multi vari an

17
 KEANEKARAGAMAN VARIASI KEBAHASAAN: KE ARAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BAHASA MULTIVARIAN Oleh: Mahsun & Hartini ABSTRAK Dun ia pembel aja ran memang tel ah men gal ami per kembang an yang pes at, ter mas uk duni a  pem bel ajar an baha sa. Ber baga i met ode/ pend eka tan tel ah dii ntro dus ir ole h par a pak ar. Mul ai dari  pembelajaran bahasa dengan menggunakan pendekatan/metode klasik (struktural) sampai pada yang moder n dengan mengg unakan media pembela jaran yang berupa teknologi multimedia. Namun, dibalik  berbagai pendekatan/metode yang modern itu, ternyata semuanya bertumpu pada pembelajaran bahasa yang berbasis pada bahasa standar, yang nota bene, bahasa standar itu sendiri adalah salah satu varian yang terdapat dalam bahasa itu, yang diangkat sebagai satu kerangka acuan dalam berbahasa secara baik dan benar. Pembelajaran bahasa semacam itu, di samping mengabaikan realitas bahasa yang selalu hadir dalam k enaekarag aman vari asi keba hasaannya (diale ktalnya), j uga me ngabaikan peran sosial dalam  belajar bahasa. Untuk itu, tulisan ini mencoba membahas satu model pembelajaran bahasa, yang secara stipulatif konseptual disebut sebagai pembelajaran bahasa multivarian. Kata Kunci: Pengajaran Bahasa Multivarian, Kata Berkerabat, Adaptasi Linguistik, Adaptasi Sosial

Upload: ayang-syaifullah

Post on 16-Jul-2015

153 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Multi Vari An

5/14/2018 Multi Vari An - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/multi-vari-an 1/17

 

KEANEKARAGAMAN VARIASI KEBAHASAAN: KE ARAH

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BAHASA MULTIVARIAN

Oleh: Mahsun & Hartini

ABSTRAK 

Dunia pembelajaran memang telah mengalami perkembangan yang pesat, termasuk dunia

  pembelajaran bahasa. Berbagai metode/pendekatan telah diintrodusir oleh para pakar. Mulai dari

  pembelajaran bahasa dengan menggunakan pendekatan/metode klasik (struktural) sampai pada yang

modern dengan menggunakan media pembelajaran yang berupa teknologi multimedia. Namun, dibalik 

 berbagai pendekatan/metode yang modern itu, ternyata semuanya bertumpu pada pembelajaran bahasa

yang berbasis pada bahasa standar, yang nota bene, bahasa standar itu sendiri adalah salah satu varian

yang terdapat dalam bahasa itu, yang diangkat sebagai satu kerangka acuan dalam berbahasa secara baik 

dan benar.

Pembelajaran bahasa semacam itu, di samping mengabaikan realitas bahasa yang selalu hadir 

dalam kenaekaragaman variasi kebahasaannya (dialektalnya), juga mengabaikan peran sosial dalam

 belajar bahasa. Untuk itu, tulisan ini mencoba membahas satu model pembelajaran bahasa, yang secara

stipulatif konseptual disebut sebagai pembelajaran bahasa multivarian.

Kata Kunci: Pengajaran Bahasa Multivarian, Kata Berkerabat, Adaptasi Linguistik, Adaptasi

Sosial

Page 2: Multi Vari An

5/14/2018 Multi Vari An - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/multi-vari-an 2/17

 

1. Pendahuluan

Setakat ini, pembelajaran bahasa manapun di dunia ini selalu bertumpu pada pembelajaran

 bahasa standar. Padahal konsep bahasa standar itu sendiri merupakan sosok dialek tertentu yang terdapat

dalam bahasa itu yang dijadikan dasar acuan dalam berbahasa secara baik dan benar. Padahal, bahasa itu

sendiri tidak bersifat homogin. Ia selalu hadir dalam keberagaman variasi, baik yang bersifat geografis

maupun social. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa yang demikian mengabaikan adanya varian-varian,

terutama yang bersifat dialektal, dalam bahasa yang diajarkan. Pengabaian terhadap dialek lain yang nota

 bene bukan dialek standar itu tidak jarang menimbulkan persoalan sosiokultural terhadap penerimaan

dialek tersebut untuk dijadikan bahan pembelajaran. Cukup banyak contoh yang diperlihatkan

 bagaimana pelik dan rumitnya masalah pembakuan (standardisasi) bahasa, seperti yang dapat dilihat

 pada kesulitan yang dialami oleh negara-negara yang tidak memiliki bahasa nasional yang satu dan sama

seperti Filipina, Malaysia dll.

Pada satu sisi, jenis pembelajaran yang bertitik tolak pada pembelajaran bahasa standar jelas-jelas

menekankan pembelajaran bahasa pada upaya penggunaan bahasa itu secara baik dan benar.

Pembelajaran bahasa yang bersifat satu tujuan ini, sebenarnya mengabaikan fakta kebahasaan yang dapat

dimanfaatkan sebagai sarana untuk memahami dimensi sosiokultural dari masyarakat pemilik bahasa

yang dipelajari atau diajarkan itu. Dengan kata lain, pembelajaran bahasa seperti itu mengabaikan aspek 

sosial dalam belajar bahasa.

Keberadaan modus pembelajaran semacam ini cukup dimaklumi, karena sejauh ini kajian

linguistik, terutama yang bersifat intrabahasa itu sendiri, semata-mata baru berkutat pada upaya

 penyelesaian masalah kebahasaan demi menjawab masalah bahasa itu sendiri secara internal. Belum

 banyak memanfaatkan (data) bahasa untuk memahami masyarakat pemakaianya, baik dalam hubungan

antarsesamanya maupun hubungan dengan penutur bahasa yang lain.

Kemajuan yang dicapai oleh linguistik historis komparatif pada penghujung abad ke-19 (Robins,

1992) dan dialektologi diakronis (periksa Mahsun, 1995) yang melalui temuannya berupa korespondensi

 bunyi telah dimanfaatkan untuk merekonstruksi bentuk purba dari bentuk-bentuk yang berbeda. Hasil

yang diperoleh dari kajian kedua subbidang linguistik di atas, yang berupa bentuk-bentuk yang

  berkerabat baik pada tataran antarbahasa (untuk hasil kajian linguistik historis komparatif) maupun

antardialek (sebagai hasil kajian dialektologi diakronis) yang dihubungkan pada sebuah bentuk bahasa

 purba dapat menjadi bahan informasi bagi pemahaman akan kebinekaan dalam ketunggalikaan. Suatu

informasi yang sangat relevan dalam kerangka memahami dinamika makna yang terkandung dalam

semboyang Bhinneka Tunggal Ika. Hanya saja, sejauh ini informasi yang diperoleh dari kajian kedua

subbidang lingusitik tersebut belum termanfaatkan.

