modal sosial dan kemiskinan di kabupaten...

60
MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGJAKARTA DISERTASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Doktor dalam Bidang Ekonomi Islam Oleh: Any Widayatsari 10.3.00.1.08.01.0115 KONSENTRASI EKONOMI ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 H/1435 H

Upload: doanphuc

Post on 18-Jul-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI

KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA

YOGJAKARTA

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh

Gelar Doktor dalam Bidang Ekonomi Islam

Oleh

Any Widayatsari

10300108010115

KONSENTRASI EKONOMI ISLAM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015 H1435 H

iii

KATA PENGANTAR

Puji serta sukur terpanjatkan kepada Allah SWT atas

limpahan nikmatnya sehingga disertasi ini dapat terselesaikan

Semoga kebahagiaan dan keselamatan senantiasa tercurahkan

kepada Nabi Muhammad beserta keluarga sahabat dan para

pengikut ajarannya

Disertasi ini disusun sebagai tugas akhir sekaligus syarat

meraih gelar Doktor dalam bidang pemikiran Islam di Sekolah

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamya kepad a

berbagai pihak yang telah banyak membantu sehingga tugas ini

dapat terselesaikan diantaranya

1 Ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk (Alm) Bapak

Soekadji Ibu Sadini anak anakku Bagas Anindyaguna

Bagus Raditya dan Bhimo Basil Baridwan saudara-

saudaraku Riana dan Achmad Noor serta M Ivan dan Ibu

Sofia Yusuf Razak atas motivasi dan semangat sehingga

desertasi ini dapat diselesaikan

2 Ucapan terima kasih untuk Prof Dr Dede Rosyada MA

selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr

Masykuri Abdillah selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Didin

SaepuddinMA Prof Dr Azyumardi Azra MA Prof Dr

Suwito MA Dan Dr Yusuf Rahman MA

3 Prof Dr Sri-Edi Swasono dan Prof Dr M Bambang

Pranowo selaku pembimbing I dan II yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing dan membuka

wawasan penulis

4 Ucapan terima kasih kepada Dekan dan Ketua Jurusan Ilmu

Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Riau atas

kesempatan yang diberikan untuk memperoleh gelar ini

5 Ucapan terimakasih kepada Bappeda DIY Dinas Sosial

DIY Bappeda KabGunungkidul Dinas Perindustrian

Kabupaten Gunungkidul BPMPKB Kabupaten

Gunungkidul Bapak Camat Saptosari beserta staff

Kecamatan Saptosari Dinas pertanian Kecamatan

Saptosari Bapak Lurah Desa Krambilsawit Bapak Lurah

iv

Desa Kanigoro yang telah banyak membantu dalam proses

penelitian desertasi ini

6 Terimakasih kepada Bapak Ngadi Prawirotomo atas

bantuan yang diberikan selama saya melakukan penelitian di

Kabupaten Gunungkidul dan Yogjakarta

7 Kepada para narasumber Ibu Roestin Ilyas Dr Yulianto

Winaro Bapak Daru Dananjaya (Ketua Ikaragil DKI) para

pemimpin Korwil dan anggota Ikaragil Korwil Jakarta

Timur dan Selatan atas bantuan dan masukan yang

diberikan

8 Juga kepada teman-teman diskusi saya DrEugenia

Mardanugraha MEc Dr Hanggono MSc Gideon

Adinirekso MEc Saepullah MA Hum Dr Sofyan Hadi

dan Dr Yusni Maulida MSc

9 Seluruh Staff Adminsitrasi SPS-UIN Ibu Ima Ibu Vemmy

Bapak Arif Bapak Adam dan Bapak Sahmy

10 Teman-teman yang selalu ada dalam senang ataupun susah

selama saya di SPS UIN Jakarta Sarwenda Wina Tresa

Rahayu Abubakr Ibragimov Magomed Tazhdinov Datul

Istada Inda Kartika Zaima Mufarini Mala Yasin Puji

Abdul Qodir Nurun Nisa Ibu Maya dan Artur Gubaydullin

juga para penghuni QR Zulhelmy dan Ade Wahyuddin

serta teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang tidak

mungkin penulis sebutkan satu persatu semoga amal

baiknya mendapat balasan pahala dari Allah SWT Amigtn yagt rabb alrsquoa gtlamigtn

Akhirnya penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh

dari sempurna karena kekurangan dan keterbatasan Oleh karena

itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan

penelitian ini

Jakarta Juli 2015

Penulis

Any Widayatsari

v

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama Any Widayatsari

Tempat Tanggal Lahir Tulungagung7 November 1968

NIM 10300108010115

Jenjang pendidikan Doktoral

Konsentrasi Ekonomi Islam

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi berjudul ldquoModal Sosial

dan Kemiskinan di Gunungkidulrdquo adalah hasil karya saya kecuali

kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya Apabila di dalamnya

terdapat kesalahan dan kekeliruan maka sepenuhnya menjadi tanggung

jawab saya Selain itu apabila di dalamnya terdapat plagiasi yang dapat

berakibat diberikan sanksi berupa pencabutan gelar oleh Sekolah

Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta maka saya siap menanggung resikonya

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya

Jakarta 23 Juli 2015

Yang membuat pernyataan

Any Widayatsari

xi

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama Any Widayatsari

NIM 10300108010115

Judul Desertasi Modal Sosial dan Kemiskinan di

Kabupaten Gunungkidul

DI Yogjakarta

Menyatakan bahwa desertasi ini telah di verifikasi oleh DrYusuf

Rahman pada tanggal 6 Juli 2015

Desertasi ini telah diperbaiki sesuai dengan saran verfikasi meliputi

1 Perbaiki penulisan footnote dan daftar pustaka

2 Periksa dan perbaiki ejaan dalam penulisan

3 Perbaiki Abstrak Bahasa Inggris

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat

menjadi pertimbangan untuk menempuh ujian Promosi

Jakarta 6 Juli 2015

Saya yang membuat pernyataan

Any Widayatsari

xv

ABSTRAK

Kesimpulan disertasi adalah kualitas modal sosial modal finansial dan

pemberdayaan masyarakat apabila dikembangkan maka dapat

meningkatkan kapabilitas masyarakat untuk keluar dari kemiskinan Modal

sosial yang dimaksud terdapat dalam UUD 1945 pasal 33 yang merupakan

core values Indonesia yaitu azaz kerjasama dan kekeluargaan yang mengikat

setiap anggota masyarakat

Disertasi ini mendukung Putnam (1993) Woolcock dan Narayan

(2000) yang menyimpulkan bahwa modal sosial adalah sebuah platform

untuk pemberdayaan masyarakat Penurunan kualitas modal sosial

menyebabkan masalah sosial di masyarakat Modal sosial harus

dikembangkan dan harus mampu menjembatani masyarakat dengan sumber

daya yang tersedia di dalam dan di luar komunitas Disertasi ini pun

sependapat dengan Sri-Edi Swasono (2011) yang menyatakan bahwa

pembangunan selayaknya memperhatikan pemerataan untuk rakyat dan

membangun kemampuan produktif (productive capability) rakyat

Pembangunan bukan hanya menjadikan masyarakat mempunyai nilai tambah

secara ekonomi akan tetapi masyarakat mempunyai nilai tambah sosial

kultur

Disertasi ini berbeda dengan Joseacute del Rio Mustre (2005) dan Di Falco

dan Bulte (2011) yang menyatakan bahwa modal sosial tidak berpengaruh

terhadap perekonomian terutama dalam jangka panjang Ikatan sosial yang

menciptakan kebutuhan untuk berbagi dalam ikatan keluarga akan

mengakibatkan distorsi dalam keputusan pembelian aset menghalangi

penciptaan tabungan dan menekan pertumbuhan ekonomi

Disertasi ini membuktikan bahwa kemiskinan di Gunung Kidul

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kemiskinan alami yang berubah

menjadi kemiskinan struktural disebabkan oleh kegagalan pemerintah dalam

mengembangkan kapabilitas masyarakat miskin berdasarkan kepada teori-

teori pembangunan ekonomi yang telah terbukti Kemiskinan diperburuk

oleh program bantuan pemerintah yang bersifat alturistik yang tidak efektif

dan tidak mendorong kemandirian masyarakat untuk keluar dari

kemiskinan Bonding social capital yang berlimpah di Gunungkidul harus

dikembangkan ke dalam bentuk yang lebih luas menjadi modal sosial yang

menjembatani (bridging social capital) dan modal sosial yang

menghubungkan (linking social capital) dan harus didukung oleh modal

keuangan dan modal manusia untuk dapat secara efektif digunakan untuk

meningkatkan kesejahtraan masyarakat

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan dua

jenis data Pertama data primer yangbersumber dari hasil studi dokumen

wawancara observasi dan quesioner Kedua data sekunder yang bersumber

dari referensiyang mendukung berupa buku jurnal majalahdan lain-lain

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi ekonomi yang

bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ekonomi dan fenomena

sosial Sedangkan metode penelitian menggunakan Rapid Participation Appraisal (RPA) dan Focus Group Discussion (FGD)

Kata Kunci Kemiskinan Modal Sosial Pemberdayaan Kapabilitas

xvii

ABSTRACT

The conclusion of this dissertation is that the development of social

capital financial capital and community empowerment can improve peoples

capability to escape poverty Social capital which is contained in Article 33 of the

1945 Basic Constitution (UUDrsquo45) are core values of Indonesia namely

cooperation and kinship principles that binds every member of the community

This research concludes that if a community have a more develop quality of

social capital bigger access to financial capital and more empowered then the

greater their capability to move out of poverty Social capital is social ties based on

mutual trust mutual cooperation values and behaviors that bind every member of

the community

This dissertation supports Putnam (1993) Woolcock and Narayan (2000)

whose research conclution is that social capital is a platform for community

empowerment The decline in the quality of social capital lead to social problems in

the community Social capital should be developed and should be able to bridge

communities and resources both of which are available within and outside the

society This research is also in line with Sri-Edi Swasono (2011) who states that

development should take notice to peoplersquos equity and productive capabilities

building Development should not only about economic value it have also count

for social culture value added

This dissertation againts Joseacute Mustre del Rio (2005) Di Falco and Bulte

(2011) statement that social capital has no effect to the economy especially in the

long run Social ties that create the need to share in the family bond will result in

distortions in the decision on the purchase of assets blocking the creation of

savings and suppress economic growth

This dissertation proved that poverty in Gunung Kidul Yogyakarta

Special Region is natural poverty turned into structural poverty caused by

Government failure to developed poor peoplersquos capability based on economic

development theories that has been proven Poverty is exacerbated by un-effective

alturistic based government poverty alleviation programs Gunungkidul has

abundant source of bonding social capital but to be able to used as a poverty

alleviation instrument social capital have to be developed into broader form of

bridging and linking social capital and supported by financial capital and human

capital

This study is a qualitative study using two types of data First the primary

data sourced from the study of documents interviews observations and

questionnaires Second secondary data obtained from the references that support

research either in the form of books journals and others The approach used is

economic sociology approach which aims to analyze the relationship between

economic and social phenomena While research method using Participation Rapid

Appraisal (RPA) and Focus Group Discussion (FGD)

Keywords Poverty Social Capital Empowerment Capability

xix

ادللخص

ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي

من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع

رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال

على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال

اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية

ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان

يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد

االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني

ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة

رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال

عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت

البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية

xx

حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات

FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع

والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات

xxi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam

karya ilmiah ini adalah sebagai berikut

A Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s = ص

d = ض

t = ط

z = ظ

ع = lsquo

gh = غ

f = ؼ

q = ؽ

k = ؾ

l = ؿ

m = ـ

n = ف

h = ق

w = ك

y = م

B Vokal

1 Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah A A

Kasrah I I

Dammah U U

xxii

2 Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ل Fathah dan ya Ai a dan i

ك Fathah dan

wau

Au a dan w

Contoh

haul حول Husain حسني

C Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا

Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي

Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو

D Tarsquo Marbugttah (ة)

Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai

dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)

madrasah ( )مدرسة

Contoh

املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah

E Shaddah

Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh

nazzala نزل

xxiii

F Kata Sandang

Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang

mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai

huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf

qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل

Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah

seperti kata al-Rajulu (الرجل)

Contoh

al-Qalam القلم al-Shams الشمس

G Pengecualian Transliterasi

Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata

bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia

dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam

konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam

penulisan

xxv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v

PERSETUJUAN PROMOTOR vii

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii

ABSTRAK xv

PEDOMAN TRANSLITRASI xxi

DAFTAR ISI xxv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Permasalahan 20

1 Identifikasi Masalah 20

2 Pembatasan Masalah 21

3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22

C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22

D Tujuan Penelitian 25

E Manfaat Penelitian 25

F Metodologi Penelitian 26

1 Jenis Penelitian 26

2 Populasi dan Sampel Penelitian 27

3 Data dan Sumber Data 27

a) Data primer 27

b) Data Sekunder 28

4 Metode Pengolahan Data 28

G Sistimatika Penulisan 29

BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM

PERDEBATAN 31

A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan

ketimpangan distribusi pendapatan 31

B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan

Islam 44

C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49

D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63

E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan

Islam 73

xxvi

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85

A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat

Gunungkidul 85

B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91

C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97

D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100

BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT

GUNUNGKIDUL 107

A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di

Gunungkidul 107

B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan

Kapabilitas Masyarakat Miskin 118

C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty

Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan

Budaya 127

D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang

Tinggal 136

E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara

Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144

F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan

Peran Lembaga Keuangan 160

BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 181

A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181

B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190

C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197

D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan

Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205

E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan

Modal Sosial 214

BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 223

A Kesimpulan 223

B Saran dan Implikasi 224

xxvii

DAFTAR PUSTAKA 227

GLOSSARY 265

INDEKS 267

BIOGRAFI PENULIS 275

LAMPIRAN 277

xxviii

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 2: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

iii

KATA PENGANTAR

Puji serta sukur terpanjatkan kepada Allah SWT atas

limpahan nikmatnya sehingga disertasi ini dapat terselesaikan

Semoga kebahagiaan dan keselamatan senantiasa tercurahkan

kepada Nabi Muhammad beserta keluarga sahabat dan para

pengikut ajarannya

Disertasi ini disusun sebagai tugas akhir sekaligus syarat

meraih gelar Doktor dalam bidang pemikiran Islam di Sekolah

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamya kepad a

berbagai pihak yang telah banyak membantu sehingga tugas ini

dapat terselesaikan diantaranya

1 Ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk (Alm) Bapak

Soekadji Ibu Sadini anak anakku Bagas Anindyaguna

Bagus Raditya dan Bhimo Basil Baridwan saudara-

saudaraku Riana dan Achmad Noor serta M Ivan dan Ibu

Sofia Yusuf Razak atas motivasi dan semangat sehingga

desertasi ini dapat diselesaikan

2 Ucapan terima kasih untuk Prof Dr Dede Rosyada MA

selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr

Masykuri Abdillah selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Didin

SaepuddinMA Prof Dr Azyumardi Azra MA Prof Dr

Suwito MA Dan Dr Yusuf Rahman MA

3 Prof Dr Sri-Edi Swasono dan Prof Dr M Bambang

Pranowo selaku pembimbing I dan II yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing dan membuka

wawasan penulis

4 Ucapan terima kasih kepada Dekan dan Ketua Jurusan Ilmu

Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Riau atas

kesempatan yang diberikan untuk memperoleh gelar ini

5 Ucapan terimakasih kepada Bappeda DIY Dinas Sosial

DIY Bappeda KabGunungkidul Dinas Perindustrian

Kabupaten Gunungkidul BPMPKB Kabupaten

Gunungkidul Bapak Camat Saptosari beserta staff

Kecamatan Saptosari Dinas pertanian Kecamatan

Saptosari Bapak Lurah Desa Krambilsawit Bapak Lurah

iv

Desa Kanigoro yang telah banyak membantu dalam proses

penelitian desertasi ini

6 Terimakasih kepada Bapak Ngadi Prawirotomo atas

bantuan yang diberikan selama saya melakukan penelitian di

Kabupaten Gunungkidul dan Yogjakarta

7 Kepada para narasumber Ibu Roestin Ilyas Dr Yulianto

Winaro Bapak Daru Dananjaya (Ketua Ikaragil DKI) para

pemimpin Korwil dan anggota Ikaragil Korwil Jakarta

Timur dan Selatan atas bantuan dan masukan yang

diberikan

8 Juga kepada teman-teman diskusi saya DrEugenia

Mardanugraha MEc Dr Hanggono MSc Gideon

Adinirekso MEc Saepullah MA Hum Dr Sofyan Hadi

dan Dr Yusni Maulida MSc

9 Seluruh Staff Adminsitrasi SPS-UIN Ibu Ima Ibu Vemmy

Bapak Arif Bapak Adam dan Bapak Sahmy

10 Teman-teman yang selalu ada dalam senang ataupun susah

selama saya di SPS UIN Jakarta Sarwenda Wina Tresa

Rahayu Abubakr Ibragimov Magomed Tazhdinov Datul

Istada Inda Kartika Zaima Mufarini Mala Yasin Puji

Abdul Qodir Nurun Nisa Ibu Maya dan Artur Gubaydullin

juga para penghuni QR Zulhelmy dan Ade Wahyuddin

serta teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang tidak

mungkin penulis sebutkan satu persatu semoga amal

baiknya mendapat balasan pahala dari Allah SWT Amigtn yagt rabb alrsquoa gtlamigtn

Akhirnya penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh

dari sempurna karena kekurangan dan keterbatasan Oleh karena

itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan

penelitian ini

Jakarta Juli 2015

Penulis

Any Widayatsari

v

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama Any Widayatsari

Tempat Tanggal Lahir Tulungagung7 November 1968

NIM 10300108010115

Jenjang pendidikan Doktoral

Konsentrasi Ekonomi Islam

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi berjudul ldquoModal Sosial

dan Kemiskinan di Gunungkidulrdquo adalah hasil karya saya kecuali

kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya Apabila di dalamnya

terdapat kesalahan dan kekeliruan maka sepenuhnya menjadi tanggung

jawab saya Selain itu apabila di dalamnya terdapat plagiasi yang dapat

berakibat diberikan sanksi berupa pencabutan gelar oleh Sekolah

Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta maka saya siap menanggung resikonya

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya

Jakarta 23 Juli 2015

Yang membuat pernyataan

Any Widayatsari

xi

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama Any Widayatsari

NIM 10300108010115

Judul Desertasi Modal Sosial dan Kemiskinan di

Kabupaten Gunungkidul

DI Yogjakarta

Menyatakan bahwa desertasi ini telah di verifikasi oleh DrYusuf

Rahman pada tanggal 6 Juli 2015

Desertasi ini telah diperbaiki sesuai dengan saran verfikasi meliputi

1 Perbaiki penulisan footnote dan daftar pustaka

2 Periksa dan perbaiki ejaan dalam penulisan

3 Perbaiki Abstrak Bahasa Inggris

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat

menjadi pertimbangan untuk menempuh ujian Promosi

Jakarta 6 Juli 2015

Saya yang membuat pernyataan

Any Widayatsari

xv

ABSTRAK

Kesimpulan disertasi adalah kualitas modal sosial modal finansial dan

pemberdayaan masyarakat apabila dikembangkan maka dapat

meningkatkan kapabilitas masyarakat untuk keluar dari kemiskinan Modal

sosial yang dimaksud terdapat dalam UUD 1945 pasal 33 yang merupakan

core values Indonesia yaitu azaz kerjasama dan kekeluargaan yang mengikat

setiap anggota masyarakat

Disertasi ini mendukung Putnam (1993) Woolcock dan Narayan

(2000) yang menyimpulkan bahwa modal sosial adalah sebuah platform

untuk pemberdayaan masyarakat Penurunan kualitas modal sosial

menyebabkan masalah sosial di masyarakat Modal sosial harus

dikembangkan dan harus mampu menjembatani masyarakat dengan sumber

daya yang tersedia di dalam dan di luar komunitas Disertasi ini pun

sependapat dengan Sri-Edi Swasono (2011) yang menyatakan bahwa

pembangunan selayaknya memperhatikan pemerataan untuk rakyat dan

membangun kemampuan produktif (productive capability) rakyat

Pembangunan bukan hanya menjadikan masyarakat mempunyai nilai tambah

secara ekonomi akan tetapi masyarakat mempunyai nilai tambah sosial

kultur

Disertasi ini berbeda dengan Joseacute del Rio Mustre (2005) dan Di Falco

dan Bulte (2011) yang menyatakan bahwa modal sosial tidak berpengaruh

terhadap perekonomian terutama dalam jangka panjang Ikatan sosial yang

menciptakan kebutuhan untuk berbagi dalam ikatan keluarga akan

mengakibatkan distorsi dalam keputusan pembelian aset menghalangi

penciptaan tabungan dan menekan pertumbuhan ekonomi

Disertasi ini membuktikan bahwa kemiskinan di Gunung Kidul

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kemiskinan alami yang berubah

menjadi kemiskinan struktural disebabkan oleh kegagalan pemerintah dalam

mengembangkan kapabilitas masyarakat miskin berdasarkan kepada teori-

teori pembangunan ekonomi yang telah terbukti Kemiskinan diperburuk

oleh program bantuan pemerintah yang bersifat alturistik yang tidak efektif

dan tidak mendorong kemandirian masyarakat untuk keluar dari

kemiskinan Bonding social capital yang berlimpah di Gunungkidul harus

dikembangkan ke dalam bentuk yang lebih luas menjadi modal sosial yang

menjembatani (bridging social capital) dan modal sosial yang

menghubungkan (linking social capital) dan harus didukung oleh modal

keuangan dan modal manusia untuk dapat secara efektif digunakan untuk

meningkatkan kesejahtraan masyarakat

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan dua

jenis data Pertama data primer yangbersumber dari hasil studi dokumen

wawancara observasi dan quesioner Kedua data sekunder yang bersumber

dari referensiyang mendukung berupa buku jurnal majalahdan lain-lain

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi ekonomi yang

bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ekonomi dan fenomena

sosial Sedangkan metode penelitian menggunakan Rapid Participation Appraisal (RPA) dan Focus Group Discussion (FGD)

