modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

26
MODUL KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya 2013 PROGRAM PENDIDIKAN CALON PENDIDIK AKADEMI KOMUNITAS DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Syaifi Abdurrahman, S.Pd.

Upload: syaifi-al-mahfudzi

Post on 15-May-2015

21.896 views

Category:

Education


3 download

DESCRIPTION

MODUL KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya

TRANSCRIPT

Page 1: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

MODUL KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya

2013

PROGRAM PENDIDIKAN CALON PENDIDIK AKADEMI KOMUNITAS DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

Syaifi Abdurrahman, S.Pd.

Page 2: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

1 | P a g e

PROSEDUR KESELAMATAN DI TEMPAT KERJA

Untuk menciptakan lingkungan kerja yang benar-benar aman adalah hal

yang sulit. Namun untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan dalam bekerja

adalah hal yang mungkin dilakukan. Prosedur keselamatan di tempat kerja akan

benar-benar dilaksanakan dengan baik apabila sudah mengetahui dengan jelas

keselamatan kerja itu. Untuk itulah perlu dijelaskan terlebih dahulu panduan

mengenai keselamatan kerja. Penerapan panduan keselamatan kerja disuatu

lingkungan pekerjaan merupakan cara yang paling baik untuk menciptakan

lingkungan kerja yang lebih aman dan kondusif. Untuk itulah diperlukan

kesadaran dari seluruh karyawan dalam menerapkan panduan tersebut.

Isi panduan keselamatan kerja setiap perusahaan tentu berbeda satu sama lain.

Namun pada dasarnya, ada beberapa poin penting yang tercakup dalam berbagai

panduan tersebut. Secara umum, dalam panduan keselamatan kerja akan memuat

beberapa hal sebagai berikut:

A. Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Kerja

Dalam setiap panduan keselamatan kerja, harus memuat informasi

tentang detail pekerjaan yang akan dilakukan dan resiko kecelakaan yang

mungkin terjadi. Dijelaskan apa saja hal yang harus dilakukan untuk

mencegah terjadinya kecelakaan. Setiap karyawan baru yang akan bekerja di

suatu perusahaan harus dijelaskan tentang hal ini sejelas-jelasnya. Karyawan

harus dijelaskan tentang bahaya yang dapat terjadi di tempatnya bekerja,

berbagai alat pengamanan yang harus digunakan dan cara melaksanakan

pekerjaan yang aman.

B. Panduan Saat Terjadi Kebakaran

Dalam panduan keselamatan kerja, harus memuat pula informasi

tentang kebakaran ini. Harus dijelaskan secara detail apa saja yang harus

dilakukan saat terjadinya kebakaran. Dengan membaca panduan ini, setiap

karyawan tahu cara untuk mencegah terjadinya kebakaran, cara memadamkan

api dan cara untuk menyelamatkan diri saat terjadinya kebakaran.

C. Pengamanan Bagi Pekerja

Setiap pekerjaan yang mengandung resiko cukup besar, wajib

menggunakan berbagai alat pengaman. Pada panduan keselamatan kerja, hal

ini dijelaskan pula secara lengkap. Karyawan wajib menerapkan aturan-aturan

ini secara disiplin untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja saat

bertugas.

Page 3: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

2 | P a g e

D. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

Ada pula pekerjaan yang bersinggungan langsung dengan berbagai

zat-zat berbahaya. Dalam panduan keselamatan kerja, penyebaran zat-zat

berbahaya ini juga diatur secara jelas. Panduan ini akan menghindari

timbulnya penyakit yang diakibatkan zat-zat ini dan juga mencegah

penyebarluasan zat-zat ini.

Panduan keselamatan kerja tentu dibuat dengan maksud yang baik yaitu

melindungi para pekerja. Ada aturan pemerintah yang terkait dengan keselamatan

kerja. Setiap perusahaan wajib melaksanakan aturan ini dengan sebaik-baiknya

demi menjamin keselamatan pegawainya.

A. Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja atau safety adalah suatu usaha untuk menciptakan

keadaan lingkungan kerja yang aman bebas dari kecelakaan.

Kecelakaan adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan atau

tidak disengaja serta tiba-tiba dan menimbulkan kerugian, baik harta maupun

jiwa manusia.

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja atau

sedang melakukan pekerjaan disuatu tempat kerja.

Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan,

baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya

tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada

khususnya.

B. Tujuan Keselamatan Kerja

Dari pemahaman diatas sasaran keselamatan kerja adalah:

1. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

2. Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan.

3. Mencegah/ mengurangi kematian.

4. Mencegah/mengurangi cacat tetap.

5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan,

alat-alat kerja, mesin-mesin, instalasi dan lain sebagainya.

6. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan

menjamin kehidupan produktifnya.

7. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumber-sumber

produksi lainnya.

8. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga

dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja.

9. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industri serta

pembangunan

Page 4: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

3 | P a g e

Dari sasaran tersebut maka keselamatan kerja ditujukan bagi:

1. Manusia (pekerja dan masyarakat)

2. Benda (alat, mesin, bangunan dll)

3. Lingkungan (air, udara, cahaya, tanah, hewan dan tumbuhtumbuhan).

C. Syarat-Syarat Keselamatan Kerja

Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 3 syarat-syarat

keselamatan kerja ayat 1 bahwa dengan peraturan perundang-undangan

ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

3. Mencegah dan mengurang bahaya peledakan

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya

5. Memberi pertolongan pada kecelakaan

6. Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja

7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar

atau radiasi, suara dan gelora.

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik

maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.

9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

10. Memelihara kebersihan, keselamatan dan ketertiban.

11. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja dan alat kerja.

12. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang-orang, binatang,

tanaman atau barang.

13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

14. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan

penyimpanan barang.

15. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

D. Pengenalan Bahaya Pada Area Kerja

Bila ditinjau dari awal perkembangan usaha keselamatan kerja di

perusahaan/industri, manusia menganggap bahwa kecelakaan terjadi karena

musibah, namun sebenarnya setiap kecelakaan disebabkan oleh salah satu

faktor sebagai berikut, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, yaitu:

1. Tindakan Tidak Aman Dari Operator Kerja (Unsafe Act)

a. Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan.

b. Tidak menggunakan pelindung diri yang disediakan.

c. Sengaja melanggar peraturan keselamatan yang diwajibkan.

Page 5: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

4 | P a g e

d. Berkelakar/bergurau dalam bekerja dan sebagainya.

2. Keadaan Tidak Aman Dari Lingkungan Kerja (Unsafe Condition)

a. Mesin-mesin yang rusak tidak diberi pengamanan, kontruksi kurang

aman, bising dan alat-alat kerja yang kurang baik dan rusak.

b. Lingkungan kerja yang tidak aman bagi manusia (becek atau licin,

ventilasi atau pertukaran udara , bising atau suara-suara keras, suhu

tempat kerja, tata ruang kerja/ kebersihan dan lain-lain).

3. Apakah kecelakaan dapat dicegah?

Pada prinsipnya setiap kecelakaan dapat diusahakan untuk dicegah karena:

a. Setiap kecelakaan pasti ada sebabnya.

b. Bilamana sebab-sebab kecelakaan itu dapat kita hilangkan maka

kecelakaan dapat dicegah.

4. Bagaimana kecelakaan dapat dicegah?

Pencegahan kecelakaan adalah suatu usaha untuk menghindarkan

tindakan-tindakan yang tidak aman dari pekerja serta mengusahakan

lingkungan kerja yang tidak mengandung faktor-faktor yang

membahayakan (unsafe condition).

5. Sebab-sebab seseorang melakukan tindakan tidak aman

a. Karena tidak serius/disiplin.

b. Karena tidak mampu/tidak bisa.

c. Karena tidak mau.

6. Bagaimana mengatasi lingkungan lingkungan yang tidak aman?

a. Dihilangkan, sumber-sumber bahaya atau keadaan tidak aman

tersebut agar tidak lagi menimbulkan bahaya, misalnya alat-alat yang

rusak diganti atau diperbaiki.

b. Dieleminir/diisolir, sumber bahaya masih tetap ada, tetapi diisolasi

agar tidak lagi menimbulkan bahaya, bagian-bagian yang berputar

pada mesin diberi tutup/pelindung atau menyediakan alat-alat

keselamatan kerja.

c. Dikendalikan, sumber bahaya tidak aman dikendalikanm secara

teknis, misalnya memasang safety valve pada bejana-bejana tekanan

tinggi, memasang alat-alat kontrol dsb.

Untuk mengetahui adanya unsafe condition harus dilakukan pengawasan

yang seksama terhadap lingkungan kerja.

7. Keselamatan Kerja di Perbengkelan Otomotif.

a. Kenakan celana tanpa kantong yang tidak tertutup karena kantong

celana dapat menyebabkan kemasukan bunga api atau zat-zat yang

merugikan.

Page 6: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

5 | P a g e

b. Kenakan sepatu yang sesuai dan rawat baik-baik (dalam kondisi baik).

Sepatu usahakan bersol kuat atau bersol baja yang di tengahnya dapat

melindungi dari luka akibat benda tajam dan paku yang menonjol.