Page 3: Multi Vari An

5/14/2018 Multi Vari An - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/multi-vari-an 3/17

 

Selain variasi yang bersifat geografis dan historis di atas, terdapat variasi yang bersifat sosial

yang salah satu hasilnya berupa deskripsi tentang tingkat tutur dalam bahasa. Varian-varian sejenis ini

 belum juga termanfaatkan, padahal dengan mengajarkan varian sosial semacam ini nilai-nilai luhur 

masyarakat pemakai bahasa, misalnya etika yang mengatur hubungan antarsesama dapat diintrodusir 

 bersamaan dengan pembelajaran bahasa tersebut.

Kenyataan lain yang belum tersentuh dalam rumusan konsep teoretis dan metodologis, bahkan

 bahan pembelajarannya adalah pembelajaran bahasa yang mempertimbangkan kondisi kebahasaan di

mana bahasa itu diajarkan. Di Indonesia, paling tidak memperlihatkan kondisi kebahasaan yang

multilingual. Selain bahasa daerah, yang sebagian besar menjadi bahasa pertama (bahasa ibu)

masyarakat Indonesia, juga terdapat bahasa nasional dan bahasa asing. Bahasa nasional, yang dalam hal

ini bahasa Indonesia, untuk sebagian masyarakat Indonesia terutama di daerah perkotaan, yang sebagian

 besar karena perkawinan silang atau karena faktor sosiokultural lainnya, sering pula digunakan sebagai

 bahasa pertama (ibu). Ketiga jenis bahasa itu, terutama dengan munculnya muatan lokal khsusus yang berupa bahasa daerah, juga diajarkan di sekolah-sekolah. Hanya saja bagaimana rumusan teoretis,

metodologis, serta cakupan materi pembelajarannya belum terumuskan dengan baik serta belum terdapat

suatu lembaga pendidikan pun yang secara spesifik menghasilkan lulusan yang mumpuni dalam

  pembelajaran bahasa dengan mempertimbangkan kondisi kebahasaan tersebut. Padahal, materi

 pembelajaran bahasa pertama, kedua, atau bahasa asing dengan kondisi seperti digambarkan di atas jelas-

 jelas memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain.

Atas dasar itulah, dengan tidak bermaksud mengesampingkan pentingnya membangun kerangka

konseptual, metodologis, dan cakupan materi tentang pembelajaran bahasa daerah, bahasa nasional, dan

  bahasa asing dalam masyarakat pluralis seperti Indonesia, tulisan ini bermaksud menyoroti ihwal

 pembelajaran bahasa multivarian, dengan titik tumpu pembicaraan terfokus pada konsep-konsep yang

 berhubungan dengan batasan, tujuan, manfaat pembelajaran bahasa multivarian dalam masyarakat

majemuk, serta kerangka konseptual dalam mengembangkan model pembelajarannya.

2. Sekilas tentang Materi, Pendekatan, dan Metode dalam Pembelajaran Bahasa

Ketika orang berbicara ihwal pendekatan dan metode dalam pembelajaran bahasa, maka yang

tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tersebut adalah masalah materi pembelajaran itu sendiri, karena

 pemilihan/penggunaan dan atau penamaan pendekatan atau metode tertentu dalam pembelajaran bahasa

tidak lepas dari salah satu unsur penentu pemilihan/penggunaan atau penamaan pendekatan atau metode

tertentu tersebut yang berupa materi pembelajaran. Sebagai contoh, pemilihan/penggunaan atau

 penamaan pendekatan dan metode pembelajaran sebagai metode atau pendekatan direct method , karena

materi yang diajarkan itu adalah berupa bahasa lisan, sebagai bahasa yang langsung atau pertama-tama

Page 4: Multi Vari An

5/14/2018 Multi Vari An - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/multi-vari-an 4/17

 

dikuasai manusia sebelum menguasai bahasa tulis. Kemudian, dikatakan sebagai salah satu penentu

 pemilihan/penggunaan pendekatan atau metode tertentu, selain materi, juga terkait dengan kondisi objek 

sasaran pembelajaran materi bahasa tersebut, yang tidak lain adalah siswa itu sendiri. Oleh karena itu,

dalam seksi ini akan dibicarakan ihwal apa yang dimaksudkan dengana materi, pendekatan, dan metode

  pembelajaran bahasa, karena ketiga konsep tersebut berhubungan erat dengan konsep pembelajaran

  bahasa multivarian yang digagas dalam tulisan ini. Dikatakan demikian, karena terminologi

“Pembelajaran Bahasa Multivarian”, di dalamnya, mengandung konsep materi, metode, dan pendekatan

yang digunakan. Oleh karena itu, sebelum dibicarakan, ihwal focus pembicaraan tulisan ini, terlebih

dahulu ketiga konsep cakupan terminologi pembelajaran bahasa multivarian di atas: materi, metode, dan

 pendekatan haruslah diberikan batasan yang memadai, terutama yang menyangkut terminology metode

dan pendekatan.

Terminologi materi pembelajaran bahasa dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang terkait

dengan bahan-bahan yang akan diajarkan dalam pembelajaran bahasa. Bahan-bahan tersebut dapat berwujud, bahan yang berupa bahasa tulis atau bahasa lisan, dapat berupa struktur bahasa, gramatika dll.;

sedangkan pendekatan dapat didefinisikan sebagai cara materi itu diurut-urutkan atau ditata sebagai

  bahan yang akan diajarkan dalam pembelajaran. Dalam hal ini, misalnya materi itu dapat berupa

gramatika yang diuraikan lebih dahulu baru diikuti oleh struktur bahasa, seperti yaang dianut dalam

  pendekatan deduktif atau sebaliknya materi itu ditata dengan mendahulukan struktur bahasa, lalu

nantinya siswa diharapkan dapat menyimpulkan sendiri kaidah bahasanya, seperti yang dianut dalam

 pendekatan induktif (periksa Kaswanti Purwo, 1990); atau pendekatan yang menekankan pada materi

yang dapat mengembangkan kemampuan komunikatif atau penguasaan bahasa (kompetensi

komunikatif), seperti yang dianut dalam pendekatan yang bersifat sintetis; yang dipertentangkan dengan

 pendekatan yang bersifat analitis, yang menekankan pada pada pengetahuan tata bahasa atau kompetensi

gramatika (periksa Wilkins, 1976); serta ada pula pendekatan struktural yang dipertentang dengan

 pendekatan pragmatik (Kaswanti Purwo, 1990).

