modul metode riset bisnisstaff.ui.ac.id/system/files/users/zuliani_d/material/...model dan hipotesis...
TRANSCRIPT
MODUL
METODE RISET BISNIS
Rachmadi Agus Triono
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS – PROGRAM EKSTENSI
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR ISI
BAB Halaman
1. Problem riset dan siklus penelitian 3-6 2. Desain riset kuantitatif 7-11
- Metode Riset - Desain Riset Kuantitatif
o Problem Riset o Model dan Hipotesis o Pengumpulan Data o Metode Analisis Data
3. Desain kualitatif 12-16 - Desain dan Metode Studi Kualitatif - Metode Pengumpulan Data
4. Literature review 17-18 - Objective and Methods - Jenis-Jenis Literatur Ilmiyah - Menilia Kualitas Jurnal Ilmiyah - Mencari Literatur On Line
5. Measurement scale 19-22 - Jenis-jenis Scale - Validitas dan Reliabilitas
6. Questionaire development 23-26 7. Presentasi proposal penelitian 27-28 8. Sampling 29-33 9. Desain eksperimental 34-38 10. Cleaning data statistics 39-46
- Data Editing - Test Validitas dan Reliabilitas
11. Regresi dan korelasi 47-50 12. Diskriminan dan anova 51-57 13. Analisis variabel intervening dan variabel 58-63
Moderating 14. Structural Equation Modelling (SEM) 64-67
PERTEMUAN 1 PROBLEM RISET DAN SIKLUS PENELITIAN Manajemen dihadapkan pada persoalan persoalan bisnis dan manajemen disetiap
harinya. Mereka harus membuat keputusan agar kegiatan bisnis dapat berjalan. Untuk
bisa mengambil keputusan dengan tepat mereka membutuhkan informasi yang terkait
dengan persoalan yang mereka hadapi.
Hal yang paling sukar adalah karena persoalan (problem) yang dihadapi
sesungguhnaya tidak langsung muncul ke permukaan. Dalam aktifitas sehari hari,
umumnya yang langsung nampak dan bisa dideteksi oleh pancaindera adalah Gejala
Permasalahan (Sympomps). Identifikasi terhadap problem membutuhkan pengetahuan
(knowledge) yang cukup yang membutuhkan telah literatur.
Sebagai contoh misalnya perusahaan teridentifikasi mengalami penggerusan terus
menerus terhadap Balas Jasa Investasi (Return On Investment). Jika hanya melihat
pada gejala ini, jalan keluarnya relatif sederhana, yaitu penghematan biaya besar
besaran (cost saving program) atau menjual Aset aset perusahaan. Mengurangi biaya
akan meningkatkan margin keuntungan dalam jangka pendek. Namun dalam jangka
panjang, margin keuntungan akan kembali tergerus dengan berkurangnya revenue
(Pendapatan). Revenue dalam sebuah rogram penghematan biaya akan berkurang
karena aktivitas marketing, lokomatif dari pendapatan, akan berkurang. Demikan juga
penjualan aset aset perusahaan, akan secara langsung meningkatkan ROI, namun
dalam jangka panjang perusahaan akan mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas
akibat terbatasnya aset yang dimiliki.
Menyembuhkan penyakit dengan mengobati gejala, tidak akan menghilangkan penyakit
yang diderita.Persis ketika seseorang meminum obat untung menghilangkan pusing,
maka rasa pusing akan hilang dalam jangka tertentu namun akan kembali lagi jika
penyakitnya tidak ditemukan dan diobati.
Untuk mengobati penyakit tergerusnya keuntungan, manajemen harus menemukan the
real problem yang diderita perusahaan, yang merupakan problem manajemen.
Dibutuhkan basis teori yang berasal dari literatur yang teruji. Sebagai contoh kita bisa
mendekati problem ini melalui teori Du Pont, yang mengatakan bahwa Return On
Investment adalah interaksi antara Total Asset Turn Over (TATO) dengan profit margin
(PM). Turunnya ROI bisa disebabkan karena Turunnya TATO ataupun Turunnya PM.
Turunnya TATO salah satunya disebabkan oleh turunnya penjualan. Penyebab turunnya
penjualan adalah menurunnya produktifitas. Sementara turunnya PM juga bisa
disebakna karena turunnya penjualan, yang memiliki akar sebab yang sama dengan
turunnya TATO, yaitu berkurangnya roduktifitas. Sehingga problem manajemen yang
ada dari timbulnya gejala menurunnya ROI adalah: menurunnya produktifitas.
Selanjutnya harus dicari apakah penyebab turunnya produktifitas? Menurut teori
turunnya produktifitas bisa disebabkan karena berkurangnya rasa aman dalam bekerja.
Sehingga problem manajemen kedua bisa dirumuskan sebagai: Berkurangnya rasa
aman dalam bekerja.
Kedua problem manajemen inilah yang harus dicari jawabannya dalam sebuah
penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan manajemen untuk
mengambil keputusan agar ROI perusahaan dapat kembali ditingkatkan dalam jangka
panjang.
Tugas: Buatlah sebuah problem manajemen dari gejala
SIKLUS PENELITIAN
PERTEMUAN 2 DESAIN RISET KUANTITATIF
METODE RISET
Metode Riset adalah pendekatan yang digunakan dalam sebuah penelitian. Ada dua
pendekatan, yaitu pendekatan Kuantitatif dan pendekatan Kualitatif. Pendekatan
Kuantitatif merupakan proses pengujian sebuah hipotesis. Hasilnya adalah konfirmasi
sebuah teori, penolakan sebuah teori, atau sintesis dua atau lebih teori. Pendekatan
kuantitatif yang umum adalah Metode Survey dan Eksperimen. Metode survey bersifat
deskriptif sementara Eksperimen bersifat kausatif.
Sementara pendekatan Kualitatif adalah proses pemahaman yang menyangkut berbagai
fenomena dunia nyata hingga memiliki sebuah sudut pandang tertentu. Hasilnya
merupakan preposisi yang merupakan teori tentang hubungan berbagai variabel, yang
masih membutuhkan pengujian lebih lanjut. Pendekatan Kualitatif yang umum dilakukan
adalah Studi Naratif, Fenomenologi, Grounded Theory, Etnografi dan Studi Kasus.
DESAIN RISET KUANTITATIF
Desain Riset merupakan strategi yang mengintegrasikan berbagai komponen penelitian
untuk menghasilkan informasi dalam penelitian tersebut. Tujuannya untuk menjamin
bahwa bukti bukti penelitian yang dihasilkan memungknkan si peneliti memahami riset
problem yang telah dirumuskan.
Komponen desain riset kuantitatif adalah:
1. Problema Riset
2. Review literatur yang berkaitan dengan problema riset
3. Model dan Hipotesis
4. Pengumpulan Data
5. Metode analisis data.
Problem Riset
Problem riset diturunkan dari problem manajemen. Tujuannya adalah untuk mengetahui
bagaimana hubungan antar variabel yang ada dalam problem manajemen. Misalkan
problem manajemen yang telah disebutkan dalam Pertemuan Pertama:
- Turunnya Produktifitas
- Turunnya Rasa aman dalam bekerja
Pertanyaan risetnya kemudian adalah:
“ Apakah turunnya rasa aman dalam bekerja memiliki hubungan dengan produktifitas?”
Ini menjadi problem riset yang menuntut pembuktian bai secara deduktif maupun secara
empiris. Untuk menjadikannya sebuah hipotesis yang “sound” dibutuhkan telaah literatur
menyangkut arah dari hubungan antar konsep, dalam hal ini konsep produktifitas dan
konsep Rasa aman dalam bekerja. Yang harus dipahami adalah apakah ada landasan
yang cukup kuat mengenai hubungan dua konsep tersebut. Bagaimana penjelasannya
bahwa secara deduktif rasa aman dalam bekerja bisa mempengaruhi produktifitas.
Bagaimana pula secara empiris, penelitian penelitian terdahulu membuktikan hubungan
ini. Setelah hubungan tersebut memiliki penjelasan deduktif dan empiris yang cukup
kuat, peneliti bisa merumuskan sebuah model untuk menjelaskan hubungan tersebut,
misalnya seperti yang tergambar dalam gambar 2.1. di bawah ini.
Gambar 2.1 Hubungan antara Rasa Aman Dalam Bekerja dengan Produktifitas
Tugas: Buatlah problem riset berdasarkan problem manajemen yang telah anda buat.
Model dan Hipotesis
Model
Model penelitian adalah gambaran tentang hubungan dua variabel atau lebih. Model
penelitian sederhana menunjukkan hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat sebagimana yang bisa dilihat pada gambar 2.1. di atas. Model yang lebih
kompleks memasukkan peran moderating variabel ke dalam model sederhana di atas.
Secara definitif, moderating variabel adalah variabel bebas yang lain di luar variabel
bebas yang ada, yang memoderasikan (memperkuat atau memperlemah) hubungan
antara variabel bebas dan variabel tidak bebas. Gambar 2.2. di bawah ini menunjukkan
bagimana intervensi variabel moderating ke dalam hubungan kausal dua variabel.
Gambar 2.2 Peran Variabel Moderasi
Tugas: Buatlah model problem riset anda dengan memasukkan Moderating Variabel
Model yang lebih kompleks lagi memasukkan variabel mediating atau variabel
intervening ke dalam model yang menjelaskan hubungan dua variabel. Secara definitif
variabel intervening adalah variabel yang menjelaskan bagaimana hubungan antara
independen variabel dan dependen variabel bisa terjadi. Gambar 2.3. di bawah ini
menjelaskan peran variabel intervening dalam hubungan variabel bebas dan tidak
bebas.
Dengan melihat pola hubungan antar variabel sebagaimana digambarkan dalam model,
dapat dirumuskan hipotesis penelitian yang merupakan sebuah pernyataan tentang
hubungan antar dua variabel penelitian. Hipotesis juga merupakan jawaban sementara
bagi problem penelitian yang masih harus dibuktikan kebenaranya.
Gambar 2.3 Peran Variabel Intervening
Hipotesis
Hipotesis, dapat dirumuskan melalui salah satu dari 3 cara, yaitu deskriptif, asosiatif,
atau directional/non directional. Hipotesis deskriptif adalah pernyataan yang
menggambarkan variabel variabel penelitian, yaitu soal keberadaannya, hubungan antar
variabel variabel penelitian dan lain lain. Kausal hipotesis, adalah pernyataan tentang
hubungan antar dua variabel penelitian. Sedangkan Directional hypotesis merupakan
pernyataan tentang arah ketidak kesamaan dua variabel penelitian, sementara non
directional hypotesis merupakan pernyataan tentang ketidak saman dua variabel
penelitian tanpa menyebutkan arahnya.
Perumusan hipotesis ke dalam salah satu bentuk rumusan hipotesis di atas
mengandung konsekuensi metode analisis yang digunakan.
Hipotesis Deskriptif
“ Produktifitas dapat ditingkatkan dengan memberikan rasa aman dalam bekerja”
Hipotesis Asosiatif
“Semakin tinggi rasa aman dalam bekerja akan semakin tinggi pula prduktifitas”
Hipotesis Direksional
“Pada kelompok orang-orang yang merasa aman dalam bekerja akan ditemukan
produktifitas yang lebih tinggi dibanding dengan produktifitas pada kelompok orang-
ornag yang tidak merasa aman dalam bekerja”
Hipotesis Non Direksional
“Terdapat perbedaan produktifitas pada kelompok orang-orang yang merasa aman
dalam bekerja dengan kelompok orang-orang yang tidak merasa aman dalam bekerja.”
