modul konservasi tanah dan air - ulm repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/modul kta.pdf3. erosi alur...

101
MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR (20162-FMKB-103) Dr.Ir.H.SYARIFUDDIN KADIR,M.Si. UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2016 EROSI OLEH

Upload: others

Post on 03-Aug-2021

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

MODUL

KONSERVASI TANAH DAN AIR

(20162-FMKB-103)

Dr.Ir.H.SYARIFUDDIN KADIR,M.Si.

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU

2016

EROSI

OLEH

Page 2: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel
Page 3: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Rabbul Alamin yang telah melimpahkan

karunia dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul ini yang berjudul

“Erosi”. Tulisan ini disusun sebagai salah satu Pokok Bahasan pada perkuliahan Konservasi

Tanah dan Air (KTA) yang disampaikan pada perkuliahaan semester Genap 2016/2017 dan

untuk perkulihan KTA pada semester selanjutnya .

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya

kepada Dekan dan Wakil Dekan I Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat yang

telah mendorong saya, sehingga Modul ini dapat terselesaikan untuk dapat bermanfaat kepada

mahasiswa peseeta mata Kuliah Konservasi Tanah dan Air.

Tujuan Instruksional Umum (TIU): Setelah selesai mengikuti mata kuliah ini,

mahasiswa akan dapat memahami tentang konservasi terhadap tanah dan air, berbagai metode

KTA, penentuan penggunaan lahan sesuai degan kemampuannya, metode pengukuran dan

perhitungan erosi serta dapat mempraktikkan di lapangan.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK): dibahas tentang erosi, agar mahasiswa dapat

mengetahui bentuk-bentuk erosi, dan mekanisme terbentuknya; Sub Pokok Bahasan terdiri atas :

a) Bentuk-bentuk erosi; b) Proses terjadinya erosi; c) Faktor penentu erosi; d) Pendugaan erosi;

e) Dampak, pencegahan dan pengendalian erosi; f) perhitungan tingkat bahaya erosi; dan g)

contoh pendugaan dan pembahasan hasil penelitian erosi.

Tulisan ini belumlah sempurna, namun, disusun dengan upaya maksimal untuk lebih teliti,

walaupun demikian jika masih terdapat kekurangan, maka segala komentar, karenanya, demi

penyempurnaannya Modul ini akan diterima dengan senang dan untuk itu di ucapkan terima

kasih

Banjarbaru, November 2016

Penulis,

SYARIFUDDIN KADIR

Page 4: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

Halaman

I. PENGERTIAN EROSI ...................................................................... ……………. 1

II. PROSES TERJADINYA EROSI ...................................................... ……………. 3

III. FAKTOR PENENTU EROSI ............................................................ …………… 3

IV. PENDUGAAN EROSI ...................................................................... …………… 6

V. PENENTUAN TINGKAT BAHAYA EROSI .................................. …………… 10

VI. DAMPAK, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN EROSI ....... …………… 11

VII. CONTOH HASIL DAN PEMBAHASAN PENDUGAAN EROSI . …………… 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. …………… 30

LAMPIRAN CONTOH PETA PENDUGAAN EROSI

LAMPIRAN-POWER POINT BAHAN KULIAH

Page 5: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Matrik Tingkat Bahaya Erosi ................................................................ ……………. 11

2. Jumlah Unit Lahan Lokasi Penelitian ................................................... ……………. 13

3. Nilai erosivitas pada setiap stasiun hujan ............................................. ……………. 14

4. Luasan masing-masing kelas erosivitas hasil interpolasi...................... ……………. 15

5. Hasil Perhitungan Erodibilitas Tanah Pada Setiap Unit Lahan ............ ……………. 16

6. Hasil Perhitungan LS Pada Setiap Unit Lahan ..................................... ……………. 17

7. Luasan, jumlah pixel dan presentase nilai LS ....................................... ……………. 19

8. Nilai C dan luasan untuk setiap unit lahan............................................ ……………. 21

9. Nilai P dan luasan untuk setiap unit lahan ............................................ ……………. 22

10. Nilai Erosi (A) pada setiap unit lahan di DAS Tabunio ....................... ……………. 23

11. Nilai TBE pada setiap unit lahan di DAS Tabunio ............................... ……………. 25

12. Presentasi Luas Tingkat Bahaya Erosi (TBE) di DAS ......................... ……………. 26

13. Lokasi Prioritas dan Arahan Konservasi Lahan DAS Tabunio .......... ……………. 27

14. Hasil Simulasi Arahan Konservasi Lahan DAS Tabunio ................... ……………. 28

Page 6: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Diagram Pendugaan Nilai Erosi............................................................ ……………. 2

2. Panjang dan kemiringan lereng (LS) berbasis Unit Lahan ................... ……………. 18

3. Panjang dan kemiringan lereng (LS) berbasis Pixel …………………………….. 20

4. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) berbasis Unit Lahan …………………………….. 26

5. Hasil simulasi arahan konservasi hutan dan lahan di DAS Tabunio .... ……………. 29

Page 7: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

1

I. PENGERTIAN EROSI

Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari

suatu tempat ketempat lain oleh media alami, yaitu air atau angin (Arsyad 1989). Selanjutnya

menurut Yu (2003), rendahnya kapasitas infiltrasi menyebabkan besarnya erosi sebagai akibat

tingginya aliran permukaan.

Tanah sebagai sumber daya alam telah mengalami berbagai tekanan seiring dengan

peningkatan jumlah manusia. Tekanan tersebut telah menyebabkan penurunan mutu tanah yang

berujung pada pengurangan kemampuan tanah untuk berproduksi. Penurunan mutu tanah

tersebut disebabkan oleh proses pencucian hara dan proses erosi tanah terutama pada lahan-lahan

yang tidak memiliki penutupan vegetasi. Erosi merupakan peristiwa hilangnya lapisan tanah atau

bagian-bagian tanah di permukaan. Di Indonesia erosi yang sering dijumpai adalah erosi yang

disebabkan oleh air.

Erosi dapat menimbulkan kerusakan baik pada tanah tempat terjadi erosi maupun pada

tempat tujuan akhir tanah yang terangkut tersebut diendapkan. Kerusakan pada tanah tempat

erosi terjadi berupa penurunan sifat-sifat kimia dan fisik tanah yang pada akhirnya menyebabkan

memburuknya pertumbuhan tanaman dan rendahnya produktivitas. Sedangkan pada tempat

tujuan akhir hasil erosi akan menyebabkan pendangkalan sungai, aduk, situ/danau, dan saluran

irigasi. Dengan peningkatan jumlah aliran air di permukaan dan mendangkalnya sungai

menyebabkan makin seringnya terjadi banjir (Murdis, 1999). Diagram Alir Pendugaan Nilai

Erosi disajikan pada Gambar 1.

Page 8: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

2

Gambar 1. Diagram Alir Pendugaan Nilai Erosi

Data Curah Hujan

Data Sifat fisik tanah

Data Kontur/Lereng

Data pengelolaan tanaman

Data konservasi tanah

Unit Lahan lokas penelitian

Page 9: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

3

II. PROSES TERJADINYA EROSI

Asdak (2010) mengemukakan bahwa proses erosi terdiri atas tiga bagian yang terdiri atas;

pengelupasan, pengangkutan, dan pengendapan. Selanjutnya dinyatakan bahwa beberapa tipe

erosi permukaan yang umum dijumpai di daerah tropis adalah: 1) erosi pericik (splash erosion);

2) Erosi kulit (sheet erosion); 3) Erosi alur (riil erosion); 4) Erosi parit (gully erosion); dan 5)

Erosi tebing sungai (streambank erosion).

1. Erosi percikan (splash erosion) adalah proses curah hujan yang mencapai permukaan tanah

sebagai air lolos pada tajuk vegetasi atau lainnya, menimbulkan energi kinetik yang dapat

menyebabkan terkelupasnya partikel tanah bagian atas.

2. Erosi kulit (sheet erosion) adalah proses yang terjadi dari kombinasi air hujan dan air larian

pada lahan berlereng, hal ini ditandai oleh terkikisnya lapisan tipis permukaan tanah.

3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan

partikel-partikel tanah, akibat tingginya curah hujan sehingga terjadi aliran permukaan yang

terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air.

4. Erosi parit (gully erosion) merupakan proses erosi terjadi akibat terjadinya erosi alur yang

membentuk jajaran parit yang lebih dalam dan lebar.

5. Erosi tebing sungai (streambank erosion) adalah erosi yang terjadi akibat kondisi aliran

sungai yang tidak normal dan kondisi kepekaan tanah menyebabkan terjadinya pengikisan

tanah pada tebing-tebing sungai.

III. FAKTOR PENENTU EROSI

Menurut Utomo (1989), pengelolaan faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi adalah

sebagai berikut:

1. Data Curah Hujan 2. Data Kelerengan 3. Data Siafat Fisik tanah 4. Data Vegetasi tutupan lahan 5. Data Konservasi tanah

Page 10: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

4

1. Faktor energi meliputi: a) erosivitas; b) aliran permukaaan: c) angin; d) relief; e) sudut lereng;

f) panjang lereng; dan h) jarak antar teras;

2. Faktor ketahanan meliputi: a) erodibilitas; b) infiltrasi; dan c) pengelolaan tanah; dan

3. Faktor pelindung meliputi: a) kepadatan penduduk; b) tanaman penutup; d) nilai kegunaan;

dan e) pengelolaan lahan.

Indarto (2010) mengemukakan bahwa aktivitas manusia terhadap erosi sangat berpengaruh

sekali seperti adanya perubahan-perubahan tata guna lahan yang sering terjadi di daerah aliran

sungai. Selanjutnya Arsyad (2010), mengemukakan bahwa secara keseluruhan terdapat lima

faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi besarnya erosi antara lain:

1. Faktor Iklim

Iklim adalah faktor yang menentukan kejadian erosi, dalam hal ini curah hujan dinyatakan

dalam nilai indeks erosivitas hujan. Di daerah beriklim basah faktor iklim yang dominan

mempengaruhi erosi adalah dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran

permukaan (Arsyad, 2010). Selanjutnya Kartasapoetra (2000) mengemukakan bahwa pada

daerah yang beriklim tropis, curah hujan dan temperatur merupakan faktor yang paling besar

mempengaruhi terjadinya erosi. Berdasarkan karakteristik catchment area Jaing, maka dapat

dinyatakan bahwa curah hujan merupakan salah satu faktor iklim yang paling berpengaruh

terhadap kejadian erosi.

2. Faktor Vegetasi

Menurut Utomo (1989), Vegetasi mempengaruhi erosi karena butir-butir hujan jatuh

kepermukaan tanah dan dapat menimbukan kerusakan dilindungi oleh vegetasi. Selanjutnya

Arsyad 1989) mengemukakan bahwa pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi

karena adanya: 1) pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan

Page 11: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

5

pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah; 2)

intersepsi hujan oleh tajuk tanaman; 3) mengurangi kecepatan aliran permukaan; 4) kekuatan

perusak air; dan 5) transpirasi yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang sehingga

meningkatkan infiltrasi.

3. Faktor Tanah

Menurut Arsyad (1989), erodibilitas tanah adalah kondisi mudah tidaknya tanah tererosi atau

ketahanan tanah terhadap erosi. Kepekaan tanah untuk tererosi dibedakan oleh sifat fisik dan

kimia tanah tersebut. Kepekaan erosi tanah adalah fungsi berbagai interaksi sifat-sifat fisik

dan kimia tanah. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan erosi adalah: 1) Sifat-sifat

tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi; permeabilitas dan kapasitas menahan air; dan 2)

Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan butir-

butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan mengikis tanah hingga berpindah dari suatu

tempat ketempat lain.

