modul 01-kominusi-bayu mandala pratama

8
Laporan Modul 1, MG-3017 Kominusi Bayu Mandala Pratama (12112011) / Kelompok 8 / Kamis, 26-02-2015 Asisten : Ali Akbar (12511021) Abstrak Praktikum Modul 1 Praktikum ini membahas mengenai proses kominusi. Kominusi merupakan proses reduksi ukuran partikel suatu bahan galian sedemikian rupa meliputi proses crushing dengan crusherdan grinding dengan mill Alat yang digunakan adalah Jaw Crusher, Roll Crusher, dan ball mill. Dalam praktikum crushing, praktikan diharapkan dapat memahami mekanisme peremukan dan cara kerja alat, serta memahami mekanisme pengayakan dan cara kerja alat ayak. Sedangkan pada praktikum grinding, tujuan yang ingin dicapai adalah agar praktikan dapat memahami mekanisme penggerusan dan cara kerja alat, serta mengetahui pengaruh durasi waktu penggerusan terhadap hasil penggerusan. A. Tinjauan Pustaka Istilah kominusi berasan dari bahasa Latin “comminuereartinya mengecilkan. Kominusi merupakan proses reduksi ukuran partikel suatu bahan galian sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan dalam penggunaannya ataupun sebagai syarat dalam melakukan proses lanjutan. Reduksi ukuran (kominusi) merupakan tahap yang sangat penting dalam pengolahan bahan galian, yang bertujuan: 1. Menghasilkan partikel yang sesuai dengan kebutuhan (ukuran maupun bentuk), 2. Membebaskan mineral berharga dari pengotor; dan 3. Memperbesat luas permukaan sehingga kecepatan reaksi pelarutan dapat berlangsung dengan lebih baik. Peralatan kominusi banyak macam dan ragamnya, dan aplikasinya tergantung pada keadaan bahan galian. Kominusi ada dua macam, yaitu peremukan (crushing) dan penggerusan (grinding). Crushing Peremukan (crushing) adalah proses reduksi ukuran dari bijih yang berukuran kasar (sekitar 1 meter) menjadi ukuran sampai kira-kira 25 mm. Biasanya dilakukan dalam kondisi kering dan dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu primer, sekunder dan tersier. Ketiga tahapan tersebut didasarkan atas ukuran yang dihasilkan dari proses peremukan. Primary crushing dilakukan untuk material dari run of mine hingga menjadi ukuran 6-8 inchi. Alat yang digunakan adalah Jaw Crusher atau gyratory crusher. Secondary crusher dilakukan untuk mengecilkan material berukuran 6-8 inchi menjadi 2-3 inchi, alat yang digunakan adalah Roll Crusher. Sedangkan tertiary crushing dilakukan untuk material berukuran 2-3 inchi agar dapat memiliki ukuran yang lebih halus, dari 0,5-0,375 inchi dan biasanya digunakan alat cone crusher, Roll Crusher dan hammer mill. Alat yang sering digunakan dalam proses primary crushing adalah Jaw Crusher. Alat ini mempunyai dua jaw dimana yang satu dapat dapat digerakkan (swing jaw) dan yang lainnya tidak (fixed jaw). Beberapa bagian dari Jaw Crusher adalah: - Setting Block, bagian dari Jaw Crusher untuk mengatur agar ukuran lubang sesuai dengan yang dikehendaki. - Toggle, bagian dari Jaw Crusher yang befungsi untuk mengubah gerakan naik turun menjadi gerakan maju mundur. - Pitman, berfungsi untuk mengubah gerakan berputar maju mundur menjadi naik turun. - Swing Jaw, bagian dari Jaw Crusher yang dapat bergerak akibat dari gerakan atau dorongan toggle. - Fixed Jaw, bagian dari Jaw Crusher yang tidak bergerak/diam. - Mouth, bagian dari mulut Jaw Crusher yang berfungsi sebagai lubang penerima umpan. - Throat, bagian paling bawah yang berfungsi sebagai lubang pengeluaran. - Gate, adalah jarak mendatar pada mouth. - Set, adalah jarak mendatar pada throat. - Closed Setting, jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada saat swing jaw ekstrim ke depan. - Open Setting, jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada saat swing jaw ekstrim ke belakang. - Throw, selisih pelemparan antara fixed jaw dan swing jaw. Gambar A.1 Jaw Crusher Laboratorium Pengolahan Bahan Galian Program Studi Teknik Metaalurgi Fakultas Pertambangan dan Perminyakan

