modul sib – 11 : metoda kerja pelaksanaan pekerjaan jembatan

243
MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1 PEKERJAAN PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK) MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN 2006

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

38 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1

PEKERJAAN

PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN)

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)

MODUL SIB – 11 : METODA KERJA

PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

2006

Page 2: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -i-

KATA PENGANTAR

Dalam rangka pelaksanaan proyek jembatan, maka Modul Methode Kerja

Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan merupakan bagian yang sangat penting, agar

seluruh jajaran pelaksana mampu memahami dalam melaksanakan langkah-

langkah prosedur pelaksanaan konstruksi jembatan sesuai dengan kaidah dan

ketentuan yang berlaku.

Penyamaan persepsi atas standar prosedur dalam pelaksanaan proyek

diperlukan agar proyek dapat terlaksana sesuai dengan batasan waktu, biaya dan

mutu. Oleh karena itu dalam modul ini telah dijabarkan beberapa methode

pelakasanaan jembatan yang mengacu beberapa referensi dan ketentuan yang

tercantum dalam spesifikasi jembatan pada umumnya.

Modul Methode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan menyajikan dasar-dasar

methode pelaksanaan jembatan baik untuk proyek skala menengah maupun

skala besar, sehingga akan bermanfaat untuk semua segmen yang memerlukan,

agar pelaksanaan jembatan dapat dilaksanakan lebih efektif dan efisien.

Telah dicoba membatasi materi modul methode Pelaksanaan Jembatan agar

sesuai dan optimal dengan batasan waktu yang tersedia dalam pelatihan. Namun

untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap dan jelas bagi peserta,

akhirnya ditetapkan cakupan materi modul sebagaimana terlampir.

Page 3: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -ii-

Page 4: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -iii-

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridges)

MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur

TUJUAN UMUM PELATIHAN :

Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu membuat pelaporan yang mendukung

pelaksanaan aktivitas pengendalian, pengawasan, pemantauan, dan pengambilan

keputusan.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :

Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:

1. Mengawasi pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2. Membaca Data Geoteknik

3. Mengawasi penggunaan Bahan Jembatan

4. Membaca Gambar

5. Mengawasi penggunaan Alat-alat Berat

6. Mengawasi pelaksanaan Pengukuran dan Pematokan

7. Mengawasi pelaksanaan Pekerjaan Tanah

8. Mengawasi pelaksanaan Pekerjaan Beton

9. Mengawasi pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan

Jembatan

10. Mengawasi pelaksanaan Pemeliharaan Jembatan Darurat dan Pengaturan

Lalu Lintas

11. Mengawasi pelaksanaan Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan

12. Membuat Laporan Pengawasan Pekerjaan

Page 5: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -iv-

NOMOR DAN JUDUL MODUL : SIB - 11 Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan

Jembatan

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah modul ini dipelajari, peserta memahami proses pelaksanaan proyek

jembatan serta mampu melakukan langkah kegiatan berkaitan dengan

pelaksanaan jembatan mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan proyek.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Mengawasi pelaksanaan pematokan pada pelaksanaan pekerjaan

pembangunan jembatan.

2. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan pondasi.

3. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi beton.

4. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan bangunan baja.

5. Menjelaskan teknik pemasangan bangunan atas baja.

6. Mengawasi pelaksanaan pemasangan landasan dan sambungan-

sambungan.

7. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan perlindungan saluran air dan tanggul.

8. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan jalan pendekat/oprit.

Page 6: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -v-

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

LEMBAR TUJUAN ii

DAFTAR ISI iv

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR

LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN (Site Inspector of Bridge) viii

DAFTAR MODUL ix

PANDUAN INSTRUKTUR x

BAB I PEMATOKAN PADA PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN I-1

1.1 PENDAHULUAN I-1 1.2 PENGUKURAN HORIZONTAL I-1 1.2.1 Sistem Kontrol Garis I-1 1.2.2 Sistem Koordinat I-2 1.3 PENGUKURAN VERTIKAL I-2 1.4 TITIK-TITIK KONTROL SURVEI I-2 1.5 PENENTUAN ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR I-3 1.5.1 Umum I-3 1.5.2 Tiang Pancang I-3 1.5.3 Telapak Pondasi dan Beton kopel Tiang

(Footings and Pile Caps) I-4 1.5.4 Kolom-kolom I-4 1.5.5 Balok Melintang Ujung (Crosshead) I-5 1.5.6 Landasan I-5 1.5.7 Balok dan Gelegar I-5 1.5.8 Lantai dan Parapet Jembatan (Tembok

Sedada) I-6

BAB II PEKERJAAN PONDASI II-1 2.1 UMUM II-1 2.2 PONDASI LANGSUNG (SPREAD FOOTING) II-2

2.2.1 Umum II-2 2.2.2 Tanah II-2 2.2.3 Batuan II-3 2.2.4 Pekerjaan Perapihan (Trimming) dan Persiapan II-3

2.3 PONDASI TIANG II-6 2.3.1 Umum II-7 2.3.2 Peralatan Pemancangan II-13 2.3.3 Tiang Pancang Beton II-22 2.3.4 Tiang Pancang Baja II-29 2.3.5 Tiang Yang Dipancang II-32 2.3.6 Tiang Yang Dibor dan Dicor Setempat II-40

2.3.7 Tanah Yang Sulit dan Halangan-Halangan II-43

Page 7: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -vi-

2.4. PONDASI CAISSON II-44

2.4.1 Umum II-44 2.4.2 Beton Yang Dicor Setempat II-44

BAB III KONSTRUKSI BETON III-1 3.1 UMUM III-1 3.2 ACUAN DAN PERANCAH III-1 3.2.1 Umum III-1 3.2.2 Acuan III-1 3.2.3 Sambungan(Joint) III-12 3.2.4 Perancah III-13 3.3 PENULANGAN III-14 3.3.1 Bahan-bahan III-14 3.3.2 Pengiriman Baja III-14 3.3.3 Penumpukan di Lokasi III-14 3.3.4 Pembengkokan di Lokasi III-15 3.3.5 Pembersihan Sebelum Mengecor Dalam Acuan III-15 3.3.6 Pelekatan, Penjangkaran dan Penyambungan III-15 3.3.7 Selimut (Penutup) Penulangan III-16 3.3.8 Penempatan dan Pengikatan III-17 3.3.9 Pengelasan Titik Untuk Penulangan III-18 3.4 PENGECORAN BETON III-19 3.4.1 Pengecoran beton di bawah air III-23 3.4.2 Pemadatan Beton III-24 3.4.3 Penyelesaian Permukaan Beton III-26 3.4.4 Perawatan Beton III-30 3.4.5 Kualitas Beton III-35 3.4.6 Sambungan (Joint) III-36 3.5 BETON PRATEKAN III-43 3.5.1 Umum III-44 3.5.2 Saluran (ducting) Untuk Tendon Prategang III-44 3.5.3 Tendon dan Penjangkaran III-45 3.5.4 Penegangan III-47 3.5.5 Tindakan Pengamanan III-53 3.5.6 Grouting III-54

3.5.7 Penanganan dan Penyimpanan Gelegar dan Unit Lantai Pra-tekan Pracetak III-56

3.5.8 Detail-detail Praktis III-57 3.6 GROUT YANG CACAT III-64 3.6.1 Umum III-64 3.6.2 Cara-cara Perbaikan III-64

BAB IV BANGUNAN BAJA IV-1 4.1 FABRIKASI PEKERJAAN BAJA IV-1 4.1.1 Umum IV-1 4.1.2 Gambar-Gambar IV-1 4.1.3 Prosedur Fabrikasi IV-1 4.2 PENGELASAN IV-4 4.2.1 Umum IV-4 4.2.2 Pemanasan Pendahuluan IV-4

Page 8: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -vii-

4.2.3 Perubahan Bentuk (Distorsi) IV-4 4.2.4 Kualifikasi Operator Pengelasan IV-5 4.2.5 Kualifikasi Prosedur Pengelasan IV-5 4.2.6 Elektroda-Elektroda IV-6 4.2.7 Pemeriksaan dan Perbaikan-perbaikan

Pengelasan IV-7 4.3 PEMERIKSAAN PADA PEKERJAAN BAJA

FABRIKASI IV-7 4.3.1 Umum IV-8 4.3.2 Pemeriksaan Pengelasan IV-8 4.3.3 Kerusakan-Kerusakan Dalam Pengelasan IV-8 4.4 PERAWATAN PERLINDUNGAN BAJA IV-9 4.4.1 Umum IV-9 4.4.2 Persiapan Permukaan IV-9 4.4.3 Pelapis Dasar (Primer) IV-9 4.4.4 Pelapis Bawah (Undercoats) IV-10 4.4.5 Penyelesaian Akhir (Lapisan penutup/atas) IV-10

4.5 PENANGANAN DAN PENYIMPANAN PEKERJAAN BAJA IV-12

4.6 PEMASANGAN STRUKTUR BAJA IV-12 4.6.1 Pemasangan Gelegar IV-13 4.6.2 Pemasangan Rangka (Truss Erection) IV-14 4.6.3 Perkuatan Melintang (Cross-bracing) IV-15 4.7 PENYAMBUNGAN DI LAPANGAN IV-15 4.7.1 Umum IV-15

4.7.2 Baut Berkekuatan Tinggi (High Strengh Bolts) IV-16

4.7.3 Pengelasan di Lapangan IV-18 4.7.4 Perubahan Cat Galvanized IV-19

BAB V TEKNIK PEMASANGAN BANGUNAN ATAS BAJA V-1 5.1 UMUM V-1 5.2 JEMBATAN RANGKA AUSTRALIA V-1 5.2.1 Jembatan Rangka Tetap (Permanen) V-1 5.2.2 Jembatan Rangka Permanen Khusus V-18 5.2.3 Rangka Semi Permanen V-27 5.3 JEMBATAN GELAGAR AUSTRALIA V-31 5.3.1 Umum V-32 5.3.2 Komponen-Komponen V-34 5.3.3 Metoda-Metoda Pemasangan V-35 5.3.4 Persoalan-Persoalan Umum V-37

5.4. JEMBATAN RANGKA BELANDA (HOLLANDIA KLOOS) V-39

5.4.1 Umum V-39 5.4.2 Komponen-Komponen V-41 5.4.3 Cara Pemasangan V-42 5.4.4 Persoalan Umum V-51 5.5 JEMBATAN RANGKA AUSTRIA V-51 5.5.1 Rangka Permanen V-51 5.5.2 Rangka Semi Permanen V-59

Page 9: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -viii-

5.6 PERBANDINGAN JEMBATAN RANGKA PERMANEN AUSTRALIA, BELANDA DAN AUSTRIA V-61

5.7. JEMBATAN SEMENTARA (TRANSPANEL DAN MABEY PANEL) V-61

5.7.1 Umum V-61 5.7.2 Jembatan Transpanel Australia V-62 5.7.3 Jembatan Mabey dan Johnson V-67

BAB VI LANDASAN SAMBUNGAN-SAMBUNGAN VI-1 6.1 UMUM VI-1 6.2 LANDASAN VI-1 6.3 SAMBUNGAN VI-2

BAB VII PERLINDUNGAN SALURAN AIR DAN TANGGUNG VII-1 7.1 UMUM VII-1 7.2 BRONJONG VII-1 7.3 PENEMPATAN (PENAMBALAN) BATU VII-2 7.4 TIANG TURAP VII-3

BAB VIII JALAN PENDEKAT/OPRIT VIII-1 8.1 UMUM VIII-1 8.2 BAHAN-BAHAN VIII-2 8.3 PEMADATAN VIII-2 8.4 PELAPISAN ASPAL VIII-2

RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA HAND OUT

Page 10: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -ix-

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN

JEMBATAN (Site Inspector of Bridge)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan

Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge) dibakukan dalam

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah

ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan

Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge) unit-unit tersebut

menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.

2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing

Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang

menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari

setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan

kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan

kompetensi tersebut.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka

berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun

seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang

harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan

Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge).

Page 11: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -x-

DAFTAR MODUL

Jabatan Kerja : Inspektur Lapangan Pekerjaan Jembatan Site Inspector of Bridge (SIB)

Nomor Modul

Kode Judul Modul

1 SIB – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2 SIB – 02 Membaca Data Geoteknik

3 SIB – 03 Bahan Jembatan

4 SIB – 04 Membaca Gambar

5 SIB – 05 Alat Berat

6 SIB – 06 Pengukuran dan Pematokan

7 SIB – 07 Pekerjaan Tanah

8 SIB – 08 Pekerjaan Beton

9 SIB – 09 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan

10 SIB – 10 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas

11 SIB – 11 Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan

12 SIB – 12 Teknik Pelaporan

Page 12: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -xi-

PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

Seri / Judul

SIB / 11 – METODE KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Deskripsi

Modul ini membicarakan mengenai metode kerja

pelaksanaan jembatan dengan menyajikan dasar-dasar

metode pelaksanaan jembatan maupun penjabaran

beberapa metode pelaksanaan jem-batan.

Modul ini menguraikan komponen-komponen dari proses

pe-kerjaan pembangunan jembatan secara utuh sesuai

dengan urutannya, dengan cakupan pembahasan yang

cukup luas, mulai dari adminis-trasi proyek termasuk

dokumen proyek, penyusunan program dan jadwal

pelaksanaan serta penyiapan lokasi, pengendalian dan

pemeriksaan mutu bahan, penyim-panan bahan, dan lain

sebaga-inya sampai mengenai pengu-kuran, pekerjaan

pondasi , tiang, juga teknik pemasangan ba-ngunan

jembatan, serta konstruksi beton.

Tempat kegiatan

Di dalam ruang kelas, lengkap dengan fasilitas yag

diperlukan

Waktu kegiatan

4 JP atau 180 menit

Page 13: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -xii-

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Instruktur

Kegiatan Peserta

Pendukung

1. Ceramah : Pembukaan

Menjelaskan tujuan instruksional (TIU dan TIK)

Merangsang motivasi peserta de-ngan pertanyaan ataupun penga-lamannya dalam melakukan pe-kerjaan jembatan

Waktu : 5 menit

Mengikuti penjelasan TIU

dan TIK dengan tekun dan aktif

Mengajukan pertanyaan a-pabila ada yang kurang jelas

OHP.

2. Ceramah : Bab I, Pematokan pada

pelaksanaan pekrjaan pembangunan jembatan

Memberi penjelasan, uraian atau ba-hasan mencakup beberapa hal :

Titik kotrol, ulasan singkat tentang pentingnya titik–titik kontrol

Pengukuran horizontal Pengukuran vertikal Titik-titik kontrol survey Penentuan elemen struktur Waktu : 15 menit

Mengikuti penjelasan, ba-

hasan instruk-tur Mengajukan pertanyaan a-

pabila ada yang kurang jelas Mencatat hal-hal yang perlu

OHP.

3. Ceramah : Bab II, Pekerjaan Pon-

dasi

Memberi penjelasan, bahasan atau uraian mengenai pekerjaan pondasi : Beberapa kesalahan yang harus

dihindari Pondasi langsung : gambaran

umum pondasi langsung, maslah tanah, batuan, trimming dsb, termasuk tabel-tabel

Pondasi tiang : - Masalah umum : pengang-

kutan, persiapan, pematokan, penempatan tiang pancang, dsb. termasuk rumus-rumus

- Peralatan pemancangan - Tiang pancang beton - Tiang pancang baja - Tiang yang dipancang

Mengikuti penjelasan, ba-

hasan ataupun uraian ins-truktur dengan tekun

Mengajukan pertanyaan a-pabila ada yang kurang jelas

Mencatat hal-hal yang perlu Mengikuti diskusi yang dila-

kukan instruktur

OHP.

Page 14: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -xiii-

Kegiatan Instruktur

Kegiatan Peserta

Pendukung

- Tiang yang dibor dan dicor setempat

- Tanah yang sulit Pondasi Caison

- Ulasan singkat tentang pon-dasi caison

- Beton yang dicor setempat

Waktu : 45 menit

4. Ceramah : Bab III, Pekerjaan

beton

Memberi penjelasan, bahasan atau uraian mengenai konstruksi beton, mencakup dintaranya : Acuan dan perancah Penulangan, diantaranya bahan-

bahan, pembengkokan di lapang-an, penutupo penulangan

Pengecoran beton, cara-cara pengecoran, pemadatan beton, penyelesaian permukaan, pera-watan, kualitas beton

Beton pratekan, diantaranya sa-luran/ducting,penjangkaran, pe-negangan, tindakan pengamanan

Waktu : 45 menit

Mengikuti penjelasan, ba-

hasan ataupun uraian ins-truktur dengan tekun

Mengajukan pertanyaan a-pabila ada yang kurang jelas

Mencatat hal-hal yang perlu Mengikuti diskusi yang dila-

kukan instruktur

OHP.

5. Ceramah : Bab IV, Bangunan baja

Memberi penjelasan, uraian, bahas-an, mengenai bangunan baja, men-cakup : Fabrikasi pekerjaan baja Pengelasan Pemeriksaan Perawatan perlindungan baja Pemasangan struktur baja Penyambungan di lapangan

Waktu : 30 menit

Mengikuti penjelasan, ba-

hasan ataupun uraian ins-truktur dengan tekun

Mengajukan pertanyaan a-pabila ada yang kurang jelas

Mencatat hal-hal yang perlu Mengikuti diskusi yang dila-

kukan instruktur

OHP.

Page 15: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -xiv-

Kegiatan Instruktur

Kegiatan Peserta

Pendukung

6. Ceramah : Bab V, Teknik pema-

sangan bangunan atas baja

Memberikan bahasan, uraian atau-pun penjelasan mengenai teknik pe-masangan bangunan atas baja, dian-taranya : Jembatan rangka Australia :

- Jembatan rangka tetap - Jembatan rangka permanen

khusus - Rangka semi permanen

Jembatan gelagar Australia Jembatan rangka Belanda Jembatan rangka Austria Perbandingan : jembatan rangka

permanen Australia, Belanda dan Austria

Jembatan sementara (transpanel dan mabey panel)

Waktu : 20 menit

Mengikuti penjelasan, ba-

hasan ataupun uraian ins-truktur dengan tekun

Mengajukan pertanyaan a-pabila ada yang kurang jelas

Mencatat hal-hal yang perlu Mengikuti diskusi yang dila-

kukan instruktur

OHP.

7. Ceramah : Bab VI, Landasan dan

sambungan-sambungan

Memberi penjelasan, uraian atau bahasan mengenai Landasan dan Sambungan-sambungan, mencakup : Landasan Sambungan, antara lain bahan.

Pemadatan, pelapisan aspal.

Waktu : 10 menit

Mengikuti penjelasan, ba-

hasan ataupun uraian ins-truktur dengan tekun

Mengajukan pertanyaan a-pabila ada yang kurang jelas

Mencatat hal-hal yang perlu Mengikuti diskusi yang dila-

kukan instruktur

OHP.

8. Ceramah : Bab VII, Perlindungan

saluran air dan tanggul

Memberi penjelasan maupun uraian tentang perlindungan saluran air dan tanggual : Bronjong Penempatan/penambalkan batu Tiang turap

Waktu : 5 menit.

Mengikuti penjelasan, ba-

hasan ataupun uraian ins-truktur dengan tekun

Mengajukan pertanyaan a-pabila ada yang kurang jelas

Mencatat hal-hal yang perlu

OHP.

Page 16: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -xv-

Kegiatan Instruktur

Kegiatan Peserta

Pendukung

9. Ceramah : Bab VIII, Jalan

pendekat/oprit

Memberi penjelasan maupun uraian tentang jalan pendekat/oprit : Bahan-bahan Pemadatan Pelapisan aspal

Waktu : 5 menit.

Mengikuti penjelasan, ba-

hasan ataupun uraian ins-truktur dengan tekun

Mengajukan pertanyaan a-pabila ada yang kurang jelas

Mencatat hal-hal yang perlu

OHP.

Page 17: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab I Pematokan Pada Pelaks Pek Pembangunan Jembatan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I - 1

BAB I

PEMATOKAN PADA PELAKSANAAN PEKERJAAN

PEMBANGUNAN JEMBATAN

1.1 PENDAHULUAN

Seluruh elemen-elemen struktur suatu jembatan pada pelaksanaan pekerjaan

pembangunan jembatan harus berada pada posisi yang benar. Untuk memindahkan

suatu Gambar Rencana dari atas kertas ke suatu bangunan di lapangan, maka

dibutuhkan :

Sejumtah titik kontrol pengukuran yang harus dikaitkan pada suatu sistem koordinat

yang tetap;

Dalam perencanaan jembatan harus dikaitkan pada sistem koordinat yang sama.

Titik-titik kontrol sementara setempat dapat ditentukan di sekitar lokasi jembatan dengan

melakukan pengukuran baik vertikal maupun horizontal dan dari titik-titik kontrol tersebut

posisi akhir dari elemen struktur dapat ditetapkan..

Apabila terdapat ketidak-jelasan informasi pada gambar rencana yang menimbulkan

keraguan interpretasi, maka pengawas Lapangan harus menghubungi perencananya

untuk mendapatkan kejelasan. Kontraktor bertanggung-jawab dalam penentuan dan

pematokan secara keseluruhan, sedang pengawas lapangan harus memastikan bahwa

Kontraktor mendapatkan informasi yang tepat serta telah menyiapkan titik-titik kontrol

yang dipasang.

1.2 PENGUKURAN HORISONTAL

Pengukuran horisontal didasarkan baik pada sistem kontrol garis ataupun sistem

koordinat, namun bila dibutuhkan dapat merupakan kombinasi dari kedua sistem di atas.

1.2.1 SISTEM KONTROL GARIS

Dalam sistem ini penentuan pengukuran didasarkan pada sistem referensi garis, dalam

hal ini biasanya digunakan garis tengah Jembatan. Garis kontrol offset dapat pula

digunakan.

Titik-titik utama (key points) ditentukan dari pengikatan, titik-titik kontrol offset serta

pengukuran jarak langsung dan pengukuran sudut sepanjang garis referensi.

Page 18: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab I Pematokan Pada Pelaks Pek Pembangunan Jembatan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I - 2

Garis-garis kontrol tidak perlu harus lurus, dapat berbentuk lingkaran atau lengkungan

spiral. Dalam hal ini, suatu perhitungan data-data koordinat kritis, pengikatan, landasan

serta lengkungan harus tercakup dan tertera pada gambar alinemen.

1.2.2 SISTEM KOORDINAT

Dalam sistem ini, titik-titik utama harus ditentukan koordinatnya. Untuk menentukan

posisi koordinat-koordinat tersebut di lapangan, dilakukan pengukuran jarak dari titik

kontrol hasil survei yang dihitung berdasarkan pada ordinat arah Utara-Timur.

1.3 PENGUKURAN VERTIKAL

Ketinggian permukaan tanah dapat diukur dari titik Bench Mark. Bench Marks

mengendali bangunan dapat di tempatkan pada lokal atau pada gabungan datum.

Geometri vertikal garis kontrol biasanya telah ditentukan. Data-data ini memerinci

rangkaian. titik-titik tangen vertikal, ketinggian dan kemiringan permukaan akhir.

Pengukuran lengkung vertikal sering diabaikan jika lengkungan vertikal normal dan

dikurangi dengan ketinggian yang diukur pada interval-interval pendek sepanjang garis-

garis rencana.

1.4 TITIK-TITIK KONTROL SURVEI

Suatu jaringan titik kontrol survei ditentukan untuk mencakup seluruh daerah proyek, dan

ditempatkan pada posisi yang tepat di dalam lokasi pekerjaan konstruksi. Jarak antar

titik-titik kontrol dianjurkan kira-kira 50 meter.

Titik-titik kontrol survei sebaiknya berada dekat dengan lokasi jembatan tetapi bebas dari

area kegiatan, hal ini dimaksud untuk menghindari kemungkinan adanya pergeseran

posisi akibat aktivitas pekerjaan termasuk pengoperasian dari peralatan. Untuk itu letak

titik-titik kontrol tersebut harus selalu dicek secara teratur. Perubahan letak titik kontrol

juga dapat terjadi pada dasar tanah seperti pada daerah pasang surut dan tanah, pada

timbunan pelapisan tanah yang mudah mampat atau proses dalam tanah itu sendiri,

seperti proses yang terjadi akibat besarnya variasi kadar kelembaban.

Page 19: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab I Pematokan Pada Pelaks Pek Pembangunan Jembatan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I - 3

1.5 PENENTUAN ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR

Letak dari elemen-elemen utama seperti kepala jembatan, pilar, dan bangunan atas

ditentukan berdasarkan pada sistem referensi yang digunakan.

Titik offset referensi harus ditetapkan untuk tiap pilar dan kepala jembatan. Letak dan

jarak offset tiap-tiap titik referensi harus hati-hati diputuskan dan dikenali di lapangan dan

untuk menyiapkan tahap penentuan kembali yang mudah bagi letak pilar dan kepala

jembatan selama pelaksanaan pekerjaan sehingga titik-titik ini tidak terganggu.

Letak elemen-elemen kecil lain seperti kereb, parapet, galian drainase ditentukan

berdasarkan pada letak elemen-elemen utama dengan mempertimbang kan pengukuran.

Penempatan dan pematokan letak etemen-elemen utama yang telah ditentukan harus

diperiksa. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara terpisah dan dilakukan oleh Staf

Engineer dengan menggunakan peralatan lain yang berbeda dengan peralatan yang

digunakan pada saat penempatan dan pematokan awal

1.5.1. UMUM

Bagi Kontraktor yang melaksanakan pemeriksaan ulang atas hasil pekerjaannya

sendiri, dianjurkan untuk menggunakan methoda lain yang berbeda dengan methoda

yang telah digunakan pada saat awal penempatan dan pematokan. Untuk menghindari

kesalahan dari ketidak-tepatan identifikasi patok, ketidak-tepatan penandaan atau

kesalahan dalam melaksanakan survei, maka pengukuran jarak dan beda tinggi

dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan dari titik awal suatu sisi sampai pada titik

akhir pada sisi yang lain, kemudian diikatkan pada titik kontrol hasil survei pertama.

Pemeriksaan ini tidak diperkenankan dilakukan hanya dengan mengukur dari satu titik

akhir saja atau dari 2 titik akhir pada sisi yang terpisah.

Prinsip dasar pekerjaan survei harus selalu digunakan, terutama untuk jarak yang

besar. Peralatan harus mengukur dengan akurat dan sudut diukur pada sisi muka

kanan dan muka kiri. Peralatan survei yang digunakan dianjurkan untuk diperiksa

secara teratur untuk mempertahankan ketelitian dan ketepatannya. Dalam pengukuran,

diusahakan agar jarak muka sama dengan jarak belakang jika memungkinkan.

1.5.2. TIANG PANCANG

Penentuan dan pematokan posisi pondasi merupakan pekerjaan yang paling kritis.

Beberapa unsur-unsur penting seperti jarak antara beton kopel tiang (pile cap) harus

Page 20: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab I Pematokan Pada Pelaks Pek Pembangunan Jembatan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I - 4

selalu diperiksa ulang sesuai dengan ukuran bangunan atas, sebelum pekerjaan

konstruksi dimulai, terutama bila bangunan atas tidak horizontal.

Hal terpenting yang harus diperhatikan, apabila posisi garis kontrol terletak di luar garis

tengah Jembatan. Perlu diperhatikan bahwa sudut kemiringan diputar dari garis yang

benar terutama bila kemiringan berada di antara 40° dan 50°. Lokasi tiang pancang

terletak pada satu bidang di sisi bawah dari beton kopel tiang atau kepala jembatan.

Oleh karena itu pada pematokan tiang pancang, maka posisi tiang pancang

dipermukaan atau kerangka tiang pancang harus diukur dan disesuaikan, untuk

mendapatkan perbedaan antara bagian bawah beton kopel atau kepala jembatan dan

permukaan asli atau kerangka tiang pancang.

Kontrol posisi tiang pancang sulit dilakukan setelah pemancangan, dalam menentukan

ketepatan posisinya dibutuhkan letak awal dari pergeseran tiang pancang, untuk

memastikan bahwa posisi pancang tetap pada posisi semula. Pergeseran tiang

pancang cenderung bergerak searah dengan kemiringan pada waktu pemancangan

dan seringkali bertambah sesuai kemiringannya. Penyesuaian untuk tiang miring dalam

kelompok tiang dapat dibenarkan, untuk mengurangi resiko tiang terlalu dekat pada

tepi beton kopel tiang yang akan mengakibatkan beton kopel tiang diperbesar.

Pemancangan tiang miring pertama kali dapat digunakan untuk memeriksa seberapa

besar pergeseran dari kemiringan rencana.

1.5.3. TELAPAK PONDASI DAN BETON KOPEL TIANG (FOOTINGS

AND PILE CAPS)

Posisi garis-garis referensi harus tetap terletak pada telapak pondasi. atau pada garis

poros beton kopel dan garis-garis poros kolom. Setelah pemancangan tiang dilakukan,

titik referensi yang telah ditentukan sebelumnya harus diperiksa kembali untuk

memastikan bahwa titik-titik tersebut tidak mengalami gangguan.

Acuan untuk pangkal atau ujung dari kolom harus ditentukan secara tepat dan akurat.

Bila pangkal kolom terletak pada posisi yang tepat dan akurat, maka ketegakan kolom

dapat dikontrol langsung dari pangkal.

1.5.4. KOLOM-KOLOM

Ketegakan dapat dikontrol dari pangkal kolom yang dibuat secara akurat, seperti

yang telah diterangkan di atas atau dengan unting-unting atau bila mungkin dapat

dilakukan dengan Theodolit dari 2 arah.

Page 21: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab I Pematokan Pada Pelaks Pek Pembangunan Jembatan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I - 5

'Spirit level' sebaiknya tidak digunakan untuk memeriksa ketegak-lurusan.Unting-

unting yang digantungkan sepanjang tinggi kolom adalah cara yang terbaik untuk

mendapatkan hasil kontrol dan bahkan dapat digunakan untuk konstruksi kolom yang

mengecil ujungnya.

Ketinggian kolom juga dapat dikontrol dengan pita ukur atau dengan cara

pengukuran beda tinggi (levelling).

1.5.5. BALOK MELINTANG UJUNG (CROSSHEAD)

Posisi horizontal Crosshead dapat ditentukan dari titik-titik tetap di puncak kolom

menggunakan koordinat-koordinat atau dari posisi garis poros yang ditransfer dari

dasar dengan menggunakan Theodolit.

Acuan soffit ditentukan dengan menggunakan sipat-datar dan bak ukur, dengan

memperhitungkan penurunan dan lendutan dari perancah dan acuan.

Tiang penyangga (Pedestals) landasan kadang-kadang dicor monolit dengan balok

melintang, tetapi karena toleransi yang kecil untuk menempatkan pedestal, lebih baik

pengecorannya dilakukan setelah balok melintang. Bila lubang penyambung akan

ditempatkan pada balok melintang, lubang tersebut harus diperiksa secara teliti

dengan menggunakan pengukuran langsung dari pilar kepilar untuk menjamin

ketepatan balok.

Kecuali pada keadaan khusus, permukaan atas dari dasar landasan harus rata.

Pengurangan ketinggian dari dasar landasan untuk mendukung gelegar beton

pratekan mungkin perlu penyesuaian terhadap perbedaan talk terduga dari lengkung

gelegar (hog).

1.5.6. LANDASAN

Landasan ditempatkan secara tepat pada dasarnya yang telah diberi tanda garis

tengah. Beberapa perencanaan mensyaratkan balok atau gelegar didukung pada

landasan sementara. Penentuan landasan sementara dilakukan dengan cara yang

sama seperti landasan yang tetap.

1.5.7. BALOK DAN GELEGAR

Titik-titik untuk penentuan dan pematokan balok dipindahkan dari permukaan tanah ke

balok melintang (crosshead).

Page 22: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab I Pematokan Pada Pelaks Pek Pembangunan Jembatan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I - 6

Untuk gelegar segmental yang post-tension pada perancah, profil awal harus diberi

keterangan pada Gambar guna menyediakan profil rencana setelah penegangan.

Bangunan-bangunan atas yang dicor setempat ditentukan dan dipatok dari posisi tetap

pada balok melintang pada kolom-kolom. Untuk kontrol ketinggian pada gelegar box

yang dicor setempat, grid dibuat pada acuan soffit yang disesuaikan sambil memasang

bak ukur pada titik-titik kisi. Harus diperhitungkan penurunan dan lendutan acuan dan

perancah.

1.5.8. LANTAI DAN PARAPET JEMBATAN (TEMBOK SEDADA)

Pengukuran horisontal lantai ditentukan dari garis tengah jembatan yang ditransfer

ketempat yang sesuai pada pekerjaan tetap seperti balok melintang (cross head),

dinding, pelat lantai dan sebagainya.

Profil vertikal lantai jembatan yang menggunakan balok pratekan dapat berbeda dari

profil rencana yang disebabkan karena faktor-faktor seperti umur segmen-segmen, waktu

pelaksanaan dan kondisi cuaca. Untuk mendapatkan profil lantai yang benar, mungkin

perlu menyesuaikan ketinggian lantai rencana untuk memperhitungkan perbedaan

lengkungan bawah dari nilai rencana, dengan menyesuaikan tinggi dasar dilandasan atau

merubah tebal pelat lantai. Setiap usulan penyesuaian harus disetujui Engineer.

Jika profil vertikal lantai tidak sesuai dengan profil rencana, mungkin perlu penyesuaian

terhadap ketebalan kerb dan parapet untuk memperbaiki penampilannya.

Penyesuaian terhadap rangkak jangka panjang dan lendutan akibat penyusutan harus

dibuat karena hal ini cukup berarti.

Pada waktu membuat kerb dan parapet sebaiknya memperpanjang dan meluruskan

acuan sejauh mungkin melewati sambungan pelaksanaan, sehingga garis dan ketinggian

yang ditentukan berdasarkan perhitungan dapat diperiksa secara visual.

Kerb dan parapet sebaiknya tidak ditentukan dan dipatok terlebih dahulu sampai acuan

dan perancah untuk soffit lantai telah dibongkar dan telah ada penurunan yang terjadi.

Garis-garis harus dievaluasi secara visual. Suatu pemeriksaan dapat menemukan

kesalahan penentuan atau pematokan. Suatu 'aturan tidak tertulis' menyatakan bahwa

jika garis atau lengkungan tampak salah, kemungkinannya memang demikian.

Page 23: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 1

BAB II

PEKERJAAN PONDASI

2.1 UMUM

Kapasitas jembatan mendukung lalu-lintas berat dan menahan gangguan banjir dan

sebagainya sangat tergantung pada kekuatan pondasinya. Pada jembatan-jembatan

sederhana, kadang-kadang diizinkan adanya penurunan kecil, penurunan besar pada

pilar atau kepala jembatan akan menyebabkan tegangan yang berlebihan dan

kerusakan pada unsur-unsur jembatan. Kalau jembatan telah direncanakan sebagai

bangunan menerus, penurunan bangunan bawah akan mengakibatkan membaliknya

tegangan pada gelegar dan lantai jembatan. Penurunan yang berlebihan, akan

mengakibatkan kerusakan pada bangunan.

Salah satu pekerjaan yang terpenting dalam pembuatan jembatan adalah membangun

pondasi-pondasi yang kuat, suatu pekerjaan yang memerlukan perhatian khusus pada

tiap tahapan pekerjaan pondasi sebuah jembatan. Semua langkah pencegahan harus

diambil pada saat pelaksanaan, supaya tidak timbul kesalahan pada umur pelayanan

jembatan. Harus diingat bahwa sekali jembatan dibuka untuk lalu-lintas umum,

perbaikan atau perkekuatan pondasi sulit dilaksanakan.

Kesalahan yang harus dihindari termasuk:

pemancangan tiang pancang geser (friction piles) pada kedalaman yang kurang;

pemancangan tiang secara berlebihan pada batuan;

penggunaan tenaga pemancangan berlebih pada waktu menembus tanah yang

relatif lunak, akan mengakibatkan retaknya tiang beton;

kerusakan terhadap tiang beton yang disebabkan penanganan, penempatan dan

pemancangan yang salah;

karatnya tiang baja tanpa perlindungan disebabkan oleh air tanah yang agresif

atau keadaan tanah itu sendiri;

karat pada tulangan disebabkan kurangnya selimut beton;

ketidak stabilan pada pilar atau kepala lembatan disebabkan oleh air berkecepatan

tinggi yang mengikis material disekitar pilar atau telapak pondasi;

terdapat bagian beton yang lemah pada waktu pelaksanaan atau bahan asing yang

terdapat pada waktu pencetakan tiang setempat (in-situ);

kelalaian dalam perawatan perlindungan pada tiang kayu yang dapat dimakan

rayap dan serangga air;

penggeseran pondasi akibat pergerakan tanah;

Page 24: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 2

penurunan atau perputaran pondasi langsung disebabkan kurangnya daya dukung

atau kurangnya pembuangan material lepas atau material tidak sesuai;

keruntuhan dari tiang yang disebabkan tekanan negatif (down-drag) akibat

penurunan timbunan di belakang kepala jembatan;

keruntuhan oleh tersumbatnya sambungan muai oleh bahan asing, atau kerusakan

(failure) dari landasan jembatan, menyebabkan tegangan yang berlebihan (over

stress) dalam bangunan bawah.

2.2. PONDASI LANGSUNG (SPREAD FOOTING)

Pondasi langsung, pada prinsipnya menyebarkan beban secara langsung pada dasar

galian yang kedalamannya relatif kecil, ini berbeda dengan pondasi tiang pancang yang

meneruskan beban pada tanah.

2.2.1 Umum

Dari data geoteknis yang ada, perencana menentukan suatu kapasitas daya dukung dari

tanah atau batuan: Kapasitas ini biasanya ditunjukan dalam Gambar. Berdasarkan nilai

tersebut, ukuran pondasi langsung dihitung. Pelaksana jembatan kemudian mempunyai

tanggung jawab untuk mencek bahwa dasar pondasi di mana akan dibangun pondasi

langsung tersebut memenuhi perkiraan perencana mengenai daya dukungnya.

Sebagai pedoman untuk pendataan di lapangan, cara-cara penentuan praktis dalam

memperkirakan daya dukung dari tanah pasir, lempung dan batuan diberikan pada Tabel

2.2.1, 2.2.2 dan 2.2.3.

Harus ditekankan bahwa penentuan nilai tidak digunakan untuk keperluan perencanaan

jembatan.

2.2.2 TANAH

Mungkin diperlukan penyesuaian terhadap tekanan yang diizinkan (bearing pressure)

dengan memperhitungkan pengaruh air tanah, kemiringan pada tempat bersebelahan

(adjacent slope), beban miring atau eksentris dan lapisan tanah lunak di bawah.

Jika terdapat tanah dengan kekuatan lebih rendah (sangat lunak hingga keras dan

sangat lepas hingga padat sedang), penurunan mungkin merupakan kriteria yang

menentukan didalam perencanaan dan bukannya daya dukung.

Page 25: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 3

Peralatan kecil, seperti alat pengukur gaya geser tanah (shear vane) saku atau

penetrometer saku dapat bermanfaat dalam menilai sifat tanah kohesif.

2.2.3 BATUAN

Nilai-nilai yang diberikan pada Tabel 2.2.3 adalah untuk batuan yang tidak utuh dan pada

umumnya tanpa cacat (defect). Nilai-nilai tersebut harus diberi pengurangan untuk

memperhitungkan siar lempung, daerah tapukan (zona highly weathered) dan

patahan (fracturing). Tekanan yang dipikul (Bearing pressure) sebesar yang

diberikan dalam Tabel harus dipakai bersamaan dengan "unconfined compressive

test" dan percobaan pembebanan titik (point load test).

2.2.4. PEKERJAAN PERAPIHAN (TRIMMING) DAN PERSIAPAN

Penggalian dilakukan sekurang-kurangnya 150 mm ke dalam lapisan padat (solid

strata). Setelah dasarnya diratakan dan pinggir galian dipotong sesuai ukuran pada

gambar, dasarnya disapu dan disemprot agar dapat diperiksa. Pada tahap ini, untuk

telapak (footing) dengan pembebanan besar harus diambil contoh (core) di bawah

dasarnya untuk diperiksa. Kedalaman yang disarankan adalah 1 ,5 kali ukuran

terkecil dari telapak (footing) itu. Ini dapat dilengkapi dengan lubang bor berdiameter

kecil untuk mengambil kerokan tanah. Bila mutu batuan diragukan, mungkin

diperlukan pengujian tekan (compression test) pada contoh core. Pada umumnya,

makin berat pembebanan pada footing makin diperlukan pengujian.

Siar lempung yang tampak pada batuan harus dibersihkan dan diganti dengan beton

masif. Jika bahan bermutu rendah harus dibuang dari satu bagian telapak, dasar dari

telapak harus dibentuk tangga (stepped) secara vertikal, bagian tangga diisi dengan

beton masif.

Suatu lapisan "campuran" dari beton masif, setebal 50 mm, diletakkan menutupi

dasar galian telapak untuk membentuk permukaan datar yang bersih dari mana

dimulai pelaksanaan. Untuk pengeringan galian harus diberi bak penampungan

(sump) di bawah permukaan telapak. Kalau bahan pondasi tidak dapat runtuh,

telapak dapat dicor langsung pada sisi-sisi galian. Dalam hal ini perlu diperhatikan

pelaksanaan galian untuk mencegah retak berlebihan.

Bila pondasi langsung harus dikunci (keyed) pada bahan pondasi untuk mencegah

longsor, maka harus dicor langsung pada sisi galian.

Page 26: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 4

Tindakan pencegahan harus diambil untuk menghindari longsoran bahan galian atau

oprit atau tercucinya bahan oleh air hujan ke dalam galian, terlebih setelah tulangan

dipasang. Jika acuan digunakan penuh sekeliling pondasi langsung, lapisan beton

"campuran" harus dilaksanakan secara tepat menurut bentuk, garis dan tinggi.

Setelah itu acuan samping dapat diletakan dengan rapat pada tepi lapisan beton

campuran. Praktek ini dapat mempercepat pelaksanaan dan mengurangi hilangnya

adukan pada dasar acuan pada waktu pengecoran.

Tabel 2.1 - Bahan Non-kohesif (Kerikil dan Pasir Bersih)

Kepadatan

Ketentuan Praktis untuk Identifikasi Lapangan

Bearing

Pressure

yang Diizinkan

(kPa)

Sangat Hampir tanpa perlawanan terhadap penyekopan 50

Lepas Mudah dipenetrasi dengan batang 12mm yang ditekan

dengan tangan.

Perlawanan kecil terhadap penyekopan.

50 hingga 100

Padat

sedang

Mudah dipenetrasi dengan batang 12mm yang

dipancang dengan penumbukan 2 kg.

Ada perlawanan terhadap penyekopan.

100 hingga

200

Padat Penetrasi sukar dengan batang 12mm hingga 300mm,

dipancang dengan penumbuk 2 kg.

Palu tangan diperlukan untuk penggalian.

200 hingga

350

Sangat

padat

Penetrasi hanya sampai 75mrn yang dipancang

dengan penurnbuk 2 kg.

Alat bermesin diperlukan untuk penggalian.

350 hingga

600

Page 27: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 5

Tabel 2.2 - Bahan Kohesif (Lanau, Lempung, Lempung Berpasir)

Konsistensi

Ketentuan Praktis untuk Identifikasi Lapangan

Bearing

Pressure

yang Diixinkan

(kPa)

Sangat

lunak

Mudah dibentuk dengan jari. Bekas sepatu jelas

tampak pada permukaan.

Palu geologi dapat mudah ditekan masuk sampai

tangkainya.

25

Lunak Penetrasi mudah oleh ibu jari. Dibentuk dengan

menggunakan tekanan.

Bekas sepatu agak tampak pada permukaan.

Palu geologi dapat ditekan masuk sampai 30mm atau

40mm.

25 hingga 50

Tidak kaku Sukar dibentuk dengan jari, palu geologi dapat ditekan

masuk sampai 10 mm.

Penetrasi sedikit dengan sekop tangan.

50 hingga 100

Kaku Penetrasi dengan kuku ibu jari. Tidak dapat dibentuk

jari.Palu geologi ujung yang tajam membuat dapat

menandai tanah.

Palu tangan perlu untuk penggalian.

100 hingga

200

Sangat

kaku

Menandai dengan kuku ibu jari sulit. Pukulan dengan

palu geologi dapat sedikit menandai.

Alat bermesin perlu untuk penggalian.

200 hingga

400

Keras 400

Page 28: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 6

Tabel 2.3 - Batuan

Descripsi

Ketentuan Praktis untuk Identifikasi Lapangan

Bearing

Pressure

yang

Diizinkan

(kPa)

Sangat

lunak

Bahan hancur dengan pukulan palu geologi yang

sedang.

Dapat dikelupas dengan pisau.

1500

Lunak Terjadi lekukan 1 mm sampai 3 rnm dengan pukulan

palu geolo-gi (ujung tajam yang sedang. Dapat

dikupas dan digaruk dengan pisau)

1500 hingga

2500

Keras Contoh yang dipegang dengan tangan dapat dipecah

dengan ujung palu dari palu geologi dengan satu

pukulan sedang.

Tidak dapat dikerok atau dikupas dengan pisau.

2500 hingga

3500

Sangat

keras

Contoh yang dipegang dengan tangan dapat dipecah

dengan ujung palu dari palu geologi dengan lebih dari

satu pukulan.

3500 hingga

5000

Sangat

keras

Sekali

Contoh yang dipegang dengan tangan memerlukan

beberapa pukulan dengan palu geologi untuk

memecah bahan yang utuh.

5000

Catatan: Banyak variable dapat mempengaruhi bearing pressure pada batuan

yang dibatukan. Karena itu, tabel ini harus dipergunakan dengan

bijaksana.

2.3 PONDASI TIANG

Pekerjaan tiang pancang memerlukan perlakuan yang khusus dimulai dari

pengangkutan, penyimpanan, pengangkatan, penempatan dan pemancangan.

Page 29: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 7

2.3.1 UMUM

a. Pengangkutan

Pengangkutan tiang pancang pipa baja biasanya tidak menjadi masalah di Indonesia.

Tiang pancang pipa baja pada umumnya disediakan dalam ukuran panjang 6 meter,

karena dapat disambung di lokasi dengan mudah dengan cara pengelasan.

Tiang pancang beton tersedia dalam berbagai ukuran panjang. Ukuran panjang 15

meter memerlukan penggunaan semi-trailer untuk pengangkutan, karena tiang ini

harus ditopang pada titik seperempat atau seperlima panjang. Terdapat seri tiang yang

lain yang tersedia dalam ukuran panjang 8 meter sebagai segmen atas dan segmen

bawah. Segmen atas biasanya mempunyai pelat baja untuk penyambungan dengan

segmen bawah. Lihat juga Bab 6.3.3.d tentang detail penanganan dan penyimpanan

tiang beton.

b. Persiapan pemasangan tiang

Lokasi di mana tiang akan dipancang harus dipersiapkan sedatar mungkin, khususnya

bila menggunakan crane ber-roda rantai yang dilengkapi dengan pemandu tiang.

Permukaan tanah harus cukup kuat agar dapat dibebani oleh crane atau alat lain yang

akan digunakan untuk penempatan dan pemancangan ataupun pemboran tiang.

Jika tiang akan dipasang di atas air, harus dipertimbangkan pembuatan dermaga

kerja berbentuk jari-jari untuk pemancangan tiang.

Bila pemancangan tiang akan dilakukan dari ponton, penting untuk menempatkan

posisi jangkar yang cocok, yaitu pada tebing sungai atau dengan jangkar yang

dibenamkan di dalam air, untuk mengendalikan posisi ponton secara tepat. Sebagai

tambahan, perlu suatu cara penempatan posisi pemandu (leaders) bebas dari posisi

ponton. Harus diperhitungkan pula pengaruh pasang surut, terutama pada

pemancangan tiang miring.

c. Pematokan Tiang

Pada waktu pematokan pondasi tiang di darat, garis dasar (baseline) harus

ditempatkan di luar daerah yang dipakai oleh tiang. Baseline harus ditentukan dengan

suatu cara yang memungkinkan pemeriksaan tiang pada waktu pemancangan. Garis

tengah di dalam daerah tiang dapat diragukan pada waktu pemancangan telah dimulai,

oleh karena kemungkinan patok terganggu gerakan alat serta pengangkatan (heaving)

tanah.

Page 30: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 8

Pemancangan tiang di atas air merupakan masalah yang berbeda. Jika pemancangan

dilakukan dari perancah yang telah dipancang terdahulu, garis tengah dapat ditetapkan

pada perancah.

Jika tiang dipancang dari ponton, penetapan posisi tiang menjadi lebih sulit. Hal ini dapat

dilakukan dengan menetapkan garis dasar (baseline) pada sebagian bangunan atau

pada tebing, dengan sudut siku-siku terhadap garis tengah jembatan. Posisi tiang

kemudian dapat ditentukan dengan menggunakan dua buah pita baja untuk garis dasar

dalam bentuk segitiga siku-siku. Salah satu pita digunakan untuk mengukur jarak

berantai, dan yang lainnya mengukur hypotenusa (sisi miring). Titik potong atau puncak

(apex) dari segitiga adalah posisi tiang yang akan dipancang.

Seringkali perlu menggunakan juru ukur, misalnya jika jarak rantai terlalu besar, jika

ada halangan atau tidak mungkin menetapkan suatu garis dasar untuk pengerjaan

selanjutnya. Dalam hal demikian, lokasi tiang ditentukan dengan menggunakan

theodolit dan peralatan EDM atau cara lain pengukuran berantai.

d. Penanganan dan Penempatan Tiang Pancang

Setelah persiapan untuk pemancangan selesai, tiang diangkut ke posisi di mana akan

dipancang kemudian, ditempatkan dengan mobil crane atau ditarik ke posisi dengan

tackle yang sesuai. Pada waktu memindahkan tiang dengan cara menarik, tali harus

bebas dari ikatan, kerangka pemancang dan halangan lain. Tiang harus diperiksa

posisinya terhadap pemandu; harus diturunkan hingga menopang pada permukaan

tanah. Dalam hal tiang yang panjang mungkin perlu membuat lubang dalam tanah

untuk meletakan ujung (toe) dari tiang sehingga terdapat ruang cukup pada kepala

tiang untuk memasukan dan menjalankan penumbuk. Penumbuk selanjutnya harus

ditempatkan pada posisinya dalam pemandu untuk persiapan pemancangan. Harus

diperhatikan bahwa tiang tidak rusak dikenai oleh pemandu. Gandar atau peralatan lain

untuk memasang penumbuk dalam pemandu harus tetap.

e. Kapasitas Tiang

Ada beberapa cara meramalkan kapasitas batas tiang antara lain adalah dengan

Percobaan Pembebanan seperti yang diuraikan dalam Bab 2.3.1.f. dan dengan

menggunakan Rumus Dinamis, yang diuraikan dalam Bab 2.3.1.g.

Akan tetapi dalam tiap kasus, perlu mengaitkan perkiraan kapasitas batas terhadap

beban rencana pada tiang. Nilai dari beban rencana maksimum pada setiap tiang

harus diberikan pada gambar rencana. Pengawas (Supervising Engineer) harus

memilih faktor keamanan yang sesuai untuk diterapkan pada kapasitas akhir dan

memeriksa apakah lebih besar dari pada beban rencana.

Page 31: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 9

Pemilihan faktor keamanan bergantung pada jenis rumus dinamis yang dipakai, dan

fungsi bangunan. Bangunan sementara dapat dilaksanakan dengan faktor keamanan

yang lebih rendah dari pada bangunan tetap.

Faktor keamanan dari 3 hingga 6 diberikan untuk Rumus Denmark yang digunakan di

dalam Spesifikasi Teknik. Beberapa peraturan perencanaan mensyaratkan nilai-nilai

minimum 2,5 atau 3,0 untuk rumus dinamis dan 2,0 untuk pengujian beban dalam

jumlah yang cukup telah dilaksanakan.

f. Percobaan Pembebanan

Percobaan Pembebanan di lokasi dilakukan pada tiang untuk memastikan kapasitas

daya dukung. Percobaan pembebanan dapat juga dilakukan pada tiang uji pada waktu

tahap perencanaan untuk memeriksa kapasitas perkiraan.

Tanah kohesi dan non-kohesi sifat-sifatnya akan berubah oleh adanya pemancangan

tiang pancang. Pada tanah lempung adanya gangguan ini akan menyebabkan

terjadinya pembentukan kembali (remoulding) dan kehilangan kekuatan. Dengan

berjalannya waktu, sebagian besar kekuatan akan kembali dan oleh karena itu

pengujian beban harus dilakukan beberapa minggu setelah tiang dipancang. Pada

tanah pasir, suatu kondisi sementara akan terjadi di mana tahanan berlebih

(resistance) akan terjadi. Akan tetapi tahanan berlebih tersebut akan hilang beberapa

waktu setelah pemancangan, biasanya beberapa hari setelah pemancangan.

Tiang dapat diberi beban percobaan dengan salah satu cara di bawah ini:

Beban mati dalam bentuk pemberat (kentledge) yang langsung ditambahkan pada

tiang.

Pendongkrakan terhadap beban mati yang didukung di atas tiang.

Pendongkrakan terhadap balok mellntang yang dl angker pada dua tiang

disampingnya.

Pendongkrakan terhadap balok melintang yang di angker pada batu oleh kabel

prategang yang di-grout pada batuan di luar tiang.

Dua dari cara tersebut di atas ditunjukan dalam Gambar 3.1

Page 32: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 10

Gambar 2.1 - Pengujian Beban pada Tiang

Pengukuran gerakan tiang dilakukan dengan mengikat pada suatu titik refrensi tetap.

Dukungan untuk titik referensi agar ditempatkan di luar daerah tanah yang dapat

dipengaruhi oleh gerakan tiang. Jarak yang paling besar antara 5 kali diameter tiang

atau 2.5 meter dari tiang yang akan diuji, kadang-kadang dipakai sebagai jarak

minimum lokasi pendukung dari tiang. Dalam tiap hal, titik referensi harus diperiksa

dengan pengukuran sifat datar bebas selama berlangsungnya pengujian pembebanan.

Ada beberapa metoda percobaan pembebanan yang berbeda, saat ini digunakan.

ASTM D 1143 menjelaskan, percobaan yang paling umum yaitu percobaan

pembebanan 'slow maintained'. Dengan prosedur ini percobaan beban diberikan dalam

delapan kali penambahan yang sama besar, hingga mencapai dua kali beban rencana.

Data Waktu vs Penurunan diperoleh untuk tiap-tiap penambahan beban. Tiap

tambahan dipertahankan sampai tingkat penurunan kurang dari 2,5 mm per jam, atau

untuk 2 jam, yang mana terjadi lebih dahulu. Beban akhir (dua kali beban rencana)

dipertahankan sampai 24 jam. Pengurangan beban juga dilakukan dengan cara sedikit

demi sedikit.

Beban batas tiang diambil sebagai beban di mana kemiringan kurva Beban Penurunan

menjadi hampir vertikal, seperti ditunjukan pada Gambar 2.2

Page 33: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 11

Gambar 2.2 - Tipikal Kurva Beban lawan Penurunan

g. Rumus Dinamis

Telah dikembangkan banyak rumus untuk meramalkan batas daya dukung tiang pada

waktu pemancangan di lokasi. Tidak ada satupun rumus yang dapat diandalkan terus

menerus, atau untuk suatu kisaran daya dukung tiang.

Kebanyakan rumus praktis tiang pancang merupakan penyederhanaan dari persamaan

umum dan mengandung sejumlah "konstanta" dan koefisien empiris.

Cara tradisional meramalkan daya dukung tiang dengan cara dinamis adalah dengan

memancang tiang, mencatat sejarah pemancangan dan mengadakan percobaan

pembebanan. Akhir-akhir ini cara menginstrumentasi tiang dan melakukan perhitungan

kompleks menggunakan komputer sewaktu pemancangan dilaksanakan, memberikan

suatu alternatif yang balk.

Setelah batas daya dukung tiang dihitung, suatu faktor keamanan yang sesuai dipilih

untuk menentukan perkiraan kapasitas kerja. Pilihan angka keamanan dapat

ditanyakan dan sedapat mungkin ditentukan oleh Perencana.

Rumus Denmark kadang disyaratkan untuk menghitung batas daya dukung tiang.

Rumus ini dikenal sebagai salah satu rumus yang diandalkan untuk meramalkan batas

daya dukung tiang.

Batas daya dukung dapat dihitung sebagai berikut:

dimana: Ru = batas daya dukung dalam kilo Newton

Wr = Berat penumbuk dalam Newton

(9,81 x massa penumbuk dalam Kilogram)

H = tinggi jatuh bebas penumbuk dalam m.

Page 34: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 12

e = efisiensi jatuh penumbuk

E = Modulus Elastisitas bahan tiang pancang (dalam Mega Pascal)

Ip = Panjang tiang dalam meter

A = Luas penampang melintang tiang dalam milimeter persegi

s = Penurunan akhir tiang dalam milimeter tiap pukulan dari rata-

rata 10 pukulan pancang beruntun, atau 5 pukulan uji kembali

penuh yang pertama

so = Penurunan sementara yang diperbolehkan dalam milimeter,

seperti dihitung dari rumus di atas.

Untuk penumbuk diesel atau uap, tenaga penumbuk (dalam Newton meter atau

Joule) dapat dipakai untuk hasil perkalian W rxH. Nilai Ip adalah panjang sebenarnya

tiang untuk panjang yang lebih besar dari pada dua puluh kali ukuran penampang

melintang tiang. Untuk tiang lebih pendek Ip adalah dua puluh kali nilai ukuran

penampang melintang tiang. A untuk tiang pipa baja adalah luas pipa baja.

Nilai koefisien e dan E, tergantung pada jenis peralatan yang dipakai tiang miring,

menurut syarat Teknik adalah:

e = 0,75 untuk penumbuk jatuh bebas.

e = 0,90 untuk penumbuk uap.

e = 0,95 untuk penumbuk diesel.

E = 21 .000 MPa (2.1 x 105 kg/cm2) untuk tiang beton

E = 210.000 MPa (2.1 x 106 /kg/cm2)untuk tiang baja

Rumus ini adalah untuk pemancangan vertikal. Bila tiang dipancang dengan

kemiringan harus diperhitungkan pengurangan gaya vertikal penumbuk dan

kehilangan akibat gesekan antara penumbuk dan pemandu (leads).

Suatu perkiraan yang rasional untuk koefisien gesekan adalah 0.10.

Harga netto dari W r adalah : W r x (Cos[arctan(1/R)]-0,1 x Sin[arctan(1/R))] untuk

tiang yang dipancang dengan kemiringan 1 dibanding R. Ini dijelaskan dalam

Gambar 2-3.

Page 35: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 13

Gambar 2.3 - Pengurangan W, untuk kemiringan 1 berbanding R

Contoh, tiang dipancang dengan kemiringan 1 berbanding 10 (1 horizontal sampai 10

vertikal) nilai W r adalah 0,985 kali berat penumbuk sebenarnya..

2.3.2. PERALATAN PEMANCANGAN

a. Pemilihan Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk pemancangan tiang baja, beton atau kayu pada

dasarnya sama.

