metode penyelesaian pembiayaan musyarakah...
TRANSCRIPT
METODE PENYELESAIAN PEMBIAYAAN
MUSYARAKAH BERMASALAH
DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)
HARTA INSAN KARIMAH CILEDUG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh :
Ayang Lutpiani Azizi
NIM : 1113053000055
KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN ISLAM
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017 M / 1438 H
i
ABSTRAK
Ayang Lutpiani Azizi, 1113053000055, Metode Penyelesaian Pembiayaan Musyarakah Bermasalah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah Ciledug, Dosen Pembimbing H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan suatu lembaga penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah dan menggunakan ketentuan syariat islam. Pembiayaan bermasalah pada BPRS adalah pembiayaan dimana berada dalam ketegori diragukan atau macet yang anggotanya tidak menepati jadwal pembiayaan. Sehingga pihak bank akan melakukan upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah tersebut. Adapun upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring).
Penelitian ini mengkaji tentang metode penyelesaian pembiayaan bermasalah dalam akad musyarakah yang terdapat pada BPRS Harta Insan Karimah Ciledug dalam metode dan prosedur pembiayaan musyarakah, faktor penyebab terjadinya pembiayaan musyarakah bermasalah dan penyelesaian pembiayaan musyarakah bermasalah. Selain itu tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui cara yang dilakukan BPRS Harta Insan Karimah Ciledug dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah khususnya pada pembiayaan musyarakah.
Maka untuk itu jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka kepada BPRS Harta Insan Karimah Ciledug Kota Tangerang dalam rangka mengetahui bagaimana penyelesaian pembiayaan musyarakah bermasalah yang dilakukan pihak BPRS Harta Insan Karimah Ciledug Kota Tangerang.
Hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa metode dan prosedur musyarakah dilakukan dengan cara door to door adapun syarat untuk mengajukan pembiayaan musyarakah yaitu berupa survey calon nasabah, meminta legalitas yang lengkap, jaminan SHM, PBB terakhir, dan lain-lain. Adapun metode dan prosedur pembiayaan musyarakah sudah dijalankan dengan baik oleh pihak BPRS Harta Insan Karimah Ciledug. Faktor penyebab terjadinya pembiayaan musyarakah bermasalah adanya yang disebabkan oleh faktor intern dan faktor ekstern, faktor intern yang disebabkan oleh nasabah yang tidak jujur sedangkan faktor ekstern disebabkan kelalaian petugas dalam menganalisa data anggota. Sedangkan penyelesaian pembiayaan bermasalah dilakukan dengan cara revitalisasi proes yaitu dengan cara : reschedulling, restructuring, rescondittioning, dan proses management. Penyelesaian melalui jaminan, dan penyelesaian melalui litigasi. Kata kunci : Penyelesaian, Pembiayaan Musyarakah, dan Bermasalah.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
mengatur, membimbing semua hamba-Nya, sekaligus ketentuan hidup yang harus
dilalui sebagai makhluk ciptaan-Nya senantiasa memberikan berbagai nikmat
kepada insan semua. Semoga dengan kenikmatan iman, islam, dan ihsan selalu
tersimpan dalam diri kita sebagai cerminan manusia yang bertaqwa.
Alhamdulillahhirabbil’alamin, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Metode Penyelesaian Pembiayaan Musyarakah
Bermasalah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah
Ciledug”, dengan baik yang disusun untuk memenuhi persyaratan dalam
memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan bukan semata-mata
dari pribadi penulis, namun berkat pertolongan Allah SWT. Dan bantuan dari
semua pihak yang turut andil dalam memberikan do’a, moril materi, serta
keikhlasan dalam membimbing penulis. Oleh karena itu hanya ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya yang dapat penulis hanturkan kepada :
1. Dr. Arief Subhan, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed. Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Dr. Roudhonah, MA., selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi, Dr. Suhaimi, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
iii
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah, dan Drs. Sugiharto, MA., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah.
3. H. Mulkansair, BA, S.Pd, MM., selaku Dosen Pembimbing dalam
penyusunan skripsi, dan juga telah meluangkan waktunya untuk
mengoreksi, membimbing, menyemangati, serta mengarahkan penulis
guna mendapatkan skripsi yang lebih baik.
4. Drs. Sugiharto, MA., selaku Dosen Penasihat Akademik, serta segenap
dosen yang telah membimbing dengan memberikan ilmunya kepada
penulis selama menempuh perkuliahan di Jurusan Manajemen Dakwah,
Kosentrasi Manajemen Lembaga Keuangan Islam (MLKI) Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dikhususkan dan lebih terhormat teruntuk Ayahanda H. Abdul Azis dan
Ibunda Hj. Dawati yang selalu memberikan kasih sayang tiada batas,
dukungan, semangat, arahan, serta selalu percaya kepada penulis dalam
menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. Semoga selalu dalam
lindungan Allah SWT. Aamiin.
6. Staf perpustakaan umum dan staf perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, yang telah membantu penulis untuk mendapatkan
referensi berupa kepustakaan dan memberikan fasilitasnya.
7. Keluarga Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan
Karimah Ciledug, khususnya Hari Nurwantoro, SH., Hadi Kamaludin
iv
yang sudah memberikan izin, dukungan, bantuan, arahan, dan saran
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Adik-adikku Ade Jakiah Azizi dan Maecly Namira Azizi, saudara-
saudaraku yaitu Nur Aifah, S.Kom.I., Yolanda Yunia, SE., Heni
Sintawati S. Sos. I., Dede Fadhilah serta Keluarga Besar H. Muhammad
Zen yang tidak pernah lelah menyemangati penulis setiap harinya,
Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.
9. Sahabat terbaik Sugih Pangestu, Ainun Nisah Yuningsih Salim, Mutiara
Aprilia, Amalia Haqiqi, Nurfarhani dan Silviah, yang selalu memberikan
semangat, memberikan motivasi dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat terbaik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya
Konsentrasi Manajemen Lembaga Keuangan Islam (MLKI). Nurhamni
Mawaddah, Inne Anggraeni, Putri Setianti Huzaimah, Yulisa Ilhami,
Annisa Meiliana, Intan Zulaeira dan Dewi Kuraesin, yang sangat
menginspirasi penulis dalam penulisan skripsi ini.
11. Teman-teman Jurusan Manajemen Dakwah khususnya Konsentrasi
Manajemen Lembaga Keuangan Islam (MLKI), yang namanya tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga silaturahmi tetap terjaga.
Aamiin.
12. Teman-teman KKN MARITIM 2016 yang sangat menginspirasi dan
selalu memberi motivasi penulis dalam penulisan. Semoga kalian akan
sukses di masa mendatang. Aamiin.
v
Akhirnya penulis menyadari keterbatasannya sebagai manusia biasa,
mungkin mempunyai kekurangan atau kelemahan. Begitupun penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini masih banyak yang harus diperbaiki dan diperbaharui.
Oleh karenanya kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan
untuk kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap, semoga
apa yang ditulis dalam skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin.
Jakarta, 05 Juni 2017
Ayang Lutpiani Azizi
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR SKEMA ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ........................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Peneliti .............................................. 8
D. Tinjauan Pustaka ................................................................ 10
E. Metodologi Penelitian ........................................................ 12
F. Sistematika Penulisan ......................................................... 17
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Metode Penyelesaian ........................................................... 20
1. Pengertian Metode ........................................................ 20
2. Bentuk dan Jenis Metode ............................................ 21
3. Tahapan Metode Penyelesaian .................................... 24
vii
B. Pembiayaan Bank Syariah .................................................. 25
1. Definisi Pembiayaan ................................................... 25
2. Tujuan Pembiayaan ..................................................... 26
3. Jangka Waktu Pembiayaan .......................................... 27
4. Penggolongan Kualitas Pembiayaan ........................... 28
C. Pembiayaan Musyarakah .................................................... 30
1. Definisi Musyarakah ................................................... 30
2. Landasan Hukum Musyarakah .................................... 33
3. Jenis-jenis Musyarakah ............................................... 35
D. Pembiayaan Bermasalah ...................................................... 39
1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah ........................... 39
2. Sebab-sebab Pembiayaan Bermasalah ........................ 41
3. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah ........................ 41
E. Penyelesaian Masalah ......................................................... 44
1. Pengertian Penyelesaian .............................................. 44
2. Pengertian Masalah ..................................................... 45
3. Pengertian Penyelesaian Masalah ............................... 46
4. Pentingnya Penyelesaian Masalah .............................. 47
5. Teknik Pengambilan Keputusan .................................. 49
BAB III GAMBARAN UMUM BPRS HARTA INSAN KARIMAH
CILEDUG
A. Sejarah Berdirinya BPRS Harta Insan Karimah Ciledug ... 51
viii
B. Visi, Misi & Arsitektur Bisnis BPRS Harta Insan Karimah
Ciledug ............................................................................... 55
C. Identitas Perseroan BPRS Harta Insan Karimah Ciledug ... 56
D. Organisasi BPRS Harta Insan Karimah Ciledug ................ 56
E. Produk-produk BPRS Harta Insan Karimah Ciledug ......... 57
F. Prosedur Pembiayaan Musyarakah .................................... 64
BAB IV ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
BERMASALAH
A. Prosedur dan Pelaksanaan Pembiayaan Musyarakah BPRS
Harta Insan Karimah Ciledug ............................................. 67
B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan
Musyarakah Bermasalah BPRS Harta Insan Karimah
Ciledug ............................................................................... 75
C. Penyelesaian Pembiayaan Musyarakah Bermasalah BPRS
Harta Insan Karimah Ciledug ............................................. 81
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 95
B. Saran ................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 98
LAMPIRAN ..................................................................................................... 101
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Riwayat Singkat & Milestone Pengembangan Bisnis …
54
Gambar 2.1 Visi, Misi & Arsitektur Bisnis BPRS HIK ....................... 55
Gambar 3.1 Identitas Perseroan BPRS HIK ........................................ 56
Gambar 4.1 Organisasi BPRS HIK ...................................................... 56
x
DAFTAR SKEMA
Skema 1.1 Prosedur Pembiayaan Musyarakah .................................. 66
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tingkat Bagi Hasil Deposito Hasanah ............................. 63
Tabel 1.2 Proses Penanganan Pembiayaan Bermasalah .................. 81
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Surat Keterangan Izin Penelitian Skripsi
Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian Skripsi
Lampiran 4 Wawancara Pegawai BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
Lampiran 5 Data Nasabah Pembiayaan Bermasalah
Lampiran 6 Struktur Organisasi BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
Lampiran 7 Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Tentang
Pembiayaan Musyarakah Tahun 2008
Lampiran 8 Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Tentang
Pembiayaan Musyarakah Tahun 2000
Lampiran 9 Proyeksi dan Jadwal Angsuran Pembiayaan Musyarakah
Lampiran 10 Contoh Dampak Pembiayaan Bermasalah THD BDR &
PPAP
Lampiran 11 Contoh Tahapan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah
Lampiran 12 Dokumentasi Wawancara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Strategi penyelesaian adalah upaya yang dilakukan bank dalam
rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara
lain melalui penjadwalan (rescheduling), persyaratan kembali
(reconditioning), dan penataan kembali (restructuring), dan penyitaan
jaminan.1
Menurut undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Bank Konvensional
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.2 Sebab itu
selain bank konvensional muncul bank syariah yang memberikan solusi yang
terbaik untuk melakukan pembiayaan yang terhindar dari unsur Maysir,
Ghoror, Riba.3
Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah islam yang tata cara beroperasinya mengacu kepada
ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits.4 Istilah lain yang digunakan Bank
Islam adalah Bank Syariah. Secara akademik istilah Islam dan sitilah Syariah
memiliki pengertian yang berbeda, namun secara teknis penyebutan untuk
1 A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama, 2012), h. 447 2 A. Irwan Amin, Menata Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta : UIN PRESS,
2009), cet 1, h. 5 3 A. Irwan Amin, Menata Perbanakan Syariah di Indonesia, h. 40
4 Karnaen Perwataatmadja, MPA dan H, Muhammad Syafi’I Antonio, M. Ec, Apa
dan Bagaimana Bank Islam, ( Yogyakarta : PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1992), Cet 1. h. 1
2
Bank Islam dan Bank Syariah memiliki pengertian yang sama.5 Pada
umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga keungan yang
usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan
prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan
dengan masalah uang sebagai dagangan utamanya.6
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-Undang (UU)
Perbankan No. 7 tahun 1992, adalah lembaga keuangan bank yang menerima
simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan dan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha
BPR. Dalam hal ini, secara teknis BPR syariah bisa diartikan sebagai
lembaga keuangan sebagaimana BPR konvensional, yang operasinya
menggunakan prinsip-prinsip syariah.7 Peluang beroperasinya BPR tanpa
bunga tersebut semakin terbuka setelah PAKTO 1988 tanggal 27 Oktober
1988 yang memberikan peluang berdirinya bank-bank baru, termasuk
diantaranya bank tanpa bunga.8
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan salah satu
lembaga keuangan syariah baik mikro maupun makro adalah
mendristribusikan pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu tugas
5 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait (MBUI dan
Takaful) di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), h. 5 6 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta : Ekonisia, 2008), Cet. Ke-3, h. 27 7 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
h. 90 8 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait
BMI dan Tafakul di Inonesia, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet 3, h. 117
3
pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang mengalami defisit (kekurangan dalam kas
keuangan).9 Selain itu pembiayaan atau Financing merupakan bagian
terbesar dari aktiva (harta atau kekayaan) bank, karena pembiayaan
merupakan aktifitas utama dari usaha perbankan. Dengan demikian, bagi
hasil atau keuntungan jual beli merupakan instrument pembiayaan perbankan
syariah merupakan sumber pendapatan yang dominan. Melihat kondisi
seperti ini, maka salah satu fungsi dari lembaga keuangan adalah
menyalurkan pembiayaan.
Pembiayaan bermasalah tersebut, dari segi produktivitasnya
(performance-nya) yaitu dalam kaitannya dengan kemampuan menghasilkan
pendapatan bagi bank, sudah berkurang atau menurun dan bahkan mungkin
sudah tidak ada lagi. Bahkan dari segi bank, sudah tentu mengurangi
pendapatan, membesarnya biaya pencadangan, yaitu PPAP (Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif), sedangkan dari segi nasional, mengurangi
kontribusinya terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.10
Secara umum pembiayaan bermasalah disebabkan oleh faktor-faktor
internal dan faktor-faktor eksternal. Faktor intern adalah faktor yang ada
didalam perusahaan sendiri, dan faktor utama yang paling dominan adalah
faktor manajerial. Secara eksternal bahwa pembiayaan bermasalah adalah
pembiayaan yang kualitasnya berada dalam golongan kurang lancar,
9 Muhammad Syafi’i Antonia, Bank Syariah dari Teori Ke Praktek, (Jakarta :
Gema Insani Press, 2001), Cet-1, h. 160 10
Faturrahman Djamil. Penyelesaian Pembiayaan bermasalah di Bank Syariah,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2014), h. 66
4
diragukan, dan macet. Bisa disebabkan oleh faktor usaha nasabah yang
sedang menurun. 11
Dalam fakta yang terjadi pada saat ini di dunia perbankan sudah
sangat tidak asing lagi, salah satu diantaranya mengenai pembiayaan
bermasalah, yang merupakan suatu fenomena yang bisa saja mengakibatkan
sebuah bank menjadi kritis atau bahkan hancur. Pembiayaan bermasalash ini
terjadi karena debitur (orang-orang yang mengambil pembiayaan) tidak bisa
memenuhi kewajibannya dalam membayar angsuran yang telah ditetapkan
sehingga sistem pembayaran menjadi tersendat atau bahkan berhenti.
Dengan pemaparan diatas jika terjadi terus menerus maka bank
tersebut akan mengalami likuiditas. Dengan kondisi saat itu membuat bank
mengalami kerugian. Seperti yang diketahui bahwa bank mempunyai biaya
pengeluaran yang tetap untuk kegiatan perbankan. Seperti membayar
karyawannya, membayar air, listrik, sewa dan lain-lain. Sehingga membuat
kondisi keuangan menjadi kollaps. Biasanya untuk meminimalisir
pengeluarannya, bank akan mengurangi karyawannya sehingga berujung
pada PHK.
Kejadian diatas pernah terjadi didunia perbankan. Banyak bank yang
hancur atau bahkan gulung tikar gara-gara pembiayaan bermasalah. Contoh
kasus yang terjadi adalah pembiayaan bermasalah di Bank Rakyat Indonesia
(BRI) Cabang Jambi, kasusunya yaitu pembiayaan bermasalah yang bernilai
11
Faturrahman Djamil. Penyelesaian Pembiayaan bermasalah di Bank Syariah,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2012)
5
Rp. 52 Miliar (18 Mei 2010).12
Hal ini terjadi karena penyalah gunaan
terhadap suatu usaha, yang menyebabkan pembiayaan bermasalah dan
sulitnya untuk membayar perlunasan berikut dengan bunganya. Masalah
yang terjadi pada kasus di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Jambi bisa
di selesaikan dengan cara sebagai berikut :
a. Bank-bank syariah, termasuk BPRS harus membentuk divisi atau bidang
penyelamatan dan penyelesaian pembiayaan bermasalah.
b. Bank-bank syariah harus meningkatkan kompetensi SDM agar bisa
mengatasi pembiayaan bermasalah dan mampu melakukan restrukturisasi
pembiayaan secara syariah.
c. Perbankan syariah harus membuat kebijakan yang ihtiyath, (hati-hati),
sesuai dengan prinsip prudential dalam pemberian pembiayaan, tidak
boleh didesak oleh pengejaran target atau pengaruh lain-lain.
Dan kasus yang terjadi adalah pembobolan bank pada milik PT
Elnusa di Bank Mega. Elnusa memenangkan atas pembobolan dana nasabah
deposito sebesar Rp. 111 Miliar yang dilakukan enam tersangka yang juga
karyawan perusahaan Bank Mega dan Elnusa (5 Juli 2016). Sejak kasus
pembobolan dana nasabah, bank sentral telah menjatuhkan beberapa
hukuman terhadap Bank Mega, yaitu melarang bank milik Chairul Tanjung
12
Dewi, diakses dari http://dewifebry.blogspot.co.id/2015/04/kasus-kredit-macet-
bri-cabng-jambi.html?m=1 pada tanggal 01 Februari 2017, Pukul 08:46 WIB.
