTEPAO

KABUPATEN TORAJA UTARA

Diajukan sebagai salah satu satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Progarm Studi Strata Satu Keperawatan STIKES TANA TORAJA

DAMAYANTI

NIM: S.08044

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) TORAJA

TORAJA UTARA2012

1

Page 2: My Skripsi2

CURICULUM VITAE

A. IDENTITAS DIRINama : Damayanti

TTL : Rantepao, 26 Juni 1990

Alamat : A.Mappanyukki No.71

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Dalam Keluarga : Anak Kandung

Anak ke : 3 (dari 4 bersaudara)

Nama Orang Tua :

1. Bapak :Nama : Pammu SurengPekerjaan : WiraswastaAgama : Islam

2. Ibu :Nama : Hasnawati DjamalPekerjaan : IRTAgama : Islam

B. RIWAYAT PENDIDIKAN :1. Tamat SD Negeri 3 Katolik Rantepao Tahun 20012. Tamat SMP Negeri 1 Rantepao Tahun 20043. Tamat SMA Negeri 1 Rantepao Tahun 20074. Masuk STIKES TANA TORAJA Tahun 2008 sampai 2012

i

Page 3: My Skripsi2

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Dengan Judul :

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN,

DAN PENGALAMAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN

PASIEN PRAOPERATIF SECTIO CAESAR DI RUANG

OBGYN RSU ELIM RANTEPAO, KABUPATEN TORAJA

UTARA 2012

Telah disetujui untuk diajukan dihadapan Dewan Penguji Skripsi

Program S1 Keperawatan STIKES TANA TORAJA

Oleh:

Pembimbing I Pembimbing I

dr.Celia.M. Toban, MHA Catherina Bannepadang, S.Kep, NsNIDN : 09-1309-4301 NIDN: 09-0506-8501

Mengetahui:

Ketua

STIKES TANA TORAJA

dr.Celia.M. Toban, MHA NIDN : 09-1309-4301

ii

Page 4: My Skripsi2

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul : Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Pengalaman dengan Tingkat Kecemasan pasien Praoperatif Sectio Caesar di Ruang obgyn RSU ELIM Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, 2012

DAMAYANTI

NIM : S.08044

Telah di pertahankan di hadapan Tim Penguji Ujian Skripsi Program Studi S1

Keperawatan STIKES TANA TORAJA pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Tim Penguji

1. Agustina Palamba, S.sos, M.Kes (…………………………….)

2. Olgrid Algarini, S.Kep,Ns (…………………………….)

3. dr. Celia M.Toban, MHA (…………………………….)

4. Catherina Bannepadang, S.Kep.Ns (…………………………….)

Mengetahui :

Ketua Ketua Program Studi S1 KeperawatanStikes Tana Toraja Stikes Tana Toraja

dr.Celia M. Toban, MHA Catherina Bannepadang, S.Kep.NsNIDN : 09-1309-4301 NIDN : 09-0506-8501

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Tana Toraja

iii

Page 5: My Skripsi2

Kabupaten Toraja UtaraSkripsi, Juli 2012

ABSTRAK

DAMAYANTI, S.08044 “ Hubungan antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Pengalaman dengan Tingkat Kecemasan pasien praoperatif sectio Caesar di ruang Obgyn Rumah Sakit Umum Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012“ (dibimbing oleh dr.Celia.M.Toban MTH dan Catherina Bannepadang, S.Kep,Ns)

x + 6 bab + ….. halaman + 7 tabel + 7 lampiran

Pasien yang akan menjalani operasi/pembedahan dapat mengalami kecemasan yang merupakan reaksi umum terhadap kondisi yang dirasakan sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupannya itu sendiri. Kecemasan praoperatif seringkali dikaitkan dengan pemahaman-pemahaman yang salah tentang tindakan pembedahan atau keterbatasan informasi tentang kejadian yang akan dialami pasien sebelum, selama bahkan setelah operasi.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analisis dengan populasi seluruh pasien praoperatif sectio Caesar di ruang obgyn RSU Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara. Jumlah sampel adalah 30 orang diambil secara Total Sampling.Metode pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan pada bulan mei-juni 2012. Data dianalisa secara statistic dengan rumus Chi – Square pada taraf kesalahan (α) = 0,05.

Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistic Chi – Square (Fisher’s Exact Test) menghasilkan nilai P < α artinya H0 ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Pengalaman dengan Tingkat Kecemasan pasien pada saat akan dilakukan operasi.

Kesimpulan kecemasan responden dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya yaitu pendidikan, pengetahuan dan pengalaman. Orang yang memiliki pendidikan tinggi, kecemasannya saat akan menjalani operasi akan lebih rendah dibanding orang yang pendidikannya rendah, demikian pula dengan tingkat pengetahuan praoperatif klien, hal ini dapat dimengerti karena informasi prabedah yang diberikan oleh petugas bertujuan untuk meluruskan persepsi atau pemahaman klien yang kurang tepat tetang tindakan operasi disamping itu pengalaman operasi klien juga mempengaruhi kecemasan klien saat akan di operasi. Saran-saran berdasarkan hasil penelitian ini adalah diharapkan agar pemberian informasi praoperatif yang tepat pada waktu pasien akan menjalani operasi agar dapat menurunkan kecemasan pasien pada tingkat minimum.

Kata kunci : Pendidikan, Pengetahuan prabedah, pengalaman operasi, sectio CaesarKepustakaan : 11 (2002 – 2010)

iv

Page 6: My Skripsi2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat terselesaikannya Proposal

Skripsi dengan judul “Hubungan antara tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan

Pengalaman dengan tingkat Kecemasan pada pasien praoperatif sectio Caesar di

Ruang Obgyn RSU Elim Rantepao.”

Skripsi ini diajukan sebagian syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Toraja (STIKES TORAJA)

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan Terima Kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat :

1. Agustina Palamba’, S.Sos.,M.Kes., selaku Ketua Yayasan Astrini Bakti

Persada STIKES Tana Toraja.

2. dr.Celia M. Toban, MHA selaku Ketua STIKES Tana Toraja dan sebagai

Pembimbing I saya yang selalu banyak memberikan bimbingan dan

pengarahan selama penulis menyusun skripsi.

3. Catherina Bannepadang, S.Kep,Ns., sebagai ketua Program Studi S1

Keperawatan STIKES Tana Toraja dan sebagai pembimbing II saya yang

telah banyak memberikan saran demi kelengkapan skripsi ini.

v

Page 7: My Skripsi2

4. dr.Hendrik Sarangnga’ selaku direktur RSU Elim Rantepao, Kabupaten Toraja

Utara yang telah memberikan izin dan menerima penulis untuk melakukan

penelitian.

5. Agustina Palamba’, S.Sos.,M.Kes. dan Olgrid Algarini S.Kep, Ns., selaku

penguji yang telah banyak memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi

ini.

6. Para dosen dan semua staf STIKES Tana Toraja yang telah membagikan dan

membekali ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan.

7. Spesial Terima Kasihku kepada Nenek Sitti Aras yang telah memberikan

dukungan berupa moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesainkan

pendidikan.

8. Kepada Mamaku tersayang yang selalu mengiringi perjalanan hidupku dengan

doa, dukungan, motivasi, cinta dan kasih sayangnya

9. Mr. Cool yang telah memberiku support dan motivasi yang luar biasa dalam

mengejar cita-cita dan penyelesaiaan skripsi ini.

10. Terima kasih juga kepada semua sahabat-sahabat karibku ( Ria, Litha, Ros,

Selfi dan Silva) yang telah begitu banyak memberikan kenangan indah tentang

arti sebuah persahabatan.

Dengan segenap kerendahan hati, penulis menyadari masih banyak

kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu semua masukan

yang bersifat membangun akan penulis terima dengan hati yang lapang dan

terbuka.

vi

Page 8: My Skripsi2

Akhirnya, penulis mengucapkan syukur kepada Allah Swt atas segala

berkah dan hidayahNya yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini dan sekiranya juga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak

mendapat pahala dari Allah Swt. AMIN

Rantepao, Juli 2012

Penulis

vii

Page 9: My Skripsi2

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i

HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………... ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………... iii

ABSTRAK ………………………………………………………………. iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………… v

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. viii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. ix

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. x

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 4

C. Tujuan Umum .......................................................................... 4

D. Manfaat Pemeliharaan ............................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6

A. Tinjuan Tentang Pendidikan .................................................... 6

1. Pengertian ............................................................................ 6

2. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan ................................ 8

B. Tinjauan Tentang Pengetahuan ................................................ 8

1. Pengertian .......................................................................... 8

2. Proses Adaptasi Perilaku .................................................... 9

3. Tingkatan Pengetahuan ...................................................... 10

4. Indikator Tingkat Pengetahuan .......................................... 12

C. Tinjauan Tentang Pengalaman……………………………….. 13

viii

Page 10: My Skripsi2

1. Pengertian…………………………………………………. 13

D. Tinjauan Tentang Kecemaasan ................................................ 14

1. Pengertian .......................................................................... 14

2. Gejala ................................................................................ 15

3. Teori Psikososial Tantang Kecemasan .............................. 16

4. Gangguan Terkait Kecemasan ........................................... 17

5. Ukuran Skala Kecemasan .................................................. 18

6. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan .............. 20

E. Konsep Keperawatan Penioperatif ........................................... 22

1. Pengertian .......................................................................... 22

2. Pambagian Keperawatan Penioperatif ............................... 22

3. Pendidikan Pasien Penoperatif ........................................... 24

4. Persiapan Tindakan Operasi .............................................. 25

F. Pengaruh Pendidikan Terhadap Kecemasan ............................ 27

G. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kecemasan ......................... 28

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN .................................... 30

A. Kerangka Konsep ..................................................................... 30

B. Hipotesis Penelitian ................................................................. 30

BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................... 32

A. Desain Penelitian ..................................................................... 32

B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 32

C. Populasi dan Sampel ................................................................ 32

D. Instrumen Pengumpulan Data .................................................. 34

E. Prosedur Pengumpulan Data .................................................... 34

F. Pengolahan Data ...................................................................... 35

G. Analisis Data ............................................................................ 36

H. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif………………….. 37

I. Etika Penelitian ........................................................................ 39

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………….