Tugas: Susunlah Hipotesis penelitian anda dalam bentuk deskriptif, asosiatif,
directional/non directional
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimulai dengan penyusunan instrumen riset. Dalam penelitian
kuantitatif berbentuk survey, instrumen yang digunakan adalah kuesioner, sedangkan
dalam penelitian kuantitatif experimen, instrumen yang digunakan adalah prosedur
eksperimen. Pada dasarnya instrumen riset digunakan untuk mengukur variabel variabel
penelitian. Variabel penelitian digambarkan dalam hipotesis yang dirumuskan. Namun,
variabel penelitian yang disebutkan dalam hipotesis merupakan konsep yang tidak bisa
diukur. Secara definitif, konsep adalah pernyataan tentang sesuatu yang mengandung
definisi dengan abstraksi yang sangat tinggi. Definisi dengan tingkat abstarksi yang
tinggi inilah yang membuat konsep-konsep yang digunakan dalam hipotesis tidak bisa
diukur. Oleh karena itu tingkat abstraksi konsep dalam hipotesis tersebut harus
diturunkan level abstraksinya agar bisa diukur. Inilah yang dinamakan operasionalisasi
variabel. Operasionalisasi variabel dilakukan dengan menjabarkan konsep ke dalam
dimensi variabel dan menjabarkan dimensi variabel ke dalam indikator penelitian.
Dimensi variabel
Merupakan sudut pandang dengan mana sebuah konsep di definisikan. Misalnya
konsep rasa aman dalam bekerja bisa dilihat dari sudut:
- Remunerasi
- Psikologis
- Kepastian Karir
Tugas: Apa saja Dimensi Variabel Penelitian anda?
Indikator penelitian
Merupakan penjabaran dimensi penelitian ke dalam variabel variabel yang bisa diukur.
Jadi indikator penelitian memiliki abstraksi yang sangat rendah. Dalam hal remunerasi,
dimensi rasa aman dalam bekerja dapat dijabarkan ke dalam indikator berikut:
1. Gaji yang diterima cukup untuk hidup satu bulan
2. Gaji yang diterima menggambarkan prestasi dalam bekerja
Dengan dijabarkannya konsep-konsep dalam hipotesis melalui operasionalisasi variabel,
maka konsep-konsep tersebut siap menjadi instrumen pengukur variabel melalui
penjabaran ke dalam bentuk bentuk pertanyaan yang memenuhi syarat sebuah
kuesioner. Kuesioner inilah yang nantinya digunakan sebagai instrumen pengumpulan
data di lapangan.
Tugas: Jabarkan dimensi dimensi penelitian anda ke dalam indiaktor indikator yang
benar
Metode Analisis Data
Dalam metodologi kuantitatif, metode analisis data mengikuti cara perumusan hipotesis
yang digunakan sebagaimana dapat diikuti pada tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Hubungan Antara Jenis Hipotesis dengan Metode Analisis Data
No Jenis Hipotesis Metode Analisis
1 Deskriptif Kai Kuadrat
2 Asosiatif Regresi
Korelasi Pearson
Kendals Thau
Spearman
3 Direksional/ Uji dua rata rata
Non Direksional ANOVA
MANOVA
PERTEMUAN 3 DESAIN KUALITATIF Beberapa bentuk desain kualitatif adalah fenomenologi, grounded theory, Etnografi, dan
Studi Kasus.
DESAIN DAN METODE STUDI KUALITATIF
Fenomenologi
Fenomenologi adalah studi tentang fenomena atau kejadian/pengalaman tentang
sesuatu hal yang muncul dalam masyarakat sebagaimana dilihat dari logika si peneliti,
dan pengaruhnya pada komunitas yang diteliti. Dalam hal ini kita memiliki kejadian dan
path (pengalaman peneliti) yang mengarahkan interpretasi atas sebuah fenomena dari
sudut seseorang atau sekelompok orang sebagaimana yang dipahami dari sudut
pandang peneliti.
Sebagai contoh, pendapat dan pengalaman informan atas berjalannya sebuah proses
Governance di sebuah BUMN menjadi data yang penting untuk memahami bagaimana
terbentuknya Governance di BUMN.
Grounded Theory
Dalam Grounded Theory, interpretasi secara kontinyu diturunkan dari data penelitian.
Teori atau story diturunkan dari data kualitatif secara terus menerus. Biasanya si peneliti
memulai dengan sebuah konsep untuk mengumpulkan data dan mengolahnya menjadi
informasi melalui proses coding, yang selanjutnya digunakan untuk proses revisi
pertanyaan riset, dan variabel variabel yang digunakan, yang dilakukan secara berulang
ulang.
Sebagai contoh misalnya seorang peneliti ingin mengetahui hubungan antara pakaian
seragam dengan disiplin dan produktifitas para pegawai. Tidak seperti pada riset
kuantitatif yang memulai dengan hipotesis untuk akhirnya menyusun sebuah instrumen
riset, penelit meminta informan untuk menuliskan apa yang dia pikirkan tentang
pentingnya pakaian seragam. Juga meminta informan untuk menuliskan apa yang dia
pikirkan tentang produktifitas pegawai dan disiplin. Dari informasi yang terkumpul
peneliti kemudian mengembangkan tema dengan menggunakan serangkaian coding
pada kasus kasus tertentu (misalnya pada kata kata yang frekuensinya banyak muncul
pada tulisan informan).
Lebih lanjut kemudian peneliti akan mencoba untuk menyimpulkan hubungan antar tema
dan kemudian dikonfirmasikan melalui literatur. Beberapa tema tentang seragam,
produktifitas, dan disiplin yang tidak muncul dalam info yang dihasilkan, dikonfirmasikan
dalam pengumpulan data berikutnya seperti dilakukan di atas, sementara tema tema
yang tidak terdapat pada literatur, yang muncul dalam proses pengumpulan data,
memperkaya tema yang dihasilkan penelitian tersebut.
Ethnografi
Etnografi adalah studi tentang budaya suatu kelompok yang dikembangkan oleh para
antropolog, dan pada perkembangannya juga diadopsi oleh periset bidang marketing.
Dalam ethnografi, peneliti masuk ke dalam suatu kelompok dan membaur sebagai
anggota kelompok, lantas mengumpulkan data tentang individu atau kelompok individu
dalam hal sifat, interaksi, leader pattern dan hal lain yang menggambarkan kelompok
tersebutsecara deskriptif, baik melalui pengamatan atau in depth interiew. Hasilnya
dianalisis dengan obyektifitas penuh dimana peneliti menyajikan informasi apa adanya,
bukan sesuai persepsinya.
Studi Kasus
Studi Kasus juga merupakan studi tentang kelompok tertentu, namun dikembangkan
oleh sosiolog, dalam mengamati orang, kejadian dan pola hubungan dalam kelompok
yang dipelajari, baik melalui pengamatan maupun indepth interview. Informasi yang
digali bukan saja tentang apa yang ada pada kelompok tersebut secara deskriptif namun
juga bagaimana kelompok tersebut bereaksi dan mempersepsikan fenomena yang
mereka hadapi. Hasilnya dianalisis dengan obyektifitas penuh tanpa judgement peneliti.
Kedua approach kualitatif Ethnografi dan Studi kasus menghasilkan tiga hal:
1. Catatan dan rekaman berupa deskripsi fisik tempat penelitian
(peta/sketsa/skema), orang orang yang diteliti (karakter, status, dan peran dalam
masyarakat), pola interaksi sosial yang terjadi (asosiatif/integratif/disintegratif),
dan jenis kegiatan (sosial, budaya, ekonomi, politik).
2. Deskripsi hasil pembicaraan (verbatim) berupa kutipan langsung dari subyek
yang diteliti yang ditangkap melalui FGD maupun wawancara in depth.
3. Khusus Studi kasus dihasilkan juga reaksi dan persepsi masyarakat terhadap
fenomena fenomena tersebut di atas.
Sepintas lalu terdapat kemiripan tentang Ethnografi dan Studi Kasus. Perbedaannya
terletak pada:
1. Ethnografi fokus pada mendeskripsikan kultur sebuah masyarakat apa adanya
sementara Studi Kasus mendeskripsikan pola hubungan masyarakat yang diteliti
yang terkait dengan orang dan kejadian yang ada pada komunitas tersebut.
2. Ethnografi tidak menangkap persepsi anggota masyarakat yang diteliti
sedangkan studi kasus menangkap persepsi masyarakat yang diteliti
3. Pada Ethnografi peneliti menjadi bagian masyarakat yang diteliti sehingga dalam
proses pengumpulan data maupun analisis data, peneliti menggunakan sudut
pandang inward looking sebagai anggota masyarakat tersebut. Sementara
dalam Studi Kasus peneliti tetap berada di luar, tidak menjadi bagian masyarakat
yang diteliti sehingga dalam proses pengumpulan dan analisis data dia
menggunakan sudut pandang outward looking.
Menyangkut ke empat desain tersebut di atas, mengikuti taksonomi lugas metode dan
desain, dapat dikatakan bahwa Fenomenologi dan Grounded Theori adalah metodologi
riset kualitatif yang fokus pada approach studi semacam itu, yaitu one shot data
gathering (Fenomenolog) ataukah iterative data gathering (Grounded Theory)
sementara Ethnografi dan Studi Kasus merupakan desain atau strategi Riset Kualitatif
dalam mendekati pertanyaan riset.
METODE PENGUMPULAN DATA
Data kualitatif berupa data primer dan data sekunder. Ada 3 cara pengumpulan data
primer dalam riset kualitatif, yaitu: Focus Group Discussion, Indpeth Interview dan
Observasi. Sementara data sekunder berupa notulansi rapat, peraturan, naskah dan
sumber sumber kepustakaan.
Focus Group Discussion (FGD)
Adalah pembahasan tentang topik tertentu oleh sekelompok orang, dibawah arahan
seorang fasilitator. Hasilnya berupa catatan, dan rekaman audio visual tentang
pendapat, sanggahan, reaksi dan persepsi para peserta diskusi. Umumnya jumlah
peserta FGD berkisar antara 8 orang sampai maksimal 10 orang, yang memiliki status
yang sama atau beragam, baik dari segi usia, status pegawai, profesi, kelas ekonomi
dan lain lain.
Fasilitator mengarahkan diskusi berdasarkan fasilitator’s guidance, dan mengupayakan
agar semua partisipan terlibat aktif dalam mendiskusikan tema tema yang terdapat
dalam guidance fasilitator tersebut.
Tugas: Bagaimana bentuk Guidance untuk Fasilitator dalam memahami Brand Power
Pepsi Cola?
Indepth interview
Merupakan wawancara terbuka pada informan secara mendalam tentang topik dan
tema yang ada dalam pedoman wawancara. Tema tema yang ditanyakan merupakan
tema yang terkait dengan pokok permasalahan yang diteliti. Misalkan akan meneliti
dalam rangka menjawab pertanyaan:
“Mengapa ada masyarakat yang tidak mampu melakukan inovasi, dan bagaimana cara
membuat masyarakat tersebut mampu berinovasi?”
Untuk mampu memahami hal tersebut, pada tahap awal peneliti harus memahami lebih
dahulu berbagai konsep yang terkait dengan inovasi sebagai berikut:
Kemampuan Inovasi
- Knowledge
- Kreatifitas
Pertama harus dijabarkan dulu, konsep knowledge terkait dengan tema apa saja?
