[modul3_kualitas citra mikroct-scan]nataadriya(10211060)
TRANSCRIPT
-
MODUL 3
KUALITAS CITRA CT-SCAN Nataadriya Hasanudin Sidik, Dani Budi Rayoga, Bryan Andi Putra PS, Panji Tofani,
Hannan P, Adhy Satya D. 10211060, 10211029, 10211058, 10211069, 10211089, 10211092
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia E-mail: [email protected]
Asisten : Kiagus Aufa Ibrahim / 10210024
Tanggal Praktikum: (27 03 -2014)
Abstrak
Pada praktikum modul kualitas citra mikro CT-Scan yang dilakukan pada 27 Maret 2014 dilakukan pengujian
kualitas citra yang dihasilkan dari phantom uji yang dimasukan kedalam skyscan dengan variasi perubahan nilai
tegangan (kV) dan Arus (mAs), data hasil scan kemudian di rekonstruksi dan dilakukan pengolahan menggunakan
software CTan, diperoleh hasil yang ditunjukan pada gambar.3 serta table 1-13. Pengaruh perubahan nilai
tegangan dan arus terhadap parameter kualitas citra , serta interaksi yang terjadi ketika elektron mengenai materi
dan hubungannya dengan kualitas citra akan dibahas lebih lanjut pada bagian pembahasan, secara umum
perubahan nilai kV dan mAs berpengaruh terhadap kualitas citra dimana nilainya akan berbanding lurus dengan
kontras dan SNR dari Citra. Kata Kunci: Citra, Kontras, MikroCT-Scan, Phantom, Resolusi Spasial, SNR.
I. Pendahuluan Pada percobaan modul Kualitas Citra CT-SCAN bertujuan untuk dapat menganalisa parameter - parameter serta pengaruh perubahan
kV dan mAs terhadap parameter tersebut yang
mempengaruhi kualitas Citra yang diperoleh
dengan memanfaatkan Uji CT-Phantom untuk
beberapa variasi phantom yang digunakan.
Computered Tomography - SCAN (CT-
SCAN) merupakan suatu metode diagnostic
imaging yang digunakan pada bidang medis,
seiring dengan waktu lahir perkembangan dari
CT-SCAN berupa CT-SCAN yang mampu menentukan penampang dari objek dengan
resolusi berkisar skala micrometer.
Gambar 1. Diagram blok Mikro CT
Sinar-X yang diproduksi oleh sumber (Tabung
rontgent)melalui tahapan proses sebagai
berikut[1]:
- Filamen Anoda dan Katoda dialiri arus
listrik (mA) maka filament akan
berpijar sehingga akan timbul awan
elektron
- Elektron yang dihasilkan kemudian
ditembakan menuju anoda, dengan
membutuhkan energy yang cukup besar
(KV)
- Interaksi elektron dengan atom inti
target menghasilkan 2 sinar-x, dimana
terdapat pembelokan yang disertai
pemancaran energy foton (berupa sinar-
X breamstrahlung) sedangkan interaksi
elektron dengan inti akan dihasilkan
sinar-X karakteristik.
