metodologi penelitian tempat dan waktu · 2 duo , hardisk 320 gb, memory gb, vga 2 intel share 1 g,...

24
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian direncanakan di wilayah administratif Kota Malang. Penentuan lokasi percontoh dilakukan berdasarkankerapatan penutupan kanopi pohon perkotaan dan RTH pada masing-masing ekosistem Kota Malang. Kegiatan penelitian ini mulaidilaksanakan dari bulan Oktober 2010 hingga bulanJanuari 2011. Lokasipenelitian tersebut tersaji pada Gambar 3 . Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Diolah)

Upload: vutruc

Post on 12-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian direncanakan di wilayah administratif Kota Malang. Penentuan

lokasi percontoh dilakukan berdasarkankerapatan penutupan kanopi pohon

perkotaan dan RTH pada masing-masing ekosistem Kota Malang. Kegiatan

penelitian ini mulaidilaksanakan dari bulan Oktober 2010 hingga bulanJanuari

2011. Lokasipenelitian tersebut tersaji pada Gambar 3 .

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Diolah)

22

Bahan dan Alat Penelitian

Penelitian ini membutuhkan data dasar berupa citra dan peta spasial

kawasan.Alat yang digunakan adalah seperangkat komputer untuk deliniasi luasan

area sampel penelitian dan pengolahan serta analisis data.Bahan dan Alat yang

digunakan terdiri dari:

1. Landsat TM+7 tahun 2009

2. Peta Administrasi dan Tata Guna Lahan Kota Malang tahun 2009

3. Software ArcView 3.2

4. Extension CITYgreen 5.4, Image Analyst, dan Spatial Analyst

5. Seperangkat Personal Computer (prosesor Intel coretm

Bahan yang dibutuhkan berupa data tentang kondisi kawasan antara lain

2 duo , hardisk 320

Gb, memory 2 Gb, VGA Intel share 1 G, DDR 5, monitor LCD 15,4

inchi).

a) Data Biofisik

a. Peta topografi

b. Tanah (jenis tanah, struktur tanah);

c. Hidrologi (sumber air, kebutuhan air, kapasitas air tanah dan run

off);

d. Iklim (suhu, kelembaban);

e. Kualitas udara

b) Data sosio-ekonomi-budaya

a. Demografi (jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk)

b. Sebaran penduduk dan etnis

c. Aspek legal

c) Data Teknis

a. Rencana Umum Tata Ruang Kota Malang tahun 2008-2028

b. Evaluasi Rencana Umum Tata Ruang Kota Malang tahun 2009

Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif,

meliputi pengambilan dan pengolahan data. Pengambilan data dilakukan melalui

dekstop study dan survei. Analisis data dilakukan secara spasial dengan

menggunakan SIG dan CITYgreen. Ruang lingkup kegiatan penelitian ini

23

meliputi keseluruhan ekosistem pepohonan dan ruang terbuka hijau padalima

wilayah administratifdi kota Malang. Metode penelitian dibagi atas tiga

komponen, yaitu ruang lingkup dan batasan penelitian, pengambilan data, serta

pengolahan data.

Batasan Penelitian

Ruang lingkup kegiatan penelitian ini meliputi keseluruhan wilayah

administratifKota Malang. Pengambilan data dilakukan secara sekunder pada

masing-masing wilayah administratif yang terdiri atas lima kecamatan (Klojen,

Belimbing, Sukun, Lowokwaru dan Kedungkandang). Pengambilan data tersebut

dilakukan melalui identifikasi citra dan vektor Kota Malang, serta pengambilan

foto terkait kebutuhan penelitian.

Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup skala kota (city scale dan

large/macro scale). Sesuai dengan user manual CITYgreen 5.4. Pada skala kota

diasumsikan citra memiliki informasi yang telah tersedia sehingga tidak

diperlukan pemasukan data atribut. Skala tapak memiliki tingkat kompleksitas

yang lebih dibandingkan dengan skala kota, berdasarkan jenis informasi dan

atribut ditail yang dimasukan. Untuk meningkatkan validasi dari data dalam

penelitian ini digunakan metode sampling yang berasal dari data sekunder dan

pengecekan tapak melalui desktop study sebagai verifikasi dan klarifikasi hasil

olahan data secara total kawasan kota. Sampling tersebut dilakukan berdasarkan

perbedaan karakter kerapatan penutupan lahan pada masing-masing ekosistem

kota yang berbeda-bedadi seluruh wilayah administrasi Kota Malang.