6
tersebut membuka produk deposito on caal atau sejenisnya. Bank mega juga
dilarang untuk membuka kantor cabang baru.13
Dalam meningkatkan efektifitas bisnisnya, lembaga keuangan syariah
biasanya memiliki beragam jenis pembiayaan yang salah satunya adalah
pembiayaan Musyarakah. Musyarakah secara bahasa (lughatan), kerja sama
(al-syirkah) adalah pencampuran antara sesuatu dengan yang lain sehingga
sulit dibedakan. Adapun menurut istilah adalah kerja sama (syirkah)
keikutsertaan dua orang atau lebih dalam suatu usaha tertentu dengan
sejumlah modal yang ditetapkan berdasarkan perjanjian untuk bersama-sama
menjalankan suatu usaha dan pembagian keuntungan atau kerugian dalam
bagian yang ditentukan.14
BPRS Harta Insan Karimah mendistribusikan pembiayaan
musyarakah melalui penyaluran dana berupa pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah yang memerlukan permodalan. Dalam hal ini BPRS Harta
Insan Karimah membantu memberikan permodalan kepada nasabah yang
memerlukan modal untuk mengembangkan usaha yang akan dikembangkan.
Dengan demikian BPRS Harta Insan Karimah membantu nasabah untuk
dapat mempertahankan penghasilan dari usahanya. Pembiayaan yang
diberikan dalam konteks kebutuhan konsumtif pun mampu melindungi para
pengusaha atau nasabah dari jeratan rentenir yang marak pada saat ini.
13
Zona, diakses dari http://www.zona1000.com/2013/07/5-kasus-pembobolan-
bank-paling-heboh-di.html?m=1 pada tanggal 01 Februari 2017, Pukul 08:54 WIB. 14
Ismail Nawawi. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2012), h. 151
7
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerjasama dapat
berupa dana, barang perdagangan (trading asset), kewiraswastaan
(entrepreneurship), kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan
(equipment), atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill),
kepercayaan atau repurtasi (credit-worthiness) dan barang-barang lainnya
yang dapat dinilai dengan uang.15
pihak yang telah memberikan pembiayaan
musyarakah salah satunya yaitu BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Ciledug.
Landasan Hukum Musyarakah Pada HR. Abu Daud dari Abu Hurairah,
Rasulullah SAW berkata :
م يخن : عن أبي هريرة , رفعه قال ريكين , ما ل إن هللا يقول : أها ثالث ألش
16أحدهما صاحبه , فإذأ خاهه خرجت من بيوهما.
Artinya : “Dari Abu Hurairah, ia merafa‟kannya kepada Nabi
Muhammad, beliau bersabda : Sesungguhnya Allah berfirman :
Saya adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat, selagi
salah satunya tidak mengkhiyanti temannya. Apabila ia
berkhianat kepada temannya, maka saya akan keluar dari antara
keduanya”. (HR. Abu Daud)
Dari latar belakang diatas, judul skripsi yang penulis bahas adalah :
“METODE PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
BERMASALAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)
HARTA INSAN KARIMAH CILEDUG”.
15
Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta :
IIIT Indonesia, 2003). Cet-1, h. 90 16
Abu daud, Sunan Abi Daud, III (Bairut : Dar Fikri), hadis nomor 3385, h. 265
8
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
Batasan masalah ini dibuat agar peneliti memfokuskan diri pada
masalah yang akan diteliti sehingga permasalahan yang diteliti tidak meluas
ke permasalahan yang lain, maka penulis membatasi masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Pembiayaan Musyarakah Bermasalah
2. Penyelesaian Pembiayaan Musyarakah Bermasalah
3. Metode Penyelesaian
4. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Berdasarkan yang telah dipaparkan dilatar belakang yang telah
dipaparkan diatas, maka masalah pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini
adalah :
1. Bagaimana metode dan prosedur pembiayaan musyarakah di BPRS
Harta Insan Karimah (HIK) Ciledug?
2. Bagaimana faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan musyarakah
bermasalah di BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Ciledug?
3. Bagaimana penyelesaian pembiayaan musyarakah bermasalah di BPRS
Harta Insan Karimah (HIK) Ciledug?
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan latar belakang masalah, pembahasan dan
perumusan masalah diatas, maka peneliti memiliki beberapa tujuan
diantaranya sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui metode dan prosedur pembiayaan musyarakah di
BPRS Harta Insan Karimah Ciledug.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan
musyarakah bermasalah di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug.
c. Untuk mengetahui penyelesaian pembiayaan musyarakah
bermasalah di BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Ciledug.
2. Manfaat Penelitian
Apabila tujuan peneliti sudah dapat dicapai dengan baik
diharapkan dapat bermanfaat untuk pihak-pihak yang berkepentingan,
baik secara teoritis maupun praktis. Maka manfaat penelitian ini adalah :
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
berupa pemikiran secara toritik dalam pengembangan teori analisis
dalam mengantisipasi pembiayaan bermasalah berdasarkan prinsip
yang terhindar dari unsur maysir, ghoror, riba (MAGHRIB).
10
b. Manfaat Praktis
Diharapkan temuan skripsi ini dapat memberikan kontribusi
untuk memudahkan Bank Syariah khususnya BPRS Harta Insan
Karimah (HIK) Ciledug dalam mengantisipasi atau mencegah
pembiayaan bermasalah khusunya kepada nasabah. Harus
menggunakan analisis yang sesuai dengan kondisi masyarakat
setempat, sehingga dari analisis tersebut pihak BPRS dapat
menentukan upaya preventif terhadap pembiayaan bermasalah.
Serta diharapkan skripsi ini menjadi bahan acuan bagi lembaga
keuangan lain, agar dalam mengambil keputusan tentang
pembiayaan selalu menggunakan prinsip kehati-hatian.
D. Tinjauan pustaka
Secara umum, penelitian tentang penyelesaian pembiayaan
musyarakah bermasalah telah dilakukan oleh banyak peneliti sebelumnya.
Adapun diantara para peneliti tersebut sebagai berikut :
1. Nadia, 207046100484, Program S1, Mekanisme Pembiayaan
Musyarakah di BMT Usaha Mulya, Pondok Indah Jakarta Selatan,
Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan
Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Pada skripsi yang ditulis oleh Saudari Nadia, membahas
mekanisme pembiayaan musyarakah, kesesuaian pembiayaan
musyarakah pada BMT Usaha Mulya dengan Fatwa DSN No. 8/DSN-
11
MUI/IV/2000 dan strategi yang diterapakan oleh BMT Usaha Mulya
dalam memasarkan produk pembiayaan musyarakah.
Sedangkan penelitian yang ada pada skripsi ini, membahas
prosedur dan pelaksanaan pembiayaan musyarakah, faktor-faktor
penyebab terjadinya musyarakah bermasalah dan penyelesaian
pembiayaan musyarakah bermasalah di Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah Ciledug.
2. Mutia Sarayati, 1111046100030, Program S1, Strategi Mitigasi Risiko
Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia, Program Studi
Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
Pada skripsi yang ditulis oleh Saudari Mutia Sarayati,
membahas penerapan pembiayaan musyarakah yang sudah diterapkan
oleh bank syariah, faktor-faktor yang menjadi kendala dalam penerapan
pembiayaan musyarakah, faktor-faktor yang mempengaruhi resiko
pembiayaan musyarakah, resiko yang dihadapi dalam penerapan
pembiayaan musyarakah, yang menjadi resiko utama dalam akad
musyarakah dan manajemen resiko pembiayaan musyarakah di Bank
Muamalat Indonesia.
Sedangkan penelitian yang ada pada skripsi ini, membahas
prosedur dan pelaksanaan pembiayaan musyarakah, faktor-faktor
penyebab terjadinya musyarakah bermasalah dan penyelesaian
12
pembiayaan musyarakah bermasalah di Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah Ciledug.
3. Reza Yudistira, 204046102977 Strategi Penyelesaian Pembiayaan
Bermasalah Pada Bank Syariah Mandiri Program S1, Program Studi
Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Pada skripsi yang ditulis oleh Saudara Reza Yudistira,
membahas strategi pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri, strategi
penyelesaian pembiayaan bermasalah dan praktik penyelesaian
pembiayaan bermasalah yang sesuai dengan fatwa DSN.
Sedangkan penelitian yang ada pada skripsi ini, membahas
prosedur dan pelaksanaan pembiayaan musyarakah, faktor-faktor
penyebab terjadinya musyarakah bermasalah dan penyelesaian
pembiayaan musyarakah bermasalah di Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah Ciledug.
4. Syadiah Azzahra, 1112053000053 Risiko Kredit Pembiayaan
Wirausaha IB Hasanah Pada Bank BNI Syariah KC Jakarta Barat
Program S1, Progam Studi (Manajemen Dakwah) Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016.
Pada skripsi yang ditulis oleh Saudari Syadiah Azzahra,
membahas risiko kredit pembiayaan wirausaha IB Hasanah, penerapan
dan hasil penyelesaian risiko kredit pembiayaan wirausaha IB Hasanah.
13
Sedangkan penelitian yang ada pada skripsi ini, membahas
prosedur dan pelaksanaan pembiayaan musyarakah, faktor-faktor
penyebab terjadinya musyarakah bermasalah dan penyelesaian
pembiayaan musyarakah bermasalah di Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah Ciledug.
E. Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif, beberapa
prosedur pendeketan kualitatif yaitu sebagai berikut :
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Untuk memahami istilah
penelitian kualitatif ini, perlu dikemukakan teori menurut Bogdan dan
Taylor mendifinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang yang diamati.17
Dengan memilih metode kualitatif ini,
penulis berharap dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat.
Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode
deskriptif adapun metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak
17
Lexi J. Moelang, Metodologi Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2000. Cet-11, h. 3
14
mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesisi atau
produksi.18
2. Sumber Data
Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan
menganalisa data-data penelitian yang dikelompokan menjadi dua
bagian, yaitu:
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
BPRS Harta Insan Karimah (HIK). Untuk memperoleh data primer
ini, penulis melakukan wawancara secara langsung.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang tertulis yang sudah
dipublikasikan baik yang diperoleh melalui studi kepustakaan
dengan cara mempelajarinya, menelaah, dan mengkaji buku-buku
yang erat kaitannya dengan masalah yang akan dikaji. Dalam
penelitian ini, penulis melakukan studi kepustakaan dengan cara
mengunjungi beberapa perpustakaan guna mendapatkan data dari
berbagai literature.
18
Jalaludin Rahmat, Metodologi Penelitian Komunikasi, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2000. h. 24
15
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan skripsi
ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data,
diantaranya sebagai berikut :
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan (library research), yaitu membaca
dan mengkaji beberapa literature yang ada di perpustakaan yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian, yaitu mengenai
Penyelesaian Pembiayaan Musyarakah Bermasalah, guna
merumuskan teori pendapat, definisi dan lain-lain.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan (field research,) yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk
memperoleh data-data yang berkaitan langsung dengan
permasalahan penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode sebagai berikut :
1) Observasi
Peneliti melakukan pengamatan langsung dilokasi BPRS Harta
Insan Karimah (HIK) Ciledug.
2) Wawancara
Peneliti melakukan wawancara untuk menggali data penelitian
ini melalui percakapan yang langsung dengan responden yang
16
mengarah pada masalah penelitian. Untuk wawancara ini,
digunakan pedoman wawancara guna mengarah permasalahan
sesuai dengan kepentingan penelitian.
3) Dokumentasi
Pengumpulan data ini berupa dokumen tentang penyelesaian
pembiayaan musyarakah bermasalah, yang diambil dari
dokumen-dokumen yang berupa makalah, internet, brosur,
data-data, dan dokumen lapangan (foto).
4. Teknik Analisis Data
Analisa data ini merupakan upaya bagaimana seorang peneliti
dapat memilih kategori-kategori yang sesuai untuk dijadikan sebuah
permasalahan sehingga dapat diorganisasikan menjadi satu kesatuan
yang dapat dikelola untuk mendapatkan pemahaman yang sesuai dengan
apa yang dipelajari dalam permasalahan yang diteliti untuk melihat
penyelesaian pembiayaan musyarakah bermasalah pada BPRS Harta
Insan Karimah (HIK) Ciledug.
Proses analisa diawali dengan membaca kembali keseluruhan
data yang telah diperoleh baik melalui wawancara dan pengamatan
maupun dari dokumen, gambar, foto, data-data dan lain sebagainya.
Selanjutnya dibuat rangkuman inti dan disusun dalam satuan-satuan
informasi yang dipersiapkan untuk dijadikan sebagai bahan laporan
penelitian, namun sebelumnya diadakan pemeriksaan terhadap
keabsahan data, lalu dikembangkan dalam bentuk penafsiran-penafsiran
17
data dengan melihat pendekatan yang digunakan, karena peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif maka peneliti mencoba
mendeskripsikan penyelesaian pembiayaan musyarakah bermasalah,
yang selanjutnya setelah diadakan pengujian lebih lanjut menjadi teori
subtantif dan menjadi laporan inti dari penelitian.
5. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah Ciledug.
Sedangkan Objek penelitiannya adalah penyelesaian pembiayaan
musyarakah bermasalah.
6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Waktu : Waktu penelitian penulis akan dilaksanakan pada
tanggal 16 Januari - 05 Mei 2017.
Tempat : Penulis melakukan penelitian di BPRS Harta Insan
Karimah (HIK) Ciledug, yang beralamat di Jl. Ciledug
Raya No. 88 Cipadu Larangan, Tangerang. Tlp. + 62 21
730 1456 dan Fax + 62 21 731 2461
7. Teknik Penulisan
Adapun metode penyusunan skripsi ini, penulis mengacu kepada
buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, Tesis dan Disertasi)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh CEQDA, April
2007, Cetakan, Ke-2.
18
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk menyusun laporan hasil
dari penelitian seacra umum sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini Menguraikan tentang pokok-pokok yang tertuang
pada skripsi ini yang terdiri dari latar belakang masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penilitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan
sistematika penyusunan dipergunakan untuk memberikan
penjelasan secara garis besar mengenai pembahasan yang
akan diuraikan pada skripsi ini.
BAB II LANDASAN TEORITIS
Bab ini membahas tentang Metode Penyelesaian,
Pembiayaan, Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan
Bermasalah, Penyelesaian Masalah, yang terdiri dari
Pengertian dan Konsep Metode Penyelesaian, Pengertian
Pembiayaan, Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan
Bermasalah dan Penyelesaian Masalah.
BAB III GAMBARAN UMUM BANK PEMBIAYAAN
RAKYAT SYARIAH (BPRS) HARTA INSAN
KARIMAH CILEDUG
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah
19
yang pembahasannya meliputi Sejarah BPRS Harta Insan
Karimah, Visi dan Misi BPRS Harta Insan Karimah,
Struktur Organisasi, Produk-produk BPRS Harta Insan
Karimah.
BAB IV ANALISIS METODE PENYELESAIAN
PEMBIAYAAN MUSYARAKAH BERMASALAH DI
BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)
HARTA INSAN KARIMAH CILEDUG
Temuan dan Analisis dalam bab ini peneliti akan
mengungkapkan dari hasil penelitian tersebut yang meliputi
metode dan prosedur pembiayaan musyarakah, faktor-
faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah, dan
penyelesaian pembiayaan musyarakah bermasalah di BPRS
Harta Insan Karimah.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab penutup dari skripsi ini yang didalamnya
memuat beberapa kesimpulan dan saran-saran dari bab
sebelumnya yang kemudian diakhiri dengan daftar pustaka
dan lampiran-lampiran.
20
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Metode Penyelesaian
1. Pengertian Metode
Metode secara etimologi berasal dari bahasa yunani, yang terdiri
dari penggalan kata “meta” dan “hodos”. Bila digabungkan maka metode
bisa diartikan “jalan yang harus dilalui”. Dalam pengertian yang lebih
luas, metode bisa diartikan sebagai “segala sesuatu atau cara yang
digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan”.19
Sumber
yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa jerman
methodicay yang artinya adalah ajaran tentang metode. Dalam bahasa
Arab disebut thariq. Apabila diartikan secara bebas metode adalah cara
yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu
maksud yang diinginkan.20
Sedangkan menurut kamus besar Besar Bahasa Indonesia metode
adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan
agar tercapai sesuai dengan yang dikhendaki atau cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang diinginkan.21
Abdul Kadir Munsyi dalam bukunya Metode
19
M. Luthfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
(Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2008). h. 120 20
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011). h.
242 21
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007). Cet-3, h. 740
21
Diskusi Dalam Dakwah mengartikan metode sebagai cara untuk
menyampikan sesuatu.22
Secara terminologi metode adalah segala sarana yang dapat
digunakna untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam kamus Besar
Ilmu Pengetahuan terdapat dua pengertian yaitu : pertama, cara kerja
yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang terlah ditentukan. Kedua, cara melaksanakan atau
mencapai ilmu pengetahuan berdasarkan kaidah-kaidah yang jelas dan
tegas.23
Melihat dari berbagai pengertian diatas maka dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa metode dalam arti yang umum adalah suatu
cara atau jalan untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Sehingga
tujuan tersebut dapat dicapai dengan semaksimal mungkin.
2. Langkah-langkah dan Jenis Metode Penyelesaian
Langkah dan jenis metode penyelesaian menurut Sudirman dalam
bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan adalah suatu jenis pembelajaran
yang berbasis masalah atau lebih spesifiknya dengan metode (Problem
Solving). Metode Problem Solving ini sering dinamakan atau disebut juga
dengan eksperimen method, reflective thinking method, atau scientific
method.24
Langkah-langkah metode penyelesaian sebagai berikut :
a. Adanya masalah yang dipandang penting.
22
Syekh Muhammad Abu Al-Falah Al-Bayanuniy, Ilmu Dakwah Prinsip dan
Kode Etik Berdakwah Menurut Al-Qur‟an dan As-Sunnah, Terjemahan Dedi Junaedi,
(Jakarta : Akademika Pressindo, 2010). h. 41-42 23
M. Save Dogun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : Lembaga
Pengkajian Kebudayaan Nusantara , 1997). Cet-2, h. 112 24
N. Sudirman. dkk. Ilmu Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1991). h.
146
22
b. Merumuskan masalah.
c. Analisa hipotesa.
d. Mengumpulkan data.
e. Mengambil kesimpulan.
f. Aplikasi (penerapan) dari kesimpulan yang diperoleh.
g. Menilai kembali seluruh proses pemecah masalah.