4. Faktor Topografi

Asdak (2010) mengemukakan bahwa dua unsur topografi yang paling mempengaruhi erosi

adalah panjang lereng dan derajat kemiringan lereng. Unsur lain yang mungkin berpengaruh

adalah arah lereng, konfigurasi, keseragamannya. Selanjutnya dikemukakan juga bahwa

kedudukan lereng juga menentukan besar kecilnya erosi, lereng bagian bawah lebih mudah

tererosi dari pada lereng bagian atas karena momentum air larian lebih besar dan kecepatan air

larian lebih terkonsentrasi ketika mencapai lereng bagian bawah. Selanjutnya Kartasapoetra

(2000) mengemukakan bahwa kemiringan lahan merupakan faktor yang sangat perlu

diperhatikan, sejak penyiapan lahan pertanian, usaha penanaman, pengambilan produk serta

Page 12: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

6

pengawetan lahan tersebut, karena lahan yang mempunyai kemiringan yang lebih besar lebih

mudah terganggu.

5. Faktor Manusia

Pengaruh manusia terhadap erosi mudah dikenali dengan adanya perubahan-perubahan tata

guna lahan yang sering terjadi di suatu wilayah daerah aliran sungai. Banyak daerah-daerah

tropis yang dulunya sebagian besar tertutup oleh hutan yang lambat laun berubah menjadi

lahan persawahan, pemukiman, belukar bahkan ada yang terbuka (Arsyad, 2010).

IV. PENDUGAAN EROSI

Pendugaan besarnya erosi dari sebidang tanah/lahan sangat berguna untuk menetapkan

cara pencegahan erosi atau sistem pengelolaan tanah pada lahan tersebut agar terjadi kerusakan

tanah yang sekecil-kecilnya (Arsyad, 2010). Menurut Asdak (2010), besarnya erosi dilakukan

pengukuran secara kualitatif dilakukan dengan cara mengamati tanda-tanda di lapangan yang

dapat menunjukkan adanya erosi seperti terbukanya akar-akar pohon dan semak, adanya jalur

erosi, adanya real dan atau gully erosion, sedimen tanah dalam saluran/parit.

Pendugaan besarnya erosi dengan menggunakan metode modifikasi persamaan USLE yang

dilakukan oleh Ruslan (1992) dengan menambah perkalian 0,61. Selain itu, Baja (2012)

mengemukakan bahwa erosi dapat di analisis menggunakan USLE, namun memiliki beberapa

kerterbatasan, yang sering dipandang sebagai prasyarat yang ditetapkan dalam prosedur

pemodelan. Keterbatasan tersebut sebagai berikut:

1. Persamaannya menggunakan pendekatan empiris yang tidak mewakili proses fisik yang

sebenarnya dari erosi tanah,

2. Persamaannya digunakan untuk memprediksi kehilangan tanah rata-rata. tahunan, dan tidak

untuk kejadian hujan tunggal,

Page 13: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

7

3. Hanya digunakan untuk perkiraan erosi lembar dan rill, dan

4. Tidak memperhitungkan deposisi sedimen.

Pendugaan besarnya erosi dengan menggunakan rumus USLE (Wischmeier dan Smith,

1978) yang bentuk persamaannya sebagai berikut:

A = R x K x L x S x C x P

Keterangan :

A = Jumlah tanah yang hilang (Ton/ha/th)

R = Faktot erosifitas hujan tahunan rata-rata (mj.cm/ha/jam/tth)

K = Faktor erodibilitas tanah (Ton,ha.jam/ha/mj.cm)

L = Faktor panjang lereng

S = Faktor kemiringan lereng

C = Faktor pengelolaan tanaman

P = Faktor konservasi tanah

Berdasarkan persamaan pendugaan erosi tersebut di atas, maka berikut ini diuraikan setiap

factor penentuan besarnya erosi:

A. Faktor Erosivitas Hujan (R)

Menurut Arsyad (2010) nilai R adalah daya erosi hujan pada suatu tempat atau erosivitas

hujan tahunan yang dapat dihitung melalui persamaan Bols dengan rumus:

R = 6,119 (Rain)1,21

(Days)-0,47

(MaxP)0,53

Keterangan :

R : Faktor erosivitas hujan bulanan rata-rata (KJ/ha/tahun)

Rain : Curah hujan rata-rata bulanan (cm)

Days : Jumlah hari hujan rata-rata bulanan

MaxP : Curah hujan maksimum harian (cm)

Page 14: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

8

B. Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Arsyad (2010) menjelaskan bahwa erodibilitas tanah (K) menunjukkan tingkat kepekaan

tanah terhadap erosi yaitu mudah tidaknya tanah mengalami erosi, erodibilitas tanah dipengaruhi

oleh tekstur (pasir sangat halus, debu dan liat), struktur tanah, permeabilitas tanah dan

kandungan bahan organik tanah. Erodibilitas tanah dapat dihitung dengan persamaan

Wischmeier dan Smith (1978) yaitu ::

100K = 2,713 . 10-4

(12-a)M 1,14

+ 3,25 (b-2) + (c-3)

Keterangan :

K : erodibilitas tanah

M : ukuran partikel (% debu + % pasir halus)

a : kandungan bahan organik, untuk kadar bahan organik >6 % (tinggi-sangat tinggi), maka

nilai 6 merupakan nilai maksimum yang dipakai

b : kelas struktur tanah

c : kelas permeabilitas

C. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)

Nilai faktor panjang lereng (L) dan faktor kemiringan lereng (S) diintegrasikan menjadi

faktor LS dan dihitung dengan formula yang dikemukakan oleh Asdak (1995) sebagai berikut :

S = (0,43 + 0,043 s2)/6,61

LS = L1/2

(0,0138 S2 + 0,00965 S + 0,00138)

Keterangan:

LS : Nilai faktor lereng dan kemiringan

S : Kemiringan lereng aktual (%)

S : Kemiringan lereng (%)

Page 15: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

9

Jadi nilai indek panjang dan kemiringan lereng adalah hasil perkalian antara nilai aktor panjang

lereng (L) dengan nilai faktor kemiringan lereng (S).

Faktor LS juga dapat dihitung dari data Digital Elevation Model dengan menurunkan

rumus Moore and Burch (1986) dimana perhitungan menggunakan dua faktor utama yaitu

flowaccumulation dan kecuraman lereng. Flowaccumulation didapat dengan menggunkan

watershed delineation sedangkan kecuraman lereng dihitung dengan menggunakan 3D Analyst,

adapun persamaan itu ialah sebagai berikut:

LS = (X * CZ / 22.13)0.4

* (sin θ / 0.0896)1.3

Keterangan:

LS = Faktor Lereng

X = Akumulasi Aliran

CZ = Ukuran pixel

θ = Kemiringan lereng (%)

As-syakur (2008) menyatakan terdapat perbedaan mencolok terhadap hasil prediksi erosi

yang menggunakan faktor LS dari hasil analisa SIG dengan penelitian yang menggunakan faktor

LS hasil perhitungan data-data lapangan. Perbedaan mencolok tersebut khususnya pada tingkat

bahaya erosi berat dan sangat berat, hal tersebut disebabkan karena faktor LS dari hasil analisis

SIG sangat memperhitungkan nilai LS ditempat terjadinya akumulasi air sehingga jumlah erosi

tanah akan semakin tinggi di daerah-daerah tempat terjadinya akumulasi air.

Page 16: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

10

D. Faktor Tanaman Penutup dan Manajemen Tanaman (C)

Faktor C menggambarkan nisbah antara besarnya erosi dari lahan dengan tanaman dan

manajemen tertentu terhadap besarnya erosi tanah yang tidak ditanami dan tanpa pengolahan.

Faktor ini mengukur kombinasi pengaruh tanaman dan pengelolaannya. Tanpa mengurangi

ketelitian prediksi erosi yang hendak dicapai nilai C dapat merujuk pada publikasi yang telah ada

sesuai dengan kondisi Indonesia (Ridwansyah et.al, 2010).

E. Faktor Tindakan Konservasi Tanah (P)

Nilai faktor tindakan manusia dalam konservasi tanah adalah nisbah antara besarnya erosi

dari lahan dengan suatu tindakan konservasi tertentu terhadap besarnya erosi pada lahan tanpa

tindakan konservasi. Termasuk dalam tindakan konservasi tanah adalah penanaman dalam strip,

pengolahan tanah menurut kontur, guludan dan teras. Nilai dasar P adalah satu yang diberikan

untuk lahan tanpa tindakan konservasi (Ridwansyah et.al, 2010).

Tunas (2005) menyatakan khusus untuk parameter CP, nilainya sangat tergantung pada

kebiasaan pola tanam masyarakat selama satu tahun dan relatif sulit menetapkan nilai parameter

yang sesuai untuk kondisi yang sedang berlangsung pada setiap bulannya. Nilai parameter CP

juga bisa ditetapkan terpisah untuk C dan P dan dapat juga ditetapkan satu nilai untuk dua

parameter (CP). Hal ini dilakukan pada lahan-lahan alami yang belum

dieksploitasi/dimanfaatkan atau lahan-lahan yang belum berubah secara alamiah.

V. PENENTUAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE)

Tingkat bahaya erosi ditentukan dengan memperhitungkan kelas tingkat erosi dan

memperhitungkan kedalaman tanah, secara rinci penentuan tingkat bahaya erosi dapat dilihat

pada Tabel 1.

Page 17: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

11

Tabel 1. Matrik Tingkat Bahaya Erosi

Solum Tanah (cm)

Kelas Erosi

I II III IV V

Erosi (ton/ha/tahunan)

< 15 15 - 60 60 - 80 180 - 480 > 480

Dalam

>90

SR

0

R

I

S

II

B

III

SB

IV

Sedang

60 - 90

R

I

S

II

B

III

SB

IV

SB

IV

Dangkal

30 - 60

S

II

B

III

SB

IV

SB

IV

SB

IV

Sangat Dangkal

< 30

B

III

SB

IV

SB

IV

SB

IV

SB

IV

Sumber : Kementrian Kehutanan (2009).

Keterangan :

0 – SR = Sangat Ringan

I – R = Ringan

II – S = Sedang

III – B = Berat

IV – SB = Sangat Berat

VI. DAMPAK, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN EROSI

Jacob at al. (2009) mengemukakan bahwa kejadian erosi pada lahan pertanian

menyebabkan perubahan praktek pertanian. Selanjutnya Roig-Munar at al. (2012)

mengemukakan bahwa degradasi lahan menyebabkan terjadi erosi yang mempengaruhi

perubahan kondisi sungai. Lebih lanjut Samuels (2008) mengemukakan bahwa pantai yang

menonjol keluar ke Samudera Atlantik terlibat dalam proses yang berkesinambungan erosi.

Selanjutnya Lantican, Guerra, dan Bhuiyan (2003) mengemukakan bahwa dampak kejadian erosi

Page 18: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

12

terdiri atas: a) Meningkatnya tren konsekuen pendangkalan kanal; b) Mengakibatkan signifikan

penurunan produktivitas dan pendapatan petani; c) Meningkatnya biaya operasi rutin dan

pemeliharaan sungai.

