modul 9 konservasi das dan tata ruang...bangunan pengatur sungai. e. estimasi waktu alokasi waktu...

45
Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang MODUL KONSERVASI DAS DAN TATA RUANG PELATIHAN PENGENDALIAN BANJIR 2017 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI MODUL 09

Upload: others

Post on 09-Jan-2020

54 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

MODUL KONSERVASI DAS DAN TATA RUANG

PELATIHAN PENGENDALIAN BANJIR

2017

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI

MODUL 09

Page 2: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya

pengembangan Modul Konservasi DAS dan Tata Ruang sebagai materi

inti/substansi dalam Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang SDA.

Modul Konservasi DAS dan Tata Ruang disusun dalam 3 (tiga) bagian yang terbagi

atas Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis

diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami konservasi

DAS dan tata ruang. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih

menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.

Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim

Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka

dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan

yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi

peningkatan kompetensi ASN di bidang SDA.

Bandung, September 2017

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Sumber Daya Air dan Konstruksi

Ir. K. M. Arsyad, M.Sc.

NIP. 19670908 199103 1 006

Page 3: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... v

PETUNJUK PENGGUNAAN ................................................................................ vi

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Deskripsi Singkat ........................................................................................... 1

C. Tujuan Pembelajaran ..................................................................................... 1

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok .............................................................. 2

E. Estimasi Waktu .............................................................................................. 2

MATERI POKOK 1 KONSERVASI DAS DAN TATA RUANG .............................. 3

1.1 Pengaruh Tata Ruang Pada Banjir ................................................................ 3

1.2 Jenis Kegiatan Konservasi DAS .................................................................... 7

1.2.1 Konservasi Secara Agronomis .......................................................... 13

1.2.2 Konservasi Secara Mekanis .............................................................. 15

1.2.3 Konservasi Secara Kimiawi ............................................................... 24

1.2.4 Pemberdayaan Masyarakat Dalam Konservasi DAS ......................... 26

1.3 Pengendalian Erosi dan Sedimentasi .......................................................... 28

1.3.1 Pencegahan Erosi Alur ...................................................................... 28

1.3.2 Bangunan Pengatur Sungai .............................................................. 29

1.4 Latihan ......................................................................................................... 31

1.5 Rangkuman ................................................................................................. 31

PENUTUP ............................................................................................................ 33

A. Simpulan ..................................................................................................... 33

B. Tindak Lanjut ............................................................................................... 33

EVALUASI FORMATIF ....................................................................................... 34

A. Soal ............................................................................................................. 34

B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA

GLOSARIUM

Page 4: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii

KUNCI JAWABAN

Page 5: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 - Jangkauan konduktivitas hidraulik K (Freeze & Cherry, 1979).............. 5

Tabel 1.2 - Bermacam-macam bahan pemantap tanah yang banyak digunakan

untuk memperbaiki ............................................................................ 25

Page 6: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi v

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 - Peningkatan debit puncak akibat perubahan tata guna lahan (Raudkivi,

1979; Subarkah, 1980; Schwab dkk., 1981; Loebis, 1984) ................ 3

Gambar I.2 - Ilustrasi perubahan debit akibat perubahan tata guna lahan ............. 6

Gambar I.3 - Urutan strategi perencanaan konservasi tanah dan air

(setelah Parrens and Trustum, 1984) .............................................. 12

Gambar I.4 - Sketsa terras pengelak (a) dan terras retensi (b) ............................ 19

Gambar I.5 - Sketsa terras bangku berlereng ke dalam (atas), dan terras bangku

datar (bawah) .................................................................................. 20

Gambar I.6 - Sistem terras konvensional pada lahan sawah (kiri) dan pada lahan

kering (kanan) ................................................................................. 20

Gambar I.7 - Sketsa tata letak saluran pembuang air dalam sistem konservasi tanah

dan air (dari Morgan, 1986) ............................................................. 22

Gambar I.8 - Bangunan check dam dari beton (kiri) dan bronjong (kanan) ........... 23

Gambar I.9 - Berbagai macam konstruksi perkuatan tebing ................................. 29

Gambar I.10 - Berbagai macam konstruksi konsolidasi pondasi .......................... 30

Page 7: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vi

PETUNJUK PENGGUNAAN

Deskripsi

Modul Konservasi DAS dan Tata Ruang ini terdiri dari 1 (satu) materi pokok yang

membahas mengenai konservasi DAS dan tata ruang.

Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.

Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami konservasi

DAS dan tata ruang. Setiap materi pokok dilengkapi dengan latihan yang menjadi

alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari materi pada

materi pokok.

Persyaratan

Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak

dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan baik

materi yang merupakan materi inti/substansi dari Pelatihan Pengendalian banjir.

Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan dapat membaca terlebih dahulu

materi yang berkaitan dengan konservasi DAS dan tata ruang dari sumber lainnya.

Metode

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan

kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator, adanya

kesempatan diskusi dan studi kasus.

Alat Bantu/Media

Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/Media

pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board dengan spidol dan

penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan ajar.

Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu

memahami konservasi DAS dan tata ruang.

Page 8: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pegawai Negeri Sipil mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana

tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Dengan semakin bertambahnya volume dan kompleksitas tugas-tugas

lembaga pemerintahan dan silih bergantinya regulasi yang begitu cepat perlu

upaya-upaya preventif untuk memperlancar tugas-tugas yang harus diemban oleh

Pegawai Negeri Sipil.

Untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, Pegawai

Negeri Sipil harus memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi

politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu

menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan

peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hal

tersebut dapat terwujud dengan melalui pembinaan yang dilaksanakan

berkelanjutan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 yang

dinyatakan bahwa manajemen PNS diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan

tugas pemerintahan dan pembangunan secara berhasil guna dan berdaya guna.

B. Deskripsi Singkat

Mata pelatihan ini membekali peserta pelatihan dengan pengetahuan/wawasan

mengenai konservasi DAS dan tata ruang, melalui metode ceramah interaktif,

diskusi dan studi kasus.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu

memahami konservasi DAS dan tata ruang.

Page 9: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 2

2. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diharapkan mampu menjelaskan

konservasi DAS dan tata ruang.

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

Dalam modul konservasi DAS dan Tata ruang ini akan membahas materi:

1. Pengaruh tata ruang pada banjir;

2. Jenis kegiatan konservasi DAS:

a. Konservasi secara agronomis,

b. Konservasi secara mekanis,

c. Konservasi secara kimiawi,

d. Pemberdayaan masyarakat dalam konservasi DAS.

3. Pengendalian erosi dan sedimentasi;

a. Pencegahan erosi alur,

b. Bangunan pengatur sungai.

E. Estimasi Waktu

Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk

mata pelatihan “Konservasi DAS dan Tata Ruang” ini adalah 6 (enam) jam pelajaran

(JP) atau sekitar 270 menit.

Page 10: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 3

MATERI POKOK 1

KONSERVASI DAS DAN TATA RUANG

1.1 Pengaruh Tata Ruang Pada Banjir

Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir dibandingkan

dengan yang lainnya. Sebagai contoh, apabila suatu hutan yang berada dalam

suatu daerah aliran sungai diubah menjadi pemukiman, maka debit puncak sungai

akan meningkat antara 6 sampai 20 kali. Angka 6 dan angka 20 ini tergantung dari

jenis hutan dan jenis pemukiman. Demikian pula untuk perubahan yang lainnya

maka akan terjadi peningkatan debit puncak yang signifikan. Secara kuantitatif

pengaruh perubahan tata guna lahan ditunjukkan dalam Gambar .

Gambar I.1 - Peningkatan debit puncak akibat perubahan tata guna lahan

(Raudkivi, 1979; Subarkah, 1980; Schwab dkk., 1981; Loebis, 1984)

Indikator keberhasilan : setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan

mampu menjelaskan konservasi DAS dan tata ruang.

Page 11: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 4

Perlu pula diketahui bahwa perubahan tata guna lahan memberikan kontribusi

dominan kepada aliran permukaan (run-off). Hujan yang jatuh ke tanah airnya akan

menjadi aliran permukaan di atas tanah dan sebagian meresap ke dalam tanah

tergantung kondisi tanahnya.

Suatu kawasan hutan bila diubah menjadi permukiman maka yang terjadi adalah

bahwa hutan yang bisa menahan run-off cukup besar diganti menjadi pemukiman

dengan resitensi run-off yang kecil. Akibatnya ada peningkatan aliran permukaan

tanah yang menuju sungai dan hal ini berakibat adanya peningkatan debit sungai

yang besar. Apabila kondisi tanahnya relatif tetap, air yang meresap ke dalam tanah

akan relatif tetap.

