minggu pertama

Upload: anthony-van-leeuwenhoek

Post on 04-Nov-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asdadfsfdsf

TRANSCRIPT

MAKALAH

HAL-HAL YANG DIALAMI WANITA USIA SUBUR: SEBELUM HAMIL, SELAMA HAMIL, SETELAH MELAHIRKAN DAN MENYUSUI, DAN BAGAIMANA EFEKNYA TERHADAP KESEHATAN BAYIBAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kekurangan gizi dan gangguan kesehatan dapat merusak kualitas sumber daya manusia (SDM). Sampai saat ini di Indonesia masih terdapat empat masalah gizi utama yaitu kurang energi protein (KEP), gangguan akibat kurang iodium (GAKI), kurang vitamin A (KVA) dan anemia akibat kekurangan gizi besi (AGB). Berbagai krisis dan bencana yang dialami Indonesia pada dasa warsa terakhir ini pada hakekatnya berdampak pada gangguan pemenuhan kebutuhan dasar (pangan dan gizi) keluarga miskin(Bappenas 2010). Kekurangan pangan akan mempengaruhi keadaan gizi kesehatan anggota keluarga miskin, khususnya bayi dan balita serta ibu hamil/menyusui.

Kekurangan gizi berdampak pada tingginya angka kematian ibu saat melahirkan, angka kematian bayi, angka kematian balita, serta rendahnya umur harapan hidup. Anemia merupakan salah satu penyebab masih tingginya angka kematian ibu (AKI) dan bayi (AKB) di Indonesia yang saat ini masih sebesar 228 ibu per 100.000 kelahiran dan 34 bayi per 1.000 kelahiran. Diperlukan upaya keras untuk mencapai target pada tahun 2015 sebesar 102 dan 32 per 100.000 kelahiran hidup (Bappenas 2010). Keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil sesungguhnya ditentukan jauh sebelumnya, yaitu pada masa remaja dan dewasa sebelum hamil atau selama menjadi wanita usia subur (WUS).Sayangnya, status gizi dan kesehatan WUS golongan remaja atau yang belum menikah di Indonesia belum banyak diperhatikan).

Pada umumnya, penduduk miskin dan berpendidikan rendah merupakan golongan yang paling rawan terkena kekurangan zat besi dan mereka itu pula yang akan paling merasakan penurunan produktivitas, kekebalan dan fungsi kognitif. Sebagai negara yang sedang berkembang, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih sangat banyak. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2009, 2010 dan 2011 adalah 32,53 juta (14.5%), 31,02 juta (13.3 %) dan 30,02 juta (12.5%).

Masa subur sangat besar artinya bagi pasangan suami-istri yang menginginkan kehamilan dan bagi yang ingin menunda kehamilan. Masa subur dapat dijadikan patokan untuk melakukan hubungan seksual, karena pada masa ini proses ovulasi (pelepasan sel telur dari indung telur) sedang terjadi sehingga kemungkinan hamil sangat besar. Sedangkan bagi yang ingin menunda kehamilan, masa subur harus dihindari untuk mencegah terjadinya kehamilan. Masa subur merupakan rentang waktu pada wanita yang terjadi satu bulan sekali. Ibarat bercocok tanam, maka melihat musim yang subur sangat menentukan hasilnya. Demikian juga wanita usia subur yang ingin segera mendapatkan keturunan, perlu mengetahui masa subur ini. Sebaliknya, bagi yang ingin menunda, menghentikan atau tidak menghendaki kehamilan harus mengetahui masa subur ini untuk menghindari melakukan persetubuhan Selama ini, para ahli meyakini bahwa masa subur seorang wanita berkisar antara hari ke-10 dan hari ke-17 dari siklus menstruasi. Pedoman ini juga diikuti oleh para wanita untuk mengetahui masa subur mereka. Namun, sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam British Medical Journal menunjukkan bahwa hanya sepertiga wanita yang memiliki periode masa subur seperti ini

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diambil sebuah rumusan masalah yaitu: Apakah definisi dari wanita usia subur?

Bagaimanakah pemenuhan gizi wnaita usia subur sebelum selama dan sesudah kehamilan?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah: Untuk mengetahui Apakah definisi dari wanita usia subur?

Untuk mengetahui Bagaimanakah pemenuhan gizi wnaita usia subur sebelum selama dan sesudah kehamilan?

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan ini adalah:Bagi masyarakat:

Memperoleh pengetahuan tentang gizi dan kesehatan terutama pada wanita usia subur

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. WANITA USIA PRODUKTIF

Usia antara 20 sampai 45 tahun, sering dihubungkan dengan masa subur atau masa usia produktif. Di usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu dalam kondisi prima dan bugar agar terhindar dari berbagai macam penyakit khususnya untuk persiapan masa tua nantinya seperti penyakit yang kerap menjadi permasalah dunia terhadap wanita setelah masa menopause yang dikenal dengan Osteoporosis.

Fase-Fase Perkembangan Manusia

1) Prenatal (sebelum lahir) atau pralahir

2) Masa Natal

Masa natal terdiri dari :

a. Infancy atau neonatus

b. Masa bayi (antara 2 minggu sampai 2 tahun) (dari lahir sampai 14 hari)

c. Masa anak (2-10 atau 11 tahun)

Anak prasekolah (usia 2-5 tahun)

Anak usia sekolah (usia 5 atau 6 tahun-12 tahun)

3) Masa Remaja (12-21 tahun)

Masa ramaja terdiri dari :

a. Praremaja (12-14 tahun)

Untuk wanita 12-13 tahun, untuk laki-laki12-14 tahun.

b. Remaja awal (14-17 tahun)

c. Remaja lanjut (17-20 tahun)

4) Dewasa

Fase dewasa ini terbagi lagi atas berikut ini:

a. Dewasa awal (20-45 tahun)

b. Dewasa menengah (45-60 tahun)

c. Masa tua ( usia lebih dari 60 tahun) 2.2. Kehamilan

Kehamilan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir pada saat permulaan persalinan (Sarwono, 2007). Menurut Sylviati (2008) lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah 259-293 hari dengan perhitungan sebagai berikut:

a. Bayi kurang bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari).

b. Bayi cukup bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi 37- 42 minggu.

c. Bayi lebih bulan jika bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (> 294 hari).