Perlindungan utama terhadap benda, bersol baja di tengahnya

melindungi dari kejatuhan benda-benda berat.

c. Jaga rambut panjang dengan topi atau penutup kepala yang rapat

seperti disarankan dalam peraturan. Apabila rambut anda panjang

dapat dengan mudah tersangkut mesin, misal mesin bor, beberapa

orang terluka karena itu.

d. Jangan memakai cincin atau jam karena sangat berbahaya hingga anda

dapat kehilangan jari-jari. Ketika bekerja pada kendaraan tersangkut

mesin dapat menyebabkan hubungan pendek arus listrik sehingga

menyebabkan kebakaran.

e. Gunakan perlengkapan perlindungan pribadi yang sesuai dengan

pekerjaan. Beberapa peralatan perlindungan yang tersedia harus

dikenakan secara benar pada semua situasi kerja. Sehingga dapat

menyelamatkan diri dari kemungkinan terluka. Pelajari tujuan masing-

masing nomor item atau barang pada tempat latihan yang tersedia,

yang terdiri atas helm pengaman, penutup muka, pelindung telinga,

respirator, sarung tangan dan apron.

f. Kenakan kaca mata penyelamat ketika menggunakan gerinda atau

mesin bubut dan beberapa tugas lainnya agar debu atau material tidak

dapat masuk ke mata.

g. Hindari berbaring pada lantai beton atau lantai sejenis ketika bekerja di

bawah kendaraan. Gunakan selalu kain krep atau bahan penutup untuk

berbaring karena berhubungan dengan lantai dingin dapat merusak

kesehatan, terutama dalam waktu yang lama.

8. Penggunaan Pakaian Pengaman

Syarat-syarat pakaian perlindungan atau pengamanan:

a. Pakaian kerja harus dapat melindungi pekerja terhadap bahaya yang

mungkin ada.

b. Pakaian kerja harus dibuat senyaman mungkin. Supaya pada saat

bergerak dapat bergerak leluasa.

c. Pakaian kerja harus tidak mengakibatkan bahaya lain, misalnya lengan

yang terlalu lepas atau ada kain yang lepas yang sangat mungkin

termakan mesin.

d. Bahan pakaiannya harus mempunyai derajat resistensi yang cukup

untuk panas dan suhu kain sintesis (nilon, dll) yang dapat meleleh oleh

suhu tinggi seharusnya tidak dipakai.

Page 7: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

6 | P a g e

e. Pakaian kerja harus dirancang untuk menghindari partikel-partikel

panas terkait di celana, masuk di kantong atau terselip di lipatan-

lipatan pakaian.

f. Overall cotton memenuhi semua persyaratan yang disebutkan di atas

dan karenanya overall catton adalah yang paling banyak digunakan

sebagai pakaian kerja.

g. Dasi, cincin dan jam tangan merupakan barang-barang yang

mempunyai kemungkinan besar menimbulkan bahaya karena mereka

itu dapat dimakan mesin, dan akan menyebabkan kecelakaan jika para

pekerja tetap memakainya. Jam tangan dan cincin menambah masalah

pada bahan kimia dan panas dengan berhenti menghilangkan bahaya.

9. Beberapa APD

a. Sarung Tangan Lateks.

Jangan menggunakan sarung tangan kain saja karena cairan dapat

merembes. Bila kan melakukan tindakan lainnya yang memerlukan

sarung tangan kerja, maka sebaiknya sarung tangan lateks dipakai

terlebih dahulu.

b. Kecamata pelindung

Berguna untuk melindungi mata dari percikan darah, maupun

mencegah cedera akibat benturan atau kelilipan pada mata saat

melakukan pertolongan

c. Baju pelindung

Penggunaannya kurang popular di Indonesia, gunanya adalah untuk

mencegah merembesnya cairan tubuh penderita melalui baju penolong.

d. Masker penolong

Sangat berguna untuk mencegah penularan penyakit melalui udara.

e. Masker Resusitasi

Diperlukan bila akan melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru.

f. Helm

Dipakai bila akan bekerja ditempat yang rawan akan jatuhnya benda

dari atas. Misalnya dalam bangunan runtuh dan sebagainya.

10. Peraturan Mengenai Keselamatan Kerja

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 Tentang

jaminan Sosial Tenaga Kerja.

b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang

Keselamatan Kerja.

c. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 tahun 2008

Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Beracun dan

Berbahaya.

d. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 1990

Tentang Pemberian Tambahan Santunan Bagi Tenaga Kerja Yang

Page 8: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

7 | P a g e

Meninggal Dunia Dan Mengalami Cacat Total Tetap Karena

Kecelakaan Kerja

e. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan Kerja

Pada Pemurnian Dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi.

Page 9: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

8 | P a g e

SIMBOL-SIMBOL K3 DAN TANDA-TANDA BAHAYA

Rambu – rambu / Simbol – simbol K3 adalah peralatan yang bermanfaat

untuk membantu melindungi kesehatan dan keselamatan para karyawan dan

pengunjung yang sedang berada di tempat kerja. Rambu-rambu keselamatan

berguna untuk:

A. Menarik perhatian terhadap adanya bahaya kesehatan dan keselamatan kerja.

B. Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat.

C. Menyediakan informasi umum dan memberikan pengarahan.

D. Mengingatkan para karyawan dimana harus menggunakan peralatan

perlindungan diri.

E. Mengindikasikan dimana peralatan darurat keselamatan berada.

F. Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang atau

perilaku yang tidak diperbolehkan.