Sudah sering ada pernyataan bahwa “apabila hutan digunduli atau menjadi

kawasan permukiman resapannya hilang terjadilah banjir”. Pernyataan ini kurang

tepat, seharusnya yang perlu disampaikan adalah ”apabila hutan digunduli atau

menjadi kawasan pemukiman maka run-off (aliran permukaan) akan meningkat

signifikan dan terjadilah banjir”. Resapan yang masuk ke dalam tanah relatif tetap

karena jenis tanahnya tidak berubah. Namun kuantitas resapan menjadi kecil

karena di atas tanah yang bisa meresap air berubah menjadi bangunan permanen

yang kedap air. Hubungan antara run-off dan resapan mempunyai perbedaan

tingkat besaran (order of magnitude) yang besar.

Bila yang dibicarakan adalah run-off maka, kecepatan air berkisar dari 0,1-1 m/detik

bahkan bisa mencapai lebih dari 10 m/detik tergantung dari kemiringan lahan tinggi

aliran, penutup lahan.

Bila yang dibicarakan adalah resapan maka kecepatan air yang meresap ke dalam

tanah tergantung dari jenis tanah. Bila jenis tanah lempung (clay), kecepatan aliran

(konduktivitas hidraulik) sangat kecil berkisar antara 1/1.000.000.000.000 sampai

1/1000.000.000 m/detik (10-12 sampai 10-9 m/detik), sedangkan bila jenis tanah

lanau (silt) maka kecepatan aliran berkisar antara 1/100.000.000 - 1/10.000 m/detik

(10-8 sampai 10-4 m/detik). Bila jenis pasir maka kecepatan aliran berkisar antara

Page 12: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 5

1/100.000 - 1/100 m/detik (10-5 sampai 10-2 m/detik). Tabel 1.1 menunjukkan

konduktivitas hidraulik untuk berbagai jenis tanah.

Faktor penutup lahan vegetasi cukup signifikan dalam pengurangan ataupun

peningkatan aliran permukaan. Hutan yang lebat mempunyai tingkat penutup lahan

yang tinggi, sehingga apabila hujan turun ke wilayah hutan tersebut, faktor penutup

lahan ini akan memperlambat kecepatan aliran permukaan, bahkan bisa terjadi

kecepatannya mendekati nol. Ketika suatu kawasan hutan berubah menjadi

pemukiman, maka penutup lahan kawasan ini akan berubah menjadi penutup lahan

yang tidak mempunyai resistensi untuk menahan aliran. Yang terjadi ketika hujan

turun, kecepatan air akan meningkat sangat tajam di atas lahan ini. Namun resapan

air yang masuk ke dalam tanah relatif tetap kecuali lahannya berubah. Kuantitas

totalnya berubah karena tergantung dari luasan penutup lahan.

Tabel 1.1 - Jangkauan konduktivitas hidraulik K (Freeze & Cherry, 1979)

Rocks Unconsolidated deposits K

(Batuan) (Material sedimen) (m/det)

1

10-1

10-2

10-3

10-4

10-5

10-6

10-7

10-8

10-9

10-10

10-11

10-12

10-13

keriki

l

pasi

r

silt,

loess

keriki

l lanau

Gla

cial t

ill

Lem

pung

Unw

eath

ere

d

marine c

lay

shale

Unfr

act

ure

d

meta

morp

hic

&

igneous

rock

batu

an p

asi

r

Lim

est

one &

dolo

mitefract

ure

d

meta

morp

hic

&

igneous

rock

Perm

eable

basa

lt

Kars

t Lim

est

one

Page 13: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 6

Berikut ini diberikan gambaran tentang perubahan run-off akibat perubahan tata

guna lahan.

Gambar I.2 - Ilustrasi perubahan debit akibat perubahan tata guna lahan

Umumnya untuk mengurangi banjir atau genangan yang terjadi dilakukan perbaikan

penampang sungai sering disebut dengan istilah populer normalisasi. Perbaikan

sungai yang dilakukan umumnya dengan melebarkan sungai atau memperdalam

(pengerukan) sungai. Sesungguhnya istilah normalisasi kurang tepat, karena

sebenarnya sungai (alami) sudah normal lalu mengapa harus dinormalkan. Secara

alami sungai hampir selalu merubah kondisi fisiknya sesuai dengan perubahan

yang terjadi di sungai.

Sebagai contoh perubahan debit sungai akan diikuti dengan perubahan morfologi

sungai. Pengertian ini lebih dominan meluruskan sungai, melebarkan atau

memperdalam penampang, agar aliran air lebih cepat dan kapasitas sungai

menampung air lebih besar.

Pelebaran sungai tergantung dari tata guna lahan di sekitarnya. Apabila sudah

dipadati penduduk maka persoalan menonjol yang terjadi adalah pembebasan

tanah. Semakin padat penduduk dan semakin strategis lokasinya, biaya

pembebasan akan semakin mahal. Dalam kondisi ini untuk melebarkan menjadi dua

Page 14: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 7

kali lebar semula akan sangat mahal dan menghadapi persoalan pembebasan

tanah yang cukup sulit dipecahkan. Di samping itu perlu diperhatikan ketersediaan

air di DAS untuk cadangan air di musim kemarau. Memperbesar kapasitas sungai

berarti memperkecil air yang tertahan di DAS.

Pelebaran atau pengerukan sungai hampir linear dengan debit. Bila sungai

dilebarkan menjadi dua kali, maka debitnya meningkat dua sampai empat kali.

Demikian pula bila sungai diperdalam dua kali maka debit pada awalnya juga

menjadi dua sampai empat kali dari debit semula, namun karena ada sedimentasi

maka kedalaman sungai ada kemungkinan akan kembali seperti semula, bahkan

bila laju sedimentasi besar luas penampang sungai akan menjadi lebih kecil.

Sebagai catatan dalam upaya memperdalam atau melebarkan sungai perlu dikaji

stabilitas sungai. Dalam kaitan upaya untuk stabilitas sungai, para ahli teknik sungai

dianjurkan oleh Simons dan Senturk (1992) agar tidak berupaya mengembangkan

sungai lurus.

1.2 Jenis Kegiatan Konservasi DAS

Beragamnya penerapan pola pertanian pada suatu DAS, berarti penduduk semakin

banyak melakukan konversi atau perubahan vegetasi, terutama vegetasi hutan

menjadi non-hutan, seperti pekarangan, perkebunan atau tanaman musiman

(jangka pendek). Terjadinya perubahan itu berpengaruh langsung terhadap

fluktuasi debit sungai. Dengan demikian, pada setiap DAS atau sub-DAS yang

mendapat perlakuan yang berbeda-beda akan menyebabkan setiap DAS atau sub-

DAS menghasilkan erosi dan fluktuasi debit sungai yang berbeda-beda juga. Hal

tersebut, sebagai gambaran keseluruhan dari kualitas DAS yang berbeda-beda itu.

Perbedaan kualitas DAS atau sub-DAS tersebut, adalah merupakan gambaran dari

tingkat kerusakan yang diderita oleh masing-masing DAS atau sub-DAS tersebut.

Untuk membedakan tingkat kerusakan yang diderita oleh suatu DAS atau sub-DAS

dengan yang lainnya, maka perlu diberi nilai masing-masing menurut kualitasnya.

Nilai itu nantinya akan merupakan derajat kualitas DAS atau sub-DAS.

Page 15: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 8

Di Indonesia belum terdapat suatu metode penelitian DAS yang baku. Tingkat

kerusakan DAS atau sub-DAS selama ini, hanya dinilai dengan menyatakan erosi

yang diderita oleh DAS atau sub-DAS tersebut, dalam satuan ton/ha/tahun, yang

diketahui melalui metode Universal Soil Loss Equation.

Pelaksanaan penentuan tingkat erosi dengan metode Universal Soil Loss Eqution

(USLE), amat sulit diterapkan apabila dilakukan untuk menilai kualitas suatu DAS.

Karena dalam suatu DAS, terdapat banyak sekali jenis tanah, sehingga faktor

erodibilitas tanah (faktor K) menjadi berbeda-beda pula. Demikian pula faktor

erosivitas hujan (R), faktor panjang-dan kemiringan lereng (LS), faktor pengolahan

tanah (P) dan faktor pengelolaan tanaman (C), yang masing-masing faktor tersebut

memiliki nilai yang berbeda-beda pada luasan daerah tertentu yang diteliti.

Semua faktor-faktor tersebut di atas, merupakan penentu laju erosi (Ea) yang bakal

diderita oleh setiap luasan lahan tertentu, dan hanya faktor pengelolaan tanaman

dan faktor praktek konservasi tanah, yang dapat diupayakan dengan campur

tangan manusia. Dengan demikian, untuk menghitung tingkat (laju) erosi dalam

suatu DAS dengan metoda USLE, maka haruslah dihitung laju erosi (Ea) yang

diderita oleh lahan setiap luasan tertentu, diseluruh DAS, kemudian dijumlahkan.

