modul rm yang fix di pake.doc

33
MEMAHAMI RETARDASI MENTAL DAN DOWN SYNDROM Disusun Untuk Memenuhi Materi Praktek Kerja Psikologi Klinis Di Panti Asuhan Bhakti Luhur Cabang Sidoarjo Yang Dibimbing Oleh Ibu Nurul Hartini S.Psi, M.Kes. Disusun oleh: NADIYA ANDROMEDA S.Psi NIM 110941044 HANGGARA HARDIANSYAH S.Psi NIM 110941020 TOMMY H. FIRMANDA S.Psi NIM 110941037 MAYORING PSIKOLOGI KLINIS 1

Upload: nad-meda

Post on 05-Jan-2016

232 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL RM yang fix di pake.doc

MEMAHAMI RETARDASI MENTAL DAN

DOWN SYNDROM

Disusun Untuk Memenuhi Materi Praktek Kerja Psikologi KlinisDi Panti Asuhan Bhakti Luhur Cabang Sidoarjo

Yang Dibimbing Oleh Ibu Nurul Hartini S.Psi, M.Kes.

Disusun oleh:

NADIYA ANDROMEDA S.Psi NIM 110941044HANGGARA HARDIANSYAH S.Psi NIM 110941020TOMMY H. FIRMANDA S.Psi NIM 110941037

MAYORING PSIKOLOGI KLINIS

PROGRAM STUDI MAGISTER PROFESI PSIKOLOGIFAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

1

Page 2: MODUL RM yang fix di pake.doc

SURABAYASeptember 2010

BAB I

LATAR BELAKANG

Banyak wilayah di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang jauh dari pusat kota,

di mana sebagian besar penduduknya mungkin belum mengetahui banyak informasi

mengenai Down Syndrome dan retardasi mental, keluarga gangguan ini mendapat perlakuan

yang tidak selayaknya. Perlakuan yang tidak layak dalam konteks ini adalah tidak mendapat

perawatan yang tepat. Labeling ini yang menghambat proses pengoptimalisasian potensi

yang dimiliki anak-anak dengan gangguan mental dan Down Syndrome. Tak jarang juga

keluarga penyandang juga mendapat perlakuan yang tidak layak dari masyarakat.

Berkaca dari keadaan para penyandang baik gangguan retardasi mental maupun Down

Syndrome di luar negeri, eksistensi mereka di Indonesia pun dapat dioptimalkan. Dengan

memberikan perlakuan yang tepat pada mereka, maka kemampuan mereka untuk mandiri

dapat dioptimalkan. Jika di luar di negeri kita sering mendengar mereka dapat bersekolah,

bekerja, bahkan di Rusia ada yang berhasil menjadi aktor, di Indonesia pun tak ada kata tidak

mungkin untuk melakukannya.

Melalui makalah ini kami mencoba untuk memberi sedikit informasi mengenai

karakteristik penyandang, hal apa saja yang dapat kita ajarkan pada para penyandang, juga

penyebabnya. Dengan mengetahui penyebab gangguan, kami berharap dapat memberi

wacana mengenai langkah preventif yang dapat dilakukan.

2

Page 3: MODUL RM yang fix di pake.doc

BAB II

KASUS DAN PEMBAHASAN

Tr adalah seorang anak berusia 10 tahun yang mengalami Down Syndrome. Ciri-ciri

fisiknya adalah tangan kecil, dahi lebar, rambut agak pirang, lemas, dan sedikit, dahinya

lebar, matanya sipit tidak punya punya kelopak, suka melongo, mengeluarkan lidah, kakinya

lebar, serta kulitnya putih. Tr adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kaka pertamanya

sudah menikah dan mempunyai anak, sedangkan kakak keduanya sudah lulus SMA. Karena

perkembangannya yang tidak sama dengan anak seusianya, Tr cenderung menghabiskan

waktunya dengan bermain seorang diri. Tr senang bermain peran sendiri dan berbicara

sendiri. Bila disapa dia diam saja, tetapi bila yang memanggil keluarganya dia masih mau

menyahut. Bicaranya tidak jelas, tidak ada korelasi antara kata satu dengan akat yang lainnya.

Bahkan terkadang ia tidak berkata-kata, hanya menggumam. Keterampilan mengurus diri

agak rendah. Kalau memakai baju, dia masih dipakaikan orang lain. Pernah terlihat memakai

sendiri, tetapi bajunya terbalik-balik. Keluarganya sangat memperhatikan namun perlakuan

mereka kurang bisa membantu Tr untuk mandiri.

PEMBAHASAN

Dari ciri-ciri fisik yang ditunjukkan oleh Tr, yaitu :

a. tangan kecil

b. dahi lebar

c. rambut agak pirang, lemas, dan sedikit

d. dahinya lebar

e. matanya sipit tidak punya punya kelopak

f. kakinya lebar

g. kulitnya putih

Dapat disimpulkan bahwa Tr memiliki karakteristik fisik penyandang Down

Syndrome. Sedangkan bila kita lihat dari karakteristik anak retardasi mental menurut Brown

et al, 1991; Wolery & Haring, 1994 pada Exceptional Children, fifth edition, p.485-486, 1996

kriteria yang dapat ditemui pada Tr adalah:

3

Page 4: MODUL RM yang fix di pake.doc

1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru. Tr mengalami kesulitan

dalam mengikuti pelajaran di sekolahnya, bahkan akibat dari kesulitannya

dalam belajar ia harus keluar dari sekolah.

