metode stored (contoh)

Upload: helmut-todo-tua-simamora

Post on 12-Oct-2015

132 views

Category:

Documents


34 download

TRANSCRIPT

  • 1

    EVALUASI STATUS MUTU SUNGAI CIHAMPELAS DENGAN

    METODE STORET DAN INDEKS PENCEMARAN

    USE OF STORET METHOD AND POLLUTANT INDEX FOR WATER

    QUALITY ASSESMENT OF CIHAMPELAS RIVER

    Lutfi Abdul Aziz1 dan Idris Maxdoni Kamil

    2

    Program Studi Teknik Lingkungan

    Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,

    Jl Ganesha 10 Bandung 40132 [email protected] dan

    [email protected]

    Abstrak: Evaluasi air permukaan seperti sungai merupakan hal yang. Untuk mempermudah evaluasi dan

    pemberian informasi dengan data yang mudah dipahami maka dibuatlah pendekatan statistik untuk

    mengevaluasi badan air yaitu indeks kualitas air. Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

    No. 115 tahun 2003, di Indonesia metode yang digunakan untuk evaluasi status mutu badan air adalah metode

    STORET dan IP. Penelitian ini bertujuan untuk mengevalusi status mutu sungai cihampelas dengan

    menggunakan kedua metode tersebut. Data parameter kualitas air diperoleh dengan melakukan pengambilan

    sampel secara periodik di beberapa lokasi sepanjang aliran supaya bisa dilihat perubahan data berdasarkan

    lokasi segmen. Sampel diuji sesuai dengan prosedur yang ada dan data hasil pengujian digunakan untuk

    perhitungan STORET dan IP. Dari metode STORET diperoleh hasil sungai cihampelas memenuhi baku mutu

    air baku kelas 4 dari segmen Cilengkrang sampai Palasari, dan tercemar ringan dari segmen Cipadung Kulon

    (titik 4) sampai Cisaranten Kidul (titik 6). Sedangkan untuk metode IP diperoleh hasil sungai cihampelas

    memenuhi baku mutu air kelas IV dari segmen Cilengkrang sampai Cisaranten Kidul. Dari kedua metode,

    sungai cihampelas masih belum memenuhi baku mutu air baku kelas I sampai Kelas III. Dari kedua metode

    indeks kualitas air terdapat kesamaan pola perubahan nilai indeks yaitu tingkat pencemaran meningkat dari titik

    1 sampai titik 4, tingkat pencemaran terbesar di sekitar titik 4. Dari titik 4 sampai titik 6 tingkat pencemaran

    mulai menurun. Jika dilihat dari lokasi masing masing titik, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan

    pencemaran pada sungai cihampelas saat memasuki wilayah kota dan tingkat pencemaran menurun saat

    meninggalkan wilayah kota.

    Kata kunci: IP, Kualitas, parameter, STORET

    Abstract: Assessment of surface water quality can be a complex. Statistical analyses were made to overcome

    this problem and allows the public and decision makers to receive water quality information. Based on

    Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003, water quality analyses methods that can be

    use in Indonesia are STORET and pollutant index(PI). This research is conducted to evaluate water quality of

    Cihampelas river using STORET and PI. Water quality data is obtained by taking sample from several location

    along the river stream periodicaly. The final result is water quality index and its fluctuation along the stream river. Cihampelas rivers watershed from Cilengkrang(1st segment) to Cisaranten kidul (6th segment) is qualified for class IV fresh water quality standards by using PI, and didnt qualified for class I-III fresh water quality standards. By using STORET method, Cihampelas rivers watershed from Cilengkrang to Palasari is qualified for class IV fresh water quality standards, and slightly polluted from Cipadung Kulon to Cisaranten

    Kidul. The similiarity from these two methods is pollution level trend. From 1st segment to 4th segment the

    pollution level rise and the peak is around 4th segment. And then from 4th segment to 6th segment the pollution

    level decreased. If the pollution leve is related to location, then the conclusion is the pollution level in

    Cihampelas river rise from country side to urban area and decreased when leaving urban area back to country

    side.

