mk-rifdia aulia rahma.pdf
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
STRATEGI MARKETING PUBLIC RELATIONS:
PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL OLEH MAJALAH CITA CINTA
Makalah Non Seminar
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial
Rifdia Aulia Rahma
1206205326
Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Depok
Desember 2015
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
Strategi Marketing Public Relations: Pemanfaatan Media Sosial oleh
Majalah Cita Cinta
Rifdia Aulia Rahma
Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Perkembangan media digital yang pesat membuat industri media cetak kian tergerus, begitu
juga di Indonesia. Para pegiatnya dituntut untuk memikirkan cara agar mampu
mempertahankan eksistensi dalam berbisnis. Untuk menghadapinya, berbagai perusahaan
media cetak di Indonesia kini mulai melakukan ekspansi ke dunia maya dengan
menambahkan platform baru seperti website, blog, dan media sosial terhadap mereknya. Pada
praktiknya, media sosial dimaksimalkan tak hanya untuk menyampaikan informasi,
karakteristiknya yang interaktif juga digunakan untuk membangun hubungan yang baik dan
menguntungkan dengan para pembaca dan pengikutnya. Makalah ini membahas bagaimana
media sosial dapat dimanfaatkan oleh perusahaan media cetak sebagai bentuk strategi
Marketing Public Relations. Pada Majalah Cita Cinta (CC), penulis mencoba melihat
bagaimana masing-masing media sosial yang dimiliki oleh CC dapat dimanfaatkan, tak hanya
untuk mempromosikan brand-nya tetapi juga untuk mencapai tujuan-tujuan MPR, utamanya
dalam membangun kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap CC.
Kata kunci: media sosial; marketing public relations; media cetak; majalah
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
Abstract
The rapid development of digital media makes printed media industry increasingly eroded, as
well as in Indonesia. The workers required to find a way to be able to maintain the existence
in business. To deal with it, a variety of printed media company in Indonesia are now
beginning to expand into the virtual world by adding new platforms such as websites, blogs,
and social media to brand. In practice, social media is maximized not only to convey
information, its interactive characteristics are also used to build a good and beneficial
relationship with the readers and followers. This journal discusses how social media can be
used by printed media companies as a form of Marketing and Public Relations strategy.
Towards Majalah Cita Cinta (CC), the author will explain how each social media owned by
Majalah Cita Cinta can be used, not only to promote its brand, but also to achieve its MPR
objectives, particularly in building public awareness and knowledge.
Keywords: social media; marketing public relations; printed media; magazine
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
1
Universitas Indonesia
PENDAHULUAN
Perkembangan Industri Media Cetak dan Digital
Perkembangan media elektronik dan digital yang begitu meroket membuat bisnis
printed media kian tergerus dikalahkan oleh situs berita online dan jejaring sosial. Menurut
inma.org, industri media digital di Amerika Serikat diperkirakan telah berhasil meraup
keuntungan sebesar US$400 milyar pada tahun 2014, sementara pendapatan industri media
cetak diprediksi menurun sekitar 16% pada surat kabar atau koran (data tahun 2010) dan
2,7% pada majalah (data tahun 2009)1. Apalagi dalam lima tahun ke depan, pergerakan
industri media di seluruh dunia akan banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan teknologi digital
dalam berbagai segmen. E&M Outlook juga memprediksi industri digital akan tumbuh secara
signifikan melebihi nondigital selama beberapa periode dengan biaya belanja yang
diproyeksikan sebesar 12,1% CAGR2. Bandingkan dengan biaya blenaja nondigital yang
hanya 2,6% CAGR3. Dengan munculnya perkiraan segmen berbasis digital akan mampu
melebihi pertumbuhan nondigital, banyak yang bertanya tentang bagaimana industri media
cetak seperti koran dan majalah dapat menjaga kiprahya.
Di Indonesia sendiri, arus digitalisasi juga telah merambah berbagai aspek kehidupan
masyarakat terutama dalam hal mengakses informasi, didukung oleh pernyataan Sekretaris
Jenderal Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Suwarjono yang menyatakan saat ini
sebanyak 23% dari 260 juta jiwa penduduk Indonesia telah menjadi pembaca setia beragam
media online dan akan terus berkembang4. Survei yang dilakukan oleh Nielsen Media
Research menyebutkan selama lima tahun (2005 – 2009) keuntungan media cetak di
Indonesia mengalami kemerosotan dari 28% menjadi 18%5. Minat masyarakat terhadap
media cetak juga turun akibat iklan yang lebih banyak dimuat ketimbang berita. Hal tersebut
secara tidak langsung menurunkan performa kuantitas dan kualitas berita yang menjadi
1 http://www.inma.org/article/index.cfm/41038-the-state-of-print-media-during-the-digital-age, diakses 10
Desember 2015. 2 Ibid 3 Ibid 4 http://www.kompasiana.com/moh.faiz/peran-perkembangan-media-cetak-di-era-perkembangan-teknologi-
komunikasi_5528c2086ea834512f8b45ce, diakses 27 Oktober 2015. 5
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Nasib+Media+Cetak+Di+tengah+Era+Digital&&nomorurut_artikel=4
22, diakses 20 November 2015.
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
2
Universitas Indonesia
komoditi utama sebuah produk media cetak6. Padahal, iklan pada media cetak merupakan
sumber dana terpenting yang berfungsi mengganti biaya kertas dan percetakan.
Di antara ragam media digital yang berkembang pesat, media sosial berhasil menjadi
rujukan utama masyarakat Indonesia dalam mengakses informasi. Laporan agensi social
marketing, We Are Social, menyebutkan Facebook masih menjadi media sosial yang paling
banyak digunakan di Indonesia, utamanya dalam memenuhi kebutuhan akan informasi dan
hiburan7. Dalam event Tren Social Media 2015, narasumber Dimas Novriandi membeberkan
fakta bahwa saat ini Indonesia merupakan salah satu negara dengan penetrasi pengguna
internet terbesar di dunia sebanyak 93,4% pengguna8. Menurut informasi yang dilansir dari
data Global Web Index, hampir semua jenis media sosial dimiliki oleh pengguna internet
Indonesia. Berbagai penelitian lokal dan internasional pun bersimpulan bahwa efisiensi yang
mencakup kecepatan dan kepraktisan merupakan alasan utama mengapa masyarakat banyak
berpaling pada media online dan sosial9.
Untuk mengatasinya, salah satu perusahaan akuntan terbesar di dunia,
PricewaterhouseCoopers, menyarankan industri media cetak agar melibatkan lanskap digital
sebagai komplementer usahanya. Caranya adalah dengan menjaga keseimbangan antara
permintaan pembaca terhadap pelayanan digital sambil bersama-sama melakukan penawaran
tradisional —dalam artian memasarkan produk koran atau majalah— seperti yang sudah
dilakukan sejak dahulu, sehingga sumber daya pendapatan dan konsumen tetap terjaga.