Berikut macam-macam rambu-rambu/simbol-simbol yang sering dipakai di

industri:

A. Caution sign

Caution Sign adalah salah satu simbol keselamatan kerja tentang

bahaya yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan Multinasional,

terutama yang berasal dari amerika serikat berdasar ANSI Standard Z535.

Tanda waspada (Caution Sign) ini sangat populer, pasti pada setiap

perusahaan yang punya taraf manajemen keselamatan kerja yang baik ada

rambu-rambu jenis ini. Caution Sign dalam bahasa Indonesia dapat

diterjemahkan sebagai Rambu Waspada, yang mengindikasikan situasi yang

berpontensi menimbulkan bahaya, yang jika tidak dihindari, akan

menyebabkan cedera yang ringan atau berat.

Page 10: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

9 | P a g e

Gambar 1. Caution Sign

Caution Sign ditandai dengan bagian header berwarna kuning,

ditambah geometri segitiga dengan tanda seru dan tulisan Caution atau

waspada berwarna hitam. Caution Sign harus digunakan tanpa symbol tanda

seru untuk bahaya yang hanya menyebabkan kerusakan properti.

Caution Sign yang sering digunakan antara lain : Waspada celah

jepitan, Waspada benda berat, Waspada lintasan forklift, dan lain-lain. Berikut

contohnya:

Gambar 2. Caution Sign (Waspada

Bahaya Bising)

Gambar 3. Caution Sign (Waspada

Bahaya Radiasi)

Gambar 4. Caution Sign (Waspada

Lintasan Forklift)

Gambar 6. Caution Sign (Waspada

Listrik Bertegangan)

Page 11: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

10 | P a g e

Gambar 5. Caution Sign (Waspada

Permukaan Panas)

Gambar 7. Caution Sign (Waspada

Pastikan Tabung Terikat)

B. Danger Sign

Danger Sign adalah salah satu Simbol keselamatan kerja tentang

bahaya yang juga sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan Multinasional

juga yang berdasar ANSI Standard Z535. Danger Sign dalam bahasa

Indonesia dapat diterjemahkan sebagai Rambu Bahaya, yang mengindikasikan

kondisi yang sangat dekat dengan bahaya, yang jika tidak dihindari, akan

menyebabkan kematian atau cedera serius. Rambu ini dibatasi penggunaannya

hanya untuk kondisi yang sangat ekstrim saja.

Gambar 8. Danger Sign

Danger Sign ditandai dengan bagian header berwarna merah

ditambah geometri segitiga dengan tanda seru dan tulisan Danger atau Bahaya

berwarna putih. Danger Sign yang sering digunakan antara lain : Bahaya

listrik tegangan tinggi, Bahaya radiasi, Bahaya bahan beracun, dan lain-lain.

Berikut contohnya:

Page 12: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

11 | P a g e

Gambar 9. Danger Sign (Bahaya Gas

Mudah Meledak)

Gambar 11. Danger Sign (Bahaya

bagian Bergerak)

Gambar 13. Danger Sign (Bahaya:

Dilarang Merokok)

Gambar 10. Danger Sign (Bahaya

Tegangan Tinggi)

Gambar 12. Danger Sign (Bahaya

Mudah Terbakar)

Gambar 14. Danger Sign (Bahaya

bagian Bergerak)

C. Safety First/Emergency Sign

Safety First / Emergency Sign adalah salah satu simbol/rambu pada

keselamatan kerja di tempat kerja yang sama berdasar ANSI Standard Z535

yang juga sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan Multinasional,

terutama yang berasal dari amerika serikat.

Safety First / Emergency Sign dalam bahasa Indonesia dapat

diterjemahkan sebagai Rambu Utamakan Keselamatan / Darurat. Walaupun

pada beberapa industri di Indonesia ada yang menggunakan header Safety

First (Utamakan Keselamatan) dan ada pula yang menggunakan header

Emergency (Darurat), namun pada prinsipnya Safety First / Emergency Sign

digunakan untuk menyampaikan instruksi umum yang berhubungan dengan

Page 13: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

12 | P a g e

praktik kerja aman, mengingatkan prosedur keselamatan yang sesuai dan

menunjukkan lokasi peralatan keselamatan.

Safety First / Emergency Sign ditandai dengan bagian header

berwarna hijau dan tulisan Utamakan Keselamatan / Darurat berwarna putih.

