pap smear dan iva test - rien novia maulida
DESCRIPTION
pap smear dan iva testTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Pemeriksaan sitologi vagina atau sering disebut Pap Smear test merupakan
salah satu metode diagnosis dini pada karsinoma servisis uteri dan karsinoma
korporis uteri yang dianjurkandilakukan rutin (0,5 – 1 tahun sekali). Pada
pemeriksaan ini bahan diambil dari dinding vagina atau dari serviks (endo- dan
ektoserviks) dengan spatel Ayre (dari kayu atau plastik).
Sel-sel yang diambil pada Pap Smear kemudian diperiksa dibawah
mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada
sel.Sitologiginekologi pap smear adalah ilmu yang mempelajari sel-sel yang lepas
atau deskuamasi dari alat kandungan wanita, meliputi sel-sel yang lepas dari
vagina, serviks, endoservik, dan endometrium. Pap Smear merupakan suatu
skrining untuk mencari abnormalitas dari wanita yang tidak mempunyai keluhan
sehingga dapat mendeteksi perubahan sel sebelum berkembang menjadi kanker
atau kanker stadium dini. Tindakan ini sangat mudah, cepat dan tidak atau relatif
kurang rasa nyerinya.
Selain menurunkan angka kematian, pemeriksaan Pap Smear secara rutin
dapat mempermudah pengobatan, karena kanker serviks lebih awal diketahui. Di
seluruh dunia, diperkirakan sebanyak 500.000 kasus baru kanker serviks dan
sebanyak 274.000 orang meninggal akibat kanker serviks tiap tahunnya. Hal ini
menjadikan kanker serviks sebagai penyebab kematian tersering kedua akibat
kanker pada wanita. Namun insiden kanker serviks telah mengalami penurunan
lebih dari 50 % dalam 30 tahun terakhir, hal ini disebabkan oleh peningkatan
skrining kanker serviks dengan sitologi servikal.
Pada kenyataannya, insiden kanker serviks di USA telah berkurang dari
14,8 kasus per 100.000 wanita pada tahun 1975 menjadi 6,5 kasus per 100.000
wanita pada tahun 2006. Meskipun secara global, insidensi danprevalensi kanker
serviks telah menurun drastis namun pada negara berkembang hal tersebut masih
tinggi akibat kurangnya program skrining, dan diperkirakan 80% dari seluruh
penderita kanker serviks meninggal pada negara berkembang.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Anatomi Serviks
Serviks adalah bagian uterus yang terendah dan menonjol ke vagina
bagian atas. Terbagi menjadi dua bagian, bagian atas disebut bagian supravaginal
dan bagian bawah disebut bagian vaginal (portio). Serviks merupakan bagian
yang terpisah dari badan uterus dan biasanya membentuk silinder, panjangnya
2,5-3 cm, mengarah ke belakang bawah. Bagian luar dari serviks pars vaginalis
disebut ektoserviks dan berwarna merah muda. Di bagian tengah portio terdapat
satu lubang yang disebut ostium uteri eksternum yang berbentuk bundar pada
wanita yang belum pernah melahirkan dan berbentuk bulan sabit bagi wanita yang
pernah melahirkan.
Ostium uteri internum dan ostium uteri eksternum dihubungkan oleh
kanalis servikalis yang dilapisi oleh epitel endoserviks. Biasanya panjang kanalis
servikalis adalah 2,5 cm, berbentuk lonjong, lebarnya kira-kira 8 mm dan
mempunyai lipatan mukosa yang memanjang. Serviks sendiri disusun oleh sedikit
otot polos (terutama pada endoserviks), jaringan elastik, dan banyak jaringan ikat
sehingga kanalis servikalis mudah dilebarkan dengan dilator. Jika terjadi infeksi
pada kanalis servikalis, dapat terjadi perlekatan dan pembengkakan lipatan-lipatan
mukosa sehingga spekulum endoserviks sulit ataupun tidak mungkin dimasukkan
sehingga tidak dapat dilakukan penilaian kanalis servikalis.
