money politic (politik uang) dalam pemilihan umum

87
1 MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2019 (Studi Kasus: Perilaku Pemilih Pada Pemilihan Umum Legislatif Di Desa Namolandur Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang) Muhammad Idrisky ritonga Nim : 160906024 Dosen Pembimbing :Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

1

MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

LEGISLATIF 2019 (Studi Kasus: Perilaku Pemilih Pada Pemilihan Umum Legislatif Di Desa Namolandur

Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang)

Muhammad Idrisky ritonga

Nim : 160906024

Dosen Pembimbing :Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

Page 2: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

i

Page 3: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

MUHAMMAD IDRISKY RITONGA (160906024)

MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF

2019

(Studi Kasus: Perilaku Pemilih Pada Pemilihan Umum Legislatif Di Desa Namolandur

Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang).

Rincian isi skripsi

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba untuk menguraikan fakta-fakta tentang perilaku masyarakat

terhadap money politic yang terjadi dalam pemilu legislatif 2019 di Desa Namolandur

Kecamatan Namorambe. Praktik politik uang sudah sangat sering terjadi di Indonesia pada

saat pemilihan umum legislatif dan sebenarnya ini adalah salah satu permasalahan dalam

negara demokrasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif dan data

primer yang didapatkan penulis bersumber dari wawancara mendalam kepada masyarakat,

yang secara terbuka memberikan informasi untuk membantu penelitian ini.

Penulis menggunakan teori perilaku pemilih dalam penelitian ini. Terdapat tiga

pendekatan dalam teori perilaku pemilih yakni; pendekatan sosiologis, pendekatan

psikologis, dan pendekatan rasional. Hasil analisis yang didapat dari penelitian ini adalah

bahwa perilaku masyarakat dalam memilih tidak terlepas dari adanya bentuk politik uang itu

sendiri berupa pemberian uang pribadi (dalam bentuk sembako dan lain-lain) serta

pelayanan dan aktivitas (dalam bentuk pembangunan desa). Pemberian uang dan barang

calon legislatif berjalan lancar karena terjalinnya hubungan baik yaitu tim sukses dan

jaringan sosial. Pada penelitian ini penulis juga menemukan bahwa sosiologis mendominasi

perilaku warga masyarakat.

Kata kunci :politik uang, sosiologis, psikologis, dan rasional.

Page 4: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

MUHAMMAD IDRISKY RITONGA (160906024)

MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF

2019

(Studi Kasus: Perilaku Pemilih Pada Pemilihan Umum Legislatif Di Desa Namolandur

Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang).

Rincian isi skripsi

ABSTRACT

This research tries to describe the fact about people’s behaviour to money politic

that occured in 2019 legislative elections at Namolandur Village Namorambe districts.

Practice money politic very often occured in Indonesian during general elections and in the

fact of the problem in a democratic country. In this research the author used qualitative

methods and primary data obtainded by the authors came from in-depth interviews with the

public, who openly provided information to form this research.

The author uses the theory of voter behavior in this research. There are three

approaches in the theory of voter behavior, namely; sociological approach, psychological

approach, and rational approach. This result of the analysis obtained from this research are

that people’s behavior in choosing is inseparable from the existence of the form of money

politics itself in the form of personal money giving 9in the form of groceries and others) and

services and activities (in the form of village development). The provision of money and

goods for the legislative candidates went smoothly because of the good relationship, namely

the success team and social networks. In this study, the authors also found that sociology

dominates the behavior of citizens.

Keyword : money politic, sosiological, psychological.

Page 5: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

iv

Page 6: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

v

Page 7: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

vi

Kata Pengantar

Skripsi ini berjudul “Money Politic (Politik Uang) Dalam Pemilihan Umum

Legislatif Tahun 2019. Studi kasus: Perilaku Pemilih Pada Pemilihan Umum Legislatif Di

Desa Namolandur Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang”. Skripsi ini

menjelaskan tentang perilaku Masyarakat tentang praktik money politic yang masih sering

terjadi dalam pemilihan umum.

Alhamdulillah, atas syukur kepada Allah SWT, penulis diberikan rahmat berupa

kesempatan dan kesehatan untuk menyelesaikan studi ini berupa penulisan Skripsi dari hasil

penelitian yang dikerjakan, dari proses awal, kurang lebih sebelas bulan. Sholawat dan

salam penulis juga sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatanya,

semoga para pengikutnya sampai akhir zaman mendapatkan manfaat.

Dalam kesempatan kali ini, saya ingin mengucapkan terimakasih banyak dari hati

saya yang paling dalam kepada seluruh keluarga tercinta yang selama ini selalu menjadi

pendukung terkhusus saya ucapkan dari hati yang paling dalam kepada kedua orangtua saya

yaitu almh. Mamak tercinta dan alm. Ayah yang sudah menjaga saya dari kecil hingga saya

sampai di titik ini. Tiada kata yang tepat untuk mengutarakan rasa terimakasih saya

terkhusus kepada almh Mamak tersayang. Kemudian saya juga ingin mengucapkan

terimakasih banyak kepada kakak saya Meisya Putriani Ritonga yang sudah mampu

menggantikan sosok seorang Ibu serta Ayah dalam kehidupan saya tiga tahun belakangan ini

semenjak kepergian mamak. Dan juga selalu menjadi penyemangat saya disaat suka maupun

duka. Dan terimakasih banyak juga kepada abang saya Rocky Iswad Damanik yang telah

banyak membantu biaya perkuliahan saya dan juga selalu memberikan semangat kepada

saya. Serta terimakasih juga kepada seluruh keluarga saya yang selalu memberi semangat

kepada saya.

Kemudian tidak lupa pula saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak

Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan dan

bimbingan berupa masukan dan kritik yang sangat membangun. Berkat beliau, saya dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan sangat baik dan terima kasih juga saya ucapkan atas semua

ilmu yang selama ini Bapak sampaikan kepada saya. Saya sangat bersyukur karena Bapak

selalu bersabar dalam menghadapi saya meskipun dalam perjalanan skripsi saya ini banyak

sekali kesalahan yang saya lakukan tetapi Bapak dengan sangat sabar membimbing saya

hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan sampai akhir.

Dalam perjalanan kuliah hingga penulisan skripsi ini tidak terlepas juga dari peran

pribadi-pribadi luarbiasa sebagai pengajar dan juga penyemangat saya yang menjadi bagian

dari kehidupan saya, maka dari itu dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima

kasih kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing saya

yang sudah membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Dr. Warjio, Ph.D selaku Kepala Jurusan Departemen Ilmu Politik Univeristas

Sumatera Utara dan sekaligus sebagai motivator saya di kampus. Beliau adalah salah

satu sosok yang selalu memberikan support, semangat, dan juga kata-kata positif

setiap penulis menjumpai beliau.

Page 8: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

vii

Page 9: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

viii

Daftar Isi

Pernyataan .............................................................................................. Error! Bookmark not defined.

Abstrak .................................................................................................................................................. ii

Abstract ................................................................................................................................................. iii

Halaman Persetujuan .............................................................................. Error! Bookmark not defined.

Halaman Pengesahan .............................................................................. Error! Bookmark not defined.

Kata Pengantar ....................................................................................................................................... v

Daftar Isi .............................................................................................................................................. vii

Daftar Tabel dan Gambar ...................................................................................................................... x

Bab 1 Pendahuluan ................................................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................. 1

1.2 Rumusah Masalah ........................................................................................................................ 6

1.3 Batasan Masalah .......................................................................................................................... 6

1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................................................... 6

1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................................................... 6

1.6 Studi Terdahulu ......................................................................................................................... 6

1.7. Kerangka Teori ........................................................................................................................... 7

1.7.1. Money Politic ....................................................................................................................... 7

1.7.2. Pemilih ...............................................................................................................................13

1.8 Kerangka Berfikir ......................................................................................................................22

1.9. Metode Penelitian .....................................................................................................................22

1.9.1. Jenis Penelitian ..................................................................................................................22

1.9.2. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................................23

1.9.3. Teknik Analisis Data ...........................................................................................................23

1.9.4. Lokasi penilitian .................................................................................................................24

Bab II Profil Desa Namolandur ...........................................................................................................25

II.I Profil Kabupaten Deli Serdang ..................................................................................................25

II.II Asal- Usul Deli Serdang ...........................................................................................................25

II.III Asal-usul Desa Namolandur Kecamatan Namorambe ............................................................26

II.IV Letak Geografis Desa Namolandur .........................................................................................27

II.V Struktur Pemerintahan Desa Namolandur ................................................................................27

II.VI Jumlah Penduduk Desa Namolandur ......................................................................................28

II.VII Keadaan Sosial Budaya Desa Namolandur ...........................................................................28

II.VIII Mata Pencaharian Desa Namolandur ...................................................................................28

Page 10: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

ix

II.IX Pendidikan Warga Desa Namolandur .....................................................................................29

II.X Agama Mayoritas Desa Namolandur .......................................................................................29

Bab III Analisis Politik Uang Pada Pemilihan Umum Legislatif 2019 ...............................................31

III.I Calon Kandidat Memberikan Sembako ...................................................................................31

III.II Calon Kandidat Memberikan Uang ........................................................................................33

III.III Dampak Politik Uang Terhadap Pilihan Warga ....................................................................36

III.IV Warga Memilih Berdasarkan Agama ....................................................................................37

III.V Warga Memilih Berdasarkan Ikatan Keluarga .......................................................................38

III.VI Warga Memilih Berdasarkan Visi dan Misi ..........................................................................38

III.VII Warga Memilih Berdasarkan Ikatan Partai ..........................................................................40

III.VIII Warga Memilih Berdasarkan Keuntungan yang Diperoleh ................................................41

Bab IV Penutup ...................................................................................................................................47

A. Kesimpulan ..............................................................................................................................47

B. Saran ........................................................................................................................................47

Daftar Pustaka......................................................................................................................................48

Daftar Lampiran ..................................................................................................................................50

Dokumentasi ........................................................................................................................................70

Page 11: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

x

Daftar Tabel dan Gambar

Tabel 1.1 Persebaran Jumlah penduduk Desa Namolandur

Tabel 1.2 Persebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Gambar 1. Kerangka Berfikir

Gambar 2. Dokumentasi kantor Desa Namolandur

Gambar 3. Dokumentasi pengambilan data dengan Sekretaris Desa Namolandur

Gambar 4. Dokumentasi wawancara dengan Informan bapak Adtya Jaya Sembiring selaku

kepala Desa Namolandur

Gambar 5. Dokumentasi wawancara dengan Informan Nurlela Saragih

Gambar 6. Dokumentasi wawancara dengan Informan Zefri Manurung

Gambar 7. Dokumentasi wawancara dengan Informan Ulina Valentina Ginting

Gambar 8. Dokumentasi wawancara dengan Informan Dodi Firmansyah

Gambar 9. Dokumentasi wawancara dengan Informan Lewi Perangin-angin

Gambar 10. Dokumentasi dengan Informan Enos Barus

Gambar 11. Dokumentasi dengan Informan Herman

Gambar 12. Dokumentasi dengan Informan Yulita Anggraini

Page 12: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

xi

Page 13: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu pilar demokrasi sebagai wahana

perwujutan dan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis.

Pemerintahan yang dihasilkan dari pemilu diharapkan menjadi pemerintahan yang mendapat

legitimasi yang kuat dan amanah. Pemilu pun menjadi tonggak tegaknya demokrasi dan

rakyat secara langsung terlibat aktif dalam menentukan arah serta kebijakan politik negara

untuk lima tahun ke depan, sehingga diperlukan upaya dari seluruh komponen bangsa untuk

menjaga kualitas pemilu. Hal ini sebagaimana diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8

Tahun 2012 tentang Pemilu. Anggota DPR, DPD, dan DPRD harus dilaksanakan secara

efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (Luber

dan Jurdil)1

Sistem pemilu di Indonesia tidak terlepas dari fungsi rekrutmen dalam system

politik. Mengenai sistem pemilu, Norris mengatakan bahwa rekrutmen seorang kandidat

oleh partai politik tergantung pada sistem pemilu yang berkembang di sebuah negara. Di

Indonesia, pemilihan legislatif (DPR, DPRD I, dan DPRD II) memakai sistem proporsional

dengan daftar terbuka. Lewat sistem semacam ini, partai-partai politik cenderung mencari

kandidat yang populer sehingga punya elektabilitas yang tinggi di mata para pemilih. Daftar

terbuka memungkinkan seorang kandidat mendapat contrengan lebih banyak ketimbang

calon lainnya dalam partai yang sama. Bagi partai politik, populernya seorang caleg

membuat pilihan pemilih terfokus kepada partainya ketimbang kepada partai-partai politik

lain.2

Keikutsertaan warga dalam Pemilu demokratis merupakan elemen dasar dari

sebuah proses demokrasi. Salah satu sifat dasar dari demokrasi adalah adanya kompetisi

secara bebas di antara elite untuk memperebutkan dukungan warga dalam rangka

1Rahmatia. 2014. Money Politic pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Goa. Diakes pada tanggal 10 2 Nisa Nabila “pengaruh Money Politic Dalam pemilihan Anggota Legislatif Terhadap Keberlangsungan

Demokrasi Di Indonesia”. Jurnal Notarius Vol. 13 No.1 2020 Hal.140. Diakses pada tanggal 10 juli 2020

Page 14: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

2

menduduki jabatan publik seperti presiden atau anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Dukungan warga tersebut di terjemahkan ke dalam keikutsertaan dalam pemilihan umum

guna memilih orang atau partai untuk mengisi jabatan-jabatan publik.3

Pemilu tahun 1955 adalah pemilihan umum pertama yang diadakan oleh Republik

Indonesia. Pemilu ini merupakan reaksi atas Maklumat Nomor X/1945 tanggal 3 November

1945 dari Wakil Presiden Moh. Hatta, yang menginstruksikan pendirian partai-partai politik

di Indonesia. Pemilu tahun 1971 merupakan Pemilu pertama pada masa pemerintahan Orde

Baru. Pemilu ini dilaksanakan tanggal 3 juli 1971 dengan menggunakan sistem gabungan.

Untuk pemilihan anggota DPR dan DPRD digunakan sistem perwakilan berimbang

(proporsional) dengan stelsel daftar. Pemilu diadakan di 26 provinsi Indonesia.

Pada tahun 2019 dilaksanakan pemilihan umum serentak yang mana dalam

pemilihan umum kali ini pada tanggal 17 April 2019 untuk memilih calon Presiden dan

wakil Presiden dan calon anggota dewan legislative yaitu; Pemilihan Umum anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Pada Pemilu tahun 2019 Masyarakat memilih 575 anggota Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR), 136 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), serta anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode

2019-2024.

Nama-nama partai yang lolos verifikasi dan mencalonkan anggotanya untuk dipilih

dalam Pemilu legislatif 2019, diantaranya:

1. Partai Amanat Nasional ( PAN)

2. Partai Berkarya

3. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)

4. Partai Demokrat

5. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)

3 Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat (Analisis tentang perilaku pemilih

dalam pemilihan legislatif dan presiden Indonesia pasca Orde Baru),(Jakarta ; Mizan),76.

Page 15: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

3

6. Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda)

7. Partai Golongan Karya (Golkar)

8. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)

9. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

10. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

11. Partai Nasional Demokrat (Nasdem)

12. Partai Persatuan Indonesia (Perindo)

13. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

14. Partai Solidaritas Indonesia (PSI)4

Kompetisi untuk mendapatkan dukungan warga, suara dalam memilih calon

kandidat menjadi faktor penting. Pendekatan calon kandidat kepada masyarakat menjadi

kunci untuk mendapatkan suara masyarakat pada pemilu seperti kampanye politik.

Kegiatan kampanye politik mutlak harus menjadi bagian dari rangkaian proses

tersebut, karena kampanye merupakan salah satu prosedur yang harus dilalui untuk bisa

diadakanya sebuah pemilu. Kampanye digunakan sebagai upaya memperkenalkan profile

para calon kandidat yang nantinya akan dipilih oleh masyarakat. Tidak bisa di pungkiri

bahwa melalui kegiatan kampanye tersebut, aktor politik bisa dengan leluasa dalam mencari

seluruh segmen pemilih untuk mendapatkan dukungan nantinya. Kampanye sebagai

serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu

pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu

tertentu.5

Tujuan kampanye adalah untuk mengenal para kandidat guna melahirkan pemimpin

yang terbaik dalam pemilu, berintegritas dan bertanggung jawab. Para calon anggota

legislatif akan berkompetisi untuk mendapatkan pemilih sebanyak mungkin. karena

4 Aldho. 2018. Malpraktik Dalam Proses Verifikasi Partai Politik di Indonesia: Studi Pada Pemilihan Umum

2019. Diakses pada tanggal 12 juli 2020.

5 Nisa Nabila, Paramita Prananingtyas dan Muhammad Azhar. Pengaruh Money Politic Dalam Pemilihan

Anggota Legislatif Terhadap Keberlangsungan Demokrasi di Indonesia (Semarang: 2020).

Page 16: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

4

persaingan itulah para calon legislatif tak jarang yang melakukan berbagi macam cara untuk

meraup suara terbanyak dalam proses kampanye, sehingga dapat menimbulkan terjadinya

pelanggaran dalam kampanye. Karena itulah suara para pemilih menjadi kurang berarti

karena proses yang penuh kecurangan, ketidak adilan, dan tidak demokratis seperti yang

diharapkan.Oleh karena itu, kampanye bisa dikatakan sebagai tindakan komunikasi yang

terorganisir yang diarahkan pada khalayak tertentu, pada periode tertentu guna mencapai

tujuan tertentu.6

Pelanggaran yang seringkali terjadi pada saat pelaksanaan pemilu diantarnya adalah

maraknya praktek politik uang. Politik uang dianggap sebagai suatu praktek yang

mencederai demokrasi, bahkan pada saat ini poltik uang yang sering terjadi dalam masa

pemilu, seakan menjadi syarat wajib, bagi setiap calon pejabat baik yang berada di tingkat

pusat maupun daerah, untuk mendapatkan dukungan dan suara terbanyak dari masyarakat,

tentunya jika hal ini terus dibiarkan begitu saja, maka tidak menutup kemungkinan realita

politik uang ini seolah akan menjadi budaya atau tradisi di dalam pemilu itu sendiri,

sehingga mencoreng arti dan makna dari demokrasi yang sebenarnya. Melainkan mereka

memilih pemimpin karena memiliki kesepakatan transaksional.7

Politik uang ini merupakan wujud dari para elit politik yang melakukan cara yang

tidak fair dalam memperoleh kekuasaan. Karena tentu saja calon-calon yang memiliki

modal yang banyak akan memiliki kesempatan yang besar untuk terpilih menjadi pemimpin

atau wakil rakyat. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa dengan melakukan politik uang

maka akan meningkatkan popularitas dari seorang kandidat, betapa tidak, karena image yang

terbangun di masyarakat bahwa mereka sangat mewajarkan seseorang mencalonkan diri

sebagai wakil rakyat karena kaya atau memiliki uang yang sangat banyak dibandingakan

dengan orang yang mempunyai modal yang minim.8

Politik uang diartikan sebagai proses transaksional antara calon kandidat yang

berkompetisi dalam pemilihan umum dengan pemilih agar mendapatkan dukungan berupa

perolehan suara dari pemilihan secara langsung, atau tidak langsung melalui partai politik

dan tokoh masyarakat. Definisi konseptual ini mendapatkan relevansi dengan realitas

pemilihan umum pada aspek:

6 Ibid. 7 Ibid. Hal 141 8 Dendy Lukmajati ”Praktek Politik Uang Dalam Pemilu Legislatif 2014”. Jurnal Politika Vol. 7, No.1, April 2016 Hal 1

Page 17: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

5

1. Aktor politik uang adalah calon kandidat beserta tim suksesnya.

2. Sasaran politik uang adalah pemilih, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

3. Benda yang ditransaksikan adalah uang atau barang yang memiliki nilai guna

dan nilai tukar yang tinggi.