Safety First / Emergency Sign yang sering digunakan antara lain : Tempat

berkumpul darurat, Emergency eyewash, Safety shower, Alat penanganan

tumpahan, dan lain-lain. Berikut contohnya:

Gambar 15. Safety First / Emergency

Sign (Penyelamatan ke pintu keluar)

Gambar 16. Safety First / Emergency

Sign (Penyelamatan ke pintu darurat)

Gambar 16. Safety First / Emergency

Sign (Penyelamatan arah keluar)

Gambar 17. Safety First / Emergency

Sign (Penyelamatan ke pintu darurat

kebakaran 1)

Gambar 17. Safety First / Emergency Sign (Penyelamatan ke pintu darurat

kebakaran 2)

D. Fire Sign

Fire Sign adalah salah satu rambu pemadaman api yang cukup

populer dalam British Standard (BS) yang sering digunakan oleh perusahaan-

perusahaan Multinasional yang berpusat di Inggris atau negara-negara

Page 14: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

13 | P a g e

persemakmuran, seperti Australia, Singapura, Malaysia, dan lain-lain. Sering

pula digunakan perusahaan multinasional yang berasal dari Eropa.

Fire Sign dalam bahasa indonesia disebut Rambu Pemadaman Api,

bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang yang melihatnya agar

mengetahui dimana letak peralatan pemadaman api seperti fire extinguisher,

fire hydrant, fire alarm, dan lain-lain ketika terjadi kebakaran.

Fire Sign ditandai dengan pictogram berwarna putih yang dikelilingi

bentuk geometri segi empat berwarna merah. Fire Sign yang sering digunakan

antara lain : APAR, Fire hydrant, Fire alarm, Fire blanket, dan lain-lain.

Berikut contohnya:

Gambar 18. Fire Sign (Rambu

kebakaran menunjuk pada alarm)

Gambar 20. Fire Sign (Rambu

kebakaran menunjuk pada pemadam

api 2)

Gambar 19. Fire Sign (Rambu

kebakaran menunjuk pada pemadam

api 1)

Gambar 21. Fire Sign (Rambu

kebakaran menunjuk pada telepon

darurat)

E. Safe Condition Sign

Safe Condition Sign adalah salah satu rambu penyelamatan dalam

British Standard (BS) yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan

Multinasional yang berpusat di Inggris juga atau negara-negara

persemakmuran, seperti Australia, Singapura, Malaysia, dan lain-lain. Sering

pula digunakan perusahaan multinasional yang berasal dari Eropa.

Page 15: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

14 | P a g e

Safe Condition Sign dalam bahasa indonesia disebut Rambu darurat,

bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang yang melihatnya untuk

mengetahui dimana letak peralatan untuk menangani keadaan darurat. Safe

Condition Sign ditandai dengan pictogram berwarna putih yang dikelilingi

bentuk geometri segi empat berwarna hijau.

Safe Condition Sign yang sering digunakan antara lain : Emergency

eyewash, Safety shower, Emergency exit, dal lain-lain. Berikut contohnya:

Gambar 22. Safe Condition Sign

(Rambu penyelamatan pada P3K 1)

Gambar 23. Safe Condition Sign

(Rambu penyelamatan pada P3K 2)

Gambar 24. Safe Condition Sign

(Rambu penyelamatan tombol

darurat)

Gambar 25. Safe Condition Sign

(Rambu penyelamatan pada tempat

pembersihan 1)

Page 16: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

15 | P a g e

Gambar 26. Safe Condition Sign

(Rambu penyelamatan pada tempat

pembersihan 2)

Gambar 27. Safe Condition Sign

(Rambu penyelamatan untuk

instruksi evakuasi)

F. Prohibited Sign

Prohibited Sign adalah salah satu rambu larangan dalam British

Standard (BS) yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan

Multinasional yang berpusat di Inggris juga atau negara-negara

persemakmuran, seperti Australia, Singapura, Malaysia, dan lain-lain. Sering

pula digunakan perusahaan multinasional yang berasal dari Eropa.

Prohibited Sign dalam bahasa indonesia disebut Rambu Larangan,

bertujuan untuk memberitahukan kepada orang yang melihat untuk tidak

melakukan hal-hal yang dilarang tersebut karena dapat mengakibatkan

kecelakaan fatal. Prohibited Sign ditandai dengan pictogram berwarna hitam

yang dikelilingi geometri outline lingkaran dan tanda silang tunggal berwarna

merah.

Prohibited Sign yang sering digunakan antara lain : Dilarang

merokok, Dilarang masuk bagi yang tidak berkepentingan, Dilarang

menyalakan api, dan Dilarang mengaktifkan hp, dan lain-lain. Berikut

contohnya:

Page 17: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

16 | P a g e

Gambar 28. Prohibited Sign (Rambu

larangan untuk tidak mengaktifkan

kamera hp)

Gambar 30. Prohibited Sign (Rambu

larangan untuk tidak menyalakan

api)

Gambar 32. Prohibited Sign (Rambu

larangan untuk tidak mengendarai

forklift)

Gambar 29. Prohibited Sign (Rambu

larangan untuk tidak menyentuh)

Gambar 31. Prohibited Sign (Rambu

larangan orang selain pekerja

masuk/melintas)

Gambar 33. Prohibited Sign (Rambu

larangan keras orang

masuk/melintas)

Page 18: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

16 | P a g e

PENGENDALIAN KECELAKAAN KERJA A. Hirarki Pengendalian Kecelakaan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja atau disingkat K3 merupakan hal

yang tidak dapat ditawar lagi untuk diterapkan di tempat kerja. K3 bertujuan

untuk meningkatkan kualitas kehidupan kerja atau quality of worklife dengan

terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya insiden kecelakaan kerja.