Kata Kunci Kemiskinan Modal Sosial Pemberdayaan Kapabilitas

xvii

ABSTRACT

The conclusion of this dissertation is that the development of social

capital financial capital and community empowerment can improve peoples

capability to escape poverty Social capital which is contained in Article 33 of the

1945 Basic Constitution (UUDrsquo45) are core values of Indonesia namely

cooperation and kinship principles that binds every member of the community

This research concludes that if a community have a more develop quality of

social capital bigger access to financial capital and more empowered then the

greater their capability to move out of poverty Social capital is social ties based on

mutual trust mutual cooperation values and behaviors that bind every member of

the community

This dissertation supports Putnam (1993) Woolcock and Narayan (2000)

whose research conclution is that social capital is a platform for community

empowerment The decline in the quality of social capital lead to social problems in

the community Social capital should be developed and should be able to bridge

communities and resources both of which are available within and outside the

society This research is also in line with Sri-Edi Swasono (2011) who states that

development should take notice to peoplersquos equity and productive capabilities

building Development should not only about economic value it have also count

for social culture value added

This dissertation againts Joseacute Mustre del Rio (2005) Di Falco and Bulte

(2011) statement that social capital has no effect to the economy especially in the

long run Social ties that create the need to share in the family bond will result in

distortions in the decision on the purchase of assets blocking the creation of

savings and suppress economic growth

This dissertation proved that poverty in Gunung Kidul Yogyakarta

Special Region is natural poverty turned into structural poverty caused by

Government failure to developed poor peoplersquos capability based on economic

development theories that has been proven Poverty is exacerbated by un-effective

alturistic based government poverty alleviation programs Gunungkidul has

abundant source of bonding social capital but to be able to used as a poverty

alleviation instrument social capital have to be developed into broader form of

bridging and linking social capital and supported by financial capital and human

capital

This study is a qualitative study using two types of data First the primary

data sourced from the study of documents interviews observations and

questionnaires Second secondary data obtained from the references that support

research either in the form of books journals and others The approach used is

economic sociology approach which aims to analyze the relationship between

economic and social phenomena While research method using Participation Rapid

Appraisal (RPA) and Focus Group Discussion (FGD)

Keywords Poverty Social Capital Empowerment Capability

xix

ادللخص

ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي

من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع

رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال

على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال

اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية

ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان

يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد

االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني

ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة

رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال

عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت

البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية

xx

حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات

FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع

والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات

xxi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam

karya ilmiah ini adalah sebagai berikut

A Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s = ص

d = ض

t = ط

z = ظ

ع = lsquo

gh = غ

f = ؼ

q = ؽ

k = ؾ

l = ؿ

m = ـ

n = ف

h = ق

w = ك

y = م

B Vokal

1 Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah A A

Kasrah I I

Dammah U U

xxii

2 Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ل Fathah dan ya Ai a dan i

ك Fathah dan

wau

Au a dan w

Contoh

haul حول Husain حسني

C Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا

Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي

Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو

D Tarsquo Marbugttah (ة)

Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai

dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)

madrasah ( )مدرسة

Contoh

املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah

E Shaddah

Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh

nazzala نزل

xxiii

F Kata Sandang

Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang

mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai

huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf

qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل

Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah

seperti kata al-Rajulu (الرجل)

Contoh

al-Qalam القلم al-Shams الشمس

G Pengecualian Transliterasi

Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata

bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia

dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam

konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam

penulisan

xxv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v

PERSETUJUAN PROMOTOR vii

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii

ABSTRAK xv

PEDOMAN TRANSLITRASI xxi

DAFTAR ISI xxv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Permasalahan 20

1 Identifikasi Masalah 20

2 Pembatasan Masalah 21

3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22

C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22

D Tujuan Penelitian 25

E Manfaat Penelitian 25

F Metodologi Penelitian 26

1 Jenis Penelitian 26

2 Populasi dan Sampel Penelitian 27

3 Data dan Sumber Data 27

a) Data primer 27

b) Data Sekunder 28

4 Metode Pengolahan Data 28

G Sistimatika Penulisan 29

BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM

PERDEBATAN 31

A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan

ketimpangan distribusi pendapatan 31

B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan

Islam 44

C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49

D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63

E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan

Islam 73

xxvi

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85

A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat

Gunungkidul 85

B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91

C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97

D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100

BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT

GUNUNGKIDUL 107

A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di

Gunungkidul 107

B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan

Kapabilitas Masyarakat Miskin 118

C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty

Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan

Budaya 127

D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang

Tinggal 136

E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara

Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144

F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan

Peran Lembaga Keuangan 160

BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 181

A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181

B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190

C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197

D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan

Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205

E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan

Modal Sosial 214

BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 223

A Kesimpulan 223

B Saran dan Implikasi 224

xxvii

DAFTAR PUSTAKA 227

GLOSSARY 265

INDEKS 267

BIOGRAFI PENULIS 275

LAMPIRAN 277

xxviii

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 3: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

iv

Desa Kanigoro yang telah banyak membantu dalam proses

penelitian desertasi ini

6 Terimakasih kepada Bapak Ngadi Prawirotomo atas

bantuan yang diberikan selama saya melakukan penelitian di

Kabupaten Gunungkidul dan Yogjakarta

7 Kepada para narasumber Ibu Roestin Ilyas Dr Yulianto

Winaro Bapak Daru Dananjaya (Ketua Ikaragil DKI) para

pemimpin Korwil dan anggota Ikaragil Korwil Jakarta

Timur dan Selatan atas bantuan dan masukan yang

diberikan

8 Juga kepada teman-teman diskusi saya DrEugenia

Mardanugraha MEc Dr Hanggono MSc Gideon

Adinirekso MEc Saepullah MA Hum Dr Sofyan Hadi

dan Dr Yusni Maulida MSc

9 Seluruh Staff Adminsitrasi SPS-UIN Ibu Ima Ibu Vemmy

Bapak Arif Bapak Adam dan Bapak Sahmy

10 Teman-teman yang selalu ada dalam senang ataupun susah

selama saya di SPS UIN Jakarta Sarwenda Wina Tresa

Rahayu Abubakr Ibragimov Magomed Tazhdinov Datul

Istada Inda Kartika Zaima Mufarini Mala Yasin Puji

Abdul Qodir Nurun Nisa Ibu Maya dan Artur Gubaydullin

juga para penghuni QR Zulhelmy dan Ade Wahyuddin

serta teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang tidak

mungkin penulis sebutkan satu persatu semoga amal

baiknya mendapat balasan pahala dari Allah SWT Amigtn yagt rabb alrsquoa gtlamigtn

Akhirnya penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh

dari sempurna karena kekurangan dan keterbatasan Oleh karena

itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan

penelitian ini

Jakarta Juli 2015

Penulis

Any Widayatsari

v

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama Any Widayatsari

Tempat Tanggal Lahir Tulungagung7 November 1968

NIM 10300108010115

Jenjang pendidikan Doktoral

Konsentrasi Ekonomi Islam

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi berjudul ldquoModal Sosial

dan Kemiskinan di Gunungkidulrdquo adalah hasil karya saya kecuali

kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya Apabila di dalamnya

terdapat kesalahan dan kekeliruan maka sepenuhnya menjadi tanggung

jawab saya Selain itu apabila di dalamnya terdapat plagiasi yang dapat

berakibat diberikan sanksi berupa pencabutan gelar oleh Sekolah

Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta maka saya siap menanggung resikonya

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya

Jakarta 23 Juli 2015

Yang membuat pernyataan

Any Widayatsari

xi

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama Any Widayatsari

NIM 10300108010115

Judul Desertasi Modal Sosial dan Kemiskinan di

Kabupaten Gunungkidul

DI Yogjakarta

Menyatakan bahwa desertasi ini telah di verifikasi oleh DrYusuf

Rahman pada tanggal 6 Juli 2015

Desertasi ini telah diperbaiki sesuai dengan saran verfikasi meliputi

1 Perbaiki penulisan footnote dan daftar pustaka

2 Periksa dan perbaiki ejaan dalam penulisan

3 Perbaiki Abstrak Bahasa Inggris

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat

menjadi pertimbangan untuk menempuh ujian Promosi

Jakarta 6 Juli 2015

Saya yang membuat pernyataan

Any Widayatsari

xv

ABSTRAK

Kesimpulan disertasi adalah kualitas modal sosial modal finansial dan

pemberdayaan masyarakat apabila dikembangkan maka dapat

meningkatkan kapabilitas masyarakat untuk keluar dari kemiskinan Modal

sosial yang dimaksud terdapat dalam UUD 1945 pasal 33 yang merupakan

core values Indonesia yaitu azaz kerjasama dan kekeluargaan yang mengikat

setiap anggota masyarakat

Disertasi ini mendukung Putnam (1993) Woolcock dan Narayan

(2000) yang menyimpulkan bahwa modal sosial adalah sebuah platform

untuk pemberdayaan masyarakat Penurunan kualitas modal sosial

menyebabkan masalah sosial di masyarakat Modal sosial harus

dikembangkan dan harus mampu menjembatani masyarakat dengan sumber

daya yang tersedia di dalam dan di luar komunitas Disertasi ini pun

sependapat dengan Sri-Edi Swasono (2011) yang menyatakan bahwa

pembangunan selayaknya memperhatikan pemerataan untuk rakyat dan

membangun kemampuan produktif (productive capability) rakyat

Pembangunan bukan hanya menjadikan masyarakat mempunyai nilai tambah

secara ekonomi akan tetapi masyarakat mempunyai nilai tambah sosial

kultur

Disertasi ini berbeda dengan Joseacute del Rio Mustre (2005) dan Di Falco

dan Bulte (2011) yang menyatakan bahwa modal sosial tidak berpengaruh

terhadap perekonomian terutama dalam jangka panjang Ikatan sosial yang

menciptakan kebutuhan untuk berbagi dalam ikatan keluarga akan

mengakibatkan distorsi dalam keputusan pembelian aset menghalangi

penciptaan tabungan dan menekan pertumbuhan ekonomi

Disertasi ini membuktikan bahwa kemiskinan di Gunung Kidul

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kemiskinan alami yang berubah

menjadi kemiskinan struktural disebabkan oleh kegagalan pemerintah dalam

mengembangkan kapabilitas masyarakat miskin berdasarkan kepada teori-

teori pembangunan ekonomi yang telah terbukti Kemiskinan diperburuk

oleh program bantuan pemerintah yang bersifat alturistik yang tidak efektif

dan tidak mendorong kemandirian masyarakat untuk keluar dari

kemiskinan Bonding social capital yang berlimpah di Gunungkidul harus

dikembangkan ke dalam bentuk yang lebih luas menjadi modal sosial yang

menjembatani (bridging social capital) dan modal sosial yang

menghubungkan (linking social capital) dan harus didukung oleh modal

keuangan dan modal manusia untuk dapat secara efektif digunakan untuk

meningkatkan kesejahtraan masyarakat

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan dua

jenis data Pertama data primer yangbersumber dari hasil studi dokumen

wawancara observasi dan quesioner Kedua data sekunder yang bersumber

dari referensiyang mendukung berupa buku jurnal majalahdan lain-lain

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi ekonomi yang

bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ekonomi dan fenomena

sosial Sedangkan metode penelitian menggunakan Rapid Participation Appraisal (RPA) dan Focus Group Discussion (FGD)

Kata Kunci Kemiskinan Modal Sosial Pemberdayaan Kapabilitas

xvii

ABSTRACT

The conclusion of this dissertation is that the development of social

capital financial capital and community empowerment can improve peoples

capability to escape poverty Social capital which is contained in Article 33 of the

1945 Basic Constitution (UUDrsquo45) are core values of Indonesia namely

cooperation and kinship principles that binds every member of the community

This research concludes that if a community have a more develop quality of

social capital bigger access to financial capital and more empowered then the

greater their capability to move out of poverty Social capital is social ties based on

mutual trust mutual cooperation values and behaviors that bind every member of

the community

This dissertation supports Putnam (1993) Woolcock and Narayan (2000)

whose research conclution is that social capital is a platform for community

empowerment The decline in the quality of social capital lead to social problems in

the community Social capital should be developed and should be able to bridge

communities and resources both of which are available within and outside the

society This research is also in line with Sri-Edi Swasono (2011) who states that

development should take notice to peoplersquos equity and productive capabilities

building Development should not only about economic value it have also count

for social culture value added

This dissertation againts Joseacute Mustre del Rio (2005) Di Falco and Bulte

(2011) statement that social capital has no effect to the economy especially in the

long run Social ties that create the need to share in the family bond will result in

distortions in the decision on the purchase of assets blocking the creation of

savings and suppress economic growth

This dissertation proved that poverty in Gunung Kidul Yogyakarta

Special Region is natural poverty turned into structural poverty caused by

Government failure to developed poor peoplersquos capability based on economic

development theories that has been proven Poverty is exacerbated by un-effective

alturistic based government poverty alleviation programs Gunungkidul has

abundant source of bonding social capital but to be able to used as a poverty

alleviation instrument social capital have to be developed into broader form of

bridging and linking social capital and supported by financial capital and human

capital

This study is a qualitative study using two types of data First the primary

data sourced from the study of documents interviews observations and

questionnaires Second secondary data obtained from the references that support

research either in the form of books journals and others The approach used is

economic sociology approach which aims to analyze the relationship between

economic and social phenomena While research method using Participation Rapid

Appraisal (RPA) and Focus Group Discussion (FGD)

Keywords Poverty Social Capital Empowerment Capability

xix

ادللخص

ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي

من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع

رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال

على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال

اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية

ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان

يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد

االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني

ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة

رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال

عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت

البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية

xx

حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات

FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع

والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات

xxi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam

karya ilmiah ini adalah sebagai berikut

A Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s = ص

d = ض

t = ط

z = ظ

ع = lsquo

gh = غ

f = ؼ

q = ؽ

k = ؾ

l = ؿ

m = ـ

n = ف

h = ق

w = ك

y = م

B Vokal

1 Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah A A

Kasrah I I

Dammah U U

xxii

2 Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ل Fathah dan ya Ai a dan i

ك Fathah dan

wau

Au a dan w

Contoh

haul حول Husain حسني

C Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا

Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي

Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو

D Tarsquo Marbugttah (ة)

Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai

dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)

madrasah ( )مدرسة

Contoh

املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah

E Shaddah

Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh

nazzala نزل

xxiii

F Kata Sandang

Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang

mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai

huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf

qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل

Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah

seperti kata al-Rajulu (الرجل)

Contoh

al-Qalam القلم al-Shams الشمس

G Pengecualian Transliterasi

Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata

bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia

dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam

konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam

penulisan

xxv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v

PERSETUJUAN PROMOTOR vii

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii

ABSTRAK xv

PEDOMAN TRANSLITRASI xxi

DAFTAR ISI xxv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Permasalahan 20

1 Identifikasi Masalah 20

2 Pembatasan Masalah 21

3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22

C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22

D Tujuan Penelitian 25

E Manfaat Penelitian 25

F Metodologi Penelitian 26

1 Jenis Penelitian 26

2 Populasi dan Sampel Penelitian 27

3 Data dan Sumber Data 27

a) Data primer 27

b) Data Sekunder 28

4 Metode Pengolahan Data 28

G Sistimatika Penulisan 29

BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM

PERDEBATAN 31

A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan

ketimpangan distribusi pendapatan 31

B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan

Islam 44

C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49

D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63

E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan

Islam 73

xxvi

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85

A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat

Gunungkidul 85

B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91

C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97

D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100

BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT

GUNUNGKIDUL 107

A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di

Gunungkidul 107

B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan

Kapabilitas Masyarakat Miskin 118

C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty

Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan

Budaya 127

D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang

Tinggal 136

E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara

Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144

F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan

Peran Lembaga Keuangan 160

BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 181

A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181

B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190

C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197

D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan

Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205

E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan

Modal Sosial 214

BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 223

A Kesimpulan 223

B Saran dan Implikasi 224

xxvii

DAFTAR PUSTAKA 227

GLOSSARY 265

INDEKS 267

BIOGRAFI PENULIS 275

LAMPIRAN 277

xxviii

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 4: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

v

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama Any Widayatsari

Tempat Tanggal Lahir Tulungagung7 November 1968

NIM 10300108010115

Jenjang pendidikan Doktoral

Konsentrasi Ekonomi Islam

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi berjudul ldquoModal Sosial

dan Kemiskinan di Gunungkidulrdquo adalah hasil karya saya kecuali

kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya Apabila di dalamnya

terdapat kesalahan dan kekeliruan maka sepenuhnya menjadi tanggung

jawab saya Selain itu apabila di dalamnya terdapat plagiasi yang dapat

berakibat diberikan sanksi berupa pencabutan gelar oleh Sekolah

Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta maka saya siap menanggung resikonya

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya

Jakarta 23 Juli 2015

Yang membuat pernyataan

Any Widayatsari

xi

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama Any Widayatsari

NIM 10300108010115

Judul Desertasi Modal Sosial dan Kemiskinan di

Kabupaten Gunungkidul

DI Yogjakarta

Menyatakan bahwa desertasi ini telah di verifikasi oleh DrYusuf

Rahman pada tanggal 6 Juli 2015

Desertasi ini telah diperbaiki sesuai dengan saran verfikasi meliputi

1 Perbaiki penulisan footnote dan daftar pustaka

2 Periksa dan perbaiki ejaan dalam penulisan

3 Perbaiki Abstrak Bahasa Inggris

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat

menjadi pertimbangan untuk menempuh ujian Promosi

Jakarta 6 Juli 2015

Saya yang membuat pernyataan

Any Widayatsari

xv

ABSTRAK

Kesimpulan disertasi adalah kualitas modal sosial modal finansial dan

pemberdayaan masyarakat apabila dikembangkan maka dapat

meningkatkan kapabilitas masyarakat untuk keluar dari kemiskinan Modal

sosial yang dimaksud terdapat dalam UUD 1945 pasal 33 yang merupakan

core values Indonesia yaitu azaz kerjasama dan kekeluargaan yang mengikat

setiap anggota masyarakat

Disertasi ini mendukung Putnam (1993) Woolcock dan Narayan

(2000) yang menyimpulkan bahwa modal sosial adalah sebuah platform

untuk pemberdayaan masyarakat Penurunan kualitas modal sosial

menyebabkan masalah sosial di masyarakat Modal sosial harus

dikembangkan dan harus mampu menjembatani masyarakat dengan sumber

daya yang tersedia di dalam dan di luar komunitas Disertasi ini pun

sependapat dengan Sri-Edi Swasono (2011) yang menyatakan bahwa

pembangunan selayaknya memperhatikan pemerataan untuk rakyat dan

membangun kemampuan produktif (productive capability) rakyat

Pembangunan bukan hanya menjadikan masyarakat mempunyai nilai tambah

secara ekonomi akan tetapi masyarakat mempunyai nilai tambah sosial

kultur

Disertasi ini berbeda dengan Joseacute del Rio Mustre (2005) dan Di Falco

dan Bulte (2011) yang menyatakan bahwa modal sosial tidak berpengaruh

terhadap perekonomian terutama dalam jangka panjang Ikatan sosial yang

menciptakan kebutuhan untuk berbagi dalam ikatan keluarga akan

mengakibatkan distorsi dalam keputusan pembelian aset menghalangi

penciptaan tabungan dan menekan pertumbuhan ekonomi

Disertasi ini membuktikan bahwa kemiskinan di Gunung Kidul

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kemiskinan alami yang berubah

menjadi kemiskinan struktural disebabkan oleh kegagalan pemerintah dalam

mengembangkan kapabilitas masyarakat miskin berdasarkan kepada teori-

teori pembangunan ekonomi yang telah terbukti Kemiskinan diperburuk

oleh program bantuan pemerintah yang bersifat alturistik yang tidak efektif

dan tidak mendorong kemandirian masyarakat untuk keluar dari

kemiskinan Bonding social capital yang berlimpah di Gunungkidul harus

dikembangkan ke dalam bentuk yang lebih luas menjadi modal sosial yang

menjembatani (bridging social capital) dan modal sosial yang

menghubungkan (linking social capital) dan harus didukung oleh modal

keuangan dan modal manusia untuk dapat secara efektif digunakan untuk

meningkatkan kesejahtraan masyarakat

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan dua

jenis data Pertama data primer yangbersumber dari hasil studi dokumen

wawancara observasi dan quesioner Kedua data sekunder yang bersumber

dari referensiyang mendukung berupa buku jurnal majalahdan lain-lain

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi ekonomi yang

bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ekonomi dan fenomena

sosial Sedangkan metode penelitian menggunakan Rapid Participation Appraisal (RPA) dan Focus Group Discussion (FGD)

Kata Kunci Kemiskinan Modal Sosial Pemberdayaan Kapabilitas

xvii

ABSTRACT

The conclusion of this dissertation is that the development of social

capital financial capital and community empowerment can improve peoples

capability to escape poverty Social capital which is contained in Article 33 of the