Pendekatan pembelajaran bahasa yang menekankan pada materi pembelajaran yang berupa

struktur bahasa, seperti rumus-rumus, kaidah-kaidah kebahasaan, definisi-definisi, yang siswanya

diminta untuk menghafal mentah-mentah tentang konsep-konsep seperti apa itu kalimat majemuk setara,

kalimat majemuk bertingkat, apa itu S-P-O-K dll.merupakan model pembelajaran yang menekankan

 pada pendekatan struktural; sedangkan pembelajaran bahasa yang menekankan pada penggunaan bahasa

 pada perstiwa komunikasi dengan mempertimbangkan konteksnya itulah yang dianut dalam pendekatan

 pragmatik. Dalam pendekatan ini, struktur bahasa tidaklah menjadi sorotan perhatian utama, namun jika

terdapat pokok bahasan mengenai struktur bahasa, misalnya tentang struktur kalimat, maka struktur 

kalimat tersebut tidaklah dibahas secara berdiri sendiri melainkan dikaitkan dengan konteks

Page 5: Multi Vari An

5/14/2018 Multi Vari An - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/multi-vari-an 5/17

 

 pemakaiannya. Kaswanti Purwo (1990) menjelaskan perbedaan kedua pendekatan ini dengan mengambil

contoh pembelajaran tentang kalimat: Sudah jam sembilan. Klaimat ini, jika diajarkan dengan

 berlandaskan pada pendekatan struktural, maka akan dijelaskan sebagai kalimat yang tidak bersubjek,

dan berupa kalimat berita (deklaratif); sedangkan jika diajarkan dengan berlandaskan pada pendekatan

 pragmatik, maka penjelasannya akan selalu dikaitkan dengan konteks pemakaiannya, seperti siapa yang

menggunakan kalimat itu dan dalam konteks bagaimana kalimat tersebut digunakan.

Adapun yang disebutkan dengan metode adalah cara materi itu diajarkan. Berbagai cara materi

 pembelajaran itu diajarkan, misalnya ada yang menggunakan cara terjemahan tata bahasa ( grammar 

translation method ), cara langsung (direct method ), cara yang menekankan pada latihan pendengaran

(audiolingual method ), cara yang menekankan pada kemampuan kognitif melalui pembelajaran kaidah-

kaidah tata bahasa yang secara sadar dilakukan bukan atas dasar analogi (cognitive learning method ) dll.

Untuk lebih jelasnya, ihwal berbagai metode pembelajaran bahasa yang disebutkan di atas dapat dilihat

dalam Kaswanti Purwo (1990). Namun, patut ditambahkan bahwa anatarpendekatan dengan metode relatif bertumpang tindih,

karena dalam ihwal cara mengajarkan materi juga tercermin pada cara materi itu ditata atau diurutkan

dalam pembelajaran. Dengan demikian, dalam pembicaraan metode tercakup pula pembicaraan ihwal

 pendekatan. Sehubungan dengan itu, makna konsep metode dan pendekatan yang terkandung dalam

konsep dasar “Pembelajaran Bahasa Multivarian” seperti disebutkan di atas tidaklah dibedakan secara

ketat.

3. Ihwal Pembelajaran Bahasa Multivarian

Seperti dipaparkan di atas bahwa pergulatan dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran

 bahasa-bahasa yang telah dilakukan para pakar linguistic dan pembelajaran bahasa lebih bertumpu pada

upaya mereduksi bahasa sebagai sesuatu yang bersifat homogin, seragam atau tidak memiliki varian.

Meskipun hal ini sangat bertentangan dengan kenyataan yang sepenuhnya disadari oleh para pakar 

tersebut, yaitu bahwa bahasa-bahasa di dunia ini hadir dalam kondisi heteroginitas/bervariasi, namun

kesadaran itu dengan sengaja diabaikan mengingat kepentingan dalam pembelajaran bahasa yang selalu

 bertumpu pada dua hal berikut ini:

a. Pembelajaran bahasa selalu diihtiarkan dalam rangka menumbuhkan pemahaman terhadap bahasa

yang dipelajari itu secara baik, sehingga peserta didik diharapkan mampu menggunakan

 bahasa itu dengan baik dan benar, baik dalam penggunaannya secara lisan maupun tulisan;

  b. Dalam rangka mengukur tingkat penguasaan bahasa yang telah diajarkan itu, tentu perlu

disiapkan parameter keberhasilan/ketidakberhasilan pembelajaran yang berupa suatu kaidah

yang menjadi kerangka acuan dalam berbahasa secara baik dan benar yang menjadi

Page 6: Multi Vari An

5/14/2018 Multi Vari An - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/multi-vari-an 6/17

 

kesepakatan semua pihak. Kerangka acuan berbahasa secara baik dan benar inilah yang

disebut bahasa standar/baku. Dalam pada itu, bahasa baku itu sendiri merupakan salah satu

varian yang terdapat dalam bahasa yang diajarkan, yang karena pertimbangan tertentu

disepakati menjadi bahasa yang menjadi kerangka acuan dalam penggunaan bahasa secara

  baik dan benar. Dengan demikian, pembelajaran bahasa selama ini telah mengabaikan

keberadaan varian-varian lain yang terdapat dalam bahasa yang diajarkan.

Dengan memperhatikan pola pembelajaran bahasa seperti yang diuraikan di atas, jelas-jelas telah

terjadi pelanggaran akan hakikat bahasa sebagai sarana komunikasi, yang karena itu melalui bahasa, si

 pembicara dan mitra wicaranya dapat menjalin kontak, serta memahami pesan yang disampaikan melalui

kontak tersebut. Oleh karena itu, keberadaan varian dalam suatu bahasa tidak pernah dapat dilabeli

sebagai bentuk bahasa yang tidak baik dan tidak benar, karena antara si pembicara dan mitra wicara yang

menggunakan varian dalam bahasa itu dapat menjalin kontak dan mengerti satu sama lain. Dengan katalain, secara komunikatif, sebenarnya tidak ada konsep bahasa yang baik dan benar, semua bahasa

termasuk varian-varian yang terdapat dalam bahasa itu adalah baik dan benar, karena mampu

menjalankan fungsi sosialnya sebagai sarana komunikasi.

Selain itu, pola pembelajaran yang berorientasi pada bahasa standar telah melakukan diskriminasi

terhadap varian (juga termasuk penutur varian bahasa) tertentu. Lebih-lebih, hal ini jika dikaitkan dengan

konsep bahasa standar sebagi konsep bahasa yang salah satu pertimbangnya diangkat dari varian yang

dipandang lebih berprstise, sedangkan varian lainnya dipandang sebagai sesuatu yang kurang berprestise.

Pandangan seperti ini, tentunya menganggap bahasa tidak lagi dapat berfungsi, seperi dinyatakan

Sudaryano (1990), sebagai pewujud saling menjadi sesama, malah sebaliknya menjadi pembeda

antarsesama (etnik penutur bahasa itu), dan dalam batas tertentu dapat menjadi pemicu ke arah konflik 

(identitas). Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu model pendekatan pembelajaran bahasa yang

mempertimbangkan semua varian yang terdapat dalam bahasa, yang dalam tulisan ini disebut sebagai

 pembelajaran bahasa multivarian.

