musiana: jurnal guru halaman 56-63

8
Musiana | Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa 56 | ISSN : 2459-9743 Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pesawat Sederhana Melalui Pendekatan Kontekstual di Kelas VB SD Negeri 1 Epil Musiana Guru SD Negeri 1 Epil, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015 ABSTRAK Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Materi Pesawat Sederhana melalui pendekatan Konstekstual di Kelas VB SD Negeri 1 Epil. Variabel yang menjadi sasaran pembelajaran dalam penelitian Tindakan kelas (PTK) ini adalah hasil belajar IPA Kelas 5B SD Negeri 1 Epil. Bentuk penelitian ini adalah tindakan kelas dengan model siklus, tiap silus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, tindakan observasi, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas VB SD Negeri I Epil yang berjumlah 27 siswa. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis di dapat bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari Siklus I sampai Siklus II yaitu, Siklus I Siswa yang mendapat nilai diatas 70 atau tuntas adalah 16 siswa atau 59,3% dengan rata-rata 64,8 sedangkan pada Siklus II siswa yang mendapat nilai diatas 70 atau tuntas adalah sudah mencapai 24 siswa atau 88,9% dengan rata- rata 78,5. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan kontekstual dapat berpengaruh positif terhadap motivasi dan hasil belajar siswa. Kata Kunci: kontektual, pesawat sederhana, motivasi dan hasil belajar A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dan utama bagi kesinambungan Perkembangan Pendidikan berikutnya. Dengan kata lain Sekolah Dasar adalah satuan pendidikan formal pertama yang mempunyai tanggung jawab membentuk anak didik yang bermutu. Beberapa factor yang mempengaruhi terwujudnya pembentukan kualitas pendidikan pada umumnya, yaitu kompleksitas materi, kemampuan personal daya dukung dan input (siswa didik). Kemampuan personal (guru) yang salah satu merupakan faktor dominan yang dapat mengkondisikan kompleksitas, daya dukung daninput (Siswa) dalam kegiatan belajar, sehingga pada gilirannya hasil dari proses pembelajarannya dapat berhasil. Dalam proses pembelajaran dapat dinyatakan berhasil apabila hasil evaluasi pada siswa dari rana kongnitifnya minimal telah mencapaui 85% dari jumlah siswa peserta KKM yang telah ditentukan oleh satuan pendidikan. Berdasarkan hasil pembelajaran di kelas VB SD Negeri 1 Epil Semester II mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Materi Pesawat Sederhana dinyatakan belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 70, terbukti pencapaian presentasi Ketuntasan belajar 59,3%. Dari analisis masalah yang ada, ditemukan beberapa peyebab antara lain: guru kurang membangkitkan motivasi terhadap pembelajaran, model pembelajaran tidak menarik, tidak mengaitkan dengan dunia nyata, serta tidak di aplikasikan dalam kehidupan sehari – hari, tidak melakukan percobaan mengenai pesawat sederhana sehingga siswa tidak memperhatikan penjelasan guru akibat selanjutnya siswa merasa bosan dalam pembelajaran. Pembelajaran yang terjadi diatas mengakibatkan siswa tidak menyerap materi tentang Pesawat sederhana dan tidak berani menggungkapkan pendapatnya. Permasalahan tersebut harus segera dicari jalan keluarnya, jika dibiarkan terus menerus akan mempengaruhi mutu pendidikan di SD Negeri 1 Epil khususnya dan mutu pendidikan bangsa Indonesia pada umumnya. Berbagai alternative untuk mencari jalan keluarnya antara lain: Penggunaan metode yang bervariasi, penggunaan alat peraga yang tepat guna, penggunaan media yang menarik, penggunaan pendekatan konstektual. Untuk mengatasi permasalahan diatas, penelitian mencoba menerapkan pendekatan

Upload: jurnal-guru

Post on 15-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran (www.e-jurnalguru.com)

