modul perkuliahan perekonomian indonesiatamtomo+...6. hubungan industrialisasi dengan kemiskinan...
TRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
Perekonomian Indonesia
Industrialisasi di Indonesia
Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Akuntansi
10 84041 Edi Tamtomo
Abstraksi Kompetensi
Modul ini membahas industrialisasi di Indonesia. Secara lebih detail dibahas tentang industrialisasi sektor pertanian, strategi industrialisasi dan gambaran industri di Indonesia. Selain itu juga dibahas kaitan transformasi strukutural/industrialisasi dengan kemiskinan serta pengembangan sektor informal dan UMKM.
Mampu menjelaskan tentang:
1. Pengertian Industrialisasi
2. Industrialisasi Sektor Pertanian
3. Strategi Industrialisasi
4. Gambaran Industrialisasi di Indonesia
5. Peran UMKM dalam industrialisasi
6. Hubungan Industrialisasi dengan Kemiskinan
‘13 2
Perekonomian Indonesia (Modul 08)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pendahuluan
Modul pertemuan 9 telah membahas tentang transformasi struktural perekonomian. Teori
tersebut menjelaskan bahwa seiring adanya pembangunan ekonomi dalam jangka panjang,
akan terjadi pergeseran
struktur perekonomian dari
sektor tradisional ke sektor
modern atau dari sektor
pertanian ke sektor industri
khususnya industri
manufaktur. Modul ini akan
membahas tentang
bagaimana industrialisasi di
Indonesia, di mana industrialiasasi merupakan bagian dari proses transformasi struktural
perekonomian itu sendiri. Pada awal pembahasan, dijelaskan tentang pengertian
industrialisasi. Selanjutnya dibahas tentang proses industrialisasi antara lain industrialisasi
sektor pertanian, strategi industrialisasi dan kondisi industrialisasi di Indonesia. Selain itu
juga dibahas tentang Peran UMKM dalam industrialisasi dan kaitan antara industrialisasi
dengan kemiskinan.
Industrialisasi bertujuan agar perekonomian meningkat yang berujung ada peningkatan
kesejahteraan rakyat. Perekonomian yang lebih maju bisa dilihat dari angka kemiskinan
yang rendah. Oleh karena itu modul ini juga membahas tentang kemiskinan dan
pengangguran seiring dengan transformasi struktural dalam pembangunan ekonomi.
Selain itu juga dibahas tentang pengembangan UMKM dan sektor informal karena dua hal
tersebut adalah sektor yang berdasarkan pengalaman lebih “kebal” terhadap krisis moneter
dan lebih menyerap tenaga kerja di kalangan menengah ke bawah.
Pengertian Industrialisasi
Apa Itu Industrialisasi?
Sebelum kita membahas tentang industrialisasi, perlu diperhatikan bahwa industrialisasi
berbeda dengan industri. Salah satu pengertian industri adalah proses usaha yang produktif
(terdapat nilai tambah), atau suatu proses mengubah barang mentah/bahan baku menjadi
barang setengah jadi atau barang jadi. Sementara itu industrialisasi adalah suatu proses di
‘13 3
Perekonomian Indonesia (Modul 08)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mana sektor industri menjadi sektor yang mendominasi (leading sector) dalam
perekonomian suatu negara.
Berikut ini adalah beberapa definisi tentang industrialisasi dari beberapa ahli.
Dr. TulusT.H. Tambunan:
“Industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi,
spesialisasi produksi, dan perdagangan antara negara,yang pada akhirnya sejalan dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong perubahan struktur ekonomi di banyak
Negara dari yang terjadinya berbasis petanian menjadi berbasis industri.”
Riedel (1992):
“Industrialisasi bukanlah merupakan tujuan akhir dari pembangunan ekonomi, tetapi
merupakan salah satu strategi yang harus ditempuh untuk mendukung proses
pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat pendapatan perkapita yang tinggi dan
berkelanjutan.”
Faisal Basri:
“Industrialisasi,dalam arti luas dipahami sebagai suatu proses yang “takterelakkan” menuju
masyarakat industrial untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki suatu
masyarakat dalam upayanya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dari waktu ke
waktu.”
