modul - pelatihan pemanfaatan data dan informasi
DESCRIPTION
Sebagai Modul bagi pelajar/mahasiswa dalam Pemanfaatan data dan informasiTRANSCRIPT
Modul Pelatihan
Pemanfaatan
Data dan Informasi
Sebagai Dasar
Perencanaan Daerah
1. Sistem Informasi Kesehatan 2. Tools Assessment
3. Monitoring Evaluasi 4. Indikator Kesehatan
5. Manajemen Data 6. Penyajian Data Provil
7. Advokasi 8. Sistem Informasi Geografis
Kerjasama:
Pusat Kajian Biostatistika dan Informatika Kesehatan FKM UI
Dinas Kesehatan Provinsi NTB
GTZ
i
KATA PENGANTAR
Dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) melalui
sistim “Satu Pintu” di setiap layanan kesehatan di Nusa Tenggara Barat (NTB),
telah disepakati untuk melakukan pembenahan dalam kelengkapan,
ketepatan, dan kecepatan data bagi para pengguna informasi kesehatan untuk
perbaikan kebijakan kedepan.
Disadari bahwa perbaikan kondisi diatas dapat dicapai bila data dimanfaatkan
secara maksimal baik pada tingkat pengumpul maupun pada tingkat pengguna
untuk perbaikan management harian.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah membantu sehingga
Modul Pelatihan Pemafaatan Data dan Informasi Sebagai Dasar Perencanaan
Daerah dapat diselesaikan serta telah dilatihkan kepada Tim SIKDA pada
tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi NTB.
Modul ini berisikan konsep informasi kesehatan, alat untuk melakukan
assessment sistim informasi kesehatan, serta pemanfaatan data untuk
management kesehatan terkait indikator Standard Pelayanan Minimal,
pengenalan System Informasi Geografis dalam fisualisasi data.
Dengan terbitnya modul ini diharapkan dapat dipergunakan secara lebih luas
oleh staf Dinas Kesehatan di semua tingkatan sehingga manajement,
perencanaan dan kebijakan didasarkan pada data yang akurat.
Hormat kami,
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
Kata Pengantar i
Daftar isi iii
Modul 1: Sistem Informasi Kesehatan 1
1.1. Definisi sistem 3 1.2. Sistem informasi kesehatan 5 1.3. Pengembangan jejaring sistem informasi kesehatan sebagai inisiasi global 6 1.4. Kebijakan sistem kesehatan nasional 7 1.5. Kegiatan pokok siknas 9 1.6. Sistem informasi kesehatan daerah (sikda) 9 1.7. Pendekatan balanced scorecard dan dimensi strategis penguatan analisis
sistem informasi kesehatan 10
Modul 2: Tools Assessment 13
2.1. Langkah-Langkah Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (WHO, 2004) 15 2.2. Rencana Strategi Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) 15
Modul 3: Monitoring Evaluasi 29
3.1. Konsep monitoring dan evaluasi 31 3.2. Definisi serta manfaat monitoring dan evaluasi (monev) 31 3.3. Komponen indikator untuk monitoring dan evaluasi 34 3.4. Sumber & teknik pengumpulan data 37 3.5. Langkah monitoring dan evaluasi 38 Modul 4: Indikator Kesehatan 45
4.1. Definisi indikator 47 4.2. Kriteria indikator 47 4.3. Bentuk dan jenis indikator 48 4.4. Contoh indikator program 50 4.5. Langkah-langkah pengembangan indikator 62 4.6. Tools dalam pengembangan indikator 62
Modul 5: Manajemen data 69
Bagian I:Manajemen data praktis menggunakan aplikasi spreadsheet 71 I.1. Pengantar aplikasi spreadsheet 72
I.2. Penggunaan data eksternal 74 Bagian II:Fungsi analisa data Menggunakan aplikasi spreadsheet 86 II.1. Pengantar analysis tool pak (paket alat bantu untuk
Analisa data) dalam aplikasi spreadsheet 87 II.2. Penggunaan tabel pivot II.3. Fungsi-fungsi dasar untuk analisa data 89 Lampiran 98 Macro 99 Menggunakan option button 105 Menggunakan form input data pada excel 106 Fungsi-fungsi 108
DAFTAR ISI
iv
Modul 6: Penyajian data Profil 125 BAB I: Pendahuluan 127 BAB II: Visi, misi, tujuan dan kebijakan sdmk 129 BAB III: Penyusunan profil sdmk 138
Modul 7: Advokasi 157
7.1. Definisi advokasi 159 7.2. Langkah-langkah advokasi 160 7.3. Kegiatan yang harus terus menerus dilakukan 164
Modul 8: Sistem Informasi Geografis 169
8.1. Konsep Sistem Informasi Geografis (SIG) 171 8.2. Konsep Basis Data 172 8.3. Manajemen Data Spasial 174 8.4. Membangun Basis Data Spasial 8.5. Penyajian Data Kesehatan Berbasis SIG 176
MODUL 1 Pelatihan Pemanfaatan
Data Dan Informasi
Sebagai Dasar
Perencanaan Daerah
1
SISTEM INFORMASI
KESEHATAN (SIK)
2
SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK)
3
SISTEM INFORMASI
KESEHATAN (SIK)
1.1. DEFINISI SISTEM
Secara umum sistem informasi adalah : Sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu (integrated) untuk menyajikan
informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan
dalam sebuah organisasi. Dengan kata lain, sistem informasi merupakan kesatuan elemen-elemen yang
saling berinteraksi secara sistematis dan teratur untuk menciptakan dan membentuk
aliran informasi yang akan mendukung pembuatan keputusan dan melakukan
kontrol terhadap jalannya suatu organisasi/institusi.
Gambar 1 : Hirarki Sistem Informasi
Manajemen Strategis
Manajemen Taktis
Manajemen Operasional
● Keputusan jangka panjang ● Informasi tidak rinci ● Informasi eksternal dan internal
● Keputusan jangka panjang ● Informasi rinci
● Informasi internal
● Keputusan harian ● Informasi rinci dan spesifik
● Informasi internal
1
SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK)
4
Strategis (Executive
Taktis (Management
Operasional (Data Proccessing
Gambar 2 : Topologi Sistem Informasi
Sistem sebagai sebuah pendekatan terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu :
Masukan (Input)
Masukan yang diolah Masukan yang terlibat mengolah
Proses (Process) Keluaran (Output) Balikan (Feedback) Kontrol (Control) Lingkungan (Environment)
SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK)
5
Gambar 3. Pendekatan Sistem 1.2. SISTEM INFORMASI KESEHATAN
A health information system cannot exist by itself, but is a functional entity within
the framework of a comprehensive health system (Suatu sistem informasi kesehatan
tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai baian dari suatu sistem kesehatan).
Effective health information system provides information support to the decision-
making process at all levels. Health information system should be
transformed into effective management tools (suatu sistem informasi kesehatan
yang efektif memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan
disemua jenjang. Sistem informasi harus dijadikan sebagai alat yang efektif bagi
manajemen) (WHO,2003) Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah tatanan berbagai komponen data dan
informasi kesehatan yang saling terkait satu dengan yang lainnya untuk
menghasilkan data dan informasi tentang kondisi kesehatan dan kinerja kesehatan
suatu wilayah. Manajemen data dan informasi kesehatan satu pintu adalah
pengelolaan data dan informasi kesehatan mulai dari input (sumber data),
pengumpulan, pengolahan, analisis, penyajian dan publikasi data & informasi baik
ditingkat Puskesmas dengan jaringannya, tingkat kabupaten dengan jaringannya,
serta tingkat provinsi dengan jaringannya yang terintergrasi pada satu
pusat/pengelola data.
SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK)
6
Pusat / pengelola data adalah unit yang diberi kewenangan oleh pejabat yang
berwenang di suatu wilayah, untuk mengelola dan mempublikasikan data &
informasi secara resmi atas nama instansi yang bersangkutan. Perlu tim validasi
dan analisis data di tingkat puskesmas dan kabupaten yang terdiri dari lintas
program dan lintas sektor terkait. Di tingkat Kabupaten melibatkan pengelola data
puskesmas. Jaringan yang terintegrasi adalah penyatuan semua sistem-sistem
informasi berupa pengembangan, pembagian tugas, otoritas dan mekanisme saling
hubung dengan maksud untuk lebih meningkatkan efisiensi, keterpaduan dan daya
sinergi. Pada prinsipnyainformasi kesehatan merupakan informasi kesehatan yang
mendukung proses pengambilan keputusan disetiap jenjang administrasi
kesehatan. Selain itu beberapa aspek penting dalam Informasi kesehatan adalah
akurasi dan ketepatan penyajian informasi, pengelolaan informasi kesehatan harus
memadukan pengumpulan data melalui cara rutin dan non rutin. Aspek kerahasiaan
serta autoritas informasi harus diperhatikan. 1.3. PENGEMBANGAN JEJARING SISTEMINFORMASI KESEHATAN
SEBAGAI INISIASI GLOBAL Dalam mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan dibutuhkan pengembangan
jejaring (networking). Terdapat 4 prinsip dalam HMN, yaitu (1) Kepemilikan dan
keterlibatan stakeholder; (2) Keterhubungan antara sektor kesehatan dengan
insitusi penyedia data seperti Badan Pusat Statistik; (3) Harmonisasi dan ; (4)
Pendekatan yang komprehensif dalam membangun sistem informasi kesehatan.
Inisiasi global untuk membangun networking ini dikenal dengan Health Network
Matriks (HMN). Tujuan yang ingin dicapai dari HMN ini antara lain untuk
memperbaiki validitas, kualitas data dan ketersediaan data kesehatan sehingga
dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan (better data—better
decission—better health). (Health Matriks Network,2006.
Dalam mencapai tujuan tersebut antara lain dilakukan beberapa mekanisme teknis
yaitu, dengan mengembangkan framework dan standar dalam membangun
sistem informasi kesehatan.
Framework yang dapat dipakai sebagai standar pengembangan sistem
antara lain:
SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK)
7
1. Sumber Data
2. Sumber Daya
3. Indikator
4. Manajemen Informasi
5. Produk Informasi
6. Penyebaran dan pemanfaatan informasi
Gambar 4. HMN Framework (sumber: HMN, 2006)
1.4. KEBIJAKAN SISTEM KESEHATAN NASIONAL
Tujuan SIKNAS adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua
potensi bangsa secara sinergi efektif efisien sehingga tercapai derajat kesehatan.
Sistem Kesehatan Nasional terdiri dari 6 Subsistem yaitu:
Upaya Kesehatan
Pembiayaan Kesehatan
Sumberdaya Kesehatan
Obat dan Perbekalan Kesehatan
SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK)
8
Pemberdayaan Kesehatan
Manajemen Kesehatan, dimana salah satu subsistemnya adalah
Sistem Informasi Kesehatan Terdapat beberapa hal yang terkait dengan kebijakan Sistem Informasi Kesehatan
Nasional, antara lain:
SIKNAS dibangun dari jejaring sistem kesehatan Provinsi, dan
Kabupaten/Kota dengan melibatkan mitra.
SIKNAS dikembangkan dalam rangka desentralisasi bidang kesehatan
dalam mencapai Indonesia Sehat 2010.
SIKNAS dikembangkan secara bertahap untuk kemudian dapat
diimplementasi- kan di tingkat Provinsi dan Kabupaten.
SIKNAS merupakan bagian dari SKN
SIKNAS yang efektif harus dapat menyediakan data dan informasi bagi pengambil keputusan dan masyarakat.
Gambar 3. Strategi Pengembangkan SIKNAS
Mngr & Pengambil Keputusan
Pengembangan Teknologi & Sumberdaya
Fasilitas pengembangan Sistem2 informasi kesda
Pengembangan Pelayanan data & inf. Untuk masyarakat
Masyarakat
Penetapan & pelaksanaan sistem pencatatan & pelaporan
Pengembangan pelayanan data & informasi untuk manajemen
Integrasi/kepaduan sistem2 pencatatan & pelaporan yang ada
SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK)
9
1.5. KEGIATAN POKOK SIKNAS
Kegiatan pokok SIKNAS meliputi antara lain:
1. Menata Sistem Informasi Kesehatan
2. Memfasilitasi Pengembangan dan Penyelenggaraan SIK Daerah
3. Menyelenggarakan pengumpulan, pengolahan, analisis
dan penyajian data/informasi kesehatan.
4. Mengembangkan sdm pengelola data/info, dan pemanfaatan teknologi
informasi serta pengembangan jejaring bank data
1.6. SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH (SIKDA)
Sistem Informasi Kesehatan Daerah merupakan sub sistem dari Sistem Kesehatan
Daerah yang diharapkan dapat berjalan secara sinergis, sehingga intervensi-
intervensi di bidang kesehatan dapat dilakukan secara tepat dan cepat sesuai
dengan fakta yang ada di lapangan. Sebagai bagian dari lingkungan sistem, maka
dalam pengembangan sistem informasi kesehatan daerah perlu menyelaraskan
dengan tujuan yang akan dicapai melalui pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS) dan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA).
Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) dikembangkan untuk mendukung
pencapaian visi Indonesia Sehat 2010 dalam bidang informasi. Oleh karena itu,
maka ditetapkan visi Sistem Informasi Kesehatan Nasional yaitu INFORMASI
KESEHATAN ANDAL 2010 (Reliable Health Information 2010). Untuk mewujudkannya
maka ditetapkan misi dari pengembangan Sistem Kesehatan Nasional adalah :
a. Mengembangkan pengelolaan data yang meliputi pengumpulan,
penyimpanan, pengolahan dan analisis data.
b. Mengembangkan pengemasan data dan informasi dalam bentuk Bank Data,
Profil Kesehatan dan kemasan-kemasan informasi khusus.
c. Mengembangkan jaringan kerjasama pengelolaan data dan informasi
kesehatan.
d. Mengembangkan pendayagunaan data dan informasi kesehatan.
Arah kebijakan terhadap pengembangan sistem informasi kesehatan antara lain
adalah pengembangan manajemen data dan informasi kesehatan satu pintu. Yang
dimaksud dengan kebijakan manajemen data satu pintu adalah disetiap tingkat
wilayah administratif harus memiliki bank / pangkalan / pusat /pengelola data, dan
SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK)
10
secara bertahap dikembangkan sistem pengelolaan data dan informasi dengan
prinsip satu pintu melalui (berbasis) web, sehingga masing-masing pihak dapat
mengakses dengan cara yang cepat dan mudah. Tujuan dari pengembangan Manajemen Data dan Informasi Kesehatan Satu Pintu
adalah terwujudnya pengelolaan data dan informasi kesehatan mulai dari input
(sumber data), pengumpulan, pengolahan, analisis, penyajian dan publikasi data &
informasi baik ditingkat Puskesmas dengan jaringannya, tingkat kabupaten dan
jaringannya, serta tingkat provinsi dan jaringannya, yang terintergrasi pada satu
pusat / pengelola data yang berdayaguna dan berhasil guna, sehingga dapat
menjadi tulang punggung pengambilan keputusan yang besifat evidence based. Pembangunan SIK terintegrasi harus berdasarkan komitmen bersama dari tingkat
puskesmas, kabupaten/kota, provinsi, maupun pusat, dengan membuat rancang
bangun / Master Plan Sistem Informasi Kesehatan yang disepakati bersama. Untuk
menjamin pelaksanaan dan kesinambungan SIK, sistem penganggaran perlu
dikukuhkan dalam bentuk peraturan daerah (Perda) atau yang setingkat dengan
peraturan itu. Pengembangan SIK dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuandaerah, secara bertahap dan berkesinambungan berdasarkan pada
rancang bangun SIK yang telah disepakati bersama, dan kaidah-kaidah sistem
informasi. SIK yang dibangun harus bermanfaat (untuk efektivitas dan efisiensi
pelayanan) bagi yang bersangkutan, bisa memberikan informasi tentang hasil
kinerja dan derajat kesehatan wilayah, serta informasi yang evidence base sebagai
tulang punggung pengambilan keputusan.
1.7. PENDEKATAN BALANCED SCORECARD DAN DIMENSI STRATEGIS PENGUATAN ANALISIS SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Analisis situasi sistem yang sedang berjalan (Existing System) dilihat dengan
pendekatan Balanced Scorecard dan analisis SWOT. Tujuannya agar hasil yang
didapat dilapangan dapat dikaji secara mendalam berdasarkan komponen
manajemen SIK yang strategis. Empat perspektif manajemen berdasarkan
Balanced Scorecard yaitu Pendanaan (Financial), Pengguna (Customer), Proses
Bisnis/Lingkup Kegiatan (Bisnis Proses), Pembelajaran (Continual Improvement). Hasil kuantifikasi dari keempat perspektif tersebut akan menjadi dasar untuk
SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK)
11
melakukan analisis SWOT untuk mengembangkan empat tipe strategi dalam
pengembangan SIK terintegrasi yaitu strategi Kekuatan-Peluang (Strengths –
Opportunities/SO), Strategi Kelemahan – Peluang (Weakness – Opportunities/WO),
Strategi Kekuatan-Ancaman (Strengths – Threats/ST), dan Strategi Kelemahan-
Ancaman (Weakness – Threats/WT). A. Pendanaan (Financial)
Dimensi pendanaan (financial) merupakan kemampuan pembiayaan (sumber
pendanaan) untuk pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi guna
keberlangsungan sistem informasi. Alokasi dana merupakan komponen yang
penting dalam pengembangan SIK terintegrasi, terutama dalam konteks memenuhi
input dan terlaksananya proses untuk menghasilkan informasi yang adequate dan
tepat waktu.
Berdasarkan hasil identifikasi dilapangan, pengembangan SIK lebih mengarah
kepada pengembangan sumber daya manusia, sehingga pendanaan lebih
diarahkan kepada pengembangan SDM. Selain itu, juga digunakan untuk
membangun protokol/prosedur manajemen data yang terstandarisasi. Protokol
yang standar akan memperkuat dan mempermudah manajemen informasi
kesehatan nasional. Manajemen data dimulai dari pengumpulan data sampai
dilakukannya diseminasi informasi baik dalam bentuk laporan tertulis atau bahkan
kearah penggunaan media elektronik. B. Pengguna (Customer)
Pengguna dapat diterjemahkan dalam konteks lingkungan (stakeholder) yang
merupakan kondisi yang dapat mempengaruhi pembangunan dan penerapan
sebuah SIK terintegrasi. Pengaruh yang paling terlihat dari analisis situasi dengan
perspektif pengguna menunjukkan faktor keterlibatan dan koordinasi antar
departemen atau unit-unit dalam konteks E-Goverment memiliki skor yang cukup
besar untuk menjadi perhatian
.
C. Proses Bisnis (Business Process)
Proses bisnis merupakan lingkup kegiatan terkait dengan sistem pencatatan dan
pelaporan dari seluruh sumber data kesehatan. Sumber data kesehatan adalah
seluruh proses bisnis dalam pembangunan kesehatan, baik upaya kesehatan
masyarakat maupun pelayanan medis dan laboratorium. Proses bisnis dalam
lingkup SIKNAS menunjukkan kemampuan pusat dalam mengumpulkan dan
SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK)
12
mengintegrasikan data kesehatan baik dari daerah maupun kemampuan dalam
menganalisis dan memanfaatkan data kesehatan nasional. D. Pembelajaran (Continual Improvement)
Komponen yang termasuk dalam aspek pembelajaran termasuk komponen Sumber
Daya Manusia (peningkatan kemampuan, jenjang karir dan jumlah), pemeliharaan
dan penyempurnaan sistem (dalam konteks penggunaan teknologi ICT), serta
audit sistem (Quality Assurance). Perspektif pembelajaran memperlihatkan tiga
faktor yang perlu diperhatikan yaitu manajemen SDM, pengelolaan data serta audit
sistem informasi.
MODUL 2 Pelatihan Pemanfaatan
Data Dan Informasi
Sebagai Dasar
Perencanaan Daerah
TOOLS ASSESSMENT
13
14
TOOLS ASSESSMENT
15
TOOLS ASSESSMENT
2.1. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
KESEHATAN (WHO, 2004) :
(1) Review the existing system
(2) Define the data needs of relevant units within the health system
(3) Determine the most appropriate and effective data flow
(4) Design the data collection and reporting tools
(5) Develop the procedures and mechanisms for data processing
(6) Develop and implement a training programme for data providers and data users
(7) Pre-test, and if necessary, redesign the system for data collection, data
flow, data processing and data utilization
(8) Monitor and evaluate the system
(9) Develop effective data dissemination and feedback mechanisms
(10) Enhance the HMIS 2.2. RENCANA STRATEGI SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH
(SIKDA)
2
Proses Analisis Pengembangan Master Plan
Komponen Master Plan
Tools dan Best Practice (BSC & HMN)
Visi & Misi
EFE & IFE
Tujuan Matrix IE
Perumusan Strategy
KPI
Timeframe
SDMStrategy Networking Strategy
Indikator Strategy
Protokol Strategy
ICT Strategy
TOOLS ASSESSMENT
16
1. Analisis Situasi
Proses analisis merupakan tahap pertama yang dilakukan untuk mendapatkan
gambaran kondisi terkait dengan pelaksanaan SIK di setiap entitas yang
terlibat. Kegiatan ini merupakan hasil assessment yang dilakukan dengan teknik
wawancara mendalam. Hasil kegiatan ini selanjutnya akan digunakan sebagai
bahan pengembangan rencana induk (Master Plan). Perspektif Financial
Merupakan kemampuan Financial/ Pembiayaan, sumber pendanaan untuk
pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi guna keberlangsungan
sistem informasi. Alokasi dana merupakan komponen yang penting dalam
pengembangan SIK terintegrasi, terutama dalam konteks pemenuhan input dan
proses untuk dapat menghasilkan output. Perspektif Customer (Environment)
Customer dapat juga diterjemahkan dalam konteks lingkungan atau kondisi
yang mempengaruhi dari pembangunan dan penerapan sebuah SIK terintegrasi. Perspektif Bisnis Proses
Semua komponen yang terkait dalam lingkup kegiatan manajemen data
(collecting, procesing, anlyzing, disemination) data kesehatan. Perspektif Pembelajaran
Komponen yang termasuk dalam aspek pembelajaran audit sistem (Quality
Assurance) untuk komponen Sumber Daya Manusia (peningkatan kemampuan,
jenjang karir), Maintenance hardware, Penyempurnaan System Requierement
Evaluasi
Faktor
Internal
Evaluasi
Faktor
External
Analisis
Situasi
Frame
Work
Perumusan
Strategi
Perumusan
Strategi
dengan
komponen
Matrik
SWOT
KPI
RoadMap
TOOLS ASSESSMENT
17
Specification (dalam konteks penggunaan teknologi ICT).
2. Pengukuran External Factor (EFE) dan Internal Factor (IFE)
Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem informasi lebih disebabkan
karena perencanaan yang kurang baik dimana identifikasi dari faktor-faktor
penentu keberhasilan (critical succes factors) dalam implementasi sistem kurang
lengkap dan menyeluruh.
Analisis internal dan eksternal sistem penting dilakukan agar dapat diukur
sehingga dapat menghasilkan rumusan analisis kondisi lingkungan sistem baik
lingkungan internal maupun eksternal yang kemudian dijadikan acuan untuk
merumuskan dan menetapkan strategi pengembangan sistem.
Analisis terhadap internal sistem digunakan untuk melakukan introspeksi
terhadap faktor kekuatan dan kelemahan. Sedangkan hasil analisis eksternal
bertujuan untuk menghasilkan rumusan peluang dan ancaman yang akan
dihadapi sistem yang dikembangkan di masa mendatang.
Dalam pengukuran EFE dan IFE, critical sucses factor yang telah diidentifikasi
diberikan nilai bobot untuk melihat seberapa besar pengaruh factor tersebut
terhadap keselurahan factor yang membangun/mempengaruhi
pembangunan/pengembangan SIKDA. Kisaran nilai pembobotan adalah 1-4,
dimana 1 menunjukkan nilai CSF berpengaruh kecil, 4 menunjukkan nilai CSF
berpengaruh besar.
Untuk pengukuran kondisi maka dilakukan penilaian pada critical sucses factor
dengan kisaran skala 1-4. Untuk faktor peluang dan kekuatan, skala 1
menunjukkan keadaan / kondisi yang buruk, dan skala 4 menunjukkan
keadaan/kondisi sangat baik. Untuk faktor tantangan dan kelemahan, skala 1
menunjukkan keadaan / kondisi yang sangat buruk, dan 4 menunjukkan
keadaan/ kondisi sangat baik.