TRANSCRIPT

Page 1: Musiana: Jurnal Guru Halaman 56-63

Musiana | Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa

56 | ISSN : 2459-9743

Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa

Pada Materi Pesawat Sederhana Melalui Pendekatan Kontekstual

di Kelas VB SD Negeri 1 Epil

Musiana

Guru SD Negeri 1 Epil, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015

ABSTRAK

Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Materi Pesawat Sederhana melalui pendekatan Konstekstual di Kelas VB SD Negeri 1 Epil. Variabel yang menjadi sasaran pembelajaran dalam penelitian Tindakan kelas (PTK) ini adalah hasil belajar IPA Kelas 5B SD Negeri 1 Epil. Bentuk penelitian ini adalah tindakan kelas dengan model siklus, tiap silus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, tindakan observasi, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas VB SD Negeri I Epil yang berjumlah 27 siswa. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis di dapat bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari Siklus I sampai Siklus II yaitu, Siklus I Siswa yang mendapat nilai diatas 70 atau tuntas adalah 16 siswa atau 59,3% dengan rata-rata 64,8 sedangkan pada Siklus II siswa yang mendapat nilai diatas 70 atau tuntas adalah sudah mencapai 24 siswa atau 88,9% dengan rata-rata 78,5. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan kontekstual dapat berpengaruh positif terhadap motivasi dan hasil belajar siswa. Kata Kunci: kontektual, pesawat sederhana, motivasi dan hasil belajar

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Sekolah Dasar merupakan pondasi awal

dan utama bagi kesinambungan Perkembangan

Pendidikan berikutnya. Dengan kata lain

Sekolah Dasar adalah satuan pendidikan formal

pertama yang mempunyai tanggung jawab

membentuk anak didik yang bermutu.

Beberapa factor yang mempengaruhi

terwujudnya pembentukan kualitas pendidikan

pada umumnya, yaitu kompleksitas materi,

kemampuan personal daya dukung dan input

(siswa didik). Kemampuan personal (guru)

yang salah satu merupakan faktor dominan

yang dapat mengkondisikan kompleksitas, daya

dukung daninput (Siswa) dalam kegiatan

belajar, sehingga pada gilirannya hasil dari

proses pembelajarannya dapat berhasil.

Dalam proses pembelajaran dapat

dinyatakan berhasil apabila hasil evaluasi pada

siswa dari rana kongnitifnya minimal telah

mencapaui 85% dari jumlah siswa peserta KKM

yang telah ditentukan oleh satuan pendidikan.

Berdasarkan hasil pembelajaran di kelas VB SD

Negeri 1 Epil Semester II mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) Materi Pesawat

Sederhana dinyatakan belum mencapai KKM

yang telah ditetapkan yaitu 70, terbukti

pencapaian presentasi Ketuntasan belajar

59,3%.

Dari analisis masalah yang ada, ditemukan

beberapa peyebab antara lain: guru kurang

membangkitkan motivasi terhadap

pembelajaran, model pembelajaran tidak

menarik, tidak mengaitkan dengan dunia nyata,

serta tidak di aplikasikan dalam kehidupan

sehari – hari, tidak melakukan percobaan

mengenai pesawat sederhana sehingga siswa

tidak memperhatikan penjelasan guru akibat

selanjutnya siswa merasa bosan dalam

pembelajaran. Pembelajaran yang terjadi diatas

mengakibatkan siswa tidak menyerap materi

tentang Pesawat sederhana dan tidak berani

menggungkapkan pendapatnya. Permasalahan

tersebut harus segera dicari jalan keluarnya,

jika dibiarkan terus menerus akan

mempengaruhi mutu pendidikan di SD Negeri 1

Epil khususnya dan mutu pendidikan bangsa

Indonesia pada umumnya. Berbagai alternative

untuk mencari jalan keluarnya antara lain:

Penggunaan metode yang bervariasi,

penggunaan alat peraga yang tepat guna,

penggunaan media yang menarik, penggunaan

pendekatan konstektual.

Untuk mengatasi permasalahan diatas,

penelitian mencoba menerapkan pendekatan

Page 2: Musiana: Jurnal Guru Halaman 56-63

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei – Juni (2015): 56 - 63

ISSN : 2459-9743 | 57

kontekstual (Contextual Teaehing and Learning) dalam pembelajaran IPA sebab

menggunakan CTL akan mengaitkan dengan

alternative yang lain. Menurut M. Saekhan

Muchith (2008:72) belajar adalah proses untuk

membangun pengetahuan melalui pengalaman

nyata dari lapangan, artinya siswa akan

memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu

dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam

masyarakat, yang kenyataannya tahap berpikir

anak usia SD harus dikaitkan dengan hal-hal

nyata dan pengetahuan awal siswa yang telah

dibangun mereka dengan sendirinya.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut: apakah pendekatan kontekstual dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa

pada materi pesawat sederhana di kelas VB SD

Negeri 1 Epil?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pendahuluan dan

permasalahan penelitian yang telah

dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini

adalah untukmeningkatkan motivasi dan hasil

belajar siswa materi pesawat sederhana

melalui pendekatan kontekstual pada mata

pelajaran IPA di Kelas VB SD Negeri 1 Epil.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini di harapkan

dapat memberi manfaat bagi siswa, guru,

sekolah dan peneliti:

a. Bagi Siswa

Dari hasil penelitian ini dapat

meningkatkan hasil belajar tentang

Konsep – konsep dalam pembelajaran IPA

khususnya materi pesawat sederhana.