2. Kemampuan bicaranya kurang. Tr kurang mampu mengelaborasikan kata

demi kata, terkadang ia pun hanya bergumam saja.

3. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Tr kesulitan untuk

melakukan pekerjaan untuk mengurus diri sendiri. Contohnya adalah Tr

belum dapat dengan baik memakai baju sendiri, ia masih harus dibantu

anggota keluarganya yang lain untuk melakukannya.

Meskipun tidak secara pasti diketahui berapa IQ yang dimiliki Tr, akan tetapi dari

beberapa karakteristik baik fisik maupun perilakunya menunjukkan bahwa Tr pun mengalami

retardasi mental. Apalagi Down Syndrome merupakan salah satu penyebab dari terjadinya

retardasi mental. Juga didukung oleh kriteria yang dikeluarkan oleh American Asociation on

Mental Deficiency, Tr pun mengalami kesulitan dalam perilaku adaptif dan kondidi yang

dialaminya berkembang dalam usianya yang belum menginjak 18 tahun.

Hal yang sangat disayangkan kemudian adalah Tr tidak dimasukkan sekolah lagi. Tr,

layaknya anak dengan retardasi mental dan Down Syndrome lainnya, juga dapat bersekolah

meskipun tetap membutuhkan bantuan individual secara khusus. Dengan pendidikan dan

dukungan yang tepat, Tr dapat diajari untuk belajar membaca, menulis, dan mengerjakan

tugas aritmatika sederhana.

Tr juga memerlukan bantuan dalam kemampuan adaptasinya, yaitu keterampilan

untuk hidup, mengurus diri sendiri, bekerja, dan bergaul dalam komunitas. Guru dan orang

tua dapat membantunya untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut baik di

rumah maupun di sekolah. Beberapa keterampilan yang bisa diajarkan :

Berkomunikasi dengan orang lain

Mengurusi kebutuhan diri sendiri (memakai baju, pergi ke kamar mandi)

Kesehatan dan keselamatan

Pekerjaan rumah tangga (membantu untuk menata meja, membersihkan rumah, atau

membantu memasak)

Keterampilan sosial (perilaku yang baik, sopan santun, memainkan permainan)

Membaca, menulis, matematika sederhana

4

Page 5: MODUL RM yang fix di pake.doc

BAB III

TEORI

A. PENGERTIAN R ETARDASI MENTAL

Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti terbelakang mental.

Retardasi mental sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:

1. Lemah fikiran ( Feeble-minded);

2. Terbelakang mental (Mentally Retarded);

3. Bodoh atau dungu (Idiot);

4. Pandir (Imbecile);

5. Tolol (Moron);

6. Oligofrenia (Oligophrenia); juga dikenal sebagai sebagai mental. Istilah oligophrenia

ini banyak digunakan oleh ilmuwan- imuwan di wilayah Eropa Timur untuk menyebut

retardasi mental

7. Mampu Didik (Educable);

8. Mampu Latih (Trainable);

9. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat;

10. Mental Subnormal;

11. Defisit Mental;

12. Defisit Kognitif;

13. Cacat Mental;

14. Defisiensi Mental;

15. Gangguan Intelektual

Di Amerika Serikat prevalensi gangguan ini adalah 3:100 orang (The Arc, 2001).

American Psychiatric Accociation tahun 2000 (dalam Rathus, 2005, h.149-153)

menyatakan penyebab dari retardasi mental dapat disebabkan oleh:

a. Down sindrom dan abnormalitas kromosom lainnya

Wade pada tahun 2000 menyatakan abnormalitas kromosom yang paling

umum menyebabkan retardasi mental adalah down sindrom yang ditandai oleh adanya

kelebihan kromosom atau kromosom ketiga pada pasangan kromosom ke 21,

sehingga mengakibatkan jumlah kromosom menjadi 47.

Anak dengan down sindrom dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri fisik

tertentu, seperti wajah bulat, lebar, hidung datar, dan adanya lipatan kecil yang

mengarah kebawah pada kulit dibagian ujung mata yang memberikan kesan sipit.

5

Page 6: MODUL RM yang fix di pake.doc

Lidah yang menonjol, tangan yang kecil, dan berbentuk segi empat dengan jari-jari

pendek, jari kelima yang melengkung, dan ukuran tangan dan kaki yang kecil serta

tidak proporsional dibandingkan keseluruhan tubuh juga merupaka ciri-ciri anak

dengan down sindrom. Hampir semua anak ini mengalami retardasi mental dan

banyak diantara mereka mengalami masalah fisik seperti gangguan pada

pembentukan jantung dan kesulitan pernafasan.

b. Sindrom Fragile X dan Abnormalitas genetik lainnya

Sindrom fragile X merupakan tipe umum dari retardasi mental yang

diwariskan. Gangguan ini disebabkan oleh mutasi gen pada kromosom X. gen yang

rusak berada pada area kromosom yang tampak rapuh, sehingga disebut sindrom

fragile X. sindrom ini menyebabkan retardasi mental pada 1000-1500 pria dan

hambatan mental pada setiap 2000-2500 perempuan. Efek dari sindrom fragile X

berkisar antara gangguan belajar ringan sampai retardasi parah yang dapat

menyebabkan gangguan bicara dan fungsi yang berat.