Pengendalian kecelakaan kerja merupakan faktor kunci untuk menekan

tingginya angka kecelakaan kerja.

Filosofi untuk mengatasi K3 sebenarnya tidak terlalu berbeda

dengan konsep manajemen untuk perbaikan terus menerus atau continuous

improvement. Langkah-langkah yang dilakukan adalah mengidentifikasi

permasalahan, mengumpulkan data dan fakta, melakukan analisis

permasalahan, merancang upaya perbaikan, mengimplementasikan dan

mengevaluasi. Keseluruhan rangkaian proses ini adalah sebuah siklus

perbaikan.

Terdapat hirarki pengendalian kecelakaan kerja menurut Roger L

Braurer dalam bukunya Safety and Health for Engineer. Hirarki pengendalian

ini terdiri dari lima tingkatan. Tingkatan pertama menjadi prioritas utama, jika

tidak memungkinkan baru kemudian dipilih tingkatan di bawahnya. Tingkatan

tersebut adalah :

1. Tingkat Pertama: Menghilangkan

Pengendalian diutamakan dengan cara menghilangkan sumber

bahaya atau aktivitas yang berbahaya. Misalnya terdapat aktivitas manual

memotong yang dapat mengakibatkan risiko cacat fisik tubuh, maka

aktivitas tersebut bisa digantikan dengan alat terotomasi yang

menggantikan pekerjaan manusia.

2. Tingkat Kedua : Mengurangi

Jika tingkatan pertama tidak dapat dilakukan, maka pilihan

pengendalian kecelakaan kerja berikutnya adalah mengurangi risiko dari

Page 19: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

17 | P a g e

sumber bahaya. Misalnya, di suatu tempat kerja, tidak bisa dihindari untuk

bekerja dengan api yang mungkin dapat menyebabkan risiko kebakaran,

maka potensi kebakaran diperkecil dengan menjaga ketat adanya bahan

atau zat yang mudah terbakar. Bahan kimia yang mudah terbakar tidak

boleh berada satu ruangan dengan tempat kerja tersebut.

3. Tingkat Ketiga : Menyediakan Pengaman

Ketika tingkatan pertama dan kedua tidak dapat dilaksanakan, maka

pilihan yang ketiga adalah menyediakan pengaman pada mesin atau

peralatan kerja yang digunakan. Sebagai contoh aktivitas manual

memotong dengan mesin yang dapat menyebabkan jari terpotong, bila

tidak dapat diganti dengan aktivitas terotomasi maka untuk meminimalkan

risiko pekerja harus dilengkapi dengan alat pengaman berupa sarung

tangan.

4. Tingkatan Keempat : Menyediakan Tanda Peringatan

Tingkatan yang keempat ini merupakan langkah pengendalian yang

dapat melengkapi tingkat pengendalian kedua dan ketiga. Pada dasarnya

manusia harus selalu senantiasa diingatkan untuk waspada

terhadap bahaya. Dengan memasang tanda peringatan bahaya maka

diharapkan sikap kehatian-hatian dari pekerja akan meningkat.

5. Tingkatan Kelima : Menyediakan Prosedur K3

Tingkatan kelima merupakan langkah pengendalian yang

melengkapi tingkatan pengendalian kedua, ketiga dan keempat. Pekerja

harus diberikan informasi dan pemahaman yang jelas terhadap potensi

bahaya. Pekerja juga harus mendapatkan sosialisasi prosedur K3 agar

mencegah terjadinya tingkatan kecelakaan kerja yang lebih parah jika

tidak cepat untuk ditangani.

Meski sudah sangat jamak terdengar, tetapi pepatah lebih baik

mencegah daripada memperbaiki sangat tepat diterapkan dalam K3.

Kerugian yang ditimbulkan dari memperbaiki jauh berlipat-lipat dari

biaya yang dikeluarkan untuk mencegah.

Page 20: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

18 | P a g e

B. Menelisik Penyebab dan Penanggungjawab Kasus Kecelakaan Kerja

Tidak ada seorang-pun yang berkeinginan untuk celaka pada saat

bekerja. Oleh karena itu, berbagai cara Anda lakukan agar selamat saat

bekerja. Berbagai upaya dilakukan agar setiap pekerjaan yang dilakukan tidak

mungkin mencelakai Anda. Tetapi pada kenyataanya, kasus-kasus

keselamatan kerja tetap saja bisa dialami. Masih saja, ada orang-orang yang

mengalami kecelakaan pada saat bekerja.