b. Bagi Guru

Sebagai masukan bagi guru untuk

meningkatkan profesionalisme guru

dalam mengembangkan pembelajaran

yang lebih inovatif melalui pendekatan

kontekstual pada mata pelajaran IPA.

c. Bagi Sekolah

Melalui hasil penelitian ini dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran IPA

materi Pesawat Sederhana serta memberi

sumbangan yang positif terhadap

kemajuan sekolah

d. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharap bermanfaat

bagi peneliti untuk dapat dipergunakan

sebagai alternative dalam proses belajar

mengajar.

B. Kajian Pustaka

1. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontektual (contextual teaching and learning) merupakan konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilkinya

dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat (Nurhadi, 2002:1).

Dalam kelas konstektual, tugas guru

adalah membantu siswa mencapai tujuanya.

Maksudnya guru lebih banyak berurusan

dengan starategi pembelajaran dari pada

member informasi. Tugas guru mengelola kelas

sebagai tim yang bekerja untuk memenuhi

seuatu yang baru bagi anggota kelasnya.

Konstektual hanya sebagai strategi, konstektual

dikembangkan dengan tujuan agar

pembelajaran lebih produktif dan bermakna.

Ada lima elemen yang harus diperhatikan

dalam praktik pembelajaran konstektual

(Zaherik,1995:14-22), yaitu:

a. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada

b. Perolehan pengetahuan baru

c. Pemahaman pengetahuan, yaitu dengan

cara

1) Menyusun konsep sementara

2) Melakukan shering kepada orang

lain, dan

3) Motifasi konsep dan

mengembangkannya

d. Mempraktikkan pengetahuan dan

pengalaman tersebut dan

e. Melakukan refleksi

Sebuah kelas dikatakan menggunakan

pendekatan konstektual; jika menerapkan

ketujuan kompoen belajar kostektual yaitu:

a. Konstruktivisme

b. Inkuiri

c. Bertanya

d. Masyarakat belajar

e. Permodalan

f. Refleksi

g. Penilaian yang sebenarnya

Secara garis besar langkah – langkah

pembelajaran konstektual adalah sebagai

berikut:

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan

belajar lebih bermakna dengan cara

belajar sendiri, menemukan sediri dan

menkonstruksi sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan

inkuiri untuk semua topic

c. Kembangkan sikap ingin tahu siswa

dengan bertanya

d. Ciptakan masyarakat belajar (Belajar

dalam kelompok- kelompoknya)

Page 3: Musiana: Jurnal Guru Halaman 56-63

Musiana | Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa

58 | ISSN : 2459-9743

e. Hadirkan modal sebagai contoh

pembelajaran

f. Melakukan refleksi diakhir pertemuan

g. Melakukan penialain yang sebenrnya.

Dari pendapat tersebut diats dapat

disimpulkan bahwa pendekatan konstektual

merupakan konsep belajar yang mengaitkan

materi yang diajarkan dengan dunia nyata

siswa. Sehingga pembelajaran lebih bermakna.

2. Motivasi

Motivasi adalah daya dalam diri seseorang

yang mendorongya untuk melakukan sesuatu,

atau keadaan seseorang atau organism yang

menyebabkan kesiapannya untuk memulai

serangkaian tingkah laku untuk memenuhi

kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan

dan kesiapan dalam arti individu yang

mendorong tingkah lakunya untuk berbuat

sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu

(usman, 2001: 28).

Sedangkan menurut Djamarah (2002:

144) motivasi adalah suatu pendorong yang

mengubah energy dalam diri seseorang ke

dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai

tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi

sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak

mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan

mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini

sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur

(2001:3) bahwa siswa yang bermotivasi dalam

belajar sesuatu akan menggunakan proses

koknitif yang lebih tinggi dalam mempelajari

materi itu, sehingga siswa itu dapat menyerap

dan mengedepankan materi itu dengan lebih

baik. Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang

mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu

dalam mencapai tujuan tertentu.