  Namun, oleh karena dalam pembelajaran itu perlu dibuat parameter keberhasilan atau

ketidakberhasilan, maka model pendekatan dalam pembelajaran yang multivarian tetap bertumpu pada

 bahasa standar. Pembelajaran varian lain, selain varian yang telah ditentukan sebagai bahasa standar,

dilakukan sebatas memperkenalkan bentuk-bentuk padanan di antara varian-varian tersebut. Padanan

yang dimaksud diarahkan pada padanan yang berupa bentuk yang berkerabat (cognate sets), yang dapat

menunjukkan bahwa varian-varian itu sesungguh merupakan sesuatu yang berbeda tetapi berasal dari

 bentuk asal yang sama.

Page 7: Multi Vari An

5/14/2018 Multi Vari An - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/multi-vari-an 7/17

 

Selain itu, perlu pula diperkenalkan bentuk-bentuk yang merupakan hasil inovasi eksternal

(pinjaman) antarbahasa/varian bahasa yang satuu dengan lainnya. Dengan materi inilah, dimensi

keanekaragaman dalam kemanunggalan suku bangsa Indonesia dan nilai-nilai kebersamaan yang

mencermin adaptasi sosial melalui adaptasi linguistik (bentuk pinjaman) dapat diintrodusir melalui

 pembelajaran bahasa. Dalam pada itu, pembelajaran bahasa tidak semata-mata bertujuan agar siswa yang

diajarkan bahasa tersebut mampu menggunakan bahasa secara baik dan benar, tetapi juga melalui belajar 

 bahasa siswa mampu memahami kondisi keberbedaan dalam kesamaan.

Dengan demikian, dapat didefinisikan bahwa pembelajaran bahasa multivarian adalah pembelajaran

 bahasa yang berbasis pada pembelajaran bahasa standar dengan memperkenalkan variasi dialektal

lainnya yang terdapat dalam bahasa yang diajarkan dan atau memperkenalkan variasi dialektal dalam

 bahasa lain yang memiliki relasi kekerabatan dengan bahasa yang diajarkan.

4. Tujuan Pembelajaran Bahasa MultivarianBerdasarkan batasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa tujuan pembelajaran bahasa

multivarian adalah:

a. Di samping memberi bekal pengetahuan kebahasaan tentang bahasa yang diajarkan

sehingga dalam penggunaan bahasa tersebut dapat berlangsung secara baik dan benar,

 juga memperkenalkan varain-varian lain yang terdapat dalam bahasa yang diajarkan,

maupun varian yang terdapat dalam bahasa lain yang berkerabat dengannya;

 b. Memberi pemahaman akan kondisi keberbedaan di antara penutur varian-varian yang

terdapat baik dalam bahasa itu sendiri (variasi dialektal/ subdialektal) maupun

antarpenutur varian yang terdapat dalam bahasa lain yang berbeda tetapi berkerabat.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, pembelajaran bahasa multivarian disamping disasarkan

 pada upaya peningkatan kemampuan berbahasa secara baik dan benar, juga ditujukan pada upaya

  pemanfaatan pengetahuan akan hakikat bahasa yang berbeda tetapi satu asal itu untuk tujuan

membangun kebersamaan dalam keberbedaan, serta menanmkan nilai-nilai etika yang berhubungan

dengan pergaulan antarsesama.

5. Manfaat Pembelajaran Bahasa Multivarian

Abad ke-20 telah ditandai dengan terjadinya banyak konflik etnik yang didasari penentuan hak-

hak bahasa asli. Seperti isu etnik lainnya, perbedaan bahasa tidak dapat dibiarkan begitu saja. Kasus

konflik etnis yang kulminasinya berujung pada eksodusnya sebagian besar minoritas Turki ketika

 pemerintah komunis Bulgaria tahun 1970 mencoba membangun kekuatan Bulgarisasi dengan mengambil

nama Turki dan Muslim merupakan contoh persoalan bahasa ikut bermain dalam membina tatanan

Page 8: Multi Vari An

5/14/2018 Multi Vari An - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/multi-vari-an 8/17

 

kehidupan yang harmoni. Kasus lain, misalnya Latvia yang sejak kemerdekaannya 1991, menghadapi

  persoalan yang berupa kebutuhannya untuk memperkenalkan kembali bahasa Latvia sebagai bahasa

negara dan bahasa pengantar hubungan kemasyarakatan di samping memberi hak bahasa untuk minorita

yang lebih kecil, serta dengan tanpa mengurangi hak mereka yang berbahasa Rusia; setelah pada tahun

1988 bahasa Rusia merupakan bahasa yang dominan dan bahasa Latvia jarang sekali digunakan dalam

urusan resmi negara dan aktivitas publik. Itu sebabnya, untuk memperbaiki kondisi ini, tahun 1989

 bahasa Latvia ditetapkan sebagai bahasa resmi kenegaraan dan secara bertahap mulai diperkenalkan

kembali. Negara secara besar-besaran mendukung program belajar bahasa yang dimulai dengan

mengajarkan bahasa Latvia pada penduduk Rusia yang pada masa lalu menggunakan bahasa Rusia

sebagai bahasa satu-satunya. Berdasarkan contoh-contoh di atas, tentunya masalah kebijakan bahasa

 pluralis haruslah mendasari segala bentuk pembinaan kehidupan sosial yang majemuk di masa depan

(Peter Harris dan Ben Relly, 2000: 245).

Sejalan dengan itu, persoalan yang muncul ialah mengapa bahasa dipersoalkan sedemikian rupa ?Pertama, ada peran psikologis yang di dalamnya bahasa ikut bermain, dalam hal ini mengikat dalam

 penghargaan diri dan kebanggaan kelompok serta individu. Kedua, bahasa sering dilihat sebagai milik 

utama yang mempunyai signifikansi cultural dan nilai praktis dalam kehidupan. Itu sebabnya ketika

suatu komunitas harus menggunakan bahasa lain, bukan bahasa aslinya dalam berinteraksi dengan

komunitas lain dalam suatu tatanan kehidupan yang lebih luas (multicultural/multibahasa), maka akan

mempengaruhi derajat sukanya atau keterasingannya dari kehidupan tersebut. Namun, peran psikologis

dan sosiologis bahasa tidak hanya akan menghasilkan kondisi psikolgis dan sosiologis seperti

digambarkan di atas; dapat saja sebaliknya, pemilihan penggunaan unsur-unsur bahasa lain menjadi

 bagian dari bahasanya, misalnya melalui proses pinjaman, atau peristiwa kontak bahasa lainnya, seperti

alih kode dan campur kode, menjadi bagian dari proses pemenuhan kebutuhan psikologis dan sosiologis.