Pembuluh darah serviks berada pada bagian kanan kirinya. Arteri terutama
berasal dari cabang servikovaginalis arteri uterina, dari arteri vaginalis, dan secara
langsung dari arteri uterina. Serviks diinervasi oleh susunan saraf otonom baik
susunan saraf simpatis maupun saraf parasimpatis. Susunan saraf simpatis berasal
dari daerah T5-L2 yang mengirimkan serat-serat yang bersinaps pada satu atau
beberapa pleksus yang terdapat pada dinding abdomen belakang atau di dalam
pelvis sehingga yang sampai di serviks adalah serat post ganglionik. Serat
parasimpatis berasal dari daerah S2-S4 dan bersinaps dalam pleksus dekat atau
2
dinding uterus. Karena otot lebih banyak terdapat di sekitar ostium uteri internum,
maka inervasi di daerah tersebut lebih banyak daripada di ostium uteri eksternum.
Saraf sensorik serviks sangat erat hubungannya dengan saraf otonom dan
memasuki susunan saraf pusat melalui daerah torakolumbal dan daerah sakral.
Serat-serat dalam stroma terlihat berjalan sejajar dengan serat otot walaupun
ujung-ujung saraf sensorik belum pernah ditemukan.
1. Histologi Serviks
Epitel Serviks terdiri dari dua macam epitel : bagian ektoserviks dilapisi
oleh sel-sel yang sama dengan sel-sel pada vagina yaitu epitel skuamosa,
berwarna merah muda dan tampak mengkilat. Bagian endoserviks atau kanalis
servikalis dilapisi oleh epitel kolumner, yang berbentuk kolom atau lajur, tersusun
selapis dan terlihat berwarna kemerahan. Batas kedua epitel tersebut disebut
sambungan skuamokolumner (SSK).
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologik pada epitel
serviks dimana epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa, proses ini
disebut metaplasia. Metapalsia terjadi karena pH vagina yang rendah. Pada
keadaan Ph vagina berada pada pH terendah pada saat pra pubertas dan pra
menopause. Hal ini dikarenakan pada saat tersebut terjadi peningkatan esterogen.
Peningkatan esterogen menyebabkan peningkatan glikogen di vagina yang
kemudian diubah oleh bakteri lactobacillus döderlein. Pada proses metaplasia
terjadi proliferasi sel-sel cadangan yang terletak di bawah sel epitel kolumnar
endoserviks dan secara perlahan-lahan akan mengalami pematangan menjadi
epitel skuamosa.Jordan mengemukakan proses metaplasia sebagai berikut:
Fase pertama
Sel cadangan subkolumnar berproloferasi menjadi beberapa lapis,
sel-sel belum berdiferensiasi dan proses ini biasanya dimulai dari
puncak jonjot.
3
Fase kedua
Pembentukan beberapa lapis sel yang belum berdiferensiasi meluas
ke bawah dan ke samping sehingga menjadi satu.
Fase ketiga
Penyatuan beberapa jonjot menjadi lengkap sehingga didapatkan
daerah yang licin permukaannya.
Gambar 1. Anatomi dan Histologi Serviks
Fase berikutnya adalah fase pematangan atau maturasi, sel-sel akan
mengalami pematangan dan stroma jonjot yang terdahulu akan menghilang,
sehingga terbentuk epitel skuamosa metaplastik Akibat proses metaplasia ini
secara morfogenetik terdapat dua sambungan skumokolumnar. Pertama adalah
SSK original dimana epitel skuamosanya asli yang menutupi portio vaginalis
bertemu dengan epitel kolumner endoserviks. Pertemuan antara kedua epitel
berbetas jelas. Kedua adalah SSK fungsional yang merupakan pertemuan epitel
skuamosa metaplastik dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SSK
tersebut disebut daerah transformasi.
4
Pembentukan daerah transformasi ini sebenarnya tidak saja melalui proses
metaplasia, tetapi juga melalui proses pembentukan langsung dari epitel skuamosa
yang berhubungan langsung dengan epitel kolumnar. Pemeriksaan histopatologi,
kolkoskopi, dan mikroskop elektron menunjukkan bahwa lidah-lidah epitel
skuamosa asli tumbuh ke bawah dan menyusup di antara sel-sel epitel kolumnar.