Hal tersebut merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah, dan memerlukan waktu

yang lama, tenaga dan keahlian.

Kemajuan teknologi komputer dan Sistem Informasi Geografis (SIG) dewasa ini

sedikit banyak telah mampu membantu memecahkan permasalahan spasial

tersebut. Interaksi antara USLE dan SIG mampu memprediksi laju erosi secara

spasial dengan cepat dengan segmentasi luasan (elemen) sesuai yang kita

kehendaki. Suatu DAS dibagi-bagi dalam grid dengan ukuran tertentu sehingga

terbentuk elemen-elemen dengan luasan sesuai dengan ukuran grid. Tiap-tiap

elemen mempunyai karakteristiknya sendiri-sendiri yang unik. Parameter USLE

dihitung secara individual untuk tiap-tiap elemen, dan merupakan data masukan

bagi SIG. Dari tiap-tiap parameter USLE dapat digambarkan dalam peta tematik

(thematic map) sehingga akan terbentuk lima macam peta tematik, yaitu peta

erosivitas hujan - R, peta erodibilitas tanah - K, peta kemiringan dan panjang lereng

Page 16: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 9

- LS, peta manajemen tanaman - C, dan peta kontrol erosi praktis - P. Peta laju

erosi dapat diperoleh dengan menampakkan (overlay) kelima peta tematik

parameter USLE tersebut.

Sebenarnya, penentuan kualitas suatu DAS, belum cukup hanya dengan

mengetahui laju erosi yang terdapat dalam DAS tersebut. Hal ini di dasarkan pada

pemikiran bahwa kualitas suatu DAS, ditentukan oleh beberapa faktor yang selain

merupakan faktor-faktor penyebab erosi, juga sekaligus merupakan faktor-faktor

yang mempengaruhi fluktuasi debit sungai utama seluruhnya.

Suatu DAS yang sedang mengalami penurunan kualitas, kenyataannya tidaklah

mutlak bahwa seluruh areal dalam DAS tersebut mengalami kerusakan. DAS terdiri

dari beberapa sub-DAS yang masing-masing mengalami kerusakan yang berbeda-

beda tingkatannya. Mereka bergabung dan masing-masing memberikan

sumbangan kerusakan. Sumbangan kerusakan tersebut, digambarkan oleh

besarnya erosi dan fluktuasi debit sungai melalui anak-anak sungai, kemudian

bersatu pada sungai utama sampai ke daerah pantai.

Apabila akan membuat suatu rencana rehabilitas untuk suatu daerah aliran sungai,

maka perlu terlebih dahulu diidentifikasi seluruh sub-DAS yang terdapat dalam

kawasan DAS tersebut, untuk meyakini sub-DAS mana yang paling besar

kontribusinya terhadap penurunan kualitas DAS tersebut. Identifikasi ini perlu

dilakukan, agar pembangunan atau rehabilitasi dapat diarahkan pada sasaran-

sasaran yang merupakan sumber kerusakan, dan dapat dipilih prioritas sub-DAS

untuk ditetapkan, dari sub-DAS mana pekerjaan harus dimulai. Dengan prosedur

tersebut, maka pelaksana atau penduduk dapat menggunakan biaya dan waktu

secara efisien, efektif dengan hasil yang memuaskan.

Pengaruh atau interaksi manusia pada suatu DAS yang tercakup dalam faktor

pengelolaan tanaman dan praktek konservasi tanah seperti tersebut di atas, sangat

mempengaruhi erosi, yaitu adanya yang disebut percepatan erosi (accelerated

erosion), erosi yang dipercepat atau sebaliknya. Apabila pada suatu DAS dilakukan

penebangan terhadap pohon-pohon seperti yang sering dilakukan oleh oknum-

Page 17: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 10

oknum peladang berpindah, atau penduduk, atau petani, maka ini berarti

pengurangan terhadap vegetasi penutup tanah, dan penambahan bagian yang

terbuka. Pengurangan terhadap penutupan tanah seperti vegetasi dan serasah,

berakibat terhadap pengurangan air yang melalui proses evapotranspirasi (ET), dan

pengurangan infiltrasi peresapan air ke dalam tanah.

Akibat lain terhadap lingkungan yang karena berkurangnya vegetasi penutup tanah

karena tindakan penebangan pohon atau semacamnya, ialah peningkatan pukulan

curah hujan, berakibat peningkatan terhadap pembongkaran tanah. Dengan

peningkatan pembongkaran tanah, maka akan terjadi peningkatan terhadap erosi,

dan peningkatan terhadap konsentrasi sedimen di sungai.

Adapun karakteristik suatu DAS atau sub-DAS, dapat digambarkan oleh fluktuasi

debit sungainya. Hal ini, dapat dijelaskan dengan proses siklus hidrologi pada suatu

DAS. Hujan yang jatuh di atas daerah penangkapan (catchment area) sebuah

daerah aliran sungai, mula-mula diterima oleh vegetasi, kemudian sebagian

dilepaskan melalui proses intersepsi (interception), dan sebagian lagi jatuh

langsung ke bawah pohon, dan sebagian lainnya dialirkan melalui proses aliran

batang (steamflow). Aliran batang diteruskan ke dalam tanah melalui akar, yaitu

yang kemudian dilepaskan ke pori-pori tanah melalui proses infiltrasi. Air dalam

tanah selanjutnya dengan daya gravitasi bergerak menuju tempat yang lebih rendah

dengan proses perkolasi, menuju ground water storage, penampungan air di bawah

tanah, dan dari tempat ini air akan mengalir ke sungai secara teratur.

Tujuan utama konservasi tanah adalah untuk mendapatkan tingkat keberlanjutan

produksi lahan dengan menjaga laju kehilangan tanah tetap dibawah ambang batas

yang diperkenankan, yang secara teoritis dapat dikatakan bahwa laju erosi harus

lebih kecil atau sama dengan laju pembentukan tanah. Karena erosi merupakan

proses alam yang tidak dapat dihindari sama sekali atau nol erosi, khususnya untuk

lahan pertanian, maka yang dapat dilakukan adalah mengurangi laju erosi sampai

batas yang dapat diterima (maximum acceptable limit).

Page 18: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 11

Batas maksimum laju erosi atau tingkat toleransi kehilangan tanah bukanlah hal

yang mudah untuk ditentukan, karena menyangkut keseimbangan antara laju erosi

dan laju pembentukan tanah yang secara praktis tidak mungkin dapat ditentukan.

Adalah hal yang sangat sulit untuk mengenali kapan kondisi keseimbangan itu

tercapai, walaupun laju kehilangan tanah dapat diukur, laju pembentukan tanah

berlangsung sangat lambat dan tidak mudah untuk menentukannya. Secara global

laju pembentukan tanah berkisar antara 0,01 - 7,7 mm/th, dengan rata-rata 0,1

mm/th.

Laju pembentukan tanah 0,1 mm/th ekivalen dengan 0,12 kg/m2/th atau 1,2 t/ha/th,

dengan menganggap rapat massa tanah 1 t/m3. Laju sebesar itu masih lebih

kecil dibanding laju kehilangan tanah rata-rata lahan pertanian. Oleh karena itu,

secara praktis Morgan (1986) menyatakan bahwa tingkat toleransi kehilangan tanah

dapat didefinisikan sebagai nilai dimana kesuburan tanah dapat dipertahankan 20

sampai 25 tahun.

Sebagaimana diketahui bahwa terjadinya erosi tanah disebabkan oleh hujan dan

aliran permukaan, maka strategi konservasi tanah harus mengarah pada : (i)

melindungai tanah dari hantaman air hujan dengan penutup permukaan tanah, (ii)

mengurangi aliran permukaan dengan meningkatkan kapasitas infiltrasi, (iii)

meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan (iv) mengurangi kecepatan aliran

permukaan dengan meningkatkan kekasaran permukaan lahan.

Page 19: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 12

Gambar I.3 - Urutan strategi perencanaan konservasi tanah dan air

(setelah Parrens and Trustum, 1984)

Secara garis besar metode konservasi tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga

golongan utama, yaitu (1) secara agronomis, (2) secara mekanis, dan (3) secara

kimia.

Metode agronomis atau biologi adalah memanfaatkan vegetasi untuk membantu

menurunkan erosi lahan. Metode mekanis atau fisik adalah konservasi yang

berkonsentrasi pada penyiapan tanah supaya dapat ditumbuhi vegetasi yang lebat,

dan cara memanipulasi topografi mikro untuk mengendalikan aliran air dan angin.

