mi/m irfan survei integritas salam tempel sulit dihilangkan · menjadi panduan yang me- ......

1
B ARU-BARU ini Komisi Pemberantasan Korup- si (KPK) melakukan survei untuk mengukur in- deks integritas instansi peme- rintah. Dari 22 instansi pusat yang disurvei, Kementerian Agama menduduki peringkat terbawah, artinya paling ko- rup, disebabkan banyaknya praktik suap dan gratikasi. Peringkat terkorup selanjut- nya diduduki Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigra- si serta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Mengapa Kemenag yang di- harapkan menjadi penyangga moral justru terkorup? Jawa- bannya karena agama belum menjadi panduan moral yang efektif. Agama sekadar mode atau lipstik yang berada di permukaan (ekstrinsik), belum menjadi panduan yang me- nyentuh aspek-aspek intrinsik dari kedalaman nurani. Pada saat menjadi sekadar mode atau gaya hidup, agama tak ubahnya seperti pakaian yang bisa dipakai atau dicopot kapan saja, sesuai selera. Di muka umum, karena dilihat banyak orang, agama dipakai untuk menjadi tontonan. Tapi pada saat tak seorang pun melihat, agama ditanggalkan. Maka pelanggaran atas nilai- nilai moral agama banyak ter- jadi di ruang privat, dilakukan secara diam-diam. Apa yang terjadi di ruang privat, yang dilakukan se- cara diam-diam, bukan ber- arti tak berdampak negatif (destruktif) bagi publik. Itulah sebab, mengapa kita menilai setiap tindakan bukan semata dari lokusnya, tapi juga dari efeknya. Suap-menyuap jelas dilarang agama dan suap ba- nyak dilakukan secara diam- diam, di ruang privat. Itu sebab yang pertama. Kedua, karena menjadi ke- menterian, maka terjadi proses birokratisasi agama. Agama menjadi bagian dari struktur kekuasaan yang rawan ma- nipulasi dan penyalahgunaan. Apalagi dalam Kemenag ada proyek penyelenggaraan haji yang melibatkan uang trili- unan rupiah. Ibarat pepatah ‘ada gula ada semut’, Kemenag yang menge- lola banyak uang dikerubuti para pebisnis haji yang mung- kin di antaranya ada (banyak) yang nakal. Proses ibadah haji menjadi lahan empuk bagi para pebisnis sehingga bis- nis penyelenggaraan ibadah haji pun tumbuh subur bak cendawan di musim hujan. Sayangnya, bisnis ini nyaris tanpa kontrol karena di sam- ping ada kerja sama saling menguntungkan antara pihak regulator (pemerintah, dalam hal ini Kemenag) dan para pebisnis, juga karena pada saat seseorang sudah berniat ibadah haji, akan dituntut se- penuhnya kepasrahan kepada Allah, mengorientasikan selu- ruh dimensi hidupnya hanya pada-Nya seraya menepis segala niat buruk, prasangka, dan kecurigaan terhadap sesa- manya. Kepasrahan inilah yang dimanfaatkan baik oleh regulator maupun para pe- bisnis. Pasrah dalam ibadah haji tidak salah, bahkan harus. Tetapi jika yang dimaksud kepasrahan juga berarti la- rangan untuk protes kepada penyelenggara yang nakal, su- dah pasti akan berakibat pada maraknya korupsi dengan memanfaatkan kepasrahan para jemaah. Pada setiap musim haji tiba, para penyelenggara ibadah haji panen keuntungan. Se- lain biaya penerbangan yang mahal, hampir semua item penyelenggaraan ibadah haji seperti syarat rukun, persiapan dan bimbingan teknis ibadah, pakaian ihram, buku-buku bacaan doa selama berhaji, asuransi kesehatan, kebutuhan makanan (katering), pemon- dokan, tenda, dan lain-lain bisa dimanfaatkan dan dijadi- kan lahan untuk menambah keuntungan. Pada era Orde Baru, jumlah keuntungan yang diraih peme- rintah dari pengelolaan ibadah haji