3. MATRIX IE
Merupakan penggambaran hasil evaluasi/pengukuran faktor-faktor Eksternal dan
Faktor- faktor Internal sehingga dapat memperlihatkan posisi dan kondisi
organisasi. Hal ini akan berkaitan dengan perumusan dan menentukan strategi
dalam perspektif manajemen (Balance scorecard)
TOOLS ASSESSMENT
18
4. Matrix SWOT Strategi SO atau strategi kekuatan – peluang menggunakan kekuatan internal
sistem (existing system) untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO
atau strategi kelemahan – peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan
dengan memanfaatkan peluang. Strategi ST atau strategi kekuatan – tantangan
menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi tantangan. Dan
strategi WT atau strategi kelemahan – tantangan merupakan taktik defensive
yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan dan menghindari tantangan. Penggunaan pendekatan Balanced Scorecard memberikan kerangka yang
komprehensif dan sistematik dalam analisis SWOT. Kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangan dalam pengembangan SIK Terintegrasi kemudian
dianalisis melalui empat perspektif Balanced Scorecard : keuangan, customer,
proses bisnis, dan pembelajaran. Identifikasi terhadap keempat perspektif
tersebut akhirnya menghasilkan rumusan kekuatan, kelemahan, peluang
dan tantangan yang kemudian digunakan untuk perencanaan strategi
pengembangan SIKDA. Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada
dalam sistem yang berjalan saat ini (existing system), antara lain:
a. Strategi Peluang – Kekuatan (SO)
b. Strategi Peluang – Kelemahan (OW)
c. Strategi Tantangan – Kekuatan (ST)
d. Strategi Tantangan – Kelemahan (TW)
5. Perumusan Tujuan dan Penetapan Indikator (Key Performance Indicator) Perumusan tujuan serta penetapan indikator yang dpaat dijadikan pengukuran
keberhasilan kinerja ataupun pencapaian sebuah rencana stategis pengembangan
Sistem 6. Penetapan Sasaran dan Target
Sasaran merupakan rencana atau road map kegiatan yang akan dilaksanakan
setelah menganalisis faktor internal dan eksternal. Dalam setiap pelaksanaan
kegiatan harus memiliki target pencapaian sehingga pada tiap kurun waktu
tertentu dapat dilakukan evaluasi pencapaian kinerja dalam hal ini adalah
pengembangan SIKDA.
TOOLS ASSESSMENT
19
Tools Asessment
Menurut WHO
TOOLS ASSESSMENT
20
TOOLS ASSESSMENT
21
TOOLS ASSESSMENT
22
TOOLS ASSESSMENT
23
TOOLS ASSESSMENT
24
TOOLS ASSESSMENT
25
TOOLS ASSESSMENT
26
BALANCE SCORECARD
(dalam software sederhana Tools Balancescorecard Banggai diformat Ms.excell)
MODUL 3 Pelatihan Pemanfaatan
Data Dan Informasi
Sebagai Dasar
Perencanaan Daerah
MONITORING EVALUASI
27
28
MONITORING DAN EVALUASI
29
MONITORING EVALUASI
(MONEV)
3.1. KONSEP MONITORING DAN EVALUASI
Pertanyaan penting yang selalu dikemukakan terhadap berjalannya suatu program
antara lain; Apakah program tersebut berjalan sesuai yang direncanakan?;
Apakah telah mencapai populasi atau target yang ingin dicapai?;
dan Seberapa besar tujuan tercapai? Pertanyaan tersebut penting untuk dijawab karena jangan sampai sumber daya
yang harus maupun telah dialokasikan, untuk program-program tersebut, tetapi
tidak dapat memperlihatkan hasil dan kinerja upaya kesehatan masyarakat secara
jelas. Monitoring dan evaluasi terkadang dilakukan orang secara sederhana, namun ada
juga yang melakukannya secara lebih hati-hati, dan membuatnya menjadi lebih
kompleks, sehingga monitoring dan evaluasi menjadi proses yang memerlukan
waktu dan tenaga yang lebih banyak. Pertanyaan kemudian yang perlu diketengahkan adalah bagaimana kita dapat
memanfaatkan kemampuan yang terbatas, seperti tenaga, waktu dan uang
(sumberdaya), untuk dapat melaksanakan evaluasi dan monitoring yang berguna
bagi pengembangan program.
3.2. DEFINISI SERTA MANFAAT MONITORING DAN EVALUASI (MONEV)
1. Monitoring
Definisi Monitoring Monitoring atau pemantauan adalah upaya sistematis yang bersifat periodik atau
terus menerus (berkesinambungan) untuk mengetahui sedini mungkin apakah
3
MONITORING DAN EVALUASI
30
pelaksanaan program sesuai atau menyimpang dari rencana semula dengan
memanfaatkan sekumpulan indikator terpilih. Pemantauan atau monitoring diperlukan karena beberapa alasan, antara lain;
- Sistem monitoring sangat penting untuk dilaksanakan namun sangat lemah
dalam pelaksanaannya
- Perlu dilakukan pengembangan indikator yang jelas dan kuat untuk
pelaksanaan monitoring
- Selain itu perlu dibangun cara melaksanakan monitoring, termasuk indikator
monitoring, stategi pengukuran yang terintegrasi dengan system informasi kesehatan
Monitoring harus menjadi bagian dalam sistem informasi kesehatan. Hal tersebut
termasuk basis data yang berkualitas dan terus menerus diperbaharui (up-to-date)
terhadap sumberdaya manusia kesehatan, informasi finansial, infrastruktur
kesehatan, keberadaan jenis pelayanan kesehatan, logistik dan sistem suplaynya. Manfaat Monitoring
Mengenali masalah program yang sedang dilaksanakan dengan sedini mungkin,
melakukan perbandingan antar lokasi/tempat, menilai trend status situasi tertentu,
sehingga dapat diambil tindakan korektif secara cepat dan tepat. Monitoring diharapkan dapat menjawab dua pertanyaan penting, berikut ini:
1. Apakah program telah mencapai populasi atau target yang diinginkan?
2. Apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang direncanakan?
2. Evaluasi Definisi Evaluasi
Evaluasi merupakan proses periodik dan sistematis untuk menilai seluruh fungsi
organisasi dengan cara menilai hasil yang dicapai kemudian dibandingkan dengan
tujuan/harapa/target yang ingin dicapai. Evaluasi melihat hasil dari proses kegiatan
secara keseluruhan. Hal terpenting bahwa data evaluasi yang digunakan tidak
hanya dari hasil monitoring tetapi perlu didukung dengan data lain seperti survei,
review dokumen untuk memperkuat hasil evaluasi.
MONITORING DAN EVALUASI
31
Tujuan Evaluasi adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Apakah tujuan telah tercapai?
2. Berapa besar pengaruh program?
3. Apa saja hasil atau akibat yang tidak diharapkan dari program?
4. Bagian program mana yang paling atau kurang berhasil?
Beberapa alasan mengapa orang perlu melakukan evaluasi adalah beragam,
namun umumnya untuk menilai;
1. pencapaian program (achievement), melihat apa yang telah dicapai
2. mengukur kemajuan (progress), yang terkait dengan tujuan program
3. peningkatan monitoring, untuk menajemen yang lebih baik
4. Identifikasi kekuatan dan kelemahan suatu program
5. melihat efektifitas program, atau melihat perbedaan yang dicapai program
6. melihat cost-benefit, apakah biaya yang dikeluarkan sesuai
7. mengumpulkan informasi, untuk perencanaan yang lebih baik
8. Menyebarkan pengalaman, untuk menghindari kesalahan yang sama, atau
adopsi metode yang sama
9. meningkatakan efektifitas program, untuk meningkatkan dampak
10. untuk perencanaan yang lebih baik
11. akuntabilitas program bagi sponsor
Karena evaluasi harus melayani berbagai kebutuhan tersebut, maka evaluasi juga
mempunyai strategi atau metode yang banyak, dan dilakukan pada berbagai
tingkatan pelaksanaan program;
1. Pada perencanaan, menilai kelemahan dan kekuatan dalam suatu
intervensi untuk menjadi lebih baik
2. pada proses, untuk menentukan derajat efektifitas program, terhadap target
dari sumberdaya, pelayanan dan keuntungan yang diharapkan oleh
sponsor.
3. Pada dampak, untuk melihat efek dari intervensi
Evaluasi sebagai salah satu dari fungsi manajemen bertujuan untuk mengetahui
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan suatu perencanaan, sekaligus mengukur
seobyektif mungkin hasil-hasil pelaksanaan dengan ukuran-ukuran yang dapat
diterima oleh pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perencanaan. Tujuan utama dari penilaian/evaluasi adalah agar hasil penilaian tersebut dipakai sebagai umpan
MONITORING DAN EVALUASI
32
balik bagi perencanaan selanjutnya.
Monitoring VS Evaluasi
Monitoring:
melihat kemajuan kinerja program (performance) secara periodik
untuk tindakan korektif
Evaluasi :
menilai hasil program (outcomes) untuk perbaikan program
selanjutnya
3.3. KOMPONEN INDIKATOR UNTUK MONITORING DAN EVALUASI
Informasi yang dibutuhkan adalah salah satu hal yang harus dikemukakan pada
awal direncanakannya monitoring dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk
mengetahui apa yang telah dan akan diketahui untuk menilai suatu intervensi. Jenis
informasi yang akan dikumpulkan akan berkaitan erat dengan metode atau cara
yang akan digunakan dalam melaksanakan monitrong dan evaluasi, sehingga
perencaan dapat lebih lengkap dan terarah.
Informasi tersebut berupa indikator, yaitu ukuran tidak langsung (indirect) yang
digunakan dalam proses monev untuk membantu mengukur perubahan-perubahan
yang merefleksikan “keadaan sebenarnya”. Contoh: Berat Badan Menurut Umur
(BB/U) merupakan ukuran tidak langsung (indikator) untuk menilai status gizi anak.
Bila pengukuran dilakukan berturut-turut sepanjang waktu, maka akan memberikan
informasi arah dan kecepatan perubahan program yang terjadi, sehingga dapat
dipakai untuk membandingkan daerah atau kelompok lain yang berbeda pada
waktu yang sama atau kelompok yang sama dalam waktu yang berbeda.
Biasanya indikator dalam bentuk indeks, kuantitatif dan kualitatif. Contohnya:
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator tingkat kesejahteraan masyarakat
karena kematian bayi disebabkan bukan disebabkan bayi tersebut tetapi tergantung
perlakuan keluarga kepadanya. Oleh karena itu secara langsung, AKB
menunjukkan indikator kematian bayi, tetapi secara tidak langsung menunjukkan
tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara.
MONITORING DAN EVALUASI
33
Indikator dapat dibedakan menjadi indikator input, output, dan efek dan impact.
Indikator input dan output merupakan indikator di tingkat program yang bertujuan
menilai kinerja (performance) program, sedangkan indikator efek dan impact
merupakan indikator di tingkat masyarakat/populasi yang menjadi target
program/intervensi. Indikator di tingkat masyarakat bertujuan menilai outcome
keberhasilan dari program baik bersifat efek (intermediate outcomes) seperti
peningkatan pengetahuan, peningkatan prevelansi kontrasepsi maupun impact
(long-term outcomes) seperti penurunan fertilitas, penurunan kematian ibu.
Tabel 1. Contoh indikator Pelayanan Keluarga Berencana
Tingkat Program (Kinerja)
Tingkat Masyarakat (Outcome)
Input Ketersediaan tenaga,
suplai peralatan dana
Output Utilisasi pelayanan Kualitas pelayanan Kontak Akses Pelayanan
Efek
Perilaku (dikenal dengan Cakupan) Pengetahuan Prevalensi kontrasepsi
Impact Penurunan fertilitas (TFR)
Apabila kita akan melakukan evaluasi program maka memfokuskan pada indikator
outcome di tingkat masyarakat, sedangkan apabila kita akan melakukan monitoring
maka memfokuskan pada indikator kinerja di tingkat program untuk mendapatkan
masukan tindakan korektif apa yang diperlukan.
Berapa banyak indikator yang digunakan?
Dalam menentukkan keberhasilan program, penggunaan satu indikator saja tidak
dapat menggambarkan keadaan yang kita inginkan karena dimensi program yang
kita lakukan pasti banyak. Padahal indikator biasanya bersifat parsial, yaitu hanya
mengukur salah satu bagian aspek yang akan diukur, apalagi pengukuran yang
dilakukan biasanya bersifat tidak langsung. Namun demikian, menggunakan terlalu
banyak menggunakan indikator justru juga akan mempersulit penilaian karena akan
semakin banyak data yang akan dikumpulkan dan dianalisis. Solusinya, dalam
penentuan indikator perlu adanya keseimbangan (balancing) yang relevan dalam
MONITORING DAN EVALUASI
34
menentukkan jumlah indikator yang akan ditetapkan. Kriteria yang digunakan
adalah keseimbangan antara kriteria akademik dengan kriteria praktis.
Kriteria akademik seleksi indikator
Valid, mengukur apa yang diukur
Objektif, hasil sama, walau diukur oleh orang berbeda dengan waktu
berbeda
Sensitif, hasil pengukuran berubah sesuai perubahan kondisi yang diukur
Spesifik, hasil pengukuran berubah hanya apabila kondisi yang diukur
berubah, bukan karena perubahan kondisi lain yang tidak diukur
Kriteria praktis seleksi indikator, adalah data dapat diperoleh dengan mudah
sesuai sumber daya yang ada/tersedia.
Ukuran Indikator
Beberapa ukuran indikator yang biasa digunakan, yaitu:
Jumlah : merupakan ukuran yang paling sederhana, yaitu hanya jumlah
kejadian atau objek/kasus. Contoh: 56 kunjungan, 9765 bayi yang
diimunisasi
Ratio : perbandingan dua angka (pembilang/numerator dan
penyebut/denominator) yang saling terpisah satu sama lain atau pembilang
bukan bagian dari penyebut. Contoh: jumlah dukun terlatih per populasi
(1:490), rasio jenis kelamim (99:100), dan jumlah kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup (390: 100.000).
Proporsi : Ratio perbandingan pembilang dengan penyebut dimana
pembilang merupakan bagian dari penyebut. Contoh: Dari 5000 balita
terdapat 3250 bayi telah diimunisasi (3250/5000= 0,65)
Persentase: proporsi dikalikan 100. Contoh: 65% bayi telah diimunisasi
(3250/5000 * 100= 0,65)
Umumnya ukuran indikator menggunakan ukuran ratio dan proporsi dibanding
dengan ukuran jumlah/angka absolut. Hal ini dikarenakan ukuran ratio dan
proporsi memiliki kelebihan, yaitu:
Membuat perbandingan antara dua populasi yang berbeda, yang mungkin
berbeda dalam jumlah orang yang beresiko, oleh karena itu perlu
MONITORING DAN EVALUASI
35
pembakuan dengan mempertimbangkan populasinya. Contoh: membuat
perbandingan masalah status gizi ibu hamil antar beberapa desa, maka
perlu dipertimbangkan jumlah ibu hamil di masing-masing desa; atau
membandingkan status gizi ibu hamil di satu desa dibandingkan 3 tahun
mendatang, maka perlu dipertimbangkan jumlah ibu hamil dua periode
tersebut.
Menghitung taksiran jumlah kasus, dengan menggunakan angka rata-
rata nasional/standar nasional yang telah diketahui maka taksiran kasus
dapat diketahui. Contoh: angka kematian bayi nasional 120 per 1000
kelahiran hidup per tahun, jika kecamatan tercatat terdapat 200 kelahiran
hidup maka taksiran kematian bayi 120/1000 * 200 = 48 per 1000 kelahiran
hidup.
3.4. SUMBER & TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Sumber Data
Kebutuhan data untuk kegiatan monev sangat penting, mengingat data merupakan
bukti yang menunjukan fakta kondisi yang sebenarnya di masyarakat. Data yang
digunakan untuk monitoring & evaluasi dikumpulkan dari banyak sumber. Secara
garis sumber data dibedakan menjadi dua sumber, yaitu pertama berasal dari
masyarakat (population data based) dan yang kedua berasal dari fasilitas (facility
data based). Sumber data tersebut sangat terkait dengan tingkat pengukuran.
Apabila monitoring dilakukan di tingkat program maka sumber data berasal dari
fasilitas baik melalui data rutin program maupun survei yang di fasilitas, sedangkan
jika monitor dilakukan di tingkat masyarakat maka sumber data berasal dari
masyarakat.
MONITORING DAN EVALUASI
36
Tabel 2. Sumber Data
Tingkat Pengukuran Sumber Data Contoh
Output (Tingkat program)
Data rutin program Facility survei
Sistem pencatatan pelaporan puskesmas Exit interview
Outcomes (Tingkat Masyarakat)
Survei masyarakat Survei nasional
Rapid Survei SDKI* SKRT**
* SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia): salah satu survei nasional yang
memfokuskan pada masalah kependudukan & Keluarga Berencana
** SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga): salah satu survei nasional yang
memfokuskan pada masalah kesehatan (kesakitan, kematian, dan disabilitas)
Teknik Pengumpulan Data
Data untuk monitoring dapat dikumpulkan dari berbagai sumber tersebut, dapat
dikumpulkan dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut:
1. Angket, merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat searah karena
responden mengisi jawaban pada instrumen yang diberikan. Ini berarti
responden harus berpendidikan tinggi minimal dapat membaca menulis.
2. Wawancara, teknik ini merupakan teknik yang paling banyak dikenal dan
dipakai, bersifat dua arah dan menggunakan isntrumen/kuesioner dengan
pertanyaan terstruktur.
3. Observasi, seringkali beberapa fenomena/gejala di sekitar kita yang tidak
dapat tanyakan, tetapi dapat diukur lewat pengamatan/observasi.
Contohnya: menilai ketrampilan bidan dalam melakukan pemasangan IUD,
apakah sesuai dengan standar pelayanan medis.
4. Review Dokumen, melakukan pencatatan data dari dokumentasi kegiatan
atau program yang ada.
3.5. LANGKAH MONITORING DAN EVALUASI
Perencanaan
Tahap 1: Tentukan tujuan monitoring
Langkah pertama dalam melakukan monitoring, yaitu 1) tentukan
kegiatan/program apa yang akan dimonitor; 2) dan jabarkan tujuannya?.
Gunakan matriks berikut ini:
Contoh:
MONITORING DAN EVALUASI
37
Matriks 1. Kegiatan & Tujuan Monitoring
Kegiatan yg dimonitor
Tujuan Jenis Indikator
Keluarga Berencana
Mengetahui tingkat pemakaian kontrasepsi Output
Mengetahui tingkat pengetahuan perempuan mengenai KB
Effect
Mengetahui banyak kehamilan yang tidak direncanakan
Effect
KIA/ Persalinan Aman
Mengetahui banyaknya dukun terlatih Input
Mengetahui penanganan kasus komplikasi obstetrik
Output
Mengetahui banyaknya persalinan aman Effect
Tahap 2: Tentukan lingkup monitoring
Sesudah program & tujuan monitoring telah dijabarkan, kita sebaiknya
menentukan seberapa luas lingkup monitoring yang akan dilakukan. Berikut ini
beberapa pertanyaan penting untuk menentukan ruang lingkup monitoring, yaitu:
Matriks 2. Tentukan lingkup monitoring
1. Seberapa luas area yang dimonitor? Desa Sinargalih Kecamatan Kemang
2. Fasilitas apa saja yang akan dimonitor ? Puskesmas 3. Petugas apa saja yang akan dipilih (managers, penyedia pelayanan, atau
volunter)? bidan
4. Berapa lama monitor akan dilakukan ? 6 bulan
Lingkup monitoring perlu dipertimbangkan karena terkait dengan lamanya waktu
pengumpulan dan pengolahan serta analisa datanya. Apabila lingkup montoring
terlalu, dapat menjadi beban dalam pengumpulan data sehingga dapat terjadi
keterlambatan untuk mendapatkan informasi untuk tindakan korektif.
Tahap 3: Tentukan indikator dan/atau performance standard (Target)
Setelah tujuan dan lingkup monitoring telah dijabarkan, maka lakukan pemilihan
beberapa indikator sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Indikator yang telah dipilih
kemudian dijabarkan ukuran indikator yang dipilih apakah dalam bentuk
jumlah/angka absouli, ukuran ratio, atau proporsi/persentase?, jabarkan formulasi
perhitungan indikator tersebut baik numerator maupun denominator. Formulasi
tersebut diperlukan untuk mengetahui dimana data tersebut bersumber.
MONITORING DAN EVALUASI
38
Matriks 4. Tentukan indikator, formulasi indikator dan standar/target.
Tujuan Indikator & Formulasi Standar /target
Mengetahui tingkat pemakaian kontrasepsi
% pemakaian kontrasepsi modern
wanita yang memakai kontrasepsi modern --------------------------------------------------- x 100%
wanita usia subur (15-49 tahun)
67%
Mengetahui tingkat pengetahuan perempuan mengenai KB
% wanita mengetahui salah satu jenis kontrasepsi modern & dimana tahu mendapatkannya
wanita mengetahui salah satu jenis kontrasepsi modern & dimana tahu mendapatkannya ----------------------------------------------------------- x 100%
wanita usia subur (15-49 tahun)
90%
Mengetahui banyak persalinan aman
% wanita melahirkan yang ditolong tenaga kesehatan (nakes)
wanita yang ditolong nakes pada persalinan terakhir ----------------------------------------------------------- x 100%
persalinan terakhir
60%
Tidak kalah penting adalah penentuan standard (performance standard) untuk
masing-masing indikator, biasanya dikenal dengan “Target”. Target dibutuhkan
untuk mengetahui apakah program yang dilaksanakan efektif, contohnya: berapa
persen seharusnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan?, berapa persen
seharusnya imunisasi lengkap pada balita dicapai? ; berapa jumlah balita yang
seharusnya berat badan naik per bulan? dll. Pertanyaan ini diketahui jika kita
membandingkan dengan target. Target bisanya ditetapkan menggunakan rata-
rata nasional atau local ataupun ditetapkan oleh instansi terkait.
MONITORING DAN EVALUASI
39
Contoh penggunaan target, yaitu sebagai berikut:
Target cakupan imunisasi lengkap biasanya ditetapkan 80% dari jumlah balita.
Jika diperkirakan jumlah balita di kabupaten 5000 dan tercatat jumlah balita yang mendapatkan imunisasi lengkap sebanyak 3250 orang
Cakupan imunisasi lengkap
bayi yang diimunisasi (3250) ---------------------------------------- x 100 = 65%
balita di kabupaten (5000)
Pencapaian program:
bayi yang diimunisasi 3250 ---------------------------------------- x 100 = 81%
balita 5000 * 0.80
Ini berarti cakupan 65% (3250/5000*100) atau lebih rendah 15% di bawah target atau program yang dilaksanakan baru mencapai 81% dari target.
Implementasi
Tahap 4: Tentukan sumber data dan teknik pengumpulan data
Untuk setiap indikator, tentukan sumber dan teknik pengumpulan data. Untuk satu
indikator sumber data bisa berbeda-beda. Pilihan sumber informasi tergantung
ketersediaan system informasi. Sebagian besar sumber data monitoring dan
evaluasi berasal dari data rutin yang ada, seperti catatan logistik, register
pengobatan, catatan rekam medis pasien.
Buat matriks berikut ini:
Matriks 5. Sumber dan teknik pengumpulan data
Indikator & Formulasi Sumber
data
Teknik Pengumpulan data
% pemakaian kontrasepsi modern Survei masyarakat Wawancara
% wanita mengetahui salah satu jenis kontrasepsi modern & dimana tahu mendapatkannya
Survei masyarakat Wawancara
% wanita melahirkan yang ditolong tenaga kesehatan (nakes)
Survei masyarakat Wawancara
% dukun yang mendapatkan pelatihan Catatan rutin program
Review dokumen
MONITORING DAN EVALUASI
40
% pemakaian kontrasepsi modern 40% 67% 60% % wanita mengetahui salah satu jenis kontrasepsi modern & dimana tahu mendapatkannya
80% 90% 89%
% wanita melahirkan yang ditolong tenaga kesehatan (nakes)
45% 60% 75%
Tahap 5: Lakukan Pengolahan dan Analisa data
Ada beberapa cara untuk melakukan pengolahan & analisa data, yaitu sebagai
berikut:
Membandingkan pencapaian hasil program dengan target program
% Indikator & Formulasi Hasil Standar Pencapaian
target
Membandingkan hasil kegiatan dengan standar/target untuk beberapa periode
Gambar 1. Pencapaian program imunisasi lengkap: Jan’05 – Okt’05
80
70
60 50
40 47.6
30
20
10
0
Actual Target
50
49.3
85
49.7
85
55.6
Jan'05 April'05 Juli'05 Okt'05
Membandingkan hasil kegiatan antar tempat kegiatan
Average number of clients per week by cities and year
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
1996 1997 1998 1999 1996 1997 1998 1999
LSW NLSW
Jakarta
Surabay a
Manado
MONITORING DAN EVALUASI
41
Tahap 6 : Menyajikan dan laporkan temuan serta lakukan tindakan
Korektif
Kemukakan temuan utama
Cari masukan penyebab dan solusi, apabila masalah teridentifikasi, maka:
o Kenali penyebab
o Deskripsikan penyebab
o Rencanakan dan melaksanakan solusi
o Monitor apakah tindakan sudah benar dan hasil sesuai
keinginan
Kepustakaan
Feuerstein, M-T, 1990, Partners in Evaluation, Evaluating Development and
Community Programmes with Participants, Macmillan, London and
Basingstoke.
