motto dan persembahan - iain gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../buku-skripsi...zohra...

82
i

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

i

Page 2: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

ii

motto dan persembahan

motto :

“ Karena Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu Ada Kemudahan,”

(QS. Al-Insyirah 94 : 5)

“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupkannya”

( QS Al Baqarah 2 : 286 )

persembahan :

Terima kasihku Ku Persembahkan padamu Ya Allah, yang telah

memberikan kemudahan pada setiap langkahku sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik....

Ku persembahkan karya kecil ini dengan segenap baktiku untuk

kedua orangtuaku, ayahanda tercinta Joni Kobandaha, dan Ibunda tercinta Nurmiati Amba, meskipun kita tak lagi dilindungi

oleh satu atap yang sama tapi kalian selalu ada untuk selalu memberikan semangat, dukungan dan kebahagiaan untukku

hingga aku bisa menyelesaikan studi ini....

ALMAMATERKU TERCINTA TEMPATKU MENIMBA ILMU

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SULTAN AMAI GORONTALO

Page 3: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahi ar-rahmani ar-rahiimi

Alhamdulilahi ar-rabbi al- alamin, segala puji bagi Allah tuhan semesta alam . Satu ucapan yang patut selalu di ucapkan, sebab dialah Allah yang senantiasa memberikan kasih saying-Nya pada manusia. Termasuk penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik, berkat kasih sayang-Nya. Shalawat dan salam kepada Baginda Nabi Muhammad saw, kisah hidupnya mengajarkan kepada manusia akan pentingnya sebuah perjuangan, sehingga memotivasi penulis dalam usaha merampungkan penyusunan skripsi ini.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dapat berhasil, karena termotivasi dari kedua orangtua, keluarga dan semuanya yang senantiasa memberikan bantuan baik moril maupun materil dalam usaha penulis menyusun skripsi ini.

Selain itu juga, penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,baik bantuan secara langsung maupun tidak . Untuk semua itu penulis berkenan memberikan terimakasih kepada:

1. Dr. Lahaji Haedar M.Ag, selaku Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo.

2. Dr. Sofyan Ap Kau, M.Ag, Dr. Ahmad Faisal, M.Ag, Dr. Mujahid Damopolii, M.Pd, Selaku Warek I, Warek II Dan Warek III IAIN Sultan Amai Gorontalo.

3. Dr. H Lukman Arsyad, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

4. Dr. H Muh Hasbi, M.Pd, Dr Hj Lamsike Pateda, M.Pd, Dr H. Arten Mobonggi, M.Pd, selaku Wadek I, Wadek II Dan Wadek III, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo

5. Dr Razak H. Umar, M.Pd dan Dr Hj. Munirah, M.Pd, selaku ketua jurusan dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo

6. Dr. Najamudin Petta Solong, S.Ag.,M.Ag dan Dr Damhuri, M.Ag, selaku pembimbing I dan pembimbing II dalam penyusunun skripsi ini, yang selalu sabar dan tekun dalam memberikan bimbingan dan arahan pada penulis untuk merampungkan skripsi ini.

Page 4: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

iv

7. Seluruh Dosen dijurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah di jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

8. Staf administrasi dari jurusan Pendidikan Agama Islam hingga seluruh Staf bagian Akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan yang selalu memberikan pelayanan yang baik selama studi penulis.

9. Kepala Perpustakaan dan Staf Perpustakaan IAIN Sultan Amai Gorontalo, yang telah memberikan pelayanan dalam pencarian bahan dalam penyusunan skripsi.

10. Nurani Popito, M.Si, selaku kepala Sekolah SMP N 8 Kotamobagu. Nasep Zaelani selaku guru pendidikan agama islam SMP N 8 Kotamobagu dan seluruh staf dewan guru maupun staf tata usaha SMP N 8 Kotamobagu yang telah bersedia menerima penulis untuk meneliti ditempat tersebut serta memberikan sejumlah data yang penulis butuhkan

11. Kedua orangtua Joni kobandaha dan Nurmiati Amba yang selalu memberikan semangat dan mendoakan perjuanganku dalam menuntut ilmu.

12. Sahabatku dalam perjuangan selama studi 4 tahun ditanah rantau Shilvia F Amba Dan Tita A P Paputungan, tempat berbagi suka dan duka dalam dunia kampus. juga sepupu ku Hutri Datundugon dan Adiku Yelintami Rampan yang selalu memberikan motivasi dan semangat.

13. Juga teman-teman seatap selama 4 tahun Firli Paguna, Dhea Dwi Lestari, Ainun Thalib, Nada Juanda, Nurain Langgai, Siti Mirna Bida, Nada Potabuga, terimakasih untuk semangat,dukungan dan motivasi serta selalu menjadi orang pertama yang mengurusi dikala sakit,

14. GorohoSquad, Shelin Rampan, Yessi Bangki, Nervi Paguto,Savira Yayubangkai, Ira Tungkagi Dan Fara M Agantu selaku sahabat tercinta semasa SMP hingga sekarang yang selalu memberikan dukungan penuh, dan penghibur dalam penyusunan skripsi ini.

15. Teman-teman seperjuangan kelas PAI A 2015 yang telah mewarnai dan mengukir kenangan indah di dalam kelas selama 4 tahun

16. Dan kepada seluruh teman-teman IAIN Sultan Amai gorontalo semua jurusan dan angkatan yang tidak bisa penulis sebutkan

Page 5: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

v

satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis,dan pembaca pada umumnya. Aamiin

Gorontalo 15 Juli 2019

Penulis

Eliska Kobandaha

NIM. 151012062

Page 6: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

iv

KATA PENGANTAR Bismillahi ar-rahmani ar-rahiimi

Alhamdulilahi ar-rabbi al- alamin, segala puji bagi Allah tuhan semesta alam. Satu ucapan yang patut selalu di ucapkan, sebab dialah Allah yang senantiasa memberikan kasih sayang-Nya pada manusia. Termasuk penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik, berkat kasih sayang-Nya. Shalawat dan salam kepada Baginda Nabi Muhammad saw, kisah hidupnya mengajarkan kepada manusia akan pentingnya sebuah perjuangan, sehingga memotivasi penulis dalam usaha merampungkan penyusunan skripsi ini.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dapat berhasil, karena termotivasi dari kedua orangtua, keluarga dan semuanya yang senantiasa memberikan bantuan baik moril maupun materil dalam usaha penulis menyusun skripsi ini.

Selain itu juga, penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,baik bantuan secara langsung maupun tidak. Untuk semua itu penulis berkenan memberikan terimakasih kepada:

1. Dr. Lahaji Haedar M.Ag., Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo 2. Dr. Sofyan Ap Kau, M.Ag., Dr. Ahmad Faisal, M.Ag., Dr. Mujahid

Damopolii, M.Pd.,Wakil Rektor I, Wakil Rektor II Dan Wakil Rektor III IAIN Sultan Amai Gorontalo.

3. Dr. H. Lukman Arsyad, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

4. Dr. H. Muh Hasbi, M.Pd., Dr Hj. Lamsike Pateda,M.Pd., Dr H. Arten Mobonggi, M.Pd., Wakil dekan I, Wakil dekan II Dan Wakil dekan III, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo

5. Dr. Razak H. Umar, M.Pd dan Dr Hj. Munirah, M.Pd., ketua jurusan dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo yang telah membimbing dan membantu penulis selama menjadi mahasiswa jurusan pendidikan agama islam.

6. Dr. Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam ujian munaqasyah, yang telah memberikan masukan dan kritikan yang membangun bagi penulis pada ujian munaqasyah kemarin .

7. Dr. Najamudin Petta Solong, S.Ag.,M.Ag dan Dr. Damhuri, M.Ag, pembimbing I dan pembimbing II dalam penyusunun skripsi ini, yang selalu sabar dan tekun dalam memberikan bimbingan dan arahan pada penulis untuk merampungkan skripsi ini.

Page 7: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

v

8. Seluruh Dosen dijurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah di jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

9. Staf administrasi dari Jurusan Pendidikan Agama Islam hingga seluruh Staf bagian Akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan yang selalu memberikan pelayanan yang baik selama studi penulis.

10. Kepala Perpustakaan dan Staf Perpustakaan IAIN Sultan Amai Gorontalo, yang telah memberikan pelayanan dalam pencarian bahan dalam penyusunan skripsi.

11. Nurani Popitod, M.Si., kepala SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu. Nasep Zaelani S.Pd, guru pendidikan agama islam SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu dan seluruh staf dewan guru maupun staf tata usaha SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu yang telah bersedia menerima penulis untuk meneliti ditempat tersebut serta memberikan sejumlah data yang penulis butuhkan

12. Kedua orangtua Joni kobandaha dan Nurmiati Amba yang selalu memberikan semangat dan mendoakan perjuangan penulis dalam menuntut ilmu.

13. Sahabat-sahabat dalam perjuangan selama studi 4 tahun ditanah rantau Shilvia F Amba Dan Tita A P Paputungan, tempat berbagi suka dan duka dalam dunia kampus, juga sepupu Hutri Datundugon dan Adik saya Yelintami Rampan yang selalu memberikan motivasi dan semangat.

14. Teman-teman seatap selama 4 tahun Firli Paguna, Dhea Dwi Lestari, Ainun Thalib, Nada Juanda, Nurain Langgai, Siti Mirna Bida, Nada Potabuga, terimakasih untuk semangat,dukungan dan motivasi serta selalu menjadi orang pertama yang mengurusi dikala sakit,

15. GorohoSquad, Shelin Rampan, Yessi Bangki, Nervi Paguto,Savira Yayubangkai, Ira Tungkagi Dan Fara M Agantu , Justy A. kadengkang, sahabat tercinta semasa SMP hingga sekarang yang selalu memberikan dukungan penuh, dan penghibur dalam penyusunan skripsi ini.

16. Teman-teman seperjuangan kelas PAI A 2015 yang telah mewarnai dan mengukir kenangan indah di dalam kelas selama 4 tahun

17. Kepada seluruh teman-teman IAIN Sultan Amai gorontalo semua jurusan dan angkatan yang tidak bisa penulis sebutkan satu

Page 8: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

vi

persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis,dan pembaca pada umumnya. Aamiin

Gorontalo 19 Juli 2019

Penulis

Eliska Kobandaha NIM. 151012062

Page 9: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.. ......................................................................................... MOTTO DAN PERSEMBAHAN.. .................................................................... i HALAMAN PERNYATAAAN KEASLIAN SKRIPSI.... ............................... ii HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI.. .......................................................... iii KATA PENGANTAR.. ....................................................................................... iv DAFTAR ISI.. ...................................................................................................... vii ABSTRAK.. .......................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.. .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah.. ....................................................................... 10 C. Tujuan Dan Manfaaat.. .................................................................. 10 D. Pengertian Judul Dan Definisi Konseptual.................................... 12 E. Tinjauan Pustaka .. ........................................................................ 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Kompetensi Kepribadian Guru PAI.. ............................... 16

1. Pengertian Kompetensi Guru.. .................................................. 16 2. Kompetensi Kepribadian Guru.. ............................................... 19 3. Pentingnya Kompetensi Kepribadian Guru.. ............................ 22 4. Indikator Kompetensi Kepribadian Guru.. ............................... 23

B. Hakikat Pendidikan Moral ............................................................. 38 1. Pengertian Pendidikan Moral.. ................................................. 38 2. Dasar-Dasar Pendidikan Moral.. .............................................. 42

C. Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Pendidika Moral Peserta Didik.. ..................................................................... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian .. ................................................ 54 B. Lokasi Penelitian.. ......................................................................... 55 C. Sumber Data.. ................................................................................ 55 D. Subjek Dan Objek Penelitian......................................................... 56 E. Teknik Pengumpulan Data.. .......................................................... 57 F. Teknik Analisis Data.. ................................................................... 59 G. Pengecekan Kabasahan Data.. ....................................................... 60 H. Tahap-Tahap Penelitian.. ............................................................... 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian .. ........................................................ 64 B. Deskripsi Masalah .. ...................................................................... 1. Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru PAI

Di SMP N 8 Kotamobagu.............................................................. 71 2. Pendidikan Moral Yang Diberikan Guru PAI Pada Peserta

Page 10: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

viii

Didik Di SMP N 8 Kotamobagu.. ................................................. 87 3. Faktor Pendukung Pengembangan Kompetensi Kepribadian

Guru PAI Terhadap Pendidikan Moral Peserta Didik Di SMP N 8 Kotamobagu................................................................... 93

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.. .................................................................................. 97 B. Saran. ............................................................................................. 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 11: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Majunya suatu Negara sangat ditentukan majunya pendidikan di Negara itu. Hal ini berarti pembenahan segala aspek/komponen yang terlibat dalam pendidikan harus mendapat prioritas utama dalam pembangunan suatu negara. Pemberlakuan kurikulum baru merupakan salah satu upaya memperbaiki proses penyelenggaraan pendidikan disuatu negara agara dapat mengejar kemajuan lain.

Pemberlakuan kurikulum di Indonesia merupakan upaya kearah peningkatan kualitas pendidikan, karena di era globalisasi ini sangat dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar mutu nasional dan internasional. Guru sebagai pelaksanaan pendidikan di tingkat pembelajaran memegang peranan penting dalam menciptakan SDM yang berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan. Pendidik atau guru adalah tenaga professional seperti yang diamanatkan dalam Pasal 39 ayat 2 UU RI No 20/2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 2 ayat 1 UU RI No 14/2005 tentang Guru dan Dosen, serta Pasal 28 ayat 1 PP RI No 19/2005 tentang Standar Pendidikan Nasional. Landasan yudiris dan kebijakan tersebut menunjukkan adanya keseriusan dan komitmen yang tinggi pemerintah dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan penghargaan kepada guru sebagai pelaksana pendidikan ditingkat pembelajaran yang bermuara akhir pada peningkatan kualitas pendidikan nasional. 1

Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang di luar kependidikan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan peserta didik. 2

1Abdul Rahmat Dan Rusmin Husain. Profesi Keguruan, (Bandung: Ideas Publishing, 2012),

h. ii 2Moh User Usman. Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002),

h. 7

Page 12: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

2

Selain itu, profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

(a) memiliki bakat, minat, penggilan jiwa, idealisme. (b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan ketakwaan dan akhlak mulia. (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. (d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan tugas. (e) memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. (g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. (h) memiliki jaminan pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan (i) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. 3 Seseorang guru dapat sangat menentukan masa depan seorang

peserta didik. Apalagi dijaman seperti ini, di mana Interaksi antara orangtua dan peserta didik di rumah sangat terbatas dikarenakan waktu orangtua lebih banyak dihabiskan untuk bekerja. Sementara itu, seorang peserta didik bisa menghabiskan waktunya kurang lebih 7-8 jam disekolah, senin hingga jumat dan mungkin sabtu jika ada kegiatan ektrakulikuler yang diikuti. Ini artinya interaksi peserta didik, terutama pada usia remaja SMP dan SMU, lebih banyak bersinggungan dengan gurunya.

Sejalan dengan apa yang menjadi pernyataan di atas, tentang profesi guru yang merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus serta tidak mudah dilakukan oleh sembarangan orang, sepertinya tidak sebanding dengan apa yang menjadi realitas pada saat ini. Pada saat ini profesi guru banyak diperbincangkan orang-orang baik itu para pakar pendidikan maupun di luar pakar pendidikan juga termasuk di dalam nya adalah dari media massa. Ironisnya perbincangan-perbincangan mengenai guru tersebut lebih kepada melecehkan profesi guru baik itu untuk kepentingan umum maupun kepentingan pribadi. Ketika berada pada kondisi ini dari pihak guru nyaris tak mampu membela diri. Masyarakat, orangtua peserta didik, bahkan peserta didik sekalipun banyak yang mencemohkan guru, baik itu mengenai penampilan, cara berbicara, kedisiplinan bahkan perilakunya sebagai guru.

3Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. h. 8-9

Page 13: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

3

Dalam masyarakat, kesalahan sekecil apapun yang dilakukan oleh guru akan mengundang reaksi yang begitu hebat. Kenyataan ini sekalipun pahit bagi guru, maka sudah saatnya kompetensi profesi guru itu perlu harus ditingkatkan. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 8 bahwa:

Seseorang guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikast pendidik, sehat jasmani dan rohaniah, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional, yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi ini adalah komponen yang tidak bisa dipisahkan dari eksistensi guru dalam melaksanakan profesinya sebagai guru. 4 Pada Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 tentang Guru

Dan Dosen, juga dikemukkan bahwa: Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.5 kompetensi bermakna kewenangan atau kekuasaan untuk menentukkan atau memutuskan sesuatu. Maksudnya bahwa, seseorang yang memiliki kompetensi berarti memiliki kewenangan dan tanggungjawab terhadap tugas yang diembannya, guru yang berkompetesi harus tetap menjaga eksisensinya dan menjaga wibawanya dihadapan peserta didik. 6 Pernyataan di atas sejalan dengan kompetensi personal atau

kepribadian yang merupakan kemampuan guru menampilkan tentang pengetahuan agama, sosial, budaya, dan estetika yang berbasis kinerja. Sehubungan dengan hal itu juga, pada saat ini setiap guru dituntut untuk memiliki kompetentsi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini akan melandasi atau menjadi landasan bagi komptensi-kompetensi lainnya. Guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi yang paling penting adalah bagaimana menjadikan pembelajaran

4Nugroho Andhi Saputro, Hubungan Kompetensi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar

Dikelas Dengan Karakter Siswa, Skripsi, (Http://Jurnal.Upi.Edu, 2013) . Diakses Pada Tgl 13 Des 2017, Pkl 23:15

5Undang Undang Ri No 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen h. 8-9 6Siti Asiah T Pido, Kinerja Guru Tersertifikasi, (Bandung: Sultan Amai Press, 2015) h. 65

Page 14: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

4

sebagai ajang pembentukkan kompetensi dan perbaikkan kualitas pribadi peserta didik 7.

Dalam lingkungan sekolah, khususnya ketika guru berada dikelas untuk melaksanakan proses pembelajaran, karakteristik kepribadian akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didik. Kepribadian guru yang baik akan menjadi teladan bagi peserta didik, sehingga menjadi sosok yang memang sudah selayaknya menjadi contoh dan patut ditiru. Kepribadian yang baik guru mempunyai wibawa untuk selalu dihormati dan dipatuhi oleh peserta didik. Penghormatan dan kepatuhan siswa tumbuh dari kewibawaan guru karena dapat mengayomi, melindungi, mengarahkan dan menjadi teladan bagi peserta didik. Tanpa harus melalui cara-cara yang bersifat menakutkan . 8

Ketika faktor terpenting dari seorang guru adalah kepribadiannya, maka dengan begitu kepribadiannya itulah yang akan menentukkan apakah ia bisa menjadi pendidik yang baik untuk peserta didiknya atau malah menjadi penghancur bagi peserta didiknya. Demikian tugas guru tidaklah mudah dituntut keseriusan, keikhlasan dilakukan secara benar dan tepat dalam menjalankannya serta dibutuhkan adanya kompetensi dalam dirinya.

Sepanjang sejarahnya diseluruh dunia, pendidikan pada hakikatnya memiliki dua tujuan, yaitu

membantu manusia untuk menjadi cerdas dan pintar (smart) dan membantu mereka menjadi manusia yang baik (good). Menjadikan manusia cerdas dan pintar, boleh jadi mudah melakukannya, tetapi menjadikan manusia agar menjadi orang yang baik dan bijak, tampaknya jauh lebih sulit atau bahkan sangat sulit9. Problem moral merupakan persoalan akut atau penyakit kronis yang

mengiringi kehidupan manusia kapan dan di mana pun. Kritis perkembangan moral anak semakin lama semakin buruk, ditunjukkan dari saratnya berita diberbagai media massa tentang banyaknya kasus penyimpangan moral dikalangan anak dan remaja. Misalnya, perilaku seks diluar nikah, aksi kekerasan di sekolah, tawuran, pencurian, narkoba dan sebagainya. Adanya hal ini salah satunya disebabkan oleh kurang maksimalnya pendidikan moral yang diberikan dalam proses pembelajaran

7Siti Asiah T Pido, Kinerja Guru Tersertifikasi, (Bandung: Sultan Amai Press, 2015) h. 77 8Siti Asiah T Pido, Kinerja Guru Tersertifikasi, h. 76 9Ajat Sudrajat, Mengapa Pendidikan Karakter?, Jurnal, h. 1, Http://Uny.Ac.Id, Diakses Pada

Tgl 14 Des 2017, Pkl 1:40

Page 15: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

5

dalam setiap masing-masing mata pelajaran. Ini juga menunjukkan dekakensi moral dalam masyarakat.