    Keywords: parameter, PI, Quality, STORET,

  • 2

    PENDAHULUAN

    Evaluasi kualitas air permukaan seperti sungai merupakan hal yang bisa bersifat

    kompleks dengan melibatkan banyak parameter yang berpengaruh terhadap badan air. Untuk

    mengevaluasi kualitas air dari sampel yang beragam dan memiliki banyak parameter

    merupakan hal yang sulit. Perhitungan matematis menggunakan modeling kualitas air sungai

    dapat digunakan untuk membantu, tetapi cara ini memerlukan pengetahuan mendalam

    mengenai hydraulics dan hydrodynamic serta validasi yang sangat ketat (Pesce and

    Wunderlin, 2000). Oleh sebab itu dikembangkan pendekatan secara analisa statistik dari

    parameter parameter yang ada menjadi sistem indeks kualitas air. Penggunaan indeks kualitas

    air dapat mempermudah penentuan kualitas badan air serta mempermudah juga dalam

    pemberian informasi kepada pihak yang membutuhkan karena mudah dimengerti. Indeks

    kualitas air yang telah berkembang ada beragam di seluruh dunia dan dikembangkan sesuai

    dengan efisiensi di wilayah pemakainya (Bharti N,Katyal, 2010).

    Di indonesia, metode evaluasi kualitas badan air dengan indeks kualitas air diatur

    dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003 tentang pedoman

    penentuan status mutu air. Di dalam pasal 2 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

    No. 115 tahun 2003 penentuan status mutu air dapat dilakukan dengan metode STORET atau

    Metode Indeks Pencemaran (IP).

    Pada paper ini akan dijabarkan penerapan metode STORET dan Indeks Pencemaran

    untuk mengevaluasi kualitas air sungai cihampelas yang merupakan salah satu anak sungai

    dari DAS Citarum.

    METODOLOGI

    Penelitian dimulai dengan pengumpulan data primer yang diperlukan untuk penentuan

    status mutu badan air. Data yang diperlukan untuk evaluasi didapat dengan mengambil

    sampel air di beberapa titik sungai secara periodik sebanyak 5 kali. Lokasi pengambilan

    sampel dapat dilihat pada Tabel 1. Pemilihan lokasi pengambilan sampel mempertimbangkan

    kondisi di sekitar sungai yaitu dengan variasi titik 1 adalah daerah yang jarang penduduk

    karena berada di wilayah perbukitan, kemudian titik 2 berupa perkampungan warga, titik 3

    daerah mulai masuk tengah kota, titik 4 berada di tengah kota, titik 5 di daerah dekat

    perbatasan kota dan titik 6 di perbatasan kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Pemilihan

    beberapa lokasi sampel ini bertujuan untuk melihat perubahan tingkat pencemaran yang

    terjadi di sepanjang aliran sungai.

    Tabel 1 Lokasi pengambilan sampel air

    Lokasi Desa/Kelurahan Kecamatan Kota

    1 Cilengkrang Cilengkrang Bandung

    2 Cisurupan Cilengkrang Bandung

    3 Palasari Cibiru Bandung

    4 Cipadung Kulon Cibiru Bandung

    5 Mekarmulya Rancasari Bandung

    6 Cisaranten Kidul Rancasari Bandung

    Pengambilan sampel di lokasi tersebut dilakukan secara grab sampling. Sampel

    tersebut diuji baik langsung di lapangan atau di laboratorium sesuai dengan prosedur

    pengujian yang ada. Parameter yang diuji ada 7 yaaitu suhu, DO, pH, Nitrat, ortofosfat,

    kekeruhan, dan COD. Data hasil pengukuran parameter digunakan untuk perhitungan

    metode STORET dan Indeks Pencemaran.

  • 3

    Penentuan Status Kualitas Air dengan Metode indeks pencemaran(IP)

    Perhitungan IP sesuai dengan pedoman yang ada pada Keputusan Menteri Negara

    Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003 dilakukan sesuai dengan prosedur berikut:

    1. Menghitung harga Ci/Lij untuk tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan sampel dengan Ci adalah konsentrasi hasil pengukuran dan Lij adalah baku mutu yang harus

    dipenuhi dalam PP No. 82 Tahun 2001 untuk peruntukan air kelas II.

    2. Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat, misal DO. Tentukan nilai teoritik atau nilai maksimum Cim (misal untuk

    DO, maka Cim merupakan nilai DO jenuh). Dalam kasus ini digunakan Persamaan (1),

    nilai Ci/Lij hasil pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij hasil perhitungan.

    (

    )

    (1)

    Jika nilai baku mutu Lij memiliki rentang, maka :

    - untuk Ci < Lij rata-rata digunakan Persamaan (2).

    (

    )

    (2)

    - untuk Ci > Lij rata-rata digunakan Persamaan (3).

