minggu, 27 februari 2011 | media indonesia membuka … · menjalani kehidupan yang lebih baik....

1
menjalani kehidupan yang lebih baik. Pemilik pabrik cat terkenal di Indonesia itu pun berjanji kehidupan keduanya akan lebih banyak ia dedi- kasikan untuk kepentingan masyarakat luas. “Saya sempat mendirikan sebuah sekolah di Serpong. Saya ingin mengha- biskan waktu saya lebih banyak di sana,” papar Adi. Jika sebelumnya Adi meng- aku cepat menyerah dalam mengerjakan sesuatu, dekat dengan kematian membuat Adi berpikir kehidupan terlalu berharga untuk tidak diper- juangkan. Pengalaman yang sama juga dilalui Henny Sutanto. Se- telah menerima 60% bagian hati putri bungsunya, Widya Ari Dewi, 27 Juni 2010 silam, Henny mengaku lebih banyak memaknai hidupnya dengan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. “Berapa lama Tuhan akan memperpanjang hidup ini? Yang pasti saya selalu bersu- jud syukur kepada Allah SWT karena masih sayang, masih memberikan kesempatan ke- pada saya untuk dapat berbuat yang lebih baik daripada masa lalu,” tuturnya. Operasi selama 10 jam ter- paksa dilakukan setelah is- tri perwira TNI Drs Sutanto tersebut menderita sirosis (pengerasan dan pengecilan hati) yang berkembang men- jadi kanker hati. Pengorbanan putrinya diakui Henny menjadi suntikan untuk lebih menghar- gai hidup. Bank jaringan Proses berbagi organ di In- donesia didukung oleh sistem bank jaringan. Peneliti dan penggagas bank jaringan Dra Nazly Hilmy PhD APU men- jelaskan, fungsi utama bank jaringan adalah mengumpul- kan, memproses, mensterilkan, dan mendistribusikan jaringan manusia yang didonorkan oleh donor yang sehat sesuai peraturan yang berlaku untuk ditransplantasikan guna ke- sehatan manusia. “Kalau kita melakukan operasi atau amputasi, ada jaringan-jaringan yang biasa- nya tak dapat digunakan lagi. Melalui proses yang dinama- kan allograft, jaringan-jaringan ini dapat dimanfaatkan kembali untuk menghindari cacat, mi- salnya mengganti klep jantung. Dan kami menjadi semacam perantaranya,” jelas Nazly. Selama ini, kendala utama adalah terbatasnya jumlah ja- ringan yang dapat dikumpul- kan dari donor hidup. Terka- dang sisa-sisa amputasi tak langsung diberikan, padahal jaringan harus diambil dalam jangka 6-12 jam. “Yang paling membantu adalah jika ada donor seluruh tubuh yang masih berusia di bawah 55 tahun, ini donor potensial. Satu donor potensial bisa menolong hingga 50 orang. Donor yang sudah mening- gal juga akan meringankan biaya yang harus dikeluarkan,” tandas perempuan berusia 67 tahun tersebut. (M-3) miweekend@ mediaindonesia.com P EO PLE PERNAH dengar sel punca? Sel yang biasa diambil dari tali pusat bayi ini dapat dikem- bangkan menjadi sel-sel organ tertentu. Organ yang rusak akibat beberapa penyakit akut bisa diperbarui oleh sel ini. Manfaat dan harapan hidup yang ditawarkan sel punca ini membuat Sonia Wibisono menyimpan sel punca bayi ketiganya yang akan segera lahir di sebuah bank penyim- panan sel punca di Singapura selama 20 tahun. Sewaktu- waktu diperlukan, Sonia dapat mengambilnya kembali. “Biayanya memang mahal, ada uang pendaftaran dan administrasi, per tahun juga bayar sewa tempatnya. Tapi manfaat dan perkembangan penelitian sel punca ini bisa me- nyembuhkan penyakit-penyakit akut seperti jantung, arteri, dan masih banyak lagi perkembang- annya,” tutur Sonia, dokter sekaligus entertainer, dalam perbincangan dengan Andy F