modul materi mentoring 2013

36
Pertemuan 1 : Keutamaan Menebar Salam Tujuan Intruksional Umum : Peserta membiasakan diri untuk menebar salam di lingkungan sekitar sesuai dengan adab yang telah dicontohkan Rasulullah saw. Tujuan Intruksional Khusus : 1. Menumbuhkan rasa saling mencintai antar sesama muslim 2. Memahami makna salam adalah doa 3. Tidak mempermainkan salam. 4. Menggunakan salam yang baik dan benar Sudah menjadi hal yang lumrah bagi seorang muslim ketika saudaranya sesama muslim mengucapkan salam kepadanya saat berpapasan, masuk rumah atau ketika akan berpisah satu sama lain, dan dalam keadaan lainnya. Namun bagi sebagian kaum muslimin, perkara salam ini masih merupakan suatu perkara yang asing, bukanlah asing yang dimaksud disini berarti mereka tidak mengenal ajaran Islam ini, namun “asing” yang dimaksud disini ialah tidak terbiasanya mereka dalam mengamalkannya, tidak mengenal keutamaannya, bahkan sampai pada tingkat bingung ketika disalami dan menjawab salam saudaranya dengan cara yang tidak dituntunkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam . Bahkan sebagian mereka sampai pada tingkat menyukai atau lebih menyenangi kepada kebudayaan-kebudayaan kaum kafir atau kebudayaan lain yang bukan datang dari Islam, semisal ucapan Hallo, See you again, Haii , Sampai jumpa, Selamat datang dan lainnya. Padahal Islam telah datang dan mengajarkan yang lebih baik daripada yang demikian, Allahu Yahdihim .. MAKNA SALAM DAN HUKUMNYA Kaum muslimin Rahimahullah, Salam yang kita maksudkan dalam

Upload: zaleyna-nilmaz

Post on 30-Dec-2015

41 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Materi Mentoring 2013

Pertemuan 1 : Keutamaan Menebar Salam

Tujuan Intruksional Umum :

Peserta membiasakan diri untuk menebar salam di lingkungan sekitar sesuai dengan adab yang telah dicontohkan Rasulullah saw.

Tujuan Intruksional Khusus :

1. Menumbuhkan rasa saling mencintai antar sesama muslim

2. Memahami makna salam adalah doa

3. Tidak mempermainkan salam.

4. Menggunakan salam yang baik dan benar

Sudah menjadi hal yang lumrah bagi seorang muslim ketika saudaranya sesama muslim mengucapkan salam kepadanya  saat berpapasan, masuk rumah atau ketika akan berpisah satu sama lain, dan dalam keadaan lainnya.  Namun bagi sebagian kaum muslimin, perkara salam ini masih merupakan suatu perkara yang asing, bukanlah asing yang dimaksud disini berarti mereka tidak mengenal ajaran Islam ini, namun  “asing” yang dimaksud disini ialah tidak terbiasanya mereka dalam mengamalkannya, tidak mengenal keutamaannya, bahkan sampai pada tingkat bingung ketika disalami dan menjawab salam saudaranya dengan cara yang tidak dituntunkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam . Bahkan sebagian mereka sampai pada tingkat menyukai atau lebih menyenangi kepada kebudayaan-kebudayaan kaum kafir atau kebudayaan lain yang bukan datang dari Islam, semisal ucapan Hallo, See you again, Haii, Sampai jumpa, Selamat datang  dan lainnya. Padahal Islam telah datang dan mengajarkan yang lebih baik daripada yang demikian, Allahu Yahdihim ..

MAKNA SALAM DAN HUKUMNYAKaum muslimin Rahimahullah, Salam yang kita maksudkan dalam kajian ini ialah ucapan    عليكم السالم   . Adapun kalimat السالم   itu sendiri mempunyai makna tersendiri yang disebutkan oleh para ulama: Sebagian mereka  (para ulama) mengatakan adalah السالم nama Allah Subhanahu wata’ala, jika seseorang mengucapkan عليه السالم   berarti dia mengucapkan  Nama Allah atas kamu” yang bermakna “Semoga kamu berada dalam lindungan Allah Subhanahu wata’ala”Sebagian mereka  (para ulama) juga mengatakan السالم bermakna  السالمه (keselamatan), jadi makna ucapan عليله السالم   adalah “Keselamatan

Page 2: Modul Materi Mentoring 2013

untukmu” (Al Minhaj Syarhu Shohihi Muslim, Jilid 7 hal 262, Kitab As Salam)Imam Nawawi Rahimahullah menyebutkan “Ketahuilah bahwa memulai salam hukumnya adalah sunnah dan menjawab salam hukumnya adalah wajib. Jika orang yang mengucapkan salam terdiri dari sekelompok orang (jama’ah) maka berlaku bagi mereka hukum sunnah kifayah yang berarti jika salah satu dari mereka mengucapkan salam, maka sunnah salam tersebut  menjadi hak mereka seluruhnya. Jika orang yang disalami adalah satu orang maka wajib  (Fardhu ‘ain) dia untuk menjawab. Jika orang yang disalami adalah sekelompok orang (Jama’ah) maka hukum menjawab salam bagi mereka menjadi Fardhu Kifayah, yang berarti jika salah seorang dari mereka sudah menjawab salam, maka terputuslah dosa / kesalahan bagi yang belum menjawab salam. (Al Minhaj, Jilid 7 hal 261)

TATA CARA SALAMBerkata  Imam Nawawi Rahimahullah, “ Dicintai /Mustahab bagi seorang yang memulai salam dengan mengucapkan  وبركاته ورحمةالله عليكم السالم dengan menggunakan kata ganti jamak (كم) walaupun yang disalami cuma satu orang, dan orang yang menjawab mengatakan  رحمةالله السالم

وعليكم وبركاته   (Syarh Riyahdush Sholihin Ibnu Utsaimin Jilid 3, hal 10)

KEUTAMAAN SALAMUmat Islam adalah umat yang mendapatkan keutamaan dari Allah Subhanahu wata’ala dibanding umat lainnya, dengan keutamaan itu derajat mereka diangkat oleh Allah Subhanahu wata’ala didunia dan akhirat. Setiap ajaran Islam mengandung keutamaan / Fadhilah, begitu juga salam. Bahkan Yahudi mengetahui keutamaan tersebut sehingga menimbulkan Hasad dalam diri mereka, dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha,  

RنTع Tة TشV VيX عTنV, عTائ ]ب RهV الله_ صTل]ى الن Tي ]مT عTل ل TسTو,  TالTا  :قTم_ م_ Rك دTت TسTه_ود_ حT Rي يRءg عTلTى ال Tا  ,شTم Rم_ Rك دTت TسTى حTلTع V م Tال RمVينV الس] ]أ وTالت

” Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Tidaklah Yahudi hasad terhadapkalian tentang sesuatu, seperti hasadnya terhadap kalian dalam permasalahan salam dan ucapan Aamiin”. (HR. Ibnu Majah 856 dan Ibnu Khuzaimah) Yahudi musuh terbesar umat Islam, mengetahui keutamaan salam dan hasad kepada kaum muslimin terhadap anugerah yang mereka dapatkan dari Allah Subhanahu wata’ala, bagaimana bisa sebagian kaum muslimin melupakan keutamaan ini?Diantara keutamaan salam tersebut ialah :

1.   Pahala yang sangat banyak bagi setiap yang mengucapkan salam. Dalilnya adalah dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu:

RنTي عV بT ةT أ TرR ي Tن] ه_رT ج_الu أ Tر] رTى مTلTع Vس_ول Tر Vه[ ]ه_ صTل]ى الل RهV الل Tي ]مT عTل ل TسTو Tه_وTي وVف gسVلRجTم TالTم} فق Tال Tس

Rم_ Rك Tي ر_ فقTالT ” عTل RشTع gاتT ن TسTم] ح_ ج_ل} مTر] ث Tر TرTآخ TالTم} فق Tال Tس Rم_ Rك Tي حRمTة_ عTل TرTو Vه[ ونT فقTالT الل ر_ RشVع uةT ن TسTر] حTمTج_ل} ف Tر TرTآخ TالTم} فق Tال Tس Rم_ Rك Tي حRمTة_ عTل TرTو Vه[ _ه_ الل Tات ك TرT _ونT فقTالT وTب ث TالT Tةu ث ن TسTالخ… ح  