    (

    )

    (3)

    Jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1,0, misal C1/L1j = 0,9 dan C2/L2j =

    1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misal C3/L3j = 5,0 dan C4/L4j = 10,0. Dalam contoh

    ini tingkat kerusakan badan air sulit ditentukan. Cara untuk mengatasi kesulitan ini

    adalah:

    (1) Penggunaan nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran kalau nilai ini lebih kecil dari 1,0.

    (2) Penggunaan nilai (Ci/Lij)baru jika nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran lebih besar dari 1,0

    dengan perhitungan nilai (Ci/Lij)baru dapat dilihat pada Persamaan (4).

    (

    ) (

    ) (4)

    P merupakan konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan disesuaikan

    dengan hasil pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki untuk

    suatu peruntukan (biasanya digunakan nilai 5).

    3. Menentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan Ci/Lij ((Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M).

    4. Menentukan harga PIj atau IP dengan Persamaan (5).

    (5)

    Klasifikasi kriteria kualitas air dengan metode IP dapat dilihat pada Tabel 2.

  • 4

    Tabel 2 Klasifikasi kriteria kualitas air dengan metode IPA (KepMenLH No. 115 Th. 2003)

    Penentuan Status Kualitas Air dengan Metode STORET

    Penentuan status mutu badan air dengan metode STORET dilakukan dengan cara

    berikut:

    1. Lakukan pengumpulan data kualitas air secara periodik sehingga membentuk data dari waktu ke waktu.

    2. Bandingkan data hasil pengukuran dengan baku mutu yang sesuai dengan kelas air 3. Jika hasil pengukuran memenuhi baku mutu air maka diberi skor 0 4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi baku mutu air maka diberi skor:

    Tabel 3 Skor untuk metode STORET

    Sample quantity Value Parameters

    Physics Chemical Biology

    < 10 Maximum -1 -2 -3

    Minimum -1 -2 -3

    Average -3 -6 -9

    10 Maximum -2 -4 -6

    Minimum -2 -4 -6

    Average -6 -12 -18

    5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan kriteria dari US-EPA (Environmental

    Protection Agency) menjadi 4 status :

    Status A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu Status B : baik, skor = -1 s.d -10 cemar ringan Status C : sedang, skor = -11 s.d -30 cemar sedang Status D : buruk, skor -31 cemar berat

    PEMBAHASAN

    Hasil Pengukuran Parameter

    Sampel air yang diambil di keenam titik diuji 7 parameter yaitu temperatur, pH, DO,

    nitrat, ortofosfat, kekeruhan dan COD. Hasil dari pengujian lapangan dan laboratorium dapat

    dilihat pada Gambar 1 sampai Gambar 7.

    Pada Gambar 1 dapat dilihat nilai temperatur cenderung naik dari titik 1 menuju titik

    6. Hal ini wajar karena lokasi titik 1 menuju 6 terdapat perbedaan ketinggian. Untuk pH nilai

    berkisar di nilai 7 atau netral dari titik 1 sampai titik 6.

    Nilai DO mengalami penurunan dari titik 1 menuju titik 6. Penurunan drastis terjadi

    antara titik 3 dan titik 4. Jika dilihat dari lokasinya, titik 3 menuju titik 4 adalah daerah mulai

    memasuki tengah kota sampai daerah tengah kota yang kepadatan penduduk dan aktivitas

    manusianya meningkat. Kemudian dari titik 4 menuju titik 6 terlihat adanya peningkatan nilai

  • 5

    DO. Hal ini kemungkinan karena seiring penurunan kepadatan penduduk dan aktivitas

    manusia karena lokasi sungai makin mendekati batas kota.

    Gambar 1 Temperatur Gambar 2 pH

    Gambar 3 DO Gambar 4 COD

    Jika dibandingkan dengan nilai COD, maka terdapat korelasi yaitu saat nilai DO

    tinggi maka nilai COD rendah dan begitu pula sebaliknya. Pada grafik dapat dilihat bahwa

    nilai COD naik dari titik 1 menuju titik 5, dan sedikit mengalami penurunan dari titik 5 ke

    titik 6.

    Kadar fosfat dan nitrat menunjukan banyaknya unsur hara yang masuk ke perairan.