Phenylketonuria (PKU) merupakan gangguan genetik yang terjadi pada satu

diantara 10000 kelahiran. Gangguan ini disebabkan adanya satu gen resesif yang

menghambat anak untuk melakukan metabolisme. Konsekuensinya, phenilalanin dan

turunannya asam phenilpyruvic, menumpuk dalam tubuh, menyebabkan kerusakan

pada system saraf pusat yang mengakibatkan retardasi mental dan gangguan

emosional.

c. Faktor prenatal

Penyebab retardasi mental adalah infeksi dan penyalahgunaan obat selama

ibu mengandung. Infeksi yang biasanya terjadi adalah Rubella, yang dapat

menyebabkan kerusakan otak. Penyakit ibu juga dapat menyebabkan retardasi mental,

seperti sifilis, cytomegalovirus, dan herpes genital. Obat-obatan yang digunakan ibu

selama kehamilan dapat mempengaruhi bayi melalui plasenta. Sebagian dapat

menyebabkan cacat fisik dan retardasi mental yang parah.

Anak-anak yang ibunya minum alkohol selama kehamilan sering lahir

dengan sindrom fetal fetal, dan merupakan kasus paling nyata sebagai penyebab

retardasi mental. Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan oksigen atau cedera

kepala, infeksi otak, seperti encephalitis dan meningitis, terkena racun, seperti cat

yang mengandung timah sangat berpotensi menyebabkan retardasi mental.

6

Page 7: MODUL RM yang fix di pake.doc

d. Faktor-faktor psikososial

Penyebab retardasi mental pada sebagian kasus disebabkan faktor

psikososial, seperti lingkungan rumah, atau sosial yang miskin, yaitu yang tidak

memberikan stimulasi intelektual, penelantaran, atau kekerasan dari orang tua dapat

menjadi penyebab atau memberi kontribusi dalam perkembangan retardasi mental.

Kasus yang berhubungan dengan aspek psikososial disebut sebagai retardasi

budaya-keluarga (cultural-familial retardation). Individu dalam keluarga miskin

kekurangan keperluan untuk menerima pendidikan dan pengembangan keterampilan-

keterampilan. Akibatnya, individu menjadi retardasi mental akibat dari kemiskinan,

tidak menerima pendidikan dan larangan-larangan pada budaya tertentu untuk

mengembangkan keterampilan-keterampilan individu.

Menurut PPDGJ III Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental

yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya penurunan

keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat

intelegensi yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.

American Asociation on Mental Deficiency/AAMD mendefinisikan Retardasi

mental sebagai kelainan:

1. Yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average), yaitu IQ 84

ke bawah berdasarkan tes;

2. Yang muncul sebelum usia 16 tahun;

3. Yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.

Sedangkan pengertian Retardasi mental menurut Japan League for Mentally

Retarded (1992) sebagai berikut:

1. Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi baku.

2. Kekurangan dalam perilaku adaptif

3. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.

B. PENYEBAB RETARDASI MENTAL

Retardasi mental dapat disebabkan oleh beberapa faktor:

1. Genetik.

a. Kerusakan/Kelainan Biokimiawi.

b. Abnormalitas Kromosomal (chromosomal Abnormalities).

c. Anak retardasi mental yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya adalah

7

Page 8: MODUL RM yang fix di pake.doc

Sindroma Down atau Sindroma mongol (mongolism) dengan IQ antar 20 – 60, dan

rata-rata mereka memliki IQ 30 – 50.

2. Pada masa sebelum kelahiran (pre-natal).

a. Infeksi Rubella (Cacar)

b. Faktor Rhesus (Rh)

3. Pada saat kelahiran (perinatal)

Retardasi mental/tunagraita yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi pada saat

kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak nafas (asphyxia), dan lahir

rematur.

4. Pada saat setelah lahir (post-natal)

Penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya: Meningitis (peradangan pada selaput otak)

dan problema nutrisi yaitu kekurangan gizi misalnya: kekurangan protein yang

diderita bayi dan awal masa kanak-kanak dapat menyebabkan retardasi mental.

5. Faktor sosio-kultural.

Sosio kultural atau sosial budaya lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan

intelektual manusia.

6. Gangguan Metabolisme/Nutrisi.

a. Phenylketonuria. Gangguan pada metabolisme asam amino, yaitu gangguan pada

enzym Phenylketonuria.

b. Gargoylisme. Gangguan metabolisme saccharide dalam hati, limpa kecil, dan otak.

c. Cretinisme. Gangguan pada hormon tiroid yang dikenal karena defisiensi yodium.