Hasil dari Pencitraan dipengaruhi oleh
beberapa hal diantara lain:
1. Paparan (Exposure)
Paparan ini terkait dengan Intensitas yang
bergantung kepada koefisien attenuasi
bahan serta waktu dan jarak, dimana akan
berlaku hubungan seperti pada persamaan
berikut:[2]
I = 0 (1)
2. Pengaruh Arus (mA)
Perubahan nilai mA hanya mempengaruhi
kualitas image dari segi kuantitas, dimana
nilai besarnya arus (mA) menentukan
-
banyaknya elektron yang timbul, sehingga
berpengaruh terhadap intensitas seperti
pada persamaan berikut: 12
= 12
(2)
3. Pengaruh Tegangan (KV)
Perubahan nilai tegangan yang diberikan
akan mempengaruhi kualitas image baik
secara kuantitas maupun kualitas, dimana
tegangan yang diberikan menentukan dari
kemampuan elektron menembus bahan,
sehingga terkait dengan intensitas serta
kualitas dari sinar-x berdasarkan banyak
interaksinya, berlaku persamaan: 12
= [ 12
]2 (3)
Terkait dengan percobaan kali ini
dimana objek yang memungkinkan untuk di
scan adalah objek yang berukuran kecil sesuai
dengan kemampuan detector, selain itu untuk
dapat meminimalisir resiko terhadap manusia
maka digunakan suatu phantom. Phantom
merupakan material/gabungan material yang
dapat memiliki karakteristik menyerupai
manusia, dimana memiliki koefisien attenuasi
bahan linear terhadap air lebih kecil dari
Plexiglas.[1]
Computered Tomography - SCAN (CT-
SCAN) memiliki proses rekonstruksi seperti
diagram blok berikut ini:
Gambar 2. Diagram blok rekonstruksi CT-Scan
Filtered Backprojection pada dasarnya sama
dengan backprojection namun filtered ini
cenderung digunakan untuk komputerisasi
dimana hasil scan berdasarkan koefisien
attenuasi kemudian di backprojection untuk
segala arah sehingga diperoleh gambaran utuh
dengan noise yang kecil dan kualitas image yang
lebih baik karena factor koreksi image dapat kit
ubah-ubah sesuai kebutuhannya.
Faktor yang menentukan kualitas suatu image
adalah sebagai berikut: [2]
1. Kontras
Tingkat perbandingan warna serta titik
gradasinya antar hitam dan putih yang
ditangkap oleh detector sesuai koefisien
attenuasinya.
2. Blur
Tingkat keburaman dari image
3. Noise
Ketidakjelasan pada bagian image yang
muncul akibat adanya gangguan, noise
terkait dengan Signal to Noise Ratio
(SNR) yang merupakan ratio antara
sinyal rata-rata dengan standar deviasi
yang dapat dituliskan:
SNR =
(4)
4. Artefak
Kesalahan yang muncul akibat factor
koreksi lainnya
Selain keempat factor diatas, terdapat factor
koreksi lainnya seperti distortion dan densitas,
namun yang menjadi tinjauan pada percobaan
kali ini hanya kepada keempat factor tersebut.
II. Metode Percobaan
Pada percobaan modul Kualitas citra CT-Scan dilakukan percobaan meninjau kualitas yang dapat dihasilkan dengan
memperhatikan pengaruh parameter-parameter
terhadap kualitasnya, dimana percobaan
dilakukan dengan mengamti hasil dari phantom
uji, dengan jenis phantom uji yang digunakan:
1. Phantom uji yang disediakan Lab. Terdiri dari 3 bahan didalamnya: bagian
bernomor, Grid metallic dan lapisan
homogen (urutan sesuai dari yang
paling atas hingga bawah)
2. Phantom uji yang dibawa Praktikan Praktikan dalam hal ini Kelompok 14
memilih Jam tangan sebagai phantom
Uji.
Operasikan mesin Skyscan yang akan
digunakan sesuai dengan SOP , dimana terlebih
dahulu mesin dipanaskan sekitar 5-10 menit,
kemudian masukan phantom uji ke dalam mesin
skyscan dengan menempelkan terlebih dahulu
pada dudukan yang telah disediakan, lalu set
nilai KV dan mAs pada computer, Ambil/scan
data dimana mesin skyscan meradiasi phantom
untuk ditangkap hasil scan data pada detector,
Pada saat lampu indicator dari radiasi mati,
keluarkan phantom dari dalam mesin skyscan.
Lalu matikan mesin skyscan tersebut.
Hasil scan data yang telah diperoleh,
-
kemudian diolah menggunakan software CTan,
dimana data di rekonstruksi untuk dimana
karakteristik dari kualitas image berdasarkan
kontras, resolusi spasial dan SNR image yang
diperoleh.
Berdasarkan analisis sementara dan
studi literature maka dapat ditarik hipotesa
bahwa perubahan nilai KV dan mAs akan
berpengaruh terhadap kualitas image yang
diperoleh baik dari segi kuantitas maupun
kualitas, dimana dapat teramati pada pengolahan
data karakteristik yang kita amati: Kontras,
resolusi spasial dan SNR. Secara umum
intensitas sinar-x yang berpengaruh besar akibat
perubahan nilai tersebut.
