indentifikasi miskonsepsi siswa pada konsep …
TRANSCRIPT
INDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP
KESETIMBANGAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN
FOUR-TIER MULTIPLE CHOICE TEST
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH:
RAYHANAH NUR TSABITAH
NIM. 1113016200031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ii
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi yang berjudul Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep
Kesetimbangan Kimia dengan Menggunakan Four-Tier Multiple Choice
Testdisusun oleh Rayhanah Nur Tsabitah, NIM 1113016200031, Program Studi
Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak
untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan
oleh fakultas.
Jakarta, 22 Juni 2020
Yang Mengesahkan
Mengetahui,
Pembimbing I
Tonih Feronika, M.Pd
NIP. 19760107 200501 1007
Pembimbing II
Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd
NIDN. 2007078501
Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Burhanudin Milama, M. Pd
NIP. 19770201 200801 1 011
iv
v
ABSTRAK
Rayhanah Nur Tsabitah, “Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep
Kesetimbangan Kimia dengan Menggunakan Four-Tier Multiple Choice
Test”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Konsep-konsep ilmu kimia yang bersifat abstrak, penyampaian materi dan
penggunaan buku ajar yang isinya kurang menjelaskan secara detail dapat
menimbulkan terjadinya miskonsepsi pada siswa.Penelitian ini bertujuan untuk
menggali pemahaman dan mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa
kelas XI MIA SMA IT Thariq Bin Ziyad Kabupaten Bekasi pada konsep
kesetimbangan kimia.Metode penelitian ini deskriptif eksploratif dengan
menggunakan Four-Tier Multiple Choice Test. Waktu penelitian dilaksanakan
pada 9s.d. 10 Januari 2020. Sampel penelitian berjumlah 37 siswa kelas XI MIA
yang diambil dari empat kelas dengan menggunakan teknik sampling
Disproportionate Stratified Random Sampling. Data penelitian diperoleh dari
jawaban siswa terhadap instrumenFour-Tier Multiple Choice Test.Teknik
analisis data yang digunakan meliputi uji validitas, uji realibilitas, uji daya beda,
uji tingkat kesukaran dan persentase data miskonsepsi.Berdasarkan hasil
identifikasi menunjukkan bahwa terdapat miskonsepsi pada siswa kelas XI MIA
SMA IT Thariq Bin Ziyad Kabupaten Bekasi.Persentase siswa yang mengalami
miskonsepsi sebanyak 11,7% dari jumlah sampel. Ragam miskonsepsi yang
dialami siswa pada konsep kesetimbangan kimia diantaranya: kesetimbangan
dinamis18,92%, kesetimbangan homogen dan heterogen9,01%, tetapan
kesetimbangan konsentrasi (Kc) 14,86%, tetapan kesetimbangan tekanan parsial
(Kp) 9,46%, Hubungan Kc dan Kp 8,11%, derajat disosiasi 9,46%, arah
pergeseran dengan menggunakan Asas Le Chatelier 30,63%, dan kesetimbangan
kimia dalam industri 24,32%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi
miskonsepsi pada siswa dalam memahami konsep kesetimbangan kimia dengan
hasil diatas.
Kata kunci : Miskonsepsi, Kesetimbangan Kimia, Four-Tier Multiple Choice
Test.
vi
ABSTRACT
Rayhanah Nur Tsabitah, "Identification of Student Misconceptions on the
Concept of Chemical Equilibrium by Using a Four-Tier Multiple Choice Test".
Thesis, Chemistry Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher
Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
Chemical concepts that are abstract, the delivery of material and the use of
textbooks whose contents are not explained in detail can lead to misconceptions
on students. This study aims to explore understanding and identify misconceptions
that occur in class XI MIA SMA IT Thariq Bin Ziyad Bekasi District on the
concept of chemical equilibrium. This research method is descriptive exploratory
using Four-Tier Multiple Choice Test. When the research was carried out on 9
s.d. January 10, 2020. The research sample consisted of 37 students of class XI
MIA taken from four classes using a Disproportionate Stratified Random
Sampling technique. The research data were obtained from students' answers to
the Four-Tier Multiple Choice Test instrument. Data analysis techniques used
include validity test, reliability test, different power test, level of difficulty test and
percentage of misconception data. Based on the identification results indicate that
there is a misconception in class XI MIA SMA IT Thariq Bin Ziyad Bekasi
District. The percentage of students who experienced misconceptions was 11.7%
of the total sample. Various misconceptions experienced by students on the
concept of chemical equilibrium include: dynamic equilibrium 18.92%,
homogeneous and heterogeneous equilibrium 9.01%, equilibrium constant
concentration (Kc) 14.86%, partial pressure equilibrium constant (Kp) 9.46%,
The relationship between Kc and Kp was 8.11%, the degree of dissociation was
9.46%, the direction of the shift using the Le Chatelier Principle was 30.63%, and
chemical equilibrium in the industry was 24.32%. These results indicate that there
has been a misconception in students in understanding the concept of chemical
equilibrium with the results above.
Keywords: Misconception, Chemical Equilibrium, Four-Tier Multiple Choice
Test.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT, pemelihara
seluruh alam raya, yang atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa penulispanjatkan kepada
Nabi Muhammad SAW, keluarga serta para sahabatnya.
Skripsi ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukanlah tujuan akhir dari belajar
karena belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan
dari berbagai pihak. Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan
kepada kedua orang tua tercinta; Ibunda Karniatun, S.Kom.I dan Ayahanda Drs.
Mustafal Bakri terima kasih yang terbesar untuk kalian, atas bantuan moriil dan
materiil yang tidak dapat ananda balas. Ananda persembahkan semua untuk
Ummi dan Abi. Ananda sungguh mencintai kalian dan ingin membahagiakan
kalian.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dukungan dan uluran
tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, di antaranya kepada :
1. .......................................................................................................... Ibu
Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. .......................................................................................................... Bapa
k Burhanudin Milama, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
3. .......................................................................................................... Bapa
k Tonih Feronika, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus
Dosen Pembimbing I yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk
viii
membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan serta mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini
4. .......................................................................................................... Ibu
Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang juga dengan
sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini
5. .......................................................................................................... Ibu
Dewi Murniati, M.Si dan Ibu Luki Yunita, M.Pd, selaku validator ahli yang
telah memberikan kritik dan saran selama proses validasi instrumen penelitian
6. .......................................................................................................... Ibu
Dra. Hj. Sri Rohimi, selaku Kepala Sekolah SMA Widya Nusantara Bekasi
yang telah mengizinkan penulis melakukan validasi instrumen penelitian di
sekolah yang beliau pimpin
7. .......................................................................................................... Ibu
Sri Widianti, S.Kom, S.Pd.I, selaku Kepala Sekolah SMA IT Thariq Bin
ZiyadKabupaten Bekasi yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian
di sekolah yang beliau pimpin
8. .......................................................................................................... Bapa
k Arief Fadillah, M.Pd, selaku guru kimia SMA IT Thariq Bin ZiyadKabupaten
Bekasi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penelitian
berlangsung
9. ........................................................................................................... Muri
d-murid SMA Widya Nusantara Bekasi khususnya kelas XI IPA, yang telah
membantu penulis dalam melakukan validasi instrumen penelitian
10. ......................................................................................................... Muri
d-murid SMA IT Thariq Bin ZiyadKabupaten Bekasi khususnya kelas XI MIA,
yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian
11. ......................................................................................................... Sege
nap jajaran Dosen Program Studi Pendidikan Kimia yang telah
mendedikasikan ilmunya kepada penulis
ix
12. ......................................................................................................... Muha
mad Ikhwan Fillah, suami tercinta, big thanks for your love, all motivation,
attention, and many others. I love you so much..
13. ......................................................................................................... Muha
mmad Hikaru Zaviyar dan Haruka Hazima Zaveria, anak-anak kesayangan
Mami. Terimakasih telah kooperatif membantu saat mengerjakan skripsi
berlangsung (tidak rewel) dan menjadi sumber energi semangat paling besar
dalam menyelesaikan skripsi dan mempersiapkan berkas sidang. I love you so
much, kids..
14. ......................................................................................................... Mert
ua tercinta, Ayahanda Warta Sasmita, MMPd dan Ibunda Siti Juariyah, S.Pd.I,
terima kasih atas kasih sayang, perhatian dan dukungannya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini
15. ......................................................................................................... Kaka
k dan adik-adik penulis. Kakak Afifah, Rifka, Farhan, Ezi, dan Iyo. terima
kasih atas kasih sayang, perhatian, bantuan dan dukungannya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini
16. ......................................................................................................... Reka
n-rekan KAMMI Daerah Tangerang Selatan, yang telah memberikan banyak
warna, wawasan dan pengalaman baru kepada penulis selama tinggal di daerah
Ciputat
17. ......................................................................................................... Rina
nda Rizkiarti, Rahmatika Tarihah, Ai Fiyani, Ahmad Hamdani, Ias Firdaus
Alam Hudi, Muhammad Basir Nasution dan Mohammad Yusuf Sartono,
selaku Geng TABU. Terimakasih penulis ucapkan atas hari-hari penuh makna,
canda, tawa, warna serta motivasi selama perkuliahan berlangsung hingga detik
ini. Semoga persahabatan kita abadi hingga berkumpul kembali di syurga,
aamiin
18. ......................................................................................................... Alma
rhumah Dini Islami, terimakasih telah banyak membantu dan mau direpotkan
x
penulis dalam menyelesaikan skripsi. Semoga menjadi amal jariyah yang tidak
terputus dan Allah ampuni dosanya serta Allah lapangkan kuburnya, aamiin
19. ......................................................................................................... Kak
Ali Nawawi dan istrinya (Sudiyati), selaku tetangga penulis, terimakasih
karena sudah mau dititipkan Hikaru selama penulis sedang mencari buku di
perpustakaan bersama suami
20. ......................................................................................................... Reka
n-rekan Program Studi Pendidikan Kimia Angkatan 2013 yang telah banyak
memberikan dukungan, saran, masukan, dan pendapatnya kepada penulis.
Semangat berjuang dalam menggapai impian, semoga tali silaturahim kita tetap
terjalin dengan baik
21. ......................................................................................................... Semu
a pihak yang telah banyak membantu penulis dan tidak sempat penulis
sebutkan.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kebaikan bagi banyak pihak demi
kemaslahatan bersama serta bernilai ibadah di hadapan Allah SWT. Aamiin.
Jakarta,Juni 2020
Penulis
xi
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ..................... iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ..................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. ............................................................................................Latar
Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. ............................................................................................Identifikasi
Masalah ....................................................................................... 4
C. ............................................................................................Pembatasa
n Masalah .................................................................................... 5
D. ............................................................................................Rumusan
Masalah ....................................................................................... 5
E. ............................................................................................Tujuan
Penelitian ..................................................................................... 5
F..............................................................................................Manfaat
Penelitian ..................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI
xii
A. ............................................................................................Deskripsi
Teoritis ........................................................................................ 7
1. .......................................................................................Hakikat
Miskonsepsi .......................................................................... 7
a. ................................................................................Pengertian
Miskonsepsi .................................................................. 7
b. ................................................................................Ciri-ciri
Miskonsepsi .................................................................. 8
c. ................................................................................Penyebab
Miskonsepsi .................................................................. 8
d. ................................................................................Teknik
Mendeteksi Miskonsepsi ............................................... 9
e. ................................................................................Cara
Mengatasi Miskonsepsi ................................................. 11
f. .................................................................................Miskonsep
si dalam Kimia .............................................................. 13
2. .......................................................................................Instrumen
Tes Four-Tier Multiple-Choice (4TMC) ............................. 13
a. ................................................................................Penyusuna
n Instrumen Tes Four Tier Multiple Choice
(4TMC) ......................................................................... 14
b. ................................................................................Kelebihan
dan Kekurangan Tes Four Tier Multiple
Choice (4TMC) ............................................................. 16
3. .......................................................................................Konsep
Kesetimbangan Kimia .......................................................... 16
a. ................................................................................Konsep
Kesetimbangan .............................................................. 16
b. ................................................................................Konstanta
Kesetimbangan .............................................................. 16
xiii
c. ................................................................................Jenis-jenis
Kesetimbangan .............................................................. 18
d. ................................................................................Mempredik
si Arah Reaksi ............................................................... 20
e. ................................................................................Faktor
yang Mempengaruhi Kesetimbangan ............................ 20
f. .................................................................................Derajat
Disosiasi ........................................................................ 25
B. ............................................................................................Hasil
Penelitian yang Relevan .............................................................. 25
C. ............................................................................................Kerangka
Berpikir ....................................................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. ............................................................................................Tempat
dan Waktu Penelitian .................................................................. 32
B. ............................................................................................Metode
Penelitian ..................................................................................... 32
C. ............................................................................................Alur
Penelitian ..................................................................................... 33
D. ............................................................................................Populasi
dan Sampel .................................................................................. 34
E. ............................................................................................Instrumen
Penelitian ..................................................................................... 35
F..............................................................................................Teknik
Pengumpulan Data ...................................................................... 38
G. ............................................................................................Teknik
Analisis Data ............................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
xiv
A. ............................................................................................Hasil
Penelitian ..................................................................................... 46
B. ............................................................................................Pembahasa
n ................................................................................................... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. ............................................................................................Kesimpula
n ................................................................................................... 86
B. ............................................................................................Saran
..................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 87
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... 91
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Cara Mengatasi Miskonsepsi ................................................ 12
Tabel 2.2 Tingkat Kepercayaan Diri ..................................................... 16
Tabel 3.1 Skala dan Kriteria Confidence Rating (CR) .......................... 36
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Four-Tier Test ....................................... 37
Tabel 3.3 Kriteria Indeks Kesukaran .................................................... 40
Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda ......................................................... 41
Tabel 3.5 Kriteria Miskonsepsi ............................................................. 42
Tabel 3.6 Miskonsepsi Berdasarkan Level Confidence Rating ............ 42
Tabel 3.7 Kriteria Pengelompokan Tingkat Pemahaman Siswa ........... 43
Tabel 4.1 Persentase Tiap Kategori Tingkat Pemahaman Siswa pada
Konsep Kesetimbangan Kimia ............................................. 48
Tabel 4.2 Persentase Miskonsepsi Signifikan beserta Skor Rata-rata
Confidence Rating (CR) ....................................................... 49
Tabel 4.3 Rata-rata Persentase Miskonsepsi Siswa Berdasarkan Indikator
Konsep Kesetimbangan Kimia ............................................. 50
Tabel 4.4 Rata-rata Miskonsepsi Siswa Berdasarkan Kelompok Prestasi
Belajar Siswa di Sekolah ...................................................... 51
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengembangan Instrumen Two Tier Test .......................... 14
Gambar 2.2 Pengembangan Instrumen Four Tier Test ......................... 15
Gambar 2.3 Grafik Reaksi Kesetimbangan ........................................... 17
Gambar 2.4 Bagan Kerangka Berpikir .................................................. 31
Gambar 3.1 Alur Penelitian................................................................... 34
Gambar 4.1 Grafik Persentase Tiap Kategori Secara Keseluruhan Butir
Soal .................................................................................... 47
Gambar 4.2 Butir Soal Nomor 1 ........................................................... 54
Gambar 4.3 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 1 ..... 54
Gambar 4.4 Butir Soal Nomor 2 ........................................................... 56
Gambar 4.5 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 2 ..... 57
Gambar 4.6 Butir Soal Nomor 3 ........................................................... 57
Gambar 4.7 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 3 ..... 58
Gambar 4.8 Butir Soal Nomor 4 ........................................................... 58
Gambar 4.9 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 4 ..... 59
Gambar 4.10 Butir Soal Nomor 5 ........................................................... 60
Gambar 4.11 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 5 ..... 60
Gambar 4.12 Butir Soal Nomor 6 ........................................................... 62
Gambar 4.13 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 6 ..... 62
xvii
Gambar 4.14 Butir Soal Nomor 7 ........................................................... 63
Gambar 4.15 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 7 ..... 63
Gambar 4.16 Butir Soal Nomor 8 ........................................................... 64
Gambar 4.17 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 8 ..... 64
Gambar 4.18 Butir SoalNomor 9 ............................................................ 66
Gambar 4.19 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 9 ..... 66
Gambar 4.20 Butir SoalNomor 10 .......................................................... 67
Gambar 4.21 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 10 ... 67
Gambar 4.22 Butir SoalNomor 11 .......................................................... 68
Gambar 4.23 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 11 ... 69
Gambar 4.24 Butir SoalNomor 12 .......................................................... 70
Gambar 4.25 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 12 ... 70
Gambar 4.26 Butir SoalNomor 13 .......................................................... 71
Gambar 4.27 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 13 ... 71
Gambar 4.28 Butir SoalNomor 14 .......................................................... 73
Gambar 4.29 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 14 ... 73
Gambar 4.30 Butir SoalNomor 15 .......................................................... 74
Gambar 4.31 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 15 ... 74
Gambar 4.32 Butir SoalNomor 16 .......................................................... 76
Gambar 4.33 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 16 ... 77
Gambar 4.34 Butir SoalNomor 17 .......................................................... 78
xviii
Gambar 4.35 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 17 ... 78
Gambar 4.36 Butir SoalNomor 18 .......................................................... 80
Gambar 4.37 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 18 ... 80
Gambar 4.38 Butir SoalNomor 19 .......................................................... 81
Gambar 4.39 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 19 ... 82
Gambar 4.40 Butir SoalNomor 20 .......................................................... 83
Gambar 4.41 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 20 ... 84
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Telaah Literatur ................................................................ 91
Lampiran 2. Hasil Studi Pendahuluan (Wawancara) ............................ 94
Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen DiagnostikTwo-Tier .......................... 95
Lampiran 4. Pengelompokan Miskonsepsi Berdasarkan Hubungan
Konsep Esensial dalam Materi Kesetimbangan Kimia ... 116
Lampiran 5. Analisis Butir Soal Tier 1 ................................................. 118
Lampiran 6. Analisis Butir Soal Tier 3 ................................................. 119
Lampiran 7. Rekapitulasi Signifikansi Kedua Tier ............................... 120
Lampiran 8. Instrumen Soal Kesetimbangan Kimia 4TMC ................. 122
Lampiran 9. Lembar Jawaban Kesetimbangan Kimia 4TMC .............. 134
Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Jawaban Siswa pada Instrumen 4TMC 137
Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Jawaban Siswa Berdasarkan
Pengelompokan Kategori ................................................ 140
Lampiran 12. Rekapitulasi Kesalahan pada Tier 1 ................................. 141
Lampiran 13. Rekapitulasi Kesalahan pada Tier3 .................................. 143
Lampiran 14. Rekapitulasi Confidence Rating Tiap Butir Soal .............. 145
Lampiran 15. Pengelompokan Siswa ke Dalam Kategori Paham Konsep,
Miskonsepsi, Kurang Paham Konsep dan Kesalahan ..... 152
Lampiran 16. Rekapitulasi Siswa yang Mengalami Miskonsepsi pada
xx
Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah .......................... 156
Lampiran 17. Perhitungan Batas Kelas dan Teknik Sampling ............... 158
Lampiran 18. Surat Permohonan Izin Penelitian .................................... 161
Lampiran 19. Surat Keterangan Penelitian ............................................. 163
Lampiran 20. Lembar Pernyataan Validasi Judgement .......................... 165
Lampiran 21. Lembar Pernyataan Referensi ........................................... 167
Lampiran 22. Lembar Uji Referensi ....................................................... 168
xxi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya.
Dibandingkan dengan bidang yang lain, kimia terkesan lebih sulit, kimia jauh
lebih luas daripada sekadar angka-angka, rumus, dan teori yang abstrak(.
Kimia adalah ilmu yang logis yang dipenuhi dengan gagasan dan berbagai
aplikasi yang menarik (Chang, 2004, hlm. 4). Sains merupakan bagian dari
kehidupan kita dan kehidupan kita merupakan bagian dari pembelajaran
sains. Kimia sebagai bagian yang terintegrasi dengan pembelajaran sains
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami
konsep-konsep kimia secara sistematis melalui pengalaman belajar lebih
mendalam. Kimia merupakan mata pelajaran yang sulit bagi kebanyakan
siswa, guru harus berusaha lebih keras untuk memotivasi siswa mempelajari
konsep-konsep kimia (Suyanti, 2010, hlm. 175).
Konsep-konsep dalam ilmu kimia yang bersifat abstrak sangat sulit dipahami.
Dalam pelajaran kimia di ruang kelas, seorang guru menjelaskan sebuah
proses kimiawi. Para siswa diharapkan menyimak dan barangkali
mengajukan pertanyaan untuk memastikan bahwa mereka memahami dengan
tepat penjelasan yang diberikan guru. Pada saat yang sama, mereka
diharapkan untuk memasukkan atau mempelajari apa yang guru ajarkan,
yakni secara psikologis mengaitkan apa yang sedang diajarkan dengan apa
yang sudah mereka pelajari. Tetapi terkadang, atau bagi sebagian siswa,
proses belajar tidak berlangsung seperti yang dikehendak, dan kekeliruan atau
pembelokan bisa terjadi dengan berbagai cara (Illeris, 2011, hlm. 14). Dengan
begitu, siswa mengalami sulit belajar karena pemahaman konsep yang
didapatkan siswa tidak sesuai.
Konsepsi yang tidak cocok dengan konsepsi para ilmuwan disebut
dengan miskonsepsi. Konsepsi tersebut pada umumnya dibangun berdasarkan
2
akal sehat (common sense) atau dibangun secara intuitif dalam upaya
memberi makna terhadap dunia pengalaman mereka sehari-hari dan hanya
merupakan eksplanasi pragmatis terhadap dunia realita (Suwarto, 2013, hlm.
76-77).
Menurut Suparno (2013, hlm 59-64), miskonsepsi dapat terjadi karena
kesalahan dari siswa itu sendiri. Beberapa diantaranya yaitu 1) Miskonsepsi
karena prakonsepsi yang tidak tepat, 2) Pemikiran asosiatif siswa, 3)
Pemikiran humanistic, 4) Alasan yang tidak lengkap atau salah generalisasi,
5) Pemikiran intuitif, 6) Tahap perkembangan kognitif, 7)Kemampuan siswa
dan 8) Minat Belajar siswa Rendah.
Ballen dan Ospina (2019) menyebutkan bahwa konsep kesetimbangan
kimia merupakan salah satu konsep kimia yang rumit untuk di pelajari. Hal
ini dikarenakan pengajaran di kelas yang salah dan pendekatan didaktik yang
kurang tepat. Guru yang tidak menguasai konsep dan bahan ajar dengan benar
cenderung menjelaskan secara cepat yang akhirnya menyebabkan siswa tidak
menangkap dengan baik atau keliru. Guru menjelaskan secara keliru
meskipun konsep yang diajarkan dikuasainya. Terkadang guru menjelaskan
dengan model asosiasi dengan maksud siswa menangkap dengan baik, namun
justru akhirnya menimbulkan miskonsepsi dari konsep yang dijelaskan
(Suparno, 2013, 65-66).
Beberapa miskonsepsi dapat berasal dari buku yang digunakan siswa.
Untuk itulah sangat penting bahwa buku teks dibuat dengan benar dan secara
konseptual juga benar (Suparno, 2013, hlm 70). Hal ini seperti diungkapkan
dalam temuan yang dilakukan oleh Sugiyarto (2013) dalam jurnalnya tentang
identifikasi miskonsepsi dalam buku ajar kimia didaerah DIY pada konsep
asam-basa, kesetimbangan kimia dan redoks. Dalam temuannya tersebut
disimpulkan bahwa ada kecenderungan penulis buku hanya menggunakan
referensi buku kimia umum tanpa adanya pendalaman buku teks yang lebih
advanced sehingga beberapa bahasan cenderung salah dan dapat
menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada siswa dikemudian hari.
3
Sebelum mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa, perlu dilakukan
penilaian miskonsepsi yang terjadi tersebut. Untuk mengetahui miskonsepsi
yang terjadi itu, perlu dilakukan tes yang disebut dengan tes diagnostik. Tes
diagnostik merupakan tes yang dirancang khusus untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan konsep atau miskonsepsi yang berada dalam diri
siswa. Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang
dihadapi siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes diagnostik
sangat penting dalam rangka membantu siswa yang mengalami kesulitan
belajar dan dapat diatasi dengan segera apabila guru atau pembimbing peka
terhadap siswa tersebut. Hasil tes diagnostik memberikan informasi tentang
konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami (Suwarto,
2013 hlm. 95).
Salah satu tes untuk diagnosis miskonsepsi yaitu four tier test. Ismail
(2015, hlm. 381) menjelaskan bahwa four tier test merupakan pengembangan
dari three tier test yang dipadukan dengan Confidence Rating pada alasan
jawaban, sehingga lebih akurat tingkat keyakinan atas jawaban dan alasan
jawaban.
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Farhati
(2015) yang berjudul Identifikasi Miskonsepi Siswa Pada Konsep
Kesetimbangan Kimia dengan Menggunakan Instrumen Three-Tier diperoleh
bahwa persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
kesetimbangan kimia sebanyak 21,5% dari jumlah peserta yang diteliti
sebanyak 40 siswa. Ragam miskonsepsi yang dialami siswa pada konsep
kesetimbangan kimia: kesetimbangan dinamis, kesetimbangan homogen dan
heterogen, tetapan kesetimbangan, pengaruh konsentrasi pada pergeseran
kesetimbangan, pengaruh tekanan dan volume pada pergeseran
kesetimbangan, pengaruh suhu pada pergeseran kesetimbangan, analisis
kondisi yang tepat dengan mempertimbangkan faktor-faktor kesetimbangan,
Kc dan Kp, derajat disosiasi, dan kesetimbangan kimia dalam
4
industri.Banyaknya keberagaman konsep yang cukup kompleks tersebut
masih sering ditemukannya siswa yang mengalami miskonsepsi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Islami (2018) dalam jurnalnya
yang berjudul Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Ikatan Kimia
Menggunakan Tes Four Tier Multiple Choice (4TMC) di SMA Negeri 1
Karawang menunjukkan bahwa terjadi miskonsepsi sebesar 30,31%, dan
miskonsepsi signifikan yang teridentifikasi pada 8 dari 13subkonsep Ikatan
Kimia yang diteliti yaitu subkonsep Struktur Lewis dan Kaidah Duplet, Oktet,
dan Pengecualiannya (33,33%), Ikatan Logam dan Sifat Logam (20,83%),
Senyawa Ionik dan Senyawa Kovalen (27,08%), Teori VSEPR (20,83%),
Teori Domain Elektron (18,75%), Kepolaran Molekul (27,08%), Gaya van
der Waals (14,58%), dan Ikatan Hidrogen (29,17%). Hasil tersebut bisa
menjadi acuan untuk penanganan miskonsepsi yang terjadi pada siswa, lebih
lanjut peneliti menjelaskan perlu adanya penanganan miskonsepsi tersebut
serta perlu dilakukannya suatu penelitian di berbagai tingkatan kelas maupun
universitas agar lebih mengetahui sejauh mana salah konsep yang terjadi pada
Konsep Ikatan Kimia.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan
judul “Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Kesetimbangan
Kimia dengan Menggunakan Four-Tier Multiple Choice Test”. Penelitian
ini bertujuan untuk menggali pemahaman dan mengidentifikasi miskonsepsi
yang terjadi pada siswa kelas XI SMA yang telah menerima materi
kesetimbangan kimia.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas kita dapat mengidentifikasi masalah-
masalah berikut :
1. Kimia merupakan mata pelajaran yang abstrak dan sulit bagi
kebanyakan siswa
5
2. Pemahaman konsep yang didapatkan siswa tidak sesuai dengan teori
para ahli
3. Miskonsepsi dapat terjadi karena kesalahan dari siswa, guru dan bahan
ajar
4. Untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa, perlu
dilakukannya tes diagnostik four-tier
5. Konsep kesetimbangan kimia yang cukup kompleks masih sering
membuat siswa mengalami miskonsepsi
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, peneliti membatasi
permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Identifikasi miskonsepsi siswa hanya pada konsep
kesetimbangankimia.
2. Pengukuran miskonsepsi menggunakan instrumen Four
TierMultiple Choice Test.
3. Miskonsepsi dideskripsikan dalam bentuk persentase atau
proporsi siswa yang mengalamimiskonsepsimenggunakan instrumen
Four TierMultiple Choice Test.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas
maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Berapa persentase miskonsepsi siswa yang terjadi pada konsep
kesetimbangan kimia secara keseluruhan?
2. Berapa persentase miskonsepsi siswa yang terjadi pada tiap-tiap subkonsep
kesetimbangan kimia?
6
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menggali pemahaman dan mengidentifikasi
miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas XI MIA SMA IT Thariq Bin Ziyad
Kabupaten Bekasi pada konsep kesetimbangan kimia.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini antara lain :
1. Bagi Siswa
Siswa lebih memahami konsep materi kimia dengan pemahaman yang
baik sesuai konsepnya.
2. Bagi Guru
Sebagai referensi atau rujukan dalam pembelajaran yang lebih
mengedepankan keterlibatan proses dan keaktifan siswa
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber data untuk
melakukan penelitan mengenai miskonsepsi dalam kesetimbangan kimia
lebih lanjut
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Hakikat Miskonsepsi
a. Pengertian Miskonsepsi
Menurut Suparno (2013, hlm. 4), “Miskonsepsi atau salah konsep
merujuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah
atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu”. Menurut
Aufschnaiter (2010) mengemukakan bahwa “miskonsepsi terjadi sebagai
hasil dari pengalaman siswa yang berulang-ulang atas fenomena
kehidupan sehari-hari”. Miskonsepsi juga dapat diartikan sebagai
kesalahan dalam menghubungkan antara konsep-konsep ilmiah atau
gagasan intutif (Suparno, 2013, hlm. 4).
Ormrod (2008, hlm. 338) menyatakan miskonsepsi adalah
kepercayaan yang berbeda dengan penjelasan yang diterima umum oleh
para ahli ilmiah dan terbukti tidak benar tentang suatu fenomena atau
peristiwa. Sedangkan pengertian miskonsepsi menurut Suwarto (2013, hlm
76-77) adalah “konsepsi siswa yang tidak cocok dengan konsepsi ilmuan.
Konsepsi pada umumnya dibangun berdasarkan akal sehat atau secara
intuitif untuk memaknai pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-
hari”. Miskonsepsi merupakan salah satu tingkatan pemahaman konsep
yang menunjukkan belum terpenuhinya penguasaan seluruh komponen
kosep. Miskonsepsi merupakan suatu konsep yang tidak sesuai dengan
konsep yang diakui oleh para ahli. Beberapa peneliti lebih suka
menggunakan istilah konsep alternatif, karena dengan istilah itu
menunjukkan keaktifan dan peran siswa mengonstruksi pengetahuan
mereka. Miskonsepsi terjadi di semua jenjang pendidikan, dari sekolah
dasar sampai dengan perguruan tinggi, bahkan juga terjadi pada guru dan
8
dosen (Suparno, 2013, hlm. 8). Berdasarkan beberapa definisi miskonsepsi
dapat ditarik kesimpulan bahwa miskonsepsi adalah kesalahan atau
kekeliruan dalam memahami suatu konsep yang tidak sejalan dengan para
ilmuan. Miskonsepsi juga dapat diartikan sebagai suatu pemahaman yang
salah dalam menginterpretasikan suatu variabel-variabel yang saling
berhubungan, dimana pemahaman atau pengetahuan tersebut tidak sesuai
dengan pengetahuan yang dikemukakan oleh para ilmuan. Oleh karena itu,
identifikasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat dilakukan melalui
analisis komponen konsep yang belum dikuasai oleh siswa.
b. Ciri-ciri Miskonsepsi
Berdasarkan hasil penemuan para peneliti mengenai miskonsepsi
yangkemudian disusun oleh Berg (2006, hlm. 17) miskonsepsi memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1) Sangat tahan akan perubahan, sulit sekali untuk diubah
2) Sering kali siswa salah konsep terus menerus mengganggu walaupun
untuk soal-soal sederhana
3) Sering kali terjadi regresi, yaitu siswa yang sudah pernah mengatasi
miskonsepsi, beberapa bulan kemudian salah lagi
4) Miskonsepsi tidak dapat dihilangkan dengan merode ceramah
5) Siswa, mahasiswa, guru, dosen, maupun peneliti dapat mengalami
miskonsepsi
6) Siswa yang pandai dan lemah, kedua-duanya dapat mengalami
miskonsepsi
c. Penyebab Miskonsepsi
Pada konteks pembelajaran, informasi baru dapat diartikan sebagai
konsep yang baru diterima siswa atau ketika mengiktui kegiatan
prosesbelajar-mengajar dikelas. Konsep baru ini bertindak sebagai
stimulus, sehingga perlu direspon dengan cara melakukan interaksi dengan
9
konsep yang tersimpan pada memori jangka panjang (Suwarto, 2013, hlm.
77).
Nurul Fitriyah dan Sukarmin (2013) mengatakan bahwa ketika suatu
siswa mengalami kesulitan dalam pemahaman materi, seringkali terjadi
penafsiran pribadi sehingga menyimpang dari konsep dasar yang telah
disepakati ahli.
Mentari dkk (2014) mengatakan bahwa jika terjadi miskonsepsi maka
dampaknya adalah kesalahan pemahaman suatu materi. Seperti diketahui
bahwa konsep-konsep pada pelajaran kimia saling berkaitan dan membentuk
hierarki konsep, jika terjadi miskonsepsi pada suatu materi maka pemahaman
pada konsep selanjutnya akan salah.
Dengan demikian, jika terjadi miskonsepsi materi kesetimbangan kimia,
maka kemungkinan akan muncul miskonsepsi baru pada materi yang berkaitan
dengan kesetimbangan kimia.
d. Teknik Mendeteksi Miskonsepsi.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui miskonsepsi yang
dialami oleh siswa yaitu : peta konsep, tes uraian tertulis, wawancara, dan
diskusi dalam kelas Suwarto (2013, hlm. 78-82)
1. Peta konsep
Salah satu cara yang dapat diguanakan untuk mengetahui miskonsepsi
yang dialami siswa adalah dengan menggunakan peta konsep.
