modul angka indeks_jarakjauh

67
Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli Angka Indeks

Upload: qw1llyahoocom

Post on 07-Feb-2016

133 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bps

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Modul Diklat Fungsional Statistisi

Tingkat Ahli

Angka Indeks

Page 2: Modul Angka Indeks_jarakjauh
Page 3: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | i

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

DAFTAR ISI

Daftar Isi.............................................................................................................................i

Tujuan Pembelajaran......................................................................................................ii

Tujuan Pembelajaran .......................................................................................... iii

Tujuan Pembelajaran Umum .............................................................................. iii

Tujuan Pembelajaran Khusus ............................................................................. iii

BAB I Pendahuluan ............................................................................................ 1

1.1 Konsep dan Definisi .................................................................................... 2

1.2 Kegunaan Angka Indeks .............................................................................. 2

1.3 Jenis-jenis Angka Indeks .............................................................................. 3

BAB II Penghitungan Angka Indeks ..................................................................... 6

2.1 Angka Indeks Harga .................................................................................... 6 2.1.1 Angka Indeks Tidak Tertimbang ............................................................... 6 2.1.2 Angka Indeks Tertimbang ....................................................................... 10

2.2 Angka Indeks Produksi .............................................................................. 16 2.2.1 Angka Indeks Tidak Tertimbang .............................................................. 16 2.2.2 Angka Indeks Tertimbang ....................................................................... 16

2.3 Angka Indeks Nilai .................................................................................... 19

2.4 Kriteria Indeks Yang Baik ......................................................................... 20

2.5 Cara Menentukan Periode Dasar ................................................................. 21

BAB 3 Penggunaan Angka Indeks ..................................................................... 24

3.1 Indeks Harga Konsumen (IHK) ................................................................... 24

3.2 Indeks Harga 9 Bahan Pokok (IBP) ............................................................. 27

3.3 Upah Nyata .............................................................................................. 28

3.4 Nilai Tukar Petani ..................................................................................... 29

3.5 Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) ..................................................... 30

3.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) .......................................................... 30

3.7 Indeks Kemahalan Konstruski (IKK) ........................................................... 32

3.8 Indeks Harga Saham .................................................................................. 35 Pengertian Umum ....................................................................................... 35 Metodologi Penghitungan Indeks .................................................................. 37

Soal dan Pembahasan ......................................................................................... 42

Latihan .............................................................................................................. 53

Daftar pustaka ................................................................................................... 55

Page 4: Modul Angka Indeks_jarakjauh

ii | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Page 5: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | iii

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

TTuujjuuaann PPeemmbbeellaajjaarraann

Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mempelajari materi ini peserta dapat memahami konsep

Angka Indeks secara umum dan mampu mengaplikasikannya dalam

kasus-kasus riil.

Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mempelajari materi ini secara khusus, peserta dapat:

1. Memahami makna Angka Indeks

2. Mengetahui jenis-jenis dan cara menghitung Angka Indeks

3. Mengaplikasikan Angka Indeks dalam kasus-kasus riil

Page 6: Modul Angka Indeks_jarakjauh

iv | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Page 7: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 1

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

BBAABB II PPeennddaahhuulluuaann

Pada Tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter yang juga

dialami negara-negara lain di dunia. Nilai tukar mata uang Indonesia

saat itu mengalami penurunan lebih dari 300%. Sebagai gambaran,

pada saat krisis moneter nilai tukar dollar US terhadap rupiah naik

mulai dari sekitar Rp 2.600,00 per US$ menjadi sekitar Rp. 10.000,00.

Harga emas per gram naik dari sekitar Rp. 28.000,00 menjadi Rp.

100.000,00. Akibatnya hampir seluruh harga barang terutama barang-

barang impor mengalami kenaikan.

Krisis moneter selain berpengaruh terhadap naiknya harga barang-

barang impor juga melumpuhkan sebagian besar sektor ekonomi di

Indonesia. Hampir seluruh jenis barang yang merupakan konsumsi

masyarakat mengalami kenaikan harga, seiring dengan naiknya harga

Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai sarana transportasi.

Meningkatnya harga barang-barang konsumsi tanpa disertai dengan

meningkatnya pendapatan, akan berakibat pada menurunnya daya beli

masyarakat.

Sebagai contoh diilustrasikan sebagai berikut: Seorang karyawan

suatu perusahaan tentunya akan lebih senang mendapatkan gaji yang

sedikit dengan daya beli yang besar, dibandingkan dengan gaji yang

lebih besar, tetapi daya belinya kecil. Misalnya gaji seorang karyawan

pada tahun 1995 (sebelum krisis moneter) ialah Rp 300.000,00 per

bulan dan pada tahun 2000 (setelah krisis moneter) Rp 750.000,00 per

bulan. Walaupun secara nominal gaji tahun 2000 lebih besar

dibandingkan dengan gaji tahun 1995, tetapi taraf hidup pegawai

tersebut di tahun 2000 belum tentu lebih baik dibandingkan dengan

kondisi tahun 1995. Hal ini disebabkan karena perubahan daya beli

karyawan tersebut belum tentu sama atau lebih baik dibandingkan

kenaikan harga secara umum. Untuk mengetahui tingkat kenaikan

harga secara umum maupun nilai uang yang beredar, diperlukan suatu

angka yang dapat menggambarkan kondisi tersebut. Besar kecilnya

daya beli masyarakat sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya

hidup. Salah satu alat untuk menghitung daya beli tersebut adalah

indeks biaya hidup yang mengukur perubahan dalam jumlah, jenis

barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen. Hal ini merupakan salah

satu contoh kegunaan dari angka indeks. Untuk selanjutnya akan

dibahas dasar-dasar penghitungan angka indeks dengan

mempergunakan beberapa metode tertentu.

Page 8: Modul Angka Indeks_jarakjauh

2 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

1.1 Konsep dan Definisi

Angka Indeks adalah suatu bilangan tanpa satuan yang dapat

menunjukkan perbedaan atau perbandingan dari suatu produksi, harga

atau nilai dari suatu barang dalam dua batasan (waktu, tempat, atau

jenis barang) yang berbeda.

Dalam membuat angka indeks diperlukan dua macam batasan, yaitu

batasan dasar dan batasan tertentu. Batasan dasar adalah batasan

dimana kegiatan dipergunakan untuk dasar perbandingan. Sedangkan

batasan tertentu adalah batasan dimana suatu kegiatan akan

diperbandingkan terhadap kegiatan pada batasan dasar.

Contoh penggunaan batasan pada angka indeks adalah hal-hal

berikut:

1. Tempat dan waktu sama, jenis barang berbeda

Misalnya pada tanggal 11 Agustus 2010 di desa Jogorogo beras 1 kg

dapat ditukar dengan 3 kg singkong. Dalam nilai Indeks dapat

dinyatakan bahwa: indeks beras terhadap singkong sebesar = 3/1 x

100 = 300.

2. Waktu dan jenis barang sama, tempat berbeda

Misalnya pada tanggal 26 september 2010 harga telur di Ngawi Rp

950,00 per butir, sedangkan di Jayapura Rp 2000,00 per butir, maka

dikatakan Indeks harga telur di Jayapura dibandingkan dengan Jakarta

= 2000/950 x 100 = 210,50 ; artinya harga telur di Jayapura lebih

mahal 110,5% dibandingkan dengan Ngawi.

3. Tempat dan barang sama, waktu berbeda

Misalnya harga beras jenis „ Cianjur – Slip „ di Madiun pada bulan

Mei 2010 = Rp 7000,00 per liter sedangkan bulan Juni 2010 = Rp

8000,00 per liter, maka dapat dikatakan Indeks Harga beras Juni 2010

dibandingkan bulan Mei 2010 = 8000/7000 x 100 = 104,29 ; artinya :

terjadi kenaikan harga beras jenis „ Cianjur Slip „ antara Mei – Juni

2010 sebesar 4.29%.

1.2 Kegunaan Angka Indeks

Melalui uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegunaan angka indeks

adalah :

1. Mengukur besar kecilnya daya beli nilai mata uang (tinggi

rendahnya tingkat inflasi)

Page 9: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 3

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

2. Mengukur tinggi rendahnya upah nyata

3. Menghitung indeks biaya hidup

4. Mengukur perbedaan antar variabel (produksi, harga dan nilai)

5. Mengukur perbandingan antar variabel (produksi, harga dan nilai)

1.3 Jenis-jenis Angka Indeks

1. Menurut Jenisnya

Secara umum angka indeks dikelompokkan berdasarkan jenisnya,

yaitu :

1. Angka Indeks Harga, yaitu apabila yang menjadi objek

penelitian adalah harga.

2. Angka Indeks Produksi, yaitu apabila yang menjadi objek

penelitian adalah produksi.

3. Angka Indeks Nilai, yaitu apabila yang menjadi objek penelitian

adalah nilai.

Untuk selanjutnya yang akan dibahas lebih banyak dalam modul ini

adalah angka indeks harga, karena indeks inilah yang paling banyak

digunakan dibandingkan dengan indeks produksi maupun nilai,

terutama ditinjau dari sudut ekonomi.

2. Menurut cara penghitungannya, angka indeks dibagi menjadi:

a. Angka Indeks Tidak Tertimbang

Angka indeks relatif

Angka indeks agregatif sederhana

Angka indeks rata-rata hitung relatif

b. Angka Indeks Tertimbang

Angka indeks agregatif

Page 10: Modul Angka Indeks_jarakjauh

4 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

antara lain : angka indeks Laspeyres, angka indeks Paasche,

angka indeks Fisher, angka indeks Marshall-Edgeworth, dan angka

indeks Walsh.

Angka indeks rata-rata hitung Relatif

Indeks Agregatif merupakan indeks yang terdiri dari beberapa

barang (kelompok barang), misalnya indeks impor Indonesia,

indeks ekspor Indonesia, indeks bahan makanan, indeks biaya

hidup dan sebagainya. Indeks agregatif memungkinkan untuk

melihat persoalan secara makro, yaitu secara keseluruhan,

bukan melihat satu per satu (per-individu).

Indeks tertimbang ialah indeks yang pembuatannya telah

dipertimbangkan faktor-faktor yang akan mempengaruhi naik

turunnya angka indeks tersebut. Penimbang yang akan

dipergunakan dalam pembuatan indeks biasanya bersifat

kepentingan relatif atau untuk hal-hal yang ada hubungannya atau

ada pengaruhnya terhadap naik turunnya indeks tersebut.

SSooaall LLaattiihhaann

1. Sebutkan minimal 3 kegunaan Angka Indeks!

2. Berapa besar nilai indeks harga beras pada bulan Desember 2011 terhadap

harga beras pada bulan Juni 2011 juka harga beras Rp. 6.500,-/kg pada

bulan Juni 2011 dan Rp. 6.800,-/kg pada bulan dan jelaskan maksud angka

indeks tersebut!

3. Jika pada tanggal 16 Februari 2012 di Solo harga telur Rp. 16.000,-/kg

sedangkan di Kudus harga telur Rp. 12.000,-/kg, berapakah besar indek

harga telur di Solo dibandingkan dengan harga telur di Kudus dan apa arti

angka indeks tersebut?

4. Misalnya pada bulan januari 2012 di Jakarta harga Bimoli minyak goreng

klasik 2ltr Rp. 24.000,- dapat ditukar dengan 8ltr beras ketan hitam curah.

Dalam hal ini, bagaimana nilai indeks beras ketan hitam curah terhadap

Bimoli minyak goreng klasik?

5. Jika diketahui nilai Indeks Harga Bimoli minyak goreng klasik 2 liter pada

bulan Februari 2012 terhadap bulan Desember 2011 sebesar 106.2, berapa

harga Bimoli minyak goreng klasik 2 liter pada bulan Desember jika pada

bulan Februari 2012 Rp. 24.500,- ?

6. Jika pada bulan Januari 2012 harga Avena minyak goreng 1 liter-pouch

adalah Rp. 12.000,- dan diprediksi akan mengalami kenaikan sebesar

2,34% pada bulan April 2012, berapa harga Avena minyak goreng 1 liter-

pouch di bulan April 2012 berdasarkan prediksi tersebut?

7. Misalnya di Kalteng pada bulan Januari 2011 harga ayam potong Rp.

50.000,-/ekor sedangkan di Papua Rp. 38.000,-/ekor , berapakah indeks

harga ayam potong di Kalteng jika dibandingkan di Papua? Apa artinya?

Page 11: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 5

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Page 12: Modul Angka Indeks_jarakjauh

6 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

BBAABB IIII PPeenngghhiittuunnggaann AAnnggkkaa IInnddeekkss

2.1 Angka Indeks Harga

Teknik penghitungan Angka Indeks Harga terdiri dari :

2.1.1 Angka Indeks Tidak Tertimbang

1. Relatif Harga

Jenis angka indeks yang paling sederhana adalah relatif harga, yang

membandingkan satu harga komoditi pada waktu tertentu terhadap

waktu sebelumnya ( waktu dasar/0). Jika harga komoditi pada waktu

tertentu (waktu sedang berjalan/n) dilambangkan dengan nP dan harga

pada waktu dasar dilambangkan dengan oP , maka indeks relatif harga

(In,0) dirumuskan sebagai berikut :

100P

PI

0

n0,n

Contoh 2.1.1

Diketahui harga 1 kg gula pada tahun 2010 adalah Rp. 12.000,00 dan

pada tahun 2009 adalah Rp. 10.000,00. Dengan menggunakan tahun

2009 sebagai tahun dasar dan tahun 2010 sebagai tahun berjalan, maka

nP = 2010P = Rp. 12.000,00 dan oP =

2009P = Rp. 10.000,00.

