metodologi penelitian - stmik bina patria

242

Upload: others

Post on 02-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

METODOLOGI PENELITIAN

(Penelitian Teknologi Informasi, Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,

Penelitian Eksperimen, Penelitian Research & Development dan

Penelitian Tindakan)

ii

UU No 19 Tahun 2002, Tentang Hak Cipta

Fungsi dan Sifat hak Cipta Pasal 2

1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hak Terkait Pasal 49 1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa

persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.

Sanksi Pelanggaran Pasal 72 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

iii

METODOLOGI PENELITIAN

(Penelitian Teknologi Informasi, Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,

Penelitian Eksperimen, Penelitian Research & Development dan

Penelitian Tindakan)

Dr. Sukris Sutiyatno, M.M., M.Hum.

Penerbit K-Media

Yogyakarta, 2017

iv

METODOLOGI PENELITIAN

Dr. Sukris Sutiyatno, M.M., M.Hum.

Desain Cover : Aga

Tata Letak Isi : June

Copyright © 2017 by Penerbit K-Media

All right reserved

Isi diluar tanggung jawab percetakan

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang No 19 Tahun 2002.

Dilarang memperbanyak/menyebarluaskan dalam bentuk apapun

tanpa izin tertulis dari Penerbit K-Media.

Cetakan Pertama: Maret2017

Penerbit K-Media Anggota IKAPI

Perum Pondok Indah Banguntapan, Blok B-15 Potorono, Banguntapan, Bantul. 55196. Yogyakarta

e-mail: [email protected] SUTIYATNO, Sukris

Metodologi Penelitian, Sukris Sutiyatno. -- Yogyakarta: Penerbit K-Media, 2017.

xii, 229 hlm. ; 23 cm.

ISBN: 978-602-6570-20-8

-------------- Hak Cipta 2017, pada Penulis

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Mahaesa, dengan

berkat, rahmat dan perkenan-Nya buku yang berjudul ―Metodologi

Penelitian‖ dapat terselesaikan. Ketersediaan sumber belajar mempunyai

perananan yang sangat penting untuk keberhasilan proses belajar mengajar

di Perguruan Tinggi. Para dosen biasanya mengembangkan materi kuliah

yang diampunya dengan merujuk dari berbagai sumber yang relevan. Oleh

karena itu ketersediaan buku ajar yang ditulis oleh dosen pengampu atau

pembina mata kuliah tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektivitas

proses pembelajaran dan berdampak positif baik terhadap dosen yang

bersangkutan maupun mahasiswa yang mengikuti perkuliahan.

Penelitian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan perkembangan

dan kemajuan suatu negara akan sangat ditentukan oleh kualitas penelitian

yang dilakukan. Penelitian dibutuhkan untuk dapat memecahkan berbagai

permasalahan kehidupan manusia. Manusia di dalam kehidupannya selalu

dihadapkan kepada berbagai macam permasalahan, tantangan, ancaman,

kesulitan, baik di dalam dirinya, keluarganya, masyarakat sekitarnya serta

di lingkungan kerjanya. Masalah, tantangan dan kesulitan tersebut

membutuhkan penjelasan, pemecahan dan penyelesaian. Masalah-masalah

yang pelik, rumit, sulit dan kompleks membutuhkan penelitian untuk

pemecahan dan penyelesaiannya.

Demikian pula buku yang berjudul ―Metodologi Penelitian‖ ini

diharapkan dapat lebih meningkatkan pemahaman pembaca terhadap

penelitian dan memperkaya referensi yang berhubungan dengan metode

penelitian. Pembahasan buku ajar ini mencakup: Penelitian sebagai Proses

Ilmiah, Masalah dan Rumusan Masalah, Landasan Teori, Kerangka Pikir

dan Hipotesis, Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan Data,

Populasi dan Sampel, Konsep dan Macam-Macam Metode Penelitian,

Metode Penelitian Teknologi Informasi, Metode Penelitian Korelasi,

Metode Penelitian Komparatif, Metode Penelitian Experiment, Metode

vi

Penelitian Evaluatif, Metode Penelitian Researh and Development, Metode

Penelitian Tindakan dan Menyusun Laporan Penelitian.

Dalam kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada; Dr. H. Budi Untung, SH., MM Ketua Yayasan Bina

Patria Nusantara, Kartika Imam Santoso, SE, S.Kom, M.Kom yang telah

memberi masukan khususnya yang berkaitan dengan penelitian teknologi

informasi, Istri dan anak penulis --Ruswatiningsih, S.Pd dan Tesla, Bapak

dan Ibu Dosen serta mahasiswa STMIK Bina Patria dan Penerbit K-Media

yang telah menerbitkan buku ini. Penulis menyadari bahwa kandungan isi

buku ini masih jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik yang

konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan

buku ini.

Penulis,

Dr. Sukris Sutiyatno, MM., M.Hum.

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. v

DAFTAR ISI ......................................................................................... vii

BAB I PENELITIAN SEBAGAI PROSES ILMIAH ................... 1

A. Hakikat Penelitian ................................................................ 1

1. Perlunya Penelitian ....................................................... 3

2. Rasa Ingin Tahu (Curiousity) ........................................ 4

3. Pemecahan Masalah...................................................... 6

4. Penelitian sebagai Proses ilmiah ................................... 7

B. Kriteria Metode Ilmiah ......................................................... 9

C. Langkah-langkah Penelitian ............................................... 11

D. Kesimpulan ........................................................................ 13

BAB II MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH..................... 15

A. Pentingnya Masalah Penelitian ........................................... 15

B. Rumusan Masalah .............................................................. 19

C. Variabel Penelitian ............................................................. 23

1. Pengertian Variabel .................................................... 23

2. Macam-macam Variabel ............................................. 24

D. Kesimpulan ........................................................................ 27

BAB III LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS ........................................................... 29

A. Pengertian Teori ................................................................. 29

B. Fungsi Teori dalam Penelitian ............................................ 32

C. Deskripsi Teori .................................................................. 35

D. Kerangka Berpikir .............................................................. 36

E. Hipotesis ............................................................................ 40

F. Kesimpulan ........................................................................ 44

viii

BAB IV INSTRUMEN PENELITIAN DAN METODE

PENGUMPULAN DATA ................................................. 45

A. Instrumen Penelitian ........................................................... 45

B. Proses Pengumpulan Data .................................................. 46

C. Metode Pengumpulan Data ................................................. 47

1. Pengamatan (Observasi) .............................................. 48

2. Survei ......................................................................... 50

3. Wawancara ................................................................. 51

4. Kuesioner ................................................................... 54

5. Dokumenter ................................................................ 55

D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ................... 55

E. Kesimpulan ........................................................................ 57

BAB V POPULASI DAN SAMPEL ............................................. 59

A. Pengertian Populasi ............................................................ 59

B. Pengertian Sampel .............................................................. 60

C. Teknik Sampling ................................................................ 60

D. Menentukan Ukuran Sampel ............................................... 68

E. Contoh Menentukan Ukuran Sampel .................................. 69

F. Cara Mengambil Anggota Sampel ...................................... 71

G. Perbedaan Populasi dan Sampel dalam Penelitan

Kuantitaitif dan Penelitian Kualitatif ................................... 72

H. Kesimpulan ........................................................................ 75

BAB VI KONSEP DAN MACAM-MACAM METODE

PENELITIAN ................................................................... 77

A. Konsep dan Macam-macam Metode Penelitian ................... 77

B. Metode Penelitian Kuantitatif ............................................. 78

1. Penelitian Deskriptif ................................................... 79

2. Penelitian Survei ......................................................... 80

3. Penelitian Ekspos Fakto .............................................. 80

4. Penelitian Komparatif ................................................. 81

5. Penelitian Korelasional ............................................... 82

ix

6. Penelitian Tindakan .................................................... 82

7. Penelitian dan Pengembangan ..................................... 83

C. Penelitian Eksperimental .................................................... 83

D. Penelitian Kualitatif ........................................................... 84

E. Kesimpulan ........................................................................ 88

BAB VII METODE PENELITIAN TEKNOLOGI

INFORMASI .................................................................... 89

A. Pendahuluan ...................................................................... 89

B. Penelitian di Bidang Sistem Informasi ................................ 90

C. Metodologi Penelitian Sistem Informasi ............................. 95

D. Penelitian di Bidang Teknik Informatika ............................ 96

1. Bidang Kajian Teknik Informatika .............................. 96

2. Research Area Coverage ........................................... 103

E. Beberapa Pendekatan Pengembangan Sistem

Perangkat Lunak (Software) ............................................. 104

1. The Software Development Life Cycle(SDLC)........... 104

2. The Earliest „model‟: build-and-fix ........................... 105

3. The stage-wise and classical waterfall models

(conventional models) ............................................... 106

4. The Incremental model ............................................. 107

5. Prototyping............................................................... 108

6. Agile methods ........................................................... 111

7. Extreme Programming (XP) ..................................... 112

8. Configuration management ....................................... 112

9. MDLC (Multimedia Development Life Cicle) ............ 113

10. NDLC (Network Development Life Cicle) ................. 124

F. Verification, Validation and Testing ................................. 127

1. Verification............................................................... 127

2. Validation ................................................................. 128

3. Testing...................................................................... 128

G. Kesimpulan ...................................................................... 129

x

BAB VIII METODE PENELITIAN KORELASI .......................... 131

A. Pengertian Penelitian Korelasi .......................................... 131

B. Tahapan Penelitian Korelasi ............................................. 132

1. Pemilihan Masalah Penelitian Korelasi ...................... 132

2. Menentukan Sampel dan Instrumen ........................... 132

3. Desain dan Prosedur Penelitian Korelasi ................... 133

4. Analisis Data dan Interpretasi .................................... 133

C. Studi Hubungan ................................................................ 135

1. Pengumpulan Data .................................................... 136

2. Analisis Data dan Interpretasi .................................... 137

D. Studi Prakiraan ................................................................. 137

1. Pengumpulan Data .................................................... 138

2. Analisis Data dan Interprestasi .................................. 138

E. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasi .................. 139

F. Kesimpulan ...................................................................... 140

BAB IX METODE PENELITIAN KOMPARATIF ................... 141

A. Pengertian Penelitian Komparatif ..................................... 141

B. Pelaksanaan Penelitian Komparatif ................................... 143

1. Pernyataan Masalah Penelitian .................................. 143

2. Desain dan Prosedur.................................................. 143

3. Prosedur Pengontrolan .............................................. 144

4. Matching .................................................................. 144

5. Membandingkan Kelompok-kelompok Homogen ...... 145

6. Analisis Kovarians .................................................... 146

7. Analisis Data dan Interpretasi .................................... 146

C. Kesimpulan ...................................................................... 147

BAB X METODE PENELITIAN EKSPERIMEN .................... 149

A. Pengertian Penelitian Eksperimen ..................................... 149

B. Karakteristik Penelitian Eksperimen ................................. 151

1. Memanipulasi Variabel ............................................. 152

2. Mengontrol Variabel ................................................. 152

xi

3. Melakukan Observasi ............................................... 153

C. Proses Penelitian Eksperimen ........................................... 153

D. Beberapa Bentuk Rancangan Penelitian Eksperimen........ 154

1. Pre-Experimental Designs(nondesigns) .................... 155

2. True Experimental Design ........................................ 157

3. Factorial Design ....................................................... 159

4. Quasi Experimental Design ...................................... 160

E. Kesimpulan ...................................................................... 161

BAB XI METODE PENELITIAN EVALUATIF ....................... 163

A. Konsep dan Tujuan Penelitian Evaluatif ........................... 163

B. Standar Evaluasi .............................................................. 165

C. Beberapa Pendekatan Penelitian Evaluatif ........................ 166

1. Evaluasi Berorientasi Tujuan .................................... 167

2. Evaluasi Berorientasi Pengguna ................................ 168

3. Evaluasi Berorientasi Keahlian ................................. 168

4. Evaluasi Berorientasi Keputusan ............................... 169

5. Evaluasi Berorientasi Lawan ..................................... 170

6. Evaluasi Berorientasi Partisipan-Naturalistik ............ 171

D. Evaluasi Generasi Keempat .............................................. 173

E. Langkah-langkah Evaluasi Program ................................. 175

F. Kesimpulan ...................................................................... 179

BAB XII METODE PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN (Research and

Development/R&D) ......................................................... 181

A. Pengertian Penelitian dan Pengembangan ......................... 181

B. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan............... 183

1. Potensi dan Masalah ................................................. 184

2. Mengumpulkan Informasi ......................................... 185

3. Desain Produk .......................................................... 186

4. Validasi Desain......................................................... 186

5. Perbaikan Desain ...................................................... 187

xii

6. Uji Coba Produk ....................................................... 187

C. Kesimpulan ...................................................................... 188

BAB XIII PENELITIAN TINDAKAN ........................................... 189

A. Konsep Penelitian Tindakan ............................................. 189

B. Karakteristik Penelitian Tindakan ..................................... 192

C. Tujuan Penelitian Tindakan .............................................. 193

D. Langkah-langkah Penelitian Tindakan .............................. 194

E. Manfaat Penelitian Tindakan ............................................ 197

F. Beberapa Model Penelitian Tindakan ................................ 197

1. Model Kemmis ......................................................... 198

2. Model Ebbut ............................................................. 198

3. Model Elliot .............................................................. 199

4. Model McKernan ...................................................... 200

5. Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Hopkins,

1992) ........................................................................ 201

6. Perbandingan PTK dengan Penelitian Formal ............ 202

G. Kesimpulan ...................................................................... 204

BAB XIV MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN ...................... 205

A. Tujuan .............................................................................. 205

B. Sistematika Laporan Penelitian ......................................... 205

C. Penulisan Daftar Pustaka .................................................. 214

GLOSSARIUM ................................................................................... 219

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 225

Metodologi Penelitian

1

BAB I

PENELITIAN SEBAGAI PROSES ILMIAH

Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan

akan dapat:

1. Dapat memahami hakikat penelitian

2. Dapat menjelaskan kriteria metode ilmiah

3. Dapat memahami langkah-langkah penelitian

A. Hakikat Penelitian

Penelitian merupakan terjemahan dari kata Inggris research.

Research berasal dari kata re, yang artinya kembali dan to search yang

bermakna mencari. Dengan demikian, research atau riset dapat diartikan

―mencari kembali‖. Secara umum, penelitian dapat diartikan sebagai suatu

proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan

logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis

data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif

ataupun kualitatif, eksperimental atau noneksperimental, interaktif atau

noninteraktif. Metode-metode tersebut telah dikembangkan secara intensif,

melalui berbagai uji coba sehingga telah memiliki prosedur yang baku.

Metode penelitian ada kalanya juga disebut "metodologi penelitian", dalam

makna yang lebih luas bisa berarti "desain" atau rancangan penelitian.

Rancangan ini mencakup rumusan tentang objek atau subjek yang akan

diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan dan

analisis data berkenaan dengan fokus masalah tertentu yang diteliti.

Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis

dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan

pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Metode adalah suatu

prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah

sistematis (Soetriono & Rita, 2007: 157).

Penelitian sebagai suatu proses deduksi dan induksi dilakukan

secara sistematis, analitis, dan terkendali. Tahap-tahap dalam proses

Sukris Sutiyatno

2

penelitian bersifat teratur dan sistematis. Artinya kita tidak boleh langsung

melakukan tahap tertentu sebelum melewati tahap sebelumnya yang

merupakan prasyarat bagi tahap tersebut. Konsep-konsep yang merupakan

sasaran penelitian diuraikan secara operasional atas indikator-indikator

tersebut, konsep yang abstrak itu terhubungkan dengan kenyataan-

kenyataan empiris.

Menurut Woody (Nazir 2013:4-5) penelitian merupakan sebuah

metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah

pemikiran kritis (critical thinking). Penelitian meliputi pemberian definisi

dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis atau jawaban

sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan

pengujian dengan hati-hati atas semua kesimpulan untuk menentukan

apakah ia sesuai dengan hipotesis. Sharp, et al (2002:7) menyatakan

penelitian adalah ―seeking through methodical processes to add to one‟s

own body of knowledge and that of others, by the discovery of non-trivial

facts and insights‟.

Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan,

mengembangkan dan menguji teori. McMillan dan Schumacher mengutip

pendapat Walberg (1986), ada lima langkah pengembangan pengetahuan

melalui penelitian, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah penelitian, (2)

melakukan studi empiris, (3) melakukan replikasi atau pengulangan, (4)

menyatukan (sintesis) dan mereviu, (5) menggunakan dan mengevaluasi

oleh pelaksanaan.

Penelitian dapat diklasifikasikan dari tiga perspektif/sudut pandang;

bidangnya (its field), pendekatannya (its approach) dan hakikatnya (its

nature). Beberapa peneliti menambahkan dengan kategori lain yaitu tujuan

(purpose). Bagaimanapun tujuan penelitian adalah diharapkan dapat

membantu perkembangan ilmu. Sementara itu, Philip & Pugh (2005:48-

49) mengidentifikasi tiga karakteristik penelitian yang baik yaitu: open

minds, critical analysis dan generalizations.

Metodologi Penelitian

3

1. Perlunya Penelitian

Penelitian pada dasarnya berusaha untuk mencoba menjelaskan

tentang hubungan antar fenomena dan menyederhanakannya menjadi

penjelasan yang mudah difahami secara sederhana. Tujuan akhir dari suatu

penelitian adalah mereduksi realita yang kompleks ke dalam penjelasan

yang sederhana dan singkat. Dalam penelitian kuantitatif penjelasan

singkat tersebut dapat berbentuk generalisasi, tetapi dalam penelitian

kualitatif berbentuk deskripsi tentang hal-hal yang esensial atau pokok.

Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses mengumpulkan dan

manganalisis data atau informasi secara sistematis sehingga dapat

menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Penelitian merupakan proses penyelesaian masalah dan proses penemuan

yang mempunyai sifat sistematis, terkontrol, empiris dan dilandasi dengan

dukungan teori dan hipotesis/jawaban sementara terhadap suatu

permasalahan. Mengapa penelitian penting dilakukan? Ada beberapa

alasan yang melatar belakanginya.

Alasan pertama, karena pengetahuan, pemahaman dan kemampuan

manusia sangat terbatas, dibandingkan dengan lingkungannya yang begitu

luas. Banyak hal yang tidak diketahui, tidak dipahami, tidak jelas dan

menimbulkan keraguan dan pertanyaan bagi dirinya. Ketidaktahuan,

ketidakpahaman, dan ketidakjelasan, seringkali menimbulkan kecemasan,

rasa takut, dan rasa terancam.

Alasan kedua, manusia memiliki dorongan rasa ingin tahu atau

curiousity. Manusia sering bertanya, apa itu, bagaimana itu, mengapa

begitu, dsb. Bagi kebanyakan orang, jawaban-jawaban sepintas dan

sederhana mungkin sudah memberikan kepuasan, tetapi bagi orang-orang

tertentu, para ilmuwan, peneliti, dan mungkin juga para pemimpin,

dibutuhkan jawaban yang lebih mendalam, lebih rinci, dan lebih

komprehensif. Kedua sebab tersebut mempunyai relasi dan berhubungan

erat, dorongan ingin tahu disalurkan untuk menambah dan meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman. Pengetahuan dan pemahaman tentang

sesuatu, menimbulkan rasa ingin tahu baru yang lebih luas, lebih tinggi,

lebih menyeluruh.

Sukris Sutiyatno

4

Alasan Ketiga, manusia di dalam kehidupannya selalu dihadapkan

kepada masalah, tantangan, ancaman, kesulitan, baik di dalam dirinya,

keluarganya, masyarakat sekitarnya serta di lingkungan kerjanya. Masalah,

tantangan dan kesulitan tersebut membutuhkan penjelasan, pemecahan dan

penyelesaian masalah. Tidak semua masalah dan kesulitan dapat segera

diselesaikan. Masalah-masalah yang pelik, sulit dan kompleks

membutuhkan penelitian untuk pemecahan dan penyelesaiannya.

Alasan keempat, manusia merasa tidak puas dengan apa yang telah

dicapai, dikuasai, dan dimilikinya, ia selalu ingin yang lebih baik, lebih

sempurna, lebih memberikan kemudahan, selalu ingin menambah dan

meningkatkan "kekayaan" dan fasilitas hidupnya. Semuanya itu dicapai

melalui penelitian, baik penelitian sederhana, dengan lingkup sempit, yang

dirancang dan dilaksanakan sendiri dalam waktu relatif singkat, maupun

penelitian kompleks yang mencakup banyak aspek, berlingkup luas,

melibatkan banyak orang, dan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Semua kegiatan penelitian menuntut penalaran logis. Penalaran

merupakan proses, berpikir, menggunakan prinsip-prinsip logika deduktif

atau induktif. Penalaran deduktif, penarikan kesimpulan dari umum ke

khusus. Dalam penalaran deduktif, bila premisnya benar maka kesimpulan

otomatis benar. Logika deduktif dapat mengidentifikasi hubungan-

hubungan baru dalam pengetahuan (prinsip, kaidah) yang ada. Dalam

penalaran induktif, peneliti menarik kesimpulan berdasarkan hasil

sejumlah pengamatan kasus-kasus (individual, situasi, peristiwa),

kemudian peneliti membuat kesimpulan yang bersifat umum. Kesimpulan

dibatasi oleh jumlah dan karakteristik dari kasus yang diamati.

2. Rasa Ingin Tahu (Curiousity)

Rasa ingin tahu adalah faktor yang sangat penting yang harus

dimiliki seorang peneliti. Sebenarnya hampir setiap orang termasuk anak

kecil memiliki rasa ingin tahu (curiousity). Anak selalu bertanya tentang

hal-hal yang dilihat, didengar, diraba, dicecap bahkan dirasakannya. Orang

tua kadang-kadang kehabisan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan, apa

ini, apa itu, untuk apa ini, untuk apa itu, mengapa begini, mengapa begitu,

Metodologi Penelitian

5

dari mana ini, ke mana itu? dst. Bukan hanya anak yang banyak bertanya,

tetapi juga orang dewasa, apalagi para ahli dan peneliti. Anak dan orang-

orang awam berhenti bertanya tentang sesuatu hal setelah mendapat

sesuatu jawaban, walaupun jawaban itu bersifat umum dan sederhana. Para

pakar, ahli, dan peneliti mencari jawaban yang lebih spesifik,

komprehensif, dan rinci tentang berbagai hal yang menjadi teka-teki, yang

sering mengganggu pikirannya.

Untuk memenuhi rasa ingin tahu atau menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang muncul, seseorang mungkin bertanya kepada orang lain,

orang yang dipandang lebih tahu, lebih berpengalaman, atau lebih

mengerti. Anak bertanya kepada orangtuanya, siswa atau mahasiswa

bertanya kepada guru atau dosennya, bawahan bertanya kepada atasan,

orang biasa bertanya kepada ahli, dst.

Orang juga bisa memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

yang muncul dengan melihat dan mempelajari dokumen, baik dokumen

cetak seperti buku, jurnal, majalah, surat kabar, maupun dokumen

elektronik dan internet. Orang memperoleh jawaban atau pemecahan atas

pertanyaan atau masalah yang dihadapinya melalui membaca. Mencari

jawaban atau pemecahan masalah melalui membaca lebih leluasa

dibandingkan dengan bertanya langsung kepada orang. Apabila kita belum

puas dengan sesuatu jawaban atau cara pemecahan, kita dapat mencari

jawaban atau pemecahan lain. Melalui membaca ini, kita juga dapat

merangkai sendiri urutan jawaban atau langkah-langkah pemecahannya.

Terakhir, orang memperoleh jawaban atau pemecahan masalah

melalui penelitian. Penelitian merupakan cara untuk mengetahui, dan

mendapatkan jawaban atas pertanyaan atau masalah yang dihadapi secara

sistematik dengan menggunakan metode ilmiah. Dalam kegiatan penelitian

cara-cara di atas, yaitu bertanya, mengamati, membaca buku, mencermati

dokumen, melakukan percobaan juga dilakukan, tetapi kegiatan-kegiatan

tersebut terlebih dahulu dirancang, dan pelaksanaannya dilakukan secara

sistematis mengikuti kaidah-kaidah yang bersifat ilmiah.

Sukris Sutiyatno

6

3. Pemecahan Masalah

Manusia dalam kehidupannya selalu dihadapkan kepada masalah,

hambatan, tantangan, ancaman dan kesulitan yang harus diatasinya.

Masalah merupakan bagian dari kehidupan manusia, dan berkat

keberhasilannya mengatasi dan memecahkan masalah-masalah tersebut

manusia berkembang lebih cepat. Sudah tentu manusia juga mampu

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya karena ada sebab lain di

samping upaya tersebut. Manusia mampu memecahkan masalah yang

dihadapinya, mampu mengembangkan dan menciptakan hal-hal baru,

karena memiliki sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan: intelektual,

sosial, afektif, dan fisik-motorik.

Banyak cara yang dilakukan manusia untuk memecahkan masalah

yang dihadapinya. Pertama, pemecahan masalah dilakukan secara

tradisional atau mengikuti kebiasaan, seperti kebiasaan memotong padi

dengan menggunakan anai-anai, meskipun lama tetap dilakukan, atau agar

orang sakit ingatan tidak bepergian ke mana-mana dan tidak mengganggu

masyarakat sekitarnya maka dipasung. Kedua, pemecahan masalah secara

dogmatis, baik menggunakan dogma agama, masyarakat, hukum, dll.,

seperti pencuri dipotong tangannya, pezina diarak keliling kampung,

dirajam atau dipancung, dst. Ketiga, pemecahan masalah secara intuitif

yaitu berdasarkan bisikan hati, seorang ibu kebingungan anaknya yang

masih kecil terlambat pulang sekolah, bisikan hatinya mengatakan coba

telepon neneknya dan betul anak tersebut pulang ikut neneknya. Keempat,

pemecahan masalah secara emosional, umpamanya pintu terkunci dibuka

dengan cara didobrak. Kelima, pemecahan masalah secara spekulatif atau

trial and error, suara radio herhenti, lalu radionya digoyang-goyang atau

dipukul-pukul dan ternyata bersuara Ingi. Keenam, pemecahan masalah

melalui penelitian. Dalam penelitian pemecahan dilakukan secara objektif,

sistematis, menggunakan metode dan mengikuti prosedur, serta berpegang

pada prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah pengumpulan data, pengolahan

data, dan pembuktian secara ilmiah.

Metodologi Penelitian

7

4. Penelitian sebagai Proses ilmiah

Tujuan akhir suatu ilmu adalah mengembangkan dan menguji teori.

Suatu teori dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena

alamiah. Dari perilaku atau kegiatan-kegiatan terlepas yang dilakukan oleh

siswa atau guru umpamanya, peneliti dapat memberikan penjelasan umum

tentang hubungan di antara perilaku atau kegiatan pembelajaran. Dari

penjelasan-penjelasan umum tersebut terbentuk prinsip-prinsip dasar, dalil,

konstruk, proposisi, yang kesemuanya akan dapat membangun suatu teori.

Mengenai teori ini Fred N.Kerlinger (1986) menyatakan " ... a

theory as a set of interrelated constructs and propositions that specify

relations among variables to explain and predict phenomena". Dalam

rumusan Kerlinger tersebut ada tiga hal penting dalam suatu teori, yaitu:

(1) suatu teori dibangun oleh seperangkat proposisi dan konstruk, (2) teori

menjelaskan hubungan di antara sejumlah variabel, (3) teori menjelaskan

dan memprediksi fenomena-fenomena.

Banyak penelitian sosial yang tidak berorientasi pada teori.

Penelitian-penelitian tersebut difokuskan untuk menemukan hubungan-

hubungan yang bersifat spesifik. Penelitian demikian tetap berharga, tetapi

penelitian yang memformulasikan dan menguji teori memiliki nilai yang

lebih tinggi, karena lebih bersifat umum dan menjelaskan

Pencarian ilmiah (scientific inquiry) adalah suatu kegiatan untuk

menemukan pengetahuan dengan menggunakan metode-metode yang

diorganisasikan secara sistematis, dalam mengumpulkan, menganalisis dan

menginterpretasikan data. Pengertian ilmiah berbeda dengan ilmu. Ilmu

merupakan struktur atau batang tubuh pengetahuan yang telah tersusun,

sedang ilmiah adalah cara mengembangkan pengetahuan.

Metode ilmiah merupakan cara untuk memperoleh data dengan

kegunaan dan tujuan tertentu. Pada umumnya tujuan penelitian terdiri atas

tiga macam, yaitu: (1) bersifat penemuan, (2) bersifat pembuktian, dan (3)

bersifat pengembangan. Bersifat penemuan berarti datanya benar-benar

baru yang memang sebelumnya belum diketahui, bersifat pembuktian

berarti datanya bisa digunakan untuk membuktikan keraguan terhadap

pengetahuan atau informasi tertentu, sedangkan bersifat pengembangan

Sukris Sutiyatno

8

berarti datanya bisa memperluas dan memperdalam pengetahuan yang ada.

Blaxer et all (2006:8-9) identify four common views of research process:

sequential, generalized, circulatory, and evolutionary.

Metode ilmiah merupakan suatu cara pengkajian yang berisi proses

dengan langkah-langkah tertentu. McMillan dan Schumacher (2001)

membaginya atas empat langkah, yaitu:

1. Define a problem,

2. State the hypothesis to be tested,

3. Collect and analyze data, and

4. Interprete the results and draw conclusions about the problem.

Hampir sama dengan McMillan dan Schumacher, John Dewey

membagi langkah-langkah pencarian ilmiah yang disebutnya sebagai

"reflective thinking", atas lima langkah, yaitu:

1. Mengidentifikasi masalah,

2. Merumuskan dan membatasi masalah

3. Menyusun hipotesis,

4. Mengumpulkan dan menganalisis data,

5. Menguji hipotesis dan menarik kesimpulan.

Empat langkah pencarian ilmiah dari McMillan dan Schumacher,

dan lima langkah berpikir reflektif dari John Dewey, seringkali dijadikan

sebagai dasar dari langkah-langkah utama penelitian.

Pencarian berpola (disciplined inquiry), merupakan suatu prosedur

pencarian dan pelaporan dengan menggunakan cara-cara dan sistematika

tertentu, disertai penjelasan dan alasan yang kuat. Pencarian berpola bukan

merupakan suatu pencarian yang bersifat sempit dan mekanistis, tetapi

mengikuti prosedur formal yang telah standar. Prosedur pencarian ini pada

tahap awalnya bersifat spekulatif, mencoba menggabungkan ide-ide dan

metode-metode, kemudian menuangkan ide-ide dan metode tersebut dalam

suatu prosedur yang baku. Laporan dari pencarian berpola berisi

perpaduan antara argumen-argumen yang didukung oleh data dengan

Metodologi Penelitian

9

proses nalar, yang disusun dan dipadatkan sehingga dapat menghasilkan

kesimpulan yang berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan.

Pencarian berpola terutama dalam 'ilmu sosial termasuk pendidikan,

bukan hanya menunjukkan pengkajian yang sistematik, tetapi juga

pengkajian yang sesuai dengan disiplin ilmunya. Tiap disiplin ilmu

mempunyai cara pencarian sendiri yang sesuai dengan karakteristik

disiplin ilmunya. Sain umpamanya banyak menggunakan metode

eksperimen, sedang antropologi menggunakan metode kualitatif.

Pendidikan kebanyakan menggunakan metode deskriptif, tetapi untuk hal-

hal tertentu bisa menggunakan metode eksperimen, tindakan, penelitian

dan pengembangan, dan juga kualitatif.

B. Kriteria Metode Ilmiah

Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah yang

dilakukan secara sistematis dalam memperoleh pengetahuan ilmiah atau

ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah.

Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu secara

sistematis. Penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam

membantu manusia untuk menemukan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi, hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk

memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Demikian pula

munculnya berbagai macam pengetahuan dan teknologi baru tentu tidak

terlepas dari penelitian.

Suatu cara yang digunakan dalam melakukan penelitian disebut

metode ilmiah karena metode tersebut mempunyai kriteria ilmiah yaitu: (1)

Berdasarkan fakta atau objektif, (2) Bebas dari prasangka, (3) Menerapkan

prinsip-prinsip analisis, (4) Menggunakan hipotesis, (5) Menggunakan

ukuran objektif, dan (6) Menggunakan teknik kuantifikasi. Lebih jauh di

bawah ini dijelaskan kriteria-kriteria tersebut sebagai berikut:

1. Objektivitas

Penelitian harus memiliki kriteria objektivitas (objectivity) baik

dalam kriteria maupun prosedurnya. Objektivitas dapat dicapai melalui

keterbukaan, terhindar dari bias dan subjektivitas. Dalam prosedurnya,

Sukris Sutiyatno

10

penelitian menggunakan teknik pengumpulan dan analisis data yang

memungkinkan dibuat interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Objektivitas juga menunjukkan kualitas data yang dihasilkan dari prosedur

yang digunakan yang dikontrol dari bias dan subjektivitas.

2. Bebas dari Prasangka

Metode ilmiah harus mempunyai kriteria yang harus bebas dari

prasangka dan harus terhindar dari berbagai pertimbangan subyektif.

Fakta-fakta yang dikumpulkan harus berdasarkan data yang obyektif dan

tidak ditambah maupun dikurangi untuk kepentingan tertentu atau untuk

mengarahkan agar hasilnya sesuai dengan yang diinginkan peneliti.

3. Menggunakan Analisis

Analisis dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan

berbagai fenomena, masalah harus dicari sebab-musababnya serta

pemecahannya dengan menggunakan analisis yang logis. Fakta yang

didukung dengan data-data yang akurat dianalisis secara tajam dan

menggunakan analisis yang tepat dan akurat.

4. Menggunakan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu

permasalahan. Namun demikian jawaban sementara tersebut harus

didukung dengan berbagai teori, konsep dan didukung dengan penelitian

yang relevan yang dapat membentuk kerangka berpikir seorang peneliti

dalam memahami permasalahan dan akhirnya sampai pada keputusan

untuk menghasilkan hipotesis.

5. Menggunakan Ukuran Obyektif

Penelitian juga harus memiliki tingkat objektivitas, secara teknis

instrumen pengumpulan datanya harus memiliki validitas dan reliabilitas

yang memadai, desain penelitian, pengambilan sampel dan teknik

analisisnya tepat. Dalam penelitian kuantitatif, hasilnya dapat diulang dan

digeneralisasikan, dalam penelitian kualitatif memiliki sifat reflektif dan

tingkat komparasi yang konstan.

Metodologi Penelitian

11

6. Menggunakan Teknik Kuantifikasi/Verifikasi

Teknik kuantitatif biasanya dengan menggunakan ukuran nominal.

Ukuran kuantitaif yang lazim harus digunakan kecuali untuk atribut-atribut

yang tidak bisa dikuantifikasikan.

C. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses yang terdiri atas beberapa

langkah. Langkah ini bukan sesuatu yang sekuensial atau langkah-langkah

yang harus diikuti secara kaku. Proses penelitian adalah sesuatu kegiatan

interaktif antara peneliti dengan logika, masalah, desain dan interpretasi.

1. Mengidentifikasi Masalah

Kegiatan penelitian dimulai dengan mengidentifikasi isu-isu dan

masalah-masalah penting (esensial), hangat (aktual), dan mendesak

(krusial) yang dihadapi saat ini, dan yang paling banyak manfaat atau

kegunaannya bila isu atau masalah tersebut diteliti dan ditemukan

pemecahannya.

2. Merumuskan dan Membatasi Masalah

Perumusan masalah merupakan perumusan dan pemetaan faktor-

faktor, atau variabel-variabel yang terkait dengan fokus masalah. Faktor

atau variabel tersebut diakibatkan oleh fokus masalah. Karena faktor atau

variabel yang terkait dengan fokus masalah cukup banyak, maka perlu ada

pembatasan faktor atau variabel, yaitu dibatasi pada faktor atau variabel-

variabel yang penting.

3. Melakukan Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan kegiatan untuk mengkaji teori-teori

yang mendasari penelitian, baik teori yang berkenaan dengan bidang ilmu

yang diteliti maupun metodologi. Dalam studi kepustakaan juga dikaji hal-

hal yang bersifat empiris bersumber dari temuan-temuan penelitian

terdahulu yang relevan.

Sukris Sutiyatno

12

4. Merumuskan Hipotesis atau Pertanyaan Penelitian

Hal-hal pokok yang ingin diperoleh dari penelitian dirumuskan

dalam bentuk hipotesis atau pertanyaan penelitian. Rumusan hipotesis

dibuat apabila penelitiannya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

pengolahan data statistik inferensial. Untuk penelitian kuantitatif yang

menggunakan pengolahan data statistik deskriptif tidak diperlukan

rumusan hipotesis, cukup dengan pertanyaan-pertanyaan pokok, demikian

juga dengan penelitian kualitatif.

5. Menentukan Desain dan Metode Penelitian

Desain penelitian berisi rumusan tentang langkah-langkah

penelitian, dengan menggunakan pendekatan, metode penelitian, teknik

pengumpulan data, dan sumber data tertentu serta alasan-alasan mengapa

metode tersebut digunakan.

6. Menyusun Instrumen dan Mengumpulkan Data

Kegiatan pengumpulan data didahului oleh penentuan teknik,

penyusunan dan pengujian instrumen pengumpulan data yang akan

digunakan. Dalam pelaksanaan pengumpulan data, selain objektivitas dan

keakuratan data yang akan diperoleh, segi-segi legal dan etis dalam proses

pelaksanaannya perlu mendapatkan perhatian.

7. Menganalisis Data dan Menyajikan Hasil

Analisis data menjelaskan teknik dan langkah-langkah yang

ditempuh dalam mengolah atau menganalisis data. Data kuantitatif

dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif, berupa

tabel, grafik, profil, bagan, atau menggunakan statistik inferensial berupa

korelasi, regresi, perbedaan, analisis jalur, dll. Data kualitatif dianalisis

menggunakan teknik analisis kualitatif deskriptif naratif- logis.

Menginterpretasikan temuan, membuat kesimpulan dan

rekomendasi. Hasil analisis data masih berbentuk temuan yang belum

diberi makna. Pemberian makna atau arti dari temuan dilakukan melalui

interpretasi. Interpretasi dibuat dengan menganalisis makna hubungan

antara temuan yang satu dengan yang lainnya, antara temuan dengan

konteks atau hal-hal yang melatar belakanginya, dengan teori yang

mendukungnya ataupun dengan kemungkinan penerapannya.

Metodologi Penelitian

13

Kesimpulan merupakan penarikan generalisasi dari hasil interpretasi

temuan penelitian. Meskipun penelitian kualitatif tidak bersifat

generalisasi, tetapi unsur generalisasi ini tetap ada, yaitu menemukan hal-

hal yang esensial atau prinsipil dari suatu deskripsi.

Terhadap kesimpulan-kesimpulan yang telah dirumuskan,

disusunlah implikasi dan rekomendasi atau saran. Implikasi merupakan

akibat logis dari temuan-temuan penelitian yang terkandung dalam

kesimpulan. Rekomendasi merupakan hal-hal yang sebaiknya dilakukan

oleh pihak-pihak terkait dalam memanfaatkan hasil-hasil penelitian.

D. Kesimpulan

Penelitian merupakan proses penyelesaian masalah dan proses

penemuan yang mempunyai sifat sistematis, terkontrol, empiris dan

dilandasi dengan dukungan teori dan hipotesis/jawaban sementara terhadap

suatu permasalahan. Semua kegiatan penelitian menuntut penalaran logis.

Penalaran merupakan proses, berpikir, menggunakan prinsip-prinsip logika

deduktif atau induktif.

Metode ilmiah mempunyai kriteria: (1) Berdasarkan fakta atau

objektif, (2) Bebas dari prasangka, (3) Menerapkan prinsip-prinsip analisis,

(4) Menggunakan hipotesis, (5) Menggunakan ukuran objektif, dan (6)

Menggunakan teknik kuantifikasi.

Penelitian merupakan suatu proses yang terdiri atas beberapa

langkah yang mencakup: (1) Mendidentifikasi masalah, (2) Merumuskan

masalah, (3) Melakukan studi pustaka, (4) Merumuskan hipotesis atau

pertanyaan penelitian, (5) Menentukan desain dan metode penelitian, (6)

Menyusun insrumen dan mengumpulkan data, (7) Menganalisis data dan

menyajikan hasil penelitian

Sukris Sutiyatno

14

Metodologi Penelitian

15

BAB II

MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH

Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan

akan dapat:

1. Dapat memahami pentingnya masalah

2. Dapat menjelaskan rumusan masalah

3. Dapat menjelaskan variabel penelitian

A. Pentingnya Masalah Penelitian

Salah satu faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan penelitian

adalah adanya masalah penelitian (research problem). Pada dasarnya

penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang

antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap

penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah.

Seperti dinyatakan Sugiyono (2008:32) bahwa, baik penelitian murni

maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian

terapan, hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan.

Hamid Darmadi (2011:11-12) menyatakan bahwa langkah-langkah untuk

menemukan permasalahan penelitian adalah: (1) menganalisis semua yang

telah diketahui, yang telah diteliti, (2) mencari kesenjangan dalam

penjelasannya, mencari kesimpulan yang belum diuji, (3) mencari konflik

pendapat terhadap suatu hal, (4) mencari saran konkrit yang harus diteliti

lebih lanjut dari suatu laporan penelitian, (5) selalu mempertanyakan

kebenaran dari suatu prosedur rutin yang selalu dipakai setiap hari, dan (6)

membaca dan merefleksikan dalam sutau pertanyaan; mengapa,

bagaimana, jika dan seterusnya. Lebih jauh dijelaskan kriteria

permasalahan yang dapat diteliti yaitu: (1) mempunyai kontribusi

professional, (2) mempunyai derajat keunikan dan keaslian, (3) layak

untuk dilaksanakan, (4) permasalahan dapat diuji kebenarannya, dan (5)

permasalahan tersebut harus layak.

Sukris Sutiyatno

16

Zainal (2007:31) menyatakan permasalahan yang baik memiliki tiga

ciri utama, yaitu: (1) mempunyai nilai penelitian, dalam arti bahwa

permasalahan tersebut masih asli/orisinil, menyatakan suatu hubungan

dengan bidang lain, serta dapat diuji kebenarannya; (2) feasible artinya

permasalahan itu dapat diselesaikan, tersediannya data dan metode untuk

memecahkan masalah, tersedianya biaya dan waktu yang diperlukan; (3)

sesuai dengan kualifikasi peneliti artinya bahwa permasalahan yang

diangkat menarik minat bagi peneliti, serta sesuai dengan kualifikasi yang

ada. Syamsudin & Vismia (2011:43) menyatakan suatu permasalahan

dapat dikatakan dapat diteliti atau researchable, yaitu apabila masalah

tersebut dapat diungkap kejelasannya melalui tindakan pengumpulan data

diungkap data dan dianalisis.

Pada dasarnya setiap orang memiliki masalah, bahkan orang yang

tidak mempunyai masalah akan dimasalahkan oleh orang lain (hanya orang

gila yang tidak mempunyai masalah). Namun seperti telah dikemukakan

bahwa menemukan masalah yang betul-betul masalah bukanlah pekerjaan

mudah. Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat

dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering

merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1998).

Bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul-betul

masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50% telah

terselesaikan. Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian

merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat

ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan.

1. Sumber Masalah

Sumber masalah sangat banyak dan sebenarnya juga ada disekeliling

peneliti, namun demikian yang menjadi hambatan adalah kemampuan

peneliti untuk menggali dan mengidentifikasi masalah tersebut serta

menemukan sumber-sumber di mana masalah penelitian terjadi. Nazir

(2013:101) menyatakan sumber-sumber di mana masalah diperoleh,

adalah: (1) Pengamatan terhadap kegiatan manusia, (2) Bacaan, (3)

Analisis di bidang pengetahuan, (4) Ulangan serta perluasan penelitian, (4)

Cabang studi yang sedang dikerjakan, (5) Pengalaman dan catatan pribadi,

Metodologi Penelitian

17

(6) Praktik serta keinginan masyarakat, (7) Bidang spesialisasi, (8)

Pelajaran dan mata ajaran yang sedang diikuti, (8) Pengamatan terhadap

sekeliling, dan (9) Diskusi-diskusi ilmiah.

Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian

ataupun kebingungan kita terhadap suatu fenomena, adanya kemenduaan

arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya gap, baik antar

kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada atau yang akan ada

(Nazir, 2013:96).

Sugiyono (2011:56-57) menyatakan masalah dapat diartikan sebagai

penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar

terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan,

antara rencana dengan pelaksanaan. Permasalahan dapat diketahui atau

dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan

kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya

pengaduan, dan kompetisi.

a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan

Di dunia ini yang tetap hanyalah perubahan, namun demikian

seringkali perubahan tersebut tidak diharapkan oleh orang-orang

tertentu, karena akan dapat menimbulkan masalah. Orang yang

bisaanya menjadi pimpinan pada bidang pemerintahan harus

berubah ke bidang bisnis. Hal ini pada awalnya tentu akan muncul

masalah. Orang atau kelompok yang bisaanya mengelola

pemerintahan dengan sistem sentralisasi lalu berubah menjadi

desentralisasi, maka akan muncul masalah. Orang bisaanya menulis

menggunakan mesin ketik manual harus ganti dengan komputer,

maka akan muncul masalah. Apakah masalahnya sehingga perlu ada

perubahan. Apakah masalahnya dengan sistem sentralisasi, sehingga

perlu berubah menjadi sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan, apakah masalahnya sehingga kebijakan pendidikan

selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan? Apakah masalahnya

setelah terjadi perubahan?

Sukris Sutiyatno

18

b. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan

dengan kenyataan

Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai

dengan tujuan dari rencana tersebut, maka tentu ada masalah.

Mungkin masih ingat bahwa pada era orde baru direncanakan pada

tahun 2000 Bangsa Indonesia akan tinggal landas tetapi ternyata

tidak, sehingga muncul masalah. Dengan adanya reformasi

diharapkan harga-harga akan turun, ternyata tidak, sehingga timbul

masalah. Direncanakan dengan adanya penataran pengawasan

melekat, maka akan terjadi penurunan dalam jumlah KKN. tetapi

ternyata tidak sehingga timbul masalah. Apakah masalahnya

sehingga apa yang telah direncanakan tidak menghasilkan

kenyataan. Jadi untuk menemukan masalah dapat diperoleh dengan

cara melihat dari adanya penyimpangan antara yang direncanakan

dengan kenyataan.

c. Ada pengaduan

Dalam suatu organisasi yang tadinya tenang tidak ada masalah,

ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk

maupun pelayanan yang diberikan, maka timbul masalah dalam

organisasi itu. Pikiran pembaca yang dimuat dalam koran atau

majalah yang mengadukan kualitas produk atau pelayanan suatu -

lembaga, dapat dipandang sebagai masalah, karena diadukan lewat

media sehingga banyak orang yang menjadi tahu akan kualitas

produk dan kualitas pelayanan. Dengan demikian orang tidak akan

membeli lagi atau tidak menggunakan jasa lembaga itu lagi.

Demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap suatu

organisasi juga dapat menimbulkan masalah. Dengan demikian

masalah penelitian dapat digali dengan cara menganalisis isi

pengaduan.

d. Ada kompetisi

Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah

besar. bila tidak dapat memanfaatkan untuk kerjasama. Perusahaan

Pos dan Giro merasa mempunyai masalah setelah ada biro jasa lain

Metodologi Penelitian

19

yang menerima titipan surat, titipan barang, ada handphone yang

dapat digunakan untuk SMS, internet e-mail. Perusahaan Kereta Api

memandang angkutan umum jalan raya dengan Bus sebagai pesaing,

sehingga menimbulkan masalah. Tetapi mungkin PT. Telkom

kurang mempunyai masalah karena tidak ada perusahaan lain yang

memberikan jasa yang sama lewat telepon kabel, tetapi menjadi

masalah setelah ada saingan telepon genggam (hand phone).

Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukkan

dengan data. Misalnya penelitian tentang SDM, maka masalah

SDM, harus ditunjukkan dengan data. Masalah SDM misalnya.

berapa jumlah SDM yang terbatas, jenjang pendidikan yang rendah,

kompetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data masalah

dapat diperolah dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil

penelitian orang lain, atau dari dokumentasi. Data yang diberikan

harus up to date, lengkap dan akurat. Jumlah data masalah yang

dikemukakan tergantung pada jumlah variabel penelitian yang

ditetapkan untuk diteliti. Kalau penelitian berkenaan dengan 5

variabel, maka data masalah yang dikemukakan minimal 5. Tanpa

menunjukkan data, maka masalah yang dikemukakan dalam

penelitian tidak akan dipercaya.

B. Rumusan Masalah

Faktor yang sangat penting dalam penelitian adalah merumuskan

masalah. Setelah masalah ditemukan dan dipilih, langkah selanjutnya

adalah merumuskan masalah. Perumusan masalah harus dilakukan dengan

cermat karena merupakan titik tolak dalam merumuskan hipotesis.

Rumusan permasalahan yang baik harus dapat mencakup dan

menunjukkan semua variabel maupun hubungan variabel satu dengan

variabel lainnya dan rumusan masalah harus jelas dan tidak menduakan

arti (Sukardi, 2003:29). Rumusan masalah dapat dilakukan dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Masalah biasanya dirumuskan

dalam bentuk pertanyaan, walaupun juga diperbolehkan dalam bentuk

pernyataan, (2) Rumusan hendaknya padat dan jelas, (3) Rumusan masalah

Sukris Sutiyatno

20

sebaiknya berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah, (4)

Rumusan masalah harus didasarkan dalam menentukan hipotesis, dan (5)

Masalah menjadi dasar dari judul penelitian.

Tahap perumusan masalah merupakan tahap yang penting dalam

penelitian karena semua jalannya penelitian akan diarahkan dan dipandu

oleh perumusan masalah. Tanpa adanya perumusan masalah yang jelas,

penelitian tidak akan dapat dilaksanakan karena perumusan masalah

merupakan sumber utama dari unsur penelitian yang akan dilaksanakan.

Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu

merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka

rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan

jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan

erat antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah

penelitian harus didasarkan pada masalah.

1. Bentuk-bentuk Rumusan Masalah Penelitian

Seperti telah dikemukakan bahwa, rumusan masalah itu merupakan

suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan

data. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini dikembangkan

berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi (level of explanation).

Bentuk masalah dapat dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deskriptif,

komparatif dan assosiatif.

a. Rumusan masalah Deskriptif

Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang

berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri,

baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri

sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat

perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari

hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian

semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif. Di

bawah ini diberikan contoh rumusan masalah deskriptif sebagai

berikut:

1) Seberapa baik kinerja sistem informasi pemasaran di PT ABC ?

2) Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap demo buruh BBM?

Metodologi Penelitian

21

3) Seberapa tinggi efektivitas kebijakan penurunan suku bunga

perbankan terhadap pertumbuhan UMKM?

4) Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja

pemerintah?

b. Rumusan Masalah Komparatif

Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang

membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau

lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh

Rumusan masalahnya komparatif adalah sebagai berikut.

1) Adakah perbedaan sistem informasi pemasaran antara

perusahaan A dan B?

2) Adakah perbedaan, kemampuan dan disiplin kerja antara

pegawai Swasta Nasional, dan Perusahaan asing?

3) Adakah perbedaan produktivitas antara pegawai laki-laki dan

perempuan di Perusahaan X?

4) Adakah perbedaan kualitas pendidikan di Kabupaten A dan B?

5) Adakah perbedaan kualitas pelayanan antara Bank Swasta dan

Bank Pemerintah?

c. Rumusan Masalah Assosiatif

Rumusan masalah assosiatif adalah suatu rumusan masalah

penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel

atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris,

hubungan kausal, dan interaktif/reciprocal/timbal balik.

Hubungan simetris

Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel

atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan

hubungan kausal maupun interaktif, contoh rumusan masalahnya

adalah sebagai berikut:

a) Adakah hubungan antara media pembelajaran berbasis

komputer dengan prestasi siswa?

b) Adakah hubungan sistem pendukung keputusan dengan

Sukris Sutiyatno

22

perilaku manajer?

c) Adakah hubungan antara sistem informasi pemasaran

dengan penjualan?

d) Adakah hubungan antara e-learning dengan prestasi belajar

mahasiswa?

e) Adakah hubungan sistem informasi kesehatan dengan

pelayanan pasien di suatu rumah sakit?

Contoh judul penelitiannya adalah sebagai berikut.

(1) Hubungan antara media pembelajara dengan prestasi belajar

siswa

(2) Hubungan antara sistem pendukung keputusan dengan

perilaku manajer.

(3) Hubungan antara sistem informasi pemasaran dengan

penjualan

Hubungan Kausal

Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.

Jadi di sini ada variabel independen (variabel yang

mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh:

a) Adakah pengaruh sistem informasi persediaan barang

terhadap penjualan?

b) Seberapa besar pengaruh sistem informasi presensi

karyawan dengan kedisiplinan karyawan?

c) Seberapa besar pengaruh sistem informasi akademik

terhadap kepuasan mahasiswa?

d) Seberapa besar pengaruh media sosial terhadap perilaku

remaja?

Contoh judul penelitiannya:

(a) Pengaruh Sistem Informasi Persediaan Barang terhadap

Penjualan di Perusahaan PT ABC.

(b) Pengaruh Sistem Informasi Karyawan Terhadap

Metodologi Penelitian

23

Kedisiplinan Karyawan

(c) Pengaruh Sistem Informasi Akademik terhadap Kepuasan

Mahasiswa

(d) Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Remaja

Hubungan interaktif/resiprocaUtimbal batik

Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling

mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen

dan dependen, contoh:

(a) Hubungan antara motivasi dan prestasi. Di sini dapat

dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi dan juga

prestasi mempengaruhi motivasi.

(b) Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan

dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya

dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.

C. Variabel Penelitian

1. Pengertian Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau

obyek, yang mernpunyai "variasi" antara satu orang dengan yang lain atau

satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady. 1981). Variabel

juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.

Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja,

merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan

warna merupakan atribut-atribut dari obyek. Struktur organisasi, model

pendelegasian, kepemimpinan, pengawasan, koordinasi, prosedur dan

mekanisme kerja, deskripsi pekerjaan, kebijakan, adalah merupakan

contoh variabel dalam kegiatan administrasi. Saifudin Azwar (2007:59)

menyatakan bahwa sesuatu dinamai variabel dikarenakan secara kuantitatif

atau secara kualitatif ia dapat bervariasi. Apabila sesuatu tidak dapat

Sukris Sutiyatno

24

bervariasi maka ia bukan variabel melainkan konstanta.

Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk

(constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Diberikan contoh misalnya,

tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin,

golongan gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain. Di bagian lain Kerlinger

menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang

diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian

variabel itu merupakan suatu yang bervariasi. Selanjutnya Kidder (1981),

menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) di mana

peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

2. Macam-macam Variabel

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain

maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:

a. Variabel Independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel

stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering

disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

b. Variabel Dependen: sering disebut sebagai variabel output, kriteria,

konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel

terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Gambar 2.1. Contoh hubungan variabel independen-dependen

Media Pembelajaran

(Variabel Independen)

Prestasi siswa

(Variabel Dependen)

Metodologi Penelitian

25

c. Variabel Moderator: adalah variabel yang mempengaruhi

(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel

independen dengan dependen. Variabel disebut juga sebagai

variabel independen ke dua. Hubungan perilaku suami dan isteri

akan semakin baik (kuat) kalau mempunyai anak, dan akan semakin

renggang kalau ada fihak ke tiga ikut mencampuri. Di sini anak

adalah sebagai variabel moderator yang memperkuat hubungan, dan

fihak ke tiga adalah sebagai variabel moderator yang memperlemah

hubungan. Hubungan motivasi dan produktivitas kerja akan semakin

kuat bila peranan pemimpin dalam menciptakan iklim kerja sangat

baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan pemimpin kurang

baik dalam menciptakan iklim kerja.

d. Variabel intervening: dalam hal ini Tuckman (1988) menyatakan

"An intervening variable is that factor that theoretically affect the

observed phenomenon but cannot be seen, measured, or

manipulated". Variabel intervening adalah variabel yang secara

teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan

dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat

diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara

yang terletak di antara variabel independen dan dependen, sehingga

variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau

timbulnya variabel dependen

Gambar 2.2. Contoh hubungan variabel independen, moderator, dependen.

Perilaku Pimpinan

(Variabel Independen)

Perilaku Karyawan

(Variabel Dependen)

Kesejahteraan (Variabel Moderator)

Sukris Sutiyatno

26

Gambar 2.3 Contoh hubungan variabel independen moderator, dependen.

Agar dapat memutuskan kedudukan variabel bebas, dan terikat,

moderator, intervening atau variabel yang lain, maka harus dilihat

konteksnya dengan didasari konsep teoritis yang melandasi maupun hasil

dari pengamatan lapangan. Oleh karena itu sebelum peneliti memilih

variabel apa yang akan diteliti perlu dilakukan kajian teoritis, dan

melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu terhadap obyek penelitian.

Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan di

belakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang

ada di obyek penelitian. Namun demikian masih terjadi, rumusan masalah

penelitian dibuat tanpa melalui studi pendahuluan ke obyek penelitian,

sehingga setelah dirumuskan ternyata masalah itu tidak menjadi masalah

pada obyek penelitian. Setelah masalah dapat difahami dengan jelas dan

dikaji secara teoritis, maka peneliti dapat menentukan variabel-variabel

penelitiannya.

Biasannya gejala-gejala sosial itu mencakup berbagai macam variabel

yang saling terkait secara simultan baik variabel bebas, terikat, moderator, dan

intervening, sehingga penelitian yang baik akan mengamati semua variabel

tersebut. Tetapi karena adanya keterbatasan dalam berbagai hal, maka peneliti

sering hanya memfokuskan pada beberapa variabel penelitian saja, yaitu pada

variabel independen dan dependen. Dalam penelitian kualitatif hubungan

antara semua variabel tersebut akan diamati, karena penelitian kualitatif

berasumsi bahwa gejala itu tidak dapat diklasifikasikan tetapi merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Lingkungan Sekolah (Variabel

Independen)

Kepemimpinan (Variabel Moderator)

Kepuasan siswa

(Variabel Dependen)

Metodologi Penelitian

27

D. Kesimpulan

Setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari

masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering

merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian. Rumusan

masalah dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(1) Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, walaupun

juga diperbolehkan dalam bentuk pernyataan, (2) Rumusan hendaknya

padat dan jelas, (3) Rumusan masalah sebaiknya berisi implikasi adanya

data untuk memecahkan masalah, (4) Rumusan masalah harus didasarkan

dalam menentukan hipotesis, dan (5) Masalah menjadi dasar dari judul

penelitian. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini dikembangkan

berdasarkan masalah penelitian menurut tingkat eksplanasi (level of

explanation). Bentuk masalah dapat dikelompokkan ke dalam bentuk

masalah deskriptif, komparatif dan assosiatif.

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Sukris Sutiyatno

28

Metodologi Penelitian

29

BAB III

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS

Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan

akan dapat:

1. Dapat mejelaskan pengertian teori

2. Dapat memahami fungsi teori dalam penelitian

3. Dapat menjelaskan deskripsi teori

4. Dapat menjelaskan kerangka pikir

5. Dapat memahami hipotesis

A. Pengertian Teori

Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam

proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep

dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai

landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. Landasan teori ini perlu

ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan

sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya landasan teoritis ini

merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data. Borg & gall (1989:25) theory building is the most

important purpose of research. Jadi, bangunan teori merupakan aspek dan

tujuan yang paling penting dalam penelitian.

Cresswell (2003:120) menyatakan ―A theory is“ a set of interrelated

constructs (variables), definitions and propositions that presents a

systematic view of phenomena by specifying relations among variables

with the purpose of explaining natural phenomena”. Teori adalah sarana

pokok untuk menyatakan hubungan sistematis dalam gejala sosial maupun

natural yang ingin diteliti. Teori merupakan abstraksi dari pengertian atau

hubungan dari proporsi atau dalil. Teori adalah sebuah seperangkat konsep

atau construct yang berhubungan satu dengan lainnya, suatu proporsi yang

Sukris Sutiyatno

30

mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena.

Dengan adanya landasan teoritis hal tersebut dapat menjadi

karakteristik penelitian yaitu metode ilmiah. Suatu teori akan mempunyai

makna yang penting bila teori tersebut dapat melukiskan, menerangkan

dan meramalkan fenomena yang ada. Setiap penelitian selalu

menggunakan teori. Seperti dinyatakan oleh Neumen (2003) "Researchers

use theory differently' in various type of research, but some type of theory

is present in most social research” Kerlinger (1978) mengemukakan

bahwa Theory is a set of interrelated contruct (concepts), definitons and

proposition that present a systematic view of phonemena by specifying

relations among variables, with purpose of explaining and predicting the

phenomena. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan

proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik,

melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna

menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Wiersma (1986) menyatakan bahwa : A theory is a generalization or

series of generalization by which we attempt to explain some phenomena

in a systematic manner. Teori adalah generalisasi atau kumpulan

generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena

secara sistematik.

Cooper and Schindler (2003), mengemukakan bahwa, A theory is a

set of systematically interrelated concepts, definition, and proposition that

are advanced to explain and predict phenomena (fact).Teori adalah

seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang tersusun secara sistematis

sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Selanjutnya Sitirahayu Haditono (1999). menyatakan bahwa suatu

teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat

melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada.

Mark 1963, dalam (Sitirahayu Haditono, 1999), membedakan

adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan

dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain:

1. Teori yang deduktif: memberi keterangan yang dimulai dari suatu

perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data yang akan

Metodologi Penelitian

31

diterangkan

2. Teori yang induktif: cara menerangkan adalah dari data ke arah

teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini

dijumpai pada kaum behaviorist.

3. Teori yang fungsional: di sini nampak suatu interaksi pengaruh

antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi

pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi

data.

Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori

dapat dipandang sebagai berikut.

1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara

logis. Hukum-hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif.

Suatu hukum menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel

empiris yang bersifat ajeg dan dapat diramal sebelumnya.

2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis

mengenai suatu kelompok hukum yang diperoleh secara empiris

dalam suatu bidang tertentu. Di sini orang mulai dari data yang

diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang suatu konsep yang

teoritis (induktif)

3. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang

menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang

fungsional antara data dan pendapat yang teoritis.

Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik

kesimpulan bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum.

Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh melalui, jalan yang

sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia

bukan suatu teori.Teori semacam ini mempunyai dasar empiris. Suatu teori

dapat memandang gejala yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda,

misalnya dapat dengan menerangkan, tetapi dapat pula dengan

menganalisa dan menginterpretasi secara kritis (Habermas, 1968).

Misalkan melukiskan suatu konflik antar generasi yang dilakukan oleh ahli

Sukris Sutiyatno

32

teori yang berpandangan emansipatoris akan berlainan dengan cara

melukiskan seorang ahli teori lain tidak berpandangan emansipatoris.

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan

seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis.

Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan

(explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu

gejala. Mengapa kalau besi kena panas memuai, dapat dijawab dengan

teori yang berfungsi menjelaskan. Kalau besi dipanaskan sampai 750 C

berapa pemuaiannya, dijawab dengan teori yang berfungsi meramalkan.

Selanjutnya berapa jarak sambungan rel kereta api yang paling sesuai

dengan kondisi iklim Indonesia sehingga kereta api jalannya tidak

terganggu karena sambungan dijawab dengan teori yang berfungsi

mengendalikan.

Selanjutnya Hoy & Miskel (2001) mengemukakan bahwa kemponen

teori itu meliputi konsep dan asumsi. A concept is a term that has been

given an abstract, generalized meaning. Konsep merupakan istilah yang

bersifat abstrak dan bermakna generalisasi. Contoh konsep dalam

administrasi adalah leadership (kepemimpinan), satisfaction (kepuasan)

dan informal organization (organisasi informal). Sedangkan asumsi

merupakan pernyataan diterima kebenarannya tanpa pembuktian. An

assumption, accepted without proof are not necessarily self-evident.

B. Fungsi Teori dalam Penelitian

Teori dapat berfungsi sebagai alat dari ilmu (tool of science).

Sebagai instrument dari ilmu, teori mempunyai peranan sebagai berikut:

(1) Teori mendefinisikan orientasi utama dari ilmu dengan memberikan

definisi terhadap jenis-jenis data yang akan dibuat abstraksinya, (2) Teori

memberikan rencana konseptual, dengan rencana mana fenomena-

fenomena yang relevan disistematiskan, diklasifikasikan, dan dihubung-

hubungkan, (3) teori memberi ringkasan terhadap fakta dalam bentuk

generalisasi empiris dan sistem generalisasi, (4) Teori memberikan

prediksi terhadap fakta, dan (5) Teori memperjelas celah-celah di dalam

pengetahuan kita. Pada sisi yang lain fakta mempunyai peranan terhadap

Metodologi Penelitian

33

teori. Fakta berperanan dan mempunyai interaksi yang tetap dengan teori.

Peranan fakta terhadap teori antara lain: (1) Fakta menolong memprakarsai

teori, (2) Fakta memberi jalan dalam mengubah atau memformulasikan

teori baru, (3) Fakta dapat memberi penolakan terhadap teori, (4) Fakta

menukar fokus dan orientasi dari teori, dan (5) Fakta memperterang dan

memberi definisi kembali terhadap teori (Nazir, 2013: 11-12). Sementara

Cooper and Schindler (2003), menyatakan bahwa kegunaan teori dalam

penelitian adalah:

1. Theory narrows the range of fact we need to study

2. Theory suggests which research approaches are likely to yield the

greatest meaning

3. Theory suggests a system for the research to impose on data in

order to classify them in the most meaningful way

4. Theory summarizes what is known about object of study and states

the uniformities that lie beyond immediate observation

5. Theory can be used to predict further fact that should be found.

Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti

harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan

harus sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas

masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan

sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu

landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori

apa yang akan dipakai.

Numan (2003) mengemukakan tingkatan teori (level of theory)

menjadi tiga yaitu, micro, meso, dan macro. Micro level theory: small

slices of time, space, or a number of people. The concept are usually not

very abstract. Meso-level theory: attempts to link macro and micro levels

or to operate at an intermediate level. Contoh teori organisasi dan gerakan

sosial, atau komunitas tertentu. Macro level theory: concerns the operation

of larger aggregates such as social institutions, entire culture systems, and

whole societies. It uses more concepts that are abstract. Selanjutnya fokus

teori dibedakan menjadi tiga yaitu teori subtantif, teori formal, dan midle

Sukris Sutiyatno

34

range theory. Subtantive theory is developed for a specific area of social

concern, such as deliquent gangs, strikes, divorce, or ras relation. Formal

theory is developed for a broad conceptual area in general theory, such as

deviance; socialization, or power. Midle range theory are slightly more

abstract than empirical generalization or specific hypotheses. Midle range

theories can be formal or subtantive. Midle range theory is princippally

used in sociology to guide empirical inquiry.

Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji

melalui pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih

fokus berlaku untuk obyek yang akan diteliti. Tanpa didukung oleh teori

maka temuan-temuan dalam penelitian hanya merupakan keterangan-

keterangan empiris yang berserakan. Dengan landasan teori hubungan

antara penemuan empiris yang khas dengan suatu konsep umum,

hubungan ini dapat meletakkan dasar yang lebih kokoh untuk membuat

suatu prediksi.

Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang

pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup,

atau konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua (prediksi

dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk merumuskan

hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya

hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya

fungsi teori yang ke tiga (kontrol) digunakan mencandra dan membahas

hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran

dalam upaya pemecahan masalah.

Zainal (2007:47) menyatakan bahwa untuk mereview sebuah

literatur kita bisa melakukannya dengan beberapa cara, antara lain: (a)

Mencari kesamaan (Compare); (b) Mencari ketidaksamaan (Contrast); (c)

Memberikan pandangan (Criticize); (d) Membandingkan (Synthesize); dan

(e) Meringkas (Summarize). Di samping itu, hal yang harus diingat dalam

membuat literature review adalah fitur utama alam membangun teori

adalah membandingkan antar konsep, teori dan hipotesis dengan literature

yang ada. Kunci utama dari proses ini adalah mengkaji sebanyak mungkin

literatur yang ada. Oleh karena itu perlu dicari persamaan, perbedaan yang

Metodologi Penelitian

35

terjadi antara literatur yang satu dengan literatur lainnya, serta mencari

alasan kenapa hal tersebut dapat terjadi.

Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan

kerangka berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan

instrumen penelitian.

C. Deskripsi Teori

Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap

variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang

lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup,

kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan

diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.

Hamid Darmadi (2011:41) menyatakan landasan teori menguraikan

apakah yang sudah dikerjakan oleh peneliti-peneliti lain sebelumnya

mengenai masalah yang akan diteliti; menunjukkan siasat peneliti dan

prosedur yang spesifik serta insrumen yang dipakai untuk penyelidikan

serupa. Jadi landasan teori bertujuan memperluas wawasan keilmuan

tentang masalah yang akan diteliti bagi para calon peneliti.

Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan

penelitian dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai

teori dan konteks yang diteliti atau tidak. Variabel-variabel penelitian yang

tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi pengertian maupun

kedudukan dan hubungan antar variabel yang diteliti, menunjukkan bahwa

peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian.

Untuk menguasai teori, maupun generalisasi-generalisasi dari hasil

penelitian, maka peneliti harus rajin membaca. Orang harus membaca dan

membaca, dan menelaah yang dibaca itu setuntas mungkin agar ia dapat

menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya.

Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan dan dipupuk

(Sumadi Suryabrata, 1996). Sumber bacaan yang baik harus memenuhi

tiga kata yaitu relevansi, kelengkapan, dan kemutakhiran (kecuali

penelitian sejarah penelitian ini justru menggunakan sumber-sumber

bacaan lama). Relevansi berkenaan dengan kecocokan antara variabel yang

Sukris Sutiyatno

36

diteliti dapat dikemukakan. kelengkapan berkenaan dengan banyaknya

sumber yang dibaca, kemutakhiran berkenaan dengan dimensi waktu

makin baru sumber yang digunakan, maka akan semakin mutakhir teori.

Hasil penelitian yang relevan bukan berarti sama dengan yang akan

diteliti, tetapi masih dalam lingkup yang sama. Secara teknis. hasil

penelitian yang relevan dengan apa yang akan diteliti dapat dilihat dari:

permasalahan yang diteliti, waktu penelitian, tempat penelitian, sampel

penelitian, metode penelitian, analisis dan kesimpulan. Langkah-langkah

untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:

1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.

2. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, journal

ilmiah, laporan penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi) yang sebanyak--

banyaknya dan yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti.

3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan

setiap variabel yang akan diteliti. (Untuk referensi yang berbentuk

laporan penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang

digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik

pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran yang diberikan).

4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber

bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain,

dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan

dilakukan.

5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan

diteliti, lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan

bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.

6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke

dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan

yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk

mendeskripsikan teori harus dicantumkan.

D. Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis

pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu

Metodologi Penelitian

37

dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Bila dalam

penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu

dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian.

Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk

paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma

penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.

Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila

dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila

penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri,

maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis

untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran

variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999).

Menyusun kerangka pikiran yaitu mengalirkan jalan pikiran

menurut kerangka logis atau menurut logical construct. Hal ini tidak lain

dari menduduk-perkarakan masalah yang diteliti dalam kerangka teoritis

yang relevan dan mampu menangkap, menerangkan, serta menunjukkan

perspektif terhadap masalah itu. Upaya itu ditunjukan untuk menjawab

atau menerangkan pertanyaan penelitian (Soetriono & Rita Hanafie,

2007:158).

Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar

bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan

hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara

terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan (Suria sumantri,

1986). Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan

sesama ilmuwan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun

suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa

hipotesis. Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar

variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.

Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya

dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa

tentang hubungan antar variabel.

Berikut ini dijelaskan langkah-langkah merumuskan hipotesis

sebagai berikut :

Sukris Sutiyatno

38

1. Menetapkan variabel yang diteliti.

Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan

dalam menyusun kerangka berfikir untuk pengajuan hipotesis, maka

harus ditetapkan terlebih dulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah

variabel yang diteliti, dan apakah nama setiap variabel, merupakan

titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan.

2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian (HP)

Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah

membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku

yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus.

Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian,

journal ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi.

3. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP)

Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan

teori-teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti

telah dikemukakan, deskripsi teori berisi tentang, definisi terhadap

masing-masing variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang

lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara variabel satu dengan

yang lain dalam konteks penelitian itu.

4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap

teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam

analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil

penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan obyek

penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori yang berasal

dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri.

5. Analisis Komparatif Terhadap Teori dan Hasil Penelitian

Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara

teori satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan

penelitian yang lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat

memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi

bila dipandang terlalu luas.

Metodologi Penelitian

39

6. Sintesa kesimpulan

Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil

penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti,

selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan

sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel

yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang selanjutnya

dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.

7. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan bagian dari penelitian yang

menjelaskan alur dan cara berpikir seorang peneliti. Kerangka

berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana suatu teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi

sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir dapat dikatakan

berkualitas baik apabila dapat menggambarkan dan menjelaskan

secara teoritis hubungan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara

teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel yaitu independen

dan dependen.

Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka

berfikir yang assosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan.

Kerangka berfikir assosiatif dapat menggunakan kalimat: jika

begini maka akan begitu; jika komitmen kerja tinggi, maka

produktivitas lembaga akan tinggi pula atau jika pengawasan

dilakukan dengan baik (positif), maka kebocoran anggaran

akan berkurang (negatif).

8. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut selanjutnya disusun

hipotesis. Cresswell (2003:108) menyatakan ―hyphotheses are

predictions the researcher holds about the relationship among

variables‖. Bila kerangka berfikir berbunyi jika komitmen kerja

tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi ", maka

hipotesisnya berbunyi "ada hubungan yang positif dan signifikan

antara komitmen kerja dengan produktivitas kerja" Bila kerangka

berfikir berbunyi "Karena lembaga A menggunakan teknologi

Sukris Sutiyatno

40

tinggi, maka produktivitas kerjanya lebih tinggi bila dibandingkan

dengan lembaga B yang teknologi kerjanya rendah," maka

hipotesisnya berbunyi "Terdapat perbedaan produktivitas kerja yang

signifikan antara lembaga A dan B, atau produktivitas kerja lembaga

A lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B".

Selanjutnya Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa,

kerangka berfikir yang baik, memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.

2. Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menunjukkan dan

menjelaskan pertautan/hubungan antar variabel yang diteliti,

dan ada teori yang mendasari.

3. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah

hubungan antar variabel itu positif atau negatif, berbentuk

simetris, kausal atau interaktif (timbal balik).

4. Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam

bentuk diagram (paradigma penelitian), sehingga pihak lain

dapat memahami kerangka pikir yang dikemukakan dalam

penelitian.

E. Hipotesis

Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam

penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka

berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus

merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat ekploratif dan deskriptif

sering tidak perlu merumuskan hipotesis.

Menurut Trelease 1960 (Nazir, 2013:132) memberikan definisi

hipotesis sebagai ―suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang

diamati. Sementara itu, Kerlinger (1973) menyatakan hipotesis adalah

pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih

variabel.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang

Metodologi Penelitian

41

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi

hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan

masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang

menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak

dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis.

Selanjutnya hipotesis, tersebut akan diuji oleh peneliti dengan

menggunakan pendekatan kuantitatif.

Dalam hal ini perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan

hipotesis statistik. Pengertian hipotesis penelitian seperti telah

dikemukakan di atas. Selanjutnya hipotesis statistik itu ada, bila penelitian

bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka

tidak ada hipotesis statistik.

Dalam suatu penelitian, dapat terjadi ada hipotesis penelitian, tetapi

tidak ada hipotesis statistik. Penelitian yang dilakukan pada seluruh

populasi mungkin akan terdapat hipotesis penelitian tetapi tidak akan ada

hipotesis statistik. Ingat bahwa hipotesis itu berupa jawaban sementara

terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji ini dinamakan

hipotesis kerja. Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil). Hipotesis

kerja disusun berdasarkan atas teori yang dipandang handal, sedangkan

hipotesis nol dirumuskan karena teori yang digunakan masih diragukan

kehandalannya.

Hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri berikut: (1) Hipotesis harus

menyatakan hubungan, (2) Hipotesis harus sesuai dengan fakta, (3)

Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya

ilmu pengetahuan, (4) Hipotesis harus dapat diuji, (5) Hipotesis harus

sederhana, dan (5) Hipotesis harus bisa menerangkan fakta (Nazir,

2013:133).

Untuk lebih mudahnya membedakan antara hipotesis penelitian dan

hipotesis statistik, maka dapat dipahami melalui gambar 3.1 berikut:

Sukris Sutiyatno

42

Contoh Hipotesis Penelitiannya:

1. Kemampuan daya beli masyarakat (dalam populasi) itu rendah

(hipotesis deskriptif).

2. Tidak terdapat perbedaan kemampuan daya beli antara kelompok

masyarakat Petani dan Nelayan (dalam Populasi itu/hipotesis

komparatif).

3. Ada hubungan positif antara penghasilan dengan kemampuan daya

beli masyarakat (dalam populasi itu/hipotesis assosiatit).

Data dikumpulkan dari populasi. kesimpulan berlaku untuk populasi

Gambar 3.1 Penelitian Populasi

Pada gambar 3.1 di atas yang diteliti adalah populasi, sehingga

hipotesis statistiknya tidak ada. Sehingga yang ada hanya hipotesis

penelitian. Untuk itu dalam pembuktiannya tidak dipergunakan istilah

"signifikansi" (taraf kesalahan atau taraf kepercayaan).

Selanjutnya perhatikan pula gambar 3.2 berikut, yaitu penelitian

yang menggunakan sampel. Pada penelitian ini untuk mengetahui keadaan

populasi, sumber datanya menggunakan sampel yang diambil dari populasi

tersebut. Jadi yang dipelajari adalah data sampel. Dugaan apakah data

sampel itu dapat diberlakukan ke populasi, dinamakan hipotesis statistik.

Hipotesis statistik diperlukan untuk menguji apakah hipotesis

penelitian yang hanya diuji dengan data sampel itu dapat diberlakukan

untuk populasi atau tidak. Dalam pembuktian ini akan muncul istilah

Populasi

Penelitian

Metodologi Penelitian

43

signifikansi, atau taraf kesalahan atau kepercayaan dari pengujian.

Signifikan artinya hipotesis penelitian yang telah terbukti pada sampel itu

(baik deskriptif, komparatif, maupun assosiatif) dapat diberlakukan ke

populasi.

Contoh hipotesis penelitian yang mengandung hipotesis statistik:

1. Ada perbedaan yang signifikan antara penghasilan rata-rata

masyarakat dalam sampel dengan populasi. Penghasilan masyarakat

itu paling tinggi hanya Rp. 500.000/bulan (hipotesis deskriptif).

2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penghasilan petani dan

nelayan (hipotesis komparatif).

3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara curah hujan

dengan jumlah payung yang terjual (hipotesis assosiatif/hubungan).

Ada hubungan positif artinya, bila curah hujan tinggi, maka akan

semakin banyak payung yang terjual.

Terdapat dua macam hipotesis penelitian yaitu hipotesis kerja dan

hipotesis nol. Hipotesis kerja dinyatakan dalam kalimat positif dan

hipotesis nol dinyatakan dalam kalimat negatif.

Dalam statistik juga terdapat dua macam hipotesis yaitu hipotesis

kerja dan hipotesis alternatif (hipotesis alternatif tidak sama dengan

hipotesis kerja). Dalam kegiatan penelitian, yang diuji terlebih dulu adalah

hipotesis penelitian terutama pada hipotesis kerjanya. Bila penelitian akan

membuktikan apakah hasil pengujian hipotesis itu signifikansi atau tidak,

maka diperlukan hipotesis statistik. Teknik statistik yang digunakan untuk

menguji hipotesis ini adalah statistik inferensial. Statistik yang bekerja

dengan data populasi adalah statistik deskriptif.

Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah hipotesis nol, hipotesis

yang menyatakan tidak ada perbedaan antara data sampel, dan data

populasi. Sementara itu, yang diuji hipotesis nol karena peneliti tidak

berharap ada perbedaan antara sampel dan populasi atau statistik dan

parameter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan

populasi, dan statistic di sini diartikan sebagai ukuran-ukuran yang

berkenaan dengan sampel.

Sukris Sutiyatno

44

Gambar 3.2 Penelitian bekerja dengan data sampel

F. Kesimpulan

Teori adalah seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang

tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan

dan meramalkan fenomena. Suatu teori akan memperoleh arti yang

penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan

meramalkan gejala yang ada.

Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap

gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan. Kriteria utama agar suatu

kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan, adalah alur-alur

pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang

membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Metodologi Penelitian

45

BAB IV

INSTRUMEN PENELITIAN DAN METODE

PENGUMPULAN DATA

Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan

akan dapat:

1. Dapat menjelaskan instrumen penelitian

2. Dapat memahami proses pengumpulan data

3. Dapat menjelaskan metode pengumpulan data

4. Dapat memahami validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

A. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan piranti yang digunakan untuk mengukur

informasi atau melakukan pengukuran. Jadi, seorang peneliti harus

mempertimbangkan dan memutuskan alat ukur apa yang akan dipakai

untuk mengumpulkan data. Berdasarkan hasil pengukuran diharapkan teori

dan hipotesis dapat diuji sebaik-baiknya, dapat menghubungkan konsep-

konsep yang abstrak menjadi realita operasional, dan dapat menjelaskan

fenomena yang diacu oleh konsep variabel-variabel yang digunakan.

Hamid Darmadi (2011:85-86) menyatakan sebagai suatu proses,

pengukuran akan melibatkan empat aktivitas pokok yaitu: menentukan

dimensi (konsep-konsep yang mendukung variabel), menentukan indikator

(mengukur dimensi-dimensi yang berbentuk pertanyaan yang relevan

dengan dimensi tersebut), menentukan tingkatan atau skala ukuran yang

digunakan (nominal, ordinal, interval, atau rasio) dan membuat instrument

atau memakai yang sudah ada.

Menurut Sugiyono (2011:305) terdapat dua hal utama yang

mempengaruhi kualitas hasil penelitian yaitu kualitas instrument penelitian

dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kuantitatif, kualitas

instrument penelitian berhubungan dengan validitas dan reliabilitas

instrument dan kualitas pengumpulan data berhubungan dengan ketepatan

Sukris Sutiyatno

46

cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu,

instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat

menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut

tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Instrumen

dalam penelitian kuantitatif dapat berupa tes, pedoman wawancara,

pedoman observasi, dan kuesioner.

Sementara itu, dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen

atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti

sebagai instrumen harus juga divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif

siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi

terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman

metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang

diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara

akademik maupun logistiknya. Validasi dilakukan oleh peneliti sendiri

melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif,

penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta

kesiapan dan bekal memasuki lapangan penelitian.

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan

fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data

dan membuat kesimpulan atas temuannya.

B. Proses Pengumpulan Data

Masih banyak orang yang belum atau kurang memahami perbedaan

antara data dan informasi. Pengertian data perlu dibedakan dengan

informasi. Kalau kita bertanya kepada seseorang di mana jalan ke kantor

Gubernur, maka ia akan memberi tahu: silahkan jalan lurus terus saja, lalu

perempatan pertama belok ke kiri masuk ke J1. Soekarno Hatta. Di

perempatan kedua belok ke kiri masuk ke Jl. A. Yani, dan di ujung jalan

itulah letak kantor Gubernur. Kata-kata yang diungkapkan kepada kita itu

disebut informasi, tetapi "perempatan, belok ke kiri, Jl. Soekarno-Hatta

dan Jl. A. Yani" bukan informasi melainkan data. Dari contoh tersebut

maka dapat dijelaskan bahwa informasi dibangun dari data. Dawson

Metodologi Penelitian

47

(2009:17) menyatakan ―data are the factual elements that describe objects

or events” and “ Information represents data that have been processed in

order to provide you with some insight into their meaning”.

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pengumpulan data

dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan juga

berbagai cara. Apabila kita lihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan

pada setting alamiah, misalnya di lingkungan tertentu dengan berbagai

responden, seminar, diskusi dan lain-lain.

Sedangkan apabila dilihat dari sumber datanya, pengumpulan data

dapat menggunakan sumber primer atau sumber data yang secara langsung

memberikan data dan sumber sekunder atau sumber yang secara tidak

langsung memberikan data. Pada sisi yang lain apabila dilihat dari metode

pengumpulan data maka dapat dilakukan dengan metode observasi,

wawancara, kusioner, dan dokumentasi.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui metode pengumpulan data, maka seorang peneliti

tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

ditetapkan.

Metode pengumpulan data dari sampel penelitian, dilakukan dengan

metode tertentu sesuai dengan tujuannya. Ada berbagai metode yang telah

kita kenal antara lain wawancara, pengamatan (observasi). kuesioner atau

angket, dan dokumenter. Metode yang dipilih untuk setiap variabel

tergantung pada berbagai faktor terutama jenis data dan ciri responden.

Untuk data historis misalnya tidak bisa ditemukan dengan observasi, tetapi

dimungkinkan dengan dokumenter dan wawancara. Kalau kebanyakan

responden merasa asing pada komunikasi media tulis, maka wawancara

merupakan salah satu cara yang perlu dipertimbangkan. Karena metode

pengumpulan data tergantung pada karakteristik data variabel, maka

metode yang dipergunakan tidak selalu sama untuk setiap variabel. Suatu

Sukris Sutiyatno

48

variabel juga dapat mempergunakan dua metode atau lebih, yang pertama

adalah metode utama, dan yang lain untuk kontrol silang. Berikut ini

adalah contoh metode pengumpulan data pada suatu penelitian.

Tabel 4.1 Contoh Metode Pengumpulan Data

Variabel Wawancara Kuesioner Pengamatan Dokumenter

x.1 - V - X

x.2 V - X -

x.3 V - X -

x.4 X V - X

Keterangan: v: metode utama

x: metode pendukung

1. Pengamatan (Observasi)

Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data, kegiatan

tersebut biasanya dilaksanakan dengan cara mengadakan pengamatan

langsung terhadap objek penelitian. Pengamatan (observasi) adalah metode

pengumpulan data di mana peneliti atau kolaboratornya mencatat

informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian.

Penyaksian terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dengan melihat,

mendengarkan, merasakan, yang kemudian dicatat seobyektif mungkin.

Menurut Patton 1988 (Budi Purnomo, 2015:61) observasi mempunyai

manfaat yaitu: (a) Peneliti akan lebih mampu memahami konteks data

dalam keseluruhan situasi sosial dan dapat diperoleh pandangan yang

holistik atau menyeluruh, (b) Peneliti akan memperoleh pengalaman

langsung sehingga, (c) Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau

tidak diamati oleh orang lain, (d) Peneliti dapat menemukan hal-hal yang

tidak akan pernah diungkap oleh responden dalam wawancara, (e) Peneliti

dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden sehingga

diperoleh gambaran yang lebih komprehensif, (f) Peneliti dapat

mengumpulkan kesan-kesan pribadi dan merasakan situasi sosial yang

diteliti.

Metodologi Penelitian

49

Peranan pengamat dapat dibedakan berdasarkan hubungan

partisipatifnya dengan kelompok yang diamatinya, yaitu:

a. Partisipan penuh

Partisipan penuh artinya peneliti akan selalu berperan serta dan

mengikuti dan menyamakan diri dengan orang yang diteliti.

Sehingga pengamat dapat merasakan dan menghayati apa yang

diamati oleh responden. Tidak jarang seorang partisipan tinggal

bersama dengan kelompok masyarakat yang diamatinya dalam

waktu yang cukup lama sehingga ia dianggap sebagai bagian dari

masyarakat yang bersangkutan.

b. Partisipan sebagai pengamat

Masing-masing pihak, baik pengamat maupun yang diamati,

menyadari peranannya. Peneliti sebagai pengamat membatasi diri

dalam berpartisipasi sebagai pengamat, dan responden menyadari

bahwa dirinya adalah obyek pengamatan. Oleh karena itu, pengamat

membatasi aktivitasnya dalam kelompok responden.

c. Pengamat sebagai partisipan

Peneliti hanya berpartisipasi sepanjang yang dibutuhkan dalam

penelitiannya.

d. Pengamat sempurna (complete observer). Peneliti hanya menjadi

pengamat tanpa partisipasi dengan yang diamiati. la mempunyai

jarak dengan responden yang diamatinya. Proses pengamatan itu

sendiri terdiri atas:

a. Persiapan termasuk latihan;

b. Lingkungan penelitian;

c. Memulai interaksi;

d. Pengamatan dan pencatatan;

e. Menyelesaikan tugas lapangan.