Menurut Jerry Brown, seorang praktisi media dan hiburan di PricewaterhouseCoopers
Canada, transformasi digital menawarkan kreativitas yang terbatas dalam upaya mendekati
konsumen perusahaan media, terutama melalui media baru seperti website, blog, dan situs-
situs jejaring sosial. Di antara ketiga platform tersebut, Jerry berpendapat bahwa media sosial
bersifat unik dikarenakan karakteristiknya yang interaktif sehingga mampu mendorong
partisipasi khalayak.
6 http://www.kompasiana.com/nitaaubatuwael/media-cetak-di-indonesia-kritis-atau-
eksis_551030e1813311d638bc6108, diakses 10 Desember 2015.
7 https://id.techinasia.com/laporan-pengguna-website-mobile-media-sosial-indonesia/, diakses 13 Desember
2015, 00.08. 8 http://tekno.liputan6.com/read/2164377/pengguna-internet-indonesia-kuasai-media-sosial-di-2015, diakses 12
Desember 2015, 23.59. 9 Ibid
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
3
Universitas Indonesia
Penggunaan Media Sosial dalam Berbisnis
Kini media sosial telah menjadi idola bagi banyak perusahaan maupun organisasi.
Kemampuannya dalam mengumpulkan dan menggerakkan massa secara online dimanfaatkan
sebagai bagian dari strategi Marketing Public Relations (MPR), utamanya dalam
mempromosikan brand mereka. Studi yang dilakukan oleh perusahaan PR Burson-Marsteller
menunjukkan 86% dari 100 perusahaan besar dalam 500 daftar Fortune menggunakan paling
tidak satu dari beberapa situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, atau blog,
sementara 28%-nya menggunakan keempat-empatnya. Studi tersebut juga menyimpulkan
65% perusahaan di AS memilih Twitter sebagai platform utama dalam berpromosi,
menjadikannya sebagai situs jejaring sosial paling populer di kalangan perusahaan bisnis
(Burson-Marsteller, 2010)10.
Dan Shaver (2007) dalam penelitiannya menyatakan konsumen dapat dipengaruhi
oleh media sosial. Sebagai contoh, riset yang dilakukan oleh SocialMediaToday
menyebutkan sebagian besar responden setuju bahwa materi yang di-post oleh teman-teman
mereka di media sosial dapat mempengaruhi mereka untuk turut berpartisipasi dalam
kegiatan yang ada pada posting-an tersebut. Artinya, media sosial memiliki efek yang kuat
dalam membangun atensi, menggerakkan aksi konsumen, serta menjadikan dirinya sebagai
source bagi orang lain11. Oleh sebab itu, dalam rangka menarik perhatian terhadap
produknya, sebuah perusahaan perlu membangun presensi media sosial yang kuat.
Menurut Preetam (2011), loyalitas dan komitmen terhadap sebuah brand dapat diraih
dengan cara mengintegrasikan penggunaan media sosial oleh perusahaan. Apalagi saat ini
sudah banyak web analytical packages—baik yang gratis maupun berbayar—yang bisa
dimanfaatkan oleh perusahaan untuk melacak inisiatif pemasaran online dan respon
konsumen. Dengan begitu, media sosial dapat membantu mempertajam visibilitas sebuah
brand dan membangun engagement di kalangan konsumen. Implikasinya, menurut Social
Media Marketing Industry Report, 64% penggiat marketing menghabiskan waktu 5 jam per
minggu untuk menangani media sosial dan 39%-nya menghabiskan waktu 10 jam per
minggu. Hal itu menunjukkan bahwa semakin banyak perusahaan yang secara aktif terlibat
dalam media sosial12.
10 Data hanya merefleksikan penggunaan media sosial di Amerika.
11 http://www.socialmediatoday.com/marketing/sarah-snow/2015-10-21/small-business-media-plan-what-else-
do-you-need-beyond-social-media, diakses 27 Oktober 2015. 12 Ibid
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
4
Universitas Indonesia
Sementara itu di Indonesia, pemanfaatan media sosial dalam berbisnis telah menjadi
tren yang berkembang pesat sejak tahun 2012. Para pegiat bisnis berramai-ramai membuat
akun di berbagai situs jejaring sosial, mulai dari Twitter, Facebook, Instagram, hingga instant
messaging seperti Line dan WhatsApp, untuk meraih atensi dan partisipasi konsumen. Tak
hanya dilakukan oleh perusahaan atau organisasi multinasional, strategi pemanfaatan media
sosial juga dilakukan oleh para pegiat bisnis e-commerce dan UKM (Usaha Kecil
Menengah). Kondisi itulah yang kini coba dimanfaatkan oleh industri media cetak di
Indonesia dalam menghadapi era sekarang.
Sebagai contoh, untuk menjaga stabilitas dan eksistensinya, Harian Kompas sebagai
media konvensional tersohor di Indonesia melakukan ekspansi ke media digital dengan
meluncurkan Kompas.com, SCOOP untuk pengguna Android dan iOS, Kompas Editor’s
Choice untuk pengguna iPad, dan Blackberry Playbook untuk pengguna Blackberry. Tak
ketinggalan koran elektronik bertajuk Kompas Reader 1.0 yang bisa diunduh secara gratis
untuk desktop dan laptop. Untuk mengarahkan dan menjaga para pembaca agar tetap in-touch
dengan beragam informasi pilihan dan fasilitas yang telah disediakan, Koran Kompas
mengandalkan situs jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook. Nantinya, notifikasi dari
tiap-tiap situslah yang akan menuntun para pembaca setia dan masyarakat agar terus
mengakses dan mengkonsumsi berita Koran Kompas, sehingga tingkat readership dan
kepercayaan terhadap brand dapat dipertahankan.
Langkah yang sama turut diambil oleh Cita Cinta (CC), majalah lifestyle milik
perusahaan Keluarga Alisjahbana, Femina Group, yang juga merupakan salah satu raksasa
media di Indonesia. Sejak awal berdirinya pada tahun 2001, majalah yang terbit dua
mingguan ini telah menjadi referensi gaya hidup wanita Indonesia berusia 20 – 30 tahun.
Revolusi bentuk pun pernah mewarnai perjalanannya; dari yang awalnya terbit sebagai
tabloid, pada tahun 2005, berubah menjadi majalah yang lebih handy dengan ukuran 14 cm x
21 cm. Karena majalah memiliki target pembaca yang lebih niche, upaya untuk
mempertahankan eksistensi, terutama dalam menggaet pembaca baru dan memelihara
pembaca setia, menjadi lebih sulit. Menyadari hal itu, CC memutuskan untuk melakukan
strategi ‘jemput bola’ dengan memanfaatkan platform digital.