Pada umumnya, peralatan dasar terdiri atas:

(i) kerangka pemancangan tiang untuk menyangga (menopang) pemandu

(leader);

(ii) pemandu untuk menyangga tiang pancang dan memberi arah pada waktu

pemancangan;

(iii) penumbuk - dari jenis jatuh bebas, uap atau udara bertekanan atau tenaga

diesel;

(iv) Topi tiang (helmet) yang juga diarahkan, untuk memindahkan pukulan

penumbuk pada tiang;

(v) Katrol atau crane untuk mengangkat tiang pada posisinya dan mengangkat

penumbuk.

Page 36: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 14

Peralatan yang bergerak umumnya dipakai untuk pemancangan tiang di darat meskipun

kerangka tiang juga masih digunakan pada beberapa kondisi.

i. Kerangka Tiang Tetap (Stationary Pile Frame)

Kerangka tiang terdiri atas menara dengan satu set pemandu (leader) dan katrol.

Biasanya memerlukan biaya (modal) kecil tetapi pemasangan agak kaku, demikian pula

pemindahan dan pengoperasiannya sehingga tingkat kemajuannya lambat. Pemandu

harus cukup tinggi untuk memegang tiang, penumbuk dan ruang bebas untuk tinggi

jatuh.

Kerangka dapat terbuat dari kayu atau baja dan seringkali dibuat atas pesanan untuk

pekerjaan tertentu. Pemandu harus tetap untuk pemancangan vertikal atau dengan sudut

kemiringan atau dapat diatur untuk memungkinkan keduanya. Tali digunakan untuk

memasang dan menstabilkan menara di atas posisi tiang dan memegang pemandu

(leader) di tempat pada waktu pemancangan.

ii. Crane yang bergerak (Mobile) dengan Pemandu (Leader) yang menggantung

Sistem ini biasanya terdiri atas crane dengan roda rantai dan satu set pemandu tiang

pancang baja atau pengarah yang digantung pada tiang (boom). Dasar dari pemandu

(guides) diikat pada crane dengan lengan (stay) yang dapat disetel. Crane harus dapat

menempatkan penumbuk tiang dalam pemandu dan mengangkat serta menempatkan

tiang di bawah penumbuk. Ini biasanya memerlukan crane besar karena pemandu, tiang

dan penumbuk semuanya harus diangkat ke dalam posisinya.

Gambar 2.4 menunjukan gambar dari peralatan pemancang tiang yang bergerak (mobile

pile-driver) yang umum dipakai.

Tiang diletakkan di bawah penumbuk dengan pemandu terletak di tanah pada penopang

kayu. Unit ini dapat berdiri sendiri. Dalam beberapa hal, dan untuk keamanan

pelaksanaan, terutama dengan tiang yang panjang, mobil crane kedua digunakan untuk

membantu mengangkat tiang dalam posisinya di bawah penumbuk. Pemancang tiang

dengan roda rantai dapat juga dioperasikan dari ponton (tongkang), dengan rodanya

dibaut atau dirantai pada geladak.

Pada pengoperasian penumbuk diesel dengan pemandu miring yang menggantung

pemandu harus mempunyai cukup kekakuan untuk mencegah bengkok (disebabkan

berat penumbuk) pada waktu penumbuk mencapai titik tengah pemandu, jika tidak,

mekanisme tidak bekerja.

Page 37: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 15

iii. Penumbuk Tiang Pancang

Tanpa memandang jenis tiang pancang, harus digunakan penumbuk yang cukup besar

untuk mengatasi inersia dari tiang pancang untuk pemancangan yang efisien dan

ekonomis sebagian besar tenaga kinetis harus tersedia, untuk memancang tiang ke

dalam tanah setelah dikurangi kehilangan akibat pukulan (impact) dan sebab lain.

Penumbuk jatuh bebas dan diesel adalah jenis yang paling sering dipakai.

Gambar 2.4 - Keran dengan Pemandu Menggantung

Penumbuk Jatuh Bebas (Drop Hammers)

Penumbuk jatuh bebas memerlukan biaya modal yang rendah dan hampir tanpa

pemeliharaan. Masukan tenaga dihitung sebagai hasil perkalian berat penumbuk,

tinggi jatuh dan faktor efisiensi, yang tergantung pada cara pengoperasian

penumbuk. Operasi penarikan pelatuk yang kira-kira menyerupai suatu yang jatuh

bebas dari penumbuk lebih efesien dari pada jatuh bebas dari katrol.

Penumbuk terbuat dalam berbagai bentuk dan dibuat dari blok besar besi cor atau

baja atau bagian baja laminasi, yang memungkinkan penyesuaian berat penumbuk

dengan mengurangi atau menambah pelat.

Beberapa penumbuk dipandu oleh selot yang dicor pada sisi blok, yang lainnya dari

tonjolan di belakang yang masuk tepat di antara pengarah pemandu (leader guides).

Untuk yang disebut terakhir, dua "keeper" kayu horisontal dimasukan rapat kedalam

dua lubang yang dicor dalam tonjolan belakang. Kadang-kadang dipergunakan pelat

baja dan baut penahan.

Penumbuk jatuh bebas tersedia dalam bermacam ukuran dari 0,5 sampai 8 ton.

Pilihan akhir tergantung pada berat dan ukuran tiang yang akan dipancang.

Penumbuk digantung dengan tali yang dipasang di atas, diangkat pada ketinggian

yang ditentukan dan dijatuhkan pada kepala tiang.

Tiap penumbuk harus diberi tanda yang menunjukan beratnya.

Page 38: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 16

Perbandingan antara berat penumbuk jatuh bebas dengan berat tiang pancang yang

disarankan untuk tiang baja dan beton bertulang adalah sebagai berikut:

• Tiang pancang dengan berat sampai 7,5 ton perbandingan penumbuk dengan

tiang minimum dua pertiga.

• Tiang 7,5 hingga 12 ton perbandingan penumbuk dengan tiang minimum satu

perdua.

Untuk tiang pancang beton bertulang dengan berat hingga 7,5 ton, hasil perkalian jarak

jatuh bebas penumbuk dalam meter dan berat penumbuk dalam ton tidak boleh melebihi

5 ton meter. Untuk tiang baja dan beton yang lebih berat, tenaga maksimum dapat

ditentukan oleh Engineer.

Untuk tiang pancang kayu dan beton pratekan, berat penumbuk jatuh bebas harus

mendekati berat tiang pancang.

Penumbuk Diesel (Diesel Hammers)

Penumbuk diesel mempunyai pengeluaran modal awal yang tinggi dan memerlukan

pemeliharaan, tetapi dengan tingkat pemancangan 45-60 pukulan per menit biasanya

lebih cepat dan lebih ekonomis untuk pekerjaan besar. Panjang stroke/pukulan

berbanding lurus dengan perlawanan tiang. Semakin sulit pemancangan semakin besar

tenaga yang dikeluarkan oleh penumbuk. Perllancangan pada tanah yang sangat lunak

dapat merupakan masalah karena kurang daya dukung ketahanan berarti penumbuk

tidak dapat mengaktifkan dirinya kembali. Dalam hal demikian penurnbuk diangkat dan

dijatuhkan dengan crane hingga menjumpai tanah yang cukup keras untuk

menggerakan/ mengaktifkan penumbuk.

Penumbuk diesel mempunyai silinder vertikal yang terbuka di atas di mana suatu ram

bergerak ke atas dan ke bawah. Di ujung bawah terdapat dudukan (anvil). Peralatan

penunjang termasuk tangki bahan bakar, pompa bahan baku, alat tripping dan (pada

beberapa jenis) radiator (water jacket) air untuk mendinginkan silinder. Cara bekerja

penumbuk diesel dijelaskan dalam sebagian besar buku pedoman dan digambarkan

pada Gambar 2.5. Beberapa penumbuk mempunyai kemampuan/merubah masukan

energi dengan menyemprotkan persediaan bahan bakar.

Ukuran penumbuk yang disarankan untuk penumbuk diesel ditentukan dengan memilih

penumbuk dengan berat ram sekurang-kurangnya sepertiga berat tiang yang dipancang.

Page 39: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 17

Gambar 2.5 - Pengoperasian Penumbuk Diesel

Suatu daftar ciri-ciri penumbuk yang berjenis biasa diberikan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 - Ciri-ciri dari Penumbuk Tiang

Buatan

Tipe

Massa dari

Rarn

Energi Pukulan Tingkat Pemukulan

Maksimum (kg) (N-m) (Pukulan per menit)

Delmag

(Jerman)

D12 1 250 31 000 40 - 60

D22 2 700 55 000 40 - 60

D30 3 000 33 000 - 75 000 39 - 60

D36 3 600 42 000 - 102 000 37 - 53

Kobe

(Jepang)

K13 1 300 37 000 40 - 60

K25 2 500 75 000 39 - 60

K35 3 500 105 000 39 - 60

K45 4 500 135 000 39 - 60

Mitsubishi

(Jepang)

M14 1 350 36 000 42 - 60

M23 2 295 60 000 42 ~ 60

M33 3 290 88 500 40 - 60

M43 4 290 1 1 6 000 40 - 60

Page 40: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 18

iv. Topi dan Dollies

Topi

Topi adalah blok baja yang digunakan untuk melindungi kepala tiang pada waktu

memancang. Paking secukupnya diletakkan pada ujung atas topi sebagai bantalan

antara penumbuk dan tiang, dan mendistribusi tumbukan pada seluruh luas kepala

tiang. Ini biasanya disebut 'cap block' meskipun kadang-kadang disebut 'dolly' (lihat

di bawah untuk arti lain dari dolly).

Topi dibuat sesuai dengan jenis tiang yang dipancang dan terdiri atas pelat baja

horizontal setebal 50 mm dengan sisi kotak baja tebal 25 mm diteruskan 300 mm di

atas dan di bawah pelat pukulan (strike plate). Topi harus agak longgar pada tiang

untuk menghindari timbulnya tegangan pada tiang bila tiang berputar pada waktu

pemancangan. Rongga atas kotak/box diisi penuh dengan kayu keras, blok

Novasteen atau Micarta dengan serat ujung terbuka terhadap penumbuk.

Penempatan kayu tidak boleh demikian rupa sehingga penumbuk jatuh tegak lurus

pada serat ujung, yang menyebabkan potongan kayu dapat berpencaran seperti

peluru kecil.

Perlindungan untuk kepala tiang beton dapat diberikan oleh lapisan setebal 50

hingga 75 mm. Ini dapat berupa papan oregon atau pinus atau papan kayu lunak

yang serupa, gulungan tali manila, lapisan sabuk karet, karung goni, karung dari

serbuk gergaji atau lapisan caneite. Tergantung pada lama dan kekuatan tumbukan,

pakking mungkin memerlukan penggantian setelah pemancangan tiap tiang. Tiang

baja atau kayu tidak memerlukan paking pada kepala tiang.

Topi harus mempunyai pegangan pengangkat yang sesuai, guna kemudahan

pemasangan dan pemindahan.

Susunan cap block dan topi yang umum untuk tiang beton terlihat dalam Gambar 2.6.

Page 41: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 19

Gambar 2.6. - Cap Blok dan Topi Untuk Tiang Beton Pracetak

Dolly

Dolly atau follower adalah sambungan sementara pada tiang untuk memungkinkannya

dipancang di bawah air atau di bawah tanah. Dolly dipasang pada topi di puncak tiang

dan dibuat dari kayu keras (hardword) bulat atau dari baja. Sedapat mungkin

penggunaan dolly harus dihindari karena terjadinya kehilangan tenaga pada dolly dengan

sambungan tiang, dan sendi "bergerak" dapat menyebabkan kehilangan pengendalian

arah.

Beberapa pemandu tiang mempunyai tempat untuk memasang sambungan pendek di

bawah dasar pemandu untuk memungkinkan topi dan penumbuk bergerak ke bawah

melampaui batas normal geraknya. Hal ini dilakukan hanya bila dianggap bahwa tiang

dapat mencapai penurunan (set) yang ditentukan sebelum menembus tanah terlalu

dalam untuk dapat disambung.

v. Peralatan Penyemprot Air

Peralatan penyemprot air dapat digunakan untuk membantu penetrasi tiang dalam tanah

pasir padat.

Pipa baja ditekan masuk di samping tiang, pada saat tiang dipancang, serta dihubungkan

dengan sumber air. Pipa biasanya berdiameter 30 hingga 50 mm dengan nozzle 10

hingga 15 mm pada ujung bawahnya.

Penyemprot (Jet) ditempatkan pada ujung tiang untuk menggemburkan tanah .di bawah

tiang sehingga memungkinkan tiang menembus tanah dengan berat sendiri atau dengan

pemancangan.

Page 42: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 20

Pipa dapat dipasang sentris ke dalam tiang beton pracetak untuk mengarahkan air

kepada empat (4) jet, satu pada tiap sisi pada ujung yang mengecil (tapered point). Pipa

diberi bengkokan 90° kira-kira satu meter di bawah kepala tiang untuk penyediaan air

bertekanan kepada jet.

Penyemprotan harus dihentikan kira-kira 0,5 m di atas kedudukan ujung akhir dan saat

tiang dipancang pada posisi akhir.

Tingkat aliran air yang cocok untuk penyemprotan sebesar 7.5 liter per detik per nozzle

pada tekanan 70 kPa diukur pada nozzle.

b. Pengeboran Awal (Pre-boring)

Pengeboran awal lubang dengan bor mekanis sekarang merupakan prosedur biasa

untuk membantu pondasi tiang pada kedalaman yang ditentukan dan untuk

mendapatkan ketepatan lebih besar dalam pemancangan. Kegiatan pengeboran

harus dilakukan dengan ketepatan letak, arah vertikal dan kemiringan dan untuk

kedalaman yang telah ditentukan. Diameter lubang tidak boleh lebih besar dari pada

ukuran diagonal tiang dikurangi 50 mm. Pengeboran melebihi kedalaman (over

depth) harus dihindari. Kedalaman akhir mungkin harus ditentukan dengan

percobaan. Tujuannya adalah mencapai kalendering yang ditentukan, bilamana

ujung tiang mencapai kedalaman yang direncanakan. Lazimnya pengeboran awal

berhenti satu meter di atas kedalaman ujung tiang rencana. Pada akhir

pemancangan, lubang-lubang di sekeliling tiang diisi pasir bersih, diisi menggunakan

sekop, sambil disemprot atau digenangi air.

c. Alat Untuk Tiang yang Dicor di tempat

i. Tiang yang Dipancang dan Dicor Ditempat

Peralatan untuk pemancangan dan peralatan yang digunakan untuk tiang yang

dicor setempat serupa dalam beberapa hal dengan jenis yang telah dijelaskan

tetapi seringkali dibuat modifikasi untuk menyesuaikan dengan persyaratan

khusus dari jenis yang digunakan untuk tiang yang berbeda pabrik.

Pipa pancang terbuat dari komponen berat, biasanya dirancang untuk dipancang

dari atas oleh penumbuk jatuh atau diesel, tetapi tiang Franki dipancang

menggunakan penumbuk jatuh internal. Pemandu (Leader) dari kerangka tiang

sering disesuaikan untuk memasukan pengarah (guide) untuk wadah

pengecoran.

Tiang selubung baja, yang dirancang untuk diisi beton, lebih efektif bila

dipancang dengan penumbuk yang beroperasi dari atas dari pada oleh penumbuk

Page 43: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 21

jatuh bebas internal yang bekerja pada beton penyumbat di dasar. Selain itu tiang

pancang yang dipancangkan dari atas dapat dipancang dengan ujung terbuka,

yang dapat mengurangi daya dukung ujung (end bearing resistance) pada waktu

pemancangan.

ii. Tiang yang Dibor dan Dicor Setempat

Peralatan pengeboran biasanya dinaikan di atas crane atau truck tetapi kadang-

kadang dipergunakan juga peralatan yang dinaikan di atas tongkang/ponton

(barge) atau sled khusus. Kedalaman lubang dibatasi oleh panjang "kelly bar"

(batang yang menyangga alat penggali pada dasar lubang), sehingga biasanya

diambil nilai kedalaman maksimum 50 m.

Kedalaman dan diameter lubang yang dapat dibor tergantung pada sistem

pengeboran yang dipakai dan tenaga peralatan bornya. Penggali berputar (rotary)

dengan memakai mata bor dan ember bor (drilling bucket) adalah cara yang

paling cepat dan ekonomis bila keadaan tanahnya memungkinkan. Cara ini cocok

untuk memasang tiang yang dibor dalam tanah lempung dan dapat dipakai untuk

penggalian terbuka (open) atau dilapisi (lined), atau untuk penggunaan bentonite

pada batuan lunak dan pada bahan selain batuan.

Berbagai jenis bucket tersedia untuk pemakaian dengan bor berputar (rotary)

jenis standar mempunyai bukaan pisau sekop (scoop blade) dengan gigi yang

keluar (projecting). Bucket batuan mempunyai bukaan besar yang direncanakan

untuk mengambil batuan yang pecah akibat tumbukan alat pemotong (chopping

bit) pada kelly bar.

Dasar yang diperlebar dapat dipotong dengan memutar belling bucket di dalam

lubang berpinggiran lurus yang telah dibor sebelurnnya.

Peralatan pengeboran dengan putaran khusus diperlukan untuk pengeboran pada

batuan. Suatu pilihan lain adalah peralatan kabel (cable tool), yang menggunakan

pahat batu, ember penciduk (bailing) untuk membuang bahan-bahan cair (slurry)

dan penciduk bercengkeram (dam shell grabs) (alat menggali dan menciduk).

Terdapat beberapa jenis peralatan tersedia yang dapat disesuaikan dengan

penggunaannya, dan peralatan demikian mempunyai keuntungan yaitu dapat

beroperasi pada penggalian yang dalam.

Page 44: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 22

2.3.3. TIANG PANCANG BETON

a. Umum

Beton dapat disesuaikan untuk penggunaan yang luas pada jenis-jenis tiang. Beton

dapat dipakai dalam bentuk pracetak pada tiang pancang atau dipakai pada tiang yang

dibor. Beton yang padat dan mampat dapat tahan terhadap pemancangan yang keras,

dan menahan serangan zat-zat agresif dalam tanah atau di air. Akan tetapi pada tiang

pracetak, beton cenderung mengalami kerusakan (yang mungkin tidak terlihat) pada

kondisi pemancangan yang keras. Beton yang lemah pada tiang yang dicor in-situ

kemungkinan akan hancur bila terdapat bahan-bahan agresif di dalam tanah atau air.

Suatu kerugian lain dari tiang beton adalah sulitnya untuk disambung dibandingkan

dengan pipa baja. Pada sebagian besar proyek-proyek, panjang tiang yang diperlukan

tidak diketahui sampai pemancangan sebenarnya berlangsung. Tiang yang perlu

diperpanjang biasanya tidak dapat diselesaikan sampai ada sambungan baru yang

dicor dan dirawat (sekurang-kurangnya 20 hari) dan tiang dapat dipancang kembali.

b. Pembuatan Tiang

Tiang dapat dicetak pada landasan dengan menggunakan acuan pinggir yang dapat

dibongkar dari bahan kayu atau baja. Jenis landasan dan pilihan bahan untuk acuan

pinggir tergantung pada jumlah tiang yang akan dicetak. Dasar pencetakan tiang harus

ditempatkan pada tanah yang kokoh untuk mencegah melenturnya tiang pada waktu

dan sesudah pengecoran: Suatu landasan beton masif sering digunakan. Susunan ini

terlihat pada Gambar 3.7

Pangkal tiang (stop end) harus dibuat benar-benar tegak lurus pada sumbu tiang untuk

menjamin distribusi yang merata dari pukulan penumbuk pada waktu pemancangan.

Penggetar digunakan untuk mendapatkan kepadatan yang teliti pada beton, dan beton

di antara penahan baja (bearer) atas dan adukan beton harus dikerjakan

menggunakan alat 'pemotong' untuk meniadakan bercak-bercak keropos (honey

comb).

Page 45: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 23

Gambar 2.7 - Susunan Pencetakan untuk Tiang Beton

Jika tiang dicor dengan acuan samping dari kayu, acuan harus dibongkar sesegera

mungkin dan perawatan basah dengan menggunakan penyemprotan air dan karung

dipertahankan untuk jangka waktu tujuh hari. Segera setelah pengujian kekuatan tekan

pada kubus beton menunjukan bahwa tiang cukup kuat untuk diangkat, tiang harus

dimiringkan secara hati-hati dengan batang pengungkit dan diganjal dengan baji untuk

melepaskan lekatan antara tiang dengan landasan. Tali pengangkat (lifting sling) atau

baut pegangan dapat dipasang dan tiang diangkat untuk pengangkutan ke tempat

penumpukkan. Pekerjaan pemiringan dan pengangkatan harus dilakukan dengan

sangat berhati-hati karena tiang masih mempunyai kekuatan rendah, dan retakan atau

awal retakan yang terjadi pada tahap ini akan membesar akibat tegangan pada saat

pemancangan.

Tiang harus ditandai dengan jelas dengan suatu nomor referensi, dengan panjang dan

tanggal pengecoran pada waktu atau sebelum pengangkutan, untuk menjamin bahwa

pemancangan dilakukan dengan urutan yang benar.

Tiang harus dilindungi dari matahari dengan cara menutupi tumpukan tiang

menggunakan terpal atau lembaran lain.

c. Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak

Tiang pancang beton pratekan pracetak sering dipakai pada proyek-proyek. Tiang

pancang beton pratekan biasanya ditegangkan dengan pemberian tegangan tekan

pada saat dilepas (induced compressive stress at relase) sebesar antara 4 dan 11

MPa (40-110 kg/cm2).

Panjang standar dari tiang tersebut adalah dari 6 meter .hingga 20 meter, berdiameter

hingga 600 mm. Penyambungan (splicing) dari tiang tersebut dilakukan dengan pelat

baja pada ujung bagian yang akan disambung.

Page 46: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 24

d. Penanganan dan Penyimpanan

Tiang beton bertulang harus diangkat atau dipindahkan dari posisi datar (horizontal)

dengan cara mengangkat pada dua titik yang ditandai dengan jelas sejauh seperlima

panjangnya dari tiap ujung (atau posisi lain yang ditetapkan dalam Gambar). Tiang

harus ditangani secara hati-hati tanpa benturan gerakan tiba-tiba. Biasanya perlu

petunjuk khusus untuk penanganan dan penumpukan tiang yang sangat panjang

(lebih dari 15 meter).

Tiang tidak boleh ditumpuk lebih dari tiga lapis dan harus diperhatikan agar tidak terjadi

penurunan tanah lebih-lebih pada waktu musim hujan. Tiang harus dipisahkan satu

sama lain oleh penahan (bearers} yang diletakkan tegak lurus di atas tiang bawahnya.

Tiang harus ditopang di bawah titik angkat pada waktu diangkat, dan bila tiang akan

ditumpuk satu di atas yang lainnya untuk transport (atau penyimpanan), penting bahwa

pembungkus (packer) kayu ditempatkan secara vertikal satu di atas yang lainnya. Ini

akan meniadakan retak akibat tegangan pada tiang (tiang-tiang) bawah akibat lenturan,

seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.8.

Tiang dengan panjang berbeda tidak boleh ditumpuk bersama-sama. Tiang beton

bertulang harus dipindahkan atau ditumpuk dengan kedua sisi berlainan vertikal atau

horisontal. Crane mobil atau peralatan lain yang sesuai dipergunakan untuk

memindahkan tiang dari lokasi penumpukan tiang ke lokasi jembatan untuk

penempatan dan pemancangan, dengan cara menyangga pada dua titik selama

perjalanan seperti dijelaskan di atas.

Gambar 2.8 - Penumpukkan Tiang Beton

Sebelum pengangkatan, tiang pancang beton diberi tanda pada interval 250

mm. Tiang pendek, dengan panjang kurang dari 15 m, ditempatkan pada

posisinya dari titik ketiga teratas, dengan ujung bawah tiang (toe) menopang

Page 47: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 25

pada tanah, dengan berhati-hati agar toe dari tiang tidak membentur atau

mengenai permukaan tanah yang tidak rata. Tiang yang panjang diangkat dari

kedua titik kelima, kecuali jika diberi petunjuk yang lain. Ujung toe tidak

mengenai tanah dan berangsur-angsur diturunkan sampai tiang hampir tegak.

Tali ujung dipakai untuk menghindari benturan dengan kerangka atau

pemandu (leader). Pengangkatan terakhir harus dilakukan dengan bantuan tali

baja pada tiang dekat kepala. Untuk tiang yang sangat panjang, suatu halter

dengan desain yang sesuai mungkin diperlukan. Dalam hal ini gambar-gambar

akan disediakan oleh Pimpro/Engineer.

e. Penyambungan dan Perpanjangan

Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk memperpanjang tiang pancang

beton. Memperpanjang tiang setelah pemancangan selesai adalah cara yang paling

mudah, karena sambungan tidak perlu menahan tegangan yang besar yang ditemui

selama pemancangan. Panjang sambungan normal untuk penulangan dan

pekerjaan beton biasa dapat digunakan.

Jika tiang akan dipancang lebih dalam setelah penyambungan, sambungan harus

dapat menahan tegangan tekan dan torsi yang terdapat pada waktu pemancangan

dan harus mampu meneruskan (transmit) momen di dalam tiang melewati

sambungan. Meskipun sejumlah sambungan buatan pabrik telah dikembangkan

(misalnya sambungan Herkules "jenis sekrup"), sambungan tersebut tidak lazim

dipakai di Indonesia. Cara yang paling umum untuk penyambungan tiang adalah

pemakaian lengan baja di atas dan di bawah tempat sambungan. Beberapa tiang

mempunyai pelat baja yang tertanam di dalam beton yang memungkinkan

penyambungan mudah dilakukan dengan cara mengelas pelat pada segmen atas

dan bawah dari tiang. Praktek ini tidak lazim untuk tiang yang difabrikasi di lokasi.

Keuntungan dari pada lengan baja atau pelat yang dilas adalah bahwa tiang dapat

dipancang dalam waktu singkat setelah penyambungan selesai. Penting untuk

diperhatikan bahwa kedua muka yang bertemu harus cocok satu sama lain sedekat

mungkin pada bidang yang sama. Penggunaan lengan baja dan merekatkan epoxy

akan menutupi/mengkompensasikan kekurangcocokan tersebut.

Lebih baik (bila menggunakan lengan baja), untuk memasukan dan merekat (epoxy)

batang dowel ke dalam lubang yang dibor pada bagian atas dan bawah dari tiang. Hal

ini akan memungkinkan terjadinya perpindahan (transfer) momen lewat sambungan,

sesuai dengan anggapan perencana.

Page 48: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 26

Gambar 2.9, 2.10, 2.11, 2.12, 2.13 dan 2.14 memperlihatkan cara lain penyambungan

tiang pancang beton.

Gambar 2.9 - Detail Tipikal Sambungan Tiang Pancang Pratekan

Gambar 2.10 - Detail Tipikal Sambungan Tiang Pancang Pratekan

Page 49: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 27

Gambar 2.11 - Tipikal Sambungan Tiang Pancang Beton

Gambar 2.12 - Tipikal Sambungan Tiang Pancang Beton

Page 50: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 28

Gambar 2.13 - Tipikal Sambungan Tiang Pancang Beton

Gambar 2.14 - Tipikal Sambungan Tiang Pancang Beton

Bilamana penyambungan harus dilakukan dengan cara membobok beton dan

menyambung tulangan bagian atas dengan bagian bawah, maka penting untuk

diperiksa dengan teliti yaitu daerah di dekat kepala tiang yang telah dipancang, apakah

ada kerusakan. Jika keretakan dan pecahan telah terjadi, beton di atas 0.5 meter dari

Page 51: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 29

puncak tiang harus dibuang dan penulangan dipotong secukupnya. Pada

pemancangan yang sangat keras, bagian sepanjang 1 meter dari puncak mungkin

terpengaruh. Batang-batang tulangan pada masing-masing bagian harus dilas ujung

(butt welded), dan suatu batang tulangan yang berdiameter 12 atau 16 mm dilas fillet

pada batang tulangan atas dan bawah. Daerah di antara tiang-tiang kemudian dibentuk

(formed up) dan beton dicor. Kelemahan pada sistem penyambungan ini adalah tiang

bagian atas harus ditopang secara tepat dan kaku hingga sambungan cukup kuat, dan

tiang yang diperpanjang tidak dapat dipancang hingga sambungan memiliki kekuatan

tekan yang disyaratkan di dalam Spesifikasi Teknik.

Penggunaan batang pasak tunggal dan lubang (recess) untuk penyambungan tidak

disarankan. Sambungan tekan sederhana ini tidak dapat menahan kecenderungan

satu segmen tiang bergeser keluar garis jika menemui halangan, dan tidak dapat

meneruskan momen lewat sambungan.

Gambar 2.15 - Sambungan Tiang Pancang Beton

2.3.4 TIANG PANCANG BAJA

a. Umum

Tiang baja mempunyai keuntungan yaitu kuat dan ringan untuk ditangani, mempunyai

kemampuan daya dukung tekan (kompresif) yang tinggi bila dipancang pada lapisan

tanah keras, dan mampu dipancang dengan keras untuk penetrasi yang dalam hingga

mencapai . lapisan dukung, atau untuk mendapatkan daya dukung tahanan geser yang

Page 52: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 30

tinggi. Biaya per meter lebih tinggi daripada tiang beton pracetak. Mudah dipotong atau

diperpanjang untuk menyesuaikan dengan variasi ke dalaman lapisan dukung (bearing

stratum).

Pipa dapat dipancang dengan ujung terbuka atau tertutup. Tiang yang harus

mendukung beban tekan tinggi biasanya dipancang dengan ujung tertutup. Tiang

dengan ujung terbuka mungkin mempunyai pelat penguat yang ditambahkan pada

ujung tiang ( pada bagian dalam atau bagian luarnya) jika diperkirakan akan terdapat

lapisan yang sulit ditembus pada waktu pemancangan.

Tiang yang akan diisi dengan beton dipasang dengan ujung tertutup, dan pengisian

beton pada pipa baja dilakukan setelah selesai pemancangan. Pipa baja biasanya

ditinggalkan di dalam tanah sebagai bagian dari tiang yang permanen (tetap).

b. Fabrikasi

Pipa baja biasanya disediakan dalam bentuk jadi. Pipa dibentuk tanpa lipatan, dilas

spiral atau dilas tangkup. Jika perlu panjang dapat disambung sebelum pemancangan

dan ukuran panjang tambahan dapat disambung dengan mudah sesuai kebutuhan.

Untuk membuat suatu tiang dengan ujung tertutup, pipa tiang sering dipotong dan dilas

sehingga membentuk ujung runcing, seperti terlihat pada Gambar 2.16.

Gambar 2.16 - Fabrikasi ujung tertutup pada tiang

c. Penyambungan

Penyambungan antara potongan tiang baja memerlukan pengelasan standar tinggi,

dan harus dilakukan oleh tukang las yang bersertifikat. Pengelasan harus diuji secara

visual dan dengan cara 'non destructive'.

Page 53: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 31

Biasanya perlu memotong 300 mm hingga 500 mm dari puncak bagian tiang yang

dipancang, untuk meratakan ujungnya dan untuk membuang bagian baja keras yang

sukar dilas.

Tidak ada masalah pada penyambungan pipa baja, yang penting hanya pengelasan

dan waktu yang digunakan untuk mengelas sambungan bukan merupakan gangguan

yang berarti bagi pemancangan. Akan tetapi penting untuk menahan/memegang pipa

sambungan tiang pada alinemen yang benar ketika pengelasan berlangsung,dan untuk

mempertahankan celah (gap) yang tepat. Peralatan penahan ditempat (jigs and

fixtures) harus digunakan untuk mencapai hal ini. Potongan-potorigan batang

penulangan (kira-kira sepanjang 200 mm) yang dilas sebagai pegangan (lugs) di dalam

pipa akan menandai perpanjangan dan tiang yang telah dipancang. Sambungan yang

dilas harus mampu meneruskan momen penuh dalam tiang (dan untuk pipa baja)

biasanya merupakan las ujung penetrasi penuh di sekeliling permukaan pipa.

Dua contoh tipikal sambungan tiang baja seperti terlihat pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17 - Tipikal Sambungan Tiang Baja

d. Pengecoran Dalam Tiang

Sebagian besar pekerjaan tiang pancang pada proyek jembatan adalah pipa baja yang

dipancang di dalam tanah dan kemudian diisi dengan beton. Suatu jalinan penulangan

(reinforcing cage) ditempatkan di dalam pipa sebelum pengecoran. Batang-batang

penulangan akan keluar di atas permukaan pemotongan tiang dan berfungsi untuk

mengikat tiang pada kepala jembatan atau cap pilar.

Page 54: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 32

Seringkali tidak praktis memadatkan beton dengan getaran pada bagian bawah tiang

yang dicor di tempat. Beton pada bagian atas setinggi 2 atau 3 meter dari puncak

harus dipadatkan dengan menggunakan cara penggetaran yang biasa dilakukan.

Penulangan harus diletakan di tengah pipa dengan selimut yang disyaratkan. Hal ini

dapat dicapai dengan menempatkan pengatur jarak (spacer) yang sesuai pada bagian

luar jalinan penulangan. Perhatikan bahwa pengatur jarak tersebut mungkin akan

berputar pada waktu jalinan diturunkan kedalam tiang. Pengatur jarak harus dipasang

setiap 90° di sekeliling jalinan penulangan, dan harus diberi jarak antara setiap 2 atau

2,5 meter menurut arah memanjang tiang.

2.3.5 TIANG YANG DIPANCANG

a. Umum

Baik alat pancang bergerak (mobile) maupun tetap untuk pemancangan tiang lazim

digunakan di Indonesia. Jenis penumbuk yang paling sering digunakan adalah

penumbuk diesel. Penumbuk jatuh bebas jarang digunakan untuk memasang tiang

yang tetap pada proyek jembatan.

Tiang pancang kepala jembatan (abutment) sering dipancang sebelum dilakukan

penghamparan tanah/bahan pengisi untuk timbunan oprit. Hal ini merupakan praktek

yang buruk, dan dapat menimbulkan pengurangan kapasitas daya dukung tiang yang

berarti..

Bahan timbunan (embankment) sulit dipadatkan dengan benar di sekitar tiang dalam

kelompok (hal ini sangat sukar untuk dicapai, terutama pada daerah di bawah kepala

jembatan itu sendiri), bahan timbunan akan turun (settle) di sekeliling tiang.

Penurunan ini akan menyebabkan tarikan ke bawah (downdrag) pada tiang, sebagai

tambahan beban vertikal pada tiang akibat beban dari bangunan. Harus diusahakan

agar bahan timbunan dihampar secepat mungkin untuk menghindari masalah ini. Jika

bahan pengisi timbunan dalam jumlah besar akan ditempatkan pada kepala

jembatan, harus dipertimbangkan pembebanan pendahuluan dari timbunan dengan

bahan tambahan (setinggi 2 atau 3 meter). Bahan ini kemudian di tinggal ditempat

selama beberapa bulan untuk mempercepat penurunan timbunan, dan bahan

tambahan kemudian dipindahkan sebelum pemancangan tiang.

b. Penempatan (Pitching)

Catatan lain mengenai penanganan dan penempatan tiang terdapat pada Bab 2.3.1

dan 2.3.3.

Page 55: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 33

Pengawas (Konsultan Supervisi) harus memeriksa pangaturan tiang secara bebas

tidak tergantung pada Kontraktor.

Sebaiknya suatu lubang dangkal digali pada lokasi tiap tiang untuk memudahkan

penentuan posisi dari ujung (tip) tiang pada waktu penempatan tiang.

Bilamana tiang dipancang dengan kemiringan yang curam, penumbuk akan cenderung

menggulingkan kerangka (frame) tiang pada waktu penempatan karena letaknya yang

tinggi pada pemandu (leader). Dalam hal demikian, stabilitas dari kerangka harus di

periksa dan, jika perlu, ditambahkan pemberat pada bagian depan kerangka (baja atau

beton), atau kerangka diikat dengan rantai pada bagian depan.

Jika dipakai suatu sistem pemandu gantung, yaitu di mana pemandu digantungkan dari

pengait (hook) pada crane, seperangkat tali penahan (guy wire) dan katrol tipe tirfor

harus dipakai untuk menempatkan ujung pemandu secara tepat. Tali penahan harus

dipasang dengan erat pada angker yang sesuai. Tali dapat dipakai untuk memperbaiki

secukupnya kemiringan tiang pada tahap-tahap awal pemancangan.

Tiang beton dengan panjang hingga 15 meter dapat ditempatkan dengan memakai tali

tunggal pada titik ketiga dari ujung.

Setelah tiang ditempatkan dan berada pada posisinya di bawah penumbuk, pengawas

harus memeriksa tiang itu untuk kemiringan atau ketegakannya. Ini dapat dilakukan

dengan memakai sifat datar (spirit level) panjang dan unting-unting.

c. Prosedur Pemancangan

Pada tahap awal pemancangan tiang pancang beton bertulang, pukulan penumbuk

(hammer) harus dikendalikan sehingga menghasilkan penetrasi per pukulan tidak lebih

dari 60 mm. Pukulan yang berat dalam tanah lunak dapat menyebabkan retak (tension

Cracking). Dengan bertambahnya ketahanan (resistance), pukulan harus diperbesar

dengan memelihara penetrasi kira-kira 50 mm per pukulan sampai pukulan maximum

yang diizinkan dicapai.

Pemancangan dilanjutkan sampai tiang mencapai penurunan (set) yang ditentukan dan

sampai ujung tiang mencapai kedalaman rencana atau seperti yang dilakukan pada

tiang percobaan, pemancangan dilanjutkan sampai tiang mencapai nominal refusal.

Menurut ketentuan Spesifikasi Teknik, ini berarti penetrasi tidak lebih dari 25 mm untuk

20 pukulan beruntun dengan tenaga pemancangan yang ditentukan. Untuk

mendapatkan dudukan kokoh pada batuan, refusal (penolakan) untuk tiang baja sering

diambil sebagai penetrasi netto 6mm atau kurang untuk 5 pukulan terakhir.

Jika tiang telah dipancang hingga 1 meter dari tanah dan tidak ada tanda-tanda

bahwa penurunan yang diharapkan tidak akan terjadi maka pemancangan harus

dihentikan dan sisa tiang dibiarkan di atas permukaan tanah untuk memungkinkan

Page 56: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 34

penyambungan (splicing) dengan mudah. Jika tiang terlihat perlu ditinggikan ke atas,

maka pemancangan dapat dilanjutkan dengan memakai dolly atau follower.

Seringkali pemancangan dihentikan (misalnya untuk memasang sambungan). Jika

pemancangan dilanjutkan, penetrasi per pukulan mungkin jauh lebih kecil dari pada

saat pemancangan terhenti. Tekanan pori, yang melicinkan tiang sudah berkurang

sehingga pemancangan kembali menjadi sulit. Tidak ada alasan untuk memperbesar

pukulan melebihi dl atas maksimum yang diizinkan. Setelah jumlah pukulan yang

cukup, tiang biasanya akan bergerak kembali. Dengan penumbuk diesel, waktu yang

tertunda dalam mengatasi daya lawan adalah sangat kecil.

Setiap usaha harus dilakukan untuk menghindari terhentinya pemancangan.

Pengukuran penurunan ("set") harus dilakukan pada akhir pemancangan, dan bukan

setelah pemancangan istirahat untuk waktu yang panjang.

d. Pemancangan

Beberapa catatan pada pengoperasian pemancangan tiang terdapat di bawah ini:

Tiang pancang miring yang dipancang dari pemandu (leader) biasanya bergerak

ke arah kemirinyan yang lebih datar dari pada kemiringan pada saat

penempatan. Jika hal ini terjadi, lebih balk mengantisipasi arahnya dan

menyesuaikan arah penempatannya (pitch) sebelum dipancang. Tiang pancang

beton sama sekali tidak boleh ditarik untuk memperbaiki deviasi dari kemiringan

rencana. Tiang pancang harus dicabut dan dipancang kembali, jika perlu

dilakukan tindakan perbaikan.

Gambar-gambar menunjukkan lokasi rencana tiang miring (raker pile) di sisi

bawah beton kopel tiang (pile cap). Titik di mana tiang miring masuk ke tanah

tergantung pada perbedaan tinggi sisi bawah beton kopel tiang dan permukaan

tanah, dan kemiringan tiang (lihat Gambar 2.18).

Page 57: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 35

Gambar 2.18 - Penyesuaian Ketinggian Tiang untuk Tiang Miring

Pada tanah kering biasanya dipersiapkan daerah kerja yang datar pada lokasi

pilar. Titik masuk tiap tiang kemudian dapat dipatok dengan mudah. Untuk

beton kopel tiang di dalam tanah, sebaiknya diusahakan penggalian hingga sisi

bawah beton kopel tiang, sebelum pemancangan dimulai. Akan tetapi, bila ini

tidak mungkin dan tanah tetap tidak rata, titik masuk (point of entry) dapat

dipatok setelah menentukan tinggi permukaan asli.

Pada waktu pemancangan tiang miring dari tongkang/ponton (barge), lokasi

dapat ditentukan dengan menggunakan theodolite untuk menentukan garis, dan

sebaiknya peralatan pengukuran jarak elektronis (electronic distance

measuring-EDM) untuk lokasinya. Jika peralatan EDM tidak tersedia, dapat

digunakan pita ukur atau pita baja dengan koreksi yang sesuai untuk suhu,

lendutan (sag) dan sebagainya, sehingga ketepatannya dapat dijamin.

Panjang yang diukur dari tiang yang miring dalam arah garis tengah

longitudinal, harus dihitung untuk ketinggian di mana dilakukan pengukuran.

Untuk tiang yang miring secara melintang terhadap garis tengah, posisi dari

theodolit pada base line harus dihitung untuk ketinggihan tiang yang ditentukan

sebelumnya. Bilamana memancang dari tongkang/ponton, tiang disetel dengan

beratnya didukung oleh tongkang. Bila ujung tiang (toe) diturunkan pada dasar

sungai, tongkang akan terangkat karena berpindahnya beban dari tongkang ke

tiang. Posisi tiang pada permukaan harus diperiksa sebelum pemancangan

dimulai.

Page 58: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 36

Naik turunnya tongkang akibat pengaruh pasang surut dapat juga merubah

kemiringan tiang pada tahap-tahap awal pemancangan. Oleh karena itu sampai

tiang tertanam dengan baik, kemiringan harus diperiksa secara teratur dan

dikoreksi dengan cara menggeser tongkang/ ponton. Pada waktu yang sama,

posisi tiang harus diperiksa dengan pengukuran.

Tiang pancang pada tebing yang curam sering bergerak kearah sungai. Jika hal

ini terjadi, tiang harus ditempatkan agak miring untuk mengimbangi gerakan ini.

Perhatian khusus diberikan sebelum dan selama penumbukan pertama

sehingga ketepatan pemancangan dapat dijamin. Sumbu penumbukan harus

konsentris dengan sumbu tiang yang ditempatkan. Oleh karena itu kerangka

tiang harus dipelihara dalam kondisi yang baik, dan pengarah penumbuk harus

selurus mungkin pada keseluruhan panjangnya.

Bila tiang keluar dari arahnya pada tahap-tahap awal pemancangan, keadaan

ini dapat diperbaiki dengan sedikit memindahkan kerangka tiang. Dengan tiang

beton, prosedur ini sebaiknya tidak dilakukan setelah beberapa pukulan

pertama penumbuk, karena tiang dapat retak dengan mudah dalam posisi ini.

Koreksi mungkin dilakukan dengan menggunakan tali pemandu atau pengikat

dalam arah yang benar, tetapi bila tiang terlalu keluar garis/arah, prosedur yang

biasa dilakukan adalah mencabutnya, mengisi lubang dengan pasir atau bahan

serupa (dengan memadatlcan bahan lapis demi lapis) dan mencoba

memancangnya lagi dengan sudut yang benar. Biasanya ada kecenderungan

tiang akan mengikuti lubang lama.

Jika cara di atas kurang memuaskan, atau tiang tidak dapat dicabut (tidak

terdapat peralatan untuk pencabutan, atau tiang telah dipancang terlalu dalam

untuk dapat dicabut) yang praktis yang biasa adalah dengan memancang tiang

lain di samping tiang pertama dan memperpanjang pile cap.

Pada jenis tanah tertentu, terutama bila butiran berukuran kasar, tidak kedap air

(pervious) dan jenuh, tiang akan tampak terdorong ke atas dengan perlawanan

yang diperlukan. Akan tetapi setetah jangka waktu yang pendek (dibawah 24

jam), tiang akan kehilangan sampai 40 persen dari perlawanannya untuk

pemancangan. Hal ini disebabkan oleh pemadatan material di sekitar tiang pada

waktu pemancangan, tetapi bila pemancangan dihentikan material

berkesempatan menyerap air dan menyesuaikan diri kembali. Jika ini terjadi,

tiang harus dipancang kembali. Oleh karena itu praktek yang baik bila kondisi

demikian diperkirakan akan terjadi, adalah dengan cara menghentikan

pemancangan dan menunggu 12 hingga 18 jam sebelum dicoba kembali. Jika

Page 59: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 37

tiang tidak bergerak dengan beberapa pukulan pertama penumbuk, dapat

dianggap bahwa situasi di atas tidak terjadi.

Jika terdapat keraguan mengenai kemampuan tiang untuk mendukung beban,

pengawas harus menginstruksikan pengujian beban. Hal ini penting, terutama

bila belum pernah dilakukan uji tiang, baik pada waktu tahap perencanaan atau

sebelum dimulainya pemasangan tiang tetap (lihat Bab 2.1.5)

Dalam situasi tertentu, tiang dapat terangkat kembali (rebound) untuk suatu

panjang yang perlu diperhatikan, sampai 300 mm atau lebih. Hal ini mungkin

disebabkan oleh pemancangan melalui aquifer. Pada situasi demikian, cara

pemancangan tiang harus dirubah. Satu atau dua pukulan pada tiang harus

diikuti oleh masa tunggu sampai tekanan pori tersebar pada saat mana dapat

dilakukan satu atau dua pukulan lagi. Proses ini harus dilanjutlcan sampai ujung

tiang telah menembus batas bawah dari aquifer.

Bilamana memancang tiang beton, pukulan penumbuk pada tahap awal

pemancangan harus demikian sehingga penetrasi pada tiap pukulan tidak lebih

dari 50 mm. Pukulan keras pada tanah lunak akan menghasilkan retakan akibat

tegangan tarik. Hal ini kadang-kadang dapat ditandai dengan adanya kepulan

debu kira-kira sepertiga dari panjang tiang diukur dari puncak tiang.

Pakailah packing yang sesuai dan memadai pada topi (helmet) dan periksa

packing sebelum memancang masing-masing tiang. Gantilah packing bila perlu.

Jika terdapat tanda-tanda keretakan tiang, pemancangan harus dihentikan. Jika

ada keraguan mengenai besarnya keretakan, dapat diuji dengan menuang

seember air di atas retakan tersebut, sementara dilakukan pukulan terhadap

tiang. Bila air keluar dari retakan, diikuti oleh adukan cair (slurry), hal ini

menandakan bahwa retakan cukup serius sehingga pemancangan harus

dihentikan.

Pengamatan terhadap tiang setelah ditempatkan, dapat dicapai dengan salah

satu oari dua cara. Cara yang lebih mudah adalah dengan membidik lewat dua

tali vertikal yang digantung di dekat tempat itu. Ini akan menunjukkan bahwa

tiang tetap vertikal tetapi tidak menjamin pengalihan (displacement) lateral.

Cara yang lebih tepat adalah dengan pembidikan melalui dua theodolit yang

dipasang saling tegak lurus. Ini akan memperingatkan bila tiang beralih dari

vertikal atau bergeser secara lateral.

Pergeseran (drifting) dari tiang dapat diperbaiki dengan penyemprotan (jetting),

tetapi pada umumnya tidak dapat dikoreksi tanpa menimbulkan kerusakan pada

tiang.

Page 60: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 38

Tiang Beton pratekan dan tiang beton bertulang khususnya sulit untuk

dipancang melalui pasir. Gerakan membilas dengan semprotan air dari pipa

yang tertanam dalam tiang atau yang dipaksa turun di samping tiang,

memudahkan masuknya tiang ke dalam tanah. Akan tetapi, penyemprotan tidak

efektif pada tanah lempung dan tanah kelempungan.

Penyemprotan hanya dapat digunakan bilamana dimungkinkan mendapat

volume besar air di permukaan, dan pada umumnya menimbulkan lokasi yang

kurang rapi.

Penyemprotan harus merata untuk mencegah ujung tiang keluar dari arah garis.

Lebih baik memakai pipa semprot pada setiap sisi, dari pada memakai pipa

tunggal. Pipa semprot harus berdiameter 37.5 mm hingga 50 mm, berakhir

pada ujung (nozzle) atau fishtail yang mempunyai potongan melintang lebih

kecil.

Jika penyemprotan pra-pengeboran di pakai, pastikan bahwa ujung tiang

mempunyai dudukan yang baik dengan perlawanan tanah yang memadai pada

ujungnya sebelum memakai tenaga pemancangan penuh.

Pemancangan dan penyemprotan tidak boleh dilakukan secara bersamaan.

Keamanan pekerjaan harus diperhatikan setiap saat pada waktu pemancangan.

Khususnya hal-hal berikut ini harus di perhatikan :

o Pakailah helm keamanan setiap saat pada saat pelaksanaan pemancangan.

Hal ini sangat penting untuk personil yang mencatat penetrasi dan

penurunan akhir.

o Pastikan dengan seksama sambungan yang dipilin dan baut dikerjakan

dengan benar, atau baji yang dipakai untuk memasang tiang pada trip atau

penumbuk. JANGAN MENGGUNAKAN PENJEPIT TALI. Ikatkan baut pin

sehingga tidak lepas.

o Pastikan bahwa tangga akses dan panggung dalam kondisi baik.

o Bila menggantung penumbuk pada pemandu, pastikan bahwa cukup

disokong oleh balok atau pengikat tali kawat baja atau cara lain yang

ditentukan oleh pabrik, meskipun tali katrol masih terpasang pada

penumbuk.

o Bila menempatkan tiang, harus diingat bahwa pengangkatannya berat dan

agak sulit, dan harus dijamin keselamatan pekerja setiap saat.

Bila sejumlah tiang harus dipancang dalam kelompok, pemancangan tiang

pertama akan mempengaruhi pemancangan tiang berikutnya. Hal ini khusus

berlaku bila tiang dipancang dalam pasir padat. Pada kondisi demikian, tiap

tiang yang dipancang akan tertanam lebih dangkal dari pada tiang

Page 61: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 39

sebelumnya. Pada umumnya pemancangan kelompok tiang dalam tanah pasir

harus dimulai dengan tiang yang paling dekat pada pusat kelompok,

kemudian berlanjut semakin keluar.

e. Tiang Percobaan

Tiang percobaan adalah tiang yang dipancang sebelum tiang tetap untuk mengetahui

bagaimana perilaku tiang tetap pada waktu pemancangan. Informasi dari tiang

percobaan dapat membantu perencana dalam melengkapi keterangan pemboran dan

penyondiran. Tiang percobaan yang dipancang pada awal kontrak dapat memberi

keterangan kepada engineer dan Kontraktor mengenai panjang tiang yang

direncanakan. Hal ini penting terutama pada waktu tiang beton akan dicetak di tempat.

Tiang percobaan dapat mamastikan panjang pencetakan landasan tiang-tiang dan

apakah diperlukan tambahan panjang untuk penyambungan.

Tiang percobaan seringkali merupakan tiang permanen yang pertama. Kontraktor akan

dibayar sesuai dengan harga satuan untuk pemancangan tiang, dan sebagai extra

untuk pemancangan tambahan yang melebihi permukaan rencana nominal, serta

sambungan dan sebagainya bila diperlukan.

Bila tiang uji tersembul ke atas di atas kedalaman perkiraan akan terjadi penghematan

biaya yang besar untuk pembuatan serta penempatan tiang-tiang sisa.

Bila tiang masuk melebihi kedalaman yang diperkirakan, banyak waktu yang dihemat

dengan meniadakan keperluan penyambungan tiap tiang, karena tiang dapat dicetak

dengan ukuran yang lebih panjang (sampai maksimum 15 meter).

Jelas bahwa penghematan tersebut akan tercapai hanya bila tiang uji ditafsirkan

dengan benar, dan tiang-tiang lainnya berperilaku sama seperti tiang uji.

Bila informasi pengeboran dan penyondiran konsisten pada lokasi itu, Tabel 3.5 dapat

dijadikan pedoman untuk interpretasi tiang percobaan. Harus diingat bahwa untuk tiang

yang dipancang dalam kelompok, tiang pertama akan masuk paling dalam sedangkan

sisanya akan mencuat keatas pada kedalaman lebih dangkal.

Page 62: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 40

Tabel 2.5 - Interpretasi Tiang Uji

R.L. Ujung dari Tiang

Jarak dari Ujung Tiang hingga Kontrak R.L.

Tindakan yang disarankan

Jauh dibawah Kontrak R.L.

Lebih dari 15 m Pertimbangkan kembali informasi pengeboran dari jenis Pondasi.

5 sampai 15 m Periksa informasi pengeboran. Jika kedalaman tambahan dapat dijelas-kan, ambil ujung tiang percobaan sebagai Kontrak baru.

1 sampai 5 m Ambil ujung tiang percobaan sebagai Kontrak RL baru.

Mendekati Kontrak R.L.

Dibawah 1 m sampai diatas 1 m Tidak ada perubahan pada Kontrak R.L.

Diatas 1 sampai 3 m Ambil ujung tiang percobaan sebagai Kontrak RL baru.

Jauh diatas Kontrak R.L.

Pemancangan minimal pada bahan – 5 m

Ambil ujung tiang percobaan sebagai Kontrak RL baru.

Kurang dari 5 m pemancangan pada bahan

Periksa informasi pengeboran. Pertimbangkan kembali jenis pondasi.

2.3.6 TIANG YANG DIBOR DAN DICOR SETEMPAT

a. Umum

Tiang yang dibor adalah tiang yang tidak dipancang (non-displacement), yang

dipasang dengan cara membuang tanah melalui suatu proses pengeboran (lihat Bab

2.3.2.c.ii), kemudian membuat tiang dengan pengecoran beton, atau bahan bangunan

lain, di dalam lubang bor. Bentuk yang paling sederhana yaitu mengebor lubang tanpa

dilapis kemudian mengisinya dengan beton. Akan tetapi seringkali akan timbul masalah

(misalnya kondisi tanah sulit, adanya air dan sebagainya), dan lubang harus diperkuat

sebelum pengecoran, biasanya dengan pemasangan pipa baja.

Pemasangan tiang yang dibor membutuhkan peralatan khusus, dan kebanyakan

pekerjaan ini di sub-kontrakkan kepada kontraktor spesialis pengeboran pondasi.

Terdapat dua sumber permasalahan utama pada tiang yang dibor.

Persoalan pertama adalah pembuatan bored pile pada lokasi tanah yang mudah

longsor. Persoalan ini dapat diatasi dengan memasang pelapis (liner) atau membor

dengan menggunakan cairan pemboran seperti bentonite. Cara pertama lebih umum

digunakan di Indonesia.

Yang kedua adalah pembuatan bored pile pada lokasi tanah yang mengandung batuan

besar. Dalam hal ini penggeboran tidak akan dapat menembus batuan dan diperlukan

sejenis pahat batuan.

Page 63: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 41

Pada tanah yang stabil, suatu lubang yang tidak dilapisi dapat dibor dengan tangan

atau bor mesin.

Jika diperlukan perkuatan, jalinan tulangan ringan dipasang dalam lubang kemudian

dicor dengan beton. Pada beberapa jenis tanah diperlukan casing untuk mendukung

sisi lubang bor.

Atas dasar pertimbangan ekonomi dan kebutuhan mendapatkan hambatan lekat (skin

friction) pada tiang (shaft), biasanya casing akan dicabut pada saat pengecoran atau

sesudahnya. Prosedur ini memerlukan perhatian dan pengerjaan yang sungguh-

sungguh untuk mencegah beton terangkat oleh casing yang dapat menimbulkan

rongga dalam shaft atau masuknya longsoran tanah.

Penulangan pada tiang yang dibor perlu untuk melawan gaya angkat tiang. Jarak

(spacing) antara batang tulangan harus cukup besar sehingga dapat dijamin bahwa

beton tidak terhambat di antara batang.

b. Pengeboran

Berbagai jenis ember (bucket) tersedia untuk dipakai dengan peralatan bor putar. Jenis

standar biasanya mempunyai bukaan berbentuk pisau sekop yang dilengkapi dengan

gigi yang keluar. Ember untuk batu-batuan mempunyai bukaan besar yang dirancang

untuk mengambil batuan yang dipecah oleh naik turunnya alat pemotong (chopping bit)

pada kelly. Seringkali alat bor diluncurkan dari crane, dan suatu alat berbentuk roket

dengan pemecah yang berat digunakan untuk memecah batuan dengan cara

menjatuhkannya pada batuan. Cara lain adalah dengan menggunakan bor khusus

dengan gigi pemotong batu. Cara terakhir ini lebih mahal dan memerlukan unit

penggerak lebih kuat untuk pengeboran.

Meskipun tiang yang dibor dapat dipasang dengan kemiringan, terdapat masalah bila

bor meleset keluar garis di luar ujung pipa. Hal ini akan membuat penarikan bor sulit

dilakukan. Tiang yang dibor biasanya dipasang secara vertikal.

c. Penggalian

Penggalian pada tiang yang dibor biasanya merupakan bagian integral dari proses

pengeboran pada saat mengebor tanah. Tanah dihilangkan dari mata bor spiral dengan

memutarkannya setelah alat ditarik dari tanah. Mata bor menerus akan mengangkut

tanah dari ujung bor ke permukaan tanah tanpa mengganggu proses pengeboran.

Penggalian batuan biasanya dilakukan dengan tangan atau dengan menggunakan alat-

alat yang dipasang khusus.

Page 64: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 42

d. Dasar yang Diperlebar

Beberapa sistem tiang yang dibor memungkinkan dasar tiang diperlebar setelah

pengeboran selesai. Dasar tiang yang diperlebar menambah kapasitas daya dukung

tiang pada fondasi, terutama pada lempung keras (stiff) dan batuan lemah.

Pelebaran dapat dilakukan dengan penggalian tangan atau dengan menggunakan alat

yang dipasang khusus pada mesin bor, yang dilewatkan melalui tabung dan

diameternya mengembang sewaktu menggali di bawah ujung (toe) dari tiang.

Selanjutnya alat dapat ditarik dan dicabut dari tiang. Dasar yang diperlebar di bawah

biasanya diisi beton masif (massa).

e. Rock Socket

Pada lapisan tanah keras, pengeboran dengan mata bor mungkin kurang dapat

dilakukan sehingga perlu digunakan pahat batu khusus untuk mendapatkan penetrasi

yang cukup. Suatu rock socket memberikan tahanan yang tinggi terhadap gaya lateral

dan mungkin diperlukan pada keadaan tertentu (lihat Gambar 2.19).