Sedangkan metode kimia adalah usaha konservasi yang ditujukan untuk

memperbaiki struktur tanah sehingga lebih tahan terhadap erosi. Atau secara

singkat dapat dikatakan metode agronomis ini merupakan usaha untuk melindungi

tanah, mekanis untuk mengendalikan energi aliran permukaan yang erosif, dan

metode kimia untuk meningkatkan daya tahan tanah.

Page 20: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 13

Metode agronomis dikombinasikan dengan manajemen tanah yang baik dapat

mempengaruhi baik terhadap pelepasan maupun pengangkutan dalam proses

erosi, sementara itu metode mekanis dapat mengendalikan secara efektif pada

tahap pengangkutan, namun tidak berfungsi mencegah pelepasan material tanah.

1.2.1 Konservasi Secara Agronomis

Konservasi tanah dan air secara vegetatif adalah penggunaan tanaman atau

tumbuhan dan sisa tanaman dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat

mengurangi laju erosi dengan cara mengurangi daya rusak hujan yang jatuh dan

jumlah daya rusak aliran permukaan. Konservasi tanah dan air secara vegetatif ini

menjalankan fungsinya melalui:

Pengurangan daya perusak butiran hujan yang jatuh akibat intersepsi butiran

hujan oleh dedaunan tanaman atau tajuk tanaman.

Pengurangan volume aliran permukaan akibat meningkatkan kapasitas infiltrasi

oleh aktivitas perakaran tanaman dan penambahan bahan organik.

Peningkatan kehilangan air tanah akibat meningkatnya evapotranspirasi,

sehingga tanah cepat lapar air.

Memperlambat aliran permukaan akibat meningkatnya panjang lintasan aliran

permukaan oleh keberadaan batang-batang tanaman.

Pengurangan daya rusak aliran permukaan sebagai akibat pengurangan volume

aliran permukaan, dan kecepatan aliran permukaan akibat meningkatnya

panjang lintasan dan kekasaran permukaan.

Morgan (1986) mengemukakan bahwa efektivitas tanaman penutup dalam

mengurangi erosi dan aliran permukaan dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan

kontinuitas dedaunan sebagai kanopi, kerapatan tanaman, dan kerapatan sistem

perakaran. Seperti diketahui bahwa makin tinggi tempat jatuh butiran hujan makin

tinggi kecepatannya pada saat mencapai permukaan tanah, dengan demikian

makin tinggi pula energi kinetiknya. Oleh karena itu ketinggian tanaman (kanopi)

berperan sangat penting, karena semakin tinggi tanaman akan semakin besar

energi kinetik butiran air hujan yang jatuh dari tanaman tersebut. Morgan (1986)

menyatakan bahwa butiran air yang jatuh dari ketinggian 7m dapat mencapai

kecepatan 90% kecepatan maksimumnya, sehingga tinggi tanaman yang melebihi

Page 21: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 14

ketinggian ini tidak efektif sebagai tanaman konservasi. Disamping itu, butiran hujan

yang terintersepsi oleh tanaman dapat saling menyatu untuk membentuk butiran

yang lebih besar sehingga lebih erosif. Dengan demikian tanaman rendah berdaun

kecil memberi dampak lebih efektif dalam mengurangi energi kinetik butiran hujan

dibanding tanaman tinggi dan berdaun lebar. Sebab daun lebar akan berfungsi

sebagai cawan pengumpul butiran air hujan.

Kerapatan tanaman akan mempengaruhi panjang lintasan aliran permukaan dan

luasan lahan yang tertutup. Pada tanah gundul, aliran permukaan akan melintas

relatif lurus kearah kemiringan lahan, sementara pada lahan bertanaman,

khususnya pada Pertanaman acak, maka lintasan aliran permukaan akan

berbentuk zig-zag, sehingga lintasan lebih panjang. Dengan beda tinggi yang

sama, akan dihasilkan kemiringan yang lebih landai sehingga kecepatan aliran

permukaan lebih kecil, dan energi perusaknya juga makin kecil.

Kerapatan tanaman juga mempengaruhi luasan lahan yang tertutup tanaman,

semakin rapat tanaman yang ada di permukaan lahan semakin kecil energi hujan

yang sampai ke tanah, sehingga semakin kecil kemungkinan terjadinya erosi.

Penelitian yang dilakukan Fournier (1972) menunjukkan bahwa untuk memberikan

perlindungan yang cukup terhadap erosi paling sedikit 70% dari permukaan tanah

harus tertutup tanaman.

Kerapatan sistem perakaran tanaman menentukan efektivitas tanaman dalam

membantu pemantapan agregat, yang berarti pula meningkatkan porositas tanah.

Porositas tanah merupakan faktor yang menentukan besar kecilnya laju dan

kapasitas infiltrasi, sehingga meningkatnya porositas tanah dapat mengurangi

energi perusak aliran permukaan akibat pengurangan volume aliran permukaan.

Konservasi tanah dan air secara vegetatif dapat dilakukan dengan berbagai macam

cara, yaitu:

Pertanaman tanaman atau tumbuhan penutup tanah secara terus-menerus

(permanent plant cover)

Pertanaman dalam strip (strip cropping)

Page 22: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 15

Pertanaman berganda (multiple cropping)

Pertanaman bergilir (rotation cropping)

Pemanfaatan mulsa (residue management)

sistem pertanian hutan (agroforestry)

1.2.2 Konservasi Secara Mekanis

Prinsip dasar konservasi tanah adalah mengurangi banyaknya tanah yang hilang

akibat erosi, sedangkan prinsip konservasi air adalah memanfaatkan air hujan yang

jatuh ke tanah se-efisien mungkin, mengendalikan kelebihan air dimusim hujan, dan

menyediakan air yang cukup di musim kemarau. Dalam hal ini, konservasi secara

mekanis mempunyai fungsi:

memperlambat aliran permukaan

menampung dan mengalirkan aliran permukaan sehingga tidak merusak

memperbesar kapasitas infiltrasi air kedalam tanah dan memperbaiki aerasi

tanah

menyediakan air bagi tanaman.

Adapun usaha konservasi tanah dan air yang termasuk dalam metode mekanis

antara lain meliputi:

Pengolahan tanah

Pengolahan tanah menurut garis kontur

Pembuatan terras

Pembuatan saluran air (waterways)

Pembuatan dam pengendali (check dam)

1. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang

ditujukan untuk menciptakan kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan

tanaman. Tujuan utama pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh

bagi benih, menggemburkan tanah pada daerah perakaran, membalikkan

tanah sehingga sisa-sisa tanaman terbenam didalam tanah, dan memberantas

gulma.

Page 23: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 16

Manfaat pengolahan tanah, sampai saat ini masih sering diragukan. Dari segi

konservasi tanah, pengolahan tanah malah merugikan, karena justru akan

memperbesar kemungkinan timbulnya erosi pada lahan-lahan yang miring,

apalagi jika sistem pengolahannya searah dengan kemiringan lahan atau tegak

lurus garis kontur. Tanah yang telah diolah secara sepintas memang dapat

meningkatkan kapasitas infiltrasi karena tanah menjadi gembur. Akan tetapi

pengaruh ini hanya sementara, tanah yang gembur akan menjadi lebih mudah

dihancurkan oleh butiran air hujan. Disamping itu, pengolahan tanah juga

mempercepat mineralisasi bahan organik sehingga kemantapan agregat akan

menurun (Utomo dan Dexer, 1982). Oleh karena itu pengolahan tanah tidak

perlu dibesar-besarkan, mengingat waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan

tidak selalu sebanding dengan tambahan hasil yang diperoleh.

Untuk mencapai hasil pengelolaan tanah yang tidak hanya baik bagi pertanian,

tapi juga bagi usaha-usaha konservasi, maka usaha-usaha yang dapat

dilakukan adalah sebagai berikut:

Tanah diolah seperlunya saja.

Pengolahan tanah dilakukan pada saat kandungan air yang tepat

Pengolahan tanah dilakukan sejajar garis kontur.

Merubah kedalaman pengolahan tanah.

Pengolahan tanah sebaiknya diikuti dengan pemberian mulsa.

2. Pengolahan Tanah Menurut Kontur

Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur dapat mengurangi laju

erosi sampai 50 persen dibandingkan dengan pengolahan tanah dan

penanaman menurut lereng (up-and-down). Pada pengolahan tanah menurut

lereng maka pembajakan atau pencangkulan dilakukan memanjang ke arah

bawah lereng membentuk alur-alur dan menyebabkan terjadinya konsentrasi

air yang mengalir dengan cepat ke arah bawah. Pada pengolahan tanah

menurut kontur maka pembajakan dilakukan memotong lereng atau mengikuti

kontur, sehingga terbentuk jalur-jalur tumpukan tanah dan alur yang sejajar atau

mengikuti garis kontur. Pengolahan menurut kontur akan lebih efektif jika diikuti

dengan penanaman mengikuti kontur juga.

