mikrobio
DESCRIPTION
mikrobiologiTRANSCRIPT
Nama : Erlin Winarni
NIM : 4401411089
Rombel : 4
Soal
1. Cari variasi dan lama waktu dan temperature untuk pasteurisasi. Kapan pasteurisasi
dilakukan!
2. Kapan sterilisasi mekanik digunakann dan jelaskan prosedurnya!
3. Jelaskan latar belakang John Tyndall menggunakan sterilisasi dengan teknik
tyndalisasi. Bagaimana mekanismenya ?
4. Apakah sterilisasi secara chemis hanya dialakukan dengan alcohol? Sebutkan zat lain
yang dapat digunakan untuk sterilisasi secara chemis.
5. Bagaimana menentukan konsentrasi sebuah zat untuk mematikan dan menghambat
pertumbuhan bakteri ?
6. Bagaimana menentukan zat mempunyai daya desinfektan ?
7. Bagaimana menguji suatu desinfektan dengan menggunakan angka koefisien fenol?.
Jawaban
1. Pasteurisasi adalah perlakuan panas yang diberikan pada bahan baku dengan suhu di
bawah titik didih. Teknik ini digunakan untuk mengawetkan bahan pangan yang tidak
tahan suhu tinggi, misalnya susu Pasteurisasi tidak mematikan semua
mikroorganisme, tetapi hanya yang bersifat patogen dan tidak membentuk spora. Oleh
sebab itu, proses ini sering diikuti dengan teknik lain misalnya pendinginan atau
pemberian gula dengan konsentrasi tinggi. Produk hasil pasteurisasi bila disimpan
pada suhu kamar hanya bertahan 1 sampai 2 hari sedang jika disimpan pada suhu
rendah dapat tahan 1 minggu.Pasteurisasi memiliki tujuan:
a. Mencapai “pengurangan” dalam jumlah organism, mengurangi jumlah mereka
sehingga tidak lagi bisa menyebabkan penyakit (syaratnya produk yang telah di
pasteurisasi didinginkan dan digunakan sebelum tanggal kadaluarsa).
b. Memperpanjang daya simpan bahan atau produk.
c. Menimbulkan cita rasa yang lebih baik pada produk.
d. Menginaktifkan enzim fosfatase dan katalase ,yaitu enzim yang membuat susu
cepat rusak.
Metode Pasteurisasi yang umum digunakan adalah:
a. Holding Pasteurization
Merupakan proses pasteurisasi paling tua dan pertama kali digunakan.
Disebut juga LTLT ( low temperature,long time) pasteurization.
Pemanasannya dilakukan di dalam tangki besar pada suhu 61-63°C selama
30 menit.
Untuk menjaga agar panas tetap konstan dan merata maka dilakukan
pengadukan terhadap susu selama proses berlangsung.
b. HTST Pasteurization
High Temperature Short Time (HTST) Pasteurization dilakukan pada
temperature tinggi dan waktu singkat, yaitu pada temperature 71,7-75,0°C
selama 15-16 detik.
Prosesnya menggunakan metode kontinyu dengan pelat pemindah panas.
Produknya tahan maksimal selama 2 minggu dalam lemari es.
c. UHT Pasteurization
Perkembangan lebih lanjut dari teknik pasteurisasi adalah dengan teknik
pemanasan suhu sangat tinggi (UHT).
Ultra High Temperature (UHT) pasteurization merupakan proses
pasteurisasi yang dilakukan pada temperatur sangat tinggi dan waktu
sangat singkat, yaitu pada temperatur 131 – 150 °C selama 0,5 – 1 detik.
Pemanasan dilakukan dengan tekanan tinggi (High Pressasure) untuk
mencegah terjadinya pembakaran susu pada alat pemanas.
Produk dapat tahan dalam suhu ruangan hingga beberapa bulan jika
dikemas dengan baik.
2. Prosedur sterilisasi mekanik
Di dalam sterilisai secara mekanik (filtrasi), menggunakan suatu saringan yang
berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal
nya larutan enzim dan antibiotik.
Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan
mengalami perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang digunakan adalah dengan
cara mekanik, misalnya dengan saringan. Didalam mikrobiologi penyaringan secara
fisik paling banyak digunakan adalah dalam penggunaan filter khusus misalntya filter
berkefeld, filter chamberland, dan filter seitz. Jenis filter yang dipakai tergantung pada
tujuan penyaringan dan benda yang akan disaring.
Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan
mengalami perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang digunakan adalah dengan
cara mekanik, misalnya dengan saringan. Didalam mikrobiologi penyaringan secara
fisik paling banyak digunakan adalah dalam penggunaan filter khusus misalntya filter
berkefeld, filter chamberland, dan filter seitz. Jenis filter yang dipakai tergantung pada
tujuan penyaringan dan benda yang akan disaring.
Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan
penyaring yang memilki pori-pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme
dengan ukuran tertentu. Saringan akan tercemar sedangkan cairan atau gas yang
melaluinya akan steril. Alat saring tertentu juga mempergunakan bahan yang dapat
mengabsorbsi mikroorganisme. Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan
virus. Oleh karena itu, sehabis penyaringan medium masih harus dipanasi dalam
otoklaf. Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka tehadap panas
seperti serum,enzim,toksin kuman,ekstrak sel,dsb.
a. Menyaring cairan
Hal dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti saringan Seitz, yang
menggunakan saringan asbestos sebagai alat penyaringannya; saringan berkefeld,
yang mempergunakan filter yang terbuat dari tanah diatom; saringan chamberland,
yang mempergunakan filter yang terbuat dari porselen; dan fritted glass filter,
yang mempergunakan filter yang terbuat dari serbuk gelas. Saringan asbes lebih
mudah dan lebih murah daripada saringan porselen. Saringan asbes dapat dibuang
setelah dipakai, sedangkan saringan porselen terlalu mahal bila dibuang, tetapi
terlalu sulit untuk dibersihkan
b. Menyaring Udara
Untuk menjaga suatu alat yang sudah steril agar tidak tercemar oleh mikroba atau
untuk menjaga agar suatu biakan kuman tidak tercemar oleh kuman yang lain,
maka alat-alat tersebut harus ditutup denagn kapas, karena kapas mudah ditembus
udara tetapi dapat menahan mikroorganisme. Harus dijaga agar kapas tidak
menjadi basah, oleh karena kapas yang basah memungkinkan kuman menembus
kedalam. Untuk mencegah pencemaran oleh kuman-kuman udara pada waktu
menuang perbenihan, dapat dipergunakan suatu alat yang disebut laminar flow
bench dimana udara yang masuk kedalamnya disaring terlebih dahulu dengan
suatu saringan khusus. Saringan ini ada batas waktu pemakaiannya dan harus
diganti dengan yang baru apabila sudah tidak berfungsi lagi.
3. Latar belakang John Tyndall menggunakan steriliasi tyndalisasi
Percobaan lain yang berusaha membuktikan kegagalan abiogenesis adalah John
Thyndall. Thyndall melakukan serangkaian percobaan dengan kaldu yang terbuat dari
daging dan sayuran segar, ia memperoleh cara sterilisasi dengan menaruh tabung-
tabung kaldu ayam dalam air garam yang sudah mendidih 5 menit. Dari hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa pada bakteri terdapat fase-fase tertentu yang satu
bersifat termolabil(tidak tahan pemanasan, saat bakteri melakukan pertumbuhan) dan
yang satunya bersifattermoresisten (sangat tahan terhadap panas). Dari penelitian
seorang ahli botani Jerman bernama Ferdinand Cohn, dapat diketahui secara
mikroskopis bahwa pada fase termoresisten, bakteri dapat membentuk endospora.
Dengan penemuan tersebut, maka dicarilah cara untuk sterilisasi bahan yang
mengandung bakteri pembentuk spora. Kemudian Tyndall melanjutkan dengan
mengembangkan cara sterilisasi dengan pemanasan terputus, yang kemudian disebut
sebagai Tyndalisasi. Tyndalisasi dilakukan dengan pemanasan pada suhu 100oC
selama 30 menit kemudian dibarkan pada suhu kamar selama 24 jam. Cara ini
dilakukan sebanyak 3 kali. Saat dibiarkan pada suhu kamar, bakteri berspora yang
masih hidup akan berkecambah membentuk fase pertumbuhan / termolabil, sehingga
dapat dimatikan pada pemanasan berikutnya.
