mulai 1 agustus, asing tak berpeluang asuransi ekspor...

1

Upload: vankhuong

Post on 26-Apr-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

21 Senin, 30 April 2018 A S U R A N S I & P E M B I AYA A N �ASURANSI EKSPOR IMPOR BARANG TERTENTU

Mulai 1 Agustus, Asing Tak BerpeluangJAKARTA — Pelaksanaan asuransi ekspor impor

barang tertentu khusus diberlakukan bagi perusahaan asuransi nasional mulai 1 Agustus 2018. Sementara itu, perusahaan asuransi joint venture tidak memiliki

peluang untuk melaksanakan lini usaha asuransi tersebut.

Azizah Nur Alfi [email protected]

Peraturan Menteri Perdagangan No. 48/2018 yang diundangkan pada 10 April 2018 tidak memberikan peluang bagi perusahaan perasuransian asing untuk memberikan perlindungan risiko dalam ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan batu bara, serta impor beras.

Regulasi tersebut merupakan perubahan atas Permendag No. 82/2017 tentang Ketentuan Penggunaan Angkutan Laut dan Asuransi Nasional untuk Ekspor dan Impor Barang Tertentu.

Lebih lanjut, implementasi aturan tersebut sekaligus menjadi peluang bagi asuransi kerugian guna mendorong lini bisnis asuransi pengangkutan.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe membenarkan bahwa tidak ada peluang bagi perusahaan asuransi asing atau joint venture untuk menggarap lini bisnis asuransi pengangkutan dalam ekspor dan impor barang tertentu seperti diatur dalam peraturan menteri perdagangan.

“Karena Kemendag sudah yakin bahwa asuransi nasional akan sanggup meng-cover-nya,” katanya, pekan lalu.

Pasal 4 pada regulasi tersebut mengatur bahwa eksportir dalam mengasuransikan

barang ekspor, yakni CPO dan batu bara, wajib menggunakan asuransi dari perusahaan perasuransian nasional. Ketentuan ini juga berlaku bagi importir yang mengimpor beras.

Lebih lanjut, ketentuan Pasal 5 Ayat (2) dihapus. Pasal 5 Ayat (2) Permendag No. 82/2017 menyebutkan, dalam hal asuransi dari perusahaan perasuransian nasional masih terbatas ketersediaan atau tidak tersedia, eksportir dan importir dapat menggunakan asuransi dari perusahaan perasuransian nasional dan atau perusahaan perasuransian asing. Sebelum mengalami perubahan, regulasi tersebut masih memberikan peluang bagi perusahaan perasuransian asing.

Dody memaparkan, sebanyak 72 dari 76 perusahaan asuransi umum yang menjadi anggota AAUI telah memiliki produk asuransi pengangkutan atau marine cargo. Ini membuktikan kapasitas asuransi nasional cukup dalam memberikan perlindungan risiko.

MUNDURBerdasarkan Permendag No. 48/2018,

kewajiban menggunakan asuransi nasional untuk ekspor batu bara dan minyak kelapa sawit, serta impor beras berlaku mulai 1 Agustus 2018. Sebelumnya, pada Permendag No. 82/2017, kewajiban

menggunakan asuransi nasional berlaku mulai 1 Mei 2018.

Dody menyampaikan, pemerintah memberikan toleransi tambahan waktu selama 3 bulan untuk kewajiban menggunakan asuransi nasional dalam ekspor impor barang tertentu. Hal ini dilakukan guna memberikan kesempatan kepada eksportir untuk menyesuaikan kontrak kerja sama dengan pembelinya.

“Asuransi nasional berlaku 3 bulan setelah 1 Mei,” katanya.

Dody menambahkan, selain mengguna-kan asuransi nasional, eksportir juga dapat menggunakan konsorsium asuransi nasional dalam mengasuransikan barang ekspornya. Hal ini tertuang dalam Pasal 4 pada regulasi tersebut.

“Kementerian Perdagangan telah me-nyosialisasikan kepada kami. Selanjutnya, kami akan sosialisasikan ini kepada anggota,” imbuhnya.

Dody menilai, masa transisi penerapan kewajiban asuransi nasional dalam ekspor CPO dan batu bara bakal mempengaruhi estimasi pertumbuhan premi asuransi pengangkutan pada 2018.

