mushaf-mushaf sahabat sebelum mushaf utsmani
TRANSCRIPT
1
MUSHAF‐MUSHAF SAHABAT SEBELUM MUSHAF UTSMANI
Oleh:
Luthfi Yansyah
PROGRAM MAGISTER FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013
2
PENDAHULUAN Dalam tenggang waktu sekitar 20-an tahun, mulai dari wafatnya Nabi Saw sampai
pengumpulan al-Qur’an di masa Utsman, hanya sekitar empat mushaf sahabat yang
berhasil memapankan pengaruhnya di kalangan masyarakat. Asal-muasal pengaruh ini
tentunya terpulang kepada individu-individu yang dengan namanya mushaf-mushaf itu
dikenal. Keempat sahabat Nabi Saw yang dimaksud di sini adalah: (1) Ubay bin Ka‘ab,
yang kumpulan al-Qur’annya berpengaruh di sebagian besar daerah Syiria; (2) Abdullah
bin Mas‘ud, yang mushafnya mendominasi daerah Kufah; (3) Abu Musa al-Asy‘ari, yang
mushafnya memperoleh pengakuan masyarakat Bashrah; dan (4) Miqdad bin Aswad (w.
33H), yang mushafnya diikuti penduduk Kota Hims.1
Manuskrip mushaf keempat sahabat Nabi Saw itu sayangnya tidak sampai ke
tangan kita, sehingga permasalah tentang bentuk lahiriah dan kandungan tekstualnya
hanya bisa dijawab melalui sumber-sumber sekunder2 atau tidak langsung. Bahkan,
Mushaf Miqdad bin Aswad tidak dapat ditelusuri jejaknya sama sekali dalam berbagai
sumber.
Berikut ini akan dijelaskan tiga mushaf di atas (Ubay, Abdullah bin Mas’ud, Abu
Musa) ditambah dengan mushaf Ibnu Abbas yang walaupun tidak menjadi otoritas pada
masanya, tapi kiranya juga perlu mendapatkan perhatian, mengingat signifikansinya yang
nyata dalam perkembangan kajian al-Qur’an.
MUSHAF UBAY BIN KA’AB
Ubay bin Ka‘ab adalah seorang Anshar dari bani Najjar, yang masuk Islam pada
masa cukup awal dan turut serta dalam sejumlah pertempuran besar di masa Nabi, seperti
dalam Perang Badar dan Uhud. Ia merupakan salah seorang yang mengkhususkan diri
1 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005), h. 185. 2 Arthur Jeffery mengklasifikasikan mushaf-mushaf lama ke dalam dua kategori, yaitu mushaf primer dan mushaf sekunder. Mushaf-mushaf primer ialah mushaf-mushaf yang dikumpulkan secara individual/pribadi oleh para sahabat, sedangkan mushaf-mushaf sekunder adalah mushaf-mushaf yang dikumpulkan para tabiin yang sangat bergantung pada mushaf primer.
3
dalam mengumpulkan wahyu dan merupakan salah satu di antara empat sahabat3 yang
disarankan Nabi agar umat Islam mempelajari al-Qur’an darinya.
Dalam beberapa hal, otoritasnya tentang masalah-masalah al-Qur’an bahkan lebih
besar dari Ibnu Mas‘ud. Selain itu, ia juga dikenal sebagai Sayyid al-Qurra` (pemimpin
para pelafal/penghafal al-Qur’an).