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………….

B. Hasil Penelitian……………………………………………….

ix

Page 11: My Skripsi2

C. Pembahasan ………………………………………………….

D. Keterbatasan Penelitian ………………………………………

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………

A. Kesimpulan …………………………………………………..

B. Saran …………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 40

DAFTAR LAMPIRAN

x

Page 12: My Skripsi2

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 : Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan

pasien praoperatif sectio Caesar di Ruang obgyn RSU

Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012…….................... 45

Tabel 5.2 : Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan praoperatif

pasien praoperatif sectio Caesar di Ruang obgyn RSU

Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012……..................... 46

Tabel 5.3 : Distribusi frekuensi berdasarkan pengalaman operasi

pasien praoperatif sectio Caesar di Ruang obgyn RSU

Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012……..................... 46

Tabel 5.4 : Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat kecemasan

pasien praoperatif sectio Caesar di Ruang obgyn RSU

Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012……...................... 47

Tabel 5.5 : Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kecemasan

pasien praoperatif sectio Caesar di Ruang obgyn RSU

Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012…….......................48

Tabel 5.6 : Hubungan Pengetahuan Praoperatif dengan Tingkat Kecemasan

pasien praoperatif sectio Caesar di Ruang obgyn RSU

Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012…….......................49

Tabel 5.7 : Hubungan Pengalaman Operasi dengan Tingkat Kecemasan

pasien praoperatif sectio Caesar di Ruang obgyn RSU

Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012……......................50

xi

Page 13: My Skripsi2

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Bioadata Penulis

Lampiran 2 : Izin Pengambilan Data dan Penelitian

Lampiran 3 : Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 4 : Lembar Permohonan Responden

Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 6 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 7 : Master Tabel ( Hasil Pengolahan Data dan Uji Statistik)

Lampiran 8 : Jadwal Penelitian

xii

Page 14: My Skripsi2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembedahan atau tindakan operatif, baik elektif maupun

kedaruratan adalah perstiwa kompleks yang menegangkan. Segala bentuk

pembedahan tersebut selalu di dahului dengan suatu reeaksi emosional

tertentu oleh pasien, apakah reaksi tersebut jelas atau tersembunyi, normal

atau abnormal. (Smeltzer, 2012).

Pembedahan adalah suatu stressor yang bisa menimbulkan stress

fisiologis (respon neuroendokrin) dan stress psikologis (cemas dan takut).

Pembedahan juga dapat menimbulkan stress social yang mengharuskan

keluarga beradaptasi terhadap perubahan peran. Perubahan peran ini bisa

sementara atau permanen. (Baradero Mary, dkk,2008).

Pasien yang akan menjalani operasi/pembedahan dapat mengalami

kecemasan yang merupakan reaksi umum terhadap kondisi yang dirasakan

sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh

atau bahkan kehidupannya itu sendiri. Pasien yang mengalami cemas akan

merasa tidak enak dan takut dan mengalami rasa nyeri yang tidak jelas.

Perasaan tidak berdaya dapat terjadi, disertai rasa terasing dan tidak aman.

Intensitas perasaan ini dapat ringan atau cukup berat sampai menyebabkan

kepanikan, dan intensitasnya dapat meningkat atau menghilang tergantung

1

Page 15: My Skripsi2

pada kemampuan koping individu dan sumber-sumber yang ada (Smeltzer,

2002).

Saat menghadapi pembedahan, klien akan mengalami stressor,

pembedahan yang di tunggu pelaksanaannya akan menyebabkan takut dan

cemad pada klien yang menghubungkan pembedahan dengan rasa nyeri,

kemungkinan cacat, menjadi bergantung pada orang lain dan mungkin

kematian. Kemampuan meningkatkan hubungan yang efektif dengan klien

dan mendengarkan keluhan mereka secara aktif sehingga seluruh

kekhawatiran mereka dapat diatasi merupakan hal yang penting untuk

mencapai hasil akhir pembedahan. Klien akan lebih mampu bekerja sama

dan berpartisipasi dalam perawatan jika perawat memberi informasi

tentang peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudah pembedahan (Potter,

Patricia A, 2005 Hal 1790).

Kekhawatiran-kekhawatiran baik yang nyata atau yang tidak jelas

tersebut perlu mendapat perhatian dari perawat dengan cara memberikan

dorongan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan atau

pemahamannya serta memberikan informasi yang tepat untuk membantu

menyingkirkan kekhawatiran pasien tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

pasien praoperatif harus diberikan. Program instuksi yang didasarkan pada

kebutuhan individu direncanakan dan diimplmentasikan pada waktu yang

tepat. Idealnya, instruksi dibagi dalam beberapa periode waktu untuk

memungkinkan pasien mengasimilasi informasi dan untuk mengajukan

pertanyaan ketika timbul pertanyaan. Perawat juga perlu membuat

2

Page 16: My Skripsi2

peniliaan tentang seberapa yang pasien ingin dan harus ketahui.

(Smeltzes,2002).

Setiap klien merasa takut untuk datang ke tempat pembedahan

yang disebabkan kerena pengalaman di rumah sakit sebelumnya,

peringatan dari teman dan keluarga atau karena kurangnya pengetahuan.

Perawat menghadapi dilema jika klien memiliki Innformasi yang salah

atau tidak menyadari alasan dilakukannya pembedahan (Potter, Patricia A,

2005 Hal 1792).

Dari data yang didapatkan di RSU ELIM Rantepao, Kabupaten

Toraja Utara jumlah pasien Sectio Caesar terhitung mulai dari bulan Juni

sampai Desember 2011 sebanyak 349 ibu dan pada bulan Januari sampai

Maret 2012 jumlah pasien sectio Caesar sebanyak 141 ibu (berdasarkan

data sekunder bagian obgyn RSU ELIM Rantepao, Kabupaten Toraja

Utara).

Dengan adanya data diatas dimana dari tahun ke tahun semakin

banyak ibu yang melahirkan dengan operasi Sectio Caesar dan mengalami

kecemasan yang tinggi pada saat praoperatif maka peneliti tertarik untuk

melakukan peneltian mengenai “Hubungan Tingkat Pendidikan,

Pengetahuan dan Pengalaman dengan Tingkat Kecemasan pasien

Praoperatif Sectio Caesar di RSU ELIM Rantepao, Kabupaten Toraja

Utara, 2012.

3

Page 17: My Skripsi2

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada

hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan

pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien praoperatif sectio

Caesar di Rumah Sakit Umum Elim Rantepao, Kabupaten Toraja

Utara 2012?“

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan,

pengetahuan dan pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien

praoperatif sectio Caesar di Rumah Sakit Umum Elim Rantepao,

Kabupaten Toraja Utara 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pendidikan pada pasien praoperatif

sectio Caesar di ruangan obgyn Rumah Sakit Elim Rantepao.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien praoperatif Sectio

Caesar di ruang obgyn Rumah Sakit Elim Rantepao.

c. Untuk mengetahui pengalaman operasi pada pasien praoperatif

Sectio Caesar di ruang obgyn Rumah Sakit Elim Rantepao.

d. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien praoperatif Sectio

Caesar di ruang obgyn Rumah Sakit Elim Rantepao.

4

Page 18: My Skripsi2

e. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan,

pengetahuan dan pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien

praoperatif Sectio Caesar di ruang obgyn Rumah Sakit Elim

Rantepao.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Lahan Penelitian/ Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan bagi lahan penelitian/ rumah sakit tentang pendidikan pada

pasien praoperatif sectio Caesar yang tepat sesuai dengan kebutuhan

individual dari klien, agar kecemasan dan ketakutan pasien dapat

direduksi hingga pada fase yang dapat di toleransi.

2. Bagi Institusi dan Pendidikan

Sebagai bahan kajian/ literature dan informasi tambahan bagi

perkembangan pendidikan keperawatan khususnya tentang hubungan

antara pengetahuan praoperatif dengan tingkat kecemasan pasien pada

saat akan dialkukan operasi sectio Caesar.

3. Bagi Mahasiswa / Peneliti

Untuk menambah wawasan dan sebagai bahan literature bagi

mahasiswa dan peneliti selanjutnya.

4. Pembaca

Memberikan wawasan dan informasi tentang sectio Caesar

5

Page 19: My Skripsi2

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Tinjauan tentang Pendidikan

1. Pengertian

Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia.

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dimana seseorang

mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya

dalam masyarakat dan kebudayaan. Pada umumnya semakin tinggi

pendidikan seseorang, semakin baik pula tingkat pengetahuannya

(Notoatmodjo, 2003).

a. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan seseorang yang

didasarkan atas kemampuan dan kesempatan seseorang mengikuti

suatu pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.

Satuan pendidikan merupakan bagian dari pendidikan yang berjenjang

dan berkesinambungan.

b. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tingkatan pendidikan prasekolahan yang

berkesinambungan antara satu jenjang dan jenjang yang lainnya.

