my skripsi2
TRANSCRIPT
PROPOSAL
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN
PASIEN PRAOPERATIF SECTIO CAESAR DI RUANG OBGYN RSU ELIM RANTEPAO
KABUPATEN TORAJA UTARA
Diajukan sebagai salah satu satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Progarm Studi Strata Satu Keperawatan STIKES TANA TORAJA
DAMAYANTI
NIM: S.08044
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) TORAJA
TORAJA UTARA2012
1
CURICULUM VITAE
A. IDENTITAS DIRINama : Damayanti
TTL : Rantepao, 26 Juni 1990
Alamat : A.Mappanyukki No.71
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Dalam Keluarga : Anak Kandung
Anak ke : 3 (dari 4 bersaudara)
Nama Orang Tua :
1. Bapak :Nama : Pammu SurengPekerjaan : WiraswastaAgama : Islam
2. Ibu :Nama : Hasnawati DjamalPekerjaan : IRTAgama : Islam
B. RIWAYAT PENDIDIKAN :1. Tamat SD Negeri 3 Katolik Rantepao Tahun 20012. Tamat SMP Negeri 1 Rantepao Tahun 20043. Tamat SMA Negeri 1 Rantepao Tahun 20074. Masuk STIKES TANA TORAJA Tahun 2008 sampai 2012
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Dengan Judul :
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN,
DAN PENGALAMAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN
PASIEN PRAOPERATIF SECTIO CAESAR DI RUANG
OBGYN RSU ELIM RANTEPAO, KABUPATEN TORAJA
UTARA 2012
Telah disetujui untuk diajukan dihadapan Dewan Penguji Skripsi
Program S1 Keperawatan STIKES TANA TORAJA
Oleh:
Pembimbing I Pembimbing I
dr.Celia.M. Toban, MHA Catherina Bannepadang, S.Kep, NsNIDN : 09-1309-4301 NIDN: 09-0506-8501
Mengetahui:
Ketua
STIKES TANA TORAJA
dr.Celia.M. Toban, MHA NIDN : 09-1309-4301
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Pengalaman dengan Tingkat Kecemasan pasien Praoperatif Sectio Caesar di Ruang obgyn RSU ELIM Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, 2012
DAMAYANTI
NIM : S.08044
Telah di pertahankan di hadapan Tim Penguji Ujian Skripsi Program Studi S1
Keperawatan STIKES TANA TORAJA pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Tim Penguji
1. Agustina Palamba, S.sos, M.Kes (…………………………….)
2. Olgrid Algarini, S.Kep,Ns (…………………………….)
3. dr. Celia M.Toban, MHA (…………………………….)
4. Catherina Bannepadang, S.Kep.Ns (…………………………….)
Mengetahui :
Ketua Ketua Program Studi S1 KeperawatanStikes Tana Toraja Stikes Tana Toraja
dr.Celia M. Toban, MHA Catherina Bannepadang, S.Kep.NsNIDN : 09-1309-4301 NIDN : 09-0506-8501
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Tana Toraja
iii
Kabupaten Toraja UtaraSkripsi, Juli 2012
ABSTRAK
DAMAYANTI, S.08044 “ Hubungan antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Pengalaman dengan Tingkat Kecemasan pasien praoperatif sectio Caesar di ruang Obgyn Rumah Sakit Umum Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012“ (dibimbing oleh dr.Celia.M.Toban MTH dan Catherina Bannepadang, S.Kep,Ns)
x + 6 bab + ….. halaman + 7 tabel + 7 lampiran
Pasien yang akan menjalani operasi/pembedahan dapat mengalami kecemasan yang merupakan reaksi umum terhadap kondisi yang dirasakan sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupannya itu sendiri. Kecemasan praoperatif seringkali dikaitkan dengan pemahaman-pemahaman yang salah tentang tindakan pembedahan atau keterbatasan informasi tentang kejadian yang akan dialami pasien sebelum, selama bahkan setelah operasi.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analisis dengan populasi seluruh pasien praoperatif sectio Caesar di ruang obgyn RSU Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara. Jumlah sampel adalah 30 orang diambil secara Total Sampling.Metode pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan pada bulan mei-juni 2012. Data dianalisa secara statistic dengan rumus Chi – Square pada taraf kesalahan (α) = 0,05.
Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistic Chi – Square (Fisher’s Exact Test) menghasilkan nilai P < α artinya H0 ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Pengalaman dengan Tingkat Kecemasan pasien pada saat akan dilakukan operasi.
Kesimpulan kecemasan responden dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya yaitu pendidikan, pengetahuan dan pengalaman. Orang yang memiliki pendidikan tinggi, kecemasannya saat akan menjalani operasi akan lebih rendah dibanding orang yang pendidikannya rendah, demikian pula dengan tingkat pengetahuan praoperatif klien, hal ini dapat dimengerti karena informasi prabedah yang diberikan oleh petugas bertujuan untuk meluruskan persepsi atau pemahaman klien yang kurang tepat tetang tindakan operasi disamping itu pengalaman operasi klien juga mempengaruhi kecemasan klien saat akan di operasi. Saran-saran berdasarkan hasil penelitian ini adalah diharapkan agar pemberian informasi praoperatif yang tepat pada waktu pasien akan menjalani operasi agar dapat menurunkan kecemasan pasien pada tingkat minimum.
Kata kunci : Pendidikan, Pengetahuan prabedah, pengalaman operasi, sectio CaesarKepustakaan : 11 (2002 – 2010)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat terselesaikannya Proposal
Skripsi dengan judul “Hubungan antara tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan
Pengalaman dengan tingkat Kecemasan pada pasien praoperatif sectio Caesar di
Ruang Obgyn RSU Elim Rantepao.”
Skripsi ini diajukan sebagian syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Toraja (STIKES TORAJA)
Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan Terima Kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat :
1. Agustina Palamba’, S.Sos.,M.Kes., selaku Ketua Yayasan Astrini Bakti
Persada STIKES Tana Toraja.
2. dr.Celia M. Toban, MHA selaku Ketua STIKES Tana Toraja dan sebagai
Pembimbing I saya yang selalu banyak memberikan bimbingan dan
pengarahan selama penulis menyusun skripsi.
3. Catherina Bannepadang, S.Kep,Ns., sebagai ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKES Tana Toraja dan sebagai pembimbing II saya yang
telah banyak memberikan saran demi kelengkapan skripsi ini.
v
4. dr.Hendrik Sarangnga’ selaku direktur RSU Elim Rantepao, Kabupaten Toraja
Utara yang telah memberikan izin dan menerima penulis untuk melakukan
penelitian.
5. Agustina Palamba’, S.Sos.,M.Kes. dan Olgrid Algarini S.Kep, Ns., selaku
penguji yang telah banyak memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi
ini.
6. Para dosen dan semua staf STIKES Tana Toraja yang telah membagikan dan
membekali ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan.
7. Spesial Terima Kasihku kepada Nenek Sitti Aras yang telah memberikan
dukungan berupa moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesainkan
pendidikan.
8. Kepada Mamaku tersayang yang selalu mengiringi perjalanan hidupku dengan
doa, dukungan, motivasi, cinta dan kasih sayangnya
9. Mr. Cool yang telah memberiku support dan motivasi yang luar biasa dalam
mengejar cita-cita dan penyelesaiaan skripsi ini.
10. Terima kasih juga kepada semua sahabat-sahabat karibku ( Ria, Litha, Ros,
Selfi dan Silva) yang telah begitu banyak memberikan kenangan indah tentang
arti sebuah persahabatan.
Dengan segenap kerendahan hati, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu semua masukan
yang bersifat membangun akan penulis terima dengan hati yang lapang dan
terbuka.
vi
Akhirnya, penulis mengucapkan syukur kepada Allah Swt atas segala
berkah dan hidayahNya yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini dan sekiranya juga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak
mendapat pahala dari Allah Swt. AMIN
Rantepao, Juli 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………... ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………... iii
ABSTRAK ………………………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………… v
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. viii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. ix
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Umum .......................................................................... 4
D. Manfaat Pemeliharaan ............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6
A. Tinjuan Tentang Pendidikan .................................................... 6
1. Pengertian ............................................................................ 6
2. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan ................................ 8
B. Tinjauan Tentang Pengetahuan ................................................ 8
1. Pengertian .......................................................................... 8
2. Proses Adaptasi Perilaku .................................................... 9
3. Tingkatan Pengetahuan ...................................................... 10
4. Indikator Tingkat Pengetahuan .......................................... 12
C. Tinjauan Tentang Pengalaman……………………………….. 13
viii
1. Pengertian…………………………………………………. 13
D. Tinjauan Tentang Kecemaasan ................................................ 14
1. Pengertian .......................................................................... 14
2. Gejala ................................................................................ 15
3. Teori Psikososial Tantang Kecemasan .............................. 16
4. Gangguan Terkait Kecemasan ........................................... 17
5. Ukuran Skala Kecemasan .................................................. 18
6. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan .............. 20
E. Konsep Keperawatan Penioperatif ........................................... 22
1. Pengertian .......................................................................... 22
2. Pambagian Keperawatan Penioperatif ............................... 22
3. Pendidikan Pasien Penoperatif ........................................... 24
4. Persiapan Tindakan Operasi .............................................. 25
F. Pengaruh Pendidikan Terhadap Kecemasan ............................ 27
G. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kecemasan ......................... 28
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN .................................... 30
A. Kerangka Konsep ..................................................................... 30
B. Hipotesis Penelitian ................................................................. 30
BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................... 32
A. Desain Penelitian ..................................................................... 32
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 32
C. Populasi dan Sampel ................................................................ 32
D. Instrumen Pengumpulan Data .................................................. 34
E. Prosedur Pengumpulan Data .................................................... 34
F. Pengolahan Data ...................................................................... 35
G. Analisis Data ............................................................................ 36
H. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif………………….. 37
I. Etika Penelitian ........................................................................ 39
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………….