Untuk meningkatkan motivasi belajar,

telah disepakati oleh ahli pendidikan bahwa

guru merupakan kunci dalam proses belajar

mengajar. Bila hal ini terlihat dari segi nilai

lebih yang dimiliki oleh guru dibandingkan

dengan siswanya. Nilai lebih ini dimiliki ole

guru terutama dalam Ilmu Pengetahuan yang

dimiliki oleh guru bidang studi pengajarannya,

walaupun demikian nilai lebih itu tidak akan

dapat diandalkan oleg guru, apabila ia tidak

memiliki tehnik – tehnik yang tepat untuk

mentrasperkan kepada siswa. Disamping itu

kegiatan mengajar adalah suatu aktivitas yang

sangat kompleks, karena itu sangat sukar bagi

guru IPA bagaimana cara mengajar dengan baik

agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam

belajar IPA.

Untuk merealisasikan keinginan tersebut,

maka ada beberapa perinsip umum yang harus

dipegang oleh Guru IPA dalam menjalankan

tugasnya menurut Prof. Dr. S. Nasution, prinsip

– prinsip umum yang harus dipegang oleh guru

IPA dalam menjalankan tugasnya adalah

sebagai berikut:

a. Guru yang baik memahami dan

menghormati siswa

b. Guru yang baik hendaknya menyelesaikan

bahan pelajaran yang diberikan dengan

kemampuan siswa

c. Guru hendaknya menyelesaikan metode

dengan pelajarannya

d. Guru yang baik mengaktifkan siswa dalam

belajar

e. Guru yang baik member pengertian, bukan

hanya dengan kata – kata belaka. Hal ini

untuk meghindari verbalisme pada siswa.

f. Guru menghubungkan pelajaran dengan

kehidupan siswa

g. Guru yang baik tidak hanya mengajar

dalam arti menyampaikan pengetahuan

melainkan senantiasa membentuk

kepribadian siswanya.

3. Hasil Belajar

Tugas peserta didik adalah belajar dalam

hal ini, disamping harus memahami sejumlah

mata pelajaran peserta didik juga di bentuk

untuk mampu menyelesaikan berbagai tugas

belajar yang dibebankan kepadanya. Menurut

Solso (Dalam Fathani dan Msykur, 2007: 32)

“Belajar bisa diartikan sebagai proses

mengubah, mereduksi, memerinci, menyiapkan

dan memakai setiap masukan (Input)

pengetahuan yang datang dari alet indra

sebagai penunjang fungsdi kognitif.”

Belajar adalah proses pengubahan

individu yang relative permanen akibat adanya

latihan, pembelajaran atau pengetahuan

konkrert sebagai produk adanya interaksi

dengan lingkungan luar. Belajar tidak lain

adalah pematangan fungsi kognitif dan kognitif

adalah peta pikiran otak yang menghubungkan

atara aspek internal dan eksternal, hingga

tercipta pengetahuan.

Bila terjadi proses belajar, maka terjadi

pula proses mengajar. Guru walaupun sebagai

pengajar, sebenarya secara tidak langsung juga

melakukan belajar. Dari proses belajar

mengajar akan di peroleh hasil pengajaran

anatu hasil belajar denganistilah tujuan

pembelajaran. Hasil belajar seseorang

tergantung pada apa yang telah diketahuinya,

subjek belajar, tujuan, motivasi yang

mempengaruhi proses interaksi dengan

bahanyang sedang dipelajari.

Dalam KTSP 2006 ada tiga aspek penilaian

hasil belajar yaitu kognitif, efektif dan

psikomator. Dalam penelitian ini hasil belajar

yang di lihat dari aspek kognitif yaitu hasil nilai

ulang

Page 4: Musiana: Jurnal Guru Halaman 56-63

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei – Juni (2015): 56 - 63

ISSN : 2459-9743 | 59

an, nilai rata-rata ulangan dan ketuntasan

sesuai KKM yang ditetapkan sekolah.

4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat

dikemukakan hipotesisi penelitian ini sebagai

berikut: dengan menerapkan pendekatan

konstektual dapat meningkatkan motivasi dan

hasil belajar pelajaran IPA materi pusawat

sederhana di kelas VB SD Negeri 1 Epil.