Page 3: Modul Materi Mentoring 2013

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa seorang pemuda melewati Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, sedang dalam keadaan duduk disebuah Majelis. Maka Pemuda ini mengucapkan “Assalamu’alaikum”, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan : “bagi dia 10 kebaikan”. Lalu lewat Pemuda yang lain dan mengatakan : “Assalamu’alaikum wa rahmatullah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan : “Bagi dia 20 kebaikan” kemudian lewat lagi Pemuda yang lainnya mengatakan : “Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu” Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan :”Bagi dia 30 kebaikkan”(HR. IbnuHibban 493, Abu Daud 5195, Tirmidzi 2689 dan ini adalah lafadz Ibnu Hibban)2. Meyebarkan salam merupakan sebab yang bisa membuat seseorang mulim saling mencintai dan sebab yang mengantarkan kepada Al Jannah (Surga), Dalilnya adalah: 

RنTي عV بT ةT أ TرR ي Tه_ر ,TالTق :TالTس_ول_ ق Tر Vل]ى اللهTالله_ ص VهR Tي ]مT عTل ل TسTو« :Tال Tل_ون TدRخ_ ]ةT ت ن TجR ]ى ال _وا حTت _ؤRمVن وTالT, ت

_وا _ؤRمVن ]ى ت �وا حTت اب TحT وTالT, تT _مR أ �ك Tد_ل يRءg عTلTى أ Tا شTذV _م_وه_ إ Rت _مR فTعTل Rت Tب اب TحT وا, ت TفRش_ مT أ Tال _مR الس] Tك Rن Tي ب

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda : Kalian tidak akan masuk Jannah sampai kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan apa yang bisa membuat kalian saling mencintai? Para Shahabat berkata : “Tentu ya Rasulullah..” Sebarkanlah salam diantara kalian”. (HR. Muslim no.54)

ADAB-ADAB SALAMSiapakah yang lebih dahulu memberikan salam? Dijelaskan dalam Hadits berikut : ىTلRوTم VدR حRمTنV عTب RنV الر] Rدg ب ي Tه_: ز[ ن

T مVعT أ Tا سT Tب ةT أ TرR ي Tق_ول_, ه_رT س_ول_ قTالT: ي Tر Vه[ اللRهV الله_ صTل]ى Tي ]مT عTل ل TسTم_: »وX ل Tس_ اكVب_ ي Vيل_, القTاعVدV عTلTى وTالمTاشVي, المTاشVي عTلTى الر] عTلTى وTالقTل

VيرV Tث الك“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Hendaklah orang yang berkendaraan memberikan salam kepada orang yang berjalan dan orang yang berjalan memberikan salam pada yang duduk dan orang yang berjumlah sedikit memberikan salam pada yang banyak.” (HR. Bukhari 6232, Muslim 2160)Akan tetapi kaum muslimin Rahimakumullah, hadits ini bukanlah dipahami,bahwasanya haram bagi orang yang berjalan untuk memberikan salam terlebih dahulu kepada yang berkendaraan atau yang tua kepada yang muda, yang berjumlah banyak kepada kelompok yang kecil akan tetapi  ini adalah bentuk adab yang dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Syaikh Utsaimin Rahimahullah menyebutkan : “Sebaik-baik manusia adalah yang memulai memberikan salam”  (Syarh Riyadhus Sholihin Ibnu Utsaimin Jilid 3 hal 14)Disebutkan dalam Riwayat Tirmidzi dari Abu Umamah :

RنTي عV بT مTامTةT أ

_ Tا قVيلT: قTالT, أ س_ولT ي Tر Vه[ نV الل Tج_ال TانV الر] TقVي Rت Tل �ه_مTا ي يT _ أ RدTأ Tب V ي م Tال Vالس] ه_مTا: »فTقTالT, ب TالRو

T ]هV أ Vالل ب“Dari Abu Umamah, ditanyakan pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam : “ Wahai Rasulullah, 2 pemuda saling bertemu, siapa yang harus memulai untuk memberikan salam? Berkata Rasulullah : “Yang paling utama diantara keduanya disisi Allah Subhanahu wata’ala.” (HR. Tirmidzi 2694)

Page 4: Modul Materi Mentoring 2013

Menjawab salam dengan yang lebih baik atau yang semisal. Allah berfirman dalam Surat An Nisa : 86 VذTا _مR وTإ Xيت ي ]ةg ح_ ي VحT Vت �وا ب ي TحTف TنTسRح

T Vأ RهTا ب وR مVنT د�وهTا أ Vن] ر_ إ

Tه[ TانT الل _لX عTلTى ك يRءg ك Tا شu يب VسTح“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu”.(QS. An Nisa: 86) Jika seseorang memberikan salam dengan  عليكم السالم   maka jawab yang lebih adalahالله ورحمة عليكم السالم   dan yang lebih baik lagi dari ini adalah عليكم السالم

وبركاته ورحمةاللهSalam ketika mendatangi Majlis dan meninggalkan majlis. Dalilnya : RنTي عV ب

T ةT أ TرR ي Tه_ر TالTق :TالTس_ول_ ق Tر Vه[ RهV الله_ صTل]ى الل Tي ]مT عTل ل TسTا: وTذV اءT إ Tم_ ج_ TحTد_ك أ TسVلRجTمR XمR ال ل Tس_ Rي VنR, فTل جTعT فTإ Tر RمX ل Tس_ Rي Vن], فTل ى فTإ TرRخ_ Rاأل RتTسR Tي حTق] ل

T Vأ _ولTى مVنT ب Rاأل“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam : Jika salah seorang dari kalian mendatangi majelis maka ucapkanlah salam, jika pergi meninggalkan majlis ucapkanlah salam, karena salam yang kedua tidaklah lebih utama dari pada salam yang pertama.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At Tirmidzi, Hadits ini shahih Lighairih)

BEBERAPA HUKUM TERKAIT DENGAN SALAMTanya:  Apakah boleh memberikan salam dengan lafadz selain  السالم ?  عليكمJawab :  Yang sesuai sunnah adalah seorang muslim menyalami saudaranya dengan lafadz  وبركاته ورحمةالله عليكم السالم   Adapun jika dia mengucapkan lafadz lain  yang bisa menyenangkan hati saudaranya semisal ucapan : Kaifa haluk (Apakabar),  Ahlan wa Sahlan (Selamat datang), Hayakallah (Semoga Allah panjangkan umurmu) dan semisalnya maka tidaklah ada larangan dalam hal ini dengan syarat di dahului dengan ucapan salam yang telah disyari’atkan,  namun jika hanya mencukupkan lafadz ini sebagai salam tanpa mengucapkan lafadz salam atau dengan klakson kendaraan dengan tidak mengucapkan lafadz salam maka tidak boleh. ( Lihat Fatwa Lajnah Daimah no. 20845)Tanya:   Bolehkah memberikan salam kepada orang Kafir?Jawab :   Jumhur Ulama mengatakan haram untuk memulai salam kepada orang kafir dan wajib untuk menjawab salam orang kafir dengan mengucapkan :     وعليكم atau  عليكم (Lihat Penjelasan Imam Nawawi, Al Minhaj Jilid 7 hal 266)  Dalilnya:T

RنTي عVبT ةT أ TرR ي Tن], ه_رT س_ولT أ Tر Vل]ى اللهTالله_ ص VهR Tي ]مT عTل ل TسTو TالTق« :Tء_وا الTدR Tب Tه_ودT ت Rي ى وTالT ال TارTص[ الن

م Tال Vالس] الخ…..ب  “Janganlah kalian memulai salam terhadap Yahudi dan Nashroni”. (HR. Muslim 2167) 

RنTع VهXدTج VسT Tن RنV أ Vكg ب Tن] مTال س_ولT أ Tر Vل]ى اللهTالله_ ص VهR Tي ]مT عTل ل TسTو TالTا: قTذV ]مT إ ل Tس Rم_ Rك Tي TهRل_ عTل TابV أ RكVت ال _وا _م فTق_ول Rك Tي وTعTل

“Jika Ahlul kitab menyalami kalian,katakanlah   وعليكم .” (HR. Muslim : 2163)Tanya:   Bolehkah salam pada suatu kelompok yang disitu ada

Page 5: Modul Materi Mentoring 2013

muslimin dan orang-orang kafir?Jawab :     Boleh dengan meniatkan salam khusus untuk muslmin saja. (Lihat Al Minhaj Jilid 7 hal 267)

Maraji’ / Referensi :1.    Al Minhaj Syarhu Shohihi Muslim, Imam Nawawi2.    Syarh Riyadhus Sholihin Muhammad bin Sholih At ‘Utsaimin3.    Rasyul Barad Syarh Adabul Mufrad. Muhammad Luqman AsSalafy

Pertemuan 2 : Berbakti pada Orang Tua

Saran : sebaiknya sebelum ini, mentor menceritakan kisah Uwais Al-Qarni. Metode ceramah,diskusi,menonton video tentang beliau.