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………….
B. Hasil Penelitian……………………………………………….
ix
C. Pembahasan ………………………………………………….
D. Keterbatasan Penelitian ………………………………………
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………
A. Kesimpulan …………………………………………………..
B. Saran …………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 40
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 : Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan
pasien praoperatif sectio Caesar di Ruang obgyn RSU
Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012…….................... 45
Tabel 5.2 : Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan praoperatif
pasien praoperatif sectio Caesar di Ruang obgyn RSU
Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012……..................... 46
Tabel 5.3 : Distribusi frekuensi berdasarkan pengalaman operasi
pasien praoperatif sectio Caesar di Ruang obgyn RSU
Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012……..................... 46
Tabel 5.4 : Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat kecemasan
pasien praoperatif sectio Caesar di Ruang obgyn RSU
Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012……...................... 47
Tabel 5.5 : Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kecemasan
pasien praoperatif sectio Caesar di Ruang obgyn RSU
Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012…….......................48
Tabel 5.6 : Hubungan Pengetahuan Praoperatif dengan Tingkat Kecemasan
pasien praoperatif sectio Caesar di Ruang obgyn RSU
Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012…….......................49
Tabel 5.7 : Hubungan Pengalaman Operasi dengan Tingkat Kecemasan
pasien praoperatif sectio Caesar di Ruang obgyn RSU
Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012……......................50
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Bioadata Penulis
Lampiran 2 : Izin Pengambilan Data dan Penelitian
Lampiran 3 : Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 4 : Lembar Permohonan Responden
Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 6 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 7 : Master Tabel ( Hasil Pengolahan Data dan Uji Statistik)
Lampiran 8 : Jadwal Penelitian
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembedahan atau tindakan operatif, baik elektif maupun
kedaruratan adalah perstiwa kompleks yang menegangkan. Segala bentuk
pembedahan tersebut selalu di dahului dengan suatu reeaksi emosional
tertentu oleh pasien, apakah reaksi tersebut jelas atau tersembunyi, normal
atau abnormal. (Smeltzer, 2012).
Pembedahan adalah suatu stressor yang bisa menimbulkan stress
fisiologis (respon neuroendokrin) dan stress psikologis (cemas dan takut).
Pembedahan juga dapat menimbulkan stress social yang mengharuskan
keluarga beradaptasi terhadap perubahan peran. Perubahan peran ini bisa
sementara atau permanen. (Baradero Mary, dkk,2008).
Pasien yang akan menjalani operasi/pembedahan dapat mengalami
kecemasan yang merupakan reaksi umum terhadap kondisi yang dirasakan
sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh
atau bahkan kehidupannya itu sendiri. Pasien yang mengalami cemas akan
merasa tidak enak dan takut dan mengalami rasa nyeri yang tidak jelas.
Perasaan tidak berdaya dapat terjadi, disertai rasa terasing dan tidak aman.
Intensitas perasaan ini dapat ringan atau cukup berat sampai menyebabkan
kepanikan, dan intensitasnya dapat meningkat atau menghilang tergantung
1
pada kemampuan koping individu dan sumber-sumber yang ada (Smeltzer,
2002).
Saat menghadapi pembedahan, klien akan mengalami stressor,
pembedahan yang di tunggu pelaksanaannya akan menyebabkan takut dan
cemad pada klien yang menghubungkan pembedahan dengan rasa nyeri,
kemungkinan cacat, menjadi bergantung pada orang lain dan mungkin
kematian. Kemampuan meningkatkan hubungan yang efektif dengan klien
dan mendengarkan keluhan mereka secara aktif sehingga seluruh
kekhawatiran mereka dapat diatasi merupakan hal yang penting untuk
mencapai hasil akhir pembedahan. Klien akan lebih mampu bekerja sama
dan berpartisipasi dalam perawatan jika perawat memberi informasi
tentang peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudah pembedahan (Potter,
Patricia A, 2005 Hal 1790).
Kekhawatiran-kekhawatiran baik yang nyata atau yang tidak jelas
tersebut perlu mendapat perhatian dari perawat dengan cara memberikan
dorongan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan atau
pemahamannya serta memberikan informasi yang tepat untuk membantu
menyingkirkan kekhawatiran pasien tersebut. Oleh karena itu, pendidikan
pasien praoperatif harus diberikan. Program instuksi yang didasarkan pada
kebutuhan individu direncanakan dan diimplmentasikan pada waktu yang
tepat. Idealnya, instruksi dibagi dalam beberapa periode waktu untuk
memungkinkan pasien mengasimilasi informasi dan untuk mengajukan
pertanyaan ketika timbul pertanyaan. Perawat juga perlu membuat
2
peniliaan tentang seberapa yang pasien ingin dan harus ketahui.
(Smeltzes,2002).
Setiap klien merasa takut untuk datang ke tempat pembedahan
yang disebabkan kerena pengalaman di rumah sakit sebelumnya,
peringatan dari teman dan keluarga atau karena kurangnya pengetahuan.
Perawat menghadapi dilema jika klien memiliki Innformasi yang salah
atau tidak menyadari alasan dilakukannya pembedahan (Potter, Patricia A,
2005 Hal 1792).
Dari data yang didapatkan di RSU ELIM Rantepao, Kabupaten
Toraja Utara jumlah pasien Sectio Caesar terhitung mulai dari bulan Juni
sampai Desember 2011 sebanyak 349 ibu dan pada bulan Januari sampai
Maret 2012 jumlah pasien sectio Caesar sebanyak 141 ibu (berdasarkan
data sekunder bagian obgyn RSU ELIM Rantepao, Kabupaten Toraja
Utara).
Dengan adanya data diatas dimana dari tahun ke tahun semakin
banyak ibu yang melahirkan dengan operasi Sectio Caesar dan mengalami
kecemasan yang tinggi pada saat praoperatif maka peneliti tertarik untuk
melakukan peneltian mengenai “Hubungan Tingkat Pendidikan,
Pengetahuan dan Pengalaman dengan Tingkat Kecemasan pasien
Praoperatif Sectio Caesar di RSU ELIM Rantepao, Kabupaten Toraja
Utara, 2012.
3
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada
hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan
pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien praoperatif sectio
Caesar di Rumah Sakit Umum Elim Rantepao, Kabupaten Toraja
Utara 2012?“
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan,
pengetahuan dan pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien
praoperatif sectio Caesar di Rumah Sakit Umum Elim Rantepao,
Kabupaten Toraja Utara 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pendidikan pada pasien praoperatif
sectio Caesar di ruangan obgyn Rumah Sakit Elim Rantepao.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien praoperatif Sectio
Caesar di ruang obgyn Rumah Sakit Elim Rantepao.
c. Untuk mengetahui pengalaman operasi pada pasien praoperatif
Sectio Caesar di ruang obgyn Rumah Sakit Elim Rantepao.
d. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien praoperatif Sectio
Caesar di ruang obgyn Rumah Sakit Elim Rantepao.
4
e. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan,
pengetahuan dan pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien
praoperatif Sectio Caesar di ruang obgyn Rumah Sakit Elim
Rantepao.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Lahan Penelitian/ Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan bagi lahan penelitian/ rumah sakit tentang pendidikan pada
pasien praoperatif sectio Caesar yang tepat sesuai dengan kebutuhan
individual dari klien, agar kecemasan dan ketakutan pasien dapat
direduksi hingga pada fase yang dapat di toleransi.
2. Bagi Institusi dan Pendidikan
Sebagai bahan kajian/ literature dan informasi tambahan bagi
perkembangan pendidikan keperawatan khususnya tentang hubungan
antara pengetahuan praoperatif dengan tingkat kecemasan pasien pada
saat akan dialkukan operasi sectio Caesar.
3. Bagi Mahasiswa / Peneliti
Untuk menambah wawasan dan sebagai bahan literature bagi
mahasiswa dan peneliti selanjutnya.
4. Pembaca
Memberikan wawasan dan informasi tentang sectio Caesar
5
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Tinjauan tentang Pendidikan
1. Pengertian
Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia.
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dimana seseorang
mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya
dalam masyarakat dan kebudayaan. Pada umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin baik pula tingkat pengetahuannya
(Notoatmodjo, 2003).
a. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan seseorang yang
didasarkan atas kemampuan dan kesempatan seseorang mengikuti
suatu pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.
Satuan pendidikan merupakan bagian dari pendidikan yang berjenjang
dan berkesinambungan.
b. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tingkatan pendidikan prasekolahan yang
berkesinambungan antara satu jenjang dan jenjang yang lainnya.