Secara umum, Grossman et al, 1973, menyatakan penyebab retardasi mental akibat

dari:

1. infeksi dan/atau intoxikasi,

2. rudapaksa dan/atau sebab fisik lain,

3. gangguan metabolisma, pertumbuhan atau gizi (nutrisi),

4. penyakit otak yang nyata (kondisi setelah lahir/post-natal),

5. akibat penyakit atau pengaruh sebelum lahir (pre-natal) yang tidak diketahui,

6. akibat kelainan kromosomal,

7. gangguan waktu kehamilan (gestational disorders),

8. gangguan pasca-psikiatrik/gangguan jiwa berat (post-psychiatrik disorders),

9. pengaruh-pengaruh lingkungan, dan

10. kondisi-kondisi lain yang tak tergolongkan.

8

Page 9: MODUL RM yang fix di pake.doc

7. KARAKTERISTIK ANAK RETARDASI MENTAL

Karakteristik anak retardasi mental menurut Brown et al, 1991; Wolery & Haring,

1994 pada Exceptional Children, fifth edition, p.485-486, 1996 menyatakan:

1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam

mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang

dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus.

2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.

3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak retardasi mental berat.

4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak denga retardasi mental berat

mempunyai ketebatasab dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat

berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas

yang sangatsederhana, sulit menjangkau sesuatu , dan mendongakkan kepala.

5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi mental

berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti: berpakaian, makan, dan

mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk

mempelajari kemampuan dasar.

6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahta ringan dapat bermain

bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai retardasi mental berat

tidak meakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak

retardasi mental dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.

7. Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak retardasi mental berat

bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya:

memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan hal-hal yang membahayakan

diri sendiri, misalnya: menggigit diri sendiri, membentur-beturkan kepala, dll.

9

Page 10: MODUL RM yang fix di pake.doc

8. KLASIFIKASI RETARDASI MENTAL

Pengklasifikasian/penggolongan Anak Retardasi mental untuk keperluan

pembelajaran menurut American Association on Mental Retardation dalam Special Education

in Ontario Schools (p. 100) sebagai berikut:

1. EDUCABLE

Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan

anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.

2. TRAINABLE

Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian

sosial. Sangat terbatas kemampuanya untuk mendapat pendidikan secara kademik.

3. CUSTODIAL

Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih anak tentang

dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif. Hal ini

biasanya memerlukan pengawasan dan dukungan yang terus menerus.

Sedangkan penggolongan Retardasi mental untuk Keperluan Pembelajaran adalah sebagai

berikut:

1. Taraf perbatasan (borderline) dalam pendidikan disebut sebagai lamban belajar (slow

learner) dengan IQ 70 – 85.

2. Retardasi mental mampu didik (educable mentally retarded) dengan IQ 50 – 75 atau 75.

3. Tunagrahit mampu latih (trainable mentally retarded) dengan IQ 30 – 50 atau IQ 35 – 5

4. Retardasi mental butuh rawat (dependent or profoundly mentally retarded) dengan IQ

dibawah 25 atau 30

Penggolongan Retardasi mental secara Medis-Biologis menurut Roan, 1979, adalah sebagai

berikut:

1. Retardasi mental taraf perbatasan (IQ: 68 – 85).

2. Retardasi mental ringan (IQ: 52 – 67).

3. Retardasi mental sedang (IQ: 36 – 51).

4. Retardasi mental berat (IQ: 20 – 35).

5. Retardasi mental sangat berat (IQ: kurang dari 20); dan

6. Retardasi mental tak tergolongkan.

Adapun penggolongan Retardasi mental secara Sosial-Psikogis terbagi 2 (dua) kriteria yaitu:

psikometrik dan perilaku adaptif.

10

Page 11: MODUL RM yang fix di pake.doc

Ada 4 (empat) taraf Retardasi mental berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala

inteligensi Wechsler (Kirk dan Gallagher, 1979, dalam B3PTKSM, p. 26), yaitu:

1. Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55 – 69.

2. Retardasi mental sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40 –54.

3. Retardasi mental berat (severe mental tetardation) dengan IQ: 20 – 39.

4. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ 20 kebawah.

5. Penggolongan anak Retardasi mental menurut kriteria perilaku adaptif tidak

berdasarkan taraf inteligensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial. Hal ini juga

mempunyai 4 (empat) taraf, yaitu:

a. Ringan;

b. Sedang;

c. Berat; dan

d. Sangat Berat.

TINGKAT RETARDASI MENTAL

Derajat keparahan Perkiraan tentang IQ Jumlah penyandang

Retardasi mental dalam

rentang ini.

Retardasi mental ringan

(mild)

50-55 sampai sekitar 70 Kira-kira 85%

Retardasi mental sedang

(moderate)

35-40 sampai 50-55 10%

Retardasi mental berat

(severe)

20-25 sampai 35-40 3-4%

Retardasi mental parah

(profound)

Di bawah 20-25 1-2%

TINGKAT RETARDASI MENTAL, PERKIRAAN RENTANG IQ, DAN JENIS

TINGKAH LAKU ADAPTIF YANG TERLIHAT

Perkiraan

rentang skor IQ

Usia prasekolah 0-5 tahun

kematangan&perkembangan

Usia sekolah 6-21 tahun

Pelatihan dan pendidikan

Ringan 50-70 Sering terlihat tidak

memiliki gangguan tetapi

lambat dalam berjalan,

Menguasai keterampilan

praktis serta kemampuan

membaca dan aritmatika

11

Page 12: MODUL RM yang fix di pake.doc

makan sendiri dan bicara

dibanding anak-anak

lainnya

sampai kelas 3-6 SD dengan

pendidikan khusus. Dapat

diarahkan pada konformitas

sosial.