Dalam pengolahan data pada skala kota, identitas dan atribut ditail dari

vegetasi (jenis dan jumlah) dianggap sama sebagai klas vegetasi atau tutupan

pohon. Struktur, komposisi dan konfigurasi dari tipe tutupan lahan (kanopi dan

non kanopi) tetap dilakukan dengan beragam asumsi yang berdasarkan pada data

ground truth check (foto dan data sekunder lainya).

Prosedur Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan melalui desktop study atau studi

literatur.Desktop study dilakukan untuk mengumpulkan literatur berupa data

spasial (citra) dan data pendukung lainya.Pelaksanaan pengambilan data

24

penelitian dibatasi pada deliniasi area penutupan lahan oleh vegetasi pada masing-

masing wilayah kecamatan di Kota Malang.Deliniasi dilakukan pada citra satelit.

Dengan mengetahui luasan lahan yang tertutup pepohonan, baik berupa jalur

ataupun area, maka dapat diprediksikan komposisi dari ruang kota. Untuk akurasi

data luasan dan jenis penutupan lahan pada lokasi studi dilakukan dengan

melaksanakan pengecekan per sampel.

Pengecekan per sampelpada penelitian ini dilakukan melalui metode

sampling.Sampling dilakukan berdasarkan keberadaan pepohonan pada masing-

masing ekosistem kotadi wilayah Kota Malang. Keberadaan pepohonan pada

masing-masing ekosistem kota di seluruh wilayah Kota Malang digunakan untuk

memberikan gambaran karakteristik ekosistem kota tersebut. Keberadaan

pepohonan di Kota Malang secara umum berupa jalur hijau jalan. Sampling yang

dilakukan pada jalur hijau pada masing-masing ekosistem kota. Pada tahapan ini,

pengecekan dilakukan dengan mengambil foto pada masing-masing area sampel

dan klarifikasi lokasi melalui Google Earth 2011.

Pengambilan foto dilakukan untuk mengklarifikasi struktur penutupan

oleh kanopi pohon. Melalui pengambilan foto tersebut dapat diidentifikasikan

komposisi penutupan pohon secara vertikal pada masing-masing area sampel.

Pengambilan foto dilakukan melalui pemotretan tipe vegetasi penutup lahan pada

masing masing area studi. Verifikasi lokasi sampel digunakan untuk menduga

posisi tutupan pohon pada masing-masing area. Dokumentasi studi ini diperlukan

sebagai data pembanding dan pelengkap.Deliniasi kanopi pohon dilakukan

melalui digitasi pada citra yang telah diolah dan dirubah format menjadi shapefile.

Keterbatasan informasi pada citra Landsat mengakibatkan proses digitasi

dilakukan dengan melihat kondisi penutupan lahan pada citra Google Earth (2011)

serta melalui koreksi geografis. Lokasi sampel penelitian tersaji pada Gambar 4.

25

Gambar 4. Lokasi Sampel per Ekosistem Kota Malang (Sumber : Hasil Olahan)

Pengambilan data sekunder diperlukan sebagai data pelengkap untuk

kebutuhan pembentukan model.Data sekunder meliputi data curah hujan tahunan,

kualitas udara perkotaan, partikel polutan utama, jumlah penduduk, luasan

wilayah penelitian. RUTR (Rencana UmumTata Ruang) diperlukan untuk

mengidentifikasikan kebijakan pemanfaatan dan penggunaan lahan di Kota

Malang.

Komposisi ruang perkotaan eksisting digunakan sebagai pembanding

dalam model pembentukan kenyamanan ruang perkotaan secara

26

spasial.Komposisi ruang terbuka dan ruang terbuka hijau digunakan untuk

membandingkan tingkatan kenyamanan berdasarkan kapasitas stormwater

control, pereduksi polutan, jerapan karbon dan karbon rosot, pada lokasi studi.

PengolahanData

Analisis data dilakukan secara spasial dengan menggunakan bantuan

piranti lunak GIS (ArcView 3.2 dan CITYgren 5.4).Analisis spasial dilakukan

untuk memetakan informasi secara spasial yang menggambarkan distribusi dan

pola penutupan lahan perkotaan. Terdapat tiga jenis informasi yang perlu

dipetakan, antara lain data kanopi pepohanan, data non kanopi (ruang terbuka,

ruang terbuka hijau non tegakan pohon, semak dan perdu, tegalan, kebun dan

persawahan, serta badan air (sungai, waduk, danau)), dan data area penelitian

mencakup data curah hujan dan tipe hujan, kondisi tanah dan topografi. Data

atribut tersebut diolah pada masing-masing wilayah administratif Kota Malang.