sangatlah besar. Selain mungkin dikorupsi, dana itu disimpan menjadi dana non- budgeter yang populer dengan sebutan Dana Abadi Umat (DAU). Pada era reformasi, setelah diusut, ternyata DAU lebih banyak disalahgunakan, terutama oleh para pejabat Kemenag. Tak mengheran- kan jika karena DAU banyak pejabat Kemenag (bahkan termasuk menterinya) sampai masuk bui. Menurut survei KPK, pe- nyelenggaraan ibadah haji merupakan sektor yang pa- ling banyak terdeteksi adanya praktik-praktik kotor seperti penyuapan dan gratifikasi. Tapi karena dilakukan secara sukarela (ikhlas, pasrah) dari para korban maka seolah-olah praktik kotor itu tidak terjadi. Karena itulah wajar jika Menag Suryadharma Ali pun bertanya -tanya kepada KPK, di mana letak korupsi kementerian yang dipimpinnya. Menag tampaknya tidak sadar bahwa dalam kementeriannya terjadi banyak praktik korupsi. Maka kesadaran menjadi kata kunci dalam mengikis korupsi di Kemenag. Pertama kesadaran akan pentingnya agama sebagai pemandu kehi- dupan (bukan sekadar mode atau lipstik), dan kedua kesa- daran bahwa sebagai bagian dari struktur kekuasaan, Ke- menag tidak luput dari pe- nyalahgunaan. Oleh karena itu, Kemenag harus dikontrol secara ketat, sama seperti kontrol yang ditujukan kepada lembaga-lembaga lain teruta- ma yang mengelola banyak uang. Jeffrie Geovanie Anggota Komisi I DPR RI DOK PRIBADI 4 RABU, 7 DESEMBER 2011 P OLKAM PEMILU 2014 memang masih tiga tahun lagi. Tapi Partai Amanat Nasional (PAN) sudah mendorong agar memiliki calon presiden tunggal dari internal mereka. Dorongan itu datang dari DPW dan tokoh-tokoh DPP. Ketua DPW PAN Jabar Edi Darnadi mengusulkan agar Ke- tua Umum PAN Hatta Rajasa diusung menjadi capres tunggal dari PAN. Dia meminta agar penetapan Hatta sebagai capres tunggal itu dilakukan pada rapat kerja nasional (rakernas) yang digelar 9-11 Desember mendatang. “Kita mengusung Bapak kita sendiri, karena akan berbeda dibanding dengan bapak orang lain. Dengan mengusung dari partai sendiri, akan ada semangat para kader untuk berjuang.” Dia menyebutkan, nama Hatta sebagai calon presiden muncul dari rapat-rapat harian yang terjadi di DPD-DPD. “Di rapat koordinasi dengan DPD, di kan- tor DPW, Senin (5/12), menguat keinginan Hatta naik di 2014,” tegas Edi. Hal serupa juga diungkap- kan oleh Sekretaris Majelis Per- timbangan Pusat (MPP) DPP PAN yang juga Menteri Pem- berdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Azwar Abubakar. Menurutnya, Hatta memiliki kapasitas, kapabilitas, jaringan politik, dan kekuatan lobi yang cukup untuk maju sebagai calon presiden tunggal dari PAN. Ditambahkannya, pencalonan Hatta juga sudah mendapatkan restu dari Ketua MPP PAN Amien Rais. “Pak Amien mendorong hal ini. Harus ada seorang calon pre- siden dari kader partai.” Pengamat politik Indria Samego menilai pencalonan Hatta merupakan salah satu strategi partai berlambang ma- tahari itu. “Dengan begitu, Hatta punya cukup waktu untuk sosialisasi dan menggalang dukungan. Di sini, Hatta harus membuktikan bahwa dia mampu menjadi calon presiden sekaligus pejabat publik yang baik. Misalnya de- ngan tidak menggunakan fasi- litas publik untuk kampanye,” katanya. Sukses atau tidaknya Hatta melenggang di Pemilu 2014 nanti, kata Indria, bergantung pada kinerjanya sebagai pejabat publik saat ini. (DD/*/P-4) HERU PRIHMANTORO M ENTERI Agama Suryadharma Ali mengaku di- rinya sulit untuk menghapus praktik gratikasi di lingkungan kementerian- nya. Ia