Jenjang pendidikan yang termaksud jalur pendidikan sekolah terdiri dari

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi

6

Page 20: My Skripsi2

(Notoatmodjo, 2003). Untuk itu secara rinci dapat diuraikan sebagai

berikut:

1) Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan

kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar

yang diperlukan untuk hidup di masyarakat serta mempersiapkan

peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti

pendidikan menengah.

2) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan

meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi

anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan

hubungan timbale balik dengan lingkungan social, budaya dan alam

sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam

dunia kerja atau duniapendidikan tinggi.

3) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yag

diselenggarakan untuk menyiapkann peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau menciptakan

ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi sehingga diharapkan makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Dapat diartikan bahwa pendidikan sangat mempengaruhi

7

Page 21: My Skripsi2

perilaku seseorang, jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu

membuat manusia dapat mengisi kehidupannya untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk

mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan,

sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup.

2. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-

undang Dasar 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang berimandan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga Negara yang Demokratis serta bertangguang jawab

(Notoatmodjo, 2003).

B. Tinjauan tentang Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan melakukan

pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca

indra manusia yakni indra penglihatan, indra pendengaran, penciumkan,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif

8

Page 22: My Skripsi2

merupakan suatu domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang.

Proses Adopsi Perilaku (Notoatmodjo, 2003).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Roger (1974)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku di dalam

diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni:

a. Awareness (kesadaran)

Yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus

(objek) terlebih dahulu.

b. Interest

Yakni orang mulai tertarik pada stimulus.

c. Evaluation

Menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya

Hal ini berarti sikap responden jauh lebih baik.

d. Trial

Orang telah mencoba perilaku baru

e. Adoption

Subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan

sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian, dari penelitian

selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak

selalu melewati tahap di atas.

9

Page 23: My Skripsi2

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses seperti diri di dasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap

positif (long latish). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari

pada tingkat Pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan,Yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termaksud ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang di pellajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh

sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan ,

mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh dapat

menyebutkan tanda-tanda pada orang yang terkena usus buntu.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

10

Page 24: My Skripsi2

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat di artikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus

statistic dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat

mengunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem

solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus

yang diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu stuktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan) membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat

11

Page 25: My Skripsi2

merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-

penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri

atau tidak mau menggunakan criteria-kriteria yang ada, misalnya

dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang

kekurangan gizi, dapat menenggapi terjadinya diare di suatu tempat,

dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau

menggunakan KB, dan sebagainnya (Notoatmodjo, 2003).

3. Indikator Tingkat Pengetahuan

Indicator-indikator yang dapat digunakan untuk megetahui tingkat

pengetahuan atau kesehatan dapat dikelompokkan menjadi:

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:

1) Penyebab penyakit

2) Gejala atau tanda-tanda penyakit

3) Bagaiman cara pengobatan

4) Bagaimana cara penularannya

5) Bagaimana cara pencegahan termaksud imunisasi, dan

sebagainya.

12

Page 26: My Skripsi2

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup

sehat, meliputi :

1) Jenis-jenis makanan yang bergizi

2) Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan

3) Pentingnya olah raga bagi kesehatan

4) Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman

keras, narkoba dan sebagainya.

5) Pentingnya istirahat yang cukup, relaksasi, rekreasi dan

sebagainya bagi kesehatan.

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

1) Manfaat air bersih

2) Cara-cara pembuangan limbah yang sehat , termaksud

pembuangan kotoran yang sehat dan pembuangan sampah.

3) Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat

4) Akibat polusi ( polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan,

dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007 Hal 146).

C. Tinjauan Tentang Pengalaman

1. Pengertian

Pengalaman adalah sesuatu hal yang pernah dialami,

dirasakan, dilalui yang tersimpan didalam pikiran atau ingatan

seseorang (Ikamahardika, 2005).

13

Page 27: My Skripsi2

Carpenito menganggap bahwa pengalaman mempengaruhi

tingkat kecemasan, Pada tingkat cemas individu dapat

menginterpretasikan pengalaman masa lalu, saat ini dan masa datang.

Pada cemas sedang memandang saat ini dengan arti masa lalu. Pada

tingkat panic, individu tidak mampu mengintegrasikan pengalaman,

dapat terfokus hanya pada hal saat ini (Carpenito, 2002).

Pengalaman operasi seseorang juga sangat mempengaruhi

kecemasan seseorang saat akan dilakukan operasi sebab pengalaman

pasien yang minim tentang tindakan operasi mempengaruhi

persepsinya tentang tindakan operasi yang kurang sesuai, seperti

sebuah tindakan yang berbahaya atau menakutkan sehingga pasien

cenderung cemas saat akan menjalani operasi.

D. Tinjauan Tentang Kecemasan

1. Pengertian

Nietzal berpendapat bahwa kecemasan berasal dari bahasa latin

(anxius) dan dari bahasa Jerman (anst), yaitu suatu kata yang

digunakan untuk menggambarkan efek negativ dari rangsangan

fisiologis. (Ghufron, 2010).

Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu

yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan

dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. (Suliswati,

dkk,2005)

14

Page 28: My Skripsi2

Cemas adalah rasa takut yang tidak kita ketahui atau rasa takut

akan apa yang akan terjadi. Cemas ini bersifat samar, tidak

menyenangkan dan di sertai gejala fisik (Kandow, 2006).

Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya, keadaan emosional ini tidak memiliki objek yang spesifik,

kondisi alami secara subjektif yang dikomunikasikan dalam hubungan

interpersonal, cemas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan

penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya, cemas adalah

respon emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart n Gail W, 2006).

2. Gejala

Menurut Kandow, 2006 gejala dari kecemasan terdiri dari :

a. Gejala Fisik

1) Otot: kaku, tegang, terasa pegal.

2) Panca Indra: otot mata yang mengatur lensa bekerja berlebihan

sehingga menbuat mata lelah, telinga berdenging.

3) System Kardiovaskuler: jantung berdebar—debar, tekanan 6-

0darah meningkat.

4) System Pencernaan: mual, mules, diare.

5) System Saluran kemih: sering berkemih.

6) System Reproduksi: pada wanita berupa gangguan menstruasi

pada pria berupa disfungsi ereksi dan gairah terganggu.

7) Kulit: terasa panas, dingin, gatal.

b. Gejala psikis

15

Page 29: My Skripsi2

1) Sangat mengantisipasi segala sesuatu

2) Iritabel (mudah marah).

3) Tertekan, gelisah, sulit rileks, mudah lelah, dan terkejut.

4) Takut

5) Gangguan tidur.

3. Teori Psikososial Tentang Kecemasan

a. Teori Psikoanalitik

Konflik emosional yang terjadi antara dua elemen

kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan

impuls primitive seseorang. Sedangkan superego mencerminkan

hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya

seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua

elemen yang bertentangan, fungsi ansietas adalah mengingatkan

ego bahwa ada bahaya (Stuart N Gail W 2006).

b. Teori Interpersonal

Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap penolakan

saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dihubungkan

pada trauma pada saat pertumbuhan, seperti kehilangan dan

perpisahan dengan orang yang di cintai. Namun bila

keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa

tenang dan tidak merasa cemas.

16

Page 30: My Skripsi2

c. Teori Perilaku

Kecemasan merupakan hasil frustasi. Ketidakmampuan

atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan akan

menimbulkan frustasi atau keputusasaan inilah yang menyebabkan

seseorang menjadi cemas (Asmadi, 2008).

d. Teori Keluarga

Studi pada keluarga dan epidemologi memperlihatkan

bahwa kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam

berbagai bentuk dan sifat heterogen (Suliswati, dkk, 2005).

4. Gangguan Terkait Kecemasan.

Jenis-jenis gangguan kecemasan adalah sebagai berikut :

a. Gangguan Kecemasan Umum

Ciri utamanya adalah kecemasan dan kekhawatiran

berlebihan yang sering terjadi berhari-hari selama sedikitnya 6

bulan. Ciri lainnya meliputi gelisah, mudah lelah, sulit

berkonsentrasi, mudah tersinggung, ketegangan otot, serta

gangguan tidur.

b. Gangguan Panik

Gangguan panic bercirikan serangan panic yang terjadi

pada waktu yang tidak terduga, di sertai kecemasan, kekhawatiran

disertai perubahan perilaku terhadap serangan.

17

Page 31: My Skripsi2

c. Gangguan Obsesif-konpulsif

Ciri utama dari gangguan ini adalah obsesi (ide persistem)

atau konpulsif (dorongan yang tidak terkendali untuk melakukan

sesuatu tindakan secara berulang, misalnya mencuci tangan,

menyusun, memeriksa atau tindakan mental misalnya berdoa,

menghitung dan mengumumkan kata tanpa terdengar).

d. Gangguan Fobia

Ciri utamanya adalah ketakutan yang tidak rasional

terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu. Individu tersebut

dapat mengalami serangan panic atau kecemasan berat bila

dihadapkan pada situasi atau objek tersebut.

e. Gangguan Stress pascatrauma

Ciri penting dari gangguan ini adalah sangat ketakutan,

ketidakberdayaan atau horror, Individu mengalami kembali

peristiwa traumatic, menghindari stimulus yang berkaitan dengan

trauma dan mengalami mati rasa (Stuart, Gail W, 2006).

5. Ukuran skala kecemasan

Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale, 2008 dalam KTI Eko,

kecemasan diukur melalui 14 indikator, yang meliputi :

a. Perasaan Cemas

Berupa cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah

tersinggung.