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa industrialisasi adalah suatu
proses atau strategi dalam pembangunan ekonomi di mana dalam proses tersebut akan
terjadi pergeseran perekonomian dimana sektor industri menjadi dominan dan sektor
pertanian mulai kurang berperan dalam perekonomian untuk mencapai kehidupan ekonomi
yang lebih baik.
Apakah negara berkembang harus mengembangkan sektor industri?
Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam
sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk pada sektor industri lebih
bervariasi dan memiliki nilai tambah yang lebih besar sehingga lebih memberikan
keuntungan. Selain itu prosesnya secara umum lebih bisa dikendalikan dan tidak
tergantung cuaca atau musim. Hal inilah yang membuat sektor industri menjadi semacam
pijakan bahwa untuk memajukan perekonomian suatu negara harus memajukan industrinya.
Hal ini juga diperkuat dengan fakta bahwa negara-negara barat maju karena mempunyai
perindustrian yang kuat pula.
Namun demikian, negara berkembang adalah negara yang secara umum bergantung pada
sektor primer lebih khusus lagi sektor pertanian. Tentu akan tidak bijaksana jika negara
berkembang memajukan sektor industri dan meminggirkan sektor pertanian. Kedua sektor
tersebut sangat berkaitan, di mana sektor pertanian yang maju sangat dibutuhkan oleh
‘13 4
Perekonomian Indonesia (Modul 08)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sektor industri dan sektor industri yang maju akan lebih meningkatkan sektor pertanian. Jadi
keberlangsungan program industrialisasi sebetulnya tergantung pula pada perbaikan-
perbaikan di sektor-sektor lain, dan seberapa jauh perbaikan-perbaikan yang dilakukan
mampu mengarahkan dan bertindak sebagai pendorong bagi kemunculan industri-industri
baru. Dengan kata lain dalam konteks transformasi struktural, harus tercipta suatu keadaan
dimana surplus tenaga kerja di sektor pertanian dapat tertarik ke sektor industri agar sektor
pertanian menjadi lebih efisien. Sehingga dapat menjadi pasar yang lebih efektif bagi sektor
industri.
Industrialisasi Sektor Pertanian
Sebagaimana kita ketahui bahwa sejak zaman sebelum kemerdekaan, Indonesia memiliki
sumber daya alam terutama di sektor pertanian yang cukup melimpah. Hal ini menjadi
alasan yang cukup kuat mengapa Indonesia perlu mengembangkan industrialisasi dengan
melibatkan sektor pertanian. Namun demikan terdapat beberapa perbedaan pendapat
tentang apakah perlu mengembangkan sektor pertanian secara intensif yang nantinya akan
mendukung kemajuan sektor industri, atau langsung “melompat” dengan mengembangkan
sektor industri itu sendiri.
Negara-negara berkembang pada umumnya cenderung untuk “melompat” dalam strategi
pembangunannya ke industrialisasi. Pemikiran seperti itu juga muncul di Indonesia pada
awal tahun 1950-an yang dipelopori oleh Prof. Sumitro melalui “Sumitro Plan”. Pemikiran ini
menjelaskan, bahwa sektor pertanian di Indonesia tidak bisa diharapkan sebagai tumpuan
pembangunan. Tumpuan harapan itu adalah sektor industri. Industri merupakan kunci
kepada perkembangan ekonomi, karena sektor industri menjanjikan pertumbuhan ekonomi
tinggi, sedangkan sektor pertanian hanya memberikan marginal rate of return yang rendah.
Dengan perkataan lain, jika pendapatan meningkat, maka bagian pendapatan untuk
mengkonsumsi barang-barang industri meningkat, sedangkan untuk pertanian akan
menurun. Pengalaman menunjukkan bahwa perkembangan pertanian itu lambat bahkan
cenderung stagnan. Lagi pula pembangunan pertanian itu tidak mudah karena hambatan
kelembagaan, seperti misalnya terdapat pada sistem sewa tanah yang menyebabkan usaha
tani skala kecil yang tidak mampu menjamin keamanan pada kepentingan petani individual.
Namun pada masa itu pula muncul pendapat yang berseberangan yang dipelopori oleh
Syafruddin Prawiranegara yang membela sektor pertanian. Ia pada dasarnya menganjurkan
agar pembangunan ekonomi di Indonesia diawali dan didasari dengan pembangunan
pertanian. Alasannya adalah sebagai berikut.