Page 24: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 17

Efektivitas pengolahan tanah dan penanaman menurut kontur tergantung pada

kemiringan dan panjang lereng. Pengaruhnya menjadi tidak berarti untuk

panjang lereng yang lebih dari 180 m pada kemiringan lahan 1o, batasan ini

akan berkurang sejalan dengan meningkatnya kemiringan lereng, untuk

kemiringan lahan 5,5o dan 8,5o panjangnya berturut-turut menjadi 30m dan 20m

(Morgan, 1986). Yang perlu diperhatikan bahwa sistem kontur ini hanya efektif

untuk hujan dengan intensitas rendah. Untuk hujan yang lebat sistem ini

sebaiknya dikombinasikan dengan penanaman sistem strip.

Pada jenis tanah lempung dan pasir halus, laju erosi dapat dikurangi lebih

lanjut dengan menyimpan air di permukaan dari pada membiarkannya menjadi

aliran permukaan. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat gundukan-

gundukan tanah pada jarak tertentu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keuntungan utama pengolahan

tanah menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan dan

terjadinya penampungan air sementara sehingga memungkinkan penyerapan

air sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya erosi. Untuk daerah

yang hujannya kurang, sistem ini sekaligus sangat efektif untuk konservasi air.

3. Guludan (Contour Bunds)

Guludan adalah tumpukan tanah (galengan) yang dibuat memanjang

memotong kemiringan lahan (lereng). Fungsi guludan ini adalah untuk

menghambat aliran permukaan, menyimpan air di bagian atasnya, dan untuk

memotong panjang lereng. Tinggi tumpukan tanah berkisar antara 25 - 30 cm

dengan lebar dasar 25 - 30 cm. Jarak antara guludan bervariasi tergantung

pada kecuraman lereng, kepekaan tanah terhadap erosi, dan erosivitas hujan.

Pada tanah dengan kepekaan erosi rendah guludan dapat diterapkan pada

lahan dengan kemiringan sampai 6%.

Pada lahan yang lebih curam atau lahan dengan kondisi tanah yang peka

terhadap erosi fungsi guludan kemungkinan kurang efektif. Dalam hal ini perlu

Page 25: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 18

dipergunakan guludan bersaluran. Pada sistem guludan bersaluran, di sebelah

atas guludan dibuat saluran memanjang mengikuti guludan.

4. Terras

Terras adalah timbunan tanah yang dibuat melintang atau memotong

kemiringan lahan, yang berfungsi untuk menangkap aliran permukaan, serta

mengarahkannya ke outlet yang mantap/stabil dengan kecepatan yang tidak

erosif. Dengan demikian memungkinkan terjadinya penyerapan air dan

berkurangnya erosi.

Berdasarkan fungsinya, terras dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu (1) terras

pengelak (diversion terrace), (2) terras retensim (retention terrace), dan (3)

terras bangku (bench terrace).

Terras pengelak mempunyai fungsi utama untuk menangkap aliran

permukaan dan mengalirkannya memotong kontur melalui outlet yang tepat.

Terras jenis ini cocok diterapkan untuk lahan dengan kemiringan kecil, sekitar

1:250. Beberapa tipe terras pengelak yang sudah dikenal diantaranya terras

Mangum dan terras Nicholas. Terras Mangum dibuat dengan cara menimbun

tanah yang diambil dari kedua sisinya (atas dan bawahnya). Sedangkan

terras Nicholas tanah timbunan hanya diambil dari sisi sebelah atasnya saja

(Gambar I.4a).

Terras retensi dibuat dimana diperlukan penyimpanan air dengan

menampungnya di bagian bukit (Gambar I.4b). Dalam hal ini diperlukan

adanya bagian tanah yang datar yang mampu menampung/menyimpan

aliran permukaan dengan periode ulang 10-tahunan dengan tanpa terjadi

limpasan (overtopping). Terras jenis ini biasanya hanya direkomendasikan

untuk tanah permeabel dengan kemiringan kurang dari 4,5o.

Terras bangku atau tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan

meratakan tanah dibagian bawah sehingga terbentuk suatu deretan anak

tangga atau bangku yang dipisahkan oleh talud. Terras bangku cocok untuk

lahan dengan kemiringan sampai 30o atau kurang lebih 50% yang masih

difungsikan sebagai lahan pertanian. Talud merupakan bagian yang kritis

terhadap bahaya erosi, dan biasanya dilindungi dengan tumbuhan/rumput

Page 26: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 19

atau kadang-kadang dilapisi dengan pasangan batu kali atau beton untuk

lahan yang ditanami komoditas dengan nilai ekonomi tinggi. Ada dua jenis

terras bangku yang banyak dibuat di Indonesia, yaitu terras bangku berlereng

ke dalam dan terras bangku datar (Gambar I.5). Terras bangku berlereng ke

dalam dipergunakan untuk tanah-tanah dengan permeabilitas rendah,

dengan maksud air yang tidak terinfiltrasi dengan cepat tidak mengalir keluar

melalui talud. Terras bangku sulit diterapkan pada usaha pertanian yang

menggunakan mesin-mesin pertanian besar, sehingga konstruksinya

memerlukan modal yang cukup besar. Terras bangku juga sulit dilaksanakan

untuk lahan dengan lapisan tanah tipis.

(a) Terras pengelak

(b) Terras retensi

Gambar I.4 - Sketsa terras pengelak (a) dan terras retensi (b)

Luas areal yang dapat ditanami pada lahan yang menggunakan terras

bangku makin berkurang dengan bertambah kecuraman lereng lahan. Pada

lereng 30% misalnya, dengan jarak vertikal 1 meter, lebar lahan yang dapat

ditanami adalah 1,83 m, lahan yang dapat ditanami tinggal hanya 55%.

Page 27: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 20

Gambar I.5 - Sketsa terras bangku berlereng ke dalam (atas), dan terras

bangku datar (bawah)

Gambar I.6 - Sistem terras konvensional pada lahan sawah (kiri) dan pada

lahan kering (kanan)

Page 28: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 21

5. Saluran Pembuang Air

Untuk menghindari terkonsentrasinya aliran permukaan di sembarang tempat,

yang akan membahayakan dan merusak tanah yang dilewatinya, maka perlu

dibuatkan jalan khusus berupa saluran pembuangan air (waterways). Sehingga

tujuan utama pembangunan saluran pembuang air adalah untuk mengarahkan

dan menyalurkan aliran permukaan dengan kecepatan yang tidak erosif ke

lokasi pembuangan air yang sesuai. Untuk itu saluran pembuang perlu didisain

dengan cermat, sehingga mampu menampung debit puncak dengan kala ulang

10-tahunan.

Ada tiga macam saluran pembuang air yang dapat dibuat dalam sistem

konservasi tanah dan air, yaitu (1) saluran pengelak, (2) saluran terras, dan (3)

saluran berumput (grass waterways) (Gambar I.7). Saluran pengelak dibuat di

bagian atas lereng dari lahan pertanian, berfungsi untuk menangkap air yang

mengalir dari lereng di atasnya dan menyalurkannya ke saluran berumput.

Saluran terras berfungsi mengumpulkan air dari areal antar terras dan

menyalurkannya memotong lereng menuju ke saluran berumput. Saluran

berumput, yang biasanya berupa saluran alamiah yang terletak di bagian yang

rendah, berfungsi menyalurkan air yang berasal dari kedua saluran lainnya ke

arah bawah menuju sistem sungai. Saluran berumput direkomendasi untuk

lahan berkemiringan sampai 11o, pada lahan yang lebih terjal, sampai 15o,

saluran perlu dilapisi batu, pasangan, atau beton . Untuk lahan-lahan perbukitan

dengan lereng sangat terjal, saluran perlu dilengkapi dengan bangunan

terjunen.

Page 29: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 22

Gambar I.7 - Sketsa tata letak saluran pembuang air dalam sistem

konservasi tanah dan air (dari Morgan, 1986)

6. Bangunan Satabilitas

Bangunan stabilisasi sangat penting artinya dalam rangka reklamasi

parit/selokan dan pengendalian erosi parit/selokan. Bangunan stabilisasi yang

umum berupa dam penghambat (check dam), balong, dan rorak. Bangunan-

bangunan tersebut berfungsi untuk mengurangi volume dan kecepatan aliran

permukaan, disamping juga untuk menambah masukan air tanah dan air bawah

tanah.