18

Page 32: My Skripsi2

b. Ketegangan

Merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan tenang, mudah

terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.

c. Ketakutan

Ketakutan pada gelap, ketakutan ditinggal sendiri, ketakutan pada

binatang besar, ketakutan pada kerumunan banyak orang,

ketakutan pada asing, ketakutan pada keramaian lalu lintas.

d. Gangguan tidur

Sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidak tidur

nyenyak, mimpi yang menakutkan.

e. Gangguan kecerdasan

Daya ingat buruk, sulit berkonsentrasi, sering bingung.

f. Perasaan Depresi

Kehilangan minat, sedih, bangun dini hari, kurang senang pada .

hobi, perasaan yang berubah sepanjang hari .

g. Gejala Somatik.

Nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi gemertak, suara gemetaran

h. Gejela Sensorik

Telinga berdegung, penglihtan kabur, merasa lemah, perasaan

ditusuk-tusuk, muka merah dan pucat.

i. Gejala Kardiovaskuler

Berdebar-debar, nadi cepat, nyeri pada dada, rasa lemah seperti

mau pingsan, detal jantung hilang sekejap.

19

Page 33: My Skripsi2

j. Gejala Pernafasan

Rasa tertekan pada dada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek,

sesak menarik nafas panjang.

k. Gejala Gastrointestinal

Saat menelan, mual, muntah, perut melilit, gangguan pencernaan,

nyeri lambung sebelum/sesudah makan, rasa panas pada perut,

berat badan turun, sukar buang air besar.

l. Gejala Urogenital

Sering kencing, tidak dapat menahan kencing, anemorhea,

menstruasi yang tidak teratur, fridigitas.

m. Gejala otonom

Mulut kering, mudah berkeringat, pusing/ sakit kepala, bulu roma

berdiri, muka kering.

n. Penampilan saat wawancara

Gelisah, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening,

muka tegang, tonus otot meningkat, nafas pendek dan cepat, muka

merah.

6. Factor-factor yang mempengaruhi kecemasan.

a. Pengalaman

Carpenito menganggap bahwa pengalaman mempengaruhi

tingkat kecemasan, Pada tingkat cemas individu dapat

menginterpretasikan pengalaman masa lalu, saat ini dan masa

datang. Pada cemas sedang memandang saat ini dengan arti masa

20

Page 34: My Skripsi2

lalu. Pada tingkat panic, individu tidak mampu mengintegrasikan

pengalaman, dapat terfokus hanya pada hal saat ini (Carpenito,

2002).

b. Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi status kesehatan mental

seseorang individu dengan tingkat pendididkan rendah memiliki

factor resiko gangguan mental di bandingkan denagn yang

pendidikan lebih tinggi.

c. Pendapatan

Pendapatan yang rendah memiliki kecenderungan timbul

gejala gangguan psikiatri yang lebih besar di bandingkan dengan

yang memiliki pendapatan yang lebih besar.

d. Jenis Kelamin

Jenis kelamin berpengaruh terhadap terjadinya gangguan

mental seseorang karena antara laki-laki dan perempuan

mempunyai cara-carapenyelesaian masalah yang berbeda-beda.

e. Suku

Kebudayaan mempengaruhi terhadap gangguan psikis

seseorang karena setiap suku memiliki meted penyelesaian masalah

yang berbeda.

f. Umur

Dibandingkan dengan kelompok umur yang lebih muda,

orang yang lebih tua lebih cepat mengatasi problem kejiwaan dan

21

Page 35: My Skripsi2

Dapat mengantisipasi masalah bila timbul kembali.

g. Sistem Kepercayaan

Setiap jenis system kepercayaan mempunyai perbedaan

dalam metode penyelesaian masalah terhadap gangguan psikiatri,

respon adaptif dari system kepercayaan dapat meningkatkan

imolitas dan kecepatan perbaikan suatu masalah (Stuart n Sudden,

1998).

E. Konsep Keperawatan Perioperatif

1. Pengertian

Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan

dengan pengalaman pembedahan pasien (Smeltzer, 2002).

Keperawatan perioperatif adalah hasil dari perkembangan

keperawatan kamar operasi yang sekarang berfokus pada pasien, bukan

prosedur atau teknik (patient oriented, bukan task-oriented) (Baradero

Mary, 2009)

2. Pembagian Keperawatan Perioperatif

a. Fase Praoperatif

Fase praoperatif merupakan masa sebelum dilakukannya

tindakan pembedahan yang dimulai ketika keputusan diambil

untuk melaksanakan intervensi pembedahan. Termaksud dalam

kegiatan perawatan tahap ini adalah pengkajian praoperatif

22

Page 36: My Skripsi2

mengenai status fisik, psikologis, dan social pasien, rencana

keperawatan mengenai persiapan pasien untuk pembedahannya,

dan implementasi keperawatan yang telah direncanakan. Tahap ini

berakhir ketika pasien diantar ke kamar operasi dan diserahkan ke

perawat bedah untuk perawatan selanjutnya.

b. Fase Intraoperatif

Fase Intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai

ketika pasien dipindahkan ke meja operasi. Tahap ini berakhir

ketika pasien dipindahkan ke ruang Postaneshia Care Unit

(PACU) atau disebut dengan ruang pemulihan (Recovery Room,

RR). Dalam tahap ini, tanggung jawab perawat berfokus pada

kelanjutan dari pengkajian fisiologis, psikologis, merencanakan,

mengimplementasikan intervensi untuk keamanan dan privasi

pasien, mencegah infeksi luka, dan mempercepat penyembuhan.

Termaksud ntervensi keperawatan yang spesifik adalah member

dukungan emosional ketika anesthesia dimulai (induksi anasthesi)

dan selama prosedur pembedahan berlangsung, mengatur dan

mempertahankan asepsis, melindungi pasien dari bahaya arus

listrik (dari alat-alat yang dipakai seperti electrocautery),membantu

mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, menjamin

ketepatan hitungan kasa dan instrument, membantu dokter bedah,

mengadakan komunikasi dengan keluarga pasien dan anggota tim

kesehatan yang lain (Baradero Mary, 2009).

23

Page 37: My Skripsi2

c. Fase Pascaoperatif

Fase Pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke

ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada

tatanan klinik atau dirumah. Lingkup keperawatan mencakup

tentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase

pascaoperatif, focus termaksud mengkaji efek dari agen

anesthesia , dan memantau fungsi vital serta mencegah terjadinya

komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada

peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan,

perawatan tindak lanjut, dann rujukan yang penting untuk

penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi yang diikuti dengan

pemulangan (Smeltzer, 2002).

3. Pendidikan Pasien Praoperatif

Pendidikan ini meliputi bahan latihan nafas dalam, batuk dan

relaksasi, perubahan posisi dan gerakan tubuh aktif, control dan

medikasi nyeri, control kognitif (seperti imajinasi, distraksi, berpikir

positif) dan informasi lain yang dibutuhkan. Manfaat dari insrtuksi

praoperatif dikenal sejak lama. Setiap pasien diajarkan sebagai seorang

individu, dengan mempertimbangkan segala keunikan, ansietas,

kebutuhan dan harapan-harapannya. Program instruksi yang

didasarkan pada kebutuhan individu direncanakan dan

diimplementasikan pada waktu yang tepat. Jika sesi penyuluhan

deberapa dilakukan beberapa hari sebelum pembedahan, pasien

24

Page 38: My Skripsi2

mungkin tidak ingat tentang apa yang telah dikatakan. Jika instruksi

diberikan terlalu dekat dengan waktu pembedahan, pasien mungkin

tidak akan dapat berkonsentrasi atau belajar karena kecemasan atau

efek dari medikasi praanasthesia (Smeltzer, 2002).

Idealnya instuksi diberikan dalam beberapa periode waktu untuk

memungkinkan pasien mengasimilasi informasi dan untuk mengajukan

pertanyaan. Seringkali sesi penyuluhan ini dibarengi dengan berbagai

persiapan prosedur untuk memudahkanaliran informasi. Pada

kenyatannya perawat harus membuat penilaian tentang seberapa

banyak yang pasien ingin dan harus ketahui. Pada beberapa contoh,

terlalu rinci maka meningkatkan tingkat ansietas pasien (Smeltzer,

2002).

Pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan pada masa praoperatif

adalah berbagai informasi mengenai tindakan pembedahan, di

antaranya jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat

khusus yang diperlukan, pengiriman kekamar bedah, ruang pemulihan

dan kemungkinan pengobatan setelah bedah. Selain itu aspek legal

perlu ditekankan untuk mengantisipasi dampak yang terjadi. Melalui

Informed Consent (surat persetujuan dilakukan pembedahan), berbagai

informasi mengenai sifat, prosedur yang akan dilakukan, adanya

pilihan terhadap prosedur pembedahan, serta resiko terhadap pilihan

dari pembedahan dapat diketahui pasien (Hidayat, 2006).

25

Page 39: My Skripsi2

4. Persiapan tindakan Operasi

Tindakan preopersi penting sekali untuk memperkecil resiko

operasi karena hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada

penilaian keadaan pasien dan persiapan preoperasi. Dalam persiapan

ditentukan indikasi atau kontra indikasi operasi, toleransi pasien

terhadap tindakan bedah dan ditetapkan waktu yang tepat untuk

melaksanakan pembedahan. Tindakan umum yang dialakukan setelah

diputuskan melakukan pembedahan adalah untuk mempersiapkan

pasien agar penyulit pasca bedah dapat dicegah sebanyak mungkin.