Gambar 2.19 - Rock Socket untuk Tiang yang Dibor

Page 65: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 43

2.3.7 TANAH YANG SULIT DAN HALANGAN-HALANGAN

a. Tanah Seragam (Uniform) Yang Keras

Lapisan batuan lempung (claystone) dan beberapa shale yang dapat dibor dengan

mudah, mungkin sukar untuk dipancang. Dalam hal demikian pengeboran

pendahuluan (pre-boring), merupakan prasyarat pemancangan tiang.

b. Kerikil

Kerikil aluvial atau kerikil berlapis lempung-pasir mungkin sukar ditembus dengan

tiang pancang, dan mungkin memerlukan pemboran pendahuluan dengan peralatan

khusus dan penggunaan pelindung (casing) sementara atau yang dapat ditinggal

pada lubang untuk mencapai kedalaman yang diperlukan. Bahan tersebut mungkin

juga memerlukan pemecahan khusus untuk pemancangan, misalnya perubahan tiang

pancang beton menjadi baja, atau penggunaan tiang dicor setempat (cast-in-situ)

c. Pasir

Pasir murni dapat merupakan bahan yang paling sukar ditembus dengan tiang

pancang. Metoda penyemprotan (jetting piles) tiang mungkin satu-satunya pemecahan

untuk mencapai kedalaman yang ditentukan.

d. Kayu yang Tertanam

Adanya balok kayu yang tertanam di dalam tanah diketahui bila terjadi tiang naik

kembali pada waktu pemancangan. Kayu tersebut perlu dipindahkan atau dapat

dipecah dengan pahat (chisel) baja yang berat. Dalam kondisi tertentu, kayu dapat

dipecahkan dengan ledakan kecil. Pilihan terakhir adalah memindahkan tiang pondasi

untuk menghindari halangan tersebut.

e. Floater (Batuan yang Terpisah)

Floater adalah batuan keras terpisah yang bukan bagian dari strata itu. Jalan untuk

mengatasi halangan ini adalah sama dengan untuk kayu yang tertanam.

f. Gaya Geser Negatif (Down Drag)

Gaya geser negatif terjadi pada tiang setelah pemancangan bilamana tanah

disekitarnya turun relatif terhadap tiang. Biasanya penurunan dapat bertambah bila

timbunan pada embankment ditambah setelah pemancangan tiang melalui

embankment itu selesai. Gaya geser negatif dapat juga terjadi jika permukaan air

tanah turun. Gaya geser negatif cenderung mengurangi kapasitas beban maksimum

Page 66: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 44

yang diizinkan pada tiang. Penimbunan tanah pada kepala jembatan harus

diselesaikan jauh sebelum pemancangan tiang.

g. Terangkat (Heave)

Pemancangan tiang dalam kelompok dapat menyebabkan permukaan tanah terangkat,

selain itu akan menyebabkan uplift pada tiang akibat pemancangan dari tiang-tiang di

sampingnya.

Pemeriksaan ketinggian harus dilakukan pada tiap tiang setelah pemancangan dan

sekali lagi setelah pemancangan tiang-tiang yang berdekatan. Bila ada tiang yang

terangkat dengan ketinggian yang berarti, tiang itu harus dipancang kembali sesuai

dengan kedalaman aslinya.

2.4. PONDASI CAISSON

Pondasi sumuran adalah suatu bangunan yang merupakan bagian dari pekerjaan

permanen dan terdiri atas satu atau lebih sumur vertikal. Pondasi ini terbuat dari baja,

beton bertulang, atau bagian-bagian beton pracetak yang ditegangkan secara bertahap

menjadi satu.

2.4.2. UMUM

Beton biasanya digunakan karena beratnya dapat membantu menurunkan struktur ini

sampai pada kedalaman yang diperlukan.

Sebagian besar pondasi caisson di Indonesia berupa konstruksi beton yang dicor di

tempat dengan dinding yang relatif tebal menurut segmen-segmen dengan ukuran

tinggi 1,5 hingga 2,5 meter, diameter luar 2,5 meter dan diturunkan dengan menggali

sedikit demi sedikit di bawah dasarnya. Berat beton pada sumuran memberikan gaya

vertikal untuk mengatasi gesekan (friction) antara tanah dengan beton, dan dengan

demikian caisson dapat turun.

2.4.3 BETON YANG DICOR SETEMPAT

a. Pematokan

Ketepatan pematokan pada sumuran sangat penting karena tempat yang digunakan

oleh sumuran sangat besar. Akibat kesalahan pematokan, bersama-sama dengan

Page 67: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 45

kemiringan yang terjadi pada waktu sumuran diturunkan, dapat menyebabkan sumuran

itu berada di luar daerah kepala jembatan atau pilar. Hal ini merupakan tambahan

pekerjaan untuk memperbesar kepala jembatan atau pilar, dan akan meneruskan

beban vertikal dari bangunan atas kepada bangunan bawah secara eksentris.

Garis tengah memanjang jembatan dan garis tengah melintang dari sumuran harus

ditentukan dan dioffset sejauh jarak tertentu untuk memastikan bahwa titik-titik

referensi tersebut tidak terganggu pada saat pembangunan sumuran.

Harus diperhatikan penentuan letak tiap segmen untuk memastikan bahwa segmen

baru akan mempunyai alinemen yang benar sepanjang sumbu vertikal. Hal ini

penting terutama pada waktu suatu segmen ditambahkan pada sumuran yang tidak

(keluar dari) vertikal. Secara ideal, kemiringan ini harus diperbaiki sebelum

penambahan segmen berikutnya.

b. Penggalian Pendahuluan

Setelah pekerjaan pematokan selesai, dilakukan penggalian pendahuluan untuk

memberikan jalan awal melalui mana sumuran akan diturunkan. Sisi-sisi galian ini

harus sedapat mungkin vertikal.

c. Pencetakan Segmen-segmen Beton

Cukup banyak bagian beton yang harus dicetak terlebih dahulu untuk memungkinkan

sumuran dapat mulai turun. Balok kayu harus ditempatkan secara radial (keluar dari

pusat) di bawah sisi miring (cutting edge) sumuran, dan segmen-segmen beton

ditambahkan sampai balok dekat pusat sumuran mulai terangkat.

Permukaan luar dari beton harus dibuat sehalus mungkin.

d. Penggalian

Bila sumuran akan diturunkan dan dipasang di daratan, pembuatan cincin sumuran

dilakukan di atas acuan kayu yang dapat dilepas jika penurunan akan dimulai. Struktur

dibuat di atas tanah sampai kayu penyangga (yang diatur secara radial/terpusat)

memperlihatkan tanda-tanda terangkat. Pengambilan kayu kemudian dilakukan dengan

urutan berselang-seling (staggered) untuk menghindari penurunan yang tidak merata,

dan dilakukan secara hati-hati karena gerakan yang tiba-tiba dari kayu dapat

membahayakan. Penggalian dilanjutkan dengan tangan sehingga sumuran turun

secara merata pada seluruh bidang luasnya.

Dalam hal sumuran diturunkan dalam air, sumuran harus dibuat sebagian, kemudian

diluncurkan dan ditempatkan pada posisi yang benar. Sumuran kecil dapat dibuat pada

Page 68: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 46

perancah bangunan di lokasi, kemudian diturunkan ke air menggunakan suspension

tackle agar proses penurunan dapat dikendalikan.

Penggalian harus berlangsung secara seragam sekeliling sumuran. Kontraktor harus

memastikan bahwa telah cukup diadakan pengaturan untuk mengangkut tanah dari

dalam sumuran. Jalan naik (ramp) dan jalan setapak yang sesuai harus disediakan.

Lebih baik bila material dapat diangkut ke daerah pembuangan tanpa penanganan dua

kali.

Penggalian berlebihan di bawah ujung sumuran harus dihindari. Penggalian Material

hanya diperlukan secukupnya untuk memungkinkan sumuran turun.

Cara penggalian yang biasa dilakukan dengan menggunakan tenaga manual serta

sistem tali dan ember (buchket) untuk menggali bagian dalam sumuran. Pemompaan

air dari sumuran dilakukan dengan menggunakan pompa yang memadai yang

diletakkan di atas sumuran.

Ketegakan (verticality) dari sumuran harus selalu diperhatikan, terutama pada tahap

awal, oleh karena lebih mudah meluruskannya daripada bila sumuran telah semakin

dalam. Jika sumuran miring ke satu sisi, galian harus dilakukan pada sisi yang tinggi

sampai sumbu sudah lurus lagi, tetapi harus dijaga agar sumuran tidak terguling dari

sisi ke sisi lain karena koreksi yang berlebihan dari kemiringan-kemiringan kecil.

Alinemen sumbu yang benar pada tiap-tiap penambahan ketinggian diperoleh dengan

pematokan yang tepat.

Sumuran kadang-kadang dilaksanakan dengan mula-mula menggali lobang hingga

kedalaman yang diperlukan. Cincin Sumuran kemudian dibentuk pada kedua sisinya

dan digunakan untuk membuat lantai kerja dan beton cyclop. Satu masalah yang

berhubungan dengan cara ini adalah memastikan stabilitas tebing galian pada saat

pekerja sedang bekerja di dalam lobang galian.

Jika lubang digali dengan hati-hati untuk memperkecil kemungkinan longsor, tidak

perlu membentuk bagian luar sumuran, dan beton dapat dicor langsung pada galian.

Cara ini lebih dikehendaki daripada membentuk bagian luar sumuran dan pengisian

(backfilling) ruang antara sumuran dan tanah.

Dalam beberapa kasus telah dijumpai bahwa konstraktor menggali fondasi sumuran

pada batuan keras. Pada kondisi demikian harus dipertimbangkan jenis fondasi

telapak, yang dikunci pada batuan dengan kunci geser atau dengan menggunakan

batang dowel, akan lebih mudah daripada membuat sumuran pada batuan.

Pengawas harus memastikan bahwa dasar sumuran telah diperiksa kedatarannya pada

saat penggalian telah selesai, dan sebelum pengecoran beton dimulai oleh kontraktor.

Page 69: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 47

e. Pengeluaran Air

Pengeluaran air harus dilakukan dengan menggunakan pompa dengan kondisi yang

baik. Penting diperhatikan bahwa pembuangan air harus cukup jauh dari sumuran

untuk mencegah erosi di luar sumuran. Talang, pipa, atau lebih baik selang yang lentur

digunakan untuk mengalirkan air ke luar. Kontraktor harus memiliki sekurangnya

sebuah pompa cadangan untuk menjaga terhadap terjadinya kerusakan.

g. Menambah Segmen Beton

Segmen tambahan digunakan bila diperlukan, untuk memberikan beban vertikal

tambahan atau pada saat sumuran hampir mendekati perrnukaan tanah yang ada.

Penulangan harus dibuat menerus sepanjang ketinggian sumuran dan batang tulangan

dengan panjang secukupnya harus dibiarkan keluar segmen untuk memungkinkan

penyambungan batang berikutnya dengan baik.

Konstruksi sambungan antar segmen harus dibentuk sehingga tidak terjadi alinemen

yang salah antara bidang atas dan bawah. Hal ini memerlukan standar acuan yang

lebih tinggi dari pada yang biasa digunakan dalam pembuatan sumuran.

Page 70: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 1

BAB III

KONSTRUKSI BETON

3.1 UMUM

Bab ini meliputi aspek-aspek mengenai beton dari persiapan acuan dan pemasangan

penulangan pada posisinya sampai pengecoran dan perawatan beton pada acuannya.

3.2. ACUAN DAN PERANCAH

Plastisitas beton muda memungkinkan beton itu untuk dibentuk menjadi suatu bentuk

struktur yang diinginkan. Adanya ketidak tepatan atau kegagalan acuan akan terlihat

pada struktur beton yang dihasilkan. Oleh karena itu penting untuk merancang dan

membuat acuan yang akurat sehingga ukuran, bentuk, posisi dan penyelesaian struktur

yang dicor dapat dicapai.

3.2.1. UMUM

Acuan sendiri adalah bangunan sementara yang diperlukan untuk memikul, selain

beratnya sendiri, beban dan tekanan dari beton baru yang diletakkan dan beban-beban

konstruksi seperti: bahan-bahan, peralatan dan pekerja. Acuan harus dirancang dan

dibangun untuk memikul semua beban ini tanpa adanya kerusakan atau lendutan yang

berlebihan.

3.2.2 ACUAN

a. Perencanaan

Sekali beban telah diperhitungkan, acuan direncanakan dengan menggunakan metode

perencanaan kayu konvensional. Bila sifat-sifat kayu tidak diketahui, perkiraan dari

tegangan-tegangan yang diijinkan, modulus elastisitas, dan sebagainya harus dibuat.

Disayangkan bahwa akan terdapat kemungkinan ketidak tepatan yang tinggi kecuali

jika golongan kayu diketahui.

Perencanaan harus dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perencanaan Jembatan Bina

Marga yang baru atau NI - 5 (PKKI 1961 ) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia.

Page 71: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 2

b. Bahan-bahan

Kualitas dari bahan acuan akan menentukan suatu tingkat kualitas dan penyelesaian

beton seperti bentuk, penyelesaian akhir permukaan dan sebagainya.

Acuan untuk permukaan yang terlihat (bagian depan kepala jembatan, beton pinggir

jalan, bagian luar tembok sayap dan sejenisnya) harus dilapis plywood:

Kayu yang dipakai sebagai penopang dan penjepit bermacam-macam kualitasnya dan

sering terlalu kecil ukurannya untuk mengatasi kelebihan lendutan.

Kontraktor tidak sering menggunakan suatu sistem penguat acuan (untuk menahan

gaya horizontal dalam acuan) tetapi mengandalkan pada penopang luar.

c. Konstruksi

Langkah pertama pada pembuatan acuan adalah: Kontraktor harus menyiapkan dan

menyerahkan satu set gambar kerja kepada Konsultan Supervisi.

Kontraktor harus memperhatikan ketentuan pada Spesifikasi Teknik sehubungan

dengan:

Material

Desain

Persiapan acuan untuk pengecoran

Pembongkaran acuan

Penyelesaian beton yang tampak/expose

Pemeriksaan terhadap acuan

Persetujuan yang diperlukan sebelum pengecoran, pembongkaran

acuan dan sebagainya.

Gambar-gambar pelaksanaan harus terperinci (di mana dapat diterapkan) :

Nilai-nilai asumsi dari beban hidup

Kecepatan pengecoran beton dan urutannya

Suhu beton

Tinggi jatuh beton kedalam acuan

Berat dari peralatan bergerak yang beroperasi

Diagram lawan lendut

Material acuan

Ukuran, panjang, toleransi dan detail sambungan

Angker, penopang dan penguat

Penyesuaian lapangan dan acuan pada waktu pengecoran beton

Penahan air, keyway dan insert yang diperlukan untuk pemasangan

kemudian daripada bahan pelaksanaan.

Perancah kerja dan jembatan kerja

Page 72: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 3

Weephole atau lubang vibrator dimana perlu

Screed dan grade strip dan pendukungnya

Pelat pembongkar, dimana pembongkaran dapat merusak beton.

Detail dari ikatan dan spreader, termasuk pembongkarannya

Lubang pembersihan dan lubang sementara untuk pengecoran beton.

Sambungan pelaksanaan, sambungan kontrol dan sambungan

pemuaian

Strip alur untuk sudut-sudut yang tampak

Penyediaan fondasi untuk acuan, misalnya pelat alas

Lapisan acuan atau lapisan khusus

Catatan mengenai saluran dan pipa yang tertanam

Detail dari penopang

Penyediaan khusus untuk keamanan dan perlindungan dari debu,

matahari, api dan sebagainya.

d. Pengawasan

Pekerjaan pengawas termasuk empat kategori:

1 . Pengendalian - Pengawas harus memastikan bahwa semua acuan dibuat

sesuai dengan Spesifikasi Teknik dan gambar pelaksanaan, dan ia harus

memeriksa bahwa semua ukuran masuk dalam batas-batas toleransi yang

diijinkan.

2. Perencanaan - Kontraktor harus merencanakan pekerjaan sehingga dapat

tercapai program yang efisien dari perakitan, pengecoran, pembongkaran dan

pemasangan kembali, dan Konsultan Supervisi harus memeriksa usul-usul

Kontraktor.

3. Keamanan - Pengawas harus memastikan bahwa Kontraktor mengambil

tindakan keamanan yang cukup untuk melindungi pekerja. Beberapa

kekurangan yang dapat menimbulkan kegagalan acuan adalah sebagai berikut:

Pembongkaran acuan atau penopang yang terlalu dini

Penguat yang kurang memadai

Kegagalan untuk mengontrol tingkat pengecoran beton pada acuan yang

dalam

Kegagalan untuk mengatur pengecoran beton pada acuan horizontal

secara benar, untuk mencegah pembebanan yang tidak seimbang

Kegagalan memeriksa footing perancah untuk mencegah penurunan

pada tanah yang tidak stabil.

Page 73: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 4

Kegagalan memeriksa acuan pada waktu pengecoran untuk mendeteksi

adanya lendutan abnormal atau tanda-tanda akan terjadinya kegagalan

mendatang.

Kegagalan persiapan terhadap tekanan lateral pada acuan.

Penopang tidak lurus/tegak

Kurang persiapan terhadap gaya pengangkatan (uplift)

Kawat/tali yang rusak pada pengikat atau penopang

Kegagalan memeriksa apabila gambar-gambar ditafsirkan dengan benar

Under design

4. Pengerjaan - Selain ketepatan ukuran secara umum dan keamanan, beberapa

hal mengenai pengerjaan yang perlu diperhatikan adalah:

Ruas sambungan atau sambungan pada selubung, panel kayu lapis dan

penguat harus berselang-seling.

Harus terdapat jumlah dan tempat yang benar dari batang pengikat atau

penjepit.

Batang pengikat atau penjepit harus dikencangkan dengan benar karena

penggetar beton dapat mudah melepaskan sambungan yang diikat

Penyambungan penopang dan penahan pada joint, stringer dan wales

harus cukup untuk melawan gaya angkat (uplift) atau puntiran pada

sambungan.

Lapisan penutup acuan harus dipasang sebelum penempatan

penulangan dan tidak boleh digunakan dalam jumlah sedemikian rupa

sehingga mengenai batang tulangan.

Bulkhead untuk ruas sambungan sebaiknya dibuat dengan membelah

bulkhead pada garis arah penulangan yang melaluinya sehingga tiap

bagian bulkhead dapat diletakkan dan diambil secara terpisah.

Insert dengan pengecilan ujungnya yang membentuk keyway pada

sambungan susut harus dibiarkan tetap ditempat pada waktu acuan

dibongkar, dan diambil setelah beton telah dirawat secukupnya.

Insert kayu untuk treatment arsitektur harus dibelah sebagian dengan

gergaji sehingga memungkinkan pemuaian/mengembang (swelling)

tanpa memberi tekanan pada beton.

Pembebanan pada pelat baru harus dihindari pada hari pertama setelah

pengecoran.

Acuan tidak boleh diperlakukan dengan kasar atau dibebani berlebih jika

hendak dipakai kembali.

Page 74: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 5

Untuk mempermudah pengambilannya, pengecilan pada insert harus

sekurangnya 1 banding 10.

e. Persiapan Acuan Untuk Beton

Pembersihan

Segala debu, adukan, serpihan kayu, serbuk gergaji dan sebagainya harus dibuang

dari acuan sebelum pengecoran dimulai. Jika dasar acuan tidak dapat dijangkau, harus

disediakan lubang-lubang pembersih pada titik-titik yang sesuai sehingga dapat

dilakukan pembersihan tersebut. Suatu semprotan udara atau air seringkali dapat

dipakai secara efektif untuk menghilangkan kotoran. Semua lubang pembersih tersebut

harus ditutup dengan hati-hati setelah membersihkan acuan.

Pemakaian Bahan Pelepas (Minyak Acuan)

Sebagian besar bahan acuan memerlukan lapisan bahan pelepas pada permukaan

yang akan terkena beton. Berikut adalah persyaratan untuk bahan pelepas:

Dapat bertindak sebagai campuran pemisah untuk memudahkan pelepasan

acuan dengan mudah tanpa lekatan beton pada permukaannya.

Dapat bertindak sebagai penutup (sealer) sehingga mencegah acuan

menyerap air beton.

Tidak akan melunturkan atau merubah bentuk permukaan beton.

Tidak akan meninggalkan bahan pada permukaan yang akan mencegah

adhesi (lekatan) dari plester, cat atau bahan lain yang diberikan kemudian.

Tidak akan mengurangi umur efektif dari acuan.

Terdapat beberapa bahan seperti pelapis plastik yang tidak memerlukan bahan

pelepas, dan bahan lain yang hanya memerlukan pembasahan untuk memudahkan

pelepasan. Akan tetapi untuk sebagian besar bahan akan lebih mudah bila memakai

bahan pelepas yang sesuai.

Jenis jenis Bahan Pelepas

Bahan pelepas (juga dikenal sebagai minyak acuan atau minyak cetakan) pada

umumnya berupa minyak murni (neat oil), krem cetakan (air yang diemulsi menjadi

wahana minyak), emulsi yang larut air (minyak yang diemulsi menjadi wahana air) atau

minyak murni (neat oil) dengan bahan tambahan (bahan surfacing atau wetting).

Minyak acuan yang terdapat di pasaran untuk acuan kayu harus mampu menembus

kayu secukupnya, dengan hanya meninggalkan bekas yang sedikit berminyak pada

permukaan.

Page 75: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 6

Kayu keras dapat mengandung tannin sehingga menyebabkan pengerasan tertunda

(retarded). Bila kondisi ini terlihat, dapat diperbaiki dengan memberikan bilasan semen

sebelum menggunakan lapisan minyak acuan.

Selain minyak acuan yang dijual bebas, minyak diesel atau minyak linseed yang diberi

minyak tanah dapat dipakai untuk acuan kayu lapis. Kayu lapis dapat diberi lapisan

shellac, pernis, produk dengan dasar resin, atau campuran plastik yang hampir

seluruhnya menghilangkan air dari kayu lapis, sehingga mencegah serat naik. Lapisan

demikian hanya memerlukan pemberian minyak yang sedikit.

Acuan Baja

Minyak acuan yang dapat digunakan dengan baik pada kayu mungkin tidak selalu

cocok untuk acuan baja. Minyak acuan dengan dasar parafin, dan minyak berdasar

minyak bumi (petroleum) dicampur dengan minyak sintetis, silikon atau grafit, telah

berhasil digunakan dengan baik.

Pemberian Lapisan

Lapisan permukaan harus diberikan pada permukaan yang bersih dan halus dengan

cara-cara seperti dirol, disemprot, dilap dan sebagainya, tergantung pada jenis

pelapisnya. Penutupan harus secara penuh dan seragam untuk pelepasan dan

penampilan yang baik. Tidak diperbolehkan adanya lapisan berlebih untuk melunturi

beton. Minyak acuan yang sangat encer tidak boleh dipakai dalam cuaca panas pada

acuan vertikal yang kedap air seperti baja karena minyak cenderung mengalir,

mengakibatkan adhesi dipuncak dan minyak berlebih pada bagian bawah.

Bilamana mungkin, acuan harus dilapisi sebelum pemasangan. Jika hal ini tidak

mungkin, pemberian lapisan harus mendahului penempatan penulangan sehingga baja

bebas dari bahan pelapis. Permukaan beton pada sambungan pelaksanaan juga harus

bebas dari minyak acuan.

f. Penyesuaian Acuan

Sebelum Pengecoran :

1 . Alat-alat harus dipasang pada acuan yang ditopang dan ditempat lain

seperlunya, untuk memudahkan deteksi dan pengukuran gerakan pada acuan

pada waktu pengecoran.

2. Baji yang dipakai untuk alinemen akhir sebelum pengecoran harus dipasang

tetap pada posisinya (misalnya dengan pemakuan) setelah pemeriksaan akhir.

Page 76: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 7

3. Peralatan penyesuaian (baji atau dongkrak) harus disediakan untuk

memungkinkan alinemen kembali atau penyesuaian kembali pada perancah bila

terjadi penurunan atau pergeseran yang berlebih.

Biasanya akan sangat sulit/hampir tidak mungkin untuk meluruskan kembali pada

acuan yang mengandung beton.

Pada Waktu dan Setelah Pengecoran

Kerataan (level), lawan lendut dan ketegakan dari acuan harus selalu diperiksa serta

harus segera dibuat - penyesuaian-penyesuaian. Pada waktu pengecoran, penting

untuk menugaskan seorang tukang kayu untuk selalu memperhatikan acuannya,

mengencangkan baji, menyesuaikan penguat dan mencari titik-titik lemah. la harus

dapat bertindak cepat bila terjadi keadaan darurat.

Bila pada waktu pengecoran terjadi kelemahan dan perancah mengalami penurunan

berlebih atau perubahan bentuk sebelum kelemahan dapat dikoreksi, pekerjaan harus

dihentikan, bangunan yang terpengaruh harus dipindahkan bila rusak, dan kemudian

perancah harus diperkuat.

g. Penyelesaian luar Acuan

Biasanya akan ekonomis bila bahan struktur acuan disiapkan juga untuk penyelesaian

permukaan. Jika diperlukan ciri-ciri khusus seperti kehalusan, pola, tekstur, detail kecil

dan sebagainya yang diperlukan pada penyelesaian, harus memperhatikan dengan

benar pemilihan material acuan dan konstruksi acuan.

Permukaan kontak sangat penting pada penyelesaian luar acuan. Bahan pelapis atau

selubung yang dipakai menentukan ciri-ciri permukaan.

Permukaan Halus

Kebanyakan bahan penutup dan pelapis tersedia dengan kelas yang cukup halus untuk

dapat membentuk permukaan beton yang bebas noda. Pilihan yang tepat akan minyak

acuan atau pelapis sangat penting untuk menghasilkan kehalusan yang diinginkan.

Jika permukaan harus bebas dari bekas-bekas penutup, sambungan antara papan

atau panel harus diisi atau ditutup. Hampir tidak mungkin untuk menghilangkan bekas-

bekas yang terjadi oleh penyambungan panel yang halus dari acuan. Jika acuan atau

pelapis dapat menutupi seluruh jarak antara sambungan kontrol, sambungan antara

unit-unit akan kurang terlihat.

Page 77: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 8

h. Lantai Acuan Gelegar Baja

Suatu metode yang dapat diterima yang menggunakan sistem bentuk pengikatan

dimana komponen yang terdekat dengan permukaan beton dapat diambil dan lubang

yang terbentuk diisi dengan beton seperti terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 - Sistim Bentuk Kerb Yang Dapat Diterima

Suatu metode umumn tetapi tidak memuaskan untuk acuan kerb bergantung pada

gelegar baja jembatan seperti terlihat pada Gambar 3.2

Metode ini tidak boleh digunakan seperti halnya kawat yang menghubungkan

permukaan beton ke 'shear connector' menjadikan sebagai jalan rembesan

kelembaban ke dalam beton dan akan terjadi karbonisasi beton dan membuat korosi

pada penulangan lantai kendaraan.

Gambar 3.2 – Sistim acuan kerb yang salah

Page 78: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 9

i. Bahan untuk Acuan

(a) Kayu lapis (plywood) tahan air untuk pemakaian luar (exterior) adalah bahan

acuan kayu yang terbaik. Biasanya permukaan bahan ini mempunyai plastik

sehingga menghasilkan permukaan yang halus dan mempunyai ketahanan.

Dengan cara penggunaan yang hati-hati bahan ini dapat dipakai kembali hingga

20 kali. Plywood harus diluruskan dengan alur pada papan luar tegak lurus

terhadap stud atau sambungan untuk kekuatan dan kekakuan yang maksimum.

(b) Papan kayu juga dipakai sebagai permukaan acuan tetapi tidak menghasilkan

permukaan yang baik pada beton setelah dilepas. Papan yang digunakan di

Indonesia sering mempunyai lebar tidak seragam dan sulit untuk ditutup (seal).

(c) Acuan kayu tepi. Acuan tepi yang non-struktural dapat digunakan pada acuan

kayu bangunan (struktural). Tipe demikian termasuk hard board kayu ( 6 mm )

dan lapis tahan air yang dipakukan pada papan penahan dengan paku kepala

datar. Ini merupakan alternatif yang praktis untuk (a) diatas bilamana papan

kayu dipakai untuk acuan pelat lantai.

(d) Papan Partikel Tahan air (200 mm). Bahan ini lebih murah daripada acuan lapis

tetapi jumlah pemakaian kembali sangat terbatas. Seharusnya tidak dipakai

untuk acuan permukaan yang tampak, dimana diperlukan penyelesaian

permukaan yang halus.

(e) Acuan Baja. Sering kali dibuat dengan sasaran tertentu (purpose built) di mana

diharapkan pemakaian kembali dalam frekwensi yang besar, sampai 200 kali

atau lebih, dan biayanya dapat seimbang. Bila penyelesaian permukaannya

diutamakan, baja tersebut harus disemprot (blast) dengan ringan dan dirawat

untuk mencegah berkaratnya baja.

Baja atau pelat untuk acuan masih mempunyai lendutan, yang semakin besar oleh

pemakaian yang berulang-ulang. Baja memantulkan dengan jelas faktor-faktor seperti

jarak antara stud, las tack, las pelat, angka/huruf yang dicat atau ditulis pada

permukaan, dan setelah pemakaian kembali juga pola serpihan sisik pabrik akan

tampak pada beton. Hal demikian lebih jelas terlihat bilamana cahaya menyinari

permukaan beton atau dipantulkan dari air.

Untuk mendapatkan hasil yang balk, detail praktis berikut harus diperhatikan:

Lembaran dengan bentang bersih lebih dari 300 mm disarankan untuk tidak

digunakan pada pekerjaan yang dituntut berkualitas baik.

Pengelasan harus sesedikit mungkin.

Semua pengelasan harus dilakukan dengan batang las berkualitas sangat ringan.

Pengelasan dilakukan dengan urutan yang memperkecil distorsi.

Perlu diingat bahwa lembaran atau pelat baja tidak selalu datar sama sekali.

Page 79: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 10

Perekatan di antara acuan baja sulit dilakukan. Mungkin perlu menggunakan pita

perekat dari karet.

Perlu digunakan larutan pelepas (release agent) yang mencegah karat.

Beberapa macam panel baja serbaguna tersedia di pasaran. Salah satu jenis adalah

panel acuan dinding dan pelat serba guna, terdiri dari kayu lapis disisipkan dalam

rangka baja dan yang dapat diganti. Sistem ini telah banyak digunakan pada konstruksi

dinding penahan tanah dan cocok digunakan untuk pembentukan daerah yang luas,

datar, tidak terganggu di mana sambungan diperbolehkan.

j. Melepaskan dan Menggunakan Kembali Acuan

Acuan sebaiknya dibuat dalam bentuk panel-panel untuk memudahkan penanganannya.

Acuan harus diberi cukup baji dan pita untuk memudahkan pembongkaran sehingga

dapat dilakukan tanpa merusak beton. Bila mungkin, acuan harus tetap lurus pada saat

digunakan kembali.

k. Pengikat Acuan (ties)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan terhadap pengikat acuan adalah :

Persyaratan kekuatan

Perkiraan pemakaian kembali

Kemudahan serta kecepatan memasang dan membongkar

Pengaruh penyelesaian permukaan.

Pengikat acuan harus dilepas sama sekali, atau tidak boleh meninggalkan sisa bagian

logam dalam batas 40 mm dari permukaan, atau dalam batas selimut beton yang

disyaratkan, diambil yang lebih besar. Pengikat acuan yang lazim (tipikal) dapat dilihat

pada Gambar 3.3

Pada permukaan lebar seperti pada tembok penahan atau pilar, pengikat harus diberi

jarak antara yang teratur supaya tampak simetris.

Page 80: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 11

Gambar 3.3 - Pengikat Acuan Tipikal

l. Larutan Pelepas (release agent)

Acuan harus dilumuri secara tipis, larutan pelepas sebelum atau sesudah acuan itu

dipasang, tetapi harus sebelum pemasangan tulangan. Minyak untuk acuan tidak boleh

mengenai tulangan atau permukaan beton pada konstruksi sambungan. Hanya minyak

dan pelumas yang telah disetujui kesesuaiannya dapat digunakan untuk acuan beton.

Sebagian besar minyak dan pelumas untuk pemakaian umum tidak dapat digunakan

karena mengandung zat yang dapat merusak beton.

Harus dihindari pemakaian minyak acuan yang terlalu banyak karena ini dapat

menyebabkan penumpukan minyak pada beberapa bagian acuan.

Page 81: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 12

m. Pembongkaran dan Pembersihan

Acuan tidak boleh dibongkar sampai beton telah mencapai kekuatan yang disyaratkan,

yang ditentukan melalui pengujian, atau setelah melampaui jangka waktu tertentu.

Acuan harus selalu dibersihkan, diminyaki dan ditumpuk dengan hati-hati pada waktu

tidak dipakai. Dengan cara yang sama, peralatan acuan lainnya harus diperiksa

terhadap adanya kerusakan, harus diminyaki dan disimpan dalam drum-drum.

3.2.3 SAMBUNGAN (JOINT)

Sambungan antara panel acuan harus rapat air. Jika tidak, kemungkinan akan terjadi

kehilangan kelembaban yang mengakibatkan keropos (honey comb) pada permukaan

beton.

Detail sambungan harus memperhitungkan hal-hal sebagai berikut:

(a) Merekat pinggir kayu lapis (plywood) dengan perekat dan menekan rapat-rapat

sambungan satu sama lain.

(b) Penggunaan pita pengisi sambungan atau produk paten lainnya yang sesuai, yang

menekan secara keras pada rakitan acuan dan oleh karena itu menutupi setiap

ketidak teraturan kecil pada bidang batas.

(c) Bergeraknya konstruksi acuan tersebut akibat tekanan pengerasan beton tidak

boleh merenggangkan sambungan.

(d) Ujung panel yang menonjol harus diperkaku secara merata, sehingga salah satu

sisi sambungan tidak melendut lebih dari yang lainnya pada waktu pengecoran.

Pita (tape) pengisi harus bersifat tidak menyerap (non-absorbent) dengan busa sel

tertutup. Pita dapat mempunyai perekat pada satu sisi dengan penutup kertas atau

plastik. Pemasangan pita pengisi yang umum terdapat pada Gambar 3.4

Page 82: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 13

CORRECT POSITIONING OF FILLER TAPES

Gambar 3.4 - Pemasangan tape pengisi yang umum

3.2.4 PERANCAH

Persoalan-persoalan (kekurangan yang terdapat pada desain perancah) sering

berhubungan dengan persoalan pondasi. Konsultan Supervisi harus memastikan

bahwa Kontraktor telah merinci pada gambar rencana perancah cara pemindahan

beban dari perancah ke dalam tanah.

Perancah pada tanah lanau sungai harus dibangun sedemikian rupa sehingga tidak

melebihi daya dukung dari lanau. Hal ini memerlukan penggunaan pondasi mat yang

besar atau bahkan pondasi tiang. Kontraktor diminta harus memikirkan cara

pembuatan perancah pada tahap awal proyek, sehingga dapat mengambil manfaat

dari adanya peralatan yang dibawa ke lokasi untuk keperluan pemasangan kepala

jembatan atau tiang pilar.

Lendutan berlebih pada perancah adalah umum, dan Konsultan Supervisi harus

memastikan bahwa ukuran serta jarak antara dari komponen perancah telah

diperiksa dengan cukup. la harus memastikan bahwa Kontraktor memenuhi

Spesifikasi Teknik dalam hal ini. Tanggung jawab untuk desain dan pemasangan

perancah yang benar. berada dipihak Kontraktor, tetapi Konsultan Supervisi dapat

membantu dengan mengadakan pemeriksaan terhadap usulan-usulan Kontraktor.

Page 83: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 14

3.3. PENULANGAN

Penulangan pada konstruksi beton adalah berupa bahan baja yang harus

memenuhi ketentuan mengenai bahan.

3.3.1. BAHAN-BAHAN

Penulangan untuk jembatan biasanya dipasok sesuai dengan persyaratan di dalam

AASHTO M 311 M (ASTM A 615).

Penulangan lain disediakan sesuai dengan persyaratan dari standar berikut:

ASSHTO M 225 (ASTM A 496) Deformed Steel Wire for Concrete Reinforcement

AASHTO M 32 (ASTM A 82) Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement

AASHTO M 55 (ASTM A 185) Welded Steel Wire Fabric for Concrete Reinforcement

Baja tulangan yang digunakan harus bebas dari kerak lepas, adukan, karat lepas

atau tebal, atau bahan melekat lainnya.

Meskipun batang ulir lebih baik daripada batang polos untuk penulangan kebanyakan

proyek di Indonesia menggunakan batang polos untuk semua penulangan.

Penggunaan batang polos untuk ukuran sampai dengan dan termasuk diameter

berukuran 10 mm dapat diterima.

3.3.2 PENGIRIMAN BAJA

Sebelum pengiriman diterima, harus diperiksa hal-hal berikut:

• Diameter, bentuk, kuantitas tiap jenis, dan jenis bahan yang benar.

• Kerusakan pada batang pada waktu penanganan dan pengangkutan.

• Kebersihan dan kondisi karat.

3.3.3. PENUMPUKAN DI LOKASI

Semua penulangan harus ditumpuk bebas dari tanah pada kayu atau rak dengan

cukup penopang untuk menghindari pembengkokan dan pemuntiran. Harus dicegah

adanya lumpur, minyak, cat dan lain-lain. Penumpukan harus diatur menurut ukuran

dan panjang dengan semua batang yang serupa diberi label dan dikelompokkan

bersama.

Page 84: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 15

3.3.4. PEMBENGKOKAN DI LOKASI

Pembengkokan harus dilakukan secara perlahan-lahan dengan gerakan yang lambat

dan teratur. Pemanasan batang untuk memudahkan pembengkokan hanya boleh

dilakukan dengan persetujuan Engineer. Ukuran yang ditentukan harus dipenuhi,

dengan toleransi tertentu.

3.3.5. PEMBERSIHAN SEBELUM MENGECOR DALAM ACUAN

Karat permukaan yang ringan atau cacat ringan tidak merupakan masalah sehubungan

dengan pelekatan pada beton. Akan tetapi karat permukaan yang berat, seperti yang

diakibatkan oleh penumpukan pada tanah untuk jangka waktu lama, harus dihilangkan

sebelum dipakai. Batang dengan karat yang parah dan dalam tidak boleh dipakai.

3.3.6. PELEKATAN, PENJANGKARAN DAN PENYAMBUNGAN

Efektifnya beton bertulang tergantung pada pelekatan yang memadai antara beton dan

penulangan baja sehingga tegangan dapat dipindahkan dari beton ke baja. Pelekatan

yang baik dapat dicapai dengan memadatkan beton di sekitar batang penulangan yang

bersih. Beton kekuatan lebih tinggi biasanya mempunyai pelekatan baja lebih baik, dan

ulir pada bentuk batang baja tersebut (batang ini disebut batang ulir) meningkatkan

pelekatannya. Batang ulir dapat memiliki kira-kira dua kali kekuatan pelekatan dari

batang biasa, sehingga sebagian besar baja penulangan yang digunakan seharusnya

merupakan batang ulir.

Kawat tarik keras (hard drawn wire) yang dipakai anyaman adalah sangat halus, tetapi

pelekatan dengan jenis penulangan ini jarang kritis, karena jarak yang kecil di antara

kawat menyilang biasanya maksimum 200 mm.

Batang penulangan biasanya diteruskan melewati daerah tegangan tarik dalam

komponen struktur untuk menjamin bahwa batang mempunyai kontak yang cukup

dengan beton di luar daerah tegangan, sehingga kekuatan pelekatan yang memuaskan

dapat berkembang. Jika sulit untuk meneruskan panjang batang, bengkokan atau kait

digunakan untuk mengembangkan pelekatan dengan beton.

Pada pekerjaan beton bertulang, batang-batang tulangan biasanya harus digabungkan

atau disambung untuk menjamin kesinambungan pada seluruh bangunan. Hal ini

memungkinkan perubahan terhadap ukuran batang atau perubahan arah yang harus

dibuat dan juga memastikan pemindahan gaya tarik pada penulangan. Pada dinding

Page 85: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 16

yang tinggi, batang biasanya disambung untuk menghindari adanya batang vertikal

berukuran panjang tanpa sokongan. Hal tersebut sukar ditangani pada waktu membuat

pondasi langsung dan bagian bawah dinding.

Pada umumnya, batang-batang harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat

menghindari sambungan yang diadakan pada titik-titik tegangan maksimum.

Sambungan harus berselang-seling di mana mungkin.

Batang-batang yang disambung dengan lewatan harus overlap dengan jarak tertentu.

Spesifikasi Teknik biasanya menyatakan bahwa panjang lewatan harus sejumlah

tertentu diameter batang biasanya sekitar 40 kali diameter batang. Jika batang

dikaitkan, panjang lewatan dapat dikurangi.

Batang yang lewat harus diikat satu sama lain dengan menggunakan kawat pengikat

biasa berdiameter sekitar 1,6 mm.

Batang-batang dapat juga disambung dengan menggunakan penghubung mekanis

yang mempunyai suatu keuntungan yaitu mengurangi padatnya baja pada tempat

overlap. Peralatan tersebut relatif mahal dan jarang dipakai di Indonesia.

3.3.7. SELIMUT (PENUTUP) PENULANGAN

Tebal selimut beton yang memadai pada penulangan sangat penting bagi kekuatan

struktur jangka panjang pada jembatan. Karat baja tulangan sering terlihat pada dasar

pelat lantai yang berhubungan dengan jembatan baru.

Beton di luar penulangan melindungi baja dari pengkaratan atau bahan kimia. Tebal

selimut yang diperlukan tergantung pada sifat penampilan dan sifat dari unsur

struktural.

Bila tidak ada informasi lain, selimut untuk pondasi telapak harus minimum 50 mm,

balok minimum 40 mm dan pelat minimum 30 mm. Jika terdapat nilai yang lain pada

Gambar Rencana, nilai tersebut tentunya yang harus diikuti.

Cara yang paling sederhana serta murah untuk menjamin selimut yang cukup adalah

untuk menggunakan blok pengatur jarak dari beton. Ini dapat dibuat dengan sisa beton

dan kawat pengikat yang dapat diikatkan pada baja horizontal atau vertikal (lihat

Gambar 3.5)

Page 86: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 17

Gambar 3.5 - Block Pengatur Jarak Beton

Tanggung jawab atas cukupnya selimut. beton pada baja terletak pada Konsuttan

Supervisi. Spesifikasi Teknik cukup jelas dalam hal ini, dan pihak Konsultan Supervisi

harus memeriksa aspek konstruksi beton.

Kontraktor tidak diperbolehkan melakukan pengecoran beton sebelum diadakan suatu

pemeriksaan pra-pengecoran yang lengkap, sampai segala kelemahan dilihat dan

diperbaiki serta persetujuan Engineer diperoleh untuk berlangsungnya pengecoran.

3.3.8. PENEMPATAN DAN PENGIKATAN

Penulangan harus ditempatkan dan diikat sehingga :

Selimut beton minimum yang disyaratkan, dihasilkan pada semua

muka.

Batang tulangan tidak akan tergeser oleh pekerja yang berjalan di atas

baja, atau oleh pengecoran beton dan kegiatan pemadatan.

Batang tulangan tidak akan berpindah tempat oleh pengapungan dari

pembentuk rongga

Jarak antara (spacing) dan posisi batang tulangan dapat dipenuhi.

Kawat pengikat harus berdiameter sekitar 1 ,6 mm. Biasanya tidak perlu mengikat tiap

titik pertemuan penulangan, tiap dua titik pertemuan biasanya sudah cukup.

Untuk mendapatkan selimut beton yang benar, pengatur jarak (spacer) yang berukuran

sesuai atau dudukan batang tulangan ("bar chair") harus diikat kencang di tempat

kawat. Dudukan dapat dibuat dari plastik (lihat Gambar 5.6) atau blok beton

berkekuatan tinggi dan padat, dipracetak dengan kawat ikatan untuk pengikatan yang

kencang. Cara pengikatan harus sedemikian rupa sehingga pada waktu penggetaran,

pengatur jarak yang diletakan pada acuan vertikal tidak dapat berputar pada batang di

mana pengatur itu diikat. Jenis pengatur jarak bundar dalam keadaan tertentu dapat

mencegah terjadinya hal ini.

Page 87: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 18

Gambar 3.6 - Dudukan Batang Plastik untuk Penulangan

Dudukan batang-tulangan (bar chair) dengan penutup (cap), ataupun tanpa penutup,

atau yang terbuat dari kawat hanya boleh dipakai pada beton yang telah dicor, dan

bukan terhadap permukaan yang terbuka terhadap cuaca atau air tanah. Sebaiknya

pemakaian dudukan tersebut dihindari, jika mungkin.

Beberapa dudukan batang plastik berbentuk silinder tertutup mencegah pemadatan

penuh beton di dalam dan di sekitar dudukan itu sendiri, harus dihindari.

Praktek merentangkan kawat pengikat dari tulangan atau penghubung geser (shear

connector) ke bagian luar acuan yang tersebar luas fetapi tidak diperbolehkan dalam

Spesifikasi Teknik. Kawat pengikat akan berkarat dan memungkinkan air masuk beton

dan mempercepat tulangan berkarat serta mengakibatkan pengikisan/ pengelupasan

dari beton.

Jika tulangan akan tertanam sebagian dalam beton, Kontraktor harus memastikan

bahwa terdapat cukup ruang di sekitar batang yang akan ditanam pada pengecoran

kemudian, agar beton dapat menutupi batang secara penuh. Hal ini penting pada

tulangan melintang dan seringkali merupakan masalah pada pengecoran dinding dan

kereb.

3.3.9. PENGELASAN TITIK UNTUK PENULANGAN

Penggunaan pengelasan titik untuk mengencangkan tulangan harus sesedikit mungkin,

atau lebih baik dihindari sama sekali. Cara ini harus mendapat persetujuan Engineer

terlebih dahulu.

Akan tetapi pengelasan titik seringkali dapat memudahkan pemasangan, misalnya

pada prefabrikasi jalinan (cage) tulangan yang besar. Dalam hal demikian-jika

pengelasan disetujui las harus digunakan pada daerah tegangan rendah dari batang

yang jauh dari pembengkokan, dan dilakukan oleh operator las yang berkualifikasi, dan

sesuai persyaratan ANSI/AWS D1.4 Peraturan Pengelasan Bangunan - Baja

Penulangan.

Page 88: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 19

3.4 PENGECORAN BETON

Bab ini meliputi beberapa aspek pengecoran beton secara lebih detail dan menyajikan

beberapa gagasan yang akan membantu sehingga mutu pekerjaan beton dapat

bertambah baik.

Cara-cara Pengecoran

a. Umum

Pada waktu beton dicor harus dijamin bahwa :

1 . Acuan dan penulangan tidak rusak atau berpindah tempat, dan

2. Beton tidak terpisah (segregasi)

Beberapa prosedur pengecoran yang salah tetapi sering dipakai, bersama dengan cara

yang benar dapat terlihat pada Gambar 3.7, 3.8 dan 3.9. Kesemuanya ini cenderung

mengakibatkan pemisahan pada material beton.

Berikut terdapat ringkasan dari beberapa hal yang penting untuk diingat pada waktu

pelaksanaan pengecoran :

(i) Beton harus dicor secara vertikal dan sedekat mungkin pada posisi akhirnya. Jika

perlu penghampar beton, hal ini harus dilakukan dengan sekop dan bukan

dengan membuaf beton mengalir.

(ii) Beton tidak diperbolehkan dituang ke dalam acuan dari ketinggian berlebih

karena dapat menimbulkan kerusakan dan pemisahan. Ketinggian jatuh harus

sekecil mungkin dan bila melebihi 2 meter, mungkin perlu suatu talang/saluran

jatuh.

(iii) Pengecoran beton harus dimulai dari sudut acuan dan dari titik terendah bila

permukaannya miring.

(iv) Setiap tuangan beton harus dicor mengarah ke deposit sebelumnya, bukan

menjauhinya.

(v) Beton harus dituang menurut lapisan horizontal dan tiap lapisan dipadatkan

sebelum penuangan lapisan berikutnya. Setiap lapis harus dicor dalam suatu

pekerjaan yang menerus dan sebelum pengerasan lapisan terdahulu.

Ketebalan tiap lapisan tergantung pada ukuran dan bentuk dari bagian beton itu,

jarak antara penulangan, kekentalan (konsistensi) beton dan cara pemadatan.

Pada .pekerjaan beton bertulang, lapisan-lapisan pada umumnya mempunyai

ketebalan 300 mm, dan untuk beton masif tebal 500 mm.

(vi) Jika lapisan beton tidak dapat dicor sebelum pengerasan lapisan sebelumnya,

seperti pada pagi hari setelah semalam beristirahat, harus dibuat suatu konstruksi

sambungan.

Page 89: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 20

(vii) Beton tidak boleh dicor pada saat hujan lebat tanpa pelindung di atasnya, jika

tidak, permukaan semen akan tercuci oleh hujan.

(viii) Pada pengecoran dinding menerus di mana lapisan mendatar dapat membuat

sambungan mengeras, beton harus dicor dengan ketebalan penuh dengan

permukaan miring.

Gambar 3.7 - Penanganan dan pengangkutan beton menghindari pemisahan

Page 90: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 21

Gambar 3.8 - Penempatan Beton

Page 91: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 22

Gambar 3.9 - Pengecoran pada Acuan yang Dalam dan Ramping

Page 92: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 23

3.4.1. PENGECORAN BETON DI BAWAH AIR

Beton dapat dicor di bawah air dengan pemompaan atau menggunakan tremie (lihat

Gambar 8.10).

Tremie adalah pipa kedap air berdiameter 150-300 mm dengan hopper dipuncak dan

katup atau alat lain di dasarnya yang mencegah air sekitarnya bercampur dengan

beton pada pengecoran awal. Dasar pipa harus terletak pada pondasi pada waktu

pengecoran awal dilakukan dan pipa serta hopper harus sepenuhnya terisi oleh beton

sebelum katup dasar dibuka untuk pengecoran pertama beton. Ujung bawah tremie

harus selalu berada di bawah permukaan beton yang makin meninggi setiap saat.

Tremie harus mampu membuat gerakan terkendali pada ujung cor dalam arah lateral

dan vertikal serta harus dapat diturunkan dengan cepat tiap saat untuk mengurangi

tingkat pengecoran beton. Aliran beton dapat diatur dengan menyesuaikan kedalaman

di mana ujung cor diletakan di bawah permukaan beton yang sudah dicor.

Beton tremie harus dicor secara kontinue. Bila terhenti atau dasar tremie secara tidak

sengaja naik di atas permukaan beton, pengecoran harus dihentikan. Beton kurang

baik yang terdapat pada bagian atas pengecoran harus dibuang, setelah mengeras,

sebelum dilakukan pengecoran tambahan di atasnya. Hal ini memerlukan tenaga

penyelam di tempat yang tidak dapat dikeringkan. Untuk beton tremie dibutuhkan

campuran kaya semen (biasanya beton mutu K225) dengan slump kira-kira 180 mm.

Slump tinggi ini perlu untuk memudahkan aliran beton dalam tremie dan mengisi acuan

dengan penuh, terutama melalui penulangan yang ada. Penggetaran tidak boleh

dilakukan karena dapat mengakibatkan pemisahan dalam beton atau bercampurnya

beton kurang baik di atas, yang masih berhubungan dengan air.

Lapisan atas beton yang dicor dengan pipa tremie di bawah air biasanya bermutu

rendah dan harus dibuang dengan cara menghancurkan beton padat, setelah kering,

sebelum pengecoran diteruskan.

Di mana beton harus dicor pada pondasi yang tertutup air dangkal, pengecoran dimulai

pada salah satu sudut dan air dipindahkan oleh muka beton yang semakin maju.

Jika air mengalir melalui pondasi, air harus dialihkan atau pondasi dipenuhi dan

diperlakukan sebagai pengecoran di bawah air. Cara yang berhasil untuk menyalurkan

aliran melalui dasar adalah memasang pipa pada celah dan menyalurkan pipa melalui

sisi pondasi.

Page 93: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 24

Gambar 3.10 - Pengecoran Dibawah Air

3.4.2 PEMADATAN BETON

a. Umum

Hanya pekerja berpengalaman yang dapat menggunakan penggetar. Pengawasan

ketat dan instruksi yang jelas harus diberikan pada operator. Mungkin perlu memberi

pelatihan khusus bagi operator penggetar.

Hal-hal berikut harus ditekankan:

Pemilihan ukuran penggetar yang sesuai dengan pekerjaan. Terlalu kecil mungkin

kurang efektif; bila terlalu besar dapat mencegah penetrasi efektif pada tempat

dengan penulangan yang rapat.

"Jari-jari pengaruh" vibrator berdiameter 60 mm dalam kondisi kerja yang baik

hanya sekitar 300 mm. Jadi harus ditempatkan dengan jarak antara (spacing)

kurang dari 600 mm untuk menjamin pemadatan penuh.

Hindari kerusakan pada acuan kayu. Vibrator dapat dilengkapi dengan topi

(penutup) karet untuk mengurangi kerusakan pada acuan tetapi pencegahan paling

baik adalah mempekerjakan operator yang berpengalaman dalam penggunaan

vibrator.

Getaran akan melepaskan ikatan acuan dan alat pengikat lainnya. Kontra mur dan

pasak pengaman dipakai untuk mencegah hal demikian. Pada waktu pengecoran

beton satu atau dua pekerja harus memeriksa acuan secara menerus (kontinu)

untuk tanda-tanda bahaya, pergerakan, bocoran dsb. Mesin Vibrator kecil berbahan

bakar bensin harus dicegah terguling dengan mengikat atau cara lain.

Page 94: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 25

Kepala Penggetar harus dimasukan secara vertikal, dipegang selama 10 hingga 20

detik sampai gelembung udara hilang, kemudian diangkat keluar dengan perlahan.

Pada waktu mengecor secara berlapis, penggetar harus menembus kira-kira 150

mm dalam lapisan sebelumnya untuk memastikan sambungan yang baik antara

lapisan yang berdekatan.

Penggetar cadangan (vibrator standby), dalam kondisi dapat bekerja, harus siap

dipakai jika ada penggetar yang rusak.

b. Pemadatan dengan Tangan

Cara-cara pemadatan biasa terdiri atas pemadat batang, pengetokan dan penyekopan

dengan alat yang memadai. Cara pemadatan ini biasanya lebih rendah mutunya dari

pada pemadatan yang diperoleh dengan penggetar (vibrator).

c. Penggetaran

Meskipun pemadatan dengan tangan dapat menghasilkan hasil yang memuaskan

untuk tujuan-tujuan tertentu, pemakaian vibrator memungkinkan penggunaan

campuran yang lebih kering, dan menghasilkan kekuatan lebih tinggi dan pengurangan

penyusutan untuk proporsi campuran tertentu.

Vibrator Dalam (Immersion)

Jenis vibrator ini dapat digerakkan secara mekanis, listrik atau dengan tekanan udara

(pneumatic). Vibrator pneumatic mempunyai gerakan yang aman dan fleksibel, tetapi

bila motor udara kompresi relatif tidak efisien dan mahal pemeliharaannya, mungkin

tidak ekonomis kecuali bila kompresor sedang dipakai ditempat lain juga. Motor listrik

beroperasi dengan kecepatan konstan dan mudah dibawa, tetapi memerlukan

penyediaan listrik yang memadai dan dapat diandalkan.

Vibrator dalam (kadang-kadang disebut sebagai vibrator internal atau poker) mungkin

merupakan jenis vibrator yang paling efisien karena menggetar beton secara langsung.

Vibrator ini tersedia dengan diameter kepala berukuran antara 25 mm hingga 150 mm,

kepala berdiameter 25 mm paling sesuai untuk bagian-bagian dengan penulangan,

sedang kepala berukuran 60 - 70 mm merupakan jenis yang paling umum yang dapat

dipakai untuk segala keperluan.

Getaran ditimbulkan dari tangkai (shaft) eksentris yang berputar di dalam kepala

vibrator. Vibrator harus diperiksa secara teratur dengan peralatan khusus atau dengan

membandingkan keefektifannya pada beton di samping vibrator yang telah diketahui

memuaskan.

Page 95: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 26

Penggetaran beton harus dilakukan secara sistematis. Beton harus dituang menurut

lapisan-lapisan tipis dan vibrator diperbolehkan menembus tiap lapis secara

menyeluruh. Kepala vibrator harus dimasukkan secara vertikal pada titik-titik yang

berjarak antara 500 mm, dan kemudian ditarik dengan perlahan untuk menutup lubang

yang terjadi oleh vibrator. Lama penggetaran pada titik manapun tidak boleh melewati

saat di mana adukan mulai mengumpul pada permukaan, biasanya 5 hingga 15 detik.

Sebagai aturan umum, vibrator tidak boleh mendekati acuan lebih dekat dari 100 mm,

untuk mendapatkan penampilan seragam. Bila mengenai acuan, suatu goresan dapat

terjadi dan acuan dapat rusak. Pada bagian-bagian tipis, pemadatan diperoieh dengan

memakai vibrator secara miring atau mendatar.

Vibrator Acuan

Vibrator acuan atau vibrator luar, dipasang dengan kencang pada bagian luar acuan

menggunakan klem, dan memberi oskilasi atau gerakan bergoyang pada acuan.

Bentuk vibrator ini sesuai untuk bagian yang kecil atau sempit dan bagian dengan

banyak penulangan di mana sulit untuk memasukkan vibrator dalam. Seringkali vibrator

ini dipakai bersamaan dengan vibrator poker untuk suatu derajat ketelitian pemadatan

dan penyelesaian permukaan yang baik dan padat.

Vibrator acuan lebih banyak memakai energi daripada vibrator dalam, karena energi

diserap oleh acuan.

Acuan harus sangat kaku sehingga dapat menahan oskilasi, dan sudut-sudut harus

sangat rapat untuk mencegah hilangnya adukan semen. Penggunaan vibrator acuan

biasanya dibatasi untuk acuan baja.

Beton harus dicor secara menerus (kontinue) menurut lapisan-lapisan tipis (dengan

ketebalan sekitar 500 mm) pada waktu acuan tetap digetarkan. Dengan cara ini,

lubang-lubang udara dapat dihilangkan pada saat beton bertambah tinggi. Untuk

menjamin bahwa beton mempunyai kontak yang cukup dengan acuan samping dekat

puncak ketinggian, disarankan untuk menggunakan vibrator dalam untuk 500 mm

paling atas bila ruangannya mengijinkan.

3.4.3. PENYELESAIAN PERMUKAAN BETON

a. Umum

Efisiensi dari proses pemeriksaan akan dinilai dari kondisi dan toleransi permukaan

akhir yang seharusnya bebas dari retak permukaan dan tidak mempunyai perbedaan

tekstur serta warna yang tampak jelas.

