musiana: jurnal guru halaman 56-63
DESCRIPTION
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran (www.e-jurnalguru.com)TRANSCRIPT
Musiana | Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa
56 | ISSN : 2459-9743
Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa
Pada Materi Pesawat Sederhana Melalui Pendekatan Kontekstual
di Kelas VB SD Negeri 1 Epil
Musiana
Guru SD Negeri 1 Epil, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015
ABSTRAK
Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Materi Pesawat Sederhana melalui pendekatan Konstekstual di Kelas VB SD Negeri 1 Epil. Variabel yang menjadi sasaran pembelajaran dalam penelitian Tindakan kelas (PTK) ini adalah hasil belajar IPA Kelas 5B SD Negeri 1 Epil. Bentuk penelitian ini adalah tindakan kelas dengan model siklus, tiap silus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, tindakan observasi, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas VB SD Negeri I Epil yang berjumlah 27 siswa. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis di dapat bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari Siklus I sampai Siklus II yaitu, Siklus I Siswa yang mendapat nilai diatas 70 atau tuntas adalah 16 siswa atau 59,3% dengan rata-rata 64,8 sedangkan pada Siklus II siswa yang mendapat nilai diatas 70 atau tuntas adalah sudah mencapai 24 siswa atau 88,9% dengan rata-rata 78,5. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan kontekstual dapat berpengaruh positif terhadap motivasi dan hasil belajar siswa. Kata Kunci: kontektual, pesawat sederhana, motivasi dan hasil belajar
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Sekolah Dasar merupakan pondasi awal
dan utama bagi kesinambungan Perkembangan
Pendidikan berikutnya. Dengan kata lain
Sekolah Dasar adalah satuan pendidikan formal
pertama yang mempunyai tanggung jawab
membentuk anak didik yang bermutu.
Beberapa factor yang mempengaruhi
terwujudnya pembentukan kualitas pendidikan
pada umumnya, yaitu kompleksitas materi,
kemampuan personal daya dukung dan input
(siswa didik). Kemampuan personal (guru)
yang salah satu merupakan faktor dominan
yang dapat mengkondisikan kompleksitas, daya
dukung daninput (Siswa) dalam kegiatan
belajar, sehingga pada gilirannya hasil dari
proses pembelajarannya dapat berhasil.
Dalam proses pembelajaran dapat
dinyatakan berhasil apabila hasil evaluasi pada
siswa dari rana kongnitifnya minimal telah
mencapaui 85% dari jumlah siswa peserta KKM
yang telah ditentukan oleh satuan pendidikan.
Berdasarkan hasil pembelajaran di kelas VB SD
Negeri 1 Epil Semester II mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) Materi Pesawat
Sederhana dinyatakan belum mencapai KKM
yang telah ditetapkan yaitu 70, terbukti
pencapaian presentasi Ketuntasan belajar
59,3%.
Dari analisis masalah yang ada, ditemukan
beberapa peyebab antara lain: guru kurang
membangkitkan motivasi terhadap
pembelajaran, model pembelajaran tidak
menarik, tidak mengaitkan dengan dunia nyata,
serta tidak di aplikasikan dalam kehidupan
sehari – hari, tidak melakukan percobaan
mengenai pesawat sederhana sehingga siswa
tidak memperhatikan penjelasan guru akibat
selanjutnya siswa merasa bosan dalam
pembelajaran. Pembelajaran yang terjadi diatas
mengakibatkan siswa tidak menyerap materi
tentang Pesawat sederhana dan tidak berani
menggungkapkan pendapatnya. Permasalahan
tersebut harus segera dicari jalan keluarnya,
jika dibiarkan terus menerus akan
mempengaruhi mutu pendidikan di SD Negeri 1
Epil khususnya dan mutu pendidikan bangsa
Indonesia pada umumnya. Berbagai alternative
untuk mencari jalan keluarnya antara lain:
Penggunaan metode yang bervariasi,
penggunaan alat peraga yang tepat guna,
penggunaan media yang menarik, penggunaan
pendekatan konstektual.
