modul perkuliahan perekonomian indonesiatamtomo+...‘13 2 perekonomian indonesia (modul 14) edi...
TRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
Perekonomian Indonesia
Sistem Moneter Indonesia
Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Akuntansi
14 84041 Edi Tamtomo
Abstraksi Kompetensi
Modul ini membahas tentang sistem moneter di Indonesia. Pembahasan sistem moneter meliputi kebijakan moneter yang dimulai dari definisi, instrumen mekanisme serta efektivitas kebijakan moneter dalam perekonomian. Selain itu juga dibahas tentang Uang Beredar, Inflasi dan peran perbankan dalam sistem moneter Indonesia.
Mampu menjelaskan tentang:
1. Kebijakan moneter (pengertian, instrumen dan mekanisme)
2. Uang beredar dan Inflasi
3. Peran Perbankan dalam Sistem Moneter
‘13
2 Perekonomian Indonesia (Modul 14)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pendahuluan
Modul ini membahas tentang sistem moneter di Indonesia. Pembahasan tentang sistem
moneter, tidak terlepas dari setidaknya 4 hal yaitu:
1. kebijakan moneter
2. uang beredar,
3. inflasi dan
4. peran perbankan dalam menghimpun dari masyarakat dan menyalurkannya lagi ke
masyarakat yang lain.
Sebagaimana dibahas di bab-bab sebelumnya bahwa peran pemerintah sangat besar dalam
perekonomian khususnya sebagai pengambil kebijakan atau regulator. Pemerintah berperan
dalam mengatur agar perekonomian tetap stabil tidak mengalami guncangan yang luar
biasa dan tetap dalam jalur pertumbuhan yang semestinya. Kebijakan tersebut bisa melalui
kebijakan fiskal (sudah dibahas di bab XI) dan kebijakan moneter. Dua jenis kebijakan ini
sering diterapkan secara kombinasi agar kestabilan perekonomian tetap terjaga.
Kebijakan moneter terkait erat dengan bagaimana mengatur perekonomian dengan cara
mengendalikan uang beredar di masyarakat. Uang beredar tidak bisa terlepas dari masalah
inflasi. Selain itu, banyaknya uang yang beredar juga berkaitan dengan peran perbankan
dalam menghimpun dana dari masyarakat dan mneyalurkannya lagi ke masyarakat.
Kebijakan Moneter
Definisi
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah dalam mengatur jumlah uang yang beredar
di masyarakat dengan tujuan menjaga stabilitas harga dan nilai rupiah. Jumlah uang yang
beredar perlu diatur agar terpeliharanya stabilitas harga (inflasi dapat terkontrol). Melalui
kebijakan moneter tersebut, pemerintah menambah, mengurangi, atau mempertahankan
jumlah uang yang beredar. Jika pemerintah akan menambah jumlah uang yang beredar di
masyarakat, maka ia dapat menerapkan kebijakan moneter ekspansif (monetary expansive).
Akan tetapi, jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar, maka ia dapat
menerapkan kebijakan moneter kontraktif (monetary contractive) atau biasa disebut
kebijakan uang ketat (tight money policy).
‘13
3 Perekonomian Indonesia (Modul 14)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jika dalam kebijakan fiskal yang bertanggung jawab adalah Kementerian Keuangan,
sedangkan dalam kebijakan moneter yang memiliki otoritas adalah Bank Indonesia (BI).
Instrumen Kebijakan Moneter dan Mekanismenya
Instrumen-instrumen yang biasa digunakan pemerintah dalam mengatur jumlah uang yang
beredar adalah sebagai berikut.