4. Tujuan politik uang untuk memperoleh dukungan suara.

Menurut M. Abdul Kholiq politik uang adalah suatu tindakan membagi-bagikan

uang atau materi lainnya baik milik pribadi dari seorang politisi (calon Legislatif,calon

presiden dan wakil presiden, dan calon kepala daerah) atau milik partai untuk

mempengaruhi suara pemilu yang diselenggarakan. Jadi politik uang merupakan upaya

mempengaruhi orang lain dengan menggunakan imbalan materi pada proses politik dan

kekuasaan bernama pemilihan umum. Seperti yang dikemukakan Syarif Hidayat dalam

praktik politik uang dimulai dari proses nominasi kandidat, selama masa kampanye, hingga

hari-H pemilihan ketika suara dihitung. Ada dua jenis politik uang yaitu pertama, secara

langsung dengan memberikan uang kepada pemilih. Kedua, secara tidak langsung dengan

memberikan berbagai barang yang memiliki nilai guna dan nilai tukar yang tinggi.9

Politik uang dalam pemilihan kepala daerah terdapadat beberapa kasus yang pernah

terjadi di Sumatra utara contoh nya kasus Anggota F-PDIP Medan Terlibat Politik Uang.

Dalam kasus itu empat anggota F-PDIP mengaku menerima uang panjar sebesar Rp25 juta

dari salah seorang calon walikota medan. Didukung dengan hasil penelitian bahwa

pemilihan para kepala daerah di Sumatera Utara 67,9 persen pemilihan kepala daerah

berbau Uang. Hal itu terjadi dalam pemilihan kepala daerah tingkat II di enam kota di

Provinsi Sumatera Utara diyakini melakukan politik uang (money politic). Enam kota

tersebut adalah Medan, Binjai, Sibolga, Pematangsiantar, dan Tanjung balai. Dari

keterangan latar belakang di atas Sehinnga membuat penulis ingin meneliti mengenai politik

uang yang berada di Desa namolandur Kecamatan Namorambe.10

Dari survey awal yang telah dilakukan peneliti di Desa Namolandur, peneliti

mengatahui bahwa ada anggota legislatif yang memberikan bantuan berupa Sembako dan

Uang. Bantuan tersebut diberikan lewat tim sukses calon kandidat untuk membangun rasa

simpati masyrakat terhadap calon anggota legislatif.

9 Ibid. 10 Amzulian Rifai, Politik Uang Dalam Pemilihan Kepala Daerah, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 56

Page 18: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

6

Berdasarkan hal tersebut, penulis kemudian mengambil penelitian yang berjudul

“Money Politic Dalam Pemilihan Umum Legislatif 2019 (Studi kasus Perilaku Pemilih

pada Pemilihan umum legislatif di deli serdang desa Namolandur Kecamatan

Namorambe”). Penelitian ini menjelaskan tentang perilaku masyarakat pemilih desa

namolandur tentang money politic (politik uang).

1.2 Rumusah Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian tersebut, maka penulis merumuskan

masalah yang akan dikaji melalui pertanyaan dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana perilaku

masyarakat pemilih mengenai praktik politik uang (money politic) yang terjadi di Desa

Namolandur dalam pemilihan umum Legislatif 2019 ?

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka batasan

masalah di dalam penelitian ini adalah penulis hanya berfokus pada perilaku masyarakat

pemilih terhadap praktik politik uang (money politic) yang terjadi di desa namolandur dalam

Pemilihan umum Legislatif 2019.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah mendeskripsikan perilaku masyarakat pemilih

terhadap praktik money politic (politik uang) yang dilakukan calon kandidat dalam

Pemilihan Umum Legislatif 2019 di desa Namolandur kecamatan Namorambe.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi, dan bahan referensi dalam Ilmu

Politik khususnya tentang praktik politik uang (money politic) dalam Pemilihan Umum

Legislatif 2019 di desa Namolandur kecamatan namorambe.

2. Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan bahan masukan dalam rangka

penyempurnaan terhadap upaya penanggulangan pada politik uang (money politic)

Dalam Pemilihan Umum Legislatif 2019 (Studi kasus Masyarakat pemilih pada

Pemilihan umum legislative di deli serdang desa Namolandur Kecamatan Namorambe).

Sehingga menciptakan pemilihan umum demokratis yang bersih dari pelanggaran serta

kecurangan-kecurangan dalam pemilihan.

1.6 Studi Terdahulu

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Gustia, Mahasiswa Universitas Hasanuddin

Makasar yang berjudul “Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Money Politic Pada

Page 19: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

7

Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Legislatif”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan Money Politic pada

penyelenggaraan pemilu anggota legislatif serta untuk mengetahui upaya penanggulangan

oleh Panwaslu terhadap kejahatan money politic pada penyelenggaraan pemilu anggota

legislatif.11

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Pertama, faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya money politic pada penyelenggaraan pemilu anggota legislatif yaitu persaingan

atau kompetisi yang ketat antara caleg, rasa tidak percaya terhadap caleg, tidak

terbangunnya hubungan yang baik antara caleg dengan pemilih, kebiasaan politik, kondisi

ekonomi masyarakat, pendidikan politik yang rendah, dan minimnya pemahaman tentang

ketentuan pidana pemilu. Kedua, upaya penanggulangan oleh panitia pengawas pemilu

(Pawaslu) terhadap kejahatan Money Politic Pada Penyelenggaraan Pemilu Legislatif terdiri

dari dua bentuk yaitu; upaya pencegahan dan upaya represif sebagai bentuk pengawasan

pemilu legislatif. Upaya pencegahan yaitu menyampaikan himbauan-himbauan melalui surat

resmi, menginstruksikan kepada seluruh jajaran pengawas pemilu melakukan pengawasan

aktif, melakukan pendekatan persuasi kepada masyarakat, mengadakan kerjasama dengan

penyelanggaraan pemilu dan memetakan titik rawan yang diduga berpotensi terjadinya

Money Politic.

Perbedaan pada skripsi di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis

yaitu pada tujuan penelitian. Skripsi di atas menjelaskan apa yang menjadi faktor terjadinya

politik uang di Kabupaten Bone, sedangkan Penelitian yang akan penulis teliti yaitu

mengenai Bagaimana perilaku Masyarakat pemilih terhadap Money Politic yang terjadi.

1.7. Kerangka Teori

1.7.1. Money Politic

Money Politic (Politic Uang) merupakan salah satu masalah serius dalam setiap

pemilihan umum di Indonesia. Mulai dari pemilihan kepala desa, anggota legislatif, Dewan

Perwakilan Daerah (DPD), kepala daerah, hingga presiden selalu diwarnai praktik jual beli

pengaruh dan suara. Tidak mengherankan apabila temuan mengenai politik uang

11 Gustia. 2015. Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Money Politic pada Penyelenggara Pemilihan

Umum Anggota Legislatif. Diakses pada tanggal 23 juli 2020.

Page 20: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

8

mendominasi dalam setiap laporan pelanggaran, khususnya berkaitan dengan pelanggaran di

masa kampanye, pemungutan suara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara.

Istilah Money Politic (politik uang) telah secara luas digunakan untuk

menggambarkan praktik-praktik sejak demokratisasi di Indonesia bermula pada akhir 1990-

an. Kendati istilah ini telah digunakan secara umum, definisi dari istilah tersebut masih

kabur. Semua pihak menggunakan istilah ini dengan definisi mereka masing-masing. Tetapi

untuk menghindari kekaburan makna dari istilah politik uang, peneliti mendefinisikan istilah

tersebut sesuai standar yang ada dalam berbagai studi komparatif tentang politik elektoral di

berbagai Negara.

Money politic (Politik Uang) dalam Bahasa Indonesia adalah suap, arti suap dalam

buku kamus besar Bahasa Indonesia adalah uang sogok. Politik uang adalah pertukaran uang

dengan posisi, kebijakan dan keputusan politik yang mengatasnamakan kepentingan rakyat

tetapi sesungguhnya demi kepentingan pribadi, kelompok dan partai. Politik uang adalah

suatu upaya memengaruhi orang lain (masyarakat) dengan menggunakan imbalan materi

atau dapat juga diartikan sebagai jual-beli suara pada proses politik dan kekuasaan serta

tindakan membagi-bagikan uang, baik milik pribadi atau partai untuk mempengaruhi suara

pemilih. Politik Uang (Money Politic) dapat diartikan sebagai upaya mempengaruhi perilaku

orang lain dengan menggunakan imbalan tertentu.12

Menurut Syarif Hidayat, praktik politik uang dimulai dari proses nominasi

kandidat, selama masa kampanye, hingga hari „H‟ pemilihan ketika suara dihitung. Ada dua

jenis politik uang; Pertama, secara langsung dengan memberikan uang kepada pemilih.

Kedua, secara tidak langsung dengan memberikan berbagai barang yang memiliki nilai guna

dan nilai tukar yang tinggi.

Ada juga yang mengartikan politik uang sebagai tindakan jual beli suara pada

proses politik dan kekuasaan. Tindakan itu bisa terjadi dalam jangkauan yang lebar, dari

pemilihan kepala desa sampai pemilihan umum presiden. Maka politik uang adalah semua

tindakan yang disengaja oleh seseorang atau kelompok dengan memberi atau menjanjikan

uang atau materi lainnya kepada seseorang supaya menggunakan hak pilihnya dengan cara

tertentu atau tidak menggunakan hak pilihnya untuk memilih calon tertentu atau dengan

sengaja menerima atau memberi dana kampanye kepada pihak-pihak tertentu. 13

12 Didik Supriyanto, Koordinator Pengawasan Panwas Pemilu, Http:// Www.Panwaslu, Jum’at. 13 Ismawan, Pengaruh Uang Dalam Pemilu

Page 21: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

9

Dengan demikian money politic (politik uang) adalah suatu bentuk pemberian atau

janji menyuap seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih

maupun supaya iya menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum.

Pemberian bisa dilakukan menggunakan uang atau barang. Politik uang umumnya dilakukan

untuk menarik simpati para pemilih dalam menentukan hak suaranya tiap pemilihan umum.

Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dikatakan bahwa money politic yang digunakan bisa

berupa uang ataupun barang dengan tujuan untuk menarik simpati para pemilih. Dengan

adanya beberapa klasifikasi pemilih sehingga diperlukan untuk menentukan sasaran

khalayak yang kiranya sangat mudah untuk dipengaruhi agar calon kandidat bisa

memenangkan kampanyenya untuk mengambil kekuasaan tersebut.

Sasaran khalayak disini yaitu pemilih pemula dan pemilih yang ekonomi nya

rendah dikarenakan pemilih pemula merupakan kalangan muda yang baru pertama kali akan

menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum (pemilu). Sedangkan masyarakat yang

ekonomi nya rendah sudah pasti menerima apapun yang di berikan baik berupa bantuan

barang atau pun uang kepadanya. Oleh karena itu, menurut para tim kampanye dianggap

lebih mudah untuk mempengaruhi sasaran khalayak demi kesuksesan kampanyenya dalam

pemilihan umum (pemilu).14

1.7.1.1. Bentuk Bentuk Money Politic

A. Berbentuk Uang (Cash Money)

Dalam masyarakat, tidak terkecuali masyarakat religius, uang memang diakui

sebagai senjata politik ampuh yang sangat strategis untuk menaklukkan kekuasaan. Karena,

pada dasarnya uang merupakan saudara kembar kekuasaan. Uang merupakan faktor penting

yang berguna untuk mendongkrak personal seseorang, sekaligus untuk mengendalikan

wacana strategis terkait dengan sebuah kepentingan politik dan kekuasaan. Dimana,

seseorang leluasa mempengaruhi dan memaksakan kepentingan pribadi dan kelompoknya

pada pihak lain melalui berbagai sarana, termasuk uang. Dalam pemilihan Legislatif uang

sangat berperan penting15. Modus Money Politic yang terjadi dan sering dilakukan, antara

lain:

1. Sarana Kampanye. Caranya dengan meminta dukungan dari masyarakat melalui

penyebaran brosur, stiker dan kaos. Setelah selesai acarapun, para pendukung diberi

pengganti uang transport dengan harga yang beragam.

14 Ibid. 15 Ahmad Khoirul Umam, Kiai dan Budaya Korupsi di Indonesia (Semarang: Rasail, 2006).

Page 22: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

10

2. Dalam Pemilu ada beberapa praktik tindakan money politic misalnya: distribusi

sumbangan, baik berupa barang atau uang kepada para kader partai, penggembira,

golongan atau kelompok tertentu. Bantuan Langsung (Sembako Politik). Yaitu pemberian

dari calon tertentu untuk komunitas atau kelompok tertentu. Caranya, dengan

mengirimkan proposal tertentu dengan menyebutkan jenis bantuan dan besaran yang

diminta, jika proposal tersebut dikabulkan maka secara otomatis calon pemilih harus siap

memberikan suaranya. Contoh nyata dari Sembako Politik adalah dengan mengirimkan

kebutuhan sehari-hari, berupa: beras, mie, minyak, gula ataupun bahanbahan sembako

lainnya. Delapan bentuk ini biasanya sangat efektif karena sasarannya tepat yaitu

masyarakat yang ekonominya rendah.16

B. Berbentuk Fasilitas Umum

Politik pencitraan dan tebar pesona lazim dilakukan oleh para calon untuk menarik

simpati masyarakat didaerah pemilihannya. Hal ini tidak saja menguntungkan rakyat secara

personal, namun fasilitas dan sarana umum juga kebagian. Politik pencitraan dan tebar

pesona melalui “jariyah politis” ini tidak hanya dilakukan oleh calon-calon yang baru, tetapi

juga oleh para calon yang berniat maju kembali di daerah pemilihannya. Instrument yang

dijadikan alat untuk menarik simpati masyarakat dengan menyediakan semen, pasir, besi,

batu dan sebagainya.17 Fasilitas dan sarana umum yang biasa dijadikan Jariyah Politis,

yaitu: Pembangunan Masjid, Mushalla, Madrasah, jalan-jalan kecil (gang-gang), dan

sebagainya.

1.7.1.2. Strategi Money Politic

A. Serangan Fajar

Serangan fajar adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bentuk politik uang

dalam rangka membeli suara yang dilakukan oleh satu atau beberapa orang untuk

memenangkan calon yang bakal menduduki posisi sebagai pemimpin politik. Serangan fajar

umumnya menyasar kelompok masyarakat menengah ke bawah dan kerap terjadi menjelang

pelaksanaan pemilihan umum.

B. Mobilisasi Masa

Mobilisasi massa biasa terjadi pada saat kampanye yang melibatkan penggalangan

massa dengan iming-imingan sejumlah uang untuk meramaikan kampanye yang diadakan

16 L. Sumartini, Money Politics dalam Pemilu (Jakarta: Badan Kehakiman Hukum Nasional

Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, 2004), 148-149. 17 Dedi Irawan, “Studi Tentang Politik Uang (Money Politic) Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014:

Studi Kasus Di Kelurahan Sempaja Selatan”, Jurnal Ilmu Pemerintahan (Maret, 2015).

Page 23: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

11

oleh partai politik. Penggunaan uang biasanya untuk biaya transportasi, uang lelah serta

uang makan, dengan harapan massa yang datang pada saat kampanye akan memilihnya

kelak.18

Dalam hal inilah biasanya terjadi fenomena pembelian pengaruh, dengan instrumen

para tokoh masyarakat yang dijadikan vote getter untuk mempengaruhi pemilih sesuai

dengan pesanan kandidat. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat saat ini mau mengikuti

kampanye dengan cuma-cuma. Sebagian masyarakat meminta uang makan dan bayaran

untuk mengikuti kampanye akbar dan sebagainya. Bahwasanya Undang-Undang Nomor 10

tahun 2012 yaitu dalam hal pelaksana kampanye tidak diperkenakan menjanjikan atau

memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta kampanye secara

langsung ataupun tidak langsung.19

Dalam hal ini, baik strategi melalui serangan fajar ataupun mobilisasi massa yang

dilakukan oleh para tim kampanye untuk menarik simpati para pemilih bisa diberikan

sebelum masa kampanye, saat masa kampanye, pada masa tenang, ataupun malam hari

menjelang esoknya datang ke TPS serta bisa juga dengan cara meramaikan kampanye akbar

berupa jalan sehat, panggung hiburan, dll.

1.7.1.3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Money Politic (Politic Uang)

Kegiatan money politic (politik uang) pada pemilu kini sudah menjadi fenomena

yang sering terjadi, dimana money politic (politik uang) menjadi tolak ukur dari seorang

kandidat dalam meraih simpati dari msyarakat guna memenagkan pemilu, namun tidak

semua juga kandidat menempuh jalur money politic (politik uang) dalam memenagkan

pemilu, walaupun dalam hal tersebut kemungkinannya sangat kecil. Hal ini disebabkan,

karena politik yang dipahami saat ini oleh masyarakat yang minim terhadap pendidikan

politik itu sendiri, justru hanya mengartikan pemilu sebagai sesuatuhal yang mendatangkan

keuntungan bagi pemilih. Pendidikan dan kebiasaan masyarakat ketika menjadi pemilih

maupun yang dipilih justru saling menyempitkan pemikiran akan arti dari pemilu yang

dimana kandidat hanya mengfokuskan mengejar kekuasaan dari proses pemilu, sedangkan

pemilih yang hanya menanti pemberian uang sebagai alat intervensi terhadap partisipasinya

dalam pemilu.

Money Politic menjadi salah satu alat yang digunakan oleh calon legislatif untuk

memengaruhi pilihan masyarakat dalam pemilu, dan hal ini memang menjadi strategi yang

18 Ibid. 19 Hasunacha. Sebab Akibat Politik Uang Pada Pemilu. Diakses pada tanggal 24 juli 2020.

Page 24: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

12

ampuh karena keterbukaan masyarakat dalam menerima pemberian dalam bentuk apapun

dari calon legislatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya money politic pada pemilu

legislatif tahun 2019 memang disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya yaitu;

• Faktor Keterbatasan Ekonomi

Penyebab terjadinya politik uang tidak terlepas dari faktor keterbatasan ekonomi

yang hingga saat ini selalu memunculkan masalah-masalah baru, termasuk membuka

peluang bagi terjadinya politik uang di masyarakat. Artinya bahwa kemiskinan selama ini

membuat masyarakat berfiri secara rasional untuk mendpatkan sejumlah keuntungan,

termasuk ketika menerima imbalan yang diberikan oleh calon atau kontestan politi dalam

pemilu. Praktek politik uang tidak kan mudah untuk diceag dan diberhentikan jika

keterbatasan ekonomi dan kemiskinan masih melanda masyarakat kita.

• Faktor Rendahnya Pendidikan

Penyebab dari rendahnya kualitas pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat.