beralasan, minimnya biaya operasional kerja men- jadi pemicu gratifikasi atau penyuapan kepada karyawan- nya. Ia mencontohkan maraknya gratifikasi di Kantor Urusan Agama (KUA). Diakuinya, praktik ‘salam tempel’ buat penghulu sudah berlangsung sejak lama dan sudah tidak lagi menjadi rahasia. “Terus terang budaya me- nyuap petugas KUA untuk keperluan menikah sudah sulit dicegah. Itu sudah membu- daya dan dianggap wajar oleh masyarakat,” jelasnya di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, kemarin. Hal itu diungkapkan Suryadharma di tengah upaya- nya memberantas praktik ko- rupsi yang masih marak terjadi di lingkungan kerjanya. Pada Selasa (29/11), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menempatkan Kementerian Agama menjadi salah satu lem- baga dengan tingkat kerawan- an korupsi tertinggi. KPK me- lihat adanya perbedaan yang sangat besar antara dana resmi instansi dan dana yang harus dikeluarkan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kemen- terian tersebut. “Tapi gratifikasi di KUA terjadi karena minimnya biaya operasional petugas. Misalnya saja saat penghulu harus me- nikahkan calon mempelai di tempat yang jauh dari KUA.” Dituturkannya, perilaku masyarakat yang lebih suka melangsungkan pernikahan di rumah atau rumah ibadah, dan tidak mau di kantor KUA, membuat biaya operasional pencatatan pernikahan me- ningkat. Tambahan biaya itu yang harus ditanggung sendiri oleh pegawai KUA karena bia- ya operasional yang tersedia tidak mencukupi. Kebiasaan lain yang diang- gap mempersulit larangan menerima gratifikasi ialah kebiasaan masyarakat yang menikah pada hari libur seperti Sabtu dan Minggu, sehingga para petugas pencatat nikah tetap harus beraktivitas di luar jam kerja. Sudah bukan rahasia lagi, tarif menikah saat ini berkisar Rp300 ribu sampai Rp500 ribu. Padahal berdasarkan Peratur- an Pemerintah No 47/2004 tentang Tarif Atas Jenis Pene- rimaan Negara bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Agama, jika menikah di kan- tor KUA, anggota masyarakat cukup membayar Rp30 ribu untuk biaya pencatatan nikah. Besarnya biaya itu sudah men- cakup ongkos untuk penghulu yang bertugas mencatat dan mengawasi pelaksanaan per- nikahan. Jika pernikahan dilang- sungkan di luar kantor KUA, calon pengantin membayar Rp85 ribu, dan tidak perlu lagi mengeluarkan ongkos untuk penghulu. (P-2) [email protected] HAKIM Pengadilan Negeri Bale Bandung, Jawa Barat, Jonlar Purba dikenai sanksi pemotongan tunjangan ki- nerja. Pasalnya, sang hakim terbukti menerima telepon dari seorang terdakwa yang sedang beperkara. “Menjatuhkan disiplin ri- ngan, yaitu tunjangan kinerja sebesar 75% selama tiga bulan,” kata Ketua Majelis Kehormatan Hakim (MKH) Hakim Agung Imam Soebechi saat membaca- kan putusan di Gedung Mah- kamah Agung (MA) di Jakarta, kemarin. MKH menilai Jonlar terbukti melanggar kode etik dan pe- rilaku hakim yang melarang hakim untuk berkomunikasi dengan pihak yang beperkara di luar persidangan. Kode etik hakim hanya membolehkan hakim berko- munikasi dengan terdakwa di dalam lingkungan gedung pengadilan secara terbuka, diketahui pihak-pihak yang beperkara, dan tidak me- langgar prinsip persamaan perlakuan. Majelis juga mengungkap- kan, Jonlar terbukti menerima telepon dari seorang terdakwa pembalakan liar (illegal logging) di Kabupaten Wamena, Papua, pada 2007. Akan tetapi, lanjut ang- gota MKH yang juga Wakil Ketua Komisi Yudisial Imam Anshori Saleh, dugaan suap