*) keterangan: untuk phantom pertama (yang
disediakan lab) data tidak diambil secara
langsung tetapi menggunakan data yang telah
diambil sebelumnya.
III. Data dan Pengolahan
- Kontras 1. Phantom pertama (Phantom uji dari Lab).
a. Keadaan 30kV 100A Tabel 1. Data kontras phantom Lab keadaan 30 KV
100A
b. Keadaan 30kV 125A
Tabel 2. Data kontras phantom Lab keadaan 30 KV
125A
c. Keadaan 60kV 100A
Tabel 3 Data kontras phantom Lab keadaan 60 KV
100A
2. Phantom kedua (Jam Tangan )
Tabel 4. Data kontras phantom kedua (jam tangan)
keadaan 100KV 29A
- Resolusi Spasial
1. Phantom pertama (Phantom uji dari Lab). a. Keadaan 30kV 100A
Tabel 5. Data Pixel phantom Lab keadaan 30 KV
100A
-
Tabel 6. Data resolusi phantom Lab keadaan 30 KV
100A
b. Keadaan 30kV 125A Tabel 7. Data Pixel phantom Lab keadaan 30 KV 125A
Tabel 8 Data Pixel phantom Lab keadaan 30 KV 125A
c. Keadaan 60kV 100A
Tabel 9. Data Pixel phantom Lab keadaan 60 KV 100A
Tabel 10. Data Resolusi phantom Lab keadaan 60 KV
100A
- Signal to Noise Ratio (SNR)
a. Keadaan 30kV 100A Tabel 11. Data SNR phantom Lab keadaan 30 KV
100A
-
b. Keadaan 30kV 125A
Tabel 12. Data SNR phantom Lab keadaan 30 KV
125A
c. Keadaan 60kV 100A
Tabel 13. Data SNR phantom Lab keadaan 60 KV
100A
- Image Hasil Rekonstruksi CT-Scan
untuk Phantom kedua (Jam Tangan)
Gambar 3. Image Hasil Rekonstruksi Phantom kedua
IV. Pembahasan
Berdasarkan hasil data yang ditunjukan
oleh table 1-13, dapat kita amati pengaruh
perubahan nilai KV dan mAs terhadap factor
kualitas citra yang diamati. Kontras yang
ditunjukan oleh image yang dihasilkan dengan
melakukan variasi nilai KV dan mAS teramati
bahwa pengaruh perubahan nilai tegangan (kV)
berbanding lurus dengan kontras citra yang
dihasilkan, begitupula dengan perubahan mAs
yang berbanding lurus kontras citra, namun
dapat teramati seperti pada table 1-4, bahwa
pengaruh perubahan tegangan > pengaruh
perubahan mAs, sesuai dengan persamaan 1-3
sehingga dapat kita tuliskan :
12
= 12
= = [ 12
]2 = 1
(4)
Dari persamaan diatas ditunjukan bahwa
pengaruh perubahan tegangan (kV) terhadap
intensitas merupakan kuadratnya sedangkan
terhadap mAs bersifat linear, selain itu teramati
bahwa KV dan mAs terkait dengan koefisien
attenuasi bahan uji yang merupakan fungsi dari
Energi dimana image yang ditangkap oleh
detector sangat bergantung pada koefisien
attenuasi yang menentukan besar dosis serap
sehingga berlaku persamaan :
=
() (5)
Keterangan :
Ea = Enegi serap
= koefisien absorbsi = Koefisien attenuasi
Serta berdasarkan data dapat diamati pada nilai
mean dan standar deviasi yang ditunjukan.
Meninjau kepada data hasil resolusi
spasial dari image yang diperoleh, dimana pada
table 5-10 teramati bahwa perubahan nilai KV
dan mAs tidak berpengaruh dengan cukup
signifikan terhadap resolusi spasial terhadap
image, namun secara umum perubahan nilai KV
berbanding terbalik dengan resolusi spasial,
ketika resolusi kecil maka image akan tampak
lebih jelas. Hal yang diperhatikan adalah ketika
energy yang digunakan berskala kecil maka
resolusi akan menurun akibat adanya coherent
Scatter.
