mitigasi bencana vulkanisme

11
MITIGASI BENCANA VULKANISME I. Definisi a. Vulkanisme Volcanism is the motion of magma from the internal of the earth. (Vulkanisme adalah gerakan magma dari dalam bumi), (Gatot Harmanto, 2008). b. Mitigasi Bencana Gunung Api Mitigasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana yang dapat dilakukan melalui berbagai cara termasuk pelaksanaan penataan ruang, pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan dan tak kalah penting adalah penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern, (Pasal 44 huruf c). Mitigasi bencana gunungapi dalam pengertian yang lebih luas bisa diartikan sebagai segala usaha dan tindakan untuk mengurangi dampak bencana yang disebabkan oleh erupsi gunung api. II. Proses terbentuknya gunung api Beberapa gunung terbentuk oleh letusan gunungapi, dan sebagian dibentuk oleh pergerakan kerak bumi, tumbukan antara lempeng benua dan samudra. Ada dua jenis gunung yang terbentuk oleh pergerakan kerak bumi. Bentuk gunung akan terlipat jika dua lempengan saling berbenturan dan kerak diantaranya melipat dan mengerut seperti kertas. BAGIAN GUNUNG API

Upload: intan-ratna

Post on 10-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

vulkanisme

TRANSCRIPT

Page 1: MITIGASI BENCANA VULKANISME

MITIGASI BENCANA VULKANISMEI. Definisi

a. Vulkanisme Volcanism is the motion of magma from the internal of the earth. (Vulkanisme adalah gerakan magma dari dalam bumi), (Gatot Harmanto, 2008).

b. Mitigasi Bencana Gunung ApiMitigasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana yang dapat dilakukan melalui berbagai cara termasuk pelaksanaan penataan ruang, pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan dan tak kalah penting adalah penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern, (Pasal 44 huruf c). Mitigasi bencana gunungapi dalam pengertian yang lebih luas bisa diartikan sebagai segala usaha dan tindakan untuk mengurangi dampak bencana yang disebabkan oleh erupsi gunung api.

II. Proses terbentuknya gunung apiBeberapa gunung terbentuk oleh letusan gunungapi, dan sebagian dibentuk oleh pergerakan kerak bumi, tumbukan antara lempeng benua dan samudra. Ada dua jenis gunung yang terbentuk oleh pergerakan kerak bumi. Bentuk gunung akan terlipat jika dua lempengan saling berbenturan dan kerak diantaranya melipat dan mengerut seperti kertas. BAGIAN GUNUNG API

1.Dapur Magma2.Batuan dasar3.Pipa kawah4.Permukaan dasar5.Retas (siil)6.Pipa kawah sekunder7.Lapisan abu gunungapi

8.Sayap / sisi gunungapi9.Lapisan lava10.Kepundan11.Kerucut parasit gunungapi12.Aliran lava13.Kawah14.Bibir kawah

15.Abu gunungapiGunungapi terbentuk karena adanya gerakan magma sebagai arus konveksi, dimana arus tersebut menyebabkan gerakan dari kerak bumi (dikenal ada 2 kerak bumi yaitu kerak samudera/oceanic plate dan kerak benua/ daratan/ continental

Page 2: MITIGASI BENCANA VULKANISME

plate). Gerakan kerak tersebut juga disebut pergerakan antar lempeng (teori tektonik lempeng), terbagi menjadi 3 bentuk gerakan :1. Saling menjauh (divergent), menyebabkan terjadinya pemekaran kerak benua,

magma keluar melalui rekahan tersebut dan membentuk busur gunungapi tengah samudera (mid-ocean ridge).

2. Saling bertumbukan (convergent), kerak samudera menumbuk dan menunjam di bawah kerak benua, membentuk zona subdaksi (subdaction zone) dan terjadi peleburan batuan di zona tersebut, magma bergerak dan menerobos sehingga membentuk busur gunungapi tepi benua (volvcanic arc).