‘13 5
Perekonomian Indonesia (Modul 08)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Sektor pertanian dapat dijadikan dan seharusnya menjadi basis industrialisasi.
2. Sektor pertanian bisa menghasilkan bahan pangan yang sangat diperlukan oleh
penduduk dan merupakan instrumen kebijakan stabilisasi harga dan penolak inflasi.
3. Dalam perdagangan dunia, Indonesia mempunyai keunggulan komparatif di sektor
perkebunan yang mampu menghasilkan devisa dalam jumlah besar sehingga mampu
memperkuat neraca pembayaran
Pada awal Orde Baru, tepatnya pada Pelita I, pembangunan lebih dititikberatkan pada
sektor pertanian, karena bagaimanapun juga kebutuhan pangan harus dipenuhi terlebih
dahulu sebelum membangun sektor yang lain. Pada Pelita selanjutnya sektor pertanian
masih menjadi perhatian, tetapi sektor industri terutama industri manufaktur mulai menjadi
prioritas dalam pembangunan. Hasilnya Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang
cukup pesat dan diperkirakan Indonesia akan menjadi negara industri baru di kawasan Asia
Pasifik. Namun prediksi tersebut mentah setelah terjadinya krisis moneter tahun 1998.
Perekonomian Indonesia porak-poranda dan sejak pulih dari krisis moneter, Indonesia
masih menata lagi perekonomian termasuk sektor perindustrian.
Tambunan (2003) menjelaskan bahwa salah satu penyebab krisis ekonomi tahun 1998
adalah kesalahan industrialisasi selama Orde Baru yang tidak berbasis pada pertanian. Hal
ini dibuktikan bahwa selama krisis ekonomi sektor pertanian masih mengalami pertumbuhan
positif. Pengalaman dari negara maju seperti Inggris dan Jepang menunjukan bahwa proses
industrialisasi yang terjadi diawali dengan revolusi di sektor pertanian. Dengan demikian
sektor pertanian tidak bisa diabaikan dalam proses industrialisasi, justru sektor pertanian
harus diperbaiki untuk mendukung proses industrialisasi.
Strategi Industrialisasi
Terdapat beberapa strategi dalam menjalankan industrialisasi, dan yang akan dibahas
dalam modul ini ada 2 strategi yaitu:
1. Industrialisasi Substitusi Impor
2. Industrialisasi Promosi Ekspor
Industrialisasi Substitusi Impor
Industrialisasi substitusi impor, dikenal juga dengan istilah strategi “orientasi ke dalam” atau
inward looking strategy, ialah suatu strategi industrialisasi yang mengutamakan
pengembangan jenis-jenis industri untuk menggantikan kebutuhan akan impor produk-
‘13 6
Perekonomian Indonesia (Modul 08)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
produk sejenis. Pada tahap-tahap awal, yang dikembangkan biasanya adalah industri-
industri ringan yang menghasilkan barag-barang konsumtif. Untuk memungkinkannya
tumbuh besar, industri-industri yang masih bayi (infant industri) ini biasanya sangat
dilindungi oleh pemerintah dari persaingan tidak setara dari produk-produk impor. Akan
tetapi proteksi ini, walaupun bisa menumbuhkannya menjadi besar, acapkali membuat
industri yang bersangkutan tidak kunjung dewasa, melainkan justru menjadikannya manja.
Di Indonesia, sebagaimana halnya di banyak negara berkembang lainnya, sektor industri
disiapkan untuk mampu menjadi motor yang menggerakkan kemajuan sektor-sektor lain,
diharapkan bisa menjadi sektor yang memimpin (the leading sector). Itulah sebabnya
industrialisasi senantiasa mewarnai perjalanan pembangunan ekonomi. Ditinjau
berdasarkan pola pengembangannya, industrialisasi kita bermula dari strategi substitusi
impor. Kini pola itu beralih ke strategi promosi ekspor.