Perubahan nilai kV dan mAs akan
berbanding lurus terhadap nilai SNR, serta
dapat kita nyatakan bahwa ketika nilai SNR
yang semakin besar akan menurunkan noise
yang terukur.
-
Setiap factor yang mempengaruhi dari
kualitas citra memiliki keterkaitan antara satu
sama lainnya, dimana berdasarkan penjelasan
diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa
kontras sangat berhubungan dengan nilai SNR,
dimana SNR dipengaruhi oleh resolusi dalam
hal ini, selain itu yang perlu ditekankan adalah
factor factor lainnya seperti densitas, distorsi
yang turut berpengaruh terhadap kualitas citra
namun tidak kita amati secara khusus.
Sinar-X merupakan radiasi ionisasi
langsung, maka ketika suatu radiasi mengenai
materi maka akan terjadi interaksi didalamnya,
interaksi antara elektron dengan materi antara
lain: efek Compton, efek fotolistrik, produksi
pasangan dsb. Namun yang perlu kita tinjau
adalah lebih kepada efek fotolistrik dan efek
Compton, dimana Efek Compton akan dominan
ketika energy radiasi yang dipancarkan lebih
besar, sedangkan untuk energy yang lebih kecil
maka efek fotolistrik akan lebih besar, terkait
dengan noise nilainya akan lebih besar
ditimbulkan oleh interaksi pada efek fotolistrik
dibandingkan dengan efek Compton, karena
pada dasarnya densitas pada efek Compton
antara daerah berbeda (seperti tulang dan
jaringan lunak) menyebabkan kehilangan
kontras dengan penurunan energy dari incident
photons. Oleh karena itu, pada diagnostic
radiology digunakan energy rendah untuk
memproduksi gambar.
Untuk phantom uji kedua , dalam kasus
ini phantom yang digunakan adalah jam tangan
dimana hasil rekonstruksi ditunjukan pada
gambar.3 dengan data kontras pada table.4 dapat
teramati bahwa pada keadaan 100KV 29A citra
yang dihasilkan masih kurang jelas, dimana
diperlukan peningkatan tegangan (kV) dan mAs
sehingga dapat meningkatkan kualitas citra dan
menurunkan noise, mengingat densitas dari
materi penyusun jam tangan yang cukup berbeda
antara elemen luar dan dalamnya, selain itu perlu
diperhatikan kembali proses rekontruksi pada
CT-Scan yang pada dasarnya menggunakan
prinsip Filtered Backprojection.
Distribusi energy yang dipancarkan
melakukan penetrasi terhadap attenuasi medium,
dimana terjadi filtrasi ketika memiliki energy
rata-rata yang cukup besar dan kekuatan
penetrasi, sehingga untuk mendapatkan hasil
kualitas image maksimum maka nilai koefisien
attenuasi yang dihitung harus efektik:
= 2
(6)
V. Simpulan
- Kualitas citra yang akan dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa factor
diantara lain kontras, resolusi spasial,
SNR, artefak (factor yang diamati)
selain itu terdapat factor densitas,
distorsi dsb.
- Perubahan nilai kV dan mAs berpengaruh terhadap kuantitas dan
kualitas dari image, terkait dengan
intensitas dan Energi sehingga
diperoleh hubungan bahwa perubahan
nilai kV dan mAs akan berbanding
lurus dengan kontras dan SNR
- Pada factor resolusi spasial perubahan kV dan mAs tidak berpengaruh cukup
signifikan.
- Berdasarkan interaksi elektron dengan materi maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa untuk memproduksi gambar
haruslah menggunakan energy yang
rendah.
- Pada dunia image sesungguhnya, factor-faktor koreksi tersebut telah di-
set pada look up table (LUT)
- Terjadi proses filtrasi pada rekonstruksi image yang dihasilkan dimana akan
optimum untuk koefisien attenuasi
efektif.
VI. Pustaka
[1] R.Hendee & Russel. Medical Imaging
Physics. Canada. WILEY-LISS. 2002
[2] Slide Fisika Radiodiagnostik ( publikasi
by Rena Widita)