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Dalam melakukan kegiatan operasi pasar terbuka, bank sentral dapat menjual atau
membeli obligasi pemerintah kepada publik. Untuk meningkatkan jumlah uang yang
beredar bank sentral melakukan pembelian obligasi pemerintah. Uang yang dibayarkan
tersebut akan meningkatkan sirkulasi jumlah uang yang beredar di pasar, baik berupa
currency maupun bank deposit. Sebaliknya jika jumlah uang yang beredar di pasar ingin
diturunkan maka BI akan melakukan aksi jual obligasi pemerintah. Biasanya dengan
tingkat pengembalian (rate of return) yang menarik sehingga masyarakat akan
membelinya. Dengan aksi pembelian dari masyarakat maka jumlah uang yang beredar di
masyarakat akan berkurang.
2. Menaikkan/Menurunkan Tingkat BI rate (Discount Rate)
Discount rate adalah tingkat suku bunga pinjaman yang dikenakan oleh bank sentral
terhadap bank yang meminjam dana dari bank sentral untuk memenuhi kebutuhan
cadangan jangka pendek. Dengan adanya penetapan tarif ini otomatis bank-bank lain
juga akan menyesuaikan tarif tersebut.
Ketika bank sentral meningkatkan discount rate maka hal itu dapat diartikan sebagai
sinyal bahwa bank sentral bermaksud mengurangi money supply (penawaran uang) dan
meningkatkan suku bunga. Sebaliknya jika bank sentral menurunkan discount rate maka
bank sentral bermaksud untuk meningkatkan money supply dan menurunkan suku
bunga.
Mekanisme bekerjanya perubahan BI rate dalam mempengaruhi inflasi tersebut sering
disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini
menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen
moneter dan target operasionalnya mempengaruhi berbagai variabel ekonomi dan
keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut
terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan sektor keuangan, serta
sektor riil. Perubahan BI rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya
jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi.
‘13
4 Perekonomian Indonesia (Modul 14)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada jalur suku bunga, perubahan BI rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku
bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank
Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan
suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate
menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan
rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan
biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan
aktivitas konsumsi dan investasi sehingga aktivitas perekonomian semakin
bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia
merespon dengan menaikkan suku bunga BI rate untuk mengerem aktivitas
perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi.
Perubahan suku bunga BI rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme ini
sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI rate, sebagai contoh, akan mendorong
kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga luar negeri. Dengan
melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan
modal ke dalam instrumen-instrumen keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka
akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini
pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar rupiah. Apresiasi rupiah
‘13
5 Perekonomian Indonesia (Modul 14)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri
menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan
mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada menurunnya
pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian.
Perubahan suku bunga BI rate mempengaruhi perekonomian makro melalui perubahan
harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan
obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya
mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi
dan investasi.
Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi
ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang
diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong
pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih tinggi.
Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen melalui
kenaikan harga.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time lag). Time
lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur nilai tukar biasanya bekerja
lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar bekerja sangat
cepat. Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada kecepatan
tarnsmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan melihat risiko perekonomian cukup
tinggi, respon perbankan terhadap penurunan suku bunga BI rate biasanya sangat
lambat. Juga, apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki
permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan kredit belum
tentu direspon dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku
bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh meningkatnya permintaan kredit
dari masyarakat apabila prospek perekonomian sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi
sektor keuangan, perbankan, dan kondisi sektor riil sangat berperan dalam menentukan
efektif atau tidaknya proses transmisi kebijakan moneter.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Bank sentral juga dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar dengan cara mengatur
tingkat reserve requirement. Reserve requirement adalah regulasi yang mengatur jumlah
minimum cadangan yang harus dipegang oleh bank dibandingkan deposit yang mereka
miliki. Reserve requirement mempengaruhi seberapa banyak uang yang dapat di-create
oleh sistem perbankan dengan setiap cadangan rupiah.
‘13
6 Perekonomian Indonesia (Modul 14)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Peningkatan tingkat reserve requirement akan membuat bank-bank yang ada harus
memegang lebih banyak cadangan sehingga jumlah pinjaman yang mereka hasilkan
akan menurun dari setiap rupiah deposit yang mereka miliki. Dapat disimpulkan
peningkatan reserve requirement akan mengurangi money multiplier sehingga
mengurangi jumlah uang yang beredar.
