muslim.or.id-amar maruf nahi munkar dalam keluarga

3
muslim.or.id http://muslim.or.id/keluarga/amar-maruf-nahi-munkar-dalam-keluarga.html Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, S1 Ilmu Komputer UGM, kontributor web PengusahaMuslim.Com 8 May 2014, 7:24 am Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dalam Keluarga Mungkin semua kita sudah memahami bahwa setiap kita adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung- jawabannya. Termasuk juga seorang suami dalam keluarga, adalah pemimpin dalam keluarga yang akan dimintai pertanggung-jawabannya terhadap keluarganya. Allah Ta’ala berfirman: ا ﯿ ت ت ت أ ا أ ا و ا ا ء ا ن ا ل Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)” (QS. An Nisaa: 34) Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam juga bersabda: و ز و ﯿ ر ا ﯿ و ا أ ة ، ر ﯿ ل و أ ر ا ع و ا ، ر ﯿ و ل ر ا ع ا م ، ر ﯿ ل و ، ر ا ع ر ﯿ Setiap kalian adalah orang yang bertanggung jawab. Setiap kalian akan dimintai pertanggung-jawabannya. Seorang imam adalah orang yang bertanggung jawab dan akan dimintai pertanggung-jawabannya. Seorang lelaki bertanggung jawab terhadap keluarganya dan akan dimintai pertanggung-jawabannya. Seorang wanita bertanggung jawab terhadap urusan di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggung-jawabannya” (HR. Bukhari 893, Muslim 1829). Namun banyak yang belum memahami bentuk kepemimpinan seorang suami dalam keluarga. Sehingga ketika terjadi kesalahan yang penyimpangan yang terjadi di dalam keluarga, sebagian suami mentoleransi hal tersebut dan tidak merasa itu bagian dari tugasnya sebagai pemimpin. Misalnya ketika seorang istri atau anak perempuannya tidak berjilbab, suami berkata: “ saya sebenarnya ingin mereka berjilbab, tetapi saya tidak memerintahkan mereka, biarlah kesadaran berjilbab datang dari diri mereka sendiri “. Atau ada juga suami yang merasa tugas kepemimpinannya hanyalah sekedar “memberi tahu”, semisal ketika anaknya berpacaran (dan pacaran adalah maksiat), ia berkata: “sebenarnya saya sudah sampaikan kepadanya bahwa pacaran itu tidak baik, namun ia sudah dewasa, biarlah ia memilih apa yang menurutnya baik“. Secara common sense saja sebetulnya kita mengakui bahwa yang demikian itu bukanlah pemimpin, atau kalau mau dikatakan pemimpin pun maka pemimpin yang lemah. Wajibnya Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dalam Keluarga Ketahuilah amar ma’ruf nahi mungkar sejatinya wajib bagi semua individu muslim, entah ia sebagai anak, istri ataupun belum berkeluarga. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: و ا ﯿ و و و: ل ؟: ا ﯿ اAgama adalah nasehat”. Para sahabat bertanya: “Untuk siapa?”. Beliau menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para imam kaum muslimin dan umat muslim seluruhnya” (HR. Muslim, 55) Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan kita beramar-ma’ruf nahi-mungkar kepada semua Muslim, dengan tangan jika mampu, apabila tidak mampu maka menasehati dengan lisan atau minimal dengan hati: ا ن أ ﺿ و ذ. ن. ن. ﯿ ه ﯿ ﯿ ه ا ر أ ىBarang siapa yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah

Upload: herasetiawan

Post on 04-Oct-2015

237 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

akhlak

TRANSCRIPT

  • muslim.or.id http://muslim.or.id/keluarga/amar-maruf-nahi-munkar-dalam-keluarga.html

    Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, S1 Ilmu Komputer UGM, kontributor webPengusahaMuslim.Com

    8 May 2014, 7:24am

    Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Keluarga

    Mungkin semua kita sudah memahami bahwa setiap kita adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung-jawabannya. Termasuk juga seorang suami dalam keluarga, adalah pemimpin dalam keluarga yang akandimintai pertanggung-jawabannya terhadap keluarganya. Allah Taala berfirman:

    Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka(laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dariharta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketikasuaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) (QS. An Nisaa: 34)

    Rasulullah Shallallahualahi Wasallam juga bersabda:

    Setiap kalian adalah orang yang bertanggung jawab. Setiap kalian akan dimintai pertanggung-jawabannya.Seorang imam adalah orang yang bertanggung jawab dan akan dimintai pertanggung-jawabannya. Seorang lelakibertanggung jawab terhadap keluarganya dan akan dimintai pertanggung-jawabannya. Seorang wanitabertanggung jawab terhadap urusan di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggung-jawabannya (HR.Bukhari 893, Muslim 1829).