Sedangkan menurut Gibson mengemukakan beberapa jenis teknik
atau metode dalam menyelesaikan masalah antara lain :
a. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Pemecah masalah disenut juga metode konfrontasi, karena
berusaha mengurangi pertemuan tatap muka dari kelompok-
kelompok yang bertentangan. Kelompok yang saling bertentangan
memperdebatkan masalahnya dengan mengumpulkan informasi
yang relevan sampai tercapai suatu keputusan.
b. Tujuan Tingkat Tinggi (Superordinate Goals)
Tujuan tingkat tinggi meliputi pengembangan serangkaian
tujuan dan sasaran umum. Kelompok-kelompok yang bertujuan
bekerjasama mencapai tujuan dan sasaran yang lebih tinggi. Tujuan
tingkat tinggi tidak dapat dicapai oleh satu kelompok sendirian
sehingga setiap kelompok yang terlibat penyelesaian masalah akan
menggantikan semua tujuannya.
c. Perluasan Sumber (Expansion of Resources)
23
Keterbatasan sumber menjadi salah satu sebab penyelesaian
masalah. Apa saja yang diperoleh kelompok satu merupakan
pengorbanan dari kelompok yang lain. Sumber yang langka bsia
berupa posisi khusus, uang, ruangan, dan sebagainya. Teknik ini
diterapkan dengan memperluas sumber-sumber tersebut, shingga
setiap orang atau kelompok merasa terpenuhi.
d. Menghindari Konflik (Avoidance)
Cara ini tentunya menjadi alternatif termudah, namun tidak
menghasilkan manfaat dalam jangka panjang. Akibatnya, konflik
dalam penyelesaian masalah itu tidak dipecahkan secara efektif
atau tidak dapat disingkirkan.
e. Melicinkan Konflik (Smoothing)
Cara ini menekankan pada kepentingan umum dari
kelompok-kelompok yang bertentangan dan menghilangkan
perbedaan diantara mereka. Alasannya bahwa dengan menekankan
kesamaan pandangan mengenai beberapa masalah tertentu, maka
akan mudah mengarahkan kepada tujuan bersama.
f. Kompromi (Compromise)
Dalam metode ini tidak ada kelompok yang menang atau
kalah secara menonjol, karena keputusan yang dicapai mungkin
tidak ideal bagi setiap kelompok. Kompromi dapat digunakan
sangat efektif apabila pencarian tujuan (misalnya uang) dapat
24
dibagi-bagi. Jika hal ini tidak mugkin, maka satu kelompok harus
berkorban.25
3. Tahapan Metode Penyelesaian
Tahapan metode penyelesaian J. Dewey dalam bukunya yang
berjudul Strategi Belajar Mengajar dapat dilakukan melalui kelompok
dengan tahapan penyelesaiannya dilakukan sebagai berikut :
a. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah ini bertujuan untuk mengetahui dan
merumuskan masalah secara jelas.
b. Menelaah Masalah
Dalam menelaah masalah ini menggunakan kemampuan
dan pengetahuan untuk memperinci atau menganalisa masalah dari
berbagai sudut.
c. Merumuskan Hipotesis
Merumuskan hipotesis ini bertujuan dengan cara
berimajinasi dan menghayati keadaan ruang lingkup atas
penyelesaian masalah.
d. Pembuktian Hipotesis
25
Gibson James .L, Organisasi dan Manajemen : Prilaku, Struktur dan proses,
(Jakarta : Erlangga, 1990). h. 32-34
25
Dalam pembuktian hipotesis kemampuan yang diperlukan
adalah menelaah atau membahas data yang telah terkumpul.
Sehingga setelah menelaah dan membahas data diambil sebuah
keputusan dan kesimpulan.
e. Menentukan Pilihan Penyelesaian
Dalam membuat alternatif penyelesaian yaitu dengan
menggunakan dan memperhitungan akibat yang terjadi pada setiap
pilihan masalah.26
B. Pembiayaan Bank Syariah
1. Definisi Pembiayaan
Istilah pembiayaan pada dasarnya lahir dari pengertian I belive, I
trust, yaitu „saya percaya‟ atau „saya menaruh kepercayaan‟. Perkataan
pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust) yang berarti bank menaruh
kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang
diberikan oleh bank selaku shahibul maal. Dana tersebut harus
digunakan dengan benar, adil dan harus disertai dengan ikatan dan
syarat-syarat yang jelas serta saling menguntungkan bagi kedua belah
pihak.27
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan bab 1
pasal 1 No. 12 bahwasanya pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
26
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Grasindo, 2002). h. 115 27
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking : Sebuah Teori, Konsep,
dan Aplikasi, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2010). Cet-1, h. 698
26
adalah penyediaan uang atau tagihan yang berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara pihak bank dan pihak lain yang mewajibakan pihak
yang membiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil sesuai
dengan kesepakatan.28
Pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak yang lain untuk mendukung investasi yang
akan direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun suatu lembaga.
Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan.29
Dari kesimpulan yang sudah disebutkan diatas bahwa pembiayaan
yaitu perjanjian atas kepercayaan bank kepada nasabah untuk
memberikan pendanaan baik untuk suatu usaha, ataupun yang lainnya.
Dan mengembalikannya sesuai dengan jangka waktu yang telah
disepakati.
2. Tujuan Pembiayaan
Dalam membahas tujuan pembiayaan, mencakup lingkup yang
luas. Pada dasarnya, terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari
pembiayaan, yaitu sebagai berikut :
a. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan
berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari
usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya
28
UU Tentang Perbankan, No. 10 Tahun 1998, Bab 1 Pasal 1 No. 12 29
Yusak Laksmana, Panduan Praktiktis Account Officer Bank Syariah (Jakarta :
PT. Elex Media Komputindo, 2009), h. 20
27
akan menyalurkan pembiayaan kepada usaha-usaha nasabah yang
di yakini mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah
diterimanya. Dalam faktor kemampuan dan kemauan ini tersimpul
unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga unsur keuntungan
(profitability) dari suatu pembiayaan, sehingga kedua unsur
tersebut saling berkaitan. Dengan demikian, keuntungan
merupakan tujuan dari pemberi pembiayaan yang terjelma dalam
bentuk hasil yang diterima
b. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus
benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-
benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu,
dengan keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberiakan
dalam bentuk modal, barang, atau jasa itu betul-betul terjamin
pengembaliannya, sehingga keuntungan (profitability) yang
diharapkan dapat menjadi kenyataan.30
3. Jangka Waktu Pembiayaan
Jenis-jenis jangka waktu pembiayaan dibagi menjadi tiga bagian
salah satunya adalah sebagai berikut :
1. Pembiayaan Jangka Pendek, pembiayaan ini merupakan
pembiayaan yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 (satu) tahun
dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
30
Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta : PT Raja
Grafindo, 2004), edisi-3, h. 231
28
2. Pembiayaan Jangka Menengah, antara 1 sampai 3 tahun,
pembiayaan ini dapat diberikan untuk modal kerja, beberapa bank
mengklarifikasi pembiayaan jangka menengah sebagai pembiayaan
jangka panjang.
3. Pembiayaan Jangka Panjang, merupakan pembiayaan yang masa
pengembaliannya paling panjang yaitu diatas tiga tahun atau lima
tahun. Biasanya digunakan untuk pembiayaan rumah atau untuk
investasi jangka panjang seperti perkebunan.31
4. Penggolongan Kualitas Pembiayaan
Ketidak lancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun
bagi hasil atau profit margin pembiayaan mengakibatkan adanya
kolektabilitas pembiayaan. Secara umum kolektabilitas pembiayaan
dikategorikan menjadi empat macam yaitu :
1. Lancar atau Kolektabilitas 1
a) Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik, tidak
ada tunggakan, serta sesuai dengan persyaratan pembiayaan.
b) Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu
menyampaikan infirmasi keuangan secara teratur dan akurat.
c) Dokumentasi pembaiyaan lengkap dan pengikat agunan kuat.
2. Kurang lancar atau Kolektabilitas 2
a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bagi hasil
yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari.
31
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI-Press, 1984), h.
252
29
b) Terjadi cerukan atau overdraft yang bersifat permanen
khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan
kekurangan arus kas.
c) Hubungan debitur dan bank memburuk dan informasi
keuangan tidak dapat dipercaya.
d) Dokumnetasi pembiayaan tidak lengkap dan pengikatan
agunan yang lemah.
e) Pelanggaran terhadap persyaratan pokok pembiayaan.
f) Perpanjangan pembiayaan untuk menyembunyikan kesulitan
keuangan.
3. Diragukan atau Kolektabilitas 3
a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bagi hasil
yang telah melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari.
b) Terjadi cerukan atau overdraft yang bersifat permanen
khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan
kekurangan arus kas.
c) Hubungan debitur dan bank memburuk dan informasi
keuangan debitur tidak tersedia dan tidak dipercaya.
d) Dokumnetasi pembiayaan tidak lengkap dan pengikatan
agunan yang lemah.
e) Pelanggaran yang principal terhadap persyaratan pokok
perjanjian pembiayaan.
4. Macet atau Kolektabilitas 4
30
a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bagi hasil
yang telah melampaui 270 hari.
b) Dokumentasi pembiayaan dan atau pengikatan agunan tidak
ada.32
C. Pembiayaan Musyarakah
1. Definisi Musyarakah
Musyarakah atau dikenal dengan sebutan syirkah secara bahasa
berarti percampuran (ikhtilath), yaitu pencampuran antara sesuatu dengan
yang lainnya, sehingga sulit untuk dibedakan. Sedangkan musyarakah
menurut kamus perbankan syariah musyarakah berasal dari syarika,
menjadi sekutunya. Al-Musyarakah artinya persekutuan, perserikatan,
yang dalam bahasa indonesia menjadi musyarakah, artinya serikat
dagang; kongsi; perseroan dan persekutuan.33
Musyarakah diterjemahkan kedalam bahasa inggris dengan
partnership (kerja sama). Sedangkan lembaga-lembaga keuangan Islam
menerjemahkan dengan istilah participation financing (kerjasama dalam
pembiayaan).34
Syirkah dari segi bahasa berarti pencampuran (al-ikhtilat)
yaitu penggabungan dua bagian atau lebih yang tidak bisa dibedakan
antara satu bagian dengan bagian yang lain. Sedangkan menurut syara’,
syirkah adalah transaksi antara dua orang atau lebih yang kedua-
32
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, h. 253-257 33
Isriani Hardini dan Muh. H. Gihato, “Kamus Perbankan Syariah”, (Bandung :
Kiblat, 2012), Cet-2, h. 84 34
AH. Azharudin Latief, Fiqh Muamalah, (Jakarta : UIN Press, 2005), Cet-1, h.
129
31
keduanya sepakat untuk melakukan kerja yang bersifat financial dengan
tujuan mencari keuntungan dengan kerugian dan keuntungan ditanggung
bersama.35
Secara terminologi, sekalipun para ahli fiqh memberikan beberapa
definisi yang beragam, tetapi secara subtansi memiliki kesamaan, yaitu
kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu, di
mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.36
Menurut Dewan Syariah Nasional, musyarakah yaitu pembiayaan
berdasarkan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih pada suatu
usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.37
Musyarakah yang dideskripsikan oleh International Islamic Bank
For Investment and Development (metode pembiayaan terbaik dalam
bank islam) adalah suatu metode yang didasarkan pada keikutsertaan
bank dan pencari pembiayaan (mitra potensial) untuk suatu proyek
tertentu, dan akhirnya, keikutsertaan dalam menghasilkan laba dan rugi,
aturan dan syarat harus sesuai prinsip musyarakah, dan harus disepakati
35
Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, Perbankan Syariah :
Perspektif Praktis, (Jakarta : Muamalat Institute, 1999), h. 78 36
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di
Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013), Cet-2, h. 165 37
Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000.
32
sebelumnya antara bank dengan pihak mitra yang saling menyertakan
modal.38
Dari definisi musyarakah yang telah dikemukakan diatas pada
dasarnya tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lain. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa musyarakah adalah suatu akad kerjasama antara dua
orang atau lebih, untuk sebuah usaha atau modal dengan kerugian dan
keuntungan akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan dari
sebelumnya.
Skema Pembiayaan Musyarakah39
Modal A%
Modal B%
Nisbah X% Nisbah Y&
38
Arif Maftuhin, Menyoal Bank Syariah, (Jakarta : Paramadina, 2004), Cet-2, h.
93 39
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, (Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2014), h. 216
Nasabah Bank Syariah
Proyek atau Usaha
Pembagian Hasil Usaha
Pengembalian Modal Usaha
Pembiayaan Musyarakah
33
2. Landasan Hukum Musyarakah
a. Landasan Syariah
Landasan hukum syariah menjadi dasar yang dibolehkan
untuk akad musyarakah, adalah sebagai berikut :
a) Al-Hadits, Landasan Hukum Musyarakah Pada HR. Abu
Daud dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW berkata :
ريكين , ما إن هللا يقول : أها ث : عن أبي هريرة , رفعه قال الث ألش
م يخن أحدهما صاحبه , فإذأ خاهه خرجت من بيوهما 40.ل
Artinya : “Dari Abu Hurairah, ia merafa‟kannya kepada
Nabi Muhammad, beliau bersabda : Sesungguhnya
Allah berfirman : Saya adalah pihak ketiga dari
dua orang yang berserikat, selagi salah satunya
tidak mengkhiyanti temannya. Apabila ia
berkhianat kepada temannya, maka saya akan
keluar dari antara keduanya”. (HR. Abu Daud)
a) Al-Qur’an, Landasan Hukum Musyarakah Pada Firman
Allah, QS. Shad [38] : 24 :
....
....
Artinya : “....Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-
orang yang berserikat itu sebagian dari mereka
berbuat zalim kepada sebagian lain, kecuali orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh; dan
amat sedikitlah mereka ini....” (QS. Shaad : 24)41
40
Abu daud, Sunan Abi Daud, III (Bairut : Dar Fikri), hadis nomor 3385, h. 265 41
QS. Shaad ayat 24.
34
b. Landasan Hukum Positif
Landasan hukum positif mengenai musyarakah sebagai
salah satu produk pembiayaan pada perbankan syariah terdapat
dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan Pasal 1
ayat 13, yang isinya menyatakan bahwa prinsip syariah adalah
aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak
lain untuk menyimpan dana dan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah),
atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni
tanpa pilihan (ijarah), atau adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak
lain (IMBT).
Sedangkan secara teknis telah diatur dalam pasal 36 huruf b
poin kedua PBI (Peraturan Bank Indonesia) No. 6/24/PBI/2004
tentang bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, yang intinya menyatakan hak wajib
melaksanakan prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian dalam
melakukan kegiatan usahanya yang meliputinya penyaluran dana
melalui prinsip bagi hasil berdasarkan akad musyarakah dan
mengenai aplikasi akad musyarakah terdapat dalam PBI (peraturan
35
Bank Indonesia) No. 7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpun
dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah. Musyarakah juga telah diatur dalam ketentuan
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 08/DSN-MUI/IV/2000
tercatat pada tanggal 13 April 2000 yang didalamnya mengenai
modal, kerja, keuntungan dan kerugian.42
Dijelaskan sudah di Peraturan Standar Akutansi (PSAK)
1006 2007 tentang akutansi musyarakah, yang menjelaskan tentang
karakteristik musyarakah, pengakuan dan pengukuran seputar
transaksi musyarakah, serta penyajian dan pengungkapan informasi
investasi musyarakah dalam laporan keuangan.43
3. Jenis-Jenis Musyarakah
a. Syirkah Al-‘Inan
Merupakan kerjasama antara dua orang atau lebih di mana
besarnya penyertaan modal dari masing-masing anggota tidak
harus sama besarnya, masing-masing anggota mempunyai hak
penuh untuk aktif dalam mengelola usaha, namun yang
bersangkutan dapat menggugurkan hak tersebut, pembagian
keuntungan dapat didasarkan atas persentase modal masing-masing
atau dapat pula berdasarkan negoisasi atau kesepakatan di amna hal
ini dimungkinkan karena adanya kemungkinan tambahan kerja atau
42
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta : Gajah
Mada University Press, 2007), h. 128 43
Rizal Yaya, dkk, Akutansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kotemporer,
(Jakarta : Salemba Empat, 2009), h. 155
36
menganggung risiko dari salah satu pihak, dan kerugian dibagi
bersama sesuai dengan besarnya penyertaan modal. Syirkah al-
„inan merupakan bentuk perkongsian yang paling banyak
digunakan antara lain dapat diterapkan dalam Perseroan Terbatas,
Joint Venture, Penyertaan Saham, dan Proyek Khusus (Special
Investment).
b. Syirkah Al-Mufawadhah
Merupakan kerja sama antara dua orang atau lebih di mana
besarnya penyertaan modal dari masing-masing anggota sama,
setiap anggota menjadi wakil dan penjamin (kafil) bagi partner
lainnya, mempunyai hak dan kewajiban yang sama, dan pembagian
keuntungan dapat didasarkan atas persentase modal masing-
masing. Dengan kata lain, syarat utama dari jenis syirkah ini adalah
kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban
utang dibagi oleh masing-masing pihak. Sekalipun syarat-syarat
syirkah ini relatif lebih ketat, tetapi dapat diterapkan Perseroan
Terbatas, Joint Venture, Penyertaan Saham, dan Proyek Khusus
(Special Investment).
c. Syirkah Al-‘Amal/Abdan/Shina’i
Merupakan kerja sama antara dua orang seprofesi (atau
tidak, menurut pendapat selain Syafi’i) untuk menerima pekerjaan
secara kolektif/bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu.
Misalnya, kerja sama dua orang konsultan untuk mengerjakan
37
sebuah proyek atau kerja sama dua orang penjahit untuk menerima
order pembuatan seragam sebuah kantor. Pada syirkah ini yang
terpenting adalah pembagian kerja atas keahlian masing-masing
sesuai kesepakatan. Ketidakjelasan pembagian kerja dapat
menimbulkan perselisihan di kemudian hari terutama dalam hal
pembagian keuntungannya.
d. Syirkah Al-Wujuh
Merupakan kerja sama antara dua orang atau lebih yang
mengandalkan wujuh (reputasi, prestasi, wibawa, atau nama baik),
dan tidak ada keterlibatan modal sama sekali. Misalnya, kongsi
antarpedagang yang tidak membeli barang secara tunai atas
kepercayaan dan jaminan mitranya, kemudian menjualnya dengan
tunai.44
e. Rukun dan Syarat Musyarakah
Rukun musyarakah menurut mayoritas ulama fiqh adalah adanya
para pihak yang bekerja sama (asy-syuraka), modal (ra‟sul maal), usaha
atau proyek (al-masyru‟), dan pernyataan kesepakatan (ijab-qabul).45
Adapun yang menjadi rukun dalam musyarakah adalah apabila
musyarakah memiliki beberapa rukun yang telah digariskan oleh ulama
guna menentukan sahnya akad tersebut. Rukun yang dimakud adalah :
44
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di
Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013), Cet-2, h. 166-168 45
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di
Lembaga Keuangan Syariah, h. 168
38
1. Sighat (ijab qabul).
2. Pihak yang bertransaksi.
3. Objek transaksi (modal dan kerja).46
Adapun syarat-syarat umum musyarakah, hampir sama dengan
syarat yang lainnya, diantara syarat tersebut adalah :47
1. Modal
a) Modal musyarakah harus berupa yang yang didapat diterima
oleh umum ketika transaksi musyarakah itu dimulai.
b) Modal harus diketahui nilai, macam dan jenisnya.
c) Modal tidak boleh dicampur dengan harta pribadi.
d) Modal tidak disyaratkan harus sama antara semua pihak.