Tentunya hal ini tidak terlepas dari rendahnya faktor ekonomi yang membuat masyarakat

tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, sheingga hal ini

mempengaruhi pola fikir dan tingkah laku mereka ketika melakukan sesuatu. Rendahnya

kulitas pendidikan ini pada akhirnya mneyebabkan masyarakat memiliki pengetahuan yang

rendah terhadap politik dan pelanggaran yang terjadi dalam pemilu. Ketidaktahuan

masyarakat ini mempengaruhi perilaku mereka dalam menyikapi praktek politik uang yang

terjadi, hal ini terlihat dari mudahnya masyarakat dalam menerima sejumlah imbalan yang

diberikan, kemudian sangat mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak tertentu untuk memilih

calon atau kontestan politik, hingga adanya sikap pragmatis dalam diri masyarakat membuat

mereka semakin memiliki ketidakpedulian terhadap pelanggaran yang terjadi, dan akhirnya

berdampak pada rendahnya kesadran politik hingga partisipasi politik yang masih sangat

rendah.

• Faktor Lemahnya Pengawasan

Praktek politik uang juga akan sulit untuk dihentikan jika kerja sama antara

masyarakat dengan pihak-pihak terkait masih kurang dalam melakukan pengawasan dari

praktek politik uang, terutama mendekati hari pemilihan. Lemahnya pengawasan ini lebih

menitikberatkan kepada adaptasi individu terhadap peraturan yang mengawasi praktek

politik uang itu sedniri, dimana karena faktor rendahnya pendidikan juga berpengaruh

kepada pla fikir masyarakat, sehingga belum mampu memahami dan menginternalisasi

Page 25: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

13

dengan baik terkait peraturan pengawasan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya

praktek politik uang di masyarakat.

• Faktor Kebiasaan atau Tradisi

Praktek politik uang yang sering terjadi di tengah masyarakat, jika terus dibiarkan

akan menjadi kebiasaan terus menerus. Dampak ini diakibatkan karena praktek politik uang

yang terjadi selama ini, karena rendahnya pengawasan yang dilakukan dan kurnangnya

pengetahuan serta kesdaran dari masyarakat yang tidak mengetahui praktek politik uang

yang terjadi dalam pemilu. Keteidaktahuan masyarakat akan hal itu, membuat praktek

politik uang ini menjadi terus berulangulang, bahkan menjadi kebiasaan dalam pemilu, dan

membuat masyarakat berfikir bahwa hal tersebut merupakan hal yang biasa terjadi. Pola

fikir masyarakat akan hal itu, menyebabkan praktek politik uang mnejadi tsering dialakukan

terutama saat masa pemilu.

1.7.2. Pemilih

1.7.2.1. Defenisi Pemilih

Pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah genap berusia 17 tahun atau

lebih atau sudah/pernah kawin. Pemilih dalam setiap pemilihan umum didaftarkan melalui

pendataan yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh penyelenggara pemilihan

umum.20 Para pemilih merupakan rational voters yang mempunyai tanggung jawab,

kesadaran, kalkulasi, rasionalitas dan kemampuan kontrol yang kritis terhadap kandidat

pilihannya, yang meninggalkan ciri-ciri traditional voters yang fanatik, primordial dan

irasional, serta berbeda dari swinger voters yang selalu ragu-ragu dan berpindah-pindah

pilihan politiknya.

Pemilih yang didalamnya pemilih pemula merupakan pemilih yang potensial.

Karena pemilih pemula adalah subjek partisipasi dan bukan objek mobilisasi. Pemilih

pemula merupakan pemilih yang baru pertama kali memilih karena usia mereka baru

memasuki usia pemilih yaitu 17 hingga 21 tahun. Pengetahuan mereka terhadap pemilu

tidak berbeda jauh dengan kelompok lainnya, yang membedakan adalah soal antusiasme dan

preferensi.

Menurut pasal 1 ayat 22 Undang-Undang No 10 Tahun 2008 tentang pemilih,

pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah genap berumur 17 tahun atau lebih atau

sudah/pernah kawin, kemudian pasal 19 ayat (1 dan 2) Undang-Undang No 10 tahun 2008

20 Pahmi. Politik Pencitraan, (Jakarta: Gaung Persada Press,2010)

Page 26: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

14

menerangkan bahwa pemilih yang mempunyai hak memilih adalah warga negara Indonesia

yang didaftar oleh penyelenggara pemilu dalam daftar pemilih dan pada hari pemungutan

suara telah genap berumur 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin.

Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilih pemula adalah

warga negara yang didaftar oleh penyelenggara pemilu dalam daftar pemilih, dan baru

mengikuti pemilu (memberikan suara) pertama kali sejak pemilu diselenggarakan di

Indonesia dengan rentang usia 17-21 tahun.

Adapun menurut Riswanda Imawan, Pemilih Pemula adalah mereka yang baru

pertama kali akan ikut dalam pemilu. Pemilih pemula juga dianggap menjadi “ladang emas”

suara bagi keseluruhan partai politik ataupun seorang kandidat pada pemilu.21 Siapapun itu

yang bisa merebut perhatian kalangan ini tentu akan bisa dirasakan keuntungannya.

Layaknya sebagai pemilih pemula, mereka selalu dianggap tidak memiliki pengalaman

memilih (voting) pada pemilu sebelumnya. Namun, ketiadaan pengalaman bukan berarti

mencerminkan keterbatasan menyalurkan aspirasi politik, namum mereka tetap

melaksanakan hak pilihnya di tempat pemungutan suara.

Pentingnya peranan pemilih pemula karena sebanyak 20 % dari seluruh pemilih

adalah pemilih pemula, dengan demikian jumlah pemilih pemula sangatlah besar, sehingga

hak warga negara dalam menggunakan hak pilihnya janganlah sampai tidak berarti akibat

dari kesalahan-kesalahan yang tidak diharapkan, misalnya jangan sampai sudah memiliki

hak pilih tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena tidak terdaftar atau juga masih

banyak kesalahan dalam menggunakan hak pilihnya, dan lain-lain.

Siapapun itu yang bisa merebut perhatian kalangan ini akan dapat merasakan

keuntungannya. Lahirnya dukungan dari kelompok ini secara tidak langsung membawa

dampak pencitraan yang sangat berarti. Setidaknya untuk pengamanan proses regenerasi

kader politik kedepan, meskipun membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ketiadaan

dukungan dari kalangan ini akan terasa cukup merugikan bagi target-target partai politik.

1.7.2.2. Perilaku Pemilih

Keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum merupakan serangkaian

kegiatan membuat keputusan, yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan

21 Riswanda Imawan. Membedah Politik Orde Baru. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Diakses Pada Tanggal 25

juli 2020

Page 27: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

15

umum? Kalau memutuskan memilih, apakah memilih partai atau kandidat X ataukah partai

atau kandidat Y?22

Pada studi perilaku memilih, secara garis besar terdapat tiga model untuk menjawab

pertanyaan seperti, mengapa pemilih memilih kontestan tertentu dan bukan kontestan lain?

Jawaban atas pertanyaan itu dibedakan menjadi sesuai dengan pendekatan yang digunakan,

yakni pendekatan sosiologis, psikologis, dan pilihan rasional.23

1. Pendakatan Sosiologis

Model sosiologis adalah yang terawal muncul dalam tradisi studi perilaku memilih.

Model ini berkembang di Eropa dan di Amerika pada tahun 1950-an dan dibangun dengan

asumsi bahwa perilaku memilih ditentukan oleh karakteristik sosiologis para pemilih,

terutama kelas sosial, agama, dan kelompok etnik/kedaerahan/bahasa.

Pendekatan sosiologis cenderung menempatkan kegiatan memilih dalam kaitan

dengan konteks sosial. Kongkretnya, pilihan seseorang dalam pemilihan umum dipengaruhi

latar belakang demografi dan sosial ekonomi, seperti jenis kelamin, tempat tinggal (kota-

desa), pekerjaan, pendidikan, kelas, pendapatan, dan agama.

Tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan tidak cukup untuk

menjelaskan tingkat partisipasi dalam Pemilu (voter turnout). Orang yang mempunyai status

sosial-ekonomi lebih baik, memiliki kemungkinan lebih kuat untuk ikut dalam Pemilu hanya

bila ia berada dalam jaringan sosial yang memungkinkan terjadinya proses mobilisasi

politik.24

Orang yang aktif dalam organisasi-organisasi sosial formal ataupun informal,

cenderung lebih terlibat dengan urusan-urusan publik karena terpaan informasi melalui

pembicaraan dengan sesama anggota jaringan. Mereka juga mudah dijangkau dan dihubungi

oleh orang, kelompok, atau partai yang berkepentingan dengan partisipasi politik. Sementara

itu, orang yang jauh dari jaringan sosial tidaklah mudah dicapai oleh informasi dan aksi

mobilisasi.

Organisasi-organisasi yang membuat warga negara tersedia untuk proses mobilisasi

sangat beragam, dan sangat bergantung pada kultur dan tingkat perkembangan masyarakat.

Organisasi-organisasi sosial yang membantu bagi partisipasi politik itu termasuk di

22 Ramlan Surbakti, memahami ilmu politik (Jakarta: PT.Grasiindo, 1992),145 23 Saiful Mujani, R. William liddle, dan Kuskridho Ambardi, kuasa rakyat: Analisis tentang perilaku memilih

dalam pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru (Jakarta: Mizan, 2011), 4 24 Ramlan Surbakti, Partai, Pemilu dan Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), 170

Page 28: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

16

antaranya adalah organisasi-organisasi atau jaringan-jaringan primordial atau identitas

(seperti agama dan kedaerahan), kepentingan (seperti organisasi buruh, petani, atau profesi

lainnya), dan juga asosiasi-asosiasi voluntaristik lain seperti klub-klub olahraga dan seni

budaya.

Seorang warga yang terlibat dalam sebuah organisasi sosial jelas membutuhkan

keinginan dan sumber daya untuk terlibat. Tetapi, untuk aktif dalam kegiatan politik, harus

hadir aspek lain, yakni mobilisasi. Harus ada sekelompok orang yang berkepentingan untuk

datang dan meyakinkan bahwa partisipasi mereka dibutuhkan. Kelompok kepentingan,

partai, elite politik ini jelas tidak bisa memaksa seorang warga untuk aktif dalam kegiatan

politik kalau mereka memang tidak mau atau tidak bisa. Di samping itu, kelompok

kepentingan tersebut tidak bisa dengan mudah datang ke warga untuk meminta mereka

aktif dalam suatu kegiatan politik kalau ia tidak berada di dalam jaringan sosial atau jaringan

politik tersebut.

Seorang calon presiden atau anggota DPR tidak mungkin mendatangi satu per satu

calon pemilih untuk mendapatkan jumlah suara yang signifikan. Ia harus menggunakan

jaringan atau kelompok sosial dan politik untuk mencapai tujuan tersebut. Tetapi, sekedar

berada dalam jaringan sosial dan politik serta berkemampuan tidaklah mencukupi untuk

memahami partisipasi politik seorang warga.25 Harus ditambahkan ke dalamnya adalah

mobilisasi politik, yaitu proses yang dijalankan calon, partai politik, aktivis, dan kelompok-

kelompok sosial untuk menarik orang lain berpartisipasi dalam politik. Seseorang telah

melakukan mobilisasi ketika ia membuat orang lain berkemungkinan lebih besar

berpartisipasi dalam politik.

Seorang pemilih dengan latar belakang kelas sosial bawah (dilihat dari jenis

pekerjaan, tingkat pendidikan, pendapatan, dan kesadaran akan posisi kelas sosial)

cenderung akan memilih partai politik dan calon pejabat publik yang dipandang

memperjuangkan perbaikan kelas sosial mereka.26 Di Eropa, buruh dipercaya cenderung

memilih partai buruh atau partai sosialis ketimbang partai konservatif atau partai liberal.

Pasalnya, partai buruh atau partai sosialis dipercaya lebih memperjuangkan kepentingan

sosial-ekonomi para buruh. Di Amerika, pemilih yang berasal dari kelas sosial bawah

25 Wawan Ichwanuddin. Menuju Pemilu Serentak yang Efektif dan Demokratis. Diakses pada tanggal 25 juli

2020 26 Dwidayati Esther. 2016. Perilaku Pemilih Pada Pemilihan Kepala Daerah Minahasa Utara Periode 2016-

2021. Diakses pada tanggal 27 juli 2020

Page 29: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

17

dipercaya cenderung memilih calon-calon dari partai Demokrat ketimbang dari partai

Republik karena mereka percaya bahwa partai Demokrat lebih memperjuangkan perbaikan

kehidupan mereka ketimbang partai Republik. Sebaliknya, pemilih yang berlatar belakang

kelas sosial atas cenderung akan memilih calon-calon dari partai Republik yang dianggap

akan memperjuangkan kepentingan mereka sebagai anggota kelas atas.

Faktor sosiologis lain yang dipercaya penting memengaruhi keputusan seseorang

untuk memilih partai politik atau seorang calon pejabat publik adalah agama. Partai politik

atau seorang calon pejabat publik yang punya platform keagamaan yang sama dengan

karakteristik keberagaman pemilih, cenderung akan didukung oleh pemilih tersebut. Seorang

muslim cenderung untuk memilih partai yang ber-platform Islam dibanding yang ber-

platform agama lain, misal kristen. Orang taat beragama cenderung untuk mendukung partai

yang ber-platform keagamaan dibanding yang ber-platform sekular. Karena itu, perbedaan

platform atau citra yang jelas dari sisi keagamaan antara satu partai dengan partai lainnya,

atau antara satu calon dengan calon lainnya, akan mengungkapkan sejauh mana faktor

agama menjadi penting bagi pemilih dilihat dari karakteristik keagamaan mereka. Pada

situasi di mana partai-partai politik atau calon-calon pejabat publik tidak menunjukkan

perbedaan orientasi keagamaan yang jelas antara satu dengan yang lain, maka faktor agama

menjadi kabur signifikansinya dalam menentukan pilihan politik bagi pemilih.

Seperti halnya kelas sosial, hubungan antara agama dan partai politik atau dengan

calon pejabat publik tidak mesti dilihat dari platforn resmi partai atau dari program-program

yang ditawarkan oleh seorang calon. Hubungan tersebut dapat pula dilihat secara tidak

langsung dari tradisi dan konteks historis dari partai atau calon tersebut. Walaupun tidak

dinyatakan secara eksplisit di dalam platform partai, partai Republik di Amerika secara

tradisional dikenal sebagai di Amerika secara tradisional dikenal sebagai partai yang tumbuh

dari komunitas protestan. Sementara partai Demokrat secara tradisional dekat dengan

komunitas katolik.

Terkait dengan masalah kelas sosial dan sentimen keagamaan, ras dan etnik juga

dipercaya sebagai faktor sosiologis yang memengaruhi bagaimana seseorang memilih partai

politik atau calon pejabat publik. Partai yang secara tradisional memperjuangkan kesetaraan

ras dan etnik cenderung didukung oleh kelompok- kelompok ras dan etnik minoritas karena

kelompok inilah yang berkepentingan langsung dengan isu tersebut. Secara lebih khusus,

Page 30: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

18

kesamaan ras dan etnik antara pemilih dan calon pejabat publik cenderung memengaruhi

perilaku memilih seseorang.

Studi-studi yang ada tentang dampak relatif dari ketiga faktor sosiologis (agama,

ras, etnik) menunjukkan bahwa faktor agama dan etnik sering mempunyai dampak yang

lebih signifikan ketimbang kelas sosial. Orang yang taat beragama cenderung mendukung

partai politik atau calon pejabat publik yang dipandang bersikap positif atas agama.

Terkait dengan sosial, agama, etnik, dan kedaerahan adalah kelompok- kelompok

atau organisasi terkait yang punya peran untuk memediasi individu- individu hingga menjadi

kekuatan kolektif untuk mendukung partai atau calon tertentu. Organisasi-organisasi ini

merupakan sumber daya sosial yang memungkinkan bagi mobilisasi politik. Dibanding yang

tidak aktif, orang yang aktif dalam suatu organisasi sosial lebih tersedia untuk termobilisasi

sehingga bisa menjadi aktif dalam politik, dan lebih mungkin untuk mendukung partai,

calon, atau isu publik tertentu.

Pada suatu masyarakat, dukungan terhadap partai atau calon tertentu mungkin juga

terkait dengan pola-pola hubungan parton-klien antara pemilih dengan calon yang terkait

dengan partai tertentu. Orang mendukung sebuah partai politik tertentu karena ia merasa

tergantung pada patronnya yang terkait dengan partai atau dengan calon tertentu. Kuncinya

adalah ketetrgantungan seseorang secara sosial-ekonomi kepada orang lain yang punya

hubungan dengan partai atau calon tertentu.27

2. Pendakatan Psikologis

Muncul kritik terhadap model sosiologis baik yang berkaitan dengan masalah voter

turnout maupun pilihan politik. Pada hubungannya dengan voter turnout, pemilih yang

punya daya sosial-ekonomi lebih baik, dan berada dalam jaringan sosial yang bisa dijangkau

oleh partai atau elite politik, belum tentu berpartisipasi dalam Pemilu atau Pilpres bila ia

tidak tertarik, atau tidak punya ikatan psikologis dengan partai atau tokoh partai tertentu.

Karena itu, model sosiologis jelas tidak cukup untuk menjelaskan mengapa seorang warga

ikut dalam Pemilu atau Pilpres.

Model psikologis memperkenalkan apa yang disebut sebagai budaya demokrasi

atau civic culture, dan secara lebih khusus lagi apa yang disebut sebagai budaya partisipasi

27 Cristian Huawe. Peran Partai Politik Dalam Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung. Diakses pada

tanggal 28 juli 2020

Page 31: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

19

politik, untuk menjelaskan partisipasi politik, termasuk voter turnout. Seseorang

berpartisipasi dalam politik seperti memilih dalam pemilu, bukan saja karena ia berada

dalam jaringan sosial, terlibat dalam kegiatan urusan publik, tetapi juga karena ia ingin

berpartisipasi. Walaupun iya terlibat dalam urusan public, iya tidak secara otomatis

berpartisipasi dalam pemilu apabila iya tidak menginginkan partisipasi tersebut. Keterlibatan

politik termasuk di antaranya informasi politik, pengetahuan politik, ketertarikan politik,

persaan yang mengikat, dan identitas partai.28

Identitas partai adalah salah satu komponen dari keterlibatan politik yang dipercaya

mempunyai pengaruh positif terhadap partisipasi politik. Identitas partai adalah suatu

keadaan psikologis, yakni perasaan dekat dengan, sikap mendukung, atau setia kepada, atau

identifikasi diri dengan partai politik tertentu. Identitas partai membentuk sebuah identitas

politik seorang warga karena warga tersebut punya kemampuan psikologis untuk

menidentikkan dirinya dengan sebuah partai politik. Karena itu pula, identitas partai biasa

disebut dengan party ID. Seorang partisan adalah orang yang merasa dirinya bagian dari

sebuah partai atau mengidentikkan dirinya dengan partai tertentu, misal partai Golkar atau

Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP). Orang ini bisa mengatakan kepada kita misalnya,

“saya orang Golkar”, atau “saya orang PDIP”.

Seorang partisan punya energi psikologis untuk memilih partainya dalam pemilu,

dan karena itu iya cenderung akan ikut serta dalam Pemilu untuk memenangkan partainya.

Seorang partisan dapat disebut berkemungkinan besar untuk berpartisipasi dalam Pemilu

dibandingkan yang tidak. Pada faktor psikologis ini terbangun sebuah persepsi dan sikap

partisan seseorang karena proses sosialisasi politik yang dialaminya. Partai politik, seperti

halnya agama dan kelas sosial, adalah sebuah entitas independen yang akan membentuk

sentimen dan identitas politik seseorang yang tersosialisasi ke dalam partai politik tersebut.