3. Saling bergeser sejajar berlawanan arah (transform) antar kerak benuayangmenyebabkan timbulnya rekahan, sesar mendatar (contoh Sesar SanAndreas).

Sumber : http://plate tectonics-Wikipedia,the free encyclopediaIII. Jenis Gunung Api

a. Tipe Perisai (Shield Vulcanoes type)/Tipe Hawai, gunungapi yang mengeluarkan lava bersifat encer dan membentuk gunung tersebut, lereng berbentuk landai. Contohnya : Gunung Kilauea, Maunaloa, Manuakea di Kepulauan Hawaii.

b. Tipe Kerucut Piroklastik (Cinder cone type), gunungapi yang tersusun oleh material piroklastik berupa bom, lapili, abu, kerikil, pasir.

c. Tipe Maar, gunungapi ‘terpancung’ membentuk kawah seperti mangkuk dengan lebar kawah relativ lebih besar dari tinggi dinding kawah, lereng landai, sifat lava kental. Erupsipnya bersifat eksplosif. Contohnya Danau Klakah di lereng Gunung Lamongan, Danau Eiffel di Perancis.

d. Tipe Kaldera (Caldera type), terbentuk akibat letusan yang sangat besar sehingga bagian atas ‘terpancung’, dan membentuk kawah yang lebar lebih dari 2 km.

e. Tipe Strato (Strato type, composite volcano type), terbentuk oleh muntahan material gunungapi berupa piroklastik yang berselingan dengan lava.

f. Tipe Kubah Lava (lava dome type), material yang dikeluarkan berupa lava bersifat kental yang membentuk badan gunungapi tersebut, kelerengan umumnya simetri.

IV. Jenis Letusan Gunung Apia. Tipe Hawai, Lavanya cairan encer, tekanan gasnya rendah dan dapur magmanya

sangat dangkal, gunung api berbentuk perisai. Contoh : G. Maunaloa, Hawaii

Page 3: MITIGASI BENCANA VULKANISME

b. Tipe Stromboli, Lavanya cair encer, tekanan gasnya sedang karena sumber atau dapur magmanya sangat dangkal. Letusan yang terjadi berupa semburan gas yang membawa magma dengan disertai bom lapili. Contoh : G. Anak Krakatau

c. Tipe Merapi, Lavanya kental, sumber magma sangat dangkal, tekanannya rendah. Letusan berupa semburan gas yang keluar dari sumbat kawah yang retak atau dari sisi sumbat kawah itu. Awan panas meluncur di lereng gunung dengan disertai pecahan suber kawah sebagai bomnya. Contoh : G. Merapi

d. Tipe Volkano Lavanya cair kental. Contoh : G. Bromo ,Volkano Lemah : G. Semeru

e. Tipe St. Vincent, Lavanya kental, tekanan gas sedang, sumber magma dangkal. Contoh : G. Kelut

f. Tipe Pelee, Lavanya kental, tekanan gas tinggi, sumber magma dalam. Contohnya Gunung Montage Pelee di Amerika Tengah.

g. Tipe Plinian : G. GalunggungV. Proses terjadinya

Proses terjadinya letusan gunung berapi bermula ketika endapan magma yang terkubur sejauh kira-kira 10 km di bawah permukaan tanah mengalami tekanan berkekuatan tinggi yang berasal dari gas bumi. Gas bumi akan terus menekan endapan magma bersama dengan bebatuan yang terkubur bersamanya. Hingga akhirnya, tekanan gas bumi yang semakin tinggi memaksa endapan magma tersebut menyembur keluar dari gunung tersebut.