Tidak dapat diketahui secara pasti kapan ia mengumpulkan materi-materi wahyu
ke dalam mushafnya. Barangkali, ketika ditunjuk Nabi untuk menyalin wahyu, kegiatan
pengumpulan al-Qur’an telah dimulainya. Tetapi, kapan ia selesai menyusun bahan-
bahan wahyu yang membentuk kodeksnya4 tidak dapat dipastikan. Yang pasti adalah
bahwa sebelum kemunculan mushaf standar utsmani, mushaf Ubay telah populer di
Syiria.5
Mushaf Ubay dikabarkan turut dimusnahkan ketika dilakukan standardisasi teks
al-Qur’an pada masa Utsman. Ibnu Abi Dawud menuturkan suatu riwayat bahwa
beberapa orang datang dari Irak menemui putra Ubay, Muhammad, untuk mencari
keterangan dalam mushaf ayahnya. Namun, Muhammad mengungkapkan bahwa mushaf
tersebut telah disita Utsman. Sekalipun demikian, dari berbagai riwayat yang sampai
kepada kita, dapat ditelusuri aransemen surat-surat di dalam mushafnya, bacaan-
bacaannya yang berbeda dari varian bacaan dalam tradisi teks utsmani. Di antaranya
perbedaan vokalisasi, kerangka konsonan teks, penempatan kata yang diakhirkan atau
didahulukan, pembolak-balikan urutan ayat, penambahan atau pengurangan kata atau
ayat banyak dijumpai dalam mushaf Ubay. Bahkan ditemukan ayat alternatif atau ayat
ekstra dalam mushaf Ubay.
Contohnya, huruf “alif” dan “nun” bisa dibaca “inna”, “anna”, ataupun “an”.
“Mim” dan “nun” dibaca “man” atau “min”. Dalam surat 4:171, “an yakûna”, dalam
mushaf Utsmani misalnya, telah dibaca oleh Ubay menjadi “in yakûnu”. Perbedaan
vokalisasi ini terkadang juga bisa mengakibatkan perbedaan arti.
3 Mereka adalah Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Muadz bin Jabal, dan Salim, budak Abu Huzaifah. (HR. al-Bukhari). 4 Kodeks ialah naskah kuno yang berupa tulisan tangan. 5 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005), h. 186.
4
Dalam surat 13:43, “Wa man ‘indahû ‘ilmul kitâbi, yang bermakna, “dan orang
yang ada padanya (atau memiliki) ilmu al-kitab,” terbaca dalam mushaf Ubay, “wa min
‘indihî ‘ilmul kitâbi, yang berarti, “dan yang darinya (datang) ilmu al-kitab.”
Perbedaan lainnya, kalimat dalam surat 2:18 dan 171, “shummun bukmun
‘umyun”, dibaca “shumman bukman ‘umyan”. Lalu dalam surat al-Fâtihah, “wa ladh
dhâlîn”, disalin dalam mushaf Ubay dengan, “ghairidh dhâlîn. Dalam surat 16:112, kata-
kata “libâsal jû’i wal khaufi, dibalik menjadi, “libâsal khaufi wal jû’i”.
Berikut beberapa contoh lain perbedaan dalam mushaf Ubay dengan mushaf
Utsmani:6
• m f e d c b agl ف ب ال أ يه ـفال جناح عل ( 7)اـهم ـيطو
• m _ ^ ] \ [ Zl ى ا استمتعتم به منهن ـم ـف ( 8)إىل أجل مسم
Dalam kaitannya dengan susunan surat, terdapat perbedaan yang relatif kecil
antara mushaf Ubay dengan mushaf utsmani.
Dalam kitab al-Itqân surat-surat dalam mushaf Ubay dapat dikemukakan sebagai
berikut:9
,ثم يونس ,ائدةـمـثم ال ,ثم األعراف ,ثم األنعام ,ثم آل عمران ,ثم النساء ,ثم البقرة ,حمدـالثم ,ثم الكهف ,ثم يوسف ,حجـثم ال ,ثم الشعراء ,ثم مريم ,ثم هود ,ثم براءة ,ثم األنفال
ثم ,ثم النور ,ثم األنبياء ,ثم طه ,ها حمـثم الزمر أول ,ثم بني إرسائيل ,ثم أحزاب ,النحلثم ,ثم النمل ,ثم القصص ,ثم الرعد ,مؤمنـثم ال ,ثم العنكبوت ,ثم سبأ ,مؤمنونـال
6 Ibnu Abi Dawud, Kitâbul Mashâhif, (Beirut: Darul Basya`ir al-Islamiyah), 2002, h. 292. 7 QS. al-Baqarah: 158. 8 QS. an-Nisâ`: 24. 9 Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqân fî ‘Ulûmil Qur’ân, (Beirut: Mu’assasah ar-Risalah, 2008), c. I, h. 141.
