model prediksi kesulitan keuangan (studi pada …
TRANSCRIPT
1
MODEL PREDIKSI KESULITAN KEUANGAN
(Studi pada Perusahaan Otomotif dan Komponen yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia)
AFNAN FATAH NASHIRUDIIN ARLAM
NIM. 155020201111057
DR. Atim Djazuli, SE., MM., CFP.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kesulitan keuangan perusahaan
yang bisa berpotensi mengalami kebangkrutan pada perusahaan otomotif dan
komponen di Indonesia menggunakan model Springate S-Score. Jenis penelitian
termasuk dalam penelitian deskriptif yang menggambarkan kondisi perusahaan saat
ini dengan jenis data kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan
otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017
yang berjumlah 13 perusahaan. Pemilihan sampel dilakukan menggunakan metode
sampel jenuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 perusahaan yang tidak
mengalami kesulitan keuangan selama 3 tahun yaitu PT Garuda Metalindo Tbk, PT
Selamat Sempurna Tbk, dan PT Indo Kordsa Tbk. Terdapat 4 perusahaan yang
mengalami fluktuasi, diantaranya PT Astra International Tbk, PT Astra Otoparts Tbk,
PT Indospring Tbk, dan PT Multi Prima Sejahtera Tbk. Sedangkan, 6 perusahaan
mengalami kesulitan keuangan selama 3 tahun dan berpotensi mengalami
kebangkrutan yang disebabkan modal kerja perusahaan yang negatif serta
profitabilitas yang rendah, perusahaan tersebut adalah PT Gajah Tunggal Tbk, PT
Indomobil Sukses International Tbk, PT Nipress Tbk, PT Prima Alloy Steel
Universal Tbk, PT Goodyear Indonesia Tbk, dan PT Multitrada Arah Sarana Tbk.
Kata kunci: Kesulitan Keuangan, Model Springate S-Score.
ABSTRACT
This research aims to determine the financial distress of companies that potentially
lead to bankruptcy in the automotive and components companies in Indonesia using
the Springate S-Score model. Futhermore, this research is a descriptive research that
describes the current condition of the companies using quantitative approach. The
population on this research are thirteen automotive and component companies listed
in the Indonesia Stock Exchange in 2015-2017, and the sample of this research using
saturated sample method. The results of this research show that, there are three
companies that do not experience financial distress for three years, namely PT Garuda
Metalindo Tbk, PT Selamat Sempurna Tbk, and PT Indo Kordsa Tbk. In addtion,
there are four companies that experience fluctuations, they are PT Astra International
Tbk, PT Astra Otoparts Tbk, PT Indospring Tbk, and PT Multi Prima Sejahtera Tbk.
2
Meanwhile, the six companies that experience financial distress for three years that
might lead to bankruptcy due to their poor financial performance, namely PT Gajah
Tunggal Tbk, PT Indomobil Sukses International Tbk, PT Nipress Tbk, PT Prima
Alloy Steel Universal Tbk, PT Goodyear Indonesia Tbk, and PT Multitrada Arah
Sarana Tbk.
Key words: Financial Distress, Springate S-Score Model.
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan didirikan
untuk mencapai laba dengan
memanfaatkan sumberdaya yang
dimiliki dengan efektif dan efisien.
Laba menjadi tujuan jangka pendek
yang harus dicapai demi
keberlangsungan hidup perusahaan.
Hal ini diasumsikan bahwa laba
menjadi salah satu syarat untuk dapat
bertahan dan berkembang bagi
perusahaan. Sedangkan, nilai
perusahaan menjadi tujuan jangka
panjang yang harus diperoleh. Nilai
perusahaan berkaitan dengan ekternal
perusahaan seperti investor,
konsumen, mitra kerja dan lain
sebagainya. Perusahaan akan dinilai
baik oleh eksternal perusahaan apabila
kinerja keuangan baik. Hal tersebut
ditandai dengan besaranya tingkat laba
yang diperoleh perusahaan.
Kinerja perusahaan dapat
diketahui dengan cara melakukan
analisis terhadap laporan keuangan
perusahaan. Analisis terhadap laporan
keuangan dapat dilakukan
menggunakan analisis rasio, seperti
analisis rasio keuangan, seperti rasio
likuiditas, rasio manajemen aset, rasio
manajemen utang, rasio profitabilitas,
rasio nilai pasar (Brigham dan
Houston, 2014: 134-150). Rasio
tersebut memberikan gambaran
kondisi keuangan perusahaan dalam
kurun waktu tertentu. Analisis rasio
bisa digunakan pada semua perusahaan
yang memiliki laporan keuangan yang
jelas dan transparan, baik itu
perusahaan yang berjalan di sektor
utama (industri penghasil bahan
baku/industri pengelola sumberdaya
alam), sektor jasa, maupun sektor
manufaktur. Salah satu perusahaan
yang termasuk dalam perusahaan
manufaktur yaitu perusahaan otomotif
dan komponen.