Noya, dalam Kick Andy episode Berbagi Organ Berbagi Kasih. Selain terbukti menyembuh- kan beberapa penyakit akut, sel punca dapat dikembangbiak- kan menjadi berjuta-juta sel lain. Berbagai penelitian yang masih berjalan juga memberi- kan harapan penyembuhan ter- hadap beberapa penyakit yang belum ada obatnya hingga saat ini. Penelitian sel punca untuk pencangkokan telah berkem- bang sejak 50 tahun silam di Amerika Serikat. Dalam 10 ta- hun terakhir, sel punca ternyata cukup ampuh pula dijadikan terapi pengobatan. “Sebagai terapi, sel punca dapat diubah untuk mengganti sebagian jaringan organ tertentu, baik jantung, pembuluh darah, bah- kan tulang,” jelas Kepala Divisi Hematologi Onkologi Medik FKUI/RSCM, Dr dr Djumhana Atmakusumah SpPD KHOM. Jika pencangkokan sel punca telah terstandardisasi de- ngan baik, terapi sel punca masih dalam tahap peneli- tian, bahkan di luar negeri. Kesulitan terbesarnya ada pada tahap penyesuaian sel dengan organ yang akan diterapi. “Ada etika yang perlu diperhatikan. Pertama lihat sumbernya, sudah sesuai dengan kaidah atau belum. Setelahnya harus juga me- lewati komite etika kedok- teran, dan dipresentasikan dulu. Baru diputuskan diizinkan atau tidak me- nerapkan penelitian sel punca ini, baru beralih ke penelitian,” jelasnya. Di Indonesia, pengem- bangan penelitian sel pun- ca dipusatkan di RSCM. Meski menjanjikan man- faat yang luas, Dr Cosphiadi Irawan SpPD KHOM meng- akui penelitian sel punca meru- pakan penelitian yang amat luas, sulit, dan mahal. “Butuh fasilitas dan SDM yang cukup. Karena jaringan yang dapat diubah dari sel punca beragam, sedangkan tak ada lembaga penelitian dok- ter yang secara utuh meneliti manusia dari ujung rambut hingga ujung kaki,” tuturnya. Permasalahan regulasi pun harus diperhatikan oleh pe- merintah, terutama masalah penyimpanan sel punca. Di luar negeri, mekanisme pe- nyimpanan dapat dikomersial- kan oleh perusahaan swasta, publik maupun kombinasi. “Kalau mau dikirim ke luar negeri, misalnya, harus sesuai standar internasional. Ada syarat untuk bisa masuk jeja- ring bank penyimpanan itu. Biar tak ada penyimpangan,” tandas Djumhana. (VB/M-3) 6 MINGGU, 27 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Sebagai terapi, sel punca dapat diubah untuk mengganti sebagian jaringan organ.” Dr dr Djumhana Atmakusumah SpPD KHOM VINI MARIYANE ROSYA FOTO-FOTO: MI/SUMARYANTO Bagian terkecil tubuh Anda bisa menjadi pintu kehidupan kedua bagi orang lain. Membuka Pintu Kehidupan A NDAmungkin tak keberatan berbagi harta. Bagaimana dengan berbagi organ tubuh? Mendonorkan organ memang tak banyak terlintas di pikiran ke- banyakan orang. Soe- santo, 65, tak hanya mendonorkan organ- organ tertentu pada tahun 1986 di hadapan notaris (alm) Pramu- hariono dan pendeta Yahya Ilya Pilenom. Ia juga membuat tes- tamen menjadi calon pendonor tubuh. “Kalau saya sudah mening- gal, jasad saya hanya akan dikremasi atau dikubur. Jika demikian, tidak ada manfaat- nya. Saya ingin hidup saya ber- guna, bermanfaat, dan punya arti,” tuturnya saat menjadi tamu dalam Kick Andy episode Berbagi Organ Berbagi Kasih. Langkah berani Soesanto ternyata ditiru adiknya, Budi Setiawan. Budi bahkan su- dah mendahului sang kakak, merealisasikan penggunaan jasadnya untuk kepentingan ilmu pengetahuan kepada Universitas Brawijaya. Meski awalnya merasa ganjil dan ragu, istri Soesanto, Hanna Rosilawati, 64, akhirnya mengi- kuti