5
ثم ,ثم الفتح ,حديدـثم ال ,لرومثم ا ,عسق ثم حم ,حجرـثم ال ,ثم يس ,ثم ص ,الصافاتثم ,ثم ق ,ثم األحقاف ,ثم إنا أرسلنا نوحا ,ثم السجدة ,ملكـثم تبارك ال ,ثم الظهار ,القتال ,ثم اقرتبت ,مدثرـثم ال ,مزملـثم ال ,ثم سأل سائل ,ثم النجم ,جنـثم ال ,ثم الواقعة ,الرمحن
ثم ,حاقةـثم ال ,ثم ن ,ثم الذاريات ,ثم الطور ,جاثيةـحم ال ثم ,لقامن مث ,ثم حم الدخانثم إذا ,ثم ال أقسم بيوم القيامة ,ثم عم يتساءلون ,مرسالتـثم ال ,ممتحنةـثم ال ,حرشـال
ثم ,ثم عبس ,ثم التغابن ,ثم النازعات ,ها النبي إذا طلقتم النساءـثم يا أي ,الشمس كورتثم ,حجراتـثم ال ,ثم اقرأ باسم ربك ,ثم والتني والزيتون ,ثم إذا السامء انشقت ,مطففنيـالثم إذا ,ثم والليل ,هذا البلدـثم ال أقسم ب ,ثم الفجر ,حرمـم تـثم ل ,جمعةـثم ال ,منافقونـال
,ثم الغاشية ,ثم سبح اسم ربك ,ثم والسامء والطارق ,ثم والشمس وضحاها ,السامء انفطرتثم ,ثم القارعة ,م نرشحـثم أل ,ثم الضحى ,م يكنـثم سورة أهل الكتاب وهي ل ,ثم الصفثم ,إذا زلزلت , ثمثم ويل لكل مهزة ,دفحـثم سورة ال ,خلعـثم سورة ال ,ثم العرص ,التكاثر
ثم ,ثم الكارون ,ثم القدر ,ثم إنا أعطيناك ,ثم أرأيت ,يالف قريشثم إل ,ثم الفيل ,العاديات .ثم الناس ,ثم الفلق ,ثم الصمد ,ثم تبت ,إذا جاء نرص اهللا
Dalam al-Itqân, dijelaskan surat-surat dalam mushaf Ubay berjumlah 116 surat,
karena terdapat tambahan surat al-Khal dan al-Hafd. Ada pula yang menyatakan bahwa
jumlah suratnya sebanyak 115 surat, karena surat al-Fiil dan Quraisy digabung menjadi 1
surat, sebagaimana yang dinyatakan oleh as-Sakhawi.
Susunan surat dalam mushaf Ubay –sekalipun dengan sejumlah perbedaan yang
relatif cukup besar jika dibandingan dengan mushaf Utsmani– secara garis besarnya
memperlihatkan prinsip yang umumnya dipegang dalam penyusunan tata urutan surat
dalam mushaf-mushaf al-Qur’an yang awal, termasuk mushaf Utsmani, yakni: mulai dari
surat-surat panjang ke arah surat-surat yang lebih pendek. Hal ini bisa dilihat pada bagian
permulaan dan bagian penghujung daftar surat.
6
MUSHAF IBNU MAS’UD
Ibnu Mas‘ud merupakan salah satu otoritas terbesar dalam al-Qur’an.
Hubungannya yang intim dengan Nabi telah memungkinkannya mempelajari sekitar 70
surat secara langsung dari mulut Nabi. Riwayat mengungkapkan bahwa ia merupakan
salah seorang yang pertama-tama mengajarkan bacaan al-Qur’an. Ia dilaporkan sebagai
orang pertama yang membaca bagian-bagian al-Qur’an dengan suara lantang dan terbuka
di Makkah, sekalipun mendapat tantangan yang keras dari orang-orang Quraisy yang
melemparinya dengan batu. Lebih jauh, sebagaimana telah disinggung, hadits juga
mengungkapkan bahwa ia merupakan salah seorang dari empat sahabat yang
direkomendasikan Nabi sebagai tempat bertanya tentang al-Qur’an. Otoritas dan
popularitasnya dalam al-Qur’an memuncak ketika bertugas di Kufah, di mana mushafnya
memiliki pengaruh yang luas.
