mikro ekonomi islam

25
Mikro ekonomi islam Bab 1 Ekonomi pada dasarnya dikelompokkan dalam ekonomi makro dan mikro. Yang mana dalam buku ini mengkaji salah satunya, ekonomi mikro. Ekonomi Mikro mempelajari tentang perilaku tiap-tiap individu dalam setiap unit ekonomi, yang berperan sebagai konsumen, pekerja, investor, maupun pemilik sumber daya. Dan juga menjelaskan perilaku industri dalam menentukan jumlah tenaga kerja, kuantias da argayag teraik. Dalam pembahasan ekonomi mikro konvensional didasarkan pada perilaku yang nyata terjadi di setiap unit ekonomi, tanpaadanya batasan syariah, kita tidak akan pernah menemukan bagaimana perilaku seseorang konsumen apabila ia emasukkan unsure pelanggaran, bunga dan kewajiban yang semestinya dikeluarkan, zakat. Mengapa belajar mikro ekonomi Islam ? kita berharap setelah kita mempelajari mikro ekonomi Islam, keyakinan kita semakin kuat, bahwa mikro ekonomi Islam itu relevan dan dapat diterapkan dalam dunia nyata dengan tujuan dapat menguntungkan kita dan tidak mendzolimi orang lain. Ekonomi konvensional mengartikan bahwa ilmu ekonomi lahir dari adanya tujuan untuk mengalokasikan sumber daya yang langka. Karena kelangkaan ini maka tiap individu dihadapkan pada beberapa permasalahan. Bagaimana memproduksi, utuk siapa, bagaimana mebagi produksi dari waktu ke waktu serta mempertahakan dan menjaga tingkat pertumbuhan produksi tersebut. Juga adanya keinginan manusia yang tidak terbatas. Tapi lain halnya dengan ekonomi Islam, para ekonom Muslim

Upload: ridwanmunir

Post on 18-Jun-2015

528 views

Category:

Economy & Finance


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mikro ekonomi islam

Mikro ekonomi islam

Bab 1

Ekonomi pada dasarnya dikelompokkan dalam ekonomi makro dan mikro. Yang mana dalam buku ini mengkaji salah satunya, ekonomi mikro. Ekonomi Mikro mempelajari tentang perilaku tiap-tiap individu dalam setiap unit ekonomi, yang berperan sebagai konsumen, pekerja, investor, maupun pemilik sumber daya. Dan juga menjelaskan perilaku industri dalam menentukan jumlah tenaga kerja, kuantias da argayag teraik. Dalam pembahasan ekonomi mikro konvensional didasarkan pada perilaku yang nyata terjadi di setiap unit ekonomi, tanpaadanya batasan syariah, kita tidak akan pernah menemukan bagaimana perilaku seseorang konsumen apabila ia emasukkan unsure pelanggaran, bunga dan kewajiban yang semestinya dikeluarkan, zakat. Mengapa belajar mikro ekonomi Islam ? kita berharap setelah kita mempelajari mikro ekonomi Islam, keyakinan kita semakin kuat, bahwa mikro ekonomi Islam itu relevan dan dapat diterapkan dalam dunia nyata dengan tujuan dapat menguntungkan kita dan tidak mendzolimi orang lain.

Ekonomi konvensional mengartikan bahwa ilmu ekonomi lahir dari adanya tujuan untuk mengalokasikan sumber daya yang langka. Karena kelangkaan ini maka tiap individu dihadapkan pada beberapa permasalahan. Bagaimana memproduksi, utuk siapa, bagaimana mebagi produksi dari waktu ke waktu serta mempertahakan dan menjaga tingkat pertumbuhan produksi tersebut. Juga adanya keinginan manusia yang tidak terbatas. Tapi lain halnya dengan ekonomi Islam, para ekonom Muslim menyatakan tidak selamanya kelangkaan dan ketidak terbatasan keinginan manusia menjadi masalah dan perdebatan ekonomi. Baqir as-Sadr berpendapat bahwa sumber daya itu hakikatnya melimpah dan idak terbatas. Pendapat ini didasarkan pada dalili yangmenyatakan bahwa alam semesta ini diciptakan olej Allah dengan ukuran setepat-tepatnya. Berbeda dengan ekonom Muslim yang menyatakan bahwa masalah ekonomi meang bersumber dari kelangkaan, tetapi, karena anusia adalah khalifah maka manusia bertaggung jawab untuk mengelolada mengoptimalkan sumber daya yang diberikan oleh Allah, sebab akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Page 2: Mikro ekonomi islam

Bab 2

Sejauh kita memandang antara ekonomi konvensional dan ekonomi Islam, keduanya tidak akan pernah mungkin untuk dikompromikan, karena masing-masing didasari pada pandangan yang berbeda. Dimana ekonomi konvensional melihat ilmu sebagai sesuatu yang secular(orientasi hanya pada kehidupan dunia), sementara ekonomi Islam justru dibangun atas, atau paling tidak diwarnai oleh prinsip-prinsip religious(orientasi pada kehidupan dunia dan akhirat). Dalam paradigm ekonomi Islam, para ekonom Muslim tidak menghadapi masalah prbedaan yang berarti. Namun hal itu tejadi manakala mereka diminta unutk menjelaskan bagaimna konsep ekonomi Islam itu. Hingga saat ini pemikiran tersebut dibagi dalam 3 madzab. Madzab Baqir as-Sadr, Mainstream, dan Alternatif-kritis.

Madzab Baqir as-Sadr, ilmu ekonomi tida akan bias sejalan dengan Islam, keduanya tidak bias disatukan karena adana perbedaan filosofi yang saling konradiktif. Madzab Baqir menolak tentang masalah ekonomi yang muncul karena adanya keinginan manusia yang tak terbatas sementara sumber daya untuk memenuhinya terbatas. Krena menurut mereka Islam tidak mengenal adanya sumber daya yang terbatas berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Qamar : 49. Juga pada masalah keinginan manusia yang tidak terbatas, manusia akan berhenti minum apabila dahaganya sudah terpuasakan. Karena itu pula madzab ini berpendapat sebenarnya keinginan manusia itu terbatas. Menurut mereka, istilah ekonomi Islam itu sendiri adalah salah, menyesatkan dan kontradiktif dan arusdihetikan. Mereka memberikan solusi untuk menggantinya dengan “iqtishad” yang secara harfiah berarti equilibrium atau keseimbangan. Madzab ini berusaha untuk menyusunteori-teori baru dalam ekonomi yang langsung didasari dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Beralih pada teori selanjutnya, Madzab Mainstream, Madzab ini justru setuju bahwa asalah ekonomi muncul karena sumber daya yang terbatas yang dihdapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas. Mereka mendasari hal tersebut dari dalil di Al-Qur’an surat Al-Baqarah : 155 dan At-Takaatsur : 1-5. Dan dari sabda nabi bahwa manusia tidak akan pernah puas bila diberikan emas satu lembah maka ia akan meminta dua lembah. Secara alami konsep atau pandangan madzab ini untuk masalah ekonomi tidak ada bedanya dengan pandangan konvensional. Namun, cara menyelesaikan masalah ekonomi tersebut, madzab ini berbeda. Dalam ekonomi konvensional, dalam masalah sumberdaya yang terbatas dan keinginan yang tak terbatas menuntut manusia untuk melakukan pilihan atas keinginannya, dan harus bisa memprioritaskan keinginannya yang palig penting. Pilihan tersebut dilakukan berdasar selera masing-masing individu, mereka boleh mempertimbangkan tuntutan agama, maupun tidak, atau secara tidak langsung mereka mempertuhankan hawa nafsunya. Beda dengan ekonomi Islam, pilihan tersebut tidak dilakukan karena selera atau kemauan, tapi dipandu oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah. Salah satu tokoh terkenalnya, Umer Chapra berpendapat bahwa usaha untuk mengembangkan ekonomi Islam bukan berarti harus menghapus