Persoalan-persoalan yang perlu diperhatikan pada pengamatan

terutama disebabkan metode ini sangat mengandalkan "penglihatan" mata)

dan "pendengaran" (telinga). Kedua alat indra itu, mata punya peranan

yang lebih dominan. Oleh karena itu, perlu disadari keterbatasan-

Sukris Sutiyatno

50

keterbatasan dari alat penglihatan ini: (a) Harus dipercaya bahwa alat

penglihatannya baik dan dapat menangkap fakta dengan benar; (b)

Penglihatan orang mempunyai kelemahan dan keterbatasan, misalnya tidak

mampu melihat jarak yang jauh; (c) Berusaha mengatasi kelemahan-

kelemahan tersebut.

2. Survei

Survei adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan

instrumen untuk meminta tanggapan dari responden: tentang sampel, Ciri-

cirinya adalah:

a. Dipakai pada sampel yang mewakili populasi, khususnya

probabilistic sampling.

b. Tanggapan (respons) didapatkan secara langsung dari responden.

c. Karena biasanya survei dipakai pada sampel yang mewakili

populasi, maka metode itu lebih disukai jika ingin ditarik

kesimpulan dari sampel. Penggunaan survei melibatkan banyak

responden, dan mencakup area yang lebih luas dibandingkan dengan

metode lainnya.

d. Survei dilaksanakan dalam situasi yang alamiah. Biasanya

responden dikunjungi di kantor atau di rumah untuk dimintai

informasi. Responden tidak perlu direpotkan dengan keharusan

untuk menghadiri acara tertentu.

Pada dasarnya survei terdiri atas: wawancara dan kuesioner.

Wawancara biasanya dilakukan dalam hubungan langsung atau bentuk

tatap muka antara pewawancara dan responden. mengajukan pertanyaan,

meminta tanggapan, dan melaporkan tanggapan itu secara tertulis.

Instrumennya disebut schedule. Bentuk yang paling umum dari kuesioner

adalah kuesioner tertulis yang dikirim langsung kepada responden. Di

dalamnya terdapat pedoman untuk membimbing responden memberikan

tanggapannya. Instrumennya disebut kuesioner.

Keuntungan dari kuesioner terutama pada kebakuan dan biayanya

yang rendah, sedangkan keuntungan wawancara terletak pada

Metodologi Penelitian

51

fleksibilitasnya dan tingkat ketergantungan pada responden. Untuk

menentukan tipe survei yang dipergunakan, wawancara atau kuesioner,

faktor ekonomi barangkali merupakan faktor yang menentukan. Tetapi,

jika faktor ekonomi tidak dipertimbangkan, pemilihan pada umumnya

tergantung pada:

a. Sifat respons

Jika diharapkan respons yang tinggi, misalnya 80%, wawancara

lebih baik daripada kuesioner. Jika kita ingin mengetahui aspirasi

seseorang, maka di samping pernyataannya secara verbal, dapat juga

diketahui dari ekspresinya ketika berbicara. Dengan demikian

wawancara lebik baik daripada kuesioner. Di pihak lain, Jika tingkat

respons lebih rendah daripada 65%, maka kuesioner lebih baik.

b. Kepekaan pertanyaan

Jika informasi yang diinginkan sangat berhubungan dengan fakta

yang diketahui oleh publik, seperti seks, dan kegiatan yang dianggap

"normal" dalam masyarakat tertentu, maka lebih baik kuesioner,

karena responden tidak akan merasa ditekan.

3. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan

responden. Sugiyono (2008:137) wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan

untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan

jumlah respondenya sedikit/kecil.

Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam

hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan

pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Karena itu,

wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat

menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki oleh

responden yang bersangkutan. Wawancara sebagai alat penelitian

mempunyai keunggulan yaitu:

Sukris Sutiyatno

52

1. Wawancara dapat dilaksanakan kepada setiap individu tanpa

dibatasi oleh faktor usia maupun kemampuan membaca.

2. Data yang diperoleh dapat langsung diketahui obyektivitasnya

karena dilaksanakan secara tatap muka.

3. Wawancara dapat dilaksanakan langsung kepada responden yang

diduga sebagai sumber data (dibandingkan dengan angket yang

mempunyai kemungkinan diisi oleh orang lain).

4. Wawancara dapat dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki

hasil yang diperoleh baik melalui observasi terhadap obyek manusia

maupun bukan manusia; juga hasil yang diperoleh melalui angket.

5. Pelaksanaan wawancara dapat lebih fleksibel dan dinamis karena

dilaksanakan dengan hubungan langsung, sehingga memungkinkan

diberikannya penjelasan kepada responden bila suatu pertanyaan

kurang dapat dimengerti.

Meskipun wawancara mempunyai banyak manfaat. Namun terdapat

pula beberapa kelemahan, di antaranya:

1. Oleh karena wawancara biasanva dilakukan secara perseorangan,

maka pelaksanaannya menuntut banyak waktu, tenaga, dan biaya,

terutama bila ukuran sampel cukup besar.

2. Faktor bahasa, baik dari pewawancara maupun responden, sangat

mempengaruhi hasil atau data yang diperoleh.

3. Sering terjadi wawancara dilakukan secara bertele-tele.

4. Wawancara menuntut kerelaan dan kesediaan responden untuk

menerima secara baik dan bekerja sama dengan pewawancara.

5. Wawancara menuntut penyesuaian diri secara emosional atau

mental-psikis antara pewawancara dan responden.

6. Hasil wawancara banyak tergantung kepada kemampuan

pewawancara dalam menggali, mencatat, dan menafsirkan setiap

jawaban.

Metodologi Penelitian

53

Wawancara dilihat dari bentuk pertanyaan dapat dibagi dalam 3

bentuk, yaitu:

a. Wawancara berstruktur

Pertanyaan-pertanyaan mengarahkan jawaban dalam pola

pertanyaan yang dikemukakan. Misalnya: "Bentuk tes apakah yang

paling sering Anda lakukan dalam mengadakan evaluasi?" Bentuk

tes ada beberapa macam (objective test, essay test, written test, dan

sebagainya), dan responden diarahkan pada salah satu dari bentuk

itu.

b. Wawancara tak berstruktur

Pertanyaan-pertanyaan dapat dijawab secara bebas oleh responden

tanpa terikat pada pola-pola tertentu. Misalnya: "Mengapa memilih

guru sebagai profesi Anda?" Pertanyaan seperti ini tidak terikat pada

struktur jawaban tertentu, dan karena itu disebut pertanyaan bebas.

c. Campuran

Bentuk ini merupakan campuran antara wawancara berstruktur dan

tak berstruktur. Misalnya: "Dalam melaksanakan evaluasi tertulis,

tes apakah yang sering Anda pergunakan, dan mengapa?

Apa pun bentuk wawancara yang dipergunakan, perlu dipersiapkan

daftar pertanyaan (instrumen) dalam bentuk Pedoman Wawancara.

Wawancara dengan responden dilakukan dalam situasi yang santai. Untuk

itu perlu dicari waktu yang sesuai yang tidak mengganggu kesibukan

responden. Wawancara dibuka dengan perkenalan dan penciptaan situasi

yang kondusif. Kemudian pertanyaan-pertanyaan diajukan, baik terstruktur

maupun tidak terstruktur. Dalam proses tanya-jawab dengan responden,

pewawancara selain bertanya dan menyimak jawabannya, juga mencatat

jawaban-jawaban dari responden. Biasanya catatan dibuat singkat supaya

proses wawancara tidak terputus. Berdasarkan catatan singkat itu,

disusunlah catatan yang lengkap dan lebih terperinci. Karena faktor lupa

terdapat pada setiap orang, maka setelah wawancara selesai, catatan

lengkap itu segera disusun (biasanya pada malam pertama setelah

wawancara dilakukan).

Sukris Sutiyatno

54

4. Kuesioner

Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diajukan pada

responden untuk mencari jawaban dari permasalahan yang diteliti. Dalam

kuesioner terdapat pertanyaan, pernyataan dan isian yang harus dijawab

oleh responden. Jawaban yang diberikan bisa bersifat tertutup di mana

alternative jawaban telah disediakan oleh peneliti, dan ada juga jawaban

terbuka di mana responden bebas menuliskan jawabannya tanpa adanya

paksaan maupun jawaban yang berasal dari kombinasi keduannya yang

merupakan campuran dari jawaban tertutup dan terbuka (Zainal, 2007:86).

Sementara itu Sugiyono (2008:142) menyatakan kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti

variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden.

Kuesioner atau angket hanya berbeda dalam bentuknya. Pada kuesioner,

pertanyaan disusun dalam bentuk kalimat tanya, sedangkan pada angket,

pertanyaan disusun dalam kalimat pernyataan dengan opsi jawaban yang

tersedia. Kalau metode pengamatan dan metode wawancara menempatkan

peneliti dalam hubungan langsung dengan responden, maka dalam metode

angket hubungan itu dilakukan melalui media, yaitu daftar pertanyaan

yang dikirim kepada responden. Sering terjadi bahwa kuesioner yang

dikirim itu tidak diisi dan tidak dikembalikan oleh responden. Dalam hal

seperti ini maka peneliti mendatangi sendiri responden dan menyampaikan

kepada mereka daftar pertanyaan untuk diisi. Ini berarti di samping angket

dipakai, pengamatan dan wawancara juga digunakan.

Keunggulan angket adalah: (a) Angket dapat digunakan untuk

mengumpulkan data dari sejumlah besar responden yang menjadi sampel,

(b) Dalam menjawab pertanyaan melalui angket, responden dapat lebih

leluasa karena tidak dipengaruhi oleh sikap mental hubungan antara

peneliti dan responden (c) Setiap jawaban dapat dipikirkan masak-masak

terlebih dahulu, karena tidak terikat oleh cepatnya waktu yang diberikan

kepada responden untuk menjawab pertanyaan sebagaimana dalam

wawancara, (d) Data yang dikumpulkan dapat lebih mudah dianalisis,

karena pertanyaan yang diajukan kepada setiap responden sama.

Metodologi Penelitian

55

Namun demikian angket mempunyai kelemahan yaitu: (a)

Pemakaian angket terbatas pada pengumpulan pendapat atau fakta yang

diketahui responden, yang tidak dapat diperoleh dengan jalan lain, (b)

Sering terjadi angket diisi oleh orang lain (bukan responden yang

sebenarnya), karena dilakukan tidak secara langsung berhadapan muka

antara peneliti dan responden, (c) Angket diberikan terbatas kepada orang

yang melek huruf.

5. Dokumenter

Metode dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen

tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun

dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.

Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau

peristiwa pada waktu yang lalu. Supersemar (Surat Perintah Sebelas

Maret) misalnya adalah dokumen politik yang mencatat peristiwa penting

yang terjadi pada tanggal 11 Maret 1966. Data statistik yang diterbitkan

secara berkala oleh Biro Pusat Statistik adalah dokumen yang mencatat

berbagai perkembangan yang terjadi di Indonesia dalam kurun waktu

tertentu. Jurnal dalam bidang keilmuan tertentu termasuk dokumen penting

yang merupakan acuan bagi peneliti dalam memahami obyek

penelitiannya. Bahkan, literatur-literatur yang relevan dimasukkan pula

dalam kategori dokumen yang mendukung penelitian. Semua dokumen

yang berhubungan dengan penelitian yang bersangkutan perlu dicatat

sebagai sumber informasi.

D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Pada dasarnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus

ada alat ukur yang baik dan tepat, alat itulah yang kita sebut dengan

instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Dalam penelitian diperlukan instrumen-instrumen penelitian yang

memenuhi syarat tertentu. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu

Sukris Sutiyatno

56

instrumen penelitian minimal mencakup dua hal yaitu validitas dan

reliabilitas. Secara sepecifik semua fenomena ini disebut variabel

penelitian.

Nana Syaodih (2005:228-229) menyatakan validitas instrumen

menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi

atau aspek yang diukur. Sedangkan reliabilitas berkenaan dengan tingkat

keajegan atau konsistensi hasil pengukuran. Suatu instrument dapat

dikatakan memiliki reliabilitas baik, bila instrument tersebut digunakan

untuk mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau

relatif sama

Supaya instrumen ini dapat berfungsi secara efektif, maka syarat

validitas dan reliabilitas harus diperhatikan sungguh-sungguh. Dalam hal

ini perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan

isntrumen yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat

kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya

terjadi pada obyek yang diteliti. Kalau dalam obyek berwarna hijau,

sedangkan data yang terkumpul berwarna ungu maka hasil penelitian tidak

valid. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan

antara data dalam rentang waktu yang berbeda. Kalau dalam obyek

kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok juga tetap berwarna

merah.

Sugiyono (2008:121-123) menyatakan instrumen yang valid berarti

alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.

Valid berarti instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya

diukur. Sedangkan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila

digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama.

Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam

pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid

dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat

mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini

tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrumen yang telah teruji

validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil penelitian valid dan reliabel.

Metodologi Penelitian

57

Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan

kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan

data.

Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan

eksternal. Instrumen yang mempunyai validitas internal atau rasional, bila

kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah

mencerminkan apa yang diukur. Jadi kriterianya ada di dalam instrumen.

Instrumen yang mempunyai validitas internal instrumen dikembangkan

berdasarkan teori yang relevan, sedangkan validitas eksternal instrumen

dikembangkan dari fakta empiris.

E. Kesimpulan

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian

yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam

penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berhubungan dengan

validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data

berhubungan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut

dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan instrumen yang

reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk

mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Sementara dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen adalah

peneliti sendiri.

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pengumpulan data

dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan juga

berbagai cara. Apabila kita lihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan

pada setting alamiah, misalnya di lingkungan tertentu dengan berbagai

responden, seminar, diskusi dan lain-lain. Pengumpulan data dapat

dilakukan dengan berbagai cara yaitu pengamatan (observasi), survey,

wawancara, kuesioner, dokumen dan tes.

Sukris Sutiyatno

58

Metodologi Penelitian

59

BAB V

POPULASI DAN SAMPEL

Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan

akan dapat:

1. Dapat menjelaskan pengertian populasi dan sampel

2. Dapat memahami teknik sampling

3. Dapat memahami bagaimana menentukan ukuran sampel

4. Dapat memahami perbedaan populasi penelitian kuantitatif dan

kualitatif

A. Pengertian Populasi

Penelitian dapat bersifat penelitian populasi maupun penelitian

sample. Penelitian populasi dilakukan dengan melibatkan semua subjek

dalam wilayah penelitian dijadikan subjek penelitian atau seluruh populasi

dijadikan sampel penelitian. Penelitian yang bersifat sampel hanya

melibatkan sebagian dari subjek penelitian namun harus mewakili populasi

dan harus dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel,

agar sampel tersebut benar-benar mewakili populasi. Alasan tidak

melibatkan semua populasi dikarenakan terbatasnya biaya, waktu dan

tenaga, atau mungkin sebenarnya walaupun tidak melibatkan seluruh

populasi namun sesungguhnya sampel tersebut sudah mencerminkan dan

mewakili populasi.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi

populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang

lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek

yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki

oleh subyek atau obyek itu.

Sukris Sutiyatno

60

Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah X, maka sekolah X

ini merupakan populasi. Sekolah X mempunyai sejumlah orang/ subyek

dan obyek yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti jumlah/kuantitas.

Tetapi sekolah X juga mempunyai karakteristik orang-orangnya, misalnya

motivasi kerjanya, produktivitas kerjanya, kepemimpinannya, budaya

organisasinya dan lain-lain; dan juga mempunyai karakteristik obyek yang

lain, misalnya kebijakan, prosedur kerja, tata ruang kelas, lulusan yang

dihasilkan dan lain-lain. Yang terakhir berarti populasi dalam arti

karakteristik.

B. Pengertian Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Apabila jumlah populasi besar, dan peneliti tidak

mungkin mempelajari dan menggunakan semua yang ada pada populasi,

dikarenakan keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka seorang peneliti

dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang

dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan atau

dikenakan pada populasi. Jadi sampel yang diambil dari populasi harus

benar-benar representatif (mewakili) baik dalam karakteristik maupun

jumlahnya.

Sampel harus merupakan representasi yang tepat dan akurat bagi

populasinya, oleh karena itu karakteristik sampel seharusnya

mencerminkan karakteristik populasinya. Karena analisis penelitian

nantinya didasarkan atas data yang ada pada sampel sedangkan

kesimpulannya akan diterapkan pada populasi, jadi sangatlah penting

untuk mendapatkan sampel yang benar-benar representatitif.

C. Teknik Sampling

Pengambilan sampel yaitu suatu proses pemilihan dan penentuan

sampel. Penentuan sampel dari suatu populasi disebut penarikan sampel

atau "teknik sampling". Penelitian dengan menggunakan sampel ini lebih

effektif dan effisien dan menguntungkan dibandingkan dengan penelitian

terhadap populasi, Namun demikian apabila jumlah populasinya sedikit

Metodologi Penelitian

61

atau lingkupnya sangat sempit maka sebaiknya dilakukan penelitian

populasi. Penelitian terhadap sampel lebih effektif dan effisien karena bisa

lebih menghemat tenaga, waktu dan juga biaya. Meskipun kita hanya

meneliti sampel, tetapi kesimpulannya dapat berlaku terhadap populasi

karena baik dari jumlah maupun karakteristiknya sampel tersebut mewakili

populasi.

Teknik sampling adalah teknik penarikan sampel. Terkait dengan

penarikan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat

beberapa teknik sampling yang digunakan. Secara skematis, teknik

macam-macam sampling dijelaskan pada gambar 5.1. di bawah.

Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa, teknik sampling pada

dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling,

dan Nonprobability Sampling. Probability sampling meliputi, simple

random, proportionate stratified random, disproportionate stratified

random, dan area random. Non probability sampling meliputi, sampling

sistematis, sampling kuota, sampling incidental, purposive sampling,

sampling jenuh, dan snowball sampling.

Gambar 5.1 Macam-macam Teknik Sampling

Sukris Sutiyatno

62

1. Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi, simple random sampling,

proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified

random, area (cluster) sampling (sampling menurut daerah).

a. Simple Random Sampling

Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel

dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dalam populasi itu. Teknik tersebut digunakan bila anggota

populasi mempunyai sifat homogen atau relative homogen. Lihat

gambar 5.2 berikut.

Gambar 5.2 Teknik simple random sampling

b. Proportionate Stratified Random Sampling

Teknik pengambilan sampel berstrata stratified sampling dilakukan

pada suatu populasi yang terbagi atas beberapa strata atau sub-

kelompok dan dari masing-masing sub-kelompok diambil secara

terpisah secara random.

Teknik pengambilan sampel ini digunakan apabila populasi

mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara

proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar

belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu

berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1 = 50, S2 = 40,

STM = 800, ST = 900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah sampel

yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut. Teknik

Sampel yang

representatif

Populasi

homogen/

relative

homogen

Diambil secara

random

Metodologi Penelitian

63

Proportionate Stratified Random Sampling dapat digambarkan

seperti gambar 5.3 berikut.

Gambar 5.3 Teknik proportionate stratified random sampling

c. Disproportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila

populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Penentuan sampel

dilakukan tidak dengan mengambil proporsi yang sama bagi setiap

subkelompok atau strata akan tetapi dimaksudkan untuk mencapai

jumlah tertentu dari masing-masing strata. Misalnya pegawai dari

unit kerja tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3; 4 orang lulusan

S2; 80 orang S1; 650 orang SMU; dan 870 orang SMP, maka tiga

orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai

sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan

dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.

d. Cluster Sampling (Area Sampling)

Teknik cluster sampling memilih sampel yang berdasarkan pada

kelompok, daerah, atau kelompok subyek secara alami yang

berkumpul bersama.

Teknik cluster sampling digunakan untuk menentukan sampel

apabila obyek yang akan diteliti atau sumber datanya sangat luas,

misalnya penduduk dari suatu negara, provinsi atau kabupaten.

Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber

Sukris Sutiyatno

64

data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan pada daerah

populasi yang telah ditetapkan.

Misalnya di Indonesia terdapat 34 provinsi, dan sampelnya

akan menggunakan 17 provinsi, maka pengambilan 17 provinsi itu

dilakukan dengan cara random. Namun demikian perlu diperhatikan,

karena provinsi-provinsi di Indonesia itu berstrata (tidak sama)

maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random

sampling. Provinsi di Indonesia ada yang pendudukanya padat, ada

yang tidak; ada yang mempunyai hutan banyak ada yang tidak, ada

yang kaya bahan tambang ada yang tidak. Karakteristik semacam ini

perlu diperhatikan sehingga pengambilan sampel menurut strata

populasi itu dapat ditentukan.

Cluster sampling ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu

tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya

menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling

juga. Teknik ini dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini:

Gambar 5.4 Teknik cluster random sampling

2. Nonprobability Sampling

Nonprobability Sampling merupakan teknik pengambilan sampel

yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Tentu saja akibat dari

teknik ini maka kita tidak mungkin dapat menghitung besarnya error

Metodologi Penelitian

65

dalam estimasi terhadap karakteristik populasi. Teknik sampel ini meliputi,

sampling sistematis, kuota, insidental, purposive, jenuh, snowball.

a. Sampling Sistematis

Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan

urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.

contohnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua

anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor

100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja,

genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan

dari bilangan tiga. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel

adalah nomor 3, 6, 9, 12, 15, 18 dan seterusnya sampai 100. Lihat

gambar di bawah ini:

Gambar 5.5 Sampling Sistematis. No populasi kelipatan tiga

yang diambil (3, 6, 9, 12, dan seterusnya)

b. Sampling Kuota

Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari

populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)

yang diharapkan. Pada teknik kuota peneliti menentukan besarnya

jumlah responden untuk menjadi anggota sampel. Sebagai contoh,

seorang peneliti akan melakukan penelitian tentang pendapat

masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan izin

Diambil secara

sistematis

Sukris Sutiyatno

66

mendirikan hotel. Jumlah sampel yang ditentukan 100 orang. Kalau

pengumpulan data belum didasarkan pada 100 orang tersebut, maka

penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi kouta

yang ditentukan.

Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri

atas 5 orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus

dapat menghubungi 20 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut

harus dapat mencari data dari 100 anggota sampel.

c. Sampling Insidental

Teknik Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat dipilih sebagai

sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai dan

cocok sebagai sumber data.

d. Sampling Purposive

Sampling Purposive merupakan teknik penentuan sampel

berdasarkan atas pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan

penelitian tentang kualitas layanan, maka sampel sumber datanya

adalah orang yang ahli manajemen pelayanan, atau penelitian

tentang kualitas pendidikan di suatu daerah, maka sampel sumber

datanya adalah orang yang ahli di bidang pendidikan. Sampel ini

lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian

penelitian yang tidak melakukan generalisasi.

e. Sampling Jenuh

Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila

jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian

yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat

kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, di mana semua

anggota populasi dijadikan sampel. Sampel jenuh juga sering

diartikan sampel yang sudah maksimum, ditambah berapapun tidak

akan mengubah keterwakilan.

Metodologi Penelitian

67

f. Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula

jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang

menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan

sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena

dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang

diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih

tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang

sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin

banyak. Teknik pengambilan sampel ditunjukkan pada gambar di

bawah.

Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive

dan snowball. Misalnya akan meneliti siapa provokator kerusuhan,

maka akan cocok menggunakan Purposive dan Snowball sampling.

Gambar 5.6 Snowball Sampling

Sukris Sutiyatno

68

D. Menentukan Ukuran Sampel

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel.

Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama

dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi 2000

dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 2000 orang tersebut tanpa

ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah

populasi tersebut yaitu 2000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati

populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan

sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin

besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).

Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam

penelitian? Jawabannya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan

yang dikehendaki. Tingkat ketelitian/kepercayaan yang dikehendaki sering

tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia. Makin

besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang

diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan

semakin besar jumlah anggota sampel yang dibutuhkan sebagai sumber

data.

Berikut ini diberikan salah contoh menghitung jumlah sampel dari

populasi yang telah diketahui jumlahnya , misalnya jumlah populasi

sebesar 3000 dengan menggunakan rumus Taro Yamane atau Slovin

dalam Riduwan (2007:65) sebagai berikut:

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

d2 = Presisi ( ditetapkan 5% , dengan tingkat kepercayaan 95 % )

Metodologi Penelitian

69

Berdasarkanrumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut

E. Contoh Menentukan Ukuran Sampel

Apabila Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan

kelompok masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah

Daerah tertentu. Kelompok masyarakat itu terdiri 2000 orang, yang dapat

dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1, = 100,

Sarjana Muda = 600, SMK = 1000, SMP = 200, SD = 100 (populasi

berstrata).

Dengan menggunakan tabel di bawah, bila jumlah populasi = 2000,

kesalahan 5%, maka jumlah sampelnya = 297. Karena populasi berstrata,

maka sampelnya juga berstrata. Stratanya ditentukan menurut jenjang

pendidikan. Dengan demikian masing-masing sampel untuk tingkat

pendidikan harus proporsional sesuai dengan populasi. Berdasarkan

perhitungan dengan cara berikut ini jumlah sampel untuk kelompok S I =

15, Diploma(D3) = 89, SMK = 148, SMP = 30, dan SD = 15.

S1 = 100/2000 X 297 = 14,85 = 15

D3 = 600/2000 X 297 = 89,1 = 89

SMK = 1000/2000 X 297 = 148,5 = 149

SMP = 200/2000 X 297 = 29,7 = 30

SD = 100/2000 X 297 = 14,85 = 15

Jumlah = 297

Jadi jumlah sampelnya = 14,85 + 89,1 + 148,5 + 29,7 + 14,85 = 297

Jumlah yang pecahan bisa dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sampel

menjadi 15 + 89 + 148 + 30 + 15 = 297.

Roscoe dalam buku Research Methode For Business (1982:253)

memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti

berikut ini:

Sukris Sutiyatno

70

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai

dengan 500.

2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai

negeri-swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap

kategori minimal 30.

3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate

(korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel

minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel

penelitiannya ada 5 (independen + dependen), maka jumlah anggota

sampel = 10 x 5 = 50.

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota

sampel masing-masing antara 10 s/d 20.

Tabel 5.1. Penentuan jumlah sampel dari popular tertentudengan taraf

kesalahan 1%, 5%, dan 10%

N S

N S

N S

1% 5% 10% 1% 5% 10% 1% 5% 10%

10 10 10 10 280 197 155 138 2800 537 310 247

15 15 14 14 290 202 158 140 3000 543 312 248

20 19 19 19 300 207 161 143 3500 558 317 251

25 24 23 23 320 216 167 147 4000 569 320 254

30 29 28 27 340 225 172 151 4500 578 323 255

35 33 32 31 360 234 177 155 5000 586 326 257

40 38 36 35 380 242 182 158 6000 598 329 259

45 42 40 39 400 250 186 162 7000 606 332 261

50 47 44 42 420 257 191 165 8000 613 334 263

55 51 48 46 440 265 195 168 9000 618 335 263

60 55 51 49 460 272 198 171 10000 622 336 263

65 59 55 53 480 279 202 173 15000 635 340 266

70 63 58 56 500 285 205 176 20000 642 342 267

75 67 62 59 550 301 213 182 30000 649 344 268

80 71 65 62 600 315 221 187 40000 563 345 269

Metodologi Penelitian

71

N S

N S

N S

1% 5% 10% 1% 5% 10% 1% 5% 10%

85 75 68 65 650 329 227 191 50000 655 346 269

90 79 72 68 700 341 233 195 75000 658 346 270

95 83 75 71 750 352 238 199 100000 659 347 270

100 87 78 73 800 363 243 202 150000 661 347 270

110 94 84 78 850 373 247 205 200000 661 347 270

120 102 89 83 900 382 251 208 250000 662 348 270

130 109 95 88 950 391 255 211 300000 662 348 270

140 116 100 92 1000 399 258 213 350000 662 348 270

150 122 105 97 1100 414 265 217 400000 662 348 270

160 129 110 101 1200 427 270 221 450000 663 348 270

170 135 114 105 1300 440 275 224 500000 663 348 270

180 142 119 108 1400 450 279 227 550000 663 348 270

190 148 123 112 1500 460 283 229 600000 663 348 270

200 154 127 115 1600 469 286 232 650000 663 348 270

210 160 131 118 1700 477 289 234 700000 663 348 270

220 165 135 122 1800 485 292 235 750000 663 348 270

230 171 139 125 1900 492 294 237 800000 663 348 271

240 176 142 127 2000 498 297 238 850000 663 348 271

250 182 146 130 2200 510 301 241 900000 663 348 271

260 187 149 133 2400 520 304 243 950000 663 348 271

270 192 152 135 2600 1529 307 245 1000000 663 348 271

664 349 272

F. Cara Mengambil Anggota Sampel

Pada awal pembahasan telah dikemukakan terdapat dua teknik

sampling, yaitu probability sampling dan nonprobability sampling.

Probability sampling adalah teknik sampling yang memberi peluang sama

kepada anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara

demikian sering disebut dengan random sampling, atau cara pengambilan

sampel secara acak.

Sukris Sutiyatno

72

Pengambilan sampel secara random/acak dapat dilakukan dengan

bilangan random, komputer, maupun dengan undian. Bila pengambilan

dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasi diberi nomor

terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah anggota populasi.

Karena teknik pengambilan sampel adalah random, maka setiap

anggota populasi mempunyai peluang sama untuk dipilih menjadi anggota

sampel. Untuk contoh di atas peluang setiap anggota populasi = 1/2000.

Dengan demikian cara pengambilannya bila nomor satu telah diambil,

maka perlu dikembalikan lagi, kalau tidak dikembalikan peluangnya

menjadi tidak sama lagi. Misalnya nomor pertama tidak dikembalikan lagi

maka peluang berikutnya menjadi 1: (2000 - 1) = 1/1.999. Peluang akan

semakin besar bila yang telah diambil tidak dikembalikan. Bila yang telah

diambil keluar lagi, dianggap tidak sah dan dikembalikan lagi.

G. Perbedaan Populasi dan Sampel dalam Penelitan

Kuantitaitif dan Penelitian Kualitatif

Terdapat perbedaan yang mendasar dalam pengertian antara penger-

tian "populasi dan sampel" dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif.

Dalam penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah

generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari

populasi itu. Populasi itu misalnya penduduk di wilayah tertentu, jumlah

pegawai pada organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah

tertentu dan sebagainya.

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,

tetapi oleh Spradley dinamakan "social situation" atau situasi sosial yang

terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas

(activity) yang berintekasi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat di

rumah berikut keluarga dan aktivitasnya, atau orang-orang di sudut-sudut

jalan yang sedang ngobrol, atau di tempat kerja, di kota, desa atau wilayah

suatu negara. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek

penelitian yang ingin diketahui "apa yang terjadi" di dalamnya. Pada

Metodologi Penelitian

73

situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara

mendalam aktivitas (activity) orang orang (actors) yang ada pada tempat

(place) tertentu. Situasi sosial seperti ditunjukkan pada gambar 5.7

Tetapi sebenamya obyek penelitian kualitatif; juga bukan semata-

mata pada situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen tersebut, tetapi juga

bisa berupa peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraan dan

sejenisnya. Seorang peneliti yang mengamati secara mendalam tentang

perkembangan tumbuh-tumbuhan tertentu, kinerja mesin, menelusuri

rusaknya alam, adalah merupakan proses penelitian kualitatif.

Gambar 5.7 Situasi sosial (Social situation)

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena

penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi

sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi,

tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki

kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam

penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara

sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian.

Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik,

Social

Situation

Place/tempat

Actor/Orang Activity/

Aktivitas

Sukris Sutiyatno

74

tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk

menghasilkan teori.

Berdasarkan hal tersebut, maka model sampel dalam penelitian

kuantitatif dan kualitatif dapat digambarkan seperti gambar 5.8a dan 5.8b.

Pada gambar 5.8a terlihat bahwa, penelitian berangkat dari populasi

tertentu, tetapi karena keterbatasan tenaga, dana, waktu dan pikiran, maka

peneliti menggunakan sampel sebagai obyek yang dipelajari atau sebagai

sumber data. Pengambilan sampel secara random. Berdasarkan data dari

sampel tersebut selanjutnya digeneralisasikan ke populasi, di mana sampel

tersebut diambil.

Gambar 5.8a. Model generalisasi penelitian kuantitatif. Sampel representaif,

hasilnya digeneralisasikan ke populasi

Gambar 5.8b Model generalisasi penelitian kualitatif. Sampel purposive,

hasil lari A dapat ditransferkan hanya ke B, C, D

Metodologi Penelitian

75

Pada penelitian kualitatif (gambar 5.8b), peneliti memasuki situasi

sosial tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang

yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Penentuan sumber data

pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih

dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Hasil penelitian tidak akan

digeneralisasikan ke populasi karena, pengambilan sampel tidak diambil

secara random. Hasil penelitian dengan metode kualitatif hanya berlaku

untuk kasus situasi sosial tersebut. Hasil penelitian tersebut dapat

ditransferkan atau diterapkan ke situasi sosial (tempat lain) lain, apabila

situasi sosial lain tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan dengan

situasi sosial yang diteliti.

H. Kesimpulan

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi

populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang

lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek

yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki

oleh subyek atau obyek itu.

Penentuan sampel dari suatu populasi disebut penarikan sampel atau

"teknik sampling". Penelitian dengan menggunakan sampel ini lebih

effektif dan effisien dan menguntungkan dibandingkan dengan penelitian

terhadap populasi, Namun demikian apabila jumlah populasinya sedikit

atau lingkupnya sangat sempit maka sebaiknya dilakukan penelitian

populasi.

Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua

yaitu Probability Sampling, dan Nonprobability Sampling. Probability

sampling meliputi, simple random, proportionate stratified random,

disproportionate stratified random, dan area random. Non probability

sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling

incidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.

Sukris Sutiyatno

76

Metodologi Penelitian

77

BAB VI

KONSEP DAN MACAM-MACAM METODE PENELITIAN

Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan

akan dapat:

1. Dapat menjelaskan konsep dan macam-macam metode penelitian

2. Dapat menjelaskan metode penelitian kuantitatif

3. Dapat memahami penelitian eksperimental

4. Dapat memahami penelitian kualitatif

A. Konsep dan Macam-macam Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan

pelaksanaan penelitian yang dilandasi atas asumsi-asumsi dasar,

pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang

dihadapi. Beberapa peneliti menyebutnya sebagai tradisi penelitian

(research traditions).

Jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan

tujuan dan tingkat kealamiahan (natural setting) obyek yang diteliti.

Berdasarkan tujuan, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi

penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research) dan

penelitian pengembangan (research and development). Selanjutnya

berdasarkan tingkat kealamiahan, metode penelitian dapat dikelompokkan

menjadi metode penelitian eksperimen, survey dan anaturalistik

(Sugiyono, 2008:4).

Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research

design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-

langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi

arti mengapa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut

dikumpulkan dan dianalisis.

Tujuan rancangan penelitian adalah melalui penggunaan metode

penelitian yang tepat, dirancang kegiatan yang dapat memberikan jawaban

Sukris Sutiyatno

78

yang teliti terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian. Banyak metode

penelitian atau model rancangan penelitian yang biasa digunakan dalam

penelitian bidang sosial dan pendidikan.

McMillan dan Schumacher (2001) memulai dengan membeda-

kannya antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dalam pendekatan

kuantitatif_dibedakan pula antara metode-metode penelitian eksperimental

dan noneksperimental. Dalam penelitian kualitatif dibedakan antara

kualitatif interaktif dengan noninteraktif. Secara lengkap pengelompokan

metode dan pendekatan tersebutdapat dijelaskan pada table 6.1 di bawah

ini:

Tabel 6.1.Macam-macam Metode Penelitian

KUANTITATIF KUALIATIF

Eksperimental

Non eksperimental Interaktif Noninteraktif

Eksperimental

murni

Eksperimental

kuasi

Esperimental

lemah

Subjek tunggal

Deskriptif

Komparatif

Korelasional

Survai

Tindakan

Ex-pos fakto

Etnografis

Historis

Fenomenologis

Studi kasus

Teori dasar

Studi kritis

Analisis konsep

Analisis

kebijakan

Analisis historis

Sumber: Mc Milian dan Schumacker (2001) dengan beberapa tambahan

B. Metode Penelitian Kuantitatif

Metode kuantitatif merupakan metode tradisional dan metode

penelitian kuantitatif berdasarkan atas filsafat positivisme yang

menekankan pada fenomena-fenomena objektif dan dinalisis secara

kuantitatif. Objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan

terkontrol. Metode ini sebagai metode ilmiah karena telah memenuhi

kaidah-kaidah ilmiah yaitu empiris, obyektif, terukur, rasional, dan

sistematis. Ada beberapa metode penelitian yang dapat dikelompokkan ke

dalam penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode:

Metodologi Penelitian

79

deskriptif, survei, ekspos fakto, komparatif, korelasional dan penelitian

tindakan.

1. Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode

penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena

yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian

ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel

bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran

kondisi bisa individual atau kelompok, dan menggunakan angka-angka.

Beberapa pertanyaan yang mengarah pada penelitian deskriptif,

umpamanya: Bagaimana sikap penduduk pedesaan terhadap kemajuan

teknologi? Bagaimana kemampuan menulis mahasiswa? Berapa jam rata-

rata waktu yang digunakan para mahasiswa untuk belajar berstruktur dan

belajar mandiri setiap minggunya? Penelitian ini sangat penting sebagai

studi pendahuluan bagi penelitian lain atau penelitian lanjutan.

Sukardi (2003:157) menyatakan penelitian deskriptif pada umumnya

dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan seara sistematis

fakta dan karakteristik objek atau subyek yang diteliti secara tepat. Metode

penelitian deskriptif banyak digunakan oleh para peneliti karena dua

alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar

laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode

deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang

berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.

Dengan metode deskriptif, peneliti memungkinkan untuk melakukan

hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi,

dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal. Sedangkan

langkah-langkah penelitian deskriptif adalah: (1) Mengidentifikasi adanya

permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif;

(2) Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas; (3)

Menentukan tujuan dan manfaat penelitian; (4) melakukan studi

kepustakaan; (5) Menentukan kerangka pikir, dan pertanyaan penelitian

dan atau hipotesis; (6) Mendesain metode penelitian yang hendak

digunakan termasuk dalam hal ini menentukan populasi, sampel, teknik

Sukris Sutiyatno

80

sampling, menentukan instrumen pengumpulan data, dan menganalisis

data; (7) mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan

menggunakan statistika yang relevan; dan (8) Membuat laporan penelitian.

2. Penelitian Survei

Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat

tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan

dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test,

wawancara terstruktur dan sebagainya (Sugiyono, 2008:6). Survai

digunakan untuk mengumpulkan informasi berbentuk opini dari sejumlah

besar orang terhadap topik atau isu-isu tertentu. Ada tiga karakteristik

utama dari survai: 1) informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang

untuk mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti:

kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi, 2) informasi

diukumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis walaupun

bisa juga lisan) dari suatu populasi, 3) informasi diperoleh dari sampel,

bukan dari populasi.

Tujuan utama dari survai adalah mengetahui gambaran umum

karakteristik dari populasi. Pada dasarnya yang ingin dicari peneliti adalah

bagaimana anggota dari suatu populasi tersebar dalam satu atau lebih

variabel, seperti usia, etnis, jenis kelamin, agama, dll. Seperti halnya

metode deskriptif, survai juga ada yang bersifat longitudinal dan juga

cross sectional. Survai longitudinal digunakan untuk mengumpulkan

informasi/perubahan yang berlangsung dalam kurun waktu yang cukup

panjang. Cross sectional mengumpulkan informasi dalam suatu periode

waktu tertentu yang relatif lebih pendek.

3. Penelitian Ekspos Fakto

Penelitian ekspos fakto (expost facto research) meneliti hubungan

sebab-akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan

dilaksanakan) oleh peneliti. Penelitian hubungan sebab-akibat dilakukan

terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau

telah terjadi. Adanya hubungan sebab akibat didasarkan atas kajian

Metodologi Penelitian

81

teoretis, bahwa sesuatu variabel disebabkan atau dilatarbelakangi oleh

variabel tertentu atau mengakibatkan variabel tertentu. Umpamanya

pelatihan meningkatkan pengetahuan atau kemampuan para peserta, gizi

yang cukup pada waktu ibu hamil menyebabkan bayi sehat, perusahaan

yang sehat dapat meningkatkan kesejahteraan para karyawannya.

Penelitian ekspos fakto mirip dengan penelitian eksperimental,

tetapi tidak ada pengontrolan variabel, dan biasanya juga tidak ada pre-tes.

Penelitian ini dapat dilakukan dengan baik, dengan menggunakan

kelompok pembanding. Kelompok pembanding dipilih yang memiliki

karakteristik yang sama tetapi melakukan kegiatan, program, atau

mengalami kejadian yang berbeda. Umpamanya sejumlah keluarga yang

tingkat sosial-ekonominya sama, sebagian keluarga pada waktu ibunya

hamil sangat memperhatikan kecukupan dan keseimbangan gizi makanan,

sebagian keluarga lainnya kurang memperhatikan gizi makanan. Apabila

anak-anak dari keluarga yang memperhatikan gizi lebih sehat dari yang

tidak memperhatikan gizi, maka dapat diperkirakan penyebabnya adalah

karena masalah gizi.

4. Penelitian Komparatif

Penelitian diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih

dari dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang diteliti.

Dalam penelitian ini pun tidak ada pengontrolan variabel, maupun

manipulasi/perlakuan dari peneliti. Penelitian dilakukan secara alamiah,

peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang bersifat

mengukur. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan di

antara variabel-variabel yang diteliti. Penelitian komparatif juga dapat

memberikan hasil yang dapat dipercaya, selain karena menggunakan

instrumen yang sudah diuji, juga karena kelompok-kelompok yang

dibandingkan memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama. Lebih

jauh tentang penelitian komparatif dijelaskan pada bab IX

Sukris Sutiyatno

82

5. Penelitian Korelasional

Penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel

dengan variabel-variabel lain. Hubungan antara satu dengan beberapa

variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan

keberartian (signifikansi) secara statistik. Adanya korelasi antara dua

variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab-

akibat dari suatu variabel terhadap variabel lainnya. Korelasi positif berarti

nilai yang tinggi dalam suatu variabel berhubungan dengan nilai yang

tinggi pada variabel lainnya. Korelasi negatif berarti nilai yang tinggi

dalam satu variabel berhubungan dengan nilai yang rendah dalam variabel

lain. Korelasi yang tinggi antara tinggi badan dengan berat badan, tidak

berarti badan yang tinggi menyebabkan atau mengakibatkan badan yang

berat, tetapi antara keduanya ada hubungani kesejajaran. Bisa juga terjadi

yang sebaliknya yaitu ketidaksejajaran (korelasi negatif), badannya tinggi

tetapi timbangannya rendah (ringan). Lebih jauh tentang penelitian

korelasional dijelaskan pada bab VIII

6. Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan berasal dari istilah action research. Penelitian

ini merupakan perkembangan baru yang muncul pada tahun 1940-an

sebagai satu model penelitian yang muncul di tempat kerja, tempat di

mana peneliti melakukan pekerjaan sehari-hari (Sukardi, 2003:210).

Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang

diarahkan pada mengadakan pemecahan masalah atau perbaikan. Guru-

guru mengadakan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi

dalam kelas, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen

di sekolahnya. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun

peningkatan hasil kegiatan. Penelitian tindakan juga bisa dilakukan dengan

meminta bantuan seorang konsultan atau pakar dari luar. Penelitian

tindakan demikian diklasifikasikan sebagai penelitian tindakan kolaboratif

atau collaborative action research (Oja & Sumarjan, 1989, Stinger, 1996).