Dengan mengetahui kondisi pada masing-masing wilayah administratif

maka dapat disusun analisis dan assessment berdasarkan atribut data.Analisis

valuasi manfaat ekologis kanopi pohon dan ruang terbuka hijau dilakukan

berdasarkan perhitungan luasan penutupan kanopi pohon (tegakan pohon) dan non

kanopi pohon (ruang terbuka hijau non tegakan pohon (sawah, tegalan, semak,

perdu dan ruang terbuka), pemanfaatan lahan perkotaan (perumahan dan

permukiman, industri, dan komersil) dan badan air) dengan menggunakan teknik

GIS.

Teknik GIS digunakan untuk mengidentifikasikan luasan penutupan lahan

perkotaan serta menghitung manfaat ekologis dari keberadaan pepohonan dan

ruang terbuka hijau melalui luasan penutupan lahan oleh kanopi pohon. Luasan

penutupan oleh kanopi pepohonan digunakan sebagai dasar perhitungan manfaat

ekologis ekosistem perkotaan terkait dengan parameter utama, yaitu penangkapan

polutan udara, penyimpanan dan penyerapan (rosot) karbon, serta pengendalian

air limpasan hujan.

Pendugaan manfaat ekologis kanopi pepohonan menggunakan bantuan

ekstensi program GIS yaitu CITYgreen 5.4 yang menghitung valuasi manfaat

tersebut berdasarkan perhitungan yang telah dibakukan di dalam model alternatif

piranti tersebut. Atribut yang dibutuhkan terkait dengan perhitungan/pendugaan

27

valuasi manfaat ekologis pepohonan skala perkotaan adalah luasan kanopi

tegakan pepohonan, distribusi kelompok umur tanaman berdasarkan diameter

kanopi pohon, kemiringan tapak, tipe iklim, tipe hidrologi tanah (hydrologic soil

type), curah hujan dan biaya pembangunan saluran drainase.

Atribut ditail pohon terkait jenis, kondisi pohon, tinggi dan diameter pohon

setinggi dada (diameter brest height) tidak di identifikasikan secara rinci terkait

dengan luasan area penelitian. Sumber data yang digunakan untuk identifikasi

penutupan lahan perkotaan adalah citra Landsat TM+7. Citra tersebut diolah dan

dirubah dalam bentuk format shapefiledan termasuk sebagai tema non kanopi.

Tegakan pohon dilakukan melalui digitasi kanopi pohon yang merupakan tema

kanopi. Area penelitian di deliniasi untuk menentukan secara terukur luasan area

yang di teliti.

Pada penelitian ini, kombinasi band yang digunakan berdasarkan tujuan

untuk menganalisis penutupan lahan oleh pepohonan, serta identifikasi badan air

dan tutupan urban lainya.Kombinasi yang digunakan untuk mengidentifikasikan

dan mengklasifikasikan penutupan lahan oleh kanopi pohon yaitu band 543.

Identifikasi badan air dan penutupan bangunan menggunakan kombinasi 451.

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan software ERDAS Imagine 9.1.

Pengolahan data dilakukan dengan mengklasifikasikan tipe penutupan lahan

dengan metode unsupervised classification(Gambar 4). Klasifikasi penutupan

lahan terdiri dari berdasarkan user manual CITYgreen 5.4:

1. Lahan Pertanian/Ladang

2. Lahan Terbuka, Padang Rumput, Sawah

3. Semak

4. Kanopi Pohon

5. Lahan Perkotaan (perumahan, industri, perdagangan)

6. Badan Air (Sungai, Waduk/ Situ)

28

Gambar5. Hasil Klasifikasi (unsupervised) Penutupan Lahan (Sumber : Hasil Pengolahan)

Hasil olahan klasifikasi penutupan lahan pada band 453 dan 541 di atas

dirubah (convert)dalam bentuk shapefile. Analisis ini kemudian dilanjutkan

dengan image analysisdengan menggunakan Arc View 3.2.Hasil proses tersebut

digunakan sebagai peta dasar tutupan lahan (Gambar 6)untuk analisis kapasitas

ekosistem kota menggunakan ekstensi CITYgreen 5.4.