Tentang Media Sosial Majalah Cita Cinta
Pada tahun 2008, CC mengepakkan sayap ke dunia online dengan merilis website
www.citacinta.com (sekarang www.citacinta.co.id). Berbagai macam berita yang dihadirkan
dalam situs tersebut terbagi ke dalam sejumlah kanal yang secara konsep mirip dengan rubrik
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
5
Universitas Indonesia
pada Cita Cinta seperti Karier & Uang, Kita & Si Dia, Cantik & Gaya, Selebriti, Seks &
Kesehatan, Gaya Hidup, dan Tentang Cowok. Pada majalah, kanal atau rubrik
diklasifikasikan ke dalam tiga ‘bendera’ besar yaitu Cerdas, Ceria, dan Cantik. Selain
menyajikan beragam berita dengan topik menarik, website CC juga menyediakan fasilitas
Subscribe untuk para pembaca yang ingin mendaftarkan diri sebagai subscriber dan
menerima e-newsletter setiap kali CC meng-update berita. Begitu pula dengan penawaran
dan kuis baik yang diselenggarakan oleh CC maupun media Femina Group lainnya —
mencakup Femina, Gadis, Ayah Bunda, Parenting, Dewi, Cleo, Men’s Health Indonesia,
Women’s Health Indonesia, Reader’s Digest, Pesona, Bestlife, dan situs online Jakarta
Fashion Week— semua dimuat pada halaman muka atau tertentu website agar menarik
perhatian pengunjung.
Gambar 1. Cita Cinta terbitan tahun 2009 (kiri) dan 2015 (kanan).
Bersamaan dengan dirilisnya official website CC, lahir akun Facebook dan Twitter
Cita Cinta yang diberi nama Cita Cinta – Majalah Dwi Mingguan Wanita pada FB dan
@citacintamagz pada Twitter. Kehadiran keduanya mendapat respon positif dari masyarakat
sehingga mampu mendulang ribuan likers dan followers pada tahun pertama berdiri.
Menjelang tahun 2012, CC mulai memiliki saingan dengan munculnya beberapa majalah
bersegmentasi sama seperti Cleo dan Joy. Hal tersebut mendorong CC untuk segera mengatur
ulang strategi agar tidak kehilangan kepercayaan para pembacanya. Apalagi salah satu
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
6
Universitas Indonesia
kompetitornya, majalah franchise dari Australia Cleo, memiliki presensi online yang kuat
dengan 300.000+ pengunjung setiap bulannya13. Akhirnya di tahun yang sama, muncullah
beberapa platform baru seperti akun Instagram @citacintamagz, laman khusus Cita Cinta
Magz pada situs video sharing Youtube, dan official account Line CITACINTAmagz pada
tahun 2013.
Melalui beberapa akun di media sosial di atas, CC melakukan kegiatan yang bertujuan
untuk membangun hubungan positif dengan pembaca maupun pengikutnya, misalnya dengan
memberikan tautan menuju artikel di website CC dan URL untuk video di Youtube,
menyajikan update seputar peristiwa atau sosok dan memberikan kesempatan bagi pembaca
untuk memberikan kesan, serta mengadakan polling dan kuis. CC juga rutin melemparkan
tagar (#) dengan tema tertentu untuk dibahas bersama para pengikutnya. Dengan ‘merawat’
konsumen melalui media sosial, CC yakin dapat meraih tujuan-tujuan besarnya, tak hanya
berkaitan dengan pendapatan dan eksistensi perusahan, tapi juga menyangkut visi MPR-nya:
membangun hubungan dengan para pembaca melalui dialog dua arah, menciptakan kesadaran
dan pengetahuan produk baik majalah maupun online, membentuk persepsi, menjaga
kredibilitas produk, dan mengkomunikasikan pesan tentang produk kepada para pembaca
tanpa ‘terlihat’ sebagai promosi.
PEMBAHASAN
Tinjauan Teoritis
Henry mendefinisikan MPR sebagai “a comprehensive, all-encompassing public
awareness and information program or campaign directed to mass or specialised audiences
to influence sales or use of a company’s products or services.”14 Sedangkan Harris dan
Whalen (2006, h. 7) mengemukakan MPR sebagai “penggunaan strategi dan PR untuk
mencapai tujuan pemasaran”. Mengacu pada Kotler (2003), MPR memainkan peran yang
signifikan dalam proses peluncuran produk baru, bahkan dalam mereposisi produk yang
sudah ada: dapat membangun ketertarikan terhadap kategori produk, mempengaruhi target
khalayak yang spesifik, mempertahankan produk yang mengalami permasalahan publik, dan
membangun citra perusahan dengan cara yang sesuai dengan produk atau jasanya. Kitchen
dan Papasolomou (1997) menekankan efektivitas MPR dalam memenangkan kepercayaan
13 Cleo Magazine Overview. Bauer Media. http://www.bauer-media.com.au, diakses 20 November 2015.
14 Henry, R. 1995. Marketing Public Relations: The Hows that Make it Work. Ames, IA: Iowa State University
Press, hal. 3.
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
7
Universitas Indonesia
konsumen, merayakan momen spesial, dan mensponsori event atau program tertentu.
Menurut Giannini, MPR berpotensi untuk meningkatkan visibilitas suatu produk maupun
organisasi, menginformasikan berbagai macam isu terkait organisasi kepada stakeholder,
mempengaruhi opini publik, serta mendorong percobaan sekaligus meningkatkan
penggunaan produk15.
Secara garis besar, MPR memiliki tiga keunggulan. Pertama, memberikan
kredibilitas terhadap pesan karena konsumen mengenal MPR sebagai berita atau opini yang
dapat dipercaya (Giannini, 2010). Hal tersebut memperkuat usaha komunikasi marketing
yang terintegrasi (dikenal dengan istilah Integrated Marketing Communication atau IMC)
melalui hubungan yang bersifat trust-based. Kedua, naiknya biaya dan ketidakefektifan
periklanan massa (Kitchen, 2010; Kotler, 2003), meningkatnya marketplace yang semakin
kompetitif dan tekanan yang tinggi terhadap resistensi konsumen, homogenitas produk dan
jasa, serta clutter (Harris & Whalen, 2006) mendorong lahirnya sebuah lingkungan yang
kondusif bagi MPR untuk berkembang. Ketiga, MPR mampu melengkapi promosi penjualan.
MPR menggunakan publicity stunts dan event marketing untuk menciptakan “buzz” selama
aktivitas penjualan berlangsung. Hasilnya, kombinasi dari keduanya tidak hanya bekontribusi
terhadap promosi penjualan produk atau jasa, tetapi juga menghasilkan lebih banyak value
untuk perusahaan.