Menurut Asdak (2010) berdasarkan rumus USLE, maka komponen yang dapat

dikendalikan untuk usaha pencegahan erosi adalah faktor pengelolaan tanaman (c), konservasi

(P), dan faktor topografi (LS). Selanjutnya dinyatakan bahwa komponen erodibilitas tanah (K)

umumnya di anggap konstan kendatipun dapat pula berubah tergantung dari perubahan struktur

tanah.

Menurut Baja (2012), DAS merupakan suatu ekosisten yang kompleks, dan kualitas serta

kesehatannya sangat ditentukan oleh aktivitas tata guna lahan, hal ini menandakan pentingnya

prosedur pemodelan yang dikembangkan, khususnya dalam konteks di mana pola spasial tata

guna lahan di masa depan dapat dirancang berbasis risiko degradasi pada suatu DAS, agar erosi

dapat terkendali. Selanjutnya menurut Arsyad (2010), konservasi tanah dan air serta pemilihan

usaha tani sesuai penggunaan lahan dapat merupakan bagian dari upaya penyelamatan

sumberdaya alam (tanah, air, dan hutan).

Rayes (2007) mengemukakan bahwa kecuraman lereng suatu lahan dapat meningkatkan

aliran permukaan yang berpengaruh terhadap besarnya erosi. Selanjunya Franti et al. (1998)

mengemukakan bahwa terasering bertujuan memperpendek panjang lereng yang dapat

mengurangi limpasan permukaan yang juga dapat mengurangi jumlah erosi. Selanjutnya menurut

Kartasapoetra dan Sotedjo (2000) mengemukakan bahwa erosi dapat disebut pengikisan atau

kelongsoran, yang sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan

atau kekuatan-kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara alami ataupun sebagai

akibat tindakan/perbuatan manusia. Kadir (2002) melaporkan bahwa kawasan lindung DAS

Page 19: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

13

Riam Kanan merupakan salah satu DAS yang dikelompokkan sebagai DAS prioritas

penangannya di Indonesia, peranan DAS ini sangat penting bagi daerah Kalimantan Selatan, hal

ini disebabkan oleh adanya bangunan waduk PLTA dibagian DAS ini, selain berfungsi sebagai

pengendali banjir, namun beberapa tahun terakhir waduk ini terjadi pendangkalan karena

besarnya erosi yang terjadi pada catchment area ini.

VII. CONTOH HASIL DAN PEMBAHASAN PENDUGAAN EROSI

DI DAS TABUNIO

A. Unit Lahan

Penentuan unit lahan berdasarkan hasil tumpang susun (overlay) antara peta jenis tanah

dan peta kelas lereng. Kemudian peta unit lahan tersebut dilakukan tumpang susun lagi dengan

peta penutupan lahan, sehingga didapatkan peta unit lahan pada berbagai kondisi penutupan

lahan. Unit lahan yang dihasilkan dari overlay ialah sebanyak 8 unit lahan dengan masing-

masing 2 (dua) penutuan lahan yang disesuaikan dengan kondisi yang ditemukan di lapangan.

Jumlah unit lahan berserta masing-masing tutupan lahannya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Unit Lahan Lokasi Penelitian.

No Unit Lahan Luas

(Ha) Penutupan Lahan Jenis Tanah

Lereng

(%)

1 UL 1a 1.474 Perkebunan Campuran

Dystrudepts 0 - 3% UL 1b 3.327 Semak dan Belukar

2 UL 2a 7.215 Perkebunan Endoaquepts

(sulfic) 0 - 3%

UL 2b 4.924 Semak dan Belukar Rawa

3 UL 3a 6.859 Tanaman Campuran

Hapludox 3 - 8% UL 3b 2.102 Pertambangan

4 UL 4a 3.509 Perkebunan Campuran

Kandiudults 3 - 8% UL 4b 2.407 Semak dan Belukar

5 UL 5a 8.736 Perkebunan Kanhapluduts

(skel) 3 - 8%

UL 5b 3.274 Perkebunan

6 UL 6a 2.450 Pertanian Lahan Kering Campuran

Kanhapluduts 3 - 8% UL 6b 2.904 Semak dan Belukar

Page 20: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

14

No Unit Lahan Luas

(Ha) Penutupan Lahan Jenis Tanah

Lereng

(%)

7 UL 7a 2.599 Perkebunan

Kandiudox 8 - 15% UL 7b 5.393 Semak dan Belukar

8 UL 8 5.389 Hutan Lahan Kering Sekunder Inceptisols 25 - 40%

Sumber: Hasil data primer tahun 2015

Berdasarkan hasil pembuatan unit lahan dapat diketahui beberapa kondisi penutupan

lahan yaitu terdiri dari hutan lahan kering sekunder, perkebunan, perkebunan campuran,

pertanian lahan kering, tanaman campuran, semak belukar, dan pertambangan. Unit lahan

tersebutlah yang juga menjadi dasar lokasi untuk pengambilan sampel tanah.

B. Pendugaan Erosi

1. Erosivitas

Nilai erosivitas diperoleh dari hasil analisis curah hujan pada stasiun penakar curah hujan

terdekat dengan lokasi penelitian selama 10 tahun terakhir yaitu tahun 2005 sampai 2014. Jumlah

stasiun hujan yang digunakan dalam analisis erosivitas ialah 6 stasiun, dimana tersebar pada 6

kecamatan yang ada di lokasi penelitian. Nilai erosivitas pada setiap stasiun hujan dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai erosivitas pada setiap stasiun hujan

No Stasiun Hujan Nilai Erosivitas (Kj/ha)

1 Takisung 1,708

2 Pelaihari 1,511

3 Tambang Ulang 1,595

4 Kurau 1,149

5 Batu Ampar 1,705

6 Bajuin 1,809

Sumber: Hasil data primer tahun 2015

Berdasarkan Nilai erosivitas (R) yang dihitung berdasarkan rumus Bols (1978), dapat

diketahui nilai erosivitas tertinggi yaitu pada stasiun Bajuin dengan nilai erosivitas 1809 kj/ha

Page 21: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

15

dan yang terendah pada stasiun Kurau dengan nilai erosivitas 1149 jk/ha. Nilai R dari setiap

stasiun dilakukan interpolasi geostatistik dengan metode IDW dalam bentuk raster ukuran pixel

30x30 m. Nilai erosivitas hasil interpolasi dan luasan masing-masing kelas erosivitas dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luasan masing-masing kelas erosivitas hasil interpolasi

No Nilai Erosivitas (Kj/ha) Luas (m2) Jumlah Pixel

1 1163- 1200 3.300.491,77 3459

2 1200 - 1300 14.933.794,94 15651

3 1300 - 1400 24.830.499,37 26023

4 1400 - 1500 49.852.787,95 52247

5 1500 - 1600 207.355.613,92 217314

6 1600 - 1700 230.231.008,46 241288

7 1700 - 1800 91.133.266,54 95510

8 > 1800 3.973.185,24 4164

Sumber: Hasil data primer tahun 2015

2. Erodibilitas

Erodibilitas tanah dihitung berdasarkan hasil analisis laboratorium pada setiap sampel

tanah yang diambil pada masing-masing unit lahan. Perhitungan nilai erobilitas tanah pada setiap

unit lahan menggunakan persamaan Wischemeir dan Smith (1978). Hasil perhitungan nilai

erodibilitas tanah pada setiap unit lahan dapat dilihat pada Tabel 5.

Nilai Erodibilitas pada setiap unit lahan memiliki nilai yang berbeda-beda, nilai

erodibilitas paling tinggi ialah pada unit lahan UL-5A dan yang paling rendah pada unit lahan

UL 6A dan UL 7B. Semakin tinggi nilai erodibilitas maka semakin mudah tanah tersebut

mengalami erosi. Asdak (2002) menyatakan bahwa peranan tekstur terhadap besar kecilnya

erodibilitas tanah adalah besar. Partikel yang kurang tanah adalah debu dan pasir halus. Tanah

dengan kandungan debu tinggi merupakan tanah yang mudah tererosi. Tekstur pasir mempunyai

daya ikat antar partikel tanah yang kurang mantap sehingga kemantapan agregat tanahnya rendah

Page 22: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

16

dibandingkan dengan tekstur liat yang mempunyai daya ikat antar partikel tanah yang sangat

kuat sehingga agregat tanahnya sangat sulit dihancurkan oleh butiran hujan. Berdasarkan hal

tersebut maka sesuai apabila unit lahan UL 5A memiliki nilai erodibilitas paling tinggi, karena

kandungan debu dan pasir halus lebih tinggi dibandingkan dengan unit lahan yang lainnya.

Sebagaimana Nunes, Almeida dan Coelho (2011) meyatakan bahwa erosi tanah dapat dikontrol

dengan mengubah penggunaan lahan dan meningkatkan penutupan permukaan tanah.

Tabel 5. Hasil Perhitungan Erodibilitas Tanah Pada Setiap Unit Lahan

Unit Lahan Pasir Debu Liat Pasir SH

(a) (b) (c) Erodibilitas

(%) (%) (%) (%) (K)

UL 1A 14.2 37.37 44.46 3.97 6 4 3 0.153

UL 1B 16.49 24.51 50.75 8.25 6 4 3 0.124

UL 2A 38.80 13.42 41.79 5.99 6 4 3 0.104

UL 2B 51.76 18.17 22.17 7.9 6 4 3 0.142

UL 3A 41.35 21.51 28.48 8.66 6 4 3 0.147

UL 3B 35.11 35.15 18.8 10.94 6 4 1 0.169

UL 4A 69.39 5.87 19.9 4.84 2.51 4 3 0.111

UL 4B 16.55 25.85 48.12 9.48 6 4 3 0.133

UL 5A 17.56 29.89 40.90 11.65 6 4 5 0.210

UL 5B 58.26 10.78 24.99 5.97 6 4 1 0.059

UL 6A 17.21 15.43 61.13 6.23 6 4 3 0.093

UL 6B 20.90 17.81 57.36 3.93 6 4 3 0.096

UL 7A 64.88 11.45 15.98 7.69 6 4 3 0.124

UL 7B 58.06 4.85 30.06 7.03 6 4 3 0.093

UL 8 28.15 14.71 51.19 5.95 6 4 3 0.100

Sumber: Hasil data primer tahun 2015

Keterangan:

a : Bahan Organik

b : Struktur Tanah

c : Permeabilitas

Page 23: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

17

3. Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)

Kemiringan lereng mempengaruhi kecepatan dan volume terkikisnya tanah. Makin curam

suatu lereng maka kecepatan aliran permukaan semakin besar, dengan demikian maka semakin

singkat pula kesempatan air untuk melakukan infiltrasi ke dalam tanah, sehingga menyebabkan

volume aliran permukaan besar. Panjang lereng mempengaruhi besarnya limpasan permukaan,

semakin panjang suatu lereng maka semakin besar limpasanya. Apabila volume besar maka

besarnya kemampuan untuk menimbulkan erosi juga semakin besar. Perhitungan nilai LS

dilakukan dengan menggunakan dua persamaan yaitu persamaan yang dikemukakan oleh Asdak

(1995) dan persamaan Moore and Burch berbasis SIG. Hasil perhitungan nilai LS untuk masing-

masing persamaan dapat dilihat pada Tabel 6.

a. Nilai panjang dan kemiringan lereng (LS) berdasarkan persamaan Asdak (1995)

