muntah2
TRANSCRIPT
MUNTAH
Definisi
Muntah adalah dikeluarkannya isi lambung melalui mulut secara ekspulsif melalui mulut dengan
bantuan koordinasi otot-otot perut.
Berbeda dengan:
- Refluks gastroesofagus: kembalinya isi lambung ke dalam esophagus tanpa terlihat adanya
usaha dari anak, dapat disebabkan oleh hipotoni sfingter esophagus bagian bawah, posisi
abnormal sambungan esophagus dengan kardia, atau pengosongan isi lambung yang padat.
- Regurgitasi: bahan dari lambung dikeluarkan melalui mulut, terjadi akibat gerakan
antiperistaltik esophagus
- Ruminasi: pengeluaran makanan secara sadar untuk dikunyak kemudian ditelan kembali.
Patogenesis
3 tahap proses muntah:
- Nausea
o Sensasi psikis yang disebabkan oleh berbagai stimulus baik pada organ visera, labirin
atau emosi.
o Ditandai: rasa ingin muntah pada perut/ kerongkongan, disertai gejala otonom (salviasi,
berkeringat, pucat, takikardia, anoreksia)
o Gerakan peristaltic aktif berhenti dan terjadi penurunan kurvatura major lambung bagian
bawah secara mendadak.
o Tekanan pada fundus dan corpus menurun, sedangkan kontraksi di daerah antrum
sampai pars descendens duodenum meningkat.
o Bulbus duodenum menjadi distensi sehingga dapat menyebabkan refluks duodeno-
gaster.
o Peristaltic retrograde mulai dari jejunum sampai ke lambung.
o Fase ini tidak selalu berlanjut ke fase berikutnya.
o Muntah yang disebabkan oleh TIK meninggi dan obstruksi usus tidak memperlihatkan
gejala nausea
- Retching
o Terjadi inspirasi dengan gerakan oto nafas spasmodic, yang diikuti dengan penutupan
glottis
o Menyebabkan tekanan intratoraks negative dan kontraksi oto perut dan diafragma.
o Fundus dilatasi, antrum dan pylorus kontraksi, sfingter esophagus bagian bawah
membuka, bagian atas masih menutup.
o Fase ini tidak selalu berlanjut ke fase berikutnya.
- Emesis
o Adanya isi lambung yang dikeluarkan melalui mulut.
o Terjadi relaksasi diafragma, perubahan tekanan intratoraks (negative jadi positif) dan
relaksasi sfingter esophagus bagian atas yang mungkin disebabkan oleh peningkatan
tekanan intralumal esophagus.
Etiologi
Penyebab muntah pada neonatus
Saluran cerna Luar Saluran Cerna Non-organikObstruksi Non-obstruksi SSP Organ lainAtresia esophagusStenosis pylorusM.HirschprungMalrotasi ususHernia hiatusIleus mekoniumlactobezoar
GastroenteritisNECKalasiaIritasi asam lambung
TIK meninggiMeningitisEfusi subduralHidrosefalus
SepsisInsuffisiensi ginjalInfeksi saluran kemihHyperplasia aderenalInborn error metabolism
Iritasi C.amnionTeknik minumObat
Penyebab muntah pada bayi
Saluran cerna Luar Saluran Cerna Non-organikObstruksi Non-obstruksi SSP Organ lainStenosis pylorusAntral webIntususepsiVolvulus
RGEIntoleransi laktosaCMPSEGastroenteritisNEC
MeningitisEnsefalitis TIK meninggi
Infeksi saluran nafas Infeksi saluran kemihOtitis mediaHepatitisInsuffisiensi adrenalGangguan metabolik
Teknik makanErofagiMotion sicknessObat
Penyebab muntah pada anak
Saluran cerna Luar Saluran Cerna Non-organikObstruksi Non-obstruksi SSP Organ lainIntususepsiObstruksi ususAkalasiaStriktur
GastroenteritisAppendicitisGastritisUlkus peptikumKeracunan makanan
TIK meninggiInfeksi SSPHidrosefalus
Infeksi saluran nafas Infeksi saluran kemihOtitis mediaHenoch-schonleinTorsio testis
PsikogenikMenarik perhatianMotion sicknessObat
Manifestasi klinis
- Infeksi: demam , mual, sakit perut, diare
o Berhenti dalam 6-48 jam
o Resiko dehidrasi
o Virus paling banyak
o Muntah + demam infeksi bakteri> virus/ parasit
- Penyakit peptikum: muntah segera setelah makan
- Keracunan makanan: 1-8 jam setelah makan
- Food borne disease (salmonella): waktu lebiih lama (untuk inkubasi)
- Candidiasis oral muntah pada bayi
- Proyektil non-bilious berulang pada bayi obstrusksi saluran cerna : stenosis pylorus
minggu ke2 setelah lahir
- Muntah persisten pada neonates pada malam hari hernia hiatus
- Pankreatitis infeksi virus, obat, trauma muntah, sakit perut daerah epigastrium dan perut
sebelah kiri atas yang kadang-kadang menyerupai gastritis tapi tidak membaik dengan ARH2.