29

Gambar6. Penutupan Lahan di Kota Malang (Sumber : Hasil Pengolahan)

Analisis Valuasi Manfaat Ekologis Kanopi Pohon

Parameter pendugaan valuasi

CITYgreen 5.4 berfungsi sebagai alat untuk mengetahui manfaat kanopi

pohon dan RTH terhadap kenyamanan perkotaan, sesuai dengan tujuan pertama

dari penelitian ini. Prinsip dasar dalam analisis CITYgreen 5.4 yaitu kanopi pohon

sebagai komponen RTH memberikan pelayanan ekosistem yang dapat diukur

(American Forest, 2002).Analisis CITYgreen digunakan untuk

30

mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan valuasi dan jasa ekosistem dari

kanopi pohon terhadap beragam atribut ekosistem (kapasitas air limpasan, kualitas

udara, jerapan dan rosot karbon, dan klas pola penutupan lahan).

A.Parameter Resapan Air Hujan

CITYgreen menghitung volume limpasan air hujan berdasarkan data hujan

tahunan (dua tahun). Permukaan kedap air menghasilkan air limpasan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan area penutupan alami yang lebih menyerap

air hujan dan mengurangi limpasan air tersebut. CITYgreen melaporkan

volume limpasan dan nilai financial yang dihubungkan dengan penyerapan

kelebihan air limpasan (stormwater) akibat dari perubahan pola penutupan

lahan. CITYgreen menghitungberdasarkan volume runoff yang harus

ditampung oleh saluran irigasi dan drainase apabila pepohonan dihilangkan.

Nilai ekonomi didapatkan dengan mengalikan nilai volume runoff dengan

biaya pembuatan saluran air.

B. Air pollutant removal

Model penyerapan polusi udara menghitung kapasitas penyerapan dan

penjerapan polutan oleh kanopi pohon. Hasil model menunjukkan prediksi

kapasitas kanopi pohon dalam menyerap dan menjerap lima partikel utama

polutan udara yang dikeluarkan ke atmosfer. CITYgreen mengestimasi jumlah

polusi yang tersimpan berdasarkan studi sebelumnya berkaitan dengan data

31

polusi kota yang digunakan sebagai benchmark. Mengestimasi laju

penangkapan berdasarkan area penutupan kanopi. Nilai ekonomi dihitung

berdasarkan externality cost, atau biaya tidak langsung yang dikeluarkan oleh

masyarakat untuk meningkatkan pengeluaran biaya kesehatan dan mengurangi

biaya untuk wisata. CITYgreen melaporkan kuantitas penyerapan polutan

tahunan dan nilai finansial yang berkaitan dengan servis lingkungan, dan

dihitung berdasarkan rumus berikut,

a) The pollutant flux (F; in g/m2/s)

b) The deposition velocity (Vd; in m/s) and

c) The pollutant concentration (C; in g/m3)

Nilai Pollutant Flux dikalikan dengan ukuran area penutupan pada area

contoh/lokasi untuk menduga nilai total pollutant flux. Nilai fluxes sejaman

dapat digunakan untuk menduga nilai polutan terjerap secara harian, bulanan

atau tahunan.

C. Carbon Stored and Sequestration

Model ini berfungsi untuk menghitung jumlah karbon yang tersimpan di

pepohonan. Kapasitas jerapan karbon dan rosot digambarkan pada peta dengan

menghitunglandcovertahunan terhadap penghapusan karbon oleh pepohonan.

Kapasitas Simpanan Karbon = Luasan Area (acres) x Persentase Luasan

Kanopi Pohon x Faktor Pengkali Simpanan karbon

Kapasitas Rosot Karbon = Luasan Area (acres) x Persentase Luasan Kanopi

Pohon x Faktor Pengkali Rosot Karbon

Faktor pengkali simpanan dan rosot karbon ditentukan berdasarkan jenis

distribusi kelompok umur pohon. Untuk simpanan karbon, kelompok umur tua

(tipe 3) merupakan jenis pepohonan yang memiliki nilai pengkali tertinggi

dibandingkan kelompok umur muda (tipe 1) dan dewasa/sedang (tipe 2). Untuk

rosot karbon, kelompok umur pohon muda (tipe 1) memiliki nilai pengkali

yang tertinggi dibandingkan kelompok umur dewasa/sedang dan tua. Nilai

32

faktor pengkali pada masing-masing kapasitas simpanan dan rosot karbon

adalah sebagai berikut :

Distribusi kelompok umur pepohonan dalam model CITYgreen ditentukan

berdasarkan diameter kanopi pohon yang dihitung melalui digitasi kanopi pohon

pada tema kanopi. Persentase luasan kanopi dihitung berdasarkan total area

penutupan lahan dalam tema kanopi dan non kanopi yang dapat diketahui secara

otomatis berdasarkan deliniasi dan digitasi masing-masing tema. CITYgreen

menganalisa landcover masing-masing wilayah penelitian berdasarkan pada

petatutupan lahan (permukaan kedap air,kanopi pohon, ruang terbuka).Daerah

analisis ini dilaporkan sebagai jumlah aktual hektar dan sebagai persentase dari

total wilayah.