    Namun banyak yang belum memahami bentuk kepemimpinan seorang suami dalam keluarga. Sehingga ketikaterjadi kesalahan yang penyimpangan yang terjadi di dalam keluarga, sebagian suami mentoleransi hal tersebutdan tidak merasa itu bagian dari tugasnya sebagai pemimpin. Misalnya ketika seorang istri atau anakperempuannya tidak berjilbab, suami berkata: saya sebenarnya ingin mereka berjilbab, tetapi saya tidakmemerintahkan mereka, biarlah kesadaran berjilbab datang dari diri mereka sendiri. Atau ada juga suami yangmerasa tugas kepemimpinannya hanyalah sekedar memberi tahu, semisal ketika anaknya berpacaran (danpacaran adalah maksiat), ia berkata: sebenarnya saya sudah sampaikan kepadanya bahwa pacaran itu tidakbaik, namun ia sudah dewasa, biarlah ia memilih apa yang menurutnya baik. Secara common sense sajasebetulnya kita mengakui bahwa yang demikian itu bukanlah pemimpin, atau kalau mau dikatakan pemimpinpun maka pemimpin yang lemah.

    Wajibnya Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Keluarga

    Ketahuilah amar maruf nahi mungkar sejatinya wajib bagi semua individu muslim, entah ia sebagai anak, istriataupun belum berkeluarga. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda:

    : :

    Agama adalah nasehat. Para sahabat bertanya: Untuk siapa?. Beliau menjawab: Untuk Allah, kitab-Nya,Rasul-Nya, para imam kaum muslimin dan umat muslim seluruhnya (HR. Muslim, 55)

    Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam memerintahkan kita beramar-maruf nahi-mungkar kepada semua Muslim,dengan tangan jika mampu, apabila tidak mampu maka menasehati dengan lisan atau minimal dengan hati:

    . . .

    Barang siapa yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah

    http://muslim.or.idhttp://muslim.or.id/keluarga/amar-maruf-nahi-munkar-dalam-keluarga.htmlhttp://muslim.or.id/manhaj/meneladani-sahabat-nabi-jalan-kebenaran.html

  • dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman(HR. Muslim, 49)

    Dan amar maruf nahi mungkar dalam ruang lingkup keluarga itu lebih ditekankan lagi wajibnya, Allah Taalaberfirman:

    Wahai orang-orang yang beriiman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalahmanusia dan bebatuan (QS. At Tahrim: 6)

    Dan bagi seorang suami di dalam keluarga yang ia pimpin, kewajiban ini menjadi lebih wajib lagi. Mengapademikian? Karena sudah atau belumnya ia mengerjakan amar maruf nahi mungkar dalam keluarganya akandimintai pertanggung-jawaban di akhirat.

    Setiap kalian adalah orang yang bertanggung jawab. Setiap kalian akan dimintai pertanggung-jawabannya.Seorang imam adalah orang yang bertanggung jawab dan akan dimintai pertanggung-jawabannya. Seorang lelakibertanggung jawab terhadap keluarganya dan akan dimintai pertanggung-jawabannya (HR. Bukhari 893, Muslim1829).

    Dan seorang suami asalnya adalah orang yang paling mampu untuk mengubah kemunkaran dalam keluarganyadengan tangannya atau lisannya. Maka wajib bagi seorang suami untuk memerintahkan keluargauntuk mengerjakan perkara-perkara yang wajib bagi mereka dan melarang mereka dari hal-hal yang dilarangagama. Jadi perlu digaris bawahi, hukumnya wajib, bukan sunnah bukan pula mubah. Dalam kitab RiyadhusShalihin, Imam An Nawawi membuat judul bab:

    Bab wajib (bagi seorang suami) untuk memerintahkan istrinya dan anak-anaknya yang sudah mumayyiz sertasemua orang yang ada dalam tanggung jawabnya untuk mengerjakan ketaatan kepada Allah Taala dan melarangmereka dari semua penyimpangan serta wajib mengatur mereka serta mencegah mereka terhadap hal-hal yangdilarang agama.