senilai Rp125 juta, peran Jon- lar membuat konsep pleidoi serta memori banding dan kasasi, dinyatakan tidak ter- bukti. Dengan demikian, MKH me- mutuskan menerima sebagian pembelaan hakim terlapor dan hanya menjatuhkan disiplin ringan. Mendengar keputusan terse- but, Jonlar langsung menyata- kan menerima. “Saya menerima,” kata Jonlar di hadapan tujuh hakim MKH. (Ant/P-1) MI/SUSANTO Imam Anshori Saleh Anggota Majelis Kehormatan Hakim DINAMIKA Baru Satu Orang Daftar Hakim Agung JURU bicara Komisi Yudisial (KY) Asep Rahmat Fajar mengung- kapkan, hingga hari keenam, baru satu orang yang mendaftarkan diri menjadi calon hakim agung. “Yang daftar baru satu orang dan sekitar tiga orang mengambil formulir pendaftaran,” kata Asep di Jakarta, kemarin. Untuk itu, lanjutnya, pihaknya akan melakukan jemput bola dengan menyosialisasikan calon hakim agung ke berbagai kota untuk menjaring calon-calon hakim agung yang berkualitas dan berintegritas. Asep mengatakan salah satu upaya menjaring calon hakim agung itu, KY akan mengumpulkan 36 pemimpin fakultas hukum se-Indonesia di Surabaya pada Jumat (9/12) mendatang. Sebelumnya, Komisioner KY Bidang Rekrutmen Hakim Tau- qurrahman Syahuri mengungkapkan pihaknya akan melakukan sosialisasi seleksi calon hakim agung di enam kota yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Mataram, Jambi, dan Banjarmasin mulai Senin pekan depan. (Ant/P-2) Pansus RUU Pemilu tidak Fokus Bekerja KOALISI Mandiri untuk Pemilu Demokratis mendesak Panitia Khusus (Pansus) RUU Pemilu untuk bekerja lebih efektif dan le- bih fokus agar dapat rampung sesuai dengan tenggat yang telah disepakati DPR bersama pemerintah, yakni Maret 2012. Hal itu dikemukakan saat koalisi beraudiensi dengan Pansus RUU Pemilu di Gedung DPR, Jakarta, kemarin. “Kita tidak melihat adanya perkembangan yang signikan. Kita khawatir karena sudah punya pengalaman pembahasan RUU Pemilu di tahun-tahun sebelumnya yang juga selalu molor,” keluh Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti yang tergabung dalam koalisi. Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) Sebastian Salang yang juga bagian dari koalisi menambahkan, mo- lornya waktu pembahasan akan berimplikasi pada molornya per- siapan pemilu. “Bisa dibayangkan persiapannya akan tergesa-gesa. Hasilnya seperti pemilu kemarin, hampir semua tahapan bermasalah. Harap DPR memperhitungkan itu,” tuturnya. (Wta/P-2) MI/M IRFAN SURVEI INTEGRITAS: Direktur Litbang KPK Doni Muhardiansyah (kiri) didampingi Wakil Ketua KPK M Jasin memberikan paparan hasil survei integritas sektor publik Indonesia kepada perwakilan instansi dan pemerintah daerah di Gedung KPK, Jakarta, kemarin. Untuk menikah, masyarakat harus membayar sepuluh kali lipat dari biaya yang telah ditetapkan pemerintah. Salam Tempel Sulit Dihilangkan Sanksi Untuk Hakim Nakal Diterapkan Mengapa Kemenag Terkorup? PODIUM Daerah Minta Hatta Jadi Capres PAN Menag tampaknya tidak sadar bahwa dalam kementeriannya terjadi banyak praktik korupsi.” GRATIFIKASI ialah pemberian yang meliputi pemberian uang, ba- rang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Pasal 12B ayat (1) UU No 31/1999 jo UU No 20/2001 Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. Pasal 12 UU No 20/2001 Penerima gratifikasi diancam penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200 juta dan paling banyak Rp1 miliar. Sumber: UU No 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal-Pasal Gratifikasi