Terdapat beberapa
permasalahan yang dihadapi oleh
perusahaan otomotif dan komponen
hingga saat ini diantaranya, nilai tukar
rupiah yang cenderung melemah
terdadap dolar Amerika Serikat.
Melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar mengganggu
perusahaan otomotif dan komponen
karena perusahaan masih melakukan
impor baik bahan baku dan komponen.
Menurut Gabungan Industri
Kendaraan Bermotor Indonesia
(GAIKINDO), pada saat ini,
perusahaan otomotif Indonesia belum
3
sepenuhnya menggunakan komponen
lokal. Perusahaan otomotif masih
mengandalkan komponen impor
karena perusahaan komponen dalam
negeri belum mampu memproduksi
sendiri. (wartaekonomi.co.id, 2018).
Impor komponen pada
perusahaan otomotif tidak terlepas dari
permasalahan perusahaan komponen
di dalam negeri. Menurut Ketua
Umum GIAMM (Gabungan Industri
Alat-Alat Mobil dan Motor),
Hamdhani Dzulkarnaen Salim,
sebagian besar bahan baku komponen
dalam negeri masih menggunakan
bahan baku impor sebesar 60%. Impor
bahan baku dilakukan karena
spesifikasi bahan baku dalam negeri
belum sesuai dengan standar industri,
dan minimnya ketersedian bahan baku
didalam negeri. Bahan baku impor
berasal dari negara non-ASEAN,
seperti Korea Selatan, Jepang, dan
China. Bahan baku yang diimpor
antara lain baja, aluminium, plastik
(petrokimia), karet, dan bahan sejenis
lainnya (wartaekonomi.co.id, 2018).
Selain itu, peraturan
pemerintah di Indonesia masih
menggunakan standar emisi Euro II,
sedangkan negara lain sudah
menggunakan Euro IV yang lebih
ramah lingkungan dan hemat energi.
Menurut Kukuh Kumara, Sekretatis
Umum GAIKINDO, perusahaan
otomotif di Indonesia harus memiliki
dua jalur produksi untuk mobil standar
emisi Euro II dan mobil standar emisi
Euro IV. Hal ini tidak efektif bagi
perusahaan otomotif di Indonesia
(otomotif.kompas.com, 2017).
Berdasarkan fenomena diatas,
aktivitas impor yang dilakukan
perusahaan masih tinggi sehingga
beban perusahaan menjadi besar jika
nilai kurs mata uang rupiah melemah.
Besarnya beban menyebabkan tingkat
profitabilitas perusahaan menjadi
rendah dan perusahaan mengalami
kerugian. Berikut ini beberapa
perusahaan otomotif dan komponen di
Indonesia yang mengalami kerugian
dalam periode 2015-2017, antara lain:
Tabel 1.1
Kerugian Perusahaan Otomotif dan
Komponen
No Nama
Perusahaan
Tahun
2015 2016 2017
1 PT Gajah
Tunggal Tbk
X
2 PT Indomobil
Sukses
International
Tbk
X X X
3 PT Multi Prima
Sejahtera Tbk
X X
4 PT Prima
Alloy Steel
Universal Tbk
X X
5 PT Goodyear
Indonesia Tbk
X X
6 PT Multitrada
Arah Sarana
Tbk
X X X
Sumber: modifikasi, 2018
Keterangan:
X = Perusahaan mengalami
kerugian
4
Kerugian menjadi salah satu
indikasi adanya kesulitan keuangan
atau financial distress. Financial
Distress merupakan tahap penurunan
kinerja perusahaan yang menjadi
indikasi sebelum terjadi kebangkrutan
atau likuidasi. Kondisi ini pada
umumnya ditandai antara lain dengan
adanya kerugian perusahaan,
penundaan pengiriman, kualitas
produk yang menurun, dan penundaan
pembayaran tagihan dari bank (Platt,
2002). Jika kesulitan keuangan tidak
segera diatasi maka perusahaan bukan
tidak mungkin akan mengalami
kebangkrutan. Kebangkrutan terjadi
ketika perusahaan tidak mampu lagi
untuk mengoperasikan perusahaan
dengan baik karena kesulitan keuangan
yang dialami entitas tersebut sudah
sangat parah (Prihatini dan Sari, 2013).