Tabel 6. Hasil Perhitungan LS Pada Setiap Unit Lahan

No Unit Lahan Panjang Lereng (m) Kemiringan Lereng

(%) LS

1 UL 1A 150 0 - 3% 0,346

2 UL 1B 150 0 - 3% 0,346

3 UL 2A 150 0 - 3% 0,346

4 UL 2B 150 0 - 3% 0,346

5 UL 3A 150 3 - 8% 0,819

6 UL 3B 150 3 - 8% 0,819

7 UL 4A 150 3 - 8% 0,819

8 UL 4B 250 3 - 8% 1,057

9 UL 5A 150 3 - 8% 0,819

10 UL 5B 270 3 - 8% 1,099

11 UL 6A 550 3 - 8% 1,568

12 UL 6B 420 3 - 8% 1,371

13 UL 7A 450 8 - 15% 2,647

14 UL 7B 450 8 - 15% 2,647

15 UL 8 1700 25 - 40% 14,542

Sumber: Hasil data primer tahun 2015

Page 24: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

18

Berdasarkan pada Tabel 7 di atas terlihat bahwa UL_1a , UL_1b, UL_2a, UL_2b

mempunyai nilai LS terendah yaitu 0,346, sedangkan UL_8 mempunyai nilai LS tertingi yaitu

14,524 hal ini disebabkan karena UL_8 memiliki kemiringan lereng 25-40 % serta panjang

lereng 1700 m, hal tersebut menunjukan bahwa semakin besar kemiringan dan panjang lereng

maka nilai LS juga akan besar. Semakin besar kemiringan lereng maka laju aliran permukaan

semakin tinggi dan kemampuan tanah untuk meresapkan air semakin kecil, inilah yang

menyebabkan daerah yang memiliki kelerengan besar potensi erosinya lebih besar (Surono et. al,

2013). Panjang dan kemiringan lereng (LS) berbasis Unit Lahan disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Panjang dan kemiringan lereng (LS) berbasis Unit Lahan

Page 25: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

19

4. Nilai panjang dan kemiringan lereng (LS) berdasarkan Moore and Burch .

Berdasarkan nilai LS yang diperoleh berdasarkan analisis SIG, menunjukan bahwa nilai

LS didominasi oleh nilai 0 – 0.5 dengan jumlah pixel 597.459 atau seluas 57.008 ha, sedangkan

nilai LS > 27.5 adalah seluas 14 ha dengan jumlah pixel sebanyak 143. Nilai LS yang dihasilkan

dari analisis SIG persamaan Moore and Burch memiliki nilai yang berbeda dengan nilai LS

menggunakan persamaan Asdak (1995), perbedaan tersebut dikarenakan persamaan Moore and

Burch tidak hanya menggunakan parameter kemiringan lereng tetapi juga memperhitungkan

tempat terjadinya akumulasi air untuk menentukan nilai LS. Hal tersebut juga sesuai dengan

pernyataan As-syakur (2008) bahwa faktor LS dari hasil analisis SIG sangat memperhitungkan

nilai LS ditempat terjadinya akumulasi air sehingga jumlah erosi tanah akan semakin tinggi di

daerah-daerah tempat terjadinya akumulasi air. Sebagaimana Thanapackiam et.al. (2012)

mengemukakan bahwa daerah pegunungan bagian hulu DAS, mempunyai profil sungai yang

umumnya lebih cekung dan mempunyai jaringan sungai yang lebih rapat dari bagian hilir DAS.

Panjang dan kemiringan lereng (LS) berbasis Pixel disajikan pada Gambar 3.

Tabel 7. Luasan, jumlah pixel dan presentase nilai LS

No Nilai LS Luas (Ha) Jumlah Pixel %

1 0 - 0.5 57.008 597.459 91,12385

2 0.5 - 1.5 4.057 42.532 6,486938

3 1.5 - 2.5 677 7.095 1,082122

4 2.5 - 3.5 269 2.824 0,430714

5 3.5 - 7.5 370 3.882 0,592079

6 7.5 - 14.5 100 1.051 0,160297

7 14.5 - 20.5 28 297 0,045298

8 20.5 - 27.5 36 373 0,05689

9 >27.5 14 143 0,02181

Jumlah 62560 655656 100

Sumber: Hasil data primer tahun 2015

Page 26: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

20

Gambar 3. Panjang dan kemiringan lereng (LS) berbasis Pixel

5. Faktor Pengelolaan Tanaman (C)

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, dapat diketahui bahwa nilai pengelolaan

tanaman (C) untuk setiap tutupan lahan yang ada pada setiap unit lahan dapat dilihat pada Tabel

8. Tutupan lahan pada DAS Tabunio didominasi oleh areal perkebunan dengan nilai C (0,5).

Nilai C paling tinggi ada pada areal pertambangan yaitu 1, sedangkan nilai C terendah pada areal

hutan lahan kering sekunder dengan nilai 0,005. Vegetasi penutup tanah sangat besar

pengaruhnya terhadap aliran permukaan dan erosi. Semakin banyak vegetasi maka akan semakin

memperendah laju erosi yang akan terjadi. Hal ini sesuai dengan pendapat Arsyad (2010) bahwa

vegetasi merupakan faktor yang penting dalam terjadinya erosi, air hujan yang jatuh ke

Page 27: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

21

permukaan tanah akan dapat tertahan dalam tajuk-tajuk vegetasi sehingga tenaga kinetik air tidak

langsung mengenai permukaan tanah. Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi adalah

melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan, menurunkan kecepatan air larian,

menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya dan mempertahankan kemantapan kapasitas

tanah dalam menyerap air.

Tabel 8. Nilai C dan luasan untuk setiap unit lahan

No Unit Lahan Penutupan Lahan Nilai (C)

1 UL 1a Perkebunan Campuran 0,6

UL 1b Semak dan Belukar 0,4

2 UL 2a Perkebunan sawit 0,5

UL 2b Semak dan Belukar Rawa 0,02

3 UL 3a Tanaman Campuran 0,1

UL 3b Pertambangan 1

4 UL 4a Perkebunan Campuran 0,5

UL 4b Semak dan Belukar 0,4

5 UL 5a Perkebunan sawit 0,5

UL 5b Perkebunan karet 0,6

6 UL 6a Pertanian Lahan Kering 0,45

UL 6b Semak dan Belukar (dibakar setiap tahun) 0,1

7 UL 7a Perkebunan karet 0,6

UL 7b Perkebunan sawit 0,5

8 UL 8 Hutan Lahan Kering Sekunder 0,005

Sumber: Kementrian Kehutanan, 2009

Zhao et al. (2012) menyatakan bahwa perubahan vegetasi penutupan lahan suatu DAS

atau sub DAS dapat berpengaruh terhadap tingginya aliran permukaan pada musim hujan,

sehingga dapat menyebabkan fluktuasi debit yang tidak normal dan menyebabkan terjadinya

banjir. Kadir et,al (2013) menyatakan penutupan dan penggunaan lahan dapat berdampak positif

meningkatkan kesejahteraan, tetapi juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian

lingkungan dan tingginya aliran permukaan yang dapat menyebabkan terjadinya banjir dan

Page 28: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

22

meningkatkan tingkat bahaya erosi jika pelaksanaannya tidak mempertimbangkan kelestarian

lingkungan.

6. Pengelolaan Konservasi Tanah (P)

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, dapat diketahui bahwa nilai upaya pengelolaan

konservasi tanah (P) untuk setiap tutupan lahan yang ada pada setiap unit lahan dapat dilihat

pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai P dan luasan untuk setiap unit lahan

No Unit Lahan Penutupan Lahan Nilai

(P)

Keterangan

1 UL 1a Perkebunan Campuran 1 Tidak ada konservasi tanah

UL 1b Semak dan Belukar 1 Tidak ada konservasi tanah

2 UL 2a Perkebunan sawit 1 Tidak ada konservasi tanah

UL 2b Semak dan Belukar Rawa 1 Tidak ada konservasi tanah

3 UL 3a Tanaman Campuran 1 Tidak ada konservasi tanah

UL 3b Pertambangan 1 Tidak ada konservasi tanah

4 UL 4a Perkebunan Campuran 1 Tidak ada konservasi tanah

UL 4b Semak dan Belukar 1 Tidak ada konservasi tanah

5 UL 5a Perkebunan sawit 1 Tidak ada konservasi tanah

UL 5b Perkebunan karet 1 Tidak ada konservasi tanah

6 UL 6a Pertanian Lahan Kering 0,35 Teras Tradisional

UL 6b Semak dan Belukar 1 Tidak ada konservasi tanah

7 UL 7a Perkebunan karet 0,35 Teras Tradisional

UL 7b Perkebunan sawit 0,6 Kontur kroping 8 - 15%

8 UL 8 Hutan Lahan Kering

Sekunder 1 Tidak ada konservasi tanah

Sumber: Kementrian Kehutanan, 2009

C. Besar Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi Menggunakan Faktor LS berbasis Unit Lahan

Perhitungan besarnya erosi dilakukan pada setiap unit lahan dengan menggunakan rumus

USLE. Hasil perhitungan besarnya erosi pada setiap unit lahan dapat dilihat pada Tabel 10.

Page 29: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

23

Tabel 10. Nilai Erosi (A) pada setiap unit lahan di DAS Tabunio

No Unit Lahan Luas (ha) (R) (K) LS (C) (P) A

1 UL 1A 1.474 1579 0,153 0,35 0,6 1 50,88

UL 1B 3.327 1579 0,124 0,35 0,4 1 27,16

2 UL 2A 7.215 1579 0,104 0,35 0,5 1 28,55

UL 2B 4.924 1579 0,142 0,35 0,02 1 1,55

3 UL 3A 6.859 1579 0,147 0,82 0,1 1 19,07

UL 3B 2.102 1579 0,169 0,82 1 1 219,08

4 UL 4A 3.509 1579 0,111 0,82 0,5 1 71,49

UL 4B 2.407 1579 0,133 1,06 0,4 1 89,11

5 UL 5A 8.736 1579 0,210 0,82 0,5 1 136,11

UL 5B 3.274 1579 0,059 1,10 0,6 1 61,93

6 UL 6A 2.450 1579 0,093 1,57 0,45 0,35 36,35

UL 6B 2.904 1579 0,096 1,37 0,1 1 20,87

7 UL 7A 2.599 1579 0,124 2,65 0,6 0,35 108,80

UL 7B 5.393 1579 0,093 2,65 0,5 0,6 116,34

8 UL 8 5.389 1579 0,100 14,54 0,005 1 11,44

Sumber: Hasil data primer tahun 2015

Keterangan :

A = Jumlah erosi (ton/ha/thn)

R = Nilai erosivitas

K = Nilai erodibiltas

LS = Nilai panjang dan kemiringan lereng

C = Nilia penutupan lahan

P = Nilai tindakn konservasi

Berdasarkan Tabel 10 di atas terlihat bahwa unit lahan UL_3b mempunyai jumlah erosi

yang terbesar yaitu 219,08 ton/ha/thn, hal ini disebabkan karena pada unit lahan ini penutupan

lahannya adalah pertambangan dengan kemiringan lereng 3 – 8 %. Nilai erosi terkecil terdapat

pada unit lahan UL_2b dan UL_8, yaitu berturut-turut 1,55 ton/ha/thn dan 11,44 ton/ha/thn. Unit

lahan UL_2b memiliki kondisi tutupan lahan berupa semak belukar rawa yang terletak di daerah

pesisir pantai dengan kemiringan lereng 0 – 3 %. Kondisi kelerengan yang landai juga didukung

oleh faktor penutupan lahan yang ada pada unit lahan UL_2b berupa semak belukar rawa,

Page 30: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

24

dimana areal tersebut merupakan alang-alang permanen dengan genangan air sehingga faktor-

faktor penyebab erosi tidak terlalu mempengaruhi.