Penelitian tindakan kolaboratif selain diarahkan kepada perbaikan proses

dan hasil juga bertujuan meningkatkan kemampuan para pelaksana, sebab

Metodologi Penelitian

83

penelitian kolaboratif merupakan bagian dari program pengembangan staf.

Lebih jauh tentang penelitian tindakan dijelaskan pada bab XIII

7. Penelitian dan Pengembangan

Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya

Research and Development adalah metode penelitian yang dapat

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan

produk tersebut ( Sugiyono, 2008:297).

Penelitian dan pengembangan (Research and Development),

merupakan metode untuk mengembangkan dan menguji suatu produk

(Borg, W.R & Gall, M.D. 2001). Metode ini banyak digunakan di dunia

industri. Industri banyak menyediakan dana untuk penelitian mengevaluasi

dan menyempurnakan produk-produk lama, dan atau mengembangkan

produk baru. Dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan

dapat digunakan untuk mengembangkan buku, modul, media

pembelajaran, instrumen evaluasi, model-model kurikulum, pembelajaran,

evaluasi, bimbingan, manajemen, pengawasan, pembinaan staf, dll.

Secara garis besar ada tiga langkah penelitian dan pengembangan.

Pertama, studi pendahuluan, mengkaji teori dan mengamati produk atau

kegiatan yang ada. Kedua, melakukan pengembangan produk atau

program kegiatan baru. Ketiga, menguji atau memvalidasi produk atau

program kegiatan yang baru. Kegiatan pengembangan dilakukan melalui

beberapa kali uji coba, dengan sampel terbatas dan sampel lebih luas.

Pengujian produk dilakukan dengan mengadakan eksperimen. Lebih jauh

tentang penelitian dan pengembangan akan dijelaskan pada bab XII

C. Penelitian Eksperimental

Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Penelitian

eksperimental merupakan penelitian yang paling murni kuantitatif

Mengapa dikatakan paling murni, karena semua prinsip dan kaidah-kaidah

penelitian kuantitatif dapat diterapkan pada metode ini. Penelitian

Sukris Sutiyatno

84

eksperimental merupakan penelitian laboratorium, walaupun bisa juga

dilakukan di luar laboratorium, tetapi pelaksanaannya menerapkan prinsip-

prinsip penelitian laboratorium, terutama dalam pengontrolan terhadap hal-

hal yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Metode ini bersifat

validation atau menguji (Krathwohl, 1997:7), yaitu menguji pengaruh

satuatau lebih variabel terhadap variabel lain. Variabel yang memberi

pengaruh dikelompokkan sebagai variabel bebas (independent variables),

dan variabel yang dipengaruhi dikelompokkan sebagai vaiabel terikat

(dependent variables). Zaenal (2007:62) menyatakan riset eksperimental

merupakan research that allows for the causes of behavior to be

determined. Untuk menggambarkan riset eksperimental bisa dilakukan

pada dua kelompok di mana satu disebut kelompok kontrol tanpa diberi

perlakuan apapun sedangkan pada kelompok ke dua diberikan perlakuan.

Penelitian ini bersifat menguji, maka semua variabel yang diuji

harus diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran atau tes yang

sudah distandarisasikan atau dibakukan. Pembakuan instrumen dan

pengolahan hasil penelitian diolah dengan menggunakan analisis statistik

inferensial-parametrik. Untuk menguji apakah perubahan yang terjadi pada

variabel terikat itu akibat dari perubahan pada variabel bebas, dan bukan

karena variabel-variabel lainnya, maka semua variabel lain di luar variabel

bebas harus dikontrol. Pengontrolan variabel dilakukan dengan

menyamakan karakteristik sampel dalam variabel-variabel tersebut.

Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam

penelitian, yaitu: Pre-Experimental, True Experimental, Factorial

Experimental dan Quasi Experimental. Lebih jauh tentang penelitian

eksperimen dijelaskan pada bab X.

D. Penelitian Kualitatif

Metode penelitian kualitatif dinamakan metode postpositivistik

karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode penelitian

kualitaif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya

dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga

sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak

Metodologi Penelitian

85

digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai

metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih

bersifat kualitatif (Sugiyono, 2008:8).

Penelitian Kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian

yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang

secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk

menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada

penyimpulan. Penelitian kualitatif bersifat induktif: peneliti membiarkan

permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk

interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup

deskripsi dalam konteks yang mendetil disertai catatan-catatan hasil

wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-

catatan (Nana Syaodih, 2005:60).

Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif yang

bertolak dari pandangan Positivisme. Penelitian kualitatif berangkat dari

filsafat Konstruktivisme, yang memandang kenyataan itu berdimensi

jamak, interaktif dan menuntut interpretasi berdasarkan pengalaman sosial.

"Reality is multilayer, interactive and a shared social experience

interpretation by individuals" (McMillan and Schumacker, 2001). Peneliti

kualitatif memandang kenyataan sebagai konstruksi sosial, individu atau

kelompok menarik atau memberi makna kepada suatu kenyataan dengan

mengkonstuksinya. Orang membentuk konstruksi untuk mengerti

kenyataan-kenyataan, dan dia memahami konstruksi sebagai suatu sistem

pandangan, persepsi atau kepercayaan. Dengan perkataan lain, persepsi

seseorang adalah apa yang dia yakini sebagai "nyata" baginya, dan

terhadap hal itulah tindakan, pemikiran dan perasaannya diarahkan.

Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala itu bersifat holistik

(menyeluruh tidak dipisah-pisahkan), sehingga penelitian kualitatif tidak

akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian,

tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang mencakup aspek tempat,

pelaku dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis.

Sukris Sutiyatno

86

Sementara itu, Moleong 1988 (Kirk & Miller, 1986:9)

mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam

ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada

pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama,

menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan kedua

menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Kebanyakan

penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan eksplanatori. Beberapa

penelitian memberikan deskripsi tentang situasi yang kompleks, dan arah

bagi penelitian selanjutnya. Penelitian lain memberikan eksplanasi

(kejelasan) tentang hubungan antara peristiwa dengan makna terutama

menurut persepsi partisipan.

Loncoln and Guba (1985) melihat penelitian kualitatif sebagai

penelitian yang bersifat naturalistik. Penelitian ini bertolak dari paradigma

naturalistik, bahwa " kenyataan itu berdimensi jamak,peneliti dan yang

diteliti bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan, suatu kesatuan terbentuk

secara simultan, dan bertimbal-balik, tidak mungkin memisahkan sebab

dengan akibat, dan penelitian ini melibatkan nilai-nilai. Para peneliti

mencoba memahami bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia

sekitarnya. Melalui pengalaman kita mengkonstruksi pandangan kita

tentang dunia sekitar, dan hal ini menentukan bagaimana kita berbuat.

Perbedaan antara penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif telah

banyak di kemukakan para ahli. Moleong (Guba & Lincoln, 1981:62-68)

menyajikan uraian perbedaan keduannya. Untuk penelitian kuantitatif

digunakan istilah scientific paradigm, sedangkan penelitian kualitatif

berdasarkan atas naturalistic inquiry. Beberapa perbedaan mendasar dari

penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif, dapat dilihat dari tabel

6.2 berikut.

Metodologi Penelitian

87

Tabel 6.2.Perbedaan Penelitian Kuantitatif denganPenelitian Kualitatif

PENELITIAN KUANTITATIF PENELITIAN KUALITATIF

1. Berpijak pada konsep Positivistik.

2. Kenyataan berdimensi tunggal,

fragmental terbatas.

3. Hubungan antara peneliti dengan

objek lepas, penelitian dari luar

dengan instrumen standar yang

objektif.

4. Seting penelitian buatan lepas

daritempat dan waktu

5. Analisis kuantitatif, statistik,

objektif

6. Hasil penelitian berupa inferensi,

generalisasi, prediksi

1. Berpijak pada konsep

Naturalistik

2. Kenyataan berdimensi jamak,

kesatuan utuh, terbuka, berubah

3. Hubungan peneliti dengan objek

berinteraksi, penelitian dari luar.

&dalam, peneliti sebagai

instrumen, bersifat subjektif.

4. Seting penelitian alamiah, terkait

tempat & waktu

5. Analisis subjektif, intuitif,

rasional

6. Hasil penelitian berupa deskripsi,

interpretasi, tentatif-situasional

Metode kualitatif secara garis besar dibedakan dalam dua macam,

kualitatif interaktif dan non interaktif. Metode kualitatif interaktif,

merupakan studi yang mendalam menggunakan teknik pengumpulan data

langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya. Peneliti

menginterpretasikan fenomena-fenomena bagaimana orang mencari makna

daripadanya. Para peneliti kualitatifmembuat suatu gambaran yang

kompleks, dan menyeluruh dengan deksripsi detil dari kacamata para

informan. Beberapa peneliti kualitatif mengadakan diskusi terbuka tentang

nilai-nilai yang mewarnai narasi. Peneliti interaktif mendeskripsikan

konteks dari studi, mengilustrasikan pandangan yang berbeda dari

fenomena, dan secara berkelanjutan merevisi pertanyaan

berdasarkanpengalaman di lapangan.

Macam-macam metode kualitatif interaktif, yaitu metode etnografik

biasa dilaksanakan dalam antropologi dan sosiologi, metode

fenomenologis digunakan dalam psikologi dan filsafat, studi kasus

digunakan dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanuasian serta ilmu terapan,

Sukris Sutiyatno

88

teori dasar (grounded theory) digunakan dalam sosiologi, dan studi kritikal

digunakan dalam berbagai bidang ilmu. Metode-metode interaktif ini bisa

difokuskan pada pengalaman hidup individu seperti dalam fenomenologi,

studi kasus, teori dasar dan studi kritikal, bisa juga berfokus pada

masyarakat dan budaya seperti dalam etnografi dan beberapa studi kritikal.

E. Kesimpulan

Jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan

tujuan dan tingkat kealamiahan (natural setting) obyek yang diteliti.

Berdasarkan tujuan, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi

penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research) dan

penelitian pengembangan (research and development). Selanjutnya

berdasarkan tingkat kealamiahan, metode penelitian dapat dikelompokkan

menjadi metode penelitian eksperimen, survey dan nanturalistik

Ada beberapa metode penelitian yang dapat dikelompokkan ke

dalam penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode:

deskriptif, survei, eks-pos fakto, komparatif, korelasional dan penelitian

tindakan.

Penelitian Kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian

yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang

secara individual maupun kelompok.

Metodologi Penelitian

89

BAB VII

METODE PENELITIAN TEKNOLOGI INFORMASI

Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan

akan dapat:

1. Dapat memahami metodologi penelitian sistem informasi

2. Dapat memahami penelitian di bidang teknologi informasi

3. Dapat memahami beberapa pendekatan pengembangan sistem

perangkat lunak (Software)

4. Dapat menjelaskan tentang verification, validation & testing

A. Pendahuluan

Research method adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu, secara umum tujuan penelitian

bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Ada empat kata kunci

yang berhubungan dengan metode penelitian yaitu: cara ilmiah, data,

tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan

atas ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional

berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal

sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara

yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain

dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis

berarti proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-

langkah tertentu yang bersifat logis.

Demikian pula penelitian pada bidang sistem informasi dan teknik

informatika tentu tidak dapat dipisahkan dengan metode yang digunakan.

Di bawah ini dijelaskan metode penelitian yang berhubungan dengan

sistem informasi dan teknik informatika, juga dipaparkan beberapa

pendekatan pengembangan system perangkat lunak (Software).

Sukris Sutiyatno

90

B. Penelitian di Bidang Sistem Informasi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentu berhubungan

erat dengan research. Penelitian bertujuan untuk mengembangkan dan

menemukan ilmu pengetahuan dan teknologi baru dan menerapkannya

untuk memecahkan suatu permasalahan dan dilaksankan berdasarkan

metode ilmiah. Demikian pula dalam bidang sistem informasi yang saat ini

berkembang begitu cepat di seluruh sendi kehidupan manusia.

Perkembangan dalam bidang penelitian sistem informasi telah mendorong

berkembangnya berbagai pendekatan, model dan metode penelitian

khususnya yang berhubungan dengan sistem informasi. Lee (1991)

mendefinisikan ruang lingkup kajian dan perspektif dalam penelitian

sistem informasi lebih dari sekedar menguji system teknologi, atau sistem

sosial, atau bahkan dua-duanya, tetapi penelitian dalam bidang sistem

informasi ini juga menginvestigasi fenomena yang muncul ketika kedua

sistem berinteraksi. Davis (2000) mengidentifikasi lima bidang kajian yang

berkembang dalam bidang system informasi (lihat table di bawah ini).

Tabel 7.1 Bidang kajian sistem informasi

Bidang Kajian Sistem

Informasi

Contoh konsep, teori, proses, dan aplikasi

Proses Manajemen sistem

informasi

Perencanaan strategik untuk infrastruktur dan

aplikasi

Evaluasi sistem informasi sebuah organisasi

Proses Pengembangan

Sistem Informasi

Manajemen proyek sistem informasi

Manajemen resiko sistem informasi

Organisasi dan partisipasi dalam proyek

Kebutuhan teknis dan sosial

Akuisisi aplikasi

Implementasi sistem

Pelatihan, penerimaan, dan penggunaan

Konsep pengembangan

sistem

Konsep metode

Konsep sosio-teknikal

Konsep dekomposisi rasional kebutuhan sistem

Konstruksi sosial kebutuhan sistem

Metodologi Penelitian

91

Bidang Kajian Sistem

Informasi

Contoh konsep, teori, proses, dan aplikasi

Konsep kesalahan dan pendeteksian kesalahan

Konsep pengujian untuk sistem sosio-teknikal

Konsep kualitas sistem informasi

Representasi dalam sistem

informasi

Konsep basis data dan basis pengetahuan

Representasi ‗dunia nyata‘

Pengkodean

Penyimpanan, pemanggilan kembali, dan

transmisi

Representasi perubahan kejadian

Representasi struktur sistem

Sistem aplikasi Manajemen pengetahuan

System pakar

Sistem pendukung keputusan (SPK) dan SPK

group

Sistem kerjasama dan tim maya

Kerja-jarak-jauh dan sistem kerja tersebar

Sistem rantai pasokan (supply chain)

Sistem enterprise resource planning

Sistem pelatihan

Sistem e-commerce

Sistem Pendukung Keputusan

Sumber: Davis (2000)

Beskeville dan Myers (2002) menyatakan sistem informasi tidak

hanya membuat sub-disiplin baru, tetapi juga mendorong munculnya

disiplin yang sama sekali baru seperti bio-informatika, bio-teknologi, dan

system informasi geografis. Sejalan dengan perkembangan ini, disiplin

sistem informasi tidak lagi hanya sebagai disiplin pemakai teori, metode,

dan hasil-hasil penelitian disiplin lain, tetapi disiplin lain juga memakai

teori, metode, dan hasil-hasil penelitian dalam sistem informasi. Sebagai

akibatnya, peneliti dalam bidang sistem informasi mempunyai peluang

besar untuk melakukan penelitian bersama dengan peneliti dalam bidang-

bidang lain.

Sukris Sutiyatno

92

Gambar 7.1 Sistem informasi sebagai disiplin acuan dalam diskursus dengan

disiplin acuan yang lain.

Sumber: Barkeville dan Myers (2002)

Dalam persepektif yang berbeda, disiplin sistem informasi

merupakan perkawinan antara disiplin manajemen dan teknik serta

mempunyai hubungan yang erat dengan praktek di lapangan. Posisi

disiplin sistem informasi ini sejalan dengan definisi yang dikembangkan

oleh Association for Computing Machinery (ACM), Association for

Information System (AIS) dan Association for Information Technology

Professional (AITP). Sebagai sebuah disiplin, disiplin sistem informasi

mempunyai dua bidang kajian (Davis, et al., 1997): (1) Akuisisi,

penggunaan, dan manajemen sumberdaya dan layanan teknologi

informasi; dan (2) pengembangan dan evolusi infrastruktur dan sistem

teknologi untuk mendukung proses bisnis dalam organisasi.

Berndtsson et al. (2008) point out that the nature of computer

science and information systems means that projects are drawn from both

„hard‟ science (natural science and „soft‟ science (social science).

Berndtsson dkk menyatakan bahwa hakikat ilmu komputer dan sistem

Metodologi Penelitian

93

informasi berarti bahwa proyek/penelitian diambil dari ilmu alam dan ilmu

sosial.

Bidang kajian yang pertama terkait dengan fungsi sistem informasi

yang banyak terkait dengan manajemen, sedang yang kedua terkait dengan

pengembangan sistem yang banyak terkait dengan disiplin teknik. Gambar

7.2 di bawah ini mengilustrasikan posisi disiplin sistem informasi kaitanya

dengan disiplin yang lain.

Gambar 7.2 Posisi disiplin sistem informasi

Swanson dan Ramiller (1993) dalam studinya tentang tema

penelitian dalam sistem informasi dengan mereview hampir 400 artikel

yang diterbitkan pada Information Sistem Research, salah satu journal

sistem informasi terkemuka, menemukan tema-tema yang sangat beragam.

Rangkuman tema-tema artikel penelitian ditunjukkan dalam tabel di bawah

ini:

Sukris Sutiyatno

94

Tabel 7.2 Tema penelitian di bidang sistem informasi

No. Tema

1 Computer resource allocation

2 Computer supported cooperative work

3 Data management

4 Data modeling and database design

5 Decision support system application

6 Decision support system application

7 Decision support system development and implementation

8 Decision support system modelmanagement

9 Decision support system outcomes

10 End-user computing

11 Expert system design, evaluation and performance

12 Expert system applications

13 Human computer interaction

14 Information and managerial decision making

15 Information economics

16 Information system implementation

17 Information system research

18 Information system topologies

19 Information technology diffusion

20 Interorganizational information systems

21 Information system economics

22 Information system ethics

23 Information system permance evaluation

24 Information system personnel

25 Information security and control

26 IS strategic management and business outcome

27 IS user relationship

28 Knowledge acquisition

29 Organizational outcomes

30 Requirement analysis and modeling

31 Software maintenance

32 System development process

33 System project estimation

Metodologi Penelitian

95

No. Tema

34 Tools and technique in systems development

35 User information evaluation and satisfaction

36 User involvement

37 User perception and attitude

C. Metodologi Penelitian Sistem Informasi

Pada dasarnya metode penelitian dalam bidang sistem informasi

tidak berbeda dengan penelitian yang ada pada bidang-bidang lainnya yang

membedakan sebenarnya lebih pada tradisi penelitian yang dilakukan dan

disepakati oleh komunitas sistem informasi dunia. Pada penelitian sistem

informasi ditemukan metode spesifik yang diadopsi dari bidang keilmuan

lainnya, seperti etnografi yang mulannya digunakan oleh para ahli

antropologi dan penelitian action research yang bermula berasal dari

bidang psikologi.

British Computer Society (BCS) Information Systems Analysis yang

dikutip Avison & fitzgerald (2006:567) mendefinisikan information system

methodology as: recommended collection of philosophies, phases,

procedures, rules, techniques, tools, documentation, management, and

training for developers of information systems. Metodologi system

informasi sebagai sekumpulan dasar pemikiran, tahapan, prosedur, aturan,

tehnik, piranti/alat, pendokumentasian, manajemen, dan pelatihan sistem

informasi. Berdasarkan definisi tersebut, metodologi mempunyai sejumlah

komponen yang mencakup:

Tugas-tugas apa yang harus dilaksanakan pada setiap tahapnya

Output apa yang dihasilkan

Kapan dilaksanakan

Hambatan apa yang dihadapi

Orang-orang yang seharusnya dilibatkan

Bagaimana proyek dikelola dan dikendalikan

Apa perangkat/piranti yang mendukung untuk digunakan

Sukris Sutiyatno

96

Lebih jauh Avison & fitzgerald (2006:569) menyatakan bahwa

dalam praktiknya, beberapa metodologi, adalah produk-produk yang

dikemas dan mungkin mencakup: Manuals; education and training,

consultancy support, tools and tool sets, proforma documents, and model

building templates, and so on.

Beberapa ahli memperdebatkan istilah methodologi dan metode.

Flyn (1992) menyatakan bahwa metodologi tidak tepat dalam konteks

pengembangan sistem dan istilah metode lebih tepat. Lebih jauh Flyn

menyatakan bahwa istilah metodologi popular sekitar tahun delapan

puluhan yang secara tidak langsung tidak lagi digunakan. Namun demikian

beberapa ahli menyatakan bahwa methodologi mempunyai cakupan yang

lebih luas. Metode adalah bagian dari methodology. Avison & Fitzgerald

(2006:569) menyatakan bahwa ‗methodology is thus a wider concept than

method‟. Sementara itu, Checkland menyatakan metodologi adalah ―… is

a set of principles of method, which in any particular situation has to be

reduced to a method uniquely to that particular situation.

D. Penelitian di Bidang Teknik Informatika

1. Bidang Kajian Teknik Informatika

Denning (2000) menyatakan Ilmu komputer dapat diklasifikasikan

menjadi 12 subbidang. Bila direfleksikan berdasarkan sudut pandang teori,

abstraksi (pemodelan), dan produk/sistem. Teori merupakan pendekatan

yang berlandaskan pada ilmu matematika. Untuk mendapatkan suatu teori

yang valid perlu melalui proses yaitu: definition, theorem, proof and

interpret result. Jadi teori yang dimaksud seharusnya melalui proses

pendefinisian, pembuatan teori, pembuktian dan interpretasi terhadap

hasilnya.

a. Abstraksi/Permodelan merupakan pendekatan yang berlandaskan

pada metode perancangan atau eksperimen. Dalam melakukan suatu

penelitian terhadap suatu fenomena hingga dihasilkan suatu model,

formula, prediksi, metode, atau prototype perlu melalui proses-

proses: (1) pembentukan hipotesis, kerangka teoritis, atau model

teoritis; (2) pembuatan suatu model, formula, prediksi, metode, atau

Metodologi Penelitian

97

prototype; (3) perancangan eksperimen; (4) pengujian dan

pengumpulan data; dan (5) analisis hasil

b. Produk/sistem merupakan pendekatan penelitian guna menghasilkan

suatu produk, sistem, piranti/instrumen baik perangkat keras

maupun perangkat lunak. Tahapan yang menyangkut sistem adalah:

(1) perencanaan; (2) perancangan; (3) pembangunan; (4) pengujian;

(5) penerapan; dan (6) evaluasi.

Jenis metode penelitian teknologi informasi diklasifikasikan menjadi

dua kelompok besar yaitu penelitian rekayasa dan penelitian non-rekayasa

yang dapat digambarkan bentuk matriks seperti dalam tabel di bawah ini:

Gambar 7.3 Metode penelitan rekayasa dan non rekayasa

Sukris Sutiyatno

98

Sementara itu bidang kajian teknologi informasi terdiri atas dua

belas subbidang yang dapat dijelaskan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 7.3 Bidang Kajian IlmuKomputer

SUB BIDANG

BIDANG KAJIAN ILMU

KOMPUTER

BIDANG KAJIAN TEKNOLOGI

INFORMASI

Teori Abstraksi/

Pemodelan Produk/ Sistem

Algoritma dan

Stuktur Data

Teori

Komputabilitas Algoritma

Paralel dan

Terdistribusi

Program Aplikasai

Teori Komputasi

Kompleks

Komputasi

Paralel

Algoritma

Efisien dan

Optional

Teori Graf

Kriptografi

Algoritma dan

Teori

Probabilistik

Bahasa

Pemrograman

Bahasa Formal

dan Automata

BNF Bahasa Pemrograman

(Basic, Pascal,C,dsb)

Turning

Machines

Metode

Parsing,Compi

ling,

Interpretation

Formal

Semantics

Translator,

Kompilator,

Interpreter

Metodologi Penelitian

99

SUB BIDANG

BIDANG KAJIAN ILMU

KOMPUTER

BIDANG KAJIAN TEKNOLOGI

INFORMASI

Teori Abstraksi/

Pemodelan Produk/ Sistem

Arsitektur

Aljabar Boolean Arsitektur

Nuemen Produk

Hardware(PC,Superk

omputer,Mesin Von

Neumen) Teori Coding

Hardware

Reliabelity

Teori Switching Finite State

Machine

Sistem CAD dan

Simulasi Logika Finite State

Machine

Model Sirkuit

DataPath,Struk

tur Kontrol

Sistem Operasi

dan Jaringan

Teori

Concurrency

Manajeman

Memori,Job

Scheduling

Produk NOS (Unix,

Windows, Mach,

dsb)

Teori Scheduling

Model

Komputer Terdistribusi

File dan file System

Teori

Manajemen

Networking

(Protokol,Nam

ing, dsb)

Library Untuk

Utilities(Editor,

Formatter,Linker,

Emulator

Software

Teoreliabelity Metode

Spesifikasi

Bahasa Spesifikasi

Tempeoral Logic

Metode

Pengembangan

Software

Sukris Sutiyatno

100

SUB BIDANG

BIDANG KAJIAN ILMU

KOMPUTER

BIDANG KAJIAN TEKNOLOGI

INFORMASI

Teori Abstraksi/

Pemodelan Produk/ Sistem

Database and

Retrieval

Information

System

Relation Aljabar

dan Kalkulus

Model

Basisdata(Rela

tional

Sistem Manajemen

Teori Dependecy ,hierarchcal,Ne

twork, dsb) Basisdata (Ingres,

Teori

Concurency Skema Basisdata

Dbase,Oracle, dsb)

Performance Analysis

Sorting dan

Searching

File

Representation Hypertext System

Statistical

interface for Retrieval

Articial

Intelligence and

Robotics

Teori Logika Knowledge Representation

Logic Progamming

(Prolog,LIPS)

Semantik dan Metode

Pencarian

Heuristic

Neural Network Sintaktik Model

untuk

Natural

Language

Conceptual

Dependency

Model

Reasoning dan

Learning

Sitem Pakar,ICAI,

Intelligent Tutoring

Syst

Kinematics and Dynamics of

Robot Motion

Model Memori

Manusia,

Autonomous

Learning Software untuk Logic

Programing

Metodologi Penelitian

101

SUB BIDANG

BIDANG KAJIAN ILMU

KOMPUTER

BIDANG KAJIAN TEKNOLOGI

INFORMASI

Teori Abstraksi/

Pemodelan Produk/ Sistem

Grafik

Teori Grafik dan

Warna

Algoritma

Komputer

Grafik Library Grafik

Geometri Dua

Dimensi atau

Lebih

Model untuk

virtual Reality

Grafik Standar,

Visualisasi Sistem

Teori Chaos

Metode

Komputer

Grafik

Image Enchancement

System

Human

Computer

Interaction

Risk Analysis

Pattern

Recognition Flight Simulation

Cognitive Psychology Model CAD

usability

Engineering, CAD, CAI, CAE, CAL

Ilmu Komputasi Number Theory

Discrete

Approximation

s, Fast Fourier

Transform and

Poisson

Solvers

Library dan Paket

Untuk Tool

Penelitian (Chem,

Macsyma,

Mathematica, Maple,

Reduce, dsb) Binary

Representation

Backward

Error

Propagation

Teori Quantum

Finite element

Models

Sukris Sutiyatno

102

SUB BIDANG

BIDANG KAJIAN ILMU

KOMPUTER

BIDANG KAJIAN TEKNOLOGI

INFORMASI

Teori Abstraksi/

Pemodelan Produk/ Sistem

Organizational

Informatics

Organizational Science

Model dan

simulasi yang

berhubungan dengan

informasi

dalam

pengorganisasi

an

Management

Information Systems

Decision Support

Systems

Organizational

Dynamics

Bioinformatics

Teori Komputasi

Model

Komputasi

DNA Kimia

Organic Memory

Devices

Ilmu Biologi

Prototipe

Retina dari

silikon

Basis Data Genom

Manusia

Medicine

Basis Data

Genom

Manusia

Perangkat Analisa

Struktur Enzim untuk

Kesehatan

Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer mengidentifikasi

perkembangan teknik informatika menjadi enam subbidang, yaitu:

Metodologi Penelitian

103

Electrical Engiineering, Computer Engineering, Computer Science,

Software Engineering, Information Technology, dan Information System.

2. Research Area Coverage

Ilmu komputer mengalami pergeseran dari berbagai bidang ilmu

yang antara lain; Electrical Engiineering, Computer Engineering,

Computer Science, Software Engineering, Information Technology, dan

Information System. Pergeseran bidang ilmu tersebut terus berkembang

hingga ilmu komputer difokuskan atas dua bagian besar yaitu bidang ilmu

komputer dan ilmu teknologi informasi. Dari sudut pandang penelitian,

Dennings menyatakan ada tiga paradigma besar dalam penelitian teknik

informatika atau ilmu komputer yang mencakup teori, eksperimen yang

merupakan eksplorasi terhadap model dari sistem/arsitektur dan sering

disebut abstraksi/permodelan, dan desain yang menghasilkan suatu

produk/sistem.

Gambar 7.4 Research area coverage

Sukris Sutiyatno

104

E. Beberapa Pendekatan Pengembangan Sistem Perangkat

Lunak (Software)

Di bawah ini disajikan beberapa pendekatan pengembangan sistem

perangkat lunak, pemahaman terhadap pendekatan-pendekatan tersebut

sangat penting sebelum membangun suatu sistem. Dengan memahaminya

maka seorang peneliti dapat memilih pendekatan yang tepat untuk

membangun proyek penelitiannya.

1. The Software Development Life Cycle(SDLC)

The SDLC mewakili model generik untuk pengembangan perangkat

lunak dan terdiri atas sejumlah tahapan. Tahapan-tahapan tersebut (lihat

gambar), mencakup: requirements (persyaratan-persyaratan), design

(rancangan), build (membangun), test (uji coba), dan implement

(melaksanakan). Semua pengembangan perangkat lunak mengikuti model

generik dalam satu cara. Tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskan di

bawah ini:

a. Requirements

Persyaratan mewakili semua aktivitas yang ditunjukkan untuk

menjelaskan persyaratan-persyaratan dari pengguna (user) dan

dokumen-dokumen yang dihasilkan dalam langkah ini.

b. Designs

Rancangan mewakili desain software berdasarkan persyaratan-

persyaratan pada tahap sebelumnya

c. Build

Build adalah coding/pengembangan atau pembangunan sistem

perangkat lunak

d. Test

Test adalah ujicoba terhadap coding

e. Implement

Implement adalah melaksanakan hasil rancangan atau penerimaan

sistem terhadap lingkungan yang menjadi target atau tujuan atau

dalam tahap implementasi ini dapat juga dijadikan sebagai evaluasi

agar sesuai dengan persyartan-persyaratan awal user

Metodologi Penelitian

105

Gambar 7.5 The Software development Life Cycle

2. The Earliest ‘model’: build-and-fix

Model build-and-fix mewakili pendekatan untuk pengembangan

system perangkat lunak. Model ini bukanlah model yang formal karena

tidak ada persyaratan formal dan desain formal. Programmers pertama-

tama akan menulis code, menjalankan code dan memperbaiki

penyakit/hama (bugs) dalam software.

Gambar 7.6 The build-and-fix model

Turner (1993:470) mengidentifikasi sejumlah kekeurangan dalam

model ini yaitu: (1) after several fixes the software becomes difficult to

maintain as it becomes poorly structured, (2) it often does not match the

user‟s requirements—it is rejected or requires extensive redevelopment,

and (3) it can be costly to maintain because of its poor structure and lack

of definable output that can be tested.

Sukris Sutiyatno

106

Pendekatan buil-and-fix masih digunakan saat ini oleh beberapa

programmers, namun demikian dalam membangun suatu proyek kita

sebaiknya mempertimbangkan ulang menggunakan model ini.

3. The stage-wise and classical waterfall models (conventional

models)

The stage-wise model dikembangkan tahun 1956 oleh Benington

dalam usahannya untuk menyediakan proses rekayasa untuk

pengembangan perangkat lunak. Model tersebut mewakili langsung, proses

urutan-satu tahapan terselesaikan, hasil tahapan tersebut menjadi dasar

tetap untuk mengembangkan tahap selanjutnya—tidak ada revisi lagi.

Namun demikian model the stage wise menimbulkan berbagai problem

maka dikembangkan model classical waterfall (lihat gambar).

Sommerville (2003) menyatakan model waterfall merupakan salah satu

model proses perangkat lunak yang mencakup tahapan spesifikasi,

pengembangan, validasi dan evolusi dengan mempresentasikan fase-fase

proses yang berbeda seperti analisis dan definisi persyaratan, perancangan

perangkat lunak, implementasi dan pengujian unit, integrasi dan pengujian

sistem, operasi dan pemeliharaan. Pressman (2010) menyatakan model

waterfall adalah model klasik yang bersifat sistematis, berurutan dalam

membangun software. Nama model waterfall sesungguhnya adalah Linear

Sequential Model, model ini sering disebut dengan classic life cycle atau

model waterfall.

Metodologi Penelitian

107

Gambar 7.7 The classical waterfall model

Dawson (2009: 120-121) menyatakan pendekatan konvensional

hanya benar-benar cocok digunakan apabila proyek atau penelitian

tersebut: (1) short (say six months to one year maximum—a typical student

project length) so that the problem does not have time to evolve; and (2)

understood clearly—so that the initial requirements are captured

accurately and subsequent specification designs are very close matches

with what is actually needed.

Kita seharusnya hanya menggunakan model tersebut untuk suatu

proyek/penelitian jika anda yakin dan percaya bahwa anda benar-benar

memahami persyaratan-persyaratan sistem tersebut. Untuk itu perlu

dipertimbangkan model-model lain yang tepat dan sesuai dengan proyek

anda.

4. The Incremental model

Model incremental menggambarkan tiga tahapan Lihat gambar.

Perlu diperhatikan bahwa persyaratan-persyaratan sistem dikumpulkan

dengan cara biasa pada awal proses. Anda selanjutnya mendesain dan

Sukris Sutiyatno

108

mempersiapkan tahap pertama sistem. Ini meliputi program anda dan

komponen pertama dari suatu fungsi yang akan berguna untuk klien.

Tahapan kedua dari proses meliputi rancangan incremental kedua pada

system dan mengembangkan serta mengimplementasikan di dalam sistem

yang ada. Proses ini berlanjut hingga semua tahapan telah selesai atau

lengkap dan sistem benar-benar bekerja.

Gambar 7.8 The Incremental Model

5. Prototyping

Dalam beberapa kasus berguna untuk menghasilkan prototype untuk

tujuan: (1) explore the requirements of the system with the user—

requirements capture, and/or, (2) explore the technical feasibility of a

system—experimental prototyping (Dawson, 2009:124).

Lebih jauh dijelaskan requirements capture dan experimental

prototyping sebagai berikut:

a. Requirements capture

Selama requirements capture, prototype digunakan untuk

memikirkan dan menyaring persyaratan-persyaratan user untuk

Metodologi Penelitian

109

sistem tersebut. Hal tersebut dapat digunakan selama mendesain

untuk mencoba user interface—mengukur bagaimana user dapat

menggunakan dan menjalankan seputar sistem tersebut. Menurut

Knott & Dawson (1999:42) prototype menyediakan metode yang

efektif untuk menghasilkan feedback apa yang baik dan apa yang

buruk suatu gagasan

b. Experimental prototyping

Experimental prototyping digunakan ketika seorang peneliti belum

yakin solusi secara teknik terhadap suatu masalah. Contohnya, jika

anda sedang mengembangkan algoritma baru, bekerja dengan

software baru, atau menggunakan aplikasi atau bahasa pemrograman

baru, hal tersebut sering berguna untuk menghasilkan experimental

prototype untuk mengukur kelayakan solusi yang anda usulkan.

Anda mungkin menemukan bahwa anda perlu merancang ulang

solusi yang anda tawarkan karena kurang efisien dan berjalan

dengan lambat, atau mungkin saja asumsi yang anda kurang tepat

dan alternative strategi perlu diambil. Secara alternatif anda

mungkin menemukan bahwa anda tidak mempunyai kemampuan

secara teknis untuk menggunakan bahasa pemrograman atau

hardware dan software yang anda ingin gunakan.

Ada dua pendekatan untuk mengembangkan model prototype yang

dapat dijelaskan di bawah ini:

1. Throw-away Prototyping

Beberapa gagasan yang mungkin digunakan untuk mengembangkan

throw-away prototype yaitu: (a) Prototype tidak perlu

dikembangkan pada platform hardware yang sama, (b) Anda

mungkin mengembangkan prototype dalam bahasa pemrograman

yang berbeda.

Knott & Dawson (1999) mendiskusikan teknik throw-away

prototyping sebagai berikut:

Sukris Sutiyatno

110

a. Anda dapat menyederhanakan sistem dengan memisahkan

program seperti prototype dapat dibangun terpisah dari suatu

sistem. Sebagai suatu contoh, anda dapat membuat prototype the

graphical user interface first, meninggalkan fungsi dasar hingga

selesai

b. Anda dapat dengan cepat menghasilkan test database suatu

sistem untuk menyediakan gagasan bagaimana suatu sistem

beroperasi pada seperangkat data khusus

c. Anda dapat mengembangkan versi yang lebih sederhana suatu

program yang telah menyederhanakan penanganan data dan

pengecekan kesalahan

d. Anda dapat mengunakan versi yang telah dimodifikasi program

atau sistem lain untuk menggambarkan gagasan anda

2. Evolutionary prototyping

Pendekatan evolutionary protototyping berbeda dari pendekatan

throw-away bahwa prototype tidak dibuang tetapi dikembangkan

menjadi produk akhir. Secara sekilas mirip dengan pendekatan

build-and-fix—dibangun, diukur/dievaluasi, dan dimodifikasi

hingga sistem akhir dilepas. Bagaimanapun, pendekatan

evololutionary jauh lebih sistematis dari pada pendektan buil-and-

fix. Specifikasi awal sistem harus diinvestigasi dan dihasilkan, dan

proses harus mengikuti serangkaian rencana evolusi. Anda juga

sadar dari awal bahwa program anda akan berkembang sehingga

harus didesain dan disusun secara logis dari awal dengan komentar,

variabel, data dan struktur yang tepat dan lain-lain.

Lihat gambar di bawah (Ould, 1999) menggambarkan proses

evolusi—dalam hal ini menunjukkan tiga lepasan/tahapan dari

sistem yaitu:

Metodologi Penelitian

111

Gambar 7.9 The evolutionary prototyping model

6. Agile methods

Istilah Agile methods di adopsi tahun 2001 oleh group terkenal ahli

software Amerika. Metode tersebut mengacu pada pendekatan

pengembangan software yang menurunkan resiko dengan mengirimkan

system software dalam waktu yang singkat. Berbeda dengan pendekatan

pengembangan seperti model waterfall ( di mana pengiriman kerja sistem

memerlukan berbulan-bulan,bahkan bertahun-tahun untuk dilepas).

Karakteristik utama lain yang membedakan agile methodsdari

model konvensional mencakup: penekanan mereka pada team pengembang

yang lebih kecil dan face-to-face communication dengan users yang sangat

sering berdasarkan pada lingkungan kerja yang sama sebagai pengembang.

Sejumlah prinsip kunci mengacu pada agile manifesto adalah sbb: 1)

memuaskan pelanggan melalui pengiriman berkelanjutan software yang

bernilai, (2) menerima perobahan persyaratan-persyaratan, (3) menutup

hubungan kerja antara pengembang dan pengguna, (4) adanya percakapan

face to face dari pada hal-hal yang berhubungan dengan dokumen, (5)

kerja software merupakan ukuran dari perkembangan, (6) tim dapat

Sukris Sutiyatno

112

mengorganisasi secara mandiri, dan (7) tim merefleksikan bagaimana

memperbaiki diri mereka sendiri secara teratur.

7. Extreme Programming (XP)

Extreme programming adalah pendekatan pengembangan software

yang mencakup berbagai gagasan metode agile. XP dikenalkan pada tahun

1990-an yang mencoba untuk memperbaiki cara di mana suatu software

dikembangkan. XP dirancang untuk suatu tim antara dua hingga 12

anggota, idealnya model ini cocok untuk proyek mahasiswa.

XP adalah suatu pendekatan yang cocok untuk suatu proyek di mana

persyaratan-persyaratan mungkin dapat berobah. Pendekatan tersebut

secara aktif mendorong users untuk terlibat dengan proses pengembangan

dan mengantisipasi pengaruh positif apabila mereka dapat memenuhi

persyaratan-persyaratan tersebut. XP menekankan kerja tim, dalam hal

proyek mahasiswa, mendorong users, supervisors dan tim proyek untuk

bekerjasama untuk mencapai tujuan mengembangkan kualitas software.

Menurut Wells (2006) XP memperbaiki poyek software dalam empat

langkah penting yaitu: communication, simplicity, feedback and courage.

8. Configuration management

Satu hal yang anda harus kendalikan ketika mengejar pendekatan

evolutionary dan incremental, atau dalam sebuah proyek tim ketika

sejumlah orang bekerja pada berbagai bagian yang berbeda pada suatu

system secara bersama adalah konfigurasi system. Configuration

management digunakan untuk mengendalikan berbagai versi system yang

berbeda yang dihasilkan sebagai perkembangan system. Configuration

management terkait erat dengan version control dan revision control.

Dalam proyek industri yang bersekala luas, konfigurasi managemen

merupakan aktivitas penting yang mencakup empat tahap yaitu:

1. Configuration identification

Mengidentifikasi atribut-atribut yang mendefinisikan item yang

anda harapkan untuk kendalikan

Metodologi Penelitian

113

2. Change control

Mengelola dan menyetujui perubahan-perubahan pada item dan

menyesuaikan baseline

3. Status accounting

Mencatat garis dasar konfigurasi

4. Configuration audits

Meyakinkan bahwa perubahan-perubahan pada konfigurasi bekerja

apa yang mereka nyatakan serta apa yang mereka akan lakukan dan

sistem terus bekerja untuk memenuhi persyaratan

9. MDLC (Multimedia Development Life Cicle)

Perangkat lunak klasik dan multimedia dikembangkan dengan

metode tertentu. Belum banyak orang yang mengetahui metode-metode

pengembangan perangkat lunak multimedia, terutama mahasiswa tingkat

akhir yang akan membuat skripsi mengenai pengembangan perangkat

lunak multimedia. Salah satu penyebabnya adalah tidak ada mata kuliah

yang secara khusus membahas metode pengembangan perangkat lunak

multimedia terutama di jurusan Teknik Informatika maupun Ilmu

Komputer. Ada beberapa metode pengembangan perangkat lunak

multimedia antara lain metode Luther (1994), Metode Godfrey (1995),

Metode Villamil-Molina (1997) dan Metode Sherwood-Rout (1998).

a. Metode Luther (1994)

Metode Luther (1994) memiliki 6 tahap yaitu: concept, design,

collecting content material, assembly, dan distribution seperti pada

gambar 7.10:

Sukris Sutiyatno

114

Gambar 7.10. Metode Luther

1). Concept . Tahap concept (pengongsepan) adalah tahap untuk

menentukan tujuan dan siapa pengguna program. Tujuan dan

pengguna akhir program berpengaruh pada nuansa multimedia

sebagai pencerminan dari identitas organisasi yang

menginginkan informasi sampai pada akhir.

2). Design. Design (perancangan) adalah tahap pembuatan

spesifikasi mengenai arsitektur program, gaya, tampilan, dan

kebutuhan material atau bahan untuk program. Spesifikasi

dibuat serinci mungkin sehingga pada tahap berikutnya, yaitu

material collecting dan assembly.Tahap ini biasanya

menggunakan storyboard untuk menggambarkan deskripsi tiap

scane.

3). Material Collecting. Material collecting adalah tahap

pengumpulan bahan yang sesuai dengan kebutuhan yang

dikerjakan. Bahan-bahan tersebut, antara lain gambar clip art,

foto, animasi, vidio, audio, dan lain-lain yang dapat diperoleh

secara gratis atau dengan pemesanan kepada pihak lain yang

sesuai dengan rancangannya.

Metodologi Penelitian

115

4). Assembly. Tahap assembly adalah tahap pembuatan semua

objek atau bahan multimedia pembuatan aplikasi ini didasarkan

pada tahap design, seperti storyboard, bagan alir, dan/atau

struktur navigasi serta pemrograman.