Sehingga relatif harga barang tersebut adalah :

00,120100000.10

000.121002010,2009

o

n

P

PI

relatif harga tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2010 harga 1 kg

gula adalah 120,00 jika harga pada tahun 2009 adalah 100. Artinya

telah terjadi kenaikan harga gula sebesar (120,00-100) =20,00% pada

tahun 2010 dibandingkan harga gula tahun 2009.

Contoh 2.1.2

Jika diketahui relatif harga beras pada tahun 2012 sebesar

0769,1232012,2011I dengan harga beras pada tahun 2011 sebagai

tahun dasar adalah ,500.6.0 RpP Berapakah harga beras pada

tahun 2012 ( nP )?

0769,1231006500

1000

2012,2011

nn P

P

PI

Page 13: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 7

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

80009985,7999nP

2. Angka Indeks Agregatif Sederhana

Pada indeks ini yang dihitung adalah perbandingan harga ataupun

produksi dari sekelompok jenis barang.

Barang-barang yang terdapat dalam satu kelompok haruslah

mempunyai sifat-sifat yang sama.

Misalnya:

Kelompok kebutuhan pokok seperti beras, ikan asin, minyak

goreng dan gula pasir. Kelompok hasil pertanian seperti beras, jagung, singkong dan

kacang.

Rumusnya adalah:

1000P

PI

n

Keterangan :

P : harga ( price )

oP

: jumlah harga pada waktu dasar

nP

: jumlah harga pada waktu tertentu

Contoh 2.2

Di bawah ini adalah contoh perhitungan indeks harga agregatif dari

berbagai kebutuhan rumah tangga.

Tabel 1.2 Harga Eceran Komoditi di Jakarta Tahun 2006/2007

Jenis Barang Satuan Harga Per Satuan ( Rp )

2006 2007

1. Daging Sapi Kg 49.904 50.037

2. Telur Itik Butir 1.052 1.257

3. Minyak Goreng Kg 5.484 8.369

4. Susu Bubuk Pack(400 gr) 18.675 20.496

5. Rokok Kretek 10 Batang 4.897 5.270

6. Kemeja tangan panjang Helai 53.575 57.325

J u m l a h 133.587 142.754

Sumber : Statistik Indonesia 2008, BPS

Dari data di atas :

Page 14: Modul Angka Indeks_jarakjauh

8 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

oP Jumlah harga barang tahun 2006 = 133.587

nP = Jumlah harga barang tahun 2007 = 142.754

86,106100133.587

142.754100

0P

PI

n

Indeks ini merupakan indeks tahun 2007 dengan tahun dasar tahun

2006, biasanya ditulis:

2006, 2007 86,106 atau 2007 86,106 2006 = 100

Perlu diketahui, bahwa besarnya angka indeks pada tahun dasar selalu

dibuat sama dengan 100, sehingga dari perhitungan di atas dapat

dihitung besarnya kenaikan harga dari kelompok di atas, yaitu

sebesar (106,86 – 100)% = 6,86%. Jadi kelompok barang tersebut

mengalami kenaikan harga sebesar 6,86% di tahun 2006

dibandingkan dengan tahun 2007.

Sering kali angka indeks agregatif yang tidak ditimbang kurang

mewakili keadaan, artinya kurang mencerminkan keadaan sebenarnya.

Hal ini khususnya terjadi apabila terdapat suatu harga yang ekstrim di

dalam kelompok barang tersebut. Sebagai gambaran, perhatikan

contoh di bawah ini :

Tabel 1.3 Harga Beberapa Jenis Lauk Pauk dan Susu di Jakarta

Tahun 2002/2003

Jenis Lauk

Harga tahun

Dasar ( o)

2002

Harga tahun

Tertentu ( n )

2003

1. Telur Ayam

7.654 7.022

2. Telur Itik

887 896

3. Ikan Tongkol

15.817 10.906

4. Susu Bubuk

16.000 16.306

5. Susu Kental 5.286 5.317

J u m l a h 45.644 40.447

Sumber: Statistik Indonesia 2003, BPS

Dari data di atas diperoleh 0 = 45.644 dan n = 40.447, sehingga I

= (40.447/ 45.644) X 100 = 88,61 berarti terjadi kemerosotan harga

sebesar 11,39%.

Page 15: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 9

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Analisis data :

Dilihat dari data aslinya, telur itik, susu bubuk dan susu kental

mengalami kenaikan harga, sedangkan yang harganya turun hanyalah

telur ayam dan ikan tongkol. Tetapi setelah dihitung indeksnya secara

agregatif, ternyata hasilnya lebih kecil dari 100, artinya harga barang-

barang tersebut turun. Hal ini berlawanan dengan kenyataannya,

sehingga apabila seseorang mempergunakan angka ini sebagai bahan

pertimbangan, maka hasilnya tentu saja akan menyesatkan ( karena

ada penurunan harga yang terlalu besar yakni ikan tongkol ). Inilah

salah satu kelemahan angka indeks agregatif sederhana tidak

tertimbang.

3. Angka Indeks Rata-Rata Hitung Relatif

Angka indeks ini merupakan hasil perhitungan indeks yang terdiri

dari satu macam barang saja. Misalnya indeks harga beras, indeks

harga karet, indeks produksi beras dan sebagainya.

Rumusnya adalah :

1000

N

P

P

I

n

N = banyaknya jenis barang

Contoh 2.3:

Diberikan tabel berkut ini:

Tabel 1.4 : Perhitungan Indeks Rata-Rata Hitung Relatif Data

Harga Eceran Komoditi di Jakarta Tahun 2006/2007

Jenis

Barang

Harga Tahun

Dasar ( o )

2006

Harga Tahun

Tertentu ( n)

2007

Pn/Po

Daging Sapi 49.904 50.037 1,25

Telur Itik 1.052 1.257 1,01

Minyak Goreng 5.484 8.369 1,11

Susu Bubuk 18.675 20.496 1,02

Rokok Kretek 4.897 5.270 1,06

Kemeja tangan panjang 53.575 57.325 1,02

Jumlah 133.587 142.754 6,47

Sumber: Statistik Indonesia 2008, BPS

Jadi 1006

47.6I = 107,8

Page 16: Modul Angka Indeks_jarakjauh

10 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Ternyata setelah dihitung dengan indeks ini, kelompok barang-barang

tersebut mengalami kenaikan harga sebesar: (107,8 – 100)% = 7,8%.

Kedua cara perhitungan angka indeks ini di dalam praktek hampir

tidak pernah dipakai. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya

penimbang. Dengan tidak adanya penimbang, berarti di dalam

perhitungan indeks ini, kita menyamaratakan tingkat kebutuhan akan

barang-barang tersebut.

Misalnya di dalam indeks harga 9 macam bahan pokok, barangnya

meliputi beras, ikan asin, gula, garam, minyak tanah, minyak goreng,

sabun cuci, tekstil kasar dan batik. Apabila indeks harga 9 macam

bahan di atas dihitung secara tidak tertimbang, maka berarti kita

menyamaratakan tingkat kebutuhan akan beras, sabun cuci dan

lain - lain. Padahal di dalam kenyataan tidak demikian. Seseorang

akan lebih membutuhkan beras dari pada sabun cuci. Misalnya

kenaikan harga beras sebesar 10% per liter akan sangat berpengaruh

terhadap kenaikan harga garam dalam persentase yang sama. Untuk

menyatakan tingkat kebutuhan/kepentingan tiap-tiap barang,

dipakailah ukuran tertentu, yaitu yang disebut penimbang.

Dalam hal ini barang yang penting, akan mempunyai penimbang

yang besar, yang kurang penting, penimbangnya akan lebih kecil dan

seterusnya.

Misalnya : penimbang beras = 64,92 dan penimbang garam = 0,96,

artinya tingkat kepentingan beras di banding garam di dalam

masyarakat = 64,92 : 0,96.

2.1.2 Angka Indeks Tertimbang

1. Angka Indeks Agregatif

Rumus Umum:

1000WP

WPI

n

W= Penimbang

a. Angka Indeks menurut Perumusan Laspeyres

Laspeyres mengambil kuantitas pada waktu dasar (oQ ) sebagai

penimbang sehingga rumusnya menjadi :

10000

0

QP

QPI

n

L

Page 17: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 11

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Q = Banyaknya/kuantitas ( quantum )

oQ = Kuantitas pada tahun dasar

Contoh 2.4:

Di bawah ini adalah contoh perhitungan indeks harga Laspeyres lima

macam hasil pertanian tahun 2002-2003. Indeks 2002 = 100, karena

dipakai sebagai tahun dasar.

Tabel 1.5: Perhitungan Indeks Harga Laspayres 5 Macam

Hasil Pertanian di Jakarta Tahun 2002-2003

Sumber: Statistik Indonesia 2003, BPS, Jakarta

Dari data di atas angka indeks tahun 2003 (tahun dasar 2002) adalah:

51,104100000.261.158.107

580.569.994.1112003I

Harga 5 macam hasil bumi di tahun 2003 ternyata mengalami

kenaikan sebesar 4,51% dari harga tahun 2002.

b. Angka Indeks menurut Rumusan Paasche

Paasche memilih kuantitas tahun tertentu (given period) sebagai

timbangan, sehingga rumusnya menjadi :

1000 n

nn

PQP

QPI

Contoh 2.5 :

Jenis hasil

Pertanian

Harga

2002

( o )

(Rp/Ton)

Harga

2003

( n )

(Rp/Ton)

Kuantitas

2002

( Qo )

(Ton)

Pn Qo Po Qo

Beras 2.897.940 3.062.290 11.303 34.613.063.870 32.755.415.820

Jagung 1.970.000 2.206.250 51 112.518.750 100.470.000

Ubi kayu 419.790 379.790 1.062 403.336.980 445.816.980

Kacang Tanah 6.310.000 7.109.090 22 156.399.980 138.820.000

Kedelai 2.474.580 2.575.000 29.790 76.709.250.000 73.717.738.200

Jumlah 111.994.569.580 107.158.261.000

Page 18: Modul Angka Indeks_jarakjauh

12 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Tabel 1.6. Perhitungan Indeks Harga Paasche 5 Macam

Hasil Pertanian di Jakarta Tahun 2002 – 2003

Sumber : Statistik Indonesia, 2003 BPS, Jakarta

Angka Indeks Tahun 2002 = 100

48,104100070.677.351.70

410.626.503.732003I

Ternyata dengan rumus ini kenaikan harga 5 macam hasil bumi =

4,48%

c. Angka Indeks Fisher

PLn0

nn

00

0nF II100

QP

QP

QP

QPI

Contoh 2.6.1:

Dari contoh yang telah diperlihatkan pada Indeks Laspeyres dan

Indeks Paasche di atas maka didapatkan indeks Fisher :

49,104104,48 x 51,104FI

Contoh 2.6.2:

Dengan menggunakan data di bawah ini :

Jenis hasil

Pertanian

Harga

2002

( o )

(Rp/Ton)

Harga

2003

( n )

(Rp/Ton)

Kuantitas

2003

( Qn )

(Ton)

Pn Qn Po Qn

Beras 2.897.940 3.062.290 7.140 21.864.750.600 20.691.291.600

Jagung 1.970.000 2.206.250 59 130.168.750 116.230.000

Ubi kayu 419.790 379.790 949 360.420.710 398.380.710

Kacang Tanah 6.310.000 7.109.090 15 106.636.350 94.650.000

Kedelai 2.474.580 2.575.000 19.822 51.041.650.000 49.051.124.760

Jumlah 73.503.626.410 70.351.677.070

Page 19: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 13

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Jenis Barang

Harga

2011

(Rp.)

( 0P )

Kuantitas

2011

( 0Q )

Harga

2012

(Rp.)

( nP )

Kuantitas

2012

( nQ )

Telur Ayam (butir) 700 10 1100 12

Mie Instan (bungkus) 800 5 1500 4

Kopi bubuk (bungkus) 1000 2 1300 3

Susu kental manis (sachet) 1000 7 1500 3

Nilai dari Indeks Fisher adalah:

4079,1578181,156158FI

d. Angka Indeks Drobisch

2

100100no

nn

oo

on

D

QP

QP

QP

QP

I

Contoh 2.6.3:

Dengan menggunakan data di bawah ini, hitunglah nilai indeks

Drobish:

Jenis Barang

Harga

2011

(Rp.)

( 0P )

Kuantitas

2011

( 0Q )

Harga

2012

(Rp.)