1945 Basic Constitution (UUDrsquo45) are core values of Indonesia namely

cooperation and kinship principles that binds every member of the community

This research concludes that if a community have a more develop quality of

social capital bigger access to financial capital and more empowered then the

greater their capability to move out of poverty Social capital is social ties based on

mutual trust mutual cooperation values and behaviors that bind every member of

the community

This dissertation supports Putnam (1993) Woolcock and Narayan (2000)

whose research conclution is that social capital is a platform for community

empowerment The decline in the quality of social capital lead to social problems in

the community Social capital should be developed and should be able to bridge

communities and resources both of which are available within and outside the

society This research is also in line with Sri-Edi Swasono (2011) who states that

development should take notice to peoplersquos equity and productive capabilities

building Development should not only about economic value it have also count

for social culture value added

This dissertation againts Joseacute Mustre del Rio (2005) Di Falco and Bulte

(2011) statement that social capital has no effect to the economy especially in the

long run Social ties that create the need to share in the family bond will result in

distortions in the decision on the purchase of assets blocking the creation of

savings and suppress economic growth

This dissertation proved that poverty in Gunung Kidul Yogyakarta

Special Region is natural poverty turned into structural poverty caused by

Government failure to developed poor peoplersquos capability based on economic

development theories that has been proven Poverty is exacerbated by un-effective

alturistic based government poverty alleviation programs Gunungkidul has

abundant source of bonding social capital but to be able to used as a poverty

alleviation instrument social capital have to be developed into broader form of

bridging and linking social capital and supported by financial capital and human

capital

This study is a qualitative study using two types of data First the primary

data sourced from the study of documents interviews observations and

questionnaires Second secondary data obtained from the references that support

research either in the form of books journals and others The approach used is

economic sociology approach which aims to analyze the relationship between

economic and social phenomena While research method using Participation Rapid

Appraisal (RPA) and Focus Group Discussion (FGD)

Keywords Poverty Social Capital Empowerment Capability

xix

ادللخص

ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي

من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع

رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال

على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال

اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية

ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان

يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد

االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني

ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة

رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال

عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت

البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية

xx

حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات

FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع

والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات

xxi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam

karya ilmiah ini adalah sebagai berikut

A Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s = ص

d = ض

t = ط

z = ظ

ع = lsquo

gh = غ

f = ؼ

q = ؽ

k = ؾ

l = ؿ

m = ـ

n = ف

h = ق

w = ك

y = م

B Vokal

1 Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah A A

Kasrah I I

Dammah U U

xxii

2 Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ل Fathah dan ya Ai a dan i

ك Fathah dan

wau

Au a dan w

Contoh

haul حول Husain حسني

C Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا

Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي

Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو

D Tarsquo Marbugttah (ة)

Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai

dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)

madrasah ( )مدرسة

Contoh

املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah

E Shaddah

Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh

nazzala نزل

xxiii

F Kata Sandang

Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang

mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai

huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf

qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل

Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah

seperti kata al-Rajulu (الرجل)

Contoh

al-Qalam القلم al-Shams الشمس

G Pengecualian Transliterasi

Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata

bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia

dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam

konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam

penulisan

xxv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v

PERSETUJUAN PROMOTOR vii

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii

ABSTRAK xv

PEDOMAN TRANSLITRASI xxi

DAFTAR ISI xxv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Permasalahan 20

1 Identifikasi Masalah 20

2 Pembatasan Masalah 21

3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22

C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22

D Tujuan Penelitian 25

E Manfaat Penelitian 25

F Metodologi Penelitian 26

1 Jenis Penelitian 26

2 Populasi dan Sampel Penelitian 27

3 Data dan Sumber Data 27

a) Data primer 27

b) Data Sekunder 28

4 Metode Pengolahan Data 28

G Sistimatika Penulisan 29

BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM

PERDEBATAN 31

A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan

ketimpangan distribusi pendapatan 31

B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan

Islam 44

C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49

D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63

E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan

Islam 73

xxvi

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85

A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat

Gunungkidul 85

B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91

C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97

D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100

BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT

GUNUNGKIDUL 107

A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di

Gunungkidul 107

B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan

Kapabilitas Masyarakat Miskin 118

C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty

Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan

Budaya 127

D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang

Tinggal 136

E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara

Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144

F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan

Peran Lembaga Keuangan 160

BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 181

A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181

B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190

C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197

D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan

Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205

E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan

Modal Sosial 214

BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 223

A Kesimpulan 223

B Saran dan Implikasi 224

xxvii

DAFTAR PUSTAKA 227

GLOSSARY 265

INDEKS 267

BIOGRAFI PENULIS 275

LAMPIRAN 277

xxviii

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 5: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

xi

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama Any Widayatsari

NIM 10300108010115

Judul Desertasi Modal Sosial dan Kemiskinan di

Kabupaten Gunungkidul

DI Yogjakarta

Menyatakan bahwa desertasi ini telah di verifikasi oleh DrYusuf

Rahman pada tanggal 6 Juli 2015

Desertasi ini telah diperbaiki sesuai dengan saran verfikasi meliputi

1 Perbaiki penulisan footnote dan daftar pustaka

2 Periksa dan perbaiki ejaan dalam penulisan

3 Perbaiki Abstrak Bahasa Inggris

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat

menjadi pertimbangan untuk menempuh ujian Promosi

Jakarta 6 Juli 2015

Saya yang membuat pernyataan

Any Widayatsari

xv

ABSTRAK

Kesimpulan disertasi adalah kualitas modal sosial modal finansial dan

pemberdayaan masyarakat apabila dikembangkan maka dapat

meningkatkan kapabilitas masyarakat untuk keluar dari kemiskinan Modal

sosial yang dimaksud terdapat dalam UUD 1945 pasal 33 yang merupakan

core values Indonesia yaitu azaz kerjasama dan kekeluargaan yang mengikat

setiap anggota masyarakat

Disertasi ini mendukung Putnam (1993) Woolcock dan Narayan

(2000) yang menyimpulkan bahwa modal sosial adalah sebuah platform

untuk pemberdayaan masyarakat Penurunan kualitas modal sosial

menyebabkan masalah sosial di masyarakat Modal sosial harus

dikembangkan dan harus mampu menjembatani masyarakat dengan sumber

daya yang tersedia di dalam dan di luar komunitas Disertasi ini pun

sependapat dengan Sri-Edi Swasono (2011) yang menyatakan bahwa

pembangunan selayaknya memperhatikan pemerataan untuk rakyat dan

membangun kemampuan produktif (productive capability) rakyat

Pembangunan bukan hanya menjadikan masyarakat mempunyai nilai tambah

secara ekonomi akan tetapi masyarakat mempunyai nilai tambah sosial

kultur

Disertasi ini berbeda dengan Joseacute del Rio Mustre (2005) dan Di Falco

dan Bulte (2011) yang menyatakan bahwa modal sosial tidak berpengaruh

terhadap perekonomian terutama dalam jangka panjang Ikatan sosial yang

menciptakan kebutuhan untuk berbagi dalam ikatan keluarga akan

mengakibatkan distorsi dalam keputusan pembelian aset menghalangi

penciptaan tabungan dan menekan pertumbuhan ekonomi

Disertasi ini membuktikan bahwa kemiskinan di Gunung Kidul

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kemiskinan alami yang berubah

menjadi kemiskinan struktural disebabkan oleh kegagalan pemerintah dalam

mengembangkan kapabilitas masyarakat miskin berdasarkan kepada teori-

teori pembangunan ekonomi yang telah terbukti Kemiskinan diperburuk

oleh program bantuan pemerintah yang bersifat alturistik yang tidak efektif

dan tidak mendorong kemandirian masyarakat untuk keluar dari

kemiskinan Bonding social capital yang berlimpah di Gunungkidul harus

dikembangkan ke dalam bentuk yang lebih luas menjadi modal sosial yang

menjembatani (bridging social capital) dan modal sosial yang

menghubungkan (linking social capital) dan harus didukung oleh modal

keuangan dan modal manusia untuk dapat secara efektif digunakan untuk

meningkatkan kesejahtraan masyarakat

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan dua

jenis data Pertama data primer yangbersumber dari hasil studi dokumen

wawancara observasi dan quesioner Kedua data sekunder yang bersumber

dari referensiyang mendukung berupa buku jurnal majalahdan lain-lain

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi ekonomi yang

bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ekonomi dan fenomena

sosial Sedangkan metode penelitian menggunakan Rapid Participation Appraisal (RPA) dan Focus Group Discussion (FGD)

Kata Kunci Kemiskinan Modal Sosial Pemberdayaan Kapabilitas

xvii

ABSTRACT

The conclusion of this dissertation is that the development of social

capital financial capital and community empowerment can improve peoples

capability to escape poverty Social capital which is contained in Article 33 of the

1945 Basic Constitution (UUDrsquo45) are core values of Indonesia namely

cooperation and kinship principles that binds every member of the community

This research concludes that if a community have a more develop quality of

social capital bigger access to financial capital and more empowered then the

greater their capability to move out of poverty Social capital is social ties based on

mutual trust mutual cooperation values and behaviors that bind every member of

the community

This dissertation supports Putnam (1993) Woolcock and Narayan (2000)

whose research conclution is that social capital is a platform for community

empowerment The decline in the quality of social capital lead to social problems in

the community Social capital should be developed and should be able to bridge

communities and resources both of which are available within and outside the

society This research is also in line with Sri-Edi Swasono (2011) who states that

development should take notice to peoplersquos equity and productive capabilities

building Development should not only about economic value it have also count

for social culture value added

This dissertation againts Joseacute Mustre del Rio (2005) Di Falco and Bulte

(2011) statement that social capital has no effect to the economy especially in the

long run Social ties that create the need to share in the family bond will result in

distortions in the decision on the purchase of assets blocking the creation of

savings and suppress economic growth

This dissertation proved that poverty in Gunung Kidul Yogyakarta

Special Region is natural poverty turned into structural poverty caused by

Government failure to developed poor peoplersquos capability based on economic

development theories that has been proven Poverty is exacerbated by un-effective

alturistic based government poverty alleviation programs Gunungkidul has

abundant source of bonding social capital but to be able to used as a poverty

alleviation instrument social capital have to be developed into broader form of

bridging and linking social capital and supported by financial capital and human

capital

This study is a qualitative study using two types of data First the primary

data sourced from the study of documents interviews observations and

questionnaires Second secondary data obtained from the references that support

research either in the form of books journals and others The approach used is

economic sociology approach which aims to analyze the relationship between

economic and social phenomena While research method using Participation Rapid

Appraisal (RPA) and Focus Group Discussion (FGD)

Keywords Poverty Social Capital Empowerment Capability

xix

ادللخص

ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي

من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع

رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال

على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال

اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية

ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان

يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد

االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني

ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة

رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال

عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت

البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية

xx

حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات

FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع

والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات

xxi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam

karya ilmiah ini adalah sebagai berikut

A Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s = ص

d = ض

t = ط

z = ظ

ع = lsquo

gh = غ

f = ؼ

q = ؽ

k = ؾ

l = ؿ

m = ـ

n = ف

h = ق

w = ك

y = م

B Vokal

1 Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah A A

Kasrah I I

Dammah U U

xxii

2 Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ل Fathah dan ya Ai a dan i

ك Fathah dan

wau

Au a dan w

Contoh

haul حول Husain حسني

C Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا

Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي

Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو

D Tarsquo Marbugttah (ة)

Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai

dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)

madrasah ( )مدرسة

Contoh

املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah

E Shaddah

Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh

nazzala نزل

xxiii

F Kata Sandang

Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang

mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai

huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf

qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل

Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah

seperti kata al-Rajulu (الرجل)

Contoh

al-Qalam القلم al-Shams الشمس

G Pengecualian Transliterasi

Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata

bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia

dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam

konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam

penulisan

xxv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v

PERSETUJUAN PROMOTOR vii

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii

ABSTRAK xv

PEDOMAN TRANSLITRASI xxi

DAFTAR ISI xxv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Permasalahan 20

1 Identifikasi Masalah 20

2 Pembatasan Masalah 21

3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22

C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22

D Tujuan Penelitian 25

E Manfaat Penelitian 25

F Metodologi Penelitian 26

1 Jenis Penelitian 26

2 Populasi dan Sampel Penelitian 27

3 Data dan Sumber Data 27

a) Data primer 27

b) Data Sekunder 28

4 Metode Pengolahan Data 28

G Sistimatika Penulisan 29

BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM

PERDEBATAN 31

A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan

ketimpangan distribusi pendapatan 31

B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan

Islam 44

C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49

D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63

E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan

Islam 73

xxvi

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85

A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat

Gunungkidul 85

B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91

C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97

D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100

BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT

GUNUNGKIDUL 107

A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di

Gunungkidul 107

B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan

Kapabilitas Masyarakat Miskin 118

C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty

Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan

Budaya 127

D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang

Tinggal 136

E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara

Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144

F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan

Peran Lembaga Keuangan 160

BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 181

A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181

B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190

C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197

D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan

Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205

E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan

Modal Sosial 214

BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 223

A Kesimpulan 223

B Saran dan Implikasi 224

xxvii

DAFTAR PUSTAKA 227

GLOSSARY 265

INDEKS 267

BIOGRAFI PENULIS 275

LAMPIRAN 277

xxviii

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 6: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

xv

ABSTRAK

Kesimpulan disertasi adalah kualitas modal sosial modal finansial dan

pemberdayaan masyarakat apabila dikembangkan maka dapat

meningkatkan kapabilitas masyarakat untuk keluar dari kemiskinan Modal

sosial yang dimaksud terdapat dalam UUD 1945 pasal 33 yang merupakan

core values Indonesia yaitu azaz kerjasama dan kekeluargaan yang mengikat

setiap anggota masyarakat

Disertasi ini mendukung Putnam (1993) Woolcock dan Narayan

(2000) yang menyimpulkan bahwa modal sosial adalah sebuah platform

untuk pemberdayaan masyarakat Penurunan kualitas modal sosial

menyebabkan masalah sosial di masyarakat Modal sosial harus

dikembangkan dan harus mampu menjembatani masyarakat dengan sumber

daya yang tersedia di dalam dan di luar komunitas Disertasi ini pun

sependapat dengan Sri-Edi Swasono (2011) yang menyatakan bahwa

pembangunan selayaknya memperhatikan pemerataan untuk rakyat dan

membangun kemampuan produktif (productive capability) rakyat

Pembangunan bukan hanya menjadikan masyarakat mempunyai nilai tambah

secara ekonomi akan tetapi masyarakat mempunyai nilai tambah sosial

kultur

Disertasi ini berbeda dengan Joseacute del Rio Mustre (2005) dan Di Falco

dan Bulte (2011) yang menyatakan bahwa modal sosial tidak berpengaruh

terhadap perekonomian terutama dalam jangka panjang Ikatan sosial yang

menciptakan kebutuhan untuk berbagi dalam ikatan keluarga akan

mengakibatkan distorsi dalam keputusan pembelian aset menghalangi

penciptaan tabungan dan menekan pertumbuhan ekonomi

Disertasi ini membuktikan bahwa kemiskinan di Gunung Kidul

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kemiskinan alami yang berubah

menjadi kemiskinan struktural disebabkan oleh kegagalan pemerintah dalam

mengembangkan kapabilitas masyarakat miskin berdasarkan kepada teori-

teori pembangunan ekonomi yang telah terbukti Kemiskinan diperburuk

oleh program bantuan pemerintah yang bersifat alturistik yang tidak efektif

dan tidak mendorong kemandirian masyarakat untuk keluar dari

kemiskinan Bonding social capital yang berlimpah di Gunungkidul harus

dikembangkan ke dalam bentuk yang lebih luas menjadi modal sosial yang

menjembatani (bridging social capital) dan modal sosial yang

menghubungkan (linking social capital) dan harus didukung oleh modal

keuangan dan modal manusia untuk dapat secara efektif digunakan untuk

meningkatkan kesejahtraan masyarakat

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan dua

jenis data Pertama data primer yangbersumber dari hasil studi dokumen

wawancara observasi dan quesioner Kedua data sekunder yang bersumber

dari referensiyang mendukung berupa buku jurnal majalahdan lain-lain

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi ekonomi yang

bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ekonomi dan fenomena

sosial Sedangkan metode penelitian menggunakan Rapid Participation Appraisal (RPA) dan Focus Group Discussion (FGD)

Kata Kunci Kemiskinan Modal Sosial Pemberdayaan Kapabilitas

xvii

ABSTRACT

The conclusion of this dissertation is that the development of social

capital financial capital and community empowerment can improve peoples

capability to escape poverty Social capital which is contained in Article 33 of the

1945 Basic Constitution (UUDrsquo45) are core values of Indonesia namely

cooperation and kinship principles that binds every member of the community

This research concludes that if a community have a more develop quality of

social capital bigger access to financial capital and more empowered then the

greater their capability to move out of poverty Social capital is social ties based on

mutual trust mutual cooperation values and behaviors that bind every member of

the community

This dissertation supports Putnam (1993) Woolcock and Narayan (2000)

whose research conclution is that social capital is a platform for community

empowerment The decline in the quality of social capital lead to social problems in

the community Social capital should be developed and should be able to bridge

communities and resources both of which are available within and outside the

society This research is also in line with Sri-Edi Swasono (2011) who states that

development should take notice to peoplersquos equity and productive capabilities

building Development should not only about economic value it have also count

for social culture value added

This dissertation againts Joseacute Mustre del Rio (2005) Di Falco and Bulte

(2011) statement that social capital has no effect to the economy especially in the

long run Social ties that create the need to share in the family bond will result in

distortions in the decision on the purchase of assets blocking the creation of

savings and suppress economic growth

This dissertation proved that poverty in Gunung Kidul Yogyakarta

Special Region is natural poverty turned into structural poverty caused by

Government failure to developed poor peoplersquos capability based on economic

development theories that has been proven Poverty is exacerbated by un-effective

alturistic based government poverty alleviation programs Gunungkidul has

abundant source of bonding social capital but to be able to used as a poverty

alleviation instrument social capital have to be developed into broader form of

bridging and linking social capital and supported by financial capital and human

capital

This study is a qualitative study using two types of data First the primary

data sourced from the study of documents interviews observations and

questionnaires Second secondary data obtained from the references that support

research either in the form of books journals and others The approach used is

economic sociology approach which aims to analyze the relationship between

economic and social phenomena While research method using Participation Rapid

Appraisal (RPA) and Focus Group Discussion (FGD)

Keywords Poverty Social Capital Empowerment Capability

xix

ادللخص

ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي

من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع

رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال

على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال

اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية

ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان

يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد

االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني

ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة

رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال

عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت

البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية

xx

حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات

FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع

والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات

xxi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam

karya ilmiah ini adalah sebagai berikut

A Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s = ص

d = ض

t = ط

z = ظ

ع = lsquo

gh = غ

f = ؼ

q = ؽ

k = ؾ

l = ؿ

m = ـ

n = ف

h = ق

w = ك

y = م

B Vokal

1 Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah A A

Kasrah I I

Dammah U U

xxii

2 Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ل Fathah dan ya Ai a dan i

ك Fathah dan

wau

Au a dan w

Contoh

haul حول Husain حسني

C Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا

Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي

Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو

D Tarsquo Marbugttah (ة)

Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai

dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)

madrasah ( )مدرسة

Contoh

املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah

E Shaddah

Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh

nazzala نزل

xxiii

F Kata Sandang

Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang

mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai

huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf

qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل

Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah

seperti kata al-Rajulu (الرجل)

Contoh

al-Qalam القلم al-Shams الشمس

G Pengecualian Transliterasi

Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata

bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia

dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam

konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam

penulisan

xxv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v

PERSETUJUAN PROMOTOR vii

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii

ABSTRAK xv

PEDOMAN TRANSLITRASI xxi

DAFTAR ISI xxv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Permasalahan 20

1 Identifikasi Masalah 20

2 Pembatasan Masalah 21

3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22

C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22

D Tujuan Penelitian 25

E Manfaat Penelitian 25

F Metodologi Penelitian 26

1 Jenis Penelitian 26

2 Populasi dan Sampel Penelitian 27

3 Data dan Sumber Data 27

a) Data primer 27

b) Data Sekunder 28

4 Metode Pengolahan Data 28

G Sistimatika Penulisan 29

BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM

PERDEBATAN 31

A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan

ketimpangan distribusi pendapatan 31

B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan

Islam 44

C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49

D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63

E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan

Islam 73

xxvi

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85

A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat

Gunungkidul 85

B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91

C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97

D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100

BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT

GUNUNGKIDUL 107

A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di

Gunungkidul 107

B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan

Kapabilitas Masyarakat Miskin 118

C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty

Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan

Budaya 127

D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang

Tinggal 136

E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara

Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144

F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan

Peran Lembaga Keuangan 160

BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 181

A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181

B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190

C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197

D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan

Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205

E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan

Modal Sosial 214

BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 223

A Kesimpulan 223

B Saran dan Implikasi 224

xxvii

DAFTAR PUSTAKA 227

GLOSSARY 265

INDEKS 267

BIOGRAFI PENULIS 275

LAMPIRAN 277

xxviii

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 7: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi ekonomi yang

bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ekonomi dan fenomena

sosial Sedangkan metode penelitian menggunakan Rapid Participation Appraisal (RPA) dan Focus Group Discussion (FGD)

Kata Kunci Kemiskinan Modal Sosial Pemberdayaan Kapabilitas

xvii

ABSTRACT

The conclusion of this dissertation is that the development of social

capital financial capital and community empowerment can improve peoples

capability to escape poverty Social capital which is contained in Article 33 of the