Sebaliknya dengan mekanisme yang sama penurunan tingkat reserve requirement akan
meningkatkan money multiplier sehingga jumlah uang yang beredar akan meningkat
4. Kebijakan lain yang bersifat himbauan moral.
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan
jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau
perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk
mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke
bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
Efektivitas Kebijakan Moneter
Yang masih menjadi perdebatan oleh para ahli ekonomi adalah sejauh mana kebijakan
moneter mampu mengatur kegiatan ekonoi dan mendorong kemajuan. Gilarso (2002)
menyebutkan bahwa dari pengalaman sebelumnya, kebijakan moneter cukup efektif untuk
mengendalikan inflasi, tetapi kurang efektif untuk mengatasi resesi ekonomi. Dalam
pelaksanannya kebijakan moneter juga masih perlu dikombinasikan dengan kebijakan lain
seperti kebijakan fiskal, perdagangan internasional produksi, kesempatan dan kerja dan
kebijakan terkait indikator makro ekonomi lainnya.
Kebijakan moneter memiliki kelebihan dibandingkan kebijakan fiskal, yaitu dalam hal lebih
cepat dampaknya bagi perekonomian dan lebih fleksibel karena tidak banyak dipengaruhi
faktor politik. Hal ini berbeda dengan kebijakan fiskal dimana penyusunan APBN harus
melalui proses politik di DPR. Namun demikian, kebijakan moneter hanya bisa menyediakan
“kredit/uang”, tetapi tidak bisa memaksa pengusaha untuk menggunakan kredit tersebut.
Uang Beredar
Kebijakan moneter adalah kebijakan untuk mengatur jumlah uang beredar di masyarakat.
Lalu mengapa uang yang beredar di masyarakat harus diatur jumlahnya. Sebelum
membahas itu, kita akan bahas dulu tentang fungsi uang. Judisenno (2002) menjelaskan
bahwa terdapat tiga fungsi uang yaitu:
‘13
7 Perekonomian Indonesia (Modul 14)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Fungsi utama: sebagai alat tukar dan satuan hitung
2. Fungsi turunan: alat penimbun kekayaan dan alat pembayaran yang di tangguhkan di
masa depan
3. Fungsi tambahan, sebagai komoditas.
Berdasarkan uraian tersebut, uang juga berfungsi sebagai komoditas, sehingga uang
memiliki nilai yang bisa naik bisa turun seiring berjalannya waktu. Harga 1 kg beras di tahun
2000 mungkin sekitar Rp 4.000,- tetapi dengan uang Rp 4.000,- di tahun 2017 bila ditukar
dengan beras mungkin hanya senilai 1/4 kg beras saja. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
uang bisa berkurang. Jika berkurangnya dalam jangka waktu yang lama itu dinilai masih
wajar, tetapi jika dalam jangka waktu yang pendek, ternyata nilai uang terus merosot,
ditandai dengan harga yang terus melambung tinggi, Itulah yang disebut inflasi. Salah satu
penyebab inflasi bisa jadi adalah uang yang beredar terlalu banyak tetapi barang/jasa yang
diproduksi tidak sebanyak uang yang beredar di pasaran sehingga uang seakan-akan
menjadi tidak bernilai karena banyak beredar di pasar dang barang/jasa sedikit di pasar.
Inflasi yang tidak terkendali akan berdampak buruk karena mengurangi daya beli
masyarakat. Inilah mengapa perlu mengatur jumlah uang yang beredar di pasar.
Inflasi
Apa itu Inflasi?
Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga barang dan jasa secara umum dan terus
menerus. Dari definisi tersebut terdapat dua syarat terjadinya inflasi, yaitu:
1. kenaikan harga barang secara umum dan
2. kenaikannya terjadi terus menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua jenis
barang tidak dapat disebut sebagai
inflasi, kecuali kenaikan harga barang
tersebut menyebabkan kenaikan
sebagian harga barang-barang lain.