Upload: vonhan

Post on 26-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MI/M IRFAN SURVEI INTEGRITAS Salam Tempel Sulit Dihilangkan · menjadi panduan yang me- ... melangsungkan pernikahan ... KOALISI Mandiri untuk Pemilu Demokratis mendesak Panitia Khusus

BARU-BARU ini Komisi Pemberantasan Korup-si (KPK) melakukan

survei untuk mengukur in-deks integritas instansi peme-rintah. Dari 22 instansi pusat yang disurvei, Kementerian Agama menduduki peringkat terbawah, artinya paling ko-rup, disebabkan banyaknya praktik suap dan gratifi kasi. Peringkat terkorup selanjut-nya diduduki Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigra-si serta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

Mengapa Kemenag yang di-harapkan menjadi penyangga moral justru terkorup? Jawa-bannya karena agama belum menjadi panduan moral yang efektif. Agama sekadar mode atau lipstik yang berada di permukaan (ekstrinsik), belum menjadi panduan yang me-nyentuh aspek-aspek intrinsik dari kedalaman nurani.

Pada saat menjadi sekadar mode atau gaya hidup, agama tak ubahnya seperti pakaian yang bisa dipakai atau dicopot kapan saja, sesuai selera. Di muka umum, karena dilihat banyak orang, agama dipakai untuk menjadi tontonan. Tapi pada saat tak seorang pun melihat, agama ditanggalkan. Maka pelanggaran atas nilai-nilai moral agama banyak ter-

jadi di ruang privat, dilakukan secara diam-diam.

Apa yang terjadi di ruang privat, yang dilakukan se-cara diam-diam, bukan ber-arti tak berdampak negatif (destruktif) bagi publik. Itulah sebab, mengapa kita menilai setiap tindakan bukan semata dari lokusnya, tapi juga dari efeknya. Suap-menyuap jelas dilarang agama dan suap ba-nyak dilakukan secara diam-diam, di ruang privat. Itu sebab yang pertama.

Kedua, karena menjadi ke-menterian, maka terjadi proses birokratisasi agama. Agama menjadi bagian dari struktur kekuasaan yang rawan ma-nipulasi dan penyalahgunaan. Apalagi dalam Kemenag ada proyek penyelenggaraan haji yang melibatkan uang trili-unan rupiah.

Ibarat pepatah ‘ada gula ada semut’, Kemenag yang menge-lola banyak uang dikerubuti para pebisnis haji yang mung-kin di antaranya ada (banyak) yang nakal. Proses ibadah haji menjadi lahan empuk bagi para pebisnis sehingga bis-nis penyelenggaraan ibadah haji pun tumbuh subur bak cendawan di musim hujan.

Sayangnya, bisnis ini nyaris tanpa kontrol karena di sam-ping ada kerja sama saling

menguntungkan antara pihak regulator (pemerintah, dalam hal ini Kemenag) dan para pebisnis, juga karena pada saat seseorang sudah berniat ibadah haji, akan dituntut se-penuhnya kepasrahan kepada Allah, mengorientasikan selu-ruh dimensi hidupnya hanya

pada-Nya seraya menepis segala niat buruk, prasangka, dan kecurigaan terhadap sesa-manya. Kepasrahan inilah yang dimanfaatkan baik oleh regulator maupun para pe-bisnis.

Pasrah dalam ibadah haji tidak salah, bahkan harus. Tetapi jika yang dimaksud kepasrahan juga berarti la-rangan untuk protes kepada penyelenggara yang nakal, su-dah pasti akan berakibat pada maraknya korupsi dengan memanfaatkan kepasrahan para jemaah.

Pada setiap musim haji tiba, para penyelenggara ibadah haji panen keuntungan. Se-lain biaya penerbangan yang mahal, hampir semua item penyelenggaraan ibadah haji seperti syarat rukun, persiapan dan bimbingan teknis ibadah, pakaian ihram, buku-buku bacaan doa selama berhaji, asuransi kesehatan, kebutuhan makanan (katering), pemon-dokan, tenda, dan lain-lain bisa dimanfaatkan dan dijadi-kan lahan untuk menambah keuntungan.