Adapula yang disebut gunung berapi dorman atau gunung berapi tidur, dimana terdapat tumpukkan batu yang sangat banyak sehinggan menghalangi keluarnya endapan magma dari dalam gunung. Gunung berapi dorman dapat memakan waktu yang sangat lama untuk meletus. Tapi jika tiba saatnya ia meletus, gunung api jenis ini akan menyebabkan letusan yang sangat dahsyat. Salah satu contoh dari gunung berapi yang sedang dalam keadaan dorman saat ini adalah gunung Krakatau yang sempat menggemparkan dunia karena letusan maha dahsyatnya puluhan tahun yang lalu

Ketika gunung berapi siap untuk memuntahkan isinya, biasanya akan muncul tanda-tanda seperti gempa-gempa vulkanik, dan awan panas yang terus keluar dari puncak gunung berapi tersebut. Ketika meletus gunung berapi dapat melontarkan material-materialnya seperti batu-batu yang membara dengan radius 18 km.

VI. Alat Pendeteksi1. Seismometer:

Seismometer adalah alat untuk mengukur gerakan tanah, termasuk gelombang seismik yang dihasilkan oleh gempa bumi, letusan gunung berapi, dan sumber gempa lainnya.

Rekaman gelombang seismik memungkinkan seismolog untuk memetakan bagian dalam bumi, serta menemukan dan menentukan ukuran dari sumber gempa yang berbeda. Hasil rekaman dari alat ini disebut seismogram.

Pada awalanya alat ini hanya bisa digunakan untuk menentukan dari arah mana gempa bumi terjadi. Dengan perkembangan teknologi yang semakin berkembang, maka

Page 4: MITIGASI BENCANA VULKANISME

kemampuan seismometer pun telah ditingkatkan, sehingga bisa merekam getaran dalam jangkauan frekuensi yang cukup lebar. Alat seperti ini disebut Seismometer Broadband.

2. Tiltmeter:

Tiltmeter merupakan alat pengukur deformasi gunung yang berfungsi untuk mendeteksi pengembungan atau pengempisan tubuh gunung. Perangkat Tiltmeter sendiri terdiri dari tiga komponen utama, yaitu Pelat Tiltmeter, Portable Tiltmeter, dan Readout Unit.

Struktur yang dipandang perlu untuk dilakukan pengukuran dengan metode Tiltmeter adalah struktur yang secara visual telah menunjukkan adanya perubahan posisi secara horizontal atau vertikal agar dapat diketahui intensitas gerakannya.

Untuk kasus sebuah gunung berapi, biasanya para ilmuwan akan memasang Tiltmeter di banyak titik, mulai dari kaki gunung hingga dataran-dataran tertinggi yang diperkirakan sebagai jalur aliran lava.

VII. Upaya mitigasiMitigasi didefinisikan sebagai tindakan yang diambil sebelum bencana terjadi

dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan dampak bencana terhadap masyarakat dan lingkungan (King dalam Kusumasari, 2014:22). Tujuan mitigasi adalah pengurangan kemungkinan resiko, pengurangan konsekuensi resiko, menghindari resiko, penerimaan resiko, serta transfer, pembagian, atau penyebarluasan resiko (Kusumasari, 2014:22).

Ada dua jenis mitigasi, yaitu struktural dan non struktural. Mitigasi struktural didefinisikan sebagai usaha pengurangan resiko yang dilakukan melalui pembangunan atau perubahan fisik melalui penerapan solusi yang dirancang. Mitigasi non struktural meliputi pengurangan kemungkinan atau konsekuensi resiko melalui modifikasi proses-proses perilaku manusia atau alam, tanpa membutuhkan penggunaan struktur yang dirancang (Kusumasari, 2014:23).Dalam buku Manajemen Bencana disebutkan upaya-upaya mitigasi bencana gunung berapi, yaitu: 1. Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat

pencatat gempa (seismograf). 2. Tanggap Darurat, yaitu mengevaluasi laporan dan data, membentuk tim Tanggap

Darurat, mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu. 3. Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskan jenis

dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.

4. Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia.

5. Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi.