Tujuan Intruksional Umum :

Peserta berperilaku yang baik pada orang tua sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw dan firman Allah swt

Tujuan Intruksional Khusus :

1. Memahami betapa pentingnya beradab yang baik dan benar pada orang tua

2. Menumbuhkan rasa cinta yang begitu dalam pada orang tua

3. Mengetahui dan memahami hak-hak orang tua yang masih hidup

4. Mengetahui hak-hak orang tua setelah meninggal

Kedua orang tua adalah manusia yang paling berjasa dan utama bagi diri seseorang. Allah ta’ala telah memerintahkan dalam berbagai tempat di dalam al Qur’an agar berbakti kepada kedua orang tua. Allah menyebutkan berbarengan dengan pentauhidan-Nya dan memerintahkan para hamba-Nya untuk melaksanakan sebagaimana akan disebutkan sebagai berikut. Hak kedua orang tua merupakan hak terbesar yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim. Disini akan dicantumkan beberapa adab yang berkaitan dengan masalah ini. Antara lain hak yang wajib dilakukan

Page 6: Modul Materi Mentoring 2013

semasa kedua orang tua hidup dan setelah meninggal. Dengan pertolongan Allah saya sebutkan beberapa adab tersebut antara lain :

Bagian IHak-Hak Yang Wajib Dilaksanakan Semasa Orang Tua Masih HidupDiantara hak orang tua ketika masih hidup adalah:1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah

Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib atas setiap Muslim. Haram hukumnya mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai mereka berdua kecuali apabila mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya):

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…” [QS.Lukman: 15]

Tidak boleh mentaati makhluk untuk mendurhakai Allah, Penciptanya, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam:

“Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam melakukan kebaikan.” [1]

Adapun jika bukan dalam perkara yang mendurhakai Allah, wajib mentaati kedua orang tua selamanya dan ini termasuk perkara yang paling diwajibkan. Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh mendurhakai apa saja yang diperintahkan oleh kedua orang tua.

2. Berbakti dan Merendahkan Diri Dihadapan Kedua Orang Tua

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya):

“Kami perintahkan kepada manusia suapaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya..” [QS.Al Ahqaf: 15]“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak..” [QS.An Nisaa’:36]

Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua semakin tua dan lanjut hingga kondisi mereka melemah dan sangat membutuhkan bantuan dan perhatian dari anaknya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya):

Page 7: Modul Materi Mentoring 2013

“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat bik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih saying dan ucapkanlah: “Wahai, Rabbku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” [QS.Al Israa’: 23-24]

Di dalam sebuah hadits, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua orang tuanya yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga.” [2]

Di antara bakti terhadap kedua orang tua adalah menjauhkan ucapan dan perbuatan yang dapat menyakiti kedua orang tua, walaupun dengan isyarat atau dengan ucapan ‘ah’. Termasuk berbakti kepada keduanya ialah senantiasa membuat mereka ridha dengan melakukan apa yang mereka inginkan, selama hal itu tidak mendurhakai Allah ta’ala, sebagaimana yang telah disebutkan.

3. Merendahkan Diri Dihadapan Mereka

Tidak boleh mengeraskan suara melebihi suara kedua orang tua atau di hadapan mereka berdua. Tidak boleh juga berjalan di depan mereka, masuk dan keluar mendahului mereka, atau mendahului urusan mereka berdua. Rendahkanlah diri di hadapan mereka berdua dengan cara mendahulukan segala urusan mereka, membentangkan dipan untuk mereka, mempersilahkan mereka duduk ditempat yang empuk, menyodorkan bantal, jangan mendahului makan dan minum, dan lain sebagainya.

4. Berbicara Dengan Lembut Dihadapan Mereka

Berbicara dengan lembut merupakan kesempurnaan bakti kepada kedua orang tua dan merendahkan diri di hadapan mereka, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala (yang artinya):

“…Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” [QS.Al Israa’: 23]

Page 8: Modul Materi Mentoring 2013

Oleh karena itu, berbicaralah kepada mereka berdua dengan ucapan yang lemah lembut dan baik serta dengan lafazh yang bagus.

5. Menyediakan Makanan Untuk Mereka

Menyediakan makanan juga termasuk bakti kepada kedua orang tua, terutama jika ia memberi mereka makan dari hasil jerih payah sendiri. Jadi, sepantasnya disediakan untuk mereka makanan dan minuman terbaik dan lebih mendahulukan mereka berdua daripada dirinya, anaknya, dan istrinya.

6. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya

Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan. Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya: “Ya Rasulullah, apakah aku boleh ikut berjihad?” Beliau balik bertanya: “Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?” Laki-laki itu menjawab: “Masih.” Beliau bersabda: “Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada keduanya.” [3]

Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Aku datang membai’atmu untuk hijrah dan aku tinggalkan kedua orang tuaku menangisi (kepergianku).”

Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Pulanglah dan buatlah mereka tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis.” [4]

Seorang laki-laki hijrah dari negeri Yaman lalu Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya: “Apakah kamu masih mempunyai kerabat di Yaman?” Laki-laki itu menjawab: “Masih, yaitu kedua orang tuaku.” Beliau kembali bertanya: “Apakah mereka berdua mengizinkanmu?” laki-laki itu menjawab: “Tidak.” Lantas Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kembalilah kamu kepada mereka dan mintalah izin dari mereka. Jika mereka mengizinkan, maka kamu boleh ikut berjihad, namun jika tidak, maka berbaktilah kepada keduanya.” [5]

Seorang laki-laki berkata kepada beliau: “Aku membai’at Anda untuk berhijrah dan berjihad semata-mata hanya mengharapkan pahala dari Allah ta’ala. Beliau bersabda kepada laki-laki tersebut: “Apakah salah satu kedua orangtuamu masih hidup?” laki-laki itu menjawab: “Masih, bahkan keduanya masih hidup.” Beliau kembali bersabda: “Apakah kamu ingin mendapatkan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala?” Lelaki itu menjawab: “Ya”. Kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Page 9: Modul Materi Mentoring 2013

“Kembalilah kamu kepada kedua orang tuamu dan berbaktilah kepada keduanya.” [6]

7. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah yang Mereka Inginkan

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketik ia berkata: “Ayahku ingin mengambil hartaku.”

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu dan hartamu milik ayahmu.” [7]

Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya.

8. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai Mereka

Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat baik kepada para saudara, karib sahabat, teman-teman, dan selain mereka. Yakni, dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka. Akan disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.

9. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua

Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara tertentu yang didalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena itu termasuk hak mereka.

10. Tidak Mencela Orang Tua Atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain

Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa besar.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya.” Para Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya?” Beliau menjawab: “Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu orang itu membalas mencela ibunya.” [8]

Page 10: Modul Materi Mentoring 2013

Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa yang paling buruk.

Orang-orang sering bergurau dan bercanda dengan melakukan yang sangat tercela ini. Biasanya perbuatan ini muncul dari orang-orang rendahan dan hina. Perbuatan seperti ini termasuk dosa besar sebagaimana yang telah disebutkan.

11. Mendahulukan Berbakti Kepada Ibu Daripada Ayah

Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: “Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi: “Kemudian siapa lagi?” Beliau kembali menjawab: “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya: “Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: “Ibumu.” “Lalu siapa lagi?” tanyanya. “Ayahmu.” Jawab beliau. [9]

Hadits diatas tidak bermaksud lebih mentaati ibu daripada ayah. Sebab, mentaati ayah lebih di dahulukan jika keduanya menyuruh pada waktu yang sama dan dibolehkan dalam syariat. Alasannya, ibu sendiri diwajibkan untuk taat kepada suaminya, yaitu ayah anaknya. Hanya saja, jika salah seorang mereka menyuruh berbuat taat dan yang lain menyuruh berbuat maksiat, maka wajib untuk mentaati yang pertama.

Maksud lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu yaitu lebih bersikap lemah lembut, lebih berprilaku baik dan memberikan sikap yang lebih halus daripada ayah. Hal ini apabila keduanya berada di atas kebenaran.

Sebagian Salaf berkata: “Hak ayah lebih besar dan hak ibu patut untuk dipenuhi.”

Demikianlah penjelasan umum hak-hak orang tua semasa mereka masih hidup.

Bagian IIHak-Hak Orang Tua Setelah Mereka Meninggal Dunia

Diantara hak orang tua setelah mereka meninggal adalah:

1. Menshalati Keduanya

Maksud menshalati disini adalah mendoakan keduanya. Yakni, setelah mereka meninggal dunia, karena ini termasuk bakti kepada mereka. Oleh karena itu, seorang anak hendaknya lebih sering mendoakan kedua orang tuanya setelah mereka meninggal daripada ketika masih hidup. Apabila anak itu mendoakan keduanya, niscaya mereka berdua akan semakin bertambah, berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam:

Page 11: Modul Materi Mentoring 2013

“Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan dirinya.” [10]

2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua

Orang tua adalah yang paling utama bagi seorang Muslim untuk didoakan agar Allah mengampuni mereka karena kebaikan mereka yang besar.

Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dalam al Qur’an (yang artinya): “Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku…” [QS.Ibrahim: 41]3. Menunaikan Janji Kedua Orang Tua

Hendaknya seseorang menunaikan wasiat orang tua dan melanjutkan secara berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang dahulu pernah dilakukan keduanya. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amalan kebaikan yang dulu pernah dilakukan dilanjutkan oleh anak mereka.

4. Memuliakan Teman Kedua Orang Tua

Memuliakan teman kedua orang tua juga termasuk berbuat baik kepada orang tua, sebagaimana yang telah disebutkan. Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu pernah berpapasan dengan seorang Arab badui di jalan menuju Mekkah. Kemudian Ibnu ‘Umar mengucapkan salam kepadanya dan mempersilahkan naik ke atas keledai yang ia tunggangi. Selanjutnya, ia juga memberikan sorbannya yang ia pakai. Ibnu Dinar berkata: “Semoga Allah memuliakanmu. Mereka itu orang Arab badui dan mereka sudah  terbiasa berjalan.” Ibnu ‘Umar berkata: “Sungguh, dulu ayahnya teman ‘Umar bin al Khaththab dan aku pernah mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik adalah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal.” [11]

5. Menyambung Tali Silaturrahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah

Hendaknya seseorang menyambung tali silaturrahim dengan semua kerabat yang silsilah keturunannya bersambung dengan ayah dan ibu, seperti paman dari pihak ayah dan ibu, bibi dari pihak ayah dan ibu, kakek, nenek, dan anak mereka semua. Bagi yang melakukannya, berarti ia telah menyambung tali silturrahim kedua orang tuanya dan telah berbakti kepada mereka. Hal ini berdasarkan hadits yang telah disebutkan dan sabda beliau shalallahu ‘alaihi wasallam: “Barangsiapa ingin menyambung tali silaturrahim ayahnya yang ada dikuburannya, maka

Page 12: Modul Materi Mentoring 2013

sambunglah tali silaturrahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal.” [12]

Demikianlah akhir dari adab berbakti kepada orang tua yang telah dimudahkan Allah kepadaku untuk menuliskannya, yang seluruhnya berjumlah enam belas adab. Walhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin [13]

Note :

[1] HR.Bukhari (4340, 7145, 7257) dan Muslim (1840) dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu

[2] HR.Muslim (2551) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu

[3] HR.Al Bukhari (3004,5972) dan Muslim (2549) dari Ibnu ‘Amr radhiyallahu ‘anhu

[4] HR.Abu Dawud (2528), an Nasa’I (VII/1430, Ibnu Majah (2782), dari Ibnu ‘Amr. Lihat kitabShahiih Abi Dawud (2205)[5] HR.Ahmad (III/76), Abu Dawud (2530), al Hakim (II/103, 103) dan ia menshahihkannya serta disetujui oleh adz Dzahabi dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu. Lihat kitab Shahiih Abi Dawud(2207).

[6] HR.Muslim (2549) dari Ibnu ‘Amr radhiyallahu ‘anhu

[7] HR.Ahmad (II/204), Abu Dawud (3530), dan Ibnu Majah (2292) dari Ibnu ‘Amr radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul Jaami’ (1486)

[8] HR.Al Bukhari (5973) dan Muslim (90) dari Ibnu ‘Amr radhiyallahu ‘anhu.

[9] HR.Al Bukhari (5971) dan Muslim (2548) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu

[10] HR. Muslim (1631) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu

[11] HR. Muslim (2552) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu

[12] HR.Ibnu Hibban (433) dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini tertera dalam kitabShahiihul Jaami’ (5990)[13] Referensi tambahan : Shahiih Muslim (IV/1974) dan halaman setelahnya, Fa-thul Baari(X/414) dan halaman setelahnya. Al Ihsaan bi Tartiibi Ibni Hibban (I/315) dan halaman setelahnya, al Aadaab karya al Baihaqi (hal.5) dan halaman setelahnya, al Aadaab asy Syar’iyyahkarya Ibnu Muflih (I/433) dan halaman setelahnya, Ihya ‘Uluumuddin karya al

Page 13: Modul Materi Mentoring 2013

Ghazali (II/216) dan halaman setelahnya, Birrul Waalidain karya ath Thurthusi,  dan lain-lain.Sumber:

Diketik ulang dari buku “Ensiklopedi Adab Islam Menurut al Qur’an dan as Sunnah – Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Fathi as Sayyid Nada”, Pustaka Imam asy Syafi’I Hal.171-179.

Pertemuan 3 : Berdoa pada Waktu Utama

Sungguh berbeda Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan makhluk-Nya. Dia Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Lihatlah manusia, ketika ada orang meminta sesuatu darinya ia merasa kesal dan berat hati. Sedangkan Allah Ta’ala mencintai hamba yang meminta kepada-Nya. Sebagaimana perkataan seorang penyair:

يغضب يسأل حين آدم وبني  سؤاله تركت إن يغضب الله“Allah murka pada orang yang enggan meminta kepada-Nya, sedangkan manusia ketika diminta ia marah”Ya, Allah mencintai hamba yang berdoa kepada-Nya, bahkan karena cinta-Nya Allah memberi ‘bonus’ berupa ampunan dosa kepada hamba-Nya yang berdoa. Allah Ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi:

أبالي وال منك كان ما على لك غفرت ورجوتني دعوتني ما إنك آدم ابن يا“Wahai manusia, selagi engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, aku mengampuni dosamu dan tidak aku pedulikan lagi dosamu” (HR. At Tirmidzi, ia berkata: ‘Hadits hasan shahih’)Sungguh Allah memahami keadaan manusia yang lemah dan senantiasa membutuhkan akan Rahmat-Nya. Manusia tidak pernah lepas dari keinginan, yang baik maupun yang buruk. Bahkan jika seseorang menuliskan segala keinginannya dikertas, entah berapa lembar akan terpakai.Maka kita tidak perlu heran jika Allah Ta’ala melaknat orang yang enggan berdoa kepada-Nya. Orang yang demikian oleh Allah ‘Azza Wa Jalla disebut sebagai hamba yang sombong dan diancam dengan neraka Jahannam. Allah Ta’ala berfirman:

Vي TجVبR ادRع_ون ت RسT _مR أ Tك Vن] ل ]ذVينT إ ونT ال Vر_ Rب Tك ت RسT Vي عTنR ي TادTت ب Vع Tل_ون TدRخ_ ي Tس Tم[ دTاخVرVينT جTهTن

“Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60)

Page 14: Modul Materi Mentoring 2013

Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah Maha Pemurah terhadap hamba-Nya, karena hamba-Nya diperintahkan berdoa secara langsung kepada Allah tanpa melalui perantara dan dijamin akan dikabulkan. Sungguh Engkau Maha Pemurah Ya Rabb…

Berdoa Di Waktu Yang TepatDiantara usaha yang bisa kita upayakan agar doa kita dikabulkan oleh Allah Ta’ala adalah dengan memanfaatkan waktu-waktu tertentu yang dijanjikan oleh Allah bahwa doa ketika waktu-waktu tersebut  dikabulkan. Diantara waktu-waktu tersebut adalah:1. Ketika sahur atau sepertiga malam terakhirAllah Ta’ala mencintai hamba-Nya yang berdoa disepertiga malam yang terakhir. Allah Ta’ala berfirman tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, salah satunya:

Vار TحRسT RاألV ون ه_مR وTب TغRفVر_ ت RسT ي“Ketika waktu sahur (akhir-akhir malam), mereka berdoa memohon ampunan” (QS. Adz Dzariyat: 18)Sepertiga malam yang paling akhir adalah waktu yang penuh berkah, sebab pada saat itu Rabb kita Subhanahu Wa Ta’ala turun ke langit dunia dan mengabulkan setiap doa hamba-Nya yang berdoa ketika itu. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

من: يقول اآلخر، الليل ثلث يبقى حين ، الدنيا السماء إلى ليلة كل وتعالى تبارك ربنا ينزل له فأغفر يستغفرني من ، فأعطيه يسألني من ، له فأستجيب يدعوني

“Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Kuampuni‘” (HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758)Namun perlu dicatat, sifat ‘turun’ dalam hadits ini jangan sampai membuat kita membayangkan Allah Ta’ala turun sebagaimana manusia turun dari suatu tempat ke tempat lain. Karena tentu berbeda. Yang penting kita mengimani bahwa Allah Ta’ala turun ke langit dunia, karena yang berkata demikian adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam diberi julukan Ash shadiqul Mashduq (orang jujur yang diotentikasi kebenarannya oleh Allah), tanpa perlu mempertanyakan dan membayangkan bagaimana caranya.Dari hadits ini jelas bahwa sepertiga malam yang akhir adalah waktu yang dianjurkan untuk memperbanyak berdoa. Lebih lagi di bulan Ramadhan, bangun di sepertiga malam akhir bukanlah hal yang berat lagi karena bersamaan dengan waktu makan sahur. Oleh karena itu, manfaatkanlah sebaik-baiknya waktu tersebut untuk berdoa.2. Ketika berbuka puasa

Page 15: Modul Materi Mentoring 2013

Waktu berbuka puasa pun merupakan waktu yang penuh keberkahan, karena diwaktu ini manusia merasakan salah satu kebahagiaan ibadah puasa, yaitu diperbolehkannya makan dan minum setelah seharian menahannya, sebagaimana hadits:

ربه لقاء عند فرحة و فطره عند فرحة: فرحتان للصائم“Orang yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-Nya kelak” (HR. Muslim, no.1151)Keberkahan lain di waktu berbuka puasa adalah dikabulkannya doa orang yang telah berpuasa, sebagaimana sabda  Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

المظلوم و العادل واإلمام يفطر حتى الصائم دعوتهم ترد ال ثالث‘”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi)Oleh karena itu, jangan lewatkan kesempatan baik ini untuk memohon apa saja yang termasuk kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Namun perlu diketahui, terdapat doa yang dianjurkan untuk diucapkan ketika berbuka puasa, yaitu doa berbuka puasa. Sebagaimana hadits

األجر وثبت العروق وابتلت الظمأ ذهب قال أفطر إذا وسلم عليه الله صلى الله رسول كان الله شاء إن

“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka puasa membaca doa:

الله شاء إن األجر وثبت العروق وابتلت الظمأ ذهب/Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah/(‘Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya Allah’)” (HR. Abu Daud no.2357, Ad Daruquthni 2/401, dihasankan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/232)Adapun doa yang tersebar di masyarakat dengan lafazh berikut:

الراحمين ارحم يا برحمتك افطرت رزقك على و امنت بك و صمت لك اللهمadalah hadits palsu, atau dengan kata lain, ini bukanlah hadits. Tidak terdapat di kitab hadits manapun. Sehingga kita tidak boleh meyakini doa ini sebagai hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.Oleh karena itu, doa dengan lafazh ini dihukumi sama seperti ucapan orang biasa seperti saya dan anda. Sama kedudukannya seperti kita berdoa dengan kata-kata sendiri. Sehingga doa ini tidak boleh dipopulerkan apalagi dipatenkan sebagai doa berbuka puasa.Memang ada hadits tentang doa berbuka puasa dengan lafazh yang mirip dengan doa tersebut, semisal:

أفطرت رزقك وعلى صمت لك اللهم: قال أفطر إذا وسلم عليه الله صلى الله رسول كان العليم السميع أنت إنك مني فتقبل

Page 16: Modul Materi Mentoring 2013

“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka membaca doa: Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka antas samii’ul ‘aliim”Dalam Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341), dinukil perkataan Ibnu Hajar Al Asqalani: “Hadits ini gharib, dan sanadnya lemah sekali”. Hadits ini juga di-dhaif-kan oleh Al Albani di Dhaif Al Jami’ (4350). Atau doa-doa yang lafazh-nya semisal hadits ini semuanya berkisar antara hadits dhaif atau munkar.3. Ketika malam lailatul qadarMalam lailatul qadar adalah malam diturunkannya Al Qur’an. Malam ini lebih utama dari 1000 bulan. Sebagaimana firmanAllah Ta’ala:

Tة_ Rل Tي RقTدRرV ل Rر} ال ي Tخ RنVم VفRلT هRرg أ Tش“Malam Lailatul Qadr lebih baik dari 1000 bulan” (QS. Al Qadr: 3)Pada malam ini dianjurkan memperbanyak ibadah termasuk memperbanyak doa. Sebagaimana yang diceritakan oleh Ummul Mu’minin Aisyah Radhiallahu’anha:

عفو إنك اللهم قولي قال فيها أقول ما القدر ليلة ليلة أي علمت إن أرأيت الله رسول يا قلت عني فاعف العفو تحب كريم

“Aku bertanya kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah, menurutmu apa yang sebaiknya aku ucapkan jika aku menemukan malam Lailatul Qadar? Beliau bersabda: Berdoalah:

عني فاعف العفو تحب عفو إنك اللهمAllahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni ['Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah aku'']”(HR. Tirmidzi, 3513, Ibnu Majah, 3119, At Tirmidzi berkata: “Hasan Shahih”)Pada hadits ini Ummul Mu’minin ‘Aisyah Radhiallahu’anha meminta diajarkan ucapan yang sebaiknya diamalkan ketika malam Lailatul Qadar. Namun ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengajarkan lafadz doa. Ini menunjukkan bahwa pada malam Lailatul Qadar dianjurkan memperbanyak doa, terutama dengan lafadz yang diajarkan tersebut.4. Ketika adzan berkumandangSelain dianjurkan untuk menjawab adzan dengan lafazh yang sama, saat adzan dikumandangkan pun termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa.  Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

بعضا بعضهم يلحم حين البأس وعند النداء عند الدعاء تردان قلما أو تردان ال ثنتان“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)5. Di antara adzan dan iqamah

Page 17: Modul Materi Mentoring 2013

Waktu jeda antara adzan dan iqamah adalah juga merupakan waktu yang dianjurkan untuk berdoa, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

واإلقامة األذان بين يرد ال الدعاء“Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak” (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata: “Hasan Shahih”)Dengan demikian jelaslah bahwa amalan yang dianjurkan antara adzan dan iqamah adalah berdoa, bukan shalawatan, atau membaca murattal dengan suara keras, misalnya dengan menggunakan mikrofon. Selain tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah  Shallallahu’alaihi Wasallam, amalan-amalan tersebut dapat mengganggu orang yang berdzikir atau sedang shalat sunnah. Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

قال أو القراءة في بعض على بعضكم يرفع وال بعضا بعضكم يؤذين فال ربه مناج كلكم إن ال الصالة في

“Ketahuilah, kalian semua sedang bermunajat kepada Allah, maka janganlah saling mengganggu satu sama lain. Janganlah kalian mengeraskan suara dalam membaca Al Qur’an,’ atau beliau berkata, ‘Dalam shalat’,” (HR. Abu Daud no.1332, Ahmad, 430, dishahihkan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Nata-ijul Afkar, 2/16).Selain itu, orang yang shalawatan atau membaca Al Qur’an dengan suara keras di waktu jeda ini, telah meninggalkan amalan yang di anjurkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, yaitu berdoa. Padahal ini adalah kesempatan yang bagus untuk memohon kepada Allah segala sesuatu yang ia inginkan. Sungguh merugi jika ia melewatkannya.6. Ketika sedang sujud dalam shalatRasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

الدعا فأكثروا. ساجد وهو ربه من العبد يكون ما أقرب“Seorang hamba berada paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka perbanyaklah berdoa ketika itu” (HR. Muslim, no.482)7. Ketika sebelum salam pada shalat wajibRasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

الصلوات ودبر اآلخر الليل جوف قال أسمع الدعاء أي وسلم عليه الله صلى الله رسول يا قيل المكتوبات“Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah? Beliau bersabda: “Diakhir malam dan diakhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, 3499)Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Zaadul Ma’ad (1/305) menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘akhir shalat wajib’ adalah sebelum salam. Dan tidak terdapat riwayat bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabat merutinkan berdoa meminta sesuatu setelah salam pada shalat wajib. Ahli fiqih masa kini, Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah berkata:

Page 18: Modul Materi Mentoring 2013

“Apakah berdoa setelah shalat itu disyariatkan atau tidak? Jawabannya: tidak disyariatkan. Karena Allah Ta’ala berfirman:

VذTا _م_ فTإ Rت وا الص]الةT قTضTي _ر_ ]هT فTاذRك الل“Jika engkau selesai shalat, berdzikirlah” (QS. An Nisa: 103). Allah berfirman ‘berdzikirlah’, bukan ‘berdoalah’. Maka setelah shalat bukanlah waktu untuk berdoa, melainkan sebelum salam” (Fatawa Ibnu Utsaimin, 15/216).Namun sungguh disayangkan kebanyakan kaum muslimin merutinkan berdoa meminta sesuatu setelah salam pada shalat wajib yang sebenarnya tidak disyariatkan, kemudian justru meninggalkan waktu-waktu mustajab yang disyariatkan   yaitu diantara adzan dan iqamah, ketika adzan, ketika sujud dan sebelum salam.8. Di hari Jum’atRasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