Dalam lingkup personal selling, MPR bekerja secara lebih mendasar. Penyebutan
media dan komunikasi word-of-mouth terjadi melalui pembentukan kesadaran akan sebuah
produk beserta penggunannya di kalangan konsumen. Saat hal itu tercapai, para pekerja sales
dapat mendekati pelanggan potensial dan membantu mereka dalam menentukan keputusan
membeli. Dengan kata lain, MPR mendukung aktivitas penjualan dengan menginformasi
khalayak dan membangun hubungan yang menguntungkan. Di sinilah peran PR yang
sesungguhnya: MPR menggunakan tools PR untuk mencapai tujuan pemasaran. Di waktu
yang bersamaan, kedua konsep tersebut perlu berintegrasi untuk mencapai tujuan yang lebih
besar yaitu tujuan organisasi.
Menurut Giannini (2010, h. 52), MPR memiliki beberapa elemen penting yang
harus dipatuhi agar keinginan perusahaan maupun organisasi di bidang MPR dapat tercapai.
Proses menciptakan kampanye atau upaya individu yang sukses meliputi:
15 Giannini, G.T., Jr. 2010. Marketing Public Relations: A Marketer’s Approach to Public Relations and Social
Media, 1st ed. New Jersey: Pearson Education Limited.
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
8
Universitas Indonesia
1. Menentukan tujuan yang dikehendaki dari kampanye atau upaya individu
tertentu. Proses ini disebut dengan Tahap Objectives.
2. Memeriksa, menguji, dan memutuskan konsumen yang ingin dipengaruhi untuk
mencapai tujuan. Proses ini disebut dengan Tahap Target Market Selection atau
Penentuan Khalayak Sasaran.
3. Menentukan media, kelompok, dan individu yang dapat dimanfaatkan untuk
merangkul khalayak sasaran secara efektif. Proses ini disebut dengan Tahap
Connectors.
4. Mengkomunikasikan alasan yang kuat kepada khalayak sasaran agar melakukan
pertukaran dengan perusahaan atau organisasi, serta memberi alasan kepada
connector (penghubung) untuk menyampaikan informasi tersebut kepada
konsumen dengan mengandalkan lingkup pengaruhnya. Proses ini disebut dengan
Tahap Message.
5. Mengukur jumlah atau tingkat aktivitas yang diadakan oleh connector dan
mengeluarkan hasil tentang sikap khalayak sasaran terkait tujuan perusahaan atau
organisasi. Proses ini disebut dengan Tahap Measure.
Pemanfaatan fan page Facebook oleh Dunkin’ Donuts merupakan salah satu contoh
pemasar menggunakan social networking dengan baik. Kehadiran lebih dari 175.000 fans
(pada Oktober 2008) merupakan bukti dari adanya suatu komunitas baru akibat laman
tersebut. Mayoritas dari mereka berpartisipasi secara aktif pada fan page Facebook dengan
mengirimkan komentar pada wall, mengadakan dan memoderasi sebuah diskusi online,
bergabung dalam polling, serta mengunggah foto mereka beserta teman-teman sedang
menikmati produk dan pelayanan Dunkin’ Donuts. Sebagai tambahan konten yang diisi oleh
para fans-nya, laman tersebut juga menyediakan update dari perusahaan terkair produk,
kalender event, serta foto dan video yang dibuat oleh perusahaan. Menurut David Tryder,
Manajer Dunkin’ Donuts, social networking telah memberikan cara baru bagi Dunkin’
Donuts untuk mengikat konsumen sekaligus memberikan kesempatan untuk berkomunikasi
tak hanya dengan para loyalis Dunkin’ Donuts tapi juga mereka yang belum familiar dengan
merek tersebut.
Strategi Media Sosial Majalah Cita Cinta
Hingga penghujung tahun 2015, CC tercatat memiliki empat akun media sosial aktif
yaitu Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube, dan satu akun media sosial nonaktif yaitu
Google+ (tidak akan dibahas dalam makalah ini). Sebagai sarana promosi lainnya, CC juga
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
9
Universitas Indonesia
memanfaatkan instant messaging Line untuk menjaga para pembaca agar tetap terkoneksi
dengan update CC. Namun makalah ini tidak akan membahas strategi media sosial Line
karena platform tersebut tidak termasuk kategori media sosial. Menurut Lazworld, media
sosial merupakan kategori situs yang mengandalkan partisipasi pengguna dan konten yang
bersifat user-generated, mencakup beberapa contoh seperti situs jejaring sosial LinkedIn,
Facebook, dan MySpace, situs bookmarking Del.icio.us, situs berita Digg dan Simpy, dan
situs-situs lainnya yang berpusat pada interaksi para penggunanya16.
Dikaji dari ilmu marketing, keempat situs jejaring sosial aktif CC dioperasikan
dengan mengacu pada konsep strategi ‘jemput bola’ atau pull strategy. Strategi tersebut
meliputi motivasi terhadap konsumen untuk mencari tahu tentang sebuah brand melalui
proses yang aktif. Dengan kata lain, “getting the customer to come to you”17. CC
mempraktikkannya lewat iklan dan promosi media massa, pengelolaan hubungan dengan
konsumen, dan penciptaan word-of-mouth18. Keseluruhannya mengandalkan percakapan
dengan para pembaca, pengikut, dan pengunjung media sosial CC. Partisipasi mereka
diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan akan produk CC sehingga
permintaan terhadap majalah dan media online tetap terjaga. Jadi selain untuk meraih gol
yang bersifat MPR, strategi ini juga dilakukan untuk mencapai tujuan besar Femina Group
sebagai perusahaan yang menaungi Cita Cinta yaitu menciptakan demand. Hal tersebut
penting untuk menjaga CC —lebih luas lagi, media-media milik Femina Group— agar tetap
eksis di industri media cetak.
Dalam bagian ini akan dibahas strategi media sosial CC dengan mengacu pada
elemen proses MPR oleh Giannini. Yang pertama berkaitan dengan Objectives atau tujuan
perusahaan. Dalam menentukan tujuan yang konsisten dengan visi dan misi jangka
panjangnya, CC menekankan pada pengaruh terhadap tiga tipe sikap konsumen: action-
oriented, information-oriented, dan sikap. Pada action-oriented, pemanfaatan media sosial
oleh CC dilakukan agar para pembaca, pengikut, dan pengunjung masing-masing situs
jejaring sosial bersedia membeli majalah CC, berlangganan, dan mengunjungi website. Pada
action-oriented, CC ingin agar konsumennya memiliki evaluasi keseluruhan terhadap CC,
terutama perasaan yang bersifat positif seperti menyukai atau mencintai. Pada information-
oriented, konsumen diharapkan menjadi aware terhadap aspek-aspek yang diberikan oleh CC
16 https://econsultancy.com/blog/3527-what-is-social-media-here-are-34-definitions, diakses 25 November
2015. 17 http://marketing-made-simple.com/articles/push-pull-strategy.htm, diakses 25 November 2015. 18 Ibid
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
10
Universitas Indonesia
sebagai sebuah produk, misalkan konten CC yang sangat mencerminkan wanita lokal masa
kini atau desainnya yang minimalis namun chic. Pada praktiknya, CC lebih banyak menyoroti
tujuan action-oriented dimana hasilnya mampu memberikan sumbangsih pada pendapatan
perusahaan dan permintaan terhadap Majalah Cita Cinta.