Dam penghambat (check dam) adalah bangunan yang dibuat melintang parit

atau selokan yang berfungsi untuk menghambat kecepatan aliran dan

menangkap sedimen yang dibawa aliran sehingga kedalaman dan kemiringan

parit berkurang (Gambar I.8). Bangunan ini biasanya dibuat dari bahan lokal

yang tersedia, misalnya kayu, tanah, atau batu. Bangunan ini mempunyai resiko

kegagalan yang tinggi, namun dapat memberikan stabilisasi sementara dan

dapat dikombinasikan dengan sistem agronomi.

Page 30: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 23

Gambar I.8 - Bangunan check dam dari beton (kiri) dan bronjong (kanan)

Balong adalah waduk kecil yang dibuat di daerah perbukitan dengan kemiringan

lahan kurang dari 30%. Bangunan ini berfungsi untuk menampung air aliran

permukaan guna memenuhi kebutuhan air tanaman, ternak dan keperluan-

keperluan lainnya, menampung sedimen hasil erosi, meningkatkan jumlah air

yang meresap ke dalam tanah (infiltrasi), dan mendekatkan permasalahan dan

penyelesaian konservasi kepada masyarakat. Syarat utama balong yang efektif

adalah (1) kondisi topografi di tempat balong akan dibangun harus

memungkinkan pembangunan yang ekonomis; tenaga dan biaya merupakan

fungsi langsung panjang dan kedalaman balong, dua faktor yang menentukan

volume balong (2) cukup air yang memenuhi syarat, (3) terdapat bahan tanah

yang kedap air, (4) semua balong harus dilengkapi fasilitas pelimpah untuk

menyalurkan air pada saat terjadi banjir secara aman, (5) balong harus dapat

dikeringkan untuk keperluan perbaikan-perbaikan. Untuk menghindari

sedimentasi, areal sekitar balong harus tertutup vegetasi yang rapat, tidak boleh

terbuka atau digarap. Tanah bagian bawah (subsoil) harus terdiri-dari lapisan

yang relatif kedap air.

Ada beberapa tipe balong yang dikenal, yaitu (a) balong galian (digaout ponds)

sumber air utamanya berasal dari air tanah, (b) balong aliran permukaan

(surface water ponds), (c) balong mata atau sungai kecil (spring-fed atau creek-

fed ponds), (d) balong by-pass (off-stream ponds atau by-pass ponds).

Page 31: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 24

Rorak (silt pit) adalah bangunan yang dibuat dengan menggali lubang sedalam

60 cm, lebar 50 cm, dengan panjang 4 sampai 5 meter. Rorak dibuat

memanjang sejajar garis kontur atau memotong lereng. Jarak kesamping antara

satu rorak dengan rorak lainnya berkisar antara 10 sampai 15 meter, sedangkan

jarak ke arah lereng berkisar antara 10 meter, untuk lereng yang agak curam)

sampai 20 meter untuk lahan yang landai. Banguan ini berfungsi untuk

menangkap air dan tanah yang tererosi, sehingga terjadi pengisian air tanah

dan mengurangi erosi.

1.2.3 Konservasi Secara Kimiawi

Sebagaimana telah disinggung di depan, bahwa struktur tanah merupakan salah

satu sifat tanah yang sangat menentukan kepekaan tanah terhadap ancaman erosi.

Oleh karena itu sejak tahun 1950-an telah dimulai adanya usaha-usaha untuk

memperbaiki kemantapan struktur tanah melalui pemberian preparat-preparat kimia

yang secara umum disebut pemantap tanah (soil conditioner). Sarief (1985)

mengemukakan bahwa usaha pemantapan tanah yang bertujuan untuk sifat fisik

tanah dengan menggunakan preparat-preparat kimia baik secara buatan atau

alami, telah dikemukakan pertama kali pada simposium di Philadelpia pada bulan

Desember 1951. Pada saat itu diperkenalkan krilium sebagai bahan pemantap

tanah pertama oleh perusahaan Amerika Serikat. Krilium adalah senyawa garam

Natrium dari polyacrylonitrile yang terhidrolisa. Selang kurang dari dua tahun

kemudian telah diperkenalkan ratusan paten bahan pemantap tanah yang sama.

Perkembangan penggunaan bahan pemantap tanah pada awalnya cukup baik,

tetapi berhubung mahalnya preparat-preparat yang dipasarkan, penggunaannya

semakin terbatas, khususnya hanya pada lahan-lahan sempit. Walaupun telah

terbukti bahwa penggunaan pemantap tanah tidak hanya mampu meningkatkan

kemantapan agregat tanah, tetapi juga mampu meningkatkan hasil tanaman.

Bahan pemantap tanah yang baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut

(Seta,1987):

Mempunyai sifat yang adhesif serta dapat bercampur dengan tanah secara

merata.

Page 32: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 25

Dapat merubah sifat hidrophobik atau hidrophilik tanah, yang dengan demikian

dapat merubah kurva penahanan air tanah.

Dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, yang berarti mempengaruhi

kemampuan tanah dalam menahan air.

Daya tahan sebagai pemantap tanah cukup memadai, tidak terlalu singkat dan

tidak terlalu lama.

Tidak bersifat racun (phytotoxix) dan harganya terjangkau (murah).

Beberapa macam bahan pemantap tanah yang banyak digunakan dalam rangka

konservasi tanah dan air dapat dilihat pada Gambar berikut. Cara kerja bahan

pemantap tanah tersebut dapat digambarkan dengan contoh penggunaan

Polyacrylamide (PAM) di bawah ini.

PAM adalah polymer non-hydrophobic mempunyai bagian aktif amide yang

mengikat bagian-bagian -OH pada butir liat melalui ikatan hidrogen. Yang kemudian

mengikat bagian-bagian negatif liat, dan mengikat atom-atom oksigen pada

permukaan liat melalui ikatan hidrogen.

Tabel 1.2 - Bermacam-macam bahan pemantap tanah yang banyak

digunakan untuk memperbaiki

Page 33: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 26

1.2.4 Pemberdayaan Masyarakat Dalam Konservasi DAS

Pendekatan subjektif menempatkan manusia sebagai subjek yang mempunyai

keleluasaan untuk berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya. Pendekatan

tersebut berasumsi bahwa masyarakat lokal dengan pengetahuan, keterampilan

dan kesadarannya dapat meningkatkan peranannya dalam perlindungan sumber

daya air di sekitarnya. Karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan peran

masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya air termasuk pengelolaan

sumber daya air adalah dengan meningkatkan pengetahuan keterampilan dan

kesadaran masyarakat untuk berbuat sesuatu demi melindungi sumber daya air.

Pengetahuan dan keterampilan tersebut tidak harus berkaitan langsung dengan

upaya-upaya penanggulangan masalah kerusakan sumber daya air tetapi juga hal-

hal yang berkaitan dengan usaha ekonomi, terutama dalam rangka membekali

masyarakat dengan usaha ekonomi alternatif sehingga tidak merusak lingungan,

antara lain yaitu:

Peningkatan pengetahuan dan wawasan lingkungan.

Pengetahuan dan wawasan lingkungan perlu dimasyarakatkan untuk

memberikan konsep dan pandangan yang sama dan benar kepada masyarakat

tentang lingkungan dan perananya terhadap kehidupan masyarakat secara

keseluruhan, Jenis pengetahuan dan wawasan yang diberikan berbeda menurut

lokasi pemukiman dan jenis pekerjaan. Bagi masyarakat yang berlokasi di zona

inti tentu lebih spesifikasi dan lebih menekankan pada yang berlokasi di zona inti

tentu lebih spesifikasi dan lebih menekankan pada pengetahuan dan wawasan

yang berkaitan dengan hubungan langsung antara masyarakat setempat dengan

pemanfaatan sumber daya air dan pengawasannya dibanding dengan

masyarakat di luar wilayah. Peningkatan pengatahuan dan wawasan juga perlu

melibatkan aparatur dusun, desa, dan kecamatan serta masyarakat luas.

Pengembangan keterampilan masyarakat.

Peningkatan keterampilan praktis pengelolaan lingkungan bagi masyarakat dan

jajaran perintah ditingkat dusun, desa dan kecamatan sangat penting untuk

mendorong peran serta unsur-unsur tersebut scara aktif dalam menanggulangi

masalah-masalah lingkungan yang secara ekologis dan ekonomis akan

merugikan. Keterampilan tersebut terutama berkaitan dengan cara-cara

pemanfaatan sumber daya air secara efisien, dan keterampilan tentang upaya

Page 34: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 27

penanggulangan. Penguasaan keterampilan tersebut akan meningkatkan

efektivitas peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air.

Pengembangan kapasitas masyarakat.