عبد يوافقها ال ، ساعة فيه: فقال ، الجمعة يوم ذكر وسلم عليه الله صلى الله رسول أن يقللها بيده وأشار. إياه أعطاه إال ، شيئا تعالى الله يسأل ، يصلي قائم وهو ، مسلم

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan tentang hari  Jumat kemudian beliau bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu)Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari ketika menjelaskan hadits ini beliau menyebutkan 42 pendapat ulama tentang waktu yang dimaksud. Namun secara umum terdapat 4 pendapat yang kuat.Pendapat pertama, yaitu waktu sejak imam naik mimbar sampai selesai shalat Jum’at, berdasarkan hadits:

الصالة تقضى أن إلى اإلمام يجلس أن بين ما هي“Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum’at selesai” (HR. Muslim, 853 dari sahabat Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu’anhu).Pendapat ini dipilih oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi, Ibnul Arabi dan Al Baihaqi.Pendapat kedua, yaitu setelah ashar sampai terbenamnya matahari. Berdasarkan hadits:

عز الله أتاه إال شيئا وجل عز الله يسأل مسلم يوجد ال ساعة يريد عشرة ثنتا الجمعة يوم العصر بعد ساعة آخر فالتمسوها وجل

“Dalam 12 jam hari Jum’at ada satu waktu, jika seorang muslim meminta sesuatu kepada Allah Azza Wa Jalla pasti akan dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah ashar” (HR. Abu Daud, no.1048 dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud). Pendapat ini dipilih oleh At Tirmidzi, dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Pendapat ini yang lebih masyhur dikalangan para ulama.

Page 19: Modul Materi Mentoring 2013

Pendapat ketiga, yaitu setelah ashar, namun diakhir-akhir hari Jum’at. Pendapat ini didasari oleh riwayat dari Abi Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul Zamlakani menguatkan pendapat ini.Pendapat keempat, yang juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar sendiri, yaitu menggabungkan semua pendapat yang ada. Ibnu ‘Abdil Barr berkata: “Dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa pada dua waktu yang disebutkan”. Dengan demikian seseorang akan lebih memperbanyak doanya di hari Jum’at tidak pada beberapa waktu tertentu saja. Pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu ‘Abdil Barr.9. Ketika turun hujanHujan adalah nikmat Allah Ta’ala. Oleh karena itu tidak boleh mencelanya. Sebagian orang merasa jengkel dengan turunnya hujan, padahal yang menurunkan hujan tidak lain adalah Allah Ta’ala. Oleh karena itu, daripada tenggelam dalam rasa jengkel lebih baik memanfaatkan waktu hujan untuk berdoa memohon apa yang diinginkan kepada Allah Ta’ala:

المطر تحت و ، النداء عند الدعاء: تردان ما ثنتان“Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun” (HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani di Shahih Al Jami’, 3078)10. Hari Rabu antara Dzuhur dan AsharSunnah ini belum diketahui oleh kebanyakan kaum muslimin, yaitu dikabulkannya doa diantara shalat Zhuhur dan Ashar dihari Rabu. Ini diceritakan oleh Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu:

ويوم الثالثاء، ويوم االثنين، يوم ثالثا الفتح مسجد في دعا وسلم عليه الله صلى النبي أن _جيب األربعاء، ر_ فع_رVفT الصالتين بين األربعاء يوم له فاست RشV وجهه في الب

Á غليظ مهم¿ أمر بي ينزل فلم: جابر قال Vال Rت_ إ اإلجابة فأعرف فيها فأدعو الساعة تلك توخ]ي“Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam berdoa di Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin, Selasa dan Rabu. Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui dari kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : ‘Tidaklah suatu perkara penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdoa,dan saya mendapati dikabulkannya doa saya‘”Dalam riwayat lain:

والعصر الظهر الصالتين بين األربعاء يوم له فاستجيب“Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu di antara shalat Zhuhur dan Ashar” (HR. Ahmad, no. 14603, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid, 4/15, berkata: “Semua perawinya tsiqah”, juga dishahihkan Al Albani di Shahih At Targhib, 1185)11. Ketika Hari ArafahHari Arafah adalah hari ketika para jama’ah haji melakukan wukuf di Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari tersebut dianjurkan memperbanyak doa, baik bagi jama’ah haji maupun bagi seluruh kaum

Page 20: Modul Materi Mentoring 2013

muslimin yang tidak sedang menunaikan ibadah haji. Sebab Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

عرفة يوم دعاء الدعاء خير“Doa yang terbaik adalah doa ketika hari Arafah” (HR. At Tirmidzi, 3585. Di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)12. Ketika Perang BerkecamukSalah satu keutamaan pergi ke medan perang dalam rangka berjihad di jalan Allah adalah doa dari orang yang berperang di jalan Allah ketika perang sedang berkecamuk, diijabah oleh Allah Ta’ala. Dalilnya adalah hadits yang sudah disebutkan di atas:

بعضا بعضهم يلحم حين البأس وعند النداء عند الدعاء تردان قلما أو تردان ال ثنتان“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)13. Ketika Meminum Air Zam-zamRasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

له شرب لما زمزم ماء“Khasiat Air Zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah, 2502)Demikian uraian mengenai waktu-waktu yang paling dianjurkan untuk berdoa. Mudah-mudahan Allah Ta’ala mengabulkan doa-doa kita dan menerima amal ibadah kita.

Dari artikel 'Waktu-Waktu Terkabulnya Do’a — Muslim.Or.Id'

Pertemuan 4 : Bahaya Lidah

Banyak orang merasa bangga dengan kemampuan lisannya (lidah) yang

begitu fasih berbicara. Bahkan tak sedikit orang yang belajar khusus agar

memiliki kemampuan bicara yang bagus. Lisan memang karunia Allah

yang demikian besar. Dan ia harus selalu disyukuri dengan sebenar-

benarnya. Caranya adalah dengan menggunakan lisan untuk bicara yang

baik atau diam. Bukan dengan mengumbar pembicaraan semau sendiri.

Orang yang banyak bicara bila tidak diimbangi dengan ilmu agama yang

baik, akan banyak terjerumus ke dalam kesalahan. Karena itu Allah dan

Rasul-Nya memerintahkan agar kita lebih banyak diam. Atau kalaupun

harus berbicara maka dengan pembicaraan yang baik. Allah Subhanahu

wa ta’ala berfirman:

Page 21: Modul Materi Mentoring 2013

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan

katakanlah perkataan yang benar.” (Al-Ahzab: 70)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia

berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Imam Al-Bukhari hadits no. 6089

dan Al-Imam Muslim hadits no. 46 dari Abu Hurairah)

Lisan (lidah) memang tak bertulang, sekali engkau gerakkan sulit untuk

kembali pada posisi semula. Demikian berbahayanya lisan, hingga Allah

dan Rasul-Nya mengingatkan kita agar berhati-hati dalam

menggunakannya.

Dua orang yang berteman penuh keakraban bisa dipisahkan dengan lisan.

Seorang bapak dan anak yang saling menyayangi dan menghormati pun

bisa dipisahkan karena lisan. Suami istri yang saling mencintai dan saling

menyayangi bisa dipisahkan dengan cepat karena lisan. Bahkan darah

seorang muslim dan mukmin yang suci serta bertauhid dapat tertumpah

karena lisan. Sungguh betapa besar bahaya lisan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang

dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia

terjatuh dalam neraka Jahannam.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6092)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat

yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam

neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.” (Shahih, HR. Al-Bukhari

no. 6091 dan Muslim no. 6988 dari Abu Hurairah Rad. )

Al-Imam An-Nawawi mengatakan: “Hadits ini (yakni hadits Abu Hurairah

yang dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim) teramat jelas menerangkan

bahwa sepantasnya bagi seseorang untuk tidak berbicara kecuali dengan

pembicaraaan yang baik, yaitu pembicaraan yang sudah jelas

maslahatnya dan kapan saja dia ragu terhadap maslahatnya, janganlah

dia berbicara.” (Al-Adzkar hal. 280, Riyadhus Shalihin no. 1011)

Page 22: Modul Materi Mentoring 2013

Al-Imam Asy-Syafi’i mengatakan: “Apabila dia ingin berbicara hendaklah

berpikir dulu. Bila jelas maslahatnya maka berbicaralah, dan jika dia ragu

maka janganlah dia berbicara hingga nampak maslahatnya.” (Al-Adzkar

hal. 284)

Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi mengatakan:

“Ketahuilah, setiap orang yang telah mendapatkan beban syariat,

seharusnya menjaga lisannya dari semua pembicaraan, kecuali

pembicaraan yang sudah jelas maslahatnya. Bila keadaan berbicara dan

diam sama maslahatnya, maka sunnahnya adalah menahan lisan untuk

tidak berbicara. Karena pembicaraan yang mubah bisa menarik kepada

pembicaraan yang haram atau dibenci, dan hal seperti ini banyak terjadi.