    Keberadaan unsur hara ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan alga. Pada Gambar 5

    dapat dilihat konsentrasi nitrat cenderung meningkat dari titik 1 menuju titik 6. Dan pada

    Gambar 6 dapat dilihat konsentrasi fosfat juga cenderung meningkat dari titik 1 sampai titik

    4 dengan peningkatan drastis antara titik 3 dan 4. Kemudian konsentrasi fosfat menurun dari

    titik 4 menuju titik 6. Namun konsentrasi fosfat pada titik 5 dan 6 masih cenderung lebih

    tinggi dibanding titik 1 sampai 3.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    Stasiun1

    Stasiun2

    Stasiun3

    Stasiun4

    Stasiun5

    Stasiun6

    Samplingke-1

    Samplingke-2

    Samplingke-3

    Samplingke-4

    Samplingke-5

    Temperatur (0C)

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    Stasiun1

    Stasiun2

    Stasiun3

    Stasiun4

    Stasiun5

    Stasiun6

    Samplingke - 1Samplingke - 2Samplingke - 3Samplingke - 4Samplingke - 5

    pH

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5 titik 6

    Samplingke-1

    Samplingke-2

    Samplingke-3

    Samplingke-4

    Samplingke-5

    DO (mg/L)

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5 titik 6

    Samplingke-1Samplingke-2Samplingke-3Samplingke-4

    COD (mg/L)

  • 6

    Gambar 5 Nitrat Gambar 6 Fosfat

    Gambar 7 Kekeruhan

    Pada Gambar 7 dapat diihat bahwa kekeruhan cenderung meningkat dari titik 1

    menuju titik 6. Pada sampling pertama, terdapat peningkatan drastis kekeruhan di titik 5

    sampai sekitar 500 NTU. Kekeruhan yang meningkat di sepanjang aliran sungai disebabkan

    oleh terbawanya tanah oleh gerusan serta buangan yang masuk ke dalam sungai.

    Perhitungan Nilai Indeks STORET dan IP

    Setelah semua hasil pengukuran parameter yang diperlukan sudah didapatkan, hasil

    pengukuran parameter digunakan untuk kalkulasi metode STORET dan indeks pencemaran

    sesuai yang dijabarkan pada bagian metodologi. Pada perhitungan STORET dan IP, baku

    mutu air yang digunakan adalah lampiran PP no 82 tahun 2001 yang terdiri atas 4 kelas air

    baku. Hasil pengukuran parameter dan perhitungan indeks STORET dapat dilihat pada Tabel

    4.

    Perubahan nilai indeks STORET di sepanjang aliran digambarkan pada Gambar 8.

    Semakin rendah nilai indeksnya artinya semakin tercemar badan air tersebut. Nilai indeks

    terkecil terdapat di titik 4 dengan nilai berkisar pada angka -20 pada baku mutu air kelas I

    dengan kategori tercemar sedang.

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5 titik 6

    sampling ke-1sampling ke-2sampling ke-3sampling ke-4

    Nitrat (mg/L)

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5 titik 6

    samplingke-1

    samplingke-2

    samplingke-3

    samplingke-4

    Fosfat(mg/L)

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5 titik 6

    Samplingke-1Samplingke-2Samplingke-3Samplingke-4

    Kekeruhan (NTU)

  • 7

    Tabel 4 Hasil perhitungan indeks STORET

    Lokasi

    Nilai Indeks STORET

    Baku

    mutu air

    kelas I

    Kategori

    Baku

    mutu air

    kelas II

    Kategori

    Baku

    mutu air

    kelas III

    Kategori

    Baku

    mutu air

    kelas IV

    Kategori

    titik 1 -10 cemar ringan -8 cemar ringan -6 cemar ringan 0 memenuhi baku

    mutu

    titik 2 -12 cemar sedang -10 cemar ringan -8 cemar ringan 0 memenuhi baku

    mutu

    titik 3 -16 cemar sedang -10 cemar ringan -8 cemar ringan 0 memenuhi baku

    mutu

    titik 4 -20 cemar sedang -18 cemar sedang -16 cemar sedang -4 cemar ringan

    titik 5 -18 cemar sedang -16 cemar sedang -12 cemar sedang -4 cemar ringan

    titik 6 -18 cemar sedang -16 cemar sedang -14 cemar sedang -4 cemar ringan

    Gambar 8 Nilai indes STORET sepanjang aliran sungai Cihampelas

    Dari nilai indeks STORET dapat disimpulkan bahwa sungai cihampelas hanya dapat

    memenuhi kualitas air kelas IV dari titik 1 sampai titik 3 sehingga pemanfaatan air sungai

    secara langsung adalah untuk pertamanan. Sedangkan di titik4 sampai 6 kondisi badan air

    tercemar ringan untuk baku mutu air kelas IV sampai tercemar sedang untuk baku mutu air

    kelas I sehingga untuk pemanfaatan memerlukan pengolahan terlebih dahulu untuk mencapai

    baku mutu sesuai peruntukannya. Hasil perhitungan dengan metode indeks pencemaran dapat

    dilihat pada Tabel 5.

