modul angka indeks_jarakjauh

67
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Angka Indeks

Upload: gallarranganca

Post on 25-Nov-2015

238 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

Modul Angka Indeks

TRANSCRIPT

  • Modul Diklat Fungsional Statistisi

    Tingkat Ahli

    Angka Indeks

  • Angka Indeks | i

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    DAFTAR ISI

    Daftar Isi.............................................................................................................................i

    Tujuan Pembelajaran......................................................................................................ii

    Tujuan Pembelajaran .......................................................................................... iii

    Tujuan Pembelajaran Umum .............................................................................. iii

    Tujuan Pembelajaran Khusus ............................................................................. iii

    BAB I Pendahuluan ............................................................................................ 1

    1.1 Konsep dan Definisi .................................................................................... 2

    1.2 Kegunaan Angka Indeks .............................................................................. 2

    1.3 Jenis-jenis Angka Indeks .............................................................................. 3

    BAB II Penghitungan Angka Indeks ..................................................................... 6

    2.1 Angka Indeks Harga .................................................................................... 6 2.1.1 Angka Indeks Tidak Tertimbang ............................................................... 6 2.1.2 Angka Indeks Tertimbang ....................................................................... 10

    2.2 Angka Indeks Produksi .............................................................................. 16 2.2.1 Angka Indeks Tidak Tertimbang .............................................................. 16 2.2.2 Angka Indeks Tertimbang ....................................................................... 16

    2.3 Angka Indeks Nilai .................................................................................... 19

    2.4 Kriteria Indeks Yang Baik ......................................................................... 20

    2.5 Cara Menentukan Periode Dasar ................................................................. 21

    BAB 3 Penggunaan Angka Indeks ..................................................................... 24

    3.1 Indeks Harga Konsumen (IHK) ................................................................... 24

    3.2 Indeks Harga 9 Bahan Pokok (IBP) ............................................................. 27

    3.3 Upah Nyata .............................................................................................. 28

    3.4 Nilai Tukar Petani ..................................................................................... 29

    3.5 Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) ..................................................... 30

    3.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) .......................................................... 30

    3.7 Indeks Kemahalan Konstruski (IKK) ........................................................... 32

    3.8 Indeks Harga Saham .................................................................................. 35 Pengertian Umum ....................................................................................... 35 Metodologi Penghitungan Indeks .................................................................. 37

    Soal dan Pembahasan ......................................................................................... 42

    Latihan .............................................................................................................. 53

    Daftar pustaka ................................................................................................... 55

  • ii | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

  • Angka Indeks | iii

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    TTuujjuuaann PPeemmbbeellaajjaarraann

    Tujuan Pembelajaran Umum

    Setelah mempelajari materi ini peserta dapat memahami konsep

    Angka Indeks secara umum dan mampu mengaplikasikannya dalam

    kasus-kasus riil.

    Tujuan Pembelajaran Khusus

    Setelah mempelajari materi ini secara khusus, peserta dapat:

    1. Memahami makna Angka Indeks

    2. Mengetahui jenis-jenis dan cara menghitung Angka Indeks

    3. Mengaplikasikan Angka Indeks dalam kasus-kasus riil

  • iv | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

  • Angka Indeks | 1

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    BBAABB II PPeennddaahhuulluuaann

    Pada Tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter yang juga

    dialami negara-negara lain di dunia. Nilai tukar mata uang Indonesia

    saat itu mengalami penurunan lebih dari 300%. Sebagai gambaran,

    pada saat krisis moneter nilai tukar dollar US terhadap rupiah naik

    mulai dari sekitar Rp 2.600,00 per US$ menjadi sekitar Rp. 10.000,00.

    Harga emas per gram naik dari sekitar Rp. 28.000,00 menjadi Rp.

    100.000,00. Akibatnya hampir seluruh harga barang terutama barang-

    barang impor mengalami kenaikan.

    Krisis moneter selain berpengaruh terhadap naiknya harga barang-

    barang impor juga melumpuhkan sebagian besar sektor ekonomi di

    Indonesia. Hampir seluruh jenis barang yang merupakan konsumsi

    masyarakat mengalami kenaikan harga, seiring dengan naiknya harga

    Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai sarana transportasi.

    Meningkatnya harga barang-barang konsumsi tanpa disertai dengan

    meningkatnya pendapatan, akan berakibat pada menurunnya daya beli

    masyarakat.

    Sebagai contoh diilustrasikan sebagai berikut: Seorang karyawan

    suatu perusahaan tentunya akan lebih senang mendapatkan gaji yang

    sedikit dengan daya beli yang besar, dibandingkan dengan gaji yang

    lebih besar, tetapi daya belinya kecil. Misalnya gaji seorang karyawan

    pada tahun 1995 (sebelum krisis moneter) ialah Rp 300.000,00 per

    bulan dan pada tahun 2000 (setelah krisis moneter) Rp 750.000,00 per

    bulan. Walaupun secara nominal gaji tahun 2000 lebih besar

    dibandingkan dengan gaji tahun 1995, tetapi taraf hidup pegawai

    tersebut di tahun 2000 belum tentu lebih baik dibandingkan dengan

    kondisi tahun 1995. Hal ini disebabkan karena perubahan daya beli

    karyawan tersebut belum tentu sama atau lebih baik dibandingkan

    kenaikan harga secara umum. Untuk mengetahui tingkat kenaikan

    harga secara umum maupun nilai uang yang beredar, diperlukan suatu

    angka yang dapat menggambarkan kondisi tersebut. Besar kecilnya

    daya beli masyarakat sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya

    hidup. Salah satu alat untuk menghitung daya beli tersebut adalah

    indeks biaya hidup yang mengukur perubahan dalam jumlah, jenis

    barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen. Hal ini merupakan salah

    satu contoh kegunaan dari angka indeks. Untuk selanjutnya akan

    dibahas dasar-dasar penghitungan angka indeks dengan

    mempergunakan beberapa metode tertentu.

  • 2 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    1.1 Konsep dan Definisi

    Angka Indeks adalah suatu bilangan tanpa satuan yang dapat

    menunjukkan perbedaan atau perbandingan dari suatu produksi, harga

    atau nilai dari suatu barang dalam dua batasan (waktu, tempat, atau

    jenis barang) yang berbeda.

    Dalam membuat angka indeks diperlukan dua macam batasan, yaitu

    batasan dasar dan batasan tertentu. Batasan dasar adalah batasan

    dimana kegiatan dipergunakan untuk dasar perbandingan. Sedangkan

    batasan tertentu adalah batasan dimana suatu kegiatan akan

    diperbandingkan terhadap kegiatan pada batasan dasar.

    Contoh penggunaan batasan pada angka indeks adalah hal-hal

    berikut:

    1. Tempat dan waktu sama, jenis barang berbeda

    Misalnya pada tanggal 11 Agustus 2010 di desa Jogorogo beras 1 kg

    dapat ditukar dengan 3 kg singkong. Dalam nilai Indeks dapat

    dinyatakan bahwa: indeks beras terhadap singkong sebesar = 3/1 x

    100 = 300.

    2. Waktu dan jenis barang sama, tempat berbeda

    Misalnya pada tanggal 26 september 2010 harga telur di Ngawi Rp

    950,00 per butir, sedangkan di Jayapura Rp 2000,00 per butir, maka

    dikatakan Indeks harga telur di Jayapura dibandingkan dengan Jakarta

    = 2000/950 x 100 = 210,50 ; artinya harga telur di Jayapura lebih

    mahal 110,5% dibandingkan dengan Ngawi.

    3. Tempat dan barang sama, waktu berbeda

    Misalnya harga beras jenis Cianjur Slip di Madiun pada bulan Mei 2010 = Rp 7000,00 per liter sedangkan bulan Juni 2010 = Rp

    8000,00 per liter, maka dapat dikatakan Indeks Harga beras Juni 2010

    dibandingkan bulan Mei 2010 = 8000/7000 x 100 = 104,29 ; artinya :

    terjadi kenaikan harga beras jenis Cianjur Slip antara Mei Juni 2010 sebesar 4.29%.

    1.2 Kegunaan Angka Indeks

    Melalui uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegunaan angka indeks

    adalah :

    1. Mengukur besar kecilnya daya beli nilai mata uang (tinggi

    rendahnya tingkat inflasi)

  • Angka Indeks | 3

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    2. Mengukur tinggi rendahnya upah nyata

    3. Menghitung indeks biaya hidup

    4. Mengukur perbedaan antar variabel (produksi, harga dan nilai)

    5. Mengukur perbandingan antar variabel (produksi, harga dan nilai)

    1.3 Jenis-jenis Angka Indeks

    1. Menurut Jenisnya

    Secara umum angka indeks dikelompokkan berdasarkan jenisnya,

    yaitu :

    1. Angka Indeks Harga, yaitu apabila yang menjadi objek

    penelitian adalah harga.

    2. Angka Indeks Produksi, yaitu apabila yang menjadi objek

    penelitian adalah produksi.

    3. Angka Indeks Nilai, yaitu apabila yang menjadi objek penelitian

    adalah nilai.

    Untuk selanjutnya yang akan dibahas lebih banyak dalam modul ini

    adalah angka indeks harga, karena indeks inilah yang paling banyak

    digunakan dibandingkan dengan indeks produksi maupun nilai,

    terutama ditinjau dari sudut ekonomi.

    2. Menurut cara penghitungannya, angka indeks dibagi menjadi:

    a. Angka Indeks Tidak Tertimbang

    Angka indeks relatif

    Angka indeks agregatif sederhana

    Angka indeks rata-rata hitung relatif

    b. Angka Indeks Tertimbang

    Angka indeks agregatif

  • 4 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    antara lain : angka indeks Laspeyres, angka indeks Paasche,

    angka indeks Fisher, angka indeks Marshall-Edgeworth, dan angka indeks Walsh.

    Angka indeks rata-rata hitung Relatif

    Indeks Agregatif merupakan indeks yang terdiri dari beberapa

    barang (kelompok barang), misalnya indeks impor Indonesia,

    indeks ekspor Indonesia, indeks bahan makanan, indeks biaya

    hidup dan sebagainya. Indeks agregatif memungkinkan untuk

    melihat persoalan secara makro, yaitu secara keseluruhan,

    bukan melihat satu per satu (per-individu).

    Indeks tertimbang ialah indeks yang pembuatannya telah

    dipertimbangkan faktor-faktor yang akan mempengaruhi naik

    turunnya angka indeks tersebut. Penimbang yang akan

    dipergunakan dalam pembuatan indeks biasanya bersifat

    kepentingan relatif atau untuk hal-hal yang ada hubungannya atau

    ada pengaruhnya terhadap naik turunnya indeks tersebut.

    SSooaall LLaattiihhaann

    1. Sebutkan minimal 3 kegunaan Angka Indeks! 2. Berapa besar nilai indeks harga beras pada bulan Desember 2011 terhadap

    harga beras pada bulan Juni 2011 juka harga beras Rp. 6.500,-/kg pada

    bulan Juni 2011 dan Rp. 6.800,-/kg pada bulan dan jelaskan maksud angka

    indeks tersebut!

    3. Jika pada tanggal 16 Februari 2012 di Solo harga telur Rp. 16.000,-/kg sedangkan di Kudus harga telur Rp. 12.000,-/kg, berapakah besar indek

    harga telur di Solo dibandingkan dengan harga telur di Kudus dan apa arti

    angka indeks tersebut?

    4. Misalnya pada bulan januari 2012 di Jakarta harga Bimoli minyak goreng klasik 2ltr Rp. 24.000,- dapat ditukar dengan 8ltr beras ketan hitam curah.

