modul pengomposan v. kautsar

Upload: subhan-aan

Post on 02-Mar-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Modul Pengomposan v. Kautsar

TRANSCRIPT

PENGOMPOSANOleh : Valensi Kautsar

[email protected]

0818 0406 0881

Penyiapan Bahan

1. Bahan Hijauan, bahan yang berwarna hijau biasanya banyak mengandung Nitrogen (N) tinggi. Pada dasarnya sisa bahan organik pasar seperti sisa sayuran, buah-buahan, rempah-rempah, daun-daunan pembungkus, dsb) dan sayur-sayuran, daun kacang-kacangan, daun jagung, limbah pertanian segar, potongan rumput segar adalah bahan hijauan yang sangat tinggi kualitasnya, namun jika penanganannya tidak tepat bahan dengan karakterisrik yang sangat khas tersebut, yakni kandungan air sangat tinggi, akan mudah sekali terjadi proses pembusukan (outdoor offensive).

2. Bahan Coklatan, bahan yang berwarna coklat biasanya banyak mengandung Carbon (C) tinggi, diantaranya daun-daun dan ranting-ranting kering, jerami padi, serbuk gergaji, coco peat, dedak, sekam, potongan kayu, blotong (ampas tebu), potongan kertas, kotoran ternak (sapi,kerbau) dan lain-lain.

3. Bahan lain jika ada, abu dapur, abu sisa pembakaran bahan organik dan sejenisnya.

Tahapan Pengomposan1. Pemilahan SampahKompos dan proses pengomposan yang baik memerlukanpemilahan sampah, seleksi dan penyiapan bahan-bahan yang dapat didekomposisi yang bertujuan untuk memisahkan antara sampah organik dengan sampah anorganik. Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya limbah organik rumah tangga,sampah-sampah organik pasar atau kota, kertas, limbah peternakan,limbah pertanian, limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrikgula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untukdikomposkan antara lain tulang, tanduk, dan rambut.Bahan yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar30, sedangkan kompos yang dihasilkan memiliki nisbah C/N kurang dari20. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N jauh lebih tinggi di atas 30akan terombak dalam waktu yang lama. Keadaan ini disebabkanmikroorganisme yang terlibat dalam proses pengomposan kekurangannitrogen (N). Sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu rendah akan terjadikehilangan nitrogen dalam bentuk amonia, karena menguap (teroksidasi)selama proses perombakan berlangsung.

Kecepatan dekomposisi bahan organik ditunjukkan olehperubahan-perubahan imbangan C/N. Selama proses mineralisasi,imbangan C/N bahan-bahan yang banyak mengandung N akan berkurangmenurut waktu. Kecepatan kehilangan C lebih besar daripada N, sehinggadiperoleh C/N yang lebih rendah (10-20). Apabila imbangan C/N sudahmencapai angka tersebut, artinya proses dekomposisi sudah mencapaitingkat akhir atau kompos sudah matang.2. Pencacahan Bahan KomposSetelah pemilahan, maka dilakukan pencacahan bahan untukmemperkecil ukuran partikel sampah. Dengan pencacahan maka akan mampu memperkecil ukuranbahan, sehingga luas permukaan dapat meningkat. Permukaan areabahan (porositas) yang lebih luas akan meningkatkan kontak antaramikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat.Hal ini disebabkan karena aktivitas mikroba berada diantara permukaanarea dan udara.

Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukankompos. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara.Udara akan mensuplai oksigen untuk proses pengomposan, sehinggafaktor aerasi harus dipertimbangkan.

Selain pemilahan, juga dilakukan proses pencampuran bahan baku agar betul-betul diperoleh komposisi bahan yang ideal yakni komposisi bahan coklatan dan bahan hijauan berbanding 3 : 1. Campur bahan-bahan tersebut sampai betul-betul homogen.

3. Penambahan BioaktivtorProses pengomposan sebenarnya dapat terjadi secara alami,hanya saja untuk mempercepat proses pengomposan dapat digunakanbantuan mikroorganisme untuk mendekomposisi bahan kompos. Starteratau aktivator yang digunakan, secara umum memiliki kandungan bahanberupa mikroorganisme (kultur bakteri), enzim dan asam humat.Mikroorganisme yang ada dalam aktivator ini akan merangsang aktivitasmikroorganisme yang ada dalam bahan kompos, sehingga mampuberkembang dengan lebih cepat. Akibatnya mikroorganisme yang terlibatdalam proses pengomposan semakin banyak dan proses dekomposisiakan semakin cepat.

4. Penumpukan Bahan KomposSalah satu faktor yang sangat menentukan suhu adalah tingginyatumpukan. Tumpukan lahan yang terlalu rendah akan berakibat cepatnyakehilangan panas. Ini disebabkan tidak adanya cukup material untukmenahan panas yang dilepaskan sehingga mikroorganisme tidak akanberkembang secara wajar. Untuk menjaga kelembaban dan suhu kompos,digunakan terpal yang ditutupkan pada tumpukan kompos. Sebaliknya bilatimbunan terlalu tinggi, akan terjadi kepadatan bahan organik yangdiakibatkan oleh berat bahan sehingga suhu menjadi sangat tinggi dantidak ada udara di dalam timbunan.