Pendugaan erosi yang dilakukan juga menunjukan jumlah erosi yang rendah pada unit

lahan UL_8, dimana penutupan lahannya berupa hutan lahan kering sekunder. Hal ini terjadi

karena hutan memiliki struktur vegetasi yang berlapis. Air hujan tidak langsung mengenai

permukaan tanah, akan tetapi tertahan lebih awal pada strata paling atas, terus ke strata kedua,

sampai jatuh kepermukaan juga masih tertahan oleh serasah, ranting-ranting pohon.

Tingkat bahaya erosi (TBE) ditentukan berdasarkan tabel penentuan tingkat bahaya erosi

(Ditjen RRL, 1998) dengan memasukan parameter kedalaman solum tanah dari masing-masing

jenis tanah yang ada di DAS Tabunio. Nilai TBE pada setiap unit lahan di DAS Tabunio

disajikan pada Tabel 11.

Hasil analisis tingkat bahaya erosi (TBE) di DAS Tabunio menunjukan kelas sangat

ringan hingga berat, sebagaimana digambarkan dalam Peta TBE untuk setiap unit lahan. TBE

berat terdapat pada unit lahan UL_3b , UL_4a, UL_4b, UL 5a dan UL_5b dengan total luas

20.028 ha. TBE sedang terdapat pada unit lahan UL_1b, UL_6a, UL_6b, Ul_7a dan UL_7b

dengan total luas 16.673 ha. TBE ringan terdapat pada unit lahan UL_1a, UL_2a dan UL_3a

dengan total luas 15.548 ha. TBE sangat ringan terdapat pada unit lahan UL_2b dan UL_8

dengan total luas 10.313 ha. Presentasi luas TBE pada masing-masing unit lahan di DAS

Tabunio disajikan pada Tabel 12.

Page 31: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

25

Tabel 11. Nilai TBE pada setiap unit lahan di DAS Tabunio

No Unit Lahan Luas (ha) Kedalaman BahayaErosi

TBE (cm) Kelas ton/ha/thn Kelas

1 UL 1A 1.474 > 90 Dalam 50,88 II Ringan

UL 1B 3.327 60 – 90 Sedang 27,16 II Sedang

2 UL 2A 7.215 > 90 Dalam 28,55 II Ringan

UL 2B 4.924 > 90 Dalam 1,55 I Sangat Ringan

3 UL 3A 6.859 > 90 Dalam 19,07 II Ringan

UL 3B 2.102 > 90 Dalam 219,08 IV Berat

4 UL 4A 3.509 60 – 90 Sedang 71,49 III Berat

UL 4B 2.407 60 – 90 Sedang 89,11 III Berat

5 UL 5A 8.736 60 – 90 Sedang 136,11 III Berat

UL 5B 3.274 60 – 90 Sedang 61,93 III Berat

6 UL 6A 2.450 60 – 90 Sedang 36,35 II Sedang

UL 6B 2.904 60 – 90 Sedang 20,87 II Sedang

7 UL 7A 2.599 > 90 Dalam 108,80 III Sedang

UL 7B 5.393 > 90 Dalam 116,34 III Sedang

8 UL 8 5.389 > 90 Dalam 11,44 I Sangat Ringan

Sumber: Hasil data primer tahun 2015

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa terdapat nilai TBE yang berbeda pada unit

lahan dengan tutupan lahan yang sama, seperti pada UL 2A dan UL 5A dengan tutupan lahan

berupa lahan perkebunan. Terjadi perbedaan nilai TBE pada unit lahan dengan tutupan lahan

yang sama disebabkan oleh beberapa faktor yaitu adanya perbedaan solum tanah, nilai

erodibilatas, dan nilai kelerengan. Unit lahan UL 2A memiliki kelas solum tanah dalam (>90

cm), nilai erodibilitas 0,104 dan nilai faktor kelerengan sebesar 0,35 sehingga menghasilkan nilai

TBE ringan, sedangkan unit lahan UL 5A memiliki kelas solum tanah sedang (60 – 90 cm), nilai

erodibilitas 0,210 dan nilai kelerengan sebesar 0,82 sehingga menghasilkan nilai TBE berat.

Tingkat Bahaya Erosi (TBE) berbasis Unit Lahan disajikan pada Gambar 4.

Page 32: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

26

Gambar 4. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) berbasis Unit Lahan

Tabel 12. Presentasi Luas Tingkat Bahaya Erosi (TBE) di DAS Tabunio

No Unit

Lahan Tutupan Lahan TBE

Luas

(ha)

Jumlah

(ha) (%)

1

UL 2B Semak dan Belukar Rawa Sangat

Ringan 4.924

10.311 16,48

UL 8 Hutan Lahan Kering Sekunder Sangat

Ringan 5.387

2

UL 1A Perkebunan Campuran Ringan 1.474

15.548 24,85 UL 2A Perkebunan Ringan 7.215

UL 3A Tanaman Campuran Ringan 6.859

3

UL 3B Pertambangan Berat 2.102

20.028 32,01

UL 4A Perkebunan Campuran Berat 3.509

UL 4B Semak dan Belukar Berat 2.407

UL 5A Perkebunan Berat 8.736

UL 5B Pertanian Lahan Kering Berat 3.274

Page 33: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

27

4

UL 1B Pertanian Lahan Kering Sedang 3.327

16.673 26,65

UL 6A Pertanian Lahan Kering Sedang 2.450

UL 6B Semak dan Belukar Sedang 2.904

UL 7A Perkebunan Sedang 2.599

UL 7B Perkebunan Sedang 5.393

Jumlah 62.560 62.560 100

Sumber: Hasil data primer tahun 2015

D. Penentuan Lokasi Prioritas Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Berdasarkan hasil evaluasi tingkat bahaya erosi (TBE) menggunakan SIG berbasis pixel,

maka dapat ditentukan lokasi prioritas kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan di DAS Tabunio,

yaitu pada daerah yang memiliki TBE kelas berat, adapun arahan dalam kegiatan rehabilitasinya

terdiri atas pendekatan vegetatif dan pendekatan mekanis. Berikut lokasi prioritas dan arahan

rehabilitasi hutan dan lahan di DAS Tabunio yang disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Lokasi Prioritas dan Arahan Konservasi Lahan DAS Tabunio

No Unit Lahan Tutupan TBE Arah Rehabilitasi Luas (ha)

1 UL_2a Perkebunan Berat Teras Tradisional 32,05

2 UL_3b Pertambangan Berat Reboisasi dan Teras

Tradisional 13,86

3 UL_5a Perkebunan Berat Teras Tradisional 9,35

Total 55,26

Sumber: Hasil data primer tahun 2015

Pengendalian erosi secara mekanis merupakan pengendalian erosi yang memerlukan

beberapa sarana fisik antara lain pembuatan teras dan saluran pembuangan air. Arahan ini

dilakukan untuk Unit Lahan UL_2a dan UL_5a yang merupakan areal perkebunan, dimana salah

satu cara yang masih bisa dilakukan tanpa harus mengubah jenis tanaman. Selain itu, pembuatan

teras juga memberikan manfaat seperti pernyataan Wijayanti (2011) yang menjelaskan bahwa

pembuatan teras bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penerapan teknik konservasi tanah, dan

memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility), di antaranya untuk fasilitas jalan

Page 34: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

28

dan penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan tanaman. Jenis teras yang direkomendasikan

ialah teras tradisional, yaitu berupa teras kebun sesuai dengan pernyataanSukartaatmadja (2004)

bahwa teras kebun dibuat pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng antara 30 – 50 % yang

direncanakan untuk areal penanaman jenis tanaman perkebunan. Ukuran lebar jalur teras dan

jarak antar jalur teras disesuaikan dengan jenis komoditas. Dalam pembuatan teras kebun, lahan

yang terletak di antara dua teras yang berdampingan dibiarkan tidak diolah.

Pengendalian erosi secara vegetatif, merupakan pengendalian erosi yang didasarkan pada

peranan tanaman yang ditanam atau tumbuh bertujuan untuk mengurangi daya pengikisan dan

penghanyutan tanah oleh aliran permukaan. Arahan konservasi pendekatan vegetatif sangat

cocok diterapkan pada unit lahan UL_3b yang merupakan areal pertambangan. Kegiatan

reklamasi berupa pengaturan lahan dan penanaman harus segera dilakukan khususnya pada

lokasi yang telah selesai ditambang.

Sajikumar dan Remya (2015) menyatakan bahwa efek pengendalian erosi melalui

penggunaan lahan terhadap karakteristik limpasan-permukaan pada suatu DAS. Limpasan

permukaan berkurang seiring bertambahnya vegetasi penutupan lahan. Berdasarkan arahan

kegiatan konservasi lahan seperti yang dijelaskan di atas, maka dapat dibuat simulasi yang

menghasilkan nilai TBE baru apabila arahan konservasi tersebut dilakukan. Hasil simulasi

arahan kegiatan konservasi lahan disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Simulasi Arahan Konservasi Lahan DAS Tabunio

No Unit Lahan Tutupan TBE Arah Rehabilitasi TBE

Simulasi

Luas

(ha)

1 UL_2a Perkebunan Berat Teras Tradisional Ringan 32,05

2 UL_3b Pertambangan Berat Reboisasi dan

Teras Tradisional Ringan 13,86

3 UL_5a Perkebunan Berat Teras Tradisional Ringan 9,35

Total 55,26

Sumber: Hasil data primer tahun 2015

Page 35: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

29

Hasil dari simulasi arahan konservasi lahan menunjukan bahwa TBE pada unit lahan UL_2a,

UL3b dan UL_5a yang sebelumnya kelas berat berubah menjadi TBE kelas ringan. Penurunan

TBE tersebut dikarenakan adanya perubahan vegetasi penutupan lahan (faktor C) berupa

reboisasi dan konservasi tanah pembuatan teras tradisional yang akan memperkecil nilai erosi

yang ada di DAS Tabunio. Hasil simulasi arahan konservasi hutan dan lahan di DAS Tabunio

disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Hasil simulasi arahan konservasi hutan dan lahan di DAS Tabunio.

Page 36: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air, Edisi Kesatu. IPB Press. Bogor.

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air, Edisi Kedua Cetakan Kedua. IPB Press.

Bogor.

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press

Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan Kelima

(revisi). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

As-syakur, Abdul Rahman. 2008. Prediksi Erosi dengan Menggunakan Metode

USLE dan Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis Pixel di Daerah

Tangkapan Air Danau Buyan. Bandung: Jurnal PIT MAPIN XVII.

Baja,S. 2012a. Tata guna lahan dan pengembangan wilayah. Pendekatan spasial dan

aplikasinya. Andi Yogyakarta.

Franti, T. G., Peter, C. J., Tierney, D. P., Fawcett, R. S., and Myers, S. A. (1998).

Reducing herbicide losses from tile-outlet terraces. Journal of Soil and Water

Conservation. 53 (1): 25-31.

Indarto. 2010. Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi. Bumi

Aksara. Jakarta.