Identitas partai ini yang memperantarai faktor-faktor sosiologis dengan opini dan sikap

terhadap partai politik, calon-calon pejabat publik, isu-isu politik terkait, dan keputusan

untuk memilih partai atau calon pejabat publik tertentu.

Sosialisasi politik di lingkungan keluarga, tempat kerja, dan lingkungan masyarakat

di mana seseorang tinggal; membantu proses pembentukan identitas partai ini. Pada

lingkungan keluarga dan masyarakat di mana sebuah partai politik disikapi secara positif,

tumbuh sikap positif pula terhadap partai tersebut‟ juga terhadap orang-orang dan isu-isu

28 Nurhasim. 2014. Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu 2014. Diakses pada tanggal 28 juli 2020

Page 32: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

20

yang terkait dengan partai tersebut. Orang tua pendukung partai politik tertentu cenderung

menumbuhkan sikap partisan pada anggora keluarga lain sesuai dengan sikap partisannya.29

Model psikologis tentang perilaku pemilih ini mencakup apa yang disebut sebagai

identifikasi diri dengan partai politik atau identitas partai (party ID), opini tentang isu-isu

atau kebijakan publik yang terkait, dan opini tentang kualitas kepribadian tokoh-tokoh

partai atau calon-calon yang bersaing dalam pemilihan presiden.

3. Pendekatan Rasional

Sehubungan dengan dinamika pilihan politik, model pilihan rasional memberikan

perhatian pada dinamika ekonomi-politik. Keadaan ekonomi-politik lebih dinamis,

karenanya model pilihan rasional menyatakan bahwa: orang memilih calon atau partai

apabila calon atau partai tersebut dipandang dapat membantu pemilih memenuhi

kepentingan dasarnya: kehidupan ekonomi. Bagaimana seseorang pemilih mengetahui

bahwa calon atau partai tertentu dapat membantu mencapai kepentingan ekonominya

tersebut tidak membutuhkan informasi yang terlalu detail dan akurat dari seorang pemilih

atas posisi calon atau partai untuk memenuhi janji-janjinya. Cukup dengan mempersepsikan

keadaan ekonomi dirinya (egosentrik) di bawah sebuah pemerintahan (partai atau calon)

tertentu sekarang ini dibanding sebelumnya (retrospektif), dan yang akan datang dibanding

sekarang (prospektif); dan evaluasi umum seorang pemilih atas keadaan ekonomi nasional

(sosiotropik) di bawah pemerintahan yang sekarang maupun sebelumnya (retrospektif), dan

keadaan ekonomi nasional di bawah pemerintahan yang sekarang dibanding tahun-tahun

yang akan datang (prospektif).30

Pengikut pendekatan ini menimbulkan kejutan karena mencanangkan bahwa

mereka telah meningkatkan ilmu politik menjadi suatu ilmu yang benar-benar science.

Dikatakan bahwa manusia politik sudah menuju ke arah manusia ekonomi karena melihat

adanya kaitan erat antara faktor politik dan ekonomi, terutama dalam penentuan kebijakan

publik. Inti dari politik menurut mereka adalah individu sebagai aktor terpenting dalam

dunia politik. Sebagai makhluk rasional iya selalu mempunyai tujuan-tujuan (goal-seeking

atau goal oriented) yang mencerminkan apa yang dianggapnya kepentingan diri sendiri. Iya

melakukan hal itu dalam situasi terbatasnya sumber daya (resource restraint), dan karena itu

29 Yoserizal. Preferensi dan Rasonalisasi Pilihan Politik Perempuan Minang Perkotaan di Kota Padang

Terhadap Perilak Pemilih. Diakses pada tanggal 30 juli 2020 30 Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat (Analisis tentang perilaku memilih

dalam pemilihan legislatif dan presiden Indonesia pasca Orde-Baru), 33

Page 33: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

21

iya perlu membuat pilihan. Menetapkan sikap dan tindakan yang efisien iya harus memilih

antara beberapa alternatif mana yang akan membawa keuntungan dan kegunaan yang paling

maksimal baginya.31

Pendekatan pilihan rasional melihat kegiatan memilih sebagai produk kalkulasi

untung dan rugi. Pada pemberian, yang dipertimbangan tidak hanya “ongkos” memilih dan

kemungkinan suaranya dapat memengaruhi hasil yang diharapkan, tetapi juga perbedaan

dari alternatif berupa pilihan yang ada. Pertimbangan ini digunakan pemilih dan kandidat

yang hendak mencalonkan diri untuk terpilih sebagai wakil rakyat atau pejabat pemerintah.

Model rasionalitas pemilih bertumpu pada keyakinan bahwa sejatinya manusia

adalah makhluk yang punya kepentingan untuk dirinya secara material. Perilakunya

didorong oleh motif kepentingan material dirinya. Atas dasar itu, perilaku politik seorang

pemilih, termasuk pilihan politik, didorong oleh kepentingan ekonomi pemilih. Setidaknya

motif ekonomi adalah motif yang paling utama dibandingkan motif-motif lain.

Pelaku Rational Action ini, terutama politisi, birokrat, pemilih (dalam berbagai

acara pemilihan), dan aktor ekonomi, pada dasarnya egois dan segala tindakannya

berdasarkan kecenderungan ini. Mereka selalu mencari cara yang efisien untuk mencapai

tujuannya. Optimalisasi kepentingan dan efisiensi merupakan inti dari teori Rational Choice.

Pada konteks pemilu legislatif, masyarakat didekati oleh partai-partai yang ada saat

ini yang lazim menggunakan pendekatan yang bersifat pragmatis. Simbol-simbol ideologis

tetap ada, namun sudah semakin minim. Sistem proporsional terbuka yang mengharuskan

kandidat untuk mendekati masyarakat secara langsung, makin menguatkan kenyataan ini.

Banyak calon legislatif yang menyadari bahwa mereka kurang dikenal kemudian

menggunakan cara cepat untuk dapat terkenal dan menarik perhatian masyarakat. Misalnya,

memberikan sesuatu yang konkret kepada masyarakat, seperti pemberian kebutuhan bahan

pokok, melakukan kegiatan sosial yang sifatnya gratis, pembagian hadiah melalui kegiatan

amal atau kompetisi olahraga, mengadakan pertunjukan hiburan rakyat, bahkan ada pula

yang langsung memberikan uang kepada masyarakat.

31 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), 92.

Page 34: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

22

1.8 Kerangka Berfikir

Gambar 1. Kerangka Berfikir

Berdasarkan uraian di atas, dapat di ketahui bahwa perilaku masyrakat dalam

memilih calon kandidat dalam pemilihan legislatif dapat dibedakan berdasarkan beberapa

hal, yakni faktor sosiologis dimana pendekatan sosiologis cenderung menempatkan kegiatan

memilih dalam kaitan dengan konteks sosial. Kongkretnya, pilihan seseorang dalam

pemilihan umum dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi, seperti jenis

kelamin, tempat tinggal (kota-desa), pekerjaan, pendidikan, kelas, pendapatan, dan agama.

Kemudian faktor psikologis dimana pada faktor psikologis ini terbangun sebuah

persepsi dan sikap partisan seseorang karena proses sosialisasi politik yang dialaminya.

Kemudian terdapat faktor rasional dimana faktor rasionalitas pemilih bertumpu pada

keyakinan bahwa sejatinya manusia adalah makhluk yang punya kepentingan untuk dirinya

secara material.

1.9. Metode Penelitian

1.9.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan

dengan mengumpulkan data tertulis yang akan diteliti, kemudian data terserbut dianalisa

sehingga menghasilkan jawaban penelitian. Penelitian Kualitatif dilakukan agar mendapat

pemahaman tentang perilaku pemilih dalam pemilihan legislatif di desa Namolandur

Kecamatan Namorambe.

Faktor Sosiologis

Faktor Psikologis

Faktor Rasional

Perilaku Pemilih Dalam

Pemilihan Umum Legislatif

2019 Di Desa Namolandur

Page 35: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

23

1.9.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan, maka penulis dalam

hal ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu data primer dan data

sekunder.

1.9.2.1. Data primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari sumber penelitian atau

lokasi penelitian yaitu dengan melakukan wawancara terstruktur dengan informan mengenai

money politic (politik uang) dalam pemilihan umum legislatif 2019 di Desa Namolandur.

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri

masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara ini bertujuan mencari

jawaban atas hipotesis. Pertanyaan-pertanyaan disusun secara ketat, semua objek dipandang

mempunyai kesempatan yang sama untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.

Menyesuaikan dengan batasan masalah, pada tehnik pengumpulan data wawancara,

penulis mengambil sembilan sampel dari masyarakat yang mempunyai hak pilih aktif pada

pemilu legislatif 2019 di Desa Namolandur. Ke sembilan masyrakat ini akan di wawancarai

oleh penulis bertujuan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan permasalahan yang

akan di teliti.

1.9.2.2. Data sekunder

Data sekunder berupa dokumen, yaitu mencari dan mengumpulkan data mengenai

masalah-masalah penelitian, seperti buku, jurnal, internet dan skripsi dan lain-lain yang

berkaitan dengan objek yang sedang diteliti.

1.9.3. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dapat dipandang sebagai sebuah proses, dan juga dipandang

sebagai penjelasan tentang komponen-komponen yang perlu ada dalam suatu analisis data.

Maka dalam konteks keduanya analisis data adalah proses mencari, dan menyusun

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan cara mendeskripsikan hasil data

dan membuat kesimpulan.

Analisis data yang digunakan adalah studi kasus, untuk meneliti suatu kasus yang

terjadi pada tempat dan waktu tertentu. Kumpulan material yang banyak untuk mendapatkan

Page 36: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

24

gambaran kasus yang detail dari informan pada saat terjadinya praktik politik uang pada

pemilihan umum legislatif 2019 di Desa Namolandur, Kabupaten Deli Serdang.

1.9.4. Lokasi penilitian

Lokasi penelitian yaitu Di Desa Namolandur kecamatan Namorambe, Kabupaten

Deli serdang.

Page 37: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

25

BAB II

PROFIL DESA NAMOLANDUR, KECAMATAN NAMORAMBE,KABUPATEN

DELI SERDANG.

II.I Profil Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara

Indonesia. Ibu kota kabupaten ini berada di Lubuk Pakam. Jumlah penduduk kabupaten ini

berjumlah 2.155.625 jiwa, dan merupakan jumlah penduduk terbanyak berdasarkan

kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu

daerah dari 33 Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatra Utara. Kabupaten yang memiliki

keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang

memiliki peluang investasi cukup menjanjikan.

Selain memiliki sumber daya alam yang besar, Deli Serdang juga memiliki

keanekaragaman budaya, yang disemarakan oleh hampir semua suku-suku yang ada

di Nusantara. Adapun suku asli penghuni Deli Serdang adalah Suku Melayu yang

pernamaan kabupaten ini juga di ambil dari dua kesultanan, yaitu Melayu Deli serta Melayu

Serdang kemudian Suku Karo, dan Simalungun di wilayah selatan. Ditambah beberapa suku

pendatang yang dominan seperti dari suku jawa, batak, india, minang,tionghoa, dan lain-

lain.

Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22 kecamatan, 14 kelurahan, dan 380 desa

dengan luas wilayah mencapai 2.241,68 km² dan jumlah penduduk sekitar 1.791.677 jiwa

(2017) dengan kepadatan penduduk 800 jiwa/km².

Pada pembahasan Profil Desa Namolandur Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli

Serdang akan di bahas mengenai : pertama, yaitu membahas sekilas sejarah Deli Serdang

dan Asal-usul Desa Namolandur Kecamatan Namorambe. Dan kedua, yaitu mengenai letak

geografis dan kondisi sosiokultural di wilayah Desa Namolandur.

II.II Asal- Usul Deli Serdang

Sebelum proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 Kabupaten Deli Serdang

yang dikenal sekarang ini dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan (kesultanan) yaitu

kesultanan deli yang berpusat di Kota Medan dan kesultanan serdang berpusat di

Perbaungan. Kabupaten Deli dan Serdang ditetapkan menjadi Daerah Otonom sesuai dengan

undang-undang nomor 22 tahun 1984 tentang undang-undang pokok-pokok pemerintahan

Page 38: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

26

daerah dan undang-undang nomor 7 darurat tahun 1965. Hari jadi Kabupaten Deli Serdang

ditetapkan tanggal 1 Juli 1946. Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 7 tahun 1984,

ibukota Kabupaten Deli Serdang dipindahkan dari Kota Medan ke Lubuk Pakam dengan

lokasi perkantoran di Tanjung Garbus yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara

tanggal 23 Desember 1986. Sesuai dengan dikeluarkan UU Nomor 36 Tahun 2003 tanggal

18 Desember 2003, Kabupaten Deli Serdang telah dimekarkan menjadi dua wilayah yakni

Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai, secara administratif Pemerintah

Kabupaten Deli Serdang kini terdiri atas 22 kecamatan yang di dalamnya terdapat 14

Kelurahan dan 380 desa.

Seiring dengan gerak roda pembangunan yang terus melaju diciptakan motto bagi

daerah Deli Serdang yaitu : “BHINNEKA PERKASA JAYA” yang tercantum di pita

lambang Daerah Kabupaten Deli Serdang, dalam pengertian “Dengan masyarakatnya yang

beraneka ragam suku, Agama, ras, dan golongan bersatu dalam ke Bhinnekaan secara

kekeluargaan dan gotong royong membangun semangat kebersamaan, menggali dan

mengembangkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya sehingga menjadi

kekuatan dan keperkasaan untuk mengantarkan masyarakat kepada kesejahteraan, maju,

mandiri dan jaya sepanjang masa”.

II.III Asal-usul Desa Namolandur Kecamatan Namorambe

Sebelum Proklamsi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Kecamatan Namorambe

adalah di bawah Pemerintahan sultan Deli yang berkedudukan di Medan dan termasuk

Kewedanaan Deli Hulu dengan pusat kewedanaan di Pancur Batu. Setelah Proklamasi,

kekuasaan sultan Deli berakhir dan timbullah Pemerintahan Kecamatan yang pada waktu itu

dikepalai oleh seorang Asisten wedana (sekarang camat) yang sampai sekarang menjadi

Kecamatan Namorambe.

Kecamatan Namorambe adalah salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten

Deli Serdang, yang berjarak 20 km dari Kota Madya Medan dan 34 km dari ibukota

Kabupaten Deli Serdang di Lubuk Pakam. Kecamatan Namorambe terdiri dari 36 Desa yang

salah satu nya Desa yang penulis lakukan penelitian bernama Desa Namolandur. Desa

Namolandur adalah Desa yang berada di Kecamatan Namorammbe yang terletak berbatasan

sebelah Timur dengan Desa Salangtungir, sebelah Selatan dengan Desa Namorambe,

sebelah Barat dengan Desa Kuta Lepar, dan sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kuta

Tengah. Desa namolandur terbagi mejadi dua Dusun yang mana kedua Dusun terebut di

pimpin oleh Kepala Desa Bapak Aditia Jaya Sembiring.

Page 39: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

27

II.IV Letak Geografis Desa Namolandur

Desa Namolandur merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo

Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 12,4 Ha atau sekitar 3,25 % dari

seluruh wilayah Kecamatan Namo Rambe. Secara geografis, Desa Namolandur terletak pada

ketinggian 51-427 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan antara 4º - 7º.

Wilayahnya dipengaruhi oleh iklim tropis dengan suhu udara berkisar antara 18º - 36º C.

Curah hujan rata-rata sekitar 2.256 mm per tahun. Posisi Desa Namolandur dekat dari kantor

Kecamanatan Namorambe. Tanah-tanah di Desa Namolandur terdiri atas lapisan tanah

aluvial sehingga sangat cocok untuk diusahakan sebagai lahan pertanian. Sebagian besar

penggarapan lahan diusahakan sebagai lahan tanaman pangan dan lahan perkebunan.

Adapun hasil-hasil pertanian di Desa Namolandur sebagian besar di pasar kan ke kota

Medan seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan beras.

Adapun batas-batas wilyah Desa Namolandur adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Desa Kuta Tengah

Sebelah timur : Desa Salang Tungir

Sebelah selatan : Desa Namorambe

Sebelah barat : Desa Kuta Lepar

Letak Desa Namolandur dengan Kota Medan tidak terlalu jauh, hanya berkisar 45

menit saja. Dengan jarak yang tidak terlalu jauh, maka dapat dipastikan kalau masyarakat

Desa Namolandur sudah sangat mudah untuk melakukan interaksi dan beraktivitas secara

tidak terbatas ke Kota Medan, seperti melakukan aktifitas perdagangan, pendidikan,

pekerjaan dan lain sebagainya.

II.V Struktur Pemerintahan Desa Namolandur

Desa Namolandur merupakan salah satu dari 36 desa yang menjadi bagian dari

Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Desa ini berjarak ± 1 Km dari Kuta

Tengah sebagai ibukota kecamatan. Desa Namolandur terbagi dalam 2 wilayah dusun.

Kepala pemerintahan di Desa Namolandur dipegang oleh seorang kepala desa.

Dalam menjalankan fungsi pemerintahannya, iya dibantu oleh seorang sekretaris desa,

beberapa staf/perangkat desa dan para kepala dusun. Sementara itu, untuk menampung

aspirasi masyarakat Desa Namolandur terdapat pula Lembaga Musyawarah Desa (LMD)

yang merupakan sarana pertemuan aparatur desa, para pemuka masyarakat dan kepala

Page 40: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

28

dusun. Dalam meningkatkan pembangunan pedesaan, maka kepala desa memerlukan

masukan-masukan pembangunan yang berasal dari masyarakat dalam bentuk organisasi

pedesaan, seperti LKMD, PKK dan lain-lain.

II.VI Jumlah Penduduk Desa Namolandur

Jumlah penduduk seluruh Desa Namolandur kecamatan Namorambe Kabupaten

Deli Serdang berjumlah 521 jiwa, sedangkan jumlah pemilih untuk Pemilu Legislatif 2019

sebanyak 227 jiwa. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel 1.

Tabel 1.1 Persebaran Jumlah penduduk Desa Namolandur

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 243

2 Perempuan 278

Total 521

Sumber: Data Demografi Desa Namolandur 2020

II.VII Keadaan Sosial Budaya Desa Namolandur

Mayoritas penduduk Desa Namolandur merupakan masyarakat Karo. Mereka

merupakan suku asli di desa ini dan menggunakan Bahasa Karo sebagai bahasa

kesehariannya. Selain orang-orang Karo, banyak juga masyarakat pendatang yang bermukim

di desa ini, seperti masyarakat yang berasal dari wilayah Tapanuli, Simalungun dan Jawa.

II.VIII Mata Pencaharian Desa Namolandur

Dengan kondisi wilayah yang sangat mendudukung untuk usaha pertanian.

Penduduk Desa Namolandur bermatapencaharian sebagai petani atau peladang. Mereka pada

umumnya menanam jenis tanaman pangan, seperti padi, jagung dan kacang-kacangan, serta

sayur-sayuran seperti cabai, jagung, kacang panjang, timun, buncis, dan tomat. Selain itu,

penduduk juga menanam tanaman keras seperti kelapa, cokelat dan lain sebagainya. Selain

bercocok tanam penduduk Desa Namolandur juga banyak memelihara hewan ternak, seperti

sapi, kerbau, kambing, unggas, babi, dan ikan-ikan air tawar. Namun demikian, penduduk

Desa Namolandur juga mempunyai mata pencaharian lain selain sebagai petani, seperti

pegawai negeri, wiraswasta, pedagang, dan buruh tani.