Industrialisasi di Indonesia dimulai dengan pengembangan industri-industri substitusi impor
yang berlangsung sepanjang tahun 1970-an hingga pertengahan 1980-an. Strategi ini tentu
saja bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap barang-barang impor terutama
barang konsumsi. Produk-produk yang dihasilkan terutama adalah barang-barang konsumsi
yang sebelumnya diimpor dari luar negeri. Untuk barang-barang impor, dikenakan pajak
yang tinggi. Dengan strategi ini diharapkan akan menciptakan kemandirian dalam
perekonomian.
Industrialisasi Berorientasi Ekspor
Sedangkan strategi promosi ekspor, yang kadang-kadang disebut strategi “orientasi ke luar”
atau outward looking strategy, ialah strategi industrialisasi yang mengutamakan
pengembangan jenis-jenis industri yang menghasilkan produk-produk untuk diekspor.
Strategi promosi ekspor biasanya ditempuh sebagai kelanjutan dari (sesudah keberhasilan)
strategi substitusi impor. Hal itu bergantung antara lain pada potensi relatif pasar dalam
negeri di negara yang bersangkutan.
Industri berorientasi ekspor mulai digalakkan tahun 1980-an menggeser kebijakan
industrialisasi substitusi impor. Kebijakan ini diambil karena penerimaan devisa dari ekspor
migas mulai turun, sehingga perlu penguatan ekspor dari non-migas salah satunya dari
sektor industri.
Strategi ini mau tidak mau harus dilaksanakan karena Indonesia harus memperkuat ekspor
non-migas jika ingin terselamatkan dari resesi ekonomi dunia pada saat itu. Cara lebih
cepat untuk meningkatkan ekspor non-migas adalah dengan mengembangkan industri-
industri yang menghasilkan produk berorientasi ekspor. Sayangnya industri yang dibangun
‘13 7
Perekonomian Indonesia (Modul 08)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bahan bakunya sebagian besar adalah barang impor dan tidak menggunakan hasil dari
pertanian. Hal ini menyebabkan ketergantungan terhadap luar negeri masih tinggi dan
akhirnya sektor industri harus jatuh ketika krisis ekonomi terjadi tahun 1998.
Gambaran Industrialisasi di Indonesia
Sejarah Industrialisasi Indonesia
Sebagaimana dibahas sebelumnya bahwa Indonesia mengalami apa yang disebut dengan
industrialisasi. Dimulai sejak Orde Lama di mana pemerintah berusaha membangun industri
dengan konsep nasionalisasi industri. Artinya dominasi pemerintah sangat besar dan
memberikan kesempatan kepada industri dalam negeri. Salah satu ide dari Bung Karno
adalah membangun industri bahan dasar yaitu industri pengolahan besi dan baja. Dengan
mempunyai industri pengolahan tersebut, untuk membangun industri yang lain akan lebih
mudah. Namun usaha membangun industri dengan bekerjasama dengan Uni Soviet terhenti
karena peristiwa G 30S/PKI. Proyek tersebut dilanjukan oleh rezim Orde Baru pada tahun
1970-an yang sekarang dikenal sebagai Krakatau Steel.
Pada era Orde Baru, industrialisasi mengalami beberapa periode antara lain (1) Rehabilitasi
dan Stabilisasi, (2) Boom Minyak, (3) Pasca Boom Minyak, (4) Liberalisasi. Pada era
tersebut, terjadi pergeseran strategi indutrialisasi yang awalnya adalah subsitusi impor
menjadi promosi ekspor. Selain itu, industri menjadi prioritas dan sektor pertanian mulai
agak terabaikan, meskipun sempat mengalami swasembada beras. Isu-isu tentang
nasionalisme dan arus modal asing juga sempat memanas, misalnya adanya peristiwa
Malari. Peristiwa sebagai salah satu bentuk protes terhadap derasnya modal asing masuk
ke Indonesia yang menimbulkan beberapa dampak negatif dari beberapa kalangan,
mislanya lingkungan dan tersingkirnya pengusaha lokal. Di tahun 1997, krisis ekonomi
membuat industri yang dibangun menjadi lumpuh dan memerlukan waktu cukup lama untuk
membangunnya kembali.
Di era sekarang, industri tetap dibangun dengan konsep kluster. Artinya ada
pengelompokan-pengelompokan baik berdasarkan jenis industri maupun lokasi industri
dimana masing-masing memiliki keterkaitan yang kuat. Selain itu, juga mengoptimalkan dan
sektor pertanian dan UMKM dalam proses industrialisasi.