Knowledge
- Knowledge Transfer process
- Sikap terhadap knowledge transfer process
- Hambatan hambatan terhadap knowledge transfer process
……………
Setelah konsep knowledge dijabarkan secara lengkap, berikutnya adalah konsep
Kreatifitas. Tentu saja untuk memahami tema tema apa saja yang harus
dikembangkan dalam kaitannya dengan obyek penelitian, peneliti harus memulainya
dengan memahami konsep konsep yang diteliti dari sumber kepustakaan.
Tugas: Bagaimana menyusun pedoman wawancara in depth untuk memahami
consumer decision making dalam Cola War?
Observasi
Marshal dan Rossman (1989) mendefinisikan observasi sebagai deskripsi sistematis
dari suatu kejadian (event), perilaku (behavior) dan artifak dalam setting sosial yang
diteliti. Observasi memungkinkan peneliti mendskripsikan sitausi yang ada dengan
menggunakan 5 indera dengan melakukan pengamatan baik sesekali maupun
partisipasi penuh dalam aktifitas sehari hari subyek yang diteliti (Schensul, Schensul dan
LeCompte, 199).
Observasi berguna karena dapat menagkap reaksi, persepsi, dan ekspresi dari subyek
yang diamati, menentukan siapa berinteraksi dengan siapa, menggambarkan
bagaimana mereka berkomunikasi, dan menetukan waktu yang digunakan masyarakat
dalam melakukan sebuah kegiatan (Schumuck, 1997)
PERTEMUAN 4 LITERATURE REVIEW
THE OBJECTIVE AND METHOD OF LITERATURE REVIEW
Literature Review adalah evaluasi atas berbagai referensi dalam subyek penelitian yang
dipilih. Isinya adalah dokumentasi state of the art dalam konteks topik yang dipilih oleh
peneliti.
Literatur review dalam penelitian kuantitatif merupakan dasar bagi perumusan masalah
riset, dan pembentukan hipotesis. Literature Review juga sarana untuk memahami
bagaimana penelitian penelitian sebelumnya tentang obyek studi dihasilkan. Dengan
literatur review kta memahami konsep-konsep yang terkait dengan obyek penelitian, dan
bagaimana konsep konsep tersebut oleh peneliti sebelumnya dioperasionalisasikan.
Lebih lanjut, Literatur review juga membantu peneliti dalam memahami perilaku dan
hubungan antar variabel yang terkait dengan konsep-konsep yang digunakan dalam
penelitian.
Sementara, dalam penelitian kualitatif, literarture review dilakukan untuk memahami
perilaku subyek penelitian, dan menjadi pedoman awal dalam merumuskan tema tema
yang akan digunakan dalam memahami konsep-konsep yang terkait dengan obyek
penelitian. Hal ini sangat berguna terutama bagi mereka yang mengambil metodologi
Fenomenology. Tema tema yang menjadi dasar pertanyaan dan pengamatan dipahami
melalui literature review.
Dalam penelitian yang manapun, literatur review memuat pendapat peneliti-peneliti
sebelumnya tentang obyek/subyek penelitian, dari sudut pandang tertentu maupun yang
berseberangan. Dengan cara demikian, dimungkinkan seorang peneliti mengambil salah
satu sudut pandang dengan alasan-alasan yang masuk akal, atau bahkan membuat
sudut pandangnya sendiri. Dalam membahas hasil riset, literature review juga menjadi
dasar bahasan atas persamaan maupun perbedaan hasil riset dibanding riset riset
sebelumnya. Dalam hal adanya perbeaan maka peneliti seharusnya mampu
menjelaskan mengapa hasil penelitiannya berbeda, dengan dasar literatur review yang
sesuai.
Dalam konteks sebuah penelitian yang pernah dilakukan di waktu waktu yang telah lama
berlalu, adalah penting untuk mengemukakan penelitian sejenis dalam kurun waktu
yang paling baru sehingga perkembangan hasil penelitian maupun teori yang digunakan
dapat dilihat perkembangannya. Lebih jauh, apakah terdapat gap penelitian yang perlu
diisi oleh sebuah penelitian lain?
JENIS JENIS LITERATUR ILMIYAH
Research Articles
Adalah hasil penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Ilmiyah, berisi temuan temuan
)yang ditulis oleh peneliti ilmiyah. Umumnya tulisan tulisan itu memaparkan metodologi
yang digunakan, hasil riset yang diperoleh dan arti dari temuan tersebut.
Review Articles
Review articles mensarikan dan mensitesakan berbagai riset dalam bidang
tertentu.sehingga tidak ada bagian yang disebut sebagai metodologi riset. Jika pada
research articles terdapat juga bagian yang mensintesakan berbagai artikel, maka pada
Review Articles sintesa tersebut dilakukan secara lebih ekstensif.
Trade Publication Articles
Trade Publication merupakan artikel yang dibuat oleh industri atas penemuannya dalam
bidang tertentu. Banyak dijumpai dalam bidang farmasi dan teknologi. Misalnya artikel
temuan tentang adanya gen anti kanker yang dapat di imitasi dengan dzat tertentu.
MENILAI KUALITAS JURNAL ILMIYAH
1. Terindeks oleh Scopus (www.elsevier.com)
2. Terindeks oleh Thomson Reuters (ip-science.thomsonreuters.com)
3. Terindeks SCImago (SJR-HI indeks)
MENCARI LITERATURE ONLINE
1. Cari di Google Scholar: https://scholar.google.com
2. Nilai Kualitas Jurnal yang ditemukan
PERTEMUAN 5 MEASUREMENT SCALE Variabel Latent dalam penelitian, agar dapat diukur harus dioperasionalkan ke dalam
indikator yang dapat diukur. Untuk mengukurnya dibutuhkan skala pengukuran. Ada
empat jenis skala dasar dalam pengukuran indikator, yaitu:
Skala Nominal
Merupakan skala yang bersifat kategorikal. Posisi nilai dalam skala tidak menunjukkan
perbedaan magnitude, melainkan menunjukkan kategori belaka. Misalnya variabel
gender, diukur dengan dua nilai:
1. Laki-laki
2. Wanita
Nilai 2 tidak dapat dikatakan lebih besar dari nilai 1, hanya menyatakan kategori 1 dan
kategori 2
Skala Ordinal
Merupakan skala yang menunjukkan orde/ urutan dimana orde 4 lebih besar daripada
orde 3 dan orde 3 lebih besar daripada orde 2, namun perbedaan orde tersebut tidak
bisa menunjukkan jarak perbedaannya.
Skala Rasio
Merupakan skala yang memilii jarak antar nilai dengan titik nol sejati, artinya betul-betul
dimulai dari titik nol, dan posisi nilai yang lebih tingga menyatakan rasio atas posisi nilai
yang lebih rendah. Misalkan variabel usia. Posisi usia 25 adalah lebih tinggi daripada
posisi usia 20 dengan rasio 5/4 atau dapat dikatakan usia 25 bukan saja lebih tinggi dari
usia 20 namun besarnya adalah 1,25 x usia 20
Skala Interval
Skala interval merupakan skala yang tidak memiliki titik nol sejati dan memiliki jarak
antar nilai, namun jarak tersebut tidak menyatakan rasio terhadap nilai yang lebih
rendah. Tidak memiliki titik nol sejati artinya skala ini bisa dimulai dari nilai berapa saja,
bisa nol, bisa 6 atau 9. Seperti misalnya thermometer Celcius dimulai dari titik nol
namun termometer Fahrenheit dimulai dari nilai -32. Skala Interval dapat berbentuk:
Skala Likert
Skala Likert merupakan pengoperasionalan Skala Interval dalam pengukuran variabel
multidimensi, di dalamnya mengandung pernyataan tentang ketidak setujuan sampai
persetujuan tentang sesuatu hal yang dinyatakan secara kuantitatif. Skala Likert
dinyatakan secara simetris (bagian ketidak setujuan sama besarnya dengan bagian
persetujuan) dan balance (jarak nilai setiap titik penliaian adalah sama). Selain itu, skala
Likert yang bersifat multi dimensi itu, menterjemahkan operasionalisasi variabel
konseptual ke dalam indikator indikator pengukuran.
Bentuk Skala Likert yang mencakup ketidak setujuan sampai persetujuan atas Gaya
Leadership seorang atasan adalah sebagai berikut:
1 2 3 4 5
Melibatkan semua orang STS TS N S SS Mendukung bawahan mengambil STS TS N S SS Keputusan Memberi kepercayaan pada bawahan STS TS N S SS Untuk menyelesaikan pekerjaan Menghargai apa yang dilakukan bawahan STS TS N S SS
Pada dasarnya, skala Likert seperti itu sama dengan skala rating scale dengan
pertanyaan yang bersifat multi atribut.
Semantik Differential
Skala Likert juga bisa dibuat dalam bentuk Semantik diferensial sebagai berikut
Melibatkan Semua Orang 5 4 3 2 1 Tidak melibatkan semua orang Mendukung Bawahan mengambil Keputusan 5 4 3 2 1 Tidak mendukung bawahan Memberikan Kepercayaan pada bawahan 5 4 3 2 1 Tidak Memberi Kepercayaan Menghargai Bawahan 5 4 3 2 1 Tidak Menghargai Bawahan
Validitas dan Reliabilitas
Setiap kali orang mengoperasionalkan sebuah Variabel Latent ke dalam indikator, ada
dua risiko yang dihadapi orang tersebut. Pertama, indikator indikator yang digunakan
untuk mengukur konsep tersebut tidak seluruhnya digunakan (not fully exhausted), dan
kedua, indikator yang mengukur konsep tersebut tidak secara benar mengukur konsep
tersebut. Kedua hal ini ini merupakan masalah validitas pengukuran. Masalah yanag
pertama terkait dengan Content Validity, sedangkan masalah yang kedua merupakan
persoalan construck validity.
Content Validity
Jika sebuah Latent Variable bisa dioperasionalkan ke dalam semua indikator yang
dibutuhkan untuk itu, maka persoalan pengoperasionalan Latent Variable tersebut tidak
memiliki masalah pada content validity. Masalahnya berapa banyak indikator-indiator
tersebut harus dijadikan sebagai bagian pengukuran konsep yang digunakan? Itu bukan
persoalan yang mudah untuk dijawab. Oleh karena itu content validity hanya bisa di nilai
oleh seorang pakar dalam bidang tersebut, yang dibuktikan dari tulisannya dalam
sebuah jurnal ilmiyah yang menggunakan indikator indikator pengukur konsep yang
digunakan.
Construct Validity
Apakah konstruksi yang mengoperasionalkan sebuah Variable Latent benar-benar
mengukur konsep yang disebut dalam Variable Latent tersebut, harus memenuhi dua
buah syarat:
1. Secara Convergent, indikator indikator yang mengukur sebuah konsep harus
memiliki korelasi yang kuat sesamanya (Convergent Validity)
2. Secara Diskriminan, indikator-indikator yang mengukur sebuah konsep tidak
boleh memiliki hubungan yang kuat dengan konsep lain dalam penelitian
tersebut (Discriminant Validity)
Baik convergent validity maupun discriminant validity dapat diukur melalui Factor
Loading dalam analisis faktor, sebagai berikut.
A B
Indikator 1
Indikator 2 > 0,5 < 0,5
Indikator 3
Indikator 4
Indikator 5 < 0,5 > 0,5
Indikator 6
VARIABEL LATENTINDIKATOR
Reliabilitas
Sebuah instrument penelitian (alat ukur variabel) haruslah memiliki konsistensi dalam
mengukur obyek yang sama. Sebuah termometer Celcius, ketika digunakan untuk
mengukur suhu air mendidih disebuah tempat harus menunjukkan nilai 100 derajad,
demikian juga ketika digunakan untuk mengukur air mendidih ditempat lain. Jika bacaan
nilai titik didih air di dua tempat tidak sama, maka termometer tersebut dikatakan
sebagai alat ukur suhu yang tidak reliabel.