Jenjang pendidikan yang termaksud jalur pendidikan sekolah terdiri dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
6
(Notoatmodjo, 2003). Untuk itu secara rinci dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan
kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar
yang diperlukan untuk hidup di masyarakat serta mempersiapkan
peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti
pendidikan menengah.
2) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan
hubungan timbale balik dengan lingkungan social, budaya dan alam
sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam
dunia kerja atau duniapendidikan tinggi.
3) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yag
diselenggarakan untuk menyiapkann peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau menciptakan
ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi sehingga diharapkan makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki. Dapat diartikan bahwa pendidikan sangat mempengaruhi
7
perilaku seseorang, jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu
membuat manusia dapat mengisi kehidupannya untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan,
sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup.
2. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang berimandan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang Demokratis serta bertangguang jawab
(Notoatmodjo, 2003).
B. Tinjauan tentang Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca
indra manusia yakni indra penglihatan, indra pendengaran, penciumkan,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif
8
merupakan suatu domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang.
Proses Adopsi Perilaku (Notoatmodjo, 2003).
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Roger (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku di dalam
diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni:
a. Awareness (kesadaran)
Yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus
(objek) terlebih dahulu.
b. Interest
Yakni orang mulai tertarik pada stimulus.
c. Evaluation
Menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya
Hal ini berarti sikap responden jauh lebih baik.
d. Trial
Orang telah mencoba perilaku baru
e. Adoption
Subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian, dari penelitian
selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak
selalu melewati tahap di atas.
9
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti diri di dasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap
positif (long latish). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari
pada tingkat Pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
2. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan,Yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termaksud ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang di pellajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh
sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan ,
mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh dapat
menyebutkan tanda-tanda pada orang yang terkena usus buntu.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
10
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat di artikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus
statistic dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat
mengunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem
solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus
yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam suatu stuktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan) membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
11
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah
ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri
atau tidak mau menggunakan criteria-kriteria yang ada, misalnya
dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang
kekurangan gizi, dapat menenggapi terjadinya diare di suatu tempat,
dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau
menggunakan KB, dan sebagainnya (Notoatmodjo, 2003).
3. Indikator Tingkat Pengetahuan
Indicator-indikator yang dapat digunakan untuk megetahui tingkat
pengetahuan atau kesehatan dapat dikelompokkan menjadi:
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:
1) Penyebab penyakit
2) Gejala atau tanda-tanda penyakit
3) Bagaiman cara pengobatan
4) Bagaimana cara penularannya
5) Bagaimana cara pencegahan termaksud imunisasi, dan
sebagainya.
12
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup
sehat, meliputi :
1) Jenis-jenis makanan yang bergizi
2) Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan
3) Pentingnya olah raga bagi kesehatan
4) Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman
keras, narkoba dan sebagainya.
5) Pentingnya istirahat yang cukup, relaksasi, rekreasi dan
sebagainya bagi kesehatan.
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
1) Manfaat air bersih
2) Cara-cara pembuangan limbah yang sehat , termaksud
pembuangan kotoran yang sehat dan pembuangan sampah.
3) Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat
4) Akibat polusi ( polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan,
dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007 Hal 146).
C. Tinjauan Tentang Pengalaman
1. Pengertian
Pengalaman adalah sesuatu hal yang pernah dialami,
dirasakan, dilalui yang tersimpan didalam pikiran atau ingatan
seseorang (Ikamahardika, 2005).
13
Carpenito menganggap bahwa pengalaman mempengaruhi
tingkat kecemasan, Pada tingkat cemas individu dapat
menginterpretasikan pengalaman masa lalu, saat ini dan masa datang.
Pada cemas sedang memandang saat ini dengan arti masa lalu. Pada
tingkat panic, individu tidak mampu mengintegrasikan pengalaman,
dapat terfokus hanya pada hal saat ini (Carpenito, 2002).
Pengalaman operasi seseorang juga sangat mempengaruhi
kecemasan seseorang saat akan dilakukan operasi sebab pengalaman
pasien yang minim tentang tindakan operasi mempengaruhi
persepsinya tentang tindakan operasi yang kurang sesuai, seperti
sebuah tindakan yang berbahaya atau menakutkan sehingga pasien
cenderung cemas saat akan menjalani operasi.
D. Tinjauan Tentang Kecemasan
1. Pengertian
Nietzal berpendapat bahwa kecemasan berasal dari bahasa latin
(anxius) dan dari bahasa Jerman (anst), yaitu suatu kata yang
digunakan untuk menggambarkan efek negativ dari rangsangan
fisiologis. (Ghufron, 2010).
Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu
yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan
dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. (Suliswati,
dkk,2005)
14
Cemas adalah rasa takut yang tidak kita ketahui atau rasa takut
akan apa yang akan terjadi. Cemas ini bersifat samar, tidak
menyenangkan dan di sertai gejala fisik (Kandow, 2006).
Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya, keadaan emosional ini tidak memiliki objek yang spesifik,
kondisi alami secara subjektif yang dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal, cemas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan
penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya, cemas adalah
respon emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart n Gail W, 2006).
2. Gejala
Menurut Kandow, 2006 gejala dari kecemasan terdiri dari :
a. Gejala Fisik
1) Otot: kaku, tegang, terasa pegal.
2) Panca Indra: otot mata yang mengatur lensa bekerja berlebihan
sehingga menbuat mata lelah, telinga berdenging.
3) System Kardiovaskuler: jantung berdebar—debar, tekanan 6-
0darah meningkat.
4) System Pencernaan: mual, mules, diare.
5) System Saluran kemih: sering berkemih.
6) System Reproduksi: pada wanita berupa gangguan menstruasi
pada pria berupa disfungsi ereksi dan gairah terganggu.
7) Kulit: terasa panas, dingin, gatal.
b. Gejala psikis
15
1) Sangat mengantisipasi segala sesuatu
2) Iritabel (mudah marah).
3) Tertekan, gelisah, sulit rileks, mudah lelah, dan terkejut.
4) Takut
5) Gangguan tidur.
3. Teori Psikososial Tentang Kecemasan
a. Teori Psikoanalitik
Konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitive seseorang. Sedangkan superego mencerminkan
hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua
elemen yang bertentangan, fungsi ansietas adalah mengingatkan
ego bahwa ada bahaya (Stuart N Gail W 2006).
b. Teori Interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap penolakan
saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dihubungkan
pada trauma pada saat pertumbuhan, seperti kehilangan dan
perpisahan dengan orang yang di cintai. Namun bila
keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa
tenang dan tidak merasa cemas.
16
c. Teori Perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi. Ketidakmampuan
atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan akan
menimbulkan frustasi atau keputusasaan inilah yang menyebabkan
seseorang menjadi cemas (Asmadi, 2008).
d. Teori Keluarga
Studi pada keluarga dan epidemologi memperlihatkan
bahwa kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam
berbagai bentuk dan sifat heterogen (Suliswati, dkk, 2005).
4. Gangguan Terkait Kecemasan.
Jenis-jenis gangguan kecemasan adalah sebagai berikut :
a. Gangguan Kecemasan Umum
Ciri utamanya adalah kecemasan dan kekhawatiran
berlebihan yang sering terjadi berhari-hari selama sedikitnya 6
bulan. Ciri lainnya meliputi gelisah, mudah lelah, sulit
berkonsentrasi, mudah tersinggung, ketegangan otot, serta
gangguan tidur.
b. Gangguan Panik
Gangguan panic bercirikan serangan panic yang terjadi
pada waktu yang tidak terduga, di sertai kecemasan, kekhawatiran
disertai perubahan perilaku terhadap serangan.
17
c. Gangguan Obsesif-konpulsif
Ciri utama dari gangguan ini adalah obsesi (ide persistem)
atau konpulsif (dorongan yang tidak terkendali untuk melakukan
sesuatu tindakan secara berulang, misalnya mencuci tangan,
menyusun, memeriksa atau tindakan mental misalnya berdoa,
menghitung dan mengumumkan kata tanpa terdengar).
d. Gangguan Fobia
Ciri utamanya adalah ketakutan yang tidak rasional
terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu. Individu tersebut
dapat mengalami serangan panic atau kecemasan berat bila
dihadapkan pada situasi atau objek tersebut.
e. Gangguan Stress pascatrauma
Ciri penting dari gangguan ini adalah sangat ketakutan,
ketidakberdayaan atau horror, Individu mengalami kembali
peristiwa traumatic, menghindari stimulus yang berkaitan dengan
trauma dan mengalami mati rasa (Stuart, Gail W, 2006).
5. Ukuran skala kecemasan
Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale, 2008 dalam KTI Eko,
kecemasan diukur melalui 14 indikator, yang meliputi :
a. Perasaan Cemas
Berupa cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah
tersinggung.
18
b. Ketegangan
Merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan tenang, mudah
terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.
c. Ketakutan
Ketakutan pada gelap, ketakutan ditinggal sendiri, ketakutan pada
binatang besar, ketakutan pada kerumunan banyak orang,
ketakutan pada asing, ketakutan pada keramaian lalu lintas.
d. Gangguan tidur
Sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidak tidur
nyenyak, mimpi yang menakutkan.
e. Gangguan kecerdasan
Daya ingat buruk, sulit berkonsentrasi, sering bingung.
f. Perasaan Depresi
Kehilangan minat, sedih, bangun dini hari, kurang senang pada .
hobi, perasaan yang berubah sepanjang hari .
g. Gejala Somatik.
Nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi gemertak, suara gemetaran
h. Gejela Sensorik
Telinga berdegung, penglihtan kabur, merasa lemah, perasaan
ditusuk-tusuk, muka merah dan pucat.
i. Gejala Kardiovaskuler
Berdebar-debar, nadi cepat, nyeri pada dada, rasa lemah seperti
mau pingsan, detal jantung hilang sekejap.
19
j. Gejala Pernafasan
Rasa tertekan pada dada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek,
sesak menarik nafas panjang.
k. Gejala Gastrointestinal
Saat menelan, mual, muntah, perut melilit, gangguan pencernaan,
nyeri lambung sebelum/sesudah makan, rasa panas pada perut,
berat badan turun, sukar buang air besar.
l. Gejala Urogenital
Sering kencing, tidak dapat menahan kencing, anemorhea,
menstruasi yang tidak teratur, fridigitas.
m. Gejala otonom
Mulut kering, mudah berkeringat, pusing/ sakit kepala, bulu roma
berdiri, muka kering.
n. Penampilan saat wawancara
Gelisah, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening,
muka tegang, tonus otot meningkat, nafas pendek dan cepat, muka
merah.
6. Factor-factor yang mempengaruhi kecemasan.
a. Pengalaman
Carpenito menganggap bahwa pengalaman mempengaruhi
tingkat kecemasan, Pada tingkat cemas individu dapat
menginterpretasikan pengalaman masa lalu, saat ini dan masa
datang. Pada cemas sedang memandang saat ini dengan arti masa
20
lalu. Pada tingkat panic, individu tidak mampu mengintegrasikan
pengalaman, dapat terfokus hanya pada hal saat ini (Carpenito,
2002).
b. Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi status kesehatan mental
seseorang individu dengan tingkat pendididkan rendah memiliki
factor resiko gangguan mental di bandingkan denagn yang
pendidikan lebih tinggi.
c. Pendapatan
Pendapatan yang rendah memiliki kecenderungan timbul
gejala gangguan psikiatri yang lebih besar di bandingkan dengan
yang memiliki pendapatan yang lebih besar.
d. Jenis Kelamin
Jenis kelamin berpengaruh terhadap terjadinya gangguan
mental seseorang karena antara laki-laki dan perempuan
mempunyai cara-carapenyelesaian masalah yang berbeda-beda.
e. Suku
Kebudayaan mempengaruhi terhadap gangguan psikis
seseorang karena setiap suku memiliki meted penyelesaian masalah
yang berbeda.
f. Umur
Dibandingkan dengan kelompok umur yang lebih muda,
orang yang lebih tua lebih cepat mengatasi problem kejiwaan dan
21
Dapat mengantisipasi masalah bila timbul kembali.
g. Sistem Kepercayaan
Setiap jenis system kepercayaan mempunyai perbedaan
dalam metode penyelesaian masalah terhadap gangguan psikiatri,
respon adaptif dari system kepercayaan dapat meningkatkan
imolitas dan kecepatan perbaikan suatu masalah (Stuart n Sudden,
1998).
E. Konsep Keperawatan Perioperatif
1. Pengertian
Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan
dengan pengalaman pembedahan pasien (Smeltzer, 2002).
Keperawatan perioperatif adalah hasil dari perkembangan
keperawatan kamar operasi yang sekarang berfokus pada pasien, bukan
prosedur atau teknik (patient oriented, bukan task-oriented) (Baradero
Mary, 2009)
2. Pembagian Keperawatan Perioperatif
a. Fase Praoperatif
Fase praoperatif merupakan masa sebelum dilakukannya
tindakan pembedahan yang dimulai ketika keputusan diambil
untuk melaksanakan intervensi pembedahan. Termaksud dalam
kegiatan perawatan tahap ini adalah pengkajian praoperatif
22
mengenai status fisik, psikologis, dan social pasien, rencana
keperawatan mengenai persiapan pasien untuk pembedahannya,
dan implementasi keperawatan yang telah direncanakan. Tahap ini
berakhir ketika pasien diantar ke kamar operasi dan diserahkan ke
perawat bedah untuk perawatan selanjutnya.
b. Fase Intraoperatif
Fase Intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai
ketika pasien dipindahkan ke meja operasi. Tahap ini berakhir
ketika pasien dipindahkan ke ruang Postaneshia Care Unit
(PACU) atau disebut dengan ruang pemulihan (Recovery Room,
RR). Dalam tahap ini, tanggung jawab perawat berfokus pada
kelanjutan dari pengkajian fisiologis, psikologis, merencanakan,
mengimplementasikan intervensi untuk keamanan dan privasi
pasien, mencegah infeksi luka, dan mempercepat penyembuhan.
Termaksud ntervensi keperawatan yang spesifik adalah member
dukungan emosional ketika anesthesia dimulai (induksi anasthesi)
dan selama prosedur pembedahan berlangsung, mengatur dan
mempertahankan asepsis, melindungi pasien dari bahaya arus
listrik (dari alat-alat yang dipakai seperti electrocautery),membantu
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, menjamin
ketepatan hitungan kasa dan instrument, membantu dokter bedah,
mengadakan komunikasi dengan keluarga pasien dan anggota tim
kesehatan yang lain (Baradero Mary, 2009).
23
c. Fase Pascaoperatif
Fase Pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke
ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada
tatanan klinik atau dirumah. Lingkup keperawatan mencakup
tentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase
pascaoperatif, focus termaksud mengkaji efek dari agen
anesthesia , dan memantau fungsi vital serta mencegah terjadinya
komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada
peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan,
perawatan tindak lanjut, dann rujukan yang penting untuk
penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi yang diikuti dengan
pemulangan (Smeltzer, 2002).
3. Pendidikan Pasien Praoperatif
Pendidikan ini meliputi bahan latihan nafas dalam, batuk dan
relaksasi, perubahan posisi dan gerakan tubuh aktif, control dan
medikasi nyeri, control kognitif (seperti imajinasi, distraksi, berpikir
positif) dan informasi lain yang dibutuhkan. Manfaat dari insrtuksi
praoperatif dikenal sejak lama. Setiap pasien diajarkan sebagai seorang
individu, dengan mempertimbangkan segala keunikan, ansietas,
kebutuhan dan harapan-harapannya. Program instruksi yang
didasarkan pada kebutuhan individu direncanakan dan
diimplementasikan pada waktu yang tepat. Jika sesi penyuluhan
deberapa dilakukan beberapa hari sebelum pembedahan, pasien
24
mungkin tidak ingat tentang apa yang telah dikatakan. Jika instruksi
diberikan terlalu dekat dengan waktu pembedahan, pasien mungkin
tidak akan dapat berkonsentrasi atau belajar karena kecemasan atau
efek dari medikasi praanasthesia (Smeltzer, 2002).
Idealnya instuksi diberikan dalam beberapa periode waktu untuk
memungkinkan pasien mengasimilasi informasi dan untuk mengajukan
pertanyaan. Seringkali sesi penyuluhan ini dibarengi dengan berbagai
persiapan prosedur untuk memudahkanaliran informasi. Pada
kenyatannya perawat harus membuat penilaian tentang seberapa
banyak yang pasien ingin dan harus ketahui. Pada beberapa contoh,
terlalu rinci maka meningkatkan tingkat ansietas pasien (Smeltzer,
2002).
Pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan pada masa praoperatif
adalah berbagai informasi mengenai tindakan pembedahan, di
antaranya jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat
khusus yang diperlukan, pengiriman kekamar bedah, ruang pemulihan
dan kemungkinan pengobatan setelah bedah. Selain itu aspek legal
perlu ditekankan untuk mengantisipasi dampak yang terjadi. Melalui
Informed Consent (surat persetujuan dilakukan pembedahan), berbagai
informasi mengenai sifat, prosedur yang akan dilakukan, adanya
pilihan terhadap prosedur pembedahan, serta resiko terhadap pilihan
dari pembedahan dapat diketahui pasien (Hidayat, 2006).
25
4. Persiapan tindakan Operasi
Tindakan preopersi penting sekali untuk memperkecil resiko
operasi karena hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada
penilaian keadaan pasien dan persiapan preoperasi. Dalam persiapan
ditentukan indikasi atau kontra indikasi operasi, toleransi pasien
terhadap tindakan bedah dan ditetapkan waktu yang tepat untuk
melaksanakan pembedahan. Tindakan umum yang dialakukan setelah
diputuskan melakukan pembedahan adalah untuk mempersiapkan
pasien agar penyulit pasca bedah dapat dicegah sebanyak mungkin.