Peta konsep merupakan suatu alat skematis untuk mempresentasikan
suatu rangkaian konsep yang digambarkan dalam suatu kerangka
proposisi. Peta konsep disusun hierarki, konsep yang esensial akan berada
pada bagian atas peta. Miskonsepsi dapat diidentifikasi dengan melihat
hubungan antara dua konsep apakah benar atau tidak. Biasanya
miskonsepsi dapat dilihat dalam proposisi yang salah dan tidak adanya
hubungan yang lengkap antara konsep (Suwarto, 2013, hlm. 78-80).
10
2. Tes uraian tertulis
Tes uraian adalah tes yang terdiri dari butir-butir tes dimana masing-
masing butir tes berupa suatu pertanyaan atau suatu suruhan yang
menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang.
Guru dapat mempersiapkan suatu tes uraian yang memuat beberapa
konsep yang memang mau diajarkan atau yang sudah diajarkan. Dari tes
tersebut dapat diketahui pada bidang apa siswa mengalami miskonsepsi
(Suwarto, 2013, hlm. 81).
3. Wawancara.
Menurut (Suwarto, 2013, hlm. 82) dalam bukunya mengatakan bahwa klinis
dilakukan untuk melihat miskonsepsi pada siswa. Guru memilih beberapa
konsep yang diperkirakan sulit dimengerti siswa, atau beberapa konsep yang
esensial dari bahan yang mau diajarkan. Kemudian, siswa diajak untuk
mengekspresikan gagasan mereka mengenai konsep-konsep di atas. Dari
sini dapat dimengerti latar belakang munculnya miskonsepsi yang ada dan
sekaligus ditanyakan dari mana mereka memperoleh miskonsepsi tersebut.
4. Diskusi dalam kelas
Guru atau peneliti dapat mengerti konsep-konsep alternatif yang
dipunyai siswa dengan cara diskusi dalam kelas. Siswa diminta untuk
mengungkapkan gagasan mereka tentang materi yang sedang diajarkan
dan guru memberikan perhatian ke siswa. Miskonsepsi sangatlah resisten
dalam pembelajaran bila tidak diperhatikan dengan seksama oleh guru”
(Suwarto, 2013, hlm. 82).
Selain empat cara diatas, Suparno (2013, hlm. 123 & 128)
menambahkan ada dua cara lagi yang dapat digunakan untuk mendeteksi
miskonsepsi yaitu:
1) Tes Multiple Choice
Tes pilihan ganda mengharuskan siswa menjawab dan memilih
alasan mengapa memilih jawaban tersebut.
11
2) Praktikum dengan tanya jawab
Praktikum yang disertai tanya jawab juga dapat digunakan untuk
mendeteksi apakah siswa mempunyai miskonsepsi tentang konsep pada
praktikum itu atau tidak. Selama praktikum, guru bertanya bagaimana
siswa menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut.
e. Cara Mengatasi Miskonsepsi
Cara mengatasi miskonsepsi menurut Suparno (2013, hlm. 81-
82), yaitu:
12
Tabel 2.1 Cara Mengatasi Miskonsepsi SebabUtam
a Sebab Khusus Kiat Mengatasi
Siswa Prakonsepsi
Pemikiran asosiatif
Pemikiran humanistik
Reasoning yang tidak
lengkap/salah
Intuisi yang salah
Tahap perkembangan
kognitif siswa
Kemampuan siswa
Minat belajar siswa
Dihadapkan pada kenyataan
Dihadapkan pada kenyataan
dan peristiwa anomali
Dihadapkan pada kenyataan
dan anomali
Dilengkapi; Dihadapkan pada
kenyataan
Dihadapkan pada kenyataan
anomali; rasionalitas
Diajar sesuai level
perkembangan; mulai dengan yang
konkret, baru kemudian yang abstrak
Dibantu pelan-pelan, proses
Motivasi, kegunaan kimia,
variasi pembelajaran
Guru/pengaj
ar Tidak menguasai bahan,
tidak kompeten
Bukan lulusan dari bidang
ilmu tertentu
Tidak membiarkan siswa
mengungkapkan gagasan/ide
Relasi guru-siswa tidak
baik
Belajar lagi, lulusan bidang
kimia
Memberi waktu siswa untuk
mengungkapkan gagasan secara lisan atau
tertulis
Relasi yang enak, akrab,
humor
Buku Teks Penjelasan keliru
Salah tulis, terutama
dalam rumus
Tingkat kesulitan
penulisan buku terlalu tinggi bagi
siswa
Siswa tidak tahu
membaca buku teks
Buku fiksi sains kadang-
kadang konsepnya menyimpang
demi menarik pembaca
Kartun sering memuat
miskonsepsi
Dikoreksi dan dibenarkan
Dikoreksi secara teliti
Disesuaikan dengan level
siswa
Dilatih oleh guru cara
menggunakan teks
Dibenarkan
Dikoreksi
Konteks Pengalaman siswa
Bahasa sehari-hari
berbeda
Teman diskusi yang salah
Keyakinan dan agama
Penjelasan orang
tua/orang lain yang keliru
Konteks hidup siswa (TV,
radio, film yang keliru)
Perasaan senang/tidak
senang; bebas atau tertekan
Dihadapkan pada pengalaman
baru sesuai konsep kimia
Dijelaskan perbedannya
dengan contoh
Mengungkapkan hasil dan
dikritisi guru
Dijelaskan perbedaannya
Cara
Mengajar Hanya berisi ceramah dan
menulis
Langsumg ke dalam
Variasi, dirangsang dengan
pertanyaan
Mulai dengan gejala nyata baru
13
bentuk matematika
Tidak mengungkapkan
miskonsepsi siswa
Tidak mengoreksi PR
yang salah
Model analogi
Model praktikum
Model diskusi
Model demonstrasi yang
sempit
Non-multiple
intelligences
rumus
Guru memberi kesempatan
siswa mengungkapkan gagasan
Dikoreksi cepat dan
ditunjukkan salahnya
Ditunjukkan kemungkinan
salah konsep
Diungkapkan hasilnya dan
dikomentari
Diungkapkan hasilnya dan
dikomentari
Multiple intelegences
f. Miskonsepsi dalam Kimia
Ali (2012,hlm.4) menyebutkan bahwa "Penelitian Miskonsepsi"
telah banyak menghasilkan pengetahuan tentang kesalahpahaman atau
kerangka kerja alternatif yang menghambat siswa di pembelajaran konsep
kimia.Miskonsepsi juga dapat terjadi dalam semua bidang, terutama
bidang sains seperti biologi, kimia, fisika, dan astronomi.
2. Instrumen Tes Four-Tier Multiple-Choice (4TMC)
Tes four-tier multiple-choice (4TMC) merupakan kembangan dari
two-tier multiple-choice (2TMC) yang dimodifikasi berdasarkan yang
dilakukan Treagust (1986, 1988) dengan tingkatan tambahan yang
memungkinkan siswa untuk menentukan tingkat kepercayaan diri secara
terpisah untuk mereka pada tier jawaban dan tier alasan. Penggunaan 4TMC
digunakan untuk menentukan sifat dan kekuatan miskonsepsi siswa pada
konsep yang diamati dan bagaimana tingkat kepercayaan diri siswa pada
masing-masing tier jawaban dan tier alasan (Caleon & Subramaniam, 2010,
hal. 315).
Desain dan kualitas soal merupakan komponen utama untuk tes
diagnostik ini, karena pola jawaban soal ini dapat dikategorikan antara tidak
paham konsep, kurang paham konsep, miskonsepsi, dan tidak paham konsep
(Susilaningsih dan Harjito, 2016). Pada penelitian ini, desain yang
digunakan adalah 4MTC yang disusun secara terstruktur dengan 4 tahapan
sebagai berikut : Pada tahap pertama atau first tier merupakan soal pilihan
14
ganda biasa untuk mengetahui pengetahuan siswa terhadap konsep yang
diujikan. Pada tahap kedua atau two tier merupakan soal yang menanyakan
seberapa yakin siswa pada pilihannya di tier pertama dengan pilihan
menggunakan skala kepercayaan diri atau confidence rating (CR). Pada
tahap ketiga atau third tier merupakan soal pilihan ganda yang berisi alasan
siswa untuk menilai pemahaman siswa pada tier pertama. Sedangkan pada
tahap keempat atau fourth tier merupakan pilihan ganda dengan confidence
rating seperti pada tahap kedua.
a. Penyusunan Instrumen Tes Four Tier Multiple Choice (4TMC)
Penyusunan instrumen tes four tier multiple choice mengacu pada apa
yang dilakukan Treagust dalam penyusunan instrumen two tiernya. Adapun
langkah penyusunan tes two tier yang dilakukan treagust (2006) adalah
sebagai berikut : 1) Tahap pertama yaitu pemilihan konsep yang akan
dilakukan tes. 2) Tahap kedua yaitu menggali informasi mengenai
miskonsepsi yang terjadi pada siswa, hal ini bisa didapatkan melalui
literatur ataupun bisa dilakukan dengan melakukan serangkaian wawancara
siswa terhadap siswa yang sebelumnya telah diajarkan konsep tersebut. 3)
Tahap ketiga yaitu pengembangan tes diagnostik two tier multiple choice.
Tahap pengembangan two tier test dapat dilihat pada gambar 2.1
Tahap 1
Menentukan isi
materi
Tahap 2
Menentukan
informasi
miskonsepsi
siswa
Tahap 3
Mengembang
kan two tier
Perbaikan
draft
instrumen
Membuat
kisi-kisi
instrumen
Mengidentifikasi konsep
Telaah literatur
Mengumpulkan jawaban dan
penjelasan dari siswa
Melakukan wawancara pada siswa
Mengembangkan draft one tier test
Mengembangkan draft two tier test
Instrumen Two tier test
15
Gambar 2.1 Pengembangan Instrumen Two Tier Test
Setelah melakukan pengembangan instrumen two tier test, penulis menambahkan
skala keyakinan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa pada tes yang di
ujikan pada tier 2 dan 4. Tahapan pengembangan four tier test dapat dilihat pada
gambar 2.2 dibawah ini.
Tahap 1
Menentukan
isi materi
Tahap 2
Menentukan
informasi
miskonsepsi
siswa
Tahap 3
Mengembang
kan two tier
Membuat
kisi-kisi
instrumen
Mengidentifikasi konsep
Telaah melalui jurnal baik nasional
maupun internasional mengenai
miskonsepsi pada kesetimbangan
kimia
Validasi Isi oleh tim ahli atau guru Tahap 4
Mengembang
kan four tier
test
Menambahkan
Tingkat
Keyakinan pada
two tier test
Uji coba instrumen four tier test pada
siswa
Instrumen Four Tier test
Perbaikan
draft
instrumen
Mengembangkan draft one tier test
Mengembangkan draft two tier test
Instrumen Two tier test
16
Gambar 2.2 Pengembangan Instrumen Four Tier Test
Sedangkan, untuk tingkat kepercayaan siswa atau Confidence Rating (CR)
mengacu pada Caleon dan Subramaniam. Berikut adalah pengembangan
tierdengan penambahan tingkat kepercayaan diri berdasarkan Caleon &
Subramaniam (2010).
Tabel 2.2 Tingkat Kepercayaan Diri
Skala Tingkat Kepercayaan Diri Kriteria
1 Hanya Menebak
2 Sangat Tidak Yakin
3 Tidak Yakin
4 Yakin
5 Yakin Sekali
6 Sangat Tidak Yakin Sekali
b. Kelebihan dan Kekurangan Tes Four Tier Multiple Choice (4TMC)
Meskipun penggunaan 4TMC tampaknya memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan beberapa instrumen lain, tetapi 4TMC masih memiliki
beberapa keterbatasan selain membutuhkan lebih banyak waktu dalam
pengujian, Caleon dan Subramaniam (2010) tidak menganjurkan 4TMC
untuk digunakan dalam tujuan pencapaian dan Sreenivasulu dan
Subramaniam (2013) mengatakan adanya kemungkinan pilihan siswa pada
tier pertama dapat mempengaruhi pilihan mereka pada tier alasan (Gurel,
Eryılmaz, & McDermott, 2015, hal. 998)
3. Konsep Kesetimbangan Kimia
A. Konsep Kesetimbangan
Reaksi kimia merupakan perubahan spontan pereaksi menjadi hasil
reaksi menuju kesetimbangan (Syukri, 1999, hlm. 316). Hanya sedikit
reaksi kimia yang berlangsung satu arah. Kebanyakan reaksi reversible.
17
Bila reaksi maju dan reaksi balik sama besar dan konsentrasi reaktan dan
produk tidak lagi berubah seiring berjalannya waktu, maka tercapailah
kesetimbangan kimia (chemical equilibrium) (Chang, 2005, hlm. 66).
Kesetimbangan kimia merupakan kesetimbangan dinamis, karena dalam
sistem terjadi perubahan zat pereaksi menjasi hasil reaksi, dan
sebaliknya(Syukri, 1999, hlm. 317). Syukri (1999, hlm. 317) menjelaskan,
pada reaksi kesetimbangan ada dua macam reaksi, yaitu arah ke kanan dan
sebaliknya arah ke kiri. Reaksi kesetimbangan kimia dapat ditampilkan dalam
bentuk grafik kesetimbangan. Sebagai contoh reaksi yang terjadi:
A + B ⇌ C + D
Maka grafik kesetimbangan untuk reaksi kesetimbangan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3 Grafik Reaksi Kesetimbangan
Pada mulanya laju reaksi ke kanan maksimum, sedangkan laju reaksi ke
kiri adalah nol. Kemudian laju ke kanan berkurang dan laju ke kiri
bertambah, dan akhinya tercapat kesetimbangan sesuiai grafik
kesetimbangan diatas.
Oxtoby (2001, hlm. 263) menjelaskan bahwa ada empat aspek yang
menjadi dasar keadaan kesetimbangan yaitu :
a. tidak terjadi perubahan makroskopik yang nyata,
b. dicapai melalui proses yang berlangsung spontan,
18
c. keadaan kesetimbangan menunjukkan kesetimbangan dinamik antara
proses maju atau balik,
d. keadaan kesetimbangan adalah sama walaupun arah pendekatannya
berbeda.
B. Konstanta Kesetimbangan
Persamaan yang menghubungkan konsentrasi reaktan dan produk
pada kesetimbangan yang dinyatakan dalam suatu kuantitas disebut
konstanta kesetimbangan. Konstanta kesetimbangan dinyatakan
sebagai hasil bagi. Pembilangnya adalah hasil kali antara konsentrasi-
konsentrasi kesetimbangan produk, masing-masing dipangkatkan
dengan koefisien stoikiometrinya (dalam persamaan setara). Prosedur
yang sama juga berlaku untuk konsentrasi-konsentrasi kesetimbangan
reaktan untuk mendapatkan penyebutnya (Chang, 2005, hlm. 68).
Pada kesetimbangan gas, pereaksi dan hasil reaksi berwujud gas.
Campuran beberapa gas dalam wadah yang sama mempunyai volume,
tekanan dan suhu yang sama, maka jumlah partikel masing-masing
komponen setara dengan jumlah molnya. Karena tekanan parsial
masing-masing komponen gas setara dengan jumlah molnya, maka
dalam kesetimbangan gas dikenal dengan konstanta kesetimbangan
tekanan (Kp) (Syukri, 1999, hlm. 320).
C. Jenis-Jenis Kesetimbangan
Kesetimbangan kimia ada yang homogen dan heterogen,
penjelasannya sebagai berikut :
a. Kesetimbangan Homogen
Kesetimbangan homogen merupakan kesetimbangan yang semua
fasanya yang terlibat berwujud sama (Syukri, 1999, hlm 323). Chang
(2005, hlm. 69) juga berpendapat, istilah kesetimbangan homogen
(homogeneous equilibrium) berlaku untuk reaksi yang semua spesi
19
berekasinya berada pada fasa yang sama. Contoh kesetimbangan fasa
gas homogen adalah penguraian N2O4.
N2O4 (g) ⇌ 2NO2 (g)
Konstanta kesetimbangannya adalah
b. Kesetimbangan Heterogen
Kesetimbangan heterogen merupakan kesetimbangan yang wujud
fasanya berbeda (Syukri, 1999, hlm 323). Chang (2005, hlm. 72-73)
juga berpendapat bahwa reaksi reversible yang melibatkan reaktan dan
produk yang fasanya berbeda menghasilkan kesetimbangan heterogen
(heterogeneous equilibrium). Contohnya ketika kalsium karbonat
dipanaskan dalam wadah tertutup, kesetimbangan berikut akan
tercapai:
CaCO3 (s) ⇌ CaO(s) + CO2(g)
Dua padatan dan satu gas ini membentuk tiga fasa yang terpisah.
Pada kesetimbangan, kita dapat menuliskan konstanta kesetimbangan
sebagai :
Akan tetapi, konsentrasi suatu padatan, seperti halnya kerapatannya,
merupakan sifat intensif dan tidak bergantung pada banyaknya zat
yang ada.Perhatikan bahwa satuan konsentrasi (mol per liter) dapat
diubah menjadi satuan kerapatan (gram per cm3) dan
sebaliknya].Berdasarkan alas an ini, suku [CaCO3] dan [CaO] dengan
20
sendirinya adalah konstanta sehingga dapat digabungkan dengan
konstanta kesetimbangan.Persamaan kesetimbangannya
disederhanakan menjadisebagai berikut :
Dimana Kc adalah konstanta kesetimbangan baru, sekarang dengan
mudah dinyatakan dalam satu konsentrasi, yaitu CO2. Perlu diingat
bahwa nilai Kc tidak bergantung pada banyaknya CaCO3 dan CaO
yang ada, sepanjang ada sedikit dari masing-masing yang berada
dalam kondisi kesetimbangan.
D. Memprediksi Arah Reaksi
Kuantitas yang diperoleh dengan cara mendistribusikan
konsentrasi awal ke persamaan konstanta kesetimbangan disebut hasil
bagi reaksi (reaction quotient) (Qc). Untuk menentukan ke arah mana
reaksi bersihnya berlangsung agar kesetimbangannya tercapai, kita
bandingkan nila Qc dan Kc. Terdapat 3 kemungkinan kasus(Chang,
2005, hlm. 75-76),yaitu :
a. Qc < Kc Perbandingan konsentrasi awal produk terhadap reaktan
terlalu kecil. Untuk mencapai kesetimbangan, reaktan harus
diubah menjadi produk. Untuk mencapai kesetimbangan, sistem
bergeser dari kiri ke kanan (mengkonsumsi reaktan membentuk
produk).
b. Qc = Kc Konsentrasi awal adalah konsentrasi kesetimbangan.
Sistem berada pada kesetimbangan.
c. Qc > Kc Perbandingan konsentrasi awal produk terhadap reaktan
terlalu besar. Untuk mencapai kesetimbangan, produk harus
21
diubah menjadi reaktan dan bergeser dari kanan ke kiri
(mengkonsumsi produk, membentuk reaktan).
E. Faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia mempresentasikan suatu kesetaraan antara
reaksi maju dan reaksi balik. Dalam kebanyakan kasus, kesetaraan ini
sangat rentan.Perubahan kondisi percobaan dapat mengganggu
kesetaraan dan mengeser posisi kesetimbangan sehingga produk yang
diinginkan bisa terbentuk lebih banyak atau kurang. Bila kita katakan
bahwa posisi kesetimbangan bergeser ke kanan, misalnya, yang kita
maksudkan ialah bahwa reaksi bersih sekarang adalah dari kiri ke kanan.
Variabel-variabel percobaan yang dapat diatur adalah konsentrasi,
tekanan, volume, dan suhu. Faktor yang mempengarahi kesetimbangan
kimia antara lain (Chang, 2005, hlm. 79-84) :
a. Asas Le Chatelier
Asas Le chatelier (Le Chatelier’s principle) diambil dari nama kimiawan
Prancis yaitu Henri Le Chatelier, yang menyatakan bahwa :
“Jika suatu tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang
setimbangan, sistem ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk
mengimbangi sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang
kembali.”
Kata tekanan disini berarti perubahan konsentrasi, tekanan, volume, atau
suhu yang menggeser sistem dari keadaan setimbangnya. Kita akan
mengunakan asas Le Chatelier untuk menilai pengaruh dari perubahan
tersebut.
b. Perubahan konsentrasi
Besi(III) tiosianat [Fe(SCN)3] mudah larut dalam air dan menghasilkan
larutan berwarna merah. Warna merah ini disebabkan oleh adanya ion
22
terhidrasi FeSCN2+
yang tidak terurai dan Fe3+
dan SCN- dituliskan
sebagai
FeSCN2+
(aq) ⇌ Fe3+
(aq) + SCN-(aq)
Merah Kuning Pucat
Demikian juga, jika kita tambahkan besi(III) nitrat [Fe(NO3)3] ke
dalam larutan asal, warna merah juga akan bertambah tua karena ion
Fe3+
tambahan dari [Fe(NO3)3] akan menggeser kesetimbangan dari
kanan ke kiri.
Sekarang kita coba tambahkan sedikit asam oksalat (H2C2O4) ke dalam
larutan asal.Asam oksalat terionisasi dalam air membentuk ion oksalat,
C2O42-
, yang terikat dengan ion-ion Fe3+
. Pembentukan ion stabil
berwarna kuning Fe(C2O4)33-
mengambil ion Fe3+
dari larutan. Larutan
merah akan berubah menjadi kuning karena terbentuknya ion
Fe(C2O4)33-.
Percobaan ini menunjukkan bahwa pada kesetimbangan, semua
reaktan dan produk berada dalam sistem reaksi. Kedua, peningkatan
konsentrasi produk (Fe3+
atau SCN-) akan menggeser kesetimbangan ke
kiri, dan penurunan konsentrasi produk Fe3+
akan mengeser
kesetimbangan ke kanan. Hasil- hasil ini sama persis sebagaimana yang
telah diprediksi oleh asas Le Chatelier.
c. Perubahan Tekanan dan Volume
Perubahan tekanan biasanya tidak mempengaruhi konsentrasi spesi yang
bereaksi dalam fasa terkondenasi (katakanlah, dalam larutan berair)
sebab cairan dan padatan pada dasarnya tidak dapat
dimampatkan.Sebaliknya, konsentrasi gas sangat dipengaruhi oleh
perubahan tekanan. Mari kita lihat persamaan :
PV = nRT
23
P =
Jadi, P dan V berbanding terbalik: Semakin besar tekanan, semakin kecil
volume, dan sebaliknya. Perhatikan juga, bahwa suku (n/V) ialah
konsentrasi gas dalam mol per liter, dan konsentrasinya ini berbanding
lurus dengan tekanan.
d. Perubahan Suhu
Perubahan konsentrasi, tekanan, atau volume dapat mengubah posisi
kesetimbangan, tetapi tidak mengubah nilai konstanta
kesetimbangan.Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah konstanta
kesetimbangan.
Pembentukan NO2 dari N2O4 adalah proses endotermik:
N2NO4(g)2NO2(g) ∆H = 58,0 kJ
Dan reaksi baliknya adalah proses eksotermik:
2NO2(g) N2O4(g) ∆H = -58,0 kJ
Pada kesetimbangan, pengaruh kalor adalah nol karena tidak ada reaksi
bersih.Apa yang terjadi jika sistem kesetimbangan
N2NO4(g)2NO2(g)
Karena proses endotermik menyerap kalor dari lingkungan, proses
pemanasan akan menyebabkan terurainya molekul N2O4 menjadi NO2.
Akibatnya, konstanta kesetimbangan, yaitu
24
Kc =
Contoh lain, perhatikan kesetimbangan antara ion-ion berikut:
CoCl42-
+ 6 H2O ⇌Co(H2O)62+
+ 4Cl-
Biru Merah muda
Pembentukan CoCl42-
adalah proses endodermik. Jika dipanaskan,
kesetimbangan bergeser ke kiri dan larutan menjadi biru. Pendinginan
menghasilkan reaksi eksotermik [pembentukan Co(H2O62+
] dan larutan
menjadi merah muda.
Ringakasnya, peningkatan suhu menghasilkan reaksi endodermik dan
penurunan suhu menghasilkan reaksi eksotermik.
e. Pengaruh Katalis
Katalis meningkatkan laju terjadinya reaksi. Untuk reaksi reversible,
katalis mempengaruhi laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik.
Jadi, keberadaan katalis tidak mengubah konstanta kesetimbangan, dan
tidak menggeser posisi sistem kesetimbangan.
Penambahan katalis pada campuran reaksi yang tidak berada pada
kesetimbangan akan mempercepat laju reaksi maju dan raksi balik
sehingga campuran kesetimbangan tercapai lebih cepat. Campuran
kesetimbangan yang sama dapat diperoleh tanpa katalis, tetapi kita
mungkin harus menunggu lebih lama agar kesetimbangan terjadi.
Asas Le Chatelier banyak diterapkan dalam proses industri.
Perhatikan proses Haber dalam sintesis ammonia :
N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g) ∆H = -92,6 kJ
25
Karena reaksi maju mengakibatkan penurunan jumlah mol gas, reaksi ini
dilangsungkan pada tekanan yang sangat tinggi, antara 500 atm dan 1000
atm, untuk memaksimumkan perolehan. Sifat eksotermik dari
pembentukan ammonia menyiratkan bahwa proses sebaiknya dilakukan
pada suhu rendah. Namun, proses ini ternyata dilakukan pada sekitar
500oC, dengan katalis, untuk meningkatkan laju reaksi meskipun
konstanta kesetimbangannya akan lebih kecil pada suhu tinggi. Dalam
praktiknya, reaksi tidak dapat mencapai kesetimbangan karena ammonia
terus-menerus dipindahkan dari campuran reaksi sehingga reaksi bersih
selalu bergeser dari kiri ke kanan.
F. Derajat Disosiasi
Derajat disosiasi dapat terjadi bila pada mulanya sistem
mengandung pereaksi, dan kemudian terurai menjadi hasil reaksi. Dalam
sistem masih terdapat pereaksi karena hanya sebagian saja yang
terdisosiasi (terurai) (Syukri, 1999, hlm. 326).
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan sebagai bahan penguat
penelitian terkait dengan Miskonsepsi pada konsep kesetimbangan kimia dan
instrumenfour-tier sebagai berikut :
1. Abayneh Lemma (2012) dalam jurnalnya yang berjudul “Diagnosing The
Diagnostics: Misconceptions of Twelfth Grade Students on Selected
Chemistry Concepts In Two Preparatory Schools In Eastern
Ethiopia”,menjelaskan bahwa konseptual pengetahuan yang diperoleh
oleh para siswa ini hanya dangkal, disertai dengan berbagai miskonsepsi
sebagian besar dimiliki oleh sekitar 28% dari siswa sampel. Akhirnya,
dari temuan penelitian ini menunjukkan bahwa open-ended item pilihan
ganda dan tes dua tingkat yang kurang valid, dapat diandalkan dan
diskriminatif dibandingkantes three-tier miskonsepsi kimia.
26
2. Alexandra R. Brandriet and Stacey Lowery Bretz (2014) dalam jurnalnya
yang berjudul “Measuring Meta-Ignorance Through The Lens of
Confidence: Examining Students Redox Misconceptions About Oxidation
Numbers, Charge, And Electron Transfer”,temuan menyelaraskan dengan
efek Dunning-Kruger, yaitu di mana siswa menunjukkan rasa kurang
percaya diri tentang kinerja yang mereka yang kurang baik,
Kesalahpahaman yang dimiliki oleh siswa mengenai bilangan oksidasi dan
transfer elektron, dan implikasi dari penelitian ini dibahas.
3. Derya Kaltakci Gurel (2015) dalam jurnalnya yang berjudul “A Review
and Comparison of Diagnostic Instruments to Identify Students’
Misconceptions in Science”, menjelaskan bahwawawancara (53%), tes
terbuka (34%), pilihan ganda tes (32%) dan beberapa tes lapis (13%)
sebagai alat diagnostik yang paling umum digunakan. Namun, masing-
masing alat memiliki beberapa keuntungan serta kerugian atas yang lain
yang harus diingat dalam penggunaan mereka. Seorang pengguna hati-hati
alat diagnostik seperti guru kelas atau peneliti akan menyadari instrumen
diagnostik dan memilih yang paling efektif untuk tujuannya.
4. Wen-Wei Chiang, Mei-Hung Chiu, Shiao-Lan Chung dan Chun-Keng Liu
(2014) dalam jurnalnya yang berjudul “Survey of High School Students’
Understanding of Oxidation-Reduction Reaction”, menjelaskan bahwa
sebagian besar 11 kelas dilakukan sama baiknya dalam pertanyaan terkait
dengan konsep keuntungan dan kerugian elektron selama oksidasi-reduksi.
Di hal bekerja dengan bilangan oksidasi, skor meningkat dengan tingkat
kelas. Hasil dari penelitian ini memberikan referensi berharga untuk
desainer kurikulum dan ilmu instruktur.
5. Friesta Ade Monita dan Bambang Suharto (2016) dalam jurnalnya yang
berjudul “Identifikasi dan Analisis Miskonsepsi Siswa Menggunakan
Three-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument PadaKonsep
Kesetimbangan Kimia” menjelaskan bahwa penyebab miskonsepsi siswa
yang berasal siswa itu sendiri yaitu prakonsepsi, pemikiran asosiatif,
pemahaman konsep abstrak, kemampuan siswa dan reasoning siswa yang
27
salah. Penyebab miskonsepsi siswa yang berasal dari guru yang mengajar
yaitu penggunaan bahasa verbal yang terlalu tinggi dan vokal yang kecil,
guru tidak memberikan penjelasan yang mendalam dan penekanan pada
konsep dan kekeliruan penjelasan guru.
6. Yuyu Yuliati (2017) dalam jurnalnya yang berjudul “Miskonsepsi Siswa
Pada Pembelajaran IPA Serta Remediasinya” menjelaskan bahwa
miskonsepsi merujuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian
ilmiah yang diterima oleh para ahli. Ada begitu banyak hal yang menjadi
faktor penyebab terjadinya miskosepsi yang dialami oleh siswa diantanya
adalah prakonsepsi yang dimiliki oleh siswa itu sendiri, guru, pembelajaran
yang dilakukan oleh guru, atau bahkan bahan ajar yang digunakan.
7. Sintia Ayu Dewi , Endang Susilaningsih dan Triastuti Sulistyaningsih
(2018) dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Pemahaman Konsep
Melalui Tes Diagnostik Model Two-Tier Pada Materi Asam-Basa”
menjelaskan bahwa hasil analisis pemahaman konsep asam-basa peserta
didik menunjukkan 9 dari 35 peserta didik (26,86%) paham konsep secara
utuh, 4 dari 35 peserta didik (8,43%) miskonsepsi, 1 dari 35 peserta didik
(3,71%) menebak, 12 dari 35 peserta didik (34,86%) kurang paham
konsep, dan 9 dari 35 peserta didik (26,14%) tidak paham konsep Asam-
Basa.
8. N. Nurhidayatullah dan Anti Kolonial Prodjosantoso (2018)dalam
jurnalnya yang berjudul “Miskonsepsi Materi Larutan Penyangga”
menjelaskan bahwa terjadi miskonsepi sebesar 47%, memahami konsep
sebesar 37%, dan tidak memahami konsep sebesar 16%. Miskonsepsi
terbanyak terjadi pada indikator konsep perhitungan pH larutan penyangga
pada penambahan sedikit asam atau basa sejumlah 4 soal yaitu dengan
rata-rata 64,08%. Miskonsepsi larutan penyangga terjadi karena guru
kurang menekankan materi konsep, khususnya pada indikator larutan
penyangga pada kehidupan sehari-hari, bahasa buku teks kimia yang
terlalu sulit, dan siswa sendiri yang kurang fokus saat proses
pembelajaran.
28
9. T Satriana, S Yamtinah1, Ashadi1, and N Y Indriyanti (2018) dalam
jurnalnya yang berjudul “Student’s profile of misconception in chemical
equilibrium” menjelaskan bahwa Ada subtopik pada konsep
keseimbangan kimia yang kemungkinan besar menyebabkan
kesalahpahaman yaitu, menafsirkan hasil eksperimen dalam keadaan
setimbang. Kesalahpahaman tidak hanya disebabkan oleh kesalahan siswa,
tetapi juga dapat disebabkan oleh tidak tepat metode pengajaran, inilah
yang sekolah salah pahami. Oleh karena itu guru harus mutakhir untuk
menghentikan metode pengajaran yang tidak tepat.
10. Habiddin dan Elizabeth Mary Page (2019) dalam jurnalnya yang berjudul
“Development and Validation of a Four-Tier Diagnostic Instrument for
Chemical Kinetics (FTDICK)” menjelaskan bahwa pentingnya pendekatan
four tier diagnostic instrumen dalam menyelidiki sepenuhnya pengetahuan
dan pemahaman siswa yang buruk. Hasil dari penelitian ini
mengkonfirmasi bahwa memasukkan tingkat kepercayaan pada tingkat A
dan R dari instrumen FDICK memberikan cara yang efektif untuk
mengelompokkan kesalahpahaman siswa. Dengan mempertimbangkan
peringkat kepercayaan diri siswa, jawaban yang salah tertentu dapat
dianggap berasal dari kurangnya pengetahuan atau dugaan daripada
kesalahpahaman.
11. W Siswaningsih, Nahadi and R Widasmara (2019) dalam jurnalnya yang
berjudul “Development of Three Tier Multiple Choice Diagnostic Test to
Assess Students’ Misconception of Chemical Equilibrium” menjelaskan
bahwa 35 siswa sekolah menengah atas yang belajar mata pelajaran
kesetimbangan kimia dapat ditemukan kesalahpahaman siswa pada
keseimbangan dinamis, konsentrasi reaktan dan produk sama dengan
kesalahpahaman umum pada siswa (57,1%).