Page 96: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 27

Untuk mendapatkan suatu permukaan beton tanpa acuan yang memuaskan perlu

diperhatikan hal-hal tersebut :

campuran beton yang diproporsi dengan baik

cara-cara pengadukan, dan pengecoran yang memadai akan memperkecil

pemisahan bahan beton

pemadatan yang memadai

teknik-teknik penyelesaian yang terkendali

perawatan yang memadai

Campuran beton harus sedemikian sehingga terdapat butir halus (semen dan pasir)

dalam jumlah secukupnya untuk memungkinkan penyerapan adukan sampai

permukaan dengan penggetaran dan sedikit usaha dengan memakai peralatan. Terlalu

banyak butir halus akan membuat penyelesaian yang lebih mudah tetapi akan

menimbulkan crazing permukaan, selain lebih mahal daripada campuran yang

proposinya baik. Terlalu banyak air dalam campuran (slump tinggi) akan menimbulkan

keterlambatan penyelesaian, selain menghasilkan lapisan adukan permukaan yang

lemah, sehingga mengakibatkan permukaan berdebu dan crazed yang mudah aus

serta terkikis (abrasi).

b. Penyelesaian

Tanpa memandang jenis penyelesaian permukaan yang diperlukan, beberapa

persyaratan pokok adalah :

Penyelesaian awal harus diselesaikan segera setelah pengecoran dan

penggetaran.

Penyelesaian akhir, penghalusan dan perataan harus ditunda hingga permukaan

telah siap - pekerjaan akhir juga hanya seperlunya untuk menghasilkan permukaan

yang disyaratkan.

Pekerjaan penyelesaian tidak boleh dilakukan pada tempat di mana terdapat banyak

air permukaan bebas.

c. Penyelesaian Awal

Langsung setelah pengecoran dan penggetaran, suatu papan perata (tepi lurus)

dipakai untuk meratakan beton secara cepat, papan perata digerakkan ke depan

dengan gerakan menggergaji dan sedemikian rupa sehingga beton selalu terdorong ke

depan papan. Beton dialihkan dengan sekop ke depan atau menjauhi bagian depan

papan seperlunya.

Setelah dilakukan perataan awal, tempat itu harus langsung diperiksa ulang

kedatarannya dengan papan perata lurus atau mal. Titik-titik tinggi dan rendah segera

Page 97: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 28

diperbaiki. Titik tinggi diperbaiki dengan cara memotong permukaannya dengan cetok

atau alat serupa dan titik rendah yang kecil diratakan dengan adukan yang diambil dari

beton baru. Meskipun demikian pengerjaan permukaan yang berlebihan harus

dihindari, setiap usaha harus dilakukan untuk menjamin bahwa penyelesaian awal

menghasilkan kedataran permukaan dalam batas tolerensi yang ditentukan. Pekerjaan

penyelesaian berikut dilakukan hanya untuk menghilangkan ketidak sempurnaan kecil,

dan bukan untuk memperbaiki kelurusan permukaan.

Pekerja penyelesaian beton memakai peralatan khusus yang bervariasi, beberapa di

antaranya dibuat pabrik, tetapi banyak di antaranya yang berupa peralatan "buatan

rumah" yang khusus. Peralatan tersebut berupa alat strike-off, pinggiran lurus dan

penghalus. Untuk menghindari robeknya permukaan pada waktu penyelesaian akhir,

sebuah roller berlubang atau permukaan pelat dapat digunakan pada penyelesaian

awal untuk menekan agregat besar ke bawah permukaan. Hal in[ harus dilakukan

sedikit saja dan tidak pada beton slump tinggi, karena dapat mengakibatkan lapisan

permukaan yang kaya adukan yang mungkin akan craze dan berdebu.

Seringkali terjadi bahwa penyelesaian awal saja sudah cukup.

d. Penyelesaian Akhir

Pekerjaan penyelesaian berupa pinggiran, penyambungan, pencetokan dan penyapuan

harus ditunda selama mungkin. Mengerjakan permukaan terlalu awal akan membuat

suatu permukaan yang lemah dan mengakibatkan rembesan air dan semen ke

permukaan. Akan tetapi mengerjakan permukaan yang terlambat akan memerlukan

usaha penyelesaian yang lebih besar dan dapat menyebabkan hancurnya permukaan

beton.

Meskipun waktu penundaan yang tepat sangat penting untuk menghasilkan

penyelesaian yang baik, seringkali sukar untuk menentukan waktu yang tepat karena

hal itu tergantung beberapa variabel. Beberapa di antaranya adalah suhu dan umur

beton, jenis semen, jenis campuran tambahan dan kuantitas air, semen dan campuran

tambahan yang digunakan. Waktu penundaan tersebut juga tergantung pada kondisi

cuaca, kedalaman pengecoran, jenis agregat, jenis subgrade dan sebagainya.

Pada umumnya, penyelesaian dimulai ketika kilap (sheen) telah hilang dari permukaan

(dalam hal beton air entrained, terdapat hanya sedikit rembesan air dan tidak tampak

adanya kilapan sehingga mungkin menyelesaikan jenis beton ini setelah waktu

penundaan yang singkat). Dalam keadaan normal, beton dapat mendukung berat

seseorang pada waktu kilap telah hilang dari permukaan. Tetapi hal ini akan

meninggalkan bekas-bekas sedalam kurang lebih 5 mm, sehingga pekerja harus

menggunakan penutup (bantalan) kaki dan lutut untuk mendistribusi beratnya. Jika

Page 98: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 29

digunakan peralatan bermesin, waktu penundaan dapat ditambah sehingga beton

dapat mendukung berat pekerja tanpa bekas yang berarti.

Catatan: 1 . Penyelesaian TIDAK boleh diusahakan pada tempat di mana

terdapat air permukaan yang bebas.

2. Semen TIDAK boleh digunakan untuk mengeringkan kelembaban

permukaan karena ini akan menyebabkan retakan permukaan

dikemudian hari.

Kedua praktek ini akan mengakibatkan permukaan yang berdebu, crazed dan kasar

dengan ketahanan terhadap abrasi dan Keausan yang sangat rendah. Dalam keadaan

cuaca yang panas, kering dan banyak angin, penguapan dan pengerasan dapat terjadi

terlalu cepat sehingga sukar mendapat penyelesaian yang memuaskan. Hal ini

khususnya berlaku untuk campuran kekuatan tinggi atau beton yang relatif tua. Untuk

menghindari retakan dan kesulitan penyelesaian beton yang keras, harus diambil

langkah pencegahan (sesuai Bab 3.4.5d).

e. Penghalusan

Setelah waktu penundaan yang diperlukan, dilakukan penghalusan pada permukaan,

biasanya dengan penghalus kayu. Penghalusan adalah pekerjaan menghaluskan

ketidak rataan pada permukaan setelah screeding. Maksudnya adalah untuk :

menekan agregat besar ke bawah permukaan

menghilangkan cacad pada permukaan

memberikan permukaan lebih padat dan pada kasus tertentu, permukaan lebih

halus

mempersiapkan permukaan untuk pekerjaan penyelesaian lain yaitu pencetokan,

penyapuan atau jenis penyelesaian untuk memperbagus permukaan

menutupi retakan kecil pada permukaan, yang terjadi pada waktu permukaan

mengering.

Penghalus tangan biasanya terbuat dari kayu. Penghalus kayu menghasilkan suatu

tekstur kasar yang sering dapat untuk penyelesaian akhir. Untuk memperbaiki

ketahanan terhadap gelincir, karung goni atau sapu kawat dapat ditarik secara ringan

pada permukaan.

Penghalus tangan dipegang datar pada permukaan dan digeser secara setengah

lingkaran untuk mengisi lubang-lubang, menghilangkan gumpalan-gumpalan dan

menghaluskan tonjolan-tonjolan.

Seringkali perlu untuk menghaluskan permukaan untuk kedua kalinya setelah terjadi

pengerasan, untuk memberikan tekstur akhir yang diinginkan pada beton. Tekstur yang

Page 99: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 30

lebih rata dapat juga diperoleh dengan melanjutkan penghalusan kayu dengan sebuah

penghalus spons.

f. Trowelling

Trowelling baja dipergunakan untuk memperoleh permukaan yang halus, padat dan

keras. Jenis permukaan ini tahan dan mudah dibersihkan tetapi menjadi licin pada

waktu basah.

Penghalus bermotor akan mengurangi keperluan tenaga kerja dan waktu penyelesaian.

Penghalus motor dilakukan dengan piringan baja bulat yang berputar atau trowel

bermotor yang dipasang penghalus baja.

Setelah suatu waktu penundaan penghalusan selesai, trowelling baja dapat mulai.

Untuk trowelling pertama (dengan tangan atau mesin), pisau dari trowel harus rata

pada permukaan - jika miring akan terjadi alur-alur. Trowel tangan dipakai dengan

gerakan setengah lingkaran, setiap sapuan menutupi setengah dari sapuan

sebelumnya. Trowelling pertama dapat menghasilkan suatu permukaan yang cukup

balk, tetapi trowelling tambahan dapat dipakai untuk menambah kehalusan dan

kekerasan. Seharusnya terdapat waktu menunggu/penundaan dl antara tiap trowelling

dengan sapuan terakhir (biasanya yang kedua atau ketiga) dibuat dengan sebuah

trowel ramping. Tekanan diberikan pada trowel untuk memadatkan pasta dan bentuk

permukaan yang padat dan keras. Sapuan terakhir harus membuat suatu bunyi

berdentang ketika blade mengenai permukaan yang mengeras.

Trowel bermotor pertama harus diikuti oleh trowelling tangan untuk menghilangkan

bagian yang tidak rata dan menghaluskan daerah pada sudut-sudut atau dekat

halangan.

Jika diperlukan, pinggiran dan sambungan harus diulangi setelah trowelling untuk

memelihara keseragaman dan kelurusan garis.

Meskipun terdapat beberapa macam peralatan tangan dan mesin yang dirancang untuk

memperbaiki kecepatan dan kualitas pekerjaan pekerja penyelesaian beton, namun

diperlukan suatu derajat kekuatan, ketrampilan dan pengalaman untuk memberikan

penyelesaian yang bermutu.

3.4.4 PERAWATAN BETON

a. Umum

Setelah beton dicor dan dipadatkan, beton harus dilindungi serta dirawat dengan

memadai, sesuai dengan Spesifikasi Teknik.

Page 100: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 31

Tujuan perawatan adalah menahan kelembaban di dalam beton pada waktu semen

berhidrasi, dan oleh karena itu usahakan tercapai kekuatan struktur yang diinginkan

dan tingkat kekedapan (impermeabilitas) yang disyaratkan untuk ketahanannya.

Permukaan beton yang tidak dirawat akan terkikis lebih cepat dari pada yang dirawat,

dan dalam lingkungan agresif, permeabilitas tinggi dapat menyebabkan berkaratnya

penulangan. Perawatan yang kurang dapat menyebabkan pula penyusutan beton yang

lebih banyak.

Semua sifat-sifat beton seperti kekuatan, kerapatan air, ketahanan terhadap aus dan

stabilitas volume meningkat sesuai dengan umur beton selama terdapat kondisi yang

memadai untuk hidrasi yang berlanjut dari semen. Peningkatan itu berlangsung dengan

cepat pada umur awal tetapi berlanjut dengan lebih lambat untuk suatu masa yang tidak

dapat ditentukan.

Dua kondisi diperlukan:

adanya kelembaban

suhu yang memadai

Penguapan air beton yang baru dicor menyebabkan berhentinya proses hidrasi.

Kehilangan air juga dapat menyebabkan beton menyusut, sehingga menyebabkan

tegangan tarik pada permukaan yang mengering. Jika tegangan tersebut terjadi

sebelum beton memperoleh kekuatan yang cukup, dapat terjadi retakan pada

permukaan.

b. Cara-cara Perawatan

Penggenangan

Pada permukaan datar seperti perkerasan dan pelat lantai, beton dapat dirawat dengan

penggenangan. Tanggul-tanggul tanah atau lempung disekeliling permukaan beton

dapat menahan genangan air di dalam daerah tertutup itu. Penggenangan merupakan

suatu cara yang efisien untuk mencegah hilangnya lembab dari beton, dan juga efektif

untuk memelihara suhu yang seragam pada beton.

Penyemprotan

Penyemprotan yang kontinu dengan air juga merupakan suatu cara perawatan yang

baik. Jika penyemprotan dilakukan pada interval-interval, harus dijaga agar beton tidak

menggenang di antara interval pemberian air. Suatu semprotan air yang halus, yang

diberikan secara kontinu melalui sistem kepala pipa (Nozzle), memberikan persediaan

air yang konstan. Hal ini akan mencegah kemungkinan " crazing " atau retakan yang

terjadi oleh pergantian siklus basah dan kering. Kerugian dari penyemprotan adalah

Page 101: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 32

biayanya, perlunya sistem drainasi, dan kemungkinan kondisi kerja kurang nyaman.

Cara ini juga memerlukan persediaan air yang cukup dan pengawasan yang baik.

Penutup Basah

Penutup basah seperti karung atau bahan penahan lembab yang lain sering digunakan

untuk perawatan beton. Penutup demikian harus ditempatkan segera setelah beton

cukup keras, untuk menghindari rusaknya permukaan. Harus dijaga agar seluruh

permukaan tertutup, termasuk pinggiran pelat seperti perkerasan dan jalan setapak.

Penutup harus dijaga agar tetap lembab sehingga suatu lapisan tipis air tetap terdapat

pada permukaan beton selama masa perawatan.

Penutup basah dari tanah atau pasir sangat efektif untuk perawatan tetapi saat ini telah

jarang digunakan, oleh karena biayanya yang tinggi dan kemungkinan terjadinya

perubahan warna pada beton. Cara ini sering bermanfaat untuk digunakan pada

pekerjaan kecil. Tanah atau pasir yang lembab harus disebarkan di atas permukaan

beton dengan lapisan setebal kira-kira 50mm. Lapisan itu harus dijaga agar tetap

basah.

Penutup Yang Kedap Air

Kertas dan lembaran plastik yang tahan air merupakan cara efisien untuk merawat

permukaan datar dan beton struktural yang berbentuk sederhana.

Penutup itu menjamin hidrasi semen menerus yang sesuai dengan cara mencegah

kehilangan kelembaban dari beton. Penutup harus dinerikan segera setelah beton

cukup mengeras untuk mencegah kerusakan permukaan. Pinggir lembaran yang

berdekatan harus saling menutupi (overlap) paling sedikit sepanjang 100 mm dan

ditutup rapat.

Penutup juga memberikan perlindungan pada beton terhadap kerusakan, akibat

kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikutnya.

Seringkali terjadi bahwa lembaran plastik dapat menimbulkan perubahan warna pada

semen yang mengeras. Jika ini tidak dapat diterima, lebih baik menggunakan suatu

cara perawatan yang lain.

Campuran (Compound) Perawatan

Campuran perawatan berupa membran cair dapat membatasi penguapan kelembaban

dari beton.

Bila dipakai dengan cara yang benar, bahan ini merupakan bahan perawatan yang

efektif. Bahan tersebut bukan hanya cocok untuk perawatan beton baru, tetapi juga

Page 102: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 33

dapat dipakai untuk perawatan beton lebih lanjut setelah acuan dibongkar atau setelah

perawatan lembab pendahuluan/awal.

Campuran jernih atau bening mungkin mengandung bahan pewarna yang menghilang

setelah pemakaian. Warna tersebut menjamin penutupan dari permukaan beton yang

terbuka (expose). Pada hari yang panas, campuran dengan pigmen (zat pewarna) putih

paling efektif karena dapat memantulkan sinar matahari, sehingga mengurangi suhu

beton.

Campuran perawatan diberikan dengan peralatan tangan atau dengan alat semprot

bermotor. Permukaan beton yang akan dirawat harus lembab pada waktu penutup

diberikan. Biasanya hanya diberikan satu lapisan dengan tekstur yang halus dan rata,

tetapi mungkin perlu dua lapis untuk memastikan penutup yang menyeluruh. Bila

digunakan lapisan kedua, lapisan tersebut harus diberikan pada arah yang tegak lurus

dari yang pertama.

Campuran perawatan dapat dipergunakan untuk mencegah pelekatan antara beton

keras dan lunak (baru), akibatnya tidak boleh dipakai bila perlu suatu pelekatan.

Acuan yang ditinggal di tempat

Acuanmemberikan perlindungan yang memuaskan terhadap kehilangan kelembaban

dengan syarat bahwa permukaan beton yang terbuka/tampak dipelihara tetap basah.

Pemakaian pipa air adalah cara yang baik untuk menjaga hal tersebut. Pada kondisi

tersebut, acuan harus dibiarkan tetap pada beton untuk waktu yang selama mungkin.

Acuan kayu yang ditinggal di tempat harus dibiarkan tetap lembab dengan

penyemprotan, terutama pada waktu cuaca panas dan kering. Kecuali bila acuan kayu

tetap lembab, acuan tersebut harus segera dibongkar dan cara perawatan lain dapat

dimulai tanpa penundaan. Jika diperlukan penyelesaian halus di luar acuan, acuan

harus dibongkar sedini mungkin yang dapat dilakukan, dan cara perawatan (yang tidak

melunturkan) yang lain dapat dipakai.

Perawatan Uap

Perawatan uap biasanya hanya dipakai untuk beton pracetak. Cara ini digunakan untuk

mendapatkan kelembaban lebih untuk perawatan dan peningkatan suhu untuk

mempercepat terjadinya kekuatan.

Beton kekuatan tinggi, dengan perawatan uap hingga 30 MPa atau lebih untuk

pemindahan gaya prategang (transfer prestress) atau pembongkaran cetakan,

biasanya tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.

Page 103: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 34

Perawatan uap biasanya hanya dilakukan pada pabrik pracetak, karena membutuhkan

peralatan dan instrumentasi rumit untuk menjamin pengendalian ketat yang perlu untuk

mencegah kerusakan akibat suhu tinggi pada beton yang baru dicetak. Penguapan

tidak boleh dimulai sampai beton telah mencapai pengerasan (maturity) awal. Suhu

beton harus dinaikkan secara terkendali. Uap tidak boleh mengenai beton secara

langsung atau pada acuan, yang akan menyebabkan pemanasan setempat yang

berlebih.

Suhu di bawah penutup uap tidak boleh melampui 80°C, dan penutup tidak boleh

dilepas sampai suhu permukaan beton dalam batas 40°C dari suhu setempat.

Termometer pencatat, contoh pengujian yang cukup dan catatan lengkap diperlukan

untuk perawatan uap yang memuaskan.

c. Lama Masa Perawatan

Waktu yang diperlukan untuk melindungi beton terhadap kehilangan kelembaban

tergantung pada jenis semen, proporsi campuran, kekuatan yang diperlukan, bentuk

dan ukuran dari massa beton, cuaca dan kondisi penampilan yang akan datang. Masa

ini dapat berlangsung selama sebulan atau lebih untuk campuran beton kurus yang

dipakai untuk bangunan seperti bendung; sebaliknya, mungkin berlangsung hanya

beberapa hari untuk campuran yang lebih kaya, terutama bila semen kekuatan awal

tinggi dipakai. Oleh karena semua sifat beton yang diinginkan dapat ditingkatkan

melalui perawatan, masa perawatan harus selama mungkin yang dapat dilaksanakan

dalam setiap kasus.

Oleh karena tingkat kecepatan hidrasi dipengaruhi oleh komposisi semen serta

kehalusan, masa perawatan harus diperpanjang untuk beton yang dibuat dengan

semen yang berkarakteristik penambahan kekuatan lambat.

Untuk kebanyakan kegunaan struktural, masa perawatan untuk beton yang dicor di

tempat adalah biasanya tiga hari hingga dua minggu, tergantung pada kondisi yang

ada, yaitu suhu, jenis semen, proporsi campuran. Masa persyaratan paling lazim

adalah 7 hari.

d. Pencegahan Retakan Penyusutan Plastis

Retakan yang kadang-kadang terjadi pada permukaan beton baru tidak lama setelah

pengecoran dan pada waktu masih plastis disebut "retakan penyusutan plastis".

Retakan tersebut terutama muncul pada permukaan datar dan dapat ditiadakan bila

diambil langkah yang tepat untuk mengurangi penyebabnya.

Langkah pencegahan berikut dapat memperkecil terjadinya retakan penyusutan plastis:

Page 104: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 35

1. Basahkan sedikit lapisan dasar dan acuan tetapi pastikan bahwa kelembaban

berlebih dihilangkan sebelum dimulainya pengecoran.

2. Pasang pelindung terhadap matahari untuk mengurangi suhu permukaan beton.

3. Lindungi beton dengan penutup basah sementara selama penundaan antara

pengecoran dan penyelesaian.

4. Kurangi waktu antara pengecoran dan awal perawatan dengan prosedur

pelaksanaan yang lebih baik. Penguapan pada periode ini dapat dikurangi, dengan

penyemprotan suatu lapisan tipis campuran khusus pada permukaan beton,

campuran tersebut berupa alkohol alifatik seperti cetyl alkohol dan tersedia dengan

merek pabrik.

5. Lindungi beton pada jam-jam pertama setelah pengecoran dan penyelesaian untuk

mengurangi penguapan. Hal ini penting untuk menghindari checking dan keretakan.

Pembasahan permukaan, dengan menggunakan fog spray nozzle adalah cara yang

efektif untuk mencegah penguapan dari beton. Ini harus digunakan sampai suatu

bahan perawatan yang sesuai, seperti campuran (compound) perawatan, karung

basah atau kertas perawatan dapat diterapkan.

6. Jika kondisi yang tak terhindarkan menyebabkan retakan plastis dengan cepat

sebelum pengerasan, penggetaran ulang dan penghalusan ulang dari permukaan

akan menutupi retakan, dengan syarat hal ini dilanjutkan dengan perawatan yang

memadai. Penggetaran ulang dan penghalusan ulang biasanya dilaksanakan pada

waktu pengerasan awal-atau sekitar 1.5 jam untuk suhu beton 27oC.

3.4.5. KUALITAS BETON

Bagian ini membahas beberapa hal yang berhubungan dengan pengendalian mutu

beton.

Kubus dan Silinder

Harus diperhatikan bahwa spesifikasi teknik memperbolehkan penggunaan kubus

untuk pemeriksaan kekuatan tekan dari benda uji beton, sedangkan standar ASSHTO

T 23 berdasarkan silinder standar berukuran 150 mm x 300 mm. Jika kubus dipakai,

lebih baik menggunakan standar Inggris BS 1881 Part 116 : Method for determination

of compressive strength of concrete cubes.

Pemakaian silinder dianggap suatu ukuran yang lebih tepat untuk kekuatan beton

karena tinggi kubus (150 mm) berarti bahwa tahanan akhir atau eksentrisitas dapat

mempengaruhi pembebanan di mana beton akan hancur. Silinder mempunyai tinggi

300 mm dan daerah tengah dari benda uji beton relatif bebas dari pengaruh tersebut.

Page 105: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 36

Perawatan Benda Uji

Adalah penting bahwa benda uji diambil dengan benar dan dirawat dengan suatu cara

yang mencerminkan keadaan beton di lapangan. Terdapat kecenderungan untuk

mengambil benda uji dan meninggalkannya di tempat teduh tanpa perawatan yang

sesuai.

Penggunaan Palu Rebound

Pemakaian suatu alat penumbuk seperti palu rebound Schmidt untuk pengujian rutin

tidak dibenarkan. Alat ini tidak dapat diandalkan seperti pengambilan benda uji dari

beton yang aktual dilanjutkan dengan perawatan dan pengujian pada waktu yang

sesuai. Prinsip dari palu rebound adalah memberikan acuan kekuatan beton serta

mengaitkan sifat itu pada kekuatan. Perlu untuk kalibrasi palu untuk tiap campuran

beton khusus, karena campuran dengan kekakuan berbeda (oleh karena itu dengan

hasil pengujian rebound berbeda) dapat mempunyai kekuatan sama, dan campuran

dengan kekuatan sama (dengan hasil pengujian rebound sama) mungkin berbeda

kekuatannya.

Oleh karena itu palu rebound sebaiknya hanya digunakan setelah dikalibrasi sesuai

dengan hasil pengujian kekuatan tekan pada beton yang diuji. Pengujian ini tidak

dipakai untuk membandingkan kekuatan beton dengan desain campuran berbeda-

beda.

3.4.6. SAMBUNGAN (JOINT)

a. Umum

Besarnya kebanyakan pekerjaan konstruksi beton sedemikian rupa sehingga

penundaan hampir dapat dipastikan akan terjadi pada pengecoran. Jika penundaan

berlangsung dengan waktu cukup lama sehingga beton mengeras dan tidak dapat

dikerjakan, maka harus dibentuk suatu sambungan. Juga akan terdapat saat-saat di

mana untuk sebab-sebab struktural, dianggap perlu menghentikan kesinambungan

pengecoran dan membuat suatu sambungan.

Sambungan terdiri atas 2 jenis umum :

1. Sambungan yang tidak memungkinkan adanya gerakan (relatif) beton

pada masing-masing sisi sambungan.

2. Sambungan yang memungkinkan gerakan relatif.

Sambungan jenis pertama bertujuan melekatkan beton baru pada beton keras dengan

suatu cara sehingga beton yang keras tampak monolit dan homogen di sekitar

sambungan. Ini disebut Sambungan Pelaksanaan. Dalam praktek, sangat sulit untuk

Page 106: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 37

memperoleh lengkap pelekatan dengan akibat bahwa akan terdapat suatu bidang yang

lemah pada sambungan pelaksanaan. Bilamana mungkin, sambungan pelaksanaan

harus ditempatkan pada lokasi di mana sambungan penyusutan atau sambungan lain

diperlukan.

Sambungan yang memungkinkan gerakan (relatif) beton pada kedua sisi sambungan

dinamakan menurut jenis gerakan yang dimungkinkannya:

1. Sambungan Susut memungkinkan beton menyusut dan bidang

sambungan sementara menahan gerakan relatif pada arah lain.

2. Sambungan Muai memisahkan kedua muka beton yang berpasangan

secukupnya sehingga memungkinkan pemuaian ke arah bidang

sambungan. Jenis sambungan ini memungkinkan kontraksi tetapi

mencegah gerakan pada arah lain.

3. Sambungan Isolasi sepenuhnya memisahkan kedua muka yang

berpasangan dan memungkinkan kebebasan gerakan relatif.

Harus dipertimbangkan keperluan sambungan pada semua jenis bangunan beton.

Posisi sambungan serta jenis sambungan biasanya ditentukan oleh persyaratan

bangunan. Pada beberapa bangunan, perlunya membuat sambungan yang rapat air

merupakan suatu pertimbangan pokok. Untuk menjamin bahwa sambungan berperilaku

dengan cara yang diinginkan harus diperhatikan detail desain dan konstruksinya.

b. Sambungan Pelaksanaan

Sambungan pelaksanaan adalah sambungan dari beton ke beton yang dibuat

sedemikian rupa sehingga muka beton baru dan lama cukup melekat untuk mencegah

gerakan relatif sepanjang sambungan.

Meskipun terdapat gangguan yang tidak dijadwalkan selama pelaksanaan pengecoran

beton, yang memerlukan pembuatan sambungan pelaksanaan, beberapa gangguan

pada kesinambungan pengecoran beton sudah dapat diperkirakan pada tahap desain

atau sesaat sebelum dimulainya konstruksi, oleh karena itu memungkinkan

perencanaan posisi beberapa sambungan. Perencanaan yang baik bertujuan

menghentikan pengecoran pada lokasi yang sesuai untuk membentuk sambungan

pelaksanaan. Jika ini tidak dapat dilakukan, sambungan pelaksanaan harus

direncanakan penempatannya pada bangunan di mana kehadiran suatu bidang lemah

tidak banyak berpengaruh pada bangunan. Sambungan yang salah dapat

memperlemah bangunan atau memungkinkan masuknya air yang akan merubah

penampilan beton dengan noda yang kurang bagus, selain menimbulkan kelembaban

dan kemungkinan berkaratnya baja tulangan.

Page 107: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 38

Letak Sambungan

Jika sambungan pelaksanaan akan dibuat pada komponen struktur, letaknya harus

disetujui oleh Engineer. Sambungan tersebut biasanya terletak di daerah tegangan

geser minimum. Daerah dengan momen lentur maksimum harus dihindari. Pada balok

dan pelat, geser minimum biasanya pada pertengahan sepertiga bentang dan juga

sambungan harus di tempatkan sedekat mungkin pada titik sepertiga bentang (dalam

hal ini seperenam bentang).

Sambungan pelaksanaan dibuat hanya menurut ketentuan pada gambar rencana.

Persetujuan dari Engineer harus selalu diperoleh sebelum mengganti lokasi

sambungan atau menambah sambungan tambahan.

Biasanya sambungan horizontal tidak diperbolehkan pada pelat, dan sambungan tidak

diperbolehkan di dekat tumpuan balok atau di atas balok, kolom atau dinding lain.

Tegangan geser pada lokasi-lokasi tersebut biasanya tinggi.

Gambar 3.11 - Sambungan Pelaksanaan Vertikal Pada Pelat

Pembuatan Sambungan Vertikal

Jika sambungan pelaksanaan harus dibuat pada balok atau pelat, penahan ujung atau

bulkhead (lihat Gambar 5.11) harus digunakan untuk menjamin bahwa sambungan

pelaksanaan vertikal terbentuk. Jika beton dibiarkan bebas, beton akan menempati

bentuk alaminya dan tidak mungkin dipadatkan secara menyeluruh. Ini akan

menghasilkan sambungan yang lemah dan berpori. Untuk membantu pemindahan

bebas lewat sambungan pelaksanaan vertikal, dowel atau keyway untuk membantu

pelekatan mekanis dapat diletakkan kira-kira pada pertengahan sambungan. Alat

demikian disarankan pada bagian-bagian yang lebih dalam dari 150 mm. Penulangan

tidak boleh dipotong pada sambungan pelaksanaan, dan papan penahan ujung harus

dibuat dalam segmen atau diberi lubang untuk lewatnya penulangan tanpa kehilangan

adukan.

Page 108: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 39

Cara-cara mempersiapkan permukaan sambungan lama untuk menerima beton baru

tergantung pada umur dan kondisi dari beton lama :

1. Jika acuan dialihkan dengan segera untuk memungkinkan sambungan

pelaksanaan dibuat dalam waktu empat jam dari pengecoran beton yang

sebelumnya pada sambungan, persiapan satu-satunya yang diperlukan

permukaan sambungan adalah sikat kawat untuk memperkasar

permukaan, dilanjutkan dengan pembuangan semua bahan yang lepas

sebelum beton baru dicor.

2. Jika umur permukaan sambungan lebih dari empat jam pada waktu

membuat sambungan pelaksanaan, penyemprotan pasir, penyemprotan

air bertekanan tinggi, pengkasaran atau serupa dengan itu harus

dilakukan sebagai ganti penyikatan dengan kawat untuk menampakkan

agregat kasar. Cara-cara keras seperti scabbling hanya dipakai

bilamana beton telah memperoleh cukup kekuatan untuk dapat menahan

lepasnya agregat kasar.Semua bahan lepas harus dicuci atau ditiup

keluar. Beton yang baru harus digetarkan dengan baik terhadap

sambungan.

Catatan: Penggunaan lapisan grout semen untuk memperbaiki lekatan

pada sambungan pelaksanaan vertikal atau horizontal tidak

disarankan. Kekuatan dari sambungan pelaksanaan terutama

tergantung pada persiapan permukaan lama. Suatu epoxy

basah hingga kering buatan pabrik dapat digunakan pada

muka beton yang lama.

Pembuatan Sambungan Horizontal

Selama pengecoran dan pemadatan beton, semen (laitance) dan lapisan beton berpori

langsung di bawahnya, kecenderungan terdapat pembentukan suatu lapisan tipis

rembesan air pada permukaan atas beton yang baru. Bahan permukaan yang lemah ini

harus dibuang sebelum dibuat suatu sambungan pelaksanaan. Jenis sambungan

pelaksanaan pada dinding terlihat pada Gambar 5.12.

Seperti halnya dengan sambungan vertikal, cara persiapan permukaan akan

tergantung pada umur dan kondisinya:

1. Jika umur sambungan tidak lebih dari empat jam pada saat membuat

sambungan, pengalihan permukaan lama pada kedalaman yang cukup

untuk menampakan beton yang kuat adalah satu-satunya persiapkan

yang diperlukan. Beton baru harus cukup plastis untuk mengalir secara

lambat ke dalam posisinya bila digetarkan. Campuran yang terlalu kering

Page 109: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 40

tidak akan lekat dengan menyeluruh, dan campuran yang terlalu basah

mungkin akan memisah (segregate) dan membentuk jumlah rembesan

air dan semen (laitance) yang berlebih.

2. Jika sambungan dibuat pada beton yang berumur lebih dari empat jam,

lapisan permukaan harus dialihkan seperti sebelumnya. Pada beton

berumur kurang dari tiga hari, hal ini relatif mudah dilakukan. Permukaan

harus disikat dengan sikat kawat, dibush hammer atau semprot pasir

dengan ringan untuk menampakkan permukaan agregat tanpa

menurunkan mutu. Sebelum pengecoran, permukaan harus dicuci bersih

dari material lepas atau rembesan air dan semen (laitance) lain yang

terjadi.

Gambar 3.12 - Sambungan Pelaksanaan Pada Dinding

c. Sambungan Susut

Sambungan susut adalah sambungan beton pada beton, yang dibuat sedemikian rupa

sehingga beton bebas menyusut menjauhi bidang sambungan, sementara semua

gerakan relatif lewat sambungan harus dicegah.

Pembuatan Sambungan Susut yang Dibentuk

Sambungan susut yang dibuat dengan sengaja membentuk suatu bidang vertikal

perlemahan pada pelat atau dinding. Sambungan ini kadang-kadang dibentuk sebagai

sambungan yang terkunci untuk mengendalikan gerakan diferensial lewat bidang

sambungan, meskipun sering digunakan dowel, dengan satu ujung dilapisi sehingga

bebas bergeser untuk pengendalian geser tambahan. Lekatan antara beton baru dan

yang ada pada sambungan susut harus ditiadakan. Hal ini dapat dilakukan dengan

Page 110: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 41

cara mengecat permukaan sambungan menggunakan campuran perawatan, emulsi

aspal, minyak acuan atau bahan pemisah lekatan yang serupa.

d. Sambungan Pengendalian

Sambungan pengendallian atau sambungan susut palsu (dummy) adalah suatu

bidang pelemahan yang dibuat pada bangunan dengan cara pembuatan alur.

Sambungan ini berfungsi sebagai sambungan pelaksanaan karena mengkonsentrasi-

kan tegangan susut pada bagian yang diperlemah, dan karenanya membatasi

retakan penyusutan ke bawah alur.

Pengkaitan mekanis lewat retakan tak teratur membantu memindahkan beban

melewati sambungan dan mencegah gerakan relatif pada bidang sambungan.

Pembuatan Sambungan Kontrol

Sambungan kontrol dapat dibuat pada salah satu dari tiga perbedaan selama

pemasangan.

1 . Sambungan control dapat dibuat sementara beton sedang dicor

dengan memasukkan strip yang telah dibentuk sehingga terjadi suatu

alur.

2. Setelah beton dicor dan sedang diselesaikan, sambungan dapat

dibuat dengan suatu alat pembuat alur yang sesuai. Sambungan

demikian akan mempunyai ujung bulat serta lewat pada pelat untuk

seperenam hingga seperempat dari ketebalan pelat.

3. Setelah beton cukup mengeras, sambungan control yang digergaji

dapat dibuat. Sambungan harus dibuat seawal mungkin sebelum

penyusutan akibat pengeringan.

e. Sambungan Muai

Sambungan muai membuat celah antara kedua permukaan beton yang berpasangan

sehingga memungkinkan pemuaian beton ke dalam celah. Celah biasanya diisi

dengan bahan pengisi yang dapat ditekan masuk seperti karet, plastik, gabus atau

mastic. Semua gerakan relatif pada bidang sambungan dicegah.

Sambungan muai mungkin merupakan jenis sambungan yang pembuatannya paling

mahal. Perencana harus mempertimbangkan dengan baik perlunya sambungan

pemuaian dan jarak antaranya.

Suatu peningkatan pada suhu beton biasanya akan menambah panjang beton, yaitu

peningkatan suhu sebesar 10°C akan menghasilkan pemuaian sekitar 1 mm.

Page 111: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 42

Pembuatan Sambungan Muai

Sambungan muai sederhana, hanya memungkinkan pemuaian dan penyusutan

beton. Oleh karena itu, gerakan-gerakan pada bidang sambungan harus dicegah.

Jadi harus dilakukan suatu cara untuk memindahkan beban melewati sambungan

muai. Hal ini dapat dilaksanakan dengan membentuk sambungan terkunci, tetapi

kunci akan mempersulit masuknya bahan pengisi sambungan muai.

Beban biasanya dipindahkan melewati sambungan dengan bantuan batang dowel.

Setengah panjang masing-masing batang tertanam di dalam beton yang ditempatkan

mula-mula pada sambungan. Setengahnya lagi dilapis sehingga mencegah pelekatan

dengan beton baru pada sambungan. Beberapa cara yang digunakan adalah melumasi

atau melapisi dengan bitumen separuh dari masing-masing batang. Ujung dari separuh

batang yang dilapis kemudian diberi topi untuk membuat socket sehingga batang dapat

bergerak pada waktu pemuaian beton terjadi.

f. Sambungan Isolasi

Sambungan isolasi membuat celah (kerenggangan) antara permukaan beton yang

berpasangan sehingga memungkinkan kebebasan gerakan pada masing-masing sisi

dari sambungan. Celah ini biasanya diisi dengan pengisi yang dapat dibentuk seperti

papan fiber, gabus, mastic, plastik atau karet.

Kebanyakan sambungan pemuaian pada jembatan juga merupakan sambungan

isolasi.

Beberapa tipe sambungan diperlihatkan pada Gambar 3.13.

Page 112: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 43

Gambar 3.13 - Tipe Sambungan Beton

3.5 BETON PRATEKAN

Beton merupakan bahan yang kuat terhadap tekanan tetapi relatif lemah terhadap

tarikan. Jadi beton dapat menahan beban berat yang menekannya tetapi hanya dapat

menahan beban yang relatif ringan yang cenderung menarik atau melenturkannya.

Pada beton pratekan diambil manfaat dari kemampuan beton untuk melawan gaya

tekan. Suatu gaya tekan luar diberikan pada beton supaya tetap berada dalam tekanan

(kompresi) selama umur normalnya, sehingga dapat mencegah terjadinya tegangan

tarik bilamana diberi beban yang cenderung menarik atau melenturkan beton.

Page 113: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 44

3.5.1 UMUM

Singkatnya tegangan tekan awal diberikan pada beton untuk meniadakan atau

mengurangi tegangan tarik yang terjadi dari berat mati atau beban hidup.

Pada beton bertulang, baja menampung semua tegangan tarik ditambah tegangan

tekan berlebih yang tidak dapat dipikul oleh beton. Pada beton pratekan, baja dipakai

terutama untuk memberikan tegangan tekan pada beton.

Suatu bagian bangunan pratekan berada di bawah tekanan secara permanen (tetap) -

hal ini meniadakan retakan-retakan secara efektif. Jika bagian itu agak dibebani lebih

dan retakan akibat tegangan terbentuk, ini akan menutup pada waktu pembebanan

lebih dihilangkan, (dengan syarat baja tidak mengalami peregangan berlebih). Dengan

beton bertulang, baja tidak diperbolehkan bekerja pada keadaan tegangan tinggi,

karena perpanjangan baja akan menimbulkan retakan dengan pengaruh yang tidak

diinginkan terhadap ketahanan dan lendutan.

Komponen beton pratekan biasanya lebih kecil dari komponen beton bertulang. Ukuran

lebih kecil ini mengurangi kuantitas baja dan beton tetapi diimbangi dengan perlunya

penggunaan bahan kekuatan tinggi.

Terdapat dua sistem pemberian prategangan pada beton, yaitu menegangkan sebelum

beton dicor atau menegangkan setelah beton dicor. Masing-masing sistem disebut

sebagai pretension dan posttension. Dalam kedua hal tersebut penegangan dilakukan

sebelum pemberian beban mati dan hidup pada komponen.

3.5.2 SALURAN (DUCTING) UNTUK TENDON PRATEGANG

Berbagai bentuk saluran untuk tendon prategang biasanya merupakan barang paten,

dan dapat dijelaskan pada Gambar Rencana, atau merupakan bagian dari sistem

penarikan. Saluran seringkali terbuat dari baja gauge yang sangat ringan untuk

flexibilitas dan pertimbangan ekonomi, dan mudah rusak pada waktu penanganan,

penyimpanan, perbaikan atau pada proses pengecoran.

Penempatan saluran yang tepat sangat penting. Saluran harus disetel dengan tepat

dan dipasang pada tulangan dengan interval dekat, biasanya dengan kawat pengikat

yang cukup kencang untuk mencegahnya bergerak, tetapi tidak terlalu kencang

sehingga merubah bentuk saluran. Saluran dapat mengapung pada beton basah,

sehingga harus diikat terhadap gerakan keatas, selain harus ditopang dari bawah.

Penulangan dapat menggunakan dudukan (saddle) atau batang penempat supaya

menjamin ketepatan. Saluran harus diperkaku, balk dengan menempatkan tendon

Page 114: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 45

penegang dalam saluran atau dengan cara lain yang sesuai (seperti pipa PVC atau

baja), untuk memperkecil perubahan bentuk atau kerusakan pada saluran.

Ruas sambungan saluran harus ditutup dengan hati-hati untuk mencegah masuknya

adukan cair (slurry) beton yang digetarkan dapat masuk ke dalam saluran.

Pekerja yang mengoperasikan penggetar internal harus diberi petunjuk dan diawasi

dengan baik, karena saluran dapat rusak oleh benturan dari kepala penggetar.

Saluran logam biasa digalvanisasi. Lapisan dalam timah hitam kadang-kadang

diberikan di bagian dalam, jika perlu, untuk mengurangi kehilangan gesekan (friction)

pada daerah pelengkungan tendon yang besar.

Harus disediakan lubang-lubang pada interval teratur di semua saluran, terutama pada

semua titik tinggi dan rendah. Lubang biasanya berdiameter sekitar 20 mm dan harus

diberi sumbat supaya lubang dapat ditutup setelah grout yang bebas udara mulai

mengalir. Lubang harus diteruskan sepanjang jarak tertentu (sekitar 300 mm cukup)

lewat permukaan beton.

Lubang juga diperlukan pada kedua ujung tiap saluran untuk grouting. Tiap lubang

harus mempunyai katup sumbat yang dapat menahan 700 kPa untuk sedikitnya satu

menit tanpa air atau udara mengalir keluar.

3.5.3 TENDON DAN PENJANGKARAN

Tendon untuk prategang dapat terdiri dari kawat tarik, lilitan (strand), atau batang baja

mutu tinggi. Gambar dan Spesifikasi Teknik dapat dibuat untuk menyesuaikan dengan

suatu sistem prategang yang khusus. Sistem alternatif diperbolehkan dengan

persetujuan Engineer, dengan syarat bahwa detail sistem alternatif diserahkan oleh

Kontraktor pada waktu penawaran.

Bahan dan peralatan sering disediakan oleh Sub Kontraktor yang dapat mengadakan

penegangan dan grouting pada bagian bangunan itu bila perlu. Keterangan pengujian

dan contoh kawat (wire), lilitan kawat baja (strand) atau batang (bar) diambil dan

diperiksa. Grafik beban-perpanjangan (extension) yang disediakan oleh pabrik atau

penguji berwenang, dipakai untuk tiap batch untuk membandingkan gaya

sebenarnya dan gaya teoritis pada lilitan kawat atau kawat dan perpanjangan pada

waktu penegangan. Adalah penting bahwa tendon dalam sistem multi-strand atau

sistem kawat baja terdiri dari strand atau kawat baja dari batch yang sama, atau

batch dengan Modulus Young yang sama.

Adalah penting bahwa tendon harus bersih dan aman terhadap kerusakan, puntiran

atau bengkokan. Goresan kecil yang disebabkan oleh penyimpanan atau

penanganan yang kurang baik dapat berakibat suatu konsentrasi tegangan yang

Page 115: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 46

akan menyebabkan terputusnya kawat pada waktu penegangan atau setelah

pemasangan selesai. Pengelasan dan pemotongan dengan api dekat tendon harus

dilarang, karena ini dapat pula menyebabkan tendon patah akibat percikan sesat

atau tetesan logam cair. Bahan penegangan tidak boleh diseret di tanah, diinjak,

digilas alat di lokasi atau disimpan di tempat yang dapat terkena lemak, cat atau

pelapis lain.

Angker harus diperiksa dengan teliti sebelum dipasang untuk kualitas, penyelesai-

an dan kerusakan.

Adalah penting tendon dipretension, Gambar Rencana menunjukan lokasi dan

detail dudukan (saddle) atau alat lain, jika perlu, supaya tendon tetap pada

posisinya sampai beton mengeras. Alat-alat ini harus disetel dengan tepat pada

posisi, dan harus cukup kuat menahan beban yang dihitung.

Tendon harus tetap bersih pada waktu pemasangan, dan kain lap yang dibasahi

pelarut dapat dipakai untuk menghilangkan minyak acuan atau tapisan lain. Jika

ada bagian tendon yang harus dilepas, dapat dipakai selubung (sheath) plastik

yang ujungnya tertutup plester, atau plester paten dapat dibungkus sekeliling

bagian yang dilepas ikatannya (debonded), biasanya dalam dua lapisan di mana

masing-masing lapis diputar pada arah berlawanan. Sebaiknya pengecoran beton

dilakukan sesegera mungkin setelah penegangan.

Masing-masing lilitan kawat tendon post tension tidak boleh melintir di dalam kabel

dan, untuk sistem kawat tunggal (mono-strand) pengatur jarak (spacer) (pada jarak

pusat 1 m) harus digunakan.

Bilamana tendon telah ditempatkan dalam saluran sebelum pengecoran, tendon

harus ditarik ke belakang dan ke muka kira-kira 300 mm masing arah setelah

pengecoran, untuk menjamin kebebasannya dan memutus lekatan (bond) pada

adukan cair (slurry) yang meresap/bocor kedalam saluran. Hal ini biasanya harus

dilakukan segera setelah beton mengeras awal, tetapi dapat dilakukan lebih dini

dalam hal sambungan in-situ antara segmen pracetak. Kalau diperkirakan telah

terjadi kebocoran dalam saluran pada waktu pengecoran, saluran harus dibilas

dengan air, kemudian ditiup keluar dengan udara bertekanan (kompressi) yang

bebas minyak.

Bila digunakan sistem angker mati (dead anchor) untuk tendon, tidak mungkin

memindahkan tendon setelah pengecoran. Bila sistem tersebut digunakan, penting

untuk mengecor beton sesegera mungkin setelah menempatkan tendon untuk

menghindari keadaan terbuka (expose) yang tidak perlu, yang dapat

mengakibatkan berkaratnya tendon dalam daerah di luar saluran.

Page 116: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 47

Angker harus dipasang tegak lurus (square) terhadap garis tendon. Templates

sangat bermanfaat bagi menentukan tempat dan memeriksa posisi serta alinemen

angker sebelum dan sesudah pengecoran.

3.5.4 PENEGANGAN

a. Umum

Penegangan tendon baja tarik mutu tinggi adalah operasi yang sangat penting yang

kadang-kadang rumit. Ini dapat juga membahayakan. Oleh karena itu penting bagi

pengawas dan operator untuk memiliki pengalaman dan mempunyai peralatan yang

dapat diandalkan dan yang dipelihara dengan baik. Langkah-langkah pengamanan

yang ketat harus diambil pada waktu operasi penegangan. Dongkrak (jack) harus

sesuai untuk sistem angker yang digunakan, dipasang secara sentris (centrally) di atas

garis penarikan (tensioning) dan ditempatkan tepat pada pengangkeran, serta

beroperasi dalam batas kapasitas yang ditentukan.

Sebelum penegangan, peralatan harus diperiksa apakah memiliki sertifikat kalibrasi

yang berlaku dari lab yang dapat diterima. Ujung kawat, kabel atau batang harus

dibersihkan dari bahan yang dapat mempengaruhi cengkraman (grip) pada alat

pengangkeran, di mana alat tersebut harus bersih.

Pada pekerjaan post tension, kabel harus bebas bergerak di dalam saluran, yang harus

sudah ditiup dengan udara bertekanan yang bebas minyak sebelum penempatan

kabel. Periksa bahwa kepala angker terpusat dengan tepat di atas pelat angker cast-in.

Penegangan kabel harus berlangsung segera setelah menempatkan kabel di dalam

saluran. Penundaan selama dua minggu atau lebih dapat menyebabkan perlunya kabel

dipindahkan untuk memeriksa kontaminasi atau debu.

Gambar-gambar dan Spesifikasi Teknik memberikan beban prategang yang

disyaratkan, dan urutan yang harus diberikan. Penyimpangan (deviasi) yang diusulkan

harus dibicarakan dengan Engineer untuk menjamin bahwa bangunan tidak

memperoleh beban yang tidak dapat diterima. Dengan cara yang sama, instruksi atau

petunjuk yang diberikan pemilik sistem prategang yang dipakai harus diikuti oleh

operator.

Kekuatan beton komponen harus diperiksa sebelum prategang untuk komponen yang

dipost-tension atau sebelum pemindahan gaya prategang untuk komponen yang pre-

tension untuk menjamin bahwa beton telah memperoleh kekuatan yang diperlukan.

Page 117: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 48

b. Prosedur Penegangan

i. Umum

Grafik beban perpanjangan dipakai untuk menghitung perpanjangan teoritis di

mana untuk strand pre-tension yang melendut ditegangkan pada posisi melendut,

dan tendon post-tension harus memasukkan kehilangan akibat gesekan (friction).

Kehilangan dapat ditegaskan oleh pengujian lapangan, bilamana mungkin.

Beban tendon biasanya diukur oleh dynamometer atau dongkrak penarik yang telah

dikalibrasi dan sistem pengukur tegangan, serta diperiksa dengan membandingkan

perpanjangan yang terjadi dengan nilai yang dihitung. Beban pratekan harus

diberikan sesuai dengan urutan yang ditentukan, dan sekali dimulai disarankan

agar pembebanan dilanjutkan tanpa penundaan sampai komponen sudah seratus

persen dibebani. Beban awal harus diberikan pada semua tendon untuk

menghilangkan kendor (slack) sebelum penarikan (tensioning). Perhitungan untuk

beban ini dapat dibuat dengan menggambarkan grafik nol koreksi (zero correction)

atau dengan mengestimasi dan membandingkan perpanjangan antara beban awal

dan beban akhir. Jika perpanjangan sebenarnya berbeda lebih 5% dari

perhitungan, periksa peralatan dan bahan sebelum melepaskan dan membebani

kembali. Ketika membebani kembali, harus diingat bahwa kinerja beban

perpanjangan bahan penegangan tidak akan sama dengan pembebanan pertama.

Jika kehilangan gesekan dianggap terlalu besar, tendon harus diminyaki dengan

hanya menggunakan minyak yang larut dalam air, atau pembebanan dapat

diberikan dari kedua ujung.

Semua penegangan harus dicatat pada lembar catatan penegangan yang sesuai

bersama-sama dengan semua informasi yang terkait dengan tendon, grout dsb.

ii. Penarikan

Kontraktor harus memberikan rincian mengenai tekanan gauge yang akan dipakai

pada waktu penarikan, perpanjangan (extension) yang dihitung untuk tendon dari

gulungan (coil) khusus, dan kehilangan yang diizinkan pada angker, pengangkat

(hold up), penahan (hold down) dan penghubung sambungan (splice connector).

Konsultan Supervisi harus menjamin bahwa akan dipakai peralatan penarikan yang

benar untuk prategangan. Khususnya semua dongkrak penarik dan gauge harus

diperiksa, serta nomor serinya dicatat, karena jenis-jenis dongkrak dan gauge yang

serupa dapat berbeda kinerjanya.

Sebelum penarikan dimulai, semua dongkrak penarik harus dicoba dengan

pemompaan ram ke dalam dan ke luar beberapa kali. Tiap tendon diberi nomor dan

pola tendon yang diberi nomor disketsa pada catatan penarikan. Pada waktu

Page 118: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 49

tendon mula-mula ditarik melalui pengangkat (hold-up), penahan (hold-down) dan

headstock billets, tendon ini akan kendor (slack) dan melendut (sagging). Oleh

karena itu, perlu memberi gaya pada tendon untuk menarik kendor (slack) sebelum

kegiatan penarikan utama dimulai. Operasi ini disebut "Sag Pull Up" dan tekanan

yang dicatat pada gauge ketika ini dilakukan disebut "Sag Pull Up pressure" atau

"S.P.U" Nilai dari tekanan ini harus ditentukan dengan memperhatikan tendon pada

waktu penarikan berlangsung dan akan merubah pengaturan prategangan dan

panjang dasar prategang (prestressing bed). Akan tetapi biasanya tekanan gauge

sekitar 7 MPa sudah memadai.

iii. Prosedur Penarikan

Tendon pertama harus ditarik hingga tekanan sag-pull-up, seperti ditunjukan oleh

gauge tekanan, dan tendon ditandai "1" pada ujung penarikan, seperti terlihat pada

Gambar 3.14. Pada waktu yang sama penandaan dilakukan pada semua

sambungan (splices) dan pada ujung tendon, seperti terlihat pada Gambar 3.15 dan

3.16. Tanda-tanda ini dipakai untuk rujukan kemudian dalam perhitungan

perpanjangan yang diukur sebenarnya. Penting untuk membaca secara tepat

tekanan Sag-Pull-Up. Jika terjadi ketidak-tepatan dalam membaca tekanan ini akan

terjadi kesalahan pada perpanjangan yang diperlukan pada beban penuh.

Tendon kemudian harus ditarik sampai tekanan dongkrak yang ditentukan, dengan

memakai gauge tekanan, dan tendon yang ditandai "2" pada ujung penarikan,

seperti terlihat pada Gambar 5.14. Tekanan dongkrak kemudian dilepas untuk

memungkinkan tendon dijepit oleh baji pada headstock. Pengurangan pada

perpanjangan dari yang terdapat pada tekanan dongkrak penuh disebabkan karena

kehilangan di angker headstock setelah penguncian (lock-off). Kehilangan pada

angker ini harus dicatat dan dibandingkan dengan nilai perkiraan. Kehilangan pada

perpanjangan dari tendon di angker headstock pada saat tendon dijepit oleh baji

disebut kehilangan pada angker, dan merupakan kombinasi tergesernya (slip)

angker dan masuk angker kedalamnya (draw-in). Proses penarikan harus diulang

sampai semua tendon telah ditarik. Dua tendon pertama kemudian ditarik kembali

untuk menentukan tekanan pengangkat (lift-off) pada waktu konus terangkat pelat

billet. Mungkin perlu menggunakan jembatan detensioning untuk menentukan

tekanan lift-off ini. Tekanan lift-off dari tendon harus sedikitnya sama dengan

tekanan yang ditentukan, jika tekanan lift off kurang daripada yang ditentukan, ini

menandakan bahwa dasar (bed) prategang telah memendek, atau telah terjadi

angker tergeser (slip), dan harus dilaporkan pada Engineer. Setelah penarikan

Page 119: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 50

selesai, acuan ujung dan tulangan baja harus diperiksa untuk memastikan bahwa

tendon tidak merubah bentuknya (fouled).

iv. Extension (Perpanjangan)

Perpanjangan "sebenarnya" yang diukur dari tendon adalah perpanjangan yang

diukur antara tanda "'1" dan "2" dari Gambar 3.14. dikurangi yang berikut:

(i) Penguncian (Lock off) terukur pada angker pada headstock Gambar

3.14.

(ii) Pergeseran (Slippage) pada angker pada ujung mati (dead-end)

Gambar 3.15.

(iii) Pergeseran (Slippage) total pada baji pada penyambungan (splice)

Gambar 3.16.

(iv) Pemendekan dasar pengecoran.

(v) Gerakan setempat pada pelat dead end sandwich dan titik rujukan

yang dipakai untuk mengukur perpanjangan pada ujung penarikan.

Butir (iv) dan (v) sangat kecil dan sering diabaikan. Akan tetapi butir tersebut harus

selalu diperiksa untuk menentukan apa bila ada pengaruhnya terhadap

perpanjangan, khususnya sehubungan dengan dasar prategang yang dibuat dari

komponen baja. Perpanjangan sebenarnya yang diukur dan kehilangan angker

pada headstock akan dibandingkan dengan nilai-nilai perhitungan atau perkiraan,

dan tidak boleh berbeda dengan nilai tersebut lebih daripada yang diizinkan dalam

Spesifikasi Teknik. Suatu cara pemeriksaan untuk menentukan perpanjangan yang

sebenarnya adalah dengan menandai panjang tendon 4 m dan mengukur panjang

ini sebelum dan sesudah penarikan. Kemungkinan penyebab perbedaan antara

perpanjangan sebenarnya yang diukur, dengan perpanjangan yang dihitung adalah:

(i ) suatu tekanan sag-pull-up yang salah mungkin telah digunakan.

(ii) tekanan dongkrak akhir mungkin salah.

(iii) kalibrasi dari sistem dongkrak mungkin salah.

(iv) Pada tendon mungkin ada tulangan atau membentuk ujung yang

kotor.

(v) Telah dilakukan pengukuran yang salah.

(vi) Tergesernya (slip) dan masuk ke dalamnya penjangkaran (draw-in)

berbeda dari yang diperkirakan.

(vii) Gesekan akibat penahan (hold-down) dan pengangkat (hold-up)

mungkin berbeda dengan perkiraan.

(viii) Terjadi pergeseran (slippage) pada tendon yang tidak terduga.

Page 120: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 51

(ix) Sertifikat lilitan kawat baja (strand) dari pemasok mungkin tidak

benar.

Gambar 3.14 - Perpanjangan Yang Diukur

Gambar 3.15 - Pergeseran (Slippage) Pada Ujung Mati

Page 121: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 52

Gambar 3.16 - Pergeseran (Slippage) Pada Penyambungan

v. Kegagalan Tendon

Kegagalan tendon dapat terjadi karena penjepit atau baji aus, kegagalan tendon

setempat karena bahan yang kurang baik, korosi, kerusakan fisik seperti

pemuntiran (kinking), tegangan berlebih, atau pemanasan tendon. Sebagai langkah

pengamanan, tendon yang terbuka harus ditutup terpal atau ditahan dengan

penahan (toggle) untuk mencegah pencambukan tendon bila terjadi kegagalan.

Jika terjadi kegagalan harus diselidiki penyebabnya sebelum pekerjaan dilanjutkan.

Tendon kemungkinan lepas melalui baji dan bukannya putus. Jika hal ini terjadi,

tendon akan lepas keluar pada ujung lain dasar (bed) prategang menurut garis

lurus, sampai dihentikan oleh penghalang atau deflector. Dengan alasan ini,

penting untuk membiarkan daerah di belakang angker bebas dari benda apapun,

dan tidak mengijinkan siapapun berdiri di belakang angker pada waktu tendon

ditarik dan terbuka. Baji harus diperiksa untuk memastikan kebenaran ukurannya

untuk lilitan kawat (strand) yang digunakan, tidak retak, giginya tidak tumpul atau

aus, dan harus bersih serta bebas dari lemak dan debu. Jika penggeseran

(slipping) berlebihan terjadi, mesin, toleransi dan kekerasan baji dan kepala angker

harus diperiksa. Baji yang biasa dipakai pada post-tension tidak boleh dipakai pada

pre-tension karena giginya terlalu halus. Tugas utama Konsultan Supervisi adalah

memastikan bahwa semua tindakan pengamanan diperhatikan di pabrik pracetak,

dan khususnya semua tanda peringatan keamanan dipasang pada waktu penarikan

berlangsung. Bila Kontraktor tidak memenuhi syarat-syarat pengamanan, pekerjaan

harus dihentikan, sampai Spesifikasi Teknik tersebut dipenuhi.