Pemenuhan kebutuhan psikologis di sini menyangkut akan pemenuhan rasa lebih berprestise jika

memiliki kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa lain dalam tuturannya; sedangkan pemenuhan

kebutuhan sosiologis, menyangkut kebutuhan untuk mengintegrasikan diri dalam kehidupan sosial yang

lebih luas. Dalam pada itu, kedua kebutuhan ini dapat mendorong ke arah kehidupan yang lebih

harmonis di antara penutur bahasa yang satu dengan penutur bahasa yang lain. Dengan kata lain,

 pemenuhan kebutuhan psikologis dan sosiologis melalui penggunaan bahasa lain dalam tuturan yang

menggunakan bahasa asli suatu komunitas merupakan salah satu bentuk proses adaptasi sosial yang

mengarah pada proses integrasi sosial.

Dalam suatu tatanan kehidupan yang pluralistik terdapat dua wujud derajat kemungkinan kondisi

kontak antarkomunitas yang saling bertentangan. Kedua wujud derajat kontak antarkomunitas tersebut,

  pertama adalah bahwa kedua atau salah satu dari komunitas itu akan melakukan suatu proses

Page 9: Multi Vari An

5/14/2018 Multi Vari An - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/multi-vari-an 9/17

 

 penyesuaian diri terhadap yang lain atau saling melakukan penyesuaian satu sama lain, yang dalam

terminologi ilmu sosial proses ini disebut sebagai proses asosiatif. Kemungkinan kedua, salah satu atau

kedua komunitas itu akan melakukan proses menjauhkan diri satu sama lain atau salah satu di antaranya

menjauhkan diri dari yang lain. Kemungkinan kedua ini, dalam terminologi ilmu sosial disebut sebagai

 proses disosiatif (periksa Soekanto, 2001).

Dalam tatanan kehidupan bersama, kedua kemungkinan wujud kontak antarakomunitas tersebut

akan melahirkan tatanan kehidupan yang cenderung ke arah harmonis untuk kemungkinan yang pertama

dan tatanan kehidupan yang cenderung ke arah disharmonis (berpotensi untuk berkonflik) untuk 

kemungkinan yang kedua.

Selanjutnya, dalam melakukan proses baik asosiatif maupun disosiatif akan selalu terkait dengan

identitas atau apa yang menjadi simbol keberadaan masing-masing komunitas. Salah satu yang menjadi

simbol atau lambang identitas keberadaan komunitas-komunitas tersebut adalah bahasa. Bahasa

merupakan salah satu penanda di antara beberapa penanda komunitas (etnis) yang sangat penting,karena bahasa merupakan tempat terwadahi perubahan (evolusi) dan gambaran situasi (politik) yang

terjadi pada masa lampau maupun masa kini (periksa Glazer dan Daniel P. Moynihan, 1975: 470).

Dalam hubungan itu pula, Foley (1997: 384) menyebutkan bahwa secara alamiah kontak antardua atau

lebih kebudayaan (komunitas) yang berbeda akan selalu termanifestasi dalam wujud perubahan bahasa.

Lebih jauh dinyatakannya, bahwa perubahan yang dimaksud dapat berupa proses adopsi ciri-ciri

kebahasaan bahasa tertentu oleh bahasa yang lain atau kedua-duanya saling melakukan proses yang sama

(bandingkan dengan McMohan, 1994: 200 dan Labov, 1994). Dalam linguistik, proses adopsi ciri-ciri

kebahasaan bahasa tetentu yang dilakukan oleh suatu komunitas tutur disebut konvergensi linguistik.

 Namun selain itu, dapat saja perubahan bahasa itu tidak berwujud konvergensi tetapi malah sebaliknya

 berwujud divergensi linguistik, yaitu proses perubahan ciri-ciri bahasa dalam suatu masyarakat tutur 

yang membuat ciri-ciri kebahasaannya menjadi tidak sama dengan ciri-ciri bahasa yang digunakan oleh

komunitas tutur lainnya yang menjadi mitra kontak budayanya, misalnya munculnya varian e-e dalam

 bahasa Sasak, misalnya pada kata epe ‘apa’ mete ’mata’ dll. Yang diturunkan dari proses konvergensi

dengan bentuk yang berkonstruksi a-e: ape ‘apa’ dan mate ‘mata’ yang ada sebelumnya.

Kedua peristiwa kebahasaan tersebut, konvergensi dan divergensi linguistik, apabila dikaitan

dengan terminologi dalam ilmu sosial di atas, maka keduanya masing-masing dapat dipadankan dengan

  proses asosiasi dan disosiasi. Selanjutnya, oleh karena asosiasi dan disosiasi itu sendiri dapat

dihubungkan dengan tatanan kehidupan harmoni dan disharmoni, maka peristiwa kehidupan yang

cenderung ke arah harmoni dan disharmoni (konflik) dalam suatu tatanan kehidupan komunitas majemuk 

dapat ditelusuri melalui kajian konvergensi dan divergensi linguistik. Dalam pada itu, asosiasi dan

disosiasi sosial hanya dapat berlangsung tergantung pada ada/tidaknya perasaan kesederajatan/

Page 10: Multi Vari An

5/14/2018 Multi Vari An - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/multi-vari-an 10/17

 

kesetaraan dan kesamaan di antara dua atau lebih komunitas sosial yang melakukan kontak atau interaksi

sosial tersebut. Kesamaan yang dimaksudkan di sini baik karena kesamaan asal maupun karena

kesamaan sejarah yang dialami pada fase historis tertentu.

Dalam pada itu, kesamaan asal ataupun kesamaan sejarah dapat ditelusuri melalui varian bahasa

  baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun yang terdapat dalam bahasa yang berbeda, yang

 berkerabat. Oleh karena itu, melalui pembelajaran bahasa multivarian peserta didik dapat diperkenalkan

tentang keberbedaan dalam kesamaan, baik kesamaan asal maupun kesamaan sejarah. Pada gilirannya,

akan dapat menjadi media bagi terciptanya ruang dialog sosial, yang tujuan akhirnya untuk saling

memahami satu sama lain.