1945 Basic Constitution (UUDrsquo45) are core values of Indonesia namely

cooperation and kinship principles that binds every member of the community

This research concludes that if a community have a more develop quality of

social capital bigger access to financial capital and more empowered then the

greater their capability to move out of poverty Social capital is social ties based on

mutual trust mutual cooperation values and behaviors that bind every member of

the community

This dissertation supports Putnam (1993) Woolcock and Narayan (2000)

whose research conclution is that social capital is a platform for community

empowerment The decline in the quality of social capital lead to social problems in

the community Social capital should be developed and should be able to bridge

communities and resources both of which are available within and outside the

society This research is also in line with Sri-Edi Swasono (2011) who states that

development should take notice to peoplersquos equity and productive capabilities

building Development should not only about economic value it have also count

for social culture value added

This dissertation againts Joseacute Mustre del Rio (2005) Di Falco and Bulte

(2011) statement that social capital has no effect to the economy especially in the

long run Social ties that create the need to share in the family bond will result in

distortions in the decision on the purchase of assets blocking the creation of

savings and suppress economic growth

This dissertation proved that poverty in Gunung Kidul Yogyakarta

Special Region is natural poverty turned into structural poverty caused by

Government failure to developed poor peoplersquos capability based on economic

development theories that has been proven Poverty is exacerbated by un-effective

alturistic based government poverty alleviation programs Gunungkidul has

abundant source of bonding social capital but to be able to used as a poverty

alleviation instrument social capital have to be developed into broader form of

bridging and linking social capital and supported by financial capital and human

capital

This study is a qualitative study using two types of data First the primary

data sourced from the study of documents interviews observations and

questionnaires Second secondary data obtained from the references that support

research either in the form of books journals and others The approach used is

economic sociology approach which aims to analyze the relationship between

economic and social phenomena While research method using Participation Rapid

Appraisal (RPA) and Focus Group Discussion (FGD)

Keywords Poverty Social Capital Empowerment Capability

xix

ادللخص

ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي

من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع

رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال

على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال

اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية

ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان

يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد

االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني

ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة

رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال

عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت

البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية

xx

حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات

FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع

والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات

xxi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam

karya ilmiah ini adalah sebagai berikut

A Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s = ص

d = ض

t = ط

z = ظ

ع = lsquo

gh = غ

f = ؼ

q = ؽ

k = ؾ

l = ؿ

m = ـ

n = ف

h = ق

w = ك

y = م

B Vokal

1 Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah A A

Kasrah I I

Dammah U U

xxii

2 Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ل Fathah dan ya Ai a dan i

ك Fathah dan

wau

Au a dan w

Contoh

haul حول Husain حسني

C Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا

Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي

Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو

D Tarsquo Marbugttah (ة)

Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai

dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)

madrasah ( )مدرسة

Contoh

املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah

E Shaddah

Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh

nazzala نزل

xxiii

F Kata Sandang

Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang

mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai

huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf

qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل

Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah

seperti kata al-Rajulu (الرجل)

Contoh

al-Qalam القلم al-Shams الشمس

G Pengecualian Transliterasi

Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata

bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia

dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam

konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam

penulisan

xxv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v

PERSETUJUAN PROMOTOR vii

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii

ABSTRAK xv

PEDOMAN TRANSLITRASI xxi

DAFTAR ISI xxv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Permasalahan 20

1 Identifikasi Masalah 20

2 Pembatasan Masalah 21

3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22

C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22

D Tujuan Penelitian 25

E Manfaat Penelitian 25

F Metodologi Penelitian 26

1 Jenis Penelitian 26

2 Populasi dan Sampel Penelitian 27

3 Data dan Sumber Data 27

a) Data primer 27

b) Data Sekunder 28

4 Metode Pengolahan Data 28

G Sistimatika Penulisan 29

BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM

PERDEBATAN 31

A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan

ketimpangan distribusi pendapatan 31

B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan

Islam 44

C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49

D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63

E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan

Islam 73

xxvi

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85

A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat

Gunungkidul 85

B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91

C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97

D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100

BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT

GUNUNGKIDUL 107

A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di

Gunungkidul 107

B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan

Kapabilitas Masyarakat Miskin 118

C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty

Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan

Budaya 127

D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang

Tinggal 136

E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara

Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144

F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan

Peran Lembaga Keuangan 160

BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 181

A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181

B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190

C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197

D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan

Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205

E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan

Modal Sosial 214

BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 223

A Kesimpulan 223

B Saran dan Implikasi 224

xxvii

DAFTAR PUSTAKA 227

GLOSSARY 265

INDEKS 267

BIOGRAFI PENULIS 275

LAMPIRAN 277

xxviii

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 8: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

xvii

ABSTRACT

The conclusion of this dissertation is that the development of social

capital financial capital and community empowerment can improve peoples

capability to escape poverty Social capital which is contained in Article 33 of the

1945 Basic Constitution (UUDrsquo45) are core values of Indonesia namely

cooperation and kinship principles that binds every member of the community

This research concludes that if a community have a more develop quality of

social capital bigger access to financial capital and more empowered then the

greater their capability to move out of poverty Social capital is social ties based on

mutual trust mutual cooperation values and behaviors that bind every member of

the community

This dissertation supports Putnam (1993) Woolcock and Narayan (2000)

whose research conclution is that social capital is a platform for community

empowerment The decline in the quality of social capital lead to social problems in

the community Social capital should be developed and should be able to bridge

communities and resources both of which are available within and outside the

society This research is also in line with Sri-Edi Swasono (2011) who states that

development should take notice to peoplersquos equity and productive capabilities

building Development should not only about economic value it have also count

for social culture value added

This dissertation againts Joseacute Mustre del Rio (2005) Di Falco and Bulte

(2011) statement that social capital has no effect to the economy especially in the

long run Social ties that create the need to share in the family bond will result in

distortions in the decision on the purchase of assets blocking the creation of

savings and suppress economic growth

This dissertation proved that poverty in Gunung Kidul Yogyakarta

Special Region is natural poverty turned into structural poverty caused by

Government failure to developed poor peoplersquos capability based on economic

development theories that has been proven Poverty is exacerbated by un-effective

alturistic based government poverty alleviation programs Gunungkidul has

abundant source of bonding social capital but to be able to used as a poverty

alleviation instrument social capital have to be developed into broader form of

bridging and linking social capital and supported by financial capital and human

capital

This study is a qualitative study using two types of data First the primary

data sourced from the study of documents interviews observations and

questionnaires Second secondary data obtained from the references that support

research either in the form of books journals and others The approach used is

economic sociology approach which aims to analyze the relationship between

economic and social phenomena While research method using Participation Rapid

Appraisal (RPA) and Focus Group Discussion (FGD)

Keywords Poverty Social Capital Empowerment Capability

xix

ادللخص

ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي

من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع

رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال

على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال

اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية

ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان

يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد

االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني

ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة

رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال

عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت

البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية

xx

حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات

FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع

والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات

xxi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam

karya ilmiah ini adalah sebagai berikut

A Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s = ص

d = ض

t = ط

z = ظ

ع = lsquo

gh = غ

f = ؼ

q = ؽ

k = ؾ

l = ؿ

m = ـ

n = ف

h = ق

w = ك

y = م

B Vokal

1 Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah A A

Kasrah I I

Dammah U U

xxii

2 Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ل Fathah dan ya Ai a dan i

ك Fathah dan

wau

Au a dan w

Contoh

haul حول Husain حسني

C Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا

Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي

Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو

D Tarsquo Marbugttah (ة)

Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai

dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)

madrasah ( )مدرسة

Contoh

املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah

E Shaddah

Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh

nazzala نزل

xxiii

F Kata Sandang

Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang

mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai

huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf

qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل

Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah

seperti kata al-Rajulu (الرجل)

Contoh

al-Qalam القلم al-Shams الشمس

G Pengecualian Transliterasi

Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata

bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia

dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam

konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam

penulisan

xxv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v

PERSETUJUAN PROMOTOR vii

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii

ABSTRAK xv

PEDOMAN TRANSLITRASI xxi

DAFTAR ISI xxv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Permasalahan 20

1 Identifikasi Masalah 20

2 Pembatasan Masalah 21

3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22

C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22

D Tujuan Penelitian 25

E Manfaat Penelitian 25

F Metodologi Penelitian 26

1 Jenis Penelitian 26

2 Populasi dan Sampel Penelitian 27

3 Data dan Sumber Data 27

a) Data primer 27

b) Data Sekunder 28

4 Metode Pengolahan Data 28

G Sistimatika Penulisan 29

BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM

PERDEBATAN 31

A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan

ketimpangan distribusi pendapatan 31

B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan

Islam 44

C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49

D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63

E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan

Islam 73

xxvi

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85

A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat

Gunungkidul 85

B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91

C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97

D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100

BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT

GUNUNGKIDUL 107

A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di

Gunungkidul 107

B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan

Kapabilitas Masyarakat Miskin 118

C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty

Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan

Budaya 127

D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang

Tinggal 136

E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara

Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144

F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan

Peran Lembaga Keuangan 160

BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 181

A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181

B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190

C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197

D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan

Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205

E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan

Modal Sosial 214

BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 223

A Kesimpulan 223

B Saran dan Implikasi 224

xxvii

DAFTAR PUSTAKA 227

GLOSSARY 265

INDEKS 267

BIOGRAFI PENULIS 275

LAMPIRAN 277

xxviii

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 9: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

xix

ادللخص

ادلال ورأس االجتماعي ادلال رأس كيفية وازدىرت زادت كلما ىي البحث ذلذا النتيجة وكانت ىوالعالقات االجتماعي ادلال أسر و الفقر من للخروج اجملتمع قدرة زادت اجملتمع دتكني و ادلادي

من فرد كل تربط اليت تالسلوكياو والقيم ادلتبادل والتعاون ادلتبادلة الثقة على القائمة االجتماعية أفراداجملتمع

رأس أن قالوا حيث( 4222) ونارايان وولكوك (3995) بوتنام فكرة النتيجة ىذه وتؤيد إىل يؤدي االجتماعي ادلال رأس نوعية يف التخفيض أما ما رلتمع للتمكني مؤسس ىو االجتماعي ادلال

على قادرة تكون أن وينبغي االجتماعي ادلال رأس تطوير ينبغي ولذالك رلتمع أي يف اجتماعية مشاكل سري فكرة أيضا النتيجة ىذه تؤيدو خارجهم أو ما رلموع من كالمها وتتوفر وادلوارد اجملتمعات إيصال

اإلنتاجية القدرة تنميةو لمجتمعل ادلساواةب هتتم أن تنبغي التنمية أن قال الذي( 3122) اسوناسو أدي يف دةزائ قيمة بل فقط اإلقتصادية الطاقة يف للمجتمع زائدة قيمة حصيللت ةالتنمي ليست اإلجتماعية

ةثقافيال ةجتماعيإلا( Joseacute Mustre del Riacuteo) ريو ديل موسرتي خوسيو قدمها مبا ختتلف النتيجة ىذه وكان

يف تأثري أي لو ليس االجتماعي ادلال رأس أن رأوا الذين( 4233) وبوليت فالكو ودي( 4222) األسرة السندات يف للمشاركة احلاجة ختلق اليت االجتماعية والروابط الطويلة ادلدة ىف والسيما االقتصاد

االقتصادي النمو وقمع االدخار إنشاء ومنع األصول شراء بشأن قرار اختاذ يف تشوىات إىل تؤدي من نشأت اخلاصة يوغياكارتا منطقة ىف كيدول جونونج يف الفقر أن النتيجة ىذه من يتبني

ادلوارد لتخصيص النظام فشل من التغيريات ىذه وحتدث اذليكلي الفقر إىل يتحول مث الطبيعي الفقر ضوء أن حيث احلكومية السياسات أخطاء خالل من الفقر ىذا ويتفاقم ويرتاكم وتقسيمها ادلوجودة االجتماعي ادلال رأس أن أيضا النتيجة ىذه وتدل اإليثار تكون أن إىل دتيل مساعدات شكل يف السياسة

رأس أما البشري ادلال ورأس ادلادي ادلايل الرأس كافية على معتمدة تكون أن جيب كيدول جونونج يف يف يكون أن جيب ولكن فحسب االجتماعي ادلال رأس الرتابط أشكال من بشكل ليس االجتماعي ادلال

عياالجتما ادلال رأس وربط السد شكل البيانات أوال البيانات من النوعني باستخدام وذلك النوعية الدراسة ىي الدراسة ىذه وكانت

البيانات ىي والثانية واالستبيانات وادلالحظات وادلقابالت الوثائق دراسة مصدرىا كان حيث األولية وما والصحف اجملالتو الكتب من البحوث ىذه تدعم اليت ادلراجع من عليها احلصول مت حيث الثانوية

xx

حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات

FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع

والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات

xxi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam

karya ilmiah ini adalah sebagai berikut

A Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s = ص

d = ض

t = ط

z = ظ

ع = lsquo

gh = غ

f = ؼ

q = ؽ

k = ؾ

l = ؿ

m = ـ

n = ف

h = ق

w = ك

y = م

B Vokal

1 Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah A A

Kasrah I I

Dammah U U

xxii

2 Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ل Fathah dan ya Ai a dan i

ك Fathah dan

wau

Au a dan w

Contoh

haul حول Husain حسني

C Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا

Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي

Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو

D Tarsquo Marbugttah (ة)

Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai

dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)

madrasah ( )مدرسة

Contoh

املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah

E Shaddah

Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh

nazzala نزل

xxiii

F Kata Sandang

Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang

mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai

huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf

qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل

Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah

seperti kata al-Rajulu (الرجل)

Contoh

al-Qalam القلم al-Shams الشمس

G Pengecualian Transliterasi

Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata

bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia

dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam

konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam

penulisan

xxv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v

PERSETUJUAN PROMOTOR vii

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii

ABSTRAK xv

PEDOMAN TRANSLITRASI xxi

DAFTAR ISI xxv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Permasalahan 20

1 Identifikasi Masalah 20

2 Pembatasan Masalah 21

3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22

C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22

D Tujuan Penelitian 25

E Manfaat Penelitian 25

F Metodologi Penelitian 26

1 Jenis Penelitian 26

2 Populasi dan Sampel Penelitian 27

3 Data dan Sumber Data 27

a) Data primer 27

b) Data Sekunder 28

4 Metode Pengolahan Data 28

G Sistimatika Penulisan 29

BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM

PERDEBATAN 31

A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan

ketimpangan distribusi pendapatan 31

B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan

Islam 44

C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49

D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63

E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan

Islam 73

xxvi

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85

A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat

Gunungkidul 85

B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91

C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97

D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100

BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT

GUNUNGKIDUL 107

A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di

Gunungkidul 107

B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan

Kapabilitas Masyarakat Miskin 118

C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty

Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan

Budaya 127

D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang

Tinggal 136

E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara

Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144

F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan

Peran Lembaga Keuangan 160

BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 181

A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181

B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190

C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197

D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan

Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205

E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan

Modal Sosial 214

BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 223

A Kesimpulan 223

B Saran dan Implikasi 224

xxvii

DAFTAR PUSTAKA 227

GLOSSARY 265

INDEKS 267

BIOGRAFI PENULIS 275

LAMPIRAN 277

xxviii

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 10: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

xx

حتليل إىل يهدف الذي االقتصادي االجتماعي العلم هنج ىو فيها ادلستخدم ادلنهج أما ذالك أشبو التقييم مشاركة استخدام فيها البحث طريقة وأما واالجتماعية االقتصادية الظواىر بني العالقات

FGD) ) النقاش اجملموعة والرتكيز (RPA)السريع

والنمو االجتماعيوالتمكني ادلال ورأس الفقر السر كلمات

xxi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam

karya ilmiah ini adalah sebagai berikut

A Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s = ص

d = ض

t = ط

z = ظ

ع = lsquo

gh = غ

f = ؼ

q = ؽ

k = ؾ

l = ؿ

m = ـ

n = ف

h = ق

w = ك

y = م

B Vokal

1 Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah A A

Kasrah I I

Dammah U U

xxii

2 Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ل Fathah dan ya Ai a dan i

ك Fathah dan

wau

Au a dan w

Contoh

haul حول Husain حسني

C Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا

Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي

Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو

D Tarsquo Marbugttah (ة)

Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai

dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)

madrasah ( )مدرسة

Contoh

املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah

E Shaddah

Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh

nazzala نزل

xxiii

F Kata Sandang

Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang

mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai

huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf

qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل

Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah

seperti kata al-Rajulu (الرجل)

Contoh

al-Qalam القلم al-Shams الشمس

G Pengecualian Transliterasi

Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata

bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia

dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam

konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam

penulisan

xxv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v

PERSETUJUAN PROMOTOR vii

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii

ABSTRAK xv

PEDOMAN TRANSLITRASI xxi

DAFTAR ISI xxv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Permasalahan 20

1 Identifikasi Masalah 20

2 Pembatasan Masalah 21

3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22

C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22

D Tujuan Penelitian 25

E Manfaat Penelitian 25

F Metodologi Penelitian 26

1 Jenis Penelitian 26

2 Populasi dan Sampel Penelitian 27

3 Data dan Sumber Data 27

a) Data primer 27

b) Data Sekunder 28

4 Metode Pengolahan Data 28

G Sistimatika Penulisan 29

BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM

PERDEBATAN 31

A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan

ketimpangan distribusi pendapatan 31

B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan

Islam 44

C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49

D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63

E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan

Islam 73

xxvi

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85

A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat

Gunungkidul 85

B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91

C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97

D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100

BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT

GUNUNGKIDUL 107

A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di

Gunungkidul 107

B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan

Kapabilitas Masyarakat Miskin 118

C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty

Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan

Budaya 127

D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang

Tinggal 136

E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara

Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144

F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan

Peran Lembaga Keuangan 160

BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 181

A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181

B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190

C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197

D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan

Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205

E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan

Modal Sosial 214

BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 223

A Kesimpulan 223

B Saran dan Implikasi 224

xxvii

DAFTAR PUSTAKA 227

GLOSSARY 265

INDEKS 267

BIOGRAFI PENULIS 275

LAMPIRAN 277

xxviii

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 11: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

xxi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam

karya ilmiah ini adalah sebagai berikut

A Konsonan

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s = ص

d = ض

t = ط

z = ظ

ع = lsquo

gh = غ

f = ؼ

q = ؽ

k = ؾ

l = ؿ

m = ـ

n = ف

h = ق

w = ك

y = م

B Vokal

1 Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah A A

Kasrah I I

Dammah U U

xxii

2 Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ل Fathah dan ya Ai a dan i

ك Fathah dan

wau

Au a dan w

Contoh

haul حول Husain حسني

C Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا

Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي

Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو

D Tarsquo Marbugttah (ة)

Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai

dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)

madrasah ( )مدرسة

Contoh

املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah

E Shaddah

Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh

nazzala نزل

xxiii

F Kata Sandang

Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang

mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai

huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf

qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل

Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah

seperti kata al-Rajulu (الرجل)

Contoh

al-Qalam القلم al-Shams الشمس

G Pengecualian Transliterasi

Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata

bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia

dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam

konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam

penulisan

xxv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v

PERSETUJUAN PROMOTOR vii

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii

ABSTRAK xv

PEDOMAN TRANSLITRASI xxi

DAFTAR ISI xxv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Permasalahan 20

1 Identifikasi Masalah 20

2 Pembatasan Masalah 21

3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22

C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22

D Tujuan Penelitian 25

E Manfaat Penelitian 25

F Metodologi Penelitian 26

1 Jenis Penelitian 26

2 Populasi dan Sampel Penelitian 27

3 Data dan Sumber Data 27

a) Data primer 27

b) Data Sekunder 28

4 Metode Pengolahan Data 28

G Sistimatika Penulisan 29

BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM

PERDEBATAN 31

A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan

ketimpangan distribusi pendapatan 31

B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan

Islam 44

C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49

D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63

E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan

Islam 73

xxvi

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85

A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat

Gunungkidul 85

B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91

C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97

D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100

BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT

GUNUNGKIDUL 107

A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di

Gunungkidul 107

B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan

Kapabilitas Masyarakat Miskin 118

C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty

Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan

Budaya 127

D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang

Tinggal 136

E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara

Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144

F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan

Peran Lembaga Keuangan 160

BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 181

A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181

B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190

C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197

D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan

Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205

E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan

Modal Sosial 214

BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 223

A Kesimpulan 223

B Saran dan Implikasi 224

xxvii

DAFTAR PUSTAKA 227

GLOSSARY 265

INDEKS 267

BIOGRAFI PENULIS 275

LAMPIRAN 277

xxviii

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 12: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

xxii

2 Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ل Fathah dan ya Ai a dan i

ك Fathah dan

wau

Au a dan w

Contoh

haul حول Husain حسني

C Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif agt a dan garis di atas ػػػػا

Kasrah dan ya igt i dan garis di atas ػػػػي

Dammah dan wau ugt u dan garis di atas ػػػػو

D Tarsquo Marbugttah (ة)

Transliterasi tarsquo marbugttah ditulis dengan sbquoh‛ baik dirangkai

dengan kata sesudahnya maupun tidak contoh marrsquoah (مرأة)

madrasah ( )مدرسة

Contoh

املنورة املدينة al-Madigtnat al-Munawwarah

E Shaddah

Shaddahtashdigtd pada transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu Contoh

nazzala نزل

xxiii

F Kata Sandang

Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang

mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai

huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf

qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل

Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah

seperti kata al-Rajulu (الرجل)

Contoh

al-Qalam القلم al-Shams الشمس

G Pengecualian Transliterasi

Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata

bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia

dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam

konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam

penulisan

xxv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v

PERSETUJUAN PROMOTOR vii

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii

ABSTRAK xv

PEDOMAN TRANSLITRASI xxi

DAFTAR ISI xxv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Permasalahan 20