Tahapan pendugaan

Secara keseluruhan, CITYgreen 5.4 membutuhkan tiga tema, yaitu

kanopi, non-kanopi, dan area studi (site). Kanopi adalah tema yang mewakili

area tertutupi kanopi pohon, non-kanopi adalah tema yang mewakili area selain

kanopi pohon, dan site adalah tema yang mewakili batas studi area yang

diteliti.Pembagian area studi diperuntukan membatasi area penelitian dan

pendugaan kapasitas ekosistem menggunakan CITYgreen 5.4. Tahap awal dari

analisis ini yaitu membuat batas area penelitian dalam tema tersendiri (Gambar 7),

peta ini merupakan hasil deliniasi dari peta administrasi kawasan. Pada penelitian

ini, cakupan wilayah studi adalahKota Malang.

33

Gambar7. Setting Study Site(Sumber : Hasil Pengolahan)

Tahap berikutnya adalah melakukan digitasi kanopi dan non kanopi.

Tema kanopi dan non kanopi memiliki identitas berupa data tabel yang harus

terisi agar dapat teridentifikasi oleh CITYgreen.

Gambar8. Setting Theme Kanopi(Sumber : Hasil Pengolahan)

34

Gambar9. Setting ThemeNon Kanopi (Sumber : Hasil Pengolahan)

Analisis CTYgreen diawali dengan inputing data, analisis dan assessment,

serta modeling output.CITYgreen 5.4 menghitung peran dari RTH dalam

menyerap dan menyimpan karbon di udara berdasarkan data atribut pohon pada

dari citra satelit, area studi (dalam acres), persentase penutupan tajuk, dan tipe

distribusi pohon. Tahapan dalam analisis dan Valuasi manfaat ekologis kanopi

pohon perkotaan dengan menggunakan CITYgreen 5.4, antara lain

1. Spesifikasi Area Studi

CITYgreen membutuhkan informasi spesifik mengenai area studi yang telah

dibuat. Terdapat dua metode dalam pengisian informasi wilayah studi, yaitu :

A. Study Area Preferences

Tool ini terdapat di menu CITYgreen – Analyze Data. Digunakan setelah tema

canopy dan non-canopyyang telah di update dan sudah terkonfigurasi oleh

CITYgreen. Metode ini digunakan untuk area studi yang lebih spefisik

(CITYgreen User Manual, 2003). Tahapan ini dilakukan dengan mengedit

data tabel dari tema area studi yang telah dibuat, lalu tambahkan kolom baru

sesuai data yang dibutuhkan. Khusus untuk analisis aliran permukaan (runoff),

data tambahan yang dibutuhkan antara lain :

a. Hidrologic Soil Group

b. Precipitation

c. Rainfall Region

35

d. Slope

e. Cost contruction

Setelah penambahan field (kolom) selesai, kembali ke pilihan menu

CITYgreen, analyze data, lalu terlihat tampilan toolbar study area

preferences. Kolom yang telah dibuat akan dapat dipilih setelah kita mengklik

study area preferences, kemudian pilih sesuai kategori yang diperlukan dalam

penelitian, itu berarti tidak perlu semua option yang ada terisi, tergantung

analisis apa yang akan digunakan.

Gambar 10. Setting Site area preference(Sumber : Hasil Pengolahan)

B. CITYgreen Preferences

Metode ini digunakan untuk pengisian informasi area studi dengan cakupan

yang luas (regional). Setelah dipergunakan, analisis berikutnya secara otomatis

mengikuti informasi yang telah diisi CITYgreen preferences.

36

Gambar 11. Setting CITYgreen Preferences (Sumber : Hasil Pengolahan)

2. Running Analysis

Tahap ini adalah langkah akhir dalam menganalisis dan menduga seberapa

besarkah peran RTH yang diteliti, dengan arah studi yaitu air pollutan removal,

carbon storage and sequistration, dan stormwater management. Hasil akhir

berupa laporan terkait dengan tipe dan proporsi penutupan site; nilai ekologis

berupa kapasitas serapan polutan udara dan karbon, serta kapasitas runoff; dan

nilai manfaat ekonomi total dari kawasan.