Dengan kata lain, pengembangan model pembelajaran bahasa multivarian memiliki manfaat, bagi

 bangsa yang majemuk khususnya Indonesia, di antaranya: sebagai berikut.

a. Menjadi sarana dalam rangka merefleksikan jati diri manusia dan masyarakat Indonesia sebagai

sebuah negara nation-state dengan mengacu pada kebudayaan lokal, khususnya yang berkaitan dengan pemahaman akan dinamika makna yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kesadaran

akan keanekaragaman dalam kemajemukan budaya bangsa itu diharapkan semakin diyakini mengingat

 pemahaman itu diperoleh melalui pengetahuan empirik yang berupa evidensi kebahasaan, bukan dalam

 bentuk “indoktrinasi”.

 b. Menjadi salah satu ikhtiar dalam mencegah terbentuknya sikap primordial, sukuisme (etnosentris)

yang muncul sebagai akibat pemberian materi muatan lokal, yang nota bene berupa materi yang khas,

sesuai kondisi daerah di mana materi itu disajikan, karena model ini di samping memperlihatkan

kekhasan bahasa daerah yang diajarkan, juga memperlihatkan keterhubungannya dengan bahasa lain

yang berkerabat dengannya,

c. Pada gilirannya, diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran bahwa perbedaan yang terjadi

antarbahasanya dengan bahasa lain hanya karena faktor geografis dan historis yang dialami kedua

sukubangsa itu pada masa lampau. Mereeka sesungguhnya pada fase prahistoris terttentu berasal dari

moyang yang sama. Dalam pada itu, diharapkan pula dari pengetahuan akan kesatuasalan nenek moyang

sukubangsa-sukubangsa tersebut dapat menjadi jembatan bagi upaya memahami keberadaan masing-

masing sukubangsa dalam hubungan satu sama lain. Kesadaran inilah nantinya diharapkan menjadi entry

 point bagi tumbuhnya rasa solidaritas satu sama lain.

d. Menjadi model bagi pengembangan metode pembelajaran bahasa khususnya, bahasa daerah yang

selama ini dipandang kurang bermanfaat bagi kehidupan.

e. Pada skala yang lebih luas model ini dapat ditingkatkan menjadi model yang dapat berlaku pada

lintas daerah, misalnya setelah peserta didik mecapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, mulai dari

kelas III SLTP ke atas, perbandingan dapat diambil pada lintas bahasa, bukan lagi lintas dialek dalam

Page 11: Multi Vari An

5/14/2018 Multi Vari An - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/multi-vari-an 11/17

 

satu bahasa; sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin banyak bahasa lain

yang diketahui berkerabat dengan bahasanya. Dengan demikian, semakin dalam pengetahuan siswa akan

dinamika makna yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Bahkan lebih jauh dari itu,

dapat dijadikan model untuk level nasional, dalam arti sistem pembelajarannya yang bersifat

kekerabatan-kontrastif tersebut dapat diambil pada bahan-bahan bahasa lain yang penuturnya lebih

 banyak dan memiliki tradisi tulis yang kuat, misalnya ketika mengajarkan materi muatan lokal bahasa

Sasak di daerah yang berpenutur bahasa Sasak, bentuk kekerabatan dapat dicarikan pada tingkat

kekerabatan bahasa yang lebih tinggi seperti tingkat Autronesia Barat, seperti kekerabatan dengan bahasa

Bali, dan bahasa Jawa, karena bahasa Sasak, Bahasa Bali, dan bahasa Jawa merupakan bahasa-bahasa

yang berkerabat pada level tersebut.

6. Prospek Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Multivarian di IndonesiaAda dua titik pandang yang dapat digunakan untuk menyoroti prospek pengem-bangan materi

muatan lokal bahasa daerah yang berdimensi kebinekaan dalam pembelajaran bahasa-bahasa daerah di

Indonesia. Kedua titik pandang itu menyangkut bahan baku dan bahan jadi bagi penyusunan materi

 pembelajaran tersebut. Yang dimaksudkan dengan bahan baku di sini adalah keberadaan bahasa-bahasa

daerah di Indonesia ditinjau dari segi pengelompokan bahasa secara diakronis, sedangkan yang

dimaksudkan dengan bahan jadi adalah tinjauan dari ketersedian bahan yang siap dirakit untuk 

 pengembangan materi pembelajaran. Dengan kata lain, yang dimaksudkan dengan bahan jadi adalah

ketersediaan hasil-hasil kajian secara dilektologi diakronis dan linguistik historis komparatif dari bahasa-

 bahasa daerah yang terdapat di Indonesia.

Tinjauan dari sudut pandang bahan baku, menuntun pada upaya menjawab pertanyaan apakah

 bahasa-bahasa atau sebagian besar bahasa daerah yang terdapat di Indonesia merupakan bahasa yang

serumpun atau tidak. Apabila sebagian besar bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia bukanlah

 bahasa-bahasa yang berasal dari rumpun yang sama, maka gagasan pengembangan materi pembelajaran

 bahasa multivarian sebagai salah satu upaya memfungsikan bahasa (daerah) sebagai sarana untuk 

meningkatkan pemahaman akan kondisi kebinekatunggalikaan masyarakat Indonesia kurang prospektif;

sebaliknya akan dipandang cukup prospektif jika sebagian besar bahasa-bahasa (daerah) yang terdapat di

Indonesia itu berasal dari satu rumpun bahasa yang sama.

Berangkat dari titik pandang ini, maka dapat dikatakan bahwa pengembangan materi muatan

lokal tersebut memiliki prospek yang cukup baik bagi pembelajaran bahasa-bahasa (daerah) di Indonesia,

karena berdasarkan studi yang dilakukan terhadap kelompok bahasa-bahasa yang termasuk rumpun

Page 12: Multi Vari An

5/14/2018 Multi Vari An - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/multi-vari-an 12/17

 

 bahasa Austronesia, Indonesia merupakan tempat yang paling banyak terdapatnya bahasa-bahasa rumpun

Austronesia tersebut.

PENGELOMPOKAN BAHASA-BAHASA AUSTRONESIA

PROTO-AUSTRONESIA

ATAYAL TSOU

PAIWAN MELAYU-

POLINESIA

MP BARAT MP TENGAH MP TIMUR 

OSEANIA HALMAHERA SELATAN IRIAN

(BLUST, 1981)

Hanya saja, dalam kaitannya dengan konsep bahan jadi, rupanya kajian secara dialektologis dan

historis komparatif belum banyak dilakukan terhadap bahasa-bahasa daerah yang terdapat di Indonesia.

Lauder (1997) melaporkan bahwa sampai 1997 penelitian terhadap bahasa-bahasa daerah secara

dialektologis baru mencapai 69 buah penelitian, suatu jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan

dengan jumlah bahasa daerah yang terdapat di Indonesia. Belum lagi dari jumlah itu dikelompokkan atas

  penelitian yang dilakukan berdasarkan sudut pandang dialektologi diakronis, yang memang jenis

 penelitian yang terakhir inilah yang dapat menyiapkan bahan jadi untuk pengembangan materi muatan

lokal tersebut. Hal yang sama terjadi pula pada penelitian dari sudut pandang linguistik historis

komparatif terhadap bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Menurut Fernandez (1988), bahwa penelitian

yang bertujuan melakukan pengelompokan terhadap bahasa-bahasa daerah di Indonesia masih sangat

Page 13: Multi Vari An

5/14/2018 Multi Vari An - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/multi-vari-an 13/17

 

langka. Hal ini tercermin pula dari jumlah dialektolg dan komparativis yang terdapat di Indonesia.