Landasan, Asas, Dan Tujuan Penanggulangan Bencana DiIndonesia

Page 5: MITIGASI BENCANA VULKANISME

Sesuai dengan UU RI No. 24/2007, penanggulangan bencana di Indonesia berlandaskan pada Dasar Negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 45) dan berasaskan pada kemanusiaan, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, keseimbangan keselarasan keserasian, ketertiban dan kepastian hukum, kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup, dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana di Indonesia adalah cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan berhasil guna, transparansi dan akuntabilitas, kemitraan, pemberdayaan, nondiskriminatif, dan nonproletisi.LegislasiSerangkaian perundangan dan peraturan sangat diperlukan dalam upaya mewujudkan penanggulangan bencana yang optimal, baik di tingkat nasional maupun tingkat daerah. Di tingkat nasional, setelah UU RI No 24/2007 diterbitkan, serangkaian peraturan turunannya yang sudah dan harus dibentuk antara lain adalah serangkaian peraturan pemerintah (PP), peraturan Presiden (Perpres), serta peraturan menteri (Permen) atau peraturan kepala lembaga (Perka). Serangkaian UU perlu dibuat dan disinkronkan antara lain adalah yang terkait dengan penataan ruang. Salah satu dasar legislasi krusial diterbitkan sebagai turunan implementasi UU No 24/2007 adalah Peraturan Presiden (Perpres) No 8/2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).KelembagaanSebagai penanggung jawab penyelenggaraan penanggulangan di tingkat nasional, pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sesuai Pepres No 8/2008 tentang BNPB. Segera setelah terbentuknya BNPB, pemerintah daerah berkewajiban membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang dilaksanakan melalui koordinasi dengan BNPB sesuai dengan Permendagri No. 26/2008 tentang Pedoman Organisasi serta Tata Kerja BPBD di tingkat provinsi serta kabupaten dan kota. BNPB bertanggungjawab kepadan Presiden, BPBD tingkat provinsi bertanggung jawab kepada Gubernur, dan BPBD tingkat Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota. Badan Penanggulangan Bencana (BNPB dan BPBD) teridiri atas unsur pengarah dan unsur pelaksana. Unsur pengarah terdiri atas unsur pengarah dari masyarakat professional dan unsur pengarah dari pejabat pemerintah. Unsur pengarah dari masyarakat professional BNPB dipilih melalui proses seleksi yang ketat yang ujungnya dilakukan uji kepatutan dan kelayakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) untuk diserahkan kepada Presiden untuk mendapatkan surat pengangkatan.Pendanaan

Page 6: MITIGASI BENCANA VULKANISME

Biaya untuk mendukung kegiatan rutin BPB (Badan Penanggulangan Bencana: BNPB/BPBD) berasal dari DIPA yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Biaya Nasional (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Biaya Daerah (APBD). Dalam keadaan kritis bencana, penyelenggaraan penanggulangan bencana dapat menggunakan Dana Siap Pakai (On Call) untuk tingkat nasional serta Dekon untuk tingkat provinsi dan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk tingkat kabupaten/kota. Selain itu penyelenggaraan penanggulangan bencana dapat menggunakan dana yang bersumber dari masyarakat secara individu maupun lembaga, baik tingkat lokal, nasional, maupun internasional asalkan tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.PerencanaanAgar upaya penanggulangan bencana dapat berjalan maksimal, perencanaan penanggulangan bencana yang terpadu sangat diperlukan, yaitu melalui pemaduan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dalam perencanaan kegiatan, baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah, baik yang berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RJP), Rencana Jangka Menengah (RJM), maupun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahunan.