Pada era Orde Baru, jumlah keuntungan yang diraih peme-rintah dari pengelolaan ibadah haji sangatlah besar. Selain mungkin dikorupsi, dana itu disimpan menjadi dana non-budgeter yang populer dengan sebutan Dana Abadi Umat (DAU). Pada era reformasi, setelah diusut, ternyata DAU lebih banyak disalahgunakan, terutama oleh para pejabat Kemenag. Tak mengheran-

kan jika karena DAU banyak pejabat Kemenag (bahkan termasuk menterinya) sampai masuk bui.

Menurut survei KPK, pe-nyelenggaraan ibadah haji merupakan sektor yang pa-ling banyak terdeteksi adanya praktik-praktik kotor seperti penyuapan dan gratifikasi. Tapi karena dilakukan secara sukarela (ikhlas, pasrah) dari para korban maka seolah-olah praktik kotor itu tidak terjadi. Karena itulah wajar jika Menag Suryadharma Ali pun bertanya-tanya kepada KPK, di mana letak korupsi kementerian yang dipimpinnya. Menag tampaknya tidak sadar bahwa dalam kementeriannya terjadi banyak praktik korupsi.

Maka kesadaran menjadi kata kunci dalam mengikis korupsi di Kemenag. Pertama kesadaran akan pentingnya agama sebagai pemandu kehi-dupan (bukan sekadar mode atau lipstik), dan kedua kesa-daran bahwa sebagai bagian dari struktur kekuasaan, Ke-menag tidak luput dari pe-nyalahgunaan. Oleh karena itu, Kemenag harus dikontrol secara ketat, sama seperti kontrol yang ditujukan kepada lembaga-lembaga lain teruta-ma yang mengelola banyak uang.

Jeffrie GeovanieAnggota Komisi I DPR RI

DOK PRIBADI

4 RABU, 7 DESEMBER 2011POLKAM

PEMILU 2014 memang masih tiga tahun lagi. Tapi Partai Amanat Nasional (PAN) sudah mendorong agar memiliki calon presiden tunggal dari internal mereka. Dorongan itu datang dari DPW dan tokoh-tokoh DPP.

Ketua DPW PAN Jabar Edi Darnadi mengusulkan agar Ke-tua Umum PAN Hatta Rajasa diusung menjadi capres tunggal dari PAN. Dia meminta agar penetapan Hatta sebagai capres tunggal itu dilakukan pada rapat kerja nasional (rakernas) yang digelar 9-11 Desember mendatang.

“Kita mengusung Bapak kita sendiri, karena akan berbeda dibanding dengan bapak orang lain. Dengan mengusung dari partai sendiri, akan ada semangat para kader untuk berjuang.”

Dia menyebutkan, nama Hatta sebagai calon presiden muncul dari rapat-rapat harian yang terjadi di DPD-DPD. “Di rapat koordinasi dengan DPD, di kan-tor DPW, Senin (5/12), menguat keinginan Hatta naik di 2014,” tegas Edi.

Hal serupa juga diungkap-kan oleh Sekretaris Majelis Per-timbangan Pusat (MPP) DPP

PAN yang juga Menteri Pem-berdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Azwar Abubakar. Menurutnya, Hatta memiliki kapasitas, kapabilitas, jaringan politik, dan kekuatan lobi yang cukup untuk maju sebagai calon presiden tunggal dari PAN.

Ditambahkannya, pencalonan Hatta juga sudah mendapatkan restu dari Ketua MPP PAN Amien Rais. “Pak Amien mendorong hal ini. Harus ada seorang calon pre-siden dari kader partai.”

Pengamat politik Indria Samego menilai pencalonan Hatta merupakan salah satu strategi partai berlambang ma-tahari itu.

“Dengan begitu, Hatta punya cukup waktu untuk sosialisasi dan menggalang dukungan. Di sini, Hatta harus membuktikan bahwa dia mampu menjadi calon presiden sekaligus pejabat publik yang baik. Misalnya de-ngan tidak menggunakan fasi-litas publik untuk kampanye,” katanya.

Sukses atau tidaknya Hatta melenggang di Pemilu 2014 nanti, kata Indria, bergantung pada kinerjanya sebagai pejabat publik saat ini. (DD/*/P-4)

HERU PRIHMANTORO

MENTERI Agama S u r y a d h a r m a Ali mengaku di-rinya sulit untuk

menghapus praktik gratifi kasi di lingkungan kementerian-nya. Ia beralasan, minimnya biaya operasional kerja men-jadi pemicu gratifikasi atau penyuapan kepada karyawan-nya.