Penyebab kebangkrutan dapat
berasal dari faktor internal dan
eksternal perusahaan. Faktor internal
antara lain, kurangnya pengalaman
manajemen, kurangnya pengetahuan
dalam pengelolaan sumber dan
penggunaan dana. Sedangkan faktor
eksternal yaitu inflasi, sistem pajak
dan hukum, depresiasi mata uang
asing, dan alasan lainnya (Gamayuni,
2011). Semakin awal tanda-tanda
kebangkrutan diketahui, semakin baik
bagi pihak manajemen karena pihak
manajemen dapat melakukan
perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur
dan juga pihak pemegang saham bisa
melakukan persiapan-persiapan untuk
mengatasi berbagai kemungkinan yang
buruk (Hanafi dan Halim. 2016:263).
Beberapa peneliti telah
melakukan penelitian berkaitan dengan
kesulitan keuangan atau financial
distress untuk mengetahui lebih dini
keadaan kinerja keuangan suatu
perusahaan. Terdapat banyak model
untuk memprediksi terjadinya
financial distress, seperti Altman Z-
Score, Springate, Zmijewski, Grover
(Prihantini dan Sari, 2013). Keempat
model tersebut telah banyak digunakan
oleh peneliti untuk memprediksi
kesulitan keuangan suatu perusahaan.
Model tersebut juga terbukti mampu
untuk memprediksi kesulitan keuangan
perusahaan.
Salah satu model yang
dianggap memiliki akurasi yang baik
dalam memprediksi kesulitan
keuangan adalah model Springate.
Model Spingate diciptakan oleh
Gordon L.V Springate (1978) dengan
memilih 40 perusahaan di Kanada
sebagai sampel. Springate
mengumpulkan 19 jenis rasio
keuangan popular yang berpotensi
dapat membantu memprediksi kondisi
keuangan suatu perusahaan yang
kemudian diuji dan dipilih 4 jenis rasio
keuangan yang paling berpengaruh
signifikan dalam memprediksi
kesulitan keuangan perusahaan. Model
Springate (S-score)
mengkombinasikan empat rasio
keuangan, antara lain rasio modal kerja
terhadap total aset, laba sebelum bunga
5
dan pajak terhadap total aset, laba
sebelum pajak terhadap liabilitas
lancar dan penjualan terhadap total
aset.
Model Springate memiliki
beberapa kelebihan dibanding dengan
model lainnya. Model Springate
mudah diaplikasikan untuk
memperoleh informasi terkait adanya
kesulitan keuangan perusahaan karena
model Springate menggunakan rasio
yang mudah ditemukan pada laporan
keuangan perusahaan. Rasio yang
digunakan pada model Springate
menggambarkan rasio-rasio keuangan
dimana terdapat rasio likuiditas, rasio
manajemen aset, rasio manajemen
utang, dan rasio profitabilitas. Model
Springate merupakan salah satu model
yang sederhana dimana hanya
menggunakan empat rasio keuangan.
Meskipun menggunakan
sedikit rasio keuangan model
Springate memiliki akurasi yang baik
dimana hal tersebut dibuktikan pada
penelitian yang dilakukan oleh Putera,
Swandari dan Dewi (2016) yang
membandingkan tiga model financial
distress dengan menggunakan model
Altman, Springate dan Ohlson yang
dilakukan pada perusahaan
pertambangan batubara yang terdaftar
di BEI periode 2008-2014. Hasil yang
diperoleh bahwa model Springate
memiliki akurasi lebih baik
dibandingkan dengan model Altman
dan Ohlson. Model Springate memiliki
akurasi 71,43 persen, model Altman
66,67 persen, dan model Ohlson 59,52
persen. Hal ini mengindikasikan
bahwa rasio pada model Springate
mampu memprediksi financial distress
pada perusahaan batubara di BEI.
Berdasarkan permasalahan
perusahaan otomotif dan komponen
pada beberapa tahun terakhir dan
kemampuan model Springate dalam
memprediksi kesulitan keuangan,
maka judul penelitian yang diambil
adalah ”Model Prediksi Kesulitan
Keuangan (Studi pada Perusahaan
Otomotif dan Komponen yang
Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia)”.
TINJAUAN PUSTAKA
Kesulitan Keuangan
Menurut Platt (2002) kesulitan
keuangan atau financial distress adalah
tahap penurunan kinerja perusahaan
yang menjadi indikasi sebelum terjadi
kebangkrutan atau likuidasi. Kondisi
ini pada umumnya ditandai antara lain
dengan adanya penundaan pengiriman,
kualitas produk yang menurun, dan
penundaan pembayaran tagihan dari
bank.
Kesulitan keuangan menurut
Dermawan (2014:584), merupakan
situasi dimana aliran kas operasi
sebuah perusahaan tidak cukup untuk
memuaskan kewajiban-kewajiban
yang sekarang (seperti perdagangan
kredit atau pengeluaran bunga) dan
6
perusahaan dipaksa untuk melakukan
tindakan korektif.
Berdasarkan uraian diatas,
dapat disimpulkan bahwa kesulitan
keuangan adalah tahap penurunan
kinerja keuangan perusahaan dengan
salah satu indikasinya yaitu
perusahaan kesulitan membayar
kewajiban lancar dikarenakan kas
perusahaan yang tidak cukup.