Page 122: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 53

c. Pemindahan Gaya Prategang

Untuk pekerjaan pre-tension, pemindahan gaya prategang pada beton harus

berlangsung secara perlahan dan seragam dengan menggunakan dongkrak-

dongkrak untuk melepaskan gaya dalam semua tendon pada waktu yang sama.

Pemotongan mekanis lilitan kawat (strand) yang dibebani tidak diperbolehkan,

karena pengaruh kejut (impact) dari pelepasan tiba-tiba pada unit yang selesai. Jika

headstock dengan desain khusus untuk detensioning semua lilitan kawat (strand)

pada satu waktu tidak tersedia, pemindahan beban dilakukan dengan

pendongkrakan sebagian dari tendon tunggal menurut pola yang dianjurkan atau

dengan relaksasi panas. Pemindahan beban dengan pemanasan dapat diterima,

bila panas diberikan pada panjang tendon yang cukup dan untuk waktu yang

memadai sehingga relaksasi berangsur-angsur sebelum kegagalan akhir. Relaksasi

lilitan kawat harus berlangsung bersamaan pada kedua ujung dasar prategang

(stressing bed) untuk mencegah gerakan tiba-tiba unit itu. Beton harus dilindungi

terhadap radiasi panas dari api dan panas yang diantarkan melalui tendon, dengan

cara menjauhkan api (sekurangnya 300 m) dari unit. Jika lilitan kawat pretension

melendut, kawat-kawat tunggal dan alat penahan (hold down) harus dilepas dalam

urutan yang ditentukan sebelumnya oleh perencana, untuk mencegah pola

pembebanan yang kurang dapat diterima pada beton.

Setelah pemindahan tegangan, tendon harus dipotong rata pada ujung komponen

atau angker. Pemotongan dengan api tidak boleh digunakan untuk maksud ini

untuk mencegah kerusakan beton. Ujung terbuka tendon kemudian dilindungi

terhadap korosi dengan pemakaian campuran penutup seperti epoxy tir atau epoxy

resin.

d. Pembuatan Catatan

Keterangan seperti kekuatan beton, hog, bow, detail peralatan penegangan yang

dipakai, nomor gulungan (coil) yang dipakai pada fabrikasi kabel, beban dan

perpanjangan harus dicatat, sebaiknya dengan menggunakan formulir standar

3.5.5 TINDAKAN PENGAMANAN

Yang penting untuk diingat adalah bahwa tidak seorangpun boleh, berdiri di belakang

dongkrak penarik atau angker pada waktu operasi penegangan.

Semua orang yang tidak terlibat secara aktif dalam operasi penegangan dan

pengawasan pelaksanaannya harus menjauhkan din dari pekerjaan itu. Staf Supervisi

Page 123: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 54

harus mampu dan berpengalaman. Operator juga sebaiknya berpengalaman dalam

sistem penegangan yang dipakai.

Kondisi semua peralatan harus diperiksa dengan baik sebelum dimulai, terutama alat-

alat penjepit yang harus dipakai lebih dari sekali. Pastikan bahwa peralatan dalam

kondisi baik. Kebersihan sangat penting. Komponen yang menunjukkan keadaan

sering dipakai atau lelah harus diganti, dan kondisi selang tidak boleh dilupakan.

Gulungan kawat tank harus ditangani secara hati-hati karena dapat tiba-tiba lepas

kembali jika ujungnya tidak ditahan. Jika unit yang akan diberikan tegangan (stress)

atau grout berada pada ketinggian (di atas), lalu-lintas di bawah harus dialihkan atau

dilindungi terhadap pengaruh kawat atau kabel putus dan terhadap grout yang bocor.

Dongkrak penarik harus dijaga tidak meloncat ke belakang (recoil), sebaiknya dengan

rantai, di mana ada kemungkinan gagalnya bahan atau peralatan penegangan secara

mendadak. Penghalang yang berat harus dipasang di belakang dongkrak, dan ruang

antara dongkrak serta penghalang harus ditutup. Tanda-tanda harus dipasang,

memperingatkan pekerja dan masyarakat umum agar menjahui tempat itu. Gulungan

karung atau plastik berat, dan kayu dapat dipasang di atas kawat prategang yang tidak

ditempatkan dalam acuan atau tulangan. Sistem pendongkrakan tidak boleh

ditinggalkan di bawah tekanan. Jika penegangan tidak dapat diselesaikan dalam waktu

singkat, turunkan dongkrak dan mulai lagi bila persoalan sudah dipecahkan, dengan

membuat penyesuaian yang perlu pada beban dan perpanjangan.

Pengelasan atau pemotongan dengan api tidak boleh dilakukan di dekat bahan atau

peralatan penegangan, dan sebaiknya tidak memukul dengan palu atau menggoncang

peralatan jika pembebanan sudah dimulai.

Periksa posisi dongkrak dan alinemen dan penahan (fixing) pada kedua ujung unit

setelah beban awal diberikan. Operator yang berpengalaman harus mengawasi ujung

yang tidak mendongkrak pada waktu pembebanan.

Pada waktu grouting, operator harus menjaga kebersihan terhadap kebocoran saluran

karena pemampatan (blockage) sementara dapat diikuti oleh suatu explosive

clearance.

3.5.6 GROUTING

a. Umum

Grouting memberi perlindungan jangka panjang terhadap karat pada tendon

prategang, membantu menyebarkan beban superimpose pada keseluruhan unit, dan

melindungi unit itu terhadap kemungkinan kegagalan yang disebabkan oleh

dilepaskannya beban oleh satu atau lebih kawat dalam kabel yang ditegangkan. Oleh

Page 124: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 55

karena itu grouting disarankan segera setelah penegangan suatu unit selesai, dan

tidak lebih dari dua hari setelah penyelesaian. Dalam keadaan khusus grouting dapat

ditunda, akan tetapi harus dipikirkan perlindungan tendon terhadap korosi pada waktu

ini.

b. Bahan dan Pengadukan

Grout adalah campuran semen dan air dan bahan tambahan yang disetujui. Desain

campuran harus mengandung air hanya secukupnya untuk memungkinkan campuran

mengalir bebas dan menembus rongga. Grout biasa dari semen dan air merembes dan

menyusut, dan bahan tambahan pemuai atau bahan tambahari jenis gel atau plasticiser

dapat disetujui untuk memperbaiki kelemahan ini. Pengaduk standar (tumble action)

kurang sesuai untuk mengaduk grout dan pengaduk putar (rotary) berkecepatan tinggi

lebih sesuai, di mana air selalu pertama-tama yang dimasukkan. Grout dikeluarkan dari

pengaduk melalui corong dan penyaring ke pompa yang sesuai yang bekerja secara

kontinyu dan mempunyai fasilitas resirkulasi yang akan tetap menjaga campuran

berjalan terus bila grout tertahan sementara. Pelaksanaan yang baik mensyaratkan

grout cukup diaduk hanya untuk satu saluran. Kelebihan sisa yang terjadi tidak boleh

dipakai kembali, dan jika terjadi penundaan, grout yang umurnya lebih dari 30 menit

tidak boleh dipakai.

c. Prosedur

Saluran (duct) dibilas pertama-tama dengan menggunakan aliran air yang banyak,

kemudian ditiup dengan udara bertekanan yang bebas minyak. Air yang tertinggal

dalam saluran (duct) akan dipaksa keluar melalui lubang (vent) oleh grout yang masuk.

Persediaan grout dihubungkan dengan lubang paling bawah. Lubang-lubang sisa

lainnya secara berturutan ditutup pada waktu grout, yang bebas dari udara dan air

yang mengalir keluar. Setelah saluran (duct) terisi penuh, pompa masih melanjutkan

tekanan, yaitu sekitar 700 kPa, pada sistem tertutup selama satu menit. Jika dianggap

perlu, konsistensi grout dapat diperiksa dengan hidrometer.

Adalah penting bahwa sistem itu, terutama pada sambungannya, bebas dari kebocoran

dan bahwa peralatan bersih serta terpelihara. Jika terdapat kebocoran yang tidak dapat

dihentikan pada waktu grouting, grout di dalam saluran (duct) harus dibilas keluar

dengan air dan kegiatan dimulai kembali setelah kebocoran diperbaiki. Jika ada

pemampatan (block-age) kemungkinan seluruh duct dapat diisi dengan memindahkan

kegiatan pengadukan dan pemompaan pada sisi lain dari unit, jika tidak pemampatan

harus dibuka dengan menggunakan air dan udara bertekanan. Di mana ada resiko

kebocoran menyilang (cross bleeding) dari grout ke dalam saluran (duct) yang

Page 125: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 56

berdekatan, yang juga akan digrout, kadang-kadang lebih baik mengisi kedua saluran

(duct) secara bersamaan.

Pekerja yang bekerja dekat unit itu harus sadar akan kemungkinan terjadinya

semprotan tiba-tiba dari campuran udara-air-grout. Pada umumnya pekerja harus

menjauhi kabel sampai grout mengeras. Unit tidak boleh dipindahkan selama 7 hari

sampai grout menjadi kuat. Di mana unit digrout pada lokasi akhirnya pada jembatan,

unit itu tidak boleh dibebani lalu lintas atau beban berat untuk 7 hari setelah grouting.

Peralatan, prosedur dan sifat-sifat campuran grout harus diuji sebelum dan selama

pelaksanaan, dan contoh dapat diambil untuk pengujian kekuatan. Kekuatan grout

sebesar 30 MPa (300 kg/cm2) adalah kekuatan 28 hari yang lazim.

Bilamana grouting telah selesai, semua pipa ventilasi yang menonjol dipotong rata dan

dirapihkan.

3.5.7 PENANGANAN DAN PENYIMPANAN GELEGAR DAN UNIT LANTAI

PRA-TEKAN PRACETAK

Gelegar post tension dapat didesain dengan cukup penulangan untuk

memungkinkannya diangkat dari dasar pengecoran (castingbed) setelah dicor dan

sebelum post-tesioning. Desain lain memungkinkan penegangan sebagian (partial

stressing), sehingga unit dapat dipindahkan dari dasar pengecoran untuk diselesaikan

penegangannya dan kemudian digrouting. Desain yang lain mensyaratkan bahwa unit

harus ditegangkan penuh (fully stressed) sebelum dapat dipindahkan. Oleh karena itu

penting bahwa pengawas pabrik pracetak harus mengerti dengan jelas cara yang

diizinkan untuk menangani unit pratekan, bahwa bagian atas ditandai, dan bahwa unit

harus dipindahkan, dinaikkan (kendaraan), diangkut dan diturunkan hanya dengan

pengawasan penuh. Komponen pracetak harus diberi tanda untuk tempat mengangkat.

Tempat tanda tersebut ditentukan dalan Gambar Rencana: Komponen pratekan

diangkat dan didukung hanya pada tempat yang telah ditentukan tersebut.

Jika gelegar diangkut tanpa suatu spreader, suatu peraturan praktis adalah bahwa

sling harus bersudut 60° terhadap garis horizontal, meskipun hal ini dapat berbeda

dalam Gambar Rencana. Gelegar yang sangat panjang dan fleksibel mungkin perlu

penyangga samping untuk mencegah menekuk kesamping yang disebabkan beban

angkat axial dari sling.

Tempat penumpukan harus berada di tempat datar, kuat, rapi, dan kering (drained).

Kayu yang berat dan lebar penuh, sebaiknya kayu keras (hardwood), mendukung

gelegar dekat tiap posisi tumpuan, dan tanah antara tumpuan harus bebas untuk

menjamin bahwa bila tumpuan utama membolehkan gelegar untuk turun setelah hujan

Page 126: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 57

besar dia tidak akan menerima dukungan dari apapun dalam daerah ini. Gelegar harus

tetap tegak dan tidak boleh berputar atau jatuh pada sisinya.

Sebaiknya tiap gelegar diberi penyangga samping yang bebas dalam hal penumpu

berpindah. Tiap unit harus terletak cukup jauh satu sama lainnya sehingga dapat

diperiksa secara teratur pada waktu penyimpanan. Penumpukan dari pada komponen

besar tidak disarankan, tetapi unit yang lebih kecil seperti papan lantai, atau tiang

pancang dapat ditumpuk, dalam hal ini penumpu harus tegak satu sama lain untuk

menghindari timbulnya beban lenturan.

Beberapa jenis unit lantai dicetak terbalik untuk kemudahan. Komponen tersebut perlu

ditumpu ditengah bentang pada posisi terbalik, tetapi ditumpu dekat ujungnya setelah

dibalik pada posisi normal. Perencana harus menyetujui terlebih dahulu desain dari

pada peralatan untuk membalikan, sebelum dipakai. Perputaran harus dilakukan

secara berangsur dan halus.

3.5.8 DETAIL-DETAIL PRAKTIS

a. Umum

Beberapa hal yang berhubungan pada masing-masing pretensioning dan post-

tensioning perlu mendapat perhatian dalam bagian berikut ini. Hal tersebut

berhubungan dengan detail praktis yang harus diperhatikan tim pengawas, sehingga

dapat menjamin tercapainya standar tinggi dari pengerjaan dan kualitas bahan.

b. Pretensioning

i. Umum

Sebelum dimulainya pelaksanaan penarikan, perlu bagi kontraktor

untuk menyerahkan jadwal dari data penegangan untuk disetujui

oleh Engineer.

Jadwal harus meliputi :

o sketsa mendetail mengenai pola tendon memanjang untuk

panjang dasar (bed) dengan panjang per tendon diberikan

dengan jelas.

o gaya penarikan per tendon yang diberikan oleh dongkrak serta

memperhitungkan untuk gesekan sepanjang dasar (bed),

terutama pada kasus strand pola lendutan.

o perkiraan perpanjangan tiap tendon, termasuk perhitungan

untuk gelincir (slippage) pada alat pemegang pada salah satu

atau kedua ujung bed.

Page 127: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 58

Dasar penegangan (stressing bed) harus diperiksa untuk menjamin

bahwa alasnya datar dan rata.

ii. Tendon

Tendon harus telah diambil contoh dan diuji sesuai dengan

spesifikasi teknik.

Harus diperhatikan bahwa gaya penarikan masih dalam batas

mutlak 85 persen dari kekuatan tank ultimate dari tendon.

Penyambungan tendon dalam batas panjang bagian beton tidak

diperbolehkan. Penyambungan dengan alat penyambung dapat

dilakukan di luar bagian beton. Jika penyambung digunakan di luar

bagian itu, harus diamati pada waktu penegangan adanya rotasi atau

spin (yang mengakibatkan relaksasi dari tendon dan hilangnya

perpanjangan). Jika rotasi atau spin terjadi, segera harus diambil

langkah untuk memodifikasi penyambung atau ijin untuk

penyambungan harus dibatalkan.

iii. Penarikan Tendon yang Melendut

Terdapat tiga cara umum untuk menarik tendon pola yang melendut, dan

harus dibuat penyesuaian khusus untuk perpanjangan dan gaya dongkrak

pada jadwal penegangan yang telah dipersiapkan oleh Kontraktor.

Cara-cara tersebut adalah :

Penarikan dengan masing-masing tendon dipegang pada posisi

yang diperlukan dengan rol atau pin gesekan (friksi) rendah. Dalam

hal ini perpanjangan untuk masing tendon dihitung atas dasar

panjangnya yang tepat dengan memperhitungkan adanya gesekan

pada rol atau pin.

Tempatkan tendon yang melendut pada posisi rendah, diberikan

tarikan pada bidang horizontal kemudian angkat pada pin atas

yang tetap. Perbedaan antara tegangan tarik awal dan akhir adalah

tegangan tarik yang disebabkan oleh gerakan tambahan dari

strand.

Tempatkan tendon yang melendut pada posisi tinggi, diberi tarikan

pada bidang horizontal kemudian lendutan pada pin bawah yang

tetap. Perbedaan antara tegangan tarik awal dan akhir adalah

tegangan tarik yang disebabkan oleh gerakan tambahan dari

strand.

Page 128: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 59

iv. Pemindahan Prategang

Strand harus dipanasi sedemikian rupa sehingga kegagalan dari

kawat pertama tiap strand akan terjadi setelah dipanasi selama

minimum 5 detik atau lebih lama. Urutan yang dipakai untuk

pemanasan strand harus sesuai dengan jadwal yang disetujui

sehingga tegangan hampir simetris disekitar sumbu dari bagian itu.

Bilamana penahan (hold down) telah dipasang, Kontraktor harus

memberikan rincian cara yang diusulkannya untuk melepas gaya-

gaya penahan. Hal ini penting bila berat dari komponen beton

kurang daripada dua kali besar total gaya-gaya penahan (hold

down). Dalam hal ini pemberat atau penahan vertikal harus

ditambahkan langsung pada titik-titik penahan.

v. Pengecoran Beton

Acuan untuk saluran (duct) internal atau rongga harus diangker

terhadap gerakan atau pengapungan (flotation) pada waktu

pengecoran atau penggetaran beton. Acuan harus terbuat dari bahan

yang tidak akan berubah bentuk pada waktu penanganan atau

pengecoran beton.

Harus dijamin bahwa minyak acuan tidak diperbolehkan mengenai

tendon.

Sejumlah spesimen pengujian yang cukup harus dibentuk sehingga

dapat dilakukan pengujian awal spesimen untuk pelepasan dan

pembongkaran. Disarankan bahwa dibuat cetakan sekurang-

kurangnya 3 pasang kubus atau silinder untuk pelepasan per baris

komponen yang dicor.

Bagian bawah komponen pre-tension harus diperiksa oleh

Konsultan Supervisi segera setelah komponen diangkat dari dasar

(bed).

vi. Penerimaan Pekerjaan Pratekan

Penerimaan pekerjaan pra-tekan adalah tanggung jawab Engineer,

akan tetapi terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan

dicatat oleh Tim Supervisi, sehingga dapat membantu penilaian

pekerjaan yang telah selesai. Hal-hal tersebut adalah:

Page 129: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 60

• Hasil-hasil penegangan yang memuaskan, dimana gaya tendon

yang aktual sesuai dengan gaya tendon yang disyaratkan dalam

batas tertentu yang diusulkan Engineer.

o Gaya dongkrak maksimum tidak boleh melebihi 85% dari

kekuatan ultimate minimum yang disyaratkan daripada tendon.

o Gaya aktual untuk tendon tunggal diperbolehkan terdapat

dalam batas ± 5 persen dari gaya yang disyaratkan dengan

syarat bahwa gaya untuk bagian itu secara keseluruhan

terdapat di dalam ± 2 persen dari gaya keseluruhan yang

disyaratkan.

Pemindahan prategangan yang memuaskan termasuk

pemeriksaan visual beton untuk retakan yang terjadi baik sebelum

maupun sesudah pemindahan. Semua retakan harus ditandai

dengan crayon dan lokasi serta besarnya harus dicatat dengan

sketsa bebas.

Pemadatan yang memuaskan dari beton, yaitu bagian itu tidak

mempunyai pengeroposan, rongga atau retakan penyusutan.

Keropos adalah hasil dari pemadatan yang kurang memadai

apakah daerah yang keropos diperbolehkan untuk ditambal

tergantung pada lokasinya dan luas daerah yang keropos pada

bagian itu. Bagian-bagian dengan pengeroposan yang luas,

pengeroposan pada soffit dasar, diatas titik-titik landasan atau

cukup dalam sehingga menampakkan tendon, biasanya tidak

akan diterima.

Bahwa semua ukuran dari bagian yang selesai akan masuk batas

toleransi yang diusulkan oleh Spesifikasi Teknik. Toleransi ukuran

untuk penampang melintang dan ukuran panjang harus dipenuhi

dengan tepat, tetapi ukuran yang berlebih pada "hog" (profil pada

bidang vertikal) atau "bow" (profil pada bidang horizontal) kadang-

kadang diperbolehkan oleh Engineer.

c. Post Tensioning

i. Tendon

Semua gulungan atau bundel tendon akan diambil contoh

(sampel), diuji dan disetujui sesuai dengan Spesifikasi

Page 130: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 61

Teknik sebelum dimulainya pekerjaan, tanpa memandang

adanya sertifikat pabrik.

Tendon harus selalu disimpan tertutup diatas tanah, serta

disimpan jauh dari tempat di mana peralatan las atau

pemotongan mungkin digunakan. Hal terakhir ini sangat

penting karena terdapat kasus-kasus kegagalan tendon yang

disebabkan percikan logam panas.

Harus diperhatikan setiap saat pencegahan permukaan

tendon terhadap goresan dari benda-benda seperti pengikat

keran, penjepit keran, bekas traktor atau pahat baja. Harus

berhati-hati pula dalam pembungkusan dan pengangkatan

tendon untuk mencegah lilitan atau bengkokan.

ii. Operasi Pengecoran

Banyak kesulitan pada operasi post-tensioning ditimbulkan oleh

kesalahan pada waktu operasi pengecoran sebelum penarikan

tendon.

Saluran (duct) dijaga agar tetap dalam batas toleransi ± 6 mm

pada waktu operasi pengecoran. Karena saluran mempunyai

kecenderungan "mengapung" pada waktu pengecoran beton

dan penggetaran yang berhubungan, penting bahwa saluran

ditahan terhadap gerakan keatas selain dari kebawah atau

gerakan "melendut". Satu sistem yang cocok diperlihatkan

pada Gambar 5.17.

Bocornya adukan ke dalam saluran pada sambungan adalah

suatu masalah yang umum dijumpai dalam pekerjaan post-

tension. Hal ini sangat lazim terdapat pada bangunan

segmental dimana sambungan saluran bertepatan dengan

sambungan segmen.

Penyambungan saluran tidak cukup dilakukan dengan

pembungkusan ofeh plester. Ujung saluran biasanya tidak

dipotong bersih dan tepat, dan plester cenderung terbelah

dibawah tekanan penggetaran beton pada waktu pengecoran.

Bentuk sambungan yang terbaik adalah pemakaian sebuah

potongan pendek dari saluran sebagai socket penghubung.

Page 131: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 62

Gambar 3.17 - Sistim Penempatan Saluran

Panjangkaran harus dipasang tepat siku-siku dalam semua

arah terhadap sumbu-sumbu tendon.

Beton dibelakang penjangkaran harus dipadatkan seluruhnya.

iii. Penempatan Tendon

Pada jenis konstruksi in-situ, atau pada pengecoran bagian

lengkap, tendon harus ditempatkan dalam saluran sebelum

pengecoran beton. Tendon dapat membantu menahan

saluran secara kaku pada posisinya pada waktu pengecoran

beton.

Langsung setelah pengecoran beton, tendon harus

digerakkan ke depan dan ke belakang beberapa kali untuk

menjamin bebas dari masuknya adukan.

Jika sistem angker ujung mati dan VSL digunakan, harus

berhati-hati untuk melindungi strand yang tampak (pada ujung

angker) dari karat sebelum pengecoran. Sebagai tambahan

perlu diperhatikan bahwa saluran harus cukup karena strand

tidak dapat dipindahkan ke belakang dan ke depan pada

saluran setelah pengecoran seperti yang dapat terjadi pada

balok post-tension yang nominal. Jadi tidak ada cara untuk

memeriksa telah terjadinya kebocoran yang dapat

menimbulkan masalah pada waktu grouting dilakukan.

Page 132: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 63

iv. Operasi Penarikan

Penjangkaran dan peralatan harus diperiksa sebelum

dimulainya penarikan. Periksa juga apakah bagian beton itu

bebas bergerak secara memanjang.

Jika tendon telah dipasang di dalam saluran setelah bagian

itu dicor, saluran perlu dibilas dengan air bersih kemudian

ditiup dengan udara bertekanan untuk menghilangkan semua

benda asing.

Jika tekanan pengukur kurang dari tekanan yang diharapkan,

hal itu berarti bahwa terdapat lebih sedikit gesekan daripada

yang diperkirakan. Jika tekanan lebih besar, berarti bahwa

terdapat lebih banyak gesekan. Bila tekanan pada pengukur

jauh lebih kecil, disarankan bahwa perhitungan perpanjangan

harus diperiksa sebelum penjangkaran.

Perhatikan bahwa penarikan/pemberian tegangan tarik diukur

oleh perpanjangan, dan bahwa alat pengukur (gauge),

dynamometer dan sel beban hanya untuk tujuan pemeriksaan

saja.

Bila perpanjangan yang disyaratkan belum dicapai ketika

pengukur tekanan menunjukkan bahwa beban tarik telah

mencapai 85 persen dari kekuatan tarik ultimate dari tendon,

tendon harus di-tension dan masalahnya harus diselidiki.

Hasil-hasil penegangan yang memuaskan terjadi bilamana

gaya tendon aktual sesuai dengan gaya tendon yang

diperlukan, dalam batas yang diusulkan Engineer. Batas-

batas tersebut biasanya adalah:

o Gaya dongkrak maksimum tidak boleh melewati 85% dari

kekuatan minimum ultimate tendon yang ditentukan.

o Gaya aktual maksimum tunggal diperbolehkan dalam

batas ± 5 persen dari gaya yang ditentukan dengan syarat

bahwa gaya untuk bagian itu secara keseluruhan adalah

didalam batas ± 2 persen dari gaya total yang diperlukan.

v. Grouting

Saluran harus di grout dengan tekanan dengan campuran

grout sesuai yang disetujui dalam batas 48 jam dari

Page 133: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 64

selesainya operasi peregangan, kecuali bila ditentukan lain

atau disetujui oleh Engineer.

Langsung sebelum grouting, saluran harus dibilas secara

menyeluruh dengan air bersih dan semua air sisa harus

dihilangkan menggunakan udara bertekanan.

Grout harus diberikan dengan pemompaan terhadap lubang

vent terbuka. Grout diberikan secara kontinu dibawah tekanan

sedang pada satu ujung saluran sampai semua udara yang

sedang pada satu ujung saluran sampai semua udara yang

tertahan dipaksa keluar lubang vent pada ujung berlawanan

dari saluran. Hal ini diteruskan sampai suatu aliran grout yang

tetap, keluar, lubang vent terbuka kemudian ditutup

sementara tekanan dipelihara. Tekanan grout dinaikkan

bertahap sampai minimum 700 kPa dan dipegang tetap pada

tekanan ini kira-kira 1 menit. Lubang tempat masuk grout

kemudian ditutup.

Pada balok panjang sering diberikan lubang vent pusat

dengan pipa plastik yang melewati badan balok untuk

memudahkan pengisian dengan grout.

3.6 GROUT YANG CACAT

Bagian ini membahas perbaikan pada beton yang rusak setelah acuan dibongkar.

3.6.1 UMUM

Spesifikasi Teknik biasanya menyediakan perbaikan kerusakan dan perbaikan lain

seperti mengisi lubang yang ditinggalkan oleh perlengkapan acuan dari sebagainya.

3.6.2 CARA-CARA PERBAIKAN

a. Umum

Empat cara perbaikan yang berbeda disebutkan dalam Spesifikasi Teknik dan dibahas

disini.

Page 134: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 65

Cara yang manapun digunakan, penting untuk menyadari bahwa persiapan beton

untuk perbaikan sama pentingnya bila tidak lebih penting daripada proses perbaikan

aktual.

Konsultan Supervisi harus menjamin bahwa petunjuk yang jelas dan rinci diberikan

kepada Kontraktor untuk menjamin bahwa perbaikan dilakukan dengan benar.

Jika pengawasan setelah pembongkaran acuan menunjukkan perlunya perbaikan,

perlu untuk melakukan pekerjaan itu sesegera mungkin dan lebih baik dalam waktu 24

jam. Sementara perbaikan berlangsung, pengawas harus menjamin bahwa perawatan

tidak diganggu pada lokasi lain pada unsur.

Beton yang akan diperbaiki harus ditandai dengan jelas dan serangkaian pemeriksaan

harus dilakukan untuk menentukan sejauh mana beton harus dialihkan dan diperbaiki.

Pembongkaran bahan yang kurang baik biasanya dilakukan dengan pahat tangan dan

harus diawasi dengan teliti untuk memastikan bahwa hal ini tidak mempengaruhi beton

yang berdekatan.

Hai-hal yang penting untuk pembuangan yang benar daripada beton sebelum mulai

pekerjaan perbaikan ditunjukkan pada Gambar 5.18.

Gambar 3.18 – Pembongkaran beton yang kurang baik sebelum dilakukan

perbaikan

Page 135: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 66

b. Perbaikan dengan Cara Campuran Kering (Dry-pack)

Cara pack kering digunakan untuk lubang yang relatif dalam, yang mempunyai

kedalaman sama dengan atau lebih besar dari ukuran permukaan paling kecil, dan di

mana dapat diperoleh penahanan lateral.

Jika perlawanan lateral tidak dapat diperoleh, cara penggantian adukan mungkin lebih

sesuai. Untuk pengisian yang agak banyak dibelakang penulangan yang tampak

(expose), atau untuk mengisi lubang-lubang yang menembus dinding atau balok,

penggantian beton merupakan cara yang lebih baik.

Untuk mempersiapkan penambahan dry-pack, tidak hanya penting bahwa lubang tajam

dan segi empat pada ujung permukaan, tetapi bahwa sudut didalam lubang berbentuk

bulat. Permukaan dalam harus diperkasar untuk mendapatkan lekatan yang efektif.

Lubang harus dibentuk sehingga kedalaman minimum untuk dry packing adalah 25mm.

Operasi pengisian harus dimulai setelah permukaan dicuci bersih dan dikeringkan, dan

setelah pemeriksaan oleh pengawas. Permukaan mula-mula disikat dengan adukan

kaku atau grout (basah secukupnya sehingga menempel pada permukaan), dimana

campuran itu biasanya 1 semen berbanding 1 pasir halus dengan kekentalan krem

kental. Lapis pelekatan ini harus tidak terlalu basah maupun diberikan terlalu tebal

sehingga mempengaruhi bahan dry-pack, yang diberikan segera sebelum lapisan

pelekatan mengering. Kadang-kadang semen kering dibedaki pada permukaan setelah

pemberian lapisan pelekatan untuk menyerap kelembaban berlebih. Adanya semen

berlebih pada lubang kemudian dihilangkan dengan kuas sebelum dilakukan

penambalan (packing).

Dry-pack biasanya adalah campuran dari 1 bagian semen dan 2,5 pasir melewati

saringan 1 mm, proporsi tersebut divariasi supaya warna tambahan itu sesuai

dengan daerah sekitarnya. Kadang-kadang sejumlah kecil semen putih dipakai untuk

maksud ini.

Untuk penambalan lubang baut, campuran kurus dari 1 banding 3 atau 1 berbanding

3,5 cukup kuat dan dapat membaur lebih baik dengan warna beton sekitarnya. Air

campuran hanya secukupnya digunakan sehingga adukan akan melekat satu sama

lain ketika dibentuk menjadi bola dengan tekanan kecil dan tangan, dan tidak

mengeluarkan air tetapi tangan terasa lembab.

Penempatan material dilakukan dengan lapisan sekitar 10mm tebal dan penambahan

dilakukan dengan bentang kayu berukuran 25 mm diameter 200 hingga 250 mm

panjang dari palu. Jika terjadi keadaan menyerupai karet akibat samping ini,

penempatan lapisan lebih lanjut harus ditunda. Lubang-lubang harus diselesaikan

rata dengan permukaan bersebelahan dan tidak boleh ada air berlebih. Pengawas

Page 136: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 67

harus memastikan bahwa alt besi tidak digunakan untuk pemadatan karena

cenderung merubah warna pengisi. Bila perbaikan telah selesai, dilanjutkan dengan

perawatan air.

c. Penggantian Beton

Cara penggantian beton sesuai untuk mengisi lubang melalui bagian- beton atau

bilamana lubang pada beton yang lebih luas dari 1,0 m2 dan melewati daerah

pemulanya.

Jika mengganti beton yang dicor dalam acuan, atau mengganti beton disisi

bangunan, pelaksanaan dan penempatan acuan untuk pekerjaan penggantian sangat

penting. Acuan depan untuk perbaikan dinding beton lebih dari 450 mm tingginya

harus ditangani secara bagian-bagian horizontal sehingga beton dapat ditempatkan

dengan ketebalan tidak lebih, dari 300 mm, dimana beberapa bagian acuan dipasang

sementara sedang berlangsung pengecoran. Detail acuan tipikal untuk penggantian

beton pada dinding tersebut terlihat pada Gambar 8.19. Acuan harus rapat adukan

pada semua sambungan dan lubang baut pengikat, terutama bilamana diberikan

tekanan pada waktu tahap akhir pengecoran beton.

Gambar 3.19 – Detil Acuan untuk Penggantian Beton

Untuk mempersiapkan penambahan, kecuali ditentukan lain, pengawas harus menjamin

bahwa :

Page 137: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 68

(a) Lubang-lubang harus mempunyai kedalaman minimum 100 mm pada

beton baru dan 150 mm pada beton lama, serta daerah minimum untuk

perbaikan adalah 0,05 m2 pada beton bertulang dan 0,1 m2 untuk beton

biasa.

(b) Batang penulangan ditinggal tertanam sebagian, dan ruang bebas

sekurangnya 25 mm tersedia sekeliling tiap batang yang tampak. Kawat

pengikat lepas harus dipindahkan, dan penulangan yang tampak

(expose) dibersihkan (lebih baik dengan penyemprotan pasir).

(c) Puncak pinggiran lubang pada muka bangunan harus dipotong, menurut

garis yang hampir mendatar. Jika perlu, puncak potongan itu dapat

diturunkan. Permukaan atas potongan harus terletak pada kemiringan 1

banding 3 dari belakang ke depan dinding darimana beton akan

dipasang (lihat Gambar 5.18)

(d) Lubang pada dinding harus tetap basah dengan diberi packing dengan

karung yang dibasahi terus hingga pembersihan akhir sebelum

pengisian.

(e) Sebelum pengisian, lubang harus dibersihkan sekali lagi sehingga

permukaan bebas dari debu chipping, grout kering dan bahan asing

lainnya. Hal ini sering dilakukan pada, pekerjaan besar dengan

penyemprotan pasir basah, dilanjutkan dengan semprotan udara air

dan terkahir dengan semprotan udara. Dihilangkannya kelembaban

permukaan bebas pada permukaan lekat atau bahan asing lainnya

penting sebelum penempatan bahan pengisi.

Acuan belakang biasanya ditempatkan dan dipasang segera setelah selesai

dihilangkannya beton yang cacad. Acuan depan tidak dipasang hingga setelah

pembersihan akhir, sesudahnya harus segera dipasang dilanjutkan dengan pemakaian

lapisan tipis grout atau adukan kira-kira setebal 3 mm untuk melapisi permukaan beton

pada lubang. Adukan tersebut harus mempunyai komposisi dan w/c ratio sama dengan

campuran beton yang dipakai untuk penggantian.

Setelah persiapan permukaan beton, pengisian langsung dimulai. Biasanya beton air

entrain dipakai untuk maksud tersebut, dan jika dikehendaki keseragaman warna

dengan beton yang bersebelahan, warna semen dipilih dengan beton yang

bersebelahan, warna dipilih dengan hati-hati atau dibuat suatu campuran dengan

semen putih. Untuk mengurangi penyusutan, beton harus sedingin mungkin pada

waktu diletakkan dan pada waktu menempatkan beton pada ketinggian pekerjaan tidak

boleh menerus. Untuk ketinggian terendah, dapat dipakai slump dari 60 mm, tetapi

untuk lift yang lebih tinggi beton dengan slump lebih rendah dipakai. Beton baru harus

Page 138: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 69

digetarkan untuk menjamin pemadatan yang memuaskan dengan penggetar acuan

biasanya dipakai untuk tujuan ini. Pada waktu pengecoran dan pemadatan harus diberi

cukup relevan pada acuan untuk mendapatkan berituk yang diinginkan dari beton yang

diganti. Dalam beberapa kasus, campuran tambahan yang memuai telah digunakan

untuk menjamin bahwa beton mengisi ruangan secara memadai dan diberi tahanan

yang ditentukan mempunyai cukup kekuatan. Campuran tambahan harus digunakan

dengan hati-hati.

Acuan untuk perbaikan penggantian beton biasanya dibongkar sehari setelah

pengecoran, kecuali bila ini merusak beton baru. Tonjolan yang tertinggal harus

dihilangkan dengan merapihkan tanpa mempengaruhi bagian yang telah diperbaiki, jika

terdapat permukaan kasar akibat perapihan, dapat ditutup secara hati-hati supaya

cocok dengan permukaan yang berdekatan kemudian dilanjutkan dengan perawatan

yang cukup.

d. Penggantian Adukan (Mortar)

Perbaikan dengan cara penggantian adukan biasanya sesuai untuk lubang yang

dangkal, yang terlalu lebar untuk cara dry-pack dan terlalu dangkal untuk penggantian

beton, dan untuk semua lubang relatif dangkal (besar atau kecil) yang tidak melampui

penulangan di dekat permukaan. Daerah-daerah keropos dan cacad dangkal yang

tampak pada saat pembongkaran acuan dapat diperbaiki dengan cara ini sementara

beton masih basah.

Setelah daerah yang akan dikerjakan dipersiapkan dengan menghilangkan semua

beton yang cacad dan membersihkan, adukan harus langsung diberikan. Tidak

diperlukan pemberian semen, grout adukan atau adukan basah. Bila adukan akan

diberikan dengan tangan, pinggiran dari daerah yang dipahat harus diluruskan tanpa

adanya pinggiran yang tidak rata. Jika dipakai pistol pneumatic lubang yang agak

dangkal harus dibentuk keluar kira-kira dengan kemiringan 1 berbanding 1 (45 derajat)

untuk menghindari masuknya bahan kembali dan sudut-sudutnya harus dibulatkan. Bila

beton lama akan diperbaiki, beton harus dibuang dengan kedalaman sekurangnya 75

mm.

Biasanya penggantian adukan dilakukan dengan pistol pneumatik, dimana jenis alat ini

tergantung pada besar kecilnya pekerjaan. Peralatan berukuran kecil tersedia untuk

perbaikan kecil dari beton.

Kadar air serta campuran yang sesuai untuk adukan (mortar) tergantung pada jenis

peralatan yang dipakai, tetapi pasir halus yang melewati saringan 1 mm biasanya

dipakai. Jika perbaikan lebih dalam daripada 25 mm, adukan harus diberikan menurut

lapisan setebal 20 mm untuk menghindari pelengkungan dan hilangnya lekatan.

Page 139: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 70

Setelah setiap lapisan, harus ada jarak waktu 20 menit sebelum dipasang lapis

berikutnya, tetapi adukan yang awal tidak boleh dibiarkan mengering. Setelah

perbaikan itu selesai, adukan harus dipenuhi lebih dari level yang diperlukan kemudian

dirapihkan setelah bahan agak mengeras, tanpa merusak bagian yang terisi.

Perawatan yang memadai sangat penting.

Bentuk-bentuk yang paling sering digunakan dari teknik yang menggunakan peralatan

pneumatik ini adalah shotcrete dan gunite.

e. Epoxy Resin

Sebesar apapun ukuran perbaikan yang diperlukan, perbaikan epoxy harus dilakukan

dengan nasehat dari ahli. Istilah "epoxy" dimaksudkan plastik thermo setting yang

dapat dipakai untuk media pelekatan dan sesuai untuk digunakan pada lokasi dimana

perawatan jangka panjang tidak dapat dilakukan. Adukan epoxy terdiri atas pasir halus

dan epoxy resin dipakai untuk tambahan tipis yang akan segera dipakai kembali,

sehingga perawatan lernbab tidak dapat dilakukan pada lokasi tersebut. Epoxy resin

mempunyai masa pot yang singkat, jadi harus dipakai segera setelah diaduk.

Campuran epoxy mempunyai 3 hingga 5 kali koefisien muai thermal dari beton biasa,

hingga harus dipakai pada daerah dimana persediaan tersebut tidak akan

menimbulkan masalah.

Sebelum dimulainya perbaikan dengan campuran epoxy, pekerjaan harus dipersiapkan

seperti halnya untuk cara lain, suatu formulasi epoxy yang sesuai diaduk dengan

bahan tambahan yang cocok untuk perawatan dan segera diberikan pada permukaan

yang akan dilekat, dengan kuas sampai ketebalan 10 hingga 15 mm. Pengawas harus

memeriksa bahwa pemakaian ini dibuat dalam masa pot dari campuran dan dengan

teknik yang sesuai. Pengenceran atau kerusakan dengan pelarut untuk

memperpanjang masa pot dan epoxy tidak diperbolehkan.

Jika adukan akan digunakan, pengawas harus memastikan bahwa adukan disiapkan

memakai agregat yang bersih, kering, dan dimana perlu, yang digradasi (biasanya

pasir) dengan proporsi epoxy yang benar. Untuk tambahan (lapisan) tipis, adukan yang

terdiri atas 1 bagian epoxy dan 2 sampai 3 bagian pasir mungkin sesuai. Untuk

tambahan lebih dalam, agregat yang lebih besar serta campuran lebih encer dengan 1

bagian epoxy dan 5 sampai 6 bagian agregat yang digradasi dengan ukuran

maksimum hingga 10 mm, telah dipakai. Jika acuan dipakai untuk menahan lapisan

lebih total, acuan harus diberi lapisan penutup suatu bahan pelapis seperti silikon.

Beton yang dilekat epoxy, biasanya tidak memerlukan prosedur perawatan selain

perawatan air. Adukan epoxy biasanya tidak memerlukan perawatan, hanya diperlukan

suhu 20°C hingga 30°C untuk 1 sampai 3 hari.

Page 140: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 71

Pada saat ini, teknik untuk mengisi retakan dengan epoxy dapat digolongkan sebagai

berikut:

• penetrasi dengan gravitasi

penggunaan gaya kapiler alam untuk retak sempit

penyuntikan positif dengan tekanan tinggi atau rendah

Page 141: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 1

BAB IV

BANGUNAN BAJA

4.1 FABRIKASI PEKERJAAN BAJA

Fabrikasi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan produksi berbagai komponen

suatu struktur bangunan baja yang dibuat dari baja pelat atau baja profil.

4.1.1 UMUM

Fabrikasi ini meliputi proses - proses pemotongan, pembentukan, pengeboran,

pelubangan, penyambungan dan operasi-operasi lainnya guna pembentukan pelat-

pelat baja yang sederhana dan profil-profil menjadi komponen-komponen jadi.

4.1.2 GAMBAR-GAMBAR

Gambar-gambar rencana memberikan suatu konsep rinci dari struktur (bangunan).

Untuk fabrikasi yang utama shop drawing (gambar kerja) diperlukan untuk

memberikan keterangan yang lengkap yang diperlukan untuk fabrikasi, termasuk

didalamnya ukuran-ukuran dan tempat-tempatnya, tipe dan ukuran dari seluruh

pengelasan-pengelasan dan pelubangan-pelubangannya. Gambar-gambar ini harus

akurat dan rinci (detail) yang teliti untuk menghindari persoalan-persoalan selama

fabrikasi dan pemasangan dan harus diperiksa sebelum dimulai fabrikasi. Shop

drawing dipersiapkan oleh Kontraktor dari gambar rencana dan akan mencerminkan

usulan metoda fabrikasinya.

4.1.3 PROSEDUR FABRIKASI

a. Pengenalan Baja

Semua baja yang digunakan dalam fabrikasi sebuah jembatan harus sesuai dengan

Peraturan yang sesuai seperti yang tercantum dalam Spesifikasi Teknik.

Ini dapat dicek dengan mengacu kepada tingginya temperatur pemanasan baja yang

diberi tanda (segel) di atas baja, saat baja digilas (rolling). Tingginya temperatur

pemanasan ada hubungannya dengan sertifikat pengujian pabrik yang memberikan

perincian sifat-sifat phisik dan komposisi kimia dari baja tersebut.

Page 142: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 2

Dalam hal tidak ada tanda pengenalan (identifikasi) maka diwajibkan terhadap

fabrikan untuk menyediakan contoh-contoh baja untuk diadakan pengujian pada

suatu laboratorium yang disetujui.

b. Pelurusan

Bengkokan atau distorsi baja harus dikoreksi dengan suatu cara yang akan

menghindari kerusakan pada baja. Jika bahan memerlukan pelurusan untuk

mempertahankan toleransi dan kesesuaian, baik sebelum atau sesudah

pemasangan, pada umumnya ini dilakukan dengan cara mekanis pada temperatur

sekitarnya (ambient temperature), walaupun sedikit lekukan-lekukan dan bengkokan-

bengkokan pada baja berkekuatan normal kemungkinan bisa dikoreksi dengan

pemanasan yang terbatas dalam pengawasan yang teliti.

Pemanasan dari baja berkekuatan tinggi untuk rnencapai kelurusan atau

menghilangkan penyimpangan tidak boleh dicoba tanpa penyelidikan pengaruhnya

pada baja tersebut.

Tekanan hidraulik, pemakaian kekuatan baik horizontal maupun vertikal dan

penggilasan-penggilasan biasanya digunakan untuk pelurusan.

c. Pemberian Tanda

Pemberian tanda gores pada pekerjaan baja, termasuk letak lubang-lubang, dapat

dilakukan dari gambar-gambar kerja atau menggunakan mal. Mal merupakan pola atau

petunjuk berskala penuh atau petunjuk, terbuat dari karton, plywood, lembaran baja,

lembaran kayu atau kayu keras (hard woood).

d. Pembengkokan

Pengepresan-pengepresan dan penggilasan-penggilasan yang digunakan pada proses

pelurusan dapat pula digunakan untuk bagian-bagian bangunan yang berbentuk tetap.

Pipa-pipa baja untuk casing biasanya dibuat dalam suatu gulungan pelat bundar dan

sambungannya dilas.

e. Lawan Lendut (Cambering)

Lawan lendut dari anggota baja giling (gilas) dapat diperoleh dengan proses yang

digunakan untuk pelurusan dan pembengkokan.

Lawan lendut untuk gelagar pelat diperoleh dengan pemotongan dari pelat badan sampai

bentuk yang diharapkan.

Page 143: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 3

Lawan lendut dari suatu gelagar dapat diukur dengan gelagar pada sisinya atau dengan

gelagar ditumpu pada titik-titik tumpunya. Pengukuran dari lawan lendut harus

memperhitungkan terhadap pelendutan yang diakibatkan dari beratnya sendiri.

f. Pemotongan

Baja bisa dipotong dengan pengguntingan, penggergajian atau pemotongan dengan las.

Umumnya pengguntingan pelat tidak diperkenankan kecuali pada suatu arah yang

tegak lurus terhadap arah tegangan utama didalam pelat. Pemotongan pinggir harus

bersih dari buangan-buangan, potongan-potongan dan cacat yang lain yang mungkin

mempengaruhi tingkat pelayanan dari komponen itu.

Setiap tegangan yang ditimbulkan oleh tarikan harus dihilangkan, apabila ini diminta

Spesifikasi Teknik.

Pemotongan dengan las, dengan suatu campuran dari sebuah gas seperti asetilin dan

oksigen, umumnya digunakan untuk pemotongan bagian struktur (bangunan).

Pengelasan dapat dilakukan secara manual atau dengan penggunaan peralatan mesin

penggerak sendiri yang otomatis.

Pemotongan dengan las secara luas digunakan untuk pemotongan pingir dari pelat baja

untuk persiapan pengelasan.

g. Lubang Baut

Lubang baut dapat dibor secara ukuran penuh atau dilebarkan pada ukuran penuh

setelah pengeboran awal atau pemukulan awal-sampai suatu diameter kira-kira 5 mm

lebih kecil daripada diameter lubang akhir (final).

Untuk memperoleh lubang yang cocok pada komponen utama, komponen-komponen

yang akan disambung diikat bersama-sama dengan klem dan kemudian dibor sekaligus.

Untuk komponen yang kecil dapat dibor dengan menggunakan sebuah template (mal).

h. Perakitan

Perakitan. komponen-komponen biasanya dilakukan dengan pengelasan atau dengan

menggunakan baut. Di pabrik biasa digunakan dengan las.

Untuk mengurangi penyimpangan komponen, sebuah pola pengelasan yang seimbang

diperlukan pada pengencangan yang tetap. Persyaratan ini umumnya dijelaskan dalam

Spesifikasi Teknik.

Ada bermacam-macam metoda pelaksanaan gelagar yang dilas. Metoda ini tergantung

atas ukuran dari unit, kapasitas dari barak fabrikasi dan teknik pengelasan yang

diperlukan. Umumnya, komponen-komponen dilas melekat ketempatnya dan kemudian

gelagar diletakkan pada posisi untuk suatu proses pengelasan menerus pada sudut yang

Page 144: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 4

dikehendaki untuk pengelasan. Penempatan ini mungkin pada perletakan tetap atau

pada konstruksi khusus (trunnions) dimana gelagar dapat diputar kebeberapa sudut.

4.2 PENGELASAN

Semua jenis baja yang tersebut dalam Spesifikasi Teknik dapat dilas.

4.2.1. UMUM

Prosedur pengelasan untuk tingkat kekuatan yang lebih tinggi mencakup penggunaan

temperatur panas pendahuluan yang tinggi dan batang las dengan hidrogen rendah,

khususnya jika ketebalan bagian-bagiannya meningkat. Persyaratan ini adalah untuk

menjamin kekuatan yang cukup dan kekerasan dalam daerah pengaruh panas (Heat

Affected Zone).

Panduan yang rinci mengenai pengelasan jembatan diberikan dalam bermacam-macam

buku petunjuk dan standar.

4.2.2 PEMANASAN PENDAHULUAN

Pemanasan pendahuluan dari baja sebelum pengelasan mungkin diperlukan terutama

untuk pelat yang tebal. Umumnya suatu daerah kurang lebih 75 mm pada masing-masing

sisi dari sambungan diperlukan diberi panas pendahuluan.

Tujuan dari panas pendahuluan adalah untuk mengurangi kecepatan pendinginan

dari baja yang dilas karena panas dari pengelasan diteruskan melalui pelat.

Kecepatan pendinginan yang berlebih dapat menyebabkan kekerasan tambahan dan

kegetasan dalam baja yang dilas dan didalam daerah pengaruh pemanasan dari baja

induknya.

Peryaratan mengenai panas pendahuluan dan masukan energi pengelasan untuk

bermacam tipe pelat dan elektroda diberikan dalam Peraturan Pengelasan AWI

(American Welding Institute).

4.2.3 PERUBAHAN BENTUK (DISTORSI)

Sewaktu pengelasan, penempatan dari suatu las menghasilkan suatu siklus

pemanasan dan pendinginan yang menyebabkan penyusutan pada logam dasar dan

logam yang dilas dan tenaga penyusutan yang timbul akan berkecenderungan

Page 145: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 5

mengakibatkan suatu tingkat perubahan bentuk. Perubahan bentuk umumnya tampak

sebagai penyusutan memanjang dan penyusutan melintang.

Bila penyusutan tidak tampak rata pada ketebalan dari las, akan menghasilkan

perubahan sudut. Bila penyusutan terjadi pada suatu arah yang tidak sepanjang garis

sumbu netral batang, akan menghasilkan lengkungan. Beberapa faktor yang

mempengaruhi perubahan bentuk selama pengelasan, adalah:

panas yang diterima

daya tahan

tegangan sisa

Petunjuk secara rinci untuk mengontrol perubahan bentuk diberikan dalam acuan

petunjuk dari AWI.

Perubahan bentuk yang berlebihan dapat dikurangi dengan pemasangan terlebih

dahulu (pre-setting) komponen-komponen, sehingga setelah berubah bentuk dapat

memperoleh bentuk yang benar, atau dengan menghalangi komponen-komponen

dengan penjepit dan penahan.

Baja las juga menyusut apabila dingin sehingga bisa mengakibatkan komponen-

komponen dilas memendek. Penyusutan dari pengelasan memanjang dalam balok

pelat dapat menyebabkan suatu pemendekan 1 mm untuk setiap 4 m balok.

Sambungan yang diharapkan mempunyai penyusutan terbesar harus dilas pertama

kali, dengan sedikit mungkin penahanan.

4.2.4 KUALIFIKASI OPERATOR PENGELASAN

Pengelasan harus dilakukan oleh pelaksana yang mampu yang memperoleh

pendidikan latihan yang tepat dan mempunyai pengalaman praktek.

Umumnya, pemeriksaan visual dari teknik pengelasan dan hasil pengelasan akan

mengidentifikasi kualitas dari sipengelas. Dengan pengecualian terhadap kadang-

kadang undercut (semestinya terjadi pada pengelasan yang dilakukan oleh operator

ahli tidak boleh menampakan adanya cacat permukaan seperti kurangnya throat,

overlap dan sebagainya).

Tukang las yang terikat pada tata cara tidak konvensional memerlukan pengujian contoh-

contoh yang bilamana mungkin sesuai kondisi pekerjaan yang aktual (nyata).

Page 146: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 6

4.2.5 KUALIFIKASI PROSEDUR PENGELASAN

Seperti halnya pengujian terhadap operator yang mampu secara praktis umumnya

diperlukan pengujian terhadap prosedur nyata (aktual) untuk diikuti dalam pengelasan.

Prosedur untuk tipe-tipe yang umum dari pengelasan mungkin disetujui atas dasar

pengalaman terdahulu. Prosedur untuk tipe-tipe pengelasan yang kurang lazim diperiksa

dengan percobaan perakitan pabrik.

Prosedur tersebut meliputi:

nama operator

tipe dan merk peralatan

penyiapan pelat

tipe dan ukuran kawat (wire) elektroda

tipe flux

suhu pemanasan awal

kecepatan pengelasan

aliran las

voltage las

ukuran las dan jumlah pengelasan.

Sekali prosedur disetujui tidak boleh diganti-ganti.

4.2.6 ELEKTRODA-ELEKTRODA

Elektroda yang digunakan pada suatu pengelasan biasanya diperlukan guna memberikan

sifat dalam logam pengelasan yang tidak lebih kecil dari logam induk yang akan

disambung, kecuali kalau penggunaan suatu elektroda pada tingkat yang lebih rendah

tercantum dalam gambar-gambar rencana. Setiap paket elektroda akan mempunyai

tanda pembuatnya dan suatu panel cetak yang memperlihatkan klasifikasi dari elektroda.

Elektroda yang telah terpisah-pisah dari paketnya tidak akan digunakan, karena

elektroda seperti itu tidak akan dapat diidentifikasi. Elektroda yang lepas, kemungkinan

terjadi kerusakan flux dan dapat dicemari dengan air.

Seorang tukang las yang berpengalaman yang menyeleksi sebuah elektroda biasanya

akan panas jika hasilnya sesuai dengan Spesifikasi Teknik. Untuk mengelas struktur

bangunan baja dalam posisi ke bawah (down hand), elektroda serba guna (general

purpose electrode) akan digunakan. Bagaimanapun, dalam keadaan khusus sebuah

elektroda dengan sifat-sifat tertentu harus digunakan.

Page 147: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 7

Sebagai contoh, pada pengelasan baja dengan takikan yang liat serta getas, elektroda

rendah hidrogen biasanya disyaratkan. Elektroda ini menghasilkan suatu pengelasan

logam dengan yang meningkatkan sifat getas.

4.2.7 PEMERIKSAAN DAN PERBAIKAN-PERBAIKAN PENGELASAN

Kedudukan seorang pengawas pengelasan mempunyai tanggung-jawab yang besar. Ia

harus menjamin bahwa tukang-tukang las tersebut benar-benar mampu untuk

mengerjakan pekerjaan yang ditanganinya dan mengikuti semua prosedur yang

ditentukan. Tempat yang dilas harus diperiksa kebersihan dan alinemennya sebelum

pekerjaan dimulai. Pengelasan yang sudah selesai harus bersih dan diperiksa dari

kesalahan-kesalahan baik secara visual atau dengan metoda-metoda lain yang

ditentukan. Pengawas harus menjamin bahwa cara pembersihan tidak akan menutupi

atau mengaburkan keretakan-keretakan atau cacat-cacat lainnya. Tempat-tempat yang

diperbaiki harus ditandai dengan jelas, dengan maksud bahwa semua orang yang

terlibat, menjadi tahu dan tanda-tanda tersebut harus cukup permanen untuk dapat

dilihat setelah perbaikan-perbaikan telah dikerjakan. Pengelasan yang menunjukkan

keretakan-keretakan harus ditolak, tanpa menghiraukan panjang atau lokasi dari

keretakan.

Kekeliruan material pengelasan dapat diiris, digerenda atau dicungkil keluar.

Permukaan yang tampak, harus diperiksa sesudahnya untuk menjamin bahwa

kekeliruan semua bahan telah dibuang. Pembetulan bisa ditakukan dengan pengelasan

kembali bagian yang terpengaruh oleh kekeliruan tersebut. Pengelasan kembali ini,

kemudian juga dilakukan pengujian-pengujian yang sama seperti pada pengelasan

yang asli.

Suatu petunjuk untuk metoda perbaikan yang diperkenankan untuk kekeliruan

pengelasan dapat diperoleh pada "American Welding Institut 'Structural Welding

Code", D 1 .1-88, Clause 3.7.

4.3 PEMERIKSAAN PADA PEKERJAAN BAJA FABRIKASI

Pemeriksaan pada pekerjaan baja fabrikasi dan cara perlindungan (protective

treatment) biasanya dilaksanakan pada tempat produksi. Pengawas bertanggung-

jawab untuk memeriksa material, peralatan, dimensi, cara pelaksanaannya untuk

menjamin bahwa semuanya sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam

Spesifikasi Teknik.

Page 148: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 8

4.3.1 UMUM

Pengawas pekerjaan baja biasanya mempunyai pengalaman praktis dalam pengelasan

konstruksi dan akan terbiasa dengan metoda fabrikasi dan peralatan. Mereka juga

harus mempunyai pengetahuan mengenai kerusakan yang dapat terjadi di dalam

fabrikasi dan metoda yang memuaskan untuk dipakai mengkoreksi kerusakan.

4.3.2 PEMERIKSAAN PENGELASAN

Pemeriksaan pengelasan menyangkut pertimbangan sebagai berikut:

peralatan pengelasan, bahan dan proses dan batasan-batasannya

(limitations)

persiapan sambungan

prosedur pengelasan

penyatuan (fusion) dan penembusan (penetrasi) yang tepat

kerusakan pengelasan dan metoda pengkoreksian.

pengujian yang tidak merusak (non destructive testing) dan interpretasi

dari hasil-hasilnya.

4.3.3 KERUSAKAN-KERUSAKAN DALAM PENGELASAN

Beberapa kerusakan dalam pengelasan dapat diketahui dengan pengamatan visual.

Termasuk disini undercut (pemotongan terlalu pendek), bentuk yang tidak benar dan

kerusakan permukaan. Seorang pemeriksa dapat memakai metoda lain untuk

membantunya mengetahui kerusakan-kerusakan pengelasan yang tidak nyata dari

pemeriksaan penglihatan visual.