C. Metodologi

1. Seting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas

VB SD Negeri 1 Epil. Jumlah siswa 27 orang

yang terdiri dari laki – laki 16 orang,

perempuan 11 Orang. Penelitian dilakukan di

kelas ini karena saya menjadi guru kelas pada

kelas tersebut. Penelitian ini dilakukan 2 siklus,

setiap siklus meliputi perencanaan,

pelaksanaan, tindakan obeservasi dan refleksi.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

2. Rancangan Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian yang

dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka

penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus-

siklus. Setiap siklus meliputi Planning

(Rencana), action (Tindakan), Obeservation

(Pengamatan), dan reflection (Refleksi).

Langkah pada siklus berikutnya adalah

perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada

siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang

beupa identifikasi permasalahan. Observasi

dibagi dalam dua putaran, dimana pada

masing-masing putaran dikenai perlakuan yang

sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas

satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan

tes formatif di akhir masing-masing putaran.

3. Pengumpulan Data

a. Siklus I

1) Perencanaan (Planning)

Tahapan Perencanaan Penelitian

mempersiapkan beberapa hal sebagai

berikut:

a) Menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP)

b) Merencanakan lembar Observasi

untuk peserta didik

c) Merancang lembar observasi untuk

guru

d) Menyusun kegiatan yang terdiri dari:

(a) Mempersiapkan bahan belajar

seperti buku, alat tulis, dan alat

peraga

(b) Menentukan langkah

pembelajaran (Kegiata awal,

kegiatan inti, dan kegiatan

akhir)

(c) Menyusun alat evaluasi untuk

mencapai tujuan perbaikan yang

akan diberikan diakhir

pembelajaran.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I akan

dilaksanakan pada tanggal 19 Januari

2015, Jam 07.30 – 08.40 dengan langkah –

langkah sebagai berikut:

a) Kegitan awal (10 Menit)

(a) Guru Mengabsen siswa

(b) Guru menayakan pelajranan

yang lalu

(c) Guru menyampaikan pokok

materi pesawat sederhana

b) Kegiatan Inti (40 Menit)

(a) Tanya jawab tentang berbagai

macam alat dalam kehidupan

sehari – hari

(b) Dengan bimbingan guru siswa

dapat mengidentifikasikan

berbagai jenis pesawat

sederhana

(c) Siswa dibagi 4 kelompok dengan

bimbingan guru masing –

masing kelompok

mempreraktekkan penggunaan

pesawat sederhana (Pengungkit

atau tuas, bidaing miring, Katrol,

roda)

(d) Siswa mengerjakan lembar kerja

(e) Pembahasan hasil kerja

(f) Dengan bimbingan guru siswa

membuat kesimplan

c) Kegiatan Akhir (10 Menit)

(a) Siswa mengerjakan evaluasi

(b) Guru menganalisis hasil evaluasi

(c) Pemberian tugas/ PR sebagai

tindak lanjut

3) Observasi

Pada kegatan observas ini peneliti

meminta bantuan dengan ibu

Nujanah, S.Pd. SD yang meupakan

guru Kelas VI.A SD Negeri 1

Epil,Kolaborator tersebut akan

melakkan pengamatan pembelajaran

dengan mengisi format obsevasi

sebagi berikut:

(a) Lembar observasi tentang

aktifitas siswa

(b) Lembar observasi guru.

Page 5: Musiana: Jurnal Guru Halaman 56-63

Musiana | Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa

60 | ISSN : 2459-9743

4) Refleksi

Pada kegiatan ini peneliti bersama

kolaborator melaksanakan diskusi

dan menganalisis hasil evaluasi siswa

dan lembar observasi yang

dilakanaan saat pelaksanaan

tindakan.

b. Siklus II

1) Perencanaan (Planning)

Tahapan Perencanaan Penelitian

mempersiapkan beberapa hal sebagai

berikut:

a) Menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP)

b) Mencatat hal – hal penting hasil

refleksi siklus pertama, untuk

diperbaiki pada siklus kedua.

c) Merancang lembar observasi untuk

peserta didik

d) Merancang lembar observai untuk

guru

e) Menyusun kegiatan yang terdiri dari:

(a) Mempersiapkan bahan belajar

seperti buku, alat tulis, dan alat

peraga

(b) Menentukan langkah

pembelajaran (Kegiatan awal,

kegiatan inti, dan kegiatan

akhir)

(c) Menyusun alat evaluasi untuk

mencapai tujuan perbaikan yang

akan diberikan diakhir

pembelajaran.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus II akan

dilaksanakan pada tanggal 18 Februari

2015, Jam 07.30 – 08.40 dengan langkah –

langkah sebagai berikut:

a) Kegitan awal (10 Menit)

(a) Guru Mengabsen siswa

(b) Sebagai apersepsi guru

menayakan apa nama alat unuk

merapikan atau memotong bung

ataman ?