Kesulitan keuangan menjadi indikasi
awal sebelum perusahaan mengalami
kebangkrutan jika tidak segera
ditangani oleh perusahaan.
Model Kesulitan Keuangan
Penelitian mengenai model
prediksi kesulitan keuangan
perusahaan dipelopori oleh Beaver
pada tahun 1966. Pada awalnya, Wille
Beaver menggunakan analisis
univariat untuk mengetahui kondisi
kesulitan keuangan perusahaan. Pada
tahun 1968, Edward Altman
mengembangkan analisis model
kesulitan keuangan dengan melakukan
saran di akhir tulisan Beaver untuk
melakukan analisis multivariat.
Berdasarkan penelitian Edwar Altman
berkembanglah model analisis baru
dengan multivariat yang disebut juga
dengan motode MDA (multiple
discriminat analysis). Pengembangan
terus berlanjut hingga ditemukannya
model Springate oleh Gorgon L.V.
Springate pada tahun 1978. Model
Springate adalah model rasio yang
menggunakan multiple discriminat
analysis (MDA) dengan menganalisa
40 perusahaan di Kanada. Springate
menggunakan 19 rasio populer
kemudian diuji dan dipilih 4 rasio
keuangan untuk mengetahui adanya
kesulitan keuanganperusahaan.
Formulasi model Springate yaitu:
S = 1,03X1 + 3,07X2 + 0,66X3 +
0,4X4
Sumber: Gorgon L.V. Springate, 1978
Rasio yang terdapat pada
model Springate S-Score yaitu:
1. Modal kerja / total aset (X1)
Modal kerja merupakan selisih
antara aset lancar dan liabilitas lancar.
Modal kerja yang bernilai positif
menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam aktivitas operasionalnya serta
mampu membayar tagihan lancar
dengan aset lancar yang dimiliki.
Sedangkan modal kerja yang bernilai
negatif menunjukkan perusahaan
mengalami kesulitan dalam memenuhi
kewajibannya sehingga mengalami
gangguan pada aktivitas operasional
perusahaan.
2. Laba sebelum bunga dan pajak /
total aset (X2)
Menurut Brigham dan Houston
(2014:148), rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dari aset perusahaan, sebelum
pengaruh pajak dan leverage. Rasio ini
bermanfaat ketika membandingkan
perusahaan dengan berbagai tingkat
7
leverage keuangan dan situasi pajak.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin
efektif dan efisien perusahaan dalam
mengelola seluruh aset yang dimiliki
untuk menghasilkan laba sebelum
bunga dan pajak.
3. Laba sebelum pajak / liabilitas
lancar (X3)
Rasio ini menunjukkan berapa
laba sebelum pajak yang dapat
digunakan perusahaan untuk
membayar liabilitas lancar perusahaan
tanpa memperhatikan besaran pajak
yang akan ditanggung perusahaan.
4. Penjualan / total aset (X4)
Menurut Brigham dan Houston
(2014:139), Rasio penjualan/total aset
biasa disebut dengan rasio perputaran
total aset (Total Assets Turnover
Ratio) merupakan rasio yang
mengukur perputaran seluruh aset
perusahaan dan dihitung dengan
membagi penjualan dengan total aset.
Rasio ini menunjukkan seberapa
optimal perusahaan mengelola seluruh
total aset dalam menghasilkan volume
penjualan perusahaan untuk
mendapatkan laba. Semakin besar
rasio ini semakin baik bagi perusahaan
yang berarti bahwa perputaran aset
yang dimiliki berjalan dengan efektif
dan efisien dalam menghasilkan
penjualan untuk meraih laba
perusahaan.
Setelah penghitungan rasio dan
diakumulasikan dalam persamaan S-
Score, maka mendapatkan sebuah hasil
perhitungan dimana jika nilai S yang
didapat lebih dari 0,862 (S > 0,862)
maka dapat dikatakan perusahaan
dikatakan tidak mengalami kesulitan
keuangan. Sedangkan jika nilai S
kurang dari 0,862 (S < 0,862) maka
perusahaan dikatakan mengalami
kesulitan keuangan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu
penelitian deskriptif. penelitian
deskriptif yaitu penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai
variabel mandiri, baik satu variabel
atau lebih (independen) tanpa
membuat perbandingan, atau
menghubungkan dengan variabel yang
lain (Sugiyono, 2012: 13)
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini
adalah perusahaan otomotif dan
komponen yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Sampel yang
digunakan yaitu sampel jenuh dimana
teknik pemilihan sampel penelitian
dengan menggunakan seluruh bagian
dari populasi.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu data
kuantitatif. Data kuantitatif adalah
seluruh data informasi yang
8
dikumpulkan dari lapangan yang dapat
dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
Sumber data yang digunakan pada
penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang sudah
tersedia dan dikumpulkan oleh pihak
lain. Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang berupa laporan
keuangan perusahaan Otomotif dan
Komponen di Indonesia pada periode
2015-2017 melalui website Bursa Efek
Indonesia dan website perusahaan
terkait.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data
pada penelitian yaitu dengan
pendokumentasian. Metode ini
merupakan metode pengumpulan data
dengan cara mencatat dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan
kesulitan keuangan serta data-data
yang berhubungan dengan
karakteristik masing-masing
perusahaan yang menjadi sampel
penelitian maupun data-data
pendukung lain.