Page 3: Mikro ekonomi islam

konsep ekonomi konvensional. Karena bahwasanya mengambil hal-hal baik dan bermanfaat yang dihasilkan dari bangsa dan budaya non-Islam sama sekali tidak diharamkan.Terakhir, madzab Alternatif-Kritis. Madzab yang mengkritik kedua madzab sebelumnya. Madzab Baqir dikritik sebagai madzab yang berusaha menemukan sesuatu yang baru yang mestinya sudah ditemuka orang lain, mengganti teori lama degan teori baru. Sedangkan madzab Mainstream dikritik sebagai jiplakan ekonomi neoklasik dega menghilangkan variable riba dan memasukkan variable zakat serta niat. Mereka yang mengikuti madzab Alternatif-Kritis berpendapat kritik bukan hanya dilakukan terhadap sosialisme dan kapitalisme, tetapi juga terhadap ekonomi Islam itu sendiri. Mereka yakin bahwa Islam pasti benar tapi tidak untuk ekonomi Islam, karena itu hanyalah hasil tafsiran manusia atas Al-Qur’an dan As-Sunnah, sehingga nilai kebenarannya tidak mutlak. Proposisi dan teori yang diajukan oleh ekonomi Islam harus selalu diuji kebenarannya sebagaimana yang dilakukan terhadap ekonomi konvensional. Walaupun pemikran para pakar tentang ekonomi Islam terbagi menjadi tiga madzab, pada dasarnya mereka setuju dengan prinsip-prinsip umum yang mendasari, prinsip-prinsip yang membentuk keseluruhan kerangka ekonomi Islam. Kerangka tersebut didasari atas lima nilai universal teori ekonomiyang kemudian menadi dasar inspirasi untuk menyusun proposisi dan teori ekonomi Islam. Namun tiada guna apabila teori-teori tersebut tidak diterapkan menadi system, al itu menjadika ekonomi Islam hanya sebagai kajian ilmu saja. Karena itu, dari lima nilaiu nivesal tersebut dibangunlah tiga prinsip derivatif yang menadi ciri dan cikal bakal ekonomi Islam. Di atas semua nilai dan prinsip sebelumnya, dibangunlah konsep yang memayungi semuanya, yakni konsep akhlak. Akhlak menempati posisi puncak, karena inilah ynag menjadi tujuan Islam dan dakwah para nabi yakni unuk menyempurnakan akhlak manusia. Akhlak inilah yang menjadi panduan para pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan aktivitasnya.

Adapun nilai–nilai yang menjadi dasar membangun teori ekonomi Islam. Yang pertama adalah Tauhid atau keesahan Tuhan merupakan fondasi ajaran Islam. Dengan tauhid, manusia menyadari bahwasanya ada batasan pada dirinya, bahwasanya hanya Allah-lah yang memiliki segalanya, termasuk manusia itu sendiri sebagai makhluk ciptaan-Nya. Allah adalah pemilik hakiki, manusia hanyalah diberi amanah untuk “memiliki” dalam sementara waktu saja. Tujuan diciptakannya manusia hanya untuk beribadah kepadaNya, karena itu segala aktivitas manusia dalam hubungannya dengan alam(sumber daya) dan manusia(muamalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah. Karena kepadaNya kita akan mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita, termasuk aktivitas ekonomi dan bisnis. Nilai yang kedua adalah ‘Adl atau keadilan. Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan adil adalah salah satu sifatNya, Dia tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap makhlukNya. Karenanya manusia sebagai khalifah di muka bumi, sudah mnjadi kewajiban bagi manusia untuk memelihara hokum Allah di bumi. Dalam Islam adil diartikan sebagai “tidak mendzalimi dan tidak didzalimi”. Dari nilai ini manusia diajarkan untuk tidak boleh mengejar keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang lain. Nilai yang ketiga adalah

Page 4: Mikro ekonomi islam

Nubuwwah atau kenabian. Allah mengutus para nabi dan rasulNya untuk menyampaikan petunjukNya kepada manusia tentang bagaimana hidup yang baik dan benar di dunia. Fungsi rasul adalah untuk menjadi model terbaik yang harus diteladani manusia untuk selamat di dunia dan akhirat. Untuk umat Muslim, Allah telah menciptakan model terbaik, yaitu nabi Muhammad Saw. Untuk diteladani sampai akhir zaman. Sifat-sifat utama sang model yang harus diteladani oleh manusia pada umumnya dan pelaku ekonomi dan bisnis pada khususnya, adalah siddiq, amanah, fathanah, tabligh. Bila ekonom Muslim akan menyusun teori dan proposisinya, maka hal yang harus menjadi pegangan adalah bahwa semua yang dating dari Allah dan RasulNya pasti benar. Berlanjut pada nilai keempat, Khilafah atau pemerintahan. Allah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah yang berarti menjadi pemimpin dan pemakmur di bumi. Fungi utama nilai ini adalah untuk menjaga keteraturan interaksi(muamalah) anatar kelompok termasuk dalam bidangekonomi agar kekacauan dan keributan dapat dihilangkan. Dalam Islam pemerintah memainkan peranan yang kecil tetapi sangat penting dalam perekonomian. Yaitu untuk menjamin perekonomian agar berjalan sesuai dengan syariah, dan untuk memastikan supaya tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak manusia yang keseluruhannyadalam kerangka mencapai maqashid al-syari’ah(tujuan syariah). Hal yang dapat dicapai dengan melindungi keimanan, jiwa, akal, kehormatan, dan kekayaan manusia. Kemudian nilai yang terakhir, Ma’ad atau hasil. Secara harfiah berarti kembali, karena pada akkanya kita semua akan kembali kepada Allah. Pandangan dunia yang khas dari seorang Muslim adalah”dunia hanyalah ladang akhirat”. Karena itu Allah melarag kita untuk terikat pada dunia, sebab jika dibandingkan dengan kesenangan di akhirat, kesenangan dunia tidaklah seberapa. Ma’ad dapat diartika juga sebagai imbalan, implikasi nilai ini dalam kehidupan ekonomi dan bisnis misalnya, diformulasikan oleh Imam Al-Ghazali yang menyatakan bahwa para pelaku bisnis adalah untuk mendapatkan laba. Laba dunia dan akhirat, karena itukonsep profit mendapat legitimasi dalam Islam.