Gambar 12. Prosedur Running Analysis CITYgreen (Sumber : Hasil Pengolahan)

3. Laporan Analisis (Output Model)

Model dari hasil analisis CITYgreen memberikan laporan berupa luasan

daerah penelitian dan menjelaskan tentang persentase serta komposisi klas

37

penutupan lahan (hutan atau pohon kanopi, padang rumput / padang rumput, dan

penggunaan lahan perkotaan) sebagaimana tersaji pada Gambar 13 bagian 1.

Model CITYgreen juga berfungsi untuk memprediksi proporsi dan nilai finansial

dari penyerapan polutan udara (seperti ozon, oksida sulfur dan nitrogen, partikulat

dan karbon monooksida), serta jumlah karbon yang tersimpan di dalam hutan atau

pohon kanopi di suatu wilayah (Gambar 13, bagian 2). Model ini juga

menghasilkan perhitungan valuasi secara keseluruhan dari manfaat tahunan

kanopi pohon (Gambar 13, bagian 3).

\

Gambar 13.Model Output CITYgreen (Sumber : Hasil Pengolahan)

1

2

3

38

Analisis Strategi Pemecahan Masalah

Analisis Strength, Weaknes, Opportunity and Threat (SWOT) digunakan

untuk mendapatkan strategi pemecahan masalah atas kendala yang dihadapi

terkait pengelolaan dan kebijakan ruang terbuka hijau serta pepohonan di Kota

Malang. Analisis SWOT ini meliputi empat aspek yaitu kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman yang nantinya akan mendapatkan suatu kesimpulan sebagai

upaya untuk mengoptimalkan perannya.

Analisis ini dilakukan dalam dua tahapan yaitu : (1) analisis lingkungan

internal yang meliputi komponen kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dan

dihadapi oleh kawasan serta (2) analisis lingkungan eksternal dengan dua

komponen utamanya antara lain peluang dan tantangan / ancaman. Konteks

analisis diarahkan pada kekuatan/potensi, kelemahan, peluang dan tantangan

dalam pengembangan serta perbaikan kapasitas ekosistem kota Malang.

Proses perumusan strategi didasarkan pada kerangka tiga tahap formulasi

strategi yang terdiri dari tahap masukan (input), tahap pencocokan dan tahap

keputusan. Analisis tiga tahap formulasi strategi yang digunakan dalam penelitian

ini meliputi analisis lingkungan internal dan eksternal (IFE dan EFE), analisis

SWOT dan analisis QSPM.

Tahap Input

1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Kawasan Tahapan identifikasi

faktor-faktor internal, yaitu dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan

kelemahan yang ditemukenali. Dalam penyajiannya, faktor yang bersifat

positif (kekuatan) ditulis sebelum faktor yang bersifat negatif (kelemahan).

Begitu pula dengan tahap identifikasi faktor eksternal kawasan.

2. Pemberian Bobot Setiap Faktor

Penentuan bobot pada analisis internal dan eksternal kawasan dilakukan

dengan cara studi literatur terkait dengan pengembangan ruang terbuka hijau

menggunakan metode paired comparison.Penentuan bobot mengacu pada

Nurmasari (2010) dan Qomariyah (2010). Metode tersebut digunakan untuk

memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan

eksternal. Tanpa memperdulikan apakah faktor kunci kekuatan dan

kelemahan serta peluang dan ancaman kawasan, faktor-faktor yang

39

dianggap mempunyai pengaruh terbesar pada prestasi kawasan diberi bobot

tertinggi. Jumlah dari semua bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0.

3. Penentuan Rating

Penentuan peringkat dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil analisis

kawasan, untuk mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap

kondisi kawasan digunakan nilai peringkat dengan menggunakan skala 1

sampai dengan 5 terhadap masing-masing faktor strategis. Untuk matrik IFE

dan EFE, skala nilai peringkat yang digunakan, yaitu :

1 = lemah 2 =Sangat lemah 3 = Kuat 4 = Agak kuat 5 = Sangat kuat

Selanjutnya, nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada tiap

faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk

memperoleh total skor pembobotan. Hasil pembobotan dan peringkat

(rating) berdasarkan analisis situasi kawasan dalam matriks.