Metoda tersebut adalah:

Dye Penetrant Test - untuk mendeteksi retak permukaan.

Magnetic Partide Test (pengujian partikel magnetis) untuk mendeteksi retak

permukaan atau pada kondisi tertentu, retak yang mungkin berada sedikit di

bawah permukaan.

Radiographi sinar-X atau sinar-gamma untuk mendeteksi kerusakan di bawah

permukaan.

Pemeriksaan Ultra Sonic untuk mendeteksi kerusakan di bawah permukaan. Ini

ada kerugiannya karena tidak ada rekaman yang permanen dapat dibuat, tetapi

sebaliknya daerah yang luas dapat dicakup.

Page 149: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 9

Informasi yang rinci mengenai pengujian tanpa pengrusakan dari pengelasan diberikan

dalam berbagai buku pedoman standar pengelasan.

4.4 PERAWATAN PERLINDUNGAN BAJA

Perawatan perlindungan terhadap pekerjaan baja haruslah dilaksanakan sesuai

dengan Spesifikasi Teknik atau standar yang sesuai.

4.4.1 UMUM

Perawatan permukaan dan ketebalan dari lapisan pelindung harus diawasi dan diukur

dengan pengontrol (gauges) ketebalan cat.

4.4.2 PERSIAPAN PERMUKAAN

Suatu persiapan permukaan baja dengan tingkat yang cukup, tergantung lingkungan

dimana konstruksi itu akan diletakkan (expose), adalah perlu karena adhesi dari sistem

pengecatan tergantung pada persiapan permukaan.

Kecuali kotor, debu, minyak, gemuk dan pengotoran permukaan lainnya dibuang,

pengecatan yang dilakukan pada permukaan akan mempunyai adhesi yang rendah,

dengan akibat kerusakan dari sistem pengecatan dan terbukanya lapisan dibawahnya

(substrate) terhadap keadaan luar. Pengecatan harus selalu dilakukan sesegera

mungkin setelah persiapan permukaan dan tidak lebih lama daripada hari yang sama.

Pembersihan dengan abrasive blast adalah metoda yang biasa untuk perbaikan

permukaan untuk jembatan baja.

4.4.3 PELAPIS DASAR (PRIMERS)

Lapisan dasar (Primer) memberikan suatu pelindungan yang harus sebagai berikut:

melekat pada permukaan baja

memperlambat korosi pada lapisan bawahnya dengan menghalangi proses korosi

mampu dengan bertindak sebagai suatu katoda penghalang yang dikorbankan

(cathodic sacrificial barrier), dan

memberikan suatu dasar dimana lapisan cat secara berurutan akan melekat.

Page 150: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 10

Pelapis dasar yang biasanya digunakan pada jembatan baja baru adalah yang kaya seng

(zinc rich). Pelapis dasar kaya seng akan melindungi baja karena seng adalah elektro

positif terhadap besi. Jika akan terjadi hubungan listrik antara dua metal itu, seng

tersebut akan dikorbankan terkorosi lebih dulu daripada besi. Cat kaya seng karena itu

harus mengandung banyak butir halus metal seng yang terdiri dari bubuk seng asli,

tersebar dalam suatu binder minimal yang stabil. Mereka harus dilapiskan terhadap suatu

permukaan yang baru dibersihkan dengan blast, sesuai dengan Spesifikasi Teknik untuk

menjamin kontak listrik yang effektif.

Pelapis dasar kaya seng terdiri atas dua kelas sesuai dengan sifat dari bahan pengikat.

Yang paling awet adalah yang berasal dari pengikat anorganik. Grup kedua adalah yang

berasal dari bahan pengikat organik. Pengikat ini diperoleh dari sejumlah damar (resin),

tetapi variasi dua pak epoxy adalah yang biasanya digunakan untuk penambalan dan

pengecatan kembali.

4.4.4 PELAPIS BAWAH (UNDERCOATS)

Pelapisan bawah kadang-kadang disebut tali penutup atau lapisan penghalang dan

dipergunakan bila diperlukan untuk menjaga kemungkinan terjadinya pelapisan yang

tidak dapat saling melekat. Permukaan alkali membentuk dasar yang kurang baik untuk

dilapisi kembali dengan alkali baru yang segar, kecuali bila digunakan pelapis bawah

(undercoats). Pengecatan dengan zat pelarut pekat seperti vinil dan karet khlorinal tidak

dapat digunakan pada dasar yang berminyak atau alkali, kecuali lapisan penghalang

dipakai untuk melawan aksi pengembangan dari larutan yang pekat pada pengikat alkali

dari pelapis dasar (primers).

4.4.5 PENYELESAIAN AKHIR (LAPISAN PENUTUP/ATAS)

a. Oksida Besi

Sifat dari pekerjaan akhir atau lapis atas ditentukan oleh kombinasi dari bermacam zat

warna dan zat pembawanya. Yang paling bermanfaat dari zat warna adalah, oxida besi

mika yang disingkat MIO (Micaleous Icon Oxide).

Karena warnanya yang abu-abu tua, hampir berwarna arang, hanya warna abu-abu

atau warna lumpur yang tersedia. Zat warna oksida besi mempunyai bentuk pipih

seperti mika. Serpihan ini terletak dalam suatu cat film seperti sisik dan merupakan

suatu penghalang fisik terhadap masuknya air dan terhadap sinar ultra violet dari sinar

matahari yang terutama dapat menurunkan pengikat organis.

Page 151: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 11

b. Vinil

Lapisan vinil mampu memberikan perlindungan apabila dipasang diatas pelapis dasar

kaya seng. Meskipun demikian penggunaan yang berhasil tergantung pada

penggunaan yang tepat, dan perlindungan kembali tersebut akan menimbulkan

masalah kalau kita tidak mengenal tipe yang pasti vinil yang dipakai, dan suatu

formulasi yang sesuai tidak tersedia untuk pengecatan ulang. Ada dua perbedaan

dasar dari campuran dasar pelapisan di pasar yang belum tentu sesuai satu sama lain

dan kedua-duanya dipasarkan sebagai vinil. Hanya pelaksanaan dengan

penyemprotan yang mungkin. .

c. Karet Khlorinal

Lapisan karet khlorinal tersedia keduanya pada 'high build' dan lapisan pengisi dan ini

harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan tiap pabrikannya. Cepat kering,

gampang dicat kembali dan tahan terhadap pengaruh air serta dilingkungan industri.

Bahan ini sesuai untuk dilaksanakan baik dengan sikat, semprot ataupun roller, tetapi

yang terbaik dengan cara penyemprotan.

d. Epoxy

Jenis dua pak epoxy adalah tepat untuk lapisan high build dan mempunyai ketahanan

yang tinggi terhadap pengaruh air. Bahan ini memerlukan banyak perhatian dalam

pengecatan kembali untuk memperoleh adhesi yang cukup untuk pada penutup/atas

atau seluruh sistem pelapisan penutup/atas terhadap permukaan lapisan yang telah

ada.

e. Galvanisasi

Galvanisasi komponen yang lebih berat dan lebih panjang, seperti halnya pada gelagar

baja pada jembatan, mungkin menjadi pertimbangan ekonomi sebagai alternatif yang

menarik daripada bentuk-bentuk lain dari perawatan dan perlindungan baja.

Pertimbangan yang diperlukan jika galvanisasi digunakan :

hilangnya kecembungan (camber) gelagar

perubahan bentuk yang dihasilkan dari cara celup panas galvanisasi dan metoda

pengkoreksiannya

memerlukan penutup pada sambungan-sambungan yang harus dilakukan

pengelasan dilapangan

kemungkinan terjadinya perbedaan warna apabila sebuah gelagar dicelupkan dua

kali, dimana batas panjang dari kolam galvanisasi membatasi gelagar yang

tercelup separuh dari panjang gelagar pada setiap pencelupan

Page 152: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 12

membuat alir kembali dari mur dan baut setelah galvanisasi

perbaikan kerusakan terhadap galvanisasi yang disebabkan karena operasi

pengangkatan dan pemasangan.

4.5. PENANGANAN DAN PENYIMPANAN PEKERJAAN BAJA

Selama pengangkutan baja dari bengkel fabrikasi ke lapangan, sangat memerlukan

perhatian untuk menghindari kerusakan. Bagian-bagian fabrikasi mungkin menjadi

mudah rusak karena kurang hati-hati penanganan dan penyimpanannya. Pemuatan

dan penurunan dari kendaraan, pengangkatan dan berbagai aspek dalam

penggangkutan dan penggudangan harus diawasi ketat.

Untuk penggudangan sementara, komponen baja biasanya diletakkan di atas ganjal

yang kuat, kering dan mudah dijangkau. Komponen tersebut harus ditempatkan pada

tempat yang tidak terkena air, dan terlindung dari cipratan lumpur, jika tidak cat

pelindung akan menjadi rusak sehingga perlu pekerjaan extra untuk membersihkan

dan menyiapkan perawatan perlindungan cat di lapangan.

Fabrikator pekerjaan baja harus menyediakan suatu diagram yang menunjukkan

pemberian tanda yang benar dari semua koirrponen dan bagian (segmen-segmen

gelagar, bentang, komponen atau sisi hulu dan hilir, bagian atas dan bawah, dan

sebagainya), dimana pemberian tanda tersebut harus sesuai dengan pemberian tanda

pada komponen dalam kenyataan, dan dengan daftar pengiriman fabrikator. Setiap

bagian sebaiknya juga ditandai dengan beratnya, terutama bita menyangkut

komponen-komponen yang berat. Jika mungkin, pengiriman harus dibuat dengan

urutan perlunya masing-masing komponen oleh kontraktor yang melaksanakan

pemasangan pekerjaan baja.

4.6. PEMASANGAN STRUKTUR BAJA

Bagian ini berkaitan dengan jembatan kecil hingga sedang. Jembatan ini dapat

dipasang dengan teknik yang sederhana dengan menggunakan alat yang tersedia.

Untuk jembatan yang besar, metoda pemasangannya biasanya sudah merupakan

bagian dari perencanaan, dan penggunaan peratatan dan teknik khusus dibutuhkan.

Page 153: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 13

4.6.1 PEMASANGAN GELEGAR

Gelegar dapat juga langsung diangkat pada posisinya dengan mobil keran sepanjang

sisi jembatan apabila kondisi tanahnya memungkinkan, dengan keran/derek yang tepat

posisi pada sekitar posisi penyangga, atau dengan flying fox. Kalau menggunakan

flying fox, gelagar pengangkat harus diletakkan diantara fox dan getagar utama untuk

memungkinkan perkiraan pengangkatan vertikal pada gelagar utama. Untuk

komponen-komponen yang lebih kecil gelagar pengangkat tidak diperlukan. Untuk

komponen yang lebih kecil gelagar pengangkat tidak diperlukan.

Peluncuran dari gelagar selain memerlukan perancah juga suatu balok peluncur

sementara untuk membawa rel guna keperluan kereta (troleys) atau peluncur/roller

dimana gelagar digerakkan. Dengan gelagar menerus diatas dua atau lebih bentang

memungkinkan (dengan pemasangan rol diatas pangkal jembatan dan pilar) untuk

meluncurkan gelagar-balok tanpa menggunakan perancah. Metoda peluncuran

haruslah benar-benar dirinci penuh dan harus disetujui dahulu oleh Engineer sebelum

diijinkan untuk digunakan.

Titik-titik pengangkatan biasanya ditentukan untuk gelagar baja dan baja tersebut

harus dilindungi ditempat, dimana tali pengikat (sling) ditempelkan sehingga dengan

demikian lapisan pelindung tidak rusak. Pengadaan pegangan untuk mengangkat

(lifting lug) akan mengurangi kerusakan pada permukaan yang dicat.

Bilamana gelagar telah difabrikasi sebagai bentang yang lengkap, ia dapat langsung

diturunkan kebawah pada baut penahan dan pelat landasan (bearing plate) yang telah

dipasang sementara dalam posisi yang telah ditentukan. Bilamana gelagar disambung

in-situ, perancah akan diperlukan guna menyokong sambungan atau mungkin bagian

gelagar yang lengkap, tergantung dari metoda yang ditentukan perencana.

Pondasi perancah harus dibuat kuat dan dilindungi dari kerusakan oleh sampah dan

penggerusan bila di dalam sungai, atau lalu lintas apabila di atas jalan.

Konstruksi perancah harus secara teratur diperiksa dari tanda-tanda penurunan, dan

semua kesalahan dikoreksi sebelum pemasangan baut atau pengelasan struktur utama

dimulai.

Komponen-komponen harus dipasang bersama-sama tanpa regangan berlebihan

(strain) atau perubahan bentuk/distortion yang tak semestinya, dan harus dikoreksi

ketepatan memanjang, vertikal dan melintang dan dengan garis tengah dari jembatan.

Penyediaan dongkrak, tali dan atau baji diperlukan untuk mengatur sambungan

bilamana perlu dalam 3 (tiga) bidang, untuk persiapan pengelasan, pembautan dan

pengencangan.

Page 154: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 14

Selama pemindahan gelagar satu per satu pada posisinya dan sampai gelagar tersebut

telah dihubungkan oleh gelagar melintang dan penguatnya, mereka harus ditahan

dengan batang (strut) secara kencang dan atau dengan tali agar tidak terguling. Kayu

atau kerangka baja dirancang untuk mencegah gerakan memanjang dan penggulingan

dari gelagar dan menghubungkan pada bangunan bawah adalah sesuai untuk tujuan

ini. Kerangka harus didirikan dengan suatu cara sehingga mudah dibongkar dan harus

ditempatkan ditempat yang bisa menyangga sepenuhnya gelagar sebelum alat (tackle)

pengangkat diambil.

Gelagar panjang yang langsing perlu pengkakuan samping sementara sewaktu

diangkat dan diletakkan pada posisinya sampai penguat melintang dikencangkan.

Suatu sistem rangka horizontal dengan menggunakan batang gesper putar dan batang

penahan (strut) dapat dipasang pada masing-masing sisi dari gelagar untuk maksud

ini.

4.6.2 PEMASANGAN RANGKA (TRUSS ERECTION)

Petunjuk pemasangan tersedia untuk masing-masing bentuk jembatan rangka yang

berbeda saat ini digunakan diseluruh Indonesia. Petunjuk ini menjelaskan secara rinci

metoda pemasangan dan aspek-aspek dari konstruksi sesuai dengan bentuk rangka

yang digunakan.

Pada umumnya, rangka dapat dibentuk dan diluncurkan pada posisi atau dibangun

sebagai suatu kantilever dari salah satu kepala jembatan. Bentang jembatan dari

Australia sepanjang 80 m dan 100 m dirancang untuk dipasang sebagai dua kali

setengah bentang. Pada setiap kemungkinan, bentang angker dan kentledge (beban

mati sebagai ballas) diperlukan untuk menjamin kestabilan.

Semua tipe jembatan rangka (selain jembatan rangka Australia yang berukuran 80 m

atau 100 m) dapat dipasang dari salah satu tebing pada peluncur (roller) pemasangan

yang ditumpu diatas perancah dan didongkrak kebawah ketempat landasan yang

permanen. Pilihan lain jembatan rangka dapat dipasang pada perancah dan

didongkrak turun pada landasan permanen diikuti penyelesaian perakitannya dan

pengecoran dari lantai beton ditempat (in-situ). Sangat penting untuk penggunaan

perancah pada sungai harus diperhitungkan dengan hati-hati karena kehilangan atau

kerusakan terhadap perancah dapat berarti suatu konsekwensi hilangnya sebagian dari

keseluruhan struktur (bangunan). Ini terutama penting selama pelaksanaan dalam

musim penghujan.

Page 155: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 15

4.6.3 PERKUATAN MELINTANG (CROSS-BRACING)

Perkuatan melintang mungkin dipadang pada bidang horizontal antara flens rangka

atau gelagar box (box girders) atau dalam bidang vertikal antara gelagar yang

berdekatan. Konstruksi dapat terdiri dari bentuk-bentuk struktural, gelagar pelat

fabrikasi atau sistem bentuk segitiga.

Konstruksi ini biasanya dirakit dengan pengelasan atau dengan baut berkekuatan

tinggi (high strenght bolts) atau segera pengencang khusus yang dilakukan setelah

pemasangan gelagar. Sampai saat itu gelagar harus dilindungi terhadap ketidak-

stabilan lateral (ke samping) dan dalam kasus gelagar panjang yang langsing, tekuk

(buckling) menyamping terhadap beban luar.

Gelagar box baja (steel box girders) memerlukan penguat dalam (internal bracing)

yang permanen untuk mendukung badan (web) yang ramping, dan penguat melintang

yang kuat guna menahan terhadap torsi selama pembebanan, pengangkutan dan

pemasangan. Dalam perencanaan diperbolehkan untuk membongkar penguat kedua

seperti tsb diatas setelah flens artas ditahan ke samping oleh lantai jembatan, tetapi

hal ini dipandang tidak ekonomis.

Kemudahan untuk pengencangan penguat melintang dapat diadakan dengan

menggantung suatu kurungan (cage) dari sebuah keran, sebuah truk yang diberi

platform, sebuah panggung tetap (fixed platform) pada perancah yang didukung dari

bangunan utama. Bilamana penguat melintang harus dilas, perlindungan terhadap

angin dan hujan harus disediakan pada perancah tersebut.

4.7 PENYAMBUNGAN DI LAPANGAN

Karena alasan pengangkutan, pemasangan, dimensi ataupun berat, maka

penyambungan konstruksi baja tidak dilakukan di pabrik melainkan harus

dilakukan di lapangan. Seperti juga apabila dilakukan di pabrik, maka

penyambungan di lapangan harus memenuhi standar sebagaimana ditentukan

dalam spesifikasi teknis.

4.7.1 UMUM

Bagian-bagian baja dapat disambung pada tempatnya apakah dengan baut berkuatan

tinggi (high strength friction grip) atau dengan pengelasan di lapangan. Penggunaan

Page 156: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 16

sistem pengelasan di lapangan memerlukan tersedianya operator las yang terlatih dan

pengawas lapangan yang sesuai kualifikasinya.

4.7.2 BAUT BERKEKUATAN TINGGI (HIGH STRENGH BOLTS)

a. Umum

Baut berkekuatan tinggi dapat diklasififcasikan atas dua tipe, yaitu tipe "friction grip"

dengan tanpa geseran dan tipe "bearing" dimana suatu geseran awal diperkenankan.

Umumnya sambungan dengan baut dari kebanyakan elemen struktur jembatan modern

direncanakan berdasarkan sambungan pegangan gesek (friction grip). Baja yang

digunakan pada baut adalah campuran khusus (alloy) yang akan menahan tekanan

yang lebih tinggi daripada baja strukturaf dan akan memanjang (elangated} sebefum

kerusakan. Mur dibuat dari bahan yang cocok dan cincin penutup (washer} khusus

dibuat dari baja diperkeras untuk menahan kelecetan sewaktu baut dikencangkan.

Tegangan daripada baut akan timbul karena gesekan antara bagian-bagian

sambungan dan gesekan ini dapat memindahkan gaya melalui sambungan. Bilamana

tegangan di dalam baut dan koefisien gesekan antara pelat-pelat diketahui, maka gaya

yang dapat dipindahkan tanpa mengakibatkan gerakan bagian-bagian yang disambung

dapat dihitung. Semua sambungan baut friction grip dengan kekuatan tinggi bekerja

menurut prinsip umum ini, tidak tergantung pada jumlah dan susunan baut dalam

sambungan.

Semakin tinggi gaya pengekleman atau gaya tegang yang ditimbulkan oleh baut dan

semakin tinggi. gesekan antara komponen, semakin besar gaya yang dapat

dipindahkan antara bagian dari sambungan. Untuk menerapkan prinsip ini pada suatu

tingkatan praktis, perencana memperkirakan suatu batas lebih rendah dari tegangan

baut dan suatu nilai yang dapat diterima untuk koefisien gesekan diantara permukaan

yang bertemu.

Tegangan baut minimum yang harus dicapai untuk diameter baut yang berbeda

biasanya disebutkan dalam Spesifikasi Teknik pelaksanaan jembatan. Koefisien

gesekan diantara permukaan yang bersinggungan dari konstruksi baja dalam kondisi

tertentu dapat diketahui. Dengan pengencangan baut secara tepat dan mengikuti

spesifikasi teknik dengan selalu menjaga permukaan kontak yang bersih dari kotoran,

tidak ada karat, lemak, dan sebagainya, baut akan memindahkan gaya sesuai yang

diharapkan perencana.

Baut yang telah dikencangkan penuh tidak boleh digunakan kembali sebagai baut

friction grip dan harus segera dibuang.

Page 157: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 17

b. Baut-baut Berkekuatan Tinggi

Baut dengan kekuatan tinggi dikencangkan dengan salah satu dari tiga cara – “Ring

Penunjuk Beban” (Load Indicating Washer Method}, "Putar Sebagian" (Part-Turn

Method} atau "Cara Kontrol Torsi" (Torque Control Method}.

Hal yang sangat penting bahwa seluruh daerah permukaan-permukaan yang

bersinggungan pada semua sambungan harus diperkasar oleh sikat kawat yang kuat

(atau metoda yang sejenis) dan arah dari penyikatan harus melintang (across}

flens/atau badan (web} dari bagian yang disambung.

c. Pengencangan Baut dengan Metoda Ring Penunjuk Beban (Load

Indicating Washer Method)

Pada metoda ring penunjuk beban, baut dipasang dengan ring penunjuk berindikasi

beban di bawah kepala baut dengan arah menghadap kepala baut dan suatu ring yang

diperkeras ditempatkan dibawah mur. Baut dan mur harus benar-benar dilumasi untuk

menjamin bahwa ring penunjuk beban dapat betul-betul rapat ketika dikencangkan.

Apabila pelumasan ulang diperlukan, bagian itu harus dibersihkan dan suatu minyak

dengan bertekanan kuat, lemak atau lilin digunakan. Permukaan yang bersinggungan

harus dijaga tetap bersih dan bila ada minyak harus segera dibersihkan dengan

menggunakan pelarut yang sesuai.

Lubang yang digunakan pada semua sambungan harus dipaskan benar, sebelum baut

dimasukkan (dengan menggunakan pasak atau drifts yang sesuai). Baut mula-mula

dikencangkan dengan tangan dengan menggunakan suatu kunci pas (spanner).

Pengencangan dengan tangan, adalah pengencangan yang dicapai oleh usaha penuh

dari seorang manusia dengan menggunakan sebuah kunci pas.

Pengencangan akhir tidak boleh dilakukan sebelum semua sambungan menuruti

persyaratan mengenai lawan lendut, sambungan-sambungan telah pas dilaksanakan.

Baut akhirnya dikencangkan dengan kunci khusus yang telah ditentukan.

Pengencangan dilakukan dengan memutar mur dan bukan kepala baut (kepala baut

mungkin perlu ditahan guna mencegah putaran). Tiap baut dikencangkan sampai celah

(gap) yang diukur pada alat ring penunjuk beban berada pada suatu kisaran (range)

yang ditetapkan sebelumnya (biasanya 0.15 mm sampai 0.25 mm). Celah (gap) ini

harus diperiksa dengan menggunakan pengukur celah (feeler gauge). Tegangan harus

diberikan secara merata dan hati-hati pada masing-rnasing baut dalam sambungan.

Pengencangan harus dimulai pada baut-baut sebelah dalam (pusat) dan bergerak

keluar.

Page 158: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 18

d. Pengencangan Baut dengan Metoda Putar Sebagian (Part Turn

Method)

Dalam metoda putar sebagian, bagian komponen mula-mula dibuat agar

bersinggungan dengan dekat, yang disebut kondisi rapat kencang (snug tight) dengan

tangan atau dengan pengaruh kunci Inggris (impact wrenches). Setelah semua baut

pada sambungan rapat kencang, tiap baut diberi suatu pengencangan akhir.

Pengencangan akhir untuk diameter dan panjang baut yang biasa adalah suatu

tambahan setengah putaran dari mur terhadap baut.

e. Pengencangan Baut dengan Metoda Kontrol Torsi (Torque Control)

Pengencangan baut dengan Metoda Kontrol Torsi tidak teliti dibandingkan dengan

metoda Ring Penunjuk Beban. Perubahan yang sangat kecil dalam koefisien gesekan

dari ulir (threads) yang dapat berpengaruh besar terhadap tegangan baut. Kerusakan

ulir atau baut-baut yang berbeda dapat menyebabkan hasil pengencangan (tensioning)

tidak akurat. Apabila panjang baut yang satah digunakan baut mencapai akhir dari ulir,

torsi akan dicapai oleh indikator, padahal baut masih belum kencang. Dalam hal baut

digalvanisasi, tegangan yang diperlukan mungkin tidak tercapai kesemuanya dan baut

akan rusak karena~puntiran yang dihasilkan oleh torsi yang diberikan. Baut biasanya

dikirim dengan mur yang dilumasi bila metoda ini digunakan.

Pengencangan dengan metoda Kontrol Torsi dapat mernberikan suatu hasil yang salah

untuk baut yang digalvanisasi.

4.7.3 PENGELASAN DI LAPANGAN

Prosedur pengelasan di lapangan dan umumnya sama dengan pengelasan di bengkel.

Namun demikian situasi pekerjaan menimbulkan kesulitan-kesulitan khusus. Biasanya,

digunakan pengelasan lengkung (arc) dengan tangan karena peralatan yang mudah

dibawa.

Prosedur harus dipilih dimana perubahan bentuk dan tegangan penyusutan sisa (residual

shrinkage stresses) dibuat sekecil mungkin. Ini memerlukan suatu urutan pengerjaan

dimana pemberian panas dibuat seimbang kira-kira ditengah-tengah kemungkinan

pergerakan. Pada beberapa kasus dua orang tukang las dapat bekerja pada sisi-sisi

yang berlawanan untuk mengerjakan satu sambungan. Elektroda rendah hidrogen

digunakan untuk sambungan dimana tambahan ductilitas diperlukan.

Kerapkali prosedur pengelasan dapat dibuat bervariasi (untuk meningkatkan kualitas

pengelasan dan mengurangi distorsi) setelah beberapa sambungan telah selesai

Page 159: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 19

diadakan dan diperiksa. Sambungan yang diperkirakan besar penyusutannya harus

dibuat pertama kali bilamana anggota yang disambung mempunyai sedikit tahanan

(restraint).

Steiger yang disediakan untuk pengelas harus mencapai standar yang tinggi karena

seorang pengelas cukup lama bekerja pada suatu sambungan. Sebagai konsekuensinya

perlu suatu steiger yang memadai dan aman guna memperoleh suatu standar hasil

pekerjaan yang tinggi.

Lemari pengering yang dapat dibawa (untuk menjamin bahwa elektroda tetap kering)

mungkin diperlukan dekat tempat bekerja, tergantung daripada tipe dari elektroda dan

jarak dari penyimpanan elektroda utama. Pelindungan terhadap cuaca dapat

meningkatkan kecepatan dan kualitas pekerjaan ditempat untuk waktu yang lama,

dengan melindungi pengelas dan pelaksanaan pengelasan dari hujan dan angin.

Perlengkapan klem yang terdiri dari potongan baja sudut yang berlobang, klem baut, baut

panjang, pasak dan baji sangat berguna untuk menarik ke dalam dan meluruskan

anggota-anggota sebelum diadakan pengelasan.

4.7.4 PERUBAHAN CAT GALVANISED

Bilamana perawatan perlindungan dari bagian-bagian baja (pengecatan atau galvanisasi)

telah rusak selama penanganan atau pemasangan, harus diadakan perbaikan sesuai

dengan persyaratan dalam Spesifikasi Teknik. Beberapa jembatan direncanakan untuk

diberi lapisan akhir pengecatan sesudah pemasangan, dimana baja hanya dilapisi suatu

lapis dasar (primer) sebelum pemasangan.

Page 160: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 1

BAB V TEKNIK PEMASANGAN BANGUNAN ATAS BAJA

5.1 UMUM

Bab ini menjelaskan mengenai tipe bangunan atas baja yang digunakan di Indonesia.

Sebagai tambahan dijelaskan mengenai konfigurasi dan lebar bentang yang berbeda,

bermacam-macam komponen dan perbedaan-perbedaan versi yang lama dan yang

baru.

Metoda pemasangan dari tiap-tiap tipe jembatan dijelaskan dan masing-masing

diterangkan keuntungan dan kerugiannya.

Penggunaan kelas A, B atau C untuk menunjukkan lebarnya struktur yang biasa untuk

semua tipe jembatan rangka.

Jembatan kelas A mempunyai 2 jalur dengan suatu jalan kendaraan

yang lebarnya 7,0 m dengan 1,0 m untuk pejalan kaki pada tiap sisi;

Jembatan kelas B adalah 2 jalur dengan jalan kendaraan 6,0 m dengan

kerb 0,5 meter pada kedua sisi tetapi tanpa pemisah pejalan kaki;

Jembatan kelas C mempunyai jalan kendaraan selebar 4,5 m dengan

kerb 0,5 meter pada kedua sisinya tetapi tanpa pejalan kaki.

5.2 JEMBATAN RANGKA AUSTRALIA

Jembatan rangka Australia sistem (Transfield atau Transbakrie) terdiri dari komponen-

komponen baja standar yang dibuat dengan teliti yang dirakit dengan mempergunakan

baut untuk membentuk bentang jembatan dari bentang 35 meter sampai 60 meter pada

rancangan through-truss.

5.2.1 JEMBATAN RANGKA TETAP (PERMANEN)

a. Umum

Bentang-bentang permanen yang disediakan dalam 3 (tiga) kelas - A, B dan C, dengan

perbedaan konfigurasi dalam lebar jalan dan kerb/pejalan kaki. Bentang dalam semua

kelas mempunyai lantai beton bertulang komposit. Gambar 10.1, 10.2 dan 10.3 secara

berurutan disimpulkan masing-masing potongan melintang kelas A, B dan C.

Page 161: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 2

Jembatan ini dilengkapi dengan landasan, penahan lateral seismis, bantalan penahan,

sandaran, baja perkuatan sudut lantai, peralatan untuk digunakan dalam perakitan

komponen menjadi bentang jembatan dan Panduan Pemasangan.

Komponen-komponen telah diberi tanda dengan jelas untuk memungkinkan

pemasangan yang berurutan sesuai yang ditunjukkan dalam Gambar Pemasangan.

Komponeri-komponen dengan tanda sama dapat saling ditukar. Tidak ada komponen-

komponen yang beratnya lebih dari 1,5 ton dan perakitan dapat dilakukan dengan

peralatan tangan (hand tools) yang disediakan bersama dengan bentang jembatan.

Gambar 5. 1 - Jembatan Rangka Permanen Australia Kelas A

Gambar 5.2 - Jembatan Rangka Permanen Australia Kelas B

Page 162: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 3

Gambar 5.3 - Jembatan Rangka Permanen Australia Kelas C

Sistem ini telah dirancang untuk memungkinkan pemasangan ditempat secara

berurutan dengan pengerjaan kantilever dari satu tebing, atau dorongan dengan

metoda peluncuran bentang tunggal (SSL) tanpa menggunakan perancah di sungai.

Kedua metoda ini untuk pemasangan bentang jembatan rangka dijelaskan dalam

Panduan Pemasangan. Keduanya memerlukan sebuah bentang standar sebagai suatu

bentang angker dan baja penghubung yang disediakan pada sistem ini. Metoda ini

memerlukan peralatan peluncuran khusus selain baja penghubung (linking steel).

Metoda lain dari perakitan dan pemasangan seperti kantilever sebagian atau

pemasangan pada perancah dapat juga dilakukan. Prinsip-prinsip yang diberikan untuk

metoda yang dijelaskan dalam Panduan Pemasangan dapat diterapkan dalam kasus

tersebut.

Konstruksi lantai beton dan pemasangan landasan dan penahan lateral seismis dan

bantalan penahan juga dijelaskan dalam Panduan Pemasangan.

Sistem jembatan ini direncanakan mempunyai ciri pemeliharaan yang rendah. Untuk

maksud ini semua pekerjaan baja dan baut-baut digalvanisir dan landasannya adalah

elastomer. Prosedur-prosedur dasar pemeliharaan yang dijelaskan dalam Manual

Pemasangan.

Kriteria Desain

Pembebanan : Peraturan Muatan untuk Jembatan, Jalan Raya No.12/1970

(diperbaiki 1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.

Page 163: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 4

Lalu-Lintas: Kelas A dan B dua jalur dibebani penuh ditambah satu jalur

dibebani sebagian. Pembebanan D-garis (tambah kejut) atau

Pembebanan T-titik (100 %)

Kelas C satu jalur dibebani penuh, Pembebanan D (tambah

kejut) atau T (100%)

Trotoar : Kelas A 500 kg /M2 satu meter lebar tiap sisi

Kelas B dan C - nol

Sandaran: 100 kg/m

Angin: 100 kg/m2

Gempa: Region 1 sesuai Spesifikasi 12/1988 (C = 0,3)

Arus: Bangunan atas dianggap bebas di atas muka banjir

Temperatur: ± 15°C

Spesifikasi Desain

Spesifikasi Perencanaan Jembatan 1976 NAASRA

Spesifikasi Standar untuk Jembatan Jalan Raya.1983 AASHTO

Kepala jembatan, pilar

Kepala jembatan dan pilar harus dirancang terhadap gaya-gaya yang timbul dari

bentang baja dan efek-efek lain, dan dibangun sesuai dengan ukuran landasan dan

dimensi-dimensi bentang. Gaya-gaya relevan serta detail-detail diberiKan pada

Panduan Pemasangan.

b. Komponen-Komponen

Ada 4 macam seri komponen-komponen yang berbeda digunakan untuk jembatan

rangka Australia. Salah satu yaitu seri H hanya digunakan untuk jembatan-jembatan

rangka baja khusus yang permanen (Permanent Special Truss Bridges), lihat Bab

5.2.2. Tiga macam yang lain yaitu komponen-komponen seri "L", "S" dan "M"

digunakan untuk konfigurasi-konfigurasi yang berbeda pada jembatan rangka

permanen. Ada beberapa bentang yang menggunakan komponen-komponen MM,

yang dipasok melalui Kontrak-kontrak dengan PT. Trans Bakrie.

Perbedaan-perbedaan yang utama dari seri-seri komponen L/M/S adalah dalam

sifat-sifat bagian dari anggota-anggota utamanya. Ukuran meningkat dari M ke S

ke L. Ada komponen-komponen yang berbeda untuk masing-masing seri yang

berbeda Dan secara umum komponennya tidak dapat saling dipertukarkan antara

seri-seri yang berbeda.

Page 164: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 5

Tabel 5.1 menunjukkan bentangan-bentangan dimana tiap-tiap seri digunakan :

Tabel 7. 1 - Bentangan untuk Seri Jembatan Rangka

Seri Bentang

Seri - L A50, A55, A60, B60

Seri - S

A35, A40, A45 B45, B50, B55 C55, C60

Seri - M

B35,1340 C35,C40, C45, C50

Seri - H

A80, A100

B80, B100

Dalam kebanyakan kasus, kode komponen diawali dengan M, L atau S untuk

mengidentifikasi seri-seri komponennya. Perhatikan bahwa hal ini tidak berlaku

pada komponen EP (pemasangan) yang dapat dibedakan oleh jumlah, sebagai

contoh penghubung batang bawah untuk seri rangka M ke M adalah EP 48,

sedangkan untuk komponen yang sama seri rangka M ke L adalah EP 57.

Sebagai tambahan, komponen-komponen yang identik untuk semua seri rangka

jembatan sebagai contoh FSB (form work support beam/balok pendukung acuan)

atau THDB (holding down bolt/baut penahan) tidak diberi awalan tambahan

dengan M, L, atau S.

Tabel 5.2 - Sistem Pemberian Nama Komponen-komponen Jembatan Rangka

Kode Uraian Awalan

C Batang tepi memanjang *

X Gelagar melintang *

D Diagonal * B Penguat, Balok melintang (atas)

G Pelat buhul (Pelat Pertemuan) *

S Pelat Penyambung * BA Pemasang landasan (kiri dan kanan) RB Landasan karet ateu Bantalan

DA Siku Pelindung Lantai FP Pelat untuk Pejalan Kaki

FSB Balok Penyangga Acuan R Pagar (Railing)

THDB Baut Penahan LS Penahan Lateral TP Plat Pengisi SP Plat Pengisi

EP Komponen untuk Pemasangan (termasuk pula Komponen-komponen sementara)

Kolom ke 3 Tabel 5.2, dan Tabel 5.3 menunjukkan komponen-komponen mana diberi

awalan (dengan simbol '*').

Page 165: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 6

c. Metode Pemasangan

i. Umum

Bagian ini menjelaskan berbagai cara pemasangan untuk jembatan rangka

permanen. Metoda-metoda ini pada dasarnya dijelaskan dalam Manual

Pemasangan. Kebanyakan informasi berikut didasarkan dari "Buku Pegangan

Pengawas Jembatan" yang dipersiapkan untuk Direktorat Jenderal Bina Marga

pada Proyek Jembatan Baja Indonesia Australia.

Pemilihan dari metoda pemasangan harus dipertimbangkan dengan seksama.

ii. Perancah

Metoda ini mungkin paling biasa dan dapat digunakan untuk struktur bentang

tunggal ataupun lebih dari satu bentang (multi). Penyangga sementara

digunakan sewaktu bangunan atas sedang dirakit. Mereka ditempatkan pada

dasar sungai antara bangunan bawah seperti diperlihatkan dalam Gambar 10.4.

Perancah harus dibongkar setelah pemasangan selesai dan sebelum

pengecoran lantai beton. Ini memungkinkan bangunan atas untuk melendut

sesuai yang direncanakan ketika lantai selesai di cor.

Gambar 7.4 - Pemasangan di atas Perancah

Metoda ini mempunyai sejumlah keuntungan untuk kebanyakan tempat.

Keuntungan yang terbesar adalah bahwa tidak diperlukan pemakaian bentang

angker, alat-alat penghubung dan kentledge (counter weight) yang diperlukan

pada cara peluncuran ataupun cara kantilever bagian per bagian.

Sebagai tambahan, tidak diperlukan peralatan angkat yang berat karena

komponen yang terberat hanyalah 1,5 ton. la adalah suatu metoda padat karya

dengan peralatan angkat yang diperlukan minimum.

Page 166: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 7

Dibeberapa tempat, jembatan yang ada dapat digunakan sebagai dasar-guna

menyokong perancah dan disini biaya yang dikeluarkan berkurang.

Salah satu kerugian ialah bahwa suatu jembatan perancah biasanya diperlukan

untuk dipasang melintang sungai, yang menimbulkan gangguan kepada kapal

yang melayari sungai. Umumnya, suatu pilar perancah atau rangka pendukung

dipasang pada tiap gelagar melintang dengan jarak kurang lebih 5 meter.

Sebagai tambahan, ada suatu kemungkinan satu perancah dapat turun akibat

beban dari rangka, jika tidak ditopang. Satu pilar perancah jembatan kelas A

harus mendukung kurang lebih 10 ton beban mati untuk rangka baja.

Pemasangan perancah menyeberangi sebuah sungai sebelum atau selama

musim penghujan harus dengan hati-hati dipertimbangkan sebab aliran sungai

dapat menghancurkan perancah dan sebagian rangka yang telah diselesaikan.

Kebutuhan peralatan pemasangan

Peralatan pemasangan berikut ini diperlukan dengan rangka baja utama :

1. Manual Pemasangan

2. Gambar-gambar rencana pemasangan

3. Dongkrak Hidrolik kapasitas 25, 100 dan 150 ton

4. Kotak Peralatan (guna merakit pekerjaan baja dan alat penghubung).

Sebagai tambahan terhadap peralatan di atas, Kontraktor harus menyediakan

dan memasang item-item sebagai berikut :

a. Material untuk menopang perancah

b. Paling sedikit 2 (dua) tackle untuk menaikkan komponen-komponen

pada posisinya

c. Peralatan untuk menarik komponen-komponen baja dari tebing keatas

perancah

d. Pelat Dongkrak dan kayu pengisi digunakan dalam penurunan bentang

e. Landasan kayu sementara

iii. Kant i l e ver Seba gia n Demi Se ba gia n

Pemasangan kantilever sebagian demi sebagian terdiri dari penyetelan

berurutan dari suatu bentang jembatan rangka dari satu kepala jembatan atau

pilar ke kepala jembatan dan pilar diseberang, dengan menambah dan

memasang sampai mencapai komponen-komponen mencapai peletakan di

seberang. Prosedur kantilever statis ini memerlukan suatu bentang angker dan

baja penghubung.

Page 167: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 8

Perancah tidak diperlukan dan jalan untuk memasang komponen selanjutnya

dapat dilakukan dengan mempergunakan bagian-bagian rangka baja yang telah

terpasang.

Sistem pemasangan kantilever mempunyai banyak keuntungan karena

peralatan pemasangan yang sederhana dengan tidak ada bagian-bagian yang

bergerak, dan ruang yang diperlukan untuk perakitan di atas tebing hanya

diperlukan sesuai dengan panjangnya bentang angker. Sebaliknya, ini

memerlukan peralatan untuk menarik atau mengerek komponen-komponen

keluar menyeberangi sungai dan pengangkatan dan menyokongnya ditempat di

atas air. Ini adalah suatu metoda pemasangan yang hanya memerlukan suatu

jumlah peralatan mekanis yang kecil seperti kerekan tangan, batang pendorong,

blok-blok katrol dan takel-takel. Keran dapat pula digunakan untuk mempercepat

waktu pemasangan bila sebuah ponton tersedia. Metoda pemasangan umum

ditunjukkan pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5 - Konstruksi Kantilever Dipasang Sebagian Demi Sebagian

Tempat yang dibutuhkan

Tempat yang bebas diperlukan dibelakang kepala jembatan untuk memasang

pekerjaan baja harus cukup besar untuk memuat bentang angker yang berkisar

dari 30,0 meter sampai 60,0 meter panjangnya dengan kelipatan 5,0 meter.

Lahan yang diperlukan dapat dibatasi pada panjang bentangan angker ditambah

tempat bekerja disekitarnya.

Sebagai patokan, tempat bekerja harus sekitar 3 meter lebih lebar daripada

bentangan angker yang digunakan dan 10 meter lebih panjang daripada panjang

bentangan angker.

Tempat harus dibentuk dan dibuat rata sehingga paling sedikit setinggi kepala

jembatan dan tidak lebih tinggi daripada ketinggian akhir jalan raya.

Page 168: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 9

Penopang landasan sementara

Krib kayu yang memadai digunakan pada tiap-tiap landasan untuk bantalan ujung

angker dari bentang kantilever pada kepala jembatan atau pilar selama

pemasangan. Bantalan kayu dipasang langsung di atas posisi landasan akhir.

Bantalan bentang angker

Ujung akhir dari bentangan angker memerlukan penyangga pada dua landasan

yang dibelakang di atas krib kayu atau bantalan-bantalan beton sementara yang

direncanakan sesuai dengan kondisi tanah.

Penghubung dengan bentang angker

Bentang angker akan terdiri dari suatu bentang rangka standar yang

dihubungkan pada bentangan tetap untuk pemasangan melalui susunan

Universal-Frame Erection Link Set, lihat Gambar 7.6 dan 7.7. Tergantung dari

panjang bentang yang sedang dibangun dan panjang bentang angker, akan

perlu penambahan beban imbangan (counter weight) untuk mengimbangi aksi

pengaruh guling dari bentang kantilever. Detail dari berat counter weight

diberikan dalam gambar rencana pemasangan.

Gambar 5.6 - Bentang Angker untuk Pemasangan Kantilever

Gambar 5.7 - Bentang Angker dan Pasangan Penghubung

Page 169: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 10

Keperluan peralatan pemasangan

Peralatan pemasangan yang berikut diperlukan dengan rangka baja utama :

1. Petunjuk Pemasangan

2. Gambar Rencana Konstruksi

3. Bentang rangka angker

4. Peralatan penyambung pemasangan (linking steel) termasuk besi

penguat untuk batang tepi bila diperlukan

5. Peralatan penguat beban imbangan (kentledge brace kit)

6. Dongkrak Hidrolik yang kapasitas 25, 100 dan 150 ton

7. Kit peralatan (untuk menyetel semua pekerjaan baja dan alat.

penyambung).

Sebagai tambahan terhadap peralatan di atas, Kontraktor perlu menyediakan

dan memasang item-item sebagai berikut :

a. Kerangka penyokong atau krib kayu sebagai bantalan sementara pada

pelat landasan bentang permanen (kentledge platform)

b. Panggung beban imbangan (kentledge) untuk ujung akhir bentangan

rangka angker.

c. Bahan-bahan yang sesuai untuk counter weight. Sebagai contoh

kantong-kantong pasir dalam karung, blok beton, komponen-komponen

baja, batuan dan sebagainya, tetapi apapun yang digunakan harus

diketahui beratnya.

d. Pelat dongkrak dan ganjal kayu yang digunakan pada penurunan

bentang.

e. Peralatan penarikan komponen-komponen baja dari pinggir

menyeberangi dengan alat pengangkat untuk memasang komponen-

komponen pada tempatnya.

f. Landasan kayu sementara.

Penarikan dan Pengangkatan

Komponen-komponen yang telah berada di tebing, sewaktu akan dipasang pada

lokasi sambungan yang ditentukan harus ditarik dan diangkat. Ini mungkin harus

dilakukan dengan berbagai cara tergantung pada keadaan medan di lapangan.

Metoda-metoda yang telah digunakan termasuk :

Akses dari jembatan berdekatan yang ada, dengan menggunakan

sebuah keran kecil.

Rakit yang dibuat dari drum @ 200 liter.

Page 170: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 11

Kabel-kabel flying fox yang digantung diantara batang penguat atas

bentangan.

Menarik (menyeret) komponen-komponen sepanjang lantai pekerjaan

baja yang selesai sebagian, di atas bantalan kayu sementara. Rol-rol

harus digunakan untuk menghindari kerusakan dari komponen-

komponen.

Setelah dalam garis posisi akhir, komponen harus diangkat pada posisinya.

Bermacam metoda tersedia, termasuk sebuah tiang derik diikatkan pada akhir

dari sebagian jembatan yang telah terpasang:

Bagaimanapun, diharapkan bahwa 2 kerangka pengangkatan sederhana yang di

pabrikasi dari bagian-bagian baja ringan, dipasang pada akhir batang atas tiap

sisi dengan mempergunakan baut melalui lubang-lubang drainase dalam

sayapnya. Penggunaan dalam kombinasi dengan blok rantai atau kerekan

tangan, kerangka ini untuk dioperasikan dan dapat digerakkan sepanjang

bentang sewaktu perakitan dilaksanakan.

iv. Peluncuran Bentang Tunggal

Dengan metoda pemasangan ini, bentang rangka dirakit secara lengkap pada

tebing dan didorong keluar pada posisinya dengan menggunakan bentang

angker dan beban imbangan (counter weight). Tidak diperlukan perancah pada

penyeberangan karena bentang didesain untuk kantilever penuh. Konsep umum

dilihat pada Gambar 5.8 dan 5.9.

Metoda ini cocok untuk bentang tunggal atau bentang pertama dari jembatan

bentang banyak. Ini khusus cocok untuk tempat-tempat jembatan bentang

tunggal yang tidak dapat dipasang di atas perancah.

Tidak semua tempat jembatan sesuai untuk sistem ini karena diperlukan suatu

daerah pemasangan yang lebih panjang pada tebing dimana peluncuran

dilaksanakan, dibandingkan dengan metoda kantilever sebagian demi sebagian

dimana tidak diperlukan tempat pemasangan di atas tebing sungai selain

daripada yang telah ditentukan sebelumnya untuk pemasangan bentang angker.

Tempat tambahan pada oprit perlu untuk peluncuran panjang bentang tunggal

dikarenakan perlunya rel untuk peluncuran yang harus dibuat untuk menampung

bentang utama dan bentang angker.

Tempat yang diperlukan pada tebing sungai tergantung pada panjang bentang

utama dan bentang angker ditambah tempat untuk bekerja disekeliling bentang.

Page 171: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 12

Gambar 5.8 - Konstruksi untuk Peluncuran Bentangan Tunggal

Tergantung dari panjangnya bentang yang sedang dibangun dan panjangnya

bentang angker, mungkin diperlukan untuk menambah beban pengimbang

(counter weight) untuk melawan guling dari bentang kantilever.

Keperluan peralatan pemasangan

Peralatan pemasangan yang berikut diperlukan dengan rangka baja utama :

1. Petunjuk pemasangan

2. Gambar rencana konstruksi

3. Bentang rangka angker (anchor truss span)

4. Kit penghubung pemasangan (linking steel)

5. Kit penguat kentledge (kentledge bracing kit)

6. Balok peluncuran dengan rol depan dan belakang

7. Kit peralatan (untuk perakitan semua pekerjaan baja) .

Sebagai tambahan peralatan di atas, Kontraktor perlu memasok dan memasang

item-item sebagai berikut :

a. Lintasan untuk roller yang diletakkan diatas balok beton atau baja pada

ujung akhir bentang untuk tempat peluncuran.

b. Bantalan dongkrak beton dibelakang kepala jembatan.

c. Kerekan-kerekan untuk penarikan dan penahan

d. Panggung beban pengimbang (kentledge) untuk ujung akhir bentangan

rangka angker.

e. Bahan-bahan yang cocok untuk beban pengimbang (counter weight).

Sebagai contoh pasir yang dibungkus karung, blok beton, komponen-

komponen baja, batuan dan lain-lain. Tetapi apapun yang digunakan harus

diketahui beratnya.

f. Pelat untuk alat dongkrak dan ganjal untuk digunakan pada operasi

pekerjaan penurunan.

Page 172: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 13

g. Peralatan penarik komponen-komponen baja dari tebing menyeberangi

sungai dan mengangkat pada posisinya.

h. Landasan kayu sementara.

Gambar 5.9 - Peluncuran Bentang Tunggal

v. Metoda Kombinasi

Ada beberapa alternatip (pilihan) kombinasi-kombinasi dari kemungkinan

metoda-metoda pemasangan ini, walaupun ini jarang dipakai.

Ada kemungkinan untuk memasang bagian-bagian dari bentang di atas

perancah dan kemudian dengan sistem kantilever sisa bagian dari bentang,

menggunakan beban pengimbang (counter weight) untuk menjaga

kestabilan. Juga dimungkinkan untuk meluncurkan sebagian dan memasang

sebagian dengan menggunakan konstruksi kantilever bagian demi bagian.

d. Variasi

Komponen-komponen standar yang tersedia pada bermacam-macam sistim

jembatan Australia dapat digunakan untuk bermacam-macam bentuk

jembatan dan kriteria perencanaan, seperti alternatif spesifikasi

pembebanan, lantai-lantai kayu atau bentang-bentang menerus.

Pilihan satu-satunya yang tersedia dalam jembatan Rangka Baja Permanen

adalah bahwa maksimum 3 buah pipa PVC diameter 150 mm dapat

dipasang pada kerb dari jembatan kelas A.

"Variasi" yang lain adalah jembatan seri MM (bentang 35, 40 dan 45 m) yang

dihasilkan oleh Trans Bakrie mempunyai lantai baja gelombang dan ditutup

dengan pelat beton bertulang setebal 100 mm sebagai pengganti lantai

beton bertulang setebal yang lebih umum yang bersifat komposit dengan

rangka baja 270 mm (kelas A), 250 mm (kelas B) atau 230 mm (kelas C -

nominal).

Page 173: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 14

e. Persoalan-persoalan Umum

Persoalan-persoalan di bawah ini telah banyak mendapat perhatian dalam

pelaksanaan pekerjaan jembatan rangka baja:

Pengencangan Baut

Hal yang sangat penting adalah pengencangan semua baut diselesaikan sebelum

lantai beton dicor. Kesalahan pelaksanaan pekerjaan ini akan mengakibatkan

kehilangan camber (lawan lendut) dari struktur. Ijin pengecoran lantai tidak akan

diberikan sebelum sertifikat pengencangan baut diberikan.

Celah (renggang) seperti terlihat oleh cincin indikasi beban harus diantara 0,15

mm dan 0,25 mm. Kalau baut-baut dikencangkan sampai kerenggangan kurang

dari 0,15 mm ada kemungkinan bahwa baut akan rusak. Lihat Gambar 10.9, 10.10

untuk detailnya.

Gambar 5.10 - Baut Setelah Pengencangan

Pengencangan harus dimulai ditengah-tengah sekumpulan baut dan bergerak

keluar seperti diperlihatkan pada Gambar 5.11.

Sewaktu pelaksanaan pengencangan Kepala tiap-tiap baut harus ditandai untuk

memperlihatkan bahwa ia telah dirancangkan dengan benar.

Setiap baut yang sudah dikencangkan harus tidak digunakan kembali dan baut,

mur dan cincin penunjuk beban harus dibuang dan diganti dari cadangan.

Penggunaan kembali baut-baut yang telah dipakai tidak diperbolehkan.

Pengencangan dengan torsimeter tidak digunakan untuk mengencangkan baut-

baut friction grip pada sistem jembatan ini, Karena tidak ada hubungan antara

besarnya angker puntiran dan jarak seperti terlihat oleh ring penunjuk beban (Load

Indicating washer).

Page 174: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 15

Gambar 5. 11 - Urut-Urutan Pengencangan Baut Tipikal

Penentuan as landasan

Jarak horisontal memanjang landasan dari as ke as dari kepala jembatan ke kepala

jembatan atau kepala jembatan ke pilar harus diperiksa terhadap salah satu gambar

rencana berikut :

TD01 Jembatan rangka seri S Kelas A

TD02 Jembatan rangka seri L Kelas A

TD03 Jembatam rangka seri M Kelas B

TD04 Jembatan rangka seri S Kelas B

TD05 Jembatan rangka seri L Kelas B

TD06 Jembatan rangka seri M Kelas C

TD07 Jembatan rangka seri S Kelas C

Telah dijumpai pada banyak kasus bahwa panjang nominal bentangan atau jarak-

jarak horisontal diperlihatkan pada gambar rencana penentuan gelagar melintang

yang telah dirinci dengan benar untuk jarak antara landasan.

Kaiau dimensi ini tidak benar akan berakibat fatal dalam suatu konfigurasi bentang

banyak karena jarak antara bangunan-bangunan atas akan menjadi terlalu besar

dan baja penghubung tidak akan pas pada celah diantara dua rangka jembatan.

Konstruksi lantai perletakan (bearing plinth) diatas pilar dan kepala jembatan

Permukaan pendukung plat kolom (bearing plinth) tidak boleh kurang dari yang

diperlihatkan pada gambar detail landasan dan penahan seismik Karena kalau

tidak, akan mendapatkan kesulitan pada waktu pemasangan dongkrak hidrolis di

bawah bentang.

Page 175: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 16

Kualitas beton pada plat lantai jembatan

Jembatan rangka Australia telah dirancang menggunakan lantai beton bertulang

komposit. Pelat beton dihubungkan dengan rangka baja melalui pendukung

geser (shear stud) dilas pada gelagar-gelagar melintang. Sangatlah penting

bahwa mutu dari beton pada plat lantai harus paling tidak sama dengan yang

diperhitungkan oleh perencana.

Kualitas dari penahan lateral beton

Masalah yang harus diperhatikan bahwa penahan seismikdan penahan lateral

harus dilaksanakan seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana, karena

konstruksi ini adalah vital terhadap struktur bila terjadi suatu gempa bumi. Beton

yang digunakan pada penahan ini harus kualitas balk.

Jarak antara karet dan beton harus dipenuhi dengan persyaratan dalam Gambar

seperti terlihat pada Gambar 5.12.

Gambar 5.12 - Ruang Bebas pada Penahan Lateral dan Seismik

Penundaan pengecoran sebagian beton sampai selesainya pemasangan

rangka

Disarankan bahwa tembok belakang dari kepala jembatan atau pilar tidak

diselesaikan pada ketinggian yang penuh sampai lantai jembatan dicor dan rangka

dipasang di atas landasan yang permanen.

Page 176: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 17

Penulangan yang menonjol dari bagian bawah dinding harus tidak dibengkokkan

karena dapat menyebabkan bengkokan tajam yang mungkin menjadi titik lemah

yang potensial.

Perhatikan bahwa tinggi tembok belakang telah dirancang berdasarkan ketebalan

aspal beton 50 mm. Perubahan pada ketebalan lapisan aspal harus disesuaikan

dengan perubahan ketinggian tembok belakang abutment (kepala jembatan).

Kerusakan pada komponen disebabkan penyimpanan dan penanganan yang

buruk

Hilang atau rusaknya komponen-komponen harus diganti dengan cadangan yang

biasanya memerlukan waktu lama. Pada beberapa kasus, pekerjaan di lapangan

akan terhenti. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan yang seksama pada semua

komponen sewaktu diterima di lapangan untuk menentukan apakah ada

komponen-komponen yang hilang atau rusak.

Komponen-komponen jembatan harus diperlakukan, diangkat dan disimpan

sedemikian sehingga menghindari kerusakan dan kelebihan tegangan atau

kerusakan pada treatment perlindungannya (cat galvanicanya).

Sebelumnya komponen-komponen baja tiba di lapangan, suatu tempat yang

berukuran sesuai (untuk menampung semua baja) harus dipersiapkan untuk

menerima semua komponen-komponen bila barang datang di lapangan. Tempat

tersebut kalau mungkin harus dekat dengan jembatan di lapangan untuk

menghilangkan penanganan rangkap (double handed).

Semua komponen ditumpuk diletakkan diatas ganjal kayu, diatas tanah yang rata

dan bebas dari tanah. Komponen bagian H disimpan dengan badan berdiri. Hal ini

dapat dilihat pada Petunjuk Pemasangan untuk cara-cara penumpukan

komponen. Komponen-komponen yang lebih kecil, seperti pelat buhul dan pelat-

pelat penyambung, harus ditumpuk dalam ikatan rapi di atas permukaan tanah

diatas ganjal kayu dan tidak lepas-lepas (berserakan) diatas tanah.

Pipa pegangan tangan harus (hand rail) harus ditumpuk diatas ganjal kayu dan

ditopang dengan suatu cara agar pipa tidak akan bengkok.

Baut-baut, landasan dan penutup lantai (deck seats) harus disimpan dalam ruang

yang berpenutup, pada bangunan yang kecil bila memungkinkan. Apabila baut,

mur dan cincin periutup dibiarkan lepas diatas tanah, barang tersebut akan

mmudah hilang. Agar dicatat semua baut, mur dan cincin penutup harus dijaga

tetap kering sampai pada saat pemasangan baut. Hal ini untuk menjaga agar

gemuk pelumas tidak tercuci habis.

Page 177: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 18

Semua alat-alat yang dipinjam selama jangka waktu proyek, harus disimpan pada

tempat yang telah disediakan.

Komponen-komponen sering disimpan diluar lokasi dan dibawa dengan jumlah

yang lebih kecil ke lapangan selama pemasangan. Persyaratan untuk

penyimpanan sementara yang berdekatan dengan letak jembatan di lapangan

adalah identik dengan tempat penyimpanan utama. Kontraktor tidak diijinkan untuk

menimbun komponen-komponen yang dapat mengakibatkan kerusakan pada

komponen-komponen atau bungkus-bungkus pelindung.