Elemen berikutnya adalah menentukan khalayak sasaran. Dalam MPR, konsumen
didefinisikan sebagai pengguna utama dari sebuah produk. CC pun menentukan khalayak
sasarannya dengan pertimbangan sebagai berikut: (1) wanita Indonesia dengan usia 20 – 30
tahun (identifiable); (2) tinggal di kota-kota besar sehingga mudah untuk dijangkau
(accessible), (3) berperan aktif dalam pekerjaan yang dilakukan sehingga mampu
merepresentasikan bidang profesi tertentu, hal tersebut penting untuk meraih economic sense
(substansial); dan (4) ‘berbeda’ dengan segmen dari majalah-majalah wanita lainnya, calon
khalayak sasaran CC haruslah para wanita pekerja yang meskipun mempunyai gaya hidup
modern tapi tetap berjati diri dan berperilaku ‘lokal’.
Dari segi Connectors, CC banyak memanfaatkan tokoh-tokoh terkenal di Indonesia
untuk menyampaikan pesannya, terutama selebritis lokal. Hal yang paling sering dilakukan
oleh CC adalah meminta para selebritis yang ditampilkan di majalah untuk mempromosikan
artikel tentang dirinya. Selain itu juga mengajak mereka untuk memberitahukan informasi
seputar event yang diselenggarakan bekerjasama dengan CC dan selebriti tersebut. Terakhir,
CC turut membuka kesempatan bagi perusahaan lain yang ingin bekerjasama dalam
kampanye tertentu. Bisa dengan men-take-over media sosial CC selama beberapa saat atau
meminta redaksi untuk mengirimkan sejumlah konten terkait event yang sedang
diselenggarakan. Agar tak kehilangan atensi para pengikutnya, CC sangat selektif dalam
memilih partner untuk bekerjasama. Menurut Pemimpin Redaksi Zornia Harisantoso,
perusahaan atau merek tersebut harus mampu merepresentasikan minat dan tren perempuan
masa kini. Dengan kata lain, harus hype. Sebagai contoh, CC bekerja sama dengan merek
kosmetik halal Khalisa mengadakan kompetisi selfie dengan tema outfit warna-warna lipbalm
Khalisa. Kerjasama yang ditawarkan oleh pihak Khalisa kepada CC diterima karena saat ini
Khalisa sedang banyak dipakai oleh beauty blogger di Indonesia.
Terkait pesan atau Message, CC menjadikan konten sebagai ‘senjata’ utama dalam
berpromosi. Menurut CC, konten yang menarik dengan tingkat kedekatan yang tinggi paling
mampu menarik perhatian para pembaca untuk terlibat langsung dalam percakapan di media
sosial, sehingga perlu diramu pesan-pesan terintegrasi untuk masing-masing jenis media
sosial. Untuk mempermudah, CC menjadikan website-nya sebagai key content dari
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
11
Universitas Indonesia
keseluruhan media sosial. Alhasil seluruh update yang muncul di Facebook, Twitter,
Instagram, dan Youtube akan selalu bertautan dengan berita dan video yang sudah
dipublikasikan terlebih dahulu di website. Tapi bisa juga berbeda; beberapa situs jejaring
sosial dapat bertautan satu sama lain untuk menginformasikan hal yang bersifat khusus,
misalkan melalui update yang muncul di Facebook dan Twitter, pembaca bisa mengklik URL
yang berisi video tentang wawancara dengan artis Kencan19 di Youtube. Intinya, konten pada
seluruh kanal digital CC akan selalu mengacu pada apa yang dimuat di website dan seluruh
media sosial akan saling terintegrasi.
Dalam menghadapi kompetitor seperti Cleo dan Joy, CC tidak ambil pusing. Status
Cleo dan Joy sebagai majalah berlisensi justru membuat CC percaya diri melenggang sebagai
majalah wanita yang “lokal banget”. Bukan berarti harus bermuatan sangat Indonesia, tapi
majalah dan media online CC selalu berusaha menempatkan diri pada keseharian
pembacanya, khususnya dalam menginterpretasikan wanita modern Indonesia. Daripada
membahas sesuatu yang bersifat high-class seperti pada kebanyakan majalah berlisensi, sejak
pertama kali terbit, CC lebih suka membahas tema-tema yang bersahaja seperti kebiasaan
menabung, persiapan karir dan sekolah lanjutan sejak dini, gaya hidup sehat, serta tren
fashion lokal. Hingga kini, tema-tema seperti itu masih dipertahankan sebagai headline
favorit CC baik di majalah maupun media online. Tren juga menunjukkan bahwa pembaca
CC lebih menyukai berita tentang selebriti lokal daripada Hollywood dan Korea. Tandanya,
CC telah memiliki positioning yang berbeda dibandingkan dua kompetitornya tadi.
Karena masing-masing media sosial memiliki karakterisik tersendiri, CC menerapkan
taktik yang berbeda-beda dalam memaksimalkan Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube
sebagai sarana promosinya, terutama dari segi penyampaian konten. Treatment yang
diberikan terhadap masing-masing situs meliputi bentuk dan isi pesan, aktivitas rutin tertentu,
serta penjadwalan (lihat Tabel 1).
Melalui fitur-fitur interaktif yang ada pada masing-masing media sosial, CC dapat
secara langsung berinteraksi dengan pembaca, pengikut, maupun pengunjungnya. Pada
Facebook, Instagram, dan Youtube fitur comment dan likes memungkinkan konsumen untuk
menciptakan percakapan antarsesama pengikut sekaligus membuktikan bahwa mereka
berpartisipasi secara aktif. Pada Twitter, fitur mention, reply, dan favorite juga mampu
membuat interaksi antara admin CC dan khalayak luas berlangsung secara terus menerus.
Ketika CC mengirimkan sebuah tweet, pengikutnya dapat langsung membalas atau me-
19 Nama salah satu rubrik di Majalah Cita Cinta.
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
12
Universitas Indonesia
retweet sehingga jangkauannya meluas. Apalagi jika tweet tersebut dicetuskan oleh selebritis
dan memuat tagar tertentu, kesempatan untuk disimak dan ditanggapi oleh khalayak
nonpengikut menjadi lebih besar sehingga dapat menambah jumlah pengikut. Baru-baru ini,
Twitter baru saja mengeluarkan fitur baru berupa polling, seperti menulis tweet biasa tapi
dengan options. CC pun memanfaatkannya sebagai sarana polling pembaca agar lebih
interaktif. Semakin banyak interaksi, semakin banyak pula orang yang sadar dan menjadi
tahu tentang produk CC. Hal itu juga dapat menumbuhkan kepercayaan dan memicu obrolan
(word-of-mouth) secara offline.