Kelima nilai yang telah diuraikan dapat menjadi dasar inspirasi untuk menyusun teori dan proposisi ekonomi Islam. Disamping kelima nilai tersebut, terdapat tiga prinsip derivatif yang menjadi ciri-ciri sistem ekonomi Islam. Prinsip pertama adalah Multitype Ownership atau kepemilikan multijenis yang berdasar dari nilai tauhid dan adil. Dala siste kapitalis, prinsip umum yang berlaku adalah kepemilikan swasta, dalam sistem sosialis kepemilikan negara, sedangkan dalam Islam belaku prinsip multijenis yang mengakui bentuk kepemilikan swasta dan negara atau campuran. Prinsip kedua yakni Freedom to act atau kebebasan bertindak adalah prinsip yang berdasar pada nilai nubuwwah. Keempat nilai nubuwwah bila digabungkan dengan nilai keadilan dan khalifah akan melahirkan prinsip freedom to act pada tiap Muslim, khususnya pelaku bisnis dan ekonomi. Freedom to act bagi tiap individu akan menciptakan mekanisme pasar dalam perekonomian, karena mekanisme pasar adalah sebuah keharusan dalam Islam dengan syarat tidak adanya distorsi(pendzaliman). Distorsi tersebut dapat dikurangi dengan penghayatan nilai keadilan. Penegakan nilai keadilan dapat

Page 5: Mikro ekonomi islam

dilakukan dengan melarang semua mafsadah, riba, gharar, tadlis, maysir. Negara minimal bisa meminimalkan market distorsion ini, dengan demikian Negara atau pemerintah bertindak sebagai wasit yang megawasi ineraksi para pelaku ekonomi dan bisnis supaya tidak ada pihak yang didzalimi atau terdzalimi dan akhirya akan tercipta iklim ekonomi dan bisnis yang sehat. Kemudian prinsip yang terakhir adalah Social justice atau keadilan sosial yang berasal dari gabungan nilai khilafah dan ma’ad. Dalam Islam,pemerinta bertanggung jawab menamin pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya dan mampu menciptakan keseimbangan social antara yang kaya dan yang miskin. Semua sistem ekonomi brtujuan untuk menciptakan system perekonomian yang adil. Sistem yang baik adalah system yang dengan egas dan konsisten menjalankan keadilan. Dalam Islam, keadilan diartikan dengan suka sama suka dan satu pihak tidak mendzalimi pihak yang lain. Islam menganut system ekonomi pasar, namun tidak semuanya diserahkan pada mekanisme harga. Karena segala distorsi tidak semuanya dapat diselesaikan, maka Islam memolehkan adanya inervensi, bak berupa intervensi harga maupun pasar. Selain itu Islam juga melengkapi perangkat berupa instrumen kebijakan yang difungsikan untuk mengatasi segala distorsi yang muncul.

Bab 3

Asumsi Rasional adalah anggapan bahwa manusia berperilaku secara rasional(masuk akal), dan tidak akan secara sengaja membuat keputusan yan menjadikan mereka lebih buruk. Apakah makna perilaku rasional? Perilaku rasional punya dua makna, yaitu sebagai metode dan hasil. Dalam makna metode, perilaku rasional adalah tindakan yang dipilih berdasarkan pikiran yang beralasn, bukan berdasar kebiasaan, prasangka atau emosi. Sedangkan dalam makna hasil, perilaku rasional adalah tindakan yang benar-benar dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai. Terdapat dua jenis rasionalitas, rasionalitas kepentingan pribadi adalah saat dimana individu-individu dalam rangka untuk mencapai sesuatu yang menjadikan mereka lebih baik, pada saat yang sama menjadikan orang di sekelilingnya menjadi lebih baik pula. Rasional target saat ini adalah teori yang berasumsikan bahwa manusia menyesuaikan preferensinya dengan sejumlah aksioma. Namun perspektif Islam tidaklah langsung menerima teori asumsi rasionalitas tersebut. Pada pendapat kepentingan pribadi, yang mana diartikan kita berasumsi bahwa individu mengejar banyak tujuan, bukan hanya memperbanyak kekayaan secara moneter. Sayangnya, konsep ini terlalu longer sehingga tindaka apapun dari seseorang dapat dijustifikasi sebagai rasional hanya Karena ia mengklaim bahwa tindakannya didorong oleh kepentingan pribadi-nya,

Bab 4

Page 6: Mikro ekonomi islam

Bagaimanakah fungsi utilitas dan konsumsi dalam Islam? Seorang ulama besar, Imam Al-Ghazali telah memberikan sumbangan yang besar dalam pengembangan dan pemikiran dalam dunia Islam. Salah satunya adalah fungsi kesejahteraan social Islam dan pandangannya tentang peran aktivitas ekonomi secara umum. Sesunggunya seorang penulis telah menyatakan bahwa Al-Ghazali telah menemukan sebuah konsep fungsi kesejahteraan social yang sulit diruntuhkan dan sangat dirindukan oleh ekonom-ekonom modern. Dalam meningkatkan kesejahteraan social Imam Al-Ghazali telah mengelompokkan dan mengidentifikasisemua masalah baik yang berupa masalih, maupun mafasid dalam meningkatkan kesejahteraan social. Menurut Al-Ghazali kesejahteraan masyarakat tergantung pada pencarian dan pemeliaraan lima tujuan dasar, yaitu agama, hidup atau jiwa, keluarga atau keturunan, harta atau kekayaan, dan akal. Ia menitik beratkan bahwa mencapai falah adalah tujuan utamanya. Ia mendefinisikan aspek ekonomi dari fungsi kesejahteraan sosialnya dalam kerangka hierarki utilitas individu dan social ang meliputi ketuhanan, kesenangan atau kenyamanan, dan kemewahan. Kunci pemeliharaan dari kelima tujuan dasar ini terletak pada penediaan tingkatan pertama, yaitu kebutuhan pokok, namun demikian Al-Ghazali menyadari bahwa kebutuhan dasar demikian cenderung fleksibel mengikuti waktu dan tempat dan dapat mencangkup bahkan kebutuhan sosiopsikologis. Walaupun keselamatan merupakan tujuan akhir, Al-Ghazali tidak ingin karena mengutamakan hal itu, manusia mengabaikan kewajiban-kewajiban duniawinya. Bahkan pencarian kegiatan ekonomi adalah suatu keharusan bila ingin mencapai keselamatan, karena aktivitas ekonomi adalah suatu ibadah. Al-Ghazali juga tidak hanya menyadari keinginan manusia yang ingin mengumpulkan kekayaan, tetapi juga kebutuhan untuk persiapan di masa depan. Namun ian memperingatka jika semanga ingi lebih ini menjurus pada keserkahan dan pengejaran nafsu pribadi, maka hal itu pantas dikutuk, dalam hal ini Al-Ghazali memandang kekayaan adalah sebagai ujian terbesar.