Menurut Sarwono (2007) ditinjau dari tuanya kehamilan. kehamilan terbagi atas 3 trimester yaitu :

a. Kehamilan trimester I antara 0-12 minggu

b. Kehamilan trimester II antara 12-28 minggu

c. Kehamilan trimester III antara 28-40 minggu

Dalam trimester pertama organ-organ mulai dibentuk. Trimester kedua organ telah dibentuk, tetapi belum sempurna dan viabilitas janin masih diragukan. Sementara janin yang dilahirkan pada trimester terakhir telah viable (dapat hidup).Bila hasil konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri pada kehamilan dibawah 20 minggu disebut abortus (keguguran). Bila hal tersebut terjadi dibawah 36 minggu disebut partus prematur. Kelahiran dari 38 minggu sampai 40 minggu disebut partus aterm.

Tanda pasti kehamilan dapat dilihat dari gejala dan tanda yang dirasakan oleh ibu seperti amenorrhea, nausea, emesis, anoreksia dan juga gerakan janin yang sudah mulai terasa pada kehamilan 18 minggu. Tetapi juga dapat dipastikan dengan menggunakan ultrasonografi BAB III

METODE PENULISAN

Penelitian ini adalah library research (penelitian kepustakaan), yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian dari penelitian terdahulu

1. Data Dan Sumber Data

Sebagaimana pemikiran M. Iqbal Hasan, studi dokumentasi adalah tehnik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada sebuah penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan khusus dalam pekerjaan sosial dan dokumen lainnya. Jadi semua dokumentasi diposisikan setara tergantung ketersambungan dengan topik utama penelitian ini.

2. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data, dalam hal ini penulis akan melakukan identifikasi wacana dari buku-buku, makalah atau artikel, majalah, jurnal, web (internet), ataupun informasi lainnya yang berhubungan dengan judul penulisan untuk mencari hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya yang berkaitan dengan Narkoba. Maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengumpulkan data-data yang ada baik melalui buku-buku, dokumen, majalah internet (web).

2) Menganalisa data-data tersebut sehingga peneliti bisa menyimpulkan tentang masalah yang dikaji.

3. AnalisisData

Dalam penelitian ini setelah dilakukan pengumpulan data, maka data tersebut dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan, bentuk teknik dalam teknik analisis data sebagai berikut:

1) Analisis deskriptif

Metode analisis deskriptif yaitu usaha untuk mengumpulkan dan menyususn suatu data, kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut. Analisis deskriptif yakni data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data dan pengolahan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.

2) Content analisys atau analisis isi

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis). Di mana data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, dan karena itu analisis macam ini juga disebut analisis isi (content analysis). Pendapat ini seperti yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi yang dikutip oleh Soejono dan Abdurrahman bahwa analisis isi dalam penelitian dilakukan untuk mengungkapkan isi sebuah buku yang menggambarkan situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu buku itu ditulis.

Burhan Bungin mendefinisikan analisis isi (content analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi.

Dalam penelitian kualitatif, analisis isi ditekankan pada bagaimana peneliti melihat keajegan isi komunikasi secara kualitatif, pada bagaimana peneliti memaknakan isi komunikasi interaksi simbolik yang terjadi dalam komunikasi

BAB IV

PEMBAHASANKebutuhan Gizi wanita usia subur sebelum hamil

Gizi ibu yang buruk sebelum kehamilan maupun pada saat kehamilan, dapat menyebabkan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi serta peningkatan risiko kesakitan dan kematian. BBLR mempunyai dampak buruk terhadap perkembangan kognitif dan psikomotorik bayi, disamping dampak buruk pada saat pertumbuhannya Anemia gizi karena kekurangan zat besi masih merupakan masalah gizi utama yang banyak menimpa kelompok rawan yaitu ibu hamil, anak balita, wanita usia subur (WUS) dan pekerja berpenghasilan rendah (Supriyono, 2010). Survei Nasional tahun 2001 menunjukkan prevalensi anemia pada WUS kawin, WUS tidak kawin, dan ibu hamil masing-masing sebesar 26,9 persen, 24,5 persen dan 40 persen Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan (Bappenas, 2010). Anemia gizi dapat terjadi pada berbagai kelompok umur. Berdasarkan Riskesdas 2007, menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada perempuan dewasa perkotaan sebesar 11,3%, laki-laki dewasa perkotaan sebesar 12,1%, dan pada anak-anak (usia 14 tahun) sebesar 12,8%. Dari semua kelompok umur tersebut, kejadian anemia pada anak -anak (usia 14 tahun) merupakan kelompok dengan prevalensi terbesar, karena pada masa ini terjadi peningkatan kebutuhan zat besi akibat pertumbuhan dan adanya menstruasi pada remaja putri (Rahmiwati, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Citrakesumasari, dkk (2012) di Kabupaten Barru mengemukakan bahwa Mc Mappacci mampu mempraktekkan penyampaian informasi anemia gizi dan KEK ketika melaksanakan tugas sebagai Mc Mappacci, namun mengalami beberapa adaptasi karena disesuaikan dengan kondisi pelaksanaan Mappacci yang sangat variatif. Toma mampu mempraktekkan penyampaian informasi anemia gizi dan KEK kepada catin, meskipun sebagian besar toma harus membaca yang tertulis dalam modul karena waktu pemberian modul diberikan pada saat kehadiran di acara Mappacci. Pemahaman calon tentang anemia gizi dan KEK yaitu sebagian besa r catin sudah mengetahui tanda dan risiko anemia gizi gizi dan KEK bagi ibu hamil, serta pentingnya suplemen tablet penambah darah.

