modul perkuliahan vi komunikasi massa

Upload: egy-pradana-yudhistira

Post on 06-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MODUL PERKULIAHAN

Komunikasi Massa

Model Komunikasi Massa: Schramm dan Meletzke

FakultasProgram StudiTatap MukaKode MKDisusun Oleh

Ilmu KomunikasiBroadcasting06Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., PhD

AbstractKompetensi

Modul membahas pengertian model komunikasi, model komunikasi massa Schramm dan model komunikasi massa Meletzke.

Mahasiswa mampu menjelaskan model komunikasi, model komunikasi massa Schramm dan model komunikasi massa Meletzke.

Model Komunikasi MassaPengertian dan Fungsi Model

Model dianggap sebagai penggambaran tentang suatu bagian atau sebuah realita yang sengaja dibuat sederhana dalam bentuk-bentuk grafik. Semua model berusaha menunjukkan elemen-elemen utama dari setiap struktur atau proses, dan hubungan antara elemen tersebut.

Deutch (1966) menyatakan keuntungan-keuntungan dipakainya model dalam ilmu sosial karena; pertama, model-model itu memiliki fungsi mengorganisir, dengan mengurut-urutkan dan menghubungkan satu sistem dengan sistem lainnya, serta dengan memberikan kepada kita gambaran menyeluruh. Salah satu aspek dari itu adalah bahwa model menyajikan sebuah gambaran umum tentang suatu jajaran keadaan-keadaan tertentu yang berbeda-beda.

Kedua, moodel-model itu membentu kita menjelaskan sesuatu, dengan menyajikan informasi secara sederhana. Tanpa model, informasi itu bisa sangat rumit atau berarti ganda. Ini menyebabkan model mempunyai fungsi heuristik, karena dapat menuntun para mahasiswa atau peneliti sampai pada titik-titik utama (kunci) dari sebuah sistem atau proses.

Ketiga, dengan model dimungkinkan adanya perkiraan hasil atau jalannya suatu kejadian. Model ini sedikitnya bisa menjadi dasar bagi pernyataan kemungkinan-kemungkinan terhadap berbagai alternatif, dan karenanya dapat membantu membuat hipotesis suatu penelitian. Ada beberapa model yang hanya menggambarkan struktur dari sebuah fenomena. Dalam pengertian yang demikian, sebuah diagram tentang komponen-komponen radio dapat saja dianggap struktural. Tetapi ada juga model-model yang dianggap fungsional, menggambarkan sistem-sistem dalam pengertian-pengertian energi, dorongan-dorongan dan arahnya, hubungan antar bagian, dan pengaruh satu bagian terhadap bagian lainnya.

Model Schramm

Seseorang yang sependapat bahwa proses komunikasi itu sirkulair seperti yang dikatakan, misalnya oleh Schramm dan Osgood dapat juga mengatakan ada proses komunikasi yang lebih sirkulair dan ada yang tidak begitu sirkulair. Komunikasi massa umumnya pada bentuk yang kedua. Mata rantai terlemah dari rangkaian komunikasi massa adalah umpan balik dan dalam versi komunikasi massa model Schramm, umpan balik hanya merupakan dugaan saja, artinya si penerima berhenti membeli publikasinya, atau tidak lagi mendengarkan program atau pengurangi pembelian produk yang diiklankan.

Model Komunikasi Massa Schramm

Inti dari model Schramm ini adalah pengorganisasian media, dimana dilaksanakan fungsi-fungsi, seperti encoding, interpreting dan decoding. Misalnya pada sebuah surat kabar : setiap harinya surat kabar menerima sejumlah berita dan informasi. Redaksi membaca, menilai dan memutuskan apa yang akan dimuat. Dalam prosedur ini, bahan berita atau informasi mengalami modifikasi, ditulis ulang atau ditolak oleh mereka yang bekerja diorganisasi media, Jika bahan tersebut lulus dari para gatekeeping ini, maka kegiatan selanjutnya adalah mencetak dan menyebarkannya.