    Dalam hal ini, bagaimana nilai indeks beras ketan hitam curah terhadap

    Bimoli minyak goreng klasik?

    5. Jika diketahui nilai Indeks Harga Bimoli minyak goreng klasik 2 liter pada bulan Februari 2012 terhadap bulan Desember 2011 sebesar 106.2, berapa

    harga Bimoli minyak goreng klasik 2 liter pada bulan Desember jika pada

    bulan Februari 2012 Rp. 24.500,- ?

    6. Jika pada bulan Januari 2012 harga Avena minyak goreng 1 liter-pouch adalah Rp. 12.000,- dan diprediksi akan mengalami kenaikan sebesar

    2,34% pada bulan April 2012, berapa harga Avena minyak goreng 1 liter-

    pouch di bulan April 2012 berdasarkan prediksi tersebut?

    7. Misalnya di Kalteng pada bulan Januari 2011 harga ayam potong Rp. 50.000,-/ekor sedangkan di Papua Rp. 38.000,-/ekor , berapakah indeks

    harga ayam potong di Kalteng jika dibandingkan di Papua? Apa artinya?

  • Angka Indeks | 5

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

  • 6 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    BBAABB IIII PPeenngghhiittuunnggaann AAnnggkkaa IInnddeekkss

    2.1 Angka Indeks Harga

    Teknik penghitungan Angka Indeks Harga terdiri dari :

    2.1.1 Angka Indeks Tidak Tertimbang

    1. Relatif Harga

    Jenis angka indeks yang paling sederhana adalah relatif harga, yang

    membandingkan satu harga komoditi pada waktu tertentu terhadap

    waktu sebelumnya ( waktu dasar/0). Jika harga komoditi pada waktu

    tertentu (waktu sedang berjalan/n) dilambangkan dengan nP dan harga

    pada waktu dasar dilambangkan dengan oP , maka indeks relatif harga

    (In,0) dirumuskan sebagai berikut :

    100P

    PI

    0

    n0,n

    Contoh 2.1.1

    Diketahui harga 1 kg gula pada tahun 2010 adalah Rp. 12.000,00 dan

    pada tahun 2009 adalah Rp. 10.000,00. Dengan menggunakan tahun

    2009 sebagai tahun dasar dan tahun 2010 sebagai tahun berjalan, maka

    nP = 2010P = Rp. 12.000,00 dan oP = 2009P = Rp. 10.000,00.

    Sehingga relatif harga barang tersebut adalah :

    00,120100000.10

    000.121002010,2009

    o

    n

    P

    PI

    relatif harga tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2010 harga 1 kg

    gula adalah 120,00 jika harga pada tahun 2009 adalah 100. Artinya

    telah terjadi kenaikan harga gula sebesar (120,00-100) =20,00% pada

    tahun 2010 dibandingkan harga gula tahun 2009.

    Contoh 2.1.2

    Jika diketahui relatif harga beras pada tahun 2012 sebesar

    0769,1232012,2011I dengan harga beras pada tahun 2011 sebagai

    tahun dasar adalah ,500.6.0 RpP Berapakah harga beras pada

    tahun 2012 ( nP )?

    0769,1231006500

    1000

    2012,2011

    nn P

    P

    PI

  • Angka Indeks | 7

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    80009985,7999nP

    2. Angka Indeks Agregatif Sederhana

    Pada indeks ini yang dihitung adalah perbandingan harga ataupun

    produksi dari sekelompok jenis barang.

    Barang-barang yang terdapat dalam satu kelompok haruslah

    mempunyai sifat-sifat yang sama.

    Misalnya:

    Kelompok kebutuhan pokok seperti beras, ikan asin, minyak goreng dan gula pasir.

    Kelompok hasil pertanian seperti beras, jagung, singkong dan kacang.

    Rumusnya adalah:

    1000P

    PI

    n

    Keterangan :

    P : harga ( price )

    oP

    : jumlah harga pada waktu dasar

    nP : jumlah harga pada waktu tertentu

    Contoh 2.2

    Di bawah ini adalah contoh perhitungan indeks harga agregatif dari

    berbagai kebutuhan rumah tangga.

    Tabel 1.2 Harga Eceran Komoditi di Jakarta Tahun 2006/2007

    Jenis Barang Satuan Harga Per Satuan ( Rp )

    2006 2007

    1. Daging Sapi Kg 49.904 50.037

    2. Telur Itik Butir 1.052 1.257

    3. Minyak Goreng Kg 5.484 8.369

    4. Susu Bubuk Pack(400 gr) 18.675 20.496

    5. Rokok Kretek 10 Batang 4.897 5.270

    6. Kemeja tangan panjang Helai 53.575 57.325

    J u m l a h 133.587 142.754

    Sumber : Statistik Indonesia 2008, BPS

    Dari data di atas :

  • 8 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    oP Jumlah harga barang tahun 2006 = 133.587

    nP = Jumlah harga barang tahun 2007 = 142.754

    86,106100133.587

    142.754100

    0P

    PI

    n

    Indeks ini merupakan indeks tahun 2007 dengan tahun dasar tahun

    2006, biasanya ditulis:

    2006, 2007 86,106 atau 2007 86,106 2006 = 100

    Perlu diketahui, bahwa besarnya angka indeks pada tahun dasar selalu

    dibuat sama dengan 100, sehingga dari perhitungan di atas dapat

    dihitung besarnya kenaikan harga dari kelompok di atas, yaitu

    sebesar (106,86 100)% = 6,86%. Jadi kelompok barang tersebut mengalami kenaikan harga sebesar 6,86% di tahun 2006

    dibandingkan dengan tahun 2007.

    Sering kali angka indeks agregatif yang tidak ditimbang kurang

    mewakili keadaan, artinya kurang mencerminkan keadaan sebenarnya.

    Hal ini khususnya terjadi apabila terdapat suatu harga yang ekstrim di

    dalam kelompok barang tersebut. Sebagai gambaran, perhatikan

    contoh di bawah ini :

    Tabel 1.3 Harga Beberapa Jenis Lauk Pauk dan Susu di Jakarta

    Tahun 2002/2003

    Jenis Lauk

    Harga tahun

    Dasar ( o)

    2002

    Harga tahun

    Tertentu ( n )

    2003

    1. Telur Ayam

    7.654 7.022

    2. Telur Itik

    887 896

    3. Ikan Tongkol

    15.817 10.906

    4. Susu Bubuk

    16.000 16.306

    5. Susu Kental 5.286 5.317

    J u m l a h 45.644 40.447

    Sumber: Statistik Indonesia 2003, BPS

    Dari data di atas diperoleh 0 = 45.644 dan n = 40.447, sehingga I

    = (40.447/ 45.644) X 100 = 88,61 berarti terjadi kemerosotan harga

    sebesar 11,39%.

  • Angka Indeks | 9

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Analisis data :

    Dilihat dari data aslinya, telur itik, susu bubuk dan susu kental

    mengalami kenaikan harga, sedangkan yang harganya turun hanyalah

    telur ayam dan ikan tongkol. Tetapi setelah dihitung indeksnya secara

    agregatif, ternyata hasilnya lebih kecil dari 100, artinya harga barang-

    barang tersebut turun. Hal ini berlawanan dengan kenyataannya,

    sehingga apabila seseorang mempergunakan angka ini sebagai bahan

    pertimbangan, maka hasilnya tentu saja akan menyesatkan ( karena

    ada penurunan harga yang terlalu besar yakni ikan tongkol ). Inilah

    salah satu kelemahan angka indeks agregatif sederhana tidak

    tertimbang.

    3. Angka Indeks Rata-Rata Hitung Relatif

    Angka indeks ini merupakan hasil perhitungan indeks yang terdiri

    dari satu macam barang saja. Misalnya indeks harga beras, indeks

    harga karet, indeks produksi beras dan sebagainya.

    Rumusnya adalah :

    1000

    N

    P

    P

    I

    n

    N = banyaknya jenis barang

    Contoh 2.3:

    Diberikan tabel berkut ini:

    Tabel 1.4 : Perhitungan Indeks Rata-Rata Hitung Relatif Data

    Harga Eceran Komoditi di Jakarta Tahun 2006/2007

    Jenis

    Barang

    Harga Tahun

    Dasar ( o )

    2006

    Harga Tahun

    Tertentu ( n)

    2007

    Pn/Po

    Daging Sapi 49.904 50.037 1,25

    Telur Itik 1.052 1.257 1,01

    Minyak Goreng 5.484 8.369 1,11

    Susu Bubuk 18.675 20.496 1,02

    Rokok Kretek 4.897 5.270 1,06

    Kemeja tangan panjang 53.575 57.325 1,02

    Jumlah 133.587 142.754 6,47

    Sumber: Statistik Indonesia 2008, BPS

    Jadi 1006

    47.6I = 107,8

  • 10 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Ternyata setelah dihitung dengan indeks ini, kelompok barang-barang

    tersebut mengalami kenaikan harga sebesar: (107,8 100)% = 7,8%.

    Kedua cara perhitungan angka indeks ini di dalam praktek hampir

    tidak pernah dipakai. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya

    penimbang. Dengan tidak adanya penimbang, berarti di dalam

    perhitungan indeks ini, kita menyamaratakan tingkat kebutuhan akan

    barang-barang tersebut.

    Misalnya di dalam indeks harga 9 macam bahan pokok, barangnya

    meliputi beras, ikan asin, gula, garam, minyak tanah, minyak goreng,

    sabun cuci, tekstil kasar dan batik. Apabila indeks harga 9 macam

    bahan di atas dihitung secara tidak tertimbang, maka berarti kita

    menyamaratakan tingkat kebutuhan akan beras, sabun cuci dan

    lain - lain. Padahal di dalam kenyataan tidak demikian. Seseorang

    akan lebih membutuhkan beras dari pada sabun cuci. Misalnya

    kenaikan harga beras sebesar 10% per liter akan sangat berpengaruh

    terhadap kenaikan harga garam dalam persentase yang sama. Untuk

    menyatakan tingkat kebutuhan/kepentingan tiap-tiap barang,

    dipakailah ukuran tertentu, yaitu yang disebut penimbang.

    Dalam hal ini barang yang penting, akan mempunyai penimbang

    yang besar, yang kurang penting, penimbangnya akan lebih kecil dan

    seterusnya.

    Misalnya : penimbang beras = 64,92 dan penimbang garam = 0,96,

    artinya tingkat kepentingan beras di banding garam di dalam

    masyarakat = 64,92 : 0,96.

    2.1.2 Angka Indeks Tertimbang

    1. Angka Indeks Agregatif

    Rumus Umum:

    1000WP

    WPI

    n

    W= Penimbang

    a. Angka Indeks menurut Perumusan Laspeyres

    Laspeyres mengambil kuantitas pada waktu dasar (oQ ) sebagai

    penimbang sehingga rumusnya menjadi :

    10000

    0

    QP

    QPI

    n

    L

  • Angka Indeks | 11

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Q = Banyaknya/kuantitas ( quantum )

    oQ = Kuantitas pada tahun dasar

    Contoh 2.4:

    Di bawah ini adalah contoh perhitungan indeks harga Laspeyres lima

    macam hasil pertanian tahun 2002-2003. Indeks 2002 = 100, karena

    dipakai sebagai tahun dasar.