Sedang 35-49 Keterlambatan yang nyata

pada perkembangan

motorik, terutama dalam

bicara ; berespon terhadap

pelatihan dalam berbagai

aktivitas self help

Dapat mempelajari komunikasi

sederhana, perawatan

kesehatan dan keselamatan

dasar, serta keterampilan

tangan sederhana; tidak

mengalami kemajuan dalam

fungsi membaca atau

aritmatika

Berat 20-34 Ditandai dengan adanya

keterlambatan dalam

perkembangan motorik,

kemampuan komunikasi

yang minim atau tidak ada

sama sekali; dapat berespon

terhadap pelatihan self help

mendasar misalnya makan

sendiri.

Biasanya mampu berjalan,

tetapi memiliki

ketidakmampuan yang

spesifik; dapat mengerti

pembicaraan dan memberikan

respon; tidak memiliki

kemajuan dalam kemampuan

membaca atau aritmatika

Parah dibawah

20

Retardasi motorik kasar;

kapasitas minimal untuk

berfungsi pada area sensori

motor; membutuhkan

bantun rawat

Keterlambatan yang terlihat

jelas dalam semua area

perkembangan; dapat

menunjukkan respon

emosional dasar; mungkin

berespon terhadap pelatihan

keterampilan dengan

menggunakan kaki, tangan,

dan rahang;memerlukan

supervisi/ pengawasan yang

ketat

12

Page 13: MODUL RM yang fix di pake.doc

DOWN SINDROM (DOWN SYNDROME)

A. Pengertian Down sindrom

Down syndrome pertama kali dideskripsikan dan dipublikasikan oleh John Langdom

Down pada tahun 1886, namun baru sekitar awal tahun 1960-an ditemukan diagnosis

pastinya setelah penelitian pada kromosom penyandang yang diduga mengalami down

syndrome.

Ciri dan karakteristik fisik yang nampak dari penyandang down syndrome antara

lain bagian belakang kepala rata (flattening of the back of the head), mata sipit karena

adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata, alis mata miring (slatning of the

eyelids), telinga lebih kecil, mulut yang mungil,otot lunak, persendian longgar (loose

ligament) dan tangan serta kaki mungil.

Masalah-masalah kesehatan yang sering dialami anak yang menderita down

syndrome antara lain :

1. sakit jantung berlubang

2. mudah mendapat salesma, radang tenggorok, radang paru-paru

3. kurang pendengaran

4. lambat/bermasalah dalam bertutur

5. penglihatan kurang jelas

a. Klasifikasi Down Syndrome

Berdasarkan tipe gangguan kromosom yang ditemukan, down syndrome dibagi menjadi :

1. Non disjunction

Tipe ini paling banyak terjadi dan dialami oleh penyandang down syndrome.

Penyebabnya adalah terdapat kelebihan kromosom pada sel telur yang seharusnya 23

menjadi 24, penambahan terjadi pada kromosom 22. Hal ini mengakibatkan distribusi

kromosom pada waktu pembelahan sel tidak merata. Beberapa hal yang dapat

menyebabkan hal ini terjadi antara lain :

1. Genetik, peningkatan resiko berulang pada keluarga dengan

penyandang down syndrome

2. Radiasi, yang terjadi di daerah perut ibu sebelum melakukan

konsepsi yang mempengaruhi terhadap jumlah kromosom ibu.

3. Umur ibu, yaitu ibu yang mendekati masa menopause lebih besar

terkena resiko down syndrome pada anak yang dikandungnya.

13

Page 14: MODUL RM yang fix di pake.doc

2. Mozaikisme

Sama seperti non disjunction, pnyebab utamanya adalah karena distribusi kromosom

tidak merata saat terjadi pembelahan sel. Perbedaannya pada mozaikisme, distribusi

kromosom tadi terjadi setelah pembuahan normal dan tidak disebabkan oleh faktor

herediter sehingga tidak semua gejala down syndrome akan terlihat, tergantung dari

banyaknya sel yang normal dalam tubuh.

3. Translokasi

Translokasi dapat diturunkan secara herediter. Kebanyakan adalah translokasi

Robertsonian, yaitu adanya pelekatan lengan panjang kromosom 14, 21, atau 22.

Translokasi kromosom 21 ke dalam kromosom lainnya atau translokasi dalam bentuk

bergandengan sangat panjang.

b. Penyebab

Down Syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom ke-21. manusia

memiliki 23 pasang kromosom. Tapi pada anak down syndrome, kromosom mereka yang ke-

21 tidak sepasang (dua) melainkan tiga kromosom (trisomi). Jadi dengan kata lain down

syndrome adalah gangguan genetik. Jumlah seluruh kromosom mencapai 47 buah.

Akibatnya, terjadi gangguan sistem metabolisme di dalam sel .