- Kelainan periu tindakan bedah segera
o Nyeri perut mendahului muntah / berlangsung selama >3jam
o Muntah bercampur empedu
o Distensi perut
- Kelainan di luar saluran cerna
o Infeksi saluran nafas/ saluran kemih
o Obat: histamine, fenitoin, kemoterapi, aspirin
o Setelah trauma kepala yang ringan riwayat sakit kepala berulang, motion sickness
o Psikiatri: anoreksia/ bulimia nervosa
Diagnosis
1. Usia dan jenis kelamin
2. Muntah atau yang lain?
3. Bagaimana keadaan gizi anak?
4. Adakah factor predisposisi?
5. Apakah ada penyakit yang menyerang anak secara interkuren?
6. Bagaimana isi muntahan?
a. Seperti susu/ makanan asal isi esophagus
b. Susu menggumpal isi lambung
c. Empedu isi duodenum
d. Darah
7. Apakah saat muntah berhubungan dengan saat makan/minum?
8. Apakah perubahan posisi tubuh mempengaruhi muntah?
9. Informasi diet:
a. Kualitas
b. Kuantitas
c. Frekuensi makan
10. Bagaimana teknik pemberian minum?
11. Bagaimana kondisi psikososial di rumah?
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaaan darah
2. Radiologis +/- kontras
3. USG
4. Endoskopi
5. PH-metri
6. Uji hydrogen nafas
7. Biopsy mukosa saluran cerna
Terapi
Utama: mencari dan mengatasi penyebabnya
Suportif: mencegah keadaaan yang lebih buruk dan mengatasi komplikasi yang telah terjadi.
Terapi awal muntah pada anak:
1. Obstrusksi saluran cerna tidak ada muntah berhenti dalam 6-48 jam
2. Atasi dan cegah dehidrasi dan gangguan elektrolit
3. Istirahatkan sampai merasa lebih enak/ tidak muntah dalam 6 jam
4. Hentikan obat-obatan yang mengiritasi lambung dan membuat muntah
5. Hindarkan makanan padat pada 6 jam pertama dan berikan rasa nyaman
6. Berikan makanan yang mudah dicerna bantu penyembuhan saluran cerna
7. Berikan minuman manis (jus buah. Kecuali jeruk/anggur karena terlalu asam) secara bertahap
setiap 15-20 menit sebanyak 1-2 sendok teh.
8. Setelah 1 jam pertama dapat diberikan minuman dengan jumlah lebih banyak (2-4 sendok teh,
setiap 15-20 menit) secara bertahap dan ditingkatkan 2 kali setiap 1 jam. Bila muntah kembali
berikan minuman dalam jumlah lebih sedikit.