Massa audiens yang terjangkau oleh pesan yang disampaikan oleh organisasi media terdiri dari individu-individu. Namun, kebanyakan individu itu menjadi anggota dari primary atau seconday grup. Schramm (1954) mengatakan, pesan dari media dapat mengalir dari satu orang penerima ke anggota-anggota kelompok di sekelilingnya.

Sementara kegiatan decoding, encoding, dan interpreting, di dalam sebuah organisasi media pada kenyataannya jauh lebih rumit dari pada seperti yang digambarkan pada model.. Pada kenyataannya, proses itu terdiri dari banyak sub-proses lagi, dimana dilaksanakan fungsi yang sama berkali-kali.

Dilihat dari sebagai bagian dari perkembangan model-model komunikasi, modelnya Schramm ini memperkuat kecenderungan untuk berangkat dari model komunikasi umum ke model komunikasi massa sebagai bagian yang terintegrasi dengan masyarakat. Pandangan Schramm yang menganggap anggota kelompok audiens melakukan interaksi dengan orang-orang dan kelompok lain, berdiskusi dan berinteraksi terhadap pesan dari media massa, dapat dilihat sebagai reaksi menentang anggapan bahwa masyarakat massa terdiri dari ndividu yang tidak terikat kuat, dan bahwa pesan komunikasi massa mencapai mempengaruhi dan memanipulasi anggota kelompok audiens satu per satu.

Model Maletzke

Maletzke, seorang ilmuwan Jerman, menawarkan perspektif yang agak berbeda. Model Maletzke memasukkan elemen tradisional yaitu komunikator, isi pernyataan, medium dan komunikan (namun dalam diskusi ini hanya akan dibahas dari perspektif komunikan saja). Diantara medium dan komunikan ia menambahkan elemen-elemen lain yaitu; tekanan atau kendala dari medium dan citra medium pada diri komunikan.

Dalam hal tekanan atau kendala medium, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa ada perbedaan jenis adaptasi oleh komunikan terhadap media yang berbeda-beda pula. Setiap medium ada kelebihan dan keterbatasannya, sifat-sifat medium haruslah dianggap mempunyai pengaruh terhadap cara komunikan menggunakannya dan sejauh mana isi medium tersebut.

Dalam konteks ini, Maletzke menyatakan hal-hal yang relevan untuk dibicarakan yaitu :

1. Jenis persepsi yang dituntut dari pihak komunikan (pemirsa, pembaca dll).

2. Sejauh mana komunikan terikat dengan medium secara ruang dan waktu

3. Perbedaan waktu antara peristiwa dengan konsumsi pesan tentang peristiwa itu, misalnya tingkat kesimultanannya.

Citra medium yang ada pada komunikan menimbulkan harapan-harapan tentang isi medium tersebut, dan karenanya harus dianggap punya pengaruh terhadap cara komunikan memilih isi medium tersebut. Gengsi dan kredibilitas medium merupakan elemen-elemen dari citra tersebut.

Struktur kepribadian komunikan; ahli-ahli psikologi sosial seringkali menganggap bahwa ada orang-orang dengan kategori tertentu yang lebih mudah dipengaruhi daripada lainnya. Dinyatakan bahwa orang yang punya harga diri (self-esteem) rendah lebih mudah dibujuk (misalnya seperti yang dikatakan Hovland dan janis, 1959). Ini juga berlaku pada proses komunikasi massa.

Konteks sosial komunikan; faktor ini bisa berupa masyarakat di sekitarnya, komuniti dimana si komunikan tinggal, kelompok yang diikutinya atau juga orang-orang yang berhubungan dengannya. Semakin yakin seseorang bahwa ia adalah anggota sebuah kelompok tertentu, semakin kecil kemungkinan ia terpengaruh oleh isi pernyataan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok tersebut. Maletzke juga menyatakan bahwa pencipta pendapat (creator of opinion), lewat mana isi media massa biasanya disaring sebelum sampai pada komunikan, seringkali berada di lingkungan sosial komunikan yang terdekat, misalnya komuniti lokal tempat ia tinggal.