Tidak ada informasi yang jelas kapan Ibnu Mas‘ud mengawali pengumpulan
mushafnya. Kelihatannya, ia mulai mengumpulkan wahyu-wahyu pada masa Nabi dan
melanjutkannya sepeninggal Nabi. Setelah ditempatkan di Kufah, ia berhasil
memapankan pengaruh mushafnya di kalangan penduduk kota tersebut. Ketika Utsman
mengirim salinan resmi teks al-Qur’an standar ke Kufah dengan perintah untuk
memusnahkan teks-teks lainnya, dikabarkan bahwa Ibnu Mas‘ud menolak menyerahkan
mushafnya, karena sebuah teks yang disusun seorang pemula seperti Zaid bin Tsabit
lebih diutamakan dari mushafnya. Padahal, ia telah menjadi Muslim tatkala Zaid masih
tenggelam dalam alam kekafiran. Namun, akhirnya ia ridha dengan apa yang dilakukan
Utsman.
Di Kufah sendiri, sejumlah Muslim menerima keberadaan mushaf baru yang
dikeluarkan Utsman. Tetapi, sebagian besar penduduk kota ini tetap memegang mushaf
Ibnu Mas‘ud, yang ketika itu telah dipandang sebagai mushaf orang-orang Kufah.
Kuatnya pengaruh mushaf Ibnu Mas‘ud bisa dilihat dari sejumlah mushaf sekunder –
misalnya mushaf Alqamah bin Qais, Mushaf al-Rabi‘ bin Khutsaim, mushaf al-Aswad,
mushaf al-A‘masy, dan lainnya yang mendasarkan teksnya pada mushaf Ibnu Mas’ud.
Salah satu karakteristik mushaf Ibnu Mas‘ud adalah ketiadaan 3 surat pendek,
yakni surat 1, 113 dan 114 di dalam teksnya. Riwayat lain mengungkapkan bahwa hanya
7
2 surat, yakni surat 113 dan 114 yang tidak terdapat dalam mushafnya. Ibnu Nadim
mengungkapkan bahwa ia telah melihat sebuah manuskrip mushaf Ibnu Mas‘ud yang
berusia sekitar 200 tahun yang mencantumkan pembuka kitab (surat ke-1).10
Karakteristik lainnya dari mushaf Ibnu Mas‘ud terletak pada susunan surat di
dalamnya yang berbeda dari mushaf utsmani.
Dalam kitab al-Itqân surat-surat dalam mushaf Ibnu Mas’ud adalah sebagai
berikut:11
:تأليف مصحف عبد اهللا بن مسعود
.ويونس ,ائدةـمـوال ,واألنعام ,واألعراف ,وآل عمران ,والنساء ,البقرة: الطوال
,وطه ,واألنبياء ,وبني إرسائيل ,والكهف ,ويوسف ,وهود ,والنحل ,براءة: مئنيـوال .والصافات ,والشعراء ,مؤمنونـوال
,ومريم ,واألنفال ,والنور ,النمل ,وطس ,والقصص ,حجـوال ,األحزاب: مثاينـوال ,وص ,وإبراهيم ,ةكئالمـوال ,وسبأ ,والرعد ,حجرـوال ,والفرقان ,ويس ,والروم ,والعنكبوت
,عسق وحم ,والسجدة ,والزخرف الـمؤمن, حم: حواميمـوال ,والزمر ,ولقامن ,والذين كفرواون ,والطالق ,ل السجدةوتنزي ,حرشـوال ,إنا فتحنا لكو ,والدخان ,جاثيةـوال ,واألحقاف
وقل ,والصف ,جمعةـوال ,منافقونـوإذا جاءك ال ,والتغابن ,وتبارك ,حجراتـوال ,والقلم .حرمـم تـها النبي لـويا أي ,ممتحنةـوال ,مجادلةـوال ,وإنا أرسلنا ,أوحى