Rossi, P.H., and H.E. Freeman, 1993, Evaluation, a System Approach 5, Sage
Publication, Newbury Park – London – New Delhi.
Lazenbatt A., 2002, The Evaluation Handbook for Health Professionals, Routledge,
London and New York.
MONITORING DAN EVALUASI
41
42
MODUL 4 Pelatihan Pemanfaatan
Data Dan Informasi
Sebagai Dasar
Perencanaan Daerah
INDIKATOR KESEHATAN
43
44
INDIKATOR KESEHATAN
45
INDIKATOR KESEHATAN
Suatu instansi yang telah mempunyai visi dan misi untuk mencapainya tentu
membutuhkan informasi untuk perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan
pelaksanaan dan evaluasi. Oleh karena itu langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi kebutuhan informasi. Apabila daftar informasi telah tersusun
barulah untuk masing-masing informasi ditetapkan indikatornya yang tepat.
4.1. DEFINISI INDIKATOR
Ada beberapa definisi indikator, diantaranya sebagai berikut :
a. Indikator adalah variabel yang membantu kita dalam mengukur perubahan-
perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung (WHO,
1981)
b. Indikator adalah statistik dari hal normatif yang menjadi perhatian kita yang
dapat membantu kita dalam membuat penilaian ringkas, komprehensif dan
berimbang terhadap kondisi-kondisi atau aspek- aspek penting dari suatu
masyarakat (Departemen kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika
Serikat, 1969)
c. Indikator adalah variabel-variabel yang mengindikasikan atau memberi petunjuk
kepada kita tentang suatu kejadian tertentu, sehingga dapat digunakan
untuk mengukur perubahan (Green, 1992)
4.2. KRITERIA INDIKATOR
Penetapan Indikator, perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai sebagai
berikut:
a. Bermanfaat artinya indikator dapat segera memperlihatkan tindakan yang
diperlukan untuk meningkatkan kinerja program
b. Terjangkau artinya indikator dapat disediakan dalam format dan waktu
yang sesuai dengan keperluan program
. Etis artinya seluruh proses mulai dari pengumpulan data, pengelolaan sampai
dengan penyajian data untuk indikator bersifat etis yaitu memenuhi hak
individu, dalam hal kerahasiaan, kebebasan untuk memberikan keterangan
4
INDIKATOR KESEHATAN
46
(data) dan informed consent, sehubungan dengan implikasi dari data
ditengah-tengah masyarakat umum
d. Robust artinya indikator tersebut memenuhi syarat ilmiah yaitu valid, reliabel,
spesifik dan sensitif
1) valid artinya indikator tersebut dapat mengukur situasi yang memang sedang
dipelajari
2) reliabel artinya hasil pengukurannya selalu akurat dan konsisten
3) spesifik artinya indikator tersebut dapat secara khas mengidentifikasi situasi
yang sedang dipelajari dan tidak mengikutsertakan kasus-kasus lain yang
sedang dipelajari
4) sensitif artinya indikator tersebut mampu memperlihatkan perubahan situasi
yang sedang dipelajari
e. Mewakili artinya indikator dapat mencakup seluruh komponen atau kelompok
masyarakat yang menjadi sasaran program
f. Dimengerti artinya indikator dapat dengan mudah dimengerti dan
disimpulkan oleh pelaku program.
Sesuai kebijakan desentralisasi, pemerintah daerah khususnya Kabupaten/Kota
diberi tugas, wewenang, kewajiban, dan tanggung jawab untuk menangani urusan
pemerintahan termasuk kesehatan. Sejalan dengan kebijakan tersebut maka SK
Menkes RI No. 1457/Menkes/SK/X/2003 menetapkan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) bidang Kesehatan Kabupaten/Kota. Standar Pelayanan Minimal ini
merupakan tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di
Kabupaten/Kota.
Kinerja dalam Arsitektur Program merupakan struktur yang menghubungkan antara
sumberdaya dengan hasil atau sasaran perencanaan, serta merupakan instrumen
untuk merancang, memonitor dan melaporkan pelaksanaan anggaran. Pengukuran
kinerja memerlukan penetapan-penetapan indikator yang sesuai dan terkait dengan
informasi kinerja yang terdiri dari input, kegiatan, output, outcome dan impact.
Secara konseptual, bagan informasi adalah sebagai berikut:
INDIKATOR KESEHATAN
47
DAMPAK Hasil pembangunan yang diperoleh dari pencapaian outcome
Apa yang ingin diubah
OUTCOME
Manfaat dlm jangka menengah untuk beneficiaries ttt sbg output
Apa yang ingin dicapai
OUTPUT
Produk/barang/jasa akhir yang Apa yg dihasilkan (barang / jasa)
KEGIATAN
Proses/kegiatan yang menghasilkan output yang diinginkan
Apa yang dikerjakan
INPUT Sumberdaya yg memberikan kontribusi dalam menghasilkan output
Sumber daya yang digunakan dlm bekerja
Indikator ditetapkan secara spesifik untuk mengukur pencapaian kinerja
berkaitan dengan informasi kinerja (input, activities, output, outcome,
impacts).
4.3. BENTUK DAN JENIS INDIKATOR
Bentuk Indikator dapat berupa :
Jumlah
Proporsi
Rasio
Rate
Jenis Indikator
1.Indikator sistem
Input; sumberdaya kesehatan
Proses; monitor aktifitas
Output; hasil pelayanan (cakupan)
INDIKATOR KESEHATAN
48
Effect; KAP
Outcome; efek jangka panjang (mortality, AHH)
2. Indikator program
Pembangunan Kesehatan
Tingkat Puskesmas (basic 6)
Tingkat Dinas Kesehatan
Pelayanan Medis
Tingkat Puskesmas (dalam gedung)
Tingkat Rumah Sakit
4.4. CONTOH INDIKATOR PROGRAM
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal. Salah satu
tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu.
Pengertian KIA
Pengertian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya dibidang kesehatan
yang menyangkut tentang kesehatan ibu mulai dari pelayanan dan
pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak pra sekolah (Depkes, R.I., 1997). Tujuan Program KIA
Tujuan program KIA adalah peningkatan derajat kesehatan ibu, bayi dan anak
beserta keluarganya secara optimal melalui pemantapan dan meningkatkan
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA yang efektif dan
efisien diharapkan dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB).
Kegiatan pokok dalam pemantapan dan peningkatan mutu pelayanan KIA saat ini
adalah sebagai berikut:
INDIKATOR KESEHATAN
49
1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu
sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran.
2. Peningkatan pertolongan persalinan ditujukan kepada peningkatan pertolongan
oleh tenaga kesehatan kebidanan.
3. Peningkatan deteksi dini risiko tinggi/komplikasi kebidanan, baik oleh
tenaga kesehatan maupun dimasyarakat oleh kader dan dukun bayi, serta
penanganan dan pengamatannya secara terus menerus.
4. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan secara adekuat dan
pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan.
5. Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas dengan mutu sesuai standar
dan menjangkau seluruh sasaran (Depkes, R.I., 2002).
Batasan-Batasan dan indikator Program KIA
A. Batasan dan Terminilogi Operasional KIA.
1. Pelayanan Antenatal (ANC).
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu hamil selama masa kehamilannya, yang
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
telah ditetapakan. Standar operasional yang ditetapkan saat ini
untuk pelayanan minimal antenatal adalah “7T”. (T)imbang Berat
Badan, Ukur (T)ekanan Darah, Ukur (T)inggi Fundus Uteri, Imunisasi
(T)etanus Toxoid, Pemberian (T)ablet Tambah Darah, (T)es terhadap
penyakit menular seksual dan (T)emu wicara dalam rangka persiapan
rujukan.
2. Penjaringan dini kehamilan berisiko.
Kegiatan yang bertujuan menemukan ibu hamil berisiko/komplikasi,
yang dapat dilakukan oleh kader, dukun bayi dan tenaga kesehatan.
3. Kunjungan ibu hamil.
Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan
baik di posyandu, pondok bersalin desa, atau sarana kesehatan
lainnya baik yang dikunjungi oleh tenaga kesehatan maupun ibu hamil
yang berkunjung ke tenaga atau sarana kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
4. Kunjungan baru ibu hamil (K1).
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa
kehamilannya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
INDIKATOR KESEHATAN
50
5. Kunjungan Ulang
Adalah kunjungan ibu hamil yang kedua dan seterusnya selama masa
kehamilannya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
dengan standar selama masa kehamilannya berlangsung.
6. Kunjungan Ulang Ibu Hamil (K4)
Adalah kontak ibu dengan tenaga kesehatan yang keempat atau
lebih dengan syarat satu kali pada triwulan I, satu kali pada triwulan II,
dan dua kali pada triwulan III sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
7. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Linakes)
Adalah ibu hamil yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan
baik di rumah ibu hamil atau sarana pelayanan kesehatan lainnya.
8. Kunjungan Neonatal (KN) dan Nifas
Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2 (dua) kali
yaitu 1 (satu) kali kontak dengan tenaga kesehatan pada hari pertama
sampai hari ke tujuh setalah melahirkan dan 1 (satu) kali kontak
dengan tenaga kesehatan pada hari ke delapan sampai hari ke dua
puluh delapan setelah melahirkan.
Program Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan keluarga berencana adalah merupakan bagian dari upaya kesehatan
wajib yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas dan merupakan bagian dari upaya
kesehatan ibu dan anak serta KB. Puskesmas menjadi penanggungjawab setiap
pelaksanaan pelayanan KB di wilayahnya, mencakup pelayanan yang dilakukan
oleh Puskesmas pembantu, polindes, Klinik swasta termasuk BPS dan DPS yang
ada diwilayah Puskesmas tersebut.
Pengelolaan program KB pada prinsipnya bertujuan memantapkan dan
meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KB secara efektif dan efisien.
Pemantapan pelayanan KB dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai
berikut :
1. Peningkatkan mutu pelayanan KB dengan memberikan pelayanan sesuai
standar yang telah ditetapkan, oleh tenaga yang terampil dan berkompeten.
2. Peningkatan manajemen dalam pelayanan KB dengan lebih memperhatikan
pencatatan dan pelaporan, dimaksudkan untuk mendapatkan data yang dapat
dianalisis untuk mengetahui kinerja pelayanan KB
3. Melaksanakan penyeliaan fasilitatif yaitu penyeliaan yang lebih mengutamakan
kajian terhadap sistem dalam menemukan masalah atau penyebab rendahnya
INDIKATOR KESEHATAN
51
kinerja.
4. Mnegintegrasikan palayanan KB ke dalam Sistem kesehatan setempat, dengan
menempatkan pelayanan KB sebagai salah satu upaya prioritas dalam
kesehatan reproduksi.
Indikator Pelayanan KB
Guna memenuhi ketersediaan data yang lengkap dan akurat dalam pelayanan
program keluarga berencana maka diperlukan sistem pencatatan dan pelaporan
dari hasil pelayanan KB mulai dari unit pelayanan terbawah polindes/poskesdes,
puskesmas pembantu, puskesmas, klinik swasta, Bidan Praktek Swasta, Dokter
Praktek Swasta, Rumah Sakit pemerintah hingga tingkat manajemen Dinas
Kesehatan kabupaten/kota, Dinas Kesehatan propinsi, serta Depkes pusat.
Berikut ini beberapa indikator pelayanan yang ditetapkan depkes untuk digunakan
dalam menggambarkan kinerja dan kualitas pelayanan KB. Akan tetapi pemerintah
daerah dapat melakukan penambahan indikator sesuai kebutuhannya.
Tabel 1. Indikator Pelayanan KB Tingkat Pusat
Indikator Pelayanan KB
Tenaga Sarana dan Prasarana Cakupan Pelayanan
-
1. Ketersediaan alokon untuk
keluarga Miskin (GAKIN) 2. Ketersediaan alokon untuk
Non GAKIN
1. Persentase Peserta KB Aktif
(CPR) 2. Persentase Komplikasi 3. Persentase Kegagalan 4. Persentase Drop Out 5. Persentase PUS Miskin Ber-KB 6. Persentase PUS 4T Ber-KB
Tabel 2. Indikator Pelayanan KB Tingkat Prop/Kab/Kota
Indikator Pelayanan KB
Tenaga Sarana dan Prasarana Cakupan Pelayanan
1. Jumlah dokter SPOG di RS
2. Jumlah dokter umum terlatih standardisasi KB di fasilitas pelayanan KB (RS, Puskesmas, DPS)
3. Jumlah bidan terlatih standardisasi KB di fasilitas pelayanan KB (RS, Puskesmas, BPS)
4. Jumlah Bidan di desa yang terlatih standardisasi KB (Polindes/Poskesdes)
1. Ketersediaan peralatan pelayanan KB (IUD kit, implant kit, dll)
2. Ketersediaan BHP (Bahan Habis Pakai)
3. Ketersediaan alokon untuk keluarga Miskin (GAKIN)
4. Ketersediaan alokon untuk Non GAKIN
1. Persentase Peserta KB Aktif (CPR)
2. Persentase Peserta KB Baru
3. Persentase Komplikasi 4. Persentase Kegagalan 5. Persentase Drop Out 6. Persentase PUS Miskin
Ber-KB 7. Persentase PUS 4T Ber-KB 8. Persentase PUS dengan
atau menderita penyakit kronis ber-KB
9. Persentase ibu paska bersalin/ abortus ber KB
INDIKATOR KESEHATAN
52
Penjelasan masing-masing indikator berikut perhitungan dapat dilihat berikut ini:
Indikator Tenaga
a. Jumlah dokter SpOG yang terlatih KB di RS: jumlah seluruh dokter
spesialis obstetri dan gynekologi yang memberikan pelayanan KB di RS.
b. Jumlah dokter umum yang terlatih KB di fasilitas pelayanan KB: jumlah
dokter umum yang bertugas di RS, Puskesmas, dan Dokter Praktek Swasta
yang telah mendapatkan pelatihan standarisasi pelayanan KB.
c. Jumlah Bidan yang terlatih KB di fasilitas pelayanan KB: jumlah bidan
yang bertugas di RS, Puskesmas, dan Bidan Praktek Swasta yang telah
mendapatkan pelatihan standarisasi KB.
d. Jumlah Bidan di desa yang terlatih KB: jumlah bidan desa yang
bertugas di Polindes/Poskesdes yang telah mendapatkan pelatihan
standarisasi KB.
Indikator Sarana dan Prasarana
a. Persentase ketersediaan alkon untuk Gakin: persentase jumlah pil, obat
suntik KB, IUD, Implant dan kondom untuk keluarga/PUS miskin yang
tersedia di fasilitas pelayanan KB terhadap kebutuhan alokon untuk
Gakin/PUS miskin.
Jumlah alokon yang tersedia untuk Gakin x 100%
Jumlah kebutuhan alokon untuk Gakin
b. Persentase ketersediaan alokon untuk Non Gakin: persentase jumlah pil,
obat suntik KB, IUD, Implant dan kondom untuk keluarga tidak miskin yang
tersedia di fasilitas pelayanan KB terhadap seluruh kebutuhan alokon untuk
non Gakin.
Jumlah alokon yang tersedia untuk non Gakin x 100%
Jumlah kebutuhan alokon untuk non Gakin
INDIKATOR KESEHATAN
53
c. Ketersediaan Peralatan pelayanan KB: jumlah ketersediaan peralatan
untuk pelayanan KB menurut fasilitas pelayanan KB.
d. Ketersediaan BHP (Bahan Habis Pakai): jumlah ketersediaan bahan
habis pakai di fasilitas pelayanan KB.
Indikator Cakupan Pelayanan
a. Cakupan Peserta KB Baru:
Definsi Operasional:
Peserta KB Baru adalah PUS yang baru pertama kali menggunakan metode
kontrasepsi termasuk mereka yang pasca keguguran, sesudah melahirkan,
atau pasca istirahat minimal 3 bulan.
Perhitungan: Persentase peserta KB baru yang dilayani terhadap seluruh
PUS di suatu wilayah kerja tertentu.
Jumlah Peserta KB Baru x 100% Jumlah PUS
Interpretasi:
Indikator ini digunakan untuk menilai kinerja program KB dengan melihat
pencapaian per bulan/ per tahun dan membandingkannya dengan target
masing-masing wilayah. Bila angka yang diperoleh rendah atau menurun,
hal ini dapat menunjukkan kinerja program yang kurang, khususnya terkait
dengan pemberian konseling, yang saat ini dianjurkan menggunakan alat
bantu yang disebut ABPK (Alat Bantu Pengambil Keputusan ber KB).
Indikator peserta KB baru dapat disajikan menurut metode kontrasepsi, per
bulan/per tahun maka dapat dilihat kecenderungan jenis kontrasepsi yang
banyak dipilih PUS. Jika peserta KB baru banyak memilih jenis kontrasepsi
bukan jangka panjang seperti pil, suntik, kondom, obat vaginal, maka
petugas harus meningkatkan pemberian konseling melalui ABPK agar klien
mampu memilih alat kontrasepsi yang betul-betul efektif dan efisien bagi
mereka dalam mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, seperti
kontrasepsi jangka panjang yaitu AKDR, Implant, MOP dan MOW.
INDIKATOR KESEHATAN
54
b. Cakupan Peserta KB Aktif (Contraceptive Prevalence Rate/CPR)
Definsi Operasional : Peserta KB aktif (PA) adalah peserta KB baru dan
lama yang masih aktif memakai alokon terus-menerus hingga saat ini untuk
menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan.
Perlu dipahami bahwa dalam konsep kohort, PA bukanlah akseptor
kunjungan ulang. Sehingga perhitungan seorang akseptor sebagai PA
hanya dilakukan satu kali dalam satu tahun kalender.
Perhitungan: Persentase peserta KB aktif terhadap total PUS, di suatu
wilayah kerja tertentu.
Jumlah Peserta KB Aktif x 100% Jumlah PUS
Interpretasi:
Indikator ini menunjukkan berapa besar pasangan usia subur yang
berpotensi hamil yang terlindungi dari kejadian kehamilan. Indikator ini
digunakan untuk menilai kinerja program KB dengan melihat pencapaian
per bulan/ per tahun dan membandingkannya dengan target masing-masing
wilayah.
Bila angka ini rendah atau di bawah target nasional 70%, ini menunjukkan
banyaknya PUS yang tidak menggunakan kontrasepsi padahal mereka
berpotensi untuk hamil. Hal ini berakibat meningkatnya jumlah kehamilan
yang tidak diinginkan/direncanakan, meningkatnya risiko
kehamilan/persalinan, selanjutnya meningkatnya risiko kesakitan/kematian
ibu jika kehamilan terjadi pada kelompok PUS dengan ”4 Terlalu” atau PUS
dari keluarga miskin atau PUS dengan penyakit kronis.
c. Persentasi Komplikasi
Definisi Operasional: Komplikasi adalah Peserta KB baru atau lama yang
mengalami gangguan kesehatan mengarah pada keadaan patologis,
sebagai akibat dari proses tindakan/pemberian/pemasangan alat
kontrasepsi yang digunakan seperti: perdarahan, infeksi/abses, fluor albus
INDIKATOR KESEHATAN
55
bersifat patologis, perforasi, translokasi, hematoma, tekanan darah
meningkat, perubahan HB, expulsi (Depkes, 2005:16).
Komplikasi yang terjadi dalam periode satu tahun kalender dihitung satu
kali. Diihitung per metode IUD, Implant, suntik, Pil, MOP, dan MOW
Perhitungan: Persentase peserta KB yang mengalami komplikasi (per
metode kontrasepsi) terhadap seluruh peserta KB aktif (per metode
kontrasepsi) di wilayah kerja tertentu.
Jumlah Kasus Komplikasi x 100% Jumlah peserta KB aktif
Interpretasi:
Target dari indikator ini digunakan adalah agar semua kasus komplikasi
dapat diidentifikasi dan dapat tertangani. Indikator ini digunakan untuk
menilai kualitas pelayanan KB dengan melihat kasus per bulan atau per
tahun dan membandingkannya dengan angka toleransi yang telah
ditetapkan oleh para ahli di masing-masing wilayah.
Bila angka ini tinggi atau diatas angka toleransi (3,5%1), ini menunjukkan
bahwa kualitas pelayanan KB perlu ditingkatkan terutama terkait dengan
ketrampilan petugas. Untuk perbaikan kualitas pelayanan maka perlu
dianalisis kontrasepsi apa saja yang paling banyak terjadi. Kemudian
dipikirkan rencana tindak lanjut untuk mengeliminir masalah tersebut.
Misalnya mungkin diperlukan pelatihan CTU sebagai refreshing bagi bidan-
bidan dan dokter pemberi pelayanan KB.
d. Persentase Kegagalan Kontrasepsi
Definisi Operasional: Kegagalan Kontrasepsi adalah kasus terjadinya
kehamilan pada akseptor KB aktif yang pada saat tersebut menggunakan
metode kontrasepsi (Depkes, 2005:15).
1 Depkes RI dan UNFPA. Analisa Situasi dan Bimbingan Teknis Pengelolaan Pelayanan KB. Jakarta: Dirjen Binkesmas, 2005.
MONITORING DAN EVALUASI
56
Perhitungan: Persentase peserta KB yang mengalami kegagalan
kontrasepsi terhadap seluruh peserta aktif di wilayah kerja tertentu.
Jumlah kasus kegagalan KB x 100% Jumlah peserta KB aktif
Interpretasi:
Indikator kegagalan kontrasepsi salah satu indikator untuk menilai kualitas
pelayanan KB dengan melihat kasus per bulan/ per tahun dan
membandingkannya dengan angka toleransi di masing-masing wilayah.
Apabila angka ini tinggi atau diatas angka toleransi (0,2%2), hal ini
menunjukkan kualitas pelayanan KB perlu ditingkatkan terutama terkait
dengan pemberian konseling. Kegagalan kontrasepsi dapat terjadi karena
memang setiap metode kontrasepsi angka efektifitasnya tidak 100%, berarti
ada kemungkinan terjadinya kegagalan walaupun sangat kecil sekali. Dilain
pihak, kegagalan ini dapat pula disebabkan oleh ketidaktahuan pada aturan
pakai atau cara pakai yang keliru sehingga menyebabkan efektifitas
mencegah kehamilannya rendah. Dalam kejadian ini petugas diharapkan
meningkatkan kualitas konselingnya dan memberikan pelayanan dalam
mengatasi kegagalan tersebut.
Agar perbaikan kualitas dapat dilaksanakan maka setiap kegagalan perlu
dianalisis menurut jenis kontrasepsi sehingga dapat diketahui jenis
kontrasepsi yang paling banyak mengalami kegagalan. Kemudian
rencanakan tindak lanjut untuk mengeliminir masalah tersebut. Sebagai
contoh kurangnya kemampuan konseling para bidan pemberi pelayanan,
maka direncanakan pelatihan ABPK.
e. Cakupan PUS Miskin Ber-KB:
Definisi Operasional: PUS Miskin adalah PUS yang memenuhi kriteria
sebagai keluarga miskin (gakin) menurut BPS.
Perhitungan: Persentase PUS miskin yang menjadi peserta KB terhadap
jumlah PUS miskin di wilayah kerja tertentu.
2 idem
MONITORING DAN EVALUASI
57
Jumlah PUS Gakin ber-KB x 100% Jumlah PUS Gakin
Interpretasi:
Indikator ini digunakan untuk menilai akses keluarga miskin untuk ber-KB.
Untuk menilai akses tersebut maka indikator ini dianalisis dan disajikan per
bulan/ per tahun dan membandingkannya dengan target masing-masing
wilayah.