Proses pendidikan selama ini menghasilkan generasi yang kurang peka terhadap permasalahan-permasalahan sosial, padahal hampir setiap kurikulum yang pernah digunakan dalam pendidikan di Indonesia selalu ada mata pelajaran yang berbasis moral seperti pendidikan budi pekerti, pendidikan agama, dan pendidikan moral pancasila (sekarang pendidikan kewarganegaraan).

Berangkat dari tidak efektifnya mata pelajaran yang berbasis moral tersebut, dikarenakan proses pembelajarannya yang cenderung hanya pada penanaman norma-norma penguasaan dan pembelajaran yang sekedar transfer teori tentang moral dari guru kepada peserta didik tampa disertai pembiasaan dan keteladanan guru.10 Akibat dari kesalahan ini, peserta didik memiliki pengetahuan nilai dan moral, tetapi tidak melaksanakan nilai dan moral tersebut dalam kehidupan di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Hal ini disebabkan peserta didik tidak memiliki sistem nilai yang diyakininya yang kemudian berdampak pada moral peserta didik itu sendiri baik ketika berada disekolah maupun ketika berada di luar sekolah.

SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu misalnya, masalah-masalah yang ditemukan dalam peserta didik lebih menitik beratkan pada penyimpangan moral yang berasal dari peserta didik baik itu ketika berada di dalam sekolah maupun ketika berada diluar sekolah. Hasil pengamatan peneliti terkait penyimpangan-penyimpangan moral yang ada pada peserta didik tersebut adalah, Pertama, pada saat pembelajaran sudah dimulai, terkadang masih ada beberapa peserta didik yang masih berada diluar kelas. Kadang mereka masih berdiam di kantin sekolah, kamar mandi atau di kelas lain. Peserta didik tesebut tidak hanya satu orang saja melainkan mereka berkelompok dengan teman sebaya. Ketika ditanya kepada alasan mereka belum masuk dan mereka menjawab karena guru juga terlambat masuk jadi mereka mengikuti. Kedua, ketika pada proses pembelajaran, pada saat guru menjelaskankan di depan kelas masih ada beberapa peserta didik yang asyik dengan aktivitas mereka sendiri dibelakang dan tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan. Hal itu karena peserta didik merasa bosan dan tidak menikmati pelajaran yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran yang biasanya hanya dalam bentuk ceramah atau CBSA (catat buku sampai habis). Ketiga, ketika berada di luar sekolah, masih sering terjadi perkelahian sesama peserta didik. Hal itu

10Http://Ullahs.Blogspot.Co.Id Diakses Pada Tgl 14 Des 2017 , Pkl 02:17

Page 16: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

6

disebabkan oleh permasalahan ketika masih di dalam kelas kemudian berlanjut ketika mereka berada diluar sekolah.

Masalah-masalah yang terjadi di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu yang di uraikan di atas merupakan sebagian kecil dari permasalahan dalam penyimpangan moral yang akan kita temui di berbagai sekolah. Potret buram pendidikan tersebut semestinya menjadi bahan pertimbangan untuk mengevaluasi sistem pembelajaran yang diterapkan di sekolah. Setiap peserta didik itu adalah anak yang baik, sikap yang tidak baik yang ada dalam dirinya pasti memiliki sebab-sebab tertentu mengapa menjadi seperti itu. Disinilah peran guru sebagai orangtua di sekolah dipertanyakan.

Satu hal yang dipahami pada permasalahan yang terjadi di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu adalah bahwa keberhasilan suatu pembelajaran atau proses pendidikan juga sangat ditentukan oleh faktor dari seorang guru, maka guru yang memiliki kepribadian yang baik akan banyak berpengaruh baik pula pada perkembangan peserta didik terutama mental dan spritualnya. Salah satu sifat peserta didik adalah mencontoh apa yang dilakukan oleh orang dewasa, termasuk mencontoh pribadi guru yang akan membentuk kepribadiannya. Tentu, sangatlah berbahaya apabila mereka mencontoh kepribadian yang buruk.

Berangkat dari pemikiran tersebut, sangatlah wajar jika guru dituntut untuk memiliki kepribadian yang mulia. Bahkan kompetensi ini melandasi berbagai kompetensi lainnya, baik kompetensi pedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi professional. Guru tidak hanya dituntut untuk memaknai pembelajaran, tetapi juga diharuskan menjadikan suasana pembelajaran tersebut sebagai media pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Pembentukan sikap dan mental mereka menjadi hal yang sangat penting yang tidak kalah pentingnya dari pembinaan keilmuannya.

Guru menjadi model atau dasar dalam pembelajaran pendidikan moral bagi peserta didik, dengan memiliki kepribadian yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan perilaku yang disengani serta bisa menjadi contoh teladan yang baik bagi peserta didik. Oleh sebab itu, seorang guru sebaiknya menyadari bahwa dirinya memiliki potensi untuk memengaruhi peserta didik. Kesadaran itu penting agar pengaruh yang diberikan adalah pengaruh positif.11

Peran kompetensi kepribadian pada guru terutama pada guru pendidikan agama islam, apalagi jika jadikan sebagai dasar dari pendidikan moral bagi peserta didik sebagai upaya untuk memperbaiki

11Paul Suparno, Guruku Panutanku, (Yogyakarta: Kanisius, 2013), h. 127

Page 17: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

7

permasalahan dalam penyimpangan moral peserta didik tersebut, maka penulis tertarik untuk menuangkannya dalam bentuk penelitian dengan judul: “Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Pendidikan Moral Peserta Didik Di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang akan menjadi batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengembangan kompetensi kepribadian guru PAI di SMP

Negeri 8 Kota Kotamobagu ? 2. Bagaimana pendidikan moral peserta didik yang diberikan guru PAI

di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu 3. Apa faktor pendukung pengembangan kompetensi kepribadian guru

PAI terhadap pendidikan moral peserta didik di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu?

C. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan a. Untuk mengetahui pengembangan kompetensi kepribadian guru PAI

di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu b. Untuk mengetahui pendidikan moral peserta didik di SMP Negeri 8

Kota Kotamobagu c. Untuk mengetahui bagaimana faktor pendukung pengembangan

kompetensi kepribadian guru PAI terhadap pendidikan moral peserta didik di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu.

2. Kegunaan Dari tujuan di atas secara teoritis, hal yang diharapkan dari

penelitian ini adalah: a. Memberikan kontribusi positif dalam hal kajian keislaman dan

keilmuan diIAIN Sultan Amai Gorontalo b. Menjadi sumbangsih keilmuan dari peneliti untuk pembaca

khususnya dilingkungan IAIN Sultan Amai Gorontalo c. Berguna bagi peningkatan eksistensi guru PAI dilembaga pendidikan

islam dalam mengemban tugas pendidikan dan pengajaran Selain manfaat teoritis di atas, secara praktis penelitian ini

diharapkan dapat : a. Memberikan informasi kepada pembaca maupun peneliti yang lain

mengenai pengembangan kompetensi kepribadian guru PAI di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu

Page 18: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

8

b. Sebagai bahan kajian bagi siapa saja tentang pengembangan kompetensi kepribadan sebagai dasar pendidikan moral peserta didik

c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadikan peneliti paham tentang kompetensi kepribadian guru PAI dan akan menjadi pegangan bagi peneliti dalam mengajar dan mencerdaskan peserta didik.

D. Pengertian Judul dan Definisi Operasional Untuk menghindari pemaknaan ganda pada penelitian ini, maka

perlu penulis jelaskan secara singkat melalui pengertiana judul dan definisi konseptual

a. Pengertian Judul 1. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan

kemampuan teknis, teoristis, konseptual,dan moral individu sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/ jabatan melalui pendidikan dan latihan. 12

2. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugasnya. 13

3. Kepribadian bisa diartikan sebagai keseluruhan sikap, tingkah laku, dan sikap yang mencerminkan watak seseorang, caranya berbuat dan berperilaku termasuk aspek fisik dan mental, cara berinteraksi serta tujuan hidup yang ditunjukkan dalam hidupnya sehari-hari. 14

4. Guru adalah orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif dan psikomotorik.15

5. Pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan anak manusia /peserta didik bermoral dan bermanusiawi. Artinya pendidikan moral adalah pendidikan yang bukan hanya mengajarkan tentang akademik tetapi non akademik khususnya tentang sikap dan bagaimana perilaku sehari-hari.16

12Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sdm, (Jakarta: Bumi Aksara 2012), h. 69 13Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, h. 8-9 14Chaerul Rochman & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru,

(Bandung: Nuansa Cendekia,2011) H.15 15Ali Mufron, Ilmu Pendidikan Islam, (Jogyakarta: Aura Pustaka, 2015), h. 31 16Nurul Azizah Kurniawati, Pentingnya Pendidikan Moral Disekolah, Skripsi,

Http://Uinsby.Ac.Id, h. 30-31, Diakses Pada Tgl 23 Desember 2017, Pkl 23:30

Page 19: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

9

b. Definisi Operasional Maksud dengan pengembangan kompetensi kepribadian guru

PAI terhadap pendidikan moral peserta didik di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu dalam penelitian ini adalah“ suatu usaha untuk meningkatkan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku guru sebagai pendidik berupa keseluruhan sikap, tingkah laku, dan sikap yang mencerminkan watak guru, caranya berbuat dan berperilaku termasuk aspek fisik dan mental, cara berinteraksi serta tujuan hidup sebagai dasar pendidikan moral bagi peserta didik di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, sebelumnya peneliti menelaah beberapa hasil skripsi yang berkaitan dengan apa yang akan peneliti paparkan dalam skripsi ini nantinya. Sehubungan dengan ini, ada beberapa skripsi yang secara tidak langsung berkaitan, diantaranya 1. Sebuah skripsi hasil penelitian oleh Erpan Tialo dengan judul

“peningkatan kompetensi kepribadian guru pendidikan agama islam terhadap pembinaan akhlak siswa di SMA Negeri 1 Tilamuta. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang sedang peneliti susun adalah terletak pada kompetensi guru, serta perbedaannya adalah pada objek dari penelitian. Di mana, objek dari penelitian Erpan Tialo adalah peserta didik SMA sedangkan yang penulis teliti adalah peserta didik SMP. 17

2. Kedua yaitu skripsi dengan judul “pengembangan kompetensi kepribadian guru terhadap perilaku belajar peserta didik di SDN I Pontodon”, ini merupakan penelitian yang ditulis oleh Thiara Aprili Hasan. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pengembangan kompetensi guru perlu menjunjung tinggi nilai-nilai etos kerja didalam melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai tenaga pendidik dilembaga pendidikan. Serta dalam pengembangan kompetensi kepribadian guru perlu adanya faktor pendukung berupa pernsyaratan moral yang tinggi, artinya guru memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki perilaku yang baik. Pengembangan kompetensi kepribadian

17Erpan Tialo, peningkatan kompetensi kepribadian guru pendidikan agama islam terhadap

pembinaan akhlak siswa di SMA N .1 Tilamuta, Skripsi, 2009, diakses pada tanggal 31 januari 2018

Page 20: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

10

guru dalam penelitian ini bertitik pada perilaku belajar peserta didik. 18

3. Jurnal tentang “ Studi Realitas Tentang Kompetensi Kepribadian Guru Pendiidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas Dikabupaten Bandung Barat Oleh Saepul Anwar yang menyatakankan kompetensi itu merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan dari eksistensi guru dalam melaksanakan profesinya sebagai guru. Adapun dalam penelitian ini memfokuskan pada kompetensi kepribadian guru pai diSMA yang mana kompetensi kepribadian itu ilah karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai individu yang mantap, stabil,dewasa arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik.19

4. Penelitian yang ditulis oleh nursyamsi dengan judul “pengembangan kepribadian guru”, dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedekatan guru dengan peserta secara psikologis merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran disekolah. Kepribadian guru yang kokoh dan matang dapat menjadi teladan dan menjadi sumber inspirasi bagi peserta didik. Kualitas hubungan psikologi antara guru dengan peserta didik seperti ini hanya akan tercipta apabila didukung oleh kepribadian guru yang baik. Kepribadian merupakan kualitas dari keseluruhan sikap dan perilaku sebagai syarat utama bagi terlaksananya proses belajar mengajar yang optimal. 20

18Thiara Aprili Hasan, pengembangan kompetensi kepribadian guru terhadap perilaku

belajar peserta didik di SDN I Pontodon, Skripsi, 2017, diakses pada tangga; 31 januari 2018 19Saepul Anwar, Studi Realitas Tentang Kompetensi Kepribadian Guru Pendiidikan Agama

Islam Sekolah Menengah Atas Dikabupaten Bandung Barat, Skripsi, 2017, Diakses Pada Tgl 31 Januari 2018

20Nursyamsi, Pengembangan Kepribadian Guru, 2017, Diakses Pada Tgl 31 Januari 2018.

Page 21: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

11

BAB II LANDASAN TEORI

A. Hakikat Kompetensi Kepribadian Guru PAI 1. Pengertian Kompetensi Guru

Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau kecakapan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan/kekuasaan untuk menentukkan (memutuskan sesuatu). Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Menurut Mc. Ashan, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi Bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognotif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. 1

Kompetensi sebagai karakteristik seseorang yang berhubungan dengan kinerja yang efektif dalam suatu pekerjaan atau situasi. Kompetensi memiliki 5 karakteristik yaitu:

(1) motif, yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu, (2)sifat, yaitu karakteristik fisik tanggapan komite terhadap situasi atau informasi, (3)konsep diri, yaitu sikap, nilai, image diri seseorang(4) pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu dan (5) keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental. 2

Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati, tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata. 3

Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah. Kompetensi guru dapat dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam rangka pembinaan dan pengembangan tenaga guru. Selain itu, kompetensi juga penting dalam

1Fatah Yasin, Dimensi Pendidikan Islam (Malang: Uin- Malang Press, 2008) h. 72 2Muh. Ilyas Ismail,Kinerja Dan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran, Jurnal, 2010,

Http://Uin-Alauddin.Ac.Id, Diakses Pada Tgl 16 Des 2017 , Pkl 23:00 3E.Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009)

h. 25

Page 22: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

12

hubungannya dengan kegiatan pembelajaran dan hasil siswa. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dijelaskan dalam:

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV Pasal 10 Ayat 91, di mana disebutkan bahwa”kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.4

Suparno menjelaskan tiga kompetensi guru yang harus dimiliki dan

selalu dikembangkan oleh guru agar dapat melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan maksimal. Tiga kompetensi tersebut ialah:

a) kemampuan kepribadian, kemampuan ini lebih menyangkut jati guru sebagai pribadi yang baik, bertanggungjawab. Untuk itu, hal-hal yang perlu ditekankan kepada guru ialah, beriman, bermoral, aktualisasi diri yang tinggi, berdisiplin, serta masih terus mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. b) kemampuan bidang studi, kemampuan ini memuat pemahaman tentang karakteristik dan isi bahan ajar, menguasai konsep, mengenal metodologi ilmu, memahami konteks ilmu yang diajarkan dan kaitannya ilmu tersebut dengan ilmu lain. c) kemampuan dalam pembelajaran dan pendidikan, kemampuan ini memuat pemahaman tentang sifat, ciri siswa dan perkembanganya, mengerti konsep pendidikan, menguasai evaluasi sehingga mampu meningkatkan kemampuan siswa.5

2. Kompetensi Kepribadian Guru

Kepribadian merupakan suatu masalah yang abstrak. Hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, dan cara berpakaian seseorang. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda. Kompetesnsi kepribadian merupakan suatu performasi pribadi (sifat-sifat) yang harus dimiliki seorang guru.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 Ayat (3) Butir B, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,dewasa, arif,

4Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010) h. 49 5Siti Asiah T. Pido, Kinerja Guru Tersertifikasi, (Gorontalo: Sultan Amai Press, 2015) h. 69-70

Page 23: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

13

dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. 6 Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan

pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Ini menunjukkan bahwa kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam pembentukkan pribadi. Kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh seorang guru adalah salah satu bukti bahwa:

Seorang guru mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran ing ngarso sung tulada (di depan, seorang pendidikn harus memberi teladan atau contoh tindakan baik) ing madya mangun karsa (di tengah atau diantara murid, pendidik harus menciptakan prakarsa dan ide) dan tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan)7. Guru harus mampu menata dirinya agar menjadi panutan kapan saja,

di mana saja dan oleh siapa saja, lebih-lebih bagi guru pendidikan agama Islam yang menempatkan diri sebagai pembimbing rohani peserta didik yang mengajarkan materi agama islam, sehingga ada tanggungjawab yang penuh untuk menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah yang yang diteladankan oleh Rasulullah SAW. Sebagai suri teladan bagi umatnya sebagaimana firman Allah Swt dalam QS Al- Ahzab / 33 : 21.

Terjemahnya: “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

”8llah.t dan dia banyak menyebut Aallah dan (kedatangan) hari kiama

Allah SWT menjadikan nabi Muhammad SAW dalam kepribadian personalnya yang sempurna untuk metode Islami, agar menjadi inspirasi

6Chaerul Rochman & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2011) h. 31

7Abdul Rahmat & Rusmin Husain, Profesi Keguruan, (Gorontalo: Ideas Publishing, 2012) h. 6 8Departeman Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Jumanatul’ali Art, 2004), h.

420

Page 24: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

14

hidup dan abadi bagi generasi umat selanjutnya dalam kesempurnaan akhlak dan spiritual. Keteladanan ini meliputi keteladanan hubungan manusia dengan Allah SWT dan keteladan hubungan manusia dengan makhluk lain. Disadari atau tidak, akhlak dan spiritual seseorang akan terbentuk dengan adanya keteladanan. Keteladanan kehidupan akan menjadi inspirasi generasi penerus. Keteladanan yang baik adalah faktor penting dalam upaya memberikan pengaruh terhadap hati dan jiwa seseorang.

Guru merupakan teladan bagi peserta didik, bahkan semua orang yang menganggapnya sebagai seorang orang guru yang akan diteladaninya. Guru professional memiliki kepribadian baik yang menjadi teladan bagi semua semua, ia menjadi teladan bagi segala bentuk tingkah laku dan ucapannya.

Mengingat keteladanan guru sangat diharapkan bagi peserta didik, maka seorang guru harus benar-benar mampu menempatkan diri pada porsi yang benar. Porsi yang benar dimaksudkan bukan berarti guru harus membatasi komunikasinya dengan peserta didik atau bahkan dengan sesama guru, tetapi yang penting bagaimana seorang guru secara intensif berkomunikasi dengan seluruh warga sekolah, khususnya peserta didik, serta tetap berada pada alur dan batas-batasnya yang jelas. 9 3. Pentingnya Kompetensi Kepribadian Guru

Memiliki kompetensi kepribadian yang baik bagi guru memang sangat penting. Kepribadian guru memiliki andil besar dalam proses pendidikan. Pribadi juga juga memiliki peranan yang sangat besar dalam membentuk pribadi peserta didik karena guru adalah sosok figur sentral yang “mempola” peserta didik.