( nP )

Kuantitas

2012

( nQ )

0QPn 00QP nnQP nQP0

Telur Ayam (butir) 700 10 1100 12 11000 7000 13200 8400

Mie Instan (bungkus) 800 5 1500 4 7500 4000 3000 3200

Kopi bubuk

(bungkus) 1000 2 1300 3 2600 2000 3900 3000

Susu kental manis

(sachet) 1000 7 1500 3 10500 7000 4500 3000

JUMLAH - - - - 31600 20000 24600 17600

8863,1482

7727,139158

2

10017600

24600100

20000

31600

DI

Page 20: Modul Angka Indeks_jarakjauh

14 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

e. Angka Indeks Marshall-Edgeworth

100QnQP

QnQPI

oo

on

ME

Contoh 2.6.4:

Dari data di bawah ini, hitunglah nilai Indeks Marshall-Edgeworth

Jenis Barang

Harga

2011

(Rp.)

( 0P )

Kuantitas

2011

( 0Q )

Harga

2012

(Rp.)

( nP )

Kuantitas

2012

( nQ )

nn QQP 0 nQQP 00

Telur Ayam (butir) 700 10 1100 12 24200 15400

Mie Instan (bungkus) 800 5 1500 4 13500 7200

Kopi bubuk (bungkus) 1000 2 1300 3 6500 5000

Susu kental manis

(sachet) 1000 7 1500 3 15000 10000

JUMLAH - - - - 59200 37600

4468,15710037600

59200MEI

f. Angka Indeks Walsh

1000

0

no

nn

WQQP

QQPI

Contoh 2.6.5:

Dengan data di bawah ini, hitunglah Indeks Walsh

Jenis Barang

Harga

2011

(Rp.)

( 0P )

Kuantitas

2011

( 0Q )

Harga

2012

(Rp.)

( nP )

Kuantitas

2012

( nQ )

nn QQP 0

nQQP 00

Telur Ayam (butir) 700 10 1100 12 12049,896 7668,1158

Mie Instan (bungkus) 800 5 1500 4 4500 2400

Kopi bubuk (bungkus) 1000 2 1300 3 3184,3366 2449,4897

Susu kental manis

(sachet) 1000 7 1500 3 6873,8635 4582,5757

JUMLAH - - - - 26608,0961 17100,1812

Page 21: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 15

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

6012,1551001812,17100

0961,26608WI

2. Angka Indeks Rata-rata Hitung Relatif Tertimbang

1000

W

WP

P

I

n

Contoh 2.7

Berikut ini diberikan teladan perhitungan indeks harga 9 macam

bahan pokok dengan mempergunakan rumus di atas.

Tabel 1.7 Perhitungan Indeks Harga 9 Macam Bahan

Pokok di Jakarta

Bahan Satuan W Po Pn 0P

Pn WP

Pn

0

1. Beras L 64,92 574 617 1,13 73,23

2. Ikan Asin Kg 4,09 7.600 7.850 1,03 4,223

3.Minyak Goreng Btl 4,13 169 184 1,09 4,50

4. Gula Pasir Kg 2,47 977 1.052 1,08 2,66

5. Garam Bata 0,96 125 150 1,20 1,15

6. Minyak Tanah L 4,57 350 375 1,07 4,90

7. Sabun Cuci Btg 2,62 250 275 1,10 2,88

8. Textil m 12,63 1.650 1.854 1,12 14,19

9. Batik helai 3,61 10.500 11.000 1,05 3,78

J u m l a h 100,0 111,51

Sumber: Harga Perdagangan Besar di Jakarta, 1992, BPS Jakarta

1000.100

51.111I =111.51

Timbangan-timbangan pada perhitungan angka indeks menyatakan

tingkat kepentingan barang tersebut. Timbangan dalam contoh di atas

diperoleh dari survey biaya hidup. Dalam hal ini jumlah harga x

konsumsi (pxq) masing-masing jenis barang diprosentasikan sehingga

untuk beras terdapat 64,92 dst. Dengan demikian ternyata bahwa di

dalam perhitungan angka indeks tertimbang faktor yang tersulit

kadang-kadang adalah faktor penimbang, karena untuk menentukan

penimbang ini diperlukan biaya yang besar, tenaga yang banyak yang

tentu saja harus qualified. Di samping itu makan waktu yang lama

pula. Inilah salah satu problem perhitungan indeks.

Page 22: Modul Angka Indeks_jarakjauh

16 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

2.2 Angka Indeks Produksi

Rumus-rumus indeks harga yang telah dibahas sebelumnya dapat

dirubah untuk menghitung kuantitas, yaitu dengan cara mengganti

harga P pada setiap rumus indeks harga dengan kuantitas Q sehingga

diperoleh indeks kuantitas. Dengan demikian sesuai dengan rumus-

rumus indeks harga, maka indeks-indeks kuantitas dirumuskan

sebagai berikut :

2.2.1 Angka Indeks Tidak Tertimbang

1. Angka Indeks Relatif Kuantitas Sederhana

100o

n

Q

QI

2. Angka Indeks Agregatif Kuantitas Sederhana

100o

n

Q

QI

3. Angka Indeks Rata-Rata Relatif Kuantitas Sederhana

1000

N

Q

Q

I

n

2.2.2 Angka Indeks Tertimbang

Seandainya yang ingin dihitung adalah indeks produksi, maka yang

dijadikan penimbang bukan lagi produksi melainkan harga. Dengan

demikian dapat dituliskan rumusnya sebagai berikut :

1. Angka Indeks Agregatif

Rumus Umum: 1000WQ

WQI

n

a. Angka Indeks Kuantitas Laspeyres

10000

0

PQ

PQI

n

LK

Page 23: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 17

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

b. Angka Indeks Kuantitas Paasche

1000 n

nn

PKPQ

PQI

c. Angka Indeks Kuantitas menurut Rumusan Fisher

PL

n

nnn

FK IIPQ

PQ

PQ

PQI 100

000

0

d. Angka Indeks Drobisch

2

100100no

nn

oo

on

D

PQ

PQ

PQ

PQ

I

e. Angka Indeks Marshall-Edgeworth

100noo

non

MEPPQ

PPQI

f. Angka Indeks Walsh

1000

0

no

nn

WPPQ

PPQI

Contoh penggunaan Indeks Produksi menggunakan rumus Indeks

Laspeyres, Paasche dan fisher :

Mencari indeks produksi Laspeyres

Tabel 2.1. Perhitungan Indeks Produksi Laspeyres 5 Macam

Hasil Pertanian di Jakarta Tahun 2002-2003

Jenis hasil

Pertanian

Kuantitas

2002

(0Q )

( ton)

Kuant

itas

2003

(nQ )

( ton)

Harga

2002

(0P )

(Rp/Ton)

0PQn

00PQ

Beras 11.303 7.140 2.897.940 20.691.291.600 32.755.415.820

Jagung 51 59 1.970.000 116.230.000 100.470.000

Ubi kayu 1.062 949 419.790 398.380.710 445.816.980

Kacang

Tanah

22 15 6.310.000 94.650.000 138.820.000

Kedelai 29.790 19.822 2.474.580 49.051.124.760 73.717.738.200

Page 24: Modul Angka Indeks_jarakjauh

18 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

J u m l a h 70.351.677.070 107.158.261.000

Sumber : Statistik Indonesia, 2003 Badan Pusat Statistik, Jakarta

Angka indeks produksi Laspeyres tahun 2003 (2002=100) adalah:

65,65100000.261.158.107

070.677.351.70KLI

Mencari indeks produksi Paasche

Tabel 2.2. Perhitungan Indeks Produksi Paasche 5 Macam Hasil

Pertanian Tahun 2002-2003

Jenis hasil

Pertanian

Kuantitas

2002

(0Q )

( ton)

Kuantitas

2003

(nQ )

(ton)

Harga

2003

(nP )

(Rp/Ton)

nn PQ nPQ0

Beras 11.303 7.140 3.062.290 21.864.750.600 34.613.063.870

Jagung 51 59 2.206.250 130.168.750 112.518.750

Ubi kayu 1.062 949 379.790 360.420.710 403.336.980

Kacang Tanah 22 15 7.109.090 106.636.350 156.399.980

Kedelai 29.790 19.822 2.575.000 51.041.650.000 76.709.250.000

J u m l a h 73.503.626.410 111.994.569.580

Sumber : Statistik Indonesia, 2003 Badan Pusat Statistik, Jakarta

100580.569.994.111

.41073.503.626KPI = 65,63

Mencari indeks produksi Fisher

Dengan menggunakan hasil penghitungan Indeks Produksi Laspeyres

dan Paasche, maka didapatkan indeks produksi Fisher sebagai berikut

:

64,6565,6365,65FKI

Hasil perhitungan indeks menurut Laspeyres biasanya lebih besar

dibandingkan dengan hasil perhitungan Paasche.

Hal ini terutama terjadi, jika penimbangnya adalah konsumsi

masyarakat. Bahkan sering kali dikatakan, bahwa indeks menurut

Laspeyres cenderung over-estimate, sedangkan indeks menurut

Paasche cenderung under-estimate. Untuk mengatasi hal-hal tersebut

di atas, Irving Fisher mengambil jalan tengah, yaitu dengan

mengambil rata-rata ukur antara Laspeyres dan Paasche. Indeks

menurut Fisher ini secara teoritis merupakan indeks yang paling baik,

sehingga sering disebut sebagai Fisher Ideal Index Numbers.

Page 25: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 19

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Walaupun demikian dalam praktek, indeks menurut Laspeyres lah

yang sering dipergunakan, mengingat untuk menghitungnya hanya

cukup dengan mencari Pn saja, sedangkan Po dan Qo angkanya

konstan. Tidak demikian halnya dengan indeks–indeks yang lain.

2. Angka Indeks Rata-rata Hitung Relatif Tertimbang

1000

W

WQ

Q

I

n

2.3 Angka Indeks Nilai

10000QP

QPI

nn

Contoh 2.3.1:

Omzet suatu toko bulan Mei 2010 = Rp.500.000,00 dan omzet bulan

Juni 2010 = Rp. 550.000,00

110100000.500

000.550I (Mei 2010=100)

Perlu diketahui bahwa sebetulnya Rp.500.000,00 ini sudah merupakan

perkalian harga x barang yang terjual pada bulan Mei (Po x Qo), tapi

kita tidak dapat memastikan seberapa besarnya Qo maupun berapa

besarnya Po. Begitu juga Rp.550.000,00 merupakan perkalian antara

Pn dengan Qn.

Contoh 2.3.2:

Seorang pedagang asongan keliling mendapatkan penghasilan harian

pada bulan Februari 2012 sebesar Rp. 60.000,- dan pada bulan Maret

2012 meningkat menjadi Rp. 110.000,-.

Berapa besar indeks nilai pengahsilan pedagang asongan tersebut:

333,18310060000

110000I

Page 26: Modul Angka Indeks_jarakjauh

20 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Contoh 2.3.3:

Jika diketahuiindeks nilai pengeluaran mahasiswa bulan Januari 2012

terhadap pengeluaran bulan Desember 2011 sebesar 109,73. Berapa

besar pengeluaran mahasiswa tersebut pada bulan Januari 2012 jika

diketahui pengeluaran bulan Desember 2011 sebesar Rp. 1.560.000,-

73,1091001560000

2012nJanuariPengeluaraI

17117882012nJanuariPengeluara

Jadi, pengeluaran mahasiswa pada bulan Januari 2012 adalah sebesar

Rp. 1.711.788,-

2.4 Kriteria Indeks Yang Baik

Irving Fisher mengemukakan bahwa indeks harga yang baik

memenuhi dua kriteria, yaitu Time Reversal Test dan Factor Reversal

Test.

1. Kriteria Time Reversal Test

Jika In,o merupakan indeks harga pada tahun berjalan n dan tahun

dasar 0 dan Io,n adalah indeks harga pada tahun berjalan 0 dan tahun

dasar n, maka kriteria Time Reversal Test adalah :

In,o x I o,n = 1

2. Kriteria Faktor Reversal Test

Jika onIP , adalah indeks harga yang menunjukkan perubahan harga

dari waktu berjalan n dan waktu dasar 0, sedangkan onIQ , adalah

indeks kuantitas yang menunjukkan perubahan kuantitas dari waktu

berjalan n dan waktu dasar o, maka faktor Reversal Test menyatakan

bahwa onon IQIP ,, akan menunjukkan perubahan nilai dari waktu

dasar 0 ke waktu berjalan n yang dirumuskan sebagai berikut :

oo

nn

ononQP

QPIQIP ,,

Indeks Laspeyres dan Indeks Paasche tidak memenuhi dua kriteria

tersebut. Sedangkan Indeks Fisher memenuhi dua kriteria tersebut.

Page 27: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 21

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

2.5 Cara Menentukan Periode Dasar

Dalam menentukan periode/waktu dasar perlu diperhatikan hal-hal

berikut :

1. Hendaklah pemilihan tahun dasar (base period) berada dalam

keadaan yang stabil. Di dalam indeks harga khususnya pilihan

periode yang keadaan ekonominya relatif stabil, artinya tingkat

inflasi (rate of inflation) nya rendah.

2. Base period hendaklah jangan terlalu jauh jaraknya dengan given

period. Karena kalau terlalu jauh akan kurang representatif.