12. Tri Wahyuni, Raharjo dan Nur Ducha (2016) dalam jurnalnya yang
berjudul “Analisis Miskonsepsi Materi Sistem Gerak Manusia Pada Siswa
Kelas Xi Mia Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice”
menjelaskan bahwa Siswa kelas XI dari SMAN 1 Gondang memiliki
29
miskonsepsi rata-rata sebesar 23,04%, meliputi 4 topik submateri sistem
gerak manusia diantaranya topik sendi sebesar 41,43%, kelainan dan
kesehatan sistem gerak sebesar 38,75%, otot sebesar 19,17% dan tulang
sebesar 13,89%. Miskonsepsi siswa dapat diselesaikan dengan cara
Bridging Analogy (analogi penghubung), percobaan atau pengalaman
lapangan, dan POE (predict, observe, dan explain) sesuai karakteristik
konsepnya.
13. Miftahul Jannah, Purnama Ningsih dan Ratman (2016) dalam jurnalnya
yang berjudul “Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas Xi Sma Negeri 1
Banawa Tengah Pada Pembelajaran Larutan Penyangga Dengan Cri
(Certainty Of Response Index) menjelaskan bahwa siswa masih belum
paham cara perhitungan pH pada larutan buffer sebanyak 46% hal ini
disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap buku ajar, model
pembelajaran serta konsep dasar yang di berikan.
14. Dini Islami (2018) dalam jurnalnya yang berjudul “Identifikasi
Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Ikatan Kimia Menggunakan Tes Four
Tier Multiple Choice (4TMC) di SMA Negeri 1 Karawang” menunjukkan
bahwa terjadi miskonsepsi sebesar 30,31%, dan miskonsepsi signifikan
yang teridentifikasi pada 8 dari 13subkonsep Ikatan Kimia yang diteliti
yaitu subkonsep Struktur Lewis dan Kaidah Duplet, Oktet, dan
Pengecualiannya (33,33%), Ikatan Logam dan Sifat Logam (20,83%),
Senyawa Ionik dan Senyawa Kovalen (27,08%), Teori VSEPR (20,83%),
Teori Domain Elektron (18,75%), Kepolaran Molekul (27,08%), Gaya van
der Waals (14,58%), dan Ikatan Hidrogen (29,17%). Hasil tersebut bisa
menjadi acuan untuk penanganan miskonsepsi yang terjadi pada siswa,
lebih lanjut peneliti menjelaskan perlu adanya penanganan miskonsepsi
tersebut serta perlu dilakukannya suatu penelitian di berbagai tingkatan
kelas maupun universitas agar lebih mengetahui sejauh mana salah konsep
yang terjadi pada Konsep Ikatan Kimia.
C. Kerangka Berpikir
30
Untuk mencapai tujuan pendidikan mata pelajaran kimia, kimia harus diajarkan
dengan memberikan pengalaman belajar secara langsung, sehingga siswa dapat
memperoleh pengetahuannya sendiri. Dalam proses mengkonstruk
pemahamannya tentang suatu konsep terkadang siswa mengalami salah konsep.
Salah satu konsep yang dianggap siswa sulit adalah konsep kesetimbangan kimia.
Kesulitan siswa dalam memahami konsep yang abstrak membuat siswa
mengalami kesalahan dalam memahami konsep tersebut (miskonsepsi), jika
miskonsepsi tidak segera dibenahi maka konsep yang salah tersebut akan dibawa
pada materi selanjutnya, karena kimia merupakan mata pelajaran yang kontinyu.
Maka dari itu, guru perlu mengetahui letak miskonsepsi yang dialami siswa
sehingga guru dapat membantu menangani miskonsepsi yang dialami siswa.
Salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui miskonsepsi
siswa yaitu dengan menggunakan instrumen four-tier multiple choice test.
Tujuan dalam proses pembelajaran salah satunya yaitu siswa mengerti dan
paham mengenai konsep yang diajarkan. Namun dalam praktiknya, dalam
memahami konsep ada beberapa hal yang menjadi penghambat dalam prosesnya
seperti : guru yang kurang memahami konsep atau salah dalam menyampaikan
pelajaran, kesalahan bahan teks ajar, informasi yang salah dari internet,
pengalaman yang didapatkan siswa, pemahaman yang keliru oleh siswa serta sifat
pembelajaran kimia yang abstrak dan kompleks.
Dari hal-hal diatas tersebut menyebabkan terjadinya miskonsepsi siswa yang
akhirnya terjadi pemahaman yang salah akan konsep yang diajarkan. Untuk itulah
perlu dilakukan suatu analasis mengenai miskonsepsi yang terjadi pada siswa
tersebut. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui miskonsepsi
yang terjadi pada siswa yaitu melakukan tes diagnostikfour-tier dan wawancara
sehingga dapat dilakukan penarikan kesimpulan konsep apa yang telah terjadi
miskonsepsi.Berikut ini kerangka berpikir digambarkan secara umum:
31
Akan tetapi terdapat
Tujuan proses pembelajaran siswa mengerti dan paham
Faktor-faktor penghambat tercapainya tujuan pembelajaran; (guru, buku, internet,
pengalaman keseharian, siswa dan sifat pelajaran kimia yang abstrak dan kompleks
Berpotensi menyebabkan miskonsepsi pada siswa
Miskonsepsi dapat menyesatkan pemahaman
Melakukan perencanaan analisis terhadap miskonsepsi yang terjadi pada siswa
Melakukan analisis miskonsepsi dengan menggunakan four-tier multiple choicetest
dan wawancara
Penarikan kesimpulan
32
Gambar 2.4 Bagan Kerangka Berpikir
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA IT Thariq Bin Ziyad Kabupaten Bekasi,
siswa kelas XI semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 yang dilaksanakan
pada tanggal 9 sampai dengan 10Januari 2020.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang
bersifat eksploratif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan
untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain yang hasilnya dipaparkan
dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010, hlm. 3). Penelitian
deskriptif yang bersifat eksploratif secara spesifik bertujuan untuk
menggambarkan keadaan suatu fenomena, dalam penelitian ini tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan
apa adanya suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto, 2010, hlm. 245).
Penelitian eksploratif adalah penelitian yang permasalahannya belum pernah
diteliti atau sedikit sekali informasi mengenai permasalahannya dan bertujuan
33
untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan, menentukan
alternatif tindakan yang dilakukan, dan menentukan variabel- variabel
penenlitian dan pengujian lebih lanjut (Arikunto, 2010, hlm. 246).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian
deskriptif yang bersifat ekploratif ini merupakan penelitian yang bertujuan
untuk menyelidiki kondisi miskonsepsi siswa salah satu SMA pada materi
kesetimbangan kimia dengan menggunakan Four-Tier Multiple Choice
Test(4TMC)agar diperoleh informasi atau gambaran yang jelas mengenai
miskonsepsi yang dialami oleh siswa.
C. Alur Penelitian
Dalam penelitian ini disusun suatu alur penelitian. Alur penelitian ini
menunjukkan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. Alur
penelitian ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Alurpada
penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Perencanaan
a. Mencari materi yang sesuai
b. Menyusun proposal penelitian
c. Penyusunan instrumen penelitian
1) Analisis materi SMA/MA pelajaran kimia konsep kesetimbangan
kimia
2) Merumuskan instrumen soal pilihan berganda 4 tingkatan pada
materi pokok konsep kesetimbangan kimia
3) Memvalidasi instrumen soal pilihan berganda 4 tingkatan pada
materi pokok konsep kesetimbangan kimia
4) Uji instrumen penelitian
5) Menghitung reliabilitas tingkat kesukaran, dan daya pembeda
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian dan Analisis Data
34
a. Pelaksanaan penelitian (pengumpulan data)
b. Pengolahan dan analisis data hasil penelitian
3. Tahap Akhir Penelitian Skripsi (Penulisan data hasil penelitian dan
pembahasan serta pembuatan kesimpulan)
Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan dalam
bentuk skema pada gambar 3.1 berikut:
35
Gambar 3.1 Alur Penelitian
D. Populasi dan Sampel
Menurut Arifin (2011, hlm. 215) “Populasi atau universe adalah keseluruhan
objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang
terjadi”. Trianto (2011, hlm. 255) mengungkapkan bahwa “populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian”. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
adalah siswa kelas XI MIA SMA di SMA IT Tariq bin Ziyad Kabupaten Bekasi.
Analisis materi SMA/MA pelajarankimiamateri pokok
kesetimbangan kimia
Revisi
Menghitung reabilitas, tingkat kesukaran,
dan daya pembeda
Penyusunan instrumen
Validasi para ahli
Uji coba instrumen
Validasi instrumen
Instrumen Penelitian
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisis data
Tahap Penelitian dan Analisis Data
Tahap Perencanaan
Tahap Akhir Penelitian Kesimpulan
36
Dengan pertimbangan bahwa siswa kelas XI tersebut telah mendapatkan materi
kesetimbangan kimia.
Menurut Arifin (2011, hlm. 215), “sampel adalah sebagian dari populasi yang
akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam
bentuk mini (miniature population)”. Dalam penelitian ini sampel yang diambil
adalahsiswa kelas XI MIA SMA IT Thariq bin Ziyad Kabupaten Bekasi yang
diambil menggunakan teknik Disproportionate Stratified Random Sampling.
Pengambilan sampel menggunakan teknik Disproportionate Stratified Random
Sampling, yaitu teknik yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel dari
populasi yang berstrata tetapi tidak proporsional darimasing-masing strata tersebut
(Sugiyono, 2015, hlm. 121). Adapun strata yangdimaksud di sini yaitu populasi
yang berjumlah 120 siswa dikelompokkan kedalam kelompok tinggi, sedang, dan
rendah dari nilai yang diperoleh siswapada raport mata pelajaran Kimia di
semester pertama. Setelah dilakukanp engelompokan jumlah setiap kelompok
tinggi, sedang, dan rendah tidak proporsional sehingga digunakan teknik
pengambilan sampel Disproportionate Stratified Random Sampling.
Penentuan jumlah sampel menggunakan Nomogram Harry King yang
tujuannya untuk menentukan jumlah sampel dari populasi yang jumlahnya sampai
2000 (Sugiyono, 2015, hlm. 127). Dari populasi yang berjumlah 120 siswa,
dengan menggunakan Nomogram Harry King didapat jumlah sampel sebanyak 37
siswa.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitan yaitu berupa tes pilihan ganda
yang memiliki empat tingkatan atau disebut sebagai tes four-tier multiple-choice
(4TMC). Tes 4TMC ini merupakan modifikasi dari 2TMC dengan tambahan dua
tier kepercayaan diri secara terpisah sehingga empat tier yang memungkinkan
peneliti untuk mengukur kekuatan miskonsepsi siswa. Four Tier test dapat
membedakan siswa yang memahami konsep, miskonsepsi, dan tidak tahu konsep,
dan juga dapat mengdiagnosis sebab terjadinya miskonsepsi dengan lihat data
tahap keempat.
37
Four Tier Test disusun dengan harapan dapat mengidentifikasi miskonsepsi
siswa pada konsep redoks yang mana tingkat pemahaman konsep dapat diketahui
dengan memperhatikan pola jawaban yang diberikan pada setiap butir soal pada
Four Tier Test.
Tahap-tahap pembuatan instrumen tes four-tier multiple-choice (4TMC) ini
dilakukan sesuai dengan metode Caleon dan Subramaniam (2010, hlm. 1)
menetapkan batasan konsep yang akan diteliti; (2) tahap eksplorasi; (3) validasi
dan pengujian konsep; (4) pembuatan dan validasi instrumen.
Pada penelitian ini, tingkat keyakinan yang digunakan pada tingkatan
kedua dan keempat adalah skala Confidence Rating seperti yang digunakan oleh
Caleon dan Subramaniam dalam penelitiannya.
Tabel 3.1 Skala dan Kriteria Confidence Rating (CR)
Skala Confidence Rating (CR) Kriteria
1 Hanya menebak
2 Sangat tidak yakin
3 Tidak yakin
4 Yakin
5 Sangat yakin
6 Sangat yakin sekali
Kisi-kisi instrumen Four Tier Test yang telah diuji coba adalah sebanyak
30 butir soal dan didapatkan soal-soal yang valid adalah sebagai berikut:
38
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Four-Tier Test
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
PEMBELAJARAN
NOMOR
SOAL
JUMLAH
SOAL
3.8 Menjelaskan reaksi
kesetimbangan di dalam
hubungan antara
pereaksi dan hasil reaksi
Menjelaskan apa yang
dimaksud dengan
kesetimbangan dinamis
1 1
Membedakan kesetimbangan
homogen dan heterogen 2, 3, 4 3
Merumuskan tetapan
kesetimbangan (Kc) 5, 6, 7, 8 4
Merumuskan tetapan
kesetimbangan tekanan
parsial (Kp)
9, 10 2
Merumuskan hubungan Kc
dan Kp 11 1
Menjelaskan dengan tepat
mengenai derajat disosiasi 12, 13 2
3.9 Menganalisis faktor-
faktor yang
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetimbangan dan
penerapannya dalam
industry
Memperkirakan arah
pergeseran kesetimbangan
dengan menggunakan Azas
Le Chatelier
14, 15, 16,
17 4
Menjelaskan produksi bahan
kimia di industri yang
didasarkan pada reaksi
kesetimbangan
18, 19, 20 3
JUMLAH SOAL 20
Soal yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 butir soal yang telah
dipilih dengan mempertimbangkan analisis butir soal yaitu validitas, reabilitas,
daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis
menggunakan instrumen Four-Tier Multiple Choice (4TMC). Instrumen 4TMC
ini akan diberikan kepada seluruh siswa yang telah mempelajari materi
39
kesetimbangan kimia pada siswa SMAIT Thariq Bin Ziyad Kabupaten Bekasi
yang telah dipilih oleh peneliti dengan mengikuti model dari Treagust (1988) dan
Caleon Subramaniam (2010). Four Tier Multiple Choice Test yang digunakan
telah melewati serangkaian tes uji, yakni uji validitas, reabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda.
G. Teknik Analisis Data
Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, sejumlah soal ini diuji
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya, atau secara
keseluruhan disebut teknik pemeriksaan keterpercayaan (Trustworthiness) studi,
yaitu terlebih dahulu instrumen yang akan digunakan diuji pada kelompok siswa
yang dianggap sudah mengikuti pokok bahasan yang akan disampaikan. Setelah
itu diukur tingkat validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran sehingga dapat
dipertimbangkan apakah instrumen tersebut layak dipakai atau tidak.
a. Validitas
Validitas merupakan pertimbangan yang paling pokok di dalam
mengembangkan dan mengevaluasi tes. Proses pengvalidasian melibatkan
pengumpulan bukti untuuk menyediakan penjelasan ilmiah penafsiran skor yang
diususlkan. Skor tes digunakan atau ditafsirkan lebih dari satu, maka masing-
masing penafsiran harus divalidasikan (Suwarto, 2013, hlm. 94-95).
Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini menggunakan rumus pbi
sebagai berikut :
Keterangan :
pbi = koefisien korelasi bilateral
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betuk bagi item yang dicari
validasinya
pbi=
40
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
(p = )
q = proporsi siswa yang menjawab salah
(q = 1 - p)
(Arikunto, 2006, hlm. 78-79).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat ketepatan, keajekan, attau kemantapan. Reliabilitas
sebagai tingkat konsistensi suatu alat ukur. Suatu alat ukur memiliki reliabilitas
yang sempurna bila hasil pengukuran berulang kali sama (Suwarto, 201, hlm.101).
Menurut Arikunto (2006, hlm. 86), reliabilitas berhubungan dengan masalah
kepercayaan. Suatu tes tersebut dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan
yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
Perhitungan reliabilitas tes bentuk multiple choice menggunakan rumus
Alpha Cronbach sebagai berikut :
Keterangan :
= realibilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach
k = jumlah butir tes
= jumlah varian butir pembentuk tes
= varian skor total
= [1- ]
41
(Suwarto, 2013, hlm. 101-102).
c. Tingkat Kesukaran
Menurut Allen & Yen dalam Suwarto (2013, hlm. 105), tingkat kesukaran
butir tes didefinisikan sebagai proporsi peserta yang menjawab butir itu dengan
benar. Persamaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran dengan
proporsi menjawab benar adalah :
Keterangan :
p = proporsi menjawab benar tau tingkat kesukaran
= banyaknya peserta tes yang menjawab benar
= skor maksimum
= jumlah peserta tes
Adapun untuk perhitungan indeks kesukaran dibantu dengan software
ANATES. Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut (Arikunto,
2010, hlm. 137) :
Tabel 3.3 Kriteria Indeks Kesukaran
Rentang Indeks Kesukaran Kriteria
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,70 – 1,00 Mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda suatu butir tes berfungsi untuk menentukan dapat tidaknya
suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan
perbedaan yang ada pada kelompok itu. Tujuan dari pengujian daya pembeda
=
42
untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta
tes berkemampuan rendah (Suwarto, 2013, hlm. 108).
Indeks daya pembeda yang diungkapkan oleh Surapranata dalam Suwarto
(2013, hlm. 109) dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
D = indeks daya pembeda
∑A = banyaknya peserrta tes yang menjawab benar pada kelompok atas (27%)
∑B = banyaknya peserrta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah
(27%)
nA = banyaknya peserta tes kelompok atas
nB = banyaknya peserta tes kelompok bawah
Adapun untuk perhitungan daya pembeda dibantu dengansoftwareANATES.
Klasifikasi daya pembeda soal (Arikunto, 2010, hlm. 232) :
Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda
Rentang Daya Pembeda Kriteria
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik sekali
e. Persentase Data Miskonsepsi
Teknik analasis data yang digunakan untuk menghitung persentase
miskonsepsi digunakan rumus sebagai berikut :
= -
= x 100%
43
Keterangan :
jumlah miskonsepsi = jumlah jawaban peserta yang mengarah pada miskonsepsi
total = jumlah soal yang disajikan
Dalam penelitan Siwi (2013, hlm. 45), hasil perhitungan persentase ini kemudian
dikualifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.5 Kriteria Miskonsepsi
Kriteria Persentase
Tinggi 61%-100%
Sedang 31%-60%
Rendah 0%-30%
Miskonsepsi yang terjadi dapat diukur tingkatannya berdasarkan data hasil
rata-rata confidence rating. Berikut adalah data yang menunjukkan rata-rata
kekuatan dari confidence rating merujuk pada Caleon &Subramaniam (2010).
Tabel 3.6 Miskonsepsi Berdasarkan Level Confidence Rating
Skor Rata-Rata CR Level Miskonsepsi
< 3,50 Lemah
3,50 – 4,00 Menengah
> 4,00 Kuat
Miskonsepsi signifikan digolongkan ke dalam miskonsepsi palsu dan
miskonsepsi asli. Miskonsepsi palsu yaitu miskonsepsi signifikan yang berada
pada level lemah, memiliki skor rata-rata confidence rating (CR) di bawah 3,50.
Miskonsepsi asli terbagi ke dalam dua level yaitu level menengah dengan skor
rata-rata CR antara 3,50 dan 4,00, dan miskonsepsi level kuat yaitu miskonsepsi
dengan skor rata-rata CR di atas 4,00 (Caleon & Subramaniam, 2010).
Langkah-langkah pengolahan tes tertulis pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
44
a. Menentukan pada skor jawaban
b. Menghitung skor total siswa dengan menjumlahkan skor masing-masing soal
c. Mengolah skor yang diperoleh siswa dalam bentuk persentase
d. Menafsirkan data persentase pemahaman siswa
e. Setelah persentase pemahaman siswa dihitung, kemudian data tersebut
ditafsirkan berdasarkan kriteria pengelompokan tingkat pemahaman siswa.
f. Menghitung data persentase miskonsepsi siswa secara keseluruhan dari hasil
tes tulis
g. Menghitung data persentase miskonsepsi berdasarkan sub pembahasan pada
materi kesetimbangan kimi berdasarkan indikator soal yang mengacu pada
kisi-kisi instrumen yang telah dibuat.
h. Menghitung data persentase miskonsepsi berdasarkan level kognitif pada
materi kesetimbangan kimia berdasarkan kisi-kisi instrumen yang telah
dibuat.
Tabel 3.7 kriteria pengelompokan tingkat pemahaman siswa, yaitu
Tabel 3.7 Kriteria Pengelompokan Tingkat Pemahaman Siswa
Kategori Jawaban Confidence Rating
Jawaban Alasan
Confidence Rating
Alasan
Miskonsepsi Benar
1-6 Salah ≥ 4 Salah
Paham
Konsep Benar ≥ 4 Benar ≥ 4
Kurang
Paham
Konsep
Benar 1-6 Benar
≤ 3 Salah
Benar ≤ 3 Benar ≥ 4
Salah 1-6 Benar
≤ 3 Salah
Kesalahan Salah 1-6 Salah ≥ 4
45
Menurut Abraham dan Grybowski (1992) kategori paham konsep diberikan
ketika semua komponen atau respon atau jawaban yang diberikan sesuai dengan
konsep ilmiah, sedangkan untuk kategori kurang paham konsep atau paham
sebagian diberikan jika minimal terdapat satu komponen respon atau jawaban
yang sesuai, tetapi tidak semuanya. Sedangkan untuk kesalahan diartikan ketika
jawaban siswa salah, tapi tidak dapat digolongkan ke dalam kategori tidak paham
konsep karena bisa saja siswa tersebut hanya menebak atau memilih secara
kebetulan dan atau ketika ia kesulitan dalam menyampaikan jawaban yang ia
maksud (Sreenivasulu & Subramaniam, 2013). Data yang telah dideskripsikan ke
dalam bentuk kategori pemahaman tersebut dapat dihitung persentasenya. Untuk
mengetahui persentase tiap kategori pemahaman yang dialami oleh siswa secara
keseluruhan pada konsep Kesetimbangan Kimia dapat dihitung dengan cara
(Wahyuni, Raharjo, & Ducha, 2016):
P = x 100%
Keterangan :
P =kategori pemahaman siswa (%)
f = jumlah jawaban yang termasuk ke dalam kategori pemahaman
N = jumlah keseluruhan soal yang dijawab
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa
menggunakan instrumen tes four tier multiple choice pada konsep kesetimbangan
kimia. Jumlah soal yang diujikan sebanyak 20 soal dengan rincian subkonsep
antara lain : kesetimbangan dinamis, kesetimbangan homogen dan heterogen,
tetapan kesetimbangan konsentrasi (Kc), tetapan kesetimbangan parsial (Kp),
hubungan Kc dan Kp, derajat disosiasi, arah pergeseran kesetimbangan dengan
menggunakan Azas Le Chatelier dan kesetimbangan kimia dalam industri.
A. Data Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian miskonsepsi yang telah dilakukan menggunakan
instrumen tes 4TMC, didapat hasil penelitian yang di uraikan sebagai berikut
yaitu: 1) Data persentase tiap kategori tingkat pemahaman siswa secara
keseluruhan; 2) Data persentase tiap kategori tingkat pemahaman siswa pada
konsep Kesetimbangan Kimia; 3) Data persentase miskonsepsi signifikan beserta
skor rata-rata confidence rating; dan 4) Data persentase miskonsepsi siswa pada
tiap kelompok tinggi, sedang, dan rendah.
1. Data Persentase Tiap Kategori Tingkat Pemahaman Siswa Secara
Keseluruhan
Secara keseluruhan, didapat persentase tiap kategori pemahaman siswa yaitu
miskonsepsi, paham konsep, kurang paham konsep, dan kesalahan yang
mencakup seluruh konsep Kesetimbangan Kimia. Berikut disajikan data tersebut
dalam dalam bentuk grafik pada Gambar 4.1.
47
Gambar 4.1 Grafik Persentase Tiap Kategori Secara Keseluruhan Butir Soal
Gambar 4.1 di atas menunjukkan grafik persentase secara keseluruhan butir
soal dari tiap-tiap kategori pemahaman siswa. Berdasarkan grafik tersebut terlihat
bahwa kategori paham konsep menempati persentase tertinggi yaitu sebesar
49,8%. Persentase kategori miskonsepsi sebesar 11,7% dan persentase kategori
kurang paham konsep dengan persentase sebesar 9,5%, serta yang terendah
merupakan datakesalahan sebesar 3%.
2. Data Persentase Tiap Kategori Tingkat Pemahaman Siswa pada Konsep-
konsep Kesetimbangan Kimia
Persentase dari keempat kategori tingkat pemahaman siswa pada tiap-tiap
konsep Kesetimbangan Kimia disajikan pada Tabel 4.1.
48
Tabel 4.1 Persentase Tiap Kategori Tingkat Pemahaman Siswa pada
Konsep Kesetimbangan Kimia
Butir
Soal
Konsep Kesetimbangan
Kimia
Persentase Kategori (%)
Paham
Konsep Miskonsepsi
Kurang Paham
Konsep Kesalahan
1 Kesetimbangan dinamis 73,00 18,92 8,11 0
2, 3, 4 Kesetimbangan homogen
dan heterogen 80,17 9,01 8,11 2,70
5, 6, 7,
8
Tetapan kesetimbangan
konsentrasi (Kc) 63,51 14,86 16,89 4,73
9, 10 Tetapan kesetimbangan
tekanan parsial (Kp) 67,58 9,46 43,25 1,35
11 Hubungan Kc dan Kp 89,18 8,11 2,70 0
12, 13 Derajat disosiasi 74,32 9,46 9,46 6,76
14, 15,
16, 17
Arah pergeseran
kesetimbangan dengan
menggunakan Azas Le
Chatelier
56,76 30,63 14,19 6,08
18, 19,
20
Kesetimbangan kimia
dalam industri 51,35 24,32 11,71 4,51
Pada tabel diatas terlihat bahwa persentase miskonsepsi tertinggi yaitu pada
materi konsep memperkirakan arah pergeseran kesetimbangan dengan
menggunakan Azas Le Chatelier sebesar 30,63% dan persentase terendah yaitu
pada materi konsep hubungan Kc dan Kp 8,11% . Pada kategori paham konsep
persentase tertinggi yaitu pada materi konsep kesetimbangan homogen dan
heterogen sebesar 80,17% dan persentase terendah yaitu pada materi konsep
kesetimbangan kimia dalam industri sebesar 51,35%. Pada materi kurang paham
konsep pesentase tertinggi yaitu pada materi konsep tetapan kesetimbangan
tekanan parsial (Kp) sebesar 43,25% dan persentase terendah yaitu pada materi
konsep hubungan Kc dan Kp sebesar 2,70%. Sedangkan pada kategori kesalahan
persentase tertinggi yaitu pada materi konsep derajat disosiasi sebesar 6,76% dan
49
persentase terendah yaitu pada materi konsep kesetimbangan kimia dan hubungan
Kc dan Kp sebesar 0%.
3. Data persentase miskonsepsi signifikan beserta skor rata-rata Confidence
Rating (CR)
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dibahas dengan menentukan terlebih
dahulu miskonsepsi mana yang signifikan dan tergolong ke dalam miskonsepsi
level lemah, miskonsepsi level menengah, ataukah miskonsepsi level kuat.
Penentuan signifikan atau tidaknya suatu miskonsepsi yang dialami siswa
bertujuan untuk menghindari jawaban siswa yang dipilih secara kebetulan saja.
Pada penelitian ini miskonsepsi dikatakan signifikan jika persentase pilihan pada
tier jawaban-alasan dipilih oleh ≥ 10% sampel di atas persentase dari tiap-tiap
kemungkinan siswa dalam memilih (Caleon & Subramaniam, 2010). Data
miskonsepsi signifikan disajikan dalam Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Persentase Miskonsepsi Signifikan beserta Skor Rata-rata
Confidence Rating (CR)
Konsep
Persentase
Jawaban
Salah Pada
Tier 1 (%)
Persentase
Jawaban
Salah Pada
Tier 3 (%)
Skor Rata-
rata
Confidence
Rating
Kesetimbangan dinamis 17,00 22,00 4,95
Kesetimbangan homogen dan
heterogen 18,66 12,33 4,97
Tetapan kesetimbangan konsentrasi
(Kc) 20,75 29,75 4,68
Tetapan kesetimbangan tekanan
parsial (Kp) 11,50 29,50 4,60
Hubungan Kc dan Kp 11,00 11,00 5,22
Derajat disosiasi 11,50 11,00 4,96
Arah pergeseran kesetimbangan
dengan menggunakan Azas Le
Chatelier
26,00 31,00 4,54
Kesetimbangan kimia dalam
industri 21,33 29,66 4,66
50
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa seluruh konsep pada kesetimbangan kimia
menunjukkan siswa memiliki kesalahan jawaban pada Tier 1 dan Tier 3di atas
10%. Rata-rata Confidence Rating untuk seluruh konsep ≥ 4. Persentase
miskonsepsi yang dialami siswa setiap konsep kesetimbangan dikategorikan
dalam miskonsepsi tinggi, sedang, atau rendah. Pengelompokan kategori
miskonsepsi dapat dilihat dalam tabel 3.5.
Tabel 4.3 Rata-rata Persentase Miskonsepsi Siswa Berdasarkan Indikator
Konsep Kesetimbangan Kimia
No Konsep Kesetimbangan
Kimia
Persentase
Miskonsepsi Setiap
Konsep (%)
Kategori
Miskonsepsi
1 Kesetimbangan dinamis 18,92 Rendah
2 Kesetimbangan homogen
dan heterogen 9,01 Rendah
3 Tetapan kesetimbangan
konsentrasi (Kc) 14,86 Rendah
4 Tetapan kesetimbangan
tekanan parsial (Kp) 9,46 Rendah
5 Hubungan Kc dan Kp 8,11 Rendah
6 Derajat disosiasi 9,46 Rendah
7
Arah pergeseran
kesetimbangan dengan
menggunakan Azas Le
Chatelier
30,63 Sedang
8 Kesetimbangan kimia
dalam industri 24,32 Rendah
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diidentifikasi dengan jelas bahwa siswa mengalami
miskonsepsi yang sangat besar pada konsep memperkirakan arah pergeseran
kesetimbangan dengan menggunakan Azas Le Chatelier yaitu sebesar 30,63%.
Sedangkan miskonsepsi terendah terdapat pada konsep hubungan Kc dan Kp
8,11%. Selain data-data di atas, dalam satu sekolah selalu saja akan terdapat
perbedaan pemahaman siswa satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu berikut
akan disajikan juga data miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan
51
kelompok prestasi belajar siswa di sekolah yang meliputi kelompok tinggi,
sedang, hingga rendah. Pengelompokkan ini berdasarkan nilai UTS semester
ganjil siswa terkait pelajaran kimia di sekolah juga dibantu oleh guru bidang studi
kimia yang mengajar sampel.
4. Data Persentase Miskonsepsi Siswa pada Tiap Kelompok Tinggi, Kelompok
Sedang, dan Kelompok Rendah
Selain data-data tersebut di atas, diperoleh juga data miskonsepsi yang dialami
siswa berdasarkan kelompok prestasi belajar Kimia siswa di sekolah, yaitu
kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah. Pengelompokkan ini
berdasarkan nilai rapot siswa pada mata pelajaran Kimia di semester ganjil. Data
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Rata-rata Miskonsepsi Siswa Berdasarkan Kelompok
PrestasiBelajar Siswa di Sekolah
Kelompok Siswa Rata-rata Persentase Miskonsepsi (%)
Tinggi 21,66
Sedang 11,84
Rendah 23,33
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat perbedaan persentase rata-rata
miskonsepsi antara kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Persentase paling tinggi
pada kelompok rendah sebesar 23,33%.
B. Pembahasan
Penelitian identifikasi miskonsepsi siswa pada konsep Kesetimbangan Kimia
menggunakan instrumen tes four-tier multiple-choice (4TMC) telah dilakukan
pada siswa kelas XI MIA di SMAIT Thariq Bin Ziyad Kabupaten Bekasi.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, yaitu wawancara dengan guru pengampu
mata pelajaran Kimia kelas XI (Lampiran 2, hlm. 95), kurikulum yang digunakan
di SMAIT Thariq Bin Ziyad Kabupaten Bekasi adalah Kurikulum 2013, sesuai
52
dengan instrumen 4TMC yang disusun mengacu pada Kurikulum 2013. Guru
pengampu mata pelajaran Kimia kelas XI menyatakan bahwa seluruh siswa kelas
XI MIA sudah tuntas dalam menerima materi Kesetimbangan Kimia dengan hasil
yang baik yaitu tercapainya indikator pembelajaran pada materi Ikatan Kimia
serta tercapainya KKM di SMAIT Thariq Bin Ziyad Kabupaten Bekasi untuk
mata pelajaran Kimia. Guru pengampu mata pelajaran Kimia kelas XI juga
menyatakan kesetujuannya bahwa konsep Kesetimbangan Kimia mencakup
konsep-konsep yang bersifat abstrak, perhitungan matematis dan pembacaan
grafik yang dapat menimbulkan miskonsepsi sebagaimana yang dinyatakan oleh
Satriana, Yamtinah, Ashadi dan Indriyanti (2018). Beliau juga menjelaskan belum
pernah dilakukan tes identifikasi miskonsepsi siswa pada konsep Kesetimbangan
Kimia secara tertulis, dan menyatakan setuju bahwa identifikasi miskonsepsi
siswa perlu dilakukan, hal tersebut sebagaimana juga dinyatakan oleh Gurel,
Erylmaz, dan McDermott (2015). Berdasarkan data yang didapat dari instrumen
4TMC secara keseluruhan, sebanyak 20 butir soal dikalikan dengan jumlah
sampel sebanyak 37 siswa yakni 740 butir soal yang dijawab, kategori paham
konsep menempati persentase tertinggi yaitu sebesar 49,8%, miskonsepsi sebesar
11,7% dan kurang paham konsep dengan persentase sebesar 9,5%, serta yang
terendah merupakan datakesalahan sebesar 3%. Kategori miskonsepsi dan kurang
paham konsep memiliki angka yang tidak terlalu jauh. Secara keseluruhan
miskonsepsi yang mencakup seluruh konsep dari Kesetimbangan Kimia, terjadi
sebesar 11,7%. Seperti dalam penelitian W Siswaningsih, Nahadi dan R
Widasmara (2019) yang menjelaskan bahwa bahwa 35 siswa sekolah menengah
atas yang belajar mata pelajaran kesetimbangan kimia dapat ditemukan
kesalahpahaman siswa pada keseimbangan dinamis, konsentrasi reaktan dan
produk sama dengan kesalahpahaman umum pada siswa (57,1%).