5). Testing. Tahap testing (pengujian) adalah setelah menyelesaikan

tahap pembuatan (assembly) dengan menjalankan

aplikasi/program dan melihatnya apakah ada kesalahan atau

tidak.

6). Distribution. Setelah uji coba yang mungkin perlu dilakukan

beberapa kali, dalam tahap ini aplikasi akan disimpan dalam

suatu media penyimpanan. Jika media penyimpanan tidak

cukup untuk menampung aplikasinya, kompresi terhadap

aplikasi tersebut akan dilakukan. Pada tahap ini dilakukan

pembuatan master file, pedoman penggunaan aplikasi, serta

dokumentasi sistem.

b. Metode Godfrey (1995)

Godfrey (1995) memberikan metode yang merupakan turunan dari

metode pengembangan perangkat lunak klasik yang dikenal dengan

Waterfall. Godfrey (1995) menyebut metodenya dengan Multimedia

Development Life Cycle (MDLC) sedangkan metode Waterfall

disebut Godfrey (1995) dengan Systems Development Life Cycle

(SDLC). Metode Godfrey terlihat pada gambar 7.11.

Sukris Sutiyatno

116

Gambar 7.11. Metode Godfrey (MDLC)

Tahap MDLC menurut Godfrey adalah :

1) Problem Definition

Problem definition harus menjadi tahap pertama dari setiap siklus

desain. Ada empat persoalan dasar tentang problem definition,

yaitu:

a) mengidentifikasi klien

b) memunculkan kebutuhan/keinginan mereka

c) cmengidentifikasi ruang lingkup proyek

d) memahami keterbatasan sumber daya yang ada

Problem definition dapat dicapai dan disimpulkan ketika

seseorang memahami target pengguna, teknologi, dan wilayah

permasalahan. Hal ini penting untuk pengembangan multimedia

dan juga sistem yang lainnya, untuk mengenali kekuatan dan

kelemahan pengembang serta mencari bantuan dari orang-orang

yang lebih berpengalaman di bidang yang tidak dikuasai. Akan

muncul kebutuhan untuk mengidentifikasi keahlian dalam waktu

pengembangan dan membangun tim dengan keahlian-keahlian

yang diperlukan. Hal ini disebabkan tidak mungkin menemukan

satu orang dengan semua keahlian yang dibutuhkan.

Metodologi Penelitian

117

2) Genre and Character

Dalam studi kelayakan tradisional, analis menggunakan model

mental dari sistem yang diusulkan, dibantu dengan sketsa awal

dan perhitungan, serta mencoba membayangkan model tersebut

bekerja. Analis menguji kelayakan dari tiga perspektif, yaitu

kelayakan teknis, kelayakan ekonomis dan kelayakan organisasi.

Dalam menilai kelayakan teknis, ada pertanyaan mengenai

apakah sistem dapat dibangun secara nyata. Dalam kelayakan

ekonomis diperkirakan kemungkinan biaya produksi, dan dalam

kelayakan organisasi ada pertanyaan apakah model tersebut akan

bekerja ketika diberikan ke organisasi pengguna maupun klien

yang dituju.

Sebagai contoh, jika diinginkan untuk menghasilkan sistem

multimedia interaktif untuk teknik fact finding selama analisa

sistem komputer, maka genre detektif adalah pilihan yang cocok.

Detektif klasik dengan jas panjang dan topi khasnya dapat

melakukan wawancara dengan berbagai orang, mencatat,

mencari klarifikasi dari ambiguitas, dan secara bertahap

membangun gambaran dari fakta-fakta yang ditemukan.

Mungkin dapat dicoba genre yang lain, tapi mungkin akhirnya

dapat disimpulkan bahwa genre detektif membuat tugas lebih

mudah dan layak untuk pendekatan secara teknis.

Pemilihan genre yang tidak biasa dapat meningkatkan

ketertarikan dengan menggabungkan elemen khayalan dan

elemen realistis. Karakterisasi merupakan perpanjangan dari

genre yang dipilih, dimana sudah ada karakter primer, karakter

sekunder (dukungan, tentangan, katalis) yang bekerja dengan

pola dasar dan stereotip dalam genre yang dipilih.

3) Location and Interface

Location and Interface Location di sini dapat dikatakan sebagai

tata letak. Penciptaan location dan sub-location merupakan

perwujudan dari desain top-down seperti juga dalam rancangan

program dan juga untuk alasan ekonomis location dan sub-

Sukris Sutiyatno

118

location akan sering digunakan kembali (re-use). Pada fase ini

perhatian terpusat pada sketsa setiap location dimana objek yang

dapat bergerak maupun properti yang diam ditempatkan.

Kemudian menambahkan hal-hal tersebut ke dalam kamus atau

repositori yang ada. Sketsa location multimedia ditekankan

bukan pada penggambaran yang akurat, tetapi pada

penggambaran esensi dari beberapa aktivitas, di mana humor dan

karakterisasi dapat digunakan untuk memfokuskan perhatian dan

menstimulasi diskusi. Bagian dari desain location adalah

spesifikasi interaksi dari interface dan perintah-perintahnya

seperti memeriksa, menggunakan, mengambil, memberi dan

sebagainya. Alat bantu seperti pop-up windows dan icon, serta

widget seperti menu, tombol, scrollbar, text field untuk masukan,

alpha slider, berbagai slider yang lain dan sejenisnya dapat

diadaptasi sebagai bagian dari user interface multimedia

interaktif.

4) Plotting

Setelah menyusun location, maka saatnya untuk

menghubungkannya dengan action dan event untuk menunjukkan

berbagai jalan cerita, balasan, dan kendala dari interaktivitas.

Diagram dataflow tradisional dan diagram alir dapat digunakan

untuk tahap ini. Dalam menghubungkan location dan sub-

location, dibutuhkan pemahaman tentang pemrograman

modularitas, khususnya yang terkait dengan data.

5) Scripting

Scripting adalah proses mendefinisikan semua dialog, aksi dan

reaksi, location demi location, adegan demi adegan, untuk

seluruh interaksi. Scripting sebenarnya merupakan coding suatu

program, dengan bahasa baru dan aturan yang berbeda. Godfrey

(1995) menyebut scripting sebagai proses pencampuran seni dan

ilmu/sains.

Metodologi Penelitian

119

6) Production and Testing

Tahapan 1 sampai 5 di atas merupakan tahapan analisa dan

desain. Pada tahapan ini merupakan implementasi dari tahapan

desain yang sudah dilalui. Jika desain telah dilakukan dengan

baik, produksi hanyalah sebuah proses yang membiarkan setiap

kelompok keahlian, yaitu pembuat film, seniman grafis, animator

dan programmer, mengerjakan tugas-tugasnya dengan caranya

sendiri-sendiri. Oleh karena itu, penggunaan desain yang jelek

akan melipatgandakan masalah besar selama produksi dan akan

kembali ke tahap desain sebelumnya untuk memperbaikinya.

Untuk pengujian (testing) dibutuhkan orang dengan kemampuan

dan pengalaman dalam hal prototyping, pengujian unit dan

integrasi sistem. Produk multimedia biasanya menggunakan CD-

ROM/DVD-ROM untuk pendistribusiannya. Memproduksi suatu

aplikasi di CD-ROM/DVD-ROM merupakan proses yang tidak

dapat diulang, artinya sekali CD-ROM/DVD-ROM dibuat, ketika

ada kesalahan kecil saja maka CD-ROM/DVD-ROM tersebut

harus dibuang, tidak dapat digunakan lagi. Oleh karena itu

dibutuhkan pengujian (testing) yang mendetil sebelum produk

tersebut jadi secara sempurna.

c. Metode Villamil-Molina (1997)

Villamil-Molina (1997) mengatakan bahwa pengembangan

multimedia akan berhasil baik dengan membutuhkan perencanaan

yang teliti, penguasaan teknologi multimedia yang baik, serta

penguasaan manajemen produksi yang baik juga. Dengan kata lain,

keberhasilan pengembangan multimedia merupakan hasil dari

pekerjaan tim yang terpadu. Tim ini mempunyai struktur organisasi

seperti terlihat pada gambar di bawah dimana masing-masing

anggota tim mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda-

beda walaupun tanggung jawab terbesar demi suksesnya

pengembangan aplikasi multimedia tetap terletak pada Manajer

Produksi.

Sukris Sutiyatno

120

Gambar 7.12. Struktur Organisasi Pengembang Multimedia

Di samping memberikan gambaran organisasi pengembang

multimedia, Villamil-Molina (1997) juga memberikan tahapan-

tahapan pengembangan multimedia, yaitu 1) Development, 2)

Preproduction, 3) Production, 4) Postproduction, 5) Delivery.

1) Development

Pada tahap ini konsep aplikasi multimedia yang akan

dikembangkan mulai dibentuk berdasarkan ide yang ada. Selain

itu, ditentukan juga tujuan dan sasaran serta kepastian jaminan

pembiayaan. Tujuan dan sasaran dapat diperoleh dengan kalimat

tanya seperti berikut: ―Apa yang ingin dicapai ?‖, ―Hasil apa

yang diharapkan ?‖

2) Preproduction

Setelah tahap di atas dilalui, maka tahap ini dapat dikerjakan,

yaitu mengembangkan kontrol anggaran, mempekerjakan para

spesialis yang terlibat pada proses aplikasi multimedia,

mempekerjakan kru produksi audio dan video, menyewa studio

rekaman maupun menyewa dan/atau membeli peralatan lain yang

dibutuhkan, pemasangan perangkat lunak yang dibutuhkan,

merencanakan riset untuk spesialis konten, pengembangan aliran

logis, skrip, storyboard, serta pembuatan jadwal yang masuk

Metodologi Penelitian

121

akal. Pada tahap ini juga memperhatikan kebutuhan perangkat

keras dan perangkat lunak yang akan digunakan. Hal-hal di atas

tetap memperhatikan aspek legalitas produksi (ijin, hak cipta, ijin

lokasi, kontrak kerja, dan lain sebagainya).

3) Production

Setelah tahap preproduction dilalui, maka tahap ini mulai

dikerjakan. Aktifitas yang berhubungan dengan tahapan ini

adalah riset konten, pengembangan outline/garis besar aplikasi,

desain antarmuka, pengembangan grafis 2D, pengembangan

grafis 3D, perekaman suara, pemilihan musik latar dan

perekaman, pengembangan animasi komputer, produksi video

digital, dan authoring untuk mengumpulkan dan merekatkan apa

yang sudah dibuat per bagian sehingga menjadi sebuah produk

utuh yang siap diuji.

4) Postproduction

Pada tahap ini, pengembangan aplikasi multimedia memasuki

tahapan pengujian alfa dan beta. Tetapi sebelum memasuki tahap

uji alfa, aplikasi akan dievaluasi secara internal oleh tim

pengembang dengan memperhatikan aspek-aspek :

a) desain aplikasi,

b) tujuan dan sasaran,

c) konten,

d) teks dan narasi,

e) grafis,

f) suara,

g) navigasi,

h) kode program,

i) delivery,

j) waktu dan pembiayaan,

k) pertimbangan hukum.

Setelah aplikasi multimedia lolos uji alfa dan beta, maka aplikasi

memasuki tahap packaging/pengemasan. Pengemasan dapat

Sukris Sutiyatno

122

berupa penulisan ke CD/DVD atau dipublikasikan ke internet

sebagai website.

5) Delivery

Tahap ini merupakan tahap akhir dari pengembangan aplikasi

multimedia. Delivery dapat menggunakan beberapa cara, yaitu

berbasis kiosk, presentasi kelompok, presentasi individual, dan

melalui internet. Semua metode ini memerlukan perhatian

khusus, terutama dalam kaitannya logistik pengiriman.

d. Metode Sherwood-Rout (1998)

Sherwood dan Rout (1998) memberikan metode yang fokus pada 6

(enam) tahapan pengembangan, yaitu Project Initiation,

Specifications, Design, Production, Review and Evaluation, dan

Delivery and Implementation. Ke enam tahapan pengembangan

tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1). Project Initiation

Tahapan ini fokus pada perencanaan yang dibutuhkan untuk

pengembangan produk. Pada tahapan ini dilakukan penentuan

strategi secara menyeluruh, penghitungan anggaran termasuk

biaya yang berhubungan dengan hak cipta maupun penggunaan

lisensi, dan pengidentifikasian cakupan manajemen resiko

(bisnis, teknis, dan resiko proyek). Perubahan kebijakan

pengendalian (control policies) ditetapkan pada tahapan ini dan

kriteria penerimaan oleh klien diuraikan serta rencana awal

proyek mulai disiapkan.

2). Specifications

Pada tahapan ini, kelayakan proyek dinilai ulang (reassessed).

Pada tahapan ini pula dikembangkan spesifikasi rinci dari fungsi,

persyaratan kinerja (jika ada), konten, dan tujuan dari hasil

pembelajaran. Tidak ketinggalan, kriteria pengujian dan

kegunaan (usability) ditetapkan.

Metodologi Penelitian

123

3). Design

Produk utama tahapan ini adalah dokumen rancangan yang

mengidentifikasi/mengenali aktivitas manusia yang didukung

oleh sistem multimedia interaktif yang diusulkan. Dokumen ini

juga mengidentifikasi orang atau pengguna yang akan melakukan

aktivitas tersebut dan memberikan solusi pada masalah

rancangan.

4). Production

Pada tahapan ini, kendali perubahan sangat penting dan harus

memperhatikan hal-hal kecil secara rinci. Diperlukan adanya

monitoring dan tinjauan tentang ketaatan pada aspek teknis serta

penggunaan format-format yang sudah ditentukan. Pemerolehan

media dan urusan hak cipta dan/atau lisensi sudah diselesaikan

secara lengkap.

5). Review and Evaluation

Sebenarnya tahapan ini selalu ada di seluruh tahapan proses

pengembangan. Produk selalu diperiksa pada setiap akhir

tahapan konseptualisasi, spesifikasi, rancangan dan produksi

sebelum memulai tahapan selanjutnya. Untuk produk online dan

sistem, evaluasi pemeliharaan dilakukan terus menerus untuk

memeriksa ―kelangsungan hidup‖ produk tersebut.

6). Delivery and Implementation

Tingkatan dukungan kepada pengguna, dukungan kinerja, dan

pemeliharaan diatur berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

Pengiriman produk jadi mempunyai bukti penerimaan dari

pengguna (ada tanda serah terima barang). Keseluruhan

pelaksanaan proyek ditinjau ulang dengan perbaikan-perbaikan

yang direkomendasikan.

Setiap tahapan di atas dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu a)

Development dengan aktivitas Generic dan Online, b) Management

dengan aktivitas Legal, Project, dan Risk, c) Support dengan

aktivitas Change Control, Quality Asurance, dan Validation and

Sukris Sutiyatno

124

Verification. Kategori-kategori aktivitas yang ada dalam enam

tahapan pengembangan ini membentuk inti metodologi, didukung

dengan contoh-contoh, diagram struktural, dan template.

Keseluruhan tahapan metodologi di atas dan beberapa contoh

pekerjaan yang dilakukan pada setiap tahapan digambarkan seperti

pada gambar di bawah. Dari gambar tersebut terlihat bahwa review

dari client, evaluasi formatif dan pengujian kegunaan dilakukan di

hampir semua tahapan.

Gambar 7.13. Gambaran keseluruhan Metode Sherwood-Rout

10. NDLC (Network Development Life Cicle)

Selain metode untuk pengembangan perangkat lunak dan

multimedia, juga ada metode yang digunakan dalam penelitian untuk

Jaringan Komputer menggunakan metode NDLC(Network Development

Life Cycle) adapun siklus tahapannya mencakup: analysis, design,

simulation, prototyping, implementation, monitoring dan management.

Metodologi Penelitian

125

Gambar 7.14 NDLC (Network Development Life Cycle) (Goldman , 2001)

a. Tahap Analysis

Tahap awal ini dilakukan analisa kebutuhan, analisa permasalahan

yang muncul, analisa keinginan pengguna, dan analisa topologi /

jaringan yang sudah ada saat ini.

b. Tahap Design

Tahap design adalah dari data-data yang didapatkan sebelumnya,

tahap design ini akan membuat gambar design topologi jaringan

inter koneksi yang akan dibangun, diharapkan dengan gambar ini

akan memberikan gambaran seutuhnya dari kebutuhan yang ada.

Design bisa berupa design struktur topologi, design akses data,

design tata layout perkabelan, dan sebagainya yang akan

memberikan gambaran jelas tentang proyek yang akan dibangun.

Biasanya hasil dari design berupa :

1) Gambar-gambar topology (server farm, firewall, data center,

storages, lastmiles )

2) Gambar-gambar detailed estimasi kebutuhan yang ada

c. Tahap Simulation Prototyping

Tahap Simulation Prototyping merupakan tahap untuk pembuatan

sebuah bentuk simulasi dengan bantuan tools khusus. beberapa

Sukris Sutiyatno

126

networker‟s akan membuat dalam bentuk simulasi dengan bantuan

tools khusus di bidang network seperti BOSON, PACKET

TRACERT, NETSIM, dan sebagainya, hal ini dimaksudkan untuk

melihat kinerja awal dari network yang akan dibangun dan sebagai

bahan presentasi dan sharing dengan team work lainnya. Namun

karena keterbatasan perangkat lunak simulasi ini, banyak para

networker‟s yang hanya menggunakan alat bantu tools VISIO untuk

membangun topologi yang akan di-design.

d. Tahap Implementasi

Di tahapan ini akan memakan waktu lebih lama dari tahapan

sebelumnya. Dalam implementasi networker‟s akan menerapkan

semua yang telah direncanakan dan di design sebelumnya.

Implementasi merupakan tahapan yang sangat menentukan dari

berhasil/gagalnya project yang akan dibangun dan ditahap inilah

team work akan diuji dilapangan untuk menyelesaikan masalah

teknis dan non teknis. Ada beberapa masalah-masalah yang sering

muncul pada tahapan ini, diantaranya :

1) Jadwal yang tidak tepat karena faktor-faktor penghambat,

2) Masalah dana / anggaran dan perubahan kebijakan

3) Team work yang tidak solid

4) Peralatan pendukung dari vendor makanya dibutuhkan

manajemen project dan manajemen resiko untuk menimalkan

sekecil mungkin hambatan-hambatan yang ada.

e. Tahap Monitoring

Setelah implementasi tahapan monitoring merupakan tahapan yang

penting, agar jaringan komputer dan komunikasi dapat berjalan

sesuai dengan keinginan dan tujuan awal dari user pada tahap awal

analisis, maka perlu dilakukan kegiatan monitoring. Monitoring bisa

berupa melakukan pengamatan pada :

1) Infrastruktur hardware : dengan mengamati kondisi reliability /

kehandalan sistem yang telah dibangun (reliability =

performance + availability + security),

Metodologi Penelitian

127

2) Memperhatikan jalannya paket data di jaringan (pewaktuan,

latency, peektime, troughput)

3) Metode yang digunakan untuk mengamati ‖kesehatan‖ jaringan

dan komunikasi secara umum secara terpusat atau tersebar

pendekatan yang paling sering dilakukan adalah pendekatan

Network Management, dengan pendekatan ini banyak

perangkat baik yang lokal dan tersebar dapat di monitor secara

utuh.

f. TahapManagement,

Managemen di manajemen atau pengaturan, salah satu yang menjadi

perhatian khusus adalah masalah policy, kebijakan perlu dibuat

untuk membuat/mengatur agar sistem yang telah dibangun dan

berjalan dengan baik dapat berlangsung lama dan unsur reliability

terjaga. Policy akan sangat tergantung dengan kebijakan level

managemen dan strategi bisnis perusahaan tersebut. IT sebisa

mungkin harus dapat mendukung atau alignment dengan strategi

bisnis perusahaan.

F. Verification, Validation and Testing

1. Verification

Verification adalah proses pengecekkan yang sedang kita

pertunjukkan pengembangan kita dengan benar atau mengecek bahwa

anda sedang mengembangkan sistem anda dengan benar. Dengan kata lain,

apakah kita berpegang pada rencana proyek dan apakah yang sedang kita

pertunjukkan sesuai dengan tahapan dengan tepat?. Contoh, pada model

conventional waterfall, verifikasi mencakup pengecekkan yang kita sedang

pertunjukkan masing-masing tahapan dengan benar-dengan melihat pada

apa yang kita ketahui sebelum suatu tahapan mulai dan apakah tahapan

menghasilkan sesuatu yang kita harapkan sesuai dengan tingkat kualitas

yang benar. Boehm (Dawson, 2009:137) summarizes verification as: Are

we building the product right? Atau apakah kita membangun produk

dengan benar?

Sukris Sutiyatno

128

2. Validation

Validasi adalah mengecek untuk melihat apakah suatu system benar-

benar sesuai dengan apa yang client/user butuhkan. Validasi berhubungan

dengan revisitasi persyaratan-persyaratan dengan pengguna anda pada

interval waktu secara teratur dan mengecek bahwa anda sedang

mengembangkan apa yang pengguna anda butuhkan. Jika pengguna

mempunyai keterbatasan pemahaman suatu masalah, validasi menjadi

sangat vital untuk meyakinkan bahwa anda mengirim suatu sistem pada

mereka yang dapat mengatasi masalah mereka. Boehm (Dawson,

2009:137) neatly summarizes validation as: Are we building the right

product? Atau apakah kita membangun produk yang benar?. Validasi juga

mencakup evaluasi mendalam sistem anda ketika sistem tersebut telah

selesai.

3. Testing

Testing mengacu pada ujicoba program itu sendiri untuk melihat

apakah system tersebut bekerja atau masih ada kekurangan atau kesalahan

dalam system tersebut. Anda dapat melakukan ujicoba program anda,

ujicoba komponen-komponen sebelum menempatkannya pada keseluruhan

sistem yang harus diujicoba sepenuhnya. Testing dapat terjadi pada

sejumlah tingkatan:

a. Unit testing: melakukan ujicoba terhadap sub komponen

b. Integration testing: Apakah komponen system berinteraksi dengan

benar?

c. System testing: Ujicoba terahkhir terhadap system yang telah selesai

d. Acceptance testing: dilakukan dengan pengguna atau tanpa

kehadiran user untuk memastikan sistem dapat bekerja dengan baik

dan normal

e. Regression testing: Ujicoba terhadap system setelah anda membuat

perubahan perubahan terhadap kesalahan atau kekurangan yang ada

pada sistem sebelumnya

Metodologi Penelitian

129

Siapa yang terlibat dalam testing dan evaluasi? Peneliti/pembangun

sistem akan membutuhkan sejumlah orang untuk terlibat dalam evaluasi

system yang anda bangun yaitu user, client, novice/orang baru, expert,

supervisor dan perancang sendiri

G. Kesimpulan

Disiplin sistem informasi merupakan perkawinan antara disiplin

manajemen dan teknik serta mempunyai hubungan yang erat dengan

praktek di lapangan. Bidang kajian yang pertama terkait dengan fungsi

sistem informasi yang banyak terkait dengan manajemen, sedang yang

kedua terkait dengan pengembangan sistem yang banyak terkait dengan

disiplin teknik.

Ada tiga paradigma besar dalam penelitian teknik informatika atau

ilmu komputer yang mencakup teori, eksperimen yang merupakan

eksplorasi terhadap model dari sistem/arsitektur dan sering disebut

abstraksi/permodelan, dan desain yang menghasilkan suatu produk/sistem

Beberapa pendekatan pengembangan system perangkat lunak yang

dapat digunakan dalam pengembangan proyek/pelaskanaan penelitian

adalah SDLC (The software development life cycle), model build-and-fix,

The stage-wise and classical waterfall models (conventional models),

Theincremental model, Prototyping, Agile methods, Extreme programming

(XP, Configuration management, MDLC (Multimedia Develoment Life

Cycle) dan NDLC (Network Developmet Life Cycle).

Sukris Sutiyatno

130

Metodologi Penelitian

131

BAB VIII

METODE PENELITIAN KORELASI

Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan

akan dapat:

1. Dapat menjelaskan penelitian korelasi

2. Dapat memahami tahapan penelitian korelasi

3. Dapat menjelaskan studi hubungan

4. Dapat memahami studi prakiraan

5. Dapat menjelaskan kelebihan dan kelemahan penelitian korelasi

A. Pengertian Penelitian Korelasi

Penelitian korelasi atau ex post facto dilakukan untuk mengetahui

hubungan di antara dua variabel. Korelasi tidak menjamin adanya

kausalitas atau hubungan sebab akibat, pada sisi yang lain kausalitas

menjamin adanya korelasi. Penelitian korelasi dapat digunakan untuk

menentukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan

seberapa besar tingkat hubungannya. Dalam hal ini, tingkat hubungan

dinyatakan sebagai suatu koefisien korelasi. Jikaada hubungan dari dua

variabel, hal ini berarti bahwa nilai-nilai suatu kelompok pada satu ukuran

dapat diasosiasikan dengan nilai-nilai pada ukuran yang lain. Namun

demikian meskipun ada hubungan antara variabel-variabel tidak berarti

bahwa variabel yang satu adalah penyebab variabel yang lain.

Borg & Gall (1989:573) menyatakan ―correlational studies include

all those research projects in which the purpose is to discover relationship

between variables through the use of correlational statistics”.

Peneltian korelasi bertujuan meyelidiki sejauh mana variasi pada

satu variabel berkaitan dengan variasi-variasi satu atau lebih variabel lain,

berdasarkan koefisien korelasi. Penelitian ini sangat cocok bila variabel-

variabel yang terlibat sangat kompleks dan tidak dapat dikendalikan.

Penelitian ini sangat cocok bila variabel-variabel yang terlibat sangat

kompleks dan tidak dapat diteliti lewat penelitian eksperimental atau yang

Sukris Sutiyatno

132

variasinya tidak dapat dikendalikan. Dengan penelitian korelasional,

pengukuran terhadap beberapa variabel serta saling hubungan di antara

variabel-variabel tersebut dapat dilakukan serentak dalam kondisi realistis.

Penelitian yang menggunakan teknik korelasional adalah penelitian

yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan di antara beberapa variabel

penelitian. Analisa data yang digunakan adalah analisa statistik dengan

menggunakan uji korelasi dan regresi (Zainal, 2007:69). Sementara itu

Soetriono & Rita Hanafie (2007:165) menyatakan tujuan penelitian

korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada

suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor

lain berdasarkan pada koefisien korelasi.

Penelitian korelasi dapat dipergunakan untuk menjelaskan

bagaimanakah hubungan antara dua variabel. Jika dua variabel mempunyai

hubungan yang erat, koefisien korelasi akan diperoleh kisaran 1,00 (atau -

1,00). Jika dua variabel hampir tidak mempunyai hubungan, akan

diperoleh koefisien pada kisaran 0,00. Semakin erat hubungan antara dua

variabel, prakiraan yang dibuat berdasarkan hubungan tersebut semakin

tepat.

B. Tahapan Penelitian Korelasi

1. Pemilihan Masalah Penelitian Korelasi

Pada umumnya penelitian korelasi dapat dirancang untuk

menentukan variabel yang mana dari daftar kemungkinan calon yang

mungkin ada hubungannya, atau untuk melakukan pengujian hipotesis

mengenai hubungan yang diharapkan. Variabel yang terlibat harus dipilih

berdasarkan pada paradigma deduktif atau induktif. Dengan perkataan lain,

hubungan yang di teliti harus dibangun berdasarkan teori atau

pengalaman.

2. Menentukan Sampel dan Instrumen

Dalam penelitian korelasi sampel dipilih dengan menggunakan

metode "acceptabel sampling". Ukuran sampel terkecil yang dapat

diterima adalah 30 subjek. Selanjutnya, perlu untuk memilih atau membuat

Metodologi Penelitian

133

ukuran-ukuran yang valid dan reliabel dari variabel-variabel yang sedang

diteliti.

Hasil koefisien korelasi akan menghasilkan perkiraan tingkat

hubungan yang tidak cermat Apabila data yang dikumpulkan tidak cukup.

Pada sisi yang lain, apabila ukuran yang digunakan tidak benar-benar

mampu mengukur variabel yang diharapkan dan diinginkan, maka hasil

koefisien juga tidak menunjukkan hubungan yang dimaksud.

3. Desain dan Prosedur Penelitian Korelasi

Borg & Gall (1989:574) menyatakan ―the basic design in

correlational research is very simple, involving nothing more than

collecting data on two or more variables on the same group of subjects

and computing a correlational coefficient.” Desain utama dalam penelitian

korelasi adalah sangat sederhana, melibatkan tidak lebih dari pada

mengumpulkan data dua atau lebih variabel pada kelompok subyek yang

sama dan menghitung koefisien korelasi.

Desain dasar penelitian korelasi tidaklah kompleks, dua (atau lebih)

kelompok nilai dari tiap anggota sampel yang dipilih, satu nilai untuk tiap

variabel interes, dan nilai-nilai pasangannya kemudian dikorelasikan. Hasil

koefisien korelasi menunjukkan tingkat hubungan antara kedua variabel.

4. Analisis Data dan Interpretasi

Apabila dua variabel dikorelasikan, hasilnya adalah koefisien

korelasi. Koefisien korelasi adalah suatu bilangan desimal, antara 0,00 dan

+ 1,00, atau 0,00 dan - 1,00 apabila koefisien korelasi hampir + 1,00,

variabel-variabel itu mempunyai korelasi positif. Hal ini berarti bahwa

seseorang dengan nilai yang tinggi dengan suatu variabel yang besar

kemungkinan mempunyai nilai yang tinggi pada variabel yang lain, dan

seseorang dengan nilai yang rendah pada satu variabel yang lain.

Penambahan pada suatu variabel berpengaruh pada kenaikan variabel yang

lain.

Jika koefisien hampir 0,00 variabel-variabel tersebut tidak ada

korelasinya. Jika koefisien hampir - 1,00 variabel-variabel tersebut terbalik

Sukris Sutiyatno

134

korelasinya. Ini berarti bahwa seseorang dengan nilai yang tinggi pada satu

variabel besar kemungkinannya mempunyai nilai yang rendah pada

variabel yang lain, dan seseorang dengan nilai yang rendah pada satu

variabel besar kemungkinannya mempunyai nilai yang tinggi pada variabel

yang lain, dan sebaliknya.

Suatu koefisien korelasi dari dua variabel sebesar 0,5 tidak berarti

bahwa dua variabel itu mempunyai hubungan 50%. Di bidang riset,

kuadrat dari koefisien korelasi menunjukkan jumlah varians bersama yang

dipunyai oleh masing-masing variabel. Varians bersama berpangkal tolak

dari variasi pada satu variabel yang dapat membantu terhadap

kecenderungan untuk bervariasi terhadap variabel yang lain.

Apabila dua variabel sama sekali tidak ada hubungan, maka

variabilitas kelompok nilai yang satu tidak ada yang bisa dikerjakan

terhadap variabilitas kelompok nilai yang lain. Sebaliknya, apabila dua

variabel mempunyai hubungan yang sempurna, maka variabilitas

kelompok nilai yang lain. Jadi, apabila dua variabel tidak mempunyai

hubungan, variabel-variabel tidak mempunyai varians bersama tetapi

dengan adanya hubungan sempurna semua varians atau 100% varians

adalah varians bersama.

Prosentase varians bersama biasanya kurang dari nilai koefisien

korelasi. Pada praktiknya, untuk menentukan varians bersama kita hanya

menguadratkan koefisien korelasinya. Misalnya suatu koefisien korelasi

sebesar 0,80 menunjukkan 0,64 atau 64%'varians bersama.

Interpretasi dari koefisien korelasi tergantung pada bagaimana

koefisien korelasi itu akan digunakan. Dengan kata lain, seberapakah besar

suatu koefisien korelasi yang dibutuhkan tergantung pada keperluan untuk

apa koefisien korelasi itu dihitung. Pada studi yang dirancang untuk

menggali atau menguji hubungan pada hipotesis, koefisien korelasi

diinterpretasikan dengan pengertian signifikansi statistikanya. Pada suatu

studi prakiraan, signifikasi statistika adalah sekunder dibandingkan dengan

nilai dari koefisien dalam membantu memberikan nilai yang tepat.

Keputusan sehubungan dengan signifikansi statistika di buat pada

level probabilitas tertentu. Signifikansi statistika mempunyai arti apakah

Metodologi Penelitian

135

koefisien yang diperoleh benar-benar berbeda dengan nol dan

mencerminkan hubungan yang sebenarnya, bukan hubungan yang terjadi

secara kebetulan.

Untuk menentukan signifikansi statistika kita harus berkonsultasi

dengan suatu tabel yang memberikan penjelasan pada kita seberapa besar

koefisien kita perlukan agar menjadi signifikan pada suatu tingkatan

kepercayaan tertentu dan ukuran sampel tertentu. Untuk tingkat

kepercayaan atau signifikan yang sama, dikehendaki suatu koefisien yang

lebih besar apabila melibatkan sampel yang lebih kecil. Untuk suatu

ukuran sampel tertentu, nilai koefisien korelasi yang diperlukan untuk

signifikansi bertambah apabila tingkat kepercayaan bertambah.

Tanpa memperhatikan bagaimana signifikasinya suatu koefisien,

koefisien yang rendah menunjukkan suatu hubungan yang lemah. Suatu

koefisien korelasi yang jauh di bawah 0,5 biasanya tidak ada gunanya baik

untuk prakiraan kelompok maupun prakiraan individual, meskipun suatu

kombinasi dari beberapa variabel dalam lingkup ini bisa menghasilkan

prakiraan yang cukup memuaskan.

Koefisien sekitar 0,60 dan 0,70-an biasanya dianggap cukup untuk

keperluan untuk membuat kelompok, dan koefisien sekitar 0,80-an ke atas

dianggap cukup untuk keperluan membuat prakiraan individual. Sementara

itu semua reliabilitas sekitar 0,90-an bisa diterima. Untuk jenis-jenis

instrumen tertentu, misalnya pengukuran kepribadian, suatu reliabilitas

sekitar 0,70-an bisa diterima. Jika menginterpretasikan suatu koefisien

korelasi kita harus mengingat bahwa kita hanya membicarakan suatu

hubungan saja, bukan suatu hubungan sebab-akibat.

C. Studi Hubungan

Borg & Gall (1989:577) menyatakan ―the primary studies is to

identify the causes and effects of important educational phenomena such

as academic achievement, attitude toward school, teacher moral, and use

of particular teaching techniques.” Tujuan utama studi hubungan adalah

untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab dan pengaruh phenomena

Sukris Sutiyatno

136

pendidikan yang penting seperti prestasi akademik, perilaku terhadap

sekolah, moral guru dan penggunaan teknik pengajaran.

Studi hubungan dilakukan untuk mencoba mencapai pengertian

yang mendalam pada faktor-faktor, atau variabel-variabel, yang berkaitan

dengan variabel-variabel yang kompleks misalnya pencapaian akademik,

motivasi, dan konsep diri sendiri.

Studi-studi seperti itu memberikan arah pada sub-urutan studi

kasual komparatif dan eksperimen. Pada kedua jenis penelitian tersebut,

peneliti sangat memperhatikan pengontrolan variabel-variabel. Studi

hubungan membantu peneliti mengidentifikasikan variabel-variabel sejenis

itu.

1. Pengumpulan Data

Pada studi hubungan, pertama kali peneliti mengidentifikasikan,

baik secara induktif maupun secara deduktif variabel-variabel yang

potensial sehubungan dengan variabel yang kompleks yang sedang dalam

penyelidikan.

Pendekatan "shotgun", yang melibatkan pengecekan semua variabel

yang mungkin untuk hubungan alternatif adalah sangat tidak efisien dan

sering menyesatkan. Sedikit variabel yang dipilih dengan hati-hati akan

lebih baik dibanding dengan variabel banyak yang dipilih secara

serampangan.

Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi populasi. Populasi

harus satu di mana data dapat dikumpulkan pada masing-masing variabel

yang diidentifikasikan. Salah satu keuntungan dari studi hubungan adalah

bahwa semua data dapat dikumpulkan dalam waktu yang relatif singkat.

Instrumen-instrumen bisa diadministrasikan pada satu "session" atau

beberapa session yang berdekatan. Apabila subjeknya murid, (seperti yang

bisa terjadi), waktu murid/guru yang tersita relatif kecil dibanding pada

penelitian eksprimen.

Metodologi Penelitian

137

2. Analisis Data dan Interpretasi

Pada studi hubungan, nilai-nilai untuk tiap variabel dalam gilirannya

dikorelasikan dengan nilai-nilai untuk variabel interes yang kompleks.

Masing-masing variabel harus dapat diekspresikan dalam bentuk angka.

Teknik yang paling umum digunakan adalah koefisien korelasi

"produk momen", biasanya dengan pearson r, yang cocok apabila dua

variabel yang dikorelasikan dinyatakan sebagai data perbandingan atau

data interval.

Jika data untuk salah satu variabel dinyatakan sebagai rangking,

koefisien korelasi yang cocok adalah koefisien korelasi beda rangking,

biasanya dengan spearmen rho. Selain pearson r spearman rho, ada juga

beberapa teknik korelasi yang lain yang jarang dipakai.

Sebagian besar teknik korelasi didasarkan pada anggapan bahwa

korelasi yang sedang diselidiki adalah suatu korelasi lurus. Apabila

korelasi adalah lengkung, kenaikan pada satu variabel diasosiasikan

dengan kenaikan yang pada variabel yang lain sampai suatu titik di mana

titik berikutnya penambahan pada variabel pertama mengakibatkan

penurunan pada variabel yang lain atau sebaliknya.

Selain untuk menghitung koefisien korelasi pada kelompok sampel

keseluruhan, kadang-kadang sangat berguna untuk menguji hubungan-

hubungan secara terpisah untuk sub-kelompok tertentu.

Perlemahan berasal dari prinsip bahwa koefisien korelasi cenderung

menjadi rendah akibat kenyataan bahwa digunakan ukuran reliabilitas

yang kurang sempurna. Faktor lain yang menyebabkan koefisien korelasi

menyajikan suatu prakiraan yang kurang tepat adalah terbatasnya jarak-

jarak nilai. Ada suatu korelasi untuk keterbatasan pada interval yang dapat

dipakai untuk memperoleh suatu estimasi berapakah besarnya koefisien

apabila nilai-nilai tidak terbatas.

D. Studi Prakiraan

Jika dua variabel mempunyai hubungan yang erat, nilai-nilai pada

satu variabel dapat digunakan untuk membuat prakiraan pada variabel

yang lain. Misalnya, indeks prestasi yang dicapai di sekolah menengah

Sukris Sutiyatno

138

dapat digunakan untuk membuat prakiraan indeks prestasi di perguruan

tinggi. Variabel bebas di mana prakiraan dibuat disebut prediktor, dan

variabel yang diperkirakan disebut kriterion.

Studi prakiraan sering dilakukan untuk membantu dalam pembuatan

keputusan sehubungan dengan individual atau membantu dalam pemilihan

individual. Studi prakiraan juga sering dilakukan untuk menguji hipotesis

teoritik sehubungan variabel-variabel yang dipercaya menjadi prediktor

dari kriterion, dan untuk menentukan validitas prediktif dari masing-

masing instrumen pengukur.

Pada beberapa variabel prediktor masing-masing berhubungan baik

dengan suatu kriterion, kemudian suatu prakiraan berdasarkan suatu

kombinasi dari variabel-variabel tersebut akan menjadi lebih tepat

dibanding dengan suatu prakiraan yang didasarkan pada salah satu dari

mana pun mereka.

1. Pengumpulan Data

Seperti pada studi hubungan, subjek harus dipilih dari subjek yang

mempunyai data yang diinginkan, dapat dikumpulkan dan yang dapat

diperoleh dari peneliti. Perbedaan yang pokok dalam prosedur

mengumpulkan data pada studi hubungan dan studi prakiraan adalah

bahwa data pada studi hubungan semua variabel dikumpulkan dalam

waktu yang relatif singkat, sedangkan pada studi prakiraan variabel

prediktor diukur beberapa waktu sebelum variabel kriteria diukur.

2. Analisis Data dan Interprestasi

Seperti pada studi hubungan, tiap-tiap variabel prediktor

dikorelasikan dengan variabel kriteria. Karena kombinasi variabel-variabel

biasanya menghasilkan prakiraan yang lebih tepat dibandingkan sebuah

variabel saja, studi prakiraan sering menghasilkan suatu persamaan

prediksi yang disebut persamaan regresi ganda.

Suatu persamaan regresi ganda menggunakan semua variabel-

variabel yang secara individual membuat prakiraan kriterion untuk

membuat suatu prakiraan yang lebih tepat. Bagian penerimaan mahasiswa

baru biasanya menggunakan persamaan prakiraan yang mencakup

Metodologi Penelitian

139

sejumlah variabel dalam membuat prakiraan indeks prestasi. Karena

hubungan-hubungan jarang sempurna, prakiraan-prakiraan yang dibuat

dengan suatu persamaan regresi ganda tidak serpurna. Jadi, nilai-nilai

diprakirakan biasanya ditempatkan pada suatu interval kepercayaan.

Misalnya, mahasiswa dengan prakiraan indeks prestasi 1,20 akan

ditempatkan pada interval 0,80 sampai dengan 1,60.

Meskipun prakiraan terhadap individual mungkin tidak tepat,

sebagian besar calon yang diperkirakan sukses, juga menjadi kenyataan.

Seperti pada studi hubungan, dan karena alasan yang sama persamaan-

persamaan prakiraan dapat dirumuskan untuk masing-masing (dari

beberapa subkelompok) juga pada kelompok keseluruhan.

Ciri persamaan regresi ganda adalah adanya gejala penyusutan.

Penyusutan adalah kecendrungan dari suatu persamaan prakiraan menjadi

kurang tepat bila digunakan pada suatu kelompok yang berbeda, suatu

kelompok lain dari kelompok pada mana persamaan mula-mula

dirumuskan. Alasan dari penyusutan tersebut adalah bahwa persamaan asli

kemungkinan akibat dari hubungan secara kebetulan yang tidak akan dapat

diperoleh lagi dengan subjek dari kelompok lain. Jadi, setiap kelompok

lain, dan variabel yang tidak diperoleh hubungan lagi dengan ukuran

kriterion harus dihilangkan dari persamaan, prosedur ini disebut sebagai

validasi silang.

E. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasi

Di bawah ini dijelaskan kelebihan dan kekurangan dari penelitian

korelasi. Kelebihan penelitian korelasi yaitu: (1) dapat dimanfaatkan untuk

mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan, ekonomi,

dan sosial, karena dengan penelitian ini dapat dimungkinkan untuk

mengukur beberapa variabel dan hubungannya secara simultan, (2) dengan

penelitian korelasi, dimungkinkan beberapa variabel yang mempunyai

kontribusi pada suatu variabel tertentu dapat diseldiki secara intensif, dan

(3) penelitian korelasi pada umumnya melakukan studi tingkah laku

dengan setting yang realistis.

Sukris Sutiyatno

140

Pada sisi yang lain penelitian korelasi juga mempunyai kelemahan

yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa dengan penelitian

korelasi, peneliti hanya mengidentifikasi apa yang terjadi dengan tanpa

melakukan manipulasi dan mengontrol variabel. Di samping itu, dengan

penelitian tersebut peneliti tidak dapat membangun hubungan sebab akibat.

F. Kesimpulan

Penelitian korelasi dapat digunakan untuk menentukan ada atau

tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan seberapa besar

tingkat hubungannya. Dalam hal ini, tingkat hubungan dinyatakan sebagai

suatu koefisien korelasi. Jika ada hubungan dari dua variabel, hal ini

berarti bahwa nilai-nilai suatu kelompok pada satu ukuran dapat

diasosiasikan dengan nilai-nilai pada ukuran yang lain. Namun demikian

meskipun ada hubungan antara variabel-variabel tidak berarti bahwa

variabel yang satu adalah penyebab variabel yang lain.

Penelitian yang menggunakan metode korelasi adalah penelitian

yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan di antara beberapa variabel

penelitian. Analisa data yang digunakan adalah analisa statistik dengan

menggunakan uji korelasi dan regresi.