Dalam ilmu ekonomi, tingkat kepuasan digmbarkan oleh kurva indiferen, dan yang biasa digambarkan adalah tingkat kepuasan antara dua barang atau asayang kedua memag disuka oleh konsumen. Dalam pembangunan teori tingkat kepuasan, digunakan tiga aksioma, yaitu completeness aksioma yang mengatakan tiap individu dapat menentukan keadaan mana yang lebih disukai diantara dua keadaan. Kemudian transitivity, aksioma yang memastikan adanya konsistensi internal dalam diri individu dalam mengambil keputusan. Dan continuity, yaitu keadaan yang menjelaskan konsistensi dari aksioma transitivity bahwa pengambilan keputusan tersebut juga untuk menentukan konsistensi hal lain yang lebih rendah. Seperti dijelaskan sebelumnya, entang teori rasionalitas dalam Islam, bahwasanya tidak semua komoditas punya sifa yang sama, adayan halal dan ada yang haram. Islam melarang mengalalkan apa yang sudah ditetapkan sebagai haram dan demikian sebaliknya. Rasululah Saw., bersabda “Orang beriman yang lebih kuat lebih bak dan lebih dicintai daripada orang beriman yang lemah”. Jadi dalam konsep Islam pun diakui bahwa yang lebih banyak(yang halal) lebih baik. Pembagian jenis barang dan jasa sangat penting dalam Islam, oleh karena

Page 7: Mikro ekonomi islam

itu sangat penting bagi kita untuk menggambarkan hal ini dalam tingkat kepuasan. Tingkat kepuasan untuk dua barang yang salah satunya tidak disukai digambarka dengan tingkat kepuasan yan terbalik seakan diletakan cermin. Semakin sedikit barang yang tidak disukai aka memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Segala keinginan pasti ada konstrain yang membatasinya, tentu batasan ini akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan usaha yang dikeluarkan untuk mendapatkan konstrain yang lebih tinggi. Di Islam Rasulullah pernah menggambarkan hubungan antara cita-cita atau keinginan manusia dan segala ambatan yang mesti dijumpainya. Ia kemudian membuat gambar empat persegi panjang, ditangah-tengahnya ditarik satu garis sampai keluar, dan kemudian beliau meggambar garis pendek-pendek di sebelah garis yang di tengah-tengah seraya bersabda, “ Ini adalah manusa dan empat persegi panjang yang megelilingi adalah ajal. Garis yang di luar adalah cita-cita, serta garis yang pendek adalah hambatannya. Apabila ia dapat meghadapi hambata yang satu maka ia akan menghadapi hambatan yang lain. Dan apabila ia dapat menghadapinya maka ia akan menghadapi hambatan yang satu lagi”. Untuk tetap semangat dalam mengadapi hambatan tadi, maka ia meengembalikan sepenuhnya kepada Allah Swt., ia percaya bahwa tiada sesuatu sesuatu yang terjadi di alam ini taka lain atas kehendak Allah.

Bab 5

Pada bab sebelumnya ita telah mempelajari teori konsumsi bagaimana memaksimalkan tingkat kepuasan dengan batasan garis anggaran untuk mencapai tingkat optimal. Kita mengetahui bahwa pilihan yang optimal dipengaruhi oleh pendapatan dan harga dari komoditas yang bersangkutanFaktor harga dari komoditas merupakan variabel dependen yang dapat menentukan berapa umlah komoditas yang bersangkutan diminta oleh konsumen. Bila kurva harga-konsumsi kita turunkan maka kita dapat merumuskan kurva permintaan. Dalam konsep Islam yanharam telah jelas, begitu pula yang halal. Secara logika ekonomi kita telah menjelaskan bahwa bila kita dhadapkan pada dua pilihan, barang halal dan haram maka solusi optimalnya adalah mengalokasikan seluruh pendapatan kita untuk mengonsumsi arang halal. Karena hal itu akan meningatkan kepuasan. Beralih pada bahasan lain. Apalah artinya tabungan bila tidak dinvestasikan, ia hanya akan menjadi seonggok harta yang tidak berguna, juga Islam tidak memperbolehkan adaya penimbunan harta yang sia-sia. Karena larangan penimbunan harta ini untuk meningkatkan kesejahteraan manusia itu sendiri.

Bab 6

Page 8: Mikro ekonomi islam

Dalam bahasan kali ini, penulis membahas bagaimana perilaku perusahaan. Dalam literature konvensional, teori produksi ditujukan untuk memberikan pemahaman tentang perilaku perusahaan dalam membeli dan menggunakan masukan(input) untuk produksi dan menjual produk(output). Seperti teori konsumsi, teori produksi juga memberkan penjelasan tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan keuntunganya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya. Memaksimalkan keuntungan atau efisiensi produksi tidal akan terlepas dari dua hal, yaitu struktur biaya produksi dan pendapaa ang didapat. Sehingga untuk memberikan pemahaman yang lebih dan dapat juga untuk mebedakan konsep syariah dan implikasinya dalam teori produksi. Maka aka dijelaskan pula dampak pemberlakuan system bunga atau revenue sharing terhadap stuktur biaya atau pendapatan.Namn kenyataannya sering seorang produsen beroperasi dari berbagai macam sumber modal. Ada yang berasal dari qard(pinjaa tanpa kompensasi), syirkah(sebaia menggunaa odaldari piha lain) , ada yang berasal dari pinjaman bank yang berbasis bunga dan lain-lain. Ekonom islam yang cukup kawatir dengan teori produksi adalah Imam Al-Ghazali. Beliau telah mengurakan factor produksi dan fungsi produksi dalam kehidupan manusia. Dala uraiannya beliau sering meggunakan kata kashab dan islah yang berarti usaha fisik yang dikerahkan manusia dan yang kedua adalah upaya manusia untuk megelola dan mengubah sumberdaya yang tersedia agar menjadi atau memiliki manfaat yang lebih tinggi. Al-Ghazali memberikan perhatian yang cukup besar ketika menggambarkan beracam ragam aktivitas produksi dalam masyarakat, termasuk hierarki dan hakikatnya. Ia mengklarifikasi aktivitas produksi menurut kepentingan social dan menitikbertakan perlunya kerja sama dan koordinasi karena focus utamanya adalah tentang jenis aktivitas yang sesuai dengan dasar-dasar etos kerja Islam. Al-Ghazali mengaggap pencaharian ekonomi adalah sebagai bagian dari ibadah individu. Produksi barang-barang kebutuhan dasar secara khusus dipandang sebagai kewajian social. Jika sekelompok orang sudah berkecimpung dalam memproduksi barang-barang tersebut dalam jumlah yang sudah mencukupi kebutuhan masyarakat, maka kewajiban seluruh masyarakat terpenuhi. Namn, jika tidak ada seorang pun yang melibatkan diri dalam kegiatan tersebut, atau jumlah yang diproduksi tidak mencukupi, maka semua orang aka dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Pada pokoknya, Negara harus bertanggung jawab dalam menjamin bahwa barangbarang kebutuhan pokok yang diproduksi dalam jumlah yang cukup. Karena ketidakseimbangan yang menyangkut barang-barang kebutuhan pokok cenderung menciptakan kondisi kerusakan dalam masyarakat.

Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan peradaban manusia dan bumi. Karena produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dan alam. Maka dari itu Allah menetapkan manusia sebagai khalifah. Bumi adalah lapangan dan medan, sedangkan manusia adalah pengelola segala apa yang terhampar di muka bumi untuk dimaksimalkan kegunaan dan manfaatnya. Apa yang diungkapkan para ekonom tidak akan keluar dari unsur kerja atau upaya manusia. Sistem dan aturan tak lain hanyalah sebagai perencanaan dan arahan sedangkan modal dalam bentuk alat dan prasarana diartikan sebagai hasil kerja yang

Page 9: Mikro ekonomi islam

dsimpan. Denga demikian factor yang dominan dalam produksi adalah kualitas dan kuantitas manusia, system atau prasarana yang kemudian kita sebut sebagai teknologi dan modal. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah adalah mengelola sumber daya yang telah disediakan oleh Allah secara efisien dan optimal agar kesejahteraan dan keadilan dapat ditegakkan. Adalah berbuat kerusakan sesuatu yang harus dihindari oleh manusia. Nilai universal lain dalam ekonomi Islam tentang produksi adalah adanya perintah untuk mencari sumber-sumber yang halal dan baik bagi produksi dan memproduksi serta memanfaatkan output produksi pada jalan kebaikan tanpa mendzalimi pihak manapun. Dengan demikian, penentuan input dan output dari produksi haruslah sesuai hokum Islam dan mengarahkannya pada kemaslahatan.

Bab 7

Seperti halnya pada permintaan dalam Islam yang diturunkan dar fungsi konsumsi, maka teori penawaran hakikatnya adalah derivasi dari perilaku individu-individu perusahaan dalam analisis biayanya. Telah dijelaskan bahwa tidak ada perusahaan yang bersedia berproduksi ketika tingkat harga yang berlaku lebih kecil dari biaya variabel rata-rata. Jadi, tiap perusahaan akan berproduksi jika harga yang berlaku lebih tinggi dari biaya variabel rata-rata. Pada dasarnya terdapat garis harga yang tak terbatas jumlahnya di atas titik perpotongan antara kurva biaya marginal dengan kurva biaya variabel rata-rata, dari sinilah dapta ditemukan berapa kuantitas yang dapat ditawarkan pada tiap tingkatan harga. Pada salah satu bahasannya menjelaskan tentang pengenaan zakat perniagaan memberikan pengaruh yang berbeda dibandingkan pengenaan pajak penjualan. Dalam konsep Islam, zakat perniagaan dikenakan bila terpenuhi dua hal, nisab(batas minimal harta yang menjadi obyek zakat, yaitu setara 96gram emas) dan haul(batas minimal waktu harta tersebut dimiliki, yakni satu tahun). Jika nisab dan haul terpenuhi, maka wajiblah mengeluarkan zakat sebsar 2,5 %. Objek zakat perniagaan adalah barang yang diperjual belikan. Dalam ilmu ekonomi, ini berarti yang menjadi obyek zakat adalah pendapatan minus beban. Para ulama memiliki dua pendapat, pendapat pertama biaya tetap boleh diperhitungkan, yang kedua hanya biaya variabel saja yang boleh diperhitungkan. Dalam ilmu ekonomi pendapat pertama berarti yang menjadi obyek zakat adalah sewa, sedangkan yang kedua yang menjadi obyek zakat adalah surplus produser. Pendapat manapun yang digunakan atas obyek zakat ini sama sekali tidak akan memberikan pengaruh pada biaya total rata-rata, yang berarti tidak ada pengaruh terhadap profit yang dihasilkan. Pengenaan zakat perniagaan juga tidak memberikan pengaruh pada biaya marginal, yang berarti tidak memberikan pengaruh terhadap kurva penawaran.

Page 10: Mikro ekonomi islam

Bab 8

Selanjutnya pembahasan tentang mekanisme pasar Islam, catatan paling awal yang dapat ditemukan mengenai penambahan dan pengurangan produksi akibat perubahan harga adalah oleh Abu Yusuf. Namun, daripada berusaha untuk membuat penjelasan mengenai permintaan dan penawaran dan akibatnya terhadap tingkat harga. Abu Yusuf mengatakan, “ Tidak ada batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan. Hal tersebut ada yang mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa diketahui. Murah bukan karena melimpahnya makanan, demikian juga mahal tidak disebabkan oleh kelangkaan makanan. Murah dan mahal merupakan ketentuan Allah. Tekadag makanan berlimpah tetapi tetap mahal, dan terkadang makanan sangat sedikit tetapi murah.” Dari kutipan ini nampak jelas bahwa Abu Yusuf membantah kesan umum dari hubungan negative antara penawaran dan tingkat harga. Adalah dalam kenyataannya benar bahwa tingkat harga tidak hanya bergantung pada penawaran semata, dimana permintaan juga adalah hal yang sangat penting. Oleh karena itu kenaikan dan penurunan tingkat harga tidak harus selalu berhubungan dengan kenaikan dan penurunan produksi saja. Bersikeras dengan hal itu, Abu Yusuf mengatakan bahwa ada beberapa alas an lainnya, tetapi ia tidak menyatakan secara jelas, apakah karena alasan yang lain tersebut? Apakah yang ada di pikiran Abu Yusuf? Harus diselidiki lebih lanjut apakah Abu Yusuf ataukah ilmuwan lain ang dalam angkatannya pernah membahas permasalahan ini. Ternyata Ibnu Taimiyah melakukan pembahasan mengenai permasalahan tersebut secara menyeluruh dan meaukan analisis terhadap al tersebut dari sudut pandang ekonomi, menjelaskan kekuatan yang menentukan tingkat harga, sejarah pemikiran yang baru matang pada abad XVIII. Mengenai masalah pengaturan tingkat harga juga dibahas secara rinci oleh Ibnu Taimiyah. Cukup bermanfaat bahwasanya panangan Ibnu Taimiyah tentang pengaturan tingkat harga adalah lebih menyeluruh dibandingkan yang lain. Ibnu Taimiyah mendukung penetapan harga dalam kasus dimana komoditas kebutuhan pokok yang harganya telah naik akibat dimanipulasi. Kemudian Ibnu Taimiyah menyarankan adanya suatu penyediaan industri-industri tertentu oleh pemerintah atau Negara serta memperbaiki tingkat pengupahan jika hal tersebut tidak terjadi secara memuaskan oleh kekuatan pasar. Alasannya adalah karena Ibnu Taimiyah seperti juga Al-Ghazali menganggap industri-industri dan jasa-jasa yang berbeda adalah kewajiban kolektif bagi semua Muslim, dengan implikasi jika ketersediaan industri-industri dan jasa-jasa tesebut tidak mencukupi, maka adalah kewajiban bagi Negara untuk mengurusnya. Menggambarkan bahwa industri dan perdagangan adalah kewajiban bersama religious, Al-Ghazali menyatakan, ”Apabila industri-industri dan perdagangan-perdagangan ditinggalkan, perekonomian akan runtuh dan manusia akan lenyap.”