Secara keseluruhan miskonsepsi signifikan yang teridentifikasi sebanyak 117
soal dari 740 soal yang dikerjakan, yaitu sebesar 15,81%. Miskonsepsi signifikan
yang teridentifikasi termasuk ke dalam kategori rendah (Wahyuni, Raharjo, &
Ducha, 2016).
53
Miskonsepsi signifikan digolongkan ke dalam miskonsepsi palsu dan miskonsepsi
asli. Miskonsepsi palsu yaitu miskonsepsi signifikan yang berada pada level
lemah, memiliki skor rata-rata confidence rating (CR) di bawah 3,50.
Miskonsepsi asli terbagi ke dalam dua level yaitu level menengah dengan skor
rata-rata CR antara 3,50 dan 4,00, dan miskonsepsi level kuat yaitu miskonsepsi
dengan skor rata-rata CR di atas 4,00 (Caleon & Subramaniam, 2010).
Berdasarkan data hasil penelitian ini didapat miskonsepsi signifikan yang
tergolong miskonsepsi asli, yaitu miskonsepsi dengan level karena memiliki skor
rata-rata CR di atas 4,00.
Miskonsepsi yang dialami siswa kemudian dibuat dalam bentuk kode miskonsepsi
berdasarkan hubungannya dengan konsep-konsep esensial. Hal ini dilakukan
untuk mempermudah pembahasan miskonsepsi setiap konsep kesetimbangan
kimia yang dilampirkan pada lampiran 4 halaman 126. Berikut akan lebih
dibahas secara menyeluruh mengenai miskonsepsi yang dialami siswa pada setiap
indikator soal yang telah ditetapkan.
1. Kesetimbangan Dinamis
Pada konsep kesetimbangan dinamis pada instrumen 4TMC diwakili oleh butir
soal nomor 1. Konsep kesetimbangan dinamis teridentifikasi dua miskonspesi
signifikan yang dialami siswa yaitu M1-1 dan M1-2 pada soal nomor 1. Siswa
yang mengalami miskonsepsi sebesar 18,92%, termasuk miskonsepsi level
rendah dengan skor rata- rata CR sebesar 4,95.
Indikator soal nomor 1 adalah disajikan peristiwa pemanasan air dalam wadah
tertutup rapat, siswa dapat menjelaskan bahwa peristiwa tersebut mengalami
kesetimbangan dinamis. Pada butir soal ini teridentifikasi M1-1 yaitu
kesetimbangan terjadi satu arah. Berikut Gambar 4.2 menampilkan butir soal
nomor 1 pada instrumen tes 4TMC.
54
Gambar 4.2 Butir SoalNomor 1
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 1 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 1
Pada M1-1 ini, didapatkan siswa yang mengalami miskonsepsi sebanyak 4
siswa.Siswa menganggap bahwa kesetimbangan dinamis pada wadah tertutup
terjadi reaksi satu arah. Miskonsepsi ini memang miskonsepsi yang paling sering
ditemukan pada konsep kesetimbangan kimia. Dijelaskan Oleh Pekmez dalam
temuannya yang menyebutkan bahwa kebanyakan miskonsepsi yang terjadi pada
konsep kesetimbangan dinamis adalah dikarekan penjelasan yang sederhana
55
dalam kelas akan konsep yang abstrak, padahal nyatanya siswa perlu suatu
penjelasan untuk memahami konsep abstrak tersebut melalui sebuah visualisasi
dan penjabaran yang lebih jelas (2010). Lebih lanjut dinyatakan oleh
Karpudewan, Treagust, Mocerino dan Won (2015) bahwa miskonsepsi pada
konsep kesetimbangan dinamis terjadi karena pemahaman konsep yang salah
pada sebelumnya sehingga perlu ditekankan bahwa kesetimbangan dinamis
merupakan reaksi reversibilitas dan tidak berkesudahan, selain itu adanya salah
konsep juga bisa disebabkan oleh faktor sosial dan afektif seperti pemilihan topik
eksperimen yang salah yang memicu perdebatan diri dengan konsep yang telah
diterima sebelumnya.
Selanjutnya, pada butir soal ini teridentifikasi M1-2 yaitu diberikan suatu
aksi, reaksi tetap. Pada M1-2 ini, didapatkan siswa yang mengalami miskonsepsi
sebanyak 3 siswa. Siswa menganggap bahwa kesetimbangan dinamis jika
diberikan suatu aksi, reaksi tetap. Miskonsepsi ini memang miskonsepsi yang
paling sering ditemukan pada konsep kesetimbangan kimia.
Pada konsep kesetimbangan dinamis, jumlah siswa dalam kategori
memahami konsep berjumlah 27 sampel dari jumlah keseluruhan 37 sampel.
Miskonsepsi yang dialami jumlah siswa baik kelompok tinggi, sedang dan rendah
relatif sama. Hal ini menandakan bahwa miskonsepsi dalam konsep
kesetimbangan dinamis dapat terjadi pada siswa manapun tanpa melihat prestasi
siswa dalam kelompok belajar.
1. Kesetimbangan Homogen dan Heterogen
Konsep kesetimbangan homogen dan heterogenpada instrumen 4TMC
diwakili oleh butir soal nomor 2, 3 dan 4. Butir soal nomor 2 berisi konsep
kesetimbangan homogen, sedangkan butir soal nomor 3 dan 4 berisi konsep
kesetimbangan heterogen.Pada konsep ini, persentase siswa yang memahami
konsep dan dapat menentukan reaksi kesetimbangan homogenpaling banyak
dibandingkandengan siswa yang mengalami miskonsepsi, kurang paham konsep
dan kesalahan. Siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar 9,01%, termasuk ke
dalam miskonsepsi level rendah dengan skor rata-rata CR 4,97. Konsep
56
kesetimbangan homogen dan heterogen teridentifikasi tiga miskonsepsi
signifikan yang dialami siswa yaitu M2-1 pada soal nomor 2, M2-2 pada soal
nomor 3. M2-3 pada soal nomor 4.
Indikator soal nomor 2 adalah disajikan beberapa persamaan reaksi, siswa dapat
menunjukkan reaksi homogen.Pada butir soal ini teridentifikasi M2-1 yaitu
kesetimbangan homogen memiliki fasa yang berbeda pada reaktan dan produk.
Berikut Gambar 4.4 menampilkan butir soal nomor 2 pada instrumen tes 4TMC.
Gambar 4.4 Butir Soal Nomor 2
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 2 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.5.
57
Gambar 4.5 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 2
Pada M2-1 ini, terdapat dua siswa yang mengalami miskonsepsi yaitu 1
siswa. Siswa menganggap bahwa kesetimbangan homogen memiliki fasa yang
berbeda pada reaktan dan produk.
Indikator soal nomor 3 adalah disajikan beberapa persamaan reaksi, siswa dapat
menunjukkan reaksi heterogen.Pada butir soal ini teridentifikasi M2-2 yaitu
dalam reaksi kesetimbangan tidak ada fasa larutan murni. Berikut Gambar 4.6
menampilkan butir soal nomor 3 pada instrumen tes 4TMC.
Gambar 4.6 Butir Soal Nomor 3
58
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 3 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 3
Pada M2-2 ini, terdapat 4 siswa mengalami miskonsepsi. Siswa menganggap
dalam reaksi kesetimbangan tidak ada fasa larutan murni.
Indikator soal nomor 4 adalah disajikan beberapa persamaan reaksi, siswa dapat
menunjukkan reaksi heterogen.Pada butir soal ini teridentifikasi M2-3 reaksi
yang melibatkan reaktan dan produk yang berbeda menghasilkan kesetimbangan
reaksi. Berikut Gambar 4.8 menampilkan butir soal nomor 4 pada instrumen tes
4TMC.
Gambar 4.8 Butir Soal Nomor 4
59
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 4 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 4
Pada M2-2 ini, terdapat tiga siswa yang mengalami miskonsepsi. Siswa
menganggap reaksi yang melibatkan reaktan dan produk yang berbeda
menghasilkan kesetimbangan reaksi. Setelah diperhatikan persentase
miskonsepsi yang dialami siswa ternyata masih terdapat siswa yang tidak dapat
membedakan reaksi kesetimbangan homogen dan reaksi kesetimbangan
heterogen baik siswa dalam kelompok tinggi, sedang, dan rendah.
Kesetimbangan homogen adalah kesetimbangan yang semuanya senyawa
atau zat yang terlibatdalam reaksi berfasa sama. Sedangkan kesetimbangan
heterogen yaitu kesetimbangan yang wujudnya zatnya berbeda (Syukri, 1999,
hlm. 323).Ternyata masih terdapat siswa yang terbalik memahami konsep
kesetimbangan homogen dan heterogen.
2. Tetapan Kesetimbangan Konsentrasi (Kc)
Konsep tetapan kesetimbangan konsentrasi (Kc) pada instrumen 4TMC
diwakili oleh butir soal nomor 5, 6, 7 dan 8.Pada konsep ini, persentase siswa
yang mengalami miskonsepsi sebesar 14,86%, termasuk ke dalam miskonsepsi
level rendah dengan skor rata-rata CR 4,68. Konsep tetapan kesetimbangan
konsentrasi (Kc) teridentifikasi tiga miskonsepsi signifikan yang dialami siswa
yaitu M3-1 pada soal nomor 5, M3-2 pada soal nomor 6 dan 7. M3-3 pada soal
nomor 8.
Indikator soal nomor 5 adalah disajikan persamaan reaksi kesetimbangan
60
heterogen, siswa dapat menjelaskan rumus tetapan kesetimbangan konsentrasi
(Kc). Pada butir soal ini teridentifikasi M3-1 yaitu tetapan kesetimbangan hanya
dipengaruhi oleh produk saja dalam fasa apapun. Berikut Gambar 4.10
menampilkan butir soal nomor 5 pada instrumen tes 4TMC.
Gambar 4.10 Butir Soal Nomor 5
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 5 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 5
Pada M3-1 ini, terdapat lima siswa yang mengalami miskonsepsi. Pada
konsep kesetimbangan heterogen, tetapan atau konstanta kesetimbangan adalah
hasil perkalian konsentrasi zat produk dalam wujud gas dan larutan dibagi
61
dengan hasil perkalian konsentrasi pereaksi dalam wujud gas dan larutan.
Sedangkan zat yang berwujud padat dan cairan tidak mempengaruhi reaksi
kesetimbangan karena jarak antarpartikel dalam zat padat dan cairan yang tetap
sehingga tidak dapat bergerak bebas dalam wadah yang memuat reaksi
kesetimbangan (Syukri, 1999, hlm. 324). Ternyata masih terdapat siswa yang
meyakini bahwa tetapan kesetimbangan akan dipengaruhi juga oleh zat yang
berfasa cairan dan padatan. Konsep yang sebenarnya adalah cairan dan padatan
tidak akan mempengaruhi tetapan kesetimbangan.
Indikator soal nomor 6 adalah disajikan persamaan reaksi kesetimbangan beserta
mol dalam keadaan setimbang, siswa dapat menghitung harga Kc. Kemudian,
indicator soal nomor 7 adalah disajikan persamaan reaksi kesetimbangan beserta
mol dalam keadaan setimbang dan harga Kc, siswa dapat menghitung salah satu
konsentrasi zat dalam kesetimbangan. Pada butir soal nomor 6 dan 7 ini
teridentifikasi M3-2 yaitu Kc adalah konsentrasi reaktan dipangkatkan koefisien
dibagi dengan konsentrasi produk dipangkatkan koefisien. Berikut Gambar 4.12
menampilkan butir soal nomor 6 pada instrumen tes 4TMC.
62
Gambar 4.12 Butir Soal Nomor 6
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 6 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.13.
Gambar 4.13 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 6
63
Pada M3-2 ini, butir soal nomor 6 terdapat enam siswa yang mengalami
miskonsepsi. Selanjutnya, Gambar 4.14 menampilkan butir soal nomor 7 pada
instrumen tes 4TMC.
Gambar 4.14 Butir Soal Nomor 7
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 7 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.15.
Gambar 4.15 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 7
64
Pada butir soal nomor 7 terdapat enam siswa yang mengalami
miskonsepsi.Indikator soal nomor 8 adalah disajikan persamaan reaksi
kesetimbangan, siswa dapat menghitung harga Kc berdasarkan mol zat dalam
kesetimbangan.Pada butir soal nomor 8 ini teridentifikasi M3-3 yaitu Kc dihitung
dalam satuan mol Berikut Gambar 4.16 menampilkan butir soal nomor 8 pada
instrumen tes 4TMC.
Gambar 4.16 Butir Soal Nomor 8
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 8 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.17.
Gambar 4.17 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 8
65
Pada M3-3 ini, terdapat lima siswa yang mengalami miskonsepsi. Kcdisebut
sebagai konstanta kesetimbangan konsentrasi, oleh karena itu banyaknya zat
harus dinyatakan dalam satuan konsentrasi atau molar.Konstanta kesetimbangan
konsentrasi adalah hasil perkalian konsentrasi zat hasil reaksi dibagi dengan
perkalian konsentrasi zat pereaksi, dan masing-masing dipangkatkan dengan
koefisien reaksi (Syukri, 1999, hlm. 319).Namun, masih banyak siswa yang
menganggap bahwa Kc adalah tetapan dalam satuan mol. Ketika perhitungan Kc
mol dalam kesetimbangan tidak dibagi volume terlebih dahulu untuk mendapat
konsentrasi tiap zat yangterlibat dalam reaksi, tetapi mol tersebut langsung
dimasukkan kedalam rumus Kc. Dan juga masih terdapat siswa yang menganggap
Kc adalah hasil perkalian konsentrasi zat pereaksi dibagi dengan perkalian
konsentrasi zat hasil reaksi, dan masing-masing dipangkatkan
dengankoefisien reaksi, Konsep yang diyakini siswa tersebut tidak sesuai dengan
konsep ilmiah, sehingga siswa dianggap mengalamimiskonsepsi.
3. Tetapan Kesetimbangan Tekanan Parsial (Kp)
Konsep tetapan kesetimbangan tekanan parsial (Kp) pada instrumen 4TMC
diwakili oleh butir soal nomor 9 dan 10.Pada konsep ini, persentase siswa yang
mengalami miskonsepsi sebesar 9,46%, termasuk ke dalam miskonsepsi level
rendah dengan skor rata-rata CR 4,60. Konsep tetapan kesetimbangan tekanan
parsial (Kp) teridentifikasi dua miskonsepsi signifikan yang dialami siswa yaitu
M4-1 pada soal nomor 9, dan M4-2 pada soal nomor10.
Indikator soal untuk nomor 9 yaitu disajikan persamaan reaksi kesetimbangan
heterogen, siswa dapat menjelaskan rumus tetapan kesetimbangan berdasarkan
tekanan parsial (Kp). Pada butir soal ini teridentifikasi M4-1 yaitu Kpadalah
perkalian tekanan setiap senyawa pada reaktan dibagi dengan tekanan setiap
senyawa pada produk, dan fasa yang digunakan adalah semua fasa. Berikut
Gambar 4.18 menampilkan butir soal nomor 9 pada instrumen tes 4TMC.
66
Gambar 4.18 Butir Soal Nomor 9
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 9 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.19.
Gambar 4.19 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 9
Pada M4-1 ini, terdapat tiga siswa yang mengalami miskonsepsi.
Selanjutnya indikator soal untuk nomor 10 adalah disajikan persamaan reaksi
kesetimbangan, siswa dapat menentukan harga Kp berdasarkan mol saat
setimbang. Pada butir soal ini teridentifikasi M4-2 yaitu pada perhitungan harga
Kpdiperoleh dengan perkalian tekanan tiap zat dimana tekanan tersebut
67
didapatkan dari mol gas tersebut dikalikan tekanan total. Berikut Gambar 4.20
menampilkan butir soal nomor 10 pada instrumen tes 4TMC.
Gambar 4.20 Butir Soal Nomor 10
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 10 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.21.
Gambar 4.21 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 10
Pada M4-1 ini, terdapat empat siswa yang mengalami miskonsepsi.Jumlah
siswa yang termasuk kategori memahami konsep lebih banyak daripada kategori
lainnya. Artinya, sebagian besar siswa sudah memahami bagaimana cara
menentukan harga Kp.
68
Tetapan kesetimbangan yang dinyatakan sebagai Kp yakni tetapan
kesetimbangan dapat dinyatakan berdasarkan tekanan parsial gas, bukan pada
konsentrasi molarnya (Petrucci, 1987, hlm. 193).
4. Hubungan Kc dan Kp
Konsep hubungan Kc dan Kp pada instrumen 4TMC diwakili pada butir soal
nomor 11. Pada konsep ini, persentase siswa yang mengalami miskonsepsi paling
kecil dibandingkan konsep kesetimbangan kimia lainnya yaitu sebesar 8,11%,
termasuk ke dalam miskonsepsi level rendah dengan skor rata-rata CR 5,22.
Konsep hubungan Kc dan Kp teridentifikasi satu miskonsepsi signifikan yang
dialami siswa yaitu Kc adalah Kp=Kc/T (M5-1) pada soal nomor 11.
Indikator soal untuk nomor 11 yaitu disajikan persamaan reaksi kesetimbangan,
siswa dapat menentukan harga Kc berdasarkan harga Kp dalam
kesetimbangan.Berikut Gambar 4.22 menampilkan butir soal nomor 11 pada
instrumen tes 4TMC.
Gambar 4.22 Butir Soal Nomor 11
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 11 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.23.
69
Gambar 4.23 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 11
Pada M5-1 ini, terdapat tiga siswa yang mengalami miskonsepsi.Jumlah
siswa yang termasuk kategori memahami konsep lebih banyak daripada kategori
lainnya.Artinya, sebagian besar siswa sudah memahami bagaimana hubungan Kc
dan Kp.
5. Derajat Disosiasi
Konsep derajat disosiasi pada instrumen 4TMC diwakili pada butir soal
nomor 12 dan 13. Pada konsep ini, persentase siswa yang mengalami miskonsepsi
sebesar 9,46%, termasuk ke dalam miskonsepsi level rendah dengan skor rata-rata
CR 4,96. Konsep derajat disosiasi teridentifikasi tiga miskonsepsi signifikan yang
dialami siswa yaitu M6-1 pada soal nomor 12,M6-2 dan M6-3 pada soal nomor13.
Indikator soal untuk nomor 12 adalah disajikan persamaan reaksi kesetimbangan,
siswa dapat menentukan mol suatu zat pada saat terurai jika diketahui besar
derajat disosiasi.Pada butir soal ini teridentifikasi M6-1 yaitu dari derajat
disosiasi dapat diketahui banyaknya mol produk yang dihasilkan. Berikut
Gambar 4.24 menampilkan butir soal nomor 12 pada instrumen tes 4TMC.
70
Gambar 4.24 Butir Soal Nomor 12
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 12 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.25.
Gambar 4.25 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 12
Pada M6-1 ini, terdapat dua siswa yang mengalami miskonsepsi. Selanjutnya
indikator soal nomor 13 adalah disajikan persamaan reaksi kesetimbangan, siswa
dapat menentukan derajat disosiasi jika diketahui mol dalam keadaan setimbang.
Pada butir soal ini teridentifikasi M6-2 yaitu jumlah mol pereaksi mula-mula
dibagi dengan jumlah mol pereaksi yang terurai. Berikut Gambar 4.26
menampilkan butir soal nomor 13 pada instrumen tes 4TMC.
71
Gambar 4.26 Butir Soal Nomor 13
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 13 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.27.
Gambar 4.27 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 13
Pada M6-2 ini, terdapat satu siswa kelompoktinggi yang mengalami
miskonsepsi. Jumlah siswa yang termasuk kategori memahami konsep lebih
banyak dibandingkan dengan siswa dalam kategori lainnya.Hal ini menunjukkan
sebagian besar siswa telah memahami konsep derajat disosiasi.
Pada butir soal nomor 13 ini juga teridentifikasi M6-3 yaitu derajat disosiasi
dapat ditentukan dengan mol produk yang terbentuk dibagi mol produk terurai.
Pada M6-3 ini, banyak siswa yang masih salah dalam memahami konsep
pengertian derajat disosiasi dan mencari nilai derajat disosiasi. Kesetimbangan
72
disosiasi dapat terjadi bila pada keadaan awal sistem mengandung pereaksi, dan
kemudian terurai menjadi hasil reaksi. Dalam system masih terdapat pereaksi
karena hanya sebagian saja yang terdisosiasi (terurai) (Syukri, 1999, hlm. 326).
Bagian yang terdisosiasi ini disebut derajat disosiasi.
6. Arah Pergeseran Kesetimbangan dengan Menggunakan Azas Le Chatelier
Konsep memperkirakan arah pergeseran dengan menggunakan Azas Le
Chatelier pada instrumen 4TMC diwakili pada butir soal nomor 14, 15, 16 dan
17. Konsep ini adalah konsep kesetimbangan kimia yang mengalami miskonsepsi
paling tinggi dibandingkan konsep-konsep kesetimbangan kimia lainnya dengan
persentase sebanyak 30,63%, termasuk ke dalam miskonsepsi level sedang
dengan skor rata-rata CR 4,54. Konsep memperkirakan arah pergeseran dengan
menggunakan Azas Le Chatelier teridentifikasi delapan miskonsepsi signifikan
yang dialami siswa yaitu M7-1 pada soal nomor 14, M7-2, M7-3 dan M7-4 pada
soal nomor 15, M7-5 dan M7-6 pada nomor 16, M7-7 dan M7-8 pada nomor 17.
Indikator soal nomor 14 adalah disajikan persamaan reaksi kesetimbangan, siswa
dapat menentukan reaksi yang tidak terpengaruh dalam perubahan volume. Pada
butir soal ini teridentifikasi M7-1 yaitu jumlah mol yang sama besar antara
reaktan dan produk dapat mempengaruhi pergeseran volume. Berikut Gambar
4.28 menampilkan butir soal nomor 14 pada instrumen tes 4TMC.
73
Gambar 4.28 Butir Soal Nomor 14
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 14 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.29.
Gambar 4.29 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 14
Pada butir soal ini membahas tentang perubahan volume, jumlah siswa dalam
kategori memahami konsep berjumlah 26 sampel dari jumlah keseluruhan 37
sampel.Siswa yang mengalami miskonsepsi yaitu 2 siswa. Pada butir soal ini
hanya 5,41% siswa yang mengalami miskonsepsi pada butir soal ini sehingga
dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa sudah memahami konsep pengaruh
volume pada pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan Azas Le Chatelier.
Konsep yang sesuai untuk butir soal nomor 14 adalah jika volume pada
sistem kesetimbangan diperbesar, maka reaksi akan bergeser ke arah yang
74
mempunyai jumlah mol yang lebih besar dan jika volume diperkecil, maka reaksi
akan bergeser ke arah yang mempunyai jumlah mol yang lebih kecil. Namun, jika
mol pada pereaksi dan hasil reaksi sama maka tidak akan terjadi pergeseran
kesetimbangan (Petrucci, 1987, hlm. 202).
Indikator soal nomor 15 adalah disajikan persamaan reaksi kesetimbangan,
siswa dapat memperkirakan arah pergeseran kesetimbangan dengan
menggunakan Azas Le Chatelier jika konsentrasi ditambahkan.Pada butir soal
ini teridentifikasi M7-2 yaitu penambahan pereaksi setelah pergeseran akan
menambah jumlah pereaksi dan hasil reaksi akan berkurang. Berikut Gambar
4.30 menampilkan butir soal nomor 15 pada instrumen tes 4TMC.
Gambar 4.30 Butir Soal Nomor 15
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 15 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.31.
Gambar 4.31 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 15
75
Pada butir soal nomor 15, membahas tentang perubahan konsentrasi. Pada
M7-2 ini jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi lebih banyak kedua
dibanding jumlah siswa pada kategori lain. Diantara 29,73% rata-rata persentase
miskonsepsi yang dialami siswa pada butir soal ini, siswa yang mengalami
miskonsepsi signifikan M7-2 ada lima siswa.
Pada butir soal nomor 15 ini juga teridentifikasi M7-3 yaitu penambahan
reaktan atau pengurangan produk akan menghentikan reaksi kesetimbangan. Pada
M7-3 ini, terdapat tiga siswa mengalami miskonsepsi.
Pada butir soal nomor 15 ini juga teridentifikasi M7-4 yaitu pada penambahan
reaktan atau pengurangan produk tidak bepengaruh terhadap pergeseran
kesetimbangan. Pada M7-4 ini, terdapat tiga siswa mengalami miskonsepsi.
Pendekatan secara kualitatif, yang didasarkan pada asas Le Chatelier,
menyatakan bahwa jika ada perlakuan terhadap sistem kesetimbangan dengan
menambahkan konsentrasi salah satu pereaksi, maka akan terdapat reaksi yang
mengkonsumsi pereaksi tambahan tersebut. Ini berarti akan ada terdapat reaksi
balik, dimana konsentrasipereaksi ataupun hasil reaksi akan bertambah dari
konsentrasi awal sebelum adanya penambahan konsentrasi salah satu pereaksi
(Petrucci, 1987, hlm. 200). Konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi akan sama-
sama bertambah untuk mempertahankan kesetimbangan sistem.
Ternyata sangat banyak siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan.Banyak siswa
meyakini bahwa dengan adanya penambahan konsentrasi salah satu zat dalam
kesetimbangan akan membuat konsentrasi zat tersebut akan lebih banyak dari
sebelumnya dari zat-zat lain yang juga terlibat dalam reaksi, konsep sebenarnya
telah dijelaskan bahwa penambahan konsentrasi zat akan ada yang dirubah untuk
menjadi zat yang terdapat pada reaksi balik. Hal ini dilakukan untuk
mempertahankan keadaan setimbang. Begitu pula jika salah satu zat dikurangi,
banyak siswa yang meyakini bahwa zat yang dikurangi tersebut akan menjadi
lebihsedikitdarizatlaindalamreaksikesetimbangan. Konsep sebenarnya adalah
jika ada zat yang dikurangi maka akan ada perubahan dari zat lain yang berada
76
pada reaksi sebaliknya untuk menjadi zat yang dikurangi. Hal ini pun terjadi
untuk mempertahankan reaksikesetimbangan.
Pada butir soal nomor 16, membahas tentang perubahan tekanan. Indikator
soal nomor 16 adalah disajikan persamaan reaksi kesetimbangan, siswa dapat
memperkirakan arah pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan Azas Le
Chatelier jika suhu tetap dan tekanan dinaikkan. Pada butir soal ini teridentifikasi
M7-5 yaitu tekanan diperbesar maka akan bergeser ke reaksi yang jumlah mol
lebih besar. Berikut Gambar 4.32 menampilkan butir soal nomor 16 pada
instrumen tes 4TMC.
Gambar 4.32 Butir Soal Nomor 16
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 16 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.33.
Gambar 4.33 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 16
77
Pada butir soal ini jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi paling
banyak dibanding jumlah siswa pada kategori lain. Diantara 48,65% rata-rata
persentase miskonsepsi yang dialami siswa pada butir soal ini, siswa yang
mengalami miskonsepsi ada 10 siswa mengalami miskonsepsi.
Pada butir soal nomor 16 ini juga teridentifikasi M7-6 yaitu reaksi
kesetimbangan yang berbeda jumlah mol reaktan dan produknya tidak akan
dipengaruhi jika tekanan diperbesar.Pada M7-6 ini, terdapatdelapan siswa yang
mengalami miskonsepsi.
Ternyata masih terdapat siswa yang salah memahami pengaruh tekanan pada
reaksi kesetimbangan. Siswa yang mengalami miskonsepsi meyakini bahwa
dengan menambah tekanan reaksi akan bergeser kearah reaksi yang memiliki
jumlah mol yang lebih besar, dan meyakini bahwa jika tekanan dikurangi maka
reaksi akan bergeser kearah reaksi yang memiliki jumlah mol yang lebih kecil.
Konsep yang sesuai untuk butir soal nomor 16 adalah jika tekanan pada
sistem kesetimbangan yang melibatkan gas ditingkatkan, reaksi akan bergeser ke
arah yang mempunyai jumlah mol yang lebih kecil dan jika tekanan diturunkan,
reaksi akan bergeser ke arah reaksi dengan jumlah mol yang lebih besar
(Petrucci, 1987, hlm. 202). Pergeseran yang dilakukan untuk menyeimbangkan
kembali reaksi kesetimbangan yang telah terjadi.Ketika bergeser ke jumlah
mol yang lebih kecil artinya pergeseran ini intuk mengurangi tekanan yang
ditambahkan.Sedangkan ketika bergeser ke jumlah mol yang lebih besar artinya
pergeseran ini untuk menambah tekanan yang dikurangi. Namun, jika jumlah
mol pada pereaksi dan hasil reaksi sama maka tidak akan terjadi pergeseran
kesetimbangan.
Pada butir soal nomor 17, membahas tentang perubahan suhu. Indikator soal
nomor 17 adalah disajikan persamaan reaksi kesetimbangan, siswa dapat
memperkirakan arah pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan Azas Le
Chatelier jika suhu dinaikkan.. Pada butir soal ini teridentifikasi M7-7 yaitu suhu
dinaikkan maka kesetimbangan akan bergeser ke reaksi eksotermik. Berikut
Gambar 4.34 menampilkan butir soal nomor 17 pada instrumen tes 4TMC.
78
Gambar 4.34 Butir Soal Nomor 17
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 17 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.35.
Gambar 4.35 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 17
Pada butir soal ini jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi adalah 7 siswa.
Diantara 18,92% rata-rata persentase miskonsepsi yang dialami siswa pada butir
soal ini, ada tiga siswa yang mengalami miskonsepsi signifikan M7-7.
Selanjutnya, pada M7-8 terdapat empat siswa mengalami miskonsepsi.
Pengaruh suhu pada reaksi kesetimbangan juga menggunakan asas Le Chatelier.
Pernyataan kualitatif bagi pengaruh suhu adalah penambahan kalor akan menguntungkan
reaksi yang menyerap panas (endotermik), sedangkan menurunkan suhu akan
menguntungkan reaksi yang melepaskan kalor (eksotermik). Sistem berusaha mengganti
kalor yang dikeluarkan (Petrucci, 1987, hlm. 202).Maka dapat disimpulkan bahwa
peningkatansuhusuatu campuran kesetimbangan akan menyebabkan pergeseran
79
kesetimbangan ke arah reaksi endoterm dan penurunan suhu akan menyebabkan
pergeseran reaksi kesetimbangan ke arah reaksi eksoterm. Masih terdapat siswa yang
meyakini bahwa jika suhu dinaikkan akanada peregeseran ke arah reaksi eksotermik, dan
jika suhu diturunkan akan bergeser ke arah reaksi endotermik. Sebagian siswa yang
mengalami miskonsepsi masih salah dalam menentukan reaksi endotermik dan reaksi
eksotermik.
7. Kesetimbangan Kimia dalam Industri
Konsep kesetimbangan kimia dalam industri pada instrumen 4TMC
diwakili pada butir soal nomor 18, 19 dan 20. Pada konsep ini, persentase siswa
yang mengalami miskonsepsi sebesar 24,32%, termasuk ke dalam miskonsepsi
level rendah dengan skor rata-rata CR 4,66.Jumlah siswa yang termasuk kategori
miskonsepsi pada konsep ini adalah jumlah kedua terbanyak diantara konsep-
konsep kesetimbangan lainnya. Hal ini disebabkan karena konsep kesetimbangan
kimia ini jarang dijelaskan oleh guru kimia di sekolah, hanya sebagai pelengkap
saja atau siswa hanya mempelajari secara otodidak. Padahal konsep ini dapat
membuat siswa paham, kenapa ia harus mempelajari konsep kesetimbangan.
Konsep kesetimbangan ternyata memang dekat dengan kebutuhan hidup
manusia.Konsep kesetimbangan kimia dalam industriteridentifikasi empat
miskonsepsi signifikan yang dialami siswa yaitu M8-1 pada soal nomor 18, M8-
2 pada soal nomor 19, dan M8-3 dan M8-4 pada soal nomor20.
Indikator soal untuk nomor 18 adalah disajikan pernyataan dalam
pembuatan asam sulfat, siswa dapat menjelaskan kondisi optimum untuk
memproduksi bahan kimia di industri yang didasarkan pada reaksi
kesetimbangan. Pada butir soal ini teridentifikasi M8-1 yaitu penggunaan katalis
dalam proses kontak tidak diperlukan. Berikut Gambar 4.36 menampilkan butir
soal nomor 18 pada instrumen tes 4TMC.
80
Gambar 4.36 Butir Soal Nomor 18
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 18 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.37.
Gambar 4.37 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 18
Pada M8-1 ini, terdapat delapan siswa mengalami miskonsepsi. Selanjutnya
indikator soal nomor 19 adalah Disajikan reaksi pembuatan belerang trioksida,
siswa dapat menyebutkan cara agar produksi belerang trioksida meningkat. Pada
butir soal ini teridentifikasi M8-2 yaitu SO2 dioksidasi menjadi SO3 dalam
tahapan pembuatan asam sulfat dilakukan tanpa katalis. Berikut Gambar 4.38
menampilkan butir soal nomor 19 pada instrumen tes 4TMC.