Metodologi Penelitian

141

BAB IX

METODE PENELITIAN KOMPARATIF

Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan

akan dapat:

1. Dapat menjelaskan pengertian penelitian komparatif

2. Dapat memahami pelaksanaan penelitian komparatif

3. Dapat memahami desain dan prosedur penelitian komparatif

4. Dapat membandingkan kelompok-kelompok homogen

5. Dapat menjelaskan analisis kovarians

6. Dapat memahami analisis data & interpretasi

A. Pengertian Penelitian Komparatif

Penelitian kausal komparatif merupakan penelitian yang berusaha

untuk menentukan penyebab atau alasan dari perbedaan yang ada pada

tingkah laku atau status kelompok atau individual (kausal komparatif

dalam bahasa latin ex post facto artinya after the fact). Pendekatan kausal

komparatif melibatkan pendekatan pendahuluan pada suatu akibat dan

mencari alternatif akibatnya. Variasi untuk itu adalah melibatkan

pendahuluan dengan suatu penyebab dan penyelidikan efeknya pada

beberapa variabel. Zainal (2007:65) menyatakan penelitian komparatif

lebih terfokus pada dampak atau efek yang terjadi dengan cara mencari apa

yang menjadi penyebab dari dampak tersebut serta melihat perbedaan yang

terjadi di antara dua group atau lebih dan memberikan penjelasan terhadap

perbedaan di antara dua kelompok/group.

Melalui penelitian kausal komparatif, hubungan sebab-akibat dapat

diseldiki lewat pengamatan terhadap konsekuensi yang sudah terjadi dan

menengok ulang data yang ada untuk menemukan faktor-faktor penyebab

yang mungkin terdapat di sana. Cara ini dapat dikatakan berlawanan

dengan metode eksperimental yang mengumpulkan data di bawah suatu

kondisi yang sangat terkendali (Saifuddin Azwar, 2007:9).

Sukris Sutiyatno

142

Borg & Gall (1989:536) menyatakan ―The causal comparative

method is one approach to exploring cause-and-effect relationship

variables”. Metode kausal komparatif merupakan suatu pendekatan untuk

menggali hubungan sebab dan akibat suatu variabel. Sementara itu,

Sumardi (2004:84) menyatakan tujuan penelitian kausal-komparatif adalah

untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara:

berdasarkan atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari kembali

faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.

Perbedaan antara penelitian kausal komparatif dan penelitian

korelasi adalah bahwa penelitian kausal komparatif berusaha untuk

mengidentifikasikan hubungan sebab akibat, sedang pada penelitian

korelasi tidak. Dibandingkan dengan penelitian eksperimen, pada

penelitian eksperimen, variabel bebas yang diduga sebagai penyebab

dimanipulasi. Pada penelitian kausal komparatif tidak dimanipulasi,

perbedaan itu memang sudah ada.

Pada penelitian eksperimen peneliti dapat menyusun kelompok--

kelompok secara random dan memanipulasi suatu variabel, dapat

menentukan "siapa" yang akan memperoleh "apa". Apa merupakan

variabel bebas, pada penelitian kausal komparatif kelompok-kelompok itu

sudah terbentuk dan sudah berbeda.

Kelompok-kelompok pada penelitian kausal komparatif memang

telah berbeda, misalnya yang satu kelompok mempunyai pengalaman,

sedangkan yang lain tidak mempunyai, atau satu kelompok mungkin

mempunyai suatu karakteristik yang kelompok lain tidak mempunyai, beda

antara kelompok-kelompok itu (variabel bebas) tidak dibuat oleh peneliti.

Variabel bebas pada penelitian kausal komparatif adalah variabel

yang tidak dapat dimanipulasi (misalnya status sosial ekonomi),

seharusnya tidak dimanipulasi (misalnya jumlah rokok yang dihisap tiap

hari), atau biasa tidak dapat dimanipulasi tetapi bisa dimanipulasi

(misalnya metode mengajar).

Penelitian kausal komparatif mengidentifikasikan hubungan yang

dapat menuntun penelitian eksperimen. Seperti halnya pada penelitian

korelasi, di sini hanya dihasilkan hubungan saja tidak perlu hubungan

Metodologi Penelitian

143

sebab-musabab. Penyebab yang dicurigai dari efek yang diamati

kenyataannya mungkin menjadi efek, atau kemungkinan ada variabel

ketiga yang telah menyebabkan kedua-duanya, (baik sebab maupun

akibat).

Hubungan sebab akibat yang terjadi dari penelitian kausal

komparatif sifatnya lemah, boleh dianggap merupakan hubungan sifatnya

sementara. Lain halnya dengan penelitian eksperimen, penelitian ini

menjamin bahwa penyebab yang dicurigai atau variabel bebas datang

sebelum efek yang diamati, atau variabel bebas, dapat benar-benar

menghasilkan hubungan sebab akibat.

B. Pelaksanaan Penelitian Komparatif

1. Pernyataan Masalah Penelitian

Langkah awal penelitian kausal komparatif adalah memperkirakan

mengenai penyebab-penyebab suatu fenomena yang menarik perhatian

peneliti. Prakiraan peneliti dapat berdasarkan atas temuan penelitian

terdahulu dan teori, dan berdasarkan atas observasi/pengamatan suatu

fenomena. Setelah kemungkinan penyebab-penyebab suatu fenomena

telah teridentifikasi, kemudian dikaitkan dengan pernyataan masalah

penelitian. Masalah penelitian biasanya dinyatakan dalam bentuk tujuan

penelitian atau hipotesis.

2. Desain dan Prosedur

Setelah masalah penelitian telah dinyatakan, langkah selanjutnya

dalam metode kasual komparatif adalah menentukan kelompok yang

memiliki suatu karakteristik yang ingin diteliti. Borg & Gall (1989:542)

menyatakan ―procedure used to define this group will determine the

meaning and applicability of the results”. Prosedur yang digunakan untuk

mendefinisikan/menetapkan kelompok ini akan menentukan arti dan

penerapan hasil.

Desain pokok penelitian kausal komparatif mencakup pemilihan dua

kelompok yang berbeda, yaitu kelompok variabel bebas dan pembanding

atau kelompok variabel tidak bebas. Kelompok-kelompok itu

Sukris Sutiyatno

144

kemungkinan berbeda, di mana satu kelompok mempunyai suatu

karakteristik, sedang kelompok lain tidak mempunyai, atau kelompok-

kelompok itu kemungkinan berbeda dalam tingkatan, satu kelompok

kemungkinan mempunyai ciri yang lebih dibandingkan dengan kelompok

yang lain, atau dua kelompok mempunyai jenis pengalaman-pengalaman

yang berbeda.

Hal yang perlu diperhatikan adalah memilih sampel yang

representatif dari masing-masing populasi dan sampel yang sama,

sehubungan dengan variabel, penting di luar variabel bebas. Seperti pada

penelitian eksperimen, tujuannya adalah mempunyai kelompok-kelompok

yang semirip mungkin pada semua variabel yang relevan selain variabel

bebas. Untuk menentukan persamaan kelompok-kelompok dapat

dikumpulkan informasi pada beberapa latar belakang dan status variabel-

variabel sekarang.

3. Prosedur Pengontrolan

Sulitnya melakukan randomnisasi, manipulasi, dan kontrol yang

merupakan ciri penelitian eksperimen semua adalah juga merupakan

sumber-sumber kelemahan desain penelitian kausal komparatif.

Randomnisasi subjek dari kelompok-kelompok. Suatu masalah adalah

kemungkinan di mana kelompok-kelompok itu berbeda pada beberapa

variabel pokok yang lain disamping variabel bebas yang diidentifikasikan,

dan ini adalah variabel yang lain yang benar-benar menyebabkan beda

yang diamati antara kelompok-kelompok.

4. Matching

Apabila peneliti telah mengidentifikasikan suatu variabel yang ia

percaya ada hubungannya dengan penampilan pada variabel tidak bebas, ia

bisa mengontrol variabel itu dengan "pair wise matching" subjek. Untuk

masing-masing subjek pada satu kelompok, peneliti mendapatkan subjek

pada kelompok kedua dengan suatu nilai yang sama pada variabel kontrol.

Apabila subjek salah satu kelompok tidak mempunyai jodoh yang cocok,

subjek itu harus dihilangkan dari penyelidikan. Jadi, hasil dari kelompok-

Metodologi Penelitian

145

kelompok yang dijodohkan adalah serupa atau sangat mendekati

sehubungan dengan variabel asing yang diidentifikasikan.

Masalah pokok pada matching "pair wise" adalah bahwa ada subjek

yang tidak bisa dirubah yang tidak mempunyai kecocokan dan oleh karena

itu harus dihilangkan dari penyelidikan. Masalah itu menjadi lebih serius

apabila peneliti bersama-sama menjodohkan lebih dari dua variabel.

5. Membandingkan Kelompok-kelompok Homogen

Cara lain untuk mengontrolkan variabel asing, yang juga digunakan

pada penelitian eksperimen, adalah membandingkan kelompok-kelompok

yang homogen sehubungan dengan variabel itu, apabila IQ adalah variabel

asing yang identik, periset bisa membatasi kelompok-kelompok yang IQ-

nya antara 85 dan 115. sudah barang tentu prosedur ini juga mengurangi

jumlah subjek dan membatasi generalisabilitas penemuan.

Suatu pendekatan yang serupa tetapi lebih memuaskan adalah

penyusun sub-sub kelompok di dalam tiap-tiap kelompok yang mewakili

semua tingkat dari variabel kontrol. Misalnya, masing-masing kelompok

dibagi menjadi sub kelompok, IQ tinggi (di atas 116) rata-rata (85 sampai

dengan 115), dan IQ rendah (84 ke bawah). Selain mengontrol variabel--

variabel, teknik ini mempunyai keuntungan tambahan yaitu

memungkinkan peneliti untuk melihat apakah variabel bebas

mempengaruhi variabel tidak bebas, berbeda pada tiap-tiap tingkat variabel

kontrol. Untuk itu pendekatan terbaik adalah tidak bekerja dengan

beberapa analisis terpisah, tetapi membuat variabel kontrol seperti desain

tersebut dan menganalisis hasil dengan teknik statistika yang disebut

analisis variabel faktorial.

Analisis varians faktorial memungkinkan peneliti menetapkan efek

variabel bebas dan variabel kontrol, kedua-duanya secara terpisah atau

kombinasi. Dengan kata lain, memungkinkan peneliti menetapkan apakah

ada interaksi antara variabel bebas dan variabel kontrol seperti bahwa

variabel bebas bekerja berbeda pada tingkat-tingkat variabel kontrol yang

berbeda. Misalnya, IQ bisa merupakan variabel kontrol pada penelitian

Sukris Sutiyatno

146

kausal komparatif pada efek dari bermacam-macam "metode pemahaman"

tentang pecahan.

6. Analisis Kovarians

Analisis kovarians, yang juga digunakan pada penelitian

eksperimen, adalah suatu metode statistika yang digunakan untuk

menyamakan kelompok-kelompok pada satu variabel atau lebih. Pada

pokoknya, analisis kovarians mengatur nilai-nilai pada suatu variabel tidak

bebas pada perbedaan awal terhadap variabel-variabel yang lain (dengan

menganggap bahwa perbuatan terhadap variabel lain berkaitan dengan

perbuatan pada variabel tidak bebas, yang merupakan inti dari pada

kontrol.)

7. Analisis Data dan Interpretasi

Analisis data pada penelitian kausal komparatif mencakup

bermacam-macam statistika deskriptif. Statistika deskriptif yang paling

banyak digunakan adalah mean. Yang menunjukkan rata-rata perbuatan

atau prestasi satu kelompok dalam suatu ukuran dari beberapa variabel,

dan deviasi standar yang menunjukkan bagaimana penyebaran sekumpulan

nilai, yaitu apakah nilai-nilai itu relatif dekat satu sama lain atau

mengelompok di sekitar mean atau tersebar diseluruh jajaran nilai.

Statistika inferensial yang paling banyak digunakan adalah test,

yang digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan

antara mean-mean dari dua kelompok. Selain dari pada itu, juga digunakan

analisis varians dan kuadrat chi. Analisis varians digunakan untuk melihat

apakah ada perbedaan yang signifikan antara mean-mean dari tiga

kelompok atau lebih, sedangkan test kuadrat chi digunakan untuk

membandingkan frekuensi-frekuensi kelompok, yaitu melihat apakah suatu

kejadian terjadi lebih sering pada kelompok yang satu terhadap kelompok

yang lain.

Seperti beberapa kali ditekankan, intepretasi dari perolehan pada

penelitian kausal komparatif memerlukan pertimbangan yang hati-hati.

Hubungan sebab akibat yang dicurigai dalam kenyataannya bisa menjadi

Metodologi Penelitian

147

kebalikan dari yang hipotesis (penyebab yang dicurigai bisa menjadi efek

atau sebaliknya). Kemungkinan ada faktor ketiga yang benar-benar

"penyebab" dari penyebab yang dicurigai kedua-duanya (variabel bebas)

dan efek (variabel tidak bebas).

Cara untuk menentukan urutan yang benar dari hubungan sebab

akibat, variabel yang mana disebabkan yang mana, adalah menentukan

yang mana yang terjadi mula-mula. Cara untuk mengontrol terhadap

penyebab umum yang potensial adalah mempersamakan kelompok-

kelompok terhadap variabel yang dicurigai.

C. Kesimpulan

Penelitian kausal komparatif merupakan penelitian yang berusaha

untuk menentukan penyebab atau alasan dari perbedaan yang ada pada

tingkah laku atau status kelompok atau individual (kausal komparatif

dalam bahasa latin ex post facto artinya after the fact).

Penelitian komparatif lebih memfokuskan pada dampak atau efek

yang terjadi dengan cara mencari apa yang menjadi penyebab dari dampak

tersebut serta melihat perbedaan yang terjadi di antara dua group atau lebih

dan memberikan penjelasan terhadap perbedaan di antara dua

kelompok/group.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penelitian

komparatif adalah desain dan prosedur, prosedur pengontrolan, matching,

membandingkan kelompok-kelompok homogeny, analisis kovarians, dan

analisis data dan interpretasi.

Sukris Sutiyatno

148

Metodologi Penelitian

149

BAB X

METODE PENELITIAN EKSPERIMEN

Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan

akan dapat:

1. Dapat menjelaskan pengertian penelitian experimen

2. Dapat memahami karakteristik penelitian experimen

3. Dapat memahami proses penelitian experiment

4. Dapat menjelaskan bentuk-bentuk rancangan experimen

A. Pengertian Penelitian Eksperimen

Metode penelitian eksperimen (experiemental research) merupakan

metode penelitian yang dapat dipergunakan untuk menguji hipotesis

hubungan sebab akibat dan dapat digunakan untuk menyelesaikan

berbagai macam permasalahan. Suatu penelitian yang dilakukan pada

kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliti. Dalam hal ini peneliti

memanipulasi variabel bebas (sesuatu stimuli, treatment, atau kondisi-

kondisi eksperimental), selanjutnya mengobservasi pengaruh atau

perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi yang dilakukan. Metode

penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi yang terkendalikan. Dawson (2009:26) menyatakan

―Experiment involves an investigation of causal relationships using tests

controlled by yourself. Quite often quasi-experimental research will have

to be performed due to problems of insufficient access to samples, ethical

issues and so on.‖

Metode penelitian eksperiment merupakan salah satu bentuk

penelitian yang memerlukan syarat yang relatif lebih ketat jika

dibandingkan dengan jenis penelitian lainnya. Hal ini karena sesuai dengan

maksud para peneliti yang menginginkan adanya kepastian untuk

memperoleh informasi tentang variabel yang memperoleh akibat dari

terjadinya perubahan dalam suatu kondisi eksperiment (Sukardi,

Sukris Sutiyatno

150

2003:179).

Untuk menggambarkan penelitian eksperimental bisa dilakukan

pada dua kelompok di mana kelompok satu disebut kelompok kontrol

tanpa diberi perlakukan apapun sedangkan pada kelompok kedua diberi

perlakuan (treatment) (Zainal, 2007:62). Variabel-variabel dalam

penelitian eksperiment yaitu variabel bebas atau independent variable dan

variabel terikat atau dependent variable diputuskan pada awal proses

penelitian. Peneliti melakukan manipulasi variabel bebas secara sistematis.

Sementara itu variabel terikat atau sering disebut sebagai dependent

variable karena memang fungsinya tergantung atau terikat dengan

variabel bebas atau independent variable.

Sementara itu, Sumardi (2004:88) menyatakan tujuan penelitian

eksperimental adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan

sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok

eksperimental satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan

hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai

kondisi perlakuan.

Hubungan sebab akibat atau pengaruh dalam penelitian

eksperimental dirancang dalam suatu desain yang disebut sebagai desain

eksperimental. Dalam desain tersebut dibedakan antara variabel atau

variabel-variabel yang memberi pengaruh atau menjadi sebab dengan

variabel atau variabel-variabel yang diberi pengaruh. Varibel yang

memberi pengaruh disebut variabel perlakuan (treatment variable),

variabel bebas (independent variable), variabel eksperimen (experimental

variable), variabel intervensi (intervention variable). Variabel yang diukur

sebagai akibat dari variabel yang memberi pengaruh disebut variabel

terikat (dependent variable), variabel akibat (outcome variabel), variabel

pos-tes atau variabel kriteria (post-test or criterian variable). Di samping

kedua jenis variabel tersebut juga ada variabel extranus (extraneous

variable) dan variabel penyela. Variabel extranus adalah variabel bebas

yang bila tidak dikontrol akan berpengaruh tehadap variabel terikat,

variabel ini masih bisa dan harus dikontrol.Variabel penyela (intervening

variable) adalah variabel yang kemungkinan besar berpengaruh pada

Metodologi Penelitian

151

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan sangat sulit

untuk dikontrol (Nana Syaodih, 2005:195).

Borg & Gall (1989:641) menyatakan ―The key problem in

experimentation is establishing suitable control so that any change in the

posttest can be attributed only to the experimental treatment that was

manipulated by researcher”. Masalah kunci dalam eksperimen adalah

menentukan kontrol yang tepat sehingga perubahan dalam postes hanya

dapat dihubungkan dengan perlakuan eksperimen yang dimanipulasi oleh

peneliti.

Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif

mempunyai ciri khas tersendiri, terutama dengan adanya kelompok

kontrolnya. Dalam bidang fisika, penelitian-penelitian dapat menggunakan

desain eksperimen, karena variabel-variabel dapat dipilih dan variabel-

variabel lain dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol

secara ketat.

Tetapi dalam penelitian-penelitian sosial, desain eksperimen yang

digunakan untuk penelitian akan sulit mendapatkan hasil yang akurat,

karena banyak variabel luar yang berpengaruh dan sulit mengkontrolnya.

Misalnya: Mencari pengaruh pelatihan yang diberikan kepada para

pegawai terhadap prestasi kerjanya. Untuk mencari seberapa besar

pengaruh pelatihan terhadap prestasi kerja, maka harus membandingkan

prestasi kerja pegawai sebelum mendapat pelatihan, dan sesudah mendapat

pelatihan atau membandingkan orang yang mempunyai kemampuan sama

yang tidak mendapat pelatihan.

Prestasi kerja seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh pelatihan saja,

tetapi oleh variabel lain, misalnya IQ, pengalaman, pengawasan,

pendidikan dan lain-lain, sehingga mengukur seberapa jauh pengaruh

pelatihan terhadap prestasi kerja secara teliti akan sulit dilakukan.

B. Karakteristik Penelitian Eksperimen

Penelitian eksperiment , menurut Hamid Darmadi (2011:177-179)

mempunyai tiga karakteristik yang dapat dijelaskan sebagai berikut: (1)

Variabel bebas yang dimanipulasi, (2) Variabel lain yang mungkin

Sukris Sutiyatno

152

berpengaruh dikontrol agar tetap konstan, (3) Efek atau pengaruh

manipulasi variabel bebas dan variabel terikat diamati secara langsung

oleh peneliti. Lebih lanjut ketiga karakteristik tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Memanipulasi Variabel

Memanipulasi variabel merupakan karakteristik pertama dari

penelitian eksperimen, memanipulasi variabel jangan dipersepsikan pada

hal yang negatif di luar penelitian. Manipulasi berarti melakukan tindakan

atau perlakuan yang dilakukan oleh seorang peneliti atas dasar

pertimbangan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka

guna mendapatkan perbedaan efek terhadap variabel terikat. Misalnya

dalam suatu proses penelitian laboratorium, dua kelompok yaitu treatment

(diberi perlakuan/dimanipulasi) dan kelompok kontrol yang tidak diberi

perlakukan/manipulasi diberikan suhu ruangan yang dingin dan panas.

Perbedaan kondisi ruangan tersebut direncanakan sebagai penentu

awal agar mereka memperoleh hasil yang mungkin berbeda diantara dua

kelompok. Perbedaan yang muncul tersebut diperhitungkan sebagai akibat

adanya manipulasi variabel terhadap dua kelompok.

2. Mengontrol Variabel

Karakteristik kedua penelitian eksperiment adalah adanya control

yang disengaja/direncanakan oleh peneliti, kontrol yang dimaksud menurut

(Gay, 1982) adalah:

Control is an effort on the part of researcher to remove of any

variabel other than the independent variabel that ought affect performance

on a dependent variabel.

Mengontrol merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh peneliti

untuk memindahkan pengaruh variabel lain pada variabel terikat yang

mungkin mempengaruhi penampilan variabel tersebut. Kegiatan

mengontrol suatu variabel atau subjek dalam penelitian eksperimen

memiliki peranan penting, karena tanpa melakukan kontrol secara

sistematis, seorang peneliti tidak mungkin dapat melakukan evaluasi

dengan melakukan pengukuran secara cermat terhadap variabel terikat.

Metodologi Penelitian

153

Proses pelaksanaan penelitian eksperimen, kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol sebaiknya diatur secara intensif sehingga kedua

variabel mempunyai karakteristik sama atau hampir sama. Perbedaan dari

kedua kelompok yaitu bahwa group eksperimen diberi perlakuan tertentu

dan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan sehingga dapat dikatakan

dalam kondisi normal seperti keadaan biasannya.

3. Melakukan Observasi

Observasi merupakan karakteristik ketiga dalam penelitian

eksperimen, peneliti mengadakan observasi terhadap kedua kelompok baik

kelompok yang diberi perlakuan dan kelompok kontrol. Observasi tersebut

dimaksudkan untuk mlihat dan mencatat fenomena apa yang muncul yang

memungkinkan terjadinya perbedaan di antara dua kelompok.

Peneliti melakukan observasi untuk mengamati dan mencatat

fenomena yang muncul pada variabel terikat sebagai akibat atau pengaruh

dari adanya kontrol atau manipulasi variabel terikat. Untuk itu, dalam

penelitian eksperimen pengamatan lebih difokuskan pada variabel terikat

yang menerima akibat terjadinya perubahan secara sistematis yang

dilakukan pada variabel bebas.

C. Proses Penelitian Eksperimen

Proses pelaksanaan penelitian eksperimen dapat dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Peneliti melakukan kajian yang berhubungan dengan permasalahan

yang akan diselesaikan

2. Peneliti mengidentifikasi permasalahan

3. Peneliti melakukan studi literatur dari berbagai sumber yang relevan

dan terkait dengan permasalahan

4. Peneliti membuat rencana penelitian yang mencakup: (a)

mengidentifikasi variabel luar yang diperlukan, (b) menetukan cara

untuk mengontrol, (c) membuat desain penelitian yang tepat dan

akurat, (d) menentukan populasi, (e) memilih sampel yang mewakili

sejumlah subjek penelitian, (f) membuat dan memvalidasi

Sukris Sutiyatno

154

instrument, (g) menentukan hipotesis

5. Melakukan eksperimen

6. Mengumpulkan data dari proses eksperimen

7. Mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang ditentukan

8. Menganalisis data dengan teknik statistika yang relevan

9. Membuat laporan penelitian eksperimen

Semetara itu, Sounders et al. (2007:137) menyatakan experiments

typically involve:

1. Defining a theoretical hyphothesis

2. Selecting samples from known populations

3. Allocating samples to different experimental condition

4. Introducing planned changes to one or more variables

5. Measuring a small number of variables

6. Controlling all other variables

D. Beberapa Bentuk Rancangan Penelitian Eksperimen

Beberapa bentuk rancangan atau desain eksperimen yang dapat

digunakan dalam penelitian bisnis, yaitu: Pre-Experimental Design, True

Experimental Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental Design.

Hal ini dapat digambarkan seperti gambar berikut.

Metodologi Penelitian

155

X O

Gambar 10.1. Macam-macam Metode eksperimen

1. Pre-Experimental Designs(nondesigns)

Mengapa disebut pre-experimental design? karena desain ini belum

merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Dikarenakan masih terdapat

variabel luar yang turut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel

dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu

bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat

terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih

secara random.

Bentuk pre-experimental designs ada beberapa macam yaitu: One-

Shot Case Study, One-Group Pretest-Posttest Design, One-Group Pretest-

Posttest Design, dan Intact-Group Comparison

a. One-Shot Case Study

Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat

digambarkan seperti berikut:

X = treatment yang diberikan (variabel X 0

independen)

0 = Observasi (variabel dependen)

Sukris Sutiyatno

156

Paradigma itu dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok

diberi perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. (Perlakuan

adalah sebagai variabel independen, dan hasil adalah sebagai

variabel dependen).

Contoh:

Pengaruh mesin baru (X) terhadap produktivitas kerja karyawan (0).

Terdapat kelompok pegawai yang menggunakan mesin baru

kemudian setelah sebulan diukur produktivitas kerjanya. Pengaruh

mesin baru terhadap produktivitas kerja diukur dengan

membandingkan produktivitas sebelum menggunakan mesin baru

dengan produktivitas setelah menggunakan mesin baru (misalnya

selalu menggunakan mesin baru produktivitasnya 150/jam dan

setelah menggunakan mesin baru produktivitasnya 500/jam. Jadi

pengaruh mesin baru adalah 500 - 150 = 350/jam.

b. One-Group Pretest-Posttest Design

Kalau pada desain point (a), tidak ada pretest, maka pada desain ini

diberikan pretest, sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil

perlakuan dapat diketahui lebih akurat dan tepat, karena dapat

memperbandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Desain ini dapat diilustrasikan dengan gambar di bawah ini:

O1 = nilai pretest (sebelum mesin baru)

O2 = nilai posttest (setelah menggunakan

mesin baru)

Pengaruh mesin baru terhadap prestasi

kerja pegawai = ( O2 – O1)

c. Intact-Group Comparison

Pada desain ini hanya ada satu kelompok yang digunakan untuk

penelitian, tetapi dipecah dua, yaitu separoh kelompok untuk

eksperimen (yang diberi perlakuan) dan separohnya dijadikan

kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan). Paradigma

penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut.

O1X O2

Metodologi Penelitian

157

O1 = hasil pengukuran setengah kelompok

yang diberi perlakuan

O2 = hasil pengukuran setengah kelompok

yang tidak diberi perlakuan Pengaruh

perlakuan = O1 – O2

Contoh:

Terdapat sekelompok karyawan di bidang produksi, yang setengah

dalam melaksanakan pekerjaanya menggunakan lampu yang sangat

terang (01), dan setengahnya lagi dengan lampu yang kurang terang

(02). Setelah beberapa minggu diukur produktivitas keijanya.

Kelompok mana yang lebih produktif. Jadi pengaruh cahaya lampu

terhadap produktivitas kerja adalah (O1 – O2)

Seperti telah dikemukakan bahwa, ketiga bentuk desain pre-

experiment itu bila diterapkan untuk penelitian, akan banyak variabel-

variabel luar yang masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga

validitas internal penelitian menjadi rendah.

2. True Experimental Design

Dalam eksperimen murni (true experimental) pengujian variabel

bebas dan variabel terikat dilakukan terhadap sampel kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol, disebut true experimental (eksperimen

murni), karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel

luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas

internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi.

Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan

untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara

randomdari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol

dan sampel dipilih secara random.

Di sini dikemukakan dua bentuk design true experimental yaitu:

Posttest Only Control Design dan Pretest Group Design.

X O1

O2

Sukris Sutiyatno

158

1) Posttest-Only Control Design

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing

dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X)

dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan

disebut kelompok eksperimendan kelompok yang tidak diberi

perlakuan disebut kelompok kontrol. Pengaruh adanya perlakuan

adalah (01:02). Dalam penelitian yang sesungguhnya, pengaruh

perlakuan dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-test misalnya.

Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan

berpengaruh secara signifikan.

2) Pretest- Posttest Control Group Design

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random,

kemudian diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal adakah

perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak

berbeda secara signifikan. Pengaruh Perlakuan adalah (02 - 01) - (04 -

03)

R X O2

RO2

R O1 X O2

R O3 XO4

Metodologi Penelitian

159

3. Factorial Design

Desain faktorial merupakan modifikasi dari design true

experimental, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel

moderator yang mempengaruhi perlakuan (variabel independen) terhadap

hasil (variabel dependen). Paradigma desain faktorial dapat digarnbarkan

seperti berikut.

Pada desain ini semua kelompok dipilih secara random, kemudian

masing-masing diberi pre-test. Kelompok untuk penelitian dinyatakan

baik, bila setiap kelompok nilai pretes sama. Jadi 01 = 03 = 05 = 07. Dalam

hal ini variabel moderatornya adalah Y1 dan Y2

Contoh:

Dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh sistem informasi

terhadap kepuasan pelayanan pada pelanggan. Untuk itu dipilih tempat

kelompok secara random. Variabel moderatornya adalah jenis kelamin,

yaitu laki-laki (Y,) dan perempuan (Y2).

Perlakuan (sistem informasi) dicobakan pada kelompok eksperimen

pertama yang telah diberi pretest (0, = kelompok laki-laki) dan kelompok

eksperimen ke dua yang telah diberi pretest (05 = kelompok perempuan).

Pengaruh perlakuan (X) terhadap kepuasan pelayanan untuk kelompok

laki-laki = (O2 – O1) - (O4 - O3). Pengaruh perlakuan (sistem informasi)

terhadap nilai penjualan barang untuk kelompok perempuan = (O6 – O5) -

(O8– O7)

Bila terdapat perbedaan pengaruh sistem informasiterhadap

kepuasan pelanggan antara kelompok kerja pria dan wanita, maka

R O1 X Y1 O2

R O3 X Y1 O4

R O5 X Y1 O6

R O7 X Y1 O8

Sukris Sutiyatno

160

penyebab utamanya adalah bukan karena treatment yang diberikan (karena

treatment yang diberikan sama), tetapi karena adanya variabel moderator,

yang dalam hal ini adalah jenis kelamin. Pria dan wanita menggunakan

sistem informasi yang sama, tempat kerja yang sama nyamannya, tetapi

pada umumnya, kelompok wanita lebih ramah dalam memberikan

pelayanan, sehingga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.

4. Quasi Experimental Design

Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true

experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai

kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk

mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan

eksperimen. Walaupun demikian desain ini lebih baik dari pre-

experimental design. Quasi-experimental design, digunakan karena pada

kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk

penelitian.

Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen, sering tidak

mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan

sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain

tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan

kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi

Experimental.

Berikut ini dikemukakan dua bentuk desain quasi eksperimen, yaitu

Time-Series Design dan Nonequivalent Control Group Design.

a. Time Series Design

O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8

Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak

dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok

diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui

kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi

Metodologi Penelitian

161

perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya

berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak

menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok

dapat diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment. Desain

penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga

tidak memerlukan kelompok kontrol.

b. Nonequivalent Control Group Design

Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group

design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrol tidak dipilih secara random.

O1 x O2

O3 O4

Contoh:

Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan senam pagi

terhadap derajad kesehatan karyawan. desain penelitian dipilih satu

kelompok karyawan. Selanjutnya dari satu kelompok tersebut yang

setengah diberi perlakuan senam pagi setiap hari dan yang setengah

lagi tidak. 01 dan 03 merupakan derajad kesehatan karyawan

sebelum ada perlakuan senam pagi. 02 adalah derajad kesehatan

karyawan setelah senam pagi selama 1 tahun. 04, adalah derajad

kesehatan karyawan yang tidak diberi perlakuan senam pagi.

Pengaruh senam pagi terhadap derajad kesehatan karyawan adalah

(02- O1) - (04 - 03).

E. Kesimpulan

Metode penelitian eksperimen (experiemental research) merupakan

metode penelitian yang dapat dipergunakan untuk menguji hipotesis

hubungan sebab akibat dan dapat digunakan untuk menyelesaikan

berbagai macam permasalahan

Sukris Sutiyatno

162

Penelitian eksperiment mempunyai tiga karakteristik yang dapat

dijelaskan sebagai berikut: (1) Variabel bebas yang dimanipulasi, (2)

Variabel lain yang mungkin berpengaruh dikontrol agar tetap konstan, (3)

Efek atau pengaruh manipulasi variabel bebas dan variabel terikat diamati

secara langsung oleh peneliti.

Beberapa bentuk rancangan atau desain eksperimen yang dapat

digunakan dalam penelitian bisnis, yaitu: Pre-Experimental Design, True

Experimental Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental Design.

Metodologi Penelitian

163

BAB XI

METODE PENELITIAN EVALUATIF

Tujuan Pembelajaran: Setelah membaca Bab ini anda diharapkan

akan dapat:

1. Dapat menjelaskan konsep dan tujuan penelitian evaluatif

2. Dapat memahami standar evaluasi

3. Dapat memahami beberapa pendekatan penelitian evaluatif

4. Dapat memahami pendekatan campuran

5. Dapat menjelaskan evaluasi generasi keempat

6. Dapat memahami langkah-langkah evaluasi program

A. Konsep dan Tujuan Penelitian Evaluatif

Penelitian evaluatif merupakan suatu desain dan prosedur evaluasi

dalam mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematik untuk

menentukan nilai atau manfaat (worth) dari suatu praktik (pendidikan).

Nilai atau manfaat dari suatu praktik pendidikan didasarkan atas hasil

pengukuran atau pengumpulan data dengan menggunakan standar atau

kriteria tertentu yang digunakan secara absolut ataupun relatif. Praktik

pendidikan dapat berupa program, kurikulum, pembelajaran, kebijakan,

regulasi administratif, manajemen, struktur organisasi, produk pendidikan,

ataupun sumber daya penunjangnya. Praktik pendidikan dapat berlangsung

dalam lingkup kelas, sekolah, kecamatan, kota/kabupaten, provinsi

ataupun nasional, menyangkut satu komponen atau aspek pendidikan,

beberapa atau banyak komponen atau seluruh komponen atau aspek

pendidikan. Misalnya dalam bidang pendidikan, Borg & Gall (1989:742)

menyatakan Educational evaluation is the process of making judgment

about the merit, value, or worth of educational program.

Banyak persamaan antara penelitian evaluatif dengan evaluasi,

keduanya bisa mengkaji fokus atau permasalahan yang sama,

menggunakan desain dengan metode dan teknik pengukuran atau

pengumpulan data yang sama. Keduanya juga dapat rnenggunakan sampel

Sukris Sutiyatno

164

dengan lokasi atau lingkup wilayah yang sama, menggunakan teknik

analisis data dari interpretasi hasil yang sama.

Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah dalam tujuan dan

penggunaan. Penelitian evaluatif dirancang untuk menjawab pertanyaan,

menguji atau membuktikan hipotesis, sedang evaluasi ditujukan untuk

mengambil keputusan. Penelitian evaluative bersifat hypothesis driven

sedang evaluasi decision driven (David R. Kratchwohl, 1993). Perbedaan

mendasar yang lain adalah penggunaannya, hasil penelitian disimpan

sampai ada orang atau lembaga yang akan menggunakannya, sedang hasil

evaluasi segera digunakan untuk mengambil keputusan dalam program

yang dievaluasi.

Meskipun ada perbedaan tetapi keduanya berhubungan erat,

penelitian evaluatif dilaksanakan dengan maksud hasilnya dapat digunakan

untuk memperbaiki praktik. Di pihak lain evaluasi yang baik dilaksanakan

dengan berpegang pada prinsip-prinsip dan prosedur penelitian evaluatif.

Penelitian evaluatif diperlukan untuk merancang, menyempurnakan

dan menguji pelaksanaan suatu praktik pendidikan. Dalam merancang

suatu program, kegiatan diperlukan data hasil evaluasi tentang program

atau kegiatan pendidikan yang lalu, kondisi yang ada serta serta tuntutan

dan kebutuhan bagi program baru.

Sukardi (2009:8-9) menyatakan ada beberapa tujuan mengapa

evaluasi dilakukan oleh setiap guru. Selain untuk melengkapi penilaian,

secara luas evaluasi dibatasi sebagai alat penilaian terhadap faktor-faktor

penting suatu program termasuk situasi, kemampuan, pengetahuan, dan

perkembangan tujuan. Tujuan evaluasi kaitannya dengan belajar mengajar

adalah: (1) Menilai ketercapaian tujuan; (2) Mengukur macam-macam

aspek belajar yang bervariasi; (3) Sebagai sarana untuk mengetahui apa

yang siswa telah ketahui; (4) Memotivasi belajar siswa; (5) Menyediakan

informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling; dan (6) Menjadikan hasil

evaluasi sebagai perubahan kurikulum.

Program atau kegiatan pendidikan adalah sesuatu yang dinamis,

berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan tuntutan

perubahan masyarakat. Untuk mengetahui perubahan-perubahan, dan

Metodologi Penelitian

165

perkembangan kebutuhan tersebut, diperlukan penelitian dan evaluasi, agar

penyempurnaan program sesuai dengan perkembangan dan tuntutan

perubahan tersebut. Kelayakan suatu program atau kegiatan pendidikan

perlu diuji, apakah masih bisa dilanjutkan atau perlu dihentikan, diubah

atau diganti. Melanjutkan program atau kegiatan yang tidak layak, hanya

akan membuang-buang biaya, waktu dan tenaga saja. Borg & Gall (1989-

749) menyatakan ―most programs have a management system to monitor

resources and procedures so that they are used effectively to achieve

program goal”.

Secara lebih rinci Nana Syaodih (2005:121) tujuan penelitian

evaluatif adalah: (1) Membantu merencanakan untuk pelaksanaan

program, (2) Membantu dalam penentuan keputusan penyempurnaan atau

perubahan program (3) Membantu dalam penentuan keputusan

keberlanjutan atau pengehentian program, (4) menemukan fakta-fakta

dukungan dan penolakan terhadap program, (5) memberikan sumbangan

dalam pemahaman proses psikologis, sosial, politik dalam pelaksanaan

program serta faktor-faktor yang mempengaruhi program.

B. Standar Evaluasi

Evaluasi memiliki dua kegiatan utama, yaitu: pertama pengukuran

atau pengumpulan data, kedua membandingkan hasil pengukuran dan

pengumpulan data dengan standar yang digunakan. Berdasarkan hasil

pembandingan ini baru dapat disimpulkan bahwa sesuatu program,

kegiatan, produk itu layak atau tidak, relevan atau tidak, efisien atau tidak,

efektif atau tidak. Ada perbedaan penggunaan standar dalam penelitian

atau evaluasi formatif dengan sumatif. Evaluasi formatif menggunakan

standar relatif atau disebut juga acuan norma, sedang evaluasi sumatif

menggunakan standar absolut atau acuan patokan.

Banyak asosiasi yang berhubungan dengan bidang pendidikan di

Amerika Serikat dan negara-negara lain telah mengembangkan standar

evaluasi pendidikan yang baik. Joint Committee for Educational

Evaluation (1994) telah merumuskan standar bagi evaluasi di bidang

Sukris Sutiyatno

166

pendidikan. Standar tersebut mencakup empat aspek, yaitu: kebergunaan,

kelayakan, kesantunan dan ketelitian.

1) Standar kebergunaan (untility standards), untuk menjamin bahwa

evaluasi akan membantu partik dan secara berkala memberikan

informasi yang dibutuhkan pengguna. Standar ini meliputi delapan

hal, yaitu: identifikasi pengguna, kredibilitas evaluator, lingkup dan

pemilihan informasi, interpretasi perkiraan, kecermatan laporan,

diseminasi laporan, jadwal waktu laporan, dampak evaluasi.

2) Standar kelayakan (feasibilty standards), untuk menjamin bahwa

laporan itu realistik, sederhana dan. Standar ini mencakup tiga hal,

yaitu: kepraktisan prosedur, keberlanjutan dan efektivitas biaya.

3) Standar kesantunan (propriety standard), untuk menjamin bahwa

evaluasi dilakukan secara legal, etis, memperhatikan kepentingan

yang terlibat dalam evaluasi maupun dampak hasilnya. Standar ini

meliputi: kewajiban formal, perbedaan kepentingan, kejujuran dan

keterbukaan, hak umum yang harus diketahui, hak dari individu,

interaksi manusia, keseimbangan laporan, kewajiban bayar pajak.

4) Standar ketepatan (accuracy standards), untuk menjamin bahwa

pelaksanaan evaluasi secara teknis-formal dilaksanakan dengan

sempurna. Standar ini meliputi sebelas hal yaitu: identifikasi objek,

analisis konteks, rumusan tujuan dan prosedur, pemilihan sumber.

validitas dan reliabilitas instrumen, pengendalian sistematika data,

analisis informasi kauntitatif, analisis informasi kualitatif, ketepatan

kesimpulan, objektivitas laporan.

Standar ini bukan prosedur yang harus diikuti secara kaku, tetapi

pedoman yang dapat dijadikan arah di dalam merencanakan, melaksanakan

dan melaporkan hasil evaluasi.

C. Beberapa Pendekatan Penelitian Evaluatif

Pendekatan evaluasi merupakan strategi untuk memfokuskan

kegiatan evaluasi agar bisa menghasilkan laporan yang bernilai guna.

Metodologi Penelitian

167

McMillan dan Schumacher (2001) mengemukakan enam pende-

katan dalam penelitian evaluatif:

a. Evaluasi berorientasi tujuan

b. Evaluasi berorientasi pengguna.

c. Evaluasi berorientasi keahlian

d. Evaluasi berorientasi keputusan.

e. Evaluasi berorientasi lawan

f. Evaluasi berorientasi partisipan-naturalistik

1. Evaluasi Berorientasi Tujuan

Evaluasi merupakan kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas

pendidikan, apabila: (a) memberikan umpan balik yang efektif kepada

siswa, (b) mendorong aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mereka

sendiri, (c) umpan balik bagi guru untuk melakukan penyesuaian dalam

melaksankan pembelajaran, (d) memahami pengaruh evaluasi terhadap

motivasi siswa dan kepercayaan diri mereka, dan (e) alat bagi siswa untuk

melakukan monitoring dan koreksi mereka sendiri. Lebih jauh apabila

siswa dapat memahami hasil evaluasi, dan dapat mengikuti perkembangan

dari apa yang telah dipelajari, maka siswa akan dapat memiliki gambaran

langkah berikutnya yang perlu dipelajari dengan peristiwa-peristiwa dan

latar belakang konteks tertentu, dan akhirnya akan mendorong

terlaksanannya life long learning (Zamroni, 2005:42).

Evaluasi berorientasi pada tujuan (objectives-oriented approaches),

diarahkan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan dalam pelaksanaan

program atau kegiatan oleh kelompok sasaran, atau mengukur hasil

pelaksanaan program/kegiatan. Tingkat kecocokan antara tujuan dengan

hasil menunjukkan tingkat keberhasilan program atau kegiatan. Program

atau kegiatan yang diukur bisa berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum,

pembelajaran, program pendidikan anak berbakat, percepatan belajar,

bimbingan konseling, manajemen berbasis sekolah, penggunaan dana

bantuan operasional, dsb. Kelompok sasaran yang diharapkan meningkat

dengan program tersebut adalah: siswa, guru, sekolah.

Sukris Sutiyatno

168

Tujuan yang menjadi sasaran pengukuran adalah tujuan-tujuan yang

spesifik (objectives) yang dirumuskan dalam perilaku yang dapat diukur,

bukan tujuan umum yang bersifat abstrak, yang pencapaiannya di luar

kegiatan. Tujuan khusus ini disebut juga tujuan perilaku (behavioral

objecties) atau performansi atau tujuan terukur. Tujuan tersebut mungkin

merupakan tujuan antara untuk mencapaian tujuan berikutnya, tetapi bukan

proses untuk mencapai tujuan terminal atau tujuan akhir. Langkah-langkah

dalam evaluasi yang berorientasi pada tujuan:

1) Pemilihan tujuan yang dapat diukur.

2) Pemilihan instrumen.