Pengembangan kapasitas masyarakat diperlukan untuk dapat ikut serta dalam

proses pengambilan kebijakan, terutama dalam proses perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan. Pengembangan kapasitas masyarakat

sebenarnya merupakan serangkaian kegiatan seperti yang diuraikan

sebelumnya, namun dalam program ini perlu ditekankan pentingnya kemampuan

dan peluang masyarakat untuk dapat mengartikulasikan kepentingannya melalui

kelompok atau lembaga sosial. Sasaran utama program ini adalah meningkatkan

kepercayaan diri masyarakat dan kemampuan berinisiatif.

Pengembangan kualitas diri.

Kualitas masyarakat dalam pengalolaan sumber daya air perlu ditingkatkan untuk

menjawab dua tantangan sekaligus, yaitu (1) upaya mengatasi masalah

perekonomian, baik untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan pokok,

maupun dalam rangka meningkatkan kesejahteraan yang lebih luas dan (2)

upaya mengatasi masalah kerusakan alam, yaitu untuk mengurangi tekanan

terhadap sumber daya air sebagai akibat makin meningkatnya aktifitas manusia

di wilayah tersebut. Pengembangan diri tersebut termasuk pengembangan

kualitas manusia, baik secara perorangan maupun kelompok untuk mengisi

kebutuhan tenaga kerja yang kian beragam. Peningkatan kualitas manusia

diharapkan dapat mendorong terjadinya diversifikasi lapangan kerja dan sumber

penghasilan penduduk setempat sehingga mampu mengurangi kecenderungan

usaha yang dapat mengakibatkan kerusakan kondisi sumber daya air. Program

pengembangan kualitas manusia ini selain dapat dilakukan melalui pendidikan

dan pelatihan juga dengan cara membentuk kerjasama antar lembaga-lembaga

sosial dan ekonomi, baik di lingkungan desa, bahkan antar wilayah. Penyiapan

tenaga kerja untuk mengantisipasi perkembangan kegiatan pembangunan di

wilayah sekitar sumber air dan wilayah lain di sekitarnya perlu dilakukan scara

proaktif dengan dilandasi oleh pandangan jauh ke depan.

Peningkatan motivasi masyarakat untuk berperan serta.

Motivasi masyarakat perlu ditumbuhkan untuk mendorong peran serta mereka

aktif dalam pengelolaan sumber daya air di wilayah sekitar mereka. Untuk itu,

Page 35: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 28

upaya pelibatan masyarakat dan pengembangan kegiatan yang dilandasi oleh

kepentingan masyarakat perlu ditingkatkan terus. Pelaksanaannya perlu

diintegrasikan dengan aspek-aspek yang secara langsung menyentuh

kepentingan masyarakat. Penyeimbangan kepentingan lingkungan, sosial dan

ekonomi mempunyai arti yang strategis untuk mendorong masyarakat

melibatkan diri dalam upaya perlindungan sumber daya air.

Penggalian & pengembangan nilai tradisional masyarakat.

Upaya penggalian nilai-nilai tradisional adalah penting untuk dijadikan bahan

pengembangan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat menjadi norma-norma

yang dapat dioperasionalkan menjadi landasan dan rambu-rambu pengamanan

sumber daya air. Pengembangan nilai-nilai dan norma-norma arif lingkungan

masyarakat akan mendorong penggunaan aturan-aturan atau cara-cara mereka

sendiri dalam mengelola sumber daya air berdasarkan pada nilai-nilai yang

mereka yakini.

1.3 Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

Pengendalian erosi tebing sungai memerlukan pengetahuan tentang kondisi fisik

baik DAS maupun alur sungai. Disamping pendalaman tentang karakteristik

penampang sungai dan aliran. Pemilihan metode perlindungan tebing sungai

memerlukan pertimbangan yang hati-hati menyangkut kondisi hidraulik pada lokasi,

perencanaan dan pemasangannnya stuktur yang dipakai.

1.3.1 Pencegahan Erosi Alur

Pada dasarnya air hujan yang mengalir di alur yang terdapat di lereng-lereng akan

menggerus dasar dan tebing alur tersebut. Jika dibiarkan begitu saja, maka alur-

alur itu akan semakin dalam menjadi jurang-jurang yang dalam dan melebar

membentuk suatu lembah-lembah yang besar. Untuk mencegak berkembangnya

alur menjadi lembah, maka dibangun bendung pengatur dari konstrksi pasangan

batu kali, beton atau bronjong kawat. Sebelah hulu bangunan akan terisis pasir,

sehingga dapat mencegah terjadinya longsor.

Page 36: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 29

1.3.2 Bangunan Pengatur Sungai

Secara umum bangunan pengatur sungai dapat dikelompokkan menjadi: (1)

perkuatan tebing, (2) konsolidasi pondasi, (3). Krib, dan (4) ambang.

Perkuatan tebing (revetment) adalah bangunan yang ditempatkan pada

permukaan suatu tebing/lereng guna melindungi suatu tebing alur sungai atau

permukaan lereng tanggul sehingga secara keseluruhan stabilitas alur sungai

dan tubuh bendung meningkat. Berdasarkan lokasinya, perkuatan tebing dapat

dikelompokkan menjadi:

- Perkuatan lereng tanggul

- Perkuatan tebing sungai, dan

- Perkuatan lereng menerus.

Gambar I.9 - Berbagai macam konstruksi perkuatan tebing

Konsolidasi pondasi (foundation consolidation) adalah bangunan yang

ditempatkan di depan bagian atas pondasi atau yang berupa pelindung kaki

Page 37: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 30

perkuatan lereng, agar dapat mengurangi kecepatan arus air di depan perkuatan

lereng, mencegah gerusan dasar sunagi di depan perkuatan lereng dan

melindungi perkuatan lereng secara keseluruhan. Konsolidasi pondasi dapat

berupa: lapis-lindung batu (rip-rap), matras anyaman ranting, matras nayman

ranting lapis tunggal, matras balok kayu, matras balok beton, atau blok beton.

Gambar I.10 - Berbagai macam konstruksi konsolidasi pondasi

Krib adalah bangunan yang dibuat mulai dari tebing sungai ke arah tengah guna

mengatur arus sungai, dengan tujuan utama:

- Mengatur arus sungai

- Mengurangi kecepatan arus sungai sepanjang tebing sungai, mempercepat

sedimentasi dan menjamin keamanan tanggul atau tebing sungai terhadap

gerusan.

- Mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur sungai

- Mengkonsentrasikan arus sungai dan memudahkan penyadapan.

Page 38: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 31

Secara garis besar ada 3 jenis konstruksi krib yaitu: tipe permeabel, tipe

impermeabel, dan tipe semi-permeabel. Ambang atau drempel (groundsill)

adalah bangunan yang dibuat menyilang sungai untuk menjaga agar dasar

sungai tidak turun secara berlebihan. Penurunan yang berlebihan dapat

disebabkan oleh turunnya suplai sedimen dari hulu karena dibangunnya waduk

atau check dam atau oleh penambangan batu atau pasir yang berlebihan.

Penurunan dasar sungai juga dapat disebabkan oleh bangunan sudetan yang

memendekkan alur sungai dan kemiringan dasar sunagi menjadi lebih tinggi.

1.4 Latihan

1. Apa yang dimaksud dengan konservasi secara agronomis?

2. Sebutkan fungsi konservasi secara mekanis?

3. Apa yang dimaksud dengan pengolahan tanah?

1.5 Rangkuman

Kegiatan konservasi DAS dan tata ruang meliputi :

1. Pengaruh tata ruang pada banjir.

Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir dibandingkan

dengan yang lainnya. Perubahan tata guna lahan memberikan kontribusi

dominan kepada aliran permukaan (run-off). Suatu kawasan hutan bila diubah

menjadi permukiman maka yang terjadi adalah bahwa hutan yang bisa

menahan run-off cukup besar diganti menjadi pemukiman dengan resitensi run-

off yang kecil. Akibatnya ada peningkatan aliran permukaan tanah yang menuju

sungai dan hal ini berakibat adanya peningkatan debit sungai yang besar.

2. Jenis kegiatan konservasi DAS:

Secara garis besar metode konservasi tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga

golongan utama, yaitu (1) secara agronomis, (2) secara mekanis, dan (3)

secara kimia. Metode agronomis atau biologi adalah memanfaatkan vegetasi

untuk membantu menurunkan erosi lahan. Metode mekanis atau fisik adalah

konservasi yang berkonsentrasi pada penyiapan tanah supaya dapat ditumbuhi

vegetasi yang lebat, dan cara memanipulasi topografi mikro untuk

mengendalikan aliran air dan angin. Sedangkan metode kimia adalah usaha

konservasi yang ditujukan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga lebih

Page 39: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 32

tahan terhadap erosi. Atau secara singkat dapat dikatakan metode agronomis

ini merupakan usaha untuk melindungi tanah, mekanis untuk mengendalikan

energi aliran permukaan yang erosif, dan metode kimia untuk meningkatkan

daya tahan tanah.