Secara operasional, indikator-indikator yang mengukur sebuah konsep dikatakan
reliabel apabila memiliki nilai Cronbach Alpha yang lebih besar dari 0,5.
PERTEMUAN 6 QUESTIONAIRE DEVELOPMENT Personally Administerred Questionaire Ketika seorang periset menjumpai organisasi yang memiliki respons positip terhadap
penelitian dan bersedia mengorganisasi kelompok-kelompok responden, maka
menyerahkan sejumlah kuesioner pada organisasi tersebut untuk dibagikan pada para
anggotanya, merupkana cara yang efisien dalam mengumpulkan data primer. Cara ini
juga berlaku dalam survey online yang menggunakan formulir google.
Periset sebaiknya “hadir” untuk menjelaskan tujuan penelitian dan menjawab
pertanyaan pertanyaan yang menyangkut kejelasan pertanyaan dalam kuesioner
Direct Interview Direct Interview dilakukan dengan adanya pertanyaan langsung peneliti dan responden
satu demi satu. Memang menghabiskan waktu, namun risiko pertanyaan pertanyaan
dalam kuesioner diinterpretasikan secara berbeda oleh responden bisa diminimalisir.
Dalam survey yang menggunakan metode snowballing atau convenience, cara ini harus
dilakukan.
Isi Kuesioner
Isi kuesioner adalah indikator indikator yang merupakan operasionalisasi variabel laten
yang merupakan obyek penelitian, dengan wording yang tepat. Pengukuran melalui
skala interval, apabila akan mengukur hal yang bersifat subyektif ( misalnya persepsi
atas kepuasan, keterlibatan) disertakan pada indikator yang bersangkutan.
Untuk memudahkan proses pengolahan data sebaiknya variabel laten disertakan dan
diberikan nomor urut pertanyaan berdasarkan variabel laten. Nomor urut indikator
variabel laten mengikuti variabel laten nya. Jadi, misalkan nonor urut variabel laten
adalah 11, maka nomor urut indikatornya adalah 11.1; 11.2; 11.3….dst
Wording Pertanyaan dalam kuesioner seharusnya dikembangkan mengikuti tingkat bahasa
responden. Dalam penelitian yang melibatkan pekerja pabrik baiknya dihindari
pertanyaan dengan bahasa yang canggih karena akan sukar mereka pahami, atau
mereka pahami dalam pemahaman yang salah. Pertanyaan semacam: “Saya akan
menyimpan SMS LBA untuk referensi pembelian dimasa yang akan datang” mungkin
akan sukar dipahami. Lebih baik wordingnya diganti sbb: “ SMS dari PT. ABC akan saya
simpan. Jika suatu saat akan membeli jasa dari PT. ABC saya sudah memiliki bahan
untuk membandingkannya yaitu SMS tersebut….”
Positive and negative wording Untuk menghindari kecendrungan responden secara otomatis melingkari jawaban pada
sisi kanan/kiri skala, ada baiknya pembuat kuesioner menselang seling pertanyaan
dengan gaya positip dan pertanyaan dengan gaya negatip.
Pertanyaan dengan gaya positip misalnya: “Saya senang dengan cara meimpin boss
saya. Kami dilibatkan dalam proses pemecahan masalah”
Pertanyaan dengan gaya negatip: “Saya tidak senang dengan cara boss saya menegur
bawahan. Dia langsung memarahi bawahan ditempat, di depan teman temannya”
Yang harus diingat adalah bahwa pertanyaan positip dan negatip memiliki orde skala
yang berkebalikan pada skala likert. Jika pertanyaan positip memilik angka 1 untuk
pernyatan STS (Saya Tidak Setuju) dan angka 5 untuk pernyataan SS (Sangat Setuju)
maka pertanyaan negatip dimulai dengan 5 (untuk STS) dan diakhiri dengan1(untuk SS)
Double Barreled Question
Doubled barrel question adalah pernyataan yang memiliki dua arah dalam satu
pertanyaan. Misalnya: “ Saya senang dengan cara boss saya mempimpin dalam
menyelesaikan masalah dan memarahi anak buahnya”
Pernyataan tersebut jawabannya bisa mengandung kombinasi Senag dengan cara
memutuskan dan senang dengan cara memarahi bawahan; senang dengan cara
memutuskan namun tidak senang dengan cara memarahi bawahan; Tidak senang
dengan cara memutuskan namun senang dengan cara memarahi bawahan; atau….tidak
senang baik dalam memecahkan masalah maupun dalam memerahi bawahan.
Pertanyaan yang mengandung doubled barrel question tsb sukar untuk dijawab Tidak
Setuju atau Setuju, karena ambigue tidak setuju yang mana?
Leading dan Loading Question
Leading question adalah pertanyaan yang mengandung frasa yang mengarahkan
pembacanya sedangkan Loading Question adalah pertanyaan yang mengandung frasa
sentuhan emosional untuk berpihak.
Misalkan: “ Apakah menurut sdr dalam kondisi ekonomi resesi seperti sekarang, maka
menabung adalah tindakan yang bijaksana untuk dilakukan dibanding memperbanyak
belanja….”
Pertanyaan tersebut mengandung Leading Phrase: “dalam kondisi ekonomi resesi
seperti sekarang” dan Loading Phrase: Adalah tindakan yang bijaksana”
Leading Phrasenya mengarahkan jawaban ke arah SS dan Loading Phrasenya
membuat orang harus menunjukkan dirinya bijaksana dengan menjawab SS.
Urutan Pertanyaan
Pertanyaan diurutkan dari yang paling mudah sampai pada yang paling sulit, dan dari
yang paling netral sampai yang paling sensitif. Demikian pula urutan wording positip dan
negatip, sebaiknya tidak diselang seling pada indikator indikator yang berasal dari
variabel laten yang sama.
Informasi Personal
Informasi personal sepertu usia, status pernikahan, income, pekerjaan dll sebaiknya
tidak digali secara total. Dicukupkan untuk tujuan penelitian saja. Misalnya ingin
mengelaborasi hanya efek pekerjaan atau usia terhadap hubungan antar variabel, maka
pertanyaan yang menyangkut informasi personal dicukupkan hanya pada dua hal
tersebut saja.
Introduksi Mulailah kuesioner dengan menjelaskan pihak mana yang melakukan penelitian,
maksud penelitian dan manfat penelitian bagi responden. Juga janji untuk kerahasiaan
jawaban serta identitas responden harus dinyatakan.
Contoh:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
Kampus Depok, Depok
Selamat pagi bp/ibu sekalian. Terimakasih telah bersedia menyediakan waktu mengikuti
survey kami. Penelitian ini ditujukan untuk memahami efek kegiatan menabung sejak
muda terhadap kesejahteraan di hari tua. Karena bp/ibu adalah orang yang kami
anggap bisa mewakili kalangan yang gemar menabung sejak muda maka kami berharap
bp/ibu bersedia menjawab sejumlah pertanyaan dalam kuesioner ini.
Kerahasiaan jawaban dan identitas bp/ibu menjadi concern kami yang utama sehingga
tidak perlu cemas bahwa identitas bp/ibu akan kami share di depan khalayak.
Kseimpulan dari penelitian ini akan kami kirimkan pada bp/ibu sekalian.
Terimakasih banyak telah bersedia membantu kami.
Hormat saya,
Amira Zahra Anindita, Ph.D
Instruksi dan petunjuk dalam kuesioner Ada baiknya untuk setiap jenis pertanyaan yang berbeda format diberikan petunjuk
sebelumya agar responden lebih mudah dalam menjawab sesuai permintaan.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
Pertanyaan di bawah ini menanyakan bagaimana kehidupan kerja anda. Pikirkan suasana
pekerjaan anda se ap hari dan lingkari jawaban yang menggambarkan kehudpan kerja anda di
sisi se ap item pernyataan dengan menggunakan skala di bawah ini
Pretesting Untuk menjamin bahwa pertanaan pertanyaan di jawab sesuai dengan apa yang
dipahami peneliti secara baik oeh responden maka sebelum melakukan sebuah
penelitian yang ekstensif sebaiknya dilakukan pretesting pada sejumlah kecil responden
untuk melihat respons dan interpretasi meraka terhadap pertanyaan pertanyaan yang
ada dalam kuesioner
PERTEMUAN 7 PRESENTASI PROPOSAL PENELITIAN Format Format yang digunakan dalam membuat Proposal Penelitian adalah sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN
- Latar Belakang Penelitian - Alasan bahwa penelitian ini penting - Tujuan Penelitian - Persoalan Riset
BAB 2 LITERATURE REVIEW
- Penjelasan variabel-variabel latent - Hipotesis Penelitian
BAB 3 METODOLOGI
- Model - Hipotesis Statistik - Operasionalisasi Variabel Latent
LAMPIRAN
- Bibliografi - Kuesioner
Presentasi Hal hal yang perlu diperhatikan dalam presentasi adalah:
1. Apakah Penjelasan mengapa hubungan antar variabel dalam model sudah
terjelaskan dengan baik?
2. Apakah Latar belakang penyusunan hipotesis penelitian telah didukung oleh
logika yang benar dan sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan?
3. Apakah variabel variabel yang digunakan dalam penelitian memiliki Sampling
Unit yang sama?
4. Apakah bagi setiap hipotesis penelitian telah diturunkan hipotesis statistik yang
benar?
5. Apakah cara pengoperasionalan variabel latent telah didukung oleh literatur yang
memadai?
PERTEMUAN 8 SAMPLING
SAMPLING FRAME, SAMPLING UNIT DAN UNIT ANALISYS
Sampling Frame
X x x x x x
X x x x x x
X x x x x x
X x x x x x
X x x x x x
X x x x x x
Sampling Frame adalah daftar yang memuat keseluruhan kemungkinan anggota sampel
dalam populasi.
Sampling Unit Anggota Sampling Frame yang dijadikan unit penelitian. Bisa berupa:
- Individu
- Pasangan (dyad)
- Organisasi
Unit Analisis
Unit yang dianalisis dalam penelitian. Pada umumnya unit analisis samadengan
sampling unit. Bisa berbeda, misalnya dalam hal sampling unitnya individu, namun
mereka ditanya persepsinya tentang karakteristik organisasi, sehingga unit analisisnya
organisasi, walaupun sampling unitnya individu
METODE SAMPLING
Metode Non Probabilistik
Metode non probabilistik bermacam macam, diantaranya convenience sampling,
Snowballing sampling, Purposive Sampling.
Convenience Sampling
Adalah metode yang memudahkan responden dalam penelitian dimana responden tidak
terganggu privacy nya, dan memudahkan peneliti dalam memilih respondennya. Peneliti
cukup datang ke pusat keramaian atau tempat manapun yang diperkirakan tersedia
responden dengan karakteristik yang dibutuhkan, lantas mewawancarai siapapun yang
bersedia untuk diwawancara, atau mengisi kuesioner secara self administerred.
Snowballing Sample
Merupakan metode sampling yang dengan berjalannya waktu jumlahnya semakin
membesar. Dilakukan dengan mencari seorang responden yang memiliki karakteristik
yang diperlukan dan bersedia di wawancarai atau mengisi kuesioner secara self
administerred , lantas meminta kepadanya referensi akan responden lain yang memiliki
karakteristik seperti dirinya. Demikian berlangsung seterusnya sampai jumlah responden
tercukupi. Snowballing Sampling bermanfaat dalam hal responden yang dibutuhkan
memiliki karakteristik khusus, misalnya orang yang berpendapatan di atas Rp 500.000
per bulan, namun keberadaan mereka tidak diketahui oleh peneliti.