Total skor pembobotan pada matrik Internal Factor Evaluation (IFE)dan

External Factor Evaluation (EFE) berkisar antara 1 sampai 5. Dengan

mengetahui nilai total dari matrik IFE dan EFE, maka dapat ditentukan

koordinat sumbu X dan Y untuk menentukan posisi kuadran SWOT.

Koordinat X diperoleh melalui faktor internal dimana nilai kekuatan

dikurangi dengan nilai kelemahan. Koordinat Y diperoleh berdasarkan

faktor eksternal dimana nilai peluang dikurangi dengan nilai ancaman.

Berdasarkan penilaian tersebut diketahui koordinat sumbu X dan Y dan

posisinya sebagai berikut:

a. Kwadran I (Growth), yaitu kuadran pertumbuhan, terdiri atas 2 ruang:

1) Ruang A dengan Rapid Growth Strategy, yaitu strategi petumbuhan

aliran cepat untuk diperlihatkan pengembangan secara maksimal untuk

target tertentu dan dalam waktu singkat.

2) Ruang B dengan Stable Growth Strategy, yaitu strategi pertumbuhan

stabil dan pengembangan dilakukan secara bertahap dan target

disesuaikan dengan kondisi eksisting.

b. Kwadran II, terdiri atas 2 ruang:

1) Ruang C dengan Agresive Maintenance Strategy, yaitu pengelola obyek

melaksanakan pengembangan secara aktif dan agresif

40

2) Ruang D dengan Selective Maintenance Strategy, yaitu pengelolaan

obyek adalah dengan pemilihan hal-hal yang dianggap penting.

c. Kwadran III, terdiri atas 2 ruang:

1) Ruang E dengan Turn Around Strategy, yaitu strategi bertahan dengan

cara tambal sulam untuk operasional obyek

2) Ruang F dengan Guirelle Strategy, yaitu strategi gerilya, operasional

dilakukan, diadakan pembangunan atau usaha pemecahan masalah dan

ancaman.

d. Kwadran IV (Diversification ), yaitu kuadran pertumbuhan,

1) Ruang G dengan Concentric Strategy, yaitu strategi pengembangan

obyek dilakukan secara bersamaan dalam satu naungan atau koordinator

oleh satu pihak.

2) Ruang H dengan Conglomerate Strategy, yaitu strategi pengembangan

masing-masing kelompok dengan cara koordinasi tiap sektor itu sendiri.

Gambar 14. Kuadran Analisis SWOT

Matrik lain yang digunakan untuk mencocokkan hasil yang diperoleh pada

matrik IFE dan EFE adalah matrik SWOT (Gambar 15). Matrik ini dapat

menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif startegi, yaitu strategi S-O

POSISI INTERNAL

Srength

PO

SISI EKS

TER

NA

L

Opportunity

Weakness

Threat

Kuadran I : Growth

Kuadran IV : Diversification

Kuadran II : Stability

Kuadran III : Survival

A D

H E

C B

F G

41

(Strenghts-Opportunities), strategi W-O (Weakness-Opportunities), strategi W-T

(Weakness-Threaths), dan strategi S-T (Strenghts-Threaths).

Gambar 15. Matrik SWOT (Sumber : David,2004)

Tahap Keputusan

Tahap terakhir dalam penyusunan strategi adalah menentukan alternatif

strategi yang paling baik atau strategi yang mempunyai prioritas terlebih dahulu

untuk dijalankan oleh kawasan. Sumber matrik Quantitative Strategic Planning

(QSP) diperoleh dari alternatif strategi yang layak untuk direkomendasikan

melalui analisis SWOT. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan strategi

terpilih melalui Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP) adalah sebagai

berikut:

1. Membuat daftar kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Input

datanya diperoleh dari matrik IFE dan EFE yang telah dibuat terlebih

dahulu.

2. Memberi weight pada masing-masing internal dan eksternal key success

factor. Weight tersebut sama dengan yang ada pada IFE dan EFE.

3. Mengidentifikasi strategi alternatif yang diperoleh dari analisis SWOT

yang layak untuk diimplementasikan.

42

4. Menentukan skor kemenarikan relatif untuk masing-masing strategi

alternatif yang terpilih. Nilai 1 tidak menarik, 2 agak menarik, 3 menarik,

dan 4 sangat menarik.

5. Menghitung Total Attractive Score (TAS) yang diperoleh dari perkalian

Weight dengan Total Attractive Score pada masing-masing baris. TAS

menunjukkan relative attractiveness dari masing-masing alternatif

strategi.