Bila angka yang diperoleh rendah atau menurun, hal ini dapat menunjukkan
akses keluarga miskin untuk ber-KB rendah. Rendahnya akses ini dapat
disebabkan rendahnya promosi KB, tindak lanjutnya perlu ditingkatkan
upaya promosi terutama untuk kelompok gakin.
f. Cakupan PUS dengan “4T” ber-KB
Definisi Operasional:PUS dengan “4T” ( 4 Terlalu) adalah PUS dimana
istrinya memiliki salah satu kriteria “4T” yaitu : 1) berusia kurang dari 20
tahun; 2) berusia lebih 35 tahun; 3) telah memiliki anak hidup lebih dari 3
orang; atau 4) jarak kelahiran antara satu anak dengan lainnya kurang dari
2 tahun.
Perhitungan: Persentase PUS dengan “4T” yang menjadi peserta KB
terhadap seluruh PUS dengan “4T” di wilayah kerja tertentu.
Jumlah PUS “4T” ber-KB x 100% Jumlah PUS dengan “4T”
Interpretasi:
Kehamilan atau Kelahiran pada kondisi “4T” memiliki resiko terjadinya
kesakitan bahkan kematian ibu. Oleh karena itu, hamil/bersalin pada PUS
yang memiliki potensi untuk hamil/melahirkan pada kondisi “4T” harus
dicegah dengan menggunakan kontrasepsi.
Indikator ini dianalisis dan disajikan perbulan/pertahun dan
membandingkanya dengan target masing-masing wilayah. Bila angka ini
rendah atau menurun maka program pemberian konseling perlu
ditingkatkan terutama pada kelompok PUS memiliki potensi “4T”
MONITORING DAN EVALUASI
58
g. Persentase Drop Out
Definisi Operasional: Peserta drop out adalah peserta yang tidak
melanjutkan penggunaan kontrasepsi (drop-out) dalam satu tahun kalender
dibandingkan jumlah peserta aktif di wilayah kerja tertentu. Kasus DO tidak
termasuk mereka yang ganti cara.
Perhitungan:
Jumlah kasus drop-out x 100% Jumlah peserta KB aktif
Interpretasi:
Menurut SDKI 2002-2003, angka DO cukup tinggi yakni 20,7% dimana
sebagian besar penyebabnya adalah karena ingin hamil lagi, mengalami
efek samping, ingin metode yang lebih efektif, dan kurangnya akses.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, maka petugas kesehatan dapat
meningkatkan kualitas konselingnya agar klien yang DO karena ingin hamil
lagi dapat melakukannya apabila jarak kelahirannya sudah 2 tahun,
kemudian apabila konseling yang diberikan berkualitas maka seharusnya
tidak terjadi DO bagi klien yang mengalami efek samping karena semua
obat kontrasepsi pasti ada efek samping yang tidak membahayakan
kesehatan klien.
Indikator ini dianalisis dan disajikan perbulan/pertahun dan
membandingkanya dengan target masing-masing wilayah. Bila angka ini
meningkat, maka hal ini menunjukkan bahwa mutu pelayanan KB perlu
ditingkatkan, seperti pemberian konseling yang berkualitas.
h. Cakupan PUS dengan penyakit kronis ber-KB
Definisi Operasional: PUS dengan penyakit kronis adalah PUS yang
istrinya menderita salah satu penyakit kronis berikut: kencing manis,
jantung, asma berat, malaria, TBC, Anemia, KEK (kurang energi
kronik)/LILA<23,5 cm, atau Infeksi menular seksual/Infeksi saluran
reproduksi/HIV-AIDS/Hepatitis B. Untuk HIV-AIDS pelaksanaannya
disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah.
MONITORING DAN EVALUASI
59
Perhitungan: Persentase PUS dengan penyakit kronis yang menjadi
peserta KB terhadap seluruh PUS dengan penyakit kronis di wilayah kerja
tertentu.
Jumlah PUS sakit kronis ber-KB x 100% Jumlah PUS dengan penyakit kronis
Interpretasi:
Kehamilan atau kelahiran pada PUS yang memiliki salah satu penyakit
kronis memiliki resiko terjadinya kesakitan bahkan kematian ibu. Oleh
karena itu, hamil/bersalin pada PUS yang dengan kondisi tersebut harus
dicegah dengan menggunakan kontrasepsi.
Indikator ini dianalisis dan disajikan perbulan/pertahun dan
membandingkannya dengan target masing-masing wilayah. Bila angka ini
tinggi atau meningkat maka program pemberian KIP/K perlu ditingkatkan
terutama pada kelompok ini.
i. Cakupan ibu paska persalinan ber KB
Definisi Operasional: Paska persalinan ber KB adalah ibu yang mulai
menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan (sampai
dengan 42 hari sesudah melahirkan).
Perhitungan: Persentase ibu paska persalinan ber KB terhadap jumlah
sasaran ibu persalinan dalam 1 tahun.
Jumlah ibu paska persalinan ber KB x 100% Jumlah sasaran ibu bersalin
Jumlah sasaran ibu bersalin diperkirakan dengan menggunakan cara
perhitungan berikut:3
Jumlah sasaran ibu bersalin = CBR x 1,05 x jumlah penduduk di wilayah tersebut
CBR (Crude Birth Rate) = angka kelahiran kasar, angka ini bisa didapatkan
dari kantor BPS setempat (Propinsi atau Kabupaten/Kota).
3 Depkes RI, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Depkes RI, 2003
60
MONITORING DAN EVALUASI
Interpretasi:
Kembalinya kesuburan sesudah sesudah bersalin sulit diperkirakan.
Sehingga kehamilan dapat terjadi tanpa disadari yang menyebabkan
terjadinya kehamilan yang tidak dinginkan/direncanakan. Maka penggunaan
kontrasepsi sesudah bersalin harus sesegera mungkin. Oleh karena itu
indikator ini menjadi salah satu indikator yang menilai kinerja pelayanan KB.
Indikator ini dianalisis dan disajikan perbulan/pertahun dan
membandingkannya dengan target masing-masing wilayah. Bila angka ini
rendah (tidak mencapai 100%) maka program pemberian KIP/K pasca
persalinan perlu ditingkatkan.
4.5. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN INDIKATOR
Indikator bersifat dinamis, mengikuti perkembangan kebutuhan informasi suatu
instansi, oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan
pengembangan indikator. Ada 7 langkah dalam pengembangan indikator yaitu :
a. Menyusun daftar perogram kesehatan yang berfungsi
b. Menyebutkan semua indikator yang tersedia, data yang diperlukan dan
sumber datanya yang relevan pada tiap program
c. Pada setiap program, nilailah setiap indikator berdasarkan kriteria :
bermanfaat, terjangkau, etis, robust, mewakili dan dimngerti
d. Pilih indikator dari daftar yang tersedia untuk setiap program
e. Kembangkan indikator baru yang diperlukan untuk setiap program
f. Nilailah sejauh mana pengumpulan data yang ada dapat memenuhi
kebutuhan penyajian indikator-indikator terpilih
g. Tinjau ulang secara lintas program mengenai keseimbangan dan
saling terkait antar indikator terpilih dan identifikasi kesenjangan.
4.6. TOOLS DALAM PENGEMBANGAN INDIKATOR
Berikut beberapa contoh format acuan penyusunan indikator :
61
MONITORING DAN EVALUASI
a. Fomulir Bappenas
FORMULIR 1 : LEMBAR KERJA PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN (Eselon 1)
UNIT KEMENTRIAN / : LEMBAGA ESELON 1 : VISI : MISI :
TUGAS POKOK
FUNGSI
INDIKATOR
TUPOKSI
INDIKATOR PROGRAM UTAMA/
OUTCOME
USULAN
PROGRAM
USULAN
KEGIATAN
FORMULIR 1 . PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEPARTEMEN KESEHATAN (Eselon 2)
Lembaga : ......................... Eselon 2 :......................... Visi :......................... Misi :......................... Tujuan : ........................ Sasaran : ........................
TUGAS POKOK
FUNGSI INDIKATOR
TUPOKSI
INDIKATOR KEGIATAN
USULAN KEGIATAN
62
MONITORING DAN EVALUASI
FORMULIR 3. INFORMASI INDIKATOR KINERJA
INDIKATOR UTAMA FORM ISIAN 1 NAMA INDIKATOR
Mengidentifikasi nama dan kategori indikator (indikator output, jika juga merupakan indikator mainstreaming diberi tanda)
2 DEFINISI SINGKAT Memberikan penjelasan singkat mengenai indikator, dengan rincian yang jelas untuk memberikan pemahaman umum mengenai indikator tersebut
3 TUJUAN/ KEPENTINGAN *) Menjelaskan apa yang ingin dicerminkan dari sebuah indikator dan mengapa itu penting
4 SUMBER PENGUMPULAN DATA Menggambarkan darimana informasi didapat dan bagaimana pengumpulannya
5 METODE PENGHITUNGAN *) Menggambarkan cara penghitungan indikator
6 HAMBATAN PENGUMPULAN DATA *) Mengidentifikasi hambatan pengumpulan data atau informasi, terkait dengan pengukuran kinerja
7 TIPE PENGHITUNGAN *) Evaluasi/ pengukuran kinerja (kumulatif atau non- kumulatif)
8 JADWAL PELAPORAN Mengidentifikasi apakah indikator dilaporkan per- tigabulan atau pertahun
9 INDIKATOR BARU Mengidentifikasi indikator baru atau secara signifikan berubah, atau yang tidak berubah dibanding tahun lalu
10 KINERJA YANG DIHARAPKAN Mengidentifikasi tingkat dan arah kinerja yang diharapkan
11 PENANGGUNG JAWAB INDIKATOR Mengidentifikasi tanggungjawab secara individu/ organisasi mengenai definisi, analisis data, interpretasi dan pelaporan yang terkait dengan indikator
12 PENGELOLA DATA INDIKATOR *) Mengidentifikasi tanggungjawab secara individu/ organisasi untuk memastikan data indikator telah terkumpul dan tersedia sesuai jadwal
13 WAKTU PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA INDIKATOR Tanggal yang ditetapkan untuk memulai pengumpulan data indikator
14 STANDAR INDIKATOR *) Mengidentifikasi kinerja yang dapat diterima
*) Optional (dapat diisi/ tidak)
63
USULAN PROGRAM
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PROGRAM (OUT
COMES)
POKOK
PROGRAM (KOLOM ANTARA)
INDIKATOR KINERJA UTAMA
KEGIATAN (OUT PUTS)
USULAN KEGIATAN
INDIKATOR KEGIATAN
2.RPJMN (Form mirip dengan formulir 2 Bappenas namun dengan sedikit pengembangan))
KEMENTRIAN LEBAGA UNIT ESELON I TUGAS POKOK FUNGSI
64
3. Logframe (KKL)
KEMENTERIAN/LEMBAGA
UNIT ESELON I
TUGAS POKOK FUNGSI
USULAN PROGRAM TUJUAN PROGRAM
GOAL (long term benefits)
INDIKATOR
PURPOSE
1/OUTCOME (what should be attained to
meet the goal)
RESULT 1.1 (outputs
of the activities
implemented and
65
which contribute to
the achievement of
the purpose )
ACTIVITES 1.1.1
(actions and means
carried out to
achieve the results)
1.1.2
1.1.3
1.1.3
PURPOSE 2
RESULT 2.1
ACTIVITES 2.1.1
(actions and means
carried out to
achieve the results)
2.1.2
2.1.3
PURPOSE 3
RESULT 3.1 ,
Activities 3.1.1 and
sub activities…..
66
MODUL 5 Pelatihan Pemanfaatan
Data Dan Informasi
Sebagai Dasar
Perencanaan Daerah
MANAJEMEN DATA
67
68
MANAJEMEN DATA
69
BAGIAN I MANAJEMEN DATA PRAKTIS MENGGUNAKAN APLIKASI SPREADSHEET
Isi : I.1 Pengantar Aplikasi Spreadsheet
I.2 Penggunaan Data Eksternal
5
MANAJEMEN DATA
70
I.1 Pengantar Aplikasi Spreadsheet
Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan setelah kegiatan
pengumpulan data. Seringkali kesulitan dialami oleh seorang yang bertugas untuk mengolah
data, melakukan analisa dan sekaligus membuat laporan untuk penyajian hasilnya. Salah
satu alasan di antaranya adalah menyangkut keterampilan dan keahlian petugas pengolah
data di dalam menggunakan alat bantu untuk manajemen dan analisa data. Sebagian
kalangan beranggapan diperlukan suatu aplikasi komputer khusus untuk melakukan
pengolahan dan analisa data dengan menggunakan beberapa prosedur statistik, yang
memang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk menggunakannya.
Dalam modul ini akan diperkenalkan bagaimana memanfaatkan aplikasi spreadsheet
(seperti Ms Excel) yang sudah sangat lazim digunakan dan cukup banyak kalangan yang
sudah terbiasa menggunakan aplikasi tersebut untuk membantu pekerjaannya mengolah
data sehari-hari, meskipun fungsi-fungsi yang digunakan masih sangat terbatas.
Ms Excel adalah salah satu program aplikasi spreadsheet popular yang banyak
digunakan untuk membantu user dalam melakukan perhitungan, membuat laporan dan
analisa serta mempresentasikan data. Ms Excel versi terbaru lebih terintegrasi dengan Ms
Office yang lain, apabila dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini karena didukung oleh
fasilitas OLE ( Object Linking and Embeadding ) yang memudahkan bertukar objek antar
program aplikasi, serta memudahkan transfer data dari program aplikasi spreadsheet yang
satu ke yang lainnya serta antar database. Ms Excel ini mempunyai banyak kemampuan
dan keunggulan yang dapat kita manfaatkan pengolahan dan analisa data. Excel dapat
menangani tabel data yang kompleks dan memberikan kemudahan dalam mengatur tabel
data tersebut. Fasilitas yang ditawarkan misalnya untuk mempermudah entri data,
mengurutkan data, validasi data, analisa data untuk menghitung nilai subtotal, analisa data
untuk menarik kesimpulan dari suatu tabel data, dan lain sebagainya. Fasilitas manajemen
data tersebut terdapat dalam menu Data. Jika kita klik menu Data tersebut maka ribbon-bar
pada aplikasi Ms Excel akan menampilkan sederetan perintah manajemen data yang dapat
kita gunakan.
MANAJEMEN DATA
71
Gambar I.1 Ribbon-bar Pada Excel 2007
Gambar I.2 Menu Pop-up Data Pada Excel 2000/03
MANAJEMEN DATA
72
I.2 Penggunaan Data Eksternal
Terkadang data yang hendak kita analisa menggunakan Excel, bersumber dari aplikasi
(dengan format data yang berbeda) diluar aplikasi Excel, atau berada di sebuah database
eksternal lainnya. Oleh karena itu terkait dengan penggunaan data eksternal ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dan atau dilakukan:
Format Data Template
(Struktur) Data
Langkah Yang Perlu
Sama
Standar Membaca data (open file) secara default
(biasa/normal)
Sama
Tidak Standar
Membaca data (open file) secara default
(biasa/normal)
Proses standarisasi struktur data
Berbeda
Standar Mengambil, mengimpor data ke dalam format
tabel Excel
Berbeda
Tidak Standar
Mengambil, mengimpor data ke dalam format
tabel Excel
Proses standarisasi struktur data
Tabel I.1 Langkah Terkait Penggunaan Data Eksternal
Contoh Impor Data Eksternal (Format Text)
Misalnya kita mempunyai data dalam format text sebagai berikut:
Gambar I.2 Contoh Data Dalam Format Text
MANAJEMEN DATA
73
Proses impor data eksternal dalam Excel:
1. Letakkan pointer pada sel tempat data yang diinginkan
2. Klik Data-Import External Data- Import Data
Gambar I.3 Impor Data Eksternal
MANAJEMEN DATA
74
1. Tentukan lokasi folder dari data 2. Pilih tipe file data berformat Text eksternal, misal My Documents 3. Sorot nama file data
4. Klik Open
Gambar I.4 Memilih Sumber Data
MANAJEMEN DATA
75
1. Pastikan pada opsi Delimited 2. Klik Next
Gambar I.5 Text Import Wizard Step 3
1. Unchecked opsi Tab dan checked opsi Comma
2. Klik Next
Gambar I.6 Text Import Wizard Step 2
MANAJEMEN DATA
76
1. Setiap kolom data sesuaikan format datanya
2. Klik Finish
Gambar I.7 Text Import Wizard Step 3
Gambar I.8 Hasil Impor Data Text Dalam Format Excel
MANAJEMEN DATA
77
Contoh Update Otomatis (Refresh Data) Data Eksternal (Format Text)
Data yang berhasil diimpor dari file text akan berada dalam lembar kerja sebagai suatu area
data eksternal, yang nama area datanya (data range) dapat diketahui melalui menu Data-
Import External Data-Data Range Properties.
Gambar I.9 Data Range Properties
Melalui fasilitas menu ini, kita dapat membuat setting agar secara berkala file data hasil
import tersebut langsung diupdate secara otomatis, apabila file data sumbernya (data
dengan format text) mengalami perubahan data (baik penambahan record maupun
pengurangan record data.
Berikut ini setting yang perlu dilakukan untuk melakukan update data secara otomatis (baik
dalam durasi waktu tertentu, atau setiap file lembar kerja dibuka (open file excel):
MANAJEMEN DATA
78
Sesuai pada gambar I.9
1. Pada bagian Refresh Control, Unchecked (hapus tanda centang) opsi Prompt for file
name on refresh
2. Lalu checked (centang) pada opsi Refresh Every, kemudian masukkan durasi waktu
yang diinginkan untuk melakukan update data secara otomatis
3. Opsi Refresh data on file open, juga boleh ditambahkan untuk dicentang
4. Klik OK
Misal pada file data text sumber (aslinya) mengalami penambahan data seperti berikut
Gambar I.10 Perubahan Data Pada File Data Text Sumber
Maka setelah dilakukan Refresh Data secara otomatis, file data excel hasil impor juga
mengalami perubahan data, tanpa harus dilakukan proses impor data ulang.
Gambar I.11 Hasil Refresh Data Otomatis Pada File Data Excel
MANAJEMEN DATA
79
Contoh Impor Data Eksternal (Database)
Untuk contoh pada kasus ini digunakan data eksternal file database dari aplikasi Ms Access,
misalnya berisi struktur tabel data sebagai berikut :
Gambar I.12 Contoh Struktur Tabel Data Pada Database
Selanjutnya kita bermaksud menggunakan Aplikasi Excel di mana datanya diimpor yang
berasal dari Aplikasi Database Ms Access tersebut. Adapun langkah-langkah untuk
melakukan impor data eksternal dari Aplikasi Excel adalah sebagai berikut.
MANAJEMEN DATA
80
1. Letakkan pointer pada sel tempat data yang diinginkan
2. Klik Data-Import External Data- Import Data
Gambar I.13 Impor Data Eksternal
1. Tentukan lokasi folder dari data base eksternal, misal My Documents
Gambar I.14 Memilih Database Sumber
2. Pilih tipe file Access Database 3. Sorot nama file data 4. Klik Open
MANAJEMEN DATA
81
1. Geser vertical scroll bar, untuk mencari data yang diinginkan 2. Sorot tabel data yang diinginkan, misal Tibu (Tabel data Ibu Hamil) 3. Klik OK
Gambar I.15 Memilih Sub (tabel) Data Sumber
1. Data terpilih diplot pada sel 2. Klik OK
Gambar I.16 Plot Data Terpilih Pada Sel
Maka hasil impor database eksternal seperti disajikan pada gambar berikut:
MANAJEMEN DATA
82
Gambar I.17 Hasil Impor Database Eksternal Pada Excel
Proses impor database eksternal tersebut juga menghasilkan file data hasil impor dalam
format ODC (Office Data Connection).
Import database eksternal menghasilkan file data dengan
format ODC pada aplikasi Excel
Gambar I.18 File Data Dengan Format ODC
MANAJEMEN DATA
83
File ODC tersebut merupakan file koneksi yang berisikan data office yang dapat digunakan
kapan saja dalam dokumen Excel. Sehingga Jika anda bermaksud menggunakannya cukup
memanggil file data dengan format ODC tersebut. Dengan demikian sesungguhnya anda
bekerja dengan file aslinya (file terkoneksi), dan bukan bekerja dalam file berformat Excel
(xls).Di mana data dalam file berformat ODC akan terupdate secara otomatis ketika file
database yang aslinya mengalami perubahan data tanpa melalui mekanisme Refresh Data.
MANAJEMEN DATA
84
BAGIAN II FUNGSI ANALISA DATA MENGGUNAKAN APLIKASI SPREADSHEET
Isi :
II.1 Pengantar Analysis Tool Pak (Paket Alat Bantu Untuk
Analisa Data) Dalam Aplikasi Spreadsheet II.2 Penggunaan Tabel Pivot
II.3 Fungsi-Fungsi Dasar untuk Analisa Data
MANAJEMEN DATA
85
II.1 Pengantar Analysis Tool Pak (Paket Alat Bantu Untuk
Analisa Data) Dalam Aplikasi Spreadsheet
Program aplikasi Excel sesungguhnya cukup powerful digunakan untuk manajemen dan
analisa data, disamping beberapa fungsi standar yang tersedia seperti:
1. Fungsi Finansial
Fisibilitas investasi, penyusutan, aktiva, angsuran, dll
2. Fungsi Tanggal dan Wkatu
Penghitungan dalam dimensi waktu, penanggalan
3. Fungsi Matematika dan Trigonometri
Operasi matematika, trigonometri
4. Fungsi Statistik
Rata-rata, median, standar deviasi dll
5. Fungsi Lookup dan Referensi
Informasi berdasarkan pembacaan tabel data referensi
6. Fungsi Database
Penghitungan dan pencarian data
7. Fungsi Teks
Informasi dalam format teks
8. Fungsi Logika
Penggunaan tes logika yang dikerjakan dan menampilkan hasil proses berupa true
(benar yang diberi nilai 1) atau false (salah yang diberi nilai 0)
9. Fungsi Informasi
Menghasilkan informasi tentang sel maupun range mengenai posisi maupun format
yang berlaku padanya
10. Fungsi Engineering
Untuk perhitungan di bidang teknik dan matematika tingkat lanjut
Aplikasi Excel juga dilengkapi dengan kemampuannya untuk melakukan proses analisa data
yang lebih kompleks dengan menggunakan beberapa fungsi statistik lanjut, meskipun tidak
selengkap fungsi yang disediakan pada aplikasi khusus analisa data dan statistik. Beberapa
fungsi tersebut tersedia dalam paket program tambahan (Add-In) yang disebut dengan
MANAJEMEN DATA
86
Analysis Toolpak. Piranti tambahan itu diperlukan untuk melengkapi fungsi built-in pada
komputer. Fungsi built-in adalah fungsi yang telah disediakan oleh Excel begitu program
selesai diinstal seperti beberapa fungsi tertentu yang telah disebutkan di atas.
Untuk mengecek, apakah fungsi Analysis Toolpak telah tersedia dapat dilakukan melalui
menu Tools-Add Ins.
Gambar II.1 Mengecek Fungsi Analysis Toolpak Melalui Add-Ins
Gambar II.2 Fungsi Analysis Toolpak Telah Diinstal
MANAJEMEN DATA
87
Jika tidak ada tanda centang, maka fungsi tersebut belum terinstal dalam komputer. Untuk
menginstalnya, sediakan CD master aplikasi Excel, lalu beri tanda centang seperti
ditunjukkan pada gambar, dan Klik OK.
II.2 Penggunaan Tabel Pivot
Fungsi tabel pivot digunakan untuk mempermudah dalam analisa data dari suatu susunan
struktur data yang tidak ringkas. Tabel pivot merupakan suatu ringkasan data dalam bentuk
tabel silang interaktif, di mana dapat melakukan proses kombinasi sekaligus perbandingan
data dalam jumlah besar.
1. Sumber data
2. Data pada data sumber yang diringkas
3. Format ringkasan data dalam bentuk tabel pivot
4. Hasil ringkasan data
Gambar II.3 Ilustrasi Tabel Pivot
Posisi data antara baris dan kolom dapat dirotasi untuk melihat ringkasan perbedaan dari
data sumber dan dapat ditampilkan bagian yang diperlukan atau diinginkan.