2. Pembagian Keuntungan
a) Transaksi musyarakah menentukan prinsip-prinsip
pembagian hasil antara semua pihak yang jelas baik untung
maupun rugi.
b) Presentase pembagian keuntungan untuk masing-masing
pihak dijelaskan ketika berlangsungnya akad.
c) Keuntungan diambil dari hasil laba harta perserikatan, bukan
dari harta lain.
46
Ascarya, Akad dan Produk Perbankan Syariah, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007), Edisi-1, h. 60 47
Mahmoud Al Anshari, Ismail Hasan, Samir Mutawalli, “Al Bunuk Al
Islamiyyah” Alih Bahasa Syahril Mukhtar, Perbankan Islam Sejarah, Prinsip dan
Operasional, (Jakarta : 1993), h. 102
39
D. Pembiayaan Bermasalah
1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah secara teknis suatu hal yang biasa
dipergunakan di kalangan perbankan terhadap upaya-upaya yang
dulakukan bank dalam mengatasi pembiayaan bermsalah. Sedangkan
menurut istilah adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka
membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara lain
melalui penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali
(reconditioning), dan penataan kembali (restructuring).
Dalam berbagai peraturan yang diterbitkan Bank Indonesia tidak
dijumpai pengertian dari “pembiayaan bermasalah”. Begitu juga istilah
Non Performing Financings (NPFs) untuk fasilitas pembiayaan maupun
istilah Non Performing Loan (NPL) untuk fasilitas kredit tidak dijumpai
dalam peraturan-peraturan yang diterbitkan di Bank Indonesia. Namun
dalam setiap Statistik Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat
Perbankan Syariah Bank Indonesia dapat dijumpai istilah Non
Performing Financings (NPFs) yang diartikan sebagai “Pembiayaan Non
Lancar mulai dari kurang lancar sampai dengan macet”.
Pembiayaan bermasalah tersebut, dari segi produktivitasnya
(performance-nya) yaitu dalam kaitannya dengan kemampuannya
menghasilkan pendapatan bagi bank, sudah berkurang atau menurun dan
bahkan mungkin sudah tidak ada lagi. Bahkan dari segi bank, sudah tentu
mengurangi pendapatan, membesarnya biaya pencadangan, yaitu PPAP
40
(Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif), sedangkan dari segi
nasional, mengurangi kontribusinya terhadap pembangnan dan
pertumbuhan ekonomi.48
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
bermasalah adalah pembiayaan yang kualitasnya berada dalam golongan
kurang lancar, diragukan, dan macet. Atau suatu keadaan dimana
nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh
kewajibannya kepada bank sebagaimana yang telah diperjanjikan.
Terdapat beberapa peraturan Bank Indonesia yang berlaku bagi
Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dalam
melakukan penyelesaian pembiayaan bermasalah, yaitu :
1. Peraturan Bank Indonesia No. 10/18/PBI/2008 tanggal 25
September 2008 tentang Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah
bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, sebagaimana
telah diubah dengan PBI No. 13/9/PBI/2011 tanggal 8 Febuari
2011.
2. Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/34/DPbS tanggal 22 Oktober
2008 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/35/DPbS tanggal 22
Oktober 2008 perihal Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, sebagaimana telah
diubah dengan SEBI No. 13/18/DPbS tanggal 30 Mei 2011.49
48
Faturrahman Djamil. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2012), h. 66 49
A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama, 2012), h. 447-448
41
2. Sebab-Sebab Pembiayaan Bermasalah
Dalam penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
jo. UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan maupun dalam
Penjelasan Pasal 37 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
antara lain dinyatakan bahwa kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam
pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat.
Apabila bank tidak memperhatikan asas-asas pembiayaan yang
sehat dalam menyalurkan pembiayaannya, maka akan timbul berbagai
risiko yang harus ditanggung oleh bank antara lain berupa :
1. Utang atau kewajiban pokok pembiayaan tidak dibayar.
2. Margin atau bagi hasil atau fee tidak dibayar.
3. Membengkaknya biaya yang dikeluarkan.
4. Turunnya kesehatan pembiayaan (finance soundness).
Risiko-risiko tersebut dapat mengakibatkan timbulnya
pembiayaan bermasalah (non performing financings/NPFs) yang
disebabkan oleh faktor intern bank.50
3. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah
Penyelesaian pembiayaan bermasalah di suatu bank dapat
dilakukan dengan adanya langkah awal dalam mengetahui gejala
50
Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, h.
72
42
pembiayaan yang berpotensi bermasalah, bank harus segera melakukan
upaya penanganan sebelum masalah tersebut menimbulkan kerugian bagi
pihak bank.
Dalam proses penanganan pembiayaan bermasalah, penangannya
dilakukan sesuai dengan kolektabilitas pembiayaan, yaitu sebagai
berikut:
a. Pembinaan potensial bermasalah, dilakukan dengan cara :
1) Pembinaan anggota
2) Pemberian dengan surat edaran
3) Kunjungan lapangan oleh sebagian pembiayaan kepada
nasabah
4) Upaya preventif dengan penanganan rescheduling, yaitu
penjadwalan kembali jangka waktu angsuran serta
memperkecil jumlah angsuran juga dapat dilakukan dengan
reconditioning, yaitu memperkecil keuntungan atau bagi
hasil.
b. Pembiayaan diragukan dan macet, dilakukan dengan cara :
1) Membuat surat teguran atau peringatan
2) Kunjungan lapangan oleh sebagian pembiayaan kepada
nasabah secara lebih bersungguh-sungguh
3) Upaya penyehatan dengan cara rescheduling, yaitu
penjadwalan kembali jangka waktu angsuran serta
memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil.
43
c. Pembiayaan diragukan dan macet, dilakukan dengan cara :
1) Dilakukan rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka
waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran.
2) Dilakukan reconditioning, yaitu memperkecil margin atau
bagi hasil usaha.
3) Dilakukan dengan pengalihan atau pembiayaan ulang dalam
bentuk pembiayaan al-Qardhul Hasan.51
Dalam peraturan undang-undang Bank Indonesia No.
10/18/PBI/2008 tentang penyelesaian pembiayaan bagi Bank Syariah dan
Unit Usaha Syariah.52
Dan secara umum proses penyelesaian
pembiayaan bermasalah dalam lembaga keuangan syariah atau bank
dapat dilakukan dengan cara:
1. Rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu angsuran
pembiayaan serta memperkecil jumlah angusran pembiyaan.
2. Reconditioning, yaitu perubahan sebagaian atau seluruh syarat-
syarat pembiayaan meliputi perubahan jadwal pembayaran
angusuran, jangka waktu dan margin.
3. Restructuring, yaitu tindakan bank kepada nasabah dengan cara
menambah modal nasabah dengan pertimbangan bahwa nasabah
membutuhkan tambahan dana atau usaha yang dibiayai masih
layak.
51
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta : UPP AMP
YKPN, 2005), h. 268 52
Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, h.
83
44
4. Kombinasi, merupakan kombinasi dari ketiga jenis metode yang
digunakan diatas. Misalnya kombinasi antara restructuring dengan
reconditioning atau rescheduling dengan restructuring.
5. Penyitaan jaminan atau agunan yang merupakan jalan terakhir
apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik atau
sudah tidak mampu lagi dalam membayar utang-utangnya.53
E. Penyelesaian Masalah
1. Pengertian Penyelesaian
Penyelesaian secara etimologi menurut kamus besar bahasa
indonesia yaitu pe-nye-le-sai-an “n” proses, yang artinya adalah : cara,
perbuatan, menyelesaikan dll. Seperti berbagai arti pemberesan atau
pemecahan suatu masalah.54
Sedangkan menurut kamus akbar bahasa
arab ( حل ) yang artinya adalah penyelesaian.55
Menurut kamus bahasa
inggris completion yang artinya adalah penyelesaian.56
Secara terminologi penyelesaian adalah suatu proses yang
digunakan dalam banyak disiplin, kadang-kadang dengan perspektif yang
berbeda, dan sering dengan istilah yang berbeda. Penyelesaian
memungkinkan suatu proses tindakan yang dilaksanakan berdasarkan
kriteria tertentu, yang terfokus dan termanajemen. Cara mengenali
53
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003),
Cet-2, h. 131 54
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007). Cet-3, h. 1020 55
A. Thoha Husein Almujahid & A. Atho’illah Fathoni Alkhalil, KABA Kamus
Akbar Bahasa Arab Indonesia-Arab, (Jakarta : Gema Insani, 2013). Cet-1, h. 1271 56
Sam S. Warib, Kamus Lengkap 100 Milliard, (Jakarta : Sandro Jaya). h. 47
45
masalah secara umum yaitu dengan cara mendefinisikan masalah,
temukan bukti dari permasalahan, carilah penyebab munculnya masalah,
pertimbangkan berbagai kemungkinan untuk menemukan jalan keluar dari
masalah, pilihlah jalan keluar yang mudah, laksanakan penyelasaian,
periksa kembali dengan penyelesaian yang dilakukan.
2. Pengertian Masalah
Masalah secara etimologi menurut kamus besar bahasa indonesia
yaitu ma-sa-lah “n” yang artinya adalah sesuatu yang harus diselesaikan
(dipecahkan); soal atau persoalan.57
Sedangkan menurut kamus akbar
bahasa arab ( مشاكل) yang artinya adalah masalah.58
Sedangkan menurut
kamus lengkap bahasa inggris “problem” b : yang artinya adalah
masalah.59
Sedangkan secara terminologi pengertian masalah adalah sesuatu
yang tidak dapat dijawab dengan suatu informasi, melainkan merupakan
suatu “kesukaran”, suatu “kesulitan”, atau suatu “kerumitan” yang
melibatkan orang-orang, biaya, waktu, tata cara kerja, perlindungan, dan
lain sebagainya.60
Pada umumnya yang dimaksudkan dengan suatu
masalah atau problema adalah suatu penyimpangan atau deviasi secara
57
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2008). Cet-4, h. 883 58
A. Thoha Husein Almujahid & A. Atho’illah Fathoni Alkhalil, KABA Kamus
Akbar Bahasa Arab Indoneisa-Arab, h. 910 59
Sam S. Warib, Kamus Lengkap 100 Milliard, h. 226 60
S. Prajudi Atmosudirdjo, Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan
Keputusan (Decisions Making), (Jakarta : Seri Pustaka, 1979). Cet-5, h. 67
46
tidak terduga sebelumnya dari apa yang dikhendaki, diperhitungkan,
direncanakan atau diperintahkan.61
Masalah dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yang berbeda
yaitu (masalah yang tidak jelas dan masalah yang terdefinisi dengan
baik) dari mana suatu masalah harus menemukan solusi yang tepat yang
harus diselesaikan. Masalah yang tidak jelas adalah yang tidak memiliki
tujuan yang jelas, jalur solusi, atau solusi yang diharapkan. Masalah yang
terdefinisi dengan baik memiliki tujuan tertentu yaitu dengan cara jalur
solusi yang jelas.
Masalah-masalah ini juga memungkinkan untuk perencanaan
awal lebih dari masalah tidak jelas. Mampu memecahkan. masalah
kadang-kadang melibatkan dengan hal-hal yang pragmatik (logika) dan
semantik (interpretasi dari masalah). Kemampuan untuk memahami apa
tujuan dari masalahnya dan aturan apa yang bisa diterapkan merupakan
kunci untuk memecahkan masalah. Kadang-kadang masalah memerlukan
beberapa pemikiran abstrak dan datang dengan solusi kreatif.
3. Pengertian Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah atau bisa disebut juga dengan (problem
solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan menghadapi
berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun
masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Dalam proses penyelesaian masalah terdapat tiga hal yaitu : pemecahan
61
S. Prajudi Atmosudirdjo, Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan
Keputusan (Decisions Making), h. 55
47
masalah, kunci keberhasilan dan ukuran keberhasilan.62
Penyelesaian
masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha-usaha
untuk menyelesaikan masalah, hingga menemukan jalan keluar
masalahnya. Pemecahan masalah adalah sebuah proses dimana suatu
situasi diamati kemudian bila ditemukan masalah dibuat penyelesaiannya
dengan cara identifikasi masalah, mengambil alternatif atau solusi.63
Menurut Hanlie Murray, Alwyn Olivier, dan Piet Human seperti
dikutip oleh Miftahul Huda mengemukakan bahwa metode penyelesaian
masalah Problem Solving merupakan salah satu dasar teoritis dari
berbagai strategi pembelajaran yang menjadikan masalah (problem)
sebagai isu utamanya. Menurut mereka, penyelesaian masalah muncul
ketika masalah-masalah itu yang tidak ada metode rutin untuk
menyelesaikannya.64
4. Pentingnya Penyelesaian Masalah
Penyelesaian Masalah ini menjadi semakin penting dan
merupakan kebutuhan mutlak bagi seorang pemimpin, karena ikut
menentukan keberhasilan seorang pemimpin atau manager. Hal ini dapat
dimengerti karena penyelesaian masalah merupakan salah satu peranan
pokok dari seseorang pemimpin atau manager.65
62
Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2005), Cet-5, h. 239-240 63
Dydiet Hardjito, Pemecah Masalah yang Analitik (Analytical Problem Solving),
(Bogor : Prenada, 2003). Cet-1, h. 20
64 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2013), Cet-1, h. 273-274 65
Faturrahman Djamil. Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di
Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013). Cet-2, h. 165
48
Dalam manajemen modern banyak orang yang mempunyai
pendapat yang keliru tentang penyelesaian masalah, mereka
menganggapnya sebagai suatu pekerjaan yang mudah, dan tidak perlu
dipelajari, karena dialami setiap orang sehari-hari. Jadi, dianggapnya
sudah merupakan hal yang rutin. Padahal, sebenarnya untuk menguasai
kemampuan penyelesaian masalah, diperlukan suatu pola berfikir tertentu
dan teknik-teknik yang merupakan prasarat yang harus dipahami. Selain
itu juga dituntut kemampuan analisis yang tangguh. Karena jika terjadi
kesalahan dalam memecahkan masalah akan berakibat fatal bagi
keberhasilan organisasi.
Dalam suatu transaksi pembiayaan musyarakah yang dilandasi
adanya keinginan para pihak yang berkerja sama untuk meningkatkan
nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama,66
sejarah manajemen
menunjukkan, bahwa manusia berusaha memecahkan permasalahan yang
dihadapinya melalui berbagi cara. Froment E. Kast dan James E.
Rosenzweig seperti yang dikutip oleh Dydiet Hardjito mengungkapkan
bahwa sedikitnya ada 5 (lima) cara berbeda yang ditempuh manusia
dalam memecahkan permasalahannya :
a. Pendekatan pada kekuatan supernatural.
b. Pendekatan pada kekuasaan (otoritas).
c. Naluri (intuisi).
d. Pengetahuan awam (common sense).
66
Faturrahman Djamil. Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di
Lembaga Keuangan Syariah, h. 165
49
e. Metode ilmiah.67
5. Teknik Pengambilan Keputusan
Menurut S. Prajudi Atmosudirdjo didalam buku pengambilan
keputusan yang mengemukakan keputusan adalah sebagai sesuatu
pengakhiran atau pemutusan daripada suatu proses pemikiran tentang
suatu masalah atau problema, untuk menjawab pertanyaan apa yang
harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan
pilihan (choice) pada salah satu alternatif yang tertentu.68
Tujuan dalam
pengambilan keputusan adalah mengurangi kecemasan maupun keraguan
dalam membuat keputusan-keputusan penting. Sehingga bagaimana
caranya memecahkan keputusan besar menjadi sejumlah keputusan
kecil.69
Teknik pengambilan keputusan dalam urusan dinas atau
keorganisasian sangatlah berhati-hati, dan tidak akan memasukkan
persaaan pribadi dalam urusan-urusan tersebut.70
Khusunya di dunia
perbankan syariah, teknik pengambilan keputusan dalam dunia
perbankan secara lebih spesifik adalah :
a. Menganali masalah secara produktif.
b. Menggambarkan tujuan-tujuan baru secara lebih jelas dan terarah.
67
Dydiet Hardjito, Pemecah Masalah yang Analitik (Analytical Problem Solving),
(Bogor : Prenada, 2003). Cet-1, h. 6-7 68
S. Prajudi Atmosudirdjo, Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan
Keputusan (Decisions Making), h. 54-55 69
Harvey Kaye, Mengambil Keputusuan Penuh Percaya Diri, (Mitra Utama,
1997), Cet-2, h. xi 70
S. Prajudi Atmosudirdjo, Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan
Keputusan (Decisions Making), h. 54
50
c. Menerima tantangan dan risiko perubahan.
d. Menyusun langkah-langkah tindakan.
e. Membuka akses ke sumber-sumber daya.
f. Melatih ketajaman memilih yang terbaik dari sejumlah alternatif
yang tersedia.
g. Menghadapai berbagai hambatan yang menghalangi jalan yang
ditempuh.
h. Mengutamakan tujuan-tujuan primer ketimbang yang hanya
bersifat sekunder apabila kesemuanya tidak bisa dicapai sekaligus.
i. Mengembangkan rasa percaya diri dan keberanian dalam membuat
keputusan.71
71
Harvey Kaye, Mengambil Keputusuan Penuh Percaya Diri, (Mitra Utama,
1997), Cet-2, h. xii
51
BAB III
GAMBARAN UMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)
HARTA INSAN KARIMAH CILEDUG
A. Sejarah Berdirinya BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan karimah (HIK) adalah
bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang memiliki asset (konsolidasi) terbesar
di Indonesia. Pada awalnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan
Karimah (HIK) didirikan di Ciledug, Tangerang Banten oleh Alumni Fakultas
Ekonomi Universitas Gajah Mada yang tergabung dalam Yayasan Harapan
Mulya Insani.