Sel-sel tersebut selanjutnya mengalami maturasi dan secara bertahap akan
mengantikan sel-sel epitel kolumnar diantaranya.
2.2. Definisi Pap Smear
Pap Smear atau tes Pap adalah suatu proseduruntuk memeriksa
kanker serviks pada wanita. Pap Smear meliputi pengumpulan sel-sel dari
leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskopuntuk mendeteksi
lesi kanker atau prakanker. Tes Pap merupakan tes yang aman, murah dan
telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan
yang terjadi pada sel-sel leher rahim.
Skrining utama dari kanker serviks selama 60 tahun terakhir adalah
tes Papanicolaou. Tes Papanicolaou, juga dikenal sebagai tes Pap atau Pap
smear, dikembangkan pada 1940-an oleh Georgios Papanikolaou. Pap smear
mengambil nama dari Papanikolau, yang merupakan seorang dokter yang
meneliti,mengumumkan serta mempopulerkan tentang teknik tersebut.
Berkaspenelitian yang dilakukan dengan ahli patologi Dr Herbert Traut
mempunyai dampak yang luar biasa pada pengurangan jumlah kematian
akibat kanker rahim di seluruh dunia.Pada awalnya diharapkan untuk
mendeteksi kanker leher rahim pada tahap awal, tetapi seiring waktu bahkan
lesi pra-kanker juga dapat terdeteksi.
2.3. Tujuan dan Manfaat Pap Smear
5
Tujuan dan manfaat pap smear, yaitu:
1. Evaluasi sitohormonal
Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui
pemeriksaan pap smear yang bahan pemeriksaannya adalah sekret vagina
yang berasal dari dinding lateral vagina satu pertiga bagian atas.
2. Mendiagnosis peradangan
Peradangan pada vagina dan serviks pada umumnya
dapatdidiagnosa dengan pemeriksaan pap smear. Baik peradangan
akutmaupun kronis. Sebagian besar akan memberi gambaranperubahan sel
yang khas pada sediaan pap smear sesuai denganorganisme penyebabnya.
Walaupun terkadang ada pulaorganisme yang tidak menimbulkan reaksi
yang khas pada sediaanpap smear.
3. Identifikasi organisme penyebab peradangan
Dalam vagina ditemukan beberapa macam organisme/kuman
yangsebagian merupakan flora normal vagina yang bermanfaat bagiorgan
tersebut. Pada umumnya organisme penyebab peradanganpada vagina dan
serviks sulit diidentifikasi dengan pap smear,sehingga berdasarkan
perubahan yang ada pada sel tersebut, dapatdiperkirakan organisme
penyebabnya.
4. Mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dankanker leher
rahim dini atau lanjut (karsinoma/invasif).
Pap smear paling banyak dikenal dan digunakan adalah sebagaialat
pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi prakanker atau kankerleher rahim.
Pap smear yang semula dinyatakan hanya sebagai alatskrining deteksi
kanker mulut rahim, kini telah diakui sebagai alatdiagnostik prakanker dan
kanker leher rahim yang ampuh denganketepatan diagnostik yang tinggi,
6
yaitu 96% terapi didiagnostiksitologi tidak dapat menggantikan diagnostik
histopatologik sebagaialat pemasti diagnosis. Hal itu berarti setiap
diagnosik sitologikanker leher rahim harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaanhistopatologi jaringan biopsi leher rahim, sebelum
dilakukantindakan selanjutnya.
5. Memantau hasil terapi
Memantau hasil terapi hormonal, misalnya infertilitas
ataugangguan endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada kasuskanker
leher rahim yang telah diobati dengan radiasi, memantauadanya
kekambuhan pada kasus kanker yang telah dioperasi, memantau hasil
terapi lesi prakanker atau kanker leher rahim yangtelah diobati dengan
elekrokauter kriosurgeri, atau konisasi.
2.4. Indikasi tes pap smear
Tes Pap Smear diindikasikan untuk skrining lesi kanker dan lesi prakanker
dari serviks.Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya
mereka yang tinggi aktifitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga
wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri.