jejak sang suami. “Saya sempat berpikir jenazah kok didonorkan? Namun, setelah mendengar penjelasan suami saya, saya merasa, oh benar juga ya, kalau saya meninggal dan mendonorkan kornea mata serta tubuh saya untuk orang lain dan bermanfaat bagi pem- belajaran ilmu kedokteran, kan bisa berguna,” tuturnya. Catatan berbagi organ ternya- ta sudah ditorehkan Soesanto sejak 1978. Selain itu, hingga Harapan dari Sel Punca sekarang Soesanto masih ter- catat aktif sebagai pendonor darah. Sedikitnya 126 kali do- nor darah telah ia lakukan. Tak hanya itu, gara-gara artikel tentang tunanetra di sebuah majalah remaja tahun 1978, Soesanto pun mendaftar- kan diri sebagai donor kornea pada 1981. Ia juga mempelajari bagian tubuh apa saja yang dapat didonorkan. Di tahun yang sama, Soesanto memprakarsai pendirian Bank Mata cabang Malang. Hingga saat ini sudah 160 orang yang terdaftar sebagai calon pen- donor kornea. “Saya pernah menulis naskah, membuat dan memainkan peran dalam drama untuk kegiatan gereja. Saya memasukkan pesan moral tentang sulitnya hidup tanpa penglihatan. Namun, kemu- dian saya berpikir itu tidak cukup. Jadi saya putuskan untuk mengambil tindakan,” ucap Soesanto. Hidup kedua Donor organ memang tak mengenal hubungan darah. Ini kisah pendonor lain, Putut Handoko. Sebagai karyawan teknisi, Putut rela memberikan sebagian hatinya untuk atasan yang sebenarnya tak ia kenal, Hendra Adidarma, 73. Orang nomor satu di perusahaan cat tempat ia bekerja tersebut di- vonis dokter menderita kanker hati sejak 3 tahun lalu. “Ini pilihan, saya mau bantu atau diam saja, berdoa saja melihat kondisi Pak Adi. Orang yang saya nilai baik, tulus, di perusahaan punya perha- tian sama karyawan termasuk saya,” tutur pemuda berusia 27 tahun itu. Operasi pencangkok- an dilakukan di Hong Kong, 19 Juli 2010. Bagi Adi, kesediaan Putut untuk mendonorkan ha- tinya merupakan kesempat- an kedua bagi dia untuk Berikut beberapa langkah yang perlu diperhatikan jika Anda berniat menjadi pendonor, termasuk organ ataupun tubuh keseluruhan: 1. Pastikan pendonor benar-benar ingin dan yakin menjadi pendonor organ, tidak ada pengaruh orang lain, paksaan, jual-beli, dan sebagainya. Ingat juga, usia bukanlah halangan. 2. Daftarkan diri sebagai pendonor. Di Indonesia, pendaftaran bisa dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) bagian penyakit dalam atau melalui Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) untuk mendonorkan mata. 3. Calon pendonor harus melakukan pemeriksaan organ tubuh, mengisi formulir khusus yang berisi syarat-syarat tertentu, didampingi saksi. Setelah itu, dicarikan resipien (penerima) organ yang kira-kira cocok. 4. Katakan dan diskusikan terlebih dahulu keinginan untuk mendonor dengan pasangan atau orang terdekat Anda. 5. Minta dukungan keluarga. Jika orang yang sudah tercatat sebagai pendonor tiba-tiba meninggal dunia karena kecelakaan atau penyakit, keluargalah yang akan mengurus keperluan donor organ atau donor tubuh. Dokter tidak akan mengambil organ atau jaringan tanpa izin dari keluarga pendonor meskipun si pendonor sudah mendaftar. (VB/M-3) YAKIN TANPA PAKSAAN SAKSIKAN DI METRO TV Minggu, 27 Februari 2011 15.30 WIB BERBAGI ORGAN BERBAGI KASIH Seperti kata penyair terkenal Anda dianggap memberi sedikit ketika memberikan harta benda Anda kepada orang lain. Putut Handoko dan Hendra Adidarma Soesanto dan Hanna Rosilawati Sonia Wibisono