9. Setelah 3 jam tidak muntah dapat diberikan minuman dengan yang ditingkatkan secara bertahap
10. Setelah 6 jam tidak mengalami muntah
a. Bayi: pisang, sereal, jus apel
b. Anak lebih besar: roti, crackers, madu, sup ayam, kentang, nasi
Diet normal setelah 24 jam
11. Hindarkan aktifitas setelah makan
12. Obat antimuntah diberikan bila benar-benar dibutuhkan.
a. Anak menolak minum setelah muntah
b. Muntah telah berlangsung> 24 jam
13. Pemantauan lebih teliti:
a. Muntah berlangsung selama 12 jam (bayi), 24 jam (anak)
b. Muntah+ diare
c. Disertai gangguan neurologis
d. Letargi
e. Tanda dehidrasi dan sakit perut
f. Gangguan pernafasan
g. Isi muntah berwarna kehijauan
Pemilihan obat muntah
- Motion sickness antikolinergik (skopolamin), antihistamin (hiosin hidrobromide)
- Kemoterapi dan radioterapi anatagonis reseptor serotonin (ondansetron)
- Infeksi anatagonis reseptor dopamine (metoklopramide, domperidon 0.2-0.4 mg/kgBB/hari
per oral)
Komplikasi
- Kehilangan cairan dan elektrolit
- Aspirasi isi lambung
- Malnutrisi dan gagal tumbuh
- Sindrom malory weiss
- Sindrom Boerhave (rupture esophagus)
- Esophagitis peptikum
Silbernagl/Lang, Color Atlas of Pathophysiology © 2000 Thieme
DIARE
Definisi
Diare akut: BAB pada bayi atau anak > 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi
cair dengan atau tanpa lender dan darah yang berlangsung< 1 minggu.
Untuk bayi yang minum ASI eksklusif diare: meningkatnya frekuensi BAB/ konsistensinya
menjadi cair yang menurut ibunya tidak seperti biasanya.
Cara penularan:
Finger-flies-fluid-field
Faktor resiko:
- ASI tidak penuh 4-6bulan
- Air bersih tidak memadai
- Pencemaran air oleh tinja
- Kurang sarana kebersihan
- Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
- Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis
- Cara penyapihan yang tidak baik
Pembagian diare
1. Menurut etiologinya
a. Infeksi:
i. Bakteri: Aeromonas. Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium perfringens,
Clostridium defficile, Eschericia coli, Plesiomonas shigeloides, Salmonella, Shigella,
Stafilococcus aureus, Vibrio cholera, Yersinia enterocolitica
ii. Virus: Astrovirus, Calcivirus, Enteric adenovirus, Coronavirus, Rotavirus, Norwalk virus,
HSV, CMV
iii. Parasit: Balantidium coli, Blastocystis hominis, Cryptosporidium parvum, Entamoeba
histolitica, Giardia lamblia, Isospora belli, Strongyloides stercoralis, Trichuris trichiura
b. Kesulitan makan
c. Defek anatomis: malrotasi, penyakit Hirschsprung, short bowel syndrome, atrofi mikrovili,
striktur
d. Malabsorpsi: defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa-galakose, cystic fibrosis,
cholestosis, penyakit Celiac
e. Endokrinopati: tirotoksikosis, Addison’s disease, sindroma adrenogenital
f. Keracunan makanan: logamberat, jamur
g. Neoplasma: neuroblastoma, feokromasitoma, sindrom Zolinger Ellison
h. Lainnya: infeksi non gastrointestinal, alergi susu sapi, Crohn disease, defisiensi imun, colitis
ulserosa, gangguan motilitas usus, pellagra
2. Menurut mekanismenya:
a. Gangguan absorpsi/ diare osmotic
i. Celiac sprue
ii. Konsumsi magnesium hidroksida
iii. Defisiensi sukrase-isomaltase defisiensi laktas
iv. Adanya bahan yang tidak diserap
1. bahan intraluminal usus halus proximal hipertonis dan hiperosmolaritas perbedaan
tekanan osmose antara lumen usus dan darah segmen usus jejunum bersifat permeable
(air mengalir kea rah lumen jejunum) air banyak di lumen usus
2. Na ikut masuk ke lumen terkumpul cairan intraluminal dengan kadar Na normal
sebagian diserap kembali, sebagian tertinggal di lumen karena ada bahan yang tidak
terserap (Mg, glukosa, sukrosa, laktosa, maltose) di segmen ileum dan melebihi
kemampuan absorpsi kolon diare
b. Malabsorpsi umum