Abnormal sitologi serviks paling sering pada wanita muda dan hampir
seluruh kelainan sitologi pada remaja terselesaikan tanpa pengobatan. Wanita di
bawah usia 21 tahun terhitung hanya 0,1% yang mengidap kanker serviks dan
tidak ada bukti yang kuat bahwa skrining kanker serviks pada kelompok usia
tersebut dapat menurunkan insidensi, morbiditas atau mortalitas dari kanker
serviks.Menyadari fakta tersebut dan kemungkinan skrining kanker serviks
menyebabkan evaluasi tidak perlu dan berpotensi berbahaya pada wanita berisiko
sangat rendah untuk keganasan, ACOG merevisi pedoman skrining kanker
serviks, yaitu dimulai saat usia 21 tahun, tanpa mempertimbangkan riwayat
seksual sebelumnya.
7
Tabel.1 Summary of 2012 Screening Guidelines from the American Cancer Society, American Society for Colposcopy and Cervical Pathology, and American Society for Clinical PathologyParameter ACS Rekomendasi
Usia memulai skrining
Mulai skrining sitologi pada usia 21 tahun, tanpa mempertimbangkan riwayat seksual sebelumnya.
Skrining antara usia 21–29
Skrining dengan sitologi saja setiap 3 tahun. * Pemeriksaan HPV tidak harus dilakukan pada kelompok umur ini.
Skrining antara usia 30-65
Skrining dengan kombinasi sitologi dan pemeriksaan HPV setiap 5 tahun (dianjurkan) atau sitologi saja setiap 3 tahun. * Skrining HPV saja secara umum tidak direkomendasikan..
Usia berhenti skrining
Usia 65 tahun, jika wanita memiliki skrining awal negatif dan tidak dinyatakan risiko tinggi kanker serviks.
Skrining setelah histerektomi
tidak diindikasikan untuk wanita tanpa leher rahim dan tanpa riwayat lesi prakanker grade tinggi (misalnya, CIN2 atau CIN3) dalam 20 tahun terakhir atau kanker serviks.
Wanita yang vaksin HPV
Skrining dengan rekomendasi yang sama dengan wanita tanpa vaksin HPV.
Pedoman ini tidak ditujukan pada populasi spesial ( seperti, wanita dengan riwayat kanker serviks, wanita yang rahimnya terpapar dietilstilbestrol, wanita yang immunocompromised) yang mungkin membutuhkanskrining lebih intensif atau alternatif lain.
2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pap Smear
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pap smear, yaitu :
1. Umur
Perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim paling sering
ditemukan pada usia 35-55 tahun dan memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk
menderita kanker leher rahim. Semakin tua umur seseorang akan
mengalami proses kemunduran, sebenarnya proses kemunduran itu tidak
terjadi pada suatu alat saja, tetapi pada seluruh organ tubuh. Semua bagian
tubuh mengalami kemunduran, sehingga pada usia lebih lama
kemungkinan jatuh sakit.
8
2. Sosial ekonomi
Golongan sosial ekonomi yang rendah sering kali terjadi keganasan
pada sel-sel mulut rahim, hal ini karena ketidak mampuan melakukan pap
smear secara rutin.
3. Paritas
Paritas adalah seseorang yang sudah pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup. Paritas dengan jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak
persalinan terlampau dekat mempunyai resiko terhadap timbulnya
perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim. Jika jumlah anak
menyebabkan perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim yang
dapat berkembang pada keganasan.
4. Usia wanita saat nikah
Usia menikah <20 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami
perubahan sel-sel mulut rahim. Hal ini karena pada saat usia muda sel-sel
rahim masih belum matang, maka sel-sel tersebut tidak rentan terhadap
zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma dan segala macam perubahanya,
jika belum matang, bisa saja ketika ada rangsangan sel yang tumbuh tidak
seimbang dan sel yang mati, sehingga kelebihan sel ini bisa merubah sifat
menjadi sel kanker.
