morfologi anggrek

18
MORFOLOGI ANGGREK Oleh: Nama : Annisa Dwinda Fatimah NIM : B1J011082 Kelompok : 3 Rombongan : I Asisten : Atika Laeli Sukmawati LAPORAN PRAKTIKUM ORKHIDOLOGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Upload: annisa-dwinda-f

Post on 19-Jan-2016

144 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Morfologi Anggrek

MORFOLOGI ANGGREK

Oleh:

Nama : Annisa Dwinda FatimahNIM : B1J011082Kelompok : 3Rombongan : IAsisten : Atika Laeli Sukmawati

LAPORAN PRAKTIKUM ORKHIDOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2014

Page 2: Morfologi Anggrek

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan jenis flora dan faunanya.

Anggrek merupakan famili terbesar yang menempati 7-10% tumbuhan berbunga

dan memiliki kurang lebih 20.000 sampai 35.000 jenis (Dressler, 1993). Di

Indonesia diperkirakan ada 4.000-5.000 jenis (Latif, 1960). Di Pulau Jawa areal

hutan sudah banyak terkonversi menjadi pemukiman, perkebunan, transportasi,

industri dan pembanguan fisik lainnya, sehingga populasi anggrek di alam mulai

terancam. Banyak diantara jenis-jenis anggrek yang dahulu banyak dan mudah

dijumpai di alam, tetapi sekarang sulit untuk mendapatkan kembali bahkan ada

beberapa yang dianggap sudah punah di alam (Whitten, 1992). Hal tersebut

disebabkan karena selain kerusakan habitat, juga karena banyak dieksploitasi

untuk diperdagangkan.

Suku anggrek-anggrekan atau Orchidaceae merupakan satu suku tumbuhan

berbunga dengan anggota jenis terbanyak. Jenis-jenisnya tersebar luas dari daerah

tropika basah hingga wilayah sirkumpolar, meskipun sebagian besar anggotanya

ditemukan di daerah tropika. Kebanyakan anggota suku ini hidup sebagai epifit,

terutama yang berasal dari daerah tropika. Anggrek di daerah beriklim sedang

biasanya hidup di tanah dan membentuk umbi sebagai cara beradaptasi terhadap

musim dingin. Organ-organnya yang cenderung tebal dan "berdaging" (sukulen)

membuatnya tahan menghadapi tekanan ketersediaan air. Anggrek epifit dapat

hidup dari embun dan udara lembab (Silviasari, 2010).

Anggrek sebagai tanaman hias telah mendapat posisi tersendiri di hati para

penggemarnya. Para pecinta anggrek berlomba-lomba mencari anggrek yang unik

dan langka untuk memenuhi koleksinya. Meskipun banyak tanaman hias yang

dimanfaatkan bunganya namun keunikan anggrek adalah nilai estetikanya yang

tinggi. Bentuk dan warna bunga serta karakteristik lainnya yang unik menjadi

daya tarik tersendiri dari spesies tanaman hias inisehingga banyak diminati oleh

konsumen, baik di dalam maupun luar negeri (Sabran et al, 2003).

Page 3: Morfologi Anggrek

B. Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui morfologi organ vegetatif

yang meliputi akar, batang dan daun serta dapat membedakan akar, batang, dan

daun yang berkaitan dengan cara hidupnya, yaitu anggrek tanah (terestrial) dan

anggrek epifit.

Page 4: Morfologi Anggrek

II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kertas HVS A4, pensil,

penghapus dan penggaris.

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Dendrobium sp.,

Phalaenopsis sp., dan Cattleya sp.

B. Metode

1. Bagian-bagian anggrek seperti akar, batang, daun dan bunga diamati.

2. Anggrek digambar dalam kertas HVS, ditulis bagian-bagian dan

klasifikasinya.

3. Anggrek didokumentasikan dengan kamera.

Page 5: Morfologi Anggrek

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Phalaenopsis sp. Gambar 2. Dendrobium sp.

Gambar 3. Cattleya sp.

Page 6: Morfologi Anggrek

B. Pembahasan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa anggrek

Dendrobium sp. dan Cattleya sp. memiliki tipe batang simpodial, sedangkan

anggrek Phalaenopsis sp. memiliki tipe batang monopodial. Ketiganya

merupakan anggrek epifit. Daun bentuk sendok dimiliki oleh Phalaenopsis sp.

dan Cattleya sp. Sedangkan, daun anggrek Phalaenopsis sp. bertunggangan dan

berderet dalam dua baris yang rapat dan berhadapan. Ketiganya memiliki daun

yang berdaging. Dendrobium sp. dan Cattleya sp. memiliki pseudobulbus,

sedangkan Phalaenopsis sp. tidak. Anggrek Cattleya sp. yang diamati hanya

berupa daun dan belum memiliki bunga, tetapi terdapat tunas. Phalaenopsis sp.

dan Dendrobium sp. memiliki bunga yang terdiri dari sepal dorsal dan sepal

lateral, dua petal, labellum, dan gynostenium. Labellum yang dimiliki oleh

Phalaenopsis sp. berbentuk dagu, sedangkan labellum yang dimiliki oleh

Dendrobium sp. berbentuk bibir. Warna sepal Dendrobium sp. yang diamati

adalah putih dengan petal berwarna keunguan. Sedangkan, petal dan sepal

Phalaenopsis sp. yang diamati berwarna ungu.