Peran Industri Terhadap Perekonomian
Seiring dengan adanya transformasi struktural, sektor industri masih menjadi sektor yang
paling dominan dalam perekonomian Indonesia sampai saat ini. Hal ini terlihat dalam tabel
‘13 8
Perekonomian Indonesia (Modul 08)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
9.1 yang menggambarkan perbandingan peran antara sektor dalam perekonomian dalam
menyumbang PDB secara total pada periode 2010 s.d 2014.
Tabel 9.1.Perbandingan porsi sektor perekonomian terhadap PDB
No. Sektor Perekonomian 2010 2011 2012 2013 2014
1 Pertanian 15,3% 14,7% 14,5% 14,4% 14,3%
2 Pertambangan & Penggalian 11,2% 11,8% 11,8% 11,3% 10,5%
3 Industri Pengolahan 24,8% 24,3% 24,0% 23,7% 23,7%
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,8% 0,8% 0,8% 0,8% 0,8%
5 Bangunan 10,3% 10,2% 10,3% 10,0% 10,1%
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 13,7% 13,8% 14,0% 14,3% 14,6%
7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,6% 6,6% 6,7% 7,0% 7,4%
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,2% 7,2% 7,3% 7,5% 7,6%
9 Jasa-Jasa 10,2% 10,6% 10,8% 11,0% 11,0%
Sumber : BPS (diolah)
Dari tabel 9.1, terlihat bagaimana sektor industri memberikan porsi hampir seperempat PDB,
jauh di atas sektor-sektor lain. Dari tabel tersebut terlihat bahwa sektor industri masih
menjadi penyumbang terbesar dalam PDB. Dengan demikian sektor industri memegang
peran penting dalam perekonomian di Indonesia. Berdasarkan data BPS, sektor industri
sendiri, porsi terbesarnya adalah dari industri makanan minuman dan tembakau, disusul
dengan industri angkutan dan alat berat.
Namun demikian ada hal yang cukup menarik ketika, porsi sektor industri dalam PDB
mengalami tren menurun sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2014 sebagaimana
terlihat dalam grafik 9.1.
‘13 9
Perekonomian Indonesia (Modul 08)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Grafik 9.1 Perkembangan porsi sektor industri terhadap PDB
Sumber: BPS (diolah)
Tantangan Industrialisasi Saat ini
Di era perdagangan bebas seperti ini, daya saing industri mutlak diperlukan agar kita bisa
bersaing. Namun justru di era sekarang ini tantangan makin kompleks. Tantangan itu antara
lain:
• Dinamika dalam Sektor Industri, misalnya: ketersediaan tenaga kerja yang
berkualitas, belum padunya lembaga-lembaga iptek, persebaran pendapatan dll.
• Perjanjian internaional yang mengarah pada pengurangan hambatan masuknya
barang impor
• Kebijakan Otonomi daerah yang kadang menimbulkan ketidakselaran antara
pemerintah pusat dengan daerah
• Kurangnya infrastruktur
• Keterbatasan lahan dan sumber energi
• Tumpah tindih peraturan
• Ketergantungan bahan baku dari impor.
Kaitan Kemiskinan dengan Industrialisasi/Transformasi
Struktural
Transformasi struktural adalah proses pembangunan ekonomi, dimana suatu pembangunan
ekonomi bertujuan untuk mengurangi kemiskinan termasuk di dalamnya adalah mengurangi
pengangguran. Namun apakah dengan adanya proses industrialisasi, kemiskinan dan
pengangguran bisa berkurang. Untuk menjawab pertanyaan itu, ada baiknya kita menelaah
0,0%
5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
30,0%
35,0%
‘13 10
Perekonomian Indonesia (Modul 08)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
lagi teori-teori tentang hal tersebut. Pernyataan-pernyataan berikut bisa mempermudah
untuk membahas pertanyaan tersebut.
• Teori transformasi struktural menjelaskan bahwa melimpahnya tenaga kerja di sektor
tradisional akan menyebabkan tenaga kerja tersebut berpindah ke sektor modern.