Untuk mengatasi permasalahan diatas,
penelitian mencoba menerapkan pendekatan
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei – Juni (2015): 56 - 63
ISSN : 2459-9743 | 57
kontekstual (Contextual Teaehing and Learning) dalam pembelajaran IPA sebab
menggunakan CTL akan mengaitkan dengan
alternative yang lain. Menurut M. Saekhan
Muchith (2008:72) belajar adalah proses untuk
membangun pengetahuan melalui pengalaman
nyata dari lapangan, artinya siswa akan
memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu
dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam
masyarakat, yang kenyataannya tahap berpikir
anak usia SD harus dikaitkan dengan hal-hal
nyata dan pengetahuan awal siswa yang telah
dibangun mereka dengan sendirinya.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: apakah pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
pada materi pesawat sederhana di kelas VB SD
Negeri 1 Epil?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pendahuluan dan
permasalahan penelitian yang telah
dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini
adalah untukmeningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa materi pesawat sederhana
melalui pendekatan kontekstual pada mata
pelajaran IPA di Kelas VB SD Negeri 1 Epil.
4. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini di harapkan
dapat memberi manfaat bagi siswa, guru,
sekolah dan peneliti:
a. Bagi Siswa
Dari hasil penelitian ini dapat
meningkatkan hasil belajar tentang
Konsep – konsep dalam pembelajaran IPA
khususnya materi pesawat sederhana.
b. Bagi Guru
Sebagai masukan bagi guru untuk
meningkatkan profesionalisme guru
dalam mengembangkan pembelajaran
yang lebih inovatif melalui pendekatan
kontekstual pada mata pelajaran IPA.
c. Bagi Sekolah
Melalui hasil penelitian ini dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA
materi Pesawat Sederhana serta memberi
sumbangan yang positif terhadap
kemajuan sekolah
d. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharap bermanfaat
bagi peneliti untuk dapat dipergunakan
sebagai alternative dalam proses belajar
mengajar.
B. Kajian Pustaka
1. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontektual (contextual teaching and learning) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilkinya
dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Nurhadi, 2002:1).
Dalam kelas konstektual, tugas guru
adalah membantu siswa mencapai tujuanya.
Maksudnya guru lebih banyak berurusan
dengan starategi pembelajaran dari pada
member informasi. Tugas guru mengelola kelas
sebagai tim yang bekerja untuk memenuhi
seuatu yang baru bagi anggota kelasnya.
Konstektual hanya sebagai strategi, konstektual
dikembangkan dengan tujuan agar
pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
Ada lima elemen yang harus diperhatikan
dalam praktik pembelajaran konstektual
(Zaherik,1995:14-22), yaitu:
a. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
b. Perolehan pengetahuan baru
c. Pemahaman pengetahuan, yaitu dengan
cara
1) Menyusun konsep sementara
2) Melakukan shering kepada orang
lain, dan
3) Motifasi konsep dan
mengembangkannya
d. Mempraktikkan pengetahuan dan
pengalaman tersebut dan
e. Melakukan refleksi
Sebuah kelas dikatakan menggunakan
pendekatan konstektual; jika menerapkan
ketujuan kompoen belajar kostektual yaitu:
a. Konstruktivisme
b. Inkuiri
c. Bertanya
d. Masyarakat belajar
e. Permodalan
f. Refleksi
g. Penilaian yang sebenarnya
Secara garis besar langkah – langkah
pembelajaran konstektual adalah sebagai
berikut:
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara
belajar sendiri, menemukan sediri dan
menkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topic
c. Kembangkan sikap ingin tahu siswa
dengan bertanya
d. Ciptakan masyarakat belajar (Belajar
dalam kelompok- kelompoknya)
Musiana | Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa
58 | ISSN : 2459-9743
e. Hadirkan modal sebagai contoh
pembelajaran
f. Melakukan refleksi diakhir pertemuan
g. Melakukan penialain yang sebenrnya.
Dari pendapat tersebut diats dapat
disimpulkan bahwa pendekatan konstektual
merupakan konsep belajar yang mengaitkan
materi yang diajarkan dengan dunia nyata
siswa. Sehingga pembelajaran lebih bermakna.