3) Pemilihan desain evaluasi

4) Pengumpulan dan analisis data.

5) Interpretasi hasil.

2. Evaluasi Berorientasi Pengguna

Evaluasi berorientasi pengguna (consumer-oriented approaches)

menekankan pada hasil atau produk, yaitu hasil yang dapat memenuhi

harapan atau menemukan kebutuhan pengguna. Evaluasi hasil didasarkan

atas standar atau kriteria yang ditentukan oleh pengguna. Evaluasi bisa

dilakukan terhadap produk-produk program, seperti hasil penerapan

kurikulum, pembelajaran, pendidikan anak berbakat, bimbingan-konseling,

pendidikan vokasional, pendidikan nilai, dsb. Pengguna dari program

tersebut adalah orang tua, siswa, dunia industri, dll. Evaluasi juga bisa

dilakukan terhadap produk-produk yang berbentuk perangkat lunak dan

perangkat keras. Produk perangkat lunak berupa program-program

pembelajaran dengan menggunakan komputer, video-audio, produk

perangkat keras berupa media cetak, buku, modul, alat peraga dl1.

Pengguna produk tersebut adalah guru, siswa/mahasiswa, sekolah,

orangtua, dll.

3. Evaluasi Berorientasi Keahlian

Evaluasi berorientasi keahlian (Expertise-oriented evaluation) ini

menggunakan standar keahlian, diarahkan pada mengevaluasi program

Metodologi Penelitian

169

atau komponen-komponen pendidikan dengan menggunakan kriteria atau

standar yang telah dirumuskan oleh para ahli sebagai suatu program atau

komponen yang baik. Para ahli kurikulum telah merumuskan bagaimana

suatu desain atau implementasi kurikulum herbasis kompetensi yang

memenuhi kaidah-kaidah, dan prinsip-prinsip KBK, bagaimana silabi atau

satuan pelajaran disusun sesuai dengan kaidah-kaidah sistem instruksional.

Para ahli manajemen pendidikan telah merumuskan bagaimana

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian manajemen berbasis sekolah

yang sesuai dengan kaidah atau prinsip manajemen berbasis sekolah.

Standar atau kriteria yang digunakan dalam pendekatan ini diambil dari

teori atau konsep-konsep yang mendasari suatu program kegiatan atau

produk yang akan dievaluasi.

4. Evaluasi Berorientasi Keputusan

Evaluasi merupakan suatu proses untuk mengambil keputusan

dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil

belajar baik yang menggunakan tes maupun non tes. Jadi maksud penilaian

adalah memberikan nilai tentang kualitas tertentu. Tidak hanya sekedar

mencari jawaban terhadap pertanyaan bagaimana dan seberapa jauh

sesuatu proses/hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program

(Asmawi Zainul, 2005:8).

Evaluasi berorientasi keputusan (decision-oriented evaluation)

memiliki lingkup yang lebih luas dan ke dalamnya memasukan teori

perubahan pendidikan. Evaluasi ini diarahkan pada proses penentuan jenis

keputusan yang akan diambil, pemilihan, pengumpulan dan analisis data

yang dibutuhkan untuk penentuan keputusan, dan penyampaian hasil

(laporan) pada penentu keputusan. Laporan hasil evaluasi disediakan bagi

para penentu keputusan. Kriteria atau standar yang digunakan dalam

evaluasi ini, adalah apakah hasil dari evaluasi bisa digunakan untuk

menentukan kebijakan secara tepat atau tidak. Pengguna hasil evaluasi

dapat bertahap, dari penentu kebijakan tertinggi sampai terendah. Jenis

bidang dan program yang dievaluasi serta lingkup dari evaluasi akan

menentukan hasil evaluasi ini bisa dimanfaatkan oleh penentu kebijakan

Sukris Sutiyatno

170

pada tingkatan mana. Hasil evaluasi kurikulum pada lingkup provinsi akan

menjadi bahan penentuan kebijakan di bidang kurikulum oleh kepala dinas

pendidikan tingkat propinsi, sedang pada lingkup kota, sekolah dan kelas

akan menjadi masukan bagi kepala dinas pendidikan tingkat kota

kabupaten, kepala sekolah dan guru.

Stufflebeam (1971) mengembangkan model evaluasi pendidikan

yang bersifat komprehensif yang mencakup konteks (context), masukan

(input), proses (proces), dan basil (product), yang disingkat menjadi CIPP.

Dari model tersebut dikembangkan evaluasi yang berorientasi keputusan.

1) Pengukuran kebutuhan. Kegiatan evaluasi diarahkan pada mengukur

kondisi yang ada untuk kemudian dibandingkan dengan kondisi

yang diharapkan. Keputusan yang diambil adalah pemilihan

masalah.

2) Perencanaan program dan evaluasi masukan. Kegiatan evaluasi

ditujukan untuk mengukur jenis program yang sesuai dengan tujuan

yang dirumuskan berdasarkan hasil pengukuran kebutuhan dan

strategi yang paling tepat. Keputusan yang diambil adalah

perencanaan program.

3) Evaluasi implementasi. Kegiatan evaluasi difokuskan pada

mengukur tingkat ketepatan implementasi sesuai dengan rancangan.

Keputusan yang diambil adalah perubahan atau modifikasi program.

4) Evaluasi proses. Kegiatan evaluasi diarahkan pada sejauh mana

pengembangan program dapat mencapai tujuan dan hasil yang

diharapkan. Keputusan yang diambil adalah perubahan dan

penyempurnaan program.

5) Evaluasi hasil. Kegiatan evaluasi ditujukan pada mengukur

kelayakan program sebagaimana dilihat dari proses dan hasil

pelaksanaan program tersebut. Keputusan yang diambil adalah

pemberian sertifikat dan penerimaan.

5. Evaluasi Berorientasi Lawan

Evaluasi berorientasi lawan (adversary-oriented approaches),

berbeda dengan pendekatan-pendekatan lainnya yang semuanya

Metodologi Penelitian

171

menggunakan landasan kriteria yang sejalan dengan program atau kegiatan

yang dievaluasi. Evaluasi ini menggunakan standar atau kriteria yang

berbeda bahkan berlawanan dengan standar yang digunakan. Untuk

menguji keampuhan suatu program atau kegiatan harus dibandingkan

dengan program lain atau standar lain yang berlawanan. Program atau

kegiatan yang baik akan tetap unggul bila dibandingkan dengan program

lain atau menggunakan standar evaluasi yang lain. Di pihak lain standar

yang berbeda atau berlawanan akan melihat sisi-sisi lain, melihat pro dan

kontra terhadap aspek-aspek tertentu. Temuan dari hal-hal di atas akan

memberikan masukkan bagi penyempurnaan program atau kegiatan.

6. Evaluasi Berorientasi Partisipan-Naturalistik

Mulai tahun 1967 muncul reaksi dari sejumlah ahli evaluasi

terhadap pelaksanaan evaluasi yang bersifat mekanistik dan tidak sensitif

terhadap evaluasi pendidikan. Reaksi mereka dinyatakan dalam beberapa

hal: (1) evaluasi menggunakan instrumen dan memberikan laporan yang

secara teknis sangat pelik, tetapi tidak menggambarkan apa yang secara

nyata terjadi dalam pendidikan, (2) banyak evaluasi skala besar

dilaksanakan tetapi tanpa sekalipun evaluator datang ke kelas, (3)

rekomendasi dalam laporan tidak menggambarkan pemahaman tentang

fenomena-fenomena di belakang angka-angka, grafik, dan tabel-tabel.

Faktor-faktor manusia yang yang sangat berperan dalam kompleksitas

kenyataan sehari-hari dan pandangan yang berbeda dalam pendidikan,

diabaikan dalam penelitian-penelitian evaluatif.

Untuk mengatasi keadaan tersebut pendekatan yang digunakan

adalah evaluasi naturalistik atau evaluasi partisipan (naturalistic -

participant evaluation). Pendekatan dari evaluasi ini bersifat holistik atau

menyeluruh, menggunakan aneka instrumen dan aneka data, agar

diperoleh pemahaman yang utuh dari sudut pandang dan nilai-nilai yang

berbeda tentang pelaksanaan pendidikan menurut perspektif atau sudut

pandang para partisipan. Ada beberapa karakteristik dasar dari evaluasi

naturalisik atau evaluasi partisipan.

Sukris Sutiyatno

172

1) Menggunakan pendekatan holistik atau menyeluruh, melihat

pendidikan sebagai kegiatan manusia yang kompleks.

2) Memasukkan dan menjaga pluralisme nilai daripada pembatasan

hanya pada nilai-nilai tertentu dalam evaluasi praktik pendidikan.

3) Melaporkan potret utuh dari situasi yang dievaluasi, situasi

perorangan, kelas, sekolah, wilayah, kegiatan, program, dll., yang

berada dalam konteks yang lebih luas sesuai fungsinya.

4) Menggunakan pendekatan berpikir induktif, yang berkembang dari

pengamatan dan temuan-temuan dari lapngan.

5) Menggunakan data yang beraneka dari berbagai sumber yang

berbeda yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan kualitatif

maupun kuantitatif.

6) Menggunakan desain penelitian yang tumbuh atau berubah

(emmergent) yang memungkinkan memberikan pemahaman tentang

sesuatu kegiatan dalam suatu konteks, hal-hal yang mempengaruhi,

variasi, perubahan, dll.

7) Mencatat kenyataan yang beraneka, bukan hanya satu kenyataan.

Dalam evaluasi naturalistik berkembang pendekatan yang disebut

sebagai evaluasi responsif (responsive evaluation), karena merespon

terhadap kebutuhan klien. Berkenaan dengan evaluasi responsif ini Stake

(1973) menjelaskan: ... an educational evaluation is responsive evaluation

if it orients more a directly to program activities than to program intents,

responds to audience requirements for information, and if the

differentvalue-perspectives present are referred to in reporting the success

and failure of programs.

Evaluasi responsif didasarkan pada apa yang dilakukan orang secara

alamiah, bila mereka mengevaluasi sesuatu mereka mengamati dan

mereaksi. Pendekatan evaluasi ini mencoba merespon terhadap cara-cara

yang bersifat alamiah, orang menyerap informasi untuk sampai pada

pemahaman. Evaluasi responsif bersifat siklikal, beberapa kejadian

mengikuti beberapa kejadian, dan banyak kejadian yang terjadi secara

Metodologi Penelitian

173

serempak, evaluator harus kembali pada kejadian demi kejadian sebelum

mengakhiri penelitian.

Stake menggambarkan urutan kegiatan dalam penelitian naturalistik

yang bersifat reponsif dalam sebuah jam.

Gambar 11.1. Program evaluasi responsif (diadaptasi dari Stake, R.R. (1975)

D. Evaluasi Generasi Keempat

Sejak berkembang konsep evaluasi responsif, Guba dan Lincoln

(1989) mengembangkan pendekatan baru dalam penelitian evaluatif yang

disebutnya sebagai evaluasi generasi keempat (fourth generation

evaluation). Pendekatan ini memasukkan konsep siklus hermaneutics

dalam memberikan interpretasi. Dalam menginterpretasikan sesuatu teks

atau sesuatu bagian siklus hermaneutik melibatkan makna dari teks atau

bagian tersebut dan makna secara keseluruhan. Dalam pendekatan ini

Sukris Sutiyatno

174

Guba dan Lincoln merumuskan 12 langkah pelaksanaan penelitian

kualitatif "evaluasi generasi keempat":

a. Pembuatan kontrak: membuat kontrak dengan sponsor atau klien

(yang membutuhkan evaluasi).

b. Pengorganisasian: memilih dan melatih tim evaluator, menyusun

rancangan awal, menyusun kebutuhan logistik, mengidentifikasi

faktor-faktor sosial-politis setempat yang mungkin berpengaruh.

c. Mengidentifikasi pengguna dan pihak terkait: mengidentifikasi

perantara, pengguna, pihak yang diuntungkan dan dirugikan

memilih strategi yang akan digunakan, memperhitungkan kegagalan

dan sanksi bila gagal, dan menyusun persetujuan formal.

d. Pengembangan kerjasama: merancang siklus hermaneutik,

menyusun siklus, membangun kerjasama, mencek kredibilitas

pelaksana evaluasi.

e. Memperluas kerjasama dengan pengguna dan sponsor berdasarkan

informasi baru: Penyempurnaan siklus, menggunakan informasi

dokumenter, melaksanakan wawancara dan observasi, kajian

literatur, penyusunan etika evaluator.

f. Menyaring keluhan-keluhan, kepedulian dan isu-isu: mengiden-

tifikasi keluhan, kepedulian, isu-isu, pemecahan melalui konsensus,

pembuatan catatan-catatan samping sebagai komponen laporan.

g. Memberikan prioritas pada butir-butir yang belum terpecahkan:

proses penentuan prioritas secara partisipatif menyusun butir-butir

prioritas, mengecek kemampuan mengatasi yang menjadi prioritas.

h. Mengumpulkan informasi, dan melengkapinya: mengumpulkan

informasi, melatih penggunaannya melalui: menggunakan siklus

hermaneutik lebih lanjut, mengumpulkan informasi yang ada,

menggunakan instrumen yang ada dan yang baru, melakukan studi

khusus.

i. Menyiapkan agenda untuk negosiasi: merumuskan dan menjelaskan

butir-butir yang belum terpecahkan, menjelaskan kegiatan yang

dipilih, menjelaskan, memperkuat butir yang dipilih, membuang

yang tidak cocok, menyiapkan pelatihan lengkap, mencek agenda.

Metodologi Penelitian

175

j. Melakukan negosiasi: memilih siklus yang tepat, melaksanakan

siklus, membuat penyusunan bersama, mencek kemampuan,

menentukan tindakan.

k. Menyusun laporan: laporan kasus-kasus, dan laporan lengkap.

l. Pengulangan: pengulangan seluruh proses.

E. Langkah-langkah Evaluasi Program

Langkah-langkah pelaksanaan evaluasi program pada dasarnya sama

dengan penelitian evaluatif. Beberapa perbedaan terjadi karena adanya

penambahan atau pcngurangan berkenaan dengan model evaluasi yang

digunakan.

David Strahan, Jewell Cooper dan Martha Wood (2001) berdasarkan

hasil penelitiannya pada Sekolah Menengah dalam rangka penyusunan

rencana penyempurnaan sekolah, dengan fokus mengevaluasi efektivitas

program dan struktur organisasi sekolah, menyarankan langkah-langkah

penelitian evaluatif sebagai berikut.

1) Klarifikasi alasan melakukan evaluasi

Menjelaskan alasan-alasan mengapa evaluasi diadakan. Banyak

alasan yang menjadi latar belakang mengadakan evaluasi. Alasan

tersebut bisa bersumber dari peneliti sendiri, karena peneliti

mempunyai minat yang cukup besar terhadap sesuatu program,

peneliti melihat keunggulan atau keberhasilan, atau sebaliknya

peneliti melihat adanya kelambanan, kejanggalan, dampak negatif,

bahkan kegagalan. Alasan mengadakan penelitian bisa juga

bersumber dari pihak luar, karena adanya tawaran dari lembaga atau

pimpinan pemegang otoritas, karena adanya keluhan dari

masyarakat khususnya masyarakat pengguna.

2) Memilih model evaluasi

Alasan melakukan evaluasi program berhubungan dengan model

evaluasi yang akan digunakan. Alasan karena adanva keunggulan,

keberhasilan dan dampak positif dari suatu program, akan

menggunakan model atau pendekatan yang berbeda dengan alasan

Sukris Sutiyatno

176

karena adanya kelambanan, kegagalan ataupun dampak negatif.

Pemilihan model atau pendekatan penelitian didasarkan atas:

a) tujuan evaluasi dan pertanyaan penelitian,

b) metode pengumpulan data, dan

c) hubungan antara evaluator dengan administrator, melihat

evaluasi, individu-individu dalam program dan organisasi yang

akan dievaluasi.

3) Mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait

Identifikasi pihak-pihak terkait atau stakeholders sangat penting

untuk kelancaran pelaksanaan evaluasi. Siapa yang akan yang

dilibatkan dalam perencanaan, dalam pelaksanaan, siapa yang akan

menjadi partner, nara sumber, sumber data, partisipan, dll.

Pelaksanaan evaluasi membutuhkan dukungan, bantuan, kerjasama

dengan berbagai pihak. Hubungan yang kurang harmonis dengan

pihak-pihak tertentu dapat menghambat kelancaran evaluasi, bahkan

bisa menggalkan.

4) Penentuan komponen yang akan dievaluasi

Langkah selanjutnya yang cukup penting dalam evlaluasi program

adalah penentuan komponen yang akan dievaluasi. Sebelum

ditentukan komponen yang akan dievaluasi terlebih dahulu perlu

diidentifikasi komponen-komponen yang ada dalam suatu program,

mana komponen utama dan mana komponen penunjang. Pemilihan

komponen yang akan dievaluasi didasarkan atas pertimbangan:

kesesuaian dengan tujuan evaluasi, manfaat hasil, keluasan dan

kompleksitas komponen, keluasan target populasi, waktu serta biaya

yang tersedia. Komponen utama dari suatu program pendidikan

meliputi:

a) Tujuan program, merupakan sasaran-sasaran atau hasil-hasil

yang ingin dicapai oleh suatu program. Tujuan program harus

dirumuskan secara jelas, rinci dan terukur.

Metodologi Penelitian

177

b) Sumber program, yaitu segala kekuatan yang mendukung

pelaksanaan dan keberhasilan program. Sumber program

mencakup sumber daya nianusia, sarana dan fasilitas, dan biaya.

Sumbar daya pendukung keberhasilan program pendidikan

disebut juga sumber daya pendidikan.

c) Prosedur pelaksanaan program, adalah Iangkah-langkah

pelaksanaan program yang di dalamnya tergambar metode,

teknik, strategi yang digunakan bagi keberhasilan program.

d) Manajemen program, adalah sistem yang digunakan dalam

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memonitor

dan menyempurnakan pelaksanaan program pendidikan.

Pelaksanaan suatu program pendidikan melibatkan banyak pihak,

dan tenaga pelaksana. Koordinasi semua pelaksana program dan

kerjasama dengan berbagai pihak membutuhkan sistem

manajemen yang efisien dan efektif.

5) Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan evaluasi

Rician dari fokus atau aspek-aspek yang dievaluasi dirumuskan

dalam bentuk pertanyaan, hipotesis atau tujuan. Lee-Cronbach

(1982) mengemukakan dua tahapan perumusan pertanyaan

penelitian evaluatif, yaitu tahapan divergen dan konvergen.

Tahapan divergen, pertanyaan penelitian dirumuskan secara

komprehensif. Sebanyak mungkin pertanyaan, isu, informasi,

kepedulian, dan masalah berkenaan dengan program yang akan

dievaluasi diajukan. Ke dalam pertanyaan-pertanyaan atau

informasi-informasi tersebut terrnasuk kriteria ketercapaiannya.

Tahapan kedua adalah tahapan konvergen. Dalam tahapan ini

pertanyaan-pertanyaan, isu-isu atau informasi-informasi yang

diajukan pada tahapan pertama diseleksi mana yang layak dan

penting diajukan dan mana yang tidak.

Beberapa pertanyaan penting yang bisa diajukan dalam evaluasi

program:

Sukris Sutiyatno

178

a) Tujuan atau sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai oleh program

pendidikan?

b) Kegiatan-kegiatan utama apa yang dilakukan untuk mencapai

sasaran atau target tersebut?

c) Strategi, metode, teknik apa yang digunakan dalam kegiatan

kegiatan tersebut?

d) Bagaimana kondisi sumber daya pendidikan pendukung

pelaksanaan program?

e) Bagaimana manajemen pelaksanaan program dan sumber daya

pendukungnya?

f) Bagaimana tingkat ketercapaian tujuan atau sasaran program

dengan kegiatan dan strategi yang telah dilakukan?

6) Menyusun desain evaluasi dan jadwal kegiatan

Desain evaluasi program pendidikan tidak jauh berbeda dengan de-

sain penelitian, berisi langkah-langkah kegiatan yang akan

dilakukan, sasaran evaluasi (aspek atau komponen serta sampel

evaluasi), teknik pengukuran atau pengumpulan data yang

digunakan, serta para evaluator baik evaluator internal (orang yang

terlibat dalam program) maupun evaluator eksternal (peneliti, ahli

dari luar). Pelaksanaan kegiatan evaluasi disusun dalam jadwal yang

rinci dan kronologis.

7) Pengumpulan dan analisis data

Sebelum pengumpulan data dilakukan kegiatan penting yang harus

dilakukan adalah penyusunan instrumen evaluasi. Intrumen evaluasi

dapat berbentuk tes dan nontes. Instrumen tes bersifat mengukur,

menghasilkan data hasil pengukuran berbentuk angka yang dapat

dianalisis secara statistik. Instrumen tes membutuhan validasi

instrumen, yaitu suatu proses untuk menguji validitas dan reliabilitas

instrumen. Proses validasi instrumen dapat dilihat pada bab

pengukuran dan pengumpulan data. Instrumen non tes

Metodologi Penelitian

179

membutuhkan validasi instrumen walaupun tidak menggunakan

analisis statistik seperti pada instrumen tes.

Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah

disusun. Pengumpulan data yang bersifat kuantitatif menggunakan

instrumen-instrumen baku (baik instrumen dan data yang berisifat

kualitatif menggunakan multi metode seperti wawancara, observasi,

dokumen, dsb.

Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif maupun

kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan statistik deskriptif

maupun statistik inferensial, analisis kualitatif menggunakan analisis

naratif-kualitatif. Hasil analisis kuantitatif berbentuk tabel, grafik,

profil, bagan, peta (analisis deskriptif), atau berbentuk skor rata-rata,

koefisien korelasi, regresi, perbedaan, analisis jalur, dsb (analisis

inferensial). Hasil analisis kualitatif berupa deskripsi naratif-

kualitatif tentang hal-hal yang esensial.

8) Pelaporan hasil evaluasi

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari hasil-hasil analisis,

maka disusunlah laporan hasil evaluasi. Isi dari laporan penelitian

evaluatif hampir sama dengan laporan penelitian biasa mencakup,

rancangan penelitian, metodologi, temuan-temuan serta kesimpulan

dan rekomendasi. Kesimpulan hendaknya berisi jawaban terhadap

pertanyaan atau pembuktian hipotesis yang diajukan. Kesimpulan

dari pertanyaan kualitatif berisi deskripsi tentang hal-hal yang

esensial dari pertanyaan. Rekomendasi berisi masukan-masukan dari

temuan-temuan evaluasi bagi penyempurnaan, perbaikan program.

Rekomendasi hendaknya memperhatikan segi kelayakan praktis,

dirumuskan secara operasional atau rinci.

F. Kesimpulan

Penelitian evaluatif memiliki banyak persamaan dengan kegiatan

evaluasi, perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah dalam tujuan

dan penggunaannya. Hasil dari evaluasi digunakan oleh para pemegang

Sukris Sutiyatno

180

kebijakan untuk penentuan keputusan. Evaluasi dibedakan antara evaluasi

formatif dan sumatif. Evaluasi lebih diarahkan pada mengevaluasi proses

dan hasilnya digunakan untuk memperbaiki program, sedang evaluasi

sumatif lebih difokuskan pada mengevaluasi hasil, dan dimanfaatkan bagi

kepentingan pengguna. Karena basil evaluasi digunakan untuk

pengambilan keputusan, maka kegiatan evaluasi harus memenuhi beberapa

standar, yaitu standar: kebergunaan, kelayakan, kesantunan, dan ketepatan.

Lingkup penelitian evaluatif, dapat mencakup: kurikulum, program

pendidikan, pembelajaran, pendidik, siswa, organisasi, manajemen. Ada

beberpa pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian evaluatif, yaitu

pendekatan yang berorientasi pada: tujuan, pengguna, keahlian, keputusan,

lawan, dan pada partisipan atau naturalistik.

Metodologi Penelitian

181

BAB XII

METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

(Research and Development/R&D)

Tujuan Pembelajaran: Setelah membaca Bab ini anda diharapkan

akan dapat:

1. Dapat menjelaskan pengertian Penelitian dan Pengembangan (R &

D)

2. Dapat memahami langkah-langkah penelitian dan pengembangan (R

& D)

3. Dapat menjelaskan potensi dan masalah pada R & D

4. Dapat memahami mengumpulkan Informasi pada R & D

5. Dapat menjelaskan desain produk pada R & D

6. Dapat memahami validasi desain pada R & D

7. Dapat memahami perbaikan desain pada R & D

A. Pengertian Penelitian dan Pengembangan

Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya

Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan

untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk

tersebut.

Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-

langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan

produk yang sudah ada. Produk tersebut dapat berupa perangkat keras

(hardware) dan perangkat lunak (software). Untuk dapat menghasilkan

produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan

untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di

masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan

produk tersebut. Jadi, penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal

(bertahap bisa multy years). Misalnya penelitian Hibah Bersaing (didanai

oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi), adalah penelitian yang

Sukris Sutiyatno

182

menghasilkan produk, sehingga metode yang digunakan adalah metode

penelitian dan pengembangan.

Penelitian dan pengembangan dapat dijadikan sebagai jembatan

penghubung atau pemutus kesenjangan antara penelitian dasar dengan

penelitian terapan. Sering adanya kesenjangan antara hasil-hasil penelitian

dasar yang bersifat teoritis dengan penelitian terapan yang bersifat praktis.

Kesenjangan ini dapat dihilangkan atau disambungkan dengan penelitian

dan pengembangan. Suatu produk yang baik yang akan dihasilkan apakah

itu perangkat keras atau perangkat lunak memiliki karakteristik-

karakteristik tertentu (Nana Syaodih, 2005:166).

Pada bidang pendidikan, Borg & Gall (1989:782) menyatakan

bahwa ―It is a process used to develop and validate educational products.

By “product,” we mean not only such things as textbooks, instructional

film, and computer software, but also methods, such as a method of

teaching, and programs, such as a drug education program or a staff

development program. Jadi, R& D di bidang pendidikan adalah suatu

proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-

produk pendidikan. Produk yang dimaksud tidak hanya berupa teksbook,

film-film tentang pengajaran, software computer, tetapi juga metode

pengajaran, dan program-program seperti program pendidikan tentang

drug, atau program pengembangan staff.

Pada bidang industri 4-5% biaya dipergunakan untuk mengadakan

penelitian dan pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan telah

banyak digunakan pada bidang-bidang Ilmu Alam dan Teknik. Hampir

semua produk teknologi, seperti alat-alat elektronika, komunikasi,

transportasi, kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal laut, senjata,

obat-obatan, alat-alat kedokteran, bangunan gedung bertingkat dan alat-

alat rumah tangga yang modern diproduk dan dikembangkan melalui

penelitian dan pengembangan. Namun demikian metode penelitian dan

pengembangan bisa juga digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti

psikologi, sosiologi, pendidikan, manajemen, dan lain-lain (Sugiyono,

2008:297).

Metodologi Penelitian

183

B. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan

Borg & Gall (1989:782) menyatakan bahwa ―The steps of R & D

process are usually referred to as the R & D cycle, which consists of

studying research finding pertinent to the product to be developed,

developing the product based on these findings, field testing it in the

setting where it will be used eventually, and revising it to correct

deficiencieries found in the field-testing stage”. Jadi,langkah-langkah

proses penelitian dan pengembangan biasanya mengacu pada siklus R &

D, yang terdiri atas temuan-temuan yang berhubungan dengan produk

yang dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan atas temuan-

temuan, uji coba lapangan dan memperbaikinya untuk memperbaiki

kekurangan-kekeurangan yang ditemukan pada waktu uji coba lapangan.

Sementara itu, Sugiyono (2008:298) menggambarkan Langkah-

langkah pelaksanaan penelitian dan pengembangan ditunjukkan pada

gambar di bawah ini.

Gambar 12.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and

Development (R&D)

Sukris Sutiyatno

184

Mengacu pada gambar di atas dapat diberikan penjelasan sebagai

berikut:

1. Potensi dan Masalah

Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi

adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai

tambah. Sebagai contoh, di pantai selatan Pulau Jawa, terdapat potensi

angin dan sinar matahari, kedua potensi tersebut dapat dikembangkan

menjadi energi mekanik yang dapat digunakan untuk menggerakkan

sesuatu, misalnya untuk generator pembangkit tenaga listrik, atau untuk

turbin air.

Pada bidang sosial dan pendidikan, misalnya kita punya potensi

penduduk usia kerja yang cukup banyak, sehingga melalui model

pendidikan tertentu dapat diberdayakan sebagai tenaga kerja pertanian atau

industri yang berbasis bahan mentah alam Indonesia. Dalam bidang

budaya/kultur, kita memiliki potensi budaya paternalistik. Budaya tersebut

dapat dimanfaatkan untuk membangun bangsa kalau kita memiliki

pemimpinan yang kuat yang dapat menjadi teladan dalam semua perilaku.

Berdasarkan budaya paternalistik tersebut selanjutnya dapat dikembangkan

model kepemimpinan yang efektif untuk Indonesia.

Masalah, seperti telah dikemukakan adalah penyimpangan antara

yang diharapkan dengan yang terjadi. Pengangguran, dan korupsi, dapat

dipandang sebagai masalah nasional. Masalah ini dapat diatasi melalui

R&D dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan suatu model, pola,

atau sistem penanganan terpadu yang efektif yang dapat digunakan untuk

mengatasi masalah tersebut. Model, pola, dan sistem ini akan ditemukan

dan dapat diaplikasikan secara efektif kalau dilakukan melalui penelitian

dan pengembangan. Tahap pertama adalah melakukan penelitian untuk

menghasilkan informasi tentang profil pengangguran dan korupsi di

Indonesia. Metode penelitian yang dapat digunakan adalah metode survey

atau kualitatif. Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dapat

dirancang model penanganan yang efektif. Untuk mengetahuai efektivitas

model tersebut, maka perlu diuji. Pengujian dapat menggunakan metode

Metodologi Penelitian

185

eksperimen. Setelah model teruji, maka dapat diaplikasikan untuk

mengatasi masalah pengangguran dan korupsi di Indonesia.

Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus

ditunjukkan dengan data empirik. Misalnya potensi energi angin di pantai

harus dapat dikemukakan data berapa kekuatan dan kecepatan angin,

berapa lama dalam satu hari, dari mana arah angin dan lain-lain. Data

angin tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk merancang kincir angin

atau produk lainnya yang dapat menghasilkan energi mekanik atau listrik.

2. Mengumpulkan Informasi

Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan

uptodate, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang

dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang

diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Di sini diperlukan metode

penelitian tersendiri. Metode apa yang akan yang digunakan untuk

penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin

dicapai.

Peneliti, misalnya akan meneliti untuk menghasilkan sistem, metode

kerja atau alat tertentu yang dapat meningkatkan produktivitas kerja

karyawan pada berbagai Unit Pelayanan di Pemerintah Provinsi tertentu.

Dalam hal ini peneliti perlu melakukan penelitian unit-unit pelayanan apa

saja yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat. Misalnya

ditemukan 24 unit yang melakukan pelayanan. Berdasarkan 24 unit

pelayanan tersebut selanjutnya diteliti berapa produktivitas pelayanan yang

dapat diberikan setiap hari. Misalnya produktivitas yang dihasilkan

tersebut termasuk dalam kategori rendah bila dibandingkan dengan tempat

lain, maka harus dianalisis sebab-sebabnya, apakah karena SDM, sistem

kerja, alat atau masyarakat yang dilayani tidak disiplin.

Bila hasil penelitian menunjukkan bahwa, yang menyebabkan

produktivitas kerja unit pelayanan tersebut karena faktor sistem kerja,

maka peneliti akan membuat sistem kerja baru yang diharapkan dapat

meningkatkan produktivitas kerja. Sistem kerja baru tersebut, adalah

produk yang akan dihasilkan oleh peneliti.

Sukris Sutiyatno

186

3. Desain Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian Research and

Development bermacam-macam. Dalam bidang teknologi, oritentasi

produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia

adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah,

bobot ringan, ergonomic, dan bermanfaat ganda misalnya ( komputer yang

canggih bisa berfungsi untuk pengetikan; gambar, analisis, berfungsi

sebagai TV, Tape, Camera Telpon dll)

Hasil akhir dari kegiatan ini adalah berupa desain produk baru, yang

lengkap dengan spesifikasinya. Misalnya desain motor angkutan hasil

pertanian di pedesaan, maka spesifikikasi yang utama adalah: kapasitas

angkut untuk orang dan barang, kecepatan kendaraan, pemakaian bahan

bakar, lebar, tinggi dan berat kendaraan, kualitas kendaraan, nilai

ekonomis, serta kemampuan masyarakat untuk membeli kendaraan

tersebut (harga kendaraan).

Desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan,

sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan

membuatnya. Dalam bidang teknik, desain produk harus dilengkapi

dengan penjelasan mengenai bahan-bahan yang digunakan untuk membuat

setiap komponen pada produk tersebut, ukuran dan toleransinya, alat yang

digunakan untuk mengerjakan, serta prosedur kerja. Dalam produk yang

berupa sistem perlu dijelaskan mekanisme penggunaan sistem tersebut,

cara kerja, berikut kelebihan dan kekurangannya.

4. Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah

rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan

lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara rasional, karena

validasi di sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional,

belum fakta lapangan.

Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan

beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai

produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai

Metodologi Penelitian

187

desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan

kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi.

Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai

ditemukan desain tersebut, berikut keunggulannya.

5. Perbaikan Desain

Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan

para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan

tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki

desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang mau

menghasilkan produk tersebut.

6. Uji Coba Produk

Seperti telah dikemukakan, kalau dalam bidang teknik, desain

produk yang telah dibuat tidak bisa langsung diuji coba dulu, tetapi harus

dibuat terlebih dulu, menghasilkan barang, dan barang tersebut yang

diujicoba. Misalnya desain sistem informasi pemasaran, setelah divalidasi

dan direvisi, maka selanjutnya rancangan dapat dibuat dalam bentuk

prototipe. Prototipe inilah yang selanjutnya diuji coba dengan

menggunakan metode eksperimen (Lihat metode penelitian eksperimen

pada BAB X).

Penelitian-penelitian di bidang pendidikan, umumnya tidak selalu

diarahkan pada pengembangan suatu produk, tetapi ditujukan untuk

menemukan pengetahuan baru berkenaan dengan fenomena fenomena

yang bersifat fundamental melalui basic research, serta praktik-praktik

pendidikan melalui applied research. Model penelitian dan pengembangan

yang berhubungan dengan pendidikan, menurut Borg & Gall (2003:570)

model penelitian ini mencakup sepuluh langkah pelaksanaan penelitian

yang dapat dilihat pada gambar 12.2 di bawah:

Sukris Sutiyatno

188

Gambar 12.2 Tahapan Penelitian dan Pengembangan

C. Kesimpulan

Research and Development adalah metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan

produk tersebut. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau

langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

menyempurnakan produk yang sudah ada. Produk tersebut dapat berupa

perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).

Langkah-langkah peneltian dan pengembangan adalah: (1) Potensi

dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi

desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi Produk, (8) Uji

coba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produk masal.

Metodologi Penelitian

189

BAB XIII

PENELITIAN TINDAKAN

Tujuan Pembelajaran: Setelah membaca Bab ini anda diharapkan

akan dapat:

1. Dapat menjelaskan konsep penelitian tindakan

2. Dapat memahami karakteristik penelitian tindakan

3. Dapat menjelaskan tujuan penelitian tindakan

4. Dapat memahami langkah-langkah penelitian tindakan

5. Dapat memahami manfaat penelitian tindakan

6. Dapat menjelaskan beberapa model penelitian tindakan

A. Konsep Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan berasal dari istilah bahasa action research.

Penelitian ini merupakan perkembangan baru yang muncul pada tahun

1940-an sebagai salah satu model penelitian yang muncul di tempat kerja,

tempat di mana peneliti melakukan pekerjaan sehari-hari. Misalnya, kelas

merupakan tempat penelitian bagi para guru, sekolah menjadi tempat

peneliti dari para kepala sekolah. Penelitian ini juga dapat dilakukan di

desa tempat masyarakat beraktivitas, menjadi tempat penelitian bagi para

petugas penyuluh masyarakat. Mereka dapat melakukan kegiatan

penelitian untuk memperbaiki kinerja mereka tanpa harus pergi ke tempat

lain, seperti para peneliti konvensional lainnya. Moleong (2005)

menyatakan Penelitian tindakan (action research) adalah penelitian baik

kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian tindakan adalah cara melakukan

masalah pada saat yang bersamaan. Penelitian tindakan ini merupakan

metode yang didasarkan pada tindakan masyarakat yang seringkali

diselenggarakan pada suatu latar yang luas, seperti di rumah sakit, pabrik,

sekolah dan lain sebagainya.

Suyanto (1997) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai suatu

bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan kegiatan-

kegiatan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-

Sukris Sutiyatno

190

praktik pembelajaran di kelas secara professional. Penelitian tindakan

bersifat reflektif. Artinya, dalam proses penelitian guru sebagai peneliti

selalu memikirkan apa dan mengapa suatu dampak tindakan terjadi di

kelas. Dari pemikiran tersebut, guru kemudian mencari pemecahannya

dengan melakukan tindakan-tindakan pembelajaran tertentu.

Kemmis 1983 (Syamsudin & Vismia, 2011:191) menyatakan bahwa

penelitian tindakan merupakan upaya mengujicobakan ide-ide ke dalam

praktik untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh

dampak nyata dari situasi. Penelitian tindakan merupakan pengembangan

penelitian terapan atau applied research, dalam hal ini cirri-cirinya: (1)

peneliti merupakan pemeran aktif dalam kegiatan pokok; (2) peneliti

adalah agen perubahan (agent of change); dan (3) subyek atau obyek yang

diteliti memperoleh manfaat dari hasil tindakan yang diberikan secara

terencana oleh peneliti.

Menurut Herbert (1990:29) Action research involves „the carefully

documented (and monitored) study of an attempt by you…to actively solve

a problem and/or change a situation. Sometimes referred to as participant

observer, it involves working on specific problem or project with a subject

or, more usually, an organization and evaluating the result.

Ada beberapa keunggulan, ketika melakukan penelitian dengan

menggunakan metode tindakan, yaitu sebagai berikut:

1. Mereka tidak harus meningkalkan tempat kerjanya.

2. Mereka dapat merasakan hasil dari tindakan yang telah

direncanakan.

3. Bila treatment (perlakuan) dilakukan pada responden maka

responden dapat merasakan hasil treatment (perlakuan) dari

penelitian tindakan tersebut.

Tiga keunggulan dari penelitian tindakan ini, tidak dimiliki oleh

penelitian dengan metode yang telah kita bahas sebelumnya. Action

research is the way groups of people can organize III ( conditions under

which they can learn from their own experiences and make their

experiences accessible to other (Kemmis dan Mc Taggart, 1982).

Metodologi Penelitian

191

Dengan kata lain, penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok

atau seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat

mempelajari pengalaman mereka dan membuat pergalaman mereka dapat

diakses orang lain. Dalam kenyataannya, penelitian tindakan dapat

dilakukan baik secara grup maupun individual dengan harapan

pengalaman mereka dapat ditiru atau diakses untuk memperbaiki kualitas

kerja orang lain. Secara praktis, penelitian tindakan pada umumnya sangat

cocok untuk meningkatkan kualitas subjek yang hendak diteliti. Subjek

penelitian tindakan ini dapat berupa kelas (Sukidin dkk., 2001) maupun

sekelompok orang yang bekerja di industri atau lembaga sosial lain yang

berusaha meningkatkan kualitas kinerja. Penelitian tindakan merupakan

pengembangan penelitian terapan atau applied research, dalam hal ini

peneliti bersifat sebagai: (1) pemeran aktif kegiatan pokok; (2) agen

perubahan atau agent of change ; (3) subjek atau objek yang diteliti

memperoleh manfaat dari hasil tindakan yang diberikan secara terencana

oleh si peneliti.

Butir ketiga ini merupakan butir penting dari perkembangan pene-

litian, karena selama ini bila seorang peneliti melakukan kegiatan

penelitian maka responden hanya digunakan sebagai pemberi informasi

dan tidak tahu hasil penelitian maupun tidak memperoleh manfaat dari

penelitian tersebut. Dilihat dari aspek historis, penelitian tindakan pertama

kali dikembangkan oleh seorang psikolog sosial (Kurt Lewin, 1946). Di

tempat kerjanya, dia mengembangkan model penelitian selama beberapa

tahun yang kemudian terkenal sebagai action research, yaitu serangkaian

eksperimen terhadap kemunitas masyarakat pada waktu itu di negara

Amerika Serikat pada masa pascaperang. Penelitian tindakan dilakukan

Lewin, utamanya berkaitan dengan pekerjaannya dalam bermacam-macam

konteks perumahan terpadu.

Ada dua pemikiran kritis yang pada umumnya muncul dari keber-

adaan bentuk penelitian dengan menggunakan metode tindakan, yaitu ide

yang muncul dari suatu grup dan adanya komitmen dari para peneliti

terhadap peningkatan subjek yang diteliti menjadi lebih baik. Ide yang

muncul berkaitan dengan bagaimana pengembangan pekerjaan dilihat dari

Sukris Sutiyatno

192

si peneliti, sedangkan komitmen yang muncul adalah bagaimana

memperbaiki subjek yang diteliti. Bermula dari keadaan yang ada

kemudian ditingkatkan menggunakan perlakuan yang sesuai agar merjadi

lebih baik pada waktu yang telah direncanakan.

B. Karakteristik Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan dapat menjembatani kesenjangan antara teori

dan praktik. Hal itu dapat terjadi karena setelah meneliti kegiatannya

sendiri di kelas sendiri dengan melibatkan siswanya sendiri, guru

memperoleh balikan yang bagus yang sistematikanya untuk perbaikan

praksis pembelajarannya. Dengan demikian, guru dapat membuktikan

apakah suatu teori belajar mengajar dapat diterapkan dengan baik atau

tidak di kelas yang diajarnya. Guru dapat mengadaptasi atau mengadopsi

teori itu untuk diterapkannya di kelasnya agar pembelajarannya efektif dan

efisien, optimal, dan fungsional (Leo, 2003:6).

Penelitian tindakan mempunyai beberapa karakteristik yang sedikit

berbeda bila dibandingkan dengan penelitian formal lainnya. Beberapa

karakteristik penting tersebut di antaranya, seperti:

1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang

dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari.

2. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan

yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus

meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh

subjek yang diteliti.

3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk

siklus, tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja

kelompok maupun kerja mandiri secara intensif.

4. Adanya langkah berpikir reflektif atau reflective thinking dari

peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan. Reflective thinking

ini penting untuk melakukan retrospeksi (kaji ulang) terhadap

tindakan yang telah diberikan dan implikasinya yang muncul pada

subjek yang diteliti sebagai akibat adanya penelitian tindakan.

Metodologi Penelitian

193

Karakteristik penelitian tindakan lainnya adalah sifatnya yang

kolaboratif. Penelitian ini dapat dikerjakan dengan cara kolaborasi dengan

dosen maupun dengan teman sejawat. Guru yang berkolaborasi dengan

dosen akan banyak menerima masukan tentang prosedur penelitian

tindakan kelas yang benar dan mungkin dosen juga sebagai mitra diskusi

yang baik untuk dapat merumuskan masalah yang tepat maupun

menentukan hipotesis tindakan yang baik, serta untuk analisis data

penelitian. Sebaliknya dosen dapat memperoleh masukan yang berharga

dari orang yang benar-benar berkecimpung di kancah yang tahu secara

konkrits tentang permasalahan yang terjadi di kelasnya. Lebih jauh dapat

terbentuk hubungan kesejawatan yang harmonis antara guru dengan guru

ataupun guru dengan dosen. Kehadiran dosen dalam kancah penelitian

tindakan adalah sebagai mitra sejawat dan bukan sang maha tahu yang

akan mendikte guru dalam penelitian.

C. Tujuan Penelitian Tindakan

Tujuan penelitian tindakan tidak lain adalah untuk misalnya dapat

dipergunakan untuk memperbaiki praksis pembelajaran. Dengan penelitian

tindakan diharapkan kualitas proses belajar mengajar menjadi lebih baik.