Jacob, J., Disnar, J., Arnaud, F., Gauthier, E., Billaud, Y., Chapron, E., and Bardoux,

G. (2009). Impacts of New Agricultural Practices on Soil Erosion During the

Bronze Age in the French Prealps. The Holocene. 19 (2): 241-249.

doi:http://dx.doi.org/10.1177/0959683608100568.

Kadir,S. 2002. Pengelolaan DAS Terpadu di Kawasan Lindung Riam Kanan

Provinsi Kalimantan Selatan, Jurnal Tropika. Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Malang 10 (1): 87-99.

Kementrian Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

Nomor: P.32/Menhut-II/2009 Tentang Tata Cara Rencana Teknik

Rehabilitasi Hutan dan Daerah Aliran Sungai (RTkRHL – DAS). Jakarta

Kartasapoetra,G., Kartasapoetra, A.G., dan Sutedjo, M.M. 2000. Teknologi

Konservasi Tanah dan Air. P.T PT. Rineka Cipta Cetakan kempat, Jakarta.

Kementrian Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

Nomor: P.32/Menhut-II/2009 Tentang Tata Cara Rencana Teknik

Rehabilitasi Hutan dan Daerah Aliran Sungai (RTkRHL – DAS). Jakarta

Lantican, M. A., Guerra, L. C., and Bhuiyan, S. I. 2003. Impacts of Soil Erosion in

The Upper Manupali Watershed on Irrigated Lowlands in the Philippines.

Paddy and Water Environment. 1 (1): 19-26.

doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10333-002-0004-x

Moore I, Burch G. 1986. Physical basis of the length-slope factor in the universal

soil loss equation. Soil Sci Soc Am J 50;1294-1298.

Murdis, R. 1999. Pendugaan Erosi dengan Pendekatan USLE (Universal Soil Loss

Equation) Menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografi) di Sub-DAS

Ciwidey, Bandung. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi

Pertanian. IPB. Bogor.

Page 37: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Nunes, A.N., A.C. de Almeida dan C.O.A. Coelho. 2011. Impacts of land use and

cover type on runoff and soil erosion in a marginal area of Portugal. Applied

Geography, 31(2): 687-699

Rayes, M.L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Alam. CV Andi Offset.

Yoyakarta.

Ridwansyah, Iwan, Meti Yulianti dan Dini Daruati. 2010. Permodelan Erosi-

Sedimentasi Menggunakan GIS di Hulu Waduk Kedungombo. Jurnal

Prosiding Seminar Nasional Liminologi V Tahun 2010.

Sajikumar,N. dan R.S. Remya. 2015. Impact of land cover and land use change on

runoff characteristics. Journal of Environmental Management, In Press,

Corrected Proof, Available online 7 January 2015

Samuels, M. H. 2008. U.S. Eastern District Court Rules Suffolk Jetties Didn't Cause

Beach Erosion. Long Island Business News, Retrieved from

http://search.proquest.com/docview/223589147?accountid=46437.

Surono, Jailani Husain, Yani E.B. Kamagi, dan Jeane Lengkong. 2013. Aplikasi

Sistem Informasi Geografis dalam Memprediksi Erosi Dengan Metode

USLE di Sub DAS Dumoga. Jurnal unsrat vol 3, No 5 Tahun 2013.

Thanapackiam, P., Salleh, K.O., and Ghaffar, F.Ab. 2012. Vulnerability and

Adaptation of Urban Dwellers in Slope Failure Threats - A Preliminary

Observation for the Klang Valley Region. Journal of Environmental

Biology. 33 (2): 373-379.

Tunas, I Gede. 2005. Prediksi Erosi Lahan DAS Bengkulu dengan Sistem Informasi

Geografis (SIG). Palu: Jurnal SMARTek, Vol 3, No, 3 Agustus 2005: 137

– 145.

Utomo, W. H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia; Suatu Rekaman dan

Analisa. CV Rajawali. Jakarta.

Wischmeier, W.H. and Smith,D.D. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses. A

Guite to Conservation Planning, US Department of Agriculture Handbook No.

537, USDA, Washington, D.C.

Yu, J., Lei, T., Shainberg, I., Mamedov, A. I., and Levy, G. J. (2003). Infiltratin and

Erosion in Soils Treated With Dry Pam and Gypsum. Soil Science Society of

America Journal. 67 (2): 630-636.

Zhao, Y., Zhang, K., Fu, Y. dan Zhang, H. 2012. Examining Land-Use/Land-Cover

Change in the Lake Dianchi Watershed of the Yunnan-Guizhou Plateau of

Southwest China with remote sensing and GIS techniques: 1974–2008.

International Journal of environmental research and public health, 9 (11):

3843–3865.

Page 38: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

KONSERVASI TANAH DAN AIR

E R O S I

Bahan kuliah untuk keperluan pendidikan dan pengajaran

Dr. Ir. H. Syarifuddin Kadir, MSi

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEHUTANAN

BANJARBARU

Page 39: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Setelah selesai mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat memahami tentang konservasi terhadap tanah dan air, berbagai metode KTA, penentuan penggunaan lahan sesuai degan kemampuannya, metode pengukuran dan perhitungan erosi serta dapat mempraktikkan di lapangan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Dibahas terkait erosi, agar mahasiswa mengetahui faktor penyebab terjadinya erosi, metode pendugaan dan faktor yang menentukan besar kecilnya erosi serta pengendaliannya

POKOK BAHASAN =

I. PENGERTIAN EROSI

II. PROSES TERJADINYA EROSI

III. FAKTOR PENENTU EROSI

IV. PENDUGAAN EROSI

V. PENENTUAN TINGKAT BAHAYA EROSI

VI. DAMPAK, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN EROSI

VII. CONTOH HASIL DAN PEMBAHASAN PENDUGAAN EROSI

Page 40: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Erosi adalah Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah dari suatu tempat ke tempat yang lainnya oleh media

alam (air atau anging) peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah,

batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es

Page 41: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Faktor alami.

Ex : karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup tanah dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal.

Erosi yang disebabkan oleh aktivitas manusia Ex : penggundulan hutan, kegiatan pertambangan perkeunanan dan perladangan

Page 42: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Iklim

Topografi

Vegetasi

Tanah

Manusia.

Page 43: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

1. Rain Splash Erosion (Erosi Cipratan Air Hujan)

Air hujan yang jatuh akan menumbuk permukaan tanah,

mengganggu struktur tanah

Page 44: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Adalah erosi dalam bentuk lembaran-lembaran pada permukaan

tanah. Tejadi pengangkatan dan pemindahan tanah demikian

merata pada bagian permukaan tanah

Page 45: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Daya aliran air dengan mudah terus akan melakukan pengikisan

kebagian bawahnya, dengan demikian pengikisan terus

merambat kebagian bawahnya lagi dan terbentuklah

alur-alur pada permukaan tanah dari atas memanjang kebawah,

alur ini adalah dangkal

Page 46: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Erosi parit sangat erat hubungannya dengan erosi alur, karena memang erosi parit melanjutkan aktivitas daya

pengikisan partikel tanah pada alur-alur yang sudah terbentuk

Page 47: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di SUNGAI Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan mempengaruhi kelancaran jalur pelayaran.

Page 48: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Metode konservasi tanah dan air pada umumnya dilakukan untuk:

1. Melindungi tanah dari curahan langsung air

hujan

2. Meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah

3. Mengurangi run off (aliran air permukaan

tanah)

4. Meningkatkan stabilitas agregat tanah.

Page 49: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

1.Metode Vegetatif

2.Metode Mekanik

3.Metode Kimia

Page 50: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Metode vegetatif adalah metode konservasi tanah dan air dengan cara menanam vegetasi

(tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan

Page 51: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

a. Penghijauan

b. Reboisasi

c. Penanaman secara contur (contour strip cropping)

d. Penanaman tanaman secara berbaris (strip cropping)

e.Pergiliran tanaman (croprotation)

Page 52: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Metode mekanik adalah metode konservasi tanah dan air melalui

teknik-teknik pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran

permukaan

Page 53: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Metode kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia (soil conditioner) untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu

meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah)

Page 54: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel
Page 55: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

TERIMAKASIH

ATAS PERHATIAN

TERHADAP

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA EROSI, METODE PENDUGAAN DAN FAKTOR YANG

MENENTUKAN BESAR KECILNYA EROSI SERTA PENGENDALIANNYA

Page 56: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

KONSERVASI TANAH DAN AIR

E R O S I

Bahan kuliah untuk keperluan pendidikan dan pengajaran

Dr. Ir. H. Syarifuddin Kadir, MSi

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEHUTANAN

BANJARBARU

Page 57: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Setelah selesai mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat memahami tentang konservasi terhadap tanah dan air, berbagai metode KTA, penentuan penggunaan lahan sesuai degan kemampuannya, metode pengukuran dan perhitungan erosi serta dapat mempraktikkan di lapangan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Dibahas terkait EROSI, agar mahasiswa dapat mengetahui proses perhitungan pendugaan besarnya erosi pada setiap unit lahan

POKOK BAHASAN =

PERHITUNGAN PENDUGAAN EROSI MENGGUNAKAN METODE USLE (Universal Soil Loss Equation )

Page 58: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Perkiraan besarnya erosi pada setiap unit lahan dihitung dgn menggunakan rumus yang dikembangkan oleh: Wischmeier dan Smith pada tahun 1978 dalam bentuk persamaan yg dikenal dengan: UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION (USLE) (Utomo, 1994 dan Asdak, 2010)

PERHITUNGAN EROSI

Page 59: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

A = R.K.L.S.C.P.0,61

Keterangan :

A = Jumlah tanah yang hilang (Ton/ha/th)

R = Faktot erosifitas hujan tahunan rata-rata (mj.cm/ha/jam/tth)

K = Faktor erodibilitas tanah (Ton,ha.jam/ha/mj.cm)

L = Faktor panjang lereng

S = Faktor kemiringan lereng

C = Faktor pengelolaan tanaman

P = Faktor konservasi tanah

Page 60: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Nilai (R) dihitung dgn menggunakan rumus Bols 1978 (Ditjen RRL, 1998), yaitu

53,047,021,1)()()(119,6

mmmmMaxPxDaysxRainR

Keterangan : Rm = Erosivitas curah hujan bulanan rata-rata (EI30 (mj.cm/ha/jam/bulan) (Rain)m = Curah hujan rata-rata bulanan (cm) (Days)m = Jumlah hari hujan rata-rata bulanan (hari) (MaxP)m = Curah hujan harian rata-rata maksimal (cm) Dan ;

)(12

1

m

mRR Keterangan : R = Erosivitas hujan tahunan

rata-rata = jumlah Rm selama 12 bulan.

1. Erosivitas Hujan (R)

Page 61: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

2) Erodibilitas Tanah (K)

K : menunjukan nilai kepekaan suatu jenis tanah terhadap daya penghancuran dan penghanyutan air hujan (Kartasapoetra. Dkk, 2000). Besarnya nilai faktor K ini ditentukan dgn menganalisis sifat fisik tanah yg : a. tekstur, b. struktur, c. permeabilitas dan d. kandungan bahan organik.

Hasil dr analisis sifak fisik tanah meliputi tekstur, struktur, permeabilitas tanah dimasukan dengan angka pendekatan sebagaimana dikemukakan oleh Dep. Kehutanan (1985) Tabel 1.

Page 62: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

a. Tekstur tanah

Tanah disusun dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran.

A. Bagian butir tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah

seperti kerikil, koral sampai batu.

B. Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan halus tanah.