Tindakan bedah adalah upaya yang dapat mendatangkan stress karna

terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan terhadap jiwa

seseorang. Perawat berada dalam posisi untuk memberikan bantuan

kepada pasien agar bisa menyesuaikan dengan stressor.

a. Persiapan Mental

Persiapan mental pasien sebelum menjalani tindakan operasi

meliputi dua hal yang penting yaitu :

1. Informasi

Adapun informasi yang harus diterima pasien meliputi

prosedur dan resiko yang mungkin terjadi, alternative tindakan

yang dapat dipilih, perubahan bentuk dan penampilan, anastesi

yang digunakan (kondisi pada periode pasca operasi dan biaya

operasi).

26

Page 40: My Skripsi2

2. Dukungan

Merupakan dukungan dari petugas kesehatan dan terutama

dari keluarga. Dari petugas kesehatan dapat berupa informasi

tentang operasi serta cara kerja yang professional dalam

mempersiapkan operasi. Sedangkan dari keluarga dapat berupa

kasih sayang, doa, kehadiran, dan keuangan.

b. Persiapann Fisik

Persiapan fisik meliputi persiapan berbagai system tubuh dan

organ, keadaan gizi pasien, pemeriksaan lab dan foto, pemasangan

alat perawatan sesuai prosedur operasi serta penyulit pasca bedah

lainnya yang munkin timbul.

c. Persetujuan Tindakan Medik “Informed Consent”

Merupakan perjanjian legal antara dokter dan pasien yang

harus ditandatangani oleh pasien/orang tua/wali sebelum dokter

melakukan tindakan medic yang resmi merupakan bukti bahwa

proses informed consent telah dilaksanakan dan pasien sudah sadar

serta mengetahui isi dan konsep dari informed consent.

Dalam keadaan darurat, dokter bedah dapat melakukan

pembedahan darurat,, sambil mencarii keluarga yang bisa

menandatangani izin untuk pembedahan. Dalam keadaan darurat

izin untuk pembedahan juga dapat diberikan melalui telpon dan

harus disaksikan oleh dua orang.

27

Page 41: My Skripsi2

A. Pengaruh pendidikan terhadap kecemasan.

Kecemasan dapat terjadi pada pasien yang akan menjalani operasi

termaksud sectio Caesar. Kecemasan pada masa preoperatif sectio Caesar

meliputi takut terhadap anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian, takut

tentang ketidaktahuan atau takut tentang deformitas atau ancaman lain

terhadap citra tubuh. Pendidikan kesehatan adalah salah satu yang

bertujuan untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien preoperasi sectio

caesar melalui pemenuhan kebutuhan informasi mengenai pembedahan.

pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang

mandiri untuk membantu klien, baik individu, kelompok, maupun

masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan

pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat

pendidik yang bertugas untuk meningkatkan pengetahuan klien.

Pendidikan kesehatan dapat menurunkan tingkat kecemasan dan

meningkatkat pengetahuan pada pasien praoperatif sectio caesar.

Disarankan pada penyelenggara pelayanan kesehatan agar melakukan

pendidikan kesehatan pada pasien praoperatif sectio Caesar agar dapat

membantu menurunkan kecemasan dan meningkatkan pengetahuan pasien.

Tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan orang tersebut

mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu

akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat

pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap

28

Page 42: My Skripsi2

informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru

(Kandouw, 2006).

B. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kecemasan

Cemas adalah respon adaptif yang normal terhadap stress karna

pembedahan. Rasa cemas biasanya timbul pada tahap praoperatif ketika

pasien mengantisipasi pembedahannya dan pada tahap pascaoperatif

kerena nyeri bisa membuat rasa tidak nyaman, perubahan pada citra dan

fungsi tubuh, menggantungkan diri pada orang lain. Rasa cemas bisa

berkurang apabila pasien bisa melihat bahwa pembedahan akan membawa

penyembuhan, bisa mengurangi gejala yang menyulitkan atau bisa

memberi perbaikan pada penampilan seseorang dan sebaliknya rasa cemas

bisa diperberat apabila pasien melihat bahwa pembedahan tidak membawa

penyembuhann karena ada keganasan atau nyawanya terancam (Baradero

Mary, 2008).

Pengetahuan juga dapat bersumber dari pengalaman, dan

pengalaman dapat mempengaruhi kecemasan seseorang. Carpenito

menganggap bahwa pengalaman mempengaruhi tingkat kecemasan. Pada

cemas ringan individu dapat menginterpretasikan pengalaman masa lalu,

saat ini dan masa yang akan datang. Pada tingkat panic, individu tidak

mampu menginterpretasikan pengalaman, dapat berfokus hanya pada hal

saat ini (Carpenito, 2002).

Pengetahuan juga terkait dengan tingkat pendidikan individu,

gangguan psikologis atau kecemasan dapat dipengaruhi oleh pendidikan

29

Page 43: My Skripsi2

seseorang, baik secara langsung maupuntidak langsung. Pendidikan

mempengaruhi status kesehatan mental seorang individu, dengan tingkat

pendidikan rendah memiliki factor resiko terjadi gangguan mental

dibandingkan dengan yang berpendidikan lebih tinggi (Sulistiawati, 2005).

30

Page 44: My Skripsi2

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teoritis yang telah dilakukan pada studi

kepustakaan maka penulis dapat membuat kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan :

: Hubungan dengan variable yang diteliti.

: Hubungan dengan variable yang tidak diteliti.

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah kesimpulan sementara yang masih diuji kebenarannya

secara empiris (Daniel, 2003), dimana :

31

Tingkat pendidikan

Tingkat Pengetahuan

Pengalaman

Umur

Sosial Ekonomi

Kecemasan

Page 45: My Skripsi2

Ha : Ada hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan

pengalaman dengan tingkat kecemasan pada pasien preoperatif sectio

Caesar di Ruang Obgyn RSU Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara

2012.

Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan

pengalaman dengan tingkat kecemasan pada pasien preoperatif sectio

Caesar di Ruang Obgyn RSU Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara

2012.

32

Page 46: My Skripsi2

BAB IV

M ETODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis dengan

pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasikan hubungan antara tingkat pendidikan dan

pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien pada saat akan

dilakukan operasi sectio Caesar di ruang Obgyn Rumah Sakit Umum

Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian yang akan dipilih adalah ruangan obgyn

Rumah Sakit Umum Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan kelompok individu atau objek

yang diminati peneliti (Dorothy, 2002). Populasi pada penelitian

ini adalah semua pasien praoperatif Sectio Caesar yang di rawat di

ruang obgyn Rumah Sakit Umum Elim Rantepao, Kabupaten

Toraja Utara 2012.

33

Page 47: My Skripsi2

2. Sampel dan Sampling

a. Sampel

Sampel adalah suatu bagian polulasi yang dipilih oleh peneliti

untuk berpartisipasi dalam suatu objek penelitian (Dorothy,

2002). Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien

praoperatif Sectio Caesar yang di rawat di ruang obgyn Rumah

Sakit Umum Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012

yang ditemukan pada bulan Mei – Juli 2012.

b. Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik

Total Sampling.

3. Kriteria Sampel

a. Kriteria inklusi pada :

1) Pasien praoperatif sectio Caesar yang dirawat dan bersedia

menjadi responden diruang ruang obgyn Rumah Sakit

Umum Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012.

2) Pasien praoperatif sectio Caesar dalam keadaan sadar

(dapat berkomunikasi)

b. Kriteria Eksklusi :

1) Pasien praoperatif sectio Caesar yang menolak menjadi

responden.

2) Pasien praoperatif sectio Caesar dengan nyeri berat.

34

Page 48: My Skripsi2

F. Instrument Pengumpulan Data

Adapun metode dalam pengumpulan data adalah dengan

menggunakan teknik kuesioner yang disusun dan mengicu pada

kepustakaan yang terdiri atas beberapa pertanyaan yang diberikan kepada

responden. Responden diberikan penjelasan tentang maksud dari masing-

masing pertanyaan dan selanjutnya diminta untuk memilih jawaban sesuai

dengan apa yang mereka ketahui dan sesuai dengan apa yang mereka

rasakan. Setiap responden mengisi 3 macam kuesioner (Data Biografi,

Pengetahuan praoperatif sectio Caesar, dan Tingkat kecemasan

Praoperatif). Pengumpulan data dilakukan sebelum tindakan operasi

dilakukan.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Elim

Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012 dengan prosedur sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tempat penelitian dan populasi target.

2. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian dan

pengambilan data dari institusi kepada Direktur Rumah Sakit Umum

Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara.

3. Setelah mendapat persetujuan, peneliti melakukan pendekatan kepada

calon responden untuk pengambilan data.

4. Kemudian menyebarkan kuesioner kepada responden untuk diisi dan

kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan kuesioner kembali.

35

Page 49: My Skripsi2

F. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dilanjutkan dengan pengolahan dan secara

manual dan disajikan dalam bentuk table sebelum data dianalisa terlebih

dahulu diadakan :

1. Editing

Melengkapi, memperjelas mengecek dan memperbaiki jawaban

responden pada kuesioner. Dalan penelitian ini peneliti mengecek

kembali apakah semua kuesioner telah diisi dan jika ada

ketidakcocokan maka meminta responden yang bersangkutan untuk

melengkapi.

2. Coding

Memberikan code jawaban secara angka atau kode tertentu sehngga

lebih mudah untuk ditabulasi. Pernyatan responden yang sesuai diberin

tanda chek ( ) yang tidak sesuai dikosongi.

3. Scoring

Dilakukan dengan memberikan nilai sesuai dengan scor yang telah

ditentukan.

4. Tabulasi

Tabulasi data merupakan lanjutan dari pengkodean pada proses

pengolahan data dalam bentuk distribusi frekuensi.

