(meysarah) lap.6 penetapan kadar klorida

Upload: meyy-sarrah

Post on 05-Oct-2015

47 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

cl

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMANALISIS AIR DAN MINERAL

Nama: Mey Sarah Ummul HabibahNIS: 120101017Kelas : XII Kimia AnalisisTanggal Praktikum : 28 Oktober 2014

I. Sub Judul : Analisis Air dan Mineral dengan Uji Klorida (Cl-) metode Argentometri (Mohr).II. Tujuan : Siswa dapat melakukan analisa air dengan Uji Klorida (Cl-) metodeArgentometri (Mohr).III. Prinsip Pengerjaan:Senyawa klorida dalam contoh uji air dapat dititrasi dengan larutan perak nitrat dalam suasana netral atau sedikit basa (pH 7 sampai dengan pH 10), menggunakan larutan indicator kalium kromat. Perak klorida diendapkan secara kuantitatif sebelum terjadinya titik akhir titrasi, yang ditandai dengan mulai terbentuknya endapan perak kromat yang berwarna merah kecoklatan. Reaksi: Ag++Cl- AgCl-K2CrO4 + 2AgCl Ag2CrO4 + 2KCl (larut) IV. Dasar Teori:Ion klorida adalah anion yang dominan di perairan laut. Sekitar dari klorin (Cl2) yang terdapat di bumi berada dalam bentuk larutan, sedangkan sebagian besar fluorin (F2) berada dalam bentuk batuan mineral. Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida (Cl-). Ion klorida adalah salah satu anion anorganik utama yang ditemukan di perairan alami dalam jumlah lebih banyak daripada anion halogen lainnya. Klorida biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan kalsium klorida (CaCl2) (Hefni, 2003).Klorida terdapat di alam dengan konsentrasi yang beragam. Kadar klorida umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar mineral. Kadar klorida yang tinggi, yang diikuti oleh kadar kalsium dan magnesium yang juga tinggi, dapat meningkatkan sifat korosivitas air. Hal ini mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan logam. Kadar klorida > 250 mg/l dapat memberikan rasa asin pada air karena nilai tersebut merupakan batas klorida untuk suplai air, yaitu sebesar 250 mg/l (Rump dan Krist, 1992 dalam Effendi, 2003). Perairan yang diperuntukkan bagi keperulan domestik, termasuk air minum, pertanian, dan industri, sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari 100 mg/liter (Sawyer dan McCarty, 1978). Keberadaan klorida di dalam air menunjukkan bahwa air tersebut telah mengalami pencemaran atau mendapatkan rembesan dari air laut.Klorida tidak bersifat toksik bagi makhluk hidup, bahkan berperan dalam pengaturan tekanan osmotik sel. Klorida tidak memiliki efek fisiologis yang merugikan, tetapi seperti amonia dan nitrat, kenaikan akan terjadi secara tiba-tiba di atas baku mutu sehingga dapat menyebabkan polusi. Toleransi klorida untuk manusia bervariasi berdasarkan iklim, penggunaannya, dan klorida yang hilang melalui respirasi. Klorida dapat menimbulkan gangguan pada jantung/ginjal.Salah satu cara untuk mengetahui kadar asambasa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri (titrasi). Volumetric (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya didasarkan pada pengukuran volumenya. Berdasarkan pada jenis reaksinya, volumetri dibedakan atas:1. Asidi dan alkalimetri: volumetri ini berdasarkan atas reaksi netralisasi asam-basa.2. Oksidimetri: volumetric jenis ini berdasarkan atas reaksi oksidasi-reduksi.3. Argentometri: volumetric jenis ini berdasar atas reaksi kresipilasi (pengendapan dari ion Ag+).Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaaan yang telah dibubuhi indicator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan. Sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Al.Underwood,1992).Berdasarkan pada indicator yang digunakan, Argentometri dapat dibedakann atas: 1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan Bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CrO4 sebagai indicator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasan netral atau dengan sedikit alkalis pH 6,5-9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut kerena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indicator larutan K2CrO4 yang dengan ion perak berlebih menghasilkan endapan yang berwaarna kemerah-merahan. 1. Metode Volhard (penetuan zat warna yang mudah larut)Titrasi ini dilakukan secara langsung, dimana ion halogen lebih dahulu dengan ion perak yang berlebih. Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan KCNS atau NH4CNS. Titrasi ini dapat dinyatakan dengan indicator ion Fe3+ yang dengan ion CNS berlebih akan menghasilkan larutan berwarna merah. Titrasi harus dilakukan dalam suasana asam berlebih.1. Metode Fajans (Indikator Absorpsi)Menurut cara ini, suatu ion halogenida dengan AgNO3 membentuk endapan perak halogenida yang pada titik ekivalen dapat mengabsorsi berbagai zat warna sehingga terjadi perubahan warna. Klorida dapat dititrasi dalam suasana asam atau sedikit basa dengan indicator fluorescein, Bromide, Iodide, dan tiosianat dapat dititrasi dalam suasana lemah dengan indicator cosin.1. Metode LiebigPada metode ini titik akhir titrasinya tidak ditunjukan dengan indicator, akan tetapi ditunjukan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan pada larutan alkali sianida akan terjadi endapan putih tetapi pada pengocokan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut.