AAUI membuat estimasi pertumbuhan premi asuransi pengangkutan sebesar 10% pada tahun ini. Perkiraan ini dengan memperhitungkan potensi premi yang dapat digarap perusahaan perasuransian nasional sesuai Permendag No. 82/2017.

Menurut dia, ada kemungkinan pengumuman pelaksanaan asuransi nasional akan dilakukan bersamaan dengan penundaan kewajiban menggunakan angkutan laut nasional. Namun, pihaknya masih menunggu pengumuman resmi dari Kementerian Perdagangan terkait pelaksanaan asuransi nasional tersebut.

Menyusul rilis revisi Permendag yang mengatur kewajiban menggunakan asuransi nasional per Agustus 2018, pihaknya saat ini menunggu petunjuk

teknis yang segera disusun oleh Kemendag dengan melibatkan Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), OJK, dan AAUI.

Direktur Pengembangan PT Asuransi Asei Indonesia M Syamsudin Cholid mengakui, telah menyiapkan produk guna menangkap peluang dari regulasi tersebut. Saat ini pihaknya sedang menunggu petunjuk pelaksana regulasi tersebut.

“Permendag telah keluar sejak lama dan akan ada juklaknya. Dari asuransi yang paling siap merespons Permendag tersebut. Kami telah siap untuk itu,” katanya, Jumat (27/4).

Syamsudin mengatakan, perseroan memiliki produk asuransi marine cargo. Selain itu, perseroan juga memiliki asuransi ekspor yang memberikan proteksi kepada eksportir terhadap kemungkinan risiko kerugian akibat tidak menerima pelunasan pembayaran dari importir atau bank pembuka L/C

yang disebabkan oleh risiko komersial dan atau risiko politik.

“Selama ini skema pembayaran ekspor CPO dan batu bara sudah aman. Jadi belum membutuhkan proteksi terhadap kekhawatiran gagal bayar, kecuali nanti mereka ada perubahan skema pembayaran dari ekspor CPO dan batu bara. Untuk tahap awal, kami masuk di marine cargo.”

Syamsudin optimistis regulasi revisi dapat mendorong premi dari lini bisnis marine cargo yang saat ini hanya sekitar Rp30 miliar. Perseroan membidik 10% terhadap potensi premi marine cargo dari ekspor CPO dan batu bara.

“Kalau kami dapat memperoleh 10% saja dari potensi premi, maka lini marine cargo dapat meningkat 200%,” imbuhnya.

Asuransi Asei menjadi anggota dalam koasuransi dengan leader PT Asuransi Jasa Indonesia atau Jasindo.

Direktur Operasi Ritel Jasindo Sahata L Tobing menyampaikan, pihaknya mulai berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan ekspor CPO dan batu bara seperti importir, eksportir, pemilik kapal, pengelola pabrikan, serta industri asuransi dan reasuransi. Lebih lanjut, Jasindo sebagai leader koasuransi melihat peluang bisnis lainnya.

�UNIT-LINKED

Standardisasi Asumsi Return Ditunggu

JAKARTA — Industri asuransi jiwa dinilai perlu memiliki batasan maksimal asumsi imbal hasil produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unit-linked sebagai bentuk perlindungan konsumen.

Eveline Kusu mo-wi dagdo, Direktur - Chief Customer Offi cer Prudential Indonesia, berpendapat perlu ada standardisasi di industri asuransi jiwa terkait batasan maksimal asum si imbal hasil yang digunakan dalam memproyeksikan nilai tunai pada ilustrasi produk asuransi yang dikaitkan dengan inves-tasi.

Standar asumsi im-bal hasil PAYDI diper-lukan agar tidak terjadi kesalahpahaman dari calon nasabah. Di samping itu, hal ini d iper lukan untuk men ciptakan iklim persaingan sehat di industri asuransi.

Hal ini disampaikan da lam per temuan Breakout Session 3: Praktik Disclosure untuk Produk Asuransi yang dipimpin Jeremy Lee Eng Huat dari Bank Negara Malaysia, Kamis (26/4).

Ini sekaligus meng-klarifi kasi pernyataan mengenai terjadinya misleading informasi yang termuat dalam artikel berjudul Asu-ransi Didorong Lebih Jujur di harian ini pada edisi Jumat (27/4).