Tindakan bedah adalah upaya yang dapat mendatangkan stress karna
terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan terhadap jiwa
seseorang. Perawat berada dalam posisi untuk memberikan bantuan
kepada pasien agar bisa menyesuaikan dengan stressor.
a. Persiapan Mental
Persiapan mental pasien sebelum menjalani tindakan operasi
meliputi dua hal yang penting yaitu :
1. Informasi
Adapun informasi yang harus diterima pasien meliputi
prosedur dan resiko yang mungkin terjadi, alternative tindakan
yang dapat dipilih, perubahan bentuk dan penampilan, anastesi
yang digunakan (kondisi pada periode pasca operasi dan biaya
operasi).
26
2. Dukungan
Merupakan dukungan dari petugas kesehatan dan terutama
dari keluarga. Dari petugas kesehatan dapat berupa informasi
tentang operasi serta cara kerja yang professional dalam
mempersiapkan operasi. Sedangkan dari keluarga dapat berupa
kasih sayang, doa, kehadiran, dan keuangan.
b. Persiapann Fisik
Persiapan fisik meliputi persiapan berbagai system tubuh dan
organ, keadaan gizi pasien, pemeriksaan lab dan foto, pemasangan
alat perawatan sesuai prosedur operasi serta penyulit pasca bedah
lainnya yang munkin timbul.
c. Persetujuan Tindakan Medik “Informed Consent”
Merupakan perjanjian legal antara dokter dan pasien yang
harus ditandatangani oleh pasien/orang tua/wali sebelum dokter
melakukan tindakan medic yang resmi merupakan bukti bahwa
proses informed consent telah dilaksanakan dan pasien sudah sadar
serta mengetahui isi dan konsep dari informed consent.
Dalam keadaan darurat, dokter bedah dapat melakukan
pembedahan darurat,, sambil mencarii keluarga yang bisa
menandatangani izin untuk pembedahan. Dalam keadaan darurat
izin untuk pembedahan juga dapat diberikan melalui telpon dan
harus disaksikan oleh dua orang.
27
A. Pengaruh pendidikan terhadap kecemasan.
Kecemasan dapat terjadi pada pasien yang akan menjalani operasi
termaksud sectio Caesar. Kecemasan pada masa preoperatif sectio Caesar
meliputi takut terhadap anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian, takut
tentang ketidaktahuan atau takut tentang deformitas atau ancaman lain
terhadap citra tubuh. Pendidikan kesehatan adalah salah satu yang
bertujuan untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien preoperasi sectio
caesar melalui pemenuhan kebutuhan informasi mengenai pembedahan.
pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang
mandiri untuk membantu klien, baik individu, kelompok, maupun
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan
pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat
pendidik yang bertugas untuk meningkatkan pengetahuan klien.
Pendidikan kesehatan dapat menurunkan tingkat kecemasan dan
meningkatkat pengetahuan pada pasien praoperatif sectio caesar.
Disarankan pada penyelenggara pelayanan kesehatan agar melakukan
pendidikan kesehatan pada pasien praoperatif sectio Caesar agar dapat
membantu menurunkan kecemasan dan meningkatkan pengetahuan pasien.
Tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan orang tersebut
mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu
akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat
pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap
28
informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru
(Kandouw, 2006).
B. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kecemasan
Cemas adalah respon adaptif yang normal terhadap stress karna
pembedahan. Rasa cemas biasanya timbul pada tahap praoperatif ketika
pasien mengantisipasi pembedahannya dan pada tahap pascaoperatif
kerena nyeri bisa membuat rasa tidak nyaman, perubahan pada citra dan
fungsi tubuh, menggantungkan diri pada orang lain. Rasa cemas bisa
berkurang apabila pasien bisa melihat bahwa pembedahan akan membawa
penyembuhan, bisa mengurangi gejala yang menyulitkan atau bisa
memberi perbaikan pada penampilan seseorang dan sebaliknya rasa cemas
bisa diperberat apabila pasien melihat bahwa pembedahan tidak membawa
penyembuhann karena ada keganasan atau nyawanya terancam (Baradero
Mary, 2008).
Pengetahuan juga dapat bersumber dari pengalaman, dan
pengalaman dapat mempengaruhi kecemasan seseorang. Carpenito
menganggap bahwa pengalaman mempengaruhi tingkat kecemasan. Pada
cemas ringan individu dapat menginterpretasikan pengalaman masa lalu,
saat ini dan masa yang akan datang. Pada tingkat panic, individu tidak
mampu menginterpretasikan pengalaman, dapat berfokus hanya pada hal
saat ini (Carpenito, 2002).
Pengetahuan juga terkait dengan tingkat pendidikan individu,
gangguan psikologis atau kecemasan dapat dipengaruhi oleh pendidikan
29
seseorang, baik secara langsung maupuntidak langsung. Pendidikan
mempengaruhi status kesehatan mental seorang individu, dengan tingkat
pendidikan rendah memiliki factor resiko terjadi gangguan mental
dibandingkan dengan yang berpendidikan lebih tinggi (Sulistiawati, 2005).
30
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teoritis yang telah dilakukan pada studi
kepustakaan maka penulis dapat membuat kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Keterangan :
: Hubungan dengan variable yang diteliti.
: Hubungan dengan variable yang tidak diteliti.
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah kesimpulan sementara yang masih diuji kebenarannya
secara empiris (Daniel, 2003), dimana :
31
Tingkat pendidikan
Tingkat Pengetahuan
Pengalaman
Umur
Sosial Ekonomi
Kecemasan
Ha : Ada hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan
pengalaman dengan tingkat kecemasan pada pasien preoperatif sectio
Caesar di Ruang Obgyn RSU Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara
2012.
Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan
pengalaman dengan tingkat kecemasan pada pasien preoperatif sectio
Caesar di Ruang Obgyn RSU Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara
2012.
32
BAB IV
M ETODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasikan hubungan antara tingkat pendidikan dan
pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien pada saat akan
dilakukan operasi sectio Caesar di ruang Obgyn Rumah Sakit Umum
Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian yang akan dipilih adalah ruangan obgyn
Rumah Sakit Umum Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan kelompok individu atau objek
yang diminati peneliti (Dorothy, 2002). Populasi pada penelitian
ini adalah semua pasien praoperatif Sectio Caesar yang di rawat di
ruang obgyn Rumah Sakit Umum Elim Rantepao, Kabupaten
Toraja Utara 2012.
33
2. Sampel dan Sampling
a. Sampel
Sampel adalah suatu bagian polulasi yang dipilih oleh peneliti
untuk berpartisipasi dalam suatu objek penelitian (Dorothy,
2002). Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien
praoperatif Sectio Caesar yang di rawat di ruang obgyn Rumah
Sakit Umum Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012
yang ditemukan pada bulan Mei – Juli 2012.
b. Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik
Total Sampling.
3. Kriteria Sampel
a. Kriteria inklusi pada :
1) Pasien praoperatif sectio Caesar yang dirawat dan bersedia
menjadi responden diruang ruang obgyn Rumah Sakit
Umum Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012.
2) Pasien praoperatif sectio Caesar dalam keadaan sadar
(dapat berkomunikasi)
b. Kriteria Eksklusi :
1) Pasien praoperatif sectio Caesar yang menolak menjadi
responden.
2) Pasien praoperatif sectio Caesar dengan nyeri berat.
34
F. Instrument Pengumpulan Data
Adapun metode dalam pengumpulan data adalah dengan
menggunakan teknik kuesioner yang disusun dan mengicu pada
kepustakaan yang terdiri atas beberapa pertanyaan yang diberikan kepada
responden. Responden diberikan penjelasan tentang maksud dari masing-
masing pertanyaan dan selanjutnya diminta untuk memilih jawaban sesuai
dengan apa yang mereka ketahui dan sesuai dengan apa yang mereka
rasakan. Setiap responden mengisi 3 macam kuesioner (Data Biografi,
Pengetahuan praoperatif sectio Caesar, dan Tingkat kecemasan
Praoperatif). Pengumpulan data dilakukan sebelum tindakan operasi
dilakukan.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Elim
Rantepao, Kabupaten Toraja Utara 2012 dengan prosedur sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi tempat penelitian dan populasi target.
2. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian dan
pengambilan data dari institusi kepada Direktur Rumah Sakit Umum
Elim Rantepao, Kabupaten Toraja Utara.
3. Setelah mendapat persetujuan, peneliti melakukan pendekatan kepada
calon responden untuk pengambilan data.
4. Kemudian menyebarkan kuesioner kepada responden untuk diisi dan
kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan kuesioner kembali.
35
F. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dilanjutkan dengan pengolahan dan secara
manual dan disajikan dalam bentuk table sebelum data dianalisa terlebih
dahulu diadakan :
1. Editing
Melengkapi, memperjelas mengecek dan memperbaiki jawaban
responden pada kuesioner. Dalan penelitian ini peneliti mengecek
kembali apakah semua kuesioner telah diisi dan jika ada
ketidakcocokan maka meminta responden yang bersangkutan untuk
melengkapi.
2. Coding
Memberikan code jawaban secara angka atau kode tertentu sehngga
lebih mudah untuk ditabulasi. Pernyatan responden yang sesuai diberin
tanda chek ( ) yang tidak sesuai dikosongi.
3. Scoring
Dilakukan dengan memberikan nilai sesuai dengan scor yang telah
ditentukan.
4. Tabulasi
Tabulasi data merupakan lanjutan dari pengkodean pada proses
pengolahan data dalam bentuk distribusi frekuensi.