    Tabel 1.5: Perhitungan Indeks Harga Laspayres 5 Macam Hasil Pertanian di Jakarta Tahun 2002-2003

    Sumber: Statistik Indonesia 2003, BPS, Jakarta

    Dari data di atas angka indeks tahun 2003 (tahun dasar 2002) adalah:

    51,104100000.261.158.107

    580.569.994.1112003I

    Harga 5 macam hasil bumi di tahun 2003 ternyata mengalami

    kenaikan sebesar 4,51% dari harga tahun 2002.

    b. Angka Indeks menurut Rumusan Paasche

    Paasche memilih kuantitas tahun tertentu (given period) sebagai

    timbangan, sehingga rumusnya menjadi :

    1000 n

    nn

    PQP

    QPI

    Contoh 2.5 :

    Jenis hasil

    Pertanian

    Harga

    2002

    ( o )

    (Rp/Ton)

    Harga

    2003

    ( n )

    (Rp/Ton)

    Kuantitas

    2002

    ( Qo )

    (Ton)

    Pn Qo Po Qo

    Beras 2.897.940 3.062.290 11.303 34.613.063.870 32.755.415.820

    Jagung 1.970.000 2.206.250 51 112.518.750 100.470.000

    Ubi kayu 419.790 379.790 1.062 403.336.980 445.816.980

    Kacang Tanah 6.310.000 7.109.090 22 156.399.980 138.820.000

    Kedelai 2.474.580 2.575.000 29.790 76.709.250.000 73.717.738.200

    Jumlah 111.994.569.580 107.158.261.000

  • 12 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Tabel 1.6. Perhitungan Indeks Harga Paasche 5 Macam

    Hasil Pertanian di Jakarta Tahun 2002 2003

    Sumber : Statistik Indonesia, 2003 BPS, Jakarta

    Angka Indeks Tahun 2002 = 100

    48,104100070.677.351.70

    410.626.503.732003I

    Ternyata dengan rumus ini kenaikan harga 5 macam hasil bumi =

    4,48%

    c. Angka Indeks Fisher

    PLn0

    nn

    00

    0nF II100

    QP

    QP

    QP

    QPI

    Contoh 2.6.1:

    Dari contoh yang telah diperlihatkan pada Indeks Laspeyres dan

    Indeks Paasche di atas maka didapatkan indeks Fisher :

    49,104104,48 x 51,104FI

    Contoh 2.6.2:

    Dengan menggunakan data di bawah ini :

    Jenis hasil

    Pertanian

    Harga

    2002

    ( o )

    (Rp/Ton)

    Harga

    2003

    ( n )

    (Rp/Ton)

    Kuantitas

    2003

    ( Qn )

    (Ton)

    Pn Qn Po Qn

    Beras 2.897.940 3.062.290 7.140 21.864.750.600 20.691.291.600

    Jagung 1.970.000 2.206.250 59 130.168.750 116.230.000

    Ubi kayu 419.790 379.790 949 360.420.710 398.380.710

    Kacang Tanah 6.310.000 7.109.090 15 106.636.350 94.650.000

    Kedelai 2.474.580 2.575.000 19.822 51.041.650.000 49.051.124.760

    Jumlah 73.503.626.410 70.351.677.070

  • Angka Indeks | 13

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Jenis Barang

    Harga

    2011

    (Rp.)

    ( 0P )

    Kuantitas

    2011

    ( 0Q )

    Harga

    2012

    (Rp.)

    ( nP )

    Kuantitas

    2012

    ( nQ )

    Telur Ayam (butir) 700 10 1100 12

    Mie Instan (bungkus) 800 5 1500 4

    Kopi bubuk (bungkus) 1000 2 1300 3

    Susu kental manis (sachet) 1000 7 1500 3

    Nilai dari Indeks Fisher adalah:

    4079,1578181,156158FI

    d. Angka Indeks Drobisch

    2

    100100no

    nn

    oo

    on

    D

    QP

    QP

    QP

    QP

    I

    Contoh 2.6.3:

    Dengan menggunakan data di bawah ini, hitunglah nilai indeks

    Drobish:

    Jenis Barang

    Harga

    2011

    (Rp.)

    ( 0P )

    Kuantitas

    2011

    ( 0Q )

    Harga

    2012

    (Rp.)

    ( nP )

    Kuantitas

    2012

    ( nQ )

    0QPn 00QP nnQP nQP0

    Telur Ayam (butir) 700 10 1100 12 11000 7000 13200 8400

    Mie Instan (bungkus) 800 5 1500 4 7500 4000 3000 3200

    Kopi bubuk

    (bungkus) 1000 2 1300 3 2600 2000 3900 3000

    Susu kental manis

    (sachet) 1000 7 1500 3 10500 7000 4500 3000

    JUMLAH - - - - 31600 20000 24600 17600

    8863,1482

    7727,139158

    2

    10017600

    24600100

    20000

    31600

    DI

  • 14 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    e. Angka Indeks Marshall-Edgeworth

    100QnQP

    QnQPI

    oo

    on

    ME

    Contoh 2.6.4:

    Dari data di bawah ini, hitunglah nilai Indeks Marshall-Edgeworth

    Jenis Barang

    Harga

    2011

    (Rp.)

    ( 0P )

    Kuantitas

    2011

    ( 0Q )

    Harga

    2012

    (Rp.)

    ( nP )

    Kuantitas

    2012

    ( nQ )

    nn QQP 0 nQQP 00

    Telur Ayam (butir) 700 10 1100 12 24200 15400

    Mie Instan (bungkus) 800 5 1500 4 13500 7200

    Kopi bubuk (bungkus) 1000 2 1300 3 6500 5000

    Susu kental manis

    (sachet) 1000 7 1500 3 15000 10000

    JUMLAH - - - - 59200 37600

    4468,15710037600

    59200MEI

    f. Angka Indeks Walsh

    1000

    0

    no

    nn

    WQQP

    QQPI

    Contoh 2.6.5:

    Dengan data di bawah ini, hitunglah Indeks Walsh

    Jenis Barang

    Harga

    2011

    (Rp.)

    ( 0P )

    Kuantitas

    2011

    ( 0Q )

    Harga

    2012

    (Rp.)

    ( nP )

    Kuantitas

    2012

    ( nQ ) nn QQP 0 nQQP 00

    Telur Ayam (butir) 700 10 1100 12 12049,896 7668,1158

    Mie Instan (bungkus) 800 5 1500 4 4500 2400

    Kopi bubuk (bungkus) 1000 2 1300 3 3184,3366 2449,4897

    Susu kental manis

    (sachet) 1000 7 1500 3 6873,8635 4582,5757

    JUMLAH - - - - 26608,0961 17100,1812

  • Angka Indeks | 15

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    6012,1551001812,17100

    0961,26608WI

    2. Angka Indeks Rata-rata Hitung Relatif Tertimbang

    1000

    W

    WP

    P

    I

    n

    Contoh 2.7

    Berikut ini diberikan teladan perhitungan indeks harga 9 macam

    bahan pokok dengan mempergunakan rumus di atas.

    Tabel 1.7 Perhitungan Indeks Harga 9 Macam Bahan

    Pokok di Jakarta

    Bahan Satuan W Po Pn 0P

    Pn WP

    Pn

    0

    1. Beras L 64,92 574 617 1,13 73,23

    2. Ikan Asin Kg 4,09 7.600 7.850 1,03 4,223

    3.Minyak Goreng Btl 4,13 169 184 1,09 4,50

    4. Gula Pasir Kg 2,47 977 1.052 1,08 2,66

    5. Garam Bata 0,96 125 150 1,20 1,15

    6. Minyak Tanah L 4,57 350 375 1,07 4,90

    7. Sabun Cuci Btg 2,62 250 275 1,10 2,88

    8. Textil m 12,63 1.650 1.854 1,12 14,19

    9. Batik helai 3,61 10.500 11.000 1,05 3,78

    J u m l a h 100,0 111,51

    Sumber: Harga Perdagangan Besar di Jakarta, 1992, BPS Jakarta

    1000.100

    51.111I =111.51

    Timbangan-timbangan pada perhitungan angka indeks menyatakan

    tingkat kepentingan barang tersebut. Timbangan dalam contoh di atas

    diperoleh dari survey biaya hidup. Dalam hal ini jumlah harga x

    konsumsi (pxq) masing-masing jenis barang diprosentasikan sehingga

    untuk beras terdapat 64,92 dst. Dengan demikian ternyata bahwa di

    dalam perhitungan angka indeks tertimbang faktor yang tersulit

    kadang-kadang adalah faktor penimbang, karena untuk menentukan

    penimbang ini diperlukan biaya yang besar, tenaga yang banyak yang

    tentu saja harus qualified. Di samping itu makan waktu yang lama

    pula. Inilah salah satu problem perhitungan indeks.

  • 16 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    2.2 Angka Indeks Produksi

    Rumus-rumus indeks harga yang telah dibahas sebelumnya dapat

    dirubah untuk menghitung kuantitas, yaitu dengan cara mengganti

    harga P pada setiap rumus indeks harga dengan kuantitas Q sehingga

    diperoleh indeks kuantitas. Dengan demikian sesuai dengan rumus-

    rumus indeks harga, maka indeks-indeks kuantitas dirumuskan

    sebagai berikut :

    2.2.1 Angka Indeks Tidak Tertimbang

    1. Angka Indeks Relatif Kuantitas Sederhana

    100o

    n

    Q

    QI

    2. Angka Indeks Agregatif Kuantitas Sederhana

    100o

    n

    Q

    QI

    3. Angka Indeks Rata-Rata Relatif Kuantitas Sederhana

    1000

    N

    Q

    Q

    I

    n

    2.2.2 Angka Indeks Tertimbang

    Seandainya yang ingin dihitung adalah indeks produksi, maka yang

    dijadikan penimbang bukan lagi produksi melainkan harga. Dengan

    demikian dapat dituliskan rumusnya sebagai berikut :

    1. Angka Indeks Agregatif

    Rumus Umum: 1000WQ

    WQI

    n

    a. Angka Indeks Kuantitas Laspeyres

    10000

    0

    PQ

    PQI

    n

    LK

  • Angka Indeks | 17

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    b. Angka Indeks Kuantitas Paasche

    1000 n

    nn

    PKPQ

    PQI

    c. Angka Indeks Kuantitas menurut Rumusan Fisher

    PL

    n

    nnn

    FKII

    PQ

    PQ

    PQ

    PQI 100

    000

    0

    d. Angka Indeks Drobisch

    2

    100100no

    nn

    oo

    on

    D

    PQ

    PQ

    PQ

    PQ

    I

    e. Angka Indeks Marshall-Edgeworth

    100noo

    non

    MEPPQ

    PPQI

    f. Angka Indeks Walsh

    1000

    0

    no

    nn

    WPPQ

    PPQI

    Contoh penggunaan Indeks Produksi menggunakan rumus Indeks

    Laspeyres, Paasche dan fisher :

    Mencari indeks produksi Laspeyres

    Tabel 2.1. Perhitungan Indeks Produksi Laspeyres 5 Macam

    Hasil Pertanian di Jakarta Tahun 2002-2003

    Jenis hasil

    Pertanian

    Kuantitas

    2002

    (0Q )

    ( ton)

    Kuant

    itas

    2003

    (nQ )

    ( ton)

    Harga

    2002

    (0P )

    (Rp/Ton)

    0PQn 00PQ

    Beras 11.303 7.140 2.897.940 20.691.291.600 32.755.415.820

    Jagung 51 59 1.970.000 116.230.000 100.470.000

    Ubi kayu 1.062 949 419.790 398.380.710 445.816.980

    Kacang

    Tanah

    22 15 6.310.000 94.650.000 138.820.000

    Kedelai 29.790 19.822 2.474.580 49.051.124.760 73.717.738.200

  • 18 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    J u m l a h 70.351.677.070 107.158.261.000