HASIL
Tabel 4.12
Hasil Perhitungan Model S-Score
No Nama
Perusahaan
2015 2016 2017
1 PT Astra International Tbk 0,835 0,787 0,867
2 PT Astra
Otoparts Tbk 1,288 1,430 0,824
3 PT Garuda Metalindo Tbk 1,492 1,912 1,573
4 PT Gajah Tunggal Tbk 0,470 0,839 0,626
5 PT Indomobil Sukses International Tbk 0,371 0,237 0,199
6 PT Indospring Tbk 0,538 0,772 1,406
7 PT Multi
Prima Sejahtera Tbk -0,158 -0,586 7,924
8 PT Nipress Tbk 0,457 0,637 0,527
9 PT Prima Alloy Steel Universal Tbk 0,214 0,192 0,173
10 PT Selamat Sempurna Tbk 2,339 2,710 3,078
11 PT Indo Kordsa Tbk 0,895 1,184 1,376
12 PT Goodyear
Indonesia Tbk 0,499 0,604 0,450
13 PT Multitrada Arah Sarana Tbk -0,023 0,121 0,141
Sumber: Data Diolah, 2018
Berdasarkan tabel diatas,
perusahaan yang memperoleh nilai S-
Score tertingi pada tahun 2015 yaitu
PT Selamat Sempurna Tbk dengan
skor 2,339 yang artinya perusahaan
memiliki kinerja yang lebih baik dari
perusahaan lainnya dan terhindar dari
kesulitan keuangan, sedangkan
9
perusahaan yang memiliki nilai S-
Score terendah tahun 2015 yaitu PT
Multi Prima Sejahtera Tbk -0,158 yang
artinya bahwa perusahaan memiliki
kinerja keuangan yang buruk menurut
model Springate dari perusahaan
sejenis dan perusahaan mengalami
kesulitan keuangan yang berpotensi
mengalami kebangkrutan.
Perusahaan yang memperoleh
S-Score tertinggi tahun 2016 adalah
PT Selamat Sempurna Tbk dengan
skor 2,710 artinya perusahaan
memiliki kinerja keuangan yang lebih
baik dari perusahaan lainnya pada
tahun 2016 serta terhindar dari
kesulitan keuangan, sedangkan
perusahaan yang memperoleh S-Score
terendah adalah PT Multi Prima
Sejahtera Tbk dengan skor -0,586
dimana kinerja keuangan perusahaan
paling buruk dibanding dengan
perusahaan lainnya serta perusahaan
diprediksi mengalami kebangkrutan
karena mengalami kesulitan keuangan
dalam dua tahun terakhir.
Pada tahun 2017, perusahaan
yang memiliki S-Score tertinggi adalah
PT Multi Prima Sejahtera Tbk dengan
skor 7,924, perusahaan mampu
memperbaiki kinerja keuangannya
sehingga menjadi perusahaan yang
memiliki kinerja terbaik dari
perusahaan lainnya dan terhindar dari
kesulitan keuangan. PT Multitrada
Arah Sarana Tbk menjadi perusahaan
yang memiliki S-Score terendah pada
tahun 2017 dengan skor 0,141.
Perusahaan tersebut mengalami
kesulitan keuangan dan berpotensi
mengalami kebangkrutan karena nilai
S-Score yang diperoleh berada
dibawah cut off modal Springate.
Implikasi Penelitian
Perusahaan otomotif dan
komponen yang memiliki nilai S-Score
tertinggi selama tahun 2015-2017
adalah PT Selamat Sempurna Tbk.
Perusahaan tersebut memiliki kinerja
keuangan yang semakin baik dari
tahun ke tahun. Perusahaan mampu
mengelola aset dengan baik dalam
menghasilkan penjualan, tingkat
profitabilitas perusahaan tinggi,
tersedianya laba dalam melunasi
liabilitas lancar serta likuiditas
perusahaan yang tinggi. Perusahaan
otomotif dan komponen yang
memperoleh nilai S-Score terendah
selama 2015-2017 adalah PT
Multitrada Arah Sarana Tbk.