MANAJEMEN DATA
88
Gunakanlah penyajian dalam bentuk tabel pivot ini ketika anda ingin menganalisa suatu nilai
kumulatif, terutama di saat anda memiliki record atau daftar data yang sangat banyak dari
suatu variabel tertentu misalnya dan anda dapat pula membandingkannya dengan antar
variabel lainnya yang berkaitan. Dari contoh ilustrasi tabel pivot di atas kita dapat lebih
mudah melihat atau memaknai total suatu jumlah/frekuensi dari karakteristik 1 dan jika
dibandingkan dengan karakteristik 2 atau lainnya. Tabel pivot juga bersifat interaktif, karena
anda dapat merubah tampilan lebih detil dengan beberapa penggunaan fungsi-fungsi
tambahan di dalam tabel pivot tersebut, seperti menghitung selisih antar karakteristik yang
berbeda, menghitung nilai rata-rata dan sebagainya. Dalam penyajian tabel pivot, setiap
kolom atau field pada data sumber menjadi field tabel pivot yang telah diringkas dari
beberapa baris data yang mempunyai kaitan informasi yang sama sebelumnya,
sebagaimana dilihat dalam contoh.
Kasus Latihan
Berikut ini sebuah template data yang diolah dari laporan Bulanan Penyakit (LB1) SP2TP
Gambar II.4 Contoh Data LB1
Kita asumsikan template data di atas dikumpulkan secara rutin dari tiap kabupaten. Record
data setiap bulannya akan bertambah pada baris baru berikutnya, begitu seterusnya. Hingga
kita mendapati sekumpulan data yang semakin banyak, tidak begitu ringkas yang
menyebabkan kita kesulitan untuk melakukan analisa data. Dengan bantuan fungsi tabel
MANAJEMEN DATA
89
pivot akan membantu kita meringkas data sehingga lebih mudah untuk dimaknai kondisinya,
perbandingan antar karakteristik baik jenis, tempat maupun waktu. Berikut ini dicontohkan
penggunaan tabel pivot secara sederhana :
1. Klik menu Data 2. Klik Pivot table
Gambar II.5 Menu Pivot Table
1. Jenis data sumber 2. Membuat tabel pivot 3. Klik Next
Gambar II.6 Jendela Pivot Table Wizard Step 1
MANAJEMEN DATA
90
1. Sorot alamat area (range) data sumber 2. Klik Next
Gambar II.7 Pivot Wizard Step 2 (Range Data Sumber)
1. Menyimpan pivot tabel di lembar kerja berbeda 2. Menyimpan pivot tabel di lembar kerja saat ini
Gambar II.8 Pivot Wizard Step 3 (memposisikan pivot tabel hasil)
MANAJEMEN DATA
91
3 1
2 4
5
1. Template tabel pivot 2. Daftar field yang akan di tempatkan ke dalam template
Gambar II.9 Template Tabel Pivot
1. Field JENIS ke blok drop row fields here
2. Field SUBJENIS ke blok drop row fields here
3. Field KAB ke blok drop column fields here
4. Field 0-7 Hr ke blok drop data items here
5. Field 8-28 Hr ke blok drop data items here
Gambar II.10 Hasil Tabel Pivot
MANAJEMEN DATA
92
Penyajian dalam tabel pivot jauh lebih ringkas jika dibanding dengan tabulasi data
sebelumnya, sehingga membantu dalam analisa data. Berbagai pola tabulasi dapat kita
desain sesuai dengan tujuan analisa yang diinginkan.
II.3 Fungsi-Fungsi Dasar untuk Analisa Data
Statistik Deskriptif
Alat bantu Descriptive Statistics menyediakan sebuah tabel statistik deskriptif untuk satu
kumpulan nilai masukkan atau lebih. Descriptive Statistics memerlukan satu range data
masukkan yang berisi satu variabel atau lebih dan satu range data keluaran. Anda juga
harus menunjukkan apakah variabel akan disusun menurut kolom atau baris.
Prosedur:
1. Pilih dan klik menu Tools-Data Analysis. Jendela dan kotak dialog akan ditampilkan.
Lakukan pemilihan dan pengisian data:
Input Range isi data yang akan diolah
Grouped By klik salah satu tombol pilihan columns untuk pengelompokkan data
berdasarkan kolom atau Rows berdasarkan baris
Label in First Row tandai kotak periksa jika input range termasuk judul pada baris
pertama atau dibiarkan kosong jika anda tidak menyertakan judul dalam input range
Output options Klik salah satu tombol pilihan untuk menempatkan hasil olah data
MANAJEMEN DATA
93
Gambar II.11 Menu Fungsi Analisis Data
Gambar II.12 Menu Statistik Deskriptif
2. Untuk beberapa kebutuhan yang lebih detil, dapat digunakan pilihan-pilihan:
Summary statistics ringkasan statistik deskriptif
Confidence for mean tingkat kepercayaan untuk mean
Kth largest angka terbesar urutan ke K
Kth smallest angka terkecil urutan ke K
MANAJEMEN DATA
94
Histogram
Histogram adalah sebuah diagram yang mengambil sekumpulan pengukuran dan
menggambarkan banyaknya pengukuran (frekuensi) yang terdapat dalam masing-masing
interval. Interval tidak harus berjarak sama tetapi dalam urutan yang meningkat. Alat bantu
histogram dapat membuat analisa secara terurut (pareto), termasuk persentase kumulatif
dan membuat grafik dengan memilih Chart Output.
Prosedur :
1. Pilih dan klik menu Tools-Data Analysis. Jendela dan kotak dialog akan ditampilkan.
Input range data yang akan diolah
Bin range tentukan kelompok data yang ditetapkan
Labels tandai kotak periksa jika input range termasuk judul pada baris pertama
Output options klik salah satu pilihan untuk menempatkan hasil olah data
Pareto untuk pengurutan data
Cumulative percentage untuk menampilkan hasil kumulatif dalam bentuk
persentase
Chart output untuk menampilkan pengolahan data dalam bentuk grafik
Gambar II.13 Menu Histogram
MANAJEMEN DATA
95
Metode Statistik Parametrik
Metode statistik parametrik digunakan untuk menguji data yang mendekati atau berdistribusi
normal. Dalam melakukan uji hipotesis, terdapat banyak faktor yang menentukan, di
antaranya adalah banyaknya sampel, diketahui atau tidaknya standar populasi dan varians
populasi. Untuk sampel yang cukup besar (>30) atau varians populasi diketahui, yang
dipakai adalah z-test. Untuk sampel kecil digunakan t-test. F-test digunakan untuk pengujian
statistik di antara berbagai macam data sampel dan diasumsikan bahwa karakteristik
mengenai populasi yang mungkin diketahui atau tidak, juga dipakai untuk membuat
kesimpulan mengenai varians dua macam populasi yang berdistribusi normal.
Gambar II.14 Contoh Salah satu Fungsi Analisa Statistik
Dalam modul ini tidak dibahas secara detil, namun hanya disampaikan bahwa dalam
aplikasi Excel juga tersedia fungsi-fungsi analisa statistik yang kompleks seperti untuk
menggunakan beberapa teknik pada metode statistik inferensial.
MANAJEMEN DATA
96
LAMPIRAN
MANAJEMEN DATA
97
MACRO
Microsoft Excel memiliki perekam macro internal yang akan menerjemahkan langkah yang
anda lakukan menjadi perintah macro VBA. Setelah dilakukan perekaman, anda bisa
melihat perintah hasil dari perekaman. Perintah-perintah ini bisa anda atur dan rapikan lagi
sesuai kebutuhan pemrograman yang anda inginkan.
Sebelum merekam, rencanakan dulu langkah apa saja yang akan anda lakukan. Hal ini
perlu karena setiap koreksi yang anda lakukan juga akan tercatat oleh perekam, sehingga
akan memperrumit tampilan perintah yang terekam.
A. Merekam Macro
Dalam contoh dibawah, akan direkam macro untuk merubah background menjadi kuning
muda. Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Dari Microsoft Excel (bukan VBE), pilih menu Tools | Macro | Record New Macro
MANAJEMEN DATA
98
2. Kemudian akan muncul dialog box Record Macro, ketik nama program yang anda
kehendaki di kotak macro name, kemudian lanjutkan dengan mengklik OK. Dalam
contoh ini, digunakan nama SetBackgroundColor.
3. Pada panel warna background, pilih warna kuning muda. Perintah ini akan membuat
sel yang dipilih berubah menjadi memiliki warna latar kuning muda.
4. Untuk menghentikan perekaman macro, tekan tombol kotak warna biru tua pada
toolbar macro recorder.
MANAJEMEN DATA
99
Proses perekaman selesai, dan anda telah memiliki program yang anda rekam sendiri.
B. Melihat Perintah (Syntax) yang Terekam
Macro sudah terrekam dan siap dijalankan. Tetapi sebelum dijalankan, lebih baik jika kita
melihat hasil perekaman terlebih dulu.
1. Buka VBE (Visual Basic Editor) dengan menekan [Alt] + [F11] secara bersamaan
(seperti tutorial sebelumnya)
MANAJEMEN DATA
100
2. Buka folder Modules pada pada project explorer dengan mengklik tanda [+]
3. Dobelklik folder Module1 untuk melihat isi perintahnya (macro).
Seperti pada gambar, nama subroutine (program) yang kita rekam adalah
SetBackGroundColor. Sedangkan ColorIndex adalah warna yang kita terapkan dan
Pattern adalah pola pewarnaan yang dipakai.
Untuk mempelajari lebih detail mengenai perintah yang muncul, penggunaan menu Help
pada VBE sangat disarankan. Hal ini dikarenakan banyaknya perintah yang bisa
digunakan, yang akan sangat menghambat apabila harus dihafalkan semuanya.
MANAJEMEN DATA
101
C. Menjalankan Macro Yang Sudah Direkam
Pada contoh sebelumnya kita menjalankan macro “Hello World” pada VBE. Kali ini kita akan
menjalankan macro pada MS Excel.
1. Pada worksheet (sheet) yang anda kehendaki, pilihlah (sorot) sel D3 sampai E6
2. Jalankan macro yang sudah direkam dengan menekan [Alt] + [F8] secara
bersamaan, atau dengan memilih menu Tools | Macro | Macros
MANAJEMEN DATA
102
3. Dialog box macro akan muncul. Pilih macro yang ingin anda jalankan, kemudian klik
tombol Run
4. Sel D3 sampai E6 akan memiliki warna kuning.
MANAJEMEN DATA
103
MENGGUNAKAN OPTION BUTTON
Option Button ini bisa digunakan untuk memasukkan data yang berupa pilihan, dimana
pilihan pertama di tanda cek, cell link = 1, pilihan kedua di cek cell link =2 ...dst. Untuk
membuatnya View, Toolbar, Form, pilih button lalu dibuat button pertama, untuk button
kedua dan seterusnya dicopy saja.
Contoh
Button pertama di cek, lalu klik kanan, muncul Format Control, pilih tab Control, cell link isi B6, 3D Shading di cek, OK.
Untuk Biaya di C7 dibuat rumus =IF(B6=1,B2,IF(B6=2,B3,IF(B2=3,B4,B5)))
MANAJEMEN DATA
104
MENGGUNAKAN FORM INPUT DATA PADA EXCEL
Excel menyediakan fasilitas untuk input data menggunakan Form dengan memanfaatkan
fasilitas pada menu Data-Forms.
Contoh:
MANAJEMEN DATA
105
Data KAB
8-28 Hr - Loteng 8-28 Hr - Lobar 0-7 Hr - Loteng 0-7 Hr - Lobar
PIVOT CHART
350
300
250
200
150
100
50
0 Diare ( termasuk tersangka
kolera )
Disentri Infeksi penyakit usus yang
lain
PENYAKIT INFEKSI PADA USUS
Kolera
MANAJEMEN DATA
106
FUNGSI-FUNGSI
FUNGSI MATEMATIKA
1. Fungsi Pembulatan
Fungsi CEILING
Berguna untuk melakukan pembulatan ke atas berdasarkan suatu nilai penentu.
Format : =CEILING(bilangan,faktor pembulat)
Contoh : =CEILING(2.5,1) → pembulatan dilakukan ke bilangan di atas 2,5 yang merupakan kelipatan dari 1. Hasil : 3
Fungsi FLOOR
Berguna untuk melakukan pembulatan ke bawah berdasarkan suatu nilai penentu.
Format : =FLOOR(bilangan,faktor pembulat)
Contoh : =FLOOR(3.9,1) → pembulatan dilakukan ke bilangan di bawah 3,9 yang merupakan kelipatan dari 1. Hasil : 3
Fungsi EVEN
Berguna untuk membulatkan suatu bilangan ke atas ke bilangan genap terdekat. Namun,kalau bilangan yang akan di bulatkan sudah berupa bilangan genap,tidak terjadi pembulatan.
Format : =EVEN(bilangan)
Contoh : =EVEN (1.5) → pembulatan ke bilangan genap terdekat yang lebih dari 1,5.Hasil : 2
Fungsi ODD
Berguna untuk membulatkan suatu bilangan ke atas ke bilangan ganjil terdekat. Namun,kalau bilangan yang akan dibulatkan sudah berupa bilangan ganjil, tidak terjadi pembulatan.
Format : =ODD(bilangan)
Contoh : =ODD (1.5) → pembulatan ke bilangan ganjil terdekat yang lebih dari 1,5. Hasil : 3
MANAJEMEN DATA
107
Fungsi INT
Berguna untuk melakukan pembulatan bilangan ke bawah ke bilangan bulat terdekat.
Format : =INT(bilangan)
Contoh : =INT(1.92) → Hasil : 1
Fungsi MROUND
Berguna untuk melakukan pembulatan ke bawah / ke atas tergantung pada faktor kelipatan pembulatan. Pembulatan dilakukan ke atas hanya jika sisa pembagian dengan faktor pembulat lebih besar / sama dengan setengah dari faktor pembulat.
Format : =MROUND(bilangan,faktor pembulat)
Contoh : =MROUND(2.92,1) → pembulatan ke atas karena sisa pembagian terhadap 1 adalah sebesar 0,92 yang lebih besar dari setengah faktor pembulat. Hasil : 3
Fungsi ROUND
Untuk melakukan pembulatan sampai ke sejumlah digit.
Format : =ROUND(bilangan,jum_digit)
Contoh : =ROUND(2.925,2) → pembulatan dengan bagian pecahan terdiri atas 2 digit. Hasil : 2.93
Fungsi ROUNDOWN
Menyerupai fungsi ROUND. Namun, pembulatan selalu ke bawah.
Format : =ROUNDDOWN(bilangan,jum_digit)
Fungsi ROUNDUP
Menyerupai fungsi ROUND. Namun,pembulatan selalu ke atas.
Format : =ROUNDUP(bilangan,jum_digit)
Fungsi TRUNC
Untuk mendapatkan bagian bulat dari suatu bilangan real.
Format : =TRUNC(bilangan)
MANAJEMEN DATA
108
Contoh : =TRUNC(4.3) → 4
Fungsi QUOTIENT
Untuk mendapatkan bagian bulat hasil pembagian.
Format : =QUOTIENT(pembilang,penyebut)
2. Fungsi Range dan Array
Fungsi MDETERM
Berguna untuk memperoleh determinan matriks.
Format : =MDETERM(array)
Fungsi MINVERSE
Untuk memperoleh inversi suatu matriks.
Format : MINVERSE(array)
Fungsi MMULT
Untuk mengalikan 2 buah matriks.
Format : =MMULT(array1,array2)
Fungsi SUMPRODUCT
Untuk menjumlahkan hasil perkalian eleme-elemen matriks pada posisi yang sama.
Format : =SUMPRODUCT(array_1,array_2,…)
Fungsi SUMX2MY2
Merupakan implementasi dari rumus : ∑ (x² - y² )
Format : =SUMX2MY2(array_x,array_y)
MANAJEMEN DATA
109
Fungsi SUMX2PY2
Merupakan implementasi dari rumus : ∑ (x² + y² )
Format : =SUMX2PY2(array_x,array_y)
Fungsi SUMXMY2
Merupakan implementasi dari rumus : ∑ ( x-y )²
Format : =SUMXMY2(array_x,array_y)
Fungsi COUNTIF
Untuk memperoleh jumlah sel dalam suatu range yang memenuhi criteria tertentu.
Format : =COUNTIF(range,criteria)
3. Fungsi Pembangkit Bilangan Acak
Fungsi RAND
Untuk mendapatkan sebuah bilangan acak yang nilainya lebih besar / sama dengan nol dan kurang dari 1.
Format : =RAND()
Fungsi RANDBETWEEN
Untuk mendapatkan bilangan acak yang terletak antara suatu nilai dengan nilai yang lain.
Format : =RANDBETWEEN(a,b)
4. Fungsi Statistika Dasar
Fungsi COMBIN
Untuk memperoleh jumlah kemungkinan sejumlah pasangan data terhadap sejumlah data.
Format : =COMBIN(jumlah_data,jumlah_pasangan_data)
MANAJEMEN DATA
110
Fungsi FACT
Untuk memperoleh factorial dari suatu bilangan.
Format : =FACT(bilangan)
Fungsi SUM
Untuk menjumlahkan semua nilai argument.
Format : =SUM(bil_1,bil_2,…)
Fungsi SUMIF
Untuk menjumlah sel-sel yang memenuhi criteria tertentu.
Format : =SUMIF(range,criteria,range_yang_dijumlah)
Fungsi SUMSQ
Untuk menjumlahkan kuadrat dari semua argument.
Format : =SUMSQ(bil_1,bil-2,…)
5. Lain-Lain
Fungsi ABS
Untuk memperoleh nilai absolute dari suatu bilangan.
Format : =ABS(bilangan)
Contoh : =ABS(3)→3
Fungsi LOG
Untuk memperoleh logaritma dari suatu bilangan dengan basis logaritma bisa diatur.
Format : =LOG(bilangan,basis)
MANAJEMEN DATA
111
Fungsi LOG10
Untuk mendapatkan logaritma berbasis 10 terhadap suatu bilangan.
Format : =LOG 10(X)
Fungsi MOD
Untuk mendapatkan sisa pembagian.
Format : =MOD(bilangan,pembagi)
Contoh : =MOD(3,2)→ 1 (3-2*1)
Fungsi POWER
Untuk menghitung pangkat.
Format : =POWER(x,y)
Fungsi GCD
Untuk mendapatkan FPB
Format : =GCD(bil_1,bil_2,…)
Fungsi LCM
Untuk mendapatkan KPK.
Format : =LCM(bil_1,bil_2,…)
Fungsi PRODUCT
Untuk mengalikan semua nilai argument.
Format : =PRODUCT(bil_1,bil_2,…)
Fungsi SIGN
Untuk memperoleh tanda bilangan.
Format : =SIGN(bilangan)
MANAJEMEN DATA
112
Fungsi SQRT
Untuk memperoleh akar kuadrat suatu bilangan.
Format : =SQRT(bilangan)
FUNGSI STATISTIKA
Fungsi COUNT
Menghitung jml data argument. Contoh : =COUNT(A1:A10)
AVERAGE
Menghitung nilai rata-rata dari seluruh afgumen. Contoh : =AVERAGE(A1:A10)
DEVSQ
Menghitung jml deviasi kuadrat. Contoh : =DEVSQ(A1:A10)
MAX
Memperoleh nilai terbesar dari seluruh argument. Contoh : =MAX(A1:A10)
MEDIAN
Memperoleh nilai median dari seluruh argument. Contoh : =MEDIAN(A1:A10)
MODE
Memperoleh nilai mode(nilai yang paling banyak berulang) dari seluruh argument.
Contoh : =MODE(A1:A10)
PERMUT
Memperoleh nilai permutasi. Contoh : =PERMUT(100,3)
MANAJEMEN DATA
113
STDEV
Memperoleh deviasi standar. Contoh : =STDEV(A1:A10)
VAR
Memperoleh nilai varians dari suatu sample. Contoh : =VAR(A1:A10)
FUNGSI TEKS
Fungsi CHAR
Untuk memperoleh karakter berdasarkan suatu kode bilangan.
Format : =CHAR(bilangan)
CLEAN
Untuk membuang semua karakter yang tidak dapat ditampilkan.
Format : =CLEAN(teks)
CODE
Untuk mendapatkan nilai numeric dari karakter pertama dalam teks argument.
Format : =CODE(teks)
CONCATENATE
Untuk menggabungkan sejumlah teks.
Format : =CONCATENATE(teks_1,teks_2,…)
EXACT
Untuk memeriksa kesamaan 2 buah teks tanpa memandang format yang
Digunakan.
Format : =EXACT(teks_1,teks_2)
MANAJEMEN DATA
114
FIND
Untuk mencari suatu keberadaan suatu teks dalam suatu teks.
Format : =FIND(teks_1,teks_2,awal_pencarian)
FIXED
Untuk memformat bilangan menjadi suatu teks.
Format : =FIXED(bilangan,jum_desimal,tanpa_koma)
LEFT
Untuk memperoleh sejumlah karakter dari suatu teks dimulai dari yang terkiri.
Format : =LEFT(teks,jumlah)
LEN
Untuk memperoleh jumlah karakter yang terdapat pd suatu teks.
Format : =LEN(teks)
LOWER
Untuk mengonversi semua huruf capital menjadi huruf kecil.
Format : =LOWER(teks)
MID
Untuk memperoleh bagian suatu teks dimulai dari posisi yg dikehendaki pemakai.
Format : =MID(teks,posisi_awal,jumlah)
PROPER
Untuk membuat setiap huruf di awal kata dikapitalkan.
Format : =PROPER(teks)
REPLACE
Untuk mengganti bagian dari suatu teks dengan suatu teks.
MANAJEMEN DATA
115
Format : =REPLACE(teks,posisi_awal,jum_kar,teks_pengganti)
REPT
Untuk mengulang teks beberapa kali.
Format : =REPT(teks,jumlah)
RIGHT
Untuk mendapatkan sejumlah karakter pada bag.kanan teks.
Format : =RIGHT(teks,jumlah)
SEARCH
Mempunyai kegunaan seperti pada FIND,tetapi tidak membedakan huruf capital dan huruf kecil.
Format : =SEARCH(teks_1,teks_2,awal_pencarian)
SUBTITUTE
Untuk mengganti suatu bag.teks yg terdapat dlm suatu teks dgn teks yg lain.
Format : =SUBTITUTE(teks,teks_akan_diganti,teks_pengganti,jumlah)
Fungsi T
Fungsi yg akan menghasilkan teks sesuai dengan argument kalau argument berupa teks,tetapi akan menghasilkan string kosong kalau argument berupa bilangan.
Contoh : =T(“123”)→ “123”
TEXT
Untuk memformat suatu nilai menjadi teks.
Format : =TEXT(nilai,format)
MANAJEMEN DATA
116
TRIM
Untuk membuang spasi-spasi yang ada di awal dan di akhir teks.
Format : =TRIM(teks)
UPPER
Untuk mengonversi semua huruf kecil menjadi huruf capital.
Format : =UPPER(teks)
VALUE
Untuk mengubah teks menjadi bilangan.
Format : =VALUE (teks)
FUNGSI INFORMASI
COUNTBLANK(range)
Menghitung jml sel yang kosong yg terdapat pd range.
INFO(teks_tipe)
Menghasilkan informasi tentang lingkungan sist.Operasi
ISBLANK(nilai)
Menghasilkan TRUE kalau sel kosong.
ISERR(nilai)
Menghasilkan TRUE kalau nilai menyatakan nilai kesalahan selain #N/A
ISERROR(nilai)
Menghasilkan TRUE kalau nilai menyatakan nilai kesalahan.
MANAJEMEN DATA
117
ISEVEN(nilai)
Menghasilkan TRUE kalau nilai menyatakan nilai genap.
ISLOGICAL(nilai)
Menghasilkan TRUE kalau nilai menyatakan nilai logika (TRUE/FALSE)
ISNA(nilai)
Menghasilkan TRUE kalau nilai berupa kode kesalahan #N/A
ISNONTEXT(nilai)
Menghasilkan TRUE kalau nilai bukan berupa teks.
ISNUMBER(nilai)
Menghasilkan TRUE kalau nilai berupa bilangan.
ISODD(nilai)
Menghasilkan TRUE kalau nilai menyatakan nilai ganjil.
ISREF(nilai)
Menghasilkan TRUE kalau nilai berupa referensi
ISTEXT(nilai)
Menghasilkan TRUE kalau nilai berupa teks.
N(nilai)
Mengonversi nilai ke bilangan.
MANAJEMEN DATA
118
TYPE(nilai)
Menghasilkan tipe nilai.
Jika nilai adalah bilangan,hasilnya 1 Jika nilai adalah teks,hasilnya 2 Jika nilai adalah nilai logika,hasilnya 4 Jika nilai adalah nilai kesalahan,hasilnya 8 Jika nilai adalah array,hasilnya 16
FUNGSI KEUANGAN
MENGHITUNG NILAI MENDATANG
Notasi matematika yg digunakan untuk menghitung nilai mendatang :
FV = PV (1+i)n.