Komunikan sebagai anggota publik; situasi waktu menerima isi pernyataan pada komunikasi massa berbeda dengan pada komunikasi tatap muka. Sebagai anggota dasri massa publik yang tidak terorganisisr, seorang komunikan tidak menghadapi tuntutan yang besar untuk menanggapi atau melakukan tindakan-tindakan tertentu seperti ia melakukan komunikasi tatap muka. Situasi waktu menerima isi pernyataan dapat mempengaruhi pengalaman komunikasi. Misalnya, kita tahu bahwa anak-anak mengalami situasi dramatis dari isi media massa yang berbeda jika ia membaca / menonton media itu bersama-sama temannya, atau orang tuanya (Himmelwit et. Al. 1958).

Model Komunikasi Massa Meletzke

Dari gambar diatas, Maletzke memperlihatkan secara menyeluruh mengenai komunikasi massa sebagai sebuah proses yang secara psikologis dan sosiologis dengan kompleks sifatnya. Mengandung elemen-elemen tradisional dimana kita menemukan tanda yakni C (Communicator), M (Message), Medium, dan R (Respon). Dalam masing-masing bagian tersebut terdapat hal-hal yang mempengaruhi. Dalam C (Communicator) terdapat bagian-bagian yang mempengaruhi, yakni:1. Citra Pribadi Komunikator (The Communicators self image)

Disini dijelaskan bagaimana komunikator memposisikan perannya dalam menyampaikan suatu pesan. Misalnya saja apakah dia sebagai penyampai pesan, penilai atau pengkampanye suatu pesan. Contoh : jika saya menyampaikan pesan tentang korupsi, posisi saya apakah hanya menyampaikan berita tersebut, menilai tentang korupsi atau mengkampanyekan tentang korupsi.2. Struktur kepribadian komunikator(The communicator personality structure)Bagaimana kepribadian komunikator mempengaruhi perilakunya. Kepribadian disini maksudnya luas mencangkup berbagai aspek, diantaranya aspek psikologi dan aspek ideologi.

3. Kerjasama komunikator dalam tim(The communicator working team)Seseorang yang bekerja dalam tim maka ia harus bisa menempatkan diri atau beradaptasi dengan kelompoknya.

4. Komunikator dalam organisasi (The communicator in organization)

Menekankan pada tipe organisasi media yakni:authoritarian lines,capitalist line, danpublic service line. Misalnya saja seorang reporter menulis berita, maka yang dituntut adalah organisasinya karena kerja reporter sebagai kerja team.5. Lingkungan sosial komunikator (The communicators sosial environment)

Keanggotaan dalam suatu kelompok memperkuat kepercayaan, perilaku dan nilai-nilai yang dianut oleh individu. Semakin besar dia yakin terhadap kelompoknya semakin banyak pula pesan-pesan yang dia sampaikan dipengaruhi oleh norma-norma yang dianut oleh kelompoknya.6. Tekanan dan paksaan mengenai isi media yang disebabkan oleh karakter publik (Pressure and constraint caused by the public character of the media content)

Komunikator harus mempertimbangkan pandangan, pendapat, norma-norma, dan nilai-nilai yang sedang berkembang di masyarakat. Pada saat itu komunikator dipengaruhi oleh apa yang diharapkan oleh publik terhadap pesan yang disampaikan publik disini bukan hanya pendengar tapi semua pihak yang berkaitan.

Dalam M (message) dipengaruhi oleh seleksi dan susunan pesan(selection and structure of content). Hal-hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana komunikator memilih dan menyususn isi dari pesan yang akan disampaikan. Terdapat tekanan atau paksaan dari pesan (Pressure or constraint from the message), dimana informasi harus dilengkapi dengan informasi lainnya yang dapat menunjang pesan.

