modul 9 jawaban
DESCRIPTION
jawban modul 9 rancangan usaha agribisnisTRANSCRIPT
MAKALAH
USAHA TANI
“Kelayakan Usaha Tani Tanman Semusim”
Kelompok 2:
Astrini Putri H 125040100111099
Lina Triyani 125040100111105
Lita Septiani 125040100111103
Muhammad Jamaludin 125040100111101
Windasari Widya N 125040100111098
Kelas D
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kelayakan Usaha Tani Tanaman Semusim” untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Usaha Tani.
Ucapan terima kasih tidak luput kami sampaikan kepada Ibu Silvana yang telah
memberikan penjelasan dan menambah wawasan kami tentang pengetahuan dan aspek terkait
di dalamnya.
Semoga makalah ini mampu menambah pengetahuan pembaca tentang definisi ilmu
usaha tani, pertanian dan agribisnis serta aspek-aspek yang terkait di dalamnya.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk menunjang
kesempurnaan makalah ini.
Malang, 10 November 2013
Penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian BEP
Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak
memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama
dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila
perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume
penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya
cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita
kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi
biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan
pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan
dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya
dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.
2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang
dikehendaki.
3. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.
Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah
karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh
salah satu faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu
struktur laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga
mudah untuk memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.
Namun ada juga yang membuat pengertian break even point sebagai berikut :
Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi (total penghasilan = Total biaya).
Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost Volume Profit
Analysis. Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan dalam pengambilan
keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
2. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba
tertentu.
3. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar
perusahaan tidak menderita rugi.
Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada pernyataan sedarhana,
berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.
Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila
telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak
mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian.
Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak
mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan
biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.
Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan yang
diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba
sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break
even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap
dan biaya variabel. Biaya Tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah
penjualan dan biasanya ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan
biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya
biaya angkut barang.
R/C Ratio
Efisiensi menurut Soekartawi (1995), merupakan gambaran perbandingan terbaik antara
suatu usaha dan hasil yang dicapai. Efisien tidaknya suatu usaha ditentukan oleh besar
kecilnya hasil yang diperoleh dari usaha tersebut serta besar kecilnya biaya yang diperlukan
untuk memperoleh hasil tersebut. Tingkat efisiensi suatu usaha biasa ditentukan dengan
menghitung per cost ratio yaitu imbangan antara hasil usaha dengan total biaya
produksinya.Untuk mengukur efisiensi suatu usahatani digunakan analisis R/C ratio.
Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan
perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat dinyatakan
sebagai berikut:
R / C = PQ . Q / (TFC+TVC)
Keterangan:
R = penerimaan
C = biaya
PQ = harga output
Q = output
TFC = biaya tetap (fixed cost)
TVC = biaya variabel (variable cost)
Ada tiga kriteria dalam R/C ratio, yaitu:
R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan
R/C rasio = 1, maka usahatani tersebut BEP
R/C rasio < 1, maka tidak efisien atau merugikan
BAB III
PEMBAHASAN
B. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)
1. Apa yang dimaksud dengan tanaman semusim dan beri contohnya
Tanaman semusim merupakan istilah agrobotani bagi tumbuhan yang dapat dipanen
hasilnya dalam satu musim tanam. Dalam pengertian botani, pengertiannya agak
diperlonggar menjadi tumbuhan yang menyelesaikan seluruh siklus hidupnya dalam
rentang setahun. Istilah dalam bahasa Inggris, annual plant, menunjukkan bahwa yang
dimaksud "satu musim" adalah satu tahap dalam setahun. Bagi pertanian di daerah
beriklim sedang seringkali yang dimaksud semusim adalah apabila tanaman yang
dimaksud tidak perlu mengalami musim dingin bagi pembungaannya (vernalisasi).