2. Motivasi
Motivasi adalah daya dalam diri seseorang
yang mendorongya untuk melakukan sesuatu,
atau keadaan seseorang atau organism yang
menyebabkan kesiapannya untuk memulai
serangkaian tingkah laku untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan
dan kesiapan dalam arti individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat
sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu
(usman, 2001: 28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:
144) motivasi adalah suatu pendorong yang
mengubah energy dalam diri seseorang ke
dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi
sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan
mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur
(2001:3) bahwa siswa yang bermotivasi dalam
belajar sesuatu akan menggunakan proses
koknitif yang lebih tinggi dalam mempelajari
materi itu, sehingga siswa itu dapat menyerap
dan mengedepankan materi itu dengan lebih
baik. Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang
mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu
dalam mencapai tujuan tertentu.
Untuk meningkatkan motivasi belajar,
telah disepakati oleh ahli pendidikan bahwa
guru merupakan kunci dalam proses belajar
mengajar. Bila hal ini terlihat dari segi nilai
lebih yang dimiliki oleh guru dibandingkan
dengan siswanya. Nilai lebih ini dimiliki ole
guru terutama dalam Ilmu Pengetahuan yang
dimiliki oleh guru bidang studi pengajarannya,
walaupun demikian nilai lebih itu tidak akan
dapat diandalkan oleg guru, apabila ia tidak
memiliki tehnik – tehnik yang tepat untuk
mentrasperkan kepada siswa. Disamping itu
kegiatan mengajar adalah suatu aktivitas yang
sangat kompleks, karena itu sangat sukar bagi
guru IPA bagaimana cara mengajar dengan baik
agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar IPA.
Untuk merealisasikan keinginan tersebut,
maka ada beberapa perinsip umum yang harus
dipegang oleh Guru IPA dalam menjalankan
tugasnya menurut Prof. Dr. S. Nasution, prinsip
– prinsip umum yang harus dipegang oleh guru
IPA dalam menjalankan tugasnya adalah
sebagai berikut:
a. Guru yang baik memahami dan
menghormati siswa
b. Guru yang baik hendaknya menyelesaikan
bahan pelajaran yang diberikan dengan
kemampuan siswa
c. Guru hendaknya menyelesaikan metode
dengan pelajarannya
d. Guru yang baik mengaktifkan siswa dalam
belajar
e. Guru yang baik member pengertian, bukan
hanya dengan kata – kata belaka. Hal ini
untuk meghindari verbalisme pada siswa.
f. Guru menghubungkan pelajaran dengan
kehidupan siswa
g. Guru yang baik tidak hanya mengajar
dalam arti menyampaikan pengetahuan
melainkan senantiasa membentuk
kepribadian siswanya.
3. Hasil Belajar
Tugas peserta didik adalah belajar dalam
hal ini, disamping harus memahami sejumlah
mata pelajaran peserta didik juga di bentuk
untuk mampu menyelesaikan berbagai tugas
belajar yang dibebankan kepadanya. Menurut
Solso (Dalam Fathani dan Msykur, 2007: 32)
“Belajar bisa diartikan sebagai proses
mengubah, mereduksi, memerinci, menyiapkan
dan memakai setiap masukan (Input)
pengetahuan yang datang dari alet indra
sebagai penunjang fungsdi kognitif.”
Belajar adalah proses pengubahan
individu yang relative permanen akibat adanya
latihan, pembelajaran atau pengetahuan
konkrert sebagai produk adanya interaksi
dengan lingkungan luar. Belajar tidak lain
adalah pematangan fungsi kognitif dan kognitif
adalah peta pikiran otak yang menghubungkan
atara aspek internal dan eksternal, hingga
tercipta pengetahuan.
Bila terjadi proses belajar, maka terjadi
pula proses mengajar. Guru walaupun sebagai
pengajar, sebenarya secara tidak langsung juga
melakukan belajar. Dari proses belajar
mengajar akan di peroleh hasil pengajaran
anatu hasil belajar denganistilah tujuan
pembelajaran. Hasil belajar seseorang
tergantung pada apa yang telah diketahuinya,
subjek belajar, tujuan, motivasi yang
mempengaruhi proses interaksi dengan
bahanyang sedang dipelajari.
Dalam KTSP 2006 ada tiga aspek penilaian
hasil belajar yaitu kognitif, efektif dan
psikomator. Dalam penelitian ini hasil belajar
yang di lihat dari aspek kognitif yaitu hasil nilai
ulang
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei – Juni (2015): 56 - 63
ISSN : 2459-9743 | 59
an, nilai rata-rata ulangan dan ketuntasan
sesuai KKM yang ditetapkan sekolah.