Dalam proses pembelajaran terkadang terkadang banyak sekali permasalahan-permasalahan yang dialami oleh peserta didik, diantaranya ialah malasnya belajar ketika di dalam kelas, berpakaian tidak rapi, bolos pelajaran atau kabur dari sekolahan karena takut atau malas dengan guru pelajaran yang galak, gampang marah atau penjelasan materi pelajaran dari guru yang membosankan ditambah lagi dengan penampilan guru yang kurang menarik sehingga mengakibatkan peserta didik memandang hilang semangat untuk belajar. Di sinilah guru dituntut untuk lebih memperhatikan kompetensi kepribadiannya, karena seperti yang sudah dijelaskan bahwa peserta didik akan selalu meneladani apa yang ada pada diri gurunya. Baik

9Tri Oktaviani, Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Pai Terhadap Akhlak Siswa Smp Muhammadiyah1 Gisiting, Skripsi,2015, Http://Repository.Radenintan.Ac.Id/Id/Id/Eprint/365, Diakses Pada Tgl 19 Des 2017, h. 34

Page 25: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

15

itu penampilan, perilaku, serta cara berbicara guru. Oleh karena itu, guru harus berusaha untuk tampil menyenangkan peserta didik, agar dapat mendorong mereka untuk belajar.

Sejarah tentang manusia meskipun usaha untuk menangkapnya bebas, kita mewujudkan sejarah dalam cara kita berpikir dan bahkan dalam asumsi kita yang paling dalam, termasuk salah pengertiannya yang utama, guru-guru belum terlepas dari prakonsepsi ini, tentu saja ini membawanya ke kelas. Guru tahu bahwa dirinya tidak dapat membangkitkan pandangan tentang kebesarannya kepada peserta didik jika guru sendiri tidak memilikinya. Oleh karena itu, para guru perlu dibekali dengan ajaran tentang hakikat manusia dan setelah mengenalnya akan mengenal pula kebesaran allah yang menciptakannya.10

Sikap-sikap guru akan berdampak pada peserta didik, peserta didik cenderung akan menirukan tanduk-tanduk seorang guru, kompetensi kepribadian guru juga akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran, juga sangat berpengaruh terhadap proses perkembangan psikologis serta kepribadian peserta didik, ketika seorang guru sudah tidak bisa dipercaya dan tidak bisa menjadi teladan yang baik bagi peserta didik serta masyarakat maka tidaklah pantas untuk disebut sebagai guru.

4. Indikator Kompetensi Kepribadian Guru

Untuk menilai seseorang guru memiliki kompetensi kepribadian atau tidak adalah, seorang guru harus mampu : 1. Bertindak Sesuai Dengan Norma Agama, Hukum, Sosial Dan

Kebudayaan Nasional Indonesia Guru adalah sosok panutan yang menjadi teladan bagi peserta didik

dan bagi masyarakat sekitar. Maka sebagai teladan, hendaknya guru bertindak sangat hati-hati sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Norma-norma itu antara lain norma agama, norma hukum, norma sosial, dan norma yang terkait dengan kebudayaan nasional indonesia. Norma berarti aturan atau kaidah-kaidah.

Dalam KKBI, norma adalah aturan dan ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan dan pengendali tingkah laku.11

10E Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru (Bandung : Remaja

Rosdakarya,2009) h. 118-119 11Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008, h. 968

Page 26: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

16

a. Bertindak Sesuai Dengan Norma Agama

Norma agama ialah peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagai perintah-perintah, larangan-larangan dan ajaran-ajaran yang bersumber dari agama (Tuhan Yang Maha Esa). Pelanggran terhadap norma ini akan mendapatkan hukuman dari agama berupa “siksa” kelak diakhirat. 12 Norma ini bersifat universal, berlaku di mana saja dan kapan saja.

Norma gama juga bersifat menyeluruh, berlaku pada setiap aspek kehidupan manusia dan norma agama juga bersifat mutlak, karena bersumber dari Tuhan yang Maha Esa. Diantara norma-norma agama ini ialah perintah untuk selalu beribadah kepada-Nya, perintah berbuat baik kepada kedua orangtua dan saling menghargai, serta larangan membunuh, larangan mencuri atau korupsi, dan larangan menipu.

Secara normatif, guru harus memiliki akidah (keyakinan) yang benar dan selamat, harus menjalankan ibadah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam syariat agamanya, tidak menambah-nambah dan tidak menguranginya. Beribadah secara rutin sesuai dengan waktu yang telah ditentukan-Nya, baik ibadah wajib maupun sunnah13. Larangan membunuh bukan saja membunuh secara fisik, tetapi juga pembunuhan yang berisifat non-fisik, seperti pembunuhan karakter. Seseorang guru dilarang membunuh karakter peserta didiknya. Pembunuhan karakter yang dilakukan seorang guru merupakan malpraktik yang harus diberantas. Norma agama harus menjadi prinsip (keyakinan) dalam hidupnya, sehingga apa yang tampak dari perilaku akan mencerminkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan ajaran dan nilai yang terkandung dalam agama. Perilaku tersebut antara lain hidup sederhana, rendah hati, suka menolong,dan saling menghargai dan tidak menyombongkan diri, b. Bertindak Sesuai Dengan Norma Hukum

Norma hukum adalah aturan aturan sosial yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu, seperti pemerintah atau legislative yang dengan tegas dapat memaksa setiap warga negaranya agar berperilaku sesuai dengan hukum yang berlaku14.

12Chaerul Rochman & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru,

(Bandung: Nuansa Cendekia, 2011) h. 80 13 Chaerul Rochman & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru,

(Bandung : Nuansa Cendekia,2011) h. 81 14Chaerul Rochman & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru, h. 82

Page 27: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

17

Pelanggran terhadap hukum adalah berupa sanksi dengan sampai

dengan hukuman fisik. Norma hukum ada yang tertulis ada juga yang tidak tertulis. Norma hukum yang tertulis biasa tertuang dalam bentuk peraturan yang tertulis atau yang disebut perundang-undangan. Sementara norma hukum yang tidak tertulis lazimnya disebut hukum adat.

Ketaatan pada norma hukum berkaitan dengan kedisiplinan. Seorang guru harus benar-benar disiplin dan taat pada aturan hukum yang berlaku dan aturan-aturan mana yang disepakati, baik yang berlaku dilingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Mengingat tugas guru sebagai pendidik dan fungsinya sebagai teladan, maka ketaatan pada norma hukum harus selalu dijaga, dari hal-hal yang sederhana hingga hal-hal yang besar.

c. Bertindak Sesuai Dengan Norma Sosial

Norma sosial adalah norma, kaidah atau aturan perilaku dalam suatu kelompok tertentu, di mana setiap anggota masyrakat mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing.

Dalam KKBI, norma sosial adalah aturan yang mengatur tindakan dalam pergaulan dengan sesama15. Dari pemahaman tersebut, dapat dipahami bahwa norma sosial

merupakan pedoman berperilaku masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Contoh norma sosial adalah norma kesopanan dan norma kesusialaan. Sanksi bagi pelanggaran terhadap norma sosial biasanya berupa pengucilan dari komunitas sosial.

d. Bertindak Sesuai Dengan Norma Budaya Nasional Indonesia

Nilai-nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan berlaku dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi dan lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan, symbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dari yang lain sebagai acuan perilaku.16 Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville

J. Herskovits dan Bronislaw mengemukakan bahwa segala sesuatu yang

15 Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008, h. 968 16Chaerul Rochman & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru,

(Bandung: Nuansa Cendekia, 2011) h. 86

Page 28: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

18

terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Sesuatu yang turun temurun dari satu generasi kegenerasi yang lain.

Sedangkan perwujudan dari kebudayaan adalah benda-benda yang

diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku atau benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, dan seni. Kebudayaan nasional adalah budaya bangsa indonesia yang melekat dan menajdi jati diri bangsa indonesia. Nilai budaya bangsa adalah budaya ketimuran, toleransi dengan semangat bhineka tunggal ika. Budaya ini bersumber pada nilai-nilai dasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian, budaya bangsa adalah budaya yang pancasilai17.

Maka guru yang berpegang pada norma-norma budaya indonesia adalah guru yang Pancasilais. Artinya, ia berpegang dan mengamalkan sila-sila dalam Pancasila. Aktivitas pergaulan ini, baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah, guru harus berpedoman pada Pancasila sebagai landasan budaya Indonesia.

2. Menampilkan Diri Sebagai Pribadi Yang Jujur, Berakhlak Mulia Dan

Teladan Bagi Peserta Didik Pribadi yang jujur, jujur adalah lurus hati, tidak berbohong, tidak

curang, tulus ikhlas. Kejujuran adalah kualitas suara hati yang hanya akan menetap pada pribadi yang kuat. Kejujuran adalah kesetiaan pada kebaikan. Sebagai seorang guru, juga dituntut untuk bersikap jujur, baik kepada diri sendiri mamupun kepada peserta didiknya. Berani mengatakan tidak tahu bila betul betul ia belum tahu. Inilah yang dipesankan oleh Al-Ghazali, bahwa guru harus mau mengatakan tidak tahu jika memang tidak tahu18. Jujur terhadap diri artinya mau mengakui keberadaan dirinya, kekurangan dan kelebihannya. Orang yang sadar bahwa dirinya masih kekurangan, akan bersedia menambah ilmu pengetahuannya.

Guru harus berakhlak mulia, karena guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orangtua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati oranglain.

17Chaerul Rochman & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru, h. 87 18Chaerul Rochman & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru,

(Bandung: Nuansa Cendekia, 2011) h. 88

Page 29: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

19

Akhlak mulia adalah perilaku yang didasarkan pada ajaran-ajaran agama, norma-norma sosial, dan tidak bertentangan dengan adat istiadat masyarakat setempat. Akhlak mulia ini bersumber dari kitab suci agama.19 Akhlak mulia biasanya bersifat universal, yakni dapat diterima oleh

siapa pun dan di mana pun. Banyak guru cenderung menganggap bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien, seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang, dan oleh karenanya mereka tidak senang melaksanakan fungsi ini. Padahal menjadi guru pada tingkat manapun berarti menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaan yang harus dihiasi dengan berakhlak mulia, kegiatan pembelajaran pun meletakkannya pada posisi tersebut.

Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada guru. Peserta didik akan menemukan dengan sendiri dan secara mengherankan, bahkan mungkin menyalahkan apa yang ditemukannya, serta akan mengadu pada guru sebagai orang kepercayaannya. Makin efektif guru menangani setiap permasalahan, makin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasihat dan keprcayaan diri . Disinilah pentingnya guru berakhlak mulia.

Kompetensi kepribadian guru yang dilandasi akhlak mulia tentu saja tidak tumbuh dengan sendirinya begitu saja, tetapi memerlukan ijtihad yang muhajadah, yakni usaha sungguh-sungguh, kerja keras, tampa mengenal lelah dengan niat ibadah tentunya. Setiap guru perlu merapat kan kembali barisan, meluruskan niat, bahwa menjadi guru bukan semata-mata untuk kepentingan duniawi, memperbaiki iktiar terutama berkaitan dengan kompetensi kepribadiannya, dengan tetap bertawakal kepada Allah. 20

Guru merupakan teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dirinya sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, ketika seorang guru tidak mau menerima maupun mengunakkannya secara konstruktif maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran. Peran dan fungsi ini patut dipahami, dan tidak perlu menjadi

19Abudin Nata, 2004, Dikutip Dalam Buku Chaerul Rochman & Heri Gunawan,

Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru, (Bandung: Nuansa Cendekia,2011), h. 47 20E Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2009), h. 121-131

Page 30: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

20

beban yang memberatkan, sehingga dengan keterampilan dan kerendahan hati akan memperkaya arti pembelajaran

Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggungjawab untuk menjadi teladan. Memang setiap profesi mempunyai tuntutan-tuntutan khusus, dan karenanya bila menolak berarti menolak profesi itu. Keteladanan guru sangat diharapkan oleh peserta didik, maka seorang guru harus benar-benar mampu menempatkan diri pada porsi yang benar. Porsi yang benar yang dimaksudkan adalah bukan berarti guru harus membatasi komunikasinya dengan siapa saja, tetapi adalah bagaimana seorang guru tetap bisa berkomunikasi dengan warga sekolah dengan tetap berada pada alur dan bata-batas yang jelas. 21

3. Menampilkan Diri Sebagai Pribadi Yang Mantap, Stabil, Dewasa, Dan

Berwibawa Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, professional dan

dapat dipertanggungjawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dan dewasa. Hal ini penting karena banyak masalah pendidikan disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang kurang mantap, kurang stabil dan kurang dewasa.22

Pribadi yang mantap dari seorang guru bisa dilihat dari penampilan guru yang tenang. Ketika seorang guru berpenampilan yang tenang maka perilaku mengajarnya ketika berada di dalam kelas ialah, guru tidak mudah terpengaruh oleh isu, nganguan dan situasi yang tidak menyenangkan sehingga guru dapat mengendalikan kelas dengan baik. Apabila siswa bertanya, guru dapat menjawabnya dengan tenang, tidak grogi alias demam panggung, dan tidak menunjukkan sikap yang dapat merendahkan pertanyaan dan martabat peserta didik .23

Pribadi yang stabil dari guru sangat ditentukan oleh kestabilan emosi. guru harus mampu mengolah emosinya dengan baik. Bahkan lebih jauh lagi, emosi yang stabil akan sangat mempengaruhi jiwa dan kewibawaan guru itu sendiri. Guru yang emosinya stabil akan sangat mudah mengontrol dirinya.

21E Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru h. 28-29 22E Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2009), h. 121 23Chaerul Rochman & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru,

(Bandung: Nuansa Cendekia, 2011) h. 56

Page 31: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

21

Emosi dapat dipahami sebagai luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat, atau dimaknai sebagai keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis24. Guru juga manusia biasa, sebagai manusia biasa tentunya guru juga

boleh tertawa, marah, sedih, gembira dan berbagai ekspresi emosi lainnya. Tetapi dalam mengekspresikan emosinya, guru harus tetap memperhatikan prinsip stabilitas yang mencerminkan dirinya sebagai pendidik. Hal ini berarti perasaan senang, sedih, marah dan sejenisnya, hendaknya diekspresikan seperlunya sesuai dengan tempatnya. Sebab emosi yang diekspresikan secara berlebihan maka akan menimbulkan ketidakwajaran. Hal ini tentunya sangat menganggu proses pembelajaran, dan bila hal itu terjadi maka otomatis akan berpengaruh terhadap konsentrasi peserta didik dalam menangkap materi pembelajaran. Misalnya bila hanya permasalahan kecil, seorang guru marah besar. Ini sangat merugikan, baik bagi dirinya berupa menguras energi, sedangkan bagi peserta didik, mereka menjadi tegang. Otomatis ketika dalam kedaan ini maka akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan suasana kelas.

Pribadi yang dewasa dalam kepribadian guru menjadi salah satu persyaratan ketika menjadi guru atau tenaga kependidikan. Istilah dewasa sering digambarkan sebagai organisme yang telah matang. Dewasa dapat didefinisikan dari aspek biologis yaitu sudah baligh. Pada setiap orang termasuk guru, kedewasaan dapat dilihat dari:

(1) perkembangang fisik yang mencapai puncak, (2) perkembangan mental, kapasitas penuh idealisme,mandiri, berjiwa petualang, (3) perkembangan sosial,berpusat pada keluarga dan pekerjaan, (4) perkembangan emosional bertambah mantap, (5) perkembangan spiritual, menerapkan iman. 25 Saat ini berbagai kasus yang disebabkan oleh kepribadian guru yang

kurang mantap, kurang stabil dan kurang dewasa, sering kita dengar diberita-berita elektronik atau kita baca diberbagai majalah dan surat kabar. Misalnya: adanya oknum guru yang menghamili peserta didik, adanya oknum guru yang terlibat pencurian, penipuan,dan kasus-kasus lain yang tidak pantas dilakukan oleh guru. Dalam kaitan inilah pentingnya guru memiliki kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa.

24Chaerul Rochman & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru, h. 57 25Chaerul Rochman & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru,

(Bandung : Nuansa Cendekia, 2011) h. 72

Page 32: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

22

Pribadi yang berwibawa dalam diri seorang guru dikagumi oleh peserta didik dalam bentuk sikap penerimaan terhadap perilaku, perkataan dan segala tindakan. Berkaitan dengan wibawa, guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, intelektual, dalam pribadinya. Guru juga harus memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidang yang dikembangkannya. Guru hendaknya juga mampu mengambil keputusannya secara independen terutama dengan berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran seseorang guru harus dapat mengambil keputusan secara cepat dan tepat pada sasaran.

Selain itu kewibawaan seorang guru dapat dilihat dari: (1) kesesuian kata dengan perbuatan, (2) jadilah orang pertama yang melakukan, misalnya sesuatu yang ingin dicontohkan terhadap oranglain, (3) menjadikan kata sebagai ikatan, dan (4) berpegang pada nilai hakiki. 26

4. Menunjukkan Etos Kerja, Tanggung Jawab, Bangga Menjadi Guru Dan Rasa Percaya Diri. Dalam menjalankan tugas profei sebagai pendidik, guru harus

memiliki sikap dan kepribadian. Berkaitan dengan hal tersebut, demi menunjang tugasnya tersebut, guru hendaknya memiliki etos kerja yang tinggi, memiliki rasa tanggungjawab, memiliki rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri yang tinggi. 27 a. Menunjukkan Sikap Etos Kerja Yang Tinggi.

Sikap hidup kerja keras yang tertanam dalam diri seorang guru akan membuahkan prinsip “ hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari pada hari ini”. Agama, tentu semua agama sangat membenci orang yang malas dalam hidupnya. Orang malas biasanya tidak memiliki kemampuan atau keinginan. Hidupnya tergantung pada oranglain, tidak memiliki gairah dalam hidunya, lemah dalam bertindak dan tidak ada kesungguhan.

Untuk memasuki ajang kompetensi global, tentu saja seorang guru dituntut memiliki sejumlah kualifikasi dan kompetensi sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen bahwa:

26Chaerul Rochman & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru,

(Bandung: Nuansa Cendekia, 2011) h. 76 27Chaerul Rochman & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru, h. 89

Page 33: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

23

Guru harus memiliki kualifikasi akdemik minimal S1 atau D4.28 Hal ini penting untuk mempertajam kemampuan dan daya saing serta

daya sanding guru dimasa depan. Termasuk kualifikasi penting yang diperlukan dalam kompetensi global adalah etos kerja yang tinggi.

Etos kerja adalah sikap hidup yang mendasar terhadap diri dan dunia yang terpancar dari kehidupan. Etos adalah aspek evaluatif yang berrsifat menilai. Etos kerja, dengan demkian adalah sikap memtal atau cara dari dalam memandang, mempersepsi, menghayati dan menghargai sebuah nilai kerja. b. Menunjukkan Tanggugjawab Yang Tinggi.