Upload: bayu-mandala-pratama

Post on 22-Dec-2015

71 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN MODUL 1 KOMINUSI

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL 01-KOMINUSI-BAYU MANDALA PRATAMA

Laporan Modul 1, MG-3017

Kominusi

Bayu Mandala Pratama (12112011) / Kelompok 8 / Kamis, 26-02-2015

Asisten : Ali Akbar (12511021)

Abstrak – Praktikum Modul 1 – Praktikum ini membahas

mengenai proses kominusi. Kominusi merupakan proses

reduksi ukuran partikel suatu bahan galian sedemikian

rupa meliputi proses crushing dengan crusherdan grinding

dengan mill Alat yang digunakan adalah Jaw Crusher,

Roll Crusher, dan ball mill. Dalam praktikum crushing,

praktikan diharapkan dapat memahami mekanisme

peremukan dan cara kerja alat, serta memahami

mekanisme pengayakan dan cara kerja alat ayak.

Sedangkan pada praktikum grinding, tujuan yang ingin

dicapai adalah agar praktikan dapat memahami

mekanisme penggerusan dan cara kerja alat, serta

mengetahui pengaruh durasi waktu penggerusan terhadap

hasil penggerusan.

A. Tinjauan Pustaka

Istilah kominusi berasan dari bahasa Latin “comminuere”

artinya mengecilkan. Kominusi merupakan proses reduksi

ukuran partikel suatu bahan galian sedemikian rupa

sehingga memenuhi persyaratan dalam penggunaannya

ataupun sebagai syarat dalam melakukan proses lanjutan.

Reduksi ukuran (kominusi) merupakan tahap yang sangat

penting dalam pengolahan bahan galian, yang bertujuan:

1. Menghasilkan partikel yang sesuai dengan

kebutuhan (ukuran maupun bentuk),

2. Membebaskan mineral berharga dari pengotor;

dan

3. Memperbesat luas permukaan sehingga kecepatan

reaksi pelarutan dapat berlangsung dengan lebih

baik.

Peralatan kominusi banyak macam dan ragamnya, dan

aplikasinya tergantung pada keadaan bahan galian.

Kominusi ada dua macam, yaitu peremukan (crushing) dan

penggerusan (grinding).

Crushing

Peremukan (crushing) adalah proses reduksi ukuran dari

bijih yang berukuran kasar (sekitar 1 meter) menjadi

ukuran sampai kira-kira 25 mm. Biasanya dilakukan dalam

kondisi kering dan dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu primer,

sekunder dan tersier. Ketiga tahapan tersebut didasarkan

atas ukuran yang dihasilkan dari proses peremukan.

Primary crushing dilakukan untuk material dari run of

mine hingga menjadi ukuran 6-8 inchi. Alat yang

digunakan adalah Jaw Crusher atau gyratory crusher.

Secondary crusher dilakukan untuk mengecilkan material

berukuran 6-8 inchi menjadi 2-3 inchi, alat yang digunakan

adalah Roll Crusher. Sedangkan tertiary crushing

dilakukan untuk material berukuran 2-3 inchi agar dapat

memiliki ukuran yang lebih halus, dari 0,5-0,375 inchi dan

biasanya digunakan alat cone crusher, Roll Crusher dan

hammer mill.

Alat yang sering digunakan dalam proses primary

crushing adalah Jaw Crusher. Alat ini mempunyai dua jaw

dimana yang satu dapat dapat digerakkan (swing jaw) dan

yang lainnya tidak (fixed jaw). Beberapa bagian dari Jaw

Crusher adalah:

- Setting Block, bagian dari Jaw Crusher untuk

mengatur agar ukuran lubang sesuai dengan yang

dikehendaki.