G. Analisis Data

1. Analisa univariate adalah dilakukan terhadap setiap variable dari hasil

penelitian

36

Page 50: My Skripsi2

Analisis ini menghasilkan distribusi presentase dari setiap variable yang

ditaati dengan menggunakan rumus :

p= Fn

×100 %

Keterangan :

p = Presentase

F = Frekuensi

n=Total

2. Analisa Bivarate adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variable

yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisi ini dapat dilakukan

dengan menggunakan uji statistikdengan tingkat kemungkinan (

α=0,05¿uji statistic yang digunakan adalah chi – square (X2) :

X2¿Σ (fo−fh)2

fh

Keterangan :

X2 : Chi – Square

Fo : frekuensi yang diobservasi (nilai observasi)

Fh : frekuensi yang diharap dihitung (nilai sampel)

Σ :Jumlah

37

Page 51: My Skripsi2

Penelitian :

Analisis data menggunakan rumus chi-square dengan bantuan

Program Computer SPSS for Windows Release versi 19.0 dianggap

ada hubungan bila X2 hitung lebih besar atau sama dengan harga table

P ¿ α 0,05.

H. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia.

Pendidikan dapat di artikan sebagai suatu proses dimana seseorang

mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya

dalam masyarakat dan kebudayaan. Pada umumnya semakin tinggi

pendidikan seseorang, semakin baik pula tingkat pengetahuannya

(notoatmodjo, 2003).

Criteria objektif :

Pendidikan tinggi : Jika tamat dan memiliki ijazah

Perguruan tinggi dan memiliki ijazah

SMA

Pendidikan rendah : Jika tamat dan memiliki ijizah SMP

dan memiliki ijazah SD.

2. Pengetahuan

Segala bentuk informasi yang diketahui pasien tentang persiapan dan

prosedur tindakan operasi sectio Caesar yang meliputi : jenis

pemeriksaan praoperatif, alat-alat yang diperlukan, pengiriman ke

38

Page 52: My Skripsi2

kamar bedah, ruang pemulihan, pengobatan setelah bedah, dan

informed consent denagn criteria objektif :

Cukup : jika nilai yang diperoleh 60 - 100

Kurang : jika nilai yang diperoleh dibawah 60

(Dewi dan Wawan, 2010).

3. Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu hal yang pernah dialami, dirasakan, dilalui

yang tersimpan didalam pikiran atau ingatan seseorang (Ikamahardika,

2005).

Kriterio Objektif :

Pernah Operasi : Nilainya 1

Tidak Pernah Operasi : Nilainya 0

4. Kecemasan

Kecemasan pasien merupakan perasaan tidak aman dan kuatir yang

timbul karena dirasa akan terjadi sesuatu hal yang tidak menyenangkan

pada pasien praoperatif sectio Caesar di RSU Elim Rantepao,

Kabupaten Toraja Utara 2012. Tingkat kecemasan ini diperoleh

berdasarkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan melalui kuesioner

dengan criteria objektif :

Tidak cemas : Kurang dari 14

Cemas Ringan : 14 - 20

Cemas Sedang : 21 - 27

Cemas Berat : 28 – 41

39

Page 53: My Skripsi2

Panic : 42 - 56

H. Etika penelitian

Pada saat melakukan penelitian etika merupakan masalah yang

sangat penting. Masalah etika yang harus diperhitungkan adalah

sebagai berikut :

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan responden diberikan kepada responden dengan

tujuan supaya subjek mengetahui maksud dan tujuan serta dampak

pengumpulan data, jika subjek bersedia diteliti maka subjek harus

menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika subjek tidak

bersedia diteliti maka peneliti harus tetap menghargai hak klien.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek maka tidak di cantumkan

identitas dari sebjek yang tidak mencantumkan nama dalam lembar

pengumpulan data.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiian informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin

oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan tersajikan

pada hasil penelitian.

40

Page 54: My Skripsi2

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Karakteristik Rumah Sakit

Rumah sakit Umum Elim Rantepao Toraja Utara sebagai Rumah

Sakit Tipe C.

Rumah Sakit Umum Elim Rantepao beralamat di jalan A. Yani no

68 Rantepao Toraja Utara satu satunya Rumah Sakit Umum yang

berada di

Bagian Toraja Utara yang memiliki area tanah seluas 18000 m3

dimana bangunan yang ada sekarang ini berdiri diatas tanah seluas

9000 m3 (50%) dari tanah yang ada.

2. Visi dan Misi Rumah sakit Umum Elim Rantepao Toraja Utara :

a. Visi : memberikan pelayanan yang bermutu, manusiawi, dan

terjangkau kepada pasien dan keluarganya berdasarkan kasih.

b. Misi :

1) Memberikan pelayanan kesahatan secara Paripurna

2) Menumbuhkan Kebanggaan dan loyalitas yang tinggi bagi

setiap karyawan.

3) Meningkatkan Kinerja bagi karyawan.

4) Meningkatkan kepuasaan bagi costumer.

5) Menngkatkan kessejateraan bagi karyawan.

41

Page 55: My Skripsi2

6) Menciptakan lingkungan kerja yamg baik dan nyaman

sehingga seluruh karyawan menjadi bagian dari Rumah Sakit.

3. Adapun Fungsi dari Rumah sakit Umum Elim Rantepao Toraja Utara

sebagai berikut “

a. Poloklinik Spesialis terdiri dari :

1) Spesialis penyakit dalam

2) Spesialis anak

3) Spesialis bedah

4) Spesialis THT

5) Spesialis saraf

6) Spesialis obsetri ginekologi

7) Spesialis mata

8) Spesialis gigi

b. Spesialis Umum Terdiri dari :

1) Rawat Inap

2) Kamar Operasi

3) Kamar Pemulihan

4) Kamar Jenazah

5) IDR

6) Data pemanfaatan Rumah Sakit yaitu : BOR (Bad Occupation

Rate), angka rata rata tempat tidur, terisi dalam satu tahun atau

tempat tidur yang dimaksud adalah tempat tidur diruang rawat

inap. LOS : Avarege Length of Stay (angka rata-rata lamanya

42

Page 56: My Skripsi2

seorang pasien dirawat), TOI : Turn Over Interval (angka rata-

rata sebuah tempat tidur tidak terisi), BTO : Bed Turn Over

( Tingkat penggunaan sebuah tempat tidur dalam satu tahun.

7) Saran Penunjang Medis

a) Instalasi laboratorium

b) Instalasi Farmasi

c) Instalasi gizi

d) Instalasi operasi

e) Instalasi bersalin

f) Instalasi perawatan penyakit dalam

g) Instalasi perawatan anak

h) Instalasi perawatan bedah

i) Instalasi perawatan nifas

j) Unit Gawat Darurat (UGD).

4. Sumber Daya Manusia

a. Dokter spesialis penyakit dalam 2 orang

b. Dokter spesialis bedah 3 orang

c. Dokter gigi 2 orang

d. Dokter spesialis obgyn 2 orang

e. Dokter spesialis anak 2 orang

f. Dokter spesialis THT 2 orang

g. Dokter spesialis syaraf 1 orang

h. Dokter spesialis mata 1 orang

43

Page 57: My Skripsi2

i. Dokter umum 8 orang

j. Perawat dengan pendidikan D3 Keperawatan 5 orang

k. Perawat dengan pendidikan SPK 24 Orang

l. Bidan 9 orang

m. Tenaga non medis 56 orang

5. Sarana Penunjang Umum

a. Ambulans

b. Mobil Jenazah

c. Asrama Perawat

6. Jumlah perawat tetap di Rumah Sakit Umum Elim Rantepao Toraja

Utara berjumlah 80 orang.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Elim Rantepao

Toraja Utara dari tanggal 28 Mei 2012 hingga 30 Juni 2012 dengan

jumlah responden yang diperoleh sebanyak 30 responden. Hasil

Penelitian ini diperoleh dari pasien praoperatif sectio caesar yang

dirawat di ruang obgyn Rumah Sakit Umum Elim Rantepao

Kabupaten Toraja Utara 2012 melalui wawancara terstruktur melalui

kuesioner yang memuat pertanyaan tentang pengetahuan prabedah dan

kecemasan. Kuesioner ini dibagikan kepada responden dan diisi secara

langsung kemudian dikumpul kembali oleh peneliti.

Setelah data terkumpul dialakukan pemeriksaan, kemudian data

tersebut diolah. Berdasarkan hasil pengolahan data maka peneliti akan

44

Page 58: My Skripsi2

melakukan analisi data univariat terhadap setiap variabel untuk

menghasilkan distribusi dan persentase serta analis data bivariat untuk

melihat hubungan dari tiap-tiap variabel dependen dan variabel

independen yang diuji dengan Chi – square dan Odds Ratio.

1. Analisa Univariat

a. Pendidikan

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan PasienPraoperatif

Sectio Caesar di Ruang Obgyn Rumah Sakit Umum Elim Rantepao Kabupaten Toraja Utara

2012

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase % Tinggi 13 43,3% Rendah 17 56,7%

Total 30 100%

Sumber : Data Primer RSU Elim Rantepao, 2012

Dari tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa responden yang

berpendidikan tinggi ada 13 orang (43,3%) dan yang

berpendidikan rendah ada 17 orang (56,7%).