1 Identifikasi Masalah 20

2 Pembatasan Masalah 21

3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22

C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22

D Tujuan Penelitian 25

E Manfaat Penelitian 25

F Metodologi Penelitian 26

1 Jenis Penelitian 26

2 Populasi dan Sampel Penelitian 27

3 Data dan Sumber Data 27

a) Data primer 27

b) Data Sekunder 28

4 Metode Pengolahan Data 28

G Sistimatika Penulisan 29

BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM

PERDEBATAN 31

A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan

ketimpangan distribusi pendapatan 31

B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan

Islam 44

C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49

D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63

E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan

Islam 73

xxvi

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85

A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat

Gunungkidul 85

B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91

C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97

D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100

BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT

GUNUNGKIDUL 107

A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di

Gunungkidul 107

B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan

Kapabilitas Masyarakat Miskin 118

C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty

Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan

Budaya 127

D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang

Tinggal 136

E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara

Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144

F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan

Peran Lembaga Keuangan 160

BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 181

A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181

B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190

C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197

D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan

Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205

E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan

Modal Sosial 214

BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 223

A Kesimpulan 223

B Saran dan Implikasi 224

xxvii

DAFTAR PUSTAKA 227

GLOSSARY 265

INDEKS 267

BIOGRAFI PENULIS 275

LAMPIRAN 277

xxviii

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 13: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

xxiii

F Kata Sandang

Kata sandang sbquoالـ‛ dilambangkan berdasarkan huruf yang

mengikutinya jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai

huruf yang bersangkutan dan ditulis sbquoal‛ jika diikuti dengan huruf

qamariyah Selanjutnya -ditulis lengkap baik menghadapi al ا ل

Qamariyah contoh kata al-Qamar (القمر) maupun al-Shamsiyah

seperti kata al-Rajulu (الرجل)

Contoh

al-Qalam القلم al-Shams الشمس

G Pengecualian Transliterasi

Pedoman transliterasi ini tidak digunakan untuk kata-kata

bahasa arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia

dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia seperti lafal هللا asmagtrsquo al-husnagt dan Ibn Al-Quran Hadis kecuali menghadirkannya dalam

konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam

penulisan

xxv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v

PERSETUJUAN PROMOTOR vii

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii

ABSTRAK xv

PEDOMAN TRANSLITRASI xxi

DAFTAR ISI xxv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Permasalahan 20

1 Identifikasi Masalah 20

2 Pembatasan Masalah 21

3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22

C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22

D Tujuan Penelitian 25

E Manfaat Penelitian 25

F Metodologi Penelitian 26

1 Jenis Penelitian 26

2 Populasi dan Sampel Penelitian 27

3 Data dan Sumber Data 27

a) Data primer 27

b) Data Sekunder 28

4 Metode Pengolahan Data 28

G Sistimatika Penulisan 29

BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM

PERDEBATAN 31

A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan

ketimpangan distribusi pendapatan 31

B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan

Islam 44

C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49

D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63

E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan

Islam 73

xxvi

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85

A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat

Gunungkidul 85

B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91

C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97

D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100

BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT

GUNUNGKIDUL 107

A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di

Gunungkidul 107

B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan

Kapabilitas Masyarakat Miskin 118

C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty

Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan

Budaya 127

D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang

Tinggal 136

E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara

Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144

F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan

Peran Lembaga Keuangan 160

BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 181

A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181

B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190

C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197

D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan

Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205

E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan

Modal Sosial 214

BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 223

A Kesimpulan 223

B Saran dan Implikasi 224

xxvii

DAFTAR PUSTAKA 227

GLOSSARY 265

INDEKS 267

BIOGRAFI PENULIS 275

LAMPIRAN 277

xxviii

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 14: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

xxv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI v

PERSETUJUAN PROMOTOR vii

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI xi

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN xiii

ABSTRAK xv

PEDOMAN TRANSLITRASI xxi

DAFTAR ISI xxv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xxviii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Permasalahan 20

1 Identifikasi Masalah 20

2 Pembatasan Masalah 21

3 Perumusan Masalah dan Hipotesa 22

C Penelitian Terdahulu yang Relevan 22

D Tujuan Penelitian 25

E Manfaat Penelitian 25

F Metodologi Penelitian 26

1 Jenis Penelitian 26

2 Populasi dan Sampel Penelitian 27

3 Data dan Sumber Data 27

a) Data primer 27

b) Data Sekunder 28

4 Metode Pengolahan Data 28

G Sistimatika Penulisan 29

BAB II KESEJAHTERAAN DAN KEMISKINAN DALAM

PERDEBATAN 31

A Pertumbuhan Ekonomi kemiskinan dan

ketimpangan distribusi pendapatan 31

B Pembangunan dan Kemiskinan dalam Pandangan

Islam 44

C Perkembangan Konsep Kemiskinan 49

D Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural 63

E Kemiskinan dan Modal Sosial dalam Pandangan

Islam 73

xxvi

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85

A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat

Gunungkidul 85

B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91

C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97

D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100

BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT

GUNUNGKIDUL 107

A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di

Gunungkidul 107

B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan

Kapabilitas Masyarakat Miskin 118

C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty

Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan

Budaya 127

D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang

Tinggal 136

E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara

Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144

F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan

Peran Lembaga Keuangan 160

BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 181

A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181

B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190

C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197

D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan

Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205

E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan

Modal Sosial 214

BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 223

A Kesimpulan 223

B Saran dan Implikasi 224

xxvii

DAFTAR PUSTAKA 227

GLOSSARY 265

INDEKS 267

BIOGRAFI PENULIS 275

LAMPIRAN 277

xxviii

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 15: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

xxvi

BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI GUNUNGKIDUL 85

A Kondisi Geografis dan Karakteristik Masyarakat

Gunungkidul 85

B Kondisi Ekonomi Masyarakat di Gunungkidul 91

C Peran Agama dalam Kehidupan Masyarakat 97

D Ketenagakerjaan di Gunungkidul 100

BAB IV KEMISKINAN PADA MASYARAKAT

GUNUNGKIDUL 107

A Kesenjangan Distribusi dan Kemiskinan di

Gunungkidul 107

B Pemberdayaan (Empowerment) dan Perluasan

Kapabilitas Masyarakat Miskin 118

C Culture of Poverty ataukah Cultural Poverty

Melihat Hubungan Antara Kemiskinan dan

Budaya 127

D Siapakah yang Merantau dan Siapakah Yang

Tinggal 136

E Pengaruh Pendidikan dan Perubahan Cara

Pandang Kultural dalam Pencapaian Ekonomi 144

F Program Bantuan Kemiskinan Pemerintah dan

Peran Lembaga Keuangan 160

BAB V MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 181

A Modal Sosial Masyarakat Gunungkidul 181

B Sisi Gelap Modal Sosial di Gunungkidul 190

C Migrasi sebagai Strategi Bertahan Hidup 197

D Remitansi sebagai Bentuk Ikatan Sosial dan

Penggerak Pertumbuhan Ekonomi 205

E Memerangi Kemiskinan dengan Memanfaatkan

Modal Sosial 214

BAB VI MODAL SOSIAL DAN PENGENTASAN

KEMISKINAN 223

A Kesimpulan 223

B Saran dan Implikasi 224

xxvii

DAFTAR PUSTAKA 227

GLOSSARY 265

INDEKS 267

BIOGRAFI PENULIS 275

LAMPIRAN 277

xxviii

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 16: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

xxvii

DAFTAR PUSTAKA 227

GLOSSARY 265

INDEKS 267

BIOGRAFI PENULIS 275

LAMPIRAN 277

xxviii

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 17: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

xxviii

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 18: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

xxix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel Penjelasan Halaman

Tabel 11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di Indonesia

2005-13 5

Tabel 12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 2011 20

Tabel 21 GNI Perkapita dan Angka harapan Hidup 2011 54

Tabel 31 PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2011 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan

Usaha 96

Tabel 32 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Saptosari 2011-2013 98

Tabel 33 Jumlah Tempat Ibadah Agama Islam di Saptosari 2008-

2013 99

Tabel34 Indikator Ketenagakerjaan Kab Gunungkidul 2004-2010 103

Tabel 35 Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan

dan jenis kelamin di Kabupaten Gunungkidul 2005-2011 105

Tabel 41 Tabulasi Jawaban Responden 124

Tabel 42 Tabel Kontingensi dan Nilai harapan Kelompok Usia dan

Kesediaan Berpindah dari Desa untuk bekerja 140

Tabel 43 Tabel Kontingensi Antara Kepemilikan Sawah dan

Keputusan Pindah Desa 142

Tabel 44 Indeks Pembangunan Manusia Gunungkidul 2008-2012 150

Tabel 45 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

Partisi Sekolah kabupaten Gunungkidul 154

Tabel 46 Hasil atas data PPLS 2011 antara status kesejahteraan dan

partisipasi sekolah Kec Saptosari Kab Gunungkidul 156

Tabel 47 Data Penerima RASKIN Kecamatan Saptosari Kabupaten

GunungkidulTahun 2009-2013 165

Tabel 48 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Saptosari dan

Bantuan Yang Diterima Tahun 2014 170

Tabel 49 Daftar Desa Wisata di Kabupaten Gunungkidul 175

Tabel 51 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten

Gunungkidul 2007-2013 200

Tabel 52 Pendapatan Asli Daerah dan Remitansi Kabupaten

Gunungkidul 2012-2013 207

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 19: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

xxx

Daftar Gambar

Gambar 11 Persentase penduduk Miskin di Indonesia

Berdasarkan Provinsi 2010-2011 3

Gambar 12 Persentase Penduduk di Bawah Garis

Kemiskinan di Pedesaan 2005-2014 4

Gambar 21 Kurva Lorenz 43

Gambar 31 Peta Administrasi Kabupaten Gunung Kidul 88

Gambar 41 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten

Gunungkidul 2002-2014 110

Gambar 42 Indeks Williamson DI Yogjakarta 2008-2011 113

Gambar 43 Gini Ratio DI Yogjakarta 1996-2013 114

Gambar 44 Jumlah Penduduk Miskin yang Memiliki Hutang

di Kecamatan Saptosari Tahun 2011 122

Gambar 45 Persentase Penduduk Melek Huruf di DIY dan

Kabupaten Gunungkidul 2005-2013 145

Gambar 46 Tingkat Partisipasi Murni Sekolah Kabupaten

Gunungkidul 2011 145

Gambar 47 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Per-

Kabupaten di DIY dan Nasional 2007-2010 149

Gambar 48 Lingkaran Kemiskinan 153

Gambar 51 Penduduk yang Berhutang berdasarkan

Kecamatan 2008 193

Gambar 52 PDRB Atas Dasar Harga konstan perkabupaten

di DIYogjakarta 2006-2012 199

Gambar 53 Trend Pengguran Terbuka di Gunungkidul 2007-

2012 202

Gambar 54 Pendapatan Sampel Perantau Gunungkidul di Jakarta Selatan dan Timur 206

Gambar 55 Perubahan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Gunungkidul Sebagai Akibat Aliran Masuk

Remitansi 209

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 20: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Usaha pengentasan kemiskinan Indonesia pernah mencapai

keberhasilan pada masa orde baru pada saat itu tingkat kemiskinan

mengalami penurunan dengan kecepatan penurunan sebesar 144

persen per tahun Kemiskinan menurun dari 401 persen pada tahun

1976 menjadi 113 persen pada tahun 1996 dan mengakibatkan

sekitar 30 juta penduduk berhasil keluar dari kemiskinan1

Penurunan angka kemiskinan ini dimotori oleh cepatnya

pertumbuhan perekonomian Pada periode tersebut Indonesia

merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat

di dunia dengan angka pertumbuhan sebesar 46 persen per tahun

Indonesia berhasil keluar dari kategori salah satu negara termiskin di

dunia dengan pendapatan perkapita penduduk 190 US dollar pada

tahun 1965 menjadi negara dengan pendapatan perkapita 610 US

dollar pada tahun 19912

Penurunan dalam kemiskinan ini terus berlanjut hingga

terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 krisis multi dimensi yang

pada awalnya dimulai dengan krisis finansial dan kemudian menjadi

krisis politik dan sosial ini memiliki dampak yang substansial

terhadap kehidupan sosial m asyarakat Tingkat kemiskinan nasional

meningkat sebesar 164 persen dari pertengahan 1997 hingga akhir

19983 Peningkatan kemiskinan ini adalah akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebagai akibat penurunan

kegiatan perekonomian Persentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan kembali melonjak hingga mencapai 2423 persen pada

tahun 19984 Pasca krisis multi dimensi jumlah dan persentase

penduduk miskin di Indonesia secara bertahap kembali menurun

1 Asep Suryahadi Gracia Hadiwinata and Sudarno Sumarto sbquoEconomic

Growth and Poverty Reduction Before and After the Financial Crisis‛ dalam Smeru Working Paper (June 2012) hlm5

2 Anne Booth sbquoSurvey of Recent Development‛ dalam BIES 36173-104

(2000) hlm 89 3Asep Suryahadi Gracia Hadiwidjaja‛The Role of Agriculture in Poverty

Reduction in Indonesia‛ dalam SMERU Research Institute Jakarta Indonesia (May

2011) hlm1 4 Asep Suryahadi Daniel Suryadarma Sudarno Sumarto sbquoEconomic Growth

and Poverty Reduction in Indonesia The Effects of Location and Sectoral Components

of Growth‛dalam Working Papers SMERU Research Institute (August 2006) hlm11

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 21: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

2

namun tingkat pengurangan kemiskinan mengalami perlambatan dan

hanya mencapai 061 persen pertahun yang jauh lebih kecil relatif

terhadap percepatan penurunan kemiskinan pada perode sebelumnya

yang mencapai 144 persen per tahun Bukan hanya melambat angka

kemiskinan justru kembali meningkat pada tahun 20135 sebagi

akibat kenaikan harga minyak dan harga beras secara nasional

Kenaikan harga ini mendorong tingkat inflasi dan mengakibatkan

meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia6 Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2013 meningkat menjadi 2913 juta

jiwa 15833 juta diantara penduduk miskin ini berada di Pulau

Jawa dan sebagian besar berada di pedesaan7

Kian melambatnya tingkat pengurangan kemiskinan di

Indonesia pada masa 1986-1997 adalah sebagai akibat dari

memburuknya distribusi pendapatan sebagai dampak dari pertama

termarjinalkannya peran sektor pertanian sebagai akibat

pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor modern dan

manufaktur tanpa mempertimbangkan 60 persen penduduk

Indonesia bekerja di sektor pertanian Kedua terdapatnya kantong-

kantong kemiskinan yang sulit terjangkau kebijakan yang dilakukan

pemerintah yang letaknya tersebar di berbagai daerah pedesaan di

Jawa dan luar Jawa Ketiga kebijakan pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan terutama untuk tingkat sekunder dan

tersier yang cenderung bias pada penduduk yang relatif lebih

mampu 8

Tidak tepatnya penerapan kebijakan pendidikan ini

mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat miskin terhadap

pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi Hanya penduduk

dengan penghasilan menengah keatas yang mampu mebiayai

pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka atau luar negeri Mereka

umumnya berada pada bidang-bidang yang memiliki tingkat skill

tinggi seperti kedokteran teknik atau akuntansi dan menikmati

5Badan Pusat Statistik ‛Jumlah Penduduk Miskin Maret 2013 Mencapai

2807 Juta Orang‛ Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023

(diakses 15814) 6Iris Gera BPS Inflasi Kemiskinan Meningkat pada 2013 Voice of America

(VOA) 3 Januari 2014 httpwwwvoaindonesiacomcontentbps-inflasi-kemiskinan-

meningkat-pada-20131822602html (diakses 15814) 7 Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Penduduk Miskin Persentase

Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan 1970-2013‛ BPS (2012) httpwwwbps

goidtab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab=7 (diakses

15814) 8Anne BoothsbquoSurvey of Recent Development‛ (2000) hlm 89-91

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 22: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

3

penghasilan tinggi sebagai akibat adanya ekspansi di lingkungan

usaha swasta Sementara mereka yang tidak memiliki kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi hanya dapat bekerja di sektor-sektor

tradisional dengan penghasilan yang relatif rendah

Semua ini memperlihatkan terjadinya kesenjangan baik sektoral

maupun regional di Indonesia sekaligus menjelaskan mengapa

dalam periode ini kemiskinan terbesar terkonsentrasi di daerah

pedesaan yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor

pertanian dengan tingkat pendidikan dan produktivitas yang rendah

serta memiliki lokasi yang sulit terjangkau

Sebaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dan

2012 terlihat pada gambar 11 9 Kemiskinan tersebar di semua

provinsi dengan persentase kedalaman dan sebaran yang bervariasi

Gambar 11 Persebaran Kemiskinan Berdasarkan Provinsi 201210

Kemiskinan tertinggi berada di provinsi Papua dengan jumlah

penduduk miskin sebesar 3366 persen dari total penduduk

sedangkan DKI Jakarta memiliki tingkat kemiskinan terendah

9Pada September 2011 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 2989

juta orang (1236 persen) jumlah ini telah mengalami penurunan sebesar 013 persen

relatif terhadap jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 3002 juta orang

(1249 persen) namun jumlah kemiskinan ini masih sangat besar Lihat Berita Resmi Statistik 1714 httpwwwbpsgoidnews=1023 (diakses 15814)

10Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 23: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

4

sebesar 37 persen Kemiskinan yang berada di atas tingkat

kemiskinan nasional pada umumnya terjadi di Indonesia bagian

timur Hanya terdapat 2 daerah di Pulau Sumatera yang tingkat

kemiskinannya berada di atas tingkat kemiskinan nasional dan 3

daerah di pulau Jawa yaitu Jawa Barat Jawa Tengah and Jawa

Timur11

Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk

pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat

nasional) turun hingga sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an

tetapi melonjak tinggi ketika terjadi Krisis Finansial Asia (Krismon)

antara tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan nilainya naik

mencapai 26 persen Setelah tahun 2006 terjadi penurunan angka

kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan seperti apa yang

ditunjukkan gambar di bawah ini

Gambar 12 Persentase Penduduk di bawah Garis Kemiskinan di

Pedesaan 2005-2014

Sumber Bank Duna dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Namun penurunan angka kemiskinan ini tidak menggambarkan

kondisi kesejahteraan sosial dan pemerataan di masyarakat Meskipun

masyarakat tidak berada di bawah garis kemiskinan mereka hidup tidak

terlalu jauh dari garis kemiskinan Kondisi ini sangat rentan karena

dengan sedikit saja goncangan perekonomian mereka akan masuk ke

11

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia sbquoProspek Perekonomian

Indonesia Tahun 2013‛ Setneg (2013) httpwww setneggoid indexphp option=

com_contentamptask=viewampid=6804(diakses 101014)

20 218

204 189

174 166 157 143 144 138

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pddk dibawah garis kemiskinan ()

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 24: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

5

dalam golongan masyarakat miskin Sebagaimana di ingatkan oleh Didik

Rachbini dan beberapa ekonom lainnya kesenjangan distribusi

pendapatan di Indonesia kian lama kian melebar Hal ini terlihat dari

nilai Gini Ratio yang semakin mendekati nilai satu12

(lihat tabel 11)

Melebarnya gini ratio mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah dan golongan masyarakat Pertumbuhan

perekonomian dalam sepuluh tahun setelah pasca krisis multidimesi

tidak menetes kepada kelompok masyarakat miskin13

Hal ini

membuktikan bahwa mekasnisme tricke down effect yang di kemukakan

oleh kaum neo klasikal tidak terbukti dan sekaligus membenarkan

kritikan dari kaum strukturalis bahwa sistim ini tidak akan membawa

kepada keadilan sosial14

Tabel11 Kemiskinan RelatifAbsolut dan Gini Ratio di

Indonesia 2005-1315

Kemiskinan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Relatif () 160 178 166 154 142 133 125 117 115

Absolute (jt) 35 39 37 35 33 31 30 29 29

Gini Ratio 036 - 035 035 037 038 041 041 041

Sumber World Bank dan BPS

Pertumbuhan ekonomi lebih memberi manfaat kepada kelompok kaya

dari pada yang miskin terbukti dengan kian melebarnya kesenjangan

pendapatan antar anggota masyarakat Bank Dunia mengatakan bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tumbuh dengan laju

tercepat kedua di antara negara-negara Asia dalam dua dekade terakhir

12

Adalah ukuran ketimpangan yang paling umum digunakan Nilai koefisien

Gini bervariasi antara 0 dan 1 0 mencerminkan kesetaraan yang sempurna dan 1 yang

menunjukkan ketimpangan sempurna di mana satu orang memiliki semua pendapatan

atau konsumsi sementara orang lain tidak mendapatkan apapun Lihat Michael

PTodaro and Stephen C Smith Economic Development 11th edition (Essex Pearson

Education2011) hlm 207-208 13

Tulus T H Tambunan ‛ The Indonesian Experience with Two Big

Economic Crises‛ Modern Economy 1 (2010) hlm 156-167

httpwwwSciRPorgjournalme (diakses 111214) 14

Sri-Edi Swasono Esei Pembuka dalam Radhar Panca Dahana Ekonomi Cukup Kritik Budaya pada Kapitalisme (Jakarta 2015) hlm xvii

15Indonesin Investments sbquoPoverty in Indonesia‛ httpwwwindonesia-

investme ntscomfinancemacroeconomic-indicatorspovertyitem301 (diakses

15814)

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 25: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

6

Ini adalah masalah serius sebab ketimpangan akan menyebabkan

melemahnya kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi16

Dan pada

akhirnya ini akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat dan

membawa kepada peningkatan kemiskinan

Tingkat kemiskinan17

di Indonesia belum cukup menggambarkan

kondisi kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya Karena walaupun

tidak berada di bawah garis kemiskinan namun 40 persen penduduk

Indonesia hidup di sekitar garis kemiskinan18

Mereka inilah golongan

yang dapat dengan mudah jatuh dalam kemiskinan jika terjadi

guncangan atau perubahan kondisi sosial ataupun politik yang

berpengaruh terhadap pendapatan mereka Menghilangkan kemiskinan

di Indonesia tidak hanya harus mampu membantu orang miskin tetapi

juga melindungi masyarakat yang rentan untuk jatuh dalam

kemiskinan19

Sulitnya mengurai masalah kemiskinan dan pengentasan

kemiskinan menurut Deepa Narayan dalam bukunya Voices of the Poor disebabkan karena sifat kemiskinan yang sifatnya yang tidak saja

multidimensional tapi juga saling mengunci dinamik kompleks sarat

dengan konsensus sosial gender dan peristiwa yang khas per lokasi

kemiskinan Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial

umur budaya lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang

berbeda20

Kompleksitas kemiskinan di Indonesia terbukti dalam

16

Indonesia Investment Despite Poverty Reduction in Indonesia Gap

between Rich and Poor Widens httpwwwindonesia-

invearstmentscomidnewstodays-headlinesdespite-poverty-reduction-in-indonesia-

gap-between-rich-and-poor-widensitem2258 (diakses 22814) 17

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk miskin didefinisikan

sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan yaitu nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilo kalorikapitahari dan non makanan yaitu perumahan

sandang pendidikan dan kesehatan Sistim Informasi Rujukan Statistik (Sirusa) BPS

(2015) httpsirusabpsgoidindexphpr=indikatorviewampid=50 (diakses 7714) 18

Kelompok masyarakat ini adalah mereka hidup kurang dari Rp12400 per

hari (sekitar US $ 180 Purchasing Power Parity )Vivi Alatas Ririn Purnamasari and