Namun apakah sektor modern bisa menyerap semua tenaga kerja dari sektor
tradisional? Karena sektor modern tentu saja membutuhkan tenaga kerja yang lebih
berkualitas dibandingkan sektor tradisional
• Industri yang dikembangkan bersifat padat modal atau padat karya. Jika pada karya
masih memungkinkan untuk menyerap tenaga kerja dari sektor pertanian, tapi jika
sifatnya padat modal maka tidak banyak tenaga kerja yang terserap dari sektor
pertanian. Hal ini berpotensi meningkatkan pengangguran dan berakibat pada
meningkatnya kemiskinan
• Teori pertumbuhan neoklasik menyatakan bahwa seiring dengan pembangunan
ekonomi, ketimpangan akan terjadi dan itu adalah proses alamiah. Namun dalam jangka
panjang ketimpangan itu akan berkurang dengan sendirinya dengan tingkat
kesejahteraan yang tentunya lebih tinggi.
Dengan demikian suatu industrialisasi bukan jaminan untuk langsung bisa mengurangi
kemiskinan, karena harus dilihat bagaimana strategi dari industrialisasi tersebut yang
disesuaikan dengan karakter perekonomian negara bersangkutan.
Beberapa penelitian menjelaskan tentang kaitan antara transformasi struktural dengan
kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Suselo & Tarsidin (2008) menyatakan bahwa
pertumbuhan sektor pertanian, perkebunan dan perikanan memiliki elastisitas yang lebih
tinggi terhadap kemiskinan dibandingkan sektor industri. Artinya penurunan pertumbuhan di
sektor pertanian, perkebunan dan perikanan sebesar 1 persen akan berdampak besar
terhadap kemiskinan, dan kenaikan pertumbuhan di sektor industri pengolahan berdampak
kecil pada pengurangan angka kemiskinan. Jika dilihat dari share sektor perekonomian
tehadap PDB, ternyata penurunan share sektor pertanian menyebabkan meningkatnya
kemiskinan dan peningkatan share sektor industri bisa mengurangi kemiskinan.
Kariyasa1 dalam risetnya menjelaskan bahwa telah terjadi transformasi struktural di
Indonesia, tetapi tidak diimbangi dengan penyerapan tenaga kerja di sektor industri.
Sri Budhi (2013) melakukan riset tentang faktor-faktor penyebab kemiskinan dengan objek
penelitan di Bali. Salah satu faktor yang diuji tersebut adalah share sektor industri dan share
sektor pertanian terhadap PDB. Hasilnya ternyata cukup mencengangkan, ketika share
sektor industri dan pertanian berdampak berlawanan terhadap tingkat kemiskinan. Share
1 ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/viewFile/4125/3112
‘13 11
Perekonomian Indonesia (Modul 08)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sektor industri yang meningkat justru menaikkan tingkat kemiskinan dan share sektor
pertanian yang menurun menyebabkan tingkat kemiskinan juga meningkat.
Bisa jadi ada beberapa penelitian lain yang menunjukkan bahwa industrialisasi berpengaruh
dalam mengurangi kemiskinan dan memang itu yang seharusnya. Ini yang perlu dikaji lebih
lanjut, ada apa dengan proses industrialisasi di Indonesia dan bagaimana seharusnya
industrialisasi di Indonesia.
Mengapa Sektor Pertanian kurang Berkembang
Pada awal pemerintahan Orde Baru, sektor pertanian menjadi prioritas utama. Namun
seiring berjalannya waktu, proses industrialisasi mulai berjalan dan fakta mencatat bahwa
share sektor pertanian terhadap PDB makin menurun dan sebaliknya share sektor industri
manufaktur makin meningkat (lihat modul 8 tentang transformasi struktural). Hal yang
serupa juga terjadi pada share tenaga kerja sektoral terhadap tenaga kerja total.
Tidak dapat dipungkiri ada beberapa fenomena terkait pembangunan sektor pertanian
antara lain:
1. Peningkatan produksi pertanian cenderung menurunkan harga produk pertanian
sehingga berdampak pada pendapatan petani
2. Peningkatan produktivitas pertanian tidak selalu disertai dengan peningkatan
kesejahteraan petani, justru para pedagang besar yang mengambil keuntungan tersebut.