Mekanisme tyndalisasi:
Prinsip cara ini ialah di lakukan secara fraksi ,cara ini dilakukan untuk
membuat steril benda – benda yang tidak tahan suhu 100 c
Panas basah pada 100ºC selama 24 jam menit tiga hari berturut-turut
Cara ini tak dapat membunuh Thermophilic bakteri, anaerobik bakteri serta
bakteri yang tak dapat merubah bentuk spora menjadi bentuk vegetatif di
antara waktu pemanasan.
4. Sterilisasi chemis tidak hanya dilakukan dengan menggunakan alcohol.
Metode sterilisasi kimia dapat dilakukan dengan menggunakan gas (dengan cara
fumigasi atau pengasapan) atau radiasi. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan
untuk sterilisasi gas adalah gas etilen oksida, gas formaldehid, asam parasetat, dan
glutaradehid.
Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk terilisasi yaitu halogen (senyawa klorin,
iodium), alcohol, fenol, hydrogen feroksida, zat warna ungu Kristal, derivate akridin,
rosanalin, detergen, logam berat (hg, Ag,As,Zn), aldehida.
5. Cara menentukan konsentrasi sebuah zat dapat mematikan atau menghambat
pertumbuhan bakteri kontaminan yaitu dengan cara KHM (Konsentrasi hambat
minimal) atau MIC (Minimum Inhibitory Concentration). Konsentrasi minimun
penghambatan atau lebih dikenal dengan MIC (Minimum Inhibitory Concentration)
adalah konsentrasi terendah dari antibiotika atau antimikrobial yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Nilai MIC adalah spesifik untuk tiap-tiap
kombinasi dari antibiotika dan mikroba. MIC dari sebuah antibiotika terhadap
mikroba digunakan untuk mengetahui sensitivitas dari mikroba terhadap antibiotika.
Nilai MIC berlawanan dengan sensitivitas mikroba yang diuji. Semakin rendah nilai
MIC dari sebuah antibiotika, sensitivitas dari bakteri akan semakin besar. MIC dari
sebuah antibiotika terhadap spesies mikroba adalah rata-rata MIC terhadap seluruh
strain dari spesies tersebut. Strain dari beberapa spesies mikroba adalah sangat
berbeda dalam hal sensitivitasnya. Metode uji antimikrobial yang sering digunakan
adalah metode Difusi Lempeng Agar. Uji ini dilakukan pada permukaan medium
padat. Mikroba ditumbuhkan pada permukaan medium dan kertas saring yang
berbentuk cakram yang telah mengandung mikroba. Setelah inkubasi diameter zona
penghambatan diukur. Diameter zona pengambatan merupakan pengukuran MIC
secara tidak langsung dari antibiotika terhadap mikroba. Sensitivitas klinik dari
mikroba kemudian ditentukan dari tabel klasifikasi.
6. Fenol merupakan zat pembaku daya antiseptik obat lain sehingga daya antiseptik
dinyatakan dengn koefisien fenol. Koefisien fenol merupakan sebuah nilai aktivitas
germisidal suatu antiseptik dibandingkan dengan efektivitas germisidal fenol.
Aktivitas germisidal adalah kemampuan suatu senyawa antiseptik untuk membunuh
mikroorganisme dalam jangka waktu tertentu. Fenol merupakan salah satu germisidal
kuat yang telah digunakan dalam jangka waktu panjang. Efektivitas senyawa
antiseptik sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dan lama paparannya. Semakin tinggi
konsentrasi dan semakin lama paparan akan meningkatkan. efektivitas senyawa
antiseptik. Koefisien fenol yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa bahan
entimikrobial tersebut kurang efektif dibanding dengan fenol. Dan sebaliknya, jika
koeisien fenol lebih dari 1 maka bahan mikrobial tersebut lebih efektif jika
dibandingkan dengan fenol.