Misalnya menghitung indeks 2010 dengan 1980 = 100, maka

ternyata barang-barang tahun 1980 jauh berbeda dengan tahun

2010. Usahakan paling lama 10 tahun atau lebih baik kurang dari 5

tahun.

3. Bisa juga dipilih periode yang bersejarah atau peristiwa penting

sebagai periode dasar penghitungan indeks, misalnya pada saat

pergantian pimpinan.

4. Pilih waktu ketika tersedia data untuk keperluan timbangan.

Contoh 2.5.1:

Sebutkan beberapa contoh keadaan “stabil” yang dapat menjadikan

tahun tersebut menjadi tahun dasar!

Jawab: tingkat Inflasi rendah, tidak terjadi pergolakan politik yang

ekstrim, tidak terjadi peperangan, tidak ada bencana alam yang

berdampak besar.

Contoh 2.5.2:

Jika dalam tahun tersebut terjadi suatu peristiwa besar, seperti demo

besar-besaran yang akhirnya memaksa penggantian pimpinan negara,

yang berdampak positif terhadap perekonomian, apakah tahun tersebut

dapat dijadikan sebagai tahun dasar? Jelaskan!

Jawab: Tidak bisa, karena tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar,

harus memiliki keadaan yang “stabil”, baik dari sisi ekonomi maupun

politik

Page 28: Modul Angka Indeks_jarakjauh

22 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

SSooaall LLaattiihhaann

Untuk nomor 1 dan 2

1. Pada tahun 1988 harga beras jenis A di Kabupaten Bantul Rp. 800,-/kg.

Sedangkan tahun 1989 s/d 1993 harga beras dengan jenis yang sama di Bantul

berturut-turut : Rp. 880,- ; Rp. 1.000,- ; Rp. 1.080,- ; Rp. 1.200,- ; Rp. 1.240,-

per kg.

Tentukan perkembangan harga beras jenis A di Kabupaten Bantul?

2. Dari data di atas, tentukan indeks harga rata-rata relatif tahun 1993 dengan

tahun dasar 1988!

3. Diketahui tabel harga dan konsumsi dari tiga klomoditi tahun 1992 dan 1998

adalah sebagai berikut :

Komoditi Harga Rata-rata

(ribu Rp.)

Konsumsi per Kapita

(ton)

Tahun 1992 1998 1992 1998

Kedelai 30 38 30 35

Roti 25 35 38 37

Telur 60 90 15 10

Dengan menggunakan tabel di atas, hitunglah:

a. Indeks harga Laspeyres 1998, dengan menggunakan tahun dasar 1992!

b. Indeks Paasche tahun 1992, dengan menggunkan tahun dasar 1998!

4. Tentukan indeks harga agregatif tertimbang atas data berikut dengan

menggunakan tahun 1990 sebagai tahun dasar.

Komoditas Harga per Unit

1990 (Rp.)

Harga per Unit

1991 (Rp.)

Harga per Unit

1992 (Rp.)

A 4.200 4.600 4.800

B 8.000 8.800 9.600

C 2.000 1.800 2.000

D 5.000 5.000 5.600

5. Tentukan indeks harga agregatif tertimbang atas dasar data berikut dengan

tahun 1990 sebagai tahun dasar (1990 = 100).

Jenis

Barang Ukuran

Konsumsi

per

Tahun

Harga

1990 1991 1992

Beras 1 kg 400 1.000 1.200 1.300

Minyak

Goreng 1 liter 30 2.400 2.400 2.800

Gula 1 kg 100 800 950 975

6. Tentukan indeks kuantitatif agregatif tertimbang dari data berikut ini dengan

menggunakan tahun 1990 sebagai tahun dasar.

Page 29: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 23

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Jenis

Barang Ukuran

Harga

(Rp.)

Kuantitatif

1990 1991 1992

Beras Kg 1.000 400 480 520

Minyak

Goreng Liter 2.400 24 28 30

Gula Kg 800 50 60 75

7. Tentukan indeks harga relatif rata-rata dari data berikut ini (1990 = 100).

Komoditi Indeks

1990 1991 1992

A 100 106 112

B 100 110 114

C 100 124 118

8. Tentukan indeks kuantitatif relatif rata-rata dari data berikut ini (1999 = 100).

Produk Kuantitas yang diproduksi

1990 1991 1992

A 3.000 2.900 3.200

B 12.000 14.000 16.000

9. Data berikut mengenai harga dan kuantitas mentega dan roti pada periode

1990-1992.

Jenis Barang Harga Kuantitas

1990 1991 1992 1990 1991 1992

Roti 6.000 6.670 7.550 10 9 12

Mentega 8.000 8.500 9.000 5 6 8

Tentukan indeks Laspeyres, Indeks Paasche, dan Indeks Fisher !

10. Diketahui daftar untuk tahun 2000 dan 2005 serta kuantitas yang dikonsumsi

pada tahun 2000 sebagai berikut :

Jenis Produk Harga Tahun 2000 Jumlah terjual

tahun 2000 Harga tahun 2005

Pakaian (satuan) 35.000 500 65.000

Sepatu (sepasang) 45.000 1.200 90.000

Dengan mengasumsikan bahwa jumlah yang terjual tetap konstan, berapakah

indeks harga tertimbang untuk tahun 2005 dengan menggunakan tahun 2000

sebagai tahun dasar dan interpretasikanlah hasil perhitungan tersebut!

Page 30: Modul Angka Indeks_jarakjauh

24 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

BBAABB 33 PPeenngggguunnaaaann AAnnggkkaa IInnddeekkss

Angka-angka mengenai harga, baik yang dikumpulkan oleh

departemen pemerintah, lembaga penyelidik pemerintah maupun

swasta atau perusahaan pemerintah maupun swasta mempunyai arti

yang semakin penting dengan makin berkembangnya teknik angka-

angka indeks. Indeks harga merupakan petunjuk atau barometer

kondisi ekonomi umum. Kenaikan indeks harga yang disebut Laju

Inflasi sangat penting artinya sebagai pedoman pemerintah dalam

menentukan kebijakan umum. Bagi kalangan pengusaha maupun

lembaga non pemerintah hal ini penting artinya untuk membuat

kebijakan penetapan harga, perencanaan keuangan maupun investasi.

3.1 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Pengertian Umum

Mulai bulan Juni 2008, Indeks Harga Konsumen (IHK) yang

mencakup sekitar 284-441 komoditi dihitung berdasarkan pola

konsumsi hasil Survei Biaya Hidup (SBH) di 66 kota tahun 2007.

IHK Gabungan 66 kota merupakan hasil penghitungan dari gabungan

indeks masing-masing kota yang ditimbang dengan banyaknya

rumahtangga di kota bersangkutan. IHK gabungan tersebut mencakup

kelompok komoditas berikut:

- Bahan makanan

- Makanan jadi, minuman, rokok, tembakau

- Perumahan

- Sandang

- Kesehatan

- Pendidikan, rekreasi & olahraga

- Transpor dan komunikasi

Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Indeks Biaya Hidup (IBH)

merupakan dasar untuk mengatur gaji buruh atau menyesuaikan

kenaikan gaji buruh pada masa inflasi.

Metode Penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK)

Salah satu tujuan penghitungan IHK adalah menghitung tingkat

perubahannya, yaitu laju inflasi. Dalam makalahnya Sir Samuel

Britton menyebutkan “There is no one true and correct measure of

inflation”. Sangat sulit untuk mendapatkan angka inflasi yang benar-

benar mewakili untuk menyatakan bahwa telah terjadi

kenaikan/penurunan harga sebesar x secara umum untuk keseluruhan

Page 31: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 25

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

komoditi yang ada di Indonesia. Hal ini disebabkan karena pola

konsumsi terhadap sejumlah barang di Indonesia berbeda-beda, sesuai

dengan kebiasaan dan budaya di masing-masing wilayah.

Untuk mendapatkan angka yang makin baik, BPS selalu memperbaiki

teknik penghitungan angka inflasi tersebut. Sejak Bulan Januari 2004,

digunakan penghitungan IHK yang baru menggantikan IHK 1998.

Dibandingkan dengan IHK yang lama (1996 = 100), dalam

penghitungan IHK yang baru (2002 = 100) terjadi perubahan

komoditas, penimbang, cakupan kota dan metode penghitungan.

Angka indeks yang baru di Indonesia (Januari 2004), dibuat

berdasarkan Survey Pengeluaran Rumahtangga (Household

Expenditure Surveys = HES) Tahun 2002 yang mencakup 70.000

sampel rumahtangga di 45 kota-kota besar Indonesia. Komoditas dan

penimbangnya diperbaharui untuk mencakup jenis-jenis komoditas

dan jasa terbaru yang beredar di pasar, seperti jenis-jenis makanan

yang baru, barang tahan lama, dan Jasa pelayanan dan keuangan.

Beberapa sampel outlets/supermarket juga dimasukkan untuk

menjaring penjualan dari pasar tradisional sampai pasar modern.

Terdapat beberapa alasan/faktor, terutama adanya krisis ekonomi

1998, untuk merubah tahun dasar penghitungan Indeks Harga

Konsumen Tahun 1996 menjadi 2002 :

1. Perubahan pola konsumsi penduduk direfleksikan dengan merubah

struktur penimbang komoditas dan jasa

2. Pengembangan kota sebagai pusat kegiatan ekonomi, sebagai hasil

dari sistem otonomi daerah

3. Meningkatnya jumlah seiring dengan kualitas komoditi yang dijual

di pasar-pasar khususnya barang-barang tahan lama,

telekomunikasi dan jasa keuangan.

4. Adanya kecenderungan perubahan di pusat-pusat perdagangan

penduduk perkotaan dari pasar tradisional ke pasar modern seperti :

minimarket, supermaket dan hipermarket.

5. Untuk mengurangi bias indeks dengan mengembangkan

penghitungan agregat harga dasar dari komoditas tertentu yang

mengalami perubahan harga dan harga pasar yang tidak

terintegrasi.

Teknik penghitungan Indeks :

1. Agregat dasar

Page 32: Modul Angka Indeks_jarakjauh

26 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

IHK dibuat berdasarkan kombinasi dari perbandingan harga pada

tingkat yang terendah dalam 2 periode yang disebut agregat dasar.

Ada 3 cara untuk menghitung harga agregat dasar untuk mengestimasi

seluruh komoditas dan jasa dalam IHK :

a. Rata-rata Aritmatik dari rasio harga (APR-Carli)

APRo:t = n

ii

ti

P

P

n 10

1

b. Rasio dari Rata-rata Arimatik harga (RAP-Dutot)

RAPo:t = n

i io

n

i it

Pn

Pn

1

1

1

1

c. Rata-rata Geometrik dari rasio harga (GM-Jevon)

GMo:t = n

i

oi

n

i

tin

i oi

ti

n

n

n

P

P

P

P

1

1

11

1

1

Dimana : P adalah harga, t = waktu , o = waktu dasar, n = jumlah

variasi/kualitas.

Dalam IHK 1996 = 100, Badan Pusat Statistik menggunakan APR

untuk memperoleh agregat harga dasar seluruh komoditas. APR

mengasumsikan bahwa tiap-tiap item/kualitas dalam komoditas

tertentu mempunyai penimbang yang sama (expenditure share), tidak

dipengaruhi perubahan harga. Hal ini berarti bahwa elastisitas

permintaan komoditas sama dengan nol yang bertentangan dengan

konsep perilaku konsumen.

2. Formula Indeks.

Laspeyres modified-Carli :

n

i

CARLIoi RwCarliIL1

Laspeyres modified-Dutot :

Page 33: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 27

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

n

i

DUTOToi RwDutotIL1

Laspeyres modified-Jevon :

n

i

JEVONoi RwJevonIL1

n

i oi

tin

i

oi

oi

ti

n

iioio

ioio

n

iioio

n

iioit

ALP

Pw

P

P

QP

QP

QP

QP

I1 1

11

1

n

iioio

ioio

QP

QPWoi

1

dan n

i

oiw1

= 1

3.2 Indeks Harga 9 Bahan Pokok (IBP)

Indeks Harga 9 Bahan Pokok (IBP) disusun berdasarkan data harga

eceran hasil survei bulanan statistik harga konsumen di pasar.

Sembilan bahan pokok tersebut terdiri dari : beras, ikan asin, minyak

kelapa, gula pasir, garam, minyak tanah, sabun cuci, tekstil dan batik.