Kebutuhan Gizi pada Ibu Hamil

Nutrisi selama kehamilan adalah salah satu faktor penting dalam menentukan pertumbuhan janin. Dampaknya adalah berat badan lahir, status nutrisi dari ibu yang sedang hamil juga mempengaruhi angka kematian perinatal, keadaaan kesehatan neonatal, dan pertumbuhan bayi setelah kelahiran. Selain itu kesehatan dan banyaknya ibu reproduksi mungkin mempengaruhi status gizi ibu selama hamil, dimana secara signifikan berhubungan dengan outcome kehamilan.

Pengukuran anthropometri status gizimerupakan hal penting karena menghasilkan informasi mengenai simpanan lemak atau persen lemak dalam tubuh, dan aspek lain dari pengukuran badan selama kehamilan yang dapat mempengaruhi outcome kehamilan (Adair & Bisgrove, 1991). Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.

Menurut Alchadi (2007) pentingnya status gizi ibu perlu dilihat dari berbagai aspek. Selain bahwa akses terhadap keamanan pangan dan terhadap pelayanan kesehatan setinggi-tingginya merupakan hak asasi dasar setiap orang, status gizi ibu juga mempunyai dampaksecara sosial dan ekonomi. Berbagai penelitian semakin menunjukkan bahwa status gizi ibu tidak hanya memberikan dampak negatif terhadap status kesehatan dan resiko kematian dirinya, tetapi juga terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan janin yang dikandungnya dan lebih jauh lagi terhadap pertumbuhan janin tersebut sampai usia dewasa. Oleh karena itu, program yang ditargetkan kepada wanita usia reproduktif merupakan intervensi yang sangat strategis dalam menentukan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Peningkatan statuskesehatan pada kelompok usia reproduktif perlu memperhatikan keterkaitannya dengan usia yang lebih dini.

Kehamilan haruslah direncanakan agarbayi yang dilahirkan dapat sehat dan mengalami pertumbuhan yang optimal. Kebiasaan yang tidak baik harus diubah seperti konsumsi alkohol, penggunaanobat tertentu, obat terlarang, pekerjaan yang berat, merokok, konsumsi zat gizi kurang dan kurangnya kurangnya perawatan medis (Wardlow,1999).

Pola makan yang baik akan cukup menyediakan gizi yang dibutuhkan untuk kesehatan kehamilan, dan mengurangi risiko lahirnya bayi cacat. Selain itu, makanan yang baik akan membantu membantu sistem pertahanan tubuh ibu hamil terhadap terjadinya infeksi. Makanan yang baik juga akan melindungi ibu hamil dari akibat buruk zat-zat yang mungkin ditemui seperti obat-obatan, toksin dan polutan (Neil Rose, 2001).

Menurut Brown (2005) asupan zat gizi merupakan salah satu hal berhubungan dengan outcome kehamilan. DiAmerika Serikat sekitar 12 per 100.000 hidup terjadi kematian ibu. Tingkat kematian bayi lebih tinggi lagi yaitu dari 100.000 hidup ada 750 bayi meninggal pada tahun pertama kelahirannya. Menurut khomsan dan Sulaeman (1996)angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan (AKG) adalah suatu kecukupan rat-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan jenis aktivitas yang dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.Minggu Pertama: Masa Yang BerisikoDi negara berkembang, saat melahirkan dan minggu pertama setelah melahirkan merupakan periode kritis bagi ibu dan bayinya. Sekitar seperempat hingga separuh kematian bayi berumur kurang dari satu tahun terjadi dalam minggu pertama. Sebenarnya banyak tindakan yang relatif murah dan mudah diterapkan untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir. Salah satunya adalah pemberian ASI segera dan hanya ASI saja.

Tindakan ini juga dapat membantu mengurangi kemungkinan terjadinya perdarahan pascakelahiran, yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang paling umum. Menciptakan kebiasaan pemberian ASI yang baik sejak hari-hari pertama sangat penting untuk kesehatan bayi dan keberhasilan pemberian ASI itu sendiri. Menyusui yang paling mudah dan sukses dilakukan adalah bila si ibu sendiri sudah siap fisik dan mentalnya untuk melahirkan dan menyusui, serta bila ia mendapat informasi, dukungan, dan merasa yakin akan kemampuannya untuk merawat bayinya sendiri.

Selama konsultasi antenatal (pra-kelahiran), para petugas kesehatan dapat mempersiapkan calon ibu untuk menghadapi proses persalinan dan pemberian ASI. Mereka dapat membantu dimulainya kemitraan ibu-bayi yang sehat melalui Sepuluh Langkah Pemberian ASI yang berhasil (lihat halaman 2). Tulisan ini berupaya untuk mengidentifikasi sejumlah tindakan yang dapat diambil oleh petugas kesehatan selama minggu pertama sesudah kelahiran untuk membantu ibu dan bayinya membina hubungan dan mempertahankan kebiasaan pemberian ASI yang baik.

Persalinan dan Melahirkan

Ibu harus memasuki proses persalinan dan melahirkan dengan pengetahuan cukup mengenai tahap-tahap persalinan, cara mengatasi rasa sakit tanpa obat-obatan, efek samping yang mungkin timbul karena pemakaian obat-obatan untuk persalinan, dan manfaat pemberian ASI segera dan secara eksklusif bagi ibu dan bayinya. Petugas terlatih dapat menganjurkan agar ibu mendapat dukungan seorang pendamping selama proses melahirkan sehingga merasa nyaman, dan mengurangi rasa sakitnya.