Ia mencontohkan maraknya gratifikasi di Kantor Urusan Agama (KUA). Diakuinya, praktik ‘salam tempel’ buat penghulu sudah berlangsung sejak lama dan sudah tidak lagi menjadi rahasia.

“Terus terang budaya me-nyuap petugas KUA untuk keperluan menikah sudah sulit dicegah. Itu sudah membu-daya dan dianggap wajar oleh masyarakat,” jelasnya di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, kemarin. Hal itu diungkapkan Suryadharma di tengah upaya-nya memberantas praktik ko-rupsi yang masih marak terjadi di lingkungan kerjanya.

Pada Selasa (29/11), Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) menempatkan Kementerian Agama menjadi salah satu lem-baga dengan tingkat kerawan-an korupsi tertinggi. KPK me-lihat adanya perbedaan yang sangat besar antara dana resmi instansi dan dana yang harus dikeluarkan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kemen-terian tersebut.

“Tapi gratifikasi di KUA terjadi karena minimnya biaya operasional petugas. Misalnya saja saat penghulu harus me-

nikahkan calon mempelai di tempat yang jauh dari KUA.”

Dituturkannya, perilaku masyarakat yang lebih suka melangsungkan pernikahan di rumah atau rumah ibadah, dan tidak mau di kantor KUA, membuat biaya operasional pencatatan pernikahan me-ningkat. Tambahan biaya itu yang harus ditanggung sendiri oleh pegawai KUA karena bia-ya operasional yang tersedia tidak mencukupi.

Kebiasaan lain yang diang-

gap mempersulit larangan menerima gratifikasi ialah kebiasaan masyarakat yang menikah pada hari libur seperti Sabtu dan Minggu, sehingga para petugas pencatat nikah tetap harus beraktivitas di luar jam kerja.

Sudah bukan rahasia lagi, tarif menikah saat ini berkisar Rp300 ribu sampai Rp500 ribu. Padahal berdasarkan Peratur-an Pemerintah No 47/2004 tentang Tarif Atas Jenis Pene-rimaan Negara bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Agama, jika menikah di kan-tor KUA, anggota masyarakat cukup membayar Rp30 ribu untuk biaya pencatatan nikah. Besarnya biaya itu sudah men-cakup ongkos untuk penghulu yang bertugas mencatat dan mengawasi pelaksanaan per-nikahan.

Jika pernikahan dilang-sungkan di luar kantor KUA, calon pengantin membayar Rp85 ribu, dan tidak perlu lagi mengeluarkan ongkos untuk penghulu. (P-2)

[email protected]

HAKIM Pengadilan Negeri Bale Bandung, Jawa Barat, Jonlar Purba dikenai sanksi pemotongan tunjangan ki-nerja. Pasalnya, sang hakim terbukti menerima telepon dari seorang terdakwa yang sedang beperkara.

“Menjatuhkan disiplin ri-ngan, yaitu tunjangan kinerja sebesar 75% selama tiga bulan,” kata Ketua Majelis Kehormatan Hakim (MKH) Hakim Agung Imam Soebechi saat membaca-kan putusan di Gedung Mah-kamah Agung (MA) di Jakarta, kemarin.

MKH menilai Jonlar terbukti melanggar kode etik dan pe-rilaku hakim yang melarang hakim untuk berkomunikasi dengan pihak yang beperkara di luar persidangan.

Kode etik hakim hanya membolehkan hakim berko-munikasi dengan terdakwa di dalam lingkungan gedung pengadilan secara terbuka, diketahui pihak-pihak yang beperkara, dan tidak me-langgar prinsip persamaan perlakuan.

Majelis juga mengungkap-kan, Jonlar terbukti menerima telepon dari seorang terdakwa pembalakan liar (illegal logging) di Kabupaten Wamena, Papua, pada 2007.