    Ibnu Abdil Barr mengatakan:

    wajib bagi setiap muslim untuk mengajarkan keluarganya perkara-perkara agama yang mereka butuhkan danwajib memerintahkan mereka untuk melaksanakannya. Wajib juga untuk melarang mereka dari segala sesuatuyang tidak halal bagi mereka dan menjauhkan serta mencegah mereka dari semua itu. Dan wajib mengajarkanmereka semua hal ini (perintah dan larangan) (Al Istidzkar, 510)

    Jadi tidak benar seorang disebut ulama dan juga cendikiawan Muslim di negeri kita ini, yang anaknya tidakmemakai jilbab, yang berkata: saya tidak pernah memerintahkannya berjilbab, kalau ia mau berjilbab biarlah itudari kesadarannya sendiri. Perkataan yang dianggap bijak oleh orang-orang awam namun merupakan kesalahanyang fatal. Seolah-olah keshalihahan atau kebobrokan keluarganya itu bukanlah tanggung jawabnya. Inilah yangdisebut dayyuts, yaitu suami yang tidak mengingkari kemaksiatan dan penyimpangan yang dilakukankeluarganya. Cukuplah dalam hal ini ancaman keras dari Nabi Shallallahualaihi Wasallam:

    :

    Tidak masuk surga orang yang durhaka terhadap orang tuanya, dayyuts (suami yang membiarkan keluarganyabermaksiat), dan wanita yang menyerupai laki-laki (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 10/226, Ibnu Khuzaimahdalam At Tauhid 861/2, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami, 3063).

  • Berlaku Hikmah Kepada Keluarga

    Setelah mengetahui kewajiban suami untuk beramar maruf nahi mungkar kepada keluarganya, perlu diketahuibahwa hal tersebut semestinya dilakukan dengan hikmah, bukan cara yang serampangan atau kasar. Beramarmaruf nahi mungkar diniatkan untuk memperbaiki dan menunjukkan kebaikan, bukan untuk menimbulkankemungkaran lain atau bahkan yang lebih besar. Demikianlah sifat amar maruf nahi mungkar yang benar kepadaseluruh manusia secara umum. Terlebih kepada keluarga, Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda:

    Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baikterhadap keluargaku (HR. At Tirmidzi 3895, ia berkata: hasan gharib shahih )

    Al Munawi menjelaskan: (aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku) yaitu dalam urusan agama maupunurusan dunia (Faidhul Qadhir, 3/496). Ibnu Allan mengatakan: maksud dari (aku adalah yang paling baikterhadap keluargaku) adalah bahwa beliau adalah yang paling baik sikapnya terhadap keluarga beliau dan palingsabar menghadapi mereka dengan segala perbedaan keadaan mereka (Dalilul Falihin, 3/105).

    Maka seorang suami yang bijak adalah yang senantiasa beramar maruf nahi mungkar terhadapkeluarganya dengan cara-cara yang baik, penuh kelembutan, kesabaran dan akhlak selain itu juga efektif, kreatif,solutif dan tepat sasaran sehingga tidak menimbulkan friksi-friksi yang justru berujung pada kerusakan yang lebihbesar dari kemungkaran yang diingkari.

    Hidayah Hanya Milik Allah

    Sebagai penutup bahasan ini, penting untuk diketahui bahwa hidayah itu di tangan Allah. Yang menjadi tanggungjawab kita adalah proses, bukan hasil. Adapun hasil, itu di tangan Allah. Kita diperintahkan untuk beramar marufnahi mungkar dengan cara yang benar, adapun hasilnya apakah keluarga kita menjadi orang bertaqwa ataukahtidak, kelak menjadi penghuni neraka ataukah surga, itu di tangan Allah.

    Bukanlah kewajibanmu apakah mereka mendapat petunjuk (atau tidak), akan tetapi Allah-lah yang memberipetunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya (QS. Al Baqarah: 272)

    Sebagaimana kita sendiri tidak bisa menjamin diri kita berada senantiasa di atas hidayah Allah, kita juga tidak bisamenjamin dan memastikan seseorang untuk mendapat hidayah Allah. Bahkan para Nabi pun tidak bisamemastikan hal tersebut pada keluarga mereka. Ingat kisah Nabi Nuh yang anak-istrinya enggan mengikutiajakannya untuk bertauhid, juga kisah Nabi Ibrahim alaihissalam yang ayahnya tidak mendapat hidayah untukbertauhid, dan banyak lagi. Yang dituntut darii kita adalah berproses, adapun hasil ada di tangan Allah.

    Wabillahi at taufiq was sadaad.

    Penulis: Yulian Purnama

    Artikel Muslim.Or.Id

    http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/hakikat-sabar-1.html

    Amar Maruf Nahi Munkar Dalam KeluargaWajibnya Amar Maruf Nahi Munkar Dalam KeluargaBerlaku Hikmah Kepada KeluargaHidayah Hanya Milik Allah