G. Analisis Data
1. Analisa univariate adalah dilakukan terhadap setiap variable dari hasil
penelitian
36
Analisis ini menghasilkan distribusi presentase dari setiap variable yang
ditaati dengan menggunakan rumus :
p= Fn
×100 %
Keterangan :
p = Presentase
F = Frekuensi
n=Total
2. Analisa Bivarate adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variable
yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisi ini dapat dilakukan
dengan menggunakan uji statistikdengan tingkat kemungkinan (
α=0,05¿uji statistic yang digunakan adalah chi – square (X2) :
X2¿Σ (fo−fh)2
fh
Keterangan :
X2 : Chi – Square
Fo : frekuensi yang diobservasi (nilai observasi)
Fh : frekuensi yang diharap dihitung (nilai sampel)
Σ :Jumlah
37
Penelitian :
Analisis data menggunakan rumus chi-square dengan bantuan
Program Computer SPSS for Windows Release versi 19.0 dianggap
ada hubungan bila X2 hitung lebih besar atau sama dengan harga table
P ¿ α 0,05.
H. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia.
Pendidikan dapat di artikan sebagai suatu proses dimana seseorang
mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya
dalam masyarakat dan kebudayaan. Pada umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin baik pula tingkat pengetahuannya
(notoatmodjo, 2003).
Criteria objektif :
Pendidikan tinggi : Jika tamat dan memiliki ijazah
Perguruan tinggi dan memiliki ijazah
SMA
Pendidikan rendah : Jika tamat dan memiliki ijizah SMP
dan memiliki ijazah SD.
2. Pengetahuan
Segala bentuk informasi yang diketahui pasien tentang persiapan dan
prosedur tindakan operasi sectio Caesar yang meliputi : jenis
pemeriksaan praoperatif, alat-alat yang diperlukan, pengiriman ke
38
kamar bedah, ruang pemulihan, pengobatan setelah bedah, dan
informed consent denagn criteria objektif :
Cukup : jika nilai yang diperoleh 60 - 100
Kurang : jika nilai yang diperoleh dibawah 60
(Dewi dan Wawan, 2010).
3. Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu hal yang pernah dialami, dirasakan, dilalui
yang tersimpan didalam pikiran atau ingatan seseorang (Ikamahardika,
2005).
Kriterio Objektif :
Pernah Operasi : Nilainya 1
Tidak Pernah Operasi : Nilainya 0
4. Kecemasan
Kecemasan pasien merupakan perasaan tidak aman dan kuatir yang
timbul karena dirasa akan terjadi sesuatu hal yang tidak menyenangkan
pada pasien praoperatif sectio Caesar di RSU Elim Rantepao,
Kabupaten Toraja Utara 2012. Tingkat kecemasan ini diperoleh
berdasarkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan melalui kuesioner
dengan criteria objektif :
Tidak cemas : Kurang dari 14
Cemas Ringan : 14 - 20
Cemas Sedang : 21 - 27
Cemas Berat : 28 – 41
39
Panic : 42 - 56
H. Etika penelitian
Pada saat melakukan penelitian etika merupakan masalah yang
sangat penting. Masalah etika yang harus diperhitungkan adalah
sebagai berikut :
1. Informed Consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan responden diberikan kepada responden dengan
tujuan supaya subjek mengetahui maksud dan tujuan serta dampak
pengumpulan data, jika subjek bersedia diteliti maka subjek harus
menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika subjek tidak
bersedia diteliti maka peneliti harus tetap menghargai hak klien.
2. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan subjek maka tidak di cantumkan
identitas dari sebjek yang tidak mencantumkan nama dalam lembar
pengumpulan data.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiian informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin
oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan tersajikan
pada hasil penelitian.
40
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Karakteristik Rumah Sakit
Rumah sakit Umum Elim Rantepao Toraja Utara sebagai Rumah
Sakit Tipe C.
Rumah Sakit Umum Elim Rantepao beralamat di jalan A. Yani no
68 Rantepao Toraja Utara satu satunya Rumah Sakit Umum yang
berada di
Bagian Toraja Utara yang memiliki area tanah seluas 18000 m3
dimana bangunan yang ada sekarang ini berdiri diatas tanah seluas
9000 m3 (50%) dari tanah yang ada.
2. Visi dan Misi Rumah sakit Umum Elim Rantepao Toraja Utara :
a. Visi : memberikan pelayanan yang bermutu, manusiawi, dan
terjangkau kepada pasien dan keluarganya berdasarkan kasih.
b. Misi :
1) Memberikan pelayanan kesahatan secara Paripurna
2) Menumbuhkan Kebanggaan dan loyalitas yang tinggi bagi
setiap karyawan.
3) Meningkatkan Kinerja bagi karyawan.
4) Meningkatkan kepuasaan bagi costumer.
5) Menngkatkan kessejateraan bagi karyawan.
41
6) Menciptakan lingkungan kerja yamg baik dan nyaman
sehingga seluruh karyawan menjadi bagian dari Rumah Sakit.
3. Adapun Fungsi dari Rumah sakit Umum Elim Rantepao Toraja Utara
sebagai berikut “
a. Poloklinik Spesialis terdiri dari :
1) Spesialis penyakit dalam
2) Spesialis anak
3) Spesialis bedah
4) Spesialis THT
5) Spesialis saraf
6) Spesialis obsetri ginekologi
7) Spesialis mata
8) Spesialis gigi
b. Spesialis Umum Terdiri dari :
1) Rawat Inap
2) Kamar Operasi
3) Kamar Pemulihan
4) Kamar Jenazah
5) IDR
6) Data pemanfaatan Rumah Sakit yaitu : BOR (Bad Occupation
Rate), angka rata rata tempat tidur, terisi dalam satu tahun atau
tempat tidur yang dimaksud adalah tempat tidur diruang rawat
inap. LOS : Avarege Length of Stay (angka rata-rata lamanya
42
seorang pasien dirawat), TOI : Turn Over Interval (angka rata-
rata sebuah tempat tidur tidak terisi), BTO : Bed Turn Over
( Tingkat penggunaan sebuah tempat tidur dalam satu tahun.
7) Saran Penunjang Medis
a) Instalasi laboratorium
b) Instalasi Farmasi
c) Instalasi gizi
d) Instalasi operasi
e) Instalasi bersalin
f) Instalasi perawatan penyakit dalam
g) Instalasi perawatan anak
h) Instalasi perawatan bedah
i) Instalasi perawatan nifas
j) Unit Gawat Darurat (UGD).
4. Sumber Daya Manusia
a. Dokter spesialis penyakit dalam 2 orang
b. Dokter spesialis bedah 3 orang
c. Dokter gigi 2 orang
d. Dokter spesialis obgyn 2 orang
e. Dokter spesialis anak 2 orang
f. Dokter spesialis THT 2 orang
g. Dokter spesialis syaraf 1 orang
h. Dokter spesialis mata 1 orang
43
i. Dokter umum 8 orang
j. Perawat dengan pendidikan D3 Keperawatan 5 orang
k. Perawat dengan pendidikan SPK 24 Orang
l. Bidan 9 orang
m. Tenaga non medis 56 orang
5. Sarana Penunjang Umum
a. Ambulans
b. Mobil Jenazah
c. Asrama Perawat
6. Jumlah perawat tetap di Rumah Sakit Umum Elim Rantepao Toraja
Utara berjumlah 80 orang.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Elim Rantepao
Toraja Utara dari tanggal 28 Mei 2012 hingga 30 Juni 2012 dengan
jumlah responden yang diperoleh sebanyak 30 responden. Hasil
Penelitian ini diperoleh dari pasien praoperatif sectio caesar yang
dirawat di ruang obgyn Rumah Sakit Umum Elim Rantepao
Kabupaten Toraja Utara 2012 melalui wawancara terstruktur melalui
kuesioner yang memuat pertanyaan tentang pengetahuan prabedah dan
kecemasan. Kuesioner ini dibagikan kepada responden dan diisi secara
langsung kemudian dikumpul kembali oleh peneliti.
Setelah data terkumpul dialakukan pemeriksaan, kemudian data
tersebut diolah. Berdasarkan hasil pengolahan data maka peneliti akan
44
melakukan analisi data univariat terhadap setiap variabel untuk
menghasilkan distribusi dan persentase serta analis data bivariat untuk
melihat hubungan dari tiap-tiap variabel dependen dan variabel
independen yang diuji dengan Chi – square dan Odds Ratio.
1. Analisa Univariat
a. Pendidikan
Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan PasienPraoperatif
Sectio Caesar di Ruang Obgyn Rumah Sakit Umum Elim Rantepao Kabupaten Toraja Utara
2012
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase % Tinggi 13 43,3% Rendah 17 56,7%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer RSU Elim Rantepao, 2012
Dari tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa responden yang
berpendidikan tinggi ada 13 orang (43,3%) dan yang
berpendidikan rendah ada 17 orang (56,7%).