Penggunaan perancah dengan kantilever bagian demi bagian adalah metoda

yang lebih cocok.

Kontraktor sering memilih metoda perancah meskipun metode pemasangan

kantilever lebih baik, lebih mudah dan lebih cepat.

Penggunaan perancah diatas lembah sungai yang dalam atau menyeberangi

sungai yang banyak lalu lintas air tidak dapat dibenarkan.

Apabila metode kantilever digunakan, maka Kontraktor akan memerlukan

komponen-komponen yang cukup untuk bentang angker yang sesuai. Kalau tidak

tersedia bentang angker yang terpisah, bentang permanen dapat dijadikan

bentang angker sementara meskipun komponen ini diambil dari lokasi lain. Perlu

dicatat bahwa baut pada suatu bentangan angker tidak memakai cincin penunjuk

beban dan cukup hanya dikencangkan dengan tangan.

Apabila suatu unit kran kecil dapat diperoleh guna pemasangan kantilever, proses

dapat dapat dipercepat. Beberapa unit kereta peluncur tempel pengangkat telah

dipakai dan merupakan pemecahan yang bagus, karena kran-kran kecil sering

sukar diperoleh.

Pendongkrakan turun pada landasan permanen

Rangka Australia mempunyai suatu sistem landasan yang berbeda daripada

jembatan rangka Belanda, rangka baja Australia tidak boleh didongkrak turun

diatas landasan permanen sebelum lantai beton telah dicor. Tidak demikian

halnya untuk jembatan rangka Belanda.

5.2.2 JEMBATAN RANGKA PERMANEN KHUSUS

a. Umum

Bentang-bentang jembatan rangka permanen Khusus tersedia dalam dua kelas A dan B

yang dibedakan karena konfigurasi lebar jalan raya dan kerb/pejalan kaki. Bentang-

Page 178: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 19

bentang pada kedua kelas tersebut mempunyai lantai beton yang terdiri dari lembaran

baja propil dengan suatu permukaan lapis aus beton. Ditunjukkan dalam Gambar 7.13

dan 7.14 untuk potongan melintang Kelas A dan B berturut-turut.

Gambar 5.13 - Jembatan Rangka Permanen (Tetap) Khusus Kelas A

Gambar 5.14 - Jembatan Rangka Permanen Khusus Kelas B

Jembatan ini dilengkapi dengan landasan, peredam getaran lateral dan seismik, pagar

sandaran, lantai baja propil dan siku penguat lantai jembatan, alat dan peralatan yang

digunakan pada pemasangan komponen-komponen, dan Panduan Pemasangan.

Hanya bentang 80 m dan 100 m pada setiap kelas yang tersedia dewasa ini.

Bentang-bentang untuk jembatan rangka khusus permanen yang tersedia dapat

bervariasi dengan kelipatan 6,67 m.

Page 179: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 20

Komponen-komponen ditandai dengan jelas untuk memungkinkan perakitan sesuai

urutan yang terlihat pada Gambar Rencana. Komponen dengan tanda yang sama dapat

saling ditukar. Tidak ada komponen dengan berat lebih dari 3 ton dan perakitan

dilakukan dengan peralatan manual yang disediakan dengan bentang jembatan.

Sistem ini sudah dirancang untuk memungkinkan pemasangan bentang-bentang

dengan konstruksi kantilever setengah bentang ditempat. Ini termasuk metoda sebagian

demi sebagian konstruksi kantilever dari dua buah setengah bentang dari tebing sungai

yang berlawanan atau dari dua pilar yang berdekatan dalam suatu jembatan bentang

banyak, dan penyambungan ditengah dari kedua setengah bentang. Masing-masing

setengah bentang memerlukan bentang angker pada kelas yang sama yang dibangun

dari komponen-komponen seri L. Baja penghubung yang mampu menyambung

bentang-bentang jembatan rangka seri L, disediakan dalam sistem MI. Landasan

pemasangan yang dapat disesuaikan (adjustable erection bearing) untuk

memungkinkan alinemen dari setengah bentang untuk penyambungan juga disediakan.

Meskipun hanya metoda-metoda diatas yang diuraikan pada Buku Panduan

pemasangan, metoda-metoda lain tentang pemasangan seperti pemasangan pada

perancah dapat dikerjakan. Prinsip yang berlaku untuk metoda yang diuraikan pada

Buku Panduan Pemasangan dapat diterapkan pada kasus-kasus ini.

Konstruksi lantai dan perakitan landasan-landasan dan peredam lateral seismik dan

bantalan penahan juga diuraikan pada Buku Panduan Pemasangan.

Sistem jembatan direncanakan mempunyai jembatan berkarakteristik pemeliharaan

rendah. Untuk maksud ini semua pekerjaan baja dan baut-baut digalvanisasi dan

landasannya elastomerik. Namun demikian prosedur pemeliharaan dasar diuraikan

pada Buku Panduan Pemasangan.

Panduan Pemasangan meliputi lokasi nama dan jumlah komponen untuk semua

bentang A 80 (A 100, B 80 dan B 100), bersama-sama dengan uraian komponen-

komponennya, pemasangan baut, perakitan dan metoda pemasangan setengah

kantilever.

Bilamana bentang jembatan rangka standar digunakan sebagai 'jalan pendekat' pada

bentang jembatan rangka khusus, petunjuk khusus akan diberikan termasuk cara

pemasangannya.

Kriteria Desain

Pembebanan : Peraturan muatan untuk Jembatan Jalan Raya No.12/1970

(diperbaiki 1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.

Lalu-Lintas: Kelas A dan B dua jalur dibebani penuh ditambah satu jalur

dibebani sebagian, Pembebanan D-garis (tambah kejut) atau

Pembebanan T-titik (100 %)

Page 180: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 21

Kelas C satu jalur dibebani penuh, Pembebanan D (tambah kejut)

atau T (100%)

Trotoar : Kelas A 500 kg/m2 satu meter lebar tiap sisi

Kelas B dan C - nol

Sandaran: 100 Kg/m

Angin: 100 kg/m2

Gempa: Region 1 sesuai Spesifikasi 12/1988 (C = 0,3)

Arus: Bangunan atas dianggap bebas di atas muka banjir

Temperatur: ± 15°C

Spesifikasi Desain

Syarat-syarat perencanaan jembatan 1976 NAASRA

Syarat-syarat standar untuk Pembangunan Jalan jembatan 1983 AASHTO

Kepala jembatan, pilar

Kepala jembatan dan pilar akan didesain terhadap gaya-gaya yang muncul dari

bentang-bentang baja dan pengaruh lain, dan dibangun sesuai dengan dimensi-dimensi

landasan dan bentang. Gaya-gaya yang relevan dan detail untuk berbagai bentang

diberikan dalam bentuk gambar dalam Panduan Pemasangan.

b. Komponen-komponen

Keempat macam bentuk Rangka Khusus dirakit dari Komponen-komponen yang diberi

nama sebagai komponen seri H. Komponen ini telah didesain khusus untuk gaya-gaya

yang cukup besar yang timbul dalam bentang-bentang panjang ini.

c. Metoda-metoda Pemasangan

i. Umum

Bagian ini mencakup berbagai metoda pemasangan untuk jembatan rangka

permanen khusus. Metoda-metoda ini diuraikan berdasarkan dari Buku Panduan

Pemasangan.

Harus diketahui bahwa tidak mungkin menggunakan pemasangan konstruksi

kantilever sebagian demi sebagian dari salah satu ujung saja pada jembatan rangka

tipe ini. Ini disebabkan karena bagian-bagian yang lebih berat yang digunakan pada

komponen-komponen seri H, dan akan berakibat kelebihan tegangan yang

disebabkan ujung jembatan rangka akan menerima beban mati jembatan rangka.

Pemilihan metoda pemasangan harus dipertimbangkan dengan hati-hati.

Page 181: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 22

ii. Perancah

Lihat Bab 10.2.1 c.ii tentang detail umum pemasangan jembatan rangka.

Diharapkan ini akan menjadi metoda pemasangan yang digunakan untuk semua

bentang tunggal dan kebanyakan struktur dua bentang. Perbedaan utama diantara

jembatan rangka permanen dan jembatan Rangka Permanen Khusus ketika

menggunakan perancah adalah beban pada rangka pendukung perancah (falsework

trestles) lebih tinggi. Beban mati tipikal berkisar 27 ton, untuk satu pendukung

perancah (untuk bentang A 100) dan Konsultan Supervisi harus -menjamin bahwa

perancah dirancang dan dibangun untuk menyangga beban-beban dengan ukuran

ini.

iii. Kantilever Sebagian Demi Sebagian

Bentang-bentang Jembatan Rangka permanen khusus serlng digunakan sebagai

bagian dari pembangunan jembatan bentang menerus menyeberangi sungai yang

lebar dan dipadati lalu-lintas, dimana penggunaan perancah untuk membangun

bentang utama tak mungkin.

Jembatan rangka khusus ini telah dirancang untuk dipasang dengan menggunakan

metoda kantilever sebagian demi sebagian seperti ditunjukKan pada Gambar 7.15.

Seperti diterangkan diatas, metoda pemasangannya berbeda dengan metode yang

digunakan untuk jembatan rangka permanen dengan bentang lebih pendek. Beban

mati dari komponen-komponen seri H yang lebih berat tidak memungkinkan

pelaksanaan kantilever hanya dari satu ujung. Karenanya rangka dipasang dengan

metoda kantilever setengah bentang, yaitu dengan memajukan pada saat yang

sama kedua akhir ujung bentang dan bertemu ditengah-tengah bentang. Masing-

masing setengah bentang dihubungkan kembali menjadi rangka seri L, apakah

sebagai bentang angker atau sebagai bagian dari bangunan permanen. Perlu

dicatat bahwa bentang seri M atau S tidak dapat digunakan sebagai bentang angker

untuk jembatan jenis ini karena komponen-komponen jembatan tidak cukup berat

untuk menerima tegangan yang terjadi selama pelaksanaan. konsep umum dapat

dilihat pada Gambar 10.16.

Sewaktu kedua bentang berternu ditengah-tengah, ujung akhir dari setengah

bentang didongkrak keatas (dan kesamping bila perlu) untuk memungkinkan

susunan batang tengah dan diagonal disetel untuk dipasang pada sambungan

ditengah bentang.

Bentang kemudian didongkrak turun diatas penyangga sementara, sampai lantai

beton sudah dicor kemudian bentang diletakkan pada landasan-landasan

permanen.

Page 182: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 23

Gambar 5.15 - Konstruksi Kantilever Bagian Demi Bagian

Gambar 5.16 - Konstruksi Kantilever Setengah Bentang

iv. Metoda Kombinasi

Suatu kombinasi perancah dan metoda kantilever sebagian demi sebagian yang

dikerjakan dari kedua ujung dapat digunakan.

d. Persoalan-persoalan Umum dengan Pemasangan Rangka Khusus

Persoalan-persoalan umum seperti yang telah diuraikan pada Bab 10.2.1 .d juga dapat

berlaku pada rangka khusus.

Sebagai tambahan ada beberapa hal khusus pada bentang jembatan rangka khusus

karena bentang yang lebih panjang.

Kebutuhan untuk menyediakan suatu sambungan muai tengah pada

sistem lantai yang berarti bahwa stringer pada sambungan muai dan

gelagar-gelagar melintang dalam (inner cross girder) umumnya tidak

dapat dibalik (reversible).

Stringer untuk jembatan kelas A harus dipasang setelah sambungan

ditengah bentang jembatan rangka telah diselesaikan, jembatan

diletakkan pada keempat titik landasan dan penghubung bentang angker

dilepas. Stringer untuk jembatan kelas B dapat dipasang sewaktu

pemasangan berlangsung.

Page 183: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 24

Pelat-pelat buhul dalam dan luar pada sambungan-sambungan batang

atas tidak dapat saling ditukar.

Sebelum memasang landasan-landasan pemasangan khusus erection

bearing harus diperiksa untuk menjamin gerakan bebas dari landasan

diatas bantalan neoprene. Gambar 10.17 menunjuk perincian detail

landasan ini.

Harus berhati-hati untuk melindungi bantalan neoprene dan permukaan

teflon dan baja anti karat dari kotoran dan goresan karena permukaan

tersebut sangat rapuh dan kerusakan pada permukaan itu

menyebabkan seluruh unit tidak dapat digunakan.

Semua landasan harus dipasang sehingga demountable arm menunjuk

kearah as jalan.

Semua landasan pemasangan harus dilengkapi dengan klim

pembawanya .(transport damps), dan harus dipasang pada waktu tidak

digunakan.

Batas gerakan dari landasan pemasangan adalah ± 50 mm kesamping

dan + 75 mm Kearah memanjang. Kelebihan gerakan melampaui batas

ini akan memerlukan penyetelan kembali landasan.

Bila bentang angker seri L yang berukuran 35 meter digunakan beban

pengimbang tambahan diperlukan seperti terdapat dalam Gambar

rencana.

Gambar 5.17 - Landasan Pemasangan - Jembatan Rangka Khusus

Page 184: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 25

Penurunan bentang mencapai ketinggian sampai 1,4 meter dan prosedur

penurunan bertahap diperlukan. Pendongkrakan harus berlangsung

perlahan-lahan dengan pengendalian yang balk pada setiap waktu.

Sambungan pelaksanaan pengecoran lantai beton dibentuk melintang

pada lantai tepat diatas rusuk lantai baja sekitar 1 ,8 meter dari gelagar

melintang. Sambungan ini harus dipasang acuan dan penggunaan

sambungan pelaksanaan yang tidak memakai acuan tidak

diperkenankan.

Perhatian khusus harus diberikan pada detail pengisian lantai pada pilar

Karena detail ini sangat berbeda dari yang bisa digunakan pada

jembatan-jembatan rangka permanen. Pengisi lantai dapat dilihat pada

Gambar 5.18.

Gambar 5.18 - Pengisi Lantai

Jumlah baut pada jembatan seri H jauh lebih besar daripada jembatan

seri-L : 60A:7600; 100A:18800.

Landasan perlu ditentukan dengan sangat tepat, biasanya ± 1 mm.

Pendongkrakan dibawah bentang oprit harus dilakukan dengan dongkrak

yang diletakkan dibawah pelat pengkaku jika tidak dapat menyebabkan

kerusakan pada flens dari batang tepi.

Page 185: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 26

Tidak satupun komponen pada panel penutup dari rangka harus

dirapatkan sampai semua komponen berada pada posisinya sebab akan

perlu penyesuaian kecil dengan dongkrak.

Landasan pemasangan harus dikunci setelah bentang dipasang untuk

penutupan dengan menggunakan pengisi kayu dan pengunci dongkrak.

Penempatan komponen pada panel penutup (tengah bentang) mungkin

mengakibatkan jembatan bergerak pada landasan pemasangan karena

landasan teflon itu mempunyai gesekan yang sangat rendah.

Jembatan seri-H tidak dirancang untuk permukaan aspal. Ini akan

menambah beban mati (dan juga mengurangi kapasitas beban hidup).

Tambahan lagi, sambungan akan memerlukan pemasangan berbeda.

Offset lawan lendut yang terdapat di dalam Panduan hanyalah perkiraan,

karena adanya perbedaan pada lawan lendut (misalnya, Kontraktor

mungkin tidak mengencangkan semua baut secara penuh pada bentang,

sehingga lawan lendut berbeda dari yang diberikan). Nilai offset penutup

mungkin akan lebih tepat - lihat detail pada Gambar.

Penutup pada sambungan lantai pertengahan bentang (lihat Gambar

5.19.) sangat penting dan tidak boleh ditiadakan. Penutup ini tidak

disediakan pada pekerjaan baja dari Australia. ,

Gambar 5.19 - Sambungan Lantai Pertengahan Bentang

Page 186: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 27

Channel lantai adalah Komponen struktural dan tidak boleh ditiadakan

(lihat Gambar 5.19).

Baut baja penghubung pada batang tepi atas (tipe 13120) terlalu panjang

dan memerlukan empat (4) baja tambahan untuk menjamin bahwa

beban terdapat pada batang baut dan bukan pada ulirnya.

Pada jembatan Kelas A bentang 100 m, pada ujung lempeng gusset

(LG4Y) dan seri L mendekati rangka bentang harus tulangan dengan

tambahan lempeng gusset. Tambahan lempeng gusset disediakan untuk

maksud ini, dan tidak harus dipindahkan setelah pemasangan.

5.2.3 RANGKA SEMI PERMANEN

a. Umum

Sistem jembatan rangka terdiri atas komponen baja standar yang dibuat dengan tepat

(presisi), yang dirakit dengan sistem baut untuk membentuk bentang jembatan desain

rangka through type (lantai dibawah) dari 30 sampai 60 meter.

Jembatan tersebut dilengkapi dengan landasan, penahan lateral seismik dan karet

penahan, sandaran, alat-alat dan peralatan yang akan dipergunakan dalam perakitan

komponen-komponen menjadi bentang jembatan, dan dengan Panduan Perakitan.

Bentang yang diuraikan dalam Panduan Perakitan adalah kelas S.P (Semi Permanen).

Bentang ini berjalur tunggal, bentang 30 m, 35 m, 40 m, 50 m, 55 m dan 60m. Ini di

disain pada semua kasus dengan lantai kayu tetapi dapat disediakan untuk lantai beton.

Perhatikan Gambar 10.20 dan 10.21 untuk detail dari potongan melintang.

Komponen-komponen ditandai dengan jelas untuk dapat dirakit dengan urutan seperti

ditunjukkan dalarn gambar. Komponen-komponen yang bertanda sama dapat ditukar-

tukar (interchangeable). Tidak ada komponen yang beratnya melebihi 0.55 ton dan

perakitan dapat dilakukan dengan peralatan tangan (hand tools) yang disediakan

bersamaan dengan material rangka baja.

Sistem ini sudah dirancang untuk dapat dilakukan bertahap dengan sistem kantilever

dari satu tebing, tanpa menggunakan perancah disungai. Metoda ini diuraikan pada

Panduan Pemasangan dan ini memerlukan penggunaan suatu bentang standar sebagai

bentang angker dan baja penghubung (linking steel).

Dua cara pemasangan/konstruksi kantilever yang lain yaitu peluncuran jalur tunggal

(single lane launch - SSL) dan multi span launch (MSL) tersedia dengan sistem

jembatan. Kedua-duanya perlu peralatan peluncuran khusus selain baja penghubung,

dan mengijinkan perakitan pada tebing dan peluncuran menyeberangi sungai. Dalam

hal ini, petunjuk-petunjuk diperlukan dari Konsultan Perencana.

Page 187: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 28

Gambar 5.20 – Jembatan Rangka Semi Permanen dengan Lantai Kayu

Gambar 5.21 - Jembatan Rangka Semi Permanen dengan Lantai Beton

Metoda-metoda lain untuk perakitan seperti perakitan dengan semi kantilever atau

perakitan diatas perancah dapat juga dilakukan. Prinsip-prinsip dasar metoda yang

dijelaskan dalam buku Manual Pemasangan akan dapat juga dilakukan dalam kasus-

kasus ini.

Konstruksi dari lantai kayu serta lantai seng gelombang dengan penutup beton

termasuk pemasangannya pada gelagar dijelaskan dan diperinci. Pemasangan

Page 188: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 29

landasan dan penahan lateral serta peredam juga diuraikan dalam Panduan

Pemasangan.

Sistem jembatan ini direncanakan hanya perlu sedikit pemeliharaan. Untuk maksud ini

pekerjaan baja serta baut semuanya digalvanisasi dan landasan adalah elastomerik.

Namun prosedur pemeliharaan mendasar telah diuraikan di dalam Panduan

Pemasangan.

Pada Panduan Pemasangan terdapat Gambar, lokasi dan jumlah komponen serta

material dan komponen-komponennya, pembautan dan perakitan, dan cara

pemasangan kantilever.

Kriteria Desain

Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (diperbaiki

1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.

Lalu-lintas: Satu jalur penuh pembebanan D-70 % (ditambah kejut) atau

pembebanan T-70 %.

Trotoar: Tidak ada

Sandaran: 100 kg/ m2

Angin: 100 kb/m2

Gempa: Daerah 1 seperti Spesifikasi 12/1988 (C = 0,3)

Sungai: Bangunan atas dianggap bebas diatas permukaan banjir

Suhu: ± 15 0C

Spesifikasi Desain

Spesifikasi Perencanaan Jembatan 1976 NAASRA

Spesifikasi Standar Jembatan Jalan Raya 1983 AASHTO

Kepala-kepala jembatan, pilar-pilar

Kepala jembatan, pilar-pilar harus dirancang terhadap gaya-gaya yang timbul dari

bentang baja dan pengaruh gaya-gaya lainnya, dan dibangun dengan landasan yang

sesual dan dimensi-dimensi bentang. Gaya-gaya yang relevan dan rincian-rincian untuk

bermacam bentang dalam bentuk gambar rencana terdapat dalam Panduan

Pemasangan.

b. Komponen-komponen

Komponen jembatan rangka untuk semua bentang kelas SP berdasarkan atas

komponen-komponen Seri M (lihat Bab 7.2.1.b).

Page 189: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 30

c. Cara-cara Perakitan

i. Umum

Bagian ini menjelaskan metoda pemasangan yang dimungkinkan untuk jembatan

rangka semi permanen. Metoda-metoda ini semua dasarnya diuraikan dalam

Panduan Pemasangan.

Pemilihan metoda pemasangan harus dipertimbangkan dengan seksama.

ii. Perancah

Petunjuk pada Bab 7.2.1 .c.ii untuk detail umum mengenai pemasangan perancah

jembatan rangka.

iii. Kantilever Sebagian Demi Sebagian

Petunjuk pada Bab 7.2.1 c.iii untuk detail umum mengenai pemasangan kantilever

jembatan rangka dengan metoda sebagian demi sebagian.

iv. Peluncuran

Petunjuk pada Bab 5.2.1.c.iv untuk detail umum mengenai pemasangan jembatan

rangka dengan cara peluncuran bentang tunggal.

v. Metoda Kombinasi

Ada beberapa kombinasi-kombinasi mengenai metoda pemasangan yang mungkin,

tetapi jarang digunakan.

Adalah mungkin untuk erection sebagian bentang di atas perancah dan kemudian

kantilever sebagian sisa bentangnya dan menggunakan beban pengimbang sesuai

keperluan untuK mempertahankan kestabilan. Ada juga kemungkinan untuk

meluncurkan sebagian bentang dan sebagian lain dibangun menggunakan

konstruksi kantilever sebagian demi sebagian.

d. Pilihan

Jembatan rangka semi permanen dapat dibangun dengan lantai kayu maupun lantai

beton bertulang.

i. Lantai Kayu

Lantai kayu terdiri dari papan kayu dipasang secara tranversal diantara balok-balok

memanjang dengan lajur jalan dan kerb Plan kayu.

Page 190: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 31

Lantai kayu dipasang setelah bentang sudah selesai dan didudukkan pada bantalan

kayu sementara.

Kayu untuk lantai tidak disediakan bersamaan dengan rangka baja tetapi diadakan

oleh Kontraktor. Baut-baut untuk sambungan lantai kayu telah disediakan. Stringer

baja dan gelagar melintang yang disediakan telah dilobangi, untuk pemasangan

baut lantai kayu.

Papan-papan kayu harus dikeringkan dan harus dicampur dengan kreosot atau

pengawet kayu lainnya yang cocok.

ii. Lantai Beton

Alternatif pemakaian lantai untuk jembatan rangka semi permanen dapat dilakukan

dengan menggunakan lantai seng gelombang dengan diletakkan secara transversal

diantara balok-balok memanjang, dengan pelat beton bertulang penutup untuk

menyebarkan beban-beban roda pada lantai.

Komponen-komponen untuk alternatif lantai seperti tersebut diatas (seng

gelombang, baut-baut pengikat lantai, pelat-pelat kerb, siku-siku pelindung lantai

dan pipa-pipa pembuang) disediakan untuk Kontraktor.

Gambar rencana yang menunjukkan secara rinci penulangan lantai beton juga

disediakan.

Sambungan pengecoran pada lantai beton harus dibuat cetakannya melintang pada

lantai tepat diatas rusuk lantai baja kira-kira 12 m dari gelagar melintang.

Sambungan harus dibentuk dan penggunaan konstruksi sambungan pengecoran

yang tidak dibentuk tidak diperbolehkan.

Pemasangan lantai baja dan pengecoran lantai beton dilakukan sewaktu bentang

didudukkan diatas bantalan kayu sementara sebelum landasan-landasan permanen

dipasang.

e. Persoalan-persoalan Umum

Persoalan-persoalan umum seperti diuraikan pada Bab 7.2.1 e juga dapat digunakan

untuk seri-seri jembatan ini.

5.3 JEMBATAN GELAGAR AUSTRALIA

Jembatan gelagar Australia terdiri dari komponen-komponen baja standar yang dibuat

dengan tepat dirakit dengan pembautan bersama yang membentuk bentang jembatan

dari jembatan gelagar pelat baja komposit dari 20 sampai 30 meter.

Page 191: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 32

5.3.1 UMUM

Gelagar disediakan dalam tiga kelas A, B dan C. untuk membedakan konfigurasi lebar

jalan/kerb/trotoar. Jembatan ini menggunakan lantai beton bertulang komposit. Lihat

Gambar 7.22, 7.23 dan 7.24 untuk potongan melintang Kelas A, B dan C.

Jembatan ini disediakan lengkap dengan landasan-landasan, penahan lateral seismik,

bantalan penahan, pagar dan besi siku penguat lantai dan alat dan peralatan yang

digunakan untuk pemasangan komponen-komponen menjadi bentang-bentang

jembatan, dan Panduan Pemasangan.

Komponen-komponen ditandai dengan jelas untuk dapat dirakit dengan urutan yang

ditunjukkan dalam Gambar rencana. Komponen-komponen dengan tanda yang sama

dapat saling ditukar. Tidak ada komponen yang beratnya melebihi 2,4 ton dan perakitan

dilakukan dengan peralatan tangan. Semua sambungan-sambungan di lapangan

dilakukan dengan sistem baut.

Gambar 5.22 – Jembatan Gelagar Permanen Kelas A

Gambar 5.23 – Jembatan Gelagar Permanen Kelas B

Page 192: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 33

Gambar 5.24 – Jembatan Gelagar Permanen Kelas C

Sistem jembatan gelagar Australia ini direncanakan dengan biaya pemeliharaan rendah.

Untuk tujuan ini semus pekerjaan baja dan baut-baut digalvanisasi dan landasan-

landasan adalah elastomerik. Namun demikian prosedur dasar pemeliharaan diuraikan

pada Panduan Pemasangan.

Panduan Pemasangan mencakup pula gambar, lokasi dan jumlah komponen-komponen

bersama dengan diskripsi bahan dan komponen-komponen, pembautan dan perakitan

dan metoda pemasangan.

Komponen-komponen standar yang tersedia disesuaikan untuk cakupan yang luas dan

bermacam bentuk jembatan dan kriteria perencanaan seperti untuk kelas A,B atau C

dan spesifikasi pembebanan alternatif.

Kriteria Desain

Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (diperbaiki

1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.

Lalu-lintas: Kelas A dan kelas B - dua jalur dibebani penuh ditambah satu jalur

dibebani sebagian, Pembebanan D-garis (tambah kejut) atau

Pembebanan T-titik (100%)

Kelas C satu jalur dibebani penuh, Pembebanan D (tambah kejut), atau

T (100 %)

Trotoar: Kelas A 500 kg/m2 1 (satu) meter lebar untuk tiap sisi.

Kelas B dan kelas C - nol

Pagar: 100 kg/m

Angin: 100 kg/m2

Gempa: Region 1 sesuai Spesifikasi 12/1988 (C = 0,3)

Page 193: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 34

Sungai: Bangunan atas dianggap bebas diatas muka banjir

Suhu: ± 15 0C

Spesifikasi Desain

Spesifikasi Perencanaan Jembatan 1976 - NAASRA

Spesifikasi Standar Jembatan Jalan Raya 1983 AASHTO

5.3.2 KOMPONEN-KOMPONEN

Sistem pemberian nomor yang digunakan untuk jembatan gelagar Australia sama

dengan yang digunakan untuk jembatan rangka. Tabel 10.3 memberikan daftar kode

dan artinya. Perlu diketahui bahwa tidak ada huruf penunjuk kelas jembatan.

Tabel 5.3 - Sistem Pemberian Nama untuk Komponen-Komponen Jembatan

Gelagar

Kode Uraian

G Segmen-segmen Gelagar F Kerangka Penguat

GS Pelat Penyambung

GR Pegangan Tangan

GRB Landasan

GHDB Baut Penahan

SB Penahan Lateral

GDA Siku Penguat Lantai ,

GFP Pelat Trotoar

SP Pipa Pembuang

Panduan pemasangan berisi suatu daftar dari tiap komponen yang diperlukan untuk

perakitan dan pemasangan bentang gelagar. Segmen-segmen gelagar (G) yang

digunakan untuk bentang 25, 30 dan 35 meter mempunyai akhiran berturut-turut 1,2

dan 3. Komponen-komponen lain tidak mudah untuk dibedakan dan harus dibuat

rujukan (referensi) terhadap daftar alat-alat.

Alat-alat pada kotak peralatan dan dongkrak 50 dan 100 ton dipinjamkan kepada

Kontraktor untuk pemasangan tiap-tiap jembatan.

Page 194: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 35

5.3.3 METODA-METODA PEMASANGAN

a. Umum

Bagian ini mencakup metoda pemasangan untuk jembatan dengan gelagar permanen.

Metoda-metoda ini diuraikan dalam Panduan Pemasangan.

Peralatan Pemasangan yang Diperlukan

Berikut peralatan pemasangan yang diperlukan dengan pekerjaan baja utama :

1. Panduan Pemasangan

2. Gambar Rencana Konstruksi

3. Dongkrak hidraulis dengan kapasitas 50 atau 100 ton (100 ton hanya

diperlukan untuk bentang-bentang A 25, A 30 dan B 30)

4. Kit peralatan (untuk merakit pekerjaan baja dan peralatan

penyambung/link set).

Sebagai tambahan pada peralatan-peralatan diatas Kontraktor perlu menyediakan dan

memasang item-item berikut:

a. Bahan-bahan untuk perancah

b. Paling sedikit 2 blok rantai (chain block) untuk menaikkan/ mengangkat

komponen-komponen pada tempatnya

c. Metoda untuk menarik komponen baja dari tebing keatas perancah

d. Pelat alat dongkrak dan ganjal untuk digunakan dalam penurunan

bentang

e. Landasan kayu sementara

b. Perancah

Metoda ini adalah metoda yang paling sering digunakan. Ini mungkin dapat digunakan

untuk struktur bentang tunggal atau ganda. Penyangga-penyangga sementara

digunakan, sementara bangunan atas sedang dirakit. Penyangga ditempatkan pada

tempat-tempat untuk menyangga tiap segmen gelagar.

Setelah pemasangan selesai dan sebelum lantai beton dicor perancah harus sudah

dibongkar. Ini memungkinkan bangunan atas supaya melendut seperti yabg

direncanakan jika lantai dicor. Acuan untuk lantai beton tidak perlu didukung oleh

perancah.

Di banyak lokasi, jembatan yang sudah ada dapat digunakan sebagai dasar untuk

pendukung perancah sehingga dapat mengurangi biaya pemasangan.

Salah satu kelemahannya adalah bahwa perancah jembatan dibangun menyeberangi

sungai, sehingga menimbulkan gangguan terhadap lalu-lintas sungai. Sebagai

tambahan ada kemungkinan perancah mengalami penurunan Karena beban dari

gelagar jembatan bila tidak disokong dengan balk. Sebuah pilar perancah untuk

Page 195: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 36

bentang jembatan gelagar 30 meter kelas A, harus mendukung beban mati 9 ton

bilamana tiang perancah jembatan dipasang dekat ujung akhir tiap segmen gelagar.

Pemasangan perancah menyeberangi sungai sebelum atau selama musim hujan harus

dipertimbangkan dengan balk karena aliran sungai dapat menghancurkan perancah dan

bagian-bagian bentang jembatan gelagar yang sebagian telah selesai.

Komponen-komponen sering ditarik sepanjang tanah pada perancah dan pengawas

harus menjamin bahwa operasi ini dilaksanakan dengan suatu cara sehingga tidak

menyebabkan kerusakan pada lapisan penutup (galvanized) dari elemen-elemen

gelegar.

Praktek pemasangan gelagar dan penyokong pada penyangga sementara diatas tingkat

perletakan (sebelum pelaksanaan kepala jembatan) bukan pertimbangan yang baik.

Adanya gelagar membuat sangat sulit untuk memasang dengan benar perletakan plinth

dari kepala jembatan dan aspek pengamanan untuk penyangga gelagar untuk

pertimbangan jangka waktu tertentu memerlukan pertimbangan yang benar.

c. Pengangkatan

Kontraktor-kontraktor yang mudah memperoleh alat kran dapat merakit segmen-segmen

gelagar menjadi suatu gelagar yang komplit dan dapat mengangkat gelagar langsung

pada posisinya. Berat gelagar kelas A dengan panjang 20, 25 dan 30 meter berturut-turut

adalah 3,3 ton, 5,3 ton dan 7,9 ton.

Gelagar hanya akan diangkat pada titik pengangkatan seperti diperlihatkan dalam

Panduan Pemasangan. Konsultan Supervisi harus menjamin bahwa hanya peralatan

pengangkatan yang cocok (shackles, pengikat dan lain-lain) digunakan.

Gelagar yang dipasang pertama harus disangga dibawah flens/atas untuk menghindari

penggulingan sampai gelegar Kedua ditempatkan dan kerangka penguat (bracing frame)

dipasang. Gelegar berikutnya dinaikkan pada posisinya dan kerangka penguat dipasang.

d. Peluncuran

Kalau gelegar dipasang dengan metode peluncuran, dua gelagar dirakit pada satu tebing

dan diluncurkan diatas penyeberangan sebagai suatu pasangan terikat tanpa perlu

perancah dalam penyeberangan. Pasangan yang kedua dari gelagar dapat digunakan

sebagai suatu angker (pemberat) sewaktu peluncuran.

Metode pemasangan ini memerlukan penggunaan roller dan pelat penyambung yang

harus difabrikasi dan disediakan oleh Kontraktor. Kontraktor harus mempersiapkan dan

menyerahkan gambar detail komponen-komponen dan metode yang diusulkan untuk

dipakai. .

Metode ini tidak biasa dipakai.

Page 196: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 37

5.3.4 PERSOALAN-PERSOALAN UMUM

Persoalan berikut perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan jembatan gelagar baja.

Sesuai Bab 5.2.1.e.

Pengencangan baut

Adalah benar-benar penting bahwa semua pengencangan baut diselesaikan sebelum

lantai-lantai beton dicor. Kesalahan mengerjakan hal ini akan mengakibatkan kehilangan

lawan lendut (camber) struktur. Ijin untuk pengecoran lantai tidak akan diberikan sampai

sertifikat pengencangan baut diberikan.

Kerenggangan yang terlihat Ring Penunjuk Beban harus diantara 0,15 mm dan 0,25 mm.

Apabila baut dikencangkan hingga Kerenggangan kurang dari 0,15 mm ada kemungkinan

bahwa baut akan rusak.

Sewaktu proses pengencangan baut berlangsung kepala tiap baut harus ditandai untuk

menunjukkan bahwa la telah dikencangkan dengan benar.

Baut yang telah dikencangkan tidak boleh digunakan kembali, dan baut, mur dan ring

penunjuk beban dibuang dan diganti dari cadangan. Praktek untuk menggunakan kembali

baut-baut yang telah dipakai harus dilarang.

Pengencangan dengan kunci Inggeris tidak boleh dilakukan untuk mengencangkan baut

tipe geser dalam seri jembatan ini karena tidak ada hubungan antara suatu puntiran dan

kerenggangan seperti ditunjukkan pada Ring Penunjuk Beban.

Penentuan as perletakan

Jarak datar memanjang perletakan as ke as dari kepala jembatan ke kepala jembatan

atau kepala jembatan ke pilar harus diperiksa terhadap Gambar rencana.

Konstruksi lantai perletakan (bearing plinth) pada pilar dan kepala jembatan

Ketinggian bearing plinth tidak boleh kurang dari yang ditunjukkan dalam gambar rencana

detail perletakan dan bantalan penahan seismik karena jika tidak, mungkin akan

mendapatkan kesulitan sewaktu penyetelan dongkrak hidraulik di bawah gelagar.

Kualitas beton pada pelat lantai

Jembatan gelagar Australia telah dirancang menggunakan lantai beton bertulang

komposit. Pelat lantai dihubungkan dengan gelagar baja melalui paku-paku geser (shear

stud) yang dilas pada gelagar. Sangatlah penting bahwa kualitas beton di plat lantai harus

paling sedikit sama balk dengan asumsi yang dibuat oleh perencana.

Petunjuk secara rinci untuk pekerjaan ini diberikan pada Bab mengenai produksi beton

dan konstruksi.

Page 197: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 38

Kualitas yang rendah dari beton penahan lateral

Adalah penting bahwa kedua penahan/peredam lateral dan seismik dibuat seperti

diterangkan pada Gambar rencana Karena landasan-landasan ini penting terhadap

struktur keseluruhan bila muncul suatu gempa. Beton yang digunakan harus kualitas

yang baik.

Jarak di antara permukaan karet dan beton harus menurut persyaratan Gambar.

Penundaan pengecoran beton sampai pemasangan gelagar diselesaikan

Dianjurkan bahwa dinding belakang dari kepala jembatan atau pilar tidak diselesaikan

pada ketinggian penuh sampai lantai jembatan telah dicor dan penyetelan gelagar diatas

landasan permanennya selesai.

Penulangan yang menonjol dari bagian bawah tembok tidak usah dibengkokkan

sedemikian sehingga menyebabkan kekusutan yang menjadi titik lemah yang potensial.

Perhatikan bahwa ketinggian dinding belakang telah dirancang berdasarkan ketebalan

lapisan beton aspal setebal 50 mm. Adanya variasi dari ketebalan lapisan ini harus

disesuaikan agar sebanding dengan perubahan ketinggian tembok kepala jembatan

(abutment).

Penyebab kerusakan komponen-komponen dari penyimpanan dan penanganan yang

kurang baik

Hilangnya atau rusaknya komponen-komponen biasanya harus diganti dengan komponen

cadangan yang memakan waktu lama. Dalam banyak kasus, pekerjaan di lapangan akan

terhenti. Karenanya pengawasan yang baik diperlukan terhadap semua komponen-

komponen ketika diterima di lapangan untuk menentukan apakah ada kehilangan atau

kerusakan komponen- komponen.

Komponen-komponen harus diperlakukan, diangkat dan disimpan sedemikian sehingga

menghindari kerusakan, dan kelebihan tegangan atau kerusakan pada perawatan

protektif.

Sebelum kornponen-komponen baja tiba di lapangan, suatu tempat yang cocok

ukurannya (untuk menampung semua baja) harus disiapkan untuk menerima semua

komponen-komponen pada waktu datang di lapangan. Tempat harus sedekat mungkin

dengan lokasi jembatan untuk menghindari penanganan rangkap dari bahan (double

handling) yang tidak tak perlu.

Semua komponen-komponen harus ditumpuk di lapangan, pada ganjal kayu, rata dan

bebas diatas tanah. Komponen H (H section) harus disimpan dengan badan vertikal.

Petunjuk mengenai detail penumpukan terdapat pada Panduan Pemasangan.

Page 198: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 39

Komponen-komponen yang lebih kecil, seperti pelat-pelat buhul dan pelat penyambung

harus ditumpuk dengan rapi diatas permukaan tanah diatas suatu ganjal dan tidak

terlepas-lepas.

Pipa pegangan tangan (hand rail) harus ditumpuk diatas ganjal kayu dan diganjal dengan

suatu cara sehingga pipa tidak akan menjadi bengkok. Baut-baut, perletakan dan deck

seals harus ditumpuk dalam ruang berpenutup, dalam bangunan bila mungkin.

Bila baut-baut, mur, ring-ring dibiarkan di atas tanah akan mudah hilang. Perhatikan

bahwa semua baut-baut, mur dan ring-ring dipertahankan kering sampai saat

pemasangan baut-baut. Ini dilakukan untuk mencegah agar lilin pelumas tidak tercuci.

Semua peralatan yang disediakan sebagai pinjaman selama proyek harus disimpan

dalam suatu tempat yang aman pada tempat yang telah disediakan.

Komponen-komponen sering disimpan di luar lapangan dan dibawa dalam jumlah sedikit-

sedikit kelapangan selama pemasangan. Persyaratan-persyaratan untuk penyimpanan

sementara yang berdekatan dengan jembatan di lapangan juga harus sesuai dengan

yang digunakan untuk penyimpanan utama. Kontraktor tidak diperkenankan untuk

menumpuk dengan suatu cara sehingga menyebabkan kerusakan terhadap komponen-

komponen atau cat galvanisednya.

5.4 JEMBATAN RANGKA BELANDA (HOLLANDIA KLOOS)

Sistem jembatan rangka Belanda (Hollandia Kloos) terdiri dari komponen-komponen

baja standar dibuat dengan tepat (presisi) yang dirakit dengan baut sehingga

membentuk bentang jembatan yang direncanakan sebagai rangka through type (lantai

dibawah) dari panjang 40 sampai 105 meter.

Bentang-bentang permanen disediakan dalam 3 kelas A, B can C yang dibedakan

dalam konfigurasi lebar jalan dan kerb/trotoar. Bentang pada semua kelas mempunyai

lantai beton bertulang komposit. Petunjuk pada Gambar 7.25 mengenai detail-detail

tipikal dari penampang melintang.

5.4.1 UMUM

Jembatan ini disediakan lengkap dengan perletakan, pagar-pagar (railing), siku

penguat lantai dan alat-alat dan peralatan yang dipergunakan dalam perakitan

komponen-komponen menjadi bentang jembatan.

Komponen-komponen ditandai dengan jelas untuk memungkinkan perakitan menurut

urutan yang ditunjukkan dalam Gambar rencana. Komponen-komponen yang sama

tandanya dapat dipertukarkan. Tidak ada Komponen yang beratnya melebihi 1,8 ton

Page 199: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 40

untuk jembatan dengan bentang sampai dengan panjang 60 meter. Perakitan

dilakukan dengan peralatan tangan (hand rails) yang tersedia bersamaan dengan

komponen jembatan lainnya.

Gambar 5.25 - Jembatan Rangka Belanda (Hollandia Kloss)

Sistem ini telah dirancang untuk memungkinkan perakitan bertahap dengan kantilever

dari satu tebing tanpa memakai perancah di sungai. Metoda pemasangan dijelaskan

dalam Panduan Pemasangan. Diperlukan penggunaan bentang standar sebagai

bentang angker dan pekerjaan baja penghubung (linking steel) yang disediakan dengan

sistem ini.

Metode-metode lain mengenai perakitan dan pemasangan seperti pemasangan diatas

perancah dapat dilaksanakan. Prinsip-prinsip dasar yang dapat diterapkan pada semua

kasus ini diuraikan dalam Panduan Pemasangan.

Pembangunan lantai beton dan perakitan perletakan juga dijelaskan dalam Manual

Pemasangan.

Sistem jembatan ini direncanakan dengan karakteristik biaya pemeliharaan rendah.

Untuk maksud itu semua pekerjaan baja dan baut-baut digalvanisasi dan perletakan

adalah elastomerik.

Kriteria Desain

Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No 12/1970 (diperbaiki

1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.

Lalu-lintas: Kelas A dan B dua jalur dibebani penuh ditambah beban sebagian,

Pembebanan D-garis (tambah kejut) atau Pembebanan T-titik (100 %)

Page 200: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 41

Kelas C satu jalur dibebani penuh, Pembebanan C (tambah kejut) atau

T (100 %)

Trotoar: Kelas A dan B. 500 kg/m2 satu meter lebar tiap sisi.

Kelas C nol.

Pagar: 100 kg/m

Angin: 100 kg/m2

Gempa: Region 1 sesuai Spesifikasi 12/1988 (C= 0,3)

Sungai: Region atas dianggap bebas diatas muka banjir

Suhu: ± 15°C

Spesifikasi Desain

Spesifikasi Perencanaan untuk jembatan baja, Konsep 1978 dikeluarkan oleh Bina

Marga.

Peraturan Penjelasan struktural, dari American Welding Society, AWS-D-1.1-83.

Bangunan atas jembatan dianggap sebagai struktur bangunan yang ditumpu bebas dan

direncanakan dengan metode-metode elastis dan lawan lendut yang cukup dengan

maksud untuk mengimbangi 150 % lendutan total beban mati.

Sambungan-sambungan baut direncanakan sebagai sambungan-sambungan tipe gesek

(friction type) tetapi juga dapat diperiksa sebagai sambungan-sambungan tipe landasan

(bearing type). Semua baut-baut yang digunakan pada sambungan-sambungan ini

ditentukan kualitas, jenis 1, kekuatan baut sesuai dengan ASTM designation A 325.

5.4.2 KOMPONEN-KOMPONEN

Sistem pemberian tanada komponen-komponen pada jembatan Belanda berdasarkan

suatu sistem numerik.

Komponen-komponen tidak dapat diidentifikasi dari nomor-nomor bagian komponen

selain dari akhiran untuk menunjukkan kiri atau kanan. Sistem penomoran dibuat

demikian sehingga secara umum mengikuti urutan pemasangan, yakni pemasangan

dimulai dari 1 (satu), Balok Melintang dan dilanjutkan kurang lebih sesuai dengan

urutannya.

Sejumlah komponen-komponen yang diperlukan sebagai bagian dari sistem

penghubung (link set) dan ini ditandai sebagai seri "500", sebagai contoh 509 adalah

Batang Atas.

Page 201: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 42

5.4.3 CARA PEMASANGAN

a. Kantilever Sebagian Demi Sebagian

Metoda pemasangan diperlihatkan pada Gambar 5.26.

Bentang angker yang dipakai biasanya panjangnya 50 atau 60 meter. Bentang angker

mempunyai balas (pemberat) yang ditambahkan pada ujung akhir sehingga restoring

moment lebih besar daripada momen guling, paling sedikit 25 persen pada saat

jembatan rangka permanen pada posisi kantilever penuh.

Sebagai contoh, suatu bentang angker B 60 membutuhkan balas 24 ton untuk

memungkinkan pengkantileveran suatu bentang, permanen A 60. Untuk maksud ini di-

perhitungan dengan beban pemasangan 2 ton ditempatkan di ujung bentang kantilever

(sebagai contoh - 11 m dari ujung suatu bentang A 60).

Apabila gelagar memanjang ditiadakan dari bentang angker, jumlah balas harus

disesuaikan juga.

Bentang angker adalah yang pertama-tama dipasang pada landasan sementara

dibelakang kepala jembatan dan balas ditambahkan.

Diagonal penghubung dan batang atas ditambahkan pada bentang angker.

Panel segitiga bawah pertama kemudian dipasang. Ini termasuk penguat melintang

pada lantai dan gelagar-gelagar memanjang.

Panel segitiga atas kemudian dipasang, termasuk susunan pertama penguat atas (top

bracing).

Panel segitiga bawah kedua kemudian dipasang. Rangka batang sekarang berada 20

meter dari kepala jembatan.

Page 202: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 43

Gambar 5.26 – Jembatan Rangka Belanda – Pemasangan dengan Kantilever

Page 203: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 44

Proses ini diulangi sampai 10 meter dari kepala jembatan di seberang. Batang-batang

bawah, balok melintang dan penguat atas landasan ditempatkan sementara pada kepala

jembatan di seberang dan hubungkan dengan rangka kantilever.

Panel terakhir dari jembatan rangka telah selesai (pada kepala jembatan di seberang).

Bentang di dongkrak keatas dan baja penghubung dan bentang angker dipindahkan.

Jembatan di dongkrak kebawah pada perletakan permanen dan lantai, beton dan pagar

dan seterusnya dipasangkan.

Peralatan Pemasangan Yang Diperlukan

Berikut peralatan perakitan yang diperlukan dengan pekerjaan baja utama

1. Panduan Pemasangan

2. Gambar Rencana Konstruksi

3. Jembatan rangka untuk angker (pemberat)

4. Alat penghubung perakitan (linking steel)

5. Dongkrak hidraulis dengan kapasitas 75 ton

6. Alat perlengkapan (untuk perakitan semua pekerjaan baja dan alat

penghubung)

Sebagai tambahan pada perlengkapan tersebut diatas Kontraktor menyediakan dan

memasang item-item berikut :

a. Ganjal-ganjal atau dudukan kayu sebagai dudukan sementara pada

gelagar melintang pertama bentang permanen.

b. Bahan-bahan yang cocok untuk kentledge (beban pengimbang). Sebagai

contoh pasir yang dibungkus karung, blok beton, komponen-komponen

baja, batuan dan lain-lain, tetapi apapun yang digunakan harus diketahui

beratnya.

c. Pelat untuk alat dongkrak dan ganjal yang digunakan pada pekerjaan

penurunan bentang.

d. Peralatan untuk menarik komponen-komponen baja dari tebing

menyeberangi sungai dan mengangkat serta mendukung dalam

posisinya.

e. Landasan Kayu sementara.

b. Perancah

Perancah sementara dipergunakan sementara bangunan atas sedang dirakit. la

ditempatkan didasar sungai diantara bangunan bawah seperti terlihat pada Gambar 5.27.

Page 204: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 45

Setelah erection selesai dan sebelum pengecoran lantai beton, perancah harus sudah

dibongkar. Hal ini memungkinkan bangunan atas untuk melendut sesuai yang

direncanakan ketika lantai dicor.

Keuntungan yang paling besar dari metoda ini ialah karena tidak diperlukan penambahan

bentang angker, linking steel atau beban pengimbang (kentledge) yang digunakan pada

metoda pemasangan kantilever sebagian demi sebagian.

Sebagai tambahan juga tidak diperlukannya peralatan angkat yang berat, karena

komponen yang terberat hanya 1.74 ton beratnya. Ini adalah metoda padat karya dengan

keperluan peralatan angkat yang minimum.

Dibeberapa lokasi jembatan jika jembatan lama masih ada, jembatan lama tersebut masih

dapat digunakan sebagai dasar dari perancah dan Karenanya biaya yang dikeluarkan

berkurang.

Salah satu hal yang tidak menguntungkan ialah bila suatu perancah jembatan perlu

dibangun menyeberangi sungai, akan menimbulkan gangguan terhadap perahu yang

berlayar disungai. Pada umumnya, tiang perancah dipasang dibawah tiap gelagar

melintang, berjarak antara kira-kira 5 meter.

Sebagai tambahan, ada kemungkinan terjadi penurunan perancah akibat beban dari

jembatan rangka, bila tidak didukung dengan baik. Sebuah pilar perancah untuk suatu

jembatan kelas A harus manahan sekitar 12 ton beban mati untuk jembatan rangka

baja. Metoda pemasangan yang dijelaskan dalam Panduan Pemasangan,

memperlihatkan 2 tiang per pilar dipancang dengan jarak 5m as ke as secara

memanjang dan 9.4 meter jarak melintang.

Urutan pemasangan diuraikan secara detail pada Panduan Pemasangan.

Komponen bagian bawah lantai jembatan rangka dirakit di atas perancah pada seluruh

bentang dan dihubungkan bersama. Jembatan dirakit melintang sampai kepala

jembatan.

Dua panel yang pertama terdiri dari batang diagonal dan vertikal dirakit, dan batang

atas dan batang tegak yang berhubungan ditambahkan, diikuti oleh penguat atas untuk

menyelesaikan 2 panel dari jembatan rangka.

Panel berikutnya dipasang dengan batang-batang diagonal dan tegak (vertikal) diikuti

oleh batang atas dan tegak dan kemudian batang penguat melintang. Panel-panel lain

yang lain dipasang dengan cara yang serupa. Proses ini dijelaskan dalam Gambar 5.28.

Rangka kemudian didongkrak keatas, jembatan diturunkan diatas perletakan dan lantai

dan pagar dan lain-lain diselesaikan.

Page 205: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 46

Pemasangan perancah melintasi sebuah sungai sebelum dan selama musim hujan

harus dipertimbangkan hati: hati aliran sungai dapat menghancurkan perancah dan

jembatan rangka yang baru sebagian selesai.

Gambar 5.27 - Pemasangan di atas perancah

Peralatan Pemasangan Yang Diperlukan

Berikut perlengkapan pemasangan yang diperlukan bersama dengan pekerjaan baja

utama :

1. Panduan Pemasangan

2. Gambar Rencana Konstruksi

3. Dongkrak hidraulis dengan kapasitas 75 ton

4. Alat perlengkapan (untuk perakitan semua pekerjaan baja dan linking

steel)

Sebagai tambahan pada perlengkapan tersebut di atas kontraktor harus menyediakan

dan memasang item-item berikut :

a. Bahan-bahan untuk perancah

b. Paling sedikit 2 blok rantai (chain block) untuk pengangkatan

komponen-komponen pada posisinya.

c. Peralatan penarikan Komponen-komponen baja dari tebing keatas

perancah.

d. Pelat untuk alat dongkrak dan ganjal kayu yang digunakan pada

pekerjaan penurunan bentang

e. Landasan kayu sementara

Page 206: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 47

Gambar 5.28 – Pemasangan pada Perancah – Rangka Belanda

Page 207: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN
Page 208: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 49

Variasi dari metoda ini adalah pemasangan bangunan atas di atas perancah dan

digerakkan secara lateral pada kepala jembatan menggunakan rol.

c. Pemasangan Semi Kantilever

Metoda ini adaah kombinasi dari dua metoda yang lain dan ditunjukkan dalam Garnbar

5.29

Peralatan Pemasangan Yang Diperlukan

Berikut perlengkapan pemasangan yang diperlukan bersama dengan pekerjaan baja

utama :

1. Panduan Pemasangan

2. Gambar Rencana Konstruksi

3. Bentang rangka angker

4. Peralatan penyambung pemasangan (linking steel)

5. Dongkrak hidraulis dengan kapasitas 75 ton

6. Alat perlengkapan (untuk perakitan semua pekerjaan baja dan linking

steel)

Sebagai tambahan terhadap peralatan di atas, Kontraktor perlu menyediakan dan

memasang item-item sebagai berikut :

a. Kerangka penyokong atau krib kayu sebagai bantalan sementara pada

bentang permanen gelagar melintang pertama

b. Penyangga pilar perancah sementara

c. Bahan-bahan yang sesuai untuk counter weight. Sebagai contoh

kantong-Kantong pasir dalam karung, blole beton, komponen-

komponen baja, batuan dan sebagainya, tetapi apapun yang digunakan

harus diketahui beratnya.

d. Pelat dongkrak dan ganjal kayu yang digunakan pada penurunan

bentang.

e. Peralatan penarikan komponen-komponen baja dari pinggir

menyeberangi dengan alat pengangkat untuk memasang komponen-

komponen pada tempatnya.

f. Landasan kayu sementara.

Page 209: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 50

Gambar 5.29 – Pemasanagan dengan Metoda Semi Kantilever – Rangka Belanda

Page 210: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 51

5.4.4 PERSOALAN UMUM

Penggunaan pelat-pelat kopel pada batang tepi dari channel

memerlukan lebih banyak sambungan-sambungan baut daripada

model-model jembatan rangka yang lain. Untuk contoh sebuah

jembatan rangka Belanda kelas-B 50 meter memerlukan sekitar 8700

sambungan-sambungan baut dibandingkan dengan sebuah jembatan

rangka Australia yang hanya memerlukan sekitar 5800 baut dalam

kelas dan bentang yang sama.

Penggunaan sebuah torsimeter untuk pengencangan baut dengan tipe

friction (terutama yang menggunakan baut dan mur yang digalvanisasi)

dapat diandalkan. Untuk pengecekan, suatu pemeriksaan harus

dilakukan dengan mempergunakan kunci torsi manual dan disesuaikan

dengan tengangan yang betul terjadi dalam baut yang telah ditentukan

seperti yang diberikan pada Panduan Pemasangan. Pemeriksaan ini

harus dilakukan pada permulaan pengencangan setiap harinya dan juga

jika ukuran baut berubah. Tegangan rata-rata untuk paling sedikit 3 baut

harus dihitung.

Jembatan-jembatan rangka Belanda mempunyai suatu sistem perletakan

yang berbeda dengan jembatan rangka Australia dan perlu dicatat bahwa

jembatan diturunkan diatas perletakan permanen sebelum perakitan

lantai dan pemasangan lantai beton.

5.5. JEMBATAN RANGKA AUSTRIA

Sistem jembatan rangka Austria (Waagner-Biro) terdiri dari komponen-komponen baja

standar yang dibuat dengan presisi yang dirakit dengan sistem baut untuk membentuk

bentang jembatan dari desain rangka dengan lantai kendaraan dibawah (through type)

dari 35 hingga 60 meter.

Perbedaan antara bentang dari Kelas-A, Kelas B dan Kelas C terletak pada lebar jalan

dan konfigurasi kerb/trotoar. Bentang dari tiap kelas mempunyai lantai beton yang

didukung oleh lantai baja gelombang, yang disediakan sebagai bagian dari jembatan

ini.

Jembatan dipasok lengkap dengan perletakan, penahan dan peredam seismik lateral,

sandaran, dan peralatan yang akan dipakai untuk perakitan komponen menjadi

bentang jembatan.

Page 211: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 52

5.5.1. RANGKA PERMANEN

a. Umum

Komponen ditandai dengan jelas untuk menurijukkan cara perakitan menurut urutan

yang ditunjukkan dalam gambar. Komponen dengan tanda yang sama dapat saling

ditukar. Berat komponen tidak ada yang melebihi 2,0 ton.

Sistem ini dirancang untuk memungkinkan perakitan bertahap dengan kantilever dari

satu tebing, tanpa memakai perancah di sungai. Cara pemasangan bentang rangka ini

dijelaskan dalam Panduan Pemasangan (Erection Manual). Cara ini menggunakan

bentang lain sebagai bentang angker dan baja penghubung (linking steel) yang

tersedia dalam sistem ini.

Cara perakitan dan pemasangan yang lain seperti kantilever sebagian atau

pemasangan di atas perancah, dapat juga dilakukan.

Pemasangan perletakan, penahan lateral dan peredam seismik juga dijelaskan di

dalam Panduan Pemasangan.

Sistem jembatan Austria direncanakan dengan ciri pemeliharaannya mudah (low

Maintenance), maka semua pekerjaan baja dan baut digalvanisasi.

Panduan Pemasangan mencakup gambar, lokasi dan jumlah Komponen bentang

bersama-sama dengan uraian bahan dan komponen-komponen, pernbautan dan

perakitan serta cara pemasangan kantilever.

Akan tetapi harus diperhatikan cara pengencangan baut yang ditentukan dengan

memakai kurki torsi, dan cara menguji kekencangan baut seperti dijelaskan dalam

Panduan.

Rangka Austria didongkrak pada perletakan permanen seperti rangka Belanda

sebelum pengecoran lantai beton.

Kriteria Desain

Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (diperbaiki

1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.