IV. Alat dan Bahan:Alat:NoNama alatSpesifikasiJumLah

1Gelas kimiaKaca, 250 mL1

2Gelas Ukur100 mL1

3Pipet TetesKaca1

4ErlenmeyerKaca, 250 mL4

5Pipet ukurKaca, 10 mL1

6Buret50 mL1

7Klem & StatifStanless@1

Bahan:NoNama BahanSpesifikasiJumlah

1Sampel airAir isi ulang, air limbah, air RO, air sumur dan air PDAM@ 100 mL

2AquadesTeknissecukupnya

3AgNO30,028 NSecukupnya

4K2CrO45 %@ Erlenmeyer 1 mL

V. Prosedur Kerja:1. Disiapkan sampel yang akan dianalisa.2. Dimasukkan 50 mL sampel ke dalam erlenmeyer 250 mL. 3. Ditambahkan 0,05 mL K2CrO4.4. Dititrasi dengan AgNO3sampai berwarna merah bata.

VI. Data Pengamatan:

NOSAMPELVolume AgNO3

V1V2

1.Air Isi ulang Sekolah0,8 mL0,8 mL

2.Air Isi ulang Tanjung Laut1,5 mL1,6 mL

3.Blanko0,4 mL

Hasil foto praktikum

Sampel sebanyak 100 mLSaat penambahan larutan K2CrO4Saat penitrasian dengan larutanAgNO3

Titik akhir titrasi menghasilkan warna kemerah merahan

VII. PerhitunganKadar Klorida (Cl-) Ket :A: Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi contoh uji (mL)B: Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi Blanko (mL)N: Normalitas AgNO3 (mgrek/mL)V: Contoh uji (mL)

1) Sampel Air Isi Ulang Sekolah Kadar Klorida (Cl-)= = 0,0039 mg/L

2) Sampel Air Isi Ulang Tanjung Laut

Kadar Klorida (Cl-)= = 0,0114 mg/L

VIII. PembahasanAir merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian, industri, perikanan, dan rekreasi. Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian kualitas air dengan sampel air isi ulang (air minum), air PDAM, air limbah, air RO dan air sumur. Semua sampel yang dianalisa ini diuji dengan menentukan kadar klorida (Cl-) metode Argentometri (mohr).Kadar klorida yang terlalu tinggi pada sampel air minum, air bersih, dan badan air dapat menimbulkan rasa asin pada air tersebut. Semakin banyak kadar klorida di dalam air mengartikan bahwa air tersebut tidak layak atau tidak sehat untuk dikonsumsi. Kadar maksimum unsur klorida yang di perbolehkan pada air minum adalah 250 mg/l, sedangkan pada air bersih adalah 600 mg/l. Unsur klorida dengan konsentrasi yang layak berarti tidak berbahaya bagi makhluk hidup.Pada penentuan kadar klorida pada sampel air ini, kami menggunakan titrasi argentometri metode mohr. Metode mohr ialah titrasi yang digunakan untuk menentukan kadar halida, klorida, bromida, iodida dengan AgNO3 yang menggunakan indikator kalum dikromat dengan prinsip larutan netral atau sedikit basa, kalium kromat dapat menunjukkan titik akhir titrasi klorida dengan perak nitrat. Beberapa metode argentometri yang ada, metode mohr paling banyak digunakan karena bahan yang didapatkan cukup mudah serta pengerjaannya yang sederhana dan tidak membutuhkan banyak pereaksi. Di samping itu, metode mohr juga memiliki banyak kelemahan dari metode lainnya, yakni kemungkinan terjadinya kelebihan titran yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen tercapai yang mengakibatkan titik akhir titrasi menjadi tidak tajam. Sebagai solusi, dapat dilakukan pengadukan sekuat mungkin. Indikator yang ditambahkan harus dengan konsentrasi tertentu. Bila konsentrasi terlalu besar, warna K2Cr2O4manjadi terlalu kuning sehingga mengakibatkan perubahan warna yang membuat titik akhir sulit dilihat. Indikator K2Cr2O4akan bereaksi dengan AgNO3membentuk Ag2Cr2O4yang berwarna merah bata.2Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(aq) (merah bata)Penentuan kadar klorida pada sampel air isi ulang sekolah dan air isi ulang Tanjung Laut ini memperoleh kadar yaitu 0,0039 mg/L dan 0,0114 mg/L. Kadar-kadar ini tentu saja tidak melebihi baku mutu yang telah ditentukan oleh SNI 01-3553-2006 yaitu 250 mg/L kadar klorida untuk air minum, sehingga berdasarkan uji Klorida titrasi argentometri metode mohr kedua sampel dapat dikatakan layak sebagai air minum.

IX. KesimpulanBerdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa :Air yang memiliki kadar klorida yang berlebih akan menimbulkan rasa asin pada air dan juga menandakan bahwa air tersebut telah tercemar sehingga tidak layak untuk digunakan sebagai air konsumsi. Berdasarkan hasil yang diperoleh dengan megikuti baku mutu pada SNI 01-3553-2006, sampel air isi ulang sekolah dan Tanjung Laut dapat disimpulkan aman digunakan sebagai air konsumsi karena kadar klorida yang terkandung di dalamnya masih jauh dari baku mutu yaitu 250 mg/L untuk air minum.

X. Daftar Pustaka

SNI 01-3553-2006 tentang Air minum dalam kemasan.

SNI 06-6989.19-2004 tentang cara uji klorida (Cl-) air dan air limbah dengan metodeArgentometri (mohr)

Krisnandi, Y.K. 2009.Kimia Dalam Air.Bahan ajar. Jakarta: KBI Kimia Anorganik Universitas Indonesia

Harjadi, W. 1993.Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia

Khopkar. 2002.Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press

Rival, Harrizul. 1995.Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press

Bontang , 1 November 2014

INSTRUKTURPRAKTIKAN

(WAHYU JULI HASTUTI, M.Pd) (MEY SARAH UMMUL H.) NIP: 197607102000122005 NIS:120101017