5. Pengamatan Suhu, Kelembaban dan pHFaktor suhu sangat berpengaruh terhadap proses pengomposan,karena berhubungan dengan jenis mikroorganisme yang terlibat. Sebagian besar mikroba tidak dapat hidup apabila kekurangan air. Apabila kelembaban dibawah 40%, proses dekomposisi bahan organik akan melambat. Apabila kelembaban dibawah 30 persen, proses dekomposisi praktis akan terhenti. Akan tetapi, apabila kelembaban lebih dari 60 persen, maka yang terjadi adalah keadaan anaerob (tanpa oksigen), yang akan menyebabkan timbulnya aroma tidak sedap bahkan bau yang menyengat. Suhuoptimum bagi pengomposan adalah 40 60C dengan suhu maksimum75C. Jika suhu pengomposan mencapai 40C, aktivitas mikroorganismemesofil akan digantikan oleh mikroorganisme termofil. Jika suhu mencapai60C, fungi akan berhenti bekerja dan proses perombakan dilanjutkanoleh aktinomycetes serta strain bakteri pembentuk spora (spore formingbacteria).

Jika diamati dan hasilnya dituangkan ke dalam bentuk grafik akanmenghasilkan kurva berbentuk parabola. Bentuk ini menunjukkan adanyapeningkatan suhu pada awal proses pengomposan hingga suatu waktuakan mencapai suhu tertinggi. Peningkatan suhu yang terjadi pada awalpengomposan ini disebabkan oleh panas yang dihasilkan dari prosesperombakan bahan organik oleh mikroorganisme. Pada tahap ini,mikoorganisme memperbanyak diri secara cepat. Setelah itu, suhupengomposan akan turun kembali hingga mencapai suhu kamar (25 30C) yang menandakan kompos sudah matang.

Temperatur di bagian tengah tumpukan bahan kompos dapatmencapai 55 70C. Suhu yang tinggi ini merupakan keadaan yang baikuntuk menghasilkan kompos yang steril, karena selama suhupengomposan lebih dari 60C, mikroorganisme patogen, parasit, danbenih gulma akan mati.

Kelembaban berperan penting dalam proses dekomposisi(pengomposan) bahan baku kompos, karena berhubungan denganaktivitas mikroorganisme. Kelembaban optimum untuk prosespengomposan aerobik sekitar 50-60 % setelah bahan organik dicampur.Kelembaban campuran bahan kompos yang rendah (kekuranganair) akan menghambat proses pengomposan dan akan menguapkannitrogen ke udara. Namun jika kelembabannya tinggi (kelebihan air),proses pertukaran udara (aerasi) dalam campuran bahan kompos akanterganggu. Pori-pori udara yang ada dalam tumpukan bahan kompos akan diisi oleh air dan cenderung menimbulkan kondisi anaerobik.Pengamatan pH kompos berfungsi sebagai indikator proses dekomposisikompos. Mikroba kompos akan bekerja pada keadaan pH netral sampai sedikit masam, dengan kisaran pH antara 5.5 sampai 8. Selama tahap awal proses dekomposisi, akan terbentuk asam-asam organik. Kondisi asam ini akan mendorong pertumbuhan jamur dan akan mendekomposisi lignin dan selulosa pada bahan kompos. Selama proses pembuatan kompos berlangsung, asam-asam organik tersebut akan menjadi netral dan kompos menjadi matang biasanya mencapai pH antara 6 8. Jika kondisi anaerobik berkembang selama proses pembuatan kompos, asam-asam organik akan menumpuk. Pemberian udara atau pembalikan kompos akan mengurangi kemasaman ini. Penambahan kapur dalam proses pembuatan kompos tidak dianjurkan. Pemberian kapur akan menyebabkan terjadinyakehilangan nitrogen yang berubah menjadi gas amoniak. Kehilangan ini tidaksaja menyebabkan terjadinya bau, tetapi juga menimbulkan kerugian, karenamenyebabkan terjadinya kehilangan unsur hara yang penting, yaitu nitrogen.

6. Pembalikan

Faktor lain yang berpengaruh terhadap proses pengomposanadalah pembalikan bahan kompos. Bahan baku kompos terdiri atascampuran berbagai bahan organik yang memiliki sifat terdekomposisiberbeda, ada yang mudah terdekomposisi dan ada yang sukarterdekomposisi. Apabila campuran bahan ini tidak diaduk, maka prosesdekomposisi tidak berjalan secara merata. Akibatnya kompos yangdihasilkan menjadi kurang bagus.Oleh karena itu, sebelum dan selama proses pengomposan,campuran bahan baku kompos harus diaduk, sehingga mikroba perombakbahan organik dapat menyebar secara merata. Dengan demikian, kinerjamikroba perombak bahan organik bisa lebih efektif. Selain itu,pengadukan dan pembalikan yang sempurna, akan mengurangi peluangmuncul dan persebaran bau. Bau yang ditimbulkan umumnya berasal daridegradasi aerob yang tidak sempurna (terjadi proses anaerobik).