- Toggle, bagian dari Jaw Crusher yang befungsi

untuk mengubah gerakan naik turun menjadi

gerakan maju mundur.

- Pitman, berfungsi untuk mengubah gerakan

berputar maju mundur menjadi naik turun.

- Swing Jaw, bagian dari Jaw Crusher yang dapat

bergerak akibat dari gerakan atau dorongan

toggle.

- Fixed Jaw, bagian dari Jaw Crusher yang tidak

bergerak/diam.

- Mouth, bagian dari mulut Jaw Crusher yang

berfungsi sebagai lubang penerima umpan.

- Throat, bagian paling bawah yang berfungsi

sebagai lubang pengeluaran.

- Gate, adalah jarak mendatar pada mouth.

- Set, adalah jarak mendatar pada throat.

- Closed Setting, jarak antara fixed jaw dengan

swing jaw pada saat swing jaw ekstrim ke depan.

- Open Setting, jarak antara fixed jaw dengan

swing jaw pada saat swing jaw ekstrim ke

belakang.

- Throw, selisih pelemparan antara fixed jaw dan

swing jaw.

Gambar A.1 Jaw Crusher

Laboratorium Pengolahan Bahan Galian

Program Studi Teknik Metaalurgi

Fakultas Pertambangan dan Perminyakan

Page 2: MODUL 01-KOMINUSI-BAYU MANDALA PRATAMA

Faktor-faktor yang mempengaruhi efisisensi Jaw Crusher :

- Lebar lubang bukaan

- Variasi dari throw

- Kecepatan

- Ukuran umpan

- Reduction ratio (RR)

Reduction ratio yang baik pada primary crushing

adalah 4-7, sedangkan untuk secondary crushing

14-20 dan fine crushing adalah 50-100.

- Kapasitas yang dipengaruhi oleh jumlah umpan per

jam dan berat jenis umpan

Pada tahapan secondary crusher biasanya digunakan Roll

Crusher. Alat ini terdiri dari dua silinder baja dan masing-

masing dihubungkan pada as (poros) sendiri-sendiri.

Silinder ini hanya satu saja yang berputar dan lainnya

diam, tapi karena adanya material yang masuk dan

pengaruh silinder lainnya, maka silinder ini ikut berputar

juga. Putaran masing-masing silinder tersebut berlawanan

arah sehingga material yang ada di atas roll akan terjepit

dan hancur.

Gambar A.2 Roll Crusher

Bentuk dari Roll Crusher ada 2 macam, yaitu:

- Rigid Roll

Alat ini porosnya tidak dilengkapi dengan pegas,

sehingga kemungkinan patah pada poros sangat

besar. Roll yang berputar hanya 1 saja, tapi ada juga

yang keduanya berputar.

- Spring Roll

Alat ini dilengkapi dengan pegas, sehingga

kemungkinan porosnya patah sangat kecil. Dengan

adanya pegas maka roll dapat mundur dengan

sendirinya bila ada material yang sangat keras,

sehingga tidak dapat dihancurkan dan material

tersebut akan jatuh.

Hancurnya material pada roll crushing dibedakan menjadi:

- Choke Crushing, yaitu penghancuran material

tidak hanya dilakukan oleh permukaan roll,

tetapi juga oleh sesama material itu sendiri.

- Free Crushin, yaitu material yang masuk

langsung dihancurkan oleh roll.

Grinding

Sebenarnya proses penggerusan (grinding) ini merupakan

tahap dari crushing yaitu fine crushing. Akan tetapi hal ini

dibedakan dikarenakan proses penghancuran material telah

mencapai ukuran yang maksimal yang dibutuhkan dalam

proses pengolahan bahan galian itu sendiri.

Penggerusan merupakan proses lanjutan pengecilan ukuran

yang sudah berukuran 2,5 cm menjadi ukuran yang lebih

halus lagi.

Pada proses penggerusan dibutuhkan media penggerusan

yang antara lain terdiri dari :

1. Bola-bola baja atau keramik (steel or ceramic balls).

2. Batang-batang baja (steel rods).

3. Campuran bola-bola baja dan bahan galian atau

bijihnya sendiri yang disebut semi autagenous

mill (SAG).