i. Kerusakan sel karena mikroorganisme, IBD, toksin, obat tertentu gambaran: atrofi villi
mikroorganisme tertentu menyebabkan perubahaan faal membrane brush border tanpa
merusak susunan anatomis mukosa; maldigesti protein lengkap, karbohidrat, trigliserid
karena insuffisiensi pancreas diare osmotic
ii. Steatore bisa diare osmotic dan pacu sekresi Cl
c. Gangguan sekresi/ diare sekretorik
i. Hyperplasia kripta: menyebabkan atrofi vili
ii. Luminal secretagogues
1. Enterotoksin bakteri: meningkatkan intrasel cAMP, cGMP, Ca aktivasi protein kinase
fosforilasi membrane protein dan mengubah saluran ion Cl dari kripta keluar,
peningkatan pompa Na
2. Bahan laksatif (laksansia, garam empedu, asam lemak rantai panjang): variasi efek pada
aktivitas NaK-ATPase peningkatan cAMP intrasel, meningkatkan permeanilitas
intestinal, dan kerusakan mukosa
iii. Blood borne secretagogues: enterotoksin E.coli dan cholera (Negara berkembang),
ganglioneuroma/neuroblastoma (Negara maju) menghasilkan hormone VIP kelainan
Silbernagl/Lang, Color Atlas of Pathophysiology © 2000 Thieme
mukosa usus, sekresi air dan mineral berlebihan pada vilus dan kripta serta semua enterosit
terlibat dan dapat terjadi mukosa usus dalam keadaan normal
Silbernagl/Lang, Color Atlas of Pathophysiology © 2000 Thieme
d. Diare akibat gangguan peristaltic
i. Penurunan motilitas stasis intestinalbakteri tumbuh banyak diare
ii. Hiperperistaltik hipermotilitas pada IBS pada bayi, tirotoksikosis,malabsorpsi asam
empedu
e. Diare inflamasi
i. Kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidorstatik dalam pepbuluh
darah dan limfatik air , elektrolit, mucus, protein, eritrosit, lekosit menumpuk dalam
lumen. Contoh:
1. C.difficile: induksi kerusakan sitoskeleton dan protein
2. Bacteroides fragilis: degradasi proteolitik protein tight junction
3. V.cholera: mempengaruhi distribusi protein tight junction
4. EPEC: akumulasi protein sitoskeleton
Keshav.The Gastrointestinal System at a Glance ©2004.Blackwell Science
f. Diare terkait imunologi
i. Reaksi hipersensitivitas tipe I, II, IV Mediator menyebabkan luas permukaan mukosa
berkurang akibat kerusakan jaringan, merangsang sekresi klorida, diikuti Na dan air
3. Menurut lamanya diare
a. Diare akut: berlangsung < 14 hari
b. Diare kronik: berlangsung>14 hari dengan etiologi non infeksi
c. Diare persisten: berlangsung> 14 hari dengan etiologi infeksi
Diagnosis
1. Anamnesis: lama, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, lender, darah, disertai
muntah, BAK, makanan dan minuman selama diare, penyakit penyerta lainnya, tindakan yang
telah diberikan, riwayat imunisasi
2. Pemeriksaan fisik: BB, suhu, HR, RR, tekanan darah, bising usus, perfusi perifer (CRT), cari
tanda dehidrasi
- Tanda utama: kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen
- Tanda tambahan: ubun-ubun besar cekung/tidak, mata cowong/tidak, air mata ada/tidak, bibir,
mukosa mulut, lidah kering/basah
WHO.Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit©2009.WHO Indonesia
4. Laboratorium:
a. Darah: darah lengkap, serum elektrolit, AGD, glukosa darah, kultur dan tes resistensi
antbiotika
b. Urine: urine lengkap, kultur dan tes resistensi antibiotika
c. Tinja: pemeriksaan makroskopik, mikroskopik
WHO.Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit©2009.WHO Indonesia
Terapi
1. Rehidrasi dengan oralit baru
a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
b. Larutkan 1 bungkus oralit formula bari dalam 1 liter air matang, untuk persediaan 24
jam
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali BAB:
i. < 2 tahun: 50-100ml tiap BAB
ii. > 2 tahun: 100-200 ml tiap BAB
d. Jika dalam 24 jam persediaan oralit masih tersisa, sisa larutan harus dibuang