Matthew Wai-Poi sbquoReaching Indonesiarsquos poor and vulnerable‛ East Asia Forum 2

Januari 2012 httpwwweastasiaforumorg20130102reaching-indonesias-poor-and-

vulnerable (diakses 15814) 19

Asep Suryahadiet all sbquoAccelerating Poverty and Vulnerability Reduction

Trends Opportunities and Constraints‛SMERU Research Instiute Working Paper May 2012 httpwwwsmeruoridreportworkpaper povertyvulnerabilityreduction

poverty vulnerabilityreductionpdf (diakses 15814) 20

Deepa Narayan Raj Patel Kai Schafft Anne Rademacher Sarah Koch-

SchulteVoices of The Poor Can Anyone Hear Us ( New York Oxford University

Press 2000) hlm 32-35

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 26: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

7

penelitian Wigjosoebroto yang menemukan bahwa di Surabaya

seseorang atau sebuah keluarga yang jatuh dalam kemiskinan biasanya

dalam kondisi yang tidak memiliki banyak daya ruang gerak mereka

terbatas dan cendrung sulit terserap dalam sektor-sektor yang

memungkinkan mereka mengembangkan usahanya21

Penemuan Wignjosoebroto pada masyarakat miskin di Surabaya

terjelaskan dengan mempergunakan pengkriteriaan kemiskinan

|Friedman Menurut Friedman kemiskinan adalah ketidaksamaan dalam

mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang mencakup Pertama modal

produktif atas asset misalnya tanah perumahan peralatan dan

kesehatan Kedua sumber keuangan seperti income dan kredit yang

memadai Ketiga organisasi sosial dan politik yang dapat berguna untuk

mencapai kepentingan bersama seperti koperasi Keempat network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan kebutuhan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai Kelima informasi-

informasi yang berguna untuk kehidupan 22

Hidup dalam kemiskinan masyarakat tidak memiliki akses

terhadap basis kekuatan sosial dengan penghasilan yang bahkan tidak

mencukupi untuk kebutuhan pokok tidak mungkin bagi mereka untuk

membeli aset-aset produktif dan pendidikan serta posisi sosial mereka

tidak akan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari terlibat

dalam jaringan sosial Bagong Suyanto yang menyatakan bahwa

kemiskinan bukan hanya kurangnya pendapatan dan aset produktif

kemiskinan merupakan sebuah perangkap yang terbentuk dari

kombinasi beban kemiskinan kerapuhan impowerment kelemahan

fisik dan keterasingan Semua ini menjelaskan bahwa usaha

memberdayakan keluarga miskin tidak cukup hanya dengan

memberikan paket bantuan modal namun juga harus dengan usaha

pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri23

Bantuan yang hanya menjadikan masyarakat sebagai objek akan

menjadikan masyarakat pasif dan menciptakan ketergantungan dan

mematikan potensi swakarsa lokal Masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dalam usaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan Dengan

demikian masalah pokok dalam pengentasan kemiskinan adalah

21

Wignjosoebroto dalam Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat Miskin‛ dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor

4 (Oktober 2001) hlm25-42 22

John Friedmann sbquoRethinking poverty Empowerment and Citizen Rights‛

dalam International Social Science Journal XLVIII (48) 2 (June 1996) hlm 161-172 23

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001)

hlm 25-42

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 27: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

8

kemungkinan masyarakat miskin mampu mengembangkan diri dan

meningkatkan taraf hidupnya24

Menurut Amartya Sen kunci dari pengentasan kemiskin adalah

perluasan kemampuan rakyat (expansion of peoplersquos capability) Perluasan kesempatan rakyat mengharuskan adanya pemberdayaan

masyarakat (people empowerment) yang berarti adanya peningkatan

potensi partisipatif dan sikap emansipatoris masyarakat miskin25

Di

Indonesia pada dasarnya tugas negara dalam mensejahterakan rakyat

dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45)26

Berdasarkan

UUD 45 pasal 27 adalah kewajiban negara untuk menyediakan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warga negara dengan

demikian maka kebijakan pemerintah harus membuat kebijakan yang

pro job dan pro poor Konsep kesejahteraan sosial Indonesia bukanlah

berdasarkan konsep derma (charity) atau filantropi Dengan demikian

menyediakan pekerjaan bagi setiap warga negara merupakan kunci dari

pemberantasan kemiskinan Hanya mereka yang diberdayakan

(empowered) dengan berbagai kemampuan baik ekonomi finansial

keterampilan juga kemampuan sosial kultural seperti sikap maju etos

kerja produktif enterpreneurial yang dapat bekerja secara produktif dan

mampu memperoleh penghidupan yang layak27

Empowerment pada masyarakat miskin merupakan

pemberdayaan yang didasarkan kepada peningkatan kapabilitas

masyarakat sehingga dapat memampukan dan memandirikan

masyarakat Empowerment bukan hanya meliputi penguatan individu

anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya yaitu dengan cara

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras hemat

keterbukaan kebertanggungjawaban28

Dalam ajaran Islam kemandirian

dipandang sebagai faktor yang sangat penting Masyarakat haruslah

24

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) hlm 25-42 25

Sri-Edi Swasono sbquoPovertyImpoverishment Empowerment

Disempowerment Beberapa Pendekatan Paradigmatik Mengatasi Kemiskinan‛

Makalah dalam Seminar 60 Tahun FEUI (2011) 26

Pernyataan akan tugas negara atas kesejahteraan rakyatPembukaan UUD

1945 sbquo mendirikan pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa‛ dan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 sbquotiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‛ 27

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm76 28

Bagong Suyanto sbquoKemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin‛

Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun XIV Nomor 4 (Oktober 2001) 25-42

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 28: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

9

berusaha secara aktif dalam usaha meningkatkan taraf kehidupan

mereka dan bukan hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan

dari pihak lain Al Quran menyebutkan bahwa suatu masyarakat tidak

akan bisa berubah kecuali masyarakat itu sendiri yang merubahnya

Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran Surat al Ralsquoad ayat 1129

bahwa Allah hanya akan merubah kondisi yang di hadapi suatu kaum

atau kelompok masyarakat jika mereka berusaha secara aktif merubah

nasib mereka sendiri

Sejalan dengan ayat tersebut diatas Sri-Edi Swasono

mengatakan bahwa kegagalan dalam upaya pengentasan kemiskinan

terjadi karena pemberdayaan masyarakat (human empowerment) tidak

dilaksanakan oleh pemerintah daerah kesalahan dalm mengartikan dan

melihat pembangunan mengakibatkan belum di laksanakannya strategi

pembangunan yang sesuai dengan pasal 27 ayat 1 UUD 45 Pemerintah

daerah belum memahami tentang pentingnya peningkatan keterampilan

masyarakat agar menjadi lebih produktif Disebabkan karena kesalahan

dalam pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat kesenjangan dalam

kepemilikan sumber daya dan kesempatan yang tidak merata

menyebabkan masyarakat ditinggalkan dalam proses pembangunan30

Keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata sehingga menimbulkan

struktur masyarakat yang timpang Sumodiningrat mengatakan bahwa

kegagalan pemerintah dalam bermacam-macam program kebijakan

pengentasan kemiskinan inilah yang mengakibatkan munculnya

kemiskinan struktural31

Kebijakan pemerintah berupa bantuan keuangan kepada mereka

yang mampu baik secara fisik maupun fikiran akan menciptakan

ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan melestarikan

kemiskinan dan memberikan dorongan terhadap terciptanya berbagai

29

Al Quran Surat al Ralsquoad ayat 11 yang berbunyi

إن اهلل الي غي ر مابقوم حت ي غي روا مابأنفسهم Artinya Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu

sendiri yang merubahnya 30 Sri-Edi SwasonosbquoPoverty Inpoverishment Empowerment

Disempowerment Pendekatan Padadigmatik Mengatasi Kemiskinan Beyond The

Economics of Poverty‛ Memio Fakultas Ekonomi UI Seminar Kemiskinan 2011

hlm3-5 31

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-

faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil distribusi aset

produksi yang tidak merata korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang

cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Lihat Revrisond Baswir

Agenda Ekonomi Kerakyatan (YogyakartaPustaka Pelajar1997) hlm 21

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 29: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

10

penyakit sosial32

Ketergantungan pada pihak pemberi bantuan ini

adalah salah satu bukti bahwa masyarakat miskin mengalami apa yang

disebut oleh Sri-Edi Swasono sebagai pelumpuhan atau

disempowerment pelumpuhan kemampuan masyarakat ini akan

membawa kemiskinan (empoverishment) yang dapat menuju kepada

pelumpuhan diri (self-disempowerment)33

Pelumpuhan diri dalam jangka panjang akan merubah etos kerja

dan cara pandang masyarakat dan menciptakan kemiskinan kultural dan

budaya kemiskinan Antropolog Oscar Lewis menyatakan bahwa

kemiskinan kultural berasal dari budaya yang ada atau tercipta dalam

masyarakat dan dapat juga terjadi karena kebijakan pemerintah

menciptakan ketergantungan Sedangkan budaya kemiskinan adalah

seperangkat norma dan sikap yang menggiring individu dalam apa yang

awalnya terbentuk sebagai reaksi terhadap keadaan eksternal yang tidak

menguntungkan namun ketika norma dan sikap ini ditransmisikan dari

generasi ke generasi melanggengkan keadaan kemiskinan meskipun

keadaan tersebut telah berubah34

Kemiskinan kultural adalah salah satu alasaan kelemahan dari

pendekatan utilitas sebagaimana yang dinyatakan oleh Amartya Sen

dengan mempergunakan pendekatan utilitas seorang yang miskin yang

menjalani kehidupan yang sangat terbatas mungkin tidak terlihat

sangat buruk jika dinilai berdasarkan matriks utilitas mentalnya

terutama jika ia menerima kesulitan ini tanpa mengeluh sebab

masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan dalam jangka panjang

akan beradaptasi dengan berusaha keras mencari kesenangan dari

mensyukuri hal-hal kecil dan juga dengan cara memangkas kebutuhan

pribadi kedalam proporsi yang sederhana dan logis Hal ini

mengakibatkan kekurangan yang mereka alami tidak terlihat dalam

matriks kepuasan keinginan pemenuhan dan lain-lain meskipun

mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi pakaian yang

pantas terdidik secara minimal dan seterusnya35

Adaptasi terhadap

32

CMurray ldquoLosing Ground American Social Policyrdquo dalam Gregory

Jordan The Causes of Poverty Cultural vs StructuralCan There Be a Synthesis

Perspectives in Public Affairs Spring 2004 David hlm19 33

Sri-Edi Swasono Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial ( Jakarta

Perkumpulan PraKarsa 2010) hlm86-87 34

Oscar Lewis La vida A Puerto Rican family in the culture of poverty (New

York Random House 1966) hlm 9-25 35

Amartya KSen sbquoDevelopment as Capability Expansion‛ in K Griffin and

J Knight (eds) Human Development and the International Development Strategy for the 1990s (Macmillan London1990) hlm41-58

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 30: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

11

kemiskinan ini akan mengakibatkan perhitungan kepuasan individu

menjadi tolok ukur yang bias dari kesejahteraan36

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki modal kekayaan

hayati dan non hayati yang sangat berlimpah Hidup dalam limpahan

sumberdaya alam dan tanah yang subur tidak selayaknya rakyat

Indonesia terjerumus dalam kemiskinan Berdasarkan data Bank Dunia

di Indonesia terdapat sekitar 3305 spesies hewan dan 29375 spesies

tanaman di Indonesia menjadikan Indonesia pemilik dari 40 persen

biodiversitas di kawasan Asia Pasifik Kekayaan hayati Indonesia

berupa hutan pada tahun 2010 tersisa sekitar 94432000 ha yang mana

31065846 ha diantaranya adalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi37

Sumber daya alam dapat dipandang sebagai sebuah berkah yang

dapat dipergunakan untuk memakmurkan rakyat Namun dapat juga

dapat menjadi sebuah kutukan atau dikenal juga dengan natural resource curse Semenjak Perang Dunia Kedua terbukti bahwa negara-negara

yang memiliki sumberdaya alam berlimpah memiliki kecendrungan lebih

besar untuk memilik distribusi pendapatan yang tidak merata tingkat

kemiskinan yang tinggi tingkat korupsi yang tinggi pemerintahan yang

otoriter belanja militer yang besar dan terjadinya konflik bersenjata38

Tidak semua sumberdaya alam merupakan kutukan dan

membebani pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka panjang

Natural resources curse hanya terjadi pada negara-negara yang kaya

dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

bumi berlian emas dan bahan bahan tambang lainnya Hal ini tidak

terjadi pada negara-negara yang kaya akan sumber daya lain seperti

tenaga kerja dan tanah39

36

Andrew E Clark Conchita DrsquoAmbrosio and Simone Ghislandi sbquoAdaptation

to Poverty in Long-Run Panel Data‛ dalam SOEP mdash The German Socio-Economic Panel Study No 6342014 httpejournalnarotamaacid filesAdaptation20Poverty

20and20Well-Beingpdf (diakses 30814) 37

httpwebworldbankorg (diakses 26214) 38

Hunt Allcott Daniel Keniston sbquoDutch disease or agglomeration the local

economic effects of natural resource booms in modern America‛ dalam NBER

Working Paper 20508 httpwwwnberorgpapersw20508pdf (diakses 26215) 39

Pengaruh negatip sumberdaya alam terhadap pembangunan suatu negara

dapat dijelaskan dengan apa yang disebut dengan fenomena Dutch disease Di mana

nilai ekspor sumberdaya alam yang tinggi akan mengakibatkan tingginya nilai tukar

sehingga memukul sektor manufaktur negara tersebut sebagai akibat harga produk

manufaktur tidak dapat bersaing Jika sektor manufaktur memiliki eksternalitas positip

dan sangat signifikan bagi pertumbuhan jangka panjang perekonomian maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dan kemiskinan meningkatLihat

World Bank ‛ Country Note H Natural ResourcesWhen Blessings Become Curses‛ in

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 31: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

12

Di samping memiliki modal alam yang melimpah Indonesia juga

kaya akan modal sosial Modal sosial di Indonesia terlahir dari nilai-nilai

budaya yang penuh dengan kebersamaan dan gotong royong budaya ini

menciptakan rasa saling percaya dan ikatan yang kuat diantara anggota

masyarakat Modal sosial merupakan salah satu faktor penentu

pertumbuhan ekonomi di samping modal insani (human capital) modal

fisik (physical capital) dan teknologi40

Pentingnya peran modal sosial dalam proses pertumbuhan telah

dibuktikan dalam berbagai penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fukuyama41

dan World Bank yang membuktikan

peran modal sosial dalam pengembangan ekonomi masyarakat desa42

Piachaud menyatakan bahwa modal sosial dapat menggerakkan

masyarakat keluar dari kemiskinan yang membelengu mereka dan

menghindarkan terjadinya pengucilan secara sosial Piachaud lebih

lanjut menyatakan adanya hubungan timbal balik antara modal sosial

dan modal insani43

Putnam menyatakan bahwa pendidikan yang

merupakan salah satu penentu kualitas modal insani merupakan salah

satu prediktor yang paling konsisten dari modal sosial baik pada tingkat

Economic Growth in the 1990s Learning from a Decade of Reform ed Roberto

Zagha Gobind Nankani (Washington DC The World Bank 2005) hlm 308-311 40

Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting Physical Capital

with Social Capital and Human Capital‛ dalam Conference papers Degrowth in America (Montreal 2012)

httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf (diakses 31714) 41

Fukuyama menekankan hubungan antara modal sosial dan organisasi

industri ia berpendapat bahwa jika kepercayaan tidak melampaui batasan keluarga

pasokan modal dan manajer yang berkualitas menjadi terbatas dan akan membatasi

skala perusahaan swasta Secara umum ia berpendapat bahwa tingkat kepercayaan

masyarakat yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan penerapkan inovasi organisasi

yang lebih efisien pada saat perubahan teknologi atau faktor lain membuat bentuk-

bentuk organisasi yang ada menjadi usang Kepercayaan dapat mempengaruhi hasil

ekonomi melalui saluran politik makro Lihat Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and

Civil Society Paper presented at the IMF Conference on Second Generation Reforms1999 IMF Institute and the Fiscal Affairs Department Washington DC325

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

4614) 42

Paul Collier sbquoSocial Capital and Poverty‛ Social Capital Initiative Working paper No4 (1998) httpsiteresourcesworldbankorg INTSOCIALCAPITAL ResourcesSocial-Capital-Initiative-Working-Paper-SeriesSCI-WPS-04pdf (diakses

2022014)

43

David Piachaud sbquoCapital and the Determinants of Poverty and Social

Exclusion‛ CASE paper 60 Centre for Analysis of Social Exclusion London 2002

httpeprintslseacuk63821Capital_and_the_Determinants_of_Poverty_and_Social_

Exclusionpdf (diakses 31714)

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 32: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

13

individu maupun tingkat daerah44

Terlepas dari hubungan mutualnya

dengan modal sosial modal insani juga dipengaruhi oleh faktor lain

seperti nilai-nilai yang terdapat dalam agama

Chang dalam penelitiannya di Indonesia menemukan hubungan

yang unik antara agama dan modal insani Berbeda dengan negara-

negara muslim lain di Indonesia tingkat literacy wanita Indonesia

mencapai 888 persen Chang menyatakan tingginya tingkat litercy di

Indonesia disebabkan karena adanya pendidikan khusus wanita yang

didukung oleh para penganut Islam yang taat45

Pendidikan dengan

landasan agama mengajarkan kepada mereka bahwa dalam ajaran Islam

ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dikejar Pengetahuan dan

iman adalah dua hal yang meninggikan derajat manusia sebagaimana

yang diajarkan di dalam al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 1146

Untuk

itu seorang muslim dianjurkan untuk terus belajar mengambangkan

pengetahuannya bersama-sama dengan imannya

Agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

persepsi47

manusia yang akan menentukan bagaimana seseorang

mendudukkan dirinya di dunia 48

Dengan kata lain persepsi menjadi

penentu dari sikap dan tindakan seseorang dalam mengatasi ataupun

beradapatasi terhadap masalah yang dihadapinya baik secara individu

maupun dalam kelompok Ismail mengatakan bahwa agama dapat

mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang Bagi pemeluk agama

Islam persepsi dan perilaku akan dipengaruhi oleh aqidah 49

Agama

44

Robert D Putnam Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community 1

st edition (New YorkSimon amp Schuster 2001) hlm 47

45 Chiung Ting Chang ‛The Parallel World Substituting physical capital

with social capital and human capital‛ conference paper The Growth in Americas

Montreal 2012 httpmontrealdegrowthorgdownloadspapersR069_Changpdf 46

QSAl-Mujadalah11

helliphelliphelliphellipي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan 47

Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu serapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya Lihat kamus Bahasa

Indonesia digital versi 11 Lihat juga Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat Bahasa 2008) 1167 Persepsi juga dipahami sebagai apresiasi cerapan

impresi kesan sensasi tanggapan pemahaman pengenalan pengertian rekognisi

Lihat Tim Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan 2008) 373 48

Soejatmoko Etika Pembebasan dalam Ahmad Sanusi sbquo Agama di Tengah

Kemiskinan‛ (Ciputat Logos Wacana Ilmu1999)5 49

Ahmad Munawar Ismail Mohd Yusof hj Othman Jawiah Dakir sbquoThe

Development of Human Behaviour Islamic Approach‛ dalam Jurnal Hadhari 3 (2)

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 33: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

14

sebagai badan keyakinan memberikan landasan nilai-nilai dan norma

norma yang memotivasi orang agar percaya dan bersedia melakukan

kegiatan yang bersifat komunal juga merupakan salah satu sumber

penting penciptaan modal sosial50

dalam masyarakat 51

disamping

sumber lain seperti ikatan keluarga komunitas perusahaan lembaga

kemasyarakatan sektor pemerintahan etnis dan jenis kelamin52

Agama juga menyediakan sumber identitas umum untuk

pengikutnya dan menciptakan ikatan di antara mereka53

Dalam ajaran

Islam modal sosial bukanlah hal yang baru Islam memiliki landasan

kuat untuk membangun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap

modal sosial Islam memiliki pandangan yang luas tentang modal sosial

dalam ajaran Islam modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah

institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial semata

melainkan sebagai perekat untuk menjaga kesatuan kelompok Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan dalam al Quran surat al Hujurat 1054

dan

(2011) 103 ndash 116 httpwwwukmmyjhadharimakalahv3n22011makalah-v3n2-

n6pdf (diakses 5714) 50

Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jejaring sosial dan norma-

norma yang berhubungan secara timbal-balik dan juga rasa saling percaya Lihat

Martti Siisiaumlinen sbquoTwo Concepts of Social Capital Bourdieu vs Putnam‛ Paper

presented at ISTR Fourth International Conference The Third Sector For What and

for Whom Trinity College Dublin Ireland (2000) Sedangkan

Fukuyamamendefinisikannya sebagai seperangkat norma atau nilai informal yang

dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya

kerjasama diantara mereka Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan

Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan yakni fungsi

ekonomi dan politik Francis Fukuyama sbquoSocial Capital and Civil Society‛ paper on