Anggrek memiliki berbagai macam jenis. Diversitas organisme secara

umum dideskripsikan berdasarkan bentuk morfologi. Anggrek Mokara spp.

dilaporkan telah digunakan untuk mempelajari bentuk sepal, petal, dan labellum

bunga. Anggrek ini memiliki jumlah bunga terbanyak dibandingkan dengan

anggrek lainnya. Bunga anggrek terdiri dari tiga sepal, yang biasanya berbeda dari

petal dalam bentuk, tetapi tidak dalam warna. Ada juga petal yang berjumlah tiga,

tetapi satu telah termodofikasi menjadi bibir atau labellum yang strukturnya

sangat berbeda dari dua petal lainnya (Dalayap et al., 2011).

Phalaenopsis sp. merupakan salah satu jenis anggrek yang sangat disukai

oleh konsumen karena memiliki warna, corak, keunikan bentuk dan tekstur serta

aroma tersendiri. Phalaenopsis memiliki kurang lebih 46 spesies yang tersebar di

beberapa negara dan di Indonesia memiliki lebih dari 30 spesies. Dibandingkan

dengan jenis anggrek yang lainnya, permintaan anggrek Phalaenopsis dalam pot

menduduki urutan kedua setelah anggrek Dendrobium. Phalaenopsis memiliki

kekhasan sebagai anggrek golongan epifit yaitu memiliki akar yang menempel

dengan kuat di batang kayu atau dinding bebatuan. Tipe pertumbuhannya

Page 7: Morfologi Anggrek

termasuk monopodial yaitu berbatang tunggal, hal ini mempengaruhi cara

perbanyakannya sehingga perbanyakan melalui anakan lebih sulit karena tanaman

tidak memiliki anakan. Perbanyakan dapat dilakukan menggunakan bagian

vegetatif melalui teknik kultur jaringan atau secara generatif melalui biji hasil

persilangan untuk mendapatkan jenis baru atau untuk melestarikan spesies.

Phalaenopsis memiliki potensi yang sangat besar untuk menghasilkan jenis-jenis

baru meskipun membutuhkan waktu yang lebih lama karena anggrek ini akan

berbunga setelah tanaman berumur tiga tahun (Ferziana & Erfa, 2013). Klasifikasi

anggrek Phalaenopsis adalah sebagai berikut (Hsuang Keng, 1978):

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae

Genus : Phalaenopsis

Spesies : Phalaenopsis sp.

Cattleya termasuk anggrek epifit yang biasa ditanam dalam pot, blok pakis

atau pada cabang-cabang kayu yang masih hidup maupun yang sudah mati.

Anggrek ini memiliki rizom atau batang di bawah tanah. Dari rizom keluar

batang, kemudian antara rizom dan batang disebut pseudobulb atau bulb palsu.

Menurut Supramana dan Suatika (1990) tinggi berkisar antara 18-90 cm.

Bunganya mempunyai tiga buah sepalum, daun mahkota letaknya berselang

dengan sepalum berbentuk sendok relatif mendatar. Daunnya hijau dan tebal

seperti kulit. Menurut Dressler dan Dodson (2000), klasifikasi anggrek Cattleya

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae

Genus : Cattleya

Spesies : Cattleya sp.

Page 8: Morfologi Anggrek

Nama Dendrobium berasal dari bahasa Latin, Dendron yang artinya pohon

dan bios yang artinya hidup. Anggrek Dendrobium memiliki pseudobulb yang

besar. Bunganya tumbuh berkelompok atau berupa tandan. Labellum Dendrobium

tampak besar dan jelas. Bunga anggrek ini memiliki warna yang bermacam-

macam. Bunga Dendrobium ada yang hanya bertahan satu hari di tangkai, tetapi

ada pula yang tahan hingga berminggu-minggu. Dendrobium adalah anggrek yang

bersifat epifit, yang hidupnya menempel pada batang, dahan, atau ranting pohon

yang sudah mati (Sutiyoso & Sarwono, 2003), akarnya sebagian menempel pada

medianya sebagian menjuntai bebas di udara (Sandra, 2001). Menurut Dressler

dan Dodson (2000), klasifikasi anggrek Dendrobium adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae

Genus : Dendrobium

Spesies : Dendrobium sp.