Contoh: kenaikan BBM atau kenaikan
tarif listrik.
Selain itu, kenaikan harga yang terjadi
‘13
8 Perekonomian Indonesia (Modul 14)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
hanya sekali saja, bersifat kontemporer atau musiman, walaupun persentase yang besar
juga tidak dapat dikatakan sebagai inflasi. Contoh: kenaikan harga pada saat menjelang
lebaran bukan dikatakan sebagai inflasi jika setelah lebaran harga tersebut turun lagi
Apakah Inflasi Suatu Masalah?
Dalam semua literatur tentang makroekonomi, masalah inflasi selalu dibahas. Dalam
penyusunan RAPBN, inflasi selalu menjadi bahan pertimbangan dan ketika mendengar kata
inflasi seakan-akan itu adalah suatu permasalahan dalam perekonomian. Pertanyaannya,
apakah inflasi adalah suatu masalah dalam perekonomian?
Putong (2008) mnejelaskan bahwa Inflasi bukan masalah yang berarti apabila diiringi oleh
tersedianya komoditas yang diperlukan secara cukup dan daya beli masyarakat meningkat
lebih besar daripada tingkat inflasi. Namun apabila inflasi sudah terlalu tinggi dan daya beli
masyarakat menurun hal itu bisa menjadi permasalahan.
Inflasi sebenarnya adalah suatu proses alami dalam suatu perekonomian. Friedman dalam
Mankiw (2007), menjelaskan bahwa pertumbuhan dalam bentuk kuantitas uang berbanding
lurus dengan inflasi, artinya seiring pertumbuhan ekonomi, inflasi akan tetap terjadi.
Dengan demikian, inflasi akan menjadi suatu masalah apabila nilainya sudah tinggi dan
tidak terkendali sehingga mengurangi daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan
melemahkan perekonomian, tetapi jika nilainya masih wajar, hal itu tida menjadi masalah.
(masalah nilai inflasi akan dijelaskan pada jenis-jenis inflasi pada subbab selanjutnya).
Jenis-Jenis Inflasi
Jenis-jenis inflasi ada beberapa dan dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain sebagai
berikut.
1. Sifatnya
2. Penyebabnya
3. Asalnya
Sifatnya
1. Low inflation (inflasi rendah), atau juga biasa disebut creeping inflation (inflasi merayap,
yaitu inflasi dibawah 10%.
2. Galloping inflation (inflasi menengah), dengan nilai antara 10% sampai 30% per tahun.
Ini biasanya ditandai oleh nainya harga-harga secara cepat dan relatif besar.
3. High inflation (Inflasi tinggi). Inflasi dengan besaran antara 30 s.d 100% per tahun
4. Hyperinflation, yaitu inflasi di atas 200% per tahun.
‘13
9 Perekonomian Indonesia (Modul 14)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penyebabnya
1. Inflasi karena tarikan permintaan (demand pull inflation),
yaitu kenaikan harga-harga karena tingginya permintaan, sementara barang tidak
tersedia dengan cukup. Inflasi ini biasanya berlaku ketika perekonomian mencapai
tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi berjalan pesat.
2. Inflasi dorongan harga (cost push inflation), yaitu inflasi karena biaya atau harga faktor
produksi meningkat. Akibatnya produsen harus menaikkan harga supaya mendapatkan
laba dan produksi bisa berlangsung terus. Kenaikan harga-harga tersebut bersumber
dari salah satu kombinasi dari tiga pelaku berikut: para pekerja dalam perusahaan
menuntut kenaikan upah, harga bahan baku atau bahan penolong yang digunakan
perusahaan bertambah tinggi, serta dalam perekonomian yang sedang mengalami
perkembangan pesat.