6. Menghitung TAS dengan cara menjumlahkan semua TAS pada masing-

masing kolom Matrik QSP. Nilai TAS yang tertinggilah yang

menunjukkan bahwa strategi tersebut yang paling baik untuk

diimplementasikan.

Tabel 1. Alat Analisis QSPM

43

Alur penelitian

Kegiatan riset berkaitan dengan inventarisasi tapak antara lain penentuan

lokasi, sampel dan kategori/kriteria dari indikator penelitian. Analisis dan evaluasi

dilakukan secara spasial guna mendapatkan hasil berupa valuasi kanopi pohon

perkotaan dan rth sekitar.Analisis ini menggunakan bantuan piranti lunak GIS

ArcView dan CITYgreen.Assessment merupakan suatu tahapan penilaiaan

terhadap nilai valuasi objek penelitian terhadap tapak.

Penelitian ini difokuskan untuk mengukur dan mengidentifikasi struktur

kanopi perkotaan (komposisi dan sebaran jenis tanaman, jumlah dan ukuran

pohon) dan pengaruhnya terhadap beragam atribut ekosistem kota (udara dan

kualitas air, temperatur udara dan tanah). Penelitian dilakukan melalui tahapan

analisis struktur kanopi pepohonan dan ruang terbuka hijau (assessing urban tree

canopy structure), analisislayanan ekosistem (assessing ecosystem services), dan

penilaian valuasi ekosistem (assessing ecosystem value).Penilaianstruktur kanopi

pohon dilakukan melalui dua tahapan, yaitu analisis spasial total kawasan dengan

caradeliniasi kanopi pohon melalui diameter kanopi untuk menentukan luasan

kanopi pohon dan penilaian per sampel sebagai proses verifikasi dan klarifikasi

secara parsial maupun tapak.

Pendekatan spasial dilakukan melalui deliniasi kanopi pohon untuk

menentukan persentase penutupanlahanpada wilayah tertentu. Penilaian per

sampel dilakukan melalui sampel foto pada masing-masing wilayah pengamatan

untuk verifikasi dan validasi kondisi tutupan kanopi pohon. Informasi struktural

ini sebagai suatu proses cross check dan validasi manfaat kanopi pohon dan RTH

yang diduga. Pendugaan kapasitas ekosistem kota tersebut dilakukan melalui

pengukuran layanan ekosistem kota, yaitu:

a. kapasitas penyerapan polutan. Komponen polutan udara yang dihitung

meliputi ozon, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, karbon monooksida

dan partikel (<10 mikron).

b. total karbon yang tersimpan dan karbon rosot setiap tahun, dan

c. kapasitas stormwater control.

Analisis spasial menggabungkan penilaian data lapangan dengan peta

penutup lahan untuk menggambarkan pola penyebaran ekosistem (ecosystem

44

services). Model pemanfaatan lahan oleh struktur kanopi dan non kanopi

digunakan untuk menduga dan mengukur kemungkinan perubahan penutupan

lahan oleh hijauan dan penutup lahan kedap air di daerah perkotaan. Tujuan

utama analisis spasial adalah membantu perencana lingkungan untuk menentukan

struktur lanskap yang optimal guna mempertahankan atau meningkatkan kualitas

lingkungan dan kesehatan manusia di daerah perkotaan.

Gambar 15. Skema Alur Pikir Penelitian

CITRA DAN PETA KOTA MALANG

Kapasitas Pengelolaan dan Keberadaan Kanopi Pohon dan RTH Pemerintah Kota Malang

Kapasitas Ekosistem Kota Malang Saat Ini (current condition)

ANALISIS GIS

ANALISIS SWOT DAN QSPM

PENDUGAAN EKOSISTEM KOTA

Tema Kanopi

Tema Non Kanopi

Tema Area Penelitian

REKOMENDASI PENGEMBANGAN EKOSISTEM KOTA MALANG

1) Polutant Removal Capacity 2) Runoff Water Capacity 3) Carbon Absorbtion & Sequstration

1) Valuasi Manfaat Ekologis 2) Kualitas Lingkungan Hidup 3) Imbal jasa lingkungan

Strategi dan Prioritas Pengembangan Model dan Usulan Pengembangan Tutupan Kanopi Pohon dan RTHK

Evaluasi Faktor

Eksternal Evaluasi Faktor

Internal

Struktur Kota Malang

Tahapan Identifikasi struktur kota

Tahapan Analisis Kapasitas Ekosistem dan Pengelolaan Lingkungan

Tahapan Rekomendasi