IMF Conference on Second Generation Reforms International Monetery Fund

(WashingtonIMF1999)

httpswwwimforgexternalpubsftseminar1999reformsfukuyamahtm (diakses

6614) 51

Faktor lainnya yang menciptakan modal sosial adalah tradisi dan

pengalaman bersama yang selalu terulang Agung Wibowo sbquoMenumbuh kembangkan

Modal Sosial dalam Pengembangan partisipasi masyarakat‛ Mpower No5 Vol 5

Maret 2007 httppppmpascaunsacidcat=26 (diakses 6714) 52

TheWorld Bank httpgoworldbankorgXR8TFW7L20 (diakses 29714) 53

Etga Ugur ldquoReligion as a source of social capital the guumllen

movement in the public sphere‛in Muslim World in TransitionContributions of the Guumllen movement (LondonLeeds Metropolitan University Press2007)152-163

54 QS al Hujurat10

ا ت رحون لعلكم الله وات قوا أخويكم ب ي فأصلحوا إخوة المؤمنون إن

Artinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 34: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

15

juga hadis Rasulullah saw55

Ayat dan hadis ini menjelaskan bahwa

muslim terikat dalam hubungan komunitas yang bersifat mutual antar

individu dengan individu lain dan individu dengan kelompok Kekuatan

yang tercipta dari hubungan ini adalah apa yang saat ini disebut sebagai

modal sosial

Ada atau tidaknya pengaruh agama terhadap kegiatan ekonomi

pemeluknya telah lama menjadi bahan perdebatan Max Weber dalam

bukunya yang fenomenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism menegaskan adanya hubungan antara agama dengan

pencapaian ekonomi Weber menyatakan bahwa perbedaan

kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara pemeluk Protestan dan

Katholik adalah disebabkan oleh etika kerja tinggi yang timbul di

kalangan pemeluk Protestan Munculnya etika kerja yang tinggi ini

dilandasi oleh keyakinan pemeluk Protestan yang merasa bahwa simbol

simbol keagamaan dari gereja tidak lagi dapat memberikan jaminan

surga bagi mereka Sesuai dengan konsep sbquothe calling‛ mereka terjun ke

dunia usaha dan bekerja dengan semangat keagamaan untuk mencapai

hasil yang terbaik yang merupakan suatu bentuk pengabdian karena

bekerja adalah hal yang diperintahkan oleh Tuhan56

Pendapat Weber yang menyatakan adanya hubungan antara

afiliasi agama dengan pencapaian ekonomi ini dibantah oleh Becker dan

Wosmann Dalam penelitiannya yang mempergunakan data pada abad

ke 19 Becker dan Wosmann lebih menekankan kepada peran dari

peningkatan human capital penelitian mereka membuktikan bahwa

peningkatan human capital melalui peningkatan kemampuan membaca

yang dipicu oleh perintah Luther agar semua protestan dapat membaca

sendiri kitab suci mereka telah meningkatkan literasi dan pada akhirnya

55

Hadis Bukhagtrigt no 6026

يان يشد ب عضه ب عضا المؤمن للمؤمن كالب ن Artinya

Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan satu dengan yang lainnya saling menguatkan‛ (Imagtm Abigt rsquoAbdillagth Muhammad ibn Ismagtrsquoigtl al-Bukhagtrigt Shahih al- Bukhagtrigt no 6026 (Riyagtd Maktabah al-Rushd 2006) 1511 56

Perbedaan ini terjadi karena adanya konsep yang di sebut sbquoThe Calling‛ di

mana salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan adalah dengan cara berusaha keras

dengan tenaga dan fikiran mereka dalam semangat keagamaan Sedangkan menurut

gereja abad pertengahan dan bahkan juga Luther sbquoThe Calling‛ adalah kondisi yang

sudah merupakan ketetapan yang tidak lagi dapat dirubah Perbedaan pandangn

tentang sbquoThe Calling‛ inilah yang menciptakan etika kerja yang berbeda anatar

Katholik dan Protestan Max Weber The Protestant Ethics and The Spirit of Capitalism (New York Charles Scribnerrsquos Sons 1958) hlm 38-39

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 35: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

16

meningkatkan pengetahuan kaum protestan di Prusia peningkatan

pengatahuan ini mendorong aktifitas ekonomi mereka mengakibatkan

kaum Protestan meninggalkan penganut Katholik yang tidak mengalami

peningkatan human capital dalam pencapaian ekonomi Peningkatan

human capital dari penganut Protestan inilah yang menyebabkan

perbedaan kesejahteraan ekonomi antara penganut Katholik dan

Protestan57

Perdebatan tentang apakah agama mempengaruhi etika kerja dan

kesejahteraan ekonomi pemeluknya baik dalam tulisan Weber maupun

Becker dan Wosmann meninggalkan pertanyaan mendasar yaitu apakah

etika kerja Protestan yang dinyatakan oleh Weber sebagai penyebab

pencapaian ekonomi kaum protestan benar ada karena kedua tulisan ini

tidak memberikan pembuktian dari etika kerja tersebut Schaltegger dan

Torgler berusaha melihat hubungan antara Protestanisme dan etika

kerja dengan mempergunakan data terkini penelitian mereka

menyimpulkan bahwa etika kerja tersebut benar ada dan sangat

dipengaruhi oleh ketaatan beragama dan juga tingkat pendidikan58

Penelitian lain yang memberikan bukti adanya hubungan antara

agama dan kegiatan ekonomi dilakukan oleh Andreacute van Hoorn amp

Robbert Maseland59

yang meneliti tentang perubahan tingkat

kebahagiaan sebagai akibat kondisi menganggur pada berbagai pemeluk

agama Noland melihat hubungan antara agama dan tingkat

pertumbuhan ekonomi dan secara spesifik menyimpulkan bahwa agama

Islam mendorong pertumbuhan ekonomi60

57

Becker dan Woseman mengasumsikan bahwa perintah Luther agar semua

pemeluk protestan harus dapat membaca alkitab mengakibatkan peningkatan dalam

kemampuan baca dan pengetahuan dari kaum protestan Peningkatan kualitas manusia

sebagai akibat meningkatnya pengetahuan inilah yang membawa peningkatan kegiatan

ekonomi diantara kaum protestan Sascha O Becker and Ludger Woumlszligmann ldquoWas

Weber Wrong A Human capital Theory of Protestant Economic History‛ Munich Discussion Paper No 2007-7 Department of Economics University of Munich

(2007) hlm 1- 4 58

Christoph A Schaltegger and Benno Torgler sbquoWas Weber WrongA

Human capital Theory of Protestan Economic History A Comment on Becker and

Wossmann‛ CREMA Working Paper No 06(2006) hlm 7-8 59

Andreacute van Hoorn amp Robbert Maseland Weber Work Ethic And Well-

Being Papers on Economics of Religion 0807 Department of Economic Theory and

Economic History of the University of Granada (2008)

httpwwwugres~teoriaheRePEcgrapaonerper08_07pdf 60

Marcus Noland‛ Religion Culture and Economic Performance‛ Institute for International Economics Working Paper No 03-8 (September 2003)hlm26

httpdxdoiorg102139ssrn472484wwweconbizdeRecordreligion-culture-and-

ecoomicc-performancemdashnoland-marcus-10005035519

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 36: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

17

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam Namun kontradiktif dengan ajaran Islam yang mendukung

bekerja dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat negara yang kaya

akan sumberdaya alam ini tidak pernah lepas dari masalah kemiskinan61

Tercatat pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 2807 juta

orang atau 1137 persen dari total penduduk Indonesia62

Hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah yang menyebabkan tingginya tingkat

kemiskinan ini Apakah buruknya kualitas pembangunan manusia di

Indonesia menggambarkan kondisi umat Islam di dalamnya Apakah hal

ini terjadi karena tidak dipahaminya ajaran agama Islam yang

berhubungan dengan bekerja oleh pemeluknya ataukah disebabkan oleh

faktor-faktor lain di luar faktor agama Kenyataan tingginya tingkat

kemiskinan di Indonesia ditambah dengan masih banyaknya negara

muslim yang miskin sebagi gambaran populasi muslim membentuk 19

persen dari populasi dunia tetapi hanya mendapatkan 6 persen dari total

pendapatan dunia63

Hal ini mendorong banyak ilmuwan membuat

generalisasi mengenai adanya korelasi antara Islam dan kemiskinan64

61

Pertengahan tahun 1990 dianggap sebagai salah satu priode pertumbuhan

ekonomi yang paling pro poor dalam sejarah Indonesia Melalui berbagai kebijakan

dan program seperti keamanan pangan yang lebih baik pembangunan pertanian

pemberian pinjaman bergulir investasi di bidang pendidikan pelayanan kesehatan dan

pembangunan infrastruktur jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan menurun

dari 542 juta (401) pada tahun 1976 untuk 345 juta (177) pada tahun 1996

Pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai penentu yang paling penting dari pengentasan

kemiskinan Peningkatan produktivitas pertanian telah meningkatkan permintaan

produk pedesaan Peningkatan produktivitas juga menciptakan pekerjaan diluar

sektor pertanian dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi dan menjadi jalan

untuk keluar dari kemiskinan

Krisis ekonomi yang terjadi pada bulan Juli 1997 memiliki dampak serius

pada kehidupan masyarakat Krisis berkepanjangan menyebabkan tidak hanya

penurunan kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetapi juga gangguan ketertiban

umum dan keamanan dan penurunan kepercayaan dalam birokrasi negara Krisis juga

menyebabkan peningkatan dalam jumlah kemiskinan Lihat Bapenas sbquoPoverty

Reduction in Indonesia a Brief Review of Facts Efforts and Ways Forward‛ Forum

on National Plans and PRSPs in East Asia 2006

httpsiteresourcesworldbankorgINTEASTASIAPACIFICResources226262-114315

6545724Indonesia_Briefpdf (diakses 2022014) 62

Badan pusat statistik (BPS) Jumlah Penduduk Miskin 1970-2013

httpwwwbpsgotab_subviewphpkat=1amptabel=1ampdaftar=1ampid_subyek=23ampnotab

=7 (Diakses 2022014) 63

Peter Timmer Donald McClelland Economic Growth in the Muslim World How Can USAID Help (WashingtonUSAID2004) hlm 1

64Edi Suharto sbquoIslam Modal Sosial dan Pengentasan Kemiskinanrdquo makalah

disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook Dompet Dhuafa Jakarta 8

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 37: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

18

Salah satu daerah yang dahulunya termasuk dalam wilayah

Kerajaan Mataram Islam Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki nilai-

nilai budaya yang dilandasi diantaranya oleh ajaran dalam agama Islam

Namun propinsi DIY merupakan salah satu propinsi dengan tingkat

kemiskinan tertinggi di pulau Jawa dan menduduki peringkat ke-10

sebagai propinsi termiskin di Indonesia pada tahun 201265

Hal ini

mengejutkan mengingat DIY memiliki semua komponen yang dianggap

dapat memicu pembangunan ekonomi Propinsi yang terkenal sebagai

kota tujuan wisata di Indonesia ini memiliki pertumbuhan ekonomi

sebesar 540 persen pada tahun 2013 meskipun angka ini berada dibawah

angka pertumbuhan nasional namun membuktikan tetap terjadinya

pertumbuhan dalam perekonomian Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)66

Jogjakarta adalah 7577 menduduki peringkat keempat sebagai

propinsi dengan IPM tertinggi di Indonesia Dalam kurun waktu 12

tahun indek pembangunan manusia di propinsi Jogjakarta selalu berada

diatas tingkat IPM nasional dan memiliki trend yang terus menaik67

Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-121 dari 181

negara dalam perhitungan IPM yang dilakukan oleh UNDP Ini bukanlah

suatu hal yang menggembirakan apalagi jika perhitungan IPM ini

disesuaiakan dengan memasukkan faktor kesenjangan maka nilai IPM

Indonesia akan berubah dari 0629 menjadi 0514 persen yang berarti

ketidakmerataan komponen pembangunan di Indonesia mengakibatkan

Januari 2008 http wwwpolicy husuharto Naskah20PDF

ModalSosialIslamDompetDhuafapdf (diakses 7714) 65

Badan Pusat Statistik (BPS) sbquoJumlah Persentase Penduduk Miskin Garis

Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Menurut Provinsi September 2012‛

http www bpsgoid linkTabelStatis viewid1489 (diunduh 2714) 66

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit tunggal

yang dianggap mampu mencerminkan kemampuan dasar penduduk yaitu harapan

hidup pendidikan dan keterampilan dan akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan

untuk hidup layak Muhammad Bhakti Setiawan ampAbdul Hakim sbquoIndeks

Pembangunan Manusia Indonesia‛ httpjournalunyacid indexphp economia articleview13731178

67 Pada periode 1996 hingga 1999 terjadi penurunan IPM sebagai akibat krisis

moneter yang mengakibatkan inflasi meningkat dari 6 menjadi 78 upah riil turun

drastis menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya kemiskinan meningkat

tajam Pada priode ini proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan

bertambah dari 18 menjadi 24 Penurunan pendapatan ini menurunkan akses

terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar lainnya Disamping itu juga terjadi

peningkatan kasus kekerasan di dalam rumah tangga yang disebabkan oleh tekanan

ekonomi akibat krisis Dampak keseluruhan dari krisis tercermin dari penurunan IPM

Lihat UNDP sbquoIndonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001‛

httpwwwundporidpubsihdr2001ringkasan_eksekutifasp

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 38: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

19

Indonesia mengalami kerugian sebesar 183 persen dari IPM potensil

yang dapat di capainya68

Gunungkidul adalah salah satu daerah di Daerah Istimewa

Yogjakarta yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan Kemiskinan ini

terutama disebabkan karena faktor kondisi alam Setiap tahun daerah ini

selalu terancam kekeringan karena musim kemarau yang panjang petani

hanya dapat mengolah tanah dengan luas dan ketebalan yang terbatas

dan terdapat diantara bebatuan kapur kelangkaan air dan bencana tanah

longsor merupakan kondisi yang harus di alami oleh masyarakat

Kondisi alam ini merupakan awal terciptanya kemiskinan yang

merupakan kemiskinan natural saat ini kondisi alam Gunungkidul jauh

lebih baik di bandingkan tahun 1950 an demikian juga dengan kondisi

masyarakat mereka telah terlepas dari kemiskinan kronis dibuktikan

dengan tidak adanya lagi kasus kematian sebagai akibat busung lapar

dan menurunnya kasus bunuh diri Namun hal ini tidak berarti

masyarakat Gunungkidul telah sepenuhnya terlepas dari belengu

kemiskinan karena dari tahun ke tahun kabupaten ini selalu termasuk

sebagai salah satu kabupaten termiskin di DIY69

Sebagai contoh berdasarkan Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) 2011 jumlah keluarga sangat miskin di Gunungkidul atau

kategori fakir adalah sebanyak 37569 kepala keluarga (lihat tabel 12)

Jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY maka pada tahun

2011 Gunungkidul merupakan kabupaten termiskin di DIY Mengatasi

tingginya kemiskinan pemerintah daerah menargetkan penurunan

kemiskinan sebanyak 2 persen pertahun melalui berbagai program

pengentasan kemiskinan melalui berbagai skema program pembangunan

68

United Nations Development Programee (UNDP)‛ Inequality-adjusted

Human Development Index‛ Human Development Report 2013 httphdrundporgencontenttable-3-inequality-adjusted-human-development-index

(diakses 4615) 69

Secara umum penyebab Kemiskinan di Kab Gunung Kidul adalah (1)

Rendahnya tingkat pendapatan PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2011 berdasarkan harga berlaku adalah Rp 878354bulan) atau masih di bawah upah

minimal regional Provinsi DIY tahun 2012 sebesar Rp 892660 (2) Rendahnya

tingkat sumber daya manusia mayoritas tingkat pendidikan adalah Sekolah Dasar (3)

Terbatasnya lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk di Gunungkidul bekerja

sebagai petani dan (4) Terbatasnya sumber daya alam atau disadvantage area Dari

30000 ha luas wilayah Kab Gunung Sebagian wilayah merupakan kawasan hutan

negara (13 ribu ha) dan lahan kritis (155 ribu ha) yang berada di kawasan pengununan

batu Agung dan pegunungan seribu) The Australian Award Alumni Reference Group

(ARG) Team Poverty Reduction sbquoPenyusunan Business Plan Agroforestry Technopark

Kab Gunung Kidul 2014-2019‛ (Jogjakarta 2013) httpwww Australiaawardsindo

oridindexphpidarg-news-213-pda-yogjakarta

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 39: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

20

dan penanggulangan kemiskinan namun target ini tidak berhasil

dicapai70

Adalah sebuah pertanyaan besar mengapa setelah berpuluh-puluh

tahun kabupaten ini tidak juga terlepas dari kemiskinan Terlepas dari

masalah kesalahan pendataan sebagaimana yang banyak dikeluhkan oleh

aparat desa dan masyarakat Masalah besar lainnya adalah apakah

masyarakat telah mengalami budaya kemiskinan yang mengakibatkan

mereka pasif terhadap program-program bantuan pemerintah dan hidup

tentram dalam kondisi berbagi kemiskinan (shared poverty) ataukah

program pengentasan kemiskinan pemerintah selama ini hanya bersifat

charity dan tidak mampu memberdayakan masyarakat dan memperluas

partsisipasi rakyat dalam pembangunan atau apa yang disebut oleh Sen

sebagai expansion of people capability71 Dengan kata lain apakah

kemiskinan ini adalah kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor-

faktor struktural ataukah karena faktor kultural

Tabel12 Data rumah tangga miskin DIY menurut PPLS 201172

No KabKota Sangat

Miskin

Miskin Hampir

Miskin

Jumlah

1 Bantul 3714 37611 37549 1123

2 Sleman 27844 24254 24258 76356

3 Kulonprogo 22236 1533 15329 52895

4 Gunungkidul 37569 30854 30854 99277

5 Yogjakarta 7449 6403 6401 20253

Jumlah 132238 114452 114391 361081

Sumber diolah dari data PPLS 2011

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Masyarakat Gunungkidul memiliki modal insani berupa karakter

masyarakat yang gigih bersedia pekerja keras dan serta modal sosial

70

Dari kabupaten terdapat Alokasi dana desa program mandiri pangan

program kredit usaha mikro program infrastruktur fisik Sedangkan dari propinsi

terdapat program bantuan peternakan subsidi pembangunan infrastruktur desa dan

program pendidikan dan kesehatan Dari pemerintah pusat program PNPM BOS

jaminan kesehatan serta kredit usaha mikro

71

David Clark Adaptation Poverty and Well-Being Some Issues and

Observations with Special Reference to the Capability Approach and Development

Studies dalam Journal of Human Development and Capabilities Taylor amp Francis

Journals vol 10(1) (2009)hlm 21-42 72

Diolah dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 40: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

21

berupa budaya gotong royong dan ikatan yang sangat kuat antar

anggota masyarakat Etos kerja yang tinggi dan modal sosial ini

selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan mengeluarkan mereka dari kemiskinan Modal sosial

yang seharusnya dapat dipergunakan untuk meningkatkan taraf

kehidupan justru kenyataannnya menurunkan kesejahteraan

masyarakat karena masyarakat memaksakan diri melakukan

pengeluaran diluar batas kemampuan karena takut atas sanksi sosial

Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di

Gunungkidul yang telah dilakukan bertahun-tahun hanya berhasil

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan kronis namun belum dapat

membebaskan masyarakat dari lingkaran kemiskinan yang

membelengu mereka

Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab belum terbe

basnya masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari masalah

kemiskinan Pertama masyarakat dalam kondisi terbelengu sehingga

tidak dapat meraih kemajuan Hal ini diistilahkan oleh Sen

sebagaimana dikutip oleh Sri-Edi Swasono bahwa masyarakat ada

dalam keadaan unfreedom yaitu keterbelengguan sosial politik dan

kultural yang tidak terlepas dari tradisi yang usang sehingga tidak

mampu melakukan modernisasi diri Kedua pemerintah telah

menyediakan bantuan namun belum mampu meningkatkan

produktivitas dan menumbuhkan perekonomian masyarakat

diperkirakan karena antara bantuan dan modal sosial yang ada tidak

terdapat kesesuaian (matching) Ketiga aparat desa tidak mampu

menemukan sumber-sumber khas daerah yang dapat dikembangkan

untuk mendorong perekonomian sekaligus memotivasi dan

mengedukasi masyarakat dan menyediakan akses bagi masyarakat

terhadap faktor-faktor yang dapat membantu mereka keluar dari

kemiskinan

2 Pembatasan Masalah

Batasan penelitian ini dibatasi pada tema kemiskinan pedesaan

dan pengaruh agama dan budaya terhadap cara pandang masyarakat

Obyek penelitian difokuskan kepada penduduk beragama Islam yang

berada di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogjakarta Modal sosial dalam penelitian ini

didefenisikan sebagai sistim hubungan sosial yang ada dalam

masyarakat

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 41: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

22

3 Perumusan Masalah dan Hipotesis

Merujuk kepada uraian latar belakang masalah identifikasi

masalah dan batasan masalah yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah

1) Bagaimana corak kemiskinan masyarakat di Kecamatan

Saptosari Kabupaten Gunungkidul dalam menghadapi

kemiskinan jangka panjang yang mereka alami

2) Bagaimana potensi modal sosial (social capital) modal

finansial (financial capital) dan modal insani (human capital) untuk memudahkan masyarakat keluar dari kemiskinan