Upload: hakhuong

Post on 30-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

menjalani kehidupan yang lebih baik. Pemilik pabrik cat terkenal di Indonesia itu pun berjanji kehidupan keduanya akan lebih banyak ia dedi-kasikan untuk kepentingan masyarakat luas. “Saya sempat mendirikan sebuah sekolah di Serpong. Saya ingin mengha-biskan waktu saya lebih banyak di sana,” papar Adi.

Jika sebelumnya Adi meng-aku cepat menyerah dalam mengerjakan sesuatu, dekat dengan kematian membuat Adi berpikir kehidupan terlalu

berharga untuk tidak diper-juangkan.

Pengalaman yang sama juga dilalui Henny Sutanto. Se-telah menerima 60% bagian hati putri bungsunya, Widya Ari Dewi, 27 Juni 2010 silam, Henny mengaku lebih banyak memaknai hidupnya dengan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

“Berapa lama Tuhan akan memperpanjang hidup ini? Yang pasti saya selalu bersu-jud syukur kepada Allah SWT karena masih sayang, masih memberikan kesempatan ke-pada saya untuk dapat berbuat yang lebih baik daripada masa lalu,” tuturnya.

Operasi selama 10 jam ter-

paksa dilakukan setelah is-tri perwira TNI Drs Sutanto tersebut menderita sirosis (pengerasan dan pengecilan hati) yang berkembang men-jadi kanker hati. Pengorbanan putrinya diakui Henny menjadi suntikan untuk lebih menghar-gai hidup.

Bank jaringanProses berbagi organ di In-

donesia didukung oleh sistem bank jaringan. Peneliti dan penggagas bank jaringan Dra Nazly Hilmy PhD APU men-jelaskan, fungsi utama bank jaringan adalah mengumpul-kan, memproses, mensterilkan, dan mendistribusikan jaringan manusia yang didonorkan oleh donor yang sehat sesuai peraturan yang berlaku untuk ditransplantasikan guna ke-sehatan manusia.

“Kalau kita melakukan o perasi atau amputasi, ada jaring an-jaringan yang biasa-nya tak dapat digunakan lagi. Melalui proses yang dinama-kan allograft, jaringan-jaringan ini dapat dimanfaatkan kembali untuk menghindari cacat, mi-salnya mengganti klep jantung. Dan kami menjadi semacam perantaranya,” jelas Nazly.

Selama ini, kendala utama adalah terbatasnya jumlah ja-ringan yang dapat dikumpul-kan dari donor hidup. Terka-dang sisa-sisa amputasi tak langsung diberikan, padahal jaringan harus diambil dalam jangka 6-12 jam.

“Yang paling membantu adalah jika ada donor seluruh tubuh yang masih berusia di bawah 55 tahun, ini donor potensial. Satu donor potensial bisa menolong hingga 50 orang. Donor yang sudah mening-gal juga akan meringankan biaya yang harus dikeluarkan,” tandas perempuan berusia 67 tahun tersebut. (M-3)

[email protected]

PEOPLE

PERNAH dengar sel punca? Sel yang biasa diambil dari tali pusat bayi ini dapat dikem-bangkan menjadi sel-sel organ tertentu. Organ yang rusak akibat beberapa penyakit akut bisa diperbarui oleh sel ini.

Manfaat dan harapan hidup yang ditawarkan sel punca ini membuat Sonia Wibisono menyimpan sel punca bayi ketiganya yang akan segera lahir di sebuah bank penyim-panan sel punca di Singapura selama 20 tahun. Sewaktu-waktu diperlukan, Sonia dapat mengambilnya kembali.

“Biayanya memang mahal, ada uang pendaftaran dan administrasi, per tahun juga bayar sewa tempatnya. Tapi manfaat dan perkembangan penelitian sel punca ini bisa me-nyembuhkan penyakit-penyakit akut seperti jantung, arteri, dan masih banyak lagi perkembang-annya,” tutur Sonia, dokter sekaligus entertainer, dalam perbincangan dengan Andy F Noya, dalam Kick Andy episode Berbagi Organ Berbagi Kasih.