    Sumber : Statistik Indonesia, 2003 Badan Pusat Statistik, Jakarta

    Angka indeks produksi Laspeyres tahun 2003 (2002=100) adalah:

    65,65100000.261.158.107

    070.677.351.70KLI

    Mencari indeks produksi Paasche

    Tabel 2.2. Perhitungan Indeks Produksi Paasche 5 Macam Hasil

    Pertanian Tahun 2002-2003

    Jenis hasil

    Pertanian

    Kuantitas

    2002

    (0Q )

    ( ton)

    Kuantitas

    2003

    (nQ )

    (ton)

    Harga

    2003

    (nP )

    (Rp/Ton)

    nn PQ nPQ0

    Beras 11.303 7.140 3.062.290 21.864.750.600 34.613.063.870

    Jagung 51 59 2.206.250 130.168.750 112.518.750

    Ubi kayu 1.062 949 379.790 360.420.710 403.336.980

    Kacang Tanah 22 15 7.109.090 106.636.350 156.399.980

    Kedelai 29.790 19.822 2.575.000 51.041.650.000 76.709.250.000

    J u m l a h 73.503.626.410 111.994.569.580

    Sumber : Statistik Indonesia, 2003 Badan Pusat Statistik, Jakarta

    100580.569.994.111

    .41073.503.626KPI = 65,63

    Mencari indeks produksi Fisher

    Dengan menggunakan hasil penghitungan Indeks Produksi Laspeyres

    dan Paasche, maka didapatkan indeks produksi Fisher sebagai berikut

    :

    64,6565,6365,65FK

    I

    Hasil perhitungan indeks menurut Laspeyres biasanya lebih besar

    dibandingkan dengan hasil perhitungan Paasche.

    Hal ini terutama terjadi, jika penimbangnya adalah konsumsi

    masyarakat. Bahkan sering kali dikatakan, bahwa indeks menurut

    Laspeyres cenderung over-estimate, sedangkan indeks menurut

    Paasche cenderung under-estimate. Untuk mengatasi hal-hal tersebut

    di atas, Irving Fisher mengambil jalan tengah, yaitu dengan

    mengambil rata-rata ukur antara Laspeyres dan Paasche. Indeks

    menurut Fisher ini secara teoritis merupakan indeks yang paling baik,

    sehingga sering disebut sebagai Fisher Ideal Index Numbers.

  • Angka Indeks | 19

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Walaupun demikian dalam praktek, indeks menurut Laspeyres lah

    yang sering dipergunakan, mengingat untuk menghitungnya hanya

    cukup dengan mencari Pn saja, sedangkan Po dan Qo angkanya

    konstan. Tidak demikian halnya dengan indeksindeks yang lain.

    2. Angka Indeks Rata-rata Hitung Relatif Tertimbang

    1000

    W

    WQ

    Q

    I

    n

    2.3 Angka Indeks Nilai

    10000QP

    QPI

    nn

    Contoh 2.3.1:

    Omzet suatu toko bulan Mei 2010 = Rp.500.000,00 dan omzet bulan

    Juni 2010 = Rp. 550.000,00

    110100000.500

    000.550I (Mei 2010=100)

    Perlu diketahui bahwa sebetulnya Rp.500.000,00 ini sudah merupakan

    perkalian harga x barang yang terjual pada bulan Mei (Po x Qo), tapi

    kita tidak dapat memastikan seberapa besarnya Qo maupun berapa

    besarnya Po. Begitu juga Rp.550.000,00 merupakan perkalian antara

    Pn dengan Qn.

    Contoh 2.3.2:

    Seorang pedagang asongan keliling mendapatkan penghasilan harian

    pada bulan Februari 2012 sebesar Rp. 60.000,- dan pada bulan Maret

    2012 meningkat menjadi Rp. 110.000,-.

    Berapa besar indeks nilai pengahsilan pedagang asongan tersebut:

    333,18310060000

    110000I

  • 20 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Contoh 2.3.3:

    Jika diketahuiindeks nilai pengeluaran mahasiswa bulan Januari 2012

    terhadap pengeluaran bulan Desember 2011 sebesar 109,73. Berapa

    besar pengeluaran mahasiswa tersebut pada bulan Januari 2012 jika

    diketahui pengeluaran bulan Desember 2011 sebesar Rp. 1.560.000,-

    73,1091001560000

    2012nJanuariPengeluaraI

    17117882012nJanuariPengeluara

    Jadi, pengeluaran mahasiswa pada bulan Januari 2012 adalah sebesar

    Rp. 1.711.788,-

    2.4 Kriteria Indeks Yang Baik

    Irving Fisher mengemukakan bahwa indeks harga yang baik

    memenuhi dua kriteria, yaitu Time Reversal Test dan Factor Reversal

    Test.

    1. Kriteria Time Reversal Test

    Jika In,o merupakan indeks harga pada tahun berjalan n dan tahun

    dasar 0 dan Io,n adalah indeks harga pada tahun berjalan 0 dan tahun

    dasar n, maka kriteria Time Reversal Test adalah :

    In,o x I o,n = 1

    2. Kriteria Faktor Reversal Test

    Jika onIP , adalah indeks harga yang menunjukkan perubahan harga

    dari waktu berjalan n dan waktu dasar 0, sedangkan onIQ , adalah

    indeks kuantitas yang menunjukkan perubahan kuantitas dari waktu

    berjalan n dan waktu dasar o, maka faktor Reversal Test menyatakan

    bahwa onon IQIP ,, akan menunjukkan perubahan nilai dari waktu

    dasar 0 ke waktu berjalan n yang dirumuskan sebagai berikut :

    oo

    nn

    ononQP

    QPIQIP ,,

    Indeks Laspeyres dan Indeks Paasche tidak memenuhi dua kriteria

    tersebut. Sedangkan Indeks Fisher memenuhi dua kriteria tersebut.

  • Angka Indeks | 21

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    2.5 Cara Menentukan Periode Dasar

    Dalam menentukan periode/waktu dasar perlu diperhatikan hal-hal

    berikut :

    1. Hendaklah pemilihan tahun dasar (base period) berada dalam

    keadaan yang stabil. Di dalam indeks harga khususnya pilihan

    periode yang keadaan ekonominya relatif stabil, artinya tingkat

    inflasi (rate of inflation) nya rendah.

    2. Base period hendaklah jangan terlalu jauh jaraknya dengan given period. Karena kalau terlalu jauh akan kurang representatif.

    Misalnya menghitung indeks 2010 dengan 1980 = 100, maka

    ternyata barang-barang tahun 1980 jauh berbeda dengan tahun

    2010. Usahakan paling lama 10 tahun atau lebih baik kurang dari 5

    tahun.

    3. Bisa juga dipilih periode yang bersejarah atau peristiwa penting sebagai periode dasar penghitungan indeks, misalnya pada saat

    pergantian pimpinan.

    4. Pilih waktu ketika tersedia data untuk keperluan timbangan.

    Contoh 2.5.1:

    Sebutkan beberapa contoh keadaan stabil yang dapat menjadikan tahun tersebut menjadi tahun dasar!

    Jawab: tingkat Inflasi rendah, tidak terjadi pergolakan politik yang

    ekstrim, tidak terjadi peperangan, tidak ada bencana alam yang

    berdampak besar.

    Contoh 2.5.2:

    Jika dalam tahun tersebut terjadi suatu peristiwa besar, seperti demo

    besar-besaran yang akhirnya memaksa penggantian pimpinan negara,

    yang berdampak positif terhadap perekonomian, apakah tahun tersebut

    dapat dijadikan sebagai tahun dasar? Jelaskan!

    Jawab: Tidak bisa, karena tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar,

    harus memiliki keadaan yang stabil, baik dari sisi ekonomi maupun politik

  • 22 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    SSooaall LLaattiihhaann

    Untuk nomor 1 dan 2

    1. Pada tahun 1988 harga beras jenis A di Kabupaten Bantul Rp. 800,-/kg. Sedangkan tahun 1989 s/d 1993 harga beras dengan jenis yang sama di Bantul

    berturut-turut : Rp. 880,- ; Rp. 1.000,- ; Rp. 1.080,- ; Rp. 1.200,- ; Rp. 1.240,-

    per kg.

    Tentukan perkembangan harga beras jenis A di Kabupaten Bantul?

    2. Dari data di atas, tentukan indeks harga rata-rata relatif tahun 1993 dengan tahun dasar 1988!

    3. Diketahui tabel harga dan konsumsi dari tiga klomoditi tahun 1992 dan 1998 adalah sebagai berikut :

    Komoditi Harga Rata-rata

    (ribu Rp.)

    Konsumsi per Kapita

    (ton)

    Tahun 1992 1998 1992 1998

    Kedelai 30 38 30 35

    Roti 25 35 38 37

    Telur 60 90 15 10

    Dengan menggunakan tabel di atas, hitunglah:

    a. Indeks harga Laspeyres 1998, dengan menggunakan tahun dasar 1992! b. Indeks Paasche tahun 1992, dengan menggunkan tahun dasar 1998!

    4. Tentukan indeks harga agregatif tertimbang atas data berikut dengan menggunakan tahun 1990 sebagai tahun dasar.

    Komoditas Harga per Unit

    1990 (Rp.)

    Harga per Unit

    1991 (Rp.)

    Harga per Unit

    1992 (Rp.)

    A 4.200 4.600 4.800

    B 8.000 8.800 9.600

    C 2.000 1.800 2.000

    D 5.000 5.000 5.600

    5. Tentukan indeks harga agregatif tertimbang atas dasar data berikut dengan tahun 1990 sebagai tahun dasar (1990 = 100).

    Jenis

    Barang Ukuran

    Konsumsi

    per

    Tahun

    Harga

    1990 1991 1992

    Beras 1 kg 400 1.000 1.200 1.300

    Minyak

    Goreng 1 liter 30 2.400 2.400 2.800

    Gula 1 kg 100 800 950 975

    6. Tentukan indeks kuantitatif agregatif tertimbang dari data berikut ini dengan menggunakan tahun 1990 sebagai tahun dasar.

  • Angka Indeks | 23

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Jenis

    Barang Ukuran

    Harga

    (Rp.)

    Kuantitatif

    1990 1991 1992

    Beras Kg 1.000 400 480 520

    Minyak

    Goreng Liter 2.400 24 28 30

    Gula Kg 800 50 60 75

    7. Tentukan indeks harga relatif rata-rata dari data berikut ini (1990 = 100).

    Komoditi Indeks

    1990 1991 1992

    A 100 106 112

    B 100 110 114

    C 100 124 118

    8. Tentukan indeks kuantitatif relatif rata-rata dari data berikut ini (1999 = 100).

    Produk Kuantitas yang diproduksi

    1990 1991 1992

    A 3.000 2.900 3.200

    B 12.000 14.000 16.000

    9. Data berikut mengenai harga dan kuantitas mentega dan roti pada periode 1990-1992.

    Jenis Barang Harga Kuantitas

    1990 1991 1992 1990 1991 1992

    Roti 6.000 6.670 7.550 10 9 12

    Mentega 8.000 8.500 9.000 5 6 8

    Tentukan indeks Laspeyres, Indeks Paasche, dan Indeks Fisher !