Sayangnya, pesan yang disampaikan di satu media sosial seringkali berulang atau
dipublikasikan kembali di media sosial yang lain. Contohnya di Facebook dan Twitter,
konten yang disampaikan seringkali sama sehingga konsumen yang mengikuti kedua media
sosial tersebut tidak mendapatkan sesuatu yang ‘baru’. Hal tersebut terjadi akibat kurangnya
anggota atau redaktur yang bertanggung jawab atas aktivitas online CC. Sejauh ini, seluruh
kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan website dan media sosial di CC hanya
dilakukan oleh satu orang yang bertindak sebagai Penanggung Jawab Online. Hal ini
membuat kreativitas menjadi terbatas dan masing-masing media sosial tidak dapat
tereksplorasi dengan baik. Menurut Max Weber, birokrasi hendaknya memiliki karakteristik
sebagai berikut: pembagian kerja, hierarki wewenang, program rasional, sistem prosedur, dan
sistem aturan hak-kewajiban20. Dalam hal ini, bagian Online CC semestinya memiliki
struktur keanggotaan yang baik dengan job description yang jelas, sehingga masing-masing
anggota dapat terarahkan dan bekerja secara maksimal. Dengan kata lain, dibentuk sebuah
Divisi Online.
Dengan menambah jumlah anggota atau redaktur Online dan melakukan spesialisasi
pekerjaan, masing-masing anggota akan dikerahkan untuk ‘mengenali’ seluruh media sosial
dengan baik sehingga dapat ditemukan cara-cara menyampaikan pesan yang kreatif,
konsisten, dan kohesif dengan image merek sesuai dengan karakteristik keempat media sosial
CC. Selain itu, CC juga harus menentukan rentang kendali atau jumlah anggota yang dapat
diarahkan oleh Penanggung Jawab secara efektif dan efisien21. Memang tidak ada salahnya
menjaring orang sebanyak-banyaknya untuk bekerja dalam suatu kelompok, tapi terkadang,
kelebihan jumlah anggota justru membuat pekerjaan semakin terhambat. Oleh karena itu,
20 Muslamat, Sarkiah. Teori Organisasi. https://www.academia.edu/6976066/TEORI_ORGANISASI, diakses
11 Desember 2015.
21 https://teorionline.wordpress.com/2010/02/07/teori-struktur-organisasi/, diakses 11 Desember 2015.
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
13
Universitas Indonesia
Penanggung Jawab harus mampu memperkirakan berapa jumlah anggota yang dibutuhkan
untuk masing-masing jobdesc dan memilih orang-orang dengan keahlian tertentu yang
sekiranya dapat membantu mewujudkan tujuan Divisi Online dan redaksi CC secara
keseluruhan.
Dalam beberapa bulan terakhir, CC saja berganti CMS atau Content Management
System yang menyebabkan pengerjaan website harus dimulai dari awal lagi. Meski tidak
seratus persen karena artikel-artikel lama tetap bertahan, tapi beberapa aspek penting seperti
konten, desain, dan template harus dikerjakan dengan mengacu pada mekanisme CMS yang
baru sehingga memberikan tampilan yang berbeda. Hal tersebut tentu membutuhkan banyak
tenaga untuk mengendalikan serentetan perintilan seperti membuat desain baru yang selaras,
memastikan artikel telah diunggah dengan baik, dan memberitahukannya kepada masyarakat
luas. Perubahan domain juga menyebabkan CC harus mensosialisasikan “.com menjadi
.co.id” di seluruh media sosial dan dalam waktu yang tak sebentar. Jika hanya dilakukan oleh
satu orang, hampir dipastikan seluruh pekerjaan tidak akan mampu ditangani dengan rapih.
Perlu dilakukan pemaksimalan anggota agar masing-masing tugas bisa mendapatkan
‘perlakuan’ yang baik. Dengan mempersatukan tim, pengelolaan CMS menjadi lebih mudah
dan sosialisasi tentang perubahan pun dapat berjalan tanpa hambatan, sehingga mampu
mengembalikan Web traffic CC ke angka yang diinginkan.
Dari segi kreativitas konten, CC juga masih belum bisa menyajikan sesuatu yang
bersifat sangat menarik sehingga peran media sosial CC sebagai wadah atau tempat
berkumpul komunitas pecintanya menjadi kurang maksimal. Pesan yang disampaikan pun
terkadang membosankan. Giannini dalam bukunya memberikan sebuah petunjuk, dalam
memanfaatkan media sosial sebagai strategi MPR, sebuah perusahaan hendaknya mencari
‘pengait’ yang dapat membuat pesan terdengar oleh khalayak sasaran (“find the hook that
will make your message resonate with the target audience”. Sejauh ini, konten-konten yang
disajikan masih bersifat parsial; terpisah-pisah untuk masing-masing media sosial dan tidak
memiliki ‘pengait’ yang kuat untuk menarik perhatian konsumen, bisa mencakup sesuatu
yang unik atau identik dengan sebuah merek. Sebagai contoh, ketiga terjadi pergantian CMS,
CC dapat menarik perhatian para pembaca, pengikut, dan pengunjung media sosialnya
dengan mengadakan kampanye bertagar, misalkan #BrandNewCC atau #CCNewLook.
Tagar-tagar tersebut kemudian disebarkan secara serentak melalui Facebook, Twitter,
Instagram, dan Youtube dalam pesan-pesan yang beragam. Dari situ, masyarakat dapat
memperoleh informasi seputar apa itu #BrandNewCC atau #CCNewLook dan berinisiatif
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
14
Universitas Indonesia
untuk mengunjungi website CC. Redaksi juga bisa mengundang partisipasi masyarakat yang
telah berkunjung ke website untuk memberikan komentar seputar tampilan terbarunya di
Facebook atau Twitter. Bisa juga disisipi dengan kuis berhadiah sehingga konsumen semakin
termotivasi. Dengan begitu, tak hanya Web traffic saja yang meningkat; konsumen juga dapat
ter-engage dengan baik. Hook juga dapat diciptakan melalui video podcast, video yang
memuat obrolan tertentu dengan selebritis Cover Story atau Kencan, atau pertanyaan yang
rutin dilemparkan di seluruh media sosial untuk menciptakan sebuah forum. Sedangkan untuk
memperkuat komunitas dan word-of-mouth terhadap CC, bagian Online harus bisa
menciptakan pesan yang, menurut Giannini, ‘fun and intriguing’ dengan memperbanyak
kerjasama dengan selebritis dan mengkombinasikan teknologi penyampaian termasuk Web,
e-mail, SMS, dan obrolan secara langsung, contohnya pada saat event.