Dalam model Maletzke pengaruh medium terhadap komunikator masing-masing memiliki karakter sendiri, yang menentukan apa yang bisa disampaikan dan bagaimana hal itu disampaikan. Sehingga menyampaikan suatu pesan masing-masing medium memiliki batasan yang berbeda.

Model ini menjelaskan tentang R (Receiver) dalam memposisikan perannya sebagai penerima pesan, receiver akan menyeleksi media apa yang dikonsumsinya sesuai dengan karakteristik dan juga kebutuhan.

Dalam model Maletzke juga dijelaskan tentang pengaruh receiver terhadap media, yaitu seleksi dari susunan media (selection from media content)ada 3 hal penting dalam pemilihan/penerimaan pesan yakni :

a. Selective attention, receiver memilih pesan yang dapat disetujui/ diinginkan.

b. Selection interpretation, receiver hanya akan menginterpretasi pesan sesuai dengan kemampuan komunikasi, perilaku dan posisi sosial budaya serta level pengetahuannya.c. Selective retention, receiver cenderung tidak lagi memberikan perhatian pada pesan yang sudah diketahui atau sudah pernah di dengar atau dibaca dan cenderung melupakan pesan yang tidak dianggap penting oleh receiver.

Kemudian terdapat pengaruh medium terhadap receiver dalam model maletzke, yaitu efek dari media massa sangat luas dan masih menjadi perdebatan, karena ada banyak faktor atau variable yang mempengaruhi efek tersebut. Receiver harus memastikan bahwa ia benar-benar kenal dan paham dengan berbagai pendekatan terhadap efek media. Setiap media selalu memiliki kelebihan-kelebihan dan keterbatasan tertentu. Lalu timbale balik dari receiver dalam model maletzke ini bersifat spontan.

Posisi Receiver disini memiliki beberapa hal yakni bagaimana receiver memandang komunikator, apakah kredibel dan bisa dipercaya, bagaimana komunikator memandang receiver, apakah khalayak mempunyai intelektual atau berpendidikan rendah, sehingga dalam hal ini baik komunikator maupun receiver mampu saling berhubungan tetapi tidak bisa saling mengontrol.

Model Maletzke memasukkan elemen tradisional yaitu komunikator, isi pernyataan, medium dan komunikan. Diantara medium dan komunikan ia menambahkan elemen-elemen lain yaitu; Tekanan atau kendala dari medium dan citra medium pada diri komunikan.

Dalam hal tekanan atau kendala medium, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa ada perbedaan jenis adaptasi oleh komunikan terhadap media yang berbeda-beda pula. Setiap medium ada kelebihan dan keterbatasannya, sifat-sifat medium haruslah dianggap mempunyai pengaruh terhadap cara komunikan menggunakannya dan sejauh mana isi medium tersebut.

Dalam konteks ini, Maletzke menyatakan hal-hal yang relevan untuk dibicarakan yaitu :

1. Jenis persepsi yang dituntut dari pihak komunikan (pemirsa, pembaca dll).

2. Sejauh mana komunikan terikat dengan medium secara ruang dan waktu

3. Perbedaan waktu antara peristiwa dengan konsumsi pesan tentang peristiwa itu, misalnya tingkat kesimultanannya.

Masyarakat tidak lagi dihadapkan pada satu pilihan media massa namun khalayak dapat menggunakan dan memilih media massa sesuai dengan kebutuhannya. Berikut akan dikaji beberapa hal yang menjadi karakteristik komunikasi massa yakni, pertama, komunikasi melalui media massa pada dasarnya ditujukan ke khalayak yang luas, heterogen, anonim, tersebar, serta tidak mengenal batas geografis kultural. Namun perlu diingat bahwasanya aspek heterogen tersebut tidak bisa diterapkan secara ketat karena ada segmentasi khalayak, kemudian implikasinya pada persaingan saat ini (adanya spesialisasi). Khalayak yang heterogen adalah masyarakat luas yang bermacam-macam, tidak diabatasi oleh latar belakang pendidikan, penghasilan dan status sosialnya. Khalayak yang bersifat anonim artinya di antara satu dengan yang lain adalah terpisah dan tidak saling mengenal. Khalayak juga tersebar dan tidak mengenal batas usia, tempat tinggal, golongan dan batasan lainnya.