Purposive Sampling
Purposive Sampling mirip dengan Snowballing dalam satu aspek, yaitu memilih
responden dengan karakteristik yang dibutuhkan, namun dengan perbedaan bahwa
pada Purposive Sampling peneliti telah mengetahui posisi responden yang diperlukan.
Metode Probabilistik
Terdiri dari Simple Random, Cluster Sampling,Stratified Random Sampling dan
Systematic Sampling.
Simple Random Sample
Simple random sample merupakan metode probabilistik dimana setiap responden
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih, yang simpel dalam prosedur namun sukar
dalam implementasinya. Kesederhanaan prosedurnya adalah sebagai berikut:
1. Dapatkan daftar yang berisi sampling frame para responden. Nomori daftar itu
dari 1 sampa n
2. Dapatkan angka random sebanyak jumlah sampel yang dibutuhkan. Angka
random bisa diperoleh dengan program excel. Misalkan 15, 135, 2003, 70…..dst
3. Carilah responden pada sampling frame sesuai dengan angka random yang
diperoleh. Dalam hal ini lihatlah data responden nomor 15, 135, 2003, 70….dst
sesuai dengan angka random yang diperoleh.
Kesukaran implementasi Simple Random Sample adalah pada memperoleh daftar yang
berisi sampling Frame responden, dan menomori sampling fame tersebut dari 1 sampai
n. Bayangkan saja jika harus menemukan daftar misalnya seluruh murid SMA di Jakarta,
tentu bukan hal mudah.
Cluster Sample
Cluster Sample adalah cara mengatasi kerumitan yang terdapat pada simple random
sample yaitu menemukan dan menomori sampling frame, namun tetap mengikuti kaidah
random.
Cluster merupakan kelompok yang heterogen anggota di dalamnya, namun homogen
dalam karakteristik antar kelompok. Dalam sebuah kota, cluster bisa berwujud
Kelurahan, Kecamatan, Sekolah SMA, dan sebagainya. Dalam organisasi Pemerintah,
Kluster bisa berwujud Departemen. Klustering bisa dilakukan secara Single Stage atau
Multi Stage. Kluster Single Stage Dilakukan dengan memilih Kluster secara random,
lantas memilih anggota Kluster yang terpilih juga secara random. Multi Stage Cluster
dilakukan minimal dalam dua tahap. Pertama meilih Kluster, lantas memilih sub kluster
dan diakhiri dengan memilih anggota sub kluster terplih. Semua dilskukan secara
random.
Prosedur Cluster Sampling adalah sebagai berikut:
1. Tentukan besarnya sampel, misalnya 200
2. Lakukan Clustering pada populasi yang dikehendaki, misalnya Kelurahan
3. Beri nomor kelurahan dari 1 sampai 200
4. Tentukan banyaknya sampel dalam sebuah kluster, misalnya 10. Berarti harus
dipilih sebanyak 20 Kelurahan untuk memperoleh responden sebanyak 200
5. Dapatkan bilangan random sebanyak 20 bilangan dari 1 sampai 200, misalnya 1,
15, 75, 187…..dst
6. Pilihlah Kelurahan dengan mencocokkan nomor kelurahan sesuai nomor random
yang dipilih. Jika multistage, maka dari kelurahan terpilih, dilakukan ulang
prosedur cluster sampling untuk memperoleh RW yang akan dipilih pada stage
kedua.
7. Dapatkan sampling frame pada tiap kelurahan, dan beri nomor urut. Lakukan
kembali prosedur random untuk memilih 10 responden dari tiap kelurahan
Stratified Sampling
Seringkali dalam populasi terdapat kelompok kelompok yang memiliki karakteristik
berbeda satu sama lain, misalnya kelompok umur, kelompok pendidikan dan
sebagainya. Ukuran relatif setiap kelompok diketahui dalam populasi.
Dalam situasi seperti itu maka satu satunya cara agar sample yang didapat memiliki
karakteristik mendekati populasi adalah dengan melakukan Stratified Sampling. Dalam
stratified sampling, sampel dipilih dengan stratifikasi yang sesuai dengan stratifikasi
yang ada pada populasi. Kemudian dilakukan proses pemilihan sampel secara random
pada masing masing stratifikasi sehingga diperoleh sample dengan proporsi yang sama
dengan stratifikasi populasi. Hal itu dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Dapatkan karakteristik kelompok dalam populasi, misalnya sebagai berikut:
No Usia %
1 < 20 30%
2 21 ‐ 26 20%
3 27 ‐ 32 15%
4 33 ‐ 38 12%
5 39 ‐ 44 10%
6 45 ‐ 50 8%
7 >50 5%
2. Berikan nomor pada sampling fame pada masing masing kelompok.
3. Tentukan besarnya sampel, misalnya 200
4. Pilih secara random sampel dengan proporsi seperti pada populasi sehingga
menghasilkan jumlah sbb
No Usia Jumlah
1 < 20 60
2 21 ‐ 26 40
3 27 ‐ 32 30
4 33 ‐ 38 24
5 39 ‐ 44 20
6 45 ‐ 50 16
7 >50 10
BESAR SAMPEL
Untuk memperoeh jumalh sampel yang tidak bias dibutuhkan Presisi, dan Keyakna
(Confident) . Presisi (e) menunjukkan seberapa dekat perkiraan yang dilakukan
mendekati karakteristik populasi. Misalnya dari sebuah sampel random terbatas
diperoleh nilai rata rata penghasilan responden adalah 5.000.000 ( X = 5.000.000) dan
standar deviasi sampel s sebesar 3.200.000. Dengan presisi ( e ) sebesar 10% ( +/-
500.000) maka estimasi rata rata populasi () adalah 5.000.000 +/- 500.000.
Rumus Slovin
Jika Populasi (N) terbatas dan diketahui, maka Rumus Slovin (Slovin dalam Sevilla,
Consuelo G.et.al (2007), Research Methods, Rex Printing Company Quezon City) dapat
digunakan untuk menghitung besarnya n yang dibutuhkan sebagai sampel dari populasi.
N n = ------------- 1 + N(e)2
Misalkan N = 10.000 dan edalam persen adalah 10% maka N = 10.000/ 1+10.000 x 10%2
= 10.000/101
= 99
Rumus Data Kontinyu Cochran
Jika populasi merupakan data yang kontinue maka rumus Cochran (Cochran, William G
(1953), Sampling Techniques, John Willey & Son, Inc, London)
(Zx s
n = ------------------------
e2
Misalkan maka Z adalah 1,96 sedangkan s dari penelitian pilot ditemukan
sebesar 3200 dengan e dalam value sebesar 500 maka:
N = (1,962 x 32002) / 5002
= 157
Rumus Hair et.al
Rumus Hair berlaku bila metode analisis yang digunakan adalah SEM (Structural
Equation Modelling).
N = 5 x variabel penelitian
PERTEMUAN 9 DESAIN EKSPERIMENTAL Metode Survey dengan teknik pengolahan data regresi/korelasi menghasilkan sebuah
penelitian yang bersifat deskriptif yang bersifat asosiatif. Hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen bukanlah hubungan sebab akibat. Kejelasan
hubungan asosiatif antar variabel dalam penelitian seperti itu dijelaskan oleh teori yang
mendasari hubungan hubungan yang terjadi antar variabel variabel tersebut. Hal ini di
sebabkan karena:
1. Di lapangan, tidak ada kepastian bahwa variabel independen terjadi sebelum
variabel dependen. Padahal untuk mengatakan sebuah variabel timbul
disebabkan oleh variabel lain, di syaratkan bahwa variabel penyebab muncul
sebelum variabel yang disebabkan. Dalam penelitian survey, kedua variabel
dependen dan independen bisa saja muncul bersamaan, bahkan sangat
mungkin variabel dependen muncul sebelum munculnya variabel independen.
Oleh sebab itu peneliti hanya bisa mengukur derajad asosiatif keduanya, dan
tidak bisa mengatakan bahwa hubungan yang terjadi adalah hubungan kausal.
2. Variabel independen harus bersifat covary, dalam hal ini, jika nilai sebuah
variabel meningkat maka variabel lainnya harus naik (turun). Dalam penelitian
survey, pengukuran atas nilai variabel-variabel yang disurvey tidak selalu harus
bersifat covary
3. Tidak boleh ada variabel variabel di luar variabel dependen dan independen
yang berpotensi mempengaruhi hubungan keduanya. Dengan kata lain, variabel
di luar variabel dependen dan indepennden harus diisolasi keberadaannya. Hal
semacam ini tidak mungkin terjadi dalam sebuah penelitian survey. Berbagai
variabel keberadaannya bisa muncul dan saling berinteraksi tanpa bisa diisolasi.
SETTING PENELITIAN LABORATORIUM
Untuk menghasilkan hubungan yang pasti bersifat sebab akibat dari dua variabel, maka
pengaruh variabel lain di luar kedua variabel tersebut harus diisolasi. Sehingga ketika
nilai dependen variabel naik (turun) maka hal itu benar benar di sebabkan karena
naiknya nilai variabel independen, bukan karena adana kovariasi dengan variabel lain.
Dengan kata lain, keberadaan variabel variabel di luar variabel independen dan
dependen harus dikontrol.
Dalam situasi terkontrol tersebut kemudian nilai variabel independen dimanipulasikan
untuk melihat sebesar apa perubahan yang terjadi pada variabel dependen.
Setting penelitian dimana peneliti mampu melakukan kontrol atas variabel, dan
memanipulasikan nilainya, disebut sebagai setting eksperimen laboratorium.
PENGENDALIAN (KONTROL) VARIABEL EKSOGEN
Variabel eksogen adalah variabel di luar variabel independen dan variabel dependen
yang berpotensi mempengaruhi hubungan keduanya. Misalnya seorang peneliti memilih
responden untuk mengukur pengaruh persepsi terhadap iklan pada keinginan membeli.
Maka jika tidak dilakukan pengendalian atas responden, bisa terjadi perbedaan intensi
membeli tidak saja disebabkan oleh persepsi responden terhadap iklan, namun juga
karena jenis kelaminnya atau tingkat pendidikannya.
Matching Group
Adalah proses menyamakan Control Group dan Experimen Group dari sisi
karakteristiknya. Misalnya ada 10 wanita dalam 60 responden yang akan dibagi kedalam
5 kelompok maka masing masing kelompok akan memperoleh 2 orang wanita sehingga
variasi jawaban antar kelmpok tidak disebabkan adanya bias gender. Begitu juga hal
lainnya seperti usia, pekerjaan, pendidikan, dan lain lain.
Randomization
Adalah proses untuk membagi anggota sampel ke dalam 5 kelompok secara random.
Dengan melakukan randomisasi diharapkan bahwa variasi jawaban antar kelompok
bukan disebabkan oleh adanya bias variabel pengganggu.
VALIDITAS INTERNAL DAN EKSTERNAL
Eksperimen memiliki validitas internal yang tinggi karena naik turunnya variabel
independen benar benar menyebabkan naik turunnya nilai variabel dependen dengan
melakukan proses pengendalian variabel pengganggu.