45

Page 59: My Skripsi2

b. Pengetahuan

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan PasienPraoperatif

Sectio Caesar di Ruang Obgyn Rumah Sakit Umum Elim Rantepao Kabupaten Toraja Utara

2012

Sumber : Data Primer RSU Elim Rantepao, 2012

Dari tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa responden yang

berpengetahuan Cukup ada 19 orang (63,3%) dan yang

berpengetahuan rendah ada 11 orang (36,7%).

c. Pengalaman Operasi

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengalaman Operasi Pasien

Praoperatif Sectio Caesar di Ruang Obgyn Rumah Sakit Umum ElimRantepao

Kabupaten Toraja Utara2012

Sumber : Data Primer RSU Elim Rantepao, 2012

46

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase %

Cukup 19 Orang 63,3%Kurang 11 Orang 36,7%

Total 30 100%

Pengalaman Operasi Frekuensi Persentase %

Pernah Operasi 19 63,3 % Tidak Pernah Operasi 11 36.7 % Total 30 100 %

Page 60: My Skripsi2

Dari tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa jumlah

responden yang pernah menjalani operasi ada 19 orang (63,3%)

dan yang tidak pernah menjalani operasi ada 11 orang (36,7%)

d. Tingkat Kecemasan

Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Pasien

Praoperatif Sectio Caesar di Ruang ObgynRumah Sakit Umum ElimRantepao

Kabupaten Toraja Utara2012

Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase Cemas Ringan 9 30% Cemas Sedang 21 70% Cemas Berat 0 -

Total 30 100 % Sumber : Data Primer RSU Elim Rantepao, 2012

Dari tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa jumlah

responden yang megalami cemas ringan ada 9 orang (30%), cemas

sedang ada 21 orang (70%).

47

Page 61: My Skripsi2

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kecemasan

Tabel 5.5Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kecemasan

Pasien Praoperatif Sectio Caesar di Ruang Obgyn Rumah Sakit Umum Elim Rantepao

Kabupaten Toraja Utara

Pendidikan Gejala Kecemasan Total Odds RatioTidak Cemas

Ringan Sedang Berat

N % N % N % N %Tinggi 0 7 6 0 13 % - 23,3% 20% - 43,3% 0,114Rendah 0 2 15 0 17 (0,018-0,716) % - 6,67% 50% - 56,7%

Total 0 9 21 0 30 % - 30% 70% - 100,%

2012 Sumber : Data Primer RSU Elim Rantepao, 2012 P = 0,020

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden yang

memiliki Pendidikan tinggi ada 13 orang (43,3%) dengan cemas ringan

ada 7 orang (23,3%) dan cemas sedang ada 6 orang (20%) sedangkan

Responden yang Pendidikan rendah ada 17 orang (56,7%) dengan

cemas ringan 2 orang (6,7%) dan cemas sedang ada 15 orang (50%).

48

Page 62: My Skripsi2

Hasil uji statistic Chi-Squared (Fisher Exact Test) diperoleh nilai

P=0,020. Dengan demikian nilai P lebih kecil dari α (0,05), hal ini

berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan antara tingkat

pendidikan dengan tingkat kecemasan pasien pada saat akan

dilakukan operasi.

Dari hasil analisa diperoleh nilai Odds Ratio dengan tingkat

kepercayaan 95% adalah 0,114 (0,018-0,716) artinya responden yang

pendidikannya tinggi memiliki peluang lebih besar mengalami cemas

ringan dibanding responden yang pendidikannya rendah.

b. Hubungan Pengetahuan Praoperatif dengan Tingkat Kecemasan

Tabel 5.6Hubungan Pengetahuan Praoperatif dengan Tingkat Kecemasan

Pasien Praoperatif Sectio Caesar di Ruang Obgyn Rumah Sakit Umum Elim Rantepao

Kabupaten Toraja Utara 2012

Sumber : Data Primer RSU Elim Rantepao, 2012 P = 0,008

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden yang memiliki

Pengetahuan cukup ada 19 orang (63,4%) dengan cemas ringan ada 13 orang

49

Pengetahuanprabedah

Gejala Kecemasan Total Odds RatioTidak Cemas

Ringan Sedang Berat

N % N % N % N %

Cukup 0 13 6 0 19 % - 43,4 % 20% - 63,4% 12,000 Kurang 0 4 7 0 11 (1,891-76,156) % - 13,3% 23,3% - 36,6%

Total 0 17 13 0 30 % - 56,7% 43,3% - 100,%

Page 63: My Skripsi2

(43,4%) dan cemas sedang ada 6 orang (20%) sedangkan Responden

yang Pendidikan rendah ada 11 orang (36,6%) dengan cemas ringan

ada 4 orang (13,3%) dan cemas sedang ada 7 orang (23,3%).

Hasil uji statistic Chi-Squared (Fisher Exact Test) diperoleh nilai

P=0,008. Dengan demikian nilai P lebih kecil dari α (0,05), hal ini

berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan antara tingkat

pengetahuan prabedah dengan tingkat kecemasan pasien pada

saat akan dilakukan operasi.

Dari hasil analisa diperoleh nilai Odds Ratio dengan tingkat

kepercayaan 95% adalah 12,000 (1,891-76,156) artinya responden

yang pengetahuan prabedahnya cukup memiliki peluang lebih besar

mengalami cemas ringan dibanding responden yang pengetahuan

prabedah kurang.

c. Hubungan Pengalaman operasi dengan Tingkat Kecemasan

Tabel 5.7Hubungan Pengalaman Operasi dengan Tingkat Kecemasan

Pasien Praoperatif Sectio Caesar di Ruang Obgyn Rumah Sakit Umum Elim Rantepao

Kabupaten Toraja Utara 2012

50

Page 64: My Skripsi2

Sumber : Data Primer RSU Elim Rantepao, 2012 P = 0,004

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden yang pernah

menjalani operasi ada 19 0rang (63,4%) dengan cemas ringan sebanyak 13 orang

(43,4%) dan cemas sedang 6 orang (20%) sedangkan responden yang belum

pernah menjalani operasi ada 11 orang (36,6%) dengan cemas ringan 4 orang

(13,3%) dan cemas sedang 7 orang (23,3%).

Hasil uji statistic Chi-Squared (Fisher Exact Test)

diperoleh nilai P=0,004 Dengan demikian nilai P lebih kecil dari α

(0,05), hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan

antara pengalaman operasi dengan tingkat kecemasan pasien

pada saat akan dilakukan operasi.

Dari hasil analisa diperoleh nilai Odds Ratio dengan tingkat

kepercayaan 95% adalah 0,067 (0,010-0,455) artinya responden yang

pernah menjalani operasi memiliki peluang lebih besar mengalami

cemas ringan dibanding responden yang belum pernah operasi.

C. Pembahasan

51

Pengalamanoperasi

Gejala Kecemasan Total Odds RatioTidak Cemas

Ringan Sedang Berat

N % N % N % N %Ya 0 13 6 0 19 % - 43,4% 20% - 63,4% 0,067 Tidak 0 4 7 0 11 (0,010-0,455) % - 13,3% 23,3% - 36,6%

Total 0 17 13 0 30 % - 56,7% 43,3% - 100,%

Page 65: My Skripsi2

Setelah data terkumpul, dikelola dan disajikan, berikut ini akan

dilakukan pembahasan hasil penelitian sesuai dengan variable yang

diteliti sebagai berikut :

1. Tingkat Pendidikan Pasien

Dari tabel 5.5 di atas diketahui bahwa ada 17 responden (56,7%)

memiliki pendidikan rendah, dan 13 responden (43,35) memiliki

pendidikan tinggi.

Data tersebut di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki pendidikan rendah oleh sebab itu banyak pasien

yang mengalami cemas sedang saat menjalani tindakan operasi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat notoadmodjo yang

menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi

pengetahuannya, dan perilaku terbentuk karena adanya pengetahuan

yang ditunjukkan dalam proses belajar ( Notoadmodjo, 2007).

2. Tingkat Pengetahuan pasien

Dari tabel 5.6 di atas diketahui bahwa 19 responden (63,3%)

memiliki pengetahuan prabedah yang cukup dan 11 responden

(36,7%) memiliki pengetahuan prabedah yang kurang.

52

Page 66: My Skripsi2

Dari data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memiliki pengetahuan prabedah yang baik sehingga tak ada satu pun

responden yang mengalami cemas berat saat akan menjalani operasi.

3. Pengalaman Operasi

Dari data pada tabel 5.7 diatas diketahui bahwa 19 responden

(63,3) pernah menjalani tindakan operasi dan 11 responden (36,7%)

yang tidak pernah menjalani tindakan operasi.

Dari data tersebut menunjukkan sabagian besar responden sudah

pernah menjalani tindakan operasi sehingga sehingga tak ada satupun

responden yang mengalami cemas berat pada saat akan dioperasi.

4. Tingkat kecemasan pasien pasien praoperatif sectio Caesar di

ruang obgyn RSU Elim, Rantepao, Kabupaten Toraja Utara.

Hasil penelitian seperti tertera pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa

70% responden mengalami cemas sedang pada saat akan dilakukan

operasi dan 30% responden mengalami cemas ringan. Tidak

seorangpun responden yang mengalami cemas berat.

Beberapa hal yang berperan terhadap kecemasan seseorang antara lain

tingkat pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan umur.

Pendidikan seseorang mempengaruhi status kesehatan mental

seorang individu dengan tingkat pendidikan rendah memiliki factor

resiko terjadi gangguan mental lebih besar

dibandingkan seseorang yang memiliki pendidikan tinggi.

53

Page 67: My Skripsi2

Pengetahuan prabedah seseorang juga sangat mempengaruhi

kecemasan seseorang saat akan dilakukan operasi, orang yang

memiliki pengetahuan praoperatif yang baik memiliki peluang lebih

besar mengalami cemas ringan di banding respoden pengetahuannya

kurang.