Sebelumnya, pada seminar nasional Transparansi dan Dis closure Sektor Jasa Keuangan di Indonesia: Praktik Saat Ini vs International Best Practice, Kamis (25/4), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) men-dorong industri di sektor jasa keuangan meningkatkan praktik transparansi dan disclosure produk dan layanan jasa keuangan.

TRANSPARANSIAnggota Dewan

Komisioner Bidang Edukasi dan Perlin-dungan Kon su -men Otoritas Jasa

K e u a n g a n T i r t a Segara mengatakan, transparansi produk dan layanan jasa ke-uangan di lakukan de ngan memberikan infor masi penting yang di butuhkan konsumen.

Selain memberikan pemahaman tentang manfaat dan hak ke-pa da konsumen, in-dustri juga dituntut mem berikan informasi tentang risiko, segala biaya, dan kewajiban kon sumen terhadap jasa keuangan.

Survei Nasional Li-te rasi dan Inklusi Ke-uangan OJK pada 2016 menunjukkan, baru 67,8% masyarakat yang telah menggunakan produk layanan jasa keuangan.

Namun, hanya 29,7% m a sya ra k a t ya n g memiliki pemahaman tentang produk dan layanan jasa keuangan.

Hasil survei ini meng-indikasikan banyak masyarakat yang telah menggunakan produk dan layanan jasa ke-uangan, tetapi tanpa di bekali pemahaman tentang produk dan la-yanannya. (Azizah Nur Alfi)

�OLAH RAGA

Berisiko Cedera, Atlet Perlu AsuransiAzizah Nur Alfi

[email protected]

Risiko cedera tinggi menjadi kekhawatiran besar bagi para atlet. Sayang, tak seluruh atlet

mempunyai perlindungan atas risiko berupa asuransi.

Pungky Afriecia, atlet dari cabang voli, memulai karier atletnya ketika berlaga di Divisi Utama Livoli pada 2007. Kendati profesi atlet dihadapkan pada risiko cedera tinggi, dia mengaku belum memiliki polis asuransi, baik jiwa maupun kesehatan.

“Ketakutan cedera yang paling dominan, karena atlet yang cedera tidak bisa main lagi,” katanya.

Atlet bola voli yang memperkuat tim putri klub Bandung Bank BJB Pakuan itu mulai menyadari pentingnya memiliki asuransi bagi para atlet.

Dia berkaca kepada atlet sepak bola Zaenal Arief ketika mengalami cedera lutut dan harus pensiun dari sepak bola. Ketika itu, pemain yang terakhir kali mem perkuat Persepam-Madura United itu, tidak memiliki polis asuransi.

Pungky baru memperoleh jaminan asuransi jiwa dan kesehatan ketika akan berlaga di ajang olah raga terbesar Asia, Asian Games, yang digelar di Jakarta dan Palembang pada 18 Agustus-2 September 2018.

Jaminan perlindungan risiko bagi para atlet selama berlaga di Asian Games 2018 ini, diperoleh setelah PT AXA Mandiri Financial Service (AXA Mandiri) menandatangani perjanjian kerja sama dengan

Komite Olimpiade Indonesia (KOI) sebagai offi cial partner tim Indonesia, pada Senin (23/4).

Ke depan, altet 23 tahun ini berencana memiliki polis asuransi sen diri, bukan hanya jiwa dan kese-hatan yang cenderung jangka me-nengah, tetapi juga jangka pan jang.

Sedikit berbeda dengan Pungky, atlet dari cabang renang I Gede Siman Sudartawa mengaku memiliki polis asuransi atas inisiatif sendiri. Memiliki perlindungan risiko memang sudah masuk dalam rencananya ketika memutuskan menggeluti dunia olah raga dengan risiko cedera.

“Atlet mudah cedera. Selama ini, kami mengajukan dan mengurus [asuransi] sendiri. Sekarang sudah dicover asuransi lagi. Jadi lebih tenang dalam berlatih,” katanya.

Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Erick Thohir mengatakan, penting bagi para atlet memiliki asuransi. Dia memastikan atlet yang berada di bawah naungan KOI telah terlindungi asuransi.