Bertanggungjawab artinya menjalankan kewajiban dan tugas sebagaimana mestinya dan dengan sebaik-baiknya. Dunia pendidikan, rasa tanggungjawab yang tinggi disebut akuntabilitas. Akuntabilitas dipandang sebagai alat control dalam pekerjaan pendidikan pada umumnyadan dalam perencanaan pendidikan khusunya. Guru yang memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi akan merasa bertanggungjawab atas materi pembelajaran yang disampaikan kepada peserta didik sesuai dengan kurikulum, masuk tepat waktu, menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya, selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan kecakapan serta berusaha mengembangakn keterampilan peserta didik dan menilai hasil belajar peserta didik.29 Mengapa guru harus bertanggungjawab? Jawabannya jelas, karena guru dituntut untuk menciptakan manusia yang seutuhnya, yaitu insan yang berbudi luhur,berperilaku baik, dan berprestasi. Tanggungjawab ini merupakan tolak ukur kesuksesan seorang guru dalam memberikan pembelajaran. c. Menunjukkan Rasa Bangga Menjadi Guru

Guru adalah peletak pondasi utama dalam pembentukan karakter dan pendidikan moral peserta didik. Rasa bangga menjadi guru memang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata saat peserta didik bis melakukan sesuatu yang berguna. Profesi guru tetap menempati posisi yang sangat mulia . Profesi tersebut sangat unik dan sangat berbeda dengan profesi lainnya. Seyogyanya seseorang yang berprofesi sebagai guru merasa bangga akan tuganya tersebut.30

28Chaerul Rochman & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru,

(Bandung: Nuansa Cendekia, 2011), h. 90 29Chaerul Rochman & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru, h. 94 30Chaerul Rochman & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru,

(Bandung: Nuansa Cendekia, 2011), h. 97

Page 34: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

24

Guru adalah sebuah kata yang begitu sarat makna akan sebuah pengabdian. Guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa bukan tanpa sebab. Ketersediaan menjadi guru berarti juga ketersediaan untuk memberikan segenap jiwa dan raga demi mencerdaskan genarasi bangsa. Seorang guru yang sesungguhnya, tidak akan pernah sesekali memikirkan tentag mengejar harta. Memang tugas guru sejatinya bukan hanya panggilan professional, melainkan juga sebuah pengabdian yang memiliki makna yang mendalam. Profesi keguruan bukan hanya kerja mencari nafkah keduniawian, melainkan panggilan “jihad” untuk mencurahkan segala kemampuan dalam upaya mencari ridha Tuhan. d. Menunjukkan Rasa Percaya Diri

Percaya diri adalah bagian dari alam bawah sadar atau tidak terpengaruh oleh argumentasi yang rasional. Guru hanya terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat emosional dan perasaan. Maka untuk membangun percaya diri diperlukan alat yang sama, yaitu emosi, perasaan, dan imajinasi. Seorang guru yang efektif adalah seorang guru yang memiliki rasa percaya diri (optimisme). Sikap ini sangat mempengaruhi gairah dan semangat para peserta didik dalam belajar. Suasana kelas akan terasa menyenangkan, mengembirakan dan kondusif untuk belajar bila guru nya bersifat optimis.untuk menumbuhkan sikap percaya diri, guru juga harus memiliki mental yang baik dan kebugaran tubuh, menguasai materi pembelajaran, dan memiliki kemampuan didaktik dan metodik. Selain itu, guru harus berpandangan positif terhadap diri dan peserta didik, memahami tujuan pembelajaran, serta mempunyai harapan yang baik tentang masa depan peserta didiknya. 31 B. Hakikat Pendidikan Moral 1. Pengertian Pendidikan Moral

Menurut Lillie, kata moral berasal dari kata Mores (bahasa latin) yang berarti tatacara dalam kehidupan atau adat istiadat. Dalam bahasa Indonesia kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib hati nurani yang membimbing tingkah laku batin dalam hidup. Oleh Magnis-Suseno dikatakan bahwa kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.

31Chaerul Rochman & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru,

(Bandung: Nuansa Cendekia, 2011) h.102

Page 35: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

25

Norma-norma moral adalah tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Menurut Magnis-Suseno, sikap moral yang sebenarnya disebut moraritas. Ia mengartikan moralitas sebagai sikap hati orang yang yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas terjadi apabila orang mengambil sikap yang baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawab nya dan bukan karena ia mencari keuntungan. Moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih. Hanya moralitaslah yang bernilai secara moral 32

Isitilah pendidikan berasal dari kata paedagogik, dalam bahasa yunani pae adalah anak dan ego artinya aku membimbing. Secara harfiah pendidikan berarti aku membimbing anak, sedang tugas pembimbing adalah membimbing anak agar menjadi dewasa. Secara singkat driyarkara yang dikutip oleh istiqomah mengatakan bahwa:

Pendididikan adalah suatu usaha secara sadar yang dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan atau pengajaran dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses pemanusiaan diri kearah tercapainya pribadi dewasa, susila dan dinamis. 33 Pendidikan moral yakni usaha sadar tentang mengajarkan nilai

kebaikan meliputi perilaku baik, sesuai dengan aturan norma dan juga tentang sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai makhluk individu seperti jujur, dapat dipercaya, adil bertanggungjawab dan lain-lain. Maupun sebagai makhluk sosial dalam hubungannya dengan masyarakat, seperti kejujuran, penghormatan sesam manusia, tanggungajwab, kerukunan, kesetiakawanan, solidaritas sosial dan sebagainya yang terkemas dalam citra kebaikan.

Pendidikan moral merupakan suatu aktivitas yang harus dilatih dan mungkin dipaksakan bagi setiap orang sejak dini untuk menjadi anak yang baik dan mempunyai tingkat kesadaran moralitas yang tinggi dalam mewujudkan tujuan-tujuan sosial.

Menurut Haidar Putra Daulay, pendidikan moral adalah diartikan sebagai proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap dan perilaku peserta didik yang memancarkan akhlak moral yang baik atau budi pekerti luhur, lewat pendidikan moral ini

32C.Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral (Berpijak Pada Karakteristik Dan Budaya ), (

Jakarta: Rineka Cipta, 2004) h. 24 33Sigit Dwi Kusrahmadi, Pentingnya Pendidikan Moral Bagi Anak Sekolah Dasar, Jurnal,

2007, Www.Uny.Ac.Id, Diakses Pada Tgl 19 Des 2017, Pkl 18:30

Page 36: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

26

kepada peserta didik akan diterapkan nilai dan perilaku yang positif. 34 Pendidikan moral merupakan pendidikan yang berpedoman pada Al-

Qur’an dan Al-Hadits. Mengenai landasan pendidikan moral telah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Lukman ayat 12-19 yang berisikan nasihat lukmanul hakim kepada anaknya. Pembahasan dalam QS Lukman ayat 12-19 dan Kaitannya dengan pendidikan moral adalah karena pada dasarnya moral (akhlak) yang diajarkan syariat islam hanyalah untuk kebaikan dan kemanfaatan bagi manusia.

Dari catatan oleh Mahmud Yunus, yaitu karena pendidikan moral merupakan suatu tujuan esensial dalam kehidupan manusia35. Dengan kata lain, moral menjadi tujuan peserta didik dalam

mewujudkan ihsan kamil dimasa depan. Sebagaimana Nabi SAW bersabda yang artinya

“dari Abu Hurairah Ra Nabi Saw bersabda : orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya(moralnya). Dan sebaik-baiknya diantara kalian ialah yang terbaik pada istrinya. (Hr-Tarmidzi)”. Pendidikan moral dalam islam diarahkan pada tujuan tertinggi, yaitu:

melalui penerapan moral dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya: (1) meraih keridhaan allah swt, dan berpegang teguh pada perintahnnya. (2) menghormati manusia karena hargat kepribadiannya, (3) membina potensi dan mengembangkan berbagai sifat yang baik dan mulia, (4) mewujudkan keinginan yang baik dan kuat, (5) mengikis perilaku yang tidak baik pada manusia dan mengantinya dengan semangat kebaikan dan keutamaan. 36

2. Dasar-dasar pendidikan moral Pendidikan moral merupakan pendidikan nilai di sekolah, sesuai

dengan definisi moral, bahwa suatu perilaku bisa dikatakan sebagai akhlak (moral) ketika sudah menjadi watak, maka hal ini membutuhkan suatu proses yang panjang dan terus menerus. Penanaman ini harus terus-menerus diberikan, ditawarkan, dan diulang-ulang agar terinternalisasi dan

34Nurul Azizah Kurniawati, Pentingnya Pendidikan Moral Di sekolah, Http://Uinsby.Ac.Id, h. 30-31, diakses pada tgl 23 desember 2017, pkl 23:30

35Http://Uinsby.Ac.Id, h. 34 Diakses Pada Tgl 23 Des 2017, Pkl 23:30 36Adnan Hasan Shalih Baharits, Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-Laki, (Jakarta:

Gema Insani Press, 1996), h 80

Page 37: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

27

dapat diwujudkan dalam tindakan nyata dan konkret. Peristiwa dan pengalaman hidup yang diolah alami, dimaknai inilah yang akan menjadikan seseorang bermoral baik secara sejati dan hakiki.

Dasar-dasar moral berisi hal-hal yang paling mendasar dalam upaya pendidikan dan pembinaan moral. Dalam proses pembinaan moral, anak didik harus mengerti dan mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi dasar moral. Menurut purwa hadiwardoyo, dasar-dasar moral tersebut adalah terdapat pada: 1. Sikap Batin Dan Perbuatan Lahir.

Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda yakni segi batiniah dan segi lahiriah. Orang yang baik adalah orang yang memiliki sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula.

Sikap batiniah sering disebut hati nurani/kata hati. Orang yang baik dengan sikap batin yang baik akan dapat dilihat oleh orang lain setelah terwujud dalam perbuatan lahiriah yang baik.37 Maka orang hanya dapat dinilai secara tepat apabila hati dan

perbuatannya ditinjau bersama. Secara umum penilaian terhadap orang lain hanya perilaku yang tampak dari luar yaitu perbuatan lahiriahnya, sedangkan sikap batinnya hanya dapat diduga-duga saja. 2. Ukuran Moral

Ukuran moral digunakan untuk menilai sikap batin maupun perbuatan lahiriah. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman, sekurang-kurangnya ada dua ukuran yang berbeda, yakni ukuran yang ada di hati setiap pribadi dan ukuran dipakai oleh orang pada waktu mereka menilai orang lain. Dalam hati setiap pribadi ada ukuran subjektif, sedangkan orang lain memakai ukuran yang lebih objektif. Setiap pribadi menilai dirinya dengan ukurannya sendiri, sementara orang lain menilai pribadi seseorang dengan ukuran umum. 3. Pertumbuhan Hati Nurani

Hati nurani merupakan pusat kepribadian. Setiap seluruh kepribadian, hati nurani manusia juga mengalami pertumbuhan dan tergantung tanggapan lingkungan atau usaha sendiri. Lingkungan yang baik dapat mendukung pertumbuhan hati nurani secara positif, begitu pula sebaliknya, lingkungan yang buruk dapat memperburuk dan menghambat pertumbuhan hati nurani. Akan tetapi pertumbuhan hati nurani juga dapat

37 Suhaidi, Konsep Pembinaan Moral (Studikomparatif Antara Al-Ghazalidengan Lawrence

Kohlberg) , Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Skripsi, 2011, Www.Uin-Suska.Ac.Id, Diakses Pada Tgl 19 Des 2017, Pkl 18:30, h. 38-39

Page 38: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

28

ditentukan oleh masing-masing pribadi. Sebab orang juga mempunyai hati nurani walaupun harus hidup dalam lingkungan38

Agar pendidikan moral dapat berjalan dengan baik, maka harus digunakan pola pendidikan tertentu, karena pola atau model pendidikan moral dimaksudkan adalah pemikiran tentang proses, perhatian, pertimbangan, serta tindakan dalam latar pendidikan. Suatu model mencakup teori, atau cara pandang tentang bagaimana seseorang berkembang secara moral dan serangkaian strategi, atau prinsip, untuk membantu perkembangan moral. Suatu model dapat membantu dalam memahami dan melaksanakan pendidikan moral. Menurut Cheppy Haricahyono, paling tidak ada enam buah model dalam pendidikan moral, yaitu: 1. Pengembangan Rasional

Model pengembangan rasional ini mengarah perhatian utamanya pada bidang pertimbangan, dan model ini telah memperkuat kemampuan intelektual dalam beberapa kurikulum inti, terutama dalam upaya menganalisis masalah-masalah umum. 2. Konsiderasi Nilai

Dalam kurikulum yang menganut model ini fokus utamanya terletak pada bagaimana memahami kebutuhan orang lain ketimbang upaya mengimbangkan kebutuhan-kebutuhan tersebut manakala berkonflik dengan orang lain39. Model ini lebih ditekankan aspek perhatian, dan tidakada pertimbangan. 3. Klarifikasi Nilai

Klarifikasi nilai melihat pendidikan moral lebih sehingga upaya meningkatkan kesiapan diri dan perhatian diri dari pada memecahkan masalah-masalah moral. Jadi dengan pendekatan ini akan membantu peserta didik menemukan dan menguji nilai-nilai mereka sehingga mampu menemukan diri mereka sendiri secara lebih berarti dan pasti.40 Faktor kunci dari model ini adalah pertimbangan kendatipun pertimbangan ini lebih menyangkut apa yang oleh seseorang disukai atau tidak disukai, dan tidak

38Suhaidi, Konsep Pembinaan Moral (Studikomparatif Antara Al-Ghazalidengan Lawrence

Kohlberg) , Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Skripsi, 2011, Www.Uin-Suska.Ac.Id, Diakses Pada Tgl 19 Des 2017, Pkl 18:30, h. 38-39

39Suhaidi, Konsep Pembinaan Moral (Studikomparatif Antara Al-Ghazalidengan Lawrence Kohlberg) , Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Skripsi, 2011, Www.Uin-Suska.Ac.Id, Diakses Pada Tgl 19 Des 2017, Pkl 18:30, h. 38-39

40Suhaidi, Konsep Pembinaan Moral (Studikomparatif Antara Al-Ghazalidengan Lawrence Kohlberg) , Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Skripsi, 2011 h. 38-39

Page 39: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

29

begitu mengedepankan apa yang dipercayai seseorang sehingga benar atausalah 4. Analisis Nilai

Model analisis ini lebih menaruh perhatiannya pada dimensi pertimbangan, jadi membantu subjek didik mempelajari proses pembuatan keputusan secara sistematik langkah demi langkah. 5. Perkembangan Moral

Kognitif model ini lebih di dominasi oleh perhatiannya terhadap dimensi pertimbangan. Tujuan umum dari pendekatan ini adalah membantu subjekdidik berfikir melalui kontroversi moral melalui dalam meningkatkan kemampuan individu dan pertimbangan moral, dari titik pandang perkembangan kognitif. Tidak sekedar mengajarkan proses penyalahan informasi tertentu ataupun keterampilan dan membuat keputusan, sebagaimana dalam anailisis nilai. 6. Model Aksi

Sosial berbeda dengan pendekatan-pendekatan lain model ini mengedepankan tantangan pendidikan untuk tindakan smoral, tujuan tindakansosial adalah meningkatkan subjektifitas didik dalam menemukan, meneliti, dan menemukan masalah-masalah sosial. Pendekatan ini lebih menaruh perhatian terhadap perkembangan penalaran moral peserta didik41. Upaya pengembangan nilai, moral, dan sikap pada remaja perlu dilaksanakan oleh berbagai pihak antara lain: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kerjasama ketiga pihak ini akan sangat membantu pengembangan hubungan sosial para remaja.

C. Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru Dalam

Pendidikan Moral Peserta Didik 1. Pengertian Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru

Pengembangan manusia mengaju kepada kemajuan pengetahuan, keterampilan, kompetisi, dan peningkatan perilaku manusia dalam organisasi baik untuk kegunaan pribadi maupun kegunaan professional. Sedangkan pengembangan manusia dalam organisasi diarahkan pada peningkatan kinerja agar organisasi dapat memperoleh keuntungan yang besar serta lebih efisien dan efektif di dalam sebuah organisasi tersebut.

Menurut salah satu pakar manajemen Malayu S. P Hasibuan pengembangan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan

41Suhaidi, Konsep Pembinaan Moral (Studikomparatif Antara Al-Ghazalidengan Lawrence

Kohlberg), Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Skripsi, 2011, Www.Uin-Suska.Ac.Id, Diakses Pada Tgl 19 Des 2017, Pkl 18:30, h. 40-41

Page 40: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

30

kemampuan teoritis dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan, jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. 42 Pengertian diatas dapat dipahami bahwa, pengembangan merupakan

suatu proses yang bisa membantu karyawan, anggota organisasi termasuk guru sebagai pendidik dalam meningkatkan sikap, wawasan, kepemimpinan, dan penyaluran kemampuan potensial dan juga sebagai persiapan untuk mengantisipasi tantangan dimasa yang akan datang.

Guru, selayaknya manusia kebanyakkan, memiliki potensi dasar untuk dikembangkan termasuk pada kompetensi kepribadian guru.

Pengembangan yang konsisten merupakan alur catatan yang benar untuk mencapai prestasi dan pemenuhan (path to noteworthy achievement and fulfillment) aspek personal dan professional dalam kehidupan. Untuk tidak binggung dengan perubahan temporal dalam perilaku-diri, pengembangan merupakan katalis bagi transformasi mendalam dari dalam diri individu43. Pengetahuan itu tanpa batas, selayaknya otak manusia tidak pernah

akan penuh. Sehebat dan setekun apapun guru belajar, ruang otaknya akan tetap memberi tempat bagi tambahan pengalaman dan pengetahuan baru. Tujuan pengembangan kompetensi guru secara formal, untuk menjadi professional guru disyaratkan memenuhi kualifikasi akademik minimum dan bersertifikat pendidik. Guru-guru yang memenuhi kriteria profesional inilah yang akan mampu menjalankan fungsi utamanya secara efektif dan efesien untuk mewujudukan proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yakni:

Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggungjawab. 44 Guru yang hebat adalah guru yang kompeten secara metotologi

pembelajaran dan kelimuan. Tautan antara keduanya tercermin dalam kinerjanya selama transfomasi pembelajaran. Konteks transformasi pembelajaran inilah guru harus memiliki kompetensi dalam mengelola sumberdaya kelas, seperti ruang kelas, fasilitas pembelajaran, suasana

42Malayu S.P Hasibuan, Manajemen SDM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 69 43Sudarwan Denim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabert, 2010), h.38 44Sudarwan Denim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, h.3

Page 41: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

31

pembelajaran, siswa, dan interaksi sinergisnya. Disinilah esensi bahwa guru harus kompeten dibidangnya.

Pengembangan guru menuju derajat professional ideal, termasuk dalam kerangka mengelola kelas untuk pembelajaran yang efektif.45 Pernyataan di atas mengambarkan tujuan dalam pengembangan

kompetensi kepribadian yakni, salah proses untuk memenuhi prayarat dalam kriteria guru professionalisasi. Selain itu pengembangan kompetensi kepribadian dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu hasil belajar peserta didik. Pengembangan dilakukan agar tugas guru dalam pendidikan bisa terlaksana dengan baik, karena saat ini karakteristik tugas terus berkembang seirama dengan perkembangan iptek, disamping reformasi internal pendidikan itu sendiri sehingga memerlukan sebuah wadah untuk mengupdate perkembangan zaman sekarang. Ini menunjukkan bahwa pengembangan profesi guru yang di dalamnya juga termasuk kompetensi kepribadian terkait langsung dengan tugas utamanya. 2. Upaya Untuk Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru

Pengembangan kompetensi kepribadian guru umumya dilakukan atas dasar prakarsa pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara satuan pendidikan, kepala sekolah, asosiasi guru, (seperti kelompok kerja guru, musyawarah guru mata pelajaran) guru secara pribadi dan lain-lainnya. Upaya pengembangan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun bukan diklat, antara lain sebagai berikut: 1. Pendidikan Dan Pelatihan a. In-house training(IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT pelatihan yang

dilaksanakan secara internal dikelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan46. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi yang belum dimiliki oleh guru lain, dengan strategi ini diharapkan dapat lebih menghemat waktu dan biaya.

45Sudarwan Denim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, (Bandung : Alfabert, 2010), h.20 46Sudarwan Denim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, , h.30

Page 42: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

32

b. Kemitraan Sekolah, pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan antara sekolah yang baik dengan yang kurang baik, antara sekolah negeri dengan sekolah swasta, dan sebagainya47. Pelaksanaanya dapat dilakukan di sekolah atau tempat mitra sekolah. Pembinaan lewat mitra sekolah diperlukan dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan yang dimiliki mitra, misalnya dalam bidang manajemen sekolah atau kelas.

c. Belajar Jarak Jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tampa menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu. Melainkan dngan sistem pelatihan melalui internet atau sejenisnya.48 Jenis pelatihan seperti ini tentunya sangat menguntungkan bagi setiap guru karena tidak perlu meninggalkan tugasnya sebagai guru di sekolah juga dapat dijangkau di tempat manapun.

d. Pelatihan Berjenjang Dan Pelatihan Khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan dilembaga-lembaga pelatihan yang diberi wewenang, di mana program disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar,menengah, lanjut dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis kompetensi. Pelatihan khusus di sediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya perkembangan baru dalam keilmuan tertentu. 49

e. Pembinaan Internal Oleh Sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki wewenang membina, melalui rapat dinas,rotasi tugas mengajar,pemberian tugas-tugas internal tambahan dan sejenisnya.

f. Pendidikan Lanjut. Pembinaan dan pengembangan kompetensi kepribadian guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan alternative bagi peningkatan dan pengembangan kualifikasi dan kompetensi guru50. Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar, baik di dalam maupun di luar negeri bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan menghasilkan guru-guru Pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam upata pengembangan profesi dan kompetensi.