Format : =FV(bunga,cacah_angsuran,angsuran,pv,tipe)
MENGHITUNG NILAI SEKARANG
Nilai sekarang dpt dihitung dgn menggunakan fungsi PV.
Format : =PV(bunga,cacah_angsuran,angsuran,fv,tipe)
MENGHITUNG NPV
Digunakan untuk menghitung kelayakan investasi.
MENGHITUNG IRR
Untuk menilai kelayakan suatu proyek.
Format : =IRR(.. : ..)
MENGHITUNG PEMBAYARAN AMORTISASI
Format : =PMT(6%,3,100000000)
MANAJEMEN DATA
119
FUNGSI LOOKUP DAN REFERENSI
Fungsi ADDRESS
Untuk membuat alamat sel dlm bentuk teks.
Format : =ADDRESS(id_baris,id_kolom,bil_abs,mode_al,nama_ws)
AREAS
Untuk memperoleh jml area dlm referensi.
Format : =AREAS(referensi)
COLUMN
Untuk memperoleh nomor kolom pd suatu referensi.
Format : =COLUMN(referensi)
COLUMNS
Untuk memperoleh jml kolom pd suatu array/referensi.
Format : =COLUMNS(array)
ROW
Untuk memperoleh nomor baris pd suatu referensi.
Format : =ROW(referensi)
ROWS
Untuk memperoleh jml baris pd suatu array/referensi.
Format : =ROWS(array)
MANAJEMEN DATA
120
INDEX
Ada 2 bentuk,yaitu :
1. Format : =INDEX(array,nomor_baris,nomor_kolom) → untuk mendapatkan
sebuah nilai pd array. 2. Format : =INDEX(referensi,nomor_baris,nomor_kolom,nomor_area) →
untuk memilih referensi yg dihasilkan dgn menyebut nomor areanya).
CHOOSE
Untuk memperoleh adalah 1 nilai argumennya melalui suatu indeks.
Format : =CHOOSE(indeks,nilai1,nilai2,nilai3,…)
INDIRECT
Untuk mendapatkan isi suatu referensi sel berdasarkan suatu teks.
Format : =INDIRECT(teks_referensi,mode_al)
OFFSET
Untuk memperoleh suatu referensi didasarkan pd posisi referensi.
Format : =OFFSET(referensi,jum_baris,jum_kolom,tinggi,lebar)
HYPERLINK
Untuk membuat link ke internet/intranet.
Format : =HYPERLINK(link,keterangan)
HLOOKUP
Untuk mendapatkan suatu data pd suatu daftar data. Daftar data disusun secara horizontal.
Format : =HLOOKUP(sel,referensi,area,table,data,offset)
VLOOKUP
Untuk mendapatkan suatu data pada suatu daftar data yang disusun secara vertical.
Format : =VLOOKUP(sel,referensi,area,table,data,offset)
MANAJEMEN DATA
121
MATCH
Untuk menentukan posisi suatu item dalam array.
Format : =MATCH(nilai_yang_dicari,array,tipe_pencocokan)
TRANSPOSE
Untuk mendapatkan transpose dari suatu array.
Format : =TRANSPOSE(array)
MANAJEMEN DATA
122
MODUL 6 Pelatihan Pemanfaatan
Data Dan Informasi
Sebagai Dasar
Perencanaan Daerah
PENYAJIAN DATA PROFIL
123
124
PENYAJIAN DATA POFIL
125
PENYAJIAN DATA PROFIL
PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL
PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATAN (SDMK)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Pengertian dan Fungsi Profil
Sebuah profil pada umumnya merupakan sebuah sarana untuk menyajikan informasi
terkait dengan tugas pokok, fungsi serta pencapaian kinerja sebuah organisasi.
Informasi yang disajikan diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
SDM Kesehatan sebagai unit eselon 1 Departemen Kesehatan memiliki tanggung jawab
dalam pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan dengan memperhatikan
perkembangan, masalah serta berbagai kecenderungan pembangunan kesehatan ke
depan. Agar informasi yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi tersebut dapat
dikelola dan dimanfaatkan secara internal dan eksternal, maka dalam profil PPSDM
Kesehatan harus dapat di dapat tergambarkan secara informatif indikator-indikator yang
relevan dengan informasi yang dibutuhkan. Sumber data yang terkait dengan SDM Kesehatan sangat bervariasi dan tersebar di
berbagai unit, baik yang terdapat di lingkungan Badan PPSDMK, maupun diluar
6
PENYAJIAN DATA POFIL
126
lingkungan badan seperti Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten, ataupun Badan
Kepegawaian Nasional/Daerah. Agar data yang tersedia dapat dimanfaatkan secara
optimal, maka diperlukan suatu panduan pengelolaan dan analisis data SDMK.
Pedoman Penyusunan Profil Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan
merupakan salah satu panduan yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran
pengolahan dan penyajian data SDM Kesehatan.
1.2. Sistematika Penulisan Pedoman Penyusunan Profil PPSDMK
Adapun sistematika penulisan pedoman penyusunan profil PPSDMK ini adalah sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan. Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat pengertian dan
fungsi sebuah profil,dalam hal ini adalah profil SDM Kesehatan.
BAB II :Visi, Misi, Tujuan, Kebijakan SDMK. Pada bab ini akan sajikan visi, misi,
strategi yang terkait dengan SDMK. Aspek ini merupakan acuan untuk
mengetahui komponen strategis organisasi.
BAB III :Pedoman Penyusunan Profil. Pada bab ini akan disajikan isi dari profil SDK,
yang terdiri dari indikator dan ruang lingkup informasi, manajem Pada
bab ini akan disajikan set indikator, yang merupakan indikator kunci dari
pusat-pusat sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi setiap pusat.
BAB IV :Pengolahan, Analisis dan Pemanfaatan Data. Berdasarkan identifikasi jenis
dan sumber data SDMK, maka dapat dilakukan pengolahan, analisis dan
pemanfaatan datanya.
PENYAJIAN DATA POFIL
127
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN DAN KEBIJAKAN SDMK
II.1. Isu Strategis
Beberapa isu strategis yang menjadi isu prioritas yang di angkat dalam Rencana Aksi
Badan PPSDM Kesehatan, antara lain:
1. Manajemen pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan baik di pusat
maupun di daerah memerlukan kebijakan dan peraturan perundang-undangan
yang mendukung, serta pengembangan dan peningkatan pelaksanaan Sistem
Informasi SDM kesehatan.
2. Peningkatan kemampuan perencanaan sejak pendidikan sampai dengan
pendayagunaan tenaga kesehatan. Pengembangan model perencanaan dan
penempatan tenaga yang sesuai dengan karakteristik dan geografis dari setiap
daerah. Pengembangan sistem pengendalian, pertanggungjawaban dan
pemantauan serta evaluasi.
3. Peningkatan keterlibatan masyarakat untuk mengatasi ketidakseimbangan
kebutuhan jumlah tenaga kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan yang
diproduksi dengan penyerapan tenaga kesehatan. Membangun kemitraan
dengan instansi lintas sektor terkait, Pemerintah Daerah, LSM, Pengusaha,
Ikatan Profesi dan lembaga donor serta masyarakat dan swasta.
4. Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan tenaga kesehatan.
Pengembangan pendidikan jarak jauh (PJJ) dan pengembangan Sister School
Programme (SSP) serta kelas internasional.
5. Pengendalian mutu pelatihan SDMK secara optimal sebagai pusat rujukan
metode dan teknologi serta manajemen pelatihan. Selain itu peningkatan
kemampuan Bapelkes sebagai institusi pelatihan SDM kesehatan perlu
dilakukan secara terus menerus sesuai perkembangan metodologi dan teknologi
yang dihadapi;
PENYAJIAN DATA POFIL
128
6. Peningkatan peranan Organisasi Profesi Kesehatan dalam pembangunan
kesehatan dan SDM kesehatan Terutama dalam pembentukan konsil profesi
kesehatan dan secara mandiri mendukung program pembangunan kesehatan di
seluruh Tanah Air. II.2. Visi, Misi, Tujuan, Strategi dan Program PPSDMK Sebelumnya sebagai dasar kerangka berpikir, secara sederhana dapat dipahami
kerangka dari core business PPSDMK,adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Aktivitas Utama dan Pendukung Badan PPSDMK II.2.1. Visi
Penggerak terwujudnya SDM Kesehatan profesional yang merata agar masyarakat
mandiri dalam hidup sehat.
II.2.2. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas maka ditetapkan lima misi, yaitu :
1. Meningkatkan Manajemen dan Pembiayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Efektifitas dan efisiensi manajemen yang dijalankan, termasuk pembinaan
SDM kesehatan dalam perencanaan, penyediaan, pendayagunaan, SDM
Kesehatan, pengorganisasian, pengawasan/pengendalian serta hubungan fungsional
dengan lintas program dan lintas sektor terkait.
PENYAJIAN DATA POFIL
129
2. Meningkatkan kompetensi, kualitas dan profesio-nalisme SDM Kesehatan
Untuk mencapai kemandirian dan sifat kewirausahaan (entrepreneurship) serta
daya saing yang tinggi.
3. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan
Standarisasi mutu penyelenggara pendidikan tenaga kesehatan, melalui
akreditasi institusi dan sertifikasi tenaga kesehatan.
4. Pendayagunaan dan pendistribusian SDM Kesehatan
Pengembangan sistem pendayagunaan dan pendistribusian SDM kesehatan
yang sesuai dan komprehensif dengan didukung oleh sistem informasi yang
handal untuk mempermudah komunikasi dan alur informasi antar pusat dan daerah.
5. Meningkatkan pemberdayaan, kreativitas dan kemandirian organisasi profesi
Mendorong dan memantapkan kewenangan organisasi profesi melalui berbagai
upaya seperti pembentukan konsil profesi kesehatan dan pemberlakuan legislasi
yang meliputi registrasi, sertifikasi dan lisensi dalam rangka melindungi masyarakat. II.2.3. Tujuan
Tersedianya SDM Kesehatan yang berkualitas, kompeten dan professional serta
tersebar secara merata dalam mewujudkan Indonesia Sehat 2010, melalui :
(a) Terumuskannya kebijakan, peraturan perundang-undangan dan prosedur
pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan;
(b) Meningkatnya manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan;
(c) Terlaksananya program/kegiatan inovatif, model, uji coba dan lainnya untuk
meningkatkan kualitas dan kinerja Badan PPSDM Kesehatan;
(d) Dihasilkannya tenaga kesehatan yang professional melalui pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan;
(e) Terwujudnya kemandirian organsasi profesi kesehatan. II.2.4. Sasaran
Selain tujuan tersebut diatas, sasaran yang ingin dicapai antara lain mencakup :
PENYAJIAN DATA POFIL
130
1. Tersedianya berbagai kebijakan, peraturan perundang-undangan dan hukum
kesehatan yang menunjang pengembangan dan pemberdayaan SDM
Kesehatan;
2. Meningkatnya manajemen SDM Kesehatan yang efektif yang meliputi
perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, pengawasan dan
dukungan SDM Kesehatan. Pencapaian sasaran tersebut diukur melalui
tersusunnya perencanaan program Badan PPSDM Kesehatan, prosentase
penyelesaian tindak lanjut LHP, jumlah laporan keuangan yang tersedia, jumlah
produk hukum yang terselesaikan dan jumlah penetapan angka kredit jabatan
fungsional.
3. Dihasilkannya tenaga kesehatan yang berkualitas dan berdaya saing dalam
jumlah dan jenis sesuai kebutuhan melalui institusi pendidikan tenaga
kesehatan. Pencapaian sasaran tersebut diukur melalui: institusi yang
terakreditasi, jumlah lulusan tenaga kesehatan, jumlah tenaga pengajar yang
ditingkatkan kualitasnya melalui pendidikan dan/atau latihan, SDM tenaga
kesehatan yang ditingkatkan pendidikannya dan/atau kemampuannya, Ratio
lulusan tenaga kesehatan/jumlah penduduk, kurikulum yang sudah
disempurnakan dan institusi yang memenuhi standar.
4. Meningkatnya kompetensi/profesionalisme SDM Kesehatan melalui: (1)
Pengembangan Diklat SDM Kesehatan dalam upaya memandirikan masyarakat
untuk hidup sehat melalui pengembangan produk pelatihan yang inovatif; (2)
Peningkatan SDM Kesehatan yang bermutu dalam upaya mewujudkan
kemandirian masyarakat; (3) Peningkatan pemberdayaan institusi kediklatan
kesehatan agar mampu memfasilitasi diklat SDM kesehatan sesuai dengan
kompetensi yang dibutuhkan melalui akreditasi institusi diklat kesehatan; (4)
Peningkatan kapasitas institusi dan SDM kediklatan kesehatan; (5)
Mengendalikan mutu diklat kesehatan melalui standarisasi, akreditasi, dan
sertifikasi pelatihan.
5. Tersusunnya sistem perencanaan dan pendayagunaan SDM kesehatan serta
pelaksanaannya di berbagai jenjang administrasi. Pencapaian sasaran tersebut
diukur melalui tersusunnya sistem perencanaan tenaga kesehatan, adanya peta
PENYAJIAN DATA POFIL
131
SDM Kesehatan, adanya rencana kebutuhan tenaga, adanya model-model
pendayagunaan tenaga kesehatan, adanya kebijakan pemerataan SDM
kesehatan dan jumlah peserta tugas belajar.
6. Meningkatnya kemandirian organisasi profesi tenaga kesehatan. Pencapaian
sasaran tersebut diukur melalui prosentase organisasi profesi kesehatan yang
memiliki standar kompetensi profesi, prosentase kelulusan tenaga kesehatan ke
luar negeri, prosentasi tenaga kesehatan yang bekerja di luar negeri dan
terintegrasi tenaga asing yang bekerja di institusi kesehatan di dalam negeri.
7. Terwujudnya Sistem Informasi SDM kesehatan yang pencapaiannya diukur
melalui tersusunnya perencanaan program Badan PPSDM Kesehatan,
tersedianya data dan informasi SDM Kesehatan, jumlah produksi sistem
informasi yang dihasilkan dan jumlah laporan monitoring dan evaluasi yang
dihasilkan. II.2.5. Strategi
1. Sosialisasi dan advokasi kebijakan, peraturan dan pedoman
2. Menggalang kemitraan baik internal dan eksternal termasuk swasta
3. Meningkatkan Ketrampilan SDM Kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan
4. Menerapkan sistem regulasi di bidang tenaga kesehatan
5. Peningkatan Kemampuan dan Peran Serta Organisasi Profesi Kesehatan
II.2.6. Kebijakan
1. Perencanaan SDM Kesehatan (meliputi jumlah, jenis dan kualitas tenaga) perlu
memperhatikan dan mengaitkan perencanaan pembangunan di sektor lainnya. Di
tingkat pusat bekerja sama dengan Biro Kepegawaian dan Direktorat Jenderal di
lingkungan Depkes menyusun perencanaan SDMK sesuai kebijakan nasional maupun
regional. Tiap daerah membuat perencanaan SDMK sendiri-sendiri.
2. Pengendalian mutu pendidikan tenaga kesehatan dilakukan melalui upaya akreditasi
institusi, standarisasi komptensi dan kurikulum, sertifikasi tenaga pendidik, serta
pemenuhan sarana dan prasarana.
3. Pendayagunaan SDM kesehatan melalui kinerja dan produktifitas tenaga, serta
tercapainya pemerataan tenaga khususnya di daerah terpencil, kawasan tertinggal,
rawan bencana dan daerah lintas batas.
PENYAJIAN DATA POFIL
132
4. Pelatihan SDM kesehatan dalam rangka meningkatkan kompetensi teknis, fungsional,
manajemen, dan penjenjangan untuk menunjang pengembangan karir.
5. Pemberdayaan profesi melalui kemandirian organisasi profesi (mencakup regulasi,
registrasi, sertifikasi dan lisensi) dan penciptaan lapangan pekerjaan baik dalam
maupun luar negeri serta penapisan migrasi tenaga kesehatan asing ke dalam negeri.
6. Kerjasama dengan masyarakat dan swasta dalam advokasi, pengawasan dan
pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan serta standarisasi mutu tenaga yang
dihasilkan.
7. Menyusun dan mensosialisasikan sistem pengembangan karir di seluruh instansi
disetiap jenjang administrasi. II.2.7. Program
1. Perencanaan badan
Penyusunan, pengembangan perencanaan program badan
Pengembangan sistem informasi PPSDMK
Monitoring dan evaluasi program
2. Perencanaan dan pendayagunaan SDMK
Pengembangan perencanaan dan pemanfaatan SDMK
Pengembangan distribusi SDMK
Pengembangan informasi SDMK
Peningkatan mutu dan kemandirian SDMK
Pengelolaan tugas belajar
Pengembangan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan pelaporan
3. Pendidikan
Pengembangan manajemen
Pengembangan kurikulum dan proses belajar-mengajar
Peningkatan SDM pendidikan
Peningkatan sarana pendidikan
Pengendalian mutu pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan pengabdian masyarakat
4. Peningkatan pelatihan kesehatan
Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
Pemberdayaan institusi diklat dan non diklat melalui akreditasi
PENYAJIAN DATA POFIL
133
Pengembangan sumber daya diklat
Revitalisasi kelembagaan Pusdiklat dan jaringannya
Pengendalian mutu pelatihan
Peningkatan sarana dan prasarana diklat
Penggalangan kerjasama dan kemitraan lintas sektor dan program
Pengembangan fungsi Balai Pelatihan Kesehatan
6. Pemberdayaan profesi
Peningkatan kemandirian organisasi profesi
Pengembangan regulasi profesi tenaga kesehatan
Jaringan konsil, organisasi profesi dan institusi pendidikan
Pemberdayaan tenaga kerja kesehatan ke dan dari luar negeri
7. Peningkatan manajemen badan
Pengembangan manajemen pembinaan PPSDMK pusat dan daerah
Pembinaan hukum dan organisasi
Peningkatan administrasi umum, keuangan dan kepegawaian
8. Pendidikan kedinasan
Pengembangan standar pendidikan kedinasan
Manajemen pendidikan kedinasan
5.2 Organisasi Badan PPSDMK
Organisasi Badan PPSDMK pada dasarnya terbagi pada 3 tingkatan : unit-unit
pelaksana teknis badan, pusat-pusat dan sekretariat badan.
PENYAJIAN DATA POFIL
134
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Badan PPSDMK
Pusat-pusat terdiri dari :
Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan SDM Kesehatan
Pusat Pemberdayaan Profesi Tenaga Kesehatan
Pusat-pusat menggambarkan substansi program yang menjadi aktivitas utama Badan
PPSDMK. Mengacu pada Permenkes no. 1575/Menkes/Per/XI/2005, tugas dan fungsi
komponen dilingkungan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan terdiri dari :
a. Sekretariat Badan;
Dalam uraian tugas dan fungsinya, sekretariat badan harus dapat memberikan
pelayanan teknis dan administrasi pada semua unsur di lingkungan badan,
termasuk dalam hal penyediaan data dan informasi.
PENYAJIAN DATA POFIL
135
b. Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
(PUSRENGUN-SDMK); tugas dari PUSRENGUN-SDMK adalah melaksanakan
penyiapan perumusan dan melaksanakan kebijakan di bidang perencanaan
dan informasi, kemandirian dan distribusi, serta pengelolaan tugas belajar
sumber daya manusia kesehatan
c. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan (PUSDIKNAKES); adapun tugas dari
PUSDIKNAKES adalah melaksanakan hal yang terkait dengan penyiapan
perumusan serta pelaksanaan kebijakan di bidang program dan sumber
daya, pengembangan kurikulum serta kendali mutu pendidikan tenaga
kesehatan
d. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan
(PUSDIKLAT-SDMK). Adapun tugas dari PUSDIKLATSDMKES adalah
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang
program evaluasi dan pelaporan, pendidikan dan pelatihan penjenjangan
dan manajemen kesehatan, serta pendidikan dan pelatihan teknis dan
fungsional.
e. Pusat Pemberdayaan Profesi dan Tenaga Kesehatan Luar Negeri
(PUSPRONAKES). PUSPRONAKES memiliki tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang perencanaan dan
program, pemberdayaan serta evaluasi dan pemantauan pemberdayaan
profesi dan tenaga kerja kesehatan Indonesia dan tenaga kerja kesehatan
asing.
PENYAJIAN DATA POFIL
136
BAB III
PENYUSUNAN PROFIL SDMK Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pada bab ini akan diberikan gambaran
konten atau isi dari sebuah profil SDMK. Adapun gambaran konten tersebut terdiri dari:
III.1. Indikator
Selain memberikan gambaran SDMK, idealnya dalam sebuah profil disajikan indikator
kunci yang digunakan untuk memperoleh gambaran pencapaian kinerja dari sebuah
organisasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas kinerja sebuah organisasi maka
diperlukan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menilai apakah tugas pokok dan
fungsi serta keluaran dari organisasi tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan yang
telah direncanakan dan mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Indikator SDMK prinsipnya adalah ukuran-ukuran yang dibutuhkan untuk
mengidentfikasi kondisi atau gambaran Sumber Daya Kesehatan di Indonesia, baik
dalam sisi jumlah, jenis, distribusi serta mutunya. Beberapa indikator dan ruang lingkup
informasi SDMK pada buku pedoman ini merupakan beberapa informasi terpilih yang
dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan
SDMK baik di daerah maupun di pusat.
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan melalui Permenkes no.
1575/Menkes/Per/XI/2005, secara garis besar area Indikator kunci PPSDM Kesehatan
mengacu pada 4 aspek, yaitu mengawal Jumlah, Jenis, Mutu dan Distribusi tenaga. Untuk ke 4 aspek ini, beberapa kebutuhan indikator kunci sebagai ruang lingkup
informasi yang dapat disajikan dalam profil SDMK antara lain sebagai berikut: III.2.1. Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan
Terkait dengan aspek Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan diperlukan
beberapa indikator kunci atau kebutuhan informasi dari stakeholder internal maupun
eksternal. Kebutuhan informasi tersebut, antara lain:
Distribusi SDM Kesehatan berdasarkan sebaran geografis wilayah
Distribusi SDM Kesehatan berdasarkan sebaran jenis tenaga kesehatan
Distribusi SDM Kesehatan berdasarkan jenis fasilitas kesehatan (Rumah Sakit
PENYAJIAN DATA POFIL
137
dan Puskesmas)
Distribusi SDM Kesehatan berdasarkan karakteristik wilayah daerah terpencil,
tertinggal dan perbatasan
Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk
Jumlah (Proyeksi) Total Kebutuhan SDM Kesehatan berdasarkan wilayah dan
jenis SDM per per periode waktu tertentu
Jumlah distribusi peserta Tugas Belajar berdasarkan jenjang pendidikan yang
diambil
Jumlah usulan dan realisasi beasiswa tugas belajar
III.2.2. Pendidikan Tenaga Kesehatan
Informasi Pendidikan Tenaga Kesehatan dapat dilihat dari sisi supply tenaga, hal ini
relevan dengan tugas pokok dan fungsinya yang antara lain penyiapan perumusan dan
melaksanakan kebijakan dibidang program dan sumberdaya, pengembangan kurikulum,
serta kendali mutu pendidikan tenaga kesehatan. Untuk melaksanakan tupoksi
tersebut, diperlukan beberapa informasi, antara lain:
Distribusi frekuensi jenis institusi Poltekes dan Non Poltekes
Jumlah Tenaga Dosen berdasarkan latar belakang pendidikan formal & non
formal
Jumlah Peserta Didik Poltekses dan Non Poltekes per jenis program studi
Jumlah Lulusan berdasarkan jenis tenaga per institusi Poltekes dan Non
Poltekes.