Mitigasi Bencana GunungapiSebelum Terjadi Bencana

Dilakukan pemantauan gunungapi Penyediaan peta kawasan rawan bencana gunungapi, peta zona risiko bahaya gunung

api Pemantapan protap tingkat kegiatan gunungapi Pembimbingan dan informasi gunungapi Penerbitan peta geologi gunungapi Penyelidikan geologi, geofisika dan geokimia Peningkatan sumberdaya manusia dan pendukungnya

Saat Terjadi Bencana

Mengirimkan tim tanggap darurat Meningkatkan pengamatan Melaporkan tingkat kegiatan sesuai alur Memberikan rekomendasi kepada pemda sesuai protap

Sesudah Terjadi Bencana

Menurunkan tingkat kegiatan gunungapi sesuai protap Menginventarisir data letusan, termasuk sebaran dan volume bahan letusan Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya sekunder Memberikan saran teknis penanggulangan bahaya sekunder

Pengurangan Resiko Bencana         Melakukan identifikasi, kajian dan pemantauan resiko bencana dan memperkuat

sistem peringatan dini

Page 7: MITIGASI BENCANA VULKANISME

Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun suatu budaya aman dan ketahanan terhadap bencana di semua tingkatan

Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana untuk menjamin pelaksanaan tanggap darurat yang efektifSosialisasi dan KoordinasiSosialisasi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang tinggal disekitar gunungapi tentang potensi gunungapi, baik yang negatif (bahaya), maupun yang positif (sumberdaya).Koordinasi dilakukan dengan pemerintah daerah dan instansi terkait guna meningkatkan efektivitas dalam penanggulangan bencana erupsi gunungapi.

Penataan Ruang Berbasis KebencanaanUpaya pengurangan risiko bencana gempabumi adalah dengan mengurangai elemen kerentanan, salah satunya adalah dengan cara penataan ruang yang berlandaskan kepada ainaliss kebencanaan gunungapi.Berikut ini adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penanggulangan bencana geologi yang disebabkan oelh erupsi gunung api yaitu:

1. Melakukan pengamatan dan pemantauan terhadap gunung api aktif.2. Dengan melakukan pengamatan dan pemantauan yang terus menerus, maka

diharapkan dapat dipelajari tingkah laku dan aktifitas semua gunung api aktif yang ada sehingga usaha perkiraan erupsi dan bahaya gunung api akan tepat dan cepat. Penyampaian informasi dalam rangka pengamanan penduduk dalam kawasan rawan bencana dapat dilakukan tepat waktu sehingga korban bisa dihindari.

3. Melakukan pemetaan kawasan rawan bencana gunung apai4. Untuk mengetahui dan menentukan kawasan rawan bencana gunung api, tempat-

tempat yang aman jika terjadi letusan, tempat pengungsian, alur pengungsian. Sehingga pada saat terjadi peningkatan aktifitas/ letusan, kita sudah siap dengna peta operasional lapangan.

5. Mengosongkan kawasan rawan bencana6. Daerah atau kawasan yang termasuk kedalam kawasan rawan bencana harus

dikosongkan dan dilarang untuk hunian tetap, karena daerah ini sering dilanda oleh produk letusan gunung api (lava, awan panas, jatuhan piroklastik)

7. Melakukan usaha preventif8. Upaya untuk mengurangi bahaya akibat aliran lahar, yaitu dengan cara membuat

tanggul penangkis, tanggul-tanggul untuk mengurangi kecepatan lahar, serta mengurangi volume air di kawah (Kelud , Galunggung)

Tahap kesiap siagaan merupakan tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintah, masyarakat maupin perorangan mampu mengantisipasi segera mungkin dan seefektif mungkin terhadap situasi kejadian bencana misalnya:

1) Menyiapkan peralatan penanggulangan bencana untuk digunakan sewaktu-waktu.2) Pelaksanaan efakuasi atau pengungsian.3) Menyiapkan sistem peringatan dini (komunikasi darurat).

Page 8: MITIGASI BENCANA VULKANISME

4) Melakukan penyuluhan serta memberi informasi tentang kebencanaan pada masyarakat.

5) Melakukan pelatihan penanggulangan bencana