Jam-jam Pertama Setelah Melahirkan

Jam-jam pertama setelah melahirkan merupakan masa kritis bagi ibu maupun bayinya. Si ibu sedang menjalani pemulihan dari banyak perubahan fisik dan hormonal dramatis, yang disebabkan oleh proses kelahiran serta pengeluaran plasenta.

Menurunnya hormon-hormon plasental memberi isyarat kepada tubuh ibu untuk mulai memproduksi ASI dalam jumlah cukup untuk segera memberi makan bayinya. Petugas yang membantu ibu melahirkan harus mengawasi apakah ada perdarahan yang tidak normal, dan harus memastikan bahwa ibu mendapat cukup nutrisi dan cairan. Kenyamanan fisiknya pun harus tetap dijaga.

Pada saat yang sama, bayi baru lahir (neonatus) juga mengalami perubahan yang dramatis, yaitu memasuki dunia di luar kandungan. Sejumlah perawatan harus segera diberikan kepada bayi termasuk perhatian pada pernafasannya, sentuhan kulit-ke-kulit dengan ibunya, kehangatan, pemberian ASI segera dan secara eksklusif, dan perawatan tali pusat secara bersih.

Untuk bayi yang sehat, langkah rutin pertama yang harus dilakukan setelah lahir adalah sentuhan kulit-ke-kulit dan pemberian ASI. Tindakan lainnya seperti perawatan tali pusat, perawatan mata, dan penimbangan berat badan dapat menyusul. Memandikan bayi tidak dianjurkan hingga beberapa jam setelah lahir.

Menyedot mulut dan hidung bayi tidak perlu menjadi rutinitas, dan ini dilakukan hanya bila perlu untuk membersihkan kotoran yang menghalangi pernapasan bayi. Bayi yang menangis tidak perlu mendapat penyedotan. Jika penyedotan memang diperlukan, harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak melukai jaringan lunak di dalam mulut dan tenggorokan bayi sehingga mengganggu pemberian ASI.

Jadikan pemberian ASI sebagai langkah rutin pertama dalam satu jam pertama .Letakkan bayi agar terjadi sentuhan kulit-ke-kulit dengan ibunya

Bayi harus diseka dari kepala hingga ujung kaki dengan kain lembut yang kering dan diletakkan bersentuhan kulit dengan ibunya. Kemudian bayi dan ibu diselimuti dengan kain kering lain. Secara alami, sentuhan segera antara ibu dan bayinya yang baru lahir lewat proses kelahiran normal melalui vagina, bermanfaat meningkatkan kewaspadaan alami bayi serta memupuk ikatan antara ibu dan bayinya. Sentuhan segera seperti ini juga mengurangi perdarahan ibu serta menstabilkan suhu, pernafasan, dan tingkat gula darah bayi.

Bahkan seorang ibu yang memerlukan jahitan setelah melahirkan tetap dapat melakukan sentuhan kulit dengan bayinya. Bayi baru lahir yang lahir sehat secara normal akan terlihat sadar dan waspada, serta memiliki refleks rooting dan refleks mengisap untuk membantunya mencari puting susu ibu, mengisapnya dan mulai minum ASI.

Kebanyakan bayi baru lahir sudah siap mencari puting dan mengisapnya dalam waktu satu jam setelah lahir. Bila diletakkan sendiri di atas perut ibunya, bayi baru lahir yang sehat akan merangkak ke atas, dengan mendorong kaki, menarik dengan tangan dan menggerakkan kepalanya hingga menemukan puting susu. Indera penciuman seorang bayi baru lahir sangat tajam, yang juga membantunya menemukan puting susu ibunya.

Ketika bayi bergerak mencari puting susu, ibu akan memproduksi oksitosin dalam kadar tinggi. Ini membantu kontraksi otot rahim sehingga rahim menjadi kencang dan dengan demikian mengurangi perdarahan. Oksitosin juga membuat payudara ibu mengeluarkan zat kolostrum ketika bayi menemukan puting susu dan mengisapnya.

Bantu ibu meletakkan bayi untuk posisib menyusui

Petugas kesehatan atau pendamping persalinan dapat membantu ibu meletakkan bayinya sedemikian rupa sehingga dapat mengisap susu dengan efektif dan nyaman, tanpa menyakitkan ibu.

Bantal atau selimut yang dilipat dan diletakkan di bawah kepala ibu mungkin dapat membantu. Atau ibu dapat berbaring pada satu sisi tubuh dan merangkul bayi di sisinya.

Bayi yang dilahirkan dengan operasi caesar masih dapat memperoleh manfaat sentuhan kulit-ke-kulit bila didekap di dekat pipi ibunya segera setelah lahir. Dalam hal ini, ketika akan mulai menyusui yaitu sebaiknya dalam 2 jam setelah operasi - seorang petugas kesehatan yang kompeten perlu membantu ibu dalam meletakkan dan melekatkan bayi agar ibu maupun bayi merasa nyaman. Untuk bayi berat lahir rendah dan bayi sehat namun lahir sebelum waktunya, perawatan kanguru merupakan cara perawatan bayi yang efektif.

Perawatan kanguru adalah perawatan dini dan terus menerus dengan sentuhan kulit-ke-kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi seperti kanguru. Perawatan kanguru ini telah terbukti dapat menghasilkan pengaturan suhu tubuh yang efektif dan lama, serta denyut jantung dan pernafasan yang stabil pada bayi dengan berat lahir rendah. Perawatan kulit-ke-kulit mendorong bayi untuk mencari puting dan mengisapnya, mempererat ikatan antara ibu dan bayi, serta membantu keberhasilan pemberian ASI begitu bayi tersebut cukup umur untuk mengisap

Beri pujian pada ibu karena memberi kolostrum, imunisasi pertama bagi si bayi

Kolostrum ASI pertama yang kental dan berwarna putih kekuningan harus menjadi rasa pertama bagi bayi baru lahir. Sebelum menyusui, jangan berikan bayi makanan lain apapun seperti air putih, cairan lain, atau makanan umum lainnya. Kolostrum mengandung antibodi dalam kadar tinggi, vitamin A, dan zat-zat pelindung lainnya, sehingga kolostrum seringkali disebut sebagai imunisasi pertama bayi.