Pemegang saham Perseroan adalah Alumni Himpunan Mahasiswa
Islam Fakultas Ekonomi Gajah Mada (HMI FE UGM) Yogyakarata, sampai
dengan Desember 2011, jumlah pemegang saham sebanyak 249 orang dengan
jumlah saham yang terbesar (tidak ada pemegang saham pengendali).
Kekeluargaan dan silaturahmi adalah niat dan tekad awal para pemegang
saham ketika mendirikan Perseroan, yang sampai saat ini tetap terbina dengan
baik
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah
didirikan berdasarkan akte notaris tertanggal 19 Desember 1992 dengan nama
awal Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang kemudian pada tahun 1993
merubah nama menjadi Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan
Karimah. Pada tahun 2009 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Harta
52
Insan Karimah merubah namanya kembali menjadi Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah sesuai peraturan Perbankan Syariah No.
21 Tahun 2008.
Setelah 17 tahun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta
Insan Karimah menjadi sahabat para pengusaha menengah, kecil dan mikro,
kini Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah telah
memiliki kantor cabang yang tersebar di Ciledug, Karawaci dan Cikarang,
serta kantor unit pelayanan pembiayaan di Depok.
Konsistensi untuk memberikan pelayanan yang prima kepada para
pengusaha menengah, kecil dan mikro (UMKM), mendorong didirikannya
kembali Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah di
Bekasi yang memiliki badan hukum tersendiri melalui akuisisi dari Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) Baitulniaga Insani pada tahun 2005 dan kini telah
memiliki kantor cabang di Jakarta pusat.
Pada tahun 2006 melaui akuisisi dari Bank Perkreditan Rakyat
Syariah Tolong Menolong Bermanfat (TOAT), didirikan kembali Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah di Parahyangan yang
memiliki badan hukum tersendiri dan telah memiliki kantor cabang di
Cianjur.
Sampai sekarang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan
karimah telah memberikan fasilitas pembiayaan (konsolidasi) kepada
golongan pengusaha kecil, pada tahun 2007 sebesar Rp. 131 Milliar yang
53
meningkat menjadi Rp. 181 Milliar pada tahun 2008 dan pada tahun 2009
sampai dengan November sebesar Rp 271 Milliar.
Pendirian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah
yang dilakukan melalui akuisisi dari suatu perusahaan pada tahun 2008,
dimaksudkan sebagai lembaga pusat, perumusan dan pengendalian strategi
korporat, serta memastikan sinergi antar perusahaan-perusahaan anak sebagai
proses memaksimalkan potensi grup dalam mengembangkan ekonomi syariah
dan memberikan nilai tambah kepada Usaha Menengah, Kecil dan Mikro
(UMKM).
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah
diharapkan dalam perjalannya dapat berperan menentukan struktur korporat,
strategi pemasaran dan layanan, melakukan penguatan modal,
mengkonsolidasikan keuangan korporat dan perusahaan anak, merumuskan
nilai, norma, dan sikap dasar korporat, menentukan pengembangan usaha,
baik akuisisi maupun aliansi, yang perlu dilakukan oleh perusahaan anak.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah
berkomitmen menjaga amanah yang diberikan para investor serta berupaya
memberikan manfaat lebih kepada para investor, sehingga optimalisasi
investasi bukan hanya bersifat komersial karena mendapatkan bagi hasil
tinggi, resiko yang relatif kecil karena dikelola dengan sangat hati-hati atau
prudential banking dan tidak ada leverage akan tetapi berinvestasi pada BPRS
Harta Insan Karimah memiliki kelebihan khusus karena berwawasan sosial
dengan komitmen pengembangan layanan Zakat, infaq dan shodaqoh melalui
54
baitul maal.72
Secara singkat sejarah BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
dapat dilihat pada gambar 1.1
Gambar 1.173
Riwayat Singkat & Milestone Pengembangan Bisnis BPRS HIK
72
Hikinduk, diakses dari http://hikinduk.blogspot.co.id/2012/10/sejarah-harta-
insan-karimah.html?m=1, pada tanggal 31 Maret 2017, Pukul 11:30 WIB 2
Bprshik, diakses dari www.bprshik.co.id, pada tanggal 19 April 2017, Pukul
20:29 WIB
55
B. Visi, Misi & Arsitektur Bisnis BPRS Harta Insan Karimah
Gambar 2.1
Visi, Misi & Arsitektur Bisnis BPRS HIK
Visi
Misi
Pilar
Nilai
Budaya
Sumber : Bprshik, diakses dari www.bprs.co.id, pada tanggal
05
Februari 2017, Pukul 11:19 WIB
Terwujudnya Bank Syariah yang
Unggul dan Terpercaya
Menjalan
kan
usaha
perbanka
n yang
sehat &
amanah
Memberi
kan
pelayana
n yang
terbaik &
Islami
Berperan aktif dalam
pengembangan dunia
usaha & peningkatan kesejahteraan
masyarakat
Meningkatkan
kesejahteraan
pemegang
saham, pengurus
& karyawan
Menjalankan
misi dakwah
yang
rahmatan lil
alamin
SYSTEM &
PROCEDURE
Up-date,
Prudent, &
Syariah
Compliance
HUMAN
CAPITAL
Produktif,
Profesional, &
Berkualitas
FINANCIAL
SOUNDNESS
Expansive,
Profitable &
Sehat
PRODUCT &
SERVICES
Beragam,
Inovatif, &
Solutif
INFRA
STRUCTURE
Kokoh, Handal
& Adatif
Menjadikan bekerja sebagai ibadah
Keramah-tamahan & kekeluargaan
Berakhlaqul karimah
Hasil terbaik & peningkatan
komptensi
Siddiq, Amanah, Fathonah, dan
Ikhlas
Layanan terbaik & kemitraan
strategis
Disiplin, tanggung jawab &
kerjasama
Berorientasi pada proses & hasil
Penyempurnaan yang kreatif &
inovatif
Konsistensi
dalam syariah Etos Kerja
yang Tinggi Professional,
Berintegritas
56
C. Identitas Perseroan BPRS Harta Insan Karimah
Gambar 3.1
Identitas Perseroan BPRS HIK
Sumber : Bprshik, diakses dari www.bprs.co.id, pada tanggal
19 April 2017, Pukul 20:37 WIB
D. Organisasi BPRS Harta Insan Karimah
1. Struktur Organisasi
Gambar 4.1
Struktur BPRS HIK
Sumber : Bprshik, diakses dari www.bprs.co.id, pada tanggal 19 April 2017,
Pukul 20:40 WIB
57
2. Dewan Pengurus BPRS Harta Insan Karimah
a. Dewan Direksi
1) Ir. H. Toto Suharto
2) Khusnul Khorip, SE, SH
3) Alif Wijaya, SE, MM
b. Dewan Komisaris
1) Drs. H. Ladiman Djaiz, MM, CPA
2) H. Budi Yusmono, SE
3) Hj. Norainio Bawazier, BSc
c. Dewan Pengawas Syariah
1) Dr. KH Masyhuri Naim, MA
2) Drs. Karnaen A Perwataatmadja, MPA
d. Dewan Penasehat
1) Ir. Adiwarman A Karim, MBA, MAEP
E. Produk – Produk BPRS Harta Insan Karimah
1. Produk Penghimpun Dana BPRS Harta Insan Karimah74
a. Produk Pembiayaan IB (Islamic Banking) BPRS HIK
Produk pembiayaan IB adalah lembaga perbankan yang
menerapkan sistem dan opersional berdasarkan Syariat Islam,
74
Bprshik, diakses dari www.bprshik.co.id, pada tanggal 19 April 2017, Pukul
20:49 WIB
58
sehingga Bank ini dijalankan dengan mengikuti tata cara berusaha
dan perjanjian sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.
Berbeda dengan Bank Konvensional, Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah Ciledug tidak
menggunakan perangkat bunga, melainkan sistem bagi hasil dan
prinsip jual beli. HIK memerikan proses yang mudah, pelayanan
yang cepat dan persyaratan ringan, untuk membiayai usaha dan
kebutuhan, antara lain :
1) Pembiayaan Modal Usaha
Nasabah yang mempunyai usaha dan sudah berjalan
minimal satu tahun akan diberikan tambahan modal. Seperti
kebutuhan modal ketika menjelang lebaran, ketika
mendapatkan proyek dengan SPK/PO, atau kebutuhan lain
ketika permodalan anda perlu ditambah.
2) Pembiayaan Investasi
BPRS HIK memberikan pembiayaan yang sifatnya
investasi seperti pembelian kendaraan, pembelian mesin,
pembelian tanah atau bangunan, dan investasi lainnya yang
menunjang usaha dan keperluan.
59
3) Pembiayaan Konsumtif
Berupa kebutuhan yang di inginkan seperti barang-
barang elektronik, kebutuhan renovasi tempat tinggal,
pendidikan, pengobatan dan kebutuhan konsumtif lainnya.
4) Pembiayaan Talangan Haji/Porsi Haji
Ibadah haji adalah salah satu rukun islam yang ke-lima.
Karena keterbatasan dana dan kesempatan maka keinginan
mulia menjadi tertunda. BPRS HIK memberikan dana talangan
untuk menjamin kepastian untuk menunaikan panggilan Allah
SWT.
5) Pembiayaan Khusus Guru Bersertifikasi
BPRS HIK memberikan pembiayaan khusus guru yang
bersertifikasi untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan.
Seperti pendidikan, kesehatan, renovasi rumah, modal usaha,
umroh/haji, dan wisata.
b. Jenis Akad Pembiayaan IB
1) Akad Pembiayaan Murabahah (Jual Beli )
Akad jual beli suatu barang dimana bank (penjual)
menyebutkan harga jual yang terdiri dari harga pokok barang
dan tingkat keuntungan tertentu atas barang tersebut yang
disetujui oleh nasabah (pembeli). Al murabahah sangat
60
berguna bagi nasabah yang membutuhkan barang secara
mendesak tetapi kekurangan dana, pada saat nasabah
kekurangan likuiditas, maka nasabah meminta kepada bank
agar membiayai pembelian barang tersebut dan nasabah
membayar secara mengangsur kepada bank.
2) Akad Pembiayaan Mudharabah (Bagi Hasil)
Akad kerjasama usaha antara bank ( shahibul maal )
dengan nasabah (mudharib) dimana bank menyediakan modal
100% sedang nasabah menjadi pengelola. Keuntungan usaha
dibagai menurut kesepakatan bersama berupa nisbah bagi hasil
yang dituangkan didalam akad. Apabila terjadi kerugian maka
ditanggung oleh bank selama bukan akibat kelalaian nasabah
sedang jika kerugian disebabkan akibat kelalaian nasabah,
maka nasabah wajib menanggung kerugian tersebut.
Mudharabah sangat tepat bagi nasabah yang membutuhkan
modal kerja untuk pengembangan usaha atau jasa.
3) Akad Pembiayaan Musyarakah (Kerja Sama)
Akad usaha antara bank dengan nasabah dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atas usaha
tersebut dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko
akan ditanggung bersama sesuai kesepakat. Musyarakah sangat
tepat bagi nasabah yang kekurangan dana untuk penyelesaian
suatu proyek diamana nasabah dan bank sama-sama
61
menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah
proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama
bagi hasil yang disepakati.
4) Akad Pembiayaan Ijarah (Sewa)
Akad pemindahan hak guna atas barang/jasa melalui
pembayaran upah sewa tanpa diikuti pemindahaan
kepemilikan atas barang itu sendiri. Ijarah bisa digunkaan bagi
nasabah yang kekurangan dana untuk menyewa bangunan
(misal RUKO) yang harus dibayar tunai tanpa diangsur.
Nasabah meminta bank untuk membayar sewa ruko tersebut
secara tunai dan bank menyewakan kembali kepada nasabah
ruko tersebut dengan cara di angsur.
5) Akad Pembiayaan Istishna’ (Pesanan)
Akad penjualan nasabah (mustashni) dengan bank
(shani’) dalam akad ini bank menerima pesanan dari nasabah
dan bank berusaha melalui pihak lain untuk membuat atau
membeli pokok akad (mashnu) menurut spesifikasi yang telah
disepakati dan menjualnya kepada nasabah. Dan kedua belah
pihak telah sepakat atas harga serta sistem pembayaran.
Istishna ini biasanya diaplikasikan pada pembiayaan
konstruksi dimana bank menerima pesanan dari nasabah untuk
62
membangun suatu bangunan dan bank menyerahkannya
kepada kontraktor untuk membangunnya. Bank membayar
untuk konsturksi itu kemudian menjualkannya pada nasabah.
6) Akad Pembiayaan Muntahiyyah Bit Tamlik
Perpaduan antara sewa menyewa (ijarah) dan jual
beli/hibah diakhir masa sewa atau lebih tepatnya akad sewa
yang diakhiri dengan pemindahan kepemilikan barang dari
bank (pemilik barang) kepada nasabah (penyewa). Ijarah
muntahiyyah bit tamlik bisa diaplikasikan bagi nasabah yang
membutuhkan barang (motor) bank terlebih dahulu
membelikan barang yang dibutuhkan nasabah dan kemudian
bank menyewakan barang tersebut kepada nasabah dengan
cara mengangsur disertai janji penjualan/hibah diakhir periode
angsuran (LUNAS) dari bank kepada nasabah sehingga barang
menjadi milik nasabah.
c. Keunggulan Pembiayaan IB
1) Harga jual murah dengan Angsuran Ringan (Margin setara
1,3% per-bulan).
2) Angsuran tetap sampai lunas (tidak berpengaruh dengan suku
bunga).
3) Proses cepat dan syarat mudah.
63
2. Produk Penyaluran Dana (Pembiayaan) BPRS Harta Insan
Karimah
a. Deposito Hasanah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan
Karimah telah memberikan bukti tingkat bagi hasil deposito
hasanah melebihi tingkat suku bunga bank umum atau bagi hasil
bank umum syariah lainnya, sebagaimana terlihat dari tingkat bagi
hasil per 31 Desember 2015 :
Tabel 1.1
Tingkat Bagi Hasil Deposito Hasanah
Produk NISBAH INDIKASI
p.a.
TABUNGAN 25 : 75 5.87
DEPOSITO 1 BULAN 47 : 53 9.42
DEPOSITO 3 BULAN 50 : 50 10.02
DEPOSITO 6 BULAN 55 : 45 11.02
DEPOSITO 12 BULAN 60 : 40 12.02
Sumber : Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan
Karimah, diakses, Dari Brosur, pada tanggal 19 April
2017, Pukul 20:58 WIB
b. Tabungan Anak Sholeh, yaitu Tabungan khusus pelajar dan
mahasiswa, memperolah bagi hasil dan mendapatkan santunan
Asuransi Syariah sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah)
sekiranya pelajar atau mahasiswa meninggal dunia.
c. Tabungan Karimah, yaitu Tabungan untuk perorangan,
memperolah bagi hasil dan santunan asuransi syariah sebesar Rp
1.000.000,- (satu juta rupiah) sekiranya nasabah meninggal dunia
karena kecelakaan.
64
d. Tasbih, yaitu Tabungan yang disediakan bagi umat Islam yang
berencana menunaikan ibadah haji dan umroh, berasuransi syariah
dan mendapatkan fasilitas pembiayaan talangan haji.
e. Taslim, yaitu Tabungan yang dirancang khusus untuk lembaga-
lembaga pendidikan syariah atau umum yang berencana mengatur
dana keuangan sekolah secara syariah, aman dan menguntungkan.
f. Tabungan Qurban, yaitu Tabungan yang dirancang khusus bagi
nasabah yang berkeinginan merencanakan ibadah qurban secara
teratur setiap tahunnya. Pembelian hewan qurban dan
penyalurannya dapat dipercayakan ke Bank.75
F. Prosedur Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah menurut Bank Indonesia adalah akad kerja
sama usaha patungan antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk
membiayai suatu jenis usaha halal dan produktif. Pendapatan atau keuntungan
dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.76
Gambar tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Calon nasabah datang ke bank syariah dengan maksud untuk mengajukan
permohonan pembiayaan musyarakah untuk modal kerja atau usaha.
75
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah, diakses, Dari
Brosur, pada tanggal 05-Febuari-2017, Pukul 11:15 WIB 76
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di
Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013), Cet-2, h. 165
65
2. Pemenuhan data dan dokumen, jika dinilai layak untuk diberikan
pembiayaan musyarakah maka bank memberikan persetujuan prinsip
pembiayaan kepada calon nasabah (surat penawaran). Jika dinilai tidak
layak atau BI Checking tidak bagus maka permohonan pembiayaan
musyarakah tidak bisa dilanjutkan.
3. Bank melakukan analis usaha dan jaminan agar terhindar dari kejadian
yang tidak diinginkan. Layak atau tidak layak untuk permohonan
pembiayaan musyarakah.
4. Setelah negoisasi dan kesepakatan (penyusunan usulan pembiayaan),
kedua belah pihak melakukan perjanjian dengan prinsip musyarakah.
5. Jika pemenuhan persyaratan dipenuhi maka penerbitan surat penegasan
dari persetujuan pembiayaan keuntungan dapat dilakukan secara
angsuran atau tempo. Dan kesepakatan keuntungan untuk bank sebesar
nisabah yang telah ditentukan akad, sedangakan kesepakatan keuntungan
untuk nasabah sebesar nisbah yang telah ditentukan pada akad.
6. Pemenuhan persyaratan melakukan penandatanganan surat (persetujuan
prinsip pembiayaan), pengikatan jaminan pengembalian modal bank
dibayar pada saat jatuh tempo pembiayaan. Pengembalian pokok dapat
dilakukan secara bertahap secara cashflow nasabah. Jika permohonan
selesai maka tahap selanjutnya adalah pencairan dana.77
Untuk
memberikan gambaran tentang prosedur pembiayaan musyarakah dapat
dilihat pada skema no. 1 dibawah ini.