Diketahui bahwa hampir sebagian penduduk Desa Namolandur mempunyai mata

pencaharian sebagai petani, namun tidak semua petani memiliki lahan pertanian sendiri.

Tetapi petani penyewa lahan dari penduduk setempat. Selain dari itu, terdapat juga di antara

Page 41: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

29

mereka yang bekerja sebagai buruh tani. Dalam tradisi masyarakat Karo para buruh tani ini

juga disebut sebagai aron, Aron adalah istilah Karo untuk menyebutkan aktifitas ataupun

kelompok orang-orang yang bekerja sebagai tenaga kerja sukarela atau yang diupah dalam

bidang pertanian.dimana aron-aron ini dibagi dalam dua kelompok yaitu aron yang bekerja

secara tetap (aron tetap) dan aron harian atau aron lepas.

II.IX Pendidikan Warga Desa Namolandur

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Tinggi

rendahnya tingkat pendidikan penduduk dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk

menentukan kemajuan suatu daerah. Selain itu, pendidikan juga berpengaruh dalam

membentuk pola pikir masyarakat. Hal ini berpengaruh pula terhadap pandangan masyarakat

Desa Namolandur untuk menentukan pilihannya dalam pemilihan umum, karena semakin

tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh maka semakin luas pula pola pikirnya dan begitu

juga sebaliknya. Persebaran penduduk Desa Namolandur menurut tingkat pendidikan dapat

di lihat pada tabel 2.

Tabel 1.2 Persebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.

NO Pendidikan Jumlah

1 Perguruan tinggi 21

2 Lulus SMA 206

3 Lulus SMP 108

4 Lulus SD 117

5 Tidak sekolah 69

Total 521

Sumber: Data penduduk Desa Namolandur

II.X Agama Mayoritas Desa Namolandur

Dilihat dari sistem kepercayaannya, sebagian besar penduduk Desa Namo Landur

menganut agama Kristen, baik Protestan maupun Katolik. Sebelum mengenal agama,

masyarakat Desa Namo Landur mengenal sistem kepercayaan kepada roh-roh nenek

moyang, dan benda-benda yang mereka anggap keramat. Kepercayaan ini memang

merupakan kepercayaan awal masyarakat Karo sejak jaman dahulu. Aliran kepercayaan ini

disebut dengan istilah Pemena atau Parbegu.

Page 42: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

30

BAB III

ANALISIS POLITIK UANG PADA PEMILIHAN LEGISLATIF 2019 DI DESA

NAMOLANDUR, KECAMATAN NAMORAMBE

Pada bab ini merupakan pemaparan penulis mengenai kasus politik uang yang

terjadi dengan menganalisis lebih mendalam menaggunakan teori yang di jelaskan pada bab

sebulumnya. Pembahasan yang di paparkan pada bab ini, mengenai pemaparan analisis yang

di temukan di lapangan. Kampanye kandidat dan praktik politik uang yang digunakan untuk

berkampanye, serta bermacam-macam pendekatan yang di gunakan calon kandidat sebagai

upaya agar masyarakat memilih calon kandidat tersebut.

Pada studi kasus praktik politik uang yang terjadi di wilayah Desa Namolandur

Kecamatan Namorambe dengan tema yang sudah di jelaskan. mengenai pengaruh politik

uang pada pilihan politik warga. Menjelaskan bagaimana masyarakat menjadi pragmatis

terhadap pilihan politik, dimana masyarakat lebih cenderung memilih seorang calon

kandidat berdasarkan manfaat yang di peroleh ketika kampanye. Penulis mengklasifikasi

dengan teori perilaku pemilih dalam pendekatan sosiologis, psikologis dan pilihan rasional.

Hasil analisis yang akan dipaparkan, didapat dari satu Desa yang terbagi menjadi dua Dusun

dan beberapa masyarakat yang bersedia untuk di wawancarai yang akan bersedia

memberikan informasi secara terbuka sehingga penulis mampu menganalisis lebih

mendalam berkaitan dengan tema yang sudah di jelaskan.

III.I Calon Kandidat Memberikan Sembako

Pada bentuk pemberian barang- barang pribadi biasanya caleg melakukan praktik

ini umumnya berkampanye dengan cara mendatangi wilayah daerah pemilihan setempat.

Seperti yang penulis temukan pada wilayah Desa Namolandur , berikut ini hasil wawancara

dengan informan Yulita Anggyyani mengatakan;

“Waktu pas kampanye itu ,tim dari partai PKS mengadakan acara

pengajian di mesjid Al jihad , disitu mereka mengundang ustad untuk

memberikan ceramah kepada masyarakat yang datang sekaligus mengenal

kan calon kandidat berinisial HAR kepada masyarakat yang hadir sambil

menyampai kan apa visi/misi beliau. Setelah ceramah selesai mereka

memberikan sembako ke kami yang datang, dan mengingatkan jangan lupa

Page 43: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

31

memilih bapak berinisial HAR ya. Calon kandidat yang lain juga ada yang

ngasih sembako juga, tapi saya lupa dari siapa siapa aja”.32

Daripada mengandalkan struktur partai dalam kampanyenya. Mereka juga banyak

memanfaatkan jaringan berbasis keagamaan, etnis dan sejenisnya untuk menjangkau

pemilih. Para caleg umumnya membangun mesin kampanye dengan menggunakan sumber

dana pribadi untuk membiayai aktivitas-aktivitas sosial tersebut. menyelenggarakan

kegiatan-kegiatan sosial tersebut. Uang tersebut digunakan untuk uang transpor bagi para

penyelenggara dan membeli konsumsi bagi para peserta pertemuan.

Pada kampanye politik, HAR mengadakan pertemuan dengan masyarakat untuk

datang bersosialisasi dengan beliau. Mengadakan kegiatan kampanye diikuti dengan

kegiatan ceramah di masjid AL jihad, serta memberikan sembako kepada warga. Hal ini

menjadikan kegiatan silaturahmi dengan konsep memberikan sembako untuk mengambil

hati masyarakat.

Silaturahmi yang dilakukan calon kandidat memiliki makna menjalin kembali

hubungan-hubungan kekeluargaan atau kekerabatan, sehingga membangkitkan emosional di

antara pihak-pihak yang terlibat. Karena itu, silaturahmi merupakan kata yang memiliki

kekuatan kultural, baik dalam bentuk praktik religius maupun sebagai praktik sosial yang

dapat mempererat ikatan-ikatan sosial.33

Pada konsep politik uang dalam bentuk pemberian barang atau pun pemberian

uang, tim sukses harus mampu berfikir untuk bagaimana cara melakukan pendekatan ke

masyarakat agar masyarakat memilih calon tersebut. Dengan membuat acara di mesjid

kemungkinan besar cara itu dapat di terima masyrakat, sehingga masyarakat memilih calon

dari tim sukses karena ada ikatan ataupun simpati dari masyarakat kepada calon tersebut.

Acara pengajian berfungsi lebih efektif karena mereka mampu menjamin adanya rasa

terimakasih dan kewajiban untuk memilih dari masyarakat yang telah di undang ke

pengajian .

Secara umum, tim sukses akan mampu menyampaikan, memonitor, dan bahkan

mendesakkan kepatuhan pemilih. Tim sukses juga lebih paham akan kondisi riil yang ada di

lapangan, misalnya seorang tim sukses lebih mengetahui jika si penerima uang/barang

32 Wawancara Dengan Yulita Anggayyni seabagi rukun warga dan informan penelitian 33 Caroline Paskirana, Jawa Barat:Silaturahmi, jaringan Personal, dan Politik Petronase dalam Politik Uang di

Indonesia, 278

Page 44: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

32

mendukung atau tidak mendukung kandidat. Berbeda dari kampanye lainnya, jika biasanya

calon legislative bersama dengan tim sukses datang langsung ke lapangan tetapi kali ini tim

sukses yang datang memberikan undangan kepada masyarakat sekitar untuk datang

bersilaturahmi ke masjid al jihad untuk mengikuti ceramah yang di lakukan ustad sambil

memperkenalkan calon legislative.

Pada konsep pemberian sembako kepada warga menjadi bagian yang tidak bisa

dipisahkan dalam proses pemilu, berlangsung dalam model interaksi politik yang secara

sadar diarahkan kepada hubungan yang saling memberi keuntungan. Silaturahmi dalam

konteks calon legislatif yang datang ke tempat wilayah rukun Desa Namolandur memiliki

tujuan yang sangat efektif. Pertama, menjadi media yang efektif bagi para kandidat untuk

membantu citra dirinya di mata masyarakat. Sebagai sosok yang akan dikenal masyarakat

dengan membangun jaringan personal secara langsung dan baik yang membuat masyarakat

mempunyai simpati terhadap beliau tersebut. Selain itu Ulina Ginting mengatakan :

“Kalau yang ngasi sembako adalah kemarin beberapa dari tim sukses nya ,

ya saya terima aja ,tapi yang memberikan uang gak ada setau saya,

sembako aja yang ada, tapi gak taulah kalau sama yang lain. tetapi yang

saya pilih kemarin bukan yang memberikan sembako , yang saya pilih yang

semarga sama saya yaitu calon kandidat berinisial ATG”34

Pada konsep pemberian bantuan berupa barang sembako yang di lakukan oleh tim

sukses ATG yang berada di Desa Namolandur. Biasanya ini cara pendekatan calon kandidat

saat kampanye untuk silaturahmi sebagai tanda pengenalan calon kepada masyrakat yang di

lakukan oleh tim sukses calon kandidat. Seperti dengan memberikan barang pribadi

(sembako), memberikan uang atau pun mengadakan acara, baik acara keagamaan ataupun

hiburan.

Kandidat yang baru ikut dalam pemilihan umum memandang silaturahmi sebagai

cara yang lebih efektif untuk memperkenalkan dirinya kepada para pemilih, ketimbang

memasang spanduk dan baliho yang mudah rusak atau hilang. Para kandidat cenderung

mengarahkan tim sukses nya dari satu tempat bergerak ketempat lain. Akan tetapi,

menggunakan model kampanye yang sama namun pemberian barang yang berbeda

menimbulkan hasil akhir yang akan dipilih. Penulis juga mewawancarai Nurlela Saragih

mengenai kampanye yang dilakukan calon kandidat, Nurlela mengatakan :

34 Wawancara Dengan Ulina Ginting sebagai Salah Satu rukun warga dan informan Penelitian

Page 45: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

33

“ada sekitar satu atau dua orang calon kandidat yang ngasih sembako. Ada

yang ngasi tikar untuk dikasih ke masjid. Ada juga yang memberi uang tapi

ada juga yang memberi bantuan barang, beragam macam pokoknya”

Selain itu ada caleg yang memberikan sembako ini iyalah sebagai pendekatan atau

pun perkenalan kepada masyrakat. dengan menggunakan strategipemberian barang ini

kemungkinan besar cara ini berhasil untuk mengambil suara masyarakat agar memilih nya

ketika pencoblosan nanti.strategi ini sering digunakan oleh calon lainnya. Sehingga sudah

seperti tradisi ketika pemilu calon anggota legislatif memberikan bantuan kepada

masyarakat. Baik bantuan berupa barang (sembako) atau pun uang.. Ini menjadi point

penting mengingat tema yang dibahas penulis yaitu politik uang yang dibentuk oleh calon

legislatif dengan sasaran masyarakat yang dituju yaitu masyarakat yang berpendapatan

ekonomi menengah kebawah ternyata cukup berhasil.

III.II Calon Kandidat Memberikan Uang

Bentuk pembelian suara dengan cara memberikan keuntungan finansial yang

dilakukan satu orang kepada orang lain untuk memengaruhi pilihan politik orang tersebut,

Penulis mewawancarai seorang warga di wilyah Desa Namolandur yaitu Nurlela Saragih

beliau menjelaskan bahwa ada tim sukses yang datang berkampanye dengan menggunakan

model kampanye door to door. Beliau menjelaskan:

“Saya menerima uang dari salah satu calon kandidat ,sekitar 1 atau 2

orang yang memberikan uang, tapi saya lupa siapa yang memberikan ,

karena kan uda agak lama jugak waktu nya jadi saya lupa lagi pula saya

dapat uang dikasih teman saya, Cuma yang saya tau ada yang memberikan

tikar jugak ke mesjid , dan kalau nominal uang beragam ada Rp.100.000.

dan ada Rp.50.000 beragam la”35

Uang sudah menjadi alat transaksi yang sering digunakan. Pada pemilihan anggota

legislatif, uang menjadi modal utama untuk mendapatkan dukungan suara dari pemilih.

Praktik politik uang pada proses demokrasi level akar rumput (grass root) tumbuh subur

karena dianggap suatu kewajaran, masyarakat tidak lagi peka terhadap bahayanya. Mereka

membiarkannya, karena tidak merasa bahwa money politic secara normatif harus dijauhi.

Segalanya berjalan dengan wajar.36 Mesakipun jelas terjadi money politic, dan hal itu diakui

oleh kalangan masyarakat, namun tidak ada protes. Motif ekonomi juga menjadi pilihan

35 Wawancara dengan Nurlela Saragih sebagai rukun warga dan informan penelitian 36 Aswad. Peran Uang, Barang,dan Keluarga Dalam Memenangkan Caleg dalam Politik Uang di Indoenesia.

Kabupaten Kapuas: 2015.

Page 46: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

34

politik tersendiri bagi warga yang menerima. Penulis mewawancarai warga lain yang

bernama Lewi Perangin angin. Beliau mengatakan:

“Ya waktu itu saya ada menerima sembako dan uang, itu di berikan mereka

sewaktu lagi ramai ramai nya masa kampanye , saya lupa nama kandidat

nya cuma yang saya ingat ada dua itu dari partai PDI dan NASDEM, itu

yang mengantarkan tim sukses nya masing-masing. Jumlah nya ada 50.000

ada 20.000. beragam dia pokoknya. Saya terima aja semua uangnya,

soalnya kan butuh juga, jadi terima-terima aja”37

Pada kajian politik uang, strategi pemenangan yang digunakan caleg dapat

dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu strategi personalistik dan strategi materialistik.

Pengelompokkan ini didasarkan pada dua paradigma yang berkembang di kalangan caleg.

Pertama, paradigma personalistik yang menyatakan bahwa pada dasarnya orang akan

memilih caleg yang dia kenal, terlebih memiliki hubungan personal. Semakin dekat

hubungan personal antara caleg dan pemilih, semakin besar kemungkinan caleg itu terpilih. .

Kedua, paradigma materialistik yang menyatakan bahwa pada dasarnya seseorang

cenderung memilih caleg yang paling menguntungkan bagi dirinya. Keuntungan instan yang

paling bisa dinikmati dalam konteks pileg adalah keuntungan materiil, baik berupa uang,

barang, ataupun jasa. Paradigma ini menegaskan bahwa kehidupan seseorang ditentukan

oleh pilihan ekonominya.

Pemberian uang dan barang dalam pelaksanaan Pemilihan Umum sangat sering

terjadi walau pun itu termasuk pelanggaran dalam pemilu akan tetapi cara itu yang selalu

digunagakan untuk melakukan pendeketan ke masyrakat. Gampang nya masyarakat yang

perekonomian nya rendah membuat mereka mau menjual suara nya dengan di berikan uang

dan sembako eleh tim calon kandidat yang berada di Desa Namolandur, seperti yang penulis

tanyakan kepada narasumber Zefri Manurung mengatakan:

“Jauh sebelum hari pencoblosan saya ada menerima bantuan berupa uang

dan sembako dari pak inisial TD,uang yang saya terima sebesar 35 ribu

,itu aja yang sampai ke saya”38

Hampir semua caleg dari semua partai melakukan strategi pemberian uang dan

sembako baik karena strategi ini memang sejak awal telah direncanakan, maupun karena

terpaksa lantaran melihat caleg lain melakukannya. Strategi ini pada umumnya dilakukan

oleh tim sukses atau relawan yang mengenali kondisi desa dan kondisi para pemilih. Praktik

37 Wawancara dengan Lewi Perangin-Angin sebagai rukun warga dan informan dalam penelitian 38 Wawancara DEngan Jefri Manurung sebagai rukun warga dan informan dalam penelitian

Page 47: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

35

politik uang sebagai salah satu strategi yang ditempuh oleh calon kandidat untuk

memenangkan pertarungan politik. Memberikan uang dengan cara membayar komponen

biaya dalam kampanye, sebagai jasa para saksi, maupun pemberian bantuan kepada

masyarakat tertentu. Seperti yang penulis tanyakan kepada narasumber Dody Firmansyah

mengatakan:

“Pada saat itu saya ada menerima bantuan dari pak inisial HAR,tim sukses

dari beliau memberikan saya uang dan sembako, kalau calon lain tidak ada

yang memberikan bantaun ke saya. Cuma dari tim sukses pak HAR yang

memberikan bantuan ke saya, dan nomnal uang yang saya terima saat itu

100.000”39

Pemberian uang secara tunai atau pun secara langsung, baik menggunakan amplop

atau tidak, kepada pemilih dengan maksud agar seseorang caleg tertentu dipilih dalam

pencoblosan. Hampir semua caleg dari semua partai melakukan strategi pemberian uang

baik karena strategi ini memang sejak awal telah direncanakan, maupun karena terpaksa

lantaran melihat caleg lain melakukannya.

Strategi ini pada umumnya dilakukan oleh tim sukses atau relawan yang mengenali

kondisi desa dan kondisi para pemilih. Ada juga pemberian uang yang dilakukan oleh aparat

desa, karena caleg menggunakan jaringan rukun tangga, rukun warga dan menitipkan

amplop kepada aparat tersebut. Akan tetapi, ada juga caleg yang membagi-bagikan uang

sendiri kepada masyarakat pemilih Praktik politik uang sebagai salah satu strategi yang

ditempuh oleh calon kandidat untuk memenangkan pertarungan politik.

Memberikan uang dengan cara membayar komponen biaya dalam kampanye,

sebagai jasa para saksi, maupun pemberian bantuan kepada masyarakat tertentu. Masalah

politik uang muncul karena adanya distorsi dan intervensi DPP parpol, faktor tidak

memadainya sosialisasi politik sehingga masyarakat “salah pilih” atau belum sepenuhnya

mencerminkan “kematangan politik” dalam memilih secara rasional dari segi kredibilitas

calon kandidat. Hal ini sejalan dengan praktik kecurangan politik yang sistematis, maupun

penegakan hukum yang tidak berjalan dengan baik. Seperti penulis yang tanyakan kepada

narasumber Enos Barus mengatakan :

“Pada saat pemilihan umum kemarin saya memilih pak inisal KT, saya

memelih dia karena saya dapat bantuan dari berupa uang tunai dan

sembako.saya menerima uang sebesar 100.000 dan di tambah sembako.40

39 Wawancara dengan Dodi FIrmansyah sebagai Rukun Warga dan informan Penelitian 40 Wawancara dengan Enos Barus sebagai Rukun Warga dan informan Penelitian

Page 48: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

36

Saya memilih yang membantu saya, karena saya sudah bosan dengan janji-

janji yang di lakukan oleh calon kandidat,jadi siapa yang memberikan

bantuan ke saya itu yang saya pilih”

Pada konsep politik uang dalam bentuk pemberian uang atau barang. Pemberian

materialistik dari tim sukses atau caleg yaitu berupa pemberian uang, pemberian sembako,

serta pelayanan dan aktifitas sangat mendominasi pelaksanaan pemilu legislatif 2019.41

Strategi pemenangan yang mengandalkan jaringan ikatan emosional dan kedekatan personal

dengan pemilih bisa tidak efektif tanpa ditopang dengan memberikan materialistik. Dengan

kata lain, politik patronase materialistik lebih berpengaruh ketimbang politik patronase

personalistik (citra caleg seperti tingkat pendidikan, persamaan ras, agama) dalam

mendulang suara. Pada analisis perilaku pemilih, pendekatan rasional (memilih seseorang

karena motif ekonomi) dalam bentuk pemberian uang dari caleg KT,HAR,TD dan RT

menjadikan Zefri, Dody, Enos dan Lewi untuk memilih mereka. Penjelasan mereka yang

mengatakan bahwa karena mereka hanya mendapati pemberian bantuan uang dan barang

hanya dari satu caleg, maka ia memilih calon kandidat tersebut.