    10. Diketahui daftar untuk tahun 2000 dan 2005 serta kuantitas yang dikonsumsi pada tahun 2000 sebagai berikut :

    Jenis Produk Harga Tahun 2000 Jumlah terjual

    tahun 2000 Harga tahun 2005

    Pakaian (satuan) 35.000 500 65.000

    Sepatu (sepasang) 45.000 1.200 90.000

    Dengan mengasumsikan bahwa jumlah yang terjual tetap konstan, berapakah

    indeks harga tertimbang untuk tahun 2005 dengan menggunakan tahun 2000

    sebagai tahun dasar dan interpretasikanlah hasil perhitungan tersebut!

  • 24 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    BBAABB 33 PPeenngggguunnaaaann AAnnggkkaa IInnddeekkss

    Angka-angka mengenai harga, baik yang dikumpulkan oleh

    departemen pemerintah, lembaga penyelidik pemerintah maupun

    swasta atau perusahaan pemerintah maupun swasta mempunyai arti

    yang semakin penting dengan makin berkembangnya teknik angka-

    angka indeks. Indeks harga merupakan petunjuk atau barometer

    kondisi ekonomi umum. Kenaikan indeks harga yang disebut Laju

    Inflasi sangat penting artinya sebagai pedoman pemerintah dalam

    menentukan kebijakan umum. Bagi kalangan pengusaha maupun

    lembaga non pemerintah hal ini penting artinya untuk membuat

    kebijakan penetapan harga, perencanaan keuangan maupun investasi.

    3.1 Indeks Harga Konsumen (IHK)

    Pengertian Umum

    Mulai bulan Juni 2008, Indeks Harga Konsumen (IHK) yang

    mencakup sekitar 284-441 komoditi dihitung berdasarkan pola

    konsumsi hasil Survei Biaya Hidup (SBH) di 66 kota tahun 2007.

    IHK Gabungan 66 kota merupakan hasil penghitungan dari gabungan

    indeks masing-masing kota yang ditimbang dengan banyaknya

    rumahtangga di kota bersangkutan. IHK gabungan tersebut mencakup

    kelompok komoditas berikut:

    - Bahan makanan - Makanan jadi, minuman, rokok, tembakau - Perumahan - Sandang - Kesehatan - Pendidikan, rekreasi & olahraga - Transpor dan komunikasi

    Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Indeks Biaya Hidup (IBH)

    merupakan dasar untuk mengatur gaji buruh atau menyesuaikan

    kenaikan gaji buruh pada masa inflasi.

    Metode Penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK)

    Salah satu tujuan penghitungan IHK adalah menghitung tingkat

    perubahannya, yaitu laju inflasi. Dalam makalahnya Sir Samuel

    Britton menyebutkan There is no one true and correct measure of inflation. Sangat sulit untuk mendapatkan angka inflasi yang benar-benar mewakili untuk menyatakan bahwa telah terjadi

    kenaikan/penurunan harga sebesar x secara umum untuk keseluruhan

  • Angka Indeks | 25

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    komoditi yang ada di Indonesia. Hal ini disebabkan karena pola

    konsumsi terhadap sejumlah barang di Indonesia berbeda-beda, sesuai

    dengan kebiasaan dan budaya di masing-masing wilayah.

    Untuk mendapatkan angka yang makin baik, BPS selalu memperbaiki

    teknik penghitungan angka inflasi tersebut. Sejak Bulan Januari 2004,

    digunakan penghitungan IHK yang baru menggantikan IHK 1998.

    Dibandingkan dengan IHK yang lama (1996 = 100), dalam

    penghitungan IHK yang baru (2002 = 100) terjadi perubahan

    komoditas, penimbang, cakupan kota dan metode penghitungan.

    Angka indeks yang baru di Indonesia (Januari 2004), dibuat

    berdasarkan Survey Pengeluaran Rumahtangga (Household

    Expenditure Surveys = HES) Tahun 2002 yang mencakup 70.000

    sampel rumahtangga di 45 kota-kota besar Indonesia. Komoditas dan

    penimbangnya diperbaharui untuk mencakup jenis-jenis komoditas

    dan jasa terbaru yang beredar di pasar, seperti jenis-jenis makanan

    yang baru, barang tahan lama, dan Jasa pelayanan dan keuangan.

    Beberapa sampel outlets/supermarket juga dimasukkan untuk

    menjaring penjualan dari pasar tradisional sampai pasar modern.

    Terdapat beberapa alasan/faktor, terutama adanya krisis ekonomi

    1998, untuk merubah tahun dasar penghitungan Indeks Harga

    Konsumen Tahun 1996 menjadi 2002 :

    1. Perubahan pola konsumsi penduduk direfleksikan dengan merubah struktur penimbang komoditas dan jasa

    2. Pengembangan kota sebagai pusat kegiatan ekonomi, sebagai hasil dari sistem otonomi daerah

    3. Meningkatnya jumlah seiring dengan kualitas komoditi yang dijual di pasar-pasar khususnya barang-barang tahan lama,

    telekomunikasi dan jasa keuangan.

    4. Adanya kecenderungan perubahan di pusat-pusat perdagangan penduduk perkotaan dari pasar tradisional ke pasar modern seperti :

    minimarket, supermaket dan hipermarket.

    5. Untuk mengurangi bias indeks dengan mengembangkan penghitungan agregat harga dasar dari komoditas tertentu yang

    mengalami perubahan harga dan harga pasar yang tidak

    terintegrasi.

    Teknik penghitungan Indeks :

    1. Agregat dasar

  • 26 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    IHK dibuat berdasarkan kombinasi dari perbandingan harga pada

    tingkat yang terendah dalam 2 periode yang disebut agregat dasar.

    Ada 3 cara untuk menghitung harga agregat dasar untuk mengestimasi

    seluruh komoditas dan jasa dalam IHK :

    a. Rata-rata Aritmatik dari rasio harga (APR-Carli)

    APRo:t = n

    ii

    ti

    P

    P

    n 1 0

    1

    b. Rasio dari Rata-rata Arimatik harga (RAP-Dutot)

    RAPo:t = n

    i io

    n

    i it

    Pn

    Pn

    1

    1

    1

    1

    c. Rata-rata Geometrik dari rasio harga (GM-Jevon)

    GMo:t = n

    i

    oi

    n

    i

    tin

    i oi

    ti

    n

    n

    n

    P

    P

    P

    P

    1

    1

    11

    1

    1

    Dimana : P adalah harga, t = waktu , o = waktu dasar, n = jumlah variasi/kualitas.

    Dalam IHK 1996 = 100, Badan Pusat Statistik menggunakan APR

    untuk memperoleh agregat harga dasar seluruh komoditas. APR

    mengasumsikan bahwa tiap-tiap item/kualitas dalam komoditas

    tertentu mempunyai penimbang yang sama (expenditure share), tidak

    dipengaruhi perubahan harga. Hal ini berarti bahwa elastisitas

    permintaan komoditas sama dengan nol yang bertentangan dengan

    konsep perilaku konsumen.

    2. Formula Indeks.

    Laspeyres modified-Carli :

    n

    i

    CARLIoi RwCarliIL1

    Laspeyres modified-Dutot :

  • Angka Indeks | 27

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    n

    i

    DUTOToi RwDutotIL1

    Laspeyres modified-Jevon :

    n

    i

    JEVONoi RwJevonIL1

    n

    i oi

    tin

    i

    oi

    oi

    ti

    n

    iioio

    ioio

    n

    iioio

    n

    iioit

    ALP

    Pw

    P

    P

    QP

    QP

    QP

    QP

    I1 1

    11

    1

    n

    iioio

    ioio

    QP

    QPWoi

    1

    dan n

    i

    oiw1

    = 1

    3.2 Indeks Harga 9 Bahan Pokok (IBP)

    Indeks Harga 9 Bahan Pokok (IBP) disusun berdasarkan data harga

    eceran hasil survei bulanan statistik harga konsumen di pasar.

    Sembilan bahan pokok tersebut terdiri dari : beras, ikan asin, minyak

    kelapa, gula pasir, garam, minyak tanah, sabun cuci, tekstil dan batik.

    Dalam penghitungannya :

    a. Persentase (%) perubahan IBP bulanan diperoleh dari :

    1001

    1

    n

    nn

    I

    II

    dimana :

    nI = Indeks bulan n

    1nI = Indeks bulan n-1

    b. Persentase (%) perubahan IBP dalam satu tahun dihitung dengan

    menggunakan metode point to point yang sebelumnya

    menggunakan metode kumulatif bulanan.

    c. IBP dihitung menggunakan formula Laspeyres yang dikembangkan (Modified Laspeyres), yaitu :

  • 28 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    100

    1

    1

    oo

    on

    n

    n

    nQP

    QPP

    P

    I

    dimana :

    nI = Indeks bulan n (bulan penelitian)

    nP = Harga pada bulan ke n (bulan penelitian)

    1nP = Harga pada bulan ke n-1 (bulan

    sebelumnya)

    on QP 1 = Nilai konsumsi bulan ke n-1

    ooQP = Nilai konsumsi Tahun Dasar

    3.3 Upah Nyata

    Seperti telah diuraikan dalam pendahuluan bahwa seseorang buruh

    atau pegawai lebih senang menerima gaji yang lebih kecil tetapi

    dengan daya beli besar, dari pada gaji yang lebih besar tetapi

    dengan daya beli kecil. Hal ini disebabkan nilai uang dipengaruhi oleh

    perubahan harga barang dan biaya hidup. Dengan perkataan lain

    para buruh atau pegawai lebih senang mendapatkan upah nyata dari

    pada upah uang. Adapun yang dimaksud dengan Upah uang adalah

    nilai nominal dari uang yang kita terima. Sedangkan upah nyata

    adalah daya beli dari upah uang tersebut. Besar kecilnya upah nyata

    ini tergantung pada Indeks Biaya Hidup/ Indeks Harga Konsumen.

    Sebagai ilustrasi dapat diikuti pada teladan berikut ini :

    Pada tahun x seseorang mempunyai gaji Rp.2.500.000,00 per bulan,

    sedangkan Indeks Biaya Hidup (IBH) pada tahun x adalah 100. Gaji

    pada tahun x+t adalah Rp 2.500.000,00 dengan IBH = 200 pada tahun

    x+t. Berarti harga-harga dari kebutuhan hidup pada tahun x + t dua

    kali lipat dibandingkan pada tahun x. Sehingga gaji Rp.25.000,00 pada

    tahun x+t seolah-olah sama dengan Rp. 1.250.000,00 Angka Rp.

    1.250.000,00 ini didapat dengan jalan :

    000.500.2200

    100UN =Rp 1.250.000,00

    Dengan menggunakan rumus dapat dituliskan bahwa

    GajiIBH

    IBHUN

    tx

    x

    Dengan:

  • Angka Indeks | 29

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    UN : Upah nyata

    IBHx : Indeks Biaya Hidup saat semula (tahun x)

    IBHx+t : Indeks Biaya Hidup sekarang (tahun x+t)

    Gaji : Gaji sekarang (pada tahun x+t)

    Contoh :

    Pada tahun 2008 seseorang karyawan suatu perusahaan mempunyai

    gaji per bulan Rp.4.000.000,00 dengan indeks harga konsumen pada

    tahun 2008 sebesar 210,27. Sedangkan indeks harga konsumen pada

    tahun 2010 adalah 279,59, berapa gaji karyawan per bulan agar daya

    belinya sama dengan daya beli tahun 2008 ?

    Jawab :

    Misalkan gaji per bulan pada tahun 2008 = x,00 maka:

    00,000.000.400,.59,279

    27,210xRp

    50,685.318.500,000.000.427,210

    59,279x

    Jadi gaji orang tersebut haruslah sebesar Rp.5.318.685,50 per bulan

    pada tahun 2010 agar daya belinya sama dengan daya beli pada tahun

    2008.