2.6. Jenis-Jenis Test Pap Smear:
Ada 2 cara pemeriksaan Pap Smear:
a. Pemeriksaan Sitologi Konvensional
Keterbatasan pemeriksaan Sitologi Konvensional :
Sampel tidak memadai karena sebagian sel tertinggal pada brus (sikat
untuk pengambilan sampel), sehingga sampel tidak representatif dan tidak
menggambarkan kondisi pasien sebenarnya
Subyektif dan bervariasi, dimana kualitas preparat yang dihasilkan
tergantung pada operator yang membuat usapan pada kaca benda
Kemampuan deteksi terbatas (karena sebagian sel tidak terbawa dan
preparat yang bertumpuk dan kabur karena kotoran/faktor pengganggu)
b. Pemeriksaan Sitologi Berbasis cairan atau Liquid
9
Merupakan metode baru untuk meningkatkan keakuratan deteksi kelainan sel-
sel leher rahim. Dengan metode ini, sampel (cara pengambilan sama seperti
pengambilan untuk sampel sitologi biasa/Pap Smear) dimasukkan ke dalam cairan
khusus sehingga sel atau faktor pengganggu lainnya dapat dieliminasi.
Selanjutnya, sampel diproses dengan alat otomatis lalu dilekatkan pada kaca
benda kemudian diwarnai lalu dilihat di bawah mikroskop oleh seorang dokter
ahli Patologi Anatomi.
Keungulan pemeriksaan sitologi berbasis cairan/Liquid :
a. Sampel memadai karena hampir 100 % sel yang terambil
dimasukkan ke dalam cairan dalam tabung sampel
b. Proses terstandardisasi karena menggunakan prosesor otomatis,
sehingga preparat (usapan sel pada kaca benda) representatif,
lapisan sel tipis, serta bebas dari kotoran/pengganggu
c. Meningkatkan kemampuan/keakuratan deteksi awal adanya
kelainan sel leher rahim
d. Sampel dapat digunakan untuk pemeriksaan HPV-DNA
Gambar 5. Gambaran Pemeriksaan Sitologi Konvensional dan
berbasis Cairan
2.7. Persiapan Pemeriksaan Pap Smear
10
a. Menghindari persetubuhan, penggunaan tampon, pil vagina, ataupun
mandi berendam dalam bath tub, selama 24 jam sebelum pemeriksaan,
untuk menghindari ‘kontaminasi’ ke dalam vagina yang dapat
mengacaukan hasil pemeriksaan.
b. Tidak sedang menstruasi , karena darah dan sel dari dalam rahim dapat
mengganggu keakuratan hasil pap smear.
2.8. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear
Prosedur pemeriksaan Pap Smear adalah:
1. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve (cocor
bebek), spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan
alkohol 95%.
2. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
11
3. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks
posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis.
4. Periksa serviks apakah normal atau tidak.
5. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai
dari arah jam 12 dan diputar 360˚ searah jarum jam.
12
6. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang
telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45˚ satu kali usapan.
7. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.
13
8. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke
ahli patologi anatomi.
Pada gambar dibawah ini, terdapat ilustrasi dari pemeriksaan Pap Smear.
Gambar 1. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/1947979-overview
2.9. Syarat Pengambilan Bahan
Penggunaan pap smear untuk mendeteksi dan mendiagnosis lesi
prakanker dan kanker leher rahim, dapat menghasilkan interpretasi sitologi
yang akurat bila memenuhi syarat yaitu:
1. Bahan pemeriksaan harus berasal dari porsio leher rahim.
2. Pengambilan pap smear dapat dilakukan setiap waktu diluar masa haid,
yaitu sesudah hari siklus haid ketujuh sampai dengan masa pramenstruasi.
3. Apabila klien mengalami gejala perdarahan diluar masa haid dan dicurigai
penyebabnya kanker leher rahim, sediaan pap smear harus dibuat saat itu
walaupun ada perdarahan.
14
4. Pada peradangan berat,pengambilan sediaan ditunda sampai selesai
pengobatan.
5. Klien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina (pembersihan
vagina dengan zat lain), memasukkan obat melalui vagina atau melakukan
hubungan seks sekurang-kurangnya 24 jam, sebaiknya 48 jam.
6. Klien yang sudah menopause, pap smear dapat dilakukan kapan saja.13
2.10. Interpretasi Hasil Pap Smear
Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan
Pap Smear, sistem Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma
(CIN), dan sistem Bethesda.
Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas, yaitu:
1. Kelas I : tidak ada sel abnormal.
2. Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada
indikasi adanya keganasan.
3. Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia
ringan sampai sedang.
4. Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat.
5. Kelas V : keganasan.
Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di
Amerika Serikat Pada sistem ini, pengelompokan hasil uji Pap Smear terdiri dari:
1. CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada
kurang dari sepertiga lapisan epitelium.
2. CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga
epitelium.
3. CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana
telah melibatkan sampai ke basement membrane dari epitelium.
15
Klasifikasi Bethesda pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988. Setelah
melalui beberapa kali pembaharuan, maka saat ini digunakan klasifikasi Bethesda
2001. Klasifikasi Bethesda 2001 adalah sebagai berikut :
1. Sel skuamosa
a. Atypical Squamous Cell of Undetermined Significance (ASC-US) yaitu sel
skuamosa atipikal yang tidak dapat ditentukan secara signifikan. Sel
skuamosa adalah datar, tipis yang membentuk permukaan serviks.
b. Low-grade Squamous Intraephitelial Lesion (LSIL) , yaitu tingkat rendah
berarti perubahan dini dalam ukuran dan bentuk sel. Lesi mengacu pada
daerah jaringan abnormal, intaepitel berarti sel abnormal hanya terdapat
pada permukaan lapisan sel-sel.
c. High-grade Squamosa Intraepithelial (HSIL) berarti bahwa terdapat
perubahan yang jelas dalam ukuran dan bentuk abnormal sel-sel
(prakanker) yang terlihat berbeda dengan sel-sel normal.
d. Squamous Cells Carcinoma
16
2. Sel glandular
a. Atypical Glandular Cells(AGC), specify endocervical,endometrial or not
otherwise specified (NOS)
b. Atypical Endocervical Cells, favor neoplastic, specify endocervical or not
otherwise specified (NOS)
c. Endocervical AdenocarcinomaIn situ(AIS)
d. Adenocarcinoma.15
2.11. Kelebihan Pap Smear :
17
Bisa dilakukan di berbagai rumah sakit dan bahkan ada di tingkat
Puskesmas
Biaya pemeriksaan relatif murah dan terjangkau
2.12. Kekurangan Pap Smear Sampel yang diambil tidak dari seluruh bagian serviks sehingga
ada bagian yang bisa jadi tidak terdeteksi
Mungkin tidak memperlihatkan kondisi sel yang sebenarnya
Akurasi antara 80% hingga 90%
2.13. Komplikasi
Komplikasiyang terjadi jarang, hal ini berupa perdarahanringan daninfeksi.
Pasien harusdiedukasi tentangkemungkinanbercak darah yang keluar dari
vaginasegerasetelahpap smeardilakukan, karena hal inidianggap normal.
Gambar 2. Alur penatalaksanaan hasil pap smear
18
IVA Test
Pemeriksaan IVA diperkenalkan Hinselman 1925.Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) meneliti IVA di India, Muangthai, dan
Zimbabwe. Ternyata efektivitasnya tidak lebih rendah dari pada tes Pap.
IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan carain
speksi visual pada serviks dengan aplikasi asamasetat (IVA). Dengan
19
metode inspeksi visual yang lebih mudah, lebih sederhana, lebih mampu
laksana, maka skrining dapat dilakukan dengan cakupan lebih luas,
diharapkan temuan kanker serviks dini akan bias lebih banyak.
Metode skrining IVA mempunyai kelebihan, diantaranya..
a. Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
b. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
c. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
d. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi,
dapat dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan
ibu atau dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih
e. Alat-alat yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan sangat
sederhana.
f. Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
Syarat ikut IVA TEST :
a. Sudah pernah melakukan hubungan seksual
b. Tidak sedang dating bulan/haid
c. Tidak sedang hamil
d. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
Pelaksanaan skrining IVA
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan
tempat dan alat sebagai berikut:
a. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisilitotomi.
b. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada
posisilitotomi.