Dengan memperhatikan setiap kejadian yang ada di perusahaan,

setidaknya kasus-kasus keselamatan kerja masih perlu mendapatkan perhatian

ekstra dari semua orang. Kasus keselamatan kerja di negeri ini memang masih

sangat tinggi sehingga perlu kesadaran semua pihak agar tidak semakin

bertambah. Hal ini karena sebenarnya, kasus kecelakaan kerja rata-rata terjadi

karena faktor kelalaian pekerja.

Anda memang telah berusaha sekuat tenaga agar kecelakaan kerja

tidak terjadi d lingkungan kerja. Hal ini merupakan bagian integral dari gaya

hidup sehat yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan kondisi

ini, maka sebenarnya setiap elemen masyarakat bertanggungjawab atas

pengkondisian keselamatan kerja ini.

Tetapi, Anda memang tidak dapat menghilangkan secara

keseluruhan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Namun, dalam hal ini

setidaknya Anda telah melakukan langkah antisipasi atas kondisi negatif

dilingkungan kerja.

1. Faktor Penyebab Kasus Kecelakaan Kerja

Jika ditelisik aspek-aspek yang menjadikan terjadinya kasus

kecelakaan kerja maka setidaknya dapat menyebutkan penyebab utama

diantaranya adalah:

a. Kelalaian Pekerja

Ini merupakan aspek humanis. Biasanya aspek ini seringkali

dijadikan patokan dasar, human error. Setiap kejadian dianggap selalu

terjadi karena kelalaian pekerja, atau orang-orang yang terlibat dalam

pekerjaan.

Page 21: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

19 | P a g e

b. Tingkah Laku Pekerja Tidak Aman

Aspek ini juga sangat sering Anda jumpai pada setiap kasus

keselamatan kerja. Kondisi ini biasanya terjadi karena sifat pongah

dalam diri seseorang. Seseorang yang merasa mempunyai kelebihan,

mereka sombong dan berlaku sembrono pada saat bekerja. Inilah awal

terjadinya kasus keselamatan kerja.

c. Kondisi Lingkungan yang Tidak Aman

Lingkungan yang tidak aman juga dapat memicu terjadinya

kecelakaan kerja. Tempat kerja atau lingkungan kerja harus aman dari

segala kemungkinan penyebab kecelakaan kerja. Ada banyak kasus

keselamatan kerja yang terjadi karena lingkungan yang kurang aman

bagi pekerja.

d. Kondisi Peralatan yang Tidak Standar

Peralatan adalah segala alat yang Anda gunakan untuk

memperingan pekerjaan kita. Dengan alat-alat ini, Anda berharap

dapat melaksanakan pekerjaan sebaik-baiknya dan memberikan hasil

maksimal. Tetapi, jika kondisi alat tidak standar, minimal layak untuk

digunakan bekerja, maka hal tersebut merupakan

penyebab kasus keselamatan kerja juga. Oleh karena itu, maka alat

kerja harus baik.

2. Pihak-Pihak yang Bertanggungjawab Pada Kasus Kecelakaan Kerja

Jika ternyata setelah semua kondisi telah Anda posisikan

sedemikian rupa namun, tetap saja terjadi kecelakaan kerja, maka dalam

hal ini tetap saja harus ada pihak-pihak yang bertanggungjawab. Anda

tidak dapat menyalahkan pekerja sebab mereka melakukan pekerjaan

dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, maka pihak-pihak tertentu harus

mengambil dan menerima tanggungjawab serta kewajiban terkait kasus

keselamatan kerja ini, diantaranya adalah:

a. Perusahaan

Perusahaan adalah penyelenggara kegiatan kerja, dalam hal

ini dewan komisaris atau pemilik perusahaan mempunyai kewajiban

Page 22: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

20 | P a g e

dan tanggungjawab atas kasus keselamatan kerja ini. Tentunya dalam

hal ini terkait dengan pembiayaan pengobatan atau yang lainnya.

b. Pihak Asuransi Tenaga Kerja

Jamsostek merupakan salah satu jenis asuransi yang banyak

dijadikan rekanan oleh perusahaan terkait dengan keselamatan kerja

para pekerjanya. Mereka setiap bulan menerima pembayaran premi

dari para pekerja, yang dibayarkan oleh perusahaan. Umumnya

dipotong dari gaji pekerja, walau ada juga perusahaan yang membayar

dari dana perusahaan. Pihak ini mempunyai tanggungjawab dan

kewajiban moral kepada korban kasus keselamatan kerja.

c. Dinas Tenaga Kerja

Adalah dinas pemerintah yang menangani secara intensif

segala hal terkait dengan ketenagakerjaan dan pekerjaan. Aspek yang

ditangani dinas ini tidak hanya terbatas pada aspek hubungan kerja,

melainkan segala hal terkait dengan kondisi pekerjaan dan pekerja.

Dinas inilah yang selalu berkoordinasi dengan semua pihak

di lingkungan kerja dan selalu memberikan pembekalan mengenai

keselamatan dan kesehatan kerja bagi semua pihak terkait dengan

pekerjaan.