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah

Semakin besar peluang masyarakat untuk memberdayakan diri

dan semakin berkembang kualitas modal sosial dan modal

finansial semakin mudah bagi mereka untuk keluar dari

kemiskinan

C Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahwa faktor sosial kultural mempengaruhi perilaku ekonomi

dinyatakan oleh Kenneth Arrow dalam sbquoPolitical and economic

evaluation of social effects and externalities‛ (1970) Arrow menyatakan

bahwa norma-norma perilaku sosial termasuk kode etik dan moral

mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat73

Pendapat Arrow ini

tidak mendapat perhatian oleh para ekonom pada saat itu yang hanya

fokus memecahkan masalah ekonomi hanya berdasarkan kajian ekonomi

saja Pendapat Arrow tentang adanya pengaruh perilaku sosial dalam

pencapaian ekonomi sejalan dengan pandangan Weber dalam

sbquoProtestant Ethics and The Spirit of Capitalism‛ tahun 1905 Weber

menyatakan bahwa nilai nilai keagamaan dalam ajaran Protestanlah

yang menyebabkan para pemeluk agama Protestan memiliki pencapaian

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeluk Katholik74

Persamaan kedua pendapat ini di landasi kenyataan bahwa agama

merupakan sumber nilai-nilai moral dengan demikian agama akan

mempengaruhi perilaku ekonomi Hampir senada dengan Weber Barro

and McCleary dalam bukunya sbquo Religion and Economic Growth‛ pada

73

Kenneth Arrow dalam Hanming Fang sbquoSocial Culture and Economic

Performance‛ The American Economic Review Vol 91 No 4 (September 2001)

924-937 econdukeedu~hf14publicationcultureculture1pdfgzlrm (diakses 2314)

74

Max Weber The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism(New

York Routledge Taylor ampFrancis group 2005) hlm 111-113

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 42: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

23

tahun 2003 menemukan bahwa pencapaian ekonomi memiliki hubungan

positif dengan tingkat religiositas namun memiliki hubungan negatif

terhadap kehadiran di tempat ibadah75

Demikian juga dengan penelitian Lam dan Hung (2005) yang

berjudul sbquoEthics Income and Religion‛ memberikan hasil yang sama

dengan Barro Lam dan Hung menemukan bahwa pengaruh dari agama

terhadap pencapaian ekonomi tergantung kepada pandangan agama

terhadap kepemilikan harta duniawi Religiusitas memiliki hubungan

negatif dengan pencapaian ekonomi bagi pemeluk agama tradisonal

China yang ajarannya memiliki pandangan yang menganggap

kepemilikan harta duniawai yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak

baik Namun hubungannya adalah positif untuk agama Kristen dan

bukan pemeluk agama76

Guiso Sapienenza and Zingales dalam penelitiannya sbquoPeoplersquos

opium Religion and Economic Attitudes‛ (2003) mempergunakan

World Value Data untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku

ekonomi masyarakat dunia pada tahun 2002 menemukan bahwa agama

75

Pertumbuhan ekonomi memiliki respon positif terhadap keyakinan

beragama terutama pada keyakinan atas surga dan neraka namun memiliki respon

negatif terhadap kepercayaan terhadap kehadiran di tempat ibadah Pertumbuhan

ekonomi yang terjadi sebagai pengaruh keyakinan agama dipengaruhi oleh pemahaman

individu atas keyakinan beragama dan pemahaman atas kepemilikan kekayaan Hasil

ini senada dengan pandangan bahwa kepercayaan atas agama akan mepengaruhi

perilaku individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian ekonomi yang

dapat dicapai Alasan mengapa kehadiran di tempat ibadah menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi adalah karena terjadinya perpindahan pemakaian sumber daya

dari sector ekonomi ke sector agama Namun Kesimpulan ini tidak berarti bahwa

kehadiran di tempat ibadah selalu menekan pertumbuhan ekonomi karena hal ini

sangat dipengaruhi apakah kehadiran di tempat ibadah ini akan meningkatkan

kepercayaan agama pada tingkatan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan memicu

pertumbuhan ekonomi Robert J Barro Rachel M Mccleary sbquoReligion and Economic

Growth‛ National Bureau of Economic Research Working paper 9682

httpwwwnberorgpapersw9682 2003 (diakses 282012) 76

Pengaruh agama terhadap pendapatan pemeluknya sangat tergantung kepada

pandangan agama atas pengejaran materi duniawi Agama memempengaruhi

pendapatan secara positif pada pemeluk agama Kristen dan tidak beragama namun

memiliki hubungan negatif pada pendapatan kelompok pemeluk agama tradisional

China yang memiliki nilai nilai dasar yang memandang pengejaran materi duniawai

adalah sesuatu yang buruk Selain berpengaruh kepada pendapatan agama juga

memilki pengaruh yang positif terhadap perilaku moral untuk semua kelompok agama

namun tidak memiliki pengaruh pada kelompok tidak beragama hal ini disebabkan

tidak adanya landasan nilai moral yang menjadi pegangan mereka Kit-Chun Lam and

Bill WS Hung sbquoEthics Income and Religion‛ Journal of Business Ethics

(2005)61199ndash21httpwwwjstororgdiscover102307 25123617 uid= 2129ampuid

=2ampuid=70amp uid=4ampsid=21102563577513 (diakses 432013)

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 43: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

24

secara umum menciptakan prilaku yang positif dalam ekonomi yang

berupa tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita

yang lebih tinggi pada negara negara di mana intensitas kepercayaan

agama penduduknya tinggi77

Bertentangan dengan pendapat-pendapat di atas Lipford and

Tollison dalam sbquoReligious Participation and Income‛ (2003)

menemukan adanya hubungan negatif antara agama dengan tingkat

pendapatan hubungan negatif ini terjadi melalui pengaruh agama

terhadap pilihan di mana agama akan mempengaruhi seseorang untuk

mengarahkan preferensi kepada konsumsi akhirat yang mana hal ini

akan memerlukan komitmen untuk mengeluarkan waktu dan uang yang

akan mengurangi akumulasi mereka atas kekayaan materi duniawi Hubungan negatif juga diperoleh antara tingkat pendapatan dengan

tingkat religiusitas di mana tingkat pendapatan memiliki hubungan

negatif dengan religiusitas78

Hasil yang menarik diperoleh dari

penelitian Champagnate dalam penelitiannya sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ tahun 2011

yang menemukan bahwa praktek keagamaan dapat mempengaruhi

pilihan atas supply tenaga kerja dengan cara yang berimplikasi negatif

77

Penelitian ini mempergunakan data yang diperoleh dari World Value Survey dengan tujuan untuk menghindari dampak dari pengaruh institusional yang

terjadi jika mempergunakan data antar negara Penelitian ini melihat pengaruh agama

terhadap beberapa perilaku ekonomi seperti kerjasama sikap terhadap perempuan

bekerja peraturan perundangan pemerintahan penipuan dan ekonomi pasar Hasil

penelitian memeperlihatkan hasil yang bervariasi tergantung kepada dominasi agama

pada suatu negara Namun secara umum hasil memeperlihatakan bahwa ada

kecendrungan bahwa agama memiliki dampak yang baik bagi perekonomian terutama

dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Hal yang menarik adalah

bahwa setiap perilaku yang diamati dipengaruhi oleh berbagai aspek agama yang

berbeda sebagai contoh aspek percaya pada orang lain dipengaruhi oleh partisipasi di

tempat ibadah kecuali untuk agama Hindu sementara hasil hubungan negatif antara

religiusitas dan intoleransi serta pandanagn tentang wanita bekerja diperoleh untuk

semua agama dengan tingkat yang berbeda tergantung kepada apakah negara terebut di

dominasi oleh suatau agama tertentu atau tidak sedangkan afiliasi dan latar belakang

agama menurunkan kecendrungan untuk melakukanberbagai macam pelanggaran atas

berbagai macam aturan hukum Namun jika penelitian ini mengadaptasi perangkingan

agama berdasarkan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana

yang dicoba dilakukan oleh Weber maka hasil yang dipereoleh akan tidak konsisten

untuk setiap pereilaku dengan Kesimpulan umum yang diperoleh adalah Kristen lebih

kondusif untuk pertumbuhan ekonomi sementara Islam tidak Luigi GuisoPaola

SapienzaLuigi Zingales sbquo Peoplersquos opium Religion and Economic Attitudes‛

Journal of Monetery Economics 50 (2003) 225-282 wwwnberorgpapersw9237pdf

(diakses 27813) 78

Jody W Lipford Robert D Tollison sbquoReligious Participation and Income‛

Journal of Economic Bahavior and Organization Vol51 (2003) hlm 249-260

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 44: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

25

bagi kinerja ekonomi tetapi berdampak meningkatkan kesejahteraan

subjektif pengikutnya79

D Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa

kemiskinana adalah suatu masalah yang bersifat multi dimensi dan

diperlukan pendekatan yang spesifik untuk setiap kasus kemiskinan

yang teridentifikasi Pemberian bantuan untuk mengatasi kemiskinan

tidak akan memberikan hasil jika akar permasalahan dari kemiskinan

tersebut tidak dipahami secara baik Penelitian ini memiliki tujuan

umum dan tujuan khusus

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi masyarakat Sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1 Menganalisa pandangan tentang kesejahteraan menurut

masyarakat di Gunungkidul

2 Untuk menganalisa faktor apakah yang paling dominan

mempengaruhi pandangan ekonomi masyarakat di Gunungkidul

apakah faktor agama kultural ataukah percampuran atara

keduanya

3 Menguji secara empiris apakah faktor bantuan yang diterima dan

pendidikan mempengaruhi pendapatan masyarakat muslim di

Gunungkidul

4 Menemukan faktor faktor yang dapat memicu perubahan

ekonomi masyarakat muslim di Gunungkidul

E Manfaat Penelitian

Ilmu ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang saat ini sedang

mencari bentuk dan terus dikembangkan Para ekonom Islam dan

peneliti peneliti berusaha mengembangakan berbagai bentuk model

guna memasukkan nilai nilai Islami dan keunikan pemeluknya dalam

pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi mereka Penelitian ini

terutama akan bermanfaat untuk menjelaskan teori pendapatan dengan

cara menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi pencapaian

ekonomi muslim Cara pandanga individu akan mempengaruhi kualitas

kerja dan pendapatan individu dan karena individu dalam Islam

memiliki keterikatan dan tanggung jawab terhadap masyarakat maka

ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara umum

79

Filipe R Campante and David H Yanagizawa-Drott sbquoDoes Religion Affect

Economic Growth and HappinessEvidence from Ramadan‛ NBER Working Paper No

19768 (December 2013) hlm23-25 httpwwwnberorgpapersw19768pdf

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 45: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

26

Mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah yang mempengaruhi

pencapaian ekonomi akan memperlihatkan kepada kita banyak hal

seperti produktivitas kerja pencapaian karir dan juga kesejahteraan dari

muslim Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menjelaskan pola

prilaku dari muslim secara umum terutama yang termasuk kedalam

angkatan kerja di Gunungkidul dan faktor faktor apa yang

mempengaruinya Hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi pengambilan k ebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Juga sebagai bahan

referensi bagi mereka yang tertarik dalam ekonomi dan sosiologi

F Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ini akan dipaparkan diantaranya

sebagi berikut

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus kualitatif

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

memahami keunikan suatu situasi sebagai bagian dari konteks

dan interaksi didalamnya Penelitian ini tidaklah berusaha untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan namun

berusaha untuk memahami kondisi yang ada pada saat itu80

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan ekonomi

makro dipadukan dengan pendekatan fenomenologi sosial atau

disebut juga sosiologi ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi

sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

ekonomi dan fenomena sosial Dalam sosiologi ekonomi

tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial tindakan

ekonomi disituasikan secara sosial dan institusi ekonomi

merupakan konstruksi sosial81

Dalam hal ini penelitian berusaha

untuk memberikan gambaran tentang tingat kemiskinan yang

tinggi pada masyarakat muslim di Kecamatan Saptosari

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogjakarta

berlandasakan kepada teori teori ekonomi makro tentang

pembangunan ekonomi dipadukan dengan ajaran agama Islam

80

MQPatton sbquoQuality in qulitative researchMethodological principles and

recent developments‛ dalam Sharan B Merriam Qualitative Research (San

FransiscoJohn Wiley ampSons2009)14 Lihat Juga I Made Wirarta Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogjakarta Andi 2006)hlm 134

81Richard Swedberg sbquoMajor Traditions of Economic Sociology‛ dalam

Annual Review of Sociology Vol 17 (1991) hal 251

httpstaffunyacidsitesdefaultfilespendidikanGrendi20Hendrastomo20MM

20MASosiologi20Ekonomipdf (diakses 20414)

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 46: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

27

2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pengamatan dari penelitian ini adalah penduduk

yang berada di salah satu kecamatan termiskin di Gunungkidul

yaitu Kecamatan Saptosari Sampel akan diambil dengan

menggunakan metode cluster sampling82

Untuk menentukan

jumlah sampel yang diambil akan dipergunakan rumusan

Cochran83

(

)

Di mana

n = Jumlah sampel minimal

N = ukuran populasi

t = tingkat kepercayaan ( 095 - 196)

d = taraf kekeliruan (digunakan 005)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 ndash p

1 = Bilangan Konstan

(

)

= 218

Dengan mempergunakan rumus ini jumlah sampel yang harus di

kumpulkan adalah sebanyak 218 orang kepala keluarga

3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

a) Data primer yang terdiri atas

(i) Data core PPLS 2011 yang mencakup data individu dari

372928 jiwa atau 99277 kepala keluarga miskin di

Kabupaten Gunungkidul

(ii) Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuestioner

82

Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) adalah pemilihan sampel

dengan membagi populasi atas cluster-cluster kecil lalu pengamatan dilakukan pada

sampel cluster yang dipilih secara randomI Gusti Ngurah Agung sbquoMetode Penelitian

sosialPengertian dan pemakaian praktis‛ (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

1999)hlm 89 83

W G Cochran Sampling Techniques Third Edition (New York John

Wileyamp Sons Inc 1977)

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 47: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

28

Terbagi atas

(a) Kuesioner yang disebarkan kepada warga dua desa di

Kecamatan Saptosari yaitu Desa Krambil Sawit dan

Desa Kanigoro Data yang akan di kumpulkan adakah

data pendapatan bentuk bantuan yang pernah diterima

dan pemanfaatannya pekerjaan usia suku status pindah

pandangan akan nilai nilai agama Islam tentang

keharusan bekerja dan pemilikan harta duniawi Setelah

data tentang permasalahan terklasifikasi maka di bentuk

Forum Group Discussion (FGD) Melalui FGD ini akan di

kumpulkan informasi cara pengentasan kemiskinan dan

pandangan tentang kesejahteraan dari sudut pandang

masyarakat Selain dari itu juga akan dikumpulkan

pendapat dari para ahli melalui interview dengan para

ahli bidang ekonomi agama dan sosiologi untuk

memperoleh sudut pandang yang objektif tentang

penelitian Serta informasi tentang program pengentasan

kemiskinan dari LSM dan lembaga-lembaga pemerintah

yang terkait

(b) Kuesioner yang disebarkan kepada 100 pendatang

Kabupaten Gunungkidul yang berada di Jakarta Selatan

dan Jakarta Timur

b) Data Sekunder

Data sekunder yang akan di pergunakan dalam penelitian ini

adalah data tingkat konsumsi masyarakat pendapatan perkapita

dan lain lain akan diperoleh dari hasil survey Badan Pusat

Statistik (BPS) Sedangkan data tentang sumberdaya dan

kekayaan alam Indonesia akan diperoleh dari Departemen

Pertambangan dan Energi Data berhubungan dengan kemiskinan

dan kulitas hidup akan diperoleh dari Tim Nasional Pemercepatan

Pengentasan Kemiskinan (TMP2K)

4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan ditest dengan mempergunakan

prosedur inferensi statistik Kai-square untuk melihat ada atau

tidaknnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pengujian ini dilakukan untuk data sekunder guna menguji hubungan

antara pendidikan dengan tingkat kesejahteraan untuk melihat

apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat pengujian dilakukan baik untuk pendidikan kepala

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 48: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

29

keluarga ataupun pendidikan seluruh sampel untuk melihat apakah

masyarakat telah mengalami kemiskinan kultural akan dilakukan

pengujian atas kebersediaan untuk pindah dengan usia dan

pendidikan Namun pengujian statistik ini hanyalah merupakan

pembuktian dasar untuk landasan penjabaran yang lebih

komprehensif dengan mempergunakan informasi yang diperoleh dari

masyarakat melalui forum Rapid Participation Appraisal (RPA) dan

Forum Group Discussion (FGD) pemerintahan TMP2K dan para

ahli agama dan ekonomi

G Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini untuk memperjelas apa

yang dibahas maka penulis mengetengahkan sistematika penulisan

sebagai berikut Bab pertama pendahuluan yang menjelaskan mengenai

masalah kemiskinan yang di hadapi oleh masyarakat Indonesia dan

Kabupaten Gunungkidul ukur-ukuran kemiskinan yang di pergunakan

tingkat kemiskinan absolut dan kelompok rentan miskin Dalam bab ini

akan di bahas juga tentang perdebatan para ahli mengenai pengaruh

agama terhadap pencapaian ekonomi serta disebabkan karena dalam

penelitian ini akan dibahas kemungkinan potensi modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan maka akan di bahas tentang pemahaman modal

sosial pengaruh agama terhadap pembentukan modal sosial dan

bagaimana modal sosial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pada bab

ini juga di jelaskan metode penelitian yang di pergunakan lokasi

penelitian data sampel penelitian metode pengolahan data serta

hipotesa yang di uji dalam penelitian ini pada bagian terakhir akan di

bahas sistematika penyusunan

Bab kedua berisi perdebatan teoretis tentang pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan ekonomi hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan serta kemiskinan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa pertumbahan ekonomi

tidak secara otomatis akan menimbulkan pembangunan ekonomi yang

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menurunkan angka

kemiskinan Bahwa pembangunan ekonomi di dunia ketiga harus

dilakukan dengan cara berbeda dari apa yang diajarkan oleh teori

pembangunan ekonomi di negara-negara maju Tercakup di dalamnya

berbagai defenisi tentang kemiskinan dan penyebabnya baik dari sudut

pandang ekonomi konvensional maupun sudut pandang ekonomi Islam

Sehingga diharapkan dapat dipahami definisi dan perdebatan mengenai

kemiskinan dilihat dari teori ekonomi konvensional maupun sudut

pandang ekonomi Islam

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi
Page 49: MODAL SOSIAL DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44993/1/Any Widayatsari_Fix.pdf · dan Dr. Yusni Maulida, MSc. 9. Seluruh Staff Adminsitrasi

30

Bab ketiga menjelaskan gambaran umum tentang wilayah

penelitian bagaimana kerasnya kondisi alam yang dihadapi oleh

masyarakat kondisi kehidupan beragama idikator-indikator

kesejahteraan masyarakat kondisi kemiskinan yang mereka hadapi

serta kondisi sosial kemasyarakatan serta keagamaan yang merupakan

modal sosial yang mereka miliki serta potensi-potensi yang dapat

dikembangkan di samping sektor pertanian dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam mengembangkannya

Bab keempat secara khusus membahas kondisi kemiskinan

masyarakat Gunungkidul secara struktural Jumlah masyarakat miskin

sebaran kemiskinan diantara masyarakat dan kedalaman kemiskinan

yang mereka hadapi Tujuan gambaran kemiskinan ini adalah untuk

melihat bagaimana pola sebaran kemiskinan diantara masyarakat

karena hal ini akan mempengaruhi efektifitas kebijakan pengentasan

kemiskinan Di samping itu dibahas bagaimana masyarakat bersikap

atas kemiskinan yang mereka hadapi apakah mereka akan bertahan dan

menciptakan budaya kemiskinan yang menuju kepada terciptanya

kemiskinan kultural ataukah melakukan migrasi Karena adanya sikap

yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan ini maka pada bab ini

akan dibahas juga tentang pengaruh dari pendidikan dan nilai-nilai

kultural dan agama dalam pencapaian ekonomi mereka Dalam bab ini

juga dibahas bagaiman dampak dari pemberian bantuan yang diberikan

pemerintah apakah bantuan ini berhasil mengentaskan kemiskinan yang

ada di masyarakat atau justru memperangkap masyarakat dalam

ketergantungan kepada pihak luar

Bab Kelima membahas tentang peran modal sosial dalam

pengentasan kemiskinan masyarakat Pada bab ini akan dibahas tentang

apakah sajakah modal sosial yang ada di masyarakat dalam kaitannya

dengan modal sosial dalam bab ini juga akan dibahas tentang migrasi

sebagai sebuah bentuk metode bertahan hidup bagi masyarakat yang

tidak saja mengurangi tekanan pengangguran di daerah namun juga

menciptakan aliran dana dan bantuan bagi keluarga miskin

Bab enam merupakan bab penutup yang terdiri dari hasil

penelitian yang berbentuk kesimpulan Selain itu diungkapkan saran-

saran yang kemungkinan relevan untuk pihak-pihak terkait

  • Cover
  • 1 Kata Pengantar
  • 2 Pernyataan Plagiasi
    • Blank Page
      • 3 Persetujuan Promotor_Prelimary_SCAN
        • Page 1
        • Page 2
        • Page 3
        • Page 4
        • Page 5
        • Page 6
          • 4 PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI
            • Blank Page
              • 5 Persetujuan hasil pendahuluan
                • Page 1
                • Page 2
                • Page 3
                • Page 4
                • Page 5
                • Page 6
                  • 6 abstrak_s
                    • 6 abstrak_sriedi
                    • 51 abstrak_sriedi-arab
                      • 7 Pedoman Translasi
                        • Blank Page
                          • 8 Daftar_isi
                          • 9 Tabel dan gambar
                          • 10 Bab_1_Preliminary
                          • 11 Bab_2_Preliminary_editMasykuri
                          • 12 Bab_3_Preliminary
                          • 13 bab_4_preliminary_selip
                            • Blank Page
                              • 14 bab-5_edit
                                • Blank Page
                                  • 15 Bab 6 _preliminary_edit
                                    • Blank Page
                                      • 16 Daftar Pustaka_Preliminary
                                        • Blank Page
                                          • 17 GLOSARIUM
                                          • 18 INDEKS
                                            • Blank Page
                                              • 19 Biografi