Namun karena eksperimen dilakukan di dalam laboratorium maka temuan yang
diperoleh khas sebagai fenomena di laboratorium, sehingga sangat sukar melakukan
generalisasi dengan desain eksperimen.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VALIDITAS INTERNAL
History Effect
Adalah sebuah peristiwa yang terjadi ketika berlangsungnya sebuah eksperimen yang
bisa menyebabkan hubungan variabel independen – variabel dependen berubah
sehingga mempengaruhi validitas internal eksperimen yang dilakukan. Misalnya,
seorang peneliti akan mengukur apakah perbedaan kuat cahaya menyebabkan
perbedaan produktifitas dalam sebuah eksperimen selama 3 jam. Ketika eksperimen
berlangsung, tiba tiba terdengar musik yang menggelorakan semangat para pekerja.
Suara musik ini menyebabkan history efect dalam eksperimen tersebut.
Maturation Effect
Adalah efek biologis dan psiologis yang terjadi selama eksperimen, yang ikut
mempengaruhi hubungan variabel independen – variabel dependen. Misalnya
kelelahan, lapar, ngantuk, rasa bosan dll.
Testing Effect
Dalam eksperimen dilakukan pretest dan post test, setelah responden diekspose dngan
variabel independen. Perbedan nilai pretest dan post test adalah perbedaan yang
disebabkan oleh keberadaan variabel independen. Namun adanya prestest, bisa saja
menyebabkan jawaban responden pada post test terpengaruh.
Instrumentation Effects
Timbul bila ada perubahan dalam instrumen eksperimen yang digunakan, baik
pertanyaan, skala, simulasi, dan lain lain ketika dilakukan pretest dengan post test.
Selection Bias Effects
Terjadi jika karakteristik responden yang terdapat pada kelompok eksperimental berbeda
dengan yang terdapat pada kelompok pengendali.
Statistical Regression
Orang orang yang cenderung memiliki skor variabel dependen rendah pada pre test
umumnya akan memiliki skor post test yang tinggi. Demikian sebaliknya, mereka yang
cenderung memperoleh skor pre test tinggi akan memperoleh skor post test yang lebih
rendah.
Mortality
Adalah perbedaan skor pre dan post test akibat adanya anggota kelompok eksperimen
atau pengendali yang tidak terus ikut dalam eksperimen.
DESAIN EKSPERIMEN
Pretest-Post Test Wihout Control Group Pre test Treatment (variabel independen) Post test
X1 0 X2
Ho: X1 = X2
H1: X1 = X2
Post Test Only With Experiment Group
Group Treatment Post Test
Experiment 0 X2.1
Control X2.2
Ho : X2.1 = X 2.2
H1: X2.1 = X2.2
Pre Test and Post Test With Control Group
Group Pretest Treatment Post Test
Experiment X1.1 0 X2.1
Control X1.2 X2.2
Ho.1 : X1.1 = X2.1 Test Efek treatmen * efek pengganggu
H1.1 : X1.1 = X2.1
Ho.2 : X1.2 = X2.2 Test efek variabel pengganggu
H1.2 : X1.2 = X2.2
Ho.3 : X2.1 = X2.2 Test Efek Treatmen
H1.3 : X2.1 = X2.2
Solomon 4 Groups Design
Group Pretest Treatmen Posttest
Experimen X1.1 0 X2.1
Conrol X1.2 X2.2
Experimen X1.3 0 X2.3
Control X2.4
Tugas: Buat desain H0 dan H1 nya
PERTEMUAN 10 CLEANING DATA STATISTICS Data Editing Data yang berasal dari responden sebaiknya di periksa pada hari dimana kuesioner
diterima oleh peneliti, baik oleh peneliti sendiri atau oleh orang kepercayaannya.
Pemeriksaan dilakukan terhadap adanya pertanyaan yang tidak terjawab, atau jawaban
yang tidak konsisten. Dalam hal jawaban pertanyaan hanya diketahui oleh responden
maka hal itu harus ditanyakan ulang pada responden bersangkutan. Untuk kasus
keosongan jawaban yang bisa di lacak oleh peneliti/pengumpul data, maka kekosongan
itu bisa di isi sendiri. Misalnya respondn tidak mengisi kolom Status Pernikahan. Namun
dalam pertanyaan “usia pernikahan” dia mengisi 12 tahun, maka peneliti bisa langsung
mengisi kolom status pernikahannya dengan “kawin”.
Ketidak konsistenan jawaban harus ditanyakan ulang. Misalnya responden menjawab
tidak bekerja dalam kolom pekerjaan. Namun dalam kolom penghasilan dia menjawab
3-5juta/bulan. Ini tentu aneh dan tidak bisa diselesaikan oleh peneliti tanpa
mengkonfirmasi ulang pada responden.
Jawaban Kosong
Ada kalanya responden tidak mengisi pertanyaan pertanyaan tertentu karena alasan
pribadi. Jika jumlah pertanyaan yang tidak dijawab sangat banyak, hingga mencapai
25% dari pertanyaan maka mungkin lebih baik data responden tersebut dibuang saja
dalam tahap analisis. Namun bila hanya satu atau dua pertanyaan yang tidak dijawab
dan tidak ada waktu lagi untuk melakukan konfirmasi ulang, maka peneliti bisa
melakukan manipulasi yang sah untuk mengisi jawaban kosong tersebut. Cara pertama
adalah dengan mengisi jawaban kosong tersebut pada skala tengah yang digunakan
kuesioner. Cara kedua adalah mengisi jawaban tersebut menggunakan angka rata rata
dari seluruh jawaban responden untuk nomor pertanyaan tersebut. Dengan cara ini
SPSS tetap dapat memproses data responden tersebut tanpa mempengaruhi nilai
keseluruhan data responden.
Coding
SPSS hanya memproses angka. Oleh karena itu yakinkan bahwa kuesioner telah
mengandung angka, baik untuk nomor pertanyaan (variabel) maupun response pada
pertanyaan.
1. Usia
a. Di bawah 25
b. 25-35
c. 36-45
d. 46-55
e. Di atas 55
Adalah cara yang tidak benar dalam menyusun kuesioner. Jika proses pengolahan data
menggunakan coding sheet maka jawaban2 responden di atas dikoding ulang dengan
angka 1-5 untuk masing-masing response responden. Jika tidak dikehendaki untuk
memproses data menggunakan coding sheet maka kuesioner seharusnya dibuat secara
precoded sebagai berikut:
1. Usia
1. Dibawah 25
2. 25-35
3. 36-45
4. 46-55
5. Di atas 55
Nomor pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya langsung menjadi nomor variabel. Dalam
contoh di atas, variabel 1 adalah usia. Dilanjutkan pertanyaan berikutnya, nomor 2
adalah Pekerjaan….menjadi variabel 2.
Bila pertanyaan selanjutnya merupakan operasionalisasi sebuah konsep misalnya
pertanyaan 7 adalah Gaya Leadership yang dioperasionalkan sebagai (a) cara atasan
melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan (b) Cara atasan dalam
mengarahkan pekerjaan anak buah dan (c) Cara atasan dalam mengendalikan
pekerjaan anak buah, maka sebaiknya indikator indikator jawaban (a-c) di koding
berdasarkan vatriabel Latentnya, dalam hal ini Leadership, sebagai berikut:
V7Leaders : Variabel 7 Leadership V7.1GayDM : Variabel 7.1 Cara atasan melibatkan bawahan dalam Decision Making V7.2GayDir : variabel 7.2 Cara Direction V7.3GayContr: Variabel 7.3 Cara Controlling Hal ini akan memudahkan peneliti dalam memanipulasi variabel variabel penelitian pada
tahap analisis data.
Goodness Data Testing
Reliability
Reliability diukur dengan angka Cronbach Alpha, yang menunjukkan seberapa besar
indikator indikator dalam satu variabel latent saling berhubungan secara positip.
Semakin besar angka cronbach alpha menunjukkan konsistensi jawaban responden.
Validity
Validitas adalah persoalan apakah indikator yang digunakan mengukur konsep yang
akan diukur. Bila indeikator tertentu gagal mengukur konsep yang akan diukur maka
seharusnya indikator tersebut dibuang dari analisis.
Seperti telah dijelaskan dalam pertemuan sebelumnya, validitas yang akan diukur
adalah validitas convergent dan validitas discriminant.
Kedua validitas ini diukur dengan menggunakan Analisis Faktor, yaitu dengan melihat
nilai Rotated Loading Factor indikator indikator terhadap Variabel Latent nya.
Rotated Factor Matrixa
Factor
1 2
Produk1 -.046 .587
Produk2 .063 .858
Produk3 .119 .870
Produk5 .147 .582
Produk6 .158 .467
Harga1 .690 .090
Harga2 .424 .110
Harga3 .872 .143
Harga4 .870 .243
Harga5 .569 -.049
Harga6 .287 .331
Dari hasil analisi faktor atas konsep Produk dan Harga di atas, maka indikator Produk 6
bukanlah indikator dari variabel Latent Produk, karena Loading Factornya secara
convergen tidak berkorelasi dengan Konsep 2 (Produk). Secara discriminant, seluruh
indikator produk tidak berkorelasi dengan Konsep 1 (Harga). Sementara, indikator Harga
2, Harga dan Harga 6, secara convergen bukan merupakan indikator bagi Konsep 1
(Harga). Secara discriminant seluruh indikator harga tidak berhubungan dengan konsep
2 (produk).
Hipotesis Statistik
Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah pengujian hipotesis penelitian melalui analisis
data statistik penelitian. Namun hipotesis penelitian secara teknis tidak bisa diuji, karena
analisis data statistik menghasilkan tingkat signifikansi atas parameter-parameter
tertentu, sedangkan hipotesis penelitian tidak mengandung parameter parameter yang
dihasilkan analisis statistik. Oleh karena itu hipotesis penelitian harus diubah menjadi
hipotesis statistik agar bisa diuji dengan sejumlah data penelitian.
Pengujian beda dua rata rata
Perbedaan dua kelompok bisa diuji melalui beda rerata kelompok tersebut. Hal ini
disebabkan karena rerata sebuah kelompok merupakan representasi kelompok tersebut.
Dalam pengujian beda dua rerata, yang diuji adalah parameter atau statistik x.
Ho : H1 : Secara teknis, uji beda dua rerata juga bisa digunakan untuk pengujian hubungan
preferensi antar dua kelompok. Misalkan hipotesis penelitiannya dirumuskan sebagai:
“Adanya hubungan antara tingkat preferensi atas produk motor bebek dengan jenis
kelamin khalayak pemirsa iklan”
Maka hipotesis penelitian seperti itu bisa diubah menjadi hipotesis statistik uji beda dua
rerata sebagai berikut:
Ho : H1 : Dimana adalah rerata nilai preferensi kelompok lelaki terhadap motor bebek
sedangkan adalah rerata nilai preferensi kelompok wanita. Jika dalam analisis
dihasilkan penolakan terhadap Ho maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
nilai preferensi atas motor bebek dengan jenis kelamin pemirsa iklan.
Pengujian beda beberapa kelompok (ANOVA)
Mirip dengan pengujian beda rerata dua kelompok, adalah pengujian beda beberapa
kelompok. Namun dalam hal ini yang diuji bukanlah beda rerata antar kelompok,
melainkan perbedaan varians antar kelompok.
Varians per definisi adalah sebaran variasi nilai nilai pada suatu kelompok terhadap
reratanya. Dua kelompok yang memiliki varians sama, merupakan dua kelompok yang
memiliki distribusi nilai x yang sama, oleh karena itu dapat dikatakan merupakan dua
kelompok yang tidak berbeda. Oleh karena itu dengan menguji perbedaan varians
berbagai kelompok, dapat diuji ada tidaknya beda kelompok kelompok tersebut.