Selain terbukti menyembuh-kan beberapa penyakit akut, sel punca dapat dikembangbiak-

kan menjadi berjuta-juta sel lain. Berbagai penelitian yang masih berjalan juga memberi-kan harapan penyembuhan ter-hadap beberapa penyakit yang belum ada obatnya hingga saat ini.

Penelitian sel punca untuk pencangkokan telah berkem-bang sejak 50 tahun silam di Amerika Serikat. Dalam 10 ta-hun terakhir, sel punca ternyata cukup ampuh pula dijadikan terapi pengobatan. “Sebagai terapi, sel punca dapat diubah untuk mengganti sebagian jaringan organ tertentu, baik jantung, pembuluh darah, bah-kan tulang,” jelas Kepala Divisi Hematologi Onkologi Medik FKUI/RSCM, Dr dr Djumhana Atmakusumah SpPD KHOM.

Jika pencangkokan sel punca

telah terstandardisasi de-ngan baik, terapi sel punca masih dalam tahap peneli-tian, bahkan di luar negeri. Kesulitan terbesarnya ada pada tahap penyesuaian sel dengan organ yang akan diterapi.

“Ada etika yang perlu diperhatikan. Pertama lihat sumbernya, sudah sesuai dengan kaidah atau belum. Setelahnya harus juga me-lewati komite etika kedok-teran, dan dipresentasikan dulu. Baru diputuskan diizinkan atau tidak me-nerapkan penelitian sel punca ini, baru beralih ke penelitian,” jelasnya.

Di Indonesia, pengem-bangan penelitian sel pun-ca dipusatkan di RSCM. Meski menjanjikan man-faat yang luas, Dr Cosphiadi Irawan SpPD KHOM meng-akui penelitian sel punca meru-pakan penelitian yang amat luas, sulit, dan mahal.

“Butuh fasilitas dan SDM yang cukup. Karena jaringan yang dapat diubah dari sel punca beragam, sedangkan tak ada lembaga penelitian dok-

ter yang secara utuh meneliti manusia dari ujung rambut hingga ujung kaki,” tuturnya.

Permasalahan regulasi pun harus diperhatikan oleh pe-merintah, terutama masalah penyimpanan sel punca. Di luar negeri, mekanisme pe-nyimpanan dapat dikomersial-

kan oleh perusahaan swasta, publik maupun kombinasi.

“Kalau mau dikirim ke luar negeri, misalnya, harus sesuai standar internasional. Ada syarat untuk bisa masuk jeja-ring bank penyimpanan itu. Biar tak ada penyimpangan,” tandas Djumhana. (VB/M-3)

6 MINGGU, 27 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA

Sebagai terapi, sel punca dapat

diubah untuk mengganti sebagian jaringan organ.”

Dr dr Djumhana Atmakusumah SpPD KHOM

VINI MARIYANE ROSYA

FOTO-FOTO: MI/SUMARYANTO

Bagian terkecil tubuh Anda bisa menjadi pintu kehidupan kedua bagi orang lain.

Membuka Pintu Kehidupan

ANDA mungkin tak keberatan berbagi harta. B a g a i m a n a

dengan berbagi organ tubuh?

Mendonorkan organ memang tak banyak terlintas di pikiran ke-banyakan orang. Soe-santo, 65, tak hanya mendonorkan organ-organ tertentu pada tahun 1986 di hadapan notaris (alm) Pramu-hariono dan pendeta Yahya Ilya Pilenom. Ia juga membuat tes-tamen menjadi calon pendonor tubuh.

“Kalau saya sudah mening-gal, jasad saya hanya akan dikremasi atau dikubur. Jika demikian, tidak ada manfaat-nya. Saya ingin hidup saya ber-guna, bermanfaat, dan punya arti,” tuturnya saat menjadi tamu dalam Kick Andy episode Berbagi Organ Berbagi Kasih.

Langkah berani Soesanto ternyata ditiru adiknya, Budi Setiawan. Budi bahkan su-dah mendahului sang kakak, merealisasikan penggunaan jasadnya untuk kepentingan ilmu pengetahuan kepada Universitas Brawijaya.