Yang terakhir adalah pengukuran atau Measurement. Dalam bukunya, Giannini
menjelaskan pemasar perlu mengukur efektivitas usaha MPR-nya baik terhadap khalayak
sasaran maupun penghubung. Komponen-komponennya dapat berupa penjualan, keuntungan,
perubahan pada market share, penetrasi pasar, dan brand awareness. Dengan mengamati
perilaku penghubungnya, sebuah perusahaan dapat mengukur keefektifan komponen tertentu
terutama dengan penghubung yang signifikan. Selain itu, media monitoring juga bisa
dilakukan untuk menentukan apakah pesan yang disampaikan telah diterima dengan baik oleh
khalayak sasaran. Dari situ, dapat diperoleh gagasan tentang ‘warna’ dan konteks yang sering
mereka gunakan untuk menyebarkan pesan.
Dalam hal ini, CC belum mempunyai mekanisme pengukuran yang jelas terkait
dengan pemanfaatan media sosialnya. Pengukuran hanya dilakukan pada akhir bulan dengan
menghitung jumlah comment, likes, reply, dan retweet secara keseluruhan pada seluruh media
sosial CC tanpa menspesifikasikannya ke dalam kategori tertentu, misalkan Quotes dengan
tema apa yang paling banyak mendapatkan likes, obrolan bertagar apa yang paling banyak
menciptakan percakapan, atau video apa yang paling banyak mendapatkan komentar. Waktu
pengukuran juga tidak tetap; tidak selalu dilakukan pada tanggal tertentu di akhir bulan. Bisa
saja molor hingga memasuki bulan berikutnya. Hal tersebut membuat Divisi Online stagnan
dalam menjalankan aktivitas Web dan media sosial CC karena belum mengetahui tren
terbaru. Alhasil, pemanfaatan media sosial pada bulan berikutnya hanya mengikuti pola yang
sudah ada sebelumnya tanpa menyajikan sesuatu yang segar.
Sebaiknya, CC terlebih dahulu menentukan komponen MPR apa yang ingin diteliti
sehingga mereka memiliki bahan evaluasi yang dapat dijadikan acuan untuk menjalankan
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
15
Universitas Indonesia
strategi pemanfaatan media sosial selanjutnya. Jika ingin mengukur brand awareness, CC
harus selalu memantau tingkat partisipasi para pembaca, pengikut, dan pengunjung media
sosialnya. Caranya, salah satu anggota Divisi Online CC diwajibkan menghitung jumlah
percakapan yang muncul di masing-masing media sosial sekaligus mengamati materi
publikasi terpopuler. Dia juga harus melakukan pengecekan dari sisi penghubung, apakah
partner-nya sudah bekerjasama dengan baik sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.
Sementara untuk mengukur keberhasilan strategi MPR terhadap penjualan, CC dapat
mengkorelasikan hasil pengukuran brand awareness dengan tingkat penjualan majalah di
pasaran melalui survei. Selanjutnya, CC menentukan timeframe untuk masing-masing
kegiatan MPR sehingga waktu untuk melaksanakan pengukuran menjadi jelas. Sebagai
contoh, jika sebuah kampanye tagar direncanakan berjalan selama 6 bulan, maka pengukuran
harus langsung dilakukan pada akhir bulan keenam.
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
16
Universitas Indonesia
Tabel 1. Taktik untuk Masing-Masing Media Sosial CC.
Media Sosial Bentuk dan Isi Pesan Aktivitas Rutin Tertentu Penjadwalan
Facebook Kekuatan kata-kata atau kalimat;
informasi yang disajikan harus memuat
foto, blurb atau eye catcher, dan kalimat
informatif.
Menggunakan bahasa Indonesia karena
pengikutnya lebih beragam (tak hanya
terdiri dari wanita berusia 20 – 30 tahun,
tapi juga ibu-ibu berusia >35 tahun.
Quotes berbahasa Indonesia, terutama
yang membahas relationship.
Menampilkan kembali berita-
berita pilihan terpopuler atau
yang paling banyak dibaca
lewat tagar #CCMOSTREAD.
Live chat dengan artis yang
menjadi Cover Story lewat
tagar #CCLiveChat beberapa
hari setelah edisi baru terbit.
Kuis dan polling
Mempublikasikan quotes pada
pukul 07.00 sebagai ucapan
selamat pagi dan 21.00 sebagai
penutup.
Mempublikasikan artikel pada
pukul 08.00, 10.00, 13.00
(waktu posting wajib), 14.00,
16.00, 17.00, dan jam pulang
kantor 18.00 atau 19.00.
Twitter Kekuatan kata-kata atau kalimat;
informasi yang disajikan harus mampu
menarik dalam 140 karakter, terdiri dari
baris informasi dan persuasi.
Quotes berbahasa Inggris karena
pengikut Twitter lebih menyukai bahasa
yang universal dan catchy.
Liputan langsung dari redaksi
CC (live report).
#CCLiveChat
#CCQUIZ
Polling
Sama seperti FB, bedanya Quotes
ditutup pada pukul 22.00.
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
17
Universitas Indonesia
Instagram Kekuatan gambar; foto yang diunggah
harus jelas, indah, serta memiliki nilai
berita.
Memasukkan unsur 5W+1H pada caption
foto agar pengikut dan pengunjung
Instagram mampu memahami informasi
secara lebih jelas.
Memperbanyak foto-foto selebritis lokal
karena selalu mendapatkan likes
terbanyak.
Mengunggah video berisi cuplikan event,
wawancara, atau pemotretan.
Kuis
Penggunaan tagar di setiap
publikasi foto seperti
#celebrity, #beauty,
#filmindonesia, #culinary, dan
#kpop.
Fleksibel, materi foto atau video
yang tersedia bisa langsung
diunggah meski sudah lewat
tengah malam.
YouTube Kekuatan video; tayangan yang dimuat
harus berdasarkan tata pengambilan
gambar yang baik.
Membagi link video Youtube ke seluruh
media sosial CC dengan menggunakan
judul menarik, misalnya: “Mau tahu tip
cinta out-of-the-box dari si A? Klik…
(URL video)”.
Mengunggah video behind-the-
scene, wawancara dan tip artis,
dan live concert/music/showcase.
Direncanakan wajib posting
setiap hari Senin dan Kamis.
Video live
report/music/showcase
diunggah maksimal H+1 acara
untuk menjaga antusiasme
pengunjung.
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
18
Universitas Indonesia
PENUTUP
Simpulan
Dari studi yang dilakukan terhadap pemanfaatan media sosial sebagai strategi MPR
Majalah Cita Cinta, dapat disimpulkan bahwa:
1) Pemanfataan media sosial yang dilakukan oleh CC sudah cukup baik, meliputi
pengintegrasian konten dengan menjadikan isi website CC sebagai key content media
sosial, konsisten menyajikan pesan sesuai dengan image yang ingin diciptakan sebagai
majalah wanita Indonesia yang ‘lokal banget’, dan mengaktivasi media sosial sesuai
dengan keunggulan dan karakteristik masing-masing.