Hubungan seks (coitus) yang dilakukan saat pasangan atau salah satu pasangan stres,

bisa menghasilkan keturunan (anak) yang kelak mengidap down syndrome. Hipotesa itu

diungkapkan ahli penyakit down syndrome Dr. Dadang Syarief Effendi "Pada saat coitus atau

hubungan seks dimungkinkan terjadi pembuahan. Namun, jika hubungan seks dilakukan

dalam kondisi stres, pada saat pembuahan proses pembelahan kromosom terjadi secara tidak

sempurna. Secara normal, manusia memiliki 23 pasang kromosom. Pada penyandang down

syndrome, kromosom nomor 21 membelah menjadi tiga bagian (trisomi). Padahal pada

mutasi yang normal, kromosom tersebut seharusnya membelah menjadi dua bagian," katanya.

Selain stres, melahirkan di usia tua juga bisa menyebabkan anak yang dilahirkan

mengidap down syndrome. Mutasi gen pada saat sperma dan ovum bertemu, menyeaababkan

hasil pembuahan terkena down syndrome.

14

Page 15: MODUL RM yang fix di pake.doc

contoh USG janin yang diprediksi Contoh USG janin yang normal

mengalami Down Syndrome

c. Karakteristik

1. Bagian belakang kepala rata (Flattening of the back of the head),

2. Mata sipit karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata,

3. Alis mata miring (slanting of the eyelids),

4. Telinga lebih kecil, sehingga mudah terserang infeksi

5. Mulut yang mungil, lidah tebal dan pangkal mulut yang cenderung dangkal. Di

samping itu, otot mulut mereka juga kerap lemah, sehingga menghambat

kemampuan bicara. Pertumbuhan gigi geligi mereka pun lambat dan tumbuh tak

beraturan. Gigi yang berantakan ini juga menyulitkan pertumbuhan gigi permanen.

6. Otot lunak,

7. Persendian longgar (loose ligament),

8. Tangan mungil ruas jari kelingking mereka kadang tumbuh meiring atau malah

tidak ada sama sekali

9. Di telapak tangan mereka terdapat garis melintang yang disebut simian crease

10. Kaki yang mungil, simian crease juga terdapat di kaki mereka, yaitu di telunjuk dan

ibu jari yang cenderung lebih jauh dari pada kaki orang normal. Keadaan telunjuk

dan ibu jari yang berjauhan itu disebut juga sandal foot.

11. Hidung mereka cenderung lebih kecil dan datar. Ini tak jarang diikuti dengan

saluran pernapasan yang kecil pula, sehingga mereka sering kesulitan bernapas

12. Rambut mereka lemas, tipis, dan jarang

15

Page 16: MODUL RM yang fix di pake.doc

d. Onset

Ketika hamil, ibunya tidak pernah merasa ada sesuatu yang salah pada kehamilannya.

Setelah beberapa bulan kelahiran, baru ia menyadari ada sesuatu yang salah pada

putrinya. Di usianya yang sudah tujuh bulan, dimana bayi-bayi lain sudah mulai duduk,

ia bahkan belum bisa tengkurap. Ibunya memang merasa heran, tapi karena pengetahuan

yang kurang, keadaan ini dibiarkan saja.

e. Prevalensi

Mencapai 1 dalam 1000 kelahiran. Di Amerika Serikat, setiap tahun lahir 3000

sampai 5000 anak dengan kelainan ini. Sedangkan di Indonesia prevalensinya lebih dari

300 ribu jiwa. Usia ibu diantara 35-39 tahun, maka kemungkinan melahirkan anak

dengan down sindrom adalah 1 berbanding 280

16

Page 17: MODUL RM yang fix di pake.doc

BAB III

TREATMENT DAN PENCEGAHAN

A. TREATMENT RETARDASI MENTAL

Pendekatan yang dapat diberikan kepada anak retardasi mental adalah:

1. Occuppasional Therapy (Terapi Gerak)

Terapi ini diberikan kepada anak retardasi mental untuk melatih gerak funsional

anggota tubuh (gerak kasar dan halus).

2. Play therapy (Terapi bermain)

Terapi yang diberikan kepada anak retardasi mental dengan cara bermain, misalnya:

memberikan pelajaran tentang hitungan, anak diajarkan dengan cara sosiodrama,

bermain jual-beli.

3. Activity Daily Living (ADL) atau Kemampuan Merawat Diri Untuk

memandirikan anak retardasi mental, mereka harus diberikan pengetahuan dan

keterampilan tentang kegiatan kehidupan sehari-hari (ADL) agar mereka dapat

merawat diri sendiri tanpa bantuan orang lain dan tidak tergantung kepada orang

lain.

4. Life Skill (Keterampilan hidup)

Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di bawah rata-

rata biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai administrator. Bagi anak retardasi

mental yang memiliki IQ dibawah rata-rata, mereka juga diharapkan untuk dapat

hidup mandiri. Oleh karena itu, untuk bekal hidup, mereka diberikan pendidikan

keterampilan. Dengan keterampilan yang dimilikinya mereka diharapkan dapat

hidup di lingkungan keluarga dan masyarakat serta dapat bersaing di dunia industri

dan usaha.

5. Vocational Therapy (Terapi Bekerja)

Selain diberikan latihan keterampilan. Anak retardasi mental juga diberikan latihan

kerja. Dengan bekal keterampilan yang telah dimilikinya, anak retardasi mental

diharapkan dapat bekerja.