Pengalaman operasi seseorang juga sangat mempengaruhi

kecemasan seseorang saat akan dilakukan operasi sebab pengalaman

pasien yang minim tentang tindakan operasi mempengaruhi

persepsinya tentang tindakan operasi yang kurang sesuai, seperti

sebuah tindakan yang berbahaya atau menakutkan sehingga pasien

cenderung cemas saat akan menjalani operasi.

5. Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan

Hasil uji analisiis statistik Chi-Squared (Fisher Exact Test)

diperoleh nilai P=0,020. Dengan demikian nilai P lebih kecil dari α

(0,05), hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan

antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan pasien pada saat

akan dilakukan operasi.

Hasil penelitisn ini menunjukkan bahwa orang yang

memiliki pendidikan tinggi, kecemasannya saat akan menjalani operasi

lebih rendah dibanding orang yang pendidikannya rendah sebab

tingkat pendidikan seseorang itu juga sangat mempengaruhi persepsi

seseorang mengenai tindakan operasi sehingga cenderung

54

Page 68: My Skripsi2

menimbulkan cemas sedang sampai berat apabila pasien berpendidikan

rendah.

6. Hubungan pengetahuan praoperatif dengan tingkat kecemasan.

Hasil uji analisis statistic Chi-Squared (Fisher Exact Test)

diperoleh nilai P=0,008. Dengan demikian nilai P lebih kecil dari α

(0,05), hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan

antara tingkat pengetahuan prabedah dengan tingkat kecemasan

pasien pada saat akan dilakukan operasi.

Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki

penegtahuan praoperatif yang baik kecemasannya saat akan menjalani

operasi lebih rendah daripada orang yang memiliki pengetahuan

praoperatif yang kurang. Hal ini dapat dimengerti karena informasi

prabedah diberikan petugas bertujuan untuk meluruskan persepsi atau

pemahaman pasien yang kurang tepat tentang tindakan operasi,

sehingga diharapkan klien memahami secara benar tentang prosedur

operasi, resiko yang mungkin terjadi serta efek samping lain yang

mungkin terjadi. Pemahaman yang baik dan benar tentang informasi

prabedah diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien saat akan

di operasi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Smeltzer Tahun

2002 yang mengungkapkan bahwa informasi praoperatif sangat

bermanfaat untuk mengurangi ansietas pasien. Manfaat dari instruksi

praoperatif telah dikenal sejak lama.

55

Page 69: My Skripsi2

7. Hubungan Pengalaman Operasi dengan tingkat Kecemasan.

Hasil uji statistic Chi-Squared (Fisher Exact Test)

diperoleh nilai P=0,004 Dengan demikian nilai P lebih kecil dari α

(0,05), hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan

antara pengalaman operasi dengan tingkat kecemasan pasien pada saat

akan dilakukan operasi.

Pengalaman operasi seseorang juga sangat mempengaruhi

kecemasan seseorang saat akan dilakukan operasi sebab pengalaman

pasien yang minim tentang tindakan operasi mempengaruhi

persepsinya tentang tindakan operasi yang kurang sesuai, seperti

sebuah tindakan yang berbahaya atau menakutkan sehingga pasien

cenderung cemas saat akan menjalani operasi.

D. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan merupakan suatu kelemahan yang dihadapi peneliti dalam

melaksanakan penelitian antara lain :

1. Pengumpulan data dengan kuesioner memungkinkan responden

menjawab pertanyaan dengan tidak jujur atau tidak mengerti

pertanyaan yang dimaksudkan sehingga hasilnya kurang mewakili

secara kualitatif.

2. Pengumpulan data tingkat pengetahuan dan kecemasan dilakukan pada

waktu bersamaan di saat pasien akan menjalani tindakan operasi,

sehingga memungkinkan responden kurang berkonsentrasi

56

Page 70: My Skripsi2

mengerjakan kuesioner karena yang bersangkutan sedang mengalami

kecemasan praoperatif.

3. Factor-faktor yang mempengaruhi kecemasan tidak diidentifikasi

semuanya, seperti data pendapatan atau penghasilan responden yang

menggambarkan status social ekonomi atau kecukupan financial

seseorang, sehingga pembahasannya kurang mendalam.

4. Peneliti belum berpengalaman karena peneliti pemula sehingga masih

banyak kekurangan yang didapatkan dalam melakukuan penelitian

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang ‘Hubungan antara tingkat

pendidikan, pengetahuan dan pengalaman dengan tingkat kecemasan

pasien praoperatif sectio Caesar di ruang obgyn RSU Elim, Rantepao

kabupaten Toraja Utara, maka di tarik kesimpulan dan saran sebagai

berikut :

A. Kesimpulan

1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan

pasien praoperatif pasien sectio Caesar di ruang obgyn RSU Elim,

Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, dengan nilai P=0,020. Dengan

demikian nilai P < α (0,05), menunjukkan bahwa semakin tinggi

57

Page 71: My Skripsi2

pendidikan seseorang maka kecemasannya akan semakin rendah atau

sebaliknya.

2. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan prabedah dengan tingkat

kecemasan pasien praoperatif pasien sectio Caesar di ruang obgyn

RSU Elim, Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, dengan nilai

P=0,008. Dengan demikian nilai P < α (0,05) menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat pengetahuan praoperatif seseorang maka

kecemasannya akan semakin rendah atau sebaliknya.

3. Ada hubungan antara pengalaman operasi dengan tingkat kecemasan

pasien pada saat akan dilakukan operasi praoperatif pasien sectio

Caesar di ruang obgyn RSU Elim, Rantepao, Kabupaten Toraja

Utara nilai P=0,004 Dengan demikian nilai P < α (0,05)

menunjukkan bahwa ada hubungan pengalaman operasi dengan

kecemasan pasien praoperatif.

4. Data pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa 70% responden mengalami

cemas sedang pada saat akan dilakukan operasi dan 30% responden

mengalami cemas ringan. Tidak seorangpun responden yang

mengalami cemas berat.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

58

Page 72: My Skripsi2

Disarankan agar hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk

mengembangkan kurikulum, khusunya untuk pendidikan dalam

keperawatan.

2. Bagi Rumah Sakit

a. Pendidkan atau Informasi prabedah hendaknya diberikan sesuai

karakteristik individual pasien dan diberikan pada waktu tepat,

agar pengetahuan pasien menjadi lebih baik tanpa harus

menimbulkan kecemasan yang berlebihan. Informasi ini

sebaiknya diberikan pada 1 atau 2 hari sebelum operasi.

b. Petugas hendaknya memberikan kesempatan pada pasien untuk

menanyakan hal-hal yang kurang dipahami seputar informasi

prabedah, serta menyediakan diri untuk menjawab pertanyaan

atau keraguan pasien dengan sabar dan bijaksana.

3. Bagi Pasien\

Pasien diharapkan mampu mau bertanya atau menggali informasi

prabedah kepada petugas apabila merasa belum sepenuhnya

memahami, atau menanyakan kebenaran hal-hal yang dipikirkan

yang membuat cemas atau takut.

4. Bagi Profesi Keperawatan

Dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat diharapkan berupaya

untuk terus meningkatkan pelayanan kesehatan dengan member

penjelasan tentang pengetahuan prabedah kepada pasien yang akan

menjalani operasi agar tidak menimbulkan kecemasan yang berlebih.

59

Page 73: My Skripsi2

5. Bagi Peneliti berikutnya

Penelitian ini hanya menghubungkan factor pendidikan, pengetahuan

dan pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien, sedangkan masih

banyak hal-hal lain yang menimbulkan kecemasan. Oleh karena itu

diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan dengan analisis

multifactor yang lebih mendalam, mengembangkan suatu mode

perlakuan, dan mengembangkan jumlah bsubjek penelitian sehingga

hasil penelitian menjadi lebih akurat dan lebih dapat diterima secara

ilmiah.

JADWAL KEGIATAN PENELITIANRUMAH SAKIT UMUM ELIM RANTEPAO

KABUPATEN TORAJA UTARAJULI 2012

NO KEGIATAN PENELITIAN

Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

I PERSIAPAN

1. Penyusunan

proposal

2. Konsultasi

3. Seminar Proposal

4. Revisi dan perijinan

Penelitian

II PELAKSANAAN

1. Pengambilan Data

2. Rekapitulasi data

dan konsultasi

3. Analisa Data dan

60

Page 74: My Skripsi2

Konsultasi

III PENYELESAIAN

1. Penyusunan skripsi

dan Konsultasi

2. Ujian Skripsi

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008. Teknik prosedur keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Baradero, Mary, dkk. Keperawatan Perioperatif : prinsip dan praktik, Jakarta : EGC, 2008.

Brockopp, Dorothy Young. Dasar-dasar Riset Keperawatan. Ed.2. Jakarta, ECG.2002.

Capernito, Lynda Juall. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed.6. Jakarta : ECG. 2002.

Danim, Sudarwan, Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi. Jakarta : ECG, 2003.

Hidayat, AAA. 2006 Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.

Kandouw, 2006. Anda Terganggu dengan Cemas ? (http://www.mediastore.com/-med/berita.php?id=35iddtl=idktg=idobat=UID=20120420203202124.195.14.210. (Diakses pada tanggal 20 April 2012).

61

Page 75: My Skripsi2

Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan 1. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Potter, Patricia A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktek. Ed.4 Jakarta : ECG,2005.

Stuart, Gail W. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed.5. Jakarta : ECG, 2006.

Suliawati, dkk. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : ECG. 2005.

62