4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat
dikemukakan hipotesisi penelitian ini sebagai
berikut: dengan menerapkan pendekatan
konstektual dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar pelajaran IPA materi pusawat
sederhana di kelas VB SD Negeri 1 Epil.
C. Metodologi
1. Seting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas
VB SD Negeri 1 Epil. Jumlah siswa 27 orang
yang terdiri dari laki – laki 16 orang,
perempuan 11 Orang. Penelitian dilakukan di
kelas ini karena saya menjadi guru kelas pada
kelas tersebut. Penelitian ini dilakukan 2 siklus,
setiap siklus meliputi perencanaan,
pelaksanaan, tindakan obeservasi dan refleksi.
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
2. Rancangan Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang
dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus-
siklus. Setiap siklus meliputi Planning
(Rencana), action (Tindakan), Obeservation
(Pengamatan), dan reflection (Refleksi).
Langkah pada siklus berikutnya adalah
perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada
siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang
beupa identifikasi permasalahan. Observasi
dibagi dalam dua putaran, dimana pada
masing-masing putaran dikenai perlakuan yang
sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas
satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan
tes formatif di akhir masing-masing putaran.
3. Pengumpulan Data
a. Siklus I
1) Perencanaan (Planning)
Tahapan Perencanaan Penelitian
mempersiapkan beberapa hal sebagai
berikut:
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
b) Merencanakan lembar Observasi
untuk peserta didik
c) Merancang lembar observasi untuk
guru
d) Menyusun kegiatan yang terdiri dari:
(a) Mempersiapkan bahan belajar
seperti buku, alat tulis, dan alat
peraga
(b) Menentukan langkah
pembelajaran (Kegiata awal,
kegiatan inti, dan kegiatan
akhir)
(c) Menyusun alat evaluasi untuk
mencapai tujuan perbaikan yang
akan diberikan diakhir
pembelajaran.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I akan
dilaksanakan pada tanggal 19 Januari
2015, Jam 07.30 – 08.40 dengan langkah –
langkah sebagai berikut:
a) Kegitan awal (10 Menit)
(a) Guru Mengabsen siswa
(b) Guru menayakan pelajranan
yang lalu
(c) Guru menyampaikan pokok
materi pesawat sederhana
b) Kegiatan Inti (40 Menit)
(a) Tanya jawab tentang berbagai
macam alat dalam kehidupan
sehari – hari
(b) Dengan bimbingan guru siswa
dapat mengidentifikasikan
berbagai jenis pesawat
sederhana
(c) Siswa dibagi 4 kelompok dengan
bimbingan guru masing –
masing kelompok
mempreraktekkan penggunaan
pesawat sederhana (Pengungkit
atau tuas, bidaing miring, Katrol,
roda)
(d) Siswa mengerjakan lembar kerja
(e) Pembahasan hasil kerja
(f) Dengan bimbingan guru siswa
membuat kesimplan
c) Kegiatan Akhir (10 Menit)
(a) Siswa mengerjakan evaluasi
(b) Guru menganalisis hasil evaluasi
(c) Pemberian tugas/ PR sebagai
tindak lanjut
3) Observasi
Pada kegatan observas ini peneliti
meminta bantuan dengan ibu
Nujanah, S.Pd. SD yang meupakan
guru Kelas VI.A SD Negeri 1
Epil,Kolaborator tersebut akan
melakkan pengamatan pembelajaran
dengan mengisi format obsevasi
sebagi berikut:
(a) Lembar observasi tentang
aktifitas siswa
(b) Lembar observasi guru.