Dalam kegiatan konservasi DAS juga ada yang namanya pemberdayaan

masyarakat. Pemberdayaan masyarakat ini menempatkan manusia sebagai

subjek yang mempunyai keleluasaan untuk berinisiatif dan berbuat menurut

kehendaknya. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa masyarakat lokal dengan

pengetahuan, keterampilan dan kesadarannya dapat meningkatkan

peranannya dalam perlindungan sumber daya air di sekitarnya. Karena itu,

salah satu upaya untuk meningkatkan peran masyarakat lokal dalam

pengelolaan sumber daya air termasuk pengelolaan sumber daya air adalah

dengan meningkatkan pengetahuan keterampilan dan kesadaran masyarakat

untuk berbuat sesuatu demi melindungi sumber daya air. Pengetahuan dan

keterampilan tersebut tidak harus berkaitan langsung dengan upaya-upaya

penanggulangan masalah kerusakan sumber daya air tetapi juga hal-hal yang

berkaitan dengan usaha ekonomi, terutama dalam rangka membekali

masyarakat dengan usaha ekonomi alternatif sehingga tidak merusak

lingungan.

3. Pengendalian erosi dan sedimentasi.

Pengendalian erosi tebing sungai memerlukan pengetahuan tentang kondisi

fisik baik DAS maupun alur sungai. Disamping pendalaman tentang

karakteristik penampang sungai dan aliran. Pemilihan metode perlindungan

tebing sungai memerlukan pertimbangan yang hati-hati menyangkut kondisi

hidraulik pada lokasi, perencanaan dan pemasangannnya stuktur yang dipakai.

Pengendalian erosi dan sedimentasi meliputi: pencegahan erosi alur, dan

membangun bangunan pengatur sungai.

Page 40: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 33

PENUTUP

A. Simpulan

Modul ini menjelaskan mengenai konservasi DAS dan tata ruang. Adapun kegiatan

konservasi DAS dan tata ruang meliputi :

Pengaruh tata ruang pada banjir.

Kegiatan konservasi DAS secara agronomis, secara mekanis, secara kimia serta

pemberdayaan masyarakat terkait kegiatan konservasi DAS.

Pengendalian erosi dan sedimentasi meliputi: pencegahan erosi alur, dan

membangun bangunan pengatur sungai.

B. Tindak Lanjut

Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas lanjutan

untuk dapat memahami detail pengendalian banjir dan ketentuan pendukung terkait

lainnya, sehingga memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai

pengendalian banjir.

Page 41: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 34

EVALUASI FORMATIF

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan di akhir pembahasan modul

konservasi DAS dan tata ruang pada pelatihan pengendalian banjir. Evaluasi ini

dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta pelatihan

terhadap materi yang disampaikan dalam modul.

A. Soal

1. Penyebab utama banjir adalah...

a. Drainase

b. Tata guna lahan

c. Rob

d. Hujan terus-menerus

e. Tidak adanya bendungan

2. Berikut ini jenis-jenis konservasi DAS, kecuali...

a. Agronomis

b. Mekanis

c. Kimiawi

d. Pemberdayaan masyarakat dalam konservasi

e. Fisik

3. Konservasi secara mekanis mempunyai fungsi berikut, kecuali...

a. Memperlambat aliran permukaan

b. Menampung dan mengalirkan aliran permukaan sehingga tidak merusak

c. Mengurangi laju erosi dengan cara mengurangi daya rusak hujan yang jatuh

dan jumlah daya rusak aliran permukaan.

d. Memperbesar kapasitas infiltrasi air kedalam tanah dan memperbaiki aerasi

tanah

e. Menyediakan air bagi tanaman.

4. Tujuan utama pengolahan tanah adalah seperti berikut, kecuali...

a. Mengganti tanaman sesuai musimnya

b. Menyiapkan tempat tumbuh bagi benih

c. Menggemburkan tanah pada daerah perakaran

d. Membalikkan tanah sehingga sisa-sisa tanaman terbenam didalam tanah

Page 42: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 35

e. Memberantas gulma

5. Yang dimaksud dengan konsolidasi pondasi adalah sebagai berikut, kecuali...

a. Bangunan yang ditempatkan di depan bagian atas pondasi atau pelindung

kaki perkuatan lereng

b. Mencegah sedimentasi di depan perkuatan lereng

c. Mengurangi kecepatan arus air di depan perkuatan lereng

d. Mencegah gerusan dasar sungai di depan perkuatan lereng

e. Melindungi perkuatan lereng secara keseluruhan

B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta pelatihan terhadap materi yang di

paparkan dalam materi pokok, gunakan rumus berikut :

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑠𝑎𝑎𝑛 =Jumlah Jawaban Yang Benar

Jumlah Soal × 100 %

Arti tingkat penguasaan :

90 - 100 % : baik sekali

80 - 89 % : baik

70 - 79 % : cukup

< 70 % : kurang

Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat

memahami konservasi DAS dan tata ruang. Proses berbagi dan diskusi dalam kelas

dapat menjadi pengayaan akan materi konservasi DAS dan tata ruang. Untuk

memperdalam pemahaman terkait materi konservasi DAS dan tata ruang,

diperlukan pengamatan pada beberapa modul-modul mata pelatihan terkait atau

pada modul-modul yang pernah Anda dapatkan serta melihat variasi-variasi modul-

modul yang ada pada media internet. Sehingga terbentuklah pemahaman yang utuh

akan pengendalian banjir.

Page 43: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

DAFTAR PUSTAKA

Kodoatie R. J. dan Sugiyanto. 2001. Banjir. Pustaka Pelajar, Semarang. Kodoatie R. J. dan Syarief R. 2006. Pengelolaan Bencana Terpadu. Andy,

Yogyakarta. Kodoatie R. J. dan Syarief R. 2010. Tata Ruang Air.Andy, Yogyakarta. Kodoatie, Robert J., 2012. Tata Ruang Air Tanah. xxvi + 514 = 540 Halaman.

Penerbit Andi, Yogyakarta. Kodoatie, Robert J., 2013. Rekayasa Manajemen Banjir Kota. Penerbit Andi,

Yogyakarta. Kodoatie R. J. dan Syarief R. 2013. Pengelolaan Sumber daya Air Terpadu. Andy,

Yogyakarta. Peraturan Presiden No. 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional

Penanggulangan Bencana. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 4 Tahun 2015

tentang Penetapan Wilayah Sungai. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 26 Tahun 2015

tentang Pengalihan Alur Sungai dan/atau Pemanfaatan Ruas Bekas Sungai. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27 Tahun 2015

tentang Bendungan. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2015

tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai, dan Garis Sempadan Danau. Suripin, 2001. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Andi Offset, Yogyakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan

Bencana.

Page 44: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

GLOSARIUM

Fluktuasi : Gejala yang menunjukkan turun-naik; Perubahan;

Ketaktetapan; Kegoncangan.

Infiltrasi : Penyusupan; Perembesan.

Konversi : Perubahan.

Signifikan : Penting; Berarti.

Zig-Zag : Berliku-liku.

Page 45: Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang...Bangunan pengatur sungai. E. Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Konservasi

Modul 9 Konservasi DAS dan Tata Ruang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

KUNCI JAWABAN

Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir

pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan

maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.

Adapun kunci jawaban dari soal latihan pada setiap materi pokok, sebagai berikut :

Latihan Materi Pokok 1

1. Konservasi tanah dan air secara agronomis adalah penggunaan tanaman

atau tumbuhan dan sisa tanaman dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat

mengurangi laju erosi dengan cara mengurangi daya rusak hujan yang jatuh

dan jumlah daya rusak aliran permukaan.

2. Konservasi secara mekanis mempunyai fungsi:

memperlambat aliran permukaan

menampung dan mengalirkan aliran permukaan sehingga tidak merusak

memperbesar kapasitas infiltrasi air kedalam tanah dan memperbaiki aerasi

tanah

menyediakan air bagi tanaman.

3. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang

ditujukan untuk menciptakan kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan

tanaman. Tujuan utama pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat

tumbuh bagi benih, menggemburkan tanah pada daerah perakaran,

membalikkan tanah sehingga sisa-sisa tanaman terbenam didalam tanah,

dan memberantas gulma.

Adapun kunci jawaban dari soal evaluasi formatif, sebagai berikut :

1. b (Tata guna lahan)

2. e (Fisik)

3. c (Mengurangi laju erosi dengan cara mengurangi daya rusak hujan yang jatuh

dan jumlah daya rusak aliran permukaan)

4. a (Mengganti tanaman sesuai musimnya)

5. b (Mencagah sedimentasi di depan perkuatan lereng)