45
b. Pengetahuan
Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan PasienPraoperatif
Sectio Caesar di Ruang Obgyn Rumah Sakit Umum Elim Rantepao Kabupaten Toraja Utara
2012
Sumber : Data Primer RSU Elim Rantepao, 2012
Dari tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa responden yang
berpengetahuan Cukup ada 19 orang (63,3%) dan yang
berpengetahuan rendah ada 11 orang (36,7%).
c. Pengalaman Operasi
Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengalaman Operasi Pasien
Praoperatif Sectio Caesar di Ruang Obgyn Rumah Sakit Umum ElimRantepao
Kabupaten Toraja Utara2012
Sumber : Data Primer RSU Elim Rantepao, 2012
46
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase %
Cukup 19 Orang 63,3%Kurang 11 Orang 36,7%
Total 30 100%
Pengalaman Operasi Frekuensi Persentase %
Pernah Operasi 19 63,3 % Tidak Pernah Operasi 11 36.7 % Total 30 100 %
Dari tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa jumlah
responden yang pernah menjalani operasi ada 19 orang (63,3%)
dan yang tidak pernah menjalani operasi ada 11 orang (36,7%)
d. Tingkat Kecemasan
Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Pasien
Praoperatif Sectio Caesar di Ruang ObgynRumah Sakit Umum ElimRantepao
Kabupaten Toraja Utara2012
Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase Cemas Ringan 9 30% Cemas Sedang 21 70% Cemas Berat 0 -
Total 30 100 % Sumber : Data Primer RSU Elim Rantepao, 2012
Dari tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa jumlah
responden yang megalami cemas ringan ada 9 orang (30%), cemas
sedang ada 21 orang (70%).
47
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kecemasan
Tabel 5.5Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Praoperatif Sectio Caesar di Ruang Obgyn Rumah Sakit Umum Elim Rantepao
Kabupaten Toraja Utara
Pendidikan Gejala Kecemasan Total Odds RatioTidak Cemas
Ringan Sedang Berat
N % N % N % N %Tinggi 0 7 6 0 13 % - 23,3% 20% - 43,3% 0,114Rendah 0 2 15 0 17 (0,018-0,716) % - 6,67% 50% - 56,7%
Total 0 9 21 0 30 % - 30% 70% - 100,%
2012 Sumber : Data Primer RSU Elim Rantepao, 2012 P = 0,020
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden yang
memiliki Pendidikan tinggi ada 13 orang (43,3%) dengan cemas ringan
ada 7 orang (23,3%) dan cemas sedang ada 6 orang (20%) sedangkan
Responden yang Pendidikan rendah ada 17 orang (56,7%) dengan
cemas ringan 2 orang (6,7%) dan cemas sedang ada 15 orang (50%).
48
Hasil uji statistic Chi-Squared (Fisher Exact Test) diperoleh nilai
P=0,020. Dengan demikian nilai P lebih kecil dari α (0,05), hal ini
berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan tingkat kecemasan pasien pada saat akan
dilakukan operasi.
Dari hasil analisa diperoleh nilai Odds Ratio dengan tingkat
kepercayaan 95% adalah 0,114 (0,018-0,716) artinya responden yang
pendidikannya tinggi memiliki peluang lebih besar mengalami cemas
ringan dibanding responden yang pendidikannya rendah.
b. Hubungan Pengetahuan Praoperatif dengan Tingkat Kecemasan
Tabel 5.6Hubungan Pengetahuan Praoperatif dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Praoperatif Sectio Caesar di Ruang Obgyn Rumah Sakit Umum Elim Rantepao
Kabupaten Toraja Utara 2012
Sumber : Data Primer RSU Elim Rantepao, 2012 P = 0,008
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden yang memiliki
Pengetahuan cukup ada 19 orang (63,4%) dengan cemas ringan ada 13 orang
49
Pengetahuanprabedah
Gejala Kecemasan Total Odds RatioTidak Cemas
Ringan Sedang Berat
N % N % N % N %
Cukup 0 13 6 0 19 % - 43,4 % 20% - 63,4% 12,000 Kurang 0 4 7 0 11 (1,891-76,156) % - 13,3% 23,3% - 36,6%
Total 0 17 13 0 30 % - 56,7% 43,3% - 100,%
(43,4%) dan cemas sedang ada 6 orang (20%) sedangkan Responden
yang Pendidikan rendah ada 11 orang (36,6%) dengan cemas ringan
ada 4 orang (13,3%) dan cemas sedang ada 7 orang (23,3%).
Hasil uji statistic Chi-Squared (Fisher Exact Test) diperoleh nilai
P=0,008. Dengan demikian nilai P lebih kecil dari α (0,05), hal ini
berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan antara tingkat
pengetahuan prabedah dengan tingkat kecemasan pasien pada
saat akan dilakukan operasi.
Dari hasil analisa diperoleh nilai Odds Ratio dengan tingkat
kepercayaan 95% adalah 12,000 (1,891-76,156) artinya responden
yang pengetahuan prabedahnya cukup memiliki peluang lebih besar
mengalami cemas ringan dibanding responden yang pengetahuan
prabedah kurang.
c. Hubungan Pengalaman operasi dengan Tingkat Kecemasan
Tabel 5.7Hubungan Pengalaman Operasi dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Praoperatif Sectio Caesar di Ruang Obgyn Rumah Sakit Umum Elim Rantepao
Kabupaten Toraja Utara 2012
50
Sumber : Data Primer RSU Elim Rantepao, 2012 P = 0,004
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden yang pernah
menjalani operasi ada 19 0rang (63,4%) dengan cemas ringan sebanyak 13 orang
(43,4%) dan cemas sedang 6 orang (20%) sedangkan responden yang belum
pernah menjalani operasi ada 11 orang (36,6%) dengan cemas ringan 4 orang
(13,3%) dan cemas sedang 7 orang (23,3%).
Hasil uji statistic Chi-Squared (Fisher Exact Test)
diperoleh nilai P=0,004 Dengan demikian nilai P lebih kecil dari α
(0,05), hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan
antara pengalaman operasi dengan tingkat kecemasan pasien
pada saat akan dilakukan operasi.
Dari hasil analisa diperoleh nilai Odds Ratio dengan tingkat
kepercayaan 95% adalah 0,067 (0,010-0,455) artinya responden yang
pernah menjalani operasi memiliki peluang lebih besar mengalami
cemas ringan dibanding responden yang belum pernah operasi.
C. Pembahasan
51
Pengalamanoperasi
Gejala Kecemasan Total Odds RatioTidak Cemas
Ringan Sedang Berat
N % N % N % N %Ya 0 13 6 0 19 % - 43,4% 20% - 63,4% 0,067 Tidak 0 4 7 0 11 (0,010-0,455) % - 13,3% 23,3% - 36,6%
Total 0 17 13 0 30 % - 56,7% 43,3% - 100,%
Setelah data terkumpul, dikelola dan disajikan, berikut ini akan
dilakukan pembahasan hasil penelitian sesuai dengan variable yang
diteliti sebagai berikut :
1. Tingkat Pendidikan Pasien
Dari tabel 5.5 di atas diketahui bahwa ada 17 responden (56,7%)
memiliki pendidikan rendah, dan 13 responden (43,35) memiliki
pendidikan tinggi.
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memiliki pendidikan rendah oleh sebab itu banyak pasien
yang mengalami cemas sedang saat menjalani tindakan operasi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat notoadmodjo yang
menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi
pengetahuannya, dan perilaku terbentuk karena adanya pengetahuan
yang ditunjukkan dalam proses belajar ( Notoadmodjo, 2007).
2. Tingkat Pengetahuan pasien
Dari tabel 5.6 di atas diketahui bahwa 19 responden (63,3%)
memiliki pengetahuan prabedah yang cukup dan 11 responden
(36,7%) memiliki pengetahuan prabedah yang kurang.
52
Dari data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan prabedah yang baik sehingga tak ada satu pun
responden yang mengalami cemas berat saat akan menjalani operasi.
3. Pengalaman Operasi
Dari data pada tabel 5.7 diatas diketahui bahwa 19 responden
(63,3) pernah menjalani tindakan operasi dan 11 responden (36,7%)
yang tidak pernah menjalani tindakan operasi.
Dari data tersebut menunjukkan sabagian besar responden sudah
pernah menjalani tindakan operasi sehingga sehingga tak ada satupun
responden yang mengalami cemas berat pada saat akan dioperasi.
4. Tingkat kecemasan pasien pasien praoperatif sectio Caesar di
ruang obgyn RSU Elim, Rantepao, Kabupaten Toraja Utara.
Hasil penelitian seperti tertera pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa
70% responden mengalami cemas sedang pada saat akan dilakukan
operasi dan 30% responden mengalami cemas ringan. Tidak
seorangpun responden yang mengalami cemas berat.
Beberapa hal yang berperan terhadap kecemasan seseorang antara lain
tingkat pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan umur.
Pendidikan seseorang mempengaruhi status kesehatan mental
seorang individu dengan tingkat pendidikan rendah memiliki factor
resiko terjadi gangguan mental lebih besar
dibandingkan seseorang yang memiliki pendidikan tinggi.
53
Pengetahuan prabedah seseorang juga sangat mempengaruhi
kecemasan seseorang saat akan dilakukan operasi, orang yang
memiliki pengetahuan praoperatif yang baik memiliki peluang lebih
besar mengalami cemas ringan di banding respoden pengetahuannya
kurang.
