miskonsepsi dalam pembelajaran fisika dan penyelesaian yang tepat

8
TUGAS TERSTRUKTUR PENGGANTI UAS MATA KULIAH DASAR-DASAR MIPA MASALAH DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DAN PENYELESAIAN YANG DAPAT DIGUNAKAN DALAM PEMBUATAN SKRIPSI Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat Disusun Oleh : Puji Lestari (F03112068) Mahasiswi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tanjungpura I. PENDAHULUAN Pada dasarnya, fisika adalah ilmu dasar, seperti halnya kimia, biologi, astronomi, dan geologi. Ilmu-ilmu dasar diperlukan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan terapan dan teknik. Tanpa landasan ilmu dasar yang kuat, ilmu-ilmu terapan tidak dapat maju dengan pesat. Teori fisika tidak hanya cukup dibaca, sebab teori fisika tidak sekedar hafalan saja, akan tetapi harus dibaca dan dipahami serta dipraktikkan, sehingga siswa mampu menjelaskan permasalahan yang ada. Berdasarkan Standar Isi Mata Pelajaran Fisika SMA/MA (Permekdiknas RI Nomor 22, 2006), disebutkan bahwa mata pelajaran fisika di SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut; 1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain. 3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan,

Upload: puji-lestari

Post on 31-Jul-2015

346 views

Category:

Data & Analytics


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat

TUGAS TERSTRUKTUR PENGGANTI UASMATA KULIAH DASAR-DASAR MIPA

MASALAH DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DAN PENYELESAIAN YANG DAPAT DIGUNAKAN DALAM PEMBUATAN SKRIPSI

Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang TepatDisusun Oleh : Puji Lestari (F03112068)

Mahasiswi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tanjungpura

I. PENDAHULUAN

Pada dasarnya, fisika adalah ilmu dasar, seperti halnya kimia, biologi, astronomi, dan

geologi. Ilmu-ilmu dasar diperlukan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan terapan dan

teknik. Tanpa landasan ilmu dasar yang kuat, ilmu-ilmu terapan tidak dapat maju dengan

pesat.

Teori fisika tidak hanya cukup dibaca, sebab teori fisika tidak sekedar hafalan saja,

akan tetapi harus dibaca dan dipahami serta dipraktikkan, sehingga siswa mampu

menjelaskan permasalahan yang ada. Berdasarkan Standar Isi Mata Pelajaran Fisika

SMA/MA (Permekdiknas RI Nomor 22, 2006), disebutkan bahwa mata pelajaran fisika di

SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut;

1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan

alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat

bekerjasama dengan orang lain.

3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan, mengajukan dan menguji

hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrument percobaan,

mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil

percobaan secara lisan dan tertulis.

4. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif

dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa

alam dan penyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

5. Menguasai proses dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

II. LATAR BELAKANG

Page 2: Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat

Berdasarkan Standar Isi Mata Pelajaran Fisika, pembelajaran fisika seharusnya tidak

hanya ditekankan pada kemampuan matematis saja, akan tetapi hendaknya diorientasikan

pada pemahaman terhadap gejala fisis, sehingga akan lebih baik jika pembelajaran tersebut

didasarkan pada pengalaman belajar. Oleh karena itu, pembelajaran akan lebih bermakna jika

berdasarkan pada pengalaman belajar siswa secara langsung, sehingga pemahaman konsep

siswa akan semakin meningkat.

Menurut Berg (1991: 1), pada pelajaran fisika,siswa tidak memasuki pelajaran dengan

kepala kosong yang dapat diisi dengan pengetahuan fisika. Malah sebaliknya, kepala siswa

sudah penuh dengan pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan pengetahuan

fisika. Dengan pengalaman itu sudah terbentuk intuisi dan “teori siswa’’ mengenai peristiwa-

peristiwa fisika dalam lingkungan sehari-hari manusia. Akan tetapi belum tentu intuisi yang

terbentuk itu benar. Konsep awal atau intuisi yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang

disepakati para ahli disebut miskonsepsi.

.Dari uraian ini dapat disimpulkan dalam pembelajaran siswa hanya ditekankan pada

pemahaman metematis dan siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran. Aktivitas siswa

yang kurang (diskusi, praktikum, membuktikan konsep) dalam kegiatan belajar mengajar

menyebabkan siswa kurang memahami materi yang disampaikan secara optimal. Hal ini

merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadi miskonsepsi pada siswa.

Setiap peserta didik memiliki prakonsepsi yang dibawa sebagai pengetahuan. Sejalan

dengan perkembangan daya pikirnya, mereka mengembangkan prakonsepsi yang dimiliki,

tetapi terkadang pengembangan konsep yang dilakukan bertentangan dengan konsep

sebenarnya yang dikemukakan para ahli dan jika hal ini tidak diperbaiki akan menghasilkan

miskonsepsi yang berlarut-larut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat”.

III. MASALAH

Dari uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu: Apakah

penyebab miskonsepsi pada siswa dan bagaimana metode yang tepat untuk mengatasi

miskonsepsi tersebut.

Page 3: Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat

IV. ISI

Novak (1984 : 20) dalam Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Arida Pratiwi, Wasis

(2013) mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu

pernyataan yang tidak dapat diterima. Suparno (1998 : 95) memandang miskonsepsi sebagai

pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-

contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hierarkis konsep-

konsep yang tidak benar. Dari pengertian di atas miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu

konsepsi yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para

ilmuan.