Berikut beberapa jenis tanaman semusim yang merupakan jenis umbi-umbian:
1. BENGKUANG ( Pachyrrhizus erosus )
Bengkuang adalah suatu terna merambat dan berdaun majemuk beranak daun 8,
merupakan salah satu anggota suku leguminoceae. Bunga-buang tersusun dalam satu
tandan yang panjangnya 15-25 cm, buahnya berbulu halus berbentuk polong dan
berisi 4-9 biji, umbi akarnya putih, berbentuk gasing yang kulitnya mudah dikupas.
Jenis ini ditanam terutama untuk umbinya yang dapat dimakan mentah, sedangkan
untuk asinan atau rujak dapat dimakan setelah dimasak. Perbanyakan dilakukan
melalui stek batang, umbi maupun bijinya yang biasanya ditanam di atas bedengan-
bedengan di tanah sawah. Biji bengkuang memerlukan 1-3 minggu untuk
berkecambah, setelah umur 1 bulan tanaman memerlukan tonggak panjang sebagai
penunjang untuk merambat, agar diperoleh umbi yang besar pembungaannya perlu
dibuang. Umbi bengkuang umumnya dipanen setelah tanaman berumur 6-11 bulan.
2. UBI MANIS ( Dioscorea alata )
Diantara jenis-jenis Dioscorea ubi inilah yang paling digemari karena rasanya yang
paling enak. Daunnya berbentuk bundar telur, bentuk umbinya sangat beragam ada
yang bulat, pipih panjang, biasanya nama daerahnya diberikan berdasarkan bentuk
umbi. Umbi ini sebagai penghasil karbohidrat.
Pada musim kemarau umbinya mengalami masa istirahat, agar tidak busuk biasanya
umbinya disimpan di tempat yang kering, diatas peraian di dapur atau juga dibungkus
dengan abu, menjelang musim hujan umbi ini akan bertunas. Umbi yang telah
bertunas digunakan sebagai bibit, setelah berumur 9-12 bulan umbinya dapat dipanen.
Tanaman ini tumbuh di tanah datar hingga ketinggian 800 m dpl.
3. KIMPUL ( Xanthosoma violaceum )
Kimpul dapat dibedakan dari C. esculenta dari umbi dan bentuk daunnya serta letak
tangkai daunnya. Pada X. violaceum yang dapat dimakan ialah umbi anaknya, sedang
C. esculenta umbi induknya. Umbi anak kimpul ini akan berlendir setelah direbus dan
rasanya tak seenak umbi talas.
Dari tanaman budidaya ini banyak anaknya yang terbuang tidak dipelihara dan
tumbuh liar. Kimpul ini dikenal sedikitnya 2 forma, yaitu yang tangkai dan urat
daunnya bewarna biru tua sampai hitam dan yang tangkai dan urat daunnya bewarna
hijau. Kimpul ini cara penanamannya menyerupai talas. Umbi biobniot digunakan
anak yang tumbuh di samping induknya, tetapi walaupun begitu cara memanennya
sangat berbeda dengan talas. Kimpul dipanen tanpa membongkar pohonnya, caranya
ialah dengan menggali di sekeliling tanaman dan melepaskan umbi anak dari
induknya, kemudian tanaman ditimbun lagi untuk dipanen kembali setelah 3-4 bulan.
4. UBI BUAH ( Dioscorea bulbifera L. )
Ubi buah merupakan perdu merambat, batangnya bulat dapat mencapai tinggi 3-10 m.
Daunnya tunggal berbentuk jantung, umbinya bulat diliputi rambit akar yang pendek
dan kasar. Daging umbinya bewarna kuning, keras dan sangat bergetah. Selain
membentuk umbi di dalam tanah tumbuhan ini juga membentuk umbi batang pada
ketiak daun yang disebut ubi gantung atau bulbil. umbi gantung berbentuk hati,
berukuran kecil dan rasanya enak.
Selain dimakan umbinya dan umbi gantungnya dapat digunakan sebagai obat.
Perbanyakan ubi buah dapat dilakukan baik dengan umbi maupun dengan umbi
gantungnya. Umbi yang telah bertunas dapat digunakan sebagai bibit. Umbi dapat
dipanen setelah berumur 1 tahun.