Dalam penghitungannya :

a. Persentase (%) perubahan IBP bulanan diperoleh dari :

1001

1

n

nn

I

II

dimana :

nI

= Indeks bulan n

1nI = Indeks bulan n-1

b. Persentase (%) perubahan IBP dalam satu tahun dihitung dengan

menggunakan metode point to point yang sebelumnya

menggunakan metode kumulatif bulanan.

c. IBP dihitung menggunakan formula Laspeyres yang

dikembangkan (Modified Laspeyres), yaitu :

Page 34: Modul Angka Indeks_jarakjauh

28 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

100

1

1

oo

on

n

n

nQP

QPP

P

I

dimana :

nI = Indeks bulan n (bulan penelitian)

nP = Harga pada bulan ke n (bulan penelitian)

1nP = Harga pada bulan ke n-1 (bulan

sebelumnya)

on QP 1

= Nilai konsumsi bulan ke n-1

ooQP = Nilai konsumsi Tahun Dasar

3.3 Upah Nyata

Seperti telah diuraikan dalam pendahuluan bahwa seseorang buruh

atau pegawai lebih senang menerima gaji yang lebih kecil tetapi

dengan daya beli besar, dari pada gaji yang lebih besar tetapi

dengan daya beli kecil. Hal ini disebabkan nilai uang dipengaruhi oleh

perubahan harga barang dan biaya hidup. Dengan perkataan lain

para buruh atau pegawai lebih senang mendapatkan upah nyata dari

pada upah uang. Adapun yang dimaksud dengan Upah uang adalah

nilai nominal dari uang yang kita terima. Sedangkan upah nyata

adalah daya beli dari upah uang tersebut. Besar kecilnya upah nyata

ini tergantung pada Indeks Biaya Hidup/ Indeks Harga Konsumen.

Sebagai ilustrasi dapat diikuti pada teladan berikut ini :

Pada tahun x seseorang mempunyai gaji Rp.2.500.000,00 per bulan,

sedangkan Indeks Biaya Hidup (IBH) pada tahun x adalah 100. Gaji

pada tahun x+t adalah Rp 2.500.000,00 dengan IBH = 200 pada tahun

x+t. Berarti harga-harga dari kebutuhan hidup pada tahun x + t dua

kali lipat dibandingkan pada tahun x. Sehingga gaji Rp.25.000,00 pada

tahun x+t seolah-olah sama dengan Rp. 1.250.000,00 Angka Rp.

1.250.000,00 ini didapat dengan jalan :

000.500.2200

100UN =Rp 1.250.000,00

Dengan menggunakan rumus dapat dituliskan bahwa

GajiIBH

IBHUN

tx

x

Dengan:

Page 35: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 29

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

UN : Upah nyata

IBHx : Indeks Biaya Hidup saat semula (tahun x)

IBHx+t : Indeks Biaya Hidup sekarang (tahun x+t)

Gaji : Gaji sekarang (pada tahun x+t)

Contoh :

Pada tahun 2008 seseorang karyawan suatu perusahaan mempunyai

gaji per bulan Rp.4.000.000,00 dengan indeks harga konsumen pada

tahun 2008 sebesar 210,27. Sedangkan indeks harga konsumen pada

tahun 2010 adalah 279,59, berapa gaji karyawan per bulan agar daya

belinya sama dengan daya beli tahun 2008 ?

Jawab :

Misalkan gaji per bulan pada tahun 2008 = x,00 maka:

00,000.000.400,.59,279

27,210xRp

50,685.318.500,000.000.427,210

59,279x

Jadi gaji orang tersebut haruslah sebesar Rp.5.318.685,50 per bulan

pada tahun 2010 agar daya belinya sama dengan daya beli pada tahun

2008.

3.4 Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga

yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani

(dalam persentase). NTP merupakan salah satu indikator untuk

melihat tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP juga menunjukkan

daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan

jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi

NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli

petani.

Harga yang diterima petani

Adalah rata-rata harga produsen dari hasil produksi petani sebelum

ditambahkan biaya transportasi/ pengangkutan dan biaya pengepakan

kepada harga penjualannya,. Harga ini biasa dianggap sebagai farm

gate (harga disawah / ladang setelah pemetikan). Harga rata-rata

Page 36: Modul Angka Indeks_jarakjauh

30 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

adalah harga yang bila dikalikan dengan volume penjualan akan

mencerminkan total uang yang diterima petani. Data harga tersebut

dikumpulkan dari hasil wawancara langsung kepada petani produsen.

Harga yang dibayar petani

Adalah rata-rata harga eceran barang dan jasa yang dibeli petani, baik

untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri maupun untuk

keperluan produksi pertanian. data harga barang untuk keperluan

produksi pertanian dikumpulkan dari hasil wawancara langsung

kepada petani, sedangkan harga barang dan jasa untuk keperluan

konsumsi rumah tangga dicatat dari hasil wawancara langsung kepada

pedagang atau penjual jasa di pasar terpilih.

3.5 Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

Harga Perdagangan Besar merupakan harga barang-barang yang

merupakan dasar analisa perubahan harga bagi para produsen dan

pedagang besar.

Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dikelompokkan atas 5

sektor yaitu: pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, barang

impor dan ekspor. Masing-masing sektor terdiri dari sub sektor.

Jumlah komoditas dari setiap sub sektor dinyatakan dengan jumlah

keseluruhan 327 komoditas. IHPB bahan bangunan/konstruksi

didasarkan atas perubahan harga 26 kelompok barang tertentu.

Indeks ini mengukur arah umum gerakan harga pada pasar-pasar

primer mengenai barang-barang dari jenis bahan mentah hingga jenis

barang jadi yang dijual-belikan. Harga pada indeks ini adalah harga

produsen. IHPB digunakan untuk pengukuran perubahan harga selama

dua periode dan bukan perubahan yang disebabkan oleh kualitas,

kuantitas atau penjualan. Dengan indeks ini, pengusaha dapat

membentuk harga pasar dan analisa pasar serta menggambarkan trend

perdagangan.

Cara penghitungan IHPB sama dengan cara penghitungan angka

indeks IPB yaitu dengan metode Laspeyres yang dikembangkan.

3.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Pendapatan seseorang, daya beli barang, dan pelayanan tidaklah cukup

sebagai pilihan untuk mencapai standar kehidupan manusia yang

layak. Unsur-unsur lain seperti kesehatan, pendidikan dan kebebasan

juga merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Dari sinilah UNDP

mengeluarkan Human Development Report (Laporan Pembangunan

Page 37: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 31

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Manusia) yang pertama kali pada tahun 1990 dan mendefinisikan

Pembangunan Manusia sebagai suatu proses untuk membuat manusia

mampu memiliki lebih banyak pilihan.

Sejak saat itulah dirancang suatu ukuran kemajuan sosial ekonomi dari

segala aspek kehidupan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia.

Walaupun demikian, konsep pembangunan manusia jauh lebih luas

dari sekedar Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

IPM mengukur pencapaian keseluruhan dari suatu negara dalam tiga

dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup,

pengetahuan dan suatu standar hidup yang layak. Lamanya hidup

diukur dengan angka harapan hidup pada saat lahir; tingkat

pendidikan/pengetahuan diukur dengan kombinasi antara angka melek

huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot 2/3) dan rata-rata lama

sekolah (dengan bobot 1/3); dan tingkat kehidupan layak diukur

dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan menjadi daya

beli.

Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan rata-

rata dari ketiga komponen tersebut di atas, yaitu :

3

j)X(3, Indeks j)X(2, Indeks j)X(1, (IndeksIPM

dimana :

jX ,.1 = Lamanya hidup dari daerah j

jX ,.2 = Tingkat Pendidikan dari daerah j

jX ,.3 = Tingkat Kehidupan yang layak dari daerah j

min)(max)(

min)-X(i-j)X(i, j)X(i,

iXiXIndeks

dimana:

j,.iX : Indikator ke i di daerah j, i =1,2,3

miniX : Nilai minimum dari X(i,,j)

maxiX : Nilai maksimum dari X(i,,j)

Nilai Maksimum dan Minimum dari setiap komponen IPM dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.1 Nilai Maksimum-Minimum Komponen IPM

Page 38: Modul Angka Indeks_jarakjauh

32 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Komponen IPM Nilai

Maksimum

Nilai

Minimum Keterangan

Angka Harapan

Hidup 85 25 Standar UNDP

Angka Melek Huruf 100 0 Standar UNDP

Rata-rata lama

sekolah (tahun) 15 0

UNDP menggunakan

combined gross

enrolment ratio

Daya beli 737.720 360.000

UNDP menggunakan

PDB Riil per kapita

yang telah disesuaikan

Ilustrasi Penghitungan IPM Jawa Barat 2004 :

Angka harapan hidup : 65,34

Angka melek huruf : 93,96

Rata-rata lama sekolah : 7,36

Konsumsi per kapita riil : Rp 554.570,-

Berdasarkan data tersebut dihitung indeks masing-masing komponen :

Indeks angka harapan hidup :(65,34 – 25) / (85 – 25) = 0,6723

Indeks angka melek huruf :(93,96 – 0) / (100 – 0) = 0,9396

Indeks rata-rata lama sekolah: (7,36 – 0) / (15 – 0) = 0,4913

Indeks pendidikan: 2/3 (0,9396) + 1/3 (0,4913) = 0,7902

Indeks Konsumsi per kapita riil: (554,57 – 300) / (732,72 – 300) =

0,5883

Akhirnya angka IPM Jawa Barat dihitung :

IPM = 1/3 (0,6723 + 0,7902 + 0,5883) = 0,6836 x 100 = 68,36

3.7 Indeks Kemahalan Konstruski (IKK)

Indeks Kemahalan Konstruski adalah angka indeks yang

menggambarkan perbandingan tingkat kemahalan harga

bangunan/konstruksi (TKK) suatu kabupaten/kota atau provinsi

terhadap TKK rata-rata nasional. Dengan demikian angka IKK rata-

rata nasional sama dengan 100. TKK merupakan cerminan dari suatu

Page 39: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 33

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

nilai bangunan/konstruksi atau biaya yang dibutuhkan untuk

membangun 1 (satu) unit bangunan per satuan ukuran luas di suatu

kabupaten/kota atau provinsi. TKK diperoleh melalui pendekatan

terhadap harga sejumlah jenis barang/bahan bangunan dan harga sewa

alat-alat berat yang mempunyai nilai atau andil cukup besar.

Sesuai dengan pengertiannya, IKK dapat dikategorikan sebagai indeks

spasial, yaitu indeks yang menggambarkan perbandingan harga untuk

lokasi yang berbeda pada periode waktu tertentu. Berbeda pengertian

indeks periodikal, seperti Indeks Harga Perdagangan Besar atau

Indeks Harga Konsumen, kedua indeks harga tersebut

menggambarkan perkembangan harga di suatu lokasi pada periode

tertentu terhadap harga tahun dasar. Mulai tahun 2005 dalam

penyajian IKK diperhitungkan pula perkembangan harga periode

tertentu terhadap harga periode dasar yaitu Februari 2004 (sesuai dasar

penghitungan IKK 2004).

IKK dihitung menurut kelompok jenis bangunan, terdiri dari 5 (lima)

kelompok, mengacu pada klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia

(KBLI). Penghitungan IKK tahun-tahun sebelumnya menggunakan 5

(lima) kelompok jenis bangunan, tetapi mulai tahun 2005

penghitungan IKK hanya menurut 3 (tiga) kelompok jenis bangunan.

Kelompok jenis bangunan yang tidak diikutsertakan adalah bangunan

& instalasi listrik, gas, air minum, dan komunikasi, sedangkan

kelompok jenis bangunan sarana pertanian digabung dengan

kelompok jenis bangunan lainnya. Perubahan pengelompokan jenis

bangunan ini dilakukan agar IKK antar kabupaten/kota yang

dihasilkan lebih mempunyai keterbandingan/comparable. Kelompok

jenis bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum, dan komunikasi

tidak diikutsertakan, dikarenakan kualitas barang-barang dalam

kelompok jenis bangunan tersebut sangat beragam antar

kabupaten/kota. Sedangkan kelompok jenis bangunan sarana

pertanian, tidak relevan lagi digunakan untuk daerah perkotaan.

Berikut, tiga kelompok jenis bangunan yang digunakan dalam

penghitungan IKK 2007:

a. Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal

b. Jalan, jembatan, dan pelabuhan

c. Bangunan lainnya.

Paket komoditas yang digunakan dalam penghitungan IKK 2007

terdiri dari 18 jenis barang dan 3 sewa alat berat yang dipilih dari 60

jenis barang dan 3sewa alat berat yang terdapat dalam daftar HPB-K.

Delapan belas jenis barang dan tiga sewa alat berat tersebut, yaitu:

pasir pasang, batu kali, sirtu, kayu papan, kayu balok, kayu lapis,

cat tembok, cat kayu/besi, aspal, pipa PVC, kaca, batu bata, semen,

batu split, lantai keramik, besi beton, seng plat, seng gelombang,

sewa alat berat excavator, buldozer, dan three wheel roller (mesin

gilas).

Page 40: Modul Angka Indeks_jarakjauh

34 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Penimbang atau Bobot

DT atau bobot terdiri dari DT kelompok jenis bangunan dan DT

umum. DT kelompok jenis bangunan disusun berdasarkan besarnya

andil atau nilai masinng-masing jenis bahan bangunan untuk

membangun satu unit bangunan per satuan ukuran luas. Sedangkan

DT umum disusun berdasarkan data realisasi APBD dan pengeluaran

belanja pembangunan dan rutin yang diperoleh dari

PemerintahKabupaten/Kota setempat.

Tingkat Kemahalan Harga Bangunan/Konstruksi (TKK)

kabupaten/kota

= tingkat kemahalan harga bangunan/konstruksi

kabupaten/ kota

k = kelompok jenis bangunan

i = Jenis barang/bahan bangunan dan sewa alat berat.