47Sudarwan Denim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, ( Bandung: Alfabert, 2010), h.31 48Sudarwan Denim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, h.32 49 Sudarwan Denim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, h.32 50 Sudarwan Denim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, h.32

Page 43: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

33

2. Kegiatan Selain Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat) a. Diskusi Masalah-Masalah Pendidikan. diskusi ini diselengarakan

secara berkala dengan topic diskusi sesuai dengan masalah yang dialami di sekolah. Melalui diskusi berkala diharapkan para guru dapat memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah ataupun peningkatan kompetensi dan pengembangan karirnya.

b. Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pengembangan kompetensi kepribadian guru. Kegiatan ini memberikan ini memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.

c. Workshop. Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan maupun pengembangan kompetensi. 51

d. Penilaian Kinerja Guru. Penilaian kinerja guru adalah sistem pengelolaan kinerja berbasis guru yang di desain untuk mengevaluasi tingkatan kinerja guru secara individu dalam rangka mencapai kinerja sekolah secara maksimal yang berdampak pada peningkatan prestasi peserta didik. Bagi guru, penilaian kinerja guru merupakan pedoman untuk mengetahui unsure-unsur kinerja yang di nilai dan sebagai sarana untuk mengkaji kekuatan dan kelemahan individu dalam rangka memperbaiki kualitas kinerjanya52. Kompetensi yang dijadikan dasar untuk penilaian kinerja guru adalah kompetensi pedagogiek, professional, sosial dan kepribadian. Hasil penilaian kinerja guru diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan dalm menciptakan insan yang cerdas, komprehensif dan berdaya saing tinggi Upaya pengembangan kompetensi kepribadian dalam bentuk

pendidikan dan pelatihan(diklat) maupun bukan dalam bentuk diklat diatas merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh prakarsa pemerintah,pemerintah daerah, penyelenggara satuan pendidikan, kepala sekolah, asosiasi guru, (seperti kelompok kerja guru, musyawarah guru

51Sudarwan Denim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabert, 2010), h. 32 52Sudarwan Denim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, h.35

Page 44: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

34

mata pelajaran) di dalam pengembangan kompetensi guru. Selain upaya pengembangan diatas, pengembangan kompetensi kepribadian dalam guru bisa dilakukan oleh guru secara pribadi sebagai bukti adanya tanggung jawab pribadi untuk belajar dan mengembangkan kompetensi guru tersebut

Page 45: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian yang peneliti lakukan ini adalah jenis penelitian kualitatif , yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivtas, sosial, sikap, kepercayaan, perpepsi, pemikiran orang secara individual atau secara kelompok.

Penelitian ini juga, digolongkan sebagai jenis penelitian naturalistik dan deskriptif,

bersifat naturalistic kerana penelitian ini dilakukan secara alamiah, apaa adanya, dan pengambilan data dilakukan dari kedaan yang sewajarnya serta berdasarkan pada pandangan sumber data bukan pandangan peneliti. Deskripti, yang dimana penelitian ini menjelaskan dan menerangkan peristiwa untuk mengetahui bagaimana dan sejauh mana hasil penelitian.1 Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 8

Kota Kotamobagu Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan sosial, artinya pendekatan sosial yaitu pendekatan yang meliputi aspek-aspek kehidupan sosial yang ada pada diri guru dan peserta didik. Pendekatan ini pada dasarnya merupakan sebuah disiplin ilmu sosialisasi yang khusus mempelajari, meneliti dan membahas seluruh kehidupan manusia yang terlibat dalam proses pendidikan itu yang meliputi cara bergaul guru dan peserta didik. B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu. Peneliti memilih tempat penelitian ini karena beberapa pertimbangan, diantaranya: lokasi penelitian tidak jauh dari tempat tinggal peneliti maka hal itu memudahkan proses penelitian selanjutnya dan faktor ekonomi yang menunjang pelaksanaan kegiatan penelitian. Pertimbangan lainnya adalah peneliti merupakan alumni dari sekolah tempat penelitian sehingga peneliti ingin memberikan konstribusi pemikiran terhadap permasalahan lewat penelitian dilembaga pendidikan tersebut.

1Pendidikan Agama Islam, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Skripsi, (Gorontalo: Iain

Press, 2015), h. 10

Page 46: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

36

C. Sumber Data Yang dimaksud dengan Sumber data dalam hal ini adalah,” subyek

dan obyek darimana data dapat diperoleh”2 dari SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu. Penjelasan tentang sumber data tersebut dapat dikemukakan dalam uraian berikut:

1. Data Primer Data primer merupakan sumber data utama yang berupa kata-kata

dan tindakan orang-orang yang diamati atau di wawancara langsung dengan subjek dan berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah disiapkan3. Guru PAI, Kepala sekolah, dan peserta didik yang ada di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu yang akan menjadi data primer dalam penelitian ini .

2. Data sekunder Adapun data sekunder adalah data yang berbentuk dokumen-

dokumen atau arsip–arsip penting yang diperoleh melalui dinas-dinas tertentu seperti, buku-buku, majalah, Koran dan dokumen-dokumen lainnya yang relevan dengan penelitian4.

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam konsep penelitian merujuk pada responden, informan yang hendak dimintai informasi atau digali datanya, sedangkan objek merujuk pada masalah atau tema yang sedang diteliti5 a. Subjek dalam penelitian ini adalah

1. Kepala SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu. Dalam hal ini kepala sekolah dijadikan sumber untuk mengetahui perjalanan dan keadaan SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu. Selain itu untuk mengetahui bentuk kurikulum,pengawasan dan bentuk pembelajaran di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu.

2. Guru PAI SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu. Dalam hal ini guru sebagai sumber untuk mengetahui tentang pendidikan moral yang diberikan kepada peserta didik melalui kompetensi kepribadian yang dimiliki guru. Guru juga selaku pelaksana dari

2Mujahid Damopolii Dan Razak Umar, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, (

Gorontalo: Iainpress, 2015), h. 129 3Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016),

h. 157 4Mujahid Damopolii Dan Razak Umar, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi,

(Gorontalo: Iainpress, 2015), h. 129 5Muh.Fitrah & Luthfiyah, metodologi penelitian kualitatif, tindakan kelas & studi kasus

(sukabumi: CV Jejak, 2017) h. 152

Page 47: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

37

pembelajaran mata pelajaran pai, sehingga dijadikan sumber tentang pendidikan moral peserta didik di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu.

3. Peserta didik di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu. Peserta didik sebagai subjek yang akan diamati tentang bagaimana pendidikan moral dan sudah di dapatkan dan di implementasikan dari peserta didik di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu.

4. Objek dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan kompetensi kepribadian guru PAI di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu yang dijadikan dasar dari pendidikan moral terhadap peserta didik di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu.

E. Teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian 6. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara, bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview( wawancara), observasi, dan dokumentasi 7.

a. Observasi Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun

bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukn dengan mengadakan pengamatan dan pencacatan secara sistematis terhadap fenomen-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan8. Peneliti mengamati implementasi pendidikan moral peserta didik di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu dari guru melalui kompetensi kepribadian yang dimiliki guru PAI. Observasi ini peneliti bertindak sebagai observasi partisipan. Peneliti datang ketempat kegiatan yang orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut dengan mengunakan alat obeservasi berupa catatan tertulis(pencatatan data).

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang pendidikan moral dari peserta didik, faktor pendukung dari terimplementasinya pendidikan moral pada peserta didik, kegiatan

6Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013 ), h.

224 7Muhadji, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 125 8Mujahid Damopolii Dan Razak Umar, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi,

(Gorontalo: Iainpress, 2015 ), h. 130

Page 48: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

38

guru dan peserta didik baik didalam kegiatan pembelajaran, kondisi sekolah, dan saran dan prasarana penunjang proses pembelajaran. b. Interview/ wawacara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu9. Wawancara dilakukan dengan mendalam, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang memungkinkan terwawancara memberikan jawaban secara luas. Wawancara ini dilakukan diluar pembelajaran yang sedang berlangsung.

Metode wawancara ini dilakukan untuk melengkapi dan memperdalam hasil penelitian serta dilakukan untuk mengetahui secara mendalam dan mengkaji apa yang menjadi fokus dalam bahasan dan rumusan masalah dan kemudian juga aspek-aspek yang belum dirumuskan. Adapun wawancara yang dilakukan adalah wawancara tersktruktur dengan menggunakan panduan dan pedoman wawancara (daftar pertanyaan) dan dengan menanyakan langsung kepada kepala sekolah guru dan pihak lain yang ada di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu. c. Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu cara mengumpulkan data melalui peninggalan penulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat teori, dalil dan hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian10. Adapun data yang ingin diperoleh melalui metode dokumentasi yaitu profil sekolah, sktuktur organisasi sekolah, struktur komite sekolah, struktur kurikulum, visi dan misi sekolah, kondisi sarana dan prasarana sekolah, keadaan dan jumlah sekolah, guru karyawan dan jadwal pembelajaran guru PAI.

F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data

kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

9Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016,) H

186 10Mujahid Damopolii Dan Razak Umar, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, ( Gorontalo:

Iainpress, 2015 ), h. 130

Page 49: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

39

analisis data kualitatif.11 Untuk penganalisisan data ditempuh langkah-langkah yakni :

1. Reduksi Data (Data Reduction) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti compoter mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. 12

2. Penyajian Data (Data Display) Setelah data direduksi, maka langkah yang dilakukan selanjutnya oleh peneliti adalah mendisplaykan data. Penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, dan sejenisnya agar memudahkan peneliti memahami yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. 13

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan tidak berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang tidak mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Apabila kesimpulan ditemukan pada tahap awal, didukung oleh data-data yang valid dan konsisten, saat kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang ditemukan merupaka kesimpulan yang kredibel. 14

G. Pengecekan kabasahan data Mengadakan pengecekan keabsahan data dari data yang diperoleh

merupakan konsep penting dalam penelitian kualitatif. Keakuratan data tersebut dalam upaya menarik kesimpulan yang tepat dan objektif sesuai dengan fakta dilapangan.15 Teknik yang digunakan peneliti untuk

11S.Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 338 12Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung:AL-Fabeta, 2010) h 338 13Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung:AL-Fabeta, 2010) h.341 14Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 99

15Mujahid Damopolii Dan Razak Umar, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, (Gorontalo: Iainpress, 2015 ), h. 132

Page 50: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

40

memperoleh hasil yang maksimal dalam pengecekan keabsahan data adalah :

1. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan merupakan pemusatan diri pada hal-hal tertentu secara teliti, dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol sehubungan dengan focus penelitian. Ditemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan masalah atau isu yang dibutuhkan untuk pendeskripsian masalah.16

2. Memperpanjang Kehadiran Peneliti Dilokasi. Perpanjangan kehadiran peneliti ini dimaksudkan agar peneliti dapat mengkonfirmasikan kembali data kepada responden apakah sudah benar atau belum. 17

3. Triangulasi yaitu, teknik pemerikasaan data dengan memanfaatkan sesuatau yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data yang diproses.18 Pengecekan dengan cara ini digunakan dalam penelitian yng terdiri dari dua yaitu: a. Triagulasi Sumber, dilakukan dengan membandingkan data

yang diperoleh dari sumber dengan cara mengecek, cek ulang(recek) dan cek silang. Mengecek adalah melakukan wawancara kepada dua atau lebih sumber informan dengan pertanyaan yang sama. Cek ulang berarti melakukan proses wawancara secara berulang-ulang dengan mengajukan pertanyaan mengenai hal yang sama dalam waktu yang berlainan. Cek silang berarti mengali keterangan tentang keadaan informan satu dengan irforman lainnya.

b. Triangulasi Metode, dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara dengan data yang diperoleh lewat observasi atau dokumen yang berkaitan. Triangulasi metode dalam penelitian ini dilakukan dengan

16Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), h.

330 17 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 327

18Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016),

h. 330

Page 51: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

41

membandingakn hasil pengamatan dengan hasil pengamatan berikutnya dan membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara atau mebandingkan hasil wawancara dengan data yang diperoleh lewat observasi yang berkaitan dengan focus penelitian.

H. Tahap-Tahap Penelitian Penelitian ini dapat penulis golongkan dalam tiga tahapan kegiatan

yaitu : perencanaan (persiapan), pelaksanaan dan penulisan laporan penelitian.19

1. Tahap Perencanaan Pada tahapan perencanaan peneliti menempuh langkah dan tahapan-tahapan sebagai berikut: penentuan atau pemilihan masalah, studi awal untuk mengecek layak tidaknya penelitian dilakukan, perumusan atau indentifikasi masalah, telaah kepustakaan, perumusan tujuan dan kegunaan penelitian, pembuatan istrumen penelitian dan menentukan waktu untuk mulai melakukan penelitian dan konsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Tahap Pelaksanaan Dalam tahap ini penulis melaksanakan empat kegiatan pokok yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan penafsiran hasil analisa dan penarikan kesimpulan .

3. Tahap Penulisan Laporan Dalam tahap penulis laporan ini penulis mengunakan format atau pedoman penulisan karya ilmiah yang diberlakukan oleh institut IAIN Sultan Amai Gorontalo. Penulis memerhatikan pula aspek pembaca bentuk dan isi serta penyusunan laporan sebagai aspek yang perlu diperhatikan dalan pembuatan laporan penelitian. 20

19Mujahid Damopolii Dan Razak Umar, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi,

(Gorontalo: Iainpress, 2015), h. 132 20 Mujahid Damopolii Dan Razak Umar, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, h. 133

Page 52: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Lingkungan Sekolah SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu

Keadaan lingkungan sekolah SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu yang bersih dan nyaman terlihat jelas di sekolah ini, hal ini merupakan hasil kerja sama yang baik dari seluruh warga sekolah yang bersama-sama menjaga lingkungan sekolah agar selalu bersih. Lingkungan sekitarnya terasa sejuk dan nyaman karena banyak terdapat pohon-pohon yang tumbuh dan mekar di dalam lingkungan sekolah. Hal ini juga disebabkan oleh peran kepala sekolah yang sangat aktif dalam mengingatkan kepada peserta didik dan seluruh warga sekolah untuk selalu menjaga pepohonan yang ada di dalam lingkungan sekolah.1

Kebersihan dilingkungan sekolah juga sangat dibantu dengan adanya tenaga kerja kebersihan (Cleaning Servis) yang bekerja membersihkan lingkungan sekolah diwaktu pagi dan sore, dan tempat sampah yang bisa ditemukan hampir di semua area halaman sekolah juga di setiap kelas yang ada di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu. Dapat dilihat juga di bagian depan samping kiri sekolah terdapat tempat pembuangan sampah besar yang digunakan oleh semua warga sekolah. Tidak heran jika SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu ini lingkungannya bersih dan nyaman.2

2. Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Kotamobagu.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8 Kota Kotamobagu, adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama yang berada di wilayah Kota Kotamobagu. Yang berlokasi di jalan raya Kopandakan 1 No. 336, Kelurahan Kopandakan 1, Kecamatan Kotamobagu Selatan.

Sekolah SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu dibangun pada tahun tahun 1979, berdiri di atas lahan seluas 6290 m2 dan mulai beroperasi pada tahun itu juga(1979). Awal mulanya SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu adalah SMP Negeri Kopandakan yang beroperasi selama 19 tahun yaitu dimuali tahun 1979 sampai dengan tahun 1998. Setelah tahun 1998 SMP Negeri Kopandakan berubah status menjadi SMP Negeri 1 lolayan yang beroperasi

1Nurani Popitod. Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Kotamobagu, “Wawancara” tanggal 27

agustus 2018 2sumber data ,Profil sekolah, SMP Negeri 8 kotamobagu, tahun 2018

Page 53: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

43

selama 9 tahun yaitu mulai dari tahun 1998 sampai tahun 2007. Setelah terjadi pemekaran wilayah Kota Kotamobagu pada tahun 2007 dan desa Kopandakan 1 masuk dalam area Kota Kotamobagu, tepatnya kotamobagu selatan maka pada tahun yang sama (2007) pula SMP Negeri 1 Lolayan beralih status menjadi SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu yang beroperasi dari tahun 2007 sampai dengan sekarang ini.3

Dalam sistem Kepemimpinan atau kepala SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu dari awal berdirinya hingga sekarang telah melakukan 8 kali pergantian kepal sekolah, yaitu: 1) E. Abdullah, 2) Drs. Samsurijal Dadu, 3) Marwan Molanu BA, 4) Dra. Hj.Kalsum Daun, 5) Hamid Detu, S.Pd, 6) Rusli Mamonto, S.Pd, 7) Dra. Marlina Tubuon, dan yang terakhir ibu Dra. Nurani Popitod, M.Si yang menjabat sebagai kepala sekolah kurang lebih sudah 6 Tahun yaitu dimulai dari tahun 2013 sampai dengan sekarang tahun 2018..

3. Letak Geografis

SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu terletak di sebelah selatan Desa Kopandakan 1, tepatnya di jalan raya Kopandakan 1 No 336, Kecamatan Kotamobagu Selatan. Letaknya yang cukup strategis karena berada di pinggir jalan raya yang membuat sekolah ini dekat dengan keramaian. Keuntungan yang didapatkan dari ini adalah mudahnya akses jalan menuju sekolah. Peserta didik bisa naik kendaraan umum atau berjalan kaki bagi peserta didik yang rumahnya tidak berada jauh dari area sekolah, ada juga peserta didik yang diantar jemput oleh orang tua mereka masing-masing.

Adapun batas-batas wilayah sekolah, sebelah selatan berbatasan dengan rumah warga, sebelah barat berbatasan dengan jalan raya dan warung adi karya sebelah utara berbatasan dengan SDN 1 Kopandakan, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan lorong dusun 2 dan rumah warga.

4. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu

Visi SMP Negeri 8 Kotamobagu: Terwujudnya SMP Negeri 8 Kotamobagu yang beriman dan bertaqwa, berprestasi berbudaya dan berwawasan lingkungan ”. Misi SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu, “1) Mengembangkan sikap dan perilaku religiusitas di lingkungan luar dan dalam sekolah, 2) mengembangkan budaya gemar membaca, rasa ingin tahu, bertoleransi, bekerja sama, saling menghargai disiplin, jujur, kerja keras, kreatif dan mandiri. 3)

3Rull Mokodompit, Koordinator Tata Usaha SMP Negeri 8 Kotamobagu, “Wawancara”

tanggal 30 agustus 2018

Page 54: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

44

menciptakan dan melestarikan lingkungan sekolah yang aman, rapi, bersih, sejuk, nyaman dan menjadikan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. 4) menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, menyenangkan, komunikatif, tanpa takut salah, dan demokratis. 5) mengupayakan pemanfaatan waktu belajar, sumber daya fisik, dan manusia agar memberikan hasil terbaik bagi perkembangan peserta didik. 6) menanamkan kepedulian sosial dan lingkungan, cinta damai, cinta tanah air, semangat kebangsaan, dan hidup demokratis. 7) meningkatkan serta peran warga sekolah dan masyarakat dalam kegiatan lingkungan. 8) memanfaatkan barang-barang bekasmenjadi barang-barang bernilai ekonomis. 9) memanfaatkan kantin sehat yang ramah lingkungan. j) menata dan memelihara taman sekolah.4 Adapun Tujuan SMP Negeri 8 Kotamobagu, a) semua kelas melaksanakan pendekatan “pembelajaran aktif” pada semua mata pelajaran. b) mengembangkan berbagai kegiatan dalam proses belajar di kelas berbasis pendidikan budaya dan karakter bangsa. c) mengembangkan budaya sekolah yang kondusif untuk mencapai tujuan pendidikan dasar. d) menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial yang menjadi bagian dari pendidikan budaya dan karakter bangsa. e) menjalin kerja sama lembaga pendidikan dengan media dalam mempublikasikan program sekolah. f) memanfaatkan dan memelihara fasilitas untuk sebesar-besarnya dalam proses pembelajaran.5

5. Keadaan Guru dan Karyawan

Guru di SMP Negeri 8 Kotamobagu berjumlah 20 orang, guru tidak tetap berjumlah 11 orang, guru kontrak 1 orang dan pegawai tata usaha berjumlah 8 orang, sedangkan satpam berjumlah 2 orang. Dari data tersebut guru yang ada sudah memenuhi target untuk mata pelajara lainnya6. Dengan jumlah guru sebanyak 20 orang ditambah 11 guru tidak tetap

dan peserta didik sebanyak 630 orang menunjukan bahwa rasio antara guru

4sumber data: profil SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu tahun 2018 5sumber data: profil SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu tahun 2018 6sumber data: profil SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu tahun 2018

Page 55: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

45

dan peserta didik adalah 1 berbanding dua puluh lima sampai dua puluh satu orang peserta didik (1: 20, 21). Satu orang guru menangani 20-21 orang peserta didik. Dengan sendirinya dapat dipahami bahwa rasio yang ada menunjukan jumlah pendidik sudah memenuhi kebutuhan dengan jumlah peserta didik saat ini.