Koefisien fenol ditentukan dengan cara membagi pengenceran tertinggi dari fenol
yang mematikan mikroorganisme dalam 10 menit tetapi tidak mematikan dalam 5
menit terhadap pengencaran tertinggi bahan mikrobial Zat-zat antimikroba yang
dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji keefektifannua. Cara untuk menentukan
daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan melakukan tes koefisien fenol. Uji ini
dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk (desinfektan) dengan daya
bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk
yang dicoba dicampur dengan suatu volume tertentu biakan Salmonella
thyphosa atau Staphylococcus aureus
7. Pada penentuan koefisien fenol pada desinfektan, langkah pertama yang dilakukan
adalah pembuatan larutan pengenceran fenol dengan berbagai konsentrasi. Disiapkan
3 buah tabung reaksi steril yang masing-masing tabung reaksi berisi aquadest steril
sebanyak 6,9 ml, 7,9 ml, dan 8,9 ml. Setelah itu dimasukkan fenol sebanyak 0,1 ml
pada setiap tabung. Variasi pengenceran fenol ini untuk memperoleh konsentrasi
fenol yang baik yang dapat membunuh kuman. Pengenceran ini sudah melalui
penelitian yang dapat membunuh kuman dalam waktu 10 menit tapi tidak membunuh
kuman dalam 5 menit.
Langkah selanjutnya adalah pembuatan larutan pengenceran desinfektan. Dalam
pembuatan larutan pengenceran desinfektan, disiapkan 3 buah tabung reaksi steril
yang telah berisi aquadest steril 9,9 ml, 14,4 ml, dan 19,9 ml, kemudian ditambahkan
0,1 ml desinfektan.
Kemudian dilakukan pembuatan formulasi kuman. Kuman yang digunakan adalah
kuman Salmonella sp. Koloni diambil beberapa ose, kemudian dimasukkan pada
tabung reaksi yang berisi aquadest steril sebanyak 3,5 ml dan dihomogenkan.
Tabung yang te..lah berisi pengenceran fenol dan pengenceran desinfektan
ditambahkan suspensi bakteri Salmonella sp. sebanyak 0,5 ml pada setiap tabung.
Pada saat menambahkan suspensi bakteri, digunakan pipet volume dan harus dalam
keadaan aseptis untuk mencegah kontaminasi dari luar sehingga hasil yang didapat
menjadi lebih akurat.
Bakteri yang telah dimasukkan ke dalam tabung yang berisi pengenceran fenol dan
pengenceran desifektan tadi kemudian diinokulasi pada media Nutrient Agar. Untuk
melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusahakan agar semua alat
yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar
menghindari terjadinya kontaminasi.Nutrient Agar (NA) adalah media yang baik
untuk pertumbuhan bakteri (penyimpanan kuman-kuman/bakteri). Media ini berfungsi
untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat
fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba. NA juga digunakan untuk pertumbuhan
mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme
heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef,
pepton, dan agar. NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam
prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, produk pangan, untuk membawa stok
kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme
dalam kultur murni.
Penanaman pada media Nutrient Agar pada praktikum ini dilakukan dengan metode
cawan gores. Metode cawan gores (Steak Plate) bertujuan untuk mengisolasi
mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium
baru.Cara penanaman bakteri dengan metode gores adalah kawat terlebih dahulu
dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah dingin
kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala api. Setelah difiksasi, ditunggu
beberapa saat sebelum mengambil bakteri, agar suhu ose tidak terlalu panas dan
bakteri tidak mati. Tetapi perlu diingat juga bahwa ose tidak boleh terlalu lama
didiamkan agar ose tidak terkontaminasi dengan bakteri dari udara. Kemudian
digoreskan ose ke permukaan media agar dengan pola lurus atau zigzag secara hati-
hati tanpa ditekan sehingga tidak merusak permukaan agar. Di antara garis-garis
goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi
koloni. Proses penggoresan ini dilakukan secara bertahap pada masing-masing media
yaitu dalam waktu 5 menit dan 10 menit. Kemudian diinkubasi dalam inkubator
selama 2 x 24 jam pada suhu 37ºC. Proses inkubasi dilakukan pada suhu tersebut
karena suhu 37ºC merupakan suhu bakteri Salmonella dapat tumbuh secara optimal.
Setelah diinkubasi diamati ada tidaknya koloni bakteri yang tumbuh