Musiana | Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa
60 | ISSN : 2459-9743
4) Refleksi
Pada kegiatan ini peneliti bersama
kolaborator melaksanakan diskusi
dan menganalisis hasil evaluasi siswa
dan lembar observasi yang
dilakanaan saat pelaksanaan
tindakan.
b. Siklus II
1) Perencanaan (Planning)
Tahapan Perencanaan Penelitian
mempersiapkan beberapa hal sebagai
berikut:
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
b) Mencatat hal – hal penting hasil
refleksi siklus pertama, untuk
diperbaiki pada siklus kedua.
c) Merancang lembar observasi untuk
peserta didik
d) Merancang lembar observai untuk
guru
e) Menyusun kegiatan yang terdiri dari:
(a) Mempersiapkan bahan belajar
seperti buku, alat tulis, dan alat
peraga
(b) Menentukan langkah
pembelajaran (Kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan
akhir)
(c) Menyusun alat evaluasi untuk
mencapai tujuan perbaikan yang
akan diberikan diakhir
pembelajaran.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II akan
dilaksanakan pada tanggal 18 Februari
2015, Jam 07.30 – 08.40 dengan langkah –
langkah sebagai berikut:
a) Kegitan awal (10 Menit)
(a) Guru Mengabsen siswa
(b) Sebagai apersepsi guru
menayakan apa nama alat unuk
merapikan atau memotong bung
ataman ?
(c) Guru menyampaikan materi
pesawat sederhana
b) Kegiatan Inti (40 Menit)
(a) Tanya jawab tentang berbagai
macam alat dalam kehidupan
sehari – hari
(b) Dengan bimbingan guru siswa
dapat mengidentifikasikan
berbagai jenis pesawat
sederhana
(c) Siswa dibagi 4 kelompok dengan
bimbingan guru masing –
masing kelompok
empreraktekkan penggunaan
pesawat sederhana (Pengungkit
atau tuas, bidang miring, katrol,
roda)
(d) Siswa mengerjakan lembar kerja
(e) Pembahasan hasil kerja
(f) Dengan bimbingan guru siswa
membuat kesimpulan
c) Kegiatan Akhir (10 Menit)
(a) Siswa mengerjakan evaluasi
(b) Guru menganalisis hasil evaluasi
(c) Pemberian tugas/ PR sebagai
tindak lanjut
3) Observasi
Pada kegatan observas ini peneliti
meminta bantuan dengan ibu Nujanah,
S.Pd. SD yang merupakan guru Kelas VI.A
SD Negeri 1 Epil, Kolaborator tersebut
akan melakukan pengamatan
pembelajaran dengan mengisi format
obsevasi sebagai berikut:
a) Lembar observasi tentang aktifitas
siswa
b) Lembar observasi guru.
4) Refleksi
Pada kegiatan ini peneliti bersama
kolaborator melaksanakan diskusi dan
menganalisis hasil evaluasi siswa dan
lembar observasi yang dilakanakan saat
pelaksanaan tindakan.
D. Analisis Data
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran I, soal tes formatif I dan
alat – alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk Siklus I dilaksanakan pada tanggal
19 Januari 2015 di Kelas 5B SD Negeri 1
Epil dengan jumlah siswa 27 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagi
guru. Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada rencana pelajaran yang
telah dipersiapkan. Pengamatan
(Observasi) dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir prose belajar mengajar siswa
diberi tes formatif I dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa
dalam proses belajar mengajar yang
telah dilakukan. Adapun data hasil
penelitian pada siklus I adalah sebagai
berikut:
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei – Juni (2015): 56 - 63
ISSN : 2459-9743 | 61
Tabel 2. Jumlah Nilai dan Persentase Hasil
Tes Formatif dan Ketuntasan Siklus I
No Uraian Hasil Siklus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jumlah Skor
Jumlah Skor Maksimum
Nilai Rata – rata
Jumlah siswa yang tuntas
Persentase skor tercapai
Persentase ketuntasan
1750
2700
64,8
16
64,8 %
59,3 %
Keterangan:
- Klasikal belum tuntas
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa
dengan menetapkan pembelajaran
kontestual. Nilai rata – rata persentasi belajar
siswa adalah 64,8 dan ketuntasan belajar
mencapai 59,3% atau ada 16 siswa dari 27
siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus pertama
secara klasikal siswa belum tuntas belajar,
karena siswa yang memperoleh nilai > 70
hanya sebesar 64,8% lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki
yaitu sebesar 88,9%. Hal ini disebabkan
karena siswa masih asing dengan
diterapkannya pembelajaran kontekstual.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri
dari rencana pelajaran 2, soal tes
formatif 2 dan alat- alat pengajaran yang
mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk Siklus II dilaksanakan pada
tanggal 18 Februari 2015 di Kelas 5B SD
Negeri 1 Epil dengan jumlah siswa 27