“Kami ingin memastikan atlet memiliki masa depan dan proteksi yang baik,” katanya.

Soal jaminan asuransi bagi para atlet juga telah menjadi perhatian utamanya ketika memimpin tim bola basket pada 1999. Perhatian ini karena atlet yang merupakan aset nasional rentan cedera.

Selama ajang Asian Games 2018, ada sekitar 800 - 1.200 atlet tim Indonesia yang akan memperoleh jaminan asuransi jiwa dan kesehatan. AXA Mandiri menyediakan total nilai pertanggungan mencapai Rp2,5 miliar. Adapun, nilai tambahan

bagi atlet yang memperoleh medali emas adalah nilai pertanggungan Rp1 miliar.

President Director of AXA Mandiri Jean-Philippe Vendenschrick mengatakan, pihaknya banyak melakukan promosi terkait perlindungan kesehatan di berbagai kegiatan, termasuk Asian Games. Apalagi, Asian Games menjadi momen penting karena merupakan perhelatan akbar.

Saat ini, AXA Mandiri belum memiliki catatan pasti kontribusi pendapatan premi dari kalangan atlet.

“Penetrasi kami ke semua orang. Jika ada penetrasi ke kalangan atlet, itu bagus, karena atlet adalah role model,” katanya.

Perusahaan asuransi lain juga turut memberikan perlindungan bagi atlet yang berlaga di Asian Games.

Direktur Hukum, Kepatuhan, & Risiko PT AIA Financial Rista Qatrini Manurun menyampaikan, pihaknya memberikan dukungan berupa asuransi kesehatan selama 1 tahun kepada para atlet yang terpilih untuk mengikuti pelatihan nasional Asian Games 2018. Dukungan itu diberikan pihaknya melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga.

“Asuransi yang kami berikan terdiri dari perlindungan kesehatan untuk rawat inap baik karena kecelakaan ataupun penyakit, perlindungan atas kecelakaan diri maupun asuransi jiwa dengan uang pertanggungan jiwa sampai dengan sebesar Rp500 juta.”

PERSONAL ACCIDENTMenurut Pengamat asuransi

sekaligus Ketua Sekolah Tinggi

Manajemen Risiko & Asuransi Hotbonar Sinaga, jenis polis asuransi yang lazim untuk melindungi para atlet dari risiko adalah kecelakaan diri atau personal accident (PA).

“Preminya lebih tinggi untuk PA karena biasanya risiko atlet lebih tinggi,” katanya, Selasa (24/4).

PA dijual secara kumpulan kepada persatuan atlet atau kepada panitia untuk periode selama berlangsungnya perhelatan.

Namun demikian, dia mengakui produk PA khusus atlet memang belum ada. Oleh karena itu, dia menilai guna memanfaatkan kegiatan akbar Asian Games 2018, perusahaan asuransi dapat menangkap peluang dengan menawarkan polis PA bagi para penonton dan anggota panitia.

“Panitia dapat meminta sponsorship dari perusahaan asuransi. Apalagi ini merupakan ajang promosi bagi perusahaan asuransi,” imbuhnya.

Peluang lain, kata dia, perusahaan asuransi dapat menawarkan program asuransi jiwa dwiguna sebagai program jangka panjang guna menjamin kesejahteraan atlet setelah pensiun.

“Perusahaan asuransi dapat menawarkan kepada persatuan seperti PASI, PRSI, dll. Program asuransi jiwa dwiguna yang mengandung unsur tabungan. Ini program jangka panjang,” imbuhnya.

Perlindungan asuransi khusus atlet yang berlaga di ajang Asian Games 2018 diharapkan dapat menjadi pintu pembuka untuk produk-produk asuransi khusus atlet ke depan.

�Sebanyak 72 dari 76 perusahaan asuransi umum yang menjadi anggota AAUI telah memiliki produk asuransi pengangkutan

BISNIS/TUTUN PURNAMA

Kinerja Asuransi Pengangkutan atau Marine Cargo

Sumber: AAUI, diolah

(Rp triliun)

1,08

3,10

0,95

2,80

Klaim

Premi

20162017%8,9

13,5

pusdok
Typewritten Text
30 April 2018, Bisnis Indonesia | Hal. 21