Bahan halus tanah dibedakan menjadi:

(1) pasir, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm.

(2) debu, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,050

mm.

(3) liat, yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 m

Tekstur tanah : menunjukkan kasar halusnya tanah.

Tekstur tanah : merupakan perbandingan antara butir-butir pasir,

debu dan liat.

Tekstur tanah : dikelompokkan dalam 12 klas tekstur.

Tekstur tanah : dibedakan berdasarkan prosentase kandungan

(%) pasir, debu dan liat

Page 63: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

KELAS TEKSTUR TANAH

ADA 12 KELAS TEKSTUR

BERDASARKAN USDA

1.PASIR

2.PASIR BERLEMPUNG

3.LEMPUNG BERPASIR

4.LEMPUNG LIAT BERPASIR

5.LEMPUNG BERDEBU

6.LEMPUNG

7.LEMPUNG LIAT BERPASIR

8.LIAT LIAT BERDEBU

9.LEMPUNG BERLIAT

10.LIAT BERPASIR

11.LIAT BERDEBU

12.LIAT

Page 64: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

No Tipe struktur Nilai S

1. Granular sangat halus 1

2. Granular halus 2

3. Granular kasar 3

4. Gumpal, lempeng, pejal 4

Sumber : Dit. Jendl eboisasi dan Rehab. Lahan (1998).

b. Struktur tanah

Pengertian Struktur Tanah - Struktur tanah adalah susunan atau agregasi partikel-parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, dan dibatasi oleh bidang-bidang

Struktur tanah yang baik adalah mengandung udara dan air dalam jumlah cukup dan seimbang serta mantap.

Page 65: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Struktur tanah adalah susunan agregat primer tanah secara alami menjadi bentuk tertentu dibatasi oleh beberapa bidang

Struktur Tanah: Pengertian

Struktur tanah terbentuk karena penggabungan butir-butir primer tanah oleh pengikat koloid tanah menjadi agregrat primer

Sekelompok tanah terdiri dari gumpalan-gumpalan kecil

beraneka bentuk yang disebut agregat sekunder = Struktur makro

Bagian-bagian ini terbentuk dari penggabungan

butir-butir lebih kecil yang disebut agregat primer = struktur mikro .

Page 66: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Lapisan tanah umumnya mempunyai tiga bentuk struktur: 1. Struktur Gumpal

Struktur ini biasanya terdapat pada tanah liat. Gumpalan tanah biasanya lebih besar daripada struktur lain, dan terdapat lebih banyak pori-pori mikro yang terisi oleh air daripada pori-pori makro sehingga tata udaranya kurang baik. Struktur ini biasanya mudah larut karena air hujan.

2. Struktur Remah Struktur ini adalah gumpalan yang lebih kecil. Pada struktur remah terdapat pori-pori makro non-kapiler yang tidak terisi air melainkan oleh udara. Ruang pori-pori mikro bersifat kapiler yang dapat menahan air dan tidak merembes ke bawah. Mudah larutnya struktur remah oleh air hujan tergantung dari sifat bahan perekat yang membentuknya. Adanya bahan organik cenderung membentuk struktur remah yang stabil dan mantap. Pada struktur remah terdapat keseimbangan yang baik antara udara dan air tanah sebagai medium larutnya unsur hara tanaman. Struktur rermah merupakan struktur yang sangat baik untuk tanaman.

3. Struktur Butir Sebenarnya struktur ini bukan merupakan struktur melainkan campuran butir-butir primer yang kasar tanpa adanya bahan pengikat agregat. Struktur ini terdapat pada tanah-tanah pasir, pasir berlempung, atau pasir berdebu. Porositas tanahnya tinggi kaya pori-pori makro dan mudah merembeskan air menyebabkan tanah mudah mengering

Struktur Tanah: Bentuk/tife Struktur

Page 67: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Penilaian permeabilitas tanah dilakukan di Laboratorium melalui sampel tanah yang diambil di lapangan berdasarkan setiap unit lahan. Penilaian permeabilitas tanah disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Penilaian permeabilitas tanah

No Tipe permeabilitas cm / Jam Nilai P

1. Cepat > 12,7 1

2. Sedang sampai cepat 6,3 – 12,7 2

3. Sedang 2,0 – 6,3 3

4. Sedang sampai lambat 0,5 -2,0 4

5. Lambat 0,125 – 0,5 5

6. Sangat lambat < 0,125 6

Sumber : Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (1985).

C. Permeabilitas

Page 68: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Tabel 1. Persentase kelas kandungan bahan organik

Kelas Kandungan bahan organik Tingkat erodibilitas

0 < 1 Sangat rendah

1 > 1 – 2 Rendah

2 > 2,1 – 3 Sedang

3 > 3,1 – 5 Tinggi

4 > 5 Sangat tinggi

Sumber : Departemen Kehutanan (1985)

d. Bahan Organik

Page 69: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Sampel tnh yg diambil di lapangan dianalisis untuk mengetahui nilai erodibilitas (K). Selanjutnya nilai K ditentukan dgn menggunakan persamaan yg dibuat oleh Wischmeier dan Smith (1978), yaitu :

K = { 2,173 M1,14(10-4) . (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3) } / 100

Keterangan : K = Erodibilitas tanah M= % debu + % pasir sngt halus x (100 - % liat) A = Kandungan bahan organik (%) persen unsur organik (= C organik x 1,724) B = Nilai struktur tanah C = Nilai permeabilitas tanah

Page 70: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Hardjiowigeno, 1987, menyatakan bhw Nilai erodibilitas (K) : kepekaan tanah thdp erosi, makin tinggi nilai K berarti tanah makin peka thdp erosi. Nilai erodibilitas (K) untuk bbrpa jenis tanah di Indonesia dpt dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai K untuk bbrapa jenis tanah di Indonesia

No Jenis tanah Nilai K

1 Latosol 0,02

2 Mediteran merah kuning 0,05

3 Mediteran 0,21

4 Podsolik merah kuning 0,15

5 Regosol 0,11

6 Grumusol 0,24

Sumber : Hardjiowigeno (1987)

Page 71: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

3) Panjang Lereng dan Kemiringan (LS)

Pada peta topografi dibuat jari-jari yang berjarak tetap (1 cm). Untuk menghitung kemiringan lereng (S %) digunakan persamaan rumus menurut Departemen Kehutanan (1985), yaitu :

)100(100/4142,1

)1(100

Sk

CinS

Keterangan : N = Jlh grs kontur yg mmotong diagonal jari-jari Ci = Interval kontur (m) Sk= Skala peta 1,4142 = Konstanta

Page 72: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Setelah slope ditemukan kemudian dikelompokkan untuk menentukan kelas kelerengan yang dinyatakan dalam satuan persen (%). Pada setiap unit lahan diukur jarak datar (jarak pada peta) dari tempat tertinggi sampai ke tempat yang terendah sebanyak 10 kali pengukuran kemudian dimasukan kedalam persamaan menurut Dephut (1985), yaitu :

Cosx

LP

L1

10

10

1

Keterangan : L = Panjang lereng (m) LP = Jarak datar di peta (cm) Cos α= Cosinus derajat kelerengan ( o )

Page 73: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Menurut Dephut (1985), bahwa setelah kemiringan lereng (S) dan panjang lereng (L) ditemukan, maka faktor kelerengan dihitung menurut persamaan :

)..0065,0.45,0065,0()221/(2

SSLLSm

Keterangan : m = 0,2 untuk S < 1 % m = 0,4 untuk S = 3,4 – 4,5 % m = 0,3 untuk S = 1 – 3,3 % m = 0,5 untuk S > 5 %

Jadi nilai indek panjang dan kemiringan lereng adalah hasil perkalian antara nilai faktor panjang lereng (L) dengan nilai faktor kemiringan lereng (S)

Page 74: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

4. Pengelolaan tanaman

Faktor C menggambarkan nisbah antara besarnya erosi dari lahan dengan tanaman dan manajemen tertentu terhadap besarnya erosi tanah yang tidak ditanami dan tanpa pengolahan. Faktor ini mengukur kombinasi pengaruh tanaman dan pengelolaannya. Tanpa mengurangi ketelitian prediksi erosi yang hendak dicapai nilai C dapat merujuk pada publikasi yang telah ada sesuai dengan kondisi

Faktor C (penutupan lahan) Nilai faktor C ditentukan berdasarkan angka pendekatan yang dikemukakan oleh FAO (Food Agriculture Organization) dan SRI (Soil Research Institute) serta angka pendekatan yang dikemukakan oleh Ambar dan Syarifudin dalam Ditjen RRL (1987) seperti pada Lampiran 8.

Page 75: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Nilai faktor tindakan manusia dalam konservasi tanah adalah nisbah antara besarnya erosi dari lahan dengan suatu tindakan konservasi tertentu terhadap besarnya erosi pada lahan tanpa tindakan konservasi

5. Faktor Tindakan Konservasi Tanah (P)

Nilai faktor P ditentukan berdasarkan angka pendekatan yang dikemukakan oleh FAO dan SRI dalam Ditjen RRL (1987) seperti disajikan pada Lampiran 9.

Page 76: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Tabel 6. Kriteria Tingkat Bahaya Erosi

Solum

Tanah

(cm)

Kelas bahaya erosi

I II III IV V

Erosi (ton/ha/tahun)

< 15 15 - < 60 60 - < 180 180 - 480 > 480

Dalam (>90) 0-SR I-R II-S III-B IV-SB

Sedang

> 60 – 90

R

I

S

II

B

III

SB

IV

SB

IV

Dangkal

30 – 60

S

II

B

III

SB

IV

SB

IV

SB

IV

Sangat dangkal

< 30

B

III

SB

IV

SB

IV

SB

IV

SB

IV

Sumber : Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (RRL), 1998

Keterangan : 0 - SR = sangat ringan, I - R = ringan, II - S = sedang, III - B = berat IV - SB = sangat berat.

Page 77: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

PLOT PENGUKURAN EROSI DAN SEDIMENTASI

Page 78: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel
Page 79: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

TERIMAKASIH ATAS PERHATIAN

TERHADAP

PENDUGAAN EROSI

MENGGUNAKAN METODE USLE

Page 80: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

KONSERVASI TANAH DAN AIR

E R O S I

Bahan kuliah untuk keperluan pendidikan dan pengajaran

Dr. Ir. H. Syarifuddin Kadir, MSi

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEHUTANAN

BANJARBARU

Page 81: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Setelah selesai mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat memahami tentang konservasi terhadap tanah dan air, berbagai metode KTA, penentuan penggunaan lahan sesuai degan kemampuannya, metode pengukuran dan perhitungan erosi serta dapat mempraktikkan di lapangan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Dibahas terkait EROSI, agar mahasiswa dapat mengetahui proses perhitungan pendugaan besarnya erosi pada setiap unit lahan

POKOK BAHASAN =

Contoh HASIL PENELITIAN PERHITUNGAN PENDUGAAN EROSI MENGGUNAKAN USLE DI DAS TABUNIO

Page 82: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

DAS Tabunio Ds dengan luas 242.442,5 ha terdapat lahan kritis seluas 56.881,6 ha, sedangkan pada tahun 2013 meningkat 17,7% menjadi seluas 66.966,6 ha (BPDAS Barito).

Menyebabkan tidak normalnya fluktuasi ketersediaan debit air untuk kebutuhan domestik dan untuk pertanian lahan basah.