Terus memantau dan membantu ibu dan bayinya

Ibu dan bayinya harus selalu bersama. Dalam jam-jam pertama setelah kelahiran, suhu badan ibu, denyut jantung, tekanan darah - yang seringkali disebut tanda-tanda vital - serta perdarahan dapat diperiksa dengan bayi tetap berada di atas perut ibu. Suhu badan bayi, pernafasan, dan denyut jantungnya juga dapat diperiksa dengan cara iniTIGA HARI PERTAMA SETELAH MELAHIRKAN

Dalam hari-hari pertama, ibu tentunya ingin tahu seberapa sering harus memberi makan bayi, apakah pemberian ASI berlangsung dengan baik, dan apakah bayi mendapat cukup ASI. Ibu yang pernah mengalami kesulitan dalam menyusui perlu diberi dorongan agar mencoba sikap baru guna menghindari terjadinya masalah yang sama. Dukungan dari petugas kesehatan dan keluarga sangat penting pada saat ini.

Bayi baru lahir harus diamati apakah telah diletakkan dan dilekatkan dengan benar. Bayi harus didekap oleh ibu menghadap ke payudara, dengan telinga, bahu dan pinggul bayi berada dalam satu garis lurus. Tanda-tanda menyusui yang benar adalah mulut yang terbuka lebar dengan puting dan sebagian besar areola (daerah berwarna gelap di sekitar puting) di dalam mulut bayi, bibir mengarah keluar, dan lidah di atas gusi bawah. Harus terlihat adanya gerakan rahang yang mengisap dengan irama teratur dan terdengar menelan.

Dalam keadaan tertentu, pemberian ASI yang pertama mungkin tertunda karena ibu dan bayi perlu dipisahkan dengan alasan medis. Bayi prematur juga mungkin mengalami kesulitan dalam menyusu untuk pertama kalinya. Petugas kesehatan perlu memberi bantuan dan dukungan tambahan agar setiap ibu, pada waktunya, dapat menyusui bayinya.

Mengajarkan ibu mengeluarkan kolostrum dengan baik dan memberikannya kepada bayi memungkinkan si bayi menerima ASI pertama Amati pemberian ASI; tawarkan bantuan dan dukungan Beri dukungan tambahan bila pemberian ASI pertama tertunda Ajari ibu mengeluarkan kolostrum dan ASI yang kaya gizi dan zat-zat pelindung. Ini juga merangsang produksi ASI, dan membantu menghindari pembengkakan payudara sewaktu ASI mulai diproduksi. Bagi ibu dalam proses pemulihan akibat kelahiran yang sulit atau operasi, sangat penting untuk menghindari masalah tambahan dengan adanya pembengkakan payudara.

Ajari ibu memberi ASI dari cangkir

Jika bayi tidak dapat menyusu dari payudara, cara terbaik untuk memberikan ASI yang telah dikeluarkan ialah dengan sebuah cangkir kecil. Pemberian ASI dengan cangkir mungkin diperlukan untuk bayi dengan berat lahir rendah atau prematur, dan juga untuk bayi yang harus dipisahkan dari ibunya karena berbagai alasan. Cangkir lebih mudah dibersihkan daripada botol. Bayi dapat belajar meminum ASI dari pinggir cangkir dan perilaku ini tidak akan mengganggu refleks mengisap pada waktu bayi sudah siap untuk menyusu sendiri. Dot karet tidak dapat mengikuti bentuk mulut bayi seperti puting susu ibu. Namun, bayi dapat terbiasa mengisap dot dan bila cara ini diterapkan pada ibu akan membuat ibu kesakitan dan juga kurang efektif untuk mengeluarkan ASI.

Anjurkan pemberian ASI yang sering dan eksklusif (tanpa minuman/makanan tambahan lain)

Ibu dan keluarganya perlu diyakinkan bahwa kolostrum sudah memenuhi semua kebutuhan gizi dan cairan yang diperlukan oleh bayi. Semakin sering bayi menyusu, semakin cepat ASI diproduksi. Sebagai pedoman, bayi baru lahir harus menyusu setidaknya 8-12 kali dalam 24 jam. Lamanya menyusui berbeda dari satu waktu ke waktu lainnya dan antara satu bayi dengan bayi lainnya.

Pemberian ASI yang tidak dibatasi (berdasarkanpermintaan bayi) siang dan malam, akan merangsang produksi ASI dan membantu mencegah pembengkakan payudara. Susu formula bayi, susu sapi/hewan, teh herbal, air, cairan atau makanan lain dapat mengandung racun yang berbahaya, mengganggu produksi ASI, dan mengakibatkan timbulnya siklus baru yaitu berkurangnya pemberian ASI sehingga produksi ASI pun berkurang. Ibu dianjurkan untuk memberikan ASI dari satu payudara tanpa membatasi waktunya sebelum memberikan payudara lainnya, untuk memastikan bahwa bayi mendapatkan ASI kaya lemak yang keluar belakangan.

Di hari-hari pertama sesudah melahirkan, ibu mengalami proses pemulihan fisik dan hormonal yang besar. Kadang-kadang ibu dapat merasa kehilangan semangat, tidak nyaman, cemas, atau sangat lelah. Ibu dan keluarganya perlu menyadari bahwa perasaan seperti ini wajar selama satu-dua minggu sesudah melahirkan.