Dengan demikian, kiranya dapat dikatakan bahwa meskipun dari sudut pandang bahan baku bagi

 pengembangan materi muatan lokal bahasa daerah yang berdimensi kebhinnekaan itu cukup tersedia,

namun dari sudut pandang bahan jadi sangatlah mengecewakan. Oleh karena itu, langkah awal yang

harus segera dilakukan, jika ihtiar untuk memfungsikan bahasa daerah sebagai sarana untuk 

meningkatkan pemahaman akan kondisi kebhinnekaan dalam ketunggalikaan melalui pembelajaran

 bahasa, adalah melakukan kajian bahasa-bahasa daerah berdasarkan pendekatan dialektologi diakronis

dan linguistik historis komparatif. Meskipun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dalam

 beberapa tahun terakhir ini telah dan sedang menggalakkan penelitian kekerabatan dan pemetaan bahasa-

 bahasa di Indonesia, namun penelitian itu tidaklah dilakukan dalam kerangka kerja dialektologi diakronis

(meskipun terdapat kajian dari sudut pandang linguistik historis komparatif). Oleh karena itu, penelitian

itu belum dapat membantu menyiapkan bahan jadi bagi pengembangan materi pembelajaran bahasa

multivarian.

7. Langkah-langkah dalam Pengembangan Materi Pembelajaran Bahasa Multivarian

Batasan di atas memberikan gambaran pada kita bahwa persyaratan yang pertama-tama harus

dipenuhi dalam pengembangan materi pembelajaran bahasa multivarian adalah penyediaan bahan jadi

  pembelajaran yang berupa bentuk-bentuk bahasa yang berkerabat. Bentuk-bentuk bahasa yang

 berkerabat yang dimaksud baik yang terdapat pada level satu bahasa, jadi, berupa bentuk-bentuk yang

 berkerabat yang terdapat di antara dialek-dialek bahasa yang diajarkan, maupun bentuk-bentuk yang

 berkerabat yang terdapat dalam level antarbahasa, khususnya, bentuk yang berkerabat anatara bahasa

yang diajarkan dengan bahasa lain yang lebih dekat hubungan kekerabatan dengannya. Hal ini berarti,

 bahwa dalam rangka pengembangan materi tersebut kajian yang pertama-tama dilakukan adalah kajian

dialektologi diakronis dengan sasaran kajiannya adalah identifikasi dialek-dialek yang terdapat dalam

 bahasa itu dan penentuan bentuk yang berkerabat melalui rekonstruksi bahasa purbanya (prabahasa).

Kajian selanjutnya, adalah kajian historis komparatif dengan tujuan menentukan tingkat kekerabatan dan

 bentuk-bentuk yang berkerabat yang terdapat di antara bahasa yang akan diajarkan dengan bahasa lain

yang diduga memiliki hubungan kekerabatan dengannya melalui rekonstruksi bahasa purba

(protobahasa) dari bahasa-bahasa tersebut. Berdasarkan hasil kerja di atas dilakukan penetuan bahasa

standar melalui kajian secara sosiolinguistis. Hasil kajian secara sosiolinguistis ini selanjutnya dibawa ke

dalam forum musyawarah antarpenutur bahasa yang akan diajarkan itu untuk ditentukan secara formal

dan atas dasar kesepakatan bersama tentang sosok dialek yang akan dijadikan kerangka acuan dalam

 berbahasa secara baik dan benar (bahasa standar).

Page 14: Multi Vari An

5/14/2018 Multi Vari An - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/multi-vari-an 14/17

 

Setelah itu, penyusunan materi dapat dilakukan dengan tetap berpijak pada bahasa standar yang

telah ditetapkan itu. Sebagai contoh, akan dipaparkan sebagian hasil penelitian yang telah dilakukan

dalam rangka uji coba model pengembangan materi pembelajaran yang dimaksud, yang dilakukan

 penulis melalui Riset Unggulan Terpadu V, Dewan Riset Nasional, sejak tahun anggaran 1997/1998 s.d

1999/2000 terhadap bahasa Sasak.

Dari pelaksanaan riset tahun pertama 1997/1998 dengan menggunakan pendekatan dialektologi

diakronis diperoleh gambaran bahwa bahasa Sasak terpilah ke dalam empat dialek, yang secara linguistis

ketiga dialek itu disebut dengan dialek a-a, a-e, dan e-e, dan a-o. Di antara ketiga dialek itu telah

diidentifikasi beberapa pola bentuk bahasa yang berkerabat berikut ini.

1. Kata berkerabat dengan konstruksi: a-a a-e e-e:

apa ape epe apo ‘apa’

mata mate mete mato ‘mata’

mama

mame

meme

mamo ‘laki-laki’ dll.

2. Kata berkerabat dengan konstruksi i/u-a i/u-e:

lima lime limo ‘lima’

(k )tuma (k )tume (k )tuma ‘kutu badan’ dll.

3. Kata Berkerabat dengan konstruksi a-i/u e-i/u E-i/u:

ai(q,z) eiq Eiq ‘air’

ap(i, )(c,z,r) epi Epi ‘api’

tali teli tEli ‘tali’

ak(u, )(w,h) eku Eku ‘aku’ dll.

4. Kata berkerabat dengan konstruksi: i e ic iz:

kiri kire kiric kiriz ‘kiri’

gigi gige gigic gigiz ‘gigi’ dll.

5. Kata berkerabat dengan konstruksi u uw w uh ue:

  b(a,E,â)tu batuw bat w batuh  batue ‘batu’

 bulu buluw  bul w buluh  bulue ‘bulu’ dll.

6. Kata berkerabat dengan konstruksi r h:

akar akah ‘akar’

ti(p,k)(a, )r ti(p.r)ah ‘tikar’

biwir b(i,e)w(i,e)h ‘bibir’ dll.

7. Kata berkerabat dengan konstruksi l n:

mpal mp an ‘mengapung’

Page 15: Multi Vari An

5/14/2018 Multi Vari An - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/multi-vari-an 15/17

 

t(o, )k)o, ) l t k n ‘duduk’

t b l] t b n ‘tebal’ dll.

8. Kata berkerabat dengan konstruksi r :

daraq daq ‘darah’

bar t bat/ ba ‘barat’

urat uat ‘urat’.

9. Kata berkerabat dengan konstruksi d r:

b(E,i)d( ,E) b(E,i)r( ,E) ‘hitam’

pade par(i, e,E) ‘padi’.