Jurusan/program studi institusi Diknakes Poltekes
III.2.3. Pelatihan dan Pendidikan Tenaga Kesehatan
Jumlah / frekuensi pelatihan berdasarkan kriteria jenis pelatihan administratif dan
non administratif
Jumlah peserta pelatihan berdasarkan kriteria jenis pelatihan
Jenis pelatihan yang terakreditasi
Jumlah pelatih yang tersertifikasi
Jumlah Widya Iswara
BOR Bapelkes
SOR Bapelkes
Tingkat Libat institusi diklat
PENYAJIAN DATA POFIL
138
III.2.4. Pemberdayaan Profesi dan Tenaga Kesehatan
Jumlah per jenis nakes yang direkruit berdasarkan negara
Jumlah calon TKKI yang kompeten dan siap dikirim ke luar negeri
Jumlah organisasi profesi
Jumlah organisasi profesi yang
Jumlah nakes yang lulus uji kompentensi
Kebutuhan dan realisasi TKKI yang bekerja diluar negeri berdasarkan negara
pengguna III.2. Ruang Lingkup Informasi SDMK
Informasi yang dapat ditampilkan pada profil SDMK antara lain :
1. Profil Institusi. Pada bagian ini informasi yang dapat disajikan antara lain
pengenalan institusi yang terdiri :
a. Struktur organisasi dan tupoksi,
b. Jumlah SDM dalam organisasi dan UPT nya
2. Gambaran Umum SDM kesehatan. Pada bagian ini informasi yang dapat
disajikan antara lain:
a. Ketersediaan SDM kesehatan per jenis tenaga
b. Ketersediaan SDM kesehatan di sarana pelayanan Rumah Sakit
c. Ketersediaan SDM kesehatan di Puskesmas
d. Tenaga kesehatan di Daerah Terpencil Tertinggal dan Perbatasan
e. Rasio Tenaga Kesehatan per jenis tenaga
3. Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan dan Kemampuan Pemenuhannya
a. Kebutuhan dan realisasi pemenuhan tenaga kesehatan Indonesia untuk
luar negeri.
b. Kebutuhan dan rencana pemenuhan tenaga untuk menunjang desa siaga
c. Jumlah (Proyeksi) Total Kebutuhan SDM Kesehatan berdasarkan
wilayah dan jenis SDM per per periode waktu tertentu
4. Pengembangan dan Pemberdayaan SDM kesehatan. Pada bagian ini informasi
yang disajikan adalah tentang :
PENYAJIAN DATA POFIL
139
a. Pendidikan tenaga kesehatan
i. Jumlah dan persebaran institusi
ii. Akreditasi institusi
iii. Jumlah tenaga pengajar
iv. Jumlah peserta didik
v. Jumlah lulusan
vi. Jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta yang menghasilkan
tenaga kesehatan
b. Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan
i. Jumlah / frekuensi pelatihan berdasarkan kriteria jenis pelatihan
administratif dan non administratif
ii. Jumlah peserta pelatihan berdasarkan kriteria jenis pelatihan
iii. Jenis pelatihan yang terakreditasi
iv. Jumlah pelatih yang tersertifikasi
c. Tugas Belajar
i. Jumlah distribusi peserta Tugas Belajar berdasarkan jenjang
pendidikan yang diambil
ii. Jumlah usulan dan realisasi beasiswa tugas belajar
d. Organisasi profesi
i. Jumlah per jenis organisasi profesi
ii. Jumlah organisasi profesi yang telah memiliki standar kompetensi
dan standar etik (kode etik) profesi.
III.3. Penyajian dan Pemanfaatan Data SDMK
Resume informasi yang dapat disajikan didalam profil SDK antara lain sebagai berikut:
Tabel III.3. Resume Jenis Informasi
No Jenis Informasi yang disajikan No .lampiran 1 Profil institusi
a. Struktur organisasi dan tupoksi, b. Jumlah SDM dalam organisasi dan UPT
nya (berdasarkan kelompok umur, jenjang pendidikan)
Tabel 1
2 Gambaran Umum SDM kesehatan a. Ketersediaan SDM kesehatan per jenis
tenaga
b. Ketersediaan SDM kesehatan di sarana pelayanan Rumah Sakit
PENYAJIAN DATA POFIL
140
c. Ketersediaan SDM kesehatan di Puskesmas
d. Tenaga kesehatan di Daerah Terpencil Tertinggal dan Perbatasan
e. Rasio Tenaga Kesehatan per jenis tenaga
3 Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan dan Kemampuan Pemenuhannya
a. Kebutuhan dan realisasi pemenuhan tenaga kesehatan
b. Kebutuhan dan rencana pemenuhan tenaga untuk menunjang desa siaga
c. Jumlah (Proyeksi) Total Kebutuhan SDM Kesehatan berdasarkan wilayah dan jenis SDM per per periode waktu tertentu
4 Pengembangan dan Pemberdayaan SDM kesehatan
a. Pendidikan tenaga kesehatan i. Jumlah dan persebaran institusi ii. Akreditasi institusi iii. Jumlah tenaga pengajar iv. Jumlah peserta didik v. Jumlah lulusan vi. Jumlah perguruan tinggi negeri dan
swasta yang menghasilkan tenaga kesehatan
b. Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan i. Jumlah / frekuensi pelatihan
berdasarkan kriteria jenis pelatihan administratif dan non administratif
ii. Jenis pelatihan yang terakreditasi iii. Jumlah pelatih yang tersertifikasi iv. Jumlah peserta pelatihan
berdasarkan kriteria jenis pelatihan
c. Tugas Belajar
i. Jumlah distribusi peserta Tugas Belajar berdasarkan jenjang pendidikan yang diambil
ii. Jumlah usulan dan realisasi beasiswa tugas belajar
d. Organisasi profesi i. Jumlah per jenis organisasi profesi ii. Jumlah organisasi profesi yang telah
memiliki standar kompetensi dan standar etik (kode etik) profesi.
PENYAJIAN DATA POFIL
141
Tabel 1. Jumlah SDM dalam organisasi dan UPT nya
No Unit Kerja Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
Berdasarkan tabel diatas, dapat dianalisis lebih lanjut trend jumlah SDM disetiap kurun
waktu tertentu, seperti terlihat pada grafik 1 berikut:
Grafik 1. Perkembangan Jumlah SDM (dalam organisasi) Tahun 2005
PENYAJIAN DATA POFIL
142
Tabel 2. Jumlah SDM dalam organisasi dan UPT nya berdasarkan kelompok umur
pada tahun......
No Unit Kerja Kelompok Umur Total
<=30 th 31-40 th 41-50 th 51-55 th >=56th
Total
%
Grafik 2. Prosentase SDM Berdasarkan kelompok umur pada tahun......
PENYAJIAN DATA POFIL
143
Tabel 3. Jumlah SDM dalam organisasi dan UPT nya berdasarkan jenjang
pendidikan pada tahun......
No Unit Kerja Pendidikan Total
<= SLTA D3 S1/D4 S2 S3
Total
%
Grafik 3. Prosentase SDM dalam organisasi dan UPT nya berdasarkan jenjang
pendidikan pada tahun......
PENYAJIAN DATA POFIL
144
Tabel 4. Jumlah SDM dalam organisasi dan UPT nya berdasarkan golongan
kepangkatan pada tahun......
No Unit Kerja Golongan Total
I II III
Grafik 4. Proporsi Jumlah SDM Menurut Golongan Kepangkatan
PENYAJIAN DATA POFIL
145
Tabel 5. Ketersediaan SDM kesehatan per jenis tenaga
Jenis Tenaga Tahun Total 2005 2006 2007 2008 2009
Tenaga Medis Dr. Spesialis Dr. Umum Dr. Gigi Keperawatan S.Keperawatan Perawat Bidan Kefarmasian S1 Farmasi & Apt
Ass. Apt Kesmas S.Kesmas Sanitarian Tenaga Gizi Keterapian Fisik Keteknisan Medis
SDM Kes Lain Total
PENYAJIAN DATA POFIL
146
Tabel 5.
DEFINISI OPERASIONAL
No Jenis Tenaga Definisi Operasional
1 Tenaga Medis
2 Dr. Spesialis
3 Dr. Umum
4 Dr. Gigi
5 Keperawatan
6 S.Keperawatan
7 Perawat
8 Bidan
9 Kefarmasian
10 S1 Farmasi & Apt
11 Ass. Apt
12 Kesmas
13 S.Kesmas
14 Sanitarian
15 Tenaga Gizi
16 Keterapian Fisik
17 Keteknisan Medis
18 SDM Kes Lain
PENYAJIAN DATA POFIL
147
Tabel 4. Jumlah Tenaga Rumah Sakit (Umum dan Khusus) Berdasarkan Kepemilikan RS Tahun...
Pemilik RS Jumlah Tenaga Kesehatan Tenaga Kes.lain Tenaga Non Kesehatan Jumlah
RS TT Medis Keperawatan Kefarmasian Kesmas Gizi Keterapian
Fisik
Keteknisan
Medis
Sarjana D3 SMA/SLTA/
SMU
Lainnya
Depkes RI
Pemda
Propinsi
Pemda
Kab/Kota
TNI/POLRI
BUMN
Swasta
PENYAJIAN DATA POFIL
148
Tabel 4.
DEFINISI OPERASIONAL
Variabel Definisi Operasional
Pemilik RS ...............................
Tenaga Kesehatan Medis Mengacu pada definisi operasional tabel 3
Tenaga Kesehatan Keperawatan Mengacu pada definisi operasional tabel 3
Tenaga Kefarmasian Mengacu pada definisi operasional tabel 3
Tenaga Kesmas Mengacu pada definisi operasional tabel 3
Tenaga Gizi Mengacu pada definisi operasional tabel 3
Tenaga Keterapian Fisik Mengacu pada definisi operasional tabel 3
Keteknisan Medis Mengacu pada definisi operasional tabel 3
Tenaga Non Kesehatan (Sarjana) ...............................
Tenaga Non Kesehatan (D3) ...............................
Tenaga Non Kesehatan (SLTA/SMU) ...............................
Lainnya ...............................
PENYAJIAN DATA POFIL
149
Tabel 5. Rekapitulasi Tenaga Kesehatan Puskesmas Tahun 2005-2009
Jenis Tenaga* Tahun Total
Nakes
2005 2006 2007 2008 2009
Dokter
Dokter Gigi
Sarjana
Kesmas
Bidan
Ahli Gizi
Sanitarian
Penyuluh
Kesehatan
Perawat
Apt/Asst. Apt
Analis Laborat
*DEFINISI OPERASIONAL MENGACU PADA TABEL 3
PENYAJIAN DATA POFIL
150
Tabel 6. Rekapitulasi Penempatan Tenaga Kesehatan Di Dacil/Galtas Tahun.....
No Daerah
Dacilgaltas
Dr.
Specialis* Dr.
Umum* Bidan* Perawat* Kesling* Gizi* Total Keterangan
DEFINISI OPERASIONAL :
Daerah Dacilgaltas :...................................................................
*DEFINISI OPERASIONAL MENGACU PADA TABEL 3
PENYAJIAN DATA POFIL
151
Tabel 7. Rasio Tenaga Kesehatan per jenis Tenaga
No Jenis Tenaga Jumlah Tenaga s/d
thn 2008
Rasio per 100.000
pddk
1 Dokter Spesialis
2 Dokter Umum
3 Dokter Gigi
4 Perawat
5 Bidan
6 Perawat Gigi
7 Apoteker
8 Asisten Apoteker
9 Sarjana Kesehatan Masyarakat
10 Sanitarian
11 Gizi
12 Keterapian Fisik
13 Keteknisan Medis
PENYAJIAN DATA POFIL
152
Tabel 8. Perbandingan Kebutuhan dan Produksi Rata-Rata Tenaga KesehatanKebutuhan dan realisasi pemenuhan tenaga kesehatan Berdasarkan Jenis Tenaga Kesehatan Tahun ....
No Jenis Tenaga Indikator
Tenaga/100.000 pddk
Kebutuhan
Jml Tenaga
thn 2010
Jml
Tenaga s/d thn
2008
Rasio
Tahun
2008
Kebutuhan Penambahan Nakes
A MEDIS 2008 2009 2010 2011
1 Dokter Spesialis
2 Dokter Umum
3 Dokter Gigi
B KEPERAWATAN
1 Perawat
2 Bidan
3 Perawat Gigi
C FARMASI
1 Apoteker
2 Asisten Apoteker
PENYAJIAN DATA POFIL
153
D KES.
MASYARAKAT
1 SKM
2 Sanitarian
E GIZI
F KETERAPIAN
FISIK
G KETEKNISAN
MEDIS
PENYAJIAN DATA POFIL
154
MODUL 7 Pelatihan Pemanfaatan
Data Dan Informasi
Sebagai Dasar
Perencanaan Daerah
ADVIKASI
155
156
MONITORING DAN EVALUASI
157
ADVOKASI
7.1 Definisi Advokasi
Berikut beberapa definisi advokasi :
Advokasi adalah upaya untuk memperbaiki atau merubah suatu kebijakan publik
sesuai dengan kehendak atau kepentingan mereka yang mendesakkan terjadinya
perbaikan atau perubahan tersebut.
Advokasi adalah serangkaian strategi yang diarahkan untuk mempengaruhi
penentuan kebijakan di tingkat lokal, propinsi, nasional dan internasional,
khususnya: siapa yang memutuskan, apa yang diputuskan dan bagaimana
diputuskan.
Advokasi adalah seni mempengaruhi orang per orang, atau pengambilan
keputusan secarfa kolektif- atau penentu kebijakan untuk mempengaruhi
perubahan yang positif dalam suatu isu atau situasi.
( Policy Project Workshop Participant, march 1997, Accra, Ghana)
Meskipun terdapat banyak definisi advokasi namun, bahasa dan konsep yang
digunakan hampir sama :
Advokasi adalah sebuah proses yang berlangsung untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan, bisa panjang ataupun singkat.
Advokasi juga bersifat strategis dan mengarahkan berbagai kegiatan yang
dirancang dengan cermat kepada berbagai “stakeholder” dan pembuat kebijakan
7
MONITORING DAN EVALUASI
158
Advokasi selalu diarahkan untuk mempengaruhi kebijakan, undang-undang,
peraturan, program dan pendanaan untuk berbagai program-mempengaruhi
keputusan-keputusan yang diambil di tingkat tertinggi berbagai institusi publik
maupun swasta.
Advokasi bisa berlangsung sebagai :
1. Kampanye satu isu yang direncanakan untuk kurun waktu yang terbatas
2. Kampanye multi isu yang waktu pelaksanaannya tidak dibatasi dengan pasti
3. Kampanye advokasi bisa dilakukan di tingkat nasional, regional maupun
lokal.
Kampanye advokasi merupakan rangkaian kegiatan yang :
1. Tujuan akhirnya adalah pembuat kebijakan
2. Isu atau isu-isu kebijakan yang ingin dipengaruhi telah diidentifikasi secara
spesifik
3. Kegiatan dan aksi-aksinya dirancang secara sistematis dan strategis
7.2 Langkah-Langkah Advokasi
Pelaku advokasi mesti menerapkan pendekatan yang strategis terhadap upaya
advokasinya, dengan mengembangkan langkah-langkah dan kegiatan sistematis
diantaranya:
1. Membentuk Tim Inti
Langkah pertama dan utama dari proses advokasi adalah membentuk “Tim
Inti”, yakni kumpulan orang yang menjadi penggagas, pemrakarsa, penggerak
dan pengendali utama seluruh kegiatan advokasi.
Sebagai upaya sistematik dan terorganisis untuk merubah kebijakan publik, tim
inti inilah yang berperan utama mewujudkan semua prasyarat yang dibutuhkan
agar kerja-kerja advokasi dapat terselenggara.
Dengan kata lain, tim inti suatu gerakan advokasi sebenarnya merupakan suatu
tim yang siap bekerja purnawatu dan solid. Langkah-langkah pokok
pembentukan tim inti advokasi adalah:
a. Tentukan orang-orang yang akan menjadi penggagas dan penggerak
kegiatan advokasi.
PENYAJIAN DATA POFIL
159
b. Membagi peran anggota tim dengan melihat rencana advokasi secara
keseluruhan, sehingga dapat menentukan posisis dan peran masing-masing
berdasar kemampuan yang dimiliki
c. Mengadakan serangkaian diskusi mendalam untuk menyatukan visi, cara
pandang dan isu yang akan diadvokasi.
d. Mereview kembali apakah jumlah orang dan kemampuan anggota telah
mencukupi atau masih perlu menambah orang, jika masih dianggap perlu
maka pertimbangkan sesuai persyaratan untuk dapat merekrut / menambah
jumlah anggota.
2. Pemilihan dan Perumusan Isu Strategis
Advokasi selalu berawal dari adanya isu yang diperjuangkan dengan cara
mempromosikan perubahan kebijakan. Isu ini mesti fokus, jelas, dirasakan
penting oleh semua pendukung organisasi dan dirumuskan melalui kegiatan
analisis lingkungan eksternal, termasuk faktor-faktor ekonomi, politik sosial dan
sebagainya.
Tolok Ukur Isue Strategis Untuk Diadvokasikan
Selain faktor aktualitas (isu yang sedang hangat menjadi perhatian
masyarakat), pada dasarnya suatu isu yang dapat dikatakan sebagai „isu yang
strategis‟ jika:
a. Relevan dengan masalah-masalah nyata dan aktual yang dihadapi oleh
masyarakat, khususnya kalangan atau lapisan masyarakat tertentu.
b. Masalah yang memang mendesak dan sangat penting untuk diberi
perhatian segera. Jika tida dicoba untuk diatasi segera, akan berakibat fatal
di masa depan (misalnya, masalah yang semakin gawat dan rumit, atau
membawa akibat kerusakan yang lebih parah, dsb)
c. Pengaruh serta dampaknya cukup besar dan meluas. Jika diadvokasikan,
apalagi jika nantinya berhasil, isu tersebut diperkirakan memang akan
berdampak positif pada perubahan kebiajakan publik lainnya dalam rangka
perubahan sosial yang lebih besar dan lebih luas.
Langkah-Langkah Pokok Merumuskan Isue Strategis
(1) Tim inti mencari dan memilih orang yang berkemampuan untuk
melakukan kajian kebijakan (policy study) bidang kesehatan. Tim inti
mengorganisir mereka menjadi suatu kelompok kerja khusus yang
PENYAJIAN DATA POFIL
160
membantu dan bertanggung jawab langsung kepada tim inti, tetapi
bukan tim inti.
(2) Kelompok Kerja Kajian Kebijakan (K4) tersebut segera melakukan tugas
utamanya: mengumpulkan dan menganalisis semua data dan informasi
yang berkaitan dengan kebijakan kesehatan pada semua area (dari
lokal sampai nasional, jika perlu sampai ke area internasional)
(3) K4 tersebut merumuskan kesimpulan dan rekomendasi tentang isu
strategis kebijakan kesehatan yang akan diadvokasikan dan menyajikan
kepada tim inti untuk dibahas dan disepakati. Pada tahap ini, dilakukan
penilaian berdasrkan tolok ukur isu strategis diatas.
(4) Jika telah disepakati, maka tim inti kembali menugaskan kepada K4
untuk menyusun „Kertas Posisi‟ berdasarkan hasil kajian kebijakan
tersebut. Kertas posisi inilah yang menjadi dokumen dasar yang
melandasi seluruh rangkaian kegiatan advokasi berikutnya, karena
berisi alasan-alasan, konteks permasalahan, tujuan, visi dan misi,
sasara, strategi dan cara-cara pelaksanaan advokasi terhadap isu
strategis yang telah ditetapkan.
3. Merancang Strategi Dasar Advokasi
Tujuan jangka panjang adalah suatu pernyataan umum mengenai apa yang
ingin dicapai oleh organisasi advokasi dalam jangka waktu yang cukup lama (3-
5 th). Tujuan strategis ini menggambarkan capaian yang bersifat jangka
pendek, spesifik dan terukur. Capaian ini memberikan kontribusi yang berarti
pada tercapainya tujuan jangka panjang.
Beberapa pedoman dasar mengemas isu advokasi untuk media massa antara
lain sebagai berikut:
(1) Mengandung unsur berita, aktual dan sesuai dengan isu yang Anda
advokasikan.
(2) Mengandung hal-hal yang menarik perhatian orang (human interest)
(3) Terkait dengan keadaan dan permasalahan setempat (unsur setempat)
(4) Ada orang yang memang tepat, cakap dan terpercaya bertindak
sebagai „juru bicara‟ untuk menyampaikannya secara lancar dan mudah
dipahami oleh masyarakat luas.
(5) Lebih bagus lagi (dan sangat disarankan) melengkapinya dengan
bahan-bahan visual (foto, gambar, grafis, dll), terutama jika
berhubungan dengan media elektronik (televisi).
PENYAJIAN DATA POFIL
161
4. Mengidentifikasi Kelompok Sasaran
Kelompok sasaran utama adalah penentu kebijakan yang memiliki kekuasaan
untuk mewujudkan perubahan kebijakan yang diinginkan. Kelompok sasaran
sekunder mencakup pihak-pihak yang memiliki akses dan mampu
mempengaruhi kelompok sasaran utama seperti penentu kebijakan lain, media
massa, tokoh-tokoh penting dan publik. Pelaku advokasi harus mampu
mengidentifikasi individu dalam kelompok sasaran, memahami posisi dan
landasan kekuasaannya dan mengenali apakah individu-individu ini
mendukung, menentang atau mungkin bersikap netral terhadap upaya
advokasinya.
5. Membangun Dukungan
Membangun konstituen untuk mendukung upaya advokasi sangat penting
artinya bagi keberhasilan. Semakin luas basis dukungan semakin besar
kesempatan untuk berhasil. Pelaku advokasi mesti „reach-out‟ atau
mengulurkan tangan untuk membangun kerjasama dengan NGO, jaringan,
donor, koalisi, asosiasi profesi, aktifis, dan individu yang mendukung isu dan
mau berkerjasama untuk mencapai tujuan jangka panjang yang dikehendaki.
6. Mengembangkan Pesan
Pesan-pesan advokasi dikembangkan dan dibuat khusus untuk kelompok-
kelompok sasaran tertentu agar mereka memahami isu dan tergerak untuk
mendukung posisi pelaku advokasi. Ada tiga pertanyaan kunci yang selalu
harus dijawab dalam rangka menyiapkan pesan-pesan advokasi:
- Siapa yang ingin anda jangkau melalui pesan ini?
- Apa dampak yang ingin anda raih dengan menyampaikan pesan ini
- Apa tindakan sasaran yang anda inginkan setelah menerima pesan
ini?
7. Memilih Saluran Komunikasi
Seleksi medium untuk pesan-pesan advokasi yang paling tepat bergantung
kepada kelompok sasaran yang ingin dijangkau. Pilihan saluran komunikasi
bervariasi jika ingin menjangkau publik, mempengaruhi pembuat kebijakan,
mendidik media massa, membangun dukungan dari lembaga-lembaga yang
memiliki ide-ide yang sama, jaringan-jaringan lain dna sebagainya. Beberapa
PENYAJIAN DATA POFIL
162
saluran komunikasi untuk upaya-upaya advokasi mencakup: siaran pers, kit
informasi untuk wartawan, konferensi pers, peristiwa debat publik, konferensi
umum untuk pembuat kebijakan dsb.
8. Menggalang Dana
Kampanye advokasi akan sangat terbantu jika ada dukungan dana yang cukup.
Dana diperlukan untuk mengembangkan dan menyebarluaskan berbagai
materi, menutup biaya perjalanan pelaku advokasi ketika harus pergi untuk
menemui berbagai penentu kebijakan, menutup biaya seminar, pertemuan-
pertemuan, biaya komunikasi dsb. Organisasi pelaku advokasi sebaiknya
mengembangkan strategi penggalangan dana sejak awal kampanye dengan
mengenali penyumbang-penyumbang potensial.
9. Implementasi
Organisasi pelaku advokasi mesti mengembangkan rencana implementasi
untuk memberi arah yang jelas pada kampanye advokasinya. Rencana ini mesti
mengidentifikasi kegiatan-kegiatan, tugas-tugas penanggung jawab, waktu
pelaksanaan dna sumber daya yang diperlukan.
7.3. Kegiatan yang harus terus menerus dilakukan
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data diperlukan pada semua tahap kampanye advokasi yang
disajikan dalam model ini. Data mesti dikumpulkan dan dianalisa untuk :
- Menetapkan isu, mengembangkan tujuan jangka panjang dan menentukan
tujuan-tujuan strategis
- Mengembangkan basis dukungan
- Mempengaruhi pembuat kebijakan
Pengumpulan data berlangsung secara terus menerus selama kampenye
berlangsung
Prinsip-prinsip mengembangkan sistem informasi atau basis data sebagai
dasar/fakta (evidence based) antara lain sebagai berikut:
- Memahami informasi atau data apa yang dibutuhkan untuk mendukung
kerja advokasi.
- Memahami cara memperoleh, menelusurinya, mengolah, menyimpan dan
mendistribusikannya.
- Selalu mencari data baru dari sumber-sumber lain.
PENYAJIAN DATA POFIL
163
- Ada orang yang secara khusus menanganinya, termasuk cara
memutakhirkan data/informasi.