Tidak perlu cemas bila ibu sedikit demam (tidak melampaui 37,6C ) pada hari ASI mulai mengisi payudara. Demam ini tidak lebih dari 24 jam. Perlu juga diketahui bahwa kuatnya kontraksi otot rahim yang dialami ibu di hari-hari pertama ketika atau setelah menyusui - terutama bila ibu pernah melahirkan sebelumnya adalah normal dan segera akan hilang.

Melahirkan merupakan suatu pengalaman memberi-kehidupan dan mengubah-kehidupan. Ibu membutuhkan dukungan emosional, gizi yang baik, dan istirahat yang cukup selama periode yang sangat penting dalam hidup mereka ini. Ibu akan semakin lebih percaya diri karena tahu bahwa ia telah memberikan gizi, kenyamanan, dan perawatan terbaik untuk bayinya.

Yakinkan dan Tenangkan Ibu Libatkan keluarga dalam memberi perawatan dan dukungan Keterlibatan pasangan hidup: Ayah dapat menjadi peserta aktif pada masa segera sesudah kelahiran. Budaya setempat berbeda-beda dalam menentukan seberapa jauh pria terlibat dalam peristiwa kelahiran, tetapi hampir semua ayah merasa bangga dan ingin membina hubungan yang erat dengan bayinya yang baru lahir.

Gizi ibu menyusui: Keluarga dapat menyediakan makanan dan minuman tambahan yang bergizi bagi ibu menyusui untuk mendukung produksi ASI dan menjaga kesehatan ibu. Ibu menyusui tidak memerlukan cairan dalam jumlah yang berlebihan. Mereka hanya perlu minum sesuai dengan datangnya rasa haus. Di daerah dimana terdapat kekurangan vitamin A, ibu menyusui perlu mendapat tambahan vitamin A dosis tinggi secepat mungkin setelah kelahiran - tetapi tidak lebih lama daripada 8 minggu setelah kelahiran (kebijaksanaan di Indonesia; 40 hari setelah kelahiran) untuk memastikan kandungan vitamin A yang cukup di dalam ASI.

Istirahat: Ibu dianjurkan untuk tidur pada waktu bayi tidur. Anggota keluarga lainnya dapat menggantikan atau membantu melakukan tugas-tugas yang biasa dikerjakan oleh ibu

Beritahu ibu dan keluarga tentang sumber daya yang ada di masyarakat

Ibu perlu tahu bagaimana cara menghubungi petugas kesehatan di lingkungannya yang mendukung pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama dan yang dapat memberi nasihat cara mengatasi berbagai masalah pemberian ASI, seperti puting yang perih, pecah-pecah, atau payudara yang bengkak. Ibu juga perlu tahu cara menghubungi kelompok-kelompok pendukung pemberian ASI serta konselor yang dapat memberi nasihat.

Kira-kira pada hari ketiga atau keempat, kebanyakan ibu akan menyadari bahwa produksi ASInya menjadi lebih banyak dan lancar . T ubuh mulai mengalami masa transisi untuk memproduksi ASI yang matang - suatu proses yang biasanya berlangsung hingga dua minggu.

Selama masa transisi ini, perhatian khusus diperlukan untuk mencegah payudara yang penuh menjadi bengkak (yang sangat sakit) atau bahkan infeksi. Jika payudara sangat penuh, petugas kesehatan dapat membantu ibu mengeluarkan sedikit ASI-awal dengan tangan untuk melunakkan puting dan daerah sekitarnya agar bayi dapat menempelkan mulutnya pada puting dengan baik.

Pemberian ASI secara eksklusif dan sesering mungkin membantu mencegah dan mengatasi payudara yang membengkak karena kepenuhan ASI.Ibu harus waspada terhadap tanda-tanda penyakit dan melaporkan hal-hal yang tidak biasa kepada petugas kesehatan. Ibu harus tahu tanda dari bayi yang mendapat cukup ASI:

Perkuat kebiasaan menyusui yang baik; pantau kemajuannya

Nasihati ibu untuk mengamati bayinya dengan cermat yaitu bayi akan buang air kecil setidaknya 6 kali dalam 24 jam, ibu dapat mendengar bayi menelan saat menyusu, dan payudara ibu terasa lembek setelah menyusui. Dari hari ke-4 hingga ke-7, bayi harus buang air besar (b.a.b.) setidaknya 4 kali dalam 24 jam dan dari minggu ke-2 hingga ke-6, setidaknya 1 kali dalam 24 jam. Setelah minggu ke-6, frekuensi b.a.b. sangat bervariasi antara bayi satu dengan lainnya.

Ibu dan bayinya baru saja memulai hubungan mereka. Tiap saat perasaan ragu, masalah menyusui, atau faktor-faktor eksternal seperti promosi susu pengganti ASI, dapat menghambat rutinitas yang sedang dibina.

Petugas kesehatan dan kader kesehatan masyarakat dapat membantu menciptakan iklim sosial yang mendukung ibu yang menyusui, dengan mempromosikan kebiasaan yang sudah terbukti berhasil di dalam organisasi mereka. Mereka dapat melakukan advokasi bagi kebijakan yang akan memperkuat kebiasaan tersebut,menghubungkan layanan masyarakat dengan sektor kesehatan, dan memberi informasi yang akurat serta perawatan yang bermutu kepada setiap keluargaEfek Gizi Terhadap Bayi Yang Dikandung

Pertumbuhan dan perkembangan bayi tidak hanya dipengaruhi oleh kondisikondisi setelah lahir, namun sejak pembentukannya dalam kandungan ibu. Gizi ibu selama hamil dan menyusui ikut mendukung terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Gagal tumbuh linier

dapat terjadi sejak usia sebulan yang sebenarnya merupakan akibat retardasi dalam uterus (Shrimpton, 2001) dan terus menurun tajam dan baru melandai pada tingkat minus 1,5-2 Z-scoreketika berusia 2 tahun (Jahari, 2000; Atmarita, 2005). Hasil penelitian Schmidt et al. (2002) menunjukkan penyimpangan pertumbuhan bayi di Indonesia dimulai pada waktu bayi berumur 67 bulan, dengan prevalensi stunting24 persen dan underweight32 persen pada umur 12 bulan.