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagi guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana
pelajaran dengan memperhatikan revisi
pada siklus I, Sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus I tidak terulang
lagi pada siklus II Pengamatan
(Observasi) dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir prose belajar mengajar siswa
diberi tes formatif II dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar
yang telah dilakukan. Instrumen yang
digunakan adalah tes formatif II. Adapun
data hasil penelitian pada siklus I adalah
sebagai berikut:
Tabel 3. Nilai Tes Formatif dan
Ketuntasan Belajar Siklus II
Keterangan: - Klasikal tuntas
Berdasarkan table diatas diperoleh
nilai rata-rata tes formatif sebesar 78,5
dan dari 27 siswa yang telah tuntas
wsebanyak 24 Siswa dan 3 siswa belum
mencapai ketuntasan belajar. Maka secara
klasikal ketuntasan belajar yang teleh
tercapai sebesar 88,9% (termasuk
katagori tuntas). Hasil pada siklus II ini
mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar
pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya
penigkatan kemampuan siswa
mnempelajari materi pelajaran yang telah
diterapkan selama ini. Disamping itu
dengan adanya metode pembelajaran ini
siswa dapat bertanya dengan sesame
temanya, dan teryata dariproses bertanya
siswa ini, siswa lebih mudah menerima
penjelasan dari temanya yang lebih paham
tentang materi pelajaran tersebut. Juga
dari hasil pembelajaran kontestual ini
murid jadi lebih mudah untuk bekerja
sama dengan sesame temanya.
c. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah
terlaksana dengan baik maupun yang
masih kurang baik dalam proses beajar
mengajar dengan penerapan metode
pembelajaran kontekstual. Dari data –
data yang telah diperoleh dapat diuraika
sebagai berikut.:
1) Selama proses belajar mengajar guru
telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun
ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase
pelaksanaannya untuk masing –
masing aspek cukup baik.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan
diketahui bahwa siswa aktif selama
proses belajar berlangsung
Musiana | Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa
62 | ISSN : 2459-9743
3) Kekurangan pada siklus – siklus
sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga
menjadi lebih baik
4) Hasil belajar siswa pada siklus II
mencapai ketuntasan
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus II guru telah menerapkan
metode pembelajaran kontekstual dengan
baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta
hasil belajar siswa pelaksanaan proses
belajar mengsajar sudah berjalan dengan
baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu
banyak, tetapi yang perlu diperhatikan
untuk tindakan selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mempertahankan
apa yang telah ada dengan tujuan agar
pada pelaksanaan proses belajar mengajar
selanjutnya penerapan metode
pembelajaran kontekstual. Dapat
mningkatkan proses belajar mengajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
E. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
a. Deskripsi Hasil Penelitian Pebelajaran
Bagian ini membuat data dan
pengeolahannya yang diperoleh
berdasarkan hasil observasi terhadap
aktivitas belajar siswa dan hasil evaluasi
yang dilakukan.
1) Hasil Observasi
Hasil observasi dilakukan guru
tehadap aktivitas siswa terdapat
dalam table berikut:
Tabel 4. Keaktifan belajar Siswa
Keterangan: 1) Terlibat aktif artinya, siswa mengikuti
pelajaran dengan sungguh – sungguh, aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dengan benar tentang materi pembelajaran.
2) Terlibat pasif artinya, siswa tidak sungguh sunggu dalam pembelajaran, tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan seadanya
3) Tidak terlibat artinya, siswa hanya duduk diam tidak mau bertanya maupun menjawab pertanyaan
Berdasarkan table diagram diatas
terlihat bahwa jumlah siswa dan
persentase siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran siklus pertama dan kedua
menunjukkan adanya peningkatan. Pada
siklus pertama yang terlibat aktif hanya 16
orang (59,3%), pada siklus kedua menjadi
24 orang (88,9%) hal ini berarti bahwa
aktivitas belajar siswa di kelas VB SD
Negeri 1 Epil dalam materi pesawat
sederhana mengalami peningkatan.
Peningkatan aktivitas belajar siswa
tersebut pada siklus pertama, kedua akan
lebih jelas terasajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.