6. Keadaan Peserta didik

Keadaan peserta didik di SMP Negeri 8 Kotamobagu secara keseluruhan berjumlah 630 orang dengan rincian laki-laki berjumlah 343 orang dan perempuan berjumlah 287, yang terbagi dalam tiga tingkatan kelas yaitu kelas VII (Tujuh), VIII (Delapan), dan IX (Sembilan). Masing-masing tingkatan terbagi dalam 6 ruangan belajar. Untuk kelas VII secara Keseluruhan berjumlah 211 orang dengan rincian masing-masing kelas sebagai berikut

Tabel 1 Jumlah Rombel Kelas VII SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu

No Nama rombel Jumlah Peserta Didik L P Jumlah

1 KELAS 7A 20 16 36 2 KELAS 7B 21 15 36 3 KELAS 7C 20 17 37 4 KELAS 7D 19 16 35 5 KELAS 7E 20 13 33 6 KELAS 7F 19 15 34

Jumlah 119 92 211 Sumber Data: Profil SMP N 8 Kota Kotamobagu Tahun 2018

Untuk kelas VIII (delapan) secara keseluruhan terdapat 6 ruangan belajar dan jumlah peserta didik secara keseluruhan berjumlah 208 orang dengan rincian masing-masing pada tabel dibawa ini:

Tabel 2 Jumlah Rombel Kelas VIII SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu

No Nama Rombel Jumlah Peserta Didik

L P Jumlah 1 KELAS 8A 7 17 24 2 KELAS 8B 22 15 37 3 KELAS 8C 23 14 37 4 KELAS 8D 23 14 37 5 KELAS 8E 21 17 38 6 KELAS 8F 20 15 35

Page 56: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

46

Jumlah 116 92 208 Sumber Data: Profil SMP N 8 Kota Kotamobagu Tahun 2018

Kemudian untuk kelas IX (Sembilan) secara keseluruhan terdapat 6 ruangan belajar dan peserta didik secara keseluruhan berjumlah 211 orang. Dengan rincian masing-masing kelas sebagai berikut:

Tabel 3 Jumlah Rombel Kelas IX Smp N 8 Kotamobagu

No Nama Rombel Jumlah Siswa

L P Jumlah

1 Kelas 9A 6 25 31 2 Kelas 9B 20 16 36 3 Kelas 9C 20 14 34 4 Kelas 9D 20 16 36 5 Kelas 9E 20 17 37 6 Kelas 9F 22 15 37

Jumlah 108 103 211 Sumber Data: Profil SMP N 8 Kota Kotamobagu Tahun 2018

Ditinjau berdasarkan agama peserta didik di SMP Negeri 8 sebagian besar memeluk Agama Islam berjumlah 570 orang dengan rincian 309 orang laki-laki dan 261 orang perempuan, sedangkan yang memeluk agama Kristen berjumlah 50 orang dengan rincian 28 orang laki-laki dan 22 orang perempuan, dan yang memeluk agama Katholik berjumlah 2 orang, dengan rincian 1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.

7. Sarana dan Prasarana

Keberhasilan suatu lembaga pendidikan tidak hanya dilihat dari banyaknya jumlah peserta didik dan guru tetapi dilihat dari perkembangan dan banyaknya jumlah sarana prasarana yang dimiliki oleh sekolah tersebut. Eksistensinya sarana dan prasarana pendidikan di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu sudah cukup menunjang dalam proses pembelajaran.

Ditinjau dari keadaan sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 8 Kotamobagu adalah:

18 rombel/ruang belajar, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang kepala madrasah, 1 ruang guru, 1 ruang tata usaha, 1 ruang laboratorium IPA, 1 ruang laboratorium komputer, 1 ruang bimbingan dan konseling, 1 ruang pengurus Osis, 1 ruang UKS, 1 ruang gudang, 1 bangunan musholah, 1 ruang kamar mandi/WC guru laki, 1 ruang kamar

Page 57: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

47

mandi/WC guru Perempuan, 1 ruang kamar mandi/Wc peserta didik laki-laki, dan 1 ruang kamar mandi/Wc peserta didik perempuan.7

B. Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru PAI Di SMP N 8 Kotamobagu Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan formal. Untuk itu, guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka pembangunan pendidikan. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang pendidikan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Kompetensi guru itu perlu dibuktikan dengan penerapannya dilapangan, sehingga pernyataan tentang telah atau belum dikuasai kompetensi tertentu harus diuji dengan hasil pengamatan kegiatan guru dalam pembelajaran sebagai bentuk dari pengembangan dari guru itu sendiri. Di SMP Negeri 8 kotamobagu, ada beberapa kualifikasi dari bentuk pengembangan kompetensi kepribadian guru yakni sebagai berikut : 1. Penilaian Kinerja Guru

Pengembangan kompetensi kepribadian guru PAI di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu salah satunya adalah melalui Sistem Penilain Kinerja Guru yang merupakan sistem pengelolaan kinerja berbasis guru yang di desain untuk mengevaluasi tingkatan kinerja guru secara individu dalam rangka mencapai kinerja sekolah secara maksimal yang berdampak pada peningkatan prestasi peserta didik. Berikut ini adalah data hasil dokumentasi, yang dilakukan peneliti untuk mengetahui laporan dan evaluasi penilaian kinerja guru mata pelajaran pendidikan agama islam untuk tahun pelajaran 2018/2019 pada bagian kompetensi kepribadian, yaitu Ranah Kompetensi kepribadian terdiri dari 3 kompetensi dan 18 indikator.

a. Bertindak Sesuai Dengan Norma Agama,Hukum, Sosial, Dan Kebudayaan Nasional

Tabel 4 Rekap Hasil Penilaian untuk kompetensi 8: Bertindak Sesuai Dengan Norma Agama,Hukum,Sosial, Dan Kebudayaan Nasional Indonesia

No Indikator Nilai 0 1 2

1 Guru menghargai dan mempromosikan prinsip-prinsip pancasila sebagai dasar ideology dan etika bagi semua

7Sumber Data: Profil SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu Tahun 2018

Page 58: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

48

warga Indonesia 2 Guru mengembangkan kerja sama dan membina

kebersamaan dengan teman sejawat tanpa memerhatikan perbedaan yang ada(misalnya: suku,agama,dan gender)

3 Guru saling menghormati dan menghargai teman sejawat sesuai dengan kondisi dan keberadaan masing-masing

4 Guru memiliki rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia

5 Guru mempunyai pandangan yang luas tentang keberagaman bangsa Indonesia(misalnya: budaya,suku dan agama

Sumber Data: Dokumentasi PKG Guru PAI Tahun 2018 Dari tabel dokumetasi di atas, peneliti dapat pahami bahwa hasil penilaian kinerja guru pendidikan agama islam pada kompetensi 8 yakni bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional indonesia pada 4 indikator diatas sudah baik dan itu membuktikan bahwa guru sudah mampu menguasai indikator pada kompetensi 8 tersebut. Hal itu diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan Nasep Zaelani yang merupakan guru pendidikan agama islam di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu terkait kompetensi kepribadian guru pada kompetensi 8, mengemukakan :

Guru adalah sosok panutan yang menjadi teladan bagi peserta didik dan juga bagi masyarakat sekitarnya. Maka sebagai teladan, hendaknya guru bertindak hati-hati sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Norma-norma itu antara lain norma agama,norma hukum,norma sosial dan norma yang terkait dengan kebudayan nasional Indonesia. 8

Pada hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa kompetensi kepribadian guru PAI di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu terlihat dengan bagaimana guru PAI bertindak sesuai Dengan Norma Agama, Hukum, Sosial, Dan Kebudayaan Nasional Indonesia dalam kehariannya di lingkungan sekolah. Hal lain juga dijelaskan oleh pak Nasep bahwa:

Prinsip-prinsip pancasila sangat sesuai sekali dengan ajaran agama islam, karena ideology pancasila itu dirumuskan oleh pejuang-pejuang

8Nasep Zaelani, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu,

“Wawancara”, Tanggal 21 Agustus 2018

Page 59: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

49

yang kebanyakan beragama islam. Mulai dari sila pertama ,kedua sampai dengan sila ke lima. Kemudian tentang kerjasama dalam perkerjaan apapun sangat sekali diperlukan,oleh krena itu kerja sama harus dibina dengan baik walaupun adanya perbedaan suku,agama dan lainnya. Karena dalam agama islam sangat memadang perbedaan itu sebagai tolerasi yang harus selalu dijaga.9

Akan tetapi yang menjadi fokus peneliti adalah pada indikator yang ke 5 dengan perolehan nilai 1. peroleh nilai tersebut berarti menandakan bahwa belum dikuasai dengan baiknya indikator 5 pada kompetensi 8 tersebut. Peneliti kemudian melakukan wawancara kembali dengan guru PAI untuk lebih memperjelas akan hal itu. Berikut ini dapat diketengahkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Nasep Zaelani,yang merupakan guru pendidikan agama islam di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu, mengemukakan bahwa: Terkait dengan hasil yang nilai yang peroleh pada penilaian kinerja

guru, dalam kompetensi 8 indikator 5 itu yakni menyangkut pandangan yang luas tentang keberagaman bangsa Indonesia. Indonesia ini terdiri dari berbagai suku dan bahasa. dari suku di Indonesia pun hampir ratusan. dalam hal ini untuk menangkapi perbedaan tersebut maka perlu adanya wawasan yang luas baik dari tingkah laku yang kita cerminkan,ucapan yang kita bicarakan tidak menjatuhkan atau menimbulkan sesuatu yang mengakibakan penghancuran atau perkelahian. hal ini selalu saya terapkan ketika memberikan pembelajaran pada peserta didik di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu. bagaimana sikap kita untuk menghadapi perbedaan yang ada. tetapi masih sering saja perkelahian terjadi dikalangan peserta didik. ketika ditanya penyebabnya antara adalah sering ejek-mengejek antara logat bahasa desa antara peserta didik 1 dengan peserta didik lainnya sehingga muncul adu mulut dan berakhir pada perkelahihan tersebut.”10

Hasil wawancara guru pai tersebut, dapat diketahui bahwa guru pendidikan agama islam sudah mampu memaknai bagaimana tentang beragaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Menjadi permasalahanya disini

9Nasep Zaelani, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu,

“Wawancara”, Tanggal 21 Agustus 2018 10Nasep Zaelani, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu,

“Wawancara”, tanggal 21 Agustus 2018

Page 60: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

50

adalah belum sepenuhnya memaknai keberagaman yang ada di lingkungan SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu yang peneliti ketahui merupakan mayoritas agama islam dan mayoritas juga merupakan Suku Mogondow. Demikian juga yang di ungkapkan oleh kepala sekolah SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu ibu Nurani Popitod mengatakan bahwa:

Yaa benar, mayoritas agama yang dianut oleh peserta didik di SMP SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu adalah agama islam, kemudian untuk suku adalah rata-rata berasal dari suku mogondow. Untuk guru pendidikan agama sendiri berasal dari suku jawa. dalam pembelajaran yang diajarkan hanya pada tentang keberagamaan yang ada secara umum dengan tidak mengambil contoh keberagamaan yang ada di lingkungan sekolah sehingga masih sering kali ditemui perkelahihan antara peserta didik yang notabenenya berasal dari suku yang sama kemudian saling ejek-mengejek. Dalam hal ini saya selaku kepala sekolah tentunya selalu memberikan pemahaman kepada guru-guru yang berasal dari daerah daerah lain kemudian mengajar di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu ini. Bagaimana dengan kebiasaan orang-orang mogondow, gaya berbicaranya yang mungkin saja berbeda dari guru agama itu sendiri yang berasal dari jawa11. Hasil wawancara dengan narasumber yakni guru pendidikan agama

dan juga kepala sekolah SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu, disini peneliti merasa bahwa untuk bisa mengatasi hal tersebut perlu bagi guru PAI untuk mengetahui asal-usul dari setiap peserta didik . Pemahaman akan latar belakang peserta didik berperan penting untuk mengajarkan dengan efektif bahan akademis maupun perilaku. karena bagaimana bisa peserta didik yang katanya mayoritas suku Mogondow tapi guru tidak mampu mengatasi keberagaman yang ada. Peneliti kemudian mengambil contoh 1 kelas sebagai data realitas profil peserta didik di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu untuk mengetahui keberagaman suku dan bahasa yang ada. (terlampir) Berbicara tentang suku di Sulawesi Utara khususnya di Bolaang Mogondow raya, suku adalah unit sosial madat tertinggi ,yang terdiri dari satu atau lebih marga (dikampung peneliti dikenal dengan FAM). Marga Atau Fam Ini Digunakan Pada Akhir Dari Nama Seseorang. Untuk mengetahui dari suku mana seseorang bisa dilihat dari marga yang digunakan pada akhir namanya. Jika dilihat dari data realitas diatas, kebanyakan marga yang digunakan oleh peserta didik pada kelas VII A

11Nurani Popitod, Kepala sekolah SMP Negeri 8 Kotamobagu, “Wawancara”, tanggal 27

Agustus 2018

Page 61: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

51

adalah marga-marga yang berasal dari suku Mogondow, akan tetapi ketika dilihat dari marga ayah atau ibu mereka ternyata ada beberapa yang berasal dari luar suku Mogondow seperti marga dari suku Gorontalo, Jawa,dan Bugis. Hal ini tentunya yang menjawab pertanyaan dari peneliti sendiri bahwa ternyata tidak semua peserta didik yang ada di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu tersebut berasal dari suku Mogondow melainkan campuran yang berasal dari ayah atau ibu mereka. Latar belakang suku yang ada pada peserta didik tersebutlah yang menurut peneliti membentuk kepribadian pada diri masing-masing peserta didik yakni dari sikap, perilaku, dan juga cara berbicara dari peserta didik itu sendiri. Untuk menanggapi tentang keberagaman diatas sebagai kendala dari guru untuk memahami peserta didik Menurut peneliti sendiri, Indonesia hidup dalam berbagai macam keragaman Suku, Agama, Ras, dan Bahasa. Indonesia berdiri diatas suatu keutuhan, menjadi kesatuan dan bersatu dalam persatuan yang kokoh dibawah naungan Pancasila dan semboyannya, Bnineka Tunggal Ika(Berbeda-Beda Tetapi Tetap Satu). Tentang keberagaman ini tentu adalah pelajaran yang pasti sudah peserta didik dapatkan pada pelajaran IPS ataupun PKN. Pada pelajaran PAI adalah tingggal; bagaimana mengajarkan bahwa dengan keberagaman yang ada membuat kita saling menghormati dan saling menghargai. Pada posisi Ini, peneliti mencoba memberikan saran dan masukan agar bagaimana guru memberikan pemahaman tentang keberagaman yang ada pada peserta didik adalah dengan meninjau terlebih dahulu bagaimana karakteristik dan latarbelakang keberagaman budaya yang melekat dalam lingkungan peserta didik itu sendiri sehingga guru pun paham dan bisa tahu penyeleasaian masalah yang berhubungan dengan keberagamaan budaya yang ada dilingkungan sekolah terkhusus di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu.

b. Menunjukkan Pribadi Yang Dewasa Dan Teladan Kemudian kompetensi yang ke 9 pada kompetensi kepribadian guru, Berikut ini adalah data hasil dokumentasi, yang dilakukan peneliti untuk mengetahui laporan dan evaluasi penilaian kinerja guru pada kompetensi kepribadian untuk kompetensi 9.

Tabel 6 Rekap Hasil Penilaian untuk kompetensi 9: Menunjukkan Pribadi Yang

Dewasa Dan Teladan

No Indikator Nilai 0 1 2

1 Guru berperilaku sopan dalam berbicara, berpenampilan dan berbuat terhadap semua peserta didik,orangtua dan teman sejawat.

Page 62: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

52

2 Guru mau berbagi pengalamannya dengan teman sejawat, termasuk mengundang mereka untuk mengobservasi cara mengajarnya dan memberikan masukan

3 Guru mampu mengelola pembelajaran yang membuktikan bahwa guru dihormati oleh peserta didik,sehingga semua peserta didik selalu memperhatikan guru dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

4 Guru bersikap dewasa dalam menerima masukan dari peserta didik dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran

5 Guru berperilaku baik untuk mencitrakan nama baik sekolah.

Sumber Data: Dokumentasi PKG Guru PAI Tahun 2018 Dari rekap hasil penilaian pada kompetensi 9 pada kompetensi kepribadian guru PAI. peneliti melihat dari 5 indikator yang ada masih ada pula beberapa indikator yang belum di kuasai dengan baik oleh guru PAI akan tetapi ada juga indikator yang sudah dikuasai dengan baik oleh guru PAI tersebut. Peneliti kemudian melakukan wawancara untuk mengetahui bagaimana kompetensi yang sudah mendapatkan nilai yang baik di terapkan oleh guru PAI di lingkungan SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu atau ketika pada proses pembelajaran.

Yang pertama pada indikator 1, sikap dalam berbicara. bicara itu adalah modal utama manusia, karena dengan bicara manusia bisa dihargai dan bisa dibedakan mana yang berpendidikan dan tidak dimana dapat dilihat dari gaya bicara,tatabicara mengandung sopan santun atau tidaknya bisa dibedakan dari taraf pendidikan seseorang. jadi sopan santun dalam bericara sangat penting sekali terutama dengan teman sejawat,pada peserta didik khusunya dalam hal ini pada peserta didik tidak dengan mengeluarkan kata-kata makian,kata-kata kasar harus sekali dihindari karena sedikit tidanya pasti akan terekam dalam memori mereka dan kemungkinan besar akan di contohkan oleh para peserta didik. jadi sebisa mungkin sebagai seorang guru untul mennghindari kata-kata yang kurang baik untuk digunakan dalam lingkungan sekolah. kemudian pada indikator 2, berbagi pengalaman itu sangat penting sekali apalagi dengan guru mata pelajaran lainnya dari dari situ kita akan mampu bertukar pikiran juga sama-sama menemukan solusi atas permasalahan terkait dengan

Page 63: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

53

peserta didik yang sama-sama sering kita sesama guru temui dalam proses pembelajaran. dan terakhir mengenai indikator ke 4 yakni bagaimana kita memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. apalagi pada kurikulum yang digunakan sekarang dimana guru pada jaman ini bukan lagi sebagai pusat perhatian dari seorang siswa justru sebaiknya. dalam hal ini guru hanyalah sekadar mengarahkan dan membimbing jadi siswalah yang dituntut untuk aktif dalam mengembangkan potensi dengan tetap dalam pengawasan guru.12 Dari penjelasan Pak Nazep Zaelani tersebut, peneliti teringat dengan

ungkapan klasik yang mengatakan bahwa: “segala sesuatu itu bergantung pada pribadi masing-masing’’. Dalam hal ini pada konteks tugas guru, kompetensi pedagodik, professional dan sosial yang dimiliki guru pada dasarnya bersumber dan bergantung pada pribadi guru. Proses pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa akan banyak ditentukan oleh karakteristik kepribadian guru yang bersangkutan, seperti halnya yang dilakukan oleh pak Nasep tersebut.