(c) Guru menyampaikan materi

pesawat sederhana

b) Kegiatan Inti (40 Menit)

(a) Tanya jawab tentang berbagai

macam alat dalam kehidupan

sehari – hari

(b) Dengan bimbingan guru siswa

dapat mengidentifikasikan

berbagai jenis pesawat

sederhana

(c) Siswa dibagi 4 kelompok dengan

bimbingan guru masing –

masing kelompok

empreraktekkan penggunaan

pesawat sederhana (Pengungkit

atau tuas, bidang miring, katrol,

roda)

(d) Siswa mengerjakan lembar kerja

(e) Pembahasan hasil kerja

(f) Dengan bimbingan guru siswa

membuat kesimpulan

c) Kegiatan Akhir (10 Menit)

(a) Siswa mengerjakan evaluasi

(b) Guru menganalisis hasil evaluasi

(c) Pemberian tugas/ PR sebagai

tindak lanjut

3) Observasi

Pada kegatan observas ini peneliti

meminta bantuan dengan ibu Nujanah,

S.Pd. SD yang merupakan guru Kelas VI.A

SD Negeri 1 Epil, Kolaborator tersebut

akan melakukan pengamatan

pembelajaran dengan mengisi format

obsevasi sebagai berikut:

a) Lembar observasi tentang aktifitas

siswa

b) Lembar observasi guru.

4) Refleksi

Pada kegiatan ini peneliti bersama

kolaborator melaksanakan diskusi dan

menganalisis hasil evaluasi siswa dan

lembar observasi yang dilakanakan saat

pelaksanaan tindakan.

D. Analisis Data

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan

perangkat pembelajaran yang terdiri dari

rencana pelajaran I, soal tes formatif I dan

alat – alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

untuk Siklus I dilaksanakan pada tanggal

19 Januari 2015 di Kelas 5B SD Negeri 1

Epil dengan jumlah siswa 27 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagi

guru. Adapun proses belajar mengajar

mengacu pada rencana pelajaran yang

telah dipersiapkan. Pengamatan

(Observasi) dilaksanakan bersamaan

dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir prose belajar mengajar siswa

diberi tes formatif I dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa

dalam proses belajar mengajar yang

telah dilakukan. Adapun data hasil

penelitian pada siklus I adalah sebagai

berikut:

Page 6: Musiana: Jurnal Guru Halaman 56-63

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei – Juni (2015): 56 - 63

ISSN : 2459-9743 | 61

Tabel 2. Jumlah Nilai dan Persentase Hasil

Tes Formatif dan Ketuntasan Siklus I

No Uraian Hasil Siklus

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Jumlah Skor

Jumlah Skor Maksimum

Nilai Rata – rata

Jumlah siswa yang tuntas

Persentase skor tercapai

Persentase ketuntasan

1750

2700

64,8

16

64,8 %

59,3 %

Keterangan:

- Klasikal belum tuntas

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa

dengan menetapkan pembelajaran

kontestual. Nilai rata – rata persentasi belajar

siswa adalah 64,8 dan ketuntasan belajar

mencapai 59,3% atau ada 16 siswa dari 27

siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa pada siklus pertama

secara klasikal siswa belum tuntas belajar,

karena siswa yang memperoleh nilai > 70

hanya sebesar 64,8% lebih kecil dari

persentase ketuntasan yang dikehendaki

yaitu sebesar 88,9%. Hal ini disebabkan

karena siswa masih asing dengan

diterapkannya pembelajaran kontekstual.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan

perangkat pembelajaran yang terdiri

dari rencana pelajaran 2, soal tes

formatif 2 dan alat- alat pengajaran yang

mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

untuk Siklus II dilaksanakan pada

tanggal 18 Februari 2015 di Kelas 5B SD

Negeri 1 Epil dengan jumlah siswa 27

siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak

sebagi guru. Adapun proses belajar

mengajar mengacu pada rencana

pelajaran dengan memperhatikan revisi

pada siklus I, Sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus I tidak terulang

lagi pada siklus II Pengamatan

(Observasi) dilaksanakan bersamaan

dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir prose belajar mengajar siswa

diberi tes formatif II dengan tujuan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan

siswa dalam proses belajar mengajar

yang telah dilakukan. Instrumen yang

digunakan adalah tes formatif II. Adapun

data hasil penelitian pada siklus I adalah

sebagai berikut:

Tabel 3. Nilai Tes Formatif dan

Ketuntasan Belajar Siklus II

Keterangan: - Klasikal tuntas

Berdasarkan table diatas diperoleh

nilai rata-rata tes formatif sebesar 78,5

dan dari 27 siswa yang telah tuntas

wsebanyak 24 Siswa dan 3 siswa belum

mencapai ketuntasan belajar. Maka secara

klasikal ketuntasan belajar yang teleh

tercapai sebesar 88,9% (termasuk

katagori tuntas). Hasil pada siklus II ini

mengalami peningkatan lebih baik dari

siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar

pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya

penigkatan kemampuan siswa

mnempelajari materi pelajaran yang telah

diterapkan selama ini. Disamping itu

dengan adanya metode pembelajaran ini

siswa dapat bertanya dengan sesame

temanya, dan teryata dariproses bertanya

siswa ini, siswa lebih mudah menerima

penjelasan dari temanya yang lebih paham

tentang materi pelajaran tersebut. Juga

dari hasil pembelajaran kontestual ini

murid jadi lebih mudah untuk bekerja

sama dengan sesame temanya.

c. Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah

terlaksana dengan baik maupun yang

masih kurang baik dalam proses beajar

mengajar dengan penerapan metode

pembelajaran kontekstual. Dari data –

data yang telah diperoleh dapat diuraika

sebagai berikut.:

1) Selama proses belajar mengajar guru

telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun

ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentase

pelaksanaannya untuk masing –

masing aspek cukup baik.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan

diketahui bahwa siswa aktif selama

proses belajar berlangsung

Page 7: Musiana: Jurnal Guru Halaman 56-63

Musiana | Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa

62 | ISSN : 2459-9743

3) Kekurangan pada siklus – siklus

sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga

menjadi lebih baik

4) Hasil belajar siswa pada siklus II

mencapai ketuntasan

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus II guru telah menerapkan

metode pembelajaran kontekstual dengan

baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta

hasil belajar siswa pelaksanaan proses

belajar mengsajar sudah berjalan dengan

baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu

banyak, tetapi yang perlu diperhatikan

untuk tindakan selanjutnya adalah

memaksimalkan dan mempertahankan

apa yang telah ada dengan tujuan agar

pada pelaksanaan proses belajar mengajar

selanjutnya penerapan metode

pembelajaran kontekstual. Dapat

mningkatkan proses belajar mengajar

sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

E. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian

a. Deskripsi Hasil Penelitian Pebelajaran

Bagian ini membuat data dan

pengeolahannya yang diperoleh

berdasarkan hasil observasi terhadap

aktivitas belajar siswa dan hasil evaluasi

yang dilakukan.

1) Hasil Observasi

Hasil observasi dilakukan guru

tehadap aktivitas siswa terdapat

dalam table berikut:

Tabel 4. Keaktifan belajar Siswa

Keterangan: 1) Terlibat aktif artinya, siswa mengikuti

pelajaran dengan sungguh – sungguh, aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dengan benar tentang materi pembelajaran.

2) Terlibat pasif artinya, siswa tidak sungguh sunggu dalam pembelajaran, tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan seadanya

3) Tidak terlibat artinya, siswa hanya duduk diam tidak mau bertanya maupun menjawab pertanyaan

Berdasarkan table diagram diatas

terlihat bahwa jumlah siswa dan

persentase siswa terlibat aktif dalam

pembelajaran siklus pertama dan kedua

menunjukkan adanya peningkatan. Pada

siklus pertama yang terlibat aktif hanya 16

orang (59,3%), pada siklus kedua menjadi

24 orang (88,9%) hal ini berarti bahwa

aktivitas belajar siswa di kelas VB SD

Negeri 1 Epil dalam materi pesawat

sederhana mengalami peningkatan.

Peningkatan aktivitas belajar siswa

tersebut pada siklus pertama, kedua akan

lebih jelas terasajikan dalam tabel berikut:

Tabel 5.

Nilai dan Persentase Hasil Tes Formatif

dan Ketuntasan Siklus I dan Siklus II

Keterangan:

- Siklus I : Klasikal Belum Tuntas - Siklus II : Klasikal Tuntas

Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa

hasil belajar siswa dalam pembelajaran

IPA menunjukkan adanya peningkatan

dari satu siklus ke siklus berikutnya.