Kedua, bentuk kegiatan komunikasi melalui media massa bersifat umum, bukan perorangan atau pribadi. Isi pesan yang disampaikan menyangkut kepentingan orang banyak, tidak hanya untuk kepentingan perorangan atau pribadi. Serta kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan operasi suatu media massa akan mencakup orang banyak yang terorganisasi di dalam organisasi media.Ketiga, pola penyampaian pesan media massa berjalan secara cepat dan mampu menjangkau khalayak luas, bahkan mungkin tidak terbatas baik secara geografi maupun kultural. Karena karakteristiknya demikian, media massa disebut sebagai message multiplier yakni memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan secara cepat dan menjangkau khalayak luas. Keempat, penyampaian pesan melalui media massa cenderung berjalan satu arah. Umpan balik atau tanggapan dari pihak penerima (khalayak) lazimnya berlangsung secara tertunda. Namun ciri ini tidak berlaku untuk internet yang dapat memberikan feedback secara langsung. Kelima, kegiatan komunikasi melalui media massa dilakukan secara terencana, terjadwal dan terorganisasi. Contoh kasus dari ciri ini adalah stasiun televisi Metro TV yang diudarakan setiap hari. Berita yang dimuat Metro TV adalah hasil kerja tim yang terdiri dari reporter, redaktur, fotografer, announcer, dsb. Dimana mereka terlibat dalam struktur organisasi yang jelas fungsinya. Sedangkan penyampaian atau penulisan berita dan isi pesan memiliki gaya yang khas dan seragam, setiap berita disampaikan dalam bentuk deskriptif lalu ditambahkan dengan ulasan analitis. Kekhasan dan keseragaman isi pesan majalah tersebut ditentukan oleh keseragaman kebijakan editorial dan setiap reporter akan menuliskan satu peristiwa atau kejadian selaras dengan kebijakan editorial yang ada.Keenam, penyampaian pesan melalui media massa dilakukan secara berkala, tidak bersifat temporer. Umumnya dapat kita lihat bahwa majalah Femina ataupun surat kabar harian Kompas terbitnya teratur. Ketujuh, isi pesan yang disampaikan melalui media massa dapat mencakup berbagai aspek kehidupan manusia (sosial, ekonomi, politik, budaya dan lain-lain) baik yang bersifat informatif dan edukatif maupun hiburan. Tetapi saat ini terdapat spesialisasi pemberitaan untuk beberapa macam media massa. Terakhir, karakteristik komunikasi massa, terdapat ciri khas yang menempel pada medium baru semacam internet, media telematik (teleks dan vidioteks) yakni, pertama, pengadaan informasi tidak sepenuhnya berada ditangan sumber. Kedua, kemampuan yang tinggi dalam pengiriman pesan melalui kabel dan satelit sehingga mengatasi hambatan komunikasi yang ada, ketiga, proses komunikasi berjalan dua arah antara sumber dan penerima. Keempat, adanya kelenturan dalam bentuk isi dan penggunaan medium.

Daftar Pustaka

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Rosdakarya, 2007Sasa Djuarsa Sendjaja,Phd, dkk, Pengantar Komunikasi, Universitas Terbuka, 2003Denis McQuail dan Sven Windahl. Model-Model Komunkasi. New York: Longman. 1981.

John R. Bittner. Mass Communication: An Introduction. New Jersey. 1986.McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga. 1996.134Komunikasi MassaPusat Bahan Ajar dan eLearning

Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., PhDhttp://www.mercubuana.ac.id