Pengalaman operasi seseorang juga sangat mempengaruhi
kecemasan seseorang saat akan dilakukan operasi sebab pengalaman
pasien yang minim tentang tindakan operasi mempengaruhi
persepsinya tentang tindakan operasi yang kurang sesuai, seperti
sebuah tindakan yang berbahaya atau menakutkan sehingga pasien
cenderung cemas saat akan menjalani operasi.
5. Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan
Hasil uji analisiis statistik Chi-Squared (Fisher Exact Test)
diperoleh nilai P=0,020. Dengan demikian nilai P lebih kecil dari α
(0,05), hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan
antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan pasien pada saat
akan dilakukan operasi.
Hasil penelitisn ini menunjukkan bahwa orang yang
memiliki pendidikan tinggi, kecemasannya saat akan menjalani operasi
lebih rendah dibanding orang yang pendidikannya rendah sebab
tingkat pendidikan seseorang itu juga sangat mempengaruhi persepsi
seseorang mengenai tindakan operasi sehingga cenderung
54
menimbulkan cemas sedang sampai berat apabila pasien berpendidikan
rendah.
6. Hubungan pengetahuan praoperatif dengan tingkat kecemasan.
Hasil uji analisis statistic Chi-Squared (Fisher Exact Test)
diperoleh nilai P=0,008. Dengan demikian nilai P lebih kecil dari α
(0,05), hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan
antara tingkat pengetahuan prabedah dengan tingkat kecemasan
pasien pada saat akan dilakukan operasi.
Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki
penegtahuan praoperatif yang baik kecemasannya saat akan menjalani
operasi lebih rendah daripada orang yang memiliki pengetahuan
praoperatif yang kurang. Hal ini dapat dimengerti karena informasi
prabedah diberikan petugas bertujuan untuk meluruskan persepsi atau
pemahaman pasien yang kurang tepat tentang tindakan operasi,
sehingga diharapkan klien memahami secara benar tentang prosedur
operasi, resiko yang mungkin terjadi serta efek samping lain yang
mungkin terjadi. Pemahaman yang baik dan benar tentang informasi
prabedah diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien saat akan
di operasi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Smeltzer Tahun
2002 yang mengungkapkan bahwa informasi praoperatif sangat
bermanfaat untuk mengurangi ansietas pasien. Manfaat dari instruksi
praoperatif telah dikenal sejak lama.
55
7. Hubungan Pengalaman Operasi dengan tingkat Kecemasan.
Hasil uji statistic Chi-Squared (Fisher Exact Test)
diperoleh nilai P=0,004 Dengan demikian nilai P lebih kecil dari α
(0,05), hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan
antara pengalaman operasi dengan tingkat kecemasan pasien pada saat
akan dilakukan operasi.
Pengalaman operasi seseorang juga sangat mempengaruhi
kecemasan seseorang saat akan dilakukan operasi sebab pengalaman
pasien yang minim tentang tindakan operasi mempengaruhi
persepsinya tentang tindakan operasi yang kurang sesuai, seperti
sebuah tindakan yang berbahaya atau menakutkan sehingga pasien
cenderung cemas saat akan menjalani operasi.
D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan merupakan suatu kelemahan yang dihadapi peneliti dalam
melaksanakan penelitian antara lain :
1. Pengumpulan data dengan kuesioner memungkinkan responden
menjawab pertanyaan dengan tidak jujur atau tidak mengerti
pertanyaan yang dimaksudkan sehingga hasilnya kurang mewakili
secara kualitatif.
2. Pengumpulan data tingkat pengetahuan dan kecemasan dilakukan pada
waktu bersamaan di saat pasien akan menjalani tindakan operasi,
sehingga memungkinkan responden kurang berkonsentrasi
56
mengerjakan kuesioner karena yang bersangkutan sedang mengalami
kecemasan praoperatif.
3. Factor-faktor yang mempengaruhi kecemasan tidak diidentifikasi
semuanya, seperti data pendapatan atau penghasilan responden yang
menggambarkan status social ekonomi atau kecukupan financial
seseorang, sehingga pembahasannya kurang mendalam.
4. Peneliti belum berpengalaman karena peneliti pemula sehingga masih
banyak kekurangan yang didapatkan dalam melakukuan penelitian
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang ‘Hubungan antara tingkat
pendidikan, pengetahuan dan pengalaman dengan tingkat kecemasan
pasien praoperatif sectio Caesar di ruang obgyn RSU Elim, Rantepao
kabupaten Toraja Utara, maka di tarik kesimpulan dan saran sebagai
berikut :
A. Kesimpulan
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan
pasien praoperatif pasien sectio Caesar di ruang obgyn RSU Elim,
Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, dengan nilai P=0,020. Dengan
demikian nilai P < α (0,05), menunjukkan bahwa semakin tinggi
57
pendidikan seseorang maka kecemasannya akan semakin rendah atau
sebaliknya.
2. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan prabedah dengan tingkat
kecemasan pasien praoperatif pasien sectio Caesar di ruang obgyn
RSU Elim, Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, dengan nilai
P=0,008. Dengan demikian nilai P < α (0,05) menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat pengetahuan praoperatif seseorang maka
kecemasannya akan semakin rendah atau sebaliknya.
3. Ada hubungan antara pengalaman operasi dengan tingkat kecemasan
pasien pada saat akan dilakukan operasi praoperatif pasien sectio
Caesar di ruang obgyn RSU Elim, Rantepao, Kabupaten Toraja
Utara nilai P=0,004 Dengan demikian nilai P < α (0,05)
menunjukkan bahwa ada hubungan pengalaman operasi dengan
kecemasan pasien praoperatif.
4. Data pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa 70% responden mengalami
cemas sedang pada saat akan dilakukan operasi dan 30% responden
mengalami cemas ringan. Tidak seorangpun responden yang
mengalami cemas berat.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
58
Disarankan agar hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk
mengembangkan kurikulum, khusunya untuk pendidikan dalam
keperawatan.
2. Bagi Rumah Sakit
a. Pendidkan atau Informasi prabedah hendaknya diberikan sesuai
karakteristik individual pasien dan diberikan pada waktu tepat,
agar pengetahuan pasien menjadi lebih baik tanpa harus
menimbulkan kecemasan yang berlebihan. Informasi ini
sebaiknya diberikan pada 1 atau 2 hari sebelum operasi.
b. Petugas hendaknya memberikan kesempatan pada pasien untuk
menanyakan hal-hal yang kurang dipahami seputar informasi
prabedah, serta menyediakan diri untuk menjawab pertanyaan
atau keraguan pasien dengan sabar dan bijaksana.
3. Bagi Pasien\
Pasien diharapkan mampu mau bertanya atau menggali informasi
prabedah kepada petugas apabila merasa belum sepenuhnya
memahami, atau menanyakan kebenaran hal-hal yang dipikirkan
yang membuat cemas atau takut.
4. Bagi Profesi Keperawatan
Dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat diharapkan berupaya
untuk terus meningkatkan pelayanan kesehatan dengan member
penjelasan tentang pengetahuan prabedah kepada pasien yang akan
menjalani operasi agar tidak menimbulkan kecemasan yang berlebih.
59
5. Bagi Peneliti berikutnya
Penelitian ini hanya menghubungkan factor pendidikan, pengetahuan
dan pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien, sedangkan masih
banyak hal-hal lain yang menimbulkan kecemasan. Oleh karena itu
diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan dengan analisis
multifactor yang lebih mendalam, mengembangkan suatu mode
perlakuan, dan mengembangkan jumlah bsubjek penelitian sehingga
hasil penelitian menjadi lebih akurat dan lebih dapat diterima secara
ilmiah.
JADWAL KEGIATAN PENELITIANRUMAH SAKIT UMUM ELIM RANTEPAO
KABUPATEN TORAJA UTARAJULI 2012
NO KEGIATAN PENELITIAN
Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I PERSIAPAN
1. Penyusunan
proposal
2. Konsultasi
3. Seminar Proposal
4. Revisi dan perijinan
Penelitian
II PELAKSANAAN
1. Pengambilan Data
2. Rekapitulasi data
dan konsultasi
3. Analisa Data dan
60
Konsultasi
III PENYELESAIAN
1. Penyusunan skripsi
dan Konsultasi
2. Ujian Skripsi
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, 2008. Teknik prosedur keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Baradero, Mary, dkk. Keperawatan Perioperatif : prinsip dan praktik, Jakarta : EGC, 2008.
Brockopp, Dorothy Young. Dasar-dasar Riset Keperawatan. Ed.2. Jakarta, ECG.2002.
Capernito, Lynda Juall. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed.6. Jakarta : ECG. 2002.
Danim, Sudarwan, Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi. Jakarta : ECG, 2003.
Hidayat, AAA. 2006 Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.
Kandouw, 2006. Anda Terganggu dengan Cemas ? (http://www.mediastore.com/-med/berita.php?id=35iddtl=idktg=idobat=UID=20120420203202124.195.14.210. (Diakses pada tanggal 20 April 2012).
61
Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan 1. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Potter, Patricia A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktek. Ed.4 Jakarta : ECG,2005.
Stuart, Gail W. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed.5. Jakarta : ECG, 2006.
Suliawati, dkk. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : ECG. 2005.
62