Ho :
H1 :
Pengujian hubungan variabel independen dengan variabel dependen
Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dapat dinyatakan
sebagai pengujian koefisien pada persamaan regresi yang menyatakan hubungan
atas variabel-variabel tersebut. Oleh karena itu, pengujian hipotesis :
“ Semakin tinggi nilai motivasi suatu kelompok akan semakin tinggi pula nilai kepuasan
kerja kelompok tersebut”
Atau:
“Ada hubungan antara skor motivasi suatu kelompok dengan skor kepuasan kerjanya”
Dapat dirumuskan dengan hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho : H1 : Dimana adalah koefisien hubungan variabel bebas pertama (motivasi) terhadap
variabel tidak bebas (kepuasan kerja).
Pengujian hubungan beberapa variabel bebas terhadap variabel tidak bebas
Hubungan berbagai variabel tidak bebas terhadap variabel bebas dinyatakan sebagai
koefisien korelasi r2. Oleh karena itu hipotesis penelitian:
“Ada hubungan antara skor motivasi dan skor perhatian pimpinan secara bersama sama
terhadap skor skor kepuasan kerja suatu kelompok”
Dapat dirumuskan dengan hipotesis statistik berikut:
Ho : r2 = 0
H1 : r2 = 0
Pengujian hubungan variabel nominal
Kadang peneliti menggunakan variabel nominal, seperti laki-laki dan wanita. Suka dan
tidak suka. Pengujian hubungan dua variabel nominal seperti itu menggunakan uji Chi
Square (). Hipotesis penelitian:
“Ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi suka-tidak suka terhadap produk
pembersih XX”
Bisa dirumuskan sebagai hipotesis statistik berikut:
Ho : H1 : Sedangkan tingkat keeratan hubungan variabel variabel nominal tersebut dapat diuji
dengan pengujian statistik Cochran Q dan Fisher.
PERTEMUAN 11 REGRESI DAN KORELASI Korelasi adalah tingkat keeratan hubungan antar dua variabel, tanpa melihat arah
hubungannya. Nilai koefisien korelasi bisa diperoleh dari analisis korelasi, dan bisa juga
diperoleh melalui analisis regresi.
Analisis korelasi dilakukan untuk menganalisis hubungan 1-1 antar dua variabel interval
seperti yang bisa diikuti pada tabel 10.1
Tabel 10.1
Correlations
Produk1 Produk2 Produk3 Harga1 Harga2 Harga3
Produk1 Pearson Correlation 1 .495** .483** .031 .276** -.005
Sig. (2-tailed) .000 .000 .751 .004 .961
Produk2
Pearson Correlation .495** 1 .764** .119 .087 .186
Sig. (2-tailed) .000 .000 .219 .368 .053
Produk3 Pearson Correlation .483** .764** 1 .162 .124 .230*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .093 .199 .016
Harga1 Pearson Correlation .031 .119 .162 1 .283** .614**
Sig. (2-tailed) .751 .219 .093 .003 .000
Harga2 Pearson Correlation .276** .087 .124 .283** 1 .344**
Sig. (2-tailed) .004 .368 .199 .003 .000
Harga3
Pearson Correlation -.005 .186 .230* .614** .344** 1
Sig. (2-tailed) .961 .053 .016 .000 .000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Nilai signifikansi merupakan probailita penolakan Ho yang apabila nilainya lebih kecil
dari kesalahan maka Ho korelasi sebesar nol seharusnya ditolak.
Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan software SPSS sebagai beikut:
Analisis Regresi
Analisis regresi merupakan teknik analisis multivariat bila variabel bebas dan tidak
bebas merupakan variabel interval. Tujuannya adalah untuk melihat ada tidaknya
hubungan antar masing masing variabel bebas dengan tidak bebas baik secara sendiri
sendiri maupun secara bersama sama. Persamaan regresi yang menyatakan hubungan
antara variabel Motivasi dan Perhatian Pimpinan terhadap Kepuasan Kerja dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Kepu = MotPerhat
Dimana Kepu adalah variabel tidak bebas kepuasan kerja, Mot adalah Motivasi
Pegawai, dan Perhat adalah variebl persepsi pegawai atas perhatian yang diberikan
atasan.
Tugas: Buatlah hipotesis statistik pengujian hubungan variabel2 bebas dengan tidak
bebas, baik secara sendiri sendiri maupun secara bersama sama.
Hasil Analisis Regresi Model di atas adalah sebagai berikut:
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .467a .218 .136 .857
a. Predictors: (Constant), Perhat, Mot
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 2.224 .923 2.409 .026
Mot .408 .195 .424 2.087 .051
Perhat -.188 .218 -.175 -.860 .401
a. Dependent Variable: Kepu
Tugas: Diskusikan tabel di atas, dan berdasarkan tabel diatas buatlah persamaan
regresinya dan jelaskan apakah kesimpulan hipotesis yang anda buat apakah menolak
Ho atau menerima Ho?
PERTEMUAN 12 DISKRIMINAN DAN ANOVA Diskriminan Adalah analisis multivariat ketika variabel terikat adalah variabel nominal dan variabel
bebas adalah variabel interval. Misalnya Variabel terikatnya adalah kecenderungan
responden untuk berkunjung atau tidak berkunjung ke Lombok. Sedangkan variabel
bebasnya adalah: (1) Besarnya income (2) Ketertarikan pada Lombok (3) Usia (4) Usia
pernikahan. Berkunjung/tidak berkunjung adalah variabel nominal. Besarnya income
adalah variabel rasio, ketertarikan pada lombok adalah variabel interval, Usia dan usia
pernikahan adalah variabel rasio.
Berkunjung/Tidak = f (Income, ketertarikan, Usia, Usia pernikahan)
Nominal Interval/Rasio
Syarat Analisis Diskriminan
Ada dua syarat analisis diskriminan: (1) Varians/covarians pada kelompok yang
diprediksi adalah sama (2) Tidak boleh ada multicolinearity pada variabel variabel
bebas.
Untuk menguji yang pertama, dilakukan uji Box M Equality Covarians.
Ho : Covariansi = covariansj = covariansn
H1 : Covariansi = covariansj = covariansn
Hasil pengolahan data menggunakan SPSS adalah sebagai berikut:
Test Results
Box's M 13.775
F
Approx. 2.027
df1 6
df2 5680.302
Sig. .059
Dengan hasil signifikansi sebesar 0,059 yang lebih besar dari nilai /2 sebesar 0,025
berarti Ho diterima dan equality of varians diantara dua kelompok terbukti. Artinya
analisis diskriminan bisa dilanjutkan.
Pengujian kedua adalah multicollinearity. Pengolahan SPSS atas data responden
menunjukkan bahwa secara statistik terdapat multicollinearity. Namun hal itu adalah
kebetulan yang timbul karena adanya korelasi data belaka; Income, usia dan
ketertarikan untuk berkunjung ke Lombok secara natural adalah variabel variabel yang
berbeda.
Correlations
Income Ketertarikan Usia
Income Pearson Correlation 1 .676 -.735
Ketertarikan Pearson Correlation .676 1 -.663
Usia Pearson Correlation -.735 -.663 1
Determinating variables test
Apakah ketiga variabel bebas benar benar bisa menjadi prediktor pembedaan antara
kelompok yang Akan berkunjung dan tidak akan berkunjng ke Lombok? Level of
signifikansi dari Wilks Lambda dari seluruh variabel bebas sebesar nol ( 0 )
menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas merupakan pembeda bagi dua kelompok.
Tests of Equality of Group Means
Wilks' Lambda F df1 df2 Sig.
Income .294 67.291 1 28 .000
Ketertarikan .293 67.460 1 28 .000
Usia .243 87.083 1 28 .000
Dari segi variabel mana yang paling berpengaruh dalam membedakan kedua kelompok,
angka koefisien diskriminan yang terstandar menunjukkan bahwa Ketertarikan Pada
Lombok dan Income berturut turut merupakan variabel pembeda dua kelompok
sedangkan Usia memiliki korelasi negatif terhadap keinginan berkunjung ke Lombok.
Standardized Canonical
Discriminant Function
Coefficients
Function
1
Income .544
Ketertarikan .722
Usia -.723
Fungsi Diskriminan
Fungsi Diskriminan mirip dengan fungsi regresi, menunjukkan hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat, Hanya saja, dalam fungsi diskriminan variabel terikatnya
berupa variabel nominal.
Fungsi diskriminan disusun berdasarkan koefisien kanonikal diskriminan yang tidak
terstandar, di bawah ini.
Canonical Discriminant
Function Coefficients
Function
1
Income .418
Ketertarikan .984
Usia -.151
(Constant) .523 Unstandardized coefficients
Dari tabel tersebut fungsi diskriminan yang dapat disusun adalah:
Kecenderungan berkunjung = 0,523 + 0,418 Income + 0,984 Ketertarikan – 0,151 Usia
Superioritas Fungsi
Superioritas fungsi menunjukkan seberapa baik fungsi diskriminan memprediksi
pemisahan dua kelompok. Pengujian dilakukan dengan koefisien korelasi kanonik dan
pengujian koefisien Kai Kuadrat.
Eigenvalues
Function Eigenvalue % of Variance Cumulative % Canonical
Correlation
1 10.486a 100.0 100.0 .955
a. First 1 canonical discriminant functions were used in the analysis.
Wilks' Lambda
Test of Function(s) Wilks' Lambda Chi-square df Sig.
1 .087 64.689 3 .000
Angka korelasi kanonik sebesar 0,955 dan signifikansi Kai Kuadrat sebesar 0,000 yang
jauh lebih kecil daripada kesalahan alpha sebesar 0,025 menunjukkan bahwa fungsi
diskriminan yang digunakan mampu melakukan pemisahan dua kelompok.
Group Centroid
Group centroid merupakan nilai titik tengah dari masing masing nilai diskriminan kedua
kelompok.
Functions at Group Centroids
Kecenderungan Function
1
Tidak Berkunjung -3.128
Berkunjung 3.128
Unstandardized canonical
discriminant functions evaluated
at group means
Nilai diskriminan responden yang mendekati angka 3,128 adalah mereka yang memiliki
kecenderungan untuk berwisata ke Lombok sementara responden dengan nilai
diskriminan mendekati -3,128 adalah mereka yang tidak memiliki kecenderungan
berkunjung ke lombok. Untuk menentukan batas nilai (discriminant value cut off) dapat
dihitung dengan rumus berikut:
CO = n1GC1 + n2GC2/ (n1+n2)
Dimana CO adalah Cut Off Point, GC adalah Group Centroid.
Perhitungan atas GC masing masing terhadap Cut Off adalah sebagai berikut:
CO = 15 x 3,128 + 15 x -3,128/ 30
= 0
Nilai GC dan CO dapat dipetakan sebagai berikut
Tidak cenderung Cenderung
-3,128 ----------------------0------------------------3,128
Prediksi Kecendrungan Responden
Fungsi Diskriminan dan Nilai GC dapat digunakan untuk menggolongkan dimana
kecenderungan seorang responden untuk berkunjung ke Lombok. Katakanlah seorang
responden dengan usia 35 tahun, pendapatan perbulan sebesar 7,5 juta dan nilai
ketertarikan terhadap lombok sebesar 3, apakah dia memiliki kecenderungan
berkunjung ke lombok atau tidak?
1. Hitung nilai diskriminan responden
D = 0,523 + 0,418 Income + 0,984 Ketertarikan – 0,151 Usia
= 0,523 + 0,418 x 7,5 + 0,984 x 3 – 0,151 x 35
= 1,325
2. Petakan dalam garis GC
Nilai 0,325 adalah nilai di sebelah kanan titik nol, berarti responden tersebut
berada dalam kelompok orang yang memiliki kecenderungan berkunjung ke
Lombok.