Wawancara kemudian terus berlanjut ketika peneliti mempertanyakan bagaimana dengan kompetensi 9 pada indikator 3 dan 5, adakah kesulitan dalam indikator tersebut bagi guru PAI. kemudian pak Nasep Zaelani mengungkapkan bahwa:

Dalam proses pembelajaran yang diberikan guru sangat berpengaruh sekali pada penerimaan yang diterima oleh siswa tersebut. Dimana guru harus mempersiapkan sebaik-baiknya apa yng akan diberikan kepada siswanya,oleh karena itu panduan harus ada seperti rpp,perangkat pembelajran ,metode-metode pembelajran yang bervariasi. Selain itu langkah yang dilakukan pertama kali adalah bagaimana bisa membuat peserta tertarik untuk belajar ketika diawal pembelajaran. akan tetapi, semua proses pembelajaran itu akan berjalan dengan baik juga tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang ada. Di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu sendiri masih sedikit kurang sekali sarana prasana yang mendukung dalam proses pembelajaran tersebut. misalnya LCD. Pada proses pembelajaran saya sering mengunakan LCD sebagai media pembelajaran karena hal itu akan sangat menarik minat belajar peserta didiik dan tidak membuat mereka bosan selam proses pmebelajaran. Akan tetapi

12Nasep Zaelani, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu,

“Wawancara”, Tanggal 21 Agustus 2018

Page 64: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

54

keberada LCD ini hanya terbatas,sering kali ketika saya ingin menggunakann, LCD nya sudah dipakai guru lain. Otomatis dikeadaan seperti itu kadang kala saya memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media dari pembelajan saat itu, atau hanya sebatas menjelaskan materi dan tentunya itu membosan bagi peserta didik karena bisa dilihat dari kadang mereka sudah mulai rebut dibelakang ketika menjelaskan pembelajaran. 13 Seperti yang diungkapkan di atas, bahwa pengelolaan pembelajaran

guru PAI kurang di dukung oleh sarana dan prasana yang ada. hal itu juga diungkapkan oleh Nurani Popitod selaku kepala SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu terkait dengan sarana prasarana yang kurang mendukung pada wawancara dengan peneliti, mengatakan bahwa:

Sikap dalam mengelola pembelajaran bagi guru agama menurut evaluasi bagus, karena mengajar sesuai dengan bidangnya dan apa yang dipersiapakan mulai dari rpp itu sesuai dari awal sampai akhir selama kbm, kekurangannya hanya pada pengunaaan media pembelajaran. Biasa media yang digunakan oleh guru-guru terutama guru PAI itu adalah LCD, sedangkan Lcd di SMP Negeri 8 Kota Kotamabagu itu terbatas hanya ada 2 dan itu digunakan oleh beberapa guru. Tetapi dalam hal ini saya selalu mengingatkan pada setiap guru untuk tidak bergantung pada itu, guru itu punya ide dan akal, ketika keterbatasan sarana dinilai bisa menghambat proses belajar mengajar, maka seorang guru yang professional harus berpikir bagaimana agar keterbatasan yang ada dijadikan semangat untuk menutupi keterbatasan yang ada tersebut. Masih banyak sekali media yang bisa di gunakan dan mendukung proses pembelajaran. Dalam hal ini pula perlu bagi seorang guru untuk memiliki alternative lain ketika menemukan permasalahan di luar ekspetasinya dalam mengajar. 14 Problem keterbatasan sarana yang digunakan sebagai penunjang

keberhasilan pada proses pembelajaran, peneliti sepakat dengan pernyataan kepala sekolah diatas, dalam hal ini sedikit memberikan masukan terkait dengan itu bahwa untuk menunjang kompetensi

13Nasep Zaelani, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu,

“Wawancara”, Tanggal 21 Agustus 2018 14 Nurani Popitod, Kepala sekolah SMP Negeri 8 Kotamobagu, “Wawancara”, tanggal 27

Agustus 2018

Page 65: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

55

kepribadian dari seorang guru maka perlu pengetahuan dan keterampilan yang lebih untuk memberikan bekal dalam menunaikan tugas-tugas guru terutama dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga ketika proses pembelajaran akan dilakukan dan terjadi hal-hal yang di luar ekspetasinya, maka guru mampu mengatasi hal-hal tersebut lewat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

c. Memiliki Etos Kerja,Tanggungjawab Yang Tinggi Dan Rasa Bangga Menjadi Guru Kompetensi ke 10 pada kompetensi kepribadian guru, Berikut ini adalah data hasil dokumentasi, yang dilakukan peneliti untuk mengetahui laporan dan evaluasi Penilaian Kinerja Guru pada kompetensi 10:

Tabel 7 Rekap Hasil Penilaian untuk kompetensi 10: Etos Kerja ,Tanggung

Jawab Yang Tinggi Dan Rasa Bangga Menjadi Guru No Indikator Nilai

0 1 2 1 Guru mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan

tepat waktu

2 Jika guru harus meninggalkan kelas, guru mengaktifkan siswa dengan melakukan hal produktif terkait dengan mata pelajaran dan meminta guru piket atau guru lain untuk mengawasi kelas

3 Guru memenuhi jam mengajar dan dapat melakukan semua kegiatan lain di luar jam mengajar berdasarkan ijin dan persetujuan pengelola sekolah

4 Guru meminta izin dan memberitahu lebih awal, dengan memberikan alasan dan bukti yang sah jika tidak mengahdari kegiatan yang telah direncanakan, termasuk proses pembelajaran dikelas

5 Guru menyelesaikan semua tugas administrasi dan non pembelajaran dengan tepat waktu sesuai dengan standar yang ditetapkan

6 Guru memanfaatkan waktu luang selain mengajar untuk kegiatan yang produktif terkait dengan tugasnya.

7 Guru memberikan kontribusi terhadap pengembangan sekolah dan mempunyai prestasi yang berdampak positif terhadap nama baik sekolah

8 Guru merasa bangga dengan profesinya sebagai guru. Sumber Data: Dokumentasi PKG PAI Tahun 2018

Page 66: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

56

Tabel di atas, dapat diketahui bahwa dalam kompetensi 10 yang ditunjukan oleh guru pendidikan agama islam sudah baik meskipun poin nilai yang diperoleh masih ada beberapa yang masih kurang. Contohnya pada pada indikator 1. dan ketika dilakukan wawancara dengan pak Nasep, beliau mengatakan bahwa:

Kalau dibilang selalu tidak juga karena namanya juga manusia pasti ada kehilafan atau ada halangan tertentu. tentunya dalam hal ini tetap berusaha dengan sebaik-baiknya, tetapi jika hasilnya tidak sesuai dengan harapan yah seperti itulah manusia.15

Hal serupa juga diungkapkan oleh Vidia Agrista Tompunu peserta didik kelas IX SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu ketika ditanya oleh peneliti terkait dengan indikator pada kompetensi 10 guru tersebut, menyatakan bahwa:

Kadang kala pak guru lama masuk ke kelas, kadang terlambat 5 – 10 menit sehingga kami masik asik nongrong dikantin meskipun jam pembelajaran sudah dimulai. tetapi hal itu tidak selalu hanya kadang-kadang. Dan ketika pak guru masuk pak guru akan meminta maaf akan karena sudah terlambat dan menyampaikan alasan kenapa pak guru terlambat. 16 Beberapa wawancara yang penulis lakukan dengan guru pendidikan

agama, dan peserta didik dapat dipahami bahwa sikap dari peserta didik sangat ditentukan oleh bagaimana guru tersebut bersikap. Peserta didik akan selalu mencontoh apa yang dilakukan oleh gurunya, baik itu hal baik maupun hal yang tidak baik. Selain itu, untuk kompetensi pada indikator 2, dijelaskan oleh pak Nasep bahwa terkait dengan itu:

Dalam kedaan seperti itu saya biasanya menyuruh peserta didik untuk belajar mandiri. biasanya sebelum guru meninggalkan tempat ataupun ada keperluan yang tidak bisa datang di sekolah saya selalu memberikan kabar lewat surat atau alat elektronik dengan menelepon kepsek dengan memberitahukan bahwa seandaikan kalau tidak masuk maka saya menugaskan kepada guru piket untuk memberikan tugas

15Nasep Zaelani, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu,

“Wawancara”, Tanggal 21 Agustus 2018 16vidia agrista tompunu, peserta didik kelas IX SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu, “

wawancara”, tanggal 23 agustus 2018

Page 67: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

57

mandiri pada peserta didik pada jam pelajaran saya. jadi intinya belajar mandiri dengan bantuan guru piket.17 Hal itu juga di ungkapkan oleh ibu Nurani Popitod, terkait dengan sikap

guru ketika tidak bisa masuk pada pembelajaran: Biasa guru yang bersangkutan pada saat ada kegiatan belajar mengajar kemudian ada tuga, yang harus dilaksanakan di luar maka dia harus sepengetahuan guru piket, kepala sekolah kemudian diberikan tugas pada peserta didik yang ditinggalkan.18 Untuk menanggapi hal diatas, bagi peneliti sendiri adalah suatu hal

yang pantas untuk di maklumi, karena dalam konteks ini keterlambatan yang ada bukan karna faktor ketersegajaan melain karena sebab tertentu yang tidak kalah penting nya. Apalagi untuk guru-guru yang sudah berkeluarga. pastinya akan ada saat-saat yang mendesak sehingga tidak bisa memenuhi jadwal pelajaran saat itu juga. Untuk masukan terkait dengan ini, untuk guru sebisa mungkin bisa memanajemen waktunya agar kewajibannya sebagai guru bisa terlaksanakan dengan baik. Dispilin adalah kunci kesuksesan seseorang,termasuk guru. Seseorang yang menghendaki kesuksesan dalam melaksanakan tugas profesinya, maka ia harus memiliki pribadi disiplin tinggi. Perilaku disiplin akan sangat efektif ditanamkan pada peserta didik jika terlebih dahulu dilakukan oleh guru itu sendiri.

2. Pembinaaan Internal Oleh Sekolah Pembinaaan internal oleh sekolah kepada guru guru di SMP Negeri 8

Kota Kotamobagu terutama pada guru PAI dalam hal ini dilaksanakan oleh kepala sekolah yang notabenenya memiliki wewenang untuk membina guru-guru. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Nurani Popitod selaku kepala Sekolah sebagai berikut:

Dalam meningkatkan kinerja guru juga kompetensi guru dalam proses pembelajaran, selaku kepala Sekolah saya selalu memberikan pembinaaan kepada guru-guru yang ada di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu. Bentuk dari pembinaan ini biasa dilakukan pada rapat Internal sekolah seperti pada saat memasuki awal semester dan juga pada saat akhir semester ketika waktu penentuan kenaikan peserta

17Nasep Zaelani, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu,

“Wawancara”, Tanggal 21 Agustus 2018 18Nurani Popitod, Kepala sekolah SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu, “Wawancara”, tanggal 27

Agustus 2018

Page 68: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

58

didik. Dalam pembinaan ini dilakukan tidak pada guru-guru yang memiliki masalah pada pembelajaran dikelas tetapi juga pada guru-guru yang dikira sudah baik. Jadi tidak ada perbedaan dalam bentuk pembinaaan daripada guru-guru di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu. 19 Paparan diatas dapat digaris bawahi bahwa dalam hal ini kepala

sekolah sangat berperan dalam pengembangan kinerja juga kompetensi guru di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu. Ini ditunjukkan dengan melalui perhatian kepala sekolah pada semua guru-guru yang ada termasuk pada guru PAI dengan memberikan pembinaaan tersebut secara berkelanjutan.

3. Diskusi Masalah-Masalah Pendidikan

Dalam dunia pendidikan pasti ada saja permasalahan yang akan ditemui setiap sekolah. baik itu yang berhubungan dengan proses pembelajaran dikelas atau dari setiap guru itu sendiri. Menemukan titik terang dari setiap permasalahan yang ada, bagi guru biasa ada wadah yang menjadi tempat diskusi. Hal itu seperti yang dikatakan oleh pak Nasep Zaelani selaku guru PAI di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu sebagai berikut:

Wadah tempat diskusi guru-guru dalam hal ini adalah MGMP(Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Dalam MGMP sering yang menjadi topic pembahasan adalah hal –hal yag berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah ataupun hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi guru.20 Dalam hasil data wawancara diatas, peneliti melihat bahwa

Keperdulian guru dalam setiap pokok masalah-masalah yang ada dalam pendidikan juga dalam pengembangan kompetensi guru terlihat dengan membawah setiap permasalahan yang ada sebagai bahan diskusi dalam wadah MGMP. Ini tentunya selain sebagai bentuk pengembangan guru juga menambah wawasan guru serta menemukan titik temu dari setiap permasalahan yang sering guru temui dalam pembelajaran ataupun dalam peningkatan kompetensi guru itu sendiri.

Dari beberapa wawancara yang penulis lakukan dengan guru pendidikan agama, kepala sekolah dan peserta didik dapat disimpulkan

19Nurani Popitod, Kepala sekolah SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu, “Wawancara”, tanggal 27

Agustus 2018 20Nasep Zaelani, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu,

“Wawancara”, Tanggal 21 Agustus 2018

Page 69: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

59

bahwa dalam pengembangan kompetensi guru PAI di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu adalah melalui 1) sistem penilaian kinerja guru, dimana terlihat dalam hasil evaluasi penilaian kinerja guru, guru pendidikan agama Islam memaknai dengan baik kompetensi kepribadian yang ada dalam dirinnya sebagai guru pendidikan agama islam di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu yakni bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan dan memiliki etos kerja, tanggungjawab yang tinggi dan rasa bangga menjadi guru. Hal itu dilihat dari bagaimana yang tertuang dalam penilaian kinerja guru PAI terkhusus pada penilaian kompetensi kepribadian guru. Kepribadian guru PAI tidak semata-mata hanya untuk mendapatkan nilai baik dalam penilaian kinerja guru tetapi kompetensi kepribadian yang guru miliki semata-mata adalah untuk bisa memberikan teladan, serta sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. 2) pembinaaan internal dari sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah dan juga 3) diskusi masalah-masalah pendidikan dengan MGMP sebagai wadah diskusi oleh guru PAI.

2. Pendidikan Moral Yang Diberikan Guru Pai pada peserta didik

Di Smp N 8 Kotamobagu Harus disadari, bahwa keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur

oleh kesuksesan meraih nilai terbaik bagi peserta didik, tetapi hal yang lebih penting dari itu adalah keberhasilan dalam mewujudkan manusia seutuhnya yang meliputi jasmani dan rohani dari peserta didik itu sendiri. Proses membentuk manusia seutuhnya tersebut sangat berkaitan erat dengan kepribadian guru itu sendiri.

Seperti yang dijelaskan pada bab II tentang pendidikan moral adalah usaha sadar tentang mengajarkan nilai kebaikan meliputi perilaku baik, sesuai dengan aturan norma dan juga tentang sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai makhluk individu seperti jujur, dapat dipercaya, adil bertanggungjawab dan lain-lain. Maupun sebagai makhluk sosial dalam hubungannya dengan masyarakat, seperti kejujuran, penghormatan sesam manusia, tanggungajwab, kerukunan, kesetiakawanan, solidaritas sosial dan sebagainya yang terkemas dalam citra kebaikan.

Dalam hal ini, guru pendidikan agama sebagai dasar bagamana bisa memberikan pendidikan moral melalui kompetensi kepribadian yang ada dalam dirinya. Dimana diketahui bahwa kompetensi kepribadian terdiri dari 3 indikator kompetensi yakni (1) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional, (2)

Page 70: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

60

menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan serta (3) memiliki etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru.

Mengingat kompetensi kepribadian dijadikan dasar sebagai

pendidikan moral untuk peserta didik maka berikut data hasil observasi, yang dilakukan peneliti untuk mengetahui pendidikan moral yang diberikan guru pendidikan agama pada peserta didik di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu melalui kompetensi kepribadian guru.

Tabel 8 Lembar Observasi Terhadap Pendidikan Moral Yang Diberikan Guru

Pendidikan Agama Islam Melalui Kompetensi Kepribadian

No Uraian

Pengamatan

Keterangan SB B C K

1 Tegur sapa Sangat baik

2 Sopan santun - Baik

3 Menjaga kebersihan Sangat baik

4 Disiplin Sangat baik

5 Mengucapkan salam Sangat baik

6 Kejujuran Baik

Sumber Data: Lembar Observasi Kepribadian Guru PAI Tabel Observasi tersebut di atas, peneliti ketahui bahwa pendidikan

moral yang diberikan oleh guru pendidikan agama islam melalui kompetensi kepribadian kepada peserta didik di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu sudah sangat baik, karena guru pendidikan agama islam telah menunjukan 5 point penting yang dia laksanakan yaitu, tegur sapa, sopan santun, menjaga kebersihan kelas, disiplin dan membiasakan mengucapkan salam..

Hal tersebut diperkuat juga dengan hasil wawancara peneliti dengan pak Nasep Zaelani selaku guru pendidikan agama Isam di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu, bahwa:

Pendidikan moral yang diberikan oleh saya selaku guru agama islam, pertama berkaitan dengan sikap dan perilaku baik yang sesuai

Page 71: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

61

dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai makhluk individu seperti kedisiplinan, tanggungjawab, tingkah laku dan kejujuran. Kejujuran ini termasuk hal yang paling utama. Maupun sebagai mahkluk sosial di dilingkungan sekolah yang berupa kerja sama, saling menghormati dan menghargai, tolong menolong dan kerukunan.21

Pendidikan moral yang diberikan dengan menjadi kompetensi kepribadian sebagai dasar dari pemberian pendidikan moral tersebut adalah sama saja dengan menjadikan guru sebagai Role Model. Role Model adalah seseorang yang memberikan teladan dan berperilaku yang bisa dicontoh oleh orang lain. Tentunya seorang yang menjadikan dirinya sebagai role model adalah orang yang memiliki kepribadian yang baik dan juga sikap yang dan perilaku yang bisa dicontoh oleh orang lain. Guru yang menjadikan dirinya sebagai role model untuk peserta didiknya adalah suatu pilihan yang tepat untuk bisa memberikan pendidikan moral untuk peserta didiknya. Kemudian, bentuk pengajaran pendidikan bagaimna bisa pendidikan moral bisa diberikan kepada peserta didik tersebut pak Nasep Zaelani sering menerapkan 3 langkah utama untuk bagaimana moral peserta didik dikembangkan untuk mencapai moralitas yang baik bagi peserta didik,yakni: Rull Knowling, Moral Feeling, dan Moral Action. Semua ini ditegaskan dalam wawancara peneliti dengan narasumber.