4. Tanpa media penggerus, hanya bahan galian atau

bijihnya yang saling menggerus dan

disebut autogenous mill.

Pada tahap ini partikel dikecilkan ukurannya dengan

kombinasi impact dan abrasi (attrition dan shear). Proses

grinding dilakukan di dalam sebuah silinder dari baja yang

berisi media gerus, material yang akan digerus dapat dalam

kondisi kering ataupun basah. Proses grinding dimulai

dengan menggunakan jar mill.

Gambar A.3 Mekanisme penggerusan, (a) impact, (b)

chipping, dan (c) abrasi

Gambar A.4 Jar Mill

Media gerus yang dapat digunakan dalam jar mill di

antaranya adalah bola-bola baja atau ball mill, tanpa media

(autogenous) dan semi autogenous.

Page 3: MODUL 01-KOMINUSI-BAYU MANDALA PRATAMA

Gambar A.4 Mekanisme penggerusan di dalam jar mill

Screening

Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan

secara mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel.

Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri,

sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala

laboratorium.

Dalam proses industri, biasanya digunakan material yang

berukuran tertentu dan seragam. Untuk memperoleh

ukuran yang seragam, maka perlu dilakukan pengayakan.

Pada proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan atau

dilemparkan ke permukaan pengayak.

Partikel yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize),

atau halusan (fines), lulus melewati bukaan ayak, sedang

yang di atas ukuran atau yang besar (oversize), atau buntut

(tails) tidak lulus. Pengayakan lebih lazim dalam keadaan

kering.

Tujuan dari proses pengayakan ini adalah:

a. Mempersiapkan produk umpan (feed) yang ukurannya

sesuai untuk beberapa proses berikutnya.

b. Mencegah masuknya mineral yang tidak sempurna

dalam peremukan (Primary crushing) atau oversize ke

dalam proses pengolahan berikutnya, sehingga dapat

dilakukan kembali proses peremukan tahap berikutnya

(secondary crushing).

c. Untuk meningkatkan spesifikasi suatu material sebagai

produk akhir.

d. Mencegah masuknya undersize ke permukaan.

B. Data Percobaan

Percobaan yang dilakukan meliputi tahap crushing dengan

alat Jaw Crusher dan Roll Crusher, serta tahap grinding

dengan alat jarr mill dengan media gerus bola. Pengayakan

dilakukan terhadap produkta yang dihasilkan tiap tahap.

Crushing

1. Crushing dengan Jaw Crusher

Berat feed: 6,15kg

Fraksi Ukuran (mm) berat (kg)

+25mm 2,20

-25mm +12,5mm 2,40

-12,5mm +8,4mm 0,70

-8,4mm +3,1mm 0,35

-3,1mm +1,8mm 0,15

-1,8mm +1,27mm 0,10

-1,27mm +0,5mm 0,05

-0,5mm 0,10

Total produkta 6,05

2. Crushing dengan Roll Crusher

Setting Roll Crusher=1cm.

Berat feed: 5,85kg

Fraksi Ukuran (mm) berat (kg)

+12,5mm 1,30

-12,5mm +8,4mm 2,55

-8,4mm +3,1mm 1,00

-3,1mm +1,8mm 0,45

-1,8mm +1,27mm 0,25

-1,27mm +0,5mm 0,05

-0,5mm 0,20

Total produkta 5,80

Grinding

Grinding dengan Jar Mill dan media bola baja/ ball mill

Sampel dari hasil crushing dengan Roll Crusher fraksi 3#

sebanyak 1,95kg. Lalu diambil sampel sebanyak 0,4kg

untuk dikominusi dengan Jarr Mill media bola baja/ ball

mill.