Page 11: Mikro ekonomi islam

Ibnu Taimiyah adalah seorang pelopor dalam penjelasannya tentang penentuan harga dalam hubungannya dengan penawaran dan permintaan. Ia juga melakukan pembahasan mengenai pengaturan tingkat harga oleh pemerintah serta juga memberi perhatian pada monopoli, oligopoly, dan monopsoni. Sebagai tambahannya Ibnu Taimiyah juga membahas konsep-konsep keuntungan yang adil, upah yang adil, dan kompensasi yang adil. Masyarakat pada masa Ibnu Taimiyahberanggapan bahwa peningkatan harga merupakan akibat dari ketidakadilan dan tindakan melanggar hokum dari pihak penjual atau mungkin karena manipulasi pasar. Dengan tegas Ibnu Taimiyah membantah, dan menegaskan bahwa harga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Ia mengatakan naik turunnya harga tidak selalu disebabkan tindakan tidak adil dari sebagian orang yang terliat transaksi. Bisa jadi penyebabnya adalah penawaran yang menurun akibat inefisiensi produk, penurunan jumlah impor barang yang diminta ataupun tekanan pasar. Karena itu jika permintaan barang meningkat, penawaran menurun, maka harga barang tersebut akan naik, begitu pula sebalikya. Menurut Ibnu Taimiyah, penawaran bisa datang dari produk domestik dan impor. Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai peningkatan atau penurunan dalam jumlah barang yang ditawarkan, sedangkan permintaan sangat ditentukan oleh selera dan pendapatan. Besar kecilnya kenaikan harga bergantung pada besarnya permintaan dan penawaran. Bila transaksi sudah sesuai, kenaikan harga yang terjadi merupakan kehendak Allah. Dibedakan pula dua factor penyebab pergeseran kurva penawaran dan permintaan, yaitu tekanan pasar yang otomatis dan perbuatan melanggar hukum dari penjual, misalnya penimbunan. Adapun factor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran antara lain adalah intensitas dan besarnya permintaan, kelangkaa atau melimpahnya barang, kondisi kepercayaan, serta diskonto dari pembayaran tunai. Permintaan terhadap barang acapkali berubah. Perubahan yang bergantung pada jumlah penawaran, jumlah orang yang menginginkannya, kuat-lemahnya dan besar kecilnya kebutuhan terhadap barang tersebut. Pada tempat yang lain, Ibnu Taimiyah mengemukakan relevansi antara kredit terhadap penjualan. Karena itu kita dapat berkesimpulan bahwa transaksi kredit merupakan hal yang wajar pada saat itu. Ketika menetapkan harga, para penjual harus memperhatikan ketidakpasian pembayaran pada masa mendatang. Ia juga menengarai kemungkina penjual menawarkan diskon untuk transaksi tunai, dengan demikian Ibnu Taimiyah bukan saja menyadari kekuatan penawaran dan permintaan melainkan juga menyadari insentif, disintensif, ketidakpastian, dan risiko yang terlibat dalam transaksi pasar. Ibnu Taimiyah mendukung kebebasan untuk keluar-masuk pasar. Ia misalnya mengatakan bahwa memaksa orang agar menjual berbagai benda yang tidak diharuskan untuk menjualnya atau melarang mereka untukmenjual barang-barang yang diperbolehkan untuk dijual, merupaka hal yang tidak adil dan melangar hukum. Ibnu Taimiyah juga mengkritik adanya kolusi antara pembeli dan penjual. Ia menyokong homogenitas dan standarisasi produk dan melarang pemalsuan produk serta penipuan pengemasan produk untuk dijual. Ibnu Taimiyah menentang peraturan yang berlebihan ketika kekuatan pasar secara bebas bekerja untuk menentukan harga yang kompetitif. Dengan tetapmemperhatikan pasar yang tidak sempurna, ia merekomendasikan bahwa apabila penjual melakukan penimbunan dan menjual harga yang

Page 12: Mikro ekonomi islam

lebih tinggi dibanding harga normal, padahal orang-orang membutuhkan barang tersebut maka para penjual akan dipaksa untuk menjual sesuai harga ekuivalen, yang disebut juga sebagai pengaturan harga yang adil. Dan apabila terdapat elemen monopoli, pemerinta arus turun tangan melarang monopoli tersebut.

Dalam konsep ekonomi Islam penentuan harga dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pasar, yaitu permintaan dan penawaran. Pertemuan keduanyaharus terjadi karena rela sama rela tanpa ada pihak yang merasa terpaksa. Dalam konsep Islam, monopoli, duopoli, oligopoly dalam artian hanya ada satu penjual, dua penjual, da banya penjual tidak dilarang keberadaannya, selama mereka menambil keuntungan di atas keuntungan normal. Produsen yang beroperasi dengan positif profit akan mengundang produsen lain untuk masuk ke dalam bisnis tersebut. Sehingga kurva supply bergeser ke kanan, jumlah output yang ditawarkan bertambah dan harga akan turun. Produsen baru akan tetap masuk pasar hingga profit untuk produsen yang ada menjadi nol. Pada keadaan ini produsen yang ada punya insentif untuk keluar pasar, sebaliknya, produsen yang baru tidak punya insentif untuk masuk pasar. Islam mengatur agar persaingan di pasar dilaka secara adil. Tiap bentuk yang menimbulkan ketidakadilan dilarang. Adapun jenisnya seperti, talaqqi rukban dilarang karena pedangang yang pedagang yang menyongsong di pinggir kota akan mendapat keuntungan dari ketidaktahuan penjual dari kampong. Mencegah pedagang desa ke kota akan menimbulkan pasar yang tidak kompetitif. Mengurangi timbangan, dilarang karena barang dijual denga harga yang sama untuk jumlah yang lebih sedikit. Menembunyikan barang cacat dilarang, karena penjual mendapat harga yang baik untuk kualitas yang buruk. Menukar kurma yang kering dengan kurma yang basah dilaang, karena takaran kurma basah ketika kering bisa jadi tidak sama dengan kurma kering yang ditukar. Transaksi Najasy dilarang karena sipenjual menyuruh orang lain untuk memuji barangnya atau menawar dengan harga tinggi agar pembeli lain tertarik. Ikhtikar dilarang, karena mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi. Dan ghaban faa-hisy dilarang yaitu menjual di atas harga pasar.

Dalam konsep ekonomi Islam cara pengendalian harga ditentukan oleh penyebabnya. Bila penyeabnya adalah perubahan pada permintaan dan penawaran maka mekanisme pengendalian dilaukan melalui intervensi pasar. Sedangkan bila penyebabnya adalah distorsi pasar terhadap permintaan dan penawaran maka pengendalian dilaukan melalui intervensi pada harga untuk mengembalikan hargapada keadaan semula. Intervensi pasar inipun perna dilakukan pada zaman Rasulullah dan Khulafa Rasyidin. Saat itu harga gandum di Madinah naik, maka saat itu pemerintah melakukan impor gndum dari Mesir. Dalam ekonomi Islam tidak dikenal sikap mendua, siapapun boleh berbisnis, namun ia tidak boleh melakukan ikhtikar, istilah ekonominya monopolistic rent. Inilah indahnya Islam, monopoli boleh tapi monopolistic rent tidak boleh. Bersumber dari sabda Rasul, “Tidaklah orang melakukan

Page 13: Mikro ekonomi islam

ikhtikar itu kecuali ia berdosa.” Jelaslah Islam menghargai hak penjual dan pembeli untuk menetapkan harga sekaligus untuk melindungi keduanya.