Keselamatan itu tidak bisa dibandingkan dengan apapun.”

Keutamaan Menjaga Lisan

Memang lisan tidak bertulang. Apabila keliru menggerakkannya akan

mencampakkan kita dalam murka Allah yang berakhir dengan neraka-

Nya. Lisan akan memberikan ta’bir (mengungkapkan) tentang baik-buruk

pemiliknya. Inilah ucapan beberapa ulama tentang bahaya lisan:

1. Anas bin Malik : “Segala sesuatu akan bermanfaat dengan kadar

lebihnya, kecuali perkataan. Sesungguhnya berlebihnya perkataan akan

membahayakan.”

2. Abu Ad-Darda’ : “Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu

dari dua orang yaitu orang yang diam namun berpikir atau orang yang

berbicara dengan ilmu.”

3. Al-Fudhail : “Dua perkara yang akan bisa mengeraskan hati seseorang

adalah banyak berbicara dan banyak makan.”

4. Sufyan Ats-Tsauri : “Awal ibadah adalah diam, kemudian menuntut

ilmu, kemudian mengamalkannya, kemudian menghafalnya lantas

menyebarkannya.”

5. Al-Ahnaf bin Qais : “Diam akan menjaga seseorang dari kesalahan

lafadz (ucapan), memelihara dari penyelewangan dalam pembicaraan,

dan menyelamatkan dari pembicaraan yang tidak berguna, serta

memberikan kewibawaan terhadap dirinya.”

Page 23: Modul Materi Mentoring 2013

6. Abu Hatim : “Lisan orang yang berakal berada di belakang hatinya. Bila

dia ingin berbicara, dia mengembalikan ke hatinya terlebih dulu, jika

terdapat (maslahat) baginya maka dia akan berbicara. Dan bila tidak ada

(maslahat) dia tidak (berbicara). Adapun orang yang jahil (bodoh), hatinya

berada di ujung lisannya sehingga apa saja yang menyentuh lisannya dia

akan (cepat) berbicara. Seseorang tidak (dianggap) mengetahui

agamanya hingga dia mengetahui lisannya.”

7. Yahya bin ‘Uqbah: “Aku mendengar Ibnu Mas’ud berkata: ‘Demi Allah

yang tidak ada sesembahan yang benar selain-Nya, tidak ada sesuatu

yang lebih pantas untuk lama dipenjarakan dari pada lisan.”

8. Mu’arrifh Al-‘Ijli : “Ada satu hal yang aku terus mencarinya semenjak 10

tahun dan aku tidak berhenti untuk mencarinya.” Seseorang bertanya

kepadanya: “Apakah itu wahai Abu Al-Mu’tamir?” Mua’arrif menjawab:

“Diam dari segala hal yang tidak berfaidah bagiku.”

(Lihat Raudhatul ‘Uqala wa Nuzhatul Fudhala karya Abu Hatim Muhamad

bin Hibban Al-Busti, hal. 37-42)

Buah Menjaga Lisan

Menjaga lisan jelas akan memberikan banyak manfaat. Di antaranya:

1. Akan mendapat keutamaan dalam melaksanakan perintah Allah dan

Rasul-Nya. Abu Hurairah Rad. meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wassalam bersabda:

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia

berkata yang baik atau diam.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6090 dan

Muslim no. 48)

2. Akan menjadi orang yang memiliki kedudukan dalam agamanya.

Dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

wassalam ketika ditanya tentang orang yang paling utama dari orang-

orang Islam, beliau menjawab:

“(Orang Islam yang paling utama adalah) orang yang orang lain selamat

dari kejahatan tangan dan lisannya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 11 dan

Muslim no. 42)

Page 24: Modul Materi Mentoring 2013

Asy-Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali mengatakan: “Hadits ini menjelaskan

larangan mengganggu orang Islam baik dengan perkataan ataupun

perbuatan.” (Bahjatun Nazhirin, 3/8)

3. Mendapat jaminan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam untuk

masuk ke surga.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda dalam hadits dari Sahl

bin Sa’d :

“Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang berada di antara dua

rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku

akan menjamin baginya al-jannah (surga).” (HR. Al-Bukhari no. 6088)

Dalam riwayat Al-Imam At-Tirmidzi no. 2411 dan Ibnu Hibban no. 2546,

dari shahabat Abu Hurairah Rad. , Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang dijaga oleh Allah dari kejahatan apa yang ada di

antara dua rahangnya dan kejahatan apa yang ada di antara dua kakinya

(kemaluan) maka dia akan masuk surga.”

4. Allah akan mengangkat derajat-Nya dan memberikan ridha-Nya

kepadanya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda dalam hadits dari Abu

Hurairah Rad. :

“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa

yang diridhai Allah yang dia tidak menganggapnya (bernilai) ternyata

Allah mengangkat derajatnya karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 6092)

Dalam riwayat Al-Imam Malik, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dan

dishahihkan oleh Asy-Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali dalam Bahjatun

Nazhirin (3/11), dari shahabat Bilal bin Al-Harits Al-Muzani bahwa

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhai

oleh Allah dan dia tidak menyangka akan sampai kepada apa (yang

ditentukan oleh Allah), lalu Allah mencatat keridhaan baginya pada hari

dia berjumpa dengan Allah.”

Page 25: Modul Materi Mentoring 2013

Demikianlah beberapa keutamaan menjaga lisan. Semoga kita diberi

kemampuan oleh Allah untuk melaksanakan perintah-Nya dan perintah

Rasul-Nya dan diberi kemampuan untuk mengejar keutamaan tersebut.

Wallahu a’lam.

Pertemuan 5 : Adab makan dan minum, sehat ala Rasulullah saw

File terpisah

Pertemuan 6 : Sabar

Urgensi KesabaranKesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran setengah keimanan. Sabar memiliki kaitan erat dengan keimanan: seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itu, Rasulullah saw. menggambarkan ciri dan keutamaan orang beriman sebagaimana hadits di atas.Makna SabarSabar merupakan istilah dari bahasa Arab dan sudah menjadi istilah bahasa Indonesia. Asal katanya adalah “shabara”, yang membentuk infinitif (masdar) menjadi “shabran“. Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur’an: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Al-Kahfi: 28)Perintah bersabar pada ayat di atas adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari komunitas orang-orang yang menyeru Rabnya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah swt.Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam Al-Khawas, “Sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan Al-Qur’an dan sunnah. Sehingga sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidakmampuan. Rasulullah saw. memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad

Page 26: Modul Materi Mentoring 2013

adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang).”Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur’anDalam Al-Qur’an banyak ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri, terdapat 103 kali disebut dalam Al-Qur’an, baik berbentuk isim maupun fi’ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah swt.1. Sabar merupakan perintah Allah. “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 153). Ayat-ayat yang serupa Ali Imran: 200, An-Nahl: 127, Al-Anfal: 46, Yunus: 109, Hud: 115.2. Larangan isti’jal (tergesa-gesa). “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…” (Al-Ahqaf: 35)3. Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar: “…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (Al-Baqarah: 177)4. Allah akan mencintai orang-orang yang sabar. “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146)5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. “Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal: 46)6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. (Ar-Ra’d: 23 – 24)Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam HaditsSebagaimana dalam Al-Qur’an, dalam hadits banyak sekali sabda Rasulullah yang menggambarkan kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar:1. Kesabaran merupakan “dhiya’ ” (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah mengungkapkan, “…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…” (HR. Muslim)2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah pernah menggambarkan: “…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…” (HR. Bukhari)3. Kesabaran merupakan anugerah Allah yang paling baik. Rasulullah mengatakan, “…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (Muttafaqun Alaih)4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mukmin, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; “Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya.” (HR. Muslim)

Page 27: Modul Materi Mentoring 2013

5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya’.” (HR. Bukhari)6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas’ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas’ud berkata”Seakan-akan aku memandang Rasulullah saw. menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, ‘Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR. Bukhari)7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah bersabda, “Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah.” (HR. Bukhari)8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullan saw. bersabda, “Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim)9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah saw. mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, ‘Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik untukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari Muslim)Bentuk-Bentuk KesabaranPara ulama membagi kesabaran menjadi tiga:1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, dan memandang sesuatu yang haram.3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta dan kehilangan orang yang dicintai.Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran

Page 28: Modul Materi Mentoring 2013

Ketidaksabaran (baca; isti’jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang harus diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif pada amal. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan melaksanakan ibadah. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat guna meningkatkan kesabaran. Di antaranya:1. Mengikhlaskan niat kepada Allah swt.2. Memperbanyak tilawah (membaca) Al-Qur’an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan.3. Memperbanyak puasa sunnah. Puasa merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.4. Mujahadatun nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat untuk mengalahkan nafsu yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, dan kikir.5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna.6. Perlu mengadakan latihan-latihan sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi, misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah.7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi’in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2007/06/02/186/sabar-keajaiban-seorang-mukmin/#ixzz2isJh3URU 

Pertemuan 7 : Menundukkan Pandangan

File hard copy (terpisah)

Pertemuan 8 : Menutup Aurat

File hard copy (terpisah)

Pertemuan 9 : Wanita-wanita Pengukir Sejarah / Pria2 Pengukir Sejarah

Ikhwan : Menceritakan kisah Muhammad Al-Fatih

Akhawat : Menceritakan kisah Fatimah Az Zahra

Pertemuan 10 : Menjaga Rahasia dan menutupi aib sesama muslim

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

Page 29: Modul Materi Mentoring 2013

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengikat kaum mukminin dengan ikatan kuat dan suci, yakni iman. Dengannya, sesama mukmin menjadi bersaudara. Jika ia temukan di belahan barat atau timur bumi seseorang yang beriman kepada Allah, Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir; maka ia adalah saudaranya seiman. Persaudaraan yang menuntut dirinya untuk mencintainya dan menyukai kebaikan untuknya sebagaimana ia menyukai kebaikan itu untuk dirinya; serta membenci sesuatu padanya yang ia benci jika sesuatu itu ada pada dirinya.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

Tن_ الVمRؤ_ _مR ي TحTد_ك ]ى أ _حVب] حTت TخVيهV ي Vا ألTم �_حVب هV ي VسRفT Vن ل

"Tidak sempurna keimanan seseorang dari kalian, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Setiap kita tidak suka jika kejelekannya disebar dan diketahui orang banyak. Ia lebih suka jika aib dan kesalahannya tertutupi. Maka ini menjadi tuntutan iman setiap muslim untuk menutupi aib saudaranya seiman dan tidak menyebarkannya.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjelaskan beberapa hak seorang muslim atas muslim lainnya yang salah satunya menutupi aib saudara muslim lainnya,

Vم_ ل Rم_سR Tخ_و ال V أ Vم ل Rم_سR Vم_ه_ الT ال TظRل Vم_ه_ وTالT ي ل Rس_ TانT وTمTنR ي TخVيهV حTاجTةV فVي ك TانT أ ]ه_ ك VهV فVي الل ت TاجTح RنTمTو Tج g عTنR فTر] Vم ل Rم_س uةT ب Rر_ جT ك ]ه_ فTر] Rه_ الل Tةu عTن ب Rر_ TاتV مVنR ك ب _ر_ V ك TوRم TامTةV ي RقVي TرT وTمTنR ال ت Tا سuمV ل Rه_ م_س TرT ت Tه_ س[ الل TمRوT TامTةV ي RقVي ال

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak boleh mendzaliminya dan menyerahkannya kepada musuh. Dan siapa yang berusaha memenuhi kebutuhan  saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan kesusahan seorang muslim, maka Allah akan menghilangkan darinya kesusahan pada hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya pada hair kiamat.” (Muttafaq ‘alaih)

Makna  Eن GمGو GرGت Gا س NمPل EسSم   adalah jika melihatnya berbuat buruk tidak lantas disebarkan di tengah-tengah manusia.

Dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,

Tر_ ال_ ت RسT Rد} ي Rدuا عTب Tا فVي عTب Rي Vال] الد�ن ه_ إ TرT ت Tه_ س[ TوRمT الل TامTةV ي RقVي ال

“Tidaklah seorang hamba menutupi aib hamba lainnya di dunia kecuali Allah akan menutupi aibnya pada hari hari kiamat.” (HR. Muslim)

Page 30: Modul Materi Mentoring 2013

Hal ini tidak menafikan inkarul munkar (mengingkari kemungkaran) antara dirinya dan saudaranya. Menutupi aib terletak pada kemaksiatan yang telah dilakukannya. Sedangkan inkarul munkar letaknya pada kemaksiatan yang menjadi pekerjaannya. Mengingkari kemungkarannya adalah wajib dan kalau tidak bisa maka ia melaporkannya kepada hakim.

Keutamaan menutupi aib saudara muslim dikuatkan dengan sifat Allah yang suka menutupi aib dan kesalahan hamba-Nya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

Vن] ]هT إ Vيم} وTجTل] عTز] الل ل Tي¿ حV Xير} حTي ت Vس �_حVب TاءT ي ي TحR RرT ال ت VذTا وTالس] TسTلT فTإ _مR اغRت TحTد_ك Vر أ Tت ت RسT Rي فTل

"Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla maha kembut maha pemurah, malu dan suka menutupi. Dia mencintai rasa malu dan tertutup, maka apabila salah seorang kalian mandi hendaknya memasang penutup." (HR. al-Nasai)

Tertutup ada dua macam: hissi dan maknawi. Tertutup secara hissi adalah memakai kain yang baik dan bagus untuk menutupi aurat sehingga tidak dilihat oleh pandangan orang. Petunjuk Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam ini berlaku dalam semua kondisi kecuali antara pasangan suami-istri saat berhubungan. Maka bagi siapa yang sedang buang air atau mandi hendaknya ia memasang penutup supaya tidak terlihat oleh pandangan mata orang.

Tertutup secara maknawi adalah menutupi aib dan perbuatan dosa dengan tidak menceritakan dan menyebarkannya kepada orang lain. Ini juga berlaku atas orang yang melihat saudara muslimnya telah melakukan perbuatan dosa atau melakukan tindakan hina maka janganlah ia menyebarkannya kepada msyarakat, tapi hendaknya ia mencegahnya dari perbuatan maksiat dan menyuruhnya bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karenanya Islam melarang keras umatnya dari mencari-cari kesalahan kaum muslimin yang tersembunyi untuk dia sebarkan ke tengah-tengah manusia. Perbuatan tersebut dapat mengundang murka Allah kepadanya dan menyebabkannya mengerjakan perbuatan buruk saudaranya tadi. Karena balasan sesuai dengan jenis amal. Maka siapa yang mencari-cari aib orang lain dan menyebarkannya di tengah-tengah manusia maka Allah akan menyingkap aibnya dan menyebarkannya di tengah-tengah makhluk-Nya. Bahkan dosa dan maksiat yang dikerjakannya di dalam kamarnya di tengah malam akan juga diketahui orang. Wallahu Ta'ala A'lam

Pertemuan 11 : Keutamaan Tilawah Al-Qur’an dan mengkhatamkannya

File hard copy

Pertemuan 12 : Ukhuwah Islamiyah

Page 31: Modul Materi Mentoring 2013

Makna Ukhuwah Islamiyah.

• Menurut Imam Hasan Al-Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati

dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.

Hakekat Ukhuwah Islamiyah

1. Nikmat Allah (QS. 3: 103)

2. Perumpamaan tali tasbih (QS. 43: 67)

3. Merupakan arahan Rabbani (QS. 8: 63)

4. Merupakan cermin kekuatan iman (QS. 49: 10)

Perbedaan Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Jahiliyah

• Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan aqidah

dan syariat Islam. Ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer (terbatas pada waktu

dan tempat), yaitu ikatan selain ikatan aqidah (misal: ikatan keturunan

[orang tua-anak], perkawinan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan

kepentingan pribadi).

Hal-hal yang menguatkan Ukhuwah Islamiyah:

1. Memberitahukan kecintaan pada yang kita cintai

2. Memohon dido’akan bila berpisah

3. Menunjukkan kegembiraan & senyuman bila berjumpa

4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)

5. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan

6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu

7. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara)

8. Memperhatikan saudaranya & membantu keperluannya

9. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya

Buah Ukhuwah Islamiyah

1. Merasakan lezatnya iman

2. Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7

golongan yang dilindungi)

3. Mendapatkan tempat khusus di syurga (15:45-48)

Referensi

• Bercinta dan bersaudara karena Allah, Ust. Husni Adham Jarror, GIP

• Meraih Nikmatnya Iman, Abdullah Nasih ‘Ulwan

• Rahasia Sukses Ikhwan Membina Persaudaraan di Jalan Allah, Asadudin

Press

• Panduan Aktivis Harokah, Al-Ummah