Pi = harga bahan bangunan i

Qij = kuantitas/volume bahan bangunan i jenis bangunan

Tingkat Kemahalan Harga Bangunan/Konstruksi Kelompok

Jenis Bangunan rata-rata Nasional:

= tingkat kemahalan harga bangunan/konstruksi rata-rata

nasional kelompok jenis bangunan j

N = kabupaten/kota (434)

Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK)

Page 41: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 35

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

3.8 Indeks Harga Saham

Pengertian Umum

Indeks Harga Saham merupakan indikator yang menggambarkan

pergerakan harga-harga saham. Saat ini Bursa Efek Jakarta memiliki

lima macam indeks harga saham, yaitu :

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua

saham tercatat sebagai komponen penghitungan indeks

2. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk

dalam masing-masing sektor

3. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham yang terpilih setelah

melalui beberapa macam seleksi

4. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 saham yang masuk

dalam kriteria Syariah dan termasuk saham yang likuid

5. Indeks Kompas100, menggunakan 100 saham yang dipilih

berdasarkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan

kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

6. Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam

kriteria papan utama.

7. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk

dalam kriteria papan pengembangan

8. Indeks Individual, yaitu indeks harga masing-masing saham

terhadap harga dasarnya.

Seluruh indeks yang ada di BEI menggunakan metode perhitungan

yang sama, yaitu metode rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah

saham tercatat . Perbedaan utama pada masing-masing indeks jumlah

emiten dan nilai dasar yang digunakan untuk penghitungan indeks.

Misalnya untuk Indeks LQ45 menggunakan 45 saham untuk

perhitungan indeks sedangkan Jakarta Islamic Index (JII)

menggunakan 30 saham untuk perhitungan indeks.

Page 42: Modul Angka Indeks_jarakjauh

36 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Indeks Harga Saham Gabungan (Composite Stock Price Index)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan

pada Tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham

yang tercatat di bursa. Hari dasar penghitungan indeks adalah tanggal

10 Agustus 1982 dengan nilai 100, sedang jumlah saham yang tercatat

waktu itu adalah sebanyak 13 emiten.

Pada Desember 2008 jumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia sudah mencapai 396 emiten. Posisi tertinggi yang pernah

dicapai IHSG adalah 3.357,032 poin yang tercatat pada 15 September

2010.

Indeks Sektoral

Indeks sektoral BEJ adalah sub indeks dari IHSG. Semua saham yang

tercatat di BEJ diklasifikasikan ke dalam 9 sektor menurut klasifikasi

industri yang telah ditetapkan BEJ, yang diberi nama JASICA

(Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). Kesembilan sektor

tersebut sama dengan sektor yang ada di BPS.

Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996 dengan

nilai awal indeks 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar

tanggal 28 Desember 1995. Selain sembilan sektor tersebut BEJ juga

menghitung Indeks Industri Manufaktur (Industri Pengolahan) yang

merupakan indeks gabungan dari saham-saham yang terklasifikasikan

dalam sektor tiga, sektor empat dan sektor lima.

Indeks LQ45

Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (LiQuid) tinggi,

yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian

atas likuiditas, seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan

kapitalisasi pasar.

Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 Februari 1997.

Hari dasar untuk penghitungannya adalah 13 Juli 1994 dengan nilai

dasar 100.

Jakarta Islamic Index

Dalam rangka mengembangkan pasar modal syariah, PT Bursa Efek

Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa Invesment Management

(DIM) telah meluncurkan index saham yang dibuat berdasarkan

Syariah Islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII).

Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari

saham-saham yang sesuai dengan Syariah Islam. Penentuan kriteria

pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak

Page 43: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 37

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management.

Perhitungan JII dilakukan oleh Bursa Efek Jakarta dengan

menggunakan metode perhitungan indeks yang telah ditetapkan oleh

Bursa Efek Jakarta, yaitu dengan bobot kapitalisasi pasar (market cap

weighted). JII menggunakan tanggal awal perhitungan 1 Januari 1995

dengan nilai awal sebesar 100.

Indeks Kompas100

Pada perayaan HUT PT Bursa Efek Jakarta ke-15 tanggal 13 Juli

2007 dan bertepatan dengan ulang tahun pasar modal ke 30, BEJ

meluncurkan indeks Kompas100. Indeks ini diharapkan dapat

memberi manfaat bagi pada investor, pengelola portofolio serta

fund manager sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam

menciptakan kreatiftas (inovasi) pengelolaan dana yang berbasis

saham.

Proses pemilihan 100 saham yang masuk dalam penghitungan

indeks Kompas100 ini mempertimbangkan faktor likuiditas,

kapitalisasi pasar dan kinerja fundamental dari saham-saham tersebut.

Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan

Dengan maksud menyediakan suatu indikator untuk memantau

perkembangan saham-saham yang masuk dalam masing-masing papan

pencatatan, pada tanggal 8 April 2002, BEJ meluncurkan dua indeks

baru yaitu: Indeks Papan Utama dan Indeks Papan

Pengembangan. Penghitungan Indeks dilakukan setiap hari bursa

mulai pada saat perdagangan saham dibuka pukul 9.30 hingga akhir

perdagangan saham pukul 16.00.

Hari dasar untuk penghitungan Indeks Papan Utama dan Indeks Papan

Pengembangan adalah 28 Desember 2001 dengan nilai dasar 100.

Pada hari itu, 34 saham tercatat pada Papan Utama dan 287 saham

tercatat pada Papan Pengembangan dengan komposisi kapitalisasi

pasar untuk indeks masing-masing 62% dan 38% dari total

keseluruhan.

Metodologi Penghitungan Indeks

Seperti halnya penghitungan indeks di bursa lainnya, indeks-indeks

BEJ adalah indeks yang menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai

pasar (market value weighted average index). Rumus dasar

penghitungan adalah:

Page 44: Modul Angka Indeks_jarakjauh

38 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga pasar

hari ini (kapitalisasi pasar), atau ditulis dengan formula:

c = Closing price (harga yang terjadi) untuk emiten ke-i.

n = Jumlah saham yang digunakan untuk penghitungan indeks

(jumlah saham yang tercatat) untuk emiten ke-i

N = Jumlah emiten yang tercatat di BEJ

Contoh hari dasar untuk IHSG adalah pada tanggal 10 Agustus 1982.

Penghitungan Indeks di BEJ digunakan metode weighted average

(pembobotan berdasarkan kapitalisasi pasar). Kelemahannya: jika ada

saham yang mempunyai jumlah saham yang sangat besar, maka

saham tersebut akan sangat mendominasi pergerakan indeks, sehingga

tidak lagi menggambarkan pergerakan pasar secara keseluruhan. Pada

tanggal 5 April 1999, Bank Danamon mencatatkan saham sebanyak

217,3 milyar lembar atau 53,0% dari jumlah seluruh saham yang

tercatat di BEJ. Akibatnya bobot Bank Danamon sangat besar dan

berpengaruh terhadap perubahan indeks. Jika harganya berubah 1

point (Rp 25) maka indeks akan berubah sebesar 10.862 point atau

2,75%. Beberapa emiten juga melakukan pencatatan saham dengan

jumlah yang sangat besar, terutama di sektor perbankan yang sedang

dalam proses take-over atau rekapitalisasi oleh pemerintah. Dengan

bobot saham perbankan yang besar-besar, IHSG akan berperilaku

seperti indeks perbankan saja. Langkah yang dilakukan BEJ terhadap

saham tersebut adalah tidak memasukkan saham-saham dengan nilai

nominal baru tersebut untuk penghitungan IHSG. Pembatasan itu

dipandang perlu karena dari teori penghitungan Indeks dan kenyataan

yang ada di pasar, jika seluruh saham yang tercatat digunakan untuk

penghitungan indeks maka hal ini tidak akan mencerminkan

pergerakan pasar seperti yang telah diuraikan di atas.

Contoh data :

IHSG - Yearly Statistic (1990 - 1999)

Year Open High Low Close Change Change

(%) Volume (shares)

1990 398,773 681,944 371,198 417,788 18,201 4,55 658.527.000

1991 408,538 427,019 223,249 247,390 -170,398 -40,79 1.007.734.000 1992 246,953 331,057 246,953 274,335 26,945 10,89 1.733.068.000 1993 273,582 588,765 273,308 588,765 314,430 114,62 3.922.805.500 1994 589,646 612,888 447,040 469,640 -119,125 -20,23 5.324.205.500 1995 470,140 519,175 414,209 513,847 44,207 9,41 10.572.092.500 1996 512,478 637,432 512,478 637,432 123,585 24,05 29.622.931.500 1997 638,103 740,833 339,536 401,712 -235,720 -36,98 77.241.221.000 1998 410,011 554,107 256,834 398,038 -3,674 -0,91 88.787.247.000 1999 393,964 720,050 370,643 676,919 278,881 70,06 152.839.389.000

Page 45: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 39

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Sumber :Zachri B. Kumoring

Email: [email protected]

http://download.at/zachri

Contoh :

IHSG Jum‟at, 22 Oktober 2004

Index Value: 841.535

Trade Time: 12:31AM ET

Change: 7.366 (0.88%)

Prev Close: 834.169

Open: 835.207

Day's Range: 832.822 - 842.137

52wk Range: 598.743 - 864.625

Bobot/Weighted

Jumlah saham (bobot/weighted) adalah jumlah saham yang digunakan

untuk penghitungan indeks. Angka ini tidak sama dengan jumlah

saham yang tercatat di BEJ. Walaupun sebagian besar menggunakan

jumlah saham yang tercatat di BEJ tapi ada beberapa emiten yang

tidak menggunakan jumlah saham tercatat sebagai bobot, misalnya

saham-saham perbankan dan saham-saham yang memiliki dua nilai

nominal. Untuk mengeliminasi pengaruh faktor-faktor yang bukan

perubahan harga saham, nilai dasar selalu disesuaikan bila terjadi

corporate action seperti stock split, deviden/bonus saham, penawaran

terbatas dan lain-lain. Dengan demikian, indeks akan mencerminkan

pergerakan harga saham saja.

Indeks Harga Saham Individual (IHSI)

IHSI pertama kali diperkenalkan pada tanggal 15 April 1983 dan

mulai dicantumkan dalam Daftar Kurs Efek harian sejak tanggal 18

April 1983. Indeks ini merupakan indikator perubahan harga suatu

saham dibandingkan dengan harga perdananya. Pada saat suatu saham

pertama kali dicatatkan, indeks individualnya adalah 100. Berikut ini

adalah rumus penghitungan IHSI dengan contoh perhitungannya :

Page 46: Modul Angka Indeks_jarakjauh

40 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Catatan :

untuk saham yang baru pertama kali dicatatkan, Harga Dasar =

Harga Pasar.

Contoh :

Saham ABC akan dicatatkan dengan nilai nominal Rp 1.000 dan harga

perdana Rp 1.700. Indeks (IHSI) = (1.700 / 1.700) x 100 = 100,000.

Bila harga akhir pada hari pertama dicatatkan adalah Rp 1.975, maka :

IHSI = (1.975 / 1.700) x 100 = 116,175.

Page 47: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 41

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Page 48: Modul Angka Indeks_jarakjauh

42 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

SSooaall ddaann PPeemmbbaahhaassaann

A. Pilihan berganda

Petunjuk :

Di bawah ini ada 20 buah pernyataan. Masing-masing pernyataan diikuti oleh

4 buah kemungkinan jawaban. Pilih satu yang paling tepat.

1. Gaji seseorang karyawan bukan merupakan nilai absolut. Pernyataan ini

dapat tecermin dari :

a. Gaji kecil daya beli besar ;

b. Gaji besar daya beli kecil ;

c. Gaji besar daya beli besar ;

d. Jawaban a,b dan c semua benar.