Salah satu faktor yang menyebabkan lahan kritis ialah besarnya erosi. Metode USLE (Universal Soil Loss Equation) merupakan metode yang umum digunakan untuk memprediksi besar dan Tingkat Bahaya Erosi (TBE).

Analisa TBE dalam hamparan lahan seluas DAS atau sub DAS akan sangat efektif jika memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian mengenai Pendugaan Erosi Menggunakan USLE Berbasis Sistem Informasi Geografis Di DAS Tabunio

Page 83: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Permasalahan yang hendak diungkapkan pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana menduga besarnya erosi dan Tingkat Bahaya Erosi penggunaan USLE berbasis SIG di DAS Tabunio ?

2. Bagaimana pengaruh penggunaan faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) berbasis unit lahan dengan faktor LS berbasis Pixel terhadap hasil pendugaan erosi di DAS Tabunio ?

3. Bagaimana penentuan lokasi prioritas dan arahan kegiatan rehabilitas lahan berdasarkan Tingkat Bahaya Erosi di DAS Tabunio?

Page 84: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Menduga besar erosi dan Tingkat Bahaya Erosi menggunakan USLE berbasis SIG di DAS Tabunio.

2. Menentukan lokasi prioritas dan arahan kegiatan rehabilitasi lahan berdasarkan Tingkat Bahaya Erosi di DAS Tabunio

Page 85: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1.Kecamatan Bajuin,

2.Tambang Ulang,

3.Pelaihari,

4.Takisung,

5.Kurau dan

6.Batu Ampar.

Waktu penelitian selama 4 (empat) bulan

Page 86: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Data Curah Hujan 10 Tahun

Data DEM/SRTM

Peta Tutupan Lahan

Peta Jenis Tanah dan

Administrasi

Analisis data dan perhitungan nilai

erosivitas (R)

Nilai Erosivitas Hujan Per stasiun

Peta Raster Indeks Erosivitas Hujan

(R)

Pembuatan model kelas kemiringan

lereng

Peta Kelas kemiringan lereng

Konversi ke nilai (LS)-Indeks pengelolaan lahan

-indeks faktor tanaman (CP)

Peta Unit Lahan

Pengambilan sampel tanah

Analisis tanah dan perhitungan

erodibilitas tanah (K)

Peta Raster Faktor Panjang dan

Kemiringan Lereng (LS)

Peta Raster Erodibilitas Tanah

(K)

Peta Raster Faktor Tanaman dan

Pengelolaan Lahan (CP)

Analisis SpasialPersamaan USLE

Besar erosi

Tingkat Bahaya Erosi

Penentuan Daerah Prioritas dan Arahan

Rehabilitasi Lahan

Page 87: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

1. Unit Lahan

No Unit

Lahan Luas (Ha) Penutupan Lahan Jenis Tanah Lereng (%)

1 UL 1a 1.474 Perkebunan Campuran

Dystrudepts 0 - 3% UL 1b 3.327 Semak dan Belukar

2 UL 2a 7.215 Perkebunan Endoaquepts

(sulfic) 0 - 3%

UL 2b 4.924 Semak dan Belukar Rawa

3 UL 3a 6.859 Tanaman Campuran

Hapludox 3 - 8% UL 3b 2.102 Pertambangan

4 UL 4a 3.509 Perkebunan Campuran

Kandiudults 3 - 8% UL 4b 2.407 Semak dan Belukar

5 UL 5a 8.736 Perkebunan Kanhapluduts

(skel) 3 - 8%

UL 5b 3.274 Perkebunan

6 UL 6a 2.450 Pertanian Lahan Kering Campuran

Kanhapluduts 3 - 8% UL 6b 2.904 Semak dan Belukar

7 UL 7a 2.599 Perkebunan

Kandiudox 8 - 15% UL 7b 5.393 Semak dan Belukar

8 UL 8 5.389 Hutan Lahan Kering Sekunder Inceptisols 25 - 40%

Page 88: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel
Page 89: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

No Stasiun Hujan

Nilai

Erosivitas

(Kj/ha)

1 Takisung 1,708

2 Pelaihari 1,511

3 Tambang Ulang 1,595

4 Kurau 1,149

5 Batu Ampar 1,705

6 Bajuin 1,809

Page 90: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Unit Lahan Erodibilitas

(K)

UL 1A 0.153

UL 1B 0.124

UL 2A 0.104

UL 2B 0.142

UL 3A 0.147

UL 3B 0.169

UL 4A 0.111

UL 4B 0.133

UL 5A 0.210

UL 5B 0.059

UL 6A 0.093

UL 6B 0.096

UL 7A 0.124

UL 7B 0.093

UL 8 0.100

Page 91: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

No Unit

Lahan LS

1 UL 1A 0,346

2 UL 1B 0,346

3 UL 2A 0,346

4 UL 2B 0,346

5 UL 3A 0,819

6 UL 3B 0,819

7 UL 4A 0,819

8 UL 4B 1,057

9 UL 5A 0,819

10 UL 5B 1,099

11 UL 6A 1,568

12 UL 6B 1,371

13 UL 7A 2,647

14 UL 7B 2,647

15 UL 8 14,542

Page 92: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

N

o Nilai LS

Luas

(Ha)

Jumlah

Pixel %

1 0 - 0.5 57.008 597.459 91,12

2 0.5 - 1.5 4.057 42.532 6,48

3 1.5 - 2.5 677 7.095 1,08

4 2.5 - 3.5 269 2.824 0,43

5 3.5 - 7.5 370 3.882 0,59

6 7.5 - 14.5 100 1.051 0,16

7 14.5 - 20.5 28 297 0,04

8 20.5 - 27.5 36 373 0,05

9 >27.5 14 143 0,02

Jumlah 62560 655656 100

Page 93: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

N

o

Unit

Lahan Penutupan Lahan

Nilai

(C)

1 UL 1a Perkebunan Campuran 0,6

UL 1b Semak dan Belukar 0,4

2 UL 2a Perkebunan 0,5

UL 2b Semak dan Belukar Rawa 0,02

3 UL 3a Tanaman Campuran 0,1

UL 3b Pertambangan 1

4 UL 4a Perkebunan Campuran 0,5

UL 4b Semak dan Belukar 0,4

5 UL 5a Perkebunan sawit 0,5

UL 5b Perkebunan karet 0,6

6 UL 6a Pertanian Lahan Kering 0,45

UL 6b Semak dan Belukar

(dibakar setiap tahun) 0,1

7 UL 7a Perkebunan Karet 0,6

UL 7b Perkebunan Kelapa Sawit 0,5

8 UL 8 Hutan Lahan Kering

Sekunder 0,005

Page 94: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

Unit

Lahan Penutupan Lahan

Nilai

(P) Keterangan

UL 1a Perkebunan Campuran 1 Non konservasi

UL 1b Semak dan Belukar 1 Non konservas

UL 2a Perkebunan 1 Non konservas

UL 2b Semak dan Belukar

Rawa 1 Non konservas

UL 3a Tanaman Campuran 1 Non konservas

UL 3b Pertambangan 1 Non konservas

UL 4a Perkebunan Campuran 1 Non konservas

UL 4b Semak dan Belukar 1 Non konservas

UL 5a Perkebunan sawit 1 Non konservas

UL 5b Perkebunan karet 1 Non konservas

UL 6a Pertanian Lahan Kering 0,35 Teras

Tradisional

UL 6b Semak dan Belukar 1 Non konservasi

UL 7a Perkebunan Karet 0,35 Teras

Tradisional

UL 7b Perkebunan Sawit 0,6 Kontur 8 - 15%

UL 8 Hutan Lahan Kering

Sekunder 1 Non konservasi

Page 95: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

No Unit

Lahan

Luas

(ha)

BahayaErosi TBE

ton/ha/thn Kelas

1 UL 1A 1.474 50,88 II Ringan

UL 1B 3.327 27,16 II Sedang

2 UL 2A 7.215 28,55 II Ringan

UL 2B 4.924 1,55 I Sangat Ringan

3 UL 3A 6.859 19,07 II Ringan

UL 3B 2.102 219,08 IV Berat

4 UL 4A 3.509 71,49 III Berat

UL 4B 2.407 89,11 III Berat

5 UL 5A 8.736 136,11 III Berat

UL 5B 3.274 61,93 III Berat

6 UL 6A 2.450 36,35 II Sedang

UL 6B 2.904 20,87 II Sedang

7 UL 7A 2.599 108,80 III Sedang

UL 7B 5.393 116,34 III Sedang

8 UL 8 5.389 11,44 I Sangat Ringan

Sangat

Ringan

16%

Ringan

25%

Sedang

27%

Berat

32%

Page 96: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel
Page 97: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel
Page 98: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

No Unit Lahan Tutupan TBE Arah Rehabilitasi Luas (ha)

1 UL_2a Perkebunan Berat Teras Tradisional 32,05

2 UL_3b Pertambangan Berat Reboisasi dan Teras

Tradisional 13,86

3 UL_5a Perkebunan Berat Teras Tradisional 9,35

Total 55,26

No Unit Lahan Tutupan TBE Arah Rehabilitasi TBE

Simulasi Luas (ha)

1 UL_2a Perkebunan Berat Teras Tradisional Sedang 32,05

2 UL_3b Pertambangan Berat Reboisasi dan Teras

Tradisional Ringan 13,86

3 UL_5a Perkebunan Berat Teras Tradisional Sedang 9,35

Total 55,26

Page 99: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel
Page 100: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

1. Pendugaan erosi metode USLE dengan menggunakan faktor LS berbasis unit lahan di DAS Tabunio menghasilkan TBE berat seluas 20.028 ha (32,01%), TBE sedang seluas 16.673 ha (26,65%), TBE ringan seluas 15.548 ha (24,85%) dan TBE sangat ringan seluas 10.311 ha (16,48%), sedangkan pendugaan erosi metode USLE dengan faktor LS berbasis pixel di DAS Tabunio menghasilkan TBE sangat ringan seluas 35.585 ha (56,88%), TBE ringan seluas 24.880 ha, TBE sedang seluas 2.030 ha dan TBE berat seluas 55 ha.

2. Pendugaan erosi menggunakan faktor LS berbasis pixel menghasilkan nilai yang lebih detail dan spesifik karena setiap data mewakili luasan 900 m2, sehingga dalam suatu unit lahan dapat memiliki lebih dari satu nilai erosi, sedangkan pendugaan erosi menggunakan faktor LS berbasis unit lahan hanya menghasilkan satu nilai untuk mewakili setiap unit lahan.

3. Prioritas dan arahan kegiatan rehabilitasi lahan dilakukan pada daerah yang memiliki TBE berat, yaitu tutupan lahan perkebunan pada unit lahan UL_2a seluas 32,05 hektar dan UL_5a seluas 9,35 hektar dengan arahan rehabilitasi lahan berupa pendekatan mekanis pembuatan teras dan saluran pembuangan air , sedangkan tutupan lahan pertambangan pada unit lahan UL_3b seluas 13,86 hektar dilakukan dengan melakukan penataan lahan dan penanaman.

Page 101: MODUL KONSERVASI TANAH DAN AIR - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/1850/1/MODUL KTA.pdf3. Erosi alur (riil erosion) adalah proses erosi yang terjadi pengelupasan dan pengangkutan partikel-partikel

TERIMAKASIH ATAS PERHATIAN

TERHADAP

CONTOH HASIL PENELITIAN

PENDUGAAN EROSI MENGGUNAKAN METODE USLE