Anak yang dilahirkan dengan berat badan rendah berpotensi menjadi anak dengan gizi kurang bahkan menjadi buruk (Arifeen et al., 2006). Lebih lanjut lagi, gizi buruk pada anak balita berdampak pada penurunan tingkat kecerdasan atau IQ. Setiap anak gizi buruk mempunyai risiko kehilangan IQ 1013 poin. Lebih jauh lagi dampak yang diakibatkan adalah meningkatnya kejadian kesakitan bahkan kematian. Mereka yang masih dapat bertahan hidup akibat kekurangan gizi yang bersifat permanen kualitas hidup selanjutnya mempunyai tingkat yang sangat rendah dan tidak dapat diperbaiki meskipun pada usia berikutnya kebutuhan gizinya sudah terpenuhi (Depkes, 2004).

Gizi selama kehamilan juga sangat membantu dalam menentukan hasil laktasi. Kuantitas dan kualitas ASI berhubungan dengan diet ibu selama hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi zat gizi selama kehamilan berpengaruh terhadap komposisi zat gizi ASI dan pertumbuhan bayi serta status gizi bayi

Tingkat morbiditas juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, malnutrisi

dan tingginya mortalitas bayi Anemia pada bayi akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan. Di Indonesia prevalensi anemia usia 6 bulan 61 persen dan meningkat 65 persen pada usia 12 bulan dan 31 persen balita kurang gizi (-2 zskorBB/U) (Depkes, 2001). Bayi yang lebihdari 6 bulan ASI eksklusif memiliki Hb yang lebih rendah dibandingkan yang ASI 46 bulan, yang diukur pada umur 9 bulan serta ibu yang anemia anaknya memiliki risiko anemia 3 kali dibandingkan ibunya yang tidak anemia (Maizen-Derr et al., 2006).

Salah satu alternatif memotong siklus hayati kekurangan gizi adalah jatuh pada mata rantai status gizi dan kesehatan ibu hamil yang merupakan faktor penentu kesehatan dan gizi generasi selanjutnya. Oleh karena itu, penting sekali untuk mencegah kurang gizi pada masa janin. Intervensi gizi pada masa kehamilan dapat memperbaiki komposisi dan ukuran tubuh pada masa remaja dan dewasa kelak. Pemberian pangan fortifikasi zat multi gizi pada ibu hamil adalah salah satu alternatif perbaikan gizi bagi generasi yang selanjutnya. Hasil penelitian di Bangladesh menunjukkan bahwa ibu yang pada waktu hamil diberikan suplementasi makanan 608 kkal per hari selama 4 bulan dapat meningkatkan berat bayi lahir 118 g (Shaheen et al., 2006).

Pada tahun 20052006 SEAFAST IPB, melakukan suatu studi mengenai Pengaruh Pemberian Pangan yang Difortifikasi Zat Multi Gizi Mikro terhadap Status Gizi Ibu Hamil dan Berat Bayi Lahir. Zat gizi yang digunakan sebagai fortifikan adalah asam folat, vitamin A, vitamin C, besi, iodium, dan seng. Dampak lanjutan penelitian tersebut merupakan suatu kajian penelitian yang menarik. Hal ini disebabkan berbagai studi membuktikan pemberian pangan dan suplementasi zat multi gizi mikro pada saat ibu hamil memberikan dampak lanjutan pada bayi yang dilahirkan

Intervensi gizi pada masa kehamilan juga memberikan cadangan atau simpanan zat gizi yang lebih baik pada ibu dan janin, misalnya intervensi besi dapat meningkatkan simpanan besi dalam bentuk ferritin atau haemosiderin dalam hati dan darah, seng dalam bentuk -macroglobulin, asam folat dalam bentuk poliglutamat, dan iodium dalam tiroid dalam bentuk triglobulin.

Simpanan ini dapat dimanfaatkan bayi dari ASI selama masa menyusui misalnya laktoferin. Demikian juga halnya dengan zat gizi yang pro pertumbuhan seperti seng, yodium, vitamin A dan folat diduga memungkinkan meningkatkan cadanganya pada bayi yang dilahirkan.

Metaboolisme Ibu Sebelum, Selama Dan Sesudah Kehamilan Metabolisme Yang Terjadi Selama Kehamilan1. BASAL METABOLIC RATE

Pada wanita hamil basal metabolic rate, ( BMR ) meninggi hingga 15-20 %, terutama pada trimester akhir.Sistem endokrin juga meninggi dan tampak lebih jelas kelenjaer gondoknya (grandula tireoidea).

2. ASAM ALKALI

Keseimbangan asam alkali ( acic-base balance ) sedikit mengalami perubahan konsentrasi alkali :

a. Wanita tidak hamil : 155 mEq/liter

b. Wanita hamil : 145 mEq/liter

c. Natrium serum : turun dari 142 menjadi 135 mEq/liter

d. Bikarbonat plasma : turun dari 25 menjadi 22 mEq/liter

3. METABOLISME PROTEIN

Protein dibutuhkan dalam jumlah yang banyak pada kehamilan untuk perkembangan fetus, alat kandungan, payudara dan badan ibu, serta untuk persiapan laktasi. Maka dari itu perlu diperhatikan agar wanita hamil memperoleh cukup protein selama hamil. Diperkirakan 1gram protein setiap kilo gram berat badan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada pemeriksaan plasma protein ditemukan adanya penurunan pada fraksi albumin dan pula sedikit penurunan gamma globulin. Perubahan- perubahan dalam plasma protein ini dalam satu minggu postpartum kembali kepada keadaan sebelum adanya kehamilan.