Meski awalnya merasa ganjil dan ragu, istri Soesanto, Hanna Rosilawati, 64, akhirnya mengi-kuti jejak sang suami. “Saya sempat berpikir jenazah kok didonorkan? Namun, setelah mendengar penjelasan suami saya, saya merasa, oh benar juga ya, kalau saya meninggal dan mendonorkan kornea mata serta tubuh saya untuk orang lain dan bermanfaat bagi pem-belajaran ilmu kedokteran, kan bisa berguna,” tuturnya.

Catatan berbagi organ ternya-ta sudah ditorehkan Soesanto sejak 1978. Selain itu, hingga

Harapan dari Sel Punca

sekarang Soesanto masih ter-catat aktif sebagai pendonor darah. Sedikitnya 126 kali do-nor darah telah ia lakukan.

Tak hanya itu, gara-gara artikel tentang tunanetra di sebuah majalah remaja tahun 1978, Soesanto pun mendaftar-kan diri sebagai donor kornea pada 1981. Ia juga mempelajari bagian tubuh apa saja yang dapat didonorkan.

Di tahun yang sama, Soesanto memprakarsai pendirian Bank Mata cabang Malang. Hingga saat ini sudah 160 orang yang terdaftar sebagai calon pen-donor kornea. “Saya pernah menulis naskah, membuat dan memainkan peran dalam drama untuk kegiatan gereja. Saya memasukkan pesan moral tentang sulitnya hidup tanpa penglihatan. Namun, kemu-dian saya berpikir itu tidak cukup. Jadi saya putuskan untuk mengambil tindakan,” ucap Soesanto.

Hidup keduaDonor organ memang tak

mengenal hubungan darah. Ini kisah pendonor lain, Putut Handoko. Sebagai karyawan teknisi, Putut rela memberikan sebagian hatinya untuk atasan yang sebenarnya tak ia kenal, Hendra Adidarma, 73. Orang nomor satu di perusahaan cat tempat ia bekerja tersebut di-vonis dokter menderita kanker hati sejak 3 tahun lalu.

“Ini pilihan, saya mau bantu atau diam saja, berdoa saja melihat kondisi Pak Adi. Orang yang saya nilai baik, tulus, di perusahaan punya perha-tian sama karyawan termasuk saya,” tutur pemuda berusia 27 tahun itu. Operasi pencangkok-an dilakukan di Hong Kong, 19 Juli 2010.

Bagi Adi, kesediaan Putut untuk mendonorkan ha-tinya merupakan kesempat-an kedua bagi dia untuk

Berikut beberapa langkah yang perlu diperhatikan jika Anda berniat menjadi pendonor, termasuk organ ataupun tubuh keseluruhan:

1. Pastikan pendonor benar-benar ingin dan yakin menjadi pendonor organ, tidak ada pengaruh orang lain, paksaan, jual-beli, dan sebagainya. Ingat juga, usia bukanlah halangan.

2. Daftarkan diri sebagai pendonor. Di Indonesia, pendaftaran bisa dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) bagian penyakit dalam atau melalui Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) untuk mendonorkan mata.

3. Calon pendonor harus melakukan pemeriksaan organ tubuh, mengisi formulir khusus yang berisi syarat-syarat tertentu, didampingi saksi. Setelah itu, dicarikan resipien (penerima) organ yang kira-kira cocok.

4. Katakan dan diskusikan terlebih dahulu keinginan untuk mendonor dengan pasangan atau orang terdekat Anda.

5. Minta dukungan keluarga. Jika orang yang sudah tercatat sebagai pendonor tiba-tiba meninggal dunia karena kecelakaan atau penyakit, keluargalah yang akan mengurus keperluan donor organ atau donor tubuh. Dokter tidak akan mengambil organ atau jaringan tanpa izin dari keluarga pendonor meskipun si pendonor sudah mendaftar. (VB/M-3)

YAKIN TANPA PAKSAAN

SAKSIKAN DI METRO TVMinggu, 27 Februari 2011

15.30 WIB

BERBAGI ORGAN BERBAGI KASIH

Seperti kata penyair terkenal Anda dianggap memberi sedikit ketika memberikan harta benda

Anda kepada orang lain.

Putut Handoko dan Hendra Adidarma

Soesanto dan Hanna Rosilawati

Sonia Wibisono