,والنازعات ,والواقعة ,واقرتبت الساعة ,والذاريات ,والطور ,والنجم ,الرمحن: واملفصل ,والقيامة ,مرسالتـوال ,وهل أين ,وعبس ,مطففنيـوال ,مزملـوال ,مدثرـوال ,أل سائلوس
,والفجر ,والليل ,ح ب وس ,والغاشية ,وإذا السامء انفطرت ,وإذا الشمس كورت ,وعم يتساءلون 10 Ibnu Nadim, al-Fihris, (Beirut: Darul Ma’rifah, t.t.), h. 39-40. 11 Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqân fî ‘Ulûmil Qur’ân, (Beirut: Mu’assasah ar-Risalah, 2008), c. I, h. 142
8
,والعاديات ,والطارق ,والضحى ,والبلد ,واقرأ باسم ربك ,وإذا السامء انشقت ,والربوج ,وأمل تر كيف ,وويل لكل مهزة ,والتني ,والشمس وضحاها ,ومل يكن ,قارعةوال ,وأرأيت
,وإذا جاء نرص اهللا ,والعرص ,وإذا زلزلت ,وإنا أنزلناه التكاثر, هكملـوأ ,لف قريشيوإلحمد وال ـم نرشح, وليس فيه الـوأل ,وقل هو اهللا أحد ,وتبت ,ها الكافرونـوقل يا أي ,والكوثر
.معوذتانـال
Dalam al-Itqân, mushaf Ibnu Mas’ud hanya memiliki 108 surat dalam daftarnya.
Di samping surat 1; 113 dan 114, hilang juga dalam daftar tersebut sebanyak 3 surat –
surat 50; 57 dan 69– kemungkinan disebabkan terlewatkan secara tidak sengaja dalam
periwayatannya atau sekadar kesalahan penulisan. Namun, ketiga surat tersebut terdapat
dalam daftar kitab Fihrist.
Kemudian, beberapa perbedaan bacaan dengan mushaf Utsmani ialah seperti
adanya sisipan atau penghilangan partikel gramatik yang juga turut mempengaruhi
vokalisasi. Contoh, kalimat “tathawwa’a khairan”, disisipkan huruf “ba”, sehingga
dibaca “tathawwa’a bi khairin” (QS. 2:184). Penghilangan “‘an” dalam “yas`alûnaka
‘anil anfâl”, menjadi, “yas`alûnakal anfâl” (QS. 8:1). Penggantian kata dengan kata lain
yang bermakna sama, seperti kata “aydiyahumâ” (tangan keduanya) dalam QS. 5:38,
dibaca “aymânahumâ” (tangan kanan keduanya). Dan ada yang bermakna lain, seperti
kata “ilyâsa” dan “ilyâsîn” (QS. 37:123 dan 130), dibaca dengan “idrîsa” dan “idrâsîn,
keduanya menunjuk kepada nama dua Nabi yang berbeda. Penyisipan beberapa kata
seperti dalam (QS. 33:6), “wa azwâjuhû ummahâtuhum (+ wa hua ’abun lahum),” “dan
istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka (+ dan dia –Muhammad- adalah bapak mereka).”
Dalam (QS. 5:89), fashiyâmu tsalâtsati ayyâmin (+ mutatâbi‘âtin), “maka berpuasalah
selama tiga hari (+ berturut-turut)”. Pengurangan atau penghilangan kelompok kata,
bahkan, ketika satu ayat dihilangkan seluruhnya, seperti dalam 94:6 yang merupakan
satu-satunya kasus dalam teks Ibnu Mas‘ud, yaitu “inna ma‘al ‘usri yusran,” maka
maknanya juga tidak terdistorsi, karena ayat ini merupakan pengulangan dari ayat
9
sebelumnya (94:5), dan posisinya di sini barangkali hanya untuk memberi penekanan
atau penegasan.