81
Gambar 4.38 Butir Soal Nomor 19
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 19 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.39.
Gambar 4.39 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 19
Pada M8-2 ini, terdapat delapan siswa mengalami miskonsepsi.Sebagian
besar miskonsepsi yang terjadi pada konsep ini adalah siswa meyakini bahwa
proses oksidasi SO2 menjadi SO3 dilakukan tanpa adanya bantuan katalis.
Padahal dalam dunia industri katalis sangat penting digunakan untuk
82
mempercepat terjadinya reaksi sehingga produk yang dihasilkan dalam waktu
singkat.
Pembuatan asam sulfat yang disebut proses kontak merupakan salah satu
dari sekian banyak industri kimia yang menggunakan prinsip kesetimbangan.
Reaksi yang terjadi dapat diringkas sebagaiberikut:
a. S(s)+O2(g)⇾SO2(g)
b. 2SO2(g) + O2(g)⇌2SO3(g)
c. H2SO4(aq)+SO3(g) ⇾H2S2O7(l)
d. H2S2O7(l)+H2O(l)⇾ H2SO4(aq)
Tahap paling penting adalaha tahap yang kedua, reaksi ini merupakan reaksi
kesetimbangan dan eksoterm.Reaksi ini hanya berlangsung baik pada suhu
tinggi. Akan tetapi pada suhu tinggi reaksi justru akan bergeser ke kiri. Pada
proses kontak digunakan suhu sekitar 450oC dan katalis V2O5. Jika tekanan
diperbesar akan menguntungkan produksi SO3, tetapi penambahan tekanan
ternyata tidak diimbangi penambahan hasil yang memadai. Olehkarena itu,
pada proses kontak tidak digunakan pada tekanan besar tetapi pada tekan normal
yaitu antara 1-3 atm (Purba, 2006, hlm. 153).
Miskonsepsi terjadi pada siswa yang kebingungan akan reaksi pada tahap
mana terjadi reaksi kesetimbangan. Siswa juga menyakini bahwa katalis tidak
diperlukan dalam industri pembuatan asam sulfat. Konsep katalis yang tidak
menggeser reaksi kesetimbangan tetap diyakini siswa, sehingga siswa
menganggap katalis tidak digunakan dalam pembuatan asam sulfat.Padahal
katalis sangat diperlukan untuk mempercepat lajureaksi.
Indikator soal nomor 20 adalah disajikan pernyataan dalam pembuatan
amonia dengan proses Haber-Bosch, siswa dapat menjelaskan kondisi optimum
untuk memproduksi bahan kimia di industri yang didasarkan pada reaksi
kesetimbangan.Pada butir soal ini teridentifikasi M8-3 yaitu suhu tinggi pada
pembuatan ammonia akan memperlambat reaksi. Berikut Gambar 4.40
menampilkan butir soal nomor 20 pada instrumen tes 4TMC.
83
Gambar 4.40 Butir Soal Nomor 20
Berikut salah satu pola jawaban siswa pada soal nomor 20 yang teridentifikasi
sebagai miskonsepsi pada Gambar 4.41.
Gambar 4.41 Pola Jawaban Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 20
Pada M8-3 ini, terdapat lima siswa mengalami miskonsepsi. Pada butir soal
nomor 20 juga teridentifikasi M8-4 yaitu penggunaan katalis dalam proses Haber
Bosch tidak diperlukan. Pada M8-4 ini, terdapat enam siswa mengalami
miskonsepsi. Peningkatan tekanan dan penurunan volume campuran
kesetimbangan akan menggeser kesetimbangan ke arah ammonia (atau
memproduksi ammonia yang lebih banyak). Reaksi kekanan bersifat
eksoterm.Reaksi eksoterm berlangsung lebih baik terjadi jika suhu diturunkan
84
(Petrucci, 1987, hlm. 212).Jadi dapat disimpulkan kondisi yang sesuai untuk
memproduksi ammonia secara optimal dengan mempertimbangan faktor-faktor
pergeseran kesetimbangan adalah tekanan tinggi dan suhu rendah.Tetapi keadaan
tersebut tidak mengatasi masalah laju reaksi, Pada suhu rendah laju reaksi
pembentukan ammonia berjalan sangat lambat. Salah satu cara untuk
mempercepat laju reaksi adalah dengan meningkatkan suhu sekalipun
konsentrasi kesetimbangan NH3 berkurang. Keadaan reaksi yang biasa dilakukan
pada proses Haber-Bosch adalah pada suhu 550 , tekanan berkisar 150-300 atm
dan katalis biasanya besi dengan campuran Al2O3 (Petrucci, 1987, hlm.
212).Ternyata kondisi optimal dengan mempertimbangkan faktor pergeseran
kesetimbangan tidak selalu menguntungkan dunia industri. Harus diperhatikan
lagi dari sisi lain faktor yang mempengaruhi reaksi tersebut, diantaranya faktor
laju reaksi dan faktor keselamatan kerja. Namun, siswa yang mengalami
miskonsepsi meyakini bahwa katalis tidak diperlukan dalam pembuatan
ammonia.Hal ini disebabkan oleh konsep yang dipahami siswa bahwa katalis
tidak menggeser kesetimbangan.Konsep ini memang benar secara ilmiah, tetapi
tetap katalis diperlukan untuk mempercepat reaksi pembentukan ammonia. Dan
juga masih terdapat siswa yang meyakini bahwa dengan menaikkan suhu akan
memperlambat reaksi. Miskonsepsi ini mungkin disebabkan karena siswa
meyakini agar reaksi bergeser ke arah produk suhu harus diturunkan.Namun, hal
ini harus dihubungkan lagi dengan faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Semakin tinggi suhu akan membuat reaksi semakin cepat terjadi.
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang didapatkan dari tes diagnostik
Four-Tier Multiple Choice (4TMC) untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa
SMAIT Thariq Bin ZiyadBekasi terhadap konsep kesetimbangan kimia dapat
disimpulkan bahwa :
1. Terdapat miskonsepsi pada siswa kelas XI MIA SMAIT Thariq
Bin ZiyadBekasipada konsep kesetimbangankimia.
2. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi sebanyak 11,7
% dari jumlah sampel yang diteliti sebanyak 37 siswa, miskonsepsi
termasuk kategori rendah.
3. Ragam miskonsepsi yang dialami siswa pada konsep
kesetimbangan kimia diantaranya: kesetimbangan dinamis18,92%,
kesetimbangan homogen dan heterogen9,01%, tetapan kesetimbangan
konsentrasi (Kc) 14,86%, tetapan kesetimbangan tekanan parsial (Kp) 9,46%,
Hubungan Kc dan Kp 8,11%, derajat disosiasi 9,46%, arah pergeseran
dengan menggunakan Asas Le Chatelier 30,63%, dan kesetimbangan kimia
dalam industri 24,32%..
B. Saran
Karakteristik dari miskonsepsi pada umumnya yaitu melekat kuat
danberperan penting dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu, setelah
penelitian ini dilakukan, saran yang dapat peneliti sampaikan bagi penelitian
selanjutnya yaitu sebaiknya identifikasi miskonsepsi dilakukan pada siswa, guru
bahkan bahan ajar, untuk melihat penyebab miskonsepsi secara keseluruhan yang
terjadi pada pelajaran kimia, baik pada konsep kesetimbangan kimia maupun
konsep lainnya.
86
87
DAFTAR PUSTAKA
Ağgül Yalçın, F. (2011). Investigation of the Change of Science Teacher
Candidates’ Misconceptions of Acids-Bases with respect to Grade
Level.Journal of Chemistry Education, 8(3), 161–172.
Ali. (2015).A Review and Comparison of Diagnostic Instruments to Identify
Students’ Misconceptions in Science.Journal of Chemistry Education, 2 (3).
Anti Prapti Siwi, D. (2013). Identifikasi Miskonsepsi Kelas VIII Pada Konsep
Sistem Pencernaan dan Pernafasan. Skripsi Program Studi Pendidikan
Kimia UIN Syari Hidayatullah Jakarta, h.45
Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi
Cetakan Keenam. Jakarta : Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Puatu Pendekatan Praktik Edisi
Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Rosdakarya.
Berg, Van den. (2006). Makalah: Konsep, Peta Konsep, Konsepsi dan
Miskonsepsi. Salatiga: UKSW.
Bernal-Ballen, A., & Ladino-Ospina, Y. (2019). Assessment: A suggested
strategy for learning chemical equilibrium. Education Sciences, 9(3).
https://doi.org/10.3390/educsci9030174
Brandriet, Alexandra R. dan Stacey Lowery Bretz. (2014). Measuring Meta-
Ignorance Through The Lens of Confidence: Examining Students Redox
Misconceptions About Oxidation Numbers, Charge, And Electron Transfer.
Journal of Chemistry Education.
Caleon, I., & Subramaniam, R. (2010). Do Students Know What They Know and
What They Do Not Know. Using a Four-Tier Diagnostic Test to Assess the
Nature of Students’ lternative Conceptions. Research in Science Education,
313-337.
88
Chang, Raymond.(2004). Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Chang, Raymond.(2004).Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Chiang, W. W., Chiu, M. H., Chung, S. L., & Liu, C. K. (2014). Survey of high
school students’ understanding of oxidation-reduction reaction. Journal of
Baltic Science Education, 13(5), 569–607.
Dwi Anti Prapti Siwi. (2013). Identifikasi Miskonsepsi Kelas VIII Pada Konsep
Sistem Pencernaan dan Pernafasan. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Hlm. 45
Fajarianingtyas, Dyah Ayu & Yuniastri, R. (2015). Upaya reduksi miskonsepsi
siswa pada konsep reaksi redoks melalui model guided Inquiry di SMA
Negeri I Sumenep. Jurnal Lentera Sains (Lensa), 5(2), 37–46.
Farhati, Resti Nur. (2015). Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep
Kesetimbangan Kimia Menggunakan Three Tier Test.Skripsi. Jakarta : UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fitriyah, Nurul dan Sukarmin. (2013). Penerapan Media Animasi Untuk
Mencegah Miskonsepsi Pada Materi Pokok Asam-Basa di kelas XI SMAN 1
Menganti Gresik. Unesa Journal of Chemical Education, 2 (3).
Gurel, D. K., Eryilmaz, A., & McDermott, L. C. (2015). A review and comparison
of diagnostic instruments to identify students’ misconceptions in science.
Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 11(5),
989–1008. https://doi.org/10.12973/eurasia.2015.1369a
Illeris, Knud. (2011). Contemporary Theories of Learning: Teori-teori
Pembelajaran Kontemporer. Bandung : Penerbit Nusa Media.
Islami, Dini. (2018). Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Ikatan Kimia
Menggunakan Tes Four-Tier Multiple-Choice (4tmc) di SMA Negeri 1
Karawang. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ismail, I. I., Samsudin, A., Suhendi, E., & Kaniawati, I. (2015). Diagnostik
Miskonsepsi Melalui Listrik Dinamis Four Tier Test. Prosiding Simposium
Nasional Inovasi Dan Pembelajaran Sains, 2015(June 2015), 381–384.
89
Lemma, A. (2012). Diagnosing the Diagnostics: Misconceptions of Twelfth Grade
Students on Selected Chemistry Concepts in Two Preparatory Schools in
Eastern Ethiopia. African Journal of Chemical Education, 2(February), 16–
31.
Mentari, L., Suardana, N., Wayan, I., Jurusan, S., & Kimia, P. (2014). Analisis
Miskonsepsi Siswa Sma Pada Pembelajaran Kimia Untuk Materi Larutan
Penyangga. Jurnal Kimia Visitalis Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan
Pendidikan Kimia, 2, 76–87.
Muhammad, F & Djaali. (2005) Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : PTIK
Press
Ormrod, J. E. (2008). Psikologi Pendidikan, Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang. Jakarta: Erlangga.
Oxtoby, D. W. (2001). Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga, 2001.
Petrucci, Ralph H. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 3. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sreenivasulu, B., & Subramaniam, R. (2014). Exploring Undergraduates’
Understanding of Transition Metals Chemistry with The Use of Cognitive
and Confidence Measures. Res Sci Education 44:801–828, 801–828.
Stojanovska, M. I., Soptrajanov, B. T., & Petrusevski, V. M. (2012). Addressing
Misconceptions about the Particulate Nature of Matter among Secondary-
School and High-School Students in the Republic of Macedonia. Creative
Education, 03(05), 619–631. https://doi.org/10.4236/ce.2012.35091
Sugiyarto. Heru Pratomo Al. (2013). Miskonsepsi Atas Konsep Asam-Basa,
Kesetimbangan Kimia, dan Redoks dalam Berbagai Buku-Ajar Kimia
SMA/MA. Jurnal Kimia Universitas Negeri Yogyakarta FMIPA jurusan
Pendidikan Kimia, 41.
Sugiyono. (2008).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Penerbit Alfabeta.
90
Suparno, Paul. 2013. Miskonsepsi & Perubahan Konsep Dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: PT Gramedia WidiasaranaIndonesia.
Suyanti, Retno Dwi. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Suyono. (2014). Ce-14 Misconception Prevention of Senior High School Students
on Chemistry Concepts Using Several Inquiry-Based. May, 18–20.
Suwarto. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syukri. (1999). Kimia Dasar 3. Bandung : Penerbit ITB.
Taber, K. (2010). Challenging Misconceptions in the Chemistry Classroom:
Resources to Support Teachers. Educació Química, 0(4), 13-20–20.
https://doi.org/10.2436/eduq.v0i4.809
Treagust, D. F. (1988). Development and Use of Diagnostic Tests to Evaluate
Students' Misconceptions in Science. International Journal of Science
Education, 10:2, 159-169
Wahyuni, T., Raharjo, & Ducha, N. (2016). Analisis Miskonsepsi Materi Sistem
Gerak Manusia pada Siswa Kelas XI MIA Menggunakan Tes Diagnostik
Three-Tier Multiple Choice Diagnostic Tests. Bioedu, 220-225.
Widyatmoko.(2009). Kimia Dasar. Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti.
91
Lampiran 1
TELAAH LITERATUR
MISKONSEPSI KESETIMBANGAN KIMIA
1. Friesta Ade Monita dan Bambang Suharto. Identifikasi dan Analisis
Miskonsepsi Siswa Menggunakan Three Tier Multiple ChoiceDiagnostic
Instrument Pada Konsep Kesetimbangan Kimia. Jurnal Inovasi
Pendidikan Sains Vol 7 No 1 hlm 27-38. 2016.
Menurut Friste Ade Monita dan Bambang Suharto, Konsep
Kesetimbangan Kimia yang Membuat Siswa Mengalami Miskonsepsi
Adalah :
a. Kesetimbangan Dinamis
b. Kesetimbangan Homogen dan Heterogen
c. Tetapan kesetimbangan
d. Hubungan Kuantitatif Antar Komponen dalam Reaksi Kesetimbangan
e. Pergeseran Kesetimbangan
f. Kesetimbangan Kimia dalam Proses Industri
2. Anggi Ristiyana Puspita Sari, Irwanto, Rizki Nor Amelia, Siwi Nugraheni.
Potensi Miskonsepsi Istilah Kimia pada Buku Ajar Kimia SMA pada
Materi Kesetimbangan Kimia ditinjau dari Aspek Kebahasaan. Prosiding
Seminar Nasional Kebijakan Nasional Kebahasaan. 2015.
Menurut Anggi Ristiyana Puspita Sari, Irwanto, Rizki Nor Amelia, Siwi
Nugraheni, Istilah pada Konsep Kesetimbangan Kimia yang membuat
Siswa Mengalami Miskonsepsi Adalah :
a. Kesetimbangan
b. Dinamis
c. Konsentrasi
d. Endoterm
92
e. Proses Kontak
f. Fase
g. Reaksi
3. Mutiah. Analisis Miskonsepsi Mahasiswa Pada Empat Konsep Esensial
Kesetimbangan Kimia. Jurnal Pijar MIPA Vol 7 No 1. 2012.
Menurut Mutiah, Konsep Kesetimbangan Kimia yang Membuat
Mahasiswa Mengalami Miskonsepsi Adalah :
a. Miskonsepsi pada Aspek Stoikiometri pada Perhitungan Mol,
Perhitungan Jumlah Zat yang Berekasi dan Hasil Reaksi Berdasarkan
Koefisien Reaksi, dan Mengidentifikasi Pereaksi Berlebih yang
Berkaitan dengan Konsentrasi Zat Saat Setimbang.
b. Miskonsepsi pada Persamaan Nilai Kc dan Penggunaan Satuan Mol
dalam Menghitung Nilai Kc
c. Miskonsepsi Perhitungan Mol Berdasarkan Persamaan Gas Ideal dan
Makna Hukum Gas Ideal PV = nRT
d. Miskonsepsi dalam Melibatkan Konsentrasi Zat Padat pada
Perhitungan Kc, Miskonsep Pengaruh Zat Padat pada Pergeseran
Kesetimbangan, Miskonsepsi Penambahan Gas NH3 pada Pergeseran
Kesetimbangan dan Miskonsepsi Pengaruh Penambahan Gas Inert
(Pada V,T Tetap) dalam Sistem Kesetimbangan.
4. Sugiyarto dan Heru Pratomo. Miskonsepsi Atas Konsep Asam Basa,
Kesetimbangan Kimia, dan Redoks dalam Berbagai Buku Ajar Kimia
SMA. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi 1 Tahun Ke 1. 2013.
Menurut Sugiyarto dan Heru Pratomo, Konsep Kesetimbangan Kimia
yang Membuat Siswa Mengalami Miskonsepsi Adalah :
a. Miskonsepsi Keadaan Setimbang Secara Kinetik
b. Miskonsepsi Satuan Tetapan Kesetimbangan
c. Miskonsepsi Koefisien Reaksi Kesetimbangan
d. Miskonsepsi Kesetimbangan Heterogen
5. Aninda Indriani, Ida Bagus Suryadharma, Yahmin. Identifikasi Kesulitan
Peserta Didik dalam Memahami Kesetimbangan Kimia. Jurnal
93
Pembelajaran Kimia Vol 2 No 1 hlm 9-13. 2017.
Menurut Aninda Indriani, Ida Bagus Suryadharma, Yahmin, Konsep
Kesetimbangan Kimia yang Membuat Siswa Mengalami Kesulitan Adalah
:
a. Miskonsepsi Kesetimbangan Dinamis. Siswa mengalami kesulitan
pada konsep ini karena siswa masih kesulitan mendeskripsikan
kesetimbangan dinamis. Siswa menganggap dalam keadaan setimbang
reaksi yang terjadi telah terhenti, konsentrasi produk dan konsentrasi
reaktan sama besar. Pada konsep konstanta kesetimbangan, kesulitan
siswa disebabkan siswa belum memahami penulisan dan perhitungan
nilai Kc. Siswa menganggap bahwa dalam keadaan setimbang jumlah
molekul reaktan dan produk sama besar tanpa melihat nilai Kc, serta
siswa menuliskan persamaan konstanta kesetimbangan tanpa
melibatkan koefisien reaksi.
b. Miskonsepsi pada Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran
Kesetimbangan Kimia meliputi: (1) faktor konsentrasi, kesulitan siswa
disebabkan siswa belum memahami pengaruh penambahan senyawa
padatan dalam reaksi kesetimbangan, (2) faktor volume, kesulitan
disebabkan peserta didik menganggap apabila volume sistem
diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah mol
terbesar, (3) faktor tekanan, kesulitan disebabkan peserta didik
menganggap apabila tekanan dinaikkan maka kesetimbangan akan
bergeser ke jumlah mol terbesar, (4) faktor suhu, kesulitan disebabkan
siswa belum memahami makna ΔH dalam persamaan reaksi.
94
Lampiran 2
HASIL STUDI PENDAHULUAN
WAWANCARA DENGAN GURU BIDANG STUDI KIMIA
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Kurikulum apa yang diterapkan di
SMA IT Thariq Bin Ziyad?
Kurikulum 2013
2. Apakah seluruh siswa kelas IX yang
Bapak/Ibu ampu bidang studi Kimia
sudah menerima/mempelajari materi
Kesetimbangan Kimia?
Ya, di semester 1 ini
3. Bagaimana hasil belajar siswa pada
materi Kesetimbangan Kimia
berdasarkan ketercapaian kompetensi
dasarnya?
Alhamdulillah mencapai KKM.
KKM 70
4. Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa
materi Kesetimbangan Kimiasalah
satu materi yang bersifat abstrak dan
sulit dalam penyampaiannya kepada
siswa serta sulit dipahami oleh
siswa? Mengapa?
Ya, setuju materi kesetimbangan
bersifat abstrak. Karena siswa sulit
membayangkan reaksi setimbang
ke dua arah seperti apa
5. Apa yang Bapak/Ibu ketahui
mengenai miskonsepsi siswa pada
konsep tertentu?
Biasanya siswa mengalami
miskonsepsi pada konsep kondisi
saat setimbang jumlah mol zat
bereaksi sama, faktor-faktor yang
mempengaruhi kesetimbangan dan
kenaikan suhu seolah-olah reaksi
bergeser ke arah reaksi eksoterm
6. Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa
materi Kesetimbangan Kimia
berpotensi menimbulkan
miskonsepsi pada siswa? Mengapa?
Ya, setuju. Karena konsep yang
saya sebutkan masih ada siswa
yang tidak bisa membedakannya
7. Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa
miskonsepsi yang dialami siswa
sangat mempengaruhi atau
mengganggu siswa dalam memahami
pembelajaran di tingkat selanjutnya?
Tidak setuju, karena materi
Kesetimbangan Kimia bukan syarat
dasar untuk materi selanjutnya
95
96
Lampiran 3
KISI-KISI INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER
MATERI KESETIMBANGAN KIMIA
Kompetensi Inti : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KOMPETENSI
DASAR
INDIKATOR
PEMBELAJARAN
INDIKATOR
SOAL
NOMOR
SOAL RANCANGAN SOAL JAWABAN
3.8 Menjelaskan
reaksi
kesetimbanga
n di dalam
hubungan
antara
pereaksi dan
hasil reaksi
Menjelaskan apa
yang dimaksud
dengan
kesetimbangan
dinamis
Disajikan peristiwa
pemanasan air dalam
wadah tertutup rapat,
siswa dapat
menjelaskan bahwa
peristiwa tersebut
mengalami
kesetimbangan
dinamis
1. Pada pemanasan air dalam wadah
tertutup rapat, setelah tercapai
titik didih dan tekanan uapnya
tetap, ternyata volume air tidak
berubah. Hal ini disebabkan
karena adanya...
www.davitchemicalz.blogspot.com
(A) Kesetimbangan dinamis
(B) Kesetimbangan statis
(C) Kesetimbangan spontan
(D) Kesetimbangan fisik
(E) Kesetimbangan satu arah
A
97
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Diberikan suatu aksi, reaksi berjalan secara spontan
(B) Diberikan suatu aksi, akan memberikan reaksi
balik
(C) Diberikan suatu aksi, reaksi terjadi statis
(D) Diberikan suatu aksi, reaksi mengalami perubahan
secara fisik
(E) Diberikan suatu aksi, reaksi tetap
B
Membedakan
kesetimbangan
homogen dan
heterogen
Disajikan beberapa
persamaan reaksi,
siswa dapat
menunjukkan reaksi
homogen
2. Perhatikan persamaan reaksi di bawah ini!
(1) N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g) (2) H2(g) + Cl2(g) ⇌ 2 HCl(g) (3) SnO2(s) + 2H2(g)⇌ Sn(s) + 2H2O(g))
(4) NH4OH(aq)⇌ NH4+
(aq) + OH-(aq)
(5) PbI2(s)⇌ Pb2+
(aq) + 2I–(aq)
Manakah yang termasuk kesetimbangan Homogen?
(A) (1) dan (3)
(B) (2) dan (5)
(C) (1), (2) dan (4)
(D) (1), (3) dan (4)
(E) (2), (3) dan (5)
C
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Semua fasa senyawa yang bereaksi berbeda
(B) Semua fasa senyawa yang bereaksi terdapat fasa
gas
(C) Semua fasa senyawa yang bereaksi sama
(D) Semua fasa senyawa yang bereaksi tidak terdapat
larutan murni
(E) Semua fasa senyawa yang bereaksi ada gas,
C
98
padatan dan larutan
Disajikan beberapa
persamaan reaksi,
siswa dapat
menunjukkan reaksi
heterogen
3. Perhatikan persamaan reaksi di bawah ini!
(1) FeSCN2+
(aq) ⇌ Fe3+
(aq) + SCN-(aq)
(2) AgNO3(aq) + NaCl(aq) ⇌ AgCl(s) + NaNO3(aq) (3) N2O4(g) ⇌ 2NO2(g)
(4) 2SO2(g) + O2(g) ⇌ 2SO3(g)
(5) CaCO3(s)⇌ CaO(s) + CO2(g)
Manakah yang termasuk kesetimbangan Heterogen?
(A) (1) dan (3)
(B) (2) dan (5)
(C) (1), (2) dan (4)
(D) (1), (3) dan (4)
(E) (2), (3) dan (5)
B
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Semua fasa senyawa yang bereaksi berbeda
(B) Semua fasa senyawa yang bereaksi terdapat fasa
larutan
(C) Semua fasa senyawa yang bereaksi sama
(D) Semua fasa senyawa yang bereaksi tidak terdapat
larutan murni
(E) Semua fasa senyawa yang bereaksi ada gas,
padatan dan larutan
A
Disajikan suatu
pernyataan, siswa
dapat menentukan
sifat kesetimbangan
heterogen
4. Kesetimbangan kimia dengan zat- zat yang berada
dalam keadaan setimbang mempunyai wujud yang
berbeda (dua fasa atau lebih) disebut...
(A) Kesetimbangan reaksi
(B) Kesetimbangan homogen
C
99
(C) Kesetimbangan heterogen
(D) Kesetimbangan sempurna
(E) Laju menuju keadaan setimbang
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Reaksi yang melibatkan reaktan dan produk yang
berbeda menghasilkan kesetimbangan homogen
(B) Reaksi yang melibatkan reaktan dan produk yang
sama menghasilkan kesetimbangan homogen
(C) Reaksi yang melibatkan reaktan dan produk yang
sama menghasilkan kesetimbangan heterogen
(D) Reaksi yang melibatkan reaktan dan produk yang
berbeda menghasilkan kesetimbangan heterogen
(E) Reaksi yang melibatkan reaktan dan produk yang
berbeda menghasilkan kesetimbangan reaksi
D
Merumuskan tetapan
kesetimbangan
Disajikan persamaan
reaksi
kesetimbangan
heterogen, siswa
dapat menjelaskan
rumus tetapan
kesetimbangan
konsentrasi (Kc)
5. Pada suhu tinggi, besi(III) hidrogen karbonat terurai
menurut reaksi:
Fe(HCO3)2(s) ⇌ FeO(s) + H2O(g) + 2CO2(g)
Tetapan kesetimbangan untuk reaksi di atas adalah
…
(A) Kc =
(B) Kc =
(C) Kc = [CO2]2 [H2O]
(D) Kc = [CO2]-1
[H2O]-1
(E) Kc =
C
100
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Dalam rumus tetapan kesetimbangan
heterogen, tetapan kesetimbangan hanya
dipengaruhi oleh produk saja dalam fasa apapun (B) Dalam rumus tetapan kesetimbangan
homogen, tetapan kesetimbangan hanya
dipengaruhi oleh produk saja dalam fasa apapun (C) Dalam rumus tetapan kesetimbangan
heterogen, tetapan kesetimbangan dipengaruhi
oleh reaktan dan produk dalam fasa s
(D) Dalam rumus tetapan kesetimbangan
homogen, tetapan kesetimbangan dipengaruhi
oleh reaktan dan produk dalam fasa g dan aq
(E) Dalam rumus tetapan kesetimbangan
heterogen, tetapan kesetimbangan dipengaruhi
oleh reaktan dan produk dalam fasa g dan aq
E
Disajikan persamaan
reaksi
kesetimbangan
beserta mol dalam
keadaan setimbang,
siswa dapat
menghitung harga
Kc
6. Dalam wadah 1L :
2SO2(g) + O2(g)⇌ 2SO3(g)
Berdasarkan reaksi dalam keadaan setimbang ,
didapatkan data SO2 sebanyak 4 mol, O2 sebanyak 4
mol dan SO3 sebanyak 2 mol
Nilai Kc reaksi tersebut adalah...
(A) 1/2
(B) 1/4
(C) 1/16
(D) 1/32
(E) 1/64
C
101
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Kc = konsentrasi reaktan dipangkatkan koefisien
dibagi konsentrasi produk dipangkatkan koefisien
(B) Kc = konsentrasi produk dipangkatkan koefisien
dibagi konsentrasi reaktandipangkatkan
koefisien
(C) Kc = konsentrasi produk dibagi konsentrasi
reaktan
(D) Kc = konsentrasi produk dipangkatkan koefisien
ditambah konsentrasi produk dipangkatkan
koefisien
(E) Kc = konsentrasi produk dikali konsentrasi
reaktan
B
Disajikan persamaan
reaksi
kesetimbangan
beserta mol dalam
keadaan setimbang
dan harga Kc, siswa
dapat menghitung
salah satu
konsentrasi zat
dalam
kesetimbangan
7. Dalam ruang 5 liter dimasukkan sejumlah gas A2B3
dan teruai menurut reaksi :
2A2B3(g)⇌ A2(g) + 2AB3(g)
Berdasarkan reaksi dalam keadaan setimbang,
didapatkan harga kesetimbangan (Kc) adalah 4,
A2B3 sebanyak 40 mol, A2 sebanyak 20 mol. Maka
berapakah konsentrasi AB3 ..... (A) 4 M
(B) 8 M
(C) 14 M
(D) 16 M
(E) 32 M
B
102
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Kc = konsentrasi reaktan dipangkatkan
koefisien dibagi konsentrasi produk
dipangkatkan koefisien
(B) Kc = konsentrasi produk dibagi konsentrasi
reaktan
(C) Kc = konsentrasi produk dipangkatkan koefisien
dibagi konsentrasi reaktandipangkatkan
koefisien
(D) Kc = konsentrasi produk dipangkatkan koefisien
ditambah konsentrasi produk dipangkatkan
koefisien
(E) Kc = konsentrasi produk dikali konsentrasi
reaktan
C
Disajikan persamaan
reaksi
kesetimbangan,
siswa dapat
menghitung harga
Kc berdasarkan mol
zat dalam
kesetimbangan
8. Sebanyak 3 mol gas N2O4 dimasukkan dalam wadah
5 L menurut reaksi :
N2O4(g) ⇌ 2NO2(g)
Setelah terbentuk 2 mol gas NO2 kesetimbangan
tercapai. Besarnya tetapan kesetimbangan adalah...
(A) 4,00
(B) 0,25
(C) 2.50
(D) 0,40
(E) 3,72
D
103
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Kc = merupakan konsentrasi zattersdalam
satuan mol
(B) Kc = merupakan konsentrasi zat dalam
satuan mol
(C) Kc = merupakan konsentrasi zat dalam
satuan M
(D) Kc = merupakan konsentrasi zat dalam
satuan M
(E) Kc = merupakan konsentrasi zat dalam
satuan M
D
Disajikan persamaan
reaksi
kesetimbangan
heterogen, siswa
dapat menjelaskan
rumus tetapan
kesetimbangan
berdasarkan tekanan
parsial (Kp)
9. Diketahui reaksi besi(III) ditambahkan dengan air
menjadi besi(III) oksida dan gas hidrogen.
3Fe(s) + 4H2O(g)⇌ Fe3O4(S) + 4H2(g)
Rumus Kp yang paling tepat untuk untuk reaksi
tersebut adalah...
(A) Kp =
(B) Kp =
(C) Kp =
(D) Kp =
(E) Kp =
B
104
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Rumus Kp adalah tekanan gas reaktan
dipangkatkan koefisien dibagi tekanan gas
produk dipangkatkan koefisien, fasa yang
digunakan adalah semua fasa
(B) Rumus Kp adalah tekanan gas produk
dipangkatkan koefisien dibagi tekanan gas
reaktandipangkatkan koefisien, fasa yang
digunakan hanya fasa g dan aq
(C) Rumus Kp adalah tekanan gas produk dibagi
tekanan gas reaktan, fasa yang digunakan adalah
semua fasa
(D) Rumus Kp adalah tekanan gas produk
dipangkatkan koefisien ditambah tekanan gas
produk dipangkatkan koefisien, fasa yang
digunakan adalah fasa g dan aq
(E) Rumus Kp adalah tekanan gas produk dikali
tekanan gas reaktan, fasa yang digunakan adalah
g dan aq
B
Disajikan persamaan 10. Pada suhu T di dalam suatu ruangan terjadi reaksi B
105
reaksi
kesetimbangan,
siswa dapat
menentukan harga
Kp berdasarkan mol
saat setimbang
reversible sebagai berikut:
N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g)
Jika pada keadaan setimbang terdapat 1 mol N2, 2
mol H2, 1 mol NH2, serta tekanan total gas adalah 10
atm, maka nilai Kp reaksi adalah...
(A) 1/20
(B) 1/50
(C) 30
(D) 20
(E) 50
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Kp = untuk mendapatkan
tekanan (P) zat adalah mol gas tersebut dikalikan
P total
(B) Kp = untuk mendapatkan
tekanan (P) zat adalah dikalikan
P total
(C) Kp = untuk mendapatkan
tekanan (P) zat adalah mol gas tersebut
dikalikan P total
(D) Kp = untuk mendapatkan
tekanan (P) zat adalah dikalikan
P total
(E) Kp = untuk mendapatkan
B
106
tekanan (P) zat adalah dikalikan
P total
Disajikan persamaan
reaksi
kesetimbangan,
siswa dapat
menentukan harga
Kc berdasarkan
harga Kp dalam
kesetimbangan
11. Berdasarkan reaksi :
2A2B(g) ⇌ 2A2(g) + B2(g)
Harga Kp dalah 393,6. Pada suhu 27∘C, besar Kc
untuk reaksi tersebut adalah....