Langkah-langkah yang dapat saya lakukan dalam menjadikan peserta didik menjadi peserta didik yang memiliki moralitas, tentunya dalam diri pribadi saya sebagai guru pendidikan agama Islam saya tidak mengakui bahwa saya ini sudah teladan atau sudah baik atau tidak tetapi saya berusaha. seperti yang tadi saya katakana bahwa yang pertama itu menjadi rull modelnya bagi peserta didik tentu ada langkah-langkah yang harus dilakukan..diantaranya langkah-langkah yang dapat saya lakukan berkaitan dengan moral peserta didik. Itu ada 3 langkah yang di lakukan.. pertama mungkin itu yang disebut dengan Rull Knowling itu yang berkaitan dengan memberikan pemahaman atau memberikan bimbingan kepada peserta didik. Contoh bagaimana cara berbuat baik apa gunanya kebaikan tersebut dan apa manfaatnya kebaikan tersebut itu langkah pertama yang harus dilakukan untuk menumbuhkan moralitas peserta didik. Kemudian langkah yang kedua yaitu melalui Moral Feeling itu setelah

21Nasep Zaelani, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu,

“Wawancara”, tanggal 21 Agustus 2018

Page 72: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

62

kita memberikan pemahaman kepada peserta didik. Barulah tahap kedua menumbuhkan kecintaan. Bagaimana kita harus cinta dengan kebaikan nah langkah ketiga yang bisa dilakukan yaitu Moral Action. Moral Action yaitu dengan cara mengaplikasikan semuanya dalam kehidupannya sehari-hari itu langkah-langkah yang bisa dilakukan.22

Guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi yang paling penting adalah bagaimana bisa menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukkan moral dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Selanjutnya peneliti melakukan cross chek dengan mewawancarai beberapa peserta didik di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu guna mengetahui keabsahan informasi yang diperoleh dari informan yaitu Risti Harlisa Paputungan peserta didik kelas VII yang menyatakan bahwa:

Pak guru Nasep Zaelani ketika masuk di dalam kelas selalu memperlihatkan wajah yang gembira sehingga ketika memulai pelajaranpun kami merasa senang belajar dan betah berada di dalam kelas untuk mengikuti pelajaran. Kemudian disamping tentang materi pemebelajaran pak Nasep juga selalu mengajarkan kami tentang kerapian dalam berpakaian,tentang bagimana kami harus bersikap terhadap orang yang lebih tua, juga tentang kedisiplinan terutama disiplin untuk datang tepat waktu.23

Hal serupa juga diungkapkan oleh Riski P Mokoagow peserta didik kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Kota Kotamobagu, menyatakan bahwa:

Pak guru Nasep ketika masuk di dalam kelas selalu mengawalinya dengan mengucapkan salam kemudian sebelum pak guru memulai pelajaran pada saat itu maka pak guru terlebih dahulu menyuruh kami untuk berdiri dan memperhatikan lingkungan sekitar kami, dan melihat apakah ada sampah yang berserakan di lingkungan kami baik yang berada di dalam laci meja belajar, di bawah meja belajar dan di samping meja belajar. Kemudian ketika kami mendapati ada sampah yang berhamburan maka pak guru menyuruh kami untuk dapat mengambil sampah tersebut dan membuangnya di tempat sampah yang telah disediakan. hal ini selalu rutin dilakukan oleh pak guru

22Nasep Zaelani, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu,

“Wawancara”, tanggal 21 Agustus 2018 23Risti Harlisa Paputungan, Peserta Didik kelas VII SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu,

“Wawancara”, tanggal 23 Agustus 2018

Page 73: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

63

nasep, dan selalu mengingatkan kami bahwa ketika lingkungan kita belajar bersih maka kita akan nyaman dan senang belajar.24

Seperti yang diungkapkan di atas, bahwa pembelajaran yang dilakukan secara berulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan baik yang tentunya bermanfaat bagi perkembangan moral peserta didik itu sendiri. hal itu tentunya juga berlaku pada pendidikan moral yang jika diajarkan secara berulang-ulang maka akan menjadi sesuatu sikap baik yang melekat pada diri peserta didik itu sendiri. Demikian juga yang di ungkapkan juga oleh kepala sekolah SMP Negeri 8 Kotamobagu ibu Nurani Popitod yang mengatakan bahwa:

Sebagai kepala sekolah disini saya melihat bahwa semua tenaga kerja pendidik yang ada di sekolah ini semuanya sudah baik, mulai dari kedisiplinan datang tepat waktu dan konsistennya dalam mendidik peserta didik. Mereka selalu berusaha untuk tetap bisa menjadi diri mereka sebagai contoh atau teladan bagi peserta didik terutama dalam kedisiplinan, akhlak dan cara bertutur kata agar dapat dijadikan panutan peserta didik dan mempermudah untuk memberikan pendidikan moral bagi peserta didik. sikap dan perkataan mereka sejalan dengan apa yang sering mereka sampaikan pada peserta didik.25

Dari pernyatan-pernyataan positif diatas, maka dapat peneliti nilai bahwa kompetensi kepribadian guru pendidikan agama islam sebagai dasar pendidikan moral merupakan salah satu langkah yang bisa ditempuh untuk bagaiman bisa memperbaiki penyimpangan-penyimpangan moral yang terjadi pada peserta didik yang berada di wilayah sekolah SMP Negeri 8 Kotamobagu. Hal ini juga kembali ditegaskan oleh Nazep Zaelani bahwa:

Para peserta didik sedikit demi sedikit mulai mengimplementasi sikap moralitas dilingkungan sekolah salah satunya adalah sholat berjamaah, dalam hal ini mereka kadang sudah tidak perlu diingatkan lagi. Ketika jam sholat datang mereka akan meminta izin pada guru untuk bisa sholat. Ini merupakan salah satu keberhasilan bahwa dalam beribadah mereka sudah tidak perlu disuruh karna sudah ada

24Riski P Mokoagow, Peserta Didik kelas IX SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu, “Wawancara”,

tanggal 23 Agustus 2018 25Nurani Popitod, Kepala sekolah SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu, “Wawancara”, tanggal 27

Agustus 2018

Page 74: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

64

kesadaran dari diri mereka sendiri bahwa sholat adalah suatu kewajiban dan suatu kebutuhan bagi mereka. SSelain tentang sholat hal lain adalah tentang kedisiplina datang tepat waktu sudah mulai baik hal itu bisa dilihat dari sedikitnya peserta didik yang terlambat datang ke sekolah dan tentunya hal ini merupakan peran dari guru bagaimana bisa memberikan contoh untuk datang tepat waktu di sekolah.26 Beberapa wawancara yang penulis lakukan dengan guru pendidikan

agama, kepala sekolah dan peserta didik dapat disimpulkan bahwa guru pendidikan agama Islam menjadikan kompetensi kepribadian yang ada sebagai role model bagi peserta didik karena menurutnya dengan menjadikan diri pribadinya sebagai Role Model itu lebih mempermudah untuk mengajarkan pendidikan moral bagi peserta didik di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu. Apa yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam khususnya dan juga semua tenaga pendidik di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu untuk menjadikan diri mereka sebagai teladan untuk peserta didik semua itu tidak lepas dari usaha mereka agar dapat menunjukan contoh perbuatan yang baik, terutama dari perbuatan, perkataan dan kedisiplinan di dalam lingkungan sekolah SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu. 3. Faktor Pendukung Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru PAI Terhadap Pendidikan Moral Peserta Didik Di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu Pengembangan kompetensi kepribadian dari seorang guru tentunya tak lepas dari peran oleh beberapa faktor pendukung, di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu beberapa faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Dari Guru PAI Faktor pendukung yang berasal dari guru PAI sendiri merupakan

tanda bahwa memang ada kemauan dalam bentuk pengembangan dalam diri guru itu sendiri. faktor pendukung itu dapat dijelaskan dalam data wawancara seperti yang dikatakan oleh pak guru Nasep Zaelani selaku guru pendidikan agama islam di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu melalui wawancara dengan peneliti sebagai berikut:

Salah satu faktor pendukung pengembangan kompetensi kepribadian guru adalah berasal dari diri saya sendiri yaitu dengan adanya

26Nasep Zaelani, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu, “Wawancara”, tanggal 21 Agustus 2018

Page 75: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

65

semangat dari diri untuk melaksanakan tugas-tugas saya sebagai guru. Karena menurut saya menjadi guru itu saya tidak menganggap sebagai profesi tetapi sebagai kewajiban. Ketika menganggap profesi maka tentu akan ada sesuatu yang diharapkan dari tuntutan profesi ini tetapi ketika menganggap menjadi guru sebagai kewajiban maka kita akan merasa bahwa ini adalah sesuatu yang memang sudah digariskan oleh allah swt maka kita menjalankan dengan senang hati. Seperti dalam friman Allah”sampaikan sesuatu itu walaupun hanya 1 ayat” jadi lebih kepada ibadah. 27

Data di atas menurut peneliti bahwa salah satu faktor pendukung dalam kepribadian guru yang seperti dijelaskan diatas adalah berasal dari guru itu sendiri, bagaimana guru bisa memaknai secara baik hakikat dari menjadi seorang guru yang nantinya akan mencetak generasi terbaik bangsa. Dalam hal ini pula, mungkin lebih kepada meluruskan niat menjadi guru. Karena biasa yang sering peneliti temui, banyak yang menjadi guru hanya karena pelarian saja karena tidak mendapatkan pekerjaan lain atau karena kebutuhan PNS guru lebih besar dibandingkan PNS lainya. Jika niatnya seperti ini, maka kita tidak akan pernah tahu target dan visi yang jelas ketika menjadi seorang guru. Oleh karena itu, peneliti sepakat dengan penyataan narasumber diatas bahwa ia memaknai menjadi guru sebagai bentuk ibadahnya kepada Allah SWT. Maka dari itu, sebelum menjalani profesi sebagai guru,marilah sama-sama kita meluruskan niat lagi, kenapa menjadi guru? hanya sekedar mengejar materikah atau memang benar-benar ingin mengabdikan diri didunia pendidikan agar dapat mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas.

2. Dari Sekolah Adapun faktor pendukung lain dalam pengembangan kompetensi

kepribadian guru terhadap pendidikan moral peserta didik di SMP N 8 Kota Kotamobagu adalah berasal dari sekolah. Berasal dari sekolah artinya menyangkut dengan warga sekolah dalam hal ini termasuk di dalamnya peran pemimpin sekolah yakni kepala sekolah. Hal itu diungkapkan oleh ibu Nurani Popitod sebagai kepala sekolah kotamobagu di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu dalam wawancara yang mengatakan bahwa:

Dalam pengembangan kompetensi guru yang ada di SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu, dalam hal ini sekolah selalu menjadi faktor

27Nasep Zaelani, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu, “Wawancara”, tanggal 21 Agustus 2018

Page 76: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

66

pendukung. Dalam hal ini, bentuk dukungan yang biasa sekolah berikan adalah misalnya adanya kegiatan seperti pendidikan dan pelatihan atau workshop tentang guru yang bersangkutan yang dilakukan di luar sekolah dan membutuhkan yang biaya, dalam hal ini sekolah akan menyiapkan biaya tersebut. Seperti uang transport ataupun uang makanan selama mengikuti kegiatan tesebut.28 Paparan penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa faktor

pendukung pengembangan kompetensi kepribadian guru PAI terhadap pendidikan moral peserta didik di SMP Negeri 8 Kotamobagu ada dua yakni yang berasal dari guru PAI itu sendiri dan dari sekolah. Faktor pendukung yang berasal dari pihak sekolah membuktikan bahwa kepemimpinan dan peran kepala sekolah memiliki andil yang cukup besar dalam mendorong dan mengembangan kompetensi guru.dan membuktikan bahwa ada keperdulian dari kepala sekolah untuk setiap guru-guru. Dalam hal ini menurut peneliti, hampir semua kepala sekolah pasti telah menunjukkan rasa tanggungjawab untuk memajukan pendidikan, tetapi belum semuanya mampu membangkitkan semangat guru agar hati nuraninya terpanggil untuk memiliki komitmen kuat seperti yang dilakukan oleh kepala sekolah SMP N 8 Kotamobagu. Sehingga dengan adanya penjelasan dari narasumber diatas,peneliti menilai bahwa ada faktor pendukung dalam pengembangan kompetensi kepribadian guru PAI di SMP N 8 Kotamobagu

28Nurani Popitod, Kepala sekolah SMP Negeri 8 Kotamobagu, “Wawancara”, tanggal 27

Agustus 2018

Page 77: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian tentang Pengembangan kompetensi kepribadian guru PAI di SMP N 8 Kotamobagu8, maka peneliti akan mengemukakan kesimpulan berdasarkan permsalahan yang dirumuskan sebelumnya sebagai berikut:

1. Pengembangan kompetensi kepribadian guru PAI di SMP N 8 Kotamobagu,dalam bentuk 1) Hasil Penilaian Kinerja Guru pada ranah kompetensi kepribadian yang sudah biasa dikuasai oleh guru PAI terlihat dari hasil nilai yang diperoleh oleh guru, kompetensi kepribadian tersebut mencakup yakni (a) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional, (b) menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan,(c) memiliki etos kerja,tanggungjawab yang tinggi dan rasa bangga menjadi guru. 2) Pembinaaan internal dari sekolah dan 3) Diskusi terkait masalah-masalah pendidikan Pendidikan moral yang diberikan guru PAI di SMP N 8 Kotamobagu tampak pada upaya guru pendidikan agama islam menjadikan diri pribadinya sebagai role model bagi peserta didik. Hal itu yang berkaitan dengan sikap dan perilaku baik yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai makhluk individu seperti kedisiplinan, tanggungjawab, tingkah laku dan kejujuran. Maupun sebagai mahkluk sosial di lingkungan sekolah yang berupa kerja sama, saling menghormati dan menghargai, tolong menolong dan kerukunan.

2. Faktor pendukung pengembangan kompetensi kepribadian guru terhadap pendidikan moral di SMP N 8 Kotamobagu yakni : pertama, dari guru PAI, yakni berupa semangat dari diri guru itu sendiri untuk melaksanakan tugas-tugas nya sebagai guru. dengan menganggap menjadi guru bukanlah sebuah profesi tetapi sebagai kewajiban. Ketika menganggap profesi maka tentu akan ada sesuatu yang diharapkan dari tuntutan profesi ini tetapi ketika menganggap menjadi guru sebagai kewajiban maka kita akan merasa bahwa ini adalah sesuatu yang memang sudah digariskan oleh allah swt maka kita menjalankan dengan senang hati. sehingga lebih kepada meluruskan niat menjaid guru. kedua, faktor pendukung pengembangan kompetensi yakni berasal dari sekolah yakni Bentuk dukungan yang biasa sekolah berikan adalah dalam

Page 78: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

68

hal ini misalnya adanya kegiatan seperti pendidikan dan pelatihan atau workshop tentang guru yang bersangkutan yang dilakukan diluar sekolah dan membutuhkan yang biaya, dalam hal ini sekolah akan menyiapkan biaya tersebut. Seperti uang transport ataupun uang makanan selama mengikuti kegiatan tesebut

B. Saran

Berdasarkan hasil penulisan yang telah disimpulkan maka penulis mengajukan bebrapa saran yakni :

1. Guru lebih mengembangkan lagi kompetensi kepribadiannya agar selalu terbentuk dalam dirinya kepribadian yang baik sehingga akan berpengaruh baik pula terhadap perkembangan peserta didik terutama moral dan spiritualnya.

2. Pendidikan moral di SMP N 8 Kotamobagu sudah baik, tapi menurut peneliti untuk menjaga agar moralitas yang ada dalam diri peserta didik terus terjaga maka segala bentuk pendidikan moral yang diberikan oleh guru PAI dilakukan secara terus menerus sehingga akan melekat dan menjadi kebiasan oleh peserta didik. Selain itu pemberian hukuman diganti menjadi model pendidikan pula, seperti misalnya peserta didik terlambat maka mereka wajib membaca minimal 1 lembar Al-Quran.

Page 79: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

Daftar Pustaka

A. Sumber Buku-Buku

Adnan Hasan Shalih Baharits, Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-Laki, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996)

C.Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral (Berpijak Pada Karakteristik Dan Budaya ) , ( Jakarta : Rineka Cipta, 2004 )

Denim,Sudarwan, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, ( Bandung : Alfabert, 2010),

Getteng ,Abd. Rahman,Menuju Guru Professional Dan Ber-Etika, (Jogyakarta : Grha Guru, 2012)

Hasanah,Aan, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung, Pustaka Setia,2012)

Moleong , J Lexi. Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016,)

Mulyasa, M, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009 )

Pido, T Asiah Siti. Kinerja Guru Tersertifikasi,(Gorontalo: Sultan Amai Press, 2015)

Rahmat, Abdul & Husain, Rusmin, Profesi Keguruan, ( Bandung : Ideas Publishing, 2012)

Rochman ,Chaerul & Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru, (Bandung : Nuansa Cendekia,2011)

Suparno, Paul, Guruku Panutanku. ( Yogjakarta : Kanisius, 2013 )

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. ( Bandung :Al-Fabeta,2010) Syaefudin Saud, Udin, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung :Alfabeta,

2010)

Sanusi ,H.Achmad, Pendiidkan Profesi Keguruan (Bandung: Pustaka Setia,2015)

Usman, Moh User, Menjadi Guru Professional, ( Bandung : Pt Remaja Rosdakarya,2002)

Yasin ,Fatah, Dimensi Pendidikan Islam ( Malang : Uin- Malang Press, 2008 )

B. Sumber Internet Atau Online

Dikutip Dari Http://Uny.Ac.Id , Diakses Pada Tgl 14 Des 2017

Page 80: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

Dikutip Dari Http://Ullahs.Blogspot.Co.Id Diakses Pada Tgl 14 Des 2017

Dikutip Dari Http://Uinsby.Ac.Id, Diakses Pada Tgl 23 Des 2017, Pkl 23:30

C. Undang- Undang Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen.

D. Sumber Skripsi Dan Jurnal

Dikutip Dari Http://Jurnal.Upi.Edu. Diakses Pada Tgl 13 Des 2017, Dikutip Dari Http://Uin-Alauddin.Ac.Id Muh. Ilyas Ismail,Kinerja Dan

Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran, Jurnal , 2010, Diakses Pada Tgl 16 Des 2017 ,

Dikutip Dari Http://Repository.Radenintan.Ac.Id/Id/Id/Eprint/365, Tri Oktaviani, Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Pai Terhadap Akhlak Siswa Smp Muhammadiyah1 Gisiting, Skripsi,2015, Diakses Pada Tgl 19 Des 2017

Dikutip Dari Www.Uny.Ac.Id , Sigit Dwi Kusrahmadi, Pentingnya Pendidikan Moral Bagi Anak Sekolah Dasar , Jurnal, 2007, Diakses Pada Tgl 19 Des 2017,

Dikutip Dari Www.Uin-Suka.Ac.Id , Novem Nugroho, Pendidikan Moral Menurut John Locke Persfektif Pendidikan Agama Islam, Skripsi, Diakses Pada Tgl 19 Des 2017,

Dikutip Dari Www.Uin-Suska.Ac.Id , Suhaidi, Konsep Pembinaan Moral (Studikomparatif Antara Al-Ghazalidengan Lawrence Kohlberg), Skripsi, 2011, Diakses Pada Tgl 19 Des 2017,

Dikutip Dari Santi, Pengembangan Kompetensi Guru Dalam Peningkatan Mutu Pengajaran Dismp Al-Mubarak Pondok Aren, Skripsi, 2009, Diakses Pada Tanggal 31 Januari 2018,

Page 81: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

RIWAYAT HIDUP

Eliska kobandaha, lahir di Kopandakan, 20 Februari 1997

merupakan anak tunggal dari bapak Joni Kobandaha dan ibu

Nurmiati Amba. Menyelesaikan pendidikan SDN 2 kopandakan,

SMP Negeri 8 Kota Kotamobagu, SMK

Negeri 2 Kota Kotamobagu jurusan

TataBusana dan S1 IAIN Sultan Amai

Gorontalo jurusan Pendidikan Agama

Islam.

Pengalaman organisasi dalam

intra kampus: anggota pengurus

Himpunan Mahasiswa Jurusan PAI (TAHUN 2016 dan 2017),

sekretaris bidang Humas dalam Dewan Mahasiswa Fakultas

Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (tahun 2018). Pengalaman dalam

organisasi ekstra adalah anggota dalam Pergerakan Mahasiswa

Islam Indonesia sejak tahun 2015.

Page 82: motto dan persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/.../Buku-SKripsi...Zohra Yasin, M.Hi., dan Burhanudin AK Mantau, S.Ag, M.Pd.I., penguji I dan Penguji II dalam

.