3. Industrialisasi yang terjadi menurunkan share sektor pertanian terhadap PDB dan
menurunkan tenaga kerja di sektor pertanian
4. Pada saat krisis moneter, sektor pertanian masih dalam pertumbuhan yang positif.
Artinya sektor pertanian lebih aman terhadap krisis moneter.
Dengan adanya hal-hal tersebut maka pemerintah mengambil pilihan untuk membangun
industrialisasi dengan kurang membuat sektor pertanian sebagai basis dari sektor industri.
Hal ini juga disebabkan oleh resesi ekonomi dunia yang menyebabkan Indonesia harus
mmeperkuat ekspor sektor non-migas. Risikonya adalah jika terkena krisis moneter, sektor
industri bisa lumpuh karena menggunakan bahan baku yang diimpor dan tidak
mengoptimalkan industri yang berbasis pertanian dimana industri tersebut bahan bakunya
dari sektor pertanian yang tidak perlu diimpor.
Untuk membuat sektor pertanian menjadi basis dalam sektor industri memang tidak mudah.
Ada beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu:
1. Lahan pertanian yang makin menyempit seiring dengan industrialisasi
2. Kurangnya permodalan atau investasi untuk sektor pertanian
3. Kualitas SDM para petani
‘13 12
Perekonomian Indonesia (Modul 08)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Teknologi yang masih rendah dalam pengolahan sektor pertanian
5. Pangsa pasar
Permasalahan-permasalahan tersebut yang seharusnya diatasi sehingga sektor pertanian
masih bisa berkembang dan mampu menjadi pendukung utama bagi sektor industri
sehingga industrialisasi bisa berjalan sesuai tujuan awal pembangunan ekonomi yaitu
mewujudkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan sosial.
Pengembangan Sektor Informal dan UMKM
Salah satu dampak dari tidak terserapnya tenaga kerja oleh sektor industri adalah
pengangguran. Hal ini karena tenaga kerja tersebut tidak memenuhi kualifikasi di sektor
industri, sementara untuk kembali ke sektor pertanian tidak memungkinkan lagi karena
lahan pertanian yang menyempit karena industrialisasi. Menata ulang kebijakan sektor
pertanian adalah salah satu kebijakan yang bisa diambil. Namun demikian ada hal lain yang
bisa dilakukan adalah pembukaan kesempatan lapangan pekerjaan terutama di sektor
informal dan UMKM.
Industrialisasi yang terjadi pada jaman Orde Baru telah membentuk industri konglomerasi
dimana pasar dikuasai oleh segelintir orang. Pengusaha kecil apalagi sektor informal
menjadi terabaikan. Padahal krisis yang terjadi pada tahun 2008 menjelaskan bahwa sektor
informal, sektor UKM dan permintaan domestik memberikan andil yang cukup besar
terhadap selamatnya perekonomian Indonesia dari krisis moneter. Namun demikian bukan
berarti sektor informal dan UMKM tak ada permasalahan. Sektor tersebut memang tahan
terhadap krisis, tetapi akan menjerit jika terjadi kenaikan BBM.
Pengembangan sektor informal dan UMKM bisa dijadikan sebagai solusi alternatif sektor
pertanian yang tidak produktif lagi. Pengembangan sektor informal dan UMKM tidak jauh-
jauh dari bagaimana mengembangkan manajerial, permodalan dan pangsa pasar dari sektor
tersebut. Selain itu, sektor informal dan UMKM yang bahan bakunya dari sektor pertanian
juga bisa dikembangkan sehingga ada keterkaitan antar sektor (linkage) yang kuat.
‘13 13
Perekonomian Indonesia (Modul 08)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Dumairy. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2006
http://fe.budiluhur.ac.id/wp-content/uploads/2011/05/Jalan-simpang-Pembangunan-
Pertanian-di-Indonesia-Sri-Harjadi.pdf
ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/viewFile/4125/3112
Sri Budhi, Made Kembar. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pengentasan
Kemiskinan di Bali: Analisis FEM Data Panel. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan
Vol. 6 no. 1 Februari 2013
Tambunan, Tulus. Perekonomian Indonesia. Kajian Teoritis dan Analisis Empiris. Jakarta:
Ghalia Indonesia. 2012.
Tambunan, Tulus. Perekonomian Indonesia. Beberapa Masalah Penting. Jakarta: Ghalia
Indonesia. 2003
www.bps.go.id