model2 casework

Upload: yusril-ikhza

Post on 08-Jan-2016

281 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

model casework

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Rex A. Skidmore, dalam bukunya yang berjudul Introduction to Social Work Tahun 1991, menyebutkan bahwa menurut Mary Richmond yang merupakan pelopor penggunaan metode casework secara ilmiah mengatakan bahwa social casework merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian seseorang melalui penyesuaian diri yang dilakukan secara sadar, melalui relasi individual, antara orang dengan lingkungan sosialnya.Menurut Hellen Harris Perlman dalam buku Social Case Work A Problem Solving Process, mengatakan bahwa social casework adalah suatu proses yang digunakan oleh badan-badan sosial (human welfareagencies) tertentu secara terorganisir untuk membantu individu-individu agar mereka dapat memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi di dalam kehidupan sosial mereka secara lebih efektif.Sejarah Perkembangan Social Case Work selanjutnya Skidmore juga menjelaskan perkembangan social casework sebagai berikut: Pada tahun 1843 di bentuklah suatu badan di Amerika yang menamakan dirinya The Association for Improving the Condition of the Poor (AICP). Yang menjadi fokus penanganannya atau pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kepada orang miskin secara individual. Kemudian penanganan mereka langsung berkinjung kerumahnya, memberikan inspirasi tentang respek dan kepercayaan terhadap diri sendiri, merubah kebiasaan ekonomi, menyediakan relief yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kemudian pada tahun 1877 Amerika membentuk suatu badan baru yang dinamakan Charity Organization (COS). pelayanan yang di berikan lebih mendalam dengan melakukan investigasi terhadap pelamar untuk menentukan kebutuhan, registrasi, pencatatan, relief-giving dan pemanfaatan relawan untuk mengunjungi keluarga. Dari kunjungan rumah ini berkembang konsep Scientific Charity. Bibit bibit Case work mulai bermunculan dan para relawanpun menemukan bahwa tidak semua orang miskin sama dan tidak diperlakukan sama. Pada tahun 1905 atas prakarsa Mary Richmond dan Frances H. McKlean terbetuklah family welfare association yang mencakup lebih dari 300 keluarga yang menawarkan layanan casework, lalu muncul jurnal Social casework terbitan Family Service Association of Amerika.Berdasarkan perkembangan casework yang telah dijelaskan diatas maka penulis setuju, yang mana bahwa casework menggunakan metode atau dasar-dasar psikologi karena manusia itu diberikan kapasitas untuk berpikir, berdiri sendiri dan membuat pilihan agar dia bisa memanfaatkan lingkungan hidupnya

2. Rumusan Masalah1. Apakah yang dimaksud dengan Model Psikososial ?2. Apakah yang dimaksud dengan Funcional Model ?3. Apakah yang dimaksud dengan Task Centre Model ?4. Apakah yang dimaksud dengan model Modifikasi Perilaku ?5. Apakah yang dimaksud dengan Intervensi Krisis?

3. Manfaat1. Agar mahasiswa mengerti mengenai materi model psikososial, funcional model, task center, model modifikasi perilaku dan intervensi krisis2. Agar mahasiswa memahami tentang model psikososial, funcional model, task center, model modifikasi perilaku dan intervensi krisis

BAB IIPEMBAHASAN1. Model PsikososialIstilah psikososial dan penerapannya ke dalam suatu bentuk terapi memiliki suatu tempat yang lama dan terkenal dalam sejarah pekerjaan sosial. Psikosial merupakan salah satu model pertama yang dipekerjakan dan dikembangkan oleh Gordon Hamilton dan rekan-rekannya dari Columbia School of Social Work. Secara historis, teori ini merupakan teori-teori pekerjaan sosial yang paling tradisional, karena teori ini menempatkan asal muasal dasarnya dan arus pemikiran terapeutik.

Sebagai hasil dari identifikasi awalnya dengan casework, adalah teori psikososial yang paling diidentifikasikan secara dekat dengan pemikiran psikoanalitik dan perkembangan selanjutnya dengan psikologi ego. Selanjutnya bahwa psikologi ego dan pengetahuan tentang perilaku (the behavioral sciences) memberikan fondasi penting untuk praktek dalam casework. Model ini mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara individu dengan lingkungannya.

Dalam model psikososial didasarkan pada suatu keyakinan yang kuat bahwa penanganan etis dan efektif adalah suatu proses terintegrasi tentang asesmen, diagnosis, penganan dan evaluasi. Proses intervensi tidak diformalitaskan tetapi dibangun berdasarkan empat prinsip:1. Siapa klien2. Apa kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam dirinya dan pada sumber3. Apa yang klien inginkan4. Apa yang pekerja sosial atau orang lain dapat lakukan untuk membantu klien mencapai tujuannya

Sedangkan, dalam asesmen psikososial, pekerja sosial melakukan beberapa kegiatan: 1. Pendefinisian masalah2. Kepribadian klien, berupa ego function, perception, coping, impulse control3. Situasi klien, berupa interaksi dengan keluarga, teman, rekan kerja, tetangga dan masyarakat merupakan aspek fundamental keberfungsian seseorang dan sebab itu maka perlu dilakukan asesmen. Dalam pekerjaan sosial, situasi klien merujuk hubungan klien dengan significant others. Situasi klien diartikan peranan, status, identitas, dan tanggungjawab klien dalam konteks sosial. Meskipun model psikososial berakar dan berlandakan dari teori psikodinamika, tapi model ini telah mengintegrasikan konsep dari teori-teori lain seperti teori sistem, teori krisis, teori berpusat pada klien, dan teori-teori yang lainnya yang telah mendorong praktik pekerjaan sosial kontemporer. Berikut adalah konsep dasar model terapi psikososial:1. Pengakuan atas ketidaksadaranKetidaksadaran adalah suatu bagian yang penting dari kepribadian kita yang mempengaruhi, tetapi tidak menentukan, segi-segi keberfungsian kepribadian saat ini. Meskipun mayoritas praktik pekerjaan sosial berorientasi kepada kondisi klien saat ini, komponen struktur kepribadian yang sangat kuat tidak boleh diabaikan.2. Kesadaran diri yang bertanggung jawabKlien tidak hanya dipengaruhi oleh ketidaksadarannya, tetapi juga oleh praktisi. Dengan demikian, tanggapan-tanggapan kepada klien sebebas mungkin dari reaksi yang berlebihan atau distorsi yang dipengaruhi oleh kita sendiri.3. Pentingnya supervisi dan konsultasiDalam hal ini masih adanya penekanan pada suatu hubungan formal dengan rekan sejawat sehingga menjamin objektivitas dalam interaksi dengan klien.4. Kekuatan relasi terapeutikRelasi ini dapat berisi unsur-unsur relasi yang signifikan dari masa lalu klien.5. Suatu persepsi yang positif tentang potensi manusiaTugas kita sebagai pekerja sosial ialah membangun berdasarkan kekuatan-kekuatan orang dan sumber-sumber sistem untuk melanjutkan pertumbuhan yang positif pada individu dan keluarga.6. Menyadari hakikat patologiWalaupun sistem berorientasi optimistik dan kekuatan, sitem memahami bahwa patologi dengan segala wujudnya benar-benar ada. Oleh karena itu, penting, agar kita memahami hakikatnya dan pengaruhnya terhadap klien dan keluarganya.7. Pentingnya diagnosis psikosialDiagnosis merupakan suatu proses multifaced, dinamis, yakni para praktisi melakukan pertimbangan-pertimbangan yang berfungsi sebagai landasan bagi tindakan-tindakan yang akan dilakukan atas dasar nama pekerja sosial mengembang tanggung jawabnya.8. Pentingnya penanganan tidak langsungMerupakan interaksi pekerja sosial dengan berbagai sistem dalam kehidupan seorang klien untuk menciptakan perubahan-perubahan yang akan membantu klien dalam mencapai tujuan-tujuannya.9. Berfokus pada kehidupan sehari-hariBerasal dari pandangan positifnya tentang hakikat dan kemampuan manusia adalah penanganan untuk membantu klien menghadapi masalah kehidupan sehari-hari yang mana untuk mengusahakan bantuan kepada mereka.10. Penggunaan waktu strategisBekerja dengan klien dapat berlangsung singkat mulai dari beberapa menit saja hingga beberapa tahun. Jangka waktu pendek tidak lebih baik daripada jangka waktu panjang, maupun sebaliknya. Waktu yang diluangkan bergantung pada kebutuhan dan keinginan klien, dan hal itu membuat penanganan sebagai sesuatu yang berharga.

Secara singkat, penanggulangan dalam model psikososial ini jelas ditujukan pada faktor perilaku individu. Disebut model psikososial, karena perilaku seseorang bergantung pada dinamika dengan lingkungannya, baik dari segi perkembangan dan pendidikannya maupun dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Tujuannya adalah untuk membantu orang-orang mencapai tingkat tertinggi kemmapuan mereka melalui suatu pemahaman akan masa lalu mereka, masa kini, dan potensinya. Pencegahan pada model ini ditujukan pada perbaikan pada kondisi pendidikan atau lingkungan psikososialnya, seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat serta pemberian informasi tentang masalah-masalah sosial yang ada.

2. Functional ModelModel fungsional dalam metode casework telah dikembangkan oleh Jessie Taft (1937) dan Virginia Robinson (1942). Pekerja sosial mengasumsikan tanggung jawab untuk merawat klien. Dalam pendekatan ini, klien dibantu untuk menyesuaikan peristiwa masa lalu yang mempengaruhi fungsi saat ini. Pandangan psikoanalisis dan efeknya pada praktek casework berlanjut sampai tahun 1950-an ketika neo-Freudian mengubah konsep manusia dari 'diciptakan' untuk pencipta diri. Fungsionalis menganggap aktivitas manusia sebagai sesuatu yang disengaja dan tidak hanya sebagai akibat dari dorongan oleh kekuatan internal dan eksternal. Kepribadian manusia dianggap seperti dalam " process of becoming", dan terus-menerus bekerja untuk terealisasi semua kapasitasnya.

Manusia dianggap sebagai fashioner nasib sendiri, dan mampu menciptakan dan menggunakan pengalaman dalam dan luar untuk membentuk tujuannya sendiri. Berbeda dengan diagnostik, fungsionalisme menekankan pengalaman sekarang dan kekuatannya untuk melepaskan potensi pertumbuhan. Pengobatan yang digunakan dalam model fungsional membantu klien hanya dalam satu fase atau bagia dari total masalah karena asumsi bahwa perubahan pada siapa pun dalam bagian hidupnya bisa membawa 'efek yang bermanfaat' pada keseimbangan psikologisnya klien.

Masalah manusia disebabkan oleh ketidakstabilan hubungan, karena itu, interaksi antara pekerja sosial (helper) dan klien digunakan untuk perubahan positif melalui pengalaman, yang diperoleh dalam hubungan casework, dari cara yang positif, produktif dan konstruktif memanfaatkan diri dalam proses membantu.

Model fungsional sangat penting untuk penggunaan dalam fungsi lembaga untuk proses membantu. Hal ini dianggap sebagai pemersatu dan arah-memberi kepada proses ini yang memberikan fokus dan isi untuk interaksi membantu. Hal ini karena penggunaan fungsi lembaga dalam pekerjaan sosial disebut 'profesi dilembagakan'.

Model fungsional percaya bahwa lembaga menyediakan realitas batas di mana klien dapat menguji dan menemukan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah dan membuat penyesuaian yang memuaskan atau penyesuaian dengan realitas yang lebih luas. Pekerja sosial menyiapkan kondisi seperti yang ditemukan dalam fungsi lembaga dan prosedur; klien mencoba untuk menerima, menolak, untuk mencoba untuk mengontrol, atau memodifikasi fungsi itu sampai akhirnya dia datang untuk berdamai dengan itu cukup untuk menentukan atau menemukan apa yang dia inginkan, jika ada, dari situasi ini. (Taft, 1937). Sehingga secara singkat, model fungsional ini menekankan pada hubungan, penggunaan waktu yang dinamis dan fungsi lembaga.

3. Task Centered CaseworkTask Centered Casework (TCC) adalah sebuah pendekatan jangka pendek yang direncanakan, 6-8 sesi dimana fokus yang tajam dan berkesinambungan dipertahankan. TCC mengikuti model pemecahan masalah dimana klienharus menunjukkankemauanuntukmenyelesaikan pada masalah tertentu dan masalahnyaharusdikelolabersamapekerja sosial danklien. Tujuan utamanya adalah untuk membimbing klien atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya.Pendekatan yang dikembangkan oleh Reid dan Epstein lebih memfokuskan diri pada proses pemecahan masalah yang dilakukan agar efektif yaitu dengan melibatkan klien. Pendekatan ini berasumsi bahwa klien mengakui dan menerima, bisa tertangani bila ada kerjasama, bisa didefinisikan secara jelas, dari rasa ketidakpuasan klien dengan lingkungan sekitar serta adanya keinginan untuk berubah.Berikut adalah teknik/metode dalam task centered casework (TCC):1. Mengidentifikasitarget masalah/ fokus masalah.2. Mengklasifikasikanjenis-jenis masalah yangdi hadapi klien.a. Konflik InterpersonalKonflik interpersonal adalah kondisi yang ditimbulkan oleh kekuatan yang saling bertentangan di antara 2 orang. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada manusia. Istilah konflik Interpersonal sendiri diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu perbedaan pendapat, persaingan dan permusuhan. Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena konflik Interpersonal bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik.

b. Relasi sosial yang tidak puas,Relasisosial diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap dirinya (Anna Alishahbana, dkk.:1984). Relasi atauhubungan sosial ini menyangkut juga penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti makan sendiri, berpakaian sendiri,patuh pada peraturan dan lain-lain. Hubungan sosial diawali dari rumah sendiri yang kemudian berkembang dalam lingkup sosial yang lebih luas, seperti sekolah dan teman sebaya, kesulitan anak berhubungan sosial dengan teman sebaya ini biasanya disebabkan oleh pola asuh yang penuh dengan unjuk kuasa oleh orang tua. Situasi kehidupan dalam keluarga berupa pola asuh orang tua yang salah, pada umumnya masih bias diperbaiki oleh orang tua itu sendiri, tetapi situasi pergaulan dengan teman-teman sebaya cenderung sulit di perbaiki (Sunarto : 1998).Hubungan sosial ini sangat penting peranannya. Dalam hubungan sosial akan terdapat adanya rasa aman atau tidak aman. Keberhasilan sesorang di dalam hidupnya semata-mata tidak ditentukan oleh kepandaian otaknya saja. Masih ada faktor lain yang penting, yaitu pergaulan sosial. Bagaimana seseorang itu bergaul dengan lingkungannya akan memberikan pengaruh terhadap keberhasilan seseorang dalam hidupnya. Kita lihat contoh disekeliling kita, ada orang yang pandai tetapi sangat sulit untuk bergaul, dan ada orang yang kurang pandai tetapi sangat mudah bergaul, yang berarti hubungan sosialnya baik. Sehingga dapat dikatakan orang yang mudah bergaul itulah yang dapat merasakan kebahagiaan.Dengan alasan diatas tadi jelaslah bahwa setiap orang ingin mengusahakan hubungan sosial yang baik, yang memuaskan untuk dapat sukses dalam usahanya mencapai ketenangan batin. Dalam hubungan sosial, ada kiat-kiat yang dapat membantu kita agar hubungan sosial berjalan dengan baik. Yang dimaksud disini, adalah suatu pengertian, dari kita terhadap orang lain. Dalam psikologi, dikenal istilahindividual differences,maksudnya adalah adanya perbedaan individual. Individu tidaklah sama, masing-masing mempunyai ciri-ciri berbeda. Oleh sebab itu tidak semua orang mempunyai sifat dan sikap hubungan sosial yang sama.c. Masalah dalamorganisasi formalKonflik organisasional timbul karena beberapa sumbernya, dan berbagai sumber utama konflik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kebutuhan untuk membagi sumber daya- sumber daya yang terbatas,2. Perbedaan-perbedaan dalam berbagai tujuan,3. Saling ketergantungan kegiatan-kegiatan kerja,4. Perbedaan nilai-nilai atau persepsi,5. Gaya-gaya individualDalam suatu organisasi terdapat empat bidang struktural, dan di bidang itulah konflik sering terjadi, yaitu:1. Konflik hirarkis, adalah konflik antar berbagai tingkatan organisasi,2. Konflik fungsional, adalah konflik antara berbagai departemen fungsional organisasi,3. Konflik lini-staf, adalah konflik antara lini dan staf,4. Konflik formal informal, adalah konflik antara organisasi formal dan organisasi informal.d. Kesulitan dalam penampilan perananYaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan tidak terlaksananya peranan-peranan dalam kehidupan personal dan sosial dari individu yang dikarenakan adanya hambatan-hambatan yang menyebabkan kesulitan dalam menampilkan peranan-peranan individu yang seharusnya.e. Masalah KeputusanYaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan adanya kebingungan-kebingungan atau kebimbangan-kebimbangan seseorang dalam pengambilan suatu keputusan.Di dalam pengambilan keputusan seorang konselor harus bisa mengatasi masalah-masalah dengan cara memegang teguh prinsip-prinsip etika dan nilai yang ada dalam masyarakat untuk menjadi pegangan dalam pengambilan keputusan.f. Stres Emosional ReaktifStres emosi yang reaktif adalah suatu perasaan atau kondisi yang ditujukan kepada orang lain secara tiba-tiba timbul atau muncul.g. Sumber Daya yang tidak MemadaiSumber daya yang tidak memadai misalnya dari sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya teknologi dan lain-lain sehingga menimbulkan masalah bagi kehidupan klien.

3. Merencanakan tugas-tugas pemecahan masalah Perencanaan adalah proses perumusan kegiatan atau tugas-tugas yang akan dilakukan pekerja sosial dengan klien dalam mencapai pemecahan masalah klien. Pekerja sosial bersama klien dalam merencanakan tugas-tugas pemecahan masalah harus didasarkan pada asesmen agar tidak terjadi kekeliruan dalam pemecahan masalah tersebut.4. Menentukan reward dan tujuan Pekerja sosial menentukan insentif (pendorong atau perangsang) agar klien mempunyai motivasi untuk melakukan perubahan dengan memberikan reward. Selain itu pekerja sosial perlu menjelaskan tujuanpemecahan masalah danmanfaat apa yang akan diterima oleh klien jika masalah yang dialami klien tersebut terpecahkan.5. Mengatasi Hambatan Perlu diketahui perbedaan antara masalah dan hambatan. Masalahmerupakan kesulitan-kesulitan yang telah disepakati dari awal oleh pekerja sosial dan klien, sedangkan hambatan merupakan kesulitan-kesulitan yang muncul selama proses pemecahan masalah. Hambatan ini perlu diatasi untuk memperlancar proses pemecahan masalah dan harus cepat tertangani agar tidak menimbulkan masalah baru.6. Simulasi dan bimbingan praktis Pekerja sosial perlu memberikan simulasi atau pelatihan-pelatihan serta bimbingan praktis berkaitan dengan tugas-tugas yang akan dilakukan klien dalam proses pemecahan masalahnya. Misalnya klien yang akan melamar pekerjaan dan harus melakukan interview atau wawancara sedangkan ia sendiri mengalami kesulitan dalam berkomunikasi ataupun kurang percaya diri, maka klien tersebut dapat melakukan simulasi atau latihan dengan pekerja sosial terlebih dahulu. Pekerja sosial juga memberikan bimbingan-bimbingan berkaitan dengan hal tersebut.7. Kajian tugas-tugas pemecahan masalah (evaluasi) Dalam hal ini, pekerja sosial perlu mengevaluasi dan melihat perkembangan dari klien apakah tugas pemecahan masalah tersebut sudah berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran atau tidak.8. Analisis kontekstual Yaitu menentukan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam tugas-tugas pemecahan masalah serta bagaimana mengatasinya.9. Terminasi Terminasi adalah suatu proses pengakhiran kerjasama di antara pekerja sosial dengan klien (berakhirnya kontrak kerja). Dalam terminasi, pekerja sosial perlu menunjukan kemajuan-kemjuan yang dialami oleh klien baik kemampuan klien itu sendiri maupun hasil pencapaian tujuan. Selain itu pekerja sosial harus memberikan dukungan (membesarkan hati klien) dan meyakinkan klien bahwa dia seseorang yang kuat, mandiri dan memiliki kemampuan untuk memcahkan masalah sendiri. Selain itu, pekerja sosial perlu menjelaskan bahwa proses terminasi tersebut bukan berarti putusnya komunikasi atau hubungan silahturahmi di antara pekerja sosial dengan klien melainkan sebatas pemutusan proses pertolongan.

4. Modifikasi PerilakuModifikasi perilaku itu seperti namanya, berkaitan dengan perilaku, apa yang orang lakukan. Perilaku di sini dimaksudkan dalam arti luas, termasuk perilaku terbuka yang mudah diamati, perilaku rahasia seperti pikiran yang umumnya disimpulkan dari apa yang orang memberitahu kita, berbagai emosi, dan aktivitas halus dari sistem saraf. Dalam semua kasus kita mendefinisikan perilaku seobjektif mungkin dalam batas-batas kepraktisan situasi dan batas-batas teknologi. Modifikasi perilaku muncul dari sekolah psikologi disebut behaviorisme, pendekatan yang menunjukkan bahwa studi psikologi harus menekankan pemahaman, prediksi, dan kontrol perilaku. Skinner (1974) adalah juru bicara utama bagi behaviorisme hari. Dia menyarankan bentuk behaviorisme disebut radikal behaviorisme, yang mengakui dan mempelajari peristiwa mental sebagai perilaku internal. Pandangan Skinner dan pendekatan behaviorisme tidak sama seperti semua behavioris berlatih modifikasi perilaku. Namun, Skinner adalah bacaan penting bagi siswa dari modifikasi perilaku. Jenis behaviorisme yang disarankan di sini bukanlah upaya untuk mengurangi semua perilaku manusia untuk refleks sederhana atau stimulus-respon asosiasi. Sebaliknya, itu adalah apresiasi dari berbagai kompleksitas perilaku manusia dan upaya untuk memahami kompleksitas ini dalam hal hubungan timbal balik dari perilaku komponen. Melanggar perilaku ke dalam komponen-komponennya tidak perlu mengurangi pemahaman seseorang secara keseluruhan, melainkan memfasilitasi pengembangan program perubahan yang efektif. Perilaku komponen tidak dikonseptualisasikan sebagai tanggapan khusus yang belajar rangsangan tertentu, tetapi lebih merupakan kelas perilaku belajar untuk kelas situasi. Dengan berfokus pada perilaku, modifikasi perilaku memberikan informasi praktis tentang apa yang harus dilakukan dalam situasi nyata.Modifikasi perilaku secara umum dapat didefinisikan sebagai hampir segala tindakan yang bertujuan mengubah perilaku. Definisi yang tepat dari modifikasi perilaku adalah usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses blajar maupun prinsip-prinsip psikologis hasil eksperimen lain pada perilaku manusia (Bootzin, 1975).Sebagai ilustrasi dari definisi tersebut adalah sebagai berikut: Bu Andi orang seorang demawan yang cukup di kenal di kompleks perumahan tersebut. Setiap hari Minggu berbondong-bondong didatangi pengemis ke rumahnya. Pada suatu saat Bu Andi merasakan capai, dan ia berpikir bahwa satu-satunya hari untuk istirahat hanya hari Minggu tersebut. Ia ingin tinggal tenang di rumahnya, tidak cara menghentikan kedatangan para pengemis terebut. Ia mempertanyakan: apakah yang terjadi bila ia menghentikan dermawannya? Apakah pengemis tidak akan mengganggunya lagi .Pada contoh diatas, yang akan diubah oleh Bu Andi adalah perilaku pencari dana yang datang pada setiap hari minggu. Datang setiap hari Minggu adalah hasil belajar. Karena itu dengan menerapkan teori belajar, perilaku tersebut mestinya dapat diubah.Dalam pandangan kaum behavioristik aliran klasik, modifikasi perilaku dapat diartikan sebagai penggunaan secara sistematik teknik kondisioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan frekuensi perilaku tertentu /mengontrol lingkungan perilaku tersebut.Modifikasi perilaku adalah penerapan prinsip-prinsip eksperimental didirikan perilaku untuk masalah perilaku. Saat ini, ia menarik paling banyak dari studi, bukan teori, dalam bidang pembelajaran dan motivasi, meskipun modifikasi perilaku tidak terbatas pada daerah-daerah tersebut. Ketika digunakan dalam pengaturan yang terutama dilihat sebagai klinis, modifikasi perilaku sering disebut terapi perilaku atau terapi pendingin. Modifikasi perilaku kadang-kadang disamakan dengan operant conditioning, yang hanya bagian dari modifikasi perilaku dan analisis eksperimental lebih akurat disebut perilaku. Modifikasi perilaku dapat diartikan sebagai:a) upaya, proses, atau tindakan untuk mengubah perilaku,b)aplikasi prinsip-prinsip belajar yg teruji secara sistematis untuk mengubah perilaku tidak adaptif menjadi perilaku adaptif,c) penggunaan secara empiris teknik-teknik perubahan perilaku untuk memperbaiki perilaku melalui penguatan positif, penguatan negatif, dan hukuman, ataud) usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologi hasil eksperimen pada manusia.

A. Pengertian Modifikasi Perilaku Menurut Para Ahlia.Menurut Edward Thorndike pada tahun 1911 dalam artikelnya Provisional laws of acquired behavior or learningModifikasi perilaku menunjuk kepada teknik mengubah perilaku, seperti mengubah perilaku dan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus melalui penguatan perilaku adaptif dan/atau penghilangan perilaku maladaptif melalui hukuman.

b. Menurut EysenkModifikasi Perilaku adalah upaya mengubah perilaku dan emosi manusia dgn cara yang menguntungkan berdasarkan teori yg modern dalam prinsip psikologi belajar.

c.Powers & Osbon (1976) memberi batasan modifikasi perilaku sebagai penggunaan secara sistematis teknik kondisioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan frekuensi perilaku sosial tertentu atau tindakan mengontrol lingkungan periaku tersebut.

d.Wole (1973) modifikasi perilaku adalah penerapan prinsip-prinsip belajar yang telah teruji secara eksperimental untuk mengubah perilaku yang tidak adaptif, kebiasaan-kebiasaan yang tidak adaptif dilemahkan dan dihilangkan, perilaku adaptif ditimbulkan dan dikukuhkan.Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dapat disimpulkan bahwa modifikasi perilaku adalah cara atau teknik untuk mengubah perilaku maladaptif seseorang.

B. Karakteristik Modifikasi Perilaku Terdapat empat ciri utama modifikasi perilaku, yaitu:a. Fokus pada perilaku (focuses on behavior)Fokus pada perilaku artinya menempatkan penekanan pada perilaku yang dapat diukur berdasara atas dimensi-dimensinya, seperti frekuensi, durasi, dan intensitasnya. Karena itu metode modifikasi perilaku selalu mengamati dan mengukur setiap tahap perubahan sebagai indikator dari berhasil atau tidaknya program bantuan yang diberikan. Dalam modifikasi perilaku, akan menghindari label-label interpretatif dan sistem diagnostik (avoid interpretive labels and diagnostic systems), serta fokus pada perilaku yang berkekurangan atau yang berlebihan (focus on behavioral deficits or behavioral excess). Dalam modifikasi perilaku, mengkategorikan apakah suatu perilaku sebagai berlebihan atau kekurangan merupakan langkah yang mutlak, sehingga dapat dipahami secara pasti mana perilaku yang termasuk excesses atau berlebihan dan akan dikurangi atau yang termasuk deficit atau berkekurangan dan akan ditingkatkan. Modifikasi perilaku berfokus pada perilaku yang harus diubah. Seseorang yang perilakunya harus mendapatkan teknik modifikasi perilaku adalah: 1. Menunjukkan perilaku yang berbeda dari yang diharapkan di sekolah atau masyarakat dan 2. Membutuhkan perbaikan.Salah satu contohnya adalah siswa yang menunjukkan beberapa bentuk perilaku yang dinilai berbeda dari apa yang diharapkan di dalam kelas. Pendekatan yang paling efektif dan efisien adalah untuk menentukan masalah perilaku tertentu dan menerapkan data-berbasis instruksi untuk memulihkan itu. (Lewis, Heflin, & DiGangi, 1991, p.9)Ada dua bentuk target perilaku dalam modifikasi perilaku:Behavioral exceses adalah perilaku target yang negatif (tidak layak) yang ingin dikurangi frekuensi, durasi, atau intensitasnya, contohnya: perilaku merokok. Behavioral deficit adalah aladah target perilaku yang positif (lanyak) yang ingin ditingkatkan frekuensi, durasi, atau intensitasnya, contohnya: perilaku gemar membaca.

b. Menekankan pengaruh belajar dan lingkungan (emphasizes influences of learning and the environment)Modifikasi perilaku juga menekankan pengaruh belajar dan lingkungan, artinya bahwa prosedur dan teknik tritmen menekankan pada modifikasi lingkungan tempat dimana individu tersebut berada, sehingga membantunya dalam berfungsi secara lebih baik dalam masyarakat. Lingkungan tersebut dapat berupa orang, objek, peristiwa, atau situasi yang secara langsung maupun tidak langsung berdampak terhadap kehidupan seseorang.

c. Mengikuti pendekatan ilmiah (takes a scientific approach)Mengikuti pendekatan ilmiah artinya bahwa penerapan modifikasi perilaku memakai prinsip-prinsip dalam psikologi belajar, dengan penempatan orang, objek, situasi, atau peristiwa sebagai stimulus, serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

d. Menggunakan metode-metode aktif dan pragmatik untuk mengubah perilaku (uses pragmatic and active methods to change behavior)Menggunakan metode-metode aktif dan pragmatik untuk mengubah perilaku maksudnya bahwa dalam modifikasi perilaku lebih mengutamakan aplikasi dari metode atau teknik-teknik yang telah dikembangkan dan mudah untuk diterapkan.

C. Prinsip-Prinsip dalam Modifikasi Perilaku1. Kebanyakan tingkah laku manusia adalah hasil belajarnya, karena itu dapat diubah dengan belajar.2. Target tingkah laku yang mudah diubah adalah tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Tingkah laku itu perlu dirinci dengan jelas indikatornya.3. Tingkah laku dapat diubah dengan memanipulasi kondisi belajar.4. Meskipun ada keterbatasan tertentu (pengaruh temperamen atau emosional), semua anak berfungsi lebih efektif , jika mengalami konsekuensi yang tepat.5. Reinforcement merupakan konsekuensi yang memperkuat tingkah laku yang diinginkan.6. Hukuman merupakan konsekuensi yg melemahkan tingkah laku yg tidak diinginkan.7. Tingkah laku seseorang dapat diatur, diubah dengan memberikan konsekuensi terhadap tingkah laku orang itu sendiri.

D. Teknik Modifikasi Tingkah Laku Pendekatan pengubahan tingkah laku didasarkan pada teori yang mantap, yaitu prinsip prinsip psikologi behavioral. Pada dasarnya bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, baik tingkah laku yang di sukai maupun tingkah laku yang tidak disukai. Seorang melakukan tindakan menyimpang tersebut karena satu atau dua alasan, yaitu :1. Telah mempelajari tingkah laku yang menyimpang itu, atau2. Belum mempelajari tingkah laku yang sebaiknya.

Teknik-teknik pengubahan perilaku antara lain:a. Penguatan positifPenguatan positif berupa memberikan stimulus positif, berupa ganjaran atau pujian terhadap perilaku atau hasil yang memang diharapkan, misalnya berupa ungkapan seperti Nah seperti ini kalau mengerjakan tugas, tulisannya rapi mudah dibaca. Jenis-jenis penguatan positif itu ada yang:1. Penguatan primer (dasar) yaitu penguatan-penguatan yang tidak dipelajari dan selalu diperlukan untuk berlangsungnya hidup, seperti, makanan, air, udara yang segar dan sebagainya. Suasana seperti ini dapat membentuk perilaku siswa yang baik dan betah di dalam kelas2. Penguatan sekunder (bersyarat) yang menjadi penguat sebagai hasil proses belajar atau dipelajari, seperti diperhatikan, pujian (penguat sosial), nilai angka, rangking (penguatan simbolik), kegiatan atau permainan yang disenangi siswa (penguatan bentuk kegiatan).

b. PenghukumanPenghukuman merupakan pemberian stimulus yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera perilaku peserta didik yang tidak dikehendaki.Tindakan hukuman dalam pergelolaan kelas masih bersifat kontroversial (dipertentangkan). Sebagian menganggap bahwa hukuman merupakan alat yang efektif untuk dengan segera menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki, sekaligus merupakan contoh yang tidak dikehendaki bagi siswa lain. Sebagian lain melihat bahwa akibat sampingan dari hubungan pribadi antara guru (yang menghukum) dan siswa (terhukum) menjadi terganggu, atau siswa yang dihukum menjadi Pahlawan di mata teman-temannya.Pendekatan penghukuman ini dianggap bermanfaat bila untuk segera menghentikan, menghilangkan penampilan tingkah laku yang tak disukai untuk segera dan sambil melaksanakan sistem penguatan yang tepat bagi kelayakan penampilan perilaku tertentu yang disukai.c. Penguatan NegatifPenguatan negative adalah berupa peniadaan tingkah laku yang tidak disukai (biasanya berupa hukuman) yang selalu diberikan, karena seseorang yang bersangkutan telah meninggalkan tingkah laku yang menyimpang. Dengan demikian diharapkan tingkah laku seseorang yang lebih baik itu akan ditingkatkan frekuensinya (Nurhadi, 1983: 177-180)Ada beberapa hal yang perlu memperoleh perhatian dalam mengimplementasikan pendekatan modifikasi perilaku teknik penguatan negative yaitu hindari pemberian stimulus yang menyakitkan, berikan stimulus secara bervariasi, berikan penguatan dengan segera, sasarannya jelas dan keantusiasan.d. PenghilanganPenghilangan adalah upaya mengubah perilaku seseorang dengan cara menghentikan pemberian respon terhadap suatu perilaku peserta didik yang semula dilakukan dengan respon tersebut. Pengilangan ini menghasilkan penurunan frekuensi tingkah laku yang semula mendapat penguatan.e. Penundaan Penundaan merupaan tindakan tidak jadi memberikan ganjaran atau pengecualian pemberian ganjaran untuk orang-orang tertentu. Penundaan seperti ini menurunkan frekuensi penguatan dan menurunkan frekuensi tingkah laku yang dimaksud itu.

5. Intervensi KrisisA. Definisi Intervensi KrisisRoberts dan Yeager mendefinisikan suatu krisis sebagai suatu respons subyektif terhadap suatu peristiwa hidup yang menekan atau traumatik atau sederet peristiwa peristiwa yang dirasakan oleh seseorang sebagai hal yang berbahaya, mengancam, atau amat mengganggu, yang tidak terpecahkan menggunakan metoda metoda penanggulangan tradisional.Suatu krisis berbeda dengan suatu situasi yang menekan. Walaupun merasa tak nyaman dan seringkali kecemasan yang menggusarkan, namun individu individu sanggup memanfaatkan mekanisme mekanisme penanggulangan untuk mengatasi suatu situasi yang menekan, sedangkan dalam situasi situasi krisis, mekanisme mekanisme penanggulangan lama dari individu individu itu tidak bekerja dan individu individu tak sanggup menanggulangi dan mengatasi situasi tersebut (Wright, 1991).Sebagaimana diilustrasikan sebelumnya, masing masing orang bisa saja memandang suatu situasi atau peristiwa dalam suatu cara yang berbeda, seseorang bisa saja memandangnya sebagai suatu situasi yang menekan dan mengatasi rintangan tersebut sementara orang lain mungkin saja tak sanggup menyesuaikan diri atau menanggulangi situasi tersebut dan dengan demikian merasakannya sebagai suatu krisis. Perbedaan ini acapkali merupakan suatu akibat dari kepribadian, sumber sumber, dukungan dukungan, dan keterampilan keterampilan penanggulangan dan pengalaman pengalaman masa lampau seseorang dengan penekan penekan atau stressor stressor (Roberts dan Yeager, 2009).Oleh sebab itu, suatu krisis diawali atau diprakarsai melalui suatu kombinasi atau gabungan dari tiga faktor yang saling terkait, yakni:(1) Suatu peristiwa yang menekan atau berbahaya(2) Persepsi individu tentang peristiwa tersebut(3) Kesanggupan dari mekanisme mekanisme dan sumber sumber penanggulangan individu untuk mengatasi peristiwa tersebut (Roberts, 2005).

Selama suatu krisis dipandang sebagai hal yang subyektif, terdapat sejumlah peristiwa peristiwa yang dapat berlaku sebagai suatu peristiwa yang menekan, traumatik atau berbahaya bagi individu individu, keluarga keluarga dan/atau komunitas komunitas. Peristiwa peristiwa dapat bersifat personal atau swasta (private), yang seringkali mempengaruhi individu-individu dan/atau keluarga-keluarga dan dapat meliputi peristiwa-peristiwa misalnya kehilangan orang yang dikasihi, kontemplasi/ bermenung-menung tentang bunuh diri, pikiran-pikiran yang merugikan diri sendiri atau orang lain, penyerangan atau victimization (penipuan atau pengorbanan), transisi-transisi hidup yang sulit (sebagai contohnya perceraian, keuangan, pengangguran, perubahan-perubahan mental atau fisiologis.B. Karakteristik Krisis Menurut Roberts, seseorang dalam krisis seringkali dilukiskan oleh adanya karakteristik-karakteristik berikut ini:(1) Merasakan suatu peristiwa yang mengendap sebagai hal yang penuh makna dan mengancam(2) Kelihatan tak sanggup memodifikasi atau mengurangi dampak dari peristiwa-peristiwa yang menekan dengan metoda-metoda penanggulangan tradisional(3) Mengalami meningkatnya rasa takut, ketegangan dan/atau kebingungan(4) Memperlihatkan tingginya tingkat rasa tak nyaman subyektif(5) Berjalan dengan cepat sampai ke suatu keadaan krisis yang aktif, suatu keadaan ketaksetimbangan.

.C. Tujuan Intervensi KrisisTujuan dari intervensi krisis antara lain:a) secara klasik bertujuan untuk memutus serangkaian peristiwa yang mengarah pada gangguan kenormalan keberfungsian orang.b) untuk mengembalikan individu ke tingkat fungsi sebelum krisis. c) untuk mendukung/menyokong metoda-metoda pelanggan yang ada atau menolong individu-individu membangun kembali kemampuan-kemampuan penanggulangan dan pemecahan masalah seraya menolong mereka untuk mengambil langkah-langkah konkret ke arah upaya mengelola perasaan-perasaan mereka dan mengembangkan suatu rencana aksi.d)dapat memberikan suatu kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi dengan cara membangkitkan kekuatan-kekuatan lama, sumber-sumber dan keterampilan-keterampilan penanggulangan dari individu dan, pada waktu yang sama, mendorong perkembangan kekuatan-kekuatan baru, sumber-sumber dan keterampilan-keterampilan penanggulangan yang baru semuanya yang dapat dimanfaatkan ketika menghadapi suatu peristiwa yang menekan atau berbahaya di masa depan

D. Prinsip Intervensi Krisis

1.Tujuan intervensi krisis adalah mengembalikan individu ke tingkat fungsi sebelum krisis.2.Penekanan intervensi ini adalah memperkuat dan mendukung aspek-aspek kesehatan dari fungsi individu.3. Dalam intervensi krisis, pendekatan pemecahan masalah digunakan secara sistematis (serupa dengan proses keperawatan), yang meliputi:a.Mengkaji persepsi individu terhadap masalah, serta mengkaji kelebihan dan kekurangan sistem pendukung individu dan keluarga.b. Merencanakan hasil yang spesifik dan tujuan yang didasarkan pada prioritas.c. Memberikan penanganan langsung (misal: menyediakan rumah singgah bila klien diusir dari rumah, merujuk klien ke rumah perlindungan bila terjadi penganiyaan oleh suami atau istri).d. Mengevaluasi hasil dari intervensi.4.Hierarki Maslow. Kerangka kerja Hierarki Maslow tentang kebutuhan dapat membantu menentukan prioritas intervensi, meliputi:a. Sumber daya fisik diperlukan untuk bertahan hidup (misal: makanan, rumah singgah, keselamatan).b. Sumber daya sosial diperlukan untuk mendapatkan kembali rasa memiliki (misal: dukungan keluarga, jaringan kerja sosial, dan dukungan komunitas).c. Sumber daya psikologis diperlukan untuk mendapatkan kembali harga diri (misal: penguatan yang positif dan pencapaian tujuan).5.Petugas intervensi krisis. Peran petugas intervensi krisis mencakup berbagai fungsi seperti berikut ini:a. Membentuk hubungan dan mengomunikasikan harapan serta optimisme.b. Melaksanakan peran yang aktif dan mengarahkan, bila perlu.c.Memberikan anjuran dan alternatif (missal: membuat rujukan ke lembaga yang tepat, seperti lembaga kesejahteraan anak atau klinik medis).d. Membantu klien memilih alternatif.e. Bekerja sama dengan profesional lain untuk mendapatkan layanan dan sumber daya yang diperlukan klien.

E. Sifat Intervensi KrisisSifat dari pendekatan intervensi krisis adalah penanganan yang harus cepat dapat segera diselesaikan dan keseimbangan psikis yang dipulihkan dalam pemberian bantuan terhadap mereka yang tertimpa krisis yaitu seperti individu individu, keluarga keluarga dan/atau komunitas komunitas dalam jangka pendek pada sifat dasarnya dan berakhir hanya antara satu sampai enam minggu.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanBerdasarkan perkembangan casework yang telah dijelaskan diatas maka penulis setuju, bahwa casework menggunakan metode atau dasar-dasar psikologi karena manusia itu diberikan kapasitas untuk berpikir, berdiri sendiri dan membuat pilihan agar dia bisa memanfaatkan lingkungan hidupnya dimasyarakat,serta melihat bahwa manusia itu unik yang mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang juga membentuk sifat tata laku yang sejajar dengan lingkungan dimana ia berada. Dengan model model case work diatas diharapkan penanganan klien secara individu dan keluarga akan efektif sehingga pelayanan pelayanan pekerja sosial pun bisa maksimal

Daftar Pustaka

Paine, Malcolm. 2006. Modern Social Work Theory, Bandung : Blue Kampus Dago Tiga Enam Tujuh Roberts, Albert R., Gilbert J. (2007). Buku Pintar Pekerja Sosial, Jakarta: BPK Gunung Muliahttp://faculty.buffalostate.edu/mahlerre/423/TCCmodel.htmhttp://wahdadupetro.blogspot.com/2012/11/social-case-work.html Miltenberger, R.G. 2004. Behavior Modification Principles and Procedures Third Edition. United States of Amerika: Thomson Learning Academic Resource Center.

Irwanto, Elia, H., Hadisoepadma, A., Priyani, R.MJ., Wismanto, B.Y., dan Fernandes, C. 1994. Psikologi Umum Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.www.yourarticlelibrary.com/sociology/functional-casework/36542/1