Tidak cenderung Cenderung
-3,128 ----------------------0— 0,325------------------3,128
ANALISYS OF VARIANS (ANOVA)
ANOVA adalah salah satu teknik analisis data multivariat dimana variabel independen
bersifat nominal dan variabel dependen bersifat interval/rasio. Misalnya penelitian yang
dilakukan untuk melihat persepsi turis terhadap 4 destinasi pariwisata. Penelitian
tersebut tepat dianalisis menggunakan ANOVA dengan variabel independen destinasi
wisata dan variabel dependen persepsi turis. Teknik ANOVA juga bisa dilakukan untuk
mencari hubungan antara variabel independen nominal dengan variabel dependen
interval/rasio Misalnya dalam kasus ingin mengetahui adanya hubungan antara jenis
kelamin dengan intensi membeli sebuah produk. Kegunaan lain dari ANOVA adalah
untuk melakukan pengujian terhadap adanya perbedaan antara kelompok pengendali
(control group) yang tidak memperoleh treatment variable dengan kelompok eksperimen
yang memperoleh treatment variables.
Y = + X
Interval Nominal
ANOVA dalam pengujian hubungan
Hipotesis penelitian : “ Ada hubungan antara attitude terhadap produk X dengan jenis
kelamin konsumen”
Dalam hipotesis tersebut di atas, variabel independen Jenis Kelamin merupakan
variabel nominal dengan nilai (1) adalah laki-laki dan (2) adalah wanita. Dengan
demikian, persoalan ini adalah persoalan pengujian perbedaan attitude antara kelompok
laki-laki dan kelompok wanita. Oleh karena itu maka hipotesis statistik dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Ho :
H1 :
Hasil analisis atas data untuk menguji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
Dengan signifikansi sebesar 0,02 yang lebih kecil daripada kesalahan sebesar 0,025
maka Ho ditolak dan H1 diterima. Berarti terbukti ada hubungan antara jenis kelamin
konsumen dengan attitudenya.
ANOVA dalam experimen
Salah satu tahap dalam eksperimen adalah menguji adanya perbedaan skor antara
kelompok eksperimen dengan kelompok pengendali untuk membuktikan bahwa
treatment variables memang bermanfaat untuk memanipulasi attitude responden.
Misalnya dua kelompok eksperimen diberi treatment variabel diskon (kelompok 1) dan
hadiah (kelompok 2). Lantas diukur intensi membelinya terhadap produk.
Ho :
H1 :
Hasil analisis datanya dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut:
Dengan signifikansi 0,212 yang lebih besar dari kesalahan sebesar 0,025 berarti Ho
diterima. Artinya rata-rata attitude untuk membeli ketiga kelompok tidak berbeda. Ini
berarti bahwa program diskon 20% dan pemberian bonus pada konsumen tidak bisa
mengubah attitude konsumen untuk membeli produk
PERTEMUAN 13 ANALISIS VARIABEL INTERVENING DAN VARIABEL MODERATING
Dalam pertemuan 2 telah dibahas mengenai Variabel intervening dan variabel
moderating. Analisis tersebut dilakukan dengan SPSS melalui proses manipulasi
statistik. Berikut ini akan dijelaskan teknik manipulasinya.
Analisis Variabel Moderating
Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui apakah hubungan antara Kinerja dengan
Tingkat Teknologi yang digunakan dapat diperkuat/diperlemah dengan variabel Tingkat
Biaya operasi yang dialokasikan. Persoalan tersebut dapat digambarkan dalam diagram
hubungan sebagai berikut:
Secara Statistik hubungan tersebut dapat dirumuskan dalam dua persamaan berikut:
1. KINERJA = + TEKNOLOGI
2. KINERJA = + TEKNOLOGI + TEKN*BIAYA
Persamaan 1 digunakan untuk melihat hubungan awal antara kinerja dengan tingkat
teknologi yang digunakan, sedangkan persamaan 2 digunakan untuk melihat apakah
terdapat perubahan hubungan antara keduanya, jika diperkenalkan variabel tingkat
biaya operasional sebagai variabel moderating.
Pengaruh variabel moderating Biaya berinteraksi dengan Teknologi merupakan
perkalian dari nilai kedua variabel tersebut.
Untuk menguji hal tersebut dibutuhkan 3 syarat:
1. Hubungan pada persamaan 1 signifikan
2. Hubungan pada persamaan 2 signifikan
3. Variabel moderating mengubah hubungan variabel independen dan dependen
Hipotesis Statistik 1
Ho.1 :
H1.1 :
Hasil Pengolahan persamaan 1 sebagai berikut:
Dengan tingkat signifikansi 0,000 maka Ho ditolak. Berarti ada hubungan antara Kinerja
dengan tingkat teknologi dengan sebesar 0,628
Hipotesis Persamaan 2
Ho.2 :
H1.2 :
Ho.3 :
H1.3 :
Dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 maka Ho.2 ditolak, namun Ho.3 diterima
karena tingkat signifikansinya 0,809, lebih besar daripada tingkat kesalahan sebesar
0,025. Dari sini sudah terlihat bahwa vaiabel moderasi tidak signifikan pengaruhnya.
Namun karena nilainya berubah dari 0,628 menjadi dengan nilai sebesar 0,643
maka kita uji perubahan tersebut dengan Ho.4 sebagai berikut:
Ho.4 :
H1.4 :
Untuk menguji hipotesis 4 harus dilakukan secara manual, karena SPSS tidak
mengeluarkan uji parameternya sebagai berikut:
t = (/ V (s22/n1 + s1
2/n2)
= (0,643-0,628) / V (0,091/60 + 0,065/60)
= 0,29
Nilai t tabel untuk alpha 0,05 pengujian 2 arah adalah 1,645. Karena nilai t hitung< t
tabel maka kta terima Ho bahwa . Hal ini berarti bahwa variabel moderasi tidak
mengubah hubungan variabel bebas dan terikat, karena selain koefisiennya tidak
signifikan, secara statistik juga tidak mengubah parameter dari persamaan regeresi.
Analisis Variabel intervening
Variabel intervening adalah variabel yang menjelaskan mengapa variabel independen
berhubungan dengan variabel dependen.
Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui apakah Wealth menjelaskan hubungan
antara Earning dan Income.
Hubungan ketiga variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Secara statistik hubungan ketiga variabel dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Income = + Earns + Wealth
2. Wealth = + Earns
Syarat Variabel intervening:
1. Semua parameter signifikan
2. Nilai Hubungan tidak langsung minimal 60% dari Hubungan Langsung. Kurang
dari itu berarti hanya partially intervening.
Tugas: Rumuskan Ho dsan H1 yang diperlukan
Hasil Perhitungan persamaan 1 adalah sebagai berikut:
Kedua variabel bebas secara signifkan berhubungan dengan variabel terikat.
Hubungan langsung antara Income dengan Earns adalah 0,764
Hubungan langsung antara Wealth dengan Income adalah 0. 195
Hasil perhitungan persamaan 2 adalah sebagai berikut:
Hubungan antara variabel Wealth dengan Earns adalah signifikan.
Nilai hubungan Wealth dengan Earns adalah : 0,625
Sehingga nilai hubungan ketiganya adalah sebagaimana tergambar dalam gambar
berikut:
Hubungan tak langsung Earns dan Income melalui Wealth = 0,625 * 0,195 = 0, 0122
Hubungan Langsung Earns dan Income = 0,764
Besarnya hubungan tidak langsung 0,0122/0,764 = 1,59%. Berarti Wealth adalah
partially intervening variable.
Bagaimana signifikansi hubungan tidak langsung sebesar 0,0122 itu? Untuk menjawab
dapat dilakukan uji Z dengan formula Sobel sebagai berikut:
Z sobel = (p2 x p3) / V ( p22 x SEp3
2) + ( p32 x SEp2
2)
= 0,0122 / V (0,6252 x 0,0192) + (0,1952 x 0,2582)
= 0,0122/0,0144
= 0,846
Nilai Z 0,846 lebih kecil daripada nilai Z tabel sebesar 1,65 berarti hubungan tidak
langsung Income dengan Earns melalui Wealth tidak signifikan.
PERTEMUAN 14 STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) Analisis regresi dapat menguji hubungan antar berbagai variabel independen dengan
variabel dependen. Namun apabila berbagai variabel independen saling berhubungan
dengan satu atau lebih variabel dependen sehingga membentuk sebuah path,
menggunakan analisi regresi akan menjadi rumit karena membutuhkan penjabaran ke
dalam beberapa persamaan regresi.
Contohnya adalah sebagai berikut:
Apabila menggunakan persamaan regresi akan dibutuhkan penjabaran ke dalam 2
persamaan regresi:
1. Loyalitas = + Servq + Price
2. Kepuasan = + Servq
Dengan SEM maka kerumitan tersebut dapat dihindari.
Langkah Analisis SEM
1. Menguji Goodness of fit model
2. Uji validitas dan reliabilitas
3. Respesifikasi model
4. Pengujian Struktural
Uji Goodness of Fit
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah data yang digunakan fit dengan
persamaan SEM yang digunakan. Untuk itu dilakukan pengujian terhadap sejumlah
parameter, diantaranya: Kai Kuadrat, RMSEA, ECVI, AIC, NFI, NNFI dan lain lain.
Bisa dilihat bahwa dari seluruh indikator, data yang digunakan cukup Fit dengan
persamaan SEM yang digunakan.
Uji validitas dan reliabilitas
Uji validitas dimaksud untuk melihat apakah indikator2 yang digunakan secara benar
menjelaskan variabel latent nya sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk melihat
apakah instrumen penelitian yang digunakan cukup handal.
Uji Validitas menggunakan indikator T value > 1,96 dan SLF >0,5
Bisa dilihat bahwa indikator L1 tidak valid sehingga harus dihilangkan dari analisis.
Sedangkan uji reliabilitas menggunakan indikator Composite Realibility (CE) > 0,7 dan
Variance Ekstracted (VE) > 0,5 sebagai berikut:
Terlihat bahwa indikator2 L1 sampai dengan L3 tidak reliabel. Oleh karena itu harus
dilakukan wording ulang agar dapat dipahami secara benar oleh responden.
Respesifikasi Model
Setelah diketahui variabel-variabel mana yang tidak valid maka variabel tersebut harus
dibuang. Variabel latent yang operasionalisasinya tidak reliabel perlu disusun ulang
wordingnya. Barulah survey yang sesungguhnya dilakukan, dan dilanjutkan dengan
pengolahan data dengan data penuh.
Respesifikasi model dilakukan dengan cara:
1. Dilakukan untuk memperoleh CFA (Confirmatory Factor Analysis)
2. Dilakukan dengan membuang indikator yang tidak valid dan tidak reliabel
sehingga:
3. Uji ulang Goodness Of Fit (GOF), validitas dan reliabilitas dikatakan baik
Analisis Model Struktural
Pasca respesifikasi model, diperoleh data yang benar-benar fit dengan model SEM yang
digunakan. Analisis model struktural dilakukan untuk menguji hipotesis-hipotesis
penelitian yang dikembangkan. Dalam tahap ini diperoleh nilai-nilai koefisien dari
setiap “path” yang ada dalam model, beserta nilai t hitung masing-masing.
Nilai “t” yang disajikan oleh program LISREL dibandingkan dengan nilai “t” untuk
kesalahan alpha yang direncanakan, apabila berada di daerah penolakan Ho berarti
untuk path tersebut signifikan.