B. TREATMENT UNTUK DOWN SYNDROM

1. Mengajarkannya ketrampilan untuk merawat diri sehingga mereka menjadi

mendiri

2. Melakukan kegiatan atau permainan bahasa yang dapat menarik perhatian

mereka

17

Page 18: MODUL RM yang fix di pake.doc

3. Memilih alat permainan sesuai tahap perkembangan anak-anak

4. Senam otak adalah sejenis kegiatan therapy berbentuk senam yang

ditujukan untuk memberikan kondisi relaksasi pada otak. Pada umumnya

senam otak hanyalah gerakan-gerakan sederhana yang bisa dilakukan agar

otak menjadi lebih rileks.

C. PENCEGAHAN

1. Bagi semua pihak yang terkait dapat melakukan tindakan pencegahan agar dapat

menekan munculnya kasus-kasus serupa. Pencegahan retardasi mental tergantung

pada pemahaman terhadap berbagai penyebabnya. Bidang genetika medis belum

mampu mencegah penyebab genetik yang lebih parah dalam retardasi mental, namun

kemajuan yang menakjubkan dalam ilmu genetika dapat mengubah situasi ini dalam

waktu yang tidak terlalu lama. Bila penyebab retardasi tidak diketahui, maka

pencegahan tidak mungkin dilakukan. Namun, penanganan untuk meningkatkan

kemampuan orang yang bersangkutan untuk hidup mandiri dapat menjadi pilihan.

Bila lingkungan miskin menjadi sumber retardasi ringan, program-program

pengayaan, seperti Head Start, dapat mencegah semakin buruknya kelemahan yang

dialami dan kadang dapat mengatasi kelemahan yang sudah terjadi.

a. Penanganan Residensial. Sejak tahun 1960-an, sebagian besar orang yang mengalami

retardasi dapat menguasai kompetensi yang dibutuhkan untuk berfungsi secara

efektif di masyarakat. Trend yang berlaku adalah memberikan pelayanan pendidikan

dan layanan masyarakat bagi para individu tersebut dan bukan perawatan yang sangat

bersifat pengawasan seperti di rumah-rumah sakit jiwa besar. Sejak tahun 1975,

individu yang mengalami retardasi mental berhak untuk mendapatkan penanganan

yang sesuai dalam lingkungan dengan batasan yang sangat minimal. Anak-anak yang

mengalami retardasi mental dapat tinggal di rumah atau di rumah-rumah perawatann

yang dilengkapi dengan layanan pendidikan dan psikologis. Hanya orang-orang yang

mengalami retardasi mental berat dan sangat berat serta memiliki cacat fisik yang

cenderung tetap tinggal di berbagai institusi mental ( Cunningham & Mueller, 1991 ).

b. Intervensi Behavioral Berbasis Pengkondisian Operant. Program ini dikembangkan

untuk meningkatkan tingkat fungsi para individu dengan retardasi berat. Beberapa

proyek pelopor telah melakukan intervensi pada anak-anak dengan sindroma Down

semasa bayi dan kanak-kanak awal sebagi upaya meningkatkan fungsi mereka.

Program-program tersebut umumnya mencakup instruksi sistematis yang dilakukan

18

Page 19: MODUL RM yang fix di pake.doc

di rumah dan pusat penanganan terkait perkembangan sosial. Ditetapkan berbagia

sasaran behavioral spesifik; dan dalam mode operant, anak-anak diajari berbagai

keterampilan selangkah demi selangkah dan berurutan ( a,l., Clunies-Ross, 1979;

Reid, Wilson, & Faw, 1991 ). Anak-anak dengan retardasi mental berat biasanya

membutuhkan instruksi intensif agar mampu makan, menggunakan toilet, dan

berpakaian sendiri. Prinsip-prinsip pengkondisian operant kemudian diterapkan untuk

mengajarkan berbagai komponen aktivitas makan tersebut kepada si anak.

Contohnya, si anak dapat diberi penguat untuk terus-menerus mencoba mengambil

sendok sampai ia mampu melakukannya. Pendekatan operant kadang disebut analisis

perilaku terapan, juga digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak pada

tempatnya dan perilaku mencederai diri sendiri. Gerakan maladaptif dan tindakan

mencederai diri tersebut sering kali dapat dikurangi dengan memberi penguat pada

respons-respons pengganti.

c. Intervensi Kognitif. Banyak anak yang mengalami retardasi mental tidak mampu

menggunakan berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah, dan bila mereka

memiliki strategi, mereka sering kali tidak menerapkannya secara efektif. Latihan

Instruksional Diri mengajari anak-anak tersebut untuk memandu upaya penyelesaian

masalah mereka melalui kata-kata yang diucapkan. Meichenbaum dan Goodman

( 1971 ) merinci prosedur lima langkah:

1. Guru melakukan tugas terkait, mengucapkan instruksi dengan keras kepada

dirinya sendiri sementara si anak mengamati dan mendengarkannya.

2. Anak mendengarkannya dan melakukan tugas tersebut sementara guru

mengucapkan instruksinya kepada si anak.

3. Si anak mengulang tugas tersebut seraya mengucapkan instruksi kepada dirinya

sendiri dengan keras.