    Perubahan nilai indeks pencemaran di sepanjang aliran sungai Cihampelas dapat

    dilihat pada Gambar 9. Semakin besar nilai indeksnya artinya badan air semakin tercemar.

    Nilai IP terendah berkisar pada angka 6 dengan kategori tercemar sedang untuk baku mutu air

    kelas I.

    Hasil dari perhitungan IP menunjukan perbedaan dengan STORET yaitu sungai

    cihampelas memenuhi baku mutu air kelas IV dari titik 1 sampai titik 6 atau hampir

    sepanjang alirannya jika dilihat dari pemilihan lokasi sampling. Perbedaan ini kemungkinan

    disebabkan perbedaan cara mengolah data, pada STORET data yang digunakan harus berupa

    data time series untuk setiap parameter, sedangkan pada IP data yang digunakan adalah data

    -25

    -20

    -15

    -10

    -5

    0

    5

    0 1 2 3 4 5 6 7nilai indeks STORETBMA kelas I

    nilai indeks STORETBMA kelas II

    nilai indeks STORETBMA kelas III

    nilai indeks STORETBMA kelas IV

    Keterangan : 0 = memenuhi baku mutu -1 s/d -10 = cemar ringan -10 s/d -30 = cemar sedang < -30 = cemar berat

    Nila

    i in

    dek

    s S

    TOR

    ET

    titik sampling

  • 8

    per pemantauan. Namun, pada dasarnya kedua metode ini tidak dapat dibandingkan secara

    langsung karena kebutuhan data yang berbeda pada kedua metode dan cara perhitungan yang

    berbeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui status kualitas air suatu

    sungai dengan kondisi data pemantauan yang minim dari segi frekuensi samplingnya, dapat

    digunakan metode Indeks Pencemaran Air.

    Tabel 5 Hasil perhitungan IP

    Lokasi waktu

    Nilai indeks pencemaran

    Baku mutu air kelas I

    kategori Baku mutu air kelas II

    Kategori Baku mutu air kelas III

    Kategori Baku mutu air kelas IV

    Kategori

    titik 1 12/05/2013 3,794940652 cemar ringan 3,735282677 cemar ringan 1,210850599 cemar ringan 0,329022088 memenuhi baku mutu

    titik 1 19/05/2013 4,486307104 cemar ringan 4,441913742 cemar ringan 1,936133917 cemar ringan 0,318356883 memenuhi baku mutu

    titik 2 12/05/2013 4,451985344 cemar ringan 4,399523793 cemar ringan 1,882363272 cemar ringan 0,315767989 memenuhi baku mutu

    titik 2 19/05/2013 4,8117389 cemar ringan 4,761012344 cemar ringan 2,241996538 cemar ringan 0,390158595 memenuhi baku mutu

    titik 3 12/05/2013 4,878374036 cemar ringan 4,821669705 cemar ringan 2,291478713 cemar ringan 0,443282188 memenuhi baku mutu

    titik 3 19/05/2013 4,864708778 cemar ringan 4,824755803 cemar ringan 2,313696069 cemar ringan 0,409917718 memenuhi baku mutu

    titik 4 12/05/2013 5,930973634 cemar sedang 5,841049618 cemar sedang 3,312552678 cemar ringan 0,71376633 memenuhi baku mutu

    titik 4 19/05/2013 6,03441033 cemar sedang 5,953468342 cemar sedang 3,404083077 cemar ringan 0,845119216 memenuhi baku mutu

    titik 5 12/05/2013 5,430883812 cemar sedang 5,357899282 cemar sedang 2,823284709 cemar ringan 0,559618878 memenuhi baku mutu

    titik 5 19/05/2013 5,420953052 cemar sedang 5,345074652 cemar sedang 2,81139775 cemar ringan 0,719282913 memenuhi baku mutu

    titik 6 12/05/2013 4,849834687 cemar ringan 4,764065152 cemar ringan 2,226323303 cemar ringan 0,384717716 memenuhi baku mutu

    titik 6 19/05/2013 5,738738732 cemar sedang 5,659926423 cemar sedang 3,116426805 cemar ringan 0,670479053 memenuhi baku mutu