Akan tetapi, lanjut ang-gota MKH yang juga Wakil Ketua Komisi Yudisial Imam Anshori Saleh, dugaan suap senilai Rp125 juta, peran Jon-lar membuat konsep pleidoi serta memori banding dan kasasi, dinyatakan tidak ter-bukti.

Dengan demikian, MKH me-mutuskan menerima sebagian pembelaan hakim terlapor dan hanya menjatuhkan disiplin ringan.

Mendengar keputusan terse-but, Jonlar langsung menyata-kan menerima.

“Saya menerima,” kata Jonlar di hadapan tujuh hakim MKH.(Ant/P-1)

MI/SUSANTO

Imam Anshori SalehAnggota Majelis Kehormatan Hakim

DINAMIKA

Baru Satu Orang Daftar Hakim AgungJURU bicara Komisi Yudisial (KY) Asep Rahmat Fajar mengung-kapkan, hingga hari keenam, baru satu orang yang mendaftarkan diri menjadi calon hakim agung. “Yang daftar baru satu orang dan sekitar tiga orang mengambil formulir pendaftaran,” kata Asep di Jakarta, kemarin.

Untuk itu, lanjutnya, pihaknya akan melakukan jemput bola dengan menyosialisasikan calon hakim agung ke berbagai kota untuk menjaring calon-calon hakim agung yang berkualitas dan berintegritas. Asep mengatakan salah satu upaya menjaring calon hakim agung itu, KY akan mengumpulkan 36 pemimpin fakultas hukum se-Indonesia di Surabaya pada Jumat (9/12) mendatang.

Sebelumnya, Komisioner KY Bidang Rekrutmen Hakim Tau-fi qurrahman Syahuri mengungkapkan pihaknya akan melakukan sosialisasi seleksi calon hakim agung di enam kota yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Mataram, Jambi, dan Banjarmasin mulai Senin pekan depan. (Ant/P-2)

Pansus RUU Pemilu tidak Fokus BekerjaKOALISI Mandiri untuk Pemilu Demokratis mendesak Panitia Khusus (Pansus) RUU Pemilu untuk bekerja lebih efektif dan le-bih fokus agar dapat rampung sesuai dengan tenggat yang telah disepakati DPR bersama pemerintah, yakni Maret 2012. Hal itu dikemukakan saat koalisi beraudiensi dengan Pansus RUU Pemilu di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.

“Kita tidak melihat adanya perkembangan yang signifi kan. Kita khawatir karena sudah punya pengalaman pembahasan RUU Pemilu di tahun-tahun sebelumnya yang juga selalu molor,” keluh Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti yang tergabung dalam koalisi.

Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) Sebastian Salang yang juga bagian dari koalisi menambahkan, mo-lornya waktu pembahasan akan berimplikasi pada molornya per-siapan pemilu. “Bisa dibayangkan persiapannya akan tergesa-gesa. Hasilnya seperti pemilu kemarin, hampir semua tahapan bermasalah. Harap DPR memperhitungkan itu,” tuturnya. (Wta/P-2)

MI/M IRFAN

SURVEI INTEGRITAS: Direktur Litbang KPK Doni Muhardiansyah (kiri) didampingi Wakil Ketua KPK M Jasin memberikan paparan hasil survei integritas sektor publik Indonesia kepada perwakilan instansi dan pemerintah daerah di Gedung KPK, Jakarta, kemarin.

Untuk menikah, masyarakat harus membayar sepuluh kali lipat dari biaya yang telah ditetapkan pemerintah.

Salam Tempel Sulit Dihilangkan

Sanksi Untuk HakimNakal

Diterapkan

Mengapa Kemenag Terkorup?PODIUM

Daerah Minta Hatta Jadi Capres PAN

Menag tampaknya tidak sadar bahwa

dalam kementeriannya terjadi banyak praktik korupsi.”

GRATIFIKASI ialah pemberian yang meliputi pemberian uang, ba-rang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.

Pasal 12B ayat (1) UU No 31/1999 jo UU No 20/2001Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara

negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.

Pasal 12 UU No 20/2001Penerima gratifikasi diancam penjara seumur hidup atau penjara

paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200 juta dan paling banyak Rp1 miliar.

Sumber: UU No 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal-Pasal Gratifikasi