III.III Dampak Politik Uang Terhadap Pilihan Warga

Masyarakat pemilih menjadi pragmatis setidaknya karena tiga hal: Pertama, mereka

selama ini telah dibiasakan pada setiap kampanye politik, uang selalu berbicara. Uang telah

menjadi sumber daya terpenting untuk menentukan terpilih tidaknya seorang kandidat.

Kedua, sebagian masyarakat pemilih berada pada tingkat kemiskinan yang relatif tinggi.

Bagi mereka, perolehan apa yang didapat pada saat momen pemilu merupakan rezeki

tambahan kebutuhan sehari-hari. Ketiga, pengalaman panjang yang mengajarkan bahwa

selama ini para calon lebih banyak memberi janji daripada bukti. Kekecewaan akumulatif

terhadap mereka yang terpilih di masa lalu ini membuat masyarakat pemilih tidak mau ambil

resiko untuk kecewa lagi. Bagi mereka, calon yang baik adalah calon yang berani memberi

rezeki hari ini. Ketika seseorang pemilih memilih karena mendapatkan sesuatu secara praktis

untuk kepentingan pribadi dalam menentukan pilihan politiknya, hal ini menjadi pragmatis.

Terdapat dua faktor munculnya politik uang pada Desa Namolandur: Faktor

terjadinya praktik politik uang yang Pertama, karena tingkat pengawasan yang rendah. Tidak

adanya sosialisasi himbauan langsung untuk mencegah praktik politik uang dan tidak adanya

pengawalan dari agen social maupun pemerintah pada masa kampanye sehingga

41 Marzuki Wahid, Cirebon, Jawa Barat: Ketika Materialism Mengalahkan Personalisme dalam Politik Uang di

Indoenesia.

Page 49: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

37

mempermudah tim sukses/calon legislatif untuk berkampanye secara curang. Himbauan-

himbauan yang ada hanya dari media sosial maupun media massa, hal ini menjadi titik

penting keberlangsungan politik uang berjalan dengan baik.

Faktor kedua yaitu kebutuhan ekonomi masyarakat. Sebetulnya hal ini menjadi hal

yang tidak lazim untuk dibicarakan pada zaman sekarang, tetapi pada sebagian warga di

Desa Namolandur ini masih terdapat kesenjangan sosial, ini diperparah dengan harga

kebutuhan pokok yang semakin tinggi. Sehingga pada masa kampanye, warga masyarakat

secara senang menerima pemberian-pemberian dari tim sukses/calon legislatif.

Berkampanye tanpa memberikan sesuatu seperti ada yang kurang, tidak ada sesuatu

untuk meyakinkan sebagian masyarakat untuk memilih calon legislatif tersebut walaupun

calon kandidat tersebut baik. Sebaliknya, jika tim sukses/calon legislatif datang

berkampanye disertai dengan pemberian sembako ataupun uang, ada rasa tanda terimakasih

tersendiri dari masyarakat tersebut dan memungkinkan masyarakat untuk memilih calon

kandidat tersebut. Sembako yang berisi minyak, mie instan maupun gula memberikan

sedikit keringanan kebutuhan sehari-hari meskipun akan habis pada waktu dekat.

Berikut ini merupakan uraian penulis mengenai pengaruh politik uang dan

pendekatan perilaku pemilih pada pilihan politik warga:

III.IV Warga Memilih Berdasarkan Agama

Pada teori perilaku pemilih pendekatan sosiologis. Faktor sosiologis dipercaya

memengaruhi keputusan seseorang untuk memilih seorang calon pejabat publik adalah

agama. Penulis bertanya mengenai faktor apa yang menyebabkan Yulita Anggyyani memilih

kandidat dari PKS dibanding kandidat dari partai lain, Yulita Anggyyani mengatakan:

“Karena beliau seiman dengan saya, lagi pula dia bagus mengundang

ustad untuk datang ke desa kami. Secara desa kami ini sangat jarang

kedatangan ustad ustad untuk memberikan ceramah gitu, dan menurut saya

juga inisial HAS bagus ibadahnya setau saya”42

Faktor sosiologis lain yang dipercaya penting memengaruhi keputusan seseorang

untuk memilih partai politik atau seorang calon pejabat publik adalah agama. Partai politik

atau seorang calon pejabat publik yang punya platform keagamaan yang sama dengan

karakteristik keberagaman pemilih, cenderung akan didukung oleh pemilih tersebut. Seorang

muslim cenderung untuk memilih partai yang ber-platform Islam dibanding yang ber-

42 Wawancara dengan Yulita Anggyani sebagai rukun warga dan informan penelitian.

Page 50: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

38

platform agama lain, misal kristen. Orang taat beragama cenderung untuk mendukung partai

yang ber-platform keagamaan dibanding yang ber-platform sekular. Karena itu, perbedaan

platform atau citra yang jelas dari sisi keagamaan antara satu partai dengan partai lainnya,

atau antara satu calon dengan calon lainnya, akan mengungkapkan sejauh mana faktor

agama menjadi penting bagi pemilih dilihat dari karakteristik keagamaan mereka.

Pada situasi di mana partai-partai politik atau calon-calon pejabat publik tidak

menunjukkan perbedaan orientasi keagamaan yang jelas antara satu dengan yang lain,

maka faktor agama menjadi kabur signifikansinya dalam menentukan pilihan politik bagi

pemilih. Menganalisa teori perilaku pemilih, Yulita Anggayyni memilih berdasarkan

pendekatan sosiologis dalam memilih yaitu dengan adanya persamaan agama yaitu Islam.

Berdasarkan ideologi Islam membuat Yulita lebih memilih kandidat dari PKS dibanding

dengan partai lain yang sama-sama melakukan pemberian sembako.

III.V Warga Memilih Berdasarkan Ikatan Keluarga

Studi-studi yang ada tentang dampak relatif dari ketiga faktor sosiologis (agama,

ras, etnik) menunjukkan bahwa faktor agama dan etnik sering mempunyai dampak yang

lebih signifikan ketimbang kelas sosial. Orang yang taat beragama cenderung mendukung

partai politik atau calon pejabat publik yang dipandang bersikap positif atas agama. Dalam

pemilihan umum sering sekali terjadi alasan masyarakat memilih karena mempunyai

hubungan keluarga, satu suku atau pun satu daerah, hal itu termasuk ke dalam sikap perilaku

Sosiologis. Seperti yang di lakukan oleh Ulina Valentina Ginting dan iya mengatakan:

“Pada saat pemilu saya memilih bapak AG, karena saudara jugakkan ya

harus kita dukung la, calon lain ada juga yang mengantarkan sembako tapi

ya kek mana ya bang tetap sodara la yang kita utamakan”43

Model sosiologis dibangun dengan asumsi bahwa perilaku pemilih ditentukan oleh

karakteristik sosiologis para pemilih, ikatan kekeluargaan membuat Ulina harus memilih AG

dalam pemilu legislative di Desa Namolandur.

III.VI Warga Memilih Berdasarkan Visi dan Misi

Pendekatan ini menggunakan konsep psikologis terutama konsep sosialisasi dan

sikap untuk menjelaskan perilaku pemilih. Variabel-variabel itu tidak dapat dihubungkan

dengan perilaku pemilih, melainkan ada proses sosialisasinya. Oleh karena itu menurut

43 Wawancara dengan Ulina Valentina Ginting sebagai rukun warga dan informan penelitian

Page 51: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

39

pendekatan ini sosialisasilah sebenarnya yang menetukan perilaku politik seseorang. Seperti

yang di lakukan Nurlela Saragih, iya mengatakan:

“Saya memilih bapak RTG karena kerena kata orang pimpinan nya bagus,

setelah itu saya memilih bapak RTG karena misi bapak RTG bagus yaitu

akan memajukan perekonomian buruh di Deli Serdang. Yang memberikan

saya bantuan ada, sekitar satu atau dua orang, itu saya terima saja, namanya

kan di kasi. Tetapi tidak mempengaruhi pilihan saya”44

Pendekatan psikologis menekankan pada tiga aspek psikologis sebagai kajian

utama yaitu ikatan emosional pada suatu partai politik, orientasi terhadap isu-isu dan

orientasi kepada kandidat. Melihat misi RTG yang iya sukai membuat Nurlela yakin untuk

memilih RTG.

III.VII Warga Memilih Berdasarkan Ikatan Partai

Pada teori perilaku pemilih pendekatan sosiologis, seseorang berpartisipasi dalam

politik seperti memilih dalam Pemilu bukan karena ia berada dalam jaringan sosial, terlibat

dalam kegiatan urusan publik, tetapi juga karena ia ingin berpartisipasi. Keterlibatan politik

termasuk di antaranya informasi politik, pengetahuan politik, keterikatan politik dan

identitas partai. Herman menjelaskan bagaimana proses kampanye pemberian sembako

caleg yang dialami, Herman menjelaskan:

“Karena saya orang PDIP, dulu pernah juga saya gabung-gabung di PDIP,

beliau juga saya liat bagus, beliau banyak menjanjikan ke desa kita untuk

pembangunan pagar keliling supaya jaga malam lebih efektif”45

Identitas partai adalah salah satu komponen dari keterlibatan politik yang dipercaya

mempunyai pengaruh positif terhadap partisipasi politik. Identitas partai adalah suatu

keadaan psikologis, yakni perasaan dekat, sikap mendukung, atau setia kepada partai, atau

identifikasi diri dengan partai politik tertentu. Identitas partai membentuk sebuah identitas

politik seorang warga karena warga tersebut punya kemampuan psikologis untuk

menidentikkan dirinya dengan sebuah partai politik. Kemudian penulis mewawancarai Lewi

Perangin-angin untuk mendapat kan apa yang menjadi faktor Lewi dalam memilih. Lewi

menjelaskan:

44 Wawancara dengan Nurlela Saragih sebagai rukun warga dan informan penelitian 45 Wawancara dengan Herman sebagai rukun warga dan informan penelitian

Page 52: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

40

“Saya memilih pak KT karena bapak tersebut dari partai Gerndra, kebutalan

pada saat pemilu Presiden kemarin yang saya suka dari Gerindra, jadi saya

pilih saja Pak KT dari Gerindra”46

Dari keterangan yang lewi yang menjadi alasan Lewi memilih KT dari partai

Gerindra karena Lewi melihat citra pemimpin yang berasal dari partai Gerindra bagus.

Sehingga itu yang membuat Lewi untuk memilih KT dari pada calon lainnya.

III.VIII Warga Memilih Berdasarkan Keuntungan yang Diperoleh

Seorang pemilih berdasarkan pendekatan rasional pada teori perilaku pemilih

bahwa seseorang selalu mempunyai tujuan-tujuan yang mencerminkan apa yang

dianggapnya kepentingan diri sendiri. Untuk menentukan pilihan, ia menetapkan sikap dan

tindakan yang efisien sehingga harus memilih antara beberapa alternatif mana yang

membawa keuntungan dan kegunaan yang maksimal. Penulis mewawancarai Jefri

Manurung untuk mendapatkan apa yang menjadi faktor Jefri dalam memilih. Jefri

menjelaskan:

“Saya memilih dari partai Golkar pak TSD. Sepengetahuan saya beliau

baik. Beliau juga memberikan sembako dan uang kepada saya. Kalau dari

yang lainnya saya gak dapat, makanya saya memilih beliau, karena saya

dapat sembako dapat duit pula lagi, karena dikasih bantuan itu tadi”

Model rasionalitas pemilih bertumpu pada keyakinan bahwa sejatinya manusia

adalah makhluk yang punya kepentingan untuk dirinya secara material. Perilakunya

didorong oleh motif kepentingan material dirinya. Atas dasar itu, perilaku politik seorang

pemilih, termasuk pilihan politik, didorong oleh kepentingan ekonomi pemilih.

Pengikut pendekatan ini menimbulkan kejutan, karena merencanakan bahwa

mereka telah meningkatkan ilmu politik menjadi suatu ilmu yang benar-benar science.

Dikatakan bahwa manusia politik sudah menuju ke arah manusia ekonomi karena melihat

adanya kaitan erat antara faktor politik dan ekonomi, terutama dalam penentuan kebijakan

publik.

Inti dari politik menurut mereka adalah individu sebagai aktor terpenting dalam

dunia politik. Sebagai makhluk rasional ia selalu mempunyai tujuan-tujuan (goal-seeking

atau goal oriented) yang mencerminkan apa yang dianggapnya kepentingan diri sendiri. Ia

melakukan hal itu dalam situasi terbatasnya sumber daya (resource restraint), dan karena itu

ia perlu membuat pilihan. Menetapkan sikap dan tindakan yang efisien ia harus memilih

46 Wawancara dengan Lewi Perangin-angin sebagai rukun warga dan informan penelitian

Page 53: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

41

antara beberapa alternatif mana yang akan membawa keuntungan dan kegunaan yang paling

maksimal baginya. Setidaknya motif ekonomi adalah motif yang paling utama dibandingkan

motif-motif lain. Selanjutnya penulis bertanya apa yang membuat Dodi Firmansyah lebih

memilih salah satu calon kandidat di banding kandidat lain, beliau menjelaskan:

“Waktu kampanye dari partai PKS ngasih duit sama sembako gitulah.

Kalau yang lain ada ngasih gitu tapi yang sampai ke saya cuma pak HAR

ini aja. Makanya saya tertatik untuk memilih dia”.47

Para caleg umumnya membangun mesin kampanye dengan menggunakan sumber

dana pribadi ketimbang mengandalkan struktur partai dalam kampanyenya. Mereka juga

memanfaatkan jaringan berbasis keagamaan, etnis, dan sejenisnya untuk menjangkau para

pemilih. Namun, ada juga beberapa kandidat yang mengombinasikan pendekatan ini dengan

faktor programatik, strategi media, dan upaya-upaya lainnya untuk menjangkau pemilih

kelas menengah. Seperti alasan Enos Barus memilih KT dari partai gerindra.

“Saya memilih beliau karena ada bantuan berupa uang dan sembako. Saya

bosan dengan janji-janji yang di sampaikan oleh calon kandidat, jadi siapa

yanag memberikan bantuan ke saya itu yang saya pilih”48

Pada warga Desa Namolandur Enos Barus yang hanya mengalami proses kampanye

politik dari KT, caleg dari partai Gerindra. Mengedepankan aspek apa yang didapat ketika

tim sukses memberikan sembako dan uang kepadanya. Ini merupakan bentuk membeli suara

(vote buying) secara tidak langsung. Pendekatan pilihan rasional melihat kegiatan memilih

sebagai produk kalkulasi untung dan rugi. Pada pemberian, yang dipertimbangan tidak

hanya “ongkos” memilih dan kemungkinan suaranya dapat memengaruhi hasil yang

diharapkan, tetapi juga perbedaan dari alternatif berupa pilihan yang ada. Pertimbangan ini

digunakan pemilih dan kandidat yang hendak mencalonkan diri untuk terpilih sebagai wakil

rakyat atau pejabat pemerintah.

Pada konteks pemilu legislatif, masyarakat didekati oleh partai-partai yang ada saat

ini yang lazim menggunakan pendekatan yang bersifat pragmatis. Simbol-simbol ideologis

tetap ada, namun sudah semakin minim. Sistem proporsional terbuka yang mengharuskan

kandidat untuk mendekati masyarakat secara langsung, makin menguatkan kenyataan ini.

Banyak calon legislatif yang menyadari bahwa mereka kurang dikenal kemudian

menggunakan cara cepat untuk dapat terkenal dan menarik perhatian masyarakat. Misalnya,

47 Wawancara dengan Dodi Firmansyah sebagai rukun warga dan informan penelitian 48 Wawancara dengan Enos Barus sebagai rukun warga dan informan penelitian

Page 54: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

42

memberikan sesuatu yang konkret kepada masyarakat, seperti pemberian kebutuhan bahan

pokok, melakukan kegiatan sosial yang sifatnya gratis, pembagian hadiah melalui kegiatan

amal atau kompetisi olahraga, mengadakan pertunjukan hiburan rakyat, bahkan ada pula

yang langsung memberikan uang kepada masyarakat.

Secara garis besar, karakter pemilihan legislatif di Desa Namolandur dapat

dideskripsikan sebagai memilih berdasarkan apa yang di berikan atau bersifat rasional.

banyak pemilih yang suka setelah di berikan bantuan oleh calon kandidat hal itu yang akan

menghasilkan hubungan timbal balik dalam konteks balas budi politik dari si penerima.

Pada pemberian uang dan barang untuk membangun jaringan kepada masyarakat

sebelum berkampanye, caleg dan tim sukses terlebih dahulu mengukur potensi suara

masyarakat. Tolak ukur sebelum turun ke lapangan yaitu, melihat kondisi wilayah ekonomi

dan keadaan politik yang ada di suatu wilayah. Hal ini menjadi penting untuk mengetahui

keadaan ekonomi dan pemahaman politik di wilayah Desa Namolandur sekitar agar

kampanye yang dilakukan berjalan dengan baik. Penulis mewawancarai Bapak Aditya Jaya

Sembiring selaku Kepala Desa Namolandur, beliau mengatakan:

“Kalau kondisi ekonomi di Desa kita ini beragam, tapi yang paling utama

di Desa kita ini masyarakat nya hampir semua berladang seperti menanam

padi,jambu,jagung jahe dan ada yang menanam cokelat kalau orang kita

karo kebetulan banyak juga disini orang kita karo kan gitu, hasil dari

ladang itu la yang nanti akan jual atau pun di konsumsi, ya cukup la untuk

biaya sehari- hari, tetapi tidak berlebih, selebih nya ada juga kerja-kerja

yang lain tetapi beladang la yang paling banyak kalau disini”49

Apa yang akan didapat ketika berkampanye menjadi salah satu daya tarik tersendiri

melihat kondisi ekonomi yang beragam yang terdapat di wilayah Desa Namolandur. Hal itu

juga ditambah dengan kejadian praktik politik uang merupakan adanya kebiasaan pada masa

pemilu. Pemberian sembako yang diberikan calon kandidat merupakan hal yang dibutuhkan

dan dianggap sebagai kewajaran dalam berkampanye. Seorang pemberi patron mengontrol

sumberdaya yang dimiliki dan memberikannya kepada masyarakat.