4. Si anak mengulang kembali tugas tersebut seraya membisikkan instruksinya

kepada dirinya sendiri.

5. Anak siap melakukan tugas tersebut seraya memberikan instruksi tanpa bersuara

kepada diri sendiri.

a. Anak-anak yang mengalami retardasi mental berat menggunakan berbagai

tanda alih-alih bicara untuk memandu dirinya melakukan tugas terkait. Latihan

instruksional diri telah digunakan untuk mengajarkan pengendalian diri dan cara

memusatkan perhatian serta cara menguasai berbagai tugas akademik kepada

19

Page 20: MODUL RM yang fix di pake.doc

anak-anak yang mengalami retardasi. Anak-anak dengan retardasi berat dapat

secara efektif menguasai keterampilan mengurus diri sendiri melalui teknik ini.

b. Instruksi dengan Bantuan Komputer.

Instruksi dengan bantuan computer semakin sering digunakan di seluruh lokasi

semua jenis pendidikan. Instruksi ini sangat cocok diterapkan dalam pendidikan

bagi individu yang mengalami retardasi mental. Komponen visual dan auditori

dalam komputer mempertahankan konsentrasi para siswa yang sulit

berkonsentrasi, tingkat materi dapat disesuaikan dengan individu sehingga

memastikan keberhasilan pembelajaran, dan komputer dapat memenuhi

kebutuhan akan banyaknya pengulangan materi tanpa menjadi bosan atau tidak

sabar seperti yang dapat terjadi pada guru. Program instruksi dengan bantuan

computer telah terbukti lebih baik dari berbagai metode tradisional untuk

mengajarkan cara mengeja, menggunakan uang, aritmetika, membaca teks,

pengenalan kata, menulis, dan diskriminasi visual kepada orang-orang yang

mengalami retardasi mental ( Corners, Caruso, & Detterman, 1986).

20

Page 21: MODUL RM yang fix di pake.doc

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti terbelakang mental.

Down syndrome adalah kelainan dengan ciri dan karakteristik fisik antara lain bagian

belakang kepala rata (flattening of the back of the head), mata sipit karena adanya tambahan

lipatan kulit sepanjang kelopak mata, alis mata miring (slatning of the eyelids), telinga lebih

kecil, mulut yang mungil,otot lunak, persendian longgar (loose ligament) dan tangan serta

kaki mungil.

Down Syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom ke-21. manusia

memiliki 23 pasang kromosom. Tapi pada anak down syndrome, kromosom mereka yang ke-

21 tidak sepasang (dua) melainkan tiga kromosom (trisomi). Jadi dengan kata lain down

syndrome adalah gangguan genetik. Jumlah seluruh kromosom mencapai 47 buah.

Akibatnya, terjadi gangguan sistem metabolisme di dalam sel

Abnormalitas kromosom yang paling umum memnyebabkan retardasi mental adalah

down syndrome. Anak-anak down syndrome menderita berbagai defisit dalam belajar dan

perkembangan. Anak-anak ini mengalami defisit memori, khususnya untuk informasi ynag

ditampilkan secara verbal. Sehingga sulit untuk belajar di sekolah. Mereka juga mengalami

kesulitan mengikuti instruksi dari guru, dan mengekspresikan pemikiran dan kebutuhan

mereka dengan jelas secara verbal dengan pendidikan yang tepat dan dukungan yang baik

mereka dapat belajar membaca, menulis, dan mengerjakan tugas aritmatika sederhana.

B. SARAN

1. Bagi orang tua yang memiliki anak Down Syndrome dan Retardasi Mental tidak

perlu malu menerima keadaan anaknya dan mengusahakan konsultasi dengan pihak

yang berkompeten agar dapat memberikan pendidikan yang tepat dan dukungan yang

baik bagi anak.

2. Menerapkan terapi yang tepat untuk tumbuh kembang anak yang optimal meski

memiliki kebutuhan khusus.

21

Page 22: MODUL RM yang fix di pake.doc

DAFTAR PUSTAKA

Rathus, S.A., Nevid, J.J. 2005. Abnormal Psychology. New Jersey: Prentice Hall, Englewood

Cliffs.

The Arc of the United States. 2004. Mental Retardation

http://www.nichcy.org/pubs/factshe/fs8txt.htm. Diakses tanggal 3 Oktober 2010

Down Syndrome. http://en.wikipedia.org/wiki/Down_syndrome. diakses tanggal 1 Oktober 2010

DownSyndrome. http://www.kidshealth.org/parent/medical/genetic/down_syndrome.html.

dfiakses tanggal 1 Oktober 2010.

http://id.wikipedia.org/wiki/Tunagrahita. Diakses tanggal 5 Oktober 2010

Indonesia.Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. ---Cet. Pertama.---. Jakarta: Departemen Kesehatan. 1993

American Psychiatric Association. 2000. Diagnoctic And Statistical Manual For

Mentaly Disorder. Text Revision. 4 th. Ed. Washington DC. American Psychiatric

Association.

Hallahan.D.P. Behavioral Modification. In Applied Setting 3rd Ed.Illinois The Dorsey

Press.

Satler J. 2002. Assessment Of Childern: Behavioral And Clinnical Application 4 th.

San Diego .Jerome M Sattler. Publisher.Inc.

22