2) Fitur-fitur interaktif yang tersaji di masing-masing media sosial terbukti membantu CC
dalam menciptakan dialog dengan para pembaca, pengikut, dan pengunjung keempat
situs jejaring sosialnya. Apalagi jika menggunakan tagar; fungsinya untuk mem-viral-
kan sebuah frasa di Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube berhasil mengundang
partisipasi konsumen untuk bergabung ke dalam sebuah online event atau forum dan
‘mengobrol’ secara langsung baik dengan admin CC maupun sesama pengikut. CC juga
selalu bekerjasama dengan penghubung yang biasanya merupakan selebritis untuk
membantu meningkatkan keterlibatan konsumen di media sosial.
3) Usaha dalam mencapai tujuan MPR CC terlihat dari pemenuhan kelima elemen yang
menurut Giannini wajib ada dalam sebuah program atau kampanye perusahaan.
Sayangnya dari segi pesan, CC kurang mampu menghasilkan sesuatu yang lebih
menarik akibat minimnya sumber daya manusia. Dari aspek Measurement, CC juga
tidak melakukan aktivitas pengukuran yang jelas dan rutin untuk melihat apakah
pemanfaatan media sosialnya sudah berjalan secara efektif atau belum.
Rekomendasi
Dalam memanfaatkan media sosial ke depannya, CC dapat melakukan beberapa
melakukan beberapa terobosan untuk mencapai tujuan-tujuan Marketing Public Relations-
nya. Di antaranya dengan:
1) Mengedukasi para pembaca, pengikut, dan pengunjung media sosial terkait mereknya
melalui pembahasan khusus tentang rubrik-rubrik atau kanal-kanal CC, mengundang
selebritis dalam diskusi online dengan tema seputar CC, dan melakukan tanya jawab
dengan para pengikut atau pengunjung di media sosial.
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
19
Universitas Indonesia
2) Membangun insight dan memberikan dukungan terhadap masyarakat, misalkan dengan
berpartisipasi dalam isu-isu sosial seperti #PrayforParis, #SaveOrangUtan,
#CancerAwareness, #RevolusiMental, maupun #DukungMusikIndonesia. Tak hanya
ikut mem-posting dan men-tweet artikel yang menyatakan dukungan terhadap isu
tersebut, tapi juga menyajikan bahasan dan obrolan dengan tokoh-tokoh masyarakat
untuk membangun keterlibatan masyarakat luas.
3) Untuk memperkuat engagement, CC dapat membentuk sebuah komunitas dunia maya
yang berisikan pembaca, pengikut, maupun pengunjung media sosialnya. Tak hanya
dilakukan secara online, kegiatannya juga akan melibatkan pertemuan tatap muka untuk
mempererat bonding CC dengan seluruh anggota maupun antaranggota. Melalui
komunitas tersebut, CC berkesempatan untuk memperluas jangkauan khalayak
sasarannya melalui pengadaan event, kerjasama dengan perusahaan atau organisasi lain,
dan pelaksanaan CSR. Dengan begitu, dalam melaksanakan strategi MPR-nya, CC
tidak perlu khawatir kelimpungan karena akan memperoleh bantuan yang kuat dari
komunitasnya.
4) Mewajibkan seluruh anggota redaksi untuk terlibat dalam aktivitas media sosial CC,
termasuk ikut posting di Facebook dan Instagram serta tweeting di Twitter. CC juga
dapat membuat special Web page yang berfungsi menampung seluruh public mentions
CC ke dalam satu laman komunitas sekaligus menyediakan akses menuju tutorial
Twitter. Usaha tersebut dapat membuat merek CC lebih mudah diketahui dan dipahami
serta untuk meng-engage konsumen lebih dalam lagi.
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
20
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Harris, T.L. & P.T Whalen. 2006. The Marketer’s Guide to Public Relations in the 21st
Century, 1st ed. Ohio: Thomson/South Western.
Henry, R. 1995. Marketing Public Relations: The Hows that Make it Work. Ames, IA: Iowa
State University Press.
Giannini, G.T., Jr. 2010. Marketing Public Relations: A Marketer’s Approach to Public
Relations and Social Media, 1st ed. New Jersey: Pearson Education Limited.
Kotler, P. 2003. Marketing Management, 11th ed. New Jersey: Prentice Hall.
Cleo Magazine Overview. Bauer Media. (http://www.bauer-media.com.au)
Journal of Costumer Behaviour. 2014. Vol. 13, No. 1, pp. 5 – 24.
Muslamat, Sarkiah. Teori Organisasi.
(https://www.academia.edu/6976066/TEORI_ORGANISASI)
Naveed, Noor-e-Hira. 2012. Role of Social Media on Public Relations, Brand Involvement,
and Brand Commitment. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business.
Vol. 3, No. 9. (http://www.ijcrb.webs.com)
Pradiptarini, Charity. 2011. Social Media Marketing: Measuring Its Effectiveness and
Identifying the Target Market. UW-L Journal of Undergraduate Research XIV.
www.citacinta.co.id
https://www.facebook.com/citacinta/?fref=ts
www.twitter.com/citacintamagz
www.instagram.com/citacintamagz
https://www.youtube.com/user/CITACINTAmagz
https://econsultancy.com/blog/3527-what-is-social-media-here-are-34-definitions
https://id.techinasia.com/laporan-pengguna-website-mobile-media-sosial-indonesia/
http://www.inma.org/article/index.cfm/41038-the-state-of-print-media-during-the-digital-age
http://www.kompasiana.com/moh.faiz/peran-perkembangan-media-cetak-di-era-
perkembangan-teknologi-komunikasi_5528c2086ea834512f8b45ce
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
21
Universitas Indonesia
http://marketing-made-simple.com/articles/push-pull-strategy.htm
https://www.maxmanroe.com/mengapa-kontes-media-sosial-bisa-menjadi-sarana-promosi-
online-yang-efektif.html
http://www.socialmediatoday.com/marketing/sarah-snow/2015-10-21/small-business-media-
plan-what-else-do-you-need-beyond-social-media
http://tekno.liputan6.com/read/2164377/pengguna-internet-indonesia-kuasai-media-sosial-di-
2015
https://teorionline.wordpress.com/2010/02/07/teori-struktur-organisasi/
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Nasib+Media+Cetak+Di+tengah+Era+Digital
&&nomorurut_artikel=422
Wawancara singkat dengan Pemimpin Redaksi Majalah Cita Cinta Zornia Devi Harisantoso,
Jumat, 6 November 2015.
Wawancara singkat dengan Penanggung Jawab Online Majalah Cita Cinta Meiranie
Nurtaeni, Minggu, 15 November 2015 dan Kamis, 26 November 2015.
Wawancara singkat dengan Mantan Penanggung Jawab Online Majalah Cita Cinta Novi
Nadya, Jumat, 20 November 2015.
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016