Masyarakat menerima dan menggunakan sumberdaya tersebut dan menukarkannya

dengan sumberdaya yang dimiliki yaitu suara pada pemilihan. Menganalisis deskripsi dari

beberapa masyarakat yang sudah di wawancara wilayah yang menjadi sasaran kegiatan

kampanye memperkuat temuan penulis pada wawancara warga masyarakat pada

49 Wawancara dengan Aditya Jaya sebagai Kepala Desa dan informan penelitian

Page 55: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

43

pembahasan sebelumnya yaitu, sembako yang diterima merupakan salah satu pengaruh yang

cukup kuat dalam berkampanye. Caleg dan tim sukses yang sudah mengetahui keadaan

ekonomi masyarakat sekitar bekerja dengan baik dan memberikan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat yang berada di Desa Namolandur. Penulis kemudian bertanya ke pak Aditya

mengenai pemahaman politik masyarakat di wilayah Desa Namolandur, beliau menjelaskan:

“Kalau pemahaman poltik di Desa ini, ya tau nya masyarakat hanya kapan

itu pemilu, mana yang dia suka dia pilih ya seperti itula, kalau di tanya apa

itu politik, bagaimana kampanye kemarin sewaktu pemilu, kurang ngerti

nya masyarakat di ini. Cuma pas waktu kampanye kemarin kan banyak la

yang datang ke Desa kita untuk izin berkampanye, ya saya izinin saja tapi

kalau membantu untuk memperkenal kan ke warga saya tidak ikut. Karena

kan saya sebagai kepala Desa harus netral, gaboleh berat sebelah ke calon-

calon kandidat lain, mereka minta izin saya izin kan. Kalau pasrtisipasi

masyarakat pada saat pemilu kemarin ya saya lihat mereka tetap datang ke

TPS. Tapi kalau untuk pilihan masyrakat saya kurang tau”50

Salah satu bentuk partisipasi politik yang telah dilaksanakan masyarakat Desa

Namolandur adalah dengan mengikuti pemilu. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses

pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan

tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat

pemerintahan, sampai kepala desa. Pemilu merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi

rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public

relations, komunikasi massa, lobby dan lain-lain kegiatan. Meskipun money politic di negara

demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik money politic

banyak juga dipakai oleh para kandidat atau politikus selaku pelaku dalam politik.

Pada pelaksanaan kampanye, mobilisasi massa ditentukan oleh seberapa banyak

ongkos politik yang dimiliki oleh kandidat tersebut, tim sukses dianggap berhasil apabila

mampu menghadirkan masyarakat banyak dalam kampanye, meskipun dengan cara yang

salah seperti memberikan sembako, membagikan uang, sehingga masyarakat hadir karena

sembako bukan karena calon kandidat. Mobilisasi masyarakat dengan cara tersebut

berdampak terhadap politik pragmatis dan kegagalan pendidikan politik. Penulis kemudian

bertanya ke pak Aditya mengenai bagaimana tanggapan bapak tentang money politic (politik

uang) apakah ada calon kandidat yang memberikan bantuan berupa uang dan barang ke

bapak atau pun ke masyrakat, beliau menjelaskan:

50 Wawancara dengan Aditya Sembiring sebagai Kepala Desa dan informan penelitian

Page 56: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

44

“Kalau yang memberikan bantuan berupa uang dan barang ke bapak tidak

ada, kalau pun ada pasti bapak tolak. Tapi soal money politic di daerah

Desa kita ini kalau bapak dengar-dengar katanya ada, cuma sewaktu kita

suru kawan-kawan dari perangkat Desa untuk meninjau langsung gapernah

ada yang dapat, jadi gapernah ketahuan, Cuma kalau laporan dari

masyarakat ada. Seperti itu la kira-kira”51

Motivasi terjadinya money politic yang terjadi selama ini karena motif kekuasaan.

Artinya, partai politik memiliki kemungkinan untuk menjadi penguasa (berkuasa), sehingga

dengan demikian seseorang atau kelompok yang menginginkan sesuatu dari penguasa akan

berupaya untuk menjadi penguasa atau paling tidak dekat dengan penguasa. Mengapa harus

motif kekuasaan? Karena kenyataannya selama ini kekuasaan sangat dekat dengan

kemudahan-kemudahan dalam hidup. Orang yang akan berkompetisi dalam pemilu atau

partai politik tidak merasa rugi mengeluarkan dana (besar sekalipun) berupa money politic

untuk kepentingan mendapatkan suara. Karena pada akhirnya dana yang telah dikeluarkan

dalam bentuk money politic akan kembali dalam jumlah yang berlipat-lipat. Calon kandidat

yang berkampanye dan melakukan kegiatan berupa pemberian uang dan barang

menggunakan modal yang sangat besar, meskipun modal tersebut dari uang pribadi akan

tetapi untuk mendapatkan kekuasaan, hal itu sebanding dengan apa yang dikeluarkan.

Penulis kemudian bertanya ke pak Aditya mengenai tanggapan bapak tentang apakah money

politic (politik uang) berpengaruh tidak terhadap pilihan masyarakat di Desa Namolandur.

Beliau mengatakan:

“Kalau kita lihat la ya mungkin ada sedikit besar pengaruhnya karena kan

masyarakat kita sebagian besar kan ekonomi nya menengah kebawah,

mungkin adalah yang tertarik karena uang-uang itu kan di kasi mungkin ya

jadi mereka mau gak mau harus mencoblos gitu, jadi adalah dek pengaruh

nya”52

Efektivitas money politic (politik transaksional) tergantung pada berapa nilai

rupiah, barang yang akan diberikan kepada pemilih, sehingga berdampak terhadap perilaku

politik pemilih yang lebih tertarik dengan calon kandidat yang memberikan nilai rupiahnya

lebih tinggi. Keberadaan politik uang di tengah-tengah masyarakat sebenarnya akan

memberikan dampak yang tidak baik terhadap politik dan sistem demokrasi di Indonesia.

Akibat keberlanjutan yang berlangsung jangka panjang, kini masyarakat mulai tidak

mempercayai politik. Bagi sebagian masyarakat yang akan berkuasa dalam politik adalah

mereka yang memiliki uang. Jadi intinya kekuasaan dalam politik itu akan terjadi apabila

51 Wawancara dengan Aditya Sembiring sebagai Kepala Desa dan Informan Penelitian 52 Wawancara dengan Aditya Sembiring sebagai Kepala Desa dan Informan Penelitian

Page 57: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

45

memiliki uang. Pemikiran masyarakat yang seperti ini sebenarnya salah dan keliru. Apabila

ada sinergis antara masyarakat dengan sistem demokrasi maka roda pemerintahan akan

berjalan dengan baik dan kehidupan masyarakat akan berada pada tatanan kehidupan yang

lebih baik.

Politik uang adalah salah satu hal yang tidak dibenarkan secara hukum. Politik uang

dapat memberikan pengaruh negatif pada masyarakat dan calon peserta pemilu itu sendiri.

Masyarakat kemungkinan akan menyesal apabila nantinya kebijakan dan program kerja

tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.53 Sedangkan peserta calon kandidat akan

memiliki resiko dan dikeluarkan dari hak kepesertaannya dalam Pemilu apabila diketahui

melakukan pelanggaran politik uang. Dalam upaya mengatasi masalah ini Pemerintah telah

mengatur sanksi yang tegas bagi calon yang melakukan pelanggaran dalam melakukan

politik uang (money politic).

Terkait dengan sanksi bagi calon kandidat yang melakukan Politik Uang (money

politic) terdapat dalam berbagai aturan yaitu di Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 dan

KUHP. Undang-Undang Nomor 10 tahun 2016 di Pasal 187A dijelaskan bahwa “Barang

siapa dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum dengan menjanjikan atau

memberikan uang atau materi lainnya dengan imbalan warga negara Indonesia baik secara

langsung maupun tidak langsung untuk mempengaruhi pemilih agar tidak menggunakan hak

pilihnya, menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga pemungutan suara

menjadi tidak sah, memilih calon tertentu, atau tidak memilih calon tertentu sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 73 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga

puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp

200.000.000 (dua) ratus juta rupiah) dan maksimal Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah).

Sanksi yang sama di berlakukan bagi pemilih yang dengan sengaja melakukan perbuatan

melawan hukum dan mendapatkan hadiah atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1)”.

Undang-Undang mengenai politik uang(money politic) sebenarnya sudah sangat

baik, yang mana sanksi dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2016 di Pasal 187A

dijelaskan bahwa “Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum

dengan menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya dengan imbalan warga

negara Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mempengaruhi pemilih

agar tidak menggunakan hak pilihnya, menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu

53 Muhammad Qomarrudin, Kepemimpinan Politik Perspektif Komunikasi, 39

Page 58: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

46

sehingga pemungutan suara menjadi tidak sah, memilih calon tertentu, atau tidak memilih

calon tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (4), dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua)

bulan dan denda paling sedikit Rp 200.000.000 (dua) ratus juta rupiah) dan maksimal Rp.

1.000.000.000 (satu miliar rupiah). Sanksi yang sama di berlakukan bagi pemilih yang

dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum dan mendapatkan hadiah atau janji

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)”. Akan tetapi pengawasan dan pemahaman mengenai

politik terhadap masyrakat itu masih kurang, hal itu yang meyebabkan masyarakat dengan

mudah menerima sogokan dari calon kandidat ketika pemilu berlangsung.

Praktik politik uang yang terjadi yaitu berupa pemberian sembako maupun uang

secara langsung. Pemberian-pemberian dari caleg tersebut mempunyai dampak pada pilihan

politik warga di Desa Namolandur. Meskipun pemberian sembako masih dianggap abu-abu

namun pemberian uang langsung merupakan tindakan ilegal. Berdasarkan temuan penulis

di Desa Namolandur maka dapat dikatakan bahwa pilihan rasional warga mendominasi pada

pemilihan legislatif 2019. Lima orang yang menjadi narasumber memilih calon legislatif

lebih kepada manfaat yang lebih didapat pada masa kampanye berlangsung, dan pilihan

politik warga tidak terlepas dari pemberian-pemberian caleg dan tim sukses. Pendekatan

variasi bentuk pemberian uang khususnya vote buying dan pemberian-pemberian barang

pribadi menjadi pilihan terbaik calon legislatif agar mendapat dukungan dari masyarakat

dalam berkampanye di wilayah Desa Namolandur.

Page 59: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

47

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pemberian politik uang dalam bentuk sembako (individual gifts) dinilai tim sukses

sebagai hal yang wajar dalam pemilihan umum sehingga masyarakat menerima dengan

baik pemberian tersebut. Bentuk politik uang selain sembako yang penulis dapat pada

rukun warga Namolandur yaitu pemberian uang secara langsung (vote buying) dan

Pemberian Sembako. Kedua bentuk pemberian tersebut berjalan dengan lancar didukung

dengan hubungan jaringan antara caleg dengan tim sukses, dan tim sukses dengan warga.

Penulis juga menemukan bahwa ada caleg yang membawa tokoh agama (jaringan sosial)

guna membangun citra caleg di hadapan warga sebagai penganut agama yang baik.

2. Penulis temukan bahwa pilihan politik warga tidak terlepas dari adanya bentuk pemberian

politik uang. Kesembilan narasumber penulis merupakan penerima dari salah satu bentuk

politik uang. Politik uang dengan demikian dapat dikatakan sebagai salah satu cara yang

dilakukan caleg agar memengaruhi warga masyarakat dalam memilih. Kurangnya

pengawasan berdampak pada kegiatan praktik politik uang.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang sudah penulis paparkan, penulis merumuskan

beberapa saran dalam penelitian ini:

1. Pada dunia akademik, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan

pengetahuan akademis akan temuan praktik politik uang yang terjadi pada suatu

pemilihan umum.

2. Mengefektifkan upaya pencegahan politik uang dengan menerapkan strategi pencegahan

seperti:

A. Pada penyelenggara pemilu, melakukan sosialisasi secara rutin kepada caleg dan

warga agar tidak terjadi praktik politik uang pada pemilihan umum mendatang.

B. Perlu adanya agen sosial untuk membantu mencegah terjadinya praktik politk uang

dengan cara melakukan pengawasan pada masa kampanye, masa tenang atau pada saat

pemilihan.

C. Perlu nya pembelajaran politik di sekolah, agar mempunyai pemikiran yang bagus

sehingga tidak gampang terpengaruh oleh sogokan calon kandidat pada saat pemilu.

Page 60: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

48

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Budiharjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Rifai, Amzulian. 2003. Politik Uang Dalam pemilihan kepala Daerah. Jakarta:

Penerbit Ghalia Indonesia.

Huda, Ni’matul dan Imam nasef. 2017. Penataan Demokrasi & Pemilu di Indonesia Pasca

Reformasi. Jakarta: Kencana.

Ibrahim. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Kayame, Robby. 2019. Metode Penelitian Tradisi Kualitatif. Bogor: Penerbit In Media.

Hosein, Zainul Arifin dan Arifudin. 2017. Penetapan pemilih Dalam Sistem Pemilihan

Umum. Depok: PT. RajaGrafindo Persada.

Basrowi dan Suwandi, memahami penelitian kualitatif (Jakarta:PT.Rineka Cipta, 2008).

Undang-Undang

Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

Undang-Undang No 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Undang-Undang No 8 Tahun 2012 Tentang Pemiluhan Umum

Undang-Undang No 10 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 22 Tentang Pemilih

Undang-Undang No 10 Tahun 2016 Pasal 187 A Mengenai Politik Uang

Jurnal

Qodir, July. 2014. Politik Uang Dalam Pemilu-Pemilukada 2014: Modus Dan Resolusinya.

Jurnal Administrasi Pemerintahan Daerah Volume VIII, Edisi 2. Yogyakarta:

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta .

Nail, Muhammad Hoiru. 2018. Kualifikasi Politik Uang Dan Strategi Hukum Dan Kultural

Atas Pencegahan Politik Uang Dalam Pemilihan Umum. Jurnal Yuridis Vol. 5 No. 2.

Jember: Universitas Jember.

Bako, Ronny. Dugaan Penyelenggaraan Pemilu dalam Legislatif 2014(kajian terhadap isu-

isu terkini) [Jurnal] Info Hukum Singkat; Vol. VI. No. 8/II/P3DI/April/2014 [Pdf].

Page 61: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

49

Noor, Firman. Perilaku Politik Pragmatis dalam Kehidupan Politik Kontemporer: Kajian

Atas Menyurutnya Peran Ideologi Politik di Era Reformasi [Jurnal On-line]; tersedia

di http:/portalgaruda.org; diakses pada 29 November 2016.

Nurdin, Ali. Dosen Mathla’tul Anwar University, Studi Perilaku Memilih di Indonesia:

Fenomena Pemilih Rasional Pragmatis, [Jurnal on-line];tersedia di

https://www.academia.edu.

Rosyad, Sabilal. Praktek Money Politic Dalam Pemilu Legislatif di Kabupaten Pekalongan

Tahun 2009 (Studi Sosio-Legal-Normatif), [Pdf]; tersedia di

http://eprints.walisongo.ac. id/92/1/ Rosyad_Tesis_Sinopsis.pdf].

Skripsi

Ferdiansyah M. Zidni. Dinamika Pilihan Rasional Dalam Kemenangan Jokowi- Basuki

Pada Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta 2012.

Gustia. Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Money Politic Pada Penyelenggaraan

Pemilihan Umum Anggota Legislatif.

Hamdani Yusuf. Politik Uang dan Perilaku Poliitk. Pada Pemilihan Umum Legislatif 2014

di Kelurahan Bangka.

Page 62: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

50

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Narasumber 1 : Nurlela br Saragih

Status : Warga Desa

Tanggal : 27 -12-2020

Tempat : Rumah warga

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Petani

Idris : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pemilu yang telah berlangsung ?

Narasumber : Pemilu yang berlangsung Menurut saya berjalan aman.

Idris : Apakah Bapak/Ibu selalu menjalankan hak pilih suara ketika sedang berjalannya

pemilu ?

Narasumber :Selalu, karena saya tidak mau di bilang golput.

Idris : Pada saat pemilu, siapa calon Legislatif yang Bapak/Ibu pilih ?

Narasumber : oo itu Bapak Ronaldta Tarigan

Idris : Apakah anda mengenal calon legislatif yang anda pilih ?

Narasumber : Saya tidak mengenal, tapi saya dengar kata orang bapak itu pimpinannya

bagus

Idris : Apa alasan Bapak/Ibu memilih calon tersebut ?

Narasumber : alasan saya karena misi bapak itu ingin memajukan perekonomian

buruh,terutama di Deli Serdang

Idris : Berapa banyak calon legislatif yang melakukan dorongan material yang sampai ke

Bapak/Ibu ?

Page 63: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

51

Narasumber : adalah sekitar satu atau dua orang.

Idris : Apakah Bapak/Ibu pernah menerima uang dari kelompok/seseorang dalam proses

pemungutan suara/pemilu (memilih calon tertentu) ?

Narasumber : iyaa pernah

Idris : Jika Pernah, Dari siapa uang tersebut Bapak/Ibu terima ? (jawaban boleh lebih dari

satu).

Narasumber : saya tidak mengenal, kawan saya yang mengasi jadi sudah lupa la.

Idris : Berapa besar uang yang anda terima dari calon legislatif tersebut ?

Narasumber: ada 100 ribu dan ada 50 ribu

Idris : Apakah Bapak/Ibu masih bersedia datang ke TPS untuk memilih walaupun tidak

menerima imbalan uang ?

Narasumber : ya saya bersedia , ya karena saya mau menjadi masyarakat yang baik, yang

mengikuti aturan untuk memilih saat pemilu.

Idris : Apakah pemberian uang tersebut berpengaruh bagi ibu untuk memilih?

Narasumber :tidak, karena saya memilih sesusai dengan apa yang suka.

Idris : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang adanya politik uang dalam Pemilihan

legislatif di desa namolandur ini ?

Narasumber : yaa saya tidak mengerti kali soal politik uang, ya saya kalau di kasi saya

terima saja.

Page 64: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

52

LAMPIRAN 2

Narasumber 2 : Zefri Manurung

Status : Warga Desa

Tanggal : 27- 12- 2020

Tempat : Rumah warga

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Petani

Idris : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pemilu yang telah berlangsung ?

Narasumber : yaa pemilu , ya kek mana pemilu pada umum nya laa.

Idris : Apakah Bapak/Ibu selalu menjalankan hak pilih suara ketika sedang berjalannya

pemilu ?

Narasumber : jarang,tetapi yang 2019 kemarin milih.

Idris : Pada saat pemilu, siapa calon yang Bapak/Ibu pilih ?

Narasumber : saya memilih dari Golkar pak Thomas Darwin.

Idris : Apakah anda mengenal calon legislatif yang anda pilih ?

Narasumber : tidak mengenal

Idris : Apa alasan Bapak/Ibu memilih calon tersebut ?

Narasumber : sepengetahuan saya beliau baik

Idris : Berapa banyak calon legislatif yang melakukan dorongan material yang sampai ke

Bapak/Ibu ?

Narasumber : yang memberikan sampai ke saya Cuma pak Thomas saja.

Idris : Apakah Bapak/Ibu pernah menerima uang dari kelompok/seseorang dalam proses

pemungutan suara/pemilu (memilih calon tertentu) ?

Narasumber : yaa ada

Idris : Jika Pernah, Dari siapa uang tersebut Bapak/Ibu terima ? (jawaban boleh lebih dari

satu).

Narasumber : ya dari pak thomas itu.

Page 65: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

53

Idris : Berapa besar uang yang anda terima dari calon legislatif tersebut ?

Narasumber: 35 ribu kalau tidak salah

Idris : Apakah Bapak/Ibu masih bersedia datang ke TPS untuk memilih walaupun tidak

menerima imbalan uang ?

Narasumber : saya rasa tidak

Idris : Apakah pemberian uang tersebut berpengaruh bagi bapak untuk memilih?

Narasumber : ya kalau saya pribadi gara-gara di kasi uang makanya memilih, dosa mas

kalau sudah di kasi tapi tidak memilih.

Page 66: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

54

LAMPIRAN 3

Narasumber 3 : Ulina Valentina br Ginting

Status : Warga Desa

Tanggal : 27-12-2020

Tempat : Kantor Desa Namolandur

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Pegawai Perangkat Desa

Idris : Bagaimana pendapat kakak tentang pemilu yang telah berlangsung ?