Selanjutnya, pada tahun kedua dilakukan kajian sosiolingusitik untuk penentuan bahasa Sasak 

Standar. Kajian ini bertumpu pada upaya memperoleh keterangan para penutur dialek-dialek bahasa

tersebut tentang masa lampau maupun masa kini dari dialek yang mereka gunakan, pandangan, aspirasi,

dan sikap penutur dialek tersebut terhadap dialek yang digunakan atau terhadap dialek lainnya yangterdapat dalam bahasa itu. Dengan mengadopsi teori ranah dan metode analisis kuantitatif yang berupa

analisis skala impilkasional bagi pilihan bahasa (implicational scale for language choice) telah berhasil

ditentukan bahwa salah satu di antara ketiga dialek itu lebih dimungkinkan untuk diangkat sebagai

 bahasa standar, karena domein tempat pemakaiannya lebih dominan dibandingkan dengan dua dialek 

lainnya. Dialek yang dimaksud adalah dialek a-e.

Hasil kajian secara sosiolinguistis ini selanjutnya diangkat dalam musyawarah penentuan bahasa

Sasak Standar.

Selanjutnya, untuk tahun ketiga (1999/200) dilakukan penyusunan materi pelajaran bahasa

Sasak yang berdimensi kebhinnekaan untuk siswa kelas I dan II SLTP. Materi disusun berdasarkan

dialek bahasa Sasak standar dengan komposisi pembahasan pada empat aspek: kebahasaan,

pemahaman, penggunaan, dan sastra. Keempat aspek tersebut merupakan jabaran isi per unit, yang

direncanakan terdiri dari sepuluh unit untuk satu paket (per jenjang atau kelas).

Untuk materi yang mengandung dimensi kebhinnekaan akan dititipkan pada pembahasan aspek 

kebahasaan, khususnya pada subtopik pembahasan kosa  kata. Materi tersusun berupa teks bacaan

dalam dialek bahasa Sasak Standar (dialek a-e) yang di dalamnya sengaja dimasukkan unsur-unsur 

leksikal yang memiliki relasi kekerabatan dengan unsur-unsur leksikal dialek-dialek lainnya.

Pada pembahasan subtopik kosakata, unsur leksikal dialek standar yang memiliki relasi

kekerabatan tersebut diangkat kembali untuk ditunjukkan padanannya dalam dialek-dialek bahasa Sasak 

lainnya. Pada saat itulah guru menjelaskan hakekat perbedaan dari unsur-unsur leksikal tersebut dengan

mengaitkannya pada sebuah bentuk asal yang sama. Bersamaan dengan itu pula, pesan keanekaragaman

dalam ketunggalikaan dapat disampaikan. Patut ditambahkan, bahwa penyusunan materi muatan lokal

Page 16: Multi Vari An

5/14/2018 Multi Vari An - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/multi-vari-an 16/17

 

tersebut, untuk kelas I dan II, hanya akan memanfaatkan variasi kebahasaan yang terdapat dalam bahasa

Sasak itu sendiri, jadi memanfaatkan variasi dialektal yang memiliki relasi kekerabatan. Selanjutnya,

 buku pelajaran yang telah tersusun itu akan diuji coba kelayakannya, baik yang menyangkut materi

maupun kelayakan metode pembelajarannya. Untuk itu, akan dilakukan pelatihan beberapa orang guru

yang mewakili beberapa dialek yang ada dalam bahasa Sasak selama satu minggu. Selain itu, untuk 

mendukung proses belajar mengajar materi muatan lokal tersebut akan dikembangkan model-model

simulasi, yang disebut simulasi kebhinnekaan. Dalam simulasi ini, di samping dimuat hal-hal yang

  berhubungan dengan masalah kebahasaan juga akan dimuat hal-hal yang berhubungan dengan letak 

geografis penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang berkerabat tersebut, sehingga siswa selain belajar 

 bahasa sekaligus belajar geografi. Ihwal gambaran secara rinci tentang riset uji coba model ini dapat

dilihat dalam Mahsun ( 2000).

8. Catatan Penutup

SUMBER RUJKAN PUSTAKA

Fernandez, Inyo Yos. 1988. “Rekonstruksi Protobahasa Flores”. Yogyakarta: Disertasi Doktor 

Universitas Gadjah Mada.

Foley, William A. 1997. Anthrpolgical Linguistiks: an Introduction. Malden, USA: Blackwell Publishers

Inc.

Page 17: Multi Vari An

5/14/2018 Multi Vari An - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/multi-vari-an 17/17

 

Glazer, Nathan and Daniel P. Moynihan (ed.). 1975.  Ethnicity: Theory and Experience. Cambridge,

Massachusetts, and London, England: Harvard University Press.

Greenfield, L. 1972. “Situational Measures of Normative Language Views in Relation to Person, Place,

and Topic Among Puerto Rican Bilinguals”. Dalam J.A. Fishman ed. (1972).  Advences in the

Sociology of Language, Vol 2. The Hague: Mouton.

Harris, Peter dan Ben Relly. 2000.  Demokrasi dan Konflik yang Mengakar: Sejumlah Pilihan untuk 

 Negosiator . Jakarta: International IDEA.

Lauder, Multamia R.M.T. 1997. “Tinjauan Pemetaan Bahasa Nusantara di Indonesia”. Dalam Mahsun

(ed). Proseding Seminar Bahasa dan Budaya di Dunia Melayu. Yogyakarta: Nadi Offset.

Labov, William. 1994.   Principles of Linguistiks Change. Volume 1: Internal Faktors. Cambridge

Blackwell Publishers.

 

Kaswanti Purwo, Bambang. 1990.  Pragmatik dan Pembelajaran Bahasa: Menyibak Kurikulum 1984.Yogyakarta: Kanisius.

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar . Yoyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mahsun. 2000. “Pengembangan Materi Muatan Lokal yang Berdimensi Kebhinnekatunggalikaan dan

Pembelajarannya: Penyusunan Materi PelajaranBahasa Sasak dengan Pemanfaatan Variasi

Bahasa yang Berkerabat”. Laporan Penelitian Tiset Unggulan Terpadu (RUT V). Kementerian

 Negara Riset dan Teknologi, Dewan Riset Nasional, dan BPPT.

McMahon, April M.S. 1994. Understanding Language Change. New York: Cambridge University

Press.

Robins, R.H. 1992. Linguistik Umum: Sebuah Pengantar . Yogyakarta: Kanisius..

Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi: Suatu Pengantar . Jakarta: Rajawali Press.

Sudaryanto. 1990. Menguak Fungsi Hakiki Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Wilkins, David A. 1976.  Notional Sylabus: A Taxonomy and it’s Relevance to Foreign Language

Curriculum Development . London: Oxford University.