2. Seorang pekerja pada tahun 2010 memperoleh kenaikan gaji sebesar satu

kali dibandingkan gaji yang diterima pada tahun sebelumnya. Apabila

indeks biaya hidup pada tahun 2010 lebih besar dari indeks biaya hidup

pada tahun sebelumnya, maka daya beli pekerja tersebut :

a. Bertambah besar

b. Bertambah kecil

c. Tidak berubah

d. Tidak bisa ditentukan

3. Kenaikan omzet penjualan sebuah toko buku dapat menunjukan indeks

…………... dari toko tersebut :

a. Indeks nilai

b. Indeks produksi

c. Indeks penjualan

d. Indeks harga

4. Angka indeks dapat dipengaruhi dari hal-hal berikut ini :

a. Waktu berbeda, tempat dan barang sama

b. Tempat berbeda, waktu dan barang sama

c. Barang berbeda, tempat dan waktu sama

d. Jawaban a, b, c semua benar

5. Untuk melihat naik turunnya pendapatan suatu negara dapat

dipergunakan metode penghitungan indeks :

a. Nilai

b. Agregatif

c. Produksi

d. Relatif

6. Menurut jenisnya angka indeks dapat dibagi menjadi :

a. Angka indeks tertimbang dan tidak tertimbang

b. Angka indeks agregatif dan rata-rata hitung relatif

c. Angka indeks harga, produksi dan nilai

Page 49: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 43

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

d. Jawaban a, b, c semua benar

7. Indeks barang A terhadap barang B pada tahun yang sama adalah 125%.

Indeks barang B terhadap barang A pada tahun yang sama adalah :

a. 50 %

b. 25 %

c. 80 %

d. Tidak bisa dihitung

8. Untuk menghitung indeks nilai dapat dipergunakan formula :

a. Vn/Vo x 100

b. Vn/Vn-1 x 100

c. Vn+1/Vn x 100

d. Jawaban a, b, c semua benar

9. Angka indeks agregatif tidak tertimbang kurang dapat mewakili keadaan,

hal ini dapat terjadi apabila terdapat :

a. Kenaikan suatu harga yang ekstrim

b. Penurunan suatu harga yang ekstrim

c. Kenaikan/penurunan suatu harga yang ekstrim

d. Jawaban a, b, c semua benar

10. Salah satu cara untuk menghindari terjadinya salah tafsir hasil

perhitungan angka indeks tidak tertimbang adalah mempergunakan :

a. Angka indeks agregatif tidak tertimbang

b. Angka indeks rata-rata hitung relatif

c. Angka indeks rata-rata harga kumulatif

d. Jawaban a, b, c semua salah

11. Angka indeks rata-rata hitung relatif dalam prakteknya jarang dipakai,

karena :

a. Sulitnya mencari penimbang

b. Tidak dipergunakannya penimbang

c. Sulitnya diperoleh periode dasar

d. Tidak dipergunakannya periode dasar

12. Angka indeks tertimbang yang paling dinilai ideal adalah angka indeks

dari :

a. Paasche

b. Fisher

c. Laspeyres

d. Drobish

13. Indeks harga Laspeyres menggunakan penimbang :

a. Kuantitas tahun dasar

b. Harga tahun dasar

c. Nilai tahun dasar

Page 50: Modul Angka Indeks_jarakjauh

44 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

d. Value tahun dasar

14. Indeks harga Paasche menggunakan penimbang :

a. Kuantitas tahun tertentu

b. Harga tahun tertentu

c. Nilai tahun tertentu

d. Value tahun tertentu

15. Indeks produksi Laspeyres menggunakan penimbang :

a. Kuantitas tahun dasar

b. Harga tahun dasar

c. Nilai tahun dasar

d. Value tahun dasar

16. Indeks produksi Paasche menggunakan penimbang :

a. Kuantitas tahun tertentu

b. Harga tahun tertentu

c. Nilai tahun tertentu

d. Value tahun tertentu

17. Salah satu yang bukan merupakan syarat dalam memilih waktu dasar

adalah :

a. Keadaan ekonomi stabil

b. Rate inflasi rendah

c. Waktu yang bersejarah

d. Rate inflasi tinggi

18. Angka indeks yang cenderung over estimate adalah :

a. Laspeyres c. Fischer

b. Paasche d. Drobish

19. Upah yang diterima oleh seorang pada dasarnya adalah :

a. Nilai relatif

b. Nilai absolut

c. Nilai nominal

d. Nilai nyata

20. Upah nominal akan sama dengan upah nyata apabila :

a. Indeks semula sama dengan indeks sekarang

b. Indeks semula > indeks sekarang

c. Indeks semula < indeks sekarang

d. Jawaban a, b, c semua salah

B. Soal Uraian

1. Harga dari 6 macam kebutuhan pokok sehari – hari pada tahun 2009 dan

2010 ( harga dalam rupiah ) adalah sebagai berikut :

Page 51: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 45

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Jenis Kebutuhan Tahun 2009 Tahun 2010

A 475 525

B 1500 1560

C 75 80

D 2500 2640

E 165 170

F 750 800

Dengan mempergunakan metode indeks agregatif hitunglah indeks harga

tahun 2010 dengan Tahun dasar ( 2009 = 100 ).

2. Hitunglah indeks nilai dari perusahaan “ X “ tahun 2010 ( 2008 = 100 )

Jenis Produksi Harga Produksi

2008 2010 2008 2010

Sabun 300 325 1500 20000

Pasta gigi 1025 1060 6500 7500

Sampo 200 250 5000 6750

3. Harga dan jumlah bahan bangunan yang dikonsumsi pada tahun 2008 dan

2009 adalah :

Nama Bahan

Harga Produksi

2009 2010 2009 2002

oP nP

oQ nQ

1. Semen

2. Cat tembok

3. Pasir

4. Batu Bata

5. Paku beton

4000

2500

1500

50

700

4500

2750

1525

60

815

50000

27500

60000

250000

1750

60000

31500

81000

300000

1950

Hitunglah indeks harga bahan bangunan tersebut dengan mempergunakan

metode :

a. Laspeyres

b. Paasche

c. Fisher

4. Upah nominal dan indeks biaya hidup karyawan sebuah perusahaan adalah

sebagai berikut :

Tahun Upah Nominal Indeks Biaya Hidup

Page 52: Modul Angka Indeks_jarakjauh

46 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

1.500.000

1.600.000

1.700.000

1.850.000

1.900.000

2.500.000

2.750.000

100

110

115

125

130

200

210

Pertanyaan :

Hitunglah upah nyata yang diterima karyawan perusahaan tersebut dari

tahun 2004 s.d. 2010

5. Berikut adalah tabel yang menunjukkan upah nyata dari karyawan PT.

Merak Mas selama 5 tahun dengan tahun 2005 sebagai tahun dasar.

Tahun 2005 2006 2007 2008 2009

Rata - rata upah nyata

bulanan (Juta rupiah) 1,19 1,24 1,34 1,46 1,51

Berapakah indeks harga konsumen di tahun 2007 jika diketahui data

sebagai berikut:

- Rata – rata upah per bulan tahun 2007 = Rp 1.440.000

- Indeks harga konsumen di tahun 2005 = 95,5

6. Berikut adalah tabel jumlah produksi dan harga per satuan dari beberapa

jenis barang pada perusahaan “ Cardinal “ bulan Agustus dan September

2009.

Jenis

Barang

Bulan

Agustus September

Produksi Harga Produksi Harga

Baju

Kemeja 8921 123.000 9635 131.500

Baju

Kaos 9135 62.700 10112 64.500

Celana

Panjang 8210 A B 10150

Sepatu 3155 145.200 4205 151.000

Lengkapi tabel di atas jika diketahui:

a) Indeks Produksi Agregatif Tertimbang menurut Laspeyres bulan

September dengan waktu dasar bulan Agustus adalah 104,608%.

b) Indeks Harga Agregatif Tertimbang menurut Paasche bulan September

dengan waktu dasar bulan Agustus adalah 171,658.

7. Lengkapilah tabel berikut ini!

Page 53: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 47

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Jumlah ekspor kopra tahun 1990-1996

Tahun Jumlah Ekspor Indeks Berantai

(1000 ton) (Dasar Waktu Tahun Sebelumnya)

1990 392,1 -

1991 ……… 114,5%

1992 450,0 ………

1993 469,2 ………

1994 475,4 101,32%

1995 ……… 101,6%

1996 489,2 ………

8. Pada tahun 1998 pendapatan seorang karyawan adalah

Rp12.500.000,00/bulan dan tahun 1999 pendapatannya meningkat menjadi

Rp17.500.000,00/bulan. Bila Indeks Harga Konsumen pada tahun 1998

adalah 450 dan pada tahun 1999 adalah 525. Tentukan pendapatan riil

orang itu ?

9. Di bawah ini adalah tabel yang menyajikan data tentang harga 4 jenis

kacang-kacangan dan jumlah pembelian oleh konsumen per tahun beserta

indeks harga. Jenis

Kacang

Harga Rata-Rata Pembelian dalam jutaan kg. Indeks Harga

1991 1992 1993 1991 1992 1993

Kacang

tanah a 2575 g 61 62 61 90,67% 117,08%

Kacang

hijau 3015 e h 58 57 59 89,38% k

Kacang

Kedelai b 2700 4100 45 45 42 j 185,52%

Kacang

merah c 3415 3485 23 40 22 105,07% e

Jumlah d f 14610 187 i 184 407,29% 532,55%

Jika diketahui bahwa Angka Indeks Agregatif Tidak Tertimbang untuk tahun

1992 dan 1993 dengan tahun dasar 1991 adalah 100,62 % dan 129,12%, maka

lengkapilah tabel di atas!

91/92I 91/93I

Page 54: Modul Angka Indeks_jarakjauh

48 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

B. Kunci Jawaban

Soal Pilihan Berganda

1. D 6. C 11. B 16. B

2. D 7. C 12. B 17. D

3. A 8. D 13. A 18. A

4. D 9. D 14. A 19. C

5. B 10. B 15. B 20. A

Soal Esai

1)

JENIS

KEBUTUHAN

TAHUN

2009 2010

A 475 525

B 1.500 1.560

C 75 80

D 2.500 2.640

E 165 170

F 75 800

JUMLAH 5.465 5.775

6725,1051005465

5775I

2)

JENIS

PRODUKSI

HARGA PRODUKSI

(P00Q00) (P03Q03) 2008

(P00)

2010

(P03)

2008

(Q00)

2010

(Q03)

SABUN

PASTA GIGI

SHAMPO

300

1.025

200

325

1.060

250

1.500

6.500

5.000

20.000

7.500

6.750

450.000

6.662.500

1.000.000

6.500.000

7.950.000

1.687.500

JUMLAH 8.112.500 161.375.500

198,9211008112500

161375500100

)Q(P

)Q(P

0808

1010 xXI

3)

NAMA

BAHAN oP

nP oQ

nQ

SEMEN

CAT TEMBOK

PASIR

BATU BATA

PAKU BETON

4.000

2.500

1500

50

700

4.500

2.750

1525

60

815

50.000

27.500

60.000

250.000

1.750

60.000

31.000

81.000

300.000

1.950

Page 55: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 49

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

ooQP onQP

noQP nnQP

200.000.000

68.750.000

90.000.000

12.500.000

1.225.000

225.000.000

75.625.000

91.500.000

15.000.000

1.426.250

240.000.000

78.750.000

121.500.000

15.000.000

1.365.000

270.000.000

86.625.000

123.525.000

18.000.000

1.589.250

372.475.000 408.551.250 456.615.000 499.739.250

a) Indeks Laspeyres

69,0911000372.475.00

0408.551.25100

)Q(P

)Q(P

oo

on

LI

b) Indeks Paasche

44,0911000456.615.00

0499.739.25100

)Q(P

)Q(P

no

nn

LI

c) Indeks Fisher

)( PLF III

56,109)44,10969,109(FI

4)

TAHUN UPAH

NOMINAL

INDEKS BIAYA

HIDUP UPAH NYATA

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

1.500.000,00

1.600.000,00

1.700.000,00

1.850.000,00

1.900.000,00

2.500.000,00

2.750.000,00

100

110

115

125

130

200

210

1.500.000,00

1.454.545,50

1.478.260,90

1.480.000,00

1.461.538.50

1.250.000,00

1.309.523,80

Upah nyata yang diterima karyawan perusahaan tersebut dari tahun 2004 s.d

2010 adalah dicari dengan rumus :

ngGajiSekararangIndeksSeka

laIndeksSemuUpahNyata

Contoh perhitungan :

Page 56: Modul Angka Indeks_jarakjauh

50 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Upah nyata tahun 2006 = 115

100 x 170.000 = 1.478.260,90

Upah nyata tahun 2009 = 200

100 x 250.000 = 1250.000,00

Dan seterusnya

5) Rata – rata upah per bulan tahun 2007 = Rp 1.440.000,00 (1,44 juta)

Misal : Indeks Harga Konsumen di tahun 2007 = a

Indeks Harga Konsumen di tahun 2007 dengan tahun dasar 2005 adalah

%05,15,95

%100a

a

Upah nyata karyawan tahun 2007 :

%05,1

%10044,134,1

a 4,102a

Jadi Indeks Harga Konsumen di tahun 2007 adalah 102,4

6) Jika Indeks Produksi Agregatif Tertimbang menurut Laspeyres adalah

104,608%.

a) Nilai A

1,9850,8120

35,79982906

68,104%100)14520(3155)(8120)6270(9135)12300(8921

)15100(3155)10150(8120)6450(9135)13150(8921%100

0

0

0.

AA

AQP

QPL

a

T

T

b) Nilai B

8530%,100306290400

10150255418200

%100)15100(3155)10150(8120)6450(9135)13150(8921

)15100(4205)10150()6450(10112)13150(9635%100

0

0.

BB

B

QP

QPP

t

tt

t

7) 1991Q= 19901991 QI

= 58,4471,392%15,114

%54,100%10058,447

450%100

1991

1992

1992Q

QI

%27,104%100450

2,469%100

1992

1993

1993Q

QI

Page 57: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 51

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

9,4804,475%6,101199419951995 QIQ

%73,101%1009,480

2,489%100

1995

1996

1996Q

QI

8) Kenaikan pendapatan pada tahun 1999

( Rp17.500.000,00 – Rp12.500.000 ) x 100% = 400%

Kenaikan Indeks harga konsumen 525 – 450 X100% = 16,67%

Karena kenaikan pendapatan ( 400% ) lebih tinggi dari kenaikan indeks

harga konsumen ( 16,67% ) maka pendapatan riil orang tersebut juga

meningkat.