Menurut Puspitaningtyas (2006), tanaman anggrek berdasarkan habitat dan

tempat hidupnya dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu:

1. Anggrek epifit (ephytis), adalah jenis anggrek yang menumpang pada batang

atau pohon lain tetapi tidak merusak atau merugikan tanaman yang

ditumpangi (tanaman inang). Alat yang dipakai untuk menempel adalah akar,

sedangkan akar yang berfungsi untuk mencari makanan adalah akar udara.

Anggrek epifit membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Di habitat

aslinya, anggrek ini kerap menempel pada pohon-pohon besar dan rindang.

Contoh anggrek epifit antara lain Dendrobium, Cattleya, Oncidium, dan

Phalaenopsis.

2. Anggrek semi epifit, adalah jenis anggrek yang juga menempel pada pohon

atau tanaman lain yang tidak merusak. Anggrek semi epifit, selain untuk

menempel pada media, akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu

untuk mencari makanan untuk berkembang. Contoh anggrek semi epifit

antara lain Epidendrum, Leila, dan Brassavola.

Page 9: Morfologi Anggrek

3. Anggrek tanah (anggrek terrestrial), adalah jenis anggrek yang hidup di atas

permukaan tanah. Anggrek jenis ini membutuhkan cahaya matahari penuh

atau cahaya matahari langsung. Contoh anggrek teresterial antara lain Vanda,

Renanthera, Arachnis, dan Aranthera.

4. Anggrek saprofit, adalah anggrek yang tumbuh pada media yang

mengandung humus atau daun-daun kering. Anggrek saprofit dalam

pertumbuhannya membutuhkan sedikit cahaya matahari. Contoh jenis ini

salah satunya adalah Goodyera sp.

5. Anggrek litofit, adalah jenis anggrek yang tumbuh pada batu-batuan. Anggrek

jenis ini biasanya tumbuh dibawah sengatan cahaya matahari penuh. Contoh

jenis ini antara lain Dendrobium dan Phalaenopsis.

Berdasarkan pola pertumbuhannya, secara umum anggrek dibagi menjadi

dua jenis, yaitu:

1. Anggrek Simpodial

Anggrek simpodial memiliki pola tumbuh horizontal seperti tumbuhan

merambat. Batang tumbuhnya disebut rhizome. Rhizome tumbuh secara

horizontal pada permukaan tanah dan akar-akarnya tumbuh di sepanjang

rhizome dengan arah menyamping dan membentuk batang vertikal yang

disebut umbi semu (pseudobulb). Salah satu fungsi dari pseudobulb adalah

sebagai tempat menyimpan air dan sari makanan. Anggrek yang termasuk

jenis simpodial adalah Cattleya, Oncidium, Dendrobium, dan Coelogyne.

2. Anggrek monopodial

Anggrek monopodial adalah anggrek yang tumbuh ke atas dari satu batang

(stem). Daunnya akan bertambah terus dari ujung batang selama hidupnya.

Jenis ini tidak mempunyai rhizome dan pseudobulb. Biasanya tumbuh akar

udara (aerial root) di sepanjang batangnya. Berbeda dengan anggrek

simpodial yang tangkai bunganya tumbuh dari ujung batang, tangkai bunga

anggrek monopodial tumbuh dari sisi batang dan dimulai dari arah bawah.

Jika ujung batang anggrek monopodial rusak karena busuk atau dipotok dan

distek, maka akan muncul batang baru dari sisi batang lama dan selanjutnya

daun akan tumbuh dari batang baru tersebut. Anggrek yang termasuk jenis

Page 10: Morfologi Anggrek

monopodial adalah anggrek Phalaenopsis dan Vanda (Redaksi Agromedia,

2006).

Secara umum, tanaman anggrek memiliki akar yang lunak dan mudah patah.

Bagian ujungnya meruncing, agak lengket dan licin saat dipegang. Anggrek

memiliki akar udara (akar aerial) yang berguna untuk menyerap air dari udara.

Akar ini dapat berfotosintesis karena mengandung butir hijau daun. Selain itu,

banyak anggrek yang memiliki umbi semu pada batang atau pangkal daun. Umbi

semu tersebut berfungsi untuk menyimpan air dan zat hara. Jenis anggrek

monopodial memiliki akar aerial yang berwarna hijau, hijau keputihan, atau

kuning kecoklatan (Redaksi Agromedia, 2006).