Pengelolaan aset yang kurang optimal
serta tingkat profitabilitas perusahaan
yang rendah menyebabkan perusahaan
mengalami kerugiaan sehingga
perusahaan dinyatakan mengalami
kesulitan keuangan selama 2015-2017.
Perusahaan yang mengalami
kesulitan keuangan berdasarkan model
Springate umumnya disebabkan oleh
kurang optimalnya perusahaan dalam
mengelola aset yang dimiliki. Modal
kerja yang negatif serta tingkat
profitabilitas perusahaan yang rendah
menjadi penyebab utama perusahaan
10
mengalami kesulitan keuangan. Modal
kerja perusahaan bernilai negatif
artinya bahwa perusahaan memiliki
tingkat likuiditas yang rendah karena
aset lancar perusahaan tidak
mencukupi untuk melunasi liabilitas
lancar perusahaan. Sedangkan, tingkat
profitabilitas perusahaan yang rendah
artinya bahwa perusahaan kurang
optimal mengelola aset dalam
menghasilkan laba atau keuntungan
untuk keberlangsungan hidup
perusahaan.
Perusahaan otomotif dan
komponen yang mengalami kesulitan
keuangan sebaiknya segera mengambil
keputusan supaya perusahaan tidak
mengalami kebangkrutan. Perusahaan
perlu memperbaiki likuiditas
perusahaan dengan cara mengelola
modal kerja perusahaan dengan
optimal sehingga aktivitas operasional
perusahaan berjalan secara efektif dan
efisien. Tingkat profitabilitas
perusahaan juga perlu ditingkatkan
dengan cara pengelolaan aset yang
baik untuk menghasilkan penjualan
yang tinggi serta penghematan biaya-
biaya yang ditanggung perusahaan
sehingga perusahaan memperoleh laba
yang besar.
Perusahaan yang tidak
mengalami kesulitan keuangan
sebaiknya tetap berhati-hati dalam
pengambilan keputusan. Keputusan
terkait sumber dan penggunaan dana
perlu diperhatikan dengan baik supaya
perusahaan dapat menjalankan
usahanya secara efektif dan efisien.
Sehingga perusahaan tetap dapat
terhindar dari kesulitan keuangan serta
dapat menjalankan kegiatan usahanya
dengan baik dan dapat meraih cita-cita
perusahaan.
PENUTUP
Kesimpulan
Terdapat 3 perusahaan yang
memiliki kinerja keuangan yang baik
sehingga terhindar dari kesulitan
keuangan selama 3 tahun. Perusahaan
tersebut adalah PT Garuda Metalindo
Tbk, PT Selamat Sempurna Tbk, dan
PT Indokordsa. Perusahaan tersebut
berdasarkan model Springate S-Score
memiliki kinerja keuangan yang baik
dalam mengelola aset perusahaan
untuk menghasilkan penjualan dan
laba sebelum bunga dan pajak serta
tersedianya laba sebelum pajak
perusahaan untuk melunasi liabilitas
lancar perusahaan serta likuiditas
perusahaan yang tinggi.
Perusahaan yang berpotensi
bangkrut setelah selama 3 tahun
berturut-turut mengalami kesulitan
keuangan adalah PT Gajah Tunggal
Tbk, PT Indomobil Sukses
International Tbk, PT Nipress Tbk, PT
Prima Alloy Steel Universal Tbk, PT
Goodyear Indonesia Tbk, dan PT
Multitrada Arah Sarana Tbk. Rata-rata
perusahaan tersebut mengalami
masalah pada modal kerja, dimana aset
lancar perusahaan tidak mencukupi
11
untuk menutup liabilitas lancar
sehingga operasional perusahaan tidak
berjalan dengan baik. Tingkat
profitabilitas perusahaan yang rendah
dan tingginya beban-beban yang
ditanggung perusahaan menjadi faktor
lain bagi perusahaan sehingga
menyebabkan perusahaan mengalami
kesulitan keuangan.
Perusahaan yang mengalami
fluktuasi selama tahun 2015-2017
adalah PT Astra International Tbk, PT
Indospring Tbk, dan PT Multi Prima
Sejahtera Tbk merupakan perusahaan
yang mampu memperbaiki kinerja
keuangan sehingga pada tahun 2017
tidak mengalami kesulitan keuangan.
Perusahaan tersebut mampu
mengoptimalkan aset yang dimiliki
dalam mengelola modal kerja,
penjualan dan EBIT serta tersedianya
EBT untuk melunasi liabilitas lancar
perusahaan. PT Astra Otoparts Tbk
merupakan perusahaan mengalami
penurunan kinerja keuangan pada
tahun 2017 setelah pada tahun 2015
dan 2016 tidak mengalami kesulitan
keuangan yang disebabkan oleh
turunnya modal kerja perusahaan.