5. UBI JALAR ( Ipomoea batatas L. )
Ubi jalar, telo atau hui boled ini termasuk dalam suku kangkung–kangkungan
(Convolvulaceae). Batang tanaman berakar banyak dan menjalar di permukaan tanah,
bewarna hijau, kuning atau ungu baik bentuk maupun warnanya. Demikian pula
halnya untuk bentuk warna dan rasa umbinya. Umbinya dimakan setelah direbus atau
dibakar atau juga diolah lebih lanjut untuk bahan industri alkohol, sari karotin, bahan
perekat atau sirup. Zat patinya merupakan salah satu dalam pembuatan tekstil atau
kertas. Daun bersama batang mudanya digunakan untuk sayuran juga dipakai sebagai
bahan makanan ternak.
Perbanyakan tanaman biasanya dilakukan dengan stek, batang mudanya ditanam pada
gulu dan yang cukup tinggi. Setelah berumur 2-3 minggu batangnya dinaikkan ke
puncak.
6. UBI KAYU ( Manihot esculenta )
Di Indonesia ubi kayu mempunyai arti ekonomi terpenting dibandingkan dengan jenis
umbi-umbian lainnya. Umbi ini termasuk kedalam suku Euphorbiaceae. Pohonnya
dapat mencapai tinggi 1,5- 5 m, warna batangnya beraneka ragam. Daunnya berbagi
menjari dengan cangap 5-9. Tiap tanaman pada umumnya dapat menghasilkan 5-10
umbi.
Ubi kayu masak yang diragikan dikenal dengan nama tapai ubi, yang mentah
merupakan bahan mentah untuk tepung tapioka. Daunnya banyak mengandung
banyak protein, perbanyakan tanaman biasanya dilakukan dengan stek, batangnya
yang sudah berkayu. Sebagai bibit dipergunakan sebagai batang yang matanya belum
tumbuh, caranya dicondongkan, direbahkan dan ada yang tegak lurus. Selain itu dapat
pula dilakukan dengan sistem mukibat yang dilakukan dengan cara penyambungan
atau penempelan tunas ubi kayu karet pada batang poko
7. TALAS BOGOR ( Colocasia esculenta (L.) Schott )
Bedanya dengan kimpul, jenis ini mempunyai daun yang berbentuk hati yang ujung
pelepah daunnya tertancap agak ke tengah helai daun sebelah bawah. Warna
pelepahnya bermacam-macam. Perbungaanya terdiri atas tangkai, bunga jantan di
sebelah atasnya, sedang diantaranya terdapat bagian yang menyempit. Pada ujung
tongkolnya terletak bunga-bunga yang mandul. Umbinya berbentuk silinder sampai
agak membulat. Talas bogor ini mengandung kristal yang menyebabkan rasa gatal.
Terdapat keaneragaman pada bentuk daun, warna pelepah, bentuk dan rasa umbi serta
kandungan kristalnya.
Di Indonesia talas ini bisa dijumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi
pantai sampai ke pegunungan diatas 1.000 m dpl., baik liar maupun ditanam. Bogor
dan Malang terkenal sebagai penghasil beberapa kultivar yang enak rasanya
Untuk pertumbuhanya diperlukan tanah yang kaya akan humus dan berdrainase baik.
Kultivar yang terkenal enak rasanya di Jawa di tanam pada tanah kering. Masa tanam
yang tepat ialah sebelum musim hujan. Talas berkembang biak dengan anakan, sulur,
umbi anak atau pangkal umbi serta sebagian pelepah daunnya. Anakan-anakanya
perlu dibuang agar umbi induk bisa tumbuh menjadi besar. Tanaman dipanen setelah
berumur 6 – 9 bulan.
2. Apa yang dimaksud dengan BEP serta paparkan kurvanya
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak
mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya).Teknik analisis titik
impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini sangat berguna di dalam
pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar.
Ada 2 (dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini :
1. Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.
2. Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat dari metode
titik impas ini sangat menguntungkan di dalam pengambilan keputusan.
Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya
tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total
biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini
bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya
variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya
variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya
tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh
keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus
dikeluarkan.
Kurva Break event point
Tujuan
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan
pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat
dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan
mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.
2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.
3. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.
Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara
terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling
berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan
operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan
dalam break even point, sehingga mudah untuk memahami hubungan antara biaya,
volume kegiatan dan laba.
Manfaat Analisa Break Even Point.
Menurut Rony (1990, p. 357) analisis titik impas atau analisis Break Even Point
sangat bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan beberapa keputusan operasional
yang penting dalam tiga cara berbeda namun tetap berkaitan yaitu:
a. Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan berapa tingkat penjualan yang
harus dicapai agar perusahaan memperoleh laba.
b. Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat operasional.
c. Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran biaya variabel
menjadi biaya tetap karena otomisasi mekanisme kerja dengan peralatan yang
canggih.
Matz, Usry dan Hammer (1991, p. 224) juga menjelaskan beberapa manfaat
analisa break even untuk manajemen, yaitu :
a. Membantu pengendalian melalui anggaran.
b. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan.
c. Menganalisa dampak perubahan volume.
d. Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya.
e. Merundingkan upah.
f. Manganalisa bauran produk.
g. Manerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan.
h. Menganalisa margin of safety.
Kegunaan Break Even Point
Diatas telah dikemukakan bahwa analisa break even point sangat penting bagi pimpinan
perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama
dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even
point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi
atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-
asumsi tersebut adalah :
1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel
dan biaya tetap.
2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap.
3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena
adanya perubahan volume kegiatan.
4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang diproduksi.
5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis
komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap).
Analisa break even point juga dapat digunakan oleh pihak menejemen perusahaan
dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :
1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar
perusahaan tidak menderita kerugian.
4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap
laba yang diperoleh.
Break even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun
ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk :
1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara
lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dengan biaya tetap.
2. Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum.
3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan
menginginkan break even point dalam suatu proyek yang diusulkan.
Menurut Harahap (2004) Dalam analisa laporan keuangan kita dapat
menggunakan rumus break even point untuk mengetahui :
1. Hubungan antara penjualan biaya dan laba.
2. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.
3. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana
perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.
4. Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba.
Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-
tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan
pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata
untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break
even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai
berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh
laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan
3. Apa yang dimaksud dengan R/C Ratio jelaskan beserta indikatornya.
Efisiensi menurut Soekartawi (1995), merupakan gambaran perbandingan
terbaik antara suatu usaha dan hasil yang dicapai. Efisien tidaknya suatu usaha
ditentukan oleh besar kecilnya hasil yang diperoleh dari usaha tersebut serta besar
kecilnya biaya yang diperlukan untuk memperoleh hasil tersebut. Tingkat efisiensi
suatu usaha biasa ditentukan dengan menghitung per cost ratio yaitu imbangan
antara hasil usaha dengan total biaya produksinya.Untuk mengukur efisiensi suatu
usahatani digunakan analisis R/C ratio.
Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan
perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat dinyatakan
sebagai berikut:
R / C = PQ . Q / (TFC+TVC)
Keterangan:
R = penerimaan
C = biaya
PQ = harga output
Q = output
TFC = biaya tetap (fixed cost)
TVC = biaya variabel (variable cost)
Ada tiga kriteria dalam R/C ratio, yaitu:
R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan
R/C rasio = 1, maka usahatani tersebut BEP
R/C rasio < 1, maka tidak efisien atau merugikan
DAFTAR PUSTAKA
Anonymousa.2012.http://bertani-bertani.blogspot.com/2012/10/contoh-tanaman-
semusim.html. Diakses tanggal 9 November 2013
Anonymousb.2012.http://jurnal-sdm.blogspot.com/2011/05/analisis-break-event-point-break-
even.html. Diakses tanggal 9 November 2013
Anonymousc.2012.http://www.wealthindonesia.com/wealth-growth-and-accumulation/cara-
simple-menghitung-break-even-point-dalam-usaha.html. Diakses tanggal 9 November 2013