20
c. Terdapat sumber cahaya untuk melihat servik.
d. Spekulum vagina
e. Asamasetat (3-5%)
f. Swab-lidi berkapas
g. Sarung tangan
Teknik IVA
Dengan speculum melihat serviks yang dipulas dengan asamasetat 3-
5%. Pada lesipra kanker akan menampilkan warna bercak putih yang
disebut aceto white epithelium Dengan tampilnya porsio dan bercak
putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif, sebagai tindak lanjut
dapat dilakukan biopsi. Andaikata penemuan tes IVA positif, maka di
beberapa Negara dapat langsung dilakukan terapi dengan cryosergury.
Hal ini tentu mengandung kelemahan-kelemahan dalam
menyingkirkan lesi invasif.
Kategori pemeriksaan IVA
a. IVA negative = Serviks normal.
b. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak
lainnya (polipserviks).
c. IVA positif = ditemukan bercakputih (aceto white epithelium).
Kelompok kini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks
dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis
Serviks-prakanker (displasia ringan-sedang-berat atau kanker serviks
in situ).
d. IVA- Kanker serviks Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan
temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi
penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih
pada stadium invasive dini.
21
BAB III
KESIMPULAN
Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari
leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan
tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk
mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.
22
Pemeriksaan pap smear bertujuan sebagai evaluasi sitohormonal,
mendiagnosis peradangan, identifikasi organisme penyebab peradangan,
mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan kanker leher rahim
dini atau lanjut (karsinoma/invasif) dan memantau hasil terapi.
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya mereka
yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita
yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pap smear, antara lain umur, sosial ekonomi, paritas,
dan usia wanita saat nikah.
Tindakan pap smear sangat mudah, cepat dan tidak atau relatif kurang rasa
nyerinya. Dengan dilakukannya pap smear dapat menurunkanangka kematian
akibat kanker serviks karena tes pap smear dapat secara akurat mendeteksi 90%
dari kanker serviks, bahkan sebelum gejalanya muncul.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan.In: Pemeriksaan Ginekologik. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,164-165.
2. Price & Wilson. 2006. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Volume 2. Edisi6. Jakarta: EGC.
23
3. Ries LA, Melbert D, Krapcho M, Stinchcomb DG, Howlander N, Horner MJ,
et al.2009. SEER cancer statistics review. Bethesda (MD): National Cancer
Institute.
4. U.S. Cancer Statistics Working Group. 2010. United States Cancer Statistics:
1999-2007 Incidence and Mortality Web-based Report. Atlanta (GA):
Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and
Prevention, and National Cancer Institute.
5. Cervical cancer, human papillomavirus (HPV), and HPV vaccines: Key points
for policy-makers and health professionals. 31 December 2008. World Health
Organization.
6. Diananda, R. 2009. Panduan Lengkap Mengenai Kanker. Yogyakarta: Mirza
Media Pustaka.
7. Mayo Clinic. 2011.
(http://www.mayoclinic.com/health/pap-smear/MY00090diakses 18 Juli 2012).
8. Karjane NW, Chelmow D. Pap Smear. Medscape Medical News; 2012.
(http://emedicine.medscape.com/article/1947979-overview#showall diakses 18
Juli 2012).
9. Lestadi, Julisar. 2009. Sitologi Pap Smear : Alat Pencegahan & Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim. Jakarta : EGC.
10. Cervical Cytology Screening. December 2009. ACOG Practice Bulletin.
11. Fitria, A. 2007. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Gala Ilmu
Semesta.
12. Soepardiman. 2002. Cermin Dunia Kedokteran: Pemeriksaan Pap Smear.
24
13. Manuaba, Ida Ayu Chandranita. Memahami Kesehatan Reproduksi
Perempuan.Jakarta; EGC. 2009. Hal. 61-62.
14. Rasjidi, Imam. 2008. Manual Prakanker Serviks. Jakarta : Sagung Seto.
15. Romauli, S. dan Vindari, A. 2011. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha
Medik.
16. Octavia, Chintami. 2009. Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan
Pap Smear di Kelurahan Petisah Tengah, Skripsi. Medan USU.
17. Marquardt, N., 2002. Cervical Neoplasma and Carcinoma. In: Marquardt, N.,
ed.Obstetrics and Gynecology, 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins,547-565.
25