Miskonsepsi didefinisikan sebagai konsepsi siswa yang tidak cocok dengan konsepsi

para ilmuan. Konsepsi tersebut sering dibangun berdasarkan akal sehat (common sense) atau

dibangun secara intuitif dalam upaya memberi makna terhadap dunia pengalaman mereka

sehari-hari. Miskonsepsi siswa mungkin pula diperoleh melalui proses pembelajaran pada

jenjang pendidikan terdahulu.

Selain itu pembelajaran fisika di sekolah secara umum hanya menekankan pada

pemahaman secara matematis saja, dan pembelajaran disampaikan dengan cara ceramah.

Siswa jarang di ajak untuk praktikum, serta tidak semua sekolah mempunyai peralatan yang

lengkap. Padahal dengan praktikum siswa lebih terlibat sehingga hasilnya lebih mudah

teringat daripada bahasa dalam buku atau penjelasan guru. Hal tersebut di atas yang menjadi

penyebab siswa tidak memahami konsep dengan baik sehingga rentan mengalami

miskonsepsi.

Dalam menangani miskonsepsi yang dimiliki siswa, kiranya perlu diketahui lebih

dahulu konsep-konsep alternatif apa saja yang dimiliki siswa dan dari mana mereka

mendapatkan itu. Dengan demikian kita dapat memikirkan bagaimana menanggulangi

miskonsepsi dengan cara yang tepat, misalnya saja menurut para ahli, melalui peta konsep,

tes essai, interview klinis dan diskusi kelas.

a. Peta Konsep (Concept Maps)

Novak (1985 : 94) mendefinisikan peta konsep sebagai suatu alat skematis untuk

merepresentasikan suatu rangkaian konsep yang digambarkan dalam suatu kerangka

Page 4: Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat

proposisi. Peta itu mengungkapkan hubungan-hubungan yang berarti antara konsep-konsep

dan menekankan gagasan-gagasan pokok. Miskonsepsi dapat diidentifikasi dengan melihat

hubungan antara dua konsep apakah benar atau tidak. Biasanya miskonsepsi dapat dilihat

dalam proposisi yang salah dan tidak adanya hubungan yang lengkap antar konsep. Pearsal

(1996 : 199) menyatakan bahwa dengan peta konsep kita dapat melihat refleksi pengetahuan

yang dimiliki siswa.

b. Tes Esai Tertulis

Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep fisika yang

memang mau diajarkan atau yang sudah diajarkan. Dari tes tersebut dapat diketahui salah

pengertian yang dibawa siswa dan salah pengertian dalam bidang apa. Setelah ditemukan,

beberapa siswa dapat diwawancarai untuk lebih mendalami mengapa mereka punya gagasan

seperti itu. Dari wawancara itulah akan diketahui dari mana salah pengertian itu dibawa.

c. Interview klinis

Interview klinis dilakukan untuk melihat miskonsepsi pada siswa. Guru memilih

beberapa konsep fisika yang diperkirakan sulit dimengerti siswa, atau beberapa konsep fisika

yang esensial dari bahan yang akan diajarkan. Kemudian, siswa diajak untuk

mengekspresikan gagasan mereka mengenai konsep-konsep di atas. Dari sini dapat

dimengerti latar belakang munculnya miskonsepsi yang ada dan sekaligus ditanyakan dari

mana mereka memperoleh miskonsepsi tersebut.

d. Diskusi dalam Kelas

Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep

yang sudah diajarkan atau yang mau diajarkan. Dari diskusi di kelas itu dapat dideteksi juga

apakah gagasan/ide mereka tepat atau tidak (Harlen, 1992:176). Dari diskusi tersebut, guru

atau seorang peneliti dapat mengerti konsep-konsep alternatif yang dipunyai siswa. Cara ini

lebih cocok digunakan pada kelas yang besar dan juga sebagai penjajakan awal.

V. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan tujuan

untuk mendeskripsikan profil konsepsi awal dan profil konsepsi siswa setelah mengikuti

pembelajaran. Subyek penelitian adalah siswa SMA yang tengah mendapat materi

pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diteliti. Instrumen yang digunakan dalam

Page 5: Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat

penelitian adalah tes diagnostik berbentuk tes konseptual berbentuk pilihan ganda yang

diadaptasi dari tesis I Putu Eka W. (2003) dalam Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Arida

Pratiwi, Wasis (2013), dengan tambahan instrument alasan terbuka disertai Certainty of

Response Index, lembar pengelolaan pembelajaran,dan angket respon siswa.

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan pertama yaitu melakukan pembelajaran

sesuai dengan pembelajaran yang biasa diterapkan di sekolah, kemudian memberikan tes

diagnostik yang pertama. Selanjutnya memberikan pembelajaran dengan praktikum

sederhana dan selama kegiatan belajar mengajar di kelas diamati oleh dua observer untuk

mengamati pengengelolaan guru serta aktivitas siswa. Setelah itu, siswa diberi tes diagnostik

yang kedua dan yang terakhir yaitu memberikan angket untuk mengetahui respon siswa. Data

yang diperoleh dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif.

DAFTAR REFERENSI

Wasis, Arida Pratiwi. 2013. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 02 No. 03 Tahun

2013. (online). (http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/inovasi-pendidikan-fisika/article/view/

3654/baca-artikel/) diakses pada tanggal 13 Januari 2014.

Anonim. 2013. Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika. (online). (http://fisikasma-

online.blogspot.com/2010/03/miskonsepsi-dalam-pembelajaran-fisika.html) diakses pada

tanggal 13 Januari 2014.