Proses pembalikan ini mengacu pada suhu tumpukan kompos dankondisi bahan. Apabila suhu turun secara signifikan dan bahan belumtercampur secara merata, maka diperlukan pembalikan bahan kompos.7. Pemanenan Pupuk OrganikJika proses pembuatan kompos berjalan dengan normal, maka tidak boleh menghasilkan bau yang menyengat (bau busuk). Walaupun demikian dalam pembuatan kompos tidak akan terbebas sama sekali dari adanya bau. Dengan memanfaatkan indra penciuman, dapat dijadikan sebagai alat untuk mendeteksi permasalahan yang terjadi selama proses pembuatan kompos. Sebagai gambaran, jika tercium bau amonia, patut diduga campuran bahan kompos kelebihan bahan yang mengandung unsur Nitrogen (ratio C/N terlalu rendah). Untuk mengatasinya tambahkanlah bahan-bahan yang mengandung C/N tinggi, misalnya berupa jerami, serbuk gergaji, atau potongan kertas koran dan atau karton, bubuk arang, abu sisa pembakaran bahan organik dll. Jika tercium bau busuk, mungkin campuran kompos terlalu banyak mengandung air. Apabila ini terjadi, maka dapat lakukanlah pembalikan atau dapat ditambahkan oksigen.

Pupuk organik dinyatakan bagus dan siap diaplikasikan, jika tingkatkematangannya sempurna. Pupuk organik yang matang dapat dikenalidengan memperhatikan keadaan bentuk fisiknya, yakni sebagai berikut: Jika diraba suhu tumpukan bahan yang dikomposkan mendekati suhuruang

Tidak mengeluarkan bau busuk, bau yangdikeluarkan adalah bau harum menyerupai tanah

Bentuk fisiknya sudahmenyerupai tanah yang berwarna coklat kehitaman

Strukturnya remah, apabila dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal. Apabila ditekan dengan lunak, gumpalan kompos akan hancur dengan mudah.Sedangkan jika dilakukan analisis laboratorium, maka kompos yangsudah matang pada umumnya akan memiliki karakteristik sebagai berikut: Tingkat kemasaman (pH) pupuk organik agak masam sampai netral yakni6,5 - 7,5

Memiliki nilai C/N sebesar 10-20

Kapasitas Pertukaran Kation(KPK) tinggi, yakni mencapai 100 me/100 gram Daya absorbs (penyerapan) air tinggiKompos yang akan digunakan untuk memupuk tanaman sangatdianjurkan berupa kompos yang matang. Pemberian kompos yang belummatang akan merugikan tanaman. Suhu kompos yang belum matangcukup tinggi, sehingga apabila diaplikasikan tanaman akan mengalamikematian. Selain itu, akan terjadi persaingan nutrien antara tanaman danmikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan. Akibatnya kebutuhanhara tanaman tidak terpenuhi, sehingga pertumbuhan tanaman menjaditidak normal atau terganggu.Kualitas pupuk organik biasanya diidentikkan dengan kandunganunsur hara yang ada didalamnya. Kualitas pupuk organik sangat variatif,tergantung dari bahan baku atau proses pengolahannya. Unsur haradalam pupuk organik terbilang lengkap (mengandung unsur hara makrodan mikro), tetapi kadarnya kecil sehingga tidak dapat memenuhikebutuhan tanaman. Oleh karena itu, kualitas pupuk organik akan jauhlebih baik apabila kandungan unsur hara dapat ditingkatkan.

8. Penyimpanan Pupuk

Kompos apabila sudah jadi, sebaiknya disimpan sekitar 1 bulan untuk mengurangi unsur beracun, walaupun penyimpanan ini akan menyebabkan terjadinya sedikit kehilangan unsur yang diperlukan seperti Nitrogen. Tetapi secara umum kompos yang disimpan dahulu lebih baik. Penyimpanan kompos harus dilakukan dengan hati-hati, terutama yang harus dijaga adalah :

Jaga kelembabannya jangan sampai < 20 persen dari bobotnya

Jaga jangan sampai kena sinar matahari lansung (ditutup)

Jaga jangan sampai kena air / hujan secara langsung (ditutup)

Apabila akan dikemas, pilih bahan kemasan yang kedap udara dan tidak mudah rusak. Bahan kemasan tidak tembus cahaya matahari lebih baik.

Kompos merupakan bahan yang apabila berubah, tidak dapat kembali ke keadaan semula (Ireversible). Apabila kompos mengering, unsur hara yang terkandung didalamnya akan ikut hilang bersama dengan air dan apabila kompos ditambahkan air kembali maka unsur hara yang hilang tadi tidak dapat kembali lagi. Demikian juga dengan pengaruh air hujan. Apabila kompos kehujanan, unsur hara akan larut dan terbawa air hujan. Kemasan kompos sebaiknya bahan yang kedap adalah untuk menghindarkan kehilangan kandungan air. Kemasan yang baik membuat Kompos mampu bertahan sampai lebih dari 3 tahun.