    Gambar 9 Nilai IP sepanjang aliran sungai Cihampelas

    Dari kedua metode evaluasi status badan air yang digunakan dapat dilihat bahwa tren

    status mutu badan air sepanjang aliran sungai dari keduanya mirip. Pencemaran meningkat

    dari titik 1 ke arah hilir dan mengalami pencemaran terbesar di sekitar titik 4. Dari titik 4

    sampai titik 6 tingkat pencemaran mengalami penurunan. Kenaikan tingkat pencemaran dari

    titik 1 ke titik 4 dapat berhubungan dengan perubahan dari wilayah pinggiran kota menuju

    Titik sampling

  • 9

    wilayah tengah kota yang kepadatan penduduknya meningkat sehingga aktifitas manusia juga

    meningkat seperti adanya pasar dan pabrik. Kemudian dari titik 4 menuju titik 6 terjadi

    penurunan tingkat pencemaran karena perubahan dari wilayah tengah kota menuju pinggiran

    kota yang kepadatannya berkurang. Sehingga dari kedua indeks kualitas air yang digunakan

    dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pencemaran pada sungai cihampelas saat

    memasuki wilayah kota dan tingkat pencemaran menurun saat meninggalkan wilayah kota.

    KESIMPULAN

    Dengan menggunakan metode STORET, kondisi sungai untuk baku mutu kelas II dan

    III adalah tercemar ringan di segmen Cilengkrang (titik 1) sampai Palasari (titik 3), dan

    tercemar sedang untuk segmen Cipadung Kulon (titik 4) sampai Cisaranten Kidul (titik 6).

    Sedangkan untuk baku mutu air kelas I sungai tergolong tercemar ringan di segmen

    Cilengkrang (titik 1) dan tercemar sedang dari segmen Cisurupan (titik 2) sampai Cisaranten

    Kidul(titik 6). Sungai cihampelas dapat memenuhi baku mutu air baku kelas IV dari segmen

    Cilengkrang (titik 1) sampai Palasari (titik 3). Sedangkan dari Cipadung Kulon (titik 4)

    sampai Cisaranten Kidul(titik 6) sungai cihampelas tergolong cemar ringan untuk golongan

    air baku kelas IV.

    Dengan metode IP, sungai cihampelas memenuhi baku mutu baku mutu air kelas IV

    disemua segmen sampel air diambil. Untuk baku mutu air baku kelas III sungai cihampelas

    tergolong tercemar ringan untuk semua segmen. Kemudian untuk baku mutu air baku kelas I

    dan II, titik 1 sampai 3 tergolong tercemar ringan, titik 4,5 tergolong tercemar sedang, dan

    titik 6 satu kali tergolong tercemar ringan dan satu kali tercemar sedang.

    Dari kedua metode indeks kualitas air terdapat kesamaan pola perubahan nilai indeks

    yaitu Tingkat pencemaran meningkat dari titik 1 sampai titik 4, tingkat pencemaran terbesar

    di sekitar titik 4. Dari titik 4 sampai titik 6 tingkat pencemaran mulai menurun. Jika dilihat

    dari lokasi masing masing titik, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pencemaran

    pada sungai cihampelas saat memasuki wilayah kota dan tingkat pencemaran menurun saat

    meninggalkan wilayah kota.

    DAFTAR PUSTAKA

    Bharti N,Katyal.D. 2011. Water quality indices used for surface water vulnerability

    assessment. International Journal Of Environmental Sciences Volume 2, No 1, 2011

    Glfem Bakan, Hlya Bke zko, Sevtap Tlek, and Hseyin Cce. 2010. Integrated

    Environmental Quality Assessment of Kzlrmak River and its Coastal Environment. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences 10: 453-462 (2010)

    Pesce, S.F., and Wunderlin, D.A. 2000. Use of Water quality indices to verify the impact of

    Cordoba City (Argentino) on Suquia River. Water Research, 34: 2915-2926.

    Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003 tentang pedoman

    penentuan status mutu air

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan

    kualitas air dan pengendalian pencemaran air

    APHA.1998.Standard method for examination of water and waste water

    Alaerts G. Metode penelitian air.1984.usaha nasional: surabaya