- Memahami jalur-jalur sumber informasi yang harus dikelola, dijaga dan
dikembangkan untuk memperoleh informasi/data.
- Berada dalam kendali (control system) Tim Inti dan Tim Kerja Advokasi.
Adapun langkah-langkah dalam penyiapan sistem informasi dan basis data
adalah sebagai berikut:
(1) Asssesment kebutuhan data dan informasi sesuai dengan isu yang akan
diadvokasikan:
- Adakan pertemuan, diskusi dengan Tim Kerja Advokasi, nara sumber dan
pihak lainnya, untuk mengidentifikasikan data dan informasi sesuai dengan
kerja-kerja advokasi yang akan dilakukan.
- Tentukan prioritas data atau informasi apa saja yang diperlukan untuk
mendukung kerja-kerja advokasi.
- Lakukan seleksi, klasifikasi dari setiap data dan informasi yang telah
teridentifikasi dan sesuaikan dengan isu-isu yang akan diadvokasikan.
(2) Pengumpulan informasi dan data:
- Tim Inti dan Tim Kerja Advokasi mendiskusikan bagaimana pengumpulan
data dan informasi akan dilakukan, siapa mengumpulkan apa, kapan
(lakukan pembagian kerja untuk pengumpulan data dan informasi).
- Tentukan seberapa jauh tim kerja sistem pendukung (support system)
informasi dan basis data dapat membantu dalam pekerjaan pengolahan
data.
- Buatlah sistem klasifikasi data sesuai dengan peruntukannya agar sewaktu-
waktu dibutuhkan mudah mengaksesnya.
(3) Penetapan sistem penyimpanan dan pengembangan basis data
- Tentukan seberapa jauh tim kerja sistem pendukung (support system)
informasi dan basis data dapat membantu dalam pekerjaan pengolahan
data.
- Tentukan teknik-teknik yang efektif dan aman berkaitan dengan sistem
penyimpanan/pangkalan data dan sistem pelacakan, dan pemutakhiran
data.
- Lakukan seleksi data dan informasi sekali lagi sebelum masuk ke dalam
sistem penyimpanan
- Susun klasifikasi pangkalan data sesuai dengan kebutuhan kerja-kerja
advokasi.
PENYAJIAN DATA POFIL
164
(4) Menetapkan pengelola informasi dan basis data
- Diskusikan dengan Tim Kerja Advokasi seberapa jauh tim kerja sistem
pendukung (support system) informasi dan pangkan data dapat membantu
desiminasi data atau informasi (menyangkut strategi, teknik dan sasaran
penggunaannya).
- Tentukan siapa orang dari tim kerja sistem pendukung yang harus
bertanggung jawab dalam membantu desiminisa data atau informasi.
(5) Pemantauan, refleksi dan evaluasi
- Lakukan monitoring/refleksi dan evaluasi secara berkala dengan melibatkan
Tim Kerja Advokasi, dan orang lainnya yang terlibat dengan kerja advokasi
untuk memperole umpan balik, pelacakan, dan pemutakhiran data.
- Buatlah catatan-catatan penting dari hasil refleksi dan evaluasi berkala
untuk menjadi input atau perbaikan selanjutnya.
(6) Penyebarluasan informasi
- Untuk membantuk Tim Inti dan Tim Kerja Advokasi dalam mengelola
informasi dan pangkalan data, tunjuklan satu orang yang harus bertanggung
jawab ke Tim Inti.
2. Monitoring evaluasi
Monitoring dan evaluasi harus terjadi terus menerus, dimana refleksi terhadap
aksi selama proses kampanye advokasi berlangsung tak pernah berhenti
dilakukan. Sebelum suatu kampanye advokasi dimulai harus lebih dulu
ditetapkan bagaimana pelaksanaan rencana implementasi yang telah dibuat
akan dimonitor. Bagaimana perubahan yang terjadi berkat upaya advokasi akan
diukur.
PENYAJIAN DATA POFIL
165
Proses Advokasi
Aktifitas terus
menerus
Langkah-langkah advokasi Aktifitas terus
menerus
Pen
gu
mp
ula
n d
ata
- Merumuskan isu
- Merumuskan tujuan jangka panjang dan
tujuan-tujuan strategis
- Menentukan sasaran advokasi
- Membangun dukungan
- Mengembangkan pesan
- Memilih saluran komunikasi
- Menggalang dana
- Implementasi
Ev
alu
asi
dan
mon
itori
ng
Kepustakaan
The Asia Foundation, 2005, Advokasi Menuju Masyarakat Indonesia Yang Lebih
Sehat, Jakarta
Topatimasang, Roem et.al, 2005, Sehat itu Hak : Advokasi Masalah Kesehatan
Mayarakat, Koalisi untuk indonesia sehat, Jakarta.
PENYAJIAN DATA POFIL
166
MODUL 8 Pelatihan Pemanfaatan
Data Dan Informasi
Sebagai Dasar
Perencanaan Daerah
SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS
167
168
TOOLS ASSESSMENT
169
SISTEM INFORMASI
GEOGRAFI
8.1 Konsep Sistem Informasi Geografis (SIG) 8.1. 1. Definisi SIG
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) adalah sebuah sistem yang
mampu membangun, memanipulasi, dan menampilkan informasi yang memiliki referensi
geografis (georeferences).
SIG merupakan manajemen data spasial dan non-spasial yang berbasis komputer
dengan tiga karakteristik dasar, yaitu:
a) mempunyai fenomena aktual (variabel data non-lokasi) yang berhubungan
dengan topik permasalahan di lokasi bersangkutan;
b) merupakan suatu kejadian di suatu lokasi; dan
c) mempunyai dimensi waktu.
Pemanfaatan GIS diharapkan mampu memberikan kemudahan-kemudahan yang
diinginkan yaitu:
1. penanganan data geospasial menjadi lebih baik dalam format baku
2. revisi dan pemutakhiran data menjadi lebih muda
3. data geospasial dan informasi menjadi lebih mudah dicari, dianalisa dan
direpresentasikan
4. menjadi produk yang mempunyai nila tambah
5. kemampuan menukar data geospasial
6. penghematan waktu dan biaya
7. keputusan yang diambil menjadi lebih baik.
8.1.2. Subsistem SIG
Sistem Informasi Geografis dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai
berikut:
a) Data Input: Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan data dan
mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber dan
bertanggung jawab dalam mengkonversi atau mentransfortasikan format-
8
TOOLS ASSESSMENT
170
format data-data aslinya kedalam format yang dapat digunakan oleh SIG.
b) Data output: Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh
atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk
hardcopy seperti: tabel, grafik dan peta.
c) Data Management: Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial
maupun data atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga
mudah dipanggil, di-update dan di-edit.
d) Data Manipulation & Analysis: Subsistem ini menentukan informasi-informasi
yang dapat dihasilkan oleh SIG dan melakukan manipulasi serta pemodelan
data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. Definisi SIG di atas mencakup beberapa komponen, yaitu :
Perangkat keras komputer
Perangkat lunak komputer
Data-data geografis
Sumberdaya manusia
Gambaran SIG sebagai sebuah sistem meliputi :
Input : mengumpulkan dan menyimpan data
Proses : manipulasi, meng-update dan menganalisa
Output : menampilkan atau menyajikan data hasil pemrosesan 8.2. Konsep Basis Data
Basis data adalah kumpulan dari tabel-tabel yang saling berelasi, disusun secara
logis, sehingga menghasilkan informasi yang bernilai guna dalam proses
pengambilan keputusan. Suatu basis data adalah koleksi data yang bisa mencari
secara menyeluruh dan secara sistematis memelihara dan me-retrieve informasi.
Sebuah basis data adalah tempat penyimpanan file data, Sebagai file data, suatu
basis data tidak menyajikan informasi secara langsung kepada pengguna. Pengguna
harus menjalankan aplikasi untuk mengakses data dari basis data dan
menyajikannya dalam bentuk yang dapat dimengerti.
TOOLS ASSESSMENT
171
Ada beberapa sifat yang melekat pada suatu tabel:
1. Tidak boleh ada record yang sama (kembar)
2. Urutan record tidak terlalu penting karena data dalam record dapat diurut
sesuai dengan kebutuhan.
3. Setiap field harus mepunyai nama yang unik, tidak boleh ada yang sama.
4. Setiap field mesti mempunyai tipe data dan karakteristik tertentu.
Jenis hubungan antartabel dalam model database relasi juga didefinisikan dengan
hubungan:
1. Satu ke satu (One to One)
2. Satu ke banyak (One to Many)
3. Banyak ke satu (Many to One)
4. Banyak ke banyak (Many to Many) Untuk lebih jelasnya penggunaan hubungan ini sering digunakan Diagram Entity
Relationship (DiagramE-R), yang merupakan bagian dari Model Data Entity
Relationship. Judul variabel data diistilahkan menjadi “kunci-kunci” (Key)
berdasarkan tingkat keutamaan datanya. Jenis-jenis “kunci” (Key) secara umum
terbagi ke dalam empat kategori:
1. Candidate Key
Fungsi dari candidate key adalah sebagai calon primary key.
2. Primary Key
Merupakan candidate key yang telah dipilih untuk mengidentifikasi setiap
record secara unik. Primary key harus merupakan field yang benar-benar
unik dan tidak boleh ada nilai NULL, Misal: NIP dosen dijadikan sebagai
Primary Key karena lebih sederhana dalam jumlah digit dan unik.
3. Foreign Key
Jika sebuah primary key terhubungan ke table entity lain maka keberadaan
primary key pada entity tersebut disebut sebagai foreign key, misal: Primary
Key NIP Dosen dari entity Dosen digunakan juga pada field entity KRS, maka
keberadaan field NIP Dosen pada entity KRS disebut sebagai foreign key.
4. Alternate Key
Alternate Key adalah candidate key yang tidak terpilih.
TOOLS ASSESSMENT
172
8.2.1. Konsep Basis Data Spasial Basis data spasial adalah struktur basis data yang dioptimalkan untuk menyimpan
dan mencari data yang berhubungan dengan ruang muka bumi termasuk di
dalamnya obyek berupa titik, garis dan area. Sementara basis data pada umumnya
hanya dapat membaca berbagai data yang bertipe numerik dan kategorik, maka
fungsi geometris digunakan untuk memproses data yang bertipe spasial.
Basis data spasial (spatial database) dapat dibangun dan diintegrasikan dengan
basis data non-spasial (non-spatial database) berupa data sosial ekonomi (termasuk
di dalamnya kesehatan) dan hasil observasi lapangan. Data spasial dan non-spasial
bersama-sama menghasilkan informasi yang sangat bermakna yang dapat
diterapakan di berbagai bidang kehidupan manusia. 8.3. Manajemen Data Spasial
Data spasial adalah data yang memiliki referensi ruang kebumian (georeference)
dimana berbagai data atribut terletak dalam berbagai unit spasial. Sekarang ini data
spasial menjadi media penting untuk perencanaan pembangunan dan pengelolaan
sumber daya alam yang berkelanjutan pada cakupan wilayah continental, nasional,
regional maupun lokal.
Unsur data di dalam SIG memiliki 3 dimensi:
a) dimensi keruangan (spatial dimensions) yang menunjuk pada sifat ruang atau
lokasi geografi di permukaan bumi;
b) dimensi waktu (temporal dimensions) saat dalam suatu waktu/periode tertentu;
c) dimensi tematik, dimensi ini menerangkan apa yang diukur seperti bentuk,
kedalaman, variabel. Kadang-kadang dimensi tematik ini disebut sebagai
dimensi topikal atau dimensi karakteristik.
Data spasial mempunyai dimensi keruangan yang membedakannya dari jenis data
lain. Data tabular yang telah diintegrasikan dengan data spasial sesuai dengan
ketentuan yang disyaratkan, maka dengan sendirinya akan mempunyai aspek
georeference, yang menjadikannya data spasial juga. Aspek georeference itulah
yang membuat pekerjaan dengan data spasial itu unik dan berbeda dari data tabular
pada umumnya. 8.3.1. Extension File Data Spasial
Data spasial mempunyai extension-extension file yang mendukung file shapefile
utama. Extension-extension itu merupakan satu kesatuan, sehingga ketidakadaan
TOOLS ASSESSMENT
173
salah satu extension file dapat mengakibatkan pada tidak dapat dibukanya
keseluruhan file shapefile. Berbeda dengan file excel atau word yang hanya
mempunyai satu extension file (*.xls atau *.doc), maka 1 file shapefile mempunyai 3-
5 extension file dalam bentuk *.shp, *.sbn, *.sbx, *.shx, dan *.dbf. Sebagai contoh,
jika kita mempunyai shapefile bernama indonesia, maka extension-extension yang
melekat di file tersebut bernama:
indonesia.shp
indonesia.shx
indonesia.sbn
indonesia.sbx
indonesia.dbf
Jika suatu ketika kita akan menduplikasi atau memindahkan shapefile “indonesia”
tersebut, maka keseluruhan extension juga harus ikut diduplikasi atau dipindahkan.
8.3.2. Bekerja dengan Healthmapper Project (*.hpr)
Pengelolaan data spasial dengan Healthmapper memerlukan pemahaman
manager data terhadap keterkaitan Healthmapper project (*.hpr) dengan
shapefile-shapefile yang digunakan di dalam project tersebut. Healthmapper
project (*.hpr) merupakan file pekerjaan kita yang di dalamnya berisi file-file
shapefile yang digunakan di project tersebut. Hubungannya dapat dilihat pada
skema berikut ini:
KEGIATAN
PEMETAAN
*.hpr
Shapefile 1 Shapefile 2 Shapefile 3
Pengelolaan file Healthmapper project (*.hpr) dan shapefile-shapefile harus
memperhatikan aspek konsistensi. Analogi sederhana yang dapat digunakan
untuk menggambarkan hubungan Healthmapper project (*.hpr) dengan
shapefile adalah hubungan antara “manager” dengan “staf”-nya yang terlibat
dalam satu pekerjaan. Selama pekerjaan itu dilaksanakan, maka “manager”
TOOLS ASSESSMENT
174
dan “staf” juga harus merupakan orang yang sama, tidak boleh ada
perubahan personil. Jika terjadi perubahan di salah satu pihak saja, maka
pekerjaan secara keseluruhan tidak dapat dilanjutkan. 8.3.3. Direktori Kerja
Struktur direktori tempat pengelolaan file Healthmapper Project (*.hpr) dengan
shapefile-shapefile yang digunakan harus konsisten dari awal hingga akhir
pengerjaan. Perubahan di dalam alamat direktori dapat mengakibatkan pada
tidak dapat dibukanya file project kita, misalnya: pada awal pengerjaan kita
menyimpan data kita di alamat D:\SIG, maka pengerjaan berikutnya juga
harus dilakukan di alamat yang sama yaitu D:\SIG. 8.4. Membangun Basis Data Spasial
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan di dalam pembuatan basis data spasial
adalah tahap normalisasi tabel dan penggunaan primary key yang sesuai. Normalisasi tabel dilakukan terhadap isi tabel basis data. Proses tersebut dilakukan
untuk mengurangi jumlah data yang berulang (redundant) di dalam tabel. Pada
proses normalisasi dilakukan pemecahan terhadap kolom-kolom besar, menjadi
kolom-kolom kecil. Manfaat utama dari normalisasi basis data adalah memajukan
konsistensi dan akurasi data antartabel melalui reduksi pengurangan informasi yang
tersimpan.
Primary key digunakan sebagai “penghubung” antartabel, sehingga aspek keunikan
sangat diperhatikan. Field yang umum digunakan adalah nama tempat administratif,
berupa nama desa, kecamatan, kabupaten atau propinsi. 8.5. Penyajian Data Kesehatan Berbasis SIG
8.5.1. Pengenalan HealthMapper
1. Tatacara Pemetaan dalam Kesehatan Masyarakat
Pemetaan geografis tentang kejadian penyakit telah lama dikenali sebagai
epidemiologi era pertama, melihat ke belakang pada tahun 1859 peta pertama
digunakan oleh John Snow untuk melihat KLB kolera di London. Peta
sederhana digunakan semenjak saat itu untuk melihat persebaran,
mengidentifikasi sumber daya, menentukan wilayah resiko dan menilai resiko
epidemis.
TOOLS ASSESSMENT
175
Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, dalam 5 tahun terakhir kemajuan
secara signifikan pengembangan yang menghadirkan unsur geografis dan tools
pemetaan dalam mendukung pengambilan keputusan. Decision makers dapat
dengan mudah menilai di mana penduduk tinggal terkait suatu masalah tertentu
(penyakit dan kejadian-kejadian lainnya) dan dalam hubungan dengan
keberadaan sumberdaya kesehatan (kesehatan dan pelayanan sosial, supply
air dan pendidikan). Keberadaan sumberdaya kesehatan dapat lebih dinilai
secara rasional perencanaan dan prioritas untuk kebutuhan utama masyarakat
yang membutuhkan.
Geographic Information Systems (GIS) menghasilkan pemahaman
menakjubkan analisis epidemiologis dan pemrograman data, terkait tren,
dependensi dan hubungan yang sulit dilihat dalam format data tabular. Secara
lebih jauh, pengalaman menunjukkan pemetaan kejadian penyakit tidak hanya
mampu memfasilitasi analisis epidemiologis akan tetapi juga sebagai alat
efektif untuk advocacy melalui media dan untuk menghasilkan keputusan oleh
pengambil keputusan dan juga sebagai basis data yang berukuran sangat
besar.
2. Pentingnya Healthmapper
Banyak administrator di kesehatan masyarakat dewasa ini mengenali tehnologi
pemetaan dapat membantu mereka terkait akses informasi yang lebih cepat,
lebih efisien, penilaian yang lebih baik dan menganalisa hubungan faktor
berdasarkan ciri wilayah dan lebih menekankan pada implementasi program.
Bagaimanapun, ada beberapa substansi mengenai operasional implementasi
dalam tehnologi pemetaan, di antaranya ;
Software GIS yang mahal yang biasanya sangat kompleks dan
pengguna memerlukan pelatihan dasar sampai pelatihan mahir
Database kesehatan masyarakat yang seringkali tidak seragam
khususnya terkait geo-referensi. Hal tersebut menjadikan intregrasi GIS
memerlukan waktu yang lama dan terkesan susah
Pengguna dari kesehatan masyarakat pada umumnya menggunakan
hanya 10-20% dari paket software yang tersedia
TOOLS ASSESSMENT
176
Pengguna seringkali mengalami kesulitan dalam pengaksesan data
dijital seperti batas administrasi, peta ketinggian, informasi lokasi
pemukiman penduduk.
Untuk mengenali segala keterbatasan pemanfaatan GIS oleh pengguna
kesmas khususnya WHO membangun sebuah aplikasi sederhana yang
disebut HealthMapper secara khusus untuk tujuan kesehatan masyarakat.
3. Ide tentang Healthmapper
Healthmapper adalah sebuah perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG)
yang bersifat open source atau tidak perlu menggunakan lisensi untuk
menggunakannya. Healthmapper dirancang dan dikembangkan oleh Badan
Kesehatan Dunia (WHO) bidang Kesehatan Masyarakat dan SIG, berfungsi
menyederhanakan akses dan pemanfaatan SIG serta teknologi pemetaan di
bidang kesehatan masyarakat.
Penggunaan Healthmapper memungkinkan programme manager menggeser
(pan) dan memperbesar (zoom) layer-layer peta; menciptakan peta dinamis
mengenai distribusi penyakit; menampilkan dan menganalisa kepadatan
penduduk kaitannya dengan ketersediaan sumber kebutuhan dasar hidup;
menentukan catchment areas dari sarana pelayanan kesehatan dan sumber-
sumber mata air yang ada. Software HealthMapper adalah sebuah inovasi
penting yang menawarkan solusi beberapa hal yang akan disebutkan di bawah.
Ide di belakang pengembangan Healthmapper adalah :
Memberikan pengguna kesmas sebuah database dijital standar
mengandung informasi yang esensial dengan memasukkan administrasi
wilayah, faktor lingkungan fisik (seperti danau, sungai, ketinggian)
sebagus informasi vital pada data kependudukan dan data vital
kesehatan, sekolah dan infrastruktur PAM
Menghasilkan fungsi yang mudah dipergunakan oleh pengguna secara
otomatis dalam membuat peta, tabel dan grafik dari data mereka
Menghasilkan tampilan menu manajemen data yang sederhana bagi
pengguna dengan format input yang mudah dan indikator kesmas yang
mudah di-update dalam format standar geografis
TOOLS ASSESSMENT
177
Membuat sistem yang dapat dioperasionalkan pada level lokal maupun
global
Menghasilkan sebuah sistem yang murah bahkan hampir tidak ada
biaya
Gambar 1. Healthmapper: Program SIG yang Open Source
Healthmapper adalah perangkat lunak yang dikembangkan WHO bersama-sama
dengan Environmental Systems Research Institute Inc. (ESRI Inc.). Oleh karena
itu terdapat kemiripan tipe data dan software interface dengan software yang
telah dikeluarkan oleh ESRI, salah satunya adalah ArcView.
Gambar 2. Tampilan View pada Healthmapper
Healthmapper sebagai software yang berbasis sistem basis data mampu
mengoperasikan tabel dan mengolahnya, serta melakukan linking (join table) dengan
database non-spasial (tabular) lain. Data kesehatan pada umumnya berbentuk tabel
(tabular), oleh karena itu pemanfaatan Healthmapper sangat memungkinkan
TOOLS ASSESSMENT
178
dilakukannya pengoptimalan pemanfaatan data hingga dapat digambarkan kondisi
kesehatan di suatu daerah yang dipetakan.
Gambar 3. Integrasi Data (Join Table)
Atribut yang telah diintegrasikan kemudian dapat digambarkan dalam bentuk peta,
dengan menampilkan simbol-simbol dalam bentuk gradasi warna. Penggunaan
gradasi warna dapat menunjukkan hirarki data yang ditampilkan. Pada umumnya
semakin gelap warna berarti tingkatan hirarkinya semakin tinggi.
Gambar 4. Visualisasi Data (warna hijau gelap menunjukkan hirarki yang lebih tinggi)
TOOLS ASSESSMENT
179
8.6. Latihan Pengelolaan Data di Healthmapper
1. Instalasi program Healthmapper
a. masukkan CD berisi program HealthMapper
b. akan muncul 2 folder utama ; DataInstaller dan Healthmapper
c. Klik folder Healthmapper
d. klik Setup, yang memiliki tipe Application atau Windows Installer
Packages
e. ikuti langkah tersebut dengan mengklik tombol Yes dan atau OK. Hal
tersebut sebagai prasyarat instalasi yang berarti setuju dengan segala
ketentuan yang ada dalam sistem tersebut.
2. Instalasi Data Manager
a. masukkan CD berisi program HealthMapper
b. akan muncul 2 folder utama ; DataInstaller dan HealthMapper
c. pilih DataInstaller, yang merupakan tipe Apllication
TOOLS ASSESSMENT
180
Ikuti langkah-langkah selanjutnya sesuai dengan petunjuk dari software
ini hingga finish dengan mengklik tombol next, yes atau OK. Hal tersebut
sebagai opsi yang berarti kita menerima segala prasyarat sistem.
3. Integrasi Data Tabular dengan Data Spasial (Link External Data to Healthmap
Geodata) Tekan Get External Data
TOOLS ASSESSMENT
181
4. Memanggil file data tabular (*.dbf) yang akan diintegrasikan dengan data
spasial.
Nama file
Tipe file (*.dbf)
5. Tahap Penggabungan Data Tabular dengan Data Spasial (Join)
Blok Primary Key
Eksekusi Pilihan
TOOLS ASSESSMENT
182
6. Membuka Legend Editor (Layer Properties Edit Legend)
7. Menampilkan Data Spasial yang Bersifat Rasio (Metode Graduated Color)
Data yang ditampilkan
Jumlah Kelas
Warna
TOOLS ASSESSMENT
183
8. Data agregat jumlah penderita penyakit saluran pernafasan atas di Propinsi Nusa
Tenggara Barat tahun 2008.
Daftar Pustaka Sinarmata, Janner. 2007.Perancangan Basis Data. Yogyakarta. Penerbit ANDI
Laurini, M. 1996. Spatial Information Systems. New York. McGraw-Hill
I Made dkk. 1996. Esensi Kartografi. Jakarta. Penerbit Jurusan Geografi FMIPA UI http://www.geocities.com/yaslinus/dasar_sig.html. 29 Juli 2009 pukul 17.00 WIB
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/RRL/RLPS/sk_dirjenRLPS/l6_167_04.pdf. 29 Juli 2009 pukul 16.30 WIB