Fraksi Ukuran (mm) berat (kg)

5 menit 10 menit 15 menit

+0,423 0,2856 0,2327 0,1863

-0,423 +0,254 0,0190 0,0226 0,0193

-0,254 +0,169 0,0122 0,0191 0,0227

-0,169 +0,127 0,0178 0,0487 0,0652

-0,127 0,0407 0,0520 0,0805

Total produkta 0,3753 0,3751 0,3740

Page 4: MODUL 01-KOMINUSI-BAYU MANDALA PRATAMA

C. Pengolahan Data Percobaan

Crushing

1. Crushing dengan Jaw Crusher

Berat feed: 6,15kg

Frak

si

Uku

ran

(m

m)

ber

at

tert

amp

un

g

(kg)

% b

erat

tert

amp

un

g

% b

erat

tert

amp

un

g

kum

ula

tif

% b

erat

lolo

s

kum

ula

tif

+25mm 2,200 36,363 36,363 63,636

-25mm

+12,5mm 2,400 39,669 76,033 23,966

-12,5mm

+8,4mm 0,700 11,570 87,603 12,396

-8,4mm

+3,1mm 0,350 5,785 93,388 6,611

-3,1mm

+1,8mm 0,150 2,479 95,867 4,132

-1,8mm

+1,27mm 0,100 1,652 97,520 2,479

-1,27mm

+0,5mm 0,050 0,826 98,347 1,652

-0,5mm 0,100 1,652 100 0

Total

produkta 6,050

2. Crushing dengan Roll Crusher

Berat feed: 5,85kg

Frak

si U

kura

n

(mm

)

ber

at

tert

amp

un

g

(kg)

% b

erat

tert

amp

un

g

% b

erat

tert

amp

un

g

kum

ula

tif

% b

erat

lolo

s

kum

ula

tif

+12,5mm 1,300 22,413 22,413 77,586

-12,5mm

+8,4mm 2,550 43,965 66,379 33,620

-8,4mm

+3,1mm 1,000 17,241 83,620 16,379

-3,1mm

+1,8mm 0,450 7,758 91,379 8,620

-1,8mm

+1,27mm 0,250 4,310 95,689 4,310

-1,27mm

+0,5mm 0,050 0,862 96,551 3,448

-0,5mm 0,200 3,448 100 0

Total

produkta 5,800

Grafik C.1 Hubungan %beral yang lolos dengan ukuran

fraksi atau ayakan

Didapat hubungan %berat lolos kumulatif dengan ukuran

ayakan, yaitu:

1. Jaw Crusher:

dengan R2=0,998

2. Roll Crusher

dengan R2=0,9972

Maka dari persamaan daiatas akan didapat nilai P80

(ayakan yang meloloskan 80% berat total material):

1. Jaw Crusher: P80=29,23mm

2. Roll Crusher: P80=12,64mm

Dapat ditentukan pula nilai RR80:

y = -0,0003x3 + 0,0705x2 + 0,8705x

+ 1,8057

R² = 0,998

y = 0,0765x3 - 1,0899x2 + 8,0292x -

1,9697

R² = 0,9972

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0 10 20 30 %

ber

al l

olo

s kum

ula

tif

ukuran ayakan (mm)

Grafik hubungan %berat lolos kumulatif

terhadap ukuran ayakan

Jaw Crusher Roller Crusher

Page 5: MODUL 01-KOMINUSI-BAYU MANDALA PRATAMA

Grinding

Grinding dengan waktu selama 5 menit Fr

aksi

Uku

ran

(mm

)

ber

at t

erta

mp

un

g

(kg)

% b

erat

tert

amp

un

g

% b

erat

tert

amp

un

g

kum

ula

tif

% b

erat

lolo

s

kum

ula

tif

+0,423 0,2856 76,099 76,099 23,900

-0,423

+0,254 0,0190 5,062 81,161 18,838

-0,254

+0,169 0,0122 3,250 84,412 15,587

-0,169

+0,127 0,0178 4,742 89,155 10,844

-0,127 0,0407 10,844 100 0

Total 0,3753

Grinding dengan waktu selama 10 menit

Frak

si U

kura

n

(mm

)

ber

at

tert

amp

un

g (k

g)

% b

erat

tert

amp

un

g

% b

erat

tert

amp

un

g

kum

ula

tif

% b

erat

lolo

s

kum

ula

tif

+0,423 0,2327 62,036 62,036 37,963

-0,423

+0,254 0,0226 6,025 68,061 31,938

-0,254

+0,169 0,0191 5,091 73,153 26,846

-0,169

+0,127 0,0487 12,983 86,137 13,862

-0,127 0,052 13,862 100 0

Total 0,3751

Grinding dengan waktu selama 15 menit

Frak

si U

kura

n

(mm

)

ber

at

tert

amp

un

g (k

g)

% b

erat

tert

amp

un

g

% b

erat

tert

amp

un

g

kum

ula

tif

% b

erat

lolo

s

kum

ula

tif

+0,423 0,1863 49,812 49,812 50,187

-0,423

+0,254 0,0193 5,160 54,973 45,026

-0,254

+0,169 0,0227 6,069 61,042 38,957

-0,169

+0,127 0,0652 17,433 78,475 21,524

-0,127 0,0805 21,524 100 0

total 0,374

Grafik C.2 Hubungan waktu proses grinding dengan

%berat yang diloloskan suatu ukuran ayakan

D. Analisa Hasil Percobaan

Pada percobaan crushing, terdapat perbedaan berat dari

feed ke produkta. Feed daripada Jaw Crusher yaitu 6,15

kg sedangkan berat produkta 6,05 kg. Feed daripada Roll

Crusher yaitu 5,85 kg sedangkan berat produkta 5,80 kg..

Maka total kehilangan dari proses crushing adalah 0,35

kg.. Pada proses grinding, feed daripada Jar Mill media

bola baja/ ball mill yaitu 0,40 kg sedangkan berat produkta

0,37 kg. Kehilangan ini terjadi karena adanya produkta

yang jatuh saat berpindah tempat serta ada produkta yang

berubah menjadi debu saat percobaan. Pada proses

grinding, feed daripada Jar Mill media bola baja/ ball mill

yaitu 0,40 kg sedangkan berat produkta 0,37 kg.

Dari hasil percobaan crushing, didapat persamaan

hubungan antara ukuran ayakan dengan persen berat yang

diloloskan. Berdasarkan perhitungan, Roll Crusher

memiliki nilai RR80. yaitu 2,31. Secara teoritikal, nilai

RR80 bervariasi dari 2.2 hingga 8.3 dengan rata-rata 4.5.

Pengaturan lebar bukaan pada Roll Crusher juga

memengaruhi nilai daripada RR80 Roll Crusher.

Dari hasil percobaan grinding, didapat grafik yang

menunjukkan pengaruh lamanya waktu penggerusan

terhadap persen berat material yang diloloskan tiap ukuran

ayakan. Dapat dilihat kurva untuk waktu percobaan 15

menit berada di atas percobaan 10 menit dan percobaan 10

menit berada diatas percobaan 5 menit. Hal ini berarti

bahwa semakin lama wakru penggerusan, maka ukuran

produkta akan semakin halus merata sehingga jumlah

produkta yang diloloskan oleh ukuran ayakan yang sama

akan semakin banyak. Namun hasil yang terlalu halus,

memperbesar kemungkinan produkta menghilang terbawa

angin.

0

10

20

30

40

50

60

0 0,2 0,4 0,6

% b

erat

lo

los

kum

ula

tif

ukuran ayakan (mm)

Grafik hubungan waktu terhadap %berat

yang lolos dari suatu ukuran ayakan

5 menit 10 menit 15 menit

Page 6: MODUL 01-KOMINUSI-BAYU MANDALA PRATAMA

E. Jawaban Pertanyaan dan Tugas

Crushing

1. Pertanyaan: Jelaskan istilah gape, setting dan angle of

nip!

Jawab:

Gape adalah suatu ukuran pada bagian bukaan

umpan crusher (gape adalah jarak antar dua jaw di

bukaan umpan Jaw Crusher)

Setting adalah jarak bukaan pada bagian titik

penghancuran yang meloloskan partikel yang dapat

diubah-ubah.

Angle of nip adalah sudut penjepitan (sudut antara

fixed jaw dan movable jaw pada Jaw Crusher atau

sudut yang dibentuk oleh tangen kedua permukaan

roll pada titik kontak dengan partikel pada roll

crusher).

2. Pertanyaan: Jelaskan apa yang dimaksud dengan

reduction ratio, limitting reduction ratio dan reduction

ratio 80. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi

besarnya reduction ratio dari hasil peremukan?

Jawab:

Reduction ratio: perbandingan ukuran umpan yang

masuk dengan ukuran produkta yang dihasilkan

suatu alat.

Limitting reduction ratio: perbandingan antara

ukuran bukaan screen dimana semua feed bisa lolos

terhadap ukuran bukaan screen yang sama dimana

semua produkta bisa lolos.

Reduction ratio 80: perbandingan antara ukuran

bukaan screen yang meloloskan 80% feed dengan

bukaan screen yang meloloskan 80% produkta.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya reduction

ratio di antaranya adalah sifat fisik material yang akan

diremukkan (kekerasan, kandungan air, komposisi

mineral, ukuran butir, porositas) dan discharge dari

crusher.

3. Pertanyaan: Ada berapa macam tipe Jaw Crusher

menurut desainnya dan dimana letak perbedaannya?

Jawab: Tiga macam, yaitu Blake, Dodge dan Universal

dimana lokasi sumbu serta gerakan dari movable

jawnya berbeda-beda.

4. Pertanyaan: Jelaskan apa yang dimaksud dengan

Choke Crushing dan Arrested Crushing pada operasi

peremukan serta beri contoh alat yang menggunakan

cara tersebut!

Jawab: Choke crushing adalah proses peremukan

dengan material diremukkan oleh alat dan juga

tumbukan dengan material itu sendiri. Contoh: Roll

Crusher. Arrested crushing adalah proses peremukan

dengan material diremukkan oleh alat sampai material

lolos ke zona discharge. Contoh: Jaw Crusher.

5. Pertanyaan:

Jelaskan mekanisme remuknya material!

Jawab: Terdapat tiga prinsip kerja peremukan, yaitu

abrasi, kompresi dan impact, Pada aksi abrasi,

peremukan terjadi karena dua gaya geser yang

berlawanan arah pada partikel. Kompresi terjadi di

antara dua permukaan partikel. Impact terjadi karena

energi yang cukup dalam peremukan.

6. Pertanyaan: Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

laju partikel melewati permukaan ayakan!

Jawab:

ukuran partikel umpan

dimensi partikel umpan

water content umpan

ukuran lubang ayakan

amplitudo dan frekuensi getar pengayakan

sudut pengumpanan

7. Pertanyaan: Bagaimana menyatakan ukuran dari alat

Jaw Crusher, Gyratory Crusher, Roll Crusher dan

pengayak getar!

Jawab:

Jaw Crusher=gape x width

Gyratory crusher=gape x mantle diameter

Roll Crusher=diameter x width

Pengayak getar: banyaknya lubang dalam ukuran 1

inchi linear (mesh), atau ukuran geometri 1 lubang

(mm)

Grinding

1. Pertanyaan: Jelaskan mekanisme pengecilan ukuran

yang terjadi di dalam ball mill, demikian juga dengan

roll mill!

Jawab:

Pada ball mill, bola akan ikut berputar dengan

tumbling mill. Kemudian di suatu titik ketika

kecepatannya sama dengan nol, bola akan jatuh dan

menumbuk bijih di dalam mill.

Pada rod mill, material akan berada di antara dua

rod dan dalam kondisi terjepit. Penggerusan terjadi

akibat berat dari rod.

2. Pertanyaan: Kenapa pengunaan bijih pada pengolahan

bahan galian umumnya dilakukan dengan cara basah?

Jawab: Agar bijih tidak lengket pada liner dan jika

proses pengolahan selanjutnya adalah pengolahan

bahan galian adalah dengan cara basah.

3. Pertanyaan: Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

keausan bola pelapis (liner) pada ball mill!

Jawab:

Kecepatan rotasi

ukuran umpan

bahan dasar liner, dan ketebalan liner

zona cascading.

Page 7: MODUL 01-KOMINUSI-BAYU MANDALA PRATAMA

4. Pertanyaan: Jelaskan apa yang dimaksud dengan

kecepatan kritis dan turunkan persamaannya!

Jawab: Kecepatan kritis adalah kecepatan yang

menyebabkan bola-bola baja akan melekat pada liner.

Dengan V pada proses,

Lalu disubtitusikan,

Ksrena kecepatan kritis terjadi saat α=0, maka cos α=1,

Kecepatan kritis memiliki satuan revolusi per menit

(rpm).

5. Pertanyaan:

Jelaskan tiga hubungan putaran mill dengan aksi

penggerusan!

Jawab:

Abrasi, terjadi apabila putaran realtif rendah,

sehingga energi belum cukup untuk menghasilkan

penggerusan dengan cara kompresi dan impact.

Kompresi, semakin cepat putaran akan semakin

banyak terjadi impact asalkan tidak melebihi

kecepatan kritis. Hal ini disebabkan energi

penggerusan telah tercapai.

Impact, semakin cepat putaran akan semakin

banyak terjadi impact asalkan tidak melebihi

kecepatan kritis.

F. Kesimpulan

Kominusi terdiri dari dua tahap, yaitu crushing dan

grinding.

Peremukan (crushing) adalah proses reduksi ukuran dari

bijih yang berukuran kasar (sekitar 1 meter) menjadi

ukuran sampai kira-kira 25 mm. Terdapat tiga prinsip kerja

peremukan, yaitu abrasi (dua gaya geser yang berlawanan

arah pada partikel), kompresi (di antara dua permukaan

partikel), dan impact (energi yang cukup dalam

peremukan).

Contoh alat yang digunakan pada primary crushing adalah

Jaw Crusher yang memiliki dua buah rahang (jaw) dengan

satu jaw diam dan yang satu dapat bergerak maju dan

mundur. Hal ini mengakibatkan material yang masuk

diantara dua rahang akan mengalami proses penghancuran.

Pada secondary crushing digunakan Roll Crusher, yang

cara kerjanya berdasarkan gesekan dan gaya putar dari

silinder yang menjepit material.

Pada tahap penggerusan partikel dikecilkan ukurannya

dengan kombinasi impact dan abrasi (attrition dan shear).

Proses grinding dilakukan di dalam sebuah silinder dari

baja yang berisi media gerus, material yang akan digerus

dapat dalam kondisi kering ataupun basah.

Salah satu alat prnggerus adalah jarr mill dengan media

ball mill. Ball mill menggerus material dengan adanya

perputaran jar mill sehingga terbentuk dua zona di

dalamnya, yaitu cataracting zone dan cascading zone.

Dalam kedua zona terjadi aksi abrasi, kompresi dan

impact. Pada cascading zone, terjadi abrasi dan kompresi

sedangkan pada cataracting zone, terdapat loncatan batuan

sehingga menimbulkan impact.

Pada percobaan grinding dengan ball mill, semakin lama

waktu penggerusan, maka akan didapatkan lebih banyak

material berukuran halus.

Pengayakan adalah proses pemisahan secara mekanik

berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan

menghasilkan kumpulanpartikel denga ukuran yang

seragam. Pada proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan

atau dilemparkan ke permukaan pengayak dan lalu

diberikan gerakan pada pengayak agar material dengan

ukuran tertentu dapat lolos daripada alat ayak.

G. Daftar Pustaka

Errol G. Kelly, David J. Spootiswood. 1982. Introduction

to Mineral Processing. John Wiley and Sons, Inc:

Canada

(Halaman 127 – 157)

Materi Perkuliahan Pengolahan Bahan Galian (Bab IV dan

Bab V)

http://ardra.biz/sain-teknologi/mineral/pengolahan-

mineral/kominusi-operasi-pengecilan-ukuran diakses 1

April 2015

Page 8: MODUL 01-KOMINUSI-BAYU MANDALA PRATAMA

H. Lampiran

jaw crusher feed jaw crusher

roll crusher setting roll crusher

bagian roll daripada roll crusher

feed roll crusher

penimbangan sampel proses pengayakan

pemasukan sampel ke ball mill

jar mill dillon screen

hasil ayakan dengan dillon screen