Anggrek tipe monopodial memiliki batang tunggal dengan pertumbuhan

ujung batang lurus dan tidak terbatas, sedangkan pada tipe simpodial,

pertumbuhan ujung batang anggrek terbatas dan akan berhenti setelah mencapai

maksimal untuk selanjutnya akan tumbuh anakan baru pada rhizome induk. Daun

anggrek muncul pada ruas-ruas batang dengan posisi berhadapan atau

berpasangan. Bentuk daun anggrek tergantung dari varietasnya masing-masing.

Ada anggrek yang memiliki daun berbentuk kecil memanjang, ada pula yang

memiliki daun bulat lebar. Anggrek yang memiliki daun lebar biasanya lebih

cepat berbunga karena proses fotosintesisnya juga berlangsung cepat. Hasil

fotosintesis yang berupa makanan akan dipakai untuk mempercepat proses

pembungaan(Redaksi Agromedia, 2006).

Bunga anggrek dapat tumbuh di ujung tanaman (tipe acranthe) atau

terbentuk di antara helai daun (tipe pleuranthe). Bunga anggrek tersusun atas

bagian sepal (daun kelopak bunga), petal (daun mahkota bunga), pollinia atau

polen (alat kelamin jantan), putik (alat kelamin betina), dan ovari (bakal buah).

Buah anggrek berbentuk kapsul (capsular) yang terbelah enam bagian. Ujung

buah anggrek merupakan tempat menempelnya daun buah yang juga merupakan

tempat munculnya biji. Biji anggrek tidak memiliki endosperm sehingga untuk

perkecambahannya membutuhkan gula dan senyawa lain dari lingkungannya

(Redaksi Agromedia, 2006).

Page 11: Morfologi Anggrek

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Anggrek Dendrobium sp., Phalaenopsis sp., dan Cattleya sp. Merupakan

anggrek epifit.

2. Daun Cattleya sp. dan Phalaenopsis sp. berbentuk sendok, sedangkan daun

Dendrobium sp. bertunggangan. Cattleya sp. hanya memiliki daun,

sedangkan Dendrobium sp. dan Phalaenopsis sp. memiliki bunga yang

terdiri dari sepal dorsal, sepal lateral, petal, labellum, dan gynostenium.

Page 12: Morfologi Anggrek

DAFTAR REFERENSI

Dalayap, R. M., Torres, M. A. J., & Demayo, C. G. 2011. Landmark and Outline Methods in Describing Petal, Sepal and Labellum Shapes of the Flower of Mokara Orchid Varieties. International Journal of Agriculture & Biology, 13(5).

Dressler, R. and C. Dodson. 2000. Classification and Phylogeny in Orchidaceae. Annals of the Missouri Botanic Garden 47: 25−67.

Dressler, R. L. 1982. The orchids natural history and classification. Harvard University Press. Cambridge, Massachusetts and London, England. 332p.

Ferziana & L. Erfa. 2013. Pengaruh Tripton dan Arang Aktif pada Pembesaran Bibit Anggrek Phalaenopsis In Vitro The Influence of Tripton and Active Carbon on Orchid Phaleonopsis InVitro Seedling Enlargement. Jurnal Pertanian Terapan Vol. 13 (1): 45-51.

Hsuan Keng. 1978. Orders and Families of Malayan Seed Plants. Singapore University Press.

Latief, S.M. 1960. Bunga Anggrek Permata Belantara Indonesia. PT Sumur, Bandung.

Puspitaningtyas, Dwi Murti, Sofi Mursidawati dan Suprih Wijayanti. 2006. Studi Fertilitas Anggrek Paraphalaenopsis serpentilingua (J.J.Sm.) A.D. Hawkes. Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor, Volume 7, Nomor 3 Juli 2006, Halaman: 237-241.

Redaksi Agromedia. 2006. Cara Tepat Merawat Anggrek. Agromedia Pustaka, Depok.

Sabran, A. Krismawati, Y.R. Galingging, dan M.A. Firmansyah. 2003. Eksplorasi dan Karakteristik Tanaman Anggrek di Kalimantan Selatan. B. Plasma Nuftah Vol. 9(1): 1-6.

Sandra, E. 2001. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. Agromedia Pustaka. Jakarta. 54 hlm.

Silviasari, A. D. 2010. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Ubi Jalar dan Emulsi Ikan Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Dendrobium alice noda x Dendrobium tomie dan Phalaenopsis pinlong Cinderella x Vanda tricolor pada Medium Vacin dan Went. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Suparmana dan Suatika, G. 1990. Anggrek Cattleya. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Page 13: Morfologi Anggrek

Sutiyoso, Y & B. Sarwono. 2003. Merawat Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta . 72 hlm.

Whitten, A.J. 1992. Conservation of Java’s Flora. In: Suhirman et al. (eds.). Strategies for Flora Conservation in Asia. Kebun Raya Bogor Proceedings. Bogor.