Lalu-Lintas: Kelas A dan B

Kelas C - satu jalur dibebani penuh, Pembebanan D-garis (100 °XO

tambah kejut) dan pembebanan T-titik (100 %) untuk lembaran baja

gelombang resp. stringers can gelegar meliritang.

Angin: 100 kg/m2

Gempa: Koefisien gempa 0,2

Sungai: Bangunan atas bebas diatas permukaan banjir

Suhu: ± 15°C.

Page 212: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 53

Desain Struktural

Analisa dan desain struktural berdasarkan cara elastis untuk tegangan yang diijinkan

untuk bahan yang cocok sesuai dengan standar DIN.

Potongan melintang

Potongan melintang dari jembatan rangka terlihat dalam Gambar 7.30. Lebar jalan,

ruang bebas horizontal dan ukuran-ukuran dasar dari lantai beton ditunjukkan dalam

Gambar 7.31 (Jembatan kelas C diberikan sebagai contoh).

Gambar 5.30 - Jembatan Rangka Permanen Austria - Penampang Melintang

Tipikal

Gambar 5.31 - Jembatan Rangka Permanen Austria - Lantai Beton

Page 213: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 54

b. Komponen-komponen

Komponen-komponen yang dipakai untuk Jembatan Austria diberi awalan huruf depan

sesuai dengan kelasnya (A, B atau C) dengan Kode Identifikasi serta nomor tanda,

misalnya CTC 11 = Kelas C Top Chord tanda 11.

Komponen seperti sandaran tangan yang tidak tergantung kelas jembatan tidak diberi

huruf depan (awalan) A, B atau C.

Kode untuk komponen utama yang dipakai untuk jembatan rangka Austria diberikan

dalam Tabel 5.4.

Tabel 5.4 - Sistem Pemberian Nama Komponen Rangka Austria

Kode Uraian

TC Batang atas

BC Batang bawah D Diagonal

CG Gelegar melintang S Gelagar memanjang

GP Pelat Buhul

WB Ikatan angin

TS Lantai Baja Gelombang

RNTB Landasan jenis neopherene yangdiperkuat

HR Sandaran Tangan

Pemasangan komponen juga diberi awalan dengan kelas jembatan yang dimaksud.

c. Cara Pemasangan

i. Umum

Bagian ini meliputi cara perakitan untuk jembatan rangka tetap. Cara-cara tersebut

diuraikan di dalam Panduan Pemasangan.

Pilihan cara pemasangan pada setiap tempat berbeda harus dipertimbangkan

dengan seksama.

ii. Pemasangan Kantilever Sebagian demi Sebagian

Metoda pemasangan ditunjukkan dalam Gambar 5.32, 5.33.

Page 214: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 55

Gambar 5.32 – Rangka Permanen Austria – Pemasangan dengan Metoda Kantilever

Page 215: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 56

Bentang angker yang dipakai biasanya mempunyai panjang yang sama dengan

bentang permukaan tetap. Bentang angker harus diberi ballast (pengimbang) yang

ditambahkan pada ujung bentang angker, seperti ditunjukkan pada Gambar

Pemasangan.

Untuk contoh, suatu bentang angker C60 membutuhkan ballast seberat 16 ton untuk

memungkinkan pengkantileveran dari bentang tetap C 60.

Bentang angker mula-mula dipasang di atas dudukan sementara di belakang kepala

jembatan, kemudian ditambahkan ballast.

Gelegar melintang dan batang penghubung (linking stringer) ditempatkan dan

dihubungkan dengan bentang angker.

Batang bawah dihubungkan dengan gelegar melintang pertama dan ditatian di tempat

oleh blok katrol tali (rope pully block) seberat 5 ton yang dipasang pada diagonal akhir

dan bentang angker.

Diagonal-diagonal ditambahkan dan Komponen baja penghubung (batang tepi,

diagonal dan penguat) dipasang.

Pemasangan berlangsung seperti tertera dalam Gambar Prosedur Pelaksanaan.

Bentang tetap didongkrak pada perletakan tetap, dan bentang angker dipindahkan.

Lantai beton kemudian dicor.

Perhatikan bahwa terdapat gelagar memanjang luar yang kecil untuk menopang

bagian luar lantai baja.

Bilamana digunakan keran, balok kayu harus dipasang di atas lembar baja trapezoidal

untuk memberi jalan masuk. Ukuran minimum selebar 500 mm dan tebal 50 mm

disarankan untuk tiap jalur roda..

Peralatan Perakitan Yang Diperlukan

Peralatan perakitan berikut disediakan bersamaan dengan pekerjaan baja utama:

1. Manual Pemasangan

2. Gambar Rencana Konstruksi

3. Bentang rangka angker

4. Perlengkapan pemasangan (baja penghubung)

5. Dongkrak hidraulis dengan kapasitas 50 ton

6. Kit perlengkapan (untuk perakitan semua pel(erjaan baja dan alat

penghubung)

Sebagai tambahan pada peralatan di atas, Kontraktor menyediakan dan memasang

butir-butir berikut:

a. Ganjal-ganjal atau dudukan kayu sebagai pendukung sementara pada

gelegar melintang pertama bentang permanen.

Page 216: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 57

b. Bahan yang sesuai untuk kentledge (berat pengimbang). Misalnya

pasir dalam karung, blok beton, komponen baja, batu dan sebagainya,

tetapi apapun yang dipakai bobot yang diberikan harus diketahui.

c. Dua blok katrol tali (rope pully block) dengan berat 5 ton.

d. Pelat alat dongkrak dan ganjal kayu yang akan digunakan pada

operasi penurunan bentang.

e. Peralatan untuk menarik komponen baja dari tebing menyeberangi

sungai, dan menarik serta mendukung ke dalam posisi.

f. Landasan kayu sementara.

iii. Perancah Bangunan

Perancah sementara dipergunakan pada waktu bangunan atas sedang dirakit.

Perancah tersebut ditempatkan pada dasar sungai di antara bangunan bawah,

seperti terlihat pada Gambar 7.32, 7.33. Setelah selesainya pemasangan dan

sebelum pengecoran lantai beton, perancah harus dibongkar. Hal ini

memungkinkan bangunan atas untuk melendut sesuai rencana ketika lantai di cor.

Gambar 5.33 - Jembatan Rangka Permanen Austria - Pemasangan dengan

Kantilever

Keuntungan terbesar dari metoda ini adalah tidak ada kebutuhan akan bentang

angker tambahan, linking steel atau kentledge (beban pengimbang) yang dipakai

pada cara kantilever sebagian demi sebagian.

Sebagai tambahan, tidak perlu adanya peralatan pengangkatan berat, Karena

komponen terberat hanya berbobot 1.5 ton. Cara ini merupakan cara padat karya

dengan keperluan peralatan angkat yang minimum.

Pada beberapa lokasi jembatan lama dapat dipakai sebagai dasar untuk perancah

dan karena itu biaya yang diperlukan oleh Kontraktor dapat berkurang.

Salah satu kerugian adalah bahwa suatu perancah jembatan harus dibangun

menyeberangi sungai, yang merupakan halangan bagi kendaraan pengangkutan

sungai. Pada umumnya suatu pilar perancah atau rangka pendukung dibuat di

bawah tiap gelegar melintang, berjarak antara kira-kira 5 meter.

Page 217: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 58

Sebagai tambahan terdapat kemungkinan penurunan perancah di bawah beban

rangka bila tidak didukung dengan balk. Pilar perancah untuk jembatan kelas A

harus menyangga beban mati rangka baja kira-kira 12 ton. Cara pemasangan yang

diuraikan dalam Panduan Pemasangan menunjukkan dua tiang per pilar yang

dipancang dengan as ke as berjarak 5 meter memanjang. Jarak melintang

tergantung pada kelas jembatan yang sedang dilaksanakan.

Urutan pemasangan dijelaskan secara mendetail didalam Gambar Panduan

Pemasangan.

Pada dasarnya batang tepi bawah dipasang tebih dahulu pada perancah

sepanjang bentang dan saling dihubungkan. Batang-batang diagonal, batang tepi

atas dan penguat batang tepi atas dirakit sepanjang bentang.

Rangka kemudian didongkrak ke atas, perancah dibongkar, jembatan diturunkan

ke bawah pada landasan dan lantai, pagar dan sebagainya diselesaikan.

Pemasangan perancah pada lebar sungai sesaat sebelum atau selama musim

hujan harus dipertimbangkan dengan baik karena banjir besar dapat

menghancurkan perancah dan jembatan rangka yang baru sebagian selesai.

Peralatan Pemasangan Yang Diperlukan

Peralatan pemasangan berikut disediakan bersamaan dengan pekerjaan baja

utama :

1. Panduan Pemasangan

2. Gambar-gambar Pelaksanaan

3. Dongkrak hidraulis dengan kapasitas 50 ton

4. Kit peralatan (untuk perakitan semua pekerjaan baja dan link kit)

Sebagai tambahan peralatan di atas, kontraktor menyediakan dan memasang item-

item berikut:

a. Material untuk perancah

b. Minimum 2 blok rantai (chain block) untuk mengangkut komponen

pada posisinya

c. Peralatan untuk mengangkut Komponen baja dari tebing pada

perancah

d. Pelat alat dongkrak dan ganjal kayu untuk digunakan pada penurunan

bentang.

e. Landasan Kayu sementara.

Page 218: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 59

5.5.2 RANGKA SEMI PERMANEN

a. Umum

Sistem jembatan terdiri dari komponen baja standar yang dibuat dengan teliti yang

dirakit dengan sistem baut sehingga membentuk bentang jembatan dari desain rangka

dengan lantai kendaraan dibawah mulai dari 15 hingga 35 meter. Jembatan ini

tersedia lengkap dengan perletakan, pagar, peralatan dan dongkrak yang akan dipakai

untuk perakitan komponen menjadi bentang jembatan.

Komponen ditandai dengan jelas untuk memungkinkan perakitan dalam urutan yang

ditunjukan pada gambar. Komponen dengan tanda yang sama dapat saling

ditukarkan. Tidak ada komponen yang beratnya lebih dari 335 kg, dan perakitan dapat

dilaksanakan hanya dengan. peralatan tangan.

Bentang dirancang untuk mendukung lantai kayu dan dirancang untuk muatan

jembatan jalan raya BM 70.

Sistem ini telah dirancang untuk memungkinkan perakitan lengkap dengan cara

kantilever menggunakan bentang angker. Cara ini perlu penggunaan bentang standar

sebagai bentang jangkar dan baja penghubung yang telah disediakan. Pelaksanaan

dengan perancah dapat juga dilakukan.

Kriteria Desain

Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (diperbaiki

1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.

Lalu-Lintas: Satu jalur dibebani penuh ditambah satu jalur dibebani sebagian 70%

Pembebanan D-garis (tambah kejut) dan 70% Pembebanan T-Titik

(untuk lantai kayu)

Angin: 100 kg/m2

Gempa: Koefisien gempa 0,2

Suhu: ± 15°C.

Desain Struktural

Analisa dan desain struktural berdasarkan cara elastis untuk tegangan yang diijinkan

untuk bahan yang cocok sesuai dengan standar DIN.

Potongan Melintang

Potongan melintang dari jembatan rangka ditunjukkan pada Gambar 5.34. Lebar jalan

dan ruang bebas horizontal ditunjukKan. Ukuran-ukuran utama dari lantai kayu juga

dapat dilihat.

Page 219: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 60

b. Komponen

Kode identifikasi yang terdapat dalam Bab 7.5.1 b juga dipakai untuk komponen rangka

semi permanen. Tidak terdapat awalan kelas; misal batang atas disebut TC.

Semua komponen baja struktural pada bentang rangka difabrikasi atau di rol dari ST 52

dan/atau ST 37 menurut standar DIN.

Baut untuk semua hubungan struktural merupakan baut berkekuatan tinggi, Grade 10.9

sesuai dengan standar DIN, dan dengan mur dan ring (washer) dari jenis ekivalen yang

keras.

Semua baut, mur dan pelat dan semua Komponen struktural dipasok tergalvanisasi

sesuai dengan standar DIN dan dengan berat lapis penutup rata-rata tidak kurang dari

610 gr/m2.

Gambar 5.34 - Rangka Semi Permanen Austria - Penampang Melintang

c. Cara-cara Pemasangan

Cara-cara dan catatan Bab E.5.1 c untuk jembatan rangka tetap Austria juga dapat

diterapkan pada jembatan semi permanen.

Page 220: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 61

5.6 PERBANDINGAN JEMBATAN RANGKA PERMANEN AUSTRALIA, BELANDA DAN AUSTRIA

CIRI-CIRI AUSTRALIA BELANDA AUSTRIA

Bentang 35 sampai 60 dalam 5m, 80, 100

40 sampai 60 dalam 5m, 100, 105

35 sampai 60 dalam 5m

Lantai Beton Pelat komposit (pelat topping 80, 100)

Pelat topping Pelat topping

Lantai Baja Tidak (35 m - 60 m) Ya (80 dan 100m)

Ya Ya

Baut – sistem pengencangan

Cincin Indikasi Beban

Torque Wrench Torque Wrench

Sistem Pemasangan

FW PxP KANTILEVER (80,100 M 1,2 SPAN) Semi Cantilever SSL MSL

FW PxP KANTILEVER Semi Kantilever

FW PxP KANTILEVER Semi Kantilever

Dongkrak dibawah

Setelah lantai dicor

Sebelum lantai dicor

Sebelum lantai dicor

Jumlah baut pada bentang B

5800 8700

Berat bentang B 50

74 ton (C50 = 54 ton)

96 ton 69 ton (C50)

Berat Komponen Maksimum

1.5 t (H seri 3.0 t)

1.8 t 1.5 t

Tabel 5-5 Tabel Perbandingan Jembatan Rangka Permanen

Australia, Belanda dan Austria

5.7 JEMBATAN SEMENTARA (TRANSPANEL DAN MABEY PANEL)

5.7.1 UMUM

Jembatan panel adalah jembatan sementara jalur tunggal yang dapat dipasang dalam

waktu singkat dengan menggunakan bangunan bawah yang ada atau bangunan bawah

sementara jika perlu. Jembatan tersebut berdasarkan panel rangka baja yang saling

dihubungkan memakai pen dan baut berkekuatan tinggi.

Panel-panel diatur sehingga membentuk rangka sisi dari berbagai kapasitas yang sesuai

bentang (panel dapat digunakan berpasangan dan berdampingan, ditumpuk secara

vertikal atau menggunakan bagian-bagian penguat tambahan untuk menambah bentang

Page 221: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 62

dan kapasitas beban). Panel difabrikasi sehingga terdapat lawan lendut vertikal untuk

mengimbangi lendutan akibat beban mati. Lantai terdiri atas transom dan unit stringar

yang mendukung papan melintang kayu dan runway board. Kerb juga terbuat dari kayu.

Beberapa sistem menyediakan lantai baja alternatif.

Bentang biasanya berkisar antara 10 hingga 50 meter. Bentang banyak dimungkinkan

sebagai bentang menerus atau membentuk (broken back) bentang di atas dua tumpuan

dengan diambilnya pin batang panel atas, atau sistem pabrik (misalnya sistem Mabey

span junction post)

Bentang sepanjang 80 meter dimungkinkan pada beberapa sistem (yaitu Mabey DDR1 H

atau DDR2)

Sistem-sistem dirancang untuk perakitan cepat dengan bantuan alat angkat ringan pada

satu tebing dan secara bertahap diluncurkan pada posisinya dengan peluncuran

menyeberangi lembah. Hidung peluncur kantilever, yang dirakit dari komponen standar,

dipakai untuk tujuan ini.

Beberapa cara lain untuk perakitan dan pemasangan, misalnya pemasangan pada

perancah, juga layak dilakukan (feasible). Jika terdapat peralatan crane yang sesuai,

bangunan lengkap (tanpa lantai Kayu) dapat dirakit pada tebing dan diangkat pada

posisinya. Berat dari bentang 20 meter tanpa lantai adalah sekitar 25 ton.

Semua komponen jembatan panel yang baru tergalvanisasi, tetapi komponen jembatan

Bailey yang terdahulu diberi lapisan cat.

5.7.2 JEMBATAN TRANSPANEL AUSTRALIA

a. Umum

Tipe jembatan ini sesuai untuk penerapan sementara atau semi permanen, karena

perakitannya cepat dan persyaratan pondasinya minimal. Bentuk ini terdiri dari komponen

baja standar yang dirakit dalam aturan dan ukuran yang ditentukan, dan dihubungkan

oleh pin dan baut berkekuatan tinggi sehingga membentuk bentang jembatan rangka

dengan lantai kendaraan di bawah, yang berkisar antara 10 hingga 50 meter.

Komponen pendukung beban yang dasar adalah panel rangka. Panel diatur dalam

kombinasi khusus, dan diperkuat seperlunya sehingga terbentuk rangka sisi dari berbagai

kapasitas sesuai bentang. Panel-panel difabrikasi sedemikian sehingga lawan lendut

vertikal pada rangka sisi akan tercapai dengan sendirinya. Lawan lendut ini adalah untuk

mengimbangi lendutan dari berat sendiri bentang. Lantai terdiri atas transom dan unit-unit

stringer yang mendukung papan melintang kayu dan papan injak (running board).

Gambar 7.35 menunjukkan penampang melintang tipikal.

Page 222: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 63

Gambar 5.35 - Penampang Melintang Jembatan Transpanel

Semua komponen baja termasuk landasan dan pelat dasar dipasok bersamaan dengan

peralatan tangan dan komponen pemasangan khusus yang akan dipakai pada perakitan.

Kayu untuk lantai dipasok oleh Kontraktor.

Kornponen-komponen ditandai dengan jelas untuk memungkinkan perakitan sesuai

urutan yang ditunjukkan dalam Gambar-gambar pada Panduan Pemasangan. Komponen

dengan tanda yang sama dapat saling ditukar, dan tidak ada Komponen dengan berat

melebihi 440kg.

Sistem ini dirancang untuk perakitan cepat dengan bantuan peralatan angkat ringan pada

satu tebing dan diluncurkan secara bertahap pada posisinya dengan peluncuran

menyeberang lembah. Hidung peluncuran kantilever yang dirakit dari komponen standar

digunakan untuk tujuan ini.

Beberapa cara lain perakitan dan pemasangan, seperti pemasangan pada perancah,

layak untuk dilakukan.

Sistem ini dirancang mempunyai pemeliharaannya mudah. Semua pekerjaan baja dan

baut digalvanisasi, sedangkan pen dari baja anti karat. Prosedur-prosedur pemeliharaan

dasar diuraikan didalam Panduan Pemasangan.

Bentang Transpanel dapat menumpu langsung di tanah atau pada bangunan beton.

Kriteria Desain

Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (diperbaiki

1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.

Page 223: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 64

Lalu-Lintas: Pembebanan T-titik 70 % (satu Kendaraan)

Trotoar: Nol

Angin: 100 kg/m,

Gempa: Region 1 seperti Spesifikasi 12/1988 (C=0,3)

Sungai: Bangunan atas bebas diatas permukaan banjir

Suhu: ± 15°C.

Spesifikasi Desain

NAASRA Bridge Design Spesification 1976

ASSHTO Standard Specification for Highway Bridges 1983.

b. Komponen-komponen

Tiap komponen dari sistem Transpanel diidentifikasi oleh awalan TP dan sebuah nomor.

Komponen yang dipakai hanya untuk perakitan mempunyai awalan TPE. Sistem

penomoran tidak spesifik untuk Komponen.

Komponen-komponen utama difabrikasi dari pelat baja dan bagian-bagian dirol dari baja

Grade 350. Pin panel terbuat dari baja anti karat berkekuatan tinggi hingga ASTM A 564

- 630.

c. Cara Pemasangan

Cara standar pemasangan untuk jembatan Transpanel adalah dengan meluncurkan

menyeberang lembah dengan bantuan hidung peluncur. Panjang dan konfigurasi dari

hidung peluncur tergantung pada bentang yang sedang dipasang. Rencana pemberian

tanda yang menunjukkan konfigurasi dari hidung peluncur termasuk di dalam Panduan

Pemasangan.

Jembatan Transpanel telah dirancang sesuai untuk Bailey Rocking dan Plain Rollers

standar yang akan digunakan untuk peluncuran. Rol-rol ini disusun dengan pola spesifik

pada tebing peluncuran dan penerimaan dari sungai.

Untuk batang 30 meter dan kurang, keseluruhan bentang dan hidung peluncur dirakit

sebelum diluncurkan. Untuk bentang lebih panjang, perakitan bentang dilakukan dalam

dua tahap.

Suatu sketsa dari susunan umum peluncuran terdapat pada Gambar 7.36.

Page 224: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 65

Gambar 5.36 - Peluncuran Jembatan Transpanel - Pengaturan Umum

Peralatan Pamasangan Yang Diperlukan

Peralatan pemasangan berikut diperlukan dengan pekerjaan baja utama :

1. Panduan Pemasangan

2. Gambar-gambar Pelaksanaan

3. Dongkrak Hidraulis dengan kapasitas 50 ton

4. Kit peralatan (untuk perakitan semua pekerjaan baja)

5. Semua komponen rol yang perlu.

Sebagai tambahan peralatan di atas, Kontraktor menyediakan dan memasang item-item

berikut:

Page 225: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 66

a. Kayu untuk lantai

b. Peralatan untuk menarik jembatan keluar (winch untuk outhaul dan

backhaul, tali-tali penarikan)

c. Pelat dongkrak dan paking Kayu

d. Landasan Kayu sementara

d. Pilihan-pilihan

Kekuatan rangka-rangka sisi samping dapat diperbesar dengan menambahkan

penguatan pada batang-batang panel standar atau dengan menggunakan dua baris

panel pada masing sisi jembatan. Penguatan batang (chord) tersedia dalam dua ukuran.

Konfigurasi rangka yang mungkin dan panjang bentang yang sesuai ditunjukkan dalam

Tabel 5.6

Tabel 5.6 - Konfigurasi untuk Jembatan Transpanel

Bentang

Konfigurasi

Konstruksi Penguatan Ukuran Penguatan

10 Tunggal Tanpa Penguatan - 20 Tunggal Dengan Penguatan Kecil

30 Ganda Dengan Penguatan Kecil

40 Ganda Dengan Penguatan Besar

50 Ganda Dengan Penguatan Besar

e. Masalah Umum

Hal-hal berikut harus dicatat :

Panjang hidung peluncuran bervariasi dengan panjang bentang.

Kemlnngan memanjang pada jembatan Transpanel tidak boleh melebihi 10 %.

Bila jembatan akan diluncurkan pada kemiringan, peluncuran harus selalu

menurut tanjakan.

Daerah pelaksanaan pada tebing peluncuran harus sekurangnya mempunyai

lebar 9 meter dan panjang yang cukup untuk bentang dan hidung peluncuran.

Daerah pelaksanaan pada tebing penerimaan harus cukup panjang untuk

hidung peluncuran dan winch penarikan keluar.

Lawan lendut dari jembatan Transpanel menurut busur lingkaran berjari-jari

1900 meter. Rol-rol perakitan harus pula dipasang menurut kurva dengan jari-

jari tersebut.

Pengaturan rol (peluncuran) dengan baik akan mencegah kerusakan terhadap

komponen yang disebabkan pembagian beban tidak merata, dan akan

meniadakan salah satu penyebab bentang keluar dari rol pada waktu

peluncuran.

Page 226: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 67

Semua baut-baut harus dikencangkan dengan erat. Pengencangan erat adalah

pengencangan yang diperoleh dari usaha penuh seseorang dengan

menggunakan podger spaner standar.

Setiap rol harus diperiksa pada waktu peluncuran untuk memastikan bahwa

bentang tidak bergerak secara lateral. Penyesuaian terhadap alinemen

jembatan hanya dapat dilakukan sesuai dengan prosedur yang tertera di dalam

Panduan Pemasangan.

5.7.3 JEMBATAN MABEY DAN JOHNSON

a. Umum

Mabey dan Johnson membuat sejumlah yang pada dasarnya serupa sistem jembatan

panel. Sistem yang digunakan di Indonesia adalah seri Compact 200.

Bentuk jembatan ini sesuai untuk pemakaian sementara atau semi permanen karena

perakitan dapat dilakukan dengan cepat dan persyaratan pondasi yang minimal. Bentuk

ini terdiri dari komponen-komponen baja standar yang telah dirakit dengan susunan dan

urutan tertentu dan dihubungkan oleh pin dan baut berkekuatan tinggi sehingga

membentuk bentang jembatan rangka dengan lantai kendaraan di bawah yang berkisar

antara 10 hingga 50 meter.

Komponen pendukung beban yang utama adalah panel rangka, setinggi 2.13 meter

dengan panjang 3.05 meter. Panel-panel diatur menurut kombinasi khusus dalam arah

vertikal dan horizontal dan/atau diperkuat seperlunya sehingga membentuk rangka sisi

dari berbagai kapasitas sesuai dengan bentang. Lantai terdiri atas transom dan unit

stringer yang mendukung papan-papan kayu melintang dan papan injak. Gambar 5.37

menunjukkan potongan melintang tipikal dari sistem panel (tanpa lantai). Suatu lantai baja

alternatif tersedia tetapi tidak digunakan di Indonesia.

Page 227: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 68

Kerangka miring dihilangkan agar lebih jelas, lihat detail terpisah A

Gambar 5.37 - Jembatan Mabey dan Johnson - Tipikal Potongan Melintang

Semua komponen baja termasuk landasan dan pelat dasar tersedia dengan peralatan

tangan dan komponen pemasangan khusus yang akan dipakai dalam pemasangan. Kayu

untuk lantai disediakan oleh Kontraktor.

Komponen ditandai dengan jelas untuk memungkinkan perakitan dalam urutan yang

ditunjukkan oleh Gambar dalarn Panduan Pemasangan. Komponen dengan tanda yang

sama dapat saling ditukarkan, dan tidak ada komponen yang beratnya lebih dari 450 kg.

Sistem ini didesain untuk perakitan cepat dengan bantuan peralatan pengangkatan ringan

pada satu tebing dan diluncurkan bertahap pada posisinya dengan meluncurkan

menyeberangi lembah. Hidung peluncuran kantilever yang dirakit dari komponen standar

digunakan untuk tujuan tersebut.

Cara-cara perakitan dan pemasangan lain, seperti pemasangan pada perancah, juga

dapat dilakukan.

Tidak seperti sistem Bailey, hanya satu transom per panel diperlukan dan penjepit

transom diganti oleh baut transom. Hanya terdapat satu diameter baut yang dipakai,

dan terdapat 4 ukuran panjang yang berbeda dari baut.

Penguatan batang yang standar dan berat tersedia untuk memperbesar kapasitas

beban dan bentang standar.

Bila digunakan lantai kayu, stringer dipasang pada transom dan lantai ditempatkan

pada lubang-lubang pada stringer luar dan ditahan oleh.sudut-sudut baja. Hal ini akan

membuat suatu jembatan yang tidak seramai konfigurasi standar Bailey.

Page 228: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 69

Jembatan bentang banyak sesuai jika ada kemungkinan terjadi penurunan pilar, atau

di mana pilar pilar antara (intermediate) terdapat pada ketinggian berbeda. Jembatan

ini dibangun dengan menggunakan tiang pertemuan bentang khusus pada tiap

tumpuan antara dimana dirancang untuk terkunci pada waktu peluncuran jembatan

dan dilepaskan pada waktu jembatan telah didongkrak turun ke posisi akhirnya.

Jika pilar datar dan tidak ada kemungkinan penurunan, dapat dibangun jembatan

menerus. Dalam kasus ini, gelagar jembatan ditumpu pada pilar pada balok-balok

distribusi.

Kriteria Desain

Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (revisi

1988) DitJen Bina Marga, Indonesia

b. Komponen-Komponen

Komponen kecil Mabey mempunyai awalan MC. Kode identifikasi adalah nomor, misalnya

MC 1 adalah panel standar 3 meter.

Sistem ini dirancang dengan ciri pemeliharaan ringan. Semua baut dan pekerjaan baja

digalvanisasi dan pin-pin dari baja anti karat. Prosedur pemeliharaan dasar dijelaskan

pada Panduan Pemasangan.

Banyak komponen standar Bailey dapat digunakan dengan seri Mabey Compact 200.

Bagaimanapun, beberapa komponen tidak dapat dan pengawas harus berkonsultasi

dengan perencana jika terdapat keraguan akan kemampuan dapat ditukarnya

(interchange ability) komponen-komponen tersebut.

c. Cara Pemasangan

Jembatan jenis Bailey dirancang untuk perakitan penuh pada rol-rol pada satu sisi

lembah yang akan dijembatani, Kemudian diluncurkan tanpa memerlukan adanya

tumpuan-tumpuan sementara di lembah.

Hal ini dapat dicapai dengan membangun sebuah hidung peluncuran pada bagian

depan jembatan yang dibangun dari jenis bagian-bagian sama.

Hidung dibuat dengan ukuran panjang sedemikian sehingga bila seluruh bangunan

diluncurkan kedepan, ujung hidung mendarat pada rol di tebing seberang sebelum

pusat gaya berat melewati rol peluncuran. Biasanya, panjang hidung peluncuran

setengah jumlah panel dari jembatan ditambah satu dan biasa dipasang dalam

konfigurasi tunggal-tunggal. Jembatan lebih panjang memerlukan potongan hidung

peluncuran dimana diikatkan pada bagian utama dari jembatan.

Page 229: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 70

Setelah jembatan sudah pada posisinya di seberang lembah, hidung peluncuran

dibongkar dan jembatan didongkrak ke atas dilepas dari rol-rol dan diturunkan pada

landasan tetap pada kepala jembatan.

Sebagai alternatif, jika terdapat peralatan crane yang cukup, jembatan dapat diangkat

sebagai unit lengkap atau dipasang ditempat diatas perancah.

Susunan peluncuran umum untuk peluncuran ditunjukkan pada Gambar 5.38.

Gambar 5.38 - Pemasangan Jembatan Bailey

Peralatan Pemasangan Yang Diperlukan

Peralatan pemasangan berikut diperlukan dengan pekerjaan baja utama :

1. Panduan Pemasangan

2. Gambar-gambar Konstruksi

3. Dongkrak hidraulis dengan kapasitas 50 ton

4. Kit perlengkapan (untuk perakitan semua pekerjaan baja)

5. Semua komponen rol yang perlu ,

Sebagai tambahan dari peralatan di atas, Kontraktor menyediakan dan memasang

item-item berikut:

a. Kayu lantai

b. Peralatan untuk menarik jembatan menyeberangi lembah (winch untuk

penarikan keluar dan kebelakang, tall-tall penarikan)

c. Pelat-pelat dongkrak dan pakking kayu

d. Landasan kayu sementara

Page 230: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 71

d. Pilihan-pilihan

Kekuatan dari rangka sisi dapat ditingkatkan dengan menambah penguatan pada

batang-batang panel standar atau dengan memakai dua atau tiga baris panel dan

setinggi maksimum 4 panel pada masing-masing sisi jembatan. Penguatan batang

tersedia dalam 2 ukuran. Konfigurasi rangka yang mungkin, ditunjukkan pada Tabel

5.7 untuk bentang sampai dengan 45 meter dan beban kendaraan sampai 40 ton.

Lantai dapat terbuat dari baja atau kayu.

Bentang banyak (multiple) dapat di atas dua tumpuan atau menerus.

Tabel 5.7 - Konfigurasi untuk Jembatan Bailey

Bentang

Pembebanan KendaraanTunggal dalam

ton Panel Meter 20 30 40

3 9.1 SS SS SS

4 12.2 SS SS SS

5 15.2 SS SS SSR

6 18.3 SS SSR DS

7 21.3 SSR SSR DS

8 24.4 SSR SSR DSR1

9 27.4 SSR DSR1 DSR1

10 30.5 SSR DSR1 DSR1

11 33.5 SSRH DSR1 DSR2

12 36.6 DSR1 DSR1H DSR2

13 39.6 DSR1 DSR2 DSR2H

14 42.7 DSR2 DSR2 TSR2H

1 5 45.7 DD DDR 1 DDR 1

e. Masalah-masalah Umum

Hal-hal berikut harus dicatat :

Panjang hidung peluncuran bervariasi dengan panjang bentang, dan posisi

penghubung peluncur yang rnemberikan kemiringan tambahan pada hidung

dapat ditempatkan hingga 4 panel dari ujung hidung. Detail-detail tersebut

diberikan di dalam Panduan Pemasangan.

Kerniringan memanjang tidak boleh melebihi 10%. Jika jembatan akan

diluncurkan pada kemiringan, peluncuran harus dilakukan menanjak. Pelat

landasan harus dipasang secara horizontal meskipun jembatan itu pada

kemiringan.

Daerah pelaksanaan pada tebing peluncuran harus paling sedikit mempunyai

lebar 9 meter dan cukup panjang untuk bentang dan hidung peluncuran.

Daerah pelaksanaan pada tebing penerima harus cukup panjang untuk hidung

peluncuran ditambah ruang untuk winch penarikan keluar.

Page 231: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan Bangunan Atas Baja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 72

Penempatan rol dengan baik akan mencegah kerusakan yang disebabkan

pembagian beban tidak merata, dan akan meniadakan satu penyebab bentang

keluar dari rol pada waktu peluncuran.

Semua baut harus dikencangkan dengan erat. Pengencangan erat adalah

pengencangan yang diperoleh dari usaha seseorang memakai podger spanner

standar.

Tidak semua lantai harus dipasang sebelum peluncuran. Periksa berapa banyak

yang diperlukan.

Periksa jumlah ballast yang diperlukan untuk beban pengimbang.

Setiap rol peluncur harus dlpenksa pada waktu peluncuran untuk memastikan

bahwa bentang tidak bergerak secara lateral. Penyesuaian terhadap alinemen

jembatan harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang tertera di dalam

Panduan Pemasangan.

Jangan sekali-kali memperbolehkan masing-masing ujung jembatan didukung

oleh dongkrak pada saat bersamaan.

Pakailah semacarn ganjal (catch pack) dongkrak dimana pack dekat dongkrak

yang gunanya untuk mengambil alih beban bila dongkrak rusak atau turun,

sehingga tidak dapat jatuh. Catch pack memerlukan penyesuaian tinggi secara

kontinyu selama proses pendongkrakan.

Hindarilah kemiringan melintang pada waktu pendongkrakan dengan cara

mengerjakannya pada kedua rangka pada saat yang bersamaan.

Page 232: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab VI Landasan dan Sambungan-sambungan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VI - 1

BAB VI

LANDASAN DAN SAMBUNGAN-SAMBUNGAN

6.1 UMUM

Semua jembatan rangka dan jembatan gelagar di Indonesia menggunakan landasan-

landasan elastomer diperkuat baja, yang terbuat dari bahan neoprene atau yang

sejenis.

Jembatan Australia (Australian Trans Panel) dan lain-lain menggunakan suatu

landasan rocker baja buatan pabrik.

Gelagar-gelagar beton yang lebih pendek selalu didesain memakai lapis-lapis

elastomeric yang rata atau dengan bantalan.

Suatu variasi dari sambungan muai digunakan pada jembatan-jembatan. Banyak

jembatan-jembatan mempunyai sambungan terbuka, dengan atau tanpa suatu pelat

penutup. Yang lain menggunakan suatu lajur karet yang dapat ditekan masuk dalam

sambungan. Serie-serie H dari jembatan-jembatan rangka Australia (bentang 80 - 100

meter) dirancang (didesain) mempunyai suatu sambungan pusat dalam lantai beton

yang diisi dengan suatu pembungkus polystyrene dan penutup (seal).

6.2 LANDASAN

Hal-hal berikut mengenai pemasangan dari landasan harus dicatat :

Landasan elastomer dirancang untuk tidak mempunyai perpindahan horisontal atau

penggeseran karena beban mati. Suatu landasan yang di distorsi oleh geseran

ketika beban mati diturunkan harus tidak dimuati dan diulang kembali penyetelan

pusatnya. Bilamana beban geser tetap terjadi, landasan mungkin salah dan harus

diganti tempatnya

Landasan elastomeric yang menonjol atau pecah karena beban mati harus diganti

Landasan dengan bentuk pot (digunakan pada pemasangan landasan) harus

dibiarkan dirakit sampai akan digunakan sebab dapat terjadi kerusakan terhadap

P.T.F.E (Teflon) atau permukaan baja yang dilapisi anti karat (stainless).

Harus berhati-hati dengan landasan elastomeric untuk menghindari kerusakan

dikarenakan oleh kejatuhan benda-benda tajam diatas landasan.

Permukaan mortar diatas pangkal jembatan atau pilar harus mendatar

Harus dijamin bahwa ada ruang bebas antara bantalan karet seismik dan

permukaan beton.

Page 233: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab VI Landasan dan Sambungan-sambungan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VI - 2

Landasan yang layak (tepat) diperlukan untuk jembatan-jembatan Transpanel

supaya jembatan dapat berfungsi balk. Jembatan tidak boleh dibiarkan disokong

diatas penutup-penutup kayu atau yang sejenis.

6.3 SAMBUNGAN

Persoalan utama dicatat dengan sambungan lantai bahwa beton di bawah baja siku

pelindung ditempatkan tidak benar (tepat). Bilamana tidak dilakukan dengan hati-hati,

udara dapat masuk di bawah siku sewaktu lantai beton dicor yang berdekatan dengan

siku pelindung. Untuk menghindari ini, sebaiknya direkomendasikan bahwa beton di

bawah siku pertama-tama ditempatkan dan kemudian discreed rnenjauhi siku penguat,

daripada discreed mendekatinya (lihat Gambar 11.1).

Gambar 6.1 - Pemadatan Beton di bawah Siku Pengaman/Pelindung

Meniadakan beton disekitar siku pelindung lantai pada saat pengecoran lantai utama

harus dilarang.

Di mana suatu bentuk pendahulu sambungan muai dimasukkan dalam suatu

sambungan, adalah penting bahwa suatu alat pemasangan yang layak digunakan

untuk menghilangkan penyebab kerusakan terhadap karet pengisi (rubber seal).

Page 234: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab VII Perlindungan Saluran Air dan Tanggul

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VII - 1

BAB VII

PERLINDUNGAN SALURAN AIR DAN TANGGUL

7.1 UMUM

Adalah penting bahwa suatu struktur yang dimaksud memberikan perlindungan

terhadap penggerusan harus diletakkan di bawah batas penggerusan aliran rencana

sungai. Kedalaman ini harus dijelaskan dalam Gambar-gambar tetapi bila tidak, suatu

angka konservatif antara 800 - 1000 mm di bawah dasar sungai dapat dipakai.

Kemungkinan penggerusan disekitar ujung bangunan, harus juga dipertimbangkan dan

beberapa perlindungan (pasangan batu kosong, bahan penyaring) perlu dipasang.

7.2 BRONJONG

Suatu sistim bronjong dirancang untuk bertindak sebagai suatu struktur yang homogen

dan monolit yang dapat dirancang untuk menahan seluruh gaya-gaya yang terlibat,

tidak sebagai suatu sistim jalinan kawat terpisah yang ditempatkan sebelah

menyebelah.

Karenanya, sangatlah penting bahwa konstruksi bronjong dibangun tepat sesuai yang

direncanakan dan point-point berikut harus dicatat/diketahui :

Pastikan bahwa lipatan bronjong dalam posisi yang benar bila dibentuk, satu pada

ujung akhir tiap panel dan tiap sekat.

Bilamana melipat box/kotak diusahakan bahwa bagian atas dari keempat sisi-sisi

kotak adalah rata sebelum pemasangan kawat di sudut-sudut atas.

Gunakanlah ikatan rangkap pada jarak 100 mm untuk pengikatan kawat.

Pastikan tanah di bawah bronjong adalah serata mungkin sebelum dimulainya

penempatan batu.

Letakkan bronjong saling berhadapan dan saling membelakangi sepanjang suatu

baris sehingga pasangan dari penutup permukaan dapat diberi kawat kebawah

dalam satu gerakan (operasi)

Ikatkan ujung dari bronjong pertama memakai tongkat (tangkai) yang dimasukkan

kedalam tanah melalui kedua ujung-ujungnya.

Ketinggian dari penjangkaran harus paling sedikit setinggi bronjong.

Menjamin bahwa ujung yang bertawanan tetap dibentangkan sampai kotak telah

diisi. Ini dapat dilakukan menggunakan batang baja dan suatu tonggak ditempelkan

pada bronjong di baris bawah.

Page 235: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab VII Perlindungan Saluran Air dan Tanggul

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VII - 2

Periksa bahwa penjangkaran tidak menarik terpisah karena pemasangan kawat

dari kotak (box).

Gunakan material pengisi tidak boleh lebih besar daripada 250 mm dan tidak boleh

lebih kecil daripada lubang pada mesh. Bila tidak cukup bahan pengisi dan ukuran

tersebut di atas yang tersedia, gunakan batu-batu yang lebih kecil dalam bronjong

dengan paling tidak 250 mm batuan lebih besar pada setiap permukaan luarnya.

Pastikan bahwa batu dibungkus kuat dan rongga udara diperkecil.

Bronjong setinggi 1 m memerlukan penguat melintang kawat pada 1/3 dan 2/3 dari

ketinggian kotak.

Pengisi bronjong kira-kira 25 mm atau 50 mm lebih tinggi dari ketinggian puncak

kotak, untuk memungkinkan adanya penurunan.

Hindari menarik penutup berlebih, pada saat pemasangan kawat penutup.

Rujukan harus dibuat terhadap buku pegangan pabrik untuk aspek-aspek konstruksi

tertentu sesuai dengan tipe bronjong.

7.3. PENEMPATAN (PENAMBALAN) BATU

Hal-hal berikut perlu dicatat :

batu yang digunakan untuk penambalan harus sesuai dengan spesifikasi

o berat minimum

o dimensi-dimensi (ukuran-ukuran) minimum

o bentuk

o ketahanan

gradasi batuan harus dilakukan untuk memperkecil rongga udara

bila material tebing kemungkinan tercuci dibelakang pasangan batu kosong, suatu

lapisan dasar yang sesuai (cocok) harus digunakan, yakni kerikil bergradasi atau

suatu saringan fiber.

ujung penempatan batu harus diperluas di bawah garis penggerusan yang mungkin

terjadi.

tindakan pencegahan untuk melindungi terhadap penggerusan ujung harus

dilakukan.

bilamana diperlukan penempatan batu yang diberi adukan, pipa-pipa drainase yang

cocok harus dipasang untuk melengkapi drainase dari tanah timbunan.

Page 236: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab VII Perlindungan Saluran Air dan Tanggul

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VII - 3

7.4. TIANG TURAP

Tembok tiang turap sering dipergunakan untuk melindungi terhadap penggerusan pada

timbunan (embankment) suatu jembatan. Tembok-tembok harus dirancang untuk

didukung sendiri dan adalah penting bahwa tiang turap pancang dipancang dengan

interlock dihubungkan berpasangan (interlocks coupled). Bila ini tidak dilaksanakan,

dinding tidak akan berfungsi sebagai suatu kesatuan yang integral dan kemungkinan

akan gagal (karena turun kedepan pada bagian atas), sehingga perlu pemasangan

besi penguat atau walers.

Interlock harus benar-benar dilumasi sebelum pemasangan untuk menjamin bahwa

mereka dapat bergerak secara bebas sewaktu pemancangan dilaksanakan.

Page 237: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab VIII Jalan Pendekat/Oprit

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VIII - 1

BAB VIII

JALAN PENDEKAT / OPRIT

8.1 UMUM

Umumnya kontrak pembangunan jembatan termasuk pembangunan konstruksi jalan

pendekat. Ini umumnya dikerjakankan di bagian akhir pelaksanaan pekerjaan kontrak

dan biasanya dilupakan dalam seluruh proses pengendalian mutu.

Material yang digunakan untuk penimbunan di belakang kepala jembatan bila tidak

lempung plastik tinggi atau batuan sangat kasar, keduanya sulit dipadatkan.

Banyak jembatan-jembatan dirancang mempunyai kepala-kepala jembatan dengan

suatu plat pendekat seperti terlihat pada Gambar 8.1. Pelat pendekat dirancang guna

mengurangi pengaruh-pengaruh penurunan penimbunan jalan tepat di belakang

kepala jembatan. Plat-plat pendekat umumnya dipasang kira-kira 0,5 meter di bawah

permukaan jalan yang selesai.

Material yang diletakkan di atas plat pendekat beton adalah material perkerasan,

biasanya 250 mm lapis pondasi bawah, 150 mm lapis pondasi atas dan beberapa

bentuk lapis permukaan yang umumriya selcitar 50 mm tebalnya.

Kualitas dan pemadatan dari material perkerasan penting dalam perjalanan lalu-lintas

pada saat mendekati jembatan. Rendahnya kualitas konstruksi perkerasan biasa

pada beberapa jembatan. Biasanya mengakibatkan bertambahnya pembebanan

impact pada struktur disebabkan penurunan dari perkerasan dan mungkin

menimbulkan persoalan lain sebagai akibat dari masuknya air dalam perkerasan

bilamana perkerasan pecah-pecah.

Gambar 8.1 - Pelat Pendekat di belakang Kepala Jembatan

Page 238: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab VIII Jalan Pendekat/Oprit

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VIII - 2

8.2 BAHAN-BAHAN

Syarat-syaratTeknik menetapkan pemasang an persyaratan-persyaratan bahan-

bahan untuk digunakan dalam penimbunan badan jalan dan perkerasan.

Pemeriksaan kualitas kontrol harus dilaksanakan terhadap semua bahan-bahan

perkerasan.

8.3 PEMADATAN

Perkerasan bahan-bahan harus padat dengan menggunakan peralatan pemadat yang

cocok. Ini dapat dilaksanakan mulai dari vibrator yang besar atau pemadat statis

sampai dengan plat pemadat yang kecil. Adalah sangat penting bahwa material harus

dipadatkan dengan sempurna bila penurunan dari lapis perkerasan dikarenakan

pemadatan karena lalu-lintas dan/atau masuknya air, akan dihindarkan. Pemadatan

yang sempurna tidak dapat dicapai bilamana material terlalu basah ataupun terlalu

kering. Air harus ditambah dan dicampur untuk memperoleh material dipadatlcan

pada kondisi yang ditentukan.

8.4 PELAPISAN ASPAL

Pelapisan aspal pada lantai jembatan biasanya dengan suatu lapisan aspal.

Hal-hal berikut harus dicatat :

pelaksanaan tack-coat harus tidak dilaksanakan terlalu jauh didepan daerah

dimana aspal sedang dilakukan karena akan terbawa pergi oleh lalu-lintas

suatu papan pinggir memanjang (setinggi ketebalan aspal yang ditentukan) harus

ditempatlcan sepanjang garis tengah jalan, sewaktu sisi yang pertama sedang

dilapisi

perata kayu yang memakai pegangan harus digunakan untuk penyebaran aspal

supaya menjadi suatu permukaan yang rata

ketebalan dari lapisan aspal yang belum dipadatkan lama sekitar 10 persen lebih

besar daripada ketebalan setelah dipadatkan

penggilingan dan pemadatan harus dimulai sesegera mungkin setelah pemberian

lapis permulaan dan screeding.

semua peralatan penghampar harus selalu bersih.

Page 239: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Pekerjaan Beton Rangkuman

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) R-1

RANGKUMAN

Seluruh elemen-elemen struktur suatu jembatan pada pelaksanaan pekerjaan

pembangunan jembatan harus berada pada posisi yang benar. Untuk memindahkan

suatu Gambar Rencana dari atas kertas ke suatu bangunan di lapangan, maka

dibutuhkan :

Sejumtah titik kontrol pengukuran yang harus dikaitkan pada suatu sistem koordinat

yang tetap;

Dalam perencanaan jembatan harus dikaitkan pada sistem koordinat yang sama.

Letak dari elemen-elemen utama seperti kepala jembatan, pilar, dan bangunan atas

ditentukan berdasarkan pada sistem referensi yang digunakan.

Titik offset referensi harus ditetapkan untuk tiap pilar dan kepala jembatan. Letak dan

jarak offset tiap-tiap titik referensi harus hati-hati diputuskan dan dikenali di lapangan dan

untuk menyiapkan tahap penentuan kembali yang mudah bagi letak pilar dan kepala

jembatan selama pelaksanaan pekerjaan sehingga titik-titik ini tidak terganggu.

Letak elemen-elemen kecil lain seperti kereb, parapet, galian drainase ditentukan

berdasarkan pada letak elemen-elemen utama dengan mempertimbangkan pengukuran.

Penempatan dan pematokan letak etemen-elemen utama yang telah ditentukan harus

diperiksa.

Salah satu pekerjaan yang terpenting dalam pembuatan jembatan adalah membangun

pondasi-pondasi yang kuat, suatu pekerjaan yang memerlukan perhatian khusus pada

tiap tahapan pekerjaan pondasi sebuah jembatan. Semua langkah pencegahan harus

diambil pada saat pelaksanaan, supaya tidak timbul kesalahan pada umur pelayanan

jembatan. Harus diingat bahwa sekali jembatan dibuka untuk lalu-lintas umum,

perbaikan atau perkekuatan pondasi sulit dilaksanakan.

Pekerjaan tiang pancang memerlukan perlakuan yang khusus dimulai dari

pengangkutan, penyimpanan, pengangkatan, penempatan dan pemancangan.

Peralatan yang digunakan untuk pemancangan tiang baja, beton atau kayu pada

dasarnya sama.

Pada umumnya, peralatan dasar terdiri atas:

(i) kerangka pemancangan tiang untuk menyangga (menopang) pemandu (leader);

(ii) pemandu untuk menyangga tiang pancang dan memberi arah pada waktu

pemancangan;

(iii) penumbuk - dari jenis jatuh bebas, uap atau udara bertekanan atau tenaga

diesel;

(iv) Topi tiang (helmet) yang juga diarahkan, untuk memindahkan pukulan penumbuk

pada tiang;

Page 240: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Pekerjaan Beton Rangkuman

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) R-2

(v) Katrol atau crane untuk mengangkat tiang pada posisinya dan mengangkat

penumbuk.

Pemasangan tiang yang dibor membutuhkan peralatan khusus, dan kebanyakan

pekerjaan ini di sub-kontrakkan kepada kontraktor spesialis pengeboran pondasi.

Terdapat dua sumber permasalahan utama pada tiang yang dibor.

Persoalan pertama adalah pembuatan bored pile pada lokasi tanah yang mudah

longsor. Persoalan ini dapat diatasi dengan memasang pelapis (liner) atau membor

dengan menggunakan cairan pemboran seperti bentonite. Cara pertama lebih umum

digunakan di Indonesia.

Yang kedua adalah pembuatan bored pile pada lokasi tanah yang mengandung batuan

besar. Dalam hal ini penggeboran tidak akan dapat menembus batuan dan diperlukan

sejenis pahat batuan.

Pondasi sumuran adalah suatu bangunan yang merupakan bagian dari pekerjaan

permanen dan terdiri atas satu atau lebih sumur vertikal. Pondasi ini terbuat dari baja,

beton bertulang, atau bagian-bagian beton pracetak yang ditegangkan secara bertahap

menjadi satu.

Aspek-aspek mengenai beton adalah mulai dari persiapan acuan dan pemasangan

penulangan pada posisinya sampai pengecoran dan perawatan beton pada acuannya.

Langkah pertama pada pembuatan acuan adalah: Kontraktor harus menyiapkan dan

menyerahkan satu set gambar kerja kepada Konsultan Supervisi.

Kontraktor harus memperhatikan ketentuan pada Spesifikasi Teknik sehubungan dengan:

Material

Desain

Persiapan acuan untuk pengecoran

Pembongkaran acuan

Penyelesaian beton yang tampak/expose

Pemeriksaan terhadap acuan

Persetujuan yang diperlukan sebelum pengecoran, pembongkaran acuan

dan sebagainya.

Persoalan-persoalan (kekurangan yang terdapat pada desain perancah) sering

berhubungan dengan persoalan pondasi. Konsultan Supervisi harus memastikan

bahwa Kontraktor telah merinci pada gambar rencana perancah cara pemindahan

beban dari perancah ke dalam tanah.

Perancah pada tanah lanau sungai harus dibangun sedemikian rupa sehingga tidak

melebihi daya dukung dari lanau. Hal ini memerlukan penggunaan pondasi mat yang

besar atau bahkan pondasi tiang. Kontraktor diminta harus memikirkan cara

pembuatan perancah pada tahap awal proyek, sehingga dapat mengambil manfaat

Page 241: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Pekerjaan Beton Rangkuman

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) R-3

dari adanya peralatan yang dibawa ke lokasi untuk keperluan pemasangan kepala

jembatan atau tiang pilar.

Penulangan untuk jembatan biasanya dipasok sesuai dengan persyaratan di dalam

AASHTO M 311 M (ASTM A 615).

Penulangan lain disediakan sesuai dengan persyaratan dari standar berikut:

ASSHTO M 225 (ASTM A 496) Deformed Steel Wire for Concrete Reinforcement

AASHTO M 32 (ASTM A 82) Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement

AASHTO M 55 (ASTM A 185) Welded Steel Wire Fabric for Concrete Reinforcement

Baja tulangan yang digunakan harus bebas dari kerak lepas, adukan, karat lepas atau

tebal, atau bahan melekat lainnya.

Meskipun batang ulir lebih baik daripada batang polos untuk penulangan kebanyakan

proyek di Indonesia menggunakan batang polos untuk semua penulangan.

Penggunaan batang polos untuk ukuran sampai dengan dan termasuk diameter

berukuran 10 mm dapat diterima.

Berikut terdapat ringkasan dari beberapa hal yang penting untuk diingat pada waktu

pelaksanaan pengecoran :

Beton harus dicor secara vertikal dan sedekat mungkin pada posisi akhirnya. Jika

perlu penghampar beton, hal ini harus dilakukan dengan sekop dan bukan dengan

membuaf beton mengalir.

Beton tidak diperbolehkan dituang ke dalam acuan dari ketinggian berlebih karena

dapat menimbulkan kerusakan dan pemisahan. Ketinggian jatuh harus sekecil

mungkin dan bila melebihi 2 meter, mungkin perlu suatu talang/saluran jatuh.

Pengecoran beton harus dimulai dari sudut acuan dan dari titik terendah bila

permukaannya miring.

Setiap tuangan beton harus dicor mengarah ke deposit sebelumnya, bukan

menjauhinya.

Beton harus dituang menurut lapisan horizontal dan tiap lapisan dipadatkan sebelum

penuangan lapisan berikutnya. Setiap lapis harus dicor dalam suatu pekerjaan yang

menerus dan sebelum pengerasan lapisan terdahulu.

Ketebalan tiap lapisan tergantung pada ukuran dan bentuk dari bagian beton itu,

jarak antara penulangan, kekentalan (konsistensi) beton dan cara pemadatan. Pada

.pekerjaan beton bertulang, lapisan-lapisan pada umumnya mempunyai ketebalan

300 mm, dan untuk beton masif tebal 500 mm.

Jika lapisan beton tidak dapat dicor sebelum pengerasan lapisan sebelumnya,

seperti pada pagi hari setelah semalam beristirahat, harus dibuat suatu konstruksi

sambungan.

Page 242: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Pekerjaan Beton Rangkuman

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) R-4

Beton tidak boleh dicor pada saat hujan lebat tanpa pelindung di atasnya, jika tidak,

permukaan semen akan tercuci oleh hujan.

Pada pengecoran dinding menerus di mana lapisan mendatar dapat membuat

sambungan mengeras, beton harus dicor dengan ketebalan penuh dengan

permukaan miring.

Fabrikasi ini meliputi proses - proses pemotongan, pembentukan, pengeboran,

pelubangan, penyambungan dan operasi-operasi lainnya guna pembentukan pelat-pelat

baja yang sederhana dan profil-profil menjadi komponen-komponen jadi.

Metoda pemasangan dari tiap-tiap tipe jembatan dijelaskan dan masing-masing

diterangkan keuntungan dan kerugiannya.

Penggunaan kelas A, B atau C untuk menunjukkan lebarnya struktur yang biasa untuk

semua tipe jembatan rangka.

Jembatan kelas A mempunyai 2 jalur dengan suatu jalan kendaraan yang lebarnya

7,0 m dengan 1,0 m untuk pejalan kaki pada tiap sisi;

Jembatan kelas B adalah 2 jalur dengan jalan kendaraan 6,0 m dengan kerb 0,5

meter pada kedua sisi tetapi tanpa pemisah pejalan kaki;

Jembatan kelas C mempunyai jalan kendaraan selebar 4,5 m dengan kerb 0,5 meter

pada kedua sisinya tetapi tanpa pejalan kaki.

Umumnya kontrak pembangunan jembatan termasuk pembangunan konstruksi jalan

pendekat. Ini umumnya dikerjakankan di bagian akhir pelaksanaan pekerjaan kontrak

dan biasanya dilupakan dalam seluruh proses pengendalian mutu.

Material yang digunakan untuk penimbunan di belakang kepala jembatan bila tidak

lempung plastik tinggi atau batuan sangat kasar, keduanya sulit dipadatkan.

Page 243: MODUL SIB – 11 : METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Modul SIB-11 : Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan DAFTAR PUSTAKA

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) DP-1

DAFTAR PUSTAKA

1. Brinker, Russel C., Surveying, Section 12 of Standard Handbook for Civil

Engineers by Frederick S. Merrit, McGraw-Hill Book Company, New York,

1976

2. Dayaratman, Pasala, Prestressed Concrete Structures, Oxford & IBH

Publishing Co., New Delhi, 1976.

3. Disque, Robert O. and Stockwell, Frank W., Jr, Structural-Steel Design

and Construction, Section 9 of Standard Handbook for Civil Engineers by

Frederick S. Merrit, McGraw-Hill Book Company, New York, 1976

4. Freedman, Sidney, Properties of Materials for Reinforced Concrete, Part

6 of Handbook of Concrete Engineering by Mark Fintel, Van Nostrand

Reinhold, 1974.

5. Kozak, John J. and Leppmnn, Joachim F., Bridge Engineering, Section 17

of Standard Handbook for Civil Engineers by Frederick S. Merrit, McGraw-

Hill Book Company, New York, 1976

6. Libby, James R.,, Prestressed Concrete, Part 9 of Handbook of Concrete

Engineering by Mark Fintel, Van Nostrand Reinhold, 1974.

7. Lin, T.Y., Design of Prestressed Concrete Structures, John Wiley &

Sons, Inc., New York, 1963.

8. Rice, Paul F. and Black, W.C., Preparation of Structural Drawings As

Related to Detailing for Reinforced Concrete, Part 23 of Handbook of

Concrete Engineering by Mark Fintel, Van Nostrand Reinhold, 1974.

9. Rhude, Maurice J., Wood Design and Construction, Section 11 of

Standard Handbook for Civil Engineers by Frederick S. Merrit, McGraw-Hill

Book Company, New York, 1976

10. Winter, George, and Nilson, Arthur H. , Design of Concrete Structures,

McGraw-Hill Kogakusha, Ltd., Tokyo, 1972.

11. Zetlin, Lev, and Griff, Donald, Concrete Design and Construction,

Section 8 of Standard Handbook for Civil Engineers by Frederick S. Merrit,

McGraw-Hill Book Company, New York, 1976

12. ………………………….., Peraturan Beton Indonesia 1971.