Bab 9

Struktur pasar dibedakan berdasarkan banyaknya penjual dan pembeli. Secara mudahnya pasar yang terdri dari banyak penjual dengan barang yang relative homogen disebut pasar persaingan sempurna. Sedangkan pasar yang terdiri dari banyak penjual tapi barangnya berbeda satu sama lain disebut pasar bersaing monopolistic. Dan pasar yang hanya ada satu penjual disebut pasar monopoli, pasar dengan beberapa penjual disebut oligopoli. Dalam penerapannya seringkali timbul pertanyaan seberapa terdiferensiasi barang yang dijual sehingga disebut pasar persainga monopolistik. Apa batasan beberapa penjual dala definisi pasar oligopoli. Apakah pasar yang terdiri dari beberapa penjual, naun hanya satu penjual yang dominan yang menguasai 95% pangsa pasar, dapat dikatakan pasar monopoli atau oligooli? Dala pasar bersaing sempurna, secara teori enjual tiak dapat menentukan harga atau disebut price taker, dimana penjual aka menjual barangnya sesuai harga yang berlaku di pasar. Semakin banyak penjual berarti semakin banyak pilihan pembeli, penjual yang harganya lebih tinggi tentunya akan ditinggalkan, dan al inilah yang mendorong penjual untuk menjadi pricetaker. Sedangkan, semakin homogeny barang yang dijual berarti pembeli semakin tidak memiliki insentif mencari barang di penjual lain. Hal inilah yang mendorong penjual untuk menjual barangnya sama dengan harga yang berlaku di pasar, tidak ada alasan pembeli untuk membayar lebih untuk barang yang sama. Dan apabila semain banyak kelebihan kapasitas produksi berarti setiap kenaikan permintaan dapat dipenuhi tanpa membuat harga-harga naik. Inilah yang meahan penjual untuk tidak menaikkan harganya meskipun ada kenakan permintaan. Karena bila ia menaikkan harganya pembeli akan membelinya dari penjuallain yang sama-sama memiliki kelebihan kapasitas. Pasar bersaing monopolistik, terdiferensiasi produk yang dijual memberikan peluang bagi penjual untuk menjual barangnya dengan harga yang berbeda dengan barang lain yang ada di pasar. Monopoli, yang berarti pasar yang hanya ada satu penjual. Dalam Islam keberadaan satu penjual dipasar atau tidak adanya pesaing bukanlah suatu hal yang dilarang. Siapapun boleh berdagang tanpa peduli apakah ia satunya-satunya panjual atau adapenjual lain. Jadi dalam artian harfiah, monopoli itu boleh-boleh saja. Namun apa yang tidak boleh itu ikhtikar. Ikhtikar adalah mengambil keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi. Abu Hurairah r.a meriwayatkan hadis Rasulullah sebagai berikut, “Barangsiapa yang melakukan ikhtikar untuk merusak harga pasar sehingga harga naik secara tajam, maka ia berdosa.” Di zaman Rasulullah Saw., salah satu cara melakukan ikhtikar adalah dengan cara menimbun agar harga naik akibat kelangkaan terebut. Spesifiknya, madzab Syafi’I dan Hanbali mendefinisikan ikhtikar sebagai, “Menimbun barang yag telah dibeli pada saat harga bergejolak tinggi untuk menjualnya

Page 14: Mikro ekonomi islam

dengan harga yang lebih tinggi pada saat dibutuhkan oleh penduduk setempat atau lainnya.” Berbeda dengan oligopoly, dalam pasar oligopoly terdapat beberapa penjual, dapat dikatakan oligopoly adalah pertengahan dari monopoli dan persaingan monopolistic. Dalam monopoli, penjual dapat menentukan harga tanpa harus khawatir reaksi penjual lain. Dalam pasar persaingan monopolistic, penjual hanya dapatmenentukan harga pada kisaran tertentu karena bila ia menjual di luar kisaran tersebut, penjual lain yang menjual barang yang mirip akan merebut pelanggannya. Dalam pasar oligopoly dimana ada sedikit penjual yang menjual barang yang sama, maka aksi penjual harus memperhatikan reaksi penjual lain. Ada dua reaksi yang dapat diambil, yaitu dengan menentukan berapa kuantitas yang akan diproduksinya dan reaksi dengan menentukan berapa harga yang akan ditawarkan.

Bab 10

Ketika membahas masalah mekanisme pasar pada bab sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa dalam konsep Islam, penentuan harga dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pasar, yaiu kekuatan permintaan dan penawaran. Pertemuan antara keduanyaharus terjadi karena rela sama rela, tanpa ada pihak yang merasa terpaksa atau tertipu atas suatu transaksi. Degan demikian, Islam menjamin pasar bebas dimana para pembeli dan para penjual bersaing satu sama lain dengan arus informasi yang berjalan lancer dalam kerangka keadilan, yakni tidak ada(baik individu atau kelompok, baik produsen atau konsumen, bahkan pemerintah) yang dzalim atau didzalimi. Hal di atas tentunya merupakan situasi ideal. Namun pada kenyaaannya, situasi ideal tersebut tidak selalu tercapai, karena sering kali terjadi gangguan atau interupsi pada mekanisme pasar yang ideal ini. Gangguan ini kita sebut sebagai distorsi pasar. Pada garis besarnya, ekonomi Islam mengidentifikasi tiga bentuk distorsi pasar, yakni rekayasa penawaran dan permintaan, tadlis(penipuan), dan taghrir(kerancuan, uncertainty). Secara umum segala kondisi atau praktik transaksi di pasar baik barang maupun jasa yang akan berdampak pada tidak tercapainnya mekanisme pasar secara efisien dan optimal maka dapat dipastikan ada distorsi yang ikut berperan dalam pembentukan harga tersebut. Dalam bagian ini dijelaskan bahwa distorsi dalam bentuk rekayasa pasar dapat berasal dari dua sudut, yakni permintaan dan penawaran. Yang pertama Bai’ Najasy, sebelumnya telah disinggung, bahwa transaksi najasy diharamkan karena si penjual menyuruh orang lain untuk memuji barangnya atau menawar barangnya pada harga yang tinggi agar orang lain tertarik pula untuk membelinya. Si penawar sendiri tidak bermaksud untul benar-benar membeli barang tersebut. Ia hanya ingin menipu orang lain yang benar-benar ingin membeli. Sebelumnya orang ini telah mengadakan kesepakatan dengan penjual untuk membeli dengan harga tinggi agar ada pembeli yang sesungguhnya dengan harga tinggi pula dengan maksud untuk ditipu. Akibat dari permintaan palsu tersebut tingkat permintaan yang tercipta tidak dihasilkan secara alamiah. Kemudian ikhtikar, bersumber dari Said bin al-Musayyab dari Ma’mar bin Abdullah