Guru dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanannya dalam mengajar dan

pada gilirannya prestasi atau kinerja siswa akan meningkat. Secara lebih

luas penelitian tindakan juga merupakan instrumen untuk dapat

meningkatkan pelayanan sekolah secara keseluruhan terhadap anak didik

dan masyarakat. Penelitian tindakan dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran di sekolah. Sumardi (2004:94) menyatakan penelitian

tindakan bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau

cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan

langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain.

Secara umum penelitian tindakan mempunyai tujuan seperti berikut.

1. Merupakan salah satu cara strategi guna memperbaiki layanan

maupun hasil kerja dalam suatu lembaga.

2. Mengembangkan rencana tindakan guna meningkatkan apa yang

telah dilakukan sekarang.

Sukris Sutiyatno

194

3. Mewujudkan proses penelitian yang mempunyai manfaat ganda baik

bagi peneliti yang dalam hal ini mereka memperoleh informasi yang

berkaitan dengan permasalahan maupun pihak subjek yang diteliti

dalam mendapatkan manfaat langsung dari adanya tindakan nyata.

4. Tercapainya konteks pembelajaran dari pihak yang terlibat, yaitu

peneliti dan para subjek yang diteliti

5. Timbulnya budaya meneliti yang terkait dengan prinsip sambil

bekerja dapat melakukan penelitian di bidang yang ditekuninya.

6. Timbulnya kesadaran pada subjek yang diteliti sebagai akibat

adanya tindakan nyata untuk meningkatkan kualitas.

7. Diperolehnya pengalaman nyata yang berkaitan erat dengan usaha

peringkatan kualitas secara profesional maupun akademik.

Penelitian tindakan mempunyai fungsi pengembangan nilai-nilai

yang lebih luas. Stringer 1993 (Nana Syaodih 2005:143) mengemukakan

empat nilai dasar yang dikembangkan melalui penelitian tindakan yaitu:

(1) Demorcatic—enabling participation of people; (2) Equitable—

acknowledging people quality of worth; (3) Liberating—providing freedom

from oppressive, debilitating conditions; and (4) Enhancing—enabling the

expression of people full human potential.

D. Langkah-langkah Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan secara garis besar, peneliti pada umumnya

mengenal adanya empat langkah penting, yaitu pengembangan Plan

(Perencanaan), Act (Tindakan), Observe (Pengamatan), dan Reflect

(Perenungan), atau disingkat PAOR yang dilakukan secara intensif dan

sistematis atas seseorang yang mengerjakan pekerjaan sehari-harinya.

Keempat langkah penting tersebut dapat diuraikan secara singkat seperti

berikut:

1. Rencana

Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk

meningkatkan apa yang telah terjadi. Dalam penelitian tindakan,

rencana tindakan harus berorientasi ke depan. Di samping itu,

Metodologi Penelitian

195

perencana harus menyadari sejak awal bahwa tindakan sosial pada

kondisi tertentu tidak dapat diprediksi dan mempunyai risiko. Oleh

karena itu, perencanaan yang dikembangkan harus fleksibel untuk

mengadopsi pengaruh yang tidak dapat dilihat dan rintangan yang

tersembunyi. Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya

lebih menekankan pada sifat-sifat strategik yang mampu menjawab

tantangan yang muncul dalam perubahan sosial dan mengenal

rintangan yang sebenarnya.

2. Tindakan

Langkah kedua yang perlu diperhatikan adalah langkah tindakan

yang terkontrol secara saksama. Tindakan dalam penelitian tindakan

harus hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana. Ini

dapat terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada

rencana yang rasional dan terukur. Tindakan yang baik adalah

tindakan yang mengandung tiga unsur penting, yaitu perbaikan

praktik, perbaikan pemahaman baik secara individu maupun

kolaborasi, dan perbaikan situasi di mana suatu kegiatan

berlangsung.

3. Observasi

Observasi pada penelitian tindakan mempunyai fungsi

mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek.

Oleh karena itu, observasi harus mempunyai beberapa macam

unggulan seperti: memiliki orientasi prospektif, memiliki dasar-

dasar reflektif waktu sekarang dan masa yang akan datang.

Observasi yang hati-hati dalam hal ini sangat diperlukan untuk

mengatasi keterbatasan tindakan yang diambil peneliti, yang

disebabkan oleh adanya keterbatasan menembus rintangan yang ada

di lapangan. Seperti dalam perencanaan, observasi yang baik adalah

observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala

yang muncul baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan.

Sukris Sutiyatno

196

4. Reflektif

Langkah keempat adalah langkah reflektif. Langkah ini merupakan

sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah

dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam

observasi. Langkah reflektif ini berusaha mencari alur pemikiran

yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, isu, dan hambatan

yang muncul dalam perencanaan tindakan strategik. Langkah

reflektif ini juga dapat digunakan untuk menjawab variasi situasi

sosial dan isu sekitar yang muncul sebagai konsekuensi adanya

tindakan terencana.

Langkah reflektif ini dalam praktis biasanya direalisasi melalui

diskusi sesama partisipan, seminar antara partisipan maupun antara

para peneliti dengan partisipan. Hasil reflektif ini penting untuk

melakukan tiga kemungkinan yang terjadi terhadap perencanaan

semula terhadap suatu subjek penelitian, yaitu diberhentikan,

modifikasi atau dilanjutkan ke tingkatan atau daur selanjutnya. Di

samping itu, langkah reflektif juga berguna untuk melakukan

peninjauan, membuat gambaran kerja yang hidup dalam situasi

proses penelitian, hambatan yang muncul dalam tindakan dan

kemungkinan lain yang muncul selama proses penelitian. Keempat

langkah tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 13.1. Empat Langkah dalarn Penelitian Tindakan

Rekonstruktif Konstruktif

Discourse

(antar partisipan)

1. Reflektif guna Penilaian

atas observasi

1. Rencana yang terhadap

tindakan dan

berorientasi ke depan

Praktis

(dalam konteks

sosial)

2. Observasi melakukan

dokumentasi atas

pengaruh tindakan

2. Tindakan melaksanakan

Kegiatan atas dasar

rencana

Metodologi Penelitian

197

E. Manfaat Penelitian Tindakan

Manfaat penelitian tindakan kelas adalah (1) inovasi pembelajaran,

(2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas, (3) penigkatan

profesionalitas guru (Suyanto, 1997). PTK akan sangat bermanfaat untuk

mengembangkan proses belajar mengajar di kelas. Sebuah teknik, metode,

atau pendekatan yang dikembangkan oleh guru berdasarkan

pengetahuannya tentang teori belajar dan mengajar yang sesuai dengan

bidang studinya terus dikaji oleh guru untuk dapat dilihat efektifitasnya

dikelas tempat guru itu mengajar. Hal itu akan terus dilakukan oleh guru

yang setiap tahun akan berhadapan dengan anak-anak yang berbeda, baik

tingkat kelas, tingkat umur, latar sosial budayanya, maupun latar

kecerdasannya. Dengan demikian, guru akan dapat mengembangkan

proses belajar mengajar yang optimal bagi anak didiknya yang ada di kelas

yang diasuhnya. Proses belajar mengajar terus-menerus dikembangkan dan

terjadilah inovasi dalam proses belajar mengajar.

PTK merupakan media refleksi bagi setiap guru untuk

mengembangkan kurikulum di tingkat sekolah atau kelas yang mereka

ampu. Pemilihan tujuan yang tepat, materi yang sesuai, serta metode

ataupun teknik serta media yang tepat adalah sasaran yang dapat

dicapainya. Guru professional adalah guru yang secara terus menerus mau

belajar untuk menjadi guru yang terbaik bagi anak didiknya. Oleh karena

itu, perubahan yang terus menerus harus dikembangkannya. Dengan

penelitian tindakan kelas, guru pada hakikatnya akan semakin bertambah

profesional karena guru akan terus melakukan refleksi proses belajar

mengajarnya.

F. Beberapa Model Penelitian Tindakan

Dalam perkembangannya, penelitian tindakan berkembang sesuai

dengan sasaran dan keadaan tempat yang menjadi objek penelitian. Ada

beberapa model penelitian tindakan. Keempat model tersebut sesuai

dengan nama pengembangnya, yaitu model Kemmis dan Taggart, model

Ebbut, model Elliot, model McKernan dan model Hopkins

Sukris Sutiyatno

198

1. Model Kemmis

Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin

Me Taggart tahun 1988. Mereka menggunakan empat komponen

penelitian tindakan (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi)

dalam suatu sistem spiral yang paling terkenal. Antara langkah satu

dengan langkah berikutnya yang secara singkat akan dapat

digambarkan seperti berikut:

Gambar 13.1 Siklus Model Kemmis

2. Model Ebbut

Model ini terdiri dari tiga tingkatan atau daur. Pada tingkat

pertama, ide awal dikembangkan menjadi langkah tindakan pertama,

kemudian tindakan pertama tersebut dimonitor implementasi

pengaruhnya terhadap subjek yang diteliti. Semua akibatnya dicatat

secara sistematis termasuk keberhasilan dan kegagalan yang terjadi.

Catatan monitoring tersebut digunakan sebagai bahan revisi rencana

umum tahap kedua.

Pada tingkat kedua ini, rencana umum hasil revisi dibuat

langkah tindakannya, dilaksanakan, monitoring efek tindakan yang

terjadi pada subjek yang diteliti, dokumentasikan efek tindakan

tersebut secara detail dan digunakan sebagai bahan untuk masuk ke

tingkat ketiga.

Metodologi Penelitian

199

Pada tingkatan ini, tindakan seperti yang dilakukan pada

tingkat sebelumnya, dilakukan, didokumentasi efek tindakan,

kemudian kembali ke tujuarn umum penelitian tindakan untuk

mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan dapat

terpecahkan. lihat label siklus seperti di bawah in

Tabel 13.2. Siklus Model Ebbut

Tingkat I Tingkat 2 Tingkat 3

- Ide awal identifikasi

permasalahan tujuan

dan manfaat.

- Langkah tindakan

Monitoring efek

tindakan

- Revisi rencana

umum

- Langkah tindakan

Monitor efek

tindakan sebagai

bahan untuk masuk

ke tingkatan ketiga

- Revisi ide umum

Rencana diperbaiki

Langkah tindakan

- Monitor efek tindakan

sebagai bahan evaluasi

tujuan penelitian.

3. Model Elliot

Model ini dikembangkan oleh dua orang sahabat, yaitu Elliot

dan Edelman. Mereka mengembangkan dari model Kemmis dibuat

dengan lebih rinci pada setiap tingkatannya, agar lebih memudahkan

dalam tindakannya. Proses yang telah dilaksanakan dalam semua

tingkatan tersebut digunakan untuk menyusun laporan penelitian.

Gambar 13.2.Siklus Model Elliot

Peninjauan Ide Utama Perencanaan

Tindakan 2 Tindakan 1 Monitor

Sukris Sutiyatno

200

Dalam penelitian tindakan model Elliot ini, setelah

ditemukannya ide dan permasalahan yang menyangkut dengan

peningkatan praktis maka dilakukan tahapan peninjauan ke

lapangan. Tujuan peninjauan adalah untuk melakukan semacam

studi kelayakan untuk mensinkronkan antara ide utama dan

perencanaan dengan kondisi lapangan, sehingga diperoleh

perencanaan yang lebih efektif dan dibutuhkan subjek yang diteliti.

Setelah diperoleh perencanaan yang baik sesuai dengan

keadaan lapangan maka tindakan yang terencana dan sistematis

dapat diberikan kepada subjek yang diteliti. Pada akhir tindakan,

peneliti melakukan kegiatan monitoring terhadap efek tindakan yang

mungkin berupa keberhasilan dan hambatan disertai dengan faktor-

faktor penyebabnya.

Atas dasar hasil monitoring tersebut, peneiliti dapat

menggunakannya sebagai bahan perbaikan yang dapat diterapkan

pada langkah tindakan kedua dan seterusnya sampai diperoleh

informasi atau kesimpulan tentang apakah permasalahan yang telah

dirumuskan dapat dipecahkan.

4. Model McKernan

Pada model McKernan, ide umum telah dibuat lebih rinci,

yaitu dengan diidentifikasinya permasalahan, pembatasan masalah

dan tujuan, penilaian kebutuhan subjek, dan dinyatakannya hipotesis

atau jawaban sementara terhadap masalah di dalam setiap tingkatan

atau daur, yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa pada setiap

daur tindakan yang ada setelah dievaluasi guna melihat hasil

tindakan, apakah tujuan dan permasalahan penelitian telah dapat

dicapai. Jika ternyata tindakan yang diberikan sudah dapat

memecahkan masalah maka penelitian dapat diakhiri. Apabila hasil

penelitian belum dapat memecahkan permasalahannya maka peneliti

dapat hasil pada tingkatan berikutnya. Siklus model McKernan

tersebut dapat dilihat seperti berikut:

Metodologi Penelitian

201

Gambar 13.3.Siklus Model McKerman

5. Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Hopkins, 1992)

Model yang dikembangkan oleh Hopkins 1985 siklus PTK

yang bersifat spiral menggunakan empat komponen penelitian

tindakan (perencanaan tindakan perbaikan, pelaksanaan tindakan

dan observasi, dan melakukan refleksi terhadap tindakan dan

perencanaan tindak lanjut). Siklus akan berakhir apabila target

perbaikan telah tercapai

Redifinisi

Permasalahan

Penetapan

Hasil 2

Identifikasi permasalaha

n

Hasil

Daur Daur 2 Daur 1

Evaluasi tindakan

1

Implikasi tindakan

1

Penilaian

Kebutuhan

Tindakan 2

Hipotesis ide Implikasi tindakan 2

Penilaian kebutuhan

Reevaluasi tindakan

2

Tindakan 1

Hipotesis ide

Sukris Sutiyatno

202

.Gambar 13.4 Spiral Penelitian Tindakan Model Hopkins

6. Perbandingan PTK dengan Penelitian Formal

Berdasarkan pengalaman beberapa guru yang melaksanakan

PTK dan berkolaborasi dengan dosen LPTK masih sering terjadi

kesenjangan persepsi. Dosen kadang masih sering menempatkan

dirinya sebagai seorang pakar dengan berbagai penguasaan

metodologi penelitian yang harus mengarahkan bahkan kadang

mendikte gagasannya kepada guru pelaksana PTK. Dampaknya

permasalahan akhirnya tidak berakar di kelas di mana guru

melaksankan tugasnya. Guru sering kurang memahami

permasalahan yang dilontarkan oleh dosen. Hal tersebut terjadi

berhubungan dengan pendekatan penelitian yang diterapkannya,

yaitu penelitian formal. Oleh karena itu, untuk menghindari salah

persepsi pada waktu kolaborasi harus memahami perbedaan

penelitian formal dan penelitian yang berbasis PTK.

Metodologi Penelitian

203

Menurut Nana Syaodih (2005:141) ada beberapa perbedaan

penelitian biasa dengan penelitian tindakan yang dapat dilihat pada table di

bawah ini:

Tabel 13.3 Perbedaan Penelitian Biasa dan Penelitian Tindakan

Apa Penelitian Biasa Penelitian Tindakan

Siapa Dilakukan oleh para

professor, ahli, dan peneliti

khusus

Dilakukan oleh para pelaksana

dalam kegiatan yang menjadi

tugasnya

Di Mana Dalam lingkungan di mana

variabel dapat dikontrol

Di dalam lingkungan kerja atau

lingkungan tugasnya sendiri

Bagaimana Menggunakan pendekatan

kuantitatif, menguji

signifikansi statistik,

hubungan sebab akibat

antar variabel

Menggunakan pendekatan

kualitatif menggambarkan apa

yang sedang berjalan dan

ditujukan untuk mengetahui

dampak dari kegiatan tersebut

Mengapa Menemukan kesimpulan yang dapat digeneralisasi

Melakukan tindakan dan mendapatkan hasil positif dari

perubahan yang dilakukan dalam

lingkungan kerja atau tugasnya

Sementara itu, Leo (2003:10) menyatakan perbandingan

karakteristik penelitian tindkan kelas dan penelitian formal dijelaskan

dalam table di bawah ini:

Tabel 13.4 Perbandingan Karakteristik PTK dan Penelitian Formal

Dimensi PTK Penelitian Formal

Motivasi

Tindakan Kebenaran

Sumber Masalah

Diagnosis status Induksi-deduksi

Tujuan Mengembangkan praksis

pembelajaran

Verifikasi dan

menemukan

pengetahuan yang dapat

digeneralisasi

Keterlibatan peneliti Oleh pelaku dari dalam Oleh orang luar

Sampel Kasus khusus Sampel representative

Sukris Sutiyatno

204

Metodologi Longgar, tetapi berusaha

objektif

Baku objektif yang

melekat

Tafsiran temuan Memahami praksis melalui refleksi dan

penteorian oleh praktisi

Memerikan, mengabstrakkan

membangun teori oleh

ilmuwan

Hasil akhir Pembelajaran yang lebih

baik bagi siswa (proses

dan produk)

Menguji pengetahuan,

prosedur, dan material

G. Kesimpulan

Penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelitian yang

bersifat reflektif dengan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu agar dapat

memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas

secara professional. Penelitian tindakan bersifat reflektif. Artinya, dalam

proses penelitian guru sebagai peneliti selalu memikirkan apa dan

mengapa suatu dampak tindakan terjadi di kelas. Dari pemikiran tersebut,

guru kemudian mencari pemecahannya dengan melakukan tindakan-

tindakan pembelajaran tertentu. Secara garis besar penelitian tindakan

biasannya mencakup empat langkah penting, yaitu pengembangan Plan

(Perencanaan), Act (Tindakan), Observe (Pengamatan), dan Reflect

(Perenungan), atau disingkat PAOR yang dilakukan secara intensif dan

sistematis atas seseorang yang mengerjakan pekerjaan sehari-harinya

PTK akan sangat bermanfaat untuk mengembangkan proses belajar

mengajar di kelas. Sebuah teknik, metode, atau pendekatan yang

dikembangkan oleh guru berdasarkan pengetahuannya tentang teori belajar

dan mengajar yang sesuai dengan bidang studinya terus dikaji oleh guru

untuk dapat dilihat efektifitasnya dikelas tempat guru itu mengajar.

Ada beberapa model penelitian tindakan. Model-model tersebut

sesuai dengan nama pengembangnya, yaitu model Kemmis dan Taggart,

model Ebbut, model Elliot, model McKernan dan model Hopkins.

Metodologi Penelitian

205

BAB XIV

MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN

Tujuan Pembelajaran: Setelah membaca Bab ini anda diharapkan

akan dapat:

1. Menjelaskan pentingnya laporan penelitian

2. Memahami berbgai macam format/sistematika laporan penelitian

3. Memahami cara penulisan daftar pustaka

A. Tujuan

Laporan suatu penelitian ilmiah ditulis setelah seluruh proses

kegiatan penelitian termasuk pembahasan hasil penelitian telah selesai

dilakukan. Jadi laporan penelitian ditulis agar peneliti dapat

mengkomunikasikan pikiran berdasarkan penemuan-penemuan baik yang

berupa pengetahuan baru, teori baru maupun teknologi baru yang

dihasilkan melalui proses ilmiah. Demikian pula laporan penelitian

dimaksudkan untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan baru agar orang

lain dalam hal ini pembaca dapat mengetahui, memahami, dan diharapkan

pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang konstruktif terhadap

hasil penelitian.

Laporan hasil penelitian menjelaskan permasalahan yang diteliti,

mengapa hal tersebut perlu diteliti, bagaimana proses dan langkah-langkah

penelitian dilakukan dan diakhiri dengan kesimpulan dan rekomendasi

peneliti. Dengan pemaparan yang obyektif terperinci dan sistematis maka

pembaca dapat memahami secara mudah hasil penelitian. Oleh karena itu,

penulisan laporan hasil penelitian dilakuan dengan menggunakan cara-cara

yang sudah lazim mengacu pada tradisi ilmiah.

B. Sistematika Laporan Penelitian

Di bawah ini disajikan penyusunan laporan penelitian kualitatif,

kuantitatif, penelitian pengembangan, dan penelitian dengan metode

campuran kuantitatif dan kualitatif, action research dan penelitian system

Sukris Sutiyatno

206

informasi dan teknologi informasi yang secara garis besar sistematikanya

dapat dijelakan sebagai berikut:

1. Penelitian kuantitatif

Laporan penelitian kuantitatif mencakup: apa yang diteliti, alasan

hal tersebut diteliti, cara melaksanakan penelitian, hasil-hasil yang

diperoleh, dan kesimpulan penelitian. Laporan hasil penelitian

kuantitatif disajikan menggunakan sistematika/struktur sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Pembatasan Masalah

D. Rumusan Masalah

E. Tujuan Penelitian

F. Manfaat Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

B. Kajian Penelitian yang Relevan

C. Kerangka Pikir

D. Hipotesis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis atau Desain Penelitian

B. Tempat dan Waktu Penelitian

C. Populasi dan SampelPenelitian

D. Variabel Penelitian

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

G. Teknik Analisis Data

Metodologi Penelitian

207

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

B. Analisis Data

C. Pembahasan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

B. Implikasi

C. Keterbatasan Penelitian

D. Saran

2. Penelitian kualitatif

Penelitian kualitatif memiliki fokus yang jelas. Fokus dapat berupa

masalah, objek evaluasi, atau pilihan kebijakan, yang tercermin

dalam laporan penelitian yang memiliki struktur dan bentuk koheren

dengan maksud penelitian. Laporan hasil penelitian kualitatif

disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam.

Sistematika laporan penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Pembatasan Masalah dan atau Fokus Penelitian

D. Rumusan Masalah

E. Tujuan Penelitian

F. Manfaat Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

B. Kajian Penelitian yang Relevan

C. Kerangka Pikir

D. Pertanyaan Penelitian

Sukris Sutiyatno

208

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

B. Tempat dan Waktu Penelitian

C. Subjek dan Objek Penelitian

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

E. Keabsahan Data

F. Teknik Analisis Data

BAB IV HASILPENELITIAN

A. Deskripsi dan Analisis Data

B. Pembahasan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

B. Implikasi

C. Keterbatasan Penelitian

D. Saran

3. Penelitian pengembangan

Penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan

untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan

produk tersebut. Sistematika laporan hasil penelitian pengembangan

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Pembatasan Masalah dan atau Fokus Penelitian

D. Rumusan Masalah

E. Tujuan Pengembangan

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

G. Manfaat Pengembangan

H. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian

Metodologi Penelitian

209

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

B. Kajian Penelitian yang Relevan

C. Kerangka Pikir

D. Pertanyaan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

B. Prosedur Penelitian

C. Uji Coba Produk

D. Desain Uji Coba

E. Subjek Coba

F. Jenis Data

G. Instrumen Pengumpulan Data

H. Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Data Uji Coba

B. Analisis Data

C. Revisi Produk

D. Kajian Produk Akhir

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan tetang Produk

B. Keterbatasan Penelitian

C. Saran Pemanfaatan, Diseminasi, dan Pengembangan

Produk Lebih Lanjut

4. Penelitian campuran kuantitatif dan kualitatif

Pada penelitian mix research atau penelitian dengan metode

campuran kuantitatif dan kualitatif, harus dijelaskan kedudukan

penggunaan setiap metode, apakah metode kuantitatif digunakan

untuk memperoleh hasil yang digunakan sebagai landasan untuk

Sukris Sutiyatno

210

melakukan penelitian lebih mendalam secara kualitatif, ataukah

metode kualitatif digunakan untuk memperoleh landasan yang kuat

dalam penelitian secara kualitatif, Laporan penelitian dengan mix

research harus memiliki fokus yang jelas, dan memenuhi kaidah

penggunaan metode kualitatif kuantitatif. Sistematika yang

digunakan adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Pembatasan Masalah dan atau Fokus Penelitian

D. Rumusan Masalah

E. Tujuan Penelitian

F. Manfaat Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

C. Kerangka Pikir

D. Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

B. Pendekatan Penelitian

C. Lokasi Penelitian

D. Populasi dan Sampel Penelitian

E. Variabel Penelitian

F. TeknikPengumpulan Data

G. Instrumen Penelitian

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

I. Teknik Analisis Data

Metodologi Penelitian

211

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

B. Analisis Data

C. Pembahasan atau Diskusi Temuan dan Hasil Analisis

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

B. Implikasi

C. Keterbatasan Penelitian

D. Saran

5. Penelitian Tindakan Kelas (Action Research)

Penelitian Tindakan kelas adalah penelitian yang dimaksudkan

untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Sistematika laporan

penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Pembatasan Masalah dan atau Fokus Penelitian

D. Rumusan Masalah

E. Tujuan Penelitian

F. Manfaat Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

B. Kajian Teori

C. Hasil Penelitian yang relevan

D. Kerangka Pikir

E. Hipotesis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Sukris Sutiyatno

212

C. Subjek Penelitian

D. Jenis Tindakan

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

F. Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Prosedur dan Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V SARAN DAN SIMPULAN

A. Simpulan

B. Implikasi

C. Keterbatasan Penelitian

D. Saran

6. Penelitian Sistem Informasi dan Teknologi Informasi

Struktur laporan penelitian atau proyek dalam penelitian sistem

informasi yang berhubungan dengan pengembangan sistem

perangkat lunak menurut Dawson (2009:189) struktur laporannya

adalah sebagai berikut:

BAB I INTRODUCTION (PENDAHULUAN)

BAB II LITERATURE REVIEW (KAJIAN PUSTAKA)

BAB III REQUIREMENTS (PERSYARATAN)

BAB IV DESIGN (RANCANGAN)

BAB V IMPLEMENTATION AND TEST (IMPLEMENTASI

DAN UJICOBA)

BAB VI EVALUATION (EVALUASI)

BAB VII CONCLUSION (KESIMPULAN)

Berdasarkan struktur laporan penelitian atau proyek tersebut di atas

dapat diperjelas dengan gambar di bawah ini yang menjelaskan relasi antar

bab:

Metodologi Penelitian

213

Gambar 14.1 Struktur hubungan antar bab pada laporan penelitian

Gambar 14.1 di atas menjelaskan bagaimana bab-bab dalam struktur

laporan pengembangan sistem berkaitan satu dengan yang lain. Contoh,

bab kesimpulan mengevaluasi keseluruhan proyek, bagaimana baik

kesimpulan tersebut mencapai dan dapat memenuhi tujuan dan sasaran

dan bagaimana kesimpulan sesuai dan mendukung kebutuhan kerja di

lapangan yang tercakup dalam kajian teori. Pada bab evaluasi menilai

system yang dikembangkan dengan persyaratan-persyaratan yang original

dan mengevaluasi apakah persyaratan-persyaratan tersebut tepat; pada bab

implementasi membahas bagaimana software diimplementasikan dan

bagaimana implementasi mengikuti rancangan yang telah disajikan pada

bab-bab sebelumnya.

Model-model lain struktur penulisan laporan penelitian/proyek

sistem informasi Berndtsson et al. (2008:128-131) menyarankan struktur

laporan penelitian/proyek sebagai berikut:

CHAPTER I INTRODUCTION (PENDAHULUAN)

CHAPTER II BACKGROUND (LATAR BELAKANG)

CHAPTER III PROBLEM DESCIPTION AND PROBLEM

STATEMENTS (GAMBARAN MASALAH DAN

PERNYATAAN MASALAH)

CHAPTER IV THEORY (TEORI)

CHAPTER V METHODS (METODE)

Sukris Sutiyatno

214

CHAPTER VI RESULTS (HASIL)

CHAPTER VII RELATED WORK (PEKERJAAN TERKAIT)

CHAPTER VIII CONCLUSION (KESIMPULAN)

Sementara itu Bell (2005: 234-238) menyatakan sistematika laporan

proyek penelitian adalah sebagai berikut:

CHAPTER I AIMS AND PURPOSE (MAKSUD DAN

TUJUAN)

CHAPTER II LITERATURE REVIEW (KAJIAN PUSTAKA)

CHAPTER III METHODS OF DATA COLLECTION (METODE

PENGUMPULAN DATA)

CHAPTER IV STATEMENTS OF RESULTS (PERNYATAAN

HASIL)

CHAPTER V ANALYSIS AND DISCUSSION (ANALISIS DAN

PEMBAHASAN)

CHAPTER VI SUMMARY AND CONCLUSSIONS

(KESIMPULAN)

Namun demikian biasannya setiap perguruan tinggi telah

mempunyai sistematika penulisan laporan penelitian yang disesuaikan

dengan kepentingan, kebutuhan dan kondisi perguruan tinggi masing-

masing. Model-model sistematika atau struktur penulisan laporan tersebut

di atas dapat dijadikan sebagai rujukan yang mungkin diperlukan.

C. Penulisan Daftar Pustaka

Daftar pustaka memuat identitas semua buku, journal, laporan

penelitian, referensi dari internet, dan sumber-sumber yang diacu. Sumber

yang dicantumkan di daftar pustaka adalah semua sumber yang

dicantumkan di dalam laporan penelitian. Cara penulisan daftar pustaka,

ada bermacam-macam misalnya APA (American Psychological

Association), AMA (American Medical Association), IEEE (Institute of

Metodologi Penelitian

215

Electrical and Electronics Engineers), dan MLA style di bawah ini

diberikan contoh-contoh penulisan daftar pustaka:

1. APA Style (psikologi, pendidikan, dan ilmu-ilmus sosial)

diurutkan berdasarkan alfabetis dari A-Z ke bawah. Sedangkan

urutan penulisan setiap buku adalah: nama pengarang, tahun

penerbitan, judul, kota penerbit dan penerbit, contoh dapat dilihat di

bawah ini:

Avery, G.C.(2004). Understanding leadership. London: Sage

Publications.

Bailey, T.R., Hughes, K.L. & Moore,D.T.(2004). Working

knowledge: Work-based learning and education reform.

Newyork: Routledge-Falmer.

Cosner, S. & Peterson, K. (2003). Building a learning community.

Leadership, 32 (5), 12-15.

Dinham, S., Anderson, M., & Caldwell, B. (2011). Breaktroughs in

school leadership development in Australia. Journal of school

leadership and management, 31, 139-154.

2. AMA Style (keperawatan, kesehatan, biologi)

Avery, G.C. Understanding leadership. London: Sage Publications.

2004

Bailey, T.R., Hughes, K.L. & Moore,D.T. Working knowledge:

Work-based learning and education reform. Newyork:

Routledge-Falmer. 2004

Cosner, S. & Peterson, K. Building a learning community.

Leadership, 32 (5), 12-15. 2003

Sukris Sutiyatno

216

Dinham, S., Anderson, M., & Caldwell, B. Breaktroughs in school

leadershipdevelopment in Australia. Journal of school

leadership and management, 31, 139-154. 2011

3. IEEE Style (Institute of Electrical and Electronics Engineers)

Setiap referensi diberi nomor berdasarkan urutan kemunculan yang

ada pada dokumen. Ketika mengacu suatu referensi dalam tulisan,

digunakan nomor referensi yang diapit kurung siku.

[1] Avery, G.C. Understanding leadership. London: Sage

Publications. 2004

[2] Bailey, T.R., Hughes, K.L. & Moore,D.T. Working knowledge:

Work-based learning and education reform. Newyork:

Routledge-Falmer. 2004

[3] Cosner, S. & Peterson, K. Building a learning community.

Leadership, 32(5), 12-15. 2003

[4] Dinham, S., Anderson, M., & Caldwell, B. Breaktroughs in

school leadershipdevelopment in Australia. Journal of school

leadership and management, 31, 139-154. 2011

4. MLA Style (keperawatan, kesehatan, biologi)

Bailey, T.R., Hughes, K.L. & Moore,D.T. Working knowledge:

Work-based learning and education reform. Newyork: Routledge-

Falmer. 2004

Cosner, S. & Peterson, K. Building a learning community.

Leadership, 32 (5), 12-15. 2003

Metodologi Penelitian

217

Dinham, S., Anderson, M., & Caldwell, B. Breaktroughs in school

leadershipdevelopment in Australia. Journal of school leadership

and management, 31, 139-154. 2011

Sukris Sutiyatno

218

Metodologi Penelitian

219

GLOSSARIUM

Evaluasi berorientasi pengguna (consumer-oriented approaches)

yaitu evaluasi yang menekankan pada hasil atau produk, yaitu hasil

yang dapat memenuhi harapan atau sesuai dengan kebutuhan

pengguna.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu

permasalahan

Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau

lebih yang kebetulan munculnya bersama.

Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi

disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan

dependen (dipengaruhi)

Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi.

Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen

Instrumen merupakan alat atau piranti yang digunakan untuk

mengukur informasi atau melakukan pengukuran.

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang

bagaimana suatu teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah yang

dilakukan secara sistematis dalam memperoleh pengetahuan ilmiah

atau ilmu

Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang

seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan

Sukris Sutiyatno

220

praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan

pelaksanaan

Metodologi system informasi sebagai sekumpulan dasar

pemikiran, fase, prosedur, aturan, tehnik, piranti/alat,

pendokumentasian, manajemen, dan pelatihan yang berhubungan

dengan system informasi

Metode penelitian eksperimen (experiemental research)

merupakan metode penelitian yang dapat dipergunakan untuk

menguji hipotesis hubungan sebab akibat dan dapat digunakan

untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan. Suatu

penelitian yang dilakukan pada kondisi-kondisi yang dikontrol

dengan teliti.

Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa

Inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian

yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji

keefektifan produk tersebut. Penelitian dan pengembangan adalah

suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu

produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada. Produk

tersebut dapat berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat

lunak (software).

Objektivitas menunjukkan kualitas data yang dihasilkan dari

prosedur yang digunakan yang dikontrol dari bias dan subjektivitas

Penalaran deduktif, merupakan Penalaran deduktif, penarikan

kesimpulan dari umum ke khusus. Dalam penalaran deduktif, bila

premisnya benar maka kesimpulan otomatis benar.

Penalaran induktif peneliti menarik kesimpulan berdasarkan hasil

sejumlah pengamatan kasus-kasus (individual, situasi, peristiwa),

kemudian peneliti membuat kesimpulan yang bersifat umum.

Metodologi Penelitian

221

Kesimpulan dibatasi oleh jumlah dan karakteristik dari kasus yang

diamati.

Penelitian korelasi adalah penelitian yang dapat digunakan untuk

menentukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau

lebih dan seberapa besar tingkat hubungannya

Penelitian kausal komparatif merupakan penelitian yang berusaha

untuk menentukan penyebab atau alasan dari perbedaan yang ada

pada tingkah laku atau status kelompok atau individual (kausal

komparatif dalam bahasa latin ex post facto artinya after the fact).

Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang

bersifat reflektif dengan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu agar

dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik

pembelajaran di kelas secara professional

Penelitian tindakan secara garis besar, peneliti pada umumnya

mengenal adanya empat langkah penting, yaitu pengembangan plan

(perencanaan), act (tindakan), observe (pengamatan), dan reflect

(perenungan).

Penelitian evaluatif merupakan suatu desain dan prosedur evaluasi

dalam mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematik

untuk menentukan nilai atau manfaat (worth) dari suatu praktik

(pendidikan).

Perumusan masalah merupakan perumusan dan pemetaan faktor-

faktor, atau variabel-variabel yang terkait dengan fokus masalah.

Perumusan masalah dibuat dalam bentuk suatu pertanyaan yang

akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data

Quasi experimental design: Desain ini mempunyai kelompok

kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol

variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Sukris Sutiyatno

222

Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang

berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri,

baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri

sendiri).

Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian

yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua

atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda

Rumusan masalah assosiatif adalah suatu rumusan masalah

penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel

atau Iebih

Scientific inquiry adalah suatu kegiatan untuk menemukan

pengetahuan dengan menggunakan metode-metode yang

diorganisasikan secara sistematis, dalam mengumpulkan,

menganalisis dan menginterpretasikan data

Studi kepustakaan merupakan kegiatan untuk mengkaji teori-teori

yang mendasari penelitian, baik teori yang berkenaan dengan bidang

ilmu yang diteliti maupun metodologi.

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan

seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara

sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk

menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan

pengendalian (control) suatu gejala

True experimental dalam eksperimen murni pengujian variabel

bebas dan variabel terikat dilakukan terhadap sampel kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol, disebut true experimental

(eksperimen murni), karena dalam desain ini, peneliti dapat

mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya

eksperimen.

Metodologi Penelitian

223

Reliablilitas berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang

sama.

Reflektif merupakan langkah keempat dalam penelitian tindakan

yang digunakan sebagai sarana untuk melakukan pengkajian

kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian

dan telah dicatat dalam observasi

SDLC mewakili model generik untuk pengembangan perangkat

lunak dan terdiri atas sejumlah tahapan. Tahapan-tahapan tersebut

mencakup: requirements (persyaratan-persyaratan), design

(rancangan), build (membangun), test (uji coba), dan implement

(melaksanakan)

Testing mengacu pada ujicoba program itu sendiri untuk melihat

apakah sistem tersebut bekerja atau masih ada kekurangan atau

kesalahan dalam sistem tersebut

Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek,

yang mernpunyai "variasi" antara satu orang dengan yang lain atau

satu obyek dengan obyek yang lain

Variabel Independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel

stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering

disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Variabel Dependen: sering disebut sebagai variabel output,

kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai

variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Sukris Sutiyatno

224

Variabel Moderator: adalah variabel yang mempengaruhi

(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel

independen dengan dependen

Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis

mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan

dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat

diamati dan diukur

Validitas berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data

(mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur

Verification adalah proses pengecekkan yang sedang kita

pertunjukkan pengembangan kita dengan benar atau mengecek

bahwa anda sedang mengembangkan sistem anda dengan benar.

Dengan kata lain, apakah kita berpegang pada rencana proyek dan

apakah yang sedang kita pertunjukkan sesuai dengan tahapan

dengan tepat?.

Validation adalah mengecek untuk melihat apakah suatu sistem

benar-benar sesuai dengan apa yang client/user butuhkan.

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah

rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional

akan lebih efektif dari yang lama atau tidak

Metodologi Penelitian

225

DAFTAR PUSTAKA

Asmawi, Z. & Noehi, N. (2005). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: DIKTI

Avison, D. & Fitzgerald, G. (2006). Information systems development.

New York: McGraw-Hill Deducation

Baskerville, R.L., & Myers, M.D. (2002). Information Systems as A

Reference Discipline. MIS Quarterly, 26 (1), 1-14

Bell, J. (2005). Doing your research project: a guide for first time

researchers in education, health, and social science. Maidenhead:

Open University Press

Berndtsson, M.H, J. Olson, B. & Lundell, B. (2008). Thesis projects A

guide for students in Computer Science and Information Systems.

London: Springer-Verlag.

Blaxter, L. Hughes, C and Tight, M.(2006). How to research. Maidenhead:

Open University Press

Borg, W.R. & Gall, M.D. (1989). Educational Research. New York:

Longman

Borg, W.R. & Gall, M.D. (2003). Educational Research: An Introduction.

New York: Longman

Cresswell, J.W. (2003). Research Design. Qualitatitive, Quantitative, and

Mixed Methods Approaches. London: Sage Publications

Davis, G. (2000). Information Systems Conceptual Foundation. Looking

Backward and Forward. Dalam R. Baskerville, J. Stage & J.

DeGross (Eds), Organizational and Social Perspective on

Iformation Technology (pp.61-82). Boston: Kluwer

Davis, G. et.all. (1997). Model Curriculum and Guidelines for

Undergraduate Degree Programs in Information Systems.

Association for computing Machinery, Association for Information

Sukris Sutiyatno

226

Systems, Association of Information Technology Professionals.

Dawson, C.W. (2009). Projects in Computing and Information Systems.

England: Addison Wesley

Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. (1993). How to Design and Evaluate

Research in Education. New York: McGraw Hill Inc.

Gall, M.D., Gall, J.P. & Borg W.R. (2003). Educational Research. Boston:

Pearson Education.

Godfrey, R. (1995). ―New Wine in Old Bottle: Multimedia Design

Methodology‖, ASCILITE ‟95, Melbourne, Australia

Goldman,J.E., Rawles, P.T. (2001). Applied Data Communications, A

business-Oriented Approach. John Wiley & Sons

Guba, E.G & Lincoln, Y.S. (1989). Fourth Generation Evaluation.

Thousand Oaks, CA: Sage.

Gulo, W. (2005). Metodologi penelitian. Jakarta:PT. Gramedia

Hamid, D. (2011). Metode penelitian pendidikan. Jakarta: Alfabeta

Herbert, M. (1990). Planning a research project. London: Cassel

Educational

Kerlinger, F.N. (1973). Foundation of Behavioral Research. London: Holt,

Rinehart and Winston

Knot, R.P. & Dawson, R.J. (1999). Software Project Management.

Loughborough: Group D Publication

Krathwehl, D. R. (1993). Methods of Educational and Social Science

Research. New York: Longman.

Lee, A.S. (1991).Architecture as A Reference Discipline for MIS. In H.E.

Nissen, H.K. Klein & R.A. Hirschheim (Eds), Information System

Research: Contemporary Approach and Emergent Traditions (573-

592). Amsterdam: North Holland

Metodologi Penelitian

227

Leo, I.A. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas

Luther, Arc C. 1994. Authoring Interactive Multimedia. Boston: AP

Professional.

McMillan J.H. & Schumacher, Sally. (2001). Research in Education. New

York: Longman.

Moh. Nasir. (2013). Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Mohamad Ali. (1987). Penelitian Kependidikan: Prosedur & Strategi.

Bandung: Penerbit Angkasa, him. 83.

Moleong, L.J. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Rosdakarya

Moleong.(2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya

Nan Lin. (1976). Foundations of Social Research. New York: McGraw

Nana Syaodih, S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda

Neuman, W. L.(2003). Social Research Method, Qualitative &

Quantitative. Newyork: AB. Boston

Pedoman Tesis dan Disertasi Program Pasca Sarjana UNY 2010

Philip, E.M. & Pugh, D. S. (2005). How to get a PhD a handbook for

students and their supervisors. Buckingham: Open University

Press

Pressman, R.S. & Maxim, B.R. (2015). Software Engineering. A

Practitioner‟s Approach. New York: McGraw

Pressman, R.S. (2002). Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan

Praktis.Yogyakarta: Andi Offset

Saifuddin, A. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Saunders, M.L, Lewis, P. & Thornhill, A. (2007). Methods for Business

Students. Essex: Prentice-Hall

Sukris Sutiyatno

228

Sharp, J.A. Peters, J. and Howard, K. (2002). The management of a student

research project. United Kingdom: Gower, Aldershot

Sherwood, C. & Rout, T. ( 1998). ―A Structured Methodology for

Multimedia Product and Systems Development‖, ASCILITE ‟98,

Wollongong, Australia.

Soetriono & Rita, H. (2007). Filsafat Ilmu dan Metodolgi Penelitian.

Yogyakarta: Andi Offset

Sommervile, I. (2011). Software Engineering. Boston: Addison-Wesley

Struening, Elmer L. & Brewer, Marilyn B. (Ed). (1983). Handbook of

Evaluation Research. Beverly Hills: Sage Publication.

Sugiyono. (2008). Metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D.

Jakarta: Alfabeta

Sugiyono. (2011). Metodologi Penelitian Kombinasi (Mixed Research).

Jakarta: Alfabeta

Sukardi. (2003). Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Sukardi. (2006). Penelitian Kualitatif-Naturalistik. Yogyakarta: Penerbit

Usaha Keluarga

Sukardi. (2008). Evaluasi pendidikan. PT. Bumi Aksara: Jakarta

Sumardi. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Sutrisno Hadi. (1987). Metodologi Research. Jilid II. Yogyakarta: Yayasan

Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Swanson, E. B., & Ramiller, N.C. (1993).Information System Research

Thematic: Submissions to a New Journal, 1987-1992. Information

System Research, 4 (4), 299-300

Syamsuddin & Vismia. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.

Bandung: Rosda

Turner, J.R.(1993). The Hand Book of Project-Based-Management.

Metodologi Penelitian

229

London: McGraw-Hill

Villamil, J., Molina, L. (1997). Multimedia: Production, Planning, and

Delivery. Que Education & Training:

Wiesma, W. (1986). Research Methods in Education. London: Allyn dan

Bacon Inc

Zainal, A. H. (2007). Metodologi Penelitian Pada Bidang Ilmu Komputer

dan Teknologi Informasi. Depok: Universitas Indonesia