    3.4 Nilai Tukar Petani

    Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga

    yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani

    (dalam persentase). NTP merupakan salah satu indikator untuk

    melihat tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP juga menunjukkan

    daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan

    jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi

    NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli

    petani.

    Harga yang diterima petani

    Adalah rata-rata harga produsen dari hasil produksi petani sebelum

    ditambahkan biaya transportasi/ pengangkutan dan biaya pengepakan

    kepada harga penjualannya,. Harga ini biasa dianggap sebagai farm

    gate (harga disawah / ladang setelah pemetikan). Harga rata-rata

  • 30 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    adalah harga yang bila dikalikan dengan volume penjualan akan

    mencerminkan total uang yang diterima petani. Data harga tersebut

    dikumpulkan dari hasil wawancara langsung kepada petani produsen.

    Harga yang dibayar petani

    Adalah rata-rata harga eceran barang dan jasa yang dibeli petani, baik

    untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri maupun untuk

    keperluan produksi pertanian. data harga barang untuk keperluan

    produksi pertanian dikumpulkan dari hasil wawancara langsung

    kepada petani, sedangkan harga barang dan jasa untuk keperluan

    konsumsi rumah tangga dicatat dari hasil wawancara langsung kepada

    pedagang atau penjual jasa di pasar terpilih.

    3.5 Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

    Harga Perdagangan Besar merupakan harga barang-barang yang

    merupakan dasar analisa perubahan harga bagi para produsen dan

    pedagang besar.

    Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dikelompokkan atas 5

    sektor yaitu: pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, barang

    impor dan ekspor. Masing-masing sektor terdiri dari sub sektor.

    Jumlah komoditas dari setiap sub sektor dinyatakan dengan jumlah

    keseluruhan 327 komoditas. IHPB bahan bangunan/konstruksi

    didasarkan atas perubahan harga 26 kelompok barang tertentu.

    Indeks ini mengukur arah umum gerakan harga pada pasar-pasar

    primer mengenai barang-barang dari jenis bahan mentah hingga jenis

    barang jadi yang dijual-belikan. Harga pada indeks ini adalah harga

    produsen. IHPB digunakan untuk pengukuran perubahan harga selama

    dua periode dan bukan perubahan yang disebabkan oleh kualitas,

    kuantitas atau penjualan. Dengan indeks ini, pengusaha dapat

    membentuk harga pasar dan analisa pasar serta menggambarkan trend

    perdagangan.

    Cara penghitungan IHPB sama dengan cara penghitungan angka

    indeks IPB yaitu dengan metode Laspeyres yang dikembangkan.

    3.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    Pendapatan seseorang, daya beli barang, dan pelayanan tidaklah cukup

    sebagai pilihan untuk mencapai standar kehidupan manusia yang

    layak. Unsur-unsur lain seperti kesehatan, pendidikan dan kebebasan

    juga merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Dari sinilah UNDP

    mengeluarkan Human Development Report (Laporan Pembangunan

  • Angka Indeks | 31

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Manusia) yang pertama kali pada tahun 1990 dan mendefinisikan

    Pembangunan Manusia sebagai suatu proses untuk membuat manusia

    mampu memiliki lebih banyak pilihan.

    Sejak saat itulah dirancang suatu ukuran kemajuan sosial ekonomi dari

    segala aspek kehidupan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia.

    Walaupun demikian, konsep pembangunan manusia jauh lebih luas

    dari sekedar Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

    IPM mengukur pencapaian keseluruhan dari suatu negara dalam tiga

    dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup,

    pengetahuan dan suatu standar hidup yang layak. Lamanya hidup

    diukur dengan angka harapan hidup pada saat lahir; tingkat

    pendidikan/pengetahuan diukur dengan kombinasi antara angka melek

    huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot 2/3) dan rata-rata lama

    sekolah (dengan bobot 1/3); dan tingkat kehidupan layak diukur

    dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan menjadi daya

    beli.

    Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan rata-

    rata dari ketiga komponen tersebut di atas, yaitu :

    3

    j)X(3, Indeks j)X(2, Indeks j)X(1, (IndeksIPM

    dimana :

    jX ,.1 = Lamanya hidup dari daerah j

    jX ,.2 = Tingkat Pendidikan dari daerah j

    jX ,.3 = Tingkat Kehidupan yang layak dari daerah j

    min)(max)(

    min)-X(i-j)X(i, j)X(i,

    iXiXIndeks

    dimana:

    j,.iX : Indikator ke i di daerah j, i =1,2,3

    miniX : Nilai minimum dari X(i,,j)

    maxiX : Nilai maksimum dari X(i,,j)

    Nilai Maksimum dan Minimum dari setiap komponen IPM dapat

    dilihat pada tabel di bawah ini :

    Tabel 5.1 Nilai Maksimum-Minimum Komponen IPM

  • 32 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Komponen IPM Nilai

    Maksimum

    Nilai

    Minimum Keterangan

    Angka Harapan

    Hidup 85 25 Standar UNDP

    Angka Melek Huruf 100 0 Standar UNDP

    Rata-rata lama

    sekolah (tahun) 15 0

    UNDP menggunakan

    combined gross

    enrolment ratio

    Daya beli 737.720 360.000

    UNDP menggunakan

    PDB Riil per kapita

    yang telah disesuaikan

    Ilustrasi Penghitungan IPM Jawa Barat 2004 :

    Angka harapan hidup : 65,34

    Angka melek huruf : 93,96

    Rata-rata lama sekolah : 7,36

    Konsumsi per kapita riil : Rp 554.570,-

    Berdasarkan data tersebut dihitung indeks masing-masing komponen :

    Indeks angka harapan hidup :(65,34 25) / (85 25) = 0,6723

    Indeks angka melek huruf :(93,96 0) / (100 0) = 0,9396

    Indeks rata-rata lama sekolah: (7,36 0) / (15 0) = 0,4913

    Indeks pendidikan: 2/3 (0,9396) + 1/3 (0,4913) = 0,7902

    Indeks Konsumsi per kapita riil: (554,57 300) / (732,72 300) =

    0,5883

    Akhirnya angka IPM Jawa Barat dihitung :

    IPM = 1/3 (0,6723 + 0,7902 + 0,5883) = 0,6836 x 100 = 68,36

    3.7 Indeks Kemahalan Konstruski (IKK)

    Indeks Kemahalan Konstruski adalah angka indeks yang

    menggambarkan perbandingan tingkat kemahalan harga

    bangunan/konstruksi (TKK) suatu kabupaten/kota atau provinsi

    terhadap TKK rata-rata nasional. Dengan demikian angka IKK rata-

    rata nasional sama dengan 100. TKK merupakan cerminan dari suatu

  • Angka Indeks | 33

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    nilai bangunan/konstruksi atau biaya yang dibutuhkan untuk

    membangun 1 (satu) unit bangunan per satuan ukuran luas di suatu

    kabupaten/kota atau provinsi. TKK diperoleh melalui pendekatan

    terhadap harga sejumlah jenis barang/bahan bangunan dan harga sewa

    alat-alat berat yang mempunyai nilai atau andil cukup besar.

    Sesuai dengan pengertiannya, IKK dapat dikategorikan sebagai indeks

    spasial, yaitu indeks yang menggambarkan perbandingan harga untuk

    lokasi yang berbeda pada periode waktu tertentu. Berbeda pengertian

    indeks periodikal, seperti Indeks Harga Perdagangan Besar atau

    Indeks Harga Konsumen, kedua indeks harga tersebut

    menggambarkan perkembangan harga di suatu lokasi pada periode

    tertentu terhadap harga tahun dasar. Mulai tahun 2005 dalam

    penyajian IKK diperhitungkan pula perkembangan harga periode

    tertentu terhadap harga periode dasar yaitu Februari 2004 (sesuai dasar

    penghitungan IKK 2004).

    IKK dihitung menurut kelompok jenis bangunan, terdiri dari 5 (lima)

    kelompok, mengacu pada klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia

    (KBLI). Penghitungan IKK tahun-tahun sebelumnya menggunakan 5

    (lima) kelompok jenis bangunan, tetapi mulai tahun 2005

    penghitungan IKK hanya menurut 3 (tiga) kelompok jenis bangunan.

    Kelompok jenis bangunan yang tidak diikutsertakan adalah bangunan

    & instalasi listrik, gas, air minum, dan komunikasi, sedangkan

    kelompok jenis bangunan sarana pertanian digabung dengan

    kelompok jenis bangunan lainnya. Perubahan pengelompokan jenis

    bangunan ini dilakukan agar IKK antar kabupaten/kota yang

    dihasilkan lebih mempunyai keterbandingan/comparable. Kelompok

    jenis bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum, dan komunikasi

    tidak diikutsertakan, dikarenakan kualitas barang-barang dalam

    kelompok jenis bangunan tersebut sangat beragam antar

    kabupaten/kota. Sedangkan kelompok jenis bangunan sarana

    pertanian, tidak relevan lagi digunakan untuk daerah perkotaan.

    Berikut, tiga kelompok jenis bangunan yang digunakan dalam

    penghitungan IKK 2007:

    a. Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal

    b. Jalan, jembatan, dan pelabuhan

    c. Bangunan lainnya.

    Paket komoditas yang digunakan dalam penghitungan IKK 2007

    terdiri dari 18 jenis barang dan 3 sewa alat berat yang dipilih dari 60

    jenis barang dan 3sewa alat berat yang terdapat dalam daftar HPB-K.

    Delapan belas jenis barang dan tiga sewa alat berat tersebut, yaitu:

    pasir pasang, batu kali, sirtu, kayu papan, kayu balok, kayu lapis,

    cat tembok, cat kayu/besi, aspal, pipa PVC, kaca, batu bata, semen,

    batu split, lantai keramik, besi beton, seng plat, seng gelombang,

    sewa alat berat excavator, buldozer, dan three wheel roller (mesin

    gilas).

  • 34 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Penimbang atau Bobot

    DT atau bobot terdiri dari DT kelompok jenis bangunan dan DT

    umum. DT kelompok jenis bangunan disusun berdasarkan besarnya

    andil atau nilai masinng-masing jenis bahan bangunan untuk

    membangun satu unit bangunan per satuan ukuran luas. Sedangkan

    DT umum disusun berdasarkan data realisasi APBD dan pengeluaran

    belanja pembangunan dan rutin yang diperoleh dari

    PemerintahKabupaten/Kota setempat.

    Tingkat Kemahalan Harga Bangunan/Konstruksi (TKK)

    kabupaten/kota

    = tingkat kemahalan harga bangunan/konstruksi

    kabupaten/ kota

    k = kelompok jenis bangunan

    i = Jenis barang/bahan bangunan dan sewa alat berat.

    Pi = harga bahan bangunan i

    Qij = kuantitas/volume bahan bangunan i jenis bangunan

    Tingkat Kemahalan Harga Bangunan/Konstruksi Kelompok

    Jenis Bangunan rata-rata Nasional:

    = tingkat kemahalan harga bangunan/konstruksi rata-rata

    nasional kelompok jenis bangunan j

    N = kabupaten/kota (434)

    Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK)

  • Angka Indeks | 35

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    3.8 Indeks Harga Saham

    Pengertian Umum

    Indeks Harga Saham merupakan indikator yang menggambarkan

    pergerakan harga-harga saham. Saat ini Bursa Efek Jakarta memiliki

    lima macam indeks harga saham, yaitu :

    1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen penghitungan indeks

    2. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor

    3. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham yang terpilih setelah melalui beberapa macam seleksi

    4. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 saham yang masuk dalam kriteria Syariah dan termasuk saham yang likuid

    5. Indeks Kompas100, menggunakan 100 saham yang dipilih berdasarkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan

    kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

    6. Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama.