(A) 14
(B) 15
(C) 16
(D) 17
(E) 19
C
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Kp = Kc/RT
(B) Kp = Kc/T
(C) Kp = Kc/(RT)∆n
(D) Kp = (RT)∆n
(E) Kp = Kc (RT)∆n
E
107
Disajikan persamaan
reaksi
kesetimbangan,
siswa dapat
menentukan mol
suatu zat pada saat
terurai jika diketahui
besar derajat
disosiasi
12. Dalam ruang 1 literterdapat reaksi disosiasi :
PCl5(g) ⇌ PCl3(g) + Cl2(g)
Jika pada saat setimbang, jumlah mol PCl3 adalah 2
mol, maka jumlah mol zat mula-mula PCl5 adalah....
(Besar derajat disosiasi = 40%)
(A) 1 mol
(B) 2 mol
(C) 3 mol
(D) 4 mol
(E) 5 mol
C
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Dari derajat disosiasi dapat diketahui reaksi
berkesudahan atau belum
(B) Dari derajat disosiasi dapat diketahui banyaknya
mol yang tersisa
(C) Dari derajat disosiasi dapat diketahuibanyaknya
mol reaktan yang teurai dan mol reaktan mula-
mula
(D) Dari derajat disosiasi dapat diketahui banyaknya
mol produk yang dihasilkan
(E) Dari derajat disosiasi dapat diketahui banyaknya
mol produk dan reaktan yang dihasilkan
C
Disajikan persamaan
reaksi
kesetimbangan,
siswa dapat
menentukan derajat
disosiasi jika
diketahui mol dalam
13. Dalam ruang 1 liter terdapat reaksi kesetimbangan:
2 HI(g) ⇌ H2(g) + I2(g)
Bila mula-mula terdapat 0,4 mol HI, dan diperoleh
0,1 mol gas hidrogen pada saat setimbang, maka
besarnya derajat disosiasi HI adalah...
(A) 1/2
(B) 1/4
A
108
keadaan setimbang (C) 1/5
(D) 1/6
(E) 1/7
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Derajat disosiasi dapat diketahui berdasarkan
mol I2 yang terbentuk dibagi dengan mol I2 yang
terurai
(B) Derajat disosiasi dapat diketahui berdasarkan
mol H2 yang terurai dibagi dengan mol H2 mula-
mula
(C) Derajat disosiasi dapat diketahui berdasarkan
mol HI yang terurai dibagi dengan mol HI mula-
mula
(D) Derajat disosiasi dapat diketahui berdasarkan
mol HI mula-mula dibagi dengan mol HI yang
terurai
(E) Derajat disosiasi dapat diketahui berdasarkan
mol H2 yang terurai dikali dengan mol H2 yang
mula--mula
C
3.9 Menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruh
i pergeseran
arah
kesetimbanga
n dan
penerapannya
dalam industri
Memperkirakan arah
pergeseran
kesetimbangan
dengan
menggunakan Azas
Le Chatelier
Disajikan persamaan
reaksi
kesetimbangan,
siswa dapat
menentukan reaksi
yang tidak
terpengaruh dalam
perubahan volume
14. Perhatikan reaksi berikut :
1. NO2(g) + CO (g)⇌ NO (g) + CO2(g)
2. 2SO2(g) + O2(g)⇌ 2SO3(g)
3. 2NH3 (g) ⇌ N2(g) + 3H2(g)
4. N2O4(g)⇌ 2NO2(g)
5. CO (g) + 3H2(g)⇌ CH4(g) + H2O (g)
6. H2(g) + I2(g)⇌ 2 HI(g)
Reaksi mana yang tidak dipengaruhi oleh perubahan
tekanan ?
A
109
(A) 1 dan 6
(B) 2 dan 5
(C) 3 dan 4
(D) 4 dan 2
(E) 5 dan 3
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Jika jumlah mol reaktan lebih besar, maka reaksi
bergeser ke arah reaktan
(B) Jika jumlah mol reaktan lebih besar, maka reaksi
bergeser ke arah produk
(C) Jika jumlah mol reaktan lebih kecil, maka reaksi
bergeser ke arah produk
(D) Jika jumlah mol reaktan dan produk sama, maka
reaksi bergeser secara bergantian
(E) Jika jumlah mol reaktan dan produk sama, maka
reaksi tetap
E
Disajikan persamaan
reaksi
kesetimbangan,
siswa dapat
memperkirakan arah
pergeseran
kesetimbangan
dengan
menggunakan Azas
Le Chatelier jika
15. Perhatikan reaksi berikut :
Fe3+
(aq) + SCN-(aq)⇌ Fe(SCN)
2-(aq)
Jika konsentrasi kristal Fe3+
ditambahkan pada reaksi
tersebut maka ….
(A) Reaksi akan berhenti
(B) Reaksi tetap seperti semula
(C) Reaksi bergeser ke arah produk
(D) Reaksi bergeser ke arah reaktan
(E) Reaksi bolak balik
C
110
konsentrasi
ditambahkan
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Membuat reaksi tidak reversibel lagi
(B) Tidak mempengaruhi reaksi kesetimbangan
(C) Ion Fe3+
bereaksi kembali dengan ion SCN- dan
membentuk kesetimbangan baru
(D) Jumlah reaktan akan bertambah dan produk akan
berkurang
(E) Fe(SCN)2-
terurai menjadi Fe3+
dan SCN-
C
Disajikan persamaan
reaksi
kesetimbangan,
siswa dapat
memperkirakan arah
pergeseran
kesetimbangan
dengan
menggunakan Azas
Le Chatelier jika
suhu tetap dan
tekanan dinaikkan
16. Diketahui beberapa reaksi:
1) H2(g) + I2(g)⇌ 2 HI(g)
2) N2(g) + 3 H2(g)⇌2 NH3(g)
3) PCl3(g) + Cl2(g)⇌ PCl5(g)
4) N2O4(g)⇌ 2 NO2(g)
5) 2 SO2(g) + O2(g)⇌ 2 SO3(g)
Dari reaksi-reaksi di atas, jika pada suhu tetap dan
tekanan diperbesar, maka produknya akan
bertambah terjadi pada reaksi...
(A) 1, 3, dan 4
(B) 2, 4, dan 5
(C) 2, 3, dan 4
(D) 2, 3, dan 5
(E) 1, 2, dan 5
D
111
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Bergeser ke arah produk, yakni pada jumlah
mol yang lebihbesar
(B) Bergeser ke arah reaktan, yakni pada jumlah
mol yang lebihkecil
(C) Bergeser ke arah reaktan, yakni pada jumlah
mol yang lebihbesar
(D) Bergeser ke arah produk, yakni pada jumlah
mol yang lebihkecil
(E) Bergeser ke arah produk, yakni pada jumlah
mol yang samabesar
D
Disajikan persamaan
reaksi
kesetimbangan,
siswa dapat
memperkirakan arah
pergeseran
kesetimbangan
dengan
menggunakan Azas
Le Chatelier jika
17. Dalam ruang tertutup terdapat reaksi
kesetimbangan :
H2(g)+ Cl2(g)⇌ 2HCl(g) ∆H = -92,3 kJ/mol
Jika suhu dinaikkan, maka...
(A) Gas hidrogen dan gas klor bertambah
(B) Gas asam klorida bertambah
(C) Gas hidrogen dan gas klor tetap
(D) Gas asam kloridatetap
(E) Gas hidrogen hilang
A
112
suhu dinaikkan Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Kenaikan suhu akan mengakibatkanpergeseran
kesetimbangan ke arah reaksi yang bersifat
endotermik sehingga gas hidrogen dan gas
klorbertambah
(B) Kenaikan suhu akan mengakibatkanpergeseran
kesetimbangan ke arah reaksi yang bersifat
endotermik sehingga gas hidrogen dan gas
klortetap
(C) Kenaikan suhu akan mengakibatkanpergeseran
kesetimbangan ke arah reaksi yang bersifat
eksotermik sehingga gas asam
kloridabertambah.
(D) Kenaikan suhu akan mengakibatkan pergeseran
kesetimbangan reaksi yang bersifat eksotermik
sehingga gas hidrogen dan gas klorberkurang
(E) Kenaikan suhu akan mengakibatkan pergeseran
kesetimbangan reaksi yang bersifat eksotermik
sehingga gas hidrogen hilang
A
Menjelaskan
produksi bahan kimia
di industri yang
didasarkan pada
reaksi kesetimbangan
Disajikan pernyataan
dalam pembuatan
asam sulfat, siswa
dapat menjelaskan
kondisi optimum
untuk memproduksi
bahan kimia di
industri yang
didasarkan pada
reaksi kesetimbangan
18. Dalam industri, pembuatan asam sulfat dikenal
dengan proses kontak. Berikut adalah reaksinya :
2SO2(g) + O2(g) ⇌ 2SO3(g) (eksotermik)
Agar mendapatkan hasil yang optimal, pembuatan
asam sulfat yang berlangsung secara eksoterm harus
dilakukan pada keadaan...
(A) Suhu rendah, tekanan tinggi, diberi katalis
(B) Suhu rendah, tekanan rendah, diberi katalis
(C) Suhu rendah, tekanan tinggi, rtidak diberi katalis
(D) Suhu tinggi, tekanan rendah, diberi katalis
(E) Suhu tinggi, tekanan rendah, tidak diberi katalis
A
113
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara
yang dilakukan adalah dengan menaikkan suhu
dan menaikkan tekanan
(B) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara
yang dilakukan adalah dengan menurunkan suhu
dan menaikkan tekanan
(C) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara
yang dilakukan adalah dengan menurunkan suhu
dan menenurunkan tekanan
(D) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara
yang dilakukan adalah dengan menurunkan
suhu, menaikkan tekanan dan tidak diberi katalis
(E) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara
yang dilakukan adalah dengan menaikkan suhu
dan menurunkan tekanan, dan tidak diberi
katalis
B
Disajikan reaksi
pembuatan belerang
trioksida, siswa
dapat menyebutkan
cara agar produksi
belerang trioksida
meningkat
19. Reaksi pembuatan belerang trioksida adalah reaksi
eksoterm
2SO2(g) + O2(g) ⇌ 2SO3(g)
Produksi belerang trioksida dapat meningkat dengan
cara sebagai berikut :
(1) Menaikkan tekanan
(2) Menambah katalis
(3) Menurunkan suhu
(4) Memperbesar volume
Pernyataan yang benar adalah...
(A) (1) dan (3)
(B) (2) dan (4)
(C) (1) , (2) dan (3)
A
114
(D) (4) saja
(E) Semua benar
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Karena reaksi pembuatan belerang adalah reaksi
eksoterm, agar produksi meningkat maka suhu
harus diturunkan, memperbesar tekanan,
memperbesar volume dan menambah katalis
agar kesetimbangan bergeser ke kanan
(B) Karena reaksi pembuatan belerang adalah reaksi
eksoterm, agar produksi meningkat maka suhu
harus diturunkan, memperbesar tekanan dan
menambah katalis agar kesetimbangan bergeser
ke kanan
(C) Karena reaksi pembuatan belerang adalah reaksi
eksoterm, agar produksi meningkat maka suhu
harus dinaikkan, memperbesar volume dan
menambah katalis agar kesetimbangan bergeser
ke kanan
(D) Karena reaksi pembuatan belerang adalah reaksi
eksoterm, agar produksi meningkat maka
volume diperbesar agar kesetimbangan bergeser
ke kanan
(E) Karena reaksi pembuatan belerang adalah reaksi
eksoterm, agar produksi meningkat maka suhu
harus diturunkan, mempersbesar tekanan dan
memperkecil volume agar kesetimbangan
bergeser ke kanan
E
115
Disajikan pernyataan
dalam pembuatan
amonia dengan
proses Haber-Bosch,
siswa dapat
menjelaskan kondisi
optimum untuk
memproduksi bahan
kimia di industri
yang didasarkan
pada reaksi
kesetimbangan
20. Dalam industri, pembuatan amonia dikenal dengan
proses Haber-Bosch. Berikut adalah reaksinya :
N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g) (eksotermik)
Agar mendapatkan hasil yang optimal, pembuatan
amonia yang berlangsung secara eksoterm harus
dilakukan pada keadaan...
(A) Konsentrasi diperbesar, tekanan tinggi, suhu
rendah dan diberi katalis
(B) Konsentrasi diperbesar, tekanan tinggi, suhu
rendah dan tidak diberi katalis
(C) Konsentrasi diperkecil, tekanan tinggi, suhu
rendah dan diberi katalis
(D) Konsentrasi diperkecil, tekanan tinggi, suhu
rendah dan tidak diberi katalis
(E) Konsentrasi diperkecil, tekanan rendah, suhu
rendah dan diberi katalis
A
116
Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara
yang dilakukan adalah dengan konsentrasi
diperbesar, tekanan tinggi, suhu rendah dan
diberi katalis
(B) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara
yang dilakukan adalah dengan konsentrasi
diperbesar, tekanan tinggi, suhu rendah dan
tidak diberi katalis
(C) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara
yang dilakukan adalah dengan konsentrasi
diperkecil, tekanan tinggi, suhu rendah dan
diberi katalis
(D) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara
yang dilakukan adalah dengan konsentrasi
diperkecil, tekanan rendah, suhu tinggi dan
tidak diberi katalis
(E) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara
yang dilakukan adalah dengan konsentrasi
diperkecil, tekanan rendah, suhu rendah dan
diberi katalis
A
117
Lampiran 4
Pengelompokan Miskonsepsi Berdasarkan Hubungan Konsep Esensial dalam Materi
Kesetimbangan Kimia
No
Konsep-
konsep
Esensial
Kode
Miskonsepsi Miskonsepsi yang Teranalisis
1
Kesetimbangan
Dinamis
M1-1 Kesetimbangan terjadi satu arah
M1-2 Diberikan suatu aksi, reaksi tetap
2
Kesetimbang
an homogen
dan
heterogen
M2-1 Kesetimbangan homogen memiliki fasa yang
berbeda pada reaktan dan produk
M2-2 Dalam reaksi kesetimbangan tidak ada fasa
larutan murni
M2-3
Reaksi yang melibatkan reaktan dan produk
yang berbeda menghasilkan kesetimbangan
reaksi
3
Tetapan
kesetimbanga
n konsentrasi
(Kc)
M3-1 Tetapan kesetimbangan hanya dipengaruhi oleh
produk saja dalam fasa apapun
M3-2
Kc adalah konsentrasi reaktan dipangkatkan
koefisien dibagi dengan konsentrasi produk
dipangkatkan koefisien
M3-3 Kc dihitung dalam satuan mol
M3-4 Semua fasa dalam reaksi mempengaruhi
tetapan kesetimbangan
4
Tetapan
kesetimbangan
tekanan parsial
(Kp)
M4-1
Kp adalah perkalian tekanan setiap senyawa
pada reaktan dibagi dengan tekanan setiap
senyawa pada produk, dan fasa yang digunakan
adalah semua fasa
M4-2 Tekanan (P) dalam perhitungan Kp didapat dari
mol gas tersebut dikalikan tekanan total
5 Hubungan Kc
dan Kp
M5-1 Hubungan Kp dan Kc adalah Kp=Kc/T
6
Derajat disosiasi
M6-1 Dari derajat disosiasi dapat diketahui
banyaknya mol produk yang dihasilkan
M6-2 Jumlah mol pereaksi mula-mula dibagi dengan
jumlah mol pereaksi yang terurai
118
M6-3
Derajat disosiasi dapat ditentukan dengan mol
reaktan yang terbentuk dibagi mol produk
terurai
7
Arah
pergeseran
kesetimbangan
dengan
menggunakan
Asas Le
Chatelier
M7-1
Jumlah mol yang sama besar antara reaktan dan
produk dapat mempengaruhi pergeseran
volume
M7-2
Penambahan pereaksi setelah pergeseran akan
menambah jumlah pereaksi dan hasil reaksi
akanberkurang
M7-3 Penambahan reaktan ataupengurangan produk
akan menghentikan reaksi kesetimbangan
M7-4
Penambahan reaktan atau pengurangan produk
tidak bepengaruh terhadap pergeseran
kesetimbangan
M7-5 Tekanan diperbesar maka akan bergeser ke
reaksi yang jumlah mol lebih besar
M7-6
Reaksi kesetimbangan yang berbeda jumlah
mol reaktan dan produknya tidak akan
dipengaruhi jika tekanan diperbesar
M7-7 Suhu dinaikkan maka kesetimbangan akan
bergeser ke reaksi eksotermik
M7-8 Reaksi bergeser ke endotermik dan reaksi
sebaliknya tetap
8
Kesetimbanga
n Kimia dalam
Industri
M8-1 Penggunaan katalis dalam proses kontak tidak
diperlukan
M8-2 SO2 dioksidasi menjadi SO3 dalam tahapan
pembuatan asam sulfat dilakukan tanpa katalis
M8-3 Suhu tinggi pada pembuatan ammonia akan
memperlambat reaksi
M8-4 Penggunaan katalis dalam proses Haber
Bosch tidak diperlukan
119
Lampiran 5
ANALISIS BUTIR SOAL TIER 1
120
Lampiran 6
ANALISIS BUTIR SOAL TIER 3
121
Lampiran 7
REKAPITULASI SIGNIFIKANSI KEDUA TIER
INDIKATOR
PEMBELAJARAN
NOMOR
BUTIR TIER 1 TIER 3 KEPUTUSAN
3.8.1
1 Signifikan Signifikan Digunakan
2 - Sangat
Signifikan -
3 - - -
3.8.2
4 Sangat
Signifikan
Sangat
Signifikan Digunakan
5 Signifikan Signifikan Digunakan
6 Signifikan Sangat
Signifikan Digunakan
3.8.3
7 - Signifikan -
8 Signifikan Sangat
Signifikan Digunakan
9 - - -
10 Signifikan Sangat
Signifikan Digunakan
11 Sangat
Signifikan
Sangat
Signifikan Digunakan
12 Sangat
Signifikan
Sangat
Signifikan Digunakan
13 - Sangat
Signifikan -
3.8.4
14 Signifikan Signifikan Digunakan
15 Sangat
Signifikan
Sangat
Signifikan Digunakan
16 - - -
3.8.5
17 - - -
18 Sangat
Signifikan
Sangat
Signifikan Digunakan
19 Signifikan - -
3.8.6
20 - - -
21 Sangat
Signifikan
Sangat
Signifikan Digunakan
22 Sangat
Signifikan
Sangat
Signifikan Digunakan
3.9.1
23 Signifikan Signifikan Digunakan
24 Signifikan Signifikan Digunakan
25 Sangat
Signifikan
Sangat
Signifikan Digunakan
26 - - -
27 Sangat Signifikan Digunakan
122
Signifikan
3.9.2
28 Sangat
Signifikan
Sangat
Signifikan Digunakan
29 Sangat
Signifikan Signifikan Digunakan
30 Signifikan Sangat
Signifikan Digunakan
JUMLAH SOAL SIGNIFIKAN 20 SOAL
123
Lampiran 8
INSTRUMEN SOAL KESETIMBANGAN KIMIA
FOUR-TIER MULTIPLE CHOICE(4TMC)
Petunjuk :
Pada tingkatan pertama berupa soal dan jawaban, berilah tanda silang (X) pada pilihan
jawaban A, B, C, D, atau E yang menurut Anda benar pada lembar jawaban yang telah
disediakan!
Pada tingkatan kedua berupa tingkat keyakinan Anda dalam memberikan jawaban
padatingkatan pertama, berilah tanda silang (X) pada pilihan tingkatan 1, 2, 3, 4, 5, atau
6 pada lembar jawaban yang telah disediakan!
Pada tingkatan ketiga berupa alasan atas jawaban Anda pada tingkatan pertama, berilah
tanda silang (X) pada pilihan A, B, C, D, atau E yang menurut Anda merupakan alasan
yang tepat untuk jawaban Anda pada lembar jawaban yang telah disediakan!
Pada tingkatan keempat berupa tingkat keyakinan Anda dalam memberikan alasan pada
tingkatan ketiga, berilah tanda silang (X) pada pilihan tingkatan 1, 2, 3, 4, 5, atau 6 pada
lembar jawaban yang telah disediakan!
Tingkat keyakinan berupa skala bertingkat dengan keterangan:
- 1 = hanya menebak
- 2 = sangat tidak yakin
- 3 = tidak yakin
- 4 = yakin
- 5 = sangat yakin
- 6 = sangat yakin sekali
1.1 Pada pemanasan air dalam wadah tertutup rapat, setelah tercapai titik
didih dan tekanan uapnya tetap, ternyata volume air tidak berubah. Hal ini
disebabkan karena adanya...
(A) Kesetimbangan dinamis
(B) Kesetimbangan statis
(C) Kesetimbangan spontan
(D) Kesetimbangan fisik
(E) Kesetimbangan satu arah www.davitchemicalz.blogspot.com
1.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Diberikan suatu aksi, reaksi berjalan secara spontan
(B) Diberikan suatu aksi, akan memberikan reaksi balik
(C) Diberikan suatu aksi, reaksi terjadi statis
(D) Diberikan suatu aksi, reaksi mengalami perubahan secara fisik
(E) Diberikan suatu aksi, reaksi tetap
1.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
124
2.1 Perhatikan persamaan reaksi di bawah ini!
(1) N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g)
(2) H2(g) + Cl2(g) ⇌ 2 HCl(g)
(3) SnO2(s) + 2H2(g)⇌ Sn(s) + 2H2O(g))
(4) NH4OH(aq)⇌ NH4+
(aq) + OH-(aq)
(5) PbI2(s)⇌ Pb2+
(aq) + 2I–
(aq)
Manakah yang termasuk kesetimbangan Homogen?
(A) (1) dan (3)
(B) (2) dan (5)
(C) (1), (2) dan (4)
(D) (1), (3) dan (4)
(E) (2), (3) dan (5)
2.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Semua fasa senyawa yang bereaksi berbeda
(B) Semua fasa senyawa yang bereaksi terdapat fasa gas
(C) Semua fasa senyawa yang bereaksi sama
(D) Semua fasa senyawa yang bereaksi tidak terdapat larutan murni
(E) Semua fasa senyawa yang bereaksi ada gas, padatan dan larutan
2.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3.1 Perhatikan persamaan reaksi di bawah ini!
(1) FeSCN2+
(aq) ⇌ Fe3+
(aq) + SCN-(aq)
(2) AgNO3(aq) + NaCl(aq) ⇌ AgCl(s) + NaNO3(aq)
(3) N2O4(g) ⇌ 2NO2(g)
(4) 2SO2(g) + O2(g) ⇌ 2SO3(g)
(5) CaCO3(s)⇌ CaO(s) + CO2(g)
Manakah yang termasuk kesetimbangan Heterogen?
(A) (1) dan (3)
(B) (2) dan (5)
(C) (1), (2) dan (4)
(A) (1), (3) dan (4)
(B) (2), (3) dan (5)
3.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Semua fasa senyawa yang bereaksi berbeda
(B) Semua fasa senyawa yang bereaksi terdapat fasa larutan
(C) Semua fasa senyawa yang bereaksi sama
(D) Semua fasa senyawa yang bereaksi tidak terdapat larutan murni
(E) Semua fasa senyawa yang bereaksi ada gas, padatan dan larutan
125
3.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
4.1 Kesetimbangan kimia dengan zat- zat yang berada dalam keadaan setimbang mempunyai wujud
yang berbeda (dua fasa atau lebih) disebut...
(A) Kesetimbangan reaksi
(B) Kesetimbangan homogen
(C) Kesetimbangan heterogen
(D) Kesetimbangan sempurna
(E) Laju menuju keadaan setimbang
4.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
4.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Reaksi yang melibatkan reaktan dan produk yang berbeda menghasilkan kesetimbangan
homogen
(B) Reaksi yang melibatkan reaktan dan produk yang sama menghasilkan kesetimbangan
homogen
(C) Reaksi yang melibatkan reaktan dan produk yang sama menghasilkan kesetimbangan
heterogen
(D) Reaksi yang melibatkan reaktan dan produk yang berbeda menghasilkan kesetimbangan
heterogen
(E) Reaksi yang melibatkan reaktan dan produk yang berbeda menghasilkan kesetimbangan reaksi
4.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5.1 Pada suhu tinggi, besi(III) hidrogen karbonat terurai menurut reaksi:
Fe(HCO3)2(s) ⇌ FeO(s) + H2O(g) + 2CO2(g)
Tetapan kesetimbangan untuk reaksi di atas adalah …
(A) Kc =
(B) Kc =
(C) Kc = [CO2]2 [H2O]
(D) Kc = [CO2]-1
[H2O]-1
(E) Kc =
5.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Dalam rumus tetapan kesetimbangan heterogen, tetapan kesetimbangan hanya dipengaruhi
oleh produk saja dalam fasa apapun
(B) Dalam rumus tetapan kesetimbangan homogen, tetapan kesetimbangan hanya dipengaruhi oleh
produk saja dalam fasa apapun
(C) Dalam rumus tetapan kesetimbangan heterogen, tetapan kesetimbangan dipengaruhi oleh
reaktan dan produk dalam fasa s
126
(D) Dalam rumus tetapan kesetimbangan homogen, tetapan kesetimbangan dipengaruhi oleh
reaktan dan produk dalam fasa g dan aq
(E) Dalam rumus tetapan kesetimbangan heterogen, tetapan kesetimbangan dipengaruhi oleh
reaktan dan produk dalam fasa g dan aq
5.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
6.1 Dalam wadah 1L :
2SO2(g) + O2(g)⇌ 2SO3(g)
Berdasarkan reaksi dalam keadaan setimbang , didapatkan data SO2 sebanyak 4 mol, O2 sebanyak 4
mol dan SO3 sebanyak 2 mol
Nilai Kc reaksi tersebut adalah...
(A) 1/2
(B) 1/4
(C) 1/16
(D) 1/32
(E) 1/64
6.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
6.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Kc = konsentrasi reaktan dipangkatkan koefisien dibagi konsentrasi produk dipangkatkan
koefisien
(B) Kc = konsentrasi produk dipangkatkan koefisien dibagi konsentrasi reaktandipangkatkan
koefisien
(C) Kc = konsentrasi produk dibagi konsentrasi reaktan
(D) Kc = konsentrasi produk dipangkatkan koefisien ditambah konsentrasi produk dipangkatkan
koefisien
(E) Kc = konsentrasi produk dikali konsentrasi reaktan
6.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7.1 Dalam ruang 5 liter dimasukkan sejumlah gas A2B3 dan teruai menurut reaksi :
2A2B3(g)⇌ A2(g) + 2AB3(g)
Berdasarkan reaksi dalam keadaan setimbang, didapatkan harga kesetimbangan (Kc) adalah 4,
A2B3 sebanyak 40 mol, A2 sebanyak 20 mol. Maka berapakah konsentrasi AB3 ..... (A) 4 M
(B) 8 M
(C) 14 M
(D) 16 M
(E) 32 M
7.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Kc = konsentrasi reaktan dipangkatkan koefisien dibagi konsentrasi produk dipangkatkan
koefisien
127
(B) Kc = konsentrasi produk dibagi konsentrasi reaktan
(C) Kc = konsentrasi produk dipangkatkan koefisien dibagi konsentrasi reaktandipangkatkan
koefisien
(D) Kc = konsentrasi produk dipangkatkan koefisien ditambah konsentrasi produk dipangkatkan
koefisien
(E) Kc = konsentrasi produk dikali konsentrasi reaktan
7.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
8.1 Sebanyak 3 mol gas N2O4 dimasukkan dalam wadah 5 L menurut reaksi :
N2O4(g) ⇌ 2NO2(g)
Setelah terbentuk 2 mol gas NO2 kesetimbangan tercapai. Besarnya tetapan kesetimbangan adalah...
(A) 4,00
(B) 0,25
(C) 2.50
(D) 0,40
(E) 3,72
8.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
8.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Kc = merupakan konsentrasi zattersdalam satuan mol
(B) Kc = merupakan konsentrasi zat dalam satuan mol
(C) Kc = merupakan konsentrasi zat dalam satuan M
(D) Kc = merupakan konsentrasi zat dalam satuan M
(E) Kc = merupakan konsentrasi zat dalam satuan M
8.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
9.1 Diketahui reaksi besi(III) ditambahkan dengan air menjadi besi(III) oksida dan gas hidrogen.
3Fe(s) + 4H2O(g)⇌ Fe3O4(S) + 4H2(g)
Rumus Kp yang paling tepat untuk untuk reaksi tersebut adalah...
(A) Kp =
(B) Kp =
(C) Kp =
(D) Kp =
(E) Kp =
128
9.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
9.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Rumus Kp adalah tekanan gas reaktan dipangkatkan koefisien dibagi tekanan gas produk
dipangkatkan koefisien, fasa yang digunakan adalah semua fasa
(B) Rumus Kp adalah tekanan gas produk dipangkatkan koefisien dibagi tekanan gas reaktan
dipangkatkan koefisien, fasa yang digunakan hanya fasa g dan aq
(C) Rumus Kp adalah tekanan gas produk dibagi tekanan gas reaktan, fasa yang digunakan adalah
semua fasa
(D) Rumus Kp adalah tekanan gas produk dipangkatkan koefisien ditambah tekanan gas produk
dipangkatkan koefisien, fasa yang digunakan adalah fasa g dan aq
(E) Rumus Kp adalah tekanan gas produk dikali tekanan gas reaktan, fasa yang digunakan adalah g
dan aq
9.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
10.1 Pada suhu T di dalam suatu ruangan terjadi reaksi reversible sebagai berikut:
N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g)
Jika pada keadaan setimbang terdapat 1 mol N2, 2 mol H2, 1 mol NH2, serta tekanan total gas
adalah 10 atm, maka nilai Kp reaksi adalah...
(A) 1/20
(B) 1/50
(C) 30
(D) 20
(E) 50
10.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
10.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Kp = untuk mendapatkan tekanan (P) zat adalah mol gas tersebut dikalikan P
total
(B) Kp = untuk mendapatkan tekanan (P) zat adalah dikalikan P total
(C) Kp = untuk mendapatkan tekanan (P) zat adalah mol gas tersebut dikalikan P
total
(D) Kp = untuk mendapatkan tekanan (P) zat adalah dikalikan P
total
(E) Kp = untuk mendapatkan tekanan (P) zat adalah dikalikan P
total
10.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
129
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
11.1 Berdasarkan reaksi :
2A2B(g) ⇌ 2A2(g) + B2(g)
Harga Kp adalah 393,6. Pada suhu 27∘C, besar Kc untuk reaksi tersebut adalah....
(A) 14
(B) 15
(C) 16
(D) 17
(E) 19
11.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
11.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Kp = Kc/RT
(B) Kp = Kc/T
(C) Kp = Kc/(RT)∆n
(D) Kp = (RT)∆n
(E) Kp = Kc (RT)∆n
11.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
12.1 Dalam ruang 1 literterdapat reaksi disosiasi :
PCl5(g) ⇌ PCl3(g) + Cl2(g)
Jika pada saat setimbang, jumlah mol PCl3 adalah 2 mol, maka jumlah mol zat mula-mula PCl5
adalah.... (Besar derajat disosiasi = 40%)
(A) 1 mol
(B) 2 mol
(C) 3 mol
(D) 4 mol
(E) 5 mol
12.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
12.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Dari derajat disosiasi dapat diketahui reaksi berkesudahan atau belum
(B) Dari derajat disosiasi dapat diketahui banyaknya mol yang tersisa
(C) Dari derajat disosiasi dapat diketahuibanyaknya mol reaktan yang teurai dan mol reaktan mula-
mula
(D) Dari derajat disosiasi dapat diketahui banyaknya mol produk yang dihasilkan
(E) Dari derajat disosiasi dapat diketahui banyaknya mol produk dan reaktan yang dihasilkan
12.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
130
13.1 Dalam ruang 1 liter terdapat reaksi kesetimbangan:
2HI(g) ⇌ H2(g) + I2(g)
Bila mula-mula terdapat 0,4 mol HI, dan diperoleh 0,1 mol gas hidrogen pada saat setimbang,
maka besarnya derajat disosiasi HI adalah...
(A) 1/2
(B) 1/4
(C) 1/5
(D) 1/6
(E) 1/7
13.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
13.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Derajat disosiasi dapat diketahui berdasarkan mol I2 yang terbentuk dibagi dengan mol I2 yang
terurai
(B) Derajat disosiasi dapat diketahui berdasarkan mol H2 yang terurai dibagi dengan mol H2 mula-
mula
(C) Derajat disosiasi dapat diketahui berdasarkan mol HI yang terurai dibagi dengan mol HI mula-
mula
(D) Derajat disosiasi dapat diketahui berdasarkan mol HI mula-mula dibagi dengan mol HI yang
terurai
(E) Derajat disosiasi dapat diketahui berdasarkan mol H2 yang terurai dikali dengan mol H2 yang
mula--mula
13.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
14.1 Perhatikan reaksi berikut :
1. NO2(g) + CO (g)⇌ NO (g) + CO2(g)
2. 2SO2(g) + O2(g)⇌ 2SO3(g)
3. 2NH3 (g) ⇌ N2(g) + 3H2(g)
4. N2O4(g)⇌ 2NO2(g)
5. CO (g) + 3H2(g)⇌ CH4(g) + H2O (g)
6. H2(g) + I2(g)⇌ 2 HI(g)
Reaksi mana yang tidak dipengaruhi oleh perubahan volume ?