Adapun beberapa contoh lain perbedaan dalam mushaf Ibnu Mas’ud dengan
mushaf Utsmani yaitu:12
• m k j i h g fl 13)نملة يظلم مثقال ال إن اهللا(
• m ¦ ¥ ¤ £l اجدين واسجدي ( 14) واركعي يف الس
• m ¡ � ~ } | {l
15)ومها وعدسها وبصلهاث من بقلها وقثائها و (ذين آمنوا وعملواإال ,ر ه الد ر خ آىل إ ه ي ف ه ن إ , و في خرس نسان ل إن اإل ,والعرص • ال
ال رب وتواصوا حات ـالص 16)بالص• m ¥ ¤ £ ¢l
17)للبيت والعمرة الـحج وام ـقـي وأ (
MUSHAF IBNU ABBAS
Dalam peta perkembangan tafsir al-Qur’an di kalangan kaum Muslimin, Ibnu
Abbas, keponakan Nabi menduduki posisi yang sangat terkemuka. Hal ini terlihat dari
figurisasi dirinya sebagai penafsir al-Qur’an terbaik, berilmu sedalam lautan, dan
intelektual umat. Ibnu Abbas memperoleh kemasyhuran bukan lantaran aktivitasnya di
panggung politik, tetapi karena pengetahuan agamanya yang luas, terutama dalam al- 12 Ibnu Abi Dawud, Kitabul Mashâhif, (Beirut: Darul Basya`ir al-Islamiyah), 2002, h. 294. 13 QS. an-Nisâ`: 40. 14 QS. Âli Imrân: 43. 15 QS. al-Baqarah: 61. 16 QS. al-‘Ashr: 1-3. 17 QS. al-Baqarah: 196.
10
Qur’an. Dari kebesaran semacam ini, seseorang bisa menduga bahwa kodeksnya akan
sama terkenal dengan mushaf sahabat-sahabat Nabi lainnya, seperti Ibnu Mas‘ud atau
Ubay. Tetapi kenyataan sejarah menunjukkan hal berbeda: mushaf Ibnu Abbas terlihat
tidak pernah menjadi panutan masyarakat kota tertentu, sekalipun sejumlah mushaf
sekunder seperti mushaf Ikrimah, Atha’, dan Sa‘id bin Jubair dipandang meneruskan
tradisi teksnya.
Ketenarannya dalam tafsir terjadi pada tahap belakangan dalam karirnya, ketika ia
berupaya memanfaatkan syair-syair pra Islam untuk menjelaskan makna al-Qur’an dalam
tradisi teks utsmani. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kodeks al-Qur’annya
dikumpulkan pada masa mudanya.
Nama Ibnu Abbas sering muncul dalam daftar orang yang mengumpulkan al-
Qur’an pada masa Nabi. Tetapi, kenyataan bahwa usianya masih sangat muda pada waktu
itu jelas menegaskan kemungkinan aktivitas pengumpulannya. Paling jauh, hal ini hanya
mencerminkan bahwa ia dikenal sebagai salah satu pengumpul al-Qur’an pada masa pra
Utsman.
Jeffery menduga bahwa teks mushaf Ibnu Abbas mencerminkan salah satu bentuk
tradisi teks Madinah. Dari hubungan dekatnya yang resmi dengan Utsman pada masa
persiapan kodifikasi al-Qur’an, dapat dipastikan bahwa mushaf Ibnu Abbas juga telah
diserahkan untuk dimusnahkan bersama mushaf-mushaf lainnya. Itulah sebabnya, seperti
terlihat dalam pentas historis, mushaf Ibnu Abbas tidak memainkan peran yang signifikan
dalam sejarah awal teks al-Qur’an.
Salah satu karakteristik mushaf Ibnu Abbas adalah eksisnya dua surat ekstra, yaitu
surat al-Khal dan surat al-Hafd di dalamnya, sebagaimana yang terdapat dalam mushaf
Ubay dan Abu Musa. Dengan demikian, jumlah keseluruhan surat yang ada di dalam
mushaf Ibnu Abbas adalah sebanyak 116 surat. Sekalipun demikian, kedua surat ekstra
ini tidak muncul dalam daftar susunan surat mushafnya, jadi jumlahnya 114. Ibnu Abbas
berpedoman urutan kronologis dalam menyusun tartib surat. Berawal dari surat Iqra` dan
berakhir dengan surat an-Nâs. Berikut susunan surat dalam mushaf Ibnu Abbas dalam