77
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di
Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013), Cet-2, h. 172-173
66
Skema 1.1
Prosedur Pembiayaan Musyarakah
BI Checking
Analisis pembiayaan
Sumber : Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam
Transaksi di Lemabaga Keuangan Syariah, h. 172
1
Pengajuan oleh calon nasabah
2
Pemenuhan Data
dan Dokumen
Lolos
Tidak
lolos
Tidak
Layak
3
Survey usaha dan Jaminan
Setujui
4 Penyusunan Usulan Pembiayaan
5 Penerbit surat penegasan dari
Persetujuan pembiayaan
6
a. Penandatanganan Akad
b. Pengikatan Jaminan
c. Pencairan Biaya
Tidak
Setujui
Dipenuh
i
Tidak
Dipenuhi
Layak
67
BAB IV
ANALISIS METODE PENYELESAIAN PEMBIAYAAN
MUSYARAKAH BERMASALAH
DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)
HARTA INSAN KARIMAH CILEDUG
A. Metode dan Prosedur Pembiayaan Musyarakah BPRS Harta Insan
Karimah Ciledug
Metode dan prosedur pembiayaan musyarakah tentu saja memiliki
ciri-ciri yang berbeda dalam setiap prosedur dan pelaksanaan dalam Bank
Syariah di Indonesia. Pada umumnya tugas pokok Bank Syariah memberikan
fasilitas atau intermediary dengan mengumpulkan dana dari masyarakat dan
memberikan pembiayaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
membutuhkan. Hal ini ditunjukkan pada BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
yang memiliki prosedur dan pelaksanaan pembiayaan khususnya untuk
pembiayaan musyarakah. Yang bertujuan untuk menyalurkan produk
pembiayaan yang aman, terarah dan bermanfaat. Maka secara umum metode
dan prosedur pembiayaan musyarakah di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
dilakukan dengan metode dan prosedurnya78
sebagai berikut :
1. Metode dan Prosedur Sebelum Melakukan Pembiayaan Musyarakah.
Pada tahap awal sebelum memasuki pembiayaan musyarakah
yang dilakukan BPRS Harta Insan Karimah Ciledug yaitu dengan
78
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hadi Kamaludin, sebagai AO Account
Officer BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 04 Mei 2017
68
memasarkan pembiayaan musyarakah ke masyarakat dengan
menawarkan door to door atau mencari rekanan atau mitra nasabah yang
sudah bekerjasama dengan pihak BPRS Harta Insan Karimah. Untuk
akad musyarakah harus dijelaskan terlebih dahulu oleh pihak BPRS
Harta Insan Karimah terutama AO (Account Officer). Dimana akad
musyarakah itu harus dibayar bagi hasilnya terlebih dahulu dan pokok
pembiayaan pada saat jatuh tempo pembiayaan tergantung dari jangka
waktu proyek yang akan dikerjakan dengan ada kesepakatan antara
nasabah dengan pihak Bank, dimana akad harus disaksikan oleh notaris
Bank.
Dalam mengajukan pembiayaan akad musyarakah, nasabah tidak
selalu ditolak, karena jika nasabah itu mempunyai data yang bagus dan
sesuai dengan ketentuan pihak bank maka semua persyaratan dan
jaminan akan diterima dan diproses. Tetapi jika nasabah mempunyai data
yang tidak valid (mempalsukan identitas) dan jaminan yang diragukan
maka proses akan ditolak dan tidak bisa diproses.79
Sedangkan usaha
yang diminati pihak BPRS Harta Insan Karimah Ciledug untuk
pembiayaan musyarakah adalah :
a. Proyek perumahan atau property yang prosfektif.
b. Pedagang hewan Qurban terutama hewan sapi dan kambing.
79
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hadi Kamaludin, sebagai AO Account
Officer BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 04 Mei 2017
69
c. Proyek industri maupun non industri baik BUMN, pemerintah dan
swasta. Yang terpenting proyek tersebut prosfektif dapat di proses
sesuai dengan bidang usaha nasabah.80
Pada tahap aplikasi pembiayaan disebut juga dengan tahap
dokumentasi. Jika hasil proses ini disimpulkan bahwa calon nasabah
layak untuk dibiayai, maka pihak bank mengumpulkan data penunjang
pembuatan usulan pembiayaan musyarakah. Adapun data-data tersebut
adalah formulir permohonan usaha pembiayaan dan kelengkapan serta
jaminan. Adapun syarat pelaksanaan pembiayaan musyarakah di BPRS
Harta Insan Karimah Ciledug antara lain :
a. Survey nasabah
b. Minta legalitas yang lengkap seperti :
1) SIUP (surat izin usaha perdagangan) perusahaan atau
perorangan.
2) NPWP (nomor pokok wajib pajak).
3) TDP (tanda daftar perusahaan).
4) Proyek yang dikerjakan atau yang sedang dikerjakan kemudian
proyek yang akan dikerjakan.
5) KTP (suami dan istri).
6) Surat nikah.
7) Akte pendirian perusahaan.
80
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hadi Kamaludin, sebagai AO Account
Officer BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 04 Mei 2017
70
8) Jaminan berupa SHM (surat hak milik)/SHGB (sertifikat hak
guna bangunan) a.n suami atau istri.
9) PBB terakhir.
10) Data keuangan atau rasio keuangan antara lain :
a) Neraca perusahaan pertahun.
b) Cash flow perusahaan.
c) Laba/rugi perusahaan.
d) Rekening koran atau buku tabungan.
11) Meminta bukti kontrak tempat usaha kalau nasabah tersebut
menyewa. Kalau tidak jangan diminta.
12) Company Profile yaitu meliputi foto-foto usaha yang
dikerjakan.81
Melihat arti pentingnya syarat pelaksanaan pembiayaan
musyarakah diatas maka perlu dijelaskan mengenai mekanisme
pembiayaan musyarakah di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug adalah :
a. Mensurvey usaha yang dikelola untuk memperoleh keyakinan
apakah nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi
kewajibannya kepada bank secara amanah untuk pembayaran pokok
sesuai dengan kesepakatan diawal. Baik Account Officer, Pincab dan
Direksi.
81
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hadi Kamaludin, sebagai AO Account
Officer BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 04 Mei 2017
71
b. BI Checking nasabah wajib dilakukan oleh pihak bank untuk
membantu proses persetujuan pembiayaan serta menjadi alat untuk
pelaksanaan manajemen resiko khususnya pemberian pembiayaan.
c. Foto usaha nabasah memastikan bahwa nasabah yang mengajukan
pembiayaan layak dibiayai dan seluruh dokumennya benar-benar
valid. Tujuannya agar terhindar dari manajemen resiko.
d. Tentukan atau beri penjelasan bahwa nisbah bagi hasil 2,2%
perbulan atau 2,1% perbulan (Flat) untuk pembiayaan musyarakah,
dimana pokok tetap setelah jatuh tempo sedangkan nisbah bagi
hasilnya dibayar terlebih dahulu tergantung dari nilai proyek dan
jangka waktu proyek tersebut.
Sedangkan yang diharapkan oleh pihak BPRS Harta Insan
Karimah Ciledug dalam mengajukan pembiayaan khususnya pembiayaan
musyarakah adalah : usaha yang dikelola nasabah dan bagi hasil yang
sudah disepakati bersama bagus sehingga dapat memenuhi angsuran
perbulan, usaha tidak fiktif harus jelas sesuai dengan bidangnya, usaha
yang dikelola oleh nasabah sudah lama didirikan dan sesuai pada
bidangnya, nasabah yang telah diberikan pembiayaan harus kreatif dalam
membayar angsuran susuai dengan jatuh tempo yang telah disepakati
bersama, dan profit atau margin sesuai dengan ketentuan atau
kesepakatan bersama.82
82
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hadi Kamaludin, sebagai AO Account
Officer BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 04 Mei 2017
72
2. Tahap Analisa Pembiayaan dan Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan
Musyarakah.
Untuk tahapan analisa pembiayaan pihak bank melakukan survey
dan penilaian kepada calon nasabah dengan menggunakan standar
penilaian pembiayaan 5C yaitu : Character (kepribadian), Capacity
(kemampuan dalam menjalankan usaha), Capital (modal), Colleteral
(jaminan), dan Condition (keadaan).83
Untuk menganalisa kepada calon
nasabah akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Character
Menggambarkan watak atau kepribadian calon nasabah.
Tujuannya pihak bank melakukan analisis terhadap karakter calon
nasabah adalah untuk mengetahui bahwa calon nasabah benar-benar
mempunyai keinginan untuk memenuhi kewajibannya untuk
membayar pinjamanannya sampai lunas.
2. Capacity
Analisis terhadap capacity ini dilakukan oleh bank
ditunjukan untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam bidang
bisnisnya, apakah usaha yang dilakukannya sudah berjalan lama atau
belum.
83
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hadi Kamaludin, sebagai AO Account
Officer BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 04 Mei 2017
73
3. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat dari
laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) dengan melakukan
pengukuran dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran
lainnya.
4. Colleteral
Merupakan jaminan atau anggunan yang diberikan oleh calon
nasabah atas pembiayaan yang diajukan. Anggunan merupakan
sumber pembayaran kedua, artinya apabila nasabah tersebut tidak
dapat membayar kewajibannya atau macet, maka pihak bank dapat
melakukan eksekusi terhadap jaminannya.
5. Condittion
Condittion merupakan analisis terhadap kondisi
perekonomian. Pihak bank perlu mempertimbangan usaha calon
nasabah. Untuk menghindari terjadinya pembiayaan bermasalah.
Sedangkan plafond pembiayaan dan yang memberikan keputusan
pemberian pembiayaan musyarakah di BPRS Harta Insan Karimah
Ciledug antara lain :
Di tulis Berdasarkan plafond pembiayaan antara :
1. Rp. 10.000.000 – Rp. 20.000.000
(AO+KADIV+PINCAB)
2. Rp. 20.000.000 – Rp. 300.000.000
74
(AO+PINCAB+KADIV+DIREKSI+DIREKTUR)
3. Rp. 300.000.000 – Rp 5 Milyar)
(AO+PINCAB+KADIV+DIREKSI+DIREKTUR+KOMISARIS)84
Sedangkan nisbah bagi hasil antara nasabah dengan pihak bank
yaitu Nisbah bagi hasil yang diterima di BPRS Harta Insan Karimah
Ciledug adalah : 2,2% perbulan (Flat) atau 2,1% perbulan (Flat).85
Sedangkan nisbah yang diterima oleh nasabah yaitu sesuai dari nilai
proyek yang didapat atau tagihannya. Semakin banyak proyeknya maka
semakin meningkat nisbah yang diterima. Untuk nasabah yang diberikan
pembiayaan khusunya pembiayaan musyarakah yaitu : 2,2% (Flat) atau
2,1% (Flat).86
Didalam perbankan syariah khususnya BPRS Harta Insan
Karimah Ciledug tidak ada denda jika nasabah yang telat membayar
kewajibannya. Pihak BPRS Harta Insan Karimah Ciledug hanya
melakukan proses musyawarah atau bersilaturahmi dengan nasabah yang
telat mambayar kewajiabnnya. Bagi nasabah yang telat membayar
kewajibannya, maka pihak nasabah diminta tabbaru sebesar 0,00005%,
inipun tidak masuk income bank, melainkan masuk ke infaq Bank.
84
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hadi Kamaludin, sebagai AO Account
Officer BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 04 Mei 2017 85
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hadi Kamaludin, sebagai AO Account
Officer BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 04 Mei 2017 86
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hadi Kamaludin, sebagai AO Account
Officer BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 04 Mei 2017
75
B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Musyarakah
Bermasalah BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
Kualitas pembiayaan ditetapkan menjadi 5 (lima) golongan, yaitu
(lancar) dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.
Pembiayaan merupakan aktivitas yang sangat penting karena dengan
pembiayaan akan diperoleh sumber pendapatan utama dan menjadi penunjang
kelangsungan usaha Bank. Sebaliknya, bila pengelolaan tidak baik akan
menimbulkan permasalahan dan berhentinya usaha bank. Begitupula pada
pihak BPRS Harta Insan Karimah yang mempunyai faktor-faktor penyebab
pembiayaan musyarakah bermasalah dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Faktor Intern87
Yang menjadi salah satu faktor pembiayaan musyarakah
bermasalah salah satunya adalah yang berasal dari pihak bank itu sendiri,
yang terdiri dari faktor-faktor sebagai berikut :
a. Faktor Analisa Pembiayaan
1) Kurang baiknya pemahaman atas business nasabah (nature of
business), baik dalam business perdagangan, industri, dan jasa.
2) Kurang dilakukan evaluasi keuangan nasabah.
3) Kesalahan setting fasilitas pembiayaan.
87
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hari Nurwantoro, SH, sebagai Remedial &
Recovery BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 10 Mei 2017
76
b. Faktor perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada business
usaha nasabah.
c. Faktor Sumber Pengembalian
1) Proyeksi penjualan terlalu optimis.
2) Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaan business
dan kurang memperhitungkan aspek kompetitor.
3) Tidak memperhitungkan keutuhan hidup nasabah.
d. Faktor Jaminan
1) Tidak memperhitungkan aspek marketable.
2) Aspek nilai jaminan.
3) Aspek letak atau strategisnya.
4) Aspek perimbangan dengan pembiayaan.
5) Dan dianggap sebagai pelengkap tanpa memperhitungkan
resiko, seandainya pembiayaan bermasalah.
e. Faktor Lemahnya Suvervisi dan Monitoring
1) Desk Monitoring
a) Kurang dilakukan evaluasi atas rekening nasabah.
b) Kurangnya perhatian atas keterlambatan pembayaran
kewajiban nasabah.
c) Belum diterapkannya penggolongan pembiayaan secara
tertib.
2) Off Side Monitoring
77
a) Jarang berkunjung ke lokasi usaha nasabah, sehingga side
streaming dan permasalahan nasabah tidak dapat
terdeteksi sejak awal.
b) Tidak pernah dihubungi melalui telephon atau handphone.
c) Tidak pernah dilakukan supervisi lapangan.
2. Faktor Ekstern88
Sedangkan yang menjadi faktor ekstern berasalah dari nasabah
yang tidak amanah atau tidak jujur dalam mengembalikan kewajibannya
kepada bank. Maka faktor ekstern terdapat 4 (empat) kategori faktor,
yaitu : Chracter, Chapacity Tidak Memadai, Condition, dan
Lingkungan.
a. Faktor Chracter
1) Tidak amanah.
2) Side streaming penggunaan dana.
3) Peningkatan pola konsumsi dan gaya hidup yang berlebihan.
4) Memprioritaskan kepentingan lain.
b. Faktor Chapacity Tidak Memadai
1) Kalah dalam persaiangan usaha.
2) Usaha yang dijalankan relatif baru.
3) Gagal dalam collection.
4) Tidak mampu menanggulangi masalah atau kurang menguasai
bisnis.
88
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hari Nurwantoro, SH, sebagai Remedial &
Recovery BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 10 Mei 2017
78
c. Faktor Condition89
1) Meninggalnya ker person
2) Perselisihan sesama direksi
3) Perceraian key person
4) Anggota keluarga sakit
5) Kecelakaan, dll
d. Faktor Lingkungan
1) Bencana alam
2) Kebijakan pemerintah
3) Huru hara/demontrasi
4) Kendala musim
5) Dll
Pada kasus yang terjadi di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug yaitu
bernama Azwar Indra Sendi dengan pembiayaan sebesar 1 Milyar dengan
kasus pemalsuan semua jaminan. Hal ini disebabkan kurang baiknya pihak
manajemen dalam menganalisa pembiayaan dan penilaian kepada calon
nasabah. Sehingga pihak BPRS Harta Insan Karimah akan melakukan upaya
untuk menangani pembiayaan bermasalah tersebut dengan melakukan upaya
penyelamatan dan penyelesaian pembiayaan bermasalah, adapun gejala dini
pembiayaan bermasalah adalah salah satu faktor dari Kelalaian Management,
Hubungan Perbankan, dan Kelalaian Posisi Keuangan. Berikut adalah gejala
dini yang menyebabkan pembiaayan bermasalah adalah :
89
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hari Nurwantoro, SH, sebagai Remedial &
Recovery BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 10 Mei 2017
79
1. Faktor Kelalaian Management90
a. Perubahan kebiasaan pemegang peran di perusahaan.
b. Persoalan rumah tangga pemegang peran di perusahaan.
c. Tidak lagi kooperatif dengan Bank.
d. Meninggalnya pemegang kunci perusahaan.
e. Perubahan dalam manajemen, kepemilikan.
f. Masalah buruh atau karyawan.
g. Kontinuitas manajemen tidak jelas.
h. One-man show.
i. Ketidakmampuan memenuhi kewajiban komitmen pribadi.
j. Lamban berekasi terhadap kelesuan pasar atau ekonomi.
k. Bersikeras mengambil resiko business yang kurang wajar.
l. Tidak mampu menyusun rencana usaha.
m. Kegiatan produk-produk yang menguntungkan terhenti.
n. Pengawasan dan penyusunan laporan keuangan lemah.
o. Perubahan kegiatan usaha.
2. Faktor Hubungan Perbankan dan Kelalaian Kegiatan Operasional
Debitur
a. Pembiayaan yang terus menerus.
b. Penurunan kontinyu saldo simpanan di Bank.
c. Ketergantungan yang berat pada hutang jangka pendek.
d. Peningkatan jumlah dan frekuensi permintaan pembiayaan.
90
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hari Nurwantoro, SH, sebagai Remedial &
Recovery BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 10 Mei 2017
80
e. Supppliers (existing) minta informasi untuk peningkatan pemberian
pembiayaan pada debitur.
f. Kehilangan langganan-langganan utama.
g. Fasilitas produksi tidak terawat dengan baik.
h. Penangguhan penggantian fasilitas produksi yang sudah ketinggalan
zaman.
i. Kehilangan supply bahan baku, produk-produk utama, hak distribusi,
dll.
j. Kenaikan menyolok volume order yang dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan dengan kemampuan produksi.
3. Kelalaian Posisi Keuangan
a. Piutang dagang membekak.
b. Tagihan makin lamban.
c. Persedian membengkak.
d. Perputaran persediaan makin lamban.
e. Penurunan aktiva lancar secara % terhadap total aktiva (negative
working capital).
f. Peningkatan passiva lancar yang tidak proporsionil.
g. Peningkatan leverage.
h. Peningkatan mencilok hutang jangka panjang.
i. Penurunan omzet konsistent.
j. Peningkatan omzet sangat cepat.
k. Omzet naik, utang turun.
81
l. Peningkatan mencilok biaya-biaya.
m. Kenaikan tingkat piutang macet.
n. Rugi operasional.
C. Penyelesaian Pembiayaan Musyarakah Bermasalah BPRS Harta Insan
Karimah Ciledug
Perkembangan ekonomi islam saat ini telah mengalami kemajuan
yang cukup pesat, hal ini disebabkan banyaknya bank syariah yang
bermunculan dan membuka era baru bagi perkembangan ekonomi islam baik
international ataupun di Indonesia. Perkembangan ini juga disebabkan oleh
baiknya pengelolaan dana yang dilakukan oleh bank syariah itu sendiri dalam
menyelesaikan pembiayaan bermasalah yang ada, salah satunya ialah yang
dilakukan BPRS Harta Insan Karimah Ciledug dalam penyelesaian
pembiayaan musyarakah bermasalah agar nantinya kredibilitas bank ini pun
tetap terjaga dengan baik. Untuk mengetahui proses penanganan pembiayaan
bermasalah dapat dilihat pada tabel no. 1.1 dibawah ini.