(A) 1 dan 6
(B) 2 dan 5
(C) 3 dan 4
(D) 4 dan 2
(E) 5 dan 3
14.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
14.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Jika jumlah mol reaktan lebih besar, maka reaksi bergeser ke arah reaktan
(B) Jika jumlah mol reaktan lebih besar, maka reaksi bergeser ke arah produk
(C) Jika jumlah mol reaktan lebih kecil, maka reaksi bergeser ke arah produk
(D) Jika jumlah mol reaktan dan produk sama, maka reaksi bergeser secara bergantian
(E) Jika jumlah mol reaktan dan produk sama, maka reaksi tetap
131
14.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
15.1 Perhatikan reaksi berikut :
Fe3+
(aq) + SCN-(aq)⇌ Fe(SCN)
2-(aq)
Jika konsentrasi kristal Fe3+
ditambahkan pada reaksi tersebut maka ….
(A) Reaksi akan berhenti
(B) Reaksi tetap seperti semula
(C) Reaksi bergeser ke arah produk
(D) Reaksi bergeser ke arah reaktan
(E) Reaksi bolak balik
15.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
15.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Membuat reaksi tidak reversibel lagi
(B) Tidak mempengaruhi reaksi kesetimbangan
(C) Ion Fe3+
bereaksi kembali dengan ion SCN- dan membentuk kesetimbangan baru
(D) Jumlah reaktan akan bertambah dan produk akan berkurang
(E) Fe(SCN)2-
terurai menjadi Fe3+
dan SCN-
15.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
16.1 Diketahui beberapa reaksi:
1) H2(g) + I2(g)⇌ 2 HI(g)
2) N2(g) + 3 H2(g)⇌2 NH3(g)
3) PCl3(g) + Cl2(g)⇌ PCl5(g)
4) N2O4(g)⇌ 2 NO2(g)
5) 2 SO2(g) + O2(g)⇌ 2 SO3(g)
Dari reaksi-reaksi di atas, jika pada suhu tetap dan tekanan diperbesar, maka produknya akan
bertambah terjadi pada reaksi...
(A) 1, 3, dan 4
(B) 2, 4, dan 5
(C) 2, 3, dan 4
(D) 2, 3, dan 5
(E) 1, 2, dan 5
16.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
16.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Bergeser ke arah produk, yakni pada jumlah mol yang lebihbesar
(B) Bergeser ke arah reaktan, yakni pada jumlah mol yang lebihkecil
(C) Bergeser ke arah reaktan, yakni pada jumlah mol yang lebihbesar
132
(D) Bergeser ke arah produk, yakni pada jumlah mol yang lebihkecil
(E) Bergeser ke arah produk, yakni pada jumlah mol yang samabesar
16.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
17.1 Dalam ruang tertutup terdapat reaksi kesetimbangan :
H2(g)+ Cl2(g)⇌ 2HCl(g) ∆H = -92,3 kJ/mol
Jika suhu dinaikkan, maka...
(A) Gas hidrogen dan gas klor bertambah
(B) Gas asam klorida bertambah
(C) Gas hidrogen dan gas klor tetap
(D) Gas asam kloridatetap
(E) Gas hidrogen hilang
17.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
17.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Kenaikan suhu akan mengakibatkanpergeseran kesetimbangan ke arah reaksi yang bersifat
endotermik sehingga gas hidrogen dan gas klorbertambah
(B) Kenaikan suhu akan mengakibatkanpergeseran kesetimbangan ke arah reaksi
yang bersifat endotermik sehingga gas hidrogen dan gas klortetap
(C) Kenaikan suhu akan mengakibatkanpergeseran kesetimbangan ke arah reaksi yang bersifat
eksotermik sehingga gas asam kloridabertambah.
(D) Kenaikan suhu akan mengakibatkan pergeseran kesetimbangan reaksi yang bersifat
eksotermik sehingga gas hidrogen dan gas klorberkurang
(E) Kenaikan suhu akan mengakibatkan pergeseran kesetimbangan reaksi yang bersifat
eksotermik sehingga gas hidrogen hilang
17.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
18.1 Dalam industri, pembuatan asam sulfat dikenal dengan proses kontak. Berikut adalah reaksinya :
2SO2(g) + O2(g) ⇌ 2SO3(g) (eksotermik)
Agar mendapatkan hasil yang optimal, pembuatan asam sulfat yang berlangsung secara eksoterm
harus dilakukan pada keadaan...
(A) Suhu rendah, tekanan tinggi, diberi katalis
(B) Suhu rendah, tekanan rendah, diberi katalis
(C) Suhu rendah, tekanan tinggi, tidak diberi katalis
(D) Suhu tinggi, tekanan rendah, diberi katalis
(E) Suhu tinggi, tekanan rendah, tidak diberi katalis
18.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
18.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara yang dilakukan adalah dengan menaikkan suhu
dan menaikkan tekanan
(B) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara yang dilakukan adalah dengan menurunkan
suhu dan menaikkan tekanan
133
(C) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara yang dilakukan adalah dengan menurunkan
suhu dan menenurunkan tekanan
(D) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara yang dilakukan adalah dengan menurunkan
suhu, menaikkan tekanan dan tidak diberi katalis
(E) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara yang dilakukan adalah dengan menaikkan suhu
dan menurunkan tekanan, dan tidak diberi katalis
18.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
19.1 Reaksi pembuatan belerang trioksida adalah reaksi eksoterm
2SO2(g) + O2(g) ⇌ 2SO3(g)
Produksi belerang trioksida dapat meningkat dengan cara sebagai berikut :
(1) Menaikkan tekanan’
(2) Menambah katalis
(3) Menurunkan suhu
(4) Memperbesar volume
Pernyataan yang benar adalah...
(A) (1) dan (3)
(B) (2) dan (4)
(C) (1) , (2) dan (3)
(D) (4) saja
(E) Semua benar
19.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
19.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Karena reaksi pembuatan belerang adalah reaksi eksoterm, agar produksi meningkat maka
suhu harus diturunkan, memperbesar tekanan, memperbesar volume dan menambah katalis
agar kesetimbangan bergeser ke kanan
(B) Karena reaksi pembuatan belerang adalah reaksi eksoterm, agar produksi meningkat maka
suhu harus diturunkan, memperbesar tekanan dan menambah katalis agar kesetimbangan
bergeser ke kanan
(C) Karena reaksi pembuatan belerang adalah reaksi eksoterm, agar produksi meningkat maka
suhu harus dinaikkan, memperbesar volume dan menambah katalis agar kesetimbangan
bergeser ke kanan
(D) Karena reaksi pembuatan belerang adalah reaksi eksoterm, agar produksi meningkat maka
volume diperbesar agar kesetimbangan bergeser ke kanan
(E) Karena reaksi pembuatan belerang adalah reaksi eksoterm, agar produksi meningkat maka
suhu harus diturunkan, mempersbesar tekanan dan memperkecil volume agar kesetimbangan
bergeser ke kanan
19.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
20.1 Dalam industri, pembuatan amonia dikenal dengan proses Haber-Bosch. Berikut adalah reaksinya:
N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g) (eksotermik)
Agar mendapatkan hasil yang optimal, pembuatan amonia yang berlangsung secara eksoterm harus
dilakukan pada keadaan...
134
(A) Konsentrasi diperbesar, tekanan tinggi, suhu rendah dan diberi katalis
(B) Konsentrasi diperbesar, tekanan tinggi, suhu rendah dan tidak diberi katalis
(C) Konsentrasi diperkecil, tekanan tinggi, suhu rendah dan diberi katalis
(D) Konsentrasi diperkecil, tekanan tinggi, suhu rendah dan tidak diberi katalis
(E) Konsentrasi diperkecil, tekanan rendah, suhu rendah dan diberi katalis
20.2 Seberapa yakin Anda atas jawaban yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
20.3 Alasan yang tepat untuk jawaban Anda adalah...
(A) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara yang dilakukan adalah dengan konsentrasi
diperbesar, tekanan tinggi, suhu rendah dan diberi katalis
(B) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara yang dilakukan adalah dengan konsentrasi
diperbesar, tekanan tinggi, suhu rendah dan tidak diberi katalis
(C) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara yang dilakukan adalah dengan konsentrasi
diperkecil, tekanan tinggi, suhu rendah dan diberi katalis
(D) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara yang dilakukan adalah dengan konsentrasi
diperkecil, tekanan tinggi, suhu rendah dan tidak diberi katalis
(E) Untuk mendapatkan hasil yang optimum, cara yang dilakukan adalah dengan konsentrasi
diperkecil, tekanan rendah, suhu rendah dan diberi katalis
20.4 Seberapa yakin Anda atas alasan yang Anda berikan?
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
135
Lampiran 9
LEMBAR JAWABAN SISWA KESETIMBANGAN KIMIA
FOUR-TIER MULTIPLE CHOICE(4TMC)
Nama :
Kelas :
Isilah lembar jawaban sesuai dengan petunjuk pada lembar soal!
1.1 (A) (B) (C) (D) (E)
1.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
1.3 (A) (B) (C) (D) (E)
1.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
2.1 (A) (B) (C) (D) (E)
2.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
2.3 (A) (B) (C) (D) (E)
2.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
3.1 (A) (B) (C) (D) (E)
3.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
3.3 (A) (B) (C) (D) (E)
3.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
4.1 (A) (B) (C) (D) (E)
4.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
4.3 (A) (B) (C) (D) (E)
4.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
5.1 (A) (B) (C) (D) (E)
5.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
5.3 (A) (B) (C) (D) (E)
5.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
6.1 (A) (B) (C) (D) (E)
6.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
6.3 (A) (B) (C) (D) (E)
6.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
7.1 (A) (B) (C) (D) (E)
8.1 (A) (B) (C) (D) (E)
136
7.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
7.3 (A) (B) (C) (D) (E)
7.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
8.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
8.3 (A) (B) (C) (D) (E)
8.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
9.1 (A) (B) (C) (D) (E)
9.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
9.3 (A) (B) (C) (D) (E)
9.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
10.1 (A) (B) (C) (D) (E)
10.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
10.3 (A) (B) (C) (D) (E)
10.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
11.1 (A) (B) (C) (D) (E)
11.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
11.3 (A) (B) (C) (D) (E)
11.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
12.1 (A) (B) (C) (D) (E)
12.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
12.3 (A) (B) (C) (D) (E)
12.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
13.1 (A) (B) (C) (D) (E)
13.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
13.3 (A) (B) (C) (D) (E)
13.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
14.1 (A) (B) (C) (D) (E)
14.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
14.3 (A) (B) (C) (D) (E)
14.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
15.1 (A) (B) (C) (D) (E)
15.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
15.3 (A) (B) (C) (D) (E)
15.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
16.1 (A) (B) (C) (D) (E)
16.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
16.3 (A) (B) (C) (D) (E)
16.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
17.1 (A) (B) (C) (D) (E)
17.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
18.1 (A) (B) (C) (D) (E)
18.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
137
17.3 (A) (B) (C) (D) (E)
17.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
18.3 (A) (B) (C) (D) (E)
18.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
19.1 (A) (B) (C) (D) (E)
19.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
19.3 (A) (B) (C) (D) (E)
19.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
20.1 (A) (B) (C) (D) (E)
20.2 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
20.3 (A) (B) (C) (D) (E)
20.4 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
138
Lampiran 10
Rekapitulasi Hasil Jawaban Siswa pada Instrumen 4TMC
No Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 A S 4 S 3 B 5 B 4 B 5 B 5 B 5 B 5 B 4 B 4 B 6 B 5 B 3 B 4 B 6 B 5 B 5 B 6 B 5 B 5
2 B S 4 S 4 B 4 B 4 B 5 B 5 B 6 B 5 B 5 B 4 B 6 B 4 B 3 B 4 B 6 B 5 B 5 B 6 B 4 B 6
3 C S 1 S 1 B 5 B 4 S 4 B 4 B 5 B 5 B 1 S 1 S 1 S 4 B 1 S 4 B 4 B 4 B 1 S 1 B 1 S 1
4 D B 3 B 3 B 4 B 4 B 1 B 5 B 4 B 4 B 3 B 4 B 4 S 3 B 4 S 3 B 5 B 4 B 5 B 4 B 4 B 5
5 E B 4 S 5 B 1 B 5 B 3 S 4 S 3 S 1 S 3 B 3 S 5 S 4 B 4 B 4 B 4 S 4 S 3 S 4 S 3 S 3
6 F B 4 S 5 B 1 B 4 B 6 S 4 S 4 S 1 S 4 S 4 S 5 S 3 B 4 S 4 B 4 S 1 S 5 B 4 S 4 S 4
7 G B 5 B 6 B 6 B 5 B 4 B 4 B 5 B 6 S 4 S 4 S 1 S 1 B 5 B 6 B 6 B 5 B 4 B 4 B 4 B 4
8 H B 5 B 6 B 6 B 4 B 5 B 4 B 5 B 6 C 4 S 3 B 3 B 1 B 5 B 6 B 6 B 4 B 5 B 4 B 5 B 4
9 I B 5 B 6 B 4 B 4 B 4 B 4 B 5 B 6 B 5 B 5 B 1 S 1 B 5 B 6 B 4 B 4 B 4 B 4 B 1 S 1
10 J B 6 B 6 B 5 B 4 B 5 B 5 B 6 B 6 B 4 B 4 B 3 B 4 B 6 B 6 B 5 B 4 B 5 B 5 B 3 B 4
11 K B 5 B 6 B 4 B 4 B 1 B 5 B 5 B 6 S 3 S 1 S 3 B 3 B 5 B 6 B 4 B 4 B 1 B 5 S 3 B 3
12 L B 4 B 6 B 5 B 5 B 5 B 6 B 4 B 6 S 4 S 1 S 4 S 4 B 4 B 6 B 5 B 5 B 5 B 6 S 4 S 4
13 M B 4 S 4 B 4 B 4 B 5 B 6 B 4 S 4 B 5 B 4 B 6 B 4 B 4 S 4 B 4 B 4 B 5 B 6 S 4 S 4
14 N S 4 S 4 B 5 B 4 B 5 B 6 S 4 S 4 B 4 S 1 S 6 B 4 S 4 S 4 B 5 B 4 B 5 B 6 S 4 S 3
15 O B 5 B 6 B 4 B 4 B 6 B 6 B 5 B 6 B 6 B 4 B 5 B 6 B 5 B 6 B 4 B 4 B 6 B 6 B 5 B 5
16 P B 5 B 6 S 4 B 5 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 S 4 B 5 B 5 B 6 B 4 B 4
17 Q B 5 B 6 B 4 B 5 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 4 B 5 B 5 B 6 S 3 S 1
18 R B 6 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 6 B 6 B 5 B 6 B 6 B 6 B 6 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 S 4 S 1
19 S B 5 B 6 B 4 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 S 4 B 6 S 5 B 4 B 5 B 6 B 4 B 6 B 5 B 6 B 5 B 4
20 T B 5 B 6 B 4 S 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 6 S 5 B 5 B 6 B 4 S 4 B 5 B 6 B 4 S 1
21 U B 6 B 4 S 5 S 4 B 6 B 6 B 6 B 4 B 6 B 4 S 5 S 5 B 6 B 4 S 4 S 6 B 6 B 6 B 6 B 4
22 V B 6 B 4 B 5 B 6 B 5 B 6 B 6 B 4 B 6 B 4 B 5 B 6 B 6 B 4 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6
23 W B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6
139
24 X B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6
25 Y B 5 B 6 B 6 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 6 B 6 B 5 B 6 B 6 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6
26 Z B 4 B 6 B 5 B 6 B 4 B 6 B 5 B 6 B 4 B 6 B 5 B 6 B 4 B 6 B 5 B 6 B 4 B 6 B 4 B 6
27 AA B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6
28 AB S 3 S 4 B 1 B 4 B 6 S 4 B 4 B 6 S 4 S 4 S 5 S 3 S 6 B 5 S 6 S 5 B 6 B 5 B 6 B 5
29 AC B 5 B 6 B 6 B 4 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 6 B 4 B 5 B 6 B 6 B 4 B 5 B 6 B 5 B 6
30 AD B 5 B 6 S 3 B 6 B 5 B 6 B 6 B 5 B 5 B 6 S 3 B 6 B 5 B 6 S 3 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6
31 AE B 5 B 6 B 5 B 6 B 6 S 4 B 5 B 6 S 4 S 4 S 5 S 3 B 5 B 6 B 5 B 6 B 6 S 4 B 6 S 4
32 AF B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 S 3 B 6 S 5 B 4 S 6 S 5 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6
33 AG B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 6 B 5 B 5 B 6 B 4 B 6 B 5 B 6
34 AH B 5 B 6 B 6 B 6 B 5 B 6 B 6 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 4 B 4 B 1 S 1 B 1 S 1 B 4 B 6
35 AI B 4 B 6 B 5 B 6 B 4 B 6 B 5 B 6 B 4 B 6 B 4 B 6 B 3 B 4 B 5 B 4 B 4 B 5 B 5 B 6
36 AJ B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 4 S 4 S 3 S 4 S 3 S 3 B 6 B 5
37 AK S 4 S 5 S 5 S 3 S 3 S 6 S 5 S 6 B 6 B 5 B 6 B 5 B 3 S 4 S 5 B 4 S 5 S 4 B 5 B 6
No Siswa
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 A B 4 S 5 B 1 B 5 B 3 S 4 S 3 S 1 S 5 S 4 S 3 S 4 B 4 B 4 B 4 S 4 S 3 S 4 S 3 S 3
2 B B 4 S 5 B 1 B 4 B 6 S 4 B 5 B 6 S 5 S 3 S 4 S 4 B 4 S 4 B 4 S 1 B 5 S 4 S 4 S 4
3 C B 5 B 6 B 4 B 4 B 5 B 6 B 4 B 4 B 5 B 6 B 1 B 4 S 4 S 4 B 5 B 6 B 4 B 4 B 4 B 4
4 D B 4 B 4 B 6 B 5 B 5 B 6 B 6 B 5 B 6 B 5 B 4 B 4 S 3 B 6 B 4 B 4 B 6 B 5 B 5 B 6
5 E B 6 B 5 B 4 B 4 B 1 B 4 B 4 B 4 S 3 B 6 B 6 B 5 B 1 S 1 B 5 B 6 S 3 B 6 B 5 B 6
6 F B 4 B 4 B 5 B 6 B 4 B 4 S 3 B 6 B 5 B 6 B 4 B 4 B 1 S 1 B 4 B 4 S 5 B 4 B 4 B 4
7 G B 5 B 6 B 5 B 6 B 6 B 5 B 5 B 5 B 6 B 5 B 5 B 6 S 3 B 6 B 6 B 5 B 4 B 4 B 5 B 6
8 H B 5 B 6 B 5 B 6 B 4 B 4 B 4 B 4 B 6 S 4 B 5 B 6 S 5 B 4 B 4 B 4 B 5 B 6 B 5 B 6
9 I B 5 B 6 B 6 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 1 B 5 S 3 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 S 4 S 4
10 J B 6 B 6 B 1 B 4 B 5 B 6 S 3 S 4 B 6 B 5 S 5 S 4 B 4 B 4 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6
11 K B 5 B 6 B 6 S 4 B 5 B 6 B 5 B 6 B 6 S 4 S 4 S 4 B 6 B 5 B 5 B 6 B 6 B 6 S 4 S 4
140
12 L B 5 B 6 B 4 B 4 S 3 S 4 S 5 S 4 B 5 B 6 S 4 S 4 B 4 B 4 S 4 S 4 B 3 B 1 B 5 B 6
13 M B 6 B 4 B 6 B 5 B 5 B 6 B 5 B 6 B 6 B 5 B 1 B 5 B 5 B 6 B 5 B 6 B 1 S 1 S 5 B 4
14 N B 6 B 4 B 4 B 4 B 6 B 4 B 6 B 4 B 1 S 1 S 4 S 4 B 5 B 6 B 1 B 5 B 3 B 4 S 3 B 6
15 O B 5 B 6 B 5 B 6 B 6 B 4 B 6 B 4 B 6 S 4 B 5 B 6 B 4 B 4 S 3 S 5 S 3 B 3 S 3 S 4
16 P B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 1 S 1 S 4 S 4 B 6 B 5 B 5 B 6 B 5 B 6 B 6 S 4
17 Q B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 4 B 4 S 4 S 4 B 6 B 5 B 5 B 6
18 R B 4 B 6 B 6 B 6 B 5 B 6 B 1 B 5 B 6 B 5 B 1 B 5 B 5 B 6 B 5 B 6 B 6 S 4 B 5 B 6
19 S B 5 B 6 S 3 B 6 B 4 B 6 B 1 B 5 S 5 S 4 S 3 S 4 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6
20 T B 5 B 6 S 3 B 6 B 5 B 6 B 1 B 5 B 1 S 1 B 5 B 6 B 4 B 4 B 6 B 5 B 6 B 5 B 5 B 6
21 U B 5 B 6 S 3 S 4 S 5 S 4 B 6 B 4 S 5 S 3 S 4 S 4 B 6 B 5 S 5 B 4 B 6 S 4 S 3 B 3
22 V B 6 B 6 B 6 S 4 B 5 B 6 B 6 B 4 B 6 B 4 B 5 B 6 B 4 B 4 B 5 B 6 B 5 B 6 S 4 S 4
23 W B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 S 3 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 6 B 5 B 1 B 5
24 X B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 S 5 S 3 S 4 S 4 B 5 B 6 B 4 B 4 B 5 B 6 S 4 S 4
25 Y B 6 B 4 S 3 B 6 B 6 B 4 B 5 B 6 S 5 S 4 S 3 S 5 S 3 S 4 B 6 B 5 B 6 B 5 B 5 B 6
26 Z B 6 B 4 S 3 B 6 B 6 B 4 B 4 B 6 B 6 B 4 B 5 B 6 B 5 B 6 B 4 B 4 B 6 S 4 S 4 S 4
27 AA B 5 B 6 S 3 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 S 4 B 5 B 6 S 4 S 4 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6
28 AB B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 S 5 S 4 S 3 S 4 B 5 B 6 B 5 B 6 B 6 B 5 B 1 B 5
29 AC B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 3 S 4 B 5 B 6 S 3 S 4 B 6 S 4 S 3 S 4
30 AD B 4 B 6 B 5 B 6 B 4 B 6 S 3 B 6 S 1 S 1 B 5 B 6 S 4 S 4 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6
31 AE B 1 B 5 B 1 B 5 B 5 B 6 S 5 S 3 S 5 S 4 S 5 S 3 S 3 S 5 S 4 S 4 B 6 B 5 S 3 S 3
32 AF B 4 B 5 B 5 B 6 B 5 B 6 S 5 S 3 S 5 S 3 S 3 S 5 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 S 4 S 4 S 4
33 AG B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 4 B 6 B 5 B 6
34 AH B 5 B 6 B 6 B 6 B 5 B 6 B 6 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 4 B 4 S 4 S 4 B 1 S 1 B 4 B 6
35 AI B 4 B 6 B 5 B 6 B 4 B 6 B 5 B 6 B 4 B 6 S 4 S 4 B 5 B 4 S 5 S 6 B 4 B 5 B 5 B 6
36 AJ B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 5 B 6 B 4 S 4 B 5 B 6 S 3 S 3 B 6 B 5
37 AK S 4 S 4 S 5 S 3 B 4 S 1 S 5 B 4 B 6 B 5 B 6 B 5 B 4 S 1 B 5 B 6 S 4 S 4 B 5 B 6
141
Lampiran 11
Rekapitulasi Hasil Jawaban Siswa Berdasarkan Pengelompokan Kategori
NO SISWA NOMOR SOAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 A K P P P P P K P P P M K M K M M P M M K
2 B M P P P P P K P P P M K M P K M M K M M
3 C K P S P K M M P K K P P P P P K M P P P
4 D K P K P K K K K K K P P P P P P S P P P
5 E M K K K K M P M M K P P K P S P K P S P
6 F M K M K M K M K S M P P P S P P K P S P
7 G P P P P M K P P P P P P P P P P S P P P
8 H P P P P K K P P P P P P P P M P S P P P
9 I P P P P P K P P P K P P P P P K S P P M
10 J P P P P P K P P P K P K P M P M P P P P
11 K P P K P K K P P K K P M P P M M P P P M
12 L P P P P K M P P P M P P M M P M P M K P
13 M M P P M P P M P P M P P P P P K P P K S
14 N M P P M K S M P P K P P P P K M P K K S
15 O P P P P P P P P P P P P P P M P P M K M
16 P P S P P P P P S P P P P P P K M P P P M
17 Q P P P P P P P P P K P P P P P P P M P P
18 R P P P P P P P P P S P P P K P K P P M P
19 S P P P P S S P P P M P S P K M M P P P P
20 T P M P P P M P M P K P S P K K P P P P P
21 U P M P P P M P S P P P M P P K M P S M K
22 V P P P P P P P P P P P M P P P P P P P M
23 W P P P P P P P P P P P P P P S P P P P K
24 X P P P P P P P P P P P P P P K M P P P M
25 Y P P P P P P P P P P P S P P M M M P P P
26 Z P P P P P P P P P P P S P P P P P P M M
27 AA P P P P P P P P P P P S P P M P M P P P
28 AB M K M P M K M M P P P P P P M M P P P K
29 AC P P P P P P P P P P P P P P P M P M M M
30 AD P S P P P S P S P P P P P S M P M P P P
31 AE P P M P M K P P M M K K P K M K M M P M
32 AF P P P S M M P P P P P P P K M M P P M M
33 AG P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
34 AH P P P P P P P K K P P P P P P P P M K P
35 AI P P P P P P K K K P P P P P B M K M K P
36 AJ P P P P P P B S K P P P P P P P M P K P
37 AK M K M M P P K S M P M K P S P P K P M P
Keterangan :
P = Paham Konsep M = Miskonsepsi K = Kurang Paham Konsep S = Kesalahan
142
Lampiran 12
Rekapitulasi Kesalahan pada Tier 1
NO SISWA NOMOR SOAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 A 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0
2 B 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0
3 C 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
4 D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
5 E 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
6 F 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1
7 G 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
8 H 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
9 I 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
10 J 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
11 K 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
12 L 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
13 M 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
14 N 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
15 O 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
16 P 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
17 Q 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19 S 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1
20 T 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
21 U 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0
22 V 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
23 W 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
24 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0
25 Y 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1
26 Z 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
27 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
28 AB 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
29 AC 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
30 AD 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1
31 AE 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1
32 AF 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1
33 AG 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
34 AH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
35 AI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
36 AJ 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
37 AK 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1
JUMLAH 32 34 35 33 29 26 29 34 35 31 33 31 35 30 26 25 29 31 31 26
BENAR (%) 86 91 94 89 78 70 78 91 94 83 89 83 94 81 70 67 78 83 83 70
SALAH (%) 17 9 6 11 22 30 22 9 6 17 11 17 6 19 30 33 22 17 17 30
143
No Butir Soal Konsep Kesetimbangan Kimia
Persentase
Jawaban Salah
Pada Tier 1 (%)
1 Kesetimbangan dinamis 17,00
2, 3, 4 Kesetimbangan homogen dan
heterogen 18,66
5, 6, 7, 8 Tetapan kesetimbangan konsentrasi
(Kc) 20,75
9, 10 Tetapan kesetimbangan tekanan
parsial (Kp) 11,50
11 Hubungan Kc dan Kp 11,00
12, 13 Derajat disosiasi 11,50
14, 15, 16, 17
Arah pergeseran kesetimbangan
dengan menggunakan Azas Le
Chatelier
26,00
18, 19, 20 Kesetimbangan kimia dalam
industri 21,33
Cara perhitungan skor rata-rata Jawaban Salah pada Tier 1 :
2. Kesetimbangan homogen dan heterogen =
= = 18,66
144
Lampiran 13
Rekapitulasi Kesalahan pada Tier 3
NO SISWA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 A 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
2 B 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
3 C 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
4 D 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 E 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
6 F 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
7 G 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 H 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
9 I 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
10 J 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
11 K 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0
12 L 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
13 M 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
14 N 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
15 O 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
16 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0
17 Q 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
18 R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
19 S 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
20 T 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
21 U 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1
22 V 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
23 W 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
24 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0
25 Y 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1
26 Z 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
27 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
28 AB 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
29 AC 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0
30 AD 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
31 AE 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0
32 AF 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0
33 AG 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
34 AH 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
35 AI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
36 AJ 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
37 AK 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1
JUMLAH 29 34 32 32 27 25 30 30 30 26 33 33 33 34 20 21 28 27 26 26
BENAR (%) 78 91 86 86 72 67 81 81 81 70 89 89 89 91 54 56 75 72 70 70
SALAH (%) 22 9 14 14 28 33 29 29 29 30 11 11 11 9 46 44 25 28 30 30
145
No Butir Soal Konsep Kesetimbangan
Kimia
Persentase
Jawaban Salah
Pada Tier 3 (%)
1 Kesetimbangan dinamis 22,00
2, 3, 4 Kesetimbangan homogen dan
heterogen 12,33
5, 6, 7, 8 Tetapan kesetimbangan
konsentrasi (Kc) 29,75
9, 10 Tetapan kesetimbangan
tekanan parsial (Kp) 29,50
11 Hubungan Kc dan Kp 11,00
12, 13 Derajat disosiasi 11,00
14, 15, 16, 17
Arah pergeseran
kesetimbangan dengan
menggunakan Azas Le
Chatelier
31,00
18, 19, 20 Kesetimbangan kimia dalam
industri 29,66
Cara perhitungan skor rata-rata Jawaban Salah pada Tier 3 :
2. Kesetimbangan homogen dan heterogen =
= = 12,33
146
Lampiran 14
Rekapitulasi Confidence Rating Tiap Butir Soal
NO SISWA
1 2 3 4 5
TIER ∑
Rata-
rata
TIER ∑
Rata-
rata
TIER ∑
Rata-
rata
TIER ∑
Rata-
rata
TIER ∑
Rata-
rata 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4
1 A 4 3 7 3,50 5 4 9 4,50 5 5 10 5,00 5 5 10 5,00 4 4 8 4,00
2 B 4 4 8 4,00 4 4 8 4,00 5 5 10 5,00 6 5 11 5,50 5 4 9 4,50
3 C 1 1 2 1,00 5 4 9 4,50 4 4 8 4,00 5 5 10 5,00 1 1 2 1,00
4 D 3 3 6 3,00 4 4 8 4,00 1 5 6 3,00 4 4 8 4,00 3 4 7 3,50
5 E 4 5 9 4,50 1 5 6 3,00 3 4 7 3,50 3 1 4 2,00 3 3 6 3,00
6 F 4 5 9 4,50 1 4 5 2,50 6 4 10 5,00 4 1 5 2,50 4 4 8 4,00
7 G 5 6 11 5,50 6 5 11 5,50 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00
8 H 5 6 11 5,50 6 4 10 5,00 5 4 9 4,50 5 6 11 5,50 4 3 7 3,50
9 I 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50 5 5 10 5,00
10 J 6 6 12 6,00 5 4 9 4,50 5 5 10 5,00 6 6 12 6,00 4 4 8 4,00
11 K 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 1 5 6 3,00 5 6 11 5,50 3 1 4 2,00
12 L 4 6 10 5,00 5 5 10 5,00 5 6 11 5,50 4 6 10 5,00 4 1 5 2,50
13 M 4 4 8 4,00 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 5 4 9 4,50
14 N 4 4 8 4,00 5 4 9 4,50 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 4 1 5 2,50
15 O 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 6 6 12 6,00 5 6 11 5,50 6 4 10 5,00
16 P 5 6 11 5,50 4 5 9 4,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
17 Q 5 6 11 5,50 4 5 9 4,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
18 R 6 6 12 6,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 6 6 12 6,00 5 6 11 5,50
19 S 5 6 11 5,50 4 6 10 5,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 4 6 10 5,00
20 T 5 6 11 5,50 4 6 10 5,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
21 U 6 4 10 5,00 5 4 9 4,50 6 6 12 6,00 6 4 10 5,00 6 4 10 5,00
22 V 6 4 10 5,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 6 4 10 5,00 6 4 10 5,00
23 W 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
24 X 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
147
25 Y 5 6 11 5,50 6 6 12 6,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
26 Z 4 6 10 5,00 5 6 11 5,50 4 6 10 5,00 5 6 11 5,50 4 6 10 5,00
27 AA 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
28 AB 3 3 6 3,00 1 4 5 2,50 6 4 10 5,00 4 6 10 5,00 4 4 8 4,00
29 AC 5 6 11 5,50 6 4 10 5,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
30 AD 5 6 11 5,50 3 6 9 4,50 5 6 11 5,50 6 5 11 5,50 5 6 11 5,50