Selanjutnya yang perlu Anda perhatikan dan selalu usahakan

untuk peningkatannya adalah kepedulian Anda terhadap segala hal

yang terjadi pada saat proses kerja dilakukan. Jika semua pihak terkait

mempunyai kepedulian tinggi, maka sebenarnya tidak perlu terjadi

kasus-kasus keselamatan kerja sebagaimana selama ini terjadi.

Page 23: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

21 | P a g e

PENGANGKATAN DAN PEMINDAHAN MATERIAL SECARA MANUAL Pengangkatan dan pemindahan material/komponen/part secara manual

akan selalu melibatkan tenaga manusia. Dalam material dari tempat yang satu ke

tempat lain, seseorang akan mengeluarkan tenaga untuk mengangkat, membawa,

menurunkan, mendorong, menarik, menahan dan sebagainya. Untuk dapat

melakukan pekerjaan tersebut secara, seseorang harus memahami kekuatan

tangan, kaki,badan serta bagaimana cara mengambil posisi. Selain itu seseorang

juga harus memahami pengetahuan tentang grafitasi bumi.

A. Kekuatan Badan/Punggung Saat Mengangkat.

Gaya tarik bumi yang sering disebut dengan grafitasi, akan cenderung

menarik semua benda ke bawah. Apabila seseorang akan mengangkat material

yang berupa komponen, part atau benda yang lain, posisi badan harus pada

kekuatan maksimal untuk mengatasi gaya grafitasi. Hal tersebut dilakukan

melalui tangan ,punggung serta posisi kaki sebagai tumpuhan. Tangan sebagai

tuas pemegang beban, punggung sebagai pusat tenaga penahan beban dan kaki

sebagai tumpuhan.

Gaya Otot

Page 24: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

22 | P a g e

Gambar 1. Kekuatan badan/punggung saat mengangkat.

B. Kekuatan Pada Tangan Pada Saat Mengangkat

Sewaktu mengangkat beban, lengan tangan sebagai tuas mengandalkan

kekuatan pada otot Bisep yang berkaitan dengan tulang hasta oleh ujung otot

bisep yang disebut Tendon. Tenaga atau berat beban yang disangga akan

disalurkan ke Tendon otot Bisep atas ke tulang belikat.

C. Kekuatan Otot Punggung Saat Tangan Mengangkat

Pada saat tangan mengangkat beban, tenaga yang disangga oleh otot

Bisep tangan akan disalurkan melalui tulang belikat ke otot punggung. Karena

beban tersebut bekerja pada lengan yan cukup pendek, maka beban justru akan

banyak disangga oleh otot punggung. Apabila beban terlalu berat, otot

punggung dapat terkilir atau bahkan dapat merusakkan tulang belakang.

Gambar 2. Pusat Kekuatan Tangan Saat Mengangkat

Page 25: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

23 | P a g e

Gambar 3. Tulang Belakang Sebagai Penyangga Beban Badan.

D. Prinsip-Prinsip Pengangkatan Secara Manual

Dalam melakukan pengangkatan suatu benda kerja harus mengetahui secara

jelas tentang prinsip-prinsip pengangkatan, diantaranya:

1. Upayakan beban sedekat mungkin dengan badan

2. Upayakan kedua tangan dapat memegang kuat pada benda yang akan

diangkat

3. Hindarkan gerakan putar yang mendadak

4. Upayakan konsentrasi beban berada pada kekuatan tumpuhan kaki

5. Upayakan badan tetap lurus/tegap saat mengangkat

6. Upayakan beban disekitar titik tengah badan

7. Beban yang diangkat maksimal setengah berat badan.

Gambar 4. Pengangkatan Secara Manual

Page 26: Modul keselamatan-dan-kesehatan-kerja

24 | P a g e

Beberapa cara secara teknis untuk pemindahan material secara manual adalah

sebagai berikut :

1. Pindahkan beban yang berat dari mesin ke mesin yang telah dirancang

dengan menggunakan roller (ban berjalan)

2. Gunakan meja yang dapat digerakkan naik turun untukmenjaga agar

bagian permukaan dari meja kerja dapat langsung dipakai untuk

memasukkan lembaran logam ataupun benda kerja lainnya kedalam mesin.

3. Tempatkan benda kerja yang besar pada permukaan yang lebih tinggi dan

turunkan dengan bantuan gaya gravitasi

4. Berikan peralatan yang dapat mengangkat, misalnya; pada ujung belakang

truk untuk memudahkan pengangkatan material, dengan demikian tidak

diperlukan lagi alat angkat (crane).

5. Desainlah kotak (tempat benda kerja) dengan disertai handel yang

ergonomis sehingga mudah pada waktu mengangkat.

6. Aturlah peletakan fasilitas sehingga semakin memudahkan metodologi

angkat benda pada ketinggian permukaan pinggang.

7. Berilah tanda atau angka pada beban sesuai dengan beratnya.