Proses Penanganan Pembiayaan Bermasalah
Tabel 1.2
No Kategori Proses
1 Lancar Monitoring Usaha, Stock, Proyek, dll
2 Kurang Lancar Surat Pemberitahuan, Teguran, dan
Kunjungan.
(Preventif : Reschedule, Restruktur,
Rekondisi)
3 Diragukan Surat Teguran, Peringatan, dan
Kunjungan.
(Reschedule, Restructure, Rekondisi)
4 Macet Penagihan, Off-Set Jaminan, Ekskusi, dll
82
Sumber : Wawancara Pribadi dengan Bapak Hari Nurwantoro, SH,
sebagai Remedial & Recovery BPRS Harta Insan Karimah
Ciledug, 10 Mei 2017
Dalam penyelesaiannya pun pihak BPRS Harta Insan Karimah
Ciledug melakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan melakukan
Revitalisasi Proses, Penyelesaian Melalui Jaminan dan dengan Litigasi.
Penyelesaiannya sebagai berikut :
1. Revitalisasi Proses91
Dalam penyelesaian ini dilakukan proses revitalisasi yaitu dengan
secara bertahap dari penjadwalan ulang (reschedulling), penataan ulang
(restructuring), persyaratan ulang (resconditioning), dan bantuan
management. Revitalisasi ini dilakukan proses apabila berdasarkan
evaluasi ulang pembiayaan yang dilakukan terdapat indikasi bahwa usaha
nasabah masih berjalan dan hasil usaha nasabah diyakini masih mampu
untuk memenuhi kewajiban angsuran kepada bank.
a. Reschedulling
Hal ini dilakukan memperpanjang jangka waktu untuk
penyelamatan pembiayaan dengan merubah syarat-syarat perjanjian
pembiayaan yang berkenaan dengan jadwal pembayaran pembiayaan
kembali atau jangka waktu, termasuk grace period baik termasuk
besarnya jumlah angsuran atau tidak. Dalam hal ini nasabah
diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu pembiayaan
91
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hari Nurwantoro, SH, sebagai Remedial &
Recovery BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 10 Mei 2017
83
misalnya perpanjang jangka waktu pembiayaan dari 6 bulan menjadi
satu tahun sehingga nasabah mempunyai waktu yang lebih lama
untuk mengembalikannya.
b. Restructuring
Restructuring adalah upaya penyelematan dengan melakukan
perubahan syarat-syarat perjanjian pembayaan atau melakukan
konversi atas seluruh atau sebagaian dari kredit menjadi equity
perusahaan dan equity bank yang dilakukan dengan atau tanpa
rescheduling dan atau reconditioning atau lebih jelasnya sebagai
berikut :
1) Bank melakuakan evaluasi permasalahan nasabah mengenai
sebab terjadinya tunggakan yang didasari atas laporan
keuangan, cash flow, proyeksi keuangan, kondisi pasar dan
faktor lain yang berkaitan dengan usaha nasabah (BI Checking
dan trade checking: bowheer, supplier dan customer).
2) Membuat perkiraan pengembalian kewajiban sebelum dan
sesudah restrukturisasi.
3) Peninjauan efisiensi manajemen nasabah untuk menentukan
apakah diperlukan restrukturisasi organisasi nasabah.
4) Pendekatan dan asumsi yang digunakan dalam menetapkan
proyeksi arus kas serta dalam memperhitungkan nilai tunai
dari angsuran pokok dan margin yang akan diterima.
84
5) Jadwal pembayaran kembali yang telah direvisi mencerminkan
persyaratan yang telah disesuaikan dengan kemampuan
membayar nasabah.
6) Analisa kesimpulan dan rekomendasi dalam melakukan
penyelesaian persyaratan pembiayaan seperti :
a) Penurunan margin atau bagi hasil
b) Pengurangan tunggakan pokok atau margin
c) Perubahan jangka waktu
d) Penambahan fasilitas
7) Penyesuaian persyaratan pembiayaan dilakukan dengan
mempertimbangkan siklus usaha dan kemampuan membayar
nasabah.
8) Tujuan dan penggunaan tambahan pembiayaan, apabila
restrukturisasi pembiayaan dilakukan dengan cara penambahan
pembiayaan, maka tambahan pembiayaan tersebut tidak
diperkenankan untuk melunasi tunggakan kewajiban nasabah.
9) Rincian kelengkapan dokumen yang diperlukan dalam rangka
pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan.
10) Dilakukan pengikatan ulang kembali secara notarial terhadap
pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan.
11) Cabang atau unit kerja yang terkait harus menyusun laporan
pemantauan dan laporan pembiayaan yang direstruktur setiap
bulannya mengenai :
85
a) Pemenuhan kewajiban nasabah (sesuai persyaratan
restrukturisasi pembiayaan).
b) Perkembangan usaha nasabah.
c) Kemungkinann pembayaran kembali.
12) Review legalitas akad pembiayaan, guna memastikan bahwa
seluruh pihak-pihak yang terkait dengan pembiayaan sudah
dilakukan pengikatan dengan sempurna.
c. Resconditioning
Hal ini dilakukan untuk penyelamatan pembiayaan dengan
cara merubah sebagian atau seluruh syarat perjanjian kredit yang
tidak terbatas. Hanya kepada perubahan jadwal angsuran atau jangka
waktu pembiayaan saja, namun perubahan tersebut tanpa
memberikan tambahan pembiayaan atau tanpa melakukan konversi
atas seluruh atau sebagian dari pembiayaan menjadi equity
perusahaan.
d. Proses Management
Penyehatan pembiayaan diusulkan agar debitur mendapat
bantuan management dari pihak lain yang lebih menguasai
keberadaan usahanya. Hal ini dilakukan apabila permasalahan terjadi
karena kesalahan management hingga sumber pengembalian
pembiayaan masih potensial.
86
2. Penyelesaian Melalui Jaminan92
Penyelesaian melalui jaminan ini dilakukan apabila berdasarkan
hasil evaluasi ulang pembiayaan nasabah sudah tidak prospektive, usaha
yang dimiliki sudah menurun, dan nasabah tidak cooperatif. Untuk
menyelesaikan pembiayaan dan kewajibannya kepada bank.
Penyelesaian melalui jaminan ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu
penyelesaian dengan cara non litigasi dan litigasi. Adapun litigasi itu
adalah penyelesaian pembiayaan melalui jalur hukum yang
penyelesaiannya dilakukan melalui pengadilan.
a. Penyelesaian dengan cara non litigasi
Seperti yang sudah dijelaskan diatas mengenai pengertian
litigasi, sedangkan penyelesaian dengan cara non litigasi adalah
penyelesaian pembiayaan yang penyelesaiannya dilakukan tidak
melalui jalur hukum dan pengadilan. Adapun dalam praktiknya non
litigasi ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu Parate Ekskusi/Off
Set Jaminan, Likuidasi Usaha dan melalui Basyarnas.
1) Parate Ekskusi/Off Set Jaminan93
Parate Ekskusi/Off Set Jaminan adalah ekskusi jaminan
tanpa melalui gugatan perdata yaitu penyelesaiannya dengan
melalui penyerahan jaminan secara sukarela oleh nasabah
92
Wawancara Pribadi dengan Bapak hari Nurwantoro, SH, sebagai Remedial &
Recovery BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 10 Mei 2017
93
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hari Nurwantoro, SH, sebagai Remedial &
Recovery BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 10 Mei 2017
87
kepada Bank, yakni sebagai upaya penyelesaian
pembiayaannya. Parate Ekskusi/Off Set dapat dilakukan
apabila dalam prosesnya nasabah bersedia untuk menjual
jaminan secara sukarela kepada Bank. Adapun langkah dalam
melakukan Parate Ekskusi/Off Set sebagai berikut :
a) Analisa kecukupan nilai jaminan untuk menutup seluruh
kewajiban dan biaya-biaya untuk proses Parate
Ekskusi/Off-Set (Nilai Beli Bank).
b) Lakukan negoisasi dengan nasabah untuk pembelian
jaminan.
c) Apabila nasabah ingin membeli kembali jaminan yang
akan dibeli oleh bank, maka berikan Hak Opsi dengan
jangka waktu berdasarkan persetujuan belah pihak.
d) Setelah mendapat persetujuan komite penyelesaian
pembiayaan lakukan pengikatan jual-beli.
e) Lakukan pelunasan pembiayaan dan prses
pengadministrasian lainnya.
2) Likuidasi Usaha
Likuidasi Usaha ini dilakukan upaya penjualan stock
barang dagangan dan sarana produksi bahkan tempat usaha
ataupun jaminan dll. Bertujuan untuk menutupi pembiayaan
yang tertunggak. Penjualan ini dilakukan untuk pembayaran
88
angsuran/pelunasan pembiayaan dan tidak ada pembelian
kembali barang dagangan.
3) Perwasitan Melalui Basyarnas
Ekskusi jaminan sesuai dengan klausul pasal 18
Perjanjian Pembiayaan, setiap sengketa yang timbul
berdasarkan perjanjian yang dibuat antara nasabah dan BMI,
maka akan diselesaikan melalui di badan Arbitrase Syariah
Nasional (BASYARNAS) yang dilakukan dengan
musyawarah, persidangan disertai hakim, dan wasit. Yakni
upaya pengembalian, pelunasan, dan penjualan jaminan. Untuk
mendapat keputusan yang akan didaftarkan ke pengadilan
untuk eksekusinya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a) Pembuatan usulan penyelesaian ke komite pembiayaan
b) Pembuataan surat gugatan ke BASYARNAS
c) Pengajuan gugatan ke BASYARNAS (pendaftaran
perkara)
d) Sidang BASYARNAS (jangka waktu paling lama 6 bulan)
e) Putusan BASYARNAS
f) Pendaftaran putusan BASYARNAS ke pengadilan negeri
g) Permohonan pelaksanaan putusan BASYARNAS ke
pengadilan negeri
h) Pelaksanaan eksekusi oleh pengadilan negeri
89
i) Keputusan yang dikeluarkan oelh BASYARNAS akan
didaftarkan di pengadilan negeri untuk mendaptkan
pengesahan, sehingga akan mempunyai kekuatan
eksekutorial.
j) Tahap selanjutnya adalah melakukan lelang dengan
penyelesaian secara cash, ataupun jaminan tersebut dibeli
oleh bank.
3. Penyelesaian Melalui Litigasi94
Penyelesaian melalui litigasi adalah penyelesaian pembiayaan
melalui jalur hukum yang dilakukan melalui pengadilan, dalam hal ini
ialah Pengadilan Agama. Adapun proses litigasi melalui pengadilan
terdiri dari : Gugatan Perdata, Pidana, Riil Eksekusi Jaminan, dan
Permohonan Kepalitan. Namun sebelum dilakukan proses litigasi melalui
Pengadilan, perlu dilakukan hal sebagai berikut :
a. Melakukan Check dan Evaluasi
1) Dokumen surat menyurat BMI kepada nasabah, SPT. Surat
Peringatan 1, 2 & 3 dan Surat Nasabah kepada BMI.
2) Dokumen perjanjian dan jaminan Hak Tanggungan, sehingga
secara yudaris posisi BMI menjadi kuat.
94
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hari Nurwantoro, SH, sebagai Remedial &
Recovery BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 10 Mei 2017
90
3) Jatuh waktu fasilitas pembiayaan, karena prose litigasi hanya
dapat dilakukan apabila fasilitas pembiayaan nasabah telah
jatuh pada waktunya.
b. Mencari lawyer yang telah dianggap cakap, pengalaman dalam
bidang penagihan dan dapat bekerjasama dengan BMI.
c. Membuat UP (Usulan Pembiayaan) Ke Komite UPP perihal
persetujuan pemakaian lawyer dan biaya-biaya yang timbul.
d. Memintakan rencana kerja dan target date dari lawyer yang telah
disetujui komite.
Adapun proses litigasi melalui pengadilan terdiri dari : Gugatan
Perdata, Pidana, Riil Eksekusi Jaminan, dan Permohonan Kepalitan.
Yaitu sebagai berikut :
a. Gugatan Perdata95
Gugatan perdata adalah yang dilakukan pengadilan negeri
untuk mendapatkan keputusan berkekuatan hukum dan mengikat
yang wajib dilaksanakan oleh pihak yang terkait dalam perkara
gugatan. apabila nasabah sudah tidak ada harapan untuk
menyelesaikan kewajiban secara sukarela, cepat, dan tuntas. Hal ini
dimungkinkan untuk menguasai atau menjual asset nasabah yang
bukan jaminan.
b. Pidana
95
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hari Nurwantoro, SH, sebagai Remedial &
Recovery BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 10 Mei 2017
91
Pidana adalah cara untuk penekanan psikologis kepada
nasabah, guna mengakui kesalahan dan selanjutnya mengembalikan
kekayaan yang diperoleh dari hasil perbuatan pidana tersebut
sehingga pada akhirnya menyelesaikan kewajibannya. Apabila ada
tindak perbuatan yang patut disangka dilakukan oleh nasabah atau
pemilik jaminan atau pun pihak lain, yang patut diduga termasuk
dalam tindak pidana sehingga menimbulkan kerugian. Dalam hal ini
pihak yang disangka terlibat tindak pidana cenderung ingin cepat
menyelesaikan perkara yang dihadapi.
c. Riil Eksekusi Jaminan
Riil Eksekusi jaminan adalah suatu yang dilaksanakan
Eksekusi (lelang) terhadap jaminan yang telah dibebani hak
tanggungan sehingga dapat melunasi kewajiban nasabah. Apabila
jaminan yang ada telah diikat Hak Tanggungan sehingga bank
mempunyai hak preference terhadap pelunasan pembiayaan yang
besumber dari jaminan. Dalam riil eksekusi jaminan ini dapat
dilaksanakan dalam waktu yang cepat, bank memiliki hak
preference, dan pengembalian yang lebih pasti. Sedangkan dalam
eksekusi ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Sedangkan
tahap penyelesaian dalam riil eksekusi jaminan ini adalah sebagai
berikut :
92
1) Tahap Penyelesaian Melalui Riil Eksekusi Jaminan96
Adapun tahap dalam penyelesaian melalui riil eksekusi
jaminan adalah sebagai berikut :
a) Dalam proses Sita Eksekusi, juru Sita Pengadilan Negeri
melaksanakan penyitaan atas barang yang dijaminkan
berdasarkan penetapan ketua Pengadilan Negeri dan
selanjutnya dibuat berita acara penyitaan. Jangka waktu
Sita Eksekusi adalah 8 hari.. Bila dalam jangka waktu 8
hari nasabah tidak memenuhi kewajibannya, maka proses
selanjutnya adalah pengajuan permohonan lelang.
b) Permohonan lelang ditindaklanjuti oleh Pengadilan Negeri
dengan dikeluarkannya Penetapan Lelang yang
ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Negeri, dan pada
masa itu pula itu Pengadilan Negeri meminta atau
mengurus SKPT ke BPN, permintaan NJOP kepada Kator
PBB dan mengumumkan pleksanaan lelang di Media
Massa sebanyak 2 kali. Masa Pra lelang ini berlangsung
selama kurang lebih 35 hari.
c) Pada tahap ini, nasabah (termohon eksekusi) dapat
mengajukan bantahan/keberatan atas lelang yang akan
dilaksanakan. Bila ada bantahan, maka lelang ditunda dan
96
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hari Nurwantoro, SH, sebagai Remedial &
Recovery BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 10 Mei 2017
93
dilakukan sidang untuk mengkaji apakah alasan yang
diajukan dapat diterima atau tidak. Jika alasan dapat
diterima maka hakim dapat memutuskan pembatalan
lelang. Namun apabila tidak diterima, maka pelaksanaan
lelang tetap dilaksanakan.
d) Pelaksanaan lelang diawali dengan penawaran secara
tertulis (tertutup) dari para peserta, kemudian apabila
penawaran tertinggi dari peserta telah melampaui limit
lelang yang ditetapkan, maka peserta dengan penawaran
tertinggi tersebut ditunjuk sebagai pemenang lelang,
namun apabila penawaran belum melampaui limit lelang,
maka dilanjutkan dengan penawaran terbuka secara naik-
naik hingga diperoleh harga tertinggi di atas limit lelang.
Jika tahap inipun penawaran tertinggi tidak melampaui
limit lelang, maka lelang akan diulang kurang lebih dalam
jangka waktu satu bulan ke depan, dan hal ini mempunyai
implikasi terhadap biaya.
e) Setelah pemenang lelang ditunjuk, maka dilakukan
pembayaran dimana hasil dari penjualan tersebut
digunakan untuk menyelesaian pembiayaan yang ada.
Setelah itu pemenang lelang akan mendapatkan Risalah
Lelang yang akan digunakan untuk melakukan Balik
Nama ke BPN.
94
f) Pengosongan terhadap objek lelang dilakukan apabila
perlu dengan minta bantuan Muspida setempat.
g) Proses Balik Nama di BPN
d. Permohonan Kepalitan97
Permohonan Kepalitan adalah jaminan yang ada tidak dapat
cepat dilikuidasi, misalnya proyek, dan lain-lain. Dalam hal ini bank
sulit bernegosiasi dengan nasabah. Permohonan kepailitan ini hanya
dapat dilakukan apabila ada minimal dua perusahaan yang memohon
melalui pengadilan niaga. Hal ini dilakukan untuk memastikan
pengembalian pembiayaan yang bersumber dari harta kekayaan
nasabah dengan mendudukkan bank sebagai kreditur konkuren.
Dalam proses permohonan kepalitan ini lebih pasti karena bank
sebagai kreditur konkuren dan kedudukannya cukup kuat. Sehingga
proses yang dilakukan dalam permohonan kepalitan ini lebih cepat
tidak memakan waktu yang sangat lama.
e. Melibatkan Pihak Kepolisian98
Alternatif terakhir ini adalah (hard approach) yang dilakukan
pihak bank apabila :
1) Nasabah tidak dapat dihubungi.
2) Nasabah melarikan diri.
97
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hari Nurwantoro, SH, sebagai Remedial &
Recovery BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 10 Mei 2017
98
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hari Nurwantoro, SH, sebagai Remedial &
Recovery BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, 10 Mei 2017
95
3) Nasabah tidak mempunyai itikad baik untuk menyelesaikan
kewajibannya sementara sesungguhnya nasabah memiliki
kemampuan untuk itu.