31 AE 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 6 4 10 5,00 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00
32 AF 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 3 6 9 4,50 5 4 9 4,50
33 AG 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
34 AH 5 6 11 5,50 6 6 12 6,00 5 6 11 5,50 6 6 12 6,00 5 6 11 5,50
35 AI 4 6 10 5,00 5 6 11 5,50 4 6 10 5,00 5 6 11 5,50 4 6 10 5,00
36 AJ 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
37 AK 4 5 9 4,50 5 3 8 4,00 3 6 9 4,50 5 6 11 5,50 6 5 11 5,50
Rata-rata 4,95 4,73 5,05 5,14 4,53
NO SISWA
6 7 8 9 10
TIER ∑
Rata-
rata
TIER ∑
Rata-
rata
TIER ∑
Rata-
rata
TIER ∑
Rata-
rata
TIER ∑
Rata-
rata 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4
1 A 6 5 11 5,50 3 4 7 3,50 6 5 11 5,50 5 6 11 5,50 5 5 10 5,00
2 B 6 4 10 5,00 3 4 7 3,50 6 5 11 5,50 5 6 11 5,50 4 6 10 5,00
3 C 1 4 5 2,50 1 4 5 2,50 4 4 8 4,00 1 1 2 1,00 1 1 2 1,00
4 D 4 3 7 3,50 4 3 7 3,50 5 4 9 4,50 5 4 9 4,50 4 5 9 4,50
5 E 5 4 9 4,50 4 4 8 4,00 4 4 8 4,00 3 4 7 3,50 3 3 6 3,00
6 F 5 3 8 4,00 4 4 8 4,00 4 1 5 2,50 5 4 9 4,50 4 4 8 4,00
7 G 1 1 2 1,00 5 6 11 5,50 6 5 11 5,50 4 4 8 4,00 4 4 8 4,00
8 H 3 1 4 2,00 5 6 11 5,50 6 4 10 5,00 5 4 9 4,50 5 4 9 4,50
9 I 1 1 2 1,00 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 4 4 8 4,00 1 1 2 1,00
10 J 3 4 7 3,50 6 6 12 6,00 5 4 9 4,50 5 5 10 5,00 3 4 7 3,50
11 K 3 3 6 3,00 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 1 5 6 3,00 3 3 6 3,00
148
12 L 4 4 8 4,00 4 6 10 5,00 5 5 10 5,00 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00
13 M 6 4 10 5,00 4 4 8 4,00 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00
14 N 6 4 10 5,00 4 4 8 4,00 5 4 9 4,50 5 6 11 5,50 4 3 7 3,50
15 O 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 6 6 12 6,00 5 5 10 5,00
16 P 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 4 5 9 4,50 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00
17 Q 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 4 5 9 4,50 5 6 11 5,50 3 1 4 2,00
18 R 6 6 12 6,00 6 6 12 6,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 4 1 5 2,50
19 S 5 4 9 4,50 5 6 11 5,50 4 6 10 5,00 5 6 11 5,50 5 4 9 4,50
20 T 6 5 11 5,50 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50 4 1 5 2,50
21 U 5 5 10 5,00 6 4 10 5,00 4 6 10 5,00 6 6 12 6,00 6 4 10 5,00
22 V 5 6 11 5,50 6 4 10 5,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
23 W 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
24 X 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
25 Y 6 6 12 6,00 5 6 11 5,50 6 6 12 6,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
26 Z 5 6 11 5,50 4 6 10 5,00 5 6 11 5,50 4 6 10 5,00 4 6 10 5,00
27 AA 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
28 AB 5 3 8 4,00 6 5 11 5,50 6 5 11 5,50 6 5 11 5,50 6 5 11 5,50
29 AC 6 4 10 5,00 5 6 11 5,50 6 4 10 5,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
30 AD 3 6 9 4,50 5 6 11 5,50 3 6 9 4,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
31 AE 5 3 8 4,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 6 4 10 5,00 6 4 10 5,00
32 AF 6 5 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
33 AG 5 6 11 5,50 6 5 11 5,50 5 6 11 5,50 4 6 10 5,00 5 6 11 5,50
34 AH 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 1 1 2 1,00 1 1 2 1,00 4 6 10 5,00
35 AI 4 6 10 5,00 3 4 7 3,50 5 4 9 4,50 4 5 9 4,50 5 6 11 5,50
36 AJ 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 3 4 7 3,50 3 3 6 3,00 6 5 11 5,50
37 AK 6 5 11 5,50 3 4 7 3,50 5 4 9 4,50 5 4 9 4,50 5 6 11 5,50
Rata-rata 4,61 4,88 4,69 4,82 4,38
149
NO SISWA
11 12 13 14 15
TIER ∑
Rata-
rata
TIER ∑
Rata-
rata
TIER ∑
Rata-
rata
TIER ∑
Rata-
rata
TIER ∑
Rata-
rata 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4
1 A 4 5 9 4,50 1 5 6 3,00 3 4 7 3,50 3 1 4 2,00 5 4 9 4,50
2 B 6 5 11 5,50 1 4 5 2,50 6 4 10 5,00 5 6 11 5,50 5 3 8 4,00
3 C 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50
4 D 4 4 8 4,00 6 5 11 5,50 5 6 11 5,50 6 5 11 5,50 6 5 11 5,50
5 E 6 5 11 5,50 4 4 8 4,00 1 4 5 2,50 4 4 8 4,00 3 6 9 4,50
6 F 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 3 6 9 4,50 5 6 11 5,50
7 G 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 6 5 11 5,50 5 5 10 5,00 6 5 11 5,50
8 H 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 4 4 8 4,00 6 4 10 5,00
9 I 5 6 11 5,50 6 6 12 6,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
10 J 6 6 12 6,00 1 4 5 2,50 5 6 11 5,50 3 3 6 3,00 6 5 11 5,50
11 K 5 6 11 5,50 6 4 10 5,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 6 4 10 5,00
12 L 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 3 3 6 3,00 5 4 9 4,50 5 6 11 5,50
13 M 6 4 10 5,00 6 5 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 6 5 11 5,50
14 N 6 4 10 5,00 4 4 8 4,00 6 4 10 5,00 6 4 10 5,00 1 1 2 1,00
15 O 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 6 4 10 5,00 6 4 10 5,00 6 4 10 5,00
16 P 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 1 1 2 1,00
17 Q 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
18 R 4 6 10 5,00 6 6 12 6,00 5 6 11 5,50 1 5 6 3,00 6 5 11 5,50
19 S 5 6 11 5,50 3 6 9 4,50 4 6 10 5,00 1 5 6 3,00 5 4 9 4,50
20 T 5 6 11 5,50 3 6 9 4,50 5 6 11 5,50 1 5 6 3,00 1 1 2 1,00
21 U 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 4 9 4,50 6 4 10 5,00 5 3 8 4,00
22 V 6 6 12 6,00 6 4 10 5,00 5 6 11 5,50 6 4 10 5,00 6 4 10 5,00
23 W 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 3 6 9 4,50
24 X 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 3 8 4,00
25 Y 6 4 10 5,00 3 6 9 4,50 6 4 10 5,00 5 6 11 5,50 5 4 9 4,50
26 Z 6 4 10 5,00 3 6 9 4,50 6 4 10 5,00 4 6 10 5,00 6 4 10 5,00
27 AA 5 6 11 5,50 3 6 9 4,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 4 9 4,50
150
28 AB 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 4 9 4,50
29 AC 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
30 AD 4 6 10 5,00 5 6 11 5,50 4 6 10 5,00 3 6 9 4,50 1 1 2 1,00
31 AE 5 3 8 4,00 1 5 6 3,00 5 6 11 5,50 5 3 8 4,00 5 4 9 4,50
32 AF 4 5 9 4,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 3 8 4,00 5 3 8 4,00
33 AG 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
34 AH 5 6 11 5,50 6 6 12 6,00 5 6 11 5,50 6 6 12 6,00 5 6 11 5,50
35 AI 4 6 10 5,00 5 6 11 5,50 4 6 10 5,00 5 6 11 5,50 4 6 10 5,00
36 AJ 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
37 AK 4 4 8 4,00 5 3 8 4,00 5 3 8 4,00 5 4 9 4,50 6 5 11 5,50
Rata-rata 5,22 4,88 5,04 4,76 4,55
NO SISWA
16 17 18 19 20
TIER ∑
Rata-
rata
TIER ∑
Rata-
rata
TIER ∑
Rata-
rata
TIER ∑
Rata-
rata
TIER ∑
Rata-
rata 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4
1 A 3 6 9 4,50 4 4 8 4,00 4 4 8 4,00 3 4 7 3,50 3 3 6 3,00
2 B 4 4 8 4,00 4 4 8 4,00 4 1 5 2,50 5 4 9 4,50 4 4 8 4,00
3 C 1 4 5 2,50 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 4 4 8 4,00
4 D 4 4 8 4,00 3 6 9 4,50 4 4 8 4,00 6 5 11 5,50 5 6 11 5,50
5 E 6 5 11 5,50 1 1 2 1,00 5 6 11 5,50 3 6 9 4,50 5 6 11 5,50
6 F 4 4 8 4,00 1 1 2 1,00 4 4 8 4,00 5 4 9 4,50 4 4 8 4,00
7 G 5 6 11 5,50 3 6 9 4,50 6 5 11 5,50 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50
8 H 5 6 11 5,50 5 4 9 4,50 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
9 I 1 5 6 3,00 3 6 9 4,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00
10 J 5 4 9 4,50 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
11 K 4 4 8 4,00 6 5 11 5,50 5 6 11 5,50 6 6 12 6,00 4 4 8 4,00
12 L 4 4 8 4,00 4 4 8 4,00 4 4 8 4,00 3 1 4 2,00 5 6 11 5,50
13 M 1 5 6 3,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 1 1 2 1,00 5 4 9 4,50
14 N 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50 1 5 6 3,00 3 4 7 3,50 3 6 9 4,50
151
15 O 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 3 4 7 3,50 3 3 6 3,00 3 4 7 3,50
16 P 4 4 8 4,00 6 5 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 6 4 10 5,00
17 Q 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 4 4 8 4,00 6 5 11 5,50 5 6 11 5,50
18 R 1 5 6 3,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 6 4 10 5,00 5 6 11 5,50
19 S 3 4 7 3,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
20 T 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 6 5 11 5,50 6 5 11 5,50 5 6 11 5,50
21 U 4 4 8 4,00 6 5 11 5,50 5 4 9 4,50 6 4 10 5,00 3 3 6 3,00
22 V 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00
23 W 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 6 5 11 5,50 1 5 6 3,00
24 X 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00
25 Y 3 3 6 3,00 3 4 7 3,50 6 5 11 5,50 6 5 11 5,50 5 6 11 5,50
26 Z 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 6 4 10 5,00 4 4 8 4,00
27 AA 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
28 AB 3 4 7 3,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 6 5 11 5,50 1 5 6 3,00
29 AC 3 5 8 4,00 5 6 11 5,50 3 4 7 3,50 6 4 10 5,00 3 5 8 4,00
30 AD 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50
31 AE 5 3 8 4,00 3 4 7 3,50 4 4 8 4,00 6 5 11 5,50 3 3 6 3,00
32 AF 3 4 7 3,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 4 9 4,50 4 4 8 4,00
33 AG 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 5 6 11 5,50 4 6 10 5,00 5 6 11 5,50
34 AH 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 4 4 8 4,00 1 1 2 1,00 4 6 10 5,00
35 AI 4 4 8 4,00 5 4 9 4,50 3 4 7 3,50 4 5 9 4,50 5 6 11 5,50
36 AJ 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50 3 3 6 3,00 6 5 11 5,50
37 AK 6 5 11 5,50 4 1 5 2,50 5 6 11 5,50 4 4 8 4,00 5 6 11 5,50
Rata-rata 4,45 4,41 4,76 4,61 4,62
152
No Butir
Soal Konsep Kesetimbangan Kimia
Skor Rata-rata
Confidence
Rating
1 Kesetimbangan dinamis 4,95
2, 3, 4 Kesetimbangan homogen dan
heterogen 4,97
5, 6, 7, 8 Tetapan kesetimbangan
konsentrasi (Kc) 4,68
9, 10 Tetapan kesetimbangan tekanan
parsial (Kp) 4,60
11 Hubungan Kc dan Kp 5,22
12, 13 Derajat disosiasi 4,96
14, 15, 16,
17
Arah pergeseran kesetimbangan
dengan menggunakan Azas Le
Chatelier
4,54
18, 19, 20 Kesetimbangan kimia dalam
industri 4,66
Cara perhitungan skor rata-rata Confidence Rating :
2. Kesetimbangan homogen dan heterogen = = = 4,97
153
Lampiran 15
Pengelompokan Siswa ke Dalam Kategori Paham Konsep, Miskonsepsi,
Kurang Paham Konsep dan Kesalahan
No
Soal
Kategori
Skor
Total
Paham Konsep Miskonsepsi Kurang Paham
Konsep Kesalahan
Skor Persentase
(%) Skor
Persentase
(%) Skor
Persentase
(%) Skor
Persentase
(%)
1 27 73,00 7 18,92 3 8,11 0 0 37
2 29 78,37 3 8,11 4 10,81 1 2,70 37
3 29 78,37 4 10,81 3 8,11 1 2,70 37
4 31 83,78 3 8,11 2 5,41 1 2,70 37
5 24 64,86 5 13,51 7 18,92 1 2,70 37
6 19 51,35 6 16,22 9 24,32 3 8,11 37
7 26 70,27 6 16,22 5 13,51 0 0 37
8 25 67,57 5 13,51 4 10,81 3 8,11 37
9 27 73,00 3 8,11 6 16,22 1 2,70 37
10 23 62,16 4 10,81 10 27,03 0 0 37
11 33 89,18 3 8,11 1 2,70 0 0 37
12 24 64,86 3 8,11 5 13,51 5 13,51 37
13 31 83,78 4 10,81 2 5,41 0 0 37
14 26 70,27 2 5,41 6 16,22 3 8,11 37
15 18 48,65 11 29,73 6 16,22 2 5,41 37
16 14 37,84 18 48,65 5 13,51 0 0 37
17 22 59,46 7 18,92 4 10,81 4 10,81 37
18 26 70,27 8 21,62 2 5,41 1 2,70 37
19 20 54,05 8 21,62 7 18,92 2 5,41 37
20 20 29,73 11 29,73 4 10,81 2 5,41 37
154
Persamaan yang digunakan adalah
P = x 100%
Keterangan :
P = angka persentase (% kelompok)
f = jumlah siswa pada setiap kelompok
N = jumlah individu (jumlah seluruh siswa yang dijadikan subjek penelitian)
Contoh :
Butir soal nomor 1
1. Paham Konsep % = x 100% = 73,00%
2. Miskonsepsi % = x 100% = 18,92%
3. Kurang Paham konsep % = x 100% = 8,11%
4. Kesalahan % = x 100% = 0%
155
No Butir Soal Konsep
Persentase Kategori (%)
Paham
Konsep Miskonsepsi
Kurang
Paham
Konsep
Kesalahan
1 Kesetimbangan dinamis 73,00 18,92 8,11 0
2, 3, 4 Kesetimbangan homogen
dan heterogen 80,17 9,01 8,11 2,70
5, 6, 7, 8 Tetapan kesetimbangan
konsentrasi (Kc) 63,51 14,86 16,89 4,73
9, 10 Tetapan kesetimbangan
tekanan parsial (Kp) 67,58 9,46 43,25 1,35
11 Hubungan Kc dan Kp 89,18 8,11 2,70 0
12, 13 Derajat disosiasi 74,32 9,46 9,46 6,76
14, 15, 16, 17
Arah pergeseran
kesetimbangan dengan
menggunakan Azas Le
Chatelier
56,76 30,63 14,19 6,08
18, 19, 20 Kesetimbangan kimia
dalam industri 51,35 24,32 11,71 4,51
Dari tabel berikut diambil rata-rata setiap konsep kesetimbangan yang diwakili
oleh beberapa butir soal :
Contoh :
Konsep kesetimbangan homogen dan heterogen (diwakili oleh nomor 2, 3
dan 4)
Cara perhitungan skor rata-rata persentase =
1. Paham Konsep % = = 80,17%
2. Miskonsepsi % = = 9,01%
3. Kurang Paham konsep % = = 8,11%
4. Kesalahan % = = 2,70%
156
Persentase Kategori Paham Konsep, Miskonsepsi, Kurang Paham Konsep
dan Kesalahan Secara Keseluruhan
Jumlah Soal
Kategori
Paham
Konsep Miskonsepsi
Kurang
Paham
Konsep
Kesalahan
20 F % f % f % f %
49,8 49,8 117 11,7 95 9,5 30 3,0
menggunakan rumus :
% kategori siswa = x 100%
Keterangan :
𝑓 = jumlah keseluruhan siswa yang termasuk kategori tersebut
𝑁𝑡 = nilai maksimum yaitu 1000
Nilai maksimum diperoleh dari perkalian frekuensi seluruh siswa dengan
banyaknya soal, maka :𝑓 total siswa x 𝑓 total soal
32 x 25 = 800
Perhitungan manualnya adalah :
1. Paham Konsep % = x 100% = 48,9%
2. Miskonsepsi % = x 100% = 11,7%
3. Kurang Paham konsep % = x 100% = 9,5%
4. Kesalahan % = x 100% = 3,0%
Lampiran 16
157
Rekapitulasi Siswa yang Mengalami Miskonsepsi pada Kelompok Tinggi,
Sedang, dan Rendah
No
Soal
Jumlah Siswa yang
Mengalami Miskonsepsi
Kelompok
Tinggi
Kelompok
Sedang
Kelompok
Rendah
f % f % f %
1 7 2 22,22 3 15,79 2 22,22
2 2 1 11,11 0 0 1 11,11
3 4 1 11,11 1 5,26 2 22,22
4 3 1 11,11 1 5,26 1 11,11
5 5 1 11,11 2 10,53 2 22,22
6 6 2 22,22 2 10,53 2 44,44
7 6 2 22,22 3 15,79 1 22,22
8 5 2 22,22 2 10,53 1 11,11
9 3 2 22,22 1 5,26 0 11,11
10 4 2 22,22 1 5,26 1 11,11
11 3 2 22,22 0 0 1 11,11
12 3 2 22,22 1 5,26 0 0
13 4 2 22,22 1 5,26 1 22,22
14 2 2 22,22 0 0 0 0
15 11 2 22,22 6 31,58 3 33,33
16 18 4 44,44 8 42,1 6 66,66
17 7 3 33,33 3 15,79 1 11,11
18 8 0 22,22 3 15,79 5 55,55
19 8 2 22,22 4 21,05 2 22,22
20 11 2 22,22 3 15,79 6 55,55
Jumlah 37 433,29 45 236,83 38 466,62
Rata-rata 1,85 21,66 2,25 11,84 1,90 23,33
Perhitungan persentase miskonsepsi setiap kelompok prestasi :
158
% Miskonsepsi Kelompok = x 100%
Contoh soal nomor 1 :
Tinggi Sedang Rendah
x 100% = 22,22% x 100% = 15,79% x 100% = 22,22%
% Rata-rata Miskonsepsi Kelompok = x 100%
Tinggi Sedang Rendah
x 100% = 21,66% x 100% = 11,84% x 100% = 23,33%
159
Lampiran 17
PERHITUNGAN BATAS KELAS DAN TEKNIK SAMPLING
Tabel Perhitungan Batas Kelas
Nilai (x) f f.x x2 f.x
2
95 2 190 9025 18050
93 2 186 8649 17298
92 4 368 8464 33856
90 15 1350 8100 121500
88 4 352 7744 30976
86 5 430 7396 36980
85 23 1955 7225 166175
82 8 656 6724 53792
80 15 1200 6400 96000
78 19 1482 6084 115596
75 10 750 5625 56250
72 5 360 5184 25920
70 8 560 4900 39200
Jumlah 120 9839 91520 814080
Mean = = 82
Standar Deviasi =
=
=
=
= 7,7
Batas Kelompok bawah- sedangadalah :82–7,7 =74,3
Batas kelompok atas- sedangadalah : 82 + 7,7 =89,7
160
Penentuan jumlah sampel menggunakan Nomogram Harry King.
NomogramHarryKingdigunakan untuk sampel dari populasi yang jumlahnya
sampai 2000. Populasi dalampenelitian ini adalah seluruh kelas XI MIA yang
jumlah keseluruhannya sebanyak 120 orang. Tarik dari angka 120 melewati
taraf kesalahan 10%, maka ditemukan titik di bawah angka30. Titik itu kurang
lebih 32%. Maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
Jumlah sampel = 31% x 120 = 37 siswa
37 siswa dibagi lagi kedalam kelompok tinggi (30 siswa), sedang (60 siswa) dan
rendah (30siswa), rinciannya sebagai berikut :
Kelompok Tinggi = x 37 siswa = 9 siswa
Kelompok Sedang = x 37 siswa = 19 siswa
Kelompok Rendah = x 37 siswa = 9 siswa
161
Nomogram Harry King Untuk Menentukan Ukuran Sampel Dari Populasi Sampai
2000
162
Lampiran 18
163
164
Lampiran 19
165
166
Lampiran 20
167
168
Lampiran 21
169
Lampiran 22
LEMBAR UJI REFERENSI
Judul Skripsi : Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Kesetimbangan Kimia
dengan Menggunakan Four-Tier Multiple Choice Test
Penulis : Rayhanah Nur Tsabitah
NIM : 1113016200031
Prodi : Pendidikan Kimia
Dosen Pembimbing I : Tonih Feronika, M.Pd
Dosen Pembimbing II : Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd
No. Referensi Pembimbing I Pembimbing II
BAB I
1. Chang, Raymond. (2004). Kimia Dasar
Konsep-konsep Inti Jilid 1. Jakarta:
Erlangga. Hlm. 4
2. Suyanti, Retno Dwi. (2010). Strategi
Pembelajaran Kimia. Yogyakarta : Graha
Ilmu. Hlm. 175
3. Illeris, Knud. (2011). Contemporary
Theories of Learning: Teori-teori
Pembelajaran Kontemporer.Bandung :
Penerbit Nusa Media. Hlm. 14
4. Suwarto. (2013). Pengembangan Tes
Diagnostik dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 76-77
5. Suparno, Paul. (2013). Miskonsepsi &
Perubahan Konsep Dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: PT Gramedia
WidiasaranaIndonesia. Hlm. 56-64
170
6. Bernal-Ballen, A., & Ladino-Ospina, Y.
(2019). Assessment: A suggested strategy
for learning chemical equilibrium.
Education Sciences, 9(3).
https://doi.org/10.3390/educsci9030174
7. Suparno, Paul. (2013). Miskonsepsi &
Perubahan Konsep Dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: PT Gramedia
WidiasaranaIndonesia. Hlm. 65-66
8. Suparno, Paul. (2013). Miskonsepsi &
Perubahan Konsep Dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: PT Gramedia
WidiasaranaIndonesia. Hlm. 70
9. Sugiyarto. Heru Pratomo Al. (2013).
Miskonsepsi Atas Konsep Asam-Basa,
Kesetimbangan Kimia, dan Redoks dalam
Berbagai Buku-Ajar Kimia SMA/MA.
Jurnal Kimia Universitas Negeri Yogyakarta
FMIPA jurusan Pendidikan Kimia, 41.
10. Suwarto. (2013). Pengembangan Tes
Diagnostik dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 95
11. Ismail, I. I., Samsudin, A., Suhendi, E., &
Kaniawati, I. (2015). Diagnostik
Miskonsepsi Melalui Listrik Dinamis Four
Tier Test. Prosiding Simposium Nasional
Inovasi Dan Pembelajaran Sains, 2015(June
2015), 381
12. Farhati, Resti Nur. (2015). Identifikasi
Miskonsepsi Siswa Pada Konsep
Kesetimbangan Kimia Menggunakan Three
Tier Test.Skripsi. Jakarta : UIN Syarif
171
Hidayatullah Jakarta.
13. Islami, Dini. (2018). Identifikasi
Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Ikatan
Kimia Menggunakan Tes Four-Tier
Multiple-Choice (4tmc) di SMA Negeri 1
Karawang. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
BAB II
1. Suparno, Paul. (2013). Miskonsepsi &
Perubahan Konsep Dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: PT Gramedia
WidiasaranaIndonesia. Hlm. 4
2. Suparno, Paul. (2013). Miskonsepsi &
Perubahan Konsep Dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: PT Gramedia
WidiasaranaIndonesia. Hlm. 4
3. Ormrod, J. E. (2008). Psikologi Pendidikan,
Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang.
Jakarta: Erlangga.
4. Suwarto. (2013). Pengembangan Tes
Diagnostik dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 76-77
5. Suparno, Paul. (2013). Miskonsepsi &
Perubahan Konsep Dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: PT Gramedia
WidiasaranaIndonesia. Hlm. 8
6. Berg, Van den. Makalah: Konsep, Peta
Konsep, Konsepsi dan Miskonsepsi.
Salatiga: UKSW. 2006. Hlm. 17
172
7. Suwarto. (2013). Pengembangan Tes
Diagnostik dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 77
8. Fitriyah, Nurul dan Sukarmin. (2013).
Penerapan Media Animasi Untuk Mencegah
Miskonsepsi Pada Materi Pokok Asam-Basa
di kelas XI SMAN 1 Menganti Gresik.
Unesa Journal of Chemical Education, 2
(3).
9. Mentari, L., Suardana, N., Wayan, I.,
Jurusan, S., & Kimia, P. (2014). Analisis
Miskonsepsi Siswa Sma Pada Pembelajaran
Kimia Untuk Materi Larutan Penyangga.
Jurnal Kimia Visitalis Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan
Kimia, 2, 76–87.
10. Farhati, Resti Nur. (2015). Identifikasi
Miskonsepsi Siswa Pada Konsep
Kesetimbangan Kimia Menggunakan Three
Tier Test.Skripsi. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Hlm. 13
11. Suwarto. (2013). Pengembangan Tes
Diagnostik dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 78-80
12. Suwarto. (2013). Pengembangan Tes
Diagnostik dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 81
13. Suwarto. (2013). Pengembangan Tes
Diagnostik dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 82
173
14. Suwarto. (2013). Pengembangan Tes
Diagnostik dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 82
15. Suparno, Paul. (2013). Miskonsepsi &
Perubahan Konsep Dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: PT Gramedia
WidiasaranaIndonesia. Hlm. 123 & 128
16. Suparno, Paul. (2013). Miskonsepsi &
Perubahan Konsep Dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: PT Gramedia
WidiasaranaIndonesia. Hlm. 81-82
17. Ali. (2015).A Review and Comparison of
Diagnostic Instruments to Identify Students’
Misconceptions in Science.Journal of
Chemistry Education, 2 (3).
18. Treagust, D. F. (2006). Development and
Use of Diagnostic Tests to Evaluate
Students' Misconceptions in Science.
International Journal of Science Education,
10:2, 159-169
19. Caleon, I., & Subramaniam, R. (2010). Do
Students Know What They Know and What
They Do Not Know. Using a Four-Tier
Diagnostic Test to Assess the Nature of
Students’ lternative Conceptions. Research
in Science Education, 313-337.
20. Treagust, D. F. (2006). Development and
Use of Diagnostic Tests to Evaluate
Students' Misconceptions in Science.
International Journal of Science Education,
10:2, 159-169
174
21. Caleon, I., & Subramaniam, R. (2010). Do
Students Know What They Know and What
They Do Not Know. Using a Four-Tier
Diagnostic Test to Assess the Nature of
Students’ lternative Conceptions. Research
in Science Education, 313-337.
22. Gurel, D. K., Eryilmaz, A., & McDermott,
L. C. (2015). A review and comparison of
diagnostic instruments to identify students’
misconceptions in science. Eurasia Journal
of Mathematics, Science and Technology
Education, 11(5), 989–
1008.https://doi.org/10.12973/eurasia.2015.
1369a
23. Syukri. (1999). Kimia Dasar 3. Bandung :
Penerbit ITB. Hlm. 316
24. Chang, Raymond.(2004).Kimia Dasar
Konsep-konsep Inti Jilid 2. Jakarta:
Erlangga. Hlm. 66
25. Syukri. (1999). Kimia Dasar 3. Bandung :
Penerbit ITB. Hlm. 317
26. Syukri. (1999). Kimia Dasar 3. Bandung :
Penerbit ITB. Hlm. 317
27. Oxtoby, D. W. (2001). Prinsip-prinsip
Kimia Modern. Jakarta : Erlangga, 2001.
hlm. 263
28. Chang, Raymond.(2004).Kimia Dasar
Konsep-konsep Inti Jilid 2. Jakarta:
Erlangga. Hlm. 68
175
29. Syukri. (1999). Kimia Dasar 3. Bandung :
Penerbit ITB. Hlm. 320
30. Syukri. (1999). Kimia Dasar 3. Bandung :
Penerbit ITB. Hlm. 323
31. Syukri. (1999). Kimia Dasar 3. Bandung :
Penerbit ITB. Hlm. 323
32. Chang, Raymond.(2004).Kimia Dasar
Konsep-konsep Inti Jilid 2. Jakarta:
Erlangga. Hlm. 72-73
33. Chang, Raymond.(2004).Kimia Dasar
Konsep-konsep Inti Jilid 2. Jakarta:
Erlangga. Hlm. 75-76
34. Chang, Raymond.(2004).Kimia Dasar
Konsep-konsep Inti Jilid 2. Jakarta:
Erlangga. Hlm. 79-84
35. Syukri. (1999). Kimia Dasar 3. Bandung :
Penerbit ITB. Hlm. 326
36. Lemma, A. (2012). Diagnosing the
Diagnostics: Misconceptions of Twelfth
Grade Students on Selected Chemistry
Concepts in Two Preparatory Schools in
Eastern Ethiopia. African Journal of
Chemical Education, 2(February), 16–31.
37. Brandriet, Alexandra R. dan Stacey Lowery
Bretz. (2014). Measuring Meta-Ignorance
Through The Lens of Confidence:
Examining Students Redox Misconceptions
About Oxidation Numbers, Charge, And
176
Electron Transfer. Journal of Chemistry
Education.
38. Gurel, D. K., Eryilmaz, A., & McDermott,
L. C. (2015). A review and comparison of
diagnostic instruments to identify students’
misconceptions in science. Eurasia Journal
of Mathematics, Science and Technology
Education, 11(5), 989–1008.
https://doi.org/10.12973/eurasia.2015.1369a
39. Chiang, W. W., Chiu, M. H., Chung, S. L.,
& Liu, C. K. (2014). Survey of high school
students’ understanding of oxidation-
reduction reaction. Journal of Baltic Science
Education, 13(5), 569–607.
40. Wahyuni, T., Raharjo, & Ducha, N. (2016).
Analisis Miskonsepsi Materi Sistem Gerak
Manusia pada Siswa Kelas XI MIA
Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier
Multiple Choice Diagnostic Tests. Bioedu,
220-225.
41. Islami, Dini. (2018). Identifikasi
Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Ikatan
Kimia Menggunakan Tes Four-Tier
Multiple-Choice (4tmc) di SMA Negeri 1
Karawang. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
BAB III
1. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
Penelitian Puatu Pendekatan Praktik Edisi
Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Hlm. 3
177
2. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
Penelitian Puatu Pendekatan Praktik Edisi
Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Hlm. 245
3 Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
Penelitian Puatu Pendekatan Praktik Edisi
Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Hlm. 246
4 Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi
Pembelajaran. Bandung: PT Rosdakarya.
Hlm. 215
5 Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi
Pembelajaran. Bandung: PT Rosdakarya.
Hlm. 215
6 Sugiyono. (2008).Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Penerbit Alfabeta. Hlm. 121
7 Sugiyono. (2008).Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Penerbit Alfabeta. Hlm. 127
8. Treagust, D. F. (2006). Development and
Use of Diagnostic Tests to Evaluate
Students' Misconceptions in Science.
International Journal of Science Education,
10:2, 159-169
9. Caleon, I., & Subramaniam, R. (2010). Do
Students Know What They Know and What
They Do Not Know. Using a Four-Tier
Diagnostic Test to Assess the Nature of
Students’ lternative Conceptions. Research
in Science Education, 313-337.
178
10. Suwarto. (2013). Pengembangan Tes
Diagnostik dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 94-95
11. Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi Cetakan
Keenam. Jakarta : Bumi Aksara. Hlm. 78-79
12. Suwarto. (2013). Pengembangan Tes
Diagnostik dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 101
13. Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi Cetakan
Keenam. Jakarta : Bumi Aksara. Hlm. 86
14. Suwarto. (2013). Pengembangan Tes
Diagnostik dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 101-102
15. Suwarto. (2013). Pengembangan Tes
Diagnostik dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 105
16. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
Penelitian Puatu Pendekatan Praktik Edisi
Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Hlm. 137
17. Suwarto. (2013). Pengembangan Tes
Diagnostik dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 108
18. Suwarto. (2013). Pengembangan Tes
Diagnostik dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 109
19. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
Penelitian Puatu Pendekatan Praktik Edisi
Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Hlm. 232
179
20. Dwi Anti Prapti Siwi. (2013). Identifikasi
Miskonsepsi Kelas VIII Pada Konsep
Sistem Pencernaan dan Pernafasan. Skripsi.
Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hlm.45
21. Caleon, I., & Subramaniam, R. (2010). Do
Students Know What They Know and What
They Do Not Know. Using a Four-Tier
Diagnostic Test to Assess the Nature of
Students’ lternative Conceptions. Research
in Science Education, 313-337.
BAB IV
1. Gurel, D. K., Eryilmaz, A., & McDermott,
L. C. (2015). A review and comparison of
diagnostic instruments to identify students’
misconceptions in science. Eurasia Journal
of Mathematics, Science and Technology
Education, 11(5), 989–1008.
https://doi.org/10.12973/eurasia.2015.1369a
2. Wahyuni, T., Raharjo, & Ducha, N. (2016).
Analisis Miskonsepsi Materi Sistem Gerak
Manusia pada Siswa Kelas XI MIA
Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier
Multiple Choice Diagnostic Tests. Bioedu,
220-225.
3. Syukri. (1999). Kimia Dasar 3. Bandung :
Penerbit ITB. Hlm. 323
4. Syukri. (1999). Kimia Dasar 3. Bandung :
Penerbit ITB. Hlm. 324
180
5. Syukri. (1999). Kimia Dasar 3. Bandung :
Penerbit ITB. Hlm. 319
6. Syukri. (1999). Kimia Dasar 3. Bandung :
Penerbit ITB. Hlm. 326
7. Petrucci, Ralph H. (1987). Kimia Dasar
Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat
Jilid 3. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hlm.
202
8. Petrucci, Ralph H. (1987). Kimia Dasar
Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat
Jilid 3. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hlm.
200
9. W Siswaningsih, Nahadi dan R Widasmara
(2019)
10. Petrucci, Ralph H. (1987). Kimia Dasar
Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat
Jilid 3. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hlm.
202
11. Petrucci, Ralph H. (1987). Kimia Dasar
Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat
Jilid 3. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hlm.
202
12. Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA
Kelas XI. Jakarta: Erlangga.hlm. 153
13. Petrucci, Ralph H. (1987). Kimia Dasar
Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat
Jilid 3. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hlm.
212
181
Jakarta, Juni 2020
Menyetujui,
14. Petrucci, Ralph H. (1987). Kimia Dasar
Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat
Jilid 3. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hlm.
202
Pembimbing I
Tonih Feronika, M.Pd
NIP. 19760107 200501 1007
Pembimbing II
Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd
NIDN. 2007078501