    7. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan pengembangan

    8. Indeks Individual, yaitu indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya.

    Seluruh indeks yang ada di BEI menggunakan metode perhitungan

    yang sama, yaitu metode rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah

    saham tercatat . Perbedaan utama pada masing-masing indeks jumlah

    emiten dan nilai dasar yang digunakan untuk penghitungan indeks.

    Misalnya untuk Indeks LQ45 menggunakan 45 saham untuk

    perhitungan indeks sedangkan Jakarta Islamic Index (JII)

    menggunakan 30 saham untuk perhitungan indeks.

  • 36 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Indeks Harga Saham Gabungan (Composite Stock Price Index)

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan

    pada Tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham

    yang tercatat di bursa. Hari dasar penghitungan indeks adalah tanggal

    10 Agustus 1982 dengan nilai 100, sedang jumlah saham yang tercatat

    waktu itu adalah sebanyak 13 emiten.

    Pada Desember 2008 jumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek

    Indonesia sudah mencapai 396 emiten. Posisi tertinggi yang pernah

    dicapai IHSG adalah 3.357,032 poin yang tercatat pada 15 September

    2010.

    Indeks Sektoral

    Indeks sektoral BEJ adalah sub indeks dari IHSG. Semua saham yang

    tercatat di BEJ diklasifikasikan ke dalam 9 sektor menurut klasifikasi

    industri yang telah ditetapkan BEJ, yang diberi nama JASICA

    (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). Kesembilan sektor

    tersebut sama dengan sektor yang ada di BPS.

    Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996 dengan

    nilai awal indeks 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar

    tanggal 28 Desember 1995. Selain sembilan sektor tersebut BEJ juga

    menghitung Indeks Industri Manufaktur (Industri Pengolahan) yang

    merupakan indeks gabungan dari saham-saham yang terklasifikasikan

    dalam sektor tiga, sektor empat dan sektor lima.

    Indeks LQ45

    Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (LiQuid) tinggi,

    yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian

    atas likuiditas, seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan

    kapitalisasi pasar.

    Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 Februari 1997.

    Hari dasar untuk penghitungannya adalah 13 Juli 1994 dengan nilai

    dasar 100.

    Jakarta Islamic Index

    Dalam rangka mengembangkan pasar modal syariah, PT Bursa Efek

    Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa Invesment Management

    (DIM) telah meluncurkan index saham yang dibuat berdasarkan

    Syariah Islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII).

    Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari

    saham-saham yang sesuai dengan Syariah Islam. Penentuan kriteria

    pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak

  • Angka Indeks | 37

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management.

    Perhitungan JII dilakukan oleh Bursa Efek Jakarta dengan

    menggunakan metode perhitungan indeks yang telah ditetapkan oleh

    Bursa Efek Jakarta, yaitu dengan bobot kapitalisasi pasar (market cap

    weighted). JII menggunakan tanggal awal perhitungan 1 Januari 1995

    dengan nilai awal sebesar 100.

    Indeks Kompas100

    Pada perayaan HUT PT Bursa Efek Jakarta ke-15 tanggal 13 Juli

    2007 dan bertepatan dengan ulang tahun pasar modal ke 30, BEJ

    meluncurkan indeks Kompas100. Indeks ini diharapkan dapat

    memberi manfaat bagi pada investor, pengelola portofolio serta

    fund manager sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam

    menciptakan kreatiftas (inovasi) pengelolaan dana yang berbasis

    saham.

    Proses pemilihan 100 saham yang masuk dalam penghitungan

    indeks Kompas100 ini mempertimbangkan faktor likuiditas,

    kapitalisasi pasar dan kinerja fundamental dari saham-saham tersebut.

    Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan

    Dengan maksud menyediakan suatu indikator untuk memantau

    perkembangan saham-saham yang masuk dalam masing-masing papan

    pencatatan, pada tanggal 8 April 2002, BEJ meluncurkan dua indeks

    baru yaitu: Indeks Papan Utama dan Indeks Papan

    Pengembangan. Penghitungan Indeks dilakukan setiap hari bursa

    mulai pada saat perdagangan saham dibuka pukul 9.30 hingga akhir

    perdagangan saham pukul 16.00.

    Hari dasar untuk penghitungan Indeks Papan Utama dan Indeks Papan

    Pengembangan adalah 28 Desember 2001 dengan nilai dasar 100.

    Pada hari itu, 34 saham tercatat pada Papan Utama dan 287 saham

    tercatat pada Papan Pengembangan dengan komposisi kapitalisasi

    pasar untuk indeks masing-masing 62% dan 38% dari total

    keseluruhan.

    Metodologi Penghitungan Indeks

    Seperti halnya penghitungan indeks di bursa lainnya, indeks-indeks

    BEJ adalah indeks yang menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai

    pasar (market value weighted average index). Rumus dasar

    penghitungan adalah:

  • 38 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga pasar

    hari ini (kapitalisasi pasar), atau ditulis dengan formula:

    c = Closing price (harga yang terjadi) untuk emiten ke-i.

    n = Jumlah saham yang digunakan untuk penghitungan indeks

    (jumlah saham yang tercatat) untuk emiten ke-i

    N = Jumlah emiten yang tercatat di BEJ

    Contoh hari dasar untuk IHSG adalah pada tanggal 10 Agustus 1982.

    Penghitungan Indeks di BEJ digunakan metode weighted average

    (pembobotan berdasarkan kapitalisasi pasar). Kelemahannya: jika ada

    saham yang mempunyai jumlah saham yang sangat besar, maka

    saham tersebut akan sangat mendominasi pergerakan indeks, sehingga

    tidak lagi menggambarkan pergerakan pasar secara keseluruhan. Pada

    tanggal 5 April 1999, Bank Danamon mencatatkan saham sebanyak

    217,3 milyar lembar atau 53,0% dari jumlah seluruh saham yang

    tercatat di BEJ. Akibatnya bobot Bank Danamon sangat besar dan

    berpengaruh terhadap perubahan indeks. Jika harganya berubah 1

    point (Rp 25) maka indeks akan berubah sebesar 10.862 point atau

    2,75%. Beberapa emiten juga melakukan pencatatan saham dengan

    jumlah yang sangat besar, terutama di sektor perbankan yang sedang

    dalam proses take-over atau rekapitalisasi oleh pemerintah. Dengan

    bobot saham perbankan yang besar-besar, IHSG akan berperilaku

    seperti indeks perbankan saja. Langkah yang dilakukan BEJ terhadap

    saham tersebut adalah tidak memasukkan saham-saham dengan nilai

    nominal baru tersebut untuk penghitungan IHSG. Pembatasan itu

    dipandang perlu karena dari teori penghitungan Indeks dan kenyataan

    yang ada di pasar, jika seluruh saham yang tercatat digunakan untuk

    penghitungan indeks maka hal ini tidak akan mencerminkan

    pergerakan pasar seperti yang telah diuraikan di atas.

    Contoh data :

    IHSG - Yearly Statistic (1990 - 1999)

    Year Open High Low Close Change Change

    (%) Volume (shares)

    1990 398,773 681,944 371,198 417,788 18,201 4,55 658.527.000 1991 408,538 427,019 223,249 247,390 -170,398 -40,79 1.007.734.000 1992 246,953 331,057 246,953 274,335 26,945 10,89 1.733.068.000 1993 273,582 588,765 273,308 588,765 314,430 114,62 3.922.805.500 1994 589,646 612,888 447,040 469,640 -119,125 -20,23 5.324.205.500 1995 470,140 519,175 414,209 513,847 44,207 9,41 10.572.092.500 1996 512,478 637,432 512,478 637,432 123,585 24,05 29.622.931.500 1997 638,103 740,833 339,536 401,712 -235,720 -36,98 77.241.221.000 1998 410,011 554,107 256,834 398,038 -3,674 -0,91 88.787.247.000 1999 393,964 720,050 370,643 676,919 278,881 70,06 152.839.389.000

  • Angka Indeks | 39

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Sumber :Zachri B. Kumoring

    Email: [email protected]

    http://download.at/zachri

    Contoh :

    IHSG Jumat, 22 Oktober 2004

    Index Value: 841.535

    Trade Time: 12:31AM ET

    Change: 7.366 (0.88%)

    Prev Close: 834.169

    Open: 835.207

    Day's Range: 832.822 - 842.137

    52wk Range: 598.743 - 864.625

    Bobot/Weighted

    Jumlah saham (bobot/weighted) adalah jumlah saham yang digunakan

    untuk penghitungan indeks. Angka ini tidak sama dengan jumlah

    saham yang tercatat di BEJ. Walaupun sebagian besar menggunakan

    jumlah saham yang tercatat di BEJ tapi ada beberapa emiten yang

    tidak menggunakan jumlah saham tercatat sebagai bobot, misalnya

    saham-saham perbankan dan saham-saham yang memiliki dua nilai

    nominal. Untuk mengeliminasi pengaruh faktor-faktor yang bukan

    perubahan harga saham, nilai dasar selalu disesuaikan bila terjadi

    corporate action seperti stock split, deviden/bonus saham, penawaran

    terbatas dan lain-lain. Dengan demikian, indeks akan mencerminkan

    pergerakan harga saham saja.

    Indeks Harga Saham Individual (IHSI)

    IHSI pertama kali diperkenalkan pada tanggal 15 April 1983 dan

    mulai dicantumkan dalam Daftar Kurs Efek harian sejak tanggal 18

    April 1983. Indeks ini merupakan indikator perubahan harga suatu

    saham dibandingkan dengan harga perdananya. Pada saat suatu saham

    pertama kali dicatatkan, indeks individualnya adalah 100. Berikut ini

    adalah rumus penghitungan IHSI dengan contoh perhitungannya :

  • 40 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Catatan :

    untuk saham yang baru pertama kali dicatatkan, Harga Dasar =

    Harga Pasar.

    Contoh :

    Saham ABC akan dicatatkan dengan nilai nominal Rp 1.000 dan harga

    perdana Rp 1.700. Indeks (IHSI) = (1.700 / 1.700) x 100 = 100,000.

    Bila harga akhir pada hari pertama dicatatkan adalah Rp 1.975, maka :

    IHSI = (1.975 / 1.700) x 100 = 116,175.

  • Angka Indeks | 41

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

  • 42 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    SSooaall ddaann PPeemmbbaahhaassaann

    A. Pilihan berganda

    Petunjuk :

    Di bawah ini ada 20 buah pernyataan. Masing-masing pernyataan diikuti oleh

    4 buah kemungkinan jawaban. Pilih satu yang paling tepat.

    1. Gaji seseorang karyawan bukan merupakan nilai absolut. Pernyataan ini dapat tecermin dari :

    a. Gaji kecil daya beli besar ; b. Gaji besar daya beli kecil ; c. Gaji besar daya beli besar ; d. Jawaban a,b dan c semua benar.