kitab Tarikh al-Qur’an:18
18 Ibrahim al-Abyari, Târîkh al-Qur’ân, (Kairo: Darul Kitab al-Mishri, 1991), h. 87.
11
م ـ, والفجر, الوالليل, األعىل, كورت, تبت, الفاتـحة, مدثرـال, مزملـال, الضحىو, ن ,اقرأنرشح, الرمحن, والعرص, الكوثر, التكاثر, الدين, الفيل, الكافرون, اإلخالص, النحل, األعمى, القدر, والشمس, الربوج, التني, قريش, القارعة, القيامة, الـهمزة, الـمرسالت, ق,
الطارق, القمر, ص, األعراف, الـجن, يس, الفرقان, الـمالئكة, مريم, طه, الشعراء, البلد, , يونس, هود, يوسف, الـحجر, األنعام, الصافات, لقمـان, إرسائيل ىبنالنمل, القصص,
سبأ, الزمر, الـمؤمن, حم السجدة, حم عسق, الزحرف, الدخان, الـجاثية, األحقاف, لـمؤمنون, الرعد, الطور, االنحل, نوح, إبراهيم, األنبياء, الذاريات, الغاشية, الكهف,
, العنكبوت, الروم, انشقت, انفطرت, النازعاتالـملك, الـحاقة, الـمعارج, النساء, وإذا , النساء, الفتح, ممتحنةـال, النور, األحزاب, حرشـال, آل عمران, األنفال, البقرة, مطففنيـال
, منافقونـال, السجدةاإلنسان, الطالق, مل يكن, الـجمعة, امل , الـحج, الـحديد, مـحمد, زلزلت, الواقعة, التوبة, النرص, ائدةـمـال, التحريم, التغابن, الصف, حجراتـال, مجادلةـال
., الفلق, الناسوالعاديات
Beberapa perbedaan antara mushafnya dengan mushaf Utsmani dicontohkan
seperti: perbedaan vokalisasi dengan kerangka konsonantal kata yang sama, seperti “fi
‘ibâdi (QS. al-Fajr: 29), dibaca “fî ‘abdî”. Kemudian perbedaan baca sejumlah kata
dalam bentuk jamak oleh Ibnu Abbas atau sebaliknya. Contoh dalam QS. 30:41, yakni
“al-barri wal bahri” (tunggal), yang dibaca oleh Ibnu Abbas dalam bentuk jamak “al-
burûri wal buhûri”. Kata “matsalu” )أمثال( dalam QS. 47:15, dibaca dengan amtsâlu )مثل( .
Kasus sebaliknya, ketika teks Utsmani mengungkapkan suatu kata dalam bentuk jamak,
tetapi dibaca dalam bentuk tunggal oleh Ibnu Abbas, contoh “âyâtun bayyinâtun” dalam
QS. 3:97, dibaca Ibnu Abbas dengan âyatun bayyinatun. Penambahan kata dalam ayat
juga ditemukan dalam mushaf Ibnu Abbas seperti dalam QS. 19:24, “fanâdâhâ min
tahtihâ” disisipi kata “malakun”, sehingga dibaca “fanâdâha malakun min tahtihâ”.
12
Bentuk-bentuk sisipan semacam ini tidak banyak mempengaruhi makna keseluruhan
ayat, karena ia merupakan penjelasan.