Pendapatan riil pada tahun 1998 = %450

00,000.500.12Rp

= Rp

2.777.777,78

Pendapatan riil pada tahun 1999 = %525

00,000.500.17Rp

= Rp 3.333.333,33

Jadi pendapatan riil orang tersebut meningkat yaitu sebesar

Rp3.333.333,33 – Rp2.777.777,78 = 20,0 %

Bila tahun 1998 dipakai sebagai tahun dasar, maka Indeks Harga

Konsumen pada tahun 1998 = 100% dan Indeks Harga Konsumen pada

tahun 1999 adalah %7,116%450

%525.

Maka pendapatan riil orang itu pada tahun 1998 adalah

00,000.500.12%100

00,000.500.12Rp

Rp

Pendapatan riil pada tahun 1999 adalah

51,715.995.14%7,116

00,000.500.17Rp

Rp

Jadi tetap pendapatan riil orang itu meningkat.

9)

. 2840%,1002575

%67,97 aa

.

3250%,1003415

%07,105 cc

Page 58: Modul Angka Indeks_jarakjauh

52 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

11315%,100)(

)1460(%12,129

91

93d

dP

P

2210)301532502840(11315)3015( cadb

2695%,1003015

%38,89 ee

113853415270026952575f

.

3325%,100%08,117 ga

g

20440455762i

%17,122)07,10538,8967,90(29,407j

%23,107%.1003485

lc

l

%72,122),08,11752,185(55,532 klk

3700%,1003015

hh

k

Page 59: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 53

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

LLaattiihhaann

1. Harga 1 Kg telur di sebuah Toko pada tahun 2010 adalah Rp.13.000,00.

Pada tahun 2009 harga 1 kg telur di toko tersebut adalah Rp. 11.500,00.

a. Hitung indeks harga 1 kg telur antara tahun 2009 dan 2010, dengan

menggunakan tahun 2009 sebagai tahun dasar (Angka indeks untuk

perubahan harga tunggal disebut harga relatif)

b. Berapa persentase kenaikan harga tersebut

2. Tabel berikut menunjukkan harga-harga dan jumlah-jumlah yang

dibutuhkan oleh berbagai jenis logam untuk tahun 2006 dan 2009.

Jenis Barang Harga Produksi

2006 2009 2006 2009

Alumunium 150 200 1080 1200

Tembaga 50 70 90 110

Timah 500 750 80 100

Seng 300 430 60 75

Emas 1500 2300 35 42

Hitunglah :

a. Indeks harga agregat sederhana pada tahun 2009

b. Indeks rata-rata relatif harga pada tahun 2009

c. Indeks kuantitas agregat sederhana tahun 2009

d. Indeks rata-rata relatif kuantitas sederhana tahun 2009

3. Pemilik toko ingin mengetahui apakah penjualan beberapa keperluan

lebaran pada tahun baru 2009 di toko tersebut mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2005. Berikut ini adalah hasil penjualan keperluan

lebaran pada bulan puasa menjelang lebaran di toko tersebut :

Jenis Barang Tahun Baru 2005 Tahun Baru 2009

Harga

(Rp.)

Jumlah

(kg)

Harga

(Rp.)

Jumlah

(kg)

Gula Pasir 8.000,00 1.500 10.000,00 1.750

Terigu 6.000,00 2.000 7.000,00 3.050

Telur 8.000,00 1.000 9.500,00 2.100

Mentega 25.000,00 1.550 35.000,00 1.700

Minyak Goreng 7.000,00 4.000 9.000,00 5.000

a. Hitung besarnya kenaikan harga penjualan tersebut pada tahun

2009 dibanding tahun 2005 dengan menggunakan metode :

- Laspeyres

- Paasche

Page 60: Modul Angka Indeks_jarakjauh

54 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

- Fisher

- Drobisch

- Marshall-Edgeworth

- Walsh

b. Jika antara tahun 2009 dan 2005 laju inflasi nasional adalah

sebesar 100%, bandingkanlah hasil penjualan tahun 2005 dengan

tahun 2009

4. Pada tahun 2008 pendapatan seseorang adalah Rp. 12.500.000,00 dan

pada tahun 2009 pendapatannya meningkat menjadi Rp. 17.500.000,00

Bila indeks harga konsumen pada tahun 2008 adalah 450 dan pada tahun

2009 adalah 525, tentukanlah pendapatan / upah nyata orang itu!

Page 61: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 55

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

DDaaffttaarr ppuussttaakkaa

Dajan, Anto. 1995, Pengantar Metode Statistik Jilid I, LP3ES, Jakarta

Boediono, Dr. Ir. Wayan. 2002, Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas,

Koster, MM, Bandung

Statistik Indonesia, 2003, Badan Pusat Statistik, Jakarta

Statistik Indonesia, 2008, Badan Pusat Statistik, Jakarta

Buletin Statistik Bulanan Indikator Ekonomi, Februari 2010, BPS, Jakarta

Feenstra ,Robert. C., Marshall B. Reinsdorf, 1999, An Exact Price Index for the

Almost Ideal Demand System,

Britton, Sir Samuel Methods of Measuring Indonesian Rate of Inflation,

Laporan Pembangunan Manusia, 2001, Menuju Konsensus Baru Demokrasi dan

Pembangunan Manusia di Indonesia, BPS, BAPPENAS, UNDP

Peraturan, Bursa Efek Jakarta, Http://www.jsx.co.id

Buku panduan indeks harga saham bursa efek indonesia, 2008, Indonesia Stock

Exchange

Page 62: Modul Angka Indeks_jarakjauh

56 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

PPeennyyeelleessaaiiaann

Soal Latihan Bab I

1. Kegunaan Angka Indeks adalah:

Mengukur besar kecilnya daya beli nilai mata uang

Mengukur tinggi redahnya upah nyata

Menghitung indeks biaya hidup

Mengukur perbedaan antar variabel

Mengukur perbandingan antar variabel

2. Nilai indeks harga beras pada bulan Desember 2011 yaitu

Artinya telah terjadi kenaikan harga beras sebesar 4,6153% antara Juni-

Desember 2011.

3. Besar indeks harga telur di Solo dibandingkan dengan harga telur di Kudus

adalah

Artinya harga telur di Solo 33,33% lebih mahal dari pada di Kudus.

4. Nilai indeks beras ketan hitam curah terhadap Bimoli minyak goreng

klasik yaitu

5. Harga Bimoli minyak goreng klasik 2 liter pada bulan Desember adalah

Jadi, harga Bimoli minyak goreng klasik 2 liter pada bulan Desember 2011

adalah Rp. 22.981,-

6. Harga Avena minyak goreng 1 liter-pouch di bulan April 2012 yaitu

Jadi, harga Avena minyak goreng 1 liter diprediksi akan mencapai Rp.

12.280,8 pada bula April 2012.

7. Indeks harga ayam potong di Kalteng adalah

Artinya, harga ayam potong di Kateng pada bulan Januari 2012 lebih

mahal 31.5789% daripada di Papua.

Soal Latihan Bab II

Untuk nomor 1 dan 2

1. Perkembangan harga beras jenis A di Kabupaten Bantul adalah

Page 63: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 57

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Tahun (n) Pn/P0 Pn/P0 x 100 IHn

1989 880/800=1.10 1.10 x 100 110

1990 1000/800=1.25 1.25 x 100 125

1991 1080/800=1.35 1.35 x 100 135

1992 1200/800=1.50 1.50 x 100 150

1993 1240/800=1.55 1.55 x 100 155

2. Indeks harga rata-rata relatif tahun 1993 dengan tahun dasar 1988 :

Tahun (n) Pn/P0

1989 880/800=1.10

1990 1000/800=1.25

1991 1080/800=1.35

1992 1200/800=1.50

1993 1240/800=1.55

∑ Pn/P0 = 6.75

Sehingga indeks harga rata-rata relatif 6.75/5 x 100 = 135

3. a. Indeks harga Laspeyres 1998, dengan menggunakan tahun dasar 1992 yaitu

Jawab:

10000

0

QP

QPI

n

L

100)1560()3825()3030(

)1590()3835()3038(LI

9090,1381002750

3820LI

b. Indeks Paasche tahun 1992, dengan menggunakan tahun dasar 1998

adalah

1000 n

nn

PQP

QPI

100)1590()3835()3038(

)1560()3825()3030(PI

9895,711003820

2750PI

Page 64: Modul Angka Indeks_jarakjauh

58 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

4. Indeks harga agregatif tertimbang dengan menggunakan tahun 1990

sebagai tahun dasar adalah

Tahun 1991 dengan tahun dasar 1990

1000P

PI

n

20833,10510019200

20200I

Tahun 1992 dengan tahun dasar 1990

1000P

PI

n

5833,11410019200

22000I

5. Indeks harga agregatif tertimbang dengan tahun 1990 sebagai tahun dasar

(1990 = 100) adalah

1000WP

WPI

n

Tahun 1991 dengan tahun dasar 1990

100)100800()302400()4001000(

)100950()302400()4001200(I

97916,111100192000

215000I

Tahun 1992 dengan tahun dasar 1990

100)100800()302400()4001000(

)100975()302800()4001300(I

61458,121100192000

233500I

6. Indeks kuantitatif agregatif tertimbang dengan menggunkan tahun 1990

sebagai tahun dasar yaitu

1000WQ

WQI

n

Tahun 1991 dengan tahun dasar 1990

100)80050()240024()1000400(

)80060()240028()1000480(I

Page 65: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 59

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

6141,119100497600

595200I

Tahun 1992 dengan tahun dasar 1990

100)80050()240024()1000400(

)80075()240030()1000520(I

0289,131100497600

652000I

7. Indeks harga relatif rata-rata dari data berikut ini (1990 = 100) adalah

1000

N

P

P

I

n

Tahun 1991 dengan tahun dasar 1990

333,1131003

)4,110,106,1(I

Tahun 1992 dengan tahun dasar 1990

667,1141003

)18,114,112,1(I

8. Indeks kuantitatif relatif rata-rata dari data berikut ini (1999 = 100) yaitu

1000

N

Q

Q

I

n

Tahun 1991 dengan tahun dasar 1990

7,1061002

)167,1967,0(I

Tahun 1992 dengan tahun dasar 1990

1201002

)333,1067,1(I

9. Indeks Laspeyres, Indeks Paasche, dan Indeks Fisher sebagai berikut :

Indeks Laspeyres 10000

0

QP

QPI

n

L

Page 66: Modul Angka Indeks_jarakjauh

60 | Angka Indeks

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

Tahun 1991 dengan tahun 1990

Jenis

barang

Harga

1990 (P0)

Harga

1991 (Pn)

Kuantitas

1990 (Q0) Pn Q0 P0 Q0

Roti 6000 6670 10 66700 60000

Mentega 8000 8500 5 42500 40000

JUMLAH 109200 100000

2,109100100000

109200LI

Tahun 1992 dengan tahun 1990

Jenis

barang

Harga

1990 (P0)

Harga

1992 (Pn)

Kuantitas

1990 (Q0) Pn Q0 P0 Q0

Roti 6000 7550 10 75500 60000

Mentega 8000 9000 5 45000 40000

JUMLAH 120500 100000

5,120100100000

120500LI

Indeks Paasche 1000 n

nn

PQP

QPI

Tahun 1991 dengan tahun dasar 1990

Jenis

barang

Harga

1990 (P0)

Harga

1991 (Pn)

Kuantitas

1991 (Qn) Pn Qn P0 Qn

Roti 6000 6670 9 60030 54000

Mentega 8000 8500 6 51000 48000

JUMLAH 111030 102000

8529,108100102000

111030PI

Tahun 1992 dengan tahun dasar 1990

Jenis

barang

Harga

1990 (P0)

Harga

1992 (Pn)

Kuantitas

1992 (Qn) Pn Qn P0 Qn

Roti 6000 7550 12 90600 72000

Mentega 8000 9000 8 72000 64000

JUMLAH 162600 136000

Page 67: Modul Angka Indeks_jarakjauh

Angka Indeks | 61

Modul Diklat Fungsional Statistisi Tingkat Ahli – Badan Pusat Statistik

5588,119100136000

162600PI

Indeks Fisher FL

n

nnn

F IIQP

QP

QP

QPI 100

000

0

Tahun 1991 dengan tahun dasar 1990

109,02638529,1082,109FI

Tahun 1992 dengan tahun dasar 1990

0284,1205588,1195,120FI

10. Interpretasi hasil perhitungan adalah sebagai berikut :

10000

0

QP

QPI

n

Jenis

barang

Harga

Tahun

2000 (P0)

Harga

2005 (Pn)

Kuantitas

2000 (Q0) Pn Q0 P0 Q0

Pakaian

(satuan) 35000 65000 500 32500000 17500000

Sepatu

(sepasang) 45000 90000 1200 108000000 54000000

JUMLAH 140500000 71500000

5035,19610071500000

140500000I

Harga pakaian (satuan) dan sepatu (sepasang) di tahun 2005 ternyata

mengalami kenaikan sebesar 96,5035% dari harga tahun 2000.