Nilai dan Persentase Hasil Tes Formatif
dan Ketuntasan Siklus I dan Siklus II
Keterangan:
- Siklus I : Klasikal Belum Tuntas - Siklus II : Klasikal Tuntas
Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa
hasil belajar siswa dalam pembelajaran
IPA menunjukkan adanya peningkatan
dari satu siklus ke siklus berikutnya.
Keadaan jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar atau memperoleh nilai
> 85 pada siklus pertama baru mencapai
16 orang (59,3%), pada siklus kedua
menjadi 24 orang (88,9%).
Berdasarkan analisa data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar dengan menerapkan pendekatan
kontekstual setiap siklus mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif
terhadap hasil belajar siswa yaitu dapat
ditunjukkan dengan meningkatkan rata-
rata siswa pada setiap siklus mengalami
peningkatan. Sedangkan aktivitas guru
selama pembelajaran telah melaksanakan
langkah-langkah kegiatan belajar
mengajar dengan menerapkan pendekatan
kontekstual dengan baik. Hal ini terlihat
dari aktivitas guru yang muncul,
diantaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam menemukan
konsep, menjelaskan materi yang sulit,
memberi umpan balik/ tanya jawab dan
evaluasi, dimana prosentase untuk
aktivitas cukup besar.
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei – Juni (2015): 56 - 63
ISSN : 2459-9743 | 63
2. Ketuntasan Hasil Belajar
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pendekataan kontekstual memiliki
dampak positif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
semakin mantapnya pemahaman siswa
terhadap materi yang di sampaikan guru.
F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Berdasarkan hasil penelitian
pembelajaran yang dilakukan dengan
menggunakan pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa tetang
pesawat sederhana di kelas VB SD
Negeri 1 Epil hal ini ditunjukkan dari
peningkatan siklus I hanya 16 siswa
(59,3%) yang tuntas sedangakan
siklus II, 24 siswa (88,9%) yang
terlibat tintas.
b. Sedangkan untuk aktivitas guru
selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah
metode pembelajaran kontekstual
dengan baik. Hal ini terlihat dari
aktivitas guru yang muncul di
antaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam mengerjakan
kegiatan, menjelaskan/ melatih
menggunakan alat, memberi umpan
balik/ evaluasi/ tanya jawab di mana
persentase untuk aktivitas di atas
cukup besar
2. Saran
Dari Kesimpulan tersebut, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan
guru dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran khususnya dalam
pembelajaran IPA materi Pesawat
sederhana. Hal tersebut yaitu:
a. Guru perlu meningkatkan
kreativitasnya dalam mengelola kelas
b. Guru hendaknya mempersiapkan
secara cermat dan tepat perangkat
pendukung pembelajaran IPA dan
fasilitas belajar khususnya media
Pesawat Sederhana. Efisiensi
pembelajaran yang pada akhirnya
berpengaruh pada proses dan hasil
belajar siswa.
c. Guru hendaknya member kesempatan
kepada siswa untuk melakukan
percobaan, mengemukakan pendapat
dan mengeksresikan keinginannya
karena siswa memiliki karakter
berbeda
d. Guru harus menerapkan
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAIKEM)
pada siswa
e. Guru hendaknya mempunyai waktu
luang untuk berdiskusi dengan
supervisor, kepala sekolah atau pihak-
pihak berlatar belakang pendidikan
bila ada masalah atau kelemahan di
kelas.
Daftar Pustaka
Depdikbud.1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Djamarah. 2002. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Media Group.
Djumhana, N. & Muslim. 2007. Pendidikan IPA.
Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas
Fajri, E., & Senja, R.A. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Izcaac., & Michael, S.W.B. 2004. Handbook in Rescarek and Evaluation. California: Edits
Publisher San Diego.
Kusumawati, R. 2006. IPA Saling Temas SD Kelas V. Klaten: Intan Pariwara
Muchith., M.S. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasai Media Group.
Munadi, Y. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta:
Gaung Persada Press.
Nurhadi. 2002. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Knife.
Oemar., H. 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Bumi
Aksara.
Smith, N.K., dkk. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta: Mirza Media
Pustaka.
Sulistyanto, H., & Wibowo, E. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Wahyuni, N. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Media Group
Winkel. 1996. Psikologi Pengajaaran (Revisi).
Jakarta: Grasindo.