Asalnya
1. Dari dalam negeri
Inflasi ini penyebabnya berasal dari dalam negeri. Hal ini terjadi biayanya karena
kebijakan anggaran defisit dari pemerintah. Pemerintah menutup defisit tersebut dengan
mencetak uang baru. Bertambahnya jumlah uang yang beredar dengan tidak diimbangi
dengan jumlah komoditas di pasaran akan membuat harga naik dan terjadi inflasi. Selain
hal tersebut, sumber dari dalam negeri juga bisa karena kegagalan panen pada
komoditas tertentu sehingga mempengaruhi naiknya barang dan jasa lainnya. Dapat
pula dikarenakan bencana alam.
2. Dari luar negeri
Inflasi ini terjadi karena naiknya harga barang impor dari luar negeri, dan mau tidak mau
kita harus menggunakan atau mengimpor barang tersebut. Harga di luar negeri sudah
tinggi apabila diperjualbelikan di pasar domestik akan lebih tinggi pula. Jika komoditas
tersebut berdampak pada naiknya barang/jasa lain maka inflasi terjadi.
Dengan demikian, pada dasarnya kebijakan moneter dilakukan agar tidak terjadi infasi
dengan cara mengatur uang yang beredar di masyarakat karena jumlah uang beredar di
masyarakat bisa mempengaruhi tingkat harga di pasar. Cara mengatur uang yang beredar
di masyarakat adalah dengan operasi pasar terbuka, penentuan tarif diskonto, penetapan
dana cadangan wajib minimum bagi bank dan instrumen lain yang sifatnya berupa
himbauan.
‘13
10 Perekonomian Indonesia (Modul 14)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Peran Perbankan dalam Sistem Moneter
Peran perbankan sangat vital dalam sistem moneter sebagai bagian dari pelaku dalam
kebijakan moneter. Bank sendiri secara definisi adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak”. Dari definisi tersebut jelas bahwa bank fungsinya adalah menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkannya lagi kepada masyarakat.
Terkait dengan kebijakan moneter, maka peran perbankan adalah bagaimana
mengendalikan uang yang beredar di masyarakat apakah ditambah, dikurangi atau tetap
stabil. Oleh karena itu otoritas moneter dipegang oleh Bank Indonesia yang mengatur bank-
bank lain terutama terkait dengan pelaksanaa kebijakan moneter. BI juga mengatur kriteria-
kriteria suatu bank yang sehat. Bank yang sehat tentu saja dipercaya oleh masyarakat yang
akan menyimpan uangnya di bank tersebut. Hal ini akan membantu lancarnya pelaksanaan
kebijakan moneter.
Kesimpulan
• Sistem moneter terkait dengan kebijakan moneter, uang beredar, dan pihak-pihak lain
seperti perbankan
• Kebijakan moneter dipegang oleh BI sebagai otoritas moneter dimana pelaksanaannya
harus sinergi dengan kebijakan fiskal dan kebijakan lainnya.
• Kerangka kebijakan moneter dapat digambarkan sebagai berikut.
‘13
11 Perekonomian Indonesia (Modul 14)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
• Uang beredar terlalu banyak yang tidak diimbangi dengan produktivitas barang/jasa bisa
menimbulkan inflasi. Hal ini dicegah dengan menggunakan kebijakan moneter.
• Kebijakan moneter menjadi wewenang dari Bank Indonesia dan BI mengatur dan
membuat regulasi untuk bank-bank yang lain dalam rangka implementasi kebijakan
moneter tersebut.
‘13
12 Perekonomian Indonesia (Modul 14)
Edi Tamtomo Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Gilarso,T. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: Kanisius.2002
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter
http://www.bi.go.id/id/moneter/transmisi-kebijakan/Contents/Default.aspx
Judisseno, Rimsky.K. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. 2002
Pohan, Aulia. Kerangka Kebijakan Moneter & Implementasinya di Indonesia. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada. 2008
Tambunan, Tulus. Perekonomian Indonesia. Kajian Teoritis dan Analisis Empiris Bogor: Ghalia
Indonesia. 2012
Teori Ekonomi Makro. Modul Kelas Penyegaran TA Genap 2008/2009. Magister Perencanaan dan
Kebijakan Publik –Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.