Berikut beberapa contoh lain perbedaan dalam mushaf Ibnu Abbas dengan
mushaf Utsmani:19
• m I H G F E D C B Al ال ( لوات والص 20)وصالة العرص ة الوسطىحافظوا عىل الص
• m V U T S Rl
يطان ي ـم ـإن ( ف ـا ذلكم الش 21)أولياءه ـكم خو• m¨ § ¦ ¥ ¤© ° ¯ ® ¬ « ªl
اسخون يقول و اهللا ويله إال وما يعلم تأ ( 22)آمنا به الر• mj i h g f e d cl
23)ربكم يف مواسم الـحج من فضال تبتغوا أن جناح عليكم ليس (
MUSHAF ABU MUSA AL-ASY’ARI
Abu Musa pernah menjadi gubernur di Bashrah pada masa khalifah Umar bin
Khattab, lalu dipindahtugaskan ke Kufah pada masa khalifah Utsman bin Affan. Abu
Musa mulai menyusun mushafnya sejak zaman Nabi Saw dan diselesaikan setalah Nabi
Saw wafat. Mushafnya yang dikenal dengan sebutan Lubab al-Nuqul menjadi kuat dan
otoritaif di kalangan penduduk Bashrah kala ia menjabat sebagai gubernur. Dalam Kitab
al-Mashahif disebutkan seorang utusan datang membawa mushaf resmi Utsmani yang
akan diajdikan mushaf standar, Abu Musa berkata bahwa bagian apa pun dalam
19 Ibnu Abi Dawud, Kitabul Mashâhif, (Beirut: Darul Basya`ir al-Islamiyah), 2002, h. 339. 20 QS. al-Baqarah: 238. 21 QS. Âli Imrân: 175. 22 QS. Âli Imrân: 7. 23 QS. al-Baqarah: 198.
13
mushafnya yang bersifat tambahan bagi mushaf Utsmani jangan dihilangkan, dan bila ada
bagian mushaf Utsmani yang tidak terdapat dalam mushafnya agar ditambahkan.
Mushaf Abu Musa terlihat semakin memudar pengaruhnya di kalangan muslimin
seiring dengan diterimanya mushaf Utsmani sebagai mushaf resmi umat. Tidak ada
riwayat yang menuturkan susunan surat mushaf Abu Musa.
Jeffery menelusuri varian bacaan Abu Musa dan hanya menghasilkan jumlah
yang tidak banyak. Ia hanya menemukan 4 varian bacaan Abu Musa yang berbeda, dan
kesemuanya secara subsatnsial tidak berbeda maknanya dengan kodeks Utsmani.
Yang pertama adalah dalam QS. 2:124, di mana kata “ibrâhîma” –demikian
bacaan resmi utsmani– telah dibaca “Ibrahâma” oleh Abu Musa, dan bacaan ini
dipertahankan dalam keseluruhan bagian al-Qur’an. Yang kedua adalah ungkapan “lâ
ya’qilûna” dalam QS. 5:103, dibaca “lâ yafqahûna” yang tentunya merupakan sinonim.
Yang ketiga adalah kata “shawâffa” dalam QS. 22:36, dibaca “shawâfiya”, yang tidak
mempengaruhi makna umum. Dan terakhir adalah ungkapan “man qablahu” dalam QS.
69:9, dibaca “man tilqâ`ahu” yang juga merupakan sinonim. Jadi varian-varian ini
memperlihatkan tidak ada perbedaan substansial antara mushaf Abu Musa dan kodeks
Utsmani.24
PENUTUP
Beberapa bukti di atas adalah penegasan bahwa tradisi tulis-menulis telah menjadi
hal yang amat lazim di kalangan sahabat. Para sahabat telah melakukan upaya sungguh-
sungguh dalam melestarikan ragam bacaan yang bersumber dari Nabi Saw. Upaya
standardisasi al-Qur’an yang dimotori oleh Khalifah Utsman yang menyeragamkan
bacaan dan teksnya berhasil dengan sangat baik, dengan sedikit efek samping yang tentu
tidak ia duga dari sebelumnya, bahwa mushaf lain yang ia musnahkan sesungguhnya
amat bermanfaat bagi kajian kelimuan studi al-Qur’an. Tapi, hasil ijtihad para sahabat
yang menyatukan bacaan al-Qur’an harus diterima dan dihargai, agar umat Islam tidak
tercerai berai dan tidak menutup kemungkinan munculnya bacaan atau mushaf palsu di
kalangan Muslimin. Wallahu a’lam.
24 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005), h. 211.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Abi Dawud, Kitabul Mashâhif, Beirut: Darul Basya`ir al-Islamiyah, 2002
Ibnu Nadim, al-Fihris, (Beirut: Darul Ma’rifah, t.t.
Ibrahim al-Abyari, Târîkh al-Qur’ân, Kairo: Darul Kitab al-Mishri, 1991
Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqân fî ‘Ulûmil Qur’ân, Beirut: Mu’assasah ar-Risalah, 2008
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005