Narasumber : ya gitulah bang lancar-lancar aja bang

Idris : Apakah kakak selalu menjalankan hak pilih suara ketika sedang berjalannya pemilu ?

Narasumber : ya kalau pemilu ataupun pilkada selalu milih kok bg.

Idris : Pada saat pemilu, siapa calon Legislatif yang kakak pilih ?

Narasumber : kalau di 2019 kemarin kebutalan ada sodara bang, jadi milih sodara Antonius

Ginting dari Nasdem.

Idris : Apakah anda mengenal calon legislatif yang anda pilih ?

Narasumber : yaa kenal bang

Idris : Apa alasan Bapak/Ibu memilih calon tersebut ?

Narasumber :ya itu tadi bang karena sodara ya itu saja laa yang di pilih.

Idris : Bagaimana pendapat kakak tentang adanya politik uang dalam Pemilihan legislatif di

desa namolandur ini ?

Narasumber : sebenernya kalau di daerah kami ya cukup berpengaruh jugak ya bang, apa

lagi kan kami kan disini kurang paham apa itu money politic, padahal kan sebenar nya

gabagus jugak itu, tapi ya gimana la bang

Idris : Berapa banyak calon legislatif yang melakukan dorongan material yang sampai ke

kakak ?

Narasumber : kala sembako ada bang tapi kalau uang gadak si sampai ke saya

Page 67: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

55

Idris : Apakah kakak pernah menerima uang dari kelompok/seseorang dalam proses

pemungutan suara/pemilu (memilih calon tertentu) ?

Narasumber : tidak bang

Idris : Jika Pernah, Dari siapa uang tersebut kakak ? (jawaban boleh lebih dari satu).

Narasumber : tidak ada bang

Idris : Apakah kakak masih bersedia datang ke TPS untuk memilih walaupun tidak

menerima imbalan uang ?

Narasumber : tetap bersedia la bang, tetap kita pakek hak pilih kita bang,siapun itu la yang

kita pilih la.

Page 68: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

56

LAMPIRAN 4

Narasumber 4 : Dody firmansyah

Status : Warga Desa

Tanggal :27-12-2020

Tempat : rumah usaha

Pendidikan Terakhir : smp

Pekerjaan : wiraswasta

Idris : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pemilu yang telah berlangsung ?

Narasumber : ya sama seperti pada umum nya, kita memilih calon yang ada.

Idris : Apakah Bapak/Ibu selalu menjalankan hak pilih suara ketika sedang berjalannya

pemilu ?

Narasumber : ya tentu saja

Idris : Pada saat pemilu, siapa calon yang Bapak/Ibu pilih ?

Narasumber : dari partai PKS pak H Abdul Rahman

Idris : Apakah anda mengenal calon legislatif yang anda pilih ?

Narasumber : saya tidak mengenal

Idris : Apa alasan Bapak/Ibu memilih calon tersebut ?

Narasumber : saya memilih beliau karena ada bantuan dari beliau pada saat itu, berupa uang

dan sembako.

Idris : Berapa banyak calon legislatif yang melakukan dorongan material yang sampai ke

Bapak/Ibu ?

Narasumber : setau saya ada, Cuma yang sampai ke saya Cuma pak H abdul rahman

Idris : Apakah Bapak/Ibu pernah menerima uang dari kelompok/seseorang dalam proses

pemungutan suara/pemilu (memilih calon tertentu) ?

Narasumber : pernah

Page 69: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

57

Idris : Jika Pernah, Dari siapa uang tersebut Bapak/Ibu terima ? (jawaban boleh lebih dari

satu).

Narasumber : dari yang saya pilih tadi

Idris : Berapa besar uang yang anda terima dari calon legislatif tersebut ?

Narasumber: sebesar 100 ribu

Idris : Apakah Bapak/Ibu masih bersedia datang ke TPS untuk memilih walaupun tidak

menerima imbalan uang ?

Narasumber : ya tentu saja ikut

Idris : Menurut bapak berpengaruh tidak money politic ( politik uang) terhadap pilihan

bapak?

Narasumber :ya berpengaruh si, apalagi yang seperti saya yang di desa ini kan, butuh la

uang.

Page 70: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

58

LAMPIRAN 5

Narasumber 5 : Lewi perangin-angin

Status : Warga Desa

Tanggal : 27-12-2020

Tempat : warung kopi ( kede kopi )

Pendidikan Terakhir : SMP

Pekerjaan : wiraswasta

Idris : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pemilu yang telah berlangsung ?

Narasumber : ya pemilu yang berlangsung berjalan dengan baik, ya kek mana pemilu pada

tahun sebelumnya, Cuma beda nya tahun semalam karena pemilu serentak itu jadi bingung

karena banyak kertas yang harus di coblos, selebih nya sama aja seperti biasa nya.

Idris : Apakah Bapak/Ibu selalu menjalankan hak pilih suara ketika sedang berjalannya

pemilu ?

Narasumber : iya selalu

Idris : Pada saat pemilu, siapa calon yang Bapak/Ibu pilih ?

Narasumber : kalau calon legislatif yang saya pilih pak Kustomo

Idris : Apakah anda mengenal calon legislatif yang anda pilih ?

Narasumber : tidak mengenal

Idris : Apa alasan Bapak/Ibu memilih calon tersebut ?

Narasumber : menurut saya bagus saja, apa lagi kan itu dari partai Gerindra, jadi itu saja

yang saya pilih.

Idris : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang adanya politik uang dalam Pemilihan

legislatif di desa namolandur ini ?

Narasumber :kalau menurut saya ya biasa aja , karena kan itu di lakukan tidak secara terang-

terangan di lakukan mereka,kalau di bilang resah tidak juga, karena kan kek kita masyarakat

yang memilih kan nerima aja.

Page 71: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

59

Idris : Berapa banyak calon legislatif yang melakukan dorongan material yang sampai ke

Bapak/Ibu ?

Narasumber :sewaktu itu ada beberapa, Cuma lupa nama nya soal nya di antar-antar gitu,

seingat ku dari partai PDI sama Nasdem, nama nya lupa karena kan sudah lama jugak kan.

Idris : Apakah Bapak/Ibu pernah menerima uang dari kelompok/seseorang dalam proses

pemungutan suara/pemilu (memilih calon tertentu) ?

Narasumber :pernah pas rame-rame nya kampanye itulah.

Idris : Jika Pernah, Dari siapa uang tersebut Bapak/Ibu terima ? (jawaban boleh lebih dari

satu).

Narasumber :kalau uang saya lupa nama orang nya, tetapi kalau partai kalau gasalah saya

dari partai PDI.

Idris : Berapa besar uang yang anda terima dari calon legislatif tersebut ?

Narasumber: ada yang memberikan 50 dan ada juga 20.

Idris : Apakah Bapak/Ibu masih bersedia datang ke TPS untuk memilih walaupun tidak

menerima imbalan uang ?

Narasumber :ya datang la, karena kan memang ada pemberitahuan juga sebelumnya untuk

mengikuti pemilu. Uda menjadi kewajiban kita juga itula.

Page 72: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

60

LAMPIRAN 6

Narasumber 6 : Enos Barus

Status : Warga Desa

Tanggal : 27-12-2020

Tempat : Rumah warga

Pendidikan Terakhir : Smp

Pekerjaan :

Idris : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pemilu yang telah berlangsung ?

Narasumber : sama ya seperti tahun sebelum-sebelumnya juga, Cuma pas tahun kemarin

yang di coblos kan banyak, jadi agak bingung, tapi di arahin sama organg-orang di Tps

gimana cara coblosnya,gitu aja yang lain sama aja seperti sebelum-sebelumnya.

Idris : Apakah Bapak/Ibu selalu menjalankan hak pilih suara ketika sedang berjalannya

pemilu ?

Narasumber : selalu menggunakan, karena kan itu kewajiban kita jugak kan untuk memilih

gitu.

Idris : Pada saat pemilu, siapa calon yang Bapak/Ibu pilih ?

Narasumber : pak kustomo dari partai Gerindra

Idris : Apakah anda mengenal calon legislatif yang anda pilih ?

Narasumber : beliau tidak, Cuma tim sukses nya tetangga gitu.

Idris : Apa alasan Bapak/Ibu memilih calon tersebut ?

Narasumber : karena saya kemarin dapat bantuan dari dia seperti uang dan sembako

Idris : Berapa banyak calon legislatif yang melakukan dorongan material yang sampai ke

Bapak/Ibu ?

Narasumber : pak kustomo aja yang memberikan yang sampai ke saya.

Idris : Apakah Bapak/Ibu pernah menerima uang dari kelompok/seseorang dalam proses

pemungutan suara/pemilu (memilih calon tertentu) ?

Narasumber : menerima

Page 73: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

61

Idris : Jika Pernah, Dari siapa uang tersebut Bapak/Ibu terima ? (jawaban boleh lebih dari

satu).

Narasumber : tim sukses pak kustomo

Idris : Berapa besar uang yang anda terima dari calon legislatif tersebut ?

Narasumber: 100 ribu di tambahi sembako berupa minyak la kemarin itu.

Idris : Apakah Bapak/Ibu masih bersedia datang ke TPS untuk memilih walaupun tidak

menerima imbalan uang ?

Narasumber :saya tetap menggunakan, tapi saya asal coblos, karena saya kan malas dengar

janji-janji aja gitu.

Idris : Menerut Bapak/Ibu berpengaruh tidak money poitic ini terhadap pilihan bapak/ ibu?

Narasumber : kalau untuk saya sendiri berpengaruh sama seperti yang saya bilang tadi, saya

malas mendengar janji-janji manis saja, jadi siapa yang memberikan itu yang saya pilih.

Page 74: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

62

LAMPIRAN 7

Narasumber 7 : Herman

Status : Warga Desa

Tanggal : 03-01-2021

Tempat : Rumah warga

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Idris : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pemilu yang telah berlangsung ?

Narasumber : ya kalau pendapat saya pribadi, ya kalau pemilu legislatif yang tahun semalam

banyak money politic nya saya lihat.

Idris : Apakah Bapak/Ibu selalu menjalankan hak pilih suara ketika sedang berjalannya

pemilu ?

Narasumber : ya saya tetap mencoblos, sayang dong suara saya kalau saya sia-sia kan.

Idris : Pada saat pemilu, siapa calon yang Bapak/Ibu pilih ?

Narasumber : karena saya orang PDIP jadi yang saya Bapak Ronaldta Tarigan

Idris : Apa alasan Bapak/Ibu memilih calon tersebut ?

Narasumber : ya karena beliau banyak menjanjikan ke desa ini pada saat itu, contoh nya

pembuatan pagar keliling agar jaga malam lebih efektif la.

Idris : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang adanya politik uang dalam Pemilihan

legislatif di desa namolandur ini ?

Narasumber : ya berpengaruh. ya sebetul nya masyarakat ini sudah bosan dengar kata janji-

janji mulu kan dari calon kandidat, tapi kalau masalah di berikan uang siapa yang tidak mau

kan gitu.

Idris : Berapa banyak calon legislatif yang melakukan dorongan material yang sampai ke

Bapak/Ibu ?

Narasumber : kalau ke saya Cuma Pak Ronaldta Tarigan

Page 75: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

63

Idris : Apakah Bapak/Ibu pernah menerima uang dari kelompok/seseorang dalam proses

pemungutan suara/pemilu (memilih calon tertentu) ?

Narasumber : ya ada

Idris : Jika Pernah, Dari siapa uang tersebut Bapak/Ibu terima ? (jawaban boleh lebih dari

satu).

Narasumber : saya nerima dari tim Pak Ronaldta Tarigan

Idris : Berapa besar uang yang anda terima dari calon legislatif tersebut ?

Narasumber: ada sekitar 50 ribu dan ada 100 ribu

Idris : Apakah Bapak/Ibu masih bersedia datang ke TPS untuk memilih walaupun tidak

menerima imbalan uang ?

Narasumber : ya saya tetap bersedia

Page 76: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

64

LAMPIRAN 8

Narasumber 8: Yulita Angyyani

Status : Warga Desa

Tanggal : 05-01-2021

Tempat : Rumah warga

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Guru Paud

Idris : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pemilu yang telah berlangsung ?

Narasumber : aman, lancar seperti pemilu yang lalu-lalu

Idris : Apakah Bapak/Ibu selalu menjalankan hak pilih suara ketika sedang berjalannya

pemilu ?

Narasumber : selalu

Idris : Pada saat pemilu, siapa calon yang Bapak/Ibu pilih ?

Narasumber : H Abdul Rahman

Idris : Apakah anda mengenal calon legislatif yang anda pilih ?

Narasumber :tidak mengenal si, Cuma kemarin dia ada kampanye, ngundang ustad di

mesjid, jadi di situ bapak itu sambbil memperkenalkan diri, dari situ la kenal nya.

Idris : Apa alasan Bapak/Ibu memilih calon tersebut ?

Narasumber : karena seiman.

Idris : Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang adanya politik uang dalam Pemilihan

legislatif di desa namolandur ini ?

Narasumber : yaa biasa aja si, karena pun saya memilih bukan dari yang memberikan uang,

tetapi karena yang saya suka.

Idris : Berapa banyak calon legislatif yang melakukan dorongan material yang sampai ke

Bapak/Ibu ?

Narasumber : ada ya bang, rata-rata sih Cuma gak tau orangnya yang mana-mana.

Page 77: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

65

Idris : Apakah Bapak/Ibu pernah menerima uang dari kelompok/seseorang dalam proses

pemungutan suara/pemilu (memilih calon tertentu) ?

Narasumber : ada tapi gak semua. Cuma dua amplop yang saya terima.

Idris : Jika Pernah, Dari siapa uang tersebut Bapak/Ibu terima ? (jawaban boleh lebih dari

satu).

Narasumber : saya lupa dari siapa , Cuma saya ada terima .

Idris : Berapa besar uang yang anda terima dari calon legislatif tersebut ?

Narasumber: ngasi nya 50 ribu sama 20 ribu.

Idris : Apakah Bapak/Ibu masih bersedia datang ke TPS untuk memilih walaupun tidak

menerima imbalan uang ?

Narasumber : ya pasti karena kan itu kewajiban bang.

Page 78: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

66

LAMPIRAN 9

Narasumber : Aditya Jaya Sembiring

Status : Kepala Desa

Tanggal : 27-12-2020

Tempat : Rumah Kepala Desa

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Kepala Desa

Idris : Bagaiman gambaran umum kondisi desa Namolandur ?

Kepala Desa : Mungkin adek sudah keling-keling la ya di kampung kita ini, jadi sedikit

besar nya Desa Namolandur ini kebanyakan masyarakat bertani,kalau dari geografis rata-

rata disini ladang, sawah, ada yang nanam cokelat kalau orang kita karo, kebetulan banyak

juga disini orang kita karo kan gitu, itu la mungkin gambaran umum nya dek.

Idris :Bagaimana dengan kondisi mayoritas perekonomian desa namolandur ?

Kepala Desa : jadi seperti yang tadi bapak jelaskan tadi, jadi desa kita ini masyarakat kita

bertaninya berladang gitu. Ada dia nanam padi ada nanam jagung ada juga jahe, pokok nya

tanaman-tanaman yang bisa di jualla.

Idris : Menurut Bapak bagai mana pemahaman politik di masyarakat Desa Namolandur ini?

Kepala Desa : gimana bapak bilang ya dek, kalau masyarakat disini tau la kan karena daerah

pinggiran, agak-agak masuk kedalam, jadi masyarakat hanya sekedar tau kapan pemilu,

siapa yang cocok rasa nya coblos yang gak cocok gak di coblos. Ya gitu-gitu la, kalau di

tanyak apa itu politik gimana kampanye, kurang ngerti nya masyarakat kita.

Idris : Apakah ada calon kandidat atau tim suskes yang ke tempat Bapak untuk meminta izin

berkampanye di wilayah Bapak ?

Page 79: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

67

Kepala Desa : kalau itu banyak yang jumpai bapak, pak minta restu nya saya lupa nama nya,

ada dari GOLKAR ada kawan-kawan juga dari GERINDRA ada jugak dari PKS tapi di

Desa kita ini yang besar PDIP. Hampir semua partai la datang meminta izin.

Idris : Bagaimana proses kampanye dan pemberian politik uang di desa namolandur ini pak?

Kepala Desa : Jadi kalau sepanjang kampanye kemarin gak ada memang, ada pun yang

mengasi ke bapak, bapak tolak kan gitu. Jadi kalau soal money politic di Desa kita ini kalau

bapak dengar-dengar katanya ada, Cuma pas kita suru kawan-kawan kita dari perangkat

Desa untuk meninjau langsung gadak yang dapat jadi gapernah ketauan, Cuma kalau laporan

itu ada , pas kita cari tau laporan tersebut gapernah dapat itu la dia dek.

Idris : Apakah bapak membantu perkenalan dan proses kampanye calon kandidat atau tim

sukses serta menghimbau masyarakat untuk memilih kandidat yang diusung pada pemilu

legislatif ?

Kepala Desa : kalau itu kan dek, kan gini bapak kan disini sebagai kepala desa, dalam artian

bapak sebagai perangkat lah perangkat desa kaki tangan Negara, jadi kalau soal bantu-bantu

itu bapak Cuma bisa bantu misalnya seperti perizinan mau kampanye ya kita persilahkan

mau kampanye, Cuma kalau untuk terjun membantu sosialisasi tidak, karena itu kan sudah

melanggar tugas bapak kan sebagai kepala Desa ini.

Idris : Bagimana kondisi mayoritas perekonomian warga desa Namolandur dan apakah

berkaitan dengan kegiatan kampanye dan apakah pemberian politik uang mempengaruhi

pilihan politik ?

Kepala Desa : kalau saya lihat mungkin ada sedikit besar pengaruh nya, karena ya mungkin

daerah kita ini kan masyarakat ekonomi nya menengah kebawah, jadi adalah yang tertarik

Page 80: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

68

karena uang-uang itukan, di kasi mungkin jadi mereka mau gak mau ya mencoblos gitu,

mungkin adalah dek.

Idris :Bagimana (secara garis besar) pemahaman politik masyarakat di wilayah Bapak ?

Kepala Desa : kalau pemahaman politik agak kurang dek, tau masyrakat sini ya ada

pemberitahuan ada pemilu ya mereka memilih, mana yang mereka suka di pilih ya gitu la

dek.

Page 81: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

69

DOKUMENTASI

Gambar 3. Dokumentasi Kantor Desa Namlandur

Gambar. 4 Dokumentasi Pengambilan Data

Gambar 5. Dokumentasi Wawancara Dengan Kepala Desa Namolandur

Page 82: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

70

Gambar 6. Dokumentasi Wawancara Dengan Informan Nurlela Saragih

Gambar 7. Dokumentasi Wawancara Dengan Informan Zefri Manurung

Page 83: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

71

Gambar 8. Dokumentasi Wawancara Dengan Informan Ulina Valentina Ginting

Gambar 9. Wawancara Denagn Informan Dodi Firmansyah

Page 84: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

72

Gambar 10. Wawancara Dengan Informan Lewi Parangin-angin

Gambar 11 Wawancara Dengan Informan Enos Barus

Page 85: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

73

Gambar 12. Wawancara Dengan Informan Herman

Gambar 13 Wawancara Dengan Informan Yulita Anggrayini

Page 86: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM

74

Page 87: MONEY POLITIC (POLITIK UANG) DALAM PEMILIHAN UMUM