Oralit baru osmolaritas rendah Mmol/literNa 75CL 65Glukosa, anhidrosa 75K 20Sitrat 10Total osmolaritas (lebih mendekati plasma)
245
Adanya penambahan substrat untuk kotransport Na/ subsitursi glukosa dengan kompleks karbohidrat
Juffric,dkk.Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi jilid1©2010.IDAI
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
a. Tujuan: efek terhadap fungsi imun / terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan
perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Dosis:
i. <6bulan: 10mg (1/2 tablet) per hari
ii. >6 bulan: 20mg (1 tablet) per hari
Untuk bayi dilarutkan dengan air matang, ASI, oralit
Untuk anak yang lebih besar dikunyah/dilarutkan dalam air matang/oralit
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotic selektif
5. Nasihat kapada orang tua
Pengobatan diare tanpa dehidrasi:
1. Cairan rumah tangga: air tajin, kuah sayur
2. Rawat jalan
3. Jumlah cairan tiap kali BAB:
a. <1tahun: 50-100ml
b. 1-5 tahun: 100-200ml
c. 5-12 tahun: 200-300ml
4. <2 tahun, cairan diberia dengan sendok (1 sendok tiap 1-2- menit), yang lebih besar dengan
cangkir. Bila muntah, hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan
(1sendok tiap 2-3 menit) sampai diare berhenti
5. ASI dan makanan tetap diberikan. Makanan sedikit tapi sering, rendah serat, buah (pisang),
tidak terlalu merangsang (pedas, asam)
Pengobatan diare dehidrasi ringan-sedang:
1. Dirawat di sarana kesehatan
2. Oralit 3 jam pertama 75 cc/kgBB atau:
a. <1 tahun: 300ml
b. 1-5tahun: 600ml
c. >5 tahun: 1200ml
Jika penderita masih haus, bisa diberikan lagi. Jika kelopak mata menjadi bengkak, stop
oralit sementara dan berikan air putih sampai oedem kelopak mata menghilang.
3. Oralit tidak bisa per-oral: dengan NGT 20ml/kgBB/jam
4. Evaluasi setelah 3 jam
Pengobatan diare dehidrasi berat:
1. Dirawat di puskesmas/rumah sakit
2. Terapi rehidrasi parenteral
a. Oralit tetap diberikan 5ml/kgBB/jam
b. Ringer laktat 100ml/kgBB
WHO.Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit©2009.WHO Indonesia
3. Evaluasi tiap jam.
4. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan i.v. dapate dipercepat
5. Evaluasi kembali setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak lebih besar)
Terapi medikamentosa
1. Antibiotic
Juffric,dkk.Buku
Ajar Gastroenterologi-Hepatologi jilid1©2010.IDAI
2. Probiotik: mikroorganisme yan hidup dalam makanan yang difermentasikan yang
menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang baik,
dengan cara:
a. Perubahan lingkungan mikro lumen usus
b. Produksi bahan anti mikroba terhadap pathogen usus
c. Kompetisi nutrient
d. Mencegah adhesi kuman pathogen pada enterosit
e. Modifikasi toksin
3. Prebiotik: bahan makanan yang dapat merangsang pertumbuhan flora intestinal yang
menguntungkan
Komplikasi
1. Hipernatremia
2. Hiponatremia
3. Hiperkalemia
4. Hipokalemia
Pencegahan
1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
a. Pemberian ASI yang benar
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan MP-ASI
c. Penggunaan air bersih yang cukup
d. Budayakan kebiasaan cuci tangan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki imunitas host
a. ASI sampai 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi MP-ASI
c. Imunisasi campak
DAFTAR PUSTAKA
Juffrc M, Soenarto Y, Oswari H, dkk. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi jilid 1. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI, 2010
World Health Organization. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Jakarta:
World Health Organization Indonesia. 2009
Silbernagl S.et al .Color Atlas of Pathophysiology. New York :Thieme .2000
Keshav S. The Gastrointestinal System at a Glance. United Kingdom: Blackwell Science: 2004