4) Nasabah tidak bersedia menyerahkan agunan.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan terhadap penyelesaian
pembiayaan musyarakah bermasalah di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug.
Maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada metode dan prosedur pembiayaan musyarakah pihak BPRS Harta
Insan Karimah Ciledug melakukan door to door untuk menawarkan
pembiayaan musyarakah atau mencari rekanan atau mitra nasabah yang
sudah bekerjasama dengan pihak BPRS Harta Insan Karimah Ciledug.
Adapun syarat pelaksanaan pembiayaan musyarakah pihak BPRS Harta
Insan Karimah Ciledug melakukan diantaranya, survey nasabah,
meminta legalitas yang lengkap, jaminan berupa SHM, PBB terakhir,
data keuangan atau rasio keuangan, bukti tempat menyewa apabila usaha
nasabah tidak memiliki tempat sendiri, dan foto-foto usaha nasabah.
2. Faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan musyarakah bermasalah
pada BPRS Harta Insan Karimah Ciledug salah satunya adalah faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor intern disebabkan oleh pihak bank
sehingga menimbulkan penyebab terjadinya pembiayaan musyarakah
bermasalah yang tidak mengatur dengan baik atau salah satunya yaitu :
faktor analisa pembiayaan, faktor perhitungan modal kerja, faktor sumber
pengembalian, faktor jaminan, dan faktor lemahnya suvervisi dan
97
monitoring. Sedangkan faktor ekstern disebabkan oleh pihak nasabah
yang tidak amanah dalam mengembalikan kewajibannya, sehingga
menimbulkan faktor pembiayaan musyarakah bermasalah. Adapun faktor
ekstern yang disebabkan oleh nasabah yaitu : faktor, chracter, faktor
chapacity tidak memadai, faktor condition, dan faktor lingkungan. Dan
yang menjadi gejala dini pembiayaan musyarakah bermasalah yaitu yang
disebabkan oleh faktor kelalaian management, faktor hubungan
perbankan dan kelalaian kegiatan operasional, dan faktor kelalaian
keuangan.
3. Penyelesaian pembiayaan musyarakah bermasalah pihak BPRS Harta
Insan Karimah Ciledug melalukan revitalisasi proes yaitu dengan cara :
reschedulling, restructuring, rescondittioning, dan proses management.
Penyelesaian melalui jaminan, dan penyelesaian melalui litigasi.
B. Saran
Sebagai akhir dari penulisan ini, maka penulis ingin memberikan
beberapa saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi pihak BPRS Harta Insan Karimah Ciledug agar melakukan
monitoring yang lebih ketat guna mencegah munculnya pembiayaan
bermasalah dan jika tidak ditangani dengan cepat akan berdampak pada
pembiayaan bermasalah dengan dilakukannya monitoring secara
langsung dan teratur terhadap faktor internal (manajemen dan kondisi
98
keuangan) dan eksternal (kondisi makro dan mikro) yang mempengaruhi
usaha nasabah dan pendaptan bank.
2. Pihak BPRS harus berhati-hati dalam menerima calon nasabah
pembiayaan musyarakah tersebut karena kemungkinan munculnya
pembiayaan bermasalah bisa terjadi kapan saja maka pihak bank harus
lebih cermat dan teliti dalam memilih calon nasabah.
3. Bagi masyarakat khususnya kepada nasabah hendaknya mempelajari
terlebih dahulu setiap akad yang ingin dilakukan, harus dilihat pula
bagaimana penanganan tentang pembiayaan bermasalah yang akan
dilakukan nantinya. Harus mengetahui dengan pasti bagaimana peraturan
yang telah diberikan, sehingga nantinya tidak ada pihak yang merasa
dirugikan.
4. Sosialisasi kepada masayarakat mengenai produk bank syariah, terutama
bagi produk pembiayaan yang menggunakan prinsip bagi hasil. Dapat
dijelaskan bahwa pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, kedua belah
pihak yang melakukan kerjasama dalam kontribusi dana bersama-sama
menanggung untung dan rugi. Dan pihak yang mengelola dan
amempunyai kewajiban memaksimalkan keuntungan dalam pengelolaan
usahanya.
99
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta : PT Raja Grafindo,
2004.
Al Anshari, Mahmoud, Ismail Hasan, Samir Mutawalli, “Al Bunuk Al Islamiyyah”
Alih Bahasa Syahril Mukhtar, Perbankan Islam Sejarah, Prinsip dan
Operasional, Jakarta, 1993.
Amin, A. Irwan. Menata Perbankan Syariah di Indonesia, Jakarta : UIN PRESS,
2009.
Anshori, Abdul Ghofur, Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta : Gajah
Mada University Press, 2007.
Antonia, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dari Teori Ke Praktek, Jakarta : Gema
Insani Press, 2001.
Ascarya, Akad dan Produk Perbankan Syariah, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007.
Atmosuditdjo S. Prajudi, Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan
Keputusan (Decisions Making), Jakarta : Seri Pustaka 1979.
Danupranata, Gita, Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta : Salemba Empat,
2013.
Djamil, Faturrahman, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di
Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta : Sinar Grafika, 2013.
Djamil, Faturrahman, Penyelesaian Pembiayaan bermasalah di Bank Syariah,
Jakarta : Sinar Grafika, 2012.
Djamil, Faturrahman, Penyelesaian Pembiayaan bermasalah di Bank Syariah,
Jakarta : Sinar Grafika, 2014.
Dogun, M. Save, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta : Lembaga Pengkajian
Kebudayaan Nusantara , 1997.
James, L. Gibson, Organisasi dan Manajemen : Prilaku, Struktur dan proses, Jakarta :
Erlangga, 1990.
Gulo, W, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Grasindo, 2002.
Hardini, Isriani dan Muh. H. Gihato, Kamus Perbankan Syariah, Bandung :
Kiblat, 2012.
Hardjito, Dydiet, Pemecah Masalah yang Analitik (Analytical Problem Solving),
Bogor : Prenada, 2003.
100
Hasibuan, Malayu S. P, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi
Aksara, 2005.
Huda, Miftahul, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2013.
Indonesia, Ikatan Bankir, Memahami Bisnis Bank Syariah, Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2014.
Iska, H. Syukuri, Sistem Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta : Fajar
Media Press, 2012.
J, Lexi Moelang, Metodologi Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
Karim, Adiwarman Azwar, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta :
IIIT Indonesia, 2003.
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Kaye, Harvey, Mengambil Keputusuan Penuh Percaya Diri, Mitra Utama, 1997.
Laksmana, Yusak, Panduan Praktiktis Account Officer Bank Syariah, Jakarta :
PT. Elex Media Komputindo, 2009.
Latief, AH. Azharudin, Fiqh Muamalah, Jakarta : UIN Press, 2005.
Luthfi. M, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2008.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta : UPP AMP
YKPN, 2005.
Muhammad, Syekh Abu Al-Falah Al-Bayanuniy, Ilmu Dakwah Prinsip dan Kode Etik
Berdakwah Menurut Al-Qur‟an dan As-Sunnah, Terjemahan Dedi Junaedi,
Jakarta : Akademika Pressindo, 2010.
Nawawi, H. Ismail, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Bogor : Ghalia
Indonesia, 2012.
Nurhayati, Sri dan Wasilah, Akutansi Syariah di Indonesia, Jakarta : Salemba
Empat, 2011.
Perwataatmadja, Karnaen dan Muhammad Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana
Bank Islam, Yogyakarta : PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1992.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2007.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2008.
101
Rahmat, Jalaludin, Metodologi Penelitian Komunikasi, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2000.
Rahmawati, Yuke, Manajemen Risiko Perbanakan syariah, Jakarta : UIN PRESS,
2015.
Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin, Islamic Banking : Sebuah Teori, Konsep, dan
Aplikasi, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2010.
Saputra, Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta : Rajawali Pers, 2011.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI-Press, 1984.
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
Yogyakarta : Ekonisia, 2008.
Sudirman, N. dkk. Ilmu Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1991.
Sulaiman, Abu Daud, Sunan Abi Daud, Beirut : Dar al-Kitab al-Arabi.
Sumitro, Warkum, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait (MBUI dan
Takaful) di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 1996.
Sumitro, Warkum, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait (MBUI dan
Takaful) di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 2002.
Thoha A. Husein Almujahid & A. Atho’illah Fathoni Alkhalil, KABA Kamus
Akbar Bahasa Arab Indonesia-Arab, Jakarta : Gema Insani, 2013.
Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, Perbankan Syariah :
Perspektif Praktis, Jakarta : Muamalat Institute, 1999.
Wangsawidjaja, A, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama, 2012
Warib, Sam S, Kamus Lengkap 100 Milliard, Jakarta : Sandro Jaya.
Yaya, Rizal, dkk, Akutansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kotemporer,
Jakarta : Salemba Empat, 2009.
Z, A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Indonesia, 2012.
102
LAMPIRAN
103
104
105
106
107
108
109
Pedoman Wawancara
Nama : Hari Nurwantoro, SH
Umur : 34 Tahun
Jabatan : Remedial & Recovery
Hari/Tanggal : 10 Mei 2017
Waktu : 09:00 – 12:00
Tempat : BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
1. Bagaimana faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan musyarakah
bermasalah di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug ?
Jawab :
Yang menjadikan faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan
musyarakah bermasalah terdapat 2 faktor yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Adapun dari faktor intern dari sisi bank sedangkan faktor ekstern
yaitu dari sisi nasabahnya.
2. Apa saja upaya yang akan dilakukan BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
untuk mengantisipasi nasabah yang ingkar janji ?
Jawab :
Buatkan perjanjian kembali atau restrukturisasi sesuai dengan kemampuan
nasabah. Dan berikan jangka waktu apabila nasabah tidak membayar
110
kembali maka buatkan surat pernyataan menjual atau pasang plang dengan
tujuan agar nasabah melunasi pembiayaan tersebut.
3. Apa saja yang menjadi kendala pembiayaan musyarakah di BPRS Harta
Insan Karimah Ciledug ?
Jawab :
Tagihan mengenai pembiayaan terpending, termasuk piutang nasabah dari
para mitra usaha nasabah.
4. Bagaimana jika ada nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah ?
Jawab :
Harus didatangi atau diinformasikan mengenai pembiayaan yang tertunggak
dibank. Dan apabila nasabah masih ingkar janji buatkan pernyataan jual dan
pasang plang atau akan dijual. Berupa jaminan SHM atau kendaraan yang
menjadi jaminan nasabah.
5. Apa gejala dini yang menimbulkan pembiayaan bermasalah ?
Jawab :
Yang menjadi gejala dini yang menimbulkan pembiayaan bermasalah
adalah faktor kelalaian management, faktor hubungan perbankan, dan faktor
kelalaian posisi keuangan.
6. Bagaimana cara penyelesaian BPRS Harta Insan Karimah Ciledug dalam
mengatasi pembiyaan bermasalah ?
Jawab :
111
Dalam tahap penyelesaian ini banyak yang harus dilakukan antara lain :
1. Tahap evaluasi ulang.
2. Klasifikasi ini terdiri dari 2 bagian yaitu penyelesaian dengan tahap
yang ringan atau sedang dan penyelesaian dengan tahap yang berat.
Adapaun dengan penyelesaian tahap yang berat dibagi menjadi 2 bagian
yaitu : tahap merah dan tahap kuning.
3. Penanganan langsung.
4. Tidak bayar atau bayar sebagian.
7. Adakah upaya tersendiri BPRS Harta Insan Karimah Ciledug dalam
penyelesaian pembiayaan bermasalah ?
Jawab :
Upaya yang dilakukan jika nasabah sudah tidak sanggup melunasi
kewajibannya maka pihak BPRS Harta Insan Karimah Ciledug akan
melakukan jual jaminan atau melelang jaminan tersebut.
8. Apakah nasabah yang akan mengajukan pembiayaan musyarakah di BPRS
Harta Insan Karimah Ciledug banyak yang ditolak ?
Jawab :
Tidak selalu ditolak, karena jika nasabah itu mempunyai data yang bagus
dan sesuai dengan ketetentuan pihak bank maka semua persyaratan dan
jaminan akan diterima dan diproses. Tetapi jika nasabah mempunyai data
112
113
Pedoman Wawancara
Nama : Hadi Kamaludin
Umur : 46 Tahun
Jabatan : Account Officer
Hari/Tanggal : Kamis, 04 Mei 2017
Waktu : 13.00 - 15.00 WIB
Tempat : BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
9. Apa saja prosedur atau pelaksanaan yang harus dipenuhi dalam mengajukan
pembiayaan musyarakah di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug ?
Jawab :
c. Survey nasabah
d. Minta legalitas yang lengkap seperti :
13) SIUP perusahaan atau perorangan.
14) NPWP
15) TDP
16) Proyek yang dikerjakan atau yang sedang dikerjakan kemudian
proyek yang akan dikerjakan.
17) KTP (suami dan istri)
18) Surat nikah
114
19) Akte pendirian perusahaan
20) Jaminan berupa SHM/SHGB a.n suami atau istri
21) PBB terakhir
22) Data keuangan atau rasio keuangan antara lain :
e) Neraca perusahaan pertahun
f) Cash flow perusahaan
g) Laba/rugi perusahaan
h) Rekening koran atau buku tabungan
23) Meminta bukti kontrak tempat usaha kalau nasabah tersebut
menyewa. Kalau tidak jangan diminta.
24) Company Profile yaitu meliputi foto-foto usaha yang dikerjakan
2. Bagaimana mekanisme pembiayaan musyarakah terutama dari segi bagi
hasil di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug ?
Jawab :
e. Mensurvey usaha yang dikelola baik Account Officer, Pincab dan
Direksi.
f. BI Checking nasabah.
g. Foto usaha nabasah.
h. Tentukan atau beri penjelasan bahwa nisbah bagi hasil 2,2% perbulan
atau 2,1% perbulan (Flat) untuk pembiayaan musyarakah, dimana
pokok tetap setelah jatuh tempo sedangkan nisbah bagi hasilnya dibayar
terlebih dahulu tergantung dari nilai proyek dan jangka waktu proyek
tersebut.
115
3. Berapa nisbah bagi hasil yang didapat nasabah dan bank dalam pembiayaan
musyarakah di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug ?
Jawab :
2,2% perbulan (Flat) atau 2,1% perbulan (Flat)
Kalau nasabah tergantung dari nilai proyek yang didapat atau tagihan
4. Bagaimana BPRS Harta Insan Karimah Ciledug dalam memasarkan akad
musyarakah kepada masyarakat, apakah dengan cara masyarakatnya sendiri
yang mengetahui akad musyarakah atau dengan penjelasan terlebih dahulu ?
Jawab :
Untuk memasarkan pembiayaan musyarakah ke masyarakat dengan
menawarkan door to door atau mencari rekanan atau mitra nasabah yang
sudah bekerjasama dengan pihak BPRS Harta Insan Karimah. Untuk akad
musyarakah harus dijelaskan terlebih dahulu oleh pinak BPRS Harta Insan
Karimah terutama AO (Account Officer) atau pun bagian legal, bukan
masyarakat yang memberikan penjelasan masalah akad musyarakah
tersebut. Dimana akad musyarakah itu harus dibayar bagi hasilnya terlebih
dahulu dan pokok pembiayaan pada saat jatuh tempo pembiayaan
tergantung dari jangka waktu proyek yang akan dikerjakan dengan ada
kesepakatan antara nasabah dengan pihak Bank, dimana akad harus
disaksikan oleh notaris Bank.
5. Usaha apa saja yang diminati BPRS Harta Insan Karimah Ciledug untuk
menarik minat nasabah ?
116
Jawab :
d. Proyek perumahan atau property yang prosfektif.
e. Pedagang hewan Qurban terutama hewan sapi dan kambing.
f. Proyek industri maupun non industri baik BUMN, pemerintah dan
swasta. Yang terpenting proyek tersebut prosfektif dapat di proses
sesuai dengan bidang usaha nasabah.
6. Siapakah yang memberi keputusan pemberian pembiayaan musyarakah di
BPRS Harta Insan Karimah Ciledug ?
Jawab :
Plafond pembiayaan antara :
4. Rp. 10.000.000 – Rp. 20.000.000
(AO+KADIV+PINCAB
5. Rp. 20.000.000 – Rp. 300.000.000
(AO+PINCAB+KADIV+DIREKSI+DIREKTUR
6. Rp. 300.000.000 – Rp 5 Milyar
(AO+PINCAB+KADIV+DIREKSI+DIREKTUR+KOMISARIS)
7. Untuk sejauh ini berapa persen nasabah yang diberikan pembiayaan
musyarakah ?
Jawab :
2,2% (Flat) atau 2,1% (Flat)
117
8. Apa saja yang dilakukan oleh pihak BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
untuk menganalisa pembiayaan kepada calon nasabah ?
Jawab :
Untuk tahapan analisa calon nasabah pihak BPRS Harta Insan Karimah
melakukan penilaian kepada calon nasabah khusunya untuk melakukan
pembiayaan, guna untuk menghindari hal yang tidak diinginkan dikemudian
hari. Yaitu menggunakan 5C yang terdiri dari Character (kepribadian),
Capacity (kemampuan dalam menjalankan usaha), Capital (modal calon
nasabah apakah memenuhi atau tidak), Collecteral (jaminan), dan
Conditions (keadaan).
9. Apa yang diharapkan oleh pihak BPRS Harta Insan Karimah Ciledug dari
pembiayaan musyarakah ?
Jawab :
a. Usaha yang dikelola nasabah bagus dapat memenuhi angsuran
perbulan. Dan bagi hasil yang sudah disepakati.
b. Usaha tidak fiktif harus jelas sesuai bidangnya.
c. Usaha yang dikelola sudah lama dibidangnya.
d. Nasabah yang telah diberikan pembiayaan harus kreatif dalam
membayar angsuran sesuai dengan jatuh tempo yang disepakati.
e. Profit atau margin sesuai dengan ketentuan atau kesepakatan bersama.
118
119
120
121
122
123
124
125
127
128
129
130
131
132
133
134
135
DOKUMENTASI
Sidang Pengadilan BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
Monitoring Pembiayaan Musyarakah Bermasalah
136
Wawancara Pribadi Bersama Bapak Hilmi Nurwantoro, SH
Sebagai Kepala Team Remedial & Recovery BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
Wawancara Pribadi Bersama Bapak Hilmi Nurwantoro, SH
Sebagai Kepala Team Remedial & Recovery BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
137
Wawancara Pribadi Bersama Hadi Kamaludin
Sebagai Account Officer
Kantor BPRS Harta Insan Karimah Ciledug