Page 15: Mikro ekonomi islam

al-Adawi bahwa Rasulullah Saw., bersabda, “Tidaklah orang yang melakukan ikhtikar itu kecuali ia berdosa.” Ikhtikar sering kali diterjemahkan sebagai monopoli dan atau penimbunan. Padahal sebenarnya ikhtikar tidak identik dengan monopoli dan atau penimbunan. Dalam Islam siapapun boleh berbisnis, siapapun. Menyimpan stok barang untuk keperluan persediaan pun tidak dilarang. Yang dilarang adalah ikhtikar, yaitu mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi, atau istilah ekonominya monopoly’s rent-seeking. Jadi dalam Islam monopoli itu boleh tapi monopoli’s rent-seeking tidak. Dilanjutkan lagi tentang pembahasan distorsi pada sisi penawaran, tindakan yang dilakukan oleh pedagang kota membeli barang petani yang masih di luar kota, untuk mendapatkan harga yang lebih murah dari harga pasar yang sesungguhnya. Rasulullah melarang transaksi ini yang dalam fiqih disebut tallaqi rukban. Transaksi ini dilarang karena mengandung rekayasa penawaran dengan mencegah masuknya barang ke pasar, dan mencegah penjual dari luar kota untuk mengetahui harga pasar yang berlaku. Inti dari pelanggaran ini adalah tidak adilnya pedagang dari kota yang dengan sengaja tidak menginformasikan harga yang sesungguhnya berlaku di pasar. Mencari barang dengan hrga lebih murah tidaklah dilarang, namun apabila transaksi jual beli antara dua pihak dimana yang satu mempunyai informasi lengkap dan pihak satunya tidak dan kondisi demikian dimanfaatkan untuk mencari keuntungan yang lebih, maka terjadilah pendzaliman antara pedagang kota dengan petani di luar kota tersebut, dan inilah yang dilarang.

Kondisi ideal dalam pasar adalah apabila penjual dan pembeli mempunyai informasi yang sama tentang barang yang akan diperjualbelikan. Apabila salah satu pihak tidak punya informasi seperti yang dimiliki pihak lain, maka salah satu pihak akan merasa dirugikan dan terjadi penipuan, dan itulah tadlis. Kitab suci al-Qur’an dengan tegas melarang semua transaksi bisnis yang megandung unsure penipuan dalam segala bentuk pada pihak lain. Seperti dalm surat al-An’aam : 152, “Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikul beban kepada seseorang melainkan sekadar kesanggupannya.” Karena dengan adanya informasi yang tidak sama antara kedua belah pihak, maka unnsur rela sama rela dilaggar. Dan kemudian distorsi terakhir, taghrir, dalam bahasa Arab berarti gharar, yang berarti bencana, bahaya,resiko, dan ketidakpastian. Dalm fiqh muamalah, taghrir berarti melakukan sesuatu secara membabi buta tanpa pengetahuan yang mencukupi, atau mengambil risiko sendiri dari suatu perbuatan yang mengandung risiko tanpa mengetahui dengan persis apa akibatnya, atau memasuki kancah risiko tanpa memikirkan konsekuensinya. Menurut Ibnu Taimiyah, gharar terjadi bila seseorang tidak tahu apa yang tersimpan bagi dirinya pada akhir suatu kegiatan jual beli. Taghrir maupun tadlis keduanya terjadi karena ketidakadanya informasi. Namun berbed dengan tadlis, dalam taghrir, ketidakadanya informasi tersebut dialami oleh keduabelah pihak(baik pembeli maupun penjual).

Page 16: Mikro ekonomi islam

Bab 11

Akhirnya beranjak pada bab terakhir, hanya sedikit yang akan dijabarkan mengingat sebagian besar terdir dari penjelasan melalui kurva-kurva. Langsung beralih pada efisiensi alokasi, Imam Ali r.a. diriwayatkan pernah mengatakan, “Janganlah kesejahteraan salah seorang di antara kamu meningkat namun pada saat yang sama kesejahteraan orang lain menurun.”Dalam ekonomi konvensional keadaan ini dikenal sebagai efisiensi alokasi barang yaitu alokasi barang dikatakan efisien bila tidak seorang pun dapat meningkatkan utilitynya tanpa mengurangi utility orang lain. Efisiensi hanya menjelaskan bahwa bila semua sumberdaya yang ada habis teralokasi, maka alokasi efisien tercapai. Dalam konsep ekonomi Islam, adil adalah, tidak mendzalimi dan tidak didzalimi. Bisa jadi sama rasa sama rata tidak adil dalam pandangan Islam kaena tidak memberikan insentif bagi orang yang bekerja keras. Berpindah pada bahasan akhir, Jika kia bandingkan ketiga system ekonomi, kapitalis, sosialis, dan Islam baik dengan endowment yangsama mauun berbeda jelas bahwa system ekonomi dapat mencapai equity dan efisiensi secra bersamaan. Hal ini bisa dilihat pada isowelfare dan tingkat produksi dalam ekonomi Islam yang lebih tinggi dibandingkan kdenga kedua system lainnya.

Pencapaian ini terjadi karena, pertama, dalam system kapitalis klasik, adanya initial endowment gap, dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada, petani A yang kaya mendapat marginal satisfaction yang lebih kecil dibandingkan petani B yang miskin. Kedua, dala sistem sosialis klasik, utility possibility frontier dan production possibility frontier berada pada tingkat yang lebih rendah karena masalah inefisiensi, rendahnya produktifitas dan berkurangnya insentif. Dan yang terakhir, dalam sitem Islam, nilai turunnya satisfaction lebih kecil jika dibandingkan naiknya satisfaction.

Buku ini menjelaskan secara terperinci bagaimana konsep ekonomi mikro dalam sisi ekonomi Islam, dengan kurva-kurva yang relative mudah dimengerti dan contoh-contoh simple yang memudahkan pembaca. Di lain sisi, pemberian dalil, baik dari al-Qur’an dan al-Hadist pun sangat jelas. Juga gambar-gambar(selain kurva) yang digunakan sebagai main map atau penggabarak suatu peristiwa sangat memudahkan pembaca. Secara keseluruhan, buku ekonomi mikro Islam ini sangat bagus, tidak bertele-tele dan mengajarkan pembaca

Page 17: Mikro ekonomi islam

tentang pentingnya pengetahuan ini mengingat perkembangan ekonomi Islam di Indonesia yang pesat.

Pada bagian tengah dan akhir terdapat kata-kata asing yang susah untuk dimengerti dan tidak ada artiannya dengan penjelasan yang sangat terbatas, hal ini menjadi sangat menganggu ketika saya(pembaca) tidak dapat memahamikata tersebut. Terdapat banyak sekali kata “Islam” yang I nya ditulis dengan huruf kecil, seharusnya penulisan I dibuat huruf besar.