Keadaan jumlah siswa yang mencapai

ketuntasan belajar atau memperoleh nilai

> 85 pada siklus pertama baru mencapai

16 orang (59,3%), pada siklus kedua

menjadi 24 orang (88,9%).

Berdasarkan analisa data, diperoleh

aktivitas siswa dalam proses belajar

mengajar dengan menerapkan pendekatan

kontekstual setiap siklus mengalami

peningkatan. Hal ini berdampak positif

terhadap hasil belajar siswa yaitu dapat

ditunjukkan dengan meningkatkan rata-

rata siswa pada setiap siklus mengalami

peningkatan. Sedangkan aktivitas guru

selama pembelajaran telah melaksanakan

langkah-langkah kegiatan belajar

mengajar dengan menerapkan pendekatan

kontekstual dengan baik. Hal ini terlihat

dari aktivitas guru yang muncul,

diantaranya aktivitas membimbing dan

mengamati siswa dalam menemukan

konsep, menjelaskan materi yang sulit,

memberi umpan balik/ tanya jawab dan

evaluasi, dimana prosentase untuk

aktivitas cukup besar.

Page 8: Musiana: Jurnal Guru Halaman 56-63

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei – Juni (2015): 56 - 63

ISSN : 2459-9743 | 63

2. Ketuntasan Hasil Belajar

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pendekataan kontekstual memiliki

dampak positif dalam meningkatkan hasil

belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari

semakin mantapnya pemahaman siswa

terhadap materi yang di sampaikan guru.

F. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a. Berdasarkan hasil penelitian

pembelajaran yang dilakukan dengan

menggunakan pendekatan

kontekstual dapat meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa tetang

pesawat sederhana di kelas VB SD

Negeri 1 Epil hal ini ditunjukkan dari

peningkatan siklus I hanya 16 siswa

(59,3%) yang tuntas sedangakan

siklus II, 24 siswa (88,9%) yang

terlibat tintas.

b. Sedangkan untuk aktivitas guru

selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah

metode pembelajaran kontekstual

dengan baik. Hal ini terlihat dari

aktivitas guru yang muncul di

antaranya aktivitas membimbing dan

mengamati siswa dalam mengerjakan

kegiatan, menjelaskan/ melatih

menggunakan alat, memberi umpan

balik/ evaluasi/ tanya jawab di mana

persentase untuk aktivitas di atas

cukup besar

2. Saran

Dari Kesimpulan tersebut, ada

beberapa hal yang harus diperhatikan

guru dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran khususnya dalam

pembelajaran IPA materi Pesawat

sederhana. Hal tersebut yaitu:

a. Guru perlu meningkatkan

kreativitasnya dalam mengelola kelas

b. Guru hendaknya mempersiapkan

secara cermat dan tepat perangkat

pendukung pembelajaran IPA dan

fasilitas belajar khususnya media

Pesawat Sederhana. Efisiensi

pembelajaran yang pada akhirnya

berpengaruh pada proses dan hasil

belajar siswa.

c. Guru hendaknya member kesempatan

kepada siswa untuk melakukan

percobaan, mengemukakan pendapat

dan mengeksresikan keinginannya

karena siswa memiliki karakter

berbeda

d. Guru harus menerapkan

pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,

efektif dan menyenangkan (PAIKEM)

pada siswa

e. Guru hendaknya mempunyai waktu

luang untuk berdiskusi dengan

supervisor, kepala sekolah atau pihak-

pihak berlatar belakang pendidikan

bila ada masalah atau kelemahan di

kelas.

Daftar Pustaka

Depdikbud.1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Djamarah. 2002. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Media Group.

Djumhana, N. & Muslim. 2007. Pendidikan IPA.

Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas

Fajri, E., & Senja, R.A. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Izcaac., & Michael, S.W.B. 2004. Handbook in Rescarek and Evaluation. California: Edits

Publisher San Diego.

Kusumawati, R. 2006. IPA Saling Temas SD Kelas V. Klaten: Intan Pariwara

Muchith., M.S. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasai Media Group.

Munadi, Y. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta:

Gaung Persada Press.

Nurhadi. 2002. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Knife.

Oemar., H. 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Bumi

Aksara.

Smith, N.K., dkk. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta: Mirza Media

Pustaka.

Sulistyanto, H., & Wibowo, E. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Wahyuni, N. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Media Group

Winkel. 1996. Psikologi Pengajaaran (Revisi).

Jakarta: Grasindo.