4. METABOLISME HIDRAT ARANG

Hidrat arang : seorang wanita hamil sering merasa haus, nafsu makan kuat, sering kencing dan kadang kala di jumpai glukosuria yang mengingatkan kita pada DM. Dalam kehamilan, pengaruh kelenjar endokrim agak terasa, seperti somatomamotropin, plasma insulin dan hormon-hormon adrenal -17-ketosteroid. Untuk rekomendasi, harus di perhatikan sungguh-sungguh hasil GTT oral dan GTT intravena.

5. METABOLISME LEMAK

Metabolisme lemak juga terjadi. Kadar kolestrol meningkat sampai 350 mg atau lebih per 100 cc. Hormon somatomamotropin mempunyai peranan dalam pembentukan lemak pada payudara. Deposid lemak lain nya terdapat dibadan, perut, paha dan lengan.

6. METABOLISME MINERAL

a. Kalsium :

Dibutuhkan rata-rata 1.5 gram sehari sedangkan untuk pembentukan tulang-tulang terutama dalam trimesrer trakhir dibutuhkan 30-40 gram.

b. Fosfor :

Dibutuhkan rata-rata 2 gram/hari

c. Zat Besi :

Dibutuhkan tambahan zat besi kurang lebih 800 mg /atau 30-50 mg sehari.

d. Air :

Wanita hamil cenderung mengalami retensi air.

7. KENAIKAN BERAT BADAN

Berat badan wanita hamil akan naik sekitar 6.5-16.5 kg. Kenaikan berat badan yang terlalu banyak di temukan pada keracunan hamil ( pre-eklamsi dan eklamsi ). Kenaikan berat badan wanita hamil di sebabkan oleh :

a. Janin, uri, air ketuban, uterus

b. Payu dara, kenaikan volume darah, lemak, protein dan retensi air.

8. KALORI

a. Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi. Kalori yang di butuhkan untuk ini terutama diperoleh dari pembakaran zat arang, khususnya sesudah kehamilan lima bulan keatas. Namun, bila dibutuhkan dipakai lemak ibu untuk mendapatakan tambahan kalori.

b. Wanita hamil memerlukan makanan yang bergizi dan harus mengandung banyak protein di Indonesia masih banyak dijumpai penderita defisiensi zat besi dan vitamin B oleh karena itu wanita hamil harus diberikan Fe dan roboransia yang berisi mineral dan vitamin. BAB V

KESIMPULAN

Di negara berkembang, saat melahirkan dan minggu pertama setelah melahirkan merupakan periode kritis bagi ibu dan bayinya Usia antara 20 sampai 45 tahun, sering dihubungkan dengan masa subur atau masa usia produktif. Di usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu dalam kondisi prima dan bugar

Di hari-hari pertama sesudah melahirkan, ibu mengalami proses pemulihan fisik dan hormonal yang besar. Kadang-kadang ibu dapat merasa kehilangan semangat, tidak nyaman, cemas, atau sangat lelah. Ibu dan keluarganya perlu menyadari bahwa perasaan seperti ini wajar selama satu-dua minggu sesudah melahirkan.

Petugas kesehatan dan kader kesehatan masyarakat dapat membantu menciptakan iklim sosial yang mendukung ibu yang menyusui, dengan mempromosikan kebiasaan yang sudah terbukti berhasil di dalam organisasi mereka. Mereka dapat melakukan advokasi bagi kebijakan yang akan memperkuat kebiasaan tersebut,menghubungkan layanan masyarakat dengan sektor kesehatan, dan memberi informasi yang akurat serta perawatan yang bermutu kepada setiap keluarga

DAFTAR PUSTAKACattaneo A et al. Kangaroo mother care in low-income countries. International Network in Kangaroo Mother Care. J T rop Pediatr 1998; 44 (5):279-82.Chalmers B et al. WHO principles of perinatal care: The essential antenatal, perinatal, and postnatal care course. Birth 2001; 28 (3) 202-7.Hofmeyr GJ et al. Companionship to modify the clinical birth environment: Effects on progress and perception of labour, and breastfeeding. Brit J of Obstet Gynecol1991; 98:765-764.Madi BC et al. Effects of female relative support in labor: A randomized controlled trial. Birth1999; 26 (1):4-8.Rajan L. The impact of obsteric procedures and analgesia/anesthesia during labour and delivery on breastfeeding. Midwifery1994; 10:87-103.WHO. Evidence for the ten steps to successful breastfeeding (WHO/CHD/98.9). Geneva: WHO,1998.Dwiriani CM. 2011. Pengaruh Pemberian Zat Multi Gizi Mikro dan Pendidikan Gizi terhadap Pengetahuan Gizi, Pemenuhan Zat Gizi dan Status Besi Remaja Putri. Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(3): 171177Anggriani, Tuti, dkk.2013.Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Perbandingan Zat Besi dengan dan Tanpa Vitamin C terhadap Kadar Hemoglobin Wanita Usia Subur.Universitas Muhammadiyah:BengkuluDarlina, dan Hardiansyah.2003.Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamil di Kota Bogor.Media Gizi dan Keluarga.Vol.2 No.1. 34-41Hastono, Susanto Priyo.2008.Pengaruh Edukasi Kelompok Sebaya terhadap Perubahan Perilaku Pencegahan Anemia Gizi Besi pada Wanita Usia Subur di Kota Semarang.Jurnal Keperawatan.Vol.2 No.1. 35-38.Suryadi M, Arifin, dkk.2009.Gambaran Anemia Gizi dan Kaitannya dengan Asupan serta Pola Makan pada Tenaga Kerja Wanita di Tangerang, Banten.Jurnal Kedokteran Yarsi 17 (1):031-039.Walingo.M.K et al.2008.Nutrient Intake and Nutritional Stays Indicators of participant and Nonparticipant Pupils of a Parent Supported School Lunch Program in Kenya.Journal of Nutrition Education and Behavior. Vol 40.23