Saran
Perusahaan yang tidak
mengalami kesulitan keuangan seperti
PT Garuda Metalindo Tbk, PT Selamat
Sempurna Tbk, dan PT Indokordsa,
perlu meningkatkan kinerja keuangan
dan berhati-hati dalam pengambilan
keputusan perusahaan supaya
perusahaan dapat berjalan sesuai
dengan yang diinginkan dan tetap
terhindar dari kondisi kesulitan
keuangan. Bagi perusahaan yang
mengalami kesulitan keuangan seperti
PT Gajah Tunggal Tbk, PT Indomobil
Sukses International Tbk, PT Nipress
Tbk, PT Prima Alloy Steel Universal
Tbk, PT Goodyear Indonesia Tbk, dan
PT Multitrada Arah Sarana Tbk, perlu
segera mengambil keputusan terbaik
supaya kondisi yang dialami
perusahaan tidak semakin memburuk.
Perusahaan tersebut perlu
memaksimalkan aset perusahaan yang
dimiliki untuk menghasilkan penjualan
dan laba yang optimal serta likuiditas
perusahaan perlu ditingkatkan.
Perusahaan juga perlu melakukan
efisiensi liabilitas sehingga beban yang
ditanggung perusahaan tidak terlalu
tinggi. Perusahaan yang mengalami
fluktuasi seperti PT Astra International
Tbk, PT Astra Otoparts Tbk, PT
Indospring Tbk, dan PT Multi Prima
Sejahtera Tbk perlu meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan seperti
pengelolaan aset dalam menghasilkan
penjualan dan laba sebanyak mungkin
dan likuiditas perusahaan yang perlu
diperbaiki serta perusahaan perlu
malakukan efisiensi pinjaman.
Berdasarkan hasil penelitian,
dapat diketahui perusahaan apa saja
mengalami kesulitan keuangan dan
berpotensi mengalami kebangkrutan
serta perusahaan yang sehat menurut
model Springate S-Score serta faktor
12
apa saja yang menjadi penyebab
perusahaan berada dikondisi tersebut.
Informasi ini diharapkan dapat
membantu investor untuk mengetahui
sejauh mana kinerja keuangan
perusahaan serta membantu investor
untuk mengambil keputusan terkait
pendanaan.
Informasi kondisi perusahaan
terkait kesulitan keuangan berdasarkan
model Springate S-Score sangat
penting bagi pihak kreditur. Informasi
ini diharapkan dapat membantu
kreditur dalam mengetahui sejauh
mana kinerja keuangan perusahaan dan
bagaimana prospek perusahaan selama
beberapa tahun ke depan serta berapa
dana yang dipinjamkan untuk
perusahaan.
Diharapkan pada penelitian
selanjutnya dapat lebih memperdalam
mengenai analisis model Springate S-
Score untuk memprediksi kesulitan
keuangan pada sektor industri lainnya.
Diharapkan juga penelitian ini dapat
menjadi rujukan bahwa model
Springate S-Score dapat digunakan
dalam memprediksi kesulitan
keuangan.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang dihadapi
oleh peneliti dalam memprediksi
kesulitan keuangan pada perusahaan
otomotif dan komponen yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia antara lain:
1. Pada model Springate tidak
menggunakan rasio nilai pasar
dimana rasio ini berfungsi untuk
mengetahui risiko dan prospek
perusahaan bagi investor.
2. Rasio modal kerja/total aset dan
laba sebelum bunga dan pajak/total
aset menjadi rasio yang paling
signifikan menentukan hasil S-
Score karena memiliki nilai
koefisien yang tinggi.
3. Penelitian ini tidak ada
pembanding dari model analisis
lain untuk mengetahui benar
tidaknya kondisi keuangan
perusahaan sehingga hasil menurut
model Springate mutlak menjadi
gambaran kondisi keuangan
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2018. Laporan Keuangan
Perusahaan Otomotif dan
Komponen.
http://www.idx.co.id/. Diakses
pada 25 Agustus 2018.
Anonim. 2018. Grafik Trend Kurs US
Dollar.
https://kursdollar.net/grafik/US
D/. Diakses pada 8 November
2018.
Agung, Anak Agung Putu. 2012.
Metodologi Penelitian Bisnis.
Universitas Brawijaya Press.
Malang.
Arasu, R, C. D. Balaji, S. Praveen
Kumar, dan N. Thamizhselvi.
13
2013. Applicabillity of Fulmer
and Springate Models for
Predicting Financial Distress of
Firms in the Finance Sector –
an Empirical Analysis. ELK
Asia Pacific Journal of
Finance and Risk Managemen.
India. Volume 4 Issue 1.
Brigham, Eugene F dan Joel F.
Houston, 2014. Dasar - Dasar
Manajemen Keuangan.
Terjemahan oleh Dewi Yanti.