    2. Seorang pekerja pada tahun 2010 memperoleh kenaikan gaji sebesar satu kali dibandingkan gaji yang diterima pada tahun sebelumnya. Apabila

    indeks biaya hidup pada tahun 2010 lebih besar dari indeks biaya hidup

    pada tahun sebelumnya, maka daya beli pekerja tersebut :

    a. Bertambah besar b. Bertambah kecil c. Tidak berubah d. Tidak bisa ditentukan

    3. Kenaikan omzet penjualan sebuah toko buku dapat menunjukan indeks ... dari toko tersebut : a. Indeks nilai b. Indeks produksi c. Indeks penjualan d. Indeks harga

    4. Angka indeks dapat dipengaruhi dari hal-hal berikut ini : a. Waktu berbeda, tempat dan barang sama b. Tempat berbeda, waktu dan barang sama c. Barang berbeda, tempat dan waktu sama d. Jawaban a, b, c semua benar

    5. Untuk melihat naik turunnya pendapatan suatu negara dapat

    dipergunakan metode penghitungan indeks :

    a. Nilai b. Agregatif c. Produksi d. Relatif

    6. Menurut jenisnya angka indeks dapat dibagi menjadi : a. Angka indeks tertimbang dan tidak tertimbang b. Angka indeks agregatif dan rata-rata hitung relatif c. Angka indeks harga, produksi dan nilai

  • Angka Indeks | 43

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    d. Jawaban a, b, c semua benar

    7. Indeks barang A terhadap barang B pada tahun yang sama adalah 125%. Indeks barang B terhadap barang A pada tahun yang sama adalah :

    a. 50 % b. 25 % c. 80 % d. Tidak bisa dihitung

    8. Untuk menghitung indeks nilai dapat dipergunakan formula : a. Vn/Vo x 100 b. Vn/Vn-1 x 100 c. Vn+1/Vn x 100 d. Jawaban a, b, c semua benar

    9. Angka indeks agregatif tidak tertimbang kurang dapat mewakili keadaan, hal ini dapat terjadi apabila terdapat :

    a. Kenaikan suatu harga yang ekstrim b. Penurunan suatu harga yang ekstrim c. Kenaikan/penurunan suatu harga yang ekstrim d. Jawaban a, b, c semua benar

    10. Salah satu cara untuk menghindari terjadinya salah tafsir hasil perhitungan angka indeks tidak tertimbang adalah mempergunakan :

    a. Angka indeks agregatif tidak tertimbang b. Angka indeks rata-rata hitung relatif c. Angka indeks rata-rata harga kumulatif d. Jawaban a, b, c semua salah

    11. Angka indeks rata-rata hitung relatif dalam prakteknya jarang dipakai, karena :

    a. Sulitnya mencari penimbang b. Tidak dipergunakannya penimbang c. Sulitnya diperoleh periode dasar d. Tidak dipergunakannya periode dasar

    12. Angka indeks tertimbang yang paling dinilai ideal adalah angka indeks dari :

    a. Paasche b. Fisher c. Laspeyres d. Drobish

    13. Indeks harga Laspeyres menggunakan penimbang : a. Kuantitas tahun dasar b. Harga tahun dasar c. Nilai tahun dasar

  • 44 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    d. Value tahun dasar

    14. Indeks harga Paasche menggunakan penimbang : a. Kuantitas tahun tertentu b. Harga tahun tertentu c. Nilai tahun tertentu d. Value tahun tertentu

    15. Indeks produksi Laspeyres menggunakan penimbang : a. Kuantitas tahun dasar b. Harga tahun dasar c. Nilai tahun dasar d. Value tahun dasar

    16. Indeks produksi Paasche menggunakan penimbang : a. Kuantitas tahun tertentu b. Harga tahun tertentu c. Nilai tahun tertentu d. Value tahun tertentu

    17. Salah satu yang bukan merupakan syarat dalam memilih waktu dasar adalah :

    a. Keadaan ekonomi stabil b. Rate inflasi rendah c. Waktu yang bersejarah d. Rate inflasi tinggi

    18. Angka indeks yang cenderung over estimate adalah : a. Laspeyres c. Fischer b. Paasche d. Drobish

    19. Upah yang diterima oleh seorang pada dasarnya adalah : a. Nilai relatif b. Nilai absolut c. Nilai nominal d. Nilai nyata

    20. Upah nominal akan sama dengan upah nyata apabila : a. Indeks semula sama dengan indeks sekarang b. Indeks semula > indeks sekarang c. Indeks semula < indeks sekarang d. Jawaban a, b, c semua salah

    B. Soal Uraian

    1. Harga dari 6 macam kebutuhan pokok sehari hari pada tahun 2009 dan 2010 ( harga dalam rupiah ) adalah sebagai berikut :

  • Angka Indeks | 45

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Jenis Kebutuhan Tahun 2009 Tahun 2010

    A 475 525

    B 1500 1560

    C 75 80

    D 2500 2640

    E 165 170

    F 750 800

    Dengan mempergunakan metode indeks agregatif hitunglah indeks harga

    tahun 2010 dengan Tahun dasar ( 2009 = 100 ).

    2. Hitunglah indeks nilai dari perusahaan X tahun 2010 ( 2008 = 100 )

    Jenis Produksi Harga Produksi

    2008 2010 2008 2010

    Sabun 300 325 1500 20000

    Pasta gigi 1025 1060 6500 7500

    Sampo 200 250 5000 6750

    3. Harga dan jumlah bahan bangunan yang dikonsumsi pada tahun 2008 dan

    2009 adalah :

    Nama Bahan

    Harga Produksi

    2009 2010 2009 2002

    oP nP oQ nQ

    1. Semen

    2. Cat tembok

    3. Pasir

    4. Batu Bata

    5. Paku beton

    4000

    2500

    1500

    50

    700

    4500

    2750

    1525

    60

    815

    50000

    27500

    60000

    250000

    1750

    60000

    31500

    81000

    300000

    1950

    Hitunglah indeks harga bahan bangunan tersebut dengan mempergunakan

    metode :

    a. Laspeyres b. Paasche c. Fisher

    4. Upah nominal dan indeks biaya hidup karyawan sebuah perusahaan adalah

    sebagai berikut :

    Tahun Upah Nominal Indeks Biaya Hidup

  • 46 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    2004

    2005

    2006

    2007

    2008

    2009

    2010

    1.500.000

    1.600.000

    1.700.000

    1.850.000

    1.900.000

    2.500.000

    2.750.000

    100

    110

    115

    125

    130

    200

    210

    Pertanyaan :

    Hitunglah upah nyata yang diterima karyawan perusahaan tersebut dari

    tahun 2004 s.d. 2010

    5. Berikut adalah tabel yang menunjukkan upah nyata dari karyawan PT. Merak Mas selama 5 tahun dengan tahun 2005 sebagai tahun dasar.

    Tahun 2005 2006 2007 2008 2009

    Rata - rata upah nyata

    bulanan (Juta rupiah) 1,19 1,24 1,34 1,46 1,51

    Berapakah indeks harga konsumen di tahun 2007 jika diketahui data

    sebagai berikut:

    - Rata rata upah per bulan tahun 2007 = Rp 1.440.000 - Indeks harga konsumen di tahun 2005 = 95,5

    6. Berikut adalah tabel jumlah produksi dan harga per satuan dari beberapa jenis barang pada perusahaan Cardinal bulan Agustus dan September 2009.

    Jenis

    Barang

    Bulan

    Agustus September

    Produksi Harga Produksi Harga

    Baju

    Kemeja 8921 123.000 9635 131.500

    Baju

    Kaos 9135 62.700 10112 64.500

    Celana

    Panjang 8210 A B 10150

    Sepatu 3155 145.200 4205 151.000

    Lengkapi tabel di atas jika diketahui:

    a) Indeks Produksi Agregatif Tertimbang menurut Laspeyres bulan September dengan waktu dasar bulan Agustus adalah 104,608%.

    b) Indeks Harga Agregatif Tertimbang menurut Paasche bulan September dengan waktu dasar bulan Agustus adalah 171,658.

    7. Lengkapilah tabel berikut ini!

  • Angka Indeks | 47

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    Jumlah ekspor kopra tahun 1990-1996

    Tahun Jumlah Ekspor Indeks Berantai

    (1000 ton) (Dasar Waktu Tahun Sebelumnya)

    1990 392,1 -

    1991 114,5%

    1992 450,0

    1993 469,2

    1994 475,4 101,32%

    1995 101,6%

    1996 489,2

    8. Pada tahun 1998 pendapatan seorang karyawan adalah Rp12.500.000,00/bulan dan tahun 1999 pendapatannya meningkat menjadi

    Rp17.500.000,00/bulan. Bila Indeks Harga Konsumen pada tahun 1998

    adalah 450 dan pada tahun 1999 adalah 525. Tentukan pendapatan riil

    orang itu ?

    9. Di bawah ini adalah tabel yang menyajikan data tentang harga 4 jenis kacang-kacangan dan jumlah pembelian oleh konsumen per tahun beserta

    indeks harga. Jenis

    Kacang

    Harga Rata-Rata Pembelian dalam jutaan kg. Indeks Harga

    1991 1992 1993 1991 1992 1993

    Kacang

    tanah a 2575 g 61 62 61 90,67% 117,08%

    Kacang

    hijau 3015 e h 58 57 59 89,38% k

    Kacang

    Kedelai b 2700 4100 45 45 42 j 185,52%

    Kacang

    merah c 3415 3485 23 40 22 105,07% e

    Jumlah d f 14610 187 i 184 407,29% 532,55%

    Jika diketahui bahwa Angka Indeks Agregatif Tidak Tertimbang untuk tahun

    1992 dan 1993 dengan tahun dasar 1991 adalah 100,62 % dan 129,12%, maka

    lengkapilah tabel di atas!

    91/92I 91/93I

  • 48 | Angka Indeks

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    B. Kunci Jawaban

    Soal Pilihan Berganda

    1. D 6. C 11. B 16. B 2. D 7. C 12. B 17. D 3. A 8. D 13. A 18. A 4. D 9. D 14. A 19. C 5. B 10. B 15. B 20. A

    Soal Esai

    1)

    JENIS

    KEBUTUHAN

    TAHUN

    2009 2010

    A 475 525

    B 1.500 1.560

    C 75 80

    D 2.500 2.640

    E 165 170

    F 75 800

    JUMLAH 5.465 5.775

    6725,1051005465

    5775I

    2)

    JENIS

    PRODUKSI

    HARGA PRODUKSI

    (P00Q00) (P03Q03) 2008

    (P00)

    2010

    (P03)

    2008

    (Q00)

    2010

    (Q03)

    SABUN

    PASTA GIGI

    SHAMPO

    300

    1.025

    200

    325

    1.060

    250

    1.500

    6.500

    5.000

    20.000

    7.500

    6.750

    450.000

    6.662.500

    1.000.000

    6.500.000

    7.950.000

    1.687.500

    JUMLAH 8.112.500 161.375.500

    198,9211008112500

    161375500100

    )Q(P

    )Q(P

    0808

    1010 xXI

    3)

    NAMA

    BAHAN oP nP oQ nQ

    SEMEN

    CAT TEMBOK

    PASIR

    BATU BATA

    PAKU BETON

    4.000

    2.500

    1500

    50

    700

    4.500

    2.750

    1525

    60

    815

    50.000

    27.500

    60.000

    250.000

    1.750

    60.000

    31.000

    81.000

    300.000

    1.950

  • Angka Indeks | 49

    Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Badan Pusat Statistik

    ooQP onQP noQP nnQP

    200.000.000

    68.750.000

    90.000.000

    12.500.000

    1.225.000

    225.000.000

    75.625.000

    91.500.000

    15.000.000

    1.426.250

    240.000.000

    78.750.000

    121.500.000

    15.000.000

    1.365.000

    270.000.000

    86.625.000

    123.525.000

    18.000.000

    1.589.250

    372.475.000 408.551.250 456.615.000 499.739.250

    a) Indeks Laspeyres

    69,0911000372.475.00