Salemba Empat. Jakarta.
Damayanti, Ika Melissa. 2011.
Hubungan Pengungkapan
Tanggung Jawan Sosial (CSR
Disclosure) dengan
kepemilikan Institusional pada
Perusahaan Manufaktur Go
Public Di Indonesia. Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro.
Dermawan, Syahrial. 2014.
Manajemen Keuangan
Lanjutan. Edisi Pertama. Mitra
Wacana Media. Jakarta.
Gamayuni, Rindu Rika. 2011. Analisis
Ketepatan Model Altman
sebagai Alat untuk
Memprediksi Kebangkrutan
(Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur di
BEI). Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan. Universitas
Lampung. Vol 16 No. 2, 176-
190.
Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim.
2016. Analisis Laporan
Keuangan. UPP AMP YKPN.
Yogyakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. 2013. Analisis
Kritis Atas Laporan Keuangan.
Edisi 11. Rajawali Pers,
Jakarta.
Kayo, Edison Sultan. Perusahaan
Manufaktur Sub Sektor
Otomotif dan Komponen BEI.
http://www.sahamok.com.
Diakses pada 27 Agustus 2018.
Kristi, Utami Wahyuni. 2017. Analisis
Potensi Kebangkrutan
Perusahaan Menggunakan
Model Springate S-Score
(Studi pada Perusahaan
Pertambangan Batubara yang
terdaftar di BEI Periode 2014-
2016). Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya.
Kuncoro, Mudrajad. 2013. Metode
Riset untuk Bisnis dan Ekonomi
(Bagaimana Meneliti dan
Menulis Tesis?). Edisi Ketiga.
Erlangga. Yogyakarta.
Nayazri, Ghulam Muhammad. 2017.
Tiga Tantangan Utama Industri
Otomotif Nasional.
https://otomotif.kompas.com/re
ad/2017/01/26/133100115/tiga.
tantangan.utama.industri.otomo
tif.nasional. Diakses pada 20
November 2018.
14
Platt. D Harlan dan Marjorie B. Platt.
2002. Predicting Corporate
Financial Distress:Reflections
on Choice-Based Sample Bias.
Journal of Economics and
Finance. Northeastern
University. Vol 26. No. 2.
Prihantini, Ni Made Evi Dwi dan
Maria M. Ratna Sari. 2013.
Prediksi Kebangkrutan dengan
Model Grover, Altman Z-
Score, Springate dan
Zmijewski pada Perusahaan
Food And Beverage di Bursa
Efek Indonesia. E-Jurnal
Akuntansi Universitas
Udayana. Universitas
Udayana. Vol 5. No 2, 417-
435.
Putera, Fairuz Zubady Zainal Abidin,
Fifi Swandari dan Dian Masita
Dewi. 2016. Perbandingan
Prediksi Financial Distress
dengan Menggunakan Model
Altman, Springate dan Ohlson.
Jurnal Wawasan Manajemen.
Vol 4 No. 3.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2014.
Manajemen Keuangan
Modern. Edisi 1. Mitra Wacana
Media. Jakarta.
Sanusi, Anwar. 2016. Metode
Penelitian Bisnis. Salemba
Empat. Jakarta.
Sayari, Naz dan C.S. Mugan. 2017.
Industry Specific Financial
Distress Modeling. BRQ
Business Research Quarterly.
USA. Vol. 19. No. 20, 45-62.
Sekaran, Uma. 2006. Research
Methods For Business.
Salemba Empat. Jakarta.
Springate, L. V. Gordon. 1978.
Predicting The Possibility of
Failur in Canadian Firm.
MBA Research Project: Simon
Fraser University
Subramanyam, K.R dan John J. Wild.
2014. Analisis Laporan
Keuangan. Buku 1.
Terjemahan oleh Ali Akbar
Yulianto. Salemba Empat.
Jakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Alfabeta. Bandung.
Utari, Dewi, Ari Purwanti dan
Darsono Prawironegoro. 2014.
Manajemen Keuangan: Kajian
Praktik dan Teori dalam
Mengelola Keuangan
Organisasi Perusahaan. Edisi
Revisi. Mitra Wacana Media.
Jakarta.
Winosa, Yosi. 2018. Industri
Komponen Otomotif Masih
Net Importer.
https://www.wartaekonomi.co.i
d/read184897/industri-
komponen-otomotif-masih-net-
15
importer.html. Diakses pada 20
November 2018.
Wulandari, Veronika, Emrinaldi Nur
D.P dan Julita. 2014. Analisis
Perbandingan Model Altman,
Springate, Ohlson, Fulmer,
CA-Score dan Zmijewski
Dalam Memprediksi Financial
Distress (studi